Golok Halilintar 12

Golok Halilintar Karya Khu Lung Bagian 12


ah mengikuti dari jauh. Kami telah membuang tenaga dan beaya yang tidak
sedikit, Malahan kami kehilangan jiwa pula, Demi untuk
760 melangsungkan hidup kami, maka ..."
Mendengar perkataan itu, Ceng it menjadi lega hatinya,
jadi kedatangan Go Keng Cay bukan untuk mengadakan
perhitungan balas dendam, Kalau hanya soal emas, malah
kebetulan Mereka bisa di kaitkan dengan Sin Houw, Maka
katanya dengan suara terbuka: "Emas yang kau inginkan berada di sini, Ambillah jika kau
kehendaki. Kami tidak akan menghalangi."
Go Keng Cay segera memberi perintah kepada anak
buahnya untuk memunguti emas yang bertebaran diatas
lantai. Akan tetapi baru saja tangan mereka meraba potongan
emas, tiba-tiba suatu ke-siuran angin menolaknya, Mereka
terdorong mundur, Dengan serentak mereka menoleh, dan
dihadapan mereka berdiri Sin Houw yang berkata kepada
Keng Cay dengan suara tenang: "Go pekhu, emas ini sesungguhnya merupakan perbekalan
tentara Thio Su Seng, Karena itu apabila kau rampas, akan
besar akibatnya dikemudian hari."
Nama Thio Su Seng memang sangat terkenal sebagai
pejuang bangsa, akan tetapi Go Keng Cay yang hidup sebagai
kawanan perampok diatas permukaan air, tidak
memperdulikan. sambil tertawa melalui dada, ia menoleh
kepada Buyung Hok. Katanya: "Ha, kau dengar" Kita digertaknya dengan nama Thio Su
Seng!" Buyung Hok membawa sebatang pipa panjang (hun-cwee).
Diisapnya per1ahan-lahan dan asapnya dikepulkan ke udara
beberapa kali. sikapnya tenang sekali dan tiada maksudnya
hendak menjawab ucapan Keng Cay, Dia hanya mengerling
761 lalu menatap wajah Sin Houw. Thio Sin Houw membalas pandangnya, Buyung Hok yang
berusia pertengahan -nampak berkesan angkuh dan agung,
Entah apa sebabnya, mendadak saja timbul rasa bencinya.
Akan tetapi, masih dengan merendah ia berkata:
"Apakah supek ikut campur pula dalam persoalan ini"
siapakah nama su-peh?" Buyung Hok tidak menjawab. ia mengepulkan asap
pipanya, Dan kali ini mengarah wajah Sin Houw dengan tepat.
Dan tatkala asap pipanya keluar dari tabungnya, nampak
seperti dua ekor ular yang bergerak-gerak ke udara. setelah
itu, Buyung Hok membuang sisa tembakaunya dengan
mengetuk-ketukkan pipanya yang panjang, setelah itu diisikan
lagi dengan tembakau yang baru, dan dinyalakannya,
Kemudian kembali ia mengisap dengan nikmat.
Akan tetapi, selagi Buyung Hok menjual aksi, tiba-tiba
melesatlah sesosok bayangan ke dalam ruangan sambil
berseru: "Kembalikan emasku!" Bayangan itu mendarat diatas lantai dengan manis sekali.
Ternyata dia seorang gadis. Hanya selisih beberapa detik,
mendarat pulalah seorang pemuda yang berperangai kasar,
Kemudian datang lagi seorang laki-laki berusia kurang lebih
limapuluh tahun, berdandan sebagai seorang pedang. wajah
mukanya berkesan lucu. Thio Sin Houw segera mengenali gadis itu, Cie Lan, ia
girang berbareng khawatir dan kaget, ia girang karena
kedatangan mereka berarti membantu dirinya, hanya saja ia
belum mengetahui betapa kepandaian kedua kawan yang di
762 bawanya, iapun khawatir memikirkan Giok Cu dan ibunya,
sejak mereka berdua menentang keluarganya, pastilah Ceng it
berlima tidak akan segan-segan lagi menganggap mereka
sebagai musuh yang harus dibasmi. Disamping Ceng It berlima, terdapat gerombolan Liong-yu
pang, Dengan demikian, ia harus melawan dua kelompok
musuh yang tangguh. Kecuali harus membela diri, iapun perlu
melindungi Giok Cu dan ibunya. Pada waktu itu, beberapa anggauta keluarga Cio-liang pay
lantas saja menghadang Cie Lan dan kedua kawannya. Dan
pemuda yang berada dibelakang Cie Lan, lantas saja
berteriak: "Hey, kembalikan emas kami !"
Pemuda itu kemudian membungkuki lantai hendak
mengambil potongan emas yang bertebaran, Dan
menyaksikan hal itu Sin Houw jadi prihatin. pikirnya di dalam
hati: "Akh, mengapa pemuda itu begitu walaupun semberono,
pemuda itu ternyata bermata tajam dan gesit, ia melompat
kesamping untuk menghindar lalu balas menyerang dengan
kedua tangannya. Tentu saja Ceng Cit tidak sudi mengalah, ia
menangkis sehingga tangan-tangan mereka saling bentur.
Kemudian kedua-duanya terpental mundur beberapa langkah.
Pemuda itu menjadi penasaran, ia maju lagi hendak
mengulangi serangannya, tiba-tiba orang yang berpakaian
sebagai saudagar itu mencegah: "San Bin, tahan!" Sekarang Sin Houw mengetahui siapa pemuda itu, Dialah
Ciu San Bin yang mengawal emas bersama Cie Lan. Kalau
begitu orang yang berpakaian sebagai pedagang itu, pastilah
763 kakak seperguruannya sendiri: Tong-pit tie sui-poa Lauw Tong
Seng! Tanpa bersangsi lagi, Sin Houw lalu mendekati dan
memberi hormat sambil berkata: "Suheng, terimalah hormatnya adik seperguruanmu!"
Pedagang itu terbelalak. segera ia memegang kedua
tangan Sin Houw, wajahnya berseri-seri, selagi ia berkata:
"Thio Sin Houw! Kau masih begini muda. Akh, benar-benar
tak pernah kusangka kita akan bertemu disini!"
Cie Lan mendekati Sin Houw, berkata:
"Sin-koko, inilah Ciu suheng yang kukatakan kepadamu."
Cie Lan memperkenalkan si semberono, Sin Houw
memanggut. Juga San Bin. Melihat San Bin hanya manggut Lauw Tong Seng menjadi
tak senang, "Hey, San Bin! Kau harus memberi hormat sambil berlutut.
Dialah pamanmu ...! " Ciu San Bin semakin merasa tak senang hati. Bukankah
Sin Houw lebih muda dari padanya" Kenapa dia harus
berlutut, Namun ia diperintah oleh gurunya.
Sementara itu Buyung Hok tak mau harus menjadi
penonton dalam menyaksikan kejadian itu, segera ia menegur
dengan tinggi hati: "Kalian semua ini orang-orang macam apa?"
Ciu San Bin yang sedang merasa tak senang hati, menjadi
764 marah. Dia maju selangkah seraya menyahut dengan suara
sengit: "Emas ini adalah emas kami. Kenapa kalian curi. Karena
itu, terpaksa aku mengajak guruku ke sini untuk mengambil
kembali!" Buyung Hok tertawa mengejek, sambil mengepulkan asap
pipanya, Keruan saja San Bin mendongkol melihat lagaknya .
Katanya menegas: "Coba katakan terus terang, sebenarnya kalian hendak
kembalikan atau tidak" Kalau tidak, hayo maju semua!"
Buyung Hok tertawa dua kali, suaranya aneh pula,
Kemudian menoleh kepada Go Keng Cay. Akan tetapi Ceng
Cit sudah tidak sabar. ia ikut maju sambil berkata mengejek:
"Eh, enak saja kau ngoceh seperti burung, Kau hendak
mengambil emasmu" Jika kau mempunyai kepandaian, kau
layani aku dulu, Kalau sudah, baru kita berbicara." Belum lagi
mulutnya membungkam, tangannya sudah melayang memukul
San Bin. Itulah serangan mendadak yang sama sekali tak terduga.
Dan pundak San Bin terhajar telak. Buk"
Sudah tentu San Bin marah. segera ia membalas
menyerang, tepat mengenai perutnya Ceng Cit, Bluk!
Ceng Cit membungkuk karena perutnya sakit, sudah itu
terdengar suara: Blak-bluk-blak-bluk! Mereka saling
mengamuk, karena menuruti hati panas. Mereka tidak
memperdulikan pembelaan diri lagi, Mereka memukul asal
memukul dan tak pernah gagal pada sasarannya, sehingga
diam-diam Sin Houw jadi kesal di dalam hati:
765 "Mengapa muridnya Toa suheng begini bodoh" Kalau
menghadapi musuh tangguh, sekali pukul pasti dia terjungkal.
Apakah toa suheng tidak pernah memberi petunjuk?" pikirnya.
Kemudian tibalah pertempuran itu pada babak terakhir.
Dengan tinju kanan, San Bin menggempur Ceng Cit, Cepatcepat
Ceng Cit mengelakkan diri kekiri, Diluar dugaan, tangan
kiri San Bin bergerak dengan suatu kecepatan luar biasa.
serangan ini tak dapat dielakkan, Ceng Cit kena dihajar keras
sekali. Tubuhnya terbanting dan jatuh terkapar di atas lantai
dengan tak sadarkan diri. Kemenangan ini membuat hati San Bin besar dan girang
sekali. ia berbangga hati karena bisa merobohkan lawannya,
Dengan mengharap pujian, ia menoleh kepada gurunya. ia
heran dan kaget tatkala melihat wajah gurunya merah padam
menahan rasa marah. Cie Lan menghampiri. Melihat wajah San Bin bengap dan
kuping kanannya berdarah, segera ia menyusuti dengan sapu
tangannya. Kata Cie Lan setengah berbisik:
"Mengapa kau sama sekali tidak mengelak dari
pukulannya. Kenapa kau melawan keras dengan keras?"
"Untuk apa aku mengelak?" sahut San Bin. "Kalau aku
hanya mengelak, sudah tentu aku tak akan berhasil
menghajarnya." Tiba-tiba terdengar suara Buyung Hok yang nyaring luar
biasa: "Jangan kau terlalu cepat berbesar hati, setelah dapat
merobohkan seorang lawan. Eh, apakah kau benar-benar
menghendaki emas itu?" Setelah berkata demikian, Buyung Hok lompat dan
mengekangi deretan emas yang berserakan di lantai. Katanya
766 dengan membusungkan dada: "Tak perduli kau menggunakan tinju atau tendanganmu,
asal saja kau mampu menggeserkan kakiku, emas yang
berada dibawahku boleh kau ambil semua!"
Semua yang mendengar perkataan Buyung Hok menjadi
tercengang, Alangkah terkebur orang itu! Tak usah dikatakan
lagi, San Bin mendongkol bukan main, sahutnya dengan
sengit: "Apakah mulutmu dapat dipercaya" Benarkah, dan sudah
kau pikirkan?" Buyung Hok tertawa dengan mengangkat kepala, Berkata
kepada Go Keng Cay: "Apakah anak itu waras otaknya" Dia berkata aku bakal
menyesal, lucu atau tidak?" Go Keng Cay tidak menyahut. Dia hanya tertawa kering,
Keruan saja hati San Bin mendongkol bukan main, Teriaknya:
"Baik, Akan kucoba!" Ia menghampiri Buyung Hok dekat-dekat, Kemudian
mengerahkan seluruh tenaganya dan mengayunkan kakinya
menghantam kaki Buyung Hok. Pada saat kaki San Bin hampir tiba pada sasarannya, tibatiba
dengan sebat sekali Buyung Hok menggerakkan pipanya,
memapak tendangan kaki yang hampir tiba pada sasarannya,
"Tak!" tepat sekali ujung pipanya mengenai lutut. Dan San Bin
roboh dengan berlutut. Kakinya kejang tidak bertenaga lagi.
Buyung Hok membungkuk seakan-akan membalas hormat
sambil berkata: 767 "Hey, jangan berlutut dihadapanku!"
Bukan main rasa hati San Bin, Dadanya seakan-akan ingin
meledak. itulah suatu penghinaan besar baginya, Namun ia
tak bertenaga lagi, Diluar kehendaknya lututnya tertekuk tak
bertenaga. Cie Lan cepat-cepat mendekati, kemudian
memayangnya dan dibawanya menghadap kepada gurunya,
Kata gadis itu memohon: "Susiok! orang itu harus susiok hajar biar jera!"
Lauw Tong Seng memijat pinggang dan punggung
muridnya, setelah itu memijit pahanya pula, Dan ia berkata
dengan suara perlahan: "Masih beranikah kau berlaku semberono dikemudian
hari?" San Bin membungkam mulut, sementara secara diamdiam
Buyung Hok kagum terhadap sipedagang, Sama sekali
tak di duganya, bahwa dengan suatu pijitan saja, San Bin
dapat dipulihkan tenaganya, selagi ia keheranan, tiba-tiba
Lauw Tong Seng berkata kepadanya: "ini sudah masuk perhitungan!"
Dan setelah berkata demikian, tangan kanannya
mendorong biji sui-poanya sambil melangkah mendekati. ia
hendak menolong kehormatan muridnya. Dan melihat dia
maju, Sin Houw berpikir didalam hati:
"Toa-suheng adalah murid tertua, dan aku adalah adiknya.
sudah seharusnya akulah yang maju lebih dahulu!.
"Toa-suheng, biarlah aku maju da-hulu, Bila tak berhasil,
baru Toa suheng menggantikan!" teriaknya,
768 "Biarkan, aku saja yang maju ..." jawab Lauw Tong Seng
setelah sejenak berbimbang, ia merasa kurang yakin karena
melihat adiknya masih terlalu muda, walaupun gurunya pernah
memuji sang adik itu. Akan tetapi Sin Houw tak mau mengerti, setelah mendekati
ia berkata dengan perlahan: "Suheng, pihak mereka banyak memiliki orang pandai.
sedangkan barisan Ngo-heng tin keluarga Co-liang pay sangat
berbahaya. Mungkin sekali sebentar akan terjadi suatu
pertempuran dahsyat dan suheng seumpama seorang
panglima perang yang memegang pimpinan. Maka sebelum
suheng maju, biarlah adikmu mencobanya dahulu."


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lauw Tong Seng merasa kagum dengan alasan yang
diberikan oleh adik seperguruan itu, Muda usianya, tetapi
sangat pandai bersopan santun. oleh karena itu ia berkata:
"Baiklah, adikku, Hanya saja kau harus berhati-hati!"
Sin Houw manggut dan memutar tubuh menghadapi
Buyung Hok, Berkata: "Akupun ingin memperoleh emasku kembali. Bolehkah aku
mencoba?" Buyung Hok heran melihat Sin Houw yang maju, Baru saja
San Bin yang bertubuh kekar dapat dirobohkan dalam
segebrakan, Kenapa bocah ini tidak tahu diri" Maka ia
menjawab: "Baik, tetapi kau harus berjanji, tidak akan berlutut
dihadapanku," Berkata demikian, ia menghisap pipa panjangnya dan
mengepulkan asapnya yang tebal ke udara. ia telah bersiaga
penuh. Dan seperti San Bin tadi, maka Sin Houw mendekati
769 tiga langkah. Kemudian mengangkat kaki kanannya hendak
menyapu. Ciu San Bin kaget, tetapi tidak berdaya memperingatkan
Sin Houw, sebaliknya Ceng Cit beramai tidak mengerti apa
sebab Sin Houw yang memiliki kepandaian tinggi, bertindak
begitu semberono. Mereka yang berada diluar gelanggang pertempuran,
mengarahkan pandang mata mereka kepada kaki Sin Houw,
Mereka ingin mengetahui, apakah kakinya Sin Houw tak
mempan kena totok pipa baja Buyung Hok. sebaliknya yang
diam-diam bersiaga adalah Lauw Tong Seng, ia sudah
mengambil keputusan, apabila Buyung Hok menghantamkan
pipanya ke kaki Sin Houw, ia hendak menolong adik
seperguruan itu. Dalam pada itu kakinya Sin Houw sudah bergerak dengan
cepat luar biasa. Dan seperti tadi, Buyung Hok segera memapaki dengan
pipanya. Diluar dugaan gerakan kaki Sin Houw sebenarnya
hanya suatu gertakan belaka, pada detik hendak kena totokan,
ia menarik kembali. sebagai gantinya, ia menyapu dengan
sebelah kakinya yang lain, Buyung Hok sudah terlanjur
memukulkan ujung pipanya. Hatinya terkesiap tatkala pukulannya menumbuk udara
kosong. segera ia sadar akan ancaman bahaya. Tetapi pada
detik itu, emas didekat kakinya, sudah kena tersapu Sin Houw.
Ternyata Sin Houw tidak hanya puas memperoleh emas,
gerakan kakinya terus menyambar mencari bidikan yang
diarahnya, Keruan saja Buyung Hok mendongkol bukan main,
Mula-mula kena ditipu, sekarang ia diserang dengan tiba-tiba.
Maka dengan hati mendongkol dan panas, ia menikam
pantatnya Sin Houw! 770 Sin Houw merendahkan tubuhnya, sambil mengelak ke
kanan. Kembali lagi kakinya bergerak menyapu emas, Dan
dengan dibarengi serangan tangan kirinya, berhasil dia
merampas emas lagi, Hal itu terjadi karena tangan Buyung
Hok sedang bergerak menikam, sehingga daerah
pertahanannya kosong. Lagi-lagi Sin Houw tak mau sudah. Sekarang, kaki kirinya
yang bergerak. Gerakannya sangat cepat sehingga
mendahului gerakan lawan sebelum sempat memperbaiki
kedudukannya. Dan untuk yang ketiga kalinya, ia berhasil
menyapu beberapa tumpuk emas lagi. Dalam waktu yang pendek saja, pemuda itu sudah berhasil
menyapu tiga tumpuk kepingan emas, Dan yang
mengherankan kepingan-kepingan emas itu lenyap dari
penglihatan seperti tersulap, Tetapi sebenarnya dengan suatu
kecepatan luar biasa, ia berhasil memasukkan kepingankepingan
emas itu kedalam saku bajunya, setelah itu, ia berdiri
dengan tenang bersiaga menghadapi segala kemungkinan.
"Biarlah kukatakan kepadamu, bahwa aku hendak
mengambil semua kepingan emas yang berada dalam
penjagaanmu," ia berkata kepada Buyung Hok, "Bukankah kau
sudah berjanji" Barang siapa yang dapat merampas emas dari
penjagaanmu, maka emas itu boleh menjadi miliknya?"
Pemuda itu tidak menunggu jawaban dari Buyung Hok, dan
ia bergerak dengan suatu kesebatan yang mengherankan.
Karena untuk yang kesekian kalinya ia dapat mengantongi lagi
emasnya. wajah muka berubah merah padam, tetapi ia tetap merasa
telah tertipu oleh pemuda lawannya, Hatinya yang
mendongkol mengandung rasa dengki. Lantas saja tangannya
melayang dan kakinya menendang pergelangan tangan Sin
Houw. 771 Sin Houw tak berani lantas menangkis serangan itu, ia
mundur kemudian ia memperhatikan gerakan dua tangan
serta dua kaki lawannya. itulah gerakan seekor burung.
Apakah ini yang dinamakan sejenis kuntao burung Ho dari
golongan Siauw-lim" (Kuntao burung Ho atau Bangau ~ Ho-kun).
Menghadapi serangan Buyung Hok, Sin Houw tidak berani
merapatkan diri. Dia bergerak dengan berputaran. setiap kali ia menghindar
atau mengelak sambil memperhatikan gerakan lawannya,
Buyung Hok menjadi kesal, ia memperhebat serangannya,
justru demikian, Sin Houw dapat mengelak atau
menghindarkan diri dengan cepat pula.
Ketika Lauw Tong Seng melihat cara perlawanan Sin
Houw, ia menganggap Sin Houw tak berani bertempur secara
berhadapan. selalu ia menghindarkan diri dan tak berani
mencoba mendekati karena agaknya ia hanya mengandalkan
pada kegesitannya semata. Buyung Hok berpendapat demikian pula, Dan memperoleh
kesan itu, kesombongannya lantas membersit didalam hati,
lantas ia tertawa sambil melancarkan gempuran terusmenerus,
jelas sekali, bahwa ia menganggap Sin Houw
sebagai lawan yang enteng sekali. ia lupa betapa tadi Sin
Houw dengan kecepatan yang mengagumkan berhasil
menyapu kepingan emas yang berada didalam penjagaannya.
Beberapa saat kemudian, ia mulai menyulut tembakaunya
dan menikmati pipa panjangnya, Tapi pada saat itu, Sin Houw
sudah bisa memahami letak inti ilmu kepandaian lawan. Diamdiam
ia bergirang hati, karena kesombongan lawannya
kerapkali membawa suatu kelengahan. Dan kesempatan itu
772 dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Cepat luar biasa, tibatiba
tangan kirinya menyambar hidung. Keruan saja Buyung Hok terkejut, Tadi lawannya yang
muda itu sama sekali tak berani mendekat. Diluar dugaan tibatiba
saja berani mendekati dan menyelonongkan tangan
kirinya. inilah suatu serangan yang tidak diduganya. Cepatcepat
ia menangkis tangan kiri Sin Houw dengan pipanya, dan
kakinya membarengi bergerak menyapu sasaran.
Diluar dugaan pula kali ini Sin Houw tak sudi menghindar
atau mengelakkan diri, ia membiarkan kepalanya kena incaran
tangkisan pipa. Tapi dengan tiba tiba saja, tangan kanannya
menyambar mencengkeram pipa itu. Buyung Hok terkejut, ia dalam keadaan kepalang
tanggung. Pipanya sudah terlanjur ditangkiskan dengan cepat
dan kuat-kuat, Maka tiada kesempatan lagi untuk menariknya.
Dan terpaksalah ia merenggutkan keatas.
Gerakan itu justru termasuk dugaan Sin Houw, selagi
Buyung Hok menarik pipanya keatas, pinggang kanannya -
nampak terbuka. inilah kesempatan yang tak disia-siakan,
Sebat luar biasa, tangan kirinya menotok tulang iga. Plak!
Buyung Hok menggeliat mundur. ia terkejut dan menyadari
keteledorannya, Akan tetapi sudah kasep, Tahu-tahu
tenaganya pudar dan tubuhnya bergemetar diluar
kehendaknya sendiri. Dan pada saat itu, ia mendengar suara
tertawa Giok Cu, senang hati Sin Houw mendengar suara
tawa Giok Cu. Dan seperti galib-nya seorang pemuda yang mendengar
tawa seorang gadis, timbullah gairah hidupnya, semangat
tempurnya terbangun sekaligus. Terus saja ia menyodorkan
pipa yang kena dirampasnya, balik ke mulut pemiliknya. Api
tembakau yang sedang menyala, menyelomot bibir atas dan
kumis. Keruan saja Buyung Hok kaget berjingkrak!
773 "Sin Houw, jangan bergurau!" seru Lauw Tong Seng, Akan
tetapi didalam hatinya ia kagum menyaksikan kepandaian adik
seperguruannya itu. Mendengar tegoran kakak seperguruannya, Sin Houw
menarik pipanya kembali yang tadi menyelomot kumis
pemiliknya, Kemudian ia meniup api tembakaunya seolah-olah
hendak memadamkan. Tapi karena tiupannya terlalu keras,
api tembakau yang menyumpai lubang pipa justru jadi terbang
berhamburan mengenai wajah Buyung Hok, Dan kembali lagi
Buyung Hok berjingkrakakan! Lauw Tong Seng segera lompat memasuki gelanggang.
Melihat Buyung Hok yang tadi bersikap sombong dan kini kena
diselomot seorang pemuda kemarin sore, mau tak mau
membuat dirinya tertawa juga. Namun ia sadar, Buyung Hok tidak boleh dibuat gegabah.
Maka cepat cepat ia menolong membebaskan dari totokan Sin
Houw. Kemudian menyambar pipa yang masih berada
digenggaman Sin Houw dan dikembalikan kepada pemiliknya.
Dengan berbuat begitu ia berharap menyudahi adu
kepandaian itu agar tidak jadi ber-larut, Bukan karena takut
bermusuhan dengan orang itu, akan tetapi kehadiran nya
dipihak keluarga Cio-liang pay bisa menambah beban yang
tidak ringan. sebagai seorang pendekar yang berpengalaman
Lauw Tong Seng perlu menarik simpati terhadap lawannya
yang kemungkinan besar bisa menyeberang kepihaknya.
Buyung Hok sendiri, waktu itu masih saja terpukau oleh
kejadian yang menyakitkan hatinya, Sama sekali ia tidak
menghiraukan masuknya Lauw Tong Seng ke dalam
gelanggang, Tahu-tahu tangan kanannya telah menggenggam
pipanya kembali. Selintasan saja ia melihat betapa " sekalian hadirin
774 menertawakannya dengan nada geli dan merendahkan. ia
benar-benar jadi merasa terhina. Terus saja ia membanting
pipanya hancur berantakan -- kemudian dengan langkah
panjang meninggalkan gelanggang, sebentar saja, ia telah
melintasi pintu keluar dan bayangan tubuhnya lenyap digelap
malam. Go Keng Cay terkejut melihat kepergian temannya. Buruburu
ia lari mengejar hendak mencegah. Tahu-tahu ia nampak
terpental balik memasuki ruang latihan, dan mati-matian ia
mencoba mempertahankan diri, sekalipun demikian, tetap saja
ia terhuyung mundur beberapa langkah. Maka jelaslah, bahwa
tenaga lontaran Buyung Hok sesungguhnya bukan
sembarangan. walaupun Sin Houw dapat mengalahkan
dengan mudah, namun tenaga saktinya ternyata masih
mampu melemparkan seorang pendekar semacam Go Keng
Cay, seorang pemimpin berandal yang kenamaan sejak
belasan tahun yang lalu. Maka bisa dimengerti, apa sebab Lauw Tong Seng
bersikap hati-hati terhadapnya. Ceng it dan semua saudaranya kagum menyaksikan
kepandaian Sin Houw, Akan tetapi mereka tidak terkejut,
Jauh-jauh tahulah mereka, bahwa pemuda itu memiliki
kepandaian tinggi. Hanya saja caranya menjatuhkan Buyung
Hok begitu cepat, benar-benar diluar dugaan. Sebaliknya,
tidaklah demikian kesan anak buahnya Go Keng Cay.
Melihat pemimpinnya kena dilontarkan Buyung Hok,
mereka kaget dan panas hati, Kalau Buyung Hok yang kena
dikalahkan bisa melontarkan pemimpinnya dengan mudah,
apalagi pemuda itu, pemimpinnya bukanlah tandingnya yang
berarti. Apakah yang diandalkan kecuali mengadu jumlah
banyak. Maka mereka bersiaga menunggu aba-aba.
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara Lauw Tong Seng
775 berkata: "Saudara Ceng lt. Tadi saudara sudah membuat semacam
sayembara, Bahwa emas akan dikembalikan apabila kami
mampu mengambil sendiri dari penjagaan Buyung Hok,
sekarang Buyung Hok meninggalkan gelanggang, Artinya dia
membiarkan emas tak terjaga lagi. Maka sebelum memunguti
emas, perkenankan kami mengucapkan terima kasih." Dan
setelah berkata demikian, ia memberi perintah kepada
muridnya: "Ambil semua emas yang berceceran dilantai!.
Hitung, apakah sudah cukup, Kurang sekeping, kita wajib
mengadakan perhitungan sendiri."
Sebenarnya emas rampasan itu tidak kurang barang
sekeping. Lauw Tong Seng yang berpengalaman, yakin hal
itu, Kalau dia berkata demikian, maksudnya semata-mata
untuk menaikkan harga diri saja. Didepan gerombolan
berandal, perlu ia menunjukkan sikap garang.
Ceng It yang banyak pengalamannya ternyata tak sudi
kalah gertak. ia membiarkan Ciu San Bin memunguti emasnya
dengan sikap acuh, Bahkan ia lantas memejamkan matanya,
sebaliknya tidak demikian dengan Go Keng Cay.
Didalam usahanya hendak merebut emas rampasan itu, ia
sudah berkorban jiwa, itulah sebabnya, ia tak rela melihat Ciu
San Bin memunguti dan mengantongi emasnya kembali tanpa
sanggahan, Diantara berkilaunya emas. pandang matanya
memancarkan sinar berapi-api. Mendadak saja ia melompat
menghampiri dan mendorongkan dan kena dorongan itu, Ciu
San Bin mundur sempoyongan. "Hey, apa maksudmu" Apakah kau hendak coba-coba
mengukur tenaga?" bentak Ciu San Bin mendongkol.
Lauw Tong Seng maju, Berkata kepada muridnya:
"San Bin, mundur! Dia bukan tandingmu!" setelah berkata
776 demikian, Lauw Tong Seng membungkuk hormat kepada Go
Keng Cay. Katanya sambil tertawa: "Selamat bertemu, kawan, Akhir-akhir ini usahamu
kudengar memperoleh kemajuan, sehingga daerahmu
bertambah luar, Bagaimana kalau kita main coba-coba?"
"Hm! siapa namamu?" bentak Go Keng Cay.


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku Lauw Tong Seng, mata pencarianku berdagang.
Mengapa" Apakah kau mempunyai barang dagangan yang
berharga?" Go Keng Cay mendongkol. Terus saja ia berteriak kepada
bawahannya: "Bawa kemari senjataku!" Senjata andalan Go Keng Cay ternyata sebatang tombak
panjang dan besar, begitu menerima senjata andalannya,
terus saja ia menikam dengan tenaga penuh. Tak usah
diterangkan lagi, bahwa hatinya mendongkol luar biasa
terhadap Lauw Tong Seng. Lauw Tong Seng memiringkan kepalanya sambil tertawa,
dan dengan gesit ia melompat menghindar, serunya girang:
"Bagus! Barang daganganmu lumayan juga. Mari kita uji,
apakah benar-benar ada harganya untuk diperjual belikan."
Murid Bok Jin Ceng itu ternyata seorang pendekar yang
besar nyalinya, sambil membungkuk mengelakkan setiap
serangan, ia memunguti emas yang masih tercecer diatas
lantai. Dan menyaksikan hal itu, sadarlah Ceng it bahwa Lauw
Tong Seng bukan sembarang orang. Go Keng Cay ternyata
bukan tandingnya. "Kalau aku berpeluk tangan saja, emas itu benar-benar
777 akan hilang." pikirnya didalam hati, segera ia memberi isyarat
mata kepada Ceng Go dan Ceng Ji. Dan Ceng Go berdua Ceng Ji melesat memasuki
gelanggang sambil berseru: "Emas bukan batu kerikil yang tidak ada harganya. Kau
bayarlah jiwamu dahulu!" Menghadapi rangsakan Ceng Go dan Ceng Jie, cepatcepat
Lauw Tong Seng mengendapkan diri, ia menggeserkan
tubuhnya kekanan dan tangan kirinya menyerang dari
samping. itulah salah satu jurus dari ilmu Hok-how ciang.
Serangan Ceng Go berdua Ceng Jie sebenarnya
merupakan jurus gabungan ilmu sakti Ngo-heng tin yang
dahulu pernah merobohkan pendekar besar atau tayhiap Lim
Beng Cin. Begitu mereka berdua melepaskan salah satu
jurusnya, terus saja bergerak hendak maju mendesak.
Tiba tiba mereka melihat Lauw Tong Seng menggeser ke
samping sambil melontarkan serangan, Cepat-cepat mereka
mundur dan tepat pada saat itu Ceng Sam dan Ceng Su
menggantikan kedudukannya dengan menangkis serangan
Lauw Tong Seng, Kemudian dengan kecepatan luar biasa
tangan Ceng Go menyelonong menghantam pinggang Lauw
Tong Seng. Sejak Lauw Tong Seng menyelesaikan pelajarannya dan
berkelana seorang diri untuk mencari pengalaman, belum
pernah ia bertemu dengan lawan yang sebanding, walaupun ia
gemar bergurau dan berlaku jenaka, namun tabiatnya cermat
dan hati-hati. Dengan berbekal kedua tabiatnya itu, belum pernah ia
gagal selagi menghadapi lawan. sekarang ia sadar bahwa ilmu
Ngo-heng tin keluarga Cio-liang pay hebat luar biasa. Ceng It
778 kini ikut pula memasuki arena, Dengan demikian ia
menghadapi lima orang sekaligus. Cepat ia menggeser
tubuhnya untuk menghindari serangan Ceng It.
Te-tapi tiba-tiba Ceng Su menggantikan kedudukan Ceng
Jie dan dengan cepat membawa Ceng It mundur. Dengan di
barengi gerakan lainnya, mereka berlima nampak seolah-olah
berubah menjadi beberapa puluh orang, Tubuh mereka
berkelebatan seperti bayangan. Menghadapi tata pertempuran demikian, mau tak mau
Lauw Tong Seng menjadi terkejut, ia tak mengerti, ilmu
berkelahi apa yang sedang dilancarkan pihak lawannya itu,
Benar-benar serangan mereka dahsyat luar biasa.
Nampaknya kalut, akan tetapi maju dan mundurnya sangat
rapi. sekian lamanya ia mencoba menyerang, namun tiada
seorangpun yang dapat disentuhnya, ia kaget, heran dan
akhirnya menyadari. Cepat-cepat ia mencoba merubah sikap. Dengan tenang,
ia menempatkan diri ditengah-tengah mereka. Sama sekali ia
tak mau menyerang. sebaliknya, ia hanya bertahan dan
menangkis apabila kena serang. Tentu saja ia membuat
dirinya kena terkurung rapat sekali.
Melihat Lauw Thong Seng hanya dapat membela diri,
diam-diam Go Keng Cay bergirang hati, ia tadi bersakit hati
karena kena dipermainkan pendekar itu. sekarang timbullah
niatnya hendak membalas dendam, ia menunggu saatnya
yang bagus, untuk menikam Lauw Tong Seng sehebathebatnya.
Dan sekaranglah saatnya yang paling baik, selagi
lawannya sibuk berjaga-jaga diri terhadap rang-sakan Ceng it
berlima. "Lauw susiok, awas!" Cie Lan memperingatkan. Gadis itu
terkejut melihat berkelebatnya tombaknya Go Keng Cay.
Lauw Tong Seng adalah murid Bok Jin Ceng yang telah
779 mewarisi kepandaian gurunya. seumpama Ceng It tidak
menggunakan ilmu gabungan, mereka tidak akan bisa berbuat
banyak terhadapnya. Demikian pula menghadapi serangan
gelap Go Keng Cay, seorang pemimpin berandal.
Dengan sebat sekali, Lauw Tong Seng memutar tubuhnya.
Berbareng dengan itu, tangannya bergerak. Tombak Go Keng
Cay kena ditangkisnya dan kemudian di tangkapnya, itulah
salah satu jurus Hok houw ciang untuk menghadapi lawan
yang bersenjata. ilmu tata berkelahi dengan tangan kosong!
Kemudian terdengar pekik teriak Go Keng Cay yang
kesakitan, sedangkan tubuhnya nampak kehilangan
keseimbangan dan pada saat itu Lauw Tong Seng memukul
pundaknya. Krak! Go Keng Cay memekik tinggi, tulang
pundaknya patah! "Bagus!" puji Thio Sin Houw.
Beberapa orang pengawalnya Go Keng Cay segera
menolong pemimpinnya sedangkan Wong Bun Cit, Kie Song
Sie dan Su Eng Nio menuntut bela, serentak mereka bertiga
menyerang Lauw Tong Seng, Juga kali ini Lauw Tong Seng
dapat menunjukkan keahliannya, Dengan kesehatan dan
kelincahannya, seorang demi seorang dibantingnya ke lantai
sambil mengelakkan setiap serangan Ceng It berlima.
Menyaksikan ketangguhan murid Bok Jin Ceng itu, anak
buahnya Go Keng Cay tidak berani berkutik lagi dari
tempatnya. "Nah, sekarang aku bisa melayani kalian berlima tanpa
gangguan lagi." kata Lauw Tong Seng kepada Ceng It berlima
dengan menyertai tawa. Ceng It berlima mendongkol, terus saja mereka
melancarkan serangan bertubi tubi, Bayangan mereka
berkelebatan Mau tak mau Lauw Tong Seng mengimbangi
780 dengan kecepatannya pula. Akan tetapi ilmu gabungan Ngo-heng tin benar-benar hebat
dan berbahaya. Gerakan mereka pun nampak aneh sekali.
Adakalanya salah seorang menendang dari depan, kemudian
dengan sekonyong-konyong melesat kesamping, Dan pada
saat itu seorang lagi menyerang menggantikan kedudukannya.
Yang datang dari sebelah kiri mengangkat kedua tangannya
tinggi-tinggi, Lalu menyambar hendak memeluk. Mau tak mau
Lauw Tong Seng terpaksa mundur. Diluar dugaan lawan yang
berada dibelakangnya mengayun kakinya hendak menendang.
Makin lama makin hebat cara Ceng It berlima melakukan
penyerangan. Corak ragamnya makin beraneka macam,
membuat Lauw Tong Seng merasa diri benar-benar sibuk.
Untuk mengurangi ancaman bencana, segera ia
mengeluarkan dua senjata andalannya. sebatang tongkat
pendek dan sebuah alat seperti perisai. Dan ia kemudian
melakukan perlawanan makin gigih, setiap kali ia berusaha
mencari jalan keluar membobol pengepungan lawan dengan
tusukan serta tikaman tongkatnya yang berujung tajam
Tak lama kemudian, maka Ceng It berlima sibuk
menghadapi tikaman tongkat Lauw Tong Seng yang
berbahaya, sehingga hampir-hampir mata rantai mereka
bobol, Cepat-cepat Ceng It berseru dengan kata-kata sandi:
"Angin tiba! Mari kita pasang layar !"
Ceng Cit dan Kun Jie yang berada diluar gelanggang,
segera berlari-lari membawa senjata. Kemudian dilemparkan
seolah-olah sedang melancarkan suatu serangan rangsakan,
Tetapi dengan tiba-tiba saja, ruyung, tombak, golok, tongkat
besi dan cemeti baja sudah berada dalam genggaman
majikannya masing masing. pertempuran kini makin menjadi seru dan sengit luar biasa,
781 masing-masing terancam bahaya maut, Mereka yang
menyaksikan diluar gelanggang menahan napas oleh rasa
tegang dan kagum. Ciu San Bin sibuk bukan main melihat gurunya terancam
bahaya pengepungan yang sangat kuat, Terasalah didalam
hatinya, bahwa ilmu kepandaiannya sangat dangkal. Dan yang
sama sekali tak berdaya untuk memberikan bantuan.
Tetapi ia tak rela gurunya terancam bahaya begitu dahsyat,
Tiba-tiba saja ia melompat hendak memasuki gelanggang
dengan memutar goloknya. Diluar dugaan, baru saja ia
bergerak, sekonyong-konyong berkelebatlah sesosok
bayangan di depannya. Tahu-tahu pundaknya kenatekan, ia
kaget. Dalam rasa kagetnya ia membabatkan goloknya. Heran!
Tangannya tak dapat digerakkan. pundaknya seperti kena
tindih batu sebesar gajah! Ciu San Bin menoleh. Ternyata yang menekan pundaknya
adalah Sin Houw. Tadi ia menyaksikan betapa Sin Houw
dengan mudah saja dapat mengalahkan Buyung Hok, Dalam
hatinya, ia tidak yakin kegagahannya. Tetapi kini barulah ia
sadar, betapa dahsyat tenaga Sin Houw yang muda dan yang
menjadi paman gurunya dengan sekali tekan saja, kedua
tangannya seolah-olah lumpuh. Mau tak mau ia menjadi harus
patuh kepada tiap perkataannya. "Jangan kau cemas, gurumu masih sanggup melayani
mereka." kata Sin Houw sambil menarik pulang tangannya.
San Bin mengkerutkan dahinya. Benarkah gurunya masih
sanggup melayani kelima lawannya itu" ia mencoba
menyabarkan diri dan berusaha yakin terhadap penglihatan
Sin Houw, Dengan seksama ia mengikuti jalannya
pertempuran. 782 Dalam pada itu Sin Houw sendiri mengikuti pertempuran
itu dengan penuh perhatian. Kadang-kadang ia mendongak
mengawasi arah genting dengan berdiam diri, Agaknya ia
terbentur pada suatu persoalan sulit.
Cie Lan yang sejak tadi memperhatikannya, mendekati
sambil berkata: "Sin koko, kenapa kau tidak segera membantu Lauw
susiok?" Sin Houw tidak menyahut. Dengan suatu gerakan tangan,
ia mengharapkan agar Cie Lan mundur. Dan Cie Lan benarbenar
mundur dengan wajah lesu, sebaliknya Giok Cu diamdiam
bersyukur hati melihat Sin Houw menolak kehadiran Cie
Lan. Dengan lapang dada, ia kini dapat mengikuti
pertempuran ditengah gelanggang yang makin menjadi seram.
Lauw Tong Seng mencoba menghantam salah seorang
musuhnya. Berulang kali dan makin lama makin cepat, Namun
tetap saja,musuhnya tak dapat disentuhnya bahkan senjata
mereka tak pernah bentrok, Masing-masing berusaha
menghindarkan suatu benturan. Pada saat itu, tiba-tiba Sin Houw menghampiri Cie Lan.
Katanya dengan sua ra ringan: "Lan-moay, maafkan sikapku tadi, aku sedang berusaha
memecahkan suatu teka-teki, sekarang aku sudah berhasil."
"Maaf" Apakah yang harus kumaafkan?" sahut Cie Lan,
"Kau bantulah Lauw susiok."
Sin Houw tertawa. pandang matanya berseri-seri.
sahutnya: "Teka-teki itu sudah berhasil kupecahkan, sekarang tidak
perlu cemaslagi. Sekarang, coba pinjamkan aku tusuk
783 sanggulmu." Dengan pandang penuh pertanyaan, Cie Lan memenuhi
permintaan Sin Houw, Kata pemuda itu menjelaskan:
"Akan kulayani mereka dengan tusuk sanggul ini!"
Cie Lan menjadi terpukau, akan tetapi Sin Houw tidak
menghiraukan. Dengan pandang tajam ia berteriak kepada
Lauw Tong Seng: "Toa-suheng! Sut-touw menciptakan It-bok, maka injaklah
Kian-kiong dan jalan ke Kam-wie!"
Itulah istilah sandi yang hanya diketahui oleh pendekar
kelas utama. Dan mendengar seruan itu, Ceng It berlima terkejut heran.
Jelas Sin Houw telah dapat mengetahui rahasia ilmu Ngoheng
tin. siapakah yang mengkisiki"
Sebaliknya Lauw Tong Seng tidak segera mengerti akan
kata-kata sandi itu, ia harus berpikir dua ka1i. Tetapi Sin Houw
tidak perdulikan apakah kakak itu mengerti atau tidak, ia terus
berteriak lagi: "Phia-boh mengalahkan Khe-kim ambillah langkah ke Cinkiong,
keluar dari Lie-wie!" Beberapa saat lamanya Lauw Tong Seng masih
memikirkan kata-kata sandi itu, kemudian ia menyadari bahwa
sang adik menghendaki ia mengambil langkah secara "patkwa",
Dan ia segera mencobanya. Ia menunggu saatnya yang baik. Kemudian tiba-tiba ia
melesat ke kiri melalui Cin-kong, kemudian keluar dari Lie-wie,
Dan ia berhasil memperoleh lowongan!
784 Kemudian didengarnya lagi suara Sin Houw.
"Ambil jalan Kian-wie" LAUW TONG SENG terkejut, Arti kata sandi itu adalah
barat daya, Tetapi di bagian itu Ceng Jie dan Ceng sam
menjaga dengan ketat. ia menjadi ragu ragu sejenak, tetapi
kemudian ia percaya penuh dengan petunjuk Sin Houw,
Segera ia melesat ke barat daya sambil melakukan
serangan,Ceng Jie dan Ceng sam mengetahui tugas mereka.
Apabila musuh datang menyerang, segera mereka


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memisah diri, Kedudukannya akan diganti oleh Ceng It dan
Ceng Su. itulah rahasia ilmu mata rantai Ngo-heng tin. Tetapi
baru saja mereka hendak memecah diri, tahu-tahu Lauw Tong
Seng telah menerjang, Murid Bok Jin Ceng ini
menghantamkan perisainya kekiri dan ke kanan untuk
mencegah masuknya Ceng It dan Ceng Su.
Tongkat bajanya mengejar kedudukan Ceng Jie dan Ceng
sam yang bergerak hendak memecah diri, oleh serangan
diluar dugaan ini, mereka berempat terkejut. Cepat-cepat
mereka merapat hendak bergabung, tapi dengan gerakan
yang cepat luar biasa, Lauw Tong Seng berhasil lolos dalam
sekejab mata saja, Tahu-tahu ia sudah berdiri tegak disamping
Sin Houw. Ceng It menjadi terpukau melihat kejadian itu, inilah untuk
yang pertama kalinya mereka kehilangan sasaran.
Bagaimana Lauw Tong Seng bisa lolos dari kepungan
yang rapat luar biasa" puluhan tahun mereka malang
melintang menguji ketangguhan ilmu Ngo-heng tin, selama itu
tak terkalahkan dan tak pernah gagal. oleh ingatan ini mereka
jadi penasaran. Kenyataan tadi terlalu menyakitkan serentak mereka
785 mundur dan merapikan diri, Dan berkatalah Ceng It dengan
nyaring kepada Lauw Tong Seng: "Kau bisa lolos dari mata rantai kubu-kubu ilmu Ngo-heng
tin, artinya ilmu kepandaianmu bukan sembarangan.
Ilmu itu mengingatkan kami kepada aliran Ngo-tay, Kau
pernah apa dengan Bok Jin Ceng?"
"Beliau adalah guruku." sahut Lauw Tong Seng,
"Bagaimana" Apakah aku menurunkan pamor rumah
perguruanku?" Ceng It mendengus. Katanya mendongkol:
"Hm! Apakah kau kira kami tidak mengetahui aliran ilmu
silatmu?" Lauw Tong Seng mengetahui bahwa Ceng It berlima masih
penasaran. Kemudian ia mengalihkan pembicaraan:
"Kita telah bertempur, Masing-masing sudah berusaha
menjatuhkan lawan. Kalian telah mengepung aku berlima, dan
ternyata aku tak sanggup merobohkan, Begitu juga kalian
berlima. inilah yang disebut setali tiga uang, sekarang,
bagaimana baiknya kita mengatur emas itu?" ia berhenti
sejenak dan mengawasi Go Keng Cay, Katanya:
"Urusan perdagangan kita sudah selesai, bukan" Nah, kau
boleh pergi!" Hebat perkataan Lauw Tong Seng bagi Go Keng Cay,
sebagai seorang pemimpin berandal, ia biasa memerintah.
sekarang ia merasa diri tak sanggup melawan lagi, dan ia
diusir dihadapan orang banyak. ia menyahut:
"Lauw Tong Seng! jangan tergesa-gesa kau menepuk
dada! Pada suatu hari nanti- kau pasti akan jatuh ditanganku,
786 aku Go Keng Cay tak dapat kau permainkan sesuka hati, Hari
ini memang aku naas, tapi besok atau lusa aku bakal bangkit
lagi!" Lauw Tong Seng tertawa, tetapi Ceng Go menyelak bicara:
"Urusan emas tak perlu diributkan lagi! Kau boleh
membawanya, asal bisa memenuhi dua syarat."
"Syarat apakah itu?" tanya Lauw Tong Seng,
"Syarat pertama, kau harus membawa barang semacam
alat penebus. itulah peraturan kami yang sudah berjalan sejak
aku belum lahir, Artinya, kau menghargai kami." Ceng Go
menjelaskan Lauw Tong Seng berpikir sebentar. "Baik. Aku akan mengirimkan barang penukar yang cukup
berharga. selain itu, aku akan mengadakan pesta perpisahan
sebagai pernyataan rasa terima kasih, Sekarang, bagaimana
syarat yang kedua ?" "Yang kedua, kau harus tinggalkan Thio Sin Houw disini!"
sahut Ceng Go. Lauw Tong Seng terkejut, ia tidak mengetahui latar
belakang persoalannya bahwa Sin Houw mempunyai sangkut
paut dengan kepentingan keluarga Cio-liang pay, yang
bertalian dengan urusan Gin-coa,Long-kun. Katanya:
"Adik seperguruanku ini, seorang yang doyan makan.
Kalau dia kalian harapkan tinggal disini, ia akan menghabiskan
persediaan makanan kalian. Apakah kalian tidak akan rugi?"
Ciu San Bin kenal akan watak dan kebiasaan gurunya. Bila
dia bergurau, artinya mengandung ancaman. pastilah
787 pertempuran akan terulang kembali. Maka dengan diam-diam
ia bersiaga dengan senjatanya. Ceng It yang masih memegang tombaknya berkata dengan
suara tegas: "Adik seperguruanmu tadi, pandai mengajari caramu bisa
lolos dari mata rantai ilmu kami. Agaknya dia mengenal ilmu
itu, maka biarlah kami mencoba-coba kepandaiannya."
Ciu San Bin mendongkol mendengar perkataan Ceng It,
Terus ia melompat maju tanpa persetujuan gurunya, katanya
membentak: "Aku saja yang maju, Apakah kau kira kami gentar
menghadapi kalian?" "Kalau begitu, silahkan!" sahut Ceng It tertawa mengejek.
Ciu San Bin benar-benar tak gentar sedikitpun, Kakinya
bergerak hendak melangkah maju, tetapi tiba-tiba tangannya
ditarik Sin Houw, Kata paman yang muda usia itu:
"Ciu suko, biarlah aku yang maju lebih dahulu, Apabila aku
gagal, barulah kau membantunya."
Ciu San Bin manggut, sahutnya: "Baik, Begitu membutuhkan aku, panggillah namaku saja,
San Bin, Tidak perlu menyebut suko segala. Bukankah kau
justru paman guruku?" Sin Houw tersenyum, ia manggut dan Cie Lan yang
tertawa geli. "Apa yang kau tertawakan?" tanya San Bin setelah
mendekati. 788 "Akh, tidak apa-apa. Aku hanya ingin tertawa." jawab Cie
Lan bersenyum manis. Sementara itu Sin Houw sudah melompat memasuki
gelanggang, Benar-benar dia hanya bersenjatakan sebatang
tusuk sanggul Cie Lan! "Aku Thio Sin Houw! Dengan ini aku ingin berkenalan
dengan ilmu Ngo-heng tin dari keluarga Cio-liang pay!" seru
Sin Houw. "Keluarkan senjatamu!" Ceng It membentak.
Sin Houw bersenyum, kemudian ia memperlihatkan tusuk
sanggul Cie Lan. Berkata: "Susiok semua adalah angkatan tua, tak berani aku
melawan dengan menggunakan senjata tajam, Maka biarlah
aku menggunakan tusuk sanggul ini untuk menghadapi susiok
semua!" Mendengar perkataan Sin Houw baik Ceng It berlima
maupun para hadirin lainnya menjadi sangat heran. Banyak
diantara mereka yang menganggap Sin Houw terlalu
mengunggulkan dirinya, apa artinya sebatang tusuk konde"
Semua orang tahu, bahwa tusuk sanggul sangat mudah
patah. Betapa mungkin dapat diadu dengan senjata Ceng It
berlima yang serba kuat" Lauw Tong Seng yang tidak berkata apa-apa, diam-diam
mempersiapkan kedua senjata andalannya, untuk menolong
apa bila adik seperguruannya terancam bahaya. Kepada Ciu
San Bin dan Cie Lan, ia membisik: "Musuh kita terlalu kuat, sedang jumlah kita hanya empat
orang, Apabila sebentar aku memberi tanda, kalian berdua
segera lompat ke atas genting dan larilah secepat-cepatnya,
789 Aku dan Sin Houw akan melindungi kalian untuk menghadang
musuh. janganlah kalian memperdulikan kami, walaupun kami
terancam bahaya apapun, janganlah kalian mencoba untuk
membantu. Mengerti?" Lauw Tong Seng berpesan demikian, karena mempunyai
perhitungannya sendiri, walaupun Sin Houw mempunyai
kepandaian yang berarti, belum tentu dapat menandingi Ceng
It berlima. andaikata diapun membantu, juga belum berarti
banyak. Tetapi ia percaya, bahwa baik Sin Houw maupun
dirinya sendiri, pasti dapat lolos dari bahaya yang mengancam
mereka, sebaliknya, tidak demikian halnya dengan Ciu San
Bin berdua Cie Lan. Apabila mereka berdua kena kepung, sukar untuk mereka
meloloskan diri. itulah sebabnya, mereka harus lari lebih
dahulu, Dikemudian hari, mereka berdua bisa diharapkan
melapor kepada Thio Su Seng, sedangkan dia sendiri akan
kembali setelah memperoleh bantuan dari sahabatsahabatnya,
pastilah gurunya dan Bok-siang tojin tidak akan
tinggal diam. Dan jika mereka semua datang kembali, ilmu Ngo-heng tin
dari keluarga Cio-liang pay pasti bisa dirobohkan, Dia tidak
mengharapkan bantuan Sin Houw, sebab meskipun
berkepandaian cukup, pastilah masih kurang masa latihannya.
Dalam pada itu, semua yang berada didalam gelanggang
pertempuran sudah siap siaga. Tetapi Sin Houw masih belum
merasa puas. Nampaknya seakan-akan melihat sesuatu yang
masih kurang akhirnya ia berkata: "Ceng It susiok, aku berterima kasih karena kalian sudi
memberi pengalaman kepadaku. Hanya saja menurut
tanggapanku, barisan kalian masih kurang lengkap. Kalau
tidak salah, apakah ilmu Ngo-heng tin ini masih kurang
lengkap pertahanannya?" 790 "Kurang lengkap bagaimana?" tanya Ceng It heran.
"Disebelah luar Ngo-heng tin, bukankah masih ada barisan
pembantu yang disebut Pat-kwa tin. Kenapa Pat kwa tin tidak
diatur sekalian, agar aku dapat memperoleh pengalaman lebih
luas lagi" Ceng Sam yang tidak sabaran lantas membentak:
"Bagus! Kau sendirilah yang meminta, Kalau kau binasa,
jangan sesali siapapun juga." setelah membentak demikian, ia
berpaling kepada Ceng Cit dan Kun Jie. Memerintah:
"Semua maju!" Oleh perintah itu, Ceng Cit berdua Kun Jie segera
mengangkat tangan, memberi aba-aba, dan muncullah lima
belas orang yang segera bergerak mengepung.
Melihat bertambahnya anggauta lawan yang bergerak
diatas gelanggang. Lauw Tong Seng tertegun. Mulutnya bergerak hendak
menegur kesemberonoannya Sin Houw, akan tetapi pada saat
itu pula timbullah pikirannya bahwa tegurannya pasti tiada
guna lagi. oleh pikiran itu ia batal sendiri. sekarang ia
memperhatikan mereka semua yang sedang bergerak-gerak
dan berputar-putar mengurung Sin Houw, Mereka terdiri dari
laki-laki dan perempuan. Gerakan mereka rapi dan cekatan.
Mau tak mau ia jadi kagum, pikirnya didalam hati:
"Belasan tahun aku berkelana untuk menambah
pengalaman dan pengetahuan Tetapi baru hari ini aku melihat
barisan Ngo-heng tin yang dahsyat dan rapi sekali. Mereka
bergerak dan berlari-larian, Namun tak ada terdengar
langkahnya sama sekali. Akh, Sin Houw benar-benar
semberono, Melayani lima orang saja, sudah sulit. Apalagi
791 menghadapi belasan orang, Bagaimana aku harus menolong
menembus mereka" Mungkin sekali sudah tiada harapan lagi,
Akh, Sin Houw, benar-benar kau tak tahu diri!"
Benar-benar Lauw Tong Seng menjadi tertegun dalam
keraguan yang mencemaskan hatinya. Tetapi Sin Houw
sendiri nampak tenang-tenang saja, ia menjepit tusuk sanggul
Cie Lan dengan jari tangan kanannya. Tangan kirinya
dilencangkan ke depan dan ditekuk sedikit, seolah-olah seekor
ular hendak menerkam mangsa, Kemudian kedua kakinya
mulai melebar. sekonyong-konyong ia bergerak dan lari
berputaran, setelah empat lima kali, ia berbalik merubah
jurusan dengan mendadak pula. Melihat gerakan Sin Houw, Ceng It berlima memusatkan
seluruh perhatian mereka. pandang mata mereka tak berani
beralih dari gerak-gerik Sin Houw yang penuh teka-teki. sebab
sudah sekian lamanya ia berputar-putar, masih saja belum
ada tanda-tanda hendak melakukan penyerangan.
Lauw Tong Seng maupun Ceng It tidak mengetahui bahwa
Sin Houw sebenarnya sedang melakukan ajaran-ajaran
warisan Gin-Coa Long-kun. Dahulu ketika Gin-coa Long-kun
lolos dari kepungan Ceng It berlima, ia mengeram diri didalam
goanya, Terus-menerus tanpa mengenal lelah, pendekar yang
mengandung dendam itu mencari-cari jalan keluar untuk dapat
memecahkan rahasia ilmu Ngo-heng tin. Pada tahun-tahun
pertama, belum juga ia berhasil menemukan titik-tolak apa
sebab pertahanan Pat-kwa tin dan Ngo-heng tin bergerak
terus saling menyusul, sampai lawannya kena dirobohkan.
Asal yang satu bergerak, empat lainnya menyusul bergerak
pula, Begitu terus-menerus, sehingga lambat-laun membuat
pandang mata lawan menjadi kabur. Benar-benar ia bingung
dan tak dapat mengerti. Pada suatu hari Gin-coa Long-kun keluar dari goanya, ia
merangkak ke puncak gunung untuk mencari hawa segar.
792 Tiba-tiba ia melihat seekor ular bergerak melingkar begitu
mendengar suara ia merangkak. Kemudian berhenti dan
menegakkan kepalanya. itulah kodrati gerakan seekor ular
apabila merasa terancam bahaya. ia bersiaga melawan dan
berbareng menyerang. Tetapi dia tidak akan menyerang,
apabila tidak didahului. Dan melihat tata laku ular itu, timbullah sepercik ilham
didalam benak Gin-coa Long-kun. Jadi itulah cara yang praktis
sekali untuk memecahkan ilmu Ngo-heng tin.
"Menunggu serangan lawan, kemudian baru bergerakgerak
untuk melawan..." katanya berulangkali didalam hati.
Hatinya menjadi girang, sebab lambat laun ia memperoleh
keyakinan. Dan dengan keyakinannya itu, ia kembali
memasuki goanya mengasah otak, satu bulan lamanya ia
mencoba memahami ilmu sakti kebanggaan keluarga Cioliang
pay, akhirnya diketahuilah kelemahannya.
Dengan ilmu ular itu sekarang ia sanggup memecahkan


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertahanan barisak Pat-kwa tin dan Ngo-heng tin, Dan
penemuannya itu segera dicatat di dalam buku warisannya.
setelah selesai timbullah pikirannya:
"Urat-uratku sendiri sudah terputus. Tak bisa aku berkelahi
seperti dahulu. Adakah gunanya aku memperoleh rahasia
perlawanan ilmu kebanggaan keluarga Cio-liang pay" Aku
sekarang berada didalam goa ini. seratus tahun lagi, atau
mungkin seribu tahun lagi,kitabku baru diketemukan orang,
Tetapi pada saat itu, mereka semua sudah mati hem! Benar!
Benar penasaran hatiku, tetapi baiklah, meskipun andaikata
Ceng it berlima sudah mampus, ilmu kebanggaan mereka
pasti ada yang mewarisinya. Kalau tidak ada daya perlawanannya , anak keturunan
mereka pasti akan merajalela tanpa tandingan. Aku harap saja
kitabku ini akan diketemukan orang dikemudian hari. syukurlah
793 bila Tuhan mengabulkan bisa diketemukan oleh seseorang
yang bisa mewakili diriku membalas dendam selagi Ceng It
berlima masih hidup dalam keadaan segar-bugar. Bila hal ini
dikabulkan, ya Tuhan ... aku rela Kau masukkan ke neraka
sebagai penebusan. Di alam bakapun, Gin-coa Long-kun tidak pernah mengira
bahwa pada hari itu seorang pemuda bernama Thio Sin Houw
sedang melakukan perlawanan terhadap ilmu Ngo-heng tin
keluarga Cio-liang pay dengan ilmu warisannya.
Dia berputar-putar terus tanpa menyerang, untuk
menunggu gerakan lawan. itulah dasar rahasia kitab
warisannya. Dia berputar-putar terus.
Dan karena ia berlari-larian, semua lawannya ikut berlarilarian
pula sambil mengawasi gerak-gerik dengan cermat.
Thio Sin Houw tidak menghiraukan gerakan lawan. ia terus
lari berputaran sekian lamanya. Sekonyong konyong ia
memperlambat diri, makin lama makin kendor, Namun sama
sekali tidak nampak adanya suatu maksud untuk menyerang.
Akhirnya, bahkan berhenti sama sekali.
Kemudian duduk memeluk lutut. wajahnya nampak berseriseri.
Tentu saja mereka semua yang melihat kelakuannya
menjadi heran. seluruh keluarga Cio-liang pay tidak
mengetahui, bahwa ini termasuk salah satu tipu daya untuk
melalaikan penjagaan. Disamping itu untuk membuat mereka
kehilangan kesabaran pula. Benar saja, Ceng Go yang berangasan segera
menggerakkan kedua tangannya untuk menyerang, waktu itu
ia berada dibelakang punggung Sin Houw, sehingga dapat
menyerang secara gelap. "Jangan! jangan mengacaukan jalur pembelaan!" Ceng Jie
794 memperingatkan. Peringatan Ceng Jie itu menyadarkan Ceng Go, segera ia
menarik serangannya kembali. Dan mereka lantas
melanjutkan berlari-lari berputaran dengan penuh siaga
menerjang manakala lawannya menyerang.
Tetapi Sin Houw tetap duduk memeluk lutut. ia tak mau
membuat mereka mendongkol. Akhirnya saling memandang
meminta pertimbangan. Ceng It sebenarnya sudah kehilangan kesabarannya pula,
ia ingin memberi idzin saudara-saudaranya untuk menyerang,
Tetapi hal itu bertentangan dengan dasar keharusan inti ilmu
gabungan Ngo-heng tin. Maka meskipun hatinya mendongkol
bukan main, tak berani ia melanggar inti keharusannya.
Satu-satunya yang dapat dilakukannya hanyalah
mempercepat larinya sambil menggertak, iapun memberi
isyarat mata kepada sekalian saudaranya agar meninggikan
kewaspadaan. Thio Sin Houw tetap bersikap dingin saja, malahan tibatiba
ia menguap beberapa kali, Lalu tidur berbaring. Kedua
tangannya dibuat alas kepala semacam bantal. Matanya
menatap atap sambil diselingi menguap lebar-lebar.
Bukan main mendongkolnya Ceng It berlima. Kalau
mereka harus berlari-larian terus, sedangkan lawannya enakenak
bertiduran sambil menguap, bukankah napasnya lambutlaun
akan habis sendiri" Enambelas orang pimpinan Ceng Cit yang harus berlarilarian
pula untuk mengaturkan penglihatan lawan, diam-diam
dihinggapi kegelisahan demikian juga, Namun secara naluriah
mereka seakan-akan tahu, bahwa lawannya itu lagi melakukan
suatu tipu muslihat. Karena itu, meskipun napas mereka
lambat laun mengangsur, tak berani mereka lalai sedikitpun.
795 Tetapi mereka bukan Ceng It berlima yang sudah
mempunyai masa latihan puluhan tahun lamanya. Sejam
kemudian, keringat mulai mengucur membasahi tubuh dan
napas mereka mulai tersengal-sengal.
Dalam pada itu Sin Houw masih enak saja melakukan
peranannya. Berkata di dalam hati: "Hm, kuingin tahu sampai kapan mereka bisa bersabar.
Apakah mereka benar-benar memiliki napas kuda?" Dan diamdiam
ia mencuri pandang untuk melihat gerakan mereka yang
tak kenal henti. Kemudian berpura-pura merapatkan matanya
seolah-oleh hendak tidur pulas. Ciu San Bin, Cie Lan dan Giok Cu serta ibunya heran
menyaksikan kelakuan Sin Houw. Dalam hati mereka merasa
lucu, akan tetapi sesungguhnya diam diam mereka cemas dan
gelisah. Bagaimana kalau tiba-tiba lawannya menyerang
dengan berbareng" Masih sanggupkah ia menolong diri"
Hanya Lauw Tong Seng seorang yang dapat menjajaki
maksud Sin Houw, pastilah adik seperguruan itu sedang
menguji kesabaran lawannya. Disamping itu hendak
memancing kelengahannya pula. walaupun begitu, perbuatan
adik seperguruan itu memang terlalu berani. Bahkan suatu
keberanian yang melampaui batas. Kalau saja lawannya
menyerang dengan mendadak, apakah dia sanggup terbang
menjangkau atap gedung untuk menyelamatkan diri"
Pada saat itu, Ceng it benar benar tidak bersabar lagi.
Diam-diam ia bersiap hendak menyerang apabila memperoleh
waktunya yang baik. Manakala Sin Houw tenggelam dalam
keasyikannya sendiri, tiba-tiba ia memberi isyarat kepada
Ceng Go dengan kibasan tangan kirinya.
Empat batang golok tahu-tahu menyambar dengan
796 mendadak. itulah golok terbang Ceng Go yang sudah terkenal
sejak belasan tahun yang lalu. Ciu San Bin, Cie Lan, Giok Cu dan Lauw Tong Seng kaget
sampai memekik tertahan. sedangkan ibunya Giok Cu
menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, karena tak
sampai hati menyaksikan peristiwa itu, Betapa tidak, karena
ampat batang golok terbang itu membidik sasarannya dengan
jitu sekali. Sebaliknya pihak Ceng It semuanya bersorak kegirangan.
Pikir mereka, matilah pemuda itu, empat batang golok terbang
Ceng Go menancap di punggung. Beberapa orang anggauta
barisan pertahanan Pat-kwa tin sampai menghentikan larinya.
Bukankah musuhnya sudah tidak berdaya"
Tetapi mereka tidak pernah menduga, bahwa tubuh Sin
Houw terlindungi baju sakti pemberian Bok-siang tojin yang
tidak mempan oleh senjata tajam macam apapun juga. Tibatiba
saja Sin Houw melesat bangun. Dan empat batang golok runtuh bergelontangan di atas
lantai. Pada detik itu pula, Sin Houw berkelebat melintasi mata
rantai penjagaan Ceng It berlima yang masih tertegun
mengawasi akibat sambaran golok yang mengenai
serangannya. Tahu-tahu terdengarlah jerit lengking Kun Jie - ternyata ia
kena tamparan Sin Houw dan melontakkan darah segar
dengan segera. selagi begitu, tubuhnya kena terangkat tinggitinggi
dan terlempar keluar dari garis pertahanan Pat kwa tin.
Sin Houw tak sudi berhenti sampai disitu saja, itulah
kesempatan yang sebaik-baiknya, selagi Ceng It berlima
tertegun-tegun dan kelima belas orang pembantunya terpaku
oleh rasa kaget, ia menghantarkan tangan dan menendangkan
kedua kakinya bertubi-tubi, seorang demi seorang roboh tak
berkutik. Kemudian dilemparkan ke dalam bidang Ngo-heng
797 tin. Ceng Cit dan beberapa anggauta rombongannya
sebenarnya memiliki ilmu kepandaian yang tidak rendah. Akan
tetapi kepandaiannya seolah-olah terenggut oleh peristiwa
yang berada diluar dugaan mereka. Baru saja mereka
dilemparkan kedalam gelanggang dalam keadaan malangmelintang.
Dengan demikian, pecahlah mata rantai Pat-kwa tin
dan Ngo-heng tin, karena daerah geraknya kini tertutup oleh
mereka yang kena dirobohkan malang-melintang.
Tentu saja Ceng It berlima tidak tinggal diam, selama Sin
Houw merobohkan anggauta-anggauta pertahanan Patkwa tin
seorang demi seorang. Mereka mencoba bergerak seirama
dengan keharusan dan ketentuan gerakan Ngo-heng tin, Tapi
gerakan itu terpaksa macet, karena mereka terpaksa sibuk
menerima tubuh-tubuh yang dilemparkan Sin Houw kepada
mereka. itulah waktu sebaiknya, bagi Sin Houw selagi mereka
sibuk dalam kerepotannya. Terus saja ia lompat menyerang
Ceng Go yang tadi begitu gegabah berani melepaskan golok
terbangnya. Waktu itu, Ceng Go baru saja menerima lembaparan tubuh
salah seorang anggauta pertahanan Pat-kwa tin, Tiba-tiba ia
melihat berkelebatnya Sin Houw mendekati dirinya, Hatinya
kaget setengah mati, ia jadi heran dan kecut hatinya, ketika
melihat keempat batang goloknya tidak mempan. Sekarang, ia
justru kena ancaman balas dendam. Dengan tergesa-gesa ia
melepaskan empat batang golok terbangnya lagi.
"Mampus, kau!" ia membentak untuk membesarkan
hatinya sendiri. Sin Houw tahu, dadanya terancam golok terbang. Akan
tetapi ia tidak menghiraukan, karena dadanya terlindung baju
sakti. dan keempat batang golok terbang Ceng Go yang tepat
mengenai sasaran, runtuh bergelontangan.
798 Dan jari-jari tangan Sin Houw menerkam urat tenggorokan.
seketika itu juga, Ceng Go roboh dengan melontakkan darah
berhamburan. Bukan main kagetnya Ceng Jie melihat saudaranya
terancam bahaya maut, segera ia menghantam Sin Houw
dengan tongkatnya. Bidikannya mengarah kaki kanan,
Biasanya, tidak perduli siapa saja, akan roboh begitu kena
terhantam tongkatnya yang disertai tenaga dahsyat .
Akan tetapi Sin Houw tertawa. ia bergerak cepat
menyambar seorang dan digunakan sebagai perisai!
Untuk kedua kalinya Ceng Jie terkejut, ia yakin, Sin Houw
tidak mempunyai kesempatan lagi untuk mengelak. Diluar
dugaannya, Sin Houw menyambar seseorang untuk dibuatnya
perisai. ia memaki didalam hati, Dengan mati matian ia
berusaha menarik pukulannya, Karena tidak mungkin lagi, ia
hanya dapat membuang tongkatnya kesamping.
"Toako, awas!" teriaknya bersakit hati apabila melihat
tongkatnya terbang mengarah ke dada kakaknya tertua.
Ceng It melihat berkelebatnya senjata adiknya. Dengan
terpaksa ia menangkis . Tombaknya dilintangkan Dan kedua
senjata itu saling bentur sangat nyaring, Api meletik bagaikan
kembang api yang kuncup padam. Selagi mereka berdua sibuk, Sin Houw menerjang Ceng
Sie dengan tusuk sanggulnya. seperti seekor ular hendak
memagut musuhnya, tusuk sanggul Cie Lan berkilauan
didepan mata, membuat Ceng Sie terbang semangatnya.
Terpaksa ia mundur sambil melintangi cemeti rantainya,
Dengan mati-matian ia mengadakan pembelaan, tetapi
serangan Sin Houw saling susul dan merangsak terlalu cepat,
Tusuk sanggul itu seakan-akan berkilauan menebarkan
799 puluhan butir permata yang menyilaukan matanya.
Sekarang barulah ia sadar betapa hebat senjata istimewa
itu. Ke mana saja ia bergerak dan berpaling tusuk sanggul itu
tiba-tiba saja sudah berada didepan kelopak mata, Bagaimana
kalau tiba-tiba saja menusuk biji matanya" Benar-benar
mengerikan! Dua kali tusuk sanggul itu menyentuh kelopak mata,
untunglah, masih bisa ia menolong diri oleh kesebatannya,
Tetapi semangatnya telah terbang. Tiba-tiba saja ia dihinggapi
perasaan takut luar biasa, itulah kejadian untuk yang pertama
kalinya sepanjang hidupnya. Karena kehilangan semangat, ia jadi kehilangan
pengamatan diri, Gerakan pembelaan diri jadi kacau. Dengan
asal jadi saja, ia membalingkan cemeti rantainya untuk
mengusir rangsakan lawan. Akan tetapi Sin Houw seperti tidak
memperdulikan daya usahanya. sehingga dalam keadaan
terdesak, akhirnya ia melepaskan cemeti rantainya kemudian
cepat-cepat ia menutup kedua matanya dengan tangan.
Setelah itu dengan hati panas dingin, Ceng Sie
bergulingan di lantai dengan kedua tangannya tetap menutup
mata, ia memang bisa menyelamatkan matanya, akan tetapi
tak dapat mengelakkan hantaman tangan Sin Houw. Tahutahu
pinggangnya terasa nyeri, dan ia roboh terjerembab tak
berkutik lagi. Ceng Sie terkenal dengan cemeti rantainya sejak puluhan
tahun yang lalu, Belasan kali ia merobohkan lawan-lawannya,
baik diatas panggung adu kepandaian maupun didalam
perkelahian, bahkan ia pernah merobohkan duabelas orang
sekaligus, dalam suatu pertandingan yang menentukan. Hal
itu terjadi, tatkala ia terlibat dalam suatu perkelahian matihidup
dengan kawanan garong yang bermukim di dekat
gunung Bu-tong san sebelah timur. 800 Dan sejak itu, namanya terkenal disegala penjuru,
dihormati dan disegani orang, Tapi kali ini ia menumbuk batu,
siapapun tak menduga, bahwa dia bakal roboh dengan mudah
sekali ditangan seorang muda yang baru saja muncul dalam
pergaulan. Tak mengherankan seluruh keluarga Cio-liang pay
yang menyaksikan peristiwa itu, heran dan kaget setengah
mati, Bagaimana mungkin! Tetapi kenyataannya memang
demikian. siapapun tak dapat mengingkari !
Lauw Tong Seng tidak terkecuali. setelah tertegun
keheranan, ia sekarang yakin akan kepandaian adik


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperguruan itu. Gerakan tangannya benar-benar aneh. suatu
gerakan tangan yang belum pernah dilihatnya. Dari siapakah
ia memperoleh kepandaian itu" pastilah adik seperguruannya
itu pernah menerima warisan sakti dari seseorang. Tapi siapa"
siapa lagi kecuali gurunya" Tentu saja Ciu San Bin dan Cie Lan belum dapat berpikir
sejauh itu. Mereka hanya yakin, bahwa Sin Houw
berkepandaian tinggi. Nyanya, dia bisa unggul. Dan
menyaksikan hal itu, mereka berdua girang sekali. Begitu
girang, sampai mereka bersorak tak terasa.
Giok Cu dan ibunya lain pula kesannya, Meskipun mereka
ikut bersyukur didalam hati, namun tak berani menyatakan
rasa syukur itu dengan terang-terangan, Mereka sudah terlalu
lama kena larangan dan terkekang kemerdekaannya, sama
sekali mereka tak berani memperlihatkan rasa girangnya
bahkan diwajahnya pun. Bagi Sin Houw sendiri, inilah pengalamannya untuk yang
pertama kalinya berlawanan dengan tokoh-tokoh kenamaan .
itulah sebabnya, ia bertempur dengan penuh semangat. ia
bersungguh-sungguh dan sama sekali tak bersegan-segan,
sebab menyadari akan mengalami bencana apabila lalai
sedikit saja. Setelah merobohkan Ceng Sie dan Ceng Go, Sin Houw
801 beralih kepada Ceng Jie, Kembali lagi ia menggunakan
kegesitannya untuk mengancam kedua mata si berangasan
dengan membalingkan tusuk sanggul Cie Lan, Dan didesak
secara demikian, Ceng Jie kelabakan seperti dua saudaranya
tadi. Ceng It kali ini tidak tinggal diam melihat adiknya terancam
bahaya. segera ia mendorong salah seorang muridnya yang rebah
melintang didepannya keluar gelanggang. Ceng Sam yang
berada didekatnya, mengerti kehendak kakaknya yang ingin
membangun lagi pertahanan Ngo-heng tin. setelah murid
muridnya yang rebah merintang tiada lagi, ia berusaha untuk
mengadakan garis pembelaan, meskipun sudah kehilangan
dua orang anggauta. Tentu saja Sin Houw tidak sudi memberikan kesempatan.
Terus menerus ia menyerang Ceng Jie dengan senjatanya
yang istimewa. Dengan demikian usaha Ceng Sam untuk
membangun garis pertahanan Ngo-heng tin selalu gagal. Dan
Ceng It dengan kedua saudaranya menjadi kebingungan.
Ceng Jie kemudian terhajar pundaknya.
Bukan main panas hati Ceng Sam, serentak dia
menghantarkan gadanya ke arah punggung, Dan Ceng It
membarengi dengan menusukkan tombaknya dari depan -
Ceng Jie yang sudah kena pukulan, barusaha pula
mengimbangi usaha kedua saudaranya dengan sebisabisanya.
ia tahu betapa pentingnya usaha membangun
kembali pertahanan Ngo-heng tin, itulah satu-satunya cara
perlawanan yang bisa diharapkan. Sin Houw mengelakkan serangan kedua lawannya. Dan ia
tetap menyerang Ceng Jie yang sudah kena di gempurnya.
Tapi garis pertahanan ilmu Ngo heng tin memang hebat.
802 sekalipun anggautanya tinggal tiga orang, namun masih terasa
keangkerannya. Mau tak mau, Sin Houw terpaksa
mengandalkan kecepatannya bergerak. Tubuhnya
berkelebatan bagaikan bayangan. Dan tiba-tiba ia
menyelipkan tusuk sanggul Cie Lan pada rambutnya,
kemudian lompat tinggi diudara, tangannya menyambar
palang atap. Dan ia bergelantungan seperti seekor kera.
Ceng it bertiga tadi mengimbangi kecepatan lawannya
dengan gerakan yang cepat pula, Tubuh mereka berputar
putar dari tempat ke tempat. seluruh perhatian mereka
dipusatkan untuk memburu lawan. Tahu-tahu lawan lenyap
dari pengamatan mereka. selagi mereka melayangkan
pandang untuk mencari, tiba-tiba serangkum angin turun
bergelombang. Mereka kaget dan cepat cepat mundur. pengalaman
mereka mengkisiki bahwa itulah angin bergelombang yang
mengandung serangan berbahaya. Tahu-tahu Ceng Jie dan
Ceng Sam menjerit dengan berbareng, Beberapa butir bola
timah menghantam mereka berdua, dan mereka berdua roboh
terkulai diatas lantai. Gugup Ceng It melompat mendekati kedua saudaranya.
hendak memberi pertolongan, selagi membungkuk,
gelombang angin terasa datang menyerang. ia adalah orang
yang tertua. Kecuali sudah berpengalaman, kepandaiannya
jauh melebihi semua saudaranya. Maka dengan gesit ia
memutar tombaknya, dan belasan butir timah kena
ditangkisnya. "Hm! jangan kau kira bisa mengumbar adat." bentaknya,
"Apakah kau kira aku bisa kau roboh kan dengan senjata
rahasia" Hm, jangan bermimpi!"
Khawatir kalau Sin Houw terus-menerus
memberondongkan senjata rahasianya, ia tetap memutarmutar
tombaknya yang digunakan sebagai perisai dan alat
803 pemukul. Diluar dugaan, tiba-tiba tangannya bergetar.
Rombaknya serasa tersangkut pada sesuatu kaitan yang kuat,
Kaget ia mengerahkan seluruh tenaganya untuk merenggut.
Tapi kaitan itu sama sekali tak bergeming, Bahkan diluar
dugaannya tangannya tak kuasa lagi memegang tangkai
tombak. Kembali ia terkejut, Dan pada saat itu, mendadak saja
ia kehilangan pegangan, Gugup ia lompat ke samping, Kedua
tangannya diangkatnya, berbareng untuk melindungi dada dan
mukanya. Kemudian ia mundur beberapa langkah untuk
memperoleh penglihatan. Dan, ternyata tombaknya kena terampas anak muda itu.
Betapa dahsyat tenaganya tak dapat diingkari lagi sehingga
dapat merampas tombak yang berada dalam genggamannya.
Namun ia tak sudi menyerah. Dengan kuatkan diri, ia berteriak
menantang: "Kau ingin menggunakan tombakku" silahkan ! Aku Ceng It
belum pernah mundur walau selangkah!"
Dengan tertawa, Sin Houw turun ke lantai seraya
membawa tombak rampasannya, sebentar ia menggerakkan
tombak rampasannya seakan-akan hendak menusuk atau
menikam. Tiba-tiba ia berseru: "Susiok, lihat!" Dengan sekali ayun, tombak yang berada didalam
genggamannya melesat. Ceng It kaget setengah mati, Dengan
putus asa, ia menggerakkan badannya untuk mencoba
mengelak. Diluar dugaan, tombak itu bukan membidik dirinya,
tetapi lewat disamping kepalanya dan lalu membenam pada
tiang agung. Hebat tenaga lontaran Sin Houw. Tombak itu sampai
membenam memasuki tiang, Tangkainya meraung
bergetaran. Gedung seakan-akan mau roboh berantakan. Dan
804 genting diatas rontok berhamburan. Tak mengherankan,
banyak diantara hadirin lari berserabutan karena takut
kerobohan dinding. Ceng It berdiri terpukau. semangatnya runtuh sekaligus.
Lesu dan putus asa. Dan pandang matanya lantas saja
menjadi kuyu, Betapa tidak" Kalau saja tombak itu diarahkan
kepadanya, sanggupkah ia mengelakkan diri atau
menangkisnya" Maka tahulah dia, bahwa Sin Houw
bermaksud baik kepadanya. ia diampuni. Alangkah
menyakitkan hati! Rasanya lebih baik mati daripada terhina
demikian. Lauw Tong Seng mengenal jurus itu dengan baik, karena
merupakan ilmu kebanggaan kaum Hoa-san pay. Gurunya
menurunkan jurus itu kepada muridnya, apabila tenaga
himpunannya sudah memenuhi syarat-syarat tertentu. ia pun
mewarisi jurus itu, akan tetapi tenaga dalamnya tidaklah
sebesar adik seperguruannya itu, Maka terasa ia berteriak
kagumi. "Sutee! Benar-benar sempurna timpukkanmu, Mataku kini
benar-benar baru terbuka ..." Sin Houw menoleh, ia tertawa, Kemudian melemparkan
pandang kepada Ceng It yang berdiri murung, Dengan rasa
pahit pendekar kawakan itu terpaksa menelan kenyataan.
Empat saudaranya telah terkapar rebah didepannya, Mau apa
lagi" Murid-muridnya pun tergeletak malang-melintang pula,
Tiba- tiba saja timbullah niatnya hendak membunuh diri, Akan
tetapi suatu pikiran menusuk benaknya:
"Hari ini aku benar-benar runtuh habis-habisan, Akan
tetapi, aku tidak boleh membiarkan kekalahan ini tak terbalas.
Aku memang sudah tua, namun bukankah aku bisa mendidik
murid-muridku untuk membangun keangkaran ilmu Ngo-heng
tin yang tiada keduanya di dunia ini?"
805 Oleh pikirannya itu, ia dapat bernapas lebih lapang. Lalu
berkata lantang kepada Lauw Tong Seng:
"Kau boleh membawa emasmu!"
Waktu itu Sin Houw sedang datang mendekati kakak
seperguruannya, setelah melihat Ceng It termenung
kehilangan semangat tempurnya, ia mencabut tusuk sanggul
yang berada dirambutnya, kemudian dikembalikan kepada Cie
Lan, Gadis itu menerima dengan hati girang, Dan pada saat itu
ia mendengar ucapan Ceng It, Tapi karena sasaran
ucapannya kepada Lauw Tong Seng, ia tidak menghiraukan.
Dengan penuh perhatian ia mengawasi gerakan tangan
Cie Lan mengenakan tusuk sanggulnya.
Ciu San Bin kemudian memunguti kepingan emas yang
bertebaran di atas lantai. sementara Ceng It menghampiri
Ceng Go yang terkena senjata rahasia Sin Houw, seluruh
anggauta badannya lumpuh tak bergerak, kecuali sepasang
biji matanya yang bergerak-gerak dengan rasa penasaran.
Ceng It mencoba menolong, Namun sekian lamanya ia
berusaha, tetap ia tak berhasil membebaskan totokan Sin
Houw. Karena merasa penasaran, ia mencoba mengulangi
terhadap ketiga adiknya yang lain yang juga terkena totokan
Sin Houw, Namun tetap ia tidak berhasil, Akhimya ia
mengakui, bahwa ilmu kepandaian Sin Houw benar-benar
berada diatasnya. Hendak ia minta tolong, tapi hatinya segan.
Kemudian ia mengawasi Giok Cu agar mau menjadi orang
perantara. Giok Cu kenal watak pamannya itu, ia berpura-pura tidak
mengetahui. Malahan membuang pandang kesamping,
Keruan saja orang tua itu mendongkol setengah mati, ia
mendeham, dan oleh deham itu, mau tak mau Giok Cu
806 terpaksa menoleh. Menegas: "Apakah supeh memanggil aku?"
"Anak kurang ajar!" Ceng It memaki didalam hati, Tapi
demi menolong saudara-saudaranya, meskipun mendongkol
terpaksa ia berkata: "Giok Cu, coba mintakan kesediaan sahabatmu, agar
menolong paman-pamanmu." Giok Cu bangkit dari kursinya dan mencibirkan bibirnya.
"Baiklah, Akan kukatakan kepadanya. Hanya saja, jangan
supeh main paksa lagi." setelah berkata demikian, ia
mendekati Sin Houw, Berkata merendah:
"Sin koko. Supeh meminta kepadamu agar sudi menolong
paman-paman yang lain, Kau mau, bukan?"
Sin Houw manggut, jawabnya: "Tentu saja, Tiada niat dalam hatiku, hendak membunuh
paman pamanmu. Kalau aku menyerang mereka, semata-mata karena
terpaksa. Biarlah kutolongnya."
Berkata demikian, Sin Houw bergerak hendak
menghampiri. Diluar dugaan, Lauw Tong Seng mencegahnya.
Kata kakak seperguruannya itu: "Sutee, kau benar-benar tak mengerti urusan dagang,
pada waktu ini, adalah kesempatan sebagus-bagusnya untuk
menaikkan harga barang. Untuk menjual tenagapun rasanya
cukup berharga pula. Apakah tenagamu sama sekali tiada
upahnya?" 807 Sin Houw tahu, Lauw Tong Seng jemu terhadap sepak
terjang keluarga Cio liang pay. Dia sendiri tak begitu
mendendam, mengingat Shiu Shiu dan Giok Cu termasuk
keluarga Cio-liang pay juga . Namun, tak dapat ia
mengabaikan kedudukan kakak seperguruannya.
"Suheng, aku adalah adikmu. sudah semestinya aku
tunduk dan patuh kepada setiap kata-katamu."
Lauw Tong Seng tertawa puas, Katanya:
"Keluarga Cio-liang pay sudah sejak puluhan tahun
membuat resah penduduk. Mereka menjadi lintah darat yang
menghisap darah rakyat jelata, Mereka seakan-akan keluarga
tuan tanah, yang membuat diri mereka majikan atas sekalian
penduduk. Tak ada serumpun keluarga pun yang dibiarkan
hidup merdeka diwilayahnya. Didalam dua hari ini, aku berkesempatan berbicara dengan
penduduk. Mereka muak dan mual terhadap kelakuan
keluarga Cio-liang pay, yang sewenang-wenang, Karena itu
jika kau hendak menolong mereka, ingatlah akan nasib rakyat.
Mintalah uang dan beras sebagai upahnya. Dan uang serta
beras itu kau berikan kepada penduduk untuk meringankan
beban hidup mereka. Sin Houw manggut membenarkan. ia percaya kata-kata
Lauw Tong Seng tentang penderitaan rakyat, ia sendiri pernah
menyaksikan pengalaman demikian - ketika mula-mula
hendak mengunjungi tempat tinggal keluarga cip-liang pay.
Mereka bersikap bermusuhan. Hanya saja mereka takut
terhadap kekuasaan Cio-liang pay. Dengan mata kepala sendiri, ia menyaksikan betapa
bengis sepak terjang Kun Jie tatkala mengusir petani yang
datang untuk minta keadilan. 808 "Benar, Memang keluarga Cio-liang pay sudah lama
menindas rakyat," akhir ia berkata perlahan. "Hanya saja apa
yang harus kulakukan terhadap mereka?"
"Bukankah aku tadi sudah menyinggung tentang upah jasa
dan tata tertib perdagangan?" sahut Lauw Tong Seng seraya


Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengelus janggutnya, "Pendek kata kau harus menuntut upah
jasa..." "Upah jasa bagaimana?" tanya Sin Houw tidak mengerti.
"Sutee, sekarang aku telah memperoleh nilai harga yang
pantas. Upah menolong tiap jiwa seharga empat ratus pikul
beras putih." jawab Lauw Tong Seng.
"Dan mereka yang butuh pertolongan berjumlah empat
orang. Artinya seribu enamratus pikul beras!" seru Sin Houw.
"Benar!" sahut Lauw Tong Seng kemudian menoleh
kepada Ceng It, dan menambahkan perkataannya:
"Empat adikmu kini dalam keadaan setengah hidup, esok
pagi hendaklah kau sediakan beras sebanyak seribu enam
ratus pikul itu. Bila tiruangannya tepat, keampat adikmu baru
kita tolong, Kalau tidak, silahkan kau rawat sendiri. Hendaklah
kau ketahui, bahwa beras sebanyak itu bukan untuk
kepentingan pribadi kami sendiri, tetapi hendak kubagikan
kepada penduduk yang sudah lama kau isap darahnya!"
Ceng it tak berani berkutik. ia benar-benar seperti seorang
persakitan menunggu keputusan pengadilan. Meski-pun
hatinya memaki setinggi langit, ia terpaksa mengangguk
menyetujui. Tetapi ia masih mencoba:
"Tapi dalam waktu sesingkat ini, bagaimana caraku dapat
mengumpulkan beras sebanyak itu" Paling banyak persediaan
kami hanya ada tujuhpuluh atau delapanpuluh pikul."
809 "Maaf!" kata Lauw Tong Seng, "Keputusanku ini sudah tak
dapat dirobah lagi. Namun mengingat kau adalah paman gadis
itu, biarlah kuperkenankan main cicil-cicilan."
"Cicilan bagaimana?" Ceng It menegas dengan suara
mendongkol. "Bila esok kau bisa mengumpulkan empat ratus pikul beras
putih, adikku akan menolong menyadarkan salah seorang
adikmu. Bila kau mampu mengumpulkan delapan ratus pikul,
adikku akan menolong menyadarkan dua orang, tapi
seumpama kau baru bisa mengumpulkan sisanya dalam
waktu satu bulan ... yah, kita tunda satu bulan. Kalau kau
minta mundur tiga bulan atau setengah tahun atau satu tahun,
boleh saja, percaya lah, adikku pasti akan datang menolong
pada waktu penglunasan itu, Dia tidak bakal mempermainkan
jiwa adik-adikmu, Bagaimana?" Bukan main masgulnya hati Ceng it - katanya didalam hati:
"Keempat adikku benar-benar lumpuh. Tak dapat lagi
mereka menunggu waktu setengah bulan lagi, sekarang ia
menyediakan waktu pengunduran sampai setahun. Hm,
bangsat benar! Bukankah kau menghendaki mampusnya
keluarga Cio liang pay" Hm,.. rupanya aku benar-benar tidak
diberinya kesempatan bernapas. Apa boleh buat, Biarlah, esok
pagi kuusahakan untuk memenuhi. Kalau mereka sudah
tersadar kembali, keluarga Cio-liang pay pasti mampu
menuntut balas!" Oleh pertimbangan itu, dengan hati berat Ceng It manggut
seraya berkata: "Baiklah, Esok hari, beras yang kau minta akan kami
penuhi." Lauw Tong Seng tertawa senang. sahutnya:
810 "Akh, benar-benar kau seorang tengkulak yang mengerti
ilmu dagang, Bagus, sejak hari ini aku akan selalu
berhubungan denganmu untuk mencari barang dagangan
yang bagusI" Ceng It tidak menghiraukan, dan Sin Houw kemudian
mendekati Shiu Shiu, ia membungkuk hormat dan minta diri, ia
percaya, Ceng It tidak akan mengusiknya, karena masih
membutuhkan pertolongannya. "Mari kita beristirahat dulu...!" kata Lauw Tong Seng
mengajak. Berempat mereka segera meninggalkan gedung itu
dengan membawa emas perbekalan. Hati mereka girang
bukan main, dan bersyukur kepada kemurahan Tuhan,
Dengan langkah tenang, mereka kembali ke tempat
pemondokan. itulah rumah seorang penduduk yang miskin.
***** WAKTU ITU fajar hari telah tiba. Cie Lan masuk kedalam untuk mempersiapkan makan
pagi, ia membuat air teh dan bubur ayam, Dan sambil
bersantap mereka membicarakan kemenangannya. Rasa
girang dan syukur menyelimuti hati mereka masing-masing.
Setelah menikmati santapan pagi, mereka masing-masing
beristirahat dan tidur. Ketika matahari sudah condong ke
barat, seseorang mengetuk pintu kamar mereka:
"Siapa?" tanya Lauw Tong Seng.
"Utusan keluarga Cio-liang sudah datang." sahut Ciu San
Bin yang sudah bangun lebih dahulu.
811 Lauw Tong Seng tersenyum. Berkata: "Ternyata mereka pintar menemukan tempat kita
bermondok." Desa itu terletak dipinggang gunung. Meskipun termasuk
daerah makmur, akan tetapi untuk mengumpulkan beras
sejumlah itu tidaklah mudah. Ceng It tahu akan hal itu, ia
menyebarkan seluruh orang-orangnya ke berbagai daerah
sejak pagi-pagi sekali. Berkat kesungguhan dan pengaruh
uangnya, ia berhasil mengumpulkan jumlah beras yang
diminta Lauw Tong Seng, Tapi akibatnya harga beras naik,
rakyat jelata tak mampu lagi membelinya. Kegoncangan itu
berjalan sampai beberapa minggu lamanya, setelah peristiwa
itu terjadi. Demikianlah, setelah rombongan Lauw Tong Seng tiba,
Ceng It mempersilahkan untuk memeriksa jumlah beras yang
dikehendaki. Tentu saja, Ceng It tak sudi membuang waktu. ia
memerintahkan agar beras itu dibagikan kepada penduduk
sambil menghitung jumlahnya. Peristiwa itu sudah tentu mengherankan dan mengejutkan
seluruh penduduk. Apa sebab keluarga Cio-liang pay yang
terkenal sebagai lintah darat, mendadak berubah menjadi
dermawan, Mereka tak tahu peristiwa apa yang telah terjadi
didalam keluarga itu. Kira-kira pukul tiga malam, gedung keluarga Cio-liang pay
telah sunyi kembali. penduduk pulang ke rumah masingmasing,
Karena keempat saudara Ceng It sudah sembuh
kembali, setelah memberikan pertolongan Sin Houw
bermaksud hendak mengundurkan diri, Dengan membungkuk
hormat, ia berkata kepada Ceng It: "Susiok, hendaklah susiok sudi memaafkan diri kami,
sekarang perkenankan kami kembali ke pondokan."
812 Sebelum Ceng it membuka mulut, Lauw Tong Seng menyambung. Katanya dengan setengah
tertawa: "saudara Ceng It berlima. Kami tahu, kalian berlima sakit
hati karena terpaksa menghamburkan harta benda keluarga
seribu enam ratus pikul beras, bukanlah suatu jumlah yang
sedikit. Tetapi meskipun demikian, mulai saat ini nama keluarga
Cio-liang pay tidak lagi seburuk dahulu. karena perbuatan
kalian tadi adalah suatu perbuatan amal, pastilah semua
penduduk disini memuji kebaikan kalian dihadapan Tuhan -
karena itu, aku minta keikhlasan hati kalian."
Lauw Tong Seng tidak menunggu jawaban Ceng lt. segera
ia mengajak rombongannya mengundurkan diri, Tiba-tiba ia
melihat Shiu Shiu dan Giok Cu berlari-lari ke serambi depan
menghampiri, kata Shiu Shiu kepada Sin Houw:
"Anakku Sin Houw! Apakah kau hendak meninggalkan
kami?" Sin Houw manggut. jawabnya: "Benar, subo. Tiada lagi yang kukerjakan disini, Maka
perkenankan kami berangkat sekarang juga."
Tiba-tiba Shiu Shiu nampak bergemetaran. Katanya
dengan suara tersendat-sendat: "Sebenarnya ... di manakah makamnya " Anakku Sin
Houw, bawalah serta aku untuk menyambangi makamnya."
Belum lagi Sin Houw menjawab permintaan Shiu Shiu,
mendadak saja ia mendengar angin menyambar. ia kaget
sampai berpaling kearah datangnya suara itu, segera ia
813 melompat dan menyambar empat batang golok terbang yang
mengarah Shiu Shiu, Tetapi pada saat itulah, ia mendengar
Shiu Shiu memekik nyaring. Dan tubuhnya roboh terkulai
diatas lantai. Ternyata masih ada sebatang golok yang
menikamnya. Golok yang membenam pada dirinya rupanya di
sertai dengan suatu tenaga yang dahsyat luar biasa, sehingga
membenam sangat dalam. Hampir saja gagangnya ikut
amblas ke dalam tubuh wanita itu. Shiu Shiu rebah tak berkutik. Dengan setengah kalap Giok
Cu menerkam dan hendak mencabut golok yang membenam
dipunggung ibunya. Cepat-cepat Sin Houw mencegah.
Katanya: "Jangan. Bila kau cabut, ibumu tak dapat membuka
matanya kembali." Sin Houw tahu, siapa yang melakukan serangan gelap itu,
Dengan geram ia menimpukkan keampat golok terbang yang
berada di kedua tangannya kepada pemiliknya. Dialah Ceng
Go. Watak Ceng Go tidak berbeda jauh derigan Ceng Jie yang
berangasan, dan bengis luar biasa. Mendengar Shiu Shiu
hendak mencari makam Gin-coa Long-kun, tak dapat lagi ia
menahan diri, Terus saja ia menimpukkan golok-golok
terbangnya, sebagai seorang pendekar yang berpengalaman,
masih sempat ia memperhitungkan hadirnya Sin Houw.
Tapi selagi kedua tangan Sin Houw bergerak menyambar
empat batang olok itu, dengan penuh napsu ia melepaskan
sebatang lagi. Kali ini, mengarah kepada Shiu Shiu -
perhitungannya ternyata tepat. Sin Houw sedang
memunahkan ampat batang goloknya, maka tak sempat lagi ia
menyambar sebatang golok lain yang di timpukkan hampir
berbareng. Shiu Shiu roboh tak berkutik. Dan ia merasa puas luar
814 biasa, Dengan menyertai senyum iblis ia mengawasi korbannya.
Mendadak ia melihat berkelebat empat batang goloknya
mengarah dirinya. inilah senjata makan tuan! Terus saja ia
bergulingan untuk menghindar. ia berhasil membebaskan diri
dari ancaman goloknya. Tapi di luar dugaan, mendadak saja
pantat dan pangkal pahanya menjadi kaku kejang, Dan ia
roboh terbanting ketika mencoba berdiri.
SIN HOUW mendongkol dan benci terhadap pekerti Ceng
Go. ia kena ditipu ahli golok itu, Maka iapun hendak membalas
dengan cara itu pula, sengaja ia melepaskan ampat batang
olok dengan sekaligus. ia tahu, sebagai seorang ahli golok
pastilah Ceng Go dapat memunahkan atau mengelakkan diri.
Tapi Ceng Go lupa, bahwa Sin Houw mempunyai senjata
bidik juga. itulah senjata rahasia yang membuat dirinya
kemarin lumpuh tak bergerak, selagi ia bergulingan belasan
senjata rahasia Sin Houw menghantam pantat dan pangkal
pahanya. Ia terjungkal, dan kali ini Sin Houw tidak bersegan-segan
lagi, Terdorong oleh rasa mendongkol dan benci, pemuda ini
menimpuk dengan disertai tenaga dahsyat, seketika itu juga,
tulang sendi Ceng Go rontok patah. Urat- uratnya hancur. Dan
Ceng Go tewas seketika! Dengan hati pedih, Sin Houw menoleh kearah Giok Cu.
Gadis itu memeluk tubuh ibunya erat-erat, oleh rasa sedih,
gadis itu sampai tak mampu mengeluarkan suara tangis lagi.
Apa yang dapat dilakukannya hanya menciumi dan mencoba
menyadarkan ibunya. Sin Houw mendekati dengan hati remuk redam, ia jadi
teringat kepada pengalamannya sendiri, tatkala memeluk dan
menangisi jenazah ayah bundanya. 815 Dahulu ia memeluk dan menangisi jenazah ayah-bundanya
didepan orang banyak, sekarang Giok Cu mengalami nasib
yang sama. ibunya terkapar dihadapan para tamu dan seluruh
anggauta keluarga Cio-liang pay yang bersikap memusuhi.
Dan teringat akan hal itu, hatinya terharu bukan main,
Perlahan-lahan pemuda itu meraba tubuh Shiu Shiu,
Tahulah dia, bahwa wanita malang itu tak dapat tertolong lagi,
Satu-satunya harapan hanyalah mencoba menyadarkan
barang semenit dua menit, Maka segera ia memijit urat urat
tertentu untuk mengurangi rasa sakit.
Dan benar saja, Shiu Shiu sadar tanpa menderita rasa
sakit, Begitu membuka mata, ia dapat berkata tenang tenang
kepada anak satu-satunya itu, Katanya penuh kasih:
"Giok Cu, kau tak perlu bersedih hati, semua orang akan
kembali keasal mula, jaga dirimu, sekarang aku dapat
menyusul ayahmu, Dan aku akan mendampingi dan melayani
tanpa gangguan siapapun." Shiu Shiu tersenyum puas, Dan Giok Cu mencoba
bersenyum pula seolah-olah ikut bersyukur terhadap
kepergian ibunya hendak menyusul ayahnya di alam baka.
Tetapi hatinya hancur luluh tak keruan. akhirnya dengan
menggigit bibirnya, tak dapat lagi ia membendung butiranbutiran
air matanya yang membasahi pipinya.
Shiu Shiu sendiri tidak memperhatikan keadaan Giok Cu,
ia mengalihkan pandang kepada Sin Houw. Katanya:
"Anak Sin Houw! Hanya sebuah pertanyaan yang hendak
kutanyakan kepadamu, Kupinta kepadamu, agar kau
menjawab sebenarnya, Maukah kau meluluskan permintaanku
ini?" "Tentu saja, subo, Coba katakan apa yang hendak subo
tanyakan kepadaku" sahut Sin Houw.
816 "Apakah dia meninggalkan surat wasiat" Apakah dia
menyinggung namaku. Air mata Sin Houw bercucuran tatkala ia terpaksa
menjawab: "Susiok Lim Beng Cin menulis kitab wasiat, Dan dengan
bekal itu, aku dapat menghancurkan rahasia ilmu sakti Ngoheng
tin, Dengan demikian, aku berhasil mewakili dirinya
menuntut balas.

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akh! Kau belum menjawab pertanyaanku. Apakah dia
tidak menulis surat kepadaku" Apakah dia sama sekali tidak
meninggalkan surat wasiat bagiku?"
Tiba-tiba Sin Houw teringat, Bu-kankah Gin-coa Long-kun
menulis surat peta" Dalam tulisannya ia menyebutkan nama
Shiu Shiu pula, Teringat hal itu, segera ia meraba sakunya dan
memperlihatkan sehelai kertas kulit:
"Subo, lihat!" katanya sambil memperlihatkan surat wasiat
itu di depan mata Shiu Shiu. "Surat apa itu?" tanya Shiu Shiu.
"Ya, benar, itulah tulisan tangannya, Dia menulis apa"
Menulis tentang apa ... ?" Bukan main terharunya Sin Houw menyaksikan perubahan
itu, Shiu Shiu nampak bergirang hati. Rasa girang yang
mendekati gejolak rasa girang kanak-kanak. Maka segera ia
mendekatkan bunyi tulisan yang tertera dipojok peta, agar
Shiu Shiu dapat membacanya sendiri.
Dengan napas sesak, Shiu Shiu membaca tulisan
suaminya, setelah itu ia berkata: 817 "Benar-benar akulah yang dimaksud dalam suratnya,
Kalau begitu ia mengetahui penderitaanku Dan aku ... akh,
jelas sekali aku diharapkan keluar dari kehidupan keluargaku,
Agar aku dapat hidup bebas merdeka seperti layaknya
seorang perempuan yang mempunyai harga diri, Akh, anak
Sin Houw, Kepadamu aku menyatakan rasa terima kasih... aku
tidak membutuhkan uang, Yang terpenting bagiku adalah...
ternyata dia masih ingat kepadaku, Dalam penderitaannya,
masih ia memikirkan keadaan diriku... sekarang biarlah aku
pergi menyusulnya..." Sin Houw tahu, bahwa tenaga hidup Shiu Shiupun nyaris
pudar. Maka ia menoleh kepada Giok Cu hendak
menghiburnya, Tiba-tiba Shiu Shiu yang telah memejamkan
kedua matanya menyenak kembali. Dan berkata memohon:
"Ahak Sin Houw, dua hal lagi yang hendak kupinta
kesediaanmu, Dan aku mengharapkan kau menerimanya
tanpa menawar..." "Katakan saja, subo." sahut Sin Houw, "Aku selalu
bersedia melakukan apa saja, asal yang aku mampu."
"Yang pertama, kuburlah aku di sampingnya. Dan yang
kedua ..." "Yang kedua ... sebutkan, subo... sebutkanlah!" Sin Houw
mendesak sambil mendekatkan telinganya.
"Yang kedua, kamu ..." dan ia menunjuk Giok Cu,
kemudian membagi pandang kepada Sin Houw, Mulutnya
bergerak hendak mengucapkan sesuatu, Tetapi tiba-tiba ia
telah kehilangan tenaga. Kepalanya runtuh kesamping, Dan ia meninggal dalam
keadaan tenang. 818 Gugup Sin Houw meraba dadanya benar-benar napas Shiu
Shiu tiada lagi, dan pada saat itu Giok Cu menerkam dan
memeluk ibunya erat-erat, ia memekik dan menangis
menggerung-gerung akhirnya pingsan tak sadarkan diri.
Sin Houw terkejut. ia memeluk tubuh Giok Cu dan
menggoyangnya. "Giok Cu! Giok Cu!" "Jangan kuatir, sutee, Dia pingsan oleh rasa duka yang
luar biasa." Lauw Tong Seng menghibur.
Setelah berkata demikian, ia memijit urat pernapasan Giok
Cu. Tidak lama kemudian, gadis itu telah memperoleh
kesadarannya kembali. Dengan pandang kosong, ia
menebarkan penglihatannya. "Giok Cu, bagaimana perasaanmu?" Sin Houw bertanya
dengan cemas. Giok Cu tidak menyahut. Dan kembali lagi Sin Houw
menegas, Tetapi tetap saja gadis itu membungkam mulut.
Lauw Tong Seng, Cie Lan dan Ciu San Bin memperoleh
kesan aneh, Mereka tidak mengetahui hubungan yang terjadi
antara Sin Houw dengan Giok Cu dan Shiu Shiu, Terang
sekali Shio Shio dan Giok Cu termasuk anggauta Cio-liang
pay tetapi apa sebab saudara-saudaranya telah
membunuhnya" Dan apa latar belakang persoalannya sampai
Shiu Shiu begitu dekat hatinya kepada Sin Houw"
Selagi mereka termenung, terdengarlah suara Sin Houw:
"Giok Cu, kau ikut kami. Tak dapat kau tinggal disini lagi."
Sin Houw berkata dengan suara hatinya. Kedua kelopak
matanya berkaca-kaca. Namun masih saja Giok Cu
819 membungkam mulut. Baru setelah menarik napas dua-tiga
kali, ia memanggut pendek. Melihat Giok Cu manggut, tanpa segan-segan lagi Sin
Houw menolong Giok Cu berdiri tegak. Kemudian ia
memondong tubuh Shiu Shiu, sama sekali tak dihiraukannya
keadaan hati Ceng It berlima. perlahan-lahan ia keluar
halaman. Giok Cu, Cie Lan, Lauw Tong Seng dan ciu San Bin
mengikutinya dari belakang. Memang, bukan main panas hati Ceng It bertiga. Mereka
merasa diri tidak lagi dianggap sebagai manusia. Mereka
dipaksa menyaksikan Ceng Go mati dihadapannya, sudah
begitu, kini melihat betapa Sin Houw dan kawan-kawannya
membawa pergi jenazah saudara perempuannya tanpa pamit.
Menurut kata hati ingin mereka melampiaskan rasa
mendongkolnya. Akan tetapi mereka insyaf, Sin Houw dan
Lauw Tong Seng memiliki kepandaian tinggi. pihaknya sendiri,
sudah kehilangan seorang anggauta keluarga yang tangguh.
Karena itu dengan menahan diri, mereka membiarkan Sin
Houw dan rombongannya meninggalkan rumah tak terusik.
Setelah berada ditengah jalan, Lauw Tong Seng berkata
kepada Ciu San Bin: "Aku mempunyai uang perak. Bawalah uang ini kepada
pemilik rumah yang kita tumpangi. Kau berikan secukupnya
kepadanya, Katakan juga, sebelum pagi hari tiba, hendaklah
pindah tempat." Lauw Tong Seng menyerahkan uang itu secukupnya
kepada San Bin, Muridnya itu menegas:
"Mengapa dia harus pindah tempat begitu cepat?"
"Apa kau kira keluarga Cio-liang pay memeluk tangan saja
setelah kita pergi" Mereka mendongkol terhadap kita, rasa
mendongkolnya pastilah akan di alamatkan kepada pemilik
820 rumah yang kita tempati." sahut Lauw Tong Seng memberi
keterangan. "Terhadap kita, mereka tak dapat berbuat apa-apa. Tetapi
begitu kita pergi meninggalkan dusun ini, mereka segera turun
tangan. Dan, karena petani itu memberi tempat menumpang
kepada kita, Mereka pasti akan dihabisi!"
Sekarang barulah Ciu San Bin mengerti, apa sebab pemilik
rumah itu harus segera pindah. sambil menyampaikan uang
pemberian gurunya, ia bergegas menemui pemilik rumah. Dan
pemilik rumah itu berterima kasih terhadap maksud baik para
tamunya. Demikianlah, setelah itu mereka meneruskan perjalanan,
Disepanjang jalan baik Lauw Tong Seng maupun yang lainnya
membungkam mulut, Tatkala sinar matahari mulai merekah
diufuk timur, mereka berhenti di sebuah gardu penjagaan yang
terletak jauh dari dusun, Gardu penjagaan itu telah keropos
dindingnya, tiang-tiangnya nampak tak terpelihara, Maka
jelaslah, bahwa gardu penjagaan itu sudah tak digunakan lagi,
Didalam gardu penjagaan inilah mereka beristirahat.
Siu San Bin dan Cie Lan membersihkan daun-daun kering
yang bertebaran diatas lantai. Kemudian dengan hati-hati Sin
Houw meletakkan jenazah Shiu Shiu. Mereka lantas
merubung jenazah itu dengan prihatin.
"Kita apakah jenazah nyonya ini?" Lauw Tong Seng minta
pertimbangan mereka, "Apakah akan kita kubur saja disini"
Atau akan kita bawa ke kota dahulu untuk dimandikan?"
Sin Houw tak kuasa menjawab. ia menyiratkan pandang
kepada Giok Cu, San Bin dan Cie Lan, Mereka bertigapun
membungkam mulut. "Umpama kita membawanya pergi ke kota dahulu, rasanya
821 tak mudah." kata Lauw Tong Seng lagi, Pihak pemerintah
setempat tentu akan minta keterangan kita sejelas-jelasnya,
Barangkali kita bisa lolos dari pertanyaannya, akan tetapi kita
akan sibuk memberikan jawaban setiap kepala dusun yang
kita lalui. Lagipula, dimana kita akan memandikan jenazah
nyonya ini" Karena itu lebih baik kita makamkan saja disini."
"Tidak! ibu tak boleh dimakamkan disini!" bantah Giok Cu.
"Bukankah ibu menghendaki agar dimakamkan di samping
ayah" syukur bisa bersama-sama didalam satu liang kubur."
"Tetapi dimanakah kuburan ayahmu..?" Lauw Tong Seng
minta penjelasan. Tak dapat Giok Cu memberi keterangan kepada Lauw
Tong Seng, sesungguhnya ia tak mengetahui dimana makam
ayahnya, ia lantas melemparkan pandang kepada Sin Houw.
"Ayahnya dimakamkan di puncak gunung Hoa-san kita."
Sin Houw memberikan penjelasan. "Diatas gunung kita?" Lauw Tong Seng berseru heran. Dan
Sin Houw menambahkan keterangannya:
"Ayahnya adalah pendekar besar Gin-coa Long-kun,
Dialah yang dahulu terkenal gagah perkasa dan bertabiat
aneh. " Usia Lauw Tong Seng tak jauh selisihnya dengan usia Lim
Beng Cin tatkala ia mulai berkelana, kegagahan Gin-coa Longkun
seringkali di dengarnya. ia menaruh hormat terhadap
pendekar besar itu, walaupun tidak selalu menyetujui sepak
terjangnya. Karena itu pula hormatnya terhadap jenazah Shiu Shiu
naik setingkat, Jadi dialah isteri pendekar besar itu" pikirnya
didalam hati. Dan tiba-tiba saja timbullah semangatnya untuk
membuat jasa, setelah termenung sejenak, berkatalah dia
822 kepada Giok Cu: "Aku ada usul, Mudah-mudahan kau bisa menerima usulku
itu." Giok Cu menatap wajah Tong Seng, Usia Tong Seng
sebaya dengan paman-pamannya, maka menyahutlah dia:
"Pastilah usul susiok ada harganya untuk didengar.
silahkan, susiok." Disebut paman, Lauw Tong Seng memberi keterangan
terlebih dahulu, Berkata sambil menunjuk Sin Houw:
"Usia Sin Houw sebaya denganmu, Meskipun demikian,
dia adalah adik-seperguruanku, Karena kau sahabatnya,
jangan kau memanggil paman kepadaku -panggil saja aku
toako." Giok Cu menyiratkan pandang kepada Sin Houw, setelah
itu ia berkata: "Baiklah, Mulai saat ini, aku akan memanggil toako, Aku
berjanji pula akan patuh dan taat kepada semua saran saran
toako." Lauw Tong Seng tertawa. setelah itu berkata:
"ibumu ingin dimakamkan bersama ayahmu. Keinginan hati
ibumu ini pasti akan kita laksanakan. Kau tak perlu bercemas
hati, soalnya sekarang adalah tata pelaksanaannya, Kurasa
alangkah sulit." "Apa yang menyulitkan?" Giok Cu tak sabar.
"Kita berada di tempat yang jauh terpisah dengan gunung
Hoa-san, sekarangpun sedang berkecamuk suatu perjuangan
rakyat yang menentukan. Maka sudah dapat dibayangkan,
823 betapa sulit perjalanan kita apabila membawa bawa sesosok
mayat. Lagipula puncak gunung yang kita maksudkan amat
terjal, licin dan sempit. Mungkin sekali kau belum bisa membayangkan keadaan
digunung Hoa san, karena belum pernah kesana. Apakah kau
pernah melihat gunung itu?" Giok Cu menggelengkan kepalanya, lalu minta ketegasan:
"Jadi, bagaimana baiknya?"
Lauw Tong Seng menghela napas. ia mengawasi Giok Cu
berdua Sin Houw, lalu berkata: "Bila kau setuju, aku mengusulkan agar jenazah ibumu
dibakar saja, lalu kita bawa abunya untuk dimakamkan
bersama ayahmu." Giok Cu dapat diberi pengertian, ia menyetujui usul Lauw
Tong Seng walaupun dengan hati pilu.
Lauw Tong Seng kemudian mengajak Ciu San Bin mencari
kayu bakar, Sin Houw dan Cie Lan mencari rurnput-rumput
kering, Matahari sudah sepenggalah tatkala mereka mulai
menyulut api. Dan jenazah Shiu shiu diletakkan hati-hati diatas
pancaka. ***** HAMPIR mendekati petanghari, pembakaran mayat itu
selesai. Sin Houw mencari sebuah guci, Apabila api telah
padam, ia mengumpulkan abu dan sisa-sisa tulang Shiu Shiu
dan dimasukkan kedalam guci itu. Kemudian menutupnya
rapat-rapat, Dua kali ia berlutut sambil berkata:
"Subo, tenangkan hatimu" Pasti aku akan memenuhi
824 harapanmu, memakamkan kau disamping atau didalam satu
liang kubur suamimu." Waktu petanghari tiba, semuanya sudah siap untuk
berangkat meneruskan perjalanan. Berkatalah Lauw Tong
Seng kepada Sin Houw: "Sutee, aku hendak kemarkas Thio susiok. Mereka hendak
mengadakan pukulan terakhir terhadap pemerintah penjajah,
sebentar lagi gerakan penyerbuan itu bakal terjadi. Dan emas
ini merupakan perbekalan yang menentukan dari itu syukur
kau telah menyelamatkan, Sekiranya tidak, perjuangan kita
akan kandas ditengah jalan ..."
Mendengar perkataan kakak seperguruannya, Sin Houw
tahu kakak seperguruanya menghendaki dia ikut, akan tetapi
segera ia memutus dan berkata: "Suheng, kurasa lebih baik aku pergi menemui suhu dulu
diperbatasan." Lauw Tong Seng bersenyum, iapun menyadari pekerti Sin
Houw yang halus dan tak mau mengingkari janji kepada guru
mereka, Dari itu ia setuju, Mereka kemudian berpisah ditempat
itu, dan Lauw Tong Seng meneruskan perjalanan dengan
mengajak Cie Lan berdua San Bin.

Golok Halilintar Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sin koko, kau rawatlah dirimu." Cie Lan berkata selagi
berada di dekat Sin Houw. Sin Houw manggut. "Kau berjanji?" Cie Lan menegaskan.
Kembali Sin Houw manggut, dan Cie Lan nampak puas,
pandang matanya berseri. Katanya lagi:
"Kuingin melihat dirimu selalu di dalam keadaan segar."
825 "Akupun mengharapkan agar kau melatih dengan baik."
sahut Sin Houw. "Tentu, aku pasti sudah menjadi manusia lain, kalau kelak
kita bertemu lagi." Cie Lan berjanji.
"Bagus! Aku senang mendengar janjimu, sampaikan salam
baktiku kepada subo, Katakan bahwa aku senantiasa teringat
kepadanya." Cie Lan tersenyum lebar. Matanya bersinar, sahutnya:
"lbupun seringkali menyebut dirimu. Akh, bila ia
mengetahui bahwa kau sudah tumbuh menjadi seorang
dewasa, pastilah ibu akan sangat bergirang hati . Nah, Sin
koko, Kita berpisah dahu-lu." Cie Lan kemudian memutar tubuhnya menyusul Lauw
Tong Seng dan Ciu San Bin yang sudah berjalan mendahului
mereka mengarah ke barat daya, Beberapa kali Cie Lan
menoleh. Dan Sin Houw membalasnya dengan lambaian
tangannya. Pada lambaian tangan yang ketujuh, bayangan
mereka bertiga lenyap. "Hemm!" tiba-tiba terdengar Giok Cu mendengus. "Dari
pada selalu melambaikan tangan seperti itu, "kan lebih baik
menyusul saja!" Sin Houw tercengang, inilah ucapan Giok Cu yang tak
diduganya sama sekali, sebagai seorang pemuda yang belum
berpengalaman, tak dapat ia menebak keadaan hati gadis itu,
sebaliknya melihat Sin Houw tergugu, Giok Cu berkata dengan
suara menekankan: "Kenapa tak kau susul saja" sebenarnya, kaupun harus
pergi bersama dia. Dengan begitu, perpisahan ini tidak akan
mengharukan hatimu, bukan?" 826 Sekarang, barulah Sin Houw tersadar, apa sebab gadis itu
tiba-tiba marah padanya, Sama sekali ia tidak mendongkol
atau tersinggung. Bahkan ia jadi tertawa geli, Katanya
memberi keterangan: "Kau belum tahu hubunganku dengan dia, bukan"
ibunyalah yang menolongku. sejak itu, aku bergaul dan
bermain-main dengan dia." Giok Cu membuang pandang, Hatinya kian mendongkol.
Tiba-tiba saja ia memungut segenggam batu dan di lontarkan
asal jadi ke segala penjuru, sebuah batu menghantam dinding
tebing dan hancur, Katanya setengah berseru:
"Bagus! Jadi kalian berdua sudah bersahabat sejak kanakkanak.
Jadi sudah lama bergaul, bukan?"
Sin Houw mengenal tabiat Giok Cu yang luar biasa, ia
membiarkannya saja. justru demikian, Giok Cu semakin panas
hatinya, Berkata sengit: "Dengan dia kau banyak bicara. Dengan dia, kau sering
tertawa, Tetapi aku, kau biarkan saja, Mengapa kau mau
membuatku mendongkol selalu?" "Kapan" Kapan aku membuatmu mendongkol" Kapan aku
membiarkan dirimu." Sin Houw tercengang,
"Dia memang gadis manis. Apalagi sejak kanak-kanak kau
sudah bergaul. Sudah menjadi kawan bermain. sebaliknya aku" Aku
seorang gadis sebatangkara, tiada ayah-bunda ..." setelah
berkata demikian, Giok Cu menangis.
Tentu saja hati Sin Houw jadi tidak enak melihat Giok Cu
827 menangis. Ka-tanya mencoba membujuk:
"Janganlah kau menuruti perasaanmu belaka. Marilah kita
berdamai. Bukankah kita berdua akan selalu berjalan
bersama-sama?" Mendengar ucapan Sin Houw, hati Giok Cu agak terhibur.
Tangisnya berhenti dengan tiba-tiba, Dan wajahnya nampak
bersemu merah. sahutnya: "Apa yang hendak kita damaikan" Kau pergilah menyusul
adikmu yang manis itu, Aku seorang anak sebatang kara, Apa
perlu kau perhatikan diriku" Biarkan saja aku terombang-ambing dari ujung langit ke
ujung langit, Biarkan aku seperti sebuah perahu, tergulunggulung
ombak dari laut ke laut." Bingung juga Sin Houw menghadapi gadis yang bertabiat
luar biasa ini, ia kehilangan akalnya, Tak tahu lagi ia apa yang
harus dilakukan. ia jadi membungkam mulut.
Giok Cu menjadi jengkel sekali melihat Sin Houw terteguntegun
kehilangan akal, Hatinya panas bukan main. Terus saja
ia menyambar guci abu ibunya. Dan pergi dengan langkah
lebar. Tentu saja Sin Houw tersentak kaget. serunya gugup:
"Hey, kau mau ke mana?" "Apa perdulimu!" sahut Giok Cu sengit.
Mau tak mau Sin Houw terpaksa menyusul, ia mencoba
mengajak berbicara, tetapi gadis itu tetap membungkam
mulut, sikapnya sengit dan tak perduli, sampai mereka tiba
disebuah kota kecil yang sunyi. Karena malam hari telah tiba, Sin Houw mencari sebuah
pondokan untuk menginap, Giok Cu membeli seperangkat
828 pakaian laki-laki, ia hendak menyamar sebagai seorang
pemuda seperti dahulu. Sin Houw tahu gadis itu tak membekal
uang cukup. Dahulu, ia meninggalkan rumah asal pergi saja,
Maka ia memberinya dua keping emas. Tetapi Giok Cu
menolaknya. Katanya: "Aku tak butuh uangmu, Kau simpan saja untuk adikmu
yang manis. Kau tunggu saja disini, sebentar lagi aku akan
menjadi seorang hartawan. percaya atau tidak?"
Sin Houw tak dapat menebak hati-nya. segera ia menutup
pintu kamarnya, setelah gadis itu mengundurkan diri. Dan baru
pada keesokan hatinya ia mengerti makna kata-kata Giok Cu.
Pagi hari itu, tatkala ia meneruskan perjalanannya kembali,
terdengarlah percakapan orang sepanjang jalan, bahwa
seorang hartawan dikota itu semalam kebobolan, Sekantong
emas dan uang tunai hilang lenyap digondol maling!
Sin Houw mengerutkan kening, ia mengerling kepada Giok
Cu, Gadis itu sekarang nampak segar cerah. ia menyelipkan
sebuah kantong di pinggangnya. Dan kedua saku celananya
terdengar gemercik, Katanya, ia sekarang memiliki cukup
uang yang diterimanya dari sang dewa yang semalam turun
dari langit. Maka tahulah Sin Houw, bahwa kawannya berjalan
itulah yang semalam menjadi maling, Diam-diam ia mengeluh
di dalam hati. Gadis itu cerdik dan gagah. Akan tetapi tabiatnya memang
luar biasa. ia merasa diri tak dapat melayani. ingin ia berjalan
seorang diri, tetapi ia tak sampai hati untuk meninggalkan
gadis itu seorang diri, Bukankah gadis itu seorang yatim piatu"
Bukankah ia sudah berjanji pula terhadap almarhum ibunya
..." Hari itu tibalah mereka di Kim-hoa, Masih saja Giok Cu
membungkam mulut, ia berjalan seenaknya sendiri.
Kadang-kadang lewat pengempangan sawah, kadang pula
829 menyeberang sungai. Malahan dua tiga kali memanjat pohon
dan tidur beristirahat diatas dahan. Dan Sin Houw terpaksa
mengikuti serta menunggu dengan sabar hati, pikirnya dalam
hati: "Sampai kapankah dia mengumbar adatnya ini" Mudahmudahan
aku dikaruniakan Tuhan usus panjang ...!"
Tatkala matahari condong ke barat - tiba-tiba terlihatlah
awan hitam datang berarak-arak. udara cepat sekali menjadi
hitam kelam, Hujan deras mulai mengancam. Angin
bergulungan menghantam dinding-dinding gunung, sehingga
memantulkan suara beraung. Mereka berdua mempercepat langkah, agar dapat
mencapai sebuah dusun tak jauh di depannya, tetapi baru saja
berjalan lima atau enampuluh langkah, hujan telah turun
dengan derasnya. Sin Houw tadi membeli payung. Dengan demikian ia tak
perlu khawatir kehujanan, Sebaliknya, Giok Cu yang sedang
mengumbar adat, terus saja berjalan cepat-cepat untuk
mencari tempat meneduh, Tetapi sudah sekian lamanya tetap
saja tak nampak olehnya sebuah rumah atau apa saja untuk
tempat berlindung. Tak mengherankan ia jadi basah kuyup. Namun ia tak sudi
menyerah kalah. Masih saja ia berlari-larian ke sana ke mari
seperti seekor tikus hendak membebaskan diri dari sebuah
kubang air. Sin Houw lari mendekati. Dengan cepat ia dapat
menyusulnya, bahkan melewatinya. Kemudian ia
menyerahkan payungnya sambil berkata:
"Pakailah payungku ini!" 830 Giok Cu membandel. Tak sudi ia menerima belas kasih
siapapun. Dengan mengatupkan bibir, ia menolak payung itu
kesamping. "Giok-moay!" kata Sin Houw membujuk. "Bukankah kita
berdua sudah mengangkat saudara" Kita telah bersumpah
hendak sehidup semati. sedang dan susah akan kita pikul
bersama juga, Kenapa kau bersikap demikian terhadapku?"
Mendengar perkataan Sin Houw, kekerasan hati Giok Cu
luluh, Sahut gadis itu: "Baik, Jadi kau tidak senang apabila aku marah
kepadamu" Jika begitu, kau harus berjanji kepadaku."
"Coba, sebutkan." kata Sin Houw, "Kau boleh mengikat
janji kepadaku dan aku akan selalu menerima dan taat kepada
janji yang mengikatku." "Benar begitu?" Giok Cu mencibirkan bibir, "Kalau b
Bukit Pemakan Manusia 19 Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Bara Naga 2
^