Kisah Pedang Bersatu Padu 18

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Bagian 18


eorang tauwbak tentara rakyat yang bernama Thio Pa, yang tinggalnya di
suatu tempat sepi di Kiukee Sippat Kan, pernah bersama
Ie Lihiap aku tinggal di sana, mungkin dia belum pindah,
mari kita pergi padanya."
Bouwyong Hoa suka ikut nyonya ini.
Hok Thian Touw tetap tidak suka banyak urusan tetapi
karena sekarang ternyata Kiauw Pak Beng sudah
berserikat dengan Koan Sin Liong, ia tidak bisa berbuat
lain daripada mengiringi isterinya, maka itu ia tidak mau
banyak omong lagi.
In Hong jalan di depan. Berselang satu jam. tibalah
mereka di tempat yang dituju. Ia lantas mengetuk pintu
menurut isyarat kaum tentara rakyat, mengetuk lima kali,
yaitu tiga lama dan dua pendek.
1271 "Sahabat siapa di luar?" terdengar suara menanya dari
dalam disusul dengan munculnya orangnya ialah Thio Pa.
Tauwbak ini pada belasan tahun yang lalu telah
mengikuti pamannya Yap Seng Lim yaitu almarhum Yap
Cong Liu. ketika pertamakah Ie Sin Cu pergi kepada
pasukan rakyat, dialah yang mengemudikan perahu
menghantarkannya. Dialah seorang yang gesit, maka
juga, begitu mendengar ketukan pintu berisyarat, ia lari
keluar untuk membukai pintu.
In Hong tertawa dan berkata: "Paman Thio, apakah
kau masih mengenali aku?"
Thio Pa mengawasi sejenak, lantas dia tertawa lebar.
"Kiranya Leng Lihiap!" katanya riang. "Dan tuan ini?"
Ia menunjuk kepada Hok Thian Touw.
Thian Touw lantas memperkenalkan dirinya.
"Oh, Hok Tayhiap!" Thio Pa kata sambil tertawa.
"Sudah lama aku mendengar nama besar dari tayhiap!
Sebenarnya sudah aku menduga kau siapa! Leng Lihiap,
hari ini kau harus mengundang aku minum arak
kegirangan!"
"Sayang Lauwgwa Lauw telah diubrak-abrik orang!"
berkata In Hong tertawa. "Kami datang kemari justeru
untuk menggerecoki kau lantaran kami tidak dapat lain
tempat lagi!" Lantas ia memperkenalkan Bouwyong Hoa
dan Tiangsun Giok.
Kembali Thio Pa tertawa.
"Lihiap menyebut-nyebut Lauwgwa Lauw," ia kata, "di
sini justeru ada orang yang ada sangkut pautnya dengan
rumah makan itu! Mari masuk menemui dia!"
1272 Tuan rumah ini membuka jalan untuk ke empat
tetamunya, maka di dalam mereka melihat si wanita
muda, yang tadi naik perahu sebagai nelayan,
menyambut mereka. Dialah Nona Ciu Bun Wan.
"Kiranya di Lauwgwa Lauw itu ialah kamu!" berkata
dia. "Siapa itu orang tua yang melepas senjata rahasia"
Terima kasih yang aku telah ditolongi, jikalau tidak,
entah bagaimana jadinya dengan aku, mungkin aku tak
dapat tiba di sini..."
"Bangsat tua yang melepaskan senjata rahasia itu
ialah Tokpie Kengthian Koan Sin Liong dari Aylao San," In
Hong memberi keterangan.
"Oh!" kataBun Wan. "Jadi dialah si tua bangka tak
mau mampus yang dulu hari telah dikutungi sebelah
tangannya oleh Huithian Liongli Yap EngEng!" "Itulah
benar!" "Kalau begitu, sulit!" berkata Bun Wan, masgul.
"Dengan adanya dia, sukarlah untuk membongkar
penjara..."
"Sebenarnya, apakah telah terjadi?" tanya In Hong
cepat. "Siapakah itu yang kena ditangkap pembesar
negeri " Pada tahun yang sudah pernah aku mendengar
dari enc ie Sin Cu halnya Yap Toako telah membuat
perjanjian dengan sunbu dari Ciatkang untuk kedua
pihak tidak saling ganggu. Kenapa sekarang pihak
pembesar di Hangciu menangkap orang pihak kita?"
Matanya Bun Wan menjadi merah.
"Sekarang ini telah terjadi pertukaran orang yang
menjadi sunbu," ia menerangkan. "Dan pertukaran itu
belum dapat diketahui oleh pihak kita. Hay San telah
1273 menerima perintahnya Yap Toako pergi ke kantor sunbu
untuk membicarakan sesuatu, ketika dia tiba, dikantor
orang justeru menyambut datangnya firman raja dengan
apa sunbu yang lama ditukar dengan yang baru.
Celakanya si pembawa firman ialah Yang Cong Hay.
Dengan begitu datangnya Hay San mirip dengan orang
yang menyerahkan diri ke dalam jaring. Yang Cong Hay
lantas menangkapnya!"
In Hong terkejut, baru sekarang ia mengerti. Hay San
itu --- Seng Hay San --- ialah suaminya Bun Wan, pantas
nyonya muda ini berduka.
Berhubung dengan tahun yang lalu raja yang baru
telah naik di atas tahta dan dari pelbagai propinsi datang
hadiah, pada itu telah terjadi hal yang luar biasa. Semua
hadiah kena dirampas "orang jahat," kecuali kiriman dari
dua propinsi Inlam dan Ciatkang. Karena itu pihak
pengirim yaitu raja muda dari Inlam, Bhok Kokkong, dan
sunbu dari Ciatkang, Li Coan. telah memperoleh pujian
dari raja. Tapi, berbareng dengan itu, dalam hati rajajuga
timbul kesangsian, hingga ia menjadi bercuriga. Sudah
begitu maka timbullah urusannya Tiat Keng Sim serta
Bhok Lin yang ketahuan ada hubungannya dengan pihak
tentara rakyat, hingga kejadian Keng Sim bersandiwara
membunuh diri, lantaran mana Thio Tan Hong bersama
Ie Sin Cu datang ke kota raja hingga mereka membekuk
seratus lebih anggauta Gilimkun dan pengawal-pengawal
raja, bahkan mereka menemui raja sendiri, sampai raja
tidak berani menarik panjang kejadian itu. Habis itu
kemudian raja pun mendapat tahu sebabnya kenapa,
seperti bingkisan dari Inlam, bingkisan dari Ciat kang itu
tak terganggu, yaitu lantaran adanya perjanjian di antara
sunbu dan pihak Yap Seng Lim dan Ciu San Bin itu. Raja
1274 menjadi tidak senang. Untuk mengambil tindakan terangterangan,
raja tidak berani, sebab Bhok Kokkong berada
jauh di Inlam dan kekuatan tenteranya besar, dari itu lalu
diambil tindakan diam-diam terhadap sunbu dari
Ciatkang, yaitu, Sunbu Li Coan ditangkap, untuk ditukar
dengan sunbu yang baru.
Tatkala itu Yang Cong Hay berada di kota raja, ia lalu
bekerja keras untuk mendapatkan pula pangkatnya yang
lama, oleh karena pangkat itu telah dipangku lain orang
dan untuk sementara tak ada pangkat yang cocok
untuknya maka Kaisar Cu Kian mengangkat ia menjadi
Cokcatsu, pangkat "pembesar tukang tangkap orang
jahat," dengan mana ia diberi kekuasaan menggunakan
polisi dan lentera di pelbagai propinsi pesisir, kemudian ia
di kirim ke Hangciu dengan dua tugas, yaitu satu untuk
menawan Sunbu Li Coan, dan kedua, guna bertindak
tentang Yap Seng Lim dan Ciu San Bin. Maka kebetulan
sekali, Seng Hay San diutus kepada sunbu, hingga dia
dengan gampang kena ditangkap.
Semua rahasia ini diketahui kemudian oleh mata-mata
yang bekerja di kantor sunbu. Sedang halnya Yang Cong
Hay mengundang Koan Sin Liong, si kakak seperguruan,
untuk membantu padanya, baru diketahui paling
belakang itu. Bingung In Hong mendengar keterangannya Bun Wan
ini. Ia jadi berpikir keras.
"Bagaimana dengan Giok Houw?" ia tanya. "Bukankah
dia yang mengacau di Lauwgwa Lauw itu?"
"Benar dia. Dia telah terluka tapi sekarang dia sudah
pulang ke benteng air," jawab Bun Wan.
1275 In Hong kaget. "Dia terluka?" ia tegaskan. "Bukankah ia terjun ke
telaga dan menyingkir dengan berenang" Bagaimana dia
terlukanya?"
"Di gili-gili Souwtee telah diatur banyak serdadu, yang
menghujani anak panah," Bun Wan menerangkan
terlebih jauh, "karena terhalang itu, dia terpaksa pergi ke
selatan bukit Kosan di mana dia mendarat dan
menerjang lentera negeri, yang dia dapat bubarkan."
"Jadi dia terlukakan panahnya tentera?"
"Bukan. Tentera negeri tak dapat melukakan dia.
Hanya di bukit itu dia bertemu dua lawan yang lihai,
yang satu dapat dia lukakan, yang lain kena memukul dia
dengan tangan pasir besi Tiatse Ciang. Syukur mahir
tenaga dalamnya, katanya dia tidak terluka parah."
"Jikalau begitu Yang Cong Hay bukan cuma mengajak
Koan Sin Liong seorang yang lihai. Syukur Giok Houw
tidak bertemu jago dari Aylao San itu, kalau tidak, entah
bagaimana kesudahannya."
"Memang," kata Bun Wan, "aku pun tidak tahu Yang
Cong Hay membawa banyak kawan yang lihai itu. Aku
menyamar jadi nelayan dengan niat membekuk beberapa
musuh, umpama komandan muda dari pasukan air
negara, supaya dia dapat ditukar dengan Hay San, aku
tidak sangka Koan Sin Liong menghalang-halanginya dari
Lauwgwa Lauw. Dia benar hebat sedang jaraknya dia
dari rumah makan itu demikian jauh. Jikalau bukan kau
membantu menghajar biji teratai besinya itu, mungkin
aku pun bercelaka..."
1276 Bouwyong Hoa mendengari saja orang berbicara, tidak
ada kesempatan untuk ia turut mengambil bagian,
setelah mendengar perkataannya Bun Wan itu, baru ia
menyelak. "Leng Lihiap," katanya, "bukankah tadi kau bilang kau
telah bertemu guru kami" Di manakah suhu
diketemukannya dan apakah pesannya untuk kami?"
Ditanya begitu, In Hong jadi berduka.
"Kita bertemu di atas gunung Kunlun San," ia terpaksa
menyahut. "Di situ dengan bergantian kita menempur
Kiauw Pak Beng..."
"Oh, jadi benar-benar suhu telah pergi kesana!" kata
Bouwyong Hoa. "Bagaimanakah kesudahannya" Apakah
siluman tua she Kiauw itu dapat lolos?"
Bouwyong Hoa sangat mempercayai gurunya, maka
itu, ia bukan menanyakan hal gurunya, justeru hal Kiauw
Pak Beng. Bukankah di sana pun ada Hok Thian Touw dan Leng
In Hong" Ia mau percaya, jikalau tidak mati sedikitnya
Pak Beng terluka.
Matanya In Hong menjadi merah.
"Jangan kamu berduka," sahutnya perlahan. "Guru
kamu. dia... dia telah menutup mata... Tapi juga Kiauw
Pak Beng, dia telah terluka Itci Siankang..."
Bouwyong Hoa dan Tiangsun Giok kaget hingga
keduanya menjublak.
"Bagaimana sebenarnya?" keduanya tegaskan
kemudian. Mereka bersangsi akan tetapi sekarang
mereka melihat kedua matanya In Hong mengalirkan air.
1277 "Kiauw Pak Beng telah mulai meningkat ke tingkat
delapan dari Siulo Imsat Kang," Hok Thian Touw
menggantikan isterinya berkata, "karena itu guru kamu
cuma dapat melukai dia. Di jaman ini, kecuali Tayhiap
Thio Tan Hong, tidak ada lain orang yang dapat melukai
dia secara demikian..."
Suheng dan sumoay itu menjublak pula, baru
kemudian keduanya menangis, air mata mereka turun
dengan deras. Kedukaan mereka bukan kepalang.
In Hong menjadi semakin berduka sedang Thian Touw
berduka berbareng merasa tidak tenang hatinya, la
merasa malu sendirinya.
"Apakah pesan guru kami sebelumnya ia menutup
mata?" kemudian Bouwyong Hoa tanya.
"Guru kamu menghendaki supaya sebelumnya Kiauw
Pak Beng binasa, janganlah kamu pulang dulu." In Hong
kasi tahu. "Gurumu ingin kamu ingat baik-baik
pengajarannya, supaya kamu bekerja sama dengan Ciu
Cecu atau Yap Cecu."
Bouwyong Hoa dapat menduga maksud gurunya, yaitu
supaya ia jangan sembrono pergi menuntut balas.
Hanya, karena gurunya telah terbinasakan, apakah ia
mesti berdiam saja"
"Bagaimana dengan sunio dan sute kami yang kecil?"
kemudian Bouwyong Hoa tanya pula. Ia maksudkan isteri
gurunya serta adik seperguruannya. "Pesan suhu tidak
dapat ditentang, tetapi toh pantas jikalau kami pulang
untuk berdamai dengan sunio" Apakah sunio telah
ketahui kejadian ini?"
1278 Untuk sejenak itu, Bouwyong Hoa masih memikir
pulang kepada Lim Sian In, untuk mengabarkan dan
berempukan, guna membicarakan urusan menuntut
balas. Ia tidak ingat, kalau gurunya sendiri sudah tidak
berdaya, bagaimana dengan ia dan ibu gurunya itu"
In Hong dapat membade hati orang.
"Meskipun guru kamu memesan demikian, kamu harus
sabar," ia membujuk. "Baiklah diketahui saatnya untuk
kamu pulang sudah tidak lama lagi. Kau tahu, perjalanan
kami ini justeru ada untuk mengundang Thio Tayhiap
guna membalaskan sakit hati guru kamu. Kami juga
berkewajiban membalaskan sakit hati itu. Sekarang ini
Kiauw Pak Beng telah menjadi musuh umum Rimba
Persilatan, siapa pun yang membinasakannya, sama saja.
Tentang sunio kamu, ia sudah dikabarkan oleh Hupangcu
Tie Goan dari Kaypang, maka itu ia tentulah lagi
menantikan juga Thio Tayhiap untuk turun tangan
bersama."

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bouwyong Hoa berdiam, juga Tiangsun Giok.
"Sekarang ini Kiauw Pak Beng banyak konconya," In
Hong menerangkan terlebih jauh, "jadi untuk
membinasakan dia, kita perlu juga menyingkirkan
sekalian konconya itu. Umpama Koan Sin Liong, dialah
kawan lihai dari Pak Beng, maka dia ini perlu disingkirkan
terlebih dulu."
Akhirnya suheng dan sumoay ini bersyukur. Nyata In
Hong telah mengatur untuk pembalasan sakit hatinya itu.
"Kami masih muda, di dalam segala apa kami menurut
saja pada Leng Lihiap," akhirnya Bouwyong Hoa bilang.
1279 Maka itu lalu ditetapkan, tindakan mereka yang
pertama ialah mencari dulu Yap Seng Lim dan Ie Sin Cu.
Thio Pa lantas diminta mengatur untuk keberangkatan
mereka. Malam itu Thian Touw dan In Hong tak dapat tidur
pulas. Mereka sama-sama berpikir keras. Sampai jauh
malam mata mereka masih terbuka saja. Akhirnya In
Hong tertawa dan berkata: "Apakah hatimu tak tenang
karena perjalanan kita ini terlambat?"
"Biar bagaimana, kita toh bakal dapat bertemu dengan
Koan Sin Liong, tak apa kita terlambat!" menjawab suami
itu. "Kelambatan ini tak dapat dicegah."
Hati sang isteri lega juga.
"Sekarang dia menjadi terlebih sabar," pikirnya.
"Rupanya dia mulai insaf..."
Thian Touw menghela napas. "Ya, inilah terpaksa,"
kata ia. "Kejadian ini tak dapat dihindarkan. Apa yang
aku kuatir ialah, gelombang yang satu belum tenang,
yang lain bakal menyusul... Entah sampai kapan laut
menjadi tenteram"..."
Ditanya begitu, sang isteri berdiam, la pun merasakan
demikian. "Ya, sampai kapan laut dapat menjadi tenang?" ia pun
tanya dirinya sendiri. Ia turut merasa sukar.
Teranglah sudah Thian Touw senantiasa mencari
ketenangan. Suami itu ingin memperoleh kesempatan
untuk meyakinkan sempurna ilmu pedangnya.
In Hong sebaliknya. Isteri ini belum memikir untuk
duduk diam saja. Di sana umpamanya masih ada le Sin
1280 Cu dan Yap Seng Lim, yang belum dapat berhenti
berusaha. Tidak dapat ia mententeramkan diri selagi
kawan-kawannya itu menghadapi badai dan gelombang
dahsyat. Belum ia memikir mencari pelabuhan di mana ia
bisa berlabuh. Hati In Hong bercekat kalau ia ingat mungkin ia
bentrok pula dengan suaminya sebab pandangan hidup
mereka masih berlainan...
Tengah isteri ini berpikir dengan hatinya pepat itu,
tiba-tiba telinganya mendengar suara angin yang keras
yang datangnya dari arah rimba.
Thian Touw pun dapat mendengar itu, bahkan suami
ini segera berkata: "Itulah suaranya panah nyaring! Ah,
di atas gunung di sana ada orang lagi bertempur!"
Berkat latihan bersamedhinya, yang membuat tenaga
dalamnya mahir, telinga orang she Hok ini menjadi luar
biasa tajam. In Hong percaya pendengaran suaminya itu, ia
bangun untuk menyamber pedangnya, buat segera lari
keluar. Melihat demikian. Thian Touw menghela napas.
"Benarlah, gelombang yang satu belum tenang, telah
menyusul yang lain," pikirnya. "Benarlah satu kali orang
terlibat dalam pertempuran-pertempuran kaum
Kangouw, sulit orang menyingkirkan diri pula, lantas tak
ada lagi saat yang tenang..."
Meski begitu, ia menyusul isterinya itu.
Suami isteri ini berlari-lari dengan "Lioktee Huiteng,"
atau "Terbang mumbul di atas tanah." suatu ilmu ringan
1281 tubuh yang mahir. Sebentar saja mereka sudah melalui
empat atau lima Iie, lalu di dekat selokan Cengtiok Kan
mereka menampak berkelebatannya sinar pedang di
sana beberapa tubuh manusia lagi bergerak-gerak dalam
sebuah pertempuran.
Setelah datang cukup dekat, In Hong berhenti berlari,
untuk mengawasi. Ia tidak mau bertindak sebelum
melihat nyata mereka itu, siapa lawan siapa kawan.
Yang bertempur itu terdiri dari lima orang, dengan
bantuan sinar rembulan dan bintang, dapat mereka
dikenali. Yang tiga berdandan sebagai opsir, yang dua
sebagai rakyat jelata. Satu opsir ternyata Yang Cong
Hay, yang bersenjatakan pedang. Seorang tua, yang
bersenjata tongkat bambu, ialah jago kenamaan dari
PekTo, golongan Jalan Putih, sebab ialah Sin-ie Kok Tiok
Kun si Tabib Sakti. Sedang kawannya tabib ini, seorang
muda, bukan lain daripada Ban Thian Peng.
Kok Tiok Kun menggunakan sebatang tongkat sebagai
pedang, ia dapat menikam dan menotok, sedang Thian
Peng memegang sepasang poankoan pit, untuk menotok
juga, tetapi dalam pertempuran ini, mereka repot sekali.
Mereka dikepung musuh-musuh yang lihai dan licik.
Yang Cong Hay dengan pedangnya melayani Kok Tiok
Kun. Berdua mereka nampak berimbang. Ban Thian
Peng dilibat oleh musuh yang usianya sudah lanjut,
yang berkelahi dengan tangan kosong. Dia rupanya lihai
sekali sebab dia tidak jeri untuk sepasang poankoan pit
lawannya, bahkan dia dapat mendesak.
Yang menyulitkan ialah musuh yang ketiga, si opsir
usia pertengahan. Dia menggunakan joanpian, cambuk
1282 atau ruyung lemas. Dia tidak mengepung salah satu, dia
hanya mengambil kedudukan di tengah. Dia menjadi si
pengacau. Dia selalu menanti ketika. Ada kalanya dia
menyerang Tiok Kun, ada waktunya dia membokong
Thian Peng. Dia cuma membikin orang bingung.
Selama In Hong menonton, ia menyaksikan Tiok Kun
kena dibokong satu kali dan Thian Peng tiga kali, hingga
pakaiannya anak muda itu rubat-rabit, hingga dia
menjadi repot. Kelihatannya pemuda she Ban itu telah
mendapat luka tak enteng.
Sampai di situ, In Hong tidak dapat menonton terlebih
jauh. Ia berseru dan berlompat maju, untuk
menghampirkan tukang mengacau itu.
Opsir yang bergegaman joanpian itu mendengar suara
orang dan melihat orang mendatangi, tanpa menegur
lagi, ia menyambut. Ia menimpuk dengan seraup biji
teratai besi, hingga terdengar suara anginnya serangan
itu. In Hong menangkis. Ia menggunakan tipu silat "Naga
Sakti keluar dari laut." Maka dengan menerbitkan suara
berisik, semua biji teratai besi itu kena dihajar mental ke
segala penjuru.
Opsir itu terkejut.
In Hong maju terus, ia menyerang. Ketika ia ditangkis
si opsir, ia babat kutung senjatanya opsir itu. hingga dia
menjadi terlebih kaget pula. Tapi pun pedang si nyonya
kena tersampok, dari mana ternyata, opsir itu benar
bukanlah sembarang opsir.
Yang Cong Hay yang bermata tajam lantas dapat
melihat di belakangnya In Hong ada Thian Touw. hatinya
1283 menjadi kecil. Dia memang licik. Dia mengerti bahwa
bahaya maut lagi mengancam padanya. Tanpa berpikir
panjang lagi, dia berseru:?"Angin keras! Berhenti!"
Lantas dia menangkis serangannya Kok Tiok Kun, terus
dia memutar tubuh dan lari keras, hingga lekas juga dia
sudah pergi jauh.
Si opsir tua dan usia pertengahan mengerti tanda
kawannya, mereka juga mau mengangkat kaki, untuk
menyusul kawan mereka itu. Tapi In Hong.mendesak
opsir usia pertengahan itu. berulang-ulang ia menikam,
tatkala si opsir berlompat, ia tikam mata kakinya. Maka
robohlah dia, terguling ke bawah bukit!
Habis itu In Hong menyerang si tua. Dia itu Iiehay, dia
dapat meloloskan diri.
"Sudahlah!" berkata Thian Touw, yang tidak berniat
mengejar musuh. "Paling perlu kita menolongi orang!"
In Hong dapat dikasih mengerti.
Ketika itu segera terdengar suaranya Ban Thian Peng:
"Kau, Leng Lihiap" Bagaimana dengan lukanya Ciu Cecu,
sudah sembuh seluruhnya atau belum" Apakah lihiap
mendengar halnya Siu Lan?"
Suara pemuda itu tidak keras, rupanya selain luka di
luar juga ia terluka di dalam.
In Hong menghampirkan pemuda itu.
Ban Thian Peng bersama Kok Tiok Kun pergi ke
Selatan untuk mencari Im Siu Lan. Ketika mereka tiba di
Hangciu, mereka justeru mendengar kabar hal ada
seorang tauwbak-nya Yap Seng Lim kena tertangkap
pembesar negeri dan ditahan di kantor sunbu. Mereka
1284 lantas memikir untuk menolongi. Kok Tiok Kun yang
bernapsu sekali, dia yang mengajaki Thian Peng. Di luar
dugaan, mereka bertemu musuh-musuh yang tangguh,
yang menjaga kuat kantor sunbu. Syukur untuk mereka,
Koan Sin Liong tidak turut mengepung, sebab Sin Liong
letih bekas melayani Thian Touw. Mereka kabur terus.
Kawan yang tua dari Yang Cong Hay ialah Cui Goan
Pok dari Cengciu. Dia memang Iiehay, sebab dia pandai
berkelahi dengan tangan kosong, untuk merampas
senjata musuh dan kemudian merobohkannya. Ilmu
silatnya, Kimna Ciu, ilmu menangkap, terdiri dari tujuh
puluh duajurus. Dibanding dengan ilmu Hunkin Coku Ciu
dari Law Tong Sun, dia kalah setingkat, tetapi dia toh
terkenal sekali. Sedang opsir usia pertengahan itu
bernama Kouw Tok Cun, murid nomor dua dari Koan Sin
Liong. Dia telah mewariskan ilmu senjata rahasia dari
gurunya. Dialah yang menggunakan teratai besi melukai
Thio Giok Houw di luar LauwgwaLauw.
Yang Cong Hay bertiga terus mengejar Kok Tiok Kun
berdua. Tiok Kun tahu di mana tempatnya Thio Pa, ia
percaya di sana ia bakal dapat bantuan, maka itu ia
mengajak Thian Peng lari ke arah rumah orang she Thio
itu, tetapi di dekat selokan mereka tercandak, hingga di
situ mereka mesti berkelahi mati-matian. Mereka
dipersulit oleh Tok Cun. Syukurlah In Hong dan Thian
Touw keburu tiba, kalau tidak, Thian Peng bisa celaka.
Ban Thian Peng taat kepada pesan Cit Im Kauwcu, ia
pandang Siu Lan sebagai adik sendiri, maka juga begitu
melihat In Hong. ia tanyakan hal adik angkat itu.
In Hong lantas menyahuti: "Ciu Cecu sudah sembuh!
Im Siu Lan sudah pulang ke benteng gunung!"
1285 Thian Peng girang hingga ia berseru sambil
berjingkrak, atau mendadak ia menjerit kesakitan dan
roboh sendirinya.
Kok Tiok Kun lompat untuk memimpin bangun.
"Syukur, nadimu tidak kurang suatu apa!" kata tabib
itu tertawa. Selagi mengangkat, ia lantas pegang nadi orang. "Tapi
ingat, jangan lagi kau berseru-seru dan berlompatan!"
Sebenarnya Thian Peng terlukakan Cui Goan Pok pada
jalan darah hieji, sedang luka joanpian tidak berarti. Tiok
Kun merasa pasti, dalam waktu tiga hari ia akan dapat
menyembuhkannya.
Sementara itu Cio Bun Wan bersama-sama Bouwyong
Hoa dan Tiangsun Giok serta Thio Pa telah datang
menyusul, mereka itu kenal Kok Tiok Kun, maka
pertemuan itu menggirangkan mereka. Lantas bersamasama
mereka balik. Setelah mengetahui segala apa, Thio Pa berpikir, terus
ia berkata: "Tempat kita ini sudah diketahui musuh, tidak
dapat kita berdiam lebih lama pula di sini. Baiklah besok
pagi kita lantas berangkat!"
Sebenarnya Thio Pa lagi menyiapkan kendaraan air
dan awaknya dan masih belum bersedia, tetapi sekarang,
tak dapat ia menanti lagi. maka ia lantas bekerja.
Malam itu orang tak tidur lagi. Mereka berjaga-jaga
karena kuatir musuh nanti datang pula. Tapi sampai
terang tanah, mereka tidak mendapat gangguan apaapa.
1286 Itulah disebabkan Kouw Tok Cun terluka. karena dia
ditolongi, ketika mereka itu tiba di kantor sunbu, hari
sudah jam lima.
Tiok Kun menggunakan jarum mengobati Thian Peng,
untuk membuyarkan darahnya yang bergumpal, maka
itu. meski si anak muda belum sembuh benar, dia sudah
dapat berjalan. Pagi itu. dengan naik perahu, mereka
pergi menyingkir.
Di atas kendaraan air, In Hong memandang jauh ke
sekitarnya. Ia melihat ujung air seperti nempel dengan
pangkal langit. Burung-burung beterbangan. Ia merasa
hatinya terbuka. Maka ia berpaling kepada suaminya dan
kata sambil tertawa: "Inilah yang dibilang, laut lebar
membikin ikan dapat berlompatan, dan langit terbuka
memerdekakan burung beterbangan. Satu kali orang
berada di tengah laut, legalah hatinya!"
Thian Touw menyeringai.
"Nampaknya kau sangat mengagumi Sin Cu beramai!"
katanya masgul. Ia ingat bagaimana pada dua tahun
dulu ia pergi mencari In Hong, ketika itu ia telah minta
bantuannya Ie Sin Cu, tetapi sekarang, ia telah terlibat
oleh isterinya ini, sekarang ia mesti ikut isterinya pergi
mencari pula Nona Ie...
Tiga hari orang berlayar maka tibalah mereka di
tempatnya Yap Seng Lim. markas di Tanghay, Laut
Timur.

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika Yap Seng Lim mendengar siapa yang datang,
bersama-sama Ie Sin Cu dengan lekas ia pergi
menyambut. 1287 Bukan main girangnya Sin Cu dan In Hong dapat
bertemu pula satu dengan lain, meskipun belum ada satu
tahun semenjak mereka berpisah, hingga tanpa merasa,
In Hong membikin suaminya menjadi tersampingkan.
Thian Touw pun lantas bisa melihat bahwa In Hong itu
benar-benar orang yang sama cita-citanya dengan Sin
Cu. Dengan begitu, ia merasa ia seperti orang luar...
Thio Giok Houw sudah sembuh tujuh atau delapan
bagian, maka setelah bicara sebentar, In Hong ajak Sin
Cu pergi menjenguknya.
Giok Houw senang mendapat kunjungan itu apapula
kapan ia mendengar halnya In Hong berdua Thian Touw
menempur Kiauw Pak Beng, cuma ia berduka akan
mendapat tahu kematiannya Ouw Bong Hu. Ia pun
berlega hati mendengar halnya Siu Lan, yang tak usah
dikuatirkan lagi.
"Mana Kiam Hong?" kemudian In Hong tanya. "Kenapa
aku tidak lihat dia" Apakah dia belum pulang?"
"Bagaimana, eh?" Sin Cu balik menanya. "Bukankah
kamu datang kemari bersama Nona Liong?"
"Memang aku bersama ia tetapi kita berpisah di
Thiancia," sahut In Hong. "Dia naik perahu bersamasama
Thay Ouw Cecu Liu Tek Chong dan Chio Peng Kin.
Tentu dia sekarang ada di tempatnya Chio Cecu. Kalau
dia mendengar Giok Houw terluka. pasti dia menyesal
tidak mempunyai sayap untuk terbang kemari!..."
Mendengar begitu, hati Sin Cu tidak tenang. Ia
percaya, seharusnya Kiam Hong sudah sampai di
markasnya ini. 1288 "Perjalanan di laut sukar ditentukan," kata Giok Houw.
"Jikalau kita menghadapi gangguan angin, kita dapat
terhalang beberapa hari."
Pemuda ini dapat berkata demikian tetapi hatinya tak
tenang. Ia terus memikirkan Kiam Hong.
Dua hari orang mengharap-harap, perahunya Liu Tek
Chong tetap tak kunjung tiba. Di lain pihak datanglah
warta buruk dari Hangciu. Mata-mata dapat berita
ketenteraan, ialah bahwa sunbu yang baru, setelah mulai
bertugas, lagi rajin mengumpul pasukan air dari pelbagai
tempat, mungkin maksudnya untuk melakukan
penyerbuan. Seng Lim lantas berhimpun, untuk membicarakan
kemungkinan penyerangan tentera negeri itu. Kalau
benar, penyerangan itu mesti dilawan. Mereka juga
sekalian merempuki pertolongan untuk Seng Hay San.
Tengah mereka berunding itu. datang warta tergesagesa
lainnya lagi. yaitu katanya perahu peronda telah
dapat menolong seorang yang mendapat kecelakaan di
laut. "Orang apa dia itu?" Seng Lim tanya. "Kenapa kau
agaknya gelisah?"
"Orang itu dikenali sebagai Liu Cecu dari Thay Ouw..."
"Lekas ajak dia masuk!" berkata
Sin Cu cepat. "Aku akan dengar sendiri
keterangannya!"
"Orang itu tidak dapat didengar keterangannya,"
berkata pula tauwbak yang datang melapor itu. "Dia
telah dipotong lidahnya hingga dia tidak dapat bicara.
1289 Juga setelah ditolongi, dia mengamuk tak hentinya,
lagaknya seperti orang gila."
Seng Lim heran. Ia menyangka pada kejadian jelek.
"Lekas bawa dia masuk!" ia menitahkan. Di lain pihak
ia menyuruh mengundang Kok Tiok Kun.
Orang yang ditolongi di laut itu sudah lantas dibawa
masuk. Ia pun lantas ada yang kenali sebagai Ong Tiauw
Keng. Dia benar orangnya Liu Tek Chong. Dia tidak mau
diam, dia meronta-ronta dan mulutnya mengasi dengar
suara ah-ah~uh-uh. Dia benar mirip orang edan.
Matanya yang je lilitan dan wajahnya yang berkedutan
menandakan dia pun tengah ketakutan. Dia merontaronta
seperti orang mau lari kabur. Maka ia mesti dibawa
masuk dengan paksa, beberapa orang memeganginya
keras-keras. "Ong Tiauw Keng, apakah kau masih kenali aku?"
Seng Lim tanya.
Tiauw Keng pernah turut Tek Chong datang kepada
pemimpin pasukan rakyat ini, atas pertanyaan itu. dia
mengawasi dengan mendelong, agaknya dia memikir
tetapi tidak dapat ingat.
"Dia sebenarnya cerdik sekali, kenapa sekarang dia
menjadi begini, seperti orang yang asabatnya sangat
terganggu?" kata Seng Lim. "Dia ditanya, dia tidak bisa
menjawab, bagaimana?"
"Nampaknya dia belum menjadi gila." kata Tiok Kun.
"Lihat, dia masih tetap berpikir keras. Rupanya dia
mencoba mengingat-ingat kau. Aku lihat, dia tentu telah
menghadapi kejadian yang sangat menakuti."
1290 "Apakah ada daya untuk menyadarkan dia?"
"Nanti aku coba."
Lantas Tiauw Keng dicekoki obat, habis itu dia
dibiarkan tidur lama. Begitu dia mendusin, dia lantas
direjang pula, untuk diberikan tusukan jarum di ketiga
jalan darahnya, honghu, taytwi dan giokheng.
Tidak lama dari bekerjanya tusukan jarum, Tiauw
Keng berlompat bangun sambil berseru-seru pula ah-ahuh-
uh, lantas air matanya turun bercucuran. Dia
menghampirkan Seng Lim untuk memberi hormat sambil
menjura. Rupanya dia sudah mengenali pemimpin
tentara rakyat itu tetapi belum seluruhnya.
Kok Tiok Kun memeriksa tubuh orang, kecuali lidahnya
dipotong, dia itu tidak dapatkan lain luka. Adajuga luka di
luar, yaitu tubuhnya lecet belasan tempat. Diduga itu
bekas terbentur-bentur batu tepian laut.
"Apakah kau hendak minta sesuatu dari aku?" Seng
Lim tanya. Tiauw Keng mengangkat kepalanya, ia mengawasi
mendelong. "Telinganya pun sudah rusak." Tiok Kun memberi
tahu. "Agaknya dia sudah ingat banyak. Nanti aku tanya
padanya." Tabib ini dengan Liu Cek Chong telah bersahabat
untuk banyak tahun, maka itu tentu sekali Tiauw Keng
mengenali padanya. Ia lantas minta kertas tulis dan pit,
ia melukis gambarnya Tek Chong, gambar mana
diperlihatkan orang yang terganggu urat syarafnya itu.
1291 Melibat gambar jago tua itu, Tiauw Keng lantas
menangis. Karena lidahnya sudah buntung, ia tetap cuma
bisa ah-ah-uh-uh.
Seng Lim bergelisah. Ia menghampirkan dekat, ia
bicara di telinga orang itu, kedua tangannya dipakai
memetahkan sesuatu. Tanyanya: "Apakah Liu Cecu
menemui bencana?"
Tiauw Keng mementang kedua tangannya, ia
merangkul beberapa kali.
Seng Lim dapat membade tanda rangkulan itu, tanda
memeluk. "Di manakah Liu Cecu dikurung orang?" ia menanya
pula. Kembali ia memberi tanda.
Tiauw Keng cuma mengangguk dengan perlahan.
Seng Lim lantas menyodorkan alat tulis, supaya dia itu
menulis, tetapi Tiauw Keng belum sadar betul, habis
menyambut pit, ia patahkan itu, ia nampaknya ketakutan
pula. lagi-lagi ia bersuara ah-ah-uh-uh itu, suaranya
sangat menyayatkan.
"Dia belum sadar seluruhnya, dia cuma ingat
kehebatannya peristiwa," kata Tiok Kun. "Mungkin di
antara kawan-kawannya ada yang ditabas
pinggangnya..."
"Kiranya ini cukup juga untuk kita," kata Seng Lim
akhirnya. "Aku percaya Nona Liong dan Liu Cecu semua
telah kena terkurung di sebuah pulau kosong, tentu
mereka itu mendapat kecelakaan."
"Bagaimana dapat kau menerka demikian?" tanya Sin
Cu, sang isteri.
1292 "Bukankah Tiauw Keng diketemukan di laut?" balik
tanya Seng Lim. "Bukankah di tepian banyak batu-batu
tajam" Itulah yang menyebabkan luka di luar dari orang
ini. Aku percaya pulau kosong itu tak jauh jaraknya dari
tempat kita ini, paling jauh seperjalanan tiga hari..." Ia
berhenti sebentar, seperti ada yang dipikirkan, lalu ia
menambahkan: "Semua pulau di sekitar sini telah aku
periksa, maka aku menduga kepada kepulauan di
tenggara, jauhnya tiga ratus li. Di sana ada beberapa
pulau kecil. Pernah aku memeriksa pulau-pulau itu.
Karena di sana tidak ada tempat yang bagus untuk
dijadikan pelabuhan dan terpisahnya dari sini jauh juga,
aku melepaskannya. Aku mau percaya Liu Cecu
terkurung di sana, sebab lainnya pulau tak ada yang
kosong. Sayang aku tidak bisa meninggalkan tempat ini.
Maukah kau mewakilkan aku pergi ke sana?"
"Baiklah," menyahut Sin Cu.
Thio Giok Houw dan Ban Thian Peng menyatakan suka
turut pergi. Thian Peng bersyukur kepada Kiam Hong,
yang sudah menolongi Siu Lan, ia hendak membalas
budi. "Untuk kepergian ini kamu harus mendapat kawan
yang pandai ilmu tabib," kata Seng Lim. "Maka itu, Kok
Locianpwee, sukalah kau capai sedikit untuk turut pergi
bersama." Sudah tentu Tiok Kun suka membantu.
"Kenapa kau melupai aku?" In Hong tanya tertawa.
Seng Lim memandang nyonya itu.
"Baiklah," sahutnya, yang menganggap baik juga
orang pergi banyakan. Tetapi Hok Thian Touw diminta j
1293 angan turut. Sebab dikuatir, andaikata Koan Sin Liong
datang, tidak ada yang sanggup melayani dia.
Sin Cu lantas menyiapkan seratus serdadunya yang
pandai berenang, mereka di tempatkan dalam dua
perahu besar. Segera mereka berlayar ke arah tenggara
seperti ditunjuk Seng Lim. Benarlah, di hari ketiga
magrib, mereka telah tiba di pulau itu, yang kecil, bahkan
di tepiannya telah didapatkan sebuah perahu kandas.
Dikenali itulah perahunya Liu Tek Chong dari Thayouw,
sebagaimana benderanya masih terlihat berkibar-kibar.
Orang lantas mendarat. Paling dulu mereka memeriksa
perahunya Liu Tek Chong itu. yang ternyata sudah rusak,
ialah banyak liangnya. Di lantai perahujuga terlihat
tanda-tanda darah. Isi perahu sudah habis.
"Perahu ini terdampar gelombang," kata Tiok Kun, "dia
telah melanggar karang. Rupanya telah terjadi
pertempuran setelah terdamparnya itu."
Hati Giok Houw menjadi tidak tenang.
"Mari kita periksa!" In Hong mengajak.
Di pesisir situ banyak batu tajam, itulah bukti dari
penderitaannya Ong Tiauw Keng, yang telah kabur dari
daratan. Giok Houw menggigil sendirinya kapan ia
membayangkan penderitaannya Tiauw Keng itu.
Bukankah rombongannya Liu Tek Chong telah dikurung
musuh dan itu telah berjalan beberapa hari lamanya"
Bagaimana dengan mereka" Mereka masih hidup atau
sudah mati" Dapatkah mereka meloloskan diri"
Kecelakaannya Tek Chong berarti juga kecelakaannya
Kiam Hong... 1294 Tak sanggup Giok Houw memikir lebih jauh, maka ia
lantas mencari terus.
Itulah pulau kosong yang belum dibuka.
Ketika itu cuaca juga sudah mulai remeng-remeng dan
rimba menjadi gelap sekali, ditambah dengan kesunyian.
suasana dapat mendatangkan rasa segan dan jeri...
Dugaannya Kok Tiok Kun tidak salah. Perahunya Liu
Tek Chong itu telah diserang badai, lalu melanggar
karang, terus terdampar di pesisir. Cuma mereka tak
dapat menduga tepat penderitaan hebat dari Tek Chong
semua, kecuali mereka menerka-nerka dari keadaannya
Tiauw Keng. Perahu Tek Chong itu diganggu badai hingga kanyut
ke arah pulau kosong itu. lalu membentur karang dan
terdampar. Syukur mereka sendiri tidak mendapat celaka
apa-apa. Terpaksa mereka mendarat. Pikiran mereka
ialah untuk memperbaiki dulu kendaraan air mereka itu.
yang mana akan makan tempo beberapa hari. Tidak
dapat mereka berdiam terus di dalam perahu rusak itu,
sedang juga ada kemungkinan gangguan air pasang.
Maka mereka mengangkut semua barang makanan dan
lainnya yang dibutuhkan, mereka pergi mencari tempat
di mana mereka dapat membuat gubuk darurat.
Begitulah dengan mengajak belasan awak perahunya,
Tek Chong bersama Chio Peng Kin dan Nona Liong pergi
memeriksa pulau itu. yang tidak luas, melainkan
rimbanya benar lebat dan rumputnya tinggi-tinggi serta
banyak pohon rotannya dan oyot lainnya. Sesudah jalan
sekian lama, lantas mereka mendapatkan satu bidang
yang lebih datar di mana ada sebuah benteng tua yang
sudah rusak. 1295 "Syukur!" kata Tek Chong tertawa. "Di sini dapat kita
menempatkan diri. Hanya entahlah tempat ini ada
penghuninya atau tidak Ia lantas berkata nyaring: "Aku


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Tek Chong dan rombongan dari Thayouw kena
terdampar angin sampai di sini, maka itu aku mohon
bertemu dengan tuan rumah, untuk minta diberikan
tempat menumpang meneduh!"
Tek Chong menduga, kalau benteng itu ada
penghuninya, orang mesti sesama kaum Rimba
Persilatan, atau sedikitnya perompak yang lagi
menyembunyikan diri, hingga namanya sebagai ketua
dari benteng Thayouw Ce mestilah diketahui. Ia juga
mengharap memperoleh beberapa sahabat baru.
Benarlah dugaan jago ini, benteng ada penghuninya.
Suaranya masih belum berhenti, pintu telah dipentang,
dari dalam lantas terlihat keluarnya serombongan orang,
hanya melihat mereka itu, Kiam Hong terkejut, sampai
hampir ia tidak mau percaya matanya.
Rombongan itu terdiri dari beberapa puluh wanita
muda, yang menjadi kepala ialah seorang aneh yang
tubuhnya dikerebongi kulit binatang yang berbulu. Dan di
antara rombongannya itu ada beberapa yang nona ini
kenali sebagai murid-muridnya Cit Im Kauwcu.
Sebegitu jauh yang Kiam Hong ketahui, murid-murid
Cit lm Kauwcu berkumpul didusun Tang Keepo di gunung
Himji San di luar kota Ganbunkwan. Dan gunung Himji
San itu terpisah dari pulau ini beberapa ribu li jauhnya.
Maka heran mereka ini diketemukan di sini dan mereka
berada di bawah pimpinan orang aneh itu.
Masih ada satu hal lainnya yang luar biasa, yang
mengejutkan. Di samping si orang aneh ada seorang lain,
1296 yang bercokol di atas sebuah kereta roda satu. Dialah
seorang dengan muka berewokan, tubuhnya tinggi dan
besar, dandanannya sebagai seorang pelajar tetapi tak
keruan ragamnya. Dialah Tiatsan Siseng Couw Thian
Yauw, si Pelajar Kipas Besi, orang yang dulu hari di
dalam kuil telah dihajar Cit Im Kauwcu dengan peluruh
beracun Tokyam tan serta kemudian oleh Nona Liong ini
dibacok kutung sebelah lengannya!
"Celaka! Itulah musuh!" Kiam Hong berseru.
Justeru itu Couw Thian Yauw tertawa berkakakan dan
kereta roda satunya maju cepat sekali ke arah si nona,
maka tidak ampun lagi Kiam Hong menyambutnya
dengan tikaman "Bidadari menenun," menikam ke arah
dada. Thian Yauw bercokol di atas keretanya, separuh
tubuhnya bagian bawah tak dapat digeraki, si nonajuga
kebetulan berada di tempat yang terlebih tinggi, maka
hebatlah dia terancam bahaya, akan tetapi meski
bercacad, dia masih lihai, dengan lantas dia menangkis
dengan kipas besinya begitu rupa. hampir pedang si
nona terlepas dari cekalannya.
Nona Liong terkejut, insaflah ia akan lihainya musuh
lawas itu. maka ia lantas menyerang pula. Ia pun telah
memperoleh kemajuan setelah sekian lama berada
bersama In Hong. Karena ia tahu lihainya kipas besi itu,
tak mau ia membenturnya pula.
Oleh karena ia duduk di atas kereta, biar bagaimana
juga, Thian Yauw tak sesebat orang yang kedua kakinya
merdeka, dari itu, dilawan dengan kegesitan oleh si
nona. dia menjadi repot, dia lantas terdesak. Kiam Hong
1297 senantiasa mengarah pelbagai jalan darah, maka dia
selalu menutup diri.
Orang aneh berkerebong kulit itu berseru, dia
memburu kepada Liu Tek Chong.
"Tuan, sukakah kau memberitahukan shc dan
namamu yang mulia" tanya jago Thayouw itu. "Aku ialah
Liu Tek Chong dari Thayouw!"
"Aku tahu kau ketua dari Thayouw!" menyahut orang
itu. kasar. "Baiklah, aku akan menerima kau supaya kau
bekerja sebagai budak pelayanku!"
"Kurang ajar!" kata Tek Chong yang menjadi murka.
"Kau siapa"
Bagaimana kau berani menghina kepadaku?"
Orang itu tertawa bergelak.
"Taruh kata aku beritahu namaku, kau tentu tidak
tahu!" dia menjawab, ketus. "Kau tahu, dengan suka
menerima kau sebagai budakku, itu tandanya aku
menghargai kau, tua bangka! Sudah, jangan banyak
omong lagi! Kau suka jadi budakku atau tidak" Atau kau
lebih suka mengantarkan jiwamu! Mati atau hidup, kau
pilihlah!"
Tek Chong tidak dapat menguasai diri lagi, ia angkat
goloknya yang besar dan berat, ia menyerang sambil
membentak: "Manusia terkebur, lihat golokku!"
Orang aneh itu berkelit, sembari berkelit ia menghajar
belakang golok dengan tangannya yang kosong, ' hingga
golok itu terpental! Lantas dia tertawa terbahak-bahak
dan berkata pula: "Bagus! Kau nyata lihai juga! Baiklah,
boleh aku angkat kau menjadi kepala budak!"
1298 Tek Chong kaget dan heran. Inilah ia tidak sangka. Ia
jadi semakin panas hatinya. Kembali ia membacok.
Kembali ia gagal. Saking penasaran, ia lantas menyerang
terus berulang-ulang. Ia telah mengerahkan tenaganya
dan mengeluarkan kepandaiannya yang telah terlatih
beberapa puluh tahun.
Didesak secara demikian, si orang aneh mundur juga.
Rupanya dia merasa jeri terus melayani dengan tangan
kosong. Ketika itu Chio Peng Kin turut maju, iamenggunakan
penggayunyayang berat mengepung si orang aneh.
hingga dia ini menjadi repot. Tapi dia tidak takut, dia
kembali tertawa bergelak. Mendadak dia lompat mundur,
untuk terus mencabut sebuah pohon dengan apa dia
membalas menyerang.
Tek Chong dan Peng Kin lompat mundur, sembari
mundur jago tua itu membacok, hingga cabang-cabang
pohon itu terbabat kutung.
Di situ juga muncul seorang lain, yang mukanya
potongan segi tiga.
"Suhu, ini senjatamu!" dia berteriak, sembari kedua
tangannya melemparkan dua benda yang bersinar kuning
emas. Kemudian ternyata, itulah sepasang gembolan Cikim
twi segi delapan.
Si orang aneh berlompat menyambuti senjatanya itu,
lantas dia maju menghampirkan musuhnya, sembari
tertawa dia menanya: "Adakah kamu masih belum mau
menyerah" Aku kenal kau tetapi sepasang gembolanku
1299 ini tidak! Jikalau kamu tetap tidak mau menyerah, nanti
kamu menyesal sesudah kasip!"
Tek Chong dan Peng Kin tidak menghiraukan
ancaman, keduanya maju menyerang. Tatkala senjata
mereka bentrok, keras, telinga mereka ketulian. Tapi
yang mengejutkan ialah tangan mereka menggetar dan
telapakan tangan-nya sakit. Sebab senjata mereka kalah
berat, tenaga mereka pun beda jauh!
Pertempuran itu membikin rimba berisik. Juga muridmurid
Cit Im Kauw sudah lantas turun tangan menyerang
orang-orangnya Tek Chong.
Liong Kiam Hong melihat suasana buruk, ia berlompat
untuk meninggalkan Couw Thian Yauw, terus ia lari
mutar. Tapi Tiatsan Siseng tidak mau sudah, dengan
kereta roda satunya dia mengejar, sambil tertawa dingin
dia berkata: "Aku mau lihat kau hendak lari ke mana?"
Habis itu, dia berteriak: "Ki Toako! Jangan kau kasih lolos
budak perempuan ini! Kitab Pektok Cinkeng ada
padanya!" Kiam Hong lari ke arah orang-orang Cit Im Kauw, ia
lantas berseru: "Eh, kamu semua dengar! Kamu masih
mengenali aku atau tidak" Kauwcu kamu sudah
meninggal dunia tetapi Nona Im Siu Lan sekarang berada
di benteng Kimto Ce, dia sedang mencari kamu! Dengan
Im Siu Lan aku telah mengangkat saudara! Kenapa kamu
ikuti ini kawanan manusia busuk?"
Kawanan Cit Im Kauw itu melengak, hingga mereka
berhenti menyerang, tak ada yang membuka suara.
1300 Sekarang Kiam Hong dapat melihat di antara mereka
itu ada seorang yang bertubuh kecil, kate dan kurus
sekali,matanya panjang, roman-nya jelek.
Dialah seorang suku bangsa Biauw. Semua orang Cit
Im Kauw itu lantas mengawasi dia, agaknya merekajeri.
Selagi orang pada berdiam itu, si orang Biauw tertawa
dan berkata kepada murid-murid Cit Im Kauwcu itu:
"Kamu suka turut aku atau kamu ingin ikut anak
perempuannya Cit Im Kauwcu si tua untuk kamu angkat
menjadi ketua kamu"-He, apakah kamu sudah
gagu semua" Lekas bilang, lekas! Jikalau tidak,
sekarang juga aku akan bikin kamu semua gagu!"
Sembari berkata begitu, dia menusuk dengan jari
tangannya ke arah dua orang wanita di depannya,
hingga mereka itu kaget, dengan suara bergemetar,
mereka lantas berkata: "Kami suka turut kau, lojinkee!"
"Jikalau begitu, kenapa kamu diam saja?" bentak pula
si orang Biauw. "Lekas!"
Atas itu, semua anggauta Cit Im Kauw itu lantas mulai
menyerang pula.
Celaka belasan awak perahu itu, mereka bukan
tandingan anggauta-anggauta Cit Im Kauw itu, belum
lama mereka sudah lantas kena dikalahkan dan dibekuk.
Kiam Hong jadi sangat mendongkol, ia serang orang
Biauw itu. Orang itu tertawa dan berkata: "Ini dia yang dibilang
susah dicari tetapi ketemunya gampang! Aku mau cari
kau, kau justeru mengantarkan diri!"
1301 Lantas atas datangnya serangan, dia mengibas
tangannya. Nona Liong terperanjat. Kibasan itu menghembuskan
bau harum. Ia menyerang terus, masih ia mencium bau
harum itu. Ketika ia menikam untuk ketiga kalinya,
tenaganya habis sendirinya, ia merasa dadanya pepat,
tubuhnya kaku, maka kedua tangannya meroyot turun,
pedangnya terlepas dan jatuh ke tanah, diturut oleh
tubuhnya. Hanya sejenak, ia tidak sadarkan diri lagi.
Orang Biauw itu, yang Thian Yauw panggil Ki Toako,
adalah Ki Yu, anak pungut dari Ki Hoan. Asalnya dia
seorang keponakan, dia diangkat anak sebab dalam usia
tinggi, Ki Hoan tidak mempunyai turunan. Ki Hoan
memikir buat mewariskan kepandaiannya kepada anak
pungut ini. Apa celaka, Ki Yu berbatin buruk, dia kena
dibujuk Bang Thong beramai dan dia membantu Bang
Thong berbuat jahat dengan rencananya, ketika
perbuatannya ketahuan, Ki Hoan gusar dan mengusirnya.
Tatkala itu, Cit Im Kauwcu masih belum berguru kepada
Ki Hoan. Murid kepala dari Ki Hoan, yaitu Pektok Cinkun Cio
Keng Ham, masih tetap bergaul dengan Ki Yu yang
menjadi adik seperguruannya, ketika Cit Im Kauwcu
datang berguru, Ki Yu sudah merantau jauh, maka juga
Cit Im Kauwcu tidak tahu dia dan tak tahu juga segala
hal ichwalnya itu.
Kemudian terjadilah itu bencana hebat yang menimpa
dirinya Ki Hoan, yaitu ia telah dibinasakan Pektok Cinkun,
muridnya itu, yang juga menjinakan sumoay-nya, si adik
seperguruan. Meski demikian, kitab Pektok Cinkeng
terjatuh ke dalam tangannya Cit Im Kauwcu, yang
1302 membangun partainya itu, yang maksud tujuannya suci
tetapi jalannya sesat.
Cio Keng Ham penasaran, ingin dia mempunyai kitab
gurunya itu, maka juga di satu pihak dia pergi kepada
Kiauw Pak Beng, di lain pihak dia menyelidiki di mana
adanya Ki Yu, untuk keduanya berserikat melawan Cit Im
Kauwcu. Maksudnya itu kesampaian, dengan Ki Yu dia
bertemu, lantas mereka berjanji akan berkumpul di Bang
keepoo, hanya belum lagi mereka dapat bekerja, yaitu
sebelum Ki Yu tiba, Pektok Cinkun sudah mendapat tahu
halnya Cit Im Kauwcu, Thian Yauw pergi menyusul lantas
dia mengajak Couw kauwcu itu. Mereka tidak berjalan
bareng, Pektok C inkun tiba terlebih dulu di kuil, maka
dia terbinasa bersama Cit Im Kauwcu dan Thian Yauw
kutung lengannya.
Orang aneh dengan pakaian kulit itu bersama Sat Lek
Hiong. Dialah jago di Mopak, Gurun Utara. Di sana dia
tidak menancap kaki lama lantaran dia bentrok dengan
Ouw Bong Hu yang mengalahkannya dengan pukulan Itci
Siankang. hingga musnah tenaga dalamnya. Tapi dia
keras hatinya, dia kabur ke pulau kosong ini di mana dia
meyakinkan Gwakang, tenaga luar, hingga dia
menyampaikan puncak kemahiran. Paling belakang dia
disusul oleh Couw Thian Yauw, sahabatnya. Thian Yauw
kehilangan tempat meneduh, lantaran Bang Thong sudah
mati dan di Bang keepo tidak dapat ia tinggal lama. Bang
keepoo itu terletak dekat benteng Kimto Ce. Maka itu,
waktu Ki Yu datang, ia minta Ki Yu mengajak pergi ke
pulau kosong, untuk tinggal bersama Sat Lek Hiong.
Ki Yu menyambut dengan senang. Dia girang
mendengar kabar Cit Im Kauwcu dan Pektok C inkun
telah mati bersama. Dia lantas mengharap memiliki
1303 Pektok Cinkeng. Bukankah kitab itu kepunyaan ayah
angkatnya, yang merangkap menjadi gurunya" Dia
berangan-angan membangun partai dengan dia menjadi
guru besarnya. Dia merasa sayang, belum dia masuk
umur dua puluh tahun, dia sudah diusir ayahnya itu,
hingga dia belum mewariskan semua kepandaian sang


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayah. Dia kalah jauh dari Cit Im Kauwcu dan Pektok
Cinkun, dari itu rela dia menerima suheng itu dengan
kedudukan sebagai guru. Begitu lekas dua orang itu
mati, terbangunlah semangatnya. Begitulah dia pergi ke
Bang keepoo, di sana dia menakluki semua anggauta Cit
Im Kauw. Dia kurang pandai menggunakan racun tetapi
dia masih lebih menang daripada kebanyakan anggauta
itu. Dia dibantu Couw Thian Yauw. Kalau perlu, mereka
menggunakan kekejaman, hingga semua anggauta itu
takut, meski begitu, separuhnya melarikan diri, hingga
kejadian cuma separuh yang dijadikan orang tawanan
dan dibawa ke pulau kosong itu di tempatnya Sat Lek
Hiong. Ketika Koan Sin Liong berada di Hangciu, dengan
perantaraan Yang Cong Hay dia dapat bertemu dengan
Sat Lek Hiong dan Ki Yu. Koan Sin Liong menuturkan hal
perserikatannya dengan Kiauw Pak Beng dan ia
mengajak dua orang itu bekerja sama. Ia berhasil. Ki Yu
dan Lek Hiong setuju. Lalu ditetapkan Lek Hiong berdiam
terus di pulau kosong itu, guna memupuk tenaga, nanti
kalau angkatan laut pemerintah menyerbu Yap Seng Lim,
mereka bakal turun tangan, untuk membantu. Di luar
dugaan, sebelum tentera negeri bergerak, hari itu tibalah
Liu Tek Chong dan rombongannya.
Ki Yu menggunakan obat pulas, dengan itu dia
merobohkan. Nona Liong, sebelum Kiam Hong tak
1304 sadarkan diri. ia masih mendengar jeritannya Tek Chong
dan Peng Kin. Kemudian ketika ia mendusin. ia
merasakan hawa dingin, tempo ia membuka matanya, ia
mendapatkan ia berada di dalam sebuah ruang besar di
mana pun ada Tek Chong dan Peng Kin, yang kedua
tangannya diringkus ke belakang. Dua jago itu berada di
sisinya, mukanya pucat, matanya merah.
Tek Chong dan Peng Kin lagi melayani Lek Hiong,
mereka kaget melihat Nona Liong roboh, lantaran itu.
senjata mereka kena disampok terlepas musuhnya, yang
lebih jauh merobohkan mereka dengan bantingan.
Kiam Hong mengeluh di dalam hati. Dengan
tertawannya kedua cecu itu, habislah harapan mereka,
lajuga terkejut ketika ia mendapatkan belasan tauwbak
atau awak perahu mereka pun terbekuk semua.
"Budak she Liong!" Ki Yu membentak setelah melihat
si nona mendusin, "dengan kata-kata manis kau
mengakali kitab Pektok Cinkeng dari Cit Im Kauwcu,
maka sekarang kau mesti serahkan kitab itu padaku!"
Nona Liong tidak takut, ia tertawa dingin.
"Kitab itu bukan kitabmu!" ia kata. "Buat apa aku
menyerahkannya padamu?"
Ki Yu tertawa. "Apakah kau tidak tahu bahwa kau telah bertemu
pemilik sah kitab itu?" dia tanya.
"Aku tak perduli kau siapa!" kata si nona keras.
"Singkatnya kau bukanlah mahluk baik-baik! Tak sudi aku
memberitahukan kau hal kitab itu!"
1305 Ki Yu tertawa dingin, suaranya seram. Romannya pun
bengis. "Benarkah kau tidak mau bicara?" dia menegaskan.
Kiam Hong menutup mulut, ia tidak melayani bicara.
Ki Yu memegang sebatang cambuk kulit.
"Biar bagaimana, tak dapat kau tidak bicara!" katanya.
"Baik kau ketahui, cambuku ini ada racunnya! Asal
tubuhmu terhajar, dagingmu bakal menjadi nowah dan
busuk! Lantas kau bakal terbinasa!..."
Sembari berkata begitu, Ki Yu mengayun tangannya,
membikin cambuknya menjeter berulang-ulang, suaranya
nyaring dan menggiriskan hati.
"Saudara Ki, tahan dulu!" berkata Lek Hiong di saat Ki
Yu hendak menghajar tubuh si nona. "Biarlah budak
perempuan ini menyaksikan dulu lihainya kita!"
Dengan menyingcing kancutnya kulit harimau, Sat Lek
Hiong bertindak ke bawah undakan tangga. Di sana
dengan bengis dia tanya semua awak perahunya Tek
Chong: "Kamu menyerah atau tidak" Hayo kamu. satu
demi satu, kamu berlutut di depanku dan mengangguk
tiga kali! Kamu mesti bersumpah bahwa seumur hidup
kamu, kamu mesti jadi budak pelayanku. dengan begitu
barulah kamu dapat keampunan jiwa kamu!"
Semua orang tawanan itu tidak kena digertak, belum
lagi suara dia sirap, mereka itu sudah mengasi dengar
suara mereka: "Angin busuk! Angin busuk! Kau mahluk
separuh manusia separuh binatang, ambillah kaca dan
lihatlah cecongormu! Jangan bertingkah di depan kami!"
1306 "Kami orang-orang kosen dari Thayouw, kami lebih
suka binasa daripada terhina!"
"Jikalau kamu mau bunuh, bunuhlah! Kami tak takut
dihukum picis! Jangan harap kami suka menyerah
padamu!" Sat Lek Hiong tidak menjadi gusar, sebaliknya dia
tertawa terbahak.
"Kagum! Kagum!" katanya nyaring. "Aku kagum
terhadap kamu! Kiranya kamulah laki-laki sejati! Kamu
membikin aku si orang she Sat kurang hormat terhadap
kamu!..." Kata-kata itu disusuli tertawa pula, hanya kali ini
tertawa yang menyeramkan, yang membikin bulu roma
pada bangun, sampai semua awak perahu itu pada
bungkam. Sekalipun Liu Tek Chong dan Chio Peng Kin
serta Liong Kiam Hong, mereka turut terperanjat. Tidak
disangka Lek Hiong mengerti ilmu tenaga dalam kaum
sesat yang dinamakan "Memanggil roh dan arwah."
Berbareng dengan berhentinya tertawanya itu, tangan
kirinya Lek Hiong menyamber seorang tawanan, terus dia
mencekek kerongkong orang, sampai lidahnya orang itu
melelet keluar, menyusul mana tangan kanannya, yang
mencabut pisau belati, menyamber ke lidah itu, hingga
sekejap saja, putuslah anggauta mulut yang lemas itu!
Perbuatan ini dilakukan dengan cepat, hingga orang
menjadi kelabakan.
Lek Hiong tidak berhenti dengan satu kurbannya itu. ia
terus mencekal yang lain-lainnya, terus ia memotong
lidah orang, hingga habislah lidahnya belasan awak
1307 perahu itu, hingga selanjutnya cuma terdengar suara
mereka yang menyayatkan hati!
Tubuh mereka pada roboh terbanting, di lantai mereka
berkoseran. Dengan tangan terbelenggu, mereka tidak
dapat meronta. Beberapa antaranya lantas mati.
Sat Lek Hiong tertawa pula.
"Sekarang aku mau lihat, kamu masih dapat mencaci
atau tidak?" katanya. "Jikalau kamu tetap tidak mau
menyerah, masih ada lagi caraku yang terlebih hebat! ---
Mana orang" Lekas bekerja! Yang masih hidup boleh
dikurung, yang sudah mati boleh lempar tubuhnya buat
dijadikan barang makanan sang serigala!"
Murid-murid Cit Im Kauwcu pun kaget sekali
menyaksikan siksaan itu, tetapi mereka diperintahkan,
giris atau tidak, mereka lantas bekerja menyingkirkan
semua orang tawanan itu.
Di luar dugaannya Sat Lek Hiong, ada seorang awak
yang mati berpura-pura, ketika dia sudah dibuang, dia
lantas lari kabur. Dialah Ong Tiauw Keng. yang dengan
susah payah tiba di pulau markasnya Yap Seng Lim dan
dapat ditolongi.
Habis melakukan kekejaman itu, Lek Hiong naik pula
diundakan tangga, untuk menghampirkan Liu Tek Chong
dan Chio Peng Kin.
"Eh, kamu berdua, apa kata kamu?" dia tanya, bengis.
Dua jago itu tak berkutik, sudah mereka terluka parah,
tangan dan kaki mereka pun diborgol. Tapi ketika
mereka mendengar pertanyaan itu, yang sangat
menghina, serentak mereka mengeluarkan tenaga
1308 mereka, mereka menubruk dengan kepala mereka pada
pisau belati di tangan manusia mirip siluman atau iblis
itu! Lek Hiong kaget dan heran, dia menarik pulang
tangannya. Hanya sejenak, dia tertawa pula.
"Ha, kamu mau cari mati kamu?" katanya mengejek.
"Oh, tak demikian mudah, sahabat!"
Nampaknya Sat Lek Hiong mirip orang biadab, ia
sebenarnya cerdik. Ia tahu siapa Tek Chong dan Peng
Kin itu, maka itu ingin ia menunduki mereka. Ia
mengharap mendapatkan pasukan airnya ketua dan
ketua muda dari Thayouw Ce itu. Karena ini, tidak
sembarangan ia mau membinasakan mereka. Ia mau
menggunakan akal muslihat. Maka ia pikir: "Mereka ini
berkepala batu, sulit untuk membikin mereka tunduk.
Tidak apa, aku membiarkan mereka hidup terus. Ada
faedahnya juga untuk mengurung mereka, untuk dengan
begitu mencoba dapat mempengaruhi anak buah mereka
itu..." Gagal menggunakan cara keras, ia lantas mengambil
jalan halus. Lantas ia tertawa pula, sikapnya ramah.
"Jiwi, benarlah kamu orang-orang gagah yang
memandang kematian seperti juga jalan pulang!"
katanya. "Tidak kecewa jiwi menjadi ketua sebuah
benteng yang tersohor. Aku menyesal yang aku telah
omong keras terhadap kamu. Jiwi, maukah kamu
menjadi sahabat-sahabatku?"
Tetapi Liu Tek Chong telah jadi panas hatinya.
1309 "Jikalau kau mau bunuh, bunuhlah!" katanya keras.
"Tak usah kau ngoceh tidak keruan! Kami orang-orang
macam apa" Mana dapat kami menjadi saudara angkat
orang sebangsa iblis sebagai kau?"
Lek Hiong tertawa.
"Liu Cecu, tabiatmu keras sekali!" ia kata, tetap
ramah. "Baiklah, sekarang aku mengobati dulu luka-luka
kamu, nanti di belakang hari kamu lihat aku si orang she
Sat pantas menjadi sahabatmu atau tidak. Pok Ciauw,
kau sediakan sebuah kamar yang bersih dan tenang
untuk kedua cecu ini dan baik-baiklah kau melayaninya!"
Pok Ciauw ialah orang yang mukanya segi tiga. Dialah
murid belasan tahun dari Lek Hiong.
Tek Chong tengah terluka, maka itu ia membiarkan ia
dan saudara angkatnya dirawati orang she Pok itu.
Sekarang Ki Yu menghampirkan Nona Liong.
"Aku tidak baik budi dan murah hati seperti Sat Tocu!"
ia kata, dingin. "Kau mau serahkan atau tidak kitab
Pektok Cinkeng itu" Jikalau kau membelar, tetap kau
tidak sudi menyerahkan, mereka itulah contoh untukmu!"
Ia menunjuk kurban-kurban cekekan yang lidahnya
dikutungi. "Fui!" Kiam Hong berludah. "Aku telah lihat
kekejamanmu! Tak usah kau lakukan itu terhadap diriku!
Tak usah kau mencapaikan tanganmu! Awas! Lagi
setengah tindak kau maju. aku nanti bikin putus nadiku
sendiri! Kitab Pektok Cinkeng" Hm! Jangan kau harap!"
Parasnya Ki Yu menjadi guram, cambuk di tangannya
diangkat. Tetapi dia tidak berani menghajar.
1310 Sat Lek Hiong tertawa lebar.
"Ha, nona manis!" katanya. "Kau masih begini muda,
kau juga tidak menyayangi jiwamu" Bagus, aku si orang
tua memang paling menyukai orang-orang dengan tulang
keras! " " Nah, saudara Ki, sukalah kau memandang
mukaku, kau ampunilah dia!"
Apa yang diharapi Ki Yu ialah kitab Pektok Cinkeng,
perbuatannya barusan gertakan belaka, maka itu
mendengar perkataannya Lek Hiong itu, ia suka menurut.
Ia lantas menyuruh orang kurung Nona Liong di dalam
sebuah kamar dengan dua murid wanitanya ditugaskan
merawati sambil menjagai. Ia juga kuatir si nona nanti
benar-benar nekat dan menghabiskan jiwanya sendiri, ia
mengambil tindakan penjagaan. Yaitu di dalam barang
makanan untuk si nona ia mencampuri obat bius Cianjit
cui, yang kasiatnya membikin Kiam Hong menjadi lenyap
tenaganya dan keadaannya mirip orang lagi mabuk arak,
supaya dengan perlahan-lahan ia dapat mengorek
keterangan dari mulutnya.
Kiam Hong keluaran Thiansan Pay, pihak yang lurus,
semangatnya kuat, latihannya sempurna, dari itu, meski
ia telah makan obat bius itu ?" obat mabuk seribu hari
" ia tidak menjadi mabuk seperti diharapi Ki Yu, ia
melainkan kehilangan tenaganya, sedang pikirannya
masih tetap sadar, hingga ia dapat membade maksudnya
musuh. Ia cerdik, ia menggunakan ketika itu akan
berpura-pura linglung, maka kapan ditanya timur, ia
menjawab barat. Selama beberapa hari. apapun dayanya
Ki Yu membujuk ia bicara, ia membuatnya orang
kewalahan. Ia tidak mau menerangkan yang kitab itu
telah terjatuh ke dalam tangannya Kiauw Pak Beng. Ki Yu
menyangka ialah yang menyimpan, tetapi ia tidak dapat
1311 dibunuh atau disiksa. Maka selama ditahan itu, ia tidak
kurang suatu apa kecuali tenaganya habis
Sesudah berhari-hari merasakan ketenangan, lantas
datang satu hari yang Kiam Hong diambil dibawa ke
ruang tengah di mana Ki Yu berkumpul bersama Sat Lek
Hiong dan Couw Thian Yauw. Di sana ada seorang lain.
melihat siapa, si nona terkejut. Dialah orang yang ia
pernah ketemukan di gunung Kunlun San --- ialah
Tonghong Hek muridnya Koan Sin Liong.
Lantas terdengar tertawa nyaring dari orang she
Tonghong itu. "Benar-benar manusia hidup itu, di tempat mana saja
mereka tak dapat bertemu satu dengan lain!" berkata


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia. "Haha, Nona Liong! Ke mana perginya kegagahanmu
selama di gunung Kunlun San itu?"
Kiam Hong terkejut bukan disebabkan ia takut mati.
Hanya melihat Tonghong Hek ia mengerti yang
rahasianya mesti terbuka. Ia mendusta kepada Ki Yu
supaya Ki Yu tetap percaya ia tahu di mana adanya kitab
itu. Dengan begitu Ki Yu menjadi tidak berani, atau
bersangsi, untuk membunuh padanya. Sekarang muncul
murid Koan Sin Liong ini, pasti sudah Ki Yu mengetahui
duduknya hal --- ialahtentang kitab ilmu racun itu.
Tonghong Hek itu, habis mengejek si nona, lantas
berpaling kepada Ki Yu.
"Tuan Ki, sekarang kan boleh tak usah berkuatirpula."
kata dia. "Kitab Pektok Cinkeng sudah berada di dalam
tangannya Locianpwee Kiauw Pak Beng. Kiauw
Locianpwee itu gagah dan cerdas, satu kali saja dia
membaca, lantas kitab itu sudah tidak ada harganya
1312 untuknya. Kiauw Locianpwee telah memesan kata-kata
padaku, untuk disampaikan kepada kau, ialah dia
mengajak kau bekerja sama. Dia bilang nanti kitab itu
bakal dihaturkan kepada kau!"
Ki Yu bersikap hormat sekali ketika ia menjawab
Tonghong Hek. Katanya: "Sungguh baik sekali Kiauw
Locianpwee itu! Jikalau aku si orang she Ki dapat
menerima pulang kitab milik mendiang ayahku itu tentu
sekali aku suka bekerja sama-sama dengannya!" Tapi,
habis berkata hormat itu, ia menoleh kepada Kiam Hong
dengau memperlihatkan sikap dan roman bengis,
katanya dengan dingin: "Budak, kau sangat bandel dan
licin! Sudah beberapa hari aku bicara denganmu, sepatah
katajuga kau tidak mau keluarkan! Baiklah, kau tidak
takut mati, maka hari ini aku akan menyempurnakan
padamu!" Ki Yu baru menutup rapat mulutnya, belum dia
beraksi, maka Couw Thian Yauw sudah menggelinding
maju dengan keretanya yang beroda tunggal.
"Budak bangsat ini sangat jahat!" dia berkata sengit.
"Jikalau dia dibunuh dengan bacokan saja yang
membikin tubuhnya kutung dua. masih terlalu bagus
untuknya! Mari aku babat dulu sebelah lengannya,
supaya hatiku puas!"
Dia lantas menarik pedangnya si nona, lantas dia
menuding. "Sekarang aku akan menabas buntung dulu tanganmu
yang kiri!" ia bilang, sama sengitnya. "Hitunglah ini
sebagai pembayaran pokoknya! Besok aku akan
mengutungi lenganmu yang kanan, itulah sebagai
1313 pembayaran bunganya! Lusa barulah kau boleh merasai
cambuk beracun dari Tuan Ki!"
Lantas dia menghunus pedang itu, dua kali ia
membulang-balingkan di depan si nona, kemudian sambil
mengasi lihat senyuman mengejek, perlahan-lahan ia
turunkan ke arah tangan kiri nona itu, agaknya ia hendak
membacok, guna mewujudkan ancamannya mencari
balas, menyiksa, guna memuasi hatinya.
Kiam Hong tidak berdaya. Pengaruhnya obat Cianjit
Cui membikin ia kehilangan tenaganya. Percuma niatnya
untuk menggeraki tangan dan kakinya. Maka itu ia lantas
meram. ***** Rombongannya Thio Giok Houw maju terus, setelah
melewati rimba mereka sampai di tempat yang tanahnya
basah seperti lumpur. Di sini mereka melihat tapak-tapak
kaki. Semuanya lantas memperhatikannya.
Kok Tiok Kun seorang berpengalaman.
"Inilah tapak kakinya tiga orang," ia kata sambil
menunjuk, "satu besar dan dua kecil. Rupanya inilah
kakinya seorang pria dan dua orang wanita."
Giok Houw heran.
"Di dalam perahunya Liu Tek Chong toh cuma Kiam
Hong seorang wanita," ia berpikir. "Diumpamakan tapak
kaki yang satu ini tapak kaki Kiam Hong, habis nona
siapakah itu yang lainnya?"
1314 "Benar, inilah tapaknya seorang pria dan dua orang
wanita," kata Sin Cu kemudian sambil ia mengangguk.
"Wanita yang satu, ilmu enteng tubuhnya masih jauh dari
sempurna, yang lainnya lebih baik sedikit tetapi dia
masih kalah kalau dibanding dengan Kiam Hong."
Giok Houw memperhatikan pula. Ia melihat satu tapak
kaki kecil dan dalam sekali.
"Tapak-tapak kaki ini seperti sengaja ditinggalkan,"
kata pula Tiok Kun, "maka itu marilah kita coba ikuti."
Pikiran ini mendapat kesetujuan, maka orang lantas
maju dengan mengikuti tapak-tapak kaki itu.
Giok Houw berjalan sambil berpikir: "Kiam Hong
tersesat di pulau ini sudah hampir sepuluh hari, mungkin
ini bukan tapak kakinya..." Karena itu, ia menjadi,
bersangsi dan bingung.
Orang berjalan terus melintasi tempat basah itu,
sampai di ujungnya, mereka melihat di sebelah depan
mereka sebuah bangunan mirip benteng rusak. Justeru
itu waktu, mereka mendengar seruan nyaring dari arah
bangunan itu. Teranglah itu suara wanita.
Giok Houw terkejut hingga ia berjingkrak.
"Ah, aneh!" kata In Hong. "Itulah bukan suaranya
Kiam Hong tetapi suara itu aku mengenalnya! Siapakah
dia?" Ia berkata demikian sambil berlari maju, diturut oleh
Giok Houw, hingga keduanya lari bagaikan anak panah
meluncur ke benteng tua dan rusak itu.
Di dalam benteng itu, Couw Thian Yauw lagi
mengancam Kiam Hong. Ia sengaja main ayal-ayalan
1315 untuk membacok lengannya si nona karena ia ingin siksa
bathinnya nona yang ia benci itu. Tepat di itu waktu,
mendadak dari luar ruang terdengar suara menjerujus,
lalu segumpal api yang pun mengeluarkan asap,
menyamber masuk ke dalam, ke arah keretanya.
Bukan main kagetnya si orang tapa dakpa. Ia lantas
mengenali api itu sebagai senjata rahasia yang sangat
berbahaya. Itulah senjata rahasianya Cit Im Kauwcu.
yang diberi nama Tokbu Kimciam Hweeyam tan, yaitu
peluru api campur jarum emas yang beracun. Dulu hari
di dalam kuil, ia justeru terlukakan senjata rahasia itu
hingga ia bercacad sampai sekarang ini, hingga untuk
dapat bergerak dengan leluasa, ia mesti pakai kereta
roda satunya itu.
Pula kagetnya Thian Yauw ini disebabkan ia
menyangka Cit lm Kauwcu itu berpura-pura mati dan
sekarang muncul dengan tiba-tiba untuk merampas
jiwanya, guna menuntut balas. Lupa ia pada Kiam Hong,
lantas ia menolak mundur keretanya, hingga ia terlempar
jatuh! Menyusul serangan dengan senjata rahasia berapi itu.
dari luar terdengar suara wanita berteriak: "Enci Kiam
Hong, aku datang!"
Ketika itu Sat Lek Hiong telah menyerang dengan
pukulan Udara Kosong. Dua kali ia menghajar ke arah
peluru berapi itu, membikin peluru itu jatuh di tangga.
Akan tetapi sang asap sudah lebih dulu melulahan, dan ia
kena menyedotnya hingga ia rasai kepalanya pusing.
"Lekas telan ini!" Ki Yu berkata kepada kawan itu
seraya dia menyodorkan sebutir obat, setelah mana dia
lari ke arah tangga sambil berseru: "Budak liar, aku
1316 memang lagi mau cari kau! Kau telah bertemu dengan
paman gurumu, apakah kau masih berani berlaku kurang
ajar?" Ia lari untuk menghadapi nona itu, ialah Im Siu Lan,
yang telah datang kesitu bersama-sarna Ciu Ci Hiap.
Muda-mudi itu telah pergi ke Tang Keepoo untuk
mengurus jenazahnya Cit Im Kauwcu, di sana mereka
bertemu sejumlah murid Cit Im Kauw yang pada
menyingkirkan diri. dari itu mereka jadi mendapat tahu
apa yang sudah terjadi, bahwa sejumlah murid lebih dari
separuh telah dibawa pergi oleh Ki Yu. Siu Lan lantas
ajak seorang murid, bersama-sama Ci Hiap, ia pergi
menyusul hingga mereka berhasil sampai di pulau mencil
yang kosong itu. Tiba di benteng, mereka bertemu
penjaga-penjaga benteng, Semua penjaga itu justeru
murid-murid Cit Im Kauw dan mereka mengenali
nonanya, puteri kauwcu mereka, mereka tidak
menghalang-halangi. Bahkan mereka tidak mengasi
dengar suara berisik. Sebab ini, Siu Lan berdua dapat
masuk terus ke dalam. Kebetulan sekali sampai mereka,
selagi Kiam Hong terancam bahaya. Tanpa sangsi lagi,
Siu Lan menyerang dengan peluru berapinya sambil
membentak, hingga berhasillah kejahatannya Thian
Yauw dicegah. Dirintangi Ki Yu, Siu Lan gusar sekali. Ia lantas
mengenali orang ini, karena murid-murid Cit Im Kauw
telah menjelaskan ia potongan tubuh dan romannya
pengacau dari Cit Im Kauw.
"Kau paman apa?" dia membentak. "Jangan ngaco
belo!" Ki Yu tertawa bergelak.
1317 "Kau tidak kenal aku, aku kenal kau!" dia berkata.
"Mengingat yang ibumu dan aku berasal satu perguruan,
suka aku memberi ampun padamu! Masih kau tidak mau
menggunakan aturan rumah perguruan akan memberi
hormat pada orang yang terlebih tua?"
Panas hati si nona.
"Baiklah asal kau berani terima hormatku!" ia berseru,
ia benar-benar mengangguk. Akan tetapi berbareng
dengan itu, ia menyerang dengan tiga batang panah
beracunnya, panah mana bolong bagian tengahnya, dari
tempat yang bolong itu menyembur bubuk beracun!
Ki Yu mengebut dengan tangan bajunya, guna
menangkis tiga batang panah beracun itu. Berbareng
dengan itu, dari dalam tangan bajunya menyembur
keluar asap warna biru. Itu pun racun tetapi kedua racun
sama chasiatnya, dapat saling mempunahkan.
Maka itu mereka berdua sama-sama tak tercelakakan.
Ci Hiap sudah lantas maju. Sambil berlompat ia
menyerang. Tiga kali ia membacok saling susul ketika
orang melawan ia dengan main berkelit. Ia lihai dengan
ilmu goloknya, dua kali ia gagal, tetapi karena ia
mendesak hebat, bacokannya yang ketiga mengenai
pundak lawan! Couw Thian Yauw telah lantas dapat melihat, yang
datang itu bukannya Cit Im Kauwcu, maka ia lantas naik
pula atas keretanya.
"Kiranya kau. budak hina!" katanya, mengejek. Ia
merasa pasti Ki Yu dapat melayani Siu Lan, dari itu
dengan membawa pedangnya ia menghampirkan pula
Kiam Hong, untuk melampiaskan kekejamannya.
1318 Siu Lan mengerti keadaan.
"Kau jangan perdulikan aku!" ia berseru kepada
kawannya. "Lekas tolongi orang dulu!"
Ci Hiap mengerti, ia membiarkan Ki Yu yang mundur
itu, sambil berseru, ia berlompat ke arah Thian Yauw,
untuk menghalangi. Ia terus membacok.
"Eh, bocah, kau mau cari mampus?" kata Thian Yauw
mengejek. Ia menangkis dengan kipas besinya. Ia
berhasil membikin mental golaknya si anak muda, dari itu
ia lantas membalas menyerang, untuk menotok
telapakan tangan.
Di dalam ilmu silat, Thian Yauw menang banyak dari si
anak muda, tidak perduli ia bercacad, dari itu, sesudah
beberapa jurus, ia menang unggul, ia dapat mendesak
itu cecu muda dari benteng Kimto Ce.
Walaupun ia terdesak, Ci Hiap tidak takut, hatinya
tidak gentar, maka ia dapat menggunakan
kecerdasannya. Dengan sekonyong-konyong ia
menjatuhkan diri, dengan itu ia lantas bersilat dengan
Kuntong To, yaitu ilmu silat golok sambil bergulingan,
maka sambil berguling, ia membacok keretanya musuh
tanpa musuh dapat membacok ia atau menangkis ke
bawah. Hebat bacokan itu yang mengenai tepat. Rusaklah
kereta roda satu itu dan terus roboh, maka berbareng
dengan itu, roboh juga penumpangnya. Terpaksa Thian
Yauw numprah di tanah, untuk membela dirinya. Tanpa
kereta, tidak dapat ia bergerak-gerak atau mendesak
musuh. Ia mesti melindungi dirinya saja.
1319 Menampak demikian, Ci Hiap tidak mau menyerang
lebih jauh pada musuh ini, ia lantas lari ke arah Kiam
Hong, guna menolongi nona itu.
"Bocah, berhenti!" mendadak ia mendengar bentakan
selagi ia hampir sampai pada Nona Liong --- tinggal
beberapa tindak saja.
Sat Lek Hiong adalah orang yang membentak itu,
yang terus merintang di depan orang. Setelah makan
obatnya Ki Yu, dia lantas segar pula, hilang pusingnya.
Tentu sekali dia tidak mau mengijinkan si anak muda
beraksi. Belum lagi datang dekat kepada musuh, Lek Hiong
sudah menyerang dengan pukulan Udara Kosong-nya
yang lihai. Segera Ci Hiap merasai dorongan angin yang
keras, hingga mau tak mau, ia mesti muadur tiga tindak.
Justeru itu, Lek Hiong telah berlompat ke arahnya sambil
tangannya menyamber!
Itulah hebat. Ci Hiap lantas menangkis dengan
goloknya dengan jurus Penglari Emas Melintang.


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benar hebat Sat Lek Hiong. Mahir sekali ilmu
tangkapannya "Kimna Ciu. Ia disambut selagi ia tengah
berlompat. Tubuhnya turun terus. Ketika golok tiba ia
menangkis sambil menyampok dengan tangan kiri,
berbareng dengan itu, tangan kanannya menghajar ke
gagang golok! Ia memang bertenaga sangat besar,
sekalipun Liu Tek Chong tidak dapat benahan
terhadapnya, apapula Ci Hiap.
Anak muda ini lantas merasakan telapakan tangannya
sakit, goloknya terlepas dan terpental, walaupun begitu,
ia tidak menjadi gugup, ketika tangan kanan musuh terus
1320 meluncur, guna menangkap ia ia meloloskan diri dengan
tipu silat "Toatpauw kaykah" atau "Membuka jubah,
meloloskan baju lapis."
Sat Lek Hiong mengenali tipu silat itu. dia tertawa.
"Apakah kau puteranya Kimto Cecu?" dia tanya.
"Baiklah! Dengan memandang kepada ayahmu itu, suka
aku mengambil kau sebagai pengikutku!"
Beruntung bagi Ci Hiap, Lek Hiong mengubah sikapnya
itu. Ia jadinya mau ditangkap hidup-hidup, supaya
"orang biadab" ini dapat menggunakannya sebagai
perkakas nanti guna memeras ayahnya.
Lek Hiong mahir Kimna Ciu, dibanding dengan Law
Tong Sun, ia masih kalah, tetapi di samping itu, ia mahir
tenaga dalam Gwakee, ahli luar, maka itu, di jurus ke
empat. Ci Hiap lantas kena ditangkap, tubuhnya lantas
dibanting seraya ia tertawa dan berseru: "Muridku,
ringkus dia!..."
Belum berhenti mendengungnya titah itu, datanglah
sambutan suaranya senjata rahasia, di situ terlihat sinar
kuning emas menyambar dengan berkelebat
menyilaukan mata, menyamber ke muka jago pulau
kosong itu. Di lain pihak, belum lagi tubuh Ci Hiap jatuh ke tanah,
ia sudah ditanggapi oleh seorang tua, hingga tak usahlah
ia jatuh terbanting.
Tepat di saat sangat genting itu, tibalah
rombongannya Thio Giok Houw. Yang melepas senjata
rahasia itu Ie Sin Cu dan yang menyambuti C ie Hiap
ialah Kok Tiok Kun si jago tua.
1321 Sanhoa Lihiap telah menggunakan Kimhoa, bunga
emasnya. Lek Hiong awas, ia menangkis dengan
sepasang ujung bajunya. Meski begitu, tubuhnya toh
kena terhajar, makajuga baju kulitnya, yang dilapis baju
biasa, pada tertembuskan bunga emas itu. hingga
terlihatlah liang-liang seperti sarang tawon. Ia terhajar
tetapi ia tidak terluka parah. Tubuhnya kedot, tidak
mempan senjata tajam.
Sin Cu heran dan kagum. Sebaliknya. Lek Hiong heran
dan kaget, hatinya gentar. Dia tidak mempan senjata
tajam, tetapi kali ini dia merasakan aneh. Walaupun dia
tidak terluka, dia merasakan sakit di beberapa tempat
jalan darah. Maka itu sambil berseru, dia mengibas pula,
dia berlompat, untuk keluar dari hujan bunga emas itu.
Dengan cepat ia menyamber senjatanya, gembolan segi
delapan. Ie Sin Cu tidak mau mengasi hati walaupun lawan ini
sangat tangguh, ia lompat maju, untuk menghampirkan.
Lek Hiong mendapat lecet di kulit tak berarti, daging
tidak terlukakan dalam, otot-ototnya tak terputuskan,
maka itu dengan leluasa ia dapat bersilat dengan
gembolannya yang berat itu. Begitulah bunyi nyaring
terdengar waktu dia menangkis tikaman si nyonya.
Bentrokan itu membikin tubuh Sin Cu mencelat. Itulah
buah tipu silatnya Nyonya Yap Seng Lim, yang tahu
orang bertenaga raksasa, ia jadi tidak mau menimpali. Ia
berlompat mengikuti bentrokan itu. Ia menggunakan
saatnya akan balik menusuk gembolan dan terus
mementalkan dirinya. Ketika ia mau turun ia membarengi
menabas ke arah kepala lawan.
1322 Lek Hiong menangkis pula. Kembali senjata mereka
bentrok. Kembali tubuh si nyonya mental. Kali ini ia turun
di tempat tiga tombak terpisahnya.
Lek Hiong terkejut. Ia merasai kepalanya sedikit
dingin. Lantas ia mendapat tahu bahwa rambutnya sudah
terpapas buntung!
Sin Cu juga bukan menang seluruhnya. Dua kali
bentrokan senjata membikin ia merasai kedua lengannya
menggetar dan ngilu, napasnyajuga sedikit memburu.
Lek Hiong gusar dan penasaran, maka ia segera maju
pula, untuk menyerang dengan bengis.
Sin Cu tidak mau mengadu senjata lagi, sementara
lengannya masih ngilu, ia melayani dengan ilmu silat
"Coanhoa jiauwsi." Maka dengan lincah ia senantiasa
berkelit, menyingkir dan gembolan maut itu.
Ketika itu Tiok Kun sudah menolongi Ci Hiap, yang
dibebaskan dari totokan dan diuruti juga, hingga dia
dapat kembali tenaganya.
"Orang itu hebat luar biasa," Ci Hiap kata. "Apakah
Hok Tayhiap tidak turut datang?" ia merasa cuma Thian
Touw yang dapat melayani manusia biadab itu...
Tiok Kun mengawasi pertempuran Sin Cu dengan Lek
Hiong, ia kata pada In Hong: "Orang itu Taybok Sinmo
Sat Lek Hiong, pada tiga puluh tahun dulu dia pernah
dikalahkan Ouw Bong Hu. Aku kira dia sudah mati, tidak
tahunya dia berada di sini. Dia tak kalah lihai daripada
Koan Sin Liong, lama-lama ada kemungkinan Ie Lihiap
nampak kegagalan..."
1323 Sementara itu hati In Hong kurang enak. Di mana
saja, apabila orang menghadapi lawan tangguh, orang
menyebut-nyebut Thian Touw. Demikian kali ini, Ci Hiap
menyebut nama suaminya itu. Ia puas berbareng malu
sendirinya. Ia kata di dalam hatinya: "Thian Touw, Thian
Touw, semua orang sangat menghargai kau, semua
mengharapi kau, mustahilkah kau tidak merasai itu?"
Memikirkan demikian, ia lantas berlompat bangun.
"Nanti aku mencoba dia!" katanya. "Apabila aku tidak
berhasil, barulah Kok Locianpwee yang maju!"
Baru sekarang Ci Hiap melihat In Hong ada bersama,
hatinya menjadi tetap.
In Hong maju, lantas ia menyerang. Ceng Kong Kiam
berkelebat, terus menikam ke ulu hati.
Ketika itu, hati Sat Lek Hiong tegang sendirinya, dia
bergelisah. Di pulau kosong itu ia hidup menyendiri,
meyakinkan lebih jauh ilmu silatnya. Ia merasa bahwa ia
telah memperoleh kemajuan. Ia sudah mengambil
keputusan, kapan nanti ia muncul pula dalam dunia
Kangouw, ia akan menempur Ouw Bong Hu. guna
menuntut balas. Siapa tahu sekarang ia kecele. Bertemu
dengan Sin Cu, ia dapat berbuat banyak. Sudah tiga
puluh jurus mereka bertarung, takjuga ia bisa merebut
kemenangan. Justeru itu datanglah seorang wanita lain.
bahkan ini musuh yang baru menyerang ia seperti juga ia
tidak dipandang mata. Ia menjadi mendongkol.
"Jikalau aku tidak dapat merobohkan dua orang
wanita ini, mana dapat aku bicara dari hal muncul pula
dalam dunia Kangouw?" pikirnya. Maka selagi Sin Cu
berkelit, ia menyerang In Hong. Ia telah mengerahkan
1324 tenaganya pada sepasang gembolannya. Sasarannya
ialah kedua pempilingan si nyonya. Itulah jurus
"Kimkouw Loeibeng," atau "Gembreng dan tambur
berbunyi laksana guntur." Itu pula satu di antara tujuh
puluh dua jurusnya yang lihai.
In Hong tapinya berlaku cerdik, kelihatannya ia
menyerang ke tengah, tiba saatnya, ia mengubah tujuan.
Sambil berkelit, ia membabat ke samping kepala lawan
ke arah telinga. Dan ia berhasil membikin telinga
lawannya itu terlukakan.
Sat Lek Hiong terkejut, dia berkelit. Baru sekarang dia
tidak berani lagi memandang enteng kepada Nyonya Hok
Thian Touw yang dia tidak kenal itu. Walaupun dia
sangat mendongkol, dia berkelahi dengan waspada. Dia
menjaga diri tetapi mencoba mendesak. Tiga kali
beruntun dia menghajar.
Terpaksa In Hong main mundur, dengan begitu
selamatlah ia dari ketiga hajaran itu. Di dalam hatinya, ia
terkejut. Sekarang dapat ia membuktikan, Lek Hiong
benar gagah. Barusan itu, ia terdesak melebihkan
terdesaknya Sin Cu tadi.
Sin Cu dapat bernapas karena datangnya In Hong,
lantas ia maju pula.
Lek Hiong lagi menyerang In Hong dengan gencetan
kedua gembolannya tatkala ia merasakan angin
menyamber belakang kepalanya. Itulah serangannya Sin
Cu. yang bergerak gesit dan lincah untuk
menghampirkan belakang orang, lalu menikam dengan
jurus "Ular putih menyemburkan bisa." Ujung pedang
sudah mendekati punggungnya satu dim ketika Lek
Hiong menangkis dengan berhasil. Ia menangkis
1325 berbareng ke depan dan belakang. Secara begini, Sin Cu
menjadi tak terlalu terdesak lagi.
Lantas In Hong dan Sin Cu menggeraki pedang
mereka dengan teratur, mereka mencoba merapatkan
musuh yang tangguh itu.
Sepasang gembolan Lek Hiong bergerak hebat sekali,
akan tetapi tidak pernah terdengar suara bentrokan
senjata kedua pihak. Itulah sebab kedua nyonya itu
senantiasa menghindarkannya. Mereka menyerang hebat
tetapi mereka selalu waspada, mereka bergerak dengan
lincah. In Hong tidak dapat menggunakan pedang bersatu
padu seperti kalau ia berkelahi berendeng dengan Hok
Thian Touw. akan tetapi karena ilmu pedang Thian Touw
berpokok juga ilmu pedang Thio Tan Hong, maka Sin Cu
dapat sedikit mencocokannya. Dengan begitu, mereka
bisa bekerja sama dengan baik.
Tapi Lek Hiong seorang ahli Gwakee yang luar biasa
dia kedot dan kuat sekali, dia ulet, dibanding dengan
Kiauw Pak Beng, dia cuma kalah sedikit. Pak Beng dapat
melawan ilmu pedang bersatu padu dari suami isteri Hok
Thian Touw dan Leng In Hong, sekarang menghadapi In
Hong dan Sin Cu, dia keteter.
Selagi kedua nyonya cantik dan gagah itu
mengepungjago dari gurun itu, Thio Giok Houw bersama
Ban Thian Peng sudah bergerak untuk memberikan
pertolongan mereka masing-masing. Giok Houw lari pada
Liong Kiam Hong, Thian Peng kepada Im Siu Lan.
1326 Begitu bentrak dengan Ki Yu, naiklah darahnya Thian
Peng, ia menggigil matanya menyala. Ia juga
mengertakgigi. Ia berteriak: "Bangsat,
kau masih kenali aku" --- Ayah, ?" oh, ayah, hari ini
anakmu akan membalaskan sakit hatimu!" Kata-kata
yang terakhir dikeluarkan dalam kesedihan, tetapi meski
demikian, dengan sepasang poankoanpit-nya, ia
menyerang hebat sekali!
Ketika dulu hari Koan Sin Liong pergi membinasakan
ayah dan ibunya Ban Thian Peng, orang Biauw yang
turut bersama dia ialah Ki Yu ini. Koan Sin Liong menjadi
keponakan murid Ci Hee Tojin dan Ci Hee Tojin
memesan ia untuk membunuh Ban Kee Su. Ki Yu
membantu Koan Sin Liong, sebabnya ialah kesatu Ban
Kee Su itu sahabat kekal Cit
Im Kauwcu, dan kedua itulah jalan untuk dia bekerja
sama dengan Sin Liong itu. Peristiwa telah lewat banyak
tahun, dulu hari itu Thian Peng masih kecil, akan tetapi
romannya Ki Yu luar biasa, roman itu masih berpeta di
benak pikirannya, maka sekarang begitu melihat ia lantas
ingat ini musuh turunan.
Tanpa bersangsi pula, Thian Peng lantas menyerang
hebat dengan sepasang senjatanya yang mirip alat tulis
itu. Ia telah mengeluarkan kepandaian ilmu poankoanpit
ayahnya. Ujung senjatanya itu mencari-cari tujuh jalan
darah musuh! Lama-lama Ki Yu menjadi repot juga. Maka ia lantas
menyemburkan asap putih, guna merobohkan lawannya.
Berbareng dengan itu Im Siu Lan menyentil dengan
kedua jari tangannya, melontarkan sebutir lahwan, obat
1327 pulung yang terbungkus lilin. Begitu melesat begitu lilin
bungkusannya pecah. Maka tersiarlah bau harum yang
halus, yang menyerang asap putih itu.
Ki Yu menyerang Thian Peng dengan asapnya yang
beracun untuk membikin Thian Peng roboh, dengan
begitu dia akan dapat menghindarkan diri dari bahaya
serta ada kemungkinan dapat membinasakan musuh,
tetapi bubuk wangi dari Siu Lan telah memusnakan itu
hingga dia nampak kegagalan.
Justeru kedua macam bubuk yang merupakan asap itu
bergumul menjadi satu dan belum sempat buyar, di situ
terdengar satu jeritan yang dahsyat yang menyayatkan
hati. Itulah jeritannya Ki Yu!
Ban Thian Peng tidak mau mensia-siakan waktunya
yang baik. ia menyerang terus secara bengis. Ki Yu
repot, maka dia kena terhajar sampai lima kali. Ia
mengeluarkan jeritan pada hajaran yang pertama. Tapi
dia tidak roboh. Thian Pang rada pusing kepalanya,
ujung pitnya tidak mengenai tepat pada sasarannya.
"Mana orang" Mana orang?" Ki Yu berteriak berulangulang.
Ia minta bantuan murid-muridnya.
Tidak ada muridnya yang muncul. Mereka itu muridmuridnya
Cit Im Kauwcu, mereka turut dia karena
terpaksa, sekarang mereka melihat puterinya kauwcu
mereka, wajarlah mereka tidak sudi membantu pula


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketua yang ganas itu.
Sat Lek Hiong mendengar jeritan dan teriakan orang,
ingin ia membantu, akan tetapi keinginan itu tidak dapat
diwujudkan. Ia sendiri repot melayani In Hong dan Sin
Cu, yang mengepungnya dengan rapat.
1328 Siu Lan maju terus, dengan satu bacokan ia membikin
Ki Yu roboh, atas mana Thian Peng menambahkan
dengan satu tusukan, hingga poankoanpit tembus di
dada, nancap di lantai yang nempel dengan punggung
orang! Maka Ki Yu tak dapat bernyawa terlebih lama pula.
Thian Peng mencabut senjatanya.
"Ayah, anakmu telah berhasil membunuh satu
musuh!" ia kata.
Anak ini tertawa, ia mengeluh, tetapi akhirnya air
matanya keluar bercucuran.
Siu Lan lantas melihat kelilingan, maka tampak di
depannya Thio Giok Houw lagi merangkul Liong Kiam
Hong. Ia girang berbareng berduka Itu artinya ia
kehilangan pemuda yang ia gilai itu. Ketika ia mengawasi
terlebih jauh, ia melihat tegas roman bingung dari Giok
Houw dan Kiam Hong tak dapat membuka matanya
dengan betul. Ia lantas dapat menerka sebabnya itu.
Pastilah Kiam Hong terkena obat lupa.
"Enci!" ia memanggil. Ia telah lantas lari
menghampirkan Nona Liong.
Kiam Hong meronta, ia hendak meloloskan diri dari
rangkulan Giok Houw, tetapi ia tidak berdaya. Ia tetap
kehilangan tenaganya Karena ia sadar, ia likat sekali,
mukanya menjadi merah.
"Lepaskan aku, aku tidak apa-apa!" katanya perlahan.
Giok Houw tidak melepaskannya.
Siu Lan bersenyum.
1329 "Jangan kuatir, tidak apa-apa," kata ia. "Rupanya enci
Kiam Hong telah kena makan obat Cianjit Cui, dia tidak
terluka dibagian dalam."
Nona Im lantas mengeluarkan sebutir obat. yang ia
suruh Kiam Hong telan, habis mana, ia terus menguruti
nona itu. "Terima kasih, Nona Im, " Giok Houw mengucap.
Siu Lan tertawa geli.
"Aku mengobati enci Kiam Hong, buat apa kau
menghaturkan terima kasih padaku?" ia menggoda.
Giok Houw jengah, ia menyeringai.
Kiam Hong cepat pulih kesehatannya, mendadak ia
berlompat bangun.
"Masih ada satu musuh yang jahat!" ia berkata. "Kita
jangan bergurau saja! Mari kita bantui enci Lengdan enci
Ie!" Siu Lan dan Giok Houw bagaikan tersadar, maka
keduanya lantas ikut Nona Liong.
Lek Hiong masih terus membuat perlawanan meskipun
ia sudah kalah angin. Ketika ia mendengar jeritannya Ki
Yu. hatinya gentar, ia bergelisah bukan main. Inilah
merugikan dia. Hampir tanpa berdaya, tiga kali beruntun
ia kena tertikam nyonya-nyonya itu. Walaupun ia kedot,
ia merasakan sakit juga, kebingungannya bertambah.
Bukankah ia lagi menghadapi ancaman bahaya"
"Tidak dapat tidak, aku mesti mengangkat kaki,"
pikirnya kemudian. Makajuga, tidak menanti Giok Houw
bertiga sampai, ia berseru keras, ia menghajar dengan
sekuat tenaganya, hingga Sin Cu mundur dua tindak,
1330 atas mana ia berlompat, untuk molos dari kepungan. Di
depannya ada Giok Houw, yang baru tiba, ia menghajar
anak muda itu. Ia memandang enteng pada orang, yang
ia anggap masih muda sekali, ia ingin merobohkannya
pingsan, untuk ia mencekuk, supaya ia dapat
menggunakan si orang tawanan sebagai
manusiajaminan.
Teranglah pandangan itu keliru. Giok Houw muda
sekali tetapi tenaganya besar. Coba Lek Hiong
menggunakan tenaga sepenuhnya, mungkin dia berhasil,
sekarang dia mengerahkan tenaga lima bagian, dia
kecele. Dengan berani Giok Houw menyambuti gembolan
dengan goloknya. Kesudahannya, gembolan yang berat
itu kena terpukul mental. Berbareng dengan itu, Giok
Houw berkelit dengan ilmu yoga. Ia menggunakan huruf
"licin." Dengan begitu ia lolos dari tangan besar dan
kasar dari si orang she Sat, tangan mana ia mencoba
membangkolnya. Justeru itu Kiam Hong pun turun tangan, pedangnya
menyambar ke punggung orang, hingga Lek Hiong
mendapat guratan lecet yang panjang!
Kiam Hong menikam dengan harapan dapat membuat
liang di punggung musuh, dan Giok Houw membangkol
dengan niat membikin patah lengan orang, tetapi duadua
mereka gagal. Lek Hiong membungkuk, terus
nyeruduk ke depan. Diajauh lebih tinggi daripada si anak
muda, mereka rapat satu dengan lain, kepalanya tepat
mengenai jidatnya anak muda itu.
Giok Houw terkejut, dia merasakan sakit sampai ke
uluhatinya. Inilah bisa dimengerti sebab tenaga luar dari
Lek Hiong hebat luar biasa, kepalanya menjadi mirip
1331 kepala batu. Karena kepalanya pusing dan matanya
gelap, Giok Houw melepaskan sendirinya bangkolannya
itu, tubuhnya pun terhuyung mundur. Syukur ia mahir
tenaga dalamnya, ia masih sempat menahan diri dengan
kuda-kudanya. Hanya sekejap itu karena kegelapan, tak
tahu ia mana timur dan mana barat...
Dengan membungkuk itu, Lek Hiong juga
menyelamatkan diri dari tikaman lebih jauh dari Kiam
Hong yang kena tertikam cuma tulang di punduknya
dekat pundak, bunyinya nyaring, seperti ujung pedang
membentur besi. Karena itu, Kiam Hong pun terpental
mundur. Habis itu, Lek Hiong kabur terus. Ia kuatir nanti
disusul In Hong dan Sin Cu yang ia malui.
Di muka pintu ada Kok Tiok Kun. Kapan tabib gagah
ini melihat orang mendatangi, ia tolak mundur pada Ci
Hiap, ia maju dengan tongkatnya, tongkat Cengtiok
thung, untuk menusuk ke arah dada.
Lek Hiong melihat serangan, ia mementang kedua
tangannya, untuk menangkis.
Jago tua she Kok itu ahli totok jalan darah, ia tidak
suka memberikan tongkatnya disampok mental. Dengan
luar biasa sebat ia menarik pulang.
Gagallah tangkisannya Lek Hiong itu, terbukalah
tubuhnya. Maka tongkat menyamber pula mengenai jalan
darah giokliong di dada. Keras suara beradunya ujung
tongkat dengan dada yang keras seperti batu itu.
"Hm!" bersuara Lek Hiong yang lantas mengibas pula.
berbareng dengan mana kedua kakinya menjejak,
1332 tubuhnya lantas lompat tinggi, lompat melewati Tiok
Kun, hingga dia dapat lari melewati pintu!
Giokliong ialah salah satu jalan darah yang penting,
biasanya siapa tertotokjalan darahnya itu, dia mesti habis
tenaganya dan roboh, tetapi Lek Hiong dapat lari terus.
Tiok Kun heran bukan main. Orang benar tangguh luar
biasa. Lek Hiong dapat lari, tetapi bukannya tanpa
merasakan hebatnya totokan. Sebenarnya ia merasai
dadanya sesak. Saking takut kecandak Sin Cu berdua, ia
menguati diri, ia kabur terus. Ia heran untuk mendapat
kenyataan, kali ini musuh-musuh yang datang, baik yang
tua maupun yang muda, semuanya lihai sekali. Maka tak
maulah ia ayal-ayalan lagi.
Giok Houw meraba jidatnya, maka ia kena raba daging
lebih. Benjut itu membuatnya sangat mendongkol dan
penasaran. Ia lantas mengejar.
Lek Hiong apal sekali keadaan pulau itu, ia dapat lari
cepat dan leluasa. Ia lari berputaran di antara banyak
pohon. Sin Cu mengejar diikuti In Hong dan Giok Houw. Sin
Cu sangat gesit, tetapi ia kewalahan juga. Lek Hiong
gesit, beberapa kali ia tergesa-gesal, lalu lolos pula.
Karena itu, untuk menghalang-halangi, beberapa kali
Nyonya Yap Seng Lim menimpuk dengan kimhoa.
Lek Hiong repot juga, dia bingung, dia menjadi
terlambat. Sin Cu tetap menguntit, ia terus berada berdekatan.
1333 Sementara itu In Hong, yang tadi ketinggalan, mulai
menyandak. Mendadak ada beberapa anak panah menyerang dari
dalam pepohonan lebat, dibarengi dengan seruanseruan.
Sin Cu lantas menoleh, maka ia lihat sedikit di
depan, di mana ada gombolan pohon, ada berkumpul
banyak orang dalam rupa sebuah kurungan dan mereka
itu lagi memanah ke tengah-tengah kurungan. Ia lantas
mengenali mereka itu sebagai anak buahnya. Mereka itu
melihat ada orang-orang lagi mendatangi, tanpa menanti
kepastian, mereka lantas menyerang. Baru setelah
melihat si nyonya, pemimpinnya, mereka berhenti
memanah. Justeru itu, Lek Hiong berlari melewati mereka itu.
Dari dalam kurungan segera terdengar dua orang
berteriak saling susul:
"Suhu, tolong!"
"Saudara Sat, tolong!"
Sin Cu kenal suaranya Pok Tiauw dan Couw Thian
Yauw. "Jangan kasih mereka lolos!" ia berseru sembari ia
terus menimpuk dengan bunga emasnya.
Sat Lek Hiong memutar sepasang gembolannya, ia
mencoba meruntuhkan bunga-bunga emas itu dan juga
anak panah, akan tetapi sekuntum bunga emas lewat di
samping lengannya, menggores tangannya di dekat
telapakan. Untuk sejenak dia agak bersangsi, lalu dia
membatalkan niatnya menolongi murid dan kawannya
itu, dia lompat melewati kawanan pengurung, sembari
1334 lewat dia menangkap bergantian dua tauwbak, yang dia
lemparkan ke arah Sin Cu.
Nyonya Yap takut nanti melukai orang sendiri, ia tidak
menimpuk lagi, sebaliknya, ia menyambut dua tauwbak
itu, untuk ditolongi. Ketika ini digunai Lek Hiong untuk
lari mutar, akan akhirnya nelusup masuk ke dalam
sebuah guha. Sin Cu hendak mengejar terus ketika ia membatalkan
niatnya itu. Ia melihat beberapa serdadunya roboh. Ia
lantas maju ke arah kurungan. Di tengah itu ada
gombolan rumput tebal, di situ Couw Thian Yauw lagi
duduk numprah, di sisinya rebah satu tubuh, yang
tertancapkan beberapa batang jemparing. Dialah Pok
Tiauw muridnya Sat Lek Hiong.
Selama orang bertempur seru, diam-diam Couw Thian
Yauw menyingkirkan diri. Ia melihat bahaya mengancam
padanya. Ia merayap keluar dengan menggunakan kedua
tangannya mewakilkan kedua kakinya yang gempor.
Dengan kedua tangannya, ia dapat mengangkat
tubuhnya. Perbuatannya ini tak dapat dilihat pihak lawan.
Pok Tiauw, muridnya Lek Hiong itu, bersatu pikiran.
Dia meninggalkan gurunya, untuk kabur juga. Tiba di
luar, keduanya ada bersama. Thian Yauw ditolongi,
sebab ia tidak bisa terus berlari-lari dengan tangan
menjadi ganti kaki. Ia minta sambil membujuk dan
memaksa. Akhirnya Pok Tiauw suka meluluskan. Dia ini
pikir, walaupun Thian Yauw tapa dakpa, ilmu silatnya
masih tetap lihai. Demikian mereka kabur berdua.
Barisannya Sin Cu yang terdiri dari seratus jiwa
menanti lama, tidak juga mereka melihat pemimpin
mereka kembali, karena menduga di sana mesti ada
1335 musuh, mereka mendarat, untuk menyusul dan mencari.
Kebetulan mereka melihat Pok Tiauw berdua lagi lari,
lantas mereka menyerang dengan panah mereka.
Pok Tiauw kena terpanah, dia roboh. Karenanya,
Thian Yauw terpaksa mendelepok di tanah. Dengan
kipasnya ia membela diri ada kalanya dengan jemparing
lawan ia membalas menyerang. Saking lihai, ia dapat
menimpuk dengan jemparing melukai beberapa serdadu,
hingga sekalian pengurungnya tidak berani mendesak
merapatkan dia, maka dia terus dikurung, diserang dari
jauh, sampai munculnya rombongan Sin Cu yang
mengejar Sat Lek Hiong.
Pok Tiauw belum mati, melihat gurunya, dia menjerit
minta tolong, juga Thian Yauw. Di luar dugaan mereka,
guru atau sahabat itu, meninggalkannya. Ketika itu Pok
Tiauw terkena pula anak panah, yang merampas
jiwanya. Bukan main mendongkolnya Thian Yauw untuk
kelicinan sahabat itu, hingga dia berseru: "Orang she
Sat, bagus sekali sikapmu ya!"
Selagi orang mengeluh itu, Sin Cu menyerang dengan
kimhoa, bunga emasnya. Tepat senjata itu masuk ke
dalam mulut, hingga Thian Yauw tak dapat bersuara lagi.
Bunga emas itu lewat di tenggorokannya. Sambil tak
bersuara itu, tubuhnya roboh tergelimpang.
Sin Cu menghela napas, ia menyesali kematian orang.
Ia kata: "Kau lihai, sayang kau tidak sudi dengar nasihat
guruku, maka beginilah nasibmu sekarang..."
1336 Nyonya Yap masih berkasihan, ia menyuruh
tenteranya menggali liang mengubur mayat mereka
berdua.

Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu orang menyusul Sat Lek Hiong, memasuki
guha. Pengejaran ini sia-sia belaka. Guha itu menembus
ke lain ujung, jadi Lek Hiong dapat menyingkirkan diri.
Berkat dia kenal tempat, Lek Hiong berani lari masuk ke
dalam guha itu. Lain ujung itu, mulut guha menghadapi
laut di mana biasa disembunyikan sebuah perahu kecil,
dengan menggunakan itu, dia kabur di laut. Tempo Sin
Cu muncul, cuma terlihat perahu dengan layarnya, yang
sudah berlayar jauh ke tengah.
Sambil memperbaiki perahu, Sin Cu semua mesti
berdiam beberapa hari di pulau kosong itu, baru mereka
berlayar pulang.
Bukan main girangnya Kiam Hong yang dapat bertemu
dengan Giok Houw. Maka juga di waktu malam, atau di
waktu fajar, biasa mereka duduk berduaan, berendeng di
loneng perahu sambil memandangi gelombang atau
menggadangi sang rembulan. Di waktu demikian, mereka
merasa tenang. Sekarang tidak lagi mereka saling
memikirkan atau bergelisah.
Siu Lan sangat berduka melihat keeratannya sepasang
muda mudi itu, di samping itu, ia dapat melegakan hati
karena ia sudah berbuat sesuatu untuk Kiam Hong. Ia
pun terhibur karena Ciu Ci Hiap berlaku manis sekali
terhadapnya. Mau ia berlaku baik terhadap anak muda
ini, puteranya ketua dari benteng Kimto Ce.
Ban Thian Peng dapat mencari balas, meski ia tetap
berduka, ia puas sekali. Ia berlaku manis pada Siu Lan,
maka itu, Nona Im jadi semakin terhibur.
1337 Empat hari orang dalam perlayaran, tibalah mereka
kembali di pusat tentara rakyat di Tanghay, laut Timur.
Pulau itu bernama Hok PoTo, nama yang diberikan Seng
Lim karena ia mengagumi Ma Wan alias Hok Po, jenderal
kenamaan di jaman Han. Di sinilah dia memperkuat
kedudukan menentang kejahatan perompak-perompak
bangsa kate yang suka menyerbu pesisir selatan dari
Tiongkok. Tiba mereka sampai di tepian, mereka mendapatkan
sebuah perahu besar berlabuh di pesisir. Mereka lantas
mengenali, itulah bukan perahu mereka.
Di pesisir ada tauwbak yang menjaga, melihat
kembalinya Sin Cu semua, dia menyambut dengan girang
sekali. Dia kata: "Oh, leCecu telah kembali! Bagus!"
"Kenapa?" tanya Sin Cu. "Ada apakah?"
"Ada orang datang menantang," sahut si tauwbak.
"Mereka datang dengan mengirim surat seperti biasanya
kaum Kangouw. Cio Cecu kenal mereka itu, katanya
merekalah orang-orang yang ada hubungannya dengan
tentera pemerintah."
"Berapa banyak jumlah mereka itu?" Sin Cu tanya
pula. "Kapan sampainya mereka?"
"Jumlah mereka delapan orang, yang menjadi
pemimpin seorang tua dengan tangan sebelah. Mereka
sampai belum ada setengah jam. Sekarang mereka
berkumpul di ruang besar. Katanya mereka ingin
mengadu kepandaian dengan pihak kita."
Sin Cu menjadi tidak senang. Ia lantas ketahui siapa
mereka itu. 1338 "Hm! Koan Sin Liong bernyali sangat besar!" katanya.
"Dia berani datang menantang! Benarkah dia tidak
memandang mata pihak kita?"
Maka ia lantas mengajak rombongannya lekas masuk
ke dalam. Hucecu Touw Cu Pang. ketua muda, segera
menyambut nyonya ketua itu serta sekalian
rombongannya. Dia kata: "Cecu semua serta para tetamu
sudah pergi ke medan piebu!"
"Tetamu apa!" kata Giok Houw sengit. "Si tua bangka
tapa dakpa tangannya sebelah ialah orang undangannya
Yang Cong Hay! Diam-diam dia membantu tentera
negeri, dengan sengaja dia memusuhkan kita!"
Touw Cu Peng bersenyum.
"Hal itu telah diketahui cecu!" ia berkata. "Karena
mereka datang sebagai kaum Kangouw. cecu anggap
baiklah kita berpura-pura tidak tahu, kita melayani dia
seperti biasa. Lebih baik lagi kita tidak berurusan
langsung dengan pihak tentera negeri. Kita menyambut
dia seperti tetamu saja."
"Benar. Aku pun pikir demikian," kata Sin Cu.
Seng Lim membangun tentera suka rela untuk
membela diri saja, menentang perompak untuk
menolongi rakyat, jikalau tidak sangat terpaksa, tak sudi
ia bentrok dengan tentera negeri. Itu sebabnya ia suka
membuat perjanjian dengan sunbu yang lama dari
propinsi Ciatkang. Ia telah menduga, mungkin sunbu
yang baru akan tidak mentaati perjanjian tetapi ia tetap
bersikap sabar.
1339 Thio Giok Houw dapat memahamkan sikapnya Yap
Seng Lim. Itu pula sikapnya Ciu San Bin. Maka ia kata:
"Baiklah! Mereka tidak mau berterus terang, kitajuga
berlagak pilon! Mari kita menyambut mereka dengan
cara Kangouwjuga."
Mereka baru sampai di pintu dari medan piebu, lantas
mereka mendengar suara nyaring dari Koan Sin Liong:
"Aku si orang tua datang kemari memenuhi undangan
Hok Tayhiap suami dan isteri, sayang sekali Leng Lihiap
tidak ada di rumah. Oleh karena itu, pertandingan
giliranku baik ditunda saja. Sat Tocu, baiklah kau
membuat perhitungan dengan Yap Cecu, untuk
membereskannya lebih dulu!"
Mendengar suara itu, Leng In Hong berlompat maju
sambil tertawa, tetapi ia segera didului oleh Liu Tek
Chong, ketua dari Thayouw Ce, dan Chio Peng Kin, ketua
mudanya. Thio Giok Houw juga lantas melihat Sat Lek Hiong
berada dalam rombongan Koan Sin Liong itu, di antara
siapa pun ada dua orang yang melukai ia selama di
Hangciu. maka itu, panas hatinya.
Sat Lek Hiong itu, begitu kabur dari pulaunya, menuju
langsung ke kota Hangciu di mana dia mencari Koan Sin
Liong, maka itu dapat dia menuturkan kawan serikatnya
itu hal kegagalan di pulaunya sendiri, hingga dia kena
terusir. "Wanita yang menggunakan bunga emas itu ialah
isterinya Yap Seng Lim," Koan Sin Liong memberitahu.
"Untuk membalas sakit hati. Seng Lim harus dicari."
Ia lantas mengajak Yang Cong Hay berdamai.
1340 Yang Cong Hay setuju, tetapi ia kata ia ingin tak
memperlihatkan diri dulu.
Sat Lek Hiong seperti mencil sendirian, dengan
terpaksa ia turut rombongannya Koan Sin Liong itu. Sin
Liong mengajak enam kawan lainnya. Dengan lantas
mereka berlayar. Jalan yang ditempuh ialah menantang
secara kaum Kangouw itu.
Sin Cu semua mesti membetulkan perahu mereka,
lantaran itu, mereka pulang terlambat, hingga Sat Lek
Hiong dapat mendahului tiba di Hangciu lalu terus dapat
turut Sin Liong.
Melihat jago pulau kosong itu. bisa dimengerti Tek
Chong dan Peng Kin gusar sekali. Bukankah selama di
pulau mereka telah diperhina dan disiksa"
Sat Lek Hiong berani, dia tertawa dingin.
"Kedua cecu, apakah kamu masih penasaran?"
katanya menentang. "Apakah kamu masih ingin
menempur aku?"
Leng In Hong tidak sudi didului, ia melombai pula Tek
Chong dan Peng Kin. Dengan tindakan "Patpou kansian",
atau "Delapan tindak mengejar tonggeret." ia segera
berada di hadapan musuh. Ia kata: "Tuan Koan, kamu
telah tiba lebih dulu, maka maafkanlah yang aku
terlambat menyambutmu! Syukur aku masih belum
ketinggalan! Bukankah kau menunjuk kami suami isteri"
Liu Cecu, maaf, sukalah kau mengalah dulu! Thian Touw,
mari maju!" Kata-kata yang belakangan ini ditujukan
kepada suaminya.
Yap Seng Lim lantas memegang masing-masing
tangannya Liu Tek Chong dan Chio Peng Kin seraya dia
1341 berkata: "Jiwi cecu baru habis berlayar, silahkan
beristirahat dulu!"
Tek Chong ketua suatu benteng, dia menginsafi
martabatnya, maka itu dapat dia menyabarkan diri. Di
sini pun orang mengunai aturan kaum Kangouw, jadi tak
selayaknya dia mengacau. Dia mengerti, kalau dia
melayani Lek Hiong satu lawan satu, sulit dia
melawannya, sebaliknya, kalau dia lantas maju berdua
Peng Kin, itu artinya berlawanan dengan aturan
Kangouw. Maka dia mengundurkan diri.
Seng Lim berbisik ketika ia berkata pula: "Liu Cecu,
harap sabar. Tak usah cecu maju sendiri, kami akan
menagih keadilan untuk cecu."
Hok Thian Touw telah lantas muncul, ketika ia hendak
menghunus pedangnya, tiba-tiba satu orang mendahului
ia sambil orang itu berkata: "Hok Tayhiap. aku minta,
sukalah kau bersabar dulu! Aku mempunyai urusan
dengan Tuan Koan. yang mana harus diselesaikan
terlebih dulu!" Setelah mana ia menghadapi Sin Liong
untuk menanya: "Tuan Koan. muridku yaitu Seng Hay
San tidak ada hubungannya dengan kau, kenapa kau
menganjuri muridmu menawannya?"
Orang itu tak lain tak bukan ialah satu di antara
Thianhee Sutay Kiamkek atau Empat Kiamkek -- Ahli Pedang -- di
Kolong Langit ini, bahkan dialah kiamkek yang ketiga: Cio
KengTo, gurunya Seng Hay San.
Menyambut orang she Cio ini, Koan Sin Liong tertawa.
"Tuan Cio, kau keliru!" katanya, sabar tetapi jumawa.
"Muridmu itu ditangkap oleh orang-orangnya sunbu,
1342 denganku tidak ada sangkutannya! Muridku bekerja di
kantor, dia menerima titah seatasannya, dia mesti
menjalankan tugasnya! Benar aku menjadi guru, aku
tidak dapat mencampur tahu tugasnya itu! Kenapa kau
memperhitungkan urusan itu denganku" Tetapi Tuan Cio,
apabila kau sudi memberi pengajaran, aku si orang she
Koan pasti suka sekali menemani kau bermain-main!
Siapakah di antara kamu yang hendak maju lebih dulu?"
Cerdik jago tua ini, dia tidak mau menantang
sekaligus. "Baiklah kita jangan berebutan!" berkata Thio Giok
Houw nyaring. "Sekarang ini akulah yang maju! " " Eh,
imam hidung kerbau yang bau, apakah kau masih tidak
hendak mengajukan dirimu" Aku si orang she Thio mau
minta sekalian bunganya dari kau!"
Kata yang terakhir dari Giok Houw ini ditujukan
kepada seorang imam dengan kopiah kuping yang
berada dalam rombongan Koan Sin
Liong-ialah imam yang melukai ia di Hangciu.
Imam yang ditantang itu menjadi gusar.
"Bangsat cilik, kau berani mencaci orang!" bentaknya
seraya lantas maju.
Koan Sin Liong tertawa dingin. Dia menanya: "Apakah
kamu mau bertempur secara kacau" Kalau begitu, kamu
tujukanlah itu padaku seorang!"
"Sabar!" Yap Seng Lim mengajukan diri. "Haraplah
kamu mendengar aku! Hari ini baik kita bertanding
dengan memakai aturan, siapa mempunyai perhitungan,
dia berurusan dengan siapa. Masih ada tempo untuk
1343 membereskan semua. Sekarang, sebagai yang pertama,
baiklah saudara Thio melawan toya itu. Kau sendiri, Tuan
Koan, sebagai pemimpin, sebentar datang giliranmu! Aku
pun mau minta tuan jangan kuatir, di sini kamu
tetamuku, maka itu tidak nanti kami mengeroyok kamu!"
Suaranya Seng Lim ini diturut orang banyak, maka
semua lantas mundur, hingga di tengah gelanggang
tinggal Thio Giok Houw berdua si imam. yang telah maju
ke tengah. Dialah Tay Hiong, yang kesohor dengan
tangannya yang lihai, yaitu Tiatse ciang atau Tangan
Pasir Besi. Ketika itu hari dia dapat melukai Giok Houw,
kesatu Giok Houw sudah lelah sekali, kedua dia dibokong
muridnya Koan Sin Liong yang ada bersamanya.
Sebenarnya dia jeri ditantang si anak muda akan tetapi di
muka umum itu terpaksa dia memberanikan diri.
"Silahkan mulai!" kata Giok Houw sesudahnya
keduanya berdiri berhadapan dan telah siap sedia.
Tay Hiong mengangkat sebelah kakinya, menindak
dengan menjejak, untuk memutar diri, setelah mana
tangan kirinya diangkat, ditekuk diputar, lalu sembari
berseru: "Bangsat cilik, terimalah kematianmu!" dengan
tangan kanannya ia meninju dadanya si anak muda.
Serangannya ini keras sekali.
Giok Houw tidak menjadi gentar karena aksi orang itu.
Itulah tingkah polah belaka untuk membikin ia bingung.
Ia tetap memasang mata kepada kaki dan tangan
musuh. Ia malah menggunakan akal. Begitu serangan
tiba, ia menjerit seraya tubuhnya terhuyung. Orang
melihatnya ia terhuyung bukan lantaran berkelit. Maka
pihaknya Koan Sin Liong lantas bersorak. Tapi belum
berhenti sorak-sorai mereka, mendadak mereka
1344 mendengar suara bergelebuk dan tubuhnya Tay Hiong
roboh setombak jauhnya, terbanting keras.
Giok Houw tahu tangan musuh berbahaya sekali, ia
tidak mau melawan keras dengan keras. Tepat
waktunya, ia membuat tubuhnya limbung menurut ilmu
yoga ajarannya Hek Pek Moko, ia membiarkan lengan


Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kanannya tertinju meleset. Telah mahir kepandaian
yoganya hingga ia dapat membikin dagingnya bergerak
sesuka hatinya. Maka itu ia tidak terhajar celaka.
Tay Hiong tidak ketahui kepandaiannya lawan ini. dia
girang waktu dia merasa tinjunya mengenai, hanya
hampir berbareng dia menjadi heran dan kaget. Tinjunya
itu tidak mengenai hebat, sebaliknya tangannya kena
ditangkis dan terbangkol.
Dalam kagetnya dengan sebat dia memutar tangannya
itu, untuk diloloskan. Justeru dia menolong diri itu,
kepalannya Giok Houw menyamber tanpa dia dapat
berkelit lagi, hingga tak ampun pula, tubuhnya terhajar
dan terlempar roboh! Tapi dia tidak terluka hebat,
dengan sebat dia meletik bagaikan ikan gabus, untuk
bangun berdiri, cuma mukanya menjadi merah padam
saking malu dan mendongkol. Bahna gusarnya, dia
mencabut pedang pendeknya sambil berteriak: "Marilah
kita mengadu jiwa di ujung senjata!"
Giok Houw menyambut dengan tertawa berkaka
Golok Halilintar 11 Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pemetik Harpa 28
^