Pencarian

Pukulan Naga Sakti 5

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 5


ak seorangpun yang tahu dan tak seorangpun yang menyelidiki, sebab sekalipun
ada yang melakukan penyelidikan juga belum tentu bisa
memperoleh kabar berita apa-apa.
Ketegangan antara Siau lim si dan Tiong gak bio tak mungkin
bisa dibiarkan berlangsung terus, akhirnya suatu bentrokan
kekerasan sudah pasti akan terjadi.
252 Maka Tiang pek lojin telah mengirirn sepucuk surat tantangan
kepada pihak Siau lim si untuk melangsungkan penyelesaian atas
pertikaian mereka pada dua bulan mendatang, tepatnya bulan
delapan tanggal lima belas"..
Ketika berita ini tersiar dalam dunia persilatan, seluruh dunia
terasa menjadi gempar.
Para jago persilatan berdatangan dari empat arah delapan
penjuru dan bersama-sama berangkat menuju ke bukit. Tiong san.
Hari itu, di depan loteng penerima tamu yang paling besar dan
paling baik di kota Kho cong, tiba-tiba muncul seorang gadis baju
merah yang menggembol pedang serta seorang lelaki bermuka
merah yang menyelipkan sebuah kampaknya di pinggang.
Gadis berbaju merah itu mempunyai tubuh yang kecil mungil dan
berparas muka cantik jelita.
Sebaliknya lelaki bermuka hitam itu berbadan kekar dan tegap.
Ketika kedua orang itu melakukan perjalanan bersama, terlihat
sesuatu ketidak serasian yang menyolok sekali.
Sepasang kawan yang tak serasi ini berdiri agak lama ditengah
jalan sambil mengawasi loteng Ing peng loo tersebut, kemudian
lelaki bermuka hitam itu menegur :
''Hei, pelayan, dalam kota Kho cong ini, rumah penginapan
manakah yang termasuk rumah penginapan terbaik?"
Suaranya keras bagaikan geledek dan sangat menggetarkan
perasaan setiap orang.
Pelayan itu cepat-cepat lari menghampiri lelaki itu dan sambil
munduk-munduk sahutnya :
"Toaya, tepat sekali bila kau bertanya kepada hamba, siapa lagi
yang tidak tahu kalau rumah penginapan paling besar dan paling
baik di kota Kho cong ini adalah lng peng loo" Apakah kau ingin
kamar kelas satu" Silahkan masuk, silahkan masuk!"
253 Lelaki bermuka hitam itu tidak memperdulikan ucapan pelayan
itu, dengan merendahkan suaranya dia berbisik kepada si nona
berbaju merah yang berada disisinya :
"Nona, bagaimana pendapatmu tentang tempat ini?"
Nona berbaju merah itu tidak menjawab, hanya mengangguk
lirih, gayanya sangat sok.
Saat itulah lelaki bermuka hitam itu baru berseru dengan suara
kasar dan keras :
"Semua penginapan akan toaya borong!"
"Tapi, dalam penginapan kami seluruhnya terdapat tiga puluh
enam buah kamar, kau..."
Maksudnya hanya berdua saja masa memerlukan kamar
sebanyak itu"
Belum lagi pelayan itu menyelesaikan kata-katanya, lelaki
bermuka hitam itu sudah melototkan matanya besar-besar, dengan
sinar mata setajam sembilu dia menatap wajah pelayan itu lekatlekat,
kemudian tukasnya :
"Kau kuatir toaya tak sanggup membayar?"
Dari sakunya dia mengeluarkan sekeping emas yang
memancarkan cahaya kuning yang amat menyilaukan mata.
Seketika itu juga sepasang mata pelayan itu terbelalak lebarlebat,
cepat dia membungkukkan badan dan mengambil emas
tersebut, lalu setelah dijilat teriaknya sambil melompat.
"Emas! Emas! Betul-betul emas murni!"
Menyaksikan sikap serta tingkah laku dari pelayan itu, lelaki
bermuka hitam tadi segera tertawa seram, dengan gaya lebih sok
dan suara yang kasar teriaknya :
254 "Anggap saja emas itu sebagai uang muka, semua kamar di
penginapan ini toaya borong! Setiap orang yang berada di
penginapan ini pun harus diusir keluar!"
Waktu itu sang pelayan sedang memegang emas murni itu sambil
melamun, tapi setelah mendengar ucapan tersebut, dia baru
tersentak bangun dari mimpinya.
Sebagai pedagang tentu saja ada peraturan sebagai pedagang,
tentunya dia tak berani menyalahi tamu yang datang lebih duluan,
maka sambil meringis katanya :
"Toaya?"" toaya". hamba " hamba " akan berusaha untuk
menjaga ketenangan disini, begitu toh boleh bukan?"
Kembali lelaki bermuka hitam itu melototkan matanya bulat-bulat,
serunya : "Pokoknya toaya hanya tahu akan memborong semua kamar
yang ada dirumah penginapan ini, cepat bawa nona melihat kamar,
siapa tak mau pindah, suruh dia datang mencariku!"
Sesungguhnya ucapan tersebut boleh dibilang terlalu mencari
menangnya sendiri.
Seketika itu juga terdengar ada orang tidak puas, sambil tertawa
dingin serunya :
"Dunia saat ini sudah berubah menjadi dunia apa" Benar-benar
manusia tak tahu diri!"
"Siapa itu?" bentak lelaki bermuka hitam itu dengan seramnya,
"cepat menggelinding keluar!"
Dari dalam rumah penginapan itu segera berjalan keluar seorang
sastrawan berusia pertengahan, sambil tertawa dia menjawab :
"Setan jelek dari mana yang berani berkoak-koak disini?"."
Sikapnya jumawa sekali, kepalanya mendongakkan keatas dan
sama sekali tak pandang sebelah matapun kepada orang lain.
255 Setibanya di depan pintu penginapan, dia baru mengalihkan sorot
matanya ke wajah orang itu "..
Kontan saja kata-kata makian selanjutnya tidak mampu dia
lanjutkan lagi, dengan badan gemetar dan kata-kata yang tersendatsendat
serunya : "Ooh". Rupanya Hek". Hek bin bu pah (manusia bengis
bermuka hitam) Cu tayhiap, siau".. siauseng Oh Thian tak tahu
kalau kau ?" kau yang datang ".. harap sudi dimaafkan!"
Hek bin bu pah Cu Thi gou segera mengayunkan ujung bajunya
dan melemparkan sastrawan berusia setengah umur itu ketengah
jalan, kemudian bentaknya dengan suara keras :
"Enyah kau dari sini, hari ni aku orang she Cu tidak punya
kegembiraan untuk mengumbar amarah denganmu!"
Cepat-cepat sastrawan setengah umur itu mengiakan berulang
kali, dengan menggelinding sambil merangkak dia segera melarikan
diri dari tempat itu.
Sastrawan setengah umur itu sebenarnya merupakan seorang
jago persilatan yang tersohor dalam dunia persilatan, orang
menyebutnya sebagai Im yang sam (kipas im yang) Oh Thian, kalau
dibandingkan dengan hek bin bu pah meski kalah setingkat, tapi
setelah dia melarikan diri terbirit-birit siapa lagi yang berani
membangkang"
Maka serentak semua orang berseru:
"Dia adalah Hek bin bu pah Cu tayhiap!"
Maka satu demi satu pun mereka pindah dari rumah penginapan
tersebut secara sukarela.
Sudah semenjak sepuluh tahun berselang Hek bin bu pah Cu Thi
gou terjun ke arena persilatan, belum lagi umurnya mencapai tiga
puluh tahun, namanya sudah menggetarkan seluruh dunia
persilatan, siapapun menaruh tiga bagian rasa jeri kepadanya.
256 Tak lama, dari ujung jalan sebelah depan sana terdengarlah
suara roda kereta yang bergema datang.
Dengan cepat Hek bin bu pah Cu Thi gou serta nona berbaju
merah itu membereskan pakaiannya dan berdiri keren disitu sambil
menunjukkan sikap hendak menyambut kedatangan tamu.
Sebuah kereta besar berwarna hijau, didampingi dua puluh
empat orang nona berbaju merah serta dua puluh orang lelaki
berbaju ringkas berhenti didepan pintu penginapan.
Tirai kereta disingkap dan pelan-pelan berjalan keluar seorang
gadis berbaju hijau.
Tiba-tiba saja semua orang merasakan matanya menjadi silau,
lalu seruan tertahan berkumandang dari sekitar sana.
"Oooh..... cantik benar!"
Gadis berbaju hijau itu bukan cuma cantik saja bahkan dari
sekujur badannya seakan-akan memancar semacam daya hidup
yang segar, daya hidup tersebut bisa membuat seorang kakek tua
renta yang loyopun segera merasakan dirinya jauh lebih muda
berapa tahun setelah melihatnya.....
Tapi kalau dilihat dari gayanya sewaktu turun dari kereta, dengan
cepat mendatangkan pula kesan bahwa nona itu masih kecil dan
belum tahu urusan, dengan langkah yang santai dia melompat
masuk kedalam rumah penginapan tersebut.
Seorang nona berbaju merah segera menghampirinya sambil
berbisik : "Kiongcu, kalau jalan jangan terlalu tergesa-gesa, jangan sampai
dilihat orang lain sebagai suatu lelucon!"
Nona berbaju merah itu hanya bisa menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas panjang, dengan cepat dia
membawa nona berbaju hijau itu menelusuri serambi dan menuju
kehalaman belakang.
257 Dihalaman belakang sana terdapat tiga buah bangunan yang
mungil, bunga yang indah tumbuh dimana-mana, suasana amat
tenang dan nyaman.
Setelah berada dalam bangunan mungil itu nona berbaju hijau itu
baru buru-buru melepaskan selembar topeng kulit manusia,
kemudian sambil menghembuskan napas panjang keluhnya :
"Benar-benar menyesakkan napas!"
Paras muka si nona berbaju hijau itu setelah melepaskan
topengnya ternyata tiga bagian lebih cantik daripada sewaktu
mengenakan topeng kulit manusia, cuma sayang masih terlampau
bersifat kekanak-kanakan"..
Yaa, siapa yang menyangka kalau seorang gadis secantik itu
justru harus mengenakan selembar topeng kulit manusia, kejadian
ini benar-benar mengherankan sekali.
Ketika dilihatnya nona berbaju hijau itu melepaskan topengnya,
dengan terkejut nona berbaju merah itu berseru :
"Kiongcu, mengapa kau tak mau menuruti pesan dari sancu?"
Nona berbaju hijau itu segera berkerut kening, kemudian sambil
melototkan matanya yang jeli, dia menegur :
"Cun lan, sesungguhnya kau yang menjadi kiongcu atau aku
kiongcunya"..?"
Nona berbaju merah yang bernama Cun lan itu segera tertawa
tersipu-sipu, buru-buru sahutnya dengan hormat :
"Budak tidak berani!"
Ternyata dia tak lebih cuma seorang dayang.
Gadis berbaju hijau itu sedikitpun tidak mengendorkan
desakannya, kembali dia berkata :
"Kalau memang begitu, mengapa kau selalu mengurusi diriku?"
258 "Sebab Lo sancu yang berpesan demikian!" jawab Cun lan sambil
mengeraskan kepala. Nona berbaju hijau itu segera tertawa dingin
tiada hentinya :
"Jangan lupa dengan ucapan Lo sancu yang lain, sekarang kau
adalah seorang kiong li (dayang keraton) dariku."
"Itu". itu......"
"Apa ini itu" Sedari kapankah kalian pernah menyaksikan Lo
sancu memaksaku?"
Cun lan si nona berbaju merah ini sudah beberapa lama
mengikuti nona berbaju hijau itu tentu saja diapun cukup
mengetahui akan wataknya yang keras kepala, bila lagi sewot maka
Lo sancu yang ditakuti setiap orang pun akan dibuat pusing
kepalanya, apalagi orang lain.
Yaa, kalau lagi salah melompat, tugas semacam ini benar-benar
salah dibuatnya, kalau salah kepada orang tuan putri, maka sang
tuan putri pasti marah-marah, kalau menurut kehendak sang tuan
putri, maka lo sancu marah hakekatnya serba salah dibuatnya.
Teringat sampai disitu, tak tahan lagi nona berbaju merah itu
menghela napas panjang.
Ketika dilihatnya wajah Cun Lan yang mengenaskan itu nona
berbaju hijau itu menjadi iba sendiri, katanya kemudian dengan
suara yang lebih lembut :
"Cun Lan, tahukah kau bila topeng kulit manusia ini lagi
menempel dimuka, begitu rapatnya dia menempel dimukaku sampai
kulitpun turut menjadi gatal, tahukah kau betapa sengsaranya aku
waktu itu" Tempat ini toh tak ada orang lain, kenapa tidak
kulepaskan sebentar agar mukaku terasa segar" Toh disini tak bakal
terlihat orang" Jangan kuatir "."
Ketika Cun Lan menyaksikan ucapan nonanya jauh lebih lembut,
buru-buru diapun tertawa seraya berkata :
259 "Budak hanya bermaksud untuk mengingatkan Kiongcu saja,
daripada nantinya sampai dimarahi Lo sancu, asal Kiongcu tahu diri,
budakpun merasa berlega hati......."
Sambil berkata dia lantas berjalan keluar dari ruangan, lalu
kembali gumamnya :
"Sekarang juga budak akan menyuruh mereka memperketat
penjagaannya disini, daripada ada orang luar yang iseng masuk
kemari dan mengganggu ketenangan Kiong?cu."
Menanti Cun Lan sudah pergi, nona berbaju hijau baru
memasang telinga untuk memperhatikan keadaan disekitarnya,
keti?ka yakin kalau disitu tiada orang lagi, dengan kening berkerut
dan mendepakkan kakinya berulang kali, dia berseru dengan gemas
: "Suatu ketika, aku pasti akan menyuruh kau tahu akan
kelihayanku."
Menyusul kemudian diapun menghela napas pedih.
"Aaai?"" tapi sekarang aku benar-benar tak berdaya!"
Sambil berkata mendadak ia kenakan kembali topeng kulit
manusianya sambil membentak:
"Siapa diatas atap?"
Dari atas atap rumah berhembus lewat segulung angin menyusul
kemudian terdengar seseorang berkata sambil tertawa cengar
cengir. "Siauseng adalah Pek hoa lengcu (lelaki romantis setangkai
bunga) Thio Kian, khusus datang kemari untuk menghibur hati
no?na yang lagi kesepianl"
Bayangan manusia berkelebat lewat, didepan pintu telah
bertambah dengan seorang sastrawan tampan yang berusia tiga
puluhan tahunan, sikapnya amat santai dan wajahnya tampan
sambil menggoyangkan sebuah kipas putih yang panjangnya
260

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

delapan jengkal dia mengawasi wajah nona berbaja hijau itu sambil
tertawa nyengir.
Nona berbaju hijau itu sama sekali tidak kaget, bagaikan bersua
dengan teman lama saja, katanya seraya tertawa hambar :
"Tentunya kau datang dari atas atap bukan" Apakah tidak
mengagetkan para penjaga disekitar rumah" Aku lihat, ilmu
meringankan tubuh yang kau miliki hebat juga!"
Pek hoa lengcu Thio Khian adalah seorang raja iblis yang banyak
merusak kehormatan orang, selain hatinya kejam, cara kerjanya
juga sangat brutal. Tapi karena ilmu silat yang dimilikinya sangat
lihay, maka tidak seorangpun yang berani mengapa-apakan dirinya.
Maka ketika didepan pintu tadi ia menyaksikan kecantikan sinona
berbaju hijau didepan pintu penginapan tadi, timbullah niatnya untuk
melalap kehormatan gadis tersebut, meski dia tahu Hek bin bu pah
lihay, namun masih tidak diremehkan olehnya, diam-diam diapun
menyelinap masuk ke ruang belakang.
Ketenangan yang ditunjukkan gadis berbaju hijau itu segera
membuat lelaki ini menjadi sangsi, dia berhenti sebentar didepan
pintu, kemudian baru masuk kedalam ruangan.
Kembali nona berbaju hijau itu tertawa merdu, katanya kemudian
: "Kau tidak takut terhadap Hek bin bu pah Cu Thi gou?"
"Huuuh".. kalau cuma manusia macam Hek bin bu pah mah
siauseng tak akan memandang sebelah matapun!" jawab Pek hoa
lengcu Thio Kian sambil mengangkat kepala.
Kemudian dengan langkah lebar, dia masuk ke dalam ruangan.
Gadis berbaju hijau itu tertawa cekikikan.
"Berapa sih umurmu tahun ini" Aku lihat kau lebih cocok kalau
kupanggil lo siauseng," godanya.
261 Selama hidup belum pernah Pek hoa lengcu Thio Kian berjumpa
dengan seorang ga?dis bernyali besar seperti ini, kontan saja
mukanya berubah menjadi merah padam karena jengah.
Tiba-tiba paras muka nona berbaju hijau itu berubah menjadi
dingin bagaikan es, ka?tanya lagi :
"Tahukah kau siapakah Kiongcumu ini?"
Mendengar disinggungnya kata "Kiongcu" Pek hoa lengcu Thio
Kian segera meningkatkan kewaspadaannya, dia bertekad untuk
tidak banyak bicara dan bawa kabur lebih dulu baru bicara
kemudian. Maka sambil tertawa dingin, dia lantas menerjang kearah nona
berbaju hijau itu sambil berseru :
"Peduli amat siapa dirimu!"
Dengan suatu gerakan yang cepat bagaikan sambaran kilat, dia
segera mencengkeram pergelangan tangan kiri nona berbaju hijau
itu. Serangan itu datangnya amat cepat dan dahsyat, tapi nona
berbaju hijau itu masih tetap tenang saja, sambil tertawa merdu dia
berputar kesamping seraya bertekuk pinggang tahu-tahu serangan
Sui tiong lau gwat (mendayung rembulan dari air) dari Pek hoa
lengcu Thio Kian tersebut telah dihindari.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Pek hoa lengcu Thio Kian
sebenarnya sudah merupakan suatu kepandaian yang hebat dalam
dunia persilata, namun dia tak sempat menyaksikan gerakan apakah
yang digunakan gadis berbaju hijau itu untuk menghindarkan diri
dari jurus maut Sui tiong lau gwat yang selama ini tak pernah
meleset itu. Setelah tertegun sejenak, jurus serangan keduapun segera siapsiap
dilancarkan. Mendadak gadis berbaju hiaju itu menggoyangkan tangannya
berulang kali seraya berseru :
262 "Tunggu sebentar! Tunggu sebentar! Kalau ingin turun tangan,
lebih baik dibicarakan dulu sebaik-baiknya."
"Apa maksudmu?" tegur Pek hoa lengcu Thio Kian dengan suara
berat dan dalam.
Ternyata dia benar-benar mengurungkan niatnya untuk
melancarkan serangan.
Nona berbaju hijau itu segera tertawa cekikikan, ujarnya :
"Mari kita bertaruh! Dalam lima jurus serangan nanti bila kau
berhasil menangkap diriku maka aku tak akan mengusik mereka dan
diam-diam ikut kau pergi."
"Bagus jika toaya tidak berhasil menangkapmu dalam lima jurus,
tanpa banyak bicara aku akan angkat kaki dari sini dan selanjutnya
tak akan mengganggu dirimu lagi."
"Kalau begitu mah termasuk taruhan apa?" seru nona berbaju
hijau itu sambil menarik kembali senyumannya, "kau tak boleh
angkat kaki dengan begitu saja."
"Memangnya aku harus menyerah kalah dan membiarkan diriku
dibelenggu?" Tanya Pek hoa lengcu Thio Kian sambil memancarkan
sinar buas dari balik matanya.
Senyuman manis segera menghiasi ujung bibir nona berbaju
hijau itu, sahutnya :
"Dalam lima gebrakan nanti, bila kau tidak berhasil menangkap
diriku, cukup bila kau bersedia membantuku untuk memberikan
semacam benda kepada seseorang."
Pek hoa lengcu Thio Kian masih belum memahami permainan
busuk apakah yang sedang dipersiapkan gadis berbaju hijau itu,
karena taruhan tersebut sudah jelas lebih menguntungkan pihaknya.
Dia adalah seorang manusia bengis yang sudah terbiasa
melakukan kejahatan, sudah barang tentu diapun segan untuk
263 mempercayai perkataan orang dengan begitu saja, setelah sangsi
beberapa saat lamanya diapun lantas berkata :
"Kalau cuma menghadiahkan sebuah benda kepada seseorang,
rasanya kau sendiripun sanggup untuk melakukannya, mengapa kau
harus bertaruh denganku?"
"Mau bertaruh atau tidak terserah padamu sendiri, akupun
enggan untuk banyak ribut denganmu," kata si nona berbaju hijau
itu sambil berkerut kening, "asal aku berteriak, sudah pasti ada
orang yang akan menggantikan diriku untuk bertarung denganmu,
silahkan saja mempertimbangkan sendiri untung-ruginya!"
Pek hoa lengcu Thio Kian benar-benar tidak habis mengerti
tentang maksud hati ga?dis berbaju hijau itu tapi daripada
kehilangan kedua-duanya, maka tak ada salahnya untuk dicoba.
Maka diapun mengangguk berulang-kali.
"Baik, kita tetapkan dengan sepatah kata itu!"' katanya.
"Kalau begitu, kau boleh mulai turun tangan!"
Pek hoa lengcu Thio Kian tidak banyak berbicara lagi, sepasang
tangannya segera diayunkan berulang kali melancarkan serangan
berantai dengan jurus Luan cian bwe hoa (menggunting bunga Bwe
secara ngawur), Hun im ki gwat (memisah awan mengambil
rembulan), Kim cok wan (serat emas membelenggu pergelangan
tangan) Liu seng kan gwat (binatang lewat mengejar rembulan) dan
Sui tiong lau gwat (mendayung rembulan dalam air).
Nona berbaju hijau itupun segera mengembangkan pula gerakan
tubuhnya untuk mengahadapi serangan tersebut, dalam waktu
singkat seluruh ruangan tersebut sudah dipenuhi oleh bayangan
hijau. Begitulah tanpa menimbulkan sedikit suarapun, kedua orang itu
terlibat dalam suatu pertarungan yang amat sengit.
264 Ruangan itu sesungguhnya tidak terlampau luas, tapi makin
bertarung Pek hoa Lengcu Thio Kian merasakan hatinya semakin
terperanjat sebab walaupun tempat itu sempit, dia tak mampu
menowel seujung rambut nona berbaju hijau itu apalagi
memegangnya. Dikala lima jurus serangan itu baru habis dilancarkan dan
tubuhnya agak terhenti sejenak, mendadak urat nadi pada
pergelangan tangannya terasa menjadi kaku, ta?hu-tahu
pergelangan tangannya itu sudah kena dicengkeram oleh sinona
berbaju hijau itu.
Seketika itu juga, Pek hoa lengcu Thio Kian merasakan segenap
tenaga dalamnya punah tak berbekas, dengan gelisah dia lantas
berseru : "Kau...... kau..,,..."
Agaknya nona berbaju hijau itu tidak berminat untuk melukainya,
terbukti ia segera lepas tangan begitu berhasil mencengkeram
lengan lawannya sambil tertawa katanya kemudian,
"Jangan takut pun kiongcu tak akan melukai dirimu."
Berbareng itu juga, tangannya yang lain telah menyusupkan
semacam benda ketangan Pek hoa lengcu Thio Kian dengan nada
perintah katanya :
"Cepat serahkan benda itu kepada So loyacu dikuil Tiong gak bio
jangan sampai salah."
Tampaknya kelihayan ilmu silat yang dimiliki nona berbaju hijau
itu telah menimbulkan perasaan ngeri dalam hati Pek hoa lengcu
Thio Kian, dia tak berani menggoda lagi dengan kata-kata yang
kotor, dengan hormat katanya :
"Tolong tanya siapakah nona" Bila So loyacu menanyakannya
nanti ".."
"Pun Kiongcu datang dari istana Ban seng kiong!"
265 Pek hoa lengcu Thio Kian tak berani banyak bertanya lagi, dia
segera membalikkan badan dan melompat naik keatas atap rumah.
Tapi belum lagi dia sempat pergi jauh, mendadak terdengar
seseorang membentak keras :
"Bocah keparat, kau anggap kedatanganmu itu berhasil
mengelabui ketajaman mata kami?"
Bagaimanapun juga Pek hoa lengcu Thio Kian termasuk seorang
jago kenamaan di dalam dunia persilatan, tentu saja pengalamannya
juga luas sekali, kecerdasannya boleh dibilang jauh melebihi orang
biasa. Sejak menyaksikan kepandaian silat yang dimiliki nona berbaju
hijau itu, dia sudah menduga sampai dimanakah kelihayan dari pihak
istana Ban seng kiong, maka mendengar suara bentakan itu, tanpa
berpaling lagi dia membalikkan badannya dan melarikan diri kearah
yang lain. Sayang meski dia cepat, orang lain jauh lebih cepat lagi daripada
dirinya, ketika ia mendengar segulung desingan angin tajam
menyambar tiba, tahu-tahu jalan darah siau yau hiatnya menjadi
kaku, tubuhnya terasa lemas dna tak ampun lagi tenaga dalamnya
buyar dan tubuhnya pun terjatuh dari atas atap rumah.
Menyusul kemudian bayangan merah berkelebat lewat, tahu-tahu
dia sudah dibawa masuk kembali ke dalam ruangan.
Mimpipun Pek hoa lengcu Thio Kian tidak menyangka kalau
dalam dunia persilatan telah muncul begitu banyak jago persilatan
yang berilmu tinggi, hingga dengan mengandalkan kepandaian yang
dimiliki pun dia tak sempat melancarkan serangan balasan.
Setelah terjatuh ke tangan musuh sekarang tentu saja dia tak
dapat berbuat lain kecuali memejamkan matanya dan pasrah kepada
nasib. 266 Tapi dalam hati kecilnya dia mencaci maki nona berbaju hijau itu
habis-habisan, dia merasa tidak seharusnya gadis tersebut
mempermainkan jiwanya dengan mempergunakan cara tersebut.
Meksi matanya terpejam rapat, telinganya dipasang baik-baik, dia
siap menunggu hukuman yang bakal diputuskan oleh Ban seng
kiongcu. Mendadak dari dalam ruangan itu terdengar seseorang
mendehem pelan, tapi suara itu bukan suara dari Ban seng kiongcu,
maka tanpa terasa dia membuka matanya untuk mengintip.
Tampak di dalam ruangan itu telah bertambah dengan seorang
kakek berkepala botak, nona berbaju hijau tadi berdiri disamping
kakek botak tersebut, sedangkan si nona berbaju merah yang
menentengnya masuk kedalam ruangan itu berdiri di belakangnya.
Terdengar kakek botak itu mendehem beberapa kali, kemudian
setelah menghela napas katanya :
"Bwe leng kembali kau tidak menuruti perkataanku!"
Dari nada pembicaraan tersebut, Pek hoa lengcu Thio Kian dapat
mendengar kalau si kakek botak tersebut sedang menegur si nona
berbaju hijau itu, sekarang dia baru tahu kalau si nona berbaju hijau
itu sama sekali tidak berniat untuk mempermainkan dirinya, rasa
marah dan kesal yang semula mencekam perasaannya pun segera
banyak berkurang.
Ketika si nona berbaju hijau itu mendengar teguran dari kakek
botak, dengan wajah tidak puas dia lantas berseru :
"Coba kau katakan, kesalahan apa yang telah kulakukan" Aku toh
tidak mengingkari janji."
"Aku sudah banyak mengajarkan ilmu silat kepadamu meski tiada
hubungan antara guru dan murid, tapi dalam kenyataan kita
memang pernah berhubungan sebagai guru dan murid, selain itu
aku adalah Lo sancu dari istana Ban seng kiong, sedang kau tak
lebih cuma seorang kiongcu saja, kenapa kau berani bicara dengan
nada semacam itu kepada diriku".?"
267 Pek hoa lengcu Thio Kian yang mendengarkan pembicaraan
tersebut, diam-diampun merasa geli sekali, dia merasa Lo sancu
tersebut benar-benar terlalu memanjakan nona berbaju hijau
tersebut, sehingga sama sekali tidak memiliki kewibawaan sebagai
seseorang dari angkatan yang lebih tua........
Darimana dia bisa tahu kalau lo sancu ini adalah seorang manusia
berhati keji yang tindak tanduknya busuk dan kejam, pada
hakekatnya sukar untuk mengukur hatinya dari perubahan mimik
wajahnya itu....
Dalam pada itu paras muka si nona ber?baju hijau itu telah
berubah menjadi sangat tak sedap dipandang mungkin karena malu
menjadi naik pitam, dengan suara keras segera serunya :
"Aku toh tidak meminta kau ajarkan ilmu silat kepadaku, aku pun
tak ingin menjadi seorang kiongcu atau tidak, jika kau keberatan,
lebih baik kita batalkan saja perjanjian tersebut sampai disini saja....
Nada pembicaraannya ketus sekali.
Kakek botak itu sedikitpun tidak menja?di gusar, cuma katanya
dengan suara pelan :
"Aku sendiripun sudah cukup banyak dibuat kheki olehmu, kalau
ingin membatalkan janji juga boleh, sekarang juga kau boleh
kembali ke tempat yayamu, cuma tentu saja janjiku kepadamu juga
akan segera kubatalkan pula."
Dibalik perkataan itu terkandung pula nada ancaman.
Tiba-tiba nona berbaju hijau itu tertawa manis, ia berkata :
"Walaupun kau juga tahu kalau kau sedang menggertak serta
memperalat diriku, tapi ucapan seorang kuncu lebih berat daripada
sebuah bukit, setelah kululuskan tentu saja aku tak akan
membatalkan secara sepihak, janji itu hanya bisa batal bila kau yang
membatalkannya lebih dulu!"
Sudah jelas dia merasa rada takut, tapi dalam pembicaraan
sedikitpun ia tak mau mengalah.
268 Kakek botak itupun tidak mempersoalkannya lebih jauh dia
segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Haahhh". Haaahhhh".. haaahhhh".. terserah apa saja yang
hendak kau katakan, pokoknya begitulah watak lohu, aku tak ingin
menjadi seorang yang suka ingkar janji, tampaknya kau terpaksa
harus menjadi kiongcu ban seng kiong selama dua tahun, sampai
waktunya lohu baru akan memenuhi kehendak hatimu!"
Pelan-pelan gadis berbaju hijau itu menundukkan kepalanya dan
menghela napas panjang, di balik helaan napas tersebut entah
terdapat berapa banyak penderitaan dan kesedihan.
Kakek botak itu segera memberi tanda kepada Cun Lan atau si
nona berbaju merah itu, lalu katanya:
"Ambil kembali barang milik Kiongcu itu dan kembalikan kepada
Kiongcu!" Diantara ulapan tangannya tersebut dia membuat sebuah tanda
rahasia"..
Dari tangan Pek hoa lengcu Thio Kian, nona berbaju merah itu
mengambil kembali sebiji bunga mutiara, kemudian diserahkan
kembali kepada nona berbaju hijau itu ke?mudian sambil tertawa
katanya: "Thio Kian itu manusia macam apa" Apakah kiongcu tidak kuatir
bunga mutiaramu itu ternoda?"
Nona berbaju hijau itu segera melotot sekejap ke arah Cun Lan,
dengan ketakutan nona berbaju merah itu bersin beberapa kali dan
segera melengos ke arah lain.
Sambil menggertak giginya kencang kencang, nona berbaju hijau
itu segera mengerahkan tenaga dalamnya dan meremas bunga
mutiara itu sampai hancur menjadi bubuk, kemudian tangannya
diayunkan ke depan dan menyebarkan hancuran bubuk itu ke manamana.
Kakek botak itu segera tertawa tergelak katanya :
269 "Besok lohu akan belikan sekuntum bunga mutiara yang lebih
baik lagi untuk diberikan kepadamu."
"Huuuh, siapa yang kesudian dengan bunga mutiara busuk itu!"
dengus si nona berbaju hijau itu.
Sambil tertawa kakek botak itu segera melangkah keluar dari
dalam ruangan, sambil keluar katanya :
"Pokoknya lohu berhasrat untuk berbuat demikian, mau diterima
atau tidak terserah kepadamu sendiri."
Kemudian ditengah gelak tertawa yng amat nyaring, suara
langkah kakinya itu makin lama semakin menjauh.
Sepeninggal kakek botak itu, si nona berbaju hijau itu baru
berseru : "Cun Lan!"
Namun tiada jawaban yang terdengar, ketika dia menoleh, baru
diketahui bahwa Cun Lan maupun Pek hoa lengcu Thio Kian sudah
tidak berada disitu lagi.
Maka sambil tertawa getir, diapun bergumam :
"Bagaimanapun juga Pek hoa lengcu bukan termasuk orang baik
dibiarkan hidup juga hanya mencelakai orang didunia ini saja,
beginipun ada baiknya juga, jadi akupun tak usah bersusah payah
lagi!" Dia berjalan ke sisi jendela dan memandang aneka bunga yang
berada di luar jendela, kemudian sambil menghela napas sedih
katanya : "Sungguh mengherankan mengapa kau menaruh perhatian
khusus kepadanya, lagipula bersedia menjadi kiongcu setannya
selama dua tahun" Kalau kejadian ini sampai diketahui yaya, bisa
jadi dia akan mentertawakan diriku sampai giginya pun turut
terlepas!"
270 Tanpa disadari dia telah mencintai orang ini, demi orang ini dia
rela untuk mengorbankan segala sesuatunya, tapi untuk sesaat dia
belum berhasil menemukan apa alasannya.
Sambil menghela napas, dia membalikkan badannya, mendadak
dia menjerit kaget :
"Hei, kenapa kau kembali lagi?"
Ternyata entah sedari kapan tanpa menimbulkan sedikit suarapun
kakek botak tadi telah berdiri di belakangnya.
Sambil mengangkat bahu kakek botak tertawa, sahutnya :
"Lohu lupa untuk memberitahukan satu hal kepadamu, maka aku
telah balik kembali, apakah kau merasa kesal lagi?"
"Ada urusan apa?"
Kakek botak itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Lohu dan kakekmu telah mengadakan suatu perjanjian besok
malam, maksudku aku hendak mengajakmu untuk menghadiri
bersama, bagaimana menurut pendapatmu?"
Tentu saja nona berbaju hijau itu merasa kegirangan setengah
mati, sepasang matanya terbelalak lebar-lebar sedangkan mulutnya
memperdengarkan suara haah".haahh yang tiada hentinya, nampak
sekali kalau hatinya merasa hatinya tidak tenang.
Terdengar kakek botak itu berkata lagi :
"Aku telah bertekad untuk membawamu pergi tapi dapatkah kau
mengulangi sekali lagi perjanjian yang telah kita buat?"
Begitu menyinggung kembali soal perjanjian yang mereka
lakukan, semua kegembiraan nona berbaju hijau itu seketika tersapu
lenyap, bibirnya juga terbungkam dalam seribu bahasa.
Kakek botak itu segera tertawa terbahak-bahak katanya :
"Loha akan mewakilimu untuk mengulangi sekali lagi!
Pertama, selama dua tahun ini, kau tak boleh berbicara sepatah
katapun dengan kakekmu.
271 Kedua, dalam dua tahun ini kau tak boleh berjumpa dengan
orang lain dengan raut wajah aslimu (termasuk kakek dan kekasih
hatimu). Ketiga, selama dua tahun ini, kau tak lebih adalah Ban seng
kiongcu yang harus berjuang demi nama besar istana ban seng
kiong. Keempat, dalam dua tahun ini kau tak boleh mengutarakan asal
usulmu yang sebenarnya kepada siapapun.
Kelima, dalam dua tahun ini kau harus membunuh lima orang
yang telah lohu tunjuk (lohu jamin kelima orang itu sama sekali tiada
hubungannya dengan dirimu)!"
Mendengar sampai disitu, dengan mendongkol nona berbaju
hijau itu segera berseru :
"Masih ada lagi, dalam dua tahun ini kau jamin dapat
mengembalikan seorang Thi?" seorang manusia she Thi, kenapa
tidak berani kau katakan?"
Kakek botak itu segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh....haaahh" haaahhh ".sebenarnya hendak kukatakan,
tapi kau telah mendahuluinya, mana bisa kau salahkan kepadaku?"
Menyusul kemudian dengan wajah serius dia berkata lagi :
"Besok lohu hendak mengadakan pertemuan dengan kakekmu,
dan kau turut hadir dengan kedudukanmu sebagai Ban seng
kiongcu. Aku harap kau jangan terlampau emosi sehingga tidak
dapat mengendalikan perasaan, sebab yang bakal celaka adalah
bocah she Thi itu sendiri. Hehehe.... heeehhh..heeehhh". sekarang
lohu sudah memperingatkan dirimu lebih dulu, sehingga kalau
sampai terjadi sesuatu dikemudian hari, jangan kau katakan lohu
tidak memberi peringatan lebih dulu!"
Selesai mengucapkan kata-kata itu, si kakek botak tersebut
segera membalikkan badannya dan berlalu dari situ, meninggalkan si
nona berbaju hijau itu harus memutar otak untuk
mempertimbangkannya sendiri.
Apa yang sebenarnya telah terjadi"
272 Kiranya ketika Pek leng siancu So Bwe leng sedang menikmati
jalannya pertarungan antara kakeknya Tiang pek lojin melawan
barisan Lo han tin dari Siau lim si, mendadak dia merasakan
datangnya segulung angin tajam yang menyergap tubuhnya, belum
lagi dia menjerit kaget, tahu-tahu tubuhnya sudah dikempit oleh
kakek botak itu dibawa kabur.
Dalam kempitan lawan tersebut, ia dapat menyaksikan Boan san
ji koay melakukan pengejaran yang ketat, lain kakeknya juga
menyusul datang, sebenarnya dia ingin menjerit, tapi kakek botak
tersebut telah menotok jalan darah bisunya, ini membuat gadis itu
hanya bisa menyaksikan kakeknya pulang dengan perasaan yang
murung ketika ia disembunyikan kakek botak diatas pohon.
Ternyata kakek botak itupun bersikap terbuka, begitu kakeknya
pergi, dia lantas membebaskan totokan jalan darahnya serta
mengajaknya berunding.
Pek leng siancu So Bwe leng adaiah seorang gadis yang tidak
takut kepada langit tidak takut kepada bumi, tentu saja dia tak
menggubris perkataan kakek itu, berulang kali dia melakukan
penyerangan yang gencar terhadap kakek botak tersebut.
Sudah belasan kali dia mencoba usahanya itu, sayang tiap kali dia
tak sanggup bertahan sebanyak dua gebrakan.
Kakek botak itu melayani terus serangan-serangan dari So Bwe
leng sampai akhirnya gadis itu kehabisan tenaga dan tergeletak
dengan perasaan tak luka.
Saat itulah tidak perduli gadis itu mau mendengarkan atau tidak,
dia berbicara seorang diri, pokoknya isi pembicaraan itu pa?da garis
besarnya adalah berkisar karena bakatnya yang baik, dia hendak
menerimanya menjadi murid, memberi pelajaran ilmu silat
kepadanya, membantu dia dan kakeknya untuk mencarikan Thi Eng
khi dan mengalahkan partai Siau lim serta partei Bu tong.
Pek leng siancu So Bwe leng sama sekali tidak menggubris
ocehan kakek botak itu bahkan mendengarpun tak sudi, ini
273 membuat si kakek botak tersebut menjadi mencak karena
mendongkol. Akhirnya kakek botak itu berhasil menemukan titik kelemahan
dari Pek leng siancu, dia dapat melihat bahwa nona yang keras
kepala ini selalu acuh tak acuh terhadap persoalan apapun, tapi
ketika membicarakan soal Thi Eng khi dari balik sinar matanya yang
jeli itu segera terpancar keluar serentetan cahaya aneh.
Sebagai seorang manusia licik yang banyak tipu muslihatnya
serta memiliki pengalaman yang luas, dengan cepat ia dapat
memahami apa gerangan yang telah terjadi, maka sengaja dia
mengibul dengan kata-kata besarnya .
"Sesungguhnya untuk mencari jejak Thi Eng khi bukanlah suatu
pekerjaan yang terlampau sulit."
Benar juga, So Bwe leng segera bertanya tanpa sadar.
"Dia berada dimana?"
Dengan cepat kakek botak itu menggelengkan kepalanya
berulang kali katanya :
"Aku tak dapat memberitahukan hal ini kepadamul"
Sekarang giliran Pek leng siancu So Bwe leng yang berusaha
memohonnya dengan kata-kata yang lembut.
Setelah jual mahal sekian waktu, akhirnya kakek botak itu baru
menerangkan bahwa Thi Eng khi telah disembunyikan disuatu
tempat yang amat rahasia letaknya.
Tentu saja Pek leng siancu tidak percaya maka diapun lantas
merangkai suatu cerita yang setengahnya kenyataan dan
setengahnya tipuan untuk membohongi gadis tersebut.
Akhirnya gadis itu kena ditipu mentah-mentah dan
mempercayainya seratus persen.
274 Maka Pek leng siancu So Bwe leng pun segera mengeraskan
hatinya untuk mengadakan suatu perjanjian dengan kakek botak itu
serta menjadi kiongcu atau tuan putri dari istana Ban sen kiong.
Cuma, sering kali dia masih mengumbar wataknya hingga kakek
botak itu benar-benar dibikin kehabisan daya.
Siapakah kakek botak itu" Dia bukan lain adalah teman lama kita,
Huan im sin ang adanya.
Sekarang dia telah menjadi lo sancunya istana Ban sen kiong,
dan selangkah demi selangkah dia sedang melaksanakan tipu
muslihatnya menurut rencana yang telah dibuatnya.
Langit yang kelabu dilapisi oleh awan yang hitam, langit amat
gelap dan angin berhembus kencang, pintu gerbang sebuah
bangunan gedung yang setengah terbuka setengah tertutup
bergoyang tiada hentinya menimbulkan suara yang keras.
Sekilas cahaya halilintar membelah angkasa dan menyinari
kegelapan malam.
Dalam keadaan seperti itulah, tampak ada dua sosok bayangan
manusia sedang menerobos masuk ke dalam bangunan itu de?ngan
kecepatan luar biasa.
Dulu bangunan rumah itu pernah tersohor dan dipuja oleh setiap
umat persilatan tapi kini suasana amat hening, sepi dan
mendatangkan suasana yang mengenaskan.
Selama setengah tahun belakangan ini, seringkali ada jago
persilatan yang rombongan demi rombongan mendatangi gedung
rumah itu diwaktu malam, namun setelah melakukan pemeriksaan
sekejap, akhirnya dengan membawa perasaaa kecewa pergi tak
berbekas. Sekarang, kembali ada dua sosok bayangan manusia mendatangi
gedung tersebut, tampaknya merekapun tak bakal mendapatkan
hasil apa-apa dari tempat itu.
275 Akan tetapi jika dilihat dari gaya mereka berdua ketika memasuki
bangunan rumah tersebut, tampak seakan-akan kedua orang itu
sudah mempunyai rencana matang tidak seperti orang-orang
lainnya, datang dengan cepat pergipun dengan cepat.
Sesudah masuk ke halaman dalam, kedua orang itu segera
menutup pintu gerbang, memasang lampu dan kemudian baru
melakukan pemeriksaan langsung ke ruang dalam.
Kedua orang itu memperhatikan sekejap dinding tembok yang
berwarna biru beserta tujuh buah lentera kristal yang berbentuk
tujuh bintang itu, kemudian salah seorang diantaranya
menghembuskan napas panjang, katanya lirih :
"Mungkin ruangan inilah yaag dimaksudkan!"
Rekannya itu manggut-manggut.
"Saudara Ong harap kau bersiap sedia, siaute akan segera
mencobanya?"?"
Orang she Ong itu segera membalikkan tangannya dan mencabut
keluar sepasang gelang Kan kun cu bu cuan yang berwarna bi?ru,
setelah membuat sebuah lingkaran bunga diatas kepala, kedua
gelang itu lantas dibenturkan satu sama lainnya sehingga
menimbulkan suara bentrokan yang amat nyaring :
"Jangan kuatir saudara Ong," katanya, "bukan siaute sengaja
omong besar, dengan mengandalkan nama siaute sebagai Hoo lok it
cuan (gelang sakti dari Hoo lok) Ang Ceng, rasanya tak nanti ada
orang yang berani datang mengganggu kita!'
Rekannya segera menyambung :
"Nama besar saudara Ang memang sudah termashur sampai
dimana-mana, hampir semua orang mengetahuinya, memang siaute
yang terlalu banyak curiga."
Selesai berkata dia lantas melambung di tengah udara dan
meluncur kearah lentera kristal berbentuk segi tujuh yang ketiga itu,
berada di tengah udara, badannya berjumplitan beberapa kali,
276 kemudian lencana tersebut digerakkan tiga kali keatas dan empat


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali kebawah. Semua gerakan itu dilakukan hanya mengandalkan setarikan
napas saja, ketika melayang turun kembali keatas tanah, wajahnya
tidak merah, napasnya tidak terengah ini menunjukkan kalau ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki benar-benar telah mencapai puncak
kesempurnaan. "Bagus!" seru Hoo lok it cuan Ang Ceng dengan suara lantang,
"saudara Ong, nama besarmu Thian gwa hui hong (pelangi terbang
dari luar langit) memang bukan nama kosong belaka, cukup dilihat
dari ilmu meringankan tubuh yang kau miliki itu, siaute sudah
merasa puas sekali, tak heran kalau lo sancu menyuruh saudara Ong
yang turun tangan."
Baru selesai dia berkata, terdengar suara gemuruh yang
memekikkan telinga berkumandang dari arah bawah tanah.
Kedua orang itu segera saling berpandangan sekejap, paras
muka mereka berseri dan memperlihatkan luapan rasa girang yang
luar biasa. Menyusul kemudian, meja altar didepan, sana tenggelam
kebawah disertai suara keras yang memekikkan telinga, ditengah
gemuruh karena itulah dari bawah tanah muncul sebuah patung
naga emas dengan sebuah cakar raksasanya yang dipentangkan
lebar-lebar, ditengah cakar mautnya itu tersisip secarik kertas.
Tanpa terasa Thian gwa hui hong Ong Put khong memuji :
"Sancu benar-benar seorang manusia yang luar biasa, apa yang
diduganya sama sekali tidak meleset, mungkin jejak dari Thian liong
ngo siang bakal diketahui lewat se?carik kertas ini."
Seraya berkata dia lantas memberi tanda dan siap mengambil
kertas tersebut.
Akan tetapi sewaktu jari tangannya hampir menyentuh ditepi
kertas inilah mendadak kertas itu melayang sendiri tanpa terhembus
277 angin, kemudian setelah berputar satu lingkaran diatas kepala
mereka segera meluncur keluar pintu.
Thian gwa hui hong Ong Put khong maupun Hoo lok it cuan Ang
Ceng semuanya merupakan jago-jago kenamaan didalam dunia
persilatan, setelah menyaksikan kejadian itu dengan cepat mereka
tahu kalau ada seorang jago lihay telah merampas kertas tersebut
dari tangan mereka.
Dengan gaya ular raksasa membalikkan badan Hoo lok it cuan
Ang Ceng segera menggerakkan sepasang gelangnya, yang satu
dipakai untuk membuka jalan sementara yang lain dipakai untuk
melindungi jalan darah penting didepan dada.
Lalu sambil menyerbu ke depan, bentakny keras-keras.
"Siapa?"
Thian gwa hui hong Ong Put khong juga menubruk ke depan
sambil membentak keras :
"Tinggalkan kertas itu, kuampuni selembar jiwamu!"
Reaksi yang dilakukan kedua orang ini sungguh cepat seperti
sambaran kilat, sekalipun demikian, mereka toh masih terlambat
satu langkah, tak sempat mereka saksikan siapa gerangan orang
yang menyerobot kertas tersebut.
Tanpa menghentikan gerakan tubuhnya kedua orang itu
menerjang keluar ruangan tapi baru saja sampai diluar ruangan,
mendadak dari belakang terdengar suara orang tertawa dingin.
"Berhenti kalian berdua!"
Thian gwa hui hong Ong Put khong serta Hoo lok it cuan Ang
Ceng menjadi tertegun mereka tidak habis mengerti apa sebabnya
orang itu bisa berputar ke belakangnya.
Jilid 9 278 BAGAIMANAPUN hati mereka menggerutu, gerakan tubuh mereka
sewaktu berputar dilakukan dengan kecepatan luar biasa, satu dari
kiri yang lain dari kanan, serentak mereka mendekati orang itu,
agaknya kuatir kalau orang itu berhasil melarikan diri lagi.
Serentetan cahaya api melancar keluar dan menyinari orang yang
berbicara itu ternyata itulah wajah yang kotor dan dekil penuh
dengan minyak, itupun seraut wajah jago persilatan yang cukup
dikenal olehnya.
Paras muka Thian gwa hui hong Ong Put khong serta Hoo lok it
cuan Ang Ceng segera berubah menjadi serius, mereka saling
menyinggung lengan masing-masing sebagai tanda.
Dengan cepat Hoo lok it cuan Ang Ceng menggetarkan sepasang
gelangnya lalu dipindahkan ketangan kirinya sedangkan Thian gwa
hui hong Ong Put khong tidak membawa senjata, tapi serentak dia
menjura sambil berseru :
"Rupanya Kay pang pangcu Cu tayhiap yang telah dating, maaf
kalau kami kurang hormat."
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu, Hou bok sin
kay (mata harimau pengemis sakti) Cu Goan po menatap kedua
orang itu lekat-lekat, lalu bertanya dengan suara dalam :
"Rupanya kalian berdua juga tahu tentang rahasianya Thian liong
pay" Sudah pasti kalian mendapat perintah dari seseorang."
Seandainya berada dihari-hari biasa sudah pasti Hoo lok it cuan
Ang Ceng tak akan berani mengusik Hou bok sin kay Cu Goan po
tapi keadaan yang dihadapinya pada hari ini sedikit berbeda.
Pertama, dia merasa dengan tenaga gabungan dari Thian gwa
hui hong Ong Put khong dengan dirinya tidak sulit untuk
mengalahkan sipengemis tua yang memuakkan itu.
Kedua, Kedatangan mereka kali ini disertai dengan suatu
persiapan yang matang, asal tanda rahasia dilepaskan maka bala
bantuan segera akan berdatangan sekalipun tak sampai meraih
kemenangan, paling tidak tak akan menderita kerugian apa-apa.
279 Maka dengan perasaan tak acuh mereka tertawa dingin, lalu
katanya : "Persoalan ini sama sekali tak ada sangkut paut dengan pihak kay
pang mengingat kita perkenalan dimasa lalu, aku minta serahkan
kembali kertas surat itu kepadaku dan urusan kita bikin selesai
sampai di sini saja, kalau tidak".. Hmm! Itu berarti kau sedang
membakar tubuhmu sendiri!"
Thian gwa hui hong Ong Put khong adalah seorang yang berotak
licik, meski gusar dihati, senyuman terkulum diujung bibirnya, dia
berkata pula : "Kami berdua berasal dari istana Ban seng kiong, kali ini sedang
bertugas atas perintah atasan kami, tidak banyak pula yang kami
ketahui maka jika Cu tayhiap ada persoalan silahkan bertanya
langsung kepada Sancu kami, daripada terjadi bentrokan kekerasan
diantara kita, lebih baik serahkan saja surat itu kepada kami."
Mendengar perkataan itu, si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goau po tertawa terbahak bahak.
" Haaahhh?". Haaahhh?" haaahhh".. terlalu gampang jika
cuma begitu, sejak tadi sampai sekarang kalian belum menjawab
sepatah katapun apa yang kuajukan, sebaliknya malah mau
mengancam diriku. Hmm, kenapa kalian tidak berpaling dan melihat
dulu siapa saja yang berada dibelakangmu?"
Mendengar perkataan itu, Thiang gwa hui hong Ong Put khong
serta Hoo lok it cuan Ang Ceng merasa amat terkejut, dengan cepat
mereka berpaling?"".
Tampaklah didepan pintu ruangan tengah telah berdiri tegak lima
orang pengemis tua.
Mereka adalah lima orang jago lihay di bawan pimpinan Kay pang
pangcu yang disebut orang Kay pang ngo heng, yaitu terdiri dari :
Kim kay (pengemis emas) Ui Hui, Bok kay (pangemis kayu) Lim
Gwan, Sui kay (pengemis air) Hay In, Hwee kay (pengemis api) Hee
Tam dan Toh kay (pengemis tanah) Yu Jit.
280 Siapa pun diantaranya ke lima orang itu meksi bertarung satu
lawan satu dalam lima puluh gebrakan sudah mampu untuk
menaklukan mereka berdua, hal ini membuat kedua orang tersebut
merasa terkesiap.
Meski keder dihati, diatas wajahnya ke dua orang itu tidak
menunjukkan perasaan tersebut, tiba tiba mereka mendongakkan
kepala dan berpekik panjang, dibalik pekikan itu terseliplah kode
rahasia untuk memohon bala bantuan.
Begitu pekikan berkumandang, Hoo lok it cuan Ang Ceng segera
berkata dengan lantang :
"Mau berduel atau main kerubut, kami berdua siap untuk
menghadapinya?""!"
"Menurut penglihatanku, kalian bukan tandingan kami," kata
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po dengan dingin, "tapi
kalau dilihat dari sikap jumawa kalian, tampaknya disekitar sini
sudah dipersiapkan bala bantuan?"
"Kalau benar mau apa?" tantang kedua orang itu dengan sikap
yang amat jumawa.
"Baik, kalau memang begitu, semoga saja kalian jangan
menyesal!"
Kepada ke lima orang jagoan dia memberi tanda, lalu katanya :
"Kalau toh kedua orang ini bermaksud untuk merebut benda itu
dengan kepandaian rasanya kitapun tak perlu mendapat malu,
segala sesuatunya dilaksanakan menurut rencana."
Menyaksikan pihak lawan sama sekali tidak memberi kesempatan
kepada mereka berdua untuk mengulur waktu, dengan gugup Thian
gwa hui hong Ong Put khong berseru :
"Kalian hendak mengandalkan jumlah banvak untuk meraih
kemenangan, apakah tidak malu kalau berbuat ini akan ditertawakan
orang?" 281 Secepat sambaran petir kelima orang pengemis ngo heng itu
sudah mengepung orang itu rapat rapat.
Sambil melepaskan sebuah pukulan, si Pengemis tua berseru :
"Perkumpulan kami hanya berbicara soal peraturan dengan umat
persilatan yang berjiwa lurus, untuk menghadapi manusia macam
kalian, cara macam apapun akan kami pergunakan''
"Wees".!" angin pukulan yang maha dahsyat itu dengan cepat
menghantam keatas tubuh Hoo lok it cuan Ang Ceng.
Menyaksaikan datangnya ancaman tersebut, dengan cepat Ang
Ceng menyingkir ke samping menghindarkan diri dari serangan itu,
kemudian dengan tangan kirinya menyambut serangan lawan
dengan jurus Yau cian leng coa (membacok pinggang ular sakti),
tangan kanannya melancarkan sebuah serangan balasan dengan
jurus Beng gwat tang tau (rembulan purnama diatas kepala).
Di tengah suara tertawa dinginnya si pengemis emas Ui Hui,
berganti gaya sambil menggeser badan, lalu dengan jurus Pang seng
tou gwat (memukul bintang menyungging rembulan) dia punahkan
ancaman gelang lawan, menyusul kemudian dengan lima jari yang
dipentangkan bagaikan cakar dia balas mencengkeram urat nadi
pada pergelangan tangan kanan Hoo lok it cuan Ang Ceng.
Jurus serangan ini dipergunakan secara jitu dan lihay, dengan
cepatnya memaksa Hoo lok it cuan Ang Ceng terdesak mundur
berulang kali. Sementara itu Thian gwa hui hong Ong Put khong telah
melangsungkan pertarungan seru melawan pengemis kayu Lim
Gwan, sudah barang tentu dia bukan tandingan dari pengemis kayu
Lim Gwan itu, ditambah lagi pengemis air, pengemis api dan
pengemis tanah masing-masing berjaga di empat penjuru sambil
bersiap siap melancarkan ancaman, kesemuanya itu mendatangkan
tekanan kejiwaan yang besar baginya.
Tenaga dalam yang seharusnya sudah mencapai sepuluh bagian,
cuma delapan bagian saja yang bisa dipergunakan secara baik,
282 belum lagi sepuluh gebrakan lewat, dia sudah dibikin kalang kabut
tidak karuan. Sekalipun begitu, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
tidak sabar pula, tiba-tiba serunya dengan suara lantang :
"Mereka mempunyai bala bantuan yang dipersiapkan di sekitar
tempat ini, kalian segera selesaikan pertarungan ini dengan
secepatnya!"
"Baik!" sahut pengemis air, api dan tanah bersama.
Siapa tahu baru saja mereka menggerakkan tubuhnya, mendadak
dari luar pintu bermunculan beberapa sosok bayangan manusia yang
langsung menyongsong datangnya serangan dari pengemis emas,
kayu, air, api dan tanah, dengan begitu Hoo lok it cuan Ang Ceng
serta Thian gwa hui hong dapat mengundurkan diri.
Menyusul kemudian, dari luar ruangan muncul kembali tiga sosok
bayangan manusia, salah seorang diantaranya yakni seorang kakek
berambut putih dan bermata bengis berseru kepada Ang Ceng serta
Ong Put khong :
"Sudah berhasil?"
"Benda itu sudah dirampas oleh Kay pang pangcu!" jawab kedua
orang itu dengan hormat.
Kakek berambut putih itu segera melototkan matanya bulat bulat,
kepada kedua orang rekannya dia memerintahkan :
"Lote berdua, cepat bekuk!" orang itu se?gera berjalan
kehadapan pengemis sakti bermata harimau, sambil tertawa
terkekeh-kekeh katanya :
"Pengemis Cu, kau hendak menyerahkan diri dengan begitu saja"
Ataukah menunggu sampai kami dua bersaudara yang turun
tangan?" Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan Po adalah seorang
ketua dari perkumpulan besar, kedudukannya sangat tinggi dan
sejajar dengan ketua perguruan lainnya, tentu saja tenaga dalam
yang dimilikinya tidak termasuk rendah.
283 Akan tetapi, setelah mengetahui siapa yang datang, diam-diam ia
merasa terperanjat sekali.
Rupanya kedua orang itu mempunyai kedudukan yang cukup
tersohor di dalam dunia persilatan, bahkan disegani oleh jago-jago
baik dari golongan lurus maupun sesat.
Orang menyebut mereka sebagai Hek pek Siang bun (sepasang
Siang bun hitam dan putih) yaitu Hek Siang bun Go Thian dan Pek
Siang bun Go Tee.
Kedua orang itu memiliki kepandaian sakti yang tiada taranya
didunia ini, terutama ilmu pukulan Si kut im hong ciang (pukulan
hawa dingin penghancur tulang) yang merupakan kepandaian
andalannya, barang siapa yang terkena pasti akan tewas.
Seandainya dia harus menghadapi mereka dengan satu persatu,
dalam seratus gebrakan mungkin bisa menangkap salah satu
diantaranya, tapi kalau kedua orang itu sampai turun tangan
bersama, sudah pasti dia yang bakal kalah dalam seratus gebrakan
kemudian Dengan kedudukan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
dalam dunia persilatan, sekalipun dia sadar bahwa kepandai?an
yang dimilikinya masih bukan tandingan lawan, akan tetapi, dia pun
tak dapat menunjukkan perasaan tersebut diatas wajahnya.
Maka sambil tertawa terbahak-bahak, dia merogoh ke dalam
sakunya dan mengeluarkan sebuah tongkat besi yang delapan depa
panjangnya. ketika tongkat itu digetarkan maka panjangnya menjadi
dua kali lipat, maka jadilah sebuah tongkat Tah kau pang yang
panjangnya mencapai lima depa empat inci.
"Dua orang loheng," demikian dia berkata, "sedari kapan kalian


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdua telah menjadi kaki tangannya orang lain" Sungguh suatu
perbuatan yang terpuji dan pantas diberi selamat! Tongkat
penggebuk anjingku ini merupakan tandingan dari anjing-anjing kaki
tangan orang lain, jika kalian tidak kuatir kena digebuk, silahkan saja
untuk maju!"
284 Hek pek siang bun tertawa dingin, kedua orang itu segera
meloloskan sebuah garpu baja yang panjangnya tiga depa lima inci.
Hek siang bun berdiri disebelah kanan dengan senjata garpu
ditangan kanan, sedangkan Pek siang bun berdiri di sebelah kiri
dengan senjata garpu di sebelah kiri, kedua orang itu sama-sama
mengangkat senjatanya tinggi ke udara, lalu sambil membentur
bentaknya : "Hajar!"
Mendadak tubuh mereka berpisah sambil menerjang ke muka,
kiranya Hek siang bun yang berada disebelah kanan berputar ke
samping kiri, sedangkan Pek siang bun yang berada disebelah kiri
berputar ke sebelah kanan, tubuh mereka bergerak bagaikan
bayangan setan, sepasang garpu ditusukkan bersama ke depan
menyerang jalan darah Ciau cing hiat diatas sepasang bahu lawan.
"Serangan yang bagus," bentak Pengemis sakti bermata harimau
Cu Goan po dengan suara keras.
Tongkat penggebuk anjingnya diangkat sejajar bahu, kemudian
tubuhnya berputar membentuk satu lingkaran, lalu dengan jurus Ji
long tam sam (Ji long memikul bukit) dengan meminjam gaya
perputaran tersebut dia punahkan serangan gabungan dari kedua
buah senjata musuh.
Seketika itu juga Hek siang bun maupun Pek siang bun
merasakan tenaga serangan yang terpancar dari senjata mereka
punah dengan begitu saja, sadar kalau serangannya mengalami
kegagalan, dengan cepat dia merendahkan pinggang, tanpa
merubah posisi senjata garpunya diangkat keatas lalu satu dari kiri
yang lain dari kanan, sekali lagi mereka lancarkan sapuan kedepan.
Didalam melancarkan serangannya kali ini, hampir semua luang
kosong yang berada disekitarnya tercakup didalamnya kecuali
pengemis sakti bermata harimau melompat ke atas untuk
menghindar, rasanya sulit untuk meloloskan diri dari ancaman
tersebut. 285 Akan tetapi, seandainya pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po benar benar melompat keatas maka pukulan Si kut im hong
ciang yang dilancarkan Hek siang bun dan Pek siang bun tentu akan
menyongsong kedatangannya.
Dengan demikian tubuh si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po pasti akan terjebak di tengah udara sudah pasti sulit
baginya untuk menahan serangan gabungan dari kedua orang itu,
akibatnya dia akan terluka oleh pukulan Si kut im hong ciang
tersebut. Sebagai seorang jago yang berpengalaman tentu saja ketua dari
Kay pang ini dapat menyaksikan semua perangkap tersebut dengan
amat jelasnya, tapi diapun mempunyai perhitungan sendiri.
Meski badannya sedang melambung ditengah udara, akan tetapi
toya penggebuk anjingnya melesat ke depan dengan membawa
segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, dengan demikian
ancaman dari Hek pek siang bun yang telah dipersiapkan secara
matang itupun segera gagal total.
Bahkan oleh tenaga gabungan yang dipancarkan kedua orang
tersebut, tongkat penggebuk anjing itu tiba-tiba melesat kembali ke
udara. Di tengah gelak tertawanya yang amat keras, dengan kepala
dibawah kaki diatas pengemis sakti bermata harimau itu
menggunakan gerakan Yan cu keng poo (burung walet terbang
melesat) untuk menyambut datangnya tongkat Ta kun pang itu,
menyusul kemudian badannya turut melayang kembali sejauh
beberapa kaki dari tempat semula.
Mesti cuma terdiri dari tiga jurus dua gebrakan, namun cukup
membuat si kakek berambut putih bermata serigala itu manggutmanggut
dengan perasaan kagum, katanya :
"Nama besar sipengemis Cu memang bukan nama kosong
belaka, Go lote berdua, Lo Sancu sangat mengharapkan kemampuan
kalian, dapatkah kamu berdua menjadi pembantuku, tergantung
286 sampai dimanakah penampilan yang kalian perlihatkan pada hari
ini." Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po adalah seseorang
yang berpengalaman luas, tapi dia tidak mengenali siapa gerangan
kakek berambut putih bermata serigala tersebut, tapi kalau didengar
dari nada perkataannya, dapat diketahui bahwa kedudukan maupun
tingkatannya masih dua tingkat diatas Hek pek siang bun.
Tanpa terasa sepasang alis matanya berkenyit dan wajahnya
segera menunjukkan perasaan bimbang dan ragu.
Pada saat itulah Hek pek siang bun telah berkata lagi :
"Oh lo tak usah kuatir, permainan busuk pengemis Cu hanya
sebanyak itu s a j a, sebentar aku pasti akan mempersiapkan suatu
permainan yang lebih baik lagi didirinya."
Oh lo ditambah dengan ''bermata serigala" dengan cepat
sipengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, teringat akan
seseorang sudah tiga puluh tahun lamanya orang itu lenyap dari
dunia parsilatan, kalau dibilang usia seharusnya sudah mencapai
delapan puluh tahunan, dia tak lain adalah seorang gembong iblis
yang amat termashur didalam kalangan golongan hitam, orang
menyebutnya sebagai Hek sim pa long (serigala buas berhati hitam)
Oh tay kiau. Seandainya benar benar orang itu, besar kemungkinan nasib
dirinya berenam pada hari ini akan musnah ditangannya.
Ingatan tersebut hanya sebentar melintas dalam benaknya, pada
saat itulah sepasang Siang bun hitam putih telah menyerang kembali
kearah bahunya dengan sepasang garpu bajanya.
Pertarungan antara jago lihay seringkali hanya tergantung pada
satu detik, begitu pengemis sakti bermata harimau teledor dengan
cepat dia terjerumus dalam keadaan yang bahaya, tahu-tahu
ancaman sudah berada di depan mata untuk menghindarkan diri
tampaknya akan jauh lebih susah dari pada mendekati bukit.
287 Untunglah disaat yang paling kritis itulah mendadak dari luar
pintu berkelebat datang sesosok bayangan manusia, tampak cahaya
emas berkelebat lewat tahu-tahu sepasang senjata garpu dari Hek
pek siang bun sudah terhisap oleh cahaya emas itu dan tak sanggup
berkutik lagi. Menyaksikan peristiwa tersebut, sepasang siang bun hitam putih
menjadi amat terperanjat, cepat-cepat mereka mundur ke belakang
sambil berusaha untuk melepaskan senjatanya, namun
bagaimanapun juga ia berusaha untuk menarik senjatanya, usaha
tersebut selalu gagal.
Tiba tiba terdengar serigala buas berhati hitam Oh Tay ciau
membentak keras :
"Bocah keparat, siapa kau?"
Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung menuju
kedepan dan menumbuk sebilah pedang emas yang sedang
menghisap sepasang senjata garpu itu.
Ketika angin pukulan itu menghantam di antara pedang emas dan
garpu baja tadi, dengan cepat Hek pek siang bun menarik kembali
senjatanya sambil rnengerahkan tenaga, maksud mereka senjata
tersebut akan dibetot kembali mumpung ada yang membantu.
Siapa tahu pada saat itulah dari atas senjata garpu itu memancar
keluar segulung tenaga pantulan maha dahsyat yang menggetarkan
sepasang lengan mereka hingga menjadi linu, senjatanya tak dapat
dipertahankan lagi, dengan sempoyongan mereka mundur sejauh
tiga langkah. Ketika memandang lagi kearah senjata garpu itu, maka
tampaklah sepasang senjata tadi masih menempel diatas pedang
emas tadi tanpa bergetar barang sedikitpun juga.
Belum lagi wajah musuhnya kelihatan, sedang senjata mereka
sudah dirampas orang, kejadian ini benar benar membuat Hek pek
siang bun merasa terkesiap sekali. Menanti perasaan mereka
288 menjadi tenang kembali, kedua orang itu baru mendongakkan
kepalanya. Tampak orang yang memegang pedang emas dihadapan
mukanya itu berusia dua puluh tahunan, ia mengenakan baju
berwarna biru, mukanya putih dan sangat tampan.
Akan tetapi, waktu itu dengan wajab sedingin es dia sedang
mendelik kearah Hek sim pa long (Serigala buas berhati hitam) Oh
Tay ciau. "Aku bernama Thi Eng khi, tuan rumah gedung ini," kata pemuda
itu memperkenalkan diri "siapakah kalian" Kenapa mendatangi
rumahku ini?"
Thi Eng khi?"..! Thi Eng khi?"..! Ketua angkatan ke sebelas
partai Thian liong pay ternyata bisa munculkan diri dalam keadaan
seperti ini, kejadian tersebut sungguh merupakan suatu peristiwa
yang sama sekali tidak diduga oleh siapapun juga.
Oleh sebab itu, kelima kelompok manusia yang sedang terlibat
dalam pertarungan sengit disebelah sanapun menghentikan
pertarungan mereka secara otomatis. kemudian kembali
kekelompoknya masing masing.
Hou bok sin kay (Pengemis sakti bermata harimau) Cu Goan po
pernah bersua muka dengan Thi Eng khi sewaktu berada dalam
perkampungan Ki hian san ceng tempo hari meski demikian,
andaikata Thi Eng khi tidak menyebutkan sendiri namanya belum
tentu ia dapat mengenalinya kembali.
Perpisahan selama setahun sesungguhnya tidak terhitung terlalu
panjang, namun perubahan atas diri Thi Eng khi terlampau banyak,
baik soal perawakan maupun dalam hal bersikap, seolah-olah dia
dengan setahun berselang adalah dua orang yang berbeda.
Kejut dan girang Hou bok sin kay CU GOan po menyaksikan
kemunculannya, sambil berseru tertahan dan mengucak matanya
berulang kali, lalu dia berseru :
289 ''Thi ciangbunjin, masih ingat dengan aku si pengemis tua?"
Thi Eng khi berpaling dan manggut manggut.
''Sewaktu dalam perkampungan Ki hian san ceng tempo hari, aku
telah banyak menerima budi kebaikanmu, tentu saja tak akan
kulupakan. Biar siauseng menggebah pergi dulu makhluk makhluk
tua tersebut, kemudian baru kuucapkan terima kasih atas kunjungan
pangcu ke rumah siauseng."
Rupanya dia mengira Cu Goan po datang kesana untuk
melindungi perkampungannya.
Dalam pada itu, Hek sim pa long Oh Tay ciau telah melototkan
matanya bulat-bulat, kemudian tegurnya :
"Jadi engkau yang bernama Thi Eng khi?"
Menyusul kemudian, sambil tertawa terbahak-bahak dia berkata
lebih lanjut : "Haaahhhh".. haaahhhh". Haaahhhh?"! didalam jagad sudah
tiada manusia yang bernama Thi Eng khi lagi, sekalipun kau dapat
menyaru sebagai Thi Eng khi namun jangan berharap bisa
mengelabui lohu, Sesungguhnya siapakah kau" Hayo cepat mengaku
sejujurnya!"
Pelan pelan Thi Eng khi meloloskan pedang Thian liong kim kiam
yang tersoren dipinggangnya, kemudian berkata :
"Bila kau terhitung seorang tokoh persilatan yang berpengalaman
dalam dunia persilatan, sepantasnya kalau pedang ini akan kau
kenali, benarkah diriku adalah Thi Eng khi atau bukan, buat apa
musti banyak ditanyakan lagi?"
Hek sim pa long Oh Tay ciau segera memperdengarkan lolongan
serigalanya yang menyeramkan.
"Perduli kau adalah Thi Eng khi yang asli atau bukan," pokoknya
kau akan kubawa pulang kegunung untuk diserahkan kepada Sancu
kami." 290 Begita selesai berkata kelima jari tangannya seperti lima buah
kaitan tajam langsung mencengkeram bahu kanan Thi Eng khi.
Dengan gaya yang seenaknya dia melangkah keposisi tiong kiong
kemudian melewati ang bun dan gayanya tersebut bisa diketahui
bahwa ia tak pandang sebelah matapun terhadap Thi Eng khi.
Didalam anggapannya serangan cakar maut pek TOK siau hun
(selaksa bisa pelenyap sukma) tersebut pasti akan berhasil mengenai
sasarannya dengan telak.
Thi Eng khi membalikkan tangannya dan menyarungkan kembali
pedangnya kedalam sarung kemudian badannya maju selangkah
meloloskan diri dari cengkeraman "pek tok siau hun jiuan"
Mimpipun si Hek sim pa long tidak mengira kalau ilmu
cengkeraman selaksa bisa pelenyap sukma yang memiliki perubahan
yang tiada taranya itu bisa gagal mencapai sasaran pada tubuh
lawannya. Berubah hebat paras muka serigala buas berhati hitam Oh Tay
ciau menyaksikan keadaan tersebut, sambil tertawa dingin segera
serunya : "Coba sambut sebuah cengkeram lohu ini lagi!"
Sambil bergerak ke depan, sekali lagi dia melancarkan sebuah
cengkeraman kilat ke tubuh Thi Eng khi, cengkeraman maut ini
dilancarkan dengan kecepatan luar biasa dan lagi dari ujung tangan
segera memancar keluar lima gulung hawa aneh yang segera
mengurung sekujur badan Thi Eng khi.
Thi Eng khi yang sekarang bukanlah Thi Eng khi setanun
berselang, ke empat macam obat mujarab yang berada didalam
tubuhnya kini sudah membaur dengan kekuatan tubuhnya, ditambah
pula dia telah melatih kitab pusaka Thian liong pit kip selama
setahun lamanya, nadi penting yang mempengaruhi mati hidupnya
telah tertembusi, selain itu ada pula hawa khikang yang melindungi
badannya, tentu saja serangan cakar maut selaksa bisa pelenyap
sukma itu tak mempan terhadap dirinya.
291 Dengan penuh kegusaran segera bentaknya :
"Aku tidak punya waktu banyak untuk rebut denganmu, cepat
kau enyah dari sini!"
Dengan jurus Kim liong tam jiau (naga emas mementangkan
cakar) telapak tangannya segera bergetar menembusi hawa hitam
yang berlapis lapis dan langsung mencengkeram urat nadi diatas
pergelangan tangan Serigala buas berhati hitam Oh Tay ciau.
Hek sim pa long Oh Tay ciau sama sekali tidak menyangka kalau
serangan yang dilancarkan Thi Eng khi bisa demikian cepatnya,
menanti dia berniat untuk menarik kembali tangannya, sayang
keadaan sudah terlambat.
Terasa ada segulung aliran hawa panas memancar masuk ke
dalam, membuat tenaga dalam hasil latihannya selama tujuh
delapan puluh tahun itu sama sekali tak dapat dihimpun kembali.
Terkesiap hati Hek sim pa long Oh Tay ciau menghadapi keadaan
tersebut, peluh sebesar kacang kedelai segera jatuh bercucuran
membasahi seluruh wajahnya.
Thi Eng khi segera mengebaskan tangannya sambil mengayun ke


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan, dengan cepat tubuhnya dilempar keluar dari ruangan tengah.
Sesungguhnya tenaga dalam yang dimiliki Serigala buas berhati
hitam Oh Tay ciau bukan terhitung sembarangan, akan tetapi
kenyataannya belum sampai satu gebrakan menghadapi Thi Eng khi
dia sudah dilempar ke?luar dari dalam ruangan.
Betul hal ini sebagian besar disebabkan sikap pandang entengnya
terhadap lawan, namun andaikata tenaga dalam yang dimiliki Thi
Eng khi tidak memperoleh kemajuan yang amat pesat, mustahil dia
bisa melakukan hal tersebut.
Begitu serigala buas kena dikalahkan para gembong iblis lainnya
semakin tak berani berkutik lagi dibawah seruan tertahan dari
292 Serigala buas itu, kontan semua orang mengambil langkah seribu
dan kabur terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tercengang pula
dibuatnya setelah menyaksikan kelihayan Thi Eng khi, untuk sesaat
lamanya dia berdiri tertegun dengan mata terbelalak dan mulut
melongo, tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan.
Semenjak berhasil melatih ilmu silat yang tercantum dalam kitab
pusaka Thian liong pit kip, pekerjaan pertama yang hendak
dilakukan ThiEng khi adalah pulang ke rumah untuk menengok
ibunya serta menolong Thian liong su siang yang terluka oleh ilmu
jari Thian sat ci.
Waktu itu dia tidak berhasrat untuk bersapa dan berbincang
bincang dengan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po,
dengan cepat pemuda itu menjura seraya ujarnya :
"Sudah banyak tahun aku berkeliaran diluar, kali ini aku sengaja
datang untuk menyambangi ibuku harap Cu pangcu tunggu
sebentar."
Seusai berkata, dia lantas melintas masuk ke ruang dalam.
"Thi ciangbunjin, harap tunggu sebentar," Pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po segera berseru keras, "aku si
pengemis tua hendak membicarakan sesuatu denganmu.''
Tapi Thi Eng khi sudah keburu menyelinap masuk ke ruangan
dalam. Sambil berlarian menuju keruangan belakang. Thi Eng khi
berseru dengan penuh luapan emosi :
"Ibu.... ibu...! anak Eng sudah kembali!"
Hujan turun amat deras, malam itu tak berbintang walaupun Thi
Eng khi telah melatih ilmu melihat dalam kegelapan, namun tidak ia
pergunakan dalam ruang belakang yang gelap gulita itu.
293 Terasa suasana amat sepi, hening dan tak kedengaran sedikit
suarapun, kesemuanya ini membuat hatinya keheranan.
"lbu!" kembali jeritnya, ''anak Eng telah kembali! Kau jangan
takut, cepat keluar?"
Agaknya dia sudah mulai merasakan bahwa gelagat sedikit agak
tidak beres. Buru buru hawa murninya dikerahkan, dua rentetan sinar mata
yang tajam segera terpancar keluar dari balik matanya, dia
memandang seluruh ruangan itu, namun yang dijumpai hanya debu
serta sarang laba laba yang memenuhi dinding dan lantai, jelas
gedung ini sudah lama tidak dihuni lagi.
SEKUJUR badan Thi Eng khi gemetar keras, hatinya menjadi
sedih sekali hingga air mata terasa meleleh keluar, keluhnya dengan
hati yang pedih :
"Oooh".ibu! Siang malam ananda berangkat pulang dengan
harapan bisa berjumpa kembali denganmu, siapa tahu kalian sudah
ketimpa musibah yang tak diinginkan, sungguh membuat hatiku
amat menyesal!''
Sementara itu ketua Kay pang pengemis sakti bermata harimau
Cu Goan po telah menyusul datang, dengan agak tersipu. Katanya :
"Thi Ciangbunjin, harap kau jangan bersedih hati, menurut
penilaian aku si penge?mis tua, kemungkinan besar ibumu sekalian
enggan diganggu orang terus menerus, maka mereka telah
berpindah tempat menetap."
Pikiran dan perasaan Thi Eng khi waktu itu sungguh merasa
gundah sekali, tiba tiba dia membalikkan badan dan menatap wajah
pengemis tua itu dengan sorot mata yang tajam, kemudian tegurnya
: "Siapa yang telah memaksa ibuku sehingga harus menyingkir dari
sini" Cepat katakan kepadaku!"
294 Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cukup memahami
perasaan anak muda itu, ia tidak tersinggung oleh sikap kasar orang,
setelah menghela napas panjang katanya :
"Panjang sekali ceritanya, mari tenangkan dulu hatimu, kita cari
tempat untuk duduk kemudian baru pelan pelan
memperbincangkannya kembali...."
Dalam pada itu, Ngo heng ngo kay (lima pengemis Ngo heng)
dari Kay pang telah muncul sambil membawa empat batang obor
lain masing masing ditancapkan diatas empat penjuru dinding
ruangan itu. Kemudian mereka juga membersihkan lapisan debu diatas lantai
dan mempersilahkan Thi Eng khi serta pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po duduk saling berhadapan.
"Ciangbunjin," pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mulai dengan pembicaraannya, "selama setahun belakangan ini kau
telah pergi ke mana saja" Tahukah kau, Tiang Pek lojin dari luar
perbatasan telah bentrok dan terjadi salah paham dengan umat
persilatan dalam dunia persilatan gara-gara dirimu"''
Thi Eng khi merasa enggan untuk menceritakan kisah sebenarnya
sehingga ia berhasil memperoleh kepandaian silatnya, maka
pertanyaan yang pertama ini tidak ia jawab.
Maka sambil manggut manggut ujarnya :
"Soal Tiang Pek lojin yaya sampai bentrok dengan pihak Siau lim
pay gara gara urusanku telah kudengar sepanjang perjalanan, tapi
berhubung aku sudah amat rindu dengan ibuku serta menguatirkan
keselamatan keempat orang susiokku yang sedang terluka parah,
maka kuputuskan untuk pulang menengok rumah lebih dulu,
kemudian baru berangkat ke bukit Siong san untuk menjelaskan
kesalahan paham ini. Tapi, selama setahun belakangan ini siapakah
yang telah memaksa ibuku sekalian sehingga harus menyingkir dari
sini" Apakah pangcu bersedia memberi penjelasan kepadaku?"
Secara ringkas Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengisahkan apa yang telah terjadi selama ini, kemudian dia
295 menerangkan pula lantaran semua orang tidak berhasil menemukan
jejaknya, maka otomatis sasaran merekapun dialihkan ke gedung Bu
lim tit it keh.
Akan tetapi ketika semua orang sampai di gedung Bu lim tit it
keh, ternyata Thian liong ngo siang sekalian telah lenyap tak
berbekas, tak seorangpun yang tahu kemana mereka telah pergi.
Akhirnya dia menerangkan pula kalau dirinya mendapat pesan
dari umat persilatan untuk menjaga di wilayah Huay im sambil
melanjutkan pencariannya terhadap orang-orang Thian liong pay.
Selain itu juga diterangkan bagaimana terjadinya peristiwa
sehingga pada malam itu mereka sampai bertarung melawan orang
orang dari Ban seng kiong.
Setelah itu, dia mengeluarkan gulungan kertas yang diperoleh
dalam cakar Thian liong jiau itu, sambil diserahkan kepada Thi Eng
khi katanya : "Kertas ini kudapatkan dari tangan mereka, belum kubaca isinya,
silahkan Thi ciangbunjin untuk memeriksanya."
Sambil mengucapkan terima kasih, Thi Eng khi menerima kertas
itu dan dibaca isinya, tampak diatas kertas itu tertera beberapa
huruf yang kira kira berbunyi demikian :
"Haaahhh....haaaahhh haaahhh...taktik lohu lebih tinggi setingkat
dan berhasil mendahului kalian lebih dulu!"
Membaca tulisan itu, Thi Eng khi segera berkerut kening dan
terjerumus dalam pemikiran yang amat mendalam.
Suatu keheningan yang cukup lama berlangsung dalam ruangan
itu, tiba tiba Thi Eng khi mengangguk.
"Ehmm".. pasti ibuku telah meninggalkan pesan apa apa disitu,
tapi pesan tersebut telah diambil oleh orang yang meninggalkan
surat ini, besar kemungkinan dalam surat itu ibuku menerangkan
arah tujuan mereka".."
296 Kembali ia termenung beberapa saat lamanya, mendadak paras
mukanya berubah hebat, sambil melompat bangun teriaknya keras
keras : "Aduh celaka! Andaikata orang yang menyabot surat itu
mempunyai maksud dan tujuan yang jelek, atau dia melakukan
pengejaran dengan kemampuan ibuku kaum lemah serta keempat
orang susiokku yang terluka parah, mana mungkin mereka bisa
menandingi kemampuan lawannya?"
Dengan perasaan cemas bercampur gelisah, dia telah bersiapsiap
untuk menyerbu keluar dari pintu.
Buru buru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
menghalanginya sembari berkata:
"Harap Thi ciangbunjin berpikir tiga kali lebih dulu sebelum
bertindak, jagad begini luas, kau tahu kemana dia telah pergi?"
Thi Eng khi menjadi tertegun, ia segera terbungkam dan untuk
sesaat seperti kehilangan pegangan.
Kim kay (pengemis emas) Ui Hui dari ngo heng ngo koay (lima
pengemis panca unsur) menatap kertas diatas tangan Thi Eng khi
tersebut dengan sorot mata kaku, setelah termenung sejenak tiba
tiba dia menimbrung :
"Kertas ini bukan kertas sembarangan, entah apa yang berhasil
kalian perhatikan?"
Thi Eng khi membolak-balikkan kertas itu dan memperhatikannya
sekejap, kemudian diberikan kepada pengemis emas Ui Hui sambil
katanya : "Pengetahuanku cetek sekali tolong berilah petunjuk untukku!"
Pengemis emas Ui Hui menerima surat tadi dan diperhatikan
sejenak, setelah itu sambil diserahkan kepada pengemis kayu Lim
Gwan, ia berkata :
"Loji, bagaimana menurut pendapatmu?"
Sambil memeriksa surat itu, sahut pengemis kayu Lim Gwan :
297 "Panjang empat inci lebar dua inci berlapis emas, bergaris pohon
lui di ujung kanan dengan seekor kupu kupu sedang mementang
sayap disudut kiri bawah..."
"Kalau begitu benda ini semestinya berasal dari Sau tee si bun
(Sastrawan penyapu lantai) Lu put ji!" kata pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po sambil manggut manggut dan tertawa.
"Benar, benda ini memang merupakan sampul surat pohon liu
dan kupu kupu milik sastrawan penyapu lantai Lu put ji!"
''Hayo berangkat!" seru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po kemudian, "aku si pengemis tua akan menemani heng tay
menuju ke perkampungan Tay-ji-ceng untuk mencari si Sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji."
"Terima kasih atas kesediaan Cu pangcu!" seru Thi Eng khi
kegirangan. Maka serombongan bertujuh orang segera berangkat
meninggalkan pintu halaman gedung Bu-lim-tit-it-keh.
Mendadak ketua dari Kay pang ini menghentikan langkahnya,
belum sempat ia memberi petunjuk kepada lima pengemis panca
unsur, tiba tiba terdengar suara teriakan keras berkumandang
datang dari empat arah delapan penjuru, menyusul kemudian dari
sekeliling gedung itu bermunculan sekelompok manusia yang segera
mengurung mereka ditengah arena.
Ternyata orang-orang itu sudah lama bersembunyi disekeliling
tempat itu, ketika serigala buas berhati hitam sekalian
mengundurkan diri dari situ, oleh karena mereka pergi terlalu cepat,
lagipula kabur melalui atas kepala mereka, maka orang orang itu tak
sempat menghalangi kepergiannya.
Berbeda dengan Thi Eng khi sekalian yang berjalan keluar lewat
pintu gerbang secara terang-terangan, tentu saja mereka segera
terkurung di dalam kepungan.
298 Ditengah hujan deras yang membasahi permukaan bumi malam
itu, kilat menyambar-nyambar menambah seramnya suasana,
diantara kilatan sinar yang memancar lamat lamat mereka saksikan
kawanan manusia tersebut berbaju dekil penuh dengan lumpur
sehingga keadaannya tampak mengenaskan sekali"..
Sementara itu posisi dari Thi Eng khi sekalian bertujuh adalah
lima pengemis lima unsur berada didepan, sementara Thi Eng khi
serta Hou bok sin kay berada dibelakang.
Tak lama setelah mereka terkepung rapat dari antara kerumunan
manusia itu berjalan keluar seorang kakek berusia lima puluh
tahunan, kakek ini berwajah gagah dan berwibawa agaknya
merupakan pemimpin dari rombongan manusia tersebut.
Sambil menyeka air hujan yang membasahi wajahnya kakek itu
berkata dengan lantang :
"Sebenarnya apa maksud dan tujuan kali?an masuk keluar
seenaknya dalam gedung Bu lim tit it keh" Cepat mengaku
sejujurnya kalau tidak, jangan salahkan kalau kami akan bertindak
kurang sopan"
Walaupun nada perkataannya kasar dan sama sekali tidak
bersahabat, namun mereka tidak turun tangan secara sembarangan,
dari sini dapat diketahui bahwa orang orang itu bukan manusia
urakan yang tidak mengerti akan peraturan dunia persilatan.
Ketika emas dari Ngo kay ngo heng menyaksikan pakaian mereka
dekil dan rombeng, pada mulanya mencurigai mereka sebagai
angpota Kay pang, ketika menyaksikan orang orang itu begitu berani
dan tekebur dihadapan pangcunya, kontan dianggapnya hal ini
merupakan suatu kejadian yang memalukan sekali apalagi berada
dihadapan ketua Thian liong pay, Thi Eng khi.
Maka sambil maju kemuka, segera bentaknya :
"Kalian anak murid dari aliran mana" Berada didepan pangcu
juga berani bertin?dak gegabah?"
299 "Siapa yang kau anggap murid Kay pang?" kata kakek itu dengan
wajah serius. Segera timbul pula kecurigaan dalam hati pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po, sambil berkelit kesamping segera katanya :
"Bagus sekali rupanya kalian enggan mengaku sebagai anggota
Kay pang! Perbuatan yang menghianati perguruan merupakan
perbuatan yang tak bisa diampuni, Ngo heng ngo kay, bunuh
mereka semua!''
"Baik!" sahut ke lima orang pengemis itu berbareng.
Serentak mereka meloloskan senjata tajam yang dimilikinya dan
bersiap siap untuk membersihkan perguruan dari anasir anasir yang
berusaha menghianati.
Thi Eng khi sendiri, lantaran menganggap kejadian ini merupakan
urusan pribadi perguruan Kay pang sendiri, maka diapun tidak
banyak berbicara, dengan kening berkerut pelan pelan dia
mengundurkan diri dari tempat itu.
Kakek itu makin naik darah ketika menyaksikan ke lima pengemis


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panca unsur telah meloloskan senjata tajamnya, dia menengadah
dan segera tertawa seram.
"Haaahhh haaahhh haaahhh orang bilang peraturan dalam tubuh
Kay pang amat ketat dan disiplin cara kerjanya amat menjunjung
tinggi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, siapa tahu
tindak tanduk yang kalian lakukan hari ini sungguh membuat lohu
merasa kecewa sekali"..
Mengandalkan kekuatan menindas kaum lemah, bukan cuma
membuat keonaran saja ditempat suci perguruan Thian liong pay,
bahkan berani menuduh orang yang bukan-bukan, perbuatan kalian
sungguh mengenaskan hati, Hmm"! Kau anggap lohu sungguh
sungguh takut terhadap kalian?"
Sambil memberi ulapan tangan, dia melanjutkan :
"Saudara saudara sekalian, hari ini adalah saat yang tepat bagi
kita untuk menunjukkan kebaktian kita terhadap perguruan, kita
300 sudah tak bisa bersabar lagi, mari kita beradu jiwa lebih dulu dengan
kawanan pengemis yang tak tahu akan keadilan dan kebenaran ini!"
Suara teriakan gagap gempita bergema memecahkan
keheningan, kebetulan kilat sedang menyambar-nyambar dengan
angin yang kencang dan hujan yang deras, kesemuanya ini
menambah keseramannya suasana ketika itu.
Teguran kakek tersebut dengan cepat menggetarkan perasaan
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, ia segera menyadari
bahwa suatu kesalahan paham telah terjadi.
Cepat cepat dia memberi tanda kepeda kelima orang pengemis
panca unsur agar menunda serangan mereka, katanya.
"Ngo heng ngo kay, harap mundur dahulu pun pangcu masih ada
pertanyaan yang hendak ditanyakan."
Ngo heng ngo kay menarik kembali senjata mereka dan
mengundurkan diri ke samping pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan Po. Dalam pada itu, ketua Kay pang itu sudah maju ke depan sambil
berkata dengan suara yang lebih lembut.
"Lohu adalah ketua Kay pang Cu Goan po ".."
Belum habis dia berkata, kakek tersebut sudah menukas sambil
tertawa dingin :
"Siapa yang tidak tahu kalau kau adalah Pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po" Di hari hari biasa kau selalu menjunjung tinggi
nama dan martabatmu, tak tahu hari ini masih mencoba untuk
menipu orang."
Hou bok sin kay Cu Goan po memang memiliki kelapangan dada
yang besar, ia tidak menjadi marah, sebaliknya malah berkata sambil
tertawa hambar :
"Siapakah lotiang" Mengapa tidak kau sebutkan dulu nama dan
julukanmu agar persoalan lebih jelas?"
301 "Lohu adalah Thian Heng, anak murid Thian liong pay, kami
datang untuk melindungi tempat suci perguruaan kami, tentunya
kalian sama sekali tidak menyangka bukan!"
Bagitu mendengar ucapan tersebut, bukan cuma Hou bok sin kay
Cu Goan po saja yang dibikin tertegun dengan mata terbelalak,
bahkan kelima orang pengemis lima unsur pun dibikin gelagapan.
Terutama sekali Thi Eng khi sendiri, dia merasakan darah panas
dalam dadanya tergolak keras, air mata membasahi wajahnya
membuat pandangan matanya menjadi kabur, saking emosinya dia
sampai tak mampu mengucapkan sepatah katapun.
Untung saja Hou bok sin kay Cu Goan po berhasil menguasai
gejolak perasaannya dengan cepat, teringat kalau saat itu bukan
tempat yang tepat untuk berbicara, lagipula suasana disana amat
gelap sehingga pihak lawan tak dapat melihat jelas dandanan Thi
Eng khi, pun sulit membuat mereka percaya kalau Thi Eng khi adalah
ciangbunjin angkatan kesebelas dari partai Thian liong pay, maka dia
segera mengambil tindakan cepat.
Kepada kelima orang pengemis lima unsur segera perintahnya :
"Kalian kembalilah dulu ke halaman dalam, persiapan lentera, aku
dan beberapa orang sahabat ini segera akan menyusul tiba."
Lima orang pengemis itu segera mengiakan dan mengundurkan
diri terlebih dulu ke dalam halaman gedung Thian hee tit it keh.
Kemudian pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po pun
menjura kepada kakek tersebut sembari berkata :
"Thian tayhiap, bersediakah kau untuk masuk kedalam dan
berbincang bincang sebentar?"
"Mati saja tidak takut, memangnya kau anggap aku tidak berani"
Hayo berangkat!"
"Silahkan!"
302 Sambil menarik tangan Thi Eng khi dia lantas berjalan lebih dulu
didepan. Sementara itu, suasana didalam ruang tengah gedung Thian hee
tit it keh terang benderang bermandikan cahaya lampu.
Thi Eng khi telah berdiri di tengah ruangan, sinar lentera yang
terang benderang menyoroti wajahnya yang tampan, tampak jubah
birunya sebagai perlambang jubah partai Thian liong pay serta
pedang Thian liong kim kian yang tersoren di pinggang kesemuanya
ini menambah keren dan berwibawanya pemuda itu.
Agak tertegun Thian Heng beserta segenap anggota partai Thian
liong pay lainnya setelah menyaksikan keadaan itu, mula-mula
mereka agak tidak percaya, tapi setelah direnungkan sebentar
akhirnya mereka tidak sangsi lagi.
Dengan tubuh gemetar keras dan air mata bercucuran
membasahi wajahnya, buru buru Thian Heng maju kedepan dan
menjatuhkan diri berlutut diatas tanah, serunya.
"Tecu Thian Heng tidak tahu kalau ciangbunjin telah tiba, bila
tindakan kami terlampau gegabah, silahkan ciangbunjin
menjatuhkan hukuman kepada tecu sekalian."
Menyusul itu, segenap anggota Thian liong pay yang lain berlutut
dibelakang Thian heng turut berseru pula :
"Tecu sekalian menghunjuk hormat kepada ciangbunjin!!"
Sejak peristiwa dalam perkampungan Ki hian san ceng, segenap
umat persilatan telah tahu kalau Thi Eng khi adalah ciangbunjin
angkatan kesebelas dari partai Thian liong pay, sudah barang tentu
anggota Thian liong pay inipun sudah mendengar pula akan
persoalan itu. Sekarang setelah mereka saksikan dandanan serta potongan
badan Thi Eng khi kemudian tampak pula pedang Thian liong kim
303 kiam sebagai lambing seorang ciangbunjin tersoren pula
dipinggangnya, tentu saja mereka tak akan sangsi lagi.
Thi Eng khi sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau dalam
keadaan seperti ini dapat bersua kembali dengan anggota
perguruanya, apaalagi menyaksikan semangat anak buahnya yang
begitu besar, ia merasa terharu sekali, tanpa terasa air matanya
jatuh bercucuran membasahi seluruh wajahnya.
Sambil balas memberi hormat, dia berseru :
"Saudara saudara seperguruan, silahkan bangun! AKU.,..."
Tiba-tiba hidungnya terasa kecut dan tenggorokannya
sesenggukan, ia tak mampu melanjutkan kembali kata katanya.
Thian Heng adalah seorang yang telah lanjut usia, tentu saja dia
dapat memahami perasaan dari ciangbunjinnya, namun dalam
keadaan dan situasi seperti ini, lagipula hadir ketua Kay pang si
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po, tentu saja diapun tak
berani banyak berbicara.
Terpaksa dia berusaha keras untuk mengendalikan dulu
pergolakan perasaan dalam hatinya, setelah itu sambil menunjukkan
sekulum senyuman paksa ia bangkit berdiri.
"Ciangbunjin, baik baikkah kau selama ini?" sapanya kemudian.
Thi Eng khi memang seorang pendekar yang berjiwa besar,
walaupun usianya tidak besar, pengalamannya tidak cukup, namun
dia sangat berlapang dada dan pandai mengendalikan pergolakan
emosi dalam hatinya.
Sekalipun Thian Heng tidak menunjukkan senyuman paksanya,
sejak tadi sekulum senyuman telah menghiasi wajahnya, apalagi
sekarang wajahnya tampak jauh lebih cerah lagi.
"Atas pelindungan dari coasu, aku telah berhasil mendapatkan
kembali kitab pusaka Thian liong pit kip, sejak ini aku akan bersama
304 saudara sekalian untuk bersama sama berjuang demi masa depan
perguruan kita."
Mengetahui kalau kitab pusaka Thian liong pit kip telah berhasil
ditemukan kembali oleh Thi Eng khi, bukan cuma anggota Thian
liong pay saja yang segera bersorak sorai menyambut berita girang
itu, bahkan ketua Kay pang si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po beserta ke lima orang pengemis panca unsurpun bersama
sama mengucapkan selamat kepada pemuda itu, mereka
menganggap saat Thian liong pay un?tuk muncul kembali dalam
dunia persilatan sudah sampai, besar kemungkinan bencana
berdarah yang melanda dunia saat ini dapat diatasi.
Kemudian, Thi Eng khipun bertanya ke?pada Thian Heng sekitar
keadaan anak murid Thian liong pay saat ini. Dengan sejelas
jelasnya Thian Heng memberi keterangan semua yang diketahui
olehnya. Ternyata dibawah pencarian umat persilatan yaag berada didunia
saat ini serta pembunuhan berantai yang dilakukan orang orang Ban
seng kiong, pada hakekatnya posisi orang orang Thian liong pay
dewasa ini sudah terjepit sekali sehingga tiada jalan untuk melarikan
diri lagi. Oleh karena mereka tidak tahu kalau tujuan dari pencarian orang
orang golongan lurus hanya ingin mencari jejak Thi Eng khi dari
mulut mereka, maka siapapun tak berani berhubungan dengan
orang orang persilatan, mereka mengira bencana telah diambang
pintu, tiap hari mereka harus hidup dalam kekuatiran dan
kegelisahan. Dalam keadaan yang tertekan dan terisolir, akhirnya anak murid
Thian liong pay tak dapat menuruti perintah dari Cousunya lagi
untuk mengasingkan diri, diam diam mereka mulai bersua dan
berjuang menentang keadaan nasib.
Merekapun mulai melakukan hubungan dengan pelbagai anggota
perguruan yang tersiar dimana mana guna bersatu dan melakukan
perlawanan terakhir, diantara mereka yang tingkatnya paling tinggi
305 adalah saudara seperguruan Thian liong ngo siang, sedangkan
tingkatan yang paling rendah adalah keponakan murid Thi Eng khi.
Selain daripada itu terdapat juga sementara anggota dunia
persilatan yang merasa tak senang menyaksikan pelbagai jago dari
berbagai aliran dalam dunia persilatan mendatangi gedung Thian
hee tit it keh sekehendak hatinya, maka mereka lantas membakar
semangat juang umat Thian hong pay dengan harapan bisa
menpergunakan darah dari murid-murid Thian liong pay untuk
memberi peringatan kepada umat persilatan didunia ini.
Thian Heng merupakan pemimpin dari rombongan yang terakhir
ini, kali ini dia sengaja memimpin anak murid Thian liong pay
dengan tujuan untuk menggunakan darah segar mereka untuk
memberi peringatan kepada umat persilatan, sungguh tak disangka
justru dalam keadaan seperti inilah dia telah berjumpa dengan
ciangbunjinnya Thi Eng khi.
Berbicara soal hubungan, maka Thian Heng adalah murid
pertama dari pemimpin Thian liong ngo siang yaitu Kay thian jiu
(tangan sakti pembuka langit) Gui Tin tiong, atau masih kakak
seperguruan dari Thi Eng khi.
Sejak perguruan Thian liong pay menutup pintu dan mendapat
perintah untuk meninggalkannya, diapun belum pernah kembali lagi
kesana. Hampir dua puluh tahunan dia berkelana dan hidup
mengembara di dalam dunia persilatan, tentu saja penderitaan
semacam ini betul-betul memilukan hati bila dibicarakan.
Demikianlah, sementara semua saling menuturkan
pengalamannya masing-masing, mendadak Thi Eng khi berkerut
kening. Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang menyaksikan
kejadian itu segera menegur :
"Saudara cilik apa yang telah kau rasakan?"
Thi Eng khi merasa terharu sekali atas kehangatan sikap ketua
Kay pang ini terhadapnya, apalagi sejak di perkampungan Ki hian
306 san ceng tempo hari sudah menaruh kesan baik kepadanya, dalam
gejolak emosi yang meluap, tak tahan lagi dia berseru :
"Engkoh tua ".."
Tiba-tiba dia merasa panggilan itu kurang baik, baru saja akan
menariknya kembali, si pengemis tua itu sudah bertepuk tangan
sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haahhhh". Haahhhh". Haaahhhh". saudara cilik, panggilan
tersebut sesuai dengan seleraku, lain kali kau panggil saja dengan
sebutan itu, awas jangan dirubah lagi!"
"Aaah".. jangan, jangan, aku hanya salah bicara sja, harap Cu
pangcu jangan menganggap serius!" seru Thi Eng khi cepat cepat
sambil menggoyangkan tangannya berulang kali.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kontan mendelik
besar, dengan nada marah dia berkata :
"Saudara cilik, kau anggap aku si pengemis tua tidak pantas
menjadi engkoh tuamu" Hmmm, terlalu menghina! Baik, kalau toh
kau menganggap remeh diriku, sekarang juga aku si pengemis tua
akan memohon diri!"
Selesai berkata, buru-buru dia berlagak seperti akan
meninggalkan ruang itu.
Walaupun Thi Eng khi juga tahu kalau pengemis tua itu hanya
berlagak, bagaimanapun juga toh orang bermaksud baik, terpaksa
katanya : "Engkoh tua, jangan marah, baik, baiklah siaute akan menuruti
permintaanmu itu!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata pengemis tua itu, dia
segera menggenggam tangan Thi Eng khi erat erat sembari katanya
: "Saudara cilik, mulai sekarang, urusan Thian liong pay berarti
urusan dari aku si pengemis tua pula!"
307 Sementara mengucapkan perkataan itu, sepasang tangannya
kelihatan gemetar keras jelas dia merasa terharu sekali.
"Terima kasih banyak atas cinta kasih engkoh tua!" ucap Thi Eng
khi pula sambil menatap saudaranya lekat lekat.
Dengan cepat pengemis sakti bermata ha?rimau Cu Goan po
memanggil kelima pengemis lima unsurnya, lalu berpesan :
"Mari kalian menjumpai saudara cilik ini mulai sekarang kalian ini
mesti menjual nyawa untuk dirinya."
Kelima orang pengemis lima unsur itu menjadi girang sekali
katanya hampir berbareng :
"Urusan saudara cilik adalah urusan Kay pang, soal ini tak usah
pangcu pesankan lagi!"
Buru-buru Thi Eng khi menjura dengan perasaan terharu.
"Terima kasih banyak atas cinta kasih engkoh tua sekalian


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepada siaute."
Mendadak pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menarik
wajahnya lalu dengan serius dia berkata :
"Mulai sekarang Thian liong pay telah mengikat tali persaudaraan
dengan Kay pang, saudara cilik, sekarang kau harus katakan secara
terus terang kepada engkoh tuamu, mengapa kau berkerut kening
tadi?" "Oooh". Begitu hangat sikap engkoh tua kepadaku, tampaknya
siaute terpaksa harus berbicara terus terang."
"Saudara cilik, bila ingin membicarakan sesuatu, katakanlah
dengan cepat, mengapa mesti mencla mencle seperti nona perawan
saja, kalau begini caramu mana bisa mengerjakan suatu urusan
besar?" Merah padam selembar wajah Thi Eng khi karena jengah,
sahutnya : 308 "Siaute sedang risau karena masalah penempatan saudarasaudara
kami dari partai Thian liong pay, sudah pasti penghidupan
mereka merupakan suatu permasalahan yang cukup gawat, itulah
sebabnya siaute merasa serba salah."
Setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh.
"Dewasa ini, persoalan yang harus siaute kerjakan masih banyak
sekali, untuk sesaat mustahil bagiku untuk membangun partai secara
resmi dan selalu hidup berkumpul dengan mereka, akan tetapi
akupun tak akan membiarkan mereka hidup luntang lantung terus
tanpa tempat tinggal menetap, oleh karenanya ".. Engkoh tua, kau
sudah banyak berpengalaman, dapatkah kau tunjukkan cara yang
paling baik bagiku untuk mengatasi kesulitan ini?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
terbahak bahak setelah mendengar perkataan itu.
"Haahhh". Haaahhh". Haaahhhh".. bukankah ciangbunjin tidak
tahu bagaimana cara untuk mengatasinya?"
Sesudah tertawa tergelak lagi, dia berkata lebih jauh.
"Engkoh tua mah mempunyai cara yang paling baik untuk
mengatasi kesulitan ini, cuma masalahnya sekarang terpaksa musti
merendahkan derajat saudara seperguruanmu itu, hingga ".. ya
sulit bagiku untuk mengucapkan secara terus terang". "
"Engkoh tua, kau tak usah sungkan-sungkan!" ucap Thi Eng khi
cepat dengan mata berkilat.
"Bila saudara cilik tidak keberatan, biarkan saja saudara-saudara
kalian itu menjadi tamu selama beberapa waktu dalam perkumpulan
kami?" Walaupun Thi Eng khi merasa cara ini kurang baik, namun diapun
enggan menampik, setelah termenung sebentar, dia lantas berpaling
kearah Thian Heng sambil bertanya :
"Thian suheng, bagaimana menurut pendapatmu?"
309 Thian Heng turut termenung untuk sesaat dia tak sanggup
mengemukakan sesuatu pendapatpun.
Maka Thi Eng khi lantas memutuskan :
"Baiklah, bagaimanapun juga hubungan kita dengan Kay pang
adalah hubungan persaudaraan, sekalipun harus menumpang
sementara waktu rasanya juga bukan sesuatu hal yang keliru."
Terhadap setiap masalah, rupanya pemuda ini sudah bisa
menyesuaikan diri menurut keadaan, tidak seperti setahun berselang
yang begitu keras kepala dan kukuh pada pendirian.
Dengan serius Thian Heng berkata :
"Perkataan dari ciangbunjin memang benar, tecu sekalian akan
turut perintah."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menjadi girang
sekali sambil manggut manggut katanya :
"Pandai menyesuaikan diri dengan gelagat merupakan suatu
tindakan yang paling tepat, murid Kay pang merasa berbangga hati
sekali karena bisa menerima saudara saudara dari Thian liong pay
sebagai tamu kehormatan!"
Selesai berkata, ia lantas berpaling kepada kelima orang
pengemis lima unsur sambil pesannya :
"Mulai sekarang, asal berjumpa dengan saudara Thian liong pay,
semuanya diundang untuk berkumpul dalam markas besat dan
layani mereka sebagai tamu agung, jangan sampai keliru! Sekarang,
ajaklah Thian tayhiap sekalian untuk pulang kemarkas lebih dulu,
lohu dan saudara cilik akan berangkat dulu ke perkampungan Tay ji
eng untuk mencari sastrawan penyapu tanah Lu Put ji."
Sedangkan Thi Eng khi juga lantas berpesan kepada Thian Heng.
"Hubungan persaudaraan Kay pang dengan Thian liong pay
sudah ibaratnya keluarga sendiri, mulai sekarang anak murid
perguruan kita akan menjadi tamunya Kay pang, aku harap
310 suhenglah yang memimpin mereka. Bila aku ada urusan pasti akan
kuhubungi kalian."
"Terima perintah!" sahut Thian Heng segera sambil
membungkukkan badan memberi hormat.
Menyusul kemudian dia berseru dengan lantang :
"Menghantar dengan hormat keberangkatan ciangbunjin dan Cu
pangcu untuk melakukan perjalanan!"
Serentak anak murid partai Thian liong pay bangkit berdiri dan
menghantar keberangkatan Thi Eng khi dan pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po keluar dari pintu gerbang.
Sekalipun dalam tubuh Kay pang sendiri tiada ucapan semacam
ini, namun terpengaruh oleh perbuatan murid murid Thian liong pay
ini merekapun turut berdiri dengan wajah serius.
Dalam waktu singkat Thi Eng khi dan pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po telah meninggalkan gedung Thian hee tit it keh
di kota Huay im, oleh karena gerakan tubuh mereka sangat cepat,
maka tak sampai dua hari mereka telah sampai di wilayah
perkampungan Tay ji ceng.
Sepanjang jalan, Thi Eng khi baru mendapat tahu tentang siapa
dan bagaimanakah manusia yang bernama Sau tee si bun Lu Put ji
tersebut dari mulut Cu Goan po.
Ternyata sastrawan penyapu lantai Lu Put ji adalah seorang jago
yang berpengetahuan luas sekali, ilmu silatnya tidak jelek, paras
mukanya lebih lebih sekali, mana tampan, gagah perkasa lagi.
Tapi walaupun semua prasyarat yang begitu bagus dia miliki,
namun yang berhasil dia peroleh hanya julukan Sau tee si bun
belaka, terhadap kedudukan maupun tingkatannya sama sekali tidak
bermanfaat apa-apa.
Sebab dia memiliki sebuah watak yang amat jelek, di hari hari
biasa ia gemar se?kali bergaul dengan kaum manusia rendah diapun
311 suka dengan uang, perbuatan apapun sanggup dia lakukan, hingga
pada hakekatnya dalam benak orang ini sama sekali tidak mengenal
arti kata "harga diri".
Itulah sebabnya, meskipun wajahnya tampan ilmu sastra dan
ilmu silatnya tinggi, namun dia hanya memperoleh julukan sebagai
Sastrawan penyapu lantai.
Yang lebih aneh lagi adalah dia sama sekali tak tahu diri malah
secara khusus dia memesan semacam kertas surat pohon liu dan
kupu kupu untuk berbuat semena mena dimana mana, tak seorang
jago silatpun yang memandang sebelah mata terhadapnya.
Sementara itu, perkampungan Tay ji ceng telah berada didepan
mata, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera menarik
tangan Thi Eng khi untuk melingkari sebuah bendungan, menjauhi
jalan raya setelah menelusuri jalan setapak sekian la?ma,
perkampungan Tay ji ceng kembali, mereka tinggalkan jauh
dibelakang sana.
Tiba tiba pemandangan yang terbentang didepan mata terasa
meluas, didepan situ muncul sebuah bendungan yang penuh tumbuh
pepohonan liu, di ujung bendungan itu berdiri tiga buah bangunan
rumah mungil sebuah sungai melingkari bangunan rumah tadi.
"Ehmm, tempat ini benar benar merupakan sebuah tempat yang
sangat indah"' puji Thi Eng khi sambil manggut manggut.
"Yang lebih bagus lagi masih ada dibelakang!" sahut pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po sambil tertawa.
Thi Eng khi hanya tertawa belaka, dia tidak berusaha untuk
mendalami perkataan dari pengemis tua itu, selangkah demi
selangkah dia lantas berjalan mendekati pintu gerbang bangunan
rumah mungil itu.
Tiba didepan pintu dan menengadah, tanpa terasa Thi Eng khi
berseru tertahan :
312 "Bagus! Benar benar bagus sekali, tempat ini selain tiada adat
kebiasaan alam semesta, hakekatnya merupakan tempat tinggal
para Dewa Dewi, kalau dilihat dari keadaan disini, siaute benar benar
tidak percaya kalau dia adalah seorang manusia seperti apa yang
telah Engkoh tua terangkan kepadaku tadi."
"Andaikata ia tidak tahu soal seni dan sastra, tak akan orang lain
menyebutnya sebagai Sastrawan penyapu lantai!"
Kemudian dengan suara yang amat keras, dia lantas berteriak :
"Pun pangcu telah datang, mengapa tia?da orang yang
menyambut kedatanganku?"
Baru selesai dia berteriak, dari dalam pintu telah muncul seorang
kakek berjenggot cabang tiba yang bermuka tampan, sambil
menjura kepada pengemis sakti bermata harimau, ia berkata :
"Lu Put ji tak tahu akan kedatangan pangcu bila tak menyambut
dari kejauhan, harap sudi dimaafkan."
"Hmm, tak usah berlagak terus!" dengus Cu Goan po cepat.
Menyusul kemudian, dia berkata lebih jauh :
"Lu-Put ji, kau begitu mengumpak diriku tidakkah kuatir kalau hal
ini akan menodai nama baikmu sebagai seorang sastrawan penyapu
lantai?" Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera tertawa terkekeh
kekeh. "Heeehh?" heeehhh" Heeehhh?" nama besar Cu pangcu telah
termashur di seantero jagad, bila Lu Put ji tidak mengumpak dirimu,
lantas musti mengumpak siapa?"
Tak disangka kalau oraag terhormat macam dia, ternyata
sanggup mengucapkan kata kata seperti ini.
"Benarkah kau telah mengucapkan suara hatirnu?" ketua Kay
pang itu menegaskan.
"Bila Put ji tidak jujur, maka aku bukan cucu Cu pangcu!"
313 Jilid: 10 "BILA aku mempunyai cucu macam kau, sudah sedari dulu
kubunuh dirimu....''
"Aaah" benar, benar, memang pantas dibunuh, memang pantas
dibunuh!" Hampir tertawa geli Thi Eng khi menyaksikan tindak tanduk orang
yang menyebalkan itu, katanya :
"Kalau orang sampai memanggilnya sastrawan penyapu lantai,
rasanya ucapan ini memang tepat sekali."
Dalam pada itu paras muka pengemis sakti bermata harimau
kelihatan amat serius dan sedikitpun tiada senyuman yang
menghiasi bibirnya dengan langkah lebar dia masuk keruang dalam
sembari katanya :
"Lohu haus sekali!"
"Put ji telah menduga akan kedatangan pangcu berdua sejak tadi
air teh wangi telah kupersiapkan."
Sambil miringkan badannya, dia mempersilahkan pengemis tua
itu masuk lebih dulu keruangan dalam.
Thi Eng khi segera menyusul kebelakang pengemis sakti bermata
harimau tapi baru saja akan melewati pintu ruangan, mendadak
sastrawan penyapu lantai Lu Put ji, menghadang dihadapannya lalu
dengan sikap yang angkuh katanya ketus :
"Liu tiap cay tidak akan menerima manusia yang tidak bernama!"
Sambil membusungkan dadanya Thi Eng khi segera berseru.
"Aku adalah ciangbunjin dari partai Thian liong pay!"
Dalam anggapannya, bila ia telah menyebutkan kedudukannya itu
sudah pasti sastrawan penyapu lantai akan berubah sikap
terhadapnya. 314 Siapa tahu sikap sastrawan penyapu lan?tai Lu Put ji masih tetap
angkuh dan ketus katanya.
"Tiga puluh tahun sungai timur tiga puluh tahun sungai barat,
dalam dunia persilatan sudah tidak terdapat lagi nama partai Thian
liong pay, liu tiap cai juga tak dapat melanggar kebiasaan dengan
mempersilahkan kau masuk."
Mendengar perkataan itu, Thi Eng khi menjadi naik darah,
dengan kening berkerut segera bentaknya :
"Kurangajar, kalau begitu aku tak akan sungkan sungkan lagi
terhadap dirimu."
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji sama sekali tidak merubah
sikapnya, sambil menggulung ujung bajunya dia berseru :
"Aku selamanya tidak takut rnenghadap orang yang sedang
lewat, bila kau ingin beradu kepandaian diujung senjata, aku akan
melayanimu dengan senang hati."
Paras muka Thi Eng khi waktu itu sudah dingin bagaikan salju
agaknya ia telah bersiap siap untuk turun tangan.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang menyaksikan
kejadian itu buru buru tertawa tergelak.
"Haaahh?".. haaahh?".. haaahhh?". Lu Put ji adalah seorang
manusia yang amat memandang tinggi soal tingkat kedudukan,"
katanya, "saudara cilik, buat apa kau mesti ribut dengannya?"
Tiba tiba dia menarik muka, kemudian ujarnya kepada sastrawan
penyapu lantai Lu Put ji :
"Thi ciangbunjin adalah saudaraku."
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji tak malu disebut sebagai
manusia penjilat nomor wahid didunia ini, setelah mendengar
perkataan itu, sikapnya segera berubah seratus delapan puluh
derajat. 315 Belum lagi pengemis sakti bermata harimau menyelesaikan kata
katanya, ia telah membungkukkan badannya sambil berkata :
"Saudara cilik, silahkan masuk!"
Selama hidup belum pernah Thi Eng khi menjumpai orang yang
begini tak tahu ma?lu seperti dia, ia benar benar dibikin menangis
tak bisa tertawapun tak dapat.
"Aku tak jadi masuk!" katanya kemudi?an.
Diam diam sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera
menyumpah : "Sialan kau, memangnya kau anggap lohu memandang sebelah
mata kepada dirimu?"
Namun diluaran dia tetap menjura sambil berkata :
''Saudara cilik, bila kau masih saja marah, Put ji segera akan
berlutut dihadap
Hati Budha Tangan Berbisa 12 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Pendekar Riang 13
^