Pukulan Naga Sakti 18

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 18


alam hati. Sekarang orang baru tahu kalau pemuda itu amat
1035 tangguh, terutama sekali dalam pertarungannya melawan Hian im
Tee kun, baik serangan maupun pertahanan di luar secara bagus
sekali, bahkan kekuatan serangan yang dipergunakan juga dahsyat,
ditinjau dari keadaannya sekarang, sudah jelas kalau kekuatan
mereka berdua seimbang.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng yang menjumpai
hal ini benar benar merasa gembira serta memuji tiada hentinya.
Apalagi Sam ciat jiu Li Tin tang, saking terharunya air mata sampai
jatuh bercucuran dengan derasnya. Di tengah pertarungan, tampak
kedua orang yang sedang bertarung cepat itu, sekarang mulai
melambankan gerakan masing masing dan saling mundur sejauh
satu kaki lebih, gerakan yang digunakan pun amat lamban.
Pertarungan jarak jauh ini sepintas lalu tampak seperti mainan
saja, sedikitpun tak nampak berbahaya. Padahal pertarungan itu
sudah meningkat pada tahap yang paling berbahaya, mati hidup
mereka berdua justru akan ditentukan dari hasil pertarungan ini.
Waktu itu, pedang Thian liong kim kiam dari Thi Eng khi sedang
diputar sembari melakukan tusukan, serentetan cahaya tajam yang
menyilaukan mata segera memancar keluar dari balik ujung pedang
itu dan langsung menyerang ke hadapan Hian im Tee kun.
Sebaliknya Hian im Tee kun mengerahkan tenaganya tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, akan tetapi ditengah udara secara
lambat lambat terlihat selapis hawa berwarna hijau keputih putihan
yang menggulung kemuka.
Tampak kedua belah pihak sudah meningkatkan pertarungan itu
menjadi suatu pertarungan beradu tenaga dalam. Tampak Sam ciat
jiu Li Tin tang menjerit kaget bercampur gembira, kemudian sambil
menari nari gumannya :
"Aaaah.... aaah.... ini dia jurus Jit tin tiong thian (Matahari tepat
di tengah angkasa) dari Thian liong kiam hoat, ternyata dia telah
berhasil mencapai ke tingkatan melukai orang dari seratus langkah
.... Oooh, mungkin suhu dia orang tua pun akan merasa kagum
setelah menyaksikan peristiwa ini."
Menyusul kemudian sambil menghela napas panjang terusnya :
1036 "Aaai..... iblis tua ini memang sangat lihay, dengan ilmu Jit tin
tiong thian yang begitu hebat pun ternyata tak mampu untuk
melukai dirinya!"
Perlu diketahui dalam hal tenaga dalam Thi Eng khi telah
memperoleh kemajuan berkat ilmu Heng Kian sin kang peninggalan
Cu sim ci cu Thio Biau liong tapi berhubung waktu yang amat
singkat, hal ini membuat pemuda tersebut belum berhasil
menemukan kepandaian kepandaian lain di balik ilmu tersebut. Tapi
berhubung dia pintar, maka ilmu Heng kian sinkang tersebut telah
dileburnya menjadi satu dengan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin
kang dari Thian liong pay sehingga kekuatannya menjadi makin
bertambah. Akan tetapi, dalam setiap pertarungan yang
berlangsung, dia belum dapat memisahkan diri dari ilmu silat aliran
Thian liong pay serta ilmu meringankan tubuh Hu kong keng im dari
Bu im sin hong Kian Kim siang ......
Berbicara soal tenaga dalam, Thi Eng khi memang masih kalah
dengan Hian im Tee kun, tapi berhubung dia mengandalkan Thian
liong kim kiam yang memancarkan hawa pedang untuk melawan
Hian im Tee kun yang bertangan kosong, maka untuk sementara
waktu perlawanan masih bisa diberikan secara ketat.
Dalam waktu singkat, kedua belah pihak telah bertarung sampai
duaratus gerakan lebih. Meski dua ratus gerakan sudah lewat,
kenyataannya Hian in Tee kun belum juga berhasil menguasai
keadaan sebaliknya Thi Eng khi dengan cahaya emas melingkari
tubuhnya, selalu berhasil mengimbangi musuhnya tanpa
memperlihatkan gejala akan kalah. Padahal Hian im Tee kun adalah
seorang jagoan yang menganggap dirinya nomor wahid dikolong
langit, dengan kedudukan dan kemampuan yang dimilikinya,
jangankan kalah ditangan Thi Eng khi, sekalipun bertarung dalam
keadaan seimbang pun sudah cukup membuat dia kehilangan muka.
Tentu saja diapun dapat mengetahui kalau alasan yang
menyebabkan Thi Eng khi tidak sampai kalah adalah tajamnya
pedang Thian liong kim kiam tersebut. Sekalipun begitu, diapun
merasa rikuh dan malu untuk mencabut senjata tajamnya dalam
keadaan seperti ini. Apalagi didalam perjalanannya kali ini
1037 menelusuri dunia persilatan, dia selalu menganggap ilmu silatnya
tiada tandingan dikolong langit sehingga senjata andalannya Hian im
kui jin telah diserahkan kepada Hian im ji li. Maka walaupun dia tidak
kuatir ditertawakan orang pun, tak mungkin baginya untuk
mencabut senjatanya lagi.
Keadaan yang membuatnya kehilangan muka ini kontan saja
membangkitkan kemarahan yang luar biasa dari gembong iblis
tersebut, dia mulai berpekik dengan kerasnya mengikuti pergolakan
emosi yang membara dalam dadanya, paras mukanya pun berubah
dari putih menjadi hijau, lalu dari hijau berubah menjadi merah, kini
dia sudah mengerahkan tenaga dalam Hian im ceng lek nya hingga
mencapai dua belas bagian.
Thi Eng khi ibaratnya anak macan yang baru turun gunung, dia
tidak jeri barang sedikit pun menghadapi lawannya, setelah
mempunyai pengalaman bertarung sebanyak dua ratus gebrakan,
rasa jeri yang semula mencekam dadanya, lambat laun berhasil
dikendalikan kembali. Maka sewaktu dilihatnya paras muka Hian im
Tee kun telah berubah hebat, sadarlah dia kalau pihak lawan sudah
bersiap siap untuk mengerahkan segenap kekuatan yang dimilikinya
untuk membunuh dia.
Pemuda ini cukup tahu diri, ia mengerti kemampuannya untuk
bertahan sebanyak dua ratus gebrakan pun boleh dibilang telah
mengerahkan segenap kemampuan yang dimilikinya, kalau dibilang
apakah dia masih mampu untuk membendung serangan Hian im Tee
kun yang dilancarkan dengan sepenuh tenaga itu, rasanya harapan
mana tipis sekali. Walaupun tahu kalau bukan tandingan lawan,
apakah dia harus menyerah kalah dengan begitu saja"
Tidak! Thi Eng khi bukan seorang manu?sia yang gampang
menyerah dengan begitu saja, dia mempunyai tekad yang amat
teguh dan niat yang tak akan berubah sekalipun tak akan mampu
menahan serangan dari Hian im Tee kun, dia tetap akan
memberikan perlawanan dengan sekuat tenaga. Apabila dipaksakan
suatu pertarungan yang berakibat sama sama terluka, tentu saja hal
ini lebih baik lagi kalau tidak dia pun harus merontokkan
kewibawaan dan rasa percaya pada diri sendiri dari lawannya,
1038 sehingga dengan begitu, pengorbanannya menjadi sama sekali tidak
sia-sia. Maka dia pun mengerahkan segenap tenaga dalam yang
dimilikinya hingga mencapai pada puncaknya. Namun justru karena
dia sudah mempunyai tekad untuk memaksa musuhnya sama sama
terluka, maka sewaktu mengerahkan tenaga dalam pun dia dapat
mengatur tenaganya secara tepat. Atau dengan perkataan lain, dia
berusaha untuk melukai musuhnya separah mungkin dan
menghindarkan diri dari luka yang seringan mungkin sehingga tak
sampai Kehilangam nyawa.
Kini, kedua belah pihak sama sama telah menghentikan
pertarungan, empat mata saling bertatap pandang, mulut
membungkam, badan tak berkutik, tapi begitu bergerak maka sudab
pasti akan terjadi suatu pertarungan yang amat luar biasa.
Sam ku sinni segera dapat menangkap situasi yang tidak beres
maka dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara, dia berbisik
kepada ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po.
"Pertempuran yang berlangsung saat ini sangat berpengaruh atas
nasib dunia persilatan dimasa mendatang, menurut pendapat pinni,
walaupun tenaga dalam yang dimiliki Thi sauhiap sudah mencapai
tingkatan yang luar biasa, namun apabila diadu dengan gembong
iblis tua tersebut maka dia masih kalah dalam pengalaman, pinni
kuatir segala sesuatunya akan berlangsung di luar dugaan. Sekarang
aku minta kepada ciangbunjin berdua dan Cu pangcu untuk
melepaskan pikiran kalian untuk mencegah larinya musuh, cepat
himpun segenap kekuatan yang ada ikuti gerakan dari pinni.
Bilamana perlu kita harus mengorbankan diri, yang terpenting
adalah selamatkan Thi sauhiap dari ancaman bahaya!"
Ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay dan Pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po segera mengiakan, mereka tahu bila
usaha mereka untuk menyelamatkan Thi Eng khi gagal, maka
segenap kekuatan mereka akan tumpas disini pada hari ini juga.
Menyusul kemudian barisan Siao kit tan goan Lo han tin dari Siau lim
1039 pay dan Jit seng kiam tin dari Bu tong pay dan Ngo heng ngo kay
dari pihak Kay pang bersama sama mengikuti Sam ku sinni untuk
merapat ke belakang tubuh Thi Eng khi.
Tiba tiba Pek leng siancu So Bwe leng bertanya kepada Sam ku
sinni dengan suara lirih :
"Suhu, mengapa kau nampak kegitu tegang?"
Sekalipun Pek leng siancu So Bwe leng memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna, namun berhubung kekurangan pengalaman,
maka dia masih belum dapat menyaksikan ancaman bahaya maut
yang berada didepan mata.
Dengan ilmu menyampaikan suara, Sam ku sinni segera
memperingatkan kepada Pek leng siancu So Bwe leng :
"Leng ji, apabila terjadi sesuatu yang di luar dugaan dalam
pertarungan nanti, bawa tubuh Thi Eng khi dan menyelamatkannya
dari sini merupakan tugasmu."
Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan pula betapa
seriusnya situasi yang mereka hadapi, maka dengan ilmu
menyampaikan suara pula, dia segera bertanya :
"Bagaimana dengan kalian?"
"Kau tak usah mencampuri urusan kami, pokoknya kau harus
ingat, menyelamatkan Thi sauhiap berarti menyelamatkan seluruh
umat persilatan dari ancaman bahaya maut, asal Thi sauhiap bisa
hidup, sekalipun kau sendiri harus mengorbankan diri juga tak
mengapa, pokoknya yang paling penting dia harus tetap hidup."
"Suhu, kau tak usah kuatir" sahut Pek leng siancu So Bwe leng
dengan kening berkerut, "bagi anak Leng, aku dan engkoh Eng
hanya terdiri dari selembar nyawa!"
"Bagus sekali! Kau.... "
Belum sempat Sam Ku sinni menyelesaikan perkataannya,
terdengar Hian im Tee kun sudah membentak keras :
"Bocah keparat, lihat serangan!"
1040 Mendadak tubuhnya meluncur ketengah angkasa setinggi dua
kaki enam tujuh depa lalu dengan gerakan Cong eng phu toh
(burung elang menubruk kelinci) dengan membawa segulung
hembusan angin dingin menerkam keatas kepala Thi Eng khi, pada
saat itulah sepasang telapak tangannya baru didorong kemuka
melepaskan sebuah pukulan dahsyat yang mengerikan sekali
keadaannya. Disaat Hian im Tee kun dengan gerakan burung elang menubruk
kelinci, Thi Eng khi telah membuang pedang Thian liong kim
kiamnya ke samping kiri dimana tak nampak manusia, lalu dengan
telapak tangan kosong menyongsong datangnya serangan maut itu.
Thi Eng khi tahu kalau tenaga dalamnya sukar untuk melawan
serangan dari Hian im Tee kun yang dilepaskan dengan sepenuh
tenaga itu, apalagi baru saja dia membuang pedangnya dengan
mempergunakan ilmu pedang terbang, halmana membuat
tenaganya untuk membela diri semakin bertambah lemah. Tapi Thi
Eng khi tidak merasa gentar, dengan suatu tekad yang membawa
kecerdasan dan keberanian yang luar biasa, sambil mengerahkan
tenaganya untuk melindungi jantung, dia pun turut melejit ke udara
menyambut datangnya tubrukan dari Hiam im Tee kun tersebut,
bahkan kehebatannya sama sekali tak kalah jika dibandingkan
dengan gerakan Hian im Tee kun tersebut.
Sewaktu dua sosok bayangan manusia itu saling membentur
ditengah udara, dua gulung kekuatan yang maha hebat pun segera
saling membentur satu sama lainnya. Thi Eng khi mendengus
tertahan dan terjatuh kembali ke tanah, sepasang kakinya menancap
sampai sedalam beberapa depa, wajahnya berubah dari hijau
menjadi merah darah, tapi sekulum senyuman dingin masih tetap
menghiasi ujung bibirnya, sehingga hal ini membuat orang tak bisa
menduga apakah luka yang dideritanya itu berat atau ringan.
Hian im Tee kun juga segera memperdengarkan suara tertawa
yang menyeramkan. Disaat Thi Eng khi melayang turun ke tanah
dalam keadaan terluka dan Hian im tee kun baru saja tertawa seram
inilah, pedang Thian liong kim kiam yang dilontarkan Thi Eng khi ke
arah sebelah kiri itu sudah berputar satu lingkaran ditengah udara
1041 dan menyambar datang dari arah belakang tubuh Hian im Tee kun.
Belum habis Hian im Tee kun tertawa seram, tubuhnya sudah
terpercik darah segar ia segera berpekik seram, dengan jurus Im li
huan sin (membalikkan badan di tengah mega) melayang balik
keposisinya semula. Ketika telapak tangan kirinya diperiksa, darah
sudah membasahi seluruh lengannya ternyata lengan itu sudah
terpapas hilang separuh bagian. Sementara itu pedang Thian liong
kim kiam itu pun sudah melayang kembali ke tangan Thi Eng khi.
Dengan tangan kanannya Hian im Tee kun menotok jalan darah
di tangan kirinya untuk menghentikan aliran darah dan rasa
sakitnya, awan hitam seakan akan menyelamati seluruh wajahnya,
sambil memperdengarkan suara tertawa dingin yang mengerikan
selangkah demi setangkah dia berjalan mendekati Thi Eng khi.
Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng sekalian berada
dibelakang Thi Eng khi kontan saja menjadi kacau balau tak karuan,
mereka segera melaksanakan rencana semula dan bersama
menerjang ke depan, yang bertugas menghadang musuh segera
menghadang musuh dan menolong orang.
Siapa tahu pada saat itulah Thi Eng khi membentak keras:
"Berhenti!"
Suaranya amat nyaring dan penuh dengan hawa murni, ternyata
keadaannya tidak mirip dengan orang yang sedang terluka parah.
Mendengar bentakan tersebut, tanpa terasa Sam ku sinni sekalian
segera menghentikan langkah masing masing dna berkumpul
kembali di belakang Thi Eng khi. Hian im Tee kun juga kelihatan
tertegun, rasa kaget menyelimuti wajahnya, ternyata dia tak berani
maju lagi. Mencorong sinar tajam dari balik mata Thi Eng khi, dengan
gagahnya dia berdiri dengan pedang Thian liong kim kiam ditangan
lalu sambil menuding ke arah Hian im Tee kun, bentaknya :
"Iblis jika kau berani maju selangkah lagi aku akan menggunakan
sisa kekuatan yang kumiliki untuk beradu jiwa denganmu?"
1042 Paras muka Hian im Tee kun berubah berulang kali, tampaknya
dia dibikin keder juga oleh keangkeran Thi Eng khi sehingga rasa
percaya pada dirinya sendiri menjadi goyah. Apalagi setelah
menyaksikan telapak tangan kirinya yang terpapas separuh oleh


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bacokan pedang Thian liong kim kiam tersebut, dia nampak semakin
ragu ragu lagi. Akhirnya dia mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
"Haaahh...... haaahhh.... haaahhhh.... sejak terjun ke dunia
persilatan, belum pernah ada orang yang mampu menerima
seranganku dengan sepenuh tenaga, beruntung sekali kau tak
sampai mampus. Dengan kedudukan lohu sekarang, masa aku akan
turun tangan lagi kepadamu" Hari ini aku mengampuni jiwamu,
setiap saat kunantikan kedatanganmu di istana Ban seng kiong, saat
itulah kita boleh menentukan lagi siapa yang lebih jagoan diantara
kita." Selesai berkata, dia lantas melompat naik keatas sebuah kuda
kosong dan perintahnya kepada Hian im ji li :
"Memandang diatas wajah Thi sauhiap panggil kembali empat toa
tongcu, kita urungkan dulu masalah Thian liong pay!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Hian im ji li melompat
pergi meninggalkan tempat itu.
"Ayo berangkat!" Hian im Tee kun segera membentak keras
sambil mengebaskan ujung bajunya. Debu beterbangan keangkasa,
Hian im Tee kun diiringi para begundalnya segera berlalu dari situ.
Thi Eng khi masih tetap berdiri tegap bagaikan bukit karang,
mendadak saja paras mukanya berubah menjadi kaku, lalu terlihat
darah kental mengucur keluar dari bibirnya dan mengotori pakaian
yang dikenakan...
Menanti Hian im Tee kun sudah pergi jauh, semua orang baru
menghembuskan napas panjang, mereka segera berpaling dan siap
siap memberi hormat kepada Thi Eng khi. Akan tetapi setelah
menyaksikan keadaan dari Thi Eng khi tersebut semua orang baru
1043 merasa terperanjat dan tercengang sehingga untuk beberapa saat
lamanya mereka membungkam dalam seribu bahasa.
"Engkoh Eng, kenapa kau?" teriak Pek leng siancu So Bwe leng
sambil menubruk tubuh Thi Eng khi.
Begitu tubuh Thi Eng khi kena ditubruk oleh Pek leng siancu So
Bwe leng, pedang emasnya segera terlepas dari cekalan dan terjatuh
ke atas tanah, tubuhnya turut terjengkang pula kebelakang dan
roboh ke atas tanah. Untung Sim ku sinni bertindak cepat, dia
segera menyelinap kedepan dan menyanggah badannya, kemudian
setelah memeriksa sebentar denyutan nadinya dia berkata :
"Dengan luka dalam yang parah rupanya Thi sauhiap telah
mengerahkan sisa kekuatan yang dimiliki untuk membuat kabur Hian
im Tee kun, tapi justru gara gara perbuatan itu, dia telah
melenyapkan harapan sendiri untuk melanjutkan hidup,
pengorbanan ini benar benar mengagumkan dan patut dikagumi."
"Uhu ".." Pek leng siancu So Bwe leng segera berseru dengan
amat sedih, "Kau mengatakan engkoh Eng akan".. akan pergi" Aku
".aku ".."
Belum habis berkata, dia sudah jatuh tak sadarkan diri. Sam ku
sinni harus menahan tubuh Thi Eng khi, maka melihat Pek leng
siancu So Bwe leng jatuh tak sadarkan diri, dia menjadi gelisah
sampai mendepak depakkan kakinya berulang kali sambil mengomel
panjang lebar :
"Thi sauhiap belum lagi putus nyawa, bocah ini sudah tak mampu
menahan diri. Aaaai". benar benar keterlaluan."
Padahal dia sama sekali tidak menyangka kalau beberapa patah
katanya tadi betul betul membuat kecewanya hati orang. Sam ciat
jiu Li Tin tang segera menerima tubuh Thi Eng khi sembari berkata :
"Harap locianpwe menyadarkan nona Leng lebih dahulu,
kemudian kita baru berupaya untuk merundingkan pertolongan ini
dengan para ciangbunjin ...."
Sam ku sinni memandang sekejap kearah Thi Eng khi kemudian
menggelengkan kepalanya berulang kali dengan perasaan sedih,
1044 akhirnya dia menyingkir untuk mengurusi Pek leng siancu So Bwe
leng. "Omitohud!" Ci long taysu, ciangbunjin dari Siau lim pay memuji
keagungan Sang Buddha, "Ci kay sute, kau segera pulang ke bukit
Siong san dan bawa pil Tay tham wan yang terakhir menuju ke
gedung Bu lim tit it keh!"
"Baik!" sahut Ci kay taysu dengan cepat. Dia segera membalikkan
badan dan berlalu dari situ.
Sementara itu Keng hian totiang, ketua dari Bu tong pay telah
mengeluarkan sebuah botol porselen dan mengambil sebutir pil
berwarna hijau, sambil diletakkan di atas telapak tangannya, ia
berkata : "Pil ini merupakan pil Ci kim wan dari partai kami, harap Li
tayhiap segera memasukkan ke dalam mulut Thi ciangbunjin!"
Sam ciat jiu Li Tin tang menjadi girang sekali sesudah mendengar
perkataan itu, se?gera ujarnya :
"Ci kim wan merupakan pil mestika, pil pelindung nyawa bagi
ciangbunjin partai kalian, bagaimana.... bagaimana, mungkin partai
kami.... boleh.... boleh menerimanya!"
Sekalipun dimulut ia berkata demikian, namun toh segera
membuka geraham Thi Eng khi untuk menjejalkan obat tersebut ke
dalam mulut pemuda itu. Perlu diketahui, pil Ci kim wan merupakan
obat mestika yang tiada nilainya bagi aliran Bu tong pay, sekalipun
daya kerja obat tersebut tak bisa dibandingkan dengan Tay tham
wan dari Siau lim pay atau Toh mia kim wan dari Thian liong pay,
namun obat tersebut memang merupakan obat penyembuh luka
yang amat mustajab dalam dunia persilatan....
Di dalam partai Bu tong pay sekarang pun tinggal sebutir saja
yang selalu digembol ciangbunjin sebagai obat pelindung nyawa.
Biasanya, kendatipun anak murid sendiri yang terancam bahaya
maut pun mereka tidak berhak untuk menikmati pil mana. Tapi
sekarang Keng hian totiang dari Bu tong pay tak segan
mengorbankan Ci kim wannya, dari sini bisa diketahui betapa
1045 pentingnya Thi Eng khi buat mereka. Lagipula, ketika Ci kim wan
tersebut terjatuh ke tangan Keng hian totiang, jumlahnya tinggal
sebutir saja, hanya sama sekali tidak mengetahui akan hal ini.
Setelah Thi Eng khi menelan pil Ci kim wan dari Bu tong pay itu,
ternyata paras mukanya belum juga menunjukkan perubahan apa
apa. Sementara itu, Pek leng siancu So Bwe leng sudah sadar
kembali, tapi ia menangis dan tertawa silih berganti hal Ini membuat
semua orang merasakan pikirannya menjadi kalut, ternyata semua
orang lupa kalau dalam saku Thi Eng khi masih terdapat obat kim
khong giok lok wan yang hebat.
Seandainya obat Ci kim wan digabungkan dengan pil Kim khong
giok lok wan tersebut maka kendatipun luka yang diderita Thi Eng
khi lebih parah pun, seharusnya selembar jiwanya tak akan sampai
terancam oleh bahaya maut. Tapi sayangnya, justru pada waktu itu
tak seorang manusia pun yang teringat akan hal ini.
Awan kelabu segera menyelimuti seluruh bukit tersebut, terpaksa
semua orang memutuskan untuk membawa Thi Eng khi untuk balik
dulu ke Gedung Bu lim tit it keh sebelum menyusun rencana lebih
jauh. Thi Eng khi dipayang oleh Sam ciat jiu Li Tin tang berjalan
didepan, sedang dibelakangnya mengikuti sebaris jago jago silat
yang semuanya diliputi oleh perasaan sedih dan berat. Tatkala
semua orang baru saja turun dari tebing dan memasuki sebuah
hutan, mendadak dari sisi hutan tersebut melayang keluar sesosok
bayangan manusia yang bergerak menggunakan ilmu Hu kong keng
im. Dia menyambar lewat melalui samping tubuh Sam ciat jiu Li Tin
tang yang tak pernah menduganya itu. Didalam sekali gebrakan
saja, bayangan manusia tersebut telah berhasil menyambar tubuh
Thi Eng khi dari tangan Sam ciat jiu Li Tin tang, kemudian sekali
berkelebat sudah berlalu dari sana.
Peristiwa ini berlangsung amat cepat dan sama sekali diluar
dugaan siapa pun, selain dari pada itu tenaga dalam yang dimiliki
1046 orang itu sangat lihay, terutama sekali ilmu meringankan tubuhnya,
boleh dibilang tiada orang yang dapat melampauinya. Belum sempat
Sam ciat jiu Li Ti tang melihat jelas paras muka serta bentuk badan
orang itu, tahu tahu tubuh Thi Eng khi telah berpindah tangan.
Saking kagetnya, dia jatuh tak sadarkan diri. Hanya Sam ku sinni
seorang yang sempat melihat jelas paras muka orang itu, dia segera
berteriak keras :
"Aaaaah, dia adalah Bu im sin hong (angin sakti tanpa bayangan)
Kian tayhiap!"
Menanti dia hendak melompat ke depan untuk melakukan
pengejaran, orang tersebut sudah berada puluhan kaki jauhnya dari
tempat semula, untuk menyusulnya jelas sudah tak mungkin lagi.
Saking gemasnya dia sampai mendepak depakkan kakinya berulang
kali, tapi apa pula yang bisa dilakukan"
Pada saat itulah, terdengar Bu im sin hong Kian Kim siang
berkata dengan ilmu menyampaikan suara :
"Sekarang, lohu butuh untuk menyelamatkan jiwa orang, tak ada
waktu untuk ribut lagi dengan kalian, terpaksa segala sesuatunya tak
bisa diterangkan lagi!"
Di dalam kenyataan, semua orang tidak ada yang tahu kalau
sebetulnya Bu im sin hong Kian Kim siang hanya dicatut namanya
oleh pihak Ban seng kiong untuk dijadikan salah seorang dari ke
empat Toa tongcu, dalam keadaan demikian, sekalipun dia memberi
keterangan sampai lidahnya putus pun, jangan harap semua orang
bisa dibikin percaya dan menyerahkan Thi Eng khi untuk dibawanya
pergi. Itulah sebabnya, terpaksa dia harus mempergunakan cara
seperti ini untuk mencapai maksudnya.
Sementara Sam ku sinni masih berdiri tertegun, Pek leng siancu
So Bwe leng sudah menjerit lengking, kemudian tanpa
memperdulikan persoalan apapun melakukan pengejaran ke depan.
"Leng ji!" Sam ku sinni segera berteriak keras.
Dia pun ikut lari ke depan untuk menyusul Pek leng siancu So
Bwe leng yang sedang kabur didepan. Sesungguhnya ilmu
1047 meringankan tubuh Hu kong keng im yang dimiliki Bo im sin Hong
Kian kim siang memang tiada duanya di kolong langit dewasa ini,
ditambah pula tenaga dalamnya jauh lebih sempurna jika
dibandingkan dengan Pek leng siancu So Bwe leng maupun Sam ku
sinni, bayangkan saja bagaimana mungkin ke dua orang itu dapat
menyusulnya"
Tidak sampai empat lima li kemudian, kedua orang itu sudah
kehilangan jejaknya. Dalam keadaan begini, Pak leng siancu So Bwe
leng segera berhenti mengejar dan menangis tersedu sedu, untuk
sementara waktu dia tak tahu apa yang mesti dilakukannya. Sam ku
sinni segera maju menghampiri dan menghiburnya dengan beberapa
patah kata. Akhirnya dengan susah payah dia dapat juga mengajaK
Pek leng siancu So Bwe leng untuk kembali ke gedung Bu lim tit it
keh.... Rencana Thian liong pay untuk bergabung dengan pihak istana
Ban seng kiong pun menjadi batal dan berakhir sampai disitu. Ke
empat toa tongcu yang dikirim pihak Ban seng kiong ke partai Thian
liong pay pun mendapat perintah untuk meninggalkan partai Thian
liong pay. Ternyata Hian im Tee kun memang cukup dapat dipercaya
perkataannya, dia membuktikan untuk tidak menyulitkan anak murid
partai Thian liong pay lagi.
Keng thian giok cu Thi Keng merasakan peristiwa itu datangnya
sangat mendadak bahkan tidak sempat memberi petunjuk kepada
Pit tee jiu Wong Tin pak lagi, bersama Hian im ji li, mereka segera
mengundurkan diri dari situ. Pit tee jiu Wong Tin pak lebih
kebingungan lagi, dia merasa seakan akan sedang mendapatkan
sebuah impian buruk. Menanti Sam ciat jiu Li Tin tang bersama para
jago dari Siau lim pay, Bu tong pay dan pihak Kay pang sudah
sampai semua di gedung Bu lim tit it keh, semua orang baru
mengetahui sebab musabab pihak Ban seng kiong menarik diri dari
situ. Tapi setelah mengetahui kalau Thi Eng khi terluka patah dan
dilarikan orang, seluruh anggota partai Thian liong pay terjerumus
kembali dalam suasana yang sedih dan murung.
SEMENTARA itu, setelah Bu im sin hong Kian Kim siang berhasil
meloloskan diri dari pengejaran Pek leng siancu So Bwe leng dan
1048 Sam ku sinni, dia segera mencari sebuah gua dan mengeluarkan
botol berisi Kim khong giok lok wan dari sakunya, sekaligus dia
memberi tiga butir pil ke dalam mulut Thi Eng khi serta
mengerahkan tenaganya untuk menguruti sekujur tubuhnya.
Tak selang berapa saat kemudian, Thi Eng khi telah berhasil
disadarkan kembali. Kemudian sambil menempelkan telapak
tangannya diatas jalan darah Tan tian hiat dipusar Thi Eng khi, Bu
im sin hong Kian Kim siang berkata lagi :
"Saudara cilik, sekarang cobalah untuk mengatur napas, lohu
akan membantumu."
Segulung hawa panas segera mengalir masuk ke dalam
tubuhnya. Selang beberapa saat kemudian, Thi Eng khi
menggelengkan kepalanya dan menghela napas ucapnya :
"Percuma! Aku tak dapat mengumpulkan kembali segenap tenaga
dalamku...!"
Sebenarnya dia tidak seharusnya mengerahkan sisa kekuatan
yang dimiliki untuk menghardik Hian im Tee kun sehingga kabur
karena takut, sebab tindakannya itu sudah melanggar pantangan
yang paling besar bagi seorang jago persilatan. Sekarang walaupun
ada obat mustika yang membantu dirinya dan menyelamatkan
jiwanya namun hawa murninya juga turut putus bersamaan dengan
bentakan tadi. Di dalam hal ilmu silat maupun ilmu pertabiban, Thi Eng khi
mempunyai pengetahuan yang amat luas, dia bukannya tidak
mengetahui bahaya dari perbuatannya itu, namun dia terpaksa harus
berbuat demikian sebab apabila ia tak mau mengorbankan diri,
besar kemungkinan kalau peristiwa tersebut akan memancing
datangnya bencana yang jauh lebih besar dan jauh lebih mengerikan
lagi. Apakah Hian im Tee kun dapat melepaskan mereka semua"
Sudah jelas hal itu tak mungkin bisa terjadi. Namun Thi Eng khi
tetap bersikap amat tenang, dia sama sekali tidak merasa sedih
karena hawa murninya tak dapat terhimpun kembali, malah sembari
mengawasi Bu im sin hong Kian Kim siang, dia bertanya sambil
tertawa hambar :
1049 "Kian tua, kau tak usah membuang tenaga dengan percuma, aku
tahu kalau harapanku bisa sembuh tipis sekali. Tapi begini pun boleh
juga, bisa memulihkan kembali bentuK asliku yang tidak pandai
silatpun dapat membuat hatiku menjadi lega!"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menarik kembali tenaga
dalamnya, mula mula dia menggeleng dulu, kemudian ujarnya
dengan wajah bersungguh sungguh :
"Aku tahu kalau kau tak akan berlega hati, apakah kau lupa akan
keadaan kakekmu bersama kami beberapa orang tua bangka?"
Satu ingatan dengan cepat terlintas dalam benak Thi Eng khi
katanya kemudian sambil tertawa :
"Kalau begitu, kau benar benar adalah Kian tua!"
Ternyata dia masih menaruh perasaan curiga terhadap Bu im sin


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hong Kian Kim siang dan sekarang kecurigaan tersebut telah berhasil
dihapus, karena bila dia bukan Kian Kim siang yang sebenarnya, dari
mana bisa mengetahui keadaan dari ke empat orang tua tersebut"
Bu im sin hong Kian Kim siang memandang sekejap ke arah Thi
Eng khi, lalu sambil tertawa dan manggut manggut katanya :
"Kau sekarang lebih berpengalaman, lagi aku ingin bertanya
kepadamu, tahukah kau akan tugas dan tanggung jawab sekarang?"
"Sekalipun tahu, apalah gunanya?"
Dengan wajah bersungguh sungguh kembali Bu im sin hong Kian
Kim siang berkata :
"Kalau toh kau sudah mengetahui akan tugas dan tanggung
jawabmu, lohu menginginkan kau untuk membangkitkan kembali
se?mangatmu!"
Thi Eng khi segera tertawa getir.
"Sekarang apa lagi yang bisa kulakukan?"
"Aku menghendaki kau pergi mengadu nasib, jangan lupa akan
gua tempat tinggal dari Cu sim ci cu Thio locianpwe!"
1050 Begitu menyinggung tentang gua pertapaan Thio Biau liong,
dalam benak Thi Eng khi segera terlintas kembali berbagai obat
obatan dan kitab pusaka yang tersimpan di situ, hatinya segera
tergerak, pikirnya kemudian :
"Tiada jalan buntu didunia ini, dengan kemampuan yang dimiliki
Thio locianpwe, siapa tahu kalau dia mempunyai suatu kemampuan
untuk menolong keadaanku?"
Maka dia pun tidak memberikan pernya?taan apa apa lagi
sebagai pertanda kalau dia sudah menyetujui. Bu im sin hong Kian
Kim siang segera tertawa terbahak bahak sambil membopong tubuh
Thi Eng khi, dia lantas mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
dan bergerak menuju bukit Bu gi san.
Sepanjang jalan Thi Eng khi merasa amat rikuh karena harus
minta digendong terus, dia mengusulkan agar berganti memakai
kereta saja tapi usul tersebut segera ditolak oleh Bu im sin hong
Kian Kim siang. Dikatakan olehnya bahwa waktu pada saat ini amat
berharga sekali bagaikan emas, bagaimana mungkin kecepatan lari
kuda bisa dibandingkan dengan kecepatan larinya dengan ilmu
meringankan tubuh Hu kong keng im.
Ia bersikeras untuk membopong Thi Eng khi melanjutkan
perjalanannya menuju ke bukit Bu gi san. Menyaksikan kehangatan
dan kerelaan orang tua untuk berkorban, terpaksa Thi Eng khi hanya
menurut saja. Perjalanan tak mungkin bisa ditempuh dalam sehari
saja, namun semua waktu waktu yang penuh kesulitan tersebut
berhasil mereka atasi dengan sebaik-baiknya.
Akhirnya bukit Bu gi san pun muncul di depan mata. Melihat
tempat tujuan mereka sudah berada didepan mata, Bu im sin hong
Kian Kim siang segera mempercepat larinya ke depan. Dalam waktu
singkat mereka sudah memasuki daerah pegunungan tersebut dan
tidak lama kemudian telah berada dibawah bukit Sam yang hong .....
Setelah berunding sebentar, mereka memutuskan untuk masuk
kedalam gua melalui sumur Cu sim cing di kebun belakang kuil Sam
sim an..... 1051 Thi Eng khi tahu kalau didalam kuil Sam sim an tinggal Ciu Tin
tin, cuma dalam keadaan seperti ini dia tak ingin bersua muka
dengannya. Pertama, hal ini disebabkan dia tak ingin Ciu Tin tin
merasa sedih setelah menyaksikan keadaannya sekarang. Ke dua,
dia sudah terlalu banyak berhutang budi kepadanya, maka ia merasa
agak rikuh untuk berjumpa muka dengannya.
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang juga kuatir kalau
kehadiran Ciu Tin tin bisa mempengaruhi perasaan Thi Eng khi, oleh
sebab itu dia setuju kalau Thi Eng khi jangan bertemu dahulu
dengan gadis tersebut untuk sementara waktu. Maka mereka pun
mencari suata tempat yang tersembunyi untuk beristirahat sambil
menunggu datangnya malam hari untuk berangkat ke kebun
belakang kuil Sam sim an.
Tapi sewaktu mereka tiba di kuil Sam sim an, apa yang terlihat
membuat perasaan mereka tertegun dan amat sedih, sampai
setengah harian lamanya kedua orang itu tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun.
Ternyata kuil Sam sim an telah terbakar sampai habis.
Memandang puing puing yang berserakan serta asap yang masih
mengepul, bisa diduga kalau peristiwa kebakaran tersebut baru
berlangsung dua hari berselang. Sedangkan sumur Cu sim cing di
kebun belakang pun sudah dihantam orang sampai ambruk separuh.
Disamping itu, batang pohon dan daun yang rontok telah bercerai
berai melapisi permukaan tanah, ini menunjukkan kalau di sana
telah berlangsung suatu pertarungan sengit.
Dalam keadaan demikian, mau tak mau Thi Eng khi harus
memikirkan kembali keselamatan jiwa dari Ciu Tin tin, dia merasa
wajib untuk menye!idiki keadaan ini sampat jelas.
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mengabulkan permintaan
Thi Eng khi untuk mencari jejak si nona. Dia menurunkan anak muda
itu dan melakukan pencarian dibalik reruntuhan kuil yang telah
mengarang tersebut, akhirnya dia berhasil menemukan sesosok
mayat yang telah terbakar menjadi arang....
1052 "Orang ini sudah terbakar hingga hancur sama sekali, bagaimana
mungkin bisa diketahui siapakah dia?" kata Bu im sin hong Kian Kim
siang kemudian.
Dengan jantung berdebar keras Thi Eng kbi berseru :
"Di dalam kuil itu hanya berdiam Bu nay nay dan enci Tin berdua,
mungkinkah mayat ini adalah salah satu diantara mereka berdua?"
Tentu saja dia berharap mayat tersebut bukan salah satu
diantara mereka berdua. Dengan kening berkerut Bu im sin hong
Kian Kim siang berkata kemudian :
"Bila disaksikan dari keadaan yang ter?bentang didepan mata
sekarang, sudah pasti nenek Bu dan nona Ciu dipaksa berada
dibawah angin, kalau tidak tak mungkin kuil Sam sim an bisa dibakar
orang sehingga ludas menjadi begini rupa, moga-moga saja mayat
ini bukan mayat mereka."
Kedua orang itu terbungkam beberapa saat, perasaan mereka
amat sedih dan siapa pun tidak tega untuk meninggalkan tempat
tersebut. Mendadak mencorong sinar mata yang amat tajam dari
balik mata Bu im sin hong Kian Kim siang, dia berpaling ke arah
sebelah kiri, kemudian bentaknya keras keras :
"Siapa disitu" Ayo cepat menggelinding keluar!"
Bersama dengan bentakan tadi, dari sepuluh kaki disisi arena
nampak sesosok bayangan manusia berkelebat keluar dari tempat
persembunyian dan langsung meluncur ke muka. Orang itu
mengenakan baju serba hitam tapi berwajah putih, begitu bertemu
dengan Bu im sin bong Kian Kim siang dan Thi Eng khi, agaknya
kemarahan orang itu sudah tak terkendalikan, tanpa mengucapkan
sepatah katapun, sepasang tangannya segera dipisahkan ke
samping, kemudian dengan jurus Coo yu kay kiong (Kiri kanan
mementang busur) dia lepaskan dua pukulan dahsyat ke tubuh Bu
im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi.
Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah, tentu saja
dia tak mampu menahan serangan orang, untung saja ilmu
meringankan tubuh Hu kong keng im dari Bu im sin hong Kian Kim
siang sudah amat sempurna, dengan cepat dia menyelinap ke depan
1053 Thi Eng khi kemudian melepaskan sebuah pukulan untuk
menyambut datangnya ancaman tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang merasa gusar kepada orang itu
karena tanpa mengucapkan sepatah katapun sudah melancarkan
serangan untuk melukai orang, dia berniat untuk memberi
peringatan kepadanya, maka serangan yang dilepaskan itu
dilancarkan dengan tenaga sebesar enam bagian.....
Tenaga pukulan yang dilancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang
dengan tenaga sebesar enam bagian ini benar benar luar biasa
sekali, kekuatannya benar benar hebat dan tidak kalah dengan
seorang jagoan lihay. Tapi begitu ke dua gulung tenaga pukulan itu
saling membentur satu sama lainnya, Bu im sin hong Kian Kim siang
segera merasakan tenaga pukulannya menjadi ringan seakan akan
batu yang tenggelam di tengah samudra, hilang lenyap dengan
begitu saja. Sebaliknya tenaga pukulan orang itu masih sempat menyambar
tiba dan menghantamnya sampai seluruh tubuhnya bergoncang
keras. Untung saja tenaga pukulan orang itu sudah berkurang
banyak karena benturan dengan pukulan Bu im sin hong Kian Kim
siang tadi, dengan demikian tak sampai pula melukai tubuhnya.
Namun keadaan tersebut sudah cukup membuat Bu im sin hong
Kian Kim siang merasa amat terperanjat, tanpa berpikir panjang lagi
dia segera menggunakan tenaga sebesar sepuluh bagian untuk
melepaskan sebuah pukulan dahsyat :
"Kau pun harus merasakan juga sebuah pukulanku ini!"
Sebuah pukulan yang disertai dengan tenaga yang amat dahsyat
langsung menggulung ke arah orang tersebut. Orang itu segera
tertawa dingin.
"Heeehh... heeehhh... heeehh.... sekali pun tenaga pukulanmu
tidak lemah, sayang tak akan mampu untuk berbuat banyak
terhadap lohu!"
Sepasang telapak tangannya diputar lalu menghisap, desingan
angin tajam segera terhenti dengan begitu saja dan tenaga serangan
1054 yang dipancarkan Bu im sin hong Kian Kim siang pun segara tersapu
lenyap hingga tak berbekas. Bu im sin hong Kian Kim siang adalah
seorang jago tua yang berilmu tinggi, begitu menyaksikan gerakan
melingkar sambil menghisap yang dilakukan orang itu, dengan
perasaan terkejut segera serunya :
"Aaaah, inilah hua lik sin kang (ilmu sakti pemunah tenaga),
siapakah kau?"
Orang itupun nampak agak tertegun setelah menyaksikan Bu im
sin Hong Kian Kim siang berhasil menyebutkan nama dari ilmu
silatnya secara tepat, sahutnya kemudian :
"Lohu adalah Bu Im, hari ini akan kusuruh kalian kawanan
manusia laknat merasakan dahsyatnya ilmu pukulan Hua lik sin kang
ku ini ..... "
"Weeess.....!" sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan
ketubuh Bu im sin hong Kian Kim siang. Agaknya Bu im sin hong
Kian Kim siang mengetahui betapa lihaynya tenaga pukulan Hua lik
sinkang tersebut, sekalipun ilmu pukulan yang dimilikinya jauh lebih
hebat pun, jangan harap bisa melukainya, bila dia harus bertarung
melawannya maka lebih banyak dipukulnya daripada memukul,
maka tidak menanti serangan mana mencapai sasaran, dengan ilmu
langkah Hu kong keng im segera mundur selangkah, kemudian
sambil membopong tubuh Thi Eng khi meloloskan diri dari pengaruh
pukulan lawan ......
Ketika serangan yang dilancarkan oleh Bu Im itu tidak berhasil
mengenai tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan membawa
desingan angin pukulan yang amat dahsyat langsung menghantam
diatas sebuah batu cadas. Seketika itu juga batu cadas tersebut
hancur menjadi empat lima bagian. Menyaksikan serangannya tidak
melukai Bu im sin hong Kian Kiam siang, dengan cepat Bu Im
melanjutkan dengan serangkaian serangannya, seketika itu juga
angin pukulan dan bayangan telapak ta?ngan beterbangan kian
kemari, secara beruntun dia lancarkan tujuh delapan buah pukulan
ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang. Tapi semua ancaman
tersebut berhasil dihindari secara mudah dan cepat oleh gerakan
tubuh Hu kong keng im yang digunakan Bu im sin hong Kian Kim
siang tersebut.
1055 Dengan cepat Bu Im pun dapat merasakan akan kelihayan dari
gerakan tubuh Hu kong keng im yang dipergunakan oleh Bu im sin
hong Kian Kim siang tegurnya :
''Siapakah kau" Mengapa bisa mempergunakan ilmu gerakan
tubuh Hu kong keng im?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh... haaahh..... haaahhh.... Hu kong keng im merupakan
mereka terdaftar dari lohu, bila kau mengetahui ilmu gerakan
tersebut, tentunya bisa menduga bukan siapakah diriku ini.... ?"
"Ooooh, jadi kau adalah Bu im sin hong?"
Bu im sin hong Kian Kim siang manggut manggut.
"Betul! Lohu adalah Kian Kim siang."
Bu Im nampak agak tertegun, mendadak dengan wajah berubah
menyeringai seram bentaknya :
"Kaki tangan Ban seng kiong, lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Sepasang telapak tangannya segera diayunkan dan melancarkan
tubrukan Ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang. Ternyata, seperti
apa yang diketahui, Bu Im telah memperoleh hadiah buah mestika
Tiang kim ko dari Ciu Tin tin sehingga berhasil menghilangkan racun
yang mengeram dalam tubuhnya, meski kemudian dia telah
menghadiahkan ilmu Hua lik sin kang tersebut untuk Ciu Tin tin,
namun dia tetap merasa kalau tindakannya itu belum dapat
membayar budi kebaikan dari gadis tersebut.
Maka dia lantas teringat ketika mencari obat mujarab untuk
mengusir racun dulu, pernah menemukan sebuah buah Hian ko yang
bisa menghimpun tenaga dalam seseorang. Tapi berhubung buah
tersebut belum masak waktu itu, maka daripada merusak kasiat
buah tadi, hingga kini dia baru mengambilnya dan ingin dihadiahkan
kepada Ciu Tin tin sebagai hadiah yang terbaik untuk gadis tersebut.
1056 Itulah sebabnya dia lantas meninggalkan bukit Sam yang hong
mengunjungi lembah tersebut dengan bersusah payah dan
mempertaruhkan jiwa raganya, buah yang dicari itu berhasil
didapatkan. Pada saat inilah dengan amat gembira dia lantas
berangkat kembali ke kuil Sam sim an. Siapa tahu belum lagi dia
mencapai tempat tujuan, jejaknya telah diketahui oleh Bu im sin
hong sehingga terpaksa harus munculkan diri, kemudian diapun
menyaksikan kuil Sam sim an telah dibakar orang, dia lantas
menduga perbuatan ini sudah pasti merupakan hasil karyanya dalam
keadaan gusar dia pun segera turun tangan terhadap mereka.
Ilmu Hua lik sin kang milik Bu Im tersebut berhasil mencapai
sedikit keberhasilan berkat bantuan dari obat obatan, tapi
berhubung terbentur pada soal bakat, sulit baginya untuk mencapai
ketingkatan yang paling tinggi. Oleh sebab itu, ketika bertarung
melawan Bu im sin hong Kian Kim siang, oleh sebab tenaga dalam
lawan lebih sempurna, tenaga pukulannya berat dan dahsyat, maka
dia pun terpaksa harus menggunakan tenaga dalam yang besar
untuk melancarkan serangan kilat.
Akhirnya setelah melihat Bu im sin bong Kian Kim siang
menggunakan ilmu gerakan tubuh Hu kong keng im dan mengetahui
asal usul diri lawannya itu, dia baru semakin terperanjat, tapi rasa
benci dan gusarnya pun makin menjadi jadi. Sebab berita tentang
bergabungnya empat tokoh besar dunia persilatan sebagai empat
Toa tongcu dari istana Ban seng kiong telah tersebar luas di seluruh
dunia persilatan tentu saja Bu Im juga sudah mendengar tentang hal
ini. Padahal dia pun tahu kalau orang orang Ban seng kiong adalah
kawanan manusia keji yang bisa melakukan perbuatan apa saja,


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalipun Sim ji sinni juga merupakan salah satu diantara ke empat
Toa tongcu tersebut mengapa tidak mungkin lantaran encinya dan
nona Ciu tak mau bergabung dengan pihak Ban seng kiong, akhirnya
mereka berdua ditewaskan juga oleh perbuatan keji mereka.
Itulah sebabnya tanpa berpikir panjang lagi, dia bertekad hendak
beradu jiwa, diterjangnya Bu im sin hong Kian Kim siang secara
ganas..... 1057 Bi im sin hong Kian Kim siang sendiri, lantaran dirinya dimaki
sebagai kaki tangan Ban seng kiong, ia benar benar dibikin mau
menangis tak bisa mau tertawa pun tak dapat. Cuma, diapun segera
tahu kalau Bu Im bukan musuh dari pihak kuil Sam sim an. Kalau
bukan musuh, tentu saja tidak ada kepentingan untuk beradu jiwa,
dia harus berusaha untuk mencari kesempatan dan menguraikan
masalahnya sampai jelas.
Itulah sebabnya dengan langkah Hu kong keng im, dia segera
menyelinap sambil menghindarkan diri, bentaknya sambil
menggoyangkan tangannya berulang kali.
"Tunggu sebentar, lohu ada persoalan yang hendak diutarakan!"
Bu Im segera tertawa dingin, sambil menghentikan gerakan
tubuhnya dia mengejek :
"Kaupun terhitung seorang manusia ternama, masa takut
menghadapi kematian?"
Bu im sin hong Kian Kim siang kembali tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haahhh..... haahhh.... ilmu pukulan Hua lik sin kang
mu itu kurang sempurna, untuk sementara waktu sudah pasti bukan
tandingan lohu, apakah benar demikian atau tidak, tentunya kau
jauh lebih memahami dari pada lohu sendiri bukan?"
Bu Im menjadi terkesiap sesudah mendengar perkataan itu,
dengan suara keras segera bentaknya :
"Hmmm! Kau jangan terlalu yakin dengan kemampuanmu
sendiri!" Meskipun di mulut dia berkata demikian namun semangat
tempurnya sudah jauh berkurang. Bu im sin hong Kian Kim siang
melirik sekejap kearah Bu Im, kemudian sambil menurunkan kembali
Thi Eng khi, katanya sambil tersenyum.
"Aku ingin bertanya kepadamu, sebetulnya kau adalah sahabat
Sam sim an atau musuh?"
1058 "Yaa teman! Yaa lawan!"
Bu im sin hong Kian kim siang menjadi tertegun setelah
mendengar perkataan ini, serunya kemudian :
"Kalau berbicara harap yang lebih jelas, lohu tidak memahami
perkataanmu itu!"
Bu Im berkerut kening.
"Ciu Tin tin adalah tuan penolong lohu yang telah
menghadiahkan obat mestika kepadaku, boleh dibilang dia adalah
sahabat lohu"
Setelah berhenti sejenak, sambil mendengus sambungnya :
Jilid 33 "Tapi Sim ji loni tidak tahu diri, disaat menjelang akhir usianya
berbuat jahat dengan menggabungkan diri dengan pihak Ban seng
kiong, seperti juga dengan kau si setan tua, membuat orang tak
dapat menghormati dirimu saja. Bukan saja kalian adalah musuh
lohu, bahkan merupakan pula musuh umum dari setiap umat
persilatan di dunia ini......"
Bu im sin hong Kian Kim siang yang dituding orang sambil dicaci
maki habis habisan cuma bisa berdiam diri belaka, namun
pandangan terhadap Bu Im juga turut berubah. Hanya sayang
keadaan yang sebenarnya tak dapat diterangkan kepadanya maka
sambil menuding ke arah Thi Eng khi katanya :
"Kalau begitu, dalam hati kecilmu sudah menuduh lohu berdua
sebagai musuhmu" Tapi dia adalah Thi Eng khi, Thi sauhiap,
ciangbunjin dari Thian liong pay saat ini, dalam pandanganmu dia
adalah seorang teman" Ataukah seorang musuh?"
Bu Im mengira Bu im sin hong Kian Kim siang ada maksud untuk
membohonginya, dengan gusar dia lantas berseru :
1059 "Thi ciangbunjin ada seorang enghiong hohan, mana mungkin dia
akan melakukan perjalanan bersamamu" Bila kau berani bersikap
kurang hormat lagi terhadap lohu, jangan salahkan kalau lohu akan
membinasakan dirimu lebih dulu!"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa.
"Entah dia adalah Thi ciangbunjin atau bukan, bila kau berani
turun tangan keji kepadanya, maka bisa diketahui sampai dimanakah
watakmu yang sebenarnya!"
Bu Im menjadi semakin gusar sehingga mencak mencak, sekali
lagi dia menerjang ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang keras
keras. "Untuk membereskan dirimu lebih dulu pun sama saja!"
"Weeesss!" sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke tubuh
Bu im sin hong Ki?an Kim siang. Dengan cekatan Bu im sin hong
Kian Kim siang berkelit ke samping, pada saat itulah dia
menyaksikan ada dua sosok bayangan tubuh sedang meluncur
datang, segera bentaknya keras keras :
"Jangan bertarung dulu, ada orang datang!"
Belum habis dia berseru, Bu Im telah membalikkan badan sambil
menyongsong kedatangan ke dua orang tersebut, terdengar dia
berseru dengan amat girang :
"Nona Ciu, Cici! Setelah bertemu dengan kalian, siaute pun
merasa berlega hati, kuil Sam sim an kalian apakah telah dibakar
oleh setan tua she Kian ini?"
Rupanya yang datang adalah nenek Bu dan Ciu Tin tin, nenek Bu
memandang sekejap ke arah Bu Im, kemudian sambil menghela
napas katanya :
"Adik Im, jangan bersikap kurangajar terhadap Kian cianpwe!"
Kemudian sambil menggape ke arah Bu Im, dia berjalan
menghampiri Bu im sin hong Kian Kim siang serta Thi Eng khi.
Sementara kakak beradik itu sedang bertanya jawab, Ciu Tin tin
1060 sudah melihat bagaimana Thi Eng khi berdiri menyendiri dibelakang
tubuh Bu im sin hong Kian Kim siang.
Ketika menyaksikan gadis itu muncul, mendadak saja dia
melengos ke samping, dia tak tahu kalau Thi Eng khi berbuat
demikian karena merasa menyesal kepadanya, dianggapnya pemuda
itu malu untuk berjumpa dengannya karena pemuda itu tidak dapat
memahami perasaannya. Padahal selama ini dia tak dapat
melupakan Thi Eng khi barang sekejap mata pun, maka setelah
berjumpa muka sekarang, diapun terpaksa harus mengeraskan
kepalanya untuk melayang turun dihadapan Thi Eng khi kemudian
panggilnya dengan sedih :
"Adik Eng..... !"
Kemudian setelah hening sejenak, terusnya lagi :
"Apakah kau belum bersedia memaafkan diriku?"
Dari balik biji matanya yang jeli segera meleleh keluar dua titik air
mata, Thi Eng khi menjadi terharu dan malu setelah menyaksikan
hal tersebut, serunya agak tergagap :
"Enci Tin! Aku merasa bersalah kepadamu.... sudikah kau untuk
memaafkan aku?"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ciu Tin tin, serunya kejut
bercampur girang :
"Adik Eng, apa kau bilang?"
"Dalam peristiwa yang lampau, akulah yang salah, aku mohon
kau sudi memaafkan diriku!" jawab Thi Eng khi dengan nada
bersungguh sungguh.
Sebetulnya Ciu Tin tin adalah seorang gadis yang alim dan
tenang, akan tetapi sesudah mendengar perkataan dari Thi Eng khi,
tanpa merasa malu lagi, dia segera menubruk ke pelukan Thi Eng
khi. Siapa tahu lantaran tenaga terjangannya kelewatan besar,
apalagi tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah
bagaimana mungkin dia bisa menahan terjangannya itu
1061 "Blaaamm...!" tidak ampun lagi ke dua orang tersebut segera
jatuh terjungkal ke atas tanah. Mendengar suara benturan itu, Bu
Nay nay, Bu Im dan Bu im sin hong Kian Kim siang sama sama
melompat mendekat dengan perasaan terperanjat.....
Sambil memayang bangun tubuh Thi Eng khi, Ciu Tin tin segera
menegur dengan wajah penuh tanda tanya :
"Adik Eng, kenapa kau!"
Thi Eng khi kuatir kalau Ciu Tin tin merasa amat sedih setelah
mengetahui tenaga dalamnya punah, maka dengan wajah memerah
dia segera menyahut :
"Aaah, tidak apa apa, siaute lah yang kurang waspada, aku tidak
menyangka..... "
Paras muka Ciu Tin tin berubah menjadi merah padam karena
jengah, kuatir kalau pemuda itu melanjutkan kata katanya sehingga
membuat posisinya bertambah rikuh, buru buru dia menukas :
"Adik Eng, mari kuperkenalkan seorang cianpwe kepadamu!"
Dia segera memperkenalkan dia kepada Bu Im. Nama besar Thi
Eng khi sudah menggemparkan seluruh dunia persilatan, tentu saja
Bu Im pernah mendengar namanya dan menjadi amat girang setelah
saling bertemu muka. Mendadak ia teringat akan peristiwa tadi,
dimana Thi Eng khi selalu digendong Bu im sin hong, dia segera
merasa kalau di balik kesemuanya itu pasti ada hal hal yang tidak
beres, maka dengan perasaan ingin tahu dia bertanya :
"Thi sauhiap, kau tidak dapat berjalan sendiri, apakah...."
"Aaah, tidak apa apa, tidak apa apa!"
Cepat cepat Thi Eng khi menukas dengan perasaan jengah.
Saking gugupnya ternyata dia sampai tak mampu mengucapkan
sepatah katapun. Ciu Tin tin paling menguatirkan keadaan dari Thi
Eng khi, apalagi bila teringat Thi Eng khi segera roboh begitu
tersentuh olehnya tadi, kesemuanya itu membuat dia semakin
curiga. Maka sambil menarik tangan Thi Eng khi serunya :
"Adik Eng, ada persoalan apakah yang sengaja kau kelabui
diriku....?"
1062 "Tiii...tidak ada apa apa...tidak ada apa apa.....," sahut Thi Eng
khi. Dia segera melontarkan sorot mata mohon bantuan kepada Bu im
sin hong Kian Kim siang. Tentu saja Bu im sin hong Kian Kim siang
tidak mengetahui mengapa Thi Eng khi tak mau menceritakan
kenyataan yang sedang dialaminya itu kepada orang lain, tapi
lantaran orang lain berbuat demikian dan tentunya mempunyai
suatu maksud tertentu, maka dia segera membantu Thi Eng khi
untuk berbohong.
"Ooooh, persoalan begini, sewaktu lohu dan saudara cilik datang
kemari dan menyaksikan kuil Sam sim an telah terbakar, saudara
cilik segera menguatirkan keselamatan diri nona Ciu, siapa tahu
karena kurang berhati hati dia telah dipagut oleh ular berbisa. Disaat
dia sedang mengerahkan tenaganya untuk memaksa keluar bisa
tersebut, Bu lote telah datang, lohu kuatir Bu lote melukai saudara
cilik, maka aku pun segera membopong saudara cilik untuk
bertarung melawan Bu lote, sungguh tak disangka kecermatan Bu
lote telah mengundang kecurigaan hatimu..."
Kemudian ia sengaja berpaling ke arah Bu Im sambil bertanya
lebih lanjut : "Bu lote, bukankah demikian?"
Bu Im tidak memberikan pertanyaan apa apa, dia tidak
membenarkan juga tidak menyalahkan melainkan cuma mendengus.
Dengan memutar biji matanya yang jeli, tiba tiba Ciu Tin tin berseru
keheranan : "Tapi disini sama sekali tiada ular berbisa?"
Bu im sin hong Kian Kim siang maupun Thi Eng khi sama sama
merasa terperanjat, pikirnya hampir bersama :
"Aduuuh... celaka!"
Tapi belum habis ingatan tersebut, terdengar Bu Nay nay sudah
tertawa berbahak bahak.
1063 "Haaahhh... haaah... haaahhh... kawanan iblis itu mampu untuk
melakukan pekerjaan apapun, kemungkinan besar mereka telah
melepaskan ular beracun disini!"
Sehabis mendengar perkataan itu, Bu im sin hong Kian Kim siang
maupun Thi Eng khi sama sama menghembuskan napas lega.
Semua kecurigaan Ciu Tin tin juga segera menjadi hilang lenyap tak
berbekas, dengan perasaan kuatir katanya kepada Thi Eng khi:
"Adik Eng, bagaimana keadaan mu sekarang" Tidak
membahayakan bukan...?"
Walaupun Thi Eng khi tidak terbiasa berbohong, tapi setelah
peristiwa berkembang menjadi begini rupa, terpaksa dia pun
mengikuti kisah cerita dari Bu im sin hong Kian Kim siang tadi
sembari menjawab :
"Aaaah, hanya seekor ular beracun saja, bagaimana mungkin bisa
melukai siaute" Harap enci Tin jangan kuatir, sebentar kemudian
siaute juga akan sembuh kembali seperti sedia kala!"
Bu im sin hong Kian Kim siang kuatir kalau kelewat banyak bicara
bisa membocorkan rahasia mereka, cepat cepat dia mengalihkan
pokok pembicaraannya ke soal lain, ujarnya :
"Siapa yang telah menghancurkan Sam sim an?"
Kontan saja Bu Nay nay melototkan sepasang matanya bulat
bulat, sahutnya penasaran:
"Siapa bilang kalau kami tidak becus" Coba kalau bukan nona Tin
tak ingin membunuh kelewat banyak, aku ingin sekali membasmi
mereka sampai tumpas semua!"
Ternyata peristiwa itu berlangsung pada dua malam berselang,
waktu itu Bu Nay nay dan Ciu Tin tin sedang bersemedi didalam
kamar, mendadak muncul belasan orang manusia berkerudung,
ketika Ciu Tin tin berdua memburu ke depan pintu, mereka berdua
sudah dikepung rapat rapat oleh kawanan manusia berkerudung
tersebut. Berhubung belasan orang itu munculnya sangat mendadak dan
lagi belum diketahui apa maksud kedatangan mereka, maka Ciu Tin
1064 tin yang berbelas kasihan, menasehati Bu Nay nay agar jangan
melukai orang di tempat suci itu sehingga merusak peraturan dari
gurunya. Maka itulah dalam pertarungan mereka tak berani
bertindak kelewat ganas dan kejam. Ditambah pula belasan orang
itu hampir semuanya merupakan jago lihay kelas satu dari dunia
persilatan, disaat bertarung pun mereka seakan akan lupa akan mati
hidup sendiri, setelah bertarung sekian waktu, akhirnya hampir saja
mereka tak mampu mempertahankan diri.
Disaat yang kritis itulah terpaksa Bu Nay nay harus bertidak keji
dengan melukai salah seorang diantara mereka, sebelum dia dan Ciu
Tin tin berhasil meloloskan diri dari ancaman. Mereka berdua pun
segera bersembunyi ditempat kegelapan, mereka saksikan
bagaimana orang orang itu turun tangan membakar kuil Sam sim an,
kemudian bagaimana melemparkan orang yang terluka parah itu ke
dalam lautan api.
Sebenarnya Bu Nay nay ingin keluar dari tempat
persembunyiannya untuk beradu jiwa lagi namun usaha tersebut
segera dicegah oleh Ciu Tin tin :


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa yang berhutang, dia harus membayar, aku lihat mereka
hanya manusia manusia yang diperalat untuk membunuh, apa
gunanya harus membunuh mereka. Lebih baik kita catat saja hutang
ini di dalam hati dan lain kali memperhitungkannya kembali dengan
orang orang dari pihak Ban seng kiong."
Saat itulah Bu Nay nay baru terpaksa menahan diri dan
membiarkan orang orang itu berlalu dari sana. Ketika berbicara
sampai di situ, dengan wajah keheranan Bu Im segera berseru :
"Bukankah Sim ji sinni telah menjadi salah seorang diantara Toa
tongcu dari Ban seng kiong" Mengapa dia tak mampu untuk
melindungi kuil Sam sim an nya sendiri?"
Ternyata Bu Nay nay harus membeberkan bagaimana Hian im
Tee kun mengurus orang untuk menyaru sebagai ke empat tokoh
silat tersebut kepada Bu Im. Setelah mengetahui keadaan yang
sebenarnya, Bu Im menjadi malu bercampur menyesal buru buru dia
minta maaf kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, rasa hormatnya
terhadap Bu im sin hong dan Sim ji sinni pun segera pulih kembali
1065 seperti sedia kala. Kemudian Bu Nay nay segera bertanya kepada Bu
Im : "Apakah racun yang mengeram dalam tubuhmu telah pulih
kembali" Mengapa tidak sering sering datang menjenguk kami?"
"Terima kasih banyak atas buah Tiang kim ko dari nona Ciu, kini
semua racun yang mengeram di dalam tubuh siaute telah punah
sama sekali. Cici, bukankah kau bisa saksikan bagaimana paras
mukaku telah pulih kembali seperti sedia kala."
Kemudian dengan kening berkerut segera sambungnya lebih jauh
: "Sebenarnya bakat dari siaute amat terbatas, ilmu Hua lik sinkang
yang kumiliki hanya mencapai enam bagian saja sulit rasanya untuk
maju selangkah lagi."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera mendorong dengan
memberi semangat dari samping :
"Lote, kau tak boleh putus asa, tiada persoalan yang sukar di
dunia ini, yang penting ada niat atau tidak" Asal kau bersedia untuk
berjuang lebih jauh, sudah pasti akhirnya akan sukses!"
Sementara berbicara, dengan matanya dia mengerdip ke arah Thi
Eng khi, sudah jelas ucapan tersebut sesungguhnya ditujukan untuk
Thi Eng khi.....
Bu Im menghela napas panjang, tiba tiba ia berkata :
"Padahal, sekalipun ilmu Hua lik sin kang yang kumiliki bisa dilatih
hingga mencapai sepuluh bagian pun, tak nanti bisa menjadi nomor
satu di dunia, sebaliknya kendatipun aku hanya mempunyai enam
bagian tenaga murni, rasanya juga sudah merasa puas."
"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Bu Nay nay dengan
perasaan heran.
"Apabila Hua lik sinkang digunakan untuk menghadapi seorang
jagoan lihay yang memiliki tenaga dalam lebih sempurna, maka bila
pertarungan tersebut berlangsung terlampau lama, maka yang bakal
rugi adalah sipemakai ilmu Hua lik sinking itu sendiri, sebab tenaga
1066 dalamnya pasti akan punah. Atau dengan perkataan lain, ilmu Hua
lik sinkang membantu yang tangguh tidak membantu yang lemah,
jikalau orang yang tangguh mempelajari ilmu Hua lik sin kang ini
maka keadaannya ibarat macam tumbuh sayap. Sebaliknya bila
orang yang lemah mempelajari ilmu Hua lik sin kang tersebut,
keadaannya ibarat memanggul bukit Thay san, bukan memperoleh
keuntungan justru banyak kerugian yang akan didapatkan."
"Kalau toh kau sudah memahami akan teori tersebut, mengapa
kau harus pertaruhkan jiwamu untuk mempelajari ilmu Hua lik
sinkang tersebut?"
"Teori ini baru kupahami ketika aku berhasil menguasai ilmu Hua
lik sinkang, apa lagi sehabis bertarung melawan Kian cianpwe
barusan, aku semakin dapat mem?buktikan akan kelemahan dari
ilmu Hua lik sinkang tersebut, jikalau secara beruntun Kian cianpwe
melepaskan puluhan serangan berantai dengan sepenuh tenaga
kepadaku maka lama kelamaan aku pasti tak akan mampu
menghadapinya dan terakhir akan tewas juga".."
Kendatipun tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sudah punah,
namun pengetahuannya tentang ilmu silat masih tetap ada,
mendadak dia menimbrung :
"Belum tentu demikian!"
Bu Im segera mendengar kalau dibalik ucapan tersebut masih
ada ucapan lain, dengan girang dia segera berseru :
"Harap Thi sauhiap suka memberi petunjuk."
"Tenaga dalam Kiu coan hian kang dari Tiang pek lojin So yaya
bisa digunakan secara beruntun tanpa ada tanda kehabisan tenaga
mesti harus bertarung lama, jikalau bisa dikombinasikan dengan ilmu
tersebut sekalipun tak bisa dikatakan tiada tandingannya dikolong
langit, namun lebih dari cukup untuk melindungi diri."
Mendengar perkataan tersebut, Bu Im hanya menghela napas
saja tanpa mengucapkan sepatah katapun, tentu saja dia tak berani
menyimpan harapan tersebut. Menyaksikan kecemasan Bu Im, Thi
Eng khi segera berkata lebih jauh :
1067 "Boanpwe yang menyaksikan locianpwe sewaktu mengerahkan
tenaga dalam tadi, kusaksikan kalau jalan darah Ing tong hiat mu
mencekung ke dalam, keadaan mana menunjukkan kalau nadi Jin
dan tok mu belum bisa ditembusi, itulah yang menjadi sebab utama
mengapa tenaga dalammu tak bisa berkembang lebih maju."
Bu lm menjadi kagum sekali sesudah mendengar perkataan
tersebut, serunya cepat :
"Pengetahuan dari Thi sauhiap benar benar sangat
mengagumkan dan tertuju pada sasaran secara tepat, apakah ada
cara untuk menolong keadaan seperti ini?"
Thi Eng khi menjadi lebih bersemangat untuk berbicara sehingga
lupa kalau tenaga dalam sendiri telah punah, katanya dengan cepat
: "Ilmu Pek hwe tiau yang dari partai kami dapat menyempurnakan
kekurangan dari locianpwe tersebut."
Bu Im segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Bu Nay
nay, dia merasa sangat terharu, namun tidak berani untuk memohon
secara langsung kepada Thi Eng khi. Sambil tertawa Ciu Tin tin
berkata : "Setelah adik Eng mengucapkan sendiri hal tersebut, tentu saja
dia berniat untuk membantumu Bu locianpwe!"
Sekarang Thi Eng khi baru merasakan hatinya bergetar keras, dia
tahu telah salah berbicara sehingga mendatangkan kesulitan
baginya. Kalau dihari hari biasa, sekalipun Ciu Tin tin tidak membuka
suara pun, dia akan memenuhi keinginan dari Bu Im, tapi sekarang,
tenaga dalamnya telah punah, sekalipun dia berniat, sayang
kekuatannya tak ada, untuk sesaat dia menjadi tersipu sipu dan
membungkam dalam seribu bahasa.
Tidak berbicara tentu saja tidak menyanggupi. Sesungguhnya
kakak beradik Bu memang tidak mempunyai hubungan apa apa
dengan Thi Eng khi, apalagi semua orang juga tahu kalau membantu
orang untuk menembusi Jin meh dan tok meh merupakan suatu
pengorbanan tenaga yang cukup besar, jarang sekali ada orang
persilatan yang bersedia untuk melakukan pengorbanan tersebut.
1068 Tentu saja Bu Im berdua juga memahami akan hal ini, sehingga
penolakan mana sama sekail tidak mereka pikirkan didalam hati.
Hanya Ciu Tin tin yang mengetahui kalau Thi Eng khi bukan
manusia semacam itu, sehingga dia lantas menghubungkan
persoalan tersebut dengan masalah lain, dia mengira Thi Eng khi
masih menaruh perasaan tak senang terhadapnya sehingga sengaja
membuat kesulitan baginya.
Tak ampun lagi sepasang matanya menjadi berkaca kaca dan
hampir saja menangis tersedu sedu. Padahal Thi Eng khi mempunyai
kesulitan yang tak bisa diutarakan dengan sedih dia berseru :
"Enci Tin!"
Ciu Tin tin yang sedang mendongkol sama sekali tidak
menggubris suara panggilan tersebut. Bu Im yang paling rikuh
diantara orang orang itu, dia merasa tak enak untuk berdiam terlalu
lama disana, maka dengan cepat dia mengambil sebuah kotak putih
dari sakunya, membuka penutup kotak tersebut dan didalamnya
terdapat sebutir buah kuning sebesar mata uang dengan sembilan
buah garis hijau, garis hijau tadi membagi buah tersebut menjadi
sepuluh bagian. Karena gampang untuk dibedakan, lagi pula semua
yang hadir di arena juga merupakan jago jago persilatan maka tanpa
penjelasan dari Bu Im, semua orang sudah tahu kalau buah itu
merupakan buah Hian ko yang dapat mengumpulkan kembali hawa
murni yang telah membuyar.
Tak kuasa lagi semua orang segera berseru tertahan. Terutama
sekali Bu im sin hong Kian Kim siang, dia paling emosi, setelah
memandang sekejap ke arah Thi Eng khi yang sementara itu masih
tetap bersikap tenang, hampir saja dia hendak melompat ke depan
untuk merampasnya. Tapi bagaimana juga dia adalah seorang tokoh
silat yang berilmu tinggi, bagaimanapun emosinya dia namun hal
mana tidak sampai diutarakan keluar.
Thi Eng khi yang pernah menpelajari ilmu pertabiban, tentu saja
dia juga tahu kalau buah Hian ko tersebut bisa memulihkan kembali
tenaga dalam yang punah. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa
mengutarakan hal tersebut" Terpaksa dia ha?nya membungkam diri
1069 dalam seribu bahasa. Bu Im membawa buah Hian ko itu ke hadapan
Ciu Tin tin, kemudian ujarnya :
"Untuk membalas jasa atas budi kebaikan nona Tin yang telah
menghadiahkan buah Tiang kim ko tersebut kepadaku, harap nona
sudi menerima pembalasan budiku ini dengan buah Hian ko
tersebut."
Tentu saja Ciu Tin tin tak mau menerima kebaikan itu, dia segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menampik :
"Buah ini sangat langka dan berkasiat luar biasa, boanpwe tidak
berani menerima kebaikan tersebut, apalagi bila locianpwe yang
menelan buah tersebut akan menambah tenaga dalammu, siapa
tahu tanpa bantuan dari luar pun nadi jin meh dan tok meh mu bisa
ditembusi?"
"Tidak, lohu bermaksud baik dan aku telah memberikan buah ini
untuk nona, justru apabila nona Tin tak mau menerima buah
tersebut, lohu akan menyesal sepanjang masa," paksa Bu Im lagi
dengan kukuh. Bu Nay nay segera menerima buah Hian ko tersebut dan
diberikan kepada Ciu Tin tin, katanya :
"Terimalah pemberian ini, semuanya ini tumbuh atas dasar hati
yang jujur, harap nona Tin jangan menampik kebaikan orang, jika
kau tak mau menerimanya, tentu aku jadi turut marah."
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Ciu Tin tin
mengucapkan terima kasih kepada Bu Im dan menerima buah Hian
ko tersebut. Pada saat itulah, sekulum senyuman baru menghiasi
wajah Bu Im. Pada saat inilah mendadak Thi Eng khi mempunyai
satu ingatan aneh, dia merasa apabila Ciu Tin tin sudah menelan
buah Hian ko, kemudian dia mewariskan ilmu Heng kian sinkang
tersebut kepadanya, mungkin gadis itu bisa menggantikan
kedudukannya untuk membasmi kaum laknat dari muka bumi dan
menegakkan kembali keadilan dan kebenaran bagi umat persilatan.
Seperti apa yang diketahui, dia merasa berhutang budi terhadap
Ciu Tin tin maka dia berharap bisa menciptakan gadis itu sebagai
1070 seorang jagoan yang amat tangguh. Maka dia lantas berkata kepada
Ciu Tin tin. "Enci Tin, setelah kau telan buah Hian ko tersebut, siaute akan
mewariskan ilmu Pek hwe tiau yang tersebut kepadamu, dengan
demikian kaupun bisa membantu Bu Im cianpwe untuk menembusi
Jin meh dan tok meh nya, hal ini merupakan suatu persoalan yang
amat bagus sekali, cepatlah kau makan!"
Tatkala Ciu Tin tin mendengar setelah makan buah Hian ko
tersebut dapat membantu Bu Im untuk menembusi Jin meh dan tok
meh nya, dengan cepat hatinya tergerak. Tapi teringat bagaimana
Thi Eng khi suruh dia mempelajari ilmu Pek hwe tiau yang tayhoat
tersebut, sebenarnya dia merasa tak ingin mempelajarinya, sebab
yang dia cintai adalah Thi Eng khi nya, bukan ilmu Pek hwe tiau
yang tayhoatnya.
Karena timbul perasaan curiga, maka untuk beberapa saat dia
menjadi sangsi dan tidak berani menelan buah Hian ko tersebut.
Tampaknya Thi Eng khi dapat menembusi suara hati Ciu Tin tin,
dengan wajah memerah dan memberanikan diri, dia segera berkata
: "Semua perkataan siaute itu muncul dari hati yang tulus, harap
enci Tin suka mempercayai diriku, aku sama sekali tidak mempunyai
maksud tujuan lain."
"Lantas mengapa kau tidak turun tangan sendiri untuk
menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh dari Bu cianpwe?"
"Siaute mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, harap enci
Tin jangan tanya lagi, selain itu harap jangan dulu marah kepadaku."
Wajahnya yang bersungguh hati ketika mengucapkan perkataan
itu, membuat siapa saja tak akan menaruh curiga lagi kepadanya,
maka Ciu Tin tin juga tidak banyak berbicara lagi. Sekarang,
sekalipun Thi Eng khi berbohong kepadanya, dia juga tak akan tidak
mempercayai perkataannya.
Ciu Tin tin segera mengeluarkan buah Hian ko tersebut dan siap
ditelan. Dalam keadaan demikian Bu im sin hong Kian Kim siang tak
mampu menahan diri lagi. Dengan suara keras segera bentaknya :
1071 "Nona Tin, kau tak boleh makan buah Hian ko tersebut!"
Karena diutarakan dengan suara panik, maka semua orang jadi
tertegun dan tidak memahami apa maksud sebenarnya. Bu Im yang
pertama tama menunjukkan perasaan tak senang, serunya dengan
segera : "Kian cianpwe apakah kau menganggap di dalam buah Hian ko
tersebut terdapat racunnya?"
Sebetulnya Bu im sin hong Kian Kim siang tidak mempunyai
tujuan apa apa diapun tidak mempersiapkan alasan apapun, maka
oleh perkataan dari Bu Im tadi, dia menjadi tertegun dan tak mampu
memberi penjelasan lagi.......
Sementara itu Ciu Tin tin sudah berkata sambil tertawa :
"Boanpwe tidak takut obat beracun!"
Dengan cepat dia memasukkan buah Hian ko tersebut ke dalam
mulutnya,,... Dengan parasaan cemas, sekali lagi Bu im sin hong Kian Kim
siang berseru :
"Cepat kau tumpahkan keluar buah itu!"
Ciu Tin tin bukannya memuntahkan buah tadi sebaliknva sambil
tertawa malah menelan buah Hian ko tersebut ke dalam perut. Bu
im sin hong Kian Kim siang menyaksikan peristiwa tersebut menjadi
sangat gusar, dia segera menampar wajah Thi Eng khi sambil
mengumpat : "Bedebah! Sebenarnya kau sedang bermain gila apa?"
Thi Eng khi yang kena ditampar oleh Bu im sin hong Kian Kim
siang itu hanya bisa meraba wajahnya sambil tertawa getir :
"Kian tua, siaute mempunyai rencana lain, harap kau jangan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

marah marah....... "
Tapi Bu im sin hong Kian Kim siang hanya bisa mencaci maki
tiada hentinya dengan perasaan gusar. Ciu Tin tin menjadi
kebingungan menyaksikan peristiwa tersebut, segera tegurnya :
1072 "Kian locianpwe, sebenarnya kesalahan apakah yang diperbuat
adik Eng" Mengapa membuat kau orang tua marah marah besar?"
Bu im sin hong Kian Kim siang melotot sekejap ke arah Ciu Tin tin
dengan gusar, lalu serunya mendongkol :
"Kau benar benar telah menelan buah Hian ko tersebut?"
Pertanyaan tersebut sesungguhnya suatu pertanyaan yang
berlebihan, karena di dalam gusarnya dia hanya bisa mengajukan
pertanyaan itu saja.....
"Boanpwe toh tidak dapat melakukan permainan sulap" Tentu
saja sudah kutelan," jawab Ciu Tin tin.
Bu im sin hong Kian Kim siang benar benar merasa amat putus
asa, dia tak mampu bertindak lain kemudian menghentakkan
kakinya ke atas tanah sambil menghela napas. Thi Eng khi yang
menyaksikan hal ter?sebut, sambil tersenyum dia lantas berkata :
"Harap Kian tua suka membantunya agar dia dapat menghisap
semua sari dari Hian ko itu secepatnya!"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menengok ke arah Ciu Tin
tin, kemudian serunya dengan dingin :
"Cepat bersila dan atur napas, lohu akan membantumu!"
Ciu Tin tin memandang sekejap ke arah Thi Eng khi, ketika
dilihatnya paras muka si anak muda itu diliputi emosi, dia tidak
berbicara lagi dan segera menurut untuk duduk bersila mengatur
pernapasan. Bu im sin hong Kian Kim siang segera menempelkan
telapak tangannya ke atas jalan darah Pek hwee hiat ditubuh Ciu Tin
tin, tenaga dalam yang amat sempurna pun segera mengalir masuk
ke dalam tubuh gadis tersebut.
Waktu itu Jin meh dan tok meh dari Ciu Tiu tin sudah tembus
apalagi memperoleh bantuan tenaga dalam dari Bu im sin hong,
tidak selang berapa saat kemudian dia telah berhasil menghisap
semua intisari buah Hian ko tersebut ke dalam tubuhnya sehingga
membuat hawa murninya memperoleh kemajuan yang amat pesat.
1073 Thi Eng khi yang menyaksikan Ciu Tin tin berhasil mendapatkan
penemuan tak terduga itu turut merasa gembira, hatinya terasa
terhibur sekali atas keberhasilannya untuk memenuhi harapan
hatinya. Tidak selang berapa saat kemudian, mereka berdua segera
menarik kembali tenaga masing masing.
Akan tetapi paras muka Bu im sin hong Kian Kim siang masih saja
diliputi oleh perasaan tak senang. Menyaksikan hal ini, Ciu Tin tin
segera bertanya :
"Locianpwe, apakah kau benar benar masih marah dengan diri
boanpwe?" Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang.
"Aaaai, aku sedang marah kepada adik Eng mu itu!" sahutnya.
"Kesalahan apakah yang telah dilakukan oleh adik Eng sehingga
membuat kau menjadi gusar sekali?"
"Adik Eng mu telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
bertanggung jawab terhadap dunia persilatan."
Ciu Tin tin menjadi tertegun, serunya kemudian :
"Aaaah, masa sedemikian seriusnya?"
Dengan sorot mata yang tajam dia segera mengawasi wajah Thi
Eng khi, kemudian ujarnya dengan wajah bersungguh sungguh :
"Adik Eng! Sebenarnya kau telah melakukan perbuatan tidak
bertanggung jawab apa?"
Tentu saja Thi Eng khi menjadi rikuh untuk memberi penjelasan,
dia hanya menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela
napas, tak sepatah kata pun yang diutarakan. Ciu Tin tin merasakan
hatinya hancur dan remuk rendam, mendadak dia menutupi wajah
sendiri dan menangis tersedu sedu.
Bu im sin hong menjadi gugup setelah melihat gadis itu
menangis, serunya sambil menghentakkan kakinya berulang kali :
"Aaaai..... aku toh belum menyelesaikan perkataanku!"
1074 Ciu Tin tin segera mengangkat kepalanya lagi untuk
mendengarkan perkataan dari Bu im sin hong Kian Kim siang lebih
jauh. Sebenarnya Thi Eng khi ingin mencegah Bu im sin hong Kian
Kim siang untuk membeberkan kalau tenaga dalamnya telah punah,
tapi setelah berpikir lebih jauh, apalagi sejak kini diapun akan
berkumpul dengan Ciu Tin tin, bila akhirnya rahasia tersebut sampai
terbongkar, justru keadaannya akan bertambah rikuh maka dia pun
membiarkan Bu im sin hong berkata lebih jauh.
Setelah menghela napas panjang, Bu im sin hong Kian Kim siang
baru berkata : "Aaaai, sebetulnya tenaga dalam yang dimiliki adik Engmu sudah
punah, ia justru sangat membutuhkan buan Hian ko tersebut untuk
memulihkan kembali tenaga dalamnya!"
Ucapan tersebut bagaikan guntur yang membelah bumi disiang
hari bolong saja, kontan membuat semua orang merasa terkesiap.
Sekarang Bu Im dan Bu Nay nay baru mengerti apa sebabnya Thi
Eng khi tidak bersedia membantu Bu Im untuk menembusi jalan
darah Jin meh dan tok meh nya. Ternyata penolakan tersebut bukan
dikarenakan si anak muda tersebut tak mau membantu orang lain,
sebaliknya karena dia sudah tidak berkemampuan lagi, hal mana
menunjukkan kalau dia telah salah menuduh anak muda tersebut.
Ciu Tin tin yang paling sedih dan menyesal, untuk sesaat dia
menjadi tertegun seperti orang yang kehilangan pikiran, lama
kemudian ia baru menarik tangan Thi Eng khi sambil menangis
tersedu sedu serunya :
"Kau...mengapa tidak kau katakan sejak tadi" Aku...aku benar
benar amat menyesal!"
Sembari terisak dia segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan
Thi Eng khi. Sementara itu, sikap Thi Eng khi masih tetap tenang
seperti air dengan suara yang lembut katanya:
"Enci Tin, kau jangan bersedih hati, kedatangan siaute ke puncak
Sam yang hong pun tanpa mengetahui jika disini akan bertemu
dengan buah Hian ko tersebut, jadi ada tidaknya buah Hian ko sama
sekali di luar perhitungan kami, padahal soal pulih tidaknya tenaga
1075 dalam siaute sudah ada perhitungan lain, jadi bukan berarti sama
sekali tiada harapan lagi, kau harus menguatkan hati dan membantu
siaute untuk melepaskan diri dari kesulitan ini!"
Tadi Ciu Tin tin menjatuhkan diri ke dalam pelukan Thi Eng khi,
hal ini dilakukan oleh dorongan emosi, sekarang setelah
perasaannya menjadi tenang kembali, tim?bul perasaan rikuh dalam
hatinya, maka dengan wajah merah dia mendorong tubuh si anak
muda tersebut dan berseru dengan mendongkol :
"Siapakah yang telah mencelakai dirimu sehingga kehilangan
tenaga dalam" Aku tidak akan mengampuni orang tersebut dengan
begitu saja....!"
"Aku rasa kau tak akan berani mengusik orang itu!" kata Bu im
sin hong Kian Kim siang sambil tertawa.
"Hmmm, sekalipun sri Baginda sendiripun, aku tetap akan
menghadiahkan sebuah pukulan ke tubuhnya!"
Dengan wajah serius, Bu im sin hong Kian Kim siang segera
berkata : "Orang yang melukai adik Eng mu itu bukan orang lain, dia
adalah Hian im Tee kun, si gembong iblis yang menganggap sudah
tiada tandingannya dikolong langit!"
Mendengar perkataan itu, semua orang menjadi tertegun dan
berdiri melongo. Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang
segera menceritakan bagaimana Thi Eng khi bertarung melawan
Hian im Tee kun. Dia pun bercerita bagaimana dalam keadaan luka
parah, Thi Eng khi mengorbankan tenaga dalamnya untuk
menggertak mundur Hian im Tee kun demi menyelamatkan jiwa
para jago silat yang hadir disitu.
Mendengar kesemuanya itu, Ciu Tin tin berhenti menangis tapi air
matanya masih mengembang dalam kelopak matanya, ditatapnya
wajah si anak muda itu dengan termangu, kemudian serunya
gemetar : "Adik Eng! Adik Eng!"
1076 Untuk sesaat lamanya dia sampai tak sanggup mengucapkan
sepatah kata pun. Bu Nay nay serta Bu Im juga berdiri dengan
wajah serius, terhadap Thi Eng khi pun mereka menaruh sikap yang
jauh lebih hormat dan kagum...
Sambil tertawa hambar Thi Eng khi segera berkata :
"Kejadian yang sudah lewat biarkan saja lewat kita tak usah
membicarakannya lagi justru siaute merasa malu dan menyesal
karena tak mampu membunuh Hian im Tee kun, sekarang siaute
mempunyai suatu permintaan dan mohon persetujuan dari enci Tin,
apakah enci Tin bisa menyetujuinya?"
"Apa yang kau katakan pasti akan enci Tin turuti, nah katakanlah
...!" ujar Ciu Tin tin dengan suara amat pedih.
Thi Eng khi termenung sejenak, kemudian ujarnya dengan suara
amat nyaring : "Sebelum tenaga dalam yang siaute miliki pulih kembali, harap
enci Tin suka memikirkan keselamatan umat persilatan di dunia ini
dengan memikul tanggung jawab untuk mengendalikan ulah dan
kebuasan dari Hian im Tee kun!"
"Asalkan aku mempunyai kemampuan tersebut, permintaanmu
itu pasti akan kukabulkan!" jawab Ciu Tin tin tegas.
"Enci Tin tak usah kuatir, kau telah makan buah Hian ko, maka
tidak sulit bagimu untuk melatih diri dan memiliki kepandaian sakti
untuk menaklukkan Hian im Tee kun!"
Ciu Tin tin termenung sambil berpikir sejenak, kemudian serunya
keras : "Adik Eng, rupanya kau memang bermaksud untuk
membantuku!"
Thi Eng khi tidak menjawab, namun sekulum senyuman dengan
cepat menghiasi raut wajahnya, dia berpaling ke Bu im sin hong Kian
Kim siang dan berkata :
"Kian tua, lebih baik kau saja yang membawaku turun ke bawah!"
1077 Bu im sin hong Kian Kim siang memandang sekejap ke arah Bu
Nay nay dan Bu Im tanpa menjawab, dia pun tidak membopong Thi
Eng khi, jelas terlihat kalau dia masih sangsi. Tentu saja Thi Eng khi
mengetahui sebab musabab keraguan dari Bu im sin hong Kian Kim
siang tersebut, mungkin dia masih teringat dengan pesan Cu sim ci
cu Thio Biau liong yang melarang untuk membocorkan tempat
pertapaannya itu kepada orang lain, maka dia pun enggan mengajak
dua bersaudara Bu untuk turut memasuki gua tersebut. Maka
katanya kemudian sambil tertawa :
"Siaute adalah majikan baru dari gua tersebut, tentu saja aku
berhak untuk menerima tamuku. Kian tua, kau tak usah kelewat
kolot lagi, harap membawa aku turun ke dalam gua!"
Kemudian sambil berpaling ke arah dua bersaudara Bu, terusnya
: "Di dalam sumur Cu sim cing adalah gua pertapaan dari Cu sim ci
cu Thio Biau liong, silahkan locianpwe berdua ikut masuk ke dalam
dan menjadi tamu agung dari boanpwe."
Mula mula dua bersaudara Bu itu menunjukkan paras kejut
bercampur gembira, menyusul kemudian mereka berbisik bisik
merundingkan sesuatu sampai setengah harian lamanya, dan
akhirnya Bu Nay nay menggelengkan kepalanya seraya berkata :
"Biarlah maksud baik sauhiap, aku si nenek dan adikku menerima
di dalam hati saja, biar kami melindungi mulut sumur ini dari
atas....!"
Thi Eng khi tahu kalau kedua orang tua ini berusaha untuk
menghilangkan kecurigaan orang, maka ujarnya kemudian kepada
Ciu Tin tin sambil tertawa :
"Enci Tin, kau pun terhitung separuh majikan, tamu yang tak
mampu diundang oleh siaute terpaksa harus mohon bantuanmu."
Ketika Ciu Tin tin mendengar Thi Eng khi menyebutnya sebagai
separuh majikan bahkan segala maksud dan arti yang mendalam
tersimpul di dalam kata kata tersebut, kontan saja raut wajahnya
berseri seri, kepada Bu Nay nay katanya kemudian dengan manja :
"Bila Nay nay tak mau pergi, Tin ji pun tidak akan turut turun
kebawah!" 1078 Setelah melihat kesungguhan hati dari Thi Eng khi dan Cui Tin
tin, sedang dia pun tak ingin tidak mengurusi si nona, akhirnya dia
pun manggut manggut. Maka Bu im sin hong Kian Kim siang
membopong tubuh Thi Eng khi masuk lebih dahulu ke dalam gua Cu
sim cing dan membuka pintu rahasia, kemudian menyambut
kedatangan Ciu Tin tin sekalian masuk ke dalam lorong tersebut,
setelah menutup pintu barulah mereka bersama sama melangkah
turun kebawah lorong.
Setiap sepuluh langkah dalam lorong rahasia itu terdapat sebutir
mutiara Ya beng cu sebagai penerangan, lebih kurang setelah
berjalan satu jam lebih, sampailah mereka didasar lorong itu.
Dengan pengalaman dari Thi Eng khi dan Bu im sin hong Kian
Kim siang berdua, seharusnya mereka sudah sampai di pintu depan
ruangan batu bawah tanah. Terutama sekali Bu im sin hong Kian
Kim siang, sewaktu keluar dari gua tempo hari, dia telah
memperhatikan daerah di sekeliling tempat itu dengan seksama.
Tapi sekarang, bagaimanapun mereka telah berusaha untuk mencari
pintu gua itu, nyatanya gua tersebut belum berhasil juga ditemukan.
Tapi, pada saat ini ternyata mereka tak berhasil menemukan
pintu masuk menuju ke dalam gua itu. Sampai setengah harian
lamanya ke dua orang itu mencari, namun mulut gua belum juga
ditemukan, kejadian ini dengan cepat membuat Thi Eng khi maupun
Bu im sin hong Kian Kim siang berdua menjadi kebingungan
setengah mati. Namun dibawah lorong sana masih terdapat jalan tembus menuju
ke bawah, bahkan nampaknya masih cukup panjang. Terpaksa Bu
im sin hong Kian Kim siang dan Thi Eng khi harus berjalan lebih ke
bawah mengikuti lorong tersebut.
Entah berapa saat kemudian mendadak semua orang mengendus
bau udara segar, mereka lantas mempercepat langkah kaki nya dan
tembus di mulut gua yang lain. Keluar dari gua itu, tampak bintang
bertaburan di angkasa, kabut malam menyelimuti permukaan tanah,
1079 ternyata mereka sudah tiba didasar lembah dimana Bu im sin hong
Kian Kim siang tersekap dulu.
Sungguh aneh sekali, padahal mereka belum melalui kamar
rahasia dari Cu sim ci cu Thio Biau liong, bagaimana mungkin bisa
tiba didasar lembah tersebut"
Kemana perginya ruang rahasia dari Cu sim ci cu Thio Biau
liong...."
Persoalan tersebut hanya bisa dipecahkan mereka dengan satu
jawaban yakni ada orang lain yang berhasil pula menemukan rahasia
dari gua tersebut, kemudian menggunakan alat rahasia di dalam gua
untuk merubah lorong rahasia di dalam sini sehingga mereka tak
berhasil menemukan ruang rahasia tersebut, melainkan tiba didasar
lembah. Maka Bu im sin hong Kian Kim siang membalikkan badan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan segera lari menuju ke jalan semula.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak dia berjalan kembali
lagi dengan wajah murung dan sedih. Tidak menanti sampai dia
membuka suara, Thi Eng khi telah menegur dengan wajah serius :
"Kian tua, apakah kau telah menyaksikan kalau jalan tembusnya
sudah hilang?"
"Darimana kau bisa tahu?"
"Aku hanya menduga saja, kalau toh ada orang yang
membohongi kita turun, tentu saja orang itu tidak akan membiarkan
kita pergi dari tempat ini..."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera memhela napas sedih.
"Aaaai, sudah puluhan tahun lamanya lohu tersekap di dalam
lembah ini, sungguh tak kusangka kalau memang beginilah nasibku,
akhirnya aku toh menceburkan diri lagi ke dalam perangkap alam
ini." Ciu Tin tin segera menghibur semua orang, katanya :
1080 "Aku lihat kalian tak usah gelisah lebih dulu, tunggu saja sampai
terang tanah nanti, kita baru pelan pelan mencari akal untuk
mengatasi persoalan ini!"
Mendadak dia teringat akan satu hal segera tanyanya kepada Thi
Eng khi : "Adik Eng, sewaktu kau masuk ke dalam gua tempo hari
bagaimana caramu menemukan pintu gua tersebut?"
Otak Thi Eng khi sesungguhnya tidak lebih lamban daripada Ciu
Tin tin, setelah mendengar pertanyaan tersebut, dia pun segera
memahami maksud hatinya, maka sahutnya kemudian dengan
kening berkerut :
"Siaute berhasil menemukan cara keluar dari gua tersebut melalui
selembar peta situasi gua yang terdapat disana, waktu itu kami ingin
cepat cepat meninggalkan gua sehingga tak sempat mempelajari
seluruh situasi dengan lebih seksama, mungkin hanya akan
mengecewakan enci Tin saja...."
"Tak ada salahnya untuk dicoba, siapa tahu kalau kita akan
berhasil menemukan sesuatu?"
"Moga moga saja demikian!"
Ciu Tin tin itu segera membimbing Thi Eng khi menuju ke
belakang tebing yang bisa digunakan untuk berteduh dari hujan dan
angin, kemudian membenahi tempat tersebut untuk tempat tidur
sang pemuda tersebut. Sebab tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang telah punah, ia sudah tidak berkemampuan lagi untuk
melawan hawa dingin, maka dilepasnya jubah luar dan ditutupkan
diatas badan Thi Eng khi, sementara dia sendiri duduk disisinya.
Sambil duduk bersila untuk mengatur napas, telapak tangannya
ditempelkan ke atas ubun Thi Eng khi dan pelan pelan menyalurkan
hawa murninya untuk membantu Thi Eng khi mengusir hawa dingin.
Berada dalam keadaan seperti ini, Thi Eng khi tentu saja tak bisa
tidur, disamping memikirkan kebaikan dan kasih sayang Ciu Tin tin
kepadanya selama ini dia pun teringat akan perbuatan perbuatannya
selama ini yang telah membuatnya sedih.
1081 Disamping itu juga dia berusaha untuk mengingat ingat kembali
peta situasi yang pernah dilihat dalam gua tersebut tapi akhirnya dia
tak berhasil menemukan apa apa, bahkan fajar pun sudah mulai
menyingsing....
Saking lelahnya pula, tanpa terasa pemuda itu pun terlelap tidur
dengan nyenyaknya. Menanti dia sadar kembali, siang hari telah
menjelang tiba. Kabut didalam lembah tersebut sangat tebal, sinar
matahari sukar untuk menembusi tempat itu, namun didasar lembah
ini pun tidak terlampau gelap, hanya tak akan secerah diatas bukit
sana. Selama ini, Ciu Tin tin berada di sisi Thi Eng khi terus tanpa
bergeser, maka menyaksikan si anak muda itu bangun dari tidurnya,
sambil tertawa dia lantas menegur:
"Adik Eng, kau sudah berpikir semalaman apakah berhasil
menemukan sesuatu gejala?"
Hanya Thian yang tahu apa saja yang telah dipikirkan Thi Eng khi
sepanjang malam, tanpa menjawab dia hanya tertawa dan
menggelengkan kepelanya berulang kali. Sementara itu Bu im sin
hong Kian Kim siang telah berjalan mendekat dari luar sana, begitu
sampai dia lantas berkata :
"Saudara cilik, aku sudah melakukan pencarian hampir setengah
harian lamanya dibelakang batu besar dimana pintu gua itu
terdapat, kenyataannya gua kecil itu tak kutemukan, nampaknya kita
benar benar sudah terkurung di sini."
Thi Eng khi melakukan pencarian lagi dibantu yang lain, namun
hasilnya nihil, pintu tersebut belum juga ditemukan. Terpaksa
mereka harus mencari sebuah gua dan berdiam untuk sementara
waktu disana, sambil berusaha terus untuk menemukan gua pintu
masuk menuju tempat pertapaan Thio Biau liong. Thi Eng khi pun
mencoba untuk memahami situasi dalam gua dan mewariskan ilmu
Sian thian bu khek ji gi sinkang dari Thian liong pay dan heng kian
sin kang dari Thio Biau liong kepada Ciu Tin tin.
1082 Sebelum Thi Eng khi berhasil menemukan sesuatu cara untuk
memasuki gua itu, ilmu Sian thian bu khek ji gi sinkang dan Heng
kian sinkang yang dipelajari Ciu Tin tin sudah mencapai beberapa
bagian kesempurnan.
Sebagaimana diketahui Ciu Tin tin memang memiliki bakat alam
yang sangat baik, ditambah lagi nadi jin meh dan tok meh nya sudah
tembus, dibantu lagi oleh pengaruh Hian ko, keberhasilan dari Ciu
Tin tin sekarang boleh dibilang sama sekali diluar dugaan. Dalam
waktu singkat tiga bulan sudah lewat, ilmu Heng kian sin kang dari
Ciu Tin tin pun telah memperoleh kemajuan yang amat pesat,
keberhasilannya sekarang boleh dibilang hanya selisih dua bagian
saja daripada tenaga dalam yang pernah dimiliki Thi Eng khi
sebelum lenyap dahulu.
Tapi kesempurnaan yang dimiliki sekarang sudah cukup membuat
orang merasa terkejut bercampur kagum. Sebaliknya bagi Thi Eng
khi sendiri, waktu selama tiga bulan ini benar benar telah terbuang
dengan percuma, bukan saja usahanya untuk memulihkan kembali
tenaga dalamnya tidak memperoleh kemajuan apa apa, bahkan
berhubung dia harus mengajarkan ilmu silatnya kepada Ciu Tin tin,
kelelahan yang melampaui batas membuat tubuhnya makin lama
semakin lemah, membuat setiap orang menjadi kuatir.
Ciu Tin tln sendiripun cukup mengetahui akan hal tersebut,
namun kuatir akan mempengaruhi perasaan Thi Eng khi, maka rasa
murung dan sedihnya tak pernah diperlihatkan dengan terus terang,
seringkali dia hanya menangis bila tiada orang lain.
Sementara semua orang merasa bingung dan murung, siapa pun
tak ada yang menyangka kalau buah cemara yang mereka makan
selama ini sebetulnya memiliki kasiat khusus terhadap kesehatan
badan Thi Eng khi. Dengan mengandalkan buah cemara ini lah, Bu
im sin hong Kian Kim siang telah mempertahankan hidupnya selama
puluhan tahun lebih, sesungguhnya dia sendiri telah melupakan
kasiat dari buah cemara itu, sesungguhnya hal ini boleh dibilang
amat tragis. 1083 Hari ini, setelah selesai melatih ilmu Heng kian sinkang nya
seorang diri, Ciu Tin tin berdiri sambil menengok gua pertapaan dari
Thio Biau liong itu dengan pandangan termangu mangu. Kemudian,
entah sejak kapan tiba tiba saja dia sudah hilang lenyap tak
berbekas. Waktu itu tiada orang yang menaruh perhatian kepadanya, sebab
selama beberapa waktu ini semua orang sedang sibuk melatih ilmu
silat masing masing, maka satu dua jam tidak nampak batang
hidung seseorang, boleh dibilang hal mana merupakan suatu
kejadian yang lumrah.
Kabut makin lama semakin bertambah tebal, tak lama kemudian
haripun menjadi gelap. Namun Ciu Tin tin belum juga nampak
disana, saat itulah semua orang baru merasa gelisah. Mula mula
mereka mencari dahulu diseluruh dasar gua, namun tidak nampak
juga jejak Ciu Tin tin. Menyusul kemudian mereka mulai berpikir
kearah yang jelek : Jangan jangan Ciu Tin tin telah disergap oleh
pendatang dalam gua dan kini tersekap dalam gua tersebut"
Sebab cara berpikir semacam ini memang kemungkinan besar
bisa berubah menjadi suatu kenyataan. Rasa murung dan kuatir
yang amat tebal akhirnya membangkitkan rasa marah dihati masing
masing. Dengan penuh kegusaran Bu im sin hong Kian Kim siang
segera menghantam ke atas batu besar didepan mulut gua itu keras
keras. Apa yang sebenarnya telah terjadi"
Rupanya sewaktu Ciu Tin tin sedang berlatih ilmu Heng kian
sinkang tadi, tanpa disengaja dia menyaksikan ada sesosok
bayangan putih menyelinap ke belakang batu besar di depan pintu
gua pertapaan Thio Biau liong kemudian lenyap tak berbekas.
Menanti dia menyusul ke depan gua besar tersebut, tak sesosok
bayangan pun yang terlihat lagi. Dia merasa agak curiga, jangan
jangan saking tegangnya pikiran ketika itu sehingga timbul suatu
pemandangan yang bukan bukan. Maka setelah berdiri termangu
mangu beberapa saat didepan batu besar itu, akhirnya dia menghela
1084 napas panjang, dan siap membalikkan badan untuk meninggalkan
tempat itu. Mendadak dari bawah tanah sana berkumandang suara nyaring
disusul munculnya sebuah kejadian aneh. Rupanya pada dinding
batu setinggi dua depa, dimana menurut Thi Eng khi dan Bu Iim sin
hong Kian Kim siang sebagai letak mulut gua tersebut tahu tahu
melesak ke dalam dan muncul sebuah gua kecil.
Ciu Tin tin ragu sejenak, untuk sesaat dia tak tahu haruskah
masuk sambil menyerempet bahaya ataukah memanggil semua
orang untuk masuk bersama sama"
Pada saat itulah, dari balik mulut gua tersebut muncul sebuah
tangan kecil berwarna putih yang menggapai ke arahnya. Atas
kejadian mana, Ciu Tin tin tidak sangsi lagi, dia segera meluncur
masuk ke dalam gua kecil itu. Ternyata dalam gua itu terdapat
sebuah ruang besar yang lebar dan luas serta terang benderang
bagaikan ditengah hari saja.
Apa yang disaksikan olehnya sekarang, memang persis dengan
apa yang dituturkan oleh Thi Eng khi. Di dalam girangnya dia lantas
membalikkan badan siap memberitahukan berita gembira ini kepada
Thi Eng khi sekalian, siapa tahu apa yang kemudian terlihat
membuat hatinya amat terperanjat. Ternyata mulut gua yang kecil
tadi, kini sudah hilang lenyap tak berbekas.
Sebaliknya terdapat sepasang monyet kecil berbulu putih sedang
menjura dihadapannya dengan amat hormat, kesemuanya ini
membuat hatinya menjadi amat keheranan. Kemudian, dia
memahami akan hal tersebut, segera gadis itu menduga kalau
bayangan putih yang tarlihat olehnya tadi sudah pasti salah satu
diantara mereka. Kalau toh mereka dapat membuka pintu untuk
mengundangnya masuk, tentu saja dapat pula membukakan pintu
untuk mengundang kedatangan Thi Eng khi sekalian.
Ciu Tin tin tidak tahu apakah mereka mengerti ucapan manusia
atau tidak, maka katanya pelan pelan :
1085 "Bukakan pintu gua, aku akan mengundang teman temanku
untuk masuk kemari!"
Siapa tahu sepasang monyet putih itu seperti mengerti maksud
perkataannya, mereka goyangkan tangannya berulang kali, berteriak
dan melompat lompat. Jelas mereka seperti hendak menyampaikan
sesuatu kepada gadis tersebut. Sayang sekali nona tersebut tidak
mengetahui apa yang dimaksudkan oleh kera kera itu.
Lama kelamaan Ciu Tin tin menjadi gelisah sekali, teriaknya keras
keras : "Cepat membuka pintu gua!"
Di samping itu, dia sudah bersiap sedia turun tangan untuk
membekuk salah satu diantara monyet monyet itu dan memaksa nya
untuk membukakan pintu gua.
Ketika monyet monyet putih itu menyaksikan hawa amarah sudah
menyelimuti wajah Ciu Tin tin, mereka nampak semakin gelisah lagi
hingga mencak mencak tak karuan sambil berlari menghampiri gadis
itu, mereka menarik ujung baju si nona dan menyeretnya masuk ke
dalam gua. Ciu Tin tin memang seorang gadis yang cerdik, dengan cepat dia
menyadari kalau tingkah laku monyet monyet putih itu pasti
mempunyai maksud tertentu maka dia urungkan niatnya untuk
memaksa mereka membukakan pintu dan berjalan menuju ke dalam
sebuah ruangan batu kecil.
Diatas langit langit ruangan tersebut terdapat sebutir Ya beng cu
sehingga ruangan tersebut menjadi terang benderang. Ruangan itu
kosong melompong tiada sesuatu benda apapun tapi diatas dinding
ruangan yang mengelilingi ruangan tersebut terukir beribu ribu
patah tulisan yang kecil kecil.
Sepasang monyet putih itu berkaok kaok tiada hentinya,
kemudian salah seekor di antaranya melompat dan menuding kearah
sebuah huruf yang tertera diatas dinding tersebut, kemudian
menuding huruf yang lain secara bergantian.
1086 Dengan cepat Ciu Tin tin menyadari apa gerangan yang
sebenarnya terjadi, rupanya monyet monyet itu tak pandai berbicara
namun bisa menggunakan huruf untuk menyampaikan maksud
hatinya, dari sini bisa diketahui betapa pintarnya monyet monyet itu,
tapi yang hebat tentu saja pemilik monyet tersebut, karena nyatanya
ia bisa mendidik mereka untuk mengenal tulisan.
Ketika Ciu Tin tin berhasil merangkai tulisan yang ditunjuk
monyet tersebut, maka terbacalah kalimat tersebut sebagai berikut :
"Kami bernama Siau soat dan Siau pek, yang mempunyai tahi
lalat merah di telinga sebelah kiri bernama Saiu soat, yang bertahi
lalat merah di telinga sebelah kanan bernama Siau pek."
"Majikan tua telah meninggalkan pesan agar kami menjaga gua
ini, bila dikemudian hari ada yang berhasil mempelajari Ilmu Heng
kian sinkang, dialah majikan baru dari gua dan kami berdua."
"Kau pandai ilmu Heng kian sinkang, kau adalah majikan baru
kami semua ...."
Sesudah memahami maksud hati mereka, dengan cepat Ciu Tin
tin menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru :
"Aku tak bisa terhitung sebagai majlkan baru gua ini, majikan
baru kalian adalah adik Eng!"
Siau soat kembali menunjuk huruf huruf diatas dinding dan
merangkainya lagi menjadi sebuah kalimat :
"Bukan kau yang memasuki gua ini tempo hari?"
Ciu Tin tin segera tertawa :
"Benarkah aku atau bukan, masa kalian tak tahu" Kalian sedang
menjaga gua apa?"
Siau pek dan Siau soat segera menggaruk garuk mukanya,
setengah harian lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah kata
pun. Kembali Ciu Tin tin mendesak lebih jauh :
"Apakah kalian telah mencuri bermain ke luar?"
1087 Siau pek segera mendorong dorong Siau soat, agaknya dia


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyuruh Siau soat yang menjawab. Dengan perasaan apa boleh
buat terpaksa Siau soat menuding huruf huruf diatas dinding dan
merangkainya menjadi satu kalimat :
"Tempo hari kami sedang mengejar seekor kelinci, tatkala balik
kembali baru kuketahui kalau ada orang yang telah berkunjung
kemari dan berhasil mempelajari ilmu Heng kian sinkang. Maka kami
pun menunggu sampai majikan balik kembali."
Selama ini mereka selalu menyebut Ciu Tin tin sebagai majikan.
Ciu Tin tin segara bertanya :
"Kalau toh kalian sedang menunggu kami, mengapa tidak
melepaskan kami masuk sedari tadi?"
Siau soat menuding huruf dan menjawab :
"Sebab pada waktu itu majikan tidak menggunakan ilmu Heng
kian sinkang, maka kami tidak tahu kalau majikan telah kembali."
"Aku sudah tiga bulan lamanya berlatih ilmu Heng kian sinkang
dalam lembah ini,apakah sampai hari ini kalian baru
mengetahuinya?" seru Ciu Tin tin dengan mendongkol.
Melihat Ciu Tin tin marah, cepat cepat Siau soat menuding huruf
dan menjawab : "Majikan tua telah berpesan, kami hanya boleh keluar dari gua ini
setiap sepuluh tahun sekali, dihari hari biasa dilarang berada di luar,
harap majikan jangan marah."
"Mengapa hanya mengijinkan kepada kalian untuk keluar dari gua
setiap sepuluh tahun sekali?"
Kali ini monyet putih itu tidak menuding huruf lagi, mereka hanya
menggelengkan kepalanya berulang kali sebagai tanda kalau tidak
mengetahui sebab musabab yang sebenarnya. Ciu Tin tin juga tidak
mendesak lebih jauh tapi dia menerangkan kepada mereka kalau Thi
Eng khi lah yang berkunjung ke sini tempo hari, karena terkena
pukulan orang jahat sehingga kehilangan tenaga dalam maka ilmu
Heng kian sinkang tersebut diwariskan kepadanya, itulah sebabnya
Thi Eng khi lah yang seharusnya disebut majikan baru dari gua ini.
1088 Sepasang monyet kecil itu bercuit cuit beberapa lama setelah
mendengar perkataan dari Ciu Tin tin itu, akhirnya mereka menerima
usul dari Ciu Tin tin untuk menyambut Thi Eng khi masuk ke dalam
gua. Namun mereka pun bersikeras untuk menjaga peraturan dari
majikan tua dan melarang mereka yang tidak mempelajari ilmu Heng
kian sinkang untuk memasuki gua dimana jenasah majikan tuannya
tersimpan. Ketika Ciu Tin tin menyaksikan monyet monyet itu begitu lincah,
bahkan amat setia terhadap majikan tuanya, terpaksa dia
mengabulkan dan bersama sama keluar dari gua untuk menyambut
kedatangan dari Thi eng khi sekalian.
Sementara itu malam yang gelap sudah tiba diluar gua, tampak
diluar gua tempat tinggal Thi Eng khi terdapat sebuah api unggun
besar, ditengah api unggun nampak bayangan manusia berkelebat
kesana kemari, seakan akan telah terjadi suatu peristiwa besar. Agar
orang lain tahu kalau dia sudah kembali, Ciu Tin tin berpekik nyaring
lebih dulu, kemudian baru mengajak Siau pek dan Siau soat
mendekati gua tersebut.
Munculnya kembali Ciu Tin tin disana seharusnya disambut
semua orang dengan gembira. Tapi rasa girang diwajah orang orang
itu hanya terlintas sebentar saja kemudian lenyap kembali, bahkan
wajah semua orang diliputi oleh rasa murung dan sedih yang amat
tebal. Ciu Tin tin menjadi terkesiap, dia seperti memperoleh firasat
jelek, kepada Bu Nay nay segera tegurnya :
"Nay nay, apa yang telah terjadi?"
"Kau telah pergi ke mana?" Bu Nay nay balik bertanya.
Kemudian tidak menanti Ciu Tin tin menjawab, sambil
menggelangkan kepala dia sudah menambahkan :
"Agaknya Thi sauhiap sudah tak bisa dipertahankan lagi!"
Ciu Tin tin menjadi terperanjat setengah mati hingga paras
mukanya berubah menjadi pucat pias, dengan cepat dia meluncur
masuk ke dalam gua. Tampak paras muka Thi Eng khi berubah
1089 menjadi merah padam seperti orang mabuk, napasnya lemah dan
udara yang keluar lebih banyak daripada yang masuk.
Dalam kagetnya Ciu Tin tin segera menempelkan telapak
tangannya di atas pusar si anak muda itu, kemudian mengerahkan
hawa murninya dan menyalurkan ke tubuh Thi Eng khi. Tenaga
dalam yang dimiliki Ciu Tin tin saat ini amat sempurna, orang yang
hampir mati pun nyawanya akan diserobot separuh bila berhasil
disaluri hawa murninya.
Namun Thi Eng khi sama sekali tidak bereaksi atas saluran hawa
murni yang menyusup ke dalam tubuhnya itu. Bukan saja Thi Eng
khi tidak nampak berubah malahan Ciu Tin tin merasakan hawa
murninya yang disalurkan ke dalam tubuh si anak muda itu seakan
akan batu besar yang tercebur di tengah samudra saja, lenyap tak
berbekas dengan begitu saja. Tujuan Ciu Tin tin sekarang hanyalah
menolong orang, dia tidak ambil perduli apakah harus menderita rugi
dalam tenaga dalamnya atau tidak, segera disalurkan hawa murni
tiada hentinya ke dalam tubuh si anak muda tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang yang menyaksikan kejadian itu,
dengan wajah lesu segera memperingatkan :
Jilid 34 "Di dalam tubuh saudara cilik telah mengalami suatu perubahan
aneh, lohu telah mengorbankan sebagian besar tenaga dalamku,
namun tidak berhasil membangkitkan kembali harapan hidup bagi
saudara cilik. Nona Tin, aku lihat kau harus segera menarik kembali hawa
murnimu dan merundingkan cara lain untuk menolong saudara cilik
dari ancaman mara bahaya, daripada kehabisan tenaga dalam, toh
tiada manfaatnya barang sedikitpun jua."
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi wajah Ciu Tin
tin, katanya kemudian :
"Apabila adik Eng mati, akupun tak akan hidup sendiri, aku akan
menemaninya untuk berangkat bersama!"
1090 Gadis itu tak menggubris ucapan orang dan mengerahkan terus
tenaga dalamnya ke tubuh Thi Eng khi. Bu Nay nay segera
memperingatkan pula :
"Tin tin, jangan nekad kau harus tahu bahwa perbuatanmu ini
akan membuat Thi sauhiap menjadi semakin sedih, Thi sauhiap
berniat untuk menjadikan kau sebagai seorang yang lihay, apakah
kau anggap ia meminta kepadamu untuk mengiringinya berangkat
mati?" Sesungguhnya Ciu Tin tin merupakan seorang gadis yang cukup
mengetahui keadaan, sejak bertemu dengan Thi Eng khi untuk
pertama kali, dia sudah mengetahui akan maksud hati si anak muda
itu, apalagi setelah mendengar teguran dari Bu Nay nay, hatinya
semakin terkesiap lagi...........
Sebelum dia mengucapkan sesuatu, terdengar Bu im sin hong
Kian Kim siang berkata lagi :
"Nona, apakah kau baru keluar dari gua Thio locianpwe" Di
dalam gua itu penuh dengan obat mustika, harapan hidup bagi Thi
sauhiap mungkin harus tergantung pada obat mustika milik Thio
locianpwe itu!"
Bagaikan baru sadar dari impian, Ciu Tin tin segera menarik
kembali tenaga dalamnya sambil melompat bangun, kemudiannya :
"Aaaah, betul! Gara gara kebodohan boanpwe hampir saja aku
melalaikan suatu masalah besar, sekarang juga aku akan kembali ke
gua untuk mengambil obat."
Kemudian serunya keras keras :
"Siau soat, Siau pek!"
Ketika berpaling ia tidak nampak kedua monyet tersebut berada
disitu, maka ia segera lari keluar dari gua. Baru tiba di mulut gua,
dari depan sana tampak bayangan putih berkelebat lewat, Siau soat
dan Siau pek tahu tahu sudah muncul didepan mata dan hampir saja
bertubrukan dengan Ciu Tin tin. Dengan suara keras Ciu Tin tin
segera berseru :
"Mari kita balik ke gua untuk mencari obat!"
1091 Tanpa berhenti dia lari ke depan, Siau soat dan Siau pek bercuit
cuit tiada hentinya, lalu tampak bayangan putih berkelebat dan tahu
tahu satu di kiri yang lain dikanan mereka sudah menarik ujung baju
Ciu Tin tin dan menggoncang goncangkan tiada hentinya. Ciu Tin tin
hendak menegur mereka, tapi tiba-tiba saja dia menyaksikan Siau
soat telah membawa sebuah botol porselen, saat itulah dia baru
menjadi sadar Hikmah Pedang Hijau 10 Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Bentrok Rimba Persilatan 13
^