Kisah Bangsa Petualang 13

Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Bagian 13


lawannya. Dia menyerang dengan gaetan Houw
Tauw Kauw. Dia percaya bahwa dia bakal berhasil. Tidak
tahunya, sebelum gaetannya mengenai sasarannya, ada satu
tenaga yang kuat yang membenturnya, berbareng dengan
mana telinganya mendengar bentakan laksana guntur:
"Jahanam, apakah kau kenali aku?"
Itulah Mo Lek, yang berhasil melewati para siewie, hingga ia
datang pada saatnya yang tepat menyelamatkan raja. Pula
hebat sekali tangkisannya, ia membuat Lengho terpental
mundur dan jatuh terjungkal mirip bola daging, membentur
roboh beberapa siewie. Habis itu, tanpa menghiraukan si
jahanam, Mo Lak berlompat terus, untuk sembari membentak
menyerang Ceng Ceng Jie.
Tangannyu Ceng Ceng Jie hampir menyentuh lengannya
Tiang Lok ketika ia merasai angin menyamber serta mendengar
bentakan nyaring itu ia terkejut, ia lantas saja menerka
Didampingnya raja tua ini ada orang begini gagah ! Adakah dia
Cin Siang" Ia menerka tanpa menoleh dahulu. Ketika tadi ia
mulai menyerbu, ia tak menghhiraukan para siewie, yang sudah
bertempur dengan orang orang pihaknya Ia telah memikir, asal
raja dapat tercekuk, pertempuran akan berhenti sendirinya. Ia
tidak menyangka sama sekali sesudah ia dirintangi puteri Tiang
Lok sekarang ada lain lagi penghadangnya, bahkan
penghadang ini Tiat Mo Lek, musuh lamanya
Tiang Lok KongCu mau melindungi ayahnya, tetapi ia tidak
berhasil, bahkan ujung bajunya kena terobek pedang musuh,
sampai tubuhnya tertolak berputar, dan limbung, hampir ia
roboh kedalam rangkulannya Mo Lek yang tengah berlompat
maju itu. Mo Lek dapat menahan diri, untuk membatalkan
serangannya lebih jauh, sedang dengan tangan kirinya, ia
mencegah robohnya situan putri. Hanya sekarang Ceng Ceng
Jie mendapat kesempatan buat menyerang pula. Dia tidak takut
malah se baliknya, dia tertawa. Dia rupanya merasa pasti bakal
berhasil dengan usahanya. Dia tidak memandang mata kepada
si anak muda. Tiang Lok Kongcu memperbaiki diri ia menyerang pula Mo
Lek turut menyerang berbareng.
Ceng Ceng Jie berkelit menyelamatkan diri. Dia sekarang
melihat tegas kepada si-anak muda, dari heran, dia menjadi
sangat gusar hingga dia berteriak: "Kiranya kau, bocah!
Kembali kau merusak usaha tuan besarmu! Bangsat cilik, kau
mempunyai jasa apa ktu diberikan upah macam apa maka kau
mau jual jiwa untuk raja tua bangka?"
Ketika itu Tiang Lok Kongcu juga mendapat kesempatan
akan menoleh kepada Mo Lek, hingga ia mendapatkan seorang
muda yang beroman tampan dan gagah. Ia menjadi jengah
sendirinya hingga mukanya bersemu merah dadu. Tapi tak
sempat ia membuka mulut, buat menanya. Ceng Ceng Jie
sudah menyerang lagi, maka bersama Mo-Lek, ia bertahan
guna melindungi ayahnya.
Barulah itu waktu. Tie Swie bersama sipendeta dan imam
berhasil naik ke loteng. Lengho Tat juga merayap bangun tak
peduli sebuah tulang iganya telah patah akibat robohnya itu, ia
lantas berseru nyaring:
"Takdir-kerajaan Tong sudah tiba. Sebagai gantinya, telah
tiba pula seorang raja yang baru yang arif bijaknana! Hayo
kamu semua, kamu yang sadar akan waktu, kamu datang
kepada pihak kami! Buat apa berlaku tolol melindungi terus
pada raja yang bangpak?"
Diantara para siewie itu ada mereka yang nyalinya kecil.
Mereka menjadi jeri melihat orang jahat mendapat tambahan
konco, hingga mereka mau menyangka mungkin telah datang
terlebih banyak musuh Karena ini, diam diam mereka pada
mengangkat kaki
Ceng Ceng Jie dan Lengho Tat senang melihat
kesudahannya itu, sebaliknya Mo-Lek menjadi berkuatir, maka
ia lantas berseru keras: "Para siewie, jangan takut! Oet tie
Ciangkun bakal segera tiba disini ! Jangan kuatir, yang datang
cuma ini beberapa bangsat kecil!"
Ceng Ceng Jie bernyali besar. Dia tertawa lebar
"Nanti aku kasi lihat lebih dahulu pada kau, bangsat kecil,
tentang kelihayanku, dia membentak. Lantas dia menyerang,
bahkan berulang ulang. Dia menikam dengan mencari tubuh
dijalandarah! Mau atau tidak, Mo Lek terdesak mundur ia mesti selalu
membela diri. Ceng Ceng Jie lihay dan licin, habis mendesak itu, mendadak
dia lompat mundur akan tertawa terbahak dan berkata:
"Bangsat cilik, tidak ada tempo untuk bergurau dengan kau!
Poo Ciang Siancu, aku serahkan bangsat cilik ini padamu!"
Mo Lek kaget sekali. Ia tahu orang hendak mundur untuk
membunuh raja Tentu saja, ia lompat maju, guna mengejar,
buat merintangi Justru ia maju justru dipegat oleh si pendeta
yang bernama Poo Ciang itu Dialah seerang pendeta bangsa
asing, bangsa Ouw Ia lantas menyerang. Sipendeta menangkis
dengan golok Kaytoo hingga kedua senjata beradu keras.
Sipendeta terhuyung, sedangkan Mo Lek merasa tangannya
sesemutan. Teranglah, pendeta itu kurang lihay ilmu ringan
tubuhnya tetapi kuat tenaga dalamnya, bahkan lebih tangguh
daripada Ceng Ceng Jie. Dengan Mo Lek, ia seimbang. Tentu
sekali, pemuda ini menjadi bingung. Ia dirintangi sipendeta
Disana terdengar suara tertawanya Ceng Ceng Jie. Dia sudah
maju pula. Dia membikin mundur atau terpelanting setiap
siewie yang dihadapannya, pedangnya dia dikibaskan berulangulang.
Didalam tempo yang pendek, dia sudah merobohkan
tujuh siewie hingga dia datang dekat pula kepada raja yang dia
terus serang. Tiang Lok Kongcu berkelahi mati matian membelai ayahnya
Syukur dia dibantu beberapa siewie yang setia, dengan begitu,
buat sementara dapat menghalang halangi musuh yang lihay ini
Biarnya begitu, bahaya maut terus mengancam raja.
Selagi suasana sangat genting itu, diantara mereka
terdengar tertawa yang nyaring dan empuk, yang disusul
dengan ini pertanyaan yang berada manis: "Paman, apakah kau
sudah berhasil Yang mana siraja tua"
Itulah suaranya Ong Yang Ie, Ceng Ceng Jie sudah lantas
menjawab "Nona Ong, mari kau bereskan budak wanita ini!
Yang lain lainnya nanti aku sendiri yang membereskannya!"
"Baik, baik!" sahut Yan Ie tertawa." Hanya, paman, kau
dahar sendiri yang lezat. itulah tak adil!"
Dengan kata-katanya ini, Yan Ie menyatakan bahwa ia juga
ingin membunuh raja tidak cuma si puteri.
Mo Lek kaget dan gusar.
"Yan Ie, apakah kau sudah sakit gila?" dia menegur. Nona
Ong tidak mengambil mumat, dia maju kepada raja.
Ceng Ceng Jie tertawa-tawa pula.
"Baiklah!" katanya. "Baik, aku serahkan jasa ini padamu!"
Berkata begitu, sutenya Khong Khong Jie menghampirkan
Tiang Lok Kongcu. Dengan begitu dia jadi berada dekat dengan
Ong Yan Ie. Mimpipun Ceng Ceng Jie tidak menyangka sang
keponakan akan menikamnya, maka itu, ia kaget bukan main,
herannya tak terkira. Walaupun dia lihay ilmu ringan tubuhnya,
sukar untuk menolong diri. Maka ia lantas terhuyung dan darah
muncrat dari punggungnya itu. Dasar dia lihay, dia cepat
mendapatkan ketabahan, dengan membalik sebelah tangannya,
dia menotok diri, guna menutup jalan darah-nya, hingga darah
tidak mengalir terlebih jauh. Seorang siewie maju kepadanya,
untuk terus menikam, tetapi dia menyambutnya dengan
tendangan sampai orang terdupak mental balik !
Bukan main gusarnya adiknya Khong Kbong Jie ini.
"Bagus, bagus perbuatanmu!" bentaknya pada Yan le.
"Bagaimana berani kau turun tangan jahat atas diriku" Oh
penghianat!"
Yan Ie tidak gusar sebaliknya tertawa.
"Paman, siapa suruh kau menghina suhengku?" katanya
"Aku membalaskan sakit Hatinya suhengku itu!"
Memang juga. belum lama Ceng Ceng-Jie habis bertemu
dengan Goan Siu, ia lantas bertemu dengan Yan Ie. Ia
mendongkol terhadap Goan Siu, maka ia beritahukan sinona
sepak terjang anaknya Tian Toa Nio itu yang katanya sudah
membantui Tiat Mo Lek menyetrukannya. Setelah itu, ia
menuturkan rencananya guna menyerbu kekota raja, buat
membunuh raja. Yan Ie tertawa mendengar keterangan paman ini.
"Suheng tidak mau membunuh kau paman baiklah, aku yang
nanti bantu padamu!" kata ia. "Memang suhengku itu tidak
tahu urusan kita, tak usah dipedulikan, nanti saja didepan
guruku, akan aku adukan dia!"
Ong Yan Ie menjadi puterinya Ong Pek Thong. Sedangkan
rencananya Ceng Ceng Jie untuk membunuh raja adalah
rencana yang telah dibicarakan matang dengan An Lok San
beserta ayahnya sinona. Karenanya Ceng Ceng Jie percaya
nona ini. Bahkan ia tertawa dan kata; "Kau bukannya
membantu aku, kau hanya membantu ayahmu sendiri!"
Demikian, Ceng Ceng Jie mengajak selain kawan-kawannya
juga Yan Ie menyelundup masuk kedalam istana raja, untuk
malam ini mulai dengan penyerbuannya, tetapi sekarang
ternyata. Nona Ong bukan menjadi pembantunya yang penting
dia justeru menjadi penghadang dan lawan Ia heran
mendengar perkataan sinona sampai ia mengawasi dengan
menjublak. "Kiranya begitu!" katanya. "Hm! Hna! Budak bau. buat guna
suhengmu, kau sampai tidak menghendaki lagi ayahmu!"
"Tentang itu,tak usan kau campurtahu!" bentak Yan Ie. "Kau
mau pergi atau, lihat pedangku!" Berkata begitu, ia lantas
menyerang! Tie Sw!e melihat kawan bentrok kawan, dia menjadi
bingung. "Nona! Nona! Jangan!?" teriaknya "Jikalau kau ada bicara,
nanti saja kita runcingkan! Sekarang ini urusan penting harus
didahulukan!" Dia lantas saja menghampirkan sinona. Dia
menjadi sahabat Ong Pek Thong, biasanya dia menyayangi Yan
ie. Diapun paham "Kim Na Ciu." Ilmu menangkap tangan, maka
itu dia berani mengandalkan derajatnya sebagai paman, dia
mencoba merampas pedangnya sinona.
Yan Ie sebaliknya menggunai alasan belaka. Ia tidak berani
melawan paman ini, maka ia menyerang Ceng Ceng Jie. Tapi
Ceng Ceng Jie menjadi gusar sekali. Dia lantas menyerang,
sampai dia mengenai pundak sinona, hingga pundak itu terluka
tiga dim panjangnya. Syukur buat Yan Ie, Ceng Ceng Jie lagi
menutup darahnya, dia tidak dapat menggunai tenaga
sekuatnya kalau tidak tulang pipanya bisa tertikam.
Tie Swie menjadi serba salah melihar sinona terluka itu,
darahnya mengucur keluar. Ia batal menangkap lengannya
nona itu. Dalam bingungnya, ia membanting-banting kaki dan
berkata nyaring Aku minta kalian suka memandang padaku
jangan kamu saling bunuh Sesama kawan sendiri.
Ketika itu Yan Ie berkelit dari satu tusukan pedang Susulan
dari Ceng Ceng Jie la lantas berkata keras pada orang she Tie
itu, "Kapan kamu lagi bicara tentang usaha besar ! Usaha besar
apakah itu " Kamu justeru lagi menerbitkan bencana besar
untuk keluargaku Berbareng kamu jagalah hendak membikin
musna dari kamu sendiri ! Apakah kamu tidak pernah pikir
bahwa, An Lok San sibabi asing terokmok mana dapat dia
menjadi raja ?"
Mendengar itu Ceng Ceng Jie gusar bukan kepalang.
"Dengarlah" teriaknya, "lnilah baru kata katanya yang
sebenar-benarnya Maka itu meski aku bakal disesalkan atau
ditegur Yian Toa Nio mesti aka bunuh budak perempuan
celaka, ini Usaha benar kita paling berharga, dari itu jangan kau
mencegah aku lagi."
Tie Swie menjadi habis daya, Dia menghela napas.
"Nona Yan kau mencari sesusahmu sendiri" katanya masgul
"Aku tidak berdaya untuk melindungi lagi padamu !" Karena ia
tidak sanggup menyaksikan kedua kawan itu saling bunuh, ia
lantas memutar tubuh, buat pergi menyerang raja.
Orang she Tie ini menyangka bahwa Yan ke bukan lawannya
Ceng Ceng Jie ia tidak ingat bahwa lukanya adik
seperguruannya Khong Shong Jie itu jauh terlebih parah
daripada lukanya si nona karena mana didalam keadaannya
masing-masing itu mereka menjadi berimbang.
Dengan tenaganya pihak penyerbu menjadi terbagi itu
terutama mereka dirugikan terlukanya Ceng Ceng Jie yang
termasuk sebagai pemimpin, suasana pertempuran lantas
berubah menjadi sedikit beda. Cuma Kaisar Hian Cong masih
terus terancam bahaya. Inilah sebab majunya Tie Swie Dengan
menggunai Kim Na Ciu pemberontak ini maju terus mendekati.
Dengan beruntun dan mudahnya dia dapat membikin roboh
beberapa siewie yang menghadangnya.
Disana pertempuran diantara si pendeta asing dengan Mo
Lek berjalan dahsyat sekali, karena itu, mereka berdua samasama
tidak dapat memisahkan diri. Sia-sia Mo Lek mencoba
merobohkan, atau meninggalkan lawan itu, supaya ia bisa
melindungi raja.
Sementara itu si imam, yang menjadi Orang undangannya
Ceng Ceng Jie, liehay sekali. Dia bersenjata pedang, dengan
ilmu silat "Loan Pie Hong" atau "Angin Mengacau," dia
perlihatkan keliehayannya. Sejumlah siewie telah terbinasa atau
terluka, hiigga sisanya menjadi terdesak, nampak tak dapat
mereka bertahan terlebih lama pula.
Di saat suasana sangat mengancam itu maka dengan tibatiba
saja terdengar satu seruan bagaikan guntur : "Kawanan
tikus bagaimana kamu berani datang kemari untuk melakukan
pembunuhan ?"
Itulah Oet-tie Pak, yang baru saja karena tadi tak dapat dia
menyusul Mo Lek. Dia naik ke atas lauwteng sambil
berlompatan diundakan tangga. Begitu tiba di atas, dia melihat
justru Tie Swie lagi menghampirkan junjungannya. Tidak ayal
lagi, dia lompat memburu, setelah datang dekat dia menyerang
dengan dua-dua tangannya dibarengi dengan satu tendangan !
Dia juga berseru pula : "Bangsat tua, kau lihatlah Kim Na Ciu
ku!" Kim Na Ciu dari Oet-tie Pak menjadi pelajaran turunan dari
Oet-tie Kiong, yang dengan tangan kosong pernah merampas
tombaknya Sian Kiong San dari benteng Wa Kong Ce. Dia
pandai, juga dia bertenaga besar sekali, maka itu, walaupun Tie
Swie pandai Kim Na Ciu yang terdiri dari tujuh puluh dua jurus,
akan tetapi dipadu dengan panglima ini, ia kalah unggul.
Demikian ia tidak berdaya ketika ia diserang secara mendadak
itu. Toh sebagai jago, ia berbahan sebisa-bisa.


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keduanya lantas saling jambak. Oet-tie Pak dapat
memegang kedua tangannya lawan, itu artinya lawan telah
kena dibikin mati jalan, maka itu mereka kakinya bekerja, untuk
menyerang. Dengan menendang ia mendahului lawan. Tie Swie
menjadi bingung, Dia bertahan dengan memasang kuda-kuda,
tak tahunya, lawan tak menghiraukannya. Begitulah dia kena
terdupak, hingga dia roboh !
"Haha-haha!" tertawa Oet-tie Pak, yang-lompat menyusul,
guna mencekuk lawannya untuk menghabiskan jiwa orang.
Atau, mendadak tertengar suara nyaring.
"Oet-tie Ciangkuii, tolong ampuni dia!" demikian satu jeritan
nyaring dari seorang wanita, ialah Nona Ong Yan Ie, yang telah
menyaksikan jiwa pamannya terancam bahaya maut itu.
Oet-tie Pak sudah lantas menoleh ke arah orang yang
menteriakinya itu. Yan le lagi menempur Ceng Ceng Jie. Ia
lantas mengenali orang, yang mempunyai roman sebagai orang
hutan itu. Memang tentang Ceng Ceng Jie, ia pernah
mendengar orang membicarakannya. Ia hanya heran atas
teriakan si nona, yang ia tidak kenal,
"Eh, siapakah nona ini ?" ia tanya diri nya sendiri.
Sebenarnya ia sudah memutar tubuhnya Tie Swie, untuk
dilemparkan, tetapi sekarang ia menunda, Mo Lek dengar
suaranya kawan itu.
"Dialah sahabatku i" ia menjawab. Didalam keadaan seperti
itu, anak muda ini terpaksa mengakui Yan Ie sebagai
kawannya. Telah terbukti Yan le berada dipihak nya. sebab si
nona berani menentang bahaya melawan Ceng Ceng Jie.
"Pergilah kau !" seru Cet-tie Pak, yang terus melemparkan
Tie Swie kebawah lauwteng, karena mana Yan Ie segera
mendapat dengar teriakan "Aduh" dari pamannya itu. Ia lega
sedikit. Mungkin luka si paman berat tetapi itu belum berarti
jiwanya terbang melayang. Ia tahu, dengan begitu Oet-tie Pak
telah meluluskan permintaan ampunnya untuk pamannya itu,
Segera setelah melemparkan tubuh lawan, Oet-tie Pak lari
kearah Ceng Ceng Jie.
Adiknya Khong Khong Jie memutar pedang pendeknya. Dia
meninggalkan Ong Yan Ie, untuk menyambut ini jenderal. Dia
lantas menyerang berulang-ulang, mencari jalan darah yang
merupakan otot nadi.
Dengan berani Oet-tie Pak melayani musuh liehay ini dengan
tangan kosongnya Karena lukanja, tenaganya Ceng Ceng Jie
menjadi berkurang banyak, kepandaiannya menjadi seperti
tidak berarti. Tak pernah dia berhasil dengan pelbagai
tikamannya. Bahkan satu kali, dia mesti merasakan tonjokannya
lawan. Syukur untuknya, dia masih dapat berkelit,
hingga terkenanya tidak jitu hingga dia tidak sampai lotoh.
"Bagus!" Oet-tie Pak memuji musuhnya. Ia hendak
membekuk lawannya hidup-hidup ia tidak menyangka bahwa
usahanya gagal. Karenanya ia menjadi kagum. Ia kata dalam
hati "Benar nama Ceng Ceng Jie bukan nama kosong belaka..."
Oet-tie Pak tidak tahu bahwa tenaga orang telah berkurang.
Kalau Ceng Ceng Jie belum terluka, walaupun ia sulit untuk
merebut kemenangan, tidak mudah untuk dia itu kena terhajar,
"Bagus, Ceng Ceng Jie" ia berseru, "Kau sambut lagi satu
tanganku" Ceng Ceng Jie kaget, dengan lekas ia berbelit dengan
tindakan "Poan Liong Jiauw Pon." Ia mesti berkelit beruntun
tiga kali. Hal ini membuatnya mendapat tempo, Karena segera
datanglah si imam, yang sudah lantas membantu ia menempur
musuhnya yang tangguh ini. Imam itu menggunai ilmu
pedangnya. Serangan Oet-tie Pak menjadi terhalang.
Pertempuran seumumnya berjalan kacau tetapi suasana
sekarang sudah berubah, Pihak siewie menjadi mendapat
keuntungan Justru begitu kembali terdengar tindakan nyaring
ditangga lauwteng disusul dengan seruan sejumlah siewie "Cin
Ciangkun datang!-"
Itulah berarti munculnya Cin Siang, siapa sudah lantas
menyapu dengan sinar matanya ke empat penjuru, la terutama
melihat sipendeta asing tengah berkelahi dengan seruh.
"Saudara Tiat!" berkata panglima ini tertawa: "baik kau
serahkan sikeledai gundul padaku! Dan ia berkata sambil
bekerja decgan senjatanya, ia mengemplang ke arah kepala si
pendeta. Dengan mengandalkan tenaga dalamnya pendeta itu
menjadi berani. Ia menangkis dengan keras dengan tipu silat
"Heng Hee Kim Liang" atau. "Melintang penglari emas" Tak tahu
ia yang Cin Siang menjadi orang kosen nomor satu didalam
istana yang tenaganya lebih kuat tiga lipat daripada Cet tie Pak
sedangkan senjatanya ruyung Kim gan, beratnya enam puluh
empat kati, hingga turunnya bagaikan gunung Tay San menimpa-
menindih. Bentrokan Kim-gan dengan golok Kay-to terdengar nyaring,
sampai ujung golok sedikit melengkung. Sedangkan begitu, Kim
gan kiri dari Cin Siang menyamber menyusuli yang kanan.
Tidak ada tempo untuk si pendeta berkelit, terpaksa ia
menangkis pula. Ia menangkis dengan belakang golok sebab
tak keburu untuknya memutar tangannya .
Kembali satu bentrokan. Kali ini, di samping nyaringnya
suara kimgar dan kay-to, terdengar juga jeritan si pendeta,
yang merasa sakit sekali pada telapakan tangannya, yang telah
patah ! Cin Siang tertawa.
"Nah, kau sambut lagi senjataku" serunya. "Jikalau kau
sanggup, akan ku beri ampun padamu supaja kau tidak
mampus! Benar-benar, hajaran yang tiga kali sudah meluncur, akan
tetapi, sebelum kim-gan mengenai sasarannya, si pendeta
sudah terhuyung dua kali, terus dia roboh terguling, darah
hidup menyembur dari mulutnya Itulah sebab ia tidak sanggup
bertahan dari dua hajaran yang menggempur anggautaanggauta
dalam tubuhnya hingga rusaklah anggauta-anggauta
dalam itu dan tenaganya habis. Memang jarang orang dapat
bertahan sampai tiga kemplangan panglima she Cin itu.
Berbareng dengan itu, dilain rombongan, Oet-tie Pak telah
berhasil merampas pedangnya si imam, yang ia terus lawan de
ngan tangan kosong, hingga ia membikin imam itu kaget sekali
dan ketakutan, maka dia lompat menabrak ke jendela, hingga
daun jendela terbuka, dan tubuhnya dapat lompat turun.
Menyaksikan demikian, Oet-tie Pak berseru : "Hai, imam, kau
masih memikir buat kabur " Lihatlah !" menyusul itu, ia
menimpuk dengan pedang rampasannya
"Aduh !" berteriak si imam, yang tubuhnya terus roboh
terkulai. Tepat sekali pedang nancap dipunggungnya sebelum
dia sempat menginjak lantai untuk kabur. Maka dengan
rubuhnya rebah dilantai, pergilah arwahnya kelain dunia . . .
"Hahaha !" Oet-tie Pak tertawa terbahak. "Ceng Ceng Jie,
sekarang tiba giliranmu ! "
Ceng Ceng Jie kaget, tetapi dia gusar. Dan dia
menumpahkan kemarahannya itu terhadap Ong Yan Ie, dia
berseru : "Siluman perempuan ! Aku akan mati menjadi setan,
tidak akan aku ampuni kau" dia lantas menyerang hebat si
nona sampai Yan Ie terdesak mundur,
Mo Lek melihat si nona terancam bahaya, hendak ia
membantui, akan tetapi, sebelum ia sempat maju mendadak ia
mendapathan Ceng Ceng Jie memutar pedang mustikanya itu,
bukan dipakai menyerang kepada Yan le, hanya ditikamkan
pada dadanya sendiri ! Inilah sebab, sebagai seorang laki-laki
yang tabiatnya keras, Ceng Jie tak mau tertawan atau terbinasa
ditangan musuh lebih suka ia mengorbankan diri, dari pada
terhina. Hanya ketika ia menikam diri, ia masih ragu-ragu,
hingga pedangnya tak meluncur cepat.
Juseteru itu dari kejauhan terdengar satu seruan yang
nyaring. Ceng Ceng Jie dengar itu, mendadak ia mendapat
harapan, lantas dia berseru menyambut seruah itu : "Suheng
lekas ! Tolongi aku l
Mo Lek terkejut, ia berseru : "ltulah Khong Khong Jie !"
Khong Khong Jie datang cepat, sedangkan seruannya
terdengar pula. kali ini sampai mendengung-dengung di telinga
orang. Cin Siang dan Oet-tie Pak mengarti ancaman bahaya, tak
sempat mereka menghadapi terus pada Ceng Ccig Jie, dengan
lantas mereka lari kepada raja untuk melindunginya. Akan
tetapi yang belakangan ini kena dirintangi musuh.
Sambil berseru nyaring Oetie Pak menyerang musuh dengan
satu jambretan Ia menggunai tipu silat "Hun Kii Ciu" atau
"Membagi otot, memecah tulang."
Khong Khong Jie tertawa.
"Oet-tie Ciangkun. selamat bertemu ?" katanya, sedang
tubuhnya berkelebat.
Oet-tie Pak menjambak sasaran kosong Tubuh lawan lenyap
bagaikan bayangan ! Tentu sekali, ia menjadi terkejut.
Tetapi itu masih belum semua. Segera tertampak bayangan
Khong Khong Jie berkelebatan disekitar raja dan Yo Kui Rui, Dia
seperti juga tercipta menjadi banyak Khong Khong Jie, hingga
mata orang menjadi kabur.
Cin Siang siap dengan senjatanya, ia tidak berani sembarang
menyerang, ia melainkan memasang mata. Para siewie pun
heran, hingga mereka semua mengawasi saja dengan
mendelong. Khong Khong Jie berkelebatan terus. Segera terdengar
tertawanya yang keras dan kata-katanya ini : "Cin Ciangkun !
Oet-tie Ciangkun ! sekalian tuan-tuan ! Maafkan aku yang telah
membuat kamu terkejut ! Aku menyesal sekali ! Tapi aku telah
datang ke istana, tidak dapat aku pulang dengan tangan
kosong, dari itu ingin aku mendapat suatu hadiah . !
Menyusuli kata-kata itu yang belum lagi sirap, sudah lantas
terdengar jeritannya Yo Kui Hui, lalu tampak tubuh Khong
Khong Jie melesat mundur, hingga di lain "saat, dia melihat
berdiri disisinya Ceng Ceng Jie. sedang ditangannya berkilauan
sebuah mutiara yang besar serta jeriji manisnya menjepit
sebatang tusuk kundai !
"Aku tidak tamak !" kata jago itu sambil tertawa. ,Kamu
semua lihatlah biar tegas ! Aku cuma mengambil ini dua macam
barang !" Khong Khong Jie menyamber tusuk kundai dirambutnya Kui
Hui serta mutiara dari kopiahnya Kaisar Tong Tian Cong.
Semua orang menjadi heran dan kagum berbareng dengan
itu, hati mereka, pun lega. Ternyata junjungan mereka tidak
kurang suatu apa. Mereka semua berdiam sambil mengawasi.
Tak mau mereka sembarang membuka mulut.
"Suheng !" berkata Ceng Ceng Jie yang baru membuka
mulut pula: "Kenapa suheng tidak ambil jiwanya si kaisar lalim"
Matanya Khong Khong Jie mendadak bengis. Lalu, "Plak!"
terdengarlah satu suara karena ia mengayun sebelah
tangannya dengan apa ia menggaplok sute itu. Terus ia
mendamprat : "Anak celaka ! Kita toh penjahat budiman, yang
tahu aturan ! Mana dapat kita dijadikan anjingnya lain orang
dan diperintah-perintah untuk menggigit orang." Lebih-lebih An
Lok San si babi asing terokmok itu, aku paling tak melihat
matanya padanya ! Apakah kau tidak merasa dirimu terhina "
Aku malu untukmu ! Jikalau kau bukan sudah terluka, tentu aku
hajar kau terlebih keras ! Hayo pulang ke gunung, aku hukum
kau duduk menumprah tiga tahun menghadapi tembok ! "
Berkata, suheng ini menjambret tubuh suteenya, buat
diangkat untuk terus dibawa pergi sebagai juga adik
seperguruan itu seekor ayam.
Ceng Ceng Jie bungkam tak berani ia bersuara atau berkutik.
Khong Khong Jie tidak lantas pergi dia menoleh kepada Tiat
Mo Lek dan tertawa manis, katanya "Saudara Tiat, Jikalau kau
bertemu dengan Toan Tayhiap, tolong kau sampaikan padanya
bahwa puteranya tidak kurang suatu apa, agar dia melegakan
hatinya!" Mo Lek heran. Hendak ia minta keterangan. Akan tetapi ia
tidak memperoleh kesempatan. Dengan membawa adik
seperguruannya itu thong Khong Jie sudah lantas lompat
melewati jendela hingga didalam sekejap dia sudah lenyap,
cuma terdengar tertawanya yang nyaring dan kata-katanya ini
"Para ciangkun, maaf tak dapat aku menemani kamu lama
lama!?" Dibawah lauwteng ada berkumpul banyak siewie, mereka
bersiap-siap untuk memanah melihat mana, Cin Siang berseru:
"Jangan bergerak! seri Baginda tidak kurang suatu apa, semua
penjahat sudah terbinasakan! "
Tapi panglima ini mendapat sambutan nyaring: "Di sini masih
ada satu penghianat yang lolos! Hm, Lengho Tat! Kaulah
manusia dengan hati binatang! Bagaimana berani kau
menghina junjunganmu! Kau tak dapat ampun!"
Memang melihai gelagat buruk Lengho Tat menyingkirkan
diri apa belaka, sampai di pintu lauwteng dia bersomplokan
dengan Oebun Thong, yang sambil berseru itu menekuk
padanya. Bukan main kagetnya pengkhianat ini, Oebun Thong toh
konconya. "Oe-bun Ciangkun!" serunya mukanya pucat. "Kau . . . kau.."
Oe-bu Thong tidak memberikan ketika orang lebih banyak, ia
membabat dengan goloknya, merampas jiwa sekongkolnya itu.
Oet tie Pak terkejut hingga ia berseru; "Hai, kau lebih
sembrono dari pada! Aku Kenapa kau tidak mau meninggalkan
satu mulut yang hidup?"
,Dia!ah orang sebawahku!" sahut Oebun Thong. "Kenapa dia
berani berkhianat" Tak dapat aku menahan hawa amarahku,
hingga aku lupa membiarkan dia hidup, supaya pengakuannya
bisa di korek dari mulutnya."
Berkata begitu. Oe-bun Thong menyusut bersih goloknya
yang berlepotan darah, terus ia naik kelauwteng, untuk segera
berlutut didepan raja buat memberi hormat sam bil mengaku
salah dan memohon ampun. Kata ia: "Oe-bun Thong terlambat
melindungi Seri Eaginda dan juga penilikanku kurang keras,
sampai ada sebawahanku yang berkhianat, hingga Seri Baginda
mendapat kaget. Biarlah hamba dihukum turun pangkat! "
Kaisar Hian Cong berkata, ,"Kamulah menteri-menteri yang
setia! Entah berapa banyak sudah menteriku yang tadinya setia
yang menakluk kepada pemberontak dari itu Lengho Tat tidak
berarti seberapa. Oe-bun CiangKun jangan kau berkecil hati."
Raja ini gemar arak dan kemaruk paras elok tetapi ia belum
menjadi demikian dogol, hingga disaat seperti ini . . . saat
perlunya tenaga-tenaga setia . . . tahulah ia bahwa tidak dapat
ia bicara sembarangan saja
Oe-bun Thong mengucap terima kasih, lantas ia bangun


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri, untuk menempat kan diri disisi junjungannya itu.
Raja telah menetapkan hatinya, ia dapat membawa sikap
agung seperti biasa. Tidak demikian dengan Yo Kai Hui, yang
tubuhnya masih bergemeteran. Sampai sekian lama, baru dapat
ia mengatakan: "Aku bisa mati kaget! Aku bisa mati kaget?"
Raja memanggil seorang dayang untuk menemani selirnya
itu. Kekasihku, persilahkan kau beristirahat, katanya dengan
sangat menyinta. "Kita sudah selamat, kau boleh tidur. Besok
pagi kita berangkat.
Menurut keinginatnya, raja hendak mengantarkan sendiri
selirnya itu. tetapi ia ingat tugasnya sebagai raja. setelah
kekecauan itu perlu ia memuji orang-orangnya yang setia dan
berjasa, untuk merrberi anugerah atau hadiah kepada mereka
itu. Menurut pertimbangan, Ong Yan Ie yang dianggap paling
berjasa. Raja dan semua sie wie melihat sendiri nona itu
melukai Ceng Ceng Jie. hingga suasana menjadi berudah dari
berbahaya menjadi reda Yang nomor dua ialah Tiat Mo Lek,
yang paling dulu melindungi junjungan itu, dia telah menentang
Ceng Ceng Jie dan menolongi tuan puteri. Yang lainnya ialah
Oet tie Pak dan Cin Siang.
Yan le bersama Mo Lek menghadap raja, untuk memberi
hormat. Cin Siang lantas mengajar kenal, katanya: "Pemuda gagah
ini ialah orang yang dipujikan Kwee Lu Gie."
Raja mengangguk, la kata: ,kau setia dan gagah, kau harus
dipuji. Kami sudah mengangkat Kau menjadi San Lie Cian Gu
sekarang kau membangun jasa besar, akan kami tambah
pangkatmu. Kau tunggulah di samping, nanti kami berdamai
dahulu dengan Cin Ciangkun dan Oe-bun Ciargkun" Lantas raja
menanya Yan Ie. Nyonya itu berlutut sambil menyerukan tiga
kali: "Banswee!" , "Hiduplah Raja!
"Tak usah pakai adat peradatan!" kata raja. "Kau
bangunlah?"
Habis itu Yan Ie diperintah mengangkat mukanya
Melihat roman orang raja kagum.
.Sungguh cantik!" katanya didalam hati. , Dia mirip Cay Pin
disaat Cay Pin baru memasuki istana! "
Cay Pin itu salah seorang selirnya Hi-an Cong, yang cantik
dan manis sekali, karena dia menyukai bunga Bwee, dia diberi
nama Bwee Hui. Sebelum datangnya Yo Kui Hui dialah yang
paling dikasihi raja; maka dengan sendirinya dia dipandang Yo
Kui-Hui bagaikan paku didepan matanya. Setelah dicintainya,
Yo Kui-Hui melarang raja mendekati pula Selirnya itu, bahkan
untuk menyingkir ke See Siok ini dia dilarang di ajak bersama
tentu sekali, raja masih selalu ingat selirnya itu maka itu girang
ia melihat Yan Ie mirip dengan Cay Pin
"Encie, bagus ilmu pedangmu," kata Tiang Lok Kongcu pada
Yan Ie. , Syukur ada kau"
"Terima kasih untuk pujian tongcu" kata Nona Ong.
"Kau sudah bertunangan atau belum?" Tiang Lok tanya.
Mukanya Yan Ie menjadi merah secara tiba-tiba. Itulah
pertanyaan yang ia tidak Sangka, Tapi ia mesti menyahut,
maka ia menjawab bahwa ia masih merdeka.
Tiang Lok kongcu tertawa la kata pula "Kalau begitu, baiklah
kau menemani aku, Kau setuju bukan" . " Bu Hong, tolong
berikan dia suatu gelaran, supaya dia dapat menjadi pembesar
dayangku" Adalah aturan dalam istana kerajaan Tong, selama seorang
puteri belum menikah untuk menjedi dayangnya, sidayang
harus seorang gadis yang masih merdeka. Mengenai Yan Ie
puteri ini juga ada maksud yang lainnya.
"Syukur kau menyukai dial" berkata raja, tertawa "Baiklah,
kami angkat dia menjadi Cu-pouw. Eh, apakah suka menemani
kongcu?" "Terima kasih!" sahut Yan le Kata kata yang belakangan itu
ditujukan pada si nona. "Hanyalah hamba berasal seorang
hutan, tak berani hamba menemani tuan puteri."
Mendengar kata-kata "Orang hutan" itu atau , cauw bong, "
raja terkejut Kata-kata itu berarti mirip seperti, Lok Lim atau
Rimba Hijau. Sebaliknya Tiang Lok kongcu belum tahu artinya
itu. Raja berpikir cepat, terus ia kata: "Sekarang ini Pemerintah
Agung mengadakan aturan luar biasa Siapa pun yang berjasa,
dia tak akan ditanyakan asal usulnya. Jikalau tidak suka bekerja
di dalam istana, dapat kami berikan hadiah lain kepadamu."
"Habis berkata, ia berpikir. "Sayang sekali, dia begini cantik,
kenapa dia berasal dari keluarga penjahat?" Karena ini mesti ia
menyukai si nona, tak berani ia mencoba menahannya.
Yan Ie berkata: "Hamba tidak berani meminta terlalu
banyak, namba cuma memikir seri Baginda sudi
menghadiahkan serupa barang . . ."
"Kau bilanglah" kata raja cepat "Kau minta batu permata
apa" Di dalam istana kami, semua ada tersedia !"
Yan le melirik dulu kepada Mo Lek. baru ia menjawab
"Hamba tidak menginginkan baran permata, hamba cuma
memikir . . .memikir mau meminta ."
Hati Mo Lek berdebar. Lirikan sinona berarti banyak. Ia
kuatir dirinya yang diminta . . "
"Lekas bilang !" Hian Cong mendesak "Asal yang kami dapat
sediakan, pasti kami akan berikan l"
"Kamba cuma ingin meminta Seri Baginda memberikan
sebuah Bian Su Kim Pay" kata Yan Ie akhirnya.
Raja terkejut saking heran. "Bian Su-Kim Pay berarti"lencana
kebebasan dari hukuman mati. maka ia lantas tanya. "Kau
mempunyai dosa besar apa saja maka kau menghendaki bian
su kim pay ?"
"Hamba meminta itu buat guna ayah hamba."sahut Yan le.
"Siapa itu ayahmu?"
"Ayah hamba ialah Ong Pek Thong kepala ikatan kaum
Rimba Hijau di dalam lima propinsi Utara," Yan Ie menyelaskan.
Raja kaget sekali.
"Kau anaknya Ong Pek Thong ?" tanya nya. "Bukankah
ayahmu membantu An Lok San berontak melawan pemerintah".
"Justru karena itu hamba mohon biansu kim pay." sahut pula
Yan Ie. Raja berdiam. Ia serba salah. Tapi ia tidak berpikir lama. la
Tanya, "Dapatkah kau membujuki ayahmu kembali buat meng
hamba kepada kami " Dengan begitu, dia bukan saja bebas dan
hukuman mati, dia juga bakal kami angkat menjadi satu ciat-iu
ow -su." "Ayah hamba bertabiat keras mungkin Sukar untuk memberi
nasehat padanya," kata Yan Ie, "tetapi orang orang
sebawahannya sudah dilabrak berantakan oleh Lam Tayhiap,
maka sekarang dia terpaksa berlindung kepada orang lain,
sekarang dia sudah tak dapat menjadi ancaman bahaya lagi."
"Siapa itu Lam Tayhiap ?"
"Dialah Lam Cee In yang menjadi Jiauw tie Ciang kun
dibawah perintahnya Kwee Cu Gie," Yan Ie menerangkan
"Sekarang ini ayah hamba tidak lagi terlalu dihargakan An Lok
San cuma sulit untuk membujuki dia datang menakluk, sebab
biar bagaimana, dialah ketua ikatan Rimba Hijau, satu kali dia
menyerah kepada pemerintah, lantas dia melanggar aturan
atau pantangan besar kaumnya itu. Hamba berjanji akan
sebaiknya-baiknya nanti menasehati atau membujuki supaya
ayahku suka mencuci tangan uniuk dia menutup pintu
membungkus goloknya, agarnya dia tidak lagi hidup didalam
dunia Rimba Hijau."
"Apakah itu artinya mencaci tangan di paso emas dan
menutup pinta membungkus golok?" raja tanya.
"Itulah kata kata rahasia didalam kalangan Rimba Hijau."Mo
Lek mendahului si nona menjawab ."Arti singkatnya yaitu
selanjutnya dia tidak lagi bekerja sebagai orang jahat, dia akan
pergi kerempat sunyi gunung atau rimba, buat
menyembunyikan diri, buat tidak campur tahu lagi urusan apa
juga di luaran."
Hian Cong menoleh pada sianak muda ia mengangguk.
"Mengingat bahwa kau berjasah telah menolong kami dapat
kami juga bertindak diluar kebiasaann. "katanya "Jikalau kau
berhasil membujuk ayahmu mencaci tangan dipaso emas dan
menutup dari membungkus goloknya, akan kami hadiahkan kau
bian su kim pay yang kau minta itu, kalau dibelakang kali ada
pembesar kami, sipil atau militer yang menangkap ayahmu,
supaya mereka jangan lancang menghukum mati padanya.
Sebaiknya jikalau dia kedapatan didalam tangsi pemberontak
atau di-medan perang, dia harus dihukum mati tanpa ampun
lagi" Lantas raja menyuruh seoraug kebiri mengambil sebuah bian
su kim pay ia menulis sendiri diatas lencana itu, yang terus ia
serahkan pada si nona.
Melihat Yan Ie berhasil! meminta kim pay itu. Mio Lek girang
berbareng berduka Girang sebab ia mendapat bukti yang
sinona sudah merobah dirinya dari sesat menjadi sadar.
Berduka lantaran Ong Pek Thong mempunyai kimpay
sedangkan ia sendiri telah menjadi hamba negara. Bagaimana
nanti ia dapat membalas sakithati ayahangkatnya itu !"
Ya Ie menerima kimpay sambil menghaturkan terima kasih
tegas tampak sinar matanya sinarmata kegirangan. Hanya ke
tika ia melirik pada Mo Lek sinar girang itu mendadak lenyap
terganti oleh sinar kedukaan. Ia menatap anak muda itu, terus
ia kata perlahan pada raja sekarang "Terrma kasih untuk budi
kebaikan Seri Baginda! Terima kasih buat kebaikan hati
Kongcu! Terima kasih kepada ciangcun semua! Sekarang
hamba hendak mengundurkan diri, mungkin lain kali kita bakal
padat berjumpa muka pula"
Begitu habis berkata, nona ini lari ke jendela untuk lompat
turun ! Mendengar itu, semua orang heran, cuma Mo Lek yang
mengerti. Kata-kata sinona terang ditunju.kan kepadanya.
Selanjutnya si nona tak suka menemui ia lagi. Itu berarti
perpisahan yang menyedihkan. Tanpa merasa, ia menjadi
masgul, maka ia bengong mengawasi ke jendela.
Justru orang berdiam, Oe bun Thong mendadak menanya:
"Tiat Ceng apakah kau kenal anak perempuan itu ?".
Nama Mo Lek sangat terkenal, maka ia menukar nama
menjadi Ceng, yang berarti suara nyaring dari besi beradu, atau
kemampuan melebihkan yang lainnya. Kwee Cu Gie memakai
nama itu dalam surat pujiannya.
Mendengar pertanyaan Oe bun Thong itu, raja menjadi ingat
suatu apa. "Ya," katanya, "kami ingat kau pernah mengatakan nona itu
sahabatmu. Nah bagaimana caranya kamu berkenalan satu
dengan lain?"
Mo Lek merakasan kesulitan. Di satu pihak isi tak suka bicara
dari hal yang benar, dilain pihak, tak biasanya ia mendus-ta
Tapi ia harus menjawab, terpaksa ia kata. "Hamba
mengenalnya di waktu hamba mengembara . "
"Oh." seru raja "Kami menyangka kau asal serdadu Kwee Cu
Gie, kiranya kau juga seorang gagah kaum Kang Ouw!"
Cin Sian dan Oet-tie Pak mengeluarkan peluh dingin. Mereka
sangat kuatir raja menanya melit tentang penghidupan anak
muda ini. Syukurlah itu waktu Tiang Lok turut campur bicara.
"Hu hong tentu masih ingat Ceng Lian Haksu bukan?"
tanyanya memotong pembicaraan ayahbunda raja Itu "Penyair
yang berkenamaan itu juga pada masa mudanya menjadi
seorang gagah yang gemar mengembara dan syair-syairnya
demikian menonjol itu rupanya disebabkan hasil pengembaraan
nya itu. Tiat Congsu apakah kau dapat membuat syair ?"
Mo Lek tertawa.
"Aku cuma dapat menggunai golok atau tombak, aku tidak
mengerti syair!"sahutnya,
"Jikalau begitu, tentulah banyak yang kau telah lihat dan
dengar dalam dunia Kang Ouw" kata pula si tuan putri. "Apa
bila nanti ada waktu yang luang, aku ingin kau menuturkan
semua itu kepada kami, untuk menyegarkan pikiran yang
pepat." Maksudnya Tiong Lok menyelak itu ia lah ia kuatir ayahnya
mencurigai Mo Lek. Ia sengaja menyebut-nyebut Lie Pak buat
menjuluki bahwa orang Kang Ouw tak harusnya diceritakan.
Benar-benar Hian Ceng tertawa.
"Sekarang, bukan saatnya berbicara tentang "syair," ujarnya.
"Aku lebih suka mendapat lebih banyak orang sebagai orang
gagah ini, itu menang berlipat ganda dari pada Ceng Lian
Haksu yang menemani padaku"
"Benar begitu !" Oe bun Thong turut bicara "Orang gagah
kebanyakkan asal pengembaraan Tiat Congsu. tentulah luas
pergaulanmu dalam dunia Kang Ouw. Orang tadi itu suhengnva
si orang beroman seperti kunyuk aku tahu dialah Sin Touw
Khong Khong Jie si Malaikat pencuri. Mendengar pembicaraan
Kamu tadi rupanya kau kenal baik sekali sedangkan diwaktu dia
mau berlalu dia telah memesan padamu untuk mengatakan
sesuatu, kepada Toan Tayhiap"
"Pada beberapa tahun yang lampau pernah aku bertempur
dengan Khong Khong Jie." sahut Mo Lek, "Kita kenal satu pada
lain karena pertempuran itu, karena itu kita bukankah sahabatsahabat
kenal." "Aku tahu Thoan Thayhiap yang disebutkan Khong -Khong
Jie itu " Cin Siang menimbrung "Dia bernama Toan Kui Ciang.
Dia memang benar seorang gagah mulia, orang sebangsa Ceng
Lian haksu. kabarnya dia bekerja untuk Kwee Cu Gie "
Sementara itu" Baginda Fian Ctng heran hingga timbul sedikit
kesangsian atau kecurigaannya. Namanya thong Khong Jie
terlalu besar hingga ia pernah mendengar, orang menyebutnya.
Barusan saja ia menyaksikan kepandaian Khong Khorg Jie itu
sebagaimana mutiara pada mahkotanya telah kena diambil
secara mudah sekali, mengingat itu hati raja kurang tenteram.
Ia berkata didalam hatinya. "Pergaulannya bocah she Tiat ini
terlalu campur aduk ! " Karena ini, mendengar suaranya, Oebun
Thong ia jadi ragu-ragu mengangkat Mo Lek menjadi Liong
Kie touw-oet hal mana ia telah pikirkan sejak tadi. Dengan
menjadi touw-oet itu, setiap saat Mo Lek akan
mendampinginya. la berdiam sekian lama, lalu ia tanya Cin
Siang dan Oe-bun Thong: ,Kamu lihat pangkat apakah yang
kamu cocok untuk pemuda gagah ini "
Cin Siang tidak mau lantas menyatakan pikirannya, Mo Lek
menjadi sebawahannya Oe-bun itu yang bicara lebih dahulu.
Oe-bun Thong licik ia menjawab: "Tiat Ceng berilmu silat
tinggi dia juga kenal batk sekali orang-orang Kang Ouw maka di
saat kalut seperti ini dia cocok sekali untuk diberi tugas. Hanya


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai pangkat untuk nya hamba tidak berani lancang
mengusulkan, silahkan Seri Baginda, sendiri yang
menganugerahkannya !"
Sekilas lalu kata-kata Oe-bun Thong terdengar menghargai
Mo Lek. akan tetapi, maksudnya yang sebenarnya telah
membangkitkan kesangsiannya raja. Dia berhasil Raja diam
untuk berpikir.
"Huhong." berkata Tiang Lok tongcu sesudah orang berdiam
sesaat. "Aku lihat dia setia dan jujur, dia juga dipujikan Kwee
Cu Gie aku rasa dia tak salah lagi. Baiklah hu-heng menegaskan
dia menjadi pelindung dan kereta keluarga kerajaan !"
Hian Cong berpikir. Dalam perjalanan. kebarat ini, ia tidak
dapat, mengajak banyak selirnya, tetapi selain siputeri ada juga
isteri atau selirnya sekalian puteranya berikut sejumlah dayang
pribadi dan pelayan. Ia sendiri telah mengambil ketetapan,
akan duduk sebuah kereta bersama Yo tut Hui dengan
dilindungi Cin Siang serta barisan Liong Kie Touw-utnya.
sedangkan keretanya para putera diserahkan kepada Oe-tie Pak
bersama barisan istana. Oe-bun Thong serta pasukannya,
pasukan San Kie Siewie, telah ditegaskan mengiring lain-lain
kereta, jumlah San Kie Siewie tidak banyak jadi keretanya Tiang
Lok Kuncu belum ada pelindungnya. Hal ini membikin ia melirik
Mo Lek hingga akhirnya, setelah hening sejenak ia berkata:
"Baiklah Tiat Ceng kau keangkatanku !"
Mo Lek memandang raja, ia berdiam tetapi Cin Siang
menolak tubuhnya maka ia lantas mengerti, dengan cepat ia
berlutut. Segera juga ia mendengar suaranya junjungannya itu:
"Tiat Ceng sudah berjasa menolongi raja, dia diangkat menjadi
Houw Gie Touw-ut ! Selama dalam perjalanan ketanah Siok ini,
dia diharuskan melindungi keretanya tuan puteri. Dia mesti
mendengar segala perintahnya Tiang Lok kongcu. Berbareng
dengan ini, dia masuk menjadi anggauta pasukan San Kie dari
Oe Bun Thong maka dia dapat pangkat merangkap sebagai San
Kie Hu Tiong-long-ciang. Untuk jasanya itu juga dia
dihadiahkan uang emas seratus tahil dan cita sepuluh kayu."
Pangkat Houw Gee Touw-ut lebih rendah setingkat dari pada
San Kie Touw-ut, akan tetapi Mo Lek mendapat tambahan
pangkat merangkap itu, San Kie Hu Tiong-long ciang, dengan
begitu, sendirinya, ia jadi berkedudukan sama seperti
pembantu dari Oe-bun thong hanya selama dalam perjalanan
ini, ia ditaruh dibawah perintah, langsung Tiang Lok Kongcu.
Itu berarti seperti ada dua orang pembesar San Kie. Di-hari-hari
biasa dijaman aman, didalam istana tidak ada aturan serupa ini.
Hian Cong mengambil keputusannya ini ke satu buat guna
keamanan disepanjang jalan, ke dua, untuk-mengiring
kehendak puterinya, dan ketiga, sebagai tanda bahwa ia
menghargai Kwe Cu Gie yang telah mengusulkan pemuda
gagah itu. Pemerintah atau Kerajaan Tong, justeru
memerlukan tunjangannya orang she Kwee itu, maka itu
walaupun orang pujiannya diragu-ragukan, orang itu toh
diterima dan diberi kepercayaan sepenuhnya. Mo Lek sendiri
tetap tidak merasa puas. Dengan beruntun ia telah memperoleh
kenaikan pangkat tiga tingkat tetapi toh tetap berada di
bawahnya Oe-bun thong, tapi keputusan telah dikeluarkan,
tidak dapat ia menentang maka ia mengangguk sambil meng
haturkan terima kasih .
Oe-bun Thong juga tidak puas Panglima ini sakit hati, Tapi
dihadapan raja air mukanya tidak mengentarakan sesuatu sikap
nya seperti biasa saja. Bahkan begitu lekas Mo Lek sudah
menghaturkan terima kasih, kepada raja. dialah yang paling
dulu memberi selamat pada sebawahannya itu.
Habis itu, kaisar Hian Cong menitahkan para siewie bubar
untuk mereka mengurus tugasnya masing-masing untuk siap
sedia buat besok pagi mulai berangkat melakukan perjalanan,
Seturunnya dari lauwteng Beng Hong lauw Mo Lek
memikirkan buat pulang dengan-mengikut Cin siang tetapi
lantas berkata padanya , Sekarang ini sudah jam tiga, aku pikir
semua orang ingin beristirahat maka itu, Tiat Touw-ut, selagi
semua San Kie Siwie berkumpul diistana Yang Keng Kion mari
kita pergi mari kita pergi menemui para rekan itu, supaya
keduabelah pihak dapat saling berkenalan !"
Kata-kata itu beralasan terpaksa Mo Lek mengambil selamat
berpisah dari Ci Siang dan Oet-tie Pak.
Tapi panglima she Oet-tie itu berkata "Oe bun Ciang kun
saudara Tiat ini menjadi sahabat-karibku aku minta kau sukalah
memperlakukannya baik-baik."
-oo0dw0oo- Jilid 24 Oe-bun Thong tertawa.
"Sekarang ini Tiat Touw-ut bekerja ber samaku, kita harus
menjadi seperti tangan dengan kaki, karenanya tak usah aku
dipesan lagi!" katanya.Kedua pihak lantas berpisahan. Mo Lek
berjalan bersama sepnya itu. Segera juga, sembari jalan itu,
Oe-bun Thong menanyakan ini dan itu. Dia ingin ketahui asalusul
orang. Mo Lek berlaku waspada, ia menjawab dengan
ocehannya. Tapi karena ia tidak bisa mendusta, ada alasannya
yang tidak masuk diakal.Selagi berjalan terus tibalah mereka di
jalan dimana ada peneiangan lentera. Men dadak Oe-bun
Thcmg berkata : ,,Tiat Toawut, kalau aku memandang kau, aku
merasa seperti aku pernah mengenalmu. Dimanakah kita
pernah bertemu ?"
Mo Lek paksakan diri tertawa.
"Akulah orang Kangovw tidak ternama yang biasa luntanglantung,
mana dapat aku bertemu dengan tayjin ?" sahutnya.
Oe-bun Thong juga tertawa.
"Kalau begitu, rupanya aku berjodoh dengan kau, maka
begitu melihat kau, aku merasa kau sebagai sahabatku!"
katanya. Ia mengulur tangannya, untuk berjabatan dengan
pemuda itu. Mo Lek sebal terhadap orang ini, ia menggunai tenaga
sepuluh bagian.
Oe-bun Thong pandai ilmu menggunai poan-kwan-pit,
senjata yang berupa seperti alat tulis, untuk menotok jalan
darah, akan tetapi dia kalah tenaga, maka itu setelah dia
memencet, dialah yang merasa telapakan tangannya sakit. Dia
terkejut didalamhati "Sungguh besar tenagamu, Tiat Touw-ut !"
katanya memaksakan tertawa. "Dengan adanya bantuan kau,
perjalanan kita ke Barat ini pastilah selamat-semoga ! Dengan
begitu maka berkuranglah kekuatiranku."
"Setelah itu, sampailah mereka diistana Yan Keng Kiong.
Disana telah berkumpul kira-kira tigapuluh San Kie-siewie.
Dengan perantaraan Oe-bun Thong, Mo Lek diperkenalkan
dengan mereka itu.
Tiba-tiba seorang siewie berkata nyaring : "Tiat Tayjin
selamat, selamat ! Apakah tayjin masih ingat aku si orang kecil
" " Mo Lek memandang orang itu, antas ia mengenali. Dialah Ho
Kun seorang kauw-wie kecil dibawahan", Kwee Cu Gie. Ia
bertemu dengan orang orang ini pada delapan tahun yang lalu,
selagi ia melamar sebagai pengikutnya Sin Thian Hiong
menghadiri rapat di Liong Bin Kok. Ho Kun inilah yang melayani
ia bersantap di istal kuda. Selama di Kiu-goan, ia memang
sudah mencurigai orang ini, maka pernah ia minta Lam Cee In
menyampaikan kepada Kwee Cv Gie tentang kecurigaannya itu
dan minta Kwe Cu Gie berhati-hati terhadapnya.
.,Eh, Ho Kun, kau juga menjadi san-kie ?" ia tanya. Biar
bagaimana ia heran juga.
"Aku datang kemari atas perintah Kwee Lerig-kong untuk
menyampaikan berita." sahut orang she Ho itu. "Dalam
pertempuran di Hoo-pak dua kali kami telah memperoleh
kemenangan. Oe-bun Ciangkun men jadi sahabat lama dari
aku, dari itu sengaja datang kemari menemuinya. Besok aku
akan pulang kembali."
"Oh, begitu. Kalau nanti .kau pulang, tolong sampaikan
hormatku kepada Kwee Leng-kong !"
"Tentu ! Tentu!" sahut Ho Kun, sungguh-sungguh. "Tayjin
telah berhasil mendapatkan kepercayaannya Sri Brginda,
apabila Leng-kong mendapat tahu ia tentu girarg sekali.
Bagaimana dengan Lam Ciangkun " Dimanakah adanya dia
sekarang " "
"Memang Kwee Leng-kong yang menitahkan aku datang
kemari untuk bekerja pada Sri Baginda," kata Mo Lek. "Aku ber
pisah dari Lam Ciangkun semenjak di Kiu-goan, karena itu aku
tidak tahu ia berada dimana sekarang."
"Tiat Touw-ut," Oe-bun Thong menyela bertanya, "adakah
persahabatan kau dengan Lam Ciangkun erat sekali ?"
Oleh karena disitu ada Ho Kun bersama Mo Lek bicara terus
terang. "Dia lah kakak seperguruanku," jawabnya.
Oe-bun Thong tertawa berkakak.
"Kiranya kaulah sute dari Lam Ciangkun !" katanya. "Pantas
kau gagah sekali!"
Mo Lek memakai nama Tiat Ceng sejak didalam Tangsi Kwee
Cu Gie, ia belum tahu HoKun tahu namanya yang benar atau
tidak. Syukur pembicaraan mereka berhenti sampai disitu. Inilah
karena mereka mendengar genta besar di istananya Keng Yang
Kiong berbunyi tiga kali. Segera juga terdengar suara berisik
dari banyak orang. Itu lah disebabkan munculnya seorang
kebiri dari keraton. Kata dia nyaring. "Lekas siap kan kereta !
Lekas buka pintu istana !"
Oe-bun Thong lantas memberikan titah titahnya kepada
perbagai San Kie siewie, ter utama untuk mereka itu berkumpul
dan ber siap diluar pintu keraton Yan Keng Kiong guna
menantikan keluarnya raja.
Selagi orang repot itu, Ho Kun tidak ketahuan sudah pergi
kemana. Sendirinya timbul kecurigannya Mo Lek.
"Ho Kun menjadi seorang Kauw-wie kecil, "Cara bagaimana
dia dapat masuk ke istana" pikirnya. "Apa perlunya dia bertemu
dengan Oe-bun Thong " Laginya di-tempat Kwee Leng-kong
aaa banyak orang pandai dan dapai dipercaya, dari tentang Ho
Kun telah diketahui cukup baik oleh Leng-kong sendiri, kenapa
dia yang justeru diutus untuk menyampaikan kabar
kemenangan perang " Ah, mesti ada terjadi sesuatu disini!
Bagaimana aku harus bekerja supaya Kwee Leng-kong ketahui
sepak-terjang Ho Kun kui " "
Didalam keraton, suara orang sangat berisik. Orang ramai
berseliweran. Diantara-nya terdengar riuh tangisnya para selir
yang tidak diajak menyingkir. Semua suara itu bercampur
menjadi satu. Didalam keadaan seperti itu, tak sempat Mo Lek
memperhatikan Ho Kun lagi. Ia juga mesti mulai dengan
tugasnya. Banyak dayang yang menangis dan berebutan untuk naik
kekereta, mereka memaksa, akan tetapi disisi kereta ada
bertugas para sie-wie, mencegah mereka naik-Pula, dalam
keadaan seperti itu, orang tidak harus meras-a kasihan atau
sayang lagi. Nona-nona itu diusir dengan pakia, dengan kekerasan iuga.
Ada diantara sie-vvie yang berteriak dengan ancamannya:
,,Siapa lancang naik kekereta, akan aku tabas tangannya!" Dan
benar-benar beberapa dayang yang bandel, telah dibacok
kutung lengannya, hingga mereka berkaok-kaok dan
berlumuran darah!
Sejumlah orang kebiri turut berebutan juga tetapi karena
ancaman yang dibuktikan itu, mereka mundur sendirinya.
Hati Mo Lek lemah menyaksikan pemandangan yang
memilukan itu. Ia sampai berdiri menjublak. la baru sadar
ketika ia mendengar suara nyaring dari Oe-bun Thong:
,,Kenapa kau bengong saja disini " kenapa kau tidak lekas pergi
melayani tuan puteri?"
Pintu istana sudah lantas terpentang. Beberapa puluh kereta
terlihat berlerot keluar. Mo Lek mengawasi, la tahu, kereta
dengan payung kuning ialah kerajaan. Hanya kereta Puteri
Tiang Lok, ia tidak tahu yang mana"
Dengan m larikan kudanya, Mo Lek me lewati beberapa buah
kereta Disaat ia hendak menanyakan orang kebiri tentang
kereta tuan puteri, tiba-tiba disisinya lewat sebu ah kereta dari
mana ia mendengar suara yang merdu ini: ,,Encie, kau lihat!
Bocih itu tampan sekali" Aku belum pernah melihat dia! Ah,
apakah dia siewie yang baru."
Lantas sianak muda menoleh. Lantas juga ia melihat dua
orang perempuan yang romannya cantik tetapi centil, la heran.
Kata ia dialam hati: ,,Aneh! Kenapa mereka begini merdeka"
Mereka tidak tahu malu!
Ketika itu Oe-bun Thong mengajukan kudanya. Ia
membungkuk diatas kuda, terus ia kata kepada dua orang
wanita itu. Inilah Houw Gee Touw-oet Tiat Ceng yang baru menerima
pangkatnya, ia baru bertugas jadi ia belum tahu segala aturan
di dalam istana, harap hujin berdua suka memaafkannya."
temudian ia herpaling pada Molek untuk berkaca: ,,Tiat Ceng
lekas kau menjalankan kehormatan! Ini Han Kok Hujin dan ini
Kok hujin. Baru sekarang Mo lek tahu bahwa kedua nyonya itu ialah
kakak-kakaknya Yo Kui Hui.- Ia merasa menyesal berbareng
jemu. Katinya didalam hati: ,,Banyak menteri tidak dapat turut
menyingkir, tetapi apakah jasanya segala saudara laki-laki dan
perempuan dari Keluarga Yo ini maka mereka dapat ikut
dilindungi olehku?" Memikir demikian, ia mengasi dengar suara
"Hm! " lalu terus berkata: "Maaf, hujin berdua ! , Aku menerima
perintah untuk melindungi tuan puteri karenanya tak dapat aku
melayani kamu!" Dan ia menyabat kudanya buat di kasih lari
kedepan. Ia tidak menoleh !agi.
Kedua nyonya besar itu menjadi malu dan mendongkol
hingga paras mereka berubah.
Oe-bun Thong menyusul Mo Lek berkata: "Kedua nyonya
mempunyai kekuasaan jauh terlebih besar dari pada tuan
puteri, kau tahu atau tidak?"
"Aku tidak tahu" sahut Mo Lek, mendongkol. "Jikalau kau
tahu pergilah kau yang layani mereka itu!
Oe-big Thong melengak lalu ia teria-tawa.,kawan cilik
tabiatmu keras katanya.
Tapi kau juga mempunyai kebenaranrnu. Tuan puteri baik
sekali terhadapmu, nah pergilah kau membaikinya!
Tapi Mo Lek menjadi gusar sekali kata dia keras , Aku
siorang she Tiat, aku belum pernah mengarti tentang menjilatjilat1
Oe-bun Ciangkun. jangan kau ngaco-belo! " Oe-bun thong
menjadi jengah sekali parasnya menjadi biru dan merah, Toh ia
memaksakan diri untuk tertawa
,Tiat tauwut aku bicara untuk kebaikanmu! katanya


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian. , Kau tidak suka menerima kebaikan, baiklah
terserah kepadamu aku si orang she Oe-bun, tak dapat aku
mengurus kau!" Ia lantas berlalu lapat"lapat terdengar dia
tertawa dua kali. Mo Lek maju terus. Ia menemukan seorang
kebiri ia minta keterangan tentang keretanya tuan puteri.
"Itulah yang tendanya bundar kereta menerangkan.
Ia lantas menyusul kereta itu, setelah menanjak dengan
terpaksa ia berkata: "Kong cu. Tiat Ceng bersadia akan
menerima segala perintah"
Tiang Lok Kongcu menyingkap sedikit tendanya, ia
memperlihatkan wajahnya yang bersenyum.
"Tiat Ceng, apakah kau bersilih dengan Oe-bun Touwut?"
tanyanya. Merah mukanya anak muda ini, ia jengah.
"Tidak apa-apa," sahutnya. Lantaran suara orang berisik
sekali, kami bicara dengan sedikit keras?"
Tiong Lok tertawa. Ia tidak mengatakan aoa-apa lagi kecuali
memesan supaya pahlawan ini terus mendampingi keretanya
jangan dia memisahkan diri jauh-jauh Lewat belum lama, Tiang
Lok melongok pula.
"Apakah kau kenal Ong Pek Thong?" tanyanya.
Parasnya Mo Lek berubah, hingga sekian Lama ia ragu-ragu
untuk menjawab.
Puteri itu mengawasi, kembali ia ter tawa.
"Dia pemberontak, kau menteri palawan yang berjasa,"
katanya, "taruh kata kamu kenal satu pada lain, itulah tidak ada
sangkut pautnya, maka itu, kau bicaralah dengan terus terang."
Mendengar demikian, terpaksa Mo Lek menjawab.
"Tidak berani aku mendustai kongcu" sahutnya "Ong Pek
Thong itu musuhku!"
Tioag Lok kongcu melongoh.
"Ong Pek Thong iiu berandal besar tukang merampok sambil
menyerbu," kata Mo Lok. . keluargaku justeru telah dibinasakan
dia! Tentang anak perempuannya, aku kenal dia dan diwaktu
aku masih mengembara. ketika itu aku masih belum tahu dialah
a-naknya musuhku itu, baru kemudian aku me ngetahuinya.
Aku melihat sepak terjangnya anak itu beda dari pada ayah dan
kakaknya karenanya itu, aku tidak memusuhkan dianya.
Walaupun demikian diantara kita tidak ada bicara dari hal
persahabatan. "Oh begitu. Nyatalah kau seorang yang dapat melihat tegas,
yane bisa membedakan budi dan sakit hati. Memang, seorang
yang berbuat, seorang yang bertanggung jawab Ong Pek
Thong yang bermusuh denganmu, Jidak selayaknya anak
perempuannya yang memikul tanggungan."
Dengan mereka berbicara, sampai Tiong Lok Kongcu
menanyakan tentang ilmu pedang Ia memberitahukan halnya ia
belajar silat pada Kong Sun Tay Nio. Setelah itu ia minta
pengiringnya ini suka memberikan ia pelbagai petunjuk.
Kongsun Tay Nio menjadi ahli pedang nomor satu,
kepadaiannya mengatasi kepandaiannya Toan Kui Ciang, tetapi
puteri ini . . , simurid . . . kurang latihan karena nya dia belum
bisa bersilat, atau menggunai ilmunya itu, dengan sempurna.
Itulah sebabnya dia tak sanggup melawan Ceng Ceng Jie yang
liehay. Mulanya Mo Lek bicara dengan berhati hati ia menjawab
seperlunya saja, akan tetapi, kapan puteri itu bicara dari hal
ilmu pedang perhatiannya jadi sangat keiarik. Ilmu pedang
ialah ilmu yang ia paling gemarkan. Maka selanjutnya suka ia
melayani puteri itu dapat ia bicara dergan asyik.
Tiang Lok Kongcu mengulur tangannya menyodorkan satu
buah per. "Tiat Touw ut, makanlah buah ini. katanya. "Untuk
menghilangkan dahaga.
Terima kasih kongcu,*"sahut sianak muda- Puteri itu
menghela napas.
Satu buah per tidak ada artinya kata nya. "Tapi aku kuatir
sekali, seberlalunya dari kota Tiang-an ini. selewatnya sedikit
waktu untuk memakannya tak mudah lagi". " Mo Lek mengerti,
maka ia menjadi masgul, hingga air mukanya menjadi suram,
Tapi ia menghibur nona bangsawan itu.
"Legakan hatimu, kongcu," katanya ."kita cuma buat
sementara waktu saja menyingkir dari keadaan yang
mengancam Mesti datang harinya yang kita akan kembali
pulang . . . Disaat itu pemuda ini telah tak dapat merubah cara
bicaranya, ia melupai pesan Cin Siang, Ia bukan menyebut
tentang "kunjungan ke Barat" hanya "menyingkir dari bahaya.."
Syukur Tiang Lok kongcu tidak memperhatikan nya.
Tengah mereka asyik bicara. itu,seko-nyong-konyong
terdengar suara berisiknya rombongan serdadu Mo Lek segera
menoleh kebelakang. Maka ia lantas irelihat berkobarnya api.
Itulah perbuatarnya tentara itu yang telah membakar sebuah
jembatan. Cahaya api membikin Baginda Hian Cong terkejut, la
menghentikan keretanya dan menanya apa sudah terjadi
"Itulah hasil pemikiran hamba " sahut Yo Kot Tiong "Hamba
menitahkan membakar jembatan supaya kita dapat mencegah
andaikata ada yang datang mengejar . -Hian Cong menghela
napas. , Rakyat pun ingin menyingkir dari orang jahat untuk
kehidupannya itu dibikin putus " "
Lantas raja memerintahkan Kho Lek Su mengepalai
sepasukan tentaranya untuk memadamkan api.
Yo Kok Tiong kena batunya ia membungkam.
Berjalan sekian lama, rraka orang lewatlah di " Co-Cong."
Itulah tempat yang menjadi gudang ramgsum kerajaan. Disana
raja melihat sejumlah serdadu dan opsir yang tangannya
mencekal ikatan-ikatan rum put, la perintah menghentikan
keretanya ia tanya apa maunya tentara itu.
Yo Kok Tiong yang menjawab pula. Katanya: "Di Co Cong
terkumpul banyak sekali barang makanan dan uang, semua itu
tidak dapat dibawa pergi supaya semua itu tidak sampai nanti
dirampas orang jahat hamba hendak membakarnya."
"Kalau memberontak tidak mendapat-kan apa-apa, tentulah
mereka bakal lebih menyiksa rakyat," katanya. ,,Baiklah semua
itu di biarkan supaya mereda yang mendapatkan, agar rakyat
tidak di tambah kesengsaraan dan penderitaannya.
Maka Kha Lek Su kembali diperintah membubarkan opsir dan
tentara itu. Kemudian kereta dijalankan terus.
Tiar Mo Lek menyaksikan dua peristiwa itu, hatinya jadi
bekerja. "Teranglah Seri Baginda masih menyayangi rakyat," pikirnya.
"Adalah Yo Kok Tiong yang tidak menghiraukannya. Kalau
ternyata negara bercelaka ditangannya kawannya Yo Kok Tiong
ini. Mo Lek tidak ketahui siasatnya kaisar Di saat berbahaya itu
hati rakyat harus di ambil. Walaupun demikian siasat atau
bukan kenyataannya toh itu jauh terlebih baik dari pada
rencananya Yo Kok Tiong yang busuk itu.
Perjalanan dilanjuti terus Perjalanan ja uh tidak heran kalau
bekalan barang makanan tidak mencukupi. Memang mulanya
sejala apa tersedia lengkap segala kebutuhan masih bisa
didapatkan disetiap cempat yang dilewati. Tetapi lama-lama,
muncullah kesu litaanva. Lambat laun semua pembesar
setempat dan rakyat ketahui raja bukan tengah membuat
kunjungan hanva lagi menyingkirkan diri hati mereka itu
menjadi tidak tenang. kotaraja sudah ditinggal pergi, mere ka
menjadi berkuatir dan takut. Celaka kalau satu hari musuh tiba.
karena itu lantas mendahului pada mengungsi, kesudahannya
ini yalah, dikena dimana raja tiba, didalam sepuluh rumah
sembilan sudah kosong melongpong !
Lewar beberapa hari, tibalah rombong an raja diistana
peristirahatan di Ham yang. Itulah istana Bong Hian Kiong
"Bong Hian " berarti (menghadapi sicerdik pandai) ! Apa mau,
disini juga para pembesar dan serdadunya telah pada
menyingkirkan diri. Karenanya hari itu, sampai tengahari. para
pengiring raja belum makan sama sekali. Syukur setali tidak
semua rakyat pergi mengungsi.
Ho Ke Tayciangkun Tan Goan Lee sudah lantas menitahkan
tentaranya memasuki kampung, untuk mencari barang
makanan. Rakyat suka memberikan nasi kasar di-campurdengan
gandum dan kacang Bukan cuma para opsir dan
serdadu yang kemaruk itu, malah rombongan cucu pangeran
jnga memperebutkannya, memakannya dengan mencabak.
Maka sebentar saja habis sudah barang hidangan dari rakyat
itu. Raja memerintahkan memberikan uang kepada rakyat itu,
untuk membalas budi, atas mana, rakyat itu menjadi terharu,
banyak yang menangis tersedu-sedu. Melihat itu, raja sendiri
menepa airmatanya.
Seorang tua diantara rakyat, yang rambutnya sudah ubanan,
bertindak maju dengan targannya menenteng sebuan rantang
sejumlah serdadu lantas merangsak, untuk mengambil isinya
rantang itu tetapi dia menolaknya dia kata: Aku hendak
menghaturkan ini kepada Seri Baginda Raja! lsinya rantang itu
ialah nasi kasar Raja mana dapat makan barang makananmu
ini" kata seorang sendadu "Lebih baik kau kasihan kepada
kami!" Atas itu sirakyat tua itu berkata keras: Dengan ini heedak
aku membikin ja mcnpi-.safi penderitaan ! Aku pula ada bicara
untuk Seri Baginda! "
Heran o ang tua ubanan itu, tenaginya besar luar bia;a. Dia
dapat mengundurkan sekian serdadu itu, dia bertindak dengan
gagah. Para serdadu itu pada terpelanting.
Cis Siang mendengar suara berbisik itu, ia menoleh untuk
melibat, lantas ia bertindak menghampirkan. Segera juga ia
menjadi kaget. ,,Oh, Kwe Locianpwee, kiranya kau!"
Orang tua itu yalah Kwee Ciong kin, dimasa mudanya ia
menjadi seorang gagah pengembaraan, setelah berusia
setengah tua, ia mengundurkan diri, kepandaiannya diwariskan
pada seorang muridnya yang telah mendapat nama melebihkan
namanya sendi ri. Murid itu yalah Touw Pek Eng, yang
namanya hampir sama terkenalnya seperti Toan Kui Ciang dan
Lam Cee In. Cin Siang kenal orang tua itu, maka ia terus
menanyakan maksud orang Akhirnya ia kata: Harap
loocianpwee menanti sebentar, akan aku laporkan dahulu para
Sri Baginda."
Hati Hian Cong tergerak mendengar ada orang rakvat jelata
hendak mempersembahkan barang makanan kepadanya seraya
katanya orang itu disuruh menghadap. Kata ia: "Kami malu
sekeli ! kami tidak bijaksana, kami membuat rakyat
bersengsrra, disaat kami terlunta lunta ini, ada rakyat yang
hendak mengantari barang makanan kepada kami.."
"Siapa yang dapat hati rakyat, dialah yang makmur! " berkata
Cin Siang. "Adalah untung besar dari Kerajaan Tong bahwa hati
rakyat masih belum lenyap!"
Mendengar itu, Hian Cong menyuruh panglimanya itu
memimpin Ciong Kin datang menghadap. Kata siorang tua.
Itulah makanan nasi kasar capur gandum dan kacang yang
menjadi barang makanan sehari-hari dari jelata, hamba mohon
Sri Baginda svka mencobainya Semoga k"lau kelak di-belakang
hari Sri Baginda makmur dan berbahagia pula, jangan Sri
Baginda melupakan kesengsaraannya arak negeri !
Tak dapat raja menelan nasi kasar itu. akan tetapi untuk
dapat mengambil hati rakvat ia paksa memakannya, bahkan
sengaja ia memuji. Katarya: Air tawarpun melebihkan arak
yang baik, maka itu nasi ini, tanda kecintaan dari rakyat,
melebihkan bararg hidangan paling lezat dari istana!
Mendengar itu Kwee Ciong Kin menangis. Ia berkata: Bukan
semenjak satu hari yang An Lok San menyimpan cita-cita mem
berontaknya yang jahat itu, hanya tadi-tadinya, kalau ada
orang ypng datang untuk bicara dari hal niat berontaknya itu.
Seri Baginda lantas membuangnya, itu seperti menganjurkan
pemberontakannya. Itulah sebabnya kenapa dijaman
dahulukala, raja yang bijaksana mencari mentri yang setia dan
pandai. Dijaman Song Keng menjadi perdana menteri, katakata
jujur diterima baik, maka negara aman dan sentosa. Tapi
sekaraag ini, menteri bicara jujur menjadi pantangan orang
cuma pandai bermuka-muka Seri Baginda tidak mengetahui itu
semua. Rakyat sudah mengetahui siaig siang apa yang bakal terjali
tetapi tidak ada jalan untuk melaporkan keatas Maka itu
terjadilah peristiwa hari ini -bagaimana sukar untuk menghadap
raja!" Kata-kata itu membikin pucat dan merah mukanya Yo Kok
Tiong dan lainnya yang mendampingi raja. Raja sendiri juga
sangat menyesal hingga ia membanting-banting kaki,
"Ya semua ini disebabkan kami tidak mengerti jelas,
sekarang mau menyesalpun sudah kasip," katanya. "Terima
kasih untuk kata-kata jujur dari lootiang.
Raja meloloskan ikat piiggang kemalanya, untuk dihadiahkan
pada siorangcua.
Mo Lek sudah lantas minta keterangan pada Cin Siang
tentang orang tua yang gagah dan jujur ini, maka itu setelah
Kwee Ciong Kin mengundurkan dari, ia menghampirkannya dan
kata. "Kwe Loocianwee ijinkan aku mengantar kau barang satu
rintisan" Ciong Kin tidak kenal opsir muda ini, ia heran.
Cin Siang segera mengajar kenal katanya : , Ini Tiat Touw-ut
baru saja tiba dari Kiu-goan. Baru satu bulan berselang dia
berkumpul bersama saudara Pet Eng yang menjadi
loocianpwee."
"Oh, begitu!" kata siorang tua. "Aku pun memikir untuk pergi
kepada Kwee Leng-kong."
Mereka jalan bersama Mo Lek mengantar bersama Cin Siang,
sampai sejauh lima lie. lapun memberitahukan hal iya Touw Pek
Eng ada ditempatnya Sin Thian Hiong di Kiam kee Nia. Selagi
mau berpisahan, ia ingai sesuatu, maka lantas ia berkata: "Loo
cianpwee, kalau nanti loocianpwee bertemu dengan Kwee
Leng-kong, tolong sampaikan halnya aku telah bertemu dengan
Ho Kun di Tiang-an. Harap locianpvee ingat nama Ho kun itu
yaitu Ho dari kiong-ho pemberian selamat dan Kun dari Kun
Lun San. Ho K.un itu mempunyai perhubungan erat sekali
dengan Oe kun Thong dari itu aku minta suka,ah Leng-kong
waspada terhadapi ya."
Kwe Ciong Kin memberikan janjinya, lantai mereka
berpisahan. Didalam perjalanan Kembali. Cin Siang minta penjelasan hal
sepak terjangnya Ho Kun itu Mo Lek menjelaskan segala apa.
Mendengar demikian, Cin Siang jadi mencurigai Oe-bun Thong.
" Kalau begitu, baik kau jangan bicara kau awasi saja


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

padanya" kemudian ia pesan sianak muda.
Selewatnya kota Ham-yang, rakyat nampak semakin
menderita. Tenterapun mengalami perubahan ialah setiap hari
ada saja prajurit yang minggat, maka dalam beberapa h iri,
didalam sepuluh bagian, sudah ada tiga bagian yang kabur!
Pada suatu hari tibalah orang diperhen-likan Me Gui Ek. Tiba
tiba mereka disambut hujan besar dan badai hingga bendera
pada terlepas dari cekalan, kuda dan orangada yang terguling,
sampai tenda-tenda kereta bocor dan rusak. Hingga pakaian
orang menjidi tidak keruan macam. Orangpun tidak berdaya
untuk melanjuti perjalanan. Terpaksa mereka melindungi diri
didalam rimba. Kebetulan disitu ada sebuah kuil rusak, kaisar
dan keluarganya berlindung di situ. tentera dan lainnya mesti
berdiam di bawah pepohonan.
Celakanya hujan turun berlarut-larut sampai beberapa hari,
hingga air jadi me-ngembeng, jalanan rusak, jembatan pada
runtuh. Dengan begitu, orang maju tak dapat mundur tj^dak.
Perjalanan menjadi tertunda di Ma Gui EK. itu. Justeru itu
waktu ada dipermulaan musim rontok hawa udara dingin sekali.
Tentera semua menjadi tersiksa hawa dingin dan perut
keroncongan. Bekalan barang ma"canan dari kotaraja sudah habis, barang
makanan yang didapat dari rakyat disepanjang sangat
berbatas, sudah begitu, orasigpun harus menyediaka i nya
untuk dapur kerajaan dan rombongannya Yo Kok Tiong, yang
mesti didahulukan. Tidak ada lain jalan tertera menyembelih
kuda atau mencari lalap liar Tapi itu cuma bertahan buat
beberapa hari. Kuda habis, lalap pun ludas. tentara menjadi
menggerutu, hingga dari mana-mana terdengarlah suara
penasaran dari mereka itu.
Mo Lek mesti menderita bersama. Mendengar gerutuan
tentara, ia berduka sekali. Tentu sekali, tak dapat ia membilang
suatu apa. Pada suatu hari hujan berhenti. Tidak menanti sampai cuaca
terang, Mo Lek pergi mendaki gunung, untuk berburu. Ia
berhasil mendapatkan dua ekor mencak. Ia membawa nya
pulang untuk dijadikan sup, yang ia dahar bersama barisannya,
tentu sekali masakan satu kwali besar itu masih jauh dari pada
mencukupi! Orang berkumpul didepan api dapur. suara tentara itu
berisik. Sembilan dalam sepuluh menyesali dan menggerutui Yo
Kok Tiong bahkan ada yang mengumpat maki Yo Kui Hui
Ada pahlawan-pahlawannya Yo Kok Tiong, yang mendengar
suara itu akan tetapi didalam keadaan seperti itu mereka tidak
berani mencampur tahu, maka diam-diam mereka menjauhkan
diri berpura tidak tahu ..
.,Agaknya sudah ditakdirkan kita bakal terbinasa diluar
Kampung halaman kita." demikitn terdengar keluhan tentara
tentara itu," , maka itu tulang betulan" kita entah bakal
dipendam ditegalan liar atau gunung belukar yang mana .."
Dalam mendongkol tentara itu kangen kepada kampung
halamannya masing-masing entah siapa yang mendahului,
semua lantas menangis sedih sekali. Mo Lek gagah dan hatinya
teguh, tidak urung ia menjadi sangat terlaru, hingga ia jadi
berduka sekali.
"Tentara runtuh semangatnya begini macam bagaimana
andaikata mereka menghadapi musuh " pikirnya. Tentu
mereka, bakal musna tanpa kerana " i"
Seorang tentara tukang tetabuhan, yang biasa meniup
seruling, sudah lantas meniup alat musiknya itu. Ia
mendengarkan lagu kampung-halamannnya. Lantas seorang
pembesar, yang menjadi jurutulis yang muda menimpali
dengan menjanjikan sebuah syair dari Tu Fu yang bermaksud
sedih, tentang sasterawan Siu Sin dari ahala Selatan Utara yang
mengungsi ke See Gui dan Pak Cin akibat musnanya ahala
Liang dari Selatan hingga kesudahannya ia mati sengsara di
kampung orang. Tentara semua tidak tahu lelakonnya Siu Sin,
tetapi lagu sedih itu menggoncangkan hati mereka maka itu, ke
sedihan mereka jadi bertambah-tambah.
Mo Lek juga tak sanggup mendengar lebih lama tangisan
tentara itu, diam-diam ia menjauhkan diri, atau segera ia
diham-pirkan seorang dayang, yang keluar dari dalam rimba.
Dayang itu lantas menyapa ,,Tiat Touw-ut aku tengah
mencarimu. Tuan puteri mengundang touw-ut.."
Tiat Mo Lek heran.
,,Hari sudah jauh malam, diwaktu begini aku menghadap
tuan puteri, itulah tak leluasa," katanya ragu-ragu.
"Kongcu tidak ada didalam heng-kiong" kata dayang itu. ,,Ia
menantikan didalam rimba dibelakang itu. Kong-cu kata ada
urusan penting yang ia hendak bicarakan dengan touw-ut. Mari
lekas touw-ut menemuinya !"
Keluarga raja mempunyai aturannya sendiri sekalipun disaac
menyingkirkan diri sebagai ini dan tempat mondoknya raja me
rupakan^ sebuah kuil bobiok, toh tempat mondoknya itu masih
tetap disebut "heng kiong" atau balai istirahat. Dan disekitar
beberapa puluh tombak dari heng-kiong ini, tak sembarang
orang dapat dikasih datang dekat, cuma pada Liong Kie siewie
serta beberapa perwira lainnya yang boleh me-lttasukiriya.
Sekalipun rimba cibelakang kuil bobrok termasuk daerah
terlarang. Mo Lek bukannya Liong Kie siewie tetapi dialah Houw Gee
TOuw-ut, iapun menjadi hutongnya, yaitu wakil kepala dari San
Kie siewie, bahkan ia ditunjuk raja sendiri sebagai opsir
istimewa pelindung tuan puteri, maka ia dapat diajak memasuki
daerah terlarang itu dengan dipimpin dayang-
Mendengar halnya Puteri Tiang Lok mempunyai urusan
penting, hati Mo Lek berdebar. Ia ingat ialah pelindung puteri
dan puteri berhak memberi perintah kepadanya, karena itu, ia
tak perlu menghiraukan lagi keragu-raguannya. Begitulah ia
turut dayang itu.
Tengah hari itu hujan berhenti, sekarang diwaktu malam,
langit cerah. Sesudah mega buyar, rembulan pun jernih. Sejak
hampir sepuluh hari, baru malam ini orang menyaksikan si
Puteri Malam. Ketika Mo Lek sampai didalam rimba diantara sinarnya
rembulan, ia melihat Tiang Lok Kongcu dengan pakaiannya
yang sederhana berdiri seorang diri dibawah sebuah pohon
cemara tua. Ketika puteri itu menggapai, dayangnya lantas
mengundurkan secara diam-diam.
Dengan menekuk dengkulnya, Mo Lek memberi hormat.
"Tiat Ceng menghadap Kongcu," katanya "Entah ada urusan
apa Kongcu memanggilku ?"
Puteri Tiang Lok mengulur sebelah lengannya yang putih.
"Kaulah tuan penolongku, tak usah kau menggunai banyak
adat peradatan." katanya halus. Ia hendak memimpin bangun
pahlawannya itu, hingga Mo Lek menjadi bingungjekas-lekas
dia bangun berdiri, untuk menyingkir. Kata dia : "Terima kasih
untuk kebaikan Kongcu, akan tetapi adat-istiadat diantara
menteri dan junjungannya tidak dapat dihilangkan."
Alis lentik puteri itu berkerut.
"Disaat seperti ini, bagaimana kau masih menyebut adat
istiadat diantara raja dan menteri ?" katanya, perlahan dan
berduka. "Afakah tak dapat kau memandang aku sebagai
sahabatmu " Aku paling tidak menyukai yang dihadapanku, kau
menggunai segala aturan yang mengekang dirimu.
Dengan terpaksa Mo Lek duduk berendeng dengan puteri
raja itu. "Selama beberapa hari ini, kamu sangat menderita," berkata
Tiang Lok Kongcu.
"Asal Sri Baginda dan Kongcu sehat-walafiat, tak berarti apaapa
yang kami -derita," kata pahlawan yang gagah itu.
Tiang Lok menghela napas, kami yang menyusahkan kamu,
katanya. "Ah, disaat kacau seperti ini, hidup didalam keluarga
raja sungguh hal jang sangat tidak beruntung. Tiat Ceng, aku
jadi mengagumi cara hidupmu didalam dania Kangouw !
Umpama kata aku bukannya seorang puteri raja, aku juga ingin
merantau keempat penjuru negara, untuk mengikuti kau
mengembara. benar-benarnya."
Mo Tek mengangguk, ia menjawab : "Tentara tersiksa hujan
dan angin makannya tidak cukup pakaiannya tidak lengkap
jikalau mereka menggerutu sedikit, itulah hal yang tidak dapat
dihindarkan. Mereka juga mengerti, semua ini disebabkan
didalam istana muncul segala dorna."
Pemuda ini berlaku berhati-hati, ia tidak menyebut Yo Kok
Tiong. Tiang Lok menghela napas pula.
"Tidak dapat kau mendustai aku," kata nya. "Mereka itu
bukan melainkan menggerutu, mereka sebenarnya sangat
penasaran, hingga umpamakata hawa penasarannya itu sudah
naik sampai dilangit. Mereka membenci Yo Kok Tiong hingga
mereka menyesal tidak dapat makan dagingnya dan tidur diatas
kulitnya !?"
Mo Kek heran dan kagum.
"Kongcu, kau telah ketahui itu?" katanya.
"Siang tadi telah datang Ong Su Lee, Utusan tentara dari
Hoo-goan," katanya, .,Dia telah menghaap kepada Ayah sudah
lantas menanyakan urusan peperangan digaris depan. Sebelum
menjawab, dia menangis terlebih dahilu. Kata dia, semenjan Sri
Baginda berangkat, sema gat tentara menjadi berkurang. Ayah
tanya : "Apakah mereka menyesali kami sudah
meninggalkannya ?"" Ong Su Lee jawab : "Bukan. Mereka kata
sudah selayaknya Sri Baginda berangkat ke Barat karena untuk
keselamatan diri buat menjaga kesejahteraan negara, supaya
keraja an tidak putus turunan. Mereka hanya menyesalkan dan
penasaran terhadap menteri besar yang pernah menerima budi
berlimpah limpah dari Sri Baginda disaat genting dari negara
ini, tidak berani mengajukan diri guna melawan musuh,
sebaliknya melainkan membelai kepentingan diri sendiri,
bahkan dengan menggunai pengaruh Sri Baginda, sudah main
gertak sana gertak sini. Oleh karena itu asal Sri Baginda berlaku
adil dalam mengganjar dan menghukum, supaya yang, berjasa
dianugerahi dan yang berdosa dihukum, pastilah semangat
tentara itu akan | terbangun pula sendirinya. Mendengar itu,
ayah berdiam. Ayah dapat menerka siapa yang dimaksudkan
urusan itu. Lewat sesaat baru ayah berkata: "Aku tahu sudah,
kau setia dan jujur, kaulah tiang Negara. Maka Ong Su Lee
lantas diangkat menjadi Liong-yu Ciattouwsu dari Hoo See. Tapi
mengenai mengganjari yang berjasa dan menghukum yang
berdosa ayah tidak menyebut-nyebut sepatah kata juga "
"Tentang pemerintah mengajarkan atau menghukum aku
tidak berani sembarang mengutarakan sesuatu."kata Mo
Lek."Akan tetapi apa yang aku tahu ialah di dalam ka langau
Gie Lim tun orang oersatu hati dan bersatu pikiran dengan
pandangannya ialah semuanya mengharapkan utusan dari Hoogoan
itu ialah semuanya mengharapkan Seri Baginda
menegakkan aturan pemerintahan buat menyingkirkan segala
dorna dan sebaliknya mempercayai menteri-menteri arif
bijaksana. "Ong Su Lee tidak berani bicara terus-terang didepan ayah,
berkata pula Tiang Lok Kongcu."Hanya kemudian selagi hendak
berpamitan buat berangkat pulang, secara diam diam dia sudah
bicara dengan Hu-Kee Tay Ciangcun Tan Goan Lee.,,kata dia: "
Yo Kok Tiong telah membangkitkan kekacauan kejahatannya
sudah melampui batas, semua orang sangat membenci dan
bersakithati terhadapnya, maka itu kecuali dorna itu
disingkirkan pastilah rakyat bakal memisahkan diri. Atas itu Tan
Goan-Lee berkata; "Urusan ini sangat besar biarlah aku
mendayakannya dengan perlahan Jahan. Tan Goan Lee masih
malang kepada Yo kun Hu, dari itu tidak berani dia turun
tangan. Dia tahu aku sangat disayangi ayah, mungkin dia juga
mengetahui samar-samar bahwa aku tidak puas terhadap
keluarga Yo, maka dengan cara diam diam dia telah menemui
aku dan telah menyampaikan kata-katanya Ong Su Lee padaku
setelah mana dia minta aku berdaya untuk bekerja guna negara
buat menyingkirkan dorna itu. Habis apakah dayaku " Memang
ayah menyanyangt aku tetapi ia lebih mencintai Yo Kui Hui.
Ketika aku menyebut nama Yo Kok Tiong didepan ayah, ayah
menggeleng-geleng kepala dan menarik napas panjang lantas
ia melarang aku bicara lebih jauh. Ayah demikian ragu-ragu
maka itu aku kuatir sekali ! Cerajaan Long yang besar ini nanti
lenyap ditangannya keluarga Yo itu . . . "
Tiba-tiba saja darahnya Mo Lek bergolak. Ia kata "Conjcu
apabila kongcu memerlukan tenaga hamba sekalipun mesti
mati berlaksa kali, hamba tidak nanti menampik.
Baru Mo Lek berkata begitu, mereka lantas mendengar
batuk-batuknya sipelayan wanita dan sisi rimba. Tiang Lok
terkejut segera ia kata perlahan : "Ada Orang datang ! Pergi,
pergilah kau memikir dan mendayakannya, tetapi ingat, jangan
sembrono!"
Pelayan itu sudah datang menghampir-kan, maka dengan
dipepayang dia, Tiang Lok lantas berlalu kedalam rimba.
Hampir berbareng dengan itu, disitu ter dengar suara
tertawa berkakak dan orang yang tertawa besar itu lantas
muncul, Mo Lek melihat Oe-bun Thong. "Sungguh kau gembira
sekali, Tiat Touw-ut !" kata dia, tertawa pula. Adakah kau
seorang diri menggadangi si Puteri Malam disini ?" ,
"Aku lagi meronda ?" sahut Mo Lek cepat dan ringkas.
"Oh,, kau lagi meronda ?" sep itu me-negaskan. "Apakah kau
melihat orang yang mencurigai di dalam rimba ini " Barusan
aku pun mendengar suara orang " . . mari kita memeriksa
bersama !"
Mo Lek merasa tidak enak sendirinya, meski ia tahu tidak
melakukan sesuatu yang tidak pantas. Apa yang ia kuatirkan
ialah Tiang Lok Kongcu nanti ada yang ceritakan secara yang
tidak-tidak. "Terima kasih, Ce-bun Ciangkun, tak usah mau mencapaikan
diri." katanya. "Aku sudah memeriksa, aku tidak melihat
sesuatu yang mencurigakan.
Oe-bun Thong tertawa pula, suaranya nyaring. Habis tertawa
itu, mendadak ia ka ta perlahan : "Tiat Toaw-ut, apakah kau
tengah menantikan orang " Benarkah kau tidak melihat sesuatu
" Barusan aku melihat satu bayangan orang, dia mirip pelayan
nya Tiang Lok Kongcu."
Mo Lek percaya orang tidak memergoki si tuan puteri sendiri,
hatinya menjadi mantap*
"Jangan berkelakar, Oe-bun Ciangkun!" katanya. "Mungkin
mata kau kabur ! Kenapa aku tidak melihatnya ?"
Mo Lek kuatir sekali Oe-bun Thong memaksa hendak
mencari, siapa tahu mendadak panglima itu tertawa berkakak,


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habis mana dia kata : "Tiat Touw-ut, karena kau bukan lagi
menunggui orang, mari kau turut aku ! Disana justeru ada
orang yang lagi menantikanmu !"
Mo Lek menyangka orang maksudkan Tiang Lok Kongcu,
maka ia kata : ,,Oe-bun Ciangkun, sudah jangan kau main-main
aku . . . aku ?" Ia mau menerangkan bahwa ia tengah
melakukan tugas melindungi Puteri Tiang Lok, kalau tuan puteri
mau memanggil ianya, tuan puteri dapat menitahkan orang
kebiri, atau Oe-bun Thong sudah menyela, katanya sungguhsungguh
: "Siapa main-main denganmu " Siang-kok yang
menitahkan aku mengundang kau "
Heran Mo Lek. Yang dimaksudkan "Siang-kok" itu . . .
perdana menteri " ialah Yo-Kok Tiong.
"Apa ?" tanyanya menegasi. "Apa " Yo Siangya menantikan
untuk menemui aku?"
Lagi-lagi panglima itu tertawa lebar.
"Kau kaget rupanya!" katanya. "Haha Ah, anak, kau
sungguh beruntung ! Mari lekas turut aku ["
Dengan sikap sangat akrab, sep ini memegang tangan
orang, untuk ditarik.
Mo Lek masih ragu-ragu, tetapi segeia ia dapat menetapkan
hati. "Paliag juga aku mati satu kali ! pikirnya. "Buat apa aku
takuti Yo Kok Tiong " Dia mau menemui aku, ini justeru
ketikanya yang baik ! Biarlah aku menanti ketikaku untuk
membinasakan dia !"
Maka ia turut sep itu.
Yo Kok Tiong mendapat tempat dibe-lakangnya kuil, disitu
ada pintu lainnya bu at orang masuk dan keluar, terpisah dari
tempat raja atau puteri. Mo Lek diajak me masuki sebuah pintu
samping, disitu dikiri dan kanan lorong, penuh penjaga barisan
pribadi Y o Kok Tiong. Perdana menteri itu duduk seorang diri
di dalam sebuah ruang.
,,Tiat Touw-ut sudang datang!" Oe-bun Thong memberi
lapoian setelah dia menghadap orang besar itu.
Yo Kok Tiong tertawa menyeringai, memperlihatkan roman
dornanya yang licik.
"Bagus, bagus !" katanya, nyaring. "Tiat Touw-ut, kaulah
seorang menteri yang berjasa telah melindungi Seri Baginda !
Se benarnya aku ingin siang-siang menemui kau, sayang aku
mempunyai banyak urusan jangan, jangan kau menggunai
adat-peradatan ! Mari. mari duduk disini !"
Bukan main ramahnya perdana menteri ini, akan tetapi,
melihat dia, bukan kepalang gusarnya Mo Lek, hatinya panas
tak terkirakan, hingga ingin ia segera turun tangan
membinasakannya, atau tiba-tiba ia ingat pesan Tiang Lok
Kongcu untuknya sabar dan berhati-hati. Ia pikir : "Memang
rakyat sangat membenci Yo Kok Tiong ini tetapi untuk
membikin kebencian itu sirna paling baik biarlah Seri Baginda
sendiri yang menggunai uadang-uudang negara yang sah !
Atau lain jalannya yaitu semua tentara mendakwa dia
membuktikan kesalahannya, supaya dia dihukum mati secara
sah agar hati orang menjadi puas dan reda. Laginya dengan
adanya Oe-bun Thong disisi-nya, belum tentu aku akan berhasil
membunuhnya. Taruh kata aku dapat membunuh dia,
penasaran tentara masih belum disampaikan ke atas. Biarlah
aku bersabar dulu."
Meski ia muda dan hatinya keras, pemuda ini tidak
sembrono, maka itu, habis berpikir demikian, dapat ia
menenangkan diri. Ia menghadap perdana menteri itu. sembari
memberi hormat, ia tanya : "Entah ada perintah apa maka
Siangya memanggil aku ?"
Yo Kok Tiong bersikap ramah.
"Aku paling senang dengan anak-anak muda yang pandai !
Katanya manis. "Tiat Touw-ut, ilmu silat kau liehay, kau juga
telah bferjasa melindungi Seri Baginda, maka asal kau dapat
membawa diri baik-baik pasti sekali hari depanmu tiada
batasnya ! Sekarang ini, pangkatmu cuma membuat kau
kecewa Kok Tiong bicara sambil melirik pemuda itu, ia
bersenyum sebagai juga orang tidak bersenyum. Ia sedikit
jengah karena atas kata-katanya itu, Mo Lek tidak mem-berikan
sesuatu pengutaraan.
Oe-bun Thong duduk dekat dengan si anak muda, dengan
sikutnya ia menyentuh sembari ia berkata : "Tiat Touw-ut.
Siang-ya berniat mengangkat kau, kenapa kau tidak
mengucapkan terima kasihmu ?"
Mo Lek berkata, dengan tawar : "Terima kasih untuk
kebaikan Siangya. Tiat Ceng bekerja kepada Seri Baginda dan
telah melindunginya itu semua sudah menjadi tugas
kewajibannya ! Bahwa Seri Baginda sudah begitu murah hati
melepaskan budinya dengan memberikan suatu pangkat,
rasanya itulah tidak selayaknya, itu bukannya hakku untuk
menerima oleh karena itu, mana aku berani menyebut kecewa
?" Yo Kok Tiong melengak sejenak, lalu ia tertawa lebar.
"Tiat Touw-ut, kau tidak temaha akan jasa, kau juga tidak
jumawa, sungguh kau mirip dengan jenderal-jenderal besar di
jaman purbakala !" dia memuji. Sikapmu ini membikin lohu
makin menghargai kau ! Akan tetapi kau haruslah mengenal
peribahasa yang mengatakan bahwa manusia itu mengharapi
tempat tinggi untuk memanjat dan air itu mengharap tanah
rendah untuk mengalir, karena itu, apakah kau benar-benar
tidak memikir untuk naik ke atas "
Kok Tiong mau menunjuki sikap akrab nya, maka sebagai
ganti kata "aku." ia me nyebut "lo-hu" " si Orang tua.
Mo Lek lantas menjawab, sederhana : "Siapa tidak berjasa,
dia tidak menerima ganjaran, oleh karena itu, walaupun
Siangya memikir buat mengangkat ku siorang she Tiat,
menyesal sekali, tak berani ku menerimanya."
Yo Kok Tiong mentafsirkan keliru kata-kata orang, ia
tertawa. "Tiat Touw-ut," katanya pula, "asal kau mengarti kebaikan
lo-hu, maka kita te lah menjadi orang dari satu rumah. Kau
tahu sang hari panjang sekali, dari itu tak akan menemukan
harinya untuk kau balas kebaikanku ini !" berkata sampai di
situ, perdana menteri ini m"eneruskan, dengan suara perlahan
sekali : "Katanya di antara tentara ada sir&ra yang
menyesalkan atau penasaran terhadap lohu, apakah kau
mendapat dengar itu ?"
Mo Lek segera juga mendusin. Baru sekarang ia mengarti
perdana menteri ini "mengundang" ia karena orang hendak
mem baikinya, supaya ia menjadi konconya. Ia menduga
tentulah orang sudah ketahui ten-tang perasaan tidak puas
diantara tentara yang lagi menderita itu, rupanya salah seorang
sievvienya telah memberikan laporannya, Ia berpura-pura tidak
tahu. Ia juuteru balik menanya :
"Benarkah ada hal demikian ?" pemuda ini balik bertanya.
"Piet-cit belum pernah mendengar itu. Entah mereka itu
penasaran bagaimana ?"
Mukanya Yo Kok Tiong menjadi merah Perwira muda ini
menyangkal, karena itu, mana dapat ia menjawab dengan
menyebutkan apa yang tentara bilang " Bukankah itu
dampratan untuk dirinya " Dasar ia licin, dengan lekas ia
mendapat pikiran. Maka ia kata : "Sekarang ini kita menderita,
ini lah untuk sementara waktu saja. Bahwa ada tentara yang
tidak puas dan jadi mengoceh karenanya, itu pun jamak, hal itu
tidak da pat dihindarkan. Loliu telah menerima ke baikan dari
Seri Baginda, yang menyayangi ku, tidak nanti Idhu dapat
meluputkan diri dari sirik hati dai kedengkian. Apa yang lohu
kuatirkan ialah ovang busuk nanti me ngadu biru dan bekerja
secara diam-diam dari dalam, Untuk membangkitkan
kegusarannya tentara terhadapku, supaya mereka
menentangku. Tiat Touw-ut, kau seorang pintar, jikalau kau
dapat bekerja untuk lohu lupakan kebaikanmu itu "
Md Lek terus berlagak pilo"n.
"Siangya, Tiat Ceng bodoh sekali, masih ku belum mengarti
maksud Siangya," sahutnya.
Kok Tiong melirik anak muda itu, terus sinar matanya pindah
kepada Oe-bun Thong. Dia ini mengarti, dia tertawa, lantas dia
kata pada Mo Lek ; "Tiat To"uw-ut apakah benar-benar kau
masih belum mengarti " Siangya menghendaki kau menjadi
mata-matanya Siangya ! Yaitu, siapa saja yang menentang
Siangya, apabila kau mendapat tahu, kau mesti lekas
melaporkan l" Bikan main panasnya hati Mo Lek. Pikirnya :
"Kiranya Yo Kok Tioag berani mengajak aku menjadi gundalnya
! Hm ! Hm ! Dia belum tahu aku siapa !" Ia baru mau
mengumbar hawa amarahnya atau ia terpaksa menundanya.
Ketika itu seorang kauw-wie bertindak masuk.
Melihat opsir muda itu. Yo Kok Tiong menjadi gusar. Ia
membentak : ,,Aku lagi bicara dengan Tiat touw-ut, aku tidak
mau menemui tetamu lainnya ! Bukankah aku telah memberi
pesan kepada kamu ?"
Kauw-wie itu lantas menekuk lutut. "Inilah Lie Kong-kong
bersama utusan dari Ouigour yang mohon menghadap," ia
memberitahukan.
Yang dipanggil Lie Kong-kong itu ialah thaykam yaitu oaag
Kebiri dari Tang Ki-ong keraton Timur. Dia bernama Hu Kok.
Diantara rombongan orang kebiri, dialah yang pengaruh dan
kedudukannya cuma berada di bawah KhoLekSu, Dia
mendapati kesayangannya kaisar maka juga diangkat Tang
Kiong lwee sie yaitu thaykam dnera-ton Timur itu.
Yo Kok Tiong melengak mendengar keterangan itu. Ia tidak
pernah menyangka bahwa yang datang itu Lie Hu Kok bahwa
bersama urusan dari sebuah bangsa asing Dengan setejap saja
lenyap sudah kemarah , annya. Sambil mengulaskan
tangannya, ia berkata: "Itau minta Lie *ong~kong bersama
utusan itu beristirahat dulu sebentar, di dalam kamar tulisku,
Bilang bahwa aku segera akan datang.
Mo Lek sementara itu bercariga. Pikirnya: "Dari mana
datangnya, utusan dari Ouigour dari segala ! Kenapa tengah
malam butarata ini mereka masih datang untuk mohon
menghadap " tni puia kuma sebuah kuil, rosokan, pitak Yo ini
telah menempati separuhnya buat tinggal saja maxih be urn
cukup, bagaimana dia masih mempunyai kamar tuli?" Kasihan
itu segala perwira yang mesti berdiam didalam tenda ! Lebih
kasihan lagi, semua tentara yang mesti tinggal di tempat
terbuka menderita gangguan hujan dan angin ! "..
Mendadak Kok Tiong berbatuk. ..Tiat Touw-ut ! " katanya.
Ya!" salut Mo Lek cepat sambil ia menahan amarahnya.
Kok Tiong tertawa, habis itu ia berkata "Tadi kita bicara
sampai dimana ya . Ya, aku ingat sekarang ! Kau menyebut
bahwa tanpa jasa kau tidak dapat menerima anugerah !
sekarang begini saja. Asal kau bekerja suneguh-sungguh buat
gunaku itu berarti kau berasa kepadaku, pasti aku akan mem
beri pangkat Kepadamu ! Baiklah ! Didepan taatamu sekarang
ini ada suatu kemuliaan b"sar luar biasa lagi menantikanmu. aku
tanggung kau tidak menyangka-nyangkanya Mo Lek gusar
berbareng heran ia jadi ingin mengetahui maka ia menahan
sabar sebisa- o^a. Kata ia: "Lebih dahulu aku menghaturkan
terima kasih buat kebaikan Siangnya yang sudak mengangkat
padaku, hanya aku masih belum tahu, kemuliaan be sar,
apakah itu yang lagi menantikan aku" " Yo K o c: Ton? melirik.
Dia tertawa. "Tiang Lok Kongcu menyukai kau, kau tahu atau
tidak ?" katanya. Haha ! Loo-hu telah mengetahui itu !
Hanyalah orang dengan martabat sebagai kau. tidak pantasnya
untukmu menjadi hu-ma menantu raja ! A-kan tetapi dengan
adanya loohu yang nanti membantumu, asal aku minta Yo Kui-
Hui, bicara dengan Seri baginda pasti SeriBagin da bakal
mengambil tindakkan istimewa un tuk menyampaikan cita-cita
kamu ! Nanti, tanpa menanya lagi tentang asal usul
keluargamu, tuan puteri tentulah bakal dijodohkan padamu !
haha ! Nah, inilah itu kemuliaan yang luar biasa yang kau tidak
sangka-sangka :"
Inilah siasat Yo Kok Tiong yang dengan sebutir batu hendak
meudapatkan dua ekor burung yang satu ialah untuk membikin
tunduk kepada ini anak muda yang jujur gagah dan berhati
Keras yang lain guna ia dapat membaiki Tiang Lok Kongcu supa
ya tuan puteri tidak menentang sepak terjang keluarga Yo Kok
Tiong telah menduga kalau Mo Lek sudah mendengar keterang
annya Mo Lek tentu bakal menjadi sangat girang, dia pasti akan
berlutut dan mengangguk-angguk. buat menghaturkan terima
kasihnya. Akan tetapi ia menerka keliru.
Mendadak muka si anak muda menjadi merah sebaliknya
dari pada bergirang dan hatur terima kasih secara hangat ia
justeru menjadi gusar.
"Siangnya, kau telah keliru melihat orang !" kata ia keras.
Habis sudah kesabar annya, hingga tak dapat ia menahannya
terlebih jauh, Memang Tiat reng mengharap kan kemuliaan
akan tetapi dia bukanlah o-rang bina dina dan tak tak tahu
malu sebagaimana yang kau terka, yang mengharap
mencari^kedudukan dengan jalan mengandalkan kun dan ikat
pinggang!"
"Kun atau kain rok wanita serta ikat pinggang berarti orang
perempuan. Dengan kata-kata itu, terang sudah diartikan
bahwa Yo Kok Tiong menjadi perdana menteri se bab dia
mengandalkan Yo Kui Hui, Tentu saja mendengar demikian,
perdana menteri ini menjadi gusar sekali.
"Tiat Keng ! serunya: "Kau . . . kau ". tidak tahu diri !"
Suasana lantas saja menjadi panas sekali Umpama busur
dan jemparing talinya sudah ditarik dan tinggal dilepaskan saja.
Justeru itu, waktu tiba-tiba terdengar jeritan aduh-aduh dari
dua orang serdadu, pengiringnya Yo Kok Tiorg disusul dengan
suara robohnya mei eka disusul pula dengan ini bentakan
hebat, ,,Minggir ! Minggir ! Akulah Lao Hek yang datang kau
tak usah melaporkan lagi !
segera terlihat orang yang menyebut di rinya. "Lao Hek" itu,
si Hitam yang tua, mandul diambang pintu. masuk kedalam
ruang itu, Dialah Oet-tie Pak yarg tangannya mencelat, rujung
emasnya, Kim pian-ang jalan dengan tindakan cepat, dan lebar,
sedang dibelakansnya tertampak Cin-Siang rekannya.
Yo Kot Tiong terperanjat, akan melihat dua orang panglima
itu. Dia menjadi perdana menteri itu artinya disebelah atas, dia
cuma ada satu orang, ialah raja dan di bawahnya ialah laksaan,
ialah semua menteri dan pembesar negeri, meski begitu terha
dap Oet-tie Pak, dan Cin Siang, dia jeri bukan main. Inilah
sebab, walau pun pangkatnya melainkan Cung-kun jenderal,
dua orang itu menjadi turun lagi dua orang, menteri besar yang
telah turut membangun kerajaan yang jasanya luar biasa besar.
Lebih lebih Oet tie Pek yang menjandaikan ruyung emasnya itu.
yang menjadi hadiah dari mendiang Kaisar Thay Cong yang


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tabiatnya keras sekali. Dia tidak takuti siapa juga. Sekarang
turunan Oet tie Kiong itu datang dengan romannya bermuram
durja bagaimana hatinya tidak manjadi kecil.
Begitu berada didalam, Oei tie Pek menyapu dengan
sinarmatanya keseluruh ruang itu.
,,Ha, adik Tiat, kau benar-benar ada disini, dia berkata
nyaring. Toh hatinya lega sebab dia dielihat saudara ini tidak
kurang suatu apa, hingga amarahnya lantat menjadi sedikit
reda Segera dia menghadapi Yo Kok Tiong untuk memberi
hormat sambil dia berkata. Maaf untuk kesernbronoanku dan
aku mewartakan lagi !"
Yo Kok Tiong cerdik luar biasa, dia sangat licin. Dengan
lantas dia tertawa terbahak. Dengan begitu dia mencoba
menyembunyikan kemarahannya Berteutangan dengan hatinya,
dia berkata Jie wie Ciang kun, kedatanganmu ini ada suatu
kehormar tan besar untukku ! Biiat mengundang saja
sebenarnya aku tidak berani. Aku justeru hendak memohon
maaf buat orang sebawa-hanku yang hingga sikapnya
mendatangkan kemurkaan Ciang kun, Loohu minta sukalah
jiewie memandang mukaku dan memberi ampun pada mereka
itu. Silahkan duduk. Mana orang, lekas menyajikan teh !
"Bagus, bagus !" Oei tie Pak tertawa lebar. Terima kasih.
Terima kasih ! Perutku si Lak Hek sedang kosong jikalau aku
minum tehmu yang harum tak sanggup aku ber tahannya, oleh
karena itu lebih baiklan un tuk aku tidak meminumnya !"
Yo Kok Tiong likat sekali tetapi dia masih berkata. Seri
Baginda membuat perjalanan pesiar ini ia membikin Jiewie
Ciangkun menderita banyak, syukur hujan sudah berhenti maka
tidak beberapa hari lagi pasti kita akan bebas dari
kesengsaraan ini.
Kata Oei tie Pak. "Kami menderita sedikit itulah tidak berariti
Yang syukur ialah kalau kau tidak turut menderita. Siangya."
Mukanya Kok Clang merah Dia malu. Tapi dia tidak
Kekurangan alasan untuk membuka mulutnya. Kata dia sengit:
Dasar pemberontak yang jahat dia sudah menerbitkan huruhara
! Sudah jalanan begini sukar, kita juga keputusan barang
makanan, dengan begitu loohu bersama Baginda mesti
merasakan kepahitan ! Jiewie Ciangkun entah ada pengajaran
apakah dari jiewie untukku loohu"
-oo00dw0oo- Jilid 25 Didalam hatinya Oe-tie Pak mencaci ,Dasar muka tebal !
Mengapa kau tidak mau menyebut bahwa kau menderita
bersama tentara"." Sebenarnya ia hendak mengatakan lainnya
yang lebih tajam akan tetapi Cin Siang mengedipi mata.
"Aku justeru hendak menanyakan Siang- ya," kata orang she
Cin ini, yang sabar dan pandangannya jauh. "Siangya
mengundang Tiat Touw-ut, ada urusan penting apakah yang
hendak dibicarakan ?"
"Tidak, tidak apa-apa!" sahut Kok Tiong cepat. ,.Dia berjasa
sudah melindungi Sri Baginda lohu belum pernah bertemu
dengannya, dari itu lohu mengundang dia untuk duduk dan
beromong-omong.
Berkata begitu perdana menteri ini melirik Tiat Mo Lek. la
kuatir orang nanti menceritakan segala apa hingga ia bakal
menjadi hilang muka. Syukur untuknya si anak muda bungkam.
Berkata Cin Siang pula : "Kalau tidak ada urusan yang
penting, kami justeru hendak bicara dengan Tiat Touw-ut. "Nah
ijinkan kami mengundurkan diri !"
Hatinya Kok Tiong berdebaran, dia justeru menyesal tak
dapat menyuruh orang pergi, maka perkataannya Cin Siang
sangat menggirangkan padanya, akan tetapi walaupun
demikian, dia masih berpura menahan, buat bicara lagi
beberapa patah kata, habis mana dia mengantarkan mereka itu
bertiga keluar.
Tiat Mo Lek membuka tindakan lebar, memperdengarkan
tertawa dingin. Diwaktu berlalu, ia tidak membuka suaia apaapa
dan juga tidak memberi hormat lagi kepada perdana
menteri itu, hingga ia membuatnya Kok Tiong mendongkol
bukan buatan, Baru sesudah berada didalam rimba ia membuka
mulutnya, buat bernapas guna melegakan dadanya yang pepat.
Bagaimana kamu ketahui aku berada ditempatnya Yo Kok
Tiong ?" demikian pertanyannya yang pertama.
Oe-tie Pak tertawa.
,,Tiang Lok Kongcu kuatir kau nanti dapat susah ia
menyuruh kami pergi untuk melindungimu !" sahutnya, la
tertawa ada artinya.
Memang Tiang Lok Kongcu tidak segera kembali ke
kamarnya, la bersembunyi di dalam rimba Hugga ia mendapat
dengar pembicaiaannya Oe-ban Thong dengan Tiat Ceng. Ia
menjadi kaget dan bingung mendapat tahu si anak muda
..diundang Yo kok Tiong Mulanya ia tidak tahu mesti berbuat
apa, syukur ia lantas mendapat pikiran, maka lantas ia
menyuruh seorang ke biri memanggil Oet-tie Pak dan Cin Siang
buat menitahkan mereka berdua pergi melihat. Ia mengajari
akal bagaimana mereka itu harus menemui si perdana menteri.
Oe-tie Pak tertawa pula.
Kongcu kuatir kau nanti dicelakai Yo Kok Tiong, ia kuatir
bukan main hingga ia duduk salah berdiri salah !" kata ia lagi.
Kelihatannya ia mengandung sesuatu maksud terhadap
dirimu !" Mukanya Mo Lek merah hingga telinganya panas.
"Oh Oe-tie Toako, tak dapat kau berkelakar secara begini!"
katanya, mencegah.
Simuka hitam tertawa pula.
"Kenapa tak dapat" katanya. "Aku pun tidak berkelakar !
Kongcu menjadi seorang puteri yang harus menikah, kalau ia
menikah denganmu, apakah halangannya " Eh. adik Tiat,
jikalau ia menjadi tuan pueri yang lainnya tidak berani aku
menganjurkan kau menikah dengannya. Tiang Lok Kongcu
adalah lain. Dia puteri yang cerdas yang mengerti segala apa,
sedang juga dia mengerti silat dan surat. Untuk kaum wanita,
dia lah seorang gagah ! Beruntunglah kau jikalau kau menikah
dengannya".
Terhadap Yo Kok Tiong. dapat Mo Lek mengumbar hawa
amarahnya. Terhadap Oet-tie Pak, tidak, Oet-de Pak juga
bermaksud sungguh-sungguh. Maka terhadap sahabat ini mau
ia bicara tenia terang.
.,Toako tidak tahu, aku telah mempunyai tunangan,"
katanya. Oet-tie Pak melongo, terus ia tertawa. "Dasar kau sembrono
! " katanya. "Siapa tidak tahu, dia tidak bersalah ! Saudara Tiat.
harap kau maafkan aku si Lao Hek yang telah salah omong ! "
Cin Siang sebaliknya menanya. "Saudara Tiat, siapakah
tunanganmu itu ".
Ialah anaknya Locianpwe Han Tam," Mo Lek
memberitahukan.
Dua-dua Cin Siang dan Oet-tie Pak ter tawa terbahak.
..Kiranya orang yang dikenal baik !" seru mereka berbareng.
"Memang nona itu menang banyak apabila dia dibandingkan
dengan Tiang Lok Kongcu !"
Kemudian Oe-tie Pak meneruskan : ,Aku tidak percaya Yo
Kok Tiong demikian baik hati. Tak perlunya tanpa maksud dia
mengundang kau datang duduk memasang omong disini !
Sebenarnya dia mempunyai arusan apakaft?"
Mo Lek mendongkol sekali, tapi ia beri keterangan.
"Dia menghendaki aku menjadi gundalnya" katanya sengit.
Lalu ia menjelaskan maksudnya dorna itu, yang telah
membujuk dan mengancam padanya. Ia hanya tidak se but
halnya Kok Tiong mau jadi comblang, untuk jodohnya. ,,Yo Kok
Tiong menjadi dorna Thian dan raky.it gusar palanya."kata Jm
Siang, ,,kalau dia tidak insaf dan berobah kelakuannya, entah
bagaimana n nti jadinya. Jangan jangan negara pun bakal
lenyap di- tangannya "
,,Tadi ada dua orang utusan dari Oui-gour datang mohon
bertemu dengan Yo- Kok Tiong toako atau tidak ?" kemudian
Mo Lek tanya Cin Siang.
,,Aku telah mendengarnya." sahut orang yang ditanya. ,.
Sebenarnya mereka bukan diminta untuk datang oleh Yo Kok-
Tiong" Kaisar Hian Cong terdesak oleh pem- berontakkan, ia tidak
berdaya, ia hendak minta bangsa asing untuk menindas
pemberontakkan itu. Dalam hal ini, dia tidak memikir panjang.
Begitulah ia minta bantu an bangsa Ouigour,maka bangsa itu
mengirim perutusannya yang terdiri dari dua orang anggauta
itu. Syarat yang diajukan bangsa Ouigour itu berat, kota atau
daeiah yang dia dapat dudukan wanita dan barang berharga
semua harui menjadi miliknya. Kaisar lantas bermupakatan
dengan Tan Goan Lee Wie dian So Gui Hong Cin dan lainnya,
semua menteri dan panglima itu menolak. Melainkan Yo Kok
Tiong seorang menyatakan setuju. Alasannya ialah. Janganlah
karena urusan kecil, kita menggagalkan urusan besar. Artinya,
biarkan bangsa asing itu merampas orang-orang perempuan
dan barang berharga kita, asal negara ketolongan.
Beberapa orang lantas mengikuti angin berobah haluan,
menyetujui pikiran Yo Kok Tiong itu, karenanya, kedua pihak
menjadi memperebut alasan, hingga urusan menjadi gantung
"Kalau begitu rupanya perutusan Oui-gour itu telah melihat
jalannya maka mereka mengambil jalan menghubungi Yo Kok-
Tiong," Cin Siang mengutarakan dugaannya. Tentulah mereka
mau minta bantuannya Yo Kok Tiong dan Yo Kui-Hui guna
membujuki Seri Bag"nda. Hin, dengan demikian, pastilah sudah
Yo Kok Tiang bakal menerima banyak uang dan permara.
Mo Lek gusar sekali. Kata dia teras: "Jikalau Yo Kok Tiong
tidak menghiraukan rakyat, rakyat juga tidak menghendakinya
lagi ! "Perlahan, saudara Tiat," kata Cin-Siang. "Segala apa biarkan
Seri Baginda yang memutuskan, kita sendiri tak dapat kita
bicara sembarangan. Jikalau ada orang dengar suaramu ini, kau
dapat di tuduh sebagai penghianat . . ,
Oet-tie Pak pun gusar.
"Cin Toako, apakah kau pun takut?" tanyanya. .Apakah
dapat kita membiarkan Yo Kok Tiong berbuat sesuka-sukanya
saja" Cin biang menyeringai sedih.
"Habis, apakah dapat kau membinasakan Yo Kok Tiong " "ia
balik tanya. "Dengan impianmu, kau cuma dapat menggertak
dia, apabila sampai terjadi benar benar sampai terjadi kau
menghajar dia, aku kuatir Seri Baginda bisa melupai jasa besar
leluhurmu ! Pangkat kita cuma Liong Kie Touw oet, tugas kita
cuma melindungi keselamatan Seri- Baginda, karenanya urusan
negara yang besar bukanlah urusan yang d pat kita campur
mengurusnya "
Oct tie Pak mendongkol sekali. Kata ia "kalau sampai terjadi
Yo Kok tiong menyentuh aku, biar aku mesti kehilangan jiwaku,
pasti, akan aku hajar dia!"
"Sudah, sudah! Cin Siang kata pula- "Jangan kita.
mengumbar saja nafsu-amarah kita ! Marilah kita tidur!
Habis mengumbar kemendongkolan itu, Oet-tia Pak pun
dapat menyabarkan diri
Sebaliknya dengan Mo Lek. Malam itu, pikirannya sangat
kusut, sampai ia tidak, dapat tidur pulas, la berkata didalam
hati: "Raja dengan Yo Kok Tiong menjadi sanak satu dengan
lain, maka raja tidak nanti menegur atau menghukum iparnya
itu, sedangkam para menteri jeri terhadap pengaruhnya
sidorna. Bahkan Cin Toako sungkan membangkitkan
kemarahan dorna itu. Ah, apakah benar sudah tidak ada daya
lagi untuk meny
Puteri Es 3 Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Pendekar Pemetik Harpa 26
^