Pukulan Naga Sakti 20

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 20


ampilan dari Thi Eng khi selama ini, pandangan jeleknya terhadap Thi Eng
khi juga lambat laun berubah.
Mula mula dia menyatakan sikap persahabatannya lebih dulu
dengan Pit tee jiu Wong Tin pak, kemudian menanyakan kabar
berita tentang Thi Eng khi dengan penuh perhatian.
Hui cun siusu Seng Tiok sian juga berjalan mendekat sambil
menuntun seekor kuda hitam tersebut sambil menyatakan rasa
menyesalnya atas kesalahan pahamnya terhadap Thi Eng khi tempo
hari. Rupanya mereka telah mendapatkan bukti yang jelas bahwa
kematian dari Hao hao sianseng Ting tayhiap sesungguhnya terkena
serangan gelap dari Huan im sin ang. Setelah menyadari akan
kesalahan pahamnya terhadap Thi Eng khi, maka Hui cun siusu Seng
Tiok sian sengaja membawa kuda hitam tersebut ke sana dengan
maksud hendak diserahkan kepada pihak Thian liong pay...
Sungguh tak nyana ditempat inilah mereka telah berjumpa
dengan Pit tee jiu Wong Tin pak, maka dia pun menyerahkan kuda
hitam tersebut kepada Wong Tin pak agar menyerahkannya kepada
Thi Eng khi dikemudian hari.
Begitulah, semua orang lantas membicarakan tentang watak Thi
Eng khi yang sebenarnya disamping menghibur hati Pit tee jiu Wong
Tin pak, bahkan mereka pun bersumpah akan mengerahkan
segenap kemampuan yang ada untuk menemukan kembali jejak Thi
Eng khi. Waktu itu, semua orang mengira pertemuan yang
diselenggarakan kali ini atas prakarsa dari Siau lim pay dan Bu tong
pay. Oleh sebab itu, hampir semua orang memuji akan persiapan
dan perencanaan yang matang atas pertemuan kali ini.
1150 Terhadap tidak munculnya orang orang Siau lim pay dan Bu tong
pay mereka pun tidak memberikan perhatian khusus, di dalam
anggapan mereka orang orang dari kedua partai pasti sudah
menunggu di depan lembah tersebut. Maka dipimpin oleh ketua Kay
pang si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan Po dan Cang ciong
sin kiam Sangkoan Yong, berangkatlah mereka menuju ke dalam
hutan. Baru saja rombongan manusia itu akan berangkat, tiba tiba
muncul kembali tiga sosok bayangan manusia yang meluncur datang
dengan kecepatan tinggi.
Semua orang mengenali ketiga orang itu sebagai ketua Bu tong
pay, Keng hian totiang bersama ke dua orang sutenya Keng it
totiang dan Keng ning totiang. Kemunculan mereka segera
menimbulkan rasa heran dari semua jago, tanpa terasa mereka
sama sama berhenti.
"Bu liang siu hud!" seru Keng hian totiang begitu sampai
ditempat tujuan, "ketua Siau lim pay Ci long siansu memang benar
benar seorang yang mempunyai maksud, persiapan yang dilakukan
olehnya disini benar benar amat sempurna. Coba kalau pinto yang
disuruh mempersiapkan keadaan seperti ini, tak mungkin bisa
kulakukan sedemikian cermatnya."
Didengar dari nada pembicaraan tersebut, tampaknya Bu tong
pay tidak tahu menahu tentang persiapan pertemuan tersebut. Maka
semua yang hadir disitu pun menjadi gaduh dan bersama sama
membicarakan persoalan tersebut.
Sebagaimana diketahui, di dalam pandangan semua orang
pertemuan yang diselenggarakan kali ini adalah atas prakarsa dari
pihak Siau lim pay dan Bu tong pay. Terutama sekali ada sebagian
diantara mereka yang menerima surat undangan tersebut dari
anggota Bu tong pay, hal mana membuat orang orang itu mulai
berpikir yang bukan bukan. Sikap tak tenang yang diperlihatkan
orang orang tersebut tentu saja menimbulkan perhatian dari Keng
hian totiang, dengan cepat dia berseru :
1151 Jilid 36 "Saudara sekalian hendak membicarakan soal apa dengan pinto?"
Ada orang hendak menjawab pertanyaan itu namun perhatian
mereka segera tertarik oleh munculnya tiga orang pendeta yang
sedang berjalan mendekat dengan langkah cepat. Kemunculan dari
ke tiga orang pendeta itu kontan saja membuat pikiran semua orang
bertambah kalut.
Rupanya mereka adalah Ci long siansu, ketua Siau lim pay yang
datang bersama sama Ci kay taysu dan Ci liong taysu.
Aneh, mengapa si penyelenggara pertemuan tersebut baru
datang pada saat para undangan telah datang. Bukankah mereka
yang menyelenggarakan pertemuan ini" Mengapa mereka tidak
datang lebih dulu untuk membuat persiapan disana"
Berbagai pertanyaan ini segera memancing perhatian semua
orang untuk dialihkan ke wajah ke tiga orang pendeta dari Siau lim
pay. Tatkala ketua Siau lim pay, Ci long siansu menyaksikan
berpuluh-puluh pasang mata ditujukan bersama ke arahnya, dengan
perasaan menyesal ia lantas berseru :
"Omitohud! Pinceng bertiga datang kemari dengan menuruti
petunjuk dari Keng hian totiang, sebab dalam surat undangan
dikatakan aku harus sampai pada permulaan kentongan ke tiga."
Setelah mendongakkan kepalanya memandang posisi rembulan,
ia berkata lebih jauh :
"Untung saja kedatanganku tidak sampai melewati saat yang
telah ditentukan!"
Dengan ucapan tersebut bukan saja dia telah menyatakan kalau
kedatangannya juga karena diundang, bahkan waktu tiba untuknya
telah diatur orang lebih dulu. Kejadian ini segera menimbulkan
perasaan bingung dan tidak habis mengerti dari semua orang.
1152 Orang pertama yang merasakan ketidak beresan didalam
pertemuan kali ini adalah ketua Bu tong pay, Keng hian totiang,
dengan ucapan bernada kaget ia berseru :
"Bila didengar dari perkataan siansu tampaknya kau pun
merupakan orang yang telah mengundang kedatanganmu itu?"
Mendengar pertanyaan dari Keng hian totiang mengandung nada
yang tak beres. Ketua Siau lim pay Ci long siansu menjadi tertegun,
kemudian serunya :
"Lhoo.... jadi bukan totiang yang mengundang kedatangan kami"
Waaahh...., aneh kalau begitu?"
Dengan wajah serius Keng hian totiang segera berkata lagi :
"Sewaktu berada di gedung Bu lim tit it keh tempo hari, pinto dan
siansu memang pernah berunding untuk menyelenggarakan suatu
pertemuan puncak para jago, sungguh tak nyana sebelum
perundingan kita menjadi matang, ternyata ada orang yang telah
memanfaatkan kesempatan yang mudah menimbulkan kesalahan
paham ini untuk mengundang kita kemari, jangan jangan Hian im
Tee kun yang sengaja untuk menyusun rencana busuk ini untuk
menjebak kita" Hanya herannya ..... bagaimana mungkin jalan
pikiran kita ini bisa diketahui oleh Hian im Tee kun" Kejadian ini
sungguh aneh dan membuat orang tidak habis mengerti."
Sementara pembicaraan berlangsung, sorot matanya segera
dialihkan dari wajah ketua Kay pang si pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po ke atas wajah Pit tee jiu Wong Tin pak dan Ngo
liau sianseng Lim Biau lim dari Thian liong pay, sebelum akhirnya
berbalik kembali ke wajah ketua Siau lim pay, Ci long siansu.
Orang orang yang kena dipandang oleh sorot matanya itu segera
merasa kalau dirinya sedang dicurigai, apa mau dibilang mereka pun
tak bisa memberikan bantahan sehingga sikapnya menjadi tersipu
sipu. Keng hian totiang dari Bu tong pay segera menarik kembali sorot
matanya, kemudian setelah tertawa getir berkata lagi :
"Pinto suheng te bertiga pun tak bisa terlepas dari kecurigaan
ini.... !"
1153 Cang ciong sin kian Sangkoan Yong segera tertawa nyaring,
katanya dengan cepat :
"Menurut pendapatku, sekarang bukan waktunya untuk
menyelidiki tentang persoalan itu, tentang bagaimana mungkin
peristiwa yang sedang berlangsung sekarang bisa terjadi, lebih baik
kita rundingkan dikemudian hari saja, entah bagaimanakah menurut
pendapat totiang dan siancu?"
"Perkataan dari Sangkoan tayhiap memang benar" sahut ketua
Siau lim pay Ci long siansu cepat, "kita..."
Belum habis dia berkata, mendadak dari balik hutan sana
terdengar seseorang tertawa merdu, kemudian berkata :
"Kalian semua memandang persoalan ini terlalu serius, padahal
maksud Tee kun mengundang kehadiran kalian disini pun tidak
mempunyai maksud jelek!"
Menyusul perkataan itu, nampak seorang gadis cantik berjalan
keluar dari tempat persembunyiannya, sesudah memberi hormat
kepada semua orang, dia berkata :
"Cun Bwee mendapat perintah dari Tee kun untuk mengundang
para ciangbujin dan lo enghiong sekalian agar masuk ke dalam
lembah!" Para jago saling berpandangan sekejap, untuk sesaat mereka
tampak ragu untuk mengambil keputusan. Hian im li Cun Bwee
segera mencibirkan bibirnya dan memperdengarkan suara tertawa
hambarnya yang sinis, setelah itu katanya lagi :
"Tee kun telah berpesan, apabila kalian tak berani memasuki
lembah maka dia pun tak akan menyulitkan kalian semua, silahkan
saja kalian untuk kembali ke rumah!"
Kebanyakan umat persilatan menghargai nama baik sendiri
melebihi nyawa, apalagi mereka kalau bukan seorang ciangbunjin,
tentunya merupakan pentolan dari suatu perkumpulan, bayangkan
saja bagaimana mungkin mereka bisa tahan menghadapi cemoohan
dan sindiran dari Hian im li Cun Bwee tersebut"
1154 Dalam keadaan demikian, jangan kan baru memasuki lembah,
sekalipun harus naik ke bukit golok atau terjun ke kuali minyak pun
mereka tak akan mengerutkan dahinya. Terutama sekali partai Siau
lim dan partai Bu tong yang selama ini dianggap sebagai tulang
punggungnya dunia persilatan, tentu saja mereka tak sudi dicemooh
orang lain. Maka ketua Siau lim pay Ci long siansu dan ketua Bu tong pay
Keng hian totiang segera berseru bersamaan :
"Biar disuruh naik ke bukit golok, pinceng tak akan gentar!"
"Walaupun harus terjun ke lautan api, pinto tak akan menolak!"
Ke dua orang itu segera tampil ke depan dan berdiri dimuka
perempuan tersebut kemudian serunya kepada Hian im li Cun Bwee
: "Harap nona suka membawa jalan!"
Dengan sepasang matanya yang jeli Hian im li Cun Bwee melirik
sekejap ke arah mereka, kemudian serunya :
"Kalian benar benar tidak takut?"
Si unta sakti Lok It hong tertawa dingin, serunya dengan penuh
kegusaran : "Bila kau ngebacot terus, jangan salahkan kalau lohu tak akan
bersikap sungkan sungkan lagi!"
Paras muka Hian im li Cun Bwee sama sekali tidak berubah,
katanya lagi : "Lok tayhiap, buat apa kau harus ribut dengan siauli" Kalau toh
kalian memang tidak takut biarlah siauli akan membawa kalian
menuju ke dalam lembah tersebut!"
Tidak nampak gerakan apa yang dilakukan olehnya, tahu tahu
tubuhnya sudah menyelinap menuju ke dalam hutan tersebut. Ketua
Siau lim pay dan Bu tong pay segera mengikuti di belakang Hian im
li Cun Bwee menuju ke dalam hutan tersebut. Di belakang ke dua
orang itu, mengikuti pula kawanan jago persilatan yang rata rata
sudah punya nama besar itu.
1155 Pada dasarnya hutan itu memang gelap karena sinar rembulan
tertutup awan namun bukan berarti suasana gelap disana
sedemikian gelapnya sehingga untuk melihat kelima jari tangan
sendiri pun sukar. Sekalipun begitu, andaikata mereka tidak
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mempertajam pandangan
mata mereka, sulit juga untuk menelusuri hutan tersebut.
Jalanan dalam hutan itu berliku liku dan penuh dengan tikungan
yang amat banyak mendadak terdengar seseorang berseru tertahan
: "Aaaaah, jangan jangan hutan ini diatur menurut suatu posisi
ilmu barisan?"
Hian im li Cun Bwee segera tertawa, sahutnya :
"Benar di dalam hutan ini memang penuh dengan alat jebakan
serta barisan yang hebat bagi mereka yang ingin kembali ke tempat
semula, silahkan untuk berputar ke kiri setiap melalui tujuh batang
pohon dan berbelok ke kanan setiap melalui delapan batang pohon,
dengan begitu kalian akan sampai di luar hutan ini."
Perempuan tersebut memang cerdas sekali, setiap kali dia selalu
menggunakan kata kata semacam itu untuk memancing gejolak
perasaan dalam hati para jago, hal ini membuat orang orang
tersebut menjadi nekad dan meneruskan perjalanannya dengan
mempertaruhkan selembar jiwa raganya.
Sepintas lalu hutan nampaknya tidak begitu luas, namun mereka
harus menghabiskan waktu selama setengah jam untuk bisa
menembusinya dan tiba di mulut lembah. Sementara itu rembulan
sudah muncul dari balik awan, selapis cahaya keperak perakan
memancar ke empat penjuru membuat pemandangan di dalam
lembah tersebut dapat terlihat secara lamat lamat.
Rupanya lembah tersebut dikelilingi oleh dinding bukit yang terjal
dan menjulang tinggi ke angkasa, keadaannya mirip sekali dengan
sebuah sumur. Hian im li Cun Bwee berhenti sejenak di luar lembah tersebut,
kemudian katanya :
1156 "Sekarang kita akan memasuki lembah ini !"
"Omitohud !" seru ketua Siau lim pay Ci long siansu, "nona tak
usah banyak bertingkah, lebih baik kita melanjutkan perjalanan
secepatnya!"
Hian im li Cun Bwee tidak banyak berbicara lagi, sambil tertawa
dingin ia melanjutkan perjalanan menuju ke dalam lembah. Setelah
memasuki mulut lembah tersebut maka terbentanglah sebuah selat
sempit yang memanjang dan berbahaya sekali, panjangnya
mencapai beberapa li, suasana di sekitar tampak gundul dan tak
nampak tertumbuhan apapun.
Kecuali batuan cadas yang berbentuk aneh, boleh dibilang tiada
sesuatu benda pun yang nampak di situ, hal mana mendatangkan
perasaan seolah olah mereka hanya bisa pergi dan tak mungkin
untuk kembali lagi. Menyusul kemudian, pemandangan yang
terbentang di depan mata berubah, diantara sekeliling batu aneh
tersebut nampak sebuah tanah lapang yang luasnya mencapai
puluhan kaki, berapa puluh lentera menyinari tempat tersebut
sehingga terang benderang.
Di tengah tanah lapang terdapat empat buah meja dengan
hidangan yang masih panas, diantaranya terdapat sebuah meja
perjamuan dengan hidangan yang pantang barang berjiwa, rupanya
memang khusus disediakan bagi orang orang Siau lim pay dan Bu
tong pay. Anehnya, tiada seorang pun yang melayani tempat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut. Hian im li Cun Bwee mengajak para jago menuju ke depan meja
perjamuan tersebut, kemudian dengan penuh sopan santun dia
memberi hormat seraya berkata :
"Selama menempuh perjalanan, kalian tentu sudah merasa lelah
sekali, malam ini silahkan bersantap seadanya lebih dulu, besok Tee
kun pasti akan menyelenggarakan perjamuan yang lebih besar untuk
menjamu kalian. Maaf, untuk sementara waktu siauli ingin mohon
diri lebih dahulu !"
1157 Selesai berkata, dia lantas melayang ke belakang sebuah batu
besar dan lenyap di situ. Berlalunya Hian im li Cun Bwee membawa
pergi pula kegagahan dari para jago, yang tertinggal sekarang hanya
rasa seram dan bergidik yang tiba tiba muncul didasar hati masing
masing. Bahkan napas mereka pun seakan akan dibawa oleh Hian im
li Cun Bwee. Sebab suasana tenang tanpa terjadinya suatu perubahan yang
terbentang dihadapan mereka sekarang, justru mendatangkan daya
tekanan yang berlipat kali lebih besar daripada suasana pertarungan
sengit. Di tengah tanah lapang, kini berdiri dua puluh sembilan orang
jago persilatan yang sedang diliputi perasaan kalut, bayangan tubuh
mereka tertera memanjang jauh ke depan sana di bawah sorot
cahaya lentera. Tiada orang yang buka suara untuk memecahkan
keheningan disitu, tiada orang yang memasuki meja perjamuan
untuk duduk. Mendadak dari belakang batu besar berkumandang
lagi suara Hian im li Cun Bwee yang sedang berseru sambil tertawa :
"Tee kun mengundang kalian datang dengan maksud baik,
hidangan yang tersedia di meja pun merupakan hidangan kenamaan
bikinan koki ternama diutara maupun selatan sungai besar, silahkan
kalian untuk menikmatinya dengan perasaan lega."
Si Unta sakti Lok It hong segera tertawa terbahak bahak serunya
dengan nyaring :
"Pengemis Cu, setiap hari kau mengemis makanan dari rumah ke
rumah, aku tahu kalau kau jarang sekali makan dengan kenyang.
Coba kau lihat begitu banyak hidangan yang sudah tersedia di sana,
tak usau kau menyia nyiakan kesempatan baik ini dengan begitu
saja, mari, mari! Lohu temani kau minum sampai mabuk!"
Dengan langkah lebar dia lantas menuju ke meja perjamuan
sebelah kanan dan duduk. Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh... Haaahhh.. haaahh.. baiklah aku si pengemis tua
akan meminjam bunga menyembah Buddha, akan kuhormati
saudara Lok dengan tiga cawan arak!"
1158 Sesudah berjalan ke hadapan si Unta sakti Lok It hong, dia duduk
lalu memenuhi enam cawan dengan arak wangi. Biasanya kalau
sang pelopor sudah turun tangan maka yang lain pasti akan turut
bereaksi. Tak selang berapa saat kemudian gelak tertawa
berkumandang memecahkan keheningan, dengan cepat para jago
membuang semua kerisauan dalam hatinya dan bersama sama
mencari tempat duduk untuk makan minum dengan lahapnya.
Di tengah perjamuan, Keng hian totiang dari Bu tong pay segera
mengerahkan ilmu menyampaikan suara untuk berunding dengan
para jago yang hadir di situ katanya :
"Tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun sangat lihay,
ditambah lagi Keng thian giok cu Thi Keng sekalian empat tokoh
sakti membantunya melakukan kejahatan, pinto rasa pertarungan
yang yang bakal berlangsung besok merupakan suatu pertarungan
yang berbahaya sekali. Kendati pun kita semua bertekad untuk
bertarung sampai dengan titik darah penghabisan, namun bila naga
tanpa kepala, ibaratnya sebaki pasir yang tak bisa bersatu, andaikata
sampai terjadi, suasana tentu kalut sehingga andaikata ingin mundur
secara teratur pun bukan suatu pekerjaan gampang."
"Pinto usulkan bagaimana kalau jika kita mengangkat ketua Siau
lim pay Ci long siansu sebagai pemimpin kita yang akan memimpin
kita semua dalam gerak maju atau mundur. Apabila kita dapat
bersatu padu, siapa tahu kalau kekuatan gabungan kita dapat
mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi sekarang" Entah
bagaimanakah pendapat kalian semua?"
Para jago yang hadir disitu segera menyatakan persetujuannya
atas usul dari Ketua Bu tong pay Keng Hian totiang tersebut. Dalam
keadaan gawat semacam ini, tentu saja ketua Siau lim pay Ci long
siansu pun tak bisa menampik usul tersebut, Oleh sebab itu,
terpaksa dia harus menerima tugas berat tersebut tanpa
membantah. Namun dia pun mengusulkan agar ketua Bu tong pay Keng hian
totiang membantu usahanya itu. Sudah barang tentu Keng hian
totiang pun tidak beralasan untuk menampik usul mana, maka dia
pun menerima usul mana tanpa banyak berbicara lagi.
1159 Selesai bersantap semua orang duduk berkumpul, lalu dengan
ilmu menyampaikan suara merundingkan berbagai cara untuk
mengatasi kejadian yang berada didepan mata, kemudian masing
masing baru duduk bersila untuk mengatur napas.
Sementara itu, puluhan lentera tersebut sudah kehabisan minyak
sehingga kehilangan cahayanya lambat laun semakin suram sebelum
akhirnya menjadi gelap gulita. Kegelapan menjelang tibanya fajar
biasanya memang tak akan berlangsung terlalu lama.
Para jago memang cukup memahami situasi yang sedang
dihadapi, Hian im Tee kun menganggap kepandaian silatnya sudah
tiada tandingannya di dunia ini, kedudukannya amat tinggi dan
terhormat, walaupun cara kerjanya agak rahasia dan misterius,
namun bila kesempatan untuk memperlihatkan kelihayannya sudah
tiba, tak nanti dia tak akan memberi kesempatan bagi mereka untuk
turun tangan. Oleh sebab itu, semua orang mengatur napas dengan perasaan
lega, mereka berusaha untuk menghimpun tenaganya sambil bersiap
sedia melangsungkan pertarungan mati matian.
Sementara itu sang surya mulai merambat naik dari balik bukit
itu. Meski sinar matahari belum sempat menyorot masuk ke dalam
lembah namun langit sudah terang dan suasana dalam lembah itu
sudah amat cerah.
Dua puluh orang jago persilatan yang sedang duduk bersila di
tengah tanah lapang sama sekali tidak menghentikan semedinya
karena langit yang telah terang, dengan suatu ketenangan yang
mengagumkan mereka sedang menantikan gerak gerik dari Ban
seng kiong. Sikap tenang seperti ini tentu saja jauh berbeda dengan
sikap gugup semalam, hal mana membuat anggota Ban seng kiong
yang mengikuti gerak gerik mereka dari tempat persembunyian
mereka tertarik dan amat kagum.
Pelan pelan dari belakang batu cadas itu muncul delapan orang
lelaki berpakaian ringkas yang datang untuk membereskan sisa
1160 sayur dan meja kursi dari situ, mereka mengangkuti barang dengan
melalui kawanan jago, namun tak seorang pun diantara kawanan
jago tersebut yang menggerakkan kelopak matanya.
Hiam im li Cun Bwee berdiri di atas sebuah batu cadas ditengah
dinding tebing sambil melongok ke bawah, menyaksikan keadaan
mereka, ia segera tertawa dingin, jengeknya:
"Hmmm, penampilan kalian pada hari ini cukup menyakinkan!"
"Omitohud....!" seru ketua Siau lim pay Ci long siansu.
Tampaklah para jago yang duduk bersila diantara itu bersama
sama membuka matanya lalu bangkit berdiri, gerak gerik mereka
serentak dan sangat teratur. Hian im li Cun Bwee segera berkerut
kening setelah menyaksikan kejadian tersebut. Ketua Siau lim pay Ci
long siansu membereskan pakaian yang dikenakan, kemudian
katanya : "Pinceng atas nama para jago mengundang Hian im Tee kun
untuk berbicara!"
"Siansu mewakili para jago dan aku mewakili Tee kun, ada
persoalan apa yang hendak kau sampaikan" Sampaikan saja
kepadaku," sahut Hian im li Cun Bwee.
Ci long siansu berkerut kening, kembali katanya :
"Dengan tipu daya kalian telah membawa pinceng sekalian
datang kemari, tolong tanya apa maksud hati kalian yang
sebenarnya?"
Hian im li Cun Bwee tertawa :
"Soal ini, meski tidak taysu tanyakan, aku juga bakal
memberitahukan kepada kalian, cuma sebelum kuterangkan segala
sesuatunya, terlebih dahulu kalian mendongakkan kepala dan coba
memperhatikan dulu keatas dinding bukit di sebelah sana."
Para jago bersama sama mendongakkan kepalanya dan
menengok ke arah dinding bukit seperti apa yang dituding Hian im li
Cun Bwee .... 1161 Apa yang kemudian terlihat, kontan saja menggetarkan hati para
jago, mereka berseru tertahan dan berdiri melongo. Rupanya dua
puluh kaki diatas batu dinding dimana Hian im li Cun Bwee berdiri
sekarang terdapat sebuah batu hijau yang amat besar, diatas batu
itulah tergantung berbagai macam benda, rupanya benda benda
inilah yang merenggut ketenangan para jago.
Benda benda apakah itu sehingga begitu merisaukan hati para
jago lihat itu"
Rupanya benda itu kalau bukan berupa tanda pengenal dari
pelbagai perguruan atau partai, tentu merupakan benda mestika
partai partai mereka, atau ada juga yang merupakan senjata
kenamaan. Diantara benda benda tersebut tampak antara lain :
Lukisan Kun eng siang milik Thi Eng khi yang hilang di
perkampungan Ki hian san ceng.
Lencana kemala hijau Pek giok pay dari Siau lim pay
Lencana pedang baja Thi kiam leng dari Bu tong pay
Pedang Cing biu kiam dari perkampungan Ki hian san ceng
Peluru naga sakti milik Tay pek it khi Ku Kiam ciu
Kipas berserat perak milik Tiang cun siusu Li Goan
Payung baja tulang naga milik Ciong lam pay
Tusuk konde hitam milik Giok koay popo Li Ko ci
Cincin kemala Poan giok ci miliki Im tiong hok Teng siang
Cawan kemala sembilan naga milik si Unta sakti Lok It hong
Pakaian berbulu Cian sah yu ih milik Ciang hong wan
Lentera Po lian teng milik pulau Soh to
Hiolo emas Ci kim im teng dari keluarga Tong di propinsi
Szechuan Kipas besar milik Tiang siau bi lek Kongsun Cong
Panah tangan berekor merak Ang wi to jiu ciam milik Phu tian toa
tiau Kay Poan thian
Tembaga angin milik si pengembara bermata juling Nyoo Can
Panji Ceng wi piau milik Tan cing kay san Chu Eng
Tongkat beruas sembilan Kiu ciat po ciang milik Kay pang
Pedang Liu yap kiam milik partai Cing shia
Patung Kwan im bambu merah Ci tiok kwan im milik kuil Ci tiok
an Kipas Cui hui giok pan dari Hong im siu Ko Thong
1162 Kaos kutang Cun go luan ka milik Raja akhirat berhati Buddha Bu
kay siansu Katak buduk kemala hijau milik Giam long heng Kwik Keng thian,
serta mutiara Kiu ci thian cu milik Hoa san pay.
Boleh dibilang hampir setiap orang yang diundang ke sana pasti
terdapat sebuah benda mestika miliknya yang telah terjatuh ke
tangan pihak Ban seng kiong. Padahal mereka memang sudah tahu
kalau benda mestika miliknya telah dirampas oleh Ban seng kiong,
oleh sebab itu menyaksikan benda mestika milik mereka dipamerkan
di depan mata, kendatipun hatinya agak emosi, toh sama sekali tidak
merasa kaget. Tapi ada pula diantara mereka yang sama sekali tidak tahu jika
benda mestika miliknya telah hilang, maka setelah menyaksikan
benda mestika miliknya itu sudah berada diatas dinding batu
tersebut, rasa kaget dan marah mereka tak terlukiskan dengan kata
kata. Sebagaimana diketahui, benda benda mestika itu menyangkut
nama maupun pamor dari suatu partai atau perguruan dalam dunia
persilatan. Dalam keadaan demikian, kendatipun pihak Ban seng
kiong membuka mulut lembah untuk mempersilahkan mereka
pergipun, mungkin mereka tak akan mengangkat kaki dengan begitu
saja. Sebab siapa pun ingin merebut kembali benda mestika
miliknya, karena bila benda mana tak berhasil didapatkan kembali
berarti mereka tak bisa menancapkan kaki kembali dalam dunia
persilatan. Itulah sebabnya para jago merasa agak bimbang dan
kuatir. Ketua Siau lim pay Ci long siansu segera dapat merasakan
ancaman bahaya yang berada di situ, dengan cepat dia menghimpun
tenaga dalamnya dan memperdengarkan suara auman singa yang
amat keras. Kontan saja para jago tersadar kembali dan buru buru
menekan perasaan gusar tersebut ke dalam hati.
Sementara itu, Hian im li Cun Bwee telah berkata lagi dengan
nada berat bertenaga :
1163 "Hari ini kalian semua mempunyai kesempatan yang sama untuk
merebut kembali benda mestika milik sendiri!"
Sekali lagi emosi para jago terpancing sehingga bergolak kembali
dengan keras ....
Buru buru ketua Bu tong pay Keng hian totiang memperingatkan
semua orang dengan ilmu menyampaikan suara :
"Harap kalian jangan terlalu emosi, kendorkan pikiran dan
kendorkan juga sikap tegang kalian!"
Terdengar Hian im li Cun Bwee berkata lebih jauh :
"Seandainya diantara kalian ada yang bersedia untuk mengikat
tali persahabatan dengan pihak kami, tanpa bersusah payah kalian
bisa mendapatkan kembali benda milik kalian itu."
Dari gerombolan para jago segera terdengar seseorang berseru
keras sambil tertawa dingin :
"Hmmm! Jangan bermimpi di siang hari bolong, bila kalian
menginginkan kami berteman dengan pihak Ban seng kiong, kalian
tunggu saja bila matahari bisa terbit dari langit sebelah barat!"
Hian im li Cun Bwee tertawa.
"Kalau bukan teman berarti musuh, masih ada jalan bagi kalian,
yakni dibuktikan dengan kepandaian silat yang kalian miliki
sekarang... "
Dengan kening berkerut Cang ciong Sangkoan Yong maju ke
depan, serunya sambil tertawa nyaring :
"Apabila ingin bertarung silahkan saja datangkan para jago lihay
dari istana Ban seng kiong kalian!"
Dengan cepat Hian im li Cun Bwee menggelengkan kepalanya
berulang kali. "Hari ini, pihak kami tidak bermaksud untuk mengajak kalian
bertarung, semua barang telah digantungkan diatas tebing tersebut,
bila kalian berniat untuk mendapatkannya kembali, silahkan saja
1164 mencoba untuk mengambilnya sendiri, aku pasti tak akan berusaha


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk menghalanginya."
Semua orang mendongakkan kepalanya ke atas, tampak benda
benda itu berada dua tiga puluh tingginya dari bawah permukaan
tanah, sadarlah mereka bahwa tiada berkemampuan bagi mereka
untuk menaiki tebing mana dan mengambil sendiri benda benda itu,
untuk sesaat mereka jadi tersipu sipu dan tak mampu menjawab.
Hian im li Cun Bwee tertawa ringan, sambil menuding sebuah
pintu batu di belakangnya ia berkata :
"Di dalam pintu terdapat tiga macam alat untuk mencoba taraf
kepandaian silat kalian, apabila kalian dapat melewati ketiga alat
tersebut secara baik, kami akan mengembalikan benda mestika
tersebut kepada pemiliknya!"
"Lohu bersedia untuk mencoba lebih dulu!" kembali Cang ciong
sin kiam Sangkoan Yong berseru.
"Silahkan saja Sangkoan tayhiap!" kata Hian im li Cun Bwee
dengan cepat. Dia segera menyingkir ke samping sehingga muncullah sebuah
pintu batu dibelakangnya. Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong
sudah bersiap sedia untuk menerjang ke muka tapi Ciang hong
wancu Lu Cing lian segera mencegah kepergiannya:
"Sangkoan tayhiap, harap kau berpikir tiga kali sebelum
bertindak, tidak mungkin ada persoalan yang begitu gampang
seperti apa yang dia katakan, jangan sampai kita tertipu oleh lawan
sehingga terperangkap dalam jebakannya."
"Bila hendak kesana kita harus berangkat bersama sama, jangan
sekali kali kita pencarkan kekuatan yang ada."
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong agak tertegun, akhirnya dia
manggut manggut :
"Yaa, perkataan dari Wancu memang ada benarnya juga, untuk
sesaat lohu tidak berpikir ke sana .... "
1165 Hian im li Cun Bwee yang berada di atas bukit segera berseru lagi
: "Sekalipun pihak kami tak punya orang pintar, tak nanti akan
kami gunakan siasat membunuh ayam mengambil telur seperti itu,
apabila kalian tidak melihat keselamatan dari orang pertama yang
bisa keluar lagi dengan selamat, orang kedua toh bisa saja
mengurungkan niatnya!"
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong segera tertawa terbahak
bahak : "Haaahhh.... haaahhh.... haaahhhh.... lohu percaya dengan
perkataanmu itu!"
Tanpa membuang banyak waktu lagi, dia melompat naik ke atas
dinding bukit setinggi tujuh delapan kaki itu dan masuk ke dalam
pintu batu tersebut. Sementara para jago yang berada dibawah
lembah menanti dengan perasaan tegang, menunggu hasil
percobaan dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong.
Ketika tiba di depan pintu batu tersebut, Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong segera menghimpun tenaga dalamnya bersiap sedia,
dengan cepatnya dia melewati sebuah lorong panjang dan tiba di
dalam sebuah ruangan batu. Ditengah ruangan batu itu berdiri
sebuah patung ji lay yang berperut besar, di atas perut yang buncit
itu terteralah beberapa tulisan yang berbunyi begini :
"Dengan sebuah pukulan atau pukulan telapak, getarkan patung
Ji lay ini sehingga bergeser, bila berhasil maka berarti percobaan
pertama telah berhasil!"
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong terhitung juga seorang
enghiong yang berpengalaman luas, dia cukup mengetahui tentang
kemahiran dari Hian im Tee kun, tentu saja dia pun tak berani
memandang rendah patung ji lay yang ada. Hawa murninya segera
dihimpun ke dalam tangan kanannya kemudian sambil melepaskan
sebuah pukulan bentaknya :
"Kena!"
Dengan sekuat tenaga dia hantam perut buncit dari Ji lay
tersebut. Termakan oleh pukulan Cang ciong sin kiam yang maha
1166 dahsyat itu, patung Ji lay tersebut bergetar keras dan bergeser ke
arah kiri, dimana patung itu bersandar pada dinding batu dan tidak
bergerak lagi. Dengan berpindahnya patung Ji lay tersebut maka
tampaklah dibelakang patung tersebut muncul pula sebuah manusia
besi yang bertangan kosong, diatas pada patung besi itu tertempel
pula selembar kertas yang bertuliskan:
"Dalam tiga jurus menentukan menang kalah, pemenang boleh
melewati pos kedua ini."
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong cukup mengetahui akan
kelihayan dari manusia besi tersebut, bisa jadi kelihayannya tak jauh
berbeda dengan kehebatan cap pwee lo han dari ruang lo han tong
di kuil Siau lim si. Sebagai seorang yang berpengalaman luas
sebelum pertarungan dilakukan, terlebih dahulu ia teliti posisi patung
besi itu serta kemungkinan yang bakal digunakan tangan dan kaki
patung itu untuk melancarkan serangan.
Setelah melakukan penelitian yang seksama, dia menjadi
terperanjat sekali. Rupanya posisi kaki dari patung besi tersebut
mengandung langkah Tay khek yang sangat lihay, sehingga baik ke
arah empat arah maupun delapan penjuru, patung besi itu bisa
bergerak secara bebas dan leluasa .....
Ketika diteliti pula posisi tubuh dibagian atasnya, tangan kaki
berada di depan dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam,
posisi ini disebut Keng thian it cu (tonggak sakti penunjang langit)
sedangkan tangan kanannya diangkat sejajar alis dengan telapak
tangan menghadap keatas sikut agak ditekuk ke bawah.
Posisi ini aneh sekali dan luar biasa, demikian anehnya posisi
mana membuat manusia berpengalaman seperti Cang ciong sin kiam
pun tidak mengetahui nama posisi itu. Pokoknya ditinjau dari posisi
patung besi itu, baik atas bawah kiri kanan maupun empat arah
delapan penjuru dilindungi secara rapat sekali bahkan dapat pula
melancarkan serangan menuju ke berbagai arah secara leluasa.
Menyaksikan kesemuanya itu, paras muka Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong berubah hebat, jangankan bertarung, untuk turun
tangan saja tak mampu. Akhirnya setelah menghela napas panjang
1167 dia mengundurkan diri dari gua tersebut dan melompat turun ke
bawah. Ciang hong wancu Li Cing lian segera menyongsong
kedatangannya sambil menegur :
"Bagaimana Sangkoan tayhiap?"
Dengan wajah lesu dan murung, Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Malu bagi lohu untuk menjawab pertanyaan itu, lebih baik kalian
masuk ke dalam dan melihat sendiri."
Karena dia telah menjawab begitu, maka semua orang pun tidak
leluasa untuk mengajukan pertanyaan lebih jauh.
"Omitohud, kalau begitu biar lolap yang naik ke atas untuk
memeriksa keadaan yang sebenarnya," kata ketua Siau lim pay Ci
long siansu kemudian.
Dia segera melompat naik ke atas tebing dan masuk ke dalam
gua batu tersebut. Tapi tak selang berapa saat kemudian, ia telah
mengundurkan kembali kebawah. Sejak masuk ke dalam gua hingga
muncul kembali, pendeta itu hanya membuang waktu amat singkat,
hal ini membuat semua orang merasa keheranan dan tidak tahu apa
gerangan yang sebenarnya telah terjadi.
Rupanya Ci long siansu dari Siau lim pay ini memahami jalan
pikiran orang banyak maka sambil menghela napas panjang, katanya
: "Lolap sebagai murid Buddha tak berani turun tangan memukul
patung Jilay hud tersebut, oleh sebab itu untuk melewati pos yang
pertama saja tak mampu."
Sekalipun wajahnya diliputi perasaan menyesal namun tidak
ditemukan perasaan sedih. Pit tee jiu Wong Tin pak merupakan
oranh ke tiga yang tampilkan diri untuk mencoba. Wong Tin pak
bergelar Pit tee jiu (pukulan sakti pembelah bumi) dengan kekuatan
tenaga pukulannya yang dahsyat, tentu saja bukan masalah yang
pelik baginya untuk menembusi pos pertama.
1168 Ketika dia menyaksikan posisi yang diambil oleh patung besi pada
pos ke dua, dia pun tertawa penuh arti, segera pikirnya :
"Ooooh, rupanya gaya yang dipakai oleh patung besi ini adalah
jurus Jigi su siang, tak heran kalau Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong tak berani untuk mencoba."
Dengan menggunakan ilmu silat dari Thian liong pay, dia segera
bertarung sebanyak tiga jurus dengan patung besi itu. Oleh karena
jurus serangan yang digunakan patung besi itu juga jurus serangan
dari Thian liong pay, maka dengan mudah sekali dia berhasil
menembusi pos kedua.
Cuma dia tidak sempat untuk berpikir lebih jauh, apa sebabnya
pihak Ban seng kiong menggunakan jurus serangan dari Thian liong
pay untuk menyulitkan para jago lainnya. Pada pos ketiga
merupakan sebuah tempat duduk yang terbuat dari batu kemala asal
orang yang duduk diatas tempat duduk tersebut dapat menekan alas
duduknya sehingga rata dengan tanah, maka dia akan dianggap
sebagai pemenang.
Pit tee jiu Wong Tin pak segera naik keatas tempat duduk itu lalu
dengan menggunakan hawa murninya, dia gunakan ilmu bobot
seribu untuk menekan alas duduk tersebut. Nyatanya walaupun dia
telah mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki pun alas duduk
tersebut belum juga berhasil ditekan sehingga sejajar dengan tanah.
Sementara dia masih kebingungan dan tak tahu apa yang mesti
diperbuat, mendadak di sisi telinganya berkumandang suara bisikan
yang amat lirih sekali :
"Cepat kerahkan ilmu Sian thian bu khek ji gi sinkang dengan
menghimpun kekuatan ke bawah, dengan kekuatan Sian thian
sinkang, alas duduk itu pasti akan tertekan ke bawah."
Oleh karena suara bisikan tersebut terlampau lirih, sehingga sulit
sekali untuk mengetahui siapa gerangan yang telah membisikkan
ucapan mana. Tapi kalau didengar dari nada suaranya, besar
kemungkinan orang itu adalah anggota perguruannya.
Pit tee jiu Wong Tin pak mengira gurunya yang memberi
petunjuk secara diam diam maka tanpa berpikir panjang ia segera
1169 melaksanakan seperti apa yang diucapkan. Aneh sekali, kasur
tempat duduk batu kemala yang tak berhasil ditekan dengan ilmu
bobot seribu itu, dibawah tekanan Sian thian sinkangnya segera
tertekan ke bawah sehingga rata dengan permukaan tanah.
Baru saja dia menarik kembali hawa murninya sambil bangkit
berdiri, dari atas langit langit gua berkumandang suara gemuruh,
menyusul kemudian muncul sebuah gua kecil disana. Di balik gua
itulah tampak sebuah benda terjatuh ke bawah dan meluncur ke
tangannya. Begitu benda tersebut dia terima dan memeriksanya
dengan seksama, dengan penuh perasaan gembira ia berteriak :
"Hooree, aku berhasil mendapatkan kembali lukisan Kun eng
siang!" Dengan cepat dia lari keluar dari ruangan itu dan melompat turun
ke dasar lembah.
Ketika para jago dibawah lembah menyaksikan dinding batu
dibawah lukisan Kun eng siang tersebut tahu tahu turun ke bawah
dan muncul sebuah mulut gua, mereka semua sudah tahu kalau
besar kemungkinannya Pit tee jiu Wong Tin pak telah berhasil
melampaui ke tiga pos penjagaan tersebut.
Oleh sebab itu, disaat Pit tee jiu Wong Tin pak melompat turun
dengan wajah berseri semua orang segera maju ke depan dan
menyampaikan selamat kepadanya. Suara tertawa dingin segera
berkumandang ditengah ucapan selamat dari para jago, tampak
Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong melengos ke arah lain.
Waktu itu Pit tee jiu Wong Tin pak sedang bergembira, meski
diapun menyaksikan rasa iri dari Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong, namun berhubung ada banyak orang menanyakan keadaan
dalam gua kepadanya, maka dia pun tidak sempat menggubris
keadaan dari Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong lagi.
Dengan maksud agar para jago yang lain pun berhasil
mendapatkan kembali benda mestikanya, Pit tee jiu Wong Tin pak
segera membeberkan rahasia jurus silat yarg dipakainya untuk
mematahkan jurus serangan dari patung besi itu kepada para jago.
1170 Dalam gembiranya, Im tiong hok Teng siang segera melompat naik
ke atas tebing dan memasuki gua itu sebagai orang ke empat.
Siapa tahu tak selang beberapa saat kemudian dia sudah muncul
kembali dengan tangan kosong belaka sepatah katapun tidak
diucapkan, dengan wajah hijau membesi dia melihat sekejap ke arah
Pit tee jiu Wong Tin pak dengan penuh kebencian. Phu thian toa tiau
Rajawali raksasa penerjang langit Kay Poan thian dengan Im tiong
hok (bangau dibalik awan) Teng Siang termashur dalam dunia
persilatan sebagai Lak hok pak tiau (bangau selatan rajawali utara)
diwaktu biasa hubungan pribadi mereka sangat akrab.
Ketika menyaksikan si Bangau dibalik mega Teng Siang pulang
dengan tangan hampa dia segera bertanya dengan penuh perhatian
: "Saudara Teng, bagaimana keadaan di dalam gua?"
"Tiada suatu yang bisa dianggap luar biasa!" sahut si Bangau
dibalik awan Teng Siang dengan gusar, "hanya aku sudah terjebak
oleh tipuan sobat karib kita Wong tayhiap."
Begitu ucapan tersebut diutarakan, sorot mata semua jago
bersama sama dialihkan ke wajah Pit tee jiu Wong Tin pak.
Sesungguhnya Pit tee jiu Wong Tin pak bisa berhasil karena
memperoleh petunjuk orang secara diam diam, pada hakekatnya
dalam hati kecil orang ini memang ada penyakitnya maka tatkala
semua orang mengalihkan sorot matanya ke arahnya, kendatipun
dia sebagai seorang jago kawakan dalam dunia persilatan, toh
dibikin gelagapan juga.
Oleh sebab itu dengan suara rendah, dalam dan sama sekali tak
bertenaga ia berkata: "Saudara Teng, apabila terjadi suatu
kesalahan paham, harap diutarakan saja secara blak blakan, siaute
bersedia menerima kritik petunjuk."
Dengan berangnya si Bangau dibalik mega Teng Siang berseru :
"Menurut keteranganmu, jurus serangan yang dilakukan manusia
besi itu adalah jurus Ji gi su siang dari partai kalian, bukan begitu?"
"Benar!" sahut Pit tee jiu Wong Tin pak tanpa berpikir panjang.
1171 Sambil tertawa dingin si Bangau di balik awan Teng Siang
memasang kuda kuda dan melakukan gerak serangan Im seng yang
tong seperti apa yang diajarkan oleh Pit tee jiu Wong Tin pak tadi,
kemudian kembali dia berseru :
"Bagaimana dengan jurus lm seng yang tong yang kupergunakan
ini...?" Pit tee jiu Wong Tin pak manggut manggut.
"Baik soal tenaga maupun arah sasarannya tepat sekali, jauh
lebih unggul daripada siaute."
Im tiong hok Teng Siang mendengus dingin.
"Hmmmm, tapi jurus tersebut tidak berhasil mematahkan jurus Ji
gi su siang dari manusia besi itu, Wong tayhiap bagaimana
penjelasanmu tentang hal ini?"


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aaah, masa iya?" Pit tee jiu Wong Tin pak nampak tertegun.
Im tiong hok Teng Siang betul betul sangat mendongkol, tidak
ambil perduli apakah perbuatannya memalukan atau tidak, tak
sampai melepaskan kancing pakaiannya lagi dia segera menarik
bajunya hingga robek. Segera terlihatlah lengan kirinya merah
membengkak, sambil mengangkat lengannya yang terluka itu tinggi
tinggi, sehingga setiap orang dapat menyaksikan dengan jelas, dia
berseru lagi dengan suara keras :
"Dorongan telapak tangan dari manusia besi itu hampir saja
menghancur lumatkan tulang lenganku ini, masa aku
membohongimu?"
Pit tee jiu Wong Tin pak segera berkerut kening, lalu dengan
wajah memerah dan tersipu sipu serunya :
"Jangan jangan manusia besi itu sudah berganti posisi dan tidak
mempergunakan jurus Ji gi su siang lagi?"
Kemarahan Im tiong hok Teng siang semakin menjadi setelah
mendengar ucapan tersebut, teriaknya dengan keras :
1172 "Setan alas! Kau anggap sepasang mataku sudah buta dan tak
bisa melihat lagi" kenyataan tertera didepan mata, siapa pun bisa
membuktikan perkataanmu itu."
Pit tee jiu Wong Tin pak adalah seorang kakek yang jujur, sudah
barang tentu dia tak bisa menangkan perkataan Im tiong hok Teng
siang tersebut, ia menjadi gelagapan :
"Soal ini.... soal.. ini.. "
Sekian lamanya dia bergumam namun tak sepatah kata pun yang
sanggup dikeluarkan. Ketua Kay pang, pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po mempunyai hubungan yang cukup akrab
dengan Thi Eng khi, tentu saja ia tak bisa membiarkan tianglo dari
Thian liong pay dicemooh orang dengan begitu saja. Namun dia
sendiri belum pernah memasuki gua tersebut, sehingga mau
menengahi persoalan itupun tak dapat maka sambil tertawa
terbahak bahak dia menarik perhatian orang lebih dulu, kemudian
sambil melompat ke dalam gua serunya keras :
"Biar aku pengemis tua yang melakukan pemeriksaan untuk
tayhiap berdua!"
Seusai berkata, dia sudah menyelinap masuk ke dalam ruang
batu itu.... Kurang lebih seperminum teh kemudian toya mestika beruas
sembilan yang tergantung diatas dinding tebing itu meluncur ke arah
bawah, menyusul kemudian si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po melayang turun dari atas gua dengan wajah berseri.
"Aku si pengemis tua dengan mengikuti pentunjuk dari Wong
tayhiap telah berhasil mendapatkan tongkat mestika beruas sembilan
ini, kenyataan ini membuktikan kalau perkataan Wong tayhiap tidak
salah." Kemudian setelah berhenti sejenak dia menambahkan lebih jauh
: "Hanya untuk melewati persoalan yang ketiga, siaute telah
mempergunakan sim hoat tenaga dalam dari perguruanku sendiri."
1173 Ucapan tersebut kontan saja disambut para jago dengan suasana
yang amat gaduh. Im tiong hok Teng Siang hampir muntah darah
saking gusarnya, dengan cepat dia berteriak keras :
"Apakah kalian semua tidak percaya dengan perkataanku?"
Phu thian toa tiau Kay Poan thian juga berseru dengan suara
yang lantang : "Tak usah kuatir saudara Teng, Thian liong pay punya teman,
kau tak usah takut sendirian, siaute akan segera masuk ke gua
untuk membuktikan sendiri!"
Sebagaimana dengan julukannya, Kay Poan thian memiliki ilmu
meringankan tubuh yang sangat lihay, badannya yang melambung
ke udara persis seperti seekor rajawali raksasa yang mementang
sayapnya. Begitu badannya berputar keudara dengan suara gerakan
aneh, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah lenyap dari
pandangan mata...
Tak selang berapa saat kemudian, terdengar Phu thian toa tiau
Kay Poa thian meraung gusar dari dalam gua :
"Perkataan saudara Teng tepat sekali, Wong Tin pak tidak jujur,
si pengemis tua busuk pun berbohong!"
Belum habis perkataan tersebut diutarakan, tubuhnya sudah
melayang turun dihadapan para jago dengan kecepatan luar biasa
bahkan perkataannya yang terakhir ditujukan langsung ke arah
pengemis tua tersebut...
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po adalah seorang
ketua Kay pang, soal kedudukannya dalam dunia persilatan, ia lebih
tinggi berapa tingkat dibandingkan dengan Phu thian toa tiau, sikap
keras dan kurang ajar yang diperlihatkan oleh Phu thian toa tiau Kay
Poan thian sekarang sudah jelas sangat merugikan pamornya
didalam dunia persilatan. Sebagai seorang pemimpin yang
berkedudukan tinggi didalam dunia persilatan, tentu saja pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po merasa tidak terima kalau dirinya
dituding hidungnya sambii dicaci maki oleh Phu thian toa tiau Kay
Poan thian. 1174 Dengan penuh amarah dia segera membentak :
"Phu thian toa tiau, kalau berbicara harus ada bukti yang jelas,
aku si pengemis tua tak rela kalau diriku dicaci maki orang dengan
semaunya sendiri!"
"Breeeet!" Phu thian toa tiau Kay Poan thian merobek ujung baju
tangan kirinya dan memperlihatkan bekas luka yang sama dengan
apa yang diderita Im tiong hok, kemudian serunya keras keras :
"Lengan kiriku yang terluka ini apakah belum cukup untuk
membuktikan bahwa ucapan kalian semuanya bohong!"
Kembali si pengemis sakti bermata harimau Co Goan po
mendengus dingin.
"Hmmm, perkataan dari Wong tayhiap diucapkan kepada
khalayak umum, sementara apa yang aku si pengemis tua dengar
juga persis seperti apa yang kau dengar, kalau kau sampai terluka
pada percobaan yang ke dua, hal ini menandakan kalau tenaga
dalammu yang tak becus, kau hendak menyalahkan siapa
sekarang?"
"Hmmm! Hmmm! Siapa yang tidak tahu kalau kau Cu tayhiap
adalah kawan Persekongkolan dari Thian liong pay." Pau thian toa
tiau Kay Poan thian balas mengumpat, "Wong tayhiap tentu saja
harus melindungi dirimu dari serangan, siapa tahu kalau secara diam
diam dia telah pergunakan ilmu menyampaikan suara untuk
memberitahukan rahasianya kepadamu?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po benar benar gusar
sekali sambil mendepak depakkan kakinya ke atas tanah, serunya
dengan penuh kemarahan :
"Kurang ajar. Benar benar kurang ajar. Bila kau masih saja
ngebacot terus tak karuan, aku si pengemis tua akan bersumpah tak
ada habisnya denganmu."
"Daripada tunggu tunggu sampai lain hari, sekarang juga aku
siap menantikan petunjukmu!" seru Phu thian toa tiau Kay Poan
thian lagi sambil tertawa dingin.
1175 Perselisihan antara ke dua orang ini benar benar sudah mencapai
pada puncaknya, suatu pertarungan sengit nampaknya segera akan
berlangsung disitu. Mendadak dari atas tebing sana berkumandang
suara tertawa ringan dari Hian im li Cun Bwee, suara tertawa yang
penuh dengan ejekan itu kontan saja membuat para jago merasa
amat bersedih hati.
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang segera menyelinap ke
depan dan berdiri di antara pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po dengan Phu thian toa tiau Kay Poan thian, setelah itu
bujuknya ke sana ke mari :
"Harap kalian berdua suka menenangkan pikiran dan dinginkan
perasaan, kita harus bersatu padu dalam keadaan seperti ini, jangan
sampai musuh yang menunggangi kita dalam suasana begini, bila
ada persoalan kita bisa rundingkan persoalan ini secara baik baik."
"Benar," kata ketua Siau lim pay Ci long siansu pula, "lolap ingin
mengingatkan kepada saudara sekalian, pihak Ban seng kiong
mempunyai banyak akal busuk dan tipu muslihat, kita jangan sampai
termakan oleh siasat adu dombanya sehingga menyesal kemudian
tak ada gunanya."
Begitulah, setelah kata nasebat berhamburan dari sana sini,
akhirnya percekcokan tersebut dapat diredakan untuk sesaat.
Kendatipun suasana menjadi tenang kembali, namun secara lamat
lamat terasa munculnya suatu pertentangan pendapat yang makin
lama terjalin semakin meluas.
Setiap kali ada seseorang telah memasuki ruangan batu itu,
perpecahan di antara para jago pun bertambah jelas. Karena
kejadian yang dialami masing masing orang berbeda satu sama
lainnya, hal ini membuat mereka yang mengalami kegagalan segera
berprasangka yang bukan bukan. Diantara sekian jago yang hadir,
mereka yang berhasil memperoleh kembali barangnya antara lain
adalah : Ketua Bu tong pay Keng hian totiang, Pit tee jiu Wong Tin pak
dari Thian liong pay, Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
ketua Kay pang, Hui hong li Lu Cing lian ketua Ciang hong wan, si
1176 unta sakti Lok It hong serta Hui cun siucay Seng Tiok sian sekalian
berenam. Sedangkan sisanya mengalami kekalahan total, cuma diantara
mereka yang gagal terdapat juga kawanan jago yang berpikiran
lebib luas dan berhasil mengatasi rasa irinya, sikap dan tindak
tanduk mereka masih tetap jujur dan terbuka.
Diantaranya adalah ketua Siau lim si Ci long siansu, ketua Hoa
san pay Pek ih siusu Cu Wan ho, Hud sim giam lo Bu kay siansu,
Beng siy suthay dari Ci tiok an, ketua Cing shia pay Ting Kong ci, It
khi siu bok Ku Kiam ciau dari Thay pek san dan Tiang cun siusu Li
Goan sekalian beberapa orang.
Sisanya dengan pimpinan oleh Cang ciong sin kiam Sangkoan
Yong secara terang terangan menuduh orang orang yang berhasil
mendapatkan kembali barang mestikanya itu sebagai komplotan
Thian liong pay sedangkan Thian liong pay bersekongkol secara
diam diam dengan pihak Ban seng kiong sehingga karena hal inilah
barang barang mestika mereka berhasil diperoleh kembali.
Oleh karena pandangan tersebut maka dari ke dua puluh
sembilan orang yang hadir segera terbagi menjadi dua kelompok
manusia yang saling bertentangan. Suatu persekutuan yang semula
kokoh seperti baja, sekarang telah dibuyarkan seperti segenggam
pasir. Apa yang sebenarnya telah terjadi" Tentu saja tak lain tak bukan
orang orang Ban seng kiong lah yang telah melakukan permainan
busuknya di dalam ruangan batu. Dengan lihay, mereka justru
menggunakan titik kelemahan para jago yang banyak menaruh
curiga itu untuk mempermainkan mereka, kemudian mengendalikan
secara diam diam.
Apa yang selanjutnya berkembang, hampir semuanya
berlangsung seperti apa yang direncanakan pihak Ban seng kiong.
Dan kini, saat yang mereka nantikan sudah hampir mencapai
pada puncaknya. Hian im li Cun Bwee yang berdiri di atas tebing
sambil rnenahan rasa gelinya itu akhimya toh tertawa sesaat
1177 kemudian dia baru menghimpun tenaga dalamnya dan
mendongakkan kepalanya sambil berpekik nyaring.
Begitu pekikan panjang berkumandang, hawa sakti yang
terpancar keluar ibaratnya beribu ribu batang jarum yang menusuk
nusuk telinga semua orang, kontan saja membuat para jago
merasakan telinganya amat sakit. Dari sini dapat diketahui kalau
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki perempuan ini masih jauh
diatas kepandaian yang dimiliki setiap jago di arena.
Dari sekian jago yang hadir, ada berapa diantara mereka yang
hadir dalam pertarungan antara Thi Eng khi melawan Hian im Tee
kun tempo hari, oleh karena itu mereka juga mengetahui akan
kemampuan dari Hian im ji li, itulah sebabnya mereka tidak
memperlihatkan rasa kaget maupun tercengang.
Tapi mereka yang belum pernah menyaksikan kepandaian dari
Hian im ji li, rasa kagetnya benar benar tak terlukiskan dengan kata
kata. Selesai berpekik nyaring, dengan senyum dikulum, kembali
Hian im li berkata dengan suara yang merdu dan lembut :
"Setiap perkataan dari Ban seng kiong dapat dipercaya, bagi para
tayhiap yang telah berhasil mendapatkan kembali benda mestikanya,
sekarang dipersilahkan meninggalkan lembah ini, bila undangan
kami kali ini kurang memadai, harap kalian sudi memaafkan!"
Lagi lagi perempuan iblis itu menyulut sumbu bom waktu yang
setiap saat bisa meledak.
Betul juga, begitu perkataan dari Hian im li Cun Bwee selesai
berkata, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong telah membentak
dengan penuh kegusaran :
"Ada rejeki dinikmati bersama, ada bencana ditanggulangi
bareng, siapa pun dilarang meninggalkan tempat ini walau hanya
selangkah pun ...."
Begitu selesai berkata, dia segera menyelinap ke depan dan
menghalangi jalan pergi para jago lebih dulu. Menyusul kemudian
bayangan manusia berkelebat lewat, mereka yang merasa iri hati
segera bergerombol menutup jalan lewat menuju ke arah mulut
1178 lembah, bahkan semuanya telah meloloskan senjata sambil bersedia
menghadapi terjangan orang.Padahal beberapa orang jago lihay
yang berhasil mendapatkan kembali benda mestika miliknya itu
sama sekali tidak berhasrat untuk pergi lebih dulu, namun setelah
nenyaksikan sikap Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sekalian yang
begitu menghina orang dan bertindak semena mena, timbul juga
perasaan gusar didalam hati orang orang itu....
Si Unta sakti Lok It hong paling berangasan, dia tak kuasa
menahan perlakuan semacam itu, saking habis kesabarannya dia
segera meloloskan sepasang senjata kapak kecil berwarna hitam
yang jarang dipakainya itu kemudian sambil berjalan menuju ke
mulut lembah, bentaknya keras keras :
"Lohu ingin tahu siapa yang mampu untuk menghalangiku keluar
dari lembah ini!"
Giok koay popo Li ko ci segera merentangkan tongkat kemalanya
di depan dada, kemudian sambil menghalangi jalan pergi si Unta
sakti Lok It hong, serunya :
"Hei, setan unta, aku si nenek tua paling jemu melihat sikap
seperti ini, rasain pukulan toyaku!"
Dengan jurus Thay san ya teng (bukit Thay san menindih
kepala), dia hantam batok kepala si Unta sakti Lok It hong sekeras
kerasnya .... Kapak kecil ditangan kiri si Unta sakti Lok It hong segera
menyapu ke arah pinggang lewat dengan jurus Go kong hu kwei (Go
Kong menyerang kui). Sementara tangan kanannya dengan jurus Ki
hwee sau thian (mengangkat obor membakar langit) menyambut
datangnya serangan toya dari si nenek. Tapi disaat ke dua macam
senjata itu hampir membentur satu sama lainnya itulah tubuhnya
merendah secara tiba tiba dan kapaknya ganti membacok ke atas


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah Giok koay popo dengan jurus Ing hong long gwat
(menyambut angin mengusir rembulan).
Sambil tertawa dingin Giok koay popo berseru :
"Heeehhh.... heeeehhh... heeeehh.... kalau cuma Sam pan hu
dari Thia Kau cim mah belum bisa mengapa apakan aku si nenek... "
1179 Toyanya membentuk satu lingkaran cahaya putih dengan jurus
Pat hong hong hi (angin hujan di delapan penjuru), lalu secara
beruntun menghantam ke atas sepasang kapak dari si Unta sakti Lok
It hong. "Traang....!" benturan nyaring yang memekikkan telinga segera
berkumandang memecahkan keheningan, akibatnya ke dua orang itu
sama sama terdesak mundur sejauh lima langkah ke belakang.
Begitu tubuh mereka berdua saling berpisah mendadak bergema
suara pujian kepada Buddha yang amat nyaring : "Omitohud!"
Ci long siansu, ketua Siau lim pay yang berperawakan tinggi
besar itu sudah melayang turun diantara ke dua orang itu sambil
merangkap tangannya di depan dada.
"Lolap berharap sicu berdua segera mengakhiri pertarungan ini,
jangan disebabkan suatu kesalahan paham kecil saja hingga
berakibat kerugian di semua pihak."
"Tapi sikap maupun tindak tanduk mereka amat menjemukan,
lohu benar benar merasa tak tahan!" kata si Unta sakti Lok It hong
cepat. Giok koay popo tak mau kalah, sambil tertawa dingin ia berkata :
"Heeehhh.... heeehhh..... heeehhhh..... menjual teman mencari
pahala, aku si nenek paling benci dengan manusia semacam ini...!"
"Siapa yang menjual teman mencari pahala?" teriak Si Unta sakti
Lok It hong dengan gusar, "Hei, kalau berbicara harap yang lebih
jelas lagi."
"Kalau yang kumaksudkan kau, mau apa kau?" tantang Giok koay
popo sambil mengejek.
Kembali si Unta sakti Lok It hong siap menerjang ke muka, tapi Ci
long siansu dari Siau lim pay segera mencegahnya. Dalam pada itu,
Keng hian totiang dari Bu tong pay telah melompat ke depan dan
menarik pula si Unta sakti Lok It hong agar mundur dari arena.
1180 Ci long siansu, ketua Siau lim pay segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya sambil menghela napas :
"Aaaai.... bila kita tak dapat bersatu padu pada hari ini, mungkin
lembah Ou liong kok ini merupakan tempat untuk mengubur jenasah
kita semua!"
"Yang dipentingkan bagi orang persilatan adalah solidaritas dan
persatuan, buat apa kita mesti berkompromi dengan sampah
masyarakat tersebut?" tukas Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong
cepat. Ci long siansu, ketua Siau lim pay segera berseru pula :
"Bila kalian cekcok sendiri, mka si nelayanlah yang meraih
keuntungannya, dalam situasi seperti ini apakah kalian tak bisa
berpandangan lebih terbuka?"
Tampaknya Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong dibikin terharu
oleh ketua Siau lim pay tersebut, dia berkata kemudian sambil
menghela napas panjang :
"Aaaai, kalau mereka dapat melepaskan ingatan yang serakah
dan kelewat mementingkan diri sendiri, dengan begitu lohu baru
dapat menasehati para jago agar menahan diri."
Diam diam Ci long siansu berkerut kening, segera pikirnya :
"Ucapan tersebut sudah jelas amat mengejek, orang yang tak
marah pun akan menjadi marah juga dibuatnya, aaai..... lolap
sampai dibikin berabe ...."
Untuk beberapa saat dia menjadi gelagapan dan bingung sendiri,
ia tak tahu bagaimana harus berkata kepada Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong. Walaupun Ci long siansu dibikin serba salah, toh
langkahnya bergeser juga untuk berdiri dekat dengan si Unta sakti
Lok It hong sekalian....
Ketua Bu tong pay, Keng hian totiang dapat menyaksikan
kesulitan yang sedang dihadapi Ci long siansu, dengan suara nyaring
dia lantas berseru :
1181 "Yang penting adalah menoong keadaan, soal dicemooh orang
mah boleh dipikirkan nanti saja."
"Kebesaran jiwa kalian benar benar suatu keberuntungan bagi
umat persilatan, lolap mewakili segenap umat persilatan
mengucapkan banyak terima kasih kepadamu," kata Ci long siansu
kemudian dengan wajah lebih cerah.
Jilid 37 Sikap mengalah seperti ini, seharusnya dapat merubah suasana
tegang menjadi suasana yang lebih santai dan damai, tapi entah
maksud tujuan apa yang sedang direncanakan Cang ciong sin kiam
Sangkoan Yong, ternyata dia mulai mengutak atik kembali perkataan
yang baru saja diutarakan ketua Bu tong pay Keng hian totiang
tersebut. Akhirnya setelah diadakan pembicaraan yang ramai diantara
komplotan mereka, orang orang itu berkesimpulan kalau ucapan
yang diutarakan Keng hian totiang barusan jelas berarti sebaliknya
yakni secara diam mengumpat mereka, sebagai pengacau yang
sengaja mencari gara gara dan tidak tahu pentingnya kerja sama.
Anggapan semacam itu segera ditanggapi sebagai suatu
penghinaan yang mencoreng moreng wajah mereka, oleh sebab itu
mereka bersikeras menuntut kepada Keng hian totiang untuk
mencabut kembali perkataan yang telah diutarakan. Ci long siansu,
ketua dari Siau lim pay ini menjadi repot untuk mendamaikan
kembali ke dua belah pihak, namun sekarang diapun dapat merasa
bahwa Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong sekalian sesungguhnya
lagi mencari gara gara.
Akhirnya dia berkata sesudah termenung sejenak :
"Harap saudara sekalian sudi memberi muka kepadaku, setelah
persoalan ini beres kita semua harus membicarakan kembali pangkal
persoalan yang sesungguhnya!"
Sambil tertawa dingin, Giok koay popo segera menegur :
1182 "Toa ciangbunjin, apa kau sudah tak sabar lagi?"
Nada suaranya amat tidak bersahabat. Begitu mendengar
perkataan dari Giok koay popo tersebut, bergidik hati Ci long siansu,
ketua dari Siau lim pay ini, segera pikirnya dengan cepat :
"Aduuuh celaka, rupanya mereka pun sudah menaruh..."
Belum selesai dia berkata, Phu thian toa tiau Kay Poan thian telah
maju selangkah ke muka sambil berkata :
"Kembali ke pangkal persoalan bukan masalah sepihak saja,
entah apa maksud dari perkataan ciangbujin ini" Tampaknya kau
hendak melimpahkan semua tanggung jawabnya dipihak kami"
Hmmmm, bila siansu memang berpendapat demikian maka
perkataan selanjutnya lebih baik tak usah dilanjutkan!"
Terbukti sekarang kalau mereka pun mempunyai pandangan
negatif terhadap ketua dari Siau lim pay ini.
"Eeeehhh... eeehh.... harap kalian jangan salah paham!" buru
buru Ci long siansu menggelengkan kepalanya berulang kali, "aku
minta kalian jangan salah menanggapi perkataanku, lolap sama
sekali tidak mempunyai maksud lain!"
Soh sim tocu dewi penyebar bunga Leng Cay soat segera tertawa
melengking : "Hwesio tua, aku percaya kalau kau tidak berpikiran untuk lebih
condong ke satu pihak!"
Berhubung dia sudah cukup lama menjadi pendeta, lagi pula
termasuk salah seorang yang tercantum gambarnya dalam lukisan
Kun eng siang, maka caranya berbicara pun berlagak sok tua.
Walaupun Ci long siansu merasa lagak berbicaranya kelewat besar,
toh ia sempat menghembuskan napas lega juga setelah mendengar
perkataan itu, katanya kemudian :
"Siancu mau tahu tentang keadaan lolap hal ini sungguh
membuat lolap merasa lega hati!"
"Tapi" kembali si Dewi penyebar bunga Leng Cay soat berseru
keras, "percaya tak dapat menggantikan kenyataan, semua orang
1183 telah menitipkan semua pengharapannya atas dirimu, semoga kau
dapat memikirkan kepentingan diri segenap umat pesilatan dan
melenyapkan pertikaian hari ini."
Untuk sementara waktu, Ci long siansu tidak dapat menduga apa
maksud dan tujuan dari perempuan tersebut berkata demikian, ia
menjadi tertegun kemudian baru ujarnya:
"Lolap hanya berharap kalian semua jangan bentrok sendiri
hanya dikarenakan urusan sepele, tentang soal ini siancu tak usah
kuatir....."
"Kalaucmemang begitu, aku hendak mengajukan sebuah usul
untuk menyelesaikan pertikaian hari ini, asalkan kau dapat
menundukkan perasaan mereka, aku tanggung kami semua tak akan
menaruh curiga lagi terhadap pihak mereka."
"Lolap akan berusaha dengan segala kemampuan" kata Ci long
siansu serius. "bila ada persoalan harap siancu utarakan secara
terang terangan saja, daripada waktu yang larut akan menimbulkan
ingatan jahat dari pihak Ban seng Kiong."
Tiba tiba Hian im li Cun Bwee yang berada diatas tebing ikut
menimbrung sambil tertawa:
"Siansu tak usah kuatir, kalau aku mah tak akan seperti kalian,
apa maksud tujuan kedatangan kalian kemari pun sama sekali tidak
diketahui."
Ucapannya sangat menyakitkan hati, membuat siapa pun yang
mendengar segera merasakan rendah diri. Soh sim tocu, si Dewi
penyebar bunga Leng Cay soat sama sekali tidak menggubris
terhadap ejekan dari Hian im li Cun Bwee, sambil menebalkan muka
dia berkata : "Aku rasa untuk menyelesaikan pertikaian ini, satu satunya jalan
adalah serahkan semua benda mustika yang berhasil mereka peroleh
kembali itu agar kusimpankan untuk sementara waktu, dengan
begini bukan saja dapat membuktikan kebersihan dan kejujuran
mereka, lagipula dapat pula melenyapkan kecurigaan kami, Hwesio
tua, bagaimana menurut pendapatmu?"
1184 Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay itu harus berkerut kening
setelah mendengar perkataan tadi, mau tertawa ia tak bisa, mau
menangis pun sungkan, dia sama sekali tak menyangka kalau tokoh
persilatan perempuan tersebut bisa bisanya punya muka untuk
berkata demikian, pada hakekatnya hal ini benar benar melupakan
suatu tindakan yang kelewat memojokkan posisi orang dan sama
sekali tak tahu adat. Namun, usul perempuan tersebut dengan cepat
mendapatkan dukungan sepenuhnya dari segenap anggota
komplotan. Padahal, sebelum perkataan tersebut disampaikan oleh Ci long
kepada rekan rekan lainnya, Keng hian totiang sekalian sudah dapat
mendengar sendiri perkataan tersebut dengan amat jelasnya, tentu
saja mereka menjadi naik darah.
Pit tee jiu Wong Tin pak menggelengkan kepalanya berulang kali
sambil menghela napas, tiba tiba dia menarik Ngo Liu sianseng Lim
Biau lim ke samping, kemudian diajaknya berunding :
"Lim sute, menurut pendapatmu bagaimana kalau kita serahkan
saja lukisan Kun eng siang tersebut?"
Penyerahan ini jelas merupakan suatu tindakan pengorbanan diri,
dia berharap dengan diserahkannya lukisan Kun eng siang tersebut,
maka pertikaian ditubuh mereka sendiri dapat segera teratasi.
Akan tetapi, berhubung tindakannya ini menyangkut pamor serta
nama baik Thian liong pay di masa mendatang, maka dia tak berani
mengambil keputusan sendiri. Ngo liu sianseng Lim Biau lim segera
tersenyum, katanya dengan cepat :
"Suheng, silahkan saja kau yang mengambil keputusan, siaute
akan mendukung setiap keputusanmu."
Airmata segera jatuh berlinang membasahi wajah Pit tee jiu
Wong Tin pak saking terharunya, dia segera mengenggam sepasang
tangan Ngo liu siauseng Lim Biau lim setelah itu serunya dengan
suara gemetar :
"Terima kasih banyak atas dukungan dari sute, semoga saja
tindakan yang ih heng lakukan sekarang sama sekali tidak keliru!"
1185 "Apa yang pernah dilakukan ciangbunjin dulu, demi keselamatan
umat persilatan pada umumnya kita boleh melakukan sekali lagi, toh
tindakan seperti ini bukan suatu aib bagi perguruan," hibur Ngo liu
sianseng Lim Biau lim sambil membakar semangat rekannya, "jikalau
pertikaian pada hari ini benar benar bisa dipunahkan dengan
tindakan kita ini siapa bilang kalau kita telah melakukan perbuatan
yang salah...?"
Pit tee jiu Wong Tin pak segera merasakan semangatnya
berkobar kembali, sambil tertawa nyaring dia berjalan menuju
kedepan Ci long siansu yang sedang mengalami kesulitan tersebut,
dengan langkah lebar kemudian sambil menyerahkan lukisan Kun
eng siang tersebut kepada sang pendeta, katanya :
"Aku bersedia menyerahkan lukisan Kun eng siang ini untuk
menunjukkan kebersihan hati kami, harap siansu menerimanya dan
diserahkan kepada tayhiap tersebut untuk menyimpannya sementara
waktu." Tindakan tersebut bukan saja sama sekali di luar duga Soh sim
tocu Dewi penyebar bunga Leng Cay soat, seluruh jago yang hadir di
situ pun turut berubah wajahnya, semacam perasaan yang tak
terlukiskan dengan kata kata segera muncul didalam hati kecil
mereka. Tindakan yang sama sekali tidak memperdulikan nama dan
kedudukan, bersedia mengorbankan diri demi kepentingan orang
lain ini ternyata telah dilakukan oleh Pit tee Jiu Wong Tin pak,
seorang murid Thian liong pay, hal mana segera menimbulkan reaksi
yang luar biasa bagi kawanan jago lainnya.
Seketika itu juga banyak yang dibikin terharu oleh peristiwa
tersebut, mereka mulai memeriksa diri sendiri apakah tindakan yang
telah dilakukannya barusan betul atau salah. Sementara itu, Ci long
siansu dari Siau lim pay telah menggoyangkan tangannya berulang
kali seraya serunya :
"Wong tayhiap, lebih baik kita rundingkan kembali persoalan ini
secara baik baik lolap...lolap"."
Berbicara sesungguhnya sudah sejak lama Soh sim tocu si Dewi
penyebar bunga Leng Cay soat menaruh minat untuk mengangkangi
lukisan Kun eng siang tersebut, sudah barang tentu dia tak akan
1186 melepaskan kesempatan tersebut dengan begitu saja. Sambil
mengulumkan senyuman palsunya dia segera berkata :
"Siapa yang bias menyesuaikan diri dengan keadaan dialah
seorang pendekar sejati, kita tak boleh menyia nyiakan pengorbanan
dari Wong tayhiap ini, baiklah, untuk sementara waktu biar aku saja
yang menyimpan lukisan ini untukmu!"
Seraya berkata dia lantas mengulurkan tangannya siap menerima
lukisan Kun eng siang tersebut dari tangan Pit tee jiu Wong Tin pak.
Mendadak..., pada saat itulah terdengar seseorang membentak
keras : "Tunggu sebentar!"
Dari kumpulan para jago muncul Hong ceng gi siu (kakek aneh


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penggetar angin) Siang Thong dari bukit Mong san, kemudian sambil
tertawa terbahak bahak katanya :
"Haaahhh". haaahhhhh". haaahhhh". Wong tayhiap,
berdasarkan kesetiaan kawanmu ini, memangnya kau anggap kami
benar benar menghendaki lukisan Kun eng siang milikmu ini" Aaaah,
jangan suruh orang persilatan menertawakan kami saja! Harap kau
simpan kembali lukisan Kun eng siang tersebut!"
Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius dia
berkata lebih jauh :
"Mari kita bersama sama menghilangkan prasangka yang bukan
bukan terhadap mereka, entah bagaimanakah menurut pendapat
kalian semua...?"
Sebenarnya lukisan Kun eng siang tersebut sudah hampir
berpindah ke tangan si Dewi penyebar bunga Leng Cay soat, tapi
setelah diganggu oleh Si Kakek aneh penggetar angin Siang Thong
dari bukit Mong San ini, usahanya kontan saja mengalami kegagalan
total, serunya kemudian dengan mendongkol :
"Siang tayhiap, kau... "
Belum habis dia berkata, sudah kedengaran banyak jago yang
menyetujui serta mendukung usul dari kakek aneh penggetar angin
Siang Thong tersebut, suasana menjadi hiruk pikuk sekali :
1187 "Pendapat Siang tayhiap tepat sekali, bila keributan ini harus
dibiarkan berlangsung terus, pastilah kita akan kehilangan sifat
persatuan diantara kita semua."
"Yaa, betul! kita harus bersatu padu kembali, dengan demikian
kita semua masih bisa mempertahankan diri!"
"Asal kita bisa bersatu padu kembali musibah hari ini baru dapat
kita tanggulangi bersama."
"Yaa, pihak Ban seng kiong sudah jelas mempunyai maksud jelek,
kita semua harus menyadari akan kebusukan serta kelicikan
mereka." Begitulah, ucapan demi ucapan segera bermunculan kembali,
liang sim dan kebenaran seolah olah bangkit kembali dalam hati kecil
mereka. Dewi penyebar bunga Leng Cay soat tahu kalau pendapat
umum tak boleh dilawan maka ucapannya yang baru sampai
setengah jalan itu buru buru dirubah :
"Siang tayhiap, kau".. kau memang pandai menebak suara
hatiku, aku pun hanya bermaksud untuk mencoba ketulusan hati
Wong tayhiap saja!"
Menyusul kemudian ia perdengarkan suara tertawa terbahak
bahak yang terlampau dipaksakan. Kelompok manusia yang semula
terpecah belah, kini pun telah bersatu kembali. Namun secara diam
diam terdapat tiga orang yang kabur keluar lembah tanpa
mengeluarkan sedikit suara pun jua. Ci long siansu yang
menyaksikan kejadian mana segera menghela napas panjang,
gumamnya : "Aaaaai, Sangkoan tayhiap benar benar berpikiran picik!"
Belum habis dia berkata, mendadak dari arah mulut lembah situ
berkumandang suara ledakan yang amat memekikkan telinga"..
"Blammmmmm!" asap hitam yang amat tebal membubung
tingggi ke angkasa, menyusul kemudian tampak tiga sosok
bayangan manusia melompat mundur kembali dari balik asap tebal
dalam keadaan yang amat mengenaskan. Tampak pakaian mereka
1188 compang camping, wajahnya penuh debu sudah jelas baru saja
menderita kerugian besar.
Dibelakang Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong mengikuti Phu
thian toa tiau Kay Poan thian serta Im tiong hok Teng siang. Dari
kejauhan sana, Cang ciong sin kiam Sangkoan Yong telah meraung
dengan penuh kegusaran :
"Ban seng kiong, kalian benar benar berhati keji dan licik,
mengapa kalian menyumbat mati mulut lembah tersebut?"
Hian im li Cun Bwee yang berada diatas tebing segera tertawa
cekikikan berulang kali, jengeknya kemudian :
"Aku lihat kalian sudah cukup lelah bercecok, sekarang silahkan
untuk beristirahat dulu."
Kemudian sambil menuding ke arah berbagai macam benda
mestika diatas dinding bukit itu, kembali dia berkata :
"Perkataan dari orang orang Ban seng kiong bisa dipercaya,
syaratnya juga tidak berubah, silahkan kalian mencoba kemampuan
sendiri! Cuma sayangnya siau moay sudah tidak punya waktu untuk
menemani kalian lagi."
Perempuan itu sama sekali tidak bergeser dari posisinya semula,
tampak tebing yang menonjol keluar tersebut pelan pelan bergerak
meluncur masuk kebalik dinding bukit. Sambil tertawa nyaring, Giok
koay popo Li Ko ci segera membentak keras :
"Budak setan, setelah mengadu domba kami, apakah kau hendak
kabur dengan begitu saja?"
Toya kemalanya membentuk gerakan lingkaran besar diatas
kepalanya, lalu dengan menggunakan kekuatan dari perputaran
tersebut tubuhnya langsung menerjang naik ke atas dinding tebing
tersebut. Sambil tertawa dingin, Hian im li Cun Bwee tersebut :
"Walaupun kalian terhitung jago jago yang memimpin suatu
perguruan atau daerah tertentu, namun berbicara soal tenaga
dalam, belum tentu kalian sanggup untuk mengungguli nonamu."
Telapak tangannya segera diayunkan ke depan dan melepaskan
sebuah pukulan dahsyat ke arah si nenek. Dengan cepat Giok koay
1189 popo menghentikan gerakan tubuhnya sambil berjumpalitan
meluncur ke bawah katanya kemudian sambil menghela napas
panjang : "Aaaaaaai, tenaga dalam yang dimiliki budak setan itu benar
benar amat sempurna, aku tak mampu untuk menembusinya."
Orang lain bertenaga dalam sempurna, mendapat keuntungan
lagi dari keadaan medan, sekalipun yang hadir disana rata rata
berilmu tinggi, namun siapa saja jangan harap bisa menerjang ke
atas. Di dalam waktu singkat inilah, tampak Hian im li Cun Bwee
sudah menyelinap masuk ke dalam gua tersebut, sementara tonjolan
batu karang tadi persis menutupi mulut gua tersebut.
Dari jauh memandang, diatas dinding bukit tinggal tergantung
berbagai macam benda mestika dari pelbagai perguruan yang belum
mampu diperoleh kembali, karena tiada tempat untuk berpijak, maka
orang harus mampu mendaki setinggi tiga puluhan kaki bila ingin
mendapatkan kembali semua benda mestika tersebut. Dinding
tebing setinggi tiga puluhan kaki boleh dibilang merupakan suatu
ketinggian yang tak mungkin bisa dicapai oleh jago silat dari mana
pun meski memiliki kepandaian yang melebihi batas batas
kemampuan, sebab siapa pun jangan harap bisa mencapai
ketinggian seperti ini dengan kekuatannya.
Soal mendapatkan kembali mestika tersebut bisa diselesaikan
belakangan, tapi kalau dilihat dari keadaan situasi yang terbentang
didepan mata sekarang, untuk keluar dari lembah ini pun sudah
bukan merupakan masalah yang gampang. Mendekati tengah hari,
cahaya matahari telah mencorong ditengah angkasa dan
memancarkan sinarnya yang amat terik, rasa haus mulai menghantui
semua jago, menyusul kemudian perut terasa lapar sekali......
Di dalam keadaan begini, semua orang hanya bisa saling
berpandangan satu sama lainnya. Kau memandang ke arahku, dan
aku pun memandang ke arahmu, mereka semua mulai nampak
gelisah, murung dan sedih. Bila keadaan begini harus dialami sampai
berapa hari, apa pula yang akan terjadi"
1190 Waktu itu jangankan tenaga untuk melakukan perlawanan, untuk
bangkit berdiri saja mungkin akan sulit. Bila hal ini sampai terjadi
bukankah pihak Ban seng kiong akan membekuk mereka semua
dengan mudah"
Hasil terbesar yang diperoleh Thi Eng khi dari dalam gua Yang
sim tong milik Thio Biau liong dibawah puncak Sam yang hong
bukanlah segenap kepandaian silat dari Thio Biau liong melainkan
keteguhan imam serta batinnya. Sehingga hal ini membuat
penampilannya nampak lebih halus, lebih saleh dan sederhana.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin pun tak akan memperoleh
kemajuan lagi dalam waktu singkat, kemampuan yang berhasil
dicapainya sekarang, bagi pandangan jago silat pada umumnya
sudah mencapai tingkatan yang luar biasa, apabila dilanjutkan maka
taraf kemampuannya akan mencapai suatu tingkatan yang tak
berwujud. Bu im sin hong Kian Kim siang telah pergi dan tak kembali lagi,
sehingga sampai dimanakah kekacauan yang diperbuat pihak Ban
seng kiong boleh dibilang sama sekali tak jelas. Thi Eng khi sangat
memikirkan keselamatan dunia persilatan ketika dilihatnya
keberhasilan yang dicapai setiap orang dalam gua Yang sim tong
telah peroleh kemajuan pesat, dia pun tidak berhasil untuk berdiam
lebih jauh disitu.
Suatu dorongan dengan semangat berkobar mendesaknya untuk
muncul kembali di dalam dunia persilatan, melenyapkan bencana
dalam dunia dan membangun kembali nama baik Thian liong pay.
Ciu Tin tin sangat menguatirkan keadaan Thi Eng khi yang
dianggapnya masih belum berhasil memulihkan tenaga dalamnya,
dia sangat tidak menyetujui usal dari si anak muda tersebut. Namun
dia tak dapat melawan Thi Eng khi yang menggunakan semua kitab
obat obatan dan kitab ilmu pertabiban dari Thio Biau liong sebagai
bukti yang menunjukkan kalau kehadirannya terus di gua Yang sim
tong tak akan memperoleh kemungkinan untuk mendapatkan tenaga
dalamnya kembali.
1191 Dia pun menganjurkan kepada gadis itu untuk lebih baik bekerja
sama saja membuat suatu pekerjaan besar bagi umat persilatan.
Dalam keadaan demikian, terpaksa Ciu Tin tin harus mengabulkan
permintan dari Thi Eng khi, maka berempat berangkatlah
meninggalkan gua Yang sim tong untuk terjun kembali ke dunia
persilatan. Selama ini, Thi Eng khi masih tetap menunjukkan sikapnya seolah
olah dia masih kehilangan tenaga dalamnya dan segala sesuatunya
membutuhkan perlindungan dari Ciu Tin tin serta kakak beradu Bu.
Tapi penampilannya dipihak lain justru sangat luar biasa, hal ini
membuat kakak beradik Bu tak berani mengurangi rasa hormatnya
kepada pemuda tersebut karena ia kehilangan tenaga dalamnya.
Sepanjang jalan, mereka memakai kereta untuk menggantikan
perjalanan dengan berjalan kaki. Berapa hari kemudian,mereka telah
muncul kembali diwilayah Kang siok...
Saat itu, kendatipun merupakan saatnya orang orang Ban seng
kiong menyebar ke dalam dunia persilatan untuk mencari jejak Thi
Eng khi, namun mereka justru berhasil meloloskan diri dari
pengintaian mata mata Ban seng kiong. Tentu saja kesemuanya ini
berkat pengalaman yang matang dari kakak beradik Bu yang pandai
melihat situasi serta tindakan Thi Eng khi sendiri yang telah merubah
dandanannya. Tapi keadaan yang sesungguhnya adalah pihak Ban seng kiong
hanya menggunakan usahanya untuk menemukan jejak Thi Eng khi
sebagai tipu muslihat guna menutupi rencana busuknya dimana
segenap kekuatan utamanya telah dialihkan ke bukit Cian san guna
menjebak para jago lihay dan pelbagai perguruan.
Dalam keadaan seperti itulah, Thi Eng khi sekalian berhasil lolos
memasuki daerah Kang siok tanpa diketahui siapa pun. Sepanjang
jalan mereka tidak menjumpai hadangan hadangan dari orang orang
Ban seng kiong, bagi Thi Eng khi pribadi hal ini justru sebaliknya
membuatnya kecewa bercampur terkejut. Dengan perasaannya yang
tajam, secara lamat lamat dia dapat merasakan kalau pihak Ban
seng kiong sedang melaksanakan suatu rencana busuk yang amat
1192 besar. Maka dengan mempercepat perjalanan, mereka segera
kembali ke gedung Bu lim tit it keh di kota Hway im.
Yap Siu ling yang menyaksikan putranya pulang dengan selamat,
kendatipun tenaga dalamnya belum pulih kembali, segera
menyambut mereka dengan kegembiraan yang meluap, paling tidak
baginya putra tunggalnya ini bisa pulang dengan selamat. Di saat
Thi Eng khi mendapat tahu tentang kabar berita mengenai Pek leng
siancu So Bwe leng, dia segera mengajak Ciu Tin tin sekalian untuk
melanjutkan perjalanan lagi menyusul ke arah kota Tin kang.
Jalanan yang mereka tempuh menuju ke kota, sangat kebetulan
tidak melalui arah perjalanan yang dijaga oleh Pek leng siancu So
Bwe leng, karenanya mereka tidak bersua muka.
Di kota tersebut, mereka memilih sebuah rumah penginapan
yang sepi dan terpencil untuk tinggal disitu. Thi Eng khi tetap tinggal
di rumah penginapan, sementara Ciu Tin tin dan dua bersaudara Bu
bertugas melakukan pencarian terhadap jejak Pek leng siancu So
Bwe leng. Bu Nay nay maupun Bu im belum pernah bersua muka dengan
Pek leng siancu So Bwe leng, mereka mencari orang hanya
berdasarkan gambaran dari Thi Eng khi, bisa dibayangkan betapa
sulitnya pencarian tersebut dilakukan. Hal ini mengakibatkan mereka
sekalipun sudah bertatapan muka dengan Pek leng siancu So Bwe
leng, namun kedua orang itu tak dapat mengenalinya.
Ciu Tin tin sudah pernah bertemu sekali dengan Pek leng siancu
so Bwe leng, tapi pertemuan tersebut terjadi tidak saling bertatapan
muka, waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng masih sebagai kiongcu
dari istana Ban seng kiong dan sedang diperalat oleh Huan im sin
ang untuk memaksa Tiang Pek lojin bergabung dengannya. Setelah
berpisah sekian lama, dia pun tak tahu berapa tinggikah gadis
tersebut kini" Apakah paras mukanya mengalami perubahan"
Dalam pikiran Ciu Tin tin, dia sendiripun tidak begitu yakin
apakah dalam sekilas pandangan saja ia sudah dapat mengenali
dirinya. Di saat Ciu Tin tin sedang berjalan seorang diri ditengah
jalan, dengan paras mukanya yang cantik serta sikapnya yang
1193 anggun, siapa pun tak akan menduga kalau gadis tersebut
sesungguhnya adalah seorang Kwan im penolong umat persilatan
yang memiliki kepandaian silat sangat tinggi.
Namun disaat dia melakukan perjalanan bersama dua bersaudara
Bu, berhubung paras muka kakak beradik she Bu itu mengerikan,
terutama sekali sorot mata mereka yang tajam dan menganggap
gadis itu bagaikan tuan putri, pandangan orang lain terhadapnya
segera turut berubah pula.
Kini, mereka bertiga telah memasuki sebuah rumah makan yang
terletak ditempat paling ramai dari lalu lintas kota. Tamu yang
berada disitu kebanyakan adalah manusia manusia kasar, sudah
barang tentu kehadiran seorang gadis cantik macam bidadari dari
kahyangan ini segera menimbulkan suasana gempar disitu. Tatkala
ia naik ke atas loteng, mula mula berkumandang suara jeritan kaget,
lalu semua orang seolah olah dibikin tertegun. Rakyat rakyat biasa
yang hadir disana segera dibikin kegelagapan dan tak tenang oleh
keanggunan gadis tersebut, mereka merasa rendah diri hingga
akhirnya satu per satu ngeloyor pergi dari situ. Yang masih tertinggal
sekarang hanyalah manusia manusia dari dunia persilatan.
Tak bisa dikatakan kalau orang orang itu mempunyai sesuatu
ambisi terhadap Ciu Tin tin, kehadiran mereka di sana tak lebih
hanyalah ingin menarik perhatian gadis itu saja..
Maka orang orang itu pun berusaha menampilkan segala tingkah


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laku yang menurut anggapan mereka bisa menarik perhatian orang.
Disamping itu terdapat pula tiga orang dengan enam matanya
melalui tiga arah yang berbeda mengawasi Ciu Tin tin sekalian tanpa
berkedip.... Ciu Tin tin yang bermata jeli segera dapat menangkap keadaan
tersebut, dengan ilmu menyampaikan suara dia lantas berbisik
kepada dua bersaudara Bu :
"Apakah kalian berdua memperhatikan ke tiga pasang mata yang
mencurigakan itu?"
Bu Nay nay melototkan matanya bulat bulat lalu berseru :
1194 "Aku hendak mengorek sepasang mata mereka!"
Sumpit yang berada ditangannya segera digetarkan keras keras,
sayur yang kebetulan lagi disumpit olehnya itu segera patah menjadi
tiga bagian dan meluncur ke tiga arah yang berlainan. Oleh karena
perkataannya tadi diutarakan dengan suara keras hal mana segera
meningkatkan kewaspadaan ke tiga orang tersebut, namun mereka
bertiga sama sekali tak menyangka kalau Bu Nay nay bisa
memotong sayur tersebut menjadi tiga bagian lalu digetarkan ke tiga
arah yang berlainan.
Menanti mereka merasakan datangnya cahaya tajam didepan
mata, untuk menghindari sudah tak sempat lagi. "Ploook!" tak
ampun batok kepala mereka terhajar telak. Kekuatan yang
disertakan dalam serangan itu sesungguhnya tidak besar lagipula tak
sampai melukai mereka, namun suara yang nyaring cukup
menggetarkan pendengaran semua tamu yang berada dalam
ruangan rumah makan itu.
Berpuluh pasang mata serentak dialihkan ke arah ketiga orang
itu, buat mereka jadi malunya setengah mati. Merasa kehilangan
muka dengan geramnya ketiga orang itu berpekik nyaring kemudian
dari tiga arah yang berlawanan mereka berjalan menghampiri meja
yang ditempati Ciu Tin tin itu.
Dengan wajah berubah dua bersaudara Bu mengebutkan ujung
bajunya siap melukai orang. Buru buru Ciu Tin tin mencegah
perbuatan mereka dengan ilmu menyampaikan suara :
"Hanya badut badut kecil, buat apa mesti digubris?"
Mendengar itu, Bu Im berdua segera mengurungkan niatnya dan
membiarkan ketiga orang itu muncul di depan meja mereka. Usia
ketiga orang itu tidak terlalu besar, kurang lebih berumur dua puluh
tahunan, berbaju perlente dan tampaknya merupakan satu
rombongan, tapi entah mengapa mereka jadi duduk saling berpencar
tempat". Kini mereka bertiga berdiri berjajar kalau dilihat dari langkah
mereka yang sigap, jelas kalau orang orang itu merupakan jagoan
1195 lihay dari kaum muda, hanya sayang sekali bila dibandingkan
dengan Ciu Tin tin, mereka masih selisih jauh sekali. Walaupun
sudah dipecundangi orang, ketiga pemuda tersebut belum nampak
puas hal ini memperlihatkan kalau mereka kurang berpengalaman
atau sesuatu yang mereka andalkan sehingga nyalinya menjadi lebih
besar. Yang lebih aneh lagi adalah meski serangan tersebut dilakukan
Bu Nay nay, namun mereka justru melotot Ke arah Bu Im sambil
menegur : "Go Jit! Tengah malam nanti, kuil Thian che bio diluar kota
menantikan laporanmu!"
Bu Im tertegun. Bu Nay nay juga terperana, segera tegurnya :
"Siapa yang bernama Go Jit?"
Tiga orang pemuda tersebut hanya tertawa dingin, tanpa
menjawab lagi mereka segera membalikkan badan dan
mengundurkan diri dari tempat tersebut. Dengan gusar Bu Nay nay
segera membentak :
"Bila kalian tak menjelaskan perkataan tadi, jangan harap bisa
pergi dari sini!"
Dia lantas menyentilkan jari tangannya dan menotok jalan darah
ke tiga orang pemuda tersebut. Tapi dengan cepat Ciu Tin tin
mengebaskan tangannya untuk memunahkan totokan tersebut,
kemudian serunya :
"Nay nay biarkan mereka pergi, kita hadir saja di situ seperti
yang dijanjikan, bukankah hal ini jauh lebih baik daripada menahan
mereka sekarang?"
Dengan perasaan bingung, Bu Nay nay menggelengkan
kepalanya berulang kali :
"Aneh, benar benar sangat aneh, mengapa mereka dapat
menganggap adik Bu sebagai Go Jit?"
Dengan kening berkerut Ciu Tin tin berpikir sejenak, kemudian
sahutnya : 1196 "Sam ku sinni, nona So dan Go Jit melakukan perjalanan
bersama, sedangkan kita pun kebetulan bertiga juga, kemungkinan
besar mereka telah salah melihat orang."
"Yaa, bagaimana juga dia toh tidak seharusnya menganggap
diriku sebagai Sam ku sinni!" kata Bu Nay nay sambil tertawa.
"Cici, pengalaman mereka terlalu cetek," sela Bu Im sambil
tertawa pula, "mungkin kau dianggapnya sebagai pendeta yang
memelihara rambut, bukankah keadaan tersebut bukan suatu yang
aneh di dalam dunia persilatan?"
"Yaa, tampaknya kita memang harus berpendapat demikian
saja," Ciu Tin tin segera berguman lagi :
"Kepandaian silat yang dimiliki Sam ku sinni dan nona So cukup
tangguh, tapi mereka begitu berani melakukan tantangan, rupanya
mereka telah melakukan persiapan. Malam nanti kita tak boleh
bertindak kelewat gegabah, apalagi menganggap enteng mereka."
Dia lantas menyuruh Bu Nay nay dan Bu lm untuk kembali dulu
ke rumah penginapan dan menyampaikan hal tersebut kepada Thi
Eng khi. Tentu saja Thi Eng khi setuju kalau mereka pergi memenuhi
janji tersebut.
Ciu Tin tin kuatir Thi Eng khi menjumpai hal hal yang tak
diinginkan didalam rumah penginapan, maka dia lantas meminta
kepada Bu Nay nay untuk menjaga anak muda tersebut, sementara
dia sendiri bersama Bu Im berangkat ke kuil Thian che bio sebelum
kentongan ke tiga...
Bila Ciu Tin tin dibandingkan dengan Pek leng siancu So Bwe
leng, maka cara kerja gadis ini lebih teliti dan penuh perhitungan
yang matang. Sebelum memenuhi janji, dia melakukan pemeriksaan
lebih dulu disekitar kuil Thian che bio, hal ini membuktikan akan
ketelitiannya. Kuil Thian che bio merupakan sebuah kuil bobrok yang sudah
banyak tahun terbengkalai tiada orang yang berziarah ke sana lagi,
itulah sebabnya sekeliling kuil tersebut penuh dengan tumbuhan
1197 ilalang setinggi manusia. Biasa tumbuhan ilalang liar yang lebat
merupakan tempa t penyergapan yang paling baik, berhubung Ciu
Tin tin berniat melakukan penyelidikan, maka dia mengajak Bu lm
untuk merundingkan persoalan tersebut lebih dulu. Akhirnya
ditetapkan gadis itu akan menyusul masuk lebih dulu, sedang Bu Im
memasuki kuil tersebut melalui jalan raya pada tengah malam nanti.
Ciu Tin tin segera menggunakan ilmu gerakan tubah Ku kong
keng im ajaran Thi Eng khi untuk berkelebat meninggalkan tempat
tersebut, dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimilikinya,
apalagi ditengah kegelapan malam pada hakekatnya tiada orang
yang sampai melihat jelas gerakan tubuhnya itu. Paling bantar orang
hanya akan merasakan ada sepulung angin lembut yang berhembus
lewat saja. Dengan kemampuan seperti ini, sekali pun dia berkelebat melalui
atas kepala penjaga, belum tentu mereka akan menyadari akan hal
tersebut. Bu Im sendiripun baru pertama kali ini menyaksikan dia
bergerak dengan sepenuh tenaga, dengan kemampuan yang dimiliki
Bu Im saja dia hanya merasakan angin berhembus lewat dan tahu
tahu kehilangan jejaknya, apa lagi orang lain, tentu saja tak usah
dikatakan lagi.
Dengan tanpa membuang tenga yang kelewat banyak Ciu Tin tin
telah berhasil menyelundup masuk ke dalam kuil Thian che bio.
Ruang tengah kuil tersebut sudah disapu amat bersih, empat
penjuru dipasang obor yang membuat suasana dalam ruangan
menjadi terang benderang. Dibelakang sebuah meja altar terdapat
tiga buah kursi utama, sementara di sisi kiri dan kanan masing
masing terdapat pula empat buah kursi utama.
Waktu itu, di dalam ruangan hanya terdapat delapan orang
pemuda, tiga pemuda yang pernah berjumpa dengan Ciu Tin tin di
rumah makan pun hadir pula disana, hanya saja tindak tanduk
mereka sangat tidak leluasa.
Agaknya kedelapan orang itu mempunyai hubungan yang baik
sekali. Terdengar seorang pemuda berusia dua puluh empat lima
1198 tahunan yang paling tua diantara sekian pemuda, sedang menghibur
mereka dengan kata lembut.
"Lak te, jit te, sekalipun kalian salah mengundang orang, itu pun
bukan suatu yang luar biasa, dengan kedudukan kita berdelapan
didepan Tee kun, memangnya Kian tongcu bisa mengatakan kita
semua" Apalagi kita toh sama sekali tidak melepaskan sasaran yang
sesungguhnya, membunuh tiga orang lebih banyak pun bukan
sesuatu yang luar biasa!"
Dengan perasaan sungkan dan rikuh, tiga orang pemuda itu
berkata : "Toako jangan berkata begitu, bila kita benar benar didamprat
oleh Kian tongcu, kita bersaudara akan kehilangan muka, yang
paling menguatirkan siaute adalah Tee kun belum pernah mengutus
kita melakukan pekerjaan, bila baru pertama kali di tugaskan sudah
melakukan kesalahan, bukankah hal ini akan mengecewakan Tee
kun?" Sang toako menghela napas panjang.
Pengalaman sesungguhnya tak bisa disamakan dengan
kepandaian silat, aku pikir Tee kun tak akan menganggap entah kita
semua asalkan penampilan kita semua baik dan hari ini membuat
pahala, aku pikir tiada persoalan lagi untuk kita semua."
Ketiga orang pemuda tersebut tak dapat berkata apa apa lagi,
terpaksa mereka hanya mengucapkan terima kasih kepada toako
mereka sambil membangkitkan kembali semangatnya.
Pada saat itulah dari luar ruangan berkumandang suara langkah
kaki manusia yang ramai. Menyusul kemudian dari balik pintu
berjalan masuk serombongan manusia"
Orang yang berjalan dipaling depan amat menyolok sekali, dia
adalah Bu im sin hong Kian Kim siang. Sedangkan dua orang yang
berada di belakangnya merupakan kakek kakek yang berusia hampir
setaraf dengan Kiam Kim siang. Di paling belakang mengikuti pula
delapan orang kakek yang paling muda berusia lima puluh tahunan.
1199 Bu im sin hong Kian Kim siang duduk dikursi utama disebelah
tengah, dua orang dibelakangnya duduk di kiri dan kanannya.
Sedangkan delapan orang kakek lainnya duduk dikursi yang berderet
di kedua belah sisi ruangan. Sementara delapan orang pemuda
tersebut berdiri berderet dibelakang Bu im sin hong Kian Kim siang.
Ciu Tin tin mengetahui kalau Bu im sin hong Kian Kim siang
terdiri dari yang tulen dan gadungan, namun ia tak mampu untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang gadungan. Untuk
sesaat hatinya terasa kalut, dia kuatir menganggap yang asli sebagai
palsu, bila urusan sampai menjadi runyam, bisa dia akan
ditertawakan oleh adik Eng. Sementara ia masih termenung
memikirkan persoalan tersebut, mendadak terdengar Bu im sin hong
Kian Kim siang berseru:
"Hadapkan Siau Cu!"
"Hadapkan Siau Cu!" dari luar ruangan terdengar seseorang
berseru nyaring.
Suasananya waktu itu seperti dalam suasana pengadilan, namun
tidak seserius pengadilan sesungguhnya. Dari luar pintu nampak
seorang gadis berjalan masuk, wajahnya sayu dan sepasang
tangannya terkulai lemas ke bawah, sudah jelas jalan darahnya
tertotok sehingga tak mampu bergerak.
Setelah berada di dalam ruangan, tubuh si gadis tersebut
gemetar semakin keras lagi, jelas kalau dia sedang merasa
ketakutan setengah mati. Bagaimana pun juga, dia masih
melanjutkan langkahnya menuju ke depan meja altar. Bu im sin
hong Kian Kim siang manggut manggut, maka kakek berusia lima
puluh tahunan yang duduk dikursi utama paling ujung kiri bangkit
berdiri dan menepuk punggungnya Siu Cu untuk membebaskan jalan
darah yang tertotok.
Saat itulah Siu Cu baru berkata dengan nada memohon :
"Harap Tongcu sudi menghadiahkan kepuasan bagi hamba!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa dingin dengan suara yang
menyeramkan, mungkin karena terkena getaran suara tertawanya
1200 yang keras, cahaya lilin dalam ruangan itu sampai bergetar dan
seolah olah hendak padam. Setelah tertawa setengah harian
lamanya disaat suasana dalam ruangan hampir menjadi gelap gulita,
mendadak suara tertawa itu terhenti ditengah jalan bahkan sedikit
suarapun tidak tertinggal lagi.
Demonstrasi ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga dalam
yang dimilikinya, tapi justru meninggalkan kesan sesat dan
memuakkan bagi Ciu Tin tin. Setengah harian sudah Bu im sin hong
Kian Kim siang berhenti tertawa, namun suasana dalam ruangan
tersebut masih tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suara pun
tak tampak ada orang yang berani berbicara dan Kian Kim siang
sendiri pun tetap membungkam.
Lama kelamaan semua orang mengira telah kedatangan tamu tak
diundang, maka serentak mereka berpaling ke arah pintu gerbang
namun hasilnya tidak ditemukan sesuatu apapun. Ditengah
keheningan yang mencekam seluruh ruangan inilah, Bu im sin hong
Kian Kim siang kembali tertawa, ujarnya:
"Baik! Baik! Asal kau bersedia menjawab beberapa buah
pertanyaanku secara jujur, maka lohu tak akan memberi siksaan
hidup kepadamu, bahkan akan memberikan kepuasan bagimu!"
Siu Cu adalah anggota lama dari istana Ban seng kiong, tentu
saja dia pun tahu akan hebatnya siksaan hidup, tanpa ragu segera
jawabnya : "Tongcu kalau ingin bertanya, hamba pasti akan menjawab!"
"Akan kau jawab semuanya?" sambung Bu im sin hong Kian Kim
siang cepat. "Benar!"
Dengan wajah berubah amat keren, Bu im sin hong Kiam Kim
siang bertanya :
"Bagaimanakah hasil pertarunganmu dengan Pek leng siancu So
Bwe leng didalam hutan?"
"Hamba menderita kekalahan!"
1201 "Mengapa budak tersebut bersedia melepaskan kau dengan
begitu saja....?" tanya Bu im sin hong Kian Kim siang lagi.
"Hamba pernah menjadi budaknya Pek leng siancu....!"
"Hmmmm, panggil budak itu!" dengus Bu im sin hong Kian Kim
siang dengan cepat.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar! Benar! Hamba pernah menjadi pelayannya budak
tersebut, mungkin budak itu memandang pada hubungan kami
dimasa lalu sehingga tak sampai menyusahkan hamba."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim
siang, ditatapnya wajah Siu Cu lekat lekat, kemudian katanya :
"Dengan watak dari budak tersebut, mungkinkah hal ini bisa
terjadi... "
"Hamba berbicara dengan sejujurnya?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa seram :
"Kalau begitu, memandang pada hubungan kalian dimasa lalu,
tentunya kau juga memberitahukan sesuatu rahasia kapada budak
tersebut bukan...?"
Siu Cu kuatir menerima siksaan keji dari pihak Ban seng kiong
daripada mati setelah disiksa, lebih baik mati secepatnya dengan
berterus terang, apalagi mau dirahasiakan pun tak mungkin bisa,
karenanya dia lantas berkata secara terus terang :
"Hamba memberitahukan kepada budak itu, besar
kemungkinannya pertemuan besar para jago persilatan dari
golongan lurus yang diselenggarakan Tee kun ada disekitar bukit
Cian san... "
"Mungkin berada di bukit Cian san?" Bu im sin hong Kian Kim
siang tertawa kering, "mengapa tidak kau beritahukan saja tempat
yang sebenarnya secara lengkap?"
Siu Cu sungguh ketakutan sekali.
1202 "Hamba benar benar tidak mengetahui letak yang setepatnya" dia
berseru. Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut.
"Seandainya kau mengetahui alamat lengkap, sudah pasti alamat
tersebut telah kau sampaikan kepadanya bukan."
"Hamba...hamba...tidak tahu."
Paras muka Bu im sin hong Kian kim siang berubah hebat,
dengan setengah meraung teriaknya :
"Soal ini bahkan lohu....."
Sebenarnya dia hendak mengatakan "soal ini bahkan lohu
sendiripun tak tahu", tapi setelah ucapan mana sampai diujung bibir,
mendadak teringat olehnya kalau dia sedang berperan sebagai salah
seorang dari empat toa tongcu, aneh bila seorang toa tongcu tidak
mengetahui alamat yang sebenarnya dari pertemuan itu. Maka
setelah berhenti sejenak, dia pun berkata lagi :
"Siapa yang memberitahukan hal ini kepadamu?"
Pucat pias paras muka Siau Cu, agak gemetar sahutnya :
"Tiada... tiada orang yang ... yang memberitahukan kee... kepada
hamba... "
Setelah bertanya setengah harian lebih, Bu im sin hong Kian Kim
siang baru sempat menangkap sebuah titik kelemahan dari Siu Cu,
sambil tertawa lebar dia lantas berseru :
"Kau kuatir merempet sampai ke orang lain bukan?"
Siu Cu semakin ketakutan lagi, sukma serasa melayang
meninggalkan raganya.
"Benar!" jawabnya tanpa sadar. Tiba tiba dia merasa salah
menjawab, maka buru buru serunya lagi dengan cepat :
"Bukan!"
1203 Dari jawaban Siu Cu yang mencla mencle, Bu im sin hong Kian
Kim siang tahu kalau pertanyaan diajukan lebih gencar, maka tak
sulit baginya untuk mengungkap keadaan yang sebenarnya, saking
gembiranya dia tertawa terbahak bahak.
"Haaaaah...haaaahhh...haaaahhh.... kalau begitu, siapa
orangnya" Ayo cepat jawab dengan sejujurnya, mungkin lohu bisa
memberi kematian yang lengkap untukmu!"
Siu Cu tahu bahwa dosa yang dilanggar olehnya cukup untuk
menerima hukuman mati, dia tahu mustahil Bu im sin hong Kian Kim
siang akan mengampuninya dengan begitu saja. Mendadak dari luar
ruangan terdengar ada orang tertawa cekikikan kemudian
menyambung : "Benar benar seorang mannsia yang tidak tahu diri, benarkah kau
mempunyai kekuasaan sebesar ini?"
"Siapa yang berada di luar?" Bu im sin hong Kian Kim siang
segera berseru dengan terkejut.
"Tak usah gugup, aku bukan anggota Ban seng kiong, aku pun
tak bakal mencari pahala dari majikan kalian itu!"
Dari luar pintu segera menyelinap masuk tiga sosok bayangan
manusia.... Sam ku sinni berjalan dipaling depan, Pek leng siancu So Bwe
leng berada ditengah sedangkan si Pencuri sakti Go Jit berada di
paling belakang. Orang yang barusan berbicara dengan suara yang
merdu dan nyaring itu tentu saja tak lain adalah Pek leng siancu So
Bwe leng. Tapi setelah mereka bertiga memasuki ruangan dan
melihat jelas siapa gerangan orang yang sedang berbicara, serentak
ketiga orang itu berseru kaget : "Ooooh, rupanya kau!"
Mimpipun mereka tidak menyangka bakal bertemu dengan Bu im
sin hong Kian Kim siang disitu. Terutama sekali Pek leng siancu So
Bwe leng yang teringat bahwa Thi Eng khi telah dilarikan orang ini
setelah terluka parah tempo hari, tak terlukiskan rasa girang dalam
hatinya. 1204 Sembari maju selangkah ke depan, dia tuding Bu im sin hong
Kian Kim siang yang duduk di kursi utama sembari berseru :
"Thian memang punya mata akhirnya nonamu berhasil juga
menemukan kau!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tidak menjawab pertanyaan dari
Pek leng siancu So Bwe leng, dia segera mengulapkan tangannya
agar Pat cun yang berdiri dibelakangnya segera tampil ke depan dan
menggusur pergi Siu Cu dari situ. Dua orang dari Pat cun tersebut
segera melompat ke hadapan Siu Cu dan siap mencengkeramnya.
Mendadak terasa bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu
Pek leng siancu So Bwe leng telah mendahului mereka dengan
menarik pergi Siu Cu dari situ. Kemudian dia mengebaskan ujung
bajunya melancarkan sebuah pukulan yang dahsyat ke arah dua
diantara delapan manusia gagah tersebut.
"Siapa yang berani mendekat?" hardiknya
Sesungguhnya Seng kiong pat cun merupakan delapan orang
jago muda yang dilatih Hian im Tee kun secara khusus, ibaratnya
anak macan yang tidak takut kepada siapapun, apalagi Pek leng
siancu So Bwe leng masih lebih muda daripada mereka meski sudah
lama mendengar nama besarnya, namun mereka tidak memikirkan
hal tersebut didalam hati. Menyaksikan datangnya kebasan ujung
bajunya itu, serentak mereka mengayunkan pula telapak tangannya
melancarkan balasan.
"Budak, kau pingin mampus" hardiknya serentak.
Begitu tiga gulung tenaga pukulan saling membentur ditengah
udara, Pek leng siancu So Bwe leng merasakan sepasang bahunya
bergoncang keras, sebaliknya dua pemuda dari Seng kiong Pat cun
itu tergetar mundur sejauh satu langkah lebih. Ternyata kebasan
ujung baju Pek leng siancu So Bwe leng berhasil menekan dan
melenyapkan tenaga serangan dahsyat dari Seng kiong Pat cun
tersebut. 1205 Sekalipun demikian Pek leng siancu So Bwe leng pribadi pun diam
diam merasa terkejut sekali, dengan mengandalkan tenada dalam
yang dimilikinya ternyata dia hanya mampu mendepak mundur dua
pemuda tersebut sejauh selangkah, dari sini dapat diketahui kalau
kepandaian silat yang dimiliki Seng kiong Pat cun bukan
sembarangan. Seandainya ke delapan orang itu sampai maju
bersama sama, sudah pasti dia tak akan berhasil meraih keuntungan
apa apa. Dengan cepat Pek leng siancu So Bwe leng memutar biji
matanya, kemudian berpikir lagi :
"Hari ini, aku tak boleh menunjukkan kelemahanku, kalau tidak,
sudah pasti sukar untuk mengundurkan diri dari sini dengan
selamat." Berpikir demikian, sambil berkerut kening dan melototkan
sepasang matanya bulat bulat dia awasi kedua orang pemuda
tersebut tanpa berkedip....
Kedua orang pemuda itu sendiri menunjukkan pula sikap tak
puas, tampaknya mereka pun bersiap sedia melancarkan serangan
lagi. Namun berhubungan mereka sedang menjalankan perintah
untuk menggusur pergi Siu Cu, maka kedua orang pemuda tersebut
tak berani melayani Pek leng siancu So Bwe leng secara gegabah.
Diam diam mereka mengerlingkan matanya ke arah Bu im sin
hong Kian Kim siang sambil meminta petunjuknya. Bu im sin hong
Kian Kim siang tertawa seram, kemudian berseru dengan lantang :
"Lebih baik kalian mengundurkan diri! Tak menjadi soal, toh
mereka tak akan lolos dari sini!"
Dua orang pemuda tersebut segera mengundurkan diri dari
lapangan dan kembali ke rombongannya. Sedangkan Pek leng siancu
So Bwe leng juga menyerahkan Siu cu kapada gurunya Sam ku sinni,
kemudian sambil berpaling memandang wajah Bu im sin hong Kian
Kim siang dengan hawa pembunuh yang menyala, bentaknya :
"Tua bangka celaka, kau telah melarikan engkoh Eng ku ke
mana...?" 1206 Bu im sin hong Kian Kim siang tertegun sebelum dia sempat
mengucapkan sesuatu paras muka jago-jago lainnya telah
menunjukan sikap tercengang, bahkan bersama sama berpaling ke
arahnya. Perlu diketahui, ketika Hian im Tee kun mengutus orang untuk
menyaru sebagai empat tokoh sakti dunia persilatan dna menjabat
sebagai empat Toa tongcu sekalian, Hian im ji li serta Huan im sin
ang saja yang mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya, orang
orang yang lain sama sekali tidak mengetahui akan hal ini,
karenanya semua orang jadi tercengang juga setelah mendengar
ucapan tersebut.
Bu im sin hong Kian Kim siang sendiri pun tidak tahu kalau Thi
Eng khi telah tertolong, dengan kebingu
Bentrok Rimba Persilatan 3 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pendekar Kembar 9
^