Pukulan Naga Sakti 15

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 15


u kim lian dan mengambil pil Tay tham wan yang asli, dia sengaja memberitahukan
hal ini kepada Sun popo lalu menyerahkan pil Tay tham wan yang
palsu itu kepadanya agar ia menghantarnya ke istana Ban seng
kiong. Tapi kemudian terjadi perubahan yang tak terduga, maka dia pun
menggunakan pil Tay tham wan yang palsu itu untuk
862 menyelamatkan jiwanya, bahkan sempat membohongi Yu Ceng hui
sehingga Thi tan kim wan tersebut mengira pil yang diperolehnya itu
merupakan pil Tay tham wan yang asli.
Cuma saja tindakan keji yang dilakukan Thi tan kim wan Yu Ceng
hui paling akhir sungguh diluar dugaan, bukan saja hal tersebut
membuat rencananya nyaris berantakan bahkan jiwanya nyaris ikut
melayang. Sekarang ia benar benar sudah terpengaruh oleh kebesaran jiwa
Thi Eng khi maka ia bertekad untuk menyerahkan pil Tay tham wan
tersebut kepada anak muda itu, kendatipun pada akhirnya dia harus
menerima hukuman yang berat.
Tampaknya dia telah bertekad untuk melepaskan jalan yang
sesat dan kembali ke jalan yang benar. Ketika dilihatnya Thi Eng khi
masih sangsi untuk menerima pemberian pil mestika tersebut,
mendadak pencuri sakti Go Jit mengangkat kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhhh".. haaahhhh".. haaahhhh". Aku tahu sauhiap
berlapang jiwa, apakah kau masih menaruh kecurigaan terhadap
seseorang yang bersedia untuk bertobat dan kembali ke jalan yang
benar ini?"
Merah padam selembar wajah Thi Eng khi karena jengah, buru
buru serunya : "Aaaaih, mana mana! Aku hanya merasa pil Tay tham wan itu
diperoleh dengan cara yang tak mudah, oleh sebab itu ".."
Akhirnya dengan sikap yang sangat hormat dia menyambut
pemberian pil Tay tham wan tersebut. Sambil tersenyum kembali,
pencuri sakti Go Jit berkata :
"Sauhiap anggap pil Tay tham wan ini diperoleh dengan cara
yang gampang" Sekalipun Thi tan kim wan Yu Ceng hui hampir saja
merenggut nyawaku toh ia tak berhasil mendapatkannya!"
Thi Eng khi benar benar merasa berterima kasih sekali, serunya
kemudian : 863 "Lotiang benar benar bersikap baik sekali terhadap boanpwe."
"Sikap sauhiap yang bijaksana dan terpuji telah menggugah
hatiku yang selama banyak tahun ini terlelap dalam impian buruk,
coba kalau sauhiap tidak memiliki kebesaran jiwa yang
mengagumkan, mungkin sampai sekarang loji masih tetap berbuat
kejahatan terus, jadi kalau dibicarakan yang sebenarnya, tidak
gampang bagi sauhiap untuk memperoleh pil Tay tham wan ini."
"Ucapan lotiang terlalu serius, boanpwe tak berani
menerimanya!"
Oleh karena dia sangat menguatirkan keselamatan jiwa dari Pek
leng siancu So Bwe leng, maka sambil menjura sambungnya :
"Terima kasih atas budi kebaikanmu, budi tersebut tak akan
boanpwe lupakan untuk selamanya, maaf, terpaksa aku harus
mohon diri terlebih dahulu "."
Seusai berkata dia lantas melejit ke udara dan meluncur keluar
dari hutan bambu itu. Mendadak pencuri sakti Go Jit berteriak keras
: "Sauhiap, harap tunggu sebentar, bersediakah kau membawa
serta diriku ini?"
Sambil berseru dia segera mengejar ke depan. Gerakan tubuh Thi
Eng khi cepat sekali, waktu itu dia sudah berada puluhan kaki
jauhnya dari hutan bambu, ketika mendengar seruan mana dia
segera memperlambat larinya menanti pencuri sakti Go Jit
menyusulnya, baru mereka berangkat bersama menuju ke kuil Siau
lim si. Sementara perjalanan ditempuh, pencuri sakti Go Jit
menerangkan pula kebulatan tekadnya untuk kembali ke jalan yang
benar, dia bilang bersedia untuk menjual tenaganya bagi Thi Eng khi
selain untuk menebus dosanya di masa lampau.
Bagi Thi Eng khi penilaiannya terhadap seseorang lebih banyak
keluar dari perasaan daripada pikiran. Dia cukup memaklumi kalau
ucapan pencuri tersebut benar benar timbul dari hati sanubari yang
864 sebenarnya, besar kemungkinan dikemudian hari dia akan menjadi
seorang pembantu yang baik baginya.
Maka uluran tangannya yang tulus itu disambut dengan sepasang
tangan yang terbuka, diiringi jabatan tangan yang erat, mereka
mengikat diri dalam suatu ikatan persahabatan yang akrab.
Pencuri sakti Go Jit amat mengagumi watak maupun ilmu silat
yang dimiliki Thi Eng khi, ketika dilihatnya pemuda itu selalu
membahasai diri sebagai angkatan yang lebih muda dia merasa malu
sendiri, maka diusulkan agar Thi Eng khi merubah panggilannya
dengan menyamakan derajat kedudukan mereka berdua.
Gerakan tubuh yang dimiliki kedua orang ini cepat sekali, tak
selang berapa lama kemudian mereka telah tiba di kuil Siau lim si.
Hutan lebat yang luas dan terbentang di balik kegelapan malam
terasa begitu hening, sepi dan menyeramkan.
Suasana dalam kuil pun diliputi kegelapan, tidak nampak setitik
cahaya lenterapun, hal mana mendatangkan perasaan berat yang
menekan dan terasa amat tidak sedap. Baru saja mereka berdua
munculkan diri di muka hutan pohon siong di depan kuil, dari
kegelapan segera bergema suara seruan berat :
"Omitohud!"
Dari kiri dan kanan jalan segera berlompatan keluar empat
pendeta berbaju abu abu. Rupanya setelah dikacau Thi tan kim wan
tadi, kini kuil Siau lim si berada dalam kesiap siagaan penuh, bahkan
pos penjagaan pun ditambah dan semakin diperketat. Tidak menanti
hwesio itu buka suara, Thi Eng khi telah berseru lebih dulu dengan
lantang : "Aku Thi Eng khi telah berhasil menemukan pil Tay tham wan!"
Melihat orang yang muncul disitu benar benar adalah Thi Eng khi,
keempat orang pendeta itu segera merangkap tangannya di depan
dada sambil berseru :
"Silahkan, Thi ciangbunjin!"
865 Thi Eng khi sudah hapal dengan jalanan disitu, ia segera
mengajak pencuri sakti Go Jit langsung menuju ke kamar istirahat
Pek leng siancu So Bwe leng. Di luar kamar tampak kelima orang
pendeta dari angkatan Ci sedang berjaga jaga dengan kesiapan
penuh, wajah mereka amat murung, jelas terlihat kalau perasaan
hatinya pun berat.
Walaupun mereka menyaksikan kemunculan Thi Eng khi, namun
pendeta pendeta itu hanya menggelengkan kepalanya sambil
tertawa getir, sama sekali tidak nampak rasa gembira barang sedikit
pun jua. Sampai akhirnya mereka menyaksikan kemunculan pencuri
sakti Go Jit yang berjalan di belakang Thi Eng khi, kelima orang
pendeta itu baru berseru dengan nada kaget :
"Sauhiap, kau datang bersama Go tayhiap, tampaknya kau telah
berhasil dengan usahamu?"
Thi Eng khi hanya mengangguk pelan. Dengan wajah berseri
karena gembira, kelima orang tianglo dari Siau lim si ini segera
mengiringi anak muda tersebut menuju kedalam kamar.
Sementara itu, napas Pek leng siancu So Bwe leng sudah makin
lemah, dia berada dalam keadaan tak sadar, Sam ku sinni dan Ci
kong taysu, ketua dari Siau lim si duduk menanti disisinya. Tatkala
Thi Eng khi munculkan diri, mereka berdua segera melompat bangun
sambil berseru :
"Bagaimana hasil perjalanan sauhiap kali ini?"
"Untung tak sampai gagal!" sahut Thi Eng khi dengan wajah
gembira. Ia segera menyerahkan pil Tay tham wan tersebut kepada Ci
kong taysu, hongtiang dari kuil Siau lim si, sementara dia sendiri lari
ke sisi Pek leng siancu So Bwe leng dan memeriksa denyutan
nadinya. Setelah berhasil menemukan kembali pil Tay tham wan, Thi Eng
khi tidak langsung memberikan kepada Pek leng siancu So Bwe leng
sebaliknya malah diserahkan kepada Ci kong taysu, hal ini
866 menunjukkan kebesaran jiwanya serta sikap hormatnya terhadap
ketua Siau lim si itu.
Sebab pil Tay tham wan adalah pil mestika dari Siau lim si,
kendatipun ketua Siau lim si telah menghadiahkan pil Tay tham wan
tersebut untuk Pek leng siancu So Bwe leng, namun dalam tata
sopan santun, sudah sewajarnya bila obat mestika itu diserahkan
dulu kepada pihak Siau lim si, kemudian ketua Siau lim si lah yang
memberikan pil tersebut kepada Pek leng siancu So Bwe leng.
Sesungguhnya hal ini hanya sebuah masalah yang kecil sekali,
namun meski kecil masalahnya justru amat besar artinya. Sam ku
sinni yang menyaksikan kejadian itu segera manggut tiada hentinya,
diam diam ia memuji akan kebesaran jiwa pemuda itu. Sedangkan
ketua Siau lim si sendiri beserta kelima orang tianglonya benar benar
merasa kagum dan berterima kasih.
Pil Tay tham wan dari Siau lim si kalau bisa diberikan kepada
orang lain lewat tangan pendeta Siau lim si sendiri, hal ini boleh
dibilang merupakan suatu kehormatan dan suatu kebanggaan bagi
kuil Siau lim si.
Kehilangan muka yang mereka alami selama ini pun kini berhasil
direbut kembali lewat tangan Thi Eng khi, bayangkan saja betapa
terharu dan berterima kasihnya mereka terhadap Thi Eng khi.
Ci kong taysu dengan tangan gemetar membawa pil Tay tham
wan itu dan memasukkan sendiri ke mulut Pek leng siancu So Bwe
leng, kemudian setelah mundur tiga langkah, ia memimpin kelima
orang saudara seperguruannya bersama sama memanjatkan doa
agar penyakit gadis itu cepat sembuh.
Thi Eng khi segera duduk bersila disisi pembaringan So Bwe leng,
sepasang tangannya dijajarkan sejajar dada, kemudian
mengerahkan tenaga Heng kian sinking. Tampaklah dua gulung
hawa murni yang berwarna merah membara memancar keluar dari
balik telapak tangannya dan seperti dua ekor ular sakti langsung
menerobos masuk lewat lubang hidung Pek leng siancu So Bwe
leng". 867 Hal ini dikarenakan Thi Eng khi merasa dia telah berulang kali
mendatangkan kesulitan bagi Pek leng siancu So Bwe leng sehingga
timbul rasa sesalnya dalam hati. Dia ingin memanfaatkan kasiat dari
pil Tay tham wan tersebut lalu dengan mengorbankan tenaga murni
yang dimilikinya, dia akan mempergunakan ilmu Yong cian hua kut
kay ti (melebur otot merubah tulang) untuk membantu Pek leng
siancu So Bwe leng, agar setelah sembuh nanti tenaga dalamnya
akan mencapai tingkat kelas satu dalam dunia persilatan.
Ilmu yong cian hua kut kay tit ay hoat tersebut sulit dilakukan
terhadap seseorang, karena orang yang melakukan kepandaian itu
harus memiliki tenaga dalam paling tidak seratus tahun hasil latihan.
Menurut kemampuan ilmu Heng kian sinking yang dilatih Thi Eng
khi sekarang, semestinya hal ini mustahil bisa dilaksanakan, tapi
dahulu dia pernah makan empat macam obat obatan langka atas
bantuan dari Thian liong ngo siang. Dengan bantuan dari ke empat
macam obat obatan itulah membuat tenaga dalam hasil latihannya
berhasil mencapai seratus tahun hasil latihan.
Enam orang hwesio Siau lim si dan pencuri sakti Go Jit yang
berada di dalam kamar tidak begitu kaget atau tercengang oleh
tindak tanduk yang dilakukan Thi Eng khi sebab mereka tidak
mengetahui rahasia yang sebenarnya.
Berbeda dengan Sam ku sinni yang merupakan seorang ahli ilmu
silat, berhubungan sudah lama hidup di dunia ini, usianya telah
mencapai seratus tahun lebih, maka terhadap penampilan tenaga
dalam yang dilakukan Thi Eng khi itu pada mulanya bingung. Tapi
setelah memahami apa yang terjadi, dia benar benar merasa kaget,
tercengang dan terharu. Ia tidak habis mengerti bagaimana mungkin
ilmu sakti dari Thio locianpwe bisa dipelajari oleh Thi Eng khi.
Tak selang sepertanak nasi kemudian, kasiat obat Tay tham wan
sudah mulai bekerja, penyakit yang diderita Pek leng siancu So Bwe
leng segera sembuh kembali. Namun Thi Eng khi masih saja
mengerahkan tenaga dalamnya, lebih kurang dua jam kemudian,
seluruh tubuhnya telah basah kuyup, uap putih membumbung keluar
868 dari ubun ubunnya, kemudian sambil berpekik nyaring, dia menarik
kembali telapak tangannya lalu berputar dan bergerak kian kemari di
dalam ruangan tersebut.
Pelan pelan Pek leng siancu So Bwe leng mendusin dari
pingsannya, begitu buka mata dia segera berteriak :
"Engkoh Eng, mengapa aku telah sembuh kembali?"
Thi Eng khi segera menghentikan gerakannya, bukan saja ia
nampak lelah malah wajahnya nampak cerah dan segar bugar. Ia
berdiri di sisi So Bwe leng sambil berseru :
"Adik Leng ".."
Saking emosinya, dia sampai tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Setelah Pek leng siancu So Bwe leng sembuh dari
penyakitnya, semua orang pun merasa kurang leluasa untuk tinggal
terus dalam kuil Siau lim si. Malam itu ketua Siau lim si segera
menyiapkan empat buah kamar dalam sebuah halaman di luar kuil
untuk tempat tinggal mereka.
Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng yang sudah lama
berpisah, kini saling melepaskan rindunya dengan berbincang
bincang terus tiada habisnya. Sam ku sinni dan pencuri sakti Go Jit
merasa tidak leluasa untuk mengganggu mereka, masing masing
lantas pergi mengatur napas.
Walaupun Pek leng siancu So Bwe leng baru sembuh dari
penyakit parah, tapi berhubung ia sudah dirubah badannya oleh Thi
Eng khi dengan ilmu Yong cian hua kut kay ti tayhoat, bukan saja
tenaga dalamnya bertambah, tubuhnya segar dan sama sekali tak
nampak lelah. Thi Engkhi sendiripun telah mengerahkan ilmu Heng kian
singkang (ilmu berjalan cepat) dengan mengitari sekeliling kuil Siau
lim si untuk memulihkan kembali kekuatannya. Begitulah mereka
berbincang bincang dari malam sampai fajar menyingsing keesokan
harinya. 869 Kiranya setelah permainan Pek leng siancu So Bwe leng yang
pura pura jadi sungguhan, dimana mereka malah dijebak oleh siasat
Ciu Lan hingga Thi Eng khi pergi meninggalkannya, dalam keadaan
sedih akhirnya dia dihantar oleh kakeknya untuk berguru kepada
Sam ku sinni. Sam ku sinni amat menyayangi muridnya ini, dia bertekad hendak
menciptakan gadis itu sebagai jagoan yang paling tangguh di dunia
ini, maka dia lantas teringat dengan sahabatnya Ci Sui sutay yang
tinggal di gua Tiau ing tong di Lam hay untuk meminjam mestikanya
Im yang siang ciat guna membantu tenaga dalam dari muridnya.
Di tengah jalan secara kebetulan mereka menyaksikan gerak


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerik Thi tan kim wan sekalian yang mencurigakan, maka di bawah
petunjuk Sam ku sinni, So Bwe leng bertindak merampas kembali
teratai emas Jit kiau kim lian itu. Gara gara dia terhajar oleh pukulan
Thi Eng khi bukan saja akhirnya ia berhasil mendapatkan kembali
engkoh Eng nya, bahkan tanpa meminjam im yang siang ciat milik Ci
Sui sutay di Lam hay, tenaga dalamnya telah memperoleh kemajuan
yang amat pesat.
Secara ringkas Thi Eng khi juga mengisahkan pengalamannya
kepada Pek leng siancu So Bwe leng. Ketika ia mendengar kalau
kakeknya, Tiang pek lojin, Sim ji sinni, Bu sim sin hong sekalian
berempat telah menjadi empat orang tongcu dari Ban seng kiong,
rasa sedih dan murung dengan cepat menyelimuti wajah mereka.
Pek leng siancu So Bwe leng pernah mengikuti Huan im sin ang,
dia cukup memahami sekali taktik busuk dari gembong iblis itu,
dengan segala kemampuan yang dimilikinya ia berusaha menghibur
Thi Eng khi agar dia jangan mempercayai berita angin. Dia pun
berharap pemuda itu mempercayai jiwa dari keempat orang tua
bahwa mereka tak bakal melakukan perbuatan yang begitu
memalukan. Tapi Thi Eng khi pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri
perbuatan dari Bu im sin hong Kian Kim siang serta Tiang pek lojin
So Seng pak, luka dalam hatinya itu serasa sulit untuk dilenyapkan,
870 karenanya rasa malu dan marah yang mencekam dalam hatinya pun
sama sekali tidak berkurang ".
Dalam pada itu Sam ku sinni dan pencuri sakti Go Jit telah
muncul pula di dalam ruangan dan turut serta di dalam
perbincangan tersebut. Oleh karena tindakan Ban seng kiong yang
mengangkat empat orang tongcunya itu berlangsung belum lama,
berita itu belum sampai tersebar luas dalam dunia persilatan, maka
Sam ku sinni juga belum mendengar tentang berita itu. Kepada
pencuri sakti Go Jit, dia lantas minta penjelasan.
"Aku lihat terpaksa Go sicu harus memberi petunjuk kepadaku
tentang persoalan ini!"
Pencuri sakti Go Jit baru dijaring oleh Hian in Tee kun setelah
istana Ban seng kiong berganti pemilik, pengetahuannya tentang
masalah dalam istana pun terbatas sekali, tapi dia telah
memberitahukan tentang asal usul dan riwayat hidup Hian in Tee
kun tersebut kepada mereka.
Selain itu, diapun membuktikan bahwa Keng thian giok cu
sekalian berempat benar benar telah menjadi tongcu di dalam istana
Ban seng kiobg. Di samping itu, pencuri sakti Go Jit telah
memberitahukan pula dua kabar kepada mereka, yakni :
Pertama, Hian im Tee kun telah mengirimkan banyak jago jago
lihaynya untuk mencuri dan merampas benda benda mestika yang
ada di pelbagai perguruan besar serta tempat tempat terkenal
lainnya. Dimanakah letak maksud tujuannya tidak jelas.
Kedua, Hian im Tee kun telah mengumumkan niatnya untuk
menggabungkan perguruan Thian liong pay dibawah panji istana
Ban seng kiong ".
Dalam persoalan yang pertama, maksud Hian im Tee kun sukar
diduga, meskipun perbuatannya menakutkan sekali, namun keadaan
tersebut tak bisa ditolong lagi, apalagi mencegah terjadinya
peristiwa tersebutnya "
871 Persoalan kedua lah yang benar benar membuat Thi Eng khi
merasa kaget bercampur ngeri, andaikata kakeknya Keng thian giok
cu benar benar berniat untuk melebur perguruan Thian liong pay
dibawah panji kekuasaan istana Ban seng kiong, maka posisinya
sekarang menjadi benar benar mengenaskan "..
Sementara Thi Eng khi masih merasa gelisah dan memutar otak
untuk menanggulangi masalah itu, mendadak pendeta Siau lim si
yang menjaga di luar pintu telah muncul sambil membawa Kwik
toanio dan putranya.
Rupanya sepeninggal Thi Eng khi, berhubung Kwik toanio berdua
kuatir mereka akan berjumpa dengan Sun popo sekalian di tengah
jalan, maka mereka tak berani berangkat langsung menuju ke kuil
Siau lim si. Kedua orang itu menyembunyikan diri semalam di rumah seorang
sahabat di kota, setelah fajar menyingsing dan orang yang berlalu
lalang makin banyak, mereka baru berani memunculkan diri dan
buru buru berangkat ke situ, sebab menurut pendapat mereka, di
tengah hari bolong apalagi dihadapan orang banyak, tak mungkin
Sun popo sekalian berani berbuat sesuatu terhadap mereka "..
Setelah mendengar penuturan dari Kwik toanio berdua, semua
orang segera memuji akan kecerdikan mereka. Selama ini Thi Eng
khi hanya selalu bermuram durja, mukanya murung dan keningnya
selalu berkerut, terhadap Kwik toanio berdua pun sikapnya menjadi
sedikit hambar.
Masih untung Kwik toanio adalah seorang perempuan yang
berjiwa besar, dia sama sekali tidak menganggap peristiwa itu
sebagai suatu peristiwa besar. Berbeda dengan Kwik Yun yang
masih muda dan berdarah panas, sikap Thi Eng khi itu segera
disalah artikan lain, ia jadi naik darah, sambil menarik ujung baju
ibunya, ia berkata:
"Ibu! Thi siangkong sudah mendapatkan kembali pil Tay tham
wan tersebut, sedang Sun popo sekalian mungkin juga tak berani
muncul lagi di sekitar tempat ini, mari kita pulang saja!"
872 "Seandainya mereka mencari gara gara lagi terhadap kita di
tengah malam buta, bagaimana dengan nasib kita?"
"Ibu, mati hidup sudah digariskan oleh takdir, apakah kita harus
mengandalkan pelindungan orang sepanjang hidup?"
Kwik toanio menggenggam tangan Kwik Yun kencang kencang,
maksudnya dia hendak mencegahnya berpikir yang bukan bukan.
Siapa tahu Kwik Yun makin naik darah, kembali teriaknya :
"Ibu!"
Saking mangkelnya dua baris air mata segera jatuh bercucuran.
Waktu itu Thi Eng khi hanya memikirkan persoalan sendiri, dia tak
menyangka kalau sikapnya itu telah menimbulkan perasaan tak
senang dari Kwik Yun.
Sam ku sinni dan pencuri sakti Go Jit meski merasakan pula
keadaan yang kurang beres terhadap sikap Kwik toanio berdua,
namun mereka tak berhasil menebak apa gerangan yang
menyebabkan mereka demikian.
Cuma Pek leng siancu So Bwe leng seorang yang mengetahui
sebab ketidak gembiraan Kwik Yun, apalagi setelah dilihatnya sorot
mata Kwik Yun selalu tertuju ke wajah Thi Eng khi setiap kali
berbicara, dia lantas menduga kalau sumber ketidak senangan bocah
itu adalah disebabkan sikap Thi Eng khi.
Dia adalah seorang gadis yang suka blak blakan, maka sambil
tertawa nyaring serunya :
"Engkoh Eng, kau telah menyakiti hati orang lain!"
"Apa?" seru Thi Eng khi dengan wajah tertegun, dia seperti tidak
mengerti apa gerangan yang telah terjadi.
"Kwik siaute marah dan hendak pergi!"
Sekarang Thi Eng khi baru merasa kalau sikapnya terlalu hambar
dan menyinggung perasaan mereka berdua, dengan perasaan tak
tenang ia lantas menjura kepada Kwik toanio, katanya :
873 "Bila aku telah bersikap kurang menyenangkan hati kalian, harap
sudi dimaafkan, maklumlah aku sedang dirundung banyak persoalan
sehingga pikiranku menjadi sangat kalut."
"Aaai, sauhiap terlalu sungkan," buru buru Kwik toanio membalas
hormat, "aku tak berani menerimanya, apalagi putraku masih muda,
harap sauhiap jangan berpikir yang bukan bukan."
Menyusul kemudian Pek leng siancu So Bwe leng segera
menerangkan persoalan yang menyebabkan Thi Eng khi bingung dan
banyak pikiran ".
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Kwik Yun baru tahu
kalau ia telah salah mengartikan sikap orang, dengan pandangan
menyesal dan minta maaf dia lantas memandang sekejap kearah Thi
Eng khi dan minta maaf.
Setelah itu, sikapnya ternyata menjadi lincah kembali, dia mulai
banyak berbicara dan banyak bergurau. Tiba tiba terdengar dia
berseru : "Paman Thi, bagaimana kalau kuberi sebuah jalan untuk
meringankan beban pikiranmu itu?"
Kwik toanio yang mendengar perkataan itu, buru buru
membentak : "Yun ji, kau mengerti apa" Siapa yang membutuhkan idemu itu?"
Dengan membelalakkan matanya lebar lebar, Kwik Yun berseru :
"Yun ji hanya ingin memperingatkan paman Thi saja!"
Jilid 27 Kwik toanio masih ingin mencegah, tapi Thi Eng khi segera
berkata sambil tertawa :
"Hati yang polos merupakan sesuatu yang berharga, harap toanio
memberi kesempatan baginya untuk berbicara!"
874 "Ibu, bukankah kau seringkali berkata, bila persoalan menjadi
jelas, hati baru tentram?"
Setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi :
"Paman Thi, sudah jelaskah kau dengan duduknya persoalan?"
Ucapan mana kontan saja membuat semua orang yang berada
dalam ruangan itu menjadi tertegun. Mendadak Thi Eng khi
menggebrak meja keras keras membuat semua orang yang sedang
tertegun menjadi amat terkejut. Terdengar Thi Eng khi berkata
dengan wajah serius :
"Untuk menciptakan kesejahteraan hidup umat manusia,
sekalipun harus menyingkirkan keluarga sendiri, aku Thi Eng khi
bersedia untuk melaksanakannya!"
Jelas dia sudah mengambil keputusan untuk menempuh jalan
seperti apa yang dipikirkan.
"Omitohud!" Sam ku sinni segera merangkap tangannya didepan
dada sambil memuji keagungan sang Buddha, "kegagahan Thi
sauhiap sungguh membuat pinni merasa kagum, tampaknya aku
harus menemani sauhiap untuk berkunjung ke Hway im "."
"Aku si pencuri tua bersedia menjadi pembuka jalan!" pencuri
sakti Go Jit menyambung dengan gembira.
Tentu saja usul tersebut didukung oleh Pek leng siancu So Bwe
leng?" Dengan perasaan hati yang berat, Thi Eng khi mengucapkan
terima kasih kepada mereka, kemudian dia pun meminta kepada
ketua kuil Siau lim si untuk mewakilinya merawat Kwik toanio
berdua, sedang dia sendiri bersama Sam ku sinni sekalian malam itu
juga berangkat menuju ke kota Hway im.
Berhubung perjalanan dari Phu thian di propinsi Hok kian sampai
kota Hway im amat jauh, tentu saja perjalanan mereka tak bisa
ditempuh hanya dalam waktu satu hari saja.
875 Berita tentang bergabungnya perguruan Thian liong pay ke dalam
panji kekuasaan Ban seng kiong meski dianggap sebagai suatu
berita yang istimewa di wilayah Hok kian, padahal setiap umat
persilatan yang berada di daratan Tionggoan mengetahui kabar
tersebut. Ada orang yang menantikan perkembangan selanjutnya dengan
tenang. Tapi ada pula yang segera mengejek dengan sinis :
"Huuh, begitulah akhirnya kalau perguruan tersebut cuma sebuah
perguruan sampah didalam dunia persilatan!"
Ketika berita itu tersiar sampai markas besar Thian liong pay di
kota Hway im, kebetulan para jago dari Thian liong pay sedang
bersedih hati dan gelisah karena kematian Huang oh siansu di istana
Ban seng kiong dan hilang lenyapnya Thi Eng khi dari dunia
persilatan. Baru saja berita itu tersiar ke telinga mereka, siapa tahu
keesokan harinya pihak Ban seng kiong secara resmi telah mengirim
sepucuk surat dari Keng thian giok cu Thi Keng kepada mereka.
Isi surat itu mewajibkan mereka dalam lima hari harus sudah
mempersiapkan upacara penyambutan datangnya utusan dari Ban
seng kiong. Walaupun partai Thian liong pay yang sekarang belum
pulih kembali kedudukan serta pamornya dalam dunia persilatan,
namun berhubung anak murid mereka yang semula tersebar luas
dimana mana kini telah berkumpul semua, maka suasananya boleh
dibilang amat meriah.
Tapi berita kematian dari Huang oh siansu telah mendatangkan
perasaan hati yang sedih dan berat. Apalagi datangnya
pemberitahuan secara resmi dari pihak Ban seng kiong, kontan saja
membuat kehidupan baru mereka semakin tertekan dan terjerumus
dalam keadaan serba tak tenang.
Sementara itu, di ruang tengah markas besar Thian liong pay
telah berkumpul enam orang dari angkatan ke sepuluh. Orang yang
duduk di kursi tengah adalah ibu kandung Thi Eng khi yakni Yap Siu
876 ling, berhubung dia adalah ibu kandung ciangbunjin mereka, meski
masuk perguruan paling lambat, namun ia dihormati semua orang
sebagai seorang angkatan tua.
Lima orang sisanya adalah Pit tee jiu Wong Tin pak, Sam ciat jiu
Li Tin tang, San tian jiu Oh Tin lam, Sin lui jiu Kwan Tin say dan Ngo
liu sianseng Lim Biau lim. Di tangan Pit tee jiu Wong Tin pak nampak
membawa surat pemberitahuan resmi dari Ban seng kiong.
Sedangkan di tangan Yap Siu ling memegang surat pribadi yang
ditulis sendiri oleh Keng thian giok cu Thi Keng.
Terhadap surat pemberitahuan dari Ban seng kiong yang
menggemaskan dan menggusarkan itu boleh saja bagi mereka untuk
tidak dipertimbangkan, tapi terhadap surat pribadi dari Keng thian
giok cu Thi Keng mau tak mau mereka harus memandang serius.
Sebagaimana diketahui, Keng thian giok cu Thi Keng adalah
ciangbunjin angkatan kesembilan dari Thian liong pay, yaitu guru
dari kelima orang itu. Surat pribadinya dalam pandangan mereka
hanya bisa diartikan sebagai sepatah kata saja yakni :
"Turut perintah! Perintah yang tak mungkin boleh dibantah!"
Berbicara bagi seorang anak murid Thian liong pay, hal ini
merupakan suatu keputusan yang tak boleh disangsikan atau
diragukan lagi. Sementara itu, Yap Siu ling dengan suara yang
gemetar sedang mengulangi membaca isi surat Keng thian giok cu
Thi Keng untuk ketiga kalinya :
"Ditujukan untuk Siu ling menantuku :
Sudah lama aku mengasingkan diri dari keramaian dunia
persilatan, sesungguhnya aku enggan mencampuri urusan kalian
lagi, tapi berhubung kudengar anak murid kita selama dua puluh
tahun belakangan ini sering dihina dan dicemooh partai lain, hatiku
menjadi sedih sekali.
Bayangkan saja, empat puluh tahun berselang, ketika aku malang
melintang dalam dunia persilatan dulu, banyak orang telah kubantu
dan banyak partai kubela, tak nyana mereka tak tahu budi, bukan
membalas budi sebaliknya malah menghina kita habis habisan,
kejadian ini sungguh membuat hatiku menyesal.
877 Hian im Tee kun adalah sahabat karibku, kini dia muncul untuk
menolong sesamanya, membela kaum lemah dan menegakkan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadilan, tertarik oleh cita citanya yang luhur itu maka sewaktu
ditawari jabatan sebagai Ciong liong tongcu, tawaran itu keterima
dengan senang hati, karena dengan cara ini aku yakin Thian liong
pay kita akan berjaya kembali.
Kini Hian im Tee kun sangat berharap partai kita bisa bergabung
dengan Ban seng kiong untuk bersama sama mencapai dunia yang
adil, kuharap kalian menerima uluran tangan ini.
Sampai waktunya, aku akan datang sendiri ke rumah, jangan
lupa sampaikan pula harapanku pada Tin pak sekalian agar segera
menyiapkan diri."
Setelah Yap Siu ling membaca isi surat tersebut dengan lantang,
semua orang menjadi termenung untuk beberapa saat. Akhirnya
Sam ciat jiu Li Tin tang menghela napas panjang, kemudian berkata
: "Bila didengar dari nada pembicaraan yang tercantum dalam
surat tersebut, entah nadanya entah gaya bahasanya, aku selain
merasa jauh berbeda dengan karakter suhu dia orang tua di hari hari
biasa, sungguh sulit untuk dipercayai bahwa tulisan ini berasal dari
suhu." "Bila berbicara soal gaya tulisannya," Yap Siu ling turut berkata
dengan kening berkerut, "siau moay telah membandingkan tulisan
tersebut dengan tulisan dia orang tua yang ditulis dua puluh tahun
berselang, nyatanya bukan cuma gaya tulisannya sama, bahkan
nampak lebih kuat dan bertenaga, andaikata bukan dia orang tua,
mustahil ada orang yang bisa menirukan tulisannya begitu persis.
Tapi..... tapi..... aaaai......"
"Sam suheng, " seru Sin lui jiu Kwan Tin say dengan suara
lantang, "aku rasa kau berpikiran kelewat jauh dan berpandangan
kelewat terbatas, siaute rasa kalau toh tulisan itu berasal dari tulisan
suhu ia orang tua, sesungguhnya tiada kepentingan untuk
dirundingkan lagi, laksanakan saja seperti apa yang diminta!"
878 "Yaa, betul " sambung San tian jiu Oh Tin lam pula cepat ,"kalau
memang dia orang tua sudah bermaksud untuk kembali dan
menyelesaikan sendiri persoalan ini, menurut pendapat siaute, lebih
baik laksanakan saja persiapan seperti apa yang diperintahkan!"
Pit tee jiu Wong Tin pak tidak langsung menanggapi usul rekan
rekannya, melainkan berpaling ke arah Ngo liu sianseng Lim Biau
lim, kemudian bertanya :
"Lim suheng, bagaimana menurut pendapatmu?"
Rupanya diantara sekian banyak orang yang hadir sekarang, usia
Ngo liu sianseng Lim Biau lim terhitung paling tua. Ngo liu sianseng
Lim Biau lim termenung dan berpikir sejenak, kemudian katanya :
"Berbicara dari sudut seorang murid terhadap ketua perguruan,
tulisan dari lo ciangbunjin memang tak pantas dibangkang atau
dicurigai, tapi kalau berbicara menurut tingkah laku orang orang Ban
seng kiong selama ini dan kesejahteraan umat persilatan pada
umumnya, kita harus mempersiapkan juga perubahan perubahan
yang diperlukan daripada termakan siasat busuk orang orang Ban
seng kiong. Sebab banyak orang berbakat di dunia ini, soal
memalsukan gaya tulisan seseorang bukanlah sesuatu yang
menyulitkan, jika kita kurang berhati-hati dalam menghadapi kasus
seperti ini, seandainya sampai salah bertindak maka akan menyesal
sepanjang masa dan kita akan malu untuk berjumpa dengan cousu
sekalian yang telah berada di alam baka.... "
"Bagaimana menurut pendapat sumoay?" Pit tee jiu Wong Tin
pak bertanya pula kepada Yap Siu ling.
Yap Siu ling menutup wajahnya rapat rapat dan menangis
tersedu sedu, ucapnya :
"Suami siau moay telah tiada, anakku hilang tak tahu ujung
rimbanya, apalagi yang bisa kuucapkan" Silahkan suheng saja yang
mengambil keputusan ....!"
Padahal dalam hati kecilnya sudah mempunyai rencana matang,
dia tak berani membangkang perintah atasan, namun juga tak ingin
879 takluk kepada musuh besarnya maka dia berencana untuk menyusul
suaminya di alam baka saja.
Ketika Pit tee jiu Wong Tin pak sudah selesai mendengarkan
pendapat semua orang, dia lantas tertawa pedih, lalu katanya :
"Tampaknya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya."
"Suheng.... " Sam ciat jiu Li Tin tang menjerit dengan perasaan
amat sedih. Tidak menunggu ia sempat mengutarakan isi hatinya, Pit tee jiu
Wong Tin pak telah mengulapkan tangannya sambil menukas :
"Tak usah dibicarakan lagi, keputusanku sudah bulat!"
Sam ciat jiu Li Tin tang tertawa getir, dengan wajah yang lesu dia
melirik sekejap meja abu dimana diletakkan abu dari cousu generasi
lampau, tanpa terasa titik air mata jatuh berlinang membasahi
wajahnya. Waktu itu, San tian jiu Oh Tin lam dan Sin lui jiu Kwik Tin say
yang lebih menitik beratkan untuk menuruti perintah gurunya juga
menunjukkan paras muka amat sedih.
Seperti diketahui, untuk membingungkan umat persilatan
terhadap kekuatan sesungguhnya yang dimiliki pihak Ban seng
kiong, Hian im Tee kun sengaja mengumumkan ke dunia persilatan
bahwa empat tokoh besar dari dunia persilatan yakni Keng thian
giok cu Thi Keng, Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak dan Bu im
sin hong Kian Kim siang telah bergabung dengan pihaknya masingmasing
menjabat sebagai Ciang liong tongcu, Pek hou tongcu, Cu
ciok tongcu dan Hian bu tongcu.
Keempat tokoh persilatan yang disebut itu semuanya merupakan
tokoh umat persilatan dari golongan lurus, bagaimana mungkin
manusia manusia suci itu bersedia berkomplotan dengan Hian im
Tee kun untuk melakukan kejahatan dalam dunia persilatan"
Tentu saja Hian im Tee kun sendiripun cukup menyadari bahwa
mustahil bagi pihaknya untuk menjaring keempat tokoh persilatan
880 itu bergabung dengan pihak Ban seng kiong. Itulah sebabnya
terpaksa dia menitahkan kepada Huan in sin ang untuk merubah
wajah keempat orang gembong iblis andalannya menjadi keempat
tokoh besar itu dan menerima jabatan sebagai empat tongcu dari
empat ruangan. Rahasia penyaruan ini dilakukan teramat berhati hati, hingga
dalam istana Ban seng kiong, selain empat orang gembong iblis
yang melakukan penyaruan tersebut, cuma Hian im Tee kun serta
Hiam im ji li dan Huan im sin ang yang mengetahui keadaan yang
sesungguhnya. Bila orang gadungan melakukan kejahatan dengan merusak
nama baik orang yang sebenarnya, maka akibat dan resiko yang
bakal dihadapi adalah pembalasan dendam dari keempat tokoh
persilatan tersebut. Maka Hian im Tee kun kembali mempersiapkan
suatu tindakan yang amat keji, yakni memasang jaring dan
menunggu korbannya masuk perangkap.
Cuma diantara sekian banyak persoalan ada satu hal yang
memaksa Hian im Tee kun harus menambah suatu pertimbangan
lain. Persoalan itu adalah mati hidupnya Keng thian giok cu Thi Keng
di dunia ini, apakah tokoh besar ini masih hidup atau sudah mati,
hingga kini masih belum berhasil diselidiki.
Sehingga akibatnya dalam seluruh rencana besarnya yang
mendekati kesempurnaan itu, kejadian itu boleh dibilang merupakan
satu satunya titik kelemahan yang ada. Untuk mengatasi keadaan
yang berbahaya itu, dia lantas menyebarkan berita di tempat luaran
yang mengatakan bahwa dia hendak melalap seluruh perguruan
Thian liong pay, sebab hanya cara inilah yang dirasakan olehnya
sebagai jalan terbaik.
Asal Keng thian giok cu Thi Keng masih berada di dunia ini,
sudah pasti dia akan munculkan diri guna membelai nama baik Thian
liong pay dari ancaman kepunahan. Asal ada seorang saja diantara
keempat tokoh besar itu rontok, maka sisanya sudah pasti akan
terjatuh pula ke dalam cengkeramannya. Untuk mewujudkan cita
cita besar dan ambisinya, maka ia memutuskan untuk mulai
881 menekan anggota Thian liong pay baik secara fisik maupun dengan
tekanan batin. Kesedihan yang meliputi seluruh ruangan Thian liong sin tong
mendadak dipecahkan oleh bunyi langkah kaki manusia. Thian Heng,
seorang anggota Thian liong pay muncul dalam ruangan sambil
melaporkan : "Menurut berita kilat yang baru sampai, sucou dia orang tua telah
munculkan diri di tengah kota Hway im, sebentar lagi tentu akan
muncul disini, harap ji susiok segera menurunkan perintah."
Pit tee jiu Wong Tin pak melirik sekejap kearah saudara saudara
seperguruannya, kemudian menjawab :
"Ehmmm, sudah tahu! Cepat persiapkan sambutan untuk
menyambut kedatangan Sucou!"
Thian Heng mengiakan dan segera mengundurkan diri, tak
sampai setengah perminum teh kemudian, putra Ngo liu sianseng
Lim Biau lim yang bernama Lim Pak sian telah menerjang masuk
dengan napas tersengkal-sengkal. Waktu itu Ngo liu sianseng Lim
Biau lim sedang merasa kesal dan murung, melihat tingkah laku
putranya, dia segera membentak dengan nada mendongkol :
"Hei, kau anggap tempat apakah ini" Kau kira boleh masuk
kemari secara sembrono" Ayo cepat menggelinding keluar dari sini!"
Didamprat oleh ayahnya, Lim Pak sian merasa makin gelisah,
ucapan yang semula hendak diutarakan, kini malah serasa tersumbat
dan tak mampu diutarakan keluar. Sam ciat jiu Li Tin tang segera
menengahi, katanya :
"Lim suheng, Pak sian sedang terburu buru, berarti ada urusan
penting yang hendak disampaikan, jangan kau damprat dia lebih
dulu." Ngo liu sianseng Lim Biau lim mendengus :
"Sucou dia orang tua sudah berada satu li saja dari sini!"
"Mengapa tidak kau katakan sedari tadi!" bentak Ngo liu sianseng
Lim Biau lim dengan marah.
882 "Mari kita segera menyambut kedatangan dia orang tua!" kata Pit
tee jiu Wong Tin pak cepat. Ia segera beranjak dan meninggalkan
ruangan Thian liong sin tong lebih dahulu. Baru saja mereka tiba di
luar ruangan, tampaklah dari depan pintu sudah muncul empat
orang manusia. Pit tee jiu Wong Tin pak sekalian sama sekali tidak menyangka
kalau secepat itu Keng thian giok cu Thi Keng sudah sampai disana,
kontan saja mereka dibikin gelalapan sendiri. Buru buru mereka
menjatuhkan diri berlutut seraya berseru :
"Menyambut kedatangan Insu!"
Keng thian giok cu Thi Keng mendengus dingin, tanpa
menggubris ia langsung masuk ke ruang tengah. Penyambutan anak
murid Thian liong pay yang kurang sempurna membuat gusarnya
Keng thian giok cu Thi Keng, tapi juga memalukan Pit tee jiu
sekalian, sehingga untuk beberapa saat mereka tak berani
mendongakkan kepalanya lagi. Hingga Keng thian giok cu Thi Keng
sudah masuk ke dalam ruangan, mereka baru ikut masuk kedalam
ruangan dengan wajah tersipu. Sementara itu Keng thian giok cu Thi
Keng bersama tiga orang rekannya sudah mencapai tengah ruangan
dan bersama sama mengambil tempat duduk ......
Dari ketiga orang rekannya itu, yang seorang adalah nikou muda
yang berwajah cantik, sedang dua orang lainnya adalah kakek
berwajah gagah. Dari ketiga orang tamu yang hadir, kecuali orang
yang menempati kursi kedua yang dikenali sebagai Tiang pek lojin,
dua orang lainnya sama sekali tidak dikenal.
Terpaksa Tee pit jiu Wong Tin pak harus mengeraskan kepala
dengan memimpin kelima orang saudara seperguruannya bersama
sama memberi hormat lagi kepada Keng thian giok cu Thi Keng.
Pada saat ini, nampaknya amarah Thi Keng sudah jauh meredam
sambil menghela napas dan mengulapkan tangannya dia berkata :
"Bangunlah kalian semua!"
Kemudian setelah menghela napas panjang, katanya lebih jauh :
883 "Sudah puluhan tahun aku tak pernah pulang, sesungguhnya
dalam hati kecilku selalu merindukan kalian, maka begitu berangkat
pulang aku lantas jalan dengan tergesa gesa, hingga akibatnya lima
hari sebelum waktu yang ditentukan telah sampai disini, kini aku
telah bersua dengan kalian, hatipun merasa lega sekali."
Nada pembicaraannya amat lembut dan menaruh perhatian
besar, sama sekali tidak disinggung lagi soal penyambutan anak
muridnya yang kurang baik tadi. Pit tee jiu Wong Tin pak sekalian
kembali merasa amat terharu, perasaan tak senang yang mencekam
hati mereka tadi pun kini turut tersapu lenyap hingga tak berbekas.
Selanjutnya Keng thian giok cu Thi Keng menitahkan kepada
mereka untuk memberi hormat kepada tiga orang tamu agungnya,
sekarang mereka baru tahu kalau nikou muda serta kakek yang
seorang lagi adalah Sim ji sinni yang amat termashur itu serta Bu im
sin hong Kian Kim siang.
Tiga orang tamu agung itu bersikap amat sungkan terhadap
mereka, sama sekali tidak pasang gaya, pun tidak memperkenankan
mereka melakukan penghormatan besar malah mereka sempat
memuji tindak tanduk Thian liong pay selama ini. Menyusul
kemudian adalah penyembahan dari keenam tianglo serta sekalian
anak murid Thian liong pay lainnya.
Dengan wajah berseri, Keng thian giok cu Thi Keng menyambut
penghormatan itu dan memberi nasehat dimana perlu, hal ini
membuat semua orang merasa terhibur dan kembali menaruh
hormat kepadanya. Selesai upacara pemberian hormat, Yap Siu ling
baru memberi hormat lagi kepada Keng thian giok cu Thi Keng
dengan upacara keluarga.
Terbayang kembali kematian suaminya, dengan penuh kesedihan
perempuan itu berteriak :
"Kongkong ....."
Saking sedihnya dia sampai tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun ..... 884 Keng thian giok cu Thi Keng sendiripun nampak amat sedih, dia
mengangkat tangannya melepaskan segulung hawa khikang tanpa
wujud untuk menahan tubuh Yap Siu ling, kemudian menitahkan nya
agar duduk disamping, setelah itu baru hiburnya :
"Siu ling, kau jangan bersedih hati, konon Eng ji berhasil dengan
kepandaian silatnya dan memperoleh kemajuan yang pesat dalam
hal tenaga dalam, bila ia sudah kembali nanti, akan kuajak dia
menuju ke istana Ban seng kiong untuk berjumpa dengan Tee kun.
Asal Tee kun berbaik hati, tak sulit baginya untuk menjadi jagoan
nomor wahid dikolong langit, berarti pada saat itulah masa jaya
Thian liong pay akan tiba."
Waktu itu Yap Siu ling sedang memikirkan tentang suami dan
putranya ketika mendengar Keng thian giok cu Thi Keng
menyinggung kembali soal Ban seng kiong, kepedihan hatinya
semakin menjadi jadi. Tapi dia adalah seorang perempuan
terpelajar, hingga kendatipun rasa bencinya terhadap Ban seng
kiong sudah mendarah daging, namun ia tak ingin bersikap kurang
hormat kepada angkatan tua, itulah sebabnya dia hanya bisa
membungkam diri untuk memprotes ucapan tersebut.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain daripada itu, ucapan tadipun segera berpengaruh terhadap
perasaan anggota Thian liong pay lainnya. Tampaknya Keng thian
giok cu Thi Keng dapat menebak suara hati Yap Siu ling, dia pun
dapat menangkap tekad segenap anggota Thian liong pay untuk
bertarung habis habisan melawan Ban seng kiong, hanya saja
berhubung peraturan perguruan kelewat ketat, maka mereka semua
tak bertindak secara gegabah.
Menyaksikan kesemuanya itu, dia lantas mendongakkan
kepalanya dan tertawa terbahak bahak, begitu kerasnya suara
tertawa itu membuat daun pintu bergetar keras, ranting dan daun
berguguran, sedemikian dahsyat hawa kekuatan yang terpancar
keluar lewat suara tertawa itu, membuat segenap anggota Thian
liong pay merasakan jantungnya berdebar keras dan napasnya
terasa sesak. Kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki jago tua itu sungguh
di luar dugaan siapa saja. Selesai mendemontrasikan kepandaian
885 saktinya, Keng thian giok cu Thi Keng baru berkata lagi dengan
wajah serius : "Bagaimana menurut pendapat kalian atas kepandaian silat yang
kumiliki ini?"
Sorot mata segenap anggota Thian liong pay bersama sama
dialihkan ke wajah Pit tee jiu Wong Tin pak, dewasa ini hanya dia
seorang yang bertanggung jawab atas semua masalah besar
perguruan, hanya dia pula yang berhak untuk memberi jawaban
mewakili segenap anggota perguruan lainnya.
Mula mula Pit Tee jiu Wong Tin pak memberi hormat dulu kepada
tiga orang tamu agung tersebut, kemudian dengan wajah serius
katanya : "Tecu tak berani mengeritik angkatan tua tapi di dunia saat ini
rasanya sulit untuk menemukan seseorang yang memiliki tenaga
dalam sesempurna apa yang dimiliki insu sekarang!"
Keng thian giok cu Thi Keng segera mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhhhh..... haaahhhhh..... haaahhhh..... pendapat katak
dalam sumur, pendapat katak dalam sumur!"
Sesudah berhenti sejenak dan memandang sekejap kearah tiga
orang tamu agungnya, dia melanjutkan :
"Cukup berbicara dari ketiga orang sobat karibku ini, kepandaian
silat mereka sama sekali tidak berada dibawah kepandaianku apalagi
kalau berbicara soal Tee Kun, pada hakekatnya kami semua masih
belum terhitung seberapa."
Yap Siu ling merasa tersinggung sekali ketika didengarnya
berulang kali Keng thian giok cu Thi Keng memuji muji kehebatan
pihak Ban seng kiong, akhirnya saking tidak tahannya dia lantas
menyela : "Tapi ....."
886 Tapi, lagi lagi dia tak sanggup melanjutkan perkataan itu. Keng
thian giok cu Thi Keng menatap wajah Yap Siu ling, kemudian
melanjutkan : "Tapi Tiong giok mati ditangan orang orang Ban seng kiong,
bukankah demikian?"
"Kongkong harus maklumi!" bisik Yap Siu ling sedih.
Sekali lagi Keng thian giok cu Thi Keng mendongakkan kepalanya
dan tertawa terbahak bahak.
"Haaahhhhh..... haaahhh...... haaahhhh..... lohu bukan orang
pikun atau orang bodoh, bagaimana mungkin aku bersedia untuk
berkawan dengan musuh besar" Yaa, setelah kau menyinggung
kembali peristiwa tersebut, lohu pun tak bisa membuat segenap
anggota Thian liong pay lainnya merasa tak tentram hatinya,
biarkanlah kuberi penjelasan untuk menghilangkan kesalah pahaman
kalian semua terhadap diriku."
Selesai berkata, dengan sorot matanya yang tajam bagaikan
sembilu dia menyapu sekejap seluruh wajah murid murid Thian liong
pay yang hadir disana, kemudian melanjutkan :
"Apakah semua anggota perguruan kita hadir disini?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia meneruskan :
"Bila ada yang belum hadir suruh mereka berkumpul semua
disini, aku hendak menerangkan semua persoalan yang sebenarnya
kepada kalian semua."
Serentak ada orang yang meninggalkan ruangan untuk
mengumpulkan segenap anggota perguruan lainnya yang kebetulan
masih berada diluar. Dalam waktu singkat, suasana gaduh di dalam
ruang tengah berubah menjadi hening kembali.
Menyaksikan semua orang sudah hadir, Keng thian giok cu Thi
Keng baru bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu sambil
mengelus jenggot, mengangguk dan tertawa, katanya :
"Pertama tama aku hendak memberitahukan kepada kalian
bahwa kematian Tiong giok bukanlah mati di tangan Ban seng kiong,
887 melainkan dia mati demi membela temannya yang telah mendahului
dirinya, yakni Gin ih kiam kek Ciu Cu giok, sehingga kematiannya
boleh dibilang suatu kematian yang gagah perkasa, tak malu dia
menjadi anggota Thian liong pay."
"Kejadian ini disaksikan oleh Eng ji serta Ciu Tin tin, putri
kesayangan dari Ciu Cu giok, coba kalau dibalik kesemuanya ini tiada
masalah lain, bagaimana mungkin Eng ji yang berdarah panas bisa
berlalu dengan begitu saja?"
Setelah mendengar penjelasan dari Keng thian giok cu Thi Keng,
para anggota perguruan Thian liong pay sama sama merasakan
kalau ucapan tersebut memang ada benarnya juga, secara otomatis
jalan pemikiran mereka pun turut terpengaruh.
Senyuman yang menghiasi wajah Keng thian giok cu Thi Keng
semakin bertambah mekar, kepada Yap Siu ling bisiknya :
"Siu ling, bagaimana menurut pendapatmu atas perkataanku
tadi?" "Anak menantu tidak tahu!" jawab Yap Siu ling sedih.
Keng thian giok cu Thi Keng kembali berpaling ke arah semua
hadirin lalu melanjutkan :
"Kalau toh dibilang kematian Tiong giok harus dipertanggung
jawabkan oleh pihak Ban seng kiong, maka itulah merupakan
tanggung jawab Huan im sin ang, jadi sama sekali tiada sangkut
pautnya dengan Hian im Tee kun .....!"
Kemudian, dengan nada suara lebih berat dia meneruskan :
"Ditambah lagi kalau berbicara soal budi dan dendam, Hian im
Tee kun justru merupakan tuan penolong kita yang terbesar, bukan
saja dia merupakan tuan penolong buat Thian liong pay kita,
berbicara yang sebenarnya dia orang tua merupakan penolong bagi
seluruh umat persilatan di dunia ini ...."
Lalu dia menjelaskan lebih jauh :
"Sebab dia orang tua telah menurunkan pangkat Huan im sin ang
dari seorang Sancu istana Ban seng kiong menjadi seorang utusan
yang berpangkat rendah, sementara semua tugas dan masalah Ban
888 seng kiong telah beralih dari tangan Huan im sin ang ketangan dia
orang tua. Beliau telah melenyapkan kekuatan jahat dari Huan im sin
ang dan menghapus semua kejahatan yang dilakukan pihak Ban
seng kiong hingga terbentuklah suatu kekuatan Ban seng kiong yang
baru. Bukan saja dia orang tua telah membalaskan dendam buat kita
semua, diapun telah memunahkan ancaman bahaya maut terhadap
dunia persilatan."
Ketika berbicara sampai disitu, Keng thian giok cu Thi Keng
nampak berwajah merah berapi api saking gembiranya. Dengan
sorot matanya yang tajam bagaikan sembilu, dia memandang
sekejap raut wajah anggota Thian liong pay yang berada di
hadapannya, kemudian memperdengarkan lagi gelak tertawanya
yang amat keras sehingga membuat mereka semua tersadar kembali
dari lamunan. "Karena Ban seng kiong yang berdiri di muka bumi sekarang
merupakan pelopor dalam menegakkan keadilan dan kebenaran
dalam dunia persilatan, maka sudah sewajarnya bila kita semua
mendukung usaha mereka itu...." demikian dia berkata lebih jauh.
Kemudian sambil menuding tiga orang tamu agungnya, ia
melanjutkan lebih jauh :
"Seandainya bukan demikian, mungkinkah sinni, So dan Kian tiga
orang tua bersedia menerima jabatan sebagai Tongcu dalam istana
Ban seng kiong .....?"
"Betapa besarnya kedudukan mereka dalam dunia persilatan dan
betapa luasnya pengetahuan mereka tapi toh mereka bersedia
tunduk di bawah perintah Ban seng kiong, hal ini menunjukkan kalau
cara kerja orang-orang Ban seng kiong selalu jujur, lurus dan
terbuka, cita citanya adalah membahagiakan seluruh umat
persilatan...."
Kemudian setelah berhenti sejenak lagi, dia menuding ke kiri
kanan, depan dan belakang seraya berseru lagi :
"Kau! Kau! Kau! Dalam hal tenaga dalam, siapakah diantara
kalian yang mampu menandingi kelihayan dari Sinni sekalian"
889 Kau! Kau! Kau! siapakah diantara kalian yang mempunyai nama
dan kedudukan jauh melebihi Sinni sekalian"
Kau! Kau! Kau! siapakah diantara kalian memiliki kecerdasan
melebihi Sinni sekalian?"
Sambil memperkeras suaranya, dia berkata lebih jauh :
"Itulah sebabnya setelah kuberitahukan kesemuanya ini kepada
kalian, aku minta kalian jangan berlagak sok pintar lagi, apalagi
sampai menampik maksud baik dari Tee kun terhadap partai kita.
Justru demi kebaikan kalian, sengaja aku menyusul kemari untuk
memberi bimbingan kepada kalian semua, aku harap kalian bisa
memahami akan hal ini dan berjuang serta berkorban demi
tercapainya kejayaan bagi Thian liong pay kita!"
Ucapan ini benar benar menimbulkan suatu pengaruh dan
kekuatan yang besar sekali. Kini senyuman sudah mulai menghiasi
sebagian anggota Thian liong pay tapi ada sebagian kecil yang masih
bermuram durja, tampaknya mereka masih belum bisa menerima
pendapat tersebut, namun Keng thian giok cu Thi Keng yakin, cepat
atau lambat mereka pasti dapat menerima pendapatnya itu.
Kembali dia mengalihkan sorot matanya ke wajah Yap Siu ling,
dengan amat lembut ujarnya kemudian :
"Siu ling, bagaimana menurut pendapatmu" Apakah ucapanku ini
ada benarnya?"
Yap Siu ling manggut manggut, sahutnya hambar :
"Anak menantu akan menuruti perintah kong kong!"
Oleh karena dia tak berpendapat lain, maka diucapkannya kata
kata tersebut untuk mengatasi keadaan. Selama ini, dia selalu
berpendapat bahwa cara berbicara maupun tindak tanduk kong
kongnya tidak mirip seseorang yang berimam tebal.
Sementara itu, Keng thian giok cu Thi keng telah mengalihkan
pembicaraan, dia berpaling ke arah Sin lui jiu Kwan Tin say sembari
menegur : "Tin say, bagaimana menurut pendapatmu?"
890 Sin lui jiu Kwan Tin say adalah seorang lelaki yang jujur, dia
hanya tahu berbakti untuk Thian liong pay dan gurunya, kontan
sahutnya : "Asal insu memberi perintah, sekalipun harus terjun ke lautan api,
tecu tak akan menolak, asal berjalan mengikuti suhu, masa bakal
salah jalan....?"
"Bagus, bagus sekali!" seru Keng thian giok cu Thi Keng dengan
wajah berseri, "dua puluh tahun tak bersua, tak kusangka kau sudah
mendapat kemajuan yang pesat disegala bidang!"
Sorot mata Keng thian giok cu Thi Keng segera dialihkan kembali
ke wajah San tian jiu Oh Tin lam. Sebelum gurunya sempat
berbicara, San tian jiu Oh Tin lam telah buka suara lebih dulu,
ujarnya dengan hormat :
"Suhu pergi kemana, tecu pun pergi kemana, sejak kini tecu tak
ingin meninggalkan kau orang tua lagi!"
Seusai mengucapkan perkataan itu, ternyata dia mengucurkan
dua titik air mata. Kembali Keng thian giok cu Thi Keng memujinya
berulang kali, kini tiba giliran Sam ciat jiu Li Tin tang. Sam ciat jiu Li
Tin tang tak berani saling bertatapan muka dengan Keng thian giok
cu Thi Keng, sambil menundukkan kepalanya rendah rendah dia
berkata : "Tecu beranggapan daripada tunduk dibawah perintah orang,
lebih baik berdiri sendiri saja, cuma kalau toh insu sudah mengambil
keputusan, terpaksa tecu hanya akan menurut perintah saja!"
Keng thian giok cu Thi Keng mendengus dan melotot sekejap
kearahnya dengan gusar, kemudian sinar matanya dialihkan ke
wajah Ngo liu sianseng Lim Biau lim, pura pura kaget bercampur
keheranan dia berseru :
"Aaaah, Biau lim, kaupun telah datang!"
"Tecu sebagai anggota Thian liong pay, sudah sewajarnya kalau
turut menyumbangkan tenaga untuk perguruan," sahut Ngo liu
sianseng Lim Biau lim dengan hormat.
891 "Kau adalah seorang yang berpandangan panjang, bagaimanakah
pendapatmu atas ucapanku tadi?"
Dengan sikap yang sangat menghormat, Ngo liu sianseng Lim
Biau lim berkata :
"Ciangbun supek adalah cikal bakal perguruan, pendapatmu tecu
kagumi sampai dalam hati, asal supek sudah memegang tampuk
pimpinan sendiri, tecu sekalian pun tak usah kuatir dipermainkan
orang lagi, tecu bersedia mengikuti jejak supek dan berbakti sampai
akhir usia."
Mendengar itu, Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh..... haaahhhh.... haaahhhh..... ayahmu adalah seorang
yang tahu keadaan, sungguh tak kusangka kau lebih hebat daripada
ayahmu sendiri, benar benar menggembirakan, benar benar
menggembirakan."
Akhirnya dia mengalihkan sorot matanya ke atas wajah Pit tee jiu
Wong Tin pak. Dengan wajah amat sedih dan amat lirih, Pit tee jiu
Wong Tin pak berkata :
"Tecu ada suatu hal ingin disampaikan, harap suhu bersedia
menerimanya."
Keng thian giok cu Thi Keng nampak agak tertegun, kemudian
serunya keheranan :
"Apa yang hendak kau ucapkan" Apa salahnya kalau diucapkan
disini saja ....?"
"Tecu harap suhu bersedia mengabulkan, perkataan ini hanya
bisa disampaikan di ruang Sin tong!" Ucap Pit tee jiu Wong Tin pak
dengan wajah amat serius.
Ucapannya yang begitu tegas dan gagah seakan akan berniat
untuk memaksa Keng thia giok cu Thi Keng agar memenuhi
kehendak hatinya itu. Paras muka Sam ciat jiu Li Tin tang berubah
hebat, tanpa terasa serunya tertahan :
"Suheng ....."
892 "Ih heng sudah mempunyai rencana sendiri, siapkan urusan
penyambutan terhadap Ban seng kiong, dan segala tanggung jawab


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuserahkan kepadamu ...."
Dari sorot mata Pit tee jiu Wong Tin pak, Sam ciat jiu Li Tin tang
dapat menangkap kebulatan tekad kakak seperguruannya ini,
walaupun dia tak tahu persoalan apakah yang hendak disampaikan
kepada gurunya, tapi bisa diduga kalau ucapan tersebut
kemungkinan besar tak akan menyenangkan hati gurunya, itulah
sebabnya dia sengaja mengundang gurunya masuk ke ruang Sin
tong sebelum diutarakan.
Merasakan firasat kurang baik, dia hanya bisa menghela napas
panjang, sahutnya kemudian :
"Siaute akan turut perintah!"
Sementara itu Keng thian giok cu Thi Keng sudah termenung
beberapa saat lamanya, kemudian diapun mengangguk.
"Baiklah!"
Setelah memohon diri kepada tiga orang rekannya, dia
melangkah masuk ke dalam ruang Sin tong. Thian liong Sin tong
merupakan ruangan penyimpanan abu cousu mereka dari beberapa
generasi yang lampau bagi pandangan anggota perguruan, tempat
itu dianggap sebagai tempat yang paling suci.
Ketika Keng thian giok cu Thi Keng berjalan masuk ke dalam
ruangan Sin tong, ternyata ia tidak memberi hormat kepada abu
cousunya, pun tidak menunjukkan sikap menghormat, ketika
kejadian ini terlihat oleh Pit tee jiu Wong Tin pak, dia semakin
bertekad untuk melaksanakan apa yang telah direncanakan semula.
Pit tee jiu Wong Tin pak mengambilkan sebuah kursi kebesaran
yang diletakkan disisi kiri meja abu, kemudian mempersilahkan Keng
thian giok cu duduk di sana sementara dia sendiri berlutut di depan
meja abu leluhurnya dan menyembah beberapa kali. Terhadap
segala tindak tanduk muridnya, Keng thian giok cu Thi Keng
893 menunjukkan perasaan tak senang, bahkan tertawa dingin tiada
hentinya ..... Pit tee jiu Wong Tin pak sama sekali tidak menggubris sikap tak
senang gurunya, mula mula dia menjatuhkan diri berlutut di muka
meja abu, kemudian menyembah sebanyak sembilan kali. Bagi
perguruan Thian liong pay maka upacara tersebut merupakan
upacara permintaan maaf dari seorang murid yang bersiap sedia
mengeritik gurunya sendiri.
Keng thian giok cu yang ada dalam ruangan sekarang adalah
gadungan, sudah barang tentu dia tidak memahami tata cara yang
berlaku dalam Thian liong pay, dia hanya mengira Pit tee jiu Wong
Tin pak sudah mengetahui penyakitnya sehingga sengaja melakukan
tindakan seperti itu.
Sebagai seorang gembong iblis yang berkepandaian hebat, tentu
saja dia tak memandang sebelah matapun terhadap anggota Thian
liong pay, sudah barang tentu dia pun tidak akan jeri menghadapi Pit
tee jiu Wong Tin pak seorang.
Itulah sebabnya dia sama sekali tidak menggubris terhadap
tindak tanduk yang sedang dilakukan Pit tee jiu Wong Tin pak ketika
itu. Justru sikap menahan diri dan sabar yang dipaksakan ini sengaja
dilakukan olehnya untuk mengimbangi sikap yang sebenarnya dari
Keng thian giok cu Thi Keng, coba kalau bukan demikian, niscaya Pit
tee jiu Wong Tin pak akan menaruh curiga kepadanya.
Sejak mulai pertama kali, Pit tee jiu Wong Tin pak hanya
melaporkan bagaimana toa suheng mereka melakukan bunuh diri
untuk menggerakkan hati Yap Siu ling, bagaimana Thi Eng khi
diterima menjadi anggota perguruan, bagaimana menerima jabatan
sebagai ketua dan lain sebagainya.
Adapun maksud yang sebenarnya dari ucapan mana adalah untuk
membangkitkan kembali semangat gurunya, bahwa murid Thian
liong pay bersedia mengorbankan diri demi menegakkan kembali
nama baik Thian liong pay tanpa tunduk kepada pihak lain.
894 Siapa sangka Keng thian giok cu Thi Keng sama sekali tidak
terpengaruh oleh ucapan tersebut, malah sambil mendengus
katanya : "Giu Tin tiong tidak menuruti perintah gurunya dan memaksa Eng
ji belajar silat, tindakan mana merupakan suatu tindakan yang tak
berbakti, aku rasa kematian memang cocok baginya, hingga
persoalan ini lebih baik tak usah dibicarakan lagi."
Ucapan tersebut bagaikan sebaskom air dingin yang diguyurkan
keatas kepala Pit tee jiu Wong Tin pak, kontan saja membuat
hatinya mendingin dan perasaannya menjadi kaku, pikirnya :
"Aaaai....... Insu benar benar telah berubah sama sekali."
Tapi dia tak mau menyerah dengan begitu saja, kembali
dikisahkan bagaimana mereka berempat mendidik Thi Eng khi,
berkelana selama sepuluh tahun untuk mencari empat macam obat
mujarab untuk membantu Thi Eng khi agar berhasil dengan
kepandaiannya. Ia berharap Keng thian giok cu akan tertarik oleh bakat
terpendam Thi Eng khi dan membatalkan niatnya semula. Siapa
tahu, kembali Keng thian giok cu Thi Keng tertawa ringan, katanya
kemudian : "Eng ji adalah seorang bocah yang tak tahu diri, wataknya
terlampau berangasan dan jiwanya sempit, bila tidak dididik secara
ketat, sulit rasanya untuk berhasil dengan sukses, anggapan kalian
dengan membantu tenaga dalamnya maka dia akan berhasil dalam
perjuangan, siapa sangka justru hal itu merupakan sumber dari
segala kebejadan moralnya, bukan saja tak bermanfaat malah justru
mencelakainya. Kalian berempat semuanya telah melanggar
kesalahan besar, hmmm, perbuatan kalian sungguh menjengkelkan,
sungguh menggemaskan!"
Dari sekian banyak persoalan yang dibeberkan Pit tee jiu Wong
Tin pak, tak sepotong katapun yang didengar oleh Keng thian giok
cu, bahkan sebaliknya dia melontarkan nasehat yang sebukit
lamanya dengan mengeritik jasa mereka selama dua puluh tahun ini
sebagai perbuatan salah yang memalukan.
895 Tak terlukiskan rasa mendongkol dan marah yang menggelora
dalam benak Pit tee jiu Wong Tin pak saat itu, ucapan "guru" nya
dirasakan sebagai pukulan batin yang amat berat, sehingga untuk
sesaat dia tak tahu bagaimana harus berbicara.
Menyaksikan muridnya hanya membungkam diri belaka sekian
lama, Keng thian giok cu Thi Keng menjadi amat gusar, segera
bentaknya keras keras :
"Tin pak, masih ada persoalan apalagi yang hendak kau
sampaikan kepadaku?"
Sambil menahan rasa sedih yang luar biasa, Pit tee jiu Wong Tin
pak berkata : "Beribu ribu patah kata toh akhirnya kembali pada sepatah kata,
tecu hanya berharap agar suhu bersedia memandang pada jerih
payah dan perjuangan dari cousu generasi lampau dalam mendirikan
perguruan ini, agar mengurungkan niat suhu untuk menggabungkan
perguruan kita dengan pihak Ban seng kiong. Bantulah Eng ji
dengan sepenuh tenaga, dengan bakat dari Eng ji, sesungguhnya
tidak sulit bagi kita untuk membangun kembali perguruan besar dan
jaya, harap suhu bersedia untuk memikirkan kembali masalah ini!"
Sebagai seorang murid, tentu saja ia merasa kurang leluasa
untuk banyak berbicara hal hal yang bukan bukan, cuma menurut
pendapatnya, hanya mengandalkan perkataan itu pun rasanya sudah
cukup untuk membangkitkan kembali semangat gurunya. Siapa tahu
Keng thian giok cu masih tetap bersikap dingin, bahkan menukas
dengan ketus. "Keputusanku sudah bulat, kau tak usah banyak berbicara lagi!"
Pit tee jiu Wong Tin pak segera menjatuhkan diri berlutut dan
menyembah sebanyak tiga kali dihadapan Keng thian giok cu, lalu
ujarnya sambil menangis :
"Tecu sudah banyak berhutang budi kepada suhu, sayang tecu
tak bisa membantu perguruan lebih jauh...."
"Mau apa kau?" bentak Keng thian giok cu Thi Keng keras keras.
896 "Tecu ingin mengorbankan jiwaku untuk menyatakan kebersihan
hati tecu, semoga suhu bisa tahu diri dan menarik kembali
keinginanmu yang sangat berbahaya itu!"
Berbicara sampai disitu, dia lantas mengayunkan telapak
tangannya siap dihantamkan keatas ubun ubun sendiri. Disaat yang
kritis itulah, mendadak dari luar pintu kedengaran ada orang
berteriak keras :
"Siu ling sukoh telah bunuh diri!"
Walaupun mendengar teriakan tersebut ternyata sikap Keng thian
giok cu Thi Keng masih tetap acuh tak acuh, bahkan sambil menarik
muka serunya sinis :
"Hmmmmm, kalian semua memang manusia manusia yang tak
tahu diri, mampus memang lebih baik daripada lohu mesti bersusah
payah." Berbicara sampai disitu, mendadak sorot matanya dialihkan
kembali ke wajah Pit tee jiu Wong Tin pak, kemudian sambil tertawa
dingin jengeknya :
"Murid murtad, mengapa kau tidak jadi mampus?"
Ternyata di saat yang paling kritis, Pit tee jiu Wong Tin pak telah
menahan gerakan serangannya hingga terhenti ditengah jalan,
sementara orangnya sendiri berada dalam keadaan termangu
mangu. Barulah setelah Keng thian giok cu Thi Keng mengulangi
kembali tegurannya, dia baru melihat jika keadaan dari Pit tee jiu
Wong Tin pak sedikit rada aneh.
Jelas terlihat kalau jalan darah orang itu sudah tertotok oleh
pukulan udara kosong, jadi bukan seperti dugaannya semula, dia
merasa enggan untuk mati. Merah padam selembar wajah Keng
thian giok cu Thi Keng lantaran jengah, dengan kepandaian silat
yang dimiliki sekarang nyatanya bisa dipermainkan orang tanpa
diketahui olehnya. Dengan sorot mata tajam dia memperhatikan
sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bentaknya keras keras :
"Siapa" Siapa yang bermain gila denganku" Ayo cepat
menggelinding keluar dari tempat persembunyian!"
897 Segulung angin sejuk berhembus lewat dari atas langit langit
ruangan, tahu tahu di tengah ruangan telah muncul seorang kakek
berwajah lembut, berambut perak dan menggenakan baju biru yang
sudah kumal. Kecuali jubah birunya yang berbeda, ternyata kakek yang
barusan munculkan diri ini berwajah persis seperti Keng thian giok
cu Thi Keng yang sedang duduk di kursi utama, berbeda hanya
dalam soal dandanannya saja, yang satu sederhana sementara yang
lain mewah. Begitu muncul, kakek itu lantas berkata sambil tersenyum
hambar : "Maaf, lohu pun Keng thian giok cu Thi Keng!"
Menyusul kemudian ujung bajunya dikebaskan ke depan
melepaskan segulung angin pukulan, tubuh Pit tee jiu Wong Tin pak
segera terdorong hingga terguling ke sudut ruang sana, dengan
demikian ruang tengah pun menjadi kosong.
Keng thian giok cu Thi Keng yang duduk dikursi utama itu segera
tertawa seram, katanya :
"Heeehhhh.... heeehhh..... heeeehhhh..... ternyata dugaan Tee
kun memang tidak salah, akhirnya kau toh terpancing juga hingga
munculkan diri...."
Sekalipun suara pembicaraan tidak terlampau keras, tapi tujuan
dari ucapannya itu jelas merupakan tanda bahaya yang sengaja
ditujukan kepada ketiga orang rekannya yang berada di luar ruangan
sana. Sayang sekali ketiga orang tamu agung yang berada di luar
ruangan telah mengundurkan diri ke ruang belakang berhubung
mereka dengar tentang berita bunuh dirinya Yap Siu ling, untuk
hormatnya mau tak mau mereka harus menjenguk ke situ. Sehingga
dengan demikian, tanda bahaya yang diucapkan oleh gembong iblis
ini sama sekali tak ada gunanya lagi.
Begitu selesai berkata, dia lantas bangkit meninggalkan tempat
duduknya, kemudian sambil tertawa seram dihampirinya Keng thian
898 giok cu Thi Keng yang baru saja munculkan diri itu, katanya
kemudian : "Dihadapan orang yang asli tak usah berbicara bohong, lohu tak
lain adalah ketua dari Toan bun ciat yang bernama Ki Seng, empat
puluh tahun berselang kau pernah menghadiahkan sebuah pukulan
kepadaku, hari ini sengaja aku datang untuk menuntut hutang
sekalian dengan bunganya."
"Haaahhhh..... haaahhhhh..... haaahhhhh...... rupanya sahabat
Ki," Keng thian giok cu Thi Keng tertawa tergelak, "lohu menyambut
kedatanganmu dengan senang hati! Entah dengan cara apakah
saudara Ki hendak membuat perhitungan denganku" Harap kau suka
memberi petunjuk!"
Kalau dibicarakan kembali, Toan bun ciat jiu ciang (pukulan
tangan sakti pemutus nyawa) Ki Seng yang sedang menyaru sebagai
Keng thian giok cu Thi Keng ini adalah seorang gembong iblis dari
kalangan hitam yang amat termashur akan kekejiannya.
Empat puluh tahun berselang dia pernah menerima sebuah
pukulan dari tangan Thi Keng, sebagai akibatnya dia lantas
mengasingkan diri sambil melatih diri dengan tekun, tujuannya tak
lain adalah untuk membalas dendam.
Setelah latihannya dirasakan cukup, maka diapun munculkan diri
lagi di muka bumi dengan keyakinan penuh, pada hakekatnya dia
tak memandang sebelah mata lagi terhadap Keng thian giok cu Thi
Keng. Begitulah, sambil tertawa dingin dia lantas berkata :
"Tempo hari lohu menderita kekalahan ditanganmu, maka hari ini
akupun ingin mencoba pula kelihayan ilmu pukulanmu."
"Bagaimana kalau dilakukan pada saat dan keadaan seperti ini?"
"Waaaah ini lebih baik lagi!" sahut Ki Seng sambil mempersiapkan
telapak tangannya.
899 Rupanya Keng thian giok cu Thi Keng mempunyai rencana lain,
dia tak ingin pertarungannya mengejutkan anggota perguruan
lainnya terutama ketiga manusia gadungan tersebut, itulah sebabnya
dia lantas memutuskan untuk menghabisi nyawa Ki Seng dalam
ruang Sin tong tersebut.
Kebetulan sekali Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng juga mempunyai
jalan permikiran yang sama dengannya, cuma yang dikuatirkan
olehnya adalah kegadungannya diketahui anggota Thian liong pay
lainnya sehingga menimbulkan kecurigaan mereka dan
memberantakkan masalah besar lainnya.
Karena itu, dia lebih suka melangsungkan pertarungan didalam
ruangan itu saja, toh didalam anggapannya dia mempunyai
keyakinan untuk mengalahkan Keng thian giok cu Thi Keng yang
asli. Justru karena kedua belah pihak mempunyai pemikiran yang
sama, yakni tak ingin mengusik orang lain maka pertarungan sengit
pun segera dilangsungkan dalam ruangan Sin tong.
Sekulum senyuman licik yang mengerikan segera menghiasi
wajah Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng, sepasang telapak tangannya
diangkat tinggi tinggi, dalam waktu singkat telapak tangannya telah
berubah menjadi hitam pekat, rupanya dia telah mengerahkan ilmu


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

andalannya hingga mencapai sepuluh bagian.
Mendadak Keng thian giok cu Thi Keng mundur tiga langkah ke
belakang, sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada,
lalu menghimpun hawa sakti Sian thian bu khek ji gi sinkangnya
untuk melindungi badan.
Sementara itu diluar wajahnya dia justru berkata sesudah tertawa
terbahak bahak :
"Haaahhhhh..... haaahhhh..... haaahhhh...... saudara Ki,
tampaknya tenaga pukulan Toan bun ciat jiu ciang mu sudah
memperoleh kemajuan yang amat pesat, lohu kuatir bukan
tandingan mu lagi, silahkan!"
900 Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng telah menghimpun tenaga
pukulannya, tanpa banyak berbicara dia menggerakkan tubuhnya
sambil menerjang ke muka, telapak tangannya diayunkan ke muka
dan menghajar dada lawan dengan jurus Ngo kui cau hun (lima
setan mengundang arwah).
Keng thian giok cu Thi Keng menghimpun hawa murninya sambil
melayang sejauh tiga depa dengan cepat dia berhasil meloloskan diri
dari ancaman tersebut tanpa melepaskan serangan balasan.
Kontan saja Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tertawa dingin,
tegurnya dengan sinis :
"Mengapa kau tidak melepaskan serangan balasan?"
"Ki heng adalah tamu agung yang datang dari jauh, apalagi
bertarung dalam ruang Sin tong partai kami, sudah sepantasnya
kalau lohu mengalah sebanyak tiga jurus kepadamu."
Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng segera mengayunkan kembali
telapak tangannya menghajar pinggang Keng thian giok cu Thi Keng,
teriaknya keras keras :
"Lohu tak sudi menerima kebaikanmu itu!"
Mendadak Keng thian giok cu Thi Keng berjumpalitan cepat di
tempat, tanpa melancarkan serangan balasan, lagi lagi dia
menghindari ancaman musuh dengan manis.
Terkesiap juga perasaan Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng
menyaksikan ke dua buah serangannya berhasil dihindari Keng thian
giok cu Thi Keng secara mudah, bahkan kalau dilihat dari gerakan
tubuhnya itu, nampaknya jauh lebih hebat berpuluh kali lipat
dibandingkan empat puluh tahun berselang, dari sini bisa
disimpulkan bahwa kemajuan yang dicapai lawan pun tidak berada
dibawahnya. Dalam terkesiapnya, dengan wajah menyeringai seram dan hati
yang tidak puas dia berseru gemas :
"Setan tua she Thi, kau tidak usah tekebur dulu!"
901 Sepasang telapak tangannya segera diputar satu lingkaran lebih
dulu diatas kepalanya, mendadak telapak tangan tersebut membesar
satu kali lipat ditambah dengan pancaran hawa hitam yang
menyembur keluar dari balik telapak tangannya, seketika itu juga
seluruh kepala dan dadanya telah tertutup rapat.
Sepasang kakinya diputar, tubuhnya yang tinggi besar tahu tahu
lebih pendek dua depa, hingga sekilas pandangan dia seakan akan
berubah menjadi segulung hawa hitam yang tebal langsung
menggulung ke tubuh Keng thian giok cu Thi Keng.
Menghadapi ancaman yang muncul dari depan mata, Keng thian
giok cu Thi Keng berkerut kening, dengan cepat dia menyingkir ke
samping dari terjangan gumpalan hawa hitam itu dengan jurus Liong
teng hou ciat (naga melejit harimau melompat), begitu tubuhnya
membumbung empat depa dari permukaan tanah, tahu tahu dia
sudah melompati gumpalan hawa pukulan musuh.
Dengan demikian secara beruntun dia telah menghindari diri dari
tiga pukulan lawan tanpa membalas. Begitu jurus ketiga lewat, Keng
thian giok cu Thi Keng membentak nyaring :
"Nah, berhati hatilah sekarang lohu akan melancarkan serangan
balasan.... !"
Begitu selesai berkata, lengan kanannya diputar mengikuti
gerakan tubuh dan menghajar pinggang musuh dengan jurus Kim
liong liau ka (naga emas menggetarkan sisik).
Serangan yang dilancarkan kali ini sungguh mengerikan sekali,
tidak nampak desingan angin tajam, akan tetapi seluruh udara
seakan akan dilapisi oleh kabut udara berwarna putih yang amat
tebal, membikin hati siapa pun akan bergidik bila memandangnya.
Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tidak menyangka kalau serangan
balasan lawan sedemikian lihaynya, dalam keadaan terkejut ia sudah
tidak sempat lagi untuk berkelit ke samping, terpaksa sambil
menggertak gigi, dia harus mengayunkan sepasang telapak
tangannya dengan jurus Lip pi thian lam (menghimpun tenaga di
902 laut selatan) untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut
dengan keras lawan keras.
Dua gulung angin pukulan dengan cepat saling membentur tanpa
menimbulkan sedikit suara pun, tapi akibatnya kedua belah pihak
sama sama terpisah menuju ke dua arah yang berlawanan.
Keng thian giok cu Thi Keng terdorong mundur satu langkah
lebar dan bergoncang keras tubuhnya sebelum dapat dikendalikan
lagi. Sebaliknya Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng dipaksa mundur
sejauh enam langkah dengan sempoyongan dia baru dapat berdiri
tegak setelah punggungnya menempel diatas dinding.
Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tidak menyangka kalau dalam
bentrokan yang terjadi, dia berhasil dipaksa mundur sejauh enam
langkah oleh pukulan Keng thian giok cu Thi Keng, rasa terperanjat
yang mencekam perasaannya sekarang tak terlukiskan dengan kata
kata, sekarang dia baru sadar bahwa tenaga dalam yang dimilikinya
masih ketinggalan jauh bila dibandingkan dengan tenaga lawan.
Padahal Keng thian giok cu Thi Keng sendiripun merasa
terperanjat sekali. Perlu diketahui, tenaga dalam yang dimiliki Keng
thian giok cu Thi Keng sekarang telah mencapai tingkat yang luar
biasa tingginya, tapi kenyataannya meski dia telah mengerahkan
tenaga dalamnya hingga mencapai sepuluh bagian, apa yang
diharapkan belum bisa terwujud, dia gagal untuk membunuh
lawannya itu, dari sini dapat diketahui bahwa dia meski membuang
banyak tenaga lagi sebelum berhasil mengakhiri nyawa musuhnya
itu. Walaupun kedua belah mempunyai jalan pemikiran yang
berbeda, namun gerak serangan mereka sama sekali tidak
mengendor, begitu berpisah mereka saling menerjang kembali dan
bertarung makin sengit.
Bila ada dua orang jago lihay sedang bertarung, biasanya angin
pukulan yang ditimbulkan pasti akan menderu deru dan
menimbulkan ledakan keras, tapi berhubung kedua belah pihak
903 sama sama tidak ingin pihak luar mengetahui pertarungan itu, maka
yang mereka gunakan selama ini hanya pukulan dalam.
Sekilas pandangan, serangannya belum tentu kelihatan
mengerikan, tapi setiap serangan yang digunakan justru mematikan,
sedikit saja salah bertindak niscaya jiwa akan melayang. Pertarungan
berlangsung makin lama semakin cepat, selang sesaat kemudian
hanya terlihat bayangan manusia saling menyambar, sukar untuk
dibedakan mana kawan mana lawan.
Kembali pertarungan berlangsung beberapa saat, mendadak
kedua orang itu berhenti bertarung dan berdiri saling berhadapan
muka, rupanya mereka sudah bertarung hingga mencapai pada
puncaknya, yakni saling beradu tenaga dalam.
Dalam pertarungan adu tenaga dalam seperti ini, pihak mana
yang lebih sempurna tenaga dalamnya, pihak itu pula yang lebih
beruntung. Padahal Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng masih kalah dua
bagian dibandingkan dengan Keng thian giok cu Thi Keng, mengapa
ia justru memilih pertarungan adu tenaga dalam" Apakah dia sudah
bosan hidup"
Sesungguhnya bukan Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng yang
menghendaki pertarungan ini, adalah dia yang dipaksa oleh
musuhnya untuk menerima kenyataan tersebut. Kalau ingin mencari
siapa yang salah, maka harus disalahkan kepandaian silatnya yang
masih kalah selangkah, hingga ketika didesak oleh keadaan, mau tak
mau dia harus menyambut tantangan dari Keng thian giok cu Thi
Keng itu. Rupanya setelah Keng thian giok cu Thi Keng mendapat tahu
kalau tenaga dalam yang dimiliki Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng
meski selisih setingkat dibandingkan dengannya, namun untuk
membereskannya dalam waktu singkat bukan sesuatu yang
gampang, dia lantas merubah taktik pertarungannya.
Kini dia mengambil keputusan untuk mempercepat jalannya
pertarungan tersebut, karenanya dalam pertarungan yang
berlangsung dia sengaja melakukan suatu kesalahan hingga
904 penjagaan di sayap kirinya agak terbuka. Toan bun ciat jiu ciang Ki
Seng tidak menyangka kalau kelemahan tersebut merupakan suatu
tipu muslihat, dengan cepat dia melepaskan sebuah bacokan ke
dada lawan dengan jurus Sia ci yang ki (mengibar miring panji sakti)
..... Keng thian giok cu Thi Keng tidak langsung menerima serangan
tersebut, melainkan membabat perut Ki Seng lebih dulu dengan
jurus Hui liong cay thian (naga terbang di angkasa). Pertarungan ini
merupakan suatu pertarungan adu jiwa yang mengerikan, bila ingin
terhindar dari keadaan tersebut, maka satu satu jalan adalah
menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras,
tapi sebagai akibatnya kedua belah pihak segera saling menghisap
kekuatan lawan dan beradu tenaga dalam.
Tentu saja keadaan seperti ini memang merupakan keinginan
Keng thian giok cu Thi Keng yang sebenarnya, maka sewaktu empat
telapak tangan mereka saling bersentuhan, mendadak dia menarik
hawa murninya untuk menerima dulu satu bagian pukulan musuh,
kemudian dengan ilmu Pek hui tiau yang dia baru pelan pelan
memunahkan tenaga tekanan lawannya dan memaksa kepada Ki
Seng untuk melangsungkan pertarungan adu kekuatan.
Saat itulah Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng baru sadar kalau
dirinya tertipu, tapi perubahan dalam suatu pertarungan sukar
diduga sebelumnya kecuali ketika terjebak, begitu masuk perangkap
sulitlah bagimu untuk melepaskan diri.
Adapun tujuan yang sebenarnya dari kedatangan Ki Seng beserta
ketiga orang rekannya ke sana adalah menyusun siasat untuk
menjebak Keng thian giok cu Thi Keng dan berusaha membunuhnya,
rencana tersebut sudah disusun dengan matang sekali hingga meski
posisinya terdesak ia tak sampai menjadi gugup.
Mendadak ia berpekik dua kali memberitahukan kepada ketiga
orang rekannya yang berada di luar agar cepat cepat masuk ke
ruang Sin tong dan bersama sama mengerubuti Keng thian giok cu
Thi Keng. Sebab itu setelah berpekik nyaring, dia lantas
905 menghimpun tenaga dalamnya dan saling beradu kekuatan dengan
musuh sambil menunggu datangnya bala bantuan.
Keng thian giok cu Thi Keng sendiri tidak kepayahan di dalam adu
tenaga dalam ini, sebab begitu adu tenaga dimulai, dia lantas
mengeluarkan ilmu Pek hui tiau yang nya untuk menghadapi
serangan lawan, tanpa mengeluarkan tenaga, seluruh hawa tekanan
musuh berhasil dipunahkan dengan sendirinya.
Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng adalah seorang gembong iblis
yang berpengalaman juga, tatkala dia merasakan tenaga dalamnya
seperti batu yang tercebur ke samudera, sama sekali tak ada reaksi
apa apa dan lenyap dengan begitu saja, kontan menyadari apa
gerangan yang sudah terjadi.
Paras mukanya segera berubah hebat, dia mencoba untuk
menarik kembali hawa murninya, sayang usaha itu gagal.
Jilid 28 Dalam keadaan demikian, terpaksa dia harus merengek dengan
nada memohon : "Thi lohiap, kau adalah seorang pendekar yang berjiwa besar,
apakah hari ini kau akan bertindak keji dengan menghabisi selembar
jiwaku" Ampunilah selembar jiwaku ini."
Puluhan tahun berselang, ketika Keng thian giok cu Thi Keng
masih aktif membasmi kaum penjahat dari muka bumi, dia selalu
berjiwa besar dan berperasaan halus terhadap lawan pun dia selalu
berbelas kasihan dan tak pernah melakukan pembunuhan. Bahkan
ada kalanya dia sengaja mengalah agar lawannya tak sampai
kehilangan muka di depan umum.
Atas perbuatannya itu, banyak sekali musuh musuhnya yang
kemudian berubah menjadi sahabatnya sehabis pertarungan
berlangsung, karena mereka merasa terharu dan berterima kasih
kepadanya. Tapi ada pula sementara orang yang tidak mau tahu
906 perasaan Keng thian giok cu, mereka mengira dirinya hebat karena
menghadapi Keng thian giok cu tanpa menderita kekalahan.
Dalam keadaan seperti inilah, seringkali Keng thian giok cu baru
terpaksa mengeluarkan ilmu sesungguhnya untuk merobohkan
lawan. Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng cukup memahami watak
lawannya ini, maka sekarang ia hendak menggunakan taktik
tersebut untuk memohon belas kasihan dari lawan.
Siapa tahu Keng thian giok cu Thi Keng memang sudah bertekad
untuk menanggulangi keadaan dunia persilatan yang kacau, dia tak
sudi mengampuni pengacau masyarakat yang kerjanya hanya
membuat keonaran belaka. Maka dengan wajah serius dia lantas
berseru : "Hari ini lohu tak sampai mengampuni dirimu, karena aku harus
memikirkan keselamatan umat persilatan lainnya, kehadiranmu di
dunia ini hanya akan menimbulkan banyak kesusahan, oleh sebab itu
silahkan kau segera berangkat menuju ke alam baka!"
Selesai berkata, hawa murninya segera dikerahkan keluar dengan
hebatnya. Sementara itu tenaga dalam Toan bun ciat jiu ciang Ki
Seng sudah berkurang lima bagian, bagaimana mungkin dia sanggup
menahan terjangan hawa pukulan dari Keng thian giok cu tersebut"
Tampak sepasang matanya terbelalakan lebar lalu setelah
mendengus tertahan tubuhnya mundur beberapa langkah ke
belakang, akhirnya ia terjerumus ketanah dan tewas seketika.
Keng thian giok cu Thi Keng membungkukkan badan melepaskan
jubah biru yang dipakai Ki Seng itu dan dikenakan ditubuhnya,
setelah itu dia baru menyentilkan jari tangannya membebaskan jalan
darah Pit tee jiu Wong Tin pak yang tertotok. Selama jalan darahnya
tertotok tadi, meski Pit tee jiu Wong Tin pak tak bisa berbicara,
tubuhnya tak bisa bergerak namun kesadarannya masih tetap utuh.
Terhadap kejadian yang baru saja berlangsung, ia dapat
mengikutinya dengan jelas, sekarang dia baru mengerti mana
907 gurunya yang asli dan mana yang gadungan, tak terlukiskan rasa
gembira yang bergelora dalam dadanya.
Begitu jalan darahnya dibebaskan dia segera melompat bangun
dan menjatuhkan diri berlutut di depan Keng thian giok cu Thi Keng
serunya dengan gembira :
"Insu! Kau orang tua benar benar membuat kami rindu setengah
mati .....!"
Air mata pun bercucuran membasahi wajah Keng thian giok cu
Thi Keng, sambil membimbing bangun Pit tee jiu Wong Tin pak dari


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

atas tanah, katanya agak gemetar :
"Gara gara pikiranku yang kelewat cupat, akibatnya kalianlah
yang menjadi korban!"
Pit tee jiu Wong Tin pak tak ingin pertemuan mereka diawali
dengan kesedihan, maka dia berusaha keras untuk menghindari
pembicaraan yang menjurus ke soal yang memedihkan. Sambil
tertawa gembira, katanya kemudian :
"Suhu, akhirnya kau pulang juga, biar tecu memanggil mereka
semua agar menyambangi kau orang tua."
"Tidak usah," tampik Keng thian giok cu, "Aku mempunyai
rencana lain, aku harap kemunculanku ini jangan kau beritahukan
kepada siapapun, mulai sekarang laksanakan saja semua tugas
seperti apa yang kuperintahkan. Sekarang, kau sembunyikan dulu
jenasah Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng secara baik baik, lalu ikuti
aku keluar, sebentar mereka akan kembali keruang tengah."
Seperti minum sebutir obat penenang yang amat mujarab saja,
Pit tee jiu Wong Tin pak merasakan hatinya amat lega, dia menurut
dan segera menyembunyikan jenasah dari Ki Seng.
Setelah itu, Keng thian giok cu Thi Keng berpesan pula beberapa
persoalan kepada Pit tee jiu Wong Tin pak yang disambut dengan
riang gembira, kemudian mereka baru bersama sama melangkah
keluar dari dalam ruangan Thian liong Sin tong.
908 Sementara itu, Yap Siu ling yang menyaksikan ji suhengnya
mengajak kongkongnya memasuki ruangan Thian liong Sin tong, dia
lantas tahu bahwa mereka ada persoalan yang hendak dirundingkan
dan tak mungkin akan muncul dalam waktu singkat, maka secara
diam diam dia pun mengundurkan diri kembali ke halaman belakang.
Terbayang kembali sikap maupun tindak tanduk Keng thian giok
cu Thi Keng yang aneh, seakan akan berubah menjadi orang lain,
apalagi teringat suaminya yang telah tiada dan putranya yang
hilang, dia merasa sedih sekali.
Terutama sekali ketika dilihatnya partai Thian liong pay sudah
berada di ambang pintu kehancuran, dia merasa menyesal sekali
telah mengambil keputusan yang salah. Ia merasa tidak seharusnya
membiarkan Thi Eng khi belajar silat hingga seandainya sampai
terjadi keadaan seperti ini, paling tidak mereka berdua masih bisa
melewati kehidupan sederhana jauh dari urusan dunia persilatan.
Kembali ke dalam kamar, dia menutup pintunya rapat rapat,
kemudian mencari sesuatu kain putih dan diikatnya diatas tiang
rumah, tampaknya ia bermaksud mengakhiri hidupnya dengan
menggantung diri.
Tenaga dalam Sian thian bu khek ji gi sinkang yang dimilikinya
sekarang sudah mencapai enam tujuh bagian, dibawah bimbingan
keempat orang suhengnya, diapun memperoleh kemajuan pesat
dalam hal ilmu silat, hingga dengan begitu untuk mempersiapkan tali
diatas tiang rumah dekat langit langit ruangan bukanlah masalah
yang sulit baginya.
Memandang tali putih yang siap dipakai untuk mengakhiri
hidupnya, Yap Siu ling merasa sedih sekali. Mendadak satu ingatan
melintas dalam benaknya, dia merasa sudah sepantasnya untuk
meninggalkan beberapa kata untuk Thi Eng khi sebelum mengakhiri
hidupnya, berpendapat demikian diapun balik kembali ke kamar
tulisnya. 909 Dia pun mengambil secarik kertas tapi baru menulis "Eng ji" dua
patah kata, mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara
teguran yang amat merdu :
"Kalau ingin mengakhiri hidup, lebih baik lakukan secepatnya,
apalagi yang mesti dipikirkan" Sekarang bila kau tidak mampus,
sebentar lagi kau tak akan memperoleh kebebasan untuk mengakhiri
hidup!" Yap Siu ling merasa terperanjat sekali setelah mendengar teguran
itu, dengan cepat dia berpaling. Tampak ditengah kamarnya,
dibawah angkin putih yang dipersiapkan untuk menggantung diri
telah berdiri seorang nikou muda, wajahnya mirip sekali dengan Sim
ji sinni, salah seorang tamu agung yang berada di tengah ruangan.
Padahal pintu maupun jendela berada dalam keadaan tertutup
rapat, bagaimana caranya memasuki ruangan itu" Rasa tegang
segera mencekam seluruh benaknya, rasa ingin mati yang semula
mencekam perasaannya kini berubah menjadi amarah yang
membara. "Sinni, kau adalah tokoh suci," tegurnya tak senang hati,
"bukannya mencegah orang agar jangan mati, mengapa kau justru
mendesak orang agar cepat bunuh diri?"
Sim ji sinni tetap tersenyum tanpa sedikit hawa amarahpun yang
menghiasi wajahnya, kembali dia berkata sambil tertawa :
"Kaum Buddha mencari mereka yang berjodoh, kau dan pinni
tidak berjodoh, buat apa pinni mesti mengurusi urusanmu" Pinni
menganjurkan kepadamu agar cepat mati karena kematianmu yang
lebih awal justru amat membantu pinni, kalau toh kau sudah ingin
mati, masa berbuat kebaikan dengan memenuhi harapanku pun tak
ingin kau lakukan."
"Sesungguhnya apa tujuan kalian mendatangi partai kami?"
bentak Yap Siu ling marah.
"Melenyapkan badai bencana dalam dunia persilatan!" senyuman
yang menghiasi wajah Sim ji sinni semakin menebal.
910 "Hmmm, kalian tak lebih cuma membohongi masyarakat dengan
cita cita yang kosong, hmm.... sebelum mati akhirnya aku
mengetahui juga wajah kalian yang sebenarnya, sekarang aku baru
menyesal atas perbuatan dan sikapku dimasa lampau. Baik, biar aku
segera memenuhi keinginanmu itu...."
Sambil tertawa, Sim ji sinni mundur lima langkah kebelakang,
ketika ia menyaksikan Yap Siu ling sudah mengikat tengkuknya
dengan angkin putih tersebut, mendadak ia melepaskan sebuah
totokan untuk menotok urat nadi perempuan itu dan melindungi
segulung hawa murninya agar jangan membuyar. Setelah itu, sambil
lari keluar dari dalam kamar teriaknya keras keras :
"Siu ling sukoh telah menggantung diri!"
Dalam sekilas kelebatan saja bayangan tubuhnya sudah lenyap
dari pandangan. Teriakan itu kontan saja menggemparkan anggota
Thian liong pay lainnya, buru buru mereka menerjang kedalam
kamar dan menolong Yap Siu ling dari atas tiang penggantungan,
kemudian cepat cepat mereka mengirim orang ke ruang tengah
untuk memberi kabar.
Berada dalam keadaan seperti ini, Sim ji sinni, Tiang pek lojin,
Kian Kim siang sekalian bertiga mau tak mau harus menunjukkan
simpatiknya dengan beranjak dari ruangan dan menuju ke halaman
belakang. Justru karena mereka sudah meninggalkan ruangan
tengah maka suara gaduh yang kemudian terjadi dalam ruangan
Thian liong Sin tong tak sampai terdengar mereka.
Sesungguhnya Yap Siu ling belum putus nyawa, dibawah bantuan
dari Sim ji sinni, dia segera sadar kembali dari pingsannya. Ketika
dilihatnya orang yang menolongnya sekarang lagi lagi Sim ji sinni,
dia nampak agak tertegun dan tidak habis mengerti permainan setan
apakah yang sedang dilakukan oleh nikou tersebut.
Dasar hatinya sudah mendongkol sekali tanpa sungkan sungkan
lagi dia segera menegur:
"Hei, mengapa kau harus menyelamatkan jiwaku?"
911 Sim ji sinni yang ini tentu saja tidak mengetahui pengalaman
yang dialami Yap Siu ling tadi, dia menganggap ucapan perempuan
tersebut sebagai ucapan yang bermaksud dalam. Pada dasarnya dia
memang bukan nikou asli, tentu saja dia pun tak bisa memberi
jawaban sesuai dengan ajaran Buddha. Dalam keadaan demikian,
terpaksa dia harus berpura pura menundukkan kepalanya sambil
merangkap tangannya di depan dada.
"Omitohud!" bisiknya, "sebagai orang beragama yang diutamakan
adalah welas kasih, masa pinni harus berpeluk tangan belaka
membiarkan kau mati" Yap sicu, mengapa kau berkata begini?"
Sam ciat jiu Li Tin tang yang menyaksikan Yap Siu ling berbicara
kasar dan sama sekali berbeda dengan kelembutan serta kehalusan
budinya di masa masa lampau, segera menduga kalau perempuan
itu belum sadar kembali secara normal.
Kuatir kalau perkataannya akan menyinggung perasaan orang,
buru buru selanya dari samping :
"Sumoi, buat apa kau bersikap demikian" Sekalipun menghadapi
persoalan yang sukar dipecahkan, semestinya harus bersabar demi
anak Eng, bila kau berbuat nekad, bukankah kita semua yang akan
bertambah sedih dan susah."
Orang ini memang cerdik, dia sengaja menyinggung soal Thi Eng
khi dengan harapan hatinya tersentuh. Betul juga, Yap Siu ling
seakan akan baru sadar dari impian buruk, rasa sesalnya kontan
menyelimuti benak dan perasaannya, api amarah yang membara
dalam dadanya pun turut menjadi padam.
Setelah menghela napas sedih, katanya kemudian :
"Perkataan suheng memang benar, selanjutnya siaumoay
memang harus bersikap lebih tabah!"
Ketika Sam ciat jiu Li Tin tang mempersilakan semua orang
kembali lagi ke ruang tengah, kebetulan ia saksikan gurunya
bersama sama ji suhengnya Pit tee jiu Wong Tin pak sedang
berjalan keluar dari dalam ruang Sin tong.
912 Keng thian giok cu Thi Keng segera mengalihkan matanya dan
memandang sekejap wajah Yap Siu ling, lamat lamat dari balik sorot
matanya itu memancarkan sinar kasih sayang yang tebal.
Walaupun Sam ciat jiu Li Tin tang dapat merasakan juga akan hal
itu, namun peristiwa mana justru membuat hatinya semakin
kebingungan. Diam diam ia berpikir :
"Entah ji suheng telah mempergunakan cara apa untuk mengetuk
hati suhu" Mungkin dia telah mengurungkan niatnya untuk
menggabungkan diri dengan pihak Ban seng kiong."
Belum habis ingatan tersebut, Keng thian giok cu Thi Keng telah
memanggil Pit tee jiu Wong Tin pak sambil berkata :
"Coba kau sampaikan maksud hati suhumu kepada semua
orang!" Paras muka Pit tee jiu Wong Tin pak sekarang sudah tidak diliputi
rasa murung atau sedih lagi, apa yang dikatakan pun semakin
membuat paras muka Sam ciat jiu Li Tin tang berubah merah
padam, perasaannya betul betul bercampur aduk.
Tampak Pit tee jiu Wong Tin pak memperlihatkan sinar mata
yang jeli dengan wajah berseri, katanya dengan suara lantang :
"Insu kami cukup menyadari keadaan situasi dunia persilatan
sekarang terutama menyangkut kekuatan dari perguruan kami,
untuk menyelamatkan diri dari kepunahan itulah sebabnya kami
memutuskan untuk bergabung saja dengan pihak Ban seng kiong,
sebab dengan tindakan ini bukan saja seluruh perguruan kita bisa
terhindar dari kepunahan, kemudian hari pun ada kemungkinan
untuk menjadi besar dan termashur kembali dalam dunia persilatan.
Aaai.... pokoknya banyak sekali manfaat yang dapat kita raih dengan
tindakan tersebut, oleh sebab itu, aku harap sekalian anggota Thian
liong pay bisa tahu diri, kesempatan baik ini tak mungkin bisa
dijumpai lagi di kemudian hari. Kita semua harus berusaha dan
berjuang sekuat tenaga agar tidak menyia nyia kan harapan dari
cousu kita selama ini."
Dengan ucapan mana, tentu saja para anggota Thian liong pay
lainnya tak mampu berkata kata lagi.
913 Akan tetapi ucapan mana semakin mendatangkan perasaan tak
senang bagi Sam ciat jiu Li Tin tang, tapi berhubung ia sangat
menghormati gurunya dan tak berani membantah secara terang
terangan, terpaksa ia mengambil keputusan untuk mengembara saja
daripada tetap tinggal di rumah.
Setelah memutar otak berapa waktu, akhirnya berhasil
mendapatkan suatu alasan yang tepat. Setelah memberi hormat
kepada Keng thian giok cu Thi Keng ujarnya :
"Tecu hendak mengucapkan sesuatu, harap insu memberi ijin".!"
Keng thian giok cu Thi Keng tersenyum.
"Aku telah memberi pengumuman kepada semua anggota, jika
kau ingin mengucapkan sesuatu, katakan saja berterus terang."
"Keponakan murid Eng khi merupakan satu satu harapan
penguruan kita, ia sudah lama mengembara dan hingga kini belum
kembali. Oleh sebab itu, tecu yang tak becus sangat berharap agar
suhu memberi ijin kepada tecu untuk mencari kembali Eng khi sutit,
agar ia dapat dibina pula oleh Tee Kun, entah bagaimana pendapat
suhu?" Keng thian giok cu Thi Keng manggut manggut, sambil berpaling
kearah Sim ji sinni katanya :
"Perkataan ini memang sangat masuk diakal, entah bagaimana
menurut pendapat kalian?"
Sambil tertawa Tiang pek lojin menjawab :
"Tee kun amat menyukai Eng khi asal dia bisa ditemukan
kembali, sudah pasti hal ini merupakan suatu jasa besar, usul
muridmu itu memang boleh dituruti."
Melihat ada kesempatan baik, Yap Siu ling segera berseru pula :
"Kongkong!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya :
914 "Anak menantu sangat rindu dengan Eng ji, makan sampai tak
enak, tidur tak nyenyak, harap kongkong suka mengijinkan kepada
anak menantu untuk pergi bersama sama Sam suheng."
"Kau hendak keluar rumah untuk mencari Eng ji sudah tentu saja
hal ini patut, cuma lain waktu tak boleh melakukan perbuatan bodoh
lagi, mengerti?" kata Keng thian giok cu tertawa.
Oleh ucapan tersebut, Yap Siu ling segera menundukkan
kepalanya rendah rendah dengan wajah memerah jengah, tanpa
banyak berbicara lagi ia segera berjalan menghampiri Sam ciat jiu Li
Tin tang. Ketika Sim ji sinni gadungan menyaksikan Keng thian giok cu Thi
Keng mengijinkan Yap Siu ling pergi, buru buru dia berbisik dengan
ilmu menyampaikan suara :
"Saudara Ki, mengapa perempuan itupun kau lepaskan?"
"Adik Oh, perempuan itu sangat teliti," jawab Keng thian giok cu
Thi Keng cepat dengan ilmu menyampaikan suara pula, "seandainya
penyaruanku sampai ketahuan dan bocor, bukankah hal ini bakal
berabe" Biarkan saja dia pergi, bukankah kita bisa bertindak lebih
leluasa?" Sim ji sinni tertawa, dia segera menyetujui pendapat tersebut dan
tidak berbicara lagi. Keng thian giok cu Thi Keng memang benar
benar seorang manusia yang mempunyai tujuan tertentu, buktinya
nama asli dari beberapa orang gembong iblis yang sedang
penyaruanpun telah berhasil diselidiki olehnya sampai jelas,
membuat mereka sama sekali tidak menyangka kalau Keng thian
giok cu Thi Keng yang mereka hadapi sekarang sudah bukan
gadungan lagi melainkan Thi Keng yang sesungguhnya.
Sam ciat jiu Li Tin tang dan Yap Siu ling segera mohon diri untuk
mempersiapkan perbekalan. Sementara itu, Ngo liu sianseng Lim
Biau lim juga maju ke depan sambil berkata kepada Keng thian giok
cu :

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Belakangan ini tecu repot sekali, di rumah pun meninggalkan
banyak pekerjaan yang belum diselesaikan, kini keamanan
915 perguruan kita sudah terjamin, harap supek sudi mengijinkan siautit
ayah dan anak untuk pulang ke rumah, jika perguruan
membutuhkan orang lagi, kami pasti akan kembali untuk berbakti."
Permintaan ini pun segera disanggupi oleh Keng thian giok cu Thi
Keng ".. Tidak selang beberapa saat kemudian, mereka berempat masing
masing membawa buntalan dan berpamitan kepada Keng thian giok
cu. Menghadapi keberangkatan murid muridnya, Keng thian giok cu
Thi Keng sengaja menghela napas lalu berkata dengan suara yang
amat dingin dan hambar :
"Kalian boleh berangkat!"
Ketika Pit tee jiu Wong Tin pak menyaksikan rekan rekan
seperguruannya satu per satu mengajukan alasan dan pergi
meninggalkan tempat itu, hatinya segera merasa sedih sekali, tanpa
terasa dia menengok kearah gurunya, namun paras muka gurunya
masih tetap tenang tanpa perubahan apapun. Dia tahu, sikap
gurunya ini sengaja ditunjukkan kepada ketiga orang jago gadungan
tersebut padahal dalam kenyataan dia pasti merasa amat sedih dan
menderita. Dengan kedudukan dan nama besar dia orang tua dalam dunia
persilatan, ternyata ia mengorbankan segala sesuatunya demi
menyelamatkan dunia persilatan dari badai pembunuhan, kesucian
hatinya dan keagungan jiwanya benar benar mengagumkan sekali.
Bila ia harus dibandingkan dengan orang tua tersebut, pada
hakekatnya dia bukan seorang manusia yang berarti apa apa.
Berpikir demikian, tiba tiba saja dia merasa dirinya lebih tabah dan
imamnya teguh, dia segera menarik kembali perasaan sedihnya dan
tidak ditampilkan diatas wajahnya.
"Suheng ".. " terdengar Sam ciat jiu Li Tin tang dan Yap Siu ling
berbisik lirih, "sepeninggal kami, harap suheng yang melayani makan
dan minum dan kebutuhan insu."
916 Menyaksikan kesedihan yang menyelimuti wajah Sam ciat jiu dan
Yap Siu ling, kembali Pit tee jiu Wong Tin pak merasakan hatinya
amat sedih, dia tak sanggup untuk mengeraskan hatinya lagi,
dengan berkata :
"Kalian hendak pergi jauh, biar kuhantar kalian sampai di depan
sana ".."
"Kamipun akan menghantarmu!" seru San tian jiu Oh Tin lam
serta Sin lui jiu Kwan Tin say pula.
Mereka serombongan manusia berjalan menuju ke depan pintu
gerbang, tampak jalan raya di depan situ terbentang lurus kedepan
dan lenyap dibalik kabut yang tebal sana. Tiba tiba saja Pit tee jiu
Wong Tin pak merasakan pandangannya menjadi buram, dua tetes
airmata jatuh bercucuran membasahi pipinya. Dia seperti sudah tak
tahan untuk memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepada
mereka. "Kalian bertiga "."
Tapi sebelum ucapan tersebut sampai dilanjutkan, mendadak
terdengar suara Keng thian giok cu telah berbisik dengan ilmu
menyampaikan suara :
"Kepandaian silat yang dimiliki Hian im Tee kun sudah mencapai
tingkatan yang luar biasa, kami semua sudah pasti bukan
tandingannya. Kali ini kami sengaja memasuki neraka, berhasil atau
kalah masih sukar diduga, dengan kepergian mereka dari sini justru
akan meninggalkan keturunan bagi perguruan kita dikemudian hari.
Kau jangan sekali kali membocorkan rahasiaku ini sehingga
mempengaruhi perasaan mereka dan membongkar rencana kami
yang sebenarnya."
Sementara itu Ngo liu sianseng Lim Biau lim, Sam ciat jiu Li Tin
tang serta Yap Siu ling telah berpaling, ketika dilihatnya paras muka
Pit tee jiu Wong Tin pak berubah tak menentu sedangkan dia yang
seperti hendak mengatakan sesuatu mendadak mengurungkan
maksudnya dan cuma memanggil "sute" dan "suheng" saja, maka
dengan cepat mereka berseru :
"Kami hendak pergi, kau harus baik baik menjaga diri!"
917 Pit tee jiu Wong Tin pak menghela napas panjang.
"Aaai". Semoga kalian akan selalu teringat akan kebesaran jiwa
insu, percayalah kepadanya, dia bukan manusia pengecut seperti
apa yang kalian bayangkan sekarang!"
Sam ciat jiu Li Tin tang menjadi tertegun, sebenarnya dia hendak
mencari keterangan atas ucapannya itu, namun Pit tee jiu Wong Tin
pak sudah keburu menjura seraya berkata :
"Maaf kalau kami tak bisa menghantar kalian lebih jauh, semoga
kalian akan selamat sepanjang jalan!"
Seusai berkata, dengan mengajak Sin lui jiu dan San tian jiu,
mereka balik kembali ke dalam gedung. Sepeninggal ketiga orang
itu, Ngo liu sianseng Lim Biau lim baru memandang kearah Sam ciat
jiu Li Tin tang serta Yap Siu ling yang sedang termangu, kemudian
bisiknya : "Benarkah kalian hendak mencari kembali keponakan Eng dan
menyerahkannya kepada Hian im Tee kun?"
Dengan cepat Sam ciat jiu Li Tin tang yang menggelengkan
kepalanya berulang kali.
"Kepergian siaute kali ini adalah kepergian untuk mengembara,
tadi aku hanya membohongi suhu, justru menurut keinginan siaute,
akan kucegah keponakan Eng agar jangan pulang ke rumah. Dia
akan dipaksa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
pikiran dan perasaan, bagaimana pun juga kita harus menjaga
keutuhan dan keadilan bagi perguruan kita."
Dengan nada yang amat sedih, Yap Siu ling segera berkata :
"Seandainya anak Eng mendengar berita ini, dia pasti akan
memburu kembali, tapi entah jalanan yang manakah yang dia
tempuh" Jika bertemu dengan mereka, waah..... bisa berabe."
Ngo liau sianseng Lim Biau lim manggut manggut.
918 "Ya, nasib perguruan kita selanjutnya hanya tergantung pada
kemampuan keponakan Eng. Sebetulnya Ih heng memang tak ada
urusan, akupun tak perlu pulang ke rumah, baik aku akan berangkat
bersama kalian saja untuk mencari jejaknya."
"Menurut pendapat ananda, paling baik kalau kita berjaga jaga
secara terpisah, dengan begitu urusan baru tak sampai
terbengkalai," kata Lim Pak sian cepat.
"Ehmmm, begitupun ada baiknya, Pak ji, kau boleh menunggu di
sekitar kota Lian sui, sedang aku bertugas untuk wilayah sekitar Su
yang. Sumoay belum punya pengalaman, kurang baik untuk
melakukan perjalanan sendirian, biar Li sute saja yang menjadi
pendampingnya, sasaran kita sekarang adalah mencegah Eng ji
pulang ke rumah, setelah itu, kita baru menyusun rencana
selanjutnya."
Sam ciat jiu Li Tin tang maupun Yap Siu ling merasa pembagian
tugas ini sangat baik dan tepat. Setelah merundingkan kode rahasia
untuk berkumpul, masing masing pun segera berlalu untuk
melaksanakan tugas masing masing.
Kota Poo eng tidak jauh letaknya dari kota Hay yang, dalam
seharian perjalanan kemudian Sam ciat jiu Li Tin tang beserta Yap
Siu ling sekalian telah tiba di situ.
Disebelah utara kota mereka memilih sebuah rumah penginapan
yang paling sepi dan tenang untuk menginap. Yang mereka pesan
adalah dua buah kamar yang luas diatas loteng, hingga sekalipun tak
usah keluar rumah, semua pemandangan dari kota itu masih dapat
terlihat jelas.
Yap Siu ling sepanjang hari berada di dalam kamar sambil
memperhatikan jalanan, dia tak perlu harus turun tangan sendiri
menelusuri kota dan mencari berita kemana mana. Sebaliknya Sam
ciat jiu Li Tin tang lebih sering bergerak di luar rumah, sebentar ke
timur sebentar lagi ke barat sambil menantikan kedatangan Thi Eng
khi. 919 Secara beruntun lima hari sudah lewat, akan tetapi bayangan
tubuh Thi Eng khi belum juga nampak, padahal besok adalah hari
peresmian Thian liong pay untuk bergabung dengan pihak Ban seng
kiong. Dalam keadaan demikian, secara diam diam terpaksa mereka
kembali, diam diam menerima rasa malu tersebut di dalam hati.
Sesudah berunding sebentar, akhirnya diputuskan meski Yap Siu
ling mempunyai kemajuan yang besar dalam ilmu silat, namun
bagaimanapun jua dia adalah seorang perempuan yang tidak
terbiasa melakukan gerakan bawah tanah, apalagi kuatir pula
jejaknya kurang berhati hati malah akan ketahuan lawan maka
diputuskan dia tetap tinggal di Poo eng, sementara Sam ciat jiu Li
Tin tang berangkat pulang seorang diri.
Sam ciat jiu Li Tin tang tidak pandai ilmu menyaru muka,
terpaksa dia hanya berganti dandanan dan mengenakan sebuah topi
lebar yang dikenakan rendah rendah untuk menutupi sebagian besar
wajahnya, dengan demikian paras mukanya tak akan sampai
menarik perhatian orang banyak ....
Ketika menjelang senja, ia sudah sampai kembali di kota Hway
im, setelah mencari sebuah rumah penginapan kecil, ia mendekam
dalam kamar dan tidak berani keluar rumah lagi.
Hway im adalah pusat dari partai Thian liong pay, dengan
kedudukannya dalam partai maka dalam kota Hway im boleh
dibila Pendekar Kelana 9 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Bukit Pemakan Manusia 16
^