Pendekar Bayangan Setan 9

Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 9


ini benar-benar membuat hatinya merasa amat sedih.
Tan Kia-beng sendiripun dibuat terkejut pula oleh serangan yang terakhir itu keringat dingin mengucur keluar dengan amat derasnya.
Bilamana bukannya di dalam keadaan yang amat kritis itu dia memahami kembali kesebuah tubuh jurus sakti Hu Teh Cuo Sin dari kitab pusaka Teh Leng Cin Keng ada
kemungkinan pedang pualamnya berhasil dicuri oleh si pencuri sakti itu.
Kini tibalah giliran si Rasul Racun untuk turun tangan, dia yang melihat kegagalan dari si pencuri sakti saat inipun dia tidak terlalu gegabah lagi seperti keadaan semula.
Di atas wajahnya yang berwarna hijau berubah jadi semakin tegang hampir hampir dia suka melepaskan taruhan ini daripada nama besar yang dipupuk selama ini harus lenyap ditelan sang pemuda.
Sun Hay Sin Tou si pencuri sakti itu setelah bersedih hati beberapa saat lamanya mendadak dia dongakkan kepalanya ke atas.
"Sekarang aku mau mulai menghitung hei si ular racun aku mau peringatkan dulu kepadamu, kau tak boleh menggunakan racun"
"Hmm! Kau janganlah menggunakan hati kecil seorang kerdil untuk merogohi lambung manusia budiman" teriak si Rasul Racun sambil mendengus dingin.
Sehabis berkata dia kerahkan tenaga murninya dan mulai bergeser mengitari sekeliling tempat itu.
Si pencuri sakti berkata demikian sudah tentu bukan dikarenakan demi kebaikan dari Tan Kia-beng melainkan dikarenakan dirinya menderita kekalahan maka diapun tidak ingin membuat si Rasul Racun mendapat hasil.
Tan Kia-beng yang berhasil melampaui diri si pencuri sakti semangatnyapun semakin berkobar, dia merasa walaupun kepandaian silat yang dimiliki si Rasul Racun ini jauh lebih tinggi dari kepandaian silat si pencuri sakti tetapi kepandaian mencopetnya tidak bakal bisa menandingi pencuri sakti itu.
Pada saat dia lagi termenung berpikir keras itulah si Su Hay Sin Toa sudah berteriak
"Siap! satu.... dua...."
Dengan disertai desiran tajam si Rasul Racun cepat-cepat menggerakkan sepasang tangannya mengancam pergelangan tangan Tan Kia-beng serta jalan darah pingsannya, kecepatan gerakannya itu laksana menyambarnya kilat.
Di dalam hati dia sendiripun tahu kalau dirinya tak memiliki kepandaian mencopet setinggi si pencuri sakti, karena itu dia hendak menggunakan ilmu silat yang aneh untuk berusaha menguasai Tan Kia-beng lebih dulu kemudian baru meminta barangnya.
Tan Kia-beng yang setiap hari mengalami pertempuran baik itu pertempuran besar maupun kecil terhadap ilmu silat yang termuat di dalam kitab pusaka Teh Leng Cun Keng sudah memahami beberapa bagian, dengan tidak gugup dia
gerakkan lengannya dengan gerakan serang balas menyerang telapak tangannya dibalik diputar balas membabat ke arah jalan darah Ci Tie Hiat di atas tubuh si Rasul Racun.
Diikuti sepasang tangannya berputar dan membabat, dengan menggunakan ilmu pukulan "Swee Soat Peng Hun Sam Tiap Ciang" meneter pihak musuhnya.
Bayangan telapak berkelebat memenuhi angkasa, bagaikan deburan ombak segulung demi segulung melanda datang Si Rasul Racun yang sudah kepingin sekali mendapatkan pedang itu, terburu-buru menarik kembali telapaknya sedang sang tubuh sudah bergeser ke arah samping.
Waktu itulah Tan Kia-beng bisa mendengar si pencuri sakti Su Hay Sin Tou sudah menghitung dari angka yang kelima pikirannya dengan cepat berputar.
Kenapa aku tidak gunakan kesempatan ini untuk
menyerang beberapa jurus kepadanya sehingga waktu bisa terulur lebih panjang pikirnya.
Sambil bersuit dia lantas melancarkan serangan serta tubrukan dengan menggunakan ilmu pukulan Siauw Siang Ciet Ciang yang amat aneh itu.
Gerakannya dilakukan cepat bagaikan berkelebatnya bintang dilangit, hanya di dalam sekejap saja kedua puluh delapan gerakan dari Siauw Siang Chit Ciang sudah habis digunakan.
Ilmu silat aneh yang maha sakti ini begitu dikeluarkan kedahsyatannya sungguh-sungguh mengejutkan hati, apalagi dengan tenaga dalam yang sudah mencapai pada taraf kesempurnaan, seketika itu juga bayangan telapak memenuhi angkasa laksana menggulungnya ombak di tengah samudra dengan dahsyatnya menyambar ke depan.
Walaupun si Pek-tok Cuncu memiliki kepandaian yang dahsyat pula untuk beberapa saat lamanya tidak dapat menggunakannya. Tubuhnya berturut turut didesak ke belakang,
Menanti kedua puluh delapan jurus ilmu Siauw Siang Chiet Cing tersebut selesai digunakan dan dia siap-siap balas melancarkan serangan Su Hay Sin Tou si pencuri sakti sudah habis menyebutkan angka yang kesepuluh.
Kesemuanya itu habis pada angka yang kesepuluh
membuat kedua prang jagoan aneh yang memiliki nama besar di dalam dunia kangouw ini pada saling berpandangan dengan mulut melongo
Hampir hampir peristiwa ini membuat mereka menangis tak bisa tertawapun sukar sudah tentu terhadap perkataan yang sudah dikatakan mereka berdua tidak akan mengingkari lagi.
Tan Kia-beng yang berhasil meliwati kedua rintangan tersebut dengan sukses segera menghembuskan napas panjang.
"Terima kasih, cianpwee berdua suka turun tangan ringan kepada boanpwee, untuk itu aku merasa berterima kasih sekali. Bilamana kalau kita sudahi saja perjanjian kita yang terdahulu, katanya sambil merangkap tangan memberi hormat."
"Omong kosong!" teriak Pek-tok Cun-cu si Rasul Racun dengan gusarnya.
"Kau berani menghina diri loohu" kau ada urusan apa ayoh cepat katakan aku pasti akan mengerjakannya, loohu tidak suka untuk mengingkari janji."
"Haa.... haa.... kalau memangnya kalian begiru serius, akupun tidak akan menolak lagi, kata Tan Kia-beng sambil tertawa, "Syaratku cukup sederhana asalkan lain kali setiap bertemu dengan aku panggil saja Toa kepadaku sudah cukup."
"Apa?" teriak Su Hay Sin Tou si pencuri sakti dengan hati mendongkol, "Kau suru aku mengundang dirimu dengan sebutan Toako" hal itu tidak mungkin bisa terjadi!"
"Belajar kepandaian tidak memandang tua atau muda, siapa yang mencapai tujuan terlebih dulu dialah yang tertua, kini kalian sudah mengaku kalah terhadap diriku adalah seharusnya panggil aku dengan sebutan Toako tetapi bilamana kalian tidak suka aku pun tidak akan memaksa" kata pemuda itu lagi sambil tertawa keras.
Air muka si Pek-tok Cuncu jadi berubah semakin dingin, dengan langkah lebar dia berjalan ke depan dan menjura dengan amat hormatnya.
"Toako ada diatas, Siauwte Pek-tok Cun-cu memberi hormat!"
"Haa haa, jiete tidak usah banyak adat!" seru Tan Kia-beng sambil ulapkan tangannya.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti yang melihat Pek-tok Cuncu sudah memanggil dia pun dengan uring uringan terpaksa maju pula ke depan untuk memberi hormat.
"Su Hay Sin Toa mengunjuk hormat buat Toako"
"Haa haa Samte sudahlah.... sudahlah...."
Geguyon yang benar-benar amat lucu ini segera membuat kedua orang siluman tua itu jadi gemas sehingga dari sepasang matanya memancar keluar sinar berapi api.
Beberapa saat kemudian baru terdengar si pencuri sakti membuka mulut berkata, "Toako, kita sekarang sudah jadi satu keluarga ada seharusnya kau memberitahukan asal usul perguruanmu."
Mendengar perkataan tersebut senyuman yang semula menghiasi bibir pemuda tersebut segera lenyap tak berbekas diganti dengan wajah yang amat serius.
"Guruku yang pertama tama memberi pelajaran ilmu silat kepadaku adalah Ban Li Im Yen, Lok Tong adanya. kemudian aku angkat Teh Leng Kauwcu, Han Tan Loojin pula sebagai guru!"
"Han Tan Loojien?" teriak Pek-to Cun-cu dengan amat terperanjat
Dia agak tertegun sebentar setelah itu disusul oleh ketawa tergelak yang amat keras
"Demikian kalau begitu aku menyebut dirimu sebagai Toako pun tidak merasa rugi."
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu pun segera menarik napas panjang panjang.
"Ouw, kiranya toako adalah anak murid dari dia orang tua, tidak aneh kalau kau begitu lihay."
Usia Han Tan Loojien sudah berada di atas seratus tahun dan namanya sudah terkenal seram enam tujuh puluh tahun
yang lalu bahkan hampir boleh dikata satu tingkat dengan sucouw dari Pek-tok Cuncu, bilamana membicarakan soal tingkatan seharusnya Tan Kia-beng adalah susioknya karena itu untuk menyebut Toako kepada pemuda tersebut sudah tentu amat sesuai.
Dengan kejadian ini kedua orang siluman tua itu bukannya merasa murung sebaliknya jadi girang.
"Toako, kini kau hendak pergi kemana?" tanyanya berbareng.
Tan Kia-beng termenung berpikir sebentar, dia merasa seharusnya dia pergi ke perkumpulan Kay-pang untuk memberi bantuan kepada si pengemis aneh The Liok, karena itu dia lantas menyahut, "Aku dengar perkumpulan Kay-pang lagi diserang oleh musuh tangguh sedang aku serta si pengemis anehpun mempunyai ikatan persahabatan, aku rasa lebih baik kita pergi kesana sebentar."
Si Rasul Racun Pek-tok Cuncu serta si pencuri sakti Su Hay Sin Tou walaupun pada kenal dengan si pengemis aneh tetapi dengan sikap mereka berdua biasanya paling tidak suka mencampuri urusan orang lain, tetapi berhubung kali ini memandang pada hubungannya dengan Tan Kia-beng maka mereka menyetujui juga.
"Kalau memangnya Toako bermaksud untuk memberi
bantuan maka ada baiknya kita berangkat bersama-sama,"
seru mereka kemudian berbareng
Melihat kedua orang siluman tua itu suka tunduk kepadanya Tan Kia-beng jadi teramat girang.
"Kalau begitu sekarang juga kita berangkat."
Sebetulnya Tan Kia-beng adalah seorang pemuda yang masih belum hilang sifat kanak kanaknya orang lain memanggil dia dengan sebutan Toako maka sikap serta gerak geriknya memperlihatkan kalau dia adalah seorang toako.
Jika dibicarakan memang sangat aneh sekali kedua orang siluman tua itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang sangat terhormat di dalam dunia persilatan biasanya sekalipun seorang ciangbunjin dari suatu partai besarpun mereka tidak akan memandangnya dihati.
Tidak disangka ini hari mereka harus memanggil seorang pemuda seperti Tan Kia-beng ini sebagai Toakonya, bukankah hal ini sangat aneh sekali"
Dua orang tua aneh membawa seorang pengemis cilik pemandangan ini sudah sangat aneh sekali apalagi kedua orang kakek tua itu memanggil pengemis cilik itu dengan sebutan Toako hal ini semakin aneh lagi buat orang-orang biasa sudah tentu hal ini menggelikan sekali.
Keadaan seperti ini jika dipandang dari penglihatan orang-orang Bulim boleh dikata merupakan suatu berita yang amat aneh
Sebabnya pada masa yang lalu kedua orang siluman tua ini selalu berluntang lantung seorang diri dan jarang sekali berkenalan dengan orang lain tetapi ternyata kali ini sudah berbeda dengan kebiasaan tersebut bukan saja mereka berdua bergabung jadi satu bahkan masih menghormati pula seorang pengemis cilik, sudah tentu hal ini sangat menyolok sekali.
Tetapi siapapun tidak ada yang bisa menebak siapakah pengemis cilik itu" Semua orang cuma bisa menebak semaunya saja.
Tetapi mereka berdua sama sekali tidak mau mengambil gubris dengan tenangnya mereka bertiga melanjutkan perjalanan mereka kekota Kiem Leng markas besar dari perkumpulan Kay-pang.
Angin bulan lima bertiup sepoi sepoi membawa keharuman bunga yang semerbak
Kereta kencana yang amat misterius itu kembali muncul di dalam dunia kangouw, dimana bekas roda tersebut lewat darah segar berceceran memenuhi permukaan....
Darah segar dan berwarna merah itu laksana bunga bwee yang merah merekah, merah membanjiri seluruh kolong langit.... seluruh Bulim!
Bila kereta kencana menyerbu kebenteng Hwee Im Poo di kota Siang Yang, benteng tersebut segera penuh berceceran darah segar.
Dan kini kereta kencana menyerbu markas besar
perkumpulan Kay-pang pada menggeletak jadi mayat.
Mendadak kereta kencana muncul di kuil Sam Cing Kong kembali terjadi badai yang dahsyat.
Bayangan iblis berkelebat memenuhi angkasa, darah segar bercucuran laksana hujan deras, hari kiamat bagi Bulim pun semakin mendekat!
San Lin Ci Cu menggeletak jadi mayat di tengah hutan belantara, Cap Hwee Loo Han dari Siauw-lim-pay rubuh di atas tanah bermandikan darah, Go-bie Sam Cu menemui bencana dan menemui ajalnya. Disamping itu masih banyak lagi jago-jago berkepandaian tinggi yan gmempunyai nama terkenal di dalam Bulim pada menggeletak mati di tengah jalan.
Siapakah pembunuhnya" Siapapun tidak tahu....
---0-dewi-0--- Kereta kencana bayangan iblis hujan darah, angin berbau amis laksana angin topan yang melanda dan membasmi seluruh dunia persilatan
Karena itu, kereta kencana yang tertancapkan dua kuntum bunga mawar merah telah berubah jadi pertanda munculnya malaikat maut, tanda dari suatu kematian!
Setiap seorang Bulim yang membicarakan soal "kereta air muka mereka tentu berubah mereka takut malaikat elmaut menghampiri mereka....
Tan Kia-beng dengan mengajak kedua orang siluman tua itu sewaktu tiba di kota Kiem Leng tepat pada saat saat tegangnya suasana di dalam Bulim.
Disepanjang mereka melihat berpuluh puluh bahkan beratus ratus orang jagoan Bulim pada melakukan perjalanan dengan tergesa gesa.
Bahkan diantara mereka ditemukan juga para jago-jago serta iblis iblis tua yang jarang munculkan diri di dalam Bulim Mendadak terdengar Pek-tok Cuncu tertawa dingin.
"He he he hey pencuri tua, kau merasakan sesuatu?"
tanyanya. "Haaa haaa maksud dari aku si pencuri tua bagaimanapun kita tidak punya kerja, bagaimana kalau kita ikut melihat keramaian?"
"Hm! Aku tahu kau si pencuri tua paling banyak berakal setan, kali ini aku akan melanggar kebiasaan, semuanya ikuti dirimu saja."
Tan Kia-beng tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan, karena itu dia tidak ikut mengambil pendapat.
Kiranya Pek-tok Cuncu serta Su Hay Sin Tou sudah salah menganggap para jago yang ditemuinya selama di dalam perjalanan ini bertujuan hendak mencelakai Tan Kia-beng karena itu dalam hati mereka merasa sangat tidak puas.
Mereka berdua semuanya adalah manusia manusia yang paling suka mencari gara gara setelah mengambil keputusan itu si pencuri sakti pun telah memikirkan satu akal.
Sewaktu mereka tiba di kota Wu Han dan beristirahat di dalam rumah penginapan mendadak Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu berkata, "Kalian cuci cuci lah muka terlebih dulu aku si pencuri sakti mau pergi sebentar!"
Tidak lama kemudian dia sudah berjalan kembali dengan membawa sebuah buntalan besar.
"Toako!" ujarnya sambil memandang ke arah Tan Kia-beng dengan mengerutkan alisnya rapat rapat. "Baju pengemismu yang dekil dan bau ini sungguh memuakkan sekali lebih baik kau berganti pakaian saja!"
Tan Kia-beng lantas tundukkan kepalanya memandang sekejap ke atas pakaian yang dipakaian itu belum sempat dia mengucapkan kata-kata Pek-tok Cuncu yang ada di sisinya sudah menyambung, "Kau tidak usah kuatir lagi, bilamana ada orang yang mencari gara gara lagi dengan dirimu biarlah aku si siluman tua berdua yang bereskan, aku mau lihat mereka sebetulnya mempunyai nyali yang seberapa besar"
"Benar! Toa ko coba kau bayangkan bagaimana gagah dan kerennya Han Tan Loojien pada tempo hari." sambung si pencuri sakti lagi dengan cepat. "Toako adalah ahli warisnya, seharusnya kau membangun kembali kekayaan serta
kecemerlangan dari nama perkumpulan Teh Leng Kauw; kau tidak boleh selalu bersembunyi sembunyi saja seperti cucu kura kura?"
Tan Kia-beng yang dikatai sana sini tiada hentinya lama kelamaan tertarik juga dia lantas tertawa tergelak.
"Haa.... haa kalian ingin kata aku orang she Tan benar-benar adalah seorang manusia yang takut akan gara gara"
cuma saja di dalam urusan ini ada sedikit kesalah pahaman maka aku tidak ingin mencari kerepotan buat diri sendiri."
"Kalau memangnya tidak takut urusan ada seharusnya kau cepat-cepat berubah kembali dengan wajah semula" teriak Su Hay Sin Tou sambil tertawa keras, "Setelah berganti pakaian kita harus cepat-cepat bersantap"
Demikianlah dengan cepat dan tergesa gesa Tan Kia-beng berdandan sehingga akhirnya berubah kembali dengan wajahnya yang tampan.
Setelah berganti pakaian dengan sebuah jubah dandanan seorang kongcu yang amat perlente keadaannya pada saat ini benar-benar amat gagah dan menarik sekali.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu lantas sengaja selipkan itu pedang pusaka Kim Ceng Giok Hun Kiam yang selama ini diincer oleh orang, pada pinggang sebelah kiri sedang seruling Pek Giok Siauw dari Han Tan Loojin diselipkan pada pinggang kanan, setelah itu dia lantas bertepuk tangan dan tertawa keras.
"Haa haa.... demikian baru mirip dengan seorang enghiong yang mengerti Bun maupun Bu." serunya.
Pek-tok Cuncu pun dengan pandangan girang
memperhatikan sang pemuda yang tampan, perlente dan baru saja ia kenali ini.
"Ayoh kita pergi!" serunya keras. Kita harus mengadakan pesta untuk merayakan persahabatan kita bertiga, tidak mabok jangan berpisah."
Sejak munculkan dirinya di dalam dunia kangouw Tan Kia-beng sangat jarang berkenalan dengan orang kini setelah bertemu dan bersahabat dengan dua orang siluman tua yang sangat luas pengalamannya di dalam dunia kangouw
membuat hatinya benar-benar amat girang.
Mereka bertiga dengan langkah terburu-buru berjalan keluar dari rumah penginapan menuju ke rumah makan dan yang terbesar di kota itu kemudian mencari satu meja pesan sayur dan arak mulai bersantap dengan girangnya.
Saat ini angin topan yang melanda dunia kangouw semakin santer, para jago-jago Bulim yang berkepandaian tinggi rata rata sudah pada terjun ke dalam dunia kangouw untuk cari sejak kereta kencana tersebut.
Karena hampir sebagian besar jago menganggap pemilik kereta kencana itu adalah si Penjagal Selaksa Li Hu Hong dan mengetahui pula Tan Kia-beng adalah anak murid dari iblis tua itu sudah tentu tujuan merekapun dialah pula pada pemuda tersebut.
Munculnya Tan Kia-beng secara terang terangan di kota Wu Han ini segera memancing kegaduhan seluruh jago Bulim yang ada di kota tersebut.
Terutama sekali anak murid dari perkumpulan Kay-pang, sejak semula mereka sudah menyebar mata matanya untuk mengawasi terus gerak gerik mereka.
Pek-tok Cuncu serta Su Sin Tou yang mempunyai sepasang mata yang amat tajam sekali pandang saja sudah mengetahui seluruh kejadian tersebut.
Mereka lantas saling bertukar pandangan sejenak kemudian tertawa terbahak-bahak.
Sambil angkat cawan masing-masing teriaknya dengan keras.
"Malam ini kita harus banyak banyak membagi rejeki, kita berdua harus baik-baik keringkan cawan arak"
Pada saat itulah di atas loteng rumah makan itu mendadak muncul seorang pengemis tua yang berambut keperak perakan dengan membawa sebuah toya dari perak pula dengan perlahan dia berjalan mendekati mereka bertiga dengan langkah tegap.
Si pencuri sakti yang berpengetahuan luas, sekali pandang segera mengenal kembali orang itu bukan lain adalah salah satu tianglo perkumpulan Kay-pang si kakek toya perak Thio Cau adanya.
Walaupun begitu dia masih berpura pura tidak melihat bahkan melanjutkan kembali ge***nya dengan si Pek-tok Cuncu.
sitongkat perak sama sekali tidak mengganggu kedua orang siluman tua itu, sebaliknya kepada Tan Kia-beng sambil merangkap tangannya menjura berkata, "Apakah saudara adalah si.... sii...."
"Siapakah iblis" sambung seseorang dengan suaranya yang halus merdu.
Si kakek tongkat perak adalah seorang cianpwee yang mempunyai kedudukan tinggi di dalam Bulim, untuk
mengatakan anak iblis dan kata ini dia merasa rada canggung sehingga seolah olah selama setengah harian lamanya tak sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun, siapa sangka perkataan selanjutnya sudah disambungkan orang lain.
Sepasang mata Tan Kia-beng yang amat tajam bagaikan kilat dengan cepat menyapu sekejap keseluruh loteng, mendadak dia menemukan seorang gadis berbaju hijau muda sedang bersantap didekat jendela, karena dia membelakangi dirinya maka pemuda tersebut tak dapat melihat jelas wajahnya.
Hanya sebentar saja dia sudah berdiri dan menjura balas memberi hormat,
"Cayhe Tan Kia-beng, kau orang tua ada petunjuk apa?"
tanyanya. Sepasang mata yang amat tajam dari si kakek tongkat perak itu segera berkelebat memperhatikan sekejap ke arahnya.
"Loolap ada beberapa perkataan yang hendak minta petunjuk dari saudara, apakah aku boleh membuka bicara?"
"Silahkan!" seru pemuda itu sambil tertawa nyaring.
Mendadak Pek-tok Cuncu menoleh dan tertawa dingin.
"Hee.... hee.... aku kira siapa yang begitu bernyali berani mengganggu kesenangan kami bersaudara minum arak, kiranya kau si pengemis"
"Eeei.... eei.... kau jangan menghina! dia adalah Djie Tianglo dari Kay-pang, bagaimana mungkin dia tak suka memandang sebelah mata kepada kita dua orang siluman tua!
sambung Su Hay Sin Tou sambil tertawa.
Padahal sejak semula si kakek tongkat perak sudah melihat adanya kedua orang siluman tua itu, cuma saja dikarenakan mereka berdua berpura pura tidak melihat maka itu diapun tidak menyapa
Kini mendengar mereka berdua saling berbicara sambung menyambung mukanya segera berubah hebat.
"Kalian berdua tidak usah menggoda lagi" serunya dingin,
"Terang terangan tadi kalian melihat munculnya aku si pengemis tua, tetapi kalian sengaja berpura pura tidak melihat, coba kalian pikir siapa yang sudah jual mahal, kalian apa aku si pengemis tua?"
"Haa.... haa.... baiklah akan aku anggap perkataanmu ceng li!" seru Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu sambil tertawa terbahak-bahak, "Sekarang aku mau tanya padamu kau datang datang mau mencari balas dengan Toa ko ku tanpa memberitahu kepada kami dua orang siluman tua, apa inipun salah kami?"
"Siauwhiap ini adalah Toako kalian?" katanya dengan menyindir.
Dalam hati si kakek tongkat perak merasa kheki bercampur geli, tetapi dia tahu seluruh perbuatan dari kedua orang siluman tua ini amat aneh dan sukar untuk dihadapi maupun dilayani, dia tidak berani mencari gara gara dengan mereka justru diriya karena tidak ingin mengikat permusuhan dengan manusia manusia yang tidak suka pakai aturan ini.
Karena itu walaupun dalam hati dia merasa geli tapi tak berani ditunjukkan keluar, diapun rada tertegun sesaat kemudian baru tertawa tergelak gelak.
"Soal ini kau tidak usah kuatir lagi, aku si pengemis tua datang mencari Siauw ko ini bukannya hendak mencari balas
tetapi mempunyai suatu urusan penting yang hendak dirundingkan dengan dirinya."
Tan Kia-beng yang kuat dia banyak rewel disana lantas mengambil keluar sekeping perak dan dilemparkan ke atas meja.
"Kalau memangnya Loocianpwee ada urusan lebih baik kita cari suatu tempat yang aman, tempat ini bukan tempat yang baik untuk berbicara."
"Kalau begitu aku si pengemis tua akan menunjuk jalan buat saudara saudara sekalian, mari ikut aku"
Tiga orang tua dan seorang pemuda segera meninggalkan rumah makan itu.
Dengan dipimpin oleh si kakek bertongkat perak mereka berjalan keluar kota dan menuju kesebuah gardu yang sudah hancur di tengah sebuah bangunan bobrok.
"Pada waktu dekat ini apakah Siauwhiap pernah bertemu dengan suhumu?" tanya si kakek bertongkat perak itu sambil menghela napas panjang.
"Suhuku" apakah yang kau maksudkan si "Ban Li Im Yen"
Lok Tong....?"
"Yang loolap maksudkan adalah Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong."
"Ooouw.... kau sudah salah sangka, dia bukan suhuku melainkan adalah suhengku, aku berani menjamin sejak kini dia tidak bakal berbuat jahat lagi."
"Perkataanmu ini apakah sungguh?"
"Hmm! dengan seruling Pek Giok Siauw dari suhuku aku sudah hukum dirinya selama tiga tahun ini melakukan seratus
perbuatan mulia untuk menebus dosanya, aku rasa dia kini tidak bakal berani membunuh orang"
"Hmm! cuma sayang dia tidak suka berubah sebaliknya malah semakin ganas lagi, perbuatannya semakin buas dan kejam."
"Aakh.... ada urusan begini."
Mendadak Tan Kia-beng meloncat bangun dan memandang ke arah pengemis tersebut dengan sinar mata berkilauan.
"Tanpa sebab loolap tega akan mencela orang lain."
Diapun lantas menceritakan seluruh kejadian yang baru saja terjadi di dalam dunia persilatan.
Tan Kia-beng tahu dengan kedudukan serta nama besar dari si kakek bertongkat perak dia tidak bakal bicara sembarangan setelah termenung sebentar mendadak dengan marahnya dia berseru;
"Hmm! sekarang aku paham sudah. perbuatan ini pastilah dilakukan oleh mereka berdua, yang asli jadi kabur yang kabur jadi asli"
"Siapa"...."
Bukan si kakek bertongkat perak saja yang bertanya dengan kaget sekalipun Pek-tok Cuncu si Rasul Racun serta Su Hay Sin Tou si pencuri saktipun pada menengok ke arahnya dengan mata melotot.
Tan Kia-beng pun lalu menceritakan seluruh
pengalamannya sewaktu pertama kali bertemu muka dengan si kakek tua berkerudung hitam serta gadis berbaju putih yang berkerudung pula, bahkan mengutarakan sekalian rasa curiga yang terpendam dihati.
"Toako, tempo hari kau sudah membuang suatu
kesempatan yang baik" sela Su Hay Sin Tou si pencuri sakti secara mendadak, "kalau memangnya Teh Leng Su Ci adalah dayang yang melayani Teh Leng hujien pada masa yang lalu kenapa kau tidak sekalipun bertanya dahulu Han Tan Loojien kesemuanya menerima berapa orang murid" menurut
penglihatan aku si pencuri tua ada kemungkinan si kakek tua berkerudung hitam itupun adalah murid dari Han Tan Loojien."
"Kalau memangnya begitu" sambung Pek-tok Cuncu si Rasul Racun dengan cepat. "Kita harus cepat-cepat mencari dan menangkap si kakek tua berkerudung hitam maka urusan tidak sukar untuk diselidiki sampai jelas."
Dengan perlahan Tan Kia-beng mengelengkan kepalanya.
"Sekalipun kita bisa berkata demikian tetapi bagaimanakah si kakek tua berkerudung itu akupun belum pernah
menemuinya kita harus pergi kemana mencari dia?" katanya.
Semua orang kini jadi terpenting untuk bersama-sama ikut peras otak memecah persoalan ini.
Mendadak Tan Kia-beng mendongakkan kepalanya kembali dan ujarnya kepada si kakek bertongkat perak itu.
"Mata mata Kay-pang tersebar diseluruh penjuru, tahukah kau dimana letaknya perkampungan Thay Gak Cung tersebut"
Aku rasa Thay Gak Cungcu rada mencurigakan".
"Ehmm benar!" jawab si kakek bertongkat perak sambil mengangguk. "Bilamana kita tinjau dari nama serta kedudukannya di dalam Bulim memang Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong rada mencurigakan, tetapi orang ini pandai menyembunyikan dirinya bahkan siapapun tidak pernah tahu dimanakah letaknya perkampungan Thay Gak Cung serta tak seorangpun yang pernah mendatangi perkampungan tersebut.
cukup ditinjau dari hal ini sudah membuat hati kita mau tak mau harus menaruh curiga, sejak ini loolappun harus lebih berhati-hati lagi menghadapi dirinya.
Dia berhenti sebentar untuk menghela napas panjang lalu sambungnya.
Kebanyakan orang-orang Bulim semua menganggap si
Penjagal Selaksa Li Hu Hong adalah seorang pembunuh manusia, sekalipun banyak hal yang mencurigakan terpancang di depan mata, mereka tak mau merewesinya dan hal ini memang merupakan kesempatan yang amat bagus buat
seorang yang bermaksud mengacau untuk lebih mengeruhkan suasana. Kini para jago dari setiap partai sudah dikirim keempat penjuru untuk mencari tahu jejak kalian berdua engkoh cilik! untuk menghindarkan diri dari keributan yang tak ada gunanya lebih baik untuk sementara waktu kau
menyingkir lah."
Dia mendehem beberapa kali, terakhir tambahnya.
"Pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam adalah barang berharga yang diincer incer oleh orang banyak, seharusnya kau jangan berbuat gegabah dengan menyorenkan pedang itu dipinggangmu, nasehat loolap lebih baik kau simpan saja benda tersebut di dalam saku!"
"Perhatian dari Loocianpwee ini sudah tentu boanpwee merasa amat berterima kasih sekali!" ujar Tan Kia-beng sambil mengangguk Tetapi maaf aku orang she Tan tidak bisa mengikuti nasehatmu itu aku belum pernah berbuat salah lalu apa gunanya bersembunyi sembunyi" apalagi dipikir menghindar pun bukan suatu cara yang baik."
Pek-tok Cuncu yang telah lama tidak angkat bicara mendadak mendengus dingin.
"Beberapa orang itu menganggap kepandaian silat yang dimilikinya sudah cukup dahsyat dan bisa menghadapi segalanya dengan sukses. Hmmm! setiap kali ada urusan penting mereka pada berdatangan dengan berkerumun salah mereka sendiri tidak suka menggunakan otak! bilamana mereka berani datangcari gara gara biarlah aku kasih sedikit hajaran buat dirinya."
Ha ha ha.... akupun sangat setuju sekali dengan perkataan dari Toa ko itu, kalau memangnya tidak pernah membunuh orang baik buat apa harus menghindar" sekalipun kau pernah berbuat sebagai seorang enghiong hoo han dan lelaki sejati berani berbuat tentu berani bertanggung jawab, apanya yang perlu ditakutkan lagi" kini urusan sudah jadi begini bilamana bisa diberi penjelasan sudah tentu hal itu amat bagus sekali, tetapi bilamana mereka tidak suka pada aturan maka aku akan hajar mereka kocar kacir dan kalang kabut."
Beberapa perkataan ini segera membuat Si kakek
bertongkat perak menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Aah.... payah, payah! pengacau cilik ini sudah diliputi oleh dosa membunuh yang bertumpuk tumpuk?" pikirnya. Kini ditambah lagi dengan kedua orang siluman tua itu di sisinya, bilamana tidak dibimbing dengan baik maka suatu ombak belum tenang angin taupan yang lebih dahsyat bakal melanda, heeei...."
Berpikir sampai situ si kakek bertongkat perak lantas merasa tak ada persoalan lain lagi yang bisa ditanyakan diapun lantas bangun berdiri.
"Si pengemis aneh serta Hong Jen Sam Yu telah berangkat terlebih dulu ke depan dia meminta loolap untuk sampaikan pada Siauwhiap akan beberapa patah kata, dia bilang semua urusan harus bertindak menurut keadaan yang
menguntungkan, dan jangan sampai salah melangkah, kini peristiwa tersebut sudah menggetarkan semua jago Bulim ia berkat urusan tidak lama kemudian akan terungkap, dia minta engkoh cilik suka bersabar sejenak.... perkataan loolap sudah selesai sekarang juga aku mohon diri dulu."
"Terima kasih atas perhatian dari Loocianpwee aku merasa sangat berterima kasih sekali" seru Tan Kia-beng sambil merangkap tangannya memberi hormat "Sejak ini hari bila tidak sampai urusan amat penting boanpwee tidak bentrok dengan orang lain."
Si kakek bertongkat perak itupun lantas merangkap tangan menjura kepada kedua siluman tua tersebut, kemudian dengan menutulkan ujung tongkatnya ke atas tanah tubuhnya berkelebat melalui tembok pekarangan berlalu dari sana.
setelah si kakek bertongkat perak pergi dengan rasa kecewa Pek-tok Cuncu si Rasul Racun mengulet.
"Haayaa.... setelah mendegnar perkataan dari si pengemis tua yang kecewa itu maka rasa tegang dan semangatkupun jadi kendor kembali Kini tak ada urusan lagi disini ayoh cepat berangkat, buat apa kita tetap tinggal disini?"
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti yang kesenangannya kena dihapus oleh omongan si pengemis tua itupun dengan ogah ogahan melirik sekejap ke arah sang pemuda kemudian bangun berdiri siap-siap buat apa meninggalkan tempat tersebut.
Sebaliknya Tan Kia-beng sudah terjerumus ke dalam lamunan, dia merasa amat gusar sekali dengan terjadinya peristiwa ini, dia tidak perduli bagaimana akhirnya kesalahpahaman partai Bulim terhadap dirinya, demi
ditegakkannya keadilan dia harus campur tangan di dalam urusan ini.
Bersamaan itu pula dia merasa yakin kalau peristiwa ini bukan hasil perbuatan dari si Penjagal Selaksa Li Hu Hong.
Untuk mencuci bersih kesalah pahaman jago-jago Bulim terhadap partai Teh-leng-bun dia harus ikut campur di dalam urusan ini sehingga dapat menjadi jelas.
Sewaktu dilihatnya su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cuncu si Rasul Racun sudah pada bangun berdiri mendadak dia berkata, "Bilamana kalian berdua ada urusan silahkan berlalu terlebih dulu, bagaimana akibatnya cayhe tetap akan turun tangan mengadakan penyelidikan hingga urusan ini jadi jelas, disamping itu akupun hendak mencari suatu kesempatan untuk bergebrak melawan majikan kereta kencana yang amat misterius itu; aku mau lihat apakah orang itu benar-benar memiliki kepandaian yang amat dahsyat sehingga patut mendapatkan pujian."
"Haa.... haa.... bagus! bagus sekali!" teriak Su Hay Sin Tou si pengemis sakti sembari tertawa terbahak-bahak. "Selama beberapa hari ini aku si pencuri tua memangnya lagi murung, bilamana Toa ko mempunyai maksud untuk berbuat begini aku si pencuri tua pasti akan mengiringinya dengan senang hati, buat apa aku meninggalkan Toako?"
"Hmm! loohu rada tidak percaya kalau cuma dikarenakan seorang kakek tua celaka serta seorang siluman perempuan sudah cukup untuk mengacau seluruh Bulim jadi kocar kacir dan kalang kabut." seru Pek-tok Cuncu si Rasul Racun dengan seramnya Menurut penglihatanku dibalik seluruh peristiwa ini pasti ada orak pemimpinnya, ada kemungkinan juga peristiwa ini adalah suatu rencana busuk yang maha besar sekali, hmmm, cuma sayang sifat loohu paling tidak suka campur
tangan di dalam urusan orang lain, kalau tidak akupun ingin pergi mencari gara-gara dengan otak pemimpin yang menyusun seluruh rencana busuk ini"
"Haaa.... haa apa kau kira si pencuri sakti tidak mempunyai pikiran seperti kau?" seru Su Hay Sin Tou si pencuri sakti lagi sambil tertawa tergelak, "Tetapi kau harus tahu kita berdua sudah tua bangka sedangkan Toako mirip Sang Surya yang baru saja terbit di ufuk Timur, kini kita sudah bersahabat dengan dirinya, ada seharusnya kitapun turun tangan membantu dirinya melenyapkan kejahatan di dalam Bulim dan bantu dirinya angkat nama di dalam dunia kangouw"
Di atas wajah Pek-tok Cuncu si Rasul Racun yang hijau pucat dan amat menyeramkan itu mendadak terlintaslah satu cahaya terang.
"Perkataanmu sedikitpun tidak salah, kalau begitu kita kerjakan demikian saja!" teriaknya.
Nada suaranya amat teguh dan tegas, jelas persahabatan antara sisiluman tua yang memusingkan kepala orang Bulim dengan Tan Kia-beng ini dari suatu perkenalan yang aneh kini barulah menjadi ikatan persahabatan yang akrab sekali.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti yang melihat perkataannya berhasil menggerakkan hati Pek-tok Cuncu si Rasul Racun dia kembali berkata, "Hey siular beracun. kepandaian silatmu dan kepandaian silatku adalah seimbang sehingga selamanya sukar untuk menentukan siapa menang siapa kalah,
bagaimana kalau sekarang kita mengadakan suatu taruhan lagi?"
"Pada waktu seperti ini siapa yang punya waktu untuk bertanding dan bertaruh dengan dirimu" lebih baik kita bicarakan urusan penting yang ada dihadapan mata?"
---0-dewi-0--- JILID: 17 "Taruhan yang kau katakan justru ada sangkut pautnya dengan urusan ini, beranikah kau bertanding dan bertaruh kembali dengan aku si pencuri tua?"
"Hmm kapan loohu pernah menghindari pertandingan dengan dirimu?" seru Pek-tok Cuncu si Rasul Racun sambil mendengus berat, asalkan tidak sampai menyalahi urusan penting kau boleh ajukan persoalan loohu pasti akan menerima tantanganmu tersebut"
"Haa.... haa.... aku si pencuri tua tidak takut berani menolak" kata Su Hay sin Tou si pencuri sakti sambil tertawa terbahak-bahak.
Sinar matanya dengan perlahan dialihkan ke atas tubuh sang pemuda dan memandangnya sekejap.
"Bukankah saat ini Toako lagi murung karena munculnya kereta kencana berulang kali sambil melukai orang sehingga kesalah pahaman ini terjatuh ketangan kita" Toako! kau tidak usah kuatir, mulai kini secara berpisah kita masing-masing mengadakan penyelidikan sendiri siapakah sebenarnya orang yang sudah mengacau secara diam-diam itu, bersamaan itu pula kita tentukan di dalam sepuluh hari ini siapakah yang berhasil memperoleh berita dahulu dialah yang menang bagaimana maksudmu?"
"Bagus! kita tentukan demikian saja, sepuluh hari kemudian kita bertemu kembali disini!"
Tan Kia-beng yang melihat mereka berdua begitu simpatik di dalam urusan dirinya dalam hati benar-benar merasa amat berterima kasih.
Loocianpwee berdua suka begitu menaruh perhatian di dalam urusan ini cayhe merasa benar-benar amat berterima kasih ujarnya sambil merangkap tangannya memberi hormat, Cuma saja kalian berdua bebas laksana burung bangau yang terbang diangkasa, kenapa kalian harus melibatkan diri di dalam kancah tersebut hanya dikarenakan urusan pribadi cayhe?"
"Haaa.... haa.... Toako kau terlalu merendah teriak mereka berdua berbareng. Tempo hari Liuw Kwan serta Thio tiga orang angkat saudara bersumpah sehidup semati, apakah hal itu bisa dibuat mainan" urusanmu kini adalah urusan kami juga, bilamana kau berkata begitu bukankah sama saja kau memandang kami seperti orang luar saja" apa lagi Locianpwee tiga kata itu.... waah.... waah.... kami tidak berani untuk menerimanya dan kau yang berkata harus dihantam kini waktu sudah mendesak kitapun harus berangkat dulu!"
Sehabis berkata mereka mengenjotkan tubuhnya, satu ke arah Timur yang lain ke arah Barat hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap tak berbekas.
Tan Kia-beng yang mendengar perkataan mereka berdua itu segera merasakan darah panas bergolak dengan hebatnya di dalam rongga dada, dia benar-benar merasa terharu.
Sejak ia terjunkan dirinya ke dalam dunia kangouw apa yang dialaminya selama ini hanyalah kekerasan, pembunuhan pengerubutan, jarang sekali ada orang yang suka mengikat persahabatan yang demikian akrabnya dengan dia.
Tidak disangka maksud guyonnya dengan kedua siluman tua itu ternyata mendapat anggapan yang ada diluar dugaan, walaupun sifat mereka rada kukoay dan aneh (eksentrik) tetapi rasanya mereka bukanlah seorang kawan yang tidak patut diajak bersahabat malah justru spontanitas dari mereka melebihi orang lain
Waktu itu kentongan kedua sudah menjelang, dengan terharunya dia menghela napas panjang.
Ia merasa walaupun Su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cuncu si Rasul Racun yang gagah dan bersedia membantu dia untuk menyelidiki urusan ini tapi teringat akan banyaknya jago-jago lihay dari partai besar Bulim dia merasa apakah mereka berdua berhasil mengetahui jelas urusan ini dalam waktu yang amat singkat
Walaupun mereka berdua pendekar kukoay yang amat
terkenal di dalam Bulim tentu usaha mereka itu bisa mencapai tujuan dengan lancar, apalagi urusan pribadinya mana boleh minta bantuan dengan orang lain"
Teringat akan hal ini dalam hati dia lantas mengambil keputusan untuk pergi ke markas besar perkumpulan Kay-pang, dia ingin mengetahui peristiwa apa yang sudah terjadi waktu itu kemudian dari hal hal yang penting ia hendak mencari titik titik kelemahan serta hal hal yang mencurigakan.
Sewaktu tubuhnya meloncat ke luar dari kebun bobrok itulah, tiba-tiba.... serentetan suara berputarnya roda kereta berkumandang masuk ke dalam telinganya, mendadak dia merasa hatinya berdetak.
Bagaimana mungkin pada waktu sepagi ini ada kereta yang dilarikan begitu kencang" Apa mungkin kereta kencana pembawa maut itu" pikirnya.
Tubuhnya dengan cepat laksana meluncurnya anak panah terlepas dari busurnya menya ke arah dimana berasalnya suara kereta tersebut.
Jarak antara bangunan kuno serta jalan raya tidak terlalu jauh, hanya di dalam beberapa kali loncatan saja dia sudah menemukan sebuah kereta kencana yang amat mewah


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan amat cepatnya meluncur datang dari arah Timur debu mengepul memenuhi angkasa diselingi suara bergetarnya cambuk memecahkan kesuyian
Dalam keadaan samar-samar itulah mendadak dia
menemukan kusir kereta tersebut ternyata bukan lain adalah si kakek tua berkerudung hitam itu.
Dengan penemuan ini seketika itu juga sang pemuda merasa terkejut bercampur girang.
"Berhenti...." bentaknya keras.
"Sreeet....!?" dengan cepatnya dia mengenjotkan tubuhnya melayang ke depan untuk mengadakan pengejaran
Ilmu meringankan tubuh "Poh Poh Cim Im" yang digunakan Tan Kia-beng ini adalah sebuah ilmu meringankan tubuh yang amat dahsyat sekali di dalam Bulim hanya di dalam sekejap saja dia sudah berhasil menyandak tepat di belakang kereta kencana tersebut.
Agaknya penghuni kereta tersebut merasa adanya orang yang lagi mengadakan pengejaran, larinya kudapun semakin dipercepat lagi.
Terdengar suara berputarnya roda yang amat
membisingkan telinga kereta tersebut dengan amat cepatnya menerjang masuk ke dalam sebuah hutan pohon siong.
Dikarenakan adanya pengalaman tempo hari kali ini Tan Kia-beng tidak berani berlaku gegabah lagi hawa murninya ditarik panjang panjang sehingga kecepatan gerakannyapun bertambah hanya di dalam sekejap saja diapun ikut menerjang masuk ke dalam hutan
hutan pohon siong ini amat rapat dan gelap sedikit sinarpun tidak ada yang memancar masuk ke dalam sehingga suasana menjadi gelap gulita.
Sebentar saja dia telah kehilangan jejak dari kereta kencana tersebut.
Tapi tiba-tiba dia menemukan kereta itu kembali muncul diluar hutan hatinya jadi mendongkol sehingga tak kuasa lagi bentaknya keras, "Malam ini sekalipun kau terbang kelangit siauw yamu tetap akan melakukan pengejaran."
Dengan menggunakan gerakan Uh Huan Sing Ih atau
barang berpindah bintang bergeser dia meluncur ke dalam hutan semakin cepat untuk kemudian menubruk ke arah kereta kencana itu.
Waktu itu kereta kencana sedang menaiki sebuah bukit kecil dengan kecepatan yang luar biasa, tetapi jelas kelihatan bergoyang keras seperti kehilangan kendali
Baru saja Tan Kia-beng berhasil menubruk ke atas kereta, kuda itu sudah lari miring kesamping....
Pemuda yang memangnya merupakan seorang penunggang kuda jempolan dengan sebatnya melayang ke depan kereta, waktu itulah dia baru menemukan kalau sang kusir sudah lenyap tak berbekas.
Tanpa pikir panjang lagi sepasang tangannya lantas menyambar tali les dan menggetarkannya kembali ke jalan
yang sebetulnya, dengan begitu kereta tersebut kembali jadi tenang
Setelah keadaan bisa dikuasai dengan telapak tangan melindungi dada Tan Kia-beng mulai memeriksa seluruh ruangan dari kereta itu.
Jelas tak usah diterangkan si kakek tua berkerudung hitam itu tentunya sudah melompat naik ke atas pohon sewaktu melewati hutan pohon siong yang gelap tadi, karena dirinya kurang waspada sudah terkena siasat orang lain membuat pemuda ini jadi cemas bercampur gusar.
Kedua ekor kuda yang menarik kereta kencana itu adalah kuda kuda jempolan yang bisa lari seribu satu hari, setelah keadaan jadi tenang kembali iapun lantas berlari ke dalam hutan.
Pada saat sang pemuda lagi kebingungan dan ragu ragu itulah mendadak sebuah jala yang amat besar jatuh dari atas dan mengurung seluruh kereta tersebut kencang kencang.
Tidak lama jala itu jatuh dari atas pohon mengurung kereta tersebut kembali tampak berkelebatnya sinar kebiru biruan disusul meluncurnya sesosok bayangan manusia menjebol jala tersebut.
Kiranya Tan Kia-beng sudah mencabut keluar pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiamnya dan menghancurkan jala tersebut sewaktu dia merasa terkurung
Dengan ketajaman pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam yang amat tajam itu sudah tentu tidak sulit baginya untuk membuat satu lubang pada jala itu.
Baru saja tubuhnya melayang ke atas permukaan tanah, dari empat penjuru segera berkumandang keluar suara
bentakan yang amat ramai disusul dengan munculnya berpuluh puluh orang disana.
Orang pertama yang unjukkan dirinya bukan lain adalah Hwee Im Poocu Ong Cang bersama seorang nenek tua
berambut putih yang mencekal sebuah tongkat.
Sambil menuding ke arah Tan Kia-beng mendadak dia memperdengarkan suara tertawanya yang amat
menyeramkan. "Aku orang she Ong ada dendam apa dengan kau" kenapa kau membunuhi anggota bentengku menggunakan
kesempatan sewaktu tak ada di dalam Benteng" kau bangsat anak jadah! aku bunuh kau!"
Tan Kia-beng jadi melengak belum sempat dia
mengucapkan sepatah katapun mendadak dari samping kalangan muncul kembali seorang pemuda tampan berusia tujuh delapan belas tahunan yang sudah menyambung dengan suara dingin.
Di tengah malam membunuh orang di tengah angin
kencang membakar semua rumah semuanya adalah perbuatan seorang bajingan, tidak kusangka perbuatan itu bisa muncul di tangan pemuda seperti kau.... hoo.... aku ikut merasa sayang buat dirimu"
"Omong kosong!" bentak Tan Kia-beng sambil mengerutkan alisnya rapat rapat. "Aku orang she Tan bukanlah manusia macam itu!"
"Haa haa aku orang she Sak paling tidak suka ikut campur urusan orang lain, urusan ini tidak usah kita bicarakan lagi, sekarang aku mau tanya orang yang menunggang kereta mengacau di kuil Sam Cing Kong di gunung Bu-tong-san apakah kalian suhu murid berdua?"
Belum sempat Tan Kia-beng menjawab mendadak dari
tengah hutan kembali terdengat suara bentakan yang amat nyaring seorang Tootiang tua yang menyoren pedang sambil membaca doa muncul di tengah kalangan dengan langkah yang amat perlahan.
Tootiang ini bukan lain adalah Loo Hu Cu salah satu anggota Go-bie Ngo cu, dengan wajah dingin menyeramkan dia memandang ke arah sang pemuda tanpa berkedip, lalu sambil merangkap tangannya dia memberi hormat kepada pemuda tampan tersebut.
Kepada Hwee Im Poocu diapun kemudian mengangguk.
"Ouw.... Ong heng juga sudah datang?"
Mendadak dia menemukan si nenek tua yang ada
disamping Hwee Im Poo cu itu dengan wajah penuh perasaan terperanjat dia merangkap tangannya memberi hormat.
"Oouw, kiranya Ih Bok Popo juga ada di sini."
Ih Bok Popo ini adalah istri dari "Gak Yang Kiam Khek atau dengan perkataan lain adalah Sunyio dari Hwee Im Poocu kedudukannya di dalam Bulim sangat tinggi jadi orang pun amat sombong dan berangasan, sedikit salah lantas dia sudah turun tangan membunuh orang.
Kini melihat Loo Hu Cu menyapa terhadap dirinya dia pun lantas mengangguk.
"Ada urusan apa yang begitu penting sehingga mengagetkan ciangbunjin dari Go-bie pay untuk turun tangan sendiri?" ujarnya.
Sikapnya kembali jadi sombong kembali.
Dengan sinar mata penuh perasaan benci dan mendendam Loo Hu Cu melirik sekejap ke arah Tan Kia-beng kemudian menghela napas panjang.
Teringat olehnya akan kedahsyatan dan ketenaran nama Go-bie Ngo Cu tempo hari di dalam Bulim tidak disangka ini hari hanya tertinggal dia seorang saja seketika itu juga membuat semangat serta nafsu untuk merebut gelar jagoan nomor wahid diseluruh dunia kangouwpun ikut terhapus musnah saat ini yang dpikirkan hanyalah bagaimana mencari balas atas kematian kawan kawannya.
Ih Bok Popo yang melihat lama sekali Loo Hu Cu tidak mengucapkan kata-kata kembali dia mendengus dengan amat dinginnya.
"Aku sebetulnya sudah mengundurkan diri dari keramaian dunia kangouw dan tidak ingin mencampuri urusan
keduniawian lagi, kali ini Jiang jie terus menerus mengundang dan mendesak aku suruh turun gunung satu kali untuk bergebrak melawan si iblis tua, tidak disangka orang itu tidak lebih cuma seorang bocah ingusan! Jiang jie kau sungguh keterlaluan"
Di dalam ucapannya seorang Hwee Im Pocu yang begitu terhormat dan mempunyai nama terkenal di dalam Bulim sudah berubah menjadi sebutan Jiang jin apa lagi terhadap Tan Kia-beng sama sekali memandang rendah, walaupun pada mulanya Loo cu tidak berbicara tetapi dalam hati diam-diam mendengus dingin, pikirnya, "Nenek tua kau tidak usah berjual lagak lagi nanti kau bakal tahu sendiri kalau si bocah ingusan inipun sama saja tidak gampang untuk dilayani!"
---0-dewi-0--- Kita kembali pada si pemuda tampan yang ketanggor batu dengan Loo Hu Cu, dalam hati dia merasa amat gusar sekali.
Dia sebenarnya adalah murid kesayangan dari Thian Bok Tootiang dari Bu-tong-pay dan merupakan sekuntum bunga yang paling aneh diantara angkatan muda.
Dia bernama Sak Ie dan mempunyai kedudukan yang
sederajat dengan Leng Hong Tootiang itu ciangbunjin dari Butong-pay bilamana membicarakan soal tingkat kedudukan sebetulnya dia tidaklah berada dibawah Loo Hu Cu.
Diapun seorang yang amat sombong dan jumawa, melihat Loo Hu Cu sama sekali tidak mengambil gubris dirinya mendadak dia putar badan mendesak ke arah Tan Kia-beng dan memperhatikan pemuda tersebut dengan amat teliti.
Beberapa saat kemudian Sak Ie lantas merasa si pemuda tampan ini sangat gagah dan sama sekali tidak mirip dengan seorang yang gemar berbuat jahat sehingga dalam hati tidak terasa amat keheranan
"Orang macam begini bagaimana mungkin bisa disebut sebagai iblis?" pikirnya.
Dikarenakan dalam hati dia merasa curiga dan ragu ragu maka itu nada suaranya pun tanpa terasa sudah berubah jadi semakin halus.
Dia lantas merangkap tangannya menjura.
"Jien heng apakah sianakan iblis yang dihebohkan orang-orang dunia kangouw itu" Bilamana dipandang dari dandanan serta sikapmu sangat tidak sesuai, kenapa kau hendak berbuat jahat di dalam dunia persilatan"
Tan Kia-beng pun hanya di dalam sekejap itu sudah meneliti pihak dia merasa pemuda ini sangat berbeda sekali
dengan Pek Lok Suseng sekalian, mungkin karena sikapnya yang ramah itulah dalam hati dia lantas menaruh rasa simpatik Dengan cepat diapun merangkap tangannya membalas
hormat. "Siapakah nama besar dari saudara dan berasal dari mana"
Mengenai apa yang disiarkan di dalam Bulim semuanya hanya dikarenakan kesalah pahaman saja bilamana Cun heng merasa tidak keberatan cayhe sanggup untuk menjelaskan."
"Cayhe she Sak bernama Ie, merupakan anak murid dari Bu-tong-pay, bilamana saudara mempunyai sesuatu yang hendak diucapkan cayhe tentu akan mendengarkan dengan penuh perhatian."
Pada saat itulah Hwee Im Poocu dengan membawa serta anak buahnya pada berjalan mendekati Tan Kia-beng dengan sikap yang amat kasar sekali.
Tan Kia-beng tetap berdiri tegak! Sinar mata dengan dingin menyapu sekejap kesekeliling tempat itu kemudian
memperdengarkan suara tertawa dingin yang amat
menyeramkan. Sak Ie yang ada disisinya jadi melengak dia merasa sangat tidak puas dengan situasi yang dihadapinya saat ini, dengan dinginnya ia mendengus.
Belum sempat Sak Ie mengucapkan kata-kata untuk
mencegah Loo Hu Cu mendadak berjalan maju ke depan.
"Hey! orang muda ayoh cepat menyingkir!" bentaknya kasar. "Tempat ini bukanlah tempat untuk mengikat persahabatan cepat menggelinding sana biar pinto turun tangan kasih sedikit hajaran buat dirinya"
Sak Ie yang tadi ketanggor batu ditangan kini melihat sikapnya sama sekali tidak pakai aturan semakin dibuat gusar lagi.
"Eee.... heee.... tempat ini bukanlah kuil Kun Yuan Koan di atas gunung Go-bie san, kenapa kau tidak memperkenankan aku untuk angkat bicara?" serunya sambil tertawa dingin.
Loo Hu cu yang melihat seorang pemuda dari angkatan rendah berani menyindir dirinya seketika itu juga naik darah.
"Siapa namamu dan berasal dari partai mana?" teriaknya keras. "Sungguh besar nyalimu berani berlaku kurang ajar dengan pinto"
"Cayhe adalah Sak Ie dari partai Bu-tong-pay"
"Bagaimana sebutanmu dengan Leng Hong Tootiang?"
"Dia adalah suhengku!"
Kembali Loo Hu Cu tertawa dingin.
"Heee, heee kiranya kau mengandalkan nama besar Butong-pay serta kedudukanmu yang tinggi lalu berani bertindak kurang ajar dengan pinto?"
"Cayhe sama sekali tidak mengandalkan apa untuk
menghina orang lain tetapi cayhepun tidak akan jual mahal dihadapan orang lain, bilamana kau ingin menghadapi orang ini maka urusan harus dijelaskan dulu, kalau tidak.... Hmmm jangan salahkan aku main kasar dengan kalian...."
"agaimanapun juga Bu-tong-pay adalah sebuah partai besar yang pengaruhnya amat luas, walaupun di dalam hati Loo Hu Cu merasa teramat gusar tetapi diapun tidak ingin banyak berurusan dengan dirinya.
Setelah tertegun beberapa saat lamanya akhirnya dia membentak kembali dengan suara yang amat keras, "Urusan yang sebenarnya buat apa dibicarakan lagi" coba kau lihat bukankah di atas roda kereta itu membawa bekas darah?"
Dengan adanya peringatan dari dirinya ini maka semua orang tak terasa lagi sudah pada mengalihkan sinar matanya ke atas kereta kencana tersebut.
Sebuah kereta kencana yang amat mewah kini sudah
dikotori dengan percikan darah segar.
Melihat begitu banyaknya noda darah di atas kereta seketika itu juga membuat rasa dendam serta marah dari orang-orang itu lebih mendalam satu tingkat lagi.
Terdengar Hwee Im Poocu berteriak keras.
"Tootiang harap kau suka berjaga jaga di luar kalangan, biarlah aku orang she Ong mencoba-coba kepandaian silat dari aliran Teh-leng-bun ini."
Loo Hu Cu pun tahu kalau pemuda ini sulit untuk dihadapi, karena itu dengan mengikuti aliran air mendorong perahu dia lantas menyingkir ke samping membuka suatu tempat yang kosong.
Sepasang mata Hwee Im Poocu memancarkan sinar yang amat buas, dengan perlahan pedangnya dicabut keluar dari dalam sarungnya.
Ayoh cepat cabut keluar pedangmu." teriaknya sambil menuding ke arah Tan Kia-beng, Aku akan suruh kau mati dengan jelas."
"Hmmm! Lebih baik kalian sedikit tahu diri," ujar Tan Kia-beng sambil melirik sekejap ke arahnya dengan pandangan dingin, "Kereta kencana ini bukanlah cayhe yang kemudikan
cayhe tidak lebih hanyalah salah satu pengejar belaka aku nasehati kalian lebih baik jangan mendesak keterlaluan, haruslah kalian ketahui sabar itu ada batasnya."
Hwee Im Poocu yang lagi merasa gusar mana suka
mendengarkan perkataannya, kembali dia membentak keras,
"Siapa yang mau mendengarkan omongan setanmu itu?"
Sreeet! dengan disertai suara desiran yang amat tajam pedang tersebut dengan sejajar dada meluncur ke depan.
Hwee Im Poocu sebagai seorang poocu dari suatu Benteng, sudah tentu memiliki kepandaian silat yang amat dahsyat pedangnya dengan memancarkan cahaya keperak perakan meluncur dengan cepatnya ke arah sebelah depan.
Dalam hati Tan Kia-beng tahu bilamana dia menerima datang serangan tersebut maka suatu pertempuran yang sengit dan bakal menimbulkan banjir darah akan berlangsung dihadapan mata dia benar-benar tidak suka menimbulkan urusan lagi.
Dengan cepat kakinya sedikit digerakkan ke arah samping kira-kira tiga depa jauhnya.
"Tahan!" bentaknya keras. "Aku orang she Tan sama sekali tidak takut dengan dirimu, cuma di dalam urusan ini ada sedikit kesalah pahaman apa kalian benar-benar tidak suka memberi kesempatan kepadaku untuk mengucapkan beberapa patah kata"
Hwee Im Poocu yang sudah peras keringat dan otak untuk membalas dendam buat anggota Benteng Hwee Im poonya dengan tidak mudah mengumpulkan seluruh jagoan
berkepandaian tinggi dari bentengnya untuk menjerat kereta kuda tersebut dengan menggunakan jala dan telah
menemukan pula kalau orang itu bukan lain adalah murid dari
Si Penjagal Selaksa Li sudah tentu tidak akan lepas tangan begitu saja.
Apalagi kini sudah ada sunionya disana, keinginan untuk merebut pedang pusaka tersebutpun muncul pula dihatinya.
Terang terangan dia mendengar suara bentakan dari Tan Kia-beng tetapi justru pura pura tidak mendengar.
Sinar pedang berkelebat menyilaukan mata, dengan disertai desiran tajam pedang tersebut menyambar ke arah pinggang sang pemuda.
Tan Kia-beng yang melihat datangnya serangan itu segera mengerutkan alis rapat rapat, dia mendengus dingin dan siap-siap turun tangan.
Sekonyong konyong....
Bayangan biru berkelebat. Sak Ie meoncat ke depan dengan menggunakan jurus Hun Kuang Lieh Im atau Sinar berpisah, Bayangan berkelebat, tangannya laksana kilat cepatnya menjepit ke arah datangnya serangan pedang tersebut.
Jurus Hun Kuang Lieh Im ini adalah salah satu jurus yang terlihay dari partai Bu-tong-pay, kedahsyatannya luar biasa!
Hwee Im Poocu yang lagi melancarkan serangan dengan sekuat tenaga mendadak dari samping tubuhnya melayang datang seorang yang menjepit pedangnya, di dalam keadaan gugup lantas menarik napas panjang, pedangnya ditarik ke belakang kemudian tubuhnya mundur lima depa jauhnya.
Ketika dapat dilihat orang yang baru saja merebut pedangnya itu bukan lain adalah itu sianak muda murid Butong-pay, air mukanya berubah hebat.
"Apa artinya ini" apa kau hendak membantu dirinya?"
Sak Ie lantas angkat kepalanya tertawa panjang.
"Ada pepatah mengatakan kepalan dikeluarkan cengli akan tertutup, sekalipun poocu memiliki kepandaian silat yang amat dahsyat seharusnya mengerti untuk berbicara kata cengli!
cayhe bukannya bermaksud untuk menolong Heng thay ini, cuma urusan harus kita bikin terang dulu kemudian baru mengambil tindakan!"
"Haa.... haa.... bagus, bagus sekali!" teriak Hwee Im Poocu sambil tertawa seram, "Tidak kusangka anak murid Butong pay ternyata berani turun tangan membantu bangsat itu berbicara. Hmm! Aku merasa amat sayang buat nama baik Butong pay!"
Mendadak dia menarik kembali suara tertawanya.
"Memandang di atas wajah Leng Hong Tootiang aku tidak akan banyak cari urusan dengan dirimu ayoh cepat
menggelinding pergi dari sini....!" bentaknya keras.
Dengan perasaan amat gusar dia melangkah ke samping siap-siap melancarkan serangan kembali ke arah Tan Kia-beng.
Sak Ie sama sekali tidak jadi mundur karena melihat kegusaran dia, seperti tak pernah terjadi urusan dia putar badan dan menghadap ke arah Tan Kia-beng
Tan Kia-beng yang melihat pemuda dari Bu-tong-pay ini suka turun tangan mengambil tindakan dalam hati merasa terharu bercampur terima kasih dan merangkap tangannya menjura.
"Tindakan hengtay ini sungguh membuat cayhe merasa terharu, tetapi cayhe benar-benar tidak ingin dikarenakan urusan cayhe ini menyeret sekalian heng cayhe dalam kancah
kekacauan ini lebih baik biarlah aku sendiri yang menghadapi mereka.
"Kau tidak usah merasa sungkan sungkan!" seru Sak Ie sambil tertawa dingin. "Tindakan cayhe ini kesemuanya bukan dikarenakan dirimu, lebih baik kau terus terang saja ceritakanlah persoalan ini, bilamana berani berbohong jangan salahkan pedang cayhe tidak akan mengampuni orang."
Waktu itu Hwee Im Poocu kembali sudah menerjang
kehadapannya, dia tidak ingin sampai mengikat permusuhan dengan pihak Bu-tong-pay, tetapi bilamana keadaan terpaksa diapun hendak mencari satu cara yang baik untuk menyingkir.
Karena itulah dia sama sekali tidak langsung mencari gara gara dengan anak murid Bu-tong-pay ini, tubuhnya berputar ke samping menghindari Sak Ie dan menyerang kembali ke arah Tan Kia-beng.
Tiba-tiba.... Bayangan manusia kembali berkelebat sekali lagi Sak Ie menghadang dihadapannya.
"Cayhe masih tetap seperti perkataan semula" ujarnya dingin. "Biarlah aku bikin urusan ini jadi jelas dulu baru bicara lagi bilamana kau begitu berangasan tidak pakai aturan maka aku orang she Sak terpaksa harus melayani beberapa jurus dengan dirimu!"
Loo Hu Cu yang berdiri disamping sejak tadi sudah merasa tidak puas terhadap Sak Ie, kini melihat dia menantang Hwee Im Poocu bertempur lantas merasa inilah satu kesempatan yang baik buat dirinya untuk munculkan dirinya ambil tindakan pikirnya.
"Sekalipun dia memperoleh pelajaran ilmu silat yang dahsyat tetapi tidak bakal bisa lebih hebat dari Leng Hong tootiang ciangbunjin Bu-tong-pay, terhadap Leng Hong saja Too ya tidak takut apalagi untuk membereskan dirinya?"
Perhitungannya adalah biar dia yang membereskan Sak Ie sehingga memberi kesempatan buat Hwee Im Poocu untuk melancarkan serangan ke arah Tan Kia-beng.
Menanti masing-masing pihak sudah bertempur hingga lelah maka dia mempunyai kesempatan untuk turun tangan
merebut pedang.
Bilamana pedang pusaka tersebut berhasil dia dapatkan maka pada pertemuan puncak para jago digunung Ui San kemudian hari dia mempunyai satu bagian harapan untuk memperoleh kemenangan.
Karenanya baru saja Sak Ie selesai berbicara dia sudah melayang kehadapannya.
"Tujuh partai besar di dalam Bulim selamanya bermaksud satu dan tidak pernah ada manusia yang bandel seperti kau"
bentaknya dengan keras. "Keadaan saat ini sudah amat mendesak, pinto terpaksa mau tak mau akan mewakili Leng Hong Tootiang untuk kasi sedikit pelajaran kepadamu"
"Hmm! sekalipun ini hari dewa atau kaisar langit yang turun dari kahyanganpun bilamana tak pakai aturan aku orang she Sak tetap bertindak tidak sungkan sungkan terhadap dirinya"
seru Sak Ie sambil mendengus dingin.
Perkataan yang diucapkan sangat kasar ini seketika itu juga membuat Loo Hu Cu saking khe kinya jadi marah, matanya berapi api wajahnya berubah merah padam.
"Manusia yang tidak tau diri" teriaknya keras. "Bilamana malam ini pinto tidak kasi sedikit hajaran kepadamu maka kau pasti tidak akan tahu seberapa tingginya langit dan tebalnya tanah".
Telapak tangannya berputar satu lingkaran lalu dibabat ke arah bawah.
Dia sebagai Ciangbunjin suatu partai besar tentu memiliki tenaga dalam seimbang dengan Ci Si Sangjien sudah tentu serangan yang kini dilancarkan amat dahsyat bagaikan ambruknya gunung Thay-san.
Diam-diam Tan Kia-beng merasa kuatir buat keselamatan Sak Ie, maka tubuhnya maju ke depan siap-siap mewakili pemuda Bu-tong-pay itu menerima datangnya serangan tersebut.
Tetapi pada saat yang bersamaan pula mendadak Hwee Im Poocu membentak keras, pedangnya laksana menyambarnya petir berturut turut melancarkan tusukan dahsyat.
Seketika itu juga seluruh kalangan dipenuhi dengan hawa pedang yang mengerikan beberapa depa disekitar tubuh Tan Kia-beng sudah terbungkus rapat oleh lapisan bayangan pedang yang mengaburkan pandangan.
Air muka Tan Kia-beng segera berubah hebat, nafsu membunuh mulai melapisi wajahnya hawa amarah dengan perlahan mulai menjalar ke atas benaknya.
"Hee.... hee.... hee.... kau kira siauw yamu sungguh sungguh tidak berani bergebrak dengan dirimu?" serunya sambil tertawa.
Belum habis dia berkata mendadak di tengah arena
berkumandanglah suara tertawa yang amat dan tampak dua
sosok bayangan manusia bagaikan kilat cepatnya menerjang datang, yang satu menubruk Loo Hu Cu sedang yang lain menyusup ke dalam bayangan pedang Hwee Im Poocu
"Braaak....!" dengan disertai suara bentrokan yang keras orang itu sudah menerima datangnya angin pukulan dari Loo Hu Cu tersebut.
Debu serta batu kerikil pada beterbangan memenuhi angkasa, masing-masing pihak pada mundur dia lengkah ke belakang.
Loo Hu cu segera merasa tenaga dalam dari orang itu amat dahsyat sekali tidak berada dibawah tenaga dalamnya sendiri, dalam hati diam-diam merasa bergidik juga.
Ketika matanya bisa menangkap siapakah orang itu hatinya semakin terperanjat lagi karena dia bukan lain adalah si siluman aneh yang membuat orang-orang kangouw jadi pusing kepala, si rasul Pek-tok Cuncu adanya.
Dia sangat tidak mengharapkan sampai bentrok dengan manusia racun ini, karenanya dengan wajah dihiasi senyuman paksaan dia tertawa terbahak-bahak.
"Pinto dengan Cuncu selamanya tidak pernah mengikat permusuhan apa apa, apa maksud dari tindakan Cuncu ini?"
"Hmmm! selamanya loohu tidak pernah mencampuri utusan Bulim dan tidak pernah mengadakan hubungan dengan orang-orang kangouw, ini hari aku cuma ada satu perkataan saja, Toakoku bukanlah simajikan kereta kencana itu, bilamana siapa saja yang berani turun tangan terhadap dirinya maka aku serta si pencuri tua tidak akan sungkan sungkan terhadap kalian."
Loo Hu Cu yang mendengar perkataan itu segera salah menganggap yang dimaksudkan sebagai Toakonya adalah si
"Penjagal Selaksa Li" Hu Hong, dia jadi terperanjat.
"Seorang Penjagal Selaksa Li Hu Hong saja sudah cukup mengacau dan mengaduk aduk seluruh dunia persilatan, apalagi bilamana ditambah lagi dengan kedua orang siluman tua itu, maka hal ini semakin luar biasa lagi, pikirnya.
Otaknya dengan cepat berputar memikirkan akal sedang matanya dengan diam-diam melirik sekejap ke arah Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu.
Tampaklah sepasang telapak tangannya bagaikan cakar burung elang dengan dahsyatnya mendesak Hwee Im Poocu sehingga mundur terus menerus sedang dari mulut tiada hentinya memperdengarkan suara tertawa aneh yang amat menyeramkan.
"Hee.... hee.... sungguh memalukan, sungguh memalukan!"
teriaknya keras. "Hanya mengandalkan sedikit kepandaian yang tidak berarti itu kau sudah berani mencari balas dengan toako kami, sungguh tidak tahu kekuatan sendiri."
Dengan munculnya dua orang siluman tua disana maka situasi seketika itu juga berubah, Hwee Im Poocu serta Loo Hu Cu yang semula bersemangat dan bernafsu kini pada meringkik tak berani banyak berkutik.
Walaupun Loo Hu Cu tidak ingin berbuat dosa terhadap si Rasul Racun ini tetapi telapak tangan dari si raja racun ini sudah mendesak ke arahnya disertai tenaga penuh.
Tan Kia-beng sejak tadi sudah tidak ingin beribut dengan orang-orang ini, kini melihat munculnya kedua orang siluman tua itu secara mendadak dan tanpa banyak cakap sudah turun tangan walaupun dalam hati merasa kurang puas mendadak
dia membentak keras, "Tahan! kalian berdua tahan dulu, aku ada perkataan yang hendak disampaikan."
Jika dibicarakan sungguh aneh sekali, Su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cown Cu si Rasul yang amat sombong kukoay dan eksentrik itu ternyata sangat penurut sekali.
Mendadak mereka menarik kembali serangannya dan
melomcat ke samping kanan dan samping kiri Tan Kia-beng.
Terhadap manusia manusia yang tidak pakai aturan dan jumawa ini buat apa toako berlaku sungkan sungkan?" teriak mereka berbareng.
Dengan air muka keren Tan Kia-beng menggelengkan
kepalanya. Saat itu suasana di tengah kalangan sudah memberat, masing-masing orang dengan pandangan terperanjat
memandang ke arah Tan Kia-beng dengan pandangan
pandangan melongo sampai Sak Ie itu anak murid Bu-tong-pay yang memiliki kepandaian silat amat tinggi itupun tidak terkecuali.
Kenapa tidak" pemuda yang mempunyai julukan sebagai anakan iblis ini bukan saja mempunyai asal usul yang aneh, kepandaian silat yang aneh bahkan manusianyapun amat aneh! mereka sama sekali tidak menyangka kalau dia sudah menjadi toako dari dua orang siluman tua yang paling membuat orang kangouw pusing kepala.
Setelah memanggil kembali kedua orang siluman tua itu ke samping tubuhnya Tan Kia-beng lantas menyapu sekejap keseluruh ruangan, teriaknya dengan keras, "Cayhe she Tan bernama Kia-beng, suhuku adalah si "Ban Lie Im Yen" Lok
Tong, kemudian mengangkat Teh Leng Kauwcu Han Tan Loojien sebagai guruku yang kedua"
Dari dalam sakunya dia mengambil keluar seruling Pek Giok Siauwnya dan digetarkan di tengah udara.
"Inilah senjata yang digunakan dia orang tua tempo hari, atau dengan perkataan lain cayhe sudah memperoleh seluruh ilmu silat aliran Teh-leng-bun".
Kembali dia berhenti sebentar untuk tukar napas, lalu sambungnya;
"Mungkin ada beberapa orang kawan kangouw yang sudah menaruh kesalah pahaman terhadap diri cayhe dan urusan ini terjadi menyangkut soal kereta kencana itu.
"Peristiwa yang terjadi pada mulanya memang adalah perbuatan dari suhengku si Penjagal Selaksa Li Hu Hong tetapi peristiwa yang terjadi dibelakang hari adalah perbuatan orang lain yang sengaja hendak memfitnah dirinya, cukup dengan bukti peristiwa malam ini saja, kereta kencana ini cayhe dapatkan di tengah jalan cuma sayang orang yang
mengendarai kereta ini berhasil melarikan diri.
"Perkataan dari cayhe cukup sampai disini saja, kalian suka percaya atau tidak itu bukan urusan diri cayhe lagi."
Ih Bok Popo yang selama ini berdiam diri mendadak mengayunkan tongkatnya dan berjalan ke depan.
"Heee, heee, beberapa perkataanmu itu cuma bisa digunakan untuk menipu bocah umur tiga tahun saja tetapi jangan harap bisa main gila terhadap loo nio" teriaknya sambil tertawa dingin, "Teh Leng kauwcu sewaktu munculkan dirinya dalam dunia kangouw waktu itu dia sudah berusia tujuh, delapan puluh tahunan, kini loo nio sudah berusia delapan dua
tahun, Hmm! apa dia bisa hidup selama seratus lima, enam puluh tahunan" kau jangan berbohong!"
Dia berhenti sebentar untuk kemudian sambungnya lagi;
"Urusan lain tidak usah kita bicarakan lagi, hutang darah pada benteng Hwee Im Poo harus dibayar dengan
menggunakan darah pula, perduli iblis tua itu suhengmu atau suhumu malam ini loo nio akan jagal dulu dirimu!"
Tidak menanti jawaban lagi tongkatnya sudah diangkat ke atas lalu dengan disertai tenaga sambaran yang dahsyat menghantam ke arah bawah.
Jangan dilihat tongkat besinya itu amat tipis tetapi sewaktu dihantamkan beratnya laksana gunung Thay-san bahkan disertai sambaran angin yang mengejutkan.
Pek-tok Cuncu si Rasul Racun maupun Su Hay Sin Tou si pencuri sakti yang melihat kejadian ini bersama jadi amat gusar.
"Kau berani?" bentaknya berbareng.
Masing-masing orang menggerakkan telapak tangannya siap turun tangan.
Tetapi tubuh Tan Kia-beng jauh lebih cepat dari mereka berdua, teriaknya, "Kalian mundur, biar aku yang menyambut serangannya."
Diapun melancarkan satu pukulan dahsyat ke arah depan, serangan tongkat yang berat dan disertai suatu dengungan keras itu seketika itu juga tergetar pental kesamping.
Walaupun di dalam pertaruhan tempo hari kedua orang siluman tua itu sudah jatuh kecundang ditangan pemuda ini tetapi mereka sama sekali belum pernah benar-benar menjajal kepandaian silatnya kini melihat dia turun tangan dengan
begitu dahsyatnya dalam hati baru merasa kalau tenaga dalam Toako mereka ini benar luar biasa, sehingga dalam hati mereka merasa bertambah kagum.
Tan Kia-beng yang serangan telapaknya berhasil
mementalkan serangan tongkat Ih Bok Popo lantas
membentak keras, "Sekali lagi cayhe terangkan, munculnya kereta bencana beberapa hari ini aku orang she Tan pun pernah mendengar dan kini sedang melakukan penyelidikan tetapi haruslah kalian ketahui bahwa peristiwa ini bukanlah perbuatan dari suhengku Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong harap kalian jangan salah paham."
Sifat Ih Bok Popo sangat berangasan dan tidak mau mengalah, kini sudah turun tangan sudah tentu tidak akan suka mendengarkan perkataannya lagi.
Di tengah menggetarnya tongkat besi yang berat dan keras itu segera menimbulkan angin sambaran yang tajam membuat pasir serta kerikil pada beterbangan memenuhi angkasa.
Tan Kia-beng tidak bisa menahan sabar lagi, mendadak dia tertawa panjang.
"Haaa.... haaa.... kau orang tua sungguh kasar dan berangasan, kau kira siauw yamu takut dengan dirimu"
Hmmm! Kalau memangnya kau kepingin bergebrak biarlah aku suruh kau merasakan kelihayan dari siauw yamu ini!"
Tubuhnyapun maju ke depan lalu dengan kecepatan luar biasa berputar dan menerjang keangkasa.
Diantara berkelebatnya cahaya terang yang menyilaukan mata seruling Pek Giok Siauw yang menggetarkan seluruh dunia kangouw sudah dicabut keluar.
Diantara tutulan serta babatan tongkat besi itu kembali berhasil digetarkan pental dari hadapannya.
Mendadak tubuhnya semakin maju mendesak ke depan, seruling Pek Giok Siauwnya dengan disertai suara suitan yang amat aneh dan membetot hati hanya di dalam sekejap sudah melancarkan tiga serangan sekaligus.
Ih Bok Popo ini sejak masa mudanya sudah mempunyai nama besar di dalam dunia persilatan, semasa tuanya tutup pintu berlatih diri sudah tentu kepandaian silat yang dimilikinya kini amat dahsyat sekali cuma saja sifatnya yang kasar dan berangasan selamanya tidak bisa diubah.
Melihat datangnya serangan seruling dari Tan Kia-beng, ini bukannya menyingkir atau menghindar sebaliknya
melintangkan tongkat besinya ke depan.
"Ting.... ting.... Traang!" dengan keras dia menangkis datangnya ketiga serangan tersebut diikuti balas melancarkan serangan ke depan.
Tongkat besi adalah termasuk senjata berat dan setiap serangan tentu disertai suara desiran angin yang tajam.
Tampaklah seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan
sambaran angin serangan, bayangan tongkat berkelebat rapat laksana gunung hanya di dalam sekejap saja Tan Kia-beng sudah terkurung di dalam bayangan tongkat tersebut.
Tan Kia-beng yang selama satu malaman harus menahan diri bersabar saat ini tidak kuat sudah untuk menahan sabarnya lagi, dengan cepat dia melantirkan keluar seluruh kepandaian silat yang diperoleh dari peninggalan Han Tan Loojien.
Tubuhnya dengan cepat menerjang diantara bayangan tongkat lalu menerjang kekiri dan kekanan dengan gerakan bagaikan kilat.
Suatu pertempuran yang amat seru, seram dan amat
berbahaya inipun segera berlangsung setiap serangan serta setiap gerakan yang dilancarkan tentu merupakan jurus yang ganas dan telengas sehingga boleh dikata pertempuran ini mirip dengan suatu pertempuran mengadu jiwa.
Pada mulanya jurus jurus serangan yang dilancarkan masing-masing pihak masih kelihatan dengan jelas tetepi lama kelamaan jurus serangannya semakin cepat dan semakin santer.
Tampak dua sosok bayangan manusia saling menyambar tanpa hentinya yang semakin lama bertambah semakin cepat, angin serangan yang ditimbulkan oleh serangan seruling itu pun dengan cepat menggetarkan seluruh kalangan membuat rerumputan serta pasir pada beterbangan.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su Hay Sin Tou serta Pek-to un cu walau pun sudah berkelana selamanya dalam dunia kangouw saat ini hatinya terasa terkejut oleh kedahsyatan serta keseruan pertempuran ini, tak terasa lagi mereka sudah menggerakkan kakinya maju ke depan.
Sedang Hwee Im Poocu hatinya semakin bertambah kuatir, pedangnya dicekal kencang kencang sedang matanya tak berkedip memperhatikan terus ke tengah kalangan dia bersiap-siap setiap melancarkan serangan untuk menolong Sunionya itu.
Loo Hu Cu yang sejak dahulu mempunyai maksud untuk merebut gelar jagoan nomor wahid diseluruh Bulim kini setelah melihat pertempuran yang sangat seru antara Tan Kia-
beng dengan Ih Bok Popo rasa berdesir berkecamuk dihatinya dia tidak berani membayangkan bagaimana akibatnya bilamana dia kini yang turun tangan sendiri.
Saat ini di tengah kalangan pertempuran masing-masing pihak masih melancarkan serangan dengan gerakan cepat bagaikan kilat, hanya dalam sekejap saja tiga puluh jurus sudah berlalu.
Wajah Ih Bok Popo kini sudah berubah amat menyeramkan, rambutnya yang beruban awut awutan tidak karuan, sembari menggerakkan tongkat besinya dia berteriak, "Coba kau rasakan ilmu tongkat Ci Ci Tiong Liuw dari Loo nio ini."
Di tengah suara suitan yang amat aneh gerakan tongkatnya berubah dengan gaya menotok, memukul, menyapu serta membabat berturut turut dia melancarkan serangan serangan gencar mendesak pihak musuhnya.
Seketika itu juga angin menyambar nyambar saling susul menyusul, bagaikan menggulung ombak di tengah amukan angin taufan dengan cepatnya melanda ke depan.
Dalam keadaan kepepet Tan Kia-beng segera terdesak mundur beberapa langkah ke belakang.
Melihat kejadian itu air muka Su Hay Sin Tou serta Pek-tok Cuncu berubah hebat, masing-masing mengangkat tangannya siap-siap melancarkan serangan.
Hwee Im Poocu pun dengan cepat menggetarkan
pedangnya membentuk bunga bunga pedang.
"Haaa.... haah....bagaimana" Ingin main keroyok?" serunya sambil tertawa tergelak.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke depan sedang para jago Hwee Im Poo pun masing-masing menyahut keluar
pedangnya dan mengerubut maju ke depan, agaknya suatu pengeroyokan secara massal bakal berlangsung
Mendadak tampaklah Tan Kia-beng mengerutkan alisnya rapat rapat, dari sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam sekali.
"Hmm! ilmu toya Ci Ci Tong Liuw tidak lebih cuma demikian saja" ejeknya. Sekarang coba kau rasakan kelihayan dari ilmu Uh Yeh Cing Hun dari siauwyamu ini"
Hanya di dalam sekejap saja seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan suara suitan yang menggetarkan hati tampak serentetan cahaya terang membumbung keangkasa lalu berpisahan menjadi berjuta juta titik terang menggulung ke arah depan.
Ilmu seruling Uh Yeh Cing Hun ini benar-benar amat dahsyat sekali dan cukup membuat sebuah gunung Thay-san dihajar ambruk, hanya di dalam sekejap saja Ih Bok Popo kena didesak sehingga mundur ke belakang sejauh satu kaki delapan depa.
Ih Bok Popo yang berhati berangasan suka menang sendiri melihat dia berada di dalam keadaan bahaya hatinya gemas serasa diiris iris, sambil menggigit kencang bibirnya dia memutar toyanya lebih santar lagi.
Tetapi jurus serangan yang amat aneh dan sakti ini mana bisa dipencahkan dengan begitu mudah, di tengah berkelebat bayangan seruling diantara sembaran toya terdengar suara mendengus berat bergema memenuh iangkasa, bagaikan disengat ular Ih Bok Popo mengundurkan diri sejauh satu kaki.
Air mukanya berubah amat menyeramkan setelah
melemparkan toya besinya ke atas tanah seperti orang kalap ia melarikan diri ke tengah hutan yang amat gelap itu, tidak
salah lagi dia sudah kena jatuh kecundang di tangan pemuda tersebut.
Sedih marah, gemas dan perih bercampur aduk di dalam hatinya yang kemudian dikeluarkan semua bersamaan dengan daya lempar toya tersebut.
Dengan dahsyatnya toya itu menamcap di atas tanah sehingga seluruhnya lenyap dari pandangan, cukup hal ini saja sudah menunjukkan betapa dahsyatnya tenaga dalam yang dia miliki.
Ih Popo yang namanya menggetarkan dunia kangouw
sudah kalah, nama besar serta kecemerlangan yang dipupuk selama puluhan tahun inipun ikut musnah terkubur ditepi hutan pohon siong tersebut.
Para jago yang hadir di tengah kalangan itu pada
terperanjat semua, saking kagetnya mereka pada saling bertukar pandangan.
Dengan perlahan Tan Kia-beng menyimpan kembali seruling Pek Giok Siauwnya ke arah pinggang lalu dia gelengkan kepalanya.
Dia yang sudah memperoleh kemenangan sama sekali tidak menunjukkan kecongkakkannya, sebaliknya dalam hati merasa menyesal karena sudah menghancurkan nama baik seorang yang telah dipupuk selama puluhan tahun lamanya.
Su Hay Sin Tou yang melihat Toakonya saking girangnya lantas bertepuk tangan.
"Hooree.... Toako menang! jurus "Hong Bok Han Pei" atau angin dingin mengandung kesedihanmu itu benar-benar membuat dia menderita kekalahan dengan puas!" serunya.
Dengan perlahan Tan Kia-beng menoleh sekejap ke arah Hwee Im Poocu lalu tersenyum tawar.
"Toako!" tiba-tiba terdengar Pek-tok Cuncu berkata, "kau pulanglah dulu untuk beristirahat, biar aku serta si pencuri tua ini menyusul dari belakang."
Dengan perlahan Tan Kia-beng mengangguk, mendadak dia mengenjotkan tubuhnya melayang ke tengah hutan.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cuncu si Rasul Racun saling bertukar pandangan sesaat dengan misterius lalu putar badan dan berlalu juga dari sana.
Tak seorangpun yang turun tangan menghalangi, tetapi tak seorangpun yang suka percaya terhadap apa yang diucapkan oleh Tan Kia-beng tadi, terkejut! seram! marah sedih!
bercampur baur di dalam benak setiap orang.
Dengan sedihnya Hwee Im Poocu menundukkan kepala dan menghela napas panjang, sedang Loo Hu Cu dengan wajah menyengir kejam memandang ke arah dimana lenyapnya bayangan punggung Tan Kia-beng.
Rakus! iri! dengki! bercampur baur dihatinya, otaknya dengan cepat berputar.
"Dengan cara apa aku baru bisa melenyapkan dirinya"
dengan cara apa aku baru bisa memperoleh pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiamnya?"
Pada saat itulah mendadak dari balik hutan muncullah Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang amat dipercaya orang-orang Bulim serta istrinya yang cantik Lie Hua Hweecu, sedang disisinya kelebihan seorang siucay berusia pertengahan yang mencekal sebuah kipas besar.
Wajahnya masih tetap tersungging senyuman yang menarik kepada para jago yang hadir di tengah kalangan dia merangkap tangannya memberi hormat.
"Haa.... haa.... kalian sungguh menyenangkan sekali"
serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Di tengah malam buta begini masih menikmati rembulan di tengah hutan."
Hwee Im Poocu yang dikarenakan pernah bentrok dengan dia lantas angkat kepalanya memandang sekejap ke arahnya tapi tak mengucapkan sepatah katapun.
Sebaliknya pada wajah Loo Hu Cu segera terlintaslah satu cahaya kegembiraan, dengan terburu-buru dia merangkap tangannya membalas hormat.
"Terus terang saja Bok Heng, kami sekalian baru saja jatuh kecundang ditangan bangsat cilik itu!"
"Aaakh! di dalam dunia kangouw ternyata masih ada orang bisa memaksa Tootiang sekalian jatuh kecundang?" seru Bok Thian-hong pura pura terperanjat.
Boh hong buat apa kau menempeli wajah pinto dengan emas?"
Dia lantas menuding ke arah kereta kencana itu dan ujarnya lagi, "Walaupun kereta kencana tersebut berhasil ditahan oleh Ong heng dari benteng Hwee Im Poo tapi manusianya berhasil meloloskan diri tanpa ada yang bisa menahan dirinya."
"Kalau begitu dia tentunya datang bersama-sama?"
Yang tua tidak kelihatan, cuma si anakan iblis itu saja."
Dia menghela napas dengan perlahan lalu tambahnya.
"Kepandaian silat dari anakan iblis ini amat aneh dan dahsyat, sampai Ih Bok Popo yang amat terkenal itupun dikalahkan ditangannya. Heey.... kedua orang iblis ini bilamana tidak cepat-cepat dibasmi maka orang-orang Bulim tidak bakal bisa hidup dengan tenang!"
"Walaupun cayhe mempunyai maksud untuk menyapu kawanan iblis menegakkan keadilan di dalam Bulim tetapi justru kekurangan kawan kawan sejalan dan sependirian" ujar Bok Thian-hong sambil menghela napas pula, "Heei.... kini penjagalan manusia secara besar besaran sudah berlangsung, kita tak boleh berpeluk tangan terus."
Dari sepasang mata Loo Hu Cu mendadak memancar keluar sinar yang amat aneh.
"Nama besar Bok heng sudah terkenal di seluruh Bulim, cukup kau mengundang para jago sudah pasti akan
berdatangan, pinto tidak becus, bilamana Bok heng suka menerima pekerjaan ini tentu aku bantu sepenuh tenaga."
Berbicara sampai disini dia lantas memberi hormat kepada Hwee Im Poocu yang lagi berdiri termangu-mangu itu.
"Ong heng! bagaimana kalau kaupun ikut kemari untuk bercakap-cakap!"
Hwee Im Poocu yang lagi merasa sedih dan kecewa atas kekalahan tadi saat ini memangnya lagi memikirkan cara untuk mencari bala bantuan guna menghadapi majikan kereta berdarah tersebut.
Tetapi berhubung dia sudah pernah bentrok dengan Thay Gak Cungcu maka dalam hati merasa sungkan untuk ikut maju kesana.
Tetapi kini sesudah mendengar suara sapaan dari Loo Hu Cu diapun dengan langkah lebar berjalan mendekat, Thay Gak Cungcu dengan wajah penuh senyuman seperti belum pernah terjadi sesuatu urusan maju menyambut.
"Haa.... haa.... selama ini apakah Ong heng baik-baik saja?"
tanyanya sambil merangkap tangannya menjura.
"Terima kasih, terima kasih, segalanya masih seperti sedia kala, cuma, cuma.... Heee! urusan sukar untuk dibicarakan!"
"Apa yang sudah terjadi di dalam benteng Hwee Im Poo cayhe sudah dengar orang berkata" hibur Thay Gak Cungcu dengan cepat. Terus terang aku beritahukan kepada heng thay sekalian, mengenai sarang iblis itu setelah mengalami penyelidikan yang cukup sulit dari orang-orangku kini sudah memperoleh sedikit kabar bilamana orang-orang kita sudah cukup maka kita segera berangkat menghancurkan iblis iblis pengacau Bulim itu"
Diapun lantas memperkenalkan siucay berusia pertengahan itu kepada mereka berdua.
"Saudara ini adalah "Mo Pek Miauw Sit Suseng" atau sastrawan berseruling bagus dari daerah gurun pasir Bun Ih Ping yang sengaja datang kemari untuk menyambangi kawan kawan dari seluruh dunia persilatan."
Loo Hu Cu serta Ong Jian terburu-buru lantas maju ke depan memberi hormat.
Sikap serta tindak tanduk dari sastrawan berusia
pertengahan itu amat dingin dan congkak, dia hanya sedikit menganggukkan kepalanya dan tetap menggoyang goyangkan kepalanya.
Sedang matanya dengan pandangan yang amat aneh
dialihkan ke atas tubuh Sak Ie itu jagoan dari Bu-tong-pay yang lagi berdiri sambil bergendong tangan disamping kalangan
Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong yang melihat Sak Ie lantas menunjukkan sikap yang luar biasa sekali seperti baru saja mendapatkan harta pusaka.
"Ee.... siapakah Jien heng ini" kau anak murid diapa?"
tanyanya dengan terburu-buru
Loo Hu Cu yang hawa amarahnya masih belum sirap
mendengus dingin.
"Sute dari Leng Hong Tootiang, Sak Ie adanya!" sahutnya.
Sekali pandang saja Thay Gak Cungcu ini lantas mengerti kalau diantara mereka berdua pasti pernah terjadi satu urusan yang tidak menyenangkan, dengan cepat dia maju ke depan dan menyapa dengan suara ramah.
"Lama sekali mengagumi Sak heng bagaikan naga diantara manusia, pertemuan kita ini hari sangat mengasikkan sekali, aku orang she Bok benar-benar merasa kagum terhadap dirimu."
---0-dewi-0--- JILID: 18 Sak Ie jadi orang amat cekatan dan tajam penglihatannya, walaupun selama ini dia berdiri termangu-mangu tetapi sejak semula sudah bisa melihat seluruh keadaan dengan amat jelas.
Dia merasa Bok Thian-hong ini walaupun diluarnya bicara gagah dan penuh disertai maksud demi tegaknya keadilan, padahal di dalam hatinya amat licik dan berbahaya.
Ketika dengan penuh perhatian dia lagi mendengarkan perbuatan apa yang dia lakukan mendadak dia
memperkenalkan Miauw Pit suseng, Bun Ih peng kepada semua orang hatinya jadi rada tertarik.
Kini melihat Bok Thian-hong berjalan mendekati dirinya dia lantas menjawab dengan suara yang amat dingin.
"Aku orang she Sak belum lama berkelana di dalam dunia kangouw, tidak berani aku menerima pujianmu yang begitu tinggi itu."
"Haaa.... haaa.... Sak heng terlalu merendah bilamana kau pandang remeh diriku bagaimana kalau kaupun ikut duduk disana untuk bercakap-cakap?"
Dengan tawarnya Sak Ie lantas menyahut kemudian
dengan mengikuti Bok Thian-hong berjalan kesisi Loo Hu Cu sekalian dan duduk di atas tanah.
Demikianlah mereka lantas duduk disana sambil bercakap-cakap, dengan menggunakan kesempatan itulah Bok Thian-hong mulai membual tentang kekuatan yang ada di Bulim dewasa ini serta seluruh kejadian besar kecil yang pernah dia ketahui.
Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu semakin mendengar
semakin tertarik sedangkan Sak Ie sendiri jadi semakin menaruh curiga.
Akhirnya bahan pembicaraan dialihkan kembali kepersoalan yang sebenarnya.
"Sungguh sukar untuk memperoleh kepercayaan dari saudara saudara terhadap diriku" ujarnya mendadak. "Tempat ini bukanlah tempat yang cocok untuk bercakap-cakap bagaimana kalau kita ikut serta diriku untuk duduk duduk di dalam perkampungan Thay Gak Cung?"
Maksud Bok heng.... seru Loo Hu Cu sambil mengelus jenggotnya yang panjang.
Pada saat itulah dari tengah hutan mendadak terdengar suara seram yang amat mendirikan bulu roma.
Air muka Bok Thian-hong pun segera berubah hebat.
"Siapa....?" bentaknya keras.
Di tengah suara bentakan yang amat keras dengan cepat dia menubruk ke arah tengah hutan.
Begitu dia bergerak Miauw Pit suseng yang ada disisinyapun ikut mengenjotkan tubuhnya menubruk ke arah dalam hutan.
Bok Thian-hong yang menggerakkan badannya terlebih dulu sudah tentu tiba lebih pagi dari dirinya, siapa sangka baru saja tubuhnya melayang datang terasa ada segulung angin tajam berkelebat lewat disisinya.
Melihat adanya sambaran dari sesosok bayangan manusia Bok Thian-hong jadi terperanjat dalam keadaan terburu-buru dia mengirimkan satu pukulan dahsyat ke arah depan.
Bagaimana manusia itu sewaktu melihat mendadak dia melancarkan serangan tubuhnya berputar satu lingkaran di tengah udara kemudian menyambar dari sisinya dan meluncur dengan cepatnya ke dalam hutan yang lebat itu.
Di tengah malam yang buta musuh berada di tempat yang terang sedang dia berada di dalam kedudukan gelap sekalipun
Bok Thian-hong memiliki kepandaian silat yang amat tinggi diapun tidak berani mengejar secara gegabah.
Pada saat itulah Miauw Pit Suseng pun sudah mengejar ketepi hutan, dia yang melihat berkelebatnya sesosok bayangan hitam menerjang ke arahnya dengan cepat kakinya dipercepat sedang sepasang telapak tangannya dengan dahsyatnya mencengkeram ke arah bayangan hitam itu.
Agaknya seluruh gerak gerik bayangan hitam itu amat cepat dan gesit sekali, baru saja tangannya menempel ujung baju lawannya mendadak terasalah segulung hawa dingin meresap ke dalam jari tangannya untuk kemudian menyusup ke dalam tubuh hatinya jadi terperanjat sekali sehingga terburu-buru dia menarik kembali telapak tangannya ke belakang.
Dan pada saat dia sedikit berayal itulah bayangan hitam itu sudah lenyap tak berbekas.
Dalam keadaan gusar dia bersuit aneh badannya bergerak siap mengadakan pengejaran.
Bok Thian-hong yang waktu itu sudah tiba dibelakang tubuhnya dengan cepat berteriak mencegah.
"Musuh gelap kita berada dalam kedudukan terang, Bun heng jangan gegabah biarlah dia pergi."
Mereka berdua yang menubruk tempat kosong sambil
menundukkan kepala lantas mengundurkan diri keluar hutan.
Loo Hu Cu sekalian yang melihat mereka berdua keluar dari hutan lantas pada menyongsong ke depan.
"Bok heng apa menemukan sesuatu?" tanyanya.
"Hmm!! dia berhasil meloloskan diri" seru Thay Gak Cungcu dengan wajah seram sekali.
Dengan nama serta kepandaian dari Bok Thian-hong yang amat terkenal itu pihak lawan ternyata berhasil juga meloloskan diri, cukup dari hal ini bisa diketahui kalau kepandaian silat orang itu amat dahsyat sekali.
"Aduh celaka! cayhe kena jatuh kecundang!" tiba-tiba terdengar Miauw Pit Suseng Bun Ih Beng mendengus dingin
"Apa" Bun heng kena diselomoti orang?" teriak Bok Thian-hong terkejut.
"Coba kau lihat, ilmu kepandaian macam apakah ini?" seru Miauw Pit suseng Bun Ih Peng sambil memperhatikan telapak tangannya.
Bok Thian lantas menarik Bun Ih Peng ke bawah, sorotan sinar rembulan kemudian memeriksa telapak tangannya.
Tampaklah di atas telapak tangannya yang putih bersih itu kini sudah berubah jadi hitam pekat disertai suatu jalur hitam yang memanjang hingga sampai dibawah ketiak.
"Aaakh.... kau bukan dilukai dengan ilmu silat melainkan terkena racun!" teriaknya keras. "Mari kita cepat-cepat kembali ke dalam perkampungan! racun ini tidak boleh terlambat lagi."
Miauw Pit suseng Ben Ih Peng pun sejak tadi sudah merasa keadaan rada tidak beres terburu-buru dia menutup jalan darahnya untuk mencegah menjalarnya racun tersebut ke tempat yang lebih luas.
Kini melihat wajah Bok Thian-hong berubah amat
terperanjat tidak kuasa lagi sudah tertawa panjang.
"Haaa.... haa.... cuma terkena sedikit racun begini tidak bakal sampai maut nyawa aku orang she Bun, cuma saja aku tidak menyangka kalau di daerah Tionggoan ada orang yang berani menggunakan racun untuk melukai orang manusia
kerdil dan laknat semacam ini benar-benar membuat cayhe merasa cemas.
"Aah.... aku sekarang sudah paham!" tiba-tiba teriak Loo Hu Cu seperti telah memahami sesuatu urusan, Racun ini pasti hasil perbuatan dari siluman tua itu"
"Siapakah orang itu?" tanya Miauw Pit suseng dengan gugup.
Orang itu bukan lain adalah siluman tua yang disebut orang-orang kangouw sebagai Pek-tok Cuncu si Rasul Racun.
Kepandaiannya bermain racun sangat dahsyat sekali, kini dia sudah menjadi kaki tangan dari anak iblis itu.
Mendengar perkataan tersebut Miauw Pit suseng segera melototkan sepasang matanya lebar-lebar lalu
memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat menyeramkan.
"Pada suatu hari bilamana ia bertemu dengan aku orang she Bun aku mau suruh dia merasakan kelihayan aku orang she Bun
Waktu itu cuaca sudah hampir terang tanah, sekali lagi Bok Thian-hong mengajak semua orang untuk melakukan
perjalanan. Dengan cara iring iringan mereka lantas berlalu dari sana dan hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap di tengah kegelapan menjelang pagi hari itu
---0-dewi-0--- Kita balik pada Tan Kia-beng, sekembalinya ke dalam rumah penginapan....
Dengan amat telitinya dia mulai memikirkan seluruh kejadian yang baru saja dialaminya itu, dia merasa urusan itu
terlalu jelas dan terang terangan bisa diketahui dengan sekali pandang saja.
Cuma sayang dendam dari Loo Hu Cu sekalian terhadap dirinya terlalu mendalam sehingga terhadap penjelasannya sama sekali tidak mau terima.
Kereta kencana itu secara tiba-tiba bisa muncul disana tanpa pengemudi, hal ini berarti pula sipengacau tersebut pasti ada di sekeliling tempat itu.
Di dalam hati dia lantas mengambil satu keputusan untuk tinggal lebih lama satu hari lagi disana untuk secara diamdiam mengadakan penyelidikan lebih teliti lagi.
Sedang dia duduk termenung seorang diri itulah mendadak terdengar suara ujung baju yang tersempok angin bergema masuk ke dalam telinganya.
Dengan cepat dia bangun berdiri mengadakan persiapan!!
Mendadak terasa bayangan manusia berkelebat Sak Ie itu anak murid dari Bu-tong-pay yang ditemuinya sewaktu di dalam hutan kini sudah muncul di dalam kamarnya.
Terhadap orang ini dalam hati Tan Kia-beng memangnya sudah menaruh rasa simpatik, dengan cepat dia bangun berdiri dan menjura ke arahnya.
oOo Sak Heng malam malam datang kemari entah ada urusan apa"
Sak Ie sedikitpun tidak berlaku sungkan begitu masuk ke dalam kamar dia lantas mengambil tempat duduk.
"Sengaja aku hendak menemui Heng thay dan
membicarakan persoalan persoalan yang rumit," sahutnya.
Tidak menanti Tan Kia-beng menjawab dia kembali
menyambung, "Perkataan yang heng thay katakan sewaktu berada di dalam hutan tadi siauwte amat mempercayainya, jika dipikirkan pada saat aku merasa dugaan dari heng thay serta rasa curiga dari siauwte adalah sama."
Tan Kia-beng tidak mengerti apa yang sedang diucapkan olehnya sepasang matanya melotot lebar-lebar menanti ucapan selanjutnya.
Bukan saja siauwte menaruh curiga ada orang mengacau dari dalam bahkan siapakah orang yang sudah mengacau secara diam-diam pun bisa diduga beberapa bagian mulai sekarang," sambung Sak Ie lebih lanjut.
Waktu itulah Tan Kia-beng baru sadar apa yang dimaksud.
"Sak heng tidak malu disebut anak murid partai kenamaan, setiap urusan bisa dia pecahkan dengan begitu jelas...."
ujarnya memuji. Pertemuan kita yang kebetulan ini merupakan jodoh sehingga ikatan persahabatan diantara kita terasa semakin akrab bagaimana kalau kita masing-masing menulis nama orang yang kita curigai di atas telapak tangan masing-masing coba kita lihat sama tidak dugaan kita."
"Bagus. bagus sekali!" seru Sak Ie sambil tertawa terbahak-bahak.
Demikianlah berdua lalu menulis beberapa hurup di atas telapak tangan masing-masing lalu dibuka bersama-sama di bawah sorotan lampu lentera.
Tetapi sebentar kemudian mereka sudah pada tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.
Kiranya apa yang ditulis mereka berdua adalah sama, "Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong."
"Sebetulnya cayhe tidak menaruh curiga sampai disitu," ujar Sak Ie secara tiba-tiba, "Cuma saja dengan secara mendadak dia itu memperkenalkan seorang Miauw Pit suseng Bun Ih Peng yang datang dari daerah Me pak maka dalam hati cayhe baru merasa curiga.
"Orang yang datang dari Me Pak"...." seru Tan Kia-beng mendadak
"Suhuku Thia Bok Tootiang bersama-sama dengan Cu Swee Tiang Cing Tan Cia Liang serta Leng Siauw Khek dari gunung Cing Shia setelah pergi ke Mo Pak hingga kini tiada kabar beritanya, sebetulnya Siauwte bermaksud hendak berangkat ke gurun pasir mencari jejak mereka, tetapi berhubung munculnya peristiwa kereta kencana di dalam Bulim yang membuat dunia kangouw kacau balau dan banjir darah maka cayhe bermaksud mencari beberapa orang kawan lagi untuk diajak berangkat bersama-sama siapa tahu kini muncul orang yang berasal dari gurun pasir bahkan bersama-sama Bok Thian-hong, hal ini membuat hatiku menaruh rasa curiga."
"Setelah diangkat oleh Sak Ie Tan Kia-beng pun lantas menaruh rasa rindu terhadap suhunya "Ban Lie Im Yen" Lok Tong."
Tak kuasa lagi dia menghela napas panjang,
"Heei.... Siauwte pun mempunyai perasaan begitu, suhuku si Ban Lie Im Yen Lok Tong setelah berangkat ke daerah Mo Pak hingga kini tak ada kabar beritanya hal ini membuat cayhe merasa makan tak tenang tidurpun tak nyenyak, bilamana heng thay juga mempunyai maksud demikian bagaimana kalau kita berangkat bersama-sama setelah waktunya tiba?"
"Terus terang saja cayhe katakan, kali ini siauwte bersama-sama dengan Loo Hu Cu sekalian sudah memperoleh
undangan dari Thay Gak Cungcu untuk mengunjungi
perkampungan Thay Gak Cung ujar Sak Ie sambil bangun berdiri, sekarangpun aku diam-diam mencuri keluar sewaktu mereka lagi beristirahat, maaf siauwte tidak bisa berdiam lebih lama lagi, lain hari nanti bilamana hendak berangkat ke gurun pasir kita bicarakan kembali"
Sudah amat lama sekali Tan Kia-beng punya maksud untuk menyelidiki perkampungan Thay Gak Cung tersebut, setelah mendengar perkataan itu hatinya rada bergerak
"Sak heng bagaimana kalau secara diam-diam aku membuntutimu?" serunya.
Sak Ie termenung sebentar, kemudian sahutnya, "Musuh musuh heng thay tersebar diseluruh penjuru, urusan yang demikian bahayanya ini tidak seharusnya heng thay ikut pergi tetapi bilamana heng thay ngotot mau pergi juga boleh saja aku kabulkan"
Dengan menggunakan air teh dia lantas melukis sebuah tanda yang amat aneh sekali di atas meja
"Tanda ini adalah tanda yang biasa digunakan partaiku untuk minta bantuan, bilamana heng thay benar-benar bermaksud hendak pergi secara diam-diam kau boleh mengikuti tanda tanda ini, tapi kau harus ingat Thay Gak Cungcu adalah seorang yang amat licik secara diam-diam dia pasti sudah kirim orang untuk mengadakan pengawasan, harap heng thay suka bekerja lebih berhati-hati lagi."
"Cayhe sudah tentu akan selalu waspada," sahut Tan Kia-beng sambil mengangguk berulang, "Tetapi heng thay yang memasuki sarang macanpun harus lebih berhati-hati lagi"
"Cayhe sudah punya maksud untuk memasuki sarang
macan, sudah tentu terhadap urusan mati hidup tak terpikir dalam hati" sahut Sak Ie sambil tertawa tergelak.
Dia lantas merangkap tangannya memberi hormat dan berlalu dari sana dengan meloncat keluar dari jendela kamar.
Tan Kia-beng yang secara tidak sengaja sudah memperoleh kesempatan untuk memasuki perkampungan Thay Gak Cung dalam hati merasa amat girang sekali bersamaan itu pula dia merasa terharu oleh kegagahan dari Sak Ie pikirnya.
"Kini aku tak ada urusan yang lain, demi kawan yang gagah seharusnya akupun ikut menerjang ke tempat bahaya untuk memberi bantuan kepadanya bilamana perlu.
Dengan terburu-buru dia lantas membereskan buntalannya meletakkan sekeping perak di atas meja dan siap-siap meloncat keluar dari kamar.
Mendadak.... Terdengar suara menyambarnya ujung baju tersampok angin, dua sosok bayangan manusia yang tinggi besar dengan cepatnya sudah menerjang masuk ke dalam kamar.
Kini musuh tangguh tersebut diempat penjuru apa lagi pada saat itu Tan Kia-beng berada di dalam keadaan tidak bersiap sedia terburu-buru dia kebaskan tangannya memadamkan lampu lentera tubuhnya menying ke samping siap-siap menanti serangan musuh.
"Toako apakah sampai aku si pencuri tua pun kau sudah tidak kenal?" tiba-tiba terdengar orang itu tertawa terbahak-bahak.
Terburu-buru Tan Kia-beng menarik kembali serangannya dan menyingkir kesamping.
Menanti kedua orang siluman tua itu masuk ke dalam kamar diapun lalu menceritakan undangan Thay Gak Cungcu terhadap Lo Hu Cu serta Hwee Im Poocu sekalian untuk mengunjungi perkampungan Thay Gak Cung, dan bagaimana dia bermaksud untuk menguntit secara diam-diam.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cuncu si Rasul Racun
Golok Halilintar 12 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Pendekar Laknat 6
^