Kisah Bangsa Petualang 12

Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Bagian 12


. Dilain pihak rombongannya Toan kui Ciang dan
isterinya dengan Hong-hu Siong nampak perbedaannya. Honghu
Siong sudah terdesak hingga dia menangkis tetapi tidak
sang gup balas menyerang.
Untungnya bagi Hong-hu Siong. Kui Ciang" tidak tega
turunkan tangan kejam a-tas dirinya Jago ini mash ingat budi
orang yang telah memberikan obat kepadanya. Bahkan setelah
beberapa gebrakan lagi, Kui Ciang berseru: "Hong bu Siong
sampai disaat ini, apakah kau masih temaha akan hidup"
Jikalau kau mempunyai tulang tulang mu, kau pergilah sendiri".
"Itulah undangan untuk Hong-hu Siong membunuh diri, supaya
dia tak mati terbunuh suatu hal yang akan menodai
kehormatannya. Luar biasa adalah kesudahannya sikapnya Toan Kui Ciang ini.
Justeru Hong hu Siong mendapat tempo senggang, justeru dia
melakukan penyerangannya yang sangat ber bahaya begitu dia
menangkis goloknya Sian Nio begitu dia menudingkan
tongkatnya, berbareng dengan mana sejumlah jarum ra hasia
melesat keluar dari ujung tongkat itu Karena dida"am tongkat,
yang kosong, dia menyembunyikan senjata rahasianya itu, yang
dikerjakannya dengan pesawat yang dapat di tekan. Memang
sejak tadi dia sudah memikir menggunakan senjata rahasianya
itu akan tetapi dia belum memperoleh ketikanya yang baik,
baru sekarang, saat yang dinanti-nantikan itu tiba. Tak
disangka ia telah diberikan ketikanya itu oleh musuh.
Syukur ialah Touw Sian Nio menjadi seorang ahli senjata
rahasia. Didalam hal kepandaian itu ia melebihkan suaminya.
Be gituJah ketika jarum-jarum menyamber. da-lam kaget dan
sibuknya, ia lantas menimpuk dengan goloknya, terus dengan
kedua tangan bajunya, ia menyambuti semua jarum rahasia itu,
hinjga tidak ada sebatang juga yanj lolos, yanf melukai
badannya, Hong-hu Siong terperanjat. Inilah ia ti dak sangka, la juga
kaget karena golok sinyonya terbang kearahnya hampir
berbareng dengan -hujan jarumnya itu. Ia lantas berkelit. tidak
urung pundaknya kena juja tergores. Ia menjerit, terus ia putar
tubuhnya uirtuk lari ! Kui Ciang gusar sekali.
..Bangsat tua kau bukannya manusia" dampratnya. Ia
menjejak dengan kedua kaki nya, untuk menghajar, untuk
menikam pung gung orang.
Masih Hong-hu Siong dapat menangkis kebelakang hanya
sekarang dia kalah tenaga. Itulah sebab luka dipundaknya itu,
sebab salah satu tulang pipanya telah terputus. Ketika dia
menangkis tongkatnya juga terbabat kutung menjadi dua
potoag! Dalam murkanya Kui Ciang menyusuli dengan lain serangan,
guna menghabiskan jiwa orang atau mendadak ia mendengar
sa tu teriakan memohonkan keampunan: .,Toan Tay Hiap
berlakulah murah hati!"
Kui Ciang tercengang. Ketika ia menoleh ia menoleh, ia
melihat satu orang berlompat berlari-lari kearahnya bagaikan
satu bayangan, Meski demikian ia sadar, dengan lantas ia
menotok kepada Hong-hu Siong. pada jalan darah tiong-kie
dipunggung. Segera ia berpaling pula akan melihat siapa itu
yang menyerukannya dan lagi mendatangi Ia heran hingga ia
berdiri menolong
Didepan ia muncul satu Hong-hu Siong lain nya yang
sejalanya mirip den an Hong-hu-Siong yang ia telah totok
hingga tidak berdaya itu!"
"Kau siapa?" akhirnya ia menanya, setelah oranf itu tiba
didepannya. Ia mengawasi dengan tajam.
Berbareng dengan teguran Kui Ciang ini disana terdengar
sorak-sorainya Wee Wat si pengemis Edan, ia pun yang
berjingkrakan. Kata dia: "Hong-hu Toako benar benar kau yang
datang! Memang telah kuduga dia inilah simanihsia palsu yang
telah menyamar menjadi kau !"
Adalah kebiasaannya Wee Wat. kalau saia dia kegirangan
secara mendadak ia da pat melupakan segala apa, sekalipun ia
lagi bertempur Demikian kali ini melihat Hong hu Siong ia
berteriak dan berjingkrakan itu. Atau mendesak ia kaget dan
berseru ce laka! "Itulah sebab Tian Toa Nio, yang li-hay, tidak
menghiraukan keadaan itu, si-nyonya sudah menyerang
berbareng dengan kedua tangannya. Maka terhajarlah si
Pengemis Edan, karena mana, selain suara nyaring dari hajaran
itu, tubunnya pun terpental !
Menyusul itu, Tian Toa Nio bergerak terus, bagaikan terbang
dia lompat kepada Toan Kui Ciang, untuk menyerang jago she
Toan itu. Toaw Sian Nio melihat majunya orang ia menyerang dengan
tiga buah pelurunya.
Tian Toa Nio tidak memperdulikan serangan itu bahkania
tidak mau menangkis la maju terus pada Kui Ciang. Maka
terkenalah ia tiga buah peluru itu, hanya aneh, ia tidak kurang
suatu apa, tubuhnya me-ngagi dengan suara nyaring seperti
logam, suara itu sedap masuk kedalam telinga. Sedangkan
ketiga peluru mental balik pada orang yang melepaskannya.
Sian Nio heran. Tak tahu ia, orang me makai semacam
tameng istimewa atau karena tubuhnya kebal, tak mempan
senjata. Meski demikian ia toh maju untuk menghajar
punggung si nenek dengan gendewa-nya "
Kui Ciang juga heran tetapi ia tidak menjadi bingung. Ketika
si nyonya tua sampai, ia berkelit kesamping, dari situ ia
mengirim tikamannya kejalan darah cie-khi di iga si nyonya
Itulah serangan vang sangat berbahaya.
Masih Tian Toa Nio tidak mengirau-kan serangan, ia
meluncurkan tangannya guna menangkap gagang pedang lui
Ciang. Jeriji tangannya ditekuk seperti gaetan.
Kui Ciang seorang ulung didalam medan pertempuran, ia
tidak menjadi kaget atau bingung. Ia cuma tetap heran sebab
nyo nya ini tangguh luar biasa. Ia lantas mema sang kudakuda,
guna memperkokoh berdiri-aya. Pedangnya pun
ditekankan kebawab-Sambil berbuat begitu, ia berseru: ,,Kena!"
Itulah karena ia menyerang terus.
,,Bagus !"berseJu Tian Toa Nio, yang meiti melepaskan
cekalannya. Kali ini tenaga dalamnya tak cukup kuat buat
merampas pedang lawannya. ,,Kau hendak membunuh aku "
Tak dapat !"
Serangan Kui Ciang tidak berhasil mengenakan sasarannya
cuma lewat di sisi iga si nyonya, siapa, sebaliknya terus me
nyember tangan orang untuk dicekal nadinya !"
Kui Ciang hendak membebaskan diri caranya yalah sembari
mencoba menarik pulang tangannya itu, tangan kanan dengan
tangan kirinya hendak ia menyerang jago wanita itu. Tiba-tiba
saja Tian Toa-Nio membatalkan serangannya, sebab dia mesti
memutar tubuh untuk menangkis ke-belakang. Itulah
disebabkan Tauw oian Nio dengan busurnya sudah menyerang
punggung orang, hanya serangan itu gagal, karena uiung busur
kena disentil oleh si nyor nya tua yang lihay itu. ia kalah tenag"
dalam- Hebat sentilan itu, tangannya sesemut an busurnya
terlepas dan mental !
Pabis itu candanya Tian Liong Fui melayani pula Toan Kui
Ciang, atau Hong hu Siong meneruskannya "Tian Nio. u-rusan
disini menjadi tanggung jawabku, tak usan kau campur tahu
mengurusnya !" Sambil berkafa begitu, ia menggunai
tongkatnya, untuk menyerang guna membebaskan Kui Ciang
dari serangan tangkapan Kim na ciu si nyonya.
Nyonya tua itu mendelik mengawasi si pengemis.
"Eh, Honghu Siong, bagaimana ini ?" tegurnya ,,Apakah kau
sudah jadi linglung " Orang-orang hendak membinaskan
adikmu, kau tahu tidak " Kenapa kau bu-kan membantu darah
daging sendiri, kau justru berpihak kepada orang luar?"
Tapi Hong-hu Siong menjawab sengit: Jikalau adikku tidak
tersesak hingga dia, bergaul dengan orang-orang busuk, tidak
nanti dia menjadi begini gelo ! Justru kau lah yang mencelakai
dia! Nah kau rasakan tongkatku !"
Tian Toa Nio pun menjadi gusar.
, Orang yang tak dapat membedakan merah dan putih Oh"
tua bangka mau mampus "teriaknya. "Kau nyatanya cuma
Inandai menutup pintu rumahmu dan meng hina adikmu sendiri
! Kau tahu, aku sinyo-nya tua tidak takut padamu !,
Berkata begitu nyonya itu berlompat menyambut serangan
Hong-hu Siong, maka juga tangann}a itu tongkatnya terhajar
mental ! Kui Ciang sementara itu tidak mau berhenti tak perduli
sinyonya sangat lihay.
ia maiu terus dengan serangannya. Maka bayangannya
mereka itu jadi berkelebatan dengan sangat cepat.
Tian Toa Nio gusar sekali, dia berseru sekuat kuatnya. Satu
kali tubuhnya terpisah, lantis ia maju pula dengan lompat
mencelat. Tangan bajunya yang panjang menyamber Kui Ciang,
untuk dilibat. Kui Ciang berkelit sambil ia membabat dengan tipusilat Heng
In Toan Hong atau ,,Mega melintang memotong puncak
gunung atas mana Tia? Toa Nio menangkis dengan "liat Siu Sin
Kang, atau sampokan Tangan baju -Besi hingga pedang kena
tersampok deras keras juga suaranya. Kui-Ciang terkejut.
Tangannya gemetaran dan pedangnya hampir lepas!"
Touw Sian Nio sudah menyerang pula dengan peluru kim
wannya. Tian Toa Nio liehay luar biasa, masih dapat ia menyampok
peluru itu. Tatkaia itu, I-ong-hu Siong menyerang dengan tongkatnya.
Tadi ia tersampok sampai mundur seiindak saking hebatnya
tangkisan sinyonya. Karena ia mundur Kui Ciang
menggantikannya maju. Ia bertahan hingga ujung bajunya
robek terkena ujung tongkatnya. Kesudahannya itu ia kalah
unggul. Hong-hu Siong membuat nama selama beberapa puluh
tahun belum pernah ia di kaiahkan siapa juga kecuali ketika ia
me-nempur khong Hhoag Jie. Itulah kegagalan nya yang kedua
kali. Siapa tahu, hari ini ia menampak kegagalan yang kedua
kali dan ditangannya ini lantu wanita. Tapi ia tidak takut ia
babkan menjadi sangat mendongkol hingga ia menyerang pula
dengan hati yang panas membara sampai tongkatnya
menerbitkan angin keras.
Kali ini Tian Toa Nio tiaak berani menyambut keras dengan
keras ia membebaskan-diri dengan gerakan lunak tLiu lu Hui
Siu Tangan baju terbang diantar?mega melayang. Ia
membebasknn diri dengan sampokan kedua tangan bajunya
menggagalkan serangan ilmu tongkat Hang Mo Thung atau.
Menakluki hantu dari lawannya itu.
Kong-hu Sioag gusar dan mendongkol toh ia mengagumi
lawan yang kosen ini.
Sementara itu Wee Wat si Pengemis Edan telah
berjumpalitan hingga tiga kali baru ia menginjak tanah.
Bukannya ia gusar atau mendamprat musuh ia justeru berkata
jenaka: "Sungguh kau liehay! Syukur aku tidak kena dilukai
kau! Ia tidak lantas maju pula guna menyerang musuh ia hanya
jalan murdar mandir beberapa kali dari muluknya keuar kata
kata ini: "Jikalau kami kedua pengemis " mengepung kau satu
orang apabila kau kalah, kau tentu tidak puas! Sebaliknya aku
jikalau aku tidak dapat mengulahkan kau tak dapat aku
melampiaskan hatiku! bagaimana se karang" Baik biarlah,
biarlah, akan aku menonton saja!" Dan terus ia meniatuhkan
diri untuk duduk numprah ditanah, guna, mengawasi
pertemouran. Kalau ia bertepuk tangan, bersorak-rorai, memuji
dengan ke girangan meluap luap.
Si Pengemis Edan cerdik sekali. Ia duduk melumprah bukan
melulu untuk ber gurau saja. Ia sebenarnya lagi menggunai
temponya, untuk memelihara diri. Biar bagaimana barusan ia
tergempur hebat hingga ia merasai semua auggauta tubuhnya
lain seperti biasanya. Perlu ia mengumpul tenaga untuk
memperkokoh tubuhnya.
Sementara itu Tian Toa Nio tak peduli dia kosen luar biasa
dia repot juga dike pung Hong hu Siong dan Toan Kui Ciang
berdua sebab diantara mereka. Touw Sian Nio juga kadang
kadang membantu dengan ?erangan pelbagai kim wan peluru
emasnya".."
Selagi bertempur seru itu satu kali Hong-hu Siong dap^t
menohok lawannya dengan -totokan. ,,Naga masuk kegedung
yang dalam. ,Yang menjadi sasarannya ya lah jalandarah kauw
im. Bukan main mendongkolnya Toa Nio dengan sebat dia merangsak
dengan kaki kirinya seraya kaki kanannya melayang
naik, menendang tongkat orang.
Wee Wat yang duduk menvimprah menonton terus.
"Tusuk jalan darahnya hiathay mendadak ia berseru.
Toan Kui Ciang turut anjuran itu. dengan pedangnya, ia
menikam jalandarah yang disebutkan itu, Kebetulan Tian Toa"
Nio lagi memutar tubuh jalandarah akan tetapi pedang lawan
pedang mustika, daging atau tulangnya kena juga tertusuk
hingga segera darah-ya keluar membasahkan baju dan
celananya!"
Oiantara dua Iawnnnya Toa Nio Honshu Siong yaag terlebih
Hehay karena im ia lebih perhatikan sipengemis dan kurang
perdata terhakap Kui Ciang siapa tahu Kui Ciangpun tidak danat
dipandang enteng ?edang barusan dia mendapat petunjuk dari
Wee Wat. Ia menjadi gusar bukan main, sampai ia menjerit
keras terus ia menjambret kepada orang yang menusuknya itu!
Kui Ciang melindungi diri dengan mc-lmtangi pedangnya
kena disentil, sedang dengan lain tangannya sinyonya jago
menjambret leher bajunya!
Touw Sian Nio kaget sekali. Untuk menolongi suaminya ia
menyerang pula dengan tiga buah pelurunya beruntun runtun
sedangkan dilain pihak tongkatnya Hong-hu Siong segera
menghajar pula.
Kui Ciang berlaku sebat ia menarik dirinya, tetapi ia tak
bebas seluruhnya bajunya kena dijambret robek !
Tian Toa Nio penasaran seka"i. Ingin ia membinasakan Kui
Ciang, tetapi ia cuma dapat merusak pakaian orang. Justeru itu,
ia juga terhajar tongkatnya Hong-hu Siong benar ia kebal dan
kedor, ia toh merasakan sakit yang hebat, sampai matanya
kabur, pandaagmnya terasa hitam gelap, karena ini, ia menjadi
seperti orang kalap, ia menyerang dengan terlebih hebat
sedang dari mulutnya terdengar seruan atau dampratan
berulang-ulang, kedua tanganya bekerja bagaikan titiran,
meninju, menyampok dan menjambret.
Kui Ciang berdua Hong-hu long berlaku tenang tetapi awas
dan gesit, didesak begitu rupa, merska lebih memerlukan
membela diri. Tidak demikian dengan Tian Toa Nio- Nyonya ini
bagaikan kekurangan tenaga, sampaipun serangan pelurunya


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah menjadi kurang hebat lagi. Ia berhati gentar dan
tangannya lemas . . .
Belum lama kalapnya Tian Toa Nio, mendadak suaranya
yang keras sirap sendirinya. Inilah karena dari jauh-iauh ia men
dengar kata kata ini : , Harap nyonya majikan ketahui, tuan
muda sudah pergi, tetapi dia meninggalkan kata-kata yang dia
haruskan badakmu menyampaikan kepada nyonya !"
Suara itu dikeluarkan bujang tuanya Toa Nio Bujang itu
melihat pertempuian hebat itu. tak berani dia datang dekat, ma
ka dia mengasi dengar laporannya dengan dia berdiri jauh jauh.
dipuncak gunun di depan itu.
"Apakah pesannya binatang kecil itu?" tarnya Tian Toa Nio
sambil ia berkelahi terus. Tak sudi ia berhenti atau menunda
saja pertarungan itu, karena itu, selagi mereka bicara itu. tiga
kali sudah Hong-hu Siong dan Kui Ciang menyerangnya silih
ganti. Bujang tua itu kata : ,,Tuan muda bilang, jikalau nyonya
majikan membinasa kan pemuda she Tiat itu, untuk seumur hi
dupnya, tak mau ia menemukan pula pada nyonya !"
"Hm !" si ibu rnengasi dengar ejekan-nya. Cuma sebegitu ia
mengasi dengar sua ranya, lantas ia menanya : "Bagaimana
dengan Nona Ong"
,,Nona Ong juga pergi! Mereka meninggalkan surat untuk
nyonya majikan !
Semua hadirin diiitu memperhatikan pembicrraan?" diantara
bujang dan nyonya majikan itu, ketiga orang yang bertempur
itu pun bertempur terus Justru itu, mereka semua mendengar
satu jeritan yang teras dan menyayatkan hati, hingga
semuanya menjadi terkejut, haii mereka memukul, lebih-lebih
Hong-hu siong, sampai dia lompat berjingkrak. Kui Ciang turut
berlompat juga Lantas sambil berkelahi terus, mereka menoleh
kearah dari mana jeritan datang.
Disana terlihat adiknya Hong hu Siong .yang menyamar
sebagai Hong hu Siong rebah dengan mandi darah, didadanya
nancap sebatang pedang yang gagangnya masih bergoyanggoyang.
Dialah yang menjerit itu, didepan dia berdiri seorang
wanita yang matanya mendelik dan wajahnya merah padam
saking gusarnya ! Dan dialah Leng Soat Bwee atau ibunya Nona
Hee Leng Song. Orang repot berkelahi, setelah si nyonya
menerbangkan pedangnya dan Hong-hu iiong palsu menjerit,
baru orang ketahui peristiwa berdarah itu !
Toan Kui Ciang kaget hingga ia berseru "Soat Bwee!"
sedangkan Hong-hu Siong ber diri menjubiak, hingga Wee Wat
menyerukannya : ,.Awas !
Belum berhenti pemberian ingat itu atau "Duk?" maka
tangannva Tian Toa Nio sudah menghajar pundak si pengemis
teriangkan dengan satu jambretannya dia membuatnya Kui
Ciang mencelat mundur. Syukur buat Kui Ciang, Sian Nio
menyerang pula dengan pelurunya kalau tidak ia pun bisa
celaka Habis itu, nyonya kosen itu berseru bagaikan mengeluh :
Hong-hu Hoa, aku telah melakukan segala apa dengan semua
tenagaku ! Inilah kakakmu yang telah berlaku tega membantui
oraug luar, karena itu Jangan kau sesalkan aku ! " lalu tanpa
menanti apa juga, selagi musuh pada mundur dia lompat jauh,
buat terus lari turun gunung !
Walaupun dia gagah luar biasa, Tian Toa Nio masih ingat
akan dirinya sendiri maka tahulah dia, dikepung oleh Hong-hu
Sioag dan Toan Kui Ciang, yang dibantu Touw Sian Nio tak
dapat ia bertahan terus menerus sedang disana masih ada Wee
Wat yang tingkahnya aneh itu. Justru Hong-hu Hoa telah
menerima ajalnya, itulah ketika nya yang paling baik buat
meninggalkan musuh musuhnya. Cuma, buat guna nama
baiknya, sengaja dia mengucapkan kata-kata itu.
Tak cukup nyonya tua ini menerima hanya luka-luka pedang
dan tongkat, masih dia menerima satu luka lainnya. Itulah di
saat ia berlompat berlari itu. mendadak We Wat menjemput
sebutir batu dan menimpuk padanya dengan timpukan ,.Hui
Hoa Tek Yap" atau "Menerbangkan bunga, memetik daun" Batu
itu diarahkan kepada ang?auta rahasianya. Tenaga dalam si
pengemis sudah sempurna sekali dia pula menimpuk de ngan
batu, benda yang berat hebatnya ber tambah sendirinya. Jitu
timpukan itu. Tak dapat si nyonya berkelit. Boleh dibilang ,ia sia
belaka kekebalannya. Begitu ia ter timpuk begitu ia berkaok,
lantas tubuhnya yang lagi melompat tinggi itu, jungkir ba lik
beberapa kali, terus jatuh ke arah jurang ! Di atas gunung
didepan itu, sibujang tua, yang melihat majikannya roboh
sudah lantas lari turun, niatnya untuk menolongi"
Hong-hu Siong dan Toan-kui, Ciang melihat robohnya
sinyonya, akan tetapi tak sempat mereka memperhatikannya.
Lebih lebih Toan Kui yang sudah dua puluh tahun lebih tidak
melihat Leng Soat Bwee-hingga hatinya menjadi tenang sekali,
keduanya lantas lari untuk menghampirkan.
Soat Bwee bermuka sangat pucat muka nya itu tidak ada
darahnya akan tetapi disaat itu, dia nampak muram. Melihat itu
Kui Ciang tetperanjat.
,,Soat Bwee, aku beri selamat padamu!" kata Yu-Ciu Tay
Hiap. "Kau telah berhasil membunuh sendiri pada musuh
besarmu! De ngan pembalasmu ini, kau pasti dapat mem bikin
lega arwah lee Toakok" Kemudian ia berpaling kepada isterinya
untuk menam-bahkan: "Adik Sian mari kau menemui Leng Liehiap!"
Nyonya Hee menyingkir dari tatapan she Toan itu.
Terima kasih atas bantuanmu," katanya perlahan. "Aku tidak
ada muka untuk melihat kau pula , . . . "
Kui Ciang terkejut, mendadak ia diliputi rasa takut. Inilah
sebab ia ingat suatu apa.
,Adik Soat " ia berkata, "hari itu kau telah berhasil membuat
pembalasan, sudah seharusnya kau bergirang, oleh karena itu
janganlah kau menyebut-nyebut urusan yang mendukakan . . .
" "Memang,," sahut Soat Bwee, "memang hari ini aku girang
luar biasa, lebih-lebih karena aku telah melihat kau dan isterimu
kamu berdua Oh, Seng To kau . . " ya, ki ta bertiga kita
bagaikan saudara2 kandung saja. Seng To kasihan kau. kau
mati secara menyedihkan ". Dasar peruntungan ku yang
buruk. Terangkanlah cuma kau yang paling berharga " . !"
Kui Ciang terbuka. Tak suka ia mendengar orang bicara pula
dari hal yang menyedihkan itu, Maka hendak ia menghibur at:u
sinyonya sudah mendahului ia. kata Soat Bwee perlahan: "Toan
Toako, aku minta su kalah kau dengan melihat persahabatan
kita, meluluskan satu permintaanku. "
"Kau bicarakan, adik Soat!" sahut Kui Ciang cepat. Aku tidak
bakal menampik wa laupun aku mesti menyerbu api berkobarkobar!"
"Duduknya hal toako, tak lama kau bakal ketahui." kata
sinyonya. Kaulah sahabat karib Seng To buat urusan itu. Aku
menghendaki anakku menyambung turunan Keluarga riee, aku
minta kau dapat mtnge-labuhi dia.Aku tahukaulah orang yang
tidak biasa mendusta tetapi buat guna Seng To dan aku kali ini
aku minta kaulah memecahkan kebiasaanmu itu! Kau dapat,
bukan?" Tubuh Kui Ciang menggigil. Itulah per mintaan yang
berat. "Ya, aku suka; aku suka".?" katanya terpaksa, karena tak
tahu ia harus membilang apa.
Soat Bwee tidak lantas berkata kepada Kui Ciang, hanya ia
menyambut pedang dan tubuhnya Hong-hu Hoa, si Hong-hu
Siong tetiron. untuk terus berdongak dan berkata "Suamiku aku
tidak suka turut kau pergi kelain dunia, itulah karena aku
hendak me nanti tibanya hari ini, dan hari ini, dapat lah aku
menemukan kau!"
Kui Ciang kaget sekali ia lompat guna menubruk nyonya itu,
akan tetapi Soat Bwee bergerak dengan cepat luar biasa
pedang di tangannya sudah lantas nancap didadanya.
diuluhhatinya. Ia menjadi sangat menyesal Ia sudah merasakan
firasat buruk hanya ia tidak menyangka Nyonya Hee dapat
bertindak demikian.
"Adik Swat, semua inilah di sebabkan orang memfitnahmu,"
katanya menangis air matanya bercucuran. ,.Pastilah Seng To
tidak akan sesalkan kau. Semoga kamu suami istri dapat
berkumpul dengan berbahagia diduana baka".."
Ketika itu Hong hu Siong menghampir-kan mayat adiknya
sambil menuding, ia ka ta: ,"Semua-mua dasar kau yang telah
mencelakai lain orang hingga kesudahannya kau celakai juga
dirimu sendiri. Siasia belaka aku bercapai hati hendak
mencegah peristiwa ini ?"
Lantas jago tua ini menangis menggerung-gerung,
Hong-kay Wee Wat menggeleng-geleng kepala.
"Leng Lie-hiap mati dengan penasaran tak demikian dengan
adikmu, yang seharus-nya mampus!" kata dia. "Buat apakah
kau tangiskan dia" Aku lihat kesadaranmu su- , dah pudar, kau
menjadi linglung! Putri dan menantunya Leng Lie-hiap masih
berada di dalam guha, kalau sebentar menanyakan keterangan
kepadamu, apakah kau mau bilang" lekas kau tuturkan
cuduknya hal yang jelas padaku! Kamu tidak bisa men-dusta,
tetapi aku lain, dapat aku mewakilkan kamu mengarang sebuah
ceritera!"
Hong hu Siong menurut, ia berhenti me nangis, ia menahan
keluarnya ai-imatanya. Lantas tanpa bersangsi pula, ia
memberikan penuturannya.
Memang juga orang yang dibinasakan Leng Soat Bwee itu
Hong-hu Hoa, adiknya Hong-hu Siong. Mereka berdua saudara
potongan tubuh dan roman mereka sangat mi rip satu dengan
lain akan tetapi dilain pi hak, tabiat mereka sangat berlainan.
Ayah mereka menutup mata siang-siang. Tabiat Hong-hu Hoa
buruk sekali, sebaliknya dia, sangat disayangi ibunya. Di saat
ibu itu mau meninggal dunia, dengan wanti-wanti ia pesan
Hong-hu Siong untuk merawat dan menjaga baik baik adiknya
itu. Hong-hu Siong menerima pesan.
Iapun tahu keburukan adiknya maka la menjaga dengan
keras sekali. Sampai usia delapan belas tahun, tak pernah
siadik di-ijinkan keluar pintu umpama Kata setengah tindak,
Tapi dalam usia delapan belas tahun itu Hong-hu Hoa telah
memperoleh kemajuan dalam ilmu silat, lantas dalam hati nya
timbul keinginan buat pergi merantau, untuk menjadi seorang
kangouw yang bebas merdeka. Memangnya sudah sekian lama
ia ingin kehidupan orang Sungai-Telaga. Karena ini, ia telah
nienyimpan niat buat minggat.
Hong-hu Siong menjadi orang penting dalam Kay Pang partai
pengemis ia puia suka keluar untuk melakukan perbuatan
perbuatan baik dan mulia, tidak dapat ia terus-terusan berdiam
didalam rumah menjagai adiknya. Biasanya, kalau ia pergi, ia
pesan seorang bujangnya yang sudah tua menggantikan ia
menilik adiknya itu. pula setiap ia pergi keluar, ia selalu
memesan dengan sangat kepada adiknya, yang ia larang pergi
kemana-mana Hong-hu Hoa takut kepada kakaknya, tidak berani dia
melanggar larangan itu. Kalau kakaknya tidak ada dirumah, dia
sampai tidak Derani menentang bujang kakaknya itu yang
mewakilkan si kakak. Hanya setelah berusia dewasa dan
kepandaiannya maju timbul perasaan tak senangnya iagin dia
meronta. Demikian pada waktu kataknya pergi merantau, ia
mewujudkan niatnya minggat, bahkan ia sudah lantas
melakukan satu perbuatan busuk yang membuat kakak nya
menjadi sangat berduka.
Hari itu seperginya kakaknya, Hcng-hu Hoa minta bujang
tuanya memberi. Tentu Sekali sibujang mentaati pesan Hong
hu Siong dan melarangnya. Ia menjadi tidak senang, dalam
gusarnya, ia bunuh hamba yang setia itu. Sefelah itu lantas
hidup dalam perantauan. Kemudian ia telah bertemu dengan si
hantu besar Tian Liong Hui dan Tian Toa Nio suami isteri yang
liehay itu. Liong Hui melihat pemuda ini berkepan daian tanpa celaan
dan belum mempunyai pengalaman senang ia menerimanya
untuk dijadikan pembantunya. Ia lantas mengajak sipemuda
melakukan perbuatan perbuatan buruk Inilah cocok dengan
tabiat asalnya. Maka makin lama dia jadi makin buruk.
Hong-hu Siong mencari adiknya itu. Sampai selawatnya tiga
tahun, baru ia dapat menemukannya. Ia lantas membawanya
pulang. Sesudah menegur adik itu, ia mengurungnya dalam
sebuah rumah batu.
Tidak lama dari itu datanglah saatnya sejumlah orang gagah
mengepung Tian Liong Hui. Jago yang busuk itu dapat
dibinasakan tetapi isterinya lolos. Syukur Hong-hu Hoa sudah
kena ditangkap kakaknya dan lebih dahulu telah dibawa pulang.
Adalah mudah buat orang baik menjadi orang jahat,
sebaiknya sulit buat orang jahat menjadi orang baik. Demikian
sudah terjadi dengan nong-hu Hoa. Dia bukan ber terima kasih
kepada kakaknya, dia justeru penasaran dan membencinya.
Tak puas dia hilang kemerdekaannya. Pada satu waktu kembali
dia dapat lolos.
Sekarang ini Hong-hu Hoa telah menjadi orang dewasa,
romannya yang mirip Hong-hu Siong membuat banyak orang
yang menyangka dialah kakaknya itu. Itulah kebetulan
untuknya Lantas dia mengaku diri sebagai kakaknya itu. Untuk
itu, dia membuat senjata yang berupa tongkat kayu cendana,
yang buatannya sangat mirip tong kat kakaknya. Dengan
menggunai tongkat itu dia. melanjuti berbuat berbagai
kejahatan hinggga orang menyangka Hong-hu Siong yang
melakukan itu sampai Honshu Siong mendapat nama buruk
sekali. Lama-lama Hong hu Siong mendengar juga berita tentang
sepak terjang adiknya itu. ia menjadi sangat menyesal dan
berduka Kalau ia membantah atau menyangkal ia mesti
memberi keterangan. Im berarti ee laka untuk saudaranya,
sebab ia jadi membuka rahasia saudara itu. Biar bagaimana,, ia
ingat pesan ibunda, ia menyayangi saudaranya. Akhirnya ia
terpaksa membungkam cuma diam-diam saja ia berdaya untuk
membekuk dan membawa pulang saudara itu.
Paling akhir perbuatan terkutuk Hongj hu Hoa ialah
membunuh secara pelap pada Hee Seng To dan menculik: Len"
Soat Bwee Dalam pekerjaan itu dia menggunai hio obat pulas
buatannya Tian Liong Hui Foat Buee disembunyikan didalam
guha gunung. Selagi ia tak sadarkan diri, kehormatannya telah
dinodai. Tempo kemudian Soat Bwee sadar bara ia tahu bahwa
orang telah main gila terhadapnya Ia gusar sekali, ia serang
Hong-hu Hoa. Dia lawan- kesudahannya, dua-dua mendapat
luka dan Kong-hu Hoa kabur Dengkulnya Soat Bwee terkena
jarum Bwee-hoa-ciam tidak dapat ia mengejar, maka ia cuma
mengingat-ingat baik-baik roman sijahat itu.
Belum lama dari peristiwa busuk itu, Hong-hu Siong berhasil
menemui saudaranya yang lukanya masih belum sembuh. Ia


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membawanya pulang. Bahkan ia terus membawanya kekuburan
ibunya. Inilah sebab kejahatan siadik telah melewati batas, Lan
taran kejadian itu buat beberapa tahun ia sampai tidak berani
keluar pintu. Didepan kuburan mereka ia berkata pada adiknya:
"Melihat perbuatanmu ini seharus nya aku bunuh mati padamu,
akan tetapi dengan memandang kepada ibu, suka aku mengasi
am pun. rianya untuk kali ini saja! Apabila tetap kau tidak sadar
dan tidak mau meru bah kelakuanmu, akan kau buron pula dan
kembali berbuat jahat, lebih dahulu aku membunuh diri! Lebih
baik aku -yang membunuh kau daripada kau terbunuh orang
lain! Habis berkata begitu, Hong-hu Mong menyuruh adiknya
mengangkat sumpah untuk bertobat.
Sejak diberi nasihat itu, Hong-hu Hoa berlaku baik. Dia
berdiam tenang didalam rumah terus dia memahamkan ilmu
silatnya. Belum pernah d?.a buron pula. Beberapa kali Hong-hu
Siong mengujinya dengan dia berpura-pura melakukan
perjalanan jauh tapi sebenarnya ia berdiam didekat dekat
rumah nya untuk mengintai Adik itu tetap berdiam dirumah,
dan belajar silat dengan rajin tak berani dia turun gunung Hal
itu membuat ia girang, hingga ia percaya adik nya beuar- benar
sudah insaf dan merubah kelakuan, tak mau berbuat jahat
pula. Sebab ini, penjagaannya menjadi kendor sendirinya
Terkaan Hong-hu Siong melesat. Hong-hu Hoa tak pernah
berubah sifatnya. Dia tak mau buron dulu disebabkan dia jeri
kepada kakaknya dan jeri juga terhadap Leng Soat Bwee serta
pelbagai orang gagah kaum lurus. Dia tahu baik sekali bahwa
sang kakak gusar beuar-benar, bahwa kalau dia menyeleweng
lagi, ia bakal dibunuh. Maka dia tak mau kamu -sebelum
ilmusilat ? nya melamai ilmu silat kakaknya itu. Dia takut pada
Soat bwee dan sahabat-sahabatnva Hee Seng To. Dia telah
mendengar kabar bahwa beberapa sahabatnya eng To mencan
dia, guna membalaskan sakit hati korbannya itu*
Tak sudi dia ditawan dan dibinasakan orang-orang gagah iru.
Dia teru3 bersemou-nyi. Dia boleh bersyukur bahwa dia tak
dapat dicari. Tapi dia telah berpikir, untuk dia dapat keluar pula
nanti, perlu dia menyaru jadi kakaknya. Begitu dia menyekap
diri belajar sungguh-sungguh, untuk mendapatkan kepandaian
kakaknya itu. Hong-hu Siong tinggal dipuncak gunung Hoa San sangat
jarang ia bergaul saling berkunjung dengan segala kenalannya.
Orang yang pernah datang kerumahnya cuma Ciu tCay-kTe-tie
si Pengemis Pemabukan, sahabatnya itu. Karena itu cuma K le
tie seorang yang ketahui ia mempunyai seorang adik yang
romannya bagaikan saudara kembar. Bukankah Kie Tie juga ketahai
rahasia Hong-hu-hoa. Hanya ia me ngetahuinya sesudah
orang bertobat. Ia menutup mulut karena juga Hong-hu Siong
telah memohon dengan sangat kepadanya untuk ia jangan
membuka rahasia adik itu. Ia suka meluluhkan karena ialah
seorang yang berhati baik seperti Hong-bn Siong sendiri, dan ia
pun mengharap Hong-hu hoa berubah baik untuk selamalamanya.
Sementara itu sudah lewat sepuluh tahun lebih ilmu silatnya
Hong hu-hoa juga telah maju jauh. sampai hampir dia
menyusul kakaknya. Sekarang hati Hong-hu Siong pun lega. Ia
percaya adiknya sudah berubah benar-benar, sampai dia da;
pat merantau sampai bulanan tanpa adik itu dikurung. Barulah
kemudian, tempo ia pulang dafi perantauan, ia mendapat rahu
adiknya tidak ada dirumah.
Sebenarnya Hong-hu hoa bukan buronan jauh dari Hoa San,
Ibanya secara kebetulan saja dia bertemu dengan Tian Tio Nio,
jandanya Tian Liong Hui. Tian Toa Nio mencari tempat
sembunyi, ia pergi ke gunung Hoa San.
Disini ia memilih guna dilembah itu, yang bernc.ma Toan
Hun Kok, artinya lembah Putus Sukma. Lantai Hong-hu-hoa
minta perlindungannya sinyonya kosen.
Baru belum lama setelah itu Hong-hu Siong mendapat tahu
adiknya tinggal di tampatnya Tian Toa Nio, Ia tahu tak dapat ia
melawan jago betina itu, terpaksa ia menutup mulut.
Ia pun mau memohon bantuan dari sahabat " sahabatnya.
terpaksa ia membiarkan adik itu berdiri sendiri
Senang Hong " hu " hoa bebas dari kekangan kakaknya.
Dari Tian Toa Nio ia pun mendapat pelajaran menggunakan
senjata rahasia yang dipakaikan berupa racun, diantara-nya ia
menyimpan jarum Bwe-hoat-ciam di ujung tongkatnya, tongkat
kayu cendana tiruan tongkat kakaknya.
Selama itu, hampir dua puluh tahun sudah lewat sejak
kebinasaannya Hee Seng To, orang umumnya telah melupai
peristiwa keji itu, kecuali beberapa sahabat terdekat dari Seng
To, terutama Leng Soat Bwee sendiri.
Tak lama sejak dia muncul pula dalam dunia kangouw, honghu-
hoa mendengar kabar halnya Leng Soat Bwee mempunyai
seorang anak perempuan. Sementara itu, ia sendiri tak dapat
melupakan nyonya janda Hee itu yang ia cintai.
Leng Soat Bwee tidak mau muncul pula dalam dunia
kangouw, ia malu sendirinya. Untuk menuntut balas, ia meletaki
pengharapannya atas diri puterinya, yaitu Hee Leng Song.
Maka semua kepandaiannya, ia wariskan pada putrinya itu, ke
pada si putri ia bilang bahwa Hong-hu Siong seorang manusia
sangat jahat yang melakukan segala sesuatu yang busuk dan
keji, maka ia pesan, setelah nanti pelajaran si anak perempuan,
anak itu harus membunuh Hong hu Siong, katanya guna
menymgkirkan manusia jahat itu dari dunin kang-ouw.
Leng Song tidak tahu duduknya hal yang sebenarnya, maka
juga dalam pertemu annya dengan Hong hu Siong didalam berhara
tua, ia cuma tahu pengemis itu harus dibinasakan.
Sedangkan Hong hu Siong, dia tidak mau membantah, dia
cuma minta si nona memberi keterangan kejahatannya.
Belum lama Hong hu Hoa turun gunung, dia bertemu dengan
Ceng Ceng Jie. Nyata mereka cocok satu dengan lain, lan tas
mereka ^mengikat tali persahabatan. Setelah itu, kemudian
datang saatnya dia membunuh Hie Tie.
Dia memang tahu pengemis itu mengetahui rahasianya.
Ketika Ceng Ceng Jie bersama Ong Pek Thong memancing
Toan Kui Ciang ?uami istri bersama Kie Tie pergi ke Giok Sie
San ia menyusul. Ia telah menggunai jarumnya yang beracun,
Sebenarnya ia mau membinasakan Kui Ciang tetapi Kui Tie
mengetahui maksudnya dan ia maju menghadang didepannya.
Penyamarannya Longhu Koa sebagai kakaknya hampir dapat
mengabui semua carang oerkenamaan Rimba Persilatan.
Begitulah muridnya Wee Wat telan keliru menyerahkan
suratnya Wee Wat untuk Kong-hu Siong. Sekalipun Khong
Khong Jie telah kena terpedayakan, sanpai ia ini percaya dialah
Kong hu Siong, hingga ia menem pur Wee Wat. Adalah yang
paling belakangan ini, setelah menculik Leng Loat Bwee,
sebagai orang jahat, dia menerima juga bagiannya dia
terbinasa justau ditangan nya sinyonya janda.
Demikian penuturan Kong hu Siong, yang membuat Toan Kui
Ciang semua heran dan terkejut, mendongkol dan berduka.
Lakon itu panjang dan hebat. Kui Ciang sampai menepas
airmata, mendukakan nasibnya Soat Bwee.
Tetapi ialah laki-laSiong, menyata kau menyesal atas keliru mengarti mereka
sebegitu jauh dan menghaturkan terima kasihnya buat
bantuannya ini.
"Biarlah yang sudah lewat itu," kata Hong-hu Siong. "Mari
kita pergi kedalam guha untuk mencari mereka itu. Eh, penge
mis tua, sudah selesai atau belum kau mengarang
kedustaanmu" Mengapa mereka itu masih belum juga muncul?"
Wee Wat berpikir. Dia berpengalaman dan cerdas, dia dapat
menerka; kata ia: "A-ku percaya mereka telah ditotok Leng Liehiap
disebabkan lie-hiap tidak ingin mereka jmenyiksikan
peristiwa ini hingga mereka- ketahui duduknya perkara. Ceriteraku
telah aku karang, mari kita pergi melihat mereka!"
Pada waktu itu mendekati satu jam, Lam Cee In sudah bebas
terlebih dahulu. Ia menggunai tenaga-dalam untuk memulihkail
kemerdekaannya. Setelah itu, ia membantui isterinya. Cee
In kaget sekali waktu ia mendengar suara tindakan banyak
orang, sampai ia berlompat bangun sambil menghunus
pedangnya. Terutama ia kaget waktu ia melihat Hong hu Siong.
, Lam Hiantee, kau lihat dulu biar tegas," berkata Toan Kui
Ciang, ?"Hong-hu Siong ini bukannya Hong hu Siong yang
satunya itu ! Telur busuk yang besar itu yalah adiknya Hong hu
Locianpwe ini!"
Cee In berdiri menjublak matanya mengawasi mendelong. ia
melihat pakaiannya Hong hu Siong penuh dengan tambalan,
sedang tongtaknya tidak ada ca-cadnya. Hong hu Siong
musuhnya sebaliknya tidak mengenakan pakaian rubat-ba-bit
dan tongkatnya, selain rusak ujungnya, juga telah dikutungkan
separuh oleh Toan Kui Ciang.
,,Sungguh beruntung bahwa di Hoa San ini kita telah
bertemu Hong hu Siong Loocianp wee, yang telah memberikan
bantuannya, Kui Ciang kata pula. "Kong hu Hoa Locianpwe
sampai melakukan perbuatan tay-gie biat-cin, karena mana
hiantee sakiti mertuamu telah dapat dibalaskan."
,Tay gie biat cin" yalah perbuatan membunuh saudara
sendiri buat gunanya keadilan.
Ceo In percaya keterangannya, kawan itu, ia lantas memberi
hormat pada Kong-hu Siong sambil ia menghaturkan tetima
kasih. Ketika itu Hee Leng Song pun sudah bebas, ia telah
berlompat bangun.
"Mana ibuku?" tanyanya. "Kenapa ibu masih belum kembali?"
Meski ia menanya demikian, nona ini sudah lantas mendapat
firasat buruk. Ia melihat wajahnya Kui Ciang semua, ia
bertanya didalam hatinya: "Mereka menang perang, kenapa
mereka tidak memasuki roman girang?"
"Keponakan yang baik ibumu sangat menyayangi kau,"
berkata Kui Ciang, menjawab smona. "Itulah sebabnya kenapa
ibu mu tidak mau mengajak kamu keluar bersama. Sekarang ini
ibumu tidak dapat menemukan pula padamu. Eh, Wee Locianpwee,
baiklah locianpwee saja yang memberi penjelasan
kepada keponakanku iui."
Leng Song heran setali, begitupun Cee In, maka berdua
mereka berpaling kepada Wee Wat, menatap pengemis itu.
Wde Wat mengawasi suami isteri itu, sikapnya sangat
tenang. Mungkin kamu berdua masih belum tahu," katanya sabar,
"walaupun ilmu silat nya Hong-hu hoa tidak terlalu lihay, ia
menyimpan /jarum di ujung tongkatnya, senjata mana dia
dapat gunakan dengan sempurna sekali. Sekarang kamu lihat
itu tangan bajunya Bibi Toan kamu!"
Kedua ujung baju Touw Sian Nio telah terhajar banyak jarum
rahasia beracun, benar jarumnya sudah lepas semua, tetapi
lubang-lubang bekasnya tampak tanyaia, mpak mirip sarang
tahun, ngeri untuk melihatnya.
Cee In dan Leng Song memandang kearah Sian Nio, yang
mengangkat kedua belah tangannya
"Kenapa ibuku tidak dapat menemui kami lagi?" Nona Hee
tanyaia heran hingga tak sudi ia mengawasi lama-lama pada
bekas-bekas tusukan jarum itu. "Tentang lihaynya jarum
beracun Hong hu Hoa telah aku ketahui ! Yang aku ingin kau
membilangi aku yalah dimana ibuku sekarang?"
Wee Wat tidak mengambil mumat bahwa orang sangat
bernafsu, ia tetap membawa sikapnya yang sabar.
, Benar!" katanya pula. "Aku ingat, Kui Ciang pernah
memberitahukan aku bah v/a ketika Hong hu Hoa
membinasakan Kie Tie dengan jarum beracunnya digununc
Giok Sie San, kaupun hadir disana. Pantas kau ketahui lihaynya
jarum dia itu!"
Leng Song tidak puas dengan kata kata pengemis ini. akaa
tetapi karena dia orang tua tingkatnya terlebih tinggi daripada
tingkat ibunya, ia tidak berani menanya pula dengan mendesak.
Hanya didalam hati ia berkata: ,.Dasar orang tua bicaranyapun
ayal-ayalan dan ngelantur ".
Wee Wat bicara pula sekarang sikapnya sungguh sungguh.
Katanya : Justeru karena ibumu ketahui lihaynya jarum Honghu
oa ia tidak mau kamu turut padanya. Kamu tahu ibumu
telah berhasil dengan tangan nya sendiri membinasakan
musuhnya itu. cuma sayang sekali ia pun terkena jarum,
beracun musuh, lantaran mana ia pun telah menemui akhir
hidupnya . . , "
Leng Song kaget sampai ia berdiri men jublak. Begitu ia
sadar lantas ia lari ke mulut guha Baru ia lari beberapa tindak
men dadak ia menjerit keras lantas ia muntah darah menyusul
mana ia jatuh terkulai dan pingsan.
Cee In kaget ia lompat menrbruk dan lantas menguruti untuk
menyadarkannya.
Mo Lek yang sampai sebegitu jauh ber diam saja, merobek
ujung bajunya buat dibasahkan dengan air, buat dipakai
menutupi dahi orang. Dengan begitu tidak selang lama Leng
song ingat akan dirinya. Hanya sekarang ia lantas menangis,
menggerung-gerung
"Nona kau tenangkan cliri," berkata Wee Wat. "Kau harus
menguras jenazah ibumu. Ada pesan dari ibumu yang kami
harus sampaikan kepada kau, Jangan kau terlalu ber duka nanti
kesehatanmu terganggu.
Leng Song berhenti menangis menggerung, sekarang ia
sesegukan. "Apakah pesan ibuku itu?" tanyanya.
"Ibumu menghendaki kau membakar jenazahnya, supaya
abunya dikubur bersama abu ayahmu kata Wee Wat, . Duluhari
ayah mu teraniaya dikota Tek-ciu disana aku me nguburnya
diatas gunung Cu Coak San di-Juar kota" Tentang kebinasaan
ayah" ya. Leng Song belum pernah mendengar dari ibunya
hataya ketika ia telah belajar silat sempurna, ibunya cuma
membilangi bahwa Hong-hu Siong seorang sangat jahat, jadi
Hong-hu Siong harus disingkirkan untuk kebaikannyan du nia
Kang-Ouw, sama sekali tidak ada disebut tentang sakit hati
ayahnya itu. Lam-Cee In yarg memperoleh keterangan dari
Toan fCui Ciang juga tidaK tahu jelas karenanya belum pernah
ia bicarakan itu dengan isterinya. Maka itu heranlah isterinya itu
.Jadi ayahku telah terbinasa ditangan orang?" tanya Leng
Song. Bagaimana duduk nya itu?"
,.Sipembunuh ialah ini Hong-hu Hoa," sahut Wee Wat
"Ayahmu terbunuh diwaktu malam, yaitu malaman ia menikah
buat kedua kalinya .,,,,"
Mendengar itu tidak cuma Leng Song, juga Cee In heran,
hingga keduanya tercengang.
,,Jangan heran kata Wee Wat. "Ayahmu itu, Nona Hee,
meski dia dua kali mera yakan pernikahannya akan tetapi


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemanten ialah ibumu juga. Duduknya begini, . Perta ma kali
Hee Tayhiap, menikah itu dilakukan disebuah kota kecil
diselatan gunung Thian an. Tatkala itu mereka berdua tengah
merantau didaerah perbatasan itu. Mereka mesti melakukan
perjalanan bersama laksaan lie, jadi tak leluasa buat meteka
tinggal hidup bersama, karena itu, mereka menikah secara
sangat sederhana d tempat itu, Kebetulan sekali, ketika itu aku
berada disana maka aku seorang diri yang menyaksikan
pernikahannya itu, Kemudian mereka pulang -ke Tionggoan.
Beberapa sahabat ketahui ayah dan ibumu sadah menikah
mereka hendak menberi selamat maka itu ayah dan ibumu
lantas membuat pesta, dengan be gitu pernikahan seperti
dilakukan buat kedua kali, Kau tahu ayahmu sangat luas per
gaulannya. Ketika itu, nona kau sudah ter-lahir usiamu baru
dua tahun. Kau dilahirkan ditempat kakek luarmu, disana juga
kau dititipkan, sebab berabe untuk ayah dan ibumu membawa
bawa kau merantau. Kau tidak hadir tempo pesta itu dibikin,
banyak tetamu hadir malam itu, hingga tak sempat ayahmu
berceritera banyak, Ayahmu terbinasakan secara menggelap,
Kui Ciang kau pun hadir malam itu, pasti kau belum tahu yang
orang tuanya Nona Hee telah mempunyai anak bukan?"
. Oh, begitu kata Kui Ciang. "Memans aku belum tahu,
Pantaslah Ciu-Kay Kie-Tie pun heran akan halnya Nona Hee
menjadi anaknya sahabatku itu."
Menyandung ceriteranya Wee Wat men jelaskan hal mana
Hong hu Hoa berkongkol dengan Tian Liong Hui bagaimana dia
berulang kali turun gunung dengan memakai nama kakaknya
bagaimana dia seperti mengacau dunia. Kang Ouw sampai dia
mem bunuh Pee Seng To. Semua ceriteranya itu benar kecuali
hal dirinya Leng Song sendiri Sudah sejak beberapa tahun yang
belakangan ini Leng Song menyangkalnya ten-rlr w"*" d,rinya
baru ^ seper telah k/h imega d3n kabUt buya " Benar i telah kehilangan
ayah dan iounya. toh ia
tak merasakan gelao lagi, sebagai dahulu W nya menjadi
sedikit Tega Juga Lam Cee In percaya dongenganya Wee Wat karena
jalanannya masuk diakal Sementara itu Hong-hu Siong berduka
bukan main" air matanya terus meleleh turun.
Cee In dan Leng Song terharu mereka menyatakan
kemenyesalan mereka terhadap jago tua. itu. Mereka pun
mengucap terima kasih buat bantuan yang diberikan.
Selagi begitu tiba-tiba Wee Wat berkata nyaring, "Ah. lagilagi
aku sipengemis, tua hendak mengoceh! Lam Tayhiap, aku
hendak mengajukan suatu permintaan untuk sahabat tuaku!"
,Jangan berkata begitu locianpwe! " kata Cee In lekas. "Telah
banyak aku si orang she Lam menerima budimu, jikalau ada
sesuatu perintah, aku selalu bersedia melakukannya. Aku
mohon janganlah locianpwe bicara tentang minta."
Wee Wat tersenyum.
,,Hal itu, aku ketahui, bukan melainkan kau sendiri saja yang
dapat lakukan," kata nya.
Cee In hendak meminta keterangan, tapi si pengemis sudah
mendahului ia me lanjutkan perkataannya. Katanya : ,,Sang
tempo tidak siang lagi, kamu harus pergi dulu mengurus
jenazah ibu dan mertua kamu. Eiigo Toan, tolong kau pimpin
Nona Hee, hendak aku bicara dengan keponakan Cee In."
Leng Song terus menangis hingga ia jadi letih sekali, ia
membiarkan diajak Sian Nio, sedang Wee Wat dengan tindakan
cepat, mengajak Cee In berjalan didepan, un tuk mendahului
mereka "Lam Hiantit, kau mengharap beberapa anak ?"
tanyanya sembari jalan.
Cee In heran hingga ia tercengang.
"Benar aneh sifatnya jago tua ini . . pikirnya. Tentu sekali,
tak dapat ia menjawab.
Wee Waat tetap bersipat aneh.
"Terdengarnya kata-kataku ini ngaco belo tetapi sebenarnya
ialah benar-benar!" kata ia pula. "Aku mengharap kau memper
oleh tiga orang anak laki-laki!"
"Locianpwe, aku. masih belum jelas akan maksudmu." kata
Cee In, mengawasi. Ia tidak dapat menerka hati orang.
-oo0dw0oo- Jilid 22 Jikalau kau nanti memperoleh tiga anak." kata Wee Wat,
"anakmu yang sulung akan menjadi penyambung kamu kaum
keluarga Lam. Mertuamu tidak mempunyai anak laki-laki, dari
itu sudah selayaknya apabila anakmu yang ke dua dikasihkan
padanya, buat menyambung turunan. Keluarga Hee. Benar
tidak " Cee In sedang berduka; tak seharusnya ia turut berkelakar,
akan tetapi keanehan si orang tua membuatnya melayani juga.
"Bagaimana dengan putera yang ke tiga itu ?"" ia tanya.
Wee Wat menatap dia menjawab : "Hong hu Siong telah
bertindak sehingga seperti ia sendiri yang membunuh adiknya,
ia te lah berbuat banyak untuk pihak kamu ?"
"Ya itu benar ! Tadinya kami keliru menyangka dia sebagai
manusia busuk, sekarang aku menyesal, tak enak hatiku
terhadapnya. Tapi, locianpwe ada apakah hubungannya dia
dengan kata kata locianpwe ini ?"
,,Pasti ada ! Apakah kau benar-benar tidak ketahui " Dialah
pemimpin Kay Pang Partai Pengemis, seumur hidupnya dia
tidak dapat menikah untuk memperoleh anak, maka itu,
anakmu yang ke tiga itu, andaikata kau mendapatnya,
dapatkah kau memberikan padanya " Guna membikin lega
hatinya disaat-saat usia lanjutnya " Kami kaum pengemis, kami
tidak menghiraukan tentang tingkat derajat, anakmu itu dapat
dijadikan anak atau cucunya ! "
Cee In tertawa.
,,Tentang memperoleh anak, itu adalah karunia Tuhan !"
kata ia. "Baiklah ! Dan andaikata aku memperoleh anak yang
keempat nanti aku hadiahkan dia kepada locianpwe! "
Wee Wat pun tertawa.
,,Dengan begini berarti kau telah menerima baik ! Hong-hu
Siong tidak punya anak atau keponakan, setelah dia mati nanti
dia menghendaki ada orang yang merawat kuburannya ! Aku
sebaliknya tidak menghiraukan itu! Meski demikian, apabila
benar kau mempunyai anak yang keempat nanti dan kau suka
menyerahkan padaku, pasti aku akan menerimanya dengan
senang !" Kelak kemudian selama empat tahun, Cee In benar-benar
mendapat tiga orang putera.
Sekeluarnya dari guha, Leng Song lantas melihat mayat
ibunya. Kembali ia menangis sangat sedih hingga ia menjadi
pingsan lagi, Dengan sebat Wee Wat membantu bekerja, untuk membakar
jenazah Leng Soat Bwee, setelah mana, tulang-tulang atau abu
nya lantas dibungkus rapih.
Leng Song tidak curiga apa-apa, ia tidak memeriksa luka
ibunya, dengan begitu tak tahu ia bahwa ibunya sudah
membunuh diri, Setelah itu Wee Wat kata pada Cee In : "Bukankah Lam
Hiantit hendak kembali ke daerah Tongkwan gana
mengumpulkan sisa-sisa tentara " Karena kota Tekciu terpisah
dari sini seperjalanan beberapa hari, baik lah aku si pengemis
tua menemani Nona Hee ke Tekciu, guna mengubur jadi satu
ayah dan ibumu habis itu akan aku kawani kau kembali kepada
suamimu untuk membantunya."
Leng Song menepas airmata. Ia berhenti menangis.
"Locianpwe, budimu sangat besar, entah aku dapat
membalasnya atau tidak," katanya bersyukur.
,,Guna membalasnya mudah saja nona." kata si pengemis,
,,aku telah bicara dengan suamimu, asal kau dapat melahirkan
beberapa anak lebih, itu berarti kau sudah membalas budi kami
!" Mendengar itu, walaupun ia tengah sangat berduka,
mukanya Leng Song toh menjadi merah saking malunya.
"Nona He jangan kau layani dia" kata Hong-hu Siong. "Wee
Toako kami ini memang paling doyan ngoceh tidak keiuan se
bagai orang edan ! Ia terus menoleh pada Cee In untuk
menambahkan : "Aku hendak mengubur ini anak celaka,
setelah itu, aku masih mesti melakukan sesuatu tetapi habis it,u
mungkin nanti datang pada waktu nya dan aku akan pergi ke
Tongkoan untuk mencari kau ?"
Sungguh aku sangat beruntung jikalau aku memperoleh
bantuan dari locianpwe berdua," kata Cee In.
Toan Kui Ciang sangat berduka, ia menghela rapas dan
berkata: ,,Dengan ayah dan ibu Nona Hce dahulu hari aku
bersahabat erat sekali, hari ini saKit hati saudara Seng"To telah
dapat dibalaskan, hatiku lega sebagian. Sekarang tinggal sakit
hatinya saudara Su enah sampai kapan itu baru dapat
dilampiaskan ". Pula istrinya sahabatku itu berada disarang
jahanam, sampai sekarang sudah berselang tujuh a-tau
delapan tahun, kabar ceritanya pun tidak ada sama sekali, dia
sungguh harus di buat pikiran Ah, ketika Soat Bwee mau pergi
ia masih mengatakan, didalam kami bertiga ?akulah yang
paling beruntung, tetapi sebenarnya," manakah
keberuntunganku" Dua sahabat karibku, dua-duanya mati
celaka sedang anakku telah diculik Khong-Khong Jie, sampai
sekarang ini dia belum ketahuan berapa dimana " . . ." Jangan
berduka Toan tayhiap, Hong-hu Siong mengghibur. "Wee toako
ber sama aku mempunyai hubungan dengan Khong- Khong Jie.
Kabarnya Khong- khong-jie pernah didustakan adik
seperguruannya yang durhaka itu, sampai dengan Wee Toa-ko
dia mempunyai suatu urusan maka itu pasti kami akan mencari
dia, buat membikin reda urusannya dengan Wee Toako, untuk
sekalian meminta pulang anak tay-hiap itu."
"Hm !" Wee Wat mengasih dengar suara tawarnya. "Khonghong
Jie paling mengeloni adik seperguruannya aku kuatir dia
nanti seperti orang yang mendekati bak lalu dia turut menjadi
hitam !" "Aku tahu Khong- Khong Jie semenjak dia kecil.," kata Honghu
Siong pula, -Dia rada jumawa akan tetapi sifatnya baik, dari
itu aku percaya tidak nanti dia kecipratan menjadi hitam.
Jikalau benar dia berubah hingga menjadi demikian buruk, pasti
aki tiask akan memperhatikan pula pei-sa-habatannya
denganku, bila tiba saatnya kita berdua kita akan menunduki
dia untuk memaksanya membayar pulang anaknya Toan
Tayhiap !"
Kui Ciang lantas menghaturkan terima kasih kepada ketua
pengemis itu. "Urusan anakku ialah urasan yang kedua. katanya. Yang
paling terutama ialah urusannya mendiang saudara Su It jie.
Saudara itu mati karena aku dan istrinya pun terkurung didalam
sarang penjahat, tak tenang hatiku. Justeru sekarang dorna An
Lok San itu telah berontak, Keselamatan nya Nyonya Su makin
terancam. Maka itu hendak aku paling dulu untuk menearitahu
tentang dia. Kabar penghianatan she An itu lagi bersiar"
menyerbu kota Tiang-an dari itu kami berdua suami-istri mau
menyamar jadi rakyat yang mengungsi guna mencari ketika
akan memasuki tangsi pemberontak itu buat menolong Nyonya
Su " Sementara itu Cee in berkata Mo Lek: "Sudah beberapa hari
kau mensia-siakan waktumu disini, mungkin raja sudan
meninggalkan kotaraja, untuk menyingkir kebarat oleh karena
itu, pergilah kau lekas berangkat ke Tiang-an !"
"Aku justru mengharap-harap raja sudah meninggalkan
Tiang-an, "kata si anak muda she Tiat bagaikan mendumal. "
"Dengan begitu tak usahlah aku menjadi sipelindung yang sial
dangkalan "."
"Jangan kau mengatakan begitu !" kata Cee-In sungguhsungguh.
Tapi Mo Lek tertawa memotong kata-kata kakak
seperguruan itu: "Aku mengerti maksud kau ! Baiklah, aku suka
mendengar perkataanmu ! Sekarang juga akan aku berangkat
!" Sampai disitu, berangkatlah mereka turun dari gunung Hoa
San. Mo Lek, sambil menuntun kuda Oey piauw, berjalan
bersama dengan begitu dapat ia menutur pengalamannya
selama beberapa hari yang piling belakang ini, ia hanya
menyembunyikan halnya Ong Yan yang diam-diam
mencintanya. Tidak lama mereka sudah mendekati lembah tempat
kediamannya Tian Toa-Nio, segera mereka melihat api
berkobar-kobar. Teranglah sudah, itulah rumahnya si nyonya
tua yang telah menjadi lautan api !
-oo0dw0oo- ,,Eh, heran ! " kata Wee Wat. ,,Siapa yang bernyali demikian
besar berani membakar sarang hantu wanita itu ?"
"Barangkali anaknya," Mo Lek menyatakan dugaannya.
,,Anaknya itu bukan orang golongan Hiap gie akan tetapi dia
tidak dapat dicela. Mungkin dia telah mengambil keputusan
untuk memisahkan diri dari ibunya."
"Jikalau benar puteranya yang membakar,"kata Hong-hu
Siong. "Tentukah dia mengandung maksud. Dia mau bikin
ibunya tidak dapat tidak, mesti meninggalkan sarangnya itu."
Wee Wat mengangguk.
"Itu benar," bilangnya. "Sarangnya Tian Toa Nio telah kita
ketemukan tentulah pula membikin susah ibunya atau mungkin
sekali dia kuatir ibunya nanti berkepala batu ibu itu tak sudi
meninggal kan sarangnya itu, ibu itu tak mau menunjuki bahwa
dia jeri. Demikian maka dia membakar rumahnya."
"Akulah seorang yang bersikap selalu memandang orang dari
pihak baiknya" Kui Ciang turut bicara. "Aku lebih setuju dengan
cara pemikirannya Mo Lek, Pendek kata tak peduli dia memikir
dari sudat mana dia terang jauh terlebih baik daripada ayah
dan ibunya."
Demikian mereka berjalan sambil berbicara.
Satu kali Mo Lek menoleh kearah api yang masih bersinar
terang lantas pikirannya kembali kepada pengalamannya
selama beberapa hari yang paling belakang ini ia lantas merasa
hatinya tertekan Didepan matanya segera berbayang roman
bengis dari Tian Toa Nio yang telengas serta wajah yang
menyedihkan dari Ong Yan Ie yang berduka dan menyesal.
Semua itu berbayang diantara asap yang mengepul-ngepul
itu"..Lalu pada telinganya berkumandang suaranya Yan Ie
suara yang manggoncang-kan hati".suara yang dikeluarkan
disaat. Tian Toa Nio hendak menghajar mati padanya.
Sekarang sarang hantu itu habis di api akan tetapi bayangan
Yan le tak dapat lenyap bersama.
Mengingat Yan Ie yang seperti melekat pada otaknya, Mo
Lek menjadi masgul. Ia mencoba menghiburi diri dengan


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata: ,.Suhengnya menyintai sungguh sungguh padanya,
pastilah suheng itu akan melindungi dia selama seumur
hidupnya".Sekarang mereka berdua sudah lolos dari tangan
nya sihantu wanita karena itu baiklah aku jangan menguatirkan
pula padanya. Tidak lama keluarlah sudah mereka dari lembah. Sekarang
tibalah saatnya untuk berpisahan. Kui Ciang dan Cee In
memesan pua pada Mo Lek supaya setibanya di kota Tiang an
anak muda itu berlaku waspada sekali, terutama jangan dia
mengumbar napsu hatinya. Dia juga dipesan apabila dia tidak
mengarti sesuatu dia mesti minta pikirannya Cia Siang serta Uy
tie Pak. Mo Lek menerima pesan itu ia memberi hormat pada Kui
Ciang semua lalu dengan menunggang uy piauwma ia
berangkat melakukan perjalannya itu. Kudanya itu dapat lari
keras di hari ke dua tengah hari. sampai sudah ia dik aki
gunung Lee San dalam wi"oyah Litn tong. Dari situ buat sampai
di Tiang-an perjalanan tinggal lagi seratus lie iebih.
Gunung Lee San luas beberapa puluh lie disitu Mo Lek
melarikan kudanya didepannya. Sekonyong konyong kuda
uypiauw ma meringkik keras dan panjang. Dia seperti
mendapat firasat bahwa didepannya ada sesuatu yang
menakuti atau hebat. Dia pun segera menghentikan
tindakannya tak mau dia maju terlebih jauh.
Mo Lek heran sekali sambil memandang kedepan dan
sekitarnya ia berpikir ,,Kuda ini tidak jeri menghadapi medan
perang yang merupakan hutan golok pedang dan tombak
sekarang kenapa dia takut tidak keruan" tanyanya didalam hati
Lantas ia menepuk-nepuk punggungnya kuda itu untuk
berkata: "Kuda kudaku yang baik!" Sudah banyak kali kau
melindungi aku maka itu apabila kau menghadapi ancaman
bahaya aku juga dapat membelai kau! Kau jangan takut hayo
maju, maju! " Kuda itu benar-benar mengarti maksud orang
atau anjuran majikannya ia bertindak pula hanya sekarang dia
tidak larat seperti tadi terang nampak dia masih rada jeri atau
gusar"."
Hanya sebentar sampailah Mo Lek di satu tempat didekat
lembah dimana ditepi jalan, ada sejumlah orang sedang
berkumpul. Dilihat dari jauh dari gerak-gerik mereka itu
rupanya mereka tengah mempertengkarkan sesuatu.
Puteranya Tiat Kun Lun ini hidup di atas gunung ia juga
biasa melatih diri dengan senjata rahasia ia mempunyai mata
yang jeli sekali. Lantas ia mengawasi tajam. Tempo ia melihat
satu orang yang berdiri madap kearahnya ia terperanjat.
"Dia toh Tian Goan Siu?" katanya di dalam hati. "Eh,
mengapa aku tidak melihat Yan Ie?"
Berbareng dengan itu pemuda ini lantas mengarrti bahwa
kudanya jeri terhadap orang she Tian itu. Maka ia tertawa ia
terus menepuk-nepuk! "Orang itu telah menjadi sahabat kita!
Dia tidak bakal mencelakai pula padama! kau besarkan hati hayo
maju!" Sembari maju Mo Lek menekan dalam kopiahnya hingga
separuh mukanya jadi ketutupan. Ia menjepit perut kudanya
untuk menyuruh binatang itu lari keras.
Hanya sebentar terdengar sudah suara orang"..orang-orang
yang lagi bersisih satu dengan yang lain itu. Walaupun masih
rada samar Mo Lek mendengar satu suara yang ia kenal baik.
Kata orang itu sambil tertawa mengejek: "Tuan yang muda kau
menghendaki anak orang se-baliknya kau tidak memperdulikan
ayahnya! Dikolong langit ini dimana ada hal yang sedemikian
rupa" Kau mau enak sendiri saja!"
Atas itu terdengar suaranya Tian Goan Siu: ..Jangan kau
ngoceh tidak keruan! A-ku toh tidak mempunyai sangkutpaut
apa juga dengan kamu" Bukankah kita bagaikan air kali dan air
sumur yang tidak saling menyerbu". Aku Tian Goan Siu, aku
bukannya orang bangsa enghiong atau hiap su akan tetapi aku
bukanlah siharimau tukang mengganas!"
Orang itu tertawa pula secara dingin.
Dialah Ceng -ceng Jie. kata dia nyaring : "Siapakah yang
tidak tahu bahwa kau mengarah anak daranya Ong Pek Thong
" Di lembah Liong Bin Kok telah kau tolongi dia kenapa kau
tidak mau menolong terus-terusan hanya setengah hati "
Hahahah ! menjadi harimau tukang mengganas " Tak apa kau
mencaci, aku tetapi, bukankah dengan begitu kau juga sekalian
mencaci mertuamu ?"
Tepat disaat itu, Mo Lek telah tiba di antara orang-orang
yang lagi mengurung Tian Goan Siu itu. Sengaja ia berseru
seraya menggeprak kudanya, untuk membikin uypiauwma
berlompat maju untuk menerjang orang banyak itu. Tentu
sekali mereka itu menjadi kaget dan lantas berlompat mundur
guna mengelakkan diri dari tabrakan.
Ceng Ceng Jie bermata sangat liehay. ,,Oh, bocah kiranya
kau !" dia membentak.
Ketika itu Mo Lek sudah lompat turun dari kudanya ?ambil ia
menghunus pedangnya.
"Ceng Ceng Jie!" ia membentak. ,,Ceng Ceng Jie, kaulah
sipengkhianat negara ! Ba gaimana besar nyalimu hingga kau
sudah datang ke dalam wilayah kota raja ! Bahkan disini kau
hendak membikin orang celaka "
Ceng Ceng Jie tidak takut bahkan dia tertawa.
"Tiat Mo Lek !" katanya nyaring mengejek. ,,Aku tahu ! kau
memang datang ke mari untuk menjadi "Gie-cian Sie wie !
Tetapi, tahukah kau bahwa sebelumnya kau memangku
pangkatmu itu, kau bakal menjual jiwamu untuk junjunganmu"
Mo lek terkejut di dalam hatinya Kwe Cu Gie memujikan ia
menjadi Gie cian Sie wie, pahlawan pengiring raja, itulah hal
yang dirahasiakan, kenapa Ceng Ceng Jie ketahui itu "
Tidakkah itu aneh "
Ceng Ceng Jie berhenti tertawa mengejek, sebagai gantinya
dia berkata dingin : ,,Dengan kepandaian semacam yang kau
punyai, kau hendak menjual jiwamu kepada raja, aku kuatir,
kau tak dapat melakukannya ?" Menyusui kata katanya itu,
segera ia maju, untuk menyerang. Dengan memutar tangannya
pada tangan itu lantas tampak sebilah pisau belati yang tajam
bergemerlapan !
Tiat Mo Lek ketahui orang memiliki pisau belati yang sangai
tajam, ia lantas berkelit, akan tetapi sembari melindungi diri itu,
dari samping ia balas menikam pinggang orang.
Ceng Ceng Jie berkelit sembari berbuat begitu, kembali dia
mengejek, katanya : ,,Hm, bagus benar ! Anaknya Tiat Kun Lun
turunan keluarga Rimba Hijau mau menjadi Gie-cian Sie-wie !
Sungguh aneh !" lalu dia menyerang pula, berulang-ulang,
dengan kerai sekali. Dia mau mendesak Dengan begitu,
beruntun dia telah menyerang hingga tujuh kali.Didesak secara
demikian, dan juga di ejek tak hentinya Mo Lek menjadi gusar
sekali, maka ia lantas putar pedangnya dengan gerakannya
"Guntur dan kilat saling samber dan mendengung," sembari
menyerang, ia berseru : "Kenapa jikalau aku si orang she Tiat
bekerja untuk raja " Bukan kah aku jauh terlebih menang dari
pada kau yang menjual jiwamu kepada bangsa asing ?"
Itulah salah sebuah serangan ajarannya Mo Keng Lojin.
Dengan begitu, pedang di pakai sebagai golok. Itulah
kekerasan yang menggenggam kelunakan, dari itu dapat di
mengerti liehaynya.
Walaupun dia kosen, Ceng Ceng Jie ti dak berani
menyambuti serangan itu. Penyambutan berarti keras lawan
keras. Ia menang ilmu ringan tubuh, ia berkelit dengan sebat
sekali, ketika lawan menyerang tempat kosong, ia sudah
mencelat kebelakang lawan itu, sembari berlompat, ia tertawa
dingin dan kata : ,,Keliru cacian kau ini l" membarengi itu, ia
menyerang.Ceng Ceng Jie tiiak ialah omong. Ia memang bukan
orang Han, bahkan ialah seorang anak haram dari suku
Kangkhu di See Kek, wilayah Barat, dan begitu ia dilahirkan, ia
lantas dibuang kegunung dimana ia dipungut oleh penduduk
liar dan dipelihara hingga besar.
Mo Lek sebat. Begitu serangannya gagal, ia lantas memutar
tubuh sambil membabat kebelakang. Ia melihat tubuh lawan
berkelebat kesisinya, ia menduga orang tentu mengambil
tempat dibelakangnya buat segera menyerang ianya, dari itu
dengan wajar ia membela diri sambil menangkis atau
menyerang itu. Tepat gerakannya ini, pedangnya membentur
pisau belati lawan, hingga terdengar suara beradu yang
nyaring. Dalam adu senjata itu, Mo Lek kalah pedangnya kena
terpapas. Itulah sebab pisau belati Ceng Ceng Jie itu ialah yang
dinamakan ,,Kim Ceng Toan Kiam," yaitu pedang rahasia
pendek. Hanya, meski demikian, ia toh bebas dari ancam
bahaya maut. Setelah itu, Mo Lek berkelahi dengan Liong Heng Kiam-hoat.
yaitu ilmu pedang Wujud Naga, yang berdiri dari enam puluh
empat jurus. Ia jadi menyerang terus-menerus tak mau
berhenti. Buat beberapa jurus, Ceng Ceng Jie menjadi repot. Tak
dapat dia memecahkan ilmu pedang si anak muda. Mo Lek pun
bertenaga lebih besar. Dia hanya menang ringan tubuh atau
kegesitan dan pengalaman. Keunggulan lain dari Mo Lek ialah
ia masih muda dan sangat bersemangat, ia tidak kenal takut,
maka juga ia lebih banyak menyerang. Ceng ceng Jie yang
cerdik jadi lebih banyak membela diri.
Adik seperguruan dari Khong Khong Jie itu mempunyai dua
kawan, mereka ini melihat pertempuran tak seimbang itu, lantai
mereka berlompat maju. untuk memberikan bantuannya,
mereka menyerang dari kiri dan kanan.
Menampak demikian. Ceng Ceng Jie mengerutkan alis. Baru
ia mau berpura-pura menyuruh mereka itu mundur atau satu
diantaranya mendahului ia berkata :
"Kami tahu kau tidak membutuhkan bantuan kami tetapi
dialah musuhnya ketua kami! Dalam pertempuran di Liong Bin
Kok hampir ketua kami itu terlukakan bocah ini, maka sekarang
kami hendak membalaskan sakit hatinya kenin kami itu ! Atas
itu, ia membatalkan maksudnya, ia lantas berkelahi terus, la
memang ingin lekas merobohkan lawan supaya ia dapat bicara
dengan Goan Siu.
Dua kawannya Ceng Ceng Jie itu menjadi orang-orang
kepercayaannya Ong Pek Thong, namanya ialah Han Kheng
dan Teng Seng, senjatanya masing-masing berantai tiga Samciat-
kun dan golok besar, semua nya senjata berat, maka itu
majunya mereka berarti suatu bantuan yang cukup berharga
sekali. Mo Lek lantas menjadi repot. Buat merobohkan Ceng Ceng
Jie, ia tidak mampu, dari itu, mana dapat ia terkepung ber-tiga.
Demikian ia terdesak. Satu kali la menangkis golok, dan Ceng
Ceng Jie membarengi menusuknya. Selagi menangkis itu,
pembelaan dirinya kosong. Tak keburu ia menangkis, maka
dadanya kena tertikam Nyaring suaranya tusukan itu, keras
berkerontrang ; Itulah sebab ia memakai joan-ka, pelindung
tubuh, tetapi tameng itu toh rusak hingga darahnya mengucur
keluar, mem basahi bajunya.
Ceng Ceng Jie tertawa lebar, kembali dia menyerang. Dia
sekarang mengarah leher musuh, inilah penyerangan yang ter
lebih hebat, hanya baru dia menyerang atau dia mendengar
samberan anginnya golok dibelakangnya. Dia sangat terkejut
tetapi tidak menjadi gugup. Dia tahu itulah serangan
terhadapnya. Sempat ia berkelit dengan menggeser
tindakannya, hingga tubuh nya berkisar juga . Sebaliknya
serangannya kepada Ma Lek tidak dibatalkan, hanya diteruskan
cuma sekarang tenaga menjadi berkurang dan incarannya
meleset. Mo Lek masih sempat menangkis, karena ia tidak
menghiraukan lukanya. Ia menggunakan tipusilat. "Mengangkat
obor menyuluhi langit." la berhasil, bahkan bukan saja pisau
belati kena tertangkis ujung pedangnya juga menyamber
tangan baju pe nyerangnya itu hingga tembus.
Ceng Ceng Jie terkejut juga. Ketika ia melirik, ia melihat ia
sedang dibokong Tian Goan Su, Ia menjadi sangat mendongkol
hingga ia membentak "orang she Tian kenapa kau berkhianat "
"Sederhana sebabnya ! sahut Goan Siu dingin. "Pertamatama
dialah sahabatku dan kedua akulah orang bangsa Han -
Lalu tanpa menanti Ceng Ceng Jie membuka mulut, ia maju
pula untuk menalangi tikamannya. .
Ceng Ceng Jie berkaok-kaok saking mendongkolnya. Toh ia
repot. Goan Siu tidak dapat dipandang enteng. Dibanding
dengan Mo Lek. dia kalah ilmu pedang tetapi menang tenaga
dalam. Terpaksa dia menyabarkan diri, untuk dapat
melayaninya. Hoa kheng dan Teng Seng maju pula. Mereka disambut
Goan Siu. Ja ini menang kis, lalu menyerang selain dengan
pedang juga dengan tangan kirinya." Hanya baru satu gebrak,
sam-ciat-kun. kena tertabas kutung, sedang Teng Seng segera
menjerit ke sakitan. Waktu Goan Siu tiba " tiba meneruskan
menyerang, ia berhasil menusuk tangan orang hingga orang
she Teng itu mesti melepaskan goloknya yang berat itu.
,,Dengan memandang kepada sumoayku tak mau aku
membunuh kamu!" .kata Goan Siu bengis. "Lekas pergi"
Han Keng dan Teng Seng tahu diri, mereka lantas mandur.
Mereka kenal baik Goan Siu, jadi tak dapat mereka menyerang
nya. Waktu barisan mereka merangsak. mereka mau
mengepung Mo Lek tidak tahunya. Goan Siu yang
menangkisinya selagi mundur mereka teriaki Ceng Ceng Jie :
"Maafkan kami ! Kita ada bagaikan air bah yang menyerbu
kuilnya si raja naga ! Kita jadi kawan menyerang kawan, hingga
kami menjadi serba salah. Kami hendak pulang untuk memberi
kabar kepada ketua kami"
Ceng Ceng Jie tidak menjawab, ia hanya memperdengarkan
suara dihidung. Sambil menuding Goan Siu, ia kata bengis
"Kecewa kau menyebut-nyebut sumoay mu itu, Heran aku
bagaimana kau mempunyai, muka untuk nanti bertemu dengan
ayahnya!?"
"ltulan urusanku, tak usah kau usil !" bentak Goan Siu.
Ceig Ceng Jie sangat licik justeru orang melayani ia bicara
mendadak ia menikam ke arah dada. Ilmu silatnya ialah
"Burung hong menghadap matahari.
Mo Lek kurang pengalaman dibanding dengan Ceng Ceng
Jie, tetapi ia menang dari pada Goan Siu, ia tahu Ceng Ceng Jie
sangat licik, ia telah memasang mata, maka itu ketika ia
melihat orang menggerakkan sebelah kakinya, ia sudah
menduga, begitu orang menyerang ia menyerang juga malah ia
menikam kepunggung.
Ceng Ceng Jie bergerak sangat gesit, meski begitu, ia cuma
berhasil merobek ujung baju Goan Siu, sebab ia mesti lekaslekas


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memutar tubuh, buat menangkis Mo Lek. Ia berhasil
bahkan ia kembali mem buat pedang penyerangnya bercacad
pula. Habis itu mereka bertarung terus Ceng Ceng Jie kena
dikepung. Kembal"i dia men jadi repot, hingga umpama kata tak
dapat dia bernapas. Kali ini, mereka tak usah berkutat- lama
untuk tiba pada akhirnya pertandingan. Dua-duanya, Mo Lek
dan Goan Siu gusar sakali, keduanya menyerang dengan hebat.
Datanglah saatnya ketika ta ngan kosong si orang she Tian
mengenakan tubuh lawannya. Menyusui itu, pedang aya Mo
Lek mampir di pundak lawan itu, hampir-hampir tulang pipinya
kena tersontek.
Bukan main kagetnya Ceng Ceng Jie, ia pun lantas ingat,
tidak dapat ia melayani terus pada Goan Siu. Tak sudi ia ber
musuhan dengan Tian Toa Nio Jikalau ia membunuh lawan ini.
ibu dia tentu tidak mau sudah. Itu berarti ia mendapat musuh
besar yang sangat tangguh. Tengah ia ber pikir, serangan
lawan datang dengan ber bareng. Ia melompat mundur, Sambil
lompat ia menangkis pedang Mo Lek. Dengan begitu,
pedangnya Goan Siu tidak dapat mengenai sasarannya. Terus
ia melompat lebih jauh, untuk mengangkat kaki. Sembari
berlalu, ia berkata : "Bocah she Tian, kali ini aku beri ampun
padamu! Hendak aku menemui dahulu ibumu baru nanti kita
berurusan lagi!"
Goan Siu tidak melayani orang bicara, ia tidak mau
mengejar, sebagaimana juga Mo Lek pun berdiam saja. Ia lebih
perlu menolongi membalut lukanya sianak muda Ia pun
menghaturkan maaf.
"Sudah, jangan sebut-sebut segala urusan yang sudah
lewat!" kata Mo Lek, tertawa. Ia juga menghaturkan terima
kasih. Kemudian ia menggapai pada uypiauwma, yang ia ajak
bicara, katanya: "Kudamu Kau juga jangan membetici pula,
jikalau bukannya saudara Tian ini, kita berdua bakal celaka di
tangannya orang hutan itu!"
Kuda itu mengarti, dia menghamparkan kepala dan ekornya
digoyang goyang tandanya bahwa dia suka melupai
permusuhan. Goan Sioa tertawa. Tapi habis itu dengan roman sungguhsungguh,
ia kata: ,,Bagaimana dengan ibuku?"
"Ia tidak sanggup melawan kedua ioo-cianpwee Hong-hu
Siong dan Wee Wat ia pergi mengangkat kaki."
Goan Siu berdiam,terus ia menatap orang didepannya.,
saudara Tiat," tanyanya selang sesaat. ,selagi kail turun
gunung, ditengah jalan itu kau bertemu dengan Su moaku atau
tidak?" "Aku jusieru mau tanya kau tentang Nona Ong," sahut Mo
Lek. "Aku menyangka ia ada bersamamu.
Parasnya Goan Siu menjadi merah. ,.Buat guna kau maka dia
telah mendaki jurang Toan Hun Giam," katanya. Dan aku untuk
aku dapat membikin dia mencapai maksud hatinya" aku telah
membakar rumah kami. hanya aku telah perintah seorang
bujang pergi memjeri kabar pada ibu ku."
Baru sekarang Mo Lek mengarti. Selagi Tian Toa Nio
menyusul ia Yan Ie menyusul juga, sedang Goan Siu ini. sebab
dia kuatir Yan Ie tidak dapat mencegah ibunya dia mengiring
bujangnya itu dia sendiri berangkat terus, dia membakar
rumahnya untuk menyingkir dari Yan le dan ibunya Tentu sekali
tak mau ia nanti dicurigai Goan Siu. Diantara mereka tak
mestinya ada salah mengarti.
Diatas jurang Toan Hun Giam aku tidak melihat Nona Nona,
katanya. ,,Kalau begini, saudara ! Goan kau harus lekas pergi
cari sumoaymu itu.
Goan Siu menghela napas.
"Saudara Tiat, apakah kau belum mengearti maksudku?"
tanyanya. "Mulai hari ini hingga seterusnya tidak dapat aku
berkumpul dengan sumoayku itu " . . .
Mo Lek heran hingga ia tercengang.
"Saudara Tian. sebenarnya kau sembabat sekali
berpasangan dengan Nona Ong," katanya. ,,Kau menyukai dia,
dia juga menyukai kau. Kenapa kau mengucap begini?"
"Bagaimana kau tahu dia menyukai aku?" Goan Siu tanya.
Aku mendengar dia mengucapkannya sendiri Dia telah
berjanji pada ibumu, dia mengatakan sudi menikah dengan
kau. Apakah ibumu belum mengali tahu padamu?"
Mo Lek jujur, ia bicara seperti apa yang ia pikir. Ia tidak mau
memahamkan suara atau sikapnya Yan Ie. Ia juga tidak
menghiraukan bagaimana nanti sikapnya Goan Siu.
Benar saja mukanya orang she Tian ini menjadi merah. Dia
likat sekali. Tapi dia berkata keras: , Saudara Tiat, orang yang
Sumoayku cintai ialah kau! kau meng hendaki dia atau tidak,
itulah urusanmu tetapi aku kenal baiK sifatnya Sumoayku itu,
maka itu tak peduli aku mencintai dia aku juga mau menjaga
supaya jangan membenci aku. Lebih tegas lagi aku tidak mau
menyelak diantara urusan asmara kamu ber dua, aku cama
mau minta supaya kau baik-baiklah memperlakukannya! "
Mo Lek tidak pandai bicara, dia bergelisah hingga otot-otot
nampak. "Saudara Tian apa, apa kau bilang?" katanya , Aku . .
" , aku . . . " Ia mau memberi tahukan bahwa ia telah
mempunyai tunangan, atau ia bersangsi ia kuatir Goan Siu
nanti menyangka, kalau ia belum terikat mungkin ia bakal
menerima tangannya Yan Ie."
Selagi orang berdiam Goan Siu sudah lompat naik atas
kudanya. ..Maafkan aku!" katanya yang terus mengasi kudanya pergi.
Dia mengambil lain arah.
Mo Lek bingung hendak ia mengejar atau Goan Siu menoleh
dan berkata nyaring "Saudara Tiat. aku luga memberitahukan
kau satu hal! Bukankah kau seorang Gie-cian siewie yang baru
diangkat" Ceng Ceng Jie mau menggunai saat kacaunya kota
Ti-ana-an, selagi raja mau menyingkirkan diri untuk membunuh
padanya maka itu, kau harus waspada! "
Memang ditengah jalan ini, Goan Siu bertemu-oranganya
Ceng Ceng Jie selagi Ceng Ceng Jie kemoali dari Tiang-an, kota
raja, dimana ia melakukan penyelidikan tentang keadaan atau
gerak-geriknya raja. Ia kuatir tenaganya kurang dari itu ia
mengajak Goan Siu bekerja sama, akan tetapi Goan Siu me
nampiK. Mo Lek tercengang Sebenarnya tak sudi ia menjadi pahlawan
raja akan ietapi ia sudah memberikan janjinya kepada suhengnya,
kakak seperguruan maka itu mendengar berita ini, ia
menjadi bingung Karena ia merasa percuma ia menyusul Goan
Siu sedangkan ia pun tak tahu harus mergucap apa ia terpaksa
mengatakan "saudara Tian! Harap baik baik di perjalanan!"
Lantas ia mengaburkan kudanya kearah Tiang an.
Hari mencekati magrib ketika anak muda ini tiba dikota
tujuannya. Ia lantas menyaksikan kacaunya kota. Orang repot
menyingkirkan diri. orang mempepayang situa dan menuntun
sibocah cilik sedangkan orang orang jahat lagi berpestapora,
merampok sambil membakar rumah atau menyerbu toko toko.
Sejumlah pemuda bang sawan terlihat menangis ditepi jalan
sebab mereka itu lemah dan tak biasa dengankejadian hebat itu
mudah saja mereka jadi korbannya orang orang jahat yang
merampas pakaiannya yang mdab indah. Dalam kacauan itu
budak budak mereka mendahului kabur.
Inilah kekacauan yang penyair besar Tu Fu pernah lukiskan
dalam syairnya.
Mo Lek pun bingung" menyaksikan kekalutan itu
"Benarkah raia sudah mengangkat kaki?" tanya ia dalam hati
Karena ia perlu mendapat tahu lantas ia kaburkan kudanya di
antara orans banyak itu. Ia tidak mempe-dulikan lagi aturan
ketertiban atau kesejateraan umum, ia langsung menuju ke Cie
lim Shia, Kota Terlarang. Ketika ia sampai didepannya pintu
kota, pintu kotanya terkunci rapat dan tempo ia berkaok kaok
memanggil ia di sambut dengan hujan anak panah. Ia
menuturkan maksud kedatangannya. Masih orang tidak
menghiraukannya. pencet terlebih jauh.
Dengan ditunjuki jalan Mo lek mengitari kota Cie Kim Shia,
untuk pergi ke belakangnya dimana ada pintu sin bu mui pintu
kota mana dilindungi- Cin Siang. Sejumlah serdadu, yang
berjaga-jaga sudah mendahului menegur kapan mereka
mengenai kuda uypiauwma milik pemimpinnya Suaranya
mereka berisik hingga didengar Cin Siang sendiri. Ia ini lantas
keluar untuk melihat. Tentu saja ia lantas mengenali Tiat Mo
Lek. "Lekas buka pintu!" perintahnya. Dengan begitu, Mo Lak
dapat segera masuk dalam kota. Lantas dia melemparkan
serdadu, yang dia cekuk
"Dia kenapakah" tanya, Cin Siang.
"Bersama sejumlah kawannya dia mengganggu anak gadis
orang" sahut Mo Lek. "Tapi syukur karena aku bertemu dia aku
jadi dapat mencari kau. Aku membawa suratnya Kwee Leng
kong?" ,,Mari kita bicara didalam" Cin Siang memotong, la mengajak
tetamunya masuk setelah memberi perintah akan serdadu tadi
ditangkao, untuk dikurung dan nanti diperiksa perkaranya.
Uypiauwma girang sekali bertemu majikannya. dia meringkik
dia menggoyang kepala dan ekornya dengan mulutnya dia
menjilati majikannya itu.
.,Aku berterima kasih pada kuda ini" kata Mo Lek. "Beberapa
kali dia berhasil menolongi aku dari ancaman bahaya."
"Itulah bagus!" kata Cin Siang, tertawa. "Dulu kau telah
menolongi aku dan aku masih belum menghaturkan terima
kasihku kepadamu!"
Lantas siewie ini pimpin tetamu masuk kamar pribadinya.
"Dulu kau tolongi aku tak dapat aku ketikanya buat
mengucap terima kasih padamu," kata ia. "Aku tidak sangka
bahwa hari ini kita dapat bertemu disini. Tiat Congsu bukankah
kau berbahagia bersama Kwee Lengkong disana?"
"Aku tidak menjabat pangkat, " Mo Lek memberitahukan.
"Adalah suhengku Lam Cee In yang membantu Kwee Lengkong
membelai kota Kiu-goan."
"Oh. kiranya suhengmu itu Lam Tay-hiap !"kata Cin Siang,
"Memang, telah lama aku dengar nama besarnya. Apakah kau
juga kenal Tayhiap Toan lui Ciang ?""
"Dialah sanakku dan padanya pernah aku belajar ilmu
pedang,"Mo Lek menjawab "Mereka memesan aku untuk
menanyakan keselamatanmu !"
Cin Siang girang.
"Sebenarnya aku cuma pernah mendengar saja namanya
Toan Tayhiap," ia akui, "Adalah beberapa sahabatku yang
mengenal dia. Sayang beberapa kali telah lewat kesempatan
yang baik buat aku berkenalan dengannya. Tapi tak apalah,
sekarang kita bukan orang luar lagi i"
Cin Siang menutup pintu, setelah itu itu ia tanya. "Kau bilang
kau membawa suratnya Kwee leng-kong. Sebenarnya ada
urusan apakah " "
"Kwee Leng-kong memujikan aku untuk menjadi pelindung
raja situa bangka " sahut Mo Lek terus terang.
Cin Siang heran, hingga ia melengak. Hanya sebentar ia
tertawa lebar. "Oh, kau dipujikan buat menjadi Gie-cian sie-wie !" katanya.
"Menyebut raja seperti caramu ini cuma dapat dilakukan diantara
kita secara diam-diam, jikalau dtmu ka para siewie
lainnya, kita harus menyebut Seri Baginda Raja dan kau juga
harus berdiri dengan tegak tetapi hormat serta me nyerukan
Ban-swee ban-banswee !,,
,,Oh, kiranya ada begitu banyak aturan busuk i" kata Mo Lek
"Jikalau bukannya Kwee Leng-kong dan Lam Suheng mendesak
aku datang kemari sungguh, tak aku melakukan pekerjaan ini !"
"Baik aku akan ingat pesanmu ini !", Cin Siang tertawa.
"Kau datang diwaktu yang kebetulan sekali,"katanya "Besok
Seri Baginda hendak berangkat ke See Siok dan kita justru lagi
berduka karena slewie pelindungnya tidak cukup. Kami justru
membutuhkan orang yang jujur, setia dan gagah sebagai kau !"
"Oh, raja tua bangka itu besok mau per gi menyingkirkan
diri."kata Mo Lek
"Ya," Cin Siang mengangguk. "Tetapi hal itu masih
dirahasiakan, orang luar tak diberitahu kan. Seri Baginda telah
menugas kan Tan Goan Lee menjadi Po leeCiang-kun, Siauw-In
Cui Kong Goan menjadi Liu-Siu Ciangkun. dan keng-tiauw In
Gui-Hong Cin menjadi Tit-tun-su. Kapan sang pagi besok tiba
rombongan Seri Baginda Raja akan segara berangkat, yang
turut padanya melainkan Yo Kui Hui dan Yo-Kok Tiong serta
beberapa menteri besar dan putera raja. Segala selir lainnya
mungkin tak akan diajak".."Ia hening sejenak, ia tertawa,
terus ia menambahkan: "Seri Baginda pantarg menyebut
mengungsi, maka itu kau harus mengatakan perjalanan
kunjungan, jikalau tidak, dia bisa menjadi gusar."
Mo Lek mengerutkan alis, :"Jikalau begitu."katanya, "kalau
nanti aku bicara dengan raja, mungkin aku saban-saban
berdamai dahulu denganmu. Kau menyebut-nyebut Seri
Baginda mengungsi eh, membuat kunjungan ! dengan cara
rahasia, tetapi kau tahu, hal itu sudah diketahui orang luar !"
"Aku ketahui cukup baik tentang keadaan diluaran, "kata Cin
Siang. "Mungkin sekali orang telah mengetahui, inilah tentu
disebabkan dari siang-siang orang telah menguwarkan ceriteraceritera
burung." "Bukan cuma penduduk Tiang-an yang telah mendapat
tahu,"Mo Lek kata pula. "Hanya juga orang-orangnya An Lok
San dikota Tong-kwan yang jauh itu. Kau harus waspada, An
Lok San sudah mengundang Ceng-Ceng Jie yang telah
diberikan tugas selagi keadaan kacau mesti melakukan
penyerangan terhadap Seri Baginda !"
Cin Siang kaget. "kau ketahui ini " tanyanya-
Mo Lek menuturkan halnya Ceng-Ceng Jie minta Tian Goan
Siu membantunya tetapi Goan Siu menampik.
Cin Siang kembali terkejut Ia tahu siapa Tian To Nio, ia
heran untuk mengetahui Goan Siu ialah puteranya hantu wanita
itu. "Kiranya wanita iblis itu masih hidup! katanya Ceng-Ceng Jie
berserikat dangan dia itulah berarti satu ancaman bahaya
besar. Syukur puteranya siilbis dapat membedakan kesetiaan
dari kedurhakaan dan tak sudi dia berkelomplot dengan mereka
itu. Tapi. tentang ini jangan kau bicarakan pada siap juga.
Didalam istana, suasana sudah buruk sekali dari tak dapat seri
Baginda dibikin kaget dengan berita ini. Cukuplah kalau kita
bersiap saja secara diam-diam saja."
Mo Lek mengangguk.
"Apakah sekarang dapat aku menghadap Seri Baginda
?"tanyanya.


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nanti aku melaporkannya dahulu,"kata Cin biang. kau baik
menanti keluarnya firman"
Mo Lek berdiam, ia bersedia menanti. Ia hanya heran. Ia
tidak tahu sangat sulit buat menjadi Gie-cian siewia, yaitu
pengiring pribadi raja. biasanya itu dilakukan oleh puteraputera
Jenderal atau pembesar dari Gie Lim KuN, yaitu pasukan
pengiring raja. Jadi orang yang dipercaya raja baru dapat
mendampingi jungjungan itu. Tapi Mo Lek Orang tidak dikenal
dan dia pula dipujikan oleh pembesar yang beru tugas diluar
kotaraja, untuknya ialah hal istimewa Menurut sikap raja
umumnya, Mo Lek tidak dikenal, buat masuk kedalam istana
saja dia tak memperoleh izin, apapula untuk datang
menghadap.Habis itu Cin Siang menanyakan tentang pelbagai
tindakan pembelaan Kwee Cu Gie, maka ia girang mengetahui
K.wee Leng kong sudah memimpin pasukan perang di Hoo pak
serta Lam Cee In ditugasknn membangun barisan sukarela di
Tong-kwan Ia tertawa dan kata: "Selama beberapa hari ini
kami selalu menerima berita berita buruk, dari itu inilah warta
yang menggirang kan yang sukar didapatnya, kabar ini pasti
akan dapat menghibur Seri Baginda Raja Saudara Tiat, kau
tentu belum bersantap tengah hari. bukan" Nanti aku
menitahkan orang menjadikan barang hidangan untukmu.
Maafkan aku, tidak dapat aku menemani kau!"
Mo Lek mengangguk, tetapi seberlalunya Cin Siang ia
merasa kesepian. Segera juga penghidupannya akan berubah,
bahkan berubah secara besar besara i. Bukankah ia orang
rimba Hijau dan dibesarkan dalam dunia Kangouw" Bukankah
ia jadi telah berjasa dengan penghidupan bebas merdeka".
Sekarang ia bakal masuk kedalam istana raja, itulah seumpama
burung yang terbang masuk kedalam sangkar, hingga didalam
sekejap lenyaplah kemerdekaannya. Ia masgul kapan ia ingat
selanjutnya ia mesti mem-batalkan segala tindak-tanduknya,
dari bergeraknya sampai bicaranya"
Seorang diri anak muda ini bersantap. Sebenarnya ia tidak
gemar arak tapi sekarang, saking kesepian dan iseng, ia
meneguk juga satu cawan demi satu cawan, sampai habis satu
poci, hingga pengaruhnya air kata-kata mulai naik keotaknya"
Berselang satu jam, Cin Siang pulang. Dia bertindak masuk
kedalam kamar sambil tertawa lebar. Dia bukan send irian saja
dia muncul bersama seorang lain yang mukanya hitam lapan
lantas kata: "Inilah Oet-tie Ciang-kun! Dia telah mendengar
tentang tibanya seorang muda gagah perkasa, dia datang
untuk menemuinya menemui kau, saudara Tiat! Saudara Oettie
paling gemar bergaul, dialah sahabat akrabku, maka aku
harap untuk selunjutnya dapatlah kamu bergaul dengan erat!"
Mo Let memandang orang muka hitam itu, segera ia
mengenalinya. Itulah orang dengan siapa ia pernah bertempur.
Lantas ia tertawa terbahak.
,,Oet-tie Ciangkun?" katanya nyaring, ,,aku tidak sangka
bnhwa disini kita dapat bertemu pula! Apakah kau masih ingat
aku?" Oet-tie Pak melongoh, ia menatap. Lantas ia menggarukgaruk
kepala" "Ah, saudara Tiat, dimanakah dahulu kita parnah bertemu?"
ia balik bertanya. "Kenapa aku lupa?"
Mo Lek tertawa pula. "Pada delapan tahun yang lalu, kita
pernah bertemu diatas lauwteng rumah makan diluar pintu
Beng-hong-mui," sahutnya.
"Disana kita telah bertempur seruh sekali! Aku berterima
kasih kepada kau yang itu waktu kau telah menaruh bekas
kasihan kepadaku."
Oet-tie Pak mengawasi pula lalu ia bertepuk tangan dan
tertawa lebar. "Hai, kau kiranya bocah yang bernyali sangat besar."
katanya. Kau sekarang sudah jadi begini jangkung! Sungguh,
aku tidak mengenalimu!"
Cin Siang tertawa. "Ini dia yang dibilang, tanpa berkelahi
orang tidak kenal satu pada lain!" katanya. "Hanya, kenapa
kamu menjadi bertempur ketika itu?"
"Apakah kau masih ingat halnya dahuluhari itu Ceng Lian
Kak-su telah minum arak sampai mabuk diatas rumah makan
Beng Hong Lauw diwaktu mana dia telah dipanggil masuk
keistana untuk dia membuat syair?" tanya Oet tie Pak. "Hal itu
akupun pergi minum dirumah makan tersebut. Selagi mabuk itu
Ceng Lian Kak-su dipimpin oleh seorang kebiri, untuk diajak
turun dari lauwteng. Dia agaknya tak begitu menyukai, dia
jalan setindak demi setindak, dia terus memasang omong
dengan seorang sahabatnya. Sahabatnya itu seorang yang
luarjbiasa agaknya. Dia mengenakan baju gerdmbongan yang
terbuat dari kain kasar, sepatunya yaitu sepatu militer yang
sudah tua, akan tetapi romannnya gagah, Sekali saja orang
melihat dia, orang mendapat kesan dialah bukan sembarang
orang Hari itu pula Leng-fco Tat dan kawan-kawannya
bersantap juga didalam rumah makan itu. Tak lama seperginya
Ceng Lian Koksu, JLeng-ho Tat lantas menuduh sahabatnya
Koksu itu sebagai seorang pemberontak, hingga kesudahannya
mereka menjadi berkelahi. Beberapa pahlawannya An Lok San
yaitu Tian Sin Su dan Sie Siong dan lainnya berada juga disitu,
mereka lantas turun tangan membantui Leng-ho Tat,
Tiba-tiba saja saudara Tiat bersama seorang usia
pertengahan telah datang membantui seorang militer tidak
dikenal. Saudara Tiat, Ketika itu kau tentunya baru berusia lima
belas tahun, bukan" Sekalipun kau berdiri, kau belum ada
sebatas pundak ku, akan tetapi, kau berkelahi hebat sekali,
dengan satu bacokan, kau telah melukai Leng-ho Tat, Tatkala
itu aku masih belum mengerti duduknya hal itu lantas
menangkap saudara Tiat ini dan melemparkannya kebawah
lauwteng. Dengan begitu barulah pertempuran itu berhenti.
Orang usia pertengahan itu liehay sekali ilmu pedangnya dia
berhasil melukai beberapa orang pemimpin Gie Lim Kun serta
Sie-wie, ketika aku datang sama tengah hampir akupun ber
celaka. Siapakah dia itu?"
Mo Lek tertawa , "Dialah sanakku dari pihak tertua!" sa
hutnya. "Mungkin kau pernah dengar nama teya. Dialah
Tayhiap Toan Kui Ciang. Sedangkan si orang militer ialah Tayhiap
Lam Cee In yang kemudian menjadi suhengku. Dengan
keberangkatanku kekota-raja ini, mereka telah memesan aku
menyampaikan hormatnya kepada kamu gerta menyatakan
menyesalnya untuk pertempuran, dahulu hari itu."
Oet-tie Pak tertawa lebar. "Syukurlah itu waktu aku dapat
berpikir." katanya, "Aku telah memikir sahabat sahabatnya
Ceng Liaa Hak-sa tak mestinya orang-orang busuk maka juga
aku tidak percaya Lengho Tat yang menuduh mereka, sebagai
pemberontak " pemberontak. Itulah sebabnya walaupun aku
turun tangan aku masih menyayanginya, tak mau aku
menganggap-mereka sebagai pemberontak. Sebenarnya taruh
kata aku mengeluarkan semua kepandaianku pasti sudah
bahwa mereka te tap bakal dapat meloloskan diri."
"Lengho Tat serta kedua orang she Tian dan she Sie itu telah
sahabat-sahabat kekal satu dengan lain," kata Mo Lek.
"Peristiwa itu hari disebabkan Lengho Tat menuduh Kam
Suheng sebagai pemberontak."
Oleh karena Oet-tie Pak menimbulkan soal lama itu, Mo Lek
lantas menuturkan sebab musababnya yaitu urusa Su It Jie difitnah
dan dibikin celaka, hingga Toan Kui Ciang bersama Lam
Cee In mesti turun tangan untuk menolongnya. Mendengar
demi kian Cin Siang dan Oet-tie Pak Kagum, mereka memuji
kegagahan dan sifat laki-laki dari Kui Ciang dan Cee In itu,
Habis menutur hal ichwalnya urusan Mo Lek menambahkan:
,,Di pihak orang kamu rupanya tidak sedikit, yang bersahabat
dengan An Lok San. Ada seorang yang bernama Oe-bun Thong.
yang lihay ketika itu pun membantui orang she An itu, Dia
mengepalai orang orangnya mengejar kami untuk ditangkap,
dia seperti juga hendak membikin mati pada pamanku itu.
Mendengur penuturan yang paling belakang ini. Cin Siang
terperanjat, hingga airmukanya menjadi berubah. "
"Saudara Tiat, aku sebenarnya mau menyampaikan kepada
kau sebuah berita yang menggirangkan." katanya, akan tetapi
sekarang berita bagus itu berubah menjadi berita buruk! Seri
Baginda telah memberi sebuah pangkat kepada kau tetapi kau
harus bekerja dibawah perintahnya Oe bun Thong!" Mo Lek
heran ia melengak. .,Aku dengar dari Kwee Leng-kong bahwa
pasukan Gie cian Siewie dibawah pimpinanmu." katanya,
"kenapa sekarang Oe-bun Thong yang menjadi seatasanku"
.,Kan sebelum tahu saudara Tiat " Cin Siang mengasi
keterangan Oe cian iewie. terbagi dalam dua rombongan.
Rombongan yang pertama yang diberi nama Lioijg Kie-Siewie,
ialah yang senantiasa mendampingi Seri Bfginda sendiri.
Rombongan yang lainnya yaitu San Kie Siewie. tugasnya
melindungi semua anggauta keluarga raja, Dise-belah
rombongan itu masih ada rombongan lain yaitu yang diberi
nama Tiong fciong-Sek-wie yang kewajibannya bergantian
merondai bagian dalam istana diwaktu malam, -audara Oet tie
Oe-bun Thong dan aku, semua menjadi Liong Kie Siewie akan
tetapi, tugas kami masing-masing. Begitulah aku memimpin
rombongan Liong Kie Siewie sa udara Oet-tie Cong Kiong Sekwie
aan Oe-bun Thong San Kie Sie wie."
Habis menjelaskan perbedaan rombong an-rombongan
siewie itu, Cin Siang menam bahkan: "Setelah Seri Baginda
menerima usul Cwee Leng-kong yang memujikan kau berniat
mengangkat kau menjadi Liong Kie-Sievvie. Ketika itu Oe-bun
Thong dan saudara Oet-tie hadir bersama. Saudara Oet-tie
tidak membilang apa apa adalah Oe-bun-Thong yang
mengutarakan pikirannya katanya kau belum ketahuan asalusulnya
bujt berlaku nati-hati kau tidak dapat segera di tempati
berdampingan selalu dengan Seri Baginda, dari itu dia
mengusulkan au diangkat menjadi San Kie Siewie, Seri Baginda
menerima baik usul itu. Dalam hal itu, aku tidak berdaya untuk
merobahnya. Walaupun kau dimasukkan dalam rombongan San
Kie Siewie akan tetapi kau diangkat menjadi San Cie Cian Gu.
Itulah kedudukkan tertinggi didalam San Uie Siewie itu."
Meski demikian Liong tie sie-wie she Cin ini toh Hdak
bergembira. Dibanding dengan Liong Kie Siewie, San Kie
siewie, berderajat lebih rendah satu tingkat dan seorang San
Kie siewie tidak dapat mendampingi raja.
Mo Lek mengerutkan alis.
,,Aku tidak gila pangkat?" katanya. Raja tidak percaya aku,
aku juga tak mempe-dulikannya, Tapi untuk tunduk dibawahperintahnya
Oe bun Thong itulah aku tak su di!"
,.Kau baiklah bersabar dulu,"* Cin Siang membujuk. "Setelah
nanti kau peroleh jasa akan aku dayakan untuk menarik kau
keda lam romborganku. Hanya sekarang kau harus pergi
kepada Oe bun Thong untuk mela porkan diri hal itu membuat
aku rada kuatir?""
"Peristiwa telah lewat banyak tahun." kata Oet-tie Pak "aku
sendiri tidak mengenali saudara Tiat maka itu belum tentu Oe
bun Thong juga mengenalinya "
"Peduli apa dia mengenali aku?" kata Mo Lek. "Dia dengan
An Lok San saling menyebut saudara aku justeru hendak
membongkar rahasianya!"
Cin biang terkejut.
"Saudara Tiat, jangan kau sembrono cegahnya, ,,Kau harus
ketahui dimasa An Lok San belum berontak, dia paling
dipercaya, seri Baginda, maka juga ketika itu orang-orang yang
menyebutnya saudara.Sampai pun "yang mengaku sebagai
anak pungutnya, bukan sedikit jumlahnya mereka itu, asal
mereka tidak menghamba pada pemberontak she An itu,
jangan kita sentuh sentuh, supaya urusan tidak menjadi
merembet terlalu luas. Disaai kacau dan genting seperti ini, tak
dapat kita memaksa lebih banyak orang turut memberontak,
kita harus ingat juga, Yo Kui Hui menjadi orang yang nomor
satu yang melindungi An Lok San, jikalau kita sembarang bicara
atau bertindak, itulah suatu pantangan besar !
Mo Lek menggeleng-geleng kepala.
"Bagaimana, ini tak boleh, itu tak dapat!" katanya, masgul.
"Baiklah aku serah kan kepada nasib saja ! Akan aku lihat, ba
gaimana nanti Oe bun Thong perlakukan aku!"
"Jangan kau kuatir, saudara Tiat !" ber kata Oet-tie Pak.
"Akan aku temani kau pergi kepada orang she Oe-bun itu.
Jikalau dia kenali kau, tidak ada halangannya, kau boleh
mengaku saja. Andaikata dia hendak membikin susah padamu,
kau lihat, aku Lao Hek, akan aku hajar dia dengan ruyungku!"
Adalah kebiasaan dari Oet-tie Pak, yang mukanya hitam
legam itu, menyebut dirinya ,,Lao Hek," artinya ,,si hitam."
Dialah turunan dari Oet tie Kiong alias Keng Tek salah seorang
menteri atau panglima berjasa yang telah membantu
membangun Kerajaan Tong. Semasa Kaisar Thay Cong Lie Sie
Bin dari Ahala Tong belum naik diatas takhta kerajaan, pernah
satu kali dia ditolongi Oet-tie Kiong, ketika itu Lie Sie Bin
mengepalai pasukan menyerang pihak Gui (Lie Bit), dilembah
Ngo Houw Kok dia bertemu dengan Sian Hiong Sin yang kosen
dia telah dikejar sampai disolokan Toan Hun Kian dilembah itu
hampir dia kena di tawan, syukur tatkala itu muncullah. Oet-tie
Kiong, yang menoionginya, karena jasa nya itu, Oet-tie Kiong
dihadiahkan sebatang Kim Pian, yaitu ruyung emas, yang
selanjutnya menjadi warisan, karena memiliki Kim pian turunan
itu Oet-tie Pak menjadi berani.
Cin Sian memang hendak bicara dengan kawannya itu,
mendengar perkataan sikawan dengan girang ia kata :
,,Saudara Oet-tie, dengan kau pergi bersama, tidak nanti Oebun
Thong berani membikin susah pada saudara Tiat !"
Oe-bun Thong itu sebenarnya tak seha rusnya berdiam di
dalam istana untuk me lakukan tugasnya akan tetapi sekarang
ber hubung dengan keberangkatannya raja be-sak pagi, ia
perin hadir, untuk berkumpul tak perduli Liong Kie Siewie, San
Kie Sie wie atau Kiong Tiong Sek wie semua haru? siap sedia
menerima sesuatu tugas. Oe-bun Thong serta rombongannya,
semua San Kie Siewie, bertempat dikeraton Yan ?.eng Kiong
yang terpisah hanya dengan sebuah tembok dengan Iwee Wan,
yaitu keraton. Begitulah Oet-tie Pak mengajak Mo Lek pergi ketempatnya
Oe bun Thong sedangkan Cin Siang, bersama sejumlah siewie,
lantas pergi merondai sekitar istana.
Tatkala itu sudah dekat jam dua, rem bulan bercahaya
sangat terang, Oet-tie Pak mengajak Mo Lek masuk dari pintu
Sin Bu Mukai melintas itaman diluar keraton.
Dibawah sinar si Puteri Malam, tampaic segala bunga dan
baiu yang indah dan luar biasa di dalam taman begitu pun
segala ranggon dan pesebnn berikut loneng-lonengnya yang
terukir Buat Mo Lek, memandangan di situ mirip sebuah tempat


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dewa, maklum ialah seorang Kauw Ouw biasa. Tapi ia tengah
berhati tegang, tidak ada kegembiraannya untuk menikmati
keindahan taman itu, pula suasana seumumnya dari saat-saat
bakal ke berangkatan raja ada bagaikan mega mendung yang
bergulung gulung atau melayang layang ditengah udara. Inilah
sebab, selekas kaki Mo Lek menginjak taman, dikaki gununggunungan,
diantara pepohonan dan pohon bunga ia mesti
mendengar tangisan sedu sedan dari para dayang yang tidak
bakal turut raja pergi menyingkir hingga me reka jadi sangat
berduka dan berkuatir. Terharu hati Mo Lek mendengar ratap
tangis mereka itu.
Oet-tie Pak menggeleng kepala, kata ia: "Tak dapat kita
menghiraukan mereka itu ! Saudara Tiat, mari !"
Sebentar kemudian, mereka sudah ke luar dari taman itu.
Justeru itu dikaki gunung-gunungan tampak seorang dayang,
yang kelihatan hanya sebelah mukanya.
-oo0dw0oo- Jilid 23 Oet-tie Pak berjalan terus, ia tidak memperdulikannya. Tidak
demikian dengan Mo Lek. Mereka berdua justeru saling
memandang hingga sinar mata mereka bentrok. Mo Lek heran.
Ia seperti mengenali dayang itu. Maka ia menatap.
"Oh!" berseru anak muda ini. Ia mengenali Ong Yan Ie"
Hanya berbareng dengan suaranya itu, si dayang sudah lantas
berlompat pergi, gerakannya sangat pesat.
Mo Lek tak sudi menjadi pahlawan raja tetap dialah orang
yang paling memegang kata-katanya. Dia sudah memberikan
janjinya pada Lam Cee In dan Cin Siang untuk bekerja dengan
setia, tentu sekali, tak dapat dia merebahnya dan. Hanya ia
mau ber laku waspada. Terkejut mengenali Yan Ie itu, dia
lantas berpikir Ia menjadi anaknya Ong Pek Thong, tidak dapat
aku mempercayainya sepenuhnya. Mau apa ia tengah malam
bjta rata ini menyelundup kedalam keraton" Taruh kata ia tidak
berniat melakukan serangan gelap terhadap raja, aku toh mesti
melihatnya," Maka dia lompat untuk lari mengejar.
Oet-tie Pak pun telah melihat ada orang lari, ia lantas
berseru-: "Ada pembunuh ! Ada pembunuh" Ia terus turut
mengejar."
Ilmu silat orang she Oet-tie ini lebih unggul daripada ilmu
silatnya Mo Lek akan tetapi dalam ilmu ringan tubuh, ia
ketinggalan maka itu, justeru Mo Lek sudah berlompat lebih
dahulu, tak dapat ia menyandak.
Mo Lek lari keras sekali. Didalam tempo pendek, ia sudah
mendekati Yan Ie.
"Nona Ong mau apa kau datang kemari?" ia tanya.
Yan Ia tidak menjawab, dia hauya mengulapkan tangannya
kebelakang lalu dia lari semakin cepat.
Ulapan tangan sinona menjadi tanda memanggil, tanda
supaya pemuda itu mengikuti. Itulah tak perlu. Didalam
keadaan seperti itu, walaupun tidak dipanggil, hendak Mo Lek
menyusul dan menyandaknya.
Ilmu ringan tubuh dari Nona Ong menang setingkat daripada
Mo Lek, karena itu mereka terus berlari lari saling susul. Mereka
telah lompat melintasi tembok taman dan menembusi lorong
panjang didepan keraton Ban Siu Kiong. Didepan situ ada
sebuah lauwteng yang mengeluarkan cahaya emas yang
berkilauan itu hanya suara beradunya senjata dari arah
lauwteng itu! Mo Lek kaget sekali.
Menyusul itu maka terdengar seruan keras dan panjang dari
Yan Ie yang juga telah meaghentikan larinya. Segera juga dari
arah lauwteng terdengar suara sambutan: "Nona Ong, lekas!
Siraja tua ada di-sini!"
Mo Lek mendengar itu dia gusar bukan main, lantai dia
menghunus pedangnya dan menikam sinona.
"Anak tolol!" Yan Ie berseru perlahan sambil berkelit.
"Siorang jahat justeru berada diatas lauwteng ! Kenapa kau
tidak lekas pergi melindungi raja?"
Mo Lek melengak. Hanya sejenak lantas ia mengeluarkan
seruan tertahan lantas ia meninggalkan sinona untuk lari
kelauwteng Maka dilain saat ia telah lantas melihat satu
pertempuran yang hebat.
Seorang pendeta bersama Seorang imam, juga seorang tua
bermuka merah tengah bertarung dangan rombongan siewie.
Mereka lagi mencoba menyerang naik keatas. Kawanan siewie
berjumlah lebih besar akan tetapi mereka bukanlah
penghadang-penghadang yang tepat, bahkan diantara mereka
riuh terdengar jeritan-jeritan dari kesakitan bukti bahwa
diantaranya telah banyak yang terluka. Beberapa siewie tampak
jatuh bergulingan ditangga lauwteng. Suara berisik itu
memekakkan telinga.
Tiat Mo Lek sudah lantas mengenali si orang tua muka
merah, ialah Tie Swie yang menjadi tangan kanannya Ong Pek
Thong. Sipendeta dan siimam, atau toosu tidak ia kenal. Tentu
sekali, ia menduga mereka itulah orang " orangnya Ong Pek
Thong Disaat itu, ia kuatir sekali sudah ada penjahat lainnya
diatas lauwteng. Tidak bersangsi pula, ia berlompatan "lt Ho
Ciang Thian," atau ,Seekor burung jenjang menyerbu langit."
Selain menjejak jubin, ia juga menekan loneng, maka bagaikan
jem-paring tubunnya melesat naik keatas lauwteng.
Dimuka pintu tangga lauwteng itu ada sejumlah siewie,
mereka menyangka kepada musuh, mereka menyambar kekaki
sianak muda. Mo Lek tidak pedulikan mereka, dengan
pedangnya ia menangkis, membabat setap senjata mereka itu
Ia naik terus. Ia pun main menendang membikin beberapa
siewie terbang senjatanya dan terpental tubuhnya.
Tiba diatas lauwteng, yang terhias indah, Mo Lek melihat
tiga orang lagi berkumpul menjadi satu. Orang yang Satu,
seorang tua, mengenakan jubah tersulam naga-nagaan, tangan
kirinya memegang sebuah kemala bundar yang Cahayanya
terang menyilaukan mata, dan tangan kanannya memegang
lengannya seorang wanita muda dari cantik. Orang yang ketiga
seorang nona. Terang mereka bertiga ketakutan sebab tubuh
mereka bagaikan menggigil, Cuma si nona nampak sedikit lebih
tenang. Ia menduga raja bersama Yo Kui Hui, hanya entah
siapa nona itu.
Di atas lauwteng juga ada sejumlah siwie, mereka sudah
mengurung raja bertiga. Mereka itu terkejut melihat munculnya
Tiat Mo Lek lantas mereka berseru-seru. Beberapa diantaranya
maju untuk menyerang.
"Tahan!" berseru Mo Lek. "Aku bukannya orang jahat! Aku
datang buat melindungi Seri Baginda!"
Justeru tengah kekacauan berlangsung diantara mereka
terdengar suara tertawa yang tajam, yang sangat menusuk
telinga. Itulah tertawanya Ceng Ceng Jie yang terus berkata
nyaring, "Raja tua bangka kau sudah mencicipi kesenangan
beberapa puluh tahun kau harus merasa cukup! Maka itu pada
takhtamu mesti ditukar satu orang untuk menundukinya!?"
Berbareng dengan suara itu" bekelebat juga bayangan
Orangnya, menyambar kearah raja. Terus terdengar dua kali
suara senjata beradu, terus dua orang siewie terguling roboh
berbareng dengan jeritannya. Bayangan itu menyambar terus
pedang pendeknya berkilau kebiru-biruan, meluncur kedada
raja. Mo Lek kaget bukan main Ia terhalang beberapa siwie, tidak
dapat ia menghadang penyerang itu, ialah Ceng Ceng Jie.
Saking kaget dan menyesal, ia memperdengarkan keluhannya.
Akan tetapi Kaisar Hian Cong belum saatnya mesti wafat
secara hebat dan kecewa selagi jiwanya terancam itu, disitu
terdengar bentakan halus tetapi tajam menyusul mana
sebatang pedang bergerak, memukul baliK pedangnya Ceng
Ceng Jie! Itulah gerakan sinona yans berada didamping raja. Dialah
Tiang Los Kongcu, puteri bungsu dari kaisar.
Selama tahun Thian-po Hian Ceng pernah mengundang ahli
pedang wanita yang bernama Kong-sun Tay Nio datang
keistana untuk mengajari ilmu pedang kepada para dayang.
Permainan pedang ahli itu kesohor dan telah telah
menggemparkan kotaraja.
Raja mengundangnya untuk ia dapat menyaksikan
permainan pedang itu sebagai macam tarian belaka tidak
tahunya, ia memperoleh hasil yang diluar dugaan, yaitu
putrinya itu berjodoh dengan siguru silat, Tiang Lok bukan
melainkan dapat tariannya saja tetapi juga sarinya ilmu pedang.
Kaisar ketahui itu, ia menjadi sangat menyayangi puterinya,
karena mana biasa ia meminta si puteri senantiasa
memandanginya. Pedangnya Tiang Lok pedang Tam Louw Kiam cari istana,
sebuah pedang mustika, maka, maka padang itu lebih menang
daripada pedang mustikanya Ceng Ceng Jie dengan
benterokannya kedua pedang, pedang sipenyerang kena bikin
rusak sedikit ujungnya Ceng Ceng Jie menjadi kaget. Tapi
dialah ahli pedang, dia bisa melihat ilmu pedang sinona belum
mahir, tenaga-nyapun kurang, dari itu, hanya melengak
sedetik, kembali dia menyerang, sembari nyerang itu, dia
tertawa dan kata: "Anak manis, kau serahkan pedangmu
padaku! Nanti aku angkat kau menjadi muridku!"
Ujung pedang Ceng Ceng Jie menikam lengan siputri. Atas
itu, Tiang Lok menggeser tangannya untuk menangkis. Ceng
Ceng Jie tapinya sudah menduga. Dia mengikuti tangkisan,
membuat nona bangsawan itu sedikit condong, lalu ketika ini
dipakai buat dia mengulur tangan kirinya, guna menangkap
pedang, untuk dirampas!
Berbareng dengan serangan Ceng Ceng Jie kepada putri
Tiang Lok, dibelakangnya kaisar ada seorang siewie yang
berseru sangat nyaring: "Raja linglung, apakah kau masih
mengharap hidup lebih lama pula?" Seruan itu dibarengi
dengan geraknya sebatang gaetan berkepala macan, yang
diarahkan kepunggung raja dibetulan jantungnya!
Siewie itu bukan lain daripada Lengho Tat yang
berkedudukan sebagai Liong tie Cian Gu, yang sudah
berbongkol dengan An Lok San Selama Cian Ceng Jie belum
datang, dia tidak berani bergerak, untuk turun tangan Barulah
sekarang dia nimbrung sebab dia percaya betul Ceng Ceng Jie
tidak bakal ada
Pendekar Pemetik Harpa 20 Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo Pendekar Cacad 2
^