Duel 2 Jago Pedang 1

Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung Bagian 1


Koleksi Kang Zusi
Pendekar 4 Alis
Buku 3 DUEL 2 JAGO PEDANG
Karya Khulung Bab 1: Pesan Penting dari Orang Tak Dikenal
Musim gugur. Pohon maple di gunung telah berubah menjadi rimbunan dedaunan berwarna merah, kilauan jalan raya sekarang telah ditutupi oleh sebuah lapisan putih. Akhir musim gugur telah dekat.
Tanggal 13 September. Tepat sebelum fajar tiba. Li Yan Bei melangkah keluar dari kantor nomor 12 dari ke-30 buah kantornya dan berjalan dengan cepat menelusuri jalan raya yang masih tertutup kabut. Satu kendi arak Bambu Hijau dan satu jam berjalan-jalan tampaknya tidak memberikan efek yang melelahkan bagi dirinya.
Ia memiliki tinggi 2 m dengan bangun tubuh yang amat besar dan kuat serta membayangkan tenaga yang luar biasa. Pada wajahnya yang serius, beralis hitam, bermata tajam dan berhidung bengkok selalu terlihat mimik muka yang seram, persis seperti seekor macan tutul yang baru melompat keluar dari semak belukar.
Siapa pun, tidak perduli orangnya, akan merasa sedikit segan dan takut bila mereka kebetulan bertemu dengannya, dan ia sendiri memang selalu bersikap garang.
Sejak 10 tahun yang lalu, ia telah menjadi salah satu orang yang paling berkuasa di kota kuno ini.
Segerombolan orang mengikutinya pada jarak kira-kira 5 m di belakangnya, tampaknya mereka harus berlarian untuk bisa mengiringinya. Di dalam kelompok orang ini terdapat ketua dan pegawai-pegawai dari 3 buah perusahaan ekspedisi terbesar di seluruh ibukota ini, serta ketua-ketua organisasi bawah tanah dari kota-kota di luar ibukota, belum lagi bendahara-bendahara dan bos-bos dari perusahaan-perusahaan bisnis yang paling sukses dan rentenir-rentenir di kota itu.
Di situ juga terdapat beberapa orang yang telah menetap di kota ini lebih dari 10 tahun yang lalu tapi tidak ada orang yang tahu mengenai latar belakang mereka.
Mereka adalah orang-orang setengah umur yang kaya dan sukses, dan sebenarnya tidak seorang pun dari mereka yang mau meninggalkan kehangatan rumah mereka untuk berkeliling di jalan raya yang udaranya dingin menusuk tulang saat di pagi hari begini. Tapi mereka harus ikut berjalan-jalan seperti ini setiap pagi.
Karena Li Yan Bei suka berjalan-jalan setiap pagi sebelum fajar selama paling sedikit satu jam.
Tempat ini memang boleh disebut sebagai kerajaannya. Selama berjalan-jalan, matanya akan selalu tajam dan penilaiannya akan selalu akurat. Ia selalu suka kalau orang-orang kepercayaannya mengikuti di belakangnya sehingga ia bisa memberikan instruksi pada mereka selama di perjalanan.
Di samping itu, hal ini telah menjadi kebiasaannya selama bertahun-tahun. Persis seperti sidang pagi hari yang diadakan Kaisar, tidak perduli kau menyukainya atau tidak, kau tidak boleh ketinggalan.
Sejak Ketua "Perusahaan Ekspedisi Yang Mengguncangkan Dunia", "Golok Emas" Feng Kun diseret olehnya turun dari ranjang dan diceburkan ke sebuah sungai yang airnya sedang beku di suatu pagi yang dingin, tidak ada lagi yang tidak mau ikut dalam acara jalan-jalan ini walau satu kali pun.
Koleksi Kang Zusi
Matahari pagi masih belum naik, angin masih membawa udara malam yang dingin, dahan-dahan pohon di pinggir jalan telah lama berguguran daunnya, dan embun di daun yang gugur telah berubah menjadi selapis es musim gugur.
Tinju Li Yan Bei terkepal erat saat ia berjalan dari tembok luar dinding kota ke pusat kota yang tepat berada di luar gerbang depan.
"Sun Chong!" Tiba-tiba ia berseru. Segera seorang laki-laki setengah umur berbaju sasterawan dan berkumis tipis berlari keluar dari rombongan orang-orang di belakangnya dan menghampirinya. Ia adalah salah satu orang terbaik dan paling terkenal di bawah komando Li Yan Bei, tidak lain dari kepala "Aula Kepuasan", tempat pembuatan senjata yang terkenal di seluruh China.
"Bukankah aku telah memberimu perintah sejak 15 tahun yang lalu untuk tidak mengambil bisnis Da Zong lagi?" Li Yan Bei bertanya dengan suara suram. Ia tidak memperlambat langkahnya dan menunggu Sun Chong untuk menyusulnya, bahkan ia pun tidak memandang pada orang itu.
"Ya, tuan."
"Lalu mengapa tadi malam kau menjual 66 batang golok, 50 batang pedang, dan semua busur dan panah dari gudang senjatamu?"
Kepala Sun Chong tertunduk dan ekspresi wajahnya tampak ditekuk. Jelas ia tidak mengira kalau Li Yan Bei bisa mengetahui hal ini dengan begitu cepat.
"Penghasilan dari perdagangan ini amatlah besar, ini tidak pantas ditolak," ia tergagap, "di samping itu"."
"Di samping itu, bisnis adalah bisnis, kan?" Li Yan Bei mengejek.
Sun Chong tidak menjawab tapi malah semakin menundukkan kepalanya.
Tinju Li Yan Bei terkepal semakin erat dan wajahnya terlihat murka.
"Kau tahu siapa orang yang berada di belakang pembelian ini?" Tiba-tiba ia bertanya.
Sun Chong menggelengkan kepalanya dengan ragu. Tapi matanya diam-diam melirik ke sekitarnya.
Saat itu mereka sedang berjalan ke sebuah jalan yang amat sempit dengan pohon-pohon buah cherry di pinggirannya yang berbatasan dengan jalan-jalan lain. Toko-toko dan pedagang di pinggir jalan masih belum ada yang buka. Tapi tepat saat itu, dua buah kereta kuda yang amat besar dan tertutup terlihat menerjang keluar dari gang-gang sempit di kedua sisi jalan dan menghadang mereka di tengah jalan.
Selanjutnya, kain hitam yang menutupi kereta itu tiba-tiba terangkat "- terlihat kira-kira duabelas orang berpakaian hitam di atas kedua kereta, masing-masing dengan busur di tangan, semua busur telah dipentang penuh, masing-masing dengan sebatang anak panah dibidikkan ke arah Li Yan Bei.
Sun Chong ingin melompat ke atas salah satu kereta, tapi Li Yan Bei telah mencengkeram pergelangan tangannya.
Wajahnya tiba-tiba berubah menjadi pucat pasi dan ia berusaha menjerit.
"Berhenti"." Hanya itu yang bisa ia ucapkan sebelum terdengar bunyi tali busur yang dilepaskan dan anak panah pun memenuhi angkasa.
Li Yan Bei mementangkan kakinya dan, dengan sebuah sentakan sederhana, mengangkat tubuh Sun Chong ke udara dan tepat menghadap ke arah anak-anak panah yang berdatangan itu. Dalam sekejap tubuh Sun Chong telah dipenuhi anak panah seperti seekor landak. Tapi dengan tak terduga, setelah gerombolan pemanah itu melepaskan anak panah mereka, mereka segera menjatuhkan diri ke lantai kereta untuk kemudian digantikan oleh sebaris pemanah lainnya yang tadi berada di belakang mereka.
Dua puluh delapan busur dipentangkan, anak panah siap dilepaskan. Tubuh Li Yan Bei menjadi kaku.
Rombongan orang di belakangnya telah dihadang oleh kereta ketiga. Walaupun tubuhnya terbuat dari besi, tak mungkin ia bisa selamat dari rentetan usaha pembunuhan seperti ini!
Sesudah 20 tahun berjuang, beberapa ratus macam pertempuran dan pertarungan, ia masih tidak bisa menghindar dari perangkap musuh.
Mata Li Yan Bei seperti dipenuhi darah dan ia tampak seperti seekor serigala yang telah jatuh ke dalam perangkap pemburu. Hanya satu kali bunyi denting tali busur dan pemimpin ibukota yang angkuh dan berkuasa ini akan sukar terhindar dari serangan hujan panah.
Koleksi Kang Zusi
Tapi tepat saat itu pula, tiba-tiba sebuah suara yang tajam dari sesuatu yang melayang di udara pun terdengar dari atap sebelah kiri.
Sing! Dua larik sinar hijau melesat ke arah busur-busur itu.
"Tang! Tang! Tang!"
Dengan rentetan suara seperti bunyi kelereng yang berjatuhan di atas lantai, 28 buah tali busur itu tiba-tiba terpotong oleh dua larik sinar tadi! Lalu terdengar sebuah suara yang keras tapi datar saat kedua sinar itu menabrak pintu di sebelah kanan. Ternyata dua sinar tadi tidak lebih dari dua keping uang perunggu.
Siapa yang begitu kuatnya sehingga mampu memotong 28 tali busur hanya dengan dua keping uang logam" Wajah para pemanah itu tampak pucat pasi dan mereka semua mulai tunggang-langgang turun dari kereta dan berlarian ke arah gang-gang sempit tadi. Tapi Li Yan Bei tidak mengejar mereka.
Orang-orang itu bukanlah lawannya, mereka tidak berharga untuk menjadi musuhnya. Di samping itu, ia sudah lama belajar bahwa membunuh tidaklah bisa membuat orang lain benar-benar menghormatimu.
Ia malah menarik nafas dalam-dalam dan berkata dengan suara yang serak: "Perlahan saja, tidak usah terburu-buru. Pulanglah dan beritahu majikan kalian bahwa karena Li Yan Bei tidak mati hari ini, dia tentu akan menemukannya suatu hari nanti!"
Seseorang bertepuk tangan di atas atap sebelah kiri.
"Hebat! Ketenangan yang luar biasa! Kepercayaan diri yang tinggi! Sungguh sesuai dengan nama Li Yan Bei yang termasyur!" Orang itu berseru sambil tertawa.
Li Yan Bei pun mulai tertawa.
"Sayangnya walaupun Li Yan Bei yang termasyur ini memiliki tiga kepala dan enam tangan, ia masih bukan tandingan dua jari Lu Xiao Feng!"
Sambil tertawa terbahak-bahak, orang itu pun melompat turun dari atas atap. Wajahnya yang bulat lonjong tampak tertutup oleh debu dan keringat karena perjalanan jauh, tapi matanya masih jernih dan alis matanya masih hitam bersinar.
Empat alis mata. Selain dari dia, siapa lagi di dunia ini yang bisa merawat kumis seindah alis matanya"
"Kau tahu siapa aku?"
"Sentilan Keping Uang Emas tadi selalu mengandalkan tenaga jari orangnya," Li Yan Bei berujar.
"Selain dari Lu Xiao Feng, siapa lagi yang mampu memutuskan 28 buah tali busur sekaligus?"
______________________________
Matahari telah terbit. Di bawah sinar matahari, uap yang mengepul dari panci masak itu terlihat seperti kabut pagi.
Lu Xiao Feng memegang sepotong daging babi yang masih mengepulkan asap di satu tangannya dan semangkuk sup kacang panjang yang difermentasi di tangannya yang lain, ini adalah mangkuk ketiganya. Setelah menghabiskan isi mangkuk ketiganya, barulah ia akhirnya menarik nafas panjang dan menghapus keringat di keningnya.
"Selama tiga tahun sejak aku pulang dari ibukota, kau tahu apa yang paling kurindukan?" Ia bertanya sambil tersenyum.
"Sup kacang panjang?" Li Yan Bei menjawab sambil tersenyum.
Lu Xiao Feng mendongakkan kepalanya dan tertawa.
"Yang paling kurindukan memang sup kacang panjang, dan yang kedua adalah hati goreng, terutama hati goreng dari Losmen Dewa Berkumpul, belum lagi daging panggang Paviliun Sinar Gemilang dan pai daging dari Jalan Pai Daging."
"Bagaimana denganku?" Tanya Li Yan Bei senang.
"Yah, bila aku tidak lapar, barulah aku memikirkanmu," jawab Lu Xiao Feng sambil tersenyum.
"Tapi kau mungkin tidak mengira, akan datang suatu hari di mana aku hampir tewas di tangan orang lain."
Lu Xiao Feng terpaksa mengakui kebenaran hal itu.
"Aku tidak menyangka kalau kau akan melepaskan mereka begitu saja!"
Koleksi Kang Zusi
"Kau kira aku suka membunuh?"
Sebuah senyuman kembali muncul di wajah Lu Xiao Feng.
"Jika kau suka membunuh, maka aku khawatir kalau kau tidak akan hidup hingga hari ini."
"Tapi kau"."
"Tapi kau setidaknya harus bertanya siapa yang mengirimkan mereka!" Lu Xiao Feng memotongnya.
Sebuah senyuman pun muncul di wajah Li Yan Bei.
"Aku tidak perlu bertanya."
"Kau sudah bisa menebaknya?"
Senyuman di wajah Li Yan Bei terlihat tidak begitu senang.
"Selain dari Du tua di bagian selatan kota, siapa lagi yang cukup berani untuk membuat sebuah gerakan seperti itu?" Ia berujar dengan santai.
"Du Tong Xuan?"
Li Yan Bei mengangguk, tapi kulit kerang rebus yang baru saja ia ambil telah diremasnya menjadi debu.
"Kalian berdua tidak berhubungan satu sama lain selama sepuluh tahun terakhir ini, dan seharusnya ia sudah lama tahu kalau kau bukanlah orang yang mudah untuk dihadapi. Mengapa ia mau mengambil resiko seperti ini?"
"Untuk enam ratus ribu tael perak dan wilayahnya di sebelah selatan kota."
Lu Xiao Feng tidak mengerti.
"Aku telah bertaruh dengannya, dan imbalannya adalah enam ratus ribu tael perak dan seluruh wilayah kekuasaannya."
Ini baru taruhan yang luar biasa. Bahkan Lu Xiao Feng pun tak tahan untuk tidak menarik nafas dalam-dalam.
"Apa yang kalian pertaruhkan?"
"Duel tanggal 15 September!"
- Malam bulan purnama, puncak Zi Jin, sebatang pedang dari barat, seorang malaikat dari luar langit!
"Duel itu awalnya dijadwalkan pada tanggal 15 Agustus di puncak Zi Jin. Tapi XiMen Chui Xue minta ditunda selama sebulan dan mengganti tempatnya jadi di sini."
"Aku tahu."
"Sejak tanggal 15 Agustus, tidak seorang pun di dunia ini yang pernah melihat atau mendengar tentang XiMen Chui Xue lagi!"
Lu Xiao Feng kembali menarik nafas. Tentu saja ia pun tahu tentang hal ini. Ia juga sedang berusaha mencari XiMen Chui Xue, berusaha amat keras.
"Itulah sebabnya, semua orang berpendapat bahwa XiMen Chui Xue tentu takut pada Ye Gu Cheng," Li Yan Bei meneruskan, "bahwa ia tentu telah pergi bersembunyi."
"Tapi kau tahu pasti bahwa ia bukanlah orang seperti itu!"
Li Yan Bei mengangguk.
"Itulah sebabnya, walaupun orang lain berpendapat bahwa ia tentu akan kalah, aku tetap bertaruh untuk kemenangannya! Tidak perduli berapa pun besar taruhannya!"
"Tentu saja Du Tong Xuan tidak membiarkan kesempatan seperti ini dilewatkan begitu saja."
"Maka ia pun bertaruh denganku."
"Menggunakan wilayahnya serta wilayahmu sebagai taruhannya?"
"Dan jika ia kalah, ia masih harus membayar enam ratus ribu tael perak sebagai tambahannya."
"Aku tahu, bahkan sebulan yang lalu orang mau bertaruh 2 berbanding 3 bahwa Ye Gu Cheng akan menang!"
"Perbandingannya bahkan mencapai 2 lawan 1 sejak beberapa hari yang lalu. Semua orang masih berpendapat bahwa Ye Gu Cheng yang akan menang. Sampai kemarin pagi, Du Tong Xuan masih yakin bahwa ia memiliki kesempatan menang 9 berbanding 10."
"Sampai kemarin pagi?"
"Karena situasi telah berubah kemarin sore!"
Koleksi Kang Zusi
"Oh?"
Li Yan Bei menatap Lu Xiao Feng dengan hampir tak percaya.
"Kau belum mendengar berita bahwa Ye Gu Cheng telah terluka?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya, jelas ia terkejut mendengar berita itu.
"Bagaimana ia bisa terluka" Siapa yang mampu melukainya?"
"Tang Tian Yi."
"Putera tertua keluarga Tang?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Benar."
"Menurut kabar burung, karena sesuatu sebab yang tidak diketahui, mereka berdua telah bertempur di dekat Zhang Jia Kou. Walaupun jurus Ye Gu Cheng, Malaikat Luar Langit, memberi luka yang berat pada Tang Tian Yi, ia juga terkena segenggam Pasir Beracun dari Tang Tian Yi."
Racun keluarga Tang hanya bisa diobati oleh keturunan keluarga Tang. Bila seseorang terkena racun mereka, tidak perduli siapa pun dia, walaupun ia tidak segera mati, nyawanya tentu tidak akan berumur panjang.
"Setelah berita itu tiba di sini, orang-orang yang memasang taruhan untuk Ye Gu Cheng jadi seperti semut di atas penggorengan, ada yang hendak bunuh diri, yang lainnya berusaha mencari cara agar taruhan mereka bisa dibatalkan."
"Dan tentu saja, jika lawan bertaruhnya mati, maka taruhan itu pun batal!" Lu Xiao Feng menyimpulkan.
Li Yan Bei mendengus dingin.
"Itulah sebabnya Du Tong Xuan mau mengambil resiko seperti itu dan berusaha membunuhku!" Li Yan Bei menyelesaikan kesimpulannya itu.
Lu Xiao Feng menarik nafas. Ia akhirnya faham sebab-musabab kejadian tadi.
"Menurut kabar angin, tadi malam saja setidaknya ada 30 orang yang mati di kota ini karena hal tersebut. Bahkan Komandan Istana Kerajaan Barat, "Telapak Tangan Besi Membalik Langit", dijebak oleh seseorang di dalam gang di belakang Jalan Singa Besi karena ia memasang taruhan delapan ribu tael untuk XiMen Chui Xue."
"Tidak disangka delapan ribu tael perak sudah cukup untuk membeli nyawa Zhao si Telapak Tangan Besi!"
"Kadang-kadang, delapan puluh tael perak pun sudah cukup untuk membeli nyawa orang!"
Lu Xiao Feng menatap makanan yang ada di hadapannya dan menyadari bahwa, tiba-tiba, ia tidak merasa lapar lagi.
"Apakah ada yang melihat duel antara Ye Gu Cheng dan Tang Tian Yi dengan mata kepalanya sendiri?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Tidak."
"Jika tidak ada yang melihatnya, lalu bagaimana kita bisa yakin bahwa berita ini dapat diandalkan?"
Lu Xiao Feng bertanya.
"Karena semua orang percaya bahwa sumber berita ini tidak akan berdusta!"
"Siapa sumbernya?"
"Hwesio Jujur!"
Lu Xiao Feng tidak bisa bicara lagi. Bukan untuk pertama kalinya orang tidak bisa berkata apa-apa bila menyangkut kredibilitas Hwesio Jujur.
"Hwesio Jujur tiba di kota ini kira-kira tengah hari kemarin," Li Yan Bei menjelaskan, "hal pertama yang ia lakukan adalah pergi ke restoran "Mata Telinga" dan memesan kue bola rebus. Ia makan sebuah kue, dan kemudian menarik nafas!"
Saat ini, minyak di daging babi itu tampak telah membeku karena hembusan angin bulan September dari Utara. Sekilas pandang, minyak itu terlihat seperti selapis es.
"Empat Pedang Dari Langit kebetulan sedang makan di sana pada saat itu, maka mereka pun bertanya padanya mengapa ia menarik nafas," Li Yan Bei meneruskan. "Saat itulah Hwesio Jujur mengungkapkan berita tersebut."
Tentu saja, bukan hanya Empat Pedang Dari Langit yang mendengar berita itu.
Koleksi Kang Zusi
"Selain dari Hwesio Jujur dan Empat Pedang Dari Langit, setidaknya ada empat atau lima ratus orang terpandang yang telah melakukan perjalanan ke kota ini dalam setengah bulan terakhir."
Lu Xiao Feng menatap minyak pada daging itu, tiba-tiba ia merasa ingin muntah.
"Dari apa yang aku dengar, setidaknya tentu ada tiga sampai empat ratus orang-orang yang lebih terkenal dari dunia persilatan yang akan tiba sebelum tanggal 15, di antara mereka setidaknya ada lima ketua sekte, sepuluh pemimpin organisasi, dan dua puluh tiga ketua perusahaan ekspedisi.
Bahkan Tosu Kayu dari Wu Dang dan Ketua Kuil Shaolin pun akan datang ke sini. Tidak seorang pun yang ingin ketinggalan duel ini."
Lu Xiao Feng tiba-tiba memukulkan tinjunya ke atas meja.
"Menurut mereka, siapa itu XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng" Dua ekor monyet sirkus yang sedang beraksi" Dua ekor anjing yang sedang berkelahi untuk memperebutkan tulang di jalanan?"
Ia mengejek. Daging dan penggorengan pun sampai mencelat dari atas meja waktu ia memukulkan tinjunya dan akhirnya bergulingan hingga berhenti di lantai.
Li Yan Bei memandang Lu Xiao Feng dengan heran. Ia tidak pernah melihat Lu Xiao Feng demikian emosionalnya, ia juga tidak tahu apa yang membuat Lu Xiao Feng begitu marahnya.
"Bukankah kau datang ke sini untuk menonton duel itu juga?" Ia terpaksa bertanya.
Tinju Lu Xiao Feng tampak terkepal erat.
"Aku hanya berharap tidak pernah melihat duel ini!"
"Tapi sekarang Ye Gu Cheng telah terluka, tidak mungkin XiMen Chui Xue akan kalah!"
"Tidak perduli siapa pun yang menang atau kalah, itu sama saja!"
"Bukankah XiMen Chui Xue sahabatmu?"
"Karena dia sahabatku, itulah sebabnya aku tidak ingin melihatnya seperti seekor anjing yang memburu sekerat tulang yang tidak kelihatan!"
"Tulang yang tidak kelihatan apa?" Li Yan Bei masih tidak mengerti.
"Reputasi." " Apa yang orang fikirkan tentangmu adalah sekerat tulang yang tidak kelihatan itu.
"Jika ia memenangkan duel ini, maka kau akan memperoleh wilayah Du Tong Xuan, dan jago-jago pedang yang egois itu akan mendapatkan tontonan yang bagus, juga bisa melihat jurus-jurus mereka serta cacat dan kelemahan-kelemahan dari teknik mereka. Tapi bagaimana dengan dia sendiri?" Lu Xiao Feng meneruskan dengan nada yang dingin.
Bukankah dia pun belum tentu menang" Tapi jika pun ia menang, apa manfaatnya bagi dirinya"
Adakah orang yang benar-benar memahami perasaan sunyi yang dialami oleh pemenangnya" Li Yan Bei akhirnya memahami Lu Xiao Feng.
Ia menatap Lu Xiao Feng dalam bisu, menatapnya untuk waktu yang lama.
"Duel mereka ini, mereka sendiri yang ingin bertarung," akhirnya ia berkata, dengan lambat. "Tidak ada yang memaksa mereka untuk melakukan ini!"
Tentu saja tidak. Tidak ada orang di dunia ini yang bisa memaksa kedua orang itu untuk berbuat sesuatu.
"Aku juga sahabat XiMen Chui Xue," Li Yan Bei meneruskan. "Aku pun tidak ingin melihatnya mengambil resiko ini, aku juga tidak bermaksud menggunakan dirinya untuk mendapatkan wilayah Du Tong Xuan. Tapi jika ia sendiri yang ingin bertarung, maka aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya!"
Ia menatap mata Lu Xiao Feng dan meneruskan, sambil menekankan setiap patah katanya.
"Bahkan kau pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya!"
Lu Xiao Feng tidak ingin mengakuinya, tapi ia pun tidak bisa menyangkalnya.
"Yang lebih penting lagi, bahkan mereka berdua pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya!" Li Yan Bei menarik kesimpulan.
Banyak hal di dunia ini yang seperti itu. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang manusia di dunia ini, tidak perduli apakah ia menginginkannya atau tidak.
Lu Xiao Feng tiba-tiba menarik nafas dengan perlahan.
"Aku lelah, aku ingin mandi air hangat!"
Koleksi Kang Zusi
Bab 2: Orang Mati Tidak Berdusta
Tanggal 13 September, baru saja lewat tengah hari. Setelah Lu Xiao Feng berjalan turun dari Paviliun Musim Semi Timur, ia mulai melangkah dengan cepat menelusuri jalan raya. Matahari telah naik.
Ia berpendapat bahwa kota ini benar-benar indah, jalan-jalannya lebar dan rata, gedung-gedungnya pun terpelihara rapi dan bersih, setiap emperan toko terlihat lebih bersih dan indah daripada yang ditemukan di kota-kota lain.
Tapi ia juga tahu bahwa hal yang paling indah pada kota ini bukanlah jalan-jalannya yang sibuk atau arsitektur gedungnya yang indah, juga bukan pemandangan dan tempat-tempat wisatanya yang terkenal ke seluruh dunia, tapi orang-orangnya. Tak perduli kau berasal dari mana, tak perduli ke mana pun kau pergi, sekali kau berkunjung ke kota ini, kau tak akan pernah melupakannya.
Lewat tengah hari, angin pun mulai bertiup. Saat angin bertiup, udara akan dipenuhi debu. Tapi tidak ada badai debu di dunia ini, tak perduli betapa pun besarnya, yang bisa menutupi keindahan kota ini. Walaupun Lu Xiao Feng sedang berjalan dengan langkah-langkah kaki yang cepat, sesungguhnya ia tidak memiliki tujuan yang pasti di dalam benaknya.
Di antara orang-orang yang ingin dilihatnya, tak terlihat satu orang pun, tapi di antara orang-orang yang tidak ingin dilihatnya, ia melihat beberapa. Yang pertama ia lihat adalah OuYang Qing.
OuYang Qing sedang mondar-mandir di luar sebuah toko perhiasan, berdiri di dekat seorang nyonya berpakaian indah dengan kepala yang penuh dengan mutiara.
Wanita itu mungkin amat cantik, tapi Lu Xiao Feng tidak berani melirik lagi. Setelah melihat OuYang Qing, ia pun memalingkan kepalanya ke arah lain. -- Ia teringat kembali pada Xue Bing.
OuYang jelas telah melihatnya juga, tapi pura-pura tidak. Tiba-tiba, ia mencengkeram tangan nyonya tadi dan naik ke atas sebuah kereta kuda berwarna hitam pekat.
Setelah kereta itu menghilang dari pandangan, barulah Lu Xiao Feng memalingkan kepalanya dan menatap dengan kaku pada debu yang ditinggalkan oleh kereta itu, ia sendiri tidak yakin bagaimana perasaannya saat itu.
Di sisi lain jalan raya, beberapa orang sedang melambai-lambaikan tangan padanya, tapi pada jarak beberapa langkah darinya telah berdiri seorang pemuda yang sedang menatapnya, dengan tangan meraba pedang.
Ia mengenali orang-orang itu, di antara mereka ada dua orang ketua perusahaan ekspedisi dari wilayah Sichuan dan Hunan, seorang murid Wudang, dan seorang ketua gerombolan penjahat dari sekitar Sichuan. Tapi ia tidak mengenal pemuda yang sedang menatapnya itu.
Tatapan itu pun amat sengit, dan ditambah lagi dengan ekspresi wajah yang sedang mencari gara-gara. Tapi Lu Xiao Feng tidak ingin mencari masalah, maka ia hanya mengangguk pelan ke arah orang-orang itu sebelum berputar dengan cepat dan berjalan ke arah timur.
Tiba-tiba, sebuah tangan tampak terulur keluar dari sebuah toko barang antik di pinggir jalan dan menepuk pundaknya.
"Kau di sini! Aku tahu kau akan datang!"
Seorang tosu tua dengan kepala penuh dengan rambut putih keperakan dan jubah penuh tambalan berjalan keluar dari toko itu, sambil tertawa; di belakangnya ada seorang laki-laki tua yang kurus tetapi tampak sehat dengan pakaian yang bersih dan rapi. Mereka tak lain adalah Tosu Kayu dan Pertapa Cemara Kuno.
Yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng adalah membalas senyuman itu.
"Aku tahu kalian juga akan datang!"
Tosu Kayu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Walaupun usianya sudah lanjut, wajahnya masih terlihat merah penuh energi dan masih memperlihatkan tanda-tanda kenakalan.
Sangat sedikit orang yang bisa menduga bahwa ia tak lain adalah salah seorang di antara tiga jago pedang yang paling dikagumi di dunia ini.
"Aku tak boleh ketinggalan duel ini!" Ia menepuk pundak Lu Xiao Feng lagi dan tersenyum.
"Bahkan, bila aku sudah terlalu tua untuk berjalan ke sini, aku akan datang merangkak!"
Koleksi Kang Zusi
"Apakah itu karena kau ingin melihat di mana kelemahan dalam teknik mereka sehingga nantinya kau bisa menantang mereka?" Lu Xiao Feng bertanya terus terang.
Tosu Kayu tidak membantah, ia malah menarik nafas.
"Aku sudah tua, ikut dalam duel pedang atau adu minum tidak lagi menarik bagiku. Tapi aku masih tetap bersemangat untuk bertanding catur dengan siapa saja yang ingin menantangku!"
"Sebenarnya, kami sedang mencarimu!" Pertapa Cemara Kuno tiba-tiba berucap.
"Aku" Untuk apa?"
"Kami telah mengatur sebuah pertemuan dengan seseorang sore ini dan kami ingin mengajakmu juga!" Pertapa Cemara Kuno menjawab.
"Apa hubunganku dengan pertemuan itu?"
"Karena kau pun tentu ingin bertemu dengan orang ini!" Tosu Kayu menjawab sebelum Pertapa Cemara Kuno sempat menyahut. Senyuman di wajahnya tampak amat misterius.
"Siapa orang ini?" Lu Xiao Feng terpaksa bertanya.
Senyuman di wajah Tosu Kayu malah terlihat semakin misterius.
"Jika kau benar-benar ingin tahu siapa orang ini, mengapa kau tidak ikut ke pertemuan itu?"
Tentu saja Lu Xiao Feng ikut. Ia selalu tidak tahan terhadap godaan, apalagi ia selalu memiliki perasaan ingin tahu yang tak ada tandingannya.
------------- Lokasi pertemuan itu amat aneh. Tempat itu sebenarnya merupakan sebuah tempat pembakaran batu bara di luar kota. Semua debu yang menutupi tempat pembakaran batu bara itu tampak seperti gundukan-gundukan kuburan.
"Begitu banyak tempat yang indah di dalam kota, mengapa kalian memilih tempat ini untuk pertemuan itu?" Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
"Karena kita akan bertemu orang yang aneh!" Pertapa Cemara Kuno menjawab.
"Sejujurnya, kita akan bertemu tiga orang aneh. Yang satunya tidak pernah sehari pun melakukan pekerjaan yang jujur dalam hidupnya, dan yang dua lagi adalah orang-orang tua yang bahkan lebih aneh dariku!" Tosu Kayu menjelaskan.
"Tapi dua orang tua ini bukanlah orang tua biasa, menurut kabar angin tidak ada yang tidak mereka ketahui dan tidak ada masalah yang tidak bisa mereka selesaikan." Pertapa Cemara Kuno menambahkan.
Tosu Kayu melirik Lu Xiao Feng.
"Aku yakin sekarang kau telah bisa membayangkan dengan siapa kami mengatur pertemuan di sini!" Ia tersenyum.
Tentu saja Lu Xiao Feng tahu. Saat itulah, seorang laki-laki pendek dan kurus dengan kepala yang besar terlihat mendekat dengan lambat di atas seekor keledai. Jaraknya masih belum begitu dekat, tapi bau alkohol telah santer tercium. Orang ini tampaknya selalu mabuk seumur hidupnya. Lu Xiao Feng tertawa. Setiap kali bertemu dengan si Untung Besar Anak Kura-kura, ia tak tahan untuk tidak tertawa kecil.
"Tampaknya kali ini Tuan tidak harus dibebaskan dari hutang dengan uang jaminan oleh orang lain!
Benar-benar peristiwa yang langka!"
Si Untung Besar Sun meliriknya dan dengan kesal memutar-mutar matanya.
"Kau di sini juga" Aku"."
"Kau sudah lama tahu kalau aku pun akan datang, kan?" Lu Xiao Feng memotongnya sambil tertawa.
Si Untung Besar Sun menarik nafas dan bergumam: "Orang-orang yang seharusnya tidak ada di sini, semuanya ada di sini. Tapi yang seharusnya ada di sini, malah tidak"."
Ia mengangkat sebelah kakinya ke atas punggung keledai dan melompat turun. Tapi kakinya lemah dan ia pun terhuyung-huyung, hampir saja ia terjatuh di atas tanah.
Bahkan Tosu Kayu pun tidak bisa menahan tawanya.
"Jujurlah, pernahkah kau tidak mabuk satu hari saja di dalam hidupmu?"
"Tidak!" Jawaban si Untung Besar Sun pun tidak begitu mengejutkan, apa adanya.
Koleksi Kang Zusi
"Ada satu hal yang baik pada orang ini," Tosu Kayu bergurau. "Kadang-kadang ia bahkan lebih jujur daripada Hwesio Jujur!"
"Jalan ke kampung arak selalu datar, tempat lain tidak bisa menandinginya?" Sebagai jawabannya, si Untung Besar Sun bergumam. "Dalam arak, nirwana pun terlihat besar, hari terasa panjang, mengapa aku tidak ingin mabuk?"
"Kau benar-benar orang yang sangat beruntung, lebih beruntung daripada kami semua!" Tosu Kayu tertawa dan menjawab.
"Karena aku memang lebih cerdas daripada kalian!"
"Oh?"
"Setidaknya aku tak akan menghabiskan uang 50 tael perak untuk mengajukan pertanyaan yang seharusnya tidak pernah ditanyakan!"
"Di manakah si Cerdik dan si Segala Tahu?" Pertapa Cemara Kuno bertanya dengan wajah yang kaku, ia tidak suka tertawa terlalu banyak.
"Karena aku telah mengatur pertemuan dengan kalian di sini, tentu saja mereka ada di sini juga!" si Untung Besar Sun menjawab.
"Di mana?"
"Di sana!" si Untung Besar Sun menunjuk sebuah lubang tempat pembakaran batu bara yang ada di depannya.
"Apa yang mereka lakukan di sana?" Pertapa Cemara Kuno mengerutkan keningnya.
Si Untung Besar Sun memutar-mutar matanya.
"Mengapa kau sendiri menanyakan mereka?"
"Dan pertanyaan itu bernilai 50 tael perak?" Lu Xiao Feng bertanya, sambil berusaha keras untuk menahan tawanya.
"Tentu saja! Pertanyaan apa pun, setiap pertanyaan, 50 tael perak, dan juga"."
"Dan peraturan lama juga masih berlaku, kami hanya boleh menunggu di luar dan tidak boleh masuk!" Lu Xiao Feng menyelesaikan ucapannya.
"Tampaknya ada juga sedikit kecerdasan pada diri kalian!" Si Untung Besar Sun menarik nafas.
Lubang tempat pembakaran batu bara itu berukuran kecil dan gelap gulita, bahkan orang sekecil si Untung Besar Sun pun harus membungkuk-bungkuk untuk bisa masuk ke dalamnya. Semula Lu Xiao Feng merasa khawatir karena kepala orang itu lebih besar daripada lubangnya. Tapi akhirnya ia berhasil merangkak masuk, terlihat seperti sesosok mayat yang merayap masuk ke dalam kuburnya sendiri, sangat lucu dan sekaligus menakutkan.
Setelah hening sebentar, ia berseru dari dalam: "Mulailah!"
Yang pertama bertanya adalah Tosu Kayu, jelas dialah orang yang mengatur pertemuan ini. Tapi sebelum ia bertanya pun Lu Xiao Feng sudah tahu apa yang hendak ia tanyakan.
"Duel tanggal 15 September antara XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng, siapa yang akan menang menurutmu?"


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Itu adalah pertanyaan yang ada di dalam benak setiap orang dan tidak sedikit orang yang mau membayar 50 kali lipat dari 50 tael perak untuk mengetahui jawabannya.
"Kau ingin mendapatkan jawabannya hanya dengan 50 tael perak" Terlalu murah, ya?" Orang yang menjawab adalah si Cerdik, Lu Xiao Feng pernah mendengar suaranya.
"Tak apa, aku akan memberitahumu!" Ia meneruskan. "Tidak ada yang menang!"
"Mengapa?" Itulah pertanyaan kedua, Tosu Kayu kembali melemparkan 50 tael perak.
"Pepatah kuno mengatakan bahwa bila dua ekor harimau bertarung, yang satunya pasti kalah, tapi itu keliru." Si Cerdik terus menjawab. "Yang lebih sering terjadi sebagai hasil pertarungan antara dua harimau adalah kedua-duanya terluka. Pemenang sesungguhnya adalah pemburu yang menonton di pinggir."
Sambil mendengarkan dalam bisu, mata Lu Xiao Feng tampak bersinar-sinar tanda setuju. Si
"Cerdik" ini benar-benar "orang yang cerdik", hanya orang yang benar-benar cerdas yang faham bahwa menjawab pertanyaan itu haruslah dengan cara yang cerdas juga.
"Apakah XiMen Chui Xue sudah tiba di ibukota sini?" Tosu Kayu bertanya lagi.
"Sudah."
Koleksi Kang Zusi
"Di mana dia berada?"
"Di sebuah tempat yang amat sulit untuk ditemukan, karena ia tidak ingin bertemu siapa pun juga sebelum tanggal 15 September."
Kembali sebuah jawaban yang amat cerdik, tapi tidak seorang pun bisa mengatakan bahwa jawaban itu keliru. Tosu Kayu menarik nafas, tampaknya ia merasa bahwa uang 200 tael perak itu telah hilang secara agak sia-sia.
"Apakah Ye Gu Cheng benar-benar terluka oleh Pasir Beracun Keluarga Tang?" Kali ini Pertapa Cemara Kuno yang mengajukan pertanyaan.
"Ya."
"Selain obat penawar Keluarga Tang, apakah ada cara lain untuk melawan racun itu?"
"Ya." Kali ini si Segala Tahu yang menjawab. Ia tahu seluk-beluk semua senjata atau senjata rahasia di dunia ini.
Pertapa Cemara Kuno pun menarik nafas, seakan-akan ia merasa berbahagia untuk Ye Gu Cheng.
Tapi Lu Xiao Feng tahu bahwa ia bukanlah sahabat Ye Gu Cheng, Ye Gu Cheng tidak memiliki begitu banyak teman.
"Mengapa kalian berdua tidak pernah mau bertemu siapa pun?" Tosu Kayu tiba-tiba bertanya.
"Karena tidak ada orang di dunia ini yang berharga untuk ditemui!"
Tosu Kayu tertawa jengkel, uang 50 tael perak yang terakhir itu pun kembali terbuang dengan percuma. Ia berpaling pada Lu Xiao Feng: "Ada yang ingin kau tanyakan?"
Lu Xiao Feng sebenarnya tidak memiliki pertanyaan apa-apa yang tidak bisa ia jelaskan sendiri, tapi melihat OuYang Qing berada di kota itu, tiba-tiba ia teringat pada beberapa kejadian aneh.
Semoga si Cerdik bisa menjelaskan semua ini padanya.
"Apakah OuYang Qing benar-benar masih perawan?" Ini sebuah pertanyaan yang amat aneh.
Seumur hidupnya Tosu Kayu tidak pernah membayangkan kalau dia akan mengajukan pertanyaan seperti itu.
"Ya!" Jawabannya datang dari dalam lubang pembakaran batu bara itu, tapi setelah hening beberapa lama.
"Apakah Hwesio Jujur benar-benar jujur?"
"Ya."
Sebuah mimik muka yang bingung terlihat di wajah Lu Xiao Feng.
"Apa pekerjaannya sebelum ia menjadi seorang hwesio" Apa namanya sebelumnya" Dari mana ia berasal?"
"Tidak ada yang tahu dari mana dia berasal!" Ini hampir bukan sebuah jawaban lagi. Sebuah senyuman jengkel pun muncul di wajah Lu Xiao Feng.
Walaupun ia telah cukup banyak menghabiskan uang, ia masih punya beberapa pertanyaan lagi:
"Kau tahu siapa orang yang bersama Du Tong Xuan?"
"Dia adalah"." Jawaban si Segala Tahu tiba-tiba terpotong oleh sebuah suara seruling yang amat aneh. Syukurlah, walaupun nadanya amat tinggi dan menusuk, bunyi itu pun amat singkat, hanya sejenak, dan kemudian menghilang.
"Siapakah orang berbaju hitam yang datang bersama Du Tong Xuan itu?" Lu Xiao Feng kembali bertanya. Tidak ada jawaban. Ia menunggu beberapa lama dan kemudian bertanya lagi. Masih tidak ada jawaban. Mengambil uang perak tapi tidak menjawab, inilah pertama kalinya hal itu terjadi.
Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya dan baru saja hendak bertanya lagi sebelum, tiba-tiba seekor ular kecil berwarna merah darah tampak melesat keluar seperti sebatang anak panah dari lubang tempat pembakaran batu bara itu, langsung masuk ke dalam semak-semak dan menghilang.
Walaupun ular itu berukuran kecil, gerakannya cepat seperti kilat dan arah yang ia tuju pun tepat sama dengan asal suara seruling tadi.
Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah secara dramatis.
"Untung Besar Sun! Untung Besar Anak Kura-kura!" Ia berteriak.
Masih tidak ada jawaban. Bahkan sebuah suara pun tidak terdengar dari dalam lubang itu. Lu Xiao Feng tiba-tiba melompat bangkit dan menghentakkan kakinya di atas lubang itu dengan gusar.
Koleksi Kang Zusi
Lubang itu segera melesak dan memperlihatkan sebuah lubang yang amat besar di sebelah dalamnya.
Sinar bulan menerobos lubang itu dan tepat menerpa wajah si Untung Besar Sun. Wajahnya tampak mengejang kaku; matanya, penuh dengan perasaan ngeri, melotot seperti mata ikan mati. Lidahnya terjulur keluar dari mulutnya, tapi warnanya telah berubah menjadi kelabu pucat, seakan-akan seseorang telah mematahkan lehernya dengan tiba-tiba.
Tapi lehernya tidak patah, di tenggorokannya terlihat dua buah luka berupa dua lubang kecil, sedikit darah tampak mengalir keluar dan berwarna hitam.
"Ular itu!" Tosu Kayu menebak-nebak.
Lu Xiao Feng mengangguk. Orang tolol pun tahu bahwa si Untung Besar Sun telah terkena bisa ular tadi. Sekali ular seperti itu menggigitmu, maka kau pasti mati. Itu bukanlah hal yang aneh, yang aneh adalah cuma si Untung Besar Sun satu-satunya orang yang berada di dalam lubang itu.
"Di mana si Segala Tahu dan si Cerdik?" Tosu Kayu bertanya dengan heran.
Lu Xiao Feng berfikir untuk beberapa saat, lalu menjawab dengan lambat: "Tidak pernah ada yang namanya si Segala Tahu dan si Cerdik itu."
Tosu Kayu terperanjat. Ia sebenarnya faham, tapi saat itu, kenyataan tersebut masih belum bisa diterima di benaknya.
"Si Segala Tahu adalah si Untung Besar Sun, begitu pula si Cerdik." Lu Xiao Feng menjelaskan.
"Mereka bertiga sebenarnya cuma dia seorang?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Tapi suara mereka"."
"Beberapa orang bisa merubah suara mereka, bahkan ada yang bisa menirukan sekelompok orang yang sedang bertarung dengan segerombolan kucing dan anjing pada saat yang bersamaan."
Tosu Kayu tidak bicara lagi, ia sendiri telah banyak melihat orang-orang aneh dan kejadian-kejadian aneh di dunia persilatan.
Tapi Pertapa Cemara Kuno tampak mengerutkan keningnya.
"Jadi si Untung Besar Sun menciptakan dua orang itu untuk menipu uang orang lain?"
"Ia tidak menipu siapa-siapa!" Lu Xiao Feng menegur dengan dingin.
"Tidak?"
"Ia memang mengambil uang orang lain, tapi di saat yang bersamaan ia pun banyak menyelesaikan masalah mereka. Pengetahuan dan kecerdasannya jauh lebih bernilai daripada sedikit uang perak."
Tanda-tanda kemarahan pun muncul di wajah Lu Xiao Feng. Si Untung Besar Sun adalah temannya, ia tidak suka orang lain memandang rendah temannya.
Pertapa Cemara Kuno pun melihat dengan jelas kemarahan di wajahnya. Ia segera merubah suaranya dan menghela nafas: "Aku hanya merasa aneh karena orang yang berbakat dan cerdas seperti dia mau menggunakan sebuah nama samaran dan bukannya mencari nama untuk dirinya sendiri?"
Ekspresi wajah Lu Xiao Feng pun berubah sedih. "Karena ia orang yang baik dan tidak memandang tinggi pada kemasyuran dan harta!"
-- Dan juga karena ia takut, takut pada masalah, pada tanggung-jawab. Itulah sebabnya ia selalu lari, selalu bersembunyi. Lu Xiao Feng tidak mengatakan itu, ia selalu menyukai si Untung Besar Sun.
"Tak perduli apa pun juga, perbuatannya ini hanya melukai dirinya sendiri, bukan orang lain."
Tosu Kayu menghela nafas.
"Seorang laki-laki seperti ini seharusnya tidak mati begitu cepat."
"Seharusnya ia sudah tahu bahwa ada ular berbisa di sekitar sini." Pertapa Cemara Kuno pun menghela nafas.
"Tapi ular itu tidak datang sendiri ke sini!" Lu Xiao Feng berkata.
"Mengapa tidak?"
"Karena hanya ular terlatih yang akan menggigit tenggorokan."
"Jadi menurutmu ular itu sengaja diletakkan di sini untuk membunuhnya?" Tosu Kayu terkejut mendengar pernyataan itu.
Koleksi Kang Zusi
Lu Xiao Feng mengangguk, amarah pun muncul kembali di wajahnya: "Ular itu sengaja dilatih untuk menyerang hanya bila ia mendengar bunyi seruling!"
Di dalam lubang itu memang amat gelap, dan ular itu pun terlalu kecil untuk dilihat bagi si Untung Besar Sun, yang berjalan masuk dari tempat terang.
Tosu Kayu teringat kembali pada suara tadi: "Jadi menurutmu, orang yang memainkan seruling tadi adalah orang yang membunuh si Untung Besar Sun?"
"Mm."
"Mengapa ia ingin membunuh si Untung Besar Sun?"
"Karena ia khawatir kalau si Untung Besar Sun membocorkan rahasianya!"
"Siapa dia" Rahasia apa?"
"Aku tidak perduli dia siapa, aku tidak perduli rahasianya apa," Tinju Lu Xiao Feng tampak terkepal erat dan ia berkata dengan lambat. "Aku akan menemukan dia dan rahasianya!"
Tosu Kayu menghela nafas lagi. Baru sekarang ia benar-benar faham mengapa hanya si Untung Besar Sun yang bisa menemukan si Segala Tahu dan si Cerdik, dan mengapa mereka tidak pernah mau bertemu dengan orang lain.
Tapi ia tak pernah bisa mengerti berapa banyak rahasia yang diketahui si Untung Besar Sun sehingga orang-orang ingin membungkam mulutnya, ia juga tidak faham bagaimana dia bisa tahu semua rahasia itu. Si Untung Besar Sun mungkin akan membawa jawaban untuk semua pertanyaan yang misterius itu ke lubang kubur bersamanya. Bisakah Lu Xiao Feng mengungkapnya"
-----------------
Aroma bunga yang baru dipetik tersebar di toko peti mati itu. Seharusnya aroma ini adalah aroma yang bersih dan menyegarkan, tapi di dalam toko itu aroma tersebut malah membuat semua orang merasa tidak nyaman.
Di sana ada dua buah peti mati berkualitas tinggi yang terbuat dari kayu nanmu, sepertinya di atasnya pun ada selapis pernis logam yang segar.
"Aku ingin yang ini." Lu Xiao Feng memilih salah satu di antara dua peti itu. Bila memilih sesuatu untuk sahabatnya, ia selalu menginginkan yang terbaik, walaupun itu hanya peti mati.
"Kedua peti mati ini telah dipesan orang." Pemilik toko itu bernama Cheng. Mungkin ia telah terlalu lama bekerja di sini, bahkan walaupun ia tersenyum, senyumannya itu terlihat menakutkan.
"Orang pun bisa memesan peti mati?"
Tauke Cheng mengangguk: "Seorang pelanggan memesan dua peti mati ini untuk malam tanggal 15
September. Aku pun merasa hal itu agak aneh, tampaknya ia tahu pasti bahwa dua orang tentu akan mati pada malam itu!"
Tanggal 15 September! Dua orang pasti mati!
"Siapa yang memesannya?" Ekspresi wajah Lu Xiao Feng tampak berubah.
"Ia telah membayar untuk kedua peti itu, tapi ia tidak meninggalkan namanya."
"Seperti apa tampangnya?"
"Seorang laki-laki tua yang bungkuk."
Lu Xiao Feng tidak bertanya lagi, siapa pun bisa menyamar sebagai seorang laki-laki tua bertubuh bungkuk. Ia memilih peti mati lain dan bermaksud hendak pergi.
Tapi Tauke Cheng tiba-tiba teringat pada sesuatu: "Tapi pelanggan itu meninggalkan dua nama untuk diukir di atas kedua peti mati itu!"
"Nama siapa saja?" Lu Xiao Feng segera berputar.
"Dua nama yang amat unik. Satu adalah Ye Gu Cheng, satunya lagi XiMen Chui Xue!"
Tosu Kayu adalah orang yang periang, tapi sekarang ekspresi wajahnya pun terlihat cemas.
"Tidak seorang pun yang akan menang" pemenang sesungguhnya adalah pemburu yang menonton di pinggir."
Sekarang jelas, salah satu pemburu itu telah maju lebih dulu dan memesan dua peti mati untuk mereka.
"Mungkin ini hanya sebuah gurauan." Tosu Kayu berusaha menenangkan hatinya sedikit.
Lu Xiao Feng memaksakan sebuah senyuman: "Mungkin saja."
----------------------
Koleksi Kang Zusi
Dengan senyuman di wajah, mereka berjalan di bawah sinar matahari terbenam. Angin yang lembut berhembus lewat, menggerakkan lengan baju dan pakaian mereka. Orang-orang yang melihat mereka di jalan tentu berpendapat, betapa angkuh dan agungnya mereka. Tapi di dalam benak mereka, bayang-bayang kematian terasa membayangi segalanya. Tentu saja mereka tahu bahwa semua ini bukanlah senda gurau belaka.
Tosu Kayu memandang pada gumpalan awan putih di langit biru yang jauh.
"Kau telah bertemu Ye Gu Cheng?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Mm."
"Apakah dia tampak terluka?"
Lu Xiao Feng tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung.
Ia malah menjawab: "Dengan satu gerakan, ia mampu menusuk kedua tulang pundak Tang Tian Rong."
Orang yang terluka tidak akan pernah mampu berbuat seperti itu pada salah satu jagoan keluarga Tang dan Tang Tian Rong adalah salah satu dari empat jagoan keluarga Tang.
Tosu Kayu berfikir sebentar.
"Tapi Hwesio Jujur tidak pernah berdusta, dan ia memang telah terluka. Jadi siapa yang mengobatinya?"
Lu Xiao Feng tidak menjawab, ia memang tidak bisa. Ia juga malah menatap awan di kejauhan.
"Sudah lama aku ingin berkunjung ke Benteng Awan Putih, tapi masih belum sempat." Tiba-tiba ia berkata.
"Aku pernah ke sana." Tosu Kayu berujar.
"Kurasa tempat itu adalah sebuah tempat yang indah. Datang pada saat Musim Semi dan Musim Gugur, pemandangannya tentu amat indah dan penuh warna dengan semua bunga yang sedang mekar!"
"Di sana tidak terdapat begitu banyak bunga, Ye Gu Cheng bukanlah orang yang suka minum arak atau menikmati bunga!"
"Apakah ia menyukai wanita?"
Tosu Kayu tertawa kecil.
"Orang yang menyukai wanita mungkin tidak bisa mencapai tingkat ilmu pedang seperti yang dimiliki Ye Gu Cheng!"
Lu Xiao Feng tidak bertanya lagi, tapi sebuah mimik muka yang amat bingung pun muncul di wajahnya. Kapan saja ekspresi itu muncul di wajahnya, berarti ia sedang memikirkan sebuah masalah yang amat membingungkan.
"Dia tidak seperti XiMen Chui Xue, tentu tidak sukar untuk menemukan tempat tinggalnya!" Lu Xiao Feng berucap.
"Aku ingin mencarinya!"
"Aku tahu kalian adalah sahabat lama."
"Bagaimana denganmu?"
Lu Xiao Feng memandang ke langit: "Aku akan makan malam dengan seseorang malam ini, mungkin telah ada orang yang menungguku di Paviliun Musim Semi Timur!"
"Jadi tampaknya kita berpisah di sini sekarang juga!"
Lu Xiao Feng mengangguk tapi kemudian berhenti.
"Jika seseorang yang tidak menyukai bunga atau wanita tiba-tiba memiliki 6 atau 7 orang gadis yang berjalan di depannya sambil menebarkan bunga di sepanjang jalannya, apa pendapat kalian mengenai hal itu?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Orang macam itu tak akan pernah berbuat hal seperti itu!" Tosu Kayu menjawab.
"Tapi seandainya ia melakukannya?"
"Maka ia tentu sudah gila!" Tosu Kayu tertawa.
Seumur hidupnya, Lu Xiao Feng pun tidak bisa membayangkan kenapa Ye Gu Cheng berbuat seperti itu. Tapi setidaknya ia tahu suatu hal " Ye Gu Cheng tidak gila.
Koleksi Kang Zusi
Bab 3: Menangkap Ular, Menolong si Cantik
Malam. Kegelapan telah menyelimuti dunia, gelap seperti tinta. Angin musim gugur, rerumputan yang tak dipelihara, pohon poplar putih yang sunyi. Bulan yang dingin dan tak berperasaan terlihat naik dan menyinari kebun yang dingin dan terlantar itu. Tak seorang pun manusia yang terlihat, tidak juga hantu.
Walaupun di sana ada hantu, orang tidak bisa melihatnya. Sambil menantang angin musim gugur yang datang berhembus, Lu Xiao Feng menggigil tak tertahan.
Tepat sebelum hal-hal buruk terjadi, ia akan selalu mengalami perasaan aneh seperti ini. Ia pun sedang mengalami perasaan aneh itu sekarang. Tidak ada cahaya, tidak ada bintang, bahkan bulan pun terlihat dingin dan muram.
Di bawah sinar bulan, pohon-pohon yang layu bergoyang tertiup angin, terlihat seperti bayangan hantu. Tiba-tiba sebuah bunyi seruling terdengar dari kegelapan.
Lu Xiao Feng segera melesat ke arah suara itu. Akhirnya ia melihat sekilas seseorang yang sedang meniup seruling, di bawah pohon layu di depan sana. Tapi Lu Xiao Feng tiba-tiba menghentikan larinya. Tampaknya ia kembali terkejut. Orang yang sedang bermain seruling itu hanyalah seorang anak kecil yang usianya tidak lebih dari 10 tahun.
Tubuh anak itu tidak tinggi dan ia mengenakan pakaian yang compang-camping. Di wajahnya yang bundar terdapat sepasang mata yang besar dan jernih. Sebentar-sebentar ia menggigil dan mengusap hidungnya, jelas ia sedang kedinginan dan ketakutan. Tapi di tangannya terdapat seruling bambu yang berbentuk aneh itu.
Dengan tatapan tak pernah lepas dari anak itu, Lu Xiao Feng berjalan menghampiri dengan perlahan. Anak itu tidak pernah meliriknya, sebentar melihat ke kiri, lalu menoleh ke kanan. Tiba-tiba anak itu melihat sebuah bayangan di atas tanah, ia lalu menjerit dan segera berusaha melarikan diri. Ia tidak bisa kabur, tentu saja.
Baru beberapa langkah, Lu Xiao Feng telah mencengkeram tangannya. Anak itu segera menjerit-jerit seperti seekor babi yang dikuliti.
Setelah ia berhenti menjerit, barulah Lu Xiao Feng bicara: "Aku bukan hantu."
Anak itu memandang wajahnya. Walaupun tahu ia bukan hantu, perasaan takut tetap terlihat di wajahnya.
"Apakah kau" kau benar-benar bukan hantu?" Hidungnya mengeluarkan lendir lagi.
"Hantu tidak punya bayangan, aku kan punya."
Anak itu akhirnya yakin, menghela nafas, dan segera mencibirkan bibirnya.
"Lalu mengapa kau mencengkeramku?"
"Karena ada beberapa pertanyaan yang hendak kutanyakan padamu!"
Anak itu bimbang.
"Maukah kau melepaskanku setelah bertanya padaku?"
"Aku bukan hanya akan melepaskanmu, aku pun akan memberimu dua untai uang!" Lu Xiao Feng tidak begitu suka tersenyum, tapi ia pun tidak bisa terus-menerus memasang muka kaku di hadapan seorang anak kecil.
Melihat senyumannya, anak itu menjadi sedikit tenang.
"Apa yang ingin kau tanyakan?" Ia bertanya, sambil mengedip-ngedipkan matanya.
"Siapa namamu, di mana rumahmu?" Lu Xiao Feng bertanya dengan lembut.
"Namaku Makhluk Kecil Yang Malang, aku tidak punya rumah!"
Tentu saja Makhluk Kecil Yang Malang tidak punya rumah, hanya anak-anak gelandangan yang memiliki nama Makhluk Kecil Yang Malang.
Anak itu bukan hanya terlihat amat simpatik, ia pun tampak jujur, seakan-akan ia tidak tahu caranya berdusta.
"Malam sudah larut, apa kau tidak takut di luar sini sendirian?" Suara Lu Xiao Feng terdengar semakin lembut.
Koleksi Kang Zusi
"Aku tidak takut! Aku pergi ke mana aku suka!" Makhluk Kecil Yang Malang membusungkan dadanya. Tapi orang yang mengatakan bahwa mereka tidak takut sering kali jauh lebih ketakutan daripada orang lain.
"Menurutmu ini adalah tempat yang menyenangkan?"
"Sama sekali tidak!"
"Jika tidak, lalu mengapa kau datang ke sini untuk meniup seruling?"
"Seorang laki-laki tua bungkuk yang menyuruhku untuk melakukannya, dan ia pun memberiku dua untai uang."
Kembali laki-laki tua bungkuk. Dialah orang yang memesan peti mati untuk XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng, dia juga yang membunuh si Untung Besar Sun. Siapakah dia"
"Apakah dia juga yang memberimu seruling itu?"
Makhluk Kecil Yang Malang mengangguk.
"Seruling ini jauh lebih menarik daripada yang dijual di jalan, dan suaranya pun benar-benar keras!"
Jelas ia benar-benar menyukai seruling itu dan tak tertahan ia mendekatkan seruling itu ke bibirnya dan meniupnya sekali. Semua suara lain seperti hilang ketika seruling bernada tinggi itu ditiup. Lu Xiao Feng tidak mendengar suara lainnya, tapi ia merasakan sebuah desakan untuk berputar dan melihat ke belakangnya.
Dari mana ia mendapat desakan itu" Mengapa ia mendapatkannya" Bahkan ia sendiri tidak bisa menjelaskannya. Tapi dalam sekejap setelah ia berbalik, ia melihat sebuah bayangan berwarna merah darah melesat dari atas tanah. Bentuknya seperti anak panah, tapi jauh lebih cepat daripada anak panah mana pun.
Hampir lebih cepat daripada kilat! Dalam sekejap, bayangan merah itu telah tiba di tenggorokan Lu Xiao Feng. Tepat saat itulah Lu Xiao Feng mengulurkan tangan dan menjepitkan jari-jarinya.
Ia menangkap sesuatu di antara jari-jarinya. Sesuatu yang dingin, berlendir dan licin. Seekor ular berwarna merah darah!
Taringnya telah keluar dan hampir menyentuh tenggorokan Lu Xiao Feng. Tapi hewan itu tidak bisa bergerak lagi, Lu Xiao Feng menjepitnya tepat kira-kira 7 inci dari kepalanya. Seandainya gerakan Lu Xiao Feng sedikit lebih lambat, seandainya jepitannya tadi sedikit meleset dari tubuh ular, seandainya ia menggunakan tenaga yang tidak cukup saat menjepitkan jari-jarinya tadi".
Tentu dia telah mati sekarang! Sejak muncul di dunia persilatan, baru kali ini Lu Xiao Feng benar-benar hampir menghadapi kematian.
Ia telah berjalan di antara hidup dan mati berulang-ulang kali dan bertemu sekian banyak pembunuh dan monster-monster keji yang tak terhitung jumlahnya.
Tapi belum pernah ia menghadapi sesuatu yang begini berbahaya dan mematikan seperti saat ini. Di tangannya ada seekor ular yang dingin, tapi seluruh tubuhnya pun terasa dingin. Tiba-tiba ia harus melawan desakan keinginan untuk melemparkan ular itu jauh-jauh.
"Ular". Di sini ada ular!" Makhluk Kecil Yang Malang menjerit dan lari.
Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam dan melemparkan ular itu sekuat-kuatnya pada sebuah batu cadas raksasa di sampingnya. Waktu ia melirik lagi, anak kecil yang jujur dan malang itu sudah tak terlihat batang hidungnya.
Angin menghembus rerumputan, pohon-pohon yang layu tampak bergoyang-goyang. Sambil berdiri di tengah malam musim gugur ini, Lu Xiao Feng menarik nafas dalam-dalam sebanyak beberapa kali sebelum detak jantungnya akhirnya kembali normal. Tapi saat itulah sebuah jeritan lain terdengar menembus kegelapan. Jeritan itu berasal dari anak tadi!
Makhluk Kecil Yang Malang telah tak sadarkan diri. Saat Lu Xiao Feng tiba di sana, anak kecil itu telah tergeletak di atas tanah. Pada malam hari seperti ini, di sebuah tempat seperti ini, bagaimana mungkin anak kecil seperti ini tidak ketakutan saat ia tiba-tiba melihat sesosok mayat"
Mayat itu berada tepat di depan anak tersebut. Itu adalah mayat seorang laki-laki tua bungkuk.
Rambutnya telah dipenuhi uban, tapi ia tercekik mati oleh sehelai pita sutera merah. Dia yang memesan peti mati, dialah yang membunuh si Untung Besar Sun! Jadi kenapa dia malah mati di tangan orang lain" Siapa yang membunuhnya" Mengapa"
Koleksi Kang Zusi
Pada malam hari, pita sutera itu terlihat hampir bersinar merah, merah darah. Lu Xiao Feng pernah melihat pita sutera seperti ini sebelumnya, dan ia pun pernah melihat orang lain tercekik hingga mati oleh pita sutera ini.
Pedang Nyonya Pertama Gong Sun terikat pada pita seperti ini, Raja Ular juga tercekik mati oleh pita seperti ini. Siapa kali ini si pembunuh" Mungkinkah itu Nyonya Pertama Gong Sun"
Memang sangat mungkin Nyonya Pertama Gong Sun telah tiba di ibukota ini. Ia tentu tidak ingin ketinggalan duel itu. Tapi siapakah laki-laki tua ini" Mengapa ia membunuh si Untung Besar Sun"
Dan mengapa Nyonya Pertama Gong Sun membunuhnya"
Lu Xiao Feng tidak pernah mendengar tentang laki-laki tua seperti ini di dunia persilatan sebelumnya. Ia merasa bimbang. Akhirnya ia membungkuk " mungkin ada sesuatu di tubuhnya yang bisa memberikan petunjuk tentang laki-laki tua ini.
Tapi mungkin juga ada ular-ular lagi! Ujung jari Lu Xiao Feng terasa dingin seperti es saat ia menggunakan kedua jarinya untuk menyingkap baju laki-laki tua itu. Tidak ada ular, ular tentu sudah bergerak dari tadi dalam situasi seperti ini.
Lu Xiao Feng meraba-raba tetapi tiba-tiba berhenti dengan kaget. Di depan matanya adalah kening seorang laki-lak tua berambut putih. Tapi tangannya merasakan sesuatu yang berbeda " laki-laki tua ini adalah seorang wanita!
Tangannya menyentuh kulit halus seorang wanita. Rambut putih itu adalah rambut palsu, dan wajah itu pun samaran belaka. Setelah melepaskan rambut dan merobek topeng itu, Lu Xiao Feng melihat sebuah wajah yang kaku membeku tapi masih terlihat amat cantik!
Ia mengenal wajah ini! Laki-laki tua bungkuk ini tak lain adalah Nyonya Pertama Gong Sun!
Lu Xiao Feng tahu betul tentang kemampuan menyamar Nyonya Pertama Gong Sun. Setahunya, tidak banyak orang yang mampu mengetahui samarannya.
Ia juga tahu betul betapa hebatnya ilmu kungfu yang dimiliki perempuan ini. Siapa yang mampu mencekiknya hingga mati" Ilmu kungfu pembunuh ini tentu lebih hebat lagi. Lu Xiao Feng diam-diam menggigil.
Ia baru sehari berada di ibukota, tapi dalam satu hari ini, ia telah terlalu banyak mengalami kejadian-kejadian yang membingungkan dan tak dapat dijelaskan. Ia tak bisa membayangkan kenapa Nyonya Pertama Gong Sun membunuh si Untung Besar Sun, ia juga tak faham bagaimana Nyonya Pertama Gong Sun bisa mati di sini.
Jika terlalu banyak hal yang tak dapat difahami, maka sebaiknya tinggalkan saja dan jangan coba difikirkan lagi; jika semakin berfikir malah semakin bingung, maka sebaiknya tidak difikirkan lagi.
Ini selalu menjadi salah satu prinsip Lu Xiao Feng.
Tapi jika ia tidak berusaha berfikir, ia masih bisa merasakan bahwa di satu sudut di kota kuno ini, mengintai sepasang mata, yang bahkan lebih licik daripada rubah yang paling cerdik, lebih berbisa daripada ular yang paling berbisa, menatapnya, menunggu saat yang tepat untuk mengambil nyawanya!
Tak perduli siapa pun orang ini, tak diragukan lagi bahwa ia pastilah musuh yang paling menakutkan dan paling kuat yang pernah ia hadapi dalam hidupnya. Ia bahkan tak bisa membayangkan siapa musuh ini sebenarnya!
------ Cahaya itu terlihat samar-samar dan kabur. Cahaya yang samar-samar itu menerpa wajah OuYang Qing yang pucat. Hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan pada wajahnya yang cantik, matanya yang indah tertutup rapat, rahangnya pun mengatup dengan erat.
Bisakah ia membuka matanya lagi" Masih bisakah ia bicara" Dalam hening, Lu Xiao Feng berdiri di sisi tempat tidur, menatapnya, berharap agar ia meliriknya lagi atau melemparkan beberapa makian seperti dulu. Li Yan Bei dan Nyonya ke-13 berada di sampingnya, ekspresi wajah mereka pun tampak muram.
"Saat kami tiba di dapur, dia telah tak sadarkan diri!"
Lu Xiao Feng menatap dengan teliti pada tenggorokannya, ia tak bisa menemukan tanda-tanda sebuah luka pun.
"Di bagian mana dia digigit?"
Koleksi Kang Zusi
"Di tangannya, tangan yang sebelah kiri."
Lu Xiao Feng menarik nafas lega. Waktu ular itu melesat ke arah gadis ini, mungkin ia bereaksi sama seperti Lu Xiao Feng tadi dan berusaha menangkapnya. Walaupun refleksnya tidak sebanding dengan Lu Xiao Feng, setidaknya masih lebih baik daripada si Untung Besar Sun. Si Untung Besar Sun benar-benar terlalu banyak minum.
"Untunglah kau menyuruh kami untuk melihat keadaannya, jadi kami tidak begitu terlambat!" Li Yan Bei menerangkan.
Setelah menemukan luka OuYang Qing, ia segera menotok urat darah di pundak gadis itu untuk memperlambat penyebaran racun.
"Jadi orang yang benar-benar telah menyelamatkan dia bukanlah aku, tapi kau!" Ia meneruskan.
"Tapi aku masih bingung, bagaimana kau tahu kalau ia yang menjadi sasaran?" Nyonya ke-13
bertanya. "Sejujurnya, aku pun tidak tahu!"
"Tapi kau berhasil menyelamatkannya!"
"Aku telah melakukan banyak hal yang bahkan aku sendiri tidak begitu yakin bagaimana aku melakukannya," Lu Xiao Feng menjawab sambil tersenyum dipaksa. "Jika kalian bertanya padaku apa yang terjadi atau mengapa hal itu terjadi, aku pun tak dapat memberitahu kalian karena aku tidak tahu."
"Walaupun kau tidak tahu, kau tetap bisa melakukannya," Nyonya ke-13 berujar. "Banyak orang yang tak dapat melakukannya walaupun mereka tahu."
"Itulah sebabnya Lu Xiao Feng benar-benar Lu Xiao Feng, satu-satunya Lu Xiao Feng di dunia ini." Li Yan Bei menyimpulkan.
Nyonya ke-13 menghela nafas dengan lembut.
"Tak heran dia begitu memperdulikanmu!"
Apakah OuYang Qing benar-benar memperdulikan dirinya"
"Walaupun ia telah tergigit di tangan kirinya dan tak sadarkan diri, tangan kanannya masih mencengkeram piring berisi siput lapis mentega itu." Nyonya ke-13 meneruskan. "Ia tak mau melepaskannya walaupun ia mati, karena ia membuatkannya untukmu, karena"."
Ia tidak meneruskan, karena yang ia katakan itu sudah cukup. Hal ini saja sudah cukup untuk membuktikan perasaan OuYang Qing padanya.
Lu Xiao Feng menatap wajah OuYang Qing, hatinya tiba-tiba dipenuhi oleh sebuah perasaan yang tak dapat diuraikan. Ia tak bisa membiarkan OuYang Qing mati, tentu saja tidak! Kematian Xue Bing telah cukup memberinya duka cita dan penyesalan hingga akhir hayatnya kelak.
Selama itu ada sebuah pertanyaan yang tersimpan di benak Li Yan Bei, akhirnya ia tak bisa menahannya lagi.
"Apakah kau menemukan orang yang meniup peluit itu?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Siapa dia?"
"Seorang anak kecil!"
Li Yan Bei pun tercengang.
"Apakah ada dalang di balik semua ini?" Ia segera bertanya. Ia memang orang yang berpengalaman di dunia persilatan, pengamatannya pun tampaknya selalu lebih akurat dan lebih mendalam daripada orang lain.
"Menurut anak itu, seorang laki-laki tua bungkuk yang menyuruhnya untuk melakukan hal itu!"
"Apakah kau menemukan laki-laki tua itu?"
"Mungkin tidak pernah ada laki-laki tua seperti itu di dunia ini. Aku memang menemukannya, tapi itu adalah Nyonya Pertama Gong Sun yang sedang menyamar!"
"Siapa Nyonya Pertama Gong Sun ini?"
"Dia adalah kakak OuYang Qing, dan juga sahabatku."
Li Yan Bei terdiam.
Nyonya ke-13 tak tahan untuk tidak mendengus sedikit.
Koleksi Kang Zusi
"Setidaknya dia memiliki kakak seperti itu, dan kau memiliki sahabat seperti itu!"
Tidak segera menjawab, Lu Xiao Feng memikirkan keadaan itu selama beberapa saat.
"Nyonya Pertama Gong Sun benar-benar seorang kakak, dan juga teman yang baik."


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau masih berpendapat begitu sekarang?"
"Karena aku yakin bahwa dalang sebenarnya di balik semua ini bukanlah Nyonya Pertama Gong Sun!" Lu Xiao Feng menjelaskan.
"Jika bukan dia, lalu siapa?"
"Orang yang lebih licik dan keji daripada Huo Xiu, lebih cerdik dan tak berperasaan daripada Jin Jiu Ling," Tinju Lu Xiao Feng terkepal erat-erat. "Dan kungfu orang ini mungkin lebih hebat daripada semua orang yang pernah kutemui!"
Satu atau dua kali, ia berpendapat bahwa Huo Xiu dan Jin Jiu Ling adalah musuh paling tangguh yang pernah ia hadapi karena mereka berdua hampir saja merenggut nyawanya. Setelah menemui begitu banyak bahaya, kesukaran, dan sedikit keberuntungan, barulah ia berhasil menyingkap kedok kedua orang itu. Tapi musuh kali ini bahkan lebih menakutkan!
"Bagaimana kau tahu kalau Nyonya Pertama Gong Sun bukanlah dalang yang sebenarnya?" Li Yan Bei bertanya.
"Aku tidak tahu."
"Tapi kau curiga bahwa begitulah keadaannya, kau merasa bahwa begitulah keadaan yang sesungguhnya?" Nyonya ke-13 bertanya.
Lu Xiao Feng tidak menyangkal.
"Kau tidak begitu yakin kenapa kau merasa seperti itu, kan?"
Lu Xiao Feng pun tidak membantahnya.
"Kau benar-benar ajaib," Nyonya ke-13 menghela nafas. "Tak perduli siapa pun musuhmu, orang itu benar-benar dalam kesulitan!"
"Tapi kali ini mungkin saja aku yang berada dalam kesulitan!" Sebuah senyuman yang hampir mengakui kekalahannya muncul di wajah Lu Xiao Feng.
"Jadi di mana Nyonya Pertama Gong Sun sekarang?" Li Yan Bei bertanya lagi.
"Mati!"
"Dan anak itu?"." Nyonya ke-13 bertanya.
"Masih tergeletak di tempat ia pingsan tadi!"
"Kau tidak membawanya ke sini untuk diberi pertolongan?"
"Aku meninggalkannya di sana supaya dia selamat!"
Nyonya ke-13 tidak faham.
"Menurutmu anak itu adalah kaki tangan musuh?" Li Yan Bei malah bertanya.
"Seorang anak berusia 10 tahun tidak akan pernah pergi ke tempat seperti itu sendirian pada malam hari seperti ini. Peluit itu juga amat aneh, orang yang tidak memiliki tenaga dalam tak akan dapat membunyikannya!" Lu Xiao Feng kemudian tersenyum. "Di samping itu, dia pun tidak benar-benar pingsan!"
"Lalu mengapa kau tidak membawanya ke sini untuk ditanyai?" Tanya Li Yan Bei.
"Ia tidak akan mengatakan apa-apa, dan aku tak bisa menanyai seorang anak kecil!"
"Setidaknya kau bisa mengikutinya dengan diam-diam, mungkin dia akan membawamu ke pembunuh yang sesungguhnya!"
"Jika aku mengikutinya, maka ia tentu akan mati!" Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Menurutmu, dalang yang sebenarnya akan membunuhnya untuk menutup mulut?"
"Mm."
"Hatiku tidak bisa lagi dianggap dingin, tapi aku tidak menyangka kalau kau bahkan lebih lunak daripada diriku!" Li Yan Bei menghela nafas.
Kembali Lu Xiao Feng terdiam beberapa lama.
"Seseorang pernah berkata padaku bahwa walaupun sifatku seperti batu-batu di jamban, keras dan bau, hatiku selembut tahu." Ia berkata lambat-lambat.
Koleksi Kang Zusi
"Lupakan tahu, hatimu itu sudah hampir seperti siput lapis mentega!" Nyonya ke-13 menghela nafas sebelum tiba-tiba tersenyum. "Piring berisi siput lapis mentega itu telah keluar, ia membuatkannya khusus untukmu, setidaknya kau harus makan satu."
"Aku akan memakannya bila aku telah kembali nanti!"
"Kau akan pergi ke luar" Ke mana?" Li Yan Bei bertanya.
"Mencari seseorang!"
"Siapa?"
"Ye Gu Cheng!"
Li Yan Bei terdiam sekali lagi.
"Jika dia bisa mengobati Pasir Beracun Keluarga Tang dan menolong dirinya sendiri, mungkin dia pun bisa menyelamatkan OuYang Qing!" Lu Xiao Feng menjelaskan.
Bayangan putih menakutkan telah muncul di wajah OuYang Qing dan bagian kiri wajahnya mulai membengkak. Ilmu menotok Li Yan Bei tidak begitu hebat, penyebaran racun itu tidak benar-benar berhasil dihentikan.
"Maukah orang seperti Ye Gu Cheng menolong orang lain?" Nyonya ke-13 mengerutkan keningnya.
"Walaupun ia tidak mau, aku tetap harus pergi. Walaupun aku harus merangkak dan memohon, aku akan berusaha agar dia datang ke sini!"
Sambil menatap wajah OuYang Qing, Lu Xiao Feng meneruskan dengan lambat-lambat, sambil menekankan setiap patah katanya: "Tak perduli apa, aku akan mencari cara untuk menyelamatkannya!"
--------- Malam semakin larut. Bahkan di tempat yang paling ramai dan paling akhir tutup, Kedai Teh Musim Semi Yang Cerah, tamu-tamu mulai berpulangan. Dilihat dari keadaannya, kedai itu tampaknya akan segera tutup. Tapi Lu Xiao Feng masih duduk di sana, sambil menatap sepoci teh yang baru saja disediakan.
Ia telah menelusuri kota ini dan mengunjungi banyak penginapan, tapi ia tetap tak bisa menemukan tanda-tanda keberadaan Ye Gu Cheng. Orang yang begitu menyolok dan terkenal seperti Ye Gu Cheng seharusnya merupakan orang yang amat mudah untuk ditemukan karena tak perduli ke mana pun dia pergi, dia tentu akan selalu menarik perhatian orang.
Tapi sejak pertemuan di Paviliun Musim Semi Timur, ia seperti menghilang dalam kota ini seperti XiMen Chui Xue. Tidak ada satu pun tanda bahwa ia masih berada di sekitar sini.
Lu Xiao Feng tidak bisa membayangkan apa penyebabnya. Tidak ada alasan bagi Ye Gu Cheng untuk bersembunyi. Bahkan Tang Tian Rong, orang yang tulang pundaknya telah ia potong dan seumur hidupnya mungkin akan menjadi cacat, tidak pergi bersembunyi.
Tang Tian Rong tinggal di sebuah penginapan besar yang bernama "Losmen Keberuntungan" di salah satu bagian utama di sebelah timur kota. Menurut kabar angin, di sana ada sejumlah tabib yang memiliki keahlian dalam cedera tulang dan ahli-ahli pengobatan terkenal lainnya. Alasan kenapa ia masih tinggal di kota ini bukanlah karena lukanya, tapi karena semua jagoan keluarga Tang telah keluar dari sarangnya dan turun ke kota malam ini juga untuk membalas dendam bagi saudara mereka.
Tentu saja, hal ini akan menjadi salah satu peristiwa yang mengguncangkan dunia persilatan hingga ke intinya. Yang satunya lagi adalah, walaupun Yan Ren Ying tidak berhasil menemukan XiMen Chui Xue, ia berhasil mencari beberapa pembantu yang amat tangguh.
Di antara mereka bukan hanya ada seorang lhama dari Tibet, tapi juga dua jago pedang misterius yang berlatih selama bertahun-tahun di bayangan Perairan Gunung Dewi. Karena satu atau lain sebab, orang-orang ini bersedia untuk membantu Yan Ren Ying.
Tidak satu pun perkembangan ini yang akan membantu XiMen Chui Xue atau Ye Gu Cheng.
Kelompok pertama ingin mencari Ye Gu Cheng, yang kedua mencari XiMen Chui Xue. Maka tak perduli apa pun yang akan terjadi dalam duel nanti, tidak seorang pun dari mereka yang akan menjalani hidup yang nyaman sesudahnya, siapa pun yang hidup, atau bahkan jika keduanya tetap hidup. Lu Xiao Feng berhasil menggali banyak berita dan informasi, tapi tak satu pun merupakan Koleksi Kang Zusi
apa yang ingin ia temukan. Ia bahkan tidak berhasil menemukan Tosu Kayu atau Pertapa Cemara Kuno.
Para pelanggan warung itu terus berpulangan. Pelayan yang membuatkan teh telah meletakkan poci air besar yang berada di tangannya dan tiada hentinya melirik ke arah Lu Xiao Feng, jelas menyuruhnya pulang. Satu hal yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng adalah pura-pura tidak melihatnya, ia benar-benar tak tahu harus pergi ke mana.
Bagaimana mungkin ia pulang menemui OuYang Qing tanpa berhasil menemukan Ye Gu Cheng"
Teh yang baru dibuat tadi telah dingin, malam pun semakin dingin.
Lu Xiao Feng menghela nafas dan mengangkat cangkir itu ke bibirnya. Tapi sebelum cangkir teh itu menyentuh bibirnya " "Trang!" Tiba-tiba, bersamaan dengan sebuah sinar dingin, cangkir di tangannya telah hancur.
Waktu sinar itu menghilang, ternyata benda tersebut adalah sebuah panah kecil penusuk tulang yang bercabang tiga dan berukuran agak besar! Di luar pintu ada sebuah lentera, yang memegangnya adalah seorang hwesio yang memakai sebuah jubah hijau, kaus kaki putih, dan sepatu yang terbuat dari anyaman rumput. Ia mendengus dingin pada Lu Xiao Feng. Di antara jago-jago kungfu di utara, timur laut, hampir tak ada yang menggunakan panah kecil seperti ini.
Tapi lemparan hwesio ini akurat dan cepat. Dari lemparan tadi, Lu Xiao Feng bisa mengetahui bahwa ia tentu merupakan salah satu yang terbaik di dunia dalam ilmu ini. Tapi ia tidak mengenal hwesio ini, juga tidak tahu mengapa dia tiba-tiba menyerang. Yang paling aneh, walaupun lemparannya tadi tidak mengenai sasaran, ia tidak kabur tapi malah tetap berdiri di luar.
Lu Xiao Feng tersenyum. Ia bukan hanya tidak mengejar hwesio itu, tapi malah tersenyum padanya.
Sudah cukup banyak masalah yang sedang ia hadapi dan ia tidak ingin menambahnya lagi.
Sayangnya hwesio ini tidak mau mengerti dan, sambil mengibaskan tangannya, melepaskan dua panah kecil lagi. Potongan kain kecil yang terikat pada panah itu terdengar berkelepak saat meluncur di udara; jelas tenaga di balik anak panah ini amatlah kuat.
Lu Xiao Feng menghela nafas lagi. Ia telah menduga bahwa hwesio ini tentu akan menambah masalah bagi dirinya. Sekarang, walaupun ia tidak ingin keluar, terpaksa ia harus keluar juga.
Sebelum panah itu tiba, ia telah berada di luar. Tapi tak terduga, hwesio itu, saat melihat ia keluar, membalikkan tubuhnya dan berusaha kabur. Dan waktu Lu Xiao Feng berhenti mengejarnya, hwesio ini pun akan berhenti dan melambaikan tangannya.
Kejadian-kejadian aneh datang dengan cepat dan terus-menerus sekarang, dan sepertinya Lu Xiao Feng kembali menemui salah satunya.
Ia tidak ingin meneruskan pengejaran, tapi ia pun tidak bisa berhenti. Setelah melewati dua jalan raya lagi, hwesio itu tiba-tiba berhenti di mulut sebuah jalan yang gelap.
"Lu Xiao Feng, kau berani masuk ke sini?" Ia mengejek.
Tentu saja Lu Xiao Feng berani, tidak banyak hal di dunia ini yang tidak berani ia lakukan.
Walaupun ia tahu bahwa bila ia berjalan memasuki jalan yang gelap itu, hwesio tersebut bisa menyerang kapan saja, di sana juga mungkin terdapat banyak perangkap yang tidak bisa ia lihat, atau si hwesio itu bisa jadi memiliki jurus pembunuh yang belum pernah ia dengar sebelumnya.
Tapi ia tetap berjalan masuk. Ajaib, saat ia masuk, hwesio itu tiba-tiba bertekuk lutut dan menjura padanya sebanyak tiga kali!
Lu Xiao Feng kembali terperanjat.
Sambil tersenyum, hwesio itu menatapnya.
"Kau mengenaliku?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya, ia belum pernah melihat hwesio ini sebelumnya.
"Lalu apakah kau mengenali panah penusuk tulang bercabang tiga tadi?"
Mata Lu Xiao Feng tampak berkilauan.
"Kau adalah salah seorang anggota keluarga Sheng si "Panah Terbang" dari China tengah?"
"Aku tidak lain adalah Sheng Tong."
Lu Xiao Feng pun tidak begitu mengenal nama ini. Keluarga Sheng si Panah Terbang tidak termasuk keluarga yang amat terkenal di dunia persilatan.
"Aku ke sini untuk membalas budi!" Sheng Tong meneruskan.
Koleksi Kang Zusi
"Membalas budi?" Lu Xiao Feng semakin tercengang.
"Seluruh Keluarga Sheng berhutang budi yang amat besar pada Pendekar Besar Lu!"
"Kau tentu keliru, aku tidak pernah berhutang budi pada orang lain, orang juga tidak pernah berhutang padaku!"
"Aku tidak keliru." Sheng Tong tampaknya amat yakin pada ucapannya dan sikapnya pun semakin sungguh-sungguh. "Enam tahun yang lalu, 11 orang anggota keluarga kami lenyap di tangan Huo Tian Qing dan seluruh keluarga kami diusir keluar dari rumah kami. Sejak itu, orang tuaku pun terpisah, saudara-saudaraku kehilangan kontak satu sama lain, dan aku terpaksa menjadi seorang hwesio. Walaupun hutang itu tertulis dalam darah, ilmu kungfu Huo Tian Qing begitu kuat sehingga aku tidak berani berharap untuk membalaskan dendam itu!"
"Menurutmu, karena aku membunuh Huo Tian Qing dan membalaskan dendam untukmu, maka kau datang ke sini untuk membalas budi?"
"Benar!"
Lu Xiao Feng hanya bisa menertawakan penderitaannya. Huo Tian Qing bukan mati di tangannya, begitu pula DuGu Yi He dan Su Shao Ying. Tapi orang-orang tetap menganggap dirinya yang bertanggung-jawab atas kematian mereka, baik itu yang datang untuk membalas dendam atau yang mau membalas budi. Apakah sesulit ini memisahkan jarring-jaring pembalasan dan hutang budi di dunia persilatan"
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Huo Tian Qing tidak".."
Sheng Tong tampaknya tidak tertarik mendengar keterangannya dan memotong: "Tak perduli apa, seandainya Pendekar Besar Lu tidak berada di sana, Huo Tian Qing mungkin akan menikmati hidup dengan kemasyuran dan kekayaan di Paviliun Intan dan Mutiara dan bukannya di tempat dia berada sekarang!"
Pernyataan itu tidak salah. Sekali lagi, yang bisa dilakukan Lu Xiao Feng hanyalah menertawakan penderitaannya sendiri.
"Ok, katakanlah kau berhutang budi padaku, kau barusan telah membayarnya!"
"Menjura hanyalah menunjukkan sikap hormat, bagaimana bisa dihitung sebagai balas budi?"
"Itu tidak terhitung?"
"Tentu saja tidak!"
"Lalu apa yang terhitung?"
Sheng Tong tiba-tiba mengeluarkan sebungkus kain minyak yang tergulung amat rapi dan menyerahkannya dengan kedua tangan.
"Aku datang ke sini untuk memberikan ini pada Pendekar Besar Lu!"
Lu Xiao Feng hanya bisa menerimanya. Tiba-tiba ia menyadari bahwa dipaksa menerima pembalasan budi ternyata rasanya tidak jauh lebih baik daripada dipaksa menerima pembalasan dendam.
Ia belum pernah memikirkan hal ini sebelumnya, tapi yang lebih tidak bisa difikirkan olehnya adalah kenyataan bahwa di dalam bungkusan itu hanya ada sehelai kain putih dengan bercak darah dan noda kuning di atasnya. Setelah ia membukanya, bau busuk yang menyengat segera tercium di udara.
Sekarang Lu Xiao Feng bahkan tak bisa memaksakan dirinya untuk tertawa.
"Kau datang ke sini untuk memberiku kain ini?"
"Ya."
"Dan kau memberiku ini untuk membalas hutang budimu padaku?"
"Benar."
Lu Xiao Feng menatap campuran noda dan darah di kain itu, tidak begitu yakin apakah ia ingin tertawa atau menangis. Hwesio ini melemparkan 5 anak panah padanya sebelum memberinya potongan kain yang bau ini, semuanya demi membalas hutang budi. Baru pertama kalinya ini ia pernah mendengar hal seperti ini!
-- Untunglah dia datang untuk membalas budi, apa yang akan dilakukan Lu Xiao Feng jika dia datang ke sini untuk membalas dendam"
Koleksi Kang Zusi
Satu-satunya harapan Lu Xiao Feng sekarang ini adalah menyingkir dari hwesio ini secepat mungkin.
"Sekarang kurasa kau telah membalas hutang budimu!"
Ajaib, Sheng Tong tidak menyangkal ucapan ini. Tapi ia masih tidak mau pergi.
"Potongan kain ini mungkin terlihat biasa-biasa saja, bahkan mungkin tak bernilai. Tapi, saat ini, benda ini amat tinggi nilainya!" Ia berbisik dengan perlahan.
Tak ada orang yang akan setuju bahwa kain ini adalah harta yang tak ternilai, tak perduli bagaimana pun cara mereka memandangnya. Tapi saat hwesio ini mengatakannya, dengan mimik yang amat serius, tidak sedikit pun tanda-tanda bergurau bisa ditemukan pada suaranya.
Bahkan perasaan tertarik Lu Xiao Feng pun mulai timbul.
"Apakah ada yang istimewa dengan kain ini?"
"Hanya satu."
"Apa itu?"
Ekspresi wajah Sheng Tong terlihat semakin berhati-hati dan ia makin merendahkan suaranya.
"Kain ini diambil dari tubuh Ye Gu Cheng!"
Mata Lu Xiao Feng segera bersinar-sinar. Kain yang kotor dan bau ini, di matanya, memang merupakan sebuah harta yang nilainya melebihi emas padat dan intan.
"Dalam usaha bersembunyi dari Huo Tian Qing serta karena terlalu malu untuk melihat dunia, aku tinggal di sebuah biara yang terpencil dan telah ditelantarkan. Setelah hwesio tua di sana meninggal dunia, aku menjadi satu-satunya orang yang tinggal di sana!"
"Apakah Ye Gu Cheng pernah datang ke sana juga?"
"Ia datang sore tadi, di biara itu hanya ada dua kamar tidur. Tidak ada yang tinggal di kamar hwesio tua setelah si hwesio tua meninggal, apalagi para dermawan atau penziarah. Maka kedatangan orang itu hari ini merupakan sebuah kejutan besar bagiku!"
"Ia sendirian?"
Sheng Tong mengangguk: "Waktu ia tiba, aku tak tahu kalau dia adalah Majikan Benteng Awan Putih yang terkenal di seluruh dunia!"
"Lalu bagaimana kau bisa mengetahuinya?"
"Sejak kedatangannya, ia mengunci diri di kamarnya dan memintaku untuk membawakan sebaskom air bersih ke kamarnya setiap jam, pada jam"."
Ia adalah orang dunia persilatan juga. Bila ia menemui seseorang yang berkelakuan mencurigakan, ia tentu akan memberikan perhatian lebih.
"Selain air bersih, ia juga memintaku untuk pergi dan membelikan segulung kain putih dan memberiku bungkusan ini, menyuruhku untuk menguburkannya."
Tentu saja Ye Gu Cheng tidak mugkin curiga bahwa di biara rusak itu tinggal seorang anggota dunia persilatan. Maka ia tentu tidak begitu berhati-hati.
"Saat aku pergi ke kota untuk membeli kain, barulah aku mendengar berita tentang lukanya Ye Gu Cheng oleh Pasir Beracun Keluarga Tang di Zhang Jia Kou, tapi ia datang kembali dan melukai Tang Tian Rong di Paviliun Musim Semi Timur."
Karena itu, ia segera meminta penjelasan tentang bagaimana rupa Majikan Benteng Awan Putih itu.
"Sesudah membandingkan penjelasan yang kuketahui, aku pun tahu bahwa tamu asing di biaraku itu tak lain adalah Majikan Benteng Putih yang telah mengguncangkan seluruh ibukota!"
Lu Xiao Feng menghembuskan nafas yang panjang dan lelah. Akhirnya ia bisa menduga tentang dua macam teka-teki yang telah membingungkan dirinya selama ini.
-- Ye Gu Cheng, yang tidak menyukai bunga dan tidak pernah perduli pada wanita, membawa gadis-gadis cantik yang menebarkan karpet bunga untuk tempat berjalannya, semua itu adalah menutupi bau yang muncul dari lukanya.
-- Lu Xiao Feng tidak berhasil menemukan dirinya di dalam kota karena ia memang tidak tinggal di kota dan sebenarnya menetap di sebuah biara terpencil.
-- Tentu saja dia tidak membiarkan orang lain tahu bahwa bukan hanya lukanya itu belum sembuh, tapi malah semakin parah.
Koleksi Kang Zusi
-- Bila seekor singa terluka, ia tentu akan bersembunyi sendirian di gunung, karena khawatir kalau anjing-anjing liar akan datang memburunya.
Hati Lu Xiao Feng seperti tenggelam. Tadinya ia berharap bahwa Ye Gu Cheng akan dapat mengobati racun di tubuh OuYang Qing. Tapi sekarang ia baru tahu bahwa Ye Gu Cheng mungkin tak mampu menolong dirinya sendiri, apalagi orang lain.
"Waktu aku memasuki kota, kira-kira 8 atau 9 dari 10 orang tentu bertaruh untuk Ye Gu Cheng,"
Sheng Tong meneruskan. "Mereka bahkan berani memasang taruhan 7 berbanding 1 untuk dirinya."
Demonstrasi yang diperlihatkan si Malaikat dari Luar Langit di Paviliun Musim Semi Timur telah mengguncangkan seisi kota.
"Jika seseorang, siapa saja, mengetahui berita ini, melihat kain ini, mungkin"." Sheng Tong tidak menyelesaikan ucapannya.
Jika seseorang tahu tentang hal ini, apa yang akan terjadi di kota ini bukanlah hanya sesuatu yang tidak mampu ia ucapkan, tapi sesuatu yang bahkan tak sanggup ia bayangkan.
"Kau benar, kain ini benar-benar merupakan harta yang tak ternilai," Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Aku tidak sepadan untuk menerima hadiah yang demikian berharga."
"Walaupun aku bukan siapa-siapa, aku juga tidak suka berhutang budi pada orang lain, persis seperti Pendekar Besar Lu," sebuah senyuman akhirnya muncul di wajah Sheng Tong. "Asalkan Pendekar Besar Lu menerima hadiah kecil yang sederhana ini, aku akan lebih dari puas."
Bukannya menjawab, Lu Xiao Feng malah berfikir dulu sebentar.
"Di mana letak biaramu itu?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Apakah Pendekar Besar Lu ingin datang dan menemui Majikan Benteng Awan Putih?"
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Bukannya aku tidak percaya padamu, aku sebenarnya memang ingin menemuinya." Terlihat tanda-tanda kesedihan dan kesepian dalam senyumannya, dengan perlahan-lahan ia meneruskan.
"Walaupun kami hanya bertemu dua kali secara singkat, aku tetap menganggapnya sebagai seorang sahabat"."
Ia faham bahwa Ye Gu Cheng tentu membutuhkan seorang sahabat saat ini, dan ia juga tahu bahwa Ye Gu Cheng tidak memiliki banyak sahabat. Saat ini, bagi Ye Gu Cheng, seorang sahabat sejati mungkin lebih sukar ditemukan daripada obat.
---------- Bab 4: Seseorang Yang Harus Dirawat
Tanggal 14 September, pagi hari. Li Yan Bei keluar dari rumah ke-13 dari 30 buah rumahnya dan mulai berjalan kaki menembus kabut. Walaupun langkah kakinya masih lebar, tapi juga terlihat berat. Walapun ia masih berjalan dengan tegak seperti biasa, matanya menyiratkan keletihan. Ia tidak tidur semalaman.
Dalam 11 tahun terakhir ini, biasanya ada segerombolan orang yang mengikutinya saat berjalan kaki pagi hari di tengah kabut. Tapi hari ini berbeda. Tidak seorang pun berada di sana.
Matahari belum terbit, es menutupi dedaunan dan pohon-pohon. Hari ini bahkan lebih dingin daripada kemarin, tidak lama lagi gumpalan salju tentu akan mulai memenuhi angkasa.
Musim dingin di negara-negara utara akan selalu datang lebih cepat, khususnya bagi Li Yan Bei.
Bagi dirinya, musim dingin telah tiba di hatinya.
Di tengah kabut yang tebal, seseorang berjalan menghampirinya di jalan raya. Sebelum Li Yan Bei melihat wajahnya, ia telah melihat sepasang mata yang berkilauan itu.
"Lu Xiao Feng?"
"Ini aku." Lu Xiao Feng berhenti di bawah sebatang pohon yang layu, menunggunya. "Jika seseorang bisa berjalan-jalan setiap pagi, ia tentu akan memiliki kesehatan yang baik dan umur yang panjang."
Ia sedang tersenyum, tapi itu bukanlah senyuman yang riang.
"Sudah berapa lama kau berjalan-jalan di luar sini?" Li Yan Bei bertanya.
"Rasanya sekitar satu jam lebih!"
Koleksi Kang Zusi
"Mengapa kau tidak masuk?"
Lu Xiao Feng tersenyum lagi, kali ini bahkan lebih dipaksakan lagi.
"Aku takut!"
Li Yan Bei memandangnya dengan heran.
"Kau takut" Kau bisa takut juga?"
"Tentu saja, dan amat sering."
"Apa yang kau takuti?" Li Yan Bei tidak menunggu jawaban Lu Xiao Feng sebelum mengajukan sebuah pertanyaan lain. "Apakah kau takut melihat OuYang?"
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Ia masih hidup," Li Yan Bei menepuk pundaknya. "Tampaknya racun itu tidak begitu mematikan seperti kelihatannya!"
Lu Xiao Feng menghela nafas yang panjang dan lega.
"Cuma kau hari ini?" Tiba-tiba ia bertanya.
Li Yan Bei mengangguk, tiba-tiba ia tampak amat lelah.
"Mereka harus melakukan sesuatu hari ini!"
"Kalau begitu seharusnya kau tidak keluar!"
Li Yan Bei tertawa kecil, tawanya itu pun tidak terlihat riang.
"Sesudah kejadian kemarin, seharusnya kau lebih berhati-hati."
Li Yan Bei berjalan bersisian dengan Lu Xiao Feng, tanpa mengucapkan apa-apa.
"Dalam 11 tahun terakhir, aku selalu berjalan-jalan di sekitar sini pada pagi hari," tiba-tiba ia berkata setelah mereka berjalan beberapa lama. "Tiga ratus enam puluh lima hari dalam setahun, hujan atau salju, aku tak pernah melewatkannya satu hari pun."
Daerah ini adalah miliknya. Kapan pun ia berjalan-jalan menelusuri jalanan yang tua tetapi lebar ini, hatinya akan selalu dipenuhi oleh perasaan bangga dan puas, persis seperti seorang jenderal yang sedang memeriksa pasukannya, atau seorang Kaisar yang sedang melihat-lihat wilayah kekuasaannya.
"Jika aku adalah kau, aku pun mungkin akan berjalan-jalan seperti ini setiap harinya." Lu Xiao Feng memahami perasaannya.
"Tentu saja kau pun akan melakukannya!"
"Tetapi, aku akan membuat pengecualian hari ini!"
"Tentu saja kau tidak akan melakukannya!"
"Tapi hari ini"."
"Terutama hari ini, kau tidak boleh melewatkannya!"
"Mengapa tidak?"
Li Yan Bei bimbang, sambil mengamati toko-toko tua tetapi bersih di kedua sisi jalan, matanya tampak dipenuhi oleh perasaan sedih dan nostalgia. Setelah hening beberapa lama, akhirnya ia menjawab.
"Karena hari ini mungkin saat terakhir untukku!"
"Saat terakhir?" Lu Xiao Feng memandangnya dengan heran. "Mengapa ini saat terakhirmu?"
Li Yan Bei tidak menjawab pertanyaan ini, ia malah tetap diam untuk beberapa lama sebelum mengajukan pertanyaannya sendiri: "Kau pernah bertemu dengan anak-anakku?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya. Ia belum pernah bertemu, juga tidak faham mengapa Li Yan Bei tiba-tiba mengajukan pertanyaan ini.
"Aku punya 19 orang putera, yang terkecil baru berusia 2 tahun." Li Yan Bei meneruskan dengan perlahan. "Mereka semua puteraku, darah dagingku sendiri."
Lu Xiao Feng tidak berkata apa-apa dan mendengarkan saja apa yang hendak ia katakan.
"Tahun ini aku berusia 50 tahun. Walaupun aku terlihat kuat, kenyataannya aku sudah tua."
"Kau belum tua," Lu Xiao Feng berusaha tertawa. "Ada orang yang mengatakan bahwa hidup seorang laki-laki dimulai saat mereka berusia 50 tahun!"
"Tapi aku tidak." Li Yan Bei pun berusaha tertawa, tetapi gagal. "Karena aku tidak ingin melihat anak-anakku menderita."
Koleksi Kang Zusi
"Apakah kau benar-benar telah menjual seluruh tanah ini?" Lu Xiao Feng akhirnya memahami apa yang ia maksudkan.
"Aku tidak ingin melakukannya," Li Yan Bei mengangkat kepalanya dan ia menjawab dengan muram. "Tapi mereka memberiku penawaran yang terlalu bagus untuk dilewatkan begitu saja."
"Penawaran apa itu?"
"Mereka bukan hanya mau mengambil tanggung-jawab mengenai masalah hutang, mereka juga menjamin keselamatan seluruh keluargaku untuk pindah ke Selatan!" Akhirnya ia tertawa, tapi tawa itu terlihat menyedihkan. "Aku tahu bahwa wilayah selatan sungai Yangtze adalah tempat yang bagus. Setiap musim semi, burung-burung akan memenuhi angkasa, buah persik pun akan matang untuk dipetik, pohon willow akan bergoyang-goyang. Jika anak-anak tumbuh di sana, mereka tidak akan pernah tumbuh menjadi seorang bajingan tua seperti diriku."
Lu Xiao Feng memandangnya.
"Kau benar-benar seorang bajingan tua!" Ia menghela nafas.
"Kau tidak punya anak, maka kau mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi seorang ayah!" Li Yan Bei tersenyum kesal.
"Aku mengerti."
"Jika kau mengerti, maka seharusnya kau tahu mengapa aku berbuat seperti ini!"
"Aku tahu."
"Jika XiMen Chui Xue kalah, maka aku tidak bisa pergi ke mana-mana, dan tidak ada yang bisa kuperbuat dalam hal ini."
Lu Xiao Feng juga tahu hal ini. Tak ada orang yang memiliki 19 orang putera bisa berbuat banyak dalam hal ini.
"Setelah melihat Ye Gu Cheng kemarin, aku tahu kalau aku tidak punya kesempatan untuk menang."
"Bukan kau, XiMen Chui Xue!"
"Tapi jika dia kalah, aku kalah jauh lebih banyak darinya!"
"Aku tahu."
"Maka kau seharusnya tidak menyalahkanku karena berbuat seperti ini."
"Aku tidak menyalahkanmu," Lu Xiao Feng menjawab. "Aku hanya merasa bahwa hal itu agak memalukan bagimu."
"Agak memalukan" Apa maksudmu?"
Lu Xiao Feng tidak menjawab pertanyaan ini, tapi ia malah balik bertanya: "Pada siapa kau menjual tanahmu?"
"Gu Qing Feng."
"Siapa Gu Qing Feng itu?"
"Seorang pendeta Tao."
"Pendeta Tao?" Lu Xiao Feng terkejut mendengar jawaban itu.
"Ada banyak jenis pendeta Tao."
"Jenis apakah dia?"
"Jenis yang kaya dan berkuasa." Li Yan Bei meneruskan penjelasannya. "Ada dua sekte Taoisme, pemimpin Sekte Selatan adalah Pendeta Zhang dari Gunung Naga dan Harimau, dan pemimpin Sekte Utara adalah Ketua Kuil Awan Putih!"
"Dia adalah Ketua Kuil Awan Putih?"
Li Yan Bei mengangguk: "Kuil Awan Putih berada di luar kota. Banyak pejabat yang sering bertamu di kuil itu, bahkan ada yang menjadi muridnya!"
"Jadi, walaupun namanya adalah seorang pendeta Tao, sesungguhnya dia adalah tuan tanah yang terkaya dan paling berkuasa di sini." Lu Xiao Feng mengejek.
"Jika dia bukan orang seperti itu, mungkinkah aku menyerahkan tanahku padanya?" Li Yan Bei tersenyum sedih.
"Masih bisakah kau menundanya?"
"Aku telah menerima tawarannya dan telah memberikan semua surat-suratku padanya."
"Apakah semua anak buahmu sekarang juga telah menjadi anak buahnya?"
Koleksi Kang Zusi
"Kendali sebenarnya untuk wilayah ini bukan berada di tanganku, tapi di tangan Komisi."
"Apakah ia telah menjadi ketua Komisi sekarang?"
"Posisi ketua juga sudah menjadi miliknya sekarang ini," Li Yan Bei menghela nafas. "Aku telah menyerahkan padanya Bendera Naga yang diserahkan padaku oleh ketua terdahulu di hadapan beberapa orang saksi!"
"Siapa yang mencari saksi-saksi itu?"
"Dia, tapi mereka semua adalah jago-jago kungfu dan pejabat yang selalu aku hormati."
"Siapa saja?"


Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang satunya adalah Tosu Kayu dari Wudang, yang lain adalah Pertapa Cemara Kuno dari Gunung Huang, dan yang terakhir adalah Hwesio Jujur!"
Lu Xiao Feng terkejut. Begitu terkejutnya sehingga ia berhenti berjalan.
"Tak heran kalau aku tidak bisa menemukan mereka!" Wajahnya pun tampak berubah warna. "Aku pergi dan mereka datang!"
"Aku tidak menyebut-nyebut namamu pada mereka!"
"Jika mereka yang menjadi saksinya, maka kau benar-benar tidak bisa membatalkannya lagi!"
"Aku memang tidak ingin membatalkannya, aku telah membuat keputusan yang tetap!" Ia menatap wajah Lu Xiao Feng. "Tapi tampaknya kau ingin mengatakan sesuatu."
Lu Xiao Feng terdiam untuk beberapa lama.
"Ada sesuatu yang hendak kuberitahukan padamu!" Akhirnya ia mengangguk dengan begitu perlahan.
"Apa?"
"Daerah selatan sungai Yangtze bukan hanya tempat yang bagus, tapi juga penuh dengan wanita cantik. Lebih baik kau jaga sikapmu saat kau tiba di sana." Ia tertawa. "Hanya ada 30 hari dalam sebulan. Jika kau menikahi 30 orang wanita lagi, kepalamu tentu akan pecah!"
Li Yan Bei juga tertawa, menepuk-nepuk pundak Lu Xiao Feng dan tertawa: "Jangan khawatir. Aku akan menyerahkan semua gadis cantik di sana untukmu!"
Lu Xiao Feng mendongakkan kepalanya dan tertawa.
"Kalau begitu, sebaiknya aku segera mengunjungimu, jangan-jangan nanti kau berubah fikiran!"
Ia tidak berkata apa-apa tentang Ye Gu Cheng. Beberapa kali ia ingin menyebut-nyebut tentang hal itu, tapi akhirnya membatalkannya. Li Yan Bei adalah sahabatnya. Jika seorang sahabat hendak pergi, mengapa tidak mengantarkan kepergiannya dengan senyuman" Jika seorang sahabat bisa tersenyum, maka jangan buat dia menderita atau menyesal. " Ini adalah prinsip Lu Xiao Feng. Tapi ia tentu harus mengenali dulu siapa sahabat dan siapa musuhnya.
"Kapan kau hendak berangkat?" Tiba-tiba ia bertanya.
"Mungkin lusa." Sambil menatap
Golok Yanci Pedang Pelangi 1 Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung Jodoh Rajawali 4
^