Pukulan Naga Sakti 17

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 17


gan kening berkerut Thi Eng khi agak tertegun, kemudian
sahutnya cepat :
"Bukankah cucunda berdiri sangat baik disini" Bila yaya ada
persoalan silahkan saja kau utarakan!"
Dia masih tetap berdiri di tempat semula dan sama sekali tidak
bergerak. Keng thian giok cu Thi Keng agak tertegun, kemudian
berkata lagi : "Eng ji, apakah kau merasa tidak puas terhadap yaya mu ....?"
Setelah mendengar yayanya langsung menyinggung persoalan
pokok, Thi Eng khi pun segera menjatuhkan diri berlutut dihadapan
kakeknya, kemudian keluhnya :
"Eng ji tidak berbakti dan tak tahu diri, ada beberapa persoalan
hendak kuucapkan kepada yaya, semoga yaya sudi memakluminya!"
Paras muka Keng thian giok cu Thi Keng amat tenang, sedikitpun
tiada pancaran hawa amarah, sahutnya sambil tersenyum :
"Tak usah banyak berbicara lagi, yaya dapat memahami akan
maksud hatimu itu!"
Kemudian sambil mengawasi Thi Eng khi beberapa saat lamanya,
tanyanya lagi dengan serius :
"Yaya juga ingin mengajukan suatu pertanyaan kepadamu, bila
yaya tidak menerima permintaanmu itu, apa yang hendak kau
lakukan terhadap yaya....?"
979 Thi Eng khi tertegun, dia sama sekali tidak menyangka kalau yaya
nya bakal mengajukan pertanyaan tersebut, sekian lamanya dia
menjadi tergagap dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Menyaksikan keraguan cucunya, dengan wajah kurang senang
Keng thian giok cu Thi Keng serunya :
"Sebagai seorang lelaki sejati berani berpikir berani berkata
berani bertanggung jawab, yaya mu sudah tua memang watakku
mungkin bertambah aneh, tapi bila kau hendak mengucapkan
sesuatu silahkan saja diutarakan!"
Sekali lagi Thi Eng khi menjura kepada Thi Keng, kemudian
dengan pelan : "Kalau begitu Eng ji akan bertindak kurang sopan!"
Keng thian giok cu Thi Keng tidak menukas lagi, dengan tenang
dia mendengarkan Thi Eng khi berkata :
"Terpaksa Thi Eng khi akan berusaha dengan sekuat tenaga
untuk mencegah usaha yaya sehingga tak pernah akan berhasil. Aku
akan berbuat demikian sampai yaya bertobat dari kesalahan."
"Jadi kau hendak bermusuhan dengan yaya."
"Yaa, apa boleh buat, Eng ji tidak punya pilihan lain lagi!"
Kulit wajah Keng thian giok cu Thi Keng berkerut kencang, entah
apa yang sedang dipikirkan didalam hatinya. Sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dia baru bertanya kembali :
"Seandainya kau tidak mampu untuk mencegah perbuatan dari
yaya mu....?"
"Terpaksa Eng ji harus mempersilahkan yaya untuk pulang ke
gua Thian liong tong thian di luar perbatasan dan menyesali dosa
dihadapan Thian liong cousu!"
Keng thian giok cu Thi Keng segera tersenyum.
"Tampaknya pendapatmu ini tak pernah akan berubah kembali?"
katanya kemudian.
980 "Yaa, cucunda tak akan merubah pendirian!"
Mendadak Keng Thian giok cu Thi Keng menggebrak meja keras
keras sambil melompat bangun, serunya :
"Bagus! Bagus! Bagus sekali!"
Thi Eng khi mengira Keng thian giok cu Thi Keng hendak turun
tangan terhadapnya, maka sementara hawa murninya dipersiapkan,
dia masih tetap berlutut tak berkutik, katanya lagi dengan gagah.
"Bila cucunda tidak memikirkan keselamatan umat persilatan dan
kejayaan Thian liong pay, aku rela mati diujung telapak tangan yaya
sebagai rasa bakti cucunda terhadap yaya, akan tetapi kini cucunda
sudah bertekad untuk menyelamatkan seluruh umat persilatan dari
jurang kehancuran, aku tak ingin mengorbankan jiwa orang banyak
gara gara soal berbakti saja, oleh karena itu harap yaya sudi
memaafkan."
Dengan sepasang mata melotot besar, Keng thian giok cu Thi
Keng mengawasi wajah Thi Eng khi tanpa berkedip, lalu serunya
dengan penuh emosi :
"Eng ji, kau bagus sekali! Sekarang bangun, yaya tidak akan
menyalahkan dirimu, yaya percaya kepadamu, sekarang aku harus
memberitahukan hal yang sebenarnya kepadamu!"
Thi Eng khi benar benar dibikin kebingungan setengah mati dan
tidak tahu apa yang menjadi tujuan yayanya, tapi bagaimanapun
juga persoalan telah berkembang menjadi begini, terpaksa diapun
harus mengeraskan kepala untuk bangkit berdiri dan mengucapkan
terima kasih kepada kakeknya.
Keng thian giok cu Thi Keng duduk kembali ke kursinya, lalu
menitahkan kepada Thi Eng khi agar duduk didepan meja bacanya,
setelah itu dia berkata :
"Eng ji, yayamu bukan orang bodoh, apakah kau mengira yaya
benar benar sudah menjual diri untuk memperoleh penghargaan dan
kedudukan ..?"
981 Thi Eng khi tidak memahami apa gerangan yang telah terjadi
maka selain membungkam dia tak mampu berbuat lain. Terpaksa dia
hanya mendengarkan Keng thian giok cu Thi Keng membeberkan
keadaan yang sesunggubnya.
Dengar punya dengar, airmata mulai mengembang dan
membasahi wajah anak muda tersebut, dia merasa yaya nya seperti
makin lama semakin tinggi, semakin tinggi tak bisa dilukiskan lagi
dengan kata kata, malahan dia merasa dirinya yang justru makin
lama semakin kecil.
Rupanya sesudah diselenggarakan pertemuan di puncak Sam
yang hong di bukit Bu gi san antara Keng thian giok cu Thi Keng
dengan Sim ji sinni, Tiang pek lojin So Seng pak dan Bu im sin hong
Kian Kim siang, keempat orang tokoh sakti segera menyusun
rencana dengan melakukan siasat melawan siasat untuk menghadapi
Hian im tee kun.
Empat orang tokoh silat ini tak segan segan menjual diri dan
merusak nama, sebenarnya tujuan yang terutama adalah untuk
melenyapkan keempat manusia gadungan yang telah dipersiapkan
oleh Hian im tee kun tersebut, kemudian mereka akan menggantikan
kedudukan mereka yang gadungan dan menyelundup ke sisi Hian im
tee kun dengan harapan suatu ketika bisa membunuh gembong iblis
itu dan melenyapkan ancaman bencana bagi dunia persilatan.
Mereka cukup mengetahui akan kemampuan Hian im tee kun,
bahkan dewasa ini tiada orang yang sanggup menandinginva,
kecuali mereka berempat bekerja sama, mungkin siapapun jangan
harap bisa melenyapkan dia dari muka bumi.
Untuk menghindari kecurigaan dari Hian im tee kun, maka
diputuskan agar Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni berdua
menceburkan diri lebih dulu, karena munculnya kembali Keng thian
giok cu Thi Keng masih belum diketahui oleh Hian im tee kun.
Sebaliknya Sim ji sinni selalu berdiam di bukit Bu gi san dan sangat
jarang mencampuri urusan dunia persilatan, maka kendati pun di
dalam dunia persilatan tidak nampak jejak dari kedua orang ini, Hian
im tee kun juga tak bakal curiga.
982 Hanya Tiang pek lojin dan Bu im sin hong harus seringkali
munculkan diri dalam dunia persilatan untuk memancing perhatian
dari Hian im tee kun, dengan demikian keselamatan dari Keng thian
giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni baru terjamin. Tentu saja, apabila
kesempatan yang sangat baik telah tiba, Tiang pek lojin dan Bu im
sin hong akan segera berusaha keras untuk turut serta didalam
gerakan tersebut.
Tindakan manyelundup kedalam sarang harimau ini bukan hanya
mempertaruhkan keselamatan jiwa dari tiap orang itu sendiri,
lagipula nama baik mereka pun dijadikan taruhan, salah salah bukan
cuma jiwa sendiri menjadi korban, bahkan orang bisa mengumpat
dan menyumpahinya sepanjang masa....
Kalau dibicarakan, mungkin semangat untuk mengorbankan diri
ini kedengarannya amat sederhana, tapi pelaksanaannya sukar
sekali, sebab dibutuhkan kerelaannya untuk berkorban yang besar
sekali. Tatkala Thi Eng khi sudah memahami duduknya persoalan,
dia benar benar merasa malu bercampur hormat terhadap kakeknya
ini. "Yaya!" katanya kemudian dengan perasaan malu bercampur
menyesal, "Kau orang tua terlalu agung!"
Dia segera maju ke depan mendekati tubuh Keng thian giok cu
Thi Keng...... "Nak, sekarang kau boleh pergi" ucap Keng thian giok cu Thi
Keng sambil menepuk nepuk bahu Thi Eng khi, "cuma ingat baik
baik, jangan kau beritahu persoalan ini kepada siapa pun!"
"Eng ji harus pergi kemana?" tanya Thi Eng khi dengan perasaan
terrtegun. "Nak!" kata Keng thian giok cu Thi Keng dengan wajah
bersungguh sungguh, "kau harus berusaha keras untuk melupakan
apa yang yaya ungkapkan tadi, dengan dasar pikiranmu semula,
usahakanlah untuk melakukan perlawanan sebisa mungkin terhadap
usaha yaya sekarang ini, tapi kau harus mengerti, sandiwara ini
983 harus dimainkan secara bersungguh sungguh dan jangan sampai
diketahui orang."
Begitu memahami tugas apakah yang harus dilakukan sekarang,
Thi Eng khi segera menjura dalam dalam kepada Keng thian giok cu
Thi Keng sembari berkata :
"Eng ji akan pergi dulu harap yaya sudi bertindak lebih hati hati,
jaga keselamatan baik baik!"
Sewaktu Thi Eng khi sudah hampir melangkah keluar dari
ruangan batu itu, mendadak Keng thian giok cu Thi Keng berseru
kembali : "Semula yaya bermaksud membiarkan ibumu pergi saja dari sini,
makin jauh meninggalkan tempat ini semakin baik, siapa tahu dia
cuma berada di sekitar tempat ini saja. Itulah sebabnya yaya
menjadi kuatir dan menitahkan kepada ji susiokmu untuk
menjemput pulang, dia sebagai seorang perempuan kurang cocok
untuk melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, biarkan saja dia
tinggal di rumah."
Kembali Thi Eng khi merasakan hatinya menjadi lega, segera dia
menjawab : "Baik!"
Kemudian dengan membawa perasaan riang dan gembira, dia
melayang keluar dari gedung Bu lim tit it keh dan langsung
berangkat ke kuil dewa tanah yang terletak sepuluh li dari situ.
Malam sudah lewat dan kini fajar sudah hampir menyingsing.
Ketika hampir tiba di depan kuil dewa tanah, ia menyaksikan banyak
orang telah berkumpul di depan kuil itu, sambil tertawa dingin
pemuda itu segera mempercepat langkahnya ke depan.
Sementara itu, Sam ku sinni yang tiba di kuil dewa tanah dan
tidak melihat Thi Eng khi berada di situ, dengan kening berkerut
segera tanyanya :
"Apakah Thi sauhiap belum sampai disini?"
984 Belakangan ini, walau pun Pek leng siancu So Bwe leng sudah
berubah menjadi sangat penurut, tidak bertindak mengikuti suara
hati sendiri, tapi hatinya entah sudah terbang sampai dimana.
Seandainya Sam ku sinni tidak kembali lagi, mungkin dia pun akan
merasa habis sudah kesabarannya. Tatkala menyaksikan gurunya
pulang, dia mengira Thi Eng khi pasti akan mengikuti di
belakangnya, baru saja menyambut dengan tertawa, siapa tahu
gurunya mengajukan pertanyaan tersebut, hal ini membuat
wajahnya tertegun.
"Apakah suhu telah bertemu dengan engkoh Eng?" dia balik
bertanya. Dari ucapan mana, Sam ku sinni segera tahu kalau Thi Eng khi
belum sampai disitu. Maka secara ringkas Sam ku sinni segera
mengulangi kembali apa yang telah terjadi tadi. Selesai
mendengarkan kisah tersebut, tanpa berpikir panjang lagi Pek leng
siancu So Bwe leng segera berseru :
"Kalau begitu engkoh Eng pasti telah menemukan jejak ibunya
dan sekarang sedang melakukan pengejaran."
"Moga moga saja demikian!" terpaksa Sam ku sinni harus ikut
menghibur dengan suara lembut.
Sementara mereka berdua masih berbincang bincang, si
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan Sam ciat jiu Li Tin
tang juga telah sampai disana. Ketika pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po menyaksikan Pek leng siancu So Bwe leng
berada di sana, dengan perasaan terkejut segera serunya :
"Aaaah, ternyata nona So benar benar telah datang pula kemari!"
Rupanya dia teringat akan peristiwa si Unta sakti Lok It hong
yang kena dihajar sekali oleh Pek leng siancu So Bwe leng maka
diapun lantas mengucapkan kata kata tersebut. Sebagai seorang
gadis yang pintar, tentu saja Pek leng siancu So Bwe leng dapat
menangkap maksud lain dibalik ucapan mana, kontan saja
keningnya berkerut.
"Empek Cu, apa maksudmu berkata demikian?" tegurnya.
985 Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh".. haaahhhhh".. haahhhh" apa maksudnya" Barusan
bukankah kau sudah menghadiahkan sebuah pukulan untuk si Unta
Lok It hong" Seandainya engkoh Eng mu tidak menarik tangannya
dengan cepat, niscaya kejadian tersebut akan mengakibatkan
pecahnya bencana besar, kau benar benar binal tak tahu diri!"
Pek leng siancu So Bwe leng semakin tertegun lagi dibuatnya.
"Empek Cu, kau memang pandai sekali bergurau, sejak suhu
pergi, aku belum pernah melangkah keluar dari ruang kuil ini barang
setengah langkahpun!"
Mendadak pencuri sakti Go Jit melompat keluar juga dari balik
kegelapan, kemudian bentaknya kepada pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po :
"Selama ini, aku si pencuri sakti dan nona So belum pernah saling
berpisah, kau si pengemis tua yang sembarangan menuduh orang
dihadapan sinni "."
"Mungkin Cu tayhiap menemukan kekeliruan didalam peristiwa
ini," kata Sam ku sinni pula sambil tertawa, "hari ini Leng ji amat
jujur, dia tidak melakukan kesalahan apa apa."
Terpaksa secara ringkas pengemis sakti bermata harimau harus
membeberkan kembali peristiwa yang telah menimpa Unta sakti Lok
It hong tadi, sebagai akhir kata serunya :
"Masa ada dua orang nona So?"
Pek leng siancu So Bwe leng yang mendengar ucapan tersebut
segera mendepak depakkan kakinya berulang kali dengan
mendongkol, teriaknya sambil menahan geram :
"Aku tahu siapakah dia, sudah pasti budak busuk itu lagi, aku
harus mencarinya sampai dapat!"
986

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seusai berkata dia siap menerobos keluar dari pintu untuk
melakukan pengejaran. Sam ku sinni yang menyaksikan peristiwa itu
segera berseru :
"Anak Leng, kau tak boleh bertindak secara sembarangan! Kalau
kau sampai berbuat demikian, bukankah hal ini sama artinya dengan
menambah kesulitan untuk engkoh Eng mu" Urusan ibunya belum
lagi beres, apakah kau ingin semakin mengalutkan suasana."
Pek leng siancu So Bwe leng memang kelewat banyak
mendatangkan kesulitan buat Thi Eng khi, dia sangat takut kalau
sampai mendatangkan kesulitan lagi buat Thi Eng khi, maka sehabis
mendengar perkataan itu, dia cuma bisa mendengus sambil
mendepak depak kakinya berulang kali tapi tak berani melanjutkan
perbuatannya untuk membuat keonaran"..
Memanfaatkan kesempatan inilah, Sam ku sinni segera
membeberkan pengalaman yang belum lama dialami oleh Pek leng
siancu So Bwe leng. Ketika mengetahui duduknya persoalan,
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po baru merasa menyesal
dan segera minta maaf kepada Pek leng siancu So Bwe leng So Bwe
leng. Berbareng itu juga, diapun memahami perasaan Thi Eng khi
maka dengan perasaan menyesal katanya :
"Padahal aku si pengemis tua sudah cukup lama bersahabat
dengan saudara cilik Thi, tapi nyatanya aku tidak mempercayainya
kali ini, aaaaai".. Kalau dibicarakan sungguh menyesal sekali lain
kali aku si pengemis tua tidak akan berani bersikap curiga lagi
terhadap saudara Thi sebagai penebus dosaku hari ini."
Mereka pun lantas membicarakan soal hilangnya Yap Siu ling,
untuk sesaat mereka terlibat dalam perdebatan yang amat sengit
tapi siapa pun tidak menyangka perempuan itu sudah mengetahui
duduk persoalan yang sebenarnya dari Pit tee jiu Wong Tin pak dan
diundang pulang ke rumah.
Sementara perundingan berlangsung, dari luar pintu kuil
kedengaran suara langkah manusia, disusul kemudian tampak ketua
987 Siau lim pay Ci long taysu dan ketua Bu Tong pay Keng hian totiang
berjalan masuk ke dalam "..
Sedang lainnya, berhubung kuil itu terlampau kecil, maka mereka
hanya menunggu di luaran saja.
Kedua orang ciangbunjin itu menyapa Sam ku sinni lebih dahullu,
kemudian baru memandang sekejap sekeliling ruang kuil. Yang
dimaksud sebagai kuil dewa tanah ini adalah sebuah bangunan kuil
pada umumnya, ruangan yang sempit dengan sebuah patung
malaikat merupakan ciri yang khas.
Kendatipun demikian kuil itu bisa menampung enam sampai tujuh
orang untuk mengadakan pertemuan bersama. Ketika Keng hian
totiang, ketua dari Bu tong pay tidak menyaksikan kehadiran Thi Eng
khi disitu, dia nampak tertegun dan merasa sedikit di luar dugaan,
kemudian tegurnya :
"Tolong Tanya apakah Thi sauhiap sedang keluar?"
Sejak mendengar kalau ciangbunjin Cing sia pay datang kesitu
untuk mencari gara gara dengan Thi Eng khi, Pek leng siancu So
Bwe leng sudah merasa amat tak senang hati, kini dia pun tidak
ambil peduli apa maksud kedatangan mereka. Sambil tertawa dingin
segera tegurnya :
"Entah di dalam persoalan apakah engkoh Eng ku telah
menyalahi kalian" Benarkah kalian tak akan melepaskan dia dengan
begitu saja?"
Buru buru Sam ku sinni membentak :
"Anak Leng, jangan bersikap kurang hormat!"
Walaupun kemudian Pek leng siancu So Bwe leng tidak berani
berbicara lagi, tapi hidungnya mendengus berulang kali, jelas dia
merasa sangat tidak puas terhadap sikap ketua dari pelbagai partai
itu. Dengan kening berkerut kembali Sam ku sinni hendak menegur
Pek leng siancu dengan beberapa patah kata, tapi Ci long taysu
ketua Siau lim pay sudah buka suara lebih dulu.
988 "Omitohud! Pinceng sekalian khusus datang kemari untuk minta
maaf kepada Thi sauhiap atas peristiwa tadi. Selain itu, ada
persoalan yang hendak dirundingkan dengannya, harap nona So
jangan menaruh banyak curiga."
Kini Pek leng siancu So Bwe leng diam membungkam dan tidak
berkata lagi. Sambil menghela napas panjang, pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po berkata :
"Hingga kini Thi ciangbunjin belum juga datang, kami semua
sedang merisaukan keselamatan jiwanya."
Kedua orang ciangbunjin itu saling berpandangan sekejap dengan
wajah amat kecewa, mereka segera membalikkan badan siap
memohon diri. Pada saat itulah, mendadak dari luar pintu terdengar
suara Thi Eng khi sedang menyapa :
"Selamat berjumpa ciangbunjin berdua."
Bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu Thi Eng khi telah
menjura kepada mereka. Perlu diketahui, semenjak pertemuan di
Siong san antara Thi Eng khi dengan ketua Siau lim pay maupun
ketua Bu tong pay telah terjalin suatu hubungan persahabatan yang
amat akrab, terutama sekali dengan Keng hian totiang, boleh
dibilang mereka sudah saling bertemu semenjak di perkampungan Ki
hian san ceng. Oleh sebab itu, bagi mereka berdua boleh dibilang
selalu bersikap saling hormat menghormati.
Dua orang ciangbunjin itu segera tertawa tergelak, kemudian
menyahut hampir bersama :
"kedatangan Thi ciangbunjin memang tepat sekali, kami khusus
datang kemari untuk minta maaf sekalian mohon petunjuk untuk
beberapa persoalan ". "
Sejak tahu kalau kakeknya berjiwa luhur dan bersedia
mengorbankan diri demi kepentingan orang banyak, apalagi jejak
ibunya juga sudah ditemukan, Thi Eng khi boleh dibilang merasakan
dadanya terbuka dan wajahnya menjadi cerah. Pada hakekatnya ia
sudah tidak memikirkan persoalan tadi dalam hatinya.
989 "Aaah, kalau cuma persoalan itu mah tak usah ciangbunjin
berdua pikirkan, kalau masih ada persoalan, silahkan saja segera
diutarakan keluar"."
Keng hian totiang, ketua Bu tong pay itu segera tertawa terbahak
bahak. "Haaaahhh?" haaahhh". haaahhhh". Pinto tahu kalau Thi
ciangbunjin adalah seorang yang bijaksana dan berjiwa besar, sudah
pasti masalah tadi tak akan kau pikirkan lagi didalam hati, sekarang
pinto sekalian mempunyai satu persoalan yang hendak minta
petunjuk dari Thi ciangbunjin, apabila ada hal hal yang bersifat
lancang, harap kau sudi memaafkan."
"Totiang terlalu sungkan!"
Dengan wajah bersungguh sungguh, ketua Bu tong pay Keng
hian totiang segera berseru :
"Tengah hari nanti, kakekmu akan memimpin segenap anggota
partai untuk secara resmi menggabungkan diri dengan pihak Ban
seng kiong, maka kini pinto dan Ci siansu mewakili segenap ketua
dari pelbagai partai dan orang gagah yang ada di luar kuil memohon
ketegasan dari ciangbunjin, sesungguhnya kau akan berpihak ke
mana?" Waktu itu, Thi Eng khi sudah mempunyai pendirian yang mantap
untuk berpihak kepada kaum pendekar, akan tetapi apabila dia
memberikan jawabannya kepada ketua Bu tong pay pada saat ini
maka hal tersebut akan menunjukkan betapa lemahnya dia sebagai
ciangbunjin, apalagi bila diingat kalau ucapan mana bernadakan
menggertak. Sesungguhnya dia bukan seorang yang berpandangan picik, akan
tetapi untuk memperjuangkan kedudukan Thian liong pay di mata
umat persilatan, mau tak mau dia harus bertindak tegas.
Setelah termenung beberapa saat lamanya dia lantas berseru :
"Ciangbunjin berdua, dapatkah kuberikan jawabanku setelah aku
pergi ke Thio kong si melakukan persembahannya?"
990 Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay segera saling
berpandang sekejap dengan Ci long taysu, ketua dari Siau lim si,
kemudian kedua orang itu saling tersenyum, katanya kemudian :
"Kalau begitu pinto sekalian akan menantikan kehadiran Thi
ciangbunjin, sekarang aku hendak memohon diri lebih dahulu!"
Seusai mengucapkan pernyataan itu, kedua orang ciangbunjin itu
segera membalikkan badan dan berjalan keluar dari kuil tersebut
dengan langkah lebar. Kemudian tanpa banyak bicara, mereka pun
memimpin kawanan jago persilatan lainnya untuk bersama sama
pergi meninggalkan tempat itu.
Menanti semua orang sudah pergi, pengemis sakti bermata
harimau baru berjalan mendekat sambil berkata :
"Saudara cilik, engkoh tua memang kelewat pikun sehingga tadi
aku telah salah menuduh kau .... "
Sewaktu mengucapkan perkataan itu, wajahnya nampak malu
bercampur menyesal. Dengan cepat Thi Eng khi menggenggam
lengan pengemis sakti bermata harimau, kemudian sahutnya :
"Engkoh tua, mengapa kau mengucapkan kata kata seperti ini"
Hubungan kita sudah amat akrab, seharusnya dalam segala hal kita
harus berbicara secara blak blakan, siaute menyesal tak bisa
memberi keterangan sejelasnya kepadamu, dikemudian hari harap
engkoh tua sudi selalu memberi petunjuk."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po memandang
sekejap ke arah Thi Eng khi, kemudian menghela napas panjang.
"Aaaai, kau sedang berada dalam posisi yang serba sulit, aku
tahu dalam hati kau pasti merasa sedih sekali, seharusnya aku
berusaha untuk meringankan bebanmu itu.... "
Demikianlah, kedua orang itu saling berbincang bincang saling
berkata, tampaknya banyak sekali persoalan yang belum habis
mereka utarakan keluar ....
991 Dengan perasan gelisah Pek leng siancu So Bwe leng segera
menukas : "Harap kalian berdua jangan mengoceh terus, engkoh Eng, aku
ingin bertanya kepadamu, kalau ada persoalan mengapa tidak kau
utarakan secara blak blakan di hadapan mereka" Mengapa kau
bersikeras hendak pergi ke Thio kong si?"
Thi Eng khi memandang sekejap ke arah Sam ku sinni tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Sambil tersenyum dan manggut
manggut Sam ku sinni segera berkata kepada Pek leng siancu :
"Andaikata engkoh Eng mu memenuhi permintaan mereka di sini,
bukankah hal ini akan terasa berbau suatu paksaan" Berbeda sekali
jika dia datang ke Thio kong si, dengan bertindak demikian, dia baru
akan menunjukkan seluruh semangat dan jiwa ksatrianya yang
benar benar muncul dari hati yang bersih .... "
"Oooh.... " Pek leng siancu So Bwe leng manggut manggut, lalu
setelah mengerling sekejap kearah Thi Eng khi, lanjutnya :
"Aku masih menganggap dia sebagai orang jujur, rupanya akal
bulusnya jauh lebih banyak daripada aku!"
Thi Eng khi yang mendengar perkataan itu menjadi rikuh sendiri
..... Sam ciat jiu Li Tin tang sangat menguatirkan keselamatan Yap
Siu ling, dengan perasaan murung dia lantas bertanya :
"Eng ji, apakah soal ibu mu sudah ada kabar beritanya?"
Tentu saja Thi Eng khi merasa kurang baik untuk membeberkan
rencana besar Keng thian giok cu kepada semua orang, kuatirnya
bila berita itu sampai bocor maka akan berakibat terbengkalai
masalah besar, maka jawabnya singkat :
"Dia orang tua telah dijemput pulang oleh yaya!"
Setelah mendengar ucapan itu, tentu saja Sam ciat jiu merasa
kurang leluasa untuk banyak bicara lagi, dan lagi apa pula yang bisa
dia katakan. Sekalipun dia amat tidak setuju dengan perbuatan
gurunya, tentu saja dia pun merasa kurang leluasa untuk mengeritik
dan membicarakan soal kejelekan guru sendiri dihadapan orang lain.
992 Thi Eng khi sendiripun tidak membicarakan soal ibunya lagi, dia
lantas mengemukakan niatnya untuk mengajak Pek leng siancu So
Bwe leng berangkat ke kuil Thio kong si. Pek leng siancu So Bwe
leng menjadi girang sekali setelah mendengar perkataan itu, segera
serunya : "Hanya kita berdua?"
Thi Eng khi tertawa.
"Kedudukan kita berdua sekarang sama. Kita perlu untuk
memberikan suatu jaminan kepada mereka."
Sam ciat jiu Li Tin tang meski meninggalkan gedung Bu lim tit it
keh karena tidak setuju dengan cara kerja gurunya, tapi dia sendiri
pun tak ingin bentrok dengan gurunya, maka dia sengaja
mengutarakan maksudnya kepada Thi Eng khi agar si anak muda itu
mempertimbangkan lebih jauh .....
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga merasa kuatir
untuk membiarkan Thi Eng khi dan So Bwe leng pergi sendiri, dia
bersikeras hendak mendampingi mereka. Karena desakan yang
berulang kali, terpaksa Thi Eng khi harus menyanggupi.
Setelah keluar dari kuil tersebut, Thi Eng khi segera berkata :
"Mari kita percepat perjalanan kita, paling baik kalau baru saja
mereka tiba, kita pun menyusul pula sampai di sana."
Belum lama berselang, karena bencana gadis ini mendapat rejeki
dan memperoleh sebutir Tay tham wan ditambah pula dengan
saluran hawa murni dari Thi Eng khi yang menembusi delapan nadi
penting dalam tubuhnya, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang
boleh dibilang sudah melampaui kemampuan pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po.
Terlihatlah gerakan tubuhnya makin lama semakin cepat, tak
selang berapa saat kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dan
Thi Eng khi segera mengejar dari belakang karena harus
993 mendampingi kecepatan dari pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po, terpaksa Thi Eng khi harus mengurangi kecepatannya.
Dengan demikian jarak mereka pun kian lama kian bertambah
jauh, hal mana membuat pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po hanya bisa menghela napas berulang kali. Thi Eng khi kuatir Pek
leng siancu So Bwe leng sampai duluan dan menerbitkan keonaran,
terpaksa dia menarik lengan kanan pengemis sakti bermata harimau
dan serunya : "Engkoh tua, kita tidak boleh membiarkan adik Leng sampai lebih
dahulu dan membuat keonaran, mari kita mengejar dengan lebih
cepat lagi .... "
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po hanya merasakan
dari tangan Thi Eng khi muncul segulung aliran hawa panas yang
membuat tenaga dalamnya bertambah beberapa kali lipat, tubuhnya
terasa jauh lebih ringan lagi. Tidak selang beberapa saat kemudian,
mereka telah berhasil menyusul Pek leng siancu So Bwe leng.
Ketika pengemis sakti bermata harimau menyaksikan Thi Eng khi
bisa mengajaknya menempuh perjalanan jauh tanpa berubah wajah,
seakan akan sama sekali tak pernah mengeluarkan sedikit tenaga
pun, sambil menghela napas sedih segera ujarnya :
"Aaaa, ombak belakang sungai tiang kang memang selalu


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendorong ombak yang berada dibelakangnya, engkoh tua memang
selisih kelewat jauh bila dibandingkan dengan kepandaian yang
dimiliki saudara Thi."
Thi Eng khi hanya tersenyum, sambil menuding kearah Thio kong
si yang berada di depan sana, segera serunya :
"Coba lihat, engkoh tua, mereka pun baru saja sampai."
Dengan mempercepat langkahnya, mereka bertiga segera
melayang turun dihadapan kuil Thio kong si. Diluar kuil itu nampak
anggota dari Siau lim pay dan Bu tong pay sedang melakukan
perondaan. Empat orang murid dari angkatan "Gho" dalam partai Siau lim
melakukan penjagaan di depan pintu, sewaktu pertemuan di bukit
994 Siong san, mereka sudah pernah berjumpa satu kali sehingga boleh
dibilang tidak terhitung orang asing. Sambil menjura Thi Eng khi
segera berkata :
"Harap taysu sudi memberi laporan ke dalam, katakan saja aku
datang berkunjung!"
Siapa pun tidak menyangka kalau kedatangan Thi Eng khi bisa
sedemikian cepatnya, padahal para ketua dari pelbagai partai itu
baru saja sampai dan belum sempat merundingkan apa tindakan
yang harus mereka ambil untuk menghadapi keadaan tersebut.
Belum sempat mereka berbicara, Thi Eng khi dan Pek leng siancu
So Bwe leng sudah berjalan masuk ke dalam ruang tengah. Thi Eng
khi memandang sekejap wajah tercengang dari semua orang,
kemudian sambil tersenyum dan menjura katanya :
"Thi Eng khi sengaja datang untuk menjumpai kalian semua!"
Pek leng siancu So Bwe leng yang berada di samping Thi Eng khi
segera menjura pula kepada semua orang sambil berkata :
"So Bwe leng datang untuk berkunjung, terimalah hormat dariku
.... " Dia tak mau menyebut dirinya sebagai boanpwe, hal ini
menunjukkan kalau dia tak ingin melemahkan kedudukan sendiri di
hadapan orang sehingga nantinya bisa berbicara dengan tingkat
kedudukan yang sama. Berhubung munculnya Thi Eng khi sangat
cepat, pelbagai ketua partai pun tak sempat merundingkan langkah
bersama mereka berikutnya, ada diantara mereka yang segera
berdiri untuk membalas hormat, tapi ada juga yang masih tetap
duduk berdiam diri saja berlagak sebagai seorang ketua dari suatu
perguruan besar.
Ci long taysu, ketua Siau lim pay dan Keng hian totiang, ketua Bu
tong pay segera tertawa terbahak bahak dan bangkit bersama,
kemudian mempersilahkan Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe
leng untuk memasuki ruangan tengah. Setelah mengambil tempat
duduk, mereka baru bertanya sambil tertawa :
995 "Thi ciangbunjin benar benar seseorang yang pegang janji,
kedatanganmu cepat sekali, tentunya kabar baik yang hendak
disampaikan kepada kami bukan?"
"Ya, aku dan Pek leng siancu So Bwe leng bersedia mendampingi
kalian untuk bersama sama memperjuangkan keadilan dan
kebenaran bagi umat persilatan!"
"Thi ciangbunjin benar benar berpandangan luas, inilah
keberuntungan buat umat persilatan," seru Keng hian totiang
kemudian sambil tersenyum ramah.
"Omitohud!" seru Ci long taysu pula dengan cepat, "tindakan dari
Thi ciangbunjin ini benar benar merupakan suatu keberuntungan
untuk dunia persilatan, lolap amat memuji!"
Keputusan dari Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng
untuk bergabung dengan para pendekar sejati dengan cepat
disambut pula dengan gembira oleh setiap orang. Tapi setelah
berbicara sampai ke masalah bagaimanakah kerja sama itu harus
dilakukan, maka berbagai pendapat segera diusulkan.
Ada yang mengusulkan agar Thi Eng khi menampilkan diri untuk
mencegah kerja sama yang akan diselenggarakan pihak Thian liong
pay dengan Ban seng kiong tengah hari nanti. Ada pula yang
mengusulkan agar Thi Eng khi menghindari pertemuan tengah hari
nanti sehingga pihak partai partai besarlah yang akan munculkan diri
untuk mencegah diselenggarakannya pertemuan mana.
Ting Kong, ketua Cing sia pay yang pada mulanya berniat untuk
menyandera Thi Eng khi dan digunakan untuk memaksa Keng thian
giok cu Thi Keng membatalkan kerja samanya dengan pihak Ban
seng kiong, kini bangkit berdiri sambil berkata lagi:
"Menurut pendapatku, kalau toh Thi ciangbunjin bersedia untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, mengapa kita tidak meminta
kepada Thi ciangbunjin untuk berlagak seakan akan sudah ditangkap
oleh kita agar Thi tua bisa dipaksa untuk membatalkan niatnya itu?"
996 Mendengar perkataan tersebut, Pek leng siancu So Bwe leng
segera mendengus dingin, wajah memperlihatkan perasaan tak
senang hati. Thi Eng khi segera mengerling sekejap memberi tanda
kepada Pek leng siancu So Bwe leng agar tetap menahan sabar,
sedangkan dia sendiri tetap tersenyum belaka, seakan akan berlagak
seperti tidak mendengar perkataan itu.
Ketika Keng hian totiang mendengar perkataan dari Ting Kong,
ketua Cing sia pay itu, dengan cepat dia mengemukakan
pendapatnya : "Apa yang dipikirkan Ting ciangbunjin memang amat sempurna
dan seharusnya pinto ikut mendukung usulmu itu, sayang sekali
pinto masih ada dua hal lain yang perlu memohon petunjuk dari
kalian semua."
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
"Pertama, Thi sauhiap merupakan seorang ciangbunjin dari suatu
perguruan besar, bila kita harus bersikap seakan akan berhasil
menawannya, hal ini bisa jadi akan menyebabkan timbulnya amarah
dari segenap anggota Thian liong pay lainnya sehingga akibatnya
akan muncul suatu kejadian yang justru kebalikan dari apa yang kita
harapkan. Kedua, kita sebagai jago jago persilatan yang mengutamakan
keterbukaan dan kejujuran, apakah tindakan semacam ini tak akan
menodai kejujuran kita semua" Aku harap kalian sudi
mempertimbangkan kembali akan persoalan ini."
"Siaute setuju dengan pendapat dari Keng hian toheng ini!" seru
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cepat.
Ketua Tiong lam pay, Ku tiok siu Yap Han san segera berkata
pula : "Menurut aku, pendapat dari Keng hian toheng itu sudah kuno
dan kurang mencerminkan suatu ketegasan yang kita butuhkan, aku
rasa paling baik kalau kita gunakan cara yang diusulkan oleh Ting
ciangbunjin saja, selain daripada itu "."
997 Sorot matanya dialihkan ke atas wajah Thi Eng khi dan Pek leng
siancu So Bwe leng, kemudian membungkam dalam seribu bahasa.
Keng hian totiang sama sekali tidak menjadi gusar oleh ucapan
ketua Tiong lam pay, Ku tiok siu tersebut, tanyanya sambil tertawa :
"Saudara Yap, selain daripada itu kenapa lagi?"
Ku tiok siu Yap Han san nampak agak tersipu, setelah termenung
beberapa saat kemudian, dia baru minta maaf lebih dahulu kepada
Thi Eng khi sembari berkata :
"Apabila ucapanku nanti kurang sedap didengar, harap Thi
ciangbunjin sudi memakluminya."
Thi Eng khi tertawa.
"Apabila Yap ciangbunjin ingin mengucapkan sesuatu, silahkan
saja diutarakan, aku tidak akan tersinggung oleh perkataan itu ?"
Sekali lagi Ku tiok siu Yap Han san mendeham pelan sebagai
pernyataan bahwa perkataan tersebut amat sulit untuk diutarakan
keluar, akhirnya sesudah termenung beberapa waktu, dia baru
berkata lagi : "Pepatah kuno bilang : Meskipun kita tak boleh mempunyai
pikiran jahat, tapi pikiran jahat orang lain tak bisa tidak harus kita
cegah. Berhubung Thi lo dan So lo mempunyai hubungan yang luar
biasa dengan mereka berdua, maka aku rasa perlu buat kita untuk
sedia payung sebelum hujan. Bila Thi ciangbunjin bersedia menerima
usul dari Ting ciangbunjin, hal ini baru mencerminkan kesungguhan
hatimu untuk bekerja sama dengan kita semua."
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi mencak mencak saking
gusarnya, segera teriaknya :
"Bila kau tak percaya dengan kami, sekarang juga aku akan pergi
dari sini!"
Thi Eng khi jauh lebih berjiwa besar, sambil tersenyum katanya
kepada gadis tersebut :
"Adik Leng, jangan menimbrung dulu, Ci long siansu hendak
berbicara".."
998 Dengan wajah bersungguh sungguh Ci long siansu segera
berkata : "Pinceng jamin Thi ciangbunjin seia sekata lahir maupun batin, ia
benar benar memiliki jiwa yang besar untuk melawan kakeknya
sendiri".."
Kalau didengarkan sesungguhnya, maka perkataan dari ketua
Siau lim pay, Ci long siansu ini terlalu menyakinkan bahkan Thi Eng
khi sendiri pun merasakan nyalinya terlampau besar, namun dia juga
merasa terharu sekali sehingga tanpa terasa melemparkan
pandangan penuh rasa terima kasih kepadanya.
Sementara itu para lainnya sudah berseru tertahan dan bersama
sama mengalihkan pandangan matanya kearah pendeta itu dengan
harapan ia bisa menjelaskan lebih jauh. Setelah tersenyum kepada
Thi Eng khi, ketua Siau lim pay Ci long taysu baru berkata lagi.
"Tindak tanduk yang dilakukan Thi ciangbunjin dalam kuil kami di
kota Phu tian, oleh sute lolap Ci Kong telah dilaporkan kepadaku
dengan memakai ilmu menyampaikan berita tercepat. Menurut surat
Ci kong sute, tenaga dalam yang dimiliki Thi ciang bunjin sudah
mencapai tingkat yang luar biasa dan mampu menanggung
tanggung jawab untuk melawan Hian im tee kun, entah ucapan ini
benar atau tidak?"
Sambil tertawa Thi Eng khi segera membungkukkan badannya
menjura kemudian serunya :
"Ci kong taysu terlalu memuji, aku benar benar tidak berani
menerimanya ".!"
Untuk menghilangkan kecurigaan semua orang, secara ringkas Ci
long taysu lantas menceritakan semua tindak tanduk yang telah
dilakukan Thi Eng khi sewaktu berada di kuil Siau lim si cabang Phu
tian di propinsi Hok-kian.
Setelah mendengar semua kisah itu, semua orang baru
membungkam dalam seribu bahasa, pandang mereka terhadap Thi
Eng khi pun secara otomatis mengalami perubahan yang sangat
besar. Sesungguhnya mereka tidak menaruh pandangan apa apa
terhadap Thi Eng khi, kecurigaan mereka terhadap si anak muda
999 itupun tanpa dasar. Untung saja mereka semua adalah jago jago
persilatan yang punya nama maka perbedaan pendapat tadi pun
segera menjadi lenyap dan masing masing pihak pun tidak kukuh
lagi terhadap tuntutan masing masing.
Si Unta sakti Lok It hong segera melompat bangun, kemudian
sambil mencengkeram sepasang tangan Thi Eng khi serunya :
"Lolap bersikap kurang hormat kepada mu selama ini, harap Thi
ciangbunjin sudi memaafkan!"
Menyusul kemudian, Ting kong ketua dari Cing sia pay, Ku tiok
siui Yap Han san ketua dari Tiong lam pay dan Cu Wan mo ketua
Hoa san pay sekalian datang meminta maaf. Gara gara peristiwa itu,
hubungan mereka semua pun terasa jauh bertambah akrab.
Jilid 31 Tentu saja perubahan ini menunjukkan kalau semua orang amat
mempercayai atas jaminan dari Ci long taysu, ketua dari Siau lim pay
ini, disamping boleh dibilang hal ini pun berkat sikap Thi Eng khi
yang menghadapi persoalan dengan tenang tanpa emosi, kegagahan
dan kebesaran jiwanya segera mempengaruhi hasil yang akhirnya
berhasil diraih.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang merasa paling
gembira, dia ada maksud agar Thi Eng khi mendemonstrasikan
sedikit kepandaiannya dihadapan orang banyak agar meningkatkan
tingkat kedudukan dalam dunia persilatan, maka segera usulnya :
"Aku si pengemis tua mempunyai sebuah usul agar usulku ini bisa
dipertimbangkan oleh para tayhiap sekalian dari berbagai partai."
"Cu pangcu mempunyai usul apa" Katakanlah, kami akan
memasang telinga baik baik dan mendengarkan dengan seksama!"
kata ketua Siau lim pay Ci long siansu sambil tertawa.
"Walaupun pertemuan hari ini disponsori oleh ketua Siau lim pay
dan ketua Bu tong pay untuk bersama sama mencegah Thian liong
pay bergabung dengan Ban seng kiong, namun kedua orang
1000 ciangbunjin ini sama sekali tidak menawarkan diri sebagai pemimpin
para jago, bila kita merupakan sebuah rombongan tanpa kepala,
menurut pendapat aku si pengemis tua rasanya kurang tepat, maka
kita harus memilih seorang pemimpin yang mengatur strategis dan
tindakan kita semua agar kekuatan kita terhimpun dan tak sampai
tercerai berai, entah bagaimana menurut pendapat saudara
sekalian?"
Begitu usul diutarakan, yang lain segera mendukung, semua
orang merasa perkataan dari pengemis tua ini masuk diakal. Thi Eng
khi bukan orang bodoh, tentu saja dia dapat menebak maksud hati
dari engkoh tuanya itu, tapi berada dalam posisinya sekarang,
sesungguhnya dia merasa ada kesulitan untuk menerima tawaran
mana, maka cepat cepat dia bangkit berdiri sambil berseru :
"Ketua Siau lim pay Ci long taysu merupakan seorang tokoh
persilatan yang berkedudukan paling tinggi di dalam dunia
persilatan, sepantasnya bila kita pilih dia sebagai pemimpin kita
semua." Sebelum semua orang memberikan pendapatnya, ketua Siau lim
pay Ci long taysu sudah menggoyangkan tangannya berulang kali
seraya berkata :
"Jangan, jangan pilih lolap, yang bisa menjadi seorang pemimpin
di dalam peristiwa ini adalah mereka yang memiliki tenaga dalam
dan ilmu silat yang amat tinggi, lolap pernah dikalahkan oleh Tiang
pek lojin, jadi kurang cocok buat lolap untuk memangku jabatan ini,
harap kalian sudi memilih orang lain saja."
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang segera tertawa :
"Kalau berbicara soal tenaga dalam serta kelihayan dalam ilmu
silat, maka kemampuan Thi ciangbunjin lah yang benar benar sudah
mencapai ke tingkatan tersebut, bila pinto tak salah melihat tak
seorang pun di antara kita yang hadir disini sekarang mampu untuk
menandingi kemampuannya itu."
Sesudah berhenti sejenak, ia melanjutkan :
"Cuma, kalau berbicara tentang masalahnya meskipun Thi
ciangbunjin memiliki kecerdasan dan kepandaian yang sanggup
memimpin kita semua, ditambah pula dengan semangat dan
1001 keberaniannya untuk mengorbankan cinta daripada kepentingan
umum, tapi tujuan kita sekarang adalah membawa Thi tua kembali
ke jalan yang benar mengingat jasa-jasanya dahulu bagi umat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

persilatan, tidak sepantasnya bila kita membiarkan Thi ciangbunjin
melakukan suatu tindakan yang tidak berbakti dengan melawan
kakeknya sendiri. Oleh sebab itu, menurut pendapat pinto, Thi
ciangbunjin tidak baik kalau diserahi tanggung jawab ini, daripada
Thi ciangbunjin yang harus berjuang demi menegakkan keadilan dan
kebenaran, dia harus melakukan perbuatan yang justru akan
membuatnya menyesal sepanjang masa, bila sampai demikian, maka
hilanglah maksud kita yang sebenarnya untuk menyayangi Thi
ciangbunjin."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kontan saja merasa
bermandikan keringat dingin, diam diam pikirnya :
"Ooooh, sungguh berbahaya, hampir saja aku memberikan
sebuah rantai kematian untuk saudara cilik!"
Pada dasarnya Thi Eng khi memang menaruh perasaan yang
menghormat terhadap ketua Bu tong pay, Keng hian totiang, kini
setelah mendengar uraiannya yang begitu memperhatikan
kepentingan serta kesulitannya, dia merasa bertambah terima kasih
lagi. Terdengar Keng hian totiang berkata lebih jauh :
"Thi ciangbunjin memiliki kepandaian silat yang amat lihay, dalam
hal ini kita tak boleh melupakan kemampuannya, tapi Ci long siansu
pun tak dapat menampik lagi untuk menerima tugas berat ini!"
Ucapan yang amat tepat dan bijaksana ini segera memperoleh
persetujuan dan pujian dari setiap orang. Ketua Siau lim pay Ci long
siansu pun merasa tak baik untuk berkata apa apa lagi, terpaksa dia
harus menerima jabatan tersebut dan memimpin para jago.
Sekarang semua orang menunggu Thi Eng khi
mendemonstrasikan kepandaian silatnya yang lihay. Thi Eng khi
yang dihadapkan dalam posisi yang cukup pelik, seandainya dia tak
mau mendemonstrasikan kepandaian silatnya, kendatipun para jago
1002 sudah bisa menghilangkan kecurigaan terhadap dia, namun
bobotnya di dalam pandangan mereka masih tetap terbatas sekali.
Oleh sebab itu, dia tidak membantah lagi, dengan langkah lebar
dia berjalan menuju ke ruang tengah, dibawah sorot mata para jago,
dia menggunakan sekali tarikan napas untuk melambung tinggi lima
depa secara pelan pelan, kemudian berhenti mengambang di tengah
udara, tidak naik, tidak pula turun kebawah.
Ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi yang melambung di udara
ini paling sulit justru terletak pada ketidak bergeraknya di tengah
udara, kesulitan mana pada hakekatnya beberapa kali lipat lebih sulit
daripada ilmu meringankan tubuh Leng khong siu tok itu sendiri.
Berbicara sampai kemampuan yang dimiliki kawanan ciangbunjin
pelbagai partai yang hadir disini sekarang, jago jago tangguh seperti
Keng hian totiang, ketua Bu tong pay maupun Ci long taysu, ketua
dari Siau lim pay pun belum berhasil mencapai ke tingkatan ilmu
Leng khong siu tok, apalagi untuk berdiri tak bergerak di tengah
udara seperti apa yang dilakukan Thi Eng khi sekarang.
Semua yang hadir adalah jago jago lihay dari dunia persilatan,
sudah barang tentu semuanya tahu akan mutunya suatu kepandaian
silat, kontan saja tepuk sorak berkumandang memecah keheningan.
Demonstrasi Thi Eng khi tidak sampai disitu saja, ketika tepuk
sorak sudah mulai mereda, dia pun berkata :
"Silahkan seorang ciangbunjin diantara kalian maju untuk
melepaskan sebuah pukulan ke atas tubuhku!"
Untuk dapat berdiri tak bergerak di tengah udara, kebanyakan
orang mengandalkan pada himpunan tenaga dalam yang disatukan
dalam pusar, dalam keadaan begini yang merupakan pantangan
terbesar adalah berbicara.
Tak heran kalau semua orang menjadi kaget bercampur
tercengang sampai matanya terbelalak dan mulut pada melongo,
siapa pun tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang
dimiliki si anak muda tersebut. Yang membuat orang tidak habis
1003 mengerti adalah dia masih minta kepada orang lain untuk
menyerangnya, entah apa yang menjadi tujuannya" Maka tak
seorang pun yang berani menanggapi permintaannya itu.
Melihat semua orang pada membungkam dan tak seorang pun
yang bersedia turun tangan, terpaksa Thi Eng khi berkata kepada Ci
long taysu, ketua dari Siau lim pay itu :
"Ilmu pukulan peh poh sin kun dari Siau lim pay sudah lama
termashur dalam dunia persilatan, silahkan ciangbunjin
menghadiahkan sebuah pukulan untukku."
Mendengar ucapan tersebut, timbul juga rasa ingin menang
dalam hati Ci long taysu, disamping dia pun tidak percaya kalau Thi
Eng khi sanggup menerima pukulannya dari tengah udara. Maka
sambil mengebaskan ujung bajunya, pendeta itu berseru :
"Kalau begitu, biarlah lolap memperlihatkan kejelekanku!"
Dengan gaya Li san ta gou (memukul sapi dari bukit seberang),
dia melepaskan sebuah pukulan ke arah Thi Eng khi dari kejauhan.
Thi Eng khi segera merangkap sepasang tangannya untuk
menyambut datangnya serangan dahsyat dari ketua Siau lim pay Ci
long taysu, tampak dia pelan pelan mendorong sepasang tangannya
itu ke depan. Tampak dua gulung tenaga pukulan saling membentur satu sama
lainnya hingga menimbulkan suara ledakan yang amat keras,
segulung hawa pukulan yang amat dahsyat segera timbul akibat
benturan itu dan menghamtam keatas langit langit rumah sehingga
jebol dan muncul sebuah lubang yang besar sekali. Tubuh Ci long
taysu, ketua dari Siau lim pay ini sama sekali tidak bergerak, akan
tetapi kakinya yang berpijak ditanah telah melesak sedalam lima hun
ke dalam tanah.
Ketika semua orang memandang pula kearah Thi Eng khi, tampak
sikapnya amat tenang, sama sekali tidak berkutik dari posisi semula,
ternyata ia sudah menerima sebuah pukulan Pek poh sin kun dari
ketua Siau lim pay ini dari tengah udara.
1004 Kesempurnaan tenaga dalam yang didemonstrasikan ini benar
benar luar biasa hebatnya sehingga tak terlukiskan dengan kata
kata. Semua orang dibikin terperanjat sampai membelalakkan
matanya lebar lebar dan untuk sesaat malah tak mampu
mengeluarkan sedikit suarapun. Kembali Thi Eng khi berkelebat
lewat, entah gerakan tubuh apakah yang dia pergunakan, tahu tahu
tubuhnya sudah balik kembali ke tempat duduknya semula bahkan
sambil menjura berulang kali dia berseru :
"Tontonan jelek! Tontonan jelek!"
Sekarang semua orang baru sadar kembali dari lamunan, tepuk
sorak sekali lagi bergema memecahkan keheningan. Kini, semua
orang benar benar merasa takluk dan kagumnya bukan kepalang,
secara otomatis rasa kuatir mereka terhadap keampuhan Hian im
Tee kun pun menjadi semakin kecil.
Pek leng siancu So Bwe leng sendiripun baru pertama kali ini
menyaksikan Thi Eng khi mendemonstrasikan kesempurnaan tenaga
dalamnya, dia pun bertepuk tangan dengan gembiranya, sambil
tertawa terbahak bahak serunya :
"Engkoh Eng, aku lihat tenaga dalammu telah memperoleh
kemajuan yang pesat sekali, bahkan jauh lebih hebat beberapa kali
lipat bila dibandingkan dengan dulu!"
Sementara orang sedang memuji dan menyampaikan selamat
kepada Thi Eng khi, mendadak dari depan pintu berjalan masuk
seorang anggota Hoa san pay yang secara langsung mendekati
ketuanya Cu Wan mo dan membisikkan sesuatu dengan suara lirih.
Begitu selesai mendengar bisikan tersebut, paras muka ketua
Hoa san pay Cu Wan mo segera berubah menjadi pucat pias, gerak
geriknya menjadi sangat tidak tenang. Setelah menjura kepada
semua orang, buru buru katanya :
"Berhubung aku ada urusan penting, maaf kalau tak bisa
menghadiri pertemuan tengah hari nanti, harap saudara, kalian sudi
memaklumi!"
Dengan amat tergesa gesa dia segera mengundurkan diri dari
tempat tersebut. Siapa tahu belum lama setelah ketua Hoa san pay
1005 Cu Wan mo berlalu, kembali muncul seorang anggota Tiong lam pay
yang membisikkan sesuatu ke sisi telinga ketua Tiong lam pay Ku
tiok siu Yap Han san.
Dengan perasaan gelisah dan cemas ketua Tiong lam pay Yap
Han san pun segera mohon diri dan mengundurkan diri dari situ.
Berikutnya, keadaan yang sama pun menimpa dua orang ketua
partai lainnya, mereka adalah :
Ketua Cing sia pay, Ting Kong ci
Ketua kuil Ci tiok an, Beng sin taysu
Mereka mengundurkan diri tanpa mengungkapkan alasannya
mengapa harus mengundurkan diri, hal ini membuat mereka yang
tetap tinggal menjadi bingung dan penuh diliputi tanda tanya. Yang
masih tinggal di dalam ruangan sekarang tinggal ketua Siau lim pay
Ci long taysu, ketua Bu tong pay Keng hian totiang, pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po, unta sakti Lok It hong, Ci song taysu
dan Ci kay taysu dari Siau lim pay, Keng it dan Keng ning totiang
dari Bu tong pay serta Thi Eng khi dan Pek leng siancu So Bwe leng.
Mendadak dari luar ruangan muncul kembali seorang pengemis
tua yang berlari masuk dengan napas terengah engah. Begitu
mengenali kalau pengemis tua itu adalah Kim kay (pengemis emas)
Ui Hui, salah satu diantara Ngo heng kay, dengan wajah tertegun
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera berteriak keras:
"Ui sute, apa yang telah terjadi?"
Pengemis emas Ui Hui tidak menjawab, melainkan berjalan ke
hadapan pengemis sakti bermata harimau, kemudian baru bersiap
sedia memberikan laporannya. Sambil tertawa nyaring pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po segera berseru:
"Tiada persoalan yang tak boleh didengar orang, bila Ui sute ada
persoalan, utarakan saja dihadapan semua orang!"
Terlintas selapis rasa malu diatas wajah pengemis emas Ui hui,
dengan agak tergagap katanya :
"Lapor pangcu, toya mestika tujuh ruas Jit ciap po ciang dari
perkumpulan kita telah hilang!"
1006 "Apa?" seru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dengan
perasaan terperanjat, "Jit ciat po siang telah hilang" Apa kerja kalian
semua ....?"
Perlu diketahui, Jit ciat po ciang merupakan toya yang menjadi
kekuasaan seorang pangcu dari Kay pang, kini benda mestika
tersebut telah hilang, apabila ketua Kay pang sekarang Cu Goan po
tak berhasil menemukannya kembali, bukan saja tak dapat menjadi
pangcu lagi, bahkan bisa jadi akan berakibatkan dijatuhkannya
hukuman yang berat terhadap dirinya.
Kontan saja datangnya berita ini membuat pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po menjadi amat gugup, oleh karena itu
tanpa terasa lagi dia mengumpat dan mencaci maki pengemis emas
Ui Hui habis habisan ....
Dengan kepala tertunduk rendah rendah, pengemis emas Ui Hui
berbisik dengan lirih:
"Yaa, tecu sekalian memang pantas untuk mati!"
Mendadak pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
menghela napas panjang.
"Aku tak dapat menyalahkan kalian, aku pikir mundurnya para
ciangbunjin pelbagai partai tadi juga disebabkan peristiwa yang
sama, kalau begitu perbuatan ini sudah pasti merupakan hasil karya
dari Hian im Tee kun". !"
Sesudah menghela napas panjang, tiba tiba ia tertawa seram dan
melanjutkan : "Aku si pengemis tua tak dapat memikirkan banyak persoalan
lagi, terpaksa kita harus berjalan selangkah diperhitungkan
selangkah, sekarang saudara cilik sedang membutuhkan bantuan,
aku tak bisa meninggalkan dia dengan begitu saja."
Kemudian setelah berhenti sejenak, terusnya :
"Cepat panggil Ngo heng kay untuk datang menerima perintah,
sedangkan tentang hilangnya toya mestika Jit ciat po ciang kita
bicarakan nanti saja."
1007 "Baik!" jawab pengemis emas Ui Hui cepat.
Setelah memberi hormat kepada Thi Eng khi, dia segera
membalikkan badan dan berlalu dari sana. Thi Eng khi benar benar
merasa terharu sekali, apalagi menyaksikan kebesaran jiwa
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang bersedia
mengesampingkan masalah besar partainya demi membantu dia,
kehangatan dan kebijaksanaannya ini membuat emosinya meluap.
Tanpa terasa dia mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring,
suara pekikannya membuat seluruh jagad seakan akan bergetar
keras. Empat puluh delapan ekor kuda dan sebuah kereta yang sangat
indah sedang menelusuri jalan raya yang lebar menuju ke arah
gedung Bu lim tit it keh. Diatas empat puluh delalan ekor kuda itu,
duduklah lelaki dan perempuan dalam jumlah yang seimbang.
Dua puluh empat lelaki kekar berpakaian ringkas warna merah
bergerak dimuka membuka jalan. Dua puluh empat gadis cantik
berpakaian ringkas dengan mantel warna hijau mengikuti dibelakang
kereta indah tersebut. Kereta kuda itu berjalan sangat cepat dan
menimbulkan suara yang gaduh, bagaikan sepasukan tentara yang
bersiap siap melancarkan serbuan.
Rombongan tersebut tak lain adalah para utusan dari gedung Ban
seng kiong yang dikirim ke gedung Bu lim tit it keh untuk mencaplok
perguruan Thian liong pay. Kini, mereka sudah berada hanya dua
puluh li saja dari gedung Bu lim tit it keh tersebut. Di depan sana
merupakan sebuah bukit kecil yang menonjol dengan pepohonan
yang rimbun, tempat itu merupakan sebuah kebun buah yang
luasnya mencapai puluhan hektar.
Dalam waktu singkat, rombongan besar dari Ban seng kiong itu
sudah sampai di atas bukit kecil tersebut. Baru saja rombongan
besar itu sampai diatas bukit kecil, mendadak terdengar suara
ringkikan kuda dan teriakan manusia yang ramai, disusul kemudian
seluruh rombongan berhenti berjalan.
1008 Rupanya di tengah jalan telah muncul sepasang muda mudi yang
tampan dan cantik menghadang jalan pergi mereka. Di belakang
sepasang muda mudi ini berjajar pula sepuluh orang pendeta,
sepuluh orang tosu, enam orang pengemis, seorang nikou ditambah
dengan dua orang kakek berusia enam puluh tahun.
Sepuluh orang pendeta dipimpin oleh ketua Siau lim pay Ci long
taysu, dengan menyusun kesembilan orang jago lihaynya, mereka
membentuk sebuah barisan Siau lo han tin yang tangguh. Sepuluh
tosu dipimpin oleh ketua Bu tong pay Keng hian totiang, mereka
membentuk Jit seng kiam tin yang ampuh, sedangkan sisa tiga
orang yang ada melakukan pelindungan dari luar untuk menghadapi
segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Enam orang pengemis dipimpin oleh pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po, dia menitahkan Ngo heng kay untuk
membentuk sebuah barisan Ngo heng tin yang tangguh. Seorang
nikou, tentu saja Sam ku sinni adanya. Dua orang kakek berusia
enam puluh tahunan adalah pencuri sakti Go Jit dan Sam ciat jiu Li
Tin tang. Sedangkan pemuda tampan di barisan terdepan adalah Thi


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Eng khi, di sebelah kirinya tak lain adalah Pek leng siancu So Bwe
leng. Kini, mereka sedang berusaha untuk menghadang orang orang
Ban seng kiong agar tak dapat melalui bukit tersebut. Dua puluh
empat orang lelaki kekar dari Ban seng kiong itu segera
memencarkan diri ke arah dua sisi, sementara dua puluh empat
orang gadis cantik bermantel hijau dengan mengawal kereta indah
tersebut bergerak ke ujung barisan dan berhenti dihadapan Thi Eng
khi serta So Bwe leng.
Dari antara kedua puluh empat orang gadis bermantel hijau itu,
segera melompat turun dua orang yang berlari ke depan kereta dan
menyingkap kain tirai. Dari dalam kereta segera muncul dua orang
perempuan yang cantik jelita bak bidadari dari kahyangan. Yang
seorang berpakaian merah, sementara yang lain memakai baju
hijau, Thi Eng khi mengenali mereka sebagai Hian im ji li (dua gadis
Hian im) yang berada dalam istana Ban seng kiong dewasa ini.
1009 Terutama sekali Ciu Lan yang mengenakan pakaian berwarna
hijau, dia pernah menyaru sebagai Pek leng siancu So Bwe leng dan
pernah pula mengumpat Thi Eng khi habis habisan dalam istana Ban
seng kiong sehingga hampir saja membuat pemuda itu putus asa
dan menemui jalan buntu.
Begitu bertemu dengannya, pancaran sinar gusar segera
mencorong keluar dari balik mata Thi Eng khi. Rasa bencinya yang
membara membuat dia ingin sekali membacoknya sampai mati
untuk melampiaskan rasa benci dan dendam di hati.
Ciu Lan bersikap amat tenang, sama sekali tidak menganggap
sebelah matapun terhadap kegusaran Thi Eng khi, malah sambil
tertawa manis sapanya :
"Thi sauhiap benar benar kelewat banyak adat, kita kan orang
sendiri, mengapa kau harus menyambut kedatangan kami dari jauh"
Sungguh membuat kami merasa rikuh sekali, bagaimana kalau kita
meneruskan perjalanan bersama dengan naik kereta saja."
Thi Eng khi tertegun, dia sama sekali tidak menyangka kalau
gadis itu mempunyai ketajaman mulut yang begitu lihay, baru buka
suara sudah merebut posisi diatas angin. Setelah tertawa dingin
segera tegurnya :
"Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku untuk menyambut
kedatanganmu?"
Ciu Lan pura pura terkejut, kemudian serunya :
"Thi sauhiap, sejak kapan kau sudah meninggalkan perguruan
Thian liong pay?"
Dengan gusar Thi Eng khi membentak keras :
"Akulah ciangbunjin dari Thian liong pay, siapa yang bilang kalau
aku sudah melepaskan diri dari perguruan Thian liong pay?"
Ciu Lan tertawa ringan.
"Wah, ini membuat orang semakin tidak habis mengerti,
bergabungnya partai Thian liong pay ke dalam lingkungan Ban seng
kiong sudah menjadi masalah besar yang diketahui setiap orang, kau
1010 sebagai seorang ciangbunjin Thian liong pay bukan datang untuk
menyambut kedatangan kami, tentunya sudah diusir oleh yaya mu
sehingga menjadi seorang murid murtad atau cucu durhaka."
Kemudian sesudah menghela napas panjang, terusnya :
"Aaai.... aku sudah tahu kalau kau adalah seorang manusia yang
tak bisa menghormati orang tua, kalau toh sudah diusir oleh yaya
mu, apakah kau anggap masih pantas untuk menyebut dirimu
sebagai anggota Thian liong pay?"
Saking gusarnya, Thi Eng khi tertawa seram :
"Heeeh".. heehhh". Heeehhh". Kau tak usah bersilat lidah
denganku lagi, aku tidak mengijinkan kalian lewat, mau apa kalian!"
Jelas amarahnya sudah memuncak sampai pada batas
kemampuannya. Pek leng siancu So Bwe leng segera maju
selangkah ke depan, kemudian katanya sambil tertawa :
"Engkoh Eng, jangan marah, budak siaumoy ini memang seorang
manusia rendahan yang tak pernah memperoleh didikan, biar
siaumoy saja yang memberi pelajaran kepadanya."
Kemudian sambil menuding kearah Ciu Lan, serunya :
"Kau menuduh orang lain tak tahu hormat, bagaimana dengan
kau sendiri" Tentunya kau mengerti tentang perbedaan tingkat
kedudukan bukan" Setelah seorang budak menjumpai nonanya,
mengapa kau tidak berlutut untuk menyambut kedatanganku?"
Sewaktu Ciu Lan berada di rumah Tiang pek lojin, dia telah
melayani Pek leng siancu So Bwe leng sebagai seorang dayang. Jadi
apa yang dikatakan sebenarnya merupakan suatu kenyataan. Ciu
Lan sama sekali tidak menyangka kalau gara gara dia banyak
berbicara sehingga berakibat Pek leng siancu So Bwe leng mengorek
kembali borok dalam tubuhnya, kontan saja dia mendengus dingin.
"Apa yang terjadi dimasa lampau tak lebih hanya suatu taktik
belaka, memangnya kau angggap sungguhan?"
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa terbahak bahak.
1011 "Haaahhh". haaahhhh". haaahhhh".. siapa yang
mengharapkan kau bersungguh sungguh" Aku tak lebih hanya ingin
mempermalukan dirimu saja, terus terang kuberitahukan kepadamu
sekarang bukan waktunya lagi untuk bersilat lidah, apabila kalian
mempunyai kepandaian untuk menangkan kami, tentu saja kami
akan lepaskan kalian pergi, kalau tidak lebih baik kalian sipat ekor
dan cepat cepat kembali ke istana Ban seng kiong."
Paras muka Ciu Lan berubah menjadi dingin seperti es, sahutnya
kemudian : "Baik! Pun kiongcu akan membacok mampus kau si budak yang
bermulut tajam lebih dulu."
Ujung bajunya segera dikibaskan dan jari tangannya yang tajam
langsung mencengkeram keatas wajah Pek leng siancu So Bwe leng.
Dimana serangannya dilancarkan segera terasa hawa dingin Hiam im
cing khi memancarkan keluar melalui ujung jari tangannya.
Diam diam Pek leng siancu So Bwe leng merinding, coba kalau
dia belum pernah menelan pil Tay tham wan dari Siau lim pay dan
dibantu Thi Eng khi untuk menembusi kedelapan urat nadinya,
mungkin dalam satu gebrakan saja dia sudah akan dibikin keok.
Akan tetapi Pek leng siancu So Bwe leng yang sekarang adalah
seorang perempuan yang memiliki kepandaian silat ajaran dari Tiang
pek lojin dan Sam ku Sin, ditambah lagi nadi Jin meh dan Tok meh
nya sudah berhasil ditembusi, ilmu kiu coan hian kang dari Tiang pek
lojin dan Budhi ceng lek dari Sam ku sinni juga sudah dikuasai penuh
hingga tenaga dalamnya memperoleh kemajuan pesat, pada
hakekatnya kepandaian silat yang dimilikinya sekarang sama sekali
tidak berada di bawah kepandaian dari Sam ku sinni. Maka sambil
tertawa dingin serunya :
"Budak ingusan, apabila nonamu tidak memberi pelajaran yang
setimpal, rasanya kau pun pasti akan bertambah jumawa sehingga
tak tahu diri!"
Diantara getaran sepasang bahunya, dia melayang maju sejauh
lima depa dari posisi semula, begitu lolos dari cengkeraman Ciu Lan,
1012 dia segera membalikkan badan sambil melancarkan sebuah bacokan
dengan ilmu Budhi ceng lek.
Angin pukulan yang menggulung keluar bagaikan sebuah
gelombang dahsyat saja, langsung menyapu kearah pinggang Ciu
Lan. "Sebuah serangan yang amat bagus!" seru Ciu Lan sambil
tertawa riang. Ujung bajunya dikebaskan berulang kali, jari tangan dan telapak
tangan dipergunakan bersama sama, dalam waktu singkat dia sudah
melancarkan empat buah serangan berantai. Pek leng siancu So Bwe
leng menjadi sangat terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka
kalau gerak serangannya dari Ciu Lan yang disertai dengan kobaran
hawa murni Hian im cing khi tersebut nyatanya tidak berada di
bawah ilmu Bu dhi ceng lek ajaran gurunya.
Padahal Ciu Lan sendiripun merasa amat terperanjat dengan
kenyataan tersebut, dia mengetahui paling jelas tentang tenaga
dalam yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe leng, walaupun dalam
pandangan sementara umat persilatan, perempuan itu termasuk
seorang jagoan kelas satu, tapi didalam pandangannya, perempuan
itu masih belum berkemampuan apa apa untuk ikut mencantumkan
namanya di dalam dunia persilatan.
Tapi setelah terjadi pertarungan sekarang, dia baru merasa
bahwa tenaga dalam yang dimiliki gadis tersebut bukan saja dapat
dijajarkan dengan deretan nama nama jago tangguh dalam dunia
persilatan bahkan selisihnya dengan apa yang dimiliki menjadi tak
banyak, hal inilah yang segera membuatnya menjadi terperanjat dan
kebingungan setengah mati "..
Sekali lagi kedua sosok bayangan manusia itu saling bersatu
untuk melangsungkan pertarungan jarak dekat, serangkaian
serangan cepat melawan cepat berkobar amat serunya dalam waktu
singkat ratusan gebrakan sudah lewat, kedua belah pihak masih
tetap bertahan dengan seimbang, ternyata untuk beberapa waktu
1013 sulit rasanya untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang
kalah. Semakin lama waktu berlarut, pertarungan yang berlangsung pun
semakin mengendor dan tidak segencar tadi lagi, bayangan tubuh
kedua orang itu pun lambat laun semakin kelihatan jelas. Tatkala
Sam ku sinni menyaksikan muridnya bisa bertarung dengan mantap,
tenaga dalamnya pun makin sempurna sehingga tidak kalah dengan
kesempurnaan sendiri. Dalam gembiranya dia lantas berbisik kepada
Thi Eng khi dengan ilmu menyampaikan suara :
"Keberhasilan anak Leng pada hari ini tak lain merupakan berkah
dari sauhiap, pinni sungguh merasa berterima kasih sekali."
Dengan ilmu menyampaikan suara pula Thi Eng khi menjawab :
"Locianpwe, kesemuanya itu merupakan jasa cianpwe yang telah
memberi pendidikan kepadanya serta daya kasiat pil Tay tham wan
dari Siau lim pay, apa yang boanpwe lakukan tak lebih hanya
menyempurnakan apa yang sudah ada, harap cianpwe jangan
berkata bagitu, boanpwe akan merasa malu sekali dibuatnya."
Sementara itu, Ci long taysu ketua dari Siau lim pay dan Keng
hian totiang ciangbunjin Bu tong pay yang menyaksikan pertarungan
antara So Bwe leng dengan Ciu Lan, diam diam menghela napas
panjang, mereka merasa semakin malu lagi.
Di samping mereka merasa sedih akan ketidak mampuan partai
partai kaum lurus dalam kepandaian silat, di pihak lain mereka pun
merasa putus asa sekali atas ketangguhan kekuatan pihak Ban seng
kiong. Mendadak dua orang yang sedang bertarung dengan tangan
kosong ditengah arena itu saling berpisah satu sama lainnya,
kemudian kedua belah pihak sama sama meloloskan senjata tajam
masing masing. Pek leng siancu So Bwe leng mencabut keluar
sebuah senjata Tangan Buddha kemala hijau sepanjang satu depa
delapan inci, inilah senjata tajam andalan Sam ku sinni ketika masih
berkelana di dalam dunia persilatan dulu, Hun hoa giok ci (jari
kemala pemisah bunga) yang menggetarkan dunia persilatan.
1014 Sebaliknya Ciu Lan menggunakan sebuah senjata yang berbentuk
seperti telapak tangan, seluruh benda tersebut berwarna merah
darah, kelima jari bertekuk membentuk gaya mencengkeram,
panjangnya satu depa dan rupanya lebih pendek delapan inci kalau
dibandingkan dengan senjata Hun hoa giok ci dari Pek leng siancu
So Bwe leng tersebut.
Sam ku sinni merasa terperanjat sekali setelah menyaksikan
senjata telapak tangan berwarna merah yang berada di tangan Ciu
Lan itu, kuatir kalau Pek leng siancu So Bwe leng tertipu, dengan
suara lantang dia pun berseru :
"Leng ji, hati hati! Senjata telapak tangan berwarna merah yang
berada di tangan Ciu Lan itu merupakan senjata beracun di dunia ini.
Benda tersebut bernama Hian im kui jiu (tangan setan angin dingin),
tampaknya cuma satu, tapi setelah dipergunakan maka setiap saat
bisa memanjang sampai tiga depa lebih, selain daripada itu, pada
ujung jari tangan tersebut tersimpan jarum Hian im ciam yang
lembut seperti bulu kerbau, apabila tombol rahasianya di pencet
maka jarum tersebut bisa meluncur untuk melukai orang. Jarum
mana khusus untuk memecahkan ilmu hawa khikang pelindung
badan, kau harus bertindak sangat hati hati."
Bukan saja perkataan tersebut sengaja ditujukan kepada Pek leng
siancu So Bwe leng, diapun sekalian memberitahukan hal ini kepada
Thi Eng khi. Mendengar keterangan tersebut, Thi Eng khi segera
berkerut kening, sepasang matanya memancarkan cahaya tajam
yang menggidikkan hati. Sambil mengawasi senjata Hian im kui jiu di
tangan Ciu Lan, dia tak berani bertindak secara gegabah.
Sementara Sam ku sinni masih berbicara lagi, kedua belah pihak
telah terlibat kembali dalam suatu pertarungan yang amat seru.
Tampak senjata Kun hoa giok ci yang berada di tangan Pek leng
siancu So Bwe leng berubah menjadi segulung cahaya hijau yang
bermain di tengah udara saja, segera mengurung seluruh badan Ciu
Lan dan berputar tiada hentinya.
Cahaya berwarna merah yang terpancar dari balik senjata Hian
im kui jiu dari Ciu Lan pun bergerak kian kemari di tengah kepungan
cahaya hijau yang berlapis lapis, walaupun keampuhannya tidak
1015 melebihi cahaya hijau yang terpancar keluar dari senjata hun hoa
giok ci tersebut, akan tetapi jurus serangan yang dipancarkan
sedikitpun tidak kalah dibandingkan dengan pihak lawan.
Tampaknya Pek leng siancu So Bwe leng sudah dibikin tertarik
sekali oleh jalannya pertarungan, dia seperti melupakan pesan dari
Sam ku sinni saja, jurus serangan yang dipergunakan pun semakin
ganas, dia lebih banyak meneter musuhnya untuk memaksakan
suatu kemenangan dalam waktu singkat.
Sebaliknya Ciu Lan pun menghadapi desakan musuhnya dengan
suatu pertarungan ganas dan sadis. Pada saat itulah Ciu Lan sedang
menusuk jalan darah Khi bun hiat ditubuh Pek leng siancu So Bwe
leng dengan jurus Jau ci huang swan (dari jauh menunjuk akhirat).
Pek leng siancu So Bwe leng segera menjatuhkan tubuh bagian
atasnya kebelakang, kemudian senjata Hun hoa giok ci nya
menggunakan jurus Ban hoa eng cun untuk menyongsong
datangnya serangan dari senjata Hian im kui jiu tersebut.
"Kraaak...." mendadak senjata Hian im kui jiu di tangan Ciu Lan
tersebut bukan saja telah bertambah panjang dua depa, bahkan
setelah tiba ditengah jalan mendadak saja gerak serangan itu
menjadi miring ke bawah dan langsung menotok jalan darah Hu ciat
hiat diatas lambung Pek leng siancu So Bwe leng.
Tiba tiba saja Pek leng siancu So Bwe leng menjadi amat
terperanjat, sekarang dia baru teringat dengan pesan gurunya, buru
buru tubuhnya berputar sembari tarik napas panjang panjang,
badannya dipaksakan untuk bergeser satu depa kesamping, nyaris
sekali dia termakan oleh sodokan senjata Hian im kui jiu dari Ciu
Lan. Siapa tahu duduknya persoalan tak segampang itu saja,
mendadak Pek leng siancu So Bwe leng merasakan pinggangnya
menjadi kaku, entah sedari kapan rupanya Ciu Lan telah
membidikkan jarum Hian im ciang yang secara telak menghantam


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sisi jalan darah Thian ci hiatnya.
1016 Jarum Hian im ciang tersebut bukan hanya khusus dipakai untuk
mematahkan pertahanan hawa khikang belaka, bahkan mengandung
racun yang sangat jahat, begitu tubuhnya kesemutan, Pek leng
siancu So Bwe leng segera merasakan pandangan matanya
berkunang kunang dan tubuhnya gontai, setelah itu roboh
terjengkang ke belakang.
Semenjak awal pertarungan tadi, Thi Eng khi sudah berjaga jaga
di samping Pek leng siancu, walaupun tenaga dalamnya amat
sempurna, toh pengalamannya masih kurang. Sewaktu menyaksikan
So Bwe leng berhasil meloloskan diri dari sergapan senjata Hian im
kui jiu dari Ciu Lan tadi, dia menganggap ancaman bahaya untuk
Pek leng siancu So Bwe leng sudah lewat, sehingga tak urung
pikirannya ikut bercabang pula. Siapa tahu, pada saat itulah Pek leng
siancu So Bwe leng telah termakan oleh sergapan gelap.
Di saat tubuh Pek leng siancu So Bwe leng masih gontai inilah
anak muda tersebut segera melayang maju ke depan dan
menyambar pinggang si gadis yang hampir roboh terjengkang ke
tanah itu, kemudian tak sempat menggubris Ciu Lan, dia segera
mengundurkan diri kearah belakang.
Semua gerakan tubuhnya dilakukan dengan kecepatan luar biasa,
tidak sempat terlihat bagaimana dia maju, tahu tahu semua orang
menyaksikan dalam bopongannya sudah bertambah dengan
seseorang. Tampaknya tidak seorang manusia pun yang tahu
dengan cara apakah dia telah menyelamatkan jiwa Pek leng siancu
So Bwe leng dari ancaman bahaya maut.
Hian im li Ciu Lan lebih tertegun lagi, sepasang matanya sampai
terbelalak lebar lebar dengan mulut melongo, untuk beberapa saat
lamanya dia hanya bisa memandang kearah Thi Eng khi dengan
wajah kebingungan dan tidak habis mengerti.
Sam ku sinni segera melayang kesisi tubuh Pek leng siancu So
Bwe leng, kemudian dengan wajah serius katanya :
"Leng ji sudah terkena jarum Hiam im ciam, jarum Hiam im ciam
amat beracun dan tiada obat penawarnya ...... aaaai, bagaimana
baiknya sekarang?"
1017 Thi Eng khi segera menotok jalan darah Ciang bun hiat, Thian
keng hiat, Kay khong hiat, Jit kan hiat, Cu cing hiat, Kwa pang hiat,
dan Kay khong hiat , tujuh buah jalan darah penting di tubuh Pek
leng siancu So Bwe leng. Kemudian dari sakunya dia mengambil pil
Kim khong giok leng wan dan menjejalkan tiga butir ke dalam mulut
Pek leng siancu So Bwe leng. Setelah menyerahkan kepada Sam ku
sinni, katanya :
"Soal racun yang mengeram dalam tubuh adik Leng, kini sudah
tak perlu dikuatirkan lagi, harap locianpwe berusaha untuk mencabut
keluar jarum Hian im ciam tersebut dari luka mulut adik Leng.
Boanpwe akan menghadapi sendiri siluman perempuan itu!"
Selesai berkata dia lantas menerjang ke hadapan siluman
perempuan Ciu Lan dan berseru gusar :
"Hatimu kelewat kejam, aku tak bisa membiarkan manusia
seperti kau tetap hidup di dunia ini."
Tidak menunggu sampai siluman perempuan Ciu Lan sempat
memberikan jawabannya, dia segera turun tangan melancarkan
sebuah totokan ke tubuh perempuan tersebut. Sedemikian cepatnya
serangan tersebut meluncur datang, ditambah lagi Hiam im li Ciu
Lan berada dalam keadaan tidak bersiap sedia, dengan gugup dia
lantas menyelinap ke samping untuk meloloskan diri.
Walaupun dia berhasil menghindari sergapan terhadap jalan
darah Hian ki hiat nya tersebut namun kekuatan jari tangan nya itu
toh sempat menghantam jalan darah Ngo li hiatnya juga. Begitu
lengannya terasa kesemutan, segenap kekuatan yang dimiliki pun
menjadi punah, tak ampun lagi senjata Hian im kui jiu tersebut
terlepas dari genggaman nya dan terjatuh ke tanah.
Berada dalam keadaan demikian, Ciu Lan tak berani memunggut
kembali senjata Hian im kui jiu nya lagi, dengan gugup ia
mengundurkan diri sejauh satu kaki lebih dari posisi semula. Thi Eng
khi amat membenci terhadap senjata tajam yang keji dan berbahaya
itu, dengan gemas ia menginjak Hian im kui jiu tersebut keras keras,
hawa murninya segera disalurkan lewat telapak kaki dengan maksud
untuk menghancurkan senjata mana.
1018 Dengan cepat dia dapat merasakan bahwa senjata Hian im kui jiu
tersebut dari baja asli yang kuat sekali, pada hakekatnya sukar
untuk dirusak. Pada saat itulah, Hian im li Ciu Lan segera berpaling,
melihat perbuatan pemuda tersebut, dia lantas mengejek sambil
tertawa dingin :
"Hian im kui jiu merupakan senjata mustika dari perguruan kami,
tak nanti senjata tersebut bisa dihancurkan dengan mengandalkan
kekuatan luar, aku lihat lebih baik tak usah membuang tenaga
dengan percuma lagi ...."
Ejekan mana sinis sekali, senyuman dan suara tertawanya juga
amat menusuk pendengaran. Thi Eng khi mendengus dingin, dia
sama sekali tidak menggubris perkataan orang, ujung kakinya
segera mencukil senjata Hian im kui jiu tersebut hingga mencelat
setinggi tiga kaki lebih, lalu tangan kanannya menggapai dan senjata
Hian im kui jiu tersebut tahu tahu sudah terisap kedalam
genggamannya. Setelah itu anak muda tersebut berpekik amat nyaring, ditengah
pekikan mana, hawa murninya dikerahkan sampai mencapai dua
belas bagian lebih .....
Begitu selesai bersuit, dengan wajah bersungguh sungguh
serunya : "Sekarang juga aku akan menghancurkan Hian im kui jiu
tersebut, apabila aku tak mampu melakukannya, kalian boleh lewat
dengan sekehendak hati sendiri!"
Hian im li Ciu Lan segera tertawa terkekeh kekeh dengan suara
yang tinggi melengking dan amat tak sedap didengar.
"Heeehhhh.... heehhhhh..... heeehhh...... Toa ci, nampaknya
waktu untuk kita tak akan akan terbengkalai!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, sepasang
tangannya segera mencengkeram senjata Hian im kui jiu tersebut
kencang kencang, lalu sambil mengerahkan tenaga dalamnya ia
tekuk senjata yang terbuat dari baja asli itu sehingga patah menjadi
1019 dua bagian, setelah membuang gagang senjata, dia segera
mencengkeram senjata berbentuk telapak tangan setan itu dan
ditekan dengan kedua belah telapak tangannya.
Di dalam waktu singkat, senjata tersebut telah berubah menjadi
segumpal besi rongsokan. Demonstrasi tenaga dalam yang demikian
sempurnanya ini kontan saja membuat Hiam im ji li (dua wanita Hian
im) menjadi pucat pias lantaran terperanjat, tanpa terasa peluh
dingin pun jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
Tentu saja ketua dari Siau lim pay dan ketua dari Bu tong pay
yang tidak mengetahui sampai dimanakah kerasnya senjata Hian im
kui jiu tersebut sama sekali tidak menunjukkan perasaan kaget yang
luar biasa, mereka berdua hanya membungkam diri tanpa memberi
komentar apa apa.
Selang sesaat kemudian, dua perempuan Hian im tersebut sudah
berbisik bisik dengan suara lirih, nampaknya mereka sedang
merundingkan situasi yang sedang dihadapi saat ini. Menyusul
kemudian Hian im li Cun Bwee mengebaskan ujung baju merahnya,
empat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera melompat
turun dari punggung kuda masing masing sembari meloloskan
senjata tajam. Sedangkan Hian im li Cun Bwee juga telah meloloskan sebuah
senjata Hian im kui jiu. Rupanya Hian im kui ji tersebut semuanya
terdiri dari dua buah, oleh Hian im tee kun kedua senjata tersebut
diberikan kepada dua orang perempuan tersebut seorang satu.
Kini Hian im li Ciu Lan telah berganti menggunakan ruyung lemas
berwarna warni untuk menggantikan senjata Hian im kui jiu nya
yang telah musnah. Mendadak Hian im li Cun Bwee bersuit nyaring,
keempat puluh delapan orang lelaki perempuan itu segera bergerak
ke depan. Empat lelaki empat perempuan berpisah membentuk satu
regu dengan enam kelompok manusia yang terbagi bagi arahnya,
mereka sama mendekati Thi Eng khi ......
1020 Ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
segera membentak keras, dengan membawa Ngo heng ngo kay nya
dia menyerbu ke hadapan Thi Eng khi, serunya kemudian :
"Saudara cilik, harap kau mundur selangkah, biar kami yang
hadapi kerubutan mereka itu!"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Thi Eng khi
memandang sekejap wajah orang orang itu, kemudian sahutnya :
"Harap engkoh tua mundur, hari ini mereka datang untuk
mencari gara gara dengan Thian liong pay, sudah sewajarnya bila
siaute yang menghadapi mereka, apabila aku sudah tak mampu
untuk mempertahankan diri saja kalian baru menggantikan
kedudukanku ini. Sekarang, silahkan saja engkoh tua dan
ciangbunjin berdua menjaga mereka semua, jangan sampai ada
diantara mereka yang berhasil lolos dari bukit ini."
"Omitohud!" seru ketua Siau lim pay, Ci long taysu dari kejauhan
sana, "walaupun barisan Siau kiu tan goan tin dari kuil kami tak bisa
dibandingkan ketangguhannya dengan barisan Lohan toa tin, namun
pinceng percaya mereka tak akan mampu untuk menerjang keluar
dari kepungan kita!"
Keng hian totiang, ciangbunjin dari Bu tong pay segera
menyambung pula :
"Thi ciangbunjin tak usah kuatir, barisan pedang Jit seng kiam tin
dari partai kamipun bersiap sedia untuk menciduk setiap orang yang
berusaha kabur dari sini."
Dalam keadaan demikian, terpaksa pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po hanya bisa berpesan kepada Thi Eng khi :
"Kau harus berberhati hati!"
Kemudian dengan mengajak Ngo heng ngo kay mengundurkan
diri ke posisinya semula. Thi Eng khi segera mengeluarkan ilmu
gerakan tubuh Hu kong keng im untuk menerjang ke muka, tidak
menunggu lelaki perempuan anggota perkumpulan lawan menyerbu
datang, dia sudah melakukan tindakan lebih dahulu dengan
menerjang orang orang tersebut.
1021 Gerakan tubuhnya amat cepat, diantara kelebatan tubuhnya, jari
tangannya menyodok ke timur menotok ke barat, dengusan tertahan
segera berkumandang silih berganti, tak selang beberapa saat
kemudian kawanan lelaki perempuan itu sudah bertumbangan ke
atas tanah. Jangan toh memberikan perlawanan, untuk melihat jelas
wajah musuhnya pun tak sempat, tahu tahu saja tubuh mereka
sudah dirobohkan oleh Thi Eng khi. Menyaksikan hal mana, sisanya
menjadi ketakutan setengah mati dan bersama sama mengundurkan
diri kebelakang tubuh kedua perempuan Hian im tersebut.
Thi Eng khi segera tertawa keras.
"Haahhhs".. haaahh".. haaahh".. kalau dengan mengandalkan
kepandaian seperti inipun kalian ingin memperlihatkan kejelekan
dihadapan Thian liong pay kami, hmm" apakah orang persilatan d
dunia ini tak akan memandang rendah orang orang dari Ban seng
kiong kalian?"
Padahal kedua orang perempuan Hian im itu tahu kalau keempat
puluh delapan orang anggota mereka rata rata merupakan jagoan
lihay yang mempunyai nama besar dalam dunia persilatan tapi
berhubung jumlah mereka terlampau banyak dan kepandaian silat
yang dimiliki tak mampu dikembangkan ditambah pula tenaga dalam
yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna, gerakan tubuhnya pun
cepat bagaikan sambaran kilat, itulah sebabnya kemenangan
berhasil diraih oleh si anak muda tersebut secara mudah.
Sementara itu, kedua orang perempuan Hian im tersebut sudah
mulai menaruh perasaan bergidik terhadap Thi Eng khi. Jangankan
dibelakang Thi Eng khi sekarang masih terdapat sepuluh orang
pendeta, sepuluh orang tojin, enam orang pengemis dan seorang
nikou, sekalipun hanya Thi Eng khi seorang pun mereka lebih
banyak berada di pihak yang kalah daripada menang. Setelah
berunding sebentar, mereka memutuskan untuk tidak
mengundurkan diri dengan begitu saja.
Kedua orang perempuan Hian im tersebut segera menunjuk tujuh
orang lelaki dan bersama mereka berdua, sembilan orang bersama
sama terjun kearena untuk mengurung Thi Eng khi. Kepandaian silat
1022 yang dimiliki dua orang perempuan Hian im tersebut pada dasarnya
memang amat lihay ditambah pula tujuh orang lelaki itu merupakan
jago pilihan, dengan membentuk barisan Hian im kiu ciat tin, mereka
segera mengurung Thi Eng khi rapat rapat.
Thi Eng khi tentu saja tak perlu kuatir atau takut menghadapi
ilmu barisan tersebut nanum dia dapat merasakan bahwa barisan
yang dibentuk oleh kesembilan orang itu sekarang, sudah pasti jauh
lebih lihay da?ripada kerubutan orang orang banyak tadi.
Ciu Lan, salah seorang dari dua perempuan Hian im tersebut
segera menengok ke wajah Thi Eng khi, kemudian jengeknya :
"Thi ciangbunjin, apabila kau sanggup mengungguli ilmu barisan
kami ini, hari ini kami semua akn segera menarik diri dari tempat
ini!" Sementara Cun Bwee segera memutar senjata Hian im kui jiu nya
sebanyak tiga kali diatas kepala. Kemudian dengan memimpin
delapan orang lainnya, mereka mulai mengurung Thi Eng khi sambil
berputar mengelilinginya.
Thi Eng khi segera mendengus dingin.
"Hmmm, aku justru kuatir kalau sam?pai waktunya, kalianlah
yang tak mampu untuk meninggalkan tempat ini!"
Mereka sudah berputar sebanyak delapan lingkaran, pada saat
berputaran yang kesembilan kalinya itulah barisan Hian im kui ciat
tin akan segera mencapai pada puncak Kehebatannya, bila serangan
dilepaskan pada saat itu maka kedahsyatannya tak akan terbendung
oleh siapa saja.
Siapa sangka disaat itulah, mendadak dari kejauhan sana
berkumandang seruan seseorang dengan suara yang tak begitu
nyaring, tapi dapat didengar oleh setiap orang dengan jelas :
"Thi sauhiap memiliki ilmu sakti Heng kian sinkang Cu sim ci cu
Thio Biau liong, kalian semua bukan tandingannya, ayo cepat
mundur semua!"
1023 Berbareng dengan seruan mana, segera terlihatlah sesosok
bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Thi Eng khi kuatir semua orang tidak mengetahui siapa
gerangan manusia yang barusan menampakkan diri itu, maka
menggunakan kesempatan tersebut segera teriaknya :
"Ooooh, rupanya Hian im Tee kun, telah berkunjung sendiri
kemari, tak heran kalau dalam sekilas pandangan saja kau sudah
mengenali asal usul dari sinkang yang kugunakan."
Hian im Tee kun segera mengawasi Thi Eng khi beberapa saat
lamanya, kemudian tertawa terbahak bahak :
"Haaahh... haaahh.... haaahh" sudah seratus tahun lamanya
lohu tak pernah berkelana dalam dunia persilatan, sungguh tak


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kusangka dan hari ini bisa berjumpa de?ngan seorang yang secara
dipaksakan masih dapat menandingi lohu!"
Walaupun perkataannya itu bernada sa?ngat angkuh, jumawa
dan amat tekebur, namun maksud yang sesungguhnya tak lain
adalah mengangkat derajat Thi Eng khi dalam pandangannya.
Sepanjang perjalanan menuju ke utara Thi Eng khi sudah banyak
mendengar tentang segala sesuatu mengenai Hian im tee kun
tersebut dari mulut Sam ku sinni. Diapun sadar bahwa tenaga dalam
yang dimiliki orang itu sudah mencapai taraf yang luar biasa sekali,
mungkin dikolong langit dewasa ini sulit untuk menemukan seorang
manusia pun yang mampu untuk menandingi kehebatannya.
Thi Eng khi sendiri memang berbakat bagus, dia pun sudah cuci
otot dengan mempergunakan empat macam obat mestika yang
dicari oleh keempat orang paman gurunya terutama setelah berhasil
mempelajari ilmu Heng kian sinkang, boleh dibilang seluruh manfaat
obat mestika yang masih tersisa dalam tubuhnya telah terhisap dan
termanfaat semua. Semuanya itu masih ditambah lagi dengan ilmu
sim hoat perguruan yang lihay, sehingga keberhasilan yang berhasil
dicapainya sekarang, pada hakekatnya tidak diketahui dengan jelas
oleh dirinya sendiri.
Hal ini tak bisa dikatakan ia bodoh, berhubung pelajaran itu
diajarkan semasa ia masih muda, ditambah lagi kemajuan yang
1024 berhasil dicapainya pun diluar kemampuan orang biasa. Hal ini pun
yang membuat dirinya tak sanggup untuk mengenali kemampuannya
sendiri. Dengan perkataan dari Hian im Tee kun sekarang, maka tak
salah lagi kalau dia telah menyamakan keberhasilan yang berhasil
diraih Thi Eng khi sekarang sudah hampir menghadapi taraf
kemampuan sendiri. Thi Eng khi pribadi masih tidak terpengaruh
oleh ucapan tersebut, namun sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam
pengemis, seorang nikou dan Sam ciat jiu Li Tin tang serta pencuri
sakti Go jit sekalian merasakan hatinya seperti terombang ambing di
tengah awan, seolah olah pujian dari Hian im tee kun itu ditujukan
kepada mereka. Sebab kini mereka sudah tahu kalau dalam dunia
persilatan, akhirnya muncul juga seseorang yang mampu untuk
menandingi kemampuan Hian im Tee kun.
Berhadapan dengan manusia buas yang berilmu tinggi ini
walaupun Thi Eng khi merasa hatinya sangat tegang, na?mun dia
sama sekali tak berani gegabah, sekuat tenaga dia berusaha untuk
menenangkan diri dan tak sampai membuat perhatiannya menjadi
bercabang, setelah itu sahutnya dengan lantang :
"Terima kasih banyak atas pujianmu itu aku tak berani
menerimanya...."
Kemudian sesudah berhenti sejenak, dengan wajah serius
katanya lebih jauh :
"Cuma aku sama sekali tidak merasa bangga oleh pujianmu itu!"
Hawa amarah segera berkobar didalam dada Hian im Tee kun,
namun amarah tersebut tak sampai diperlihatkan diatas wajahhya,
memincingkan mata dan tertawa ujarnya :
"Belum pernah ada seorang pemuda yang berusia sebaya dengan
kau berhasil menca?pai tingkatan yang begini tinggi apalagi yang
belum membuatmu merasa puas?"
"Apabila badai dan bencana yang me?ngancam dunia persilatan
dapat kuhilangkan saat itulah aku baru merasa amat bangga!"
1025 Hian im Tee kun segera tertawa terbahak bahak sesudah
mendengar perkataan itu.
"Haaahh.... haaahhh.... haaahhh". agaknya pendapat seorang
enghiong memang selamanya sama, apa yang menjadi cita cita Thi
sauhiap tak lain adalah apa yang lohu pikirkan, apabila kita bersedia
untuk bekerja sama, rasanya tak sulit untuk menghilangkan bibit
bencana dari dunia persilatan, dengan demikian, bukankah apa yang
kau harapkan pun akan segara tercapai?"
Apa yang dikatakan Hian im tee kun tersebut kedengaran masuk
akal dan sulit sekali untuk dibantah. Untuk sesaat lamanya Thi Eng
khi menjadi termenung, ia sedang menyusun kalimat untuk
membongkar maksud jahat Hian im Tee kun tersebut.
Siapa sangka pencuri sakti Go Jit salah mengira Thi Eng khi
sedang mempertimbangkan tawaran dari Hian im Tee kun tersebut.
Sebagai seorang yang berasal dari Ban seng kiong, tentu saja dia
cukup mengetahui akan rencana busuk Ban seng kiong untuk
menguasai dunia persilatan. Kuatir kalau Thi Eng khi termakan oleh
bujukan lawan sehingga mengalutkan rencana dan merugikan
dirinya sendiri, buru buru serunya dengan suara lantang :
"Thi ciangbunjin, kau jangan mau berkomplotan dengan harimau,
apalagi mendengar bujuk rayunya!"
Mencorong sorot mata tajam dari balik mata Hian im Tee kun,
ditatapnya wajah si pencuri sakti Go Jit tajam tajam, kemudian
dengan gusar menegur keras :
"Kaukah yang bernama pencuri sakti Go Jit?"
Seperti apa yang diketahui, jumlah anggota yang bergabung
dengan Ban seng kiong banyak sekali, meskipun pencuri sakti Go Jit
merupakan seorang jago tua yang amat termashur namanya dalam
dunia persilatan, akan tetapi kedudukannya dalam istana tidak
begitu penting, ia pun bukan seorang manusia yang mempunyai
keahlian khusus. Oleh sebab itu, ditinjau dari pertanyaan yang
diajukan oleh Hian im tee kun tersebut bisa diketahui kalau jarak
hubungan diantara mereka amat jauh, bahkan pemimpin dari Ban
seng kiong ini tidak begitu mengenal dirinya.
1026 Sewaktu sorot mata Pencuri sakti Go Jit saling berbenturan
dengan tatapan mata dari Hian im Tee kun, tanpa terasa tubuhnya
menjadi bergidik.
"Hamba.."
Mungkin disebabkan terpengaruh oleh kewibawaan Hian im Tee
kun, maka tanpa disadari ia telah membahasai diri sebagai "hamba"
kembali. Tapi begitu ucapan mana diutarakan, dia baru merasa kalau
keadaan tidak benar, cepat cepat gantinya. "Yaa, betul, akulah Go
Jit!" Dengan nada suara yang amat datar kembali Hian im Tee kun
berkata : "Kau adalah orang pertama yang berani berkhianat terhadapku
semenjak pun Tee kun mendirikan Ban seng kiong, hmm"
tampaknya nyalimu benar benar amat besar!"
Dibalik nada suara yang datar, lamat lamat terselip hawa napsu
membunuh yang benar benar menggetarkan sukma. Pencuri sakti
Go Jit tak berani membantah, namun paras mukanya telah berubah
menjadi pucat pias seperti mayat. Kembali Hian im Tee kun berkata
sam?bil tertawa :
"Memandang diatas wajah Thi saubiap, pun Tee kun bersedia
memberi pengampunan untuk kesalahanmu itu, sekarang ayo
kembali ke samping Kiongcu berdua."
"Terima kasih atas budi kebaikan Tee kun!" sahut Pencuri Go Jit
dengan suara gemeter.
Sungguh aneh sekali kalau dibicarakan, ternyata dia segera
bergerak maju tanpa melawan, sama sekali beda dengan peringatan
yang diberikan kepada Thi Eng khi tadi. Sam ciat jiu Li Tin tang
segera menarik lengannya sembari membentak keras : "Saudara Go,
jangan ke situ!"
Pencuri sakti Go Jit tertawa rawan.
1027 "Inilah budi kebaikan yang dilimpahkan Tee kun kepada siaute,
kalau tidak siau?te bisa jadi akan terperosok dalam keadaan yang
benar benar mengenaskan"
Hian im Tee kun yang mendengar perkataan tersebut segera
tertawa, sambungnya dengan cepat :
"Kau memang menurut sekali, nanti pun Tee kun bersedia untuk
mempertimbangkan kembali akan kesalahan itu!"
Pencuri sakti Go Jit segera membalikkan badan dan menjura
kepada sepuluh pendeta, sepuluh tosu, enam pengemis dan seorang
nikou itu, lalu katanya :
"Go Jit hanya punya awal tak ada akhir, moga moga tak sampai
mengecewakan kalian semua."
Kemudian dengan langkah lebar dia berjalan menuju ke arah
Hian im ji li berdiri. Thi Eng khi segera membentak dengan suara
menggeledek : "Asal jiwa ksatria mu masih tetap ada sekalipun diancam dengan
golokpun tak perlu kuatir. Go tayhiap, apa yang kau takuti."
Pencuri sakti Go Jit menghentikan langkahnya, kemudian
menyambut dengan perasaan kuatir :
"Kematianku seorang tak perlu disayangkan, tapi dengan
demikian akan memancing datangnya bencana bagi semua sobat
yang hampir di arena sekarang, itulah yang tidak dikehendaki oleh
Go Jit!" "Apa yang kau ucapkan tersebut sudah berada di dalam
dugaanku, bila aku tak bisa turut membagi kesulitan dengan Go
tayhiap buat apa aku menjadi sahabatmu selama ini."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia sudah
bertekad untuk menghadapi situasi macam apapun tanpa perasaan
menyesal. Pencuri sakti Go Jit benar benar merasa terharu sekali,
menyusul kemudian dia pun menghela napas panjang.
"Aaaai, setelah Thi ciangbunjin berkata demikian, aku merasa
semakin harus bagi diriku untuk pergi kesana!"
1028 Selesai berkata, kembali dia beranjak pergi dari situ. Thi Eng khi
menjadi melongo.
"Go tayhiap," segera teriaknya, "mengapa perkataanmu saling
bertentangan satu sama lainnya" Aku benar benar dibikin
kebingungan!"
Pencuri sakti Go Jit membuka mulutnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi dia pun segera merasa tidak seharusnya
mengutarakan perkataan mana, akhirnya setelah mengurungkan
niatnya, dengan membusungkan dada dia berjalan maju lebih jauh.
Hian im tee kun segera memanggil si pencuri sakti Go Jit,
kemudian katanya :
"Pun Tee kun mengijinkan kepadamu untuk mengungkapkan
peraturan dari istana kita kepada Thi sauhiap!"
Dengan suara lantang pencuri sakti Go Jit segera berseru :
"Peraturan ke lima dari Ban seng kiong berbunyi : Barang siapa
berani berkhianat terhadap istana, bila tertangkap maka dia akan
dijatuhi hukuman berat Ban ciat lun hui, apabila dia tak mau
menyerah dan mencoba untuk melarikan diri maka segenap sahabat
baiknya akan turut dijatuhi hukuman tersebut."
Jilid 32 Dari ucapan mana bisa disimpulkan bahwa bukan orang yang
berkhianat saja yang akan dijatuhi hukuman mati, bahkan semua
orang yang berada bersamanya akan turut mengalami nasib tragis
yang sama. Selesai membacakan pasal peraturan itu, dengan wajah
yang amat sedih si pencuri sakti Go Jit berkata lebih jauh :
"Aku si pencuri tua tak ingin menyusahkan rekan-rekan sekalian,
harap kalian sudi memaafkan!"
Kembali dia melanjutkan perjalanannya kearah Hian im ji li
berdua. Thi Eng khi tahu kalau keputusan tersebut terpaksa diambil
oleh pencuri sakti Go Jit demi keselamatan rekan rekannya, apalagi
1029 setelah menyaksikan keteguhan hatinya itu, anak muda tersebut
sadar bahwa rekannya ini tak mungkin bisa dibujuk dengan sepatah
dua patah kata saja apalagi saat itu memang tiada banyak waktu
untuk mengajaknya banyak berbicara, maka sambil tertawa terbahak
bahak katanya :
"Haaahhh. ..haaahhh....haaahhh.... Go tayhiap, selama aku Thi
Eng khi masih berada di sini, jangan harap rencanamu untuk
mengorbankan diri bisa terwujud seperti apa yang kau inginkan!"
Belum selesai dia berkata, tampak bayangan manusia berkelewat
lewat, tahu tahu pencuri sakti sudah kena dicengkeram oleh Thi Eng
khi dan dilemparkan kearah Keng it totiang dari Bu tong pay.
"Harap lindungi keselamatan Go tayhiap dengan barisan Jit seng
kiam tin perguruan kalian!"
Selesai berkata, dia sudah melayang balik ketempat semula. Hian
im Tee kun sama sekali tidak berkutik dari posisinya semula
meskipun dia menyaksikan Thi Eng khi mencengkeram orang dan
dilemparkan kedalam barisan Jit seng kiam tin. Menanti si anak
muda itu sudah balik kembali ke tempatnya semula, dia baru berkata
sambil tertawa :
"Patung lumpur hendak menyeberang jalan, untuk melindungi
keselamatan sendiri pun tak mampu, masih ingin menyelamatkan
jiwa orang ".. Hmmm! Thi sauhiap, apakah kau tidak kuatir kalau
tindakanmu itu akan menimbulkan bencana bagi orang orang Siau
lim pay dan Bu tong pay?"
Mendengar perkataan tersebut, Thi Eng khi menjadi tertegun,
kemudian pikirnya :
"Kalaupun aku sendiri tidak memikirkan persoalan ini, memang
tidak seharusnya menyeret orang lain dalam keadaan seperti ini.
Yaa, tindakan yang kuambil sekarang memang kelewat ceroboh!"
Perasaan menyesal segera timbul dalam hati kecilnya, baru saja
dia akan berpaling untuk minta maaf kepada rekan rekan dari Siau
lim pay dan Bu tong pay, mendadak terdengar Keng hian totiang,
ketua dari Bu tong pay sudah terkata dengan ilmu menyampaikan
suara. 1030 "Suatu persahabatan sejati tidak memperhitungkan soal untung
rugi, apalagi musuh tangguh berada didepan mata sekarang, harap
Thi ciangbunjin jangan memecahkan perhatian sehingga situasi kena
ditunggangi musuh."
Dari ucapan mana sudah jelas terdengar kalau mereka semua
siap sedia untuk menghadapi bencana bersama sama, disamping
memperingatkan kepada Thi Eng khi untuk meningkatkan
kewaspadaannya.
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat, dengan cepat dia berusaha
untuk menenangkan pikirannya, kemudian menghimpun te?naga
dalamnya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tak diinginkan, setelah itu dengan sikap tak acuh katanya
sambil tertawa hambar :
"Aku tidak kuatir untuk menghadapi banyak persoalan, lihat saja
nanti akan hasilnya."
Hian im Tee kun betul betul gusar sekali, namun diluar dia tetap
bersikap lembut dan lunak, kembali dia berkata :
"Thi ciangbunjin memang seorang enghiong hohan, pun Tee kun
paling suka dengan pemuda seperti kau, lebih baik tak usah kita
bicarakan lagi tentang masalah yang memuakkan hati itu,
bagaimana kalau kita berbincang kembali dari awal untuk mencoba
menjajaki suatu kerjasama diantara kita berdua?"
Dengan cepat Thi Eng khi menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Tiada persoalan yang dibicarakan lagi diantara kita berdua, aku
bersedia menerima petunjuk dari Tee kun!"
Meledaklah amarah dalam hati Hian im Tee kun, dia segera
mendongakkan kepalanya dan tertawa seram.
"Haaahhh". haaahhh... haaahhh". kau, kau"., kau anggap


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian yang kau miliki itu sudah mampu untuk menandingi pun
Tee kun" Pada seratus tahun berselang pun Tee kun sudah pernah
1031 mencoba kehebatan dari ilmu Heng kian sinkang tersebut akhirnya
yang mampus bukan pun Tee kun melainkan pihak lawan. Huuuh,
dengan mengandalkan hasil latihanmu selama dua puluh tahun,
sekalipun balik pada seratus tahun berselang pun paling banter
hanya bisa bertarung seimbang denganku, tapi hari ini ". hmmm,
kuanjurkan kepadamu, lebih baik janganlah keblinger oleh kata kata
pujianku tadi sehingga tak tahu diri!"
Paras muka Thi Eng khi berubah pula menjadi amat serius,
katanya dengan wajah bersungguh sungguh :
"Selama kebenaran berada ditanganku, tak akan kuhindari semua
kenyataan yang ada, sekalipun harus mempertaruhkan selembar
jiwa pun. Kini hanya sebuah jalan yang bisa kita tempuh, yakni kalau
bukan kau yang mampus, akulah yang binasa."
Seusai berkata, dia memandang sekejap ke arah dua orang
perempuan Hian im tersebut, lalu terusnya :
"Mereka semua bukan tandinganku, apabila Tee kun merasa jeri
untuk melangsungkan pertarungan, aku pun bersedia untuk
memberi kelonggaran dengan memberi kesempatan bagi kalian pada
hari ini untuk kembali ke istana Ban seng kiong."
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Hian im Tee kun
segera lenyap tak berbekas, serunya cepat :
"Kau benar benar seorang manusia yang tak tahu diri, aku akan
mengalah tiga jurus untukmu!"
Dengan cepat Thi Eng khi melepaskan tiga pukulan ke tengah
udara, lalu menyahut :
"Mengingat usiamu sudah lanjut, tiga jurusmu itu sudah
kuterima".."
Bayangan tubuh berkelebat, dia sudah menerjang ke depan,
pedang Thian liong kim kiamnya dicabut keluar dan menggunakan
jurus Tiang hong koan jit (pelangi panjang menutupi matahari)
langsung menusuk jalan darah Hu ciat hiat di lambung Hian im Tee
kun. Menghadapi musuh yang demikian tangguhnya ini, Thi Eng khi
masih belum mengerti apakah kemampuannya sanggup untuk
1032 menghadapi lawan atau tidak, maka dia tak berani bertindak
gegabah. Untung saja dia berusia lebih muda daripada musuhnya sehingga
tak usah lagi menjaga nama dan kedudukan, itulah sebabnya begitu
turun tangan dia lantas mencabut keluar pedang Thian liong kim
kiamnya. Maju sembari mencabut pedang, berkelebat sambil
melancarkan serangan, keempat gerakan itu dilakukan berbarengan
waktunya, membuat orang tak sempat untuk melihat jelas gerakan
tersebut. Seandainya musuhnya bukan Hian im Tee kun mungkin
jarang sekali ada yang mampu untuk menyambut serangannya itu.
Sebab gerakan tubuhnya terlampau cepat bagaikan sambaran petir
saja, tahu tahu ujung pedangnya sudah berada dua inci saja diatas
jalan darah Hu ciat hiat dari Hian im Tee kun.
Hian im Tee kun memang bukan manusia sembarangan,
menyaksikan datangnya tusukan pedang Thian liong kim kiam dari
Thi Eng khi tersebut, dia segera tertawa dingin kemudian jengeknya
: "Gerakan tubuhnya mah cukup bagus, sayang sekali dalam
pandangan pun Tee kun hal itu masih belum terhitung seberapa!"
Dia segera membalikkan telapak tangan kirinya dan
menggunakan sisi telapak tangannya dia sambut datangnya
ancaman pedang dari Thi Eng khi tersebut. Segulung tenaga pukulan
yang amat kuat dengan cepat menggerakkan pedang Thi Eng khi
sehingga miring ke samping dan menusuk ke tempat yang kosong
disamping kanan pinggangnya. Dalam keadaan demikian, terpaksa
Thi Eng khi harus melayang pergi dari situ.
Hian im Tee kun sama sekali tidak berkutik, tapi nyatanya dia
telah berhasil meloloskan diri dari serangan pertama Thi Eng khi. Di
dalam bentrokan mana, Thi Eng khi memang tidak berniat untuk
melakukan tindakan untung untungan, kegagalannya untuk menusuk
tubuh Hian im Tee kun juga sudah berada dalam dugaannya semula,
maka dia tidak merasa apa apa. Hanya disadari bahwa kesempurnan
tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun benar benar mengerikan
sekali. 1033 Berbeda sekali dengan apa yang dirasakan oleh Hian im Tee kun,
walaupun ia sudah tahu kalau Thi Eng khi memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna, toh dia masih menilai musuhnya terlampau
rendah. Dia tidak menyangka kalau kelihayan si anak muda itu jauh
diatas apa yang di duganya semula, bahkan dengan dia sendiri pun
tidak terpaut banyak, bayangkan saja bagaimana mungkin hatinya
tidak merasa terperanjat sekali"
Sekarang, dia sudah tak berani bertindak secara gegabah lagi,
sembari memutar sepasang telapak tangannya, dia berseru :
"Nah, kau pun boleh mencoba kelihayan dari pun Tee kun!"
Bahu tanpa bergoyang, badan tanpa bergerak, entah dengan
cara bagaimana dia bergerak, tahu tahu sudah mendesak kehadapan
Thi Eng khi, bahkan telapak tangan nya segera diayunkan ke depan
langsung menghantam keatas dada si anak muda itu. Serangan
mana dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan sama sekali tidak
membawa desingan suara, namun keganasan dan kelihayan benar
benar luar biasa.
Thi Eng khi yang lihay segera dapat menangkap bahwa serangan
kilat tersebut meski disertai dengan angin pukulan yang dahsyat tapi
yang berbahaya justru adalah deru angin dingin yang menusuk
tulang dibalik ancaman mana. Thi Eng khi tak berani menghadapi
ancaman tersebut secara gegabah, hawa murninya segera dihimpun
dari Tan tian untuk melindungi seluruh rongga dadanya agar hawa
dingin itu tak sampai menyusup kedalam tubuhnya.
Setelah itu dia berputar cepat menggunakan ilmu gerakan tubuh
Hu kong keng im yang disertai dengan gerakan Thian liong coan sin,
tangan kirinya dari serangan pukulan berubah menjadi serangan
cakar untuk mencengkeram pergelangan tangan lawan, sementara
pedang Thian liong kim kiam ditangan kanannya menyapu keluar
dengan jurus Tha yang jut seng (matahari baru terbit).
"Sebuah serangan yang sangat bagus!" seru Hian im Tee kun
sambil tertawa seram.
1034 Sepasang telapak tangannya segera berputar, dalam waktu
singkat telapak tangan maupun pedangnya sudah melancarkan tiga
belas jurus serangan dahsyat.
Dalam pada itu, jarum Hian im ciam yang bersarang ditubuh Pek
leng siancu So Bwe leng telah berhasil diangkat keluar oleh Sam ku
sinni, apalagi telah menelan pil Kim Khong giok lek wan pemberian
Thi Eng khi, pada hakekatnya racun keji tersebut berhasil
dipunahkan dan keselamatan jiwanya juga tidak terancam lagi.
Setelah mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, gadis itu
telah menjadi segar kembali.
Ketika dia membuka matanya dan menyaksikan Thi Eng Khi
sedang bertarung melawan seorang kakek berjubah hijau, bahkan
pihak lawan dengan mengandalkan tangan kosong telah berhasil
menahan serangan pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi,
dengan perasaan terperanjat pemudi ini menjerit lengking :
"Suhu, siapakah dia" Begitu sempurna tenaga dalam yang
dimilikinya .....!"
Sam ku sinni segera mencegah Pek leng siancu So Bwe leng
untuk berteriak serunya :
"Leng ji, jangan keras keras! Hati hati kalau sampai memecah
perhatian dari Thi sauhiap, orang itu adalah Hian im Tee kun!"
Pek leng siancu So Bwe leng menarik napas dingin, dia
mengenggam tangan sendiri kencang kencang dan mengikuti
jalannya pertarungan itu dengan melotot, saking tegangnya dia
sampai tak mampu bernapas. Bukan cuma gadis itu saja, bahkan
semua jago yang mengikuti jalannya pertarungan itupun seakan
akan melupakan keselamatan sendiri, seluruh perhatian mereka
telah dicurahkan ketengah arena dan menonton jalannya
pertarungan dengan hati berdebar.
Dalam pemunculannya yang terakhir di dalam dunia persilatan,
semua orang memang sudah tahu kalau kepandaian silat yang
dimiliki Thi Eng khi telah memperoleh kemajuan yang amat pesat
tapi sampai dimanakah kemajuan tersebut, orang masih bertanya
tanya d Golok Halilintar 10 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gelandangan 1
^