Kisah Bangsa Petualang 2

Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Bagian 2


k-nya sering menderma kep? da kuil itu. Ia menumbang tinggal separuh
bersembunyi, selama mencari tempat kediaman An Lok San. Ia
datang ke rumah makan ini dengan maksud tujuannya itu. Ia
percaya ia akan memperoleh keterangan di tempat di mana ada
banyak hamba negeri. Untuk itu, mereka mesti membeli
pakaian yang lebih baik.
Ketika itu tengah hari, waktunya- restoran ramai. Pada meja
dekat jendela ada beberapa tetamu, satu diantaranya seorang
relajar usia pertengahan, yang dandanannya sederhana. akan
tetapi ia dihormati yang lain-lainnya.
"Roman orang ini beda dari pada yang kebanyakan, entah
siapa dia ?" pikir Kui Ciang. "Beberapa kawannya pun bukan
sembarang orang ?"
Tengah ia mengawasi orang itu, orang pun menoleh
kepadanya. .Pedang yang bagus ! pedang yang bagus" dia lau
memuji tiba-tiba tangannya menumbuk meja.
"Heran pelajar ini," pikir Kui Ciang, terkejut. .Pedangku
belum dihunus, dan sudah mengenali ?"
Orang itu terus menggapai dan kata : "Mari, mari!" ada arak
wangi, mari kita minum bersama, sampai mabuk l Untuk
bersahabat tak usailah main tanya she dan nama dulu ! Mari,
mari minum di sini, aku sekalian ingin pinjam lihat pedangmu!"
Biarnya ia orang Kang Ouw kawakan, Kui Ciang toh heran.
Pengalaman seperti ini baru yang pertama kali. Biasanya suatu
pantangan orang yang tidak dikenal yang meminjam lihat
pedang orang lain. Orang ini, Kui Ciang merasa, seperti
mempunyai pengaruh yang tak dapat ditolak. Tanpa pikir
pajang lag, ia menghampiri.
"Kau baik sekali, tuan, terima kasih !" ia kata. "Aku kuatir
pedangku ini tak berharga disebut pedang yang bagus, dan
cuma-cuma bakal mengotorkan mata tuan "."
Pedang ini pusaka keluarga Toan, mulanya didapat kakeknya
sebagai hadiah dari Jenderal Lie Ceng ketika kakeknya itu turut
berperang ke Barat, begitu di hunus, sinar pedang itu
bergemerlapan. "Meski bukan Kui Ciang atau Bok Shia "toh pedang ini luar
biasa !" kata pelajar itu tertawa "Kau datang dari mana ?"
"Dari Ya Ciu," sahut Kui Ciang.
"Oh, jauh !" kata lagi orang itu. "Jalananpun berbahaya !
Tanpa pedangmu ini, sukar untuk kau tiba di Tiang an ! Ah,
mengikat pedang ini, aku jadi ingat tentang petualanganku
semasa muda !"
"Sampai sekarang ini, kegemaran Haksu masih belum
lenyap!" kata satu tetamu, tertawa lebar.
Pelajar itu, yang dipanggil "Hak Su." suatu sebutan mulia,
tertawa. "Begitulah orang yang mengandali arak dari Seri
Baginda Raja !" katanya. Mendadak ia berbangkit, tangannya
menyentil pedang, terus ia bersenandung memuji pedang itu :
"Botol emas arak sepuluh ribu, penampan kemala isi masakan
selaksa tahil. Menghentikan cangkir melempar sumpit, tak
dapat dahar, menghunus pedang memandang ke empat
penjuru kosong belaka ?"
Belum ia berhenti bersenandung itu, maka seorang
berpangkat, yang jubahnya tersulam ular naga,
menghampirkan seraya berkata. "Tuan, tuan, mungkinkah
kau?""
Seorang tua, yang duduk bersama si pelajar, berkata
terperanjat : "Oh bukankah kau Gouw Su Ma " Lie Hak Su.
inilah Su Ma Gouw Kun dari ouw ciu, orang segolongan dengan
kita !" Kui Ciang heran, ia berdiam saja. Ia masih belum tahu, siapa
Hak Su ini. Pelajar itu tertawa pula, kembali ia bersenandung,
menyebut-nyebut Ceng Lian Kie Su, mendengar mana mana si
Suma tertawa dan kata; "Benarlah tuan Ceng Lian Kie Su,
sudah lama aku mendengar nama tuan, bagaimana beruntung
ini hari aku dapat menemukannya!"
Kui Ciang heran dan girang. Kiranya pelajar ini ialah orang
yang ia dan Su It Jie paling mengaguminya, penyair besar Lie
Pek yang kesohor!
Memang penyair besar itu, kecuali ilmu surat dan syair,
mengerti juga ilmu pedang. Kegemarannya ialah minum arak.,
bersyair dan bergaul mengamal. Ia memilih sendiri julukanya
itu Ceng Lian Kie Su Cerg Lian ialah Teratai Hijau, dan Kie Su
berani! pelajar aiau pembesar yang lak bertugas lag:, yang
hidup bebas dan damai. Sebaliknya orang menyebutnya Lie Tek
Sian, kaiena gerak-geriknya halus mirip dewa. Di masa
mudanya ia gemar pesiar membawa-bawa pedang mendaki
gunung Ngo Bie San Tay Heng San dan lainnya melajari
sungai-sungai besar meneicipi. juga arak wangi pelbagai kota.
Setibanya ia di kota Tiang an ini, karena diajar kenal dan
dipujikan Pit Sie Siauw Kam Ho Tie Ciang, namanya lantas jadi
tersohor, hingga ia dihormati segala pihak. Sampaipun Raja
Baginda Tong Hian Cong, mendengarnya dan, dengan cara luar
biasa, mengangkat ia menjadi Han Lim Hak Su serta ia sering
diundang ke istana untuk bergama sama memandangi bunga
bung?, mendengarkan tetabuan minum arak dan bersyair.
Maka taklah heran ia dihormati orang banyak. Dan tak heran
pula, ia mengagumi pedangnya Kui Ciang hingga ia
mengundang orang tak dikenal itu minum bersama.
Kui Ciang girang berbareng berduka. "Kalau Su Toako
berada di sini berapa girang nya dia! "pikirnya.
Lie Pek tertawa, sembari mengembalikan pedang orang ia
kata; "Hari ini aku girang sekali! sudah aku mendapat lihat
pedang bagus aku juga memperoleh kenalan baru ! Meski aku
minum sampai pusing! "Dengan tangan kanan menarik Kui
Ciang dan tangan kiri memegang Gouw Kun, ia mengajak me
reka itu duduk bergama di mejanya.
"Mari minum! mari minum! "katanya berulang-ulang, dan ia
menenggak araknya berulang kali juga. Kemudian ia
meloloskan sepatunya dan melemparkan kopiahnya sera ya
berkata kata pula. "Oh, oh. aku sudah mabuk! benar-benar
mabuk! "akhirnya ia mendekam di meja nampasnya
menggeros. "Ah, hebat! "kata satu pembesar dalam satu meja itu. "Benar
benar Hak Su mabuk bagaimana kalau seri Baginda memanggil
ia untuk membuat syair?"
"Jangan kau kuatir!" kata yang lain. "Kau tahu, dalam
mabuknya dia dapat menulis syair terlebih bagus lagi!"
Selama itu Kui Ciang telah belajar kenal dengan orang-orang
sesama meja itu Selain Su Ma Gouw Kun itu. s! orang tua ialah
Pit Sie Siauw Kam Ho Tie Cing, penyair juga, dan si anak muda
yang tampan bernama Cui Cong Cie, Seorang she Thio
bernama Hiok diaiah penulis pandai huruf model Co Jie. Yang
lain-lainnya juga cukup ternama. Untuknya sendiri Kui Ciang
menyambutnya nama palsu.
Selagi Lie Pek itu tidur, Ho Tie Ciang mengajaki sahabatsahabatnya
turun memasang omong bicara diri hal syair dan
menulisnya. "Sayang kau tidak siang-siang datang ke Tiang-An,"
kemudian kata Tie Ciang kepada Gouw Kan. "Bukankah di Ouw
Ciu itu terkenal araknya yang dinamakan arak Ow-teng-ciu"
Apakah kau bekerja disana untuk arak itu" Eh. ya, buat apakah
kau sekarang datang ke sini?"
,Aku datang kemari karena panggilan untuk menjabat
pangkat disini." Gouw Kun menjawab "Sudah lima hari aku
tiba tetapi aku masih belum peroleh panggilan untuk
menghadapi Seri Baginda"
Ho Tie Ciang heran. .,Seri Baginda jarang memperhatikan
urusan pemerintahan, mengapa kau boleh di panggil
menghadap" " ia tanya, hening sejenak lalu menanya; "Kau
pernah bertemu dengan Yo Kok Tiong atau tidak?"
"Tidak." ?"Kalau begita lekas kau sedia kan bingkisan
untuknya!" kata Tie Ciang tertawa. ia menambahkan; "Kalau
barang tak segera di siapkan, uang emas pun boleh, bahkan
lebih baik. Kalau perdana menteri kita itu melihat emas
berkilauan mudah untuk bicara dengannya."
Gouw Kun tertawa. "Beberapa tahun aku memangku
pangkat, sekuku kosong!" katanya: "Darimana aku memperoleh
emas taruh Kata aku mempunyai uang, apakah aku tak dapat
pakai itu untuk membeli arak" Kenapa aku mesti
menghadiahkan Yo kok Tiong?"
"Suma tidak tahu," Tie Ciang menjelaskan "Semenjak Yo kok
Tiong berkuasa, dia biasa menjual pangnar. Pembesarpembesar
kota, asal bukan orangnya, tentu lantas ditukar. Kau
dipanggil datang, inilan maksudnya, dan dia sekarang pasti lagi
menanti bingkisanmu. Siapa tahu kau kurang pengalaman?" Ia
tertawa dan kata pula: "Bagaimana kalau kita membantu
kepada kau" Mungkin sebab kau ternama baik, dia ajal ajalan
menukar kau dengan lain orang. Sekarang dia tentu
mengharapi madapmu. Asal kau memberi muka padanya, tentu
urusanmu beres!-"
Gouw Kun gusar. "Lebih suka aku hilang kopiah
kebesaranku, tak suka aku membaiki menteri besar itu!"
katanya."Baiklah kita jangan omongi pula urusan bingkisan!"
"Kau putih bersih, saudara Gouw, itu bagus," kata Tie Ciang.
Cuma kau tidak memikir jauh. Bagaimana kalau kau digantikan
orang yang tamak" Tidakah penduduk Ouw ciu bakal
mengeluh" Kami bukan menganjuri Yo kok Tiong, kami
memikirkan kebaikan rakyatmu! Sekarang ini pembesar yang
baik terlalu sedikit, maka itu. yang masih dapat, baiklah
dipertahankan....."
Kalau saudara Gouw tidak mau merogo saku, baiklah kata
Cong Cie. "Ada satu jalan lain yaitu coba bicara dengan Lie Pik
Sia. Dialah salah satu sahabat tukang minum arak. Dialah yang
Touw Hu puji dalam syairnya. Dia temberang dan royal tapi dia
juga jujur."
Gouw Kun menghela napas. "Ho Tay jin menasihati aku
menyayanyi penduduk OuW Ciu, itu benar," katanya," tetapi
keadaan begini buruk, hatiku menjadi tawar, Taru-h kata
sekarang aku mengirim bingkisan, berapa lama aku dapat
menjabat terus" Aku bukan tukang memeras rakyat, dari mana
aku dapat uang lagi nanti" Maka biarlah peserah kepada
Thian?""
Tie Ciang masih mau bicara pula ketika ia batal sebab ia
mendengar suara pelayan.
Suaranya hormat: "Oh Leng ho Tayjin, Hari ini Tayjin datang
lambat?" Melihat orang diperlakukan hormat demikian, Gouw Kun
tanya: "Dia berpangkat apa nampaknya dia agung sekali?"
Tie Ciang tertawa dan menjawab: "Mungkinkah dia
memangku pangkat dalam pasukan Ie Lim kun, sebagai
pahlawan pengiring Seri Baginda Raja Kau jangan pandang
ringan pangkatnya itu, dia sebenarnya lebih mewah daripada
kita. Tuan tuan besar pengiring Seri Baginda itu kebanyakan
langganannya rumah makan ini maka juga pelayan pelayan
sangat suka membaiki mereka?""
"Mungkin Lie Haksu hendak diundang ke istana," kata
seorang pembesar lain.Lantas terhibat tiga orang naik ditangga,
yang satu dandan sebagai opsir Ie Lim Kun, yang dua seperti
opsir biasa, pinggangnya dilihat dengan ikat pinggang emas
serta sepatunya sepatu peranti menunggang kuda. Rupanya
merekalah opsir tentara di tapal batas.
Si opsir Ie Lim Kun lantas berkata pada pelayan "Aku
membawakan tamu dua orang tamu agung. Inilah Gui Ciang
Kun dan ini Sie Ciang Kun. Lekas siapkan kami meja pilinan" "
Pelayan itu memberi hormat, lantas dengan cepat ia
memimpm mereka ke sebuah meja dekat jendela.
Bersama opsir Ie Lim Kun itu, yang dipanggil Leng ho Tayjin,
yang berpangkat touw itu, ada seorang opsir yang gemuk. Dia
melihat Lie Pek mendekam dimeja dan menggeros keras,
kopiah dan sepatunya terletak sembarangan di pinggiran, bauk
araknya keras sekali. Diapun melihat seorang lain, yang
kumisnya berlepotan air bak, lagi menggerak-geraki tangan dan
kakinya, menantang orang minum arak. Dia mengerutkan alis
dan berkasa: "Orang bilang inilah rumah makan paling tersohor
untuk kota Tiang an, kenapa di sini orang membiarkan si
mahasiswa rudin itu menggoler di sini?"."
"Stt!?" berisik Leng ho Tayjin sambil menarik tangan orang.
"Yang lagi tidur itu ialah Hak su Lie Ceng Lian yang paling
disayang Seri Baginda Raja."
Opsir itu terperanjat, ia lantas membungkam dan nampaknya
jengah, diatn diam ia menarik Lie Hak su serta orang yang
satunya itu Thio Hiok. Yang belakangan ini masih minum sambil
memasang omong dengan asyik lega juga hatinya mendapat
tahu orang tidak mendengar suaranya barusan.
Ketika itu Toan Kui Ciang sudah kembali ke mejanya. Tiat Mo
Lek lantas berkata perlahan padanya: " Dua orang itu ialah
orang orangnya An Lok San yaitu Gui San, Sue Sie Siong."
---ooo0dw0ooo---
Jilid 3 "Kau sabar, jangan terbitkan onar," Kui Ciang memberi ingat.
Ada tiga buah meja lain di ruang itu, yang ditempati anggautaanggauta
Ie Lim Kun, melihat pada Leng Ho Tayjin, mereka
pada menyapa. Leng Ho Tayjin sambil tertawa berkata pada
mereka itu : "Mari aku perkenalkan kamu kepada sahabatsahabat
baru ! Inilah Gui Ciang Kun serta Sie Ciang Kun, semua
berada dibawah perintahnya An Ciat touw su."
Semua orang Ie Lim Kun itu memberi hormat pada Gui Sin
Su dan Sie Siong. Mereka itu tahu benar, An Lok San ialah Ciattouw-
su yaag paling besar kekuasaannya atas tentara serta
diapun anak pungut Yo Kui Hui.
Selama mendengari maka Toan Kui Ciang ketahui touw ut
she leng ho itu bernama, Tahu bahwa kedudukannya diantara
semua hadirin itu ialah yang paling tinggi, maka juga semua
orang sangat menghormatinya.
Gui Sin Su dan Sie Siong, yang mengantar An Lok San,
karena An Lok San ditahan Yo Kui Hui di istana, dapat tempo
luang sampai sebentar sore untuk mereka memapak cukong
atau tuannya itu.
Toang Kui Ciang sementara itu berpikir : "Rumah makan ini
dekat dengan pintu Beng hong mui. Baiklah sebentar malam
aku datang pula kemari untuk menantikan, kalau naati mereka
ini pergi menyambut An Lok San, aku kuntit mereka , . . "
Tiat Mo Lek tak kuatir dia dikenali Sin Sa dan Sie Siong
karena perbuatannya me-colongi anak anak,sebab sekarang ia
dandan sebagai anak keluarga hartawan atau berpangkat, tak
lagi sebagai anak dusun. Dua orang itupun tak
memperhatikan lain lain orang karena mereka repot dengan
arak mereka serta beromong omong terus. Mereka lebih asyik


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengawasi si Lie Pek.
Toan Kui Ciang tidak berkuatir akan tetapi ia mau berlaku
berhati-hati. Maka itu ia anggap lebih baik ia lekas
meninggalkan rumah makan itu. Tengah ia mau memanggil
pelayan untuk membayar uang arak, justeru ada datang
seorang tetamu baru, yang lantas saja menanya dengan suara
keras : "Apakah Lie Hak Su lagi minum arak disini ?"
Dialah seorang opsir, yang lain seragamnya daripada
seragamnya Sin Sudan Sie Siong. Bahan kainnya bahan kasar.
Meski hawa dingin, dia memakai sepasu rumput. Dia membekal
golok panjang, yang sarungnya terbuat dari cula badak yang
mahal, model kuno Sarung itupun diikatkan runce benang
emas. Tanpa sarung mahal itu, dia mirip dengan seorang
serdadu rudin. Ketika Kui Ciang memandang orang itu ia terperanjat
Opsir itu berumur lebih kurang tiga puluh tahun, matanya
tajam sekali, kumis dan berewoknya kaku. Dia bermuka penuh
debu toh sifat gagahnya tak lenyap. Ia ingat satu orang
hanya ia masih ragu ragu . . .
Leng Ho Tat lak senang dengan lagaknya opsir itu. "He, kau
orang macam apa?" dia menegur. "Dapatkah kau menyebut Lie
Hak Su seperti caramu barusan"
Opsir itu tertawa. Dia kata : "Aku mencari Lie Hak Su, ada
apa sangkutannya dengan kau " Kenapa kau usilan?"
,Kau bicara keras-keras, itu artinya kau tidak kenal aturan
Sie Sione menegur. "Lie Hak Su lagi tidur nyenyak. kenapa kau
bikin banyak berisik" Melihat romanmu begini kasar tak
mungkin Lie Hak su mempunyai sahabat semacammu !" .
Tadi Sie Siong kenal Lie Pek, dia omong sembarangan, dia
menyesal maka sekarang dia bawa aksinya itu, sekalian
membantui Leng Ho Tat, dia ingin mendapat muka dari
pembesar kawan kasannyaHak Su itu. Dia pikir : .Kali ini tidak
nanti aku keliru melihat orang pula ! Jahanam ini tentulah tak
lebih tak kurang seorang opsir rendah di perbatasan. Mustahil
benar dia kenal Lie Pek !"
Tidak tiu saja, orangnya An Lok San ini mencoba
menghadang opsir itu, hingga dia menjadi gusar. Lantas dia
kata ketus : "Kau melihat orang dengan mata anjingmu !" tangannya
pun lantas menolak.
.Apakah kau mau bertempur ?" tanya Sie Siong, tertawa
dingin. Dia mengulur tangannya guna mencekal tangan orang
itu, niatnya memutar tangannya, supaya orang jadi buah
tertawaan para hadirin. Di luar dugaannya dia gagal, bahkan
dialah yang terdorong hingga terhuyung hampir menubruk
tanah! Leng Ho Tat terkejut, ia tahu Sie Siong ialah Kiam-kek, ahli
pedang, dari Ceng Ciu dan disebelah pedang, orang liehay
senjata rahasianya serta pandai menangkap tangan orang.
Siapa sangka, sekarang jago Ceng Ciu itu ketemu batunya.
Hcrarnya ia tak melihat gerakannya opsir perbatasan yang
rudin itu Sie Siong menjadi gusar sekali. Dia mau menghunus
pedangnya. Ho Tie Ciang lantas datang sama tengah.
"Lie Haksu itu luas pergaulannya. Sie Ciang Kun
menyayanginya, itulah bagus. Tuan ini"
"Aku she Lam !" Kata si opsir perbatasan. "Yakni Lam
Selatan dari empat penjuru timur barat, utara dan selatan!"
"Saudara Lam," kata Tie Ciang pula, "kaulah kenalan Lie Hak
su, harap kau tidak kecil hati atas cegahannya Sie Ciang Kun
ini. Benar-benar Lie Hak-su telah minum banyak arak sekarang
dia lagi tidur . . . ."
Sie Siong berdiam. Bagus Tie Ciang datang menyelak.
Sekarang dia mau menduga orang berpangkat tidak rendah.
Opsir she Lam itu memandang ke sekitarnya. "Itulah Lie
Hak-su yang tidur di meja " ia tanya.
"Tidak salah," sahut Tie Ciang. "Ialah Lie Haksu."
"Kau bikin banyak berisik, kiranya kau tidak kenal Lie Hak-su
!" kata Sie Siong, yang kumat mendongkolnya. Dia tidak
menyangka opsir ini tidak mengenali Lie Pek.
"Kapannya aku bilang aku kenal dia" kata opsir she Lam itu.
"Sebenarnya ada urusan apa tuan mercari Lie Hak-su ?"
tanya Tie Ciang, heran.
"Aku kenal seorang sahabatnya Lie Haksu, dialah yang
menitipkan surat untuk aku menyampaikannya," sahut opsir itu.
"Siapakah sahabat tuan itu?" Tie Ciang tanya pula, Ia
percaya, asal sahabatnya Lie Pek, tentu ia kenal atau pernah
mendengarnya. "Ialah sahabat she Kwee. Surat ini aku mesti serahkan
sendiri, tidak dapat aku pakai perantara lain orang."
"Belum pernah aku dengar Lie Hak-su menyebut sahabatnya
orang she Kwee?"" pikir Tie Ciang. Tapi ia pandai membawa
diri, sebab orang tak sudi menyebutnya, ia tidak mau
menanyakan lebih jauh. Tapi ia kata, manis: "Lie Hak-su tidur
entah sampai kapan, apakah kau ingin aku membangunkannya
" " "Tak usah ! Tak usah !" kata opsir she Lam itu. "Biar aku
minum disini sekalian menantikan sampai dia mendisin." Ia
lantas teriaki pelayan nyaring : "Bawakan aku arak putih lima
kati serta tiga kari daging kerbau ! "
Sie Siong melirik, romannya puas. Dia kata: "Bagus! nyata
mataku dapat melihat tepat! Dengan ini dia mau mengatakan:
"Kau lihat, apa aku bilang ! Lie Hak-su mana punya sahabat
semacammu " aku salah terka !"
Opsir she Lam itu lantas minum dengan bernapsu dan dahar
dagingnya dengan lahapnya ia tak memperdulikan sikapnya
orang. Sie Siong jadi berani, dia tertawa dan berkata pula: "Rumah
makan ini rumah makan paling terkenal untuk kota Tiang an
hahaha ! siapa sangka sekarang ada yang menganggapnya
seperti warung nasi di tepi jalan . . . !"
Orangnya An Lok San ini mentertawai orang hanya memesan
arak putih dan daging kerbau sedang di rumah makan itu ada
tersedia arak yang harum dan banyak macam makanan yang
lezat lezat. Kali ini opsir she Lam itu menggedruk-kan poci araknya dan
kata dengan keras : "Aku makan apa aku suka ! Dapatkah kau
usilan" Poci arak itu terbuat dari perunggu, karena digedrukkan
keras, melesaklah dia ke dalam meja !
Melihat demikian, semua orang heran. Sie Siong pun kaget.
Tapi dia mau memegang nama-nama, maka dia kata : "Kau
jangan berlagak ! Di sini bukan tempat bertempur, jikalau kau
benar kosen, beranikah kau berjanji untuk kita memilih suatu
tempat buat berunding ?"
Biar bagaimana, suaranya orang she Sie ini tak sekeras
semula. Opsir she Lam iiu tertawa dingin.
"Terserah kepada kau !" sahutnya, gagah "Pasti aku akan
melayanimu, Hanya aku mesti tunggu sampai aku telah bicara
dengan Lie Hak Su, baru aku akan menemui kau!"
Melihat kepandaian orang, Kui Ciang merasa pasti, katanya
dalam hati : "Tak salah lagi inilah benar dia ! Aku tidak sangka
aku bertemu dengannya disini." Meski demikian karena di situ
ada banyak orang, ia mau menanti ketiga untuk menyapa dan
berbicara dengannya.
Gui Sin bu ada bersama Sie Song akan tetapi selama aksinya
rekan iiu, dia berdiam saja, dia campak jeri. Kui Ciang melihat
lagaknya itu, mukanya pun pucat benar dia merabah gagang
goloknya, tak pernah dia menarik itu. Ia tidak nengerti, la
lantas menduga : "Tentu orang she Gui ini kenal orang she Lam
itu, mungkin mereka Bermusuhan, kaiau begini mungkin bakal
ada pertunjukkan yang menarik hati" ."
Sie Siong kata dalam hati kecilnya : "Kau boleh lihay ilmu
silatmu bertangan kosong tetapi dengan pedang belum tentu
aku dikalahkan kau !" Tengah dia hendak menetapkan janji dan
Ho Tie Ciang serta yang lainnya ingin datang sama tengah, tiba
tiba mereka mendengar suara genjoreng tiga kali, disusul
dengan ini kata-kata keras : "Firman Seri Baginda Raja !"
Dalam sekejap, seluruh lauwteng menjadi sunyi. Para orang
berpangkat lantas ber-bangkit untuk berdiri diam di pinggiran.
Cuma pemilik rumah makan yang maju, untuk menyambut,
seraya dia menanya hormat: "Selamat datang, tiongsu tayjin !
Belum tahu Seri Baginda Raja memanggil siapa ?"
Kejadian ini, bukan baru satu kali ini, pemilik rumah makan
itu dapat menduga yang dipanggil mestinya Lie Pek, akan tetapi
ia menanya untuk memperoleh kepastian. "Ti-ong Su" itu ialah
sebutan untuk thaykam, atau orang kebiri, yang ditugaskan
membawa firman, akan tetapi kali ini petugas pembaca firman
itu bukan thaykam hanya seorang pemain musik, Lie Ku Lian
namanya. Inilah sebab dia disayangi Raja dan diberi pangkat
pemimpin. Ho Tie Ciang dan yang lainnya kenal dia.
Lie Ku Lian maja ke depan ia tidak menjawab tuan rumah
hanya berkata nyaring: "Firman rremanggil lantas kepada Lie
Hak Su untuk menghadap Seri Baginda Raja di paseban Sim
Hiang Teng !"
Di belakang pembawa firman ini berada seorang taykam
yang membawa kopiah, jubah ikat pinggang dan Chio hut
untuk Lie Thay Pek.
Melihat Lie Hak Su lagi tidur, Lie Ku Lian tertawa dan kata :
"Kembali Lie Hak Su sinting ! Setiap Baginda Raja menghendaki
ia lantas menghadap, bagaimana sekarang " kebetulan Ho
Tayjin berada di sini. Tolonglah tayjin membantu
menyadarkannya !" Tie Ciang suka sekali membantu, maka
bersama pemain musik itu"ia menghampakan Lie Pek untuk
dikasi bangun. Tiba-tiba Lie Pek menolak dengan kedua tangannya , dengan
mulut mengeluarkan bau arak ia mengoceh; "Aku mabuk dan
ingin tidur, tuan pergilah!" Dan tanpa mengangkat kepalanya ia
tidur pula. Karena tolakan itu, Ku Lian dan Tie Ci ang, terhuyung hampir
jatuh. Ku Lian menyeringai dan kata: ,Ah. kali ini mabuknya
lebih hebat lagi! "Bagaimana?"
"Kita gototg saja!" kata Taykam, "Biar bagaimana dia meski
salin pakaian dulu! Eh pemilik hotel , lekas ambil air!"
"Untuk apa Seri Baginda memanggil Lie Hok Sun?" tanya Tie
Ciang pada Ku lian yang ia kenal baik. Sebagai Pit Sie Siauw
Can, ia pun menjadi pembesar yang selalu berdekatan dengan
Raja. Tahun ini kota Yang Ciu mengirim bingkisan pohon bunga
bouwtan banyak macam Lie Ku Lian menjawab. "Semua itu di
tanam di luar paseban Sim Hiang Tang, ditimurnya"
pengempang Hia Keng Tie. Hari ini bunga itu pada mekar,
maka Seri Baginda menitahkan menyiapkan santapan di
paseban itu, untuk berjamu bersama Yo Kui Hui. MesiK pun
memperdengarkan lagu-lagu tetapi Seri Baginda masih kurang
puas maka aku lantas di perintahkan membawa kuda Baginda
kuda Giok Hoan Cong untuk menyambut Lie Hak Su. Lihat
disana itu kuda Baginda sudah siap sedia!"
Ketika itu tuan rumah kembali dengan sebaskom air. Ku Lian
minta sabuk yang ia celup di dalam.air, setelah memeras sedikit
ia letaki itu di jidat Lie Hak Su. Ia pun perintah pelayan
mengambil empat lembar seko-sol, guna dipakai mengurung
Hak Su itu, Sam bil tertawa ia kata: "Syukur aku ketahui tabiat
Lie Hak Su, aku pergi lebih dulu ke Han Lim le mengambil
kopiah dan pakaian nya lengkap. Benar saja dia datang kemari"
dengan pakaian biasa.
Lie Pek dikurung dengan sekosol. Kui Ciang dan yang lainnya
tak dapat melihat apa yang dilakukan terhadapnya oleh Kui
Lian beramai, hanya tak lama ia mendengar suaranya Hak Su
itu! "Suasana begini indah. Aku belum puas minum! Syair
apakah yang Lharus dibuai?"
Lie Kun Lian terdengar berkata-kata tapi tak jelas, hanya Lie
Pek tertawa dan berkata pula: "Ha bunga-bunga bouwtan dari
Yang Ciu sudah pada mekar! Warnanya merah, ungu, kuning
muda, putih dan lainnya! Seri Bagindapun menyediakan arak
dari Li-tang Cit! Baiklah nanti aku pergi, untuk mencicipi!
Dengan memandang kepada bunga-bunga dari Yang Ciu itu
suka aku pergi ke sana! "
Lalu terdengar lantai papan lauwteng berbunyi, rupanya
disebabkan terlalu gembira, penyair jago minum arak itu sudah
me-nari-nari . . . Sebentar kemudian, Lie Pek sudah nampak
muncul diluar sekosol dengan pakaian rapi, akan tetapi ia tetap
berbau arak. matanya keriyap, jalannya limbung. Hingga ia
mesti dipepayang beberapa thay-kam.
Justeru itu si opsir she Lim bertindak kedepan orang. Lie Pek
menghentikan tindak kannya ia mengawasi, lalu berkata : "Oal
seorang yang gagah! Eh, kau " kau" kau"
Orang she Lam itu lantas berkata: , Aku datang .membawa
suratnya Kwee Leng Kong. aku justeru mau bertemu
denganmu?"
Belum habis kata-kata itu, beberapa thaykam menolak tubuh
orang seraya mengusir : "Macam apa kau" Lekas pergi!"
"Kurang ajar!" Lie pek membentak. "Kamu berani mengusir
sahabat karibku?" ia lantas mementang kedua tangannya,
hingga dua orang kebiri roboh terjengkang
Semua orang heran, seorang berpangkat berbisik pada rekan
disisinya: Aneh! tadi dia tidak mengenali Lie Hak Su, sekarang
dia jadi sahabatnya . ."
Habis menyingkirkan orang-orang kebiri itu, dengan tubuh
terhuyung, Lie Pek mendekati si opsir she Lam. sambil
menunjuk ia tertawa terbahak dan berkata: , Kau tidak kenali
aku" Aku justeru kenal kau! kau!".kau ".kau". kau tentulah
saudara Lam Pat! Ha-baha! setelah bertemu Lam Pat. siapa
kesu-dian memperduliksn pula segala Kui Hui " Mari. mari! Mari
kita minum pula!"
Lie Ku Liai menghampirkan opsir yang dipanggil Lam Pat itu,
ia menjura terhadapnya dan berkata dengan perlahan: "Seri
Baginda lagi menantikan Lie Hak Su, kau bantulah aku".
Lie Pek maju pula, tubuhnya terhuyung hingga ia mesti
pegangi meja. "Lam Pat! Lam Pat! mengapa kau tidak minum
arak?" Katanya "Eh, ya apa katamu barusan" kau menyebutnyebut
entah apa loo kong kong. "kau kata kau membawa
entah barang apa untuk . . . . Hihaha! kau Lam Pat, mengapa
kau menjadi ". pesuruh" Lucu! lucu! lekas bicara biar terang!"
Hak Su ini belum sadar benar, telinganya salah mendengar,
orang menyebut Kwee Leng Kong ia mengatakan. "Loo Kong
Kong. Lam Pat itu tertawa. "Nyatalah Hak Su orang sekaum dengan
kami! "katanya "Sekarang ini ada kuda Raja menantikan di
depan rumah makan, untuk membawa kau ke istana, taruhkata
kau menemani aku minum aku akan minum tak puas, maka itu
baiklah tunggu sebentar malam setelah tempomu luang, baru


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aku temani kau minum semalam suntuk!
"Bagus, "kata Hak su itu, ?"Kau benar! baiklah sebentar habis
aku bertemu dengan Raja baru aku menemui kau itu waktu
memang kita dapat minum dengan terlebih memuaskan !"
Ho Tie Ciang lantas nimbrung: "Lie Hak Su tinggal di
rumahku, asal#kau tanya-tanya rumah ke"uarga Ho dikota
Barat, pasti kau akan menemuinya !"
Orang she Lam itu menyahuti: "Tuan toh Ho Siauw Kam "
aku tahu! "ia ketahui maksudnya Tie Ciang yang meminta ia
membiarkan Lie Pek lekas pergi. Ia pun tahu riak Su itu la"i
mabuk tak dapat ia bicara banyak atau menyerahkan suratnya.
Lie Kun Lian bersama Tie Ciang semua memayang Lie Pek
turun dari lauwteng rumah makan untuk menuju ke istana. Dengan
begitu, kawan-kawan mereka lantas bubaran.
Orang she Lam itu menggeleng kepa a ia kata senang diri:
"Bencana tengah mengancam tapi di Istana orang kelelap
dalam pelesiran . . . Tiba tiba ia menepuk meja dan kaca
nyaring: "Sayang Lie Hak Su!. . . "Lan tas ia meneguk meneguk
habis araknya setelah itu, dengan melemparkan sepotong uang
perak, ia mau berlalu dari rumah makan itu.
Justeru itu Leng Ho Tat Dan Sie Si-ong menghampiri.
Saudara Lam tunggu dulu! " kata si orang she Leng Ho,
tertawa. Alis Lam Pat terbangun, "Ke mana?" tanyanya. Apakah
sekarang juga kita pergi ke cuali ini si orang she Sic apakah kau
pun ingin turut ambil bagian " " Ia menyangka orang rnau
menjanjikan pie bu bertanding mengadu kepandaian.
Leng Ho Tat tertawa. "Saudara Lam Pat, aku bukan mau
menjanjikan tempat dan waktu adu pedang! " katanya.
Lam Pat mementang matanya. "Bukan buat adu pedang"
katanya. "Habis mau apa kau menahan aku " "
Sie Siong maju setindak, dia memberi hormat. "Aku tidak
kenal kau, saudara," katanya, "tadi aku berlaku kurang hormat
padamu aku minta kau tidak buat kecil hati."
Lam Pat tertawa dalam hatinya , pikirnya : "Mereka tentu
melihat bagaimana Lie Pek melayani aku maka sekarang
mereka merubah sikapnya ini , . . ." Tapi ialah orang dengan
dada lapang, meski ia tak menghargai Sie Siong ini, sebab
orang telah minta maaf, ia tidak mau berpikiran cupat. Maka ia
tertawa dan kata : "Itulah urusan kecil, tak apa ! Oleh karena
Sie Ciang Kun tak ingin kita mengadu pedang, nah harap kau
mengijinkan aku pergi terlebih dulu !"
"Tanpa berkelahi orang tak berkenalan !" kata Leng Ho Tat.
"Saudara Lam Pat, tak ada halangannya bukan untuk kita
duduk-duduk dulu sebentaran ?"
"Tak berani aku menerima kehormatan itu !" sahut si opsir
she Lam "Dengan kata-katamu ini, saudara Lam, kau jadinya masih
kurang puas hati." kata Leng Ho Tat Tertawa.
"Saudara Lam Pat, kita sesama orang Rimba Persilatan," Sie
Siong menyela "Leng Ho Touw-ut paling gemar bergaul, maka
itu aku harap sandar" janganlah segan memberi pengajaran
kepadanya."
Lam Pat berkata dalam hatinya : "Dua orang ini mempunyai
ilmu silat yang baik, mengapa sikapnya menjemukan" tapi ia
duduk pula. Ia tanya, tawar : "Tuan-tuan, ada apakah
pengajaranmu"
"Memang ada yang kami ingin tanyakan kau, saudara
Lam.?" sahut Leng Ho Tat tertawa. "Barusan saudara
menyebut nyebu Kwee Leng Kong. Adakah ia Kwee Cu Gie
dari kota Kiu Goan ?"
Kwee Cu Gie itu kemudian berjasa besar hingga
dianugerahkan menjadi Pangeran Hun Yang Ong. Hanya ketika
itu ia masih menjabat Thoysiu atau residen dari sebuah kota,
hingga belum banyak yang mengenal namanya. Toan Kui
Ciang pun heran karenanya hingga ia berpikir : , Leng Ho Tat
menjadi touw-ut dari Ie Lim Kun dan Sie Siong punggawanya
An Lok San kalau mereka menghormati Lie Hat-su,
itulah pantas, Lie Hak su dihargai Raja. Kenapa dia
sekarang agak menghormati seorang thoysiu " Eatah orang
macam apa Kwee Cu Gie itu.
Lam Pat agak bersangsi, tapi toh ia menjawab. "Benar, orang
yang menitipkan surat kepadanu untuk Lie Hak su benar Kwee
Kun Siu. Apakan tuan-tuan kenal dia?"
"Ya," sahut Leng Ho Tat Perkenalan Lie Pek dengan Kwee Cu
Gie bukan sembarang perkenalan. Mulanya itu peristiwa
kebetulan. Pada suatu hari Lie Pek pesiar di batas kota Pian Ciu. Di sana
ia bersomplokan dengan serombongan serdadu bersenjataki n
toya lagi mengiring sebuah kerangkeng per-sakitan. Orang
yang dikurung itu, di matanya si penyair, beroman luar biasa, la
menjadi ketarik hati dan menanyakannya. Nyata orang itu
bernama Kwee Cu Gie, bekas pian ciang, atau punggawanya
Ciat-touw-su Ko Sie Han di Liong See. Dia ditugaskan menilik
sisa rangsum tentara, apa lacur serdadu se-bawahannya
sembrono, serdadu itu membikin rangsum itu terbakar habis,
karena dia yang bertanggung jawab, dia ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati. Sekarang dia bawa untuk menjalankan
hukumannya itu.
KweCuGie memberi keterangan dengan suaranya yang
ryaring umpama berkata seperti bunyi genta. Lie Pek
mendengarkau sambil mengasih jalan kudanya, mengikuti,
kemudian ia menanya tentang ilmu militer, ilmu silat dan kitab
perang. Kwee Cu Gie menjawab dengan cepat dan rapi. Dia
pun bicara dengan wajar, hingga tak mirip seperti orang yang
mau pergi ke tempat kematian-nya.
Lie Pek kagum dan heran, ia berpikir : "Tak sedikit orang
gagah yang kukenal, tetapi orang yang tepat menjadi
sastrawan utama dialah ini!" Maka dari itu ia tetus mengikuti
sampai ditempatnya Ko Sie Han, ia menghadap perwira tinggi
itu untuk meminta kan keampunan bagi Kwee Cu Gie.
Ciauw-touw su itu luas pardangannya. dia memang
mengagumi penyair itu, maka dia suka berbuat baik.
Permintaan si penyair diluluskan. Hukuman mati Kwee Cu Gie
dibatalkan, ia dibebaskan, lalu ditempatkan tetap dalam
pasukan tentara, untuk nanti ia membuat jasa guna menebus
dosarya iiu. Lewat beberapa tahun Kwee Cu Gie benar berhasil
mendirikan jasa, dari itu ia diberi pangkat thaysiu dari kota Kia
Goan itu. Lie Pek tahu sahabatnya iru mendapat kedudukan baik. ia
senang sekali, tetapi hal pertolongannya itu tak pernah ia
ceritakan kepada siapa juga, maka juga Ha Tie Ciang tidak
mendapat tahu. Kwee Cu Gie juga mendapat kabar halnya Lie Pek berada di
kota raja di mana dia disayang raja, hanya dalam kedudukan
mirip tetamu, jadi dia tidak dipakai untuk mengurus
pemerintahan sedang kawanan dorna lagi menguasai negara.
Ia peicaya, orang sebagai Lie Pek itu, tak nanti dapat hidup
selayaknya didalam suasana keruh itu, dari itu ia mau
mengajarnya untuk tinggal bersama. Demikian ia menulis surat
dan minta seorang sahabatnya menyampaikan suratnya itu.
Sahabat itu ialah yang Lie Pek menyambutnya "saudara Lam
Pat." Dialah opsir yang Kwee Cu Gie menjadikan pembantunya.
Dia anak yang ke delapan, nama benarnya yaitu Lam Cee In.
Untuk kedua wilayah Yan dan Tio (Hoopak dan shoasay), dia
terkenal sebagai Yu hiap, orang pengembara. Selama dua
puluh tahun, dunia kang ouw atau Sungai Telapak mengenal
dua jago, ialah sepuluh tahun yang pertama Toan kui Ciang,
dan sepuluh tahun kemudian, sesudah Kut Ciang
mengundurkan diri. ialah dianya. Selama di Kiu Goan pernah
dia seorang diri memukul mundur tiga ratus penjahat
perbatasan bangsa Kiang, hingga di-sana dia menjadi buah
bibir rakyat: "Lam Pat barulah laki-laki sejati!"
Atas pertanyaan Leng Ho Tat, karena orang she Leng ho ini
dipercaya benar kenal Kwee Cu Gie, Lam Pat memberitahukan
juga surat itu memang dari Kwee Cu Gie thaysiu dari kota kiu
goan itu. Diluar dugaan, mendengar jawaban Lam Pat, sambil
tersenyum Leng ho Tat kata: "Surat itu belum diterima olen Lie
Haksu, bagaimana kalau dikasi pinjam lihat sebentar padaku?"
Lam Pat melengak. Ia menjadi tidak senang.
Walaupun surat bukan surat rahasia, tak pantas orang
pinjam linat suratnya lain orang.
"Tayjin bergurau!" katanya. "Mana dapat surat lain orang
diberi pinjam lihat?"
Leng ho Tat tertawa dingin. Ia tanya pula: "Saudara Lam Pat,
barusan kau kata kau menyayangi Lie Haksu apakah artinya
itu?" Dari tidak senang, Lam Cee In menjadi gusar. "Jadinya kau
memeriksa aku?" ia tanya. "Hak apakah kau mempunyai?"
Leng ho Tat bersikap tenang. " Lie Haksu itu memperoleh
kebaikan budi Seri Baginda Raja," dia kata, "telah dikirim
tiongsu berikut kuda Seri Bagindi sendiri untuk menyambut!"
Dia ada demikian disayang, mengapa kau bilang dia harus
disayangi" Maaf aku yang bodoh, benar benar aku tidak mengerti!
Aku miita sangat supaya kau menjelaskannya."
Dijawab demikian, tidak dapat Cee ln membilang apa apa. Ia
menyabarkan diri. "Aku tidak mempunyai tempo untuk bicara
denganmu !" akhirnya ia kata. Sie Siong tertawa mengejek.
"Ada tempo untuk adu pedang, tidak ada tempo berbicara.
Benarkah ?" katanya. Leng-ho Tat berpura menyelak di tengah.
"Kau serahkan surat itu padaku," katanya. "Mari kita mencari
lain tempat untuk memasang omong. Akan aku tetap memperlakukan
kau sebagai sahabat."
"Hm!" Cee In mengasi dengan suara dingin. "Apakah kau
kira aku Lam Pat kena digertak orang " Jikalau aku tidak
serahkan suratku ini, bagaimana ?"
Tiba-tiba air mukanya Leng-ho Tat berubah. "Kau bekerja
untuk pembesar di perbatasan !" dia membentak. "Kau
mencoba membaiki seorang menteri istana ! kau juga
mengandung maksud hati tidak puas, kau menghina Seri
Baginda Raja ! Dosamu merangkap dua, apakah kau masih
memikir untuk merat ?"
Sejak tadi Toan Kui Ciang menonton saja, sekarang ia
menjadi heran bukan main. Tadi ia melihat Leng-ho Tat
menghormati Lam Cee In dan matur maaf, ia menyangka touwut
itu bangsa bina tukang mengumpak-umpak, karena Lie Hak
Su, dia mau menempel Cee In. Siapa sangka dalam tempo
sependek ini, dia mengubah sikap menjadi demikian getas dan
keras. Ia berpengalaman, ia toh heran.
Leng-ho Tat sudah lantas mengeluarkan senjatanya, yaitu
sepasang gaetan Hok-ciu-kauw, lalu dengan tipu silat
"Menggulung layar" dengan gaetan kiri dia menyambar dari
samping dengan gaetan kanan dia menggores ke dada !
Lam Cee In tidak menghunus goloknya, cuma dadanya
disedot, sebelah tangannya di ulur. Dengan begitu robeklah
baju didadanya hingga terdengar suara memberebetnya. Berbareng
dengan itu juga terdengar suara nyaring di telinga,
karena tangannya itu mampir keras pada sasarannya yaitu
telinganya si touw-ut !
Leng-ho Tat menjadi seperti kalap, Ia gusar tak kepalang.
Maka ia lantas mengulangi serangannya dengan beringas.
Masih Cee In tidak mengeluarkan senjatanya. Ia melayani
lawan dengan kegesitan dan kelincahan, ia main lompat berkelit
ke samping atau mundur. Kalau toh ia maju, tangannya
meluncur. Begitulah sampai tiba saatnya, selagi mengancam
dengan tangan kiri, ia cabut goloknya, untuk menyerang
dengan gegamannya itu.
Di saat itu Sie Siong maju, untuk menyerang, hingga pedang
dan golok bentrok keras suaranya berisik, lelatu apinya meletik.
Untuk kagetnya si orang she Sie, goloknya gugus ! Bukan
main kagetnya Sie Siong, yang terjulukkan Ceng-ciu Kiam Kek,
ahli pedang dari kota Ceng ciu. Tahulah ia bahwa lawan
menggunai golok mustika, yang tajam luar biasa. Ia tidak
takut, bahkan ia panas hati. Maka ia maju pula dengan mengubah
caranya bersilat beruntun tiga kali ia menyerang:
keatas, ketengah dan kebawah!
Juga Leng ho Tat mengumbar hawa amarahnya, Dia terlebih
gagah dari pada Sie Siong, sedang seumurnya inilah yang
pertama kali dia kena dicaplok orang. Maka dia menyerang
hebat sekali. Dia menggunai jurus " Gie thian wa tee" atau
menutuk langit menggiris bumi,?" Kebetulan dia berada
dibelakang lawan, laetannya menerkam punggung dan
menyengkeram dengKul dengan berbareng.
Justeru itu, Sie Sio.jg mendesak dari depan. Didalam
keadaan terancam itu, Lam Pat sudah mengasi lihat kecerdasan
dan kesehatannya. Ia seperti melihat lawannya mendadak ia
mene.idang dengan sebelah kakinya kebelakang seraya
tubulnya dejerunukan kedepan, untuk melindungi punggungnya
itu. Tepat sekali tendangan kakinya, yang naik dari bawan ke
atas mengenai tangan lawan yang mencekal gaetan itu!
Leng ho Tat kesakitan dan kaget, gaet-annya itu terlepas.
Dengan menjerunuk keie-pan, Lam Pat mengancam Sie Siong,
hingga punggawa itu mesti mundur, setelah maia, ia
mengangkat tubuhnya berdiri, untuk berlompat kesampingnya
Teng-ho Tat. Sembari lompat itu. ia tertawa.
Tiat Mo Lek menonton dengan perhatian. "Bagus," ia berseru
dengat pujiannya Ia kagum untuk tipu silatnya jago dari Yan
Tio itu. Ia baiu saja diajari Touw Leng Giok ilmu melawan
musuh didepan dan dibelakang, bagaimana harus
menyelamatkan diri, ia belum melatih sempurna, atau sekarang
ia melihat contoh yang bagus ini.
Lam Cee In mendengar suara pujian itu, ia sudah lantas
melirik. "Eh, itu toh Toan Toako?" katanya dalam hati.
Tepat ia berpikir itu, Cee In dibikin kaget oleh gerakannya
Gui Stin Su kawannya Sie Siong ini, yang semenjak tadi
berdiam saja, mendadak sudah mengangkat meja, sambil
berseru dia menimpuk, guna menghalang-halangi jalan.
Mata Cee In mendelik, dia berseru: "Bagus, ya! kiranya kau si
penjahat besar menjadi opsir tentera!"
"Ngaco belo!" Sin Su membentak. "Akulah Ciang Kun dari
Penglouw! Bagaimana kau berani mencemarkan namaku?"
Cee In melengak , dia bersiul, lalu dengan mendongkol dia
kata nyaring: "Tak ada bedanya pembesar negeri atau bangsat!
Pantas di-jaman begini negara kacau!"
Sembari berkata itu, dia lompat menyerang orang she Gui
itu. Sin Su terperanjat, mundur dua tindak.
Berbareng dengan itu, Sie Siong menyerang dengan
pedangnya1 maka dengan memutar goloknya, Cee In


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menangkis, membikin senjata mereka beradu, hingga pedang
terpental!"
"Berontak! Berontak!" Leng Ho Tat berseru berulang-ulang
"bangsat ini sudah menghina Pemerintah, dia mencemarkan
Panglima Perang! Dialah si pemberontak pengacau negara,
setiap orang dapat membunuhnya, mencincang tubuhnya!
Seruan itu berpengaruh, karena beberapa opsir yang
mengenalnya, lantas turun tangan membantui mengurung Lam
Cee In. Sebelum menghamba kepada An Lok San, Gui Sin Su
menjadi begal tunggal Satu kali di jalan besar Peng Ciu, selagi
membegal serombongan saudagar, dia bersamplokan dengan
Lam Pat. dia diserang, hingga gagal usahanya itu dan kena
terbacok satu kali. Karena itu. dia jadi mendendam sakit hati.
Ini pula sebabnya kenapa sedari tadi dia berdiam saja. Ialah dia
takut nanti dikenali Lam Pat dan nanti mendapat malu.
Sie Siong heran kawan itu tidak membantui dia ketika dia
pertama kali bentrok dengan Lam Cee Ia, ketika dia kembali kemejanya,
dia tanya sang kawan. Tidak berani Sin Su mendusta
pada kawan sendiri, maka pada kawan ini dan Leng ho Tat ia
tuturkan permusuhannya dengan Lam Cee In. Inilah yang
membikin mencari gara-gara, hingga akhirnya terjadilah
pertempuran itu.
Pada itu. Leng-ho Tat masih mempunyai satu maksud lain
Kwee Cu Gie cuma menjadi thaysiu. tetapi ia pandai mengatur
tentara, karena ia tidak mau menghamba kepada An Lok San ia
dibenci orang she An itu. Berbareng dengan itu. Lie Pek dibenci
Yo Kok Tiong, cuma Kok Tiong tidak bisa berbuat apa apa
disebabkan nama besar Thay Pek, yang pun lagi disayang raja.
Yo Kok Tiong sendiri tidak mendapat kecocokan dengan An Lok
San, keduanya saling berlomba mengambil hati. Di mulut
mereka baik, di hati mereka saling mencari jalan untuk
disayang raja. Leng ho Tat ketahui pertentangan diam-diam diantara Yo
Kok Tiong dan An Lok San itu ia memikir mencari jalan untuk
memperoleh keuntungan karenanya. Sekarang datang Lam Cee
In yang membawa suratnya Kwee Cu Gie untuk Lie Thay Pekja
mengasah otaknya Ia pikir: "Aku harus dapatkan suaranya
Kwee Cu Gie ini, tak perduli apa bunyinya, sesudah aku berhasil
akan aku haturkan itu kepada Yo Kok Tiong. untuk Yo Kok
Tiong mencari tukang munulis huruf yang pandai, guna meniru
tulisannya orang she Kwee itu, guna menuduh dia niat
berhianat dan berontak. Mungkin Seri Baginda Raja tak
mempeicayainyai sedikitnya dia dapat dituduh sudah
beisekongkol denganpi-hak luar, bahwa dia berkomplot sendiri
Soal demikian darat membangkitkan kebencian Raja. Maka itu,
taruh kata Lie Pek tidak diusir, kepercayaan atas dirinya pasti
berkurang. Kwee Cu Gie juga tentu bakal kerembet-rembet.
Dengan perbuatanku ini, aku bisa menempel Yo Kok Tiong dan
An Lok San berbareng. Bukankah dengan sekali pukul aku
memperoleh dua hasil?"
Sebenarnya Leng ho Tat ingin tarik Lam Cee In kepihaknya,
tetapi orang tidak sudi bersahabat dengannya, maka ia ambil
sikapnya yang keras itu sambil menuduh yang tidak-tidak.
Diatas lauwteng itu ada belasan serdadu le Lim Kun serta
pengawal istana, yang menjadi sahabatnya siorang she Lengbo,
mereka itulah yang maju demi mereka mendengar Leng ho
Tat berseru-seru itu.
Selagi orang dikepung, Leng-ho Tat berpikir pula : "Jahanam
ini menyatakan puasnya terhadap Pemerintah, dia juga
membawa suratnya Kwee Cu Gie bahkan dalam hal membawa
surat itu, dia sudah mengaku sendiri, maka kalau semua orang
disini menjadi saksi dipihakku. sekalipun dia dibunuh mampus,
tidak nanti, aku dianggap bersalah aku dapat melanjutkan
rencanaku."
Begitulah dia mengajuri ora ig menyerang untuk
membinasakan Cee In, hinnga Cee In menjadi terkepung hebat,
hingga ramailah suara senjata senjata mereka, ditambah dengan
terbalik baliknya kursi dan meja, terutama dengan jatuh
hancurnya piring mangkuk dan cawan arak. Sedang lain lain
tetamu, yang ketakutan semua lari serabutan menyingkir jauh.
Pihak pemilik rumah makan men jerit-jerit minta
pertempuran dihentikan, sia-sia saja jeritan mereka itu, hingga
saking takut, inerekapun pada menyembunyikan diri.
Lam Cee In menjadi sangat gusar, maka ia menyerang hebat
dengan goloknya. Setiap meja atau kursi, yang mengadang
dihadapan-nya, ia dupak mental, hingga ada tiga opsir yang
dibentur dan ketindihan meja hingga mereka terluka, sampai
sekian Lama mereka" tak dapat merayap bangun.
Leng-bo Tat juga maju lagi. Hebat dia mainkan sepasang
gaetannya. Sedang GuiSm Su, dengan tangan kosong, bersilat
dengan Kim Kong Ciang, tangan Kim Kongnya yang liehay.
Biar bagaimana, Lam Cee In kena terkurung, babkan
kurungan itu makin lama menjadi makin ringkas, hingga sukar
ia meloloskan diri.
Diantara pengawal istana, Lwee-sie wie. ada seorang yang
menggunakan senjata rahasia yaitu tiga batang paku Touw-kut
teng. Atas itu, Lam Cee In berkelit, atau lantas ia merasai
pundaknya teresngkeram keras seperti terjepit dengan jepitan
besi . . . Itulah serangannya Gui Sin Su. Cee In berkelit justeru
kesamping si orang she Gui. Dia segera mengulur tangannya.
Sie Siong melihat demikian ia girang se kali. Segera ia
bertindak maju, pedangnya diluncurkan ke kaki orang,
mengarah jalan darah Hoan tiauw di dengkul.
Juga Leng-ho Tat melihatnya, juga dia maju, dengan
menggerakan ke dua gaetan nva, hendak dia menggaet kedua
kaki musuhnya. Masih ada dua opsir lain yang lari memburu dengan golok di
tangan, berniat membabat kutung tangan orang.
Di saat Lam Cee In terancam bahaya itu mendadak Sie Siong
membatalkan tikaman-nya. Ia lantas menangkis ke belakang.
Itulah sebab memdadak ia mendengar angin menyambar di
belakangnya. Ia tahu pasti ada orang yang menyerangnya.
Dengan keras terdengar suara "Traang !" Itulah beradunya
orang she Sie ini dengan pedang penyerangnya. Lantas disusul
dengan suara nyaring lainnya. Hanya itu suara golok yang
terbabat kutung oleh pedang si penyerang itu, dan golok itu
goloknya seorang opsir lain.
Habis menangkis itu Sie Siong lantas me lihat siapa si
penyerang Ia telah memutar tubuh dengan sebat. Ia mengenali
orang adalah orang yang tadi minum arak bersama Lie Pek
ialah Toan Kui Ciang, orang yang namanya sudah lama ia
dengar akan tetapi dengannya ia belum pernah bertemu.
Toan Kui Ciang melihat Lam Cee In terancam bahaya, ia
lompat maju untuk menolong. Oleh kerena ia tidak dapat
membantu menangkis, ia menyerang orang she Sie itu, hingga
Sie Siong batal menikam terus pada si orang she Lam. Ia tahu
opsir itu liehay ia mergarah jalan darah cie tong di punggung,
ia menduga tentulah Sie Siong tahu dirinya dibokong, maka ia
sudah siap sedia. Begitu senjaia mereka bentrok, begitu datang
si opsir yang menggenggam golok itu, yang terus membacok
kepadanya, maka ia meneruskan menangkis sambil membabat
golok orang. "Sie Siorg !" kata Kui Ciang tertawa, kau harus belajar lagi
sepuluh tahun untuk ilmu pedangmu ini !"
Bukan main panas ratinya orang sbe Sie itu. Ia lantas
menikam ke perut orang yang dianggapnya takabur itu. Itulah
tipu silat "Bintang mengejar rembulan."
Kui Ciang berlaku sangat sebat. Ia menangkis. Begitu
menangkis, begitu ia menyerang, bahkan dua kali ia mendesak.
Sie Siong terkejut. Ia terdesak. Terpaksa ia menjatuhkan diri
ke lantai, untuk menyelamatkan dirinya, sedang pedangnya
diang-Ikat, guna menangkis Maka pedang mereka beradu
nyaring. Dua opsir lainnya maju menyerang Kui Ciang. Itu berarti
pertolongan untuk Sie Siong, Apa lacur, senjata mereka itu
kena dibabat kutung, hingga mereka tercengang, Sie Siong
berlompat bangun, dia pun bingung, keringat dingin
membasahi punggungnya. Tidak ia sangka musuh ini demikian
li hay. "Kui Ciang menaugkis serangannya seorang sie wie, setelah
itu ia lompat kepada siorang she sie, guna mengulangi
serangannya. Ia mendesak sampai lawannya itu repot.
"Kau ". kau siapa?" tanya Sie Siong yang menanya di luar
kehendaknya, Leng-ho tat juga gagal dalam percobaan nya menggaet
kakinya Lam Cee In. Mendadak ada sebuah mangkuk yang
terbang kea-rahnya, Tepat mangkuk itu jatuh di lantai te pai
kakinya sampai, maka ia kena menginjak nya.Mangkuk itu
pecah hancur dengan suara berisiknya ia pun terpeleset hingga
hampir ia menubruk lantai Ketika ia sudah mengangkat kepala
ia mendapatkan penyerang dengan mangkuk itu ialah seorang
bocah umur enam atau tujuh belas tahun, la heran berbareng
gusar. "Eh, binatang kau cari mampus?" ia mc negur dengan
bentaknya. Ia belum menutup rapat mulutnya, atau bocah itu
ialah Tiat-Mo Lek sudah heilompat sampai di depannya! Tentu
sekali ia tidak memandang mata Ia menurunkan gaetan kirinya,
ia mengangkat yang kanan untuk digeraki terlebih jauh.
"Kena!" ia berseru nyaring. Tiat MoLek membacok dengan
goloknya, golok itu kena disambut gaetan kiri, Inilah kehendak
Leng-ho Tat, untuk ia dapat merampas genggaman lawan.
Si anak muda terkejut, akan tetapi ia ti dak menjadi gugup.
Tentu sekali ia ingin me loloskan goloknya itu. Mendadak
kakinya menoker mangkok ditanah hingga mangkuk itu
terangkat dan menyamber ke muka orang Walaupun itu bukan
senjata rahasia Leng ho Tat, toh kuatir nanti kena di serang
maka ia berkelit, hingga mangkuk lewat disisi nya. Celaka
seorang sie-wie yang ocrada di belakang, dia terkena mangkuk
tanpa ampun lagi hingga kepalanya pecan. Dua wie-su lain
nyapun terluka pecahan mangkuk itu.
Gaetan kiri dari Leng-ho Tat, masih me nyangkel go"pknya
Mo Lek. Ia hendak membetot guna merampas golok lawan atau
sedikitnya membuat terlepas. Maksud ini tidak ke sampaian.
Telapak tangannya masih nyeri bekas ketendaug Lam Cee Tn
tadi. Mo Lek me-iiggunai ketikanya mi, dia menarik goloknya
sambil di putar, dia berhasil meloloskan nya setelah memapas
kuntug dua buah giginya gaetan lawan itu.
Touw-ut itu menjadi mendongkol sekali. Lawannya toh bocah
yang ia tak lihat mata-Maka ia maju pula dengan serangannya
yang bengis. "Liehay"! Tiat Mo Lek jerseru melihat datangnya serangan. Ia
berkelit, goloknya-pun diu rik pulang. Tetapi ia menarik pu-lan2
bukan buat mengundurkan diri, hanya justeru dengan sangat
cepat ia membalas menyerang !
Leng ho Tat kaget dan heran. Serangan itu di luar
dugaannya. Serangan itu serangan pedang tetapi lawan
bersenjatakan golok Pula ilmu silat yang digunai ialah satu jurus
dari Pat Sian Kiam, ilmu pedang Delapan dewa. Percuma dia
berkelit, lengannya sudah kena tergores lecet tiga dim
panjangnya ! Selama beberapa hari Tiat Mo Lek berada bersama Toan Kui
Ciang, ia telah di ajarkan ilmu pedang. Ia pun di janjikan akan
dicarikan pedang yang bagus, guna menggantikan goloknya.
Sekarang menghadapi lawan yang tangguh, dengan golok ia
bersilat dengan ilmu pedang maka itu menjadi diluar dugaan si
Touw-ut. Leng-ho Tat mendongkol bukan main. Syukur dia tidak
terluka parah. Sebenarnya dia hendak menghajar mampus
bocah ini, atau dia mendapat kenyataan Sie Siong terancam
bahaya. Kawan itu sudah terdesak Kui Ciang, kalau dia tidak
membantui, untuk menolongi bisa-bisa kawan itu menemui
ajalnya. Maka terpaksa dia meninggalkan si bocah, untuk
menghampirkan si orang she Sie.
Toan Kui Ciang tidak takut walaupun ia dikepung dua opsir,
bahkan sebaliknya, ia mendesak mereka itu, hingga sinar
pedangnya seperti menutupi kedua musuhnya.
Sementara itu Gui Sin Su girang sekali sebab ia telah berhasil
menyengkeram pundaknya Cee In. Ia caenggunai tipu silat
Houw Jiauw Kimra ciu, tangkapan Kuku Harimau, ingin ia
membikin remuk tulang pipe orang untuk itu ia terus
mengerahkan tenaganya. Mendadak ia menjadi kaget sekali.
Beda dari semula, ia merasa seperti menyengkeram besi tak
dapat ja meremasnya, Tengah ia kaget itu, Cee In berseru
mengguntur, tubuhnya Cee In diajukan sambil menyingkur,
maka maka di lain saat, ia terangkat dan terpelanting jatuh,
begitu keras hingga papan lantai gempur, hingga ia terjatuh
terus ke bawah lauwteng.
Di saat itu tibalah dua opsir yang mau mengeroyok itu. Cee
In berseru menyambut mereka itu, yang bergenjatakaii masing
ma-sing golok panjang. Setelah menangkis bacokan, ia
membalas. Dengan satu bacokan ia menabas kutung sebelah
lengan satu opsir, dan opsir yang lainnya dihajar kelenger dengan
belakang golok yang diteruskan dipakai menggempur !
Beberapa opsir lainnya kaget, hingga mereka berseru :
"Pembunuhan ! Pembunuhan !" mereka itu tidak berani maju
guna membantu rekan mereka.
Ketika itu Toan Kui Ciang berseru: "Mo Lek, jangan
membunuh orang ! Lekas angkat kaki!" Sambil berkata begitu,
orang sbe Toan ini meluncurkan pedangnya ke tangannya Leng
ho Tat. tepat ia menusuk, hingga orang kesakitan dan gaetan
terlepas dari cekatannya.
Di lain pihak, Lam Cee Ia telah berhasil memukul terlepas
pedangnya Sie Siong. Maka berdua mereka landas menggeser
tubuh ke dekat jendela.
Justeru itu terdengar Tiat Mo Lek berseru nyaring. Inilah
sebab ia mendapat lihat di mulut tangga muncul seorang opsir
yang tadi-tadinya ia belum pernah melihatuya, opsir itu hitam
mata dan kulit mukanya, tubuhnya tinggi dan besar, hingga dia
mirip malaikat. Ia tidak tahu orang liehay atau tidak, ia lantas
membacok. Ia hendak meryingkir; tak suka ia ada orang yang
menghalang-halangi.
Opsir itu melihat serangan sambil tertawa. "Bocah cilik, ilmu
golokmu baik !" dia memuji. Sembari berkata itu. dia bergerak
bagaikan kilat. Dia berkelit, dua tangannya bekerja : Tangan
kiri menyambar golok, untuk dirampas, tangan kanan
mencekuk tubuh orang, hingga Mo Lek lantas terangkat tinggi !
Itulah yang membikin si bocah berteriak. Toan Kui Ciang
kaget Ia melihat si opsir memutar tubuh Mo Lek dan sambil tertawa


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia berkata : Bocah ini besar nyali-nya ! Baiklah, aku beri
ampun padamu !" Meski demikian ia melemparkannya ke luar
jendela ! Kui Ciang sudah lompat menikam, la hendak mencegah
dilemparnya bocah itu pedangnya meluncur ke muka orang.
Opsir itu berani dan sebat, ia bukannya mundur hanya maju,
tangannya bergerak dalam jurus " Merogo saku mengeluarkan
barang. "Dengan lima jeriji yang kuat, ia hendak
menyengkeram jalan darah Kiok-tie dari si orang Toan.
Melihat hebatnaya tangan itu, siapa terkena bersamber
mestinya dia habis daya. To an Kui Ciang melihat serangan itu.
ia me nginsafi bahayanya. Tapi ia telah jadi mata merah.
Bukankuh Mo Lek sudah dibuang ke luar jendela" Ia menjadi
nekad. Maka ia berkelahi terus, ia menyerang hebat ke dengkul
opsir itu .ambil ia berteriak. "Bayar pulang jiwa sahabat cilikku!"
Oisir muka hitam itu tak menyangka orang berlaku mati
matian itu. Itulah hebat! umpama kata ia berhasil menjambak
Kui Ciang, dengkulnya sendiri bisa menjadi kurban dengkul itu
akan bercacad. maka tak mau ia mengadu jiwa. Terpaksa ia
membatalkan serangannya seraya ia berlompat ke samping
sedang dari muluinya terdengar tertawa serta kata-kata ini!
"Siapa membinasakan bocah cilik itu" kau lihat dulu biar jelas!"
Justeru itu dari bawa lauwteng terdengar suaranya Tiat Mo
Lek: "Kouwthio, apakah kamu masih bertempur terus" Baiklah
kau ajar adat kepada si muka hitam itu!"
Opsir rnuka hitam itu tertawa pula. "Hebat bocah cilik itu! "
katanya. "Sudah dia tidak mau menerima kebaikan budiku dia
juga mencaci aku!"
Toan Kui Ciang kata: "Baiklah, aku terima kebaikanmu ini!
kita jangan saling ganggu! " karena ini. ia batal melakukan
penyerangan pula.
Tapi Leng-ho Tat berseru: "Dua orang ini penghianat! ut tie
Touw ut, aku lepas mereka?"
Opsir muka hitam itu Ut tie Pak namanya. Dialah buyut dari
Ut tie Kiong. Panglima perang berjasa yang turut membangan
Kerajaan Tong. Dia berdua saudara. Saudaranya itu bernama
Lam dan berpangkat tong nia, Komandan dari Kim-Kun,
pasukan pengiring Raja. Dia sendiri menjadi Tay-too Sie-wie,
pengiring yang bersenjatakan golok diri Kaisar dan pangkat
Liong Hong Kie-touw ut, maka juga ia berkedudukan terlebih
tinggi dari pada Long-ho Tat. Di dalam Istana, dialah satu di
antara Sam Toa Kho-ciu, si Tiga Terliehay. Ilmu silatnya yang
istimewa ialah "Khong Ciu Jip Pek Jin, "atau " Tangan kosong
merampas senjata. "Tempo dulu hari Cin-ong Lie Sie Bin (Kaisar
Tong Thay Cong sebelum naisc tachta) menyerang negara
bagian Gui (Lie Bit), di lembah Ngo Kok dia bertemu dengan
Sian H ong Sin yang gagah dari pasuka Wa Kong Kun, di situ
Lie Sie Bin dikerja Sian Hiong Sin sampai diso-lokan Tauw Hun
Kan, hampir dia kena ditangkap syukur Ut tie Kiong datang
menolongi, dengan tangan kosong orang sheUt-tie ini
merampas tombak Sian Hiong Sin yang beratnya tiga puluh
tiga kati. Karena itu nama Uttie Kiong, atau Ut-tte Keng Tek,
menjadi tersohor,
Ut-tie Pak tidak merampas pedangnya Toan Kui Ciang ia
menjadi kagum sekali berbareng dengan itu semangatnya
menjadi teibangun ia tertawa bergelak dan kata: "A-ku tidak
perduli kau siapa! Ilmu Silat pedang kau liehay, mesti kau
belajar kenal lagi beberapa jurus! " Lantas ia menyerang dengan
dua tangannya, dengan tipu silat Menggantung cambuk
tunggal. " Dengan tangan kiri ia mencopa menangkap lengan,
untuk menggencet nadi, dengan tangan kanan ia mau
merampas pedang,
Hati Kui Ciang lega. Ia mendapat kenyataan Tiat Mo Lek
tidak kurang suatu apa, maka tak ingin ia mengadu jiwa
dengan o-rang yang berperi kemanusiaan ini. Ia tidak
menghiraukan orang liehay, ketika ia disam-ber itu, ia
menggeser ia tubuhnya ke samping. Ia bergerak sargat cepat
hingga ia menjadi berada di belakang orang.
"Awas Pedang! "ia berseru seraya pedang nya dipakai
meiotok jalan darah hong-hu di punggung touw-ut itu. Sengaja
ia mengasi dengar suaranya .ebab ia mengagumi lawan ini
sebagai laki laki sejati Tiat Mo Lek tidak dibinasakan, ia ingin
membalas budi. "Kau tak usah berlaku belas kasihan ! Kata Ut tie Pak
tertawa. Dia memutar tubuh sambil tangannya menyamber
ke belakang. Itulah dua gerakan berbareng : Berkelit dan menyerang.
Ujung pedang Kui Ciang tidak sampai pada sasarannya,
sebanknya ujung bajunya kena tersamber hingga robek,
bahkan kalau ia kurang sebat, pedanguya pun akan kena
dirampas. "Tangan yang liehay !" Kui Ctang berseru memuji, sambil ia
menyerang dengan sebat sekali. Ia merabuh, hingga sinar
pedangnya berkilauan di sekitar lawan itu, memain di antara
berkelebatannya bayangan orang.
"Bret !" demikian terdengar satu suara, "Pedang yang
liehay!" Ut tie Pak berseru. Dia ingin sangat merampas pedang
orang, dia berlaku alpa, maka ujung bajunya terserempet
putus. Maka dia pun memuji o.ang yang ladi memuji liehaynya
tangannya. "Kita seri" berkata Kui Ciang. "Aku masih mempunyai urusin
penting, maafkan aku, tak dapat aku menemani lebih lama ",
Habis berkata itu, itu ia lompat ke jendela yang ia hajar dengan
kepalannya untuk ia termpat lebih jauh ke luar, terjun ke
bawah!" Ut-tie Pak tidak memburu atau menghalang-halangi, ia
hanya memutar tubuh guna menghadang di depan Lam Cee In.
"Kau pun pertunjuki kepandaianmu !" ia, lalu menantang
terus ia menyerang. Cee In tidak punya kegembiraan orang ini,
ia tunggu sampai tangan si touw-ut hampir tiba, mendadak
ia berkelit, belakang goloknya dipakai mengetok tangan
orang itu. Ut-tie Pak iiehay sekali. Benar tangannya itu beradu dengan
belakang golok, akan tetapi berbareng dengan itu, tangannya
itu meluncur terus, menepuk lengan Cee In, hingga lengan itu
bergetar, goloknya mental! Ia berseru : :,Bagus ! kita pun seri l"
Mengenai ketikannya yang baik, Lam Cee In berlompat ke
luar jendela yang tadi didobrak Toan Kui Ciang. la lompat
berjumpalitan melewati jendela itu
Ut tie Pak pun berlompat untuk menyambar, akan tetapi ia
cuma kena menyamber kayu jendela, hingga patah sebuah
jerujinya tak dapat ia menangkap kaki lawannya itu.
Bukan tak sengaja orang she Uttie ini menyamber gagal, ia
bersandiwara dan baik sekali peranannya itu. Memang ia ingin
mengasi lolos si lawan untuk mana ia mempunyai alasannya
sendiri. Kalau ia bersungguh-sungguh, mungkin ia berhasil.
Dengan Lam-Cee In, kepandaiannya berimbang, masingmasing
memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri. Tadi ia
mencekal tangan Lam Cee In, Cee In menghajar ia dengan
belakang lolok. Kalau ia digacek benar-benar dengan tajamnya
golok itu, pasti sudah tangannya lerkutung, atau sedikitnya
teiluka parah. Cee In berbuat baik, ia balas itu dengan kebaikan
juga. Sudah lumrah, orang gagah menyayangi orang gagah-
Demikian ia menyamber "gajal," supaya sang lawan lolos.
"Sayang! Sayang!" Leng-ho Tat berseru berulang ulang. Ia
tidak ketahui permainan komedi itu. Lantas ia mau pergi
menyusul. "Jangan! " berkata Ut-tie Pak, yang mencegah dengan
suaranya yang dalam, "Untuk dapat menangkap dua orang itu,
U bun Tong-nia dan Cin Touw-ut mesti diminta bantuannya,
sebab percuma kita menyusul mereka, kita bukan lawan
mereka itu! Mari duduk, untuk kita bicara. Bukankah kau
mengatakan dua orang itu pemberontak" Apakah ada buktinya
untuk tuduhan kau itu" kau jelaskan padaku, nanti aku
melaporkan kepada Seri Baginda Raja. kemudian akan ku minta
Junjungan kita memerintahkan U-bun Tongnio dan Cin Touw ut
turun tangan membantu aku."
Yang disebut U-bunTongnia itu, sikomandan, adalah U bun
Thong dari pasukan Gie Lim Kun, dan Cin Touw-ut ialah Cin
Siang, buyutnya Cin Kiong, salah satu panglima dan menteri
gagah dan berjasa yang turut membangun Kerajaan Tong.
Mereka itu berdua bersama sama Ut-tie Pai ialah disebut Tay
Lwe Sara Toa-klo-ciu, tiga pahlawan tergagah dalam istana.
Leng ho Tat telah menyaksikan kegagahannya Lam Cee In
dan Toan Kiu Ciang, ia percaya benar katanya Ut tie Pak. Jadi
iapun beranggapan, bantuannya U bun Thoang dan Cin Siang
harus didapatkan. Karena ini ia suka menurut. Setelah berdiam
sebentar ia menuturkan apa sebabnya maka terjadi pertempuran
iiu hingga Lam Cee In hendak dibekuk, demikianpun Toan
Kui Ciang yang membantui Cee In.
Ut tie Pak tertawa bergelak. "JiKalau menurut keterangan
kau ini. kau tidak mempunyai bukti untuk tuduhanmu terhadap
mereka bahwa mereka pemberontak! " kata dia. "kau harus
ketahui Kwee-cu Gie itu perwira yang berjasa dan sangat
diandalkan melindungi wilayah perbatasan dan Lie Haksu
menjadi orang kesayangan Seri Baginda, tak dapat kita menenTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
tang mereka cuma disebabkan kita hendak membikin Yo Kok
Tiong bukankah tak ada untungnya bahkan ada ruginya
jikalau kita tak berhasil merobohkan perwira dan rak u itu,
Benar orang she Tam itu telah menyatakan tak puasnya
terhadap pemerintah Agung tetapi itu bukan kata kata yang
berat. Tak diingat dialah seorang gagah perantauan yang
ternama, yang luas pergaulannya, jikalau kita berbuat salah
terhadapnya, kita bisa dapat susah. Umpama kata satu waktu
kita dimestikan bertugas keluar daerah. Tidakkah kita bisa diganggu
dia" menurut pikiranku, permusuhan itu baiklah
disingkirkan tetapi jangan diperhebat. Saudara Leng-ho, baik
urusan ini dibikin sudah saja! "
Ut-tiePak kenal baik sifatnya Leng-ho Tat, maka itu ia
mengeluarkan kata katanya, untuk membikin ciut hati orang.
Iapun, selain pangkatnya lebih tinggi, baru saja ia memberikan
bantuannya, hingga orang menjadi selamat. Maka itu, Leng-ho
Tat suka mendengar nasihatnya itu. Disamping itu, buat minta
bantuannya U-bun Thoang dan Cin Siang, Ut-tie Pak
dibutuhkan sangat. Dia sebenarnya tidak puas tetapi dia
menurut. Cee In sendiri tiba dijalan besar dengan tidak kurang suatu
apa. Ia lantas menjeput golok mustikanya, tidak ayal lagi.
"bersama sama Toan Kui Oang dan Tiat Mo Lek ia menyingkirkan
diri. Ia n engenakan seragam, ti. dak sda orang
yang mengejarnya. Dite ngah ja -lan ada beberapa serdadu
peronda, tetapi mereka tidak ketahui peristiwa dirumah makan
itu, tidak ada yang menghalang-halangi. Maka tak terlalu lama
tibalah sudah mereka bertiga ditempat yang sunyi. Disini
mereka tidak berlari-lari lebih jauh, malah mereka pertahankan
tindakan mereka.
"Saudara Lam," berkata Kui Ciang tertawa, "setelah sepuluh
tahun kita berpisah, hampir aku tidak mengenali kau! Jikalau
bukannya Lie Haksu menyebut namamu, mungkin aku tidak
berani mengakui kau"
"Sebaliknya, Toan Toako, kau sendiri tak berubah banyak,"
sahut Cee In. "Apakah enso tidak datang bersama" dan ini
saudara kecil, putera siapakah dia?"
Tiat Mo Lek tertawa. Dia mendahului Kui Ciang menjawab.
"Kau tidak mengenali aku, aku sebaliknya mengenali kau!"
demikian katanya "Bukankah kau orang gagsh yang dijuluki Mo
kiam Kek" kenapa barusan kau memakai golok dan bukannya
pedang" ya, barusan kau bersilat bagus sekali mulanya golok,
lalu kaki! Aku sendiri berat sekali, sekian lama aku berlatih aku
tidak berhasil."
Kui Ciang tertawa. "Bocah ini tidak boleh melihat kepandaian
lain orang!" karanya. "Asal dia dapat melihat, dia lantas mau
mempelajarinya! Saudara Lam, apakah kau lupa dia" Dialah
puteranya Cee-cu Tiat Kun Lun. Dialah siainak nakal bernama
Mo Lek!" "Ha, pantas dia lihay setali! Cee In memuji. "Dulu ketika aku
mengikuti guruku mengunjungi Touw Ceecu, dia masih
ingusan, tapi sekarang dia sudah jadi begini besar!"
"Selama sepuluh tahun banyaklah terjadi perubahan." kata
Kui Ciang bersenyum." Bukankah kaupun dulu sebesar dia
teJapi sekarang kau terpuji umum sebagai hiap kek, orang gagah
yang berhati mulia! Apakah gurumu baik?"
"Suhu masih tetap seperti dulu!" Cee In menawab. "Dia
masih terumbang-ambing ke-timur dan barat dengan
pekerjaannya meno-longi orang menggosok kaca. Hanya
sekarang ini adik seperguruanku Lui Ban Cun yang mengikuti
dia, maka juga pedangkuaku serahkan pada-iya. Golokku ini
aku dapat hadiah dari Thaysiu Thio Sun dari kota Hoay yang."
"Selama beberapa tahun ini akupun lagi mencari loo-jin-kee
gurumu itu," kata Tiat Mo Lek, "Sayang sampai sekarang aku
masih belum berjodoh menemuinya?"
"Buat apakah kau mencari orang tua itu?" tanya Kui Cang,
tertawa. "Apakah kau hendak menuntut pelajaran menggosok
kaca?" Matanya Mo Lek terlihat merah. Mendiang ayahku menyuruh
aku mencarinya," sahutnya perlahan
Dijaman dahulu itu orang mamakai kaca-rasa dari kuningan
atau tembaga, setelah dipakai sekian lama, alat berkaca itu
mesti digosok untuk dibikin bersih dan berkilau, maka juga itu
waktu ada Suatu cabang pekerjaan, ialah "menggosok kaca"
namanya. Gurunya Cee In menjadi seorang gagah pengembara
yang menyembunyikan diri, dari itu sengaja ia hidup bekerja
sebagai tukang gosok kaca. Den an begitu ia bisa hidup
merdeka serta dapat ketika merantau, untuk berkenalan
dengan orang orang gagah lainnya. Oleh karena itulah maka ia
dikenal sebagai MoKeng Loo-jin, siorang tua tukang gosok
kaca. Lam Cee In biasa mengikuti gurunya, dia suka menggosok
pedang, maka orang Kangouw menggelarkan dia Mo
Kiam Kek, situkang gosok pedang.
---ooo0dw0ooo Jilid 4 Pada dua belas tahun yang lampau Mo Keng Loojin dan Mo
Kiam Kek pernah menerima undangannya Touw-kee Houw.
lima saudara Harimau Keluarga Touw, mereka menjadi tetamu
terhormat di benteng Touw Kee Cee. Di sana Cee In bertemu
dengan Toan Kui Ciang dan istri serta Tat Mo Lek. Itulah
perkenalan mereka.
Tiat Kun Lun mempunyai dua sahabat paling akrab: yaitu
Touw Leng Ciok dari Touw Kee Ngo Houw, dan yang lainnya


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mo Keng Loojin. Kepada orang tua itu pernah ia menitipkan
anaknya Lantaran Mo Keng Loojin tak tentu tempat kediamannya,
hingga ianya jadi sukar dicari, Tiat Kun Lun menitipkan
anaknya kepada Touw Leng Ciok, buat diangkat menjadi anak.
Karena itu, Mo Lek mencari Mo Keng Loojin.
"Kami pun pernah dengar kabar meninggalnya Tiat Cee cu,"
kata Lam Cee In, "lalu kemudian kami mendengar juga hal
gunungnya diserbu pasukan tentara negeri, begitu-pun tentang
sering terganggunya Touw Kee Cee hingga orang mesti sering
berpindahan. Suhu pun sangat memikirkan kau, adik Tiat.
Syukur sekarang kita dapat bertemu di sini. Kau hendak
mencari guruku, itu tak sukar. Besok aku mau pergi ke Hoayyang,
mari kuturut aku. Suhu menjanjikan aku bertemu di kota
itu." "Ini " ini . . , kata Mo Lek, yang ragu ragu, sedang
sebenarnya ia mau mengatakan "Inilah baik" Ia lantas
merubahnya : "Inilah baik, cuma besok belum dapat aku turut
kau ?" Lam Cee In mengawasi ialah orang Kang Oaw
berpengalaman, maka ia berpikir "Turut pendengaran, Tiat Kun
Lui terbinasa ditangan musuh, sedang barusan waktu nama
ayahnya disebut sebut, mata anak ini menjadi merah, air
matanya mengembeng, kalau begitu, benarlah pendengaranku
itu. Ia dipesan ayahnya mencari guruku, pasti itu bukan urusan
menitipkan anak, pastilah itu urusan permintaan tolong
membalaskan sakit hati. Hanya kenapa ia menampik ajakanku
pergi menemui guruku" Apakah ia mempunyai urusan yang
lebih penting dari pada sakit hati ayahnya itu ?"
Habis berpikir begitu, orang she Lam in berkata pada Toan
Kui Ciang : "Toan Toako ada urusan apa toako berdua datang
ke kota Tiang an ini ?"
Kui Ciang menoleh kepada Mo Lek. "Tidak ada urusan yang
penting," sahutnya. "Kami cuma ingin menjenguk sahabat . . . "
"Siapakah sahabat itu?"
"Dia bukan sahabat Rimba Persilatan, kalau aku menyebut
nya belum tentu saudara kenal. Sekarang ini saudara berdiam
dimana " Apa boleh saudara berdiam kira-kira dua hari lagi "
Besok Mo Lek boleh pergi menjenguk kau."
Lam Cee In heran hingga ia jadi tambah curiga, Ia
pikir:"Persahabatanku dengan Toan Toaku bukan persahabatan
karib tetapi begitu jauh aku tahu dialah orang jujur dan baik.
sebagaimana tadi dibuktikan dia lantas membantu aku. Kenapa
sekarang dia agak ragu-ragu" Mungkinkah dia menganggap aku
sebagai orang luar" yang lebih aneh lagi dia kata Mo Lek dapat
menjenguk aku! Kenapa dia tak mau menyebutkan tempat
kediamannya kepadaku" Apakah sebabnya ini" Dia lah orang
gagah kenamaan, tak selayaknyalah sikipnya ini"
Orang she Lam ini berpikir demikian umpama dia
mengetahui pikirannya Toan Kui Ciang. Sebelum begitu otak
orang she Toan ini bekerja keras sekali, dia terombang ambing
dalam keragu raguan, Sebenarnya dia ingin bicara dengan jujur
akan tetapi akhirnya dia mengambil putusan akan pertaruhkan
jiwanya sendiri saja. Malam sebentar dia mau pergi
ketempatnya An Lok San guna menolongi Su It Jie, Dia tahu
besar sekali faedahnya kalau Lam Cee In membantunya.
Bukankah dia bakal memasuki Kedung naga dan sarang
harimau" Tapi diapun tahu baik sekali bahwa An Lok San
mempunyai orang-orang yang liehay! itulah berbahaya untuk
minta bantuannya Cee In, Apa jadinya apa bila apa lacur Cee In
menemani dia membuang jiwa di sana" Tak tega dia! Di
sebelah itu Cee In sekarang lagi membantu Kwee Cu Cie
diperbatasan, disana tenaganya dibutuhkan jikalau ia terbinasa
di sini, Kwe Cu Cie kehilangan sebelah lengannya. Dan masih
ada beberapa yang ketiga, yang membuatnya malu hati. Dalam
pertempuran dirumah makan, tadi, membantui Cee In, maka
kalau sebentar malam dia minta Cee In membantuinya itulah
sama saja dengan ianya meminta pembalasan budi.
Inilah tak nanti dia lakukan, meski mungkin orang
menganggapnya layak. Untuknya, menagih budi. Merusak
martabat seorang ksatria. Maka dia mengeraskan hati tak mau
dia memberi keterangan,
Tia Mo Lek cerdik, ia mengerti sikapnya Kui Ciang meski ia
ingin bicara, ia toh me nutup rapat rapat mulutnya.
Lam Cee In tidak berani menanyakan. Ia pun terhitung
orang yang tingkatnya lebih muda. Oleh karena mesti berdiam
ia menjadi likat sendirinya.
Kui Ciang lantas menyimpangi pembicaraan mereka. "Apakah
Tio Sun yang sekarang menjadi Taysiu di kota Hoay-yang?" dia
tanya. "Kabarnya dulu dia pernah mengepalai pasukan perang
menggempur bangsa Kiang dan beberapa kali memperoleh kemenangan
yang gilang gemilang. Dia panglima yang pintar dan
gagah!" Cee In mengangguk. "Sekarang ini aku berniat pergi dulu ke
Hoay-yang," ia kata. "Darisana baru aku kembali ke Kiu goan
sana aku hendak menemui thay-siu itu. Suasara di perbatasan
sekaang guncang. An Lok San memegang Kekuasaan besar
atas tentara. Yang dia pakai sebagian besar orang-orang sulu
bangsa 0uw Siang dan malah dia merencanakan menelan
wilayah pelbagai ciat touw-su, guna memperbesar
pengaruhnya. Kelihatannya dia bakal menjadi mara bencana
besar. Kwee Leng Kong ketahui aku sahabatnya Thio Thiy-siu,
maka aku diutus untuk kita membuat perhubungan, supaya
kalau sampai terbit malapetaka, dapar kita bekerja sama, untuk
saling membantu, kebetulan guruku bakal sampai di Hoay-yang
lain bulan, maka kita berjanji membuat pertemuan di tempatnya
Thio Thaysiu itu."
Demikian mereka berbicara sambil berjalan, sampai mereka
telah mengitar melewati Cie Kiai Shia, Kota terlarang, terus
sampai di kaki gunung Le San. Di atas gunung itu ada sebuah
istana peristirahatan. Mulai dari tanjakan Geng Loan Po,
wilayah itu dijadikan wilayan terlarang yang dijaga barisan wie
su. Dibawaban tanjakan Geng Loan Po itu ada sebuah
bangunan, yang mentereng indah mirip istana
Lam Cee In menunjuk kepada bangunan itu. romannya
mendongkol. "Jahanam An Lok San pandai sekali
membahagiakan dirinya!" Katanya, sengit. "Setiap tahun dia
berdiam di kota Tiang an paling lama dua bulan, toh dia telah
membangun gedung itu yang seperti istana mewahya. Dia
hidup besar dan cukup, tapi kasihan orang orang peperangan
yang membelai tapal batas, mereka kurang pakaian dan kurang
makan, mereka mesti bernaung dibawah tenda saja untuk
melindungi diri dari matahari angin dan hujan."
"Oh, kiranya itu gedungnya An Lok San!" kata Kui Ciang,
heran terkejut. Maka berpikiran dia: "Tadi kita bertarung di
rumah makan, aku justeru bersangsi sekali untuk sebentar
malam pergi pula kesana menanti kan An Lok San. Mudah
orang mengenali. Sekarang aku mendapat tahu sarangnya ini.
tak usahlah aku pergi lagi ke rumah makan itu, sebentar saja
ia di sarangnya. Hanya gedung ini dekat istana, tempat yang
Terlarang inilah berbahaya Sulit untuk masuk kesana
menolongi orang?"
Kui Ciang berpikir sambil tunduk alisnya mengkerut. Cee In
melihatnya, ia menduga kawan ini mendongkol karena
kemewahannya gedung An Lok San itu. Mimpi pun tidak dia
bahwa sebentar malam kawannya mau menyatroni gedung itu!
Ketika itu matahari sudah doyong ke barat. "Hari ini aku
bertemu dengan kau saudara senang hatiku," Cee In kata.
"Hanya sayang kita belum dapat berbicara dengan lama dan
asyik Sebentar aku mesti pergi ke-gedungnya Ho Siauw kam
untuk mengunjungi Ceng Lian Haksu. Maka itu, saudaraku
andaikata besok kau mempunyai tempo luang, aku mima
sukalah kau dan Mo Lek datang kepondokan ku untuk kita
berbicara lebih jauh".
Kui Ciang mengangguk Leng-ho Tat berniat mencelakai kau,
saudara Lam," ia kata, "kalau sebentar malam kau pergi
kerurnahnya orang she Ho itu, baiklah kau berhati-hati."
Cec In tertawa. "Dirumahnya Ho Siauw kam di mana pun
ada Ceng Kian Haksu," katanya "aku rasa dia tidak nanti main
gila! Meski begitu, tentu aku akan berlaku waspada."
"Besok ada janjiku dengan seorang sahabat." kata Kui Ciang,
"Aku kuatir kita tidak bakal bertamu pula. saudara Kam Pula
mungkin besok ada suatu urusanku yang bakal memusingkan
saudara, apalagi benar terjadi demikian, nanti aku suruh Mo
Lek yang menyampaikannya."
Cee In heran, ia menjadi masgul. Tetap orang tidak mau
omong terus terang padanya. Ia cuma bisa mengangguk.
Sampai diisitu, mereka berpisahan.
Kui Ciang mengajak Mo Lek pulang ke pondokannya, lantas
dia mengunci pintu kamarnya ,
"Mo Lek," katanya "tempo berkumpul kita tinggal dua jam
lagi, Bagaimana dengan ilmu pedang yang aku ajari kau" kalau
ada bagian bagian yang kurang jelas, sekarang kau tanyakan
aku." Orang she Toan ini menghadapi saat ber-pisahan hidup atau
mati tapi toh ia masih tak melupakan pelajaran silat
Keponakannya itu.
Mendengar itu. si anak muda menjadi sangat terharu,
mendadak ia menangis terus ia menjatuhkan diri berlutut
didepan sang kouwthio.
Seumurnya, kecuali ketika ayahnya menutup mata, belum
pernah Mo Lek menangis, maka kali ini luar biasakah ia
mengucurkan air mata dan nangis terisak Ia mengangguk tiga
kali hingga kepalanya membentur lantai.
"Kouwthio," katanya "aku minta sukalah kau ijinkan aku
memanggil suhu padamu! Suhu! . . Suhu ! . ."
Kui Ciang memimpin bangun. "Dengan mendapatkan murid
sebagai kau, tidak nanti aku menyesal " katanya, bersenyum.
"Hanya sayang tidak dapat aku mewariskan semua
kepandaianku kepada ku. ialah tak dapat memberinya sekaligus
dalam waktu yang singkat. Lain dan itu, hari kemudian kau
penuh dengan pengharapan besar, kau bakat melebihkan aku.
maka itu jangankah kita menjadi guru dan murid"
Dengan kata-kata ini K.ui Ciang maksudkan supaya Mo Lek
mencari lain guru saja.
" Suhu. tidak dapat kau menolak!" kata Mo Lek, memaksa.
"Aku mesti minta kau menerimanya! suhu kau akuilah aku
sebagai muridmu!"
Kui Ciang tertawa, senang la untuk kesungguhan hati si
bocah. "Kau bikin aku kewalahan, anak!" katanya "Baiklah,
untuk sementara aku sebagai muridku. Tapi lain hari kalau
jodoh kita sudah habis, kau perlu mencari lain guru. Maukah
kau berjanji " Kalau tidak tak suka mengambil kau sebagai
muridku! "
Mendengar itu, Mo Lek jadi bertambah berduka, air matanya
turun deras sekali Kui Ciang menarik tangan orang, ia menepas
air matanya. "Anak tolol, buat apa nangis?" katanya, tertawa "Sekarang
bukan waktunya main menangis bilang bagian apa yang kau
kurang terang lekas kau tanyakan!"
Mo Lek cerdas tetapi masih rada sulit ia menerima pelajaran
silat dari pamannya ini. Itulah sebab sukarnya ilmu silat yang
diwariskan itu. Pula ditempat begini, di saat hati sangat pepat
mana dapat dia belajar benar"
"Baiklah, sebagai guru hendak aku menguji kau!" kata Kui
Ciang melihat orang diam saja, "Coba kau baca teorinya diluar
kepala!" Mo Lek paksa menahan air matanya, ia lantas mengapalkan
ajaran guru ini. Ia sebenarnya sudah faham hanya kedukaan
membikin otaknya rada gelap, ia membuat beberapa kesalahan.
Kui Ciang memberikan keerangan, untuk membenarkan itu.
"Kau dapat mengapal ini, baik sekali" katanya kemudian, "Lain
waktu, apabila kau dapat guru yang pandai, dari gurumu itu
kau dapat minta pengajaran terlebih jauh."
Demikian paman dan keponakarr, sang guru dengan
muridnya. Padi kira-kira jam dua. Kui Ciang lantas menyalin
pakaian dengan ya neng ie, yaitu dandanan untuk ke luar
malam yang singkat. Ia pesan muridnya: "Kalau besok terang
tanah aku tidak kembali kau mesti lekas mengangkat kaki dari
sini, kau pergi kepala Lam Tayhiap kamu pergi lebih dulu ke
Hoay yang setelah kau bertemu dengan Mo Keng Loojin. tolong
kau sampaikan permintaanku kepadanya agar dia suka
membantu ayah angkatmu Inilah janjiku kepada pamanmu
yang ketiga. Aku sendiri. aku kuatir tak dapat aku membantu
lebih jauh padamu, maka juga aku minta bantuannya Mo Keng
Loojin bersahabat baik dengan ayah angkatmu, aku percaya dia
akan suka membantu "
Mo Lek ingin turut guru itu. tetapi karena ia duga pasti Kui
Ciang bakal menolak, ia tidak bilang suatu apa, ia mengangguk
dengan menyahut "Ya" berulang u!ang. Di dalam hati ia telah
buat rencana lain
Berpisah dari muridnya, Kui Ciang langsung menuju ke
gunung kira kira jam tiga. Malam itu rembulan tidak muncul,
ada juga bintang bintang yang sinarnya guram. Dengan
bantuannya bintans-bintang itu, ia memandang ke bangunan
yang mewah itu. Ia cuma melihat sebuah jalan miring yang
kecil dan sempit untuk tiba di istananya An Lok San itu. Di
mulut jalanan itu ada penjagaan oleh dua ora ig wie su. Di
belakang gedung ialah batas istana Kaisar yang terlarang itu.
Tak usah disebut lagi bahwa penjagaan di sana pasti lebih
kuat pula. "Jikalau aku paksa menerobos, andaikata dua wie su ini
menemui kematiannya, yang disebelah atas tentu
mengetahuinya " Kui Ciang pikir-"Bagaimana sekarang ?"
Ketika itu seekor burung besar terbang bergelapakan dari
alas sebuah pohon. Melihat burung itu, Kui Ciang mendapat
akal Ia menjumput sepotong batu, ia menyentil itu kesebelah
belakang kedua wie-su.
Kaget mereka itu berdua, keduanya berpaling dengan
gesit Kui Ciang sudah siap sedia ia menggunakan saatnya yang
baik itu. Dengan satu lompatan enteng dan pesat, ialah dengan
"Teng-peng touw-sui" atau "Menyebrang dengan menginjak
kapu kapu." ia melerat melebati kedua cinteng itu. la dapat
lewat tanpa suara apa-apa, tanpa terlihat. Ketika ia menoleh ke
bslakanj, ia sudah menjauhkan diri tujuh atau delapan tombak.
Dengan cepat ia menyembunyikan diri didalam rumpun rumput.
"Aku merasa aneh," kata wie-su yang satu pada kawannya.
"Aku seperti mendengar suara timpukan batu yang biasa
digunakan oleh orang yang suka keluar malam. Aku kan
menjaga di depan sini, pergi kau meronda ke belakang kita
mesti jaga supaya tak ada orang yang nyelundup naik ke mari."


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua wie-su biasa saja kepandaian silatnya tetapi mereka
rupanya berpengalaman. Maka ketika mendengar kata-kata
mereka itu, Kui Ciang mengeluh dalam hatinya : "Ini sulit . ?"
ia tidak berani sembarang keluar dari tempatnya bersembunyi
Syukur sekali, mereka itu tidak mencari ke arah rumput
tebal. Lega juga hati Kui Ciang. Meka ia berpikir, selagi orang
membalik tubuh, ingin ia maju lebih jauh. Tengah ia mau
melompat, mendadak ia mendengar suara batu jatuh di sisinya,
menyusul mana ia melihat sesosok tubuh berlompat sampti di
depannya. Orang itu bergerak sangat cepat bagai bayangan.
Kui Ciang lompat, tangannya diluncurkan, untuk menyerang.
Orang itu berkelit, dia berkata perlahan sekali : "Apakah Toan
Tayhiap " lekas kembali, atau akan ada bahaya jiwa !"
Tak suka Kui Ciang menurut nasihat itu. Meski demikian, ia
toh lompat juga ke belakang sebuah pohon besar, karena si
wie-su telah kembali.
"Siapa ?" tanya wie.su itu bengis. Akan tetapi : "Oh, kiranya
Liap Ciangkun ! Aku kira ada si tukang jalan malam yang
menimpukan batunya"
Orang yang dipanggil Liap Ciangkun tertawa. "Malam ini ada
datang utusan Seri Baginda, aku perlu melakukan perondaan
istimewa." ia menjawab. "Aku mau coba. kamu waspada atau
tidak. Nah, lihat di sana, itulah si tukang keluar malam yang
kamu curigai!"
Sambil berkata, Ciang kun, atau jenderal, ini mengayun
sebelah tangannya, meluncurkan sebatang panah tangan, atas
mana seekor burung besar, yang biru terbang keluar dari
antara pepohonan, lantas menjerit dan jatuh ke tanah.
"Itulah Kokobeluk!" kota Liap Ciangkun, tertawa. "Rupanya
dia mengambil sarang burung lainnya lalu dia bikin jatuh hingga
kamu mendengar seperti suara batu Tapi benar, suara yang
belakangan ialah suara batu tulen yang dilemparkan olehku,
guna mencoba kamu bertelinga jeli dan getap atau tidaK, kamu
setia terhadap tugas kamu atau tidak. Bagus kamu bagus !"
Kedua wiesu itu tertawa senang mereda dengan pujian itu.
Maka mereka pun kata :
"Kami harap sudi apakah kiranya Liap Ciangkun nanti bicara
baik tentang kami di depannya Sie Cie hui !?"
Teranglah kedua wiesu ini orang sebawahannya Sie Siong,
sedang ini Liap Ciangkun berada di atasan mereka tapi masih di
bawahan Ciangkun she Sie itu, pasti dia orang kepercayaan Sie
Siong Kui Ciang heran Ia tidak kenal Liap Ciangkun itu. Siapakah
dia " Kenapa dia mau membantuinya " bukankah orang
bermaksud baik menasihati ia untuk lekas mengundurkan diri "
Toh orang itu orangnya An Lok San ! Pusing ia memikirkannya.
Ketika itu kedua wiesu bergama Ciangkun itu sudah meronda
ke mulut jalanan. "Biarnya ini istananya Giam Lo Ong, malam
ini aku toh mesti memasukinya ! " kata Kui Ciang dalam hati.
Keras niatnya menolong Si It Jie, hingga ia menjadi nekad. Dan
tanpa menghiraukan nasihat Liap Ciangkun tadi, ia maju kearah
gedung itu sekalian.
Di depan gedung ada penjagaan tapi Kui Ciang tidak
raemperdulikannya. Dengan berhati hati juga dengan
kegesirannya, ia melewatinya. Ia selalu main sembunyi. Ia
sampai di pintu belakang. Di sini ada dua wiesu yang menjaga.
Penjagaan di sini tak serapat di sebeiah depan. Inilah rupanya
orang pikir tak usah berkuatir ada orang datang dan turun dari
atas gunung Bersembunyi di belakang sebuah batu besar, Kui Ciaus
memasang kuping. Kedua wiesu itu lagi pasang omong hal An
Lok San menghadap Yo Kui hui di dalam keraton. Yang satunya
bicara sambil tertawa.
"Aku tidak percaya," kata yang lain tertawa juga. "Benarkah
terjadi demikian " menurut kau maka Raja tentulah menjadi si
kura kura !"
"Kau tidak percaya ?" kata yang pertama yang termokmok.
"Tahukah kau bahwa utusan Sri Baginda masih ada di dalam
sini tengah berbicara " Dia datang mewakili "Raja dan Kui hui
mengantarkan apa yang dinamakan uang cuci arak. Ciat touw
su kita hari ini bukan cuma nyalinya besar tapi diapun
beruntung dapat banyak uang karun.
Kawannya itu gembira. Dia tertawa ,Lo Gui !" kata dia,
"Benar-benarkah Ciat-touwsu kita dimandikan oleh Kui hui coba
kau jelaskan ! Maukah kau ?"
"Ketika Ciattouwsu kita masuk dalam keraton," menutur si
gemuk, Kui-hui Nio-nio lagi mandi air rendam kunga di ruang
belakang, begitu dikabarkan tibanya Ciattouwsu kita, dia lantas
keluar menyambut, tanpa nyisir atau dandan lagi. dia cuma
mengerebongi diri dengan sutera tipis ?"
"Dengan begitu, apakah dia tidak jadi kedinginan?"
"Dasar orang desa tolol!" kata si gemuk tertawa , Di dalam
keraton di empat penjuru tembok ada perapiannya, di dalam
pedupaan pun ada dipasang hio wangi, maka itu tak perduli di
luar salju turun hebat, di dalam keraton bahwa terus hangat
seperti dimusim semi !"
"Ah!" mengeluh si kurus menarik napas, "entah sampai
kapan aku mendapat giliran mengikut Tayswee masuk ke
Keraton. Supaya aku mempunyai ketika membuka mataku lebar
lebar. Jikalau bisa begitu tak kecewa hidupku ini " . Loo Gui,
Nio nio ke luar dengan berkerobong tipis, apakah Seri Baginda
tidak menegur dia kurang hormat?"
Wiesu she Gui itu tertawa, "Seri Baginda sangat menyintai
Kui hui, mana dia mau menegur laginya di dalam istana, ciat
touwsu kitalah yang paling dipercayakan. Dia hanya tidak
menyangka orang yang dia paling percaya itu justeru telah
main gila dengan-orang yang dia paling cinta !"
Si kurus heran. "Aku tidak tahu tayswee memiliki kepandaian
apa maka ia dapat menempel kui-hui berbareng dipercayakan
Seri Baginda ?" katanya.
Si orang she Gui tertawa pula. "Kaulah orang baru, mana
kau tahu ! dilahir tay-swee tampak kasar, sebenarnya dia cerdik
sekali. Pernah suatu hari Seri Baginda panggil tayswee madap
di istana Ciauw Keng Kiong untuk pasang omong. Baginda lihat
tayswee gemuk sekali, sambil menunjuk perutnya yang besar,
sembari memain ia tanya : "Perut anak ini besar seperti guci
entah barang apa disimpan di dalam situ " Atas perkataan itu.
tayswee memberi hormat dan menyahuti : "Tidak apa-apa
hanya hati yang merah ! Hamba ingin dengan hati merah ini
mengerjakan segala apa untuk Seri Baginda ! "Seri Baginda
girang, ia puji menteri itu setia. Demikian dia jadi dipercaya."
Si kurus tertawa. , Ah, kita jadi melantur!" katanya.
"Sekarang kau ceritalah tentang Kui-hui Nio-nio."
Si Gui tertawa, lantas dia membawa aksinya si tukang cerita.
"Habis mandi Nio nio mengenakan baju sutera tipis, dadanya
terpetah, tangan bajunya tergulung. Melihat itu Seri Baginda
memuji dan bersenandung syair pujian : "Lembut bagaikan
daging kepala ayam ! Atas itu tayswee menimpali : "Berlemak
seperti susu."
Si wiesu kurus tertawa terpingkal-pingkal air matanya keluar,
tangannya memegangi perutnya.
"Jenaka tayswee kita!" katanya "Seri Ba ginda pun tertawa
geli sebagai kau." Keduanya ketawa pula, Ketika Kui-hui Nio-nio
muncul, tayswe memberi hormat sambil memujikan panjang
umur kata Seri Baginda: Lok San kau keliru! buat menghormati
orang mesti memberi hormat pada ayah dulu! Seri Baginda
berkata sambil tertawa. Lantas tayswee menyahuti: Hamba
orang Ouw. Kebiasaan orang Ouw ialah menghormati ibu dulu,
baru ayah. Raja senang sekali dan mengatakan tayswee jujur
Kemudian tayswee bilang bahwa tiga hari yang lalu ialah ulang
tahunnya, Mendengar itu Nio-nio berkata Memelihara anak,
dihari ketiga anak itu harus dimandikan, kau mengakui aku ibu,
kau belum menjalankankan aturan, baiklah hari ini kau
dimandikan, benar benar pakaian tayswee dilolosi, ia
dikerobongi mirip bayi, lalu dinaiki keatas joli dan diarak
disekitar istana. Nio-nio dan Seri Baginda turut mengarak.
Orang semua tertawa gembira "
Toan Kui Ctang menggeleng kepala. "Benar-benar raja gila!"
kata dalam hati. "Kau tahu Lao, Tio masih ada yang lebih gila!"
kata si Cui pula. Habis itu Seri Baginda mengangkat tayswee
merangkap jabatan ciat touwsu wilayah Ho-tong dan tanpa
menanti sampai besok malam ini telah dikirim utusan
membawa hadiah barang permata, katanya wisit upacara
permandian itu. Sampai sekarang tayswee masih menemani
Utusan Seri-Baginda minum arak "
"Pantas malam ini penjagaan ditambah!" kata wiesu she Thio
itu, si kurus. "Tinggal kita mesti berdiam di sini minum angin
barat daya, sampai sebentar jam lima baru ganti giliran!"
"Kau jangan mendumal!" kata si Gin si gemuk. "Ini justeru
tugas bagus. Tayswee tambah pangkat dan mendapat hadiah,
mungkin besok dia akan memberi presen. Sekarang kita
menjaga disini besok kita akan dapt bagian Kita!"
Kui Ciang sebaliknya berpikir: "Inilah kebetulan! Baik aku
bekuk mereka lalu aku pakai mereka memaksa An Lok San
merdeka-kan Su It Jie?" lantas dia bekerja.
Kedua wiesu masih bicara tempo mendadak dada mereka
terhajar keras, tanpa bersuara, mereka roboh. Itulah sebab thie
liancie, biji teratai besi Kui Ciang mengenai telak jalan
darahnya, soan-kie hiat. Tetus Kui Ciang lompat kesisi mereka
itu dengan tangannya ia menggempur hancur sebuah batu
keras, sembari berbuat begitu, dia kata bengis "Jikalau kau
menyayangi jiwa kamu dengar perkataanku"
Kedua wiesu ketakutan. "Baik, baik,"." kata mereka.
"Buka bajumu, mari aku pinjam!" kata Kui Ciang.
Wiesu, yang rubuhnya rada berimbang, menyerahkan
pakaiannya. Habis itu Kui Ciang menotok pingsan oraag itu,
yang tubuhnya ia lemparkan ke rumput tebai.
Sigemuk ketakutan, dia menjublak. "An Lok San bersama
utusan raja ada dimana?" tanya Kui Ciang. "Mari antar aku.!"
Wiesu itu bergemetaran, tak dapat ia bicara. ?"Apakah kau,
cuma takut pada An Lok San tidak pada aku" lihat batu itu,
contohnya! Apakah kau lebih kuat dari pada batu itu?"
Si gemuk ketakutan, terpaksa ia mengikuti, Kui Ciang tempel
jalan darah jie-khie di-pinggang orang, ia jalan berbareng
sambil memesan: "kalau ada yang tanya, bilang saja kau lagi
tukar giliran"
"Kalau rahasia kita ketahuan?"
"Nanti aku yang melayani, kau jangan takut." Wiesu itu mati
akal. Dari pintu belakang mereka memasuki taman. Kui Ciang
bikin kopiahnya melesak, hingga hampir separoh mukanya
tertutup, Mereka pun sebisanya jalan ditempai sepi. kalau toh
ada beberada wiesu lainnya yang melihat, mereka itu tidak
curiga. Habis melewati gunung gunungan, didepan terlihat
sebuah gedung yang apinya terang.
"Itu dia tempatnya tayswee dan utusan Seri Baginda," kata
siGui "Aku toh tak perlu menemani lebih jauh?""
Baru Kui CiangTmau menjawab, didepan mereka berkelebat
satu bayangan, yang lantas menegur: "Gui Loo Sam"
"Ya, aku hendak menukar giliran!" si gemuk menjawab. Kui
Ciang menyiapkan dua biji teratai besi Ia merasa mengenali
suara orang itu, yang berkata dingin: "An Lok San lagi
menemani utusan dari Seri Baginda minum arak, siapapun
dilarang datang dekat! kalau kau giliran tukar, kau mesti pergi,
kenapa kau keluyuran disini" kalau kau ganggu tayjn, awas
batok kepalamu"
Sigemuk menyahuti "Ya" beberapa kali" atas mana orang itu
pergi kejalan lainnya. Kui Ciang mengenali orang ialah si Liap
Ciang-kun. Ia merasa suara barusan ditujukan kepadanya,
supaya ia jangan sembrono hanya pergi mengundurkan diri. Ia
heran. "Siapa orang itu?" ia tanya si Gui. "Dialah Liap Hong Ciang
Kun, huciang pasukan pengawal pribadi tayswee."
Kui Ciang lantas ingat ahli pedang tua Liap Peng ditok cu.
Hoan-yang, nama anak-nya dia itu rasanya Liap Hong. Pikirnya:
"Kiranya dia, tapi aku belum mengenalnya, kenapa dia selalu
menolongi aku" Aneh! Dia benar bukan hiap-kek dan namanya
tak ber-cacad, kenapa dia jadi punggawa kepercayaannya An
Lok San?" Si gemuk kata ketakutan, dahinya keringatan: "Syukur kita
ketemu Liap Ciangkun. Dia memang baik hati. kalau umpama
kata kita bertemu Gui Ciangkun, pasti kita celaka" Tapi. tolong
lepaskan aku, aku ingin beristirahat."
"Baik, kau bo"eh beristirahat!" kata Kui Ciang, yang
mendadak menotok urat gagu o-rang. supaya orang tak dapat
berkutik. Ie menyeretnya kedalam guha seraya kata, "Gui Loo
Sam, maaf! kau tahan sabar dua jam, nanti kau bebas sendiri."
Kui Ciang tinggalkan wiesu itu, ia lompat naik keatas pohon,
untuk mengitari kedalam gedung.
An Lok San duduk beradu diatas pemba-lirgan bersama
seorang opsir yang bertubuh kekar. Empat opsir menanti di
kedua pinggiran, di utaranya ada Sie Siong. Kata ia dalam
hatinya: "Dia ini mestinya utusan raja. Kenapa dia bukannya
orang kebiri" "
Adalah aturan di istana, utusan istana terdiri dari orang kebiri
atau thaykam. Ia heran tapi tak bercuriga keras.
"An Tayjin, kebetulan kau datang hari ini, " terdengar utusan
raja itu. "Sebenarnya hari ini Kui-hui Nio nio lagi bergusar.
Syukur kau dapat menghiburnya."
"Kenapa Nio-nio gusar" "
"Tak lain tak bukan disebabkan syairnya Lie Haksu.
"Bagaimama itu?"
Mendengar disebutnya Lie Hek, Kui Ciang memasang telinga.
"Sebelum tayjin datang, Seri Baginda dan Nio nio minum arak
di paseban Tim Hiang Teng menikmati keindahan bunga
buwtan, "menerangkan si utusan raja. Sri Baginda gembira
sekali dia perintah memanggil Lie Haksu. Haksu itu lagi sinting
di rumah makan, dengan susah payah Lie Ku Liang datang
memanggil " . "
"Apakah Nio-nio menganggap dia kurang ajar" "Bukan.
Sudah biasa Lie Pek berlaku berkepala besar. Baginda pernah
menyusuti dengan jubah sendiri ilarnya haksu itu serta
menyuruh Nio nio mencekoki godokan untuk menghilangkan
mabuk araknya."
An Lok San menggelengkan kepala. "Dia terlalu dikasi hati! "
katanya. "Setelah Lie Hak su sadar dia disuruh menulis syair.
Dia menulis tiga ruas. Menarik syairnya itu. Maukah tayjin aku
bacakan?" "Aku orang kasar, tak mengerti aku".
"Syair itu pujian untuk Nio nio, sederhana bunyinya, tapi Nionio


Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gusar." "Heran. Nio nio dipuji tapi dia gusar. Kanapa" Aku jadi ingin
mendengarnya. " Utusan itu membacakan syair itu.
"Raja senang mendengarnya, ia suruh Lie Ku Lian membikin
lagunya serta sekalian mainkan itu, untuk dinyanyikan beramairamai.
Memang itu sedap didengar."
"Memang bagus bunyinya syair itu," kata Lok San tertawa.
"Kalau begitu tayjin seorang ahli !"
Girang Lok San dipuji Ia lantas tanya syair yang kedua dan
ketiga. "Habis syair yang pertama itu yang Baginda puji.
Baginda minta dua lagi Lie Haksu minta presen arak dulu.
Baginda berkata dia toh baru sinting. Dia tidak mau mengerti,
katanya makin sinting makin dia dapat bersyair. Baginda tertawa.
Pantas kau dinamakan Dewa Arak! katanya. Lantas
Baginda menyuruh ambil anggur dari See-liang berikut cawan
emasnya. Bak-hie juga dipakai bak-hie yang biasa di pakai Sri
Baginda dan Nio-nio disuruh memeganginya ?"
"Hm, dia dipuja seperti Thian !" kata Lok San. "Habis
menenggak kering araknya, Lie Haksu lantas menulis pula. Juga
kedua syair ini disukai baginda, yang kembali menitahkan
dibikinkan lagunya, untuk dibunyikan dan dinyanyikan seperti
yang pertama. Saking gembira Baginda sendiri turut meniup
seruling dan Nio nio disuruh menabuh piepee. Setelah puas. Lie
Ku Lian diperintah mengantarkan Lie Haksu pulang ke gedung
Han Lim Ie,"
Lok San heran. "Baginda senang, kenapa Nio nio gusar ?" dia
tanya. "Sebenarnya Nio-mo juga girang, ketika ia kembali
kekamarnya ia masih menyanyikan syair itu. Lantas Kho Lek Su
mengatakan dia heran Nio-nio bergembira, sedang sebenarnya
sebaliknya mestinya. Nio nio tidak mengerti dan tanya apa
sebabnya. Kho Lek Su berkata, dengan syair itu Nio nio
disamakan dengan Tio Hui Yan. Mendengar itu Nio-nio menjadi
gusar, ia menjadi benci Lie Haksu."
"Siapa itu Tio Hui Yan ?" tanya Lok San.
"Tio Hui Yan ialah permaisuri yang cantik dari Kaisar Seng
Tee dari Ahala Han."
"Toh Nio nio tidak direndahkan dibandingkan dengan Tio Hui
Yan ?" "Tayjin tidak tahu. Tio Hui Yan bertubuh langsing ia
disayangi umpama kata ia ditiup angin. Pernah Baginda berkata
main-main pada Nio nio "Kalau kau, biarlah kau ditiup
terlebih sering". ketika Nio-nio bersaing dengan Bwee Hui.
Bwee Hui pun mengatakan dia budak gemuk. Maka itu Nio-nio
menjadi gusar."
Lok San tertawa. "Oh, begitu katanya "Menurut aku, wanita
gemuk terlebih bagus!" Utusan Raja bersenyum ada artinya
senyumnya itu. "Bagaimana ?" tanya Lok San. tak mengerti. "Apakah aku
tidak benar ?" Utusan itu berkata perlahan.
Lantas tuan rumah menggeprak meja. mukanya merah
padam. "Sungguh Lie Pek jahat!" katanya. "Pantas Nio-nio
gusar!" Tio Hui Yan telah main gila dengan hamba keraton nama
Yan Cek Hong, dia di kenal sebagai ratu cabul dalam jaman
Ahala Han. Kho Lek Su menghasut bahwa Lie Pek
membandingkan Yo Kui hui dengan ratu cabul itu. Tentu sekali
kui-hui menjadi gusar dan sangat membenci haksu itu,
karenanya pantas Lok San bergusar juga.
Si utusan tertawa. "Jangan gusar. An Tayjin," katanya. "Lie
Pek membuat Nio nio gusar mana dia dapat bertahan lama di
dalam istana " Dia boleh disayang Seri Baginda tetapi tak nanti
dia dapat melawan Nio-nio! Kho Lek Su pun liehay ! Maka sakit
hati apa juga bakal terlampiaskan!"
"Apakah Kho Lek Su bermusuh dengan Lie Pek?"
"Apakah tayjin masih belum tahu " Tahun dulu negara Put
Hay mengirim utusan membawa suratnya dalam bahasa
asing Di dalam istana tidak ada menteri yang mengerti
bahasa itu, kemudian Hoo Tie Ciang memujikan Lie Pek. Dia ini
mengerti bahasa itu. dia membacanya dan menulis juga surat
balasannya dalam bahasa asing itu. Khan negara itu ditegur
untuk sikapnya yang tidak hormat. Dengan begitu Kerajaan
Tong terlinding, ketika itu Lie Pek lagi mabuk, selagi mau
menulis suratnya itu, ia menghendaki Yo Kok Tiong menggosok
oak dan Kho Lek Su membukai kaos kakinya. Demikian Kho
Lek Su telah lama mencari kesalahannya.
"Baiklah kalau begitu," kata An Lok San. "Besok akan
aku kirim bingkisan untuk Kho Kong kong." Tiba-tiba ia
menoleh kepa da Sie Siong, menanya ?"Kabarnya kamu
membuat huru hara di rumah makan. Bagaimana romannya
orang she Lam itu?"
Sie Siong memberikan keterangan sambil mematahkan Lok
San mendengari, ia ber pikir, ia berdiam saja. Siutusan
seoaliknya, menanya jelas tentang ilmu silat orang.
Kui Ciang memasang telinga, ia heran utusan ini seorang ahli
silat, Lok San mendengari sekian lama mendadak ia menepuk
tangan. "Aku tak percaya dia demikian bernyali besar!" dia berseru.
Belum berhenti seruan nya itu, atau dua biji, senjata rahasia
menyamber kedalam. disusul dengan lompat masuknya sesosok
tubuh manusia. Semua orang terperanjat. Kui Ciang tidak dapat menahan
sabar lagi. ia menyerang dengan teratai besinya. Ia menyerang
saling menyusul kepada An Lok San dan si utusan. Ia mengarah
jalan darah mereka, supaya mere ka roboh tak berdaya, la
sudah pikir habis merobohkan mereka iiu. ia mau tolongi Suit
Jie dengan jalan menggunai mereka atau salah satunya
menjadi manusia tanggungan Ia lihay dalam hal menggunai
senjata rahasia ia percaya umpama An Lok San lolos, si utusan
pasti tidak. Tapi dugaannya meleset, Utusan itu lihay sekali.
Teratai besi kecil seperti biji kacang, di timpuki Kui Ciang
melesatnya pesat bukan kepalang tetapi si utusan berseru:
"Baik!" sambil tangannya mengangkat sumpinya, menjepit
teratai besi yang pertama dan ketika yang kedua tiba, ia
menyampok dengan sumpitnya itu hingga kedua biji teratai ber
adu keris, dua batang sumpitnya itu patah, ditengahnya,
menjadi empat-potong.
"Oh" berseru si utusan heran. lantas dia tertawa bergelak
seraya berkata "Benar-benar ahli pedang, dari Yu-ciu kesohor
bukan namanya saja! malam ini dapat aku mementang lebar
mataku!" Teranglah dengan kata-katanya itu, ia sudah lantas
mengenali penyerangnya, Dia memang bulan lain orang dari
pada satu di antara Tay-lwee Sam Toa Kho-ciu, tiga orang
tergagah di dalam istana, ialah U-bun Thong. Bersama-sama
Cin Siang dan Ut tie Pak, dia menjabat Liong Kie Touw ut, akan
tetapi dia merasa kurang disayangi Raja. Dia cuma merasa
sendirinya, bukan dia d bedakan. Sebabnya yaitu Cin Siang dan
Ut-tie Pak turunan menteri panglima pendiri Kerajaan Tong, dia
serd.ri dari keluarga biasa. Dia berang gapan Raja lebih akrab
dengan dengan kedua rekannya itu. Sebenarnya Raja tidak
membedakan mereka. Apa yang beda yaitu, Cin Siang dan Ut-
Ue Pak tidak membaiki segala dorna, U-bun Thong sendiri di
dalam menempel Yo Kui-hui, di luar merapati An Lok San. Ia
berbuat begitu dengan niat memperkokoh kedudukannya.
Demikian kali ini, mengantar wisit mandi itu, U-bun Thong
ditolong oleh Yo Kui-hui, yang memohon Raja mengutusnya. Ia
seorang liehar, ia tidak kenal Tean Kui Ciang tetapi ia tahu Kui
Ciang bermusuh atau lebih benar dimusuhkan An Lok San.
Dengan me-nyambuti teratai bes;, dan itu dicampur dengan
kcierangan tentang ilmu pedang orang, ia lantas menyangka
Kui Ciang Tepat terkaannya itu
Ketika itu Sie Siong bersama dua wie su lainnya sudah
memegat Kui Ciang Mereka bertempur di ruang dalam.
Karena kedudukannya sebagai kim-cee, utusan Raja, U bun
Thong tidak mau lantas turun tangan.
An Lok San kaget karena serangan gelap itu, lebih-lebih
mengetahui penyerangnya itu ialah Kui Ciang, musuh yang ia
lagi cari. Ia kagum karena U-bun Thong dapat menghalau
kedua biji teratai besi. Dengan lantas hatinya menjadi tetap,
hingga ia dapat berpikir: "Biarpun kau gagah. Kui Ciang, kau
datang seorang diri kemari, tidak nanti kau sanggup melayani
orang-crang sebawahanku ! Di sini pun ada U-bim Touw-ut!
Maka ia berbangkit dari kursinya, sembari tertawa ia kata :
"Aku kira siapa tak tahunya kau, sahabat baik ! bicaralah
secara baik ! Buat apa kau menggunai senjata! Benarkah kau
tidak ingat lagi persahabatan kita dan ingin sekali ambil
jiwaku?" Kui Ciang mendesak mengurdurkan Sie Siong. ia pun
menangkis dua musuh lainnya, habis itu ia menjasi dengar
suaraoya yang nyaring : ,An Lok San, kaukah si hina yang
memperoleh angin baik ! kau hendak mencari balas, buat apa
ku menggunai caramu yang rendah " kau dipat mencari aku,
kenapa kau membikin celaka sahabatku ?"
An Lok San tertawa. "Itulah salah mengerti !" sahutnya.
"Tapi walaupun kesalahan, kesalahan ada kebaikannya ! Jikalau
aku tidak keliru menangkap sahabatmu itu, mana dapat aku
mengundang kau tuan yang terhormat, datang kemari", Baiklah
kau ketahui, tiada maksudku membikin susah sahabat.nu itu.
Kebetulan sekali sekarang kau telah datang, ingin aku meminta
kau suka bekerja pada aku disini."
Kui Ciang bersenyum ewah. "Hm! Bekerja untukmu !
katanya, dingin. An Lok San tertawa lebar.
"Aku merangkap jabatan Ciattouwsu untuk Peng louw, Hoauyang
dan Hoo tong !" katanya nyaring "Jikalau kau bekerja
untukku, apakah itu menghina martabatku ?"
Berulangkali Kui Ciang mengasi dengar "Hm" yang nyaring.
Lantas Pendekar Pemetik Harpa 31 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 14
^