Pukulan Naga Sakti 19

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 19


kembali. Rupanya ketika Siau soat dan Siau pek menyaksikan keadaan Thi
Eng khi gawat, tanpa diperintah, mereka sudah balik ke dalam gua
untuk mengambil obat. Dengan penuh berterima kasih Ciu Tin tin
membelai kepala Siau soat dan Siau pek kemudian balik kembali ke
dalam gua. Tak sempat memeriksa tabel diatas botol tersebut, dia
mengeluarkan dua butir pil berwarna putih dan dijejalkan ke dalam
mulut Thi Eng khi....
Seketika itu juga suasana dalam gua tersebut berubah menjadi
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun, empat manusia dua
ekor monyet dengan ke dua belas matanya sama sama mengawasi
wajah Thi Eng khi sambil menunggu reaksi dari obat, tersebut
padahal waktu tidak berlangsung lama namun di dalam perasaan
mereka bagaikan beribu ribu tahun.
Akhirnya Thi Eng khi nampak bergerak, wajah yang memerah
dan sepasang matanya membuka kembali, menengok ke arah Ciu
Tin tin serunya :
"Enci Tin aku mengira sudah tak bisa bertemu lagi denganmu...!"
Kata yang pertama dari Thi Eng khi ternyata bernada mesrah
bagi pendengaran Ciu Tin tin hal ini benar benar membuatnya
terharu sekali, sekarang dia mempunyai tempat yang penting dalam
hati Thi Eng khi. Dengan air mata yang bercucuran dengan deras Ciu
Tin tin menggenggam tangan Thi Eng khi kencang kencang,
kemudian bisiknya dengan suara lembut :
"Adik Eng, sekarang kita sudah dapat memasuki gua pertapaan
Thio locianpwe!"
1092 "Siapa yang telah mengangkangi gua tersebut?" tanya Thi Eng
khi dengan cepat "Apakah kalian telah bertarung melawannya?"
Ciu Tin tin segera menggapai dua ekor monyet itu agar maju ke
depan kemudian menyahut :
"Rupanya kedua ekor monyet penjaga gua Thio locianpwe telah
menaruh kesalahan paham terhadap kita, sehingga ia menutup pintu
dan tidak membiarkan kita masuk"
Ciu Tin tin segera menyuruh ke dua ekor monyet itu maju ke
depan dan menerangkan kalau si anak muda tersebut adalah
majikan baru mereka ....
Monyet monyet itu memang pintar, menirukan lagak manusia
saja, mereka segera maju dan menjura kepada Thi Eng khi.
Menyaksikan tingkat laku si monyet yang lucu, Thi Eng khi jadi lupa
dengan penyakit yang dideritanya dan tertawa terbahak bahak.
Siapa tahu begitu ia tertawa wajahnya segera meringis, kemudian
terbatuk batuk dan memuntahkan darah kental berwarna merah
kehitam hitaman....
Semua orang menjadi terkejut!
"Adik Eng, kenapa kau?" dengan gugup Ciu Tin tin menjerit kaget
sekeras kerasnya.
Thi Eng khi terengah engah kemudian setelah tertawa tenang
katanya : "Aku sudah rada baikan!"
Menyusul kemudian tanyanya kepada Ciu Tin tin :
"Obat apakah yang telah kau berikan kepadaku tadi?"
Ciu Tin tin tertegun, kemudian sahutnya dengan perasaan agak
rikuh : "Obat tersebut diambil oleh Siau soat dan Siau pek, aku
sendiripun tidak tahu."
1093 Sekarang dia baru teringat kalau diatas botol porselen tersebut
terdapat labelnya maka sambil tertawa rikuh dan untuk menutupi
kecerobohan sendiri, dia membaca label di depan botol tersebut :
"Obat ini khusus untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
suatu wabah diluar gua dan di dasar lembah, mereka yang minum
obat ini bila meninggalkan lembah sebelum penyakit menjadi
sembuh maka dia akan tewas."
Kecuali itu, disitu tidak dicantumkan keterangan serta nama obat
tersebut. Thi Eng khi sudah pernah mempelajari kitab ilmu tabib
yang berada dirumah Pembenci raja akhirat Kwik Keng thian, boleh
dibilang ilmu pertabibannya sangat lihay tergerak hatinya sesudah
mendengar perkataan tersebut, pikirnya :
"Jangan jangan di dasar lembah ini terdapat semacam hawa
jahat yang bisa melukai tubuh manusia" Tapi bukankah Bu im sin
hong Kian tua sudah tersekap selama puluhan tahun di sini"
Mengapa dia tidak jatuh sakit" Sedangkan mereka yang lain pun
tidak menderita penyakit apa apa ....?"
Berbagai pertanyaan itu segera berkecamuk di dalam benaknya.
Setelah muncul pertanyaan tersebut, otomatis dia pun berusaha
untuk menemukan jawabannya, berhubung ilmu pertabiban yang
dimilikinya memang sangat lihay, maka tak lama kemudian semua
pertanyaan tersebut telah berhasil dipahami olehnya.
Dengan cepat dia mengambil kesimpulan :
Di dasar lembah ini sudah pasti terdapat semacam hawa beracun
yang bisa melukai orarg secara lambat, manusia maupun binatang
yang terlalu lama berdiam disini pasti akan keracunan dan mati.
Berhubung Bu im sin hong Kian Kim siang bersembunyi di dalam
pohon cemara Bwe siong, dan didalam pohon cemara Bwe siong
tersebut tentu memiliki kemampuan untuk melawan hawa racun,
maka dia tak sampai menderita luka apa apa. Sedang orang yang
datang bersama samanya kali ini berhubung semuanya memiliki
tenaga dalam yang sempurma, sehingga otomatis kondisi badannya
lebih tangguh, maka hawa racun itu tak mampu berbuat apa apa
terhadap mereka, maka mereka pun tidak sampai kejangkitan
penyakit tersebut tapi lama kelamaan mereka akan kena juga.
1094 Sebaliknya dia sendiri terkena karena tenaga dalamnya telah
punah dan kondisi badannya menjadi lemah, maka dialah yang
pertama tama kejangkitan lebih dulu daripada yang lain. Akan tetapi,
dia pun sudah menelan pil kim khong giok lok wan, semestinya tak
mungkin akan kejangkitan racun, tapi mengapa dia bisa keracunan"
".. ini berarti hawa racun yang berada di sana istimewa sifatnya dan
tak bisa dilawan dengan daya kerja pil kim khong giok lok wan
tersebut. Pikir punya pikir, Thi Eng khi menjadi terseret dalam
keadaan lupa akan segala galanya, ia menjadi terkesima.
Ciu Tin tin yang menyaksikan sikap termangu dari Thi Eng khi itu
segera berseru dengan gelisah :
"Adik Eng! Adik Eng! Mengapa pula kau?"
Diputus lamunannya oleh teguran tersebut, Thi Eng khi segera
tersadar kembali namun dengan tenang dia berkata :
"Enci Tin, coba kau lihat, menurut keterangan yang tercantum
diatas botol ini, sekarang aku masih belum bisa masuk ke dalam
gua, lebih baik kau dan mereka masuk kedalam gua lebih dulu!"
Ciu Tin tin menjadi tertegun.
"Adik Eng, mengapa pula kau menjadi terpukul" Kau adalah
majikan dari gua ini, bila kau tidak masuk, siapa pula yang berani
memasuki gua tersebut?"
Bu im sin hong Kian Kiam siang maupun Bu Nay nay dan Bu Im
juga menyatakan tidak setuju, bila Thi Eng khi tidak masuk ke dalam
gua maka mereka semua juga tidak akan masuk.
Melihat semua orang menunjukkan sikap serius, Thi Eng khi tahu
bila duduknya persoalan tidak dibikin jelas, mungkin mereka tak
akan meninggalkan tempat ini dengan begitu saja. Terpaksa dia
harus membeberkan jalan pemikiran yang kurang matang itu kepada
mereka, bahkan suruh mereka berlega hati setelah mempunyai obat
dari Thio Biau liong, tak mungkin selembar jiwanya akan terancam
mara bahaya. Selain itu, sebelum kesehatan badannya pulih kembali, dia tak
akan bisa meninggalkan dasar lembah, juga tak akan berhasil
memulihkan tenaga dalamnya yang telah punah, apa salahnya bila
1095 kesempatan ini dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, selain
merawat sakit, juga mencari sumber dari penyebab celaka itu
daripada orang lain terkena kembali "..
Mereka semua sama sama merupakan jago persilatan, soal
berdebat siapapun tak bisa mengungguli Thi Eng khi, terpaksa
mereka menuruti perkataannya dan pindah dulu ke dalam gua.
Ciu Tin tin dengan alasan Thi Eng khi masih sakit, perlu
perawatan dan lain lainnya .... pokoknya kalau digabungkan ada
se?laksa lebih alasan untuk tidak meninggalkan Thi Eng khi, tapi
akhirnya toh harus pindah juga ke dalam gua. Namun, Thi Eng khi
harus menyetujui untuk setiap hari bertemu sekali dengannya di
mulut gua. Begitulah Thi Eng khi pun berdiam seorang diri di dasar lembah
dan berusaha untuk menyelidiki rahasia alam yang berada disekitar
sana. Hari demi hari dapat dilewatkan dengan tenang, walaupun Thi
Eng khi tidak berhasil memperoleh sesuatu, tapi berkat obat obatan
dari Thio Biau liong, kondisi badannya sudah jauh lebih sehat dan
kuat. Menggunakan waktu senggang yang ada dia pun banyak
membaca kitab kitab simpanan milik Thio Biau liong, tentu saja kitab
kitab tersebut dikirim oleh Ciu Tin tin sesuai dengan permintaannya.
Ketika Bu im sin hong Kian Kim siang menyaksikan kehidupan
dari Thi Eng khi bisa dilewatkan dengan aman tenteram, dia tergoda
kembali untuk melihat keadaan dunia persilatan maka ia berangkat
kembali meninggalkan gua tersebut.
Sedangkan Thi Eng khi telah memeriksa seluruh dasar lembah itu
namun tak berhasil menemukan sesuatu apapun yang
mencurigakan, hampir saja dia mencurigai ja?lan pemikiran sendiri.
Di saat ia sedang putus asa itulah, akhirnya Thian telah memberikan
suatu kesempatan yang baik kepadanya untuk mengungkapkan
rahasia dari dasar lembah tersebut.
1096 Di sebelah tenggara pohon bwe siong terdapat sebuah tanah
berumput yang sangat indah dan menawan. Thi Eng khi sering
membaca buku disitu, beristirahat ataupun berbaring di sana melihat
awan di angkasa dan menghilangkan rasa kesal dalam hatinya.
Suatu hari, dia berbaring diatas tanah berumput itu dan tertidur,
ketika bangun, waktu menunjukkan saat baginya untuk minum obat.
Maka dia pun mengeluarkan botol obat itu dan mengambil sebutir
pil diantaranya, ketika pil itu akan dimasukkan kedalam mulut,
mendadak matanya mendelong, dia telah menyaksikan suatu
pemandangan yang sangat aneh. Ternyata pil yang berada di
tangannya itu dari warna putih kini secara pelan pelan sedang
berubah menjadi warna merah....
Thi Eng khi yang menguasai ilmu pertabiban segera menyadari
kalau dibalik kesemuanya ini tentu ada hal hal yang amat luar
biasa.... Dia lantas menunda untuk minum pil tersebut, melainkan
beranjak dan meninggalkan tanah berumput tadi. Sungguh aneh
sekali begitu dia meninggalkan tanah berumput itu, pil yang berada
di tangannya juga segera berubah menjadi putih kembali..... Menanti
dia balik ke tanah berumput itu pil tersebut kembali berubah menjadi
merah. Thi Eng khi melakukan percobaan sampai beberapa kali, akhirnya
dia berkesimpulan kalau tanah berumput itulah letak keanehan
tersebut maka pil tadi segera ditelan. Kemudian dia mencabut
beberapa batang rumput dan diperiksa dengan seksama tapi ia tak
berhasil menemukan sesuatu perbedaan antara rumput tersebut
dengan rumput pada umumnya, normal dan tiada keanehan, hal
mana tentu saja membuat hatinya tertegun bercampur keheranan.
Kemudian, satu ingatan melintas di dalam benaknya, segera pikirnya
di dalam hati :
"Jangan jangan di balik rerumputan tersebut ada persoalan yang
tak beres...?"
Berpikir demikian, dia mencabuti rerumputan itu sampai gundul
sebagian, tapi tanah dibawah rumput seperti juga tanah biasa, tiada
sesuatu perbedaan. Ia lantas mematahkan sebuah ranting kering
1097 dan menggali sebuah lubang kecil, sekarang dia baru menemukan
tanah semu merah kurang lebih lima inci dibawah permukaan.
Penemuan yang tak terduga ini hampir saja membuat Thi Eng khi
melompat saking gembiranya. Sebab dari semu merah yang muncul
di atas lumpur tersebut, dia sudah mengetahui apa gerangan yang
terjadi. Sambil tersenyum dia lantas mencongkel lumpur dan dicicipi,
setelah itu gumamnya :
"Benar, lumpur ini manis rasanya, memang ciri khas dari Ing in ci
toh (tanah berseri hawa langit dan bumi), tenaga dalamku ada
harapan untuk pulih kembali seperti sedia kala!"
Ternyata Ing in ci toh adalah sari hawa yang terbentuk dari
gabungan langit dan bumi, sari hawa ini terbentuk didaerah
pertemuan antara udara bersih dengan udara kotor. Kebetulan
sekali, lembah tanpa nama ini merupakan pusat pertemuan antara
udara bersih dan udara kotor. Karena tertutup oleh lembah dan
kabut yang menyempit dan tebal maka campuran udara mana tak
mudah menyebar dari situ. Maka udara yang bersih memupuk
tumbuhnya Si toan Kim khong dan pohon cemara Bwe siong.
Sebaliknya udara yang kotor tetap membeku didalam lembah dan
berubah menjadi hawa jahat yang mencelakai manusia, sedangkan
tanah Ing in ci toh mempunyai kasiat menghisap sari udara langit
yang bersih dan udara bumi yang kotor hingga terwujud menjadi
sari hawa yang terserap ke dalam tanah, coba kalau tiada tanah
yang melakukan penyerapan sudah pasti makhluk apapun yang
masuk ke lembah tersebut akan mati lemas.
Sekarang, rasa gembira Thi Eng khi tak terlukiskan lagi dengan
kata kata, dia melompat dan menari seperti orang gila, kemudian
sambil tertawa terbahak bahak serunya :
"Aku akan memberikan suatu kejutan kepada enci Tin agar dia
menjadi kejut bercampur girang!"
Karena berpikiran demikian, maka untuk sementara waktu ia
tidak menceritakan tentang tanah Ing in ci toh tersebut kepada Ciu
Tin tin. Sekembalinya ke dalam gua, dia mengambil pedang Thian
liong kim kiam dan menggunakan tenaga besar menggali sebuah
1098 lubang yang cukup besar, kemudian memendam tubuhnya didalam
tanah sampai sebatas leher.
Kurang lebih satu jam kemudian, dia merasakan munculnya
semacam tenaga hisapan yang amat besar yang melumat tubuhnya
seakan akan berubah menjadi berpuluhan ribu keping kemudian
melalui pori pori menyusup keluar. Disusul kemudian dia merasakan
pikirannya kosong dan tubuhnya seakan akan melumer jadi satu
dengan tanah, kesadarannya seketika hilang tak berbekas. Menanti
dia sadar kembali, tengah malam sudah lewat.
Thi Eng khi merasakan seluruh tubuhnya basah kuyup,
sedangkan udara yang segar dan nyaman menyusup ke dalam
tulang sumsumnya membuat ia merasa nyaman sekali. Bahkan
terasa pula segulung hawa dingin yang segar menyusup melalui pori
pori disekujur badannya dan mengalir masuk ke dalam tubuhnya,
kemudian menyebar ke mana mana.
Hawa dingin tersebut menyusup ke dalam semua urat nadi dan
jalan darahnya dan tak lama kemudian sudah tersebar di seluruh
badan, sedang didalam badannya pun sudah mulai muncul segulung
hawa hangat. Saat itulah Thi Eng Khi baru mencoba untuk mengatur
napas dan menghimpun kembali hawa murninya.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setetes demi setetes, setitik demi setitik, hawa murni itu mulai
terhimpun kembali, dia mulai merasakan hawa murninya mulai
bergerak dan menempuh kehidupan baru. Dari sedikit akhirnya
membukit, dari pelan akhirnya menjadi cepat, tanpa disadari ia
sudah bersemedi tujuh puluh dua jam dengan tiga puluh enam
putaran, atau dengan perkataan lain ia telah mengubur diri dalam
tanah Ing in ci toh tersebut selama tiga hari tiga malam.
Selama tujuh puluh dua jam ini, Thi Eng khi sudah berganti
tulang rasanya, semuanya ikut berubah dan menjadi satu satunya
manusia didunia ini yang dipenuhi sari hawa langit dan bumi. Perlu
diketahui, tubuh manusia sesungguhnya terbentuk dari sari udara
langit dan sari hawa bumi, baik buruk cerdik bodohnya seorang
manusia pun tergantung dari berapa banyakkah sari udara bersih
dan kotor yang terkandung ditubuh manusia.
1099 Bagi orang yang terdiri dari delapan sembilan bagian udara
bersih, dia akan menjadi orang pandai. Sebaliknya bila terdiri dari
delapan sembilan bagian udara kotor, maka dia akan menjadi orang
bodoh. Thi Eng khi merupakan manusia berbakat aneh yang jarang di
jumpai dalam ratusan tahun belakangan ini, dia hampir sembilan
puluh persen terdiri dari udara bersih dan hanya satu bagian saja
terdiri dari udara kotor jadi bisa dibilang ia amat cerdas.
Tapi sekarang setelah sari pukulan Hian im ciang dari Hian im
Tee kun yang kotor dan tertinggal dalam tubuhnya terhisap keluar
oleh tanah Ing in ci toh, kemudian sari udara bersih menyusup ke
dalam tubuhnya, maka pertukaran mana membentuknya sebagai
seorang manusia yang benar benar amat hebat.
Bukan saja seluruh tenaga murninya telah pulih kembali seperti
sedia kala, bahkan gara gara bencana menjadi mujur, dia telah
berhasil mencapai tingkatan tertinggi sebagai seorang manusia. Bagi
umat persilatan yang belajar silat, entah berasal dari aliran
manapun, hampir semuanya berusaha untuk mencapai taraf yang
disebut Ban gwan Kui tiong (selaksa aliran kembali pada
sumbernya), yang dimaksudkan taraf tersebut adalah menambah
udara bersih dalam tubuhnya dengan membuang semua udara kotor
yang terkandung dibadan sehingga mencapai tingkat dimana seluruh
tubuh terdiri dari udara bersih.
Barang siapa makin banyak menghimpun udara bersih, maka dia
juga yang akan berhasil mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Thi
Eng khi yang kena terhajar oleh pukulan Hian im Tee kun membuat
hawa murninya menjadi buyar berhubung hawa jahat yang
dilontarkan Hian im Tee kun masih tertinggal dalam tubuh Thi Eng
khi maka hal mana membuat hawa murni yang dimiliki Thi Eng khi
tersebar ke seluruh anggota badannya, sedemikian tercerai berainya
hawa murni itu membuat Thi Eng khi tak sanggup untuk
menghimpun kembali dan jadilah dia sebagai manusia biasa.
1100 Sesungguhnya, sisa hawa pukulan Hian im ciang yang mengeram
ditubuh Thi Eng khi itu tak dapat dihilangkan dengan bantuan dari
obat apapun. Sekalipun Thi Eng khi menelan buah Hi?an ko yang
dihadiahkan Bu Im kepada Ciu Tin tin, hal itupun tidak akan
berpengaruh terlalu banyak, sebagai orang yang memahami ilmu
pertabiban, Thi Eng khi tentu saja mengetahui akan teori tersebut,
hanya saja tidak sampai diutarakan keluar saja .....
Maka satu satunya cara yang bisa dipakai untuk menolong Thi
Eng khi adalah harus ada orang yang memiliki tenaga dalam lebih
tinggi dari Hian im Tee kun yang rela mengorbankan diri untuk
menyalurkan hawa murninya ke tubuh Thi Eng khi dan melenyapkan
sisa hawa pukulan Hian im ciang yang mengeram ditubuh anak
muda tersebut. Jikalau kekuatan yang menghambat berkumpulnya
hawa murni itu bisa dilenyapkan, saat itulah Thi Eng khi baru punya
harapan untuk menghimpun kembali hawa murninya.
Tapi, kesempatan semacam itu boleh dibilang kecil sekali, atau
lebih tepat dikatakan pada hakekatnya tiada kemungkinan tersebut.
Thi Eng khi cukup memahami akan hal tersebut, tapi untuk
menghibur Bu im sin hong Kian Kim siang yang berjiwa hangat, dia
tidak menampik usulnya untuk membawanya ke bukit Bu gi san
padahal dia sudah bertekad untuk mengasingkan diri selamanya
disitu. Maka itulah, dia baru punva niat untuk mendidik dan membentuk
Ciu Tin tin sebagai seorang jagoan. Siapa tahu, kalau nasibnya
memang lagi mujur, dia berdiam di lembah terpencil yang
sesungguhnya mengandung Ing in ci toh, bukan saja penyakit yang
dideritanya bisa dipunahkan, bahkan tenaga dalamnya bisa pulih
kembali seperti sedia kala.
Begitulah, Thi Eng khi mengalirkan ha?wa murninya mengelilingi
tubuhnya sampai tiga puluh enam kali putaran, dia merasa
semangatnya menjadi segar, hawa murninya penuh dan
kekuatannya pulih kembali seperti sedia kala. Dalam sekali lompatan
saja, dia telah melepaskan diri dari dalam tanah.
1101 ketika ujung bajunya dikebaskan, segulung hawa murni yang
dahsyat memancar ke empat penjuru dan menggulung pasir yang
berada disekitar sana mengumpul kembali dalam liang tersebut. Thi
Eng khi pada saat itu penuh dengan pancaran hawa murni yang
segar, namun hatinya tetap tenang dan lembut, seakan akan sudah
tiada kobaran api napsu lagi dalam hatinya.
Malam yang gelap menyelimuti seluruh dasar lembah Hong im
hong, namun Thi Eng khi dapat menyaksikan segala sesuatu dengan
jelas seperti di siang hari saja. Waktu itu, dia amat merindukan diri
Ciu Tin tin, pikirnya di dalam hati :
"Sudah tiga hari kami tak bersua, apakah dia pun merindukan
diriku ?""
Dengan langkah yang pelan dia berjalan ke depan dan tanpa
terasa menuju ke mulut gua. Ia tahu pintu gua pasti tertutup,
namun pemuda itu toh tak tahan untuk melongok juga ke depan
gua. Kepada diri sendiri dia memperingatkan :
"Asal tidak mengganggu, hanya menengok saja rasanya juga tak
menjadi masalah toh setelah fajar nanti kami akan bersua kembali."
Ketika masih beberapa kaki dari gua, mendadak ia menyaksikan
ada sesosok bayangan manusia sedang memandang ke tempat
kejauhan sana dengan termangu. Dia adalah Ciu Tin tin, entah
sudah sedari kapan berdiri tertegun disitu"
Mungkin karena sudah tiga hari tak pernah bersua dengan Thi
Eng khi, dia pun tak ingin melanggar perjanjiannya dengan Thi Eng
khi untuk mendatangi lembah mencarinya, terpaksa dia hanya
menunggu di depan guanya siang dan malam.
Thi Eng khi benar benar merasa terharu sekali, dengan kecepatan
luar biasa dan sama sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun dia
menyelinap ke depan serta menghampirinya, dengan tenaga dalam
Ciu Tin tin yang begitu sempurna pun ternyata ia tidak merasakan
apa apa. Tak selang berapa saat kemudian, Thi Eng khi sudah
berdiri dibelakang tubuh Ciu Tin tin, sebenarnya dia hendak
menegurnya tapi niat tersebut segera diurungkan, tiba tiba ia
menggelengkan kepalanya, tersenyum dan mundur kembali.
1102 Akhirnya setelah berputar satu lingkaran, dia muncul di depan Ciu
Tin tin dan berjalan mendekatinya. Suara langkah yang
berkumandang segera mengejutkan Ciu Tin tin, dia segera menegur
: "Adik Eng kah disana?"
Dengan suatu kecepatan luar biasa dia menerjang ke hadapan
Thi Eng khi. Sengaja Thi Eng khi mundur selangkah, kemudian
serunya terkejut :
"Siapa?"
Saat ini, Ciu Tin tin sudah tidak mempunyai rasa malu lagi, yang
ada tinggal rasa cinta dan perhatian yang besar, digenggamnya
tangan Thi Eng khi, kemudian ujarnya dengan sedih :
"Adik Eng, ke mana saja kau pergi selama berapa hari ini"
Mengapa tidak datang ke gua untuk menjengukku" Aku benar benar
merasa cemas sekali....!"
Thi Eng khi meremas remas tangan Ciu Tin tin yang halus, lalu
berbisik dengan lembut :
"Sudah lamakah kau menunggu aku?"
Ciu Tin tin tersenyum :
"Tidak lama, bukankah kita berjanji akan bertemu setiap malam"
Sejak saat itu lah aku datang menantimu."
Begitu besarnya perhatian gadis itu untuk menunggu Thi Eng khi,
waktu yang sudah berhari hari lamanya itu dianggap sebagai
sebentar saja. Padahal kalau dihitung yang sebenarnya dia sudah
menunggu selama tiga hari tiga malam. Dengan perasaan
tercengang Thi Eng khi segera bertanya :
"Sudah begini lama kau berdiri didepan gua, apakah mereka tidak
menyuruh kau kembali?"
"Agaknya mereka sudah menyuruh masuk, tapi aku sama sekali
tidak menggubris, sudah pasti Bu Nay nay akan merasa gusar
sekali." 1103 Segenap perhatiannya boleh dibilang telah dipusatkan pada Thi
Eng khi, sehingga masalah yang lain boleh dibilang sama sekali tidak
diperhatikan. Untuk menunggu Thi Eng khi, gadis tersebut sudah
menunggu selama tiga hari tiga malam didepan gua, tapi Bu Nay
nay sendiripun harus berdiri pula di belakang gua selama tiga hari
tiga malam juga untuk menjaga kesehatannya. Sementara itu, Bu
Nay nay juga sudah mendengar suara penbicaraan mereka dan
memburu ke depan, tapi setelah menyaksikan sikap mereka yang
mesrah, tak urung agak rikuh juga dibuatnya sehingga tanpa terasa
ia berhenti berlari dan siap untuk balik kembali.
Tapi Ciu Tin tin segera memanggilnya :
"Bu Nay nay, adik Eng telah kembali!"
Ucapan itu tidak penting bahkan berlebihan, tapi oleh sebab dia
terlalu gembira, dia pun ingin orang lain turut mencicipi
kegembiraannya, maka dalam anggapannya ucapan mana tidak
merupakan ucapan yang terlalu berlebihan. Bu Nay nay segera
berhenti dan tertawa getir, kemudian katanya :
"Tin Tin, kalau toh sudah berjumpa kembali dengan Thi sauhiap,
kau sudah seharusnya pergi beristirahat!"
Kemudian sambil berpaling ke arah Thi Eng khi, omelnya :
"Aaaai, anak muda, mengapa kau tidak berpikir untuk enci Tin"
Tahukah kau, sudah tiga hari tiga malam dia menantikan dirimu
disini!" Thi Eng khi hendak minta maaf kepada Bu Nay nay, tapi Ciu Tin
tin sudah keburu berseru :
"Bu Nay nay, kau memang pandai membuat kejutan, kapan sih
aku menunggu selama tiga hari tiga malam" Kesehatan adik Eng
belum pulih kembali, kau jangan membuatnya terkejut!"
Bu Nay nay menjadi tertegun, lalu katanya sambil tertawa :
"Baik, baik! Anggap saja aku telah salah berbicara, sekarang kau
boleh pergi beristirahat bukan?"
"Tidak, kami belum berbicara berapa patah kata, bila ingin
kembali, kau boleh kembali dulu!"
1104 Thi Eng khi benar benar dibikin terharu sekali, katanya kemudian
dengan cepat : "Enci Tin, siaute menyesal sekali kepadamu karena sudah
membuatmu tersiksa, harap kau sudi memaafkan kesalahanku!"
"Adik Eng, lagi lagi kau anggap orang luar diriku," seru Ciu Tin tin
cemberut, "asal kau sudah sembuh dari penyakitmu, aku tak akan
mengacuhkan yang lain."
Kenyataannya, dia memang tidak menegur Thi Eng khi mengapa
tidak datang bertemu dengannya seperti saat yang telah dijanjikan.
Thi Eng khi segera menarik tangan Ciu Tin tin sambil berseru :
"Ayoh jalan! Enci Tin, aku akan menemanimu kembali kedalam
gua...!" Hampir saja Ciu Tin tin tidak mempercayai pendengaran sendiri,
kejut dan girang segera menyelimuti hatinya :
"Adik Eng, apa kau bilang?"
Thi Eng khi tertawa :
"Penyakit yang siaute derita telah sembuh, sekarang aku sudah
dapat meninggalkan lembah ini dan hidup bersama sama kalian di
dalam gua...."
Saking gembiranya air mata sampai jatuh bercucuran membasahi
wajah Ciu Tin tin, digenggamnya tangan Thi Eng khi dan
digoyangkan berulang kali, kemudian serunya :
"Ooooh.... ooooh.... penyakitmu telah sembuh! Penyakitmu telah
sembuh.... kita tidak akan berpisah lagi.... kita tak akan berpisah lagi
untuk selamanya."
Bu Nay nay juga turut gembira, serunya dari samping :
"Thi sauhiap, mengapa tidak kau katakan sedari tadi" Ayoh cepat
masuk, cepat kembali ke dalam gua, kesehatan tubuhmu baru saja
sembuh jangan sampai masuk angin hingga bikin orang menjadi
gelisah dan kuatir kembali."
1105 Tanpa membuang banyak waktu lagi, dia segera menarik tangan
Ciu Tin tin dan menyeret Thi Eng khi lari masuk ke dalam gua.
Sejak Thi Eng khi kembali ke dalam gua dalam waktu singkat
satu bulan lebih sudah lewat. Dia tidak menceritakan kepada Ciu Tin
tin kalau tenaga dalamnya telah pulih kembali, mula mula dia hanya
bermaksud membuat kejutan bagi Ciu Tin tin, tapi sekarang dia
justru ada niat untuk mengatur segala sesuatunya di dalam
siasatnya untuk menghadapi Hian im Tee kun.
Selama sebulan ini, dia hanya berusaha keras untuk membaca
semua kitab pusaka yang disimpan oleh Thio Biau liong selama ini
serta memperketat usahanya untuk menurunkan ilmu silat yang
hebat kepada Ciu Tin tin. Walaupun Ciu Tin tin menguatirkan
keadaan Thi Eng khi yang dianggapnya masih kehilangan tenaga
dalam, namun setelah menyaksikan kondisi badan Thi Eng khi yang
tambah hari bertambah sehat, dia pun mengambil pemikiran
selangkah mundur ke belakang.
Sekarang dia tidak berburu buru lagi untuk memaksakan
pengobatan bagi Thi Eng khi, kuatir kalau pemuda itu tak bisa
memecahkan pemikiran mana, sebaliknya malah menghibur terus
hatinya dengan mempergiat latihan ilmu silat agar memancing
kegembiraan tersebut. Thi Eng khi tentu memahami maksud hati
dari nona tersebut, namun dia juga tidak mengungkapnya, namun
semakin mesrah sikapnya terhadap gadis itu membuat sang dara
menjadi kegirangan.
Kemajuan yang dicapai Ciu Tin tin dalam ilmu silat benar benar
amat pesat, bukan saja ilmu silat ajaran Sim ji sinni seperti Boan yok
sinkang dan ilmu sakti Thian liong pay yang dipelajari, bahkan ilmu
Heng kian sinkang peninggalan Thio Biau liong serta ilmu silat aliran
partai lain pun berhasil dikuasai olehnya.
Kemampuannya sekarang sama sekali tidak berada dibawah
kemampuan Thi Eng khi sewaktu bertarung melawan Hian im Tee
kun tempo hari, itu berarti dia sudah mempunyai modal utama untuk
bertarung satu lawan satu melawan Hian im Tee kun. Namun taraf
kemajuan yang berhasil dicapai pun merupakan taraf yang tertinggi,
1106 dia memang bisa maju selangkah lagi namun hal mana bisa dicapai


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam beberapa hari saja.
Saat itulah, Ciu Tin tin teringat kembali dengan janjinya kepada
Bu Im untuk menembusi jalan nadi Jin meh dan tok mehnya, dia pun
merundingkan hal ini dengan Thi Eng khi untuk dicoba. Berbicara
menurut kesempurnaan tenaga dalam, Cu Tin tin masih sanggup
untuk menghadapi, yang dikuatirkan sekarang tinggal soal
pengalaman dari gadis tersebut, sebab bila salah bertindak bisa jadi
akan berakibat kedua belah pihak sama sama menderita kerugian
besar. Itulah sebabnya Thi Eng khi merasa amat tidak lega hati.
Ciu Tin tin telah makan buah Hian ko pemberian orang, hal ini
membuat hatinya selalu merasa masgul. Sehari dia belum berhasil
membantu Bu Im untuk menembusi jalan darah Jin meh dan tok
mehnya, sehari pula dia tak akan tenteram, dia bersikeras hendak
menyerempet mara bahaya tersebut.
Dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa Thi Eng khi harus
menyanggupi permintaannya itu. Tatkala Bu Im menerima kabar
tersebut, sudah barang tentu ia merasa sangat kegirangan. Segala
sesuatunya segera dipersiapkan menurut petunjuk dari Thi Eng khi.
Bu Im diminta untuk duduk bersila diatas sebuah kasur tempat
duduk. Ciu Tin tin dan dia masing masing menggunakan tenaganya
secara bergantian, kemudian gadis itu berdiri dihadapan Bu Im dan
jari telunjuk tangan kanannya ditempelkan diatas jalan darah soh
liau hiat diujung hidung Bu Im, sementara jari telunjuk tangan
kirinya ditempelkan diatas jalan darah Seng ciang hiat.
Dengan cepat Ciu Tin tin mengerahkan tenaga dalam yang telah
dihimpun dalam pusarnya, dua gulung tenaga lembut masing masing
menyusup masuk ke dalam tubuh Bu Im melalui jalan jalan Soh liau
hiat dan Seng ciang hiat kemudian setelah bergabung dengan hawa
murni yang berada dalam tubuh Bu Im sendiri, segera berputar
mengitari badan sebanyak tiga kali putaran.
Kemudian dari Jin meh mengalir ke bawah melewati jalan darah
Liau swan hiat, Thian toh hiat, Hoa kay hiat, Giok tong hiat, Tiong
teng hiat, Sang wan hiat, Kian li hiat, Hun sui hiat, Im ciau hiat, Sik
1107 bun hiat, pin goan hiat, tiong kek hiat, dan Ci kut hiat dua puluh tiga
buah jalan darah penting dan terhimpun dalam Hwee im hiat.
Sebaliknya yang melalui Tok meh mengalir berputar menembusi
jalan darah Sin ting hiat, Pek hwe hiat, Hong hu hiat, ya lun hiat, tay
hway hiat, sin cut hiat, leng tay hiat, ci yang hiat, tiong ci hiat, Mia
bun hiat, Yang kwan hiat dan Yau gi hiat dua puluh tujuh buah jalan
darah penting sebelum mencapai Tian jiang hiat.
Asal jalan darah hwee im hiat di urat Jin meh dan jalan darah
tiang jiang hiat di urat Tok meh berhasil menembusi, berarti mereka
sudah melewati sebuah pos yang penting, kemudian bilamana
tenaga mereka dihimpun lagi dalam jalan darah Seng jiat hiat di Jin
meh dan Gin ciau hiat di urat Tok meh, sehingga ke dua buah jalan
darah ini berhasil ditembusi, berarti usaha mereka untuk menembusi
urat nadi Jin meh dan Tok meh akan mencapai keberhasilan.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin memang lihay sekali, jalan
darah Hwee im hiat dan Tiang jiang hiat ternyata berhasil dia
tembusi tanpa mengalami kesulitan apupun, dengan cepatnya tanpa
hambatan jalan darah tersebut berhasil ditembusi tapi setelah hawa
murninya mencapai jalan darah Ing tong hiat, disitulah terletak
sumber penyakit yang menyebabkan urat nadi Jin meh dan tok meh
milik Bu Im tak berhasil ditembusi.
Tampak paras muka Bu Im berubah menjadi pucat pias, hawa
murni yang berada dalam tubuhnya segera punah dan buyar,
ternyata dia tak berani menggunakan hawa untuk menembusi jalan
darah tersebut. Hal ini menunjukkan ketika hawa murninya
mencapai darah Ing tong hiat, oleh karena jalan nadinya terlalu
sempit dan kecil maka apabila diterjang kelewat keras, bisa jadi akan
berakibat meletus dan pecah. Sebaliknya apabila penggunaan
tenaga terlalu lemah, maka usaha untuk menembusi jalan darah
tersebut akan mengalami kegagalan total.
Di sinilah terletak titik kelemahan yang membutuhkan bantuan
dari Ciu Tin tin dengan Pek hwe tiau yang tayhoat yang belum lama
dipelajarinya itu. Dengan demikian, disamping Ciu Tin tin harus
mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi jalan darah Ing
tong hiat agar jangan sampai pecah, disamping itu dia pun yang
1108 memancing hawa murni dari Bu Im untuk berubah dari air bah
menjadi aliran yang lembut, meski berubah menjadi aliran lembut
namun memiliki kekuatan air bah guna menembusi jalan darah Seng
ciang hiat dan Gin ciau hiat.
Paras muka Bu Im berubah menjadi pucat pias seperti mayat,
sekujur tubuhnya turut gemetar keras. Sebaliknya paras muka Ciu
Tin tin berubah menjadi merah padam seperti orang mabuk, uap
putih mengepul dari ubun ubunnya, jelas dia pun sedang berada
dalam keadaan yang sangat payah. Thi Eng khi yang menyaksikan
kejadian tersebut segera berpaling dan memandang sekejap ke arah
Bu Nay nay, kemudian katanya :
"Aku lihat enci Tin sudah hampir tak sanggup untuk
mempertahankan diri lebih jauh!"
Bu Nay nay adalah seorang ahli ilmu silat, sudah barang tentu
diapun tahu hal Ciu Tin tin serta Bu Im terjerumus dalam posisi yang
serba sulit, asal kekuatan mereka tidak tercapai seperti apa yang
diharapkan, maka bisa jadi keselamatan kedua orang ini bakal
terancam. Sayangnya, sekalipun dia mengetahui akan gejala
tersebut namun tak mampu memberikan bantuannya maka dia
menjadi gelisah sekali macam semut didalam kuali panas. Selang
berapa saat kemudian, dia baru berseru dengan perasaan gugup
bercampur cemas :
"Sekarang, apa yang harus kulakukan sekarang" sekarang apa
yang harus kulakukan..?"
Dari dalam sakunya Thi Eng khi mengeluarkan sebatang jarum
emas, kemudian katanya:
"Harap Bu Nay nay sudi membantu diriku, boanpwe akan
menggunakan jarum emas untuk membantu mereka agar lolos dari
bahaya ini!"
Thi Eng khi kehilangan tenaga dalamnya tentu saja dia tak dapat
mengerahkan hawa murninya untuk memberi bantuan.
"Kau yakin akan berhasil?" tanya Bu Nay nay sambil memandang
ke wajah pemuda tersebut dengan wajah tercengang.
1109 "Asal kau Bu Nay nay membantu dengan tenaga dalam, boanpwe
yakin sudah pasti akan berhasil."
Mendengar ucapan mana, Bu Nay nay segera menghela napas
panjang. "Aaai", nampaknya kita memang harus menyerempet mara
bahaya tersebut......"
Seraya berkata dia lantas menempelkan telapak tangannya diatas
jalan darah pay sim hiat dipunggung si anak muda itu, kemudian
menyalurkan hawa murninya ke dalam tubuhnya. Thi Eng khi yang
memperoleh kembali tenaga dalamnya, tentu saja sama sekali tidak
membutuhkan bantuan dari Bu Nay nay, namun dia justru hendak
menggunakan cara demikian untuk merahasiakan keadaannya yang
sebenarnya. Begitulah, sambil tersenyum dia lantas menuju jalan darah Khi
suat hiat,Thian suan hiat dan Cian cing hiat di tubuh Ciu Tin tin
dengan jarum emas tersebut. Berbareng itu juga, dia menggerakkan
jari telunjuknya untuk menekan diatas gagang jarum yang
menempel diatas jalan darah Thian suan hiat dan menyalurkan hawa
murni yang melalui jarum emas tersebut menyusup ke dalam tubuh
Ciu Tin tin. Dengan bantuan tenaga dalam tersebut, Ciu Tin tin segera
merasakan semangatnya menjadi segar, tenaga murninya serasa
bertambah lipat ganda. Pada saat itulah dari dalam tubuh Bu Im tiba
tiba saja berkumandang suara nyaring, disusul kemudian sekujur
tubuhnya gemetar keras, paras mukanya yang semula pucat pias
kini mulai nampak warna darah kembali. Tampaknya urat nadi Jin
meh dan tok meh didalam tubuhnya telah berhasil ditembusi.
Ciu Tin tin menghembuskan napas panjang, ia segera menyingkir
ke samping dan duduk mengatur pernapasan di sana. Thi Eng khi
sendiripun mencabut keluar jarum emas dari dalam tubuh Ciu Tin tin
kemudian sambil memandang ke arah Bu Nay nay, katanya sambil
tertawa : "Terima kasih nay nay atas bantuanmu!"
1110 Bu Nay nay segera mengerdipkan matanya berulang kali, katanya
kemudian : "Sauhiap, setelah kehilangan tenaga dalammu, ternyata kau
masih sanggup melakukan tindakan pertolongan seperti ini, aku si
nenek benar benar merasa kagum kepada mu!"
Tak selang berapa saat kemudian, Ciu Tin tin telah
menyelesaikan semedinya dan melompat bangun, dia segera
berterima kasih kapada Bu Nay nay dan Thi Eng khi. Tatkala
sepasang matanya yang jeli dia lihatkan ke wajah Thi Eng khi, dari
balik matanya itu terlihat suatu sinar kebimbangan yang amat tebal,
dia seakan akan sudah berhasil mengetahui rahasia dari Thi Eng khi
tersebut, namun tidak berani untuk mempercayai jalan pemikiran
sendiri. Thi Eng khi tidak berani saling bertatapan muka dengan gadis itu,
buru buru serunya agak jengah :
"Enci Tin, perlukah siaute pun menurunkan ilmu tusuk jarum ini
kepadamu?"
Ciu Tin tin memandang sekejap kearah pemuda itu kemudian
tersenyum manis.
"Sungguh tidak kusangka kalau adik Eng adalah seorang manusia
yang sengaja merahasiakan kepandaiannya!"
Thi Eng khi menjadi tertegun dan tak tahu apa yang harus
diucapkan olehnya. Pada saat itulah Bu Im telah menyelesaikan
semedinya dan datang mengucapkan terima kasih.
Pertemuan antara Thi Eng khi dengan Hian im Tee kun yang
berlangsung belum lama berselang, meski pemuda itu berhasil
dikalahkan namun kekalahan tersebut diperoleh secara terhormat,
saat itu nama besarnya sudah makin menanjak tinggi dan
merupakan simbol dari kegagahan kaum wanita jaman itu.
Dalam satu malaman saja, nama besar partai Thian liong pay
turut menanjak dan pulih kembali kejayaannya seperti dahulu.
Sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng telah menggabungkan diri
1111 dengan pihak Ban seng kiong, namun kejadian tersebut sama sekali
tidak mempengaruhi pandangan orang persilatan serta sikap hormat
mereka terhadap Thian liong pay.
Sebab pertarungan yang berlangsung amat seru tersebut
disaksikan sendiri oleh ketua Siau lim pay, ketua Bu tong pay serta
ketua Kay pang, merekalah yang kemudian memberikan penjelasan
serta menyebar luaskan cerita tersebut ke seluruh dunia persilatan.
Cuma sayangnya, Thi Eng khi lenyap tak berbekas, siapa pun tidak
tahu pemuda tersebut telah dibawa lari oleh Bu im sin hong Kian
Kim siang menuju ke tempat mana.
Hal ini membuat semua orang sama sama merasa cemas, rindu
dan bingung untuk menemukan kembali jejaknya. Terutama sekali
Hian im Tee kun yang telah menganggap Thi Eng khi sebagai satu
satunya lawan yang paling tangguh, jejak sang pemuda yang hilang
lenyap tak ketahuan kabar beritanya ini membuat dia semakin tak
tenang untuk makan maupun tidur, setiap hari dia harus
menanggung perasaan kuatir yang amat mendalam. Hal mana
dengan cepat mempengaruhi pula rencananya untuk melakukan
pembasmian terhadap partai partai serta perguruan besar lainnya
dalam dunia persilatan, kini dia mengalihkan segenap kekuatan dari
Ban seng kiong untuk menelusuri jejak dari Thi Eng khi.
Oleh sebab itu, peristiwa mana memberikan kesempatan bagi
pelbagai partai dan perguruan besar untuk menghimpun kekuatan,
bersekongkol dengan kekuatan lain untuk menggalang persatuan
yang lebih mantap di dalam usahanya menanggulangi ancaman
bahaya maut yang bakal tiba.
Selain itu, mereka pun bersama sama menyelenggarakan
pertemuan Bu lim tay hwee untuk membahas usaha mereka
bersama didalam perlawanannya terhadap kekuatan Ban seng kiong.
Tentu saja orang orang yang diundang untuk menghadiri pertemuan
besar tersebut hampir semuanya merupakan orang orang yang
punya nama dan kedudukan dalam dunia persilatan. Kalau bukan
seorang pentolan persilatan dari suatu daerah tentunya dia adalah
seorang ketua dari suatu partai perguruan atau perkumpulan yang
berpengaruh besar.
1112 Hal ini membuat suasana pertemuan tersebut beberapa kali lipat
lebih angker daripada pertemuan yang diselenggarakan dibukit Siong
san tempo hari, bahkan kerahasiaan pertemuan ini jauh melebihi
kerahasiaan pertemuan yang diselenggarakan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong di dalam perkampungan Ki hian san ceng nya tempo
hari. Orang orang yang berangkat dari Bu lim tit it keh, markas besar
partai Thian liong pay untuk menghadiri pertemuan tersebut terbagi
menjadi dua rombongan. Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu
sianseng Lim Biau lim mewakili partai Thian liong pay dan sudah
berangkat lebih duluan. Sedangkan Sam ku sinni dan Pek leng
siancu So Bwe leng dengan kedudukan lain baru berangkat keesokan
harinya. Sementara ini, Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng
sudah lima hari menempuh perjalanannya dan seperti yang
direncanakan semula, mereka telah tiba di Kota Tong tay. Tong tay
merupakan sebuah tempat yang cukup besar, suasana amat ramai
sekali, namun mereka tidak memasuki kota, seperti pengumuman
yang dibaca, mereka menelusuri kaki kota dan berjalan sejauh lima li
sebelum tiba di depan sebuah kuil nikou kecil.
Sewaktu mereka mengetuk pintu,yang muncul bukan seorang
nikou melainkan seorang nenek berambut putih. Dia menerima surat
undangan dari Sam ku sinni, mengajukan pertanyaan sampai
setengah harian lamanya, dan pada akhirnya meminta kepada Sam
ku sinni untuk mendemonstrasikan kepandaian silatnya sebelum
menyerahkan sebuah peta perjalanan untuk mereka.
Setelah Pek leng siancu So Bwe leng dan Sam ku sinni
meninggalkan kuil tersebut, dengan cepat Pek leng siancu So Bwe
leng membuka peta perjalanan sambil memeriksanya. Tak selang
berapa saat kemudian, dia sudah mengumpat dengan perasaan
mendongkol : "Sungguh menjengkelkan!"
1113 "Anak Leng, apakah peta itu ada yang tidak beres?" tanya Sam
ku sinni dengan perasaan terperanjat.
Sambil mencibirkan bibirnya yang kecil Pek leng siancu So Bwe
leng berseru dengan gemas :
"Orang ini benar benar sialan, mereka hanya suruh kita
menempuh perjalanan dengan sia sia belaka, suhu, coba bayangkan
apakah kejadian ini tidak membuat hati orang merasa mendongkol?"
"Dimana sih letak pos kedua yang harus kita tuju?"
"Ngo hoo!" jawab Pek leng siancu So Bwe leng singkat.
"Bukankah terletak tak jauh dari Hway in?"


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu dia, disinilah yang membuat hati orang menjadi mendongkol,
mengapa tidak mereka katakan kepada kita agar segera menuju ke
Ngo hoo saja?"
"Kau tak bisa menyalahkan si penyelenggara pertemuan ini," kata
Sam ku sinni dengan perasaan tenang, "sejak Huan im sin ang
mengacau perkampungan Ki hian san ceng tempo hari, maka kali ini
mau tak mau kita harus bersikap jauh lebih berhati hati, apabila kita
melakukan perjalanan yang lebih jauh berarti akan menyulitkan
orang orang dari Ban seng kiong untuk menyelidiki tempat
pertemuan kita, sekalipun berhasil mereka ketahui pun belum tentu
mereka sempat mendatangi tempat pertemuan tersebut tepat pada
waktunya, siapa tahu ketika mereka sampai disitu, kita sudah pada
bubaran?" Pek leng siancu So Bwe leng sudah takluk dalam hatinya, namun
mulutnya masih belum mau berhenti berbicara, sekali lagi dia
mengomel : "Aku paling tidak setuju dengan segala macam perbuatan yang
kasak kusuk mencurigakan!"
Sam ku sinni tertawa.
1114 "Untuk menghadapi manusia yang luar biasa, kita harus
menggunakan cara yang luar biasa pula, kejadian semacam ini tak
bisa dianggap sebagai suatu perbuatan kasak kusuk, dalam hal ini
kau harus bisa membedakan nya secara jelas."
Pek leng siancu So Bwe leng termenung beberapa saat lamanya,
mendadak dia berseru: "Aku tak ingin menghadiri pertemuan rahasia
tersebut!"
"Apalagi yang sedang kau pikirkan didalam hati kecilmu?" seru
Sam ku sinni agak tertegun.
"Aku hendak mencari engkoh Eng, dia sudah terluka parah,
sudah pasti ia membutuhkan seseorang untuk merawatnya!"
Mendengar perkataan tersebut, Sam ku sinni segera tertawa
getir, serunya :
"Perkataan ini sudah kau ulangi sampai beribu kali, tapi ke
manakah kau hendak pergi untuk mencarinya?"
"Entahlah!" sahut Pek leng siancu So Bwe leng sambil berkeras
kepala, "pokoknya aku hendak mencarinya sampai dapat, sekalipun
harus mencarinya diseantero jagad."
Sam ku sinni segera menghela napas panjang.
"Kita harus menemukan jejak Thi sauhiap, tapi kita pun lebih
lebih harus menghadiri pertemuan rahasia tersebut?"
"Mengapa?"
"Bagaimana kalau kekuatan seorang dibandingkan dengan
kekuatan orang banyak" Kita toh bisa meminta bantuan dari mereka
yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk bersama sama mencari
jejaknya."
Mendengar perkataan ini, Pek leng siancu So Bwe leng segera
tertawa, katanya kemudian :
"Suhu, kalau memang begitu, mari kita segera berangkat!"
1115 Kalau bisa dia ingin secepatnya pergi menghadiri pertemuan
tersebut, kemudian minta bantuan dari para jagoan untuk
menemukan kembali jejak engkoh Eng nya.
"Buat apa kau mesti terburu napsu" Bukankah diatas peta sudah
jelas diterangkan saatnya" Sekalipun datang lebih awal, lantas apa
pula gunanya?"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menggubris ucapan tersebut,
dia segera mengajak Sam ku sinni untuk mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan menempuh perjalanan dengan cepat,
mereka tiba di Ngo hoo tiga hari lebih awal.
Ngo hoo tidak jauh letaknya dari Hway lm namun termasuk
dalam propinsi An hwee, oleh karena dekat dengan telaga Ang ci ou,
maka jalan air disekitar sana amat ramai. Berhubung mereka sampai
ditempat tujuan tiga hari lebih awal, maka kedua orang itu tidak
segera langsung menuju ke tempat yang telah ditentukan. Mereka
mencari sebuah rumah penginapan kecil dalam kota Ngo hoo lebih
dulu untuk beristirahat.
Sebagaimana diketahui, Sam ku sinni adalah seorang rahib yang
telah lanjut usia, sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng adalah
seorang nona yang belum berumur dua puluh tahunan, maka pemilik
rumah penginapan itu berbaik hati dengan mempersiapkan sebuah
kamar didalam gedung pribadinya serta menyuruh anak bininya
melayani sendiri keperluan ke dua orang tamunya ini. Sikap yang
sangat baik ini membuat kedua orang itu menjadi rikuh sendiri.
Malam itu tiada kejadian apa apa, keesokan harinya dengan
perasaan tak sabar kembali Pek leng siancu So Bwe leng merecoki
gurunya untuk mengajak dia mangunjungi tempat yang telah
ditetapkan. Dalam hati kecilnya dia berharap bisa segera
menemukan orang yang ditugaskan menerima kedatangannya itu
dan berharap bisa memperoleh pengertian dari orang itu agar
menunjukkan kota berikutnya yang harus mereka datangi.
1116 Memang beginilah penyakit dari kaum muda pada umumnya,
tidak terkecuali pula pada diri Pek leng siancu So Bwe leng.
Terhadap murid yang satu ini, Sam ku sinni benar benar dibikin apa
boleh buat, dia sama sekali tak mampu memperlihatkan sikap
angkernya sebagai seorang guru, sebab dia memang terlampau
menyayangi muridnya yang satu ini.
Padahal, kepandaian silat yang dimiliki Pek leng siancu So Bwe
leng sekarang jauh lebih tangguh daripada gurunya, seandainya Sam
ku sinni terlalu ketat mendidiknya, bisa jadi gadis itu akan minggat
secara diam diam. Bila sampai terjadi begini, maka pada akhirnya
Sam ku sinni pun tak akan mampu untuk berbuat banyak.
Begitulah, oleh karena Sam ku sinni tak sanggup menghadapi Pek
leng siancu So Bwe leng yang merecokinya terus menerus, terpaksa
dia harus mengabulkan permintaannya dengan paksa.
Begitulah, mereka pun segera berangkat meninggalkan rumah
penginapan tersebut. Tempat yang ditentukan bagi mereka kali ini
bukan diluar kota, melainkan di sebuah gedung besar yang terletak
dalam kota. Pintu gerbang gedung itu berwarna merah dengan
sepasang singa batu setinggi manusia berdiri dikedua belah sisi
pintu, dua baris pohon kui yang lebat dengan daun yang rindang
menjuat keluar dari balik dinding pekarangan.
Begitu megah dan menterengnya bangunan gedung tersebut,
membuat Pek leng siancu So Bwe leng yang selamanya tidak takut
langit tidak takut bumi pun menjadi kuatir kalau salah mendatangi
tempat orang lain, sehingga untuk sesaat dia tak berani maju ke
depan. Melihat sikap anak muridnya ini, Sam ku sinni segera berseru
kepadanya sambil tertawa "Huuuuh, kau benar benar seorang
manusia yang tak becus!"
Dia lantas berjalan lebih dulu di depan dan segera mengetuk
pintu gerbang. Pek leng siancu So Bwe leng membelalakkan
1117 matanya lebar lebar sambil berebut ke depan, katanya sambil
tertawa merdu :
"Suhu saja tidak kuatir kehilangan muka apa pula yang mesti
ditakuti oleh Leng ji?"
Dia segera mengetuk tiga kali diatas gelang pintu gerbang yang
berwarna kuning keemas emasan itu.
"Siapa?" dari dalam gedung terdengar seseorang menegur.
Pintu gerbang dibuka dan muncul seorang kakek bungkuk, dia
mengamati Sam ku sinni sekejap, lalu katanya :
"Maaf, gedung kami tidak berjodoh dengan kaum rahib atau
pendeta, silahkan suthay berpindah ke tempat lain saja."
Rupanya dia telah menganggap Sam ku sinni berdua sebagai
orang yang mencari derma.
"Omitohud....." bisik Sam ku sinni sambil tersenyum kecut. Tapi
sebelum ia sempat mengucapkan sesuatu, sambil tertawa Pek leng
siancu So Bwe leng telah berkata lebih dulu :
"Rupanya kau orang tua salah melihat, kami bukan datang untuk
mencari derma!"
Ucapan tersebut membuat kakek bungkuk itu menjadi rikuh
sendiri, katanya kemudian sambil tertawa :
"Ooooh, nampaknya lohan telah bersikap kurang hormat, tolong
tanya ada urusan apa kalian datang kemari?"
Pek leng siancu So Bwe leng yang teringat akan peraturan yang
telah ditetapkan untuk bertanya jawab, dengan cepat dia berseru :
"Gedung utara gedung selatan bagaikan air mengalir...."
Ucapan tersebut merupakan kata sandi yang harus diucapkan
terhadap mereka yang ditugaskan untuk menyambut mereka, dan
seandainya kakek bungkuk ini adalah orang yang mereka cari, maka
seharusnya dia akan menyahut kata tersebut dengan kata sandi pula
: "Tampak kawanan burung manyar datang setiap hari."
1118 Entah karena saat yang ditetapkan belum tiba atau karena kakek
bungkuk itu sengaja tak mau menjawab, atau mungkin juga kakek
itu sama sekali tidak mengetahui artinya, tampak dia berdiri dengan
wajah kebingungan, kemudian tegurnya :
"Nona, apa yang kau ucapkan" Lohan sama sekali tidak
mengerti!"
Pek leng siancu So Bwe leng masih belum mau menyerah dengan
begitu saja, kembali serunya :
"Kau benar benar tidak mengerti, ataukah berpura pura tidak
mengerti...?"
Kakek bungkuk itu tertawa getir.
"Lohan kalau tidak tahu selamanya mengatakan tidak tahu, apa
yang nona katakan benar benar tidak lohan pahami."
Melihat itu, tanpa berpikir panjang lagi Pek leng siancu So Bwe
leng segera berseru :
"Kami datang kemari untuk mencari orang!"
''Ooooh....rupanya nona sedang mencari orang, entah siapakah
yang sedang kalian cari" Sebutkan saja siapa namanya, lohan akan
segera mengundang keluar."
Menyaksikan kakek bungkuk itu tidak mempersilahkan mereka
untuk masuk, Pek leng siancu So Bwe leng merasa semakin
mendongkol lagi, serunya kemudian agak gemas :
"Kami datang untuk mencari majikan kalian, apakah kami tidak
dipersilahkan untuk masuk?"
Dengan perasaan terkejut buru buru kakek bungkuk itu menjura
dalam dalam, sahutnya berulang kali :
"Baik, baik.... harap kalian sudi menyebutkan nama kalian
berdua, hamba akan segera melaporkan kepada majikan agar
datang untuk menyambut kedatangan kalian"
1119 Tampaknya kakek bungkuk itu sudah dibikin keder oleh sikap Pek
leng siancu So Bwe leng, sehingga dia kuatir menyalahi tamu
tamunya ini....
Pek leng siancu So Bwe leng segera menyebutkan nama gurunya
dan nama sendiri. Tak selang berapa saat kemudian, kakek bungkuk
itu muncul kembali didepan pintu, hanya kali ini sikapnya berubah
menjadi sangat angkuh, katanya ketus :
"Majikan kami tidak kenal dengan kalian berdua, sedang lohan
juga tak punya waktu, silahkan..."
"Blaaamm..... " pintu gerbang segera di tutup keras keras.
Sebagaimana diketahui, Pek leng siancu So Bwe leng dibesarkan
diluar perbatasan, sejak kecil ia sudah merupakan cucu kesayangan
dari Tiang pek lojin, tentu saja tak pernah diperlakukan orang
dengan cara seperti ini. Kontan saja dia naik pitam, telapak
ta?ngannya segera diayunkan siap menghajar pintu gerbang
tersebut. Seandainya pintu tersebut kena dihantam olehnya, niscaya
pintu tersebut akan hancur berantakan dan roboh ke tanah.
Dengan Sam ku sinni berada disampingnya, sudah barang tentu
rahib tua tersebut tidak memperkenankan gadis tersebut untuk
menerbitkan keonaran, cepat cepat dia menahan telapak tangan si
nona sambil berbisik :
"Anak Leng, bersabarlah sebentar!''
Dia segera menarik tangan muridnya dan berlalu dari situ.
Dengan gemas Pek leng siancu So Bwe leng melotot sekejap lagi ke
arah pintu gerbang, kemudian baru berlalu dari situ dengan wajah
uring uringan. Baru saja ke dua orang itu sampai di tikungan gedung mana,
mendadak terlihat ada seekor kuda yang tinggi besar berlari
mendekat dan berhenti didepan pintu gerbang, lalu dari atas
punggung kuda itu melompat turun seorang bocah lelaki yang
berparas tampan. Dengan gerakan tubuh yang sangat lincah bocah
lelaki itu melayang turun dari kudanya, begitu enteng dan cekatan
1120 kepandaiannya sehingga pada hakekatnya tidak sebanding dengan
usianya. Jilid 35 Sam ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng yang
menyaksikan kejadian tersebut semakin merasa berat untuk
meninggalkan tempat itu, mereka segera menyembunyikan diri
sambil mengintip ke arah pintu gerbang.
Tampak bocah lelaki itu berjalan menuju ke depan pintu gerbang
kemudian mengetuk beberapa kali, ketika tidak memperoleh
jawaban, dia segera berteriak keras :
"The bungkuk, ayo buka pintu, sebentar nona Kan akan segera
sampai disini!"
Entah siapakah nona Kan tersebut, tak lama kemudian tampak
kesibukan yang luar biasa didalam gedung tersebut, semua
penghuni bermunculan untuk menyambut kedatangan dari nona Kan
tersebut. Berapa saat kemudian, terdengar suara derap kaki kuda bergema
tiba, kemudian tampaklah empat orang lelaki berpakaian ringkas dan
delapan orang kakek berjenggot putih muncul mengiringi sebuah
kereta yang amat indah bentuknya. Tatkala tiba didepan pintu
gerbang, orang orang yang menunggang kuda itu serentak
berlompatan turun, sebaliknya kereta tersebut langsung menembusi
pintu gerbang dan bergerak masuk ke halaman dalam.
Dengan demikian Sam ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng
tak sempat untuk menyaksikan macam apakah orang yang
dinamakan nona Kan tersebut. Tapi mereka sempat mendengar
suara yang amat merdu berkumandang keluar dari balik ruang
kereta itu : "Hadiahkan satu tahil emas murni untuk setiap orang!"
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi tertegun, dengan cepat dia
merasa kalau suara tersebut sangat dikenal olehnya. Seorang lelaki
1121 berpakaian ringkas muncul dengan membawa sebuah kentongan
besar, setiap orang yang muncul di depan pintu gerbang untuk
menyambut kedatangan nona Kan segera diberi hadiah satu keping
emas murni seberat sepuluh tahil tiap orang.
Benar benar suatu tindakan yang luar biasa, tak heran kalau
orang orang itu begitu senang menyambut kedatangan nona Kan
tersebut. Mendadak Pek leng siancu So Bwe leng mendepak
depakkan kakinya berulang kali sambil berseru :
"Hmmm! Sekarang aku sudah tahu siapa gerangan keparat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut....!"
Sam ku sinni tak tahu apa sebabnya Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi sewot, buru buru tegurnya dengan wajah tertegun :
"Leng ji, jangan bertindak sembrono!"
Menyaksikan gurunya menjadi begitu gelisah, Pek leng siancu So
Bwe leng segera mengulum sekulum senyuman diujung bibirnya,
katanya kemudian :
"Siapa yang akan bertindak sembrono" Mari kita pulang saja ke
penginapan!"
Setelah mendengar ajakan tersebut, Sam ku sinni baru
menghembuskan napas lega, bersama Pek leng siancu So Bwe leng,
berangkatlah mereka kembali ke rumah penginapan.
Sekembalinya ke rumah penginapan, pertama tama yang
dilakukan oleh Pek leng siancu So Bwe leng adalah mencari tahu
siapakah pemilik gedung tersebut. Ternyata gedung tersebut milik
seorang dari marga The yang bernama Kongtiong, dia merupakan
satu satunya orang terkemuka dari kota Ngo hoo, sudah lama
menjadi pembesar pemerintah dan baru tahun berselang
mengundurkan diri dari jabatannya untuk kembali ke desa.
Pada hakekatnya mereka sama sekali bukan anggota persilatan
seperti apa yang diduganya semula. Pek leng siancu So Bwe leng
merasa agak kecewa namun dia pantang menyerah dengan begitu
saja, kembali tanyanya kepada pemilik rumah penginapan tersebut,
apakah ia tahu tentang urusan nona Kan dari gedung keluarga The.
1122 Menyinggung soal nona Kan dari keluarga The, pemilik
penginapan itu nampak bersemangat sekali, katanya dengan suara
keras : "Aaah, berbicara tentang nona Kan dari The loya tersebut, dia
benar benar seorang nona yang luar biasa, mana wajahnya cantik,
supel lagi, cukup berbicara dari perbuatan mulia yang banyak
dilakukan olehnya, sulit rasanya untuk menemukan orang ke dua
semacam itu di wilayah Ngo hoo..."
Kemudian setelah menelan air liur, pujinya lebih lanjut :
"Terhadap siapa saja, sikapnya selalu ramah tamah dan halus
berbudi terutama fakir miskin, apa saja yang diminta pasti
dikabulkan, hampir setiap orang di kota Ngo hoo ini tahu kalau dia
adalah seorang nona berwajah cantik berhati pousat, luar biasa, dia
memang seorang nona baik yang luar biasa!"
Mendengar perkataan tersebut, Pek leng siancu So Bwe leng
merasakan seluruh tubuhnya menjadi kaku dan merinding, selanya
tiba tiba dengan suara dingin :
"Apakah dia adalah penduduk Ngo hoo?"
Tampaknya pemilik rumah penginapan tersebut tak menyangka
akan memperoleh pertanyaan tersebut, ia menjadi tertegun
beberapa saat kemudian baru berkata :
"Tidak! Entah dia berasal dari mana?"
Sudah jelas dia merasa kurang bergairah karena nona itu bukan
penduduk kota Ngo hoo. Sambil tertawa, Pek leng siancu So Bwe
leng berkata lagi :
"Kalau bukan penduduk kota ini, mengapa bisa menjadi nona dari
keluarga The?"
Pemilik rumah penginapan itu bertambah asyik untuk bercerita,
katanya kemudian :
"Dalam perjalanan pulang setelah pensiun sebagai pembesar,
The loya telah menjumpai sekawanan perampok yang membunuh
orang tanpa berkedip, para pengawalnya telah dibunuh habis hingga
tak seorangpun yang dibiarkan hidup, sementara perampok tersebut
1123 hendak membunuh The loya, pada saat itulah muncul nona Kan
yang menunggang seekor kuda cepat, ia segera melayang turun di
depan The loya, hanya dalam beberapa gebrakan saja nona tersebut
telah berhasil menghajar kawanan perampok tersebut sehingga pada
minta ampun."
"Kemudian dia telah melepaskan kawanan perampok itu bukan?"
jengek Pek leng siancu So Bwe leng sambil tertawa dingin. "Nona
Kan adalah seorang nona yang berbelas kasihan, tentu saja dia tak
akan membunuh orang, sudah barang tentu kawanan penjahat
tersebut dibebaskan semua setelah diberi nasihat."
Mendadak Pek leng siancu So Bwe leng menguap, kemudian
gumamnya : "Aduuuuh mak, lelah benar, kejadian selanjutnya aku sudah tahu,
terima kasih banyak atas penjelasanmu, tak usah kau lanjutkan lagi
kisah ceritamu itu."
Pemilik rumah penginapan tersebut segera tertawa cekikikan :
"Sebentar, bila nona ingin mengajukan suatu pertanyaan lagi,
panggilah hamba, hamba akan segera tiba!"
Kemudian sambil tertawa ia segera berlalu dari sana. Pek leng
siancu So Bwe leng dan Sam ku sinni juga segera kembali ke dalam
kamar mereka. Setibanya dalam ruangan, Sam ku sinni segera
menegur sambil tertawa lebar :
"Leng ji, nampaknya kau akan berbuat nakal lagi?"
Paras muka Pek leng siancu So Bwe leng telah berubah menjadi
murung sekali katanya
tiba tiba : "Suhu, kita semua telah termakan oleh tipu muslihat orang orang
Ban seng kiong!"
Sam ku sinni menjadi terperanjat sekali setelah mendengar
perkataan tersebut, serunya tanpa terasa :
"Leng ji, apa maksud perkataanmu itu?"
1124 "Pertemuan besar Bu lim tay hwee yang diselenggarakan kali ini
sesungguhnya adalah pertemuan yang sengaja diatur oleh orang
orang Ban seng kiong....." kata Pek leng siancu So Bwe leng
menegaskan. Sam ku sinni kembali tertawa terkekeh kekeh.
"Anak Leng, sampai di mana sih kau melantur" Sudah jelas
pertemuan besar Bu lim tay hwee yang diselenggarakan kali ini
timbul atas prakarsa dari Ci long taysu dari Siau lim pay serta Keng
hian totiang dari Bu tong pay selagi masih berada dalam gedung Bu
lim tit it keh, bagaimana mungkin bisa kau katakan sebagai tipu
muslihat dari orang Ban seng kiong?"
"Waktu itu toh belum diputuskan secara bersungguh sungguh,
sedangkan surat undangan yang disebarkan kali ini tanpa tanda
tangan, bukankah kejadian ini sedikit agak aneh?"
Sam ku sinni segera berkerut kening, sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dia berkata lagi :
"Nak, kau tak usah banyak curiga, tanpa dicantumkan nama
karena untuk menjaga kerahasiaan pertemuan tersebut, bayangkan
saja siapa yang telah menghantarkan surat undangan tersebut untuk
kita" Tidak sepantasnya kalau menaruh curiga terhadap orang itu,
aku ingin bertanya kepadamu, berapa orang Ci kay taysu sih yang
berada di dunia pada saat ini?"
Pek leng siancu So Bwe leng berpikir sejenak, sebenarnya dia
telah berhasil menemukan banyak sekali alasan untuk
menumbangkan perkataan dari Sam ku sinni tersebut, akan tetapi
semua perkataan tersebut tidak sampai diutarakan keluar. Kembali
dia berubah pikiran, setelah menghela napas panjang katanya lagi :
"Suhu, malam ini anak Leng akan memberikan sebuah bukti yang
jelas untukmu."
"Kau tak usah mencari keonaran lagi, suhu tidak mengharapkan
bukti apapun," tampik Sam ku sinni sambil menggelengkan
kepalanya berulang kali.
1125 "Kalau toh suhu tak mengharapkan bukti, biarlah anak Leng
menyelidiki gedung keluarga The seorang diri!"
Sam ku sinni kuatir kalau Pek leng siancu So Bwe leng
menerbitkan keonaran disana, tentu saja dia tidak akan membiarkan
gadis tersebut pergi seorang diri, buru buru serunya lagi :
"Baik, baik! Suhu akan menemani mu untuk melakukan
penyelidikan di dalam gedung keluarga The!"
"Kalau begitu, suhu memang benar benar amat menyayangi Leng
ji!" seru Pek leng siancu So Bwe leng kemudian sambil tertawa.
Dengan gemas Sam ku sinni memukul pelan lengan anak
muridnya ini, kemudian omelnya :
"Yaa, siapa suruh suhu berhutang kepadamu!"
Malam harinya, Sam ku sinni dan Pek leng siancu So Bwe leng
telah menyelinap masuk kedalam gedung keluarga The dan
menyembunyikan diri diatas ruang tengah. Dalam ruangan tamu
tampak ada empat lima buah meja perjamuan yang telah
dipersiapkan. Duduk di kursi utama adalah seorang lelaki yang bertingkah laku
seperti seorang pembesar, sedang disebelah kanannya duduk
seorang gadis yang genit. Dengan mengerahkan ilmu menyampaikan
suara, Pek leng siancu So Bwe leng segera berbisik :
"Suhu, coba kau lihat siapakah gadis tersebut!"
Ditinjau dari nada suaranya, sudah jelas ucapan mana bukan
merupakan suatu pertanyaan, melainkan sudah yakin siapakah gadis
tersebut. Sam ku sinni mengamati sekejap raut wajah gadis itu
kemudian serunya tertahan :
"Aaaah, rupanya Ciu Lan siluman perempuan itu!"
Pek leng siancu So Bwe leng sudah pernah menderita kerugian
besar ditangan Hian im li Ciu Lan, tidak heran kalau rasa bencinya
terhadap perempuan tersebut sudah merasuk sampai ke tulang
sumsumnya. Kini, setelah berhadapan dengan musuh besarnya, dia
1126 menjadi geram sekali dan siap menerjang ke bawah. Bisiknya sambil
menahan rasa gusar dan bencinya.
"Suhu, tecu akan segera turun ke bawah untuk membunuh dan
membalas dendam sakit hatiku!"
Buru buru Sam ku sinni menarik tangan Pek leng siancu So Bwe
leng, bisiknya sembari menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Anak Leng, jangan bertindak gegabah!"
"Kenapa?" tanya Pek leng siancu So Bwe leng sambil menahan
rasa geram di hatinya.
Sudah jelas kalau benaknya telah dipengaruhi oleh kobaran hawa
amarah yang membara sehingga hampir saja dia tak sanggup untuk
mengendalikan diri. Sebagai orang yang sudah lama bergaul dengan
gadis itu, tentu saja Sam ku sinni cukup memahami watak dari Pek
leng siancu So Bwe leng, dia tidak menjawab melainkan menarik
tangannya sambil diajak keluar dari gedung keluarga The.
Sepanjang jalan, Pek leng siancu So Bwe leng mengomel terus.
"Suhu, kau benar benar tidak memakai aturan!"
Sam ku sinni tertawa.
"Siapa yang bilang tidak pakai aturan" Seandainya suasana tadi
kena kau kacau hingga tak karuan, baru tak tahu aturan namanya,
mengerti ....?"
Pek leng siancu So Bwe leng adalah seorang gadis yang cerdik,
tadi dia tak sanggup mengendalikan diri karena hatinya terbakar
oleh perasaan benci yang membara sehingga sama sekali tidak
mempertimbangkan akibat dari tindakan yang dilakukan. Setelah
ditegur kembali oleh Sam ku sinni sekarang, dengan cepat dia
menjadi sadar kembali akan kesilafannya.
Sambil tersenyum jengah, gadis itu segera berkata :
1127 "Selama berada bersama sama suhu, Leng ji masa tak tahu
aturan" Menurut pendapat suhu, cara apa yang harus kita lakukan
untuk menghadapi keadaan seperti itu?"
"Kau jangan malas, lebih baik kau saja yang mengajukan
usahamu itu, sekarang tenangkan dulu pikiranmu lalu dipikirkan
secara pelan pelan!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera membuat muka setan
terhadap gurunya, setelah mencibirkan bibirnya ia menyindir :
"Mungkin inilah yang menjadi kesempatan sang guru untuk
memberikan pendidikannya?"
"Kau masih berusia muda, sudah sepantasnya kalau lebih banyak
mempergunakan otakmu!"
Pek leng siancu So Bwe leng tertawa sesudah termenung
beberapa saat lamanya, dengan kening berkerut katanya kemudian :
"Setelah Leng ji berpikir pulang pergi, rasanya hanya ada satu
cara saja yang bisa digunakan agak sesuai!"
"Apakah tiada cara lain yang lebih bagus lagi?"
"Kita mengetahui kejadian ini rada terlambat, tak sempat untuk
mencari akal guna menghadapi seluruh perubahan situasi, yang
paling penting sekarang adalah menyelamatkan diri sendiri lebih
dulu, kemudian baru mencari akal guna menghadapi setiap
perubahan!"
Sam ku sinni manggut manggut,
"Perkataanmu itu memang masuk diakal semua, tapi
bagaimanakah cara untuk menyelamatkan diri itu?"
"Terpaksa kita harus berlagak seolah olah tidak tahu, kita
temukan dulu tempat berkumpul, kemudian secara diam diam
memberitahukan kepada semua orang dan barsama sama
menerjang keluar dari tempat yang berbahaya itu, yang paling
1128 penting sekarang adalah menyelamatkan dahulu kekuatan dari umat
persilatan. Setelah itu baru memperhitungkan persoalan lainnya."
"Ucapan Leng ji memang benar, jalan permikiranmu ini persis
seperti apa yang kupikirkan, coba bayangkan saja seandainya kita
melakukan pengacauan tadi sehingga mereka sadar kalau rencana
busuk mereka sudah kita ketahui, bisa jadi kita tak akan berhasil
menemukan tempat untuk berkumpul itu, ada lagi tentang keadaan
lainnya... "
Sepanjang jalan ke dua orang itu berunding, kemudian
memperhitungkan pula kemungkinan kemungkinan yang bakal
terjadi atas peristiwa tersebut serta bagaimana cara untuk
menanggulanginya. Kemudian mereka pun memutuskan untuk
bersabar diri menunggu sampai saat yang telah ditentukan,
kemudian barulah berangkat kembali ke gedung keluarga The.
Ketika pintu diketuk, ternyata yang membukakan pintu bagi
mereka masih tetap si kakek bungkuk tersebut. Begitu berjumpa
dengan Sam ku sinni berdua, kakek bungkuk itu segera tertawa
dingin, serunya :
"Lagi lagi kalian yang datang kemari!!"
Selesai berkata tanpa menggubris ke dua orang itu lagi, dia siap
untuk masuk dan menutup pintu. Dengan cepat Pek leng siancu So
Bwe leng maju selangkah ke depan dan meluruskan kaki kanannya
ke dalam pintu, kemudian tangan kirinya direntangkan menahan
pintu gerbang tersebut. Kakek bungkuk itu kembali bersikeras
hendak menutup pintu gerbangnya, ketika usahanya itu tidak
berhasil, dengan amat gusar dia lantas mendamprat :
"Ditengah hari bolong begini, apakah kalian membuat keonaran
disini....?"
Pek leng siancu So Bwe leng menekan telapak tangan kirinya ke
depan, tubuh si kakek bungkuk itu segera terpental sejauh beberapa
kaki ke belakang, pintu gerbang pun segera terpentang lebar
kembali..... 1129 Dengan langkah lebar guru dan murid berdua langsung berjalan
masuk ke dalam ruangan. Dengan cepat kakek bungkuk itu


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merangkak bangun dan menerjang lagi ke hadapan mereka,
teriaknya tiba tiba :
"Hei, kalian cepat datang kemari, ada perampok yang datang
mencari gara gara...."
Pek leng siancu So Bwe leng benar benar merasa gusar sekali,
dengan perasaan mendongkol bentaknya :
"Tua bangka yang tak tahu diri, bila kau berani mengaco belo
lagi, jangan salahkan nonamu tak akan bertindak sungkan sungkan
lagi....!"
Sembari berseru dia membalikkan tangan melepaskan sebuah
pukulan ke atas pintu gerbang. Dengan cepat di atas pintu mana
muncul sebuah bekas telapak tangan yang amat nyata. Kakek
bungkuk itu menjerit kaget, sambil memegangi kepala sendiri dia
segera lari terbirit birit masuk ke dalam ruangan. Tak selang
kemudian, dari dalam gedung muncul dua orang kakek, kedua orang
ini adalah dua diantara delapan kakek yang datang mengiringi Hian
im li Ciu Lan tersebut.
Tampak kakek bungkuk itu mengikuti dari kejauhan sana, dengan
penuh ketakutan dia menuding ke arah Sam ku sinni berdua sambil
berseru : "Mereka berdua yang membuat keonaran di sini"."
Dengan langkah lebar ke dua orang kakek itu berjalan menuju ke
hadapan Sam ku sinni, setelah mengamati ke dua orang itu
beberapa saat, salah seorang diantaranya segera menjura sambil
menegur : "Apakah kalian berdua datang kemari untuk mencari teman?"
Tampaknya dia sengaja membukakan jalan buat Sam ku sinni
berdua. "Omitohud..." bisik Sam ku sinni, katanya kemudian dengan kata
kata sandi, "gedung utara gedung selatan bagaikan air mengalir....."
1130 "Tampak kawanan burung manyar datang setiap hari!" sahut ke
dua orang kakek itu sambil tertawa terbahak babak. Kemudian salah
seorang diantaranya se?gera berseru :
"Sudah lama kami berdua menantikan kedatangan dari sinni
sekalian...."
"Omitohud, bila muridku berbuat kasar, harap kalian berdua
jangan mentertawakan!" seru Sam ku sinni kemudian sambil
merangkap tangannya di depan dada.
Sekali lagi kedua orang kakek tersebut tertawa terbahak bahak,
katanya kemudian :
"Nona Leng, sempurna amat ilmu Budhi cing lek yang kau miliki,
hari ini lohu berdua benar benar merasa terbuka sepasang mata
kami." Sungguh tak disangka, ternyata mereka pun mengenali Pek leng
siancu So Bwe leng dengan jelas. Dengan kening berkerut, Pek leng
siancu So Bwe leng segera menegur :
"Tolong tanya, siapakah nama kalian berdua?"
Kedua orang kakek itu saling berpandangan sekejap, kemudian
salah seorang diantaranya berseru :
"Maaf, hari ini kami sedang menjalankan tugas, menurut
peraturan tidak diperkenankan saling menanyakan nama. Bila
berjumpa lagi di kemudian hari bagaimana kalau saat itulah nama
kami baru diucapkan?"
Sam ku sinni tertawa.
"Leng ji?" katanya kemudian, "cepat berikan benda tersebut agar
diperiksa ke dua orang lotiang ini!"
Pek leng siancu segera mengambil keluar peta tersebut dan
diserahkan kepada ke dua orang kakek itu. Ke dua orang kakek itu
melakukan pemeriksaan sekejap dengan seksama, kemudian tatkala
sepasang tangannya digetarkan, peta tersebut sudah dihancur
tamatkan menjadi berkeping keping.
1131 Tidak mempersilahkan Sam ku sinni berdua untuk masuk ke
dalam gedung lagi, di tepi pintu itu juga dia mengeluarkan sebuah
bungkusan kain dan diserahkan kepada Sam ku sinni sambil tertawa
: "Di dalam buntalan ini terdapat tiga peta yang berwarna merah,
kuning serta biru, mula pertama Sinni harus memeriksa dahulu peta
berwarna merah itu, kemudian baru diperiksa peta yang berwarna
kuning dan biru, sampai waktunya pasti ada orang yang akan
menyambut kedatangan kalian. Kini Lohu sekalian hanya bertindak
sebagai tamu disini, bila pelayanan kami kurang baik harap kalian
berdua jangan marah....."
Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng memang ingin cepat
cepat meninggalkan tempat tersebut, maka tanpa banyak berbicara
lagi dia segera menarik tangan Sam ku sinni dan berlalu dari situ
tanpa banyak membuang waktu lagi. Ternyata kedua orang kakek
itu tidak ambil peduli, malahan mereka justru tertawa terbahak
bahak .... Sekembalinya ke rumah penginapan, Pek leng siancu So Bwe
leng dan Sam ku sinni membuka peta berwarna merah itu lebih dulu,
dalam peta mana dikatakan bahwa mereka diharuskan mencari
seorang kakek penjual obat di kota Lak hap dan suruh kakek penjual
obat itu yang membukakan peta berwarna kuning tersebut, setelah
itu mereka baru diperbolehkan meneruskan perjalanan sesuai
dengan apa yang tercantum dalam peta kuning tersebut.
Sebenarnya Pek leng siancu So Bwe leng berdua ingin membuka
ketiga lembar peta tersebut dan dilakukan penelitian, akan tetapi
berhubung mereka tidak mengetahui siapa gerangan kakek penjual
obat tersebut dan tambahan apakah yang akan diberikan olehnya
atas peta berwarna kuning itu, mereka tak berani membuka secara
sembarangan, kuatir hal tersebut menimbulkan kecurigaan orang
dan memotong jalan selanjutnya....
Tentu saja mereka lebih lebih tak berani membuka peta yang
berwarna biru itu. Setibanya dikota Lak hap dengan cepatnya
mereka telah berhasil menemukan kakek penjual obat tersebut. Kali
ini tanpa kata sandi, mereka cukup menggenggam peta berwarna
1132 kuning itu di tangan dan berjalan menelusuri kota, tanpa diundang
kakek penjual obat itu sudah muncul sendiri dan mengadakan
hubungan kontak dengan mereka. Berhubung sebelumnya mereka
sudah tahu kalau orang yang bakal mengadakan hubungan kontak
dengannya adalah seorang kakek penjual obat, maka tanpa berpikir
panjang lagi mereka serahkan peta berwarna kuning itu kepada si
kakek penjual obat tersebut. Ketika kakek penjual obat itu
menyaksikan peta berwarna kuning tersebut masih tertutup segel,
sambil tertawa dia manggut manggut dan merobek sampul peta
kuning itu dan diserahkan kembali kepada mereka, tanpa diberi
tambahan dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dengan begitu
saja dia berlalu dari situ.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan kejadian ini
menjadi amat menyesal omelnya :
"Suhu, tahu begini, kita pun tak usah melakukan perjalanan jauh
dengan sia sia, mengapa kita tidak membuka sendiri peta kuning
tersebut dan diperiksa isinya?"
Sam ku sinni segera tertawa.
"Siapa sih yang bisa menduga akan peristiwa semacam ini" Aku
lihat lebih baik kita bertindak lebih jujur saja daripada menimbulkan
kecurigaan orang lain."
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi gemas sekali sehingga
menggigit bibirnya kencang kencang, menurut petunjuk yang
tercantum dalam peta kuning tersebut mereka diharuskan kembali
ke kota Poo ing dan mencari seorang nona penjual bunga mawar.
Kota Poo ing letaknya jauh lebih dekat dengan kota Hway im...
Sepanjang jalan Pek leng siancu So Bwe leng yang teringat
bagaimana mereka sia sia berangkat ke kota Lak hap, semakin
dipikir hatinya merasa semakin mendongkol, dalam marahnya
timbullah satu ingatan untuk membongkar peta biru itu lebih dahulu.
Maka menggunakan kesempatan disaat mereka sedang menginap
dirumah penginapan, secara diam diam ia menggunakan sapu
tangan yang dibasahi dengan air untuk membuka sampul surat
1133 tersebut, ia bertindak sangat berhati hati sekali sehingga sampul
tersebut tak sampai robek.
Tentu saja dia sengaja berbuat demikian agar bilamana perlu,
peta biru tersebut masih bisa dikembalikan pada wujud yang
sebenarnya, dan digunakan untuk mencari si nona penjual bunga
mawar. Akan tetapi, ketika dia membaca isi peta biru tersebut,
hampir muntah darah gadis tersebut saking mendongkolnya, ia
segera berteriak keras :
"Suhu, lagi lagi kita tertipu oleh akal muslihat orang lain!"
Sebenarnya Sam ku sinni tidak menaruh perhatian terhadap apa
yang dilakukan oleh Pek leng siancu So Bwe leng, maka mendengar
teriakan tersebut, saking terkejutnya dia sampai menyelinap ke
samping muridnya itu, kemudian dengan terkejut tegurnya :
"Anak Leng, apa yang terjadi?"
Ketika dilihatnya peta biru tersebut sudah dibuka, dengan wajah
serius ia lantas menegur :
"Anak Leng, kau telah berbuat nakal!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera menyerahkan isi peta
berwarna biru itu ke tangan Sam ku sinni, katanya dengan sedih :
"Coba suhu periksa,seandainya aku nakal sedari dulu urusan toh
lebih menguntungkan!"
Sam ku sinni segera mengambil peta berwarna biru itu dan
terbaca olehnya :
"Tujuan kalian adalah gedung Bu lim tit it keh!"
Begitu membaca tulisan mana, untuk sesaat lamanya Sam ku
sinni tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Ketika dibaca
lebih lanjut, maka isi surat itu berikutnya hanya tercantum tulisan
yang bernada ejekan :
"Haaahhh... haaaahhh ..... haaaahhh..."
Sudah jelas, tulisan itu mengartikan suatu tertawa ejekan yang
penuh bernada sindiran. Untuk beberapa saat lamanya ke dua orang
itu menjadi murung dan amat kesal sekali. Akhirnya Pek leng siancu
1134 So Bwe leng mendepak depakkan kakinya diatas tanah sambil
berseru : "Suhu, mari kita kembali ke Ngo hoo dan membinasakan siluman
perempuan tersebut!"
"Kauanggap dengan kembali ke Ngo hoo kita masih akan
menemukan mereka?" Kata Sam ku sinni memperingatkan.
Sebenarnya Pek leng siancu So Bwe leng mengucapkan
perkataan tarsebut tanpa disertai dengan pertimbangan yang masak,
ucapan mana diutarakan dalam keadaan mendongkol hingga
diutarakan dengan begitu saja. Padahal begitu ucapan tersebut
diutarakan, dia segera dapat berpikir juga bahwa orang lain tak akan
bertindak bodoh dengan menunggu kedatangan mereka kembali
untuk mencari gara gara.
Akhirnya setelah dia berpikir sejenak, katanya kemudian :
"Kalau begitu, kita pun tak usah pergi ke Poo ing lagi!"
Menurut jalan pemikirannya, dia dapat menduga kalau di kota
Poo ing sudah pasti tidak terdapat nona penjualan bunga seperti apa
yang dimaksudkan itu.
"Tapi sekarang, kita harus pergi kemana?" tanya Sam ku sinni
setelah termenung beberapa saat lamanya.
"Kita harus menemukan tempat mereka berkumpul."
"Jagad begini luas, sedikit jejak pun tidak berhasil kita temukan,
akan ke manakah kita harus mencari diri mereka ?"
"Asalkan kita bisa menemukan salah seorang yang diundang,
secara diam diam kita bisa mengikuti dibelakangnya."
Sam ku sinni segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Apakah kau bisa menduga siapa saja yang diundang oleh
mereka?" serunya.
1135 Pek leng siancu So Bwe leng menjadi terbungkam dan tak
sanggup mengucapkan sepatah katapun. Mendadak wajahnya
berseri, kemudian sambil bertepuk tangan serunya keras :
"Suhu, anak Leng berhasil menemukan sebuah cara yang bagus
sekali." Menyaksikan gadis itu begitu gembira dengan wajah bersungguh
sungguh Sam ku sinni segera berseru :
"Bagaimana caranya" Ayo cepat kau katakan!"
Dengan wajah berseri Pek leng siancu berkata :
"Sekarang kita kembali dulu ke gedung Bu lim tit it keh, kita cari
si pencuri sakti Go Jit, dengan ilmu mencurinya yang hebat, tidak
sulit baginya untuk mengetahui siapa yang boleh diintil dan siapa
yang tak boleh diikuti."
Sebagaimana diketahui, si Pencuri sakti Go Jit sangat kuatir kalau
orang orang Ban seng kiong datang mencari gara gara dengannya,
oleh sebab itu, sampai sekarang dia masih berada di dalam gedung
Bu lim tit it keh sebagai tamu partai Thian liong pay. Oleh karena
itulah, Pek leng siancu So Bwe leng segera teringat akan dirinya.
Sam ku sinni sendiri memang tidak berhasil menemukan sebuah
cara yang lebih baik, maka dia pun menyetujui usul Pek leng siancu
So Bwe leng untuk kembali ke gedung Bu lim it it keh dan meminta
bantuan dari si pencuri sakti Go Jit. Dengan mengerahkan segenap
kemampuan yang dimiliki, tak sampai sehari mereka sudah tiba
kembali di kota Hway im.
Berhubung usaha menemukan tempat pertemuan tersebut
penting sekali artinya, maka mereka tak berani berdiam terlalu lama
dalam gedung Bu lim tit it keh. Secara ringkas mereka lantas
menceritakan rencana busuk dari orang orang Ban seng kiong itu
kepada Yap Siu ling, ibu Thi Eng khi kemudian mohon kepadanya
untuk mengirim orang guna memberitahukan persoalan ini kepada
berbagai partai besar agar mengatasi masalah tersebut.
Kemudian dengan mengajak si pencuri sakti Go Jit, buru buru
mereka berangkat meninggalkan gedung Bu lim tit it keh. Menuruti
1136 berbagai gejala dan pengalaman yang ditemuinya, ketiga orang itu
membuat analisa secara kasar, lalu memutuskan untuk berangkat ke
kota bandar Tin kang sambil mencari orang persilatan yang mungkin
bisa diikuti jejaknya.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat mereka berangkat
menuju ke kota Tin kang, disebuah persimpangan jalan utama
mereka mencari rumah penginapan, kemudian pencuri sakti Go Jit
mulai dengan operasinya....
Setiap umat persilatan yang gerak geriknya menimbulkan
perhatian, baik dia dikenal atau tidak, semuanya merupakan sasaran
dari penggeledahan pencuri sakti Go Jit. Apabila benda yang
diperoleh tidak benar, maka secara diam diam harus dikembalikan
lagi kepada pemiliknya.
Dengan demikian, si pencuri sakti Go Jit menjadi kerepotan
setengah mati oleh tugas itu. Sayang sekali, walaupun sudah sibuk
selama dua hari, ternyata mereka tidak berhasil menemukan
seorang manusia pun yang diundang untuk menghadiri pertemuan
tersebut. Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng sudah merasa tidak sabar
lagi, dia kuatir tak dapat menghadiri pertemuan itu sehingga
membengkalaikan masalah besar. Oleh karena itu dia menjadi paling


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sibuk sendiri untuk masuk keluar di antara gerombolan manusia
sambil berusaha untuk menemukah sasaran yang baru.
Sementara dia sedang sibuk mencari sasaran, mendadak muncul
sebuah tangan yang kecil dan putih menarik ujung bajunya.
Mengikuti arah datangnya tarikan tersebut, Pek leng siancu So Bwe
leng segera berpaling, ternyata dia adalah seorang bocah lelaki
berusia sebelas dua belas tahunan, sambil menggapai ke arahnya,
bocah itu segera berlompatan menuju ke sisi seorang nenek.
Pek leng siancu So Bwe leng segera mendekati pula ke depan
nenek tersebut. Belum sampai dia bersuara, nenek itu sudah
memperlihatkan giginya yang kuning lebih dulu sambil tertawa,
katanya : 1137 "Nona, apakah kau telah kehilangan suatu benda?"
Rupanya dia mengira Pek leng siancu So Bwe leng sedang
mencari sesuatu benda yang terjatuh, tapi bila diduga kalau dia telah
menemukan sesuatu benda, maka nenek tersebut bisa mengajukan
pertanyaan seperti itu.
Sementara Pek leng siancu So Bwe leng hendak menjawab kalau
dia tidak kehilangan suata benda apapun, si nenek tersebut sudah
mengeluarkan sebuah sampul surat dari dalam sakunya. Kalau
dilihat dari bentuk sampul itu terasa amat dikenal sekali olehnya.
Bukankah sampul itu merupakan sampul berisi peta yang
dipergunakan orang orang Ban seng kiong untuk menjebak orang"
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi girang setengah mati, buru
buru katanya : "Ooooh, rupanya nenek telah menemukan benda milikku yang
terjatuh, terima kasih banyak!"
Seraya berkata dia bersiap siap hendak menerima sampul surat
tersebut. Mendadak nenek itu menarik kembali tangannya sambil
berseru : "Tunggu sebentar, dapatkah nona menyebutkan lebih dulu tulisan
apakah yang tercantum diatas sampul surat ini?"
Merah padam selembar wajah Pek leng siancu So Bwe leng
karena jengah, ia benar benar dibikin terbungkam oleh ucapan
tersebut. Pada dasarnya sampul surat itu memang bukan miliknya,
bayangkan saja bagaimana mungkin dia bisa menyebutkan tulisan
yang berada diatas sampul mana"
Mendadak satu ingatan melintas di dalam benaknya, ia segera
berpikir : "Seharusnya diatas sampul surat itu tiada tulisan apa apa, aaah!
Betul jangan jangan si nenek sedang menggunakan akal untuk
menjebak diriku...."
1138 Dengan pikiran untuk menjaga segala kemungkinan yang tak
diinginkan, ia segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kembali nenek itu bertanya lagi :
"Kau maksudkan diatas sampul surat ini tiada tulisannya?"
Terpaksa sambil mengeraskan kepalanya Pek leng siancu So Bwe
leng mengangguk. Pada saat itulah si nenek segera menyerahkan
sampul surat tersebut ke tangan So Bwe leng, kemudian katanya :
"Kalau begitu, sudah pasti surat ini milik nona, harap nona sudi
memaafkan bila aku si nenek banyak curiga!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera menerima sampul surat itu,
ia tidak ambil perduli lagi bagaimana sikap orang terhadapnya, kini
dia hanya berharap bisa cepat cepat meninggalkan tempat itu dan
memeriksa isi dari sampul peta tersebut. Maka setelah mengucapkan
terima kasih, dia membalikkan badan lalu berlalu dari situ.
Tapi karena ia membalikkan badan terlalu cepat, mimpi pun tak
disangka kalau bocah lelaki itu sedang berada dibelakang tubuhnya,
hampir saja tubuhnya menerjang ke atas tubuh bocah lelaki
tersebut. Berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki Pek leng siancu
So Bwe leng, apabila tubrukan tersebut sampai terjadi, sudah dapat
dipastikan kalau bocah lelaki itu bakal mampus.
Saking kagetnya Pak leng siancu So Bwe leng menjerit lengking,
cepat cepat dia menggunakan jurus menarik kuda dari pinggir jurang
untuk menahan gerak maju tubuhnya secara paksa. Ketika ia
berpaling lagi kearah si bocah lelaki tersebut, ternyata dia pun ikut
berkelit ke samping dengan suatu gerakan yang sangat gesit dan
cekatan. Benar benar sangat aneh, ternyata gerakan tubuh dari bocah
lelaki itu sangat dikenal olehnya. Dalam tertegunnya, dengan cepat
Pek leng siancu So Bwe leng jadi teringat kembali kalau gerakan
tubuh dari bocah lelaki tersebut mirip sekali dengan gerakan tubuh
dari Hiam im ji li.
Tak ampun lagi dia menjerit tertahan, kemudian berpaling ke
arah si nenek tersebut. Tampak olehnya nenek itu sudah
1139 menggandeng si bocah lelaki tersebut berjalan sejauh beberapa kali
dari tempat semula.
"Berhenti!" Pek leng siancu So Bwe leng segera membentak
keras. Bersamaan dengan suara bentakan tersebut, tubuhnya seperti
sambaran anak panah yang terlepas dari busurnya sudah menerjang
ke arah si nenek tersebut.
Begitu menyaksikan Pek leng siancu So Bwe leng mengejar
datang, mendadak nenek itu menyambar si bocah lelaki tersebut dan
melemparkannya ke tengah udara, sedangkan ia sendiri segera
melarikan diri diiringi suara tertawa dingin yang menyeramkan.
Pek leng siancu So Bwe leng tak akan melepaskan musuhnya
dengan begitu saja, dia pun enggan mengurusi si bocah lelaki
tersebut, dengan satu gerakan cepat ia mengejar ke arah si nenek
tersebut. Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh tingkat
tinggi, secepat sambaran petir mareka berdua berkelebat menuju ke
luar kota. Dalam waktu singkat, mereka sudah memasuki sebuah hutan
yang cukup lebar. Mendadak nenek itu berhenti sembari
membalikkan badannya, kemudian sambil menatap wajah Pek leng
siancu So Bwe leng lekat lekat, katanya sambil tertawa dingin : "So
Bwee leng, seandainya kau mendesak aku terus dan tidak tahu diri,
jangan salahkan bila nonamu tak akan bersikap sungkan lagi...!"
Sembari berkata dia lantas melepaskan topeng kulit manusia
yang menutupi wajahnya sehingga muncullah seraut wajah yang
cantik jelita. Pek leng siancu So Bwe leng berdiri tertegun, ternyata
dia tidak mengenali siapa gerangan perempuan tersebut. Sementara
dia masih tertegun, gadis cantik itu sudah berkata lagi :
"Semua yang ingin kau ketahui sudah berada dalam sampul surat
tersebut, bila kau ingin pergi, sekarang masih ada waktu, aku harap
kau jangan menyia nyiakan ke sempatan yang ada!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa tergelak.
1140 "Ooooh....rupanya sampul surat itu memang khusus ditujukan
kepadaku" Kalau begitu aku pun sudah dapat menduga apa isinya,
paling banter kalian hendak memberitahukan kepadaku kalau kalian
sudah tahu bahwa aku telah menemukan rencana busuk kalian,
karena kuatir aku akan merusak pekerjaan besar kalian, maka kalian
tak mengijinkan aku menghadirinya.... bukan begitu" Hmmm, lebih
baik surat ini tak usah kuperiksa lagi isinya!"
Dia segera melumat kertas itu menjadi satu, lalu digosok dengan
telapak tangannya hingga hancur menjadi bubuk kuning dan
disebarkan ke atas tanah.
"Hmmmm, kau terlalu berlagak sok pintar" seru gadis cantik itu
kemudian, "dengan dihancurkannya sampul surat itu, maka jangan
harap kau bisa memperoleh rahasia kami."
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa.
"Sesungguhnya nonamu memang mempunyai banyak masalah
yang perlu ditanyakan,
tapi aku tak butuh dengan surat tersebut, toh ada kau yang bisa
membantuku untuk memberikan jawaban atas semua persoalan
tersebut?"
"Hmmm, tak nanti aku akan memberitahukan persoalan tersebut
kepadamu, walau hanya sepatah katapun!"
"Sampai waktunya, kau toh akan berbicara juga!" jengek Pek
leng siancu So Bwe leng dingin. Mendengar perkataan itu, si gadis
cantik itu tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haaahhh..... haaaahhh.... kematian sudah berada di
depan mata, kau masih membayangkan yang bukan bukan, sungguh
perbuatan dari seorang manusia yang tak tahu diri!"
Mendadak dia mendesak maju ke muka, jari tangannya bagaikan
sebuah tombak langsung menyodok jalan darah Bi sim hiat diatas
tubuh Pek leng siancu So Bwe leng. Tampak bayangan manusia
berkelebat lewat, angin jari tersebut tahu tahu sudah berada di atas
1141 batok kepala Pek leng siancu. Sejak ilmu silatnya memperoleh
kemajuan yang amat pesat, sudah barang tentu Pek leng siancu So
Bwe leng tak memandang sebelah matapun terhadap ancaman yang
tiba tersebut, serunya sambil tertawa hambar :
"Kau masih selisih jauh .... "
Belum habis ucapan tersebut diutarakan, tiba tiba ia menjerit
tertahan, jelas gadis itu merasa agak terperanjat. Rupanya Pek leng
siancu So Bwe leng terlalu memandang enteng musuhnya, dia tidak
menganggap serangan jari tangan dari gadis cantik tersebut sebagai
suatu ancaman serius, maka dalam anggapannya dengan
mengegoskan sedikit kepalanya, niscaya serangan tersebut dapat
dihindari secara mudah. Siapa tahu kepandaian silat yang dimiliki
gadis cantik itu jauh melebihi apa yang diperkirakan semula, dimana
angin serangannya menyambar lewat, seutas rambutnya segera
terbabat kutung.
Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng menarik kembali
keangkuhannya, sekarang ia tak berani memandang enteng
musuhnya lagi. Padahal gadis cantik itu pun merasa amat
terperanjat, dia sama sekali tidak menyangka kalau Pek leng siancu
So Bwe leng dapat menghindari angin serangannya itu secara bagus.
Sebab pada setahun berselang, Pek leng siancu So Bwe leng tak
mampu menandingi dirinya, apalagi sejak Hian im Tee kun menjadi
pemimpin istana Ban seng kiong, dia mendapat perhatian khusus
dari Hian im Tee kun sehingga dipilih menjadi salah seorang Hiam im
su siu, kepandaian silatnya telah memperoleh kemajuan pesat.
Ditambah lagi Hian im Tee kun telah membantunya untuk
menembusi urat jin meh dan tok meh nya, boleh dibilang
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang amat hebat sekali.
Dalam anggapannya, dengan kepandaian silat yarg dimiliki
sekarang maka dia tak usah memandang sebelah mata pun terhadap
Pek leng siancu So Bwe leng. Itulah sebabnya tatkala serangan jari
tangannya gagal untuk merobohkan gadis tersebut, rasa kaget yang
mencekam perasaannya sungguh tak terlukiskan dengan kata kata.
1142 Dalam keadaan sama sama terkejut inilah ke dua belah pihak
saling mundur beberapa langkah dan sekali lagi memberi analisa
baru terhadap kemampuan lawan. Karena harus menghindari
pengamatan orang lain, waktu itu mereka berdua sama sama tidak
membawa senjata, terpaksa pertarungan pun dilangsungkan dengan
menggunakan tangan kosong belaka.
Pek leng siancu So Bwe leng termashur sebagai seorang manusia
yang sukar untuk dihadapi. Begitu berhenti sejenak, kembali dia
menerkam ke muka sambil berseru penuh amarah.
"Sungguh tak kusangka, dalam istana Ban seng kiong masih
terdapat joga muda selihay kau kecuali Hian im ji li. Sekarang rasain
dulu sebuah pukulan nonamu ini!"
Telapak tangannya diayunkan kedepan langsung menghantam
dada gadis cantik itu. Si nona cantik tersebut tertawa dingin :
"Ban seng kiong penuh dengan jago lihay, persoalan yang berada
di luar dugaan masih banyak sekali!" jengeknya.
Tubuhnya berputar cepat membiarkan angin pukulan Pek leng
siancu So Bwe leng berkelebat lewat dari sampingnya, kemudian
secepat kilat dia melepaskan sebuah pukulan pula mengancam
pinggang Pek leng siancu. Dengan cekatan Pek leng siancu So Bwe
leng menggerakkan pinggulnya ke samping kemudian menyelinap ke
belakang punggung gadis cantik itu, sebuah pukulan dahsyat
kembali dilontarkan.
Begitulah, suatu pertempuran sengit segera berkobar ditempat
itu, ke dua belah pihak sama sama mengandalkan gerakan tubuh
yang ringan untuk saling menyambar dan menerjang dengan hebat.
Lama kelamaan.... meski kepandaian silat yang dimiliki gadis cantik
itu cukup hebat dia toh bukan tandingan dari Pek leng siancu So
Bwe leng. Lambat laun dia keteter sehingga berada dibawah angin,
gejala untuk kalah pun terlihat semakin jelas.
Pek leng siancu So Bwe leng sama sekali tidak mengendorkan
gerakan tubuhnya, malah sebaliknya dia mempercepat gerakan
tubuh dan serangannya hingga makin gencar.
1143 "Aduuuuh....!" mendadak gadis cantik itu menjerit kesakitan.
Sebuah pukulan dari Pek leng siancu So Bwe leng persis
menghajar diatas pipinya membuat dia muntahkan darah segar,
dengan wajah merah membengkak, cepat cepat gadis itu mundur
sejauh satu kaki lebih ke belakang. Pek leng siancu So Bwe leng
mendengus dingin, katanya kemudian :
"Sekarang kau boleh melepaskan topeng kulit manusia yang lain
dari atas wajahmu itu!"
"Jangan mimpi, lihat serangan!" teriak gadis itu.
Tubrukan maut segera dilancarkan, tampaknya tamparan keras
dari Pek leng si?ancu So Bwe leng barusan telah membangkitkan
hawa amarahnya, sehingga dia bertekad hendak beradu jiwa. Pek
leng siancu So Bwe leng tak sudi untuk beradu jiwa dengan
lawannya itu, dengan cepat dia mengegos ke samping, apalagi dia
mempunyai rencana lain untuk membekuknya hidup hidup. Maka
sambil tertawa dingin katanya :
"Nona mu bukan seorang yang berhati lemah dan penuh berbelas
kasihan kepada orang lain!"
Dia turun tangan sekali lagi, kali ini ke dua belah pihak bergerak
dengan kecepatan tinggi, mereka berusaha untuk saling merebut
posisi yang menguntungkan guna mendesak lawannya. Tak selang
berapa saat kemudian Pek leng siancu So Bwe leng membentak
keras : "Roboh kau!"
Rupanya Pek leng siancu So Bwe leng berhasil menemukan setitik
kelemahan di tubuh nona cantik itu, dengan menggunakan jurus Bu
dhi siankang dia melepaskan sebuah totokan kilat menghajar jalan
darah Cian keng hiat diatas bahu lawan.
Sesungguhnya gadis cantik itu memang bukan tandingan dari Pek
leng siancu So Bwe leng, justru karena dia nekad dan selalu
mengajak beradu jiwa maka dia dapat bertahan hingga kini.
1144 Walaupun begitu, bagaimana mungkin dia bisa menahan serangan
berat dengan ilmu Bu dhi siankang tersebut"
Kuda kudanya segera tergempur dan dia tak mampu berdiri tegak
lagi, sesudah mundur sejauh empat lima langkah dengan
sempoyongan .....
"Blaaammmm!" tubuhnya roboh terduduk diatas tanah.
Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng menotok pula
beberapa buah jalan darahnya sehingga pihak lawan tak mampu


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkutik, kemudian dia baru melepaskan topeng kulit manusia ke
dua dari atas wajah perempuan itu. Dengan cepat muncullah sebuah
raut wajah yang sangat dikenal oleh Pek leng siancu So Bwe leng.
Sesudah tertegun beberapa saat lamanya, Pek leng siancu So Bwe
leng berseru : "Aaaah, rupanya kau.... Cun Lan!"
Rupanya gadis cantik tersebut bukan lain adalah Cun Lan, salah
seorang dayang kepercayaan Pek leng siancu So Bwe leng dikala ia
dipaksa menjadi tuan putri dalam istana Ban seng kiong dulu.
"Sekarang aku tidak bernama Cun Lan lagi!" seru gadis itu
dengan suara dingin.
"Aku tak ambil peduli siapa namamu, tapi memandang diatas
hubungan kita di masa lalu, akan kubebaskan jalan darahmu itu!"
"Sekarang aku adalah salah satu dari Hian im su siu dalam istana
Ban seng kiong, atas kemurahan hati Tee kun, aku diberi nama Siu
Cu, hmmm.... lebih baik tak usah kau bebaskan jalan darahku, sebab
sekalipun jalan darahku kau bebaskan, aku pun tak akan menerima
kebaikan hatimu itu."
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa :
"Aku tak ambil peduli apakah kau akan menerima kebaikanku ini
atau tidak, sebab itu urusanmu sendiri, yang penting aku telah
melakukan apa yang kuinginkan, padahal hubungan antara manusia
dengan manusia lain memang sukar untuk dibicarakan, misalkan
1145 saja Huan im sin ang, dia bersikap cukup baik kepadaku malah
memberi banyak pelajaran ilmu silat kepadaku, aku toh menerima
juga kebaikannya itu?"
Sembari berkata, dia lantas menepuk bebas jalan darah dari Siu
Cu. Dengan cepat Siu Cu melompat bangun, kemudian katanya :
"Waktu itu Huan im sia ang hendak memperalat dirimu maka kau
tak usah menerima kebaikan hatinya!"
Berbicara sampai disitu, dia segera beranjak pergi meninggalkan
tempat tersebut. Padahal Pek leng siancu So Bwe leng memang
berniat untuk memperalat Siu Cu, hanya saja oleh karena rahasia
hatinya sudah terlanjur dibongkar oleh Siu Cu, maka dia menjadi
rikuh untuk banyak berbicara lagi dan membiarkan dia berlalu dari
situ. Memandang bayangan punggang Siu Cu yang menjauh, dia
mendepak depakan kakinya berulang kali sambil menyumpah:
"Budak sialan, sungguh tak disangka aku So Bwe leng kena
disudutkan oleh ucapanmu!"
Perasaan mangkel dan apa boleh buat segera menghiasi raut
wajahnya yang cantik itu. Sementara dia masih menyesali tindakan
sendiri yang kurang tega dan kurang keji, dari kejauhan sana
berkumandang suara ujung baju terhembus angin kemudian tampak
sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Ternyata orang itu tak lain adalah Siu Cu yang telah berjalan
kembali. "Mau apa kau datang kembali?" Pek leng siancu So Bwe leng
segera menegur dengan gusar.
"Tiba tiba saja aku merasa kalau nona memang bersungguhsungguh
hati melepaskan aku, oleh sebab itu aku tak tahan untuk
balik kembali ke sini dan menyampaikan sepatah kata untukmu."
"Apa yang hendak kauucapkan" Katakan saja! Lebih baik
diutarakan secepatnya, sebelum aku berubah pikiran dan
menahanmu lagi"
1146 Dengan wajah bersungguh sungguh Siu Cu berkata :
"Mungkin nona ingin mencari tahu tempat yang dijanjikan Tee
kun untuk mengadakan pertemuan dengan para jago bukan"
Menurut dugaanku yang kuperoleh secara tanpa sengaja, aku rasa
tak ada salahnya bila nona melakukan penyelidikan disekitar bukit
Cian san!"
Selesai berkata, dia melejit kembali ke udara dan kabur ke dalam
hutan sana dengan wajah gugup. Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi sangat kegirangan, segera teriaknya:
"Enci Cun Lan, dapatkah kau memberikan penjelasan yang lebih
terperinci lagi?"
Siu Cu berhenti sejenak diatas dahan pohon lalu menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya dengan nada menyesal :
"Apa yang kuketahui terbatas sekali, apa yang bisa kuberitahukan
kepada nona pun hanya sebatas ini saja ...."
Selesai berkata, kembali dia melejit ke udara dan melesat ke arah
depan, sekejap kemudian bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata. Pek leng siancu So Bwe leng segera mengucapkan
terima kasihnya dengan ilmu menyampaikan suara, kemudian balik
kembali ke kota Tin kang.
Di atas bukit Cian san yang penuh dengan tebing curam, terdapat
sebuah lembah yang bernama lembah Hu liong kong. Di luar lembah
tersebut merupakan sebuah hutan lebat yang hampir menutupi
seluruh mulut lembah tersebut, sehingga orang lain tak dapat
menyaksikan keadaan didalam lembah tersebut dengan jelas. Tapi
kalau dilihat dari tiga buah tebing tinggi yang mengelilingi tempat
tersebut, bisa diduga berapa berbahaya dan rahasianya keadaan
dalam lembah tersebut.
Di tengah sebuah senja yang gelap, tampak sesosok bayangan
manusia meluncur datang dari kejauhan sana dan berhenti sejenak
didepan hutan lebat dimuka mulut lembah tersebut.
Kemudian setelah berseru tertahan, ia bergumam :
1147 "Aneh mengapa tiada orang yang menyambut kedatanganku di
sini...?" Sementara orang ini masih celingukan memandang ke sekeliling
tempat itu, kembali terdengar ujung baju terhembus angin
berkumandang datang, lagi lagi nampak sesosok tubuh manusia
mendekati hutan tersebut. Orang yang datang lebih dulu itu segera
membalikkan badan, kemudian sambil memandang ke arah
pendatang, bentaknya keras keras :
"Aku adalah Cang ciong sin kiam Sangkon Yong, siapa yang
datang....?"
"Oooh, rupanya Sangkoan tayhiap" seru pendatang itu, "siaute
adalah Yap Han san!"
Ku tiok siu (kakek bambu kering) Yap Han san segera melayang
ke depan Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong, kemudian sembari
menjura katanya lagi :
"Siaute tak berani merepotkan Sangkoan tayhiap untuk
menyambut kedatanganku, tolong tanya apakah kita harus masuk ke
dalam lembah dengan menembusi hutan ini?"
Rupanya dia telah menganggap Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong sebagai petugas penerima tamu. Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong segera tertawa.
"Siaute sendiri pun baru tiba, jadi tidak kuketahui haruskah
menembusi hutan lebih dulu sebelum menuju ke lembah tersebut?"
Ku tiok siu Yap Han san tertawa rikuh.
"Aaaaah, kalau begini siaute telah bersikap kurang hormat, harap
Sangkoan tayhiap sudi memaafkan, kalau toh tiada orang yang
bertugas sebagai penerima tamu bagaimana kalau kita memasuki
hutan bersama sama...?"
Baru saja Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong dan Ku tiok siau
Yap Han san hendak memasuki hutan bersama sama, mendadak
muncul kembali dua orang manusia mendekati tempat tersebut.
1148 Ketika diamati, ternyata mereka adalah kenalan lama semua,
yang seorang adalah Tay pek it khi (manusia aneh dari tay pek) Ku
Kiam ciu, sedangkan yang lain adalah Tiang cun siusu (pelajar
berusia panjang) Li Goan. Selanjutnya menyusul pula jago jago lihay
lainnya seperti :
Giok koay popo (nenek bertoya kumala) Li Ko ci
Im tiong hok (bangau di tengah awan) Teng Siang
Sin tou (si Unta sakti) Lok It hong
Hui hou li (perempuan pelangi terbang) Lu Cing lian, Wancu dari
perkampungan ciang hong wan
Soh Sim tocu yang bergelar San hoa sian cu (dewi penyebar
bunga) Leng Cay soat
Hong im siu (kakek angin dan awan) Siang Thong dari bukit Bong
san To pit thian ong (Raja langit berlengan banyak) Tong Lian hoat,
seorang ahli senjata rahasia dari Szuchuan.
Tiang siau mi lek (Mi lek tertawa) Kong sun Cong.
Phu thian toa tiau (rajawali raksasa penubruk langit) Kay Poan
thian Pang bok long tiong (Pengembara bermata juling) Nyoo Cun
Tan ciang kay san (tangan tunggal pembelah bukit) Cu Eng
Ketua Kay pang, sipengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
Ketua Cing sia pay, Ting Kong ci
Beng sin suthay dari kuil Ci tiok an
Hud sim giam ong (raja akhirat berhati Buddha) Bu kay siancu
Hui cun siausu (pelajar penolong manusia) Seng Tiok sian.... dia
datang dengan menunggang seekor kuda hitam dan membawa kuda
hitam lain. Ketua Hoa san pay, Peh ih siusu (pelajar berbaju putih) Cu Wan
mo Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo liu sianseng Lim Biau lim dari
Thian liong pay. Kedua orang ini termasuk mereka yang datang
paling lambat. Bagi mereka yang sudah kenal, tentu saja pertemuan ini diiringi
dengan pembicaraan dan percakapan yang ramai, sekalipun ada
yang tak pernah kenal mereka pun diperkenalkan satu per satu,
sehingga suasana menjadi ramai sekali.
1149 Waktu itu, pamor Thian liong pay telah berubah dan menanjak
tinggi terutama setelah ketuanya Thi Eng khi bertarung melawan
Hian im Tee kun. Kini semua jago memandang lain terhadap
perguruan besar yang telah menggetarkan dunia persilatan itu. Cang
ciong sin kiam Sangkoan Yong sendiri, atas bujukan dari Raja akhirat
berhati Buddha Bu kay siansu, di samping itu juga atas pen
Kekaisaran Rajawali Emas 3 Kesatria Berandalan Karya Ma Seng Kong Kisah Para Pendekar Pulau Es 6
^