Kisah Pedang Di Sungai Es 23

Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen Bagian 23


padam, bentaknya: "Kurang
ajar kau ini manusia apa, berani melawan atasan dan
menahan Kaucu."
"Aku justeru menaruh maksud baik kepada Kaucu, kau
sendirilah yang telah memaksakan Kaucu hingga beliau
kepepet," sahut Ting bik tawar saja.
Thian Mo Kaucu menjadi kurang senang, ia ikut bicara:
"Apa maksud perkataan Bun Siabsing itu?"
"Pembicaraan kalian barusan sudah kudengar semua."
sahut Ting Bik dengan tertawa "Kaucu, jika kau terancam
bahaya Cau Hwe Jip Mo, mengapa tidak sejak dulu kau kata
kan padaku?"
"Hm, Bun Ting Bik, apa dengan sedikit kepandaianmu itu
cukup mampu membantu kesukaran Kaucu?" jengek Hok Smg.
"Ya, memang." sahut Ting Bik. "Dengan tingkatan
Lwekangku sekarang aku memang belum bisa menolong
Kauwcu terhindar dari bahaya, sebab itulah aku ingin kau
tinggal dulu disini untuk berunding lebih jauh."
"Berunding tentang apa" tanya Hok Sing
"Sebab aku dapat membantu Kauwcu menghindarkan diri
dari bencana itu asal saja kau bersedia menerima tiga
syaratku, apa kau mau" t"nya Ting Bik.
Hok Smg merasa ragu tapi tanyanya kemudian: "Tiga syarat
apa" Coba katakan dulu
"Pertama, hendaklah kau serahkan padaku seluruh kitab
pusaka ilmu silat leluhurmu, aku tahu apa yang kau pelajari
kurang lengkap tapi ditambah dengan kecerdikan dan bakatku
aku yakin tidak sampai tiga bulan tentu dapat menghasilkan
Lwekeng yang sempurna gabungan dari Cing Pay Dan Sia Pay
mana tentu aku akan dapat menolong Kaucu dengan tidak
ragu-ragu lagi."
"Mengaca mesti aku yang memberi dan bukan milikmu yang
diberikan padaku "jawab Le Hok Sing.
"Kau tahu apa?" kata Ting Bik, "Lwekang yang kulatih ini
terlalu luas, kalau aku mengajar kau, paling sedikit harus
makan tempo tiga tahun baru bisa sempurna, dan hal ini tentu
susah untuk menolong Kauwcu. Sedangkan Sam Siang Sia
Kang yang kulatih ini ada lebih mendekati ilmu dari
golongan Cing Pay daripada ilmu yang kau latih ,"
Diam-Diam Le Hok Sing mengakui juga akan uraian Bun
Ting Bik itu. Seketika ia menja di ragu-ragu dan tak dapat
bicara lagi. "Dan apa syarat yang kedua ".?"sela Thian Mo Kaucu.
"Yaitu Kaucu supaya menyerahkan Pek Tok Cin keng
padaku, dengan ilmu itu aku dapat menyerang racun dengan
racun ditambah dengan kekuatanku, maka untuk menolong
kau terlepas dari bencana itu menjadi lebih meyakinkan lagi ."
Diam-Diam Thian Mo Kaucu mentertawai perhitungan Bun
Ting Bik yang muluk-muluk itu, dengan mendapatkan kitabkitab
yang merupakan kepandaian asli kedua orang, maka
untuk selanjutnya apakah usaha Bun Ting BiK akan berhasil
atau tidak, itu berarti keselamatan Thian Mo Kaucu sendiri
sudah tergenggam ditangan orang she Ban itu. Walaupun
diam-diam memikir namun lahirnya Thian Mo Kaucu tidak
memberikan reaksi apa-apa, lalu tanjanya. "Dan syarat ketiga
bagaimana ?"
Ting Bik terbahak, katinya: "Kaucu jelek-jelek aku orang she
Bun juga seorang penguasa satu Pulau, betapa bebas
merdeka hidup ditempat nya". mandiri, tapi mengapa aku
terima datang ke Tionggoan dan rela menjadi wakilmu, apa
tujuanku. rasanya kau sendiri tentu sudah tahu. Urutan kita
sudah tertunda sepuluh tahun, maka hari ini sudah tiba
waktunya kita ambil keputusan secara tegas."
"Hm. apa kehendakmu yang sebenarnya itu?" sahut Thian
Mo Kaucu dengan mendengus
Maka dengan cengar cengir Bun Ting bik menjawab:
"Dengan memberanikan diri aku hendak melamar Kaucu
sebagai isteriku Sesudah menikah, sebagai suami isteri dengan
sendirinya aku akan berbuat sepenuh tenaga un tuk menolong
kau, dipulau tempat tinggalku itupun aman dan makmur,
segala apa yang Siau Le dapat menyanggupi kau, aku berjanji
pasti akan berlipat ganda daripada dia."
Keruan Le Hok Sing berjingkrak gusar, dampratnya: "B"in
Ting Bik keparat kau sendiri sekarang justeru hendak
memaksakan orang lain dikala ke pepet."
"Kenapa kau mesti marah, Siau Le." ujar Ting Bik dengan
tertawa." Bila kau menyukai Kauca dengan setulus hati, maka
kau harus pikirkan kepentingannya, kau tidak dapat
menyelamatkan dia, sebaliknya aku yakin pasti dapat
menolong dia, maka seharusnya kau mengalah padaku."
Seketika semangat Le Hok Sing menjadi lesu sekilas lirik
dilihatnya sikap Thian Mo Kau-cu hanya biasa saja. sedikitpun
tidak mengunjukkan perasaan apa-apa, sungpuh pedih rasa Le
Hok Sing, katanya dengan gemetar: "Bun?" Bun Ting Bik.
apa kau berani bersumpah, ?"!"
"Bersumpah untuk apa " tanya Ting Bik.
,Jika kau benar-benar hendak menolong Kauwcu dengan
sejujurnya, maka aku rela akan melengkapi cita-citamu itu,
kata Le Hok Sing.
Ting Bik tertawa senang, sahutnya. "Siau lee tentu aku
berani bersumpah.
Thian Mo Kauwcu bersuara dengan dingin: "Hm, apa dalam
pandangan kalian masih ada diriku" Urusan yang menyangkut
diriku sudah seharusnya akulah yang bicara."
"Ya, silahkan Kauwcu memberi petunjuk, kata Ting Bik.
"Aku juga ada tiga syarat," kata Thian Mo Kauwcu,
"Sekarang hendak kukatakan syarat yang pertama, yaitu mulai
hari ini Thian Mo Kauwcu sudah tidak ada lagi, sudah
kububarkan"
Ting Bik tertegun, katanya kemudian: "Thian Mo Kau yang
didirikan dengan susah payah apa akan dibubarkan dengan
demikian saja ! "
"Benar, aku yang mendirikan dan dengan sendirinya aku
pula yang membubarkan," sahut Thian Mo Kauwcu, "dan mulai
dari sekarang juga kaupun bukan wakil Kaucu lagi, tentang
kau akan tinggal terus di Tionggoan atau akan pulang
kandang kepulaumu, boleh terserah kau mana suka .?"
Diam-Diam Ting Bik menjadi gugup, cepat kata nya pula:
"Kenapa kau mengambil keputusan demikian" Jikalau kau
dapat menghindari bencana ini ilmu silatmu ada harapan akan
mencapai tingkatan yang paling sempurna, tatkala itu dengan
gabungan Kita berdua cukup untuk merajai dunia persilatan,
kenapa Thian Mo Kau harus dibubarkan sekarang ?"
Sebab apa Bun Ting Bik menjadi kuatir Kiranya dia
sendiripun paham bahwa cinta Thian Mo Kaucu tidak tertuju
kepadanya sebab Thian mo Kaucu dahulu ramah tamah
padanya adalah karena ingin menggunakan tenaganya untuk
memperluas pengaruh Thian Mo Kau. Dan sekarang Thian Mo
Kau hendak dibubarkan, itu berarti hubungan satu sama lain
akan putus. Dari itu Bun Ting Bik masih dapat ber harap
membujuknya dengan janji akan membantu Thian Mo Kaucu
menghindarkan bencana "Cau Hwe Jip Mo ."
Namun Thian Mo Kaucu telah menjawab dengan dingin:
"Terima kasih atas maksud budi baik Bing siansing, sekali aku
tidak ingin men jadi Kaucu laigi, soal ilmu silat sendiri apakah
akan maju atau mundur sudah tak kupikirkan."
"jadi kau siap menghadapi bencana kematian atau tersiksa
seumur hidup dan tidak mengharap akan terhindar dari
kesukaran itu ?" Ting Bik menegas dengan tidak mengerti.
Thian Mo Kauwcu tidak menjawabnya, tetapi dengan
tersenyum ia berkata kepada Le Hok Sing: "Adik Sing,
ucapanmu memang benar, rasa bahagia orang tidak terletak
dari ilmu silatnya. Sekalipun aku nanti akan cacat selama
hidup, tapi dengan didampingi kau, aku tetap merasa gembira,
ya, bahkan lebih gembira dari pada dahulu. Dari itu Bun
siansing soal kedua ysmg hendak kukatakan padamu yalah
kau jangan pikirkan diriku lagi dan akupun tidak perlu
bantuanmu segala !"
Saking terharu sampai Le Hok Sing meneteskan air mata,
serunya "O, cici, kau teramat baik kepadaku, dan tanpa peduli
Bun Ting Bik masih berada disitu, terus saja ia mendekati
Thian Mo Kaucn dan menggenggam tangannya kencangkencang."
Seketika air muka Bun Ting Bik berubah merah padam, ia
tertawa dingin dan berkata. "Sungguh tidak nyana cintamu
kepada Siau Le ternyata sedemikian mendalam sehingga
jiwamu sendiripun tak kau pikirkan lagi"
"Benar," sahut Thian Mo Kauwcu. "Makanya soal ketiga
yang hendak Kukatakan padamu. Aku sudah memutuskan
akan menikah dengan Siau Le. Kau adalah sahabat kami, jika
tiba saatnya harap kau suka hadir untuk meramaikan upacara
pernikahan kami ."
Seketika Bun Ting Bik termenung sebegai patung.
Sebaliknya Le Kok Sing girang setengah mati, katanya: ,Bun
siansing. kenapa kau tidak lekas memberi selamat padaku"
Nah. harap kau menyingkir, kami akan berangkat sekarang
juga ?" Mendadak Bun Ting Bik mendelik, kata nya dengan
terkekeh-kekeh: "Sahabat", sahabat " Apa kalian anggap aku
ini anak kecil saja ?"
"Bun siansing, bicaimana pikiranmu terserah kepadamu,
pendek kata, maaf kami akan segera pergi dan hendaklah kau
jangnn inenghadang di tengah jalan." kata Thian Mo Kaucu
Sekonyong-konyong Bun Ting Bik menggerang, secepat kilat
terus menghantam kearah Le Hok Sing sambil membentak:
"Sebabnya Kaucu tersesat adalah gara-garamu. aku tidak
dapat membiar kan kau membikin susah Kaucu. hari ini sudah
tiba saatnya kau harus mampus "
Dalam keadaan girang Le Hok Sing menjadi lupa daratan
kalau dia sedang diserang , untung Thian Mo Kaucu sudah
siap sedia sebelumnya, sekali lengan bajunya mengebas,
secomot jarum berbisa bertebaran. Kenal akan lihaynya jarum
berbisa itu, terpaksa Bun Ting BiK mengalihkan pukulannya itu
untuk menolak sambaran jarum-jarum berbisa.
"Bun Siansing," semprot Thian Mo Kaucu dengan kereng.
"kau berani menyerang suamiku, terpaksa kami suami isteri
juga tak sungkan-sungkan lagi padamu."
Saat itu Le Hak Sing baru sadar bahwa dirinya telah
diserang. dengan gusar iapun membentak: "Ting bik, kau mau
minggir atau tidak?""
Dan dikala Thian Mo Kaucu sedang me-ngebaskan lengap
bajunya untuk kedua kaki-nya, berbareng Le Mok Sing juga
melolos Giok Jio atau mistar kumala terus menghantam kepala
lawannya. Cepat dengan gerakan "Simm siang sin tang dengan kedua
tangan menegak dan dipentang kekanan kiri, kontan Bun Ting
Bik menangkis sambil balas menyerang kedua lawan. Tapi
pukulan sebelah kiranya memakan sebagian besar tenaganya,
terang Le Mok Sing yang hendak dihabisikannya lebih dulu.
Kekuatan ilmu "Sim siang sin-kang" yang dilontarkan Bun
Ting Bik itu memang luar biasa. Seketika mistar kemala Le Hak
Sing seperti kebentur tembok dan susah menembus.
Dilain fihak sebelah tangan Bun Ting Bik menjadi kewalahan
menahan tenaga kebasan Thian Mo Kjucu yang hebat itu
"pluk" dengan tepat lengannya kena tersimpuk, walaupun se
rangan ini tidak sampai membikin lengan Uno Ting Bik patah,
tapi sakitnya tidak kepalang lagi. apalagi lantas terendus pula
bau harum yang memabukan. Sudah tentu Ting Bik kenal
kepandaian Thian MoKauwcu dalam menggunakan racun,
maka cepat ia mengibas lepas.
Dan pada saat itulah mistar Le Hok Sing sudah sempat
menembus pertahanan Bun Ting Bik dnn segera hendak
menutuk "Kim-bun-hiai" bawah ketiaknya Bun Ting Bik tidak
gentar, sedikit tubuhnya menggeser, berbareng ia balas
menjotos. Tapi Thian Mo Kaucu sudah lantas memapak dengan
mengacungkan jari tengah yang memakai cincin dengan ujung
berupa jarum berbisa yang hitam mengkilap.
Bun Ting Bik tidak takut kepada ilmu Thiam hiat, tapi
terhadap kepandaian menggunakan racun sang Kaucu yang
keji dan aneh-aneh itu terpaksa ia harus waspada, maka cepat
cepat ia tarik ke kembali kepalan. Dan saat lain dengan cepat
sekali Le Hok Sing telah menubruk maju, sekaligus mistarnya
bekerja untuk mengincar tujuh tempat Hiat to ditubuh lawan.
Di bawah keroyokan kedua orang, karena susah
menghindar lagi, terpaksa Bun Ting Bik menutup Hiat to
seluruh tubuh sambil angkat lengannya untuk menerima
mentah-mentah serangan mistar Le Hok Sing itu.
Walaupun kecil senjata Le Hok Sing itu tapi beratnya
melebihi besi. maka terdengarlah "plak" sekali, meski Bun Ting
Bik memiliki Lwekang yang kuat. hantaman itu membuat nya
kesakitan luar biasa sehingga pandangannya serasa gelap.
Sedang Thian Mo Kaucu lantas berseru dengan tertawa: "Ai.
sama-sama sobat lama, apa kau benar-benar hendak
bertarung mati-matian dengan kami ?"
Saat itu Bun Ting Bik telah mengerang keras dan melompat
pergi beberapa meter jauhnya. Sebaliknya Le Hok Sing juga
tergetar mundur sampai berapa tindak, Segera Thian Mo
Kaucu menariknya dan berkata. "Adik Sing, lekas lari, urusan
ini biarlah kita perhitungkan padanya lain kali !"
Dalam pada itu dengan wajah membesi Bun Ting Bik telah
mengejek: .Hemrn, kalian hendak meninggalkan aku disini ?"
Huh, tidak semudah itu ! Mendadak ia terus bersuit kereskeres
dan berkumandang jauh, menyusul terus menggembor
"Kim Lun Sengbo, muridmu hendak minggat dengan
gendaknya, kau tahan dia atau tidak "."
Yang paling dikuatirkan Thian Mo Kaucu adalah datangnya
sang Suhu, maka cepat dia berseru: "Adik Sing, lekas kau
panggil Kim Mo Soanl"
Menurut perhitungannya, latihan gurunya pada saat itu
sudah hampir selesai, maka dalam waktu singkat itu ia harus
berusaha melarikan diri.
Sebaliknya Le Hok Sing sebelumnya tidak tahu kalau Thian
Mo Kaucu akan bersedia diajak minggat, makanya dia
tinggalkan kedua ekor Kim Mo Soan diluar keraton. supaya
kedatangannya itu tidak menyolek. Maka sekali bersuit, segera
ia dengar suara jawaban Kim Mo Soan yang menggerung.
Mendengar itu, lega juga hati Thian Mo Kaucu. ia yakin asal
sudah menunggang oinatang iiu, biarpun setinggi langit
kepandaian gurunya yang susah menyusulnya lagi.
Dalam pada itu Bun Ting Bik menjadi gugup dan gusar pula


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demi mendengar suara Kim Mo Soan. Mendadak ia melompat
keatas terus menubruk kearah Le Hok Sing, belum la gi
kakinya menginjak tanah atau segera ia sudah menghantam
dari atas. Tapi Le Hok Sing dan Thian Mo Kaucu telah menangkis
berbareng, "blang", Bun Tiong Bik tidak kuat menahan
gabungan tenaga mereka berdua, seketika ia terpental pula
keatas sebagai bola. Tapi Bun Ting Bik juga sangat lihay,
sekali berjumpalitan, lalu ia dapat turun dengan enteng dan
masih tetap menghadang ditengah jalan,
Thian Mo Kaucu menjadi gusar, damperatnya: "Bun Ting
Bik, kau masih berani merintangi kami?" berbareng ia
timpukan sebuah geranat kabut api tercampur jarum berbisa.
"Kirana, kukira adalah lebih baik kau tinggal saja disini,"
sahut Ting Bik dengan menyeringai, berbareng iapun
menghantam dari jauh sehingga kabut buyar, jarum jatuh dan
api menyambar kembali kearah Thian Mo Kauwcu.
Cepat Le Hok Sing juga menghantam dari jauh sehingga
gulungan api yang berkobar-kobar itu ditolak kembali pula.
Dengan tenaga gabungan dengan sendirinya mereka lebih
kuat daripada Bun Ting Hik, tapi dengan demikian mereka
menjadi tertahan lebih lama lagi.
Diam-Diam Le Hok Sing heran mengapa Kim Mo Soan
masih belum nampak muncul. Cepat ia bersuit untuk
mendesak pula. Selang sejenak baru sayup-sayup terdengar
suara gerengan Kim Mo Soan, tapi dibanding suara tadi terang
jauh lebih lemah. Le Hok Sing tambah heran, senen tara itu
Bun Ting Bik tetap menaungi jalan pergi mereka.
"Bunuh keparat ini lebih dulu !" teriak Hok Sing dengan
gusar. Namun Ting Bik menyambutnya dengan bergelak tertawa,
sahutnya: "Kau hendak mem bunuh aku" Ha, apa gampang?"
Begitulah sambil bertempur sambil jalan meski Bun Ting Bik
terdesak, tapi dia cukup cerdik, ia hanya bertahan saja dan
menghindarkan pertarungan sengit, tujuannya cuma
merintangi dan mengulur waktu saja.
Keruan Le Hok Sing dan Thian Mo Kaucu Menjadi gopoh,
terutama Kim Mo Soan yang diundang itu ternyata tidak
muncul, untunglah Bok Lolo yang mereka kuatirkan itu pun
tidak nampak datang.
Sementara itu Kok Tiong Lian yang disembunyikan didalam
kamar itu, telah dapat mengikuti percekcokan Le Hok Sing dan
Bun Ting Bik itu. tanpa merasa rasa bencinya kepada Thian
Mo Kaucu menjadi banyak berkurang lagi, bahkan timbul rasa
simpatiknya, Pikirnya: "Sekarang aku tidak diawasi, kalau tidak
lari mau tunggu apa lagi!"
Saat itu sudah lebih satu jam sejak dia minum obat
penawar pemberian raja itu. ditambah dia sendiri juga
mengerahkan tenaga untuk mempercepat bekerjanya otat itu
sehingga walaupun kekuatannya tidak pulih seluruhnya, tapi
juga sudah pulih sebagian besar.
Sebentar ia keluar dari kamar itu, ia coba melongok
sekelilingnya, ia lihat keadaan sunyi senyap, suasana sudah
remang-remang hampir gelap, meski ditempat jauh ada
bayangan orang tapi bukan menuju kearahnya. Suara
pertarungan Le Hok Sing dan Bun Ting Bik juga sema kin
menjauh, tampaknya orang-orang didalam keraton juga
terkejut oleh karena suara pertempuran mereka, maka
berramai-ramai menuju kearah sana untuk melibat apa yang
telah terjadi. Pada saat yang paling bagus untuk melarikan diri itu, tibatiba
Tiong Lian teringat sesuatu katanya dalam hati: "Ah, tidak
boleh demiki an, kedatanganku ini adalah ingin menggagalkan
peperangan antara negara, mana aku tinggal lari tanpa
sesuatu hasil" Raja telah berjanji padaku, ia minta tengah
malam ini datang keistananya untuk membantu dia membasmi
Thay Ceng Ong, asal dibunuh, golongan yang ingin perang di
negeri Kuubran ini akan kehilangan pimpinan dan
persengketaan antara antar negara mungkin dapat didamaikan
Aku sudah berjanji pada Sri Baginda, sekarang aku sudah lolos
dari bahaya, mana boleh aku mengingkar janji" berpikir
demikian segera ia ambil" keputusan untuk batalkan maksud la
rinya, ia memutar keternpat yang sepi dan mencari istana raja
untuk memenuhi janji.
Karena ingin menghindar pergokan musuh maka arah yang
dituju Kok Tiong Lian adalah berlawanan dengan arah Thian
Mo Kaucu ber tiga tadi, tapi suara benturan senjata diseling
suara bentakan masih terus terdengar tanpa terhenti.
Diam-Diam Tiong Lian menjadi bimbang, pikirnya: "Meski
tidak tanduk Thian Mo Kaucu tidak benar, perbuatannya sesat,
tapi toh bukan manusia yang terlalu jahat, Lebih-Lebih dia pun
mencintai Le Hok Sing dengan sungguh-sungguh dan tidak
mengecewakan harapan pemuda she Le itu, Ya, semoga
mereka terlolos dari bahaya, atat mereka benar-benar dapat
kembali kejalan yang benar, maka aku bersedia memohon Hay
Ko untuk menolongnya. Dengan kepandaian Hay Ko yang
sekarang sudah hampir memadai gurunya, bukan mustahil
Hay Ko akan dapat menolong Thian"Mo Kaucu dengan mudah
Belum habis ia merenung, tiba-tiba terdengar teriakan
tajam seorang, itulah suaranya Thian Mo Kaucu. Seketika
Tiong Lian menjadi kua-tir, serunya tanpa merasa ."Wah,
celaka, mereka masih belum dapat meloloskan diri!"
"Hm, mereka tak dapat meloloskan diri, apakah kau sendiri
mampu lolos?" demikian mendadak terdengar seorang
menanggapi ucapannya itu dengan menyindir.
Ketika Tiong Lian berpaling dibawah sinar bulan yang
remang-remang itu, tertampak dari balik gunung-gunungan
palsu sana telah muncul seorang. Itulah dia encinya Thian Mo
Kaucu yang dahulu pernah memalsu dan mengaku sebagai
ibunya Kok Tiong Lian, yaitu Mo Hujin.
Dengan cepat luar biasa tiba-tiba terdengar suara menderu,
Mo Hujin telah ayun seutas-kain sutera merah dan
mengerudung keatas kepala Kok Tiong Lian Tentu saja Tiong
Lian menjadi gusar, sebelah tangannya terus mencakar
keatas, "bret", seketika seledang sutera itu kena dirobeknya
menjadi dua jalur, cuma sayang tenaga Tiong Lian belum lagi
pulih seluruhnya, meski sutera merah itu terobek, tapi juga
tidak kuat merebutnya dan ujung sebelah sana masih tetap
dipegang kencang oleh Mohujin
Dan selagi Tiong Lian hendak menubruk maju lagi,
sekonyong-konyong selendang sutera Mo hujin sudah
mendahului bekerja, selendang sutera yang terobek menjadi
dua jalur itu mendadak melibat dari kedua arah, yang seutas
hei dak membelit lehernya, yang lain memapak tangannya.
Terpaksa. Kok Tiong Lian mesti mengegos, tapi tangannya
yang hendak men cakar itu sudah lantas terlilit oleh selendang
sutera lawan. Selagi Tiong lian merasa cemas dan hendak membetot
tangannya kembali sedikit, tiba-tiba terdengar Mo hujin telah
membentak: "Siapa itu"." tapi selesai ucapannya itu, tahutahu
ia sendiri sudah roboh tersungkur karena lututnya
tertutuk. Menyusul mana dari semak-semak pohon sana telah
melompat keluar seorang, dimana Sinar pedangnya
berkelebat, seketika selendang sutera yang membelit lengan
Kok Tiong Lian itu lantas terputus-putus menjadi potonganpotongan
kecil dan pedangnya sedikitpun tidak melukai
sinona. Sungguh betapa hebat ilmu pedangnya dikata tiada
taranya. Kejut dan girang Tiong lian bukan buatan, seketika kedua
orang lantas saling peluk, yang seorang berseru: "Suhu!" dan
yang iain berseru: "Lianji!"
Kiranya pendatang itu bukan lain adalah gurunya Kok Tiong
Lian, yaitu Kok Ci Hoa menyusup juga kedalam keraton dan
baru sekarang mereka dapat bertemu.
Belum lagi guru dan murid itu sempat bicara, sementara itu
terdengar ada orang mendatangi, cepat Tiong Lian berkata:
"Mari ikut lah padaku, suhu!"
Karena Tiong Lian sudah paham jalanan sekitar keraton itu,
Ginkang mereka sangat tinggi pula. maka hanya sebentar saja
ia sudah membawa gurunya melintasi sebuah dinding yang
tinggi dan masuk kedalam sebuah istana.
"He, mengapa kau membawa aku ketempat raja ?" tanya Ci
Hoa. "Ya, justeru tempat inilah paling aman bagi kita," sahut
Tiong Lian dengan suara tertahan. "Malahan aku sekalian
dapat berbuat sesuatu."
Tatkala itu sudah dekat tengah malam dan sudah sampai
waktu perjanjiannya dengan raja, karena itu iapun tidak
sempat memikirkan urusan orang lain lagi?"
Dalam pada itu Thian Mo Kaucu dan Le Hok Sing masih
terus menempur Di:n Ting Itik dengan sengit sambil berjalan
keluar berulang-ulang Hok Sing juga bersuit lagi untuk
memanggil Kim Mo Soan, terdengar pula suara sahutan Kim
Mo Soan, tapi suaranya memilukan dan seperti terluka dan tak
bisa berkutik lagi.
Keruan Le Hck Sing terperanjat, cepat ia memburu kearah
suara Kim Mo Soan berada didepun sana adalah tanah lapang,
dari jauh samar-samar kelihatan kedua ekor Kim Mo Soan itu
telah meringkuk diatas tanah.
"Cici, lekas kemari, Kim Mo Soan berada disini !" seru Hok
Sing. Segera Thian Mo Kaucu menghamburkan secomot jarum
berbisa dengan cara aneh iamenyerang bagian depan Bun
Ting Sik agar dia tidak sempat mendahului lari kesana
membunuh kedua Kim Mo Soan Benar saja BunTing Bik mesti
berkelit kesamping, kesempatan itu segera digunakan Le Hok
Sing untuk memeriksa Kim Mo Soan.
Memangnya ia sudah menduga jelek ketika kedua binatang
itu tidak berbangkit untuk memapak majikannya. Sesudah di
periksa kedua ekor Kim Mo Soan sudah meringkuk seperti
cacing, seluruh badannya hitam hangus, ketika Le Hok Sing
menendang pelahan, sedikitpun binatang-binatang itu tak bisa
bergerak lagi. Keruan Le Hok Sing menempuh harapan satusatunya
agar Kim Mo Soan dapat membawa lari mereka,
sekarang binatang-binatang itu ternyata sudah lebih dulu mati
diracun orang Thian Mo Kaucu ikut terkejut juga, cepat ia menarik Le Hok
Sing sambil bersatu: "Hayo lekas mundur!"
Belum lenyap suaranya, terdengarlah seorang telah
menegurnya dengan mengejek: "Hmm, apa masih ingin lari?"
dan tahu-tahu dari semak pohon sana telah muncul
seseorang, siapa lagi dia kalau bukan gurunya Thian Mo Kaucu
sendiri Bok lolo adanya.
Dan dengan cepat sekali, tiba Bok Lolo terus menggeraki
tangannya, "Wass" sejalur api yang gemerlap telah menjalar
memutari mereka. Le Hok Sing masih bermaksud menerjang
keluar tapi Thian Mo Kaucu telah mencegahnya: "Jangan"
Baru saja Le Hok Sing dapat ditarik kembali, ketika
memutar kebelakang, mendadak terdengar lagi suara "Bus",
sejalur api lagi membakar pula didepan situ dan hanya dalam
sekejap saja mereka berdua sudah terkurung di tengah.
Api yang berkobar-kobar itu bukanlah api yang sebetulnya,
benda yang terkena juga tidak ikut terbakar, tapi mirip bola
saja, dima na api itu lalu, rumput dan tumbuh-tumbuhan lain
lantas layu dan kering dan mengeluarkan bau yang busuk.
Kiranya api berbisa itu adalah perbuatan pospor yang
dikumpulkan Bok Lolo dari kuburan-kuburan kuno. Api pospor
itu tidak membakar tapi kulit daging yang terkena api itu akan
segera busuk dan hancur luluh sebagai air. Ilmu jahat yang
dilatih Bok Lolo ini bernama "Leng yam sau hun" (api dingin
nenyapu nyawa).
Maka terdengar Bok Lolo telah berkata: "Karani, kau benar
muridku yang paling baik sedikitpun kau tidak pikirkan budi
kebaikan guru, sekali kelentukan kekasih, terus saja kau
hendak mendurhakai guru."
"Setiap manusia boleh menikah, apakah ini dianggap
sebagai mendurhakai guru?" sela Le Hok Sing dengan
penasaran. "Tidak perlu kau ikut cerewet!" bentak Bok Lolo. "Muridku
sendiri, soal mati hidup nya adalah aku yang memutuskan. Dia
boleh menikah dengan siapapun, justeru tidak kepadamu.
Hem,"tempo hari kau telah mengapusi aku dan menggondol
lari puteri Romana, untuk itu aku belum sempat memberi
hukuman setimpal kepadamu, dan sekarang kau hendak
memelet muridku pula. Biarlah kau merasakan sedikit
kelihayanku! Segera sebelah tangannya memukul kedepan.
segulung api terus menyala diatas badan Kim Mo Soan, hanya
sebentar saja kedua ekor Kim Mo Soan yang besar itu sudah
lenyap dari pandangan mata, hanya diatas tanah saja
tertinggal sedikit air darah dan bulu.
"Nah, tempo hari kau dapat melarikan diri berkat bantuan
binatang itu, sekarang ingin kulihat apa yang kau hendak
perbuat lagi?" jengek Bok Lolo.
"Aku sendirilah yang rela ikut dia, kalau salah, maka akulah
yang salah, harap Suhu melepaskan dia, kalau hendak
dihukum, boleh hukum aku saja!" kata Thian Mo Kaucu.
"Kau hendak mengingkari guru dan melarikan diri, apa
hukuman yang pantas?" tanya "ok Lolo.
"Tecu terima di bakar dengan api berbisa," sahut Thian Mo
Katicu. "Tidak, akulah yang berbuat salah pada mu, segala apa
adalah langsung jawabku!" seru Le Hok Sing.
"Huh, kalian ternyata cinta mesra sekali!"-jengek sinenek.
Dan dimana jarinya menuding setangkai bunga api terus
menyambar. Thian Mo Kaucu menjerit tajam, tanpa pikir lagi ia terus
peluk Le Hok Sing dengan maksud mengaling didepan
tunangannya itu.
Sudah temu Le Hok Sing tidak mau membiarkan kekasihnya
menjadi korban, segera ia pun balas memeluk kebelakang
sehingga tubuh-nya sendiri dipakai menghadang didepannya.
Namun Bok Lolo tiba-tiba menarik kembali jalur api itu
katanya dengan dingin "Hu, aku justeru tidak mau melihat
cita-cita kalian terkabul dan hidup bahagia dan mati bersama."
Menyusul kedua tangannya bergerak pula, terdengar suara
menderu, dua utas tali telah menyambar tiba, Thian Mo Kaucu
dan Le Hok Sing tahu-tahu sudah teringkus oleh tali itu. Ketika
tangan Bik Lolo menarik, segera Hok Sing berdua tertarik
keatas dan terhindar dari bola api tadi.


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua utas tali itu adalah buatan sutera berasal dari ulat
sutera pilihan, uletnya luar biasa, sekali terangkat, berapa
tangkaspun juga susah melepaskan diri !"
Sesudah menawan kedua orang itu selagi Bok Lolo tertawa
terkekeh-kekeh senang. tiba-tiba datang seorang Bu Su dan
melapor: "Seng Bo, puteri kerajaan Masar itu telah lolos !"
"Ha, apa katamu ?" bentak Bok Lolo dengan mata mendelik.
"Puteri Masar itu telah melarikan diri," demikian Busu itu
mengulangi laporannya. "Kami ketemukan Mo hujin
menggeletak di-atas tanah tanpa berkutik, agaknya Hiat tonya
ditutuk orang dan kami tak bisa membuka Hiat to yang
tertutuk itu, maka Seng Bo di-mohon suka pergi
memeriksanya sendiri.
"Jika begitu Bun siansing, silahkan ikut padaku," kala Bok
Lolo. Sesudah ketemukan Mo Hujin, sekilas pandang saja segera
Bun Ting Bik berkata: "Ya, benar, ini adalah ilmu Tiam hiat
yang khas dari Bin San Pay. Eb, aneh juga, bukankah budak
itu sudah minum Siu Lo So Kut S.n, kenapa dia mampu
meloloskan diri?"
Dengan muka merengut Bok Lolo tepuk punggung Mo hujin
untuk melancarkan darah nya, lalu tanyanya: "Kenapa kau
begini tak becus" sehingga kena disergap budak itu ?"
Wajah Mo hujin menjadi merah jengah, sahutnya: "Guru
budak itu telah datang juga !"
Sementara itu para Busu telah beruntun-runtun kembali
mereka telah menggeledah segenap pelosok taman raja itu.
Tapi belum semuanya menyatakan tidak menemukan juga
jejak Tiong Lian
Bok Lolo sendiri paham duduknya perkara dengan tawar ia
lantas berkata: "Kalian tidak perlu ribut, aku sudah tahu
tempat sembunyi nya, serahkan saja padaku, tidak nanti
budak itu mampu lolos. Hm, gurunya juga sudah datang,
Sungguh sangat kebetulan ! Kabarnya dia adalah kekasih lama
Kim Si Ih ?"
"Benar," sahut Bun Ting Bik, "Jika engkau dapat menawan
Kok Ci Hoa, tentu Kim Si Ih akan mati kutu dan akan
menyerah tanpa syarat padamu," selesai bicara, ia lihat air
muka sinenek mengunjukan rasa kurang senang.
---ooo0dw0ooo---
Jilid 19 DENGAN cerdik cepat Ting Bik memutar balik ucapannya
itu. "Tapi sebenarnya dengan ilmu sakti Bok Lolo, tidak
mungkin Kim Si Ih itu mampu melawan engkau. Cuma saja
kalau kita menawan dulu kekasihnya, paling tidak dia akan
kelabakan lebih dulu."
"Ipih (nama Mo-hujin), aku percaya kau takkan
mengkhianati aku, maka adikmu kuserahkan dibawah
pengawasanmu," kata Bok Lolo.
"Jangan kuatir Suhu, tidak nanti Tecu lupa kepada budi
Suhu," sahut Mo hujin. "Adik perempuanku tidak kenal malu
dan hendak minggat dengan orang hal ini adalah
kesalahannya biarpun nanti suhu dapat mengampuni, paling
tidak aku sebagai saudaranya yang tua juga melaksanakan
kewajiban untuk menghukumnya".
"Ehm, bagus," puji Eok Lolo. "Dan masih ada pula bocah
she Le ini, eh Buu siansing silahkan kau ikut mengawasi bocah
ini." Itulah yang diharap-harapkan Bun Ting Kik, maka cepat ia
menjawab. "Ya. sudah tentu aku akan membantu sebisa
mungkin " "Tapi, akupun melarang siapapun mempergunakan
kesempatan ini untuk membalas sakit bati perorangan, harus
tunggu aku untuk menentukan keputusan terakhir," kata Bok
Lelo dengan dingin.
"Nah, Ipih, kau dan Bun siansing boleh mengiring mereka
kembali keistana lebih dulu."
Selesai mengatur, segera Bok Lolo pergi menemui raja.
Kiranya dia sudah menduga Kok Tiong Lian, pasti sembunyi
didalam istana tidur raja.
Tentang Kok Tiong Lien sesudah dia masuk kedalam istana
tidur raja itu, ia lantas membawa gurunya menuju keruangan
Cip Hian Kok. Istana raja itu meliputi belasan ruangan besar
dan Cip Hian Kok ini adalah ruangan tamu raja.
Tiong Lian membawa Ci Hoa melayang dari atap rumah
satu kerumah yang lain, dimana mereka lewat. Lapat-Lapat
kelihatan dibalik gunung-gunungan palsu dan semak-semak
pohon banyak terdapat bayangan orang yang bersembunyi
disitu Ketika hampir dekat Cip Hian Kok. tertampak pula ada
satu regu seragam hitam sedang menuju kearah Ci Hian Kok,
untung Ginkang Tiong Lian dan Ci Hoa sangat tinggi, sama
sekali tiada orang yang pergoki jejak mereka roakp. dengan
enteng sekali mereka melayang lewat lalu melompat turun
tanpa suara. "Ada kejadian apakah, tampaknya didalam istana cukup
ramai?" tanya Ci Hoa.
"Ya, melihat gelagatnya, rupanya akan ida sesuatu
perjamuan istimewa, mungkin juga aku akan terlibat
didalamnya. Sebentar bila terjadi apa-apa, harap Suhu
mengawasi perkembangan dan memberi bantuan seperlunya."
Begitulah mereka lantas mendekam diatas talang rumah
sambil mengintip kebawab. Dalam pada itu terdengar diluar
gedung itu ada orang melapor: "Thay Ceng Ong tibal"
Diam-Diam Tiong Lian merasa datangnya itu tepat pada
waktunya, kebetulan dia dapat melibat dulu apa yang akan
terjadi dan tidak perlu buru-buru menemui raja. Perlahanlahan
ia lantas menyingkap sebuah genting ia gunakan jarinya
uutuk membikin sebuah lubang kecil dan mengintip kebawab.
Ia lihat seorang diri raja sudah duduk didalam ruangan. Tapi
lapat-lapat Tiong Lian merasa ada suara pernapasan orang
banyak, terkadang juga terseling suara gemeresek nya
pakaian, suatu tanda selain raja masih terdapat banyak orang
lain yang telah diatur ini, kalau tidak perlu sekali lebih baik
akupun tidak perlu unjuk diri supaya tidak membikin ribut dan
mengakibatkan datangnya nenek siluman itu."
Begitulah lantas terdengar raja sedang memberi perintah.
"Silahkan Thay Ceng Ong masuk, pengawalnya boleh dilayani
diluar sana.?" berbareng la mengedipi Busu yang melapor itu.
Rupanya Busu itupun paham akan maksud junjungannya,
maka terdengar mengiyakan sekali, lalu undurkan dir.
Meski raja sudah mengatur penjagaannya, tapi iapun
merasa kebat kebit pikirnya: "Ilmu silat Thay Ceng Ong juga
tidak rendah sayang adik perempuan sepupu yang kuajak
bersekongkol itu kebetulan dirampas oleh Seng Bo, janganjangan
sebentar aku tidak berhasil menangkap harimau dan
berbalik akan digigit malah. Ya, terpaksa aku harus bertindak
menurut gelagat, lebih dulu biar kupancing dulu katakatanya."
Baru selesai ia memikir, siasat itu Thay Ceng Ong sudah
melangkah masuk dan pintu lantas ditutup orang dari luar.
Melihat didalam ruangan hanya terdapat raja sendiri, Thay
Ceng Ong tampak agak heran, katanya: "Malam-Malam
Baginda memanggil hamba, entah ada urusan apa yang
penting?" "Paman silahkan duduk," kata raja. "Aku justeru mendengar
sesuatu berita aneh, maka-nya ingin tanya paman."
"O, berita aneh apa?" tanya Thay Ceng Ong "Kabarnya
utusan yang kita kirim ke Masar telah dibunuh mereka karena
dia dipergoki berada didalam gudang pusaka kerajaan
mereka," Kata raja. "Paman adalah ayah utusan yang kita kirim itu,
apakah paman tahu sebab apakah dia menyelundup kedalam
gudang orang?"
Air muka Thay Ceng Ong berubah mendadak, ia menegas:
"Apakah berita ini dapat dipercaya penuh?"
"Sumber berita ini cukup dapat dipercaya, kurasa tidaklah
bohong," sahut raja.
"Siapakah yang menyampaikan berita ini kepada baginda?"
tanya Thay Ceng Ong pula.
"Pendek kata, berita ini dapat dipercaya, tentang siapa yang
menyampaikan padaku hendaklah paman tidak perlu tanya."
"O, aku sendiripun mendengar sesuatu berita yang sangat
aneh," tiba-tiba Thay Ceng Ong berkata pula dengan pelahanlahan.
"Ha, aneh bagaimana?" tanya raja.
"Konon ada suatu negeri dimana rajanya ternyata bukan
bangsanya sendiri, tapi adalah bangsa negeri musuh. Dia
sudah berpuluh tahun naik tahta diturunkan kepada cucunya,
tapi khalayak ramai masih belum tahu akan rahasia ini!"
Wajah raja mendadak berubah, serunya. "Kau maksudkan
negeri yang mana?"
"Tentang ini hendaklah Sribaginda jangan tanya, berita ini
cukup dapat dipercaya, rasa nya toh bukanlah negeri Kunbran
kita!" Mendadak raja bergelak tertawa katanya-"Sudahlah, paman
kita tidak perlu saling menyangsikan. Apakah kau tahu maksud
undanganku padamu ini" Karena besok aku hendak
mengesahkan pasukan, maka aku ingin mengangkat kau
menjadi panglima besar merangkap mengkubumi, akan
kuserahkan kekuasaan penuh padamu."
"Kenapa baginda menyerahkan tanggung jawab seberat ini
padaku, mana hamba berani memikulnya?" sahut Thay Ceng
Ong dengan dingin saja.
"Usiaku terlalu muda dan pengalamanku cetek. justeru
orang pindai sebagi pamanlah yang tepat untuk diangkat
sebagai pembarituku yang utama." harap jangan menolak
maksud baikku yang jujur ini."
Diam-Diam Thay Ceng Ong memikir mungkin anak jadah ini
kuatir rahasianya bocor kubongkar, maka hendak menyuap
aku dengan ke dudukan. Boleh juga aku terima kehendaknya
ini, lalu bergerak menurut keadaan. Maka lantas berkata: "Jika
baginda dengan sungguh-sungguh percaya kepada hamba,
sudah tentu hamba tidak berani menolak.
"Bagus, sejak kini kita berdua dapat kerja, sama lebih baik.
Aku memberi selamat kepada paman semoga pasukan paman
dapat melumpuhkan musuh dengan lancar terimalah
suguhanku secawan arak ini," kata raja berseri-seri
Lalu ia menuangkan dua cawan arak, ia mendahului
meneguk secawan, Kemudian berkata : "Silahkan paman !"
Namun Thay Ceng Ong tersenyum, sahut nya: "Menurut
adat kehormatan hamba harus memberi selamat lebih dulu
kepada baginda dengan secawan arak maka harap baginda
suka terima suguhan ini!" berbareng ia terus menyodorkan
arak yang tadi dituang oleh raja untuk dia.
"Harap paman minum dulu suguhanku ini, diantara kita
tidak perlu pakai adat apa segala" ujar raja.
Mendadak Thay Ceng Ong membanting cawan arak itu
kelantai sambi! bergelak tertawa dan berkata: "Sri Baginda
benar-benar banyak tipu akal, tapi tak bisa mengelabui hamba
!" Dan dimana cawan arak itu terbanting, terdengarlah suara
gemerincing nyaring disertai menyalanya api.
Kiranya poci arak tadi itu bukannya arak istimewa, didalam
poci ada pesawat rahasianya dan terbagi dua tingkat, tingkat
atas terisi arak biasa yang tak berbisa dan pada tingkat bawah
adalah arak beracun asal tekan alat pijatan tertenlu, segera
akan tertuang arak yang dikehen daki. Sebab itulah, arak yang
dia minum sendiri arak biasa dan secawan yang disediakan
unluk TUay Ceng Ong itu adalah arak berbisa.
Tak terduga Thay Ceng Ong telah tahu muslihatnya itu,
begitu cawan arak dibanting, segera ia pegang pula tangan
raja. Ketika para Busu yang disembunyikan disekitar kamar itu
mendengar suara bantingan cawan dan bframai ramai
menyerbu masuk, namun sudah terlambat, raja sudah
tertawan lebih dulu.
"Hm, kau masih ingin hidup tidak" Pendeknya kata, kau
harus menurut setiap permintaanku," jengek Thay Ceng Ong.
"Ampun paman. Siautit akan menurut segala perintah
paman," sahut raja dengan gemetar.
"Cis, siapa sudi mengaku sebagai pamanmu" semprot Thay
Ceng Ong. "Nah, Jika kau ingin selamat, lekas ceritakan asal
usulmu kepada semua bawahanmu."
Dengan muka pucat pasti raja berkata dengan gelagapan:
"Aku?"" aku?"?"
"Kau mau bicara tidak ?" bentak Thay Ceng Ong sambil
pencet tangan raja yang dicengkeram itu sehingga raja
meringis kesakitan
"Lepaskan !" mendadak terdengar suara bentakan orang,
ternyata suara itu seperti tak terbantahkan lagi, tanpa merasa
badan Thay Ceng Ong menjadi lemas lunglai seperti kehabisan
tenaga, benar juga pegangannya kepada raja lantas terlepas.
Kiranya Kok Tiong Lian yang telah melompat masuk dari
jendela dan menggunakan Tiam hiat dari jauh unluk menutuk
Hiato paman raja itu,
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh para busu yang
disiapkan raja tadi, sekali melihat junjungan mereka sudah
terhindar dari kekangan lawan, serentak mereka menerjang
maju dan menyerang Thay Ceng Ong sehingga Tiong Lian
terhalang malah,
Tampaknya dengar segera Thay Ceng Ong akan mati
tercincang dibawah senjata para Bu su, pada saat itulah
sekonyong-konyong seorang berbaju hitam telah menerjang
masuk dengan mendobrak pintu, dimana kedua tangannya
main hantam disitu sasarannya lantas menggeletak sehingga
dalam sekejap saja belasan Busu ysng mengerubut kearah
Thay Ceng Ong itu telah dirobohkan,
Diam-Diam Tiong Lian terkejut, sama sekali tak terduga
olehnya bahwa Thay Ceng Ong masih mempunyai pengawal
yang berkepandaian setinggi itu.
Saat itu Thay Ceng Ong sudah berbangkit, serunya dengan
tertawa: "Haha, kau mempunyai bala bantuan apakah aku
tiada punya?"
Sementara itu suara pertempuran juga sudah terjadi diluar
Cip Hian Kok itu. Ketika Hong Lian memukul orang baju hitam,
dimana angin pukulannya menyambar tiba-tiba kopiah orang
itu tersampok jatuh sehingga kelihatan kepalanya yang gundul
kelimis. Sebaliknya karena tangkisan pukulan orang itu Tiong
Lian juga meraja dada sesak dan hampir-hampir sempoyongan
mundur dan baru sekarang Tiong Lian dapat melihat jelas
bahwa sibaju hitam itu adalah seorang Lama.
"Aha, kau ini puteri Masar itu" Boleh juga ya, ilmu silatmu !"
seru Lama itu aengan teria wa. "Aku paling suka kepada anak


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muda yang pintar lebih baik kau menjadi puteri suci gerejaku
saja dari pada menjadi puteri kerajaan apa segala" habis
berkata, segera ia mencengkeram pula.
"Hit, kiranya adalah kau !" sahut Tiong Lian dengan
mendengus. Kang Suheng telah ampuni jiwa kamu, siapa tahu
kau telah datang ke sini untuk membikin gara-gara lagi."
Wajah Lama itu berubah kalap, dari malu ia menjadi gusar
karcaa teguran itu. sekali mengfereng, mendadak ia menubruk
maju sehingga cengkeramannya tambah hebat, tampak nya
Tiong Lian susah menahan serangan itu, tiba-tiba Lama itu
merasa dari belakang ada sambaran senjata, dengan terkejut
terpaksa Lama itu harus menggeser kesamping, sebelah
tangannya tetap menghantam Tiong Lian, lain tangan
digunakan menghantam kebelakang untuk menahan serangan
musuh. Serangan lain itu dapat ditangkis oleh Kok Tiong Lian,
sebaliknya Lama itu tidak "kuat menahan serangan lawan dari
belakang itu, terdengarlah suraa "bret, bret" beberapa kali.
dimana sinar pedang berkelebat, tahu-tahu kasa jubah paderi
Lama telah robek dan berlubang seperti sirang tawon. Untung
dia sempat mendekukkan dada dan mendoyong kebelakang
sahingga terluput dari luka pedang.
"Ha. kiranya Kok ciangbun dari Bin Can Pay telah datang"
seru si Lama dengari gusar. "Kalian sendiri lagi menghadapi
bencana di Tionggoan, tapi kau masih sempat turut campur
urusan diperbatasan ini. Mengingat hubungan baik Lu
ciangbun dari angkatan yang tua, hendaklah kau lekas pulang
saja dengan muridmu "
"Hem. aku justeru mengingat kebaikan Suhengmu,
makanya ingin menganjurkan kau jangan mendurhakai ajaran
suci agama Budha," sahut Ci Hoa. "Ada petuah suhengmu
sudah kau lupakan " lebih baik kau sendiri saja lekas pulang
keistana Orsim dan bertobat kepada Suhengmu
Kiranya Lama ini tidak lain dari pada Khong Jiok Beng Lun
Ong dari Lama baju putih. Sesudah cekcok dengan
Suhengnya, yaitu raja agama Orsim. lalu melarikan diri ke
Nepal, disana ?a juga ikut terpengaruh dan akhirnya ikut raja
pelarian dari Nepal itu datang ke Kunbran. Karena sama-sama
berkepentingan, maka raja Nepal itu mempunyai perjanjian
rahasia dengan raja Kunbran.
Tapi pengaruh Thay Ceng Ong diantero negeri tidak kecil,
karena ingin memperalat kekuatan meliter Kunbran, maka raja
Nepal itu mempunyai hubungan erat dengan Thay Ceng Ong.
Demi untuk memupuk kekuatan sen diri, maka diam-diam
Thay Ceng Ong telah memberitahu tentang perubahan sikap
raja Kunbran yang dikatakan berbalik akan bergabung dengan
Masar dan akan menawan raja pelarian dari Nepal itu untuk
diserahkan kepada raja baru Nepal sebagai hadiah ucapan
selamat. Sudah tentu raja Nepal itu terkejut dan gusar pula, maka
dia lantas mengadakan persekongkolan rahasia dengan Thay
Ceng Ong, Maka ketika malam ini Thay Ceng Ong diundang
masuk keraton, diam-diam merekapun sudah mengatur
rencana pemberontakan, pasukan pengawal yang ikut datang
itu. sebagian besar adalah samaran dan Busu Nepal dan
Khong Jiok Beog Lun Ong juga termasuk didalamnya. Selain
itu telah diputuskan menggunakan isyarat mercon api bila
terjadi sesuatu, dengan demikian seluruh Busu kepercayaan
raja Nepal itu segera akan bergabung dengan begundalnya
Thay Ceng Ong untuk menyerang istana dan mengada kan
kudeta. Jadi kedua pihak sama-sama sudah mengatur rencana dan
siap sedia. Cuma diluar dugaan Thay Ceng Ong bahwa
mendadak Kok Ci Hoa dan Kok Tiong Lian bisa mendadak
muncul dan merintangi Khong Jiok Beng Lun Ong.
Sebagai ahli waris Lu Si Nio, dengan sendirinya Hian Li Kiam
Hoat yang dilatih Kok Ci Hoa sudah sangat sempurna begitu
pula Lwekangnya, lebih-lebih paling akhir ini dia mendapat
petunjuk pula dari Kim Si Ih sehingga kekuatannya banyak
bertambah, walaupun masih kalah kuat sedikit daripada Beng
Lun Ong tapi dengan ilmu pedangnya yang hebat itu tidaklah
sukar baginya untuk mengimbangi Beng Lun Ong, apalagi dia
dibantu oleh Kok Tiong Lian.
Dalam pada itu tenaga Tiong Lian sudah pulih seluruhnya,
tentu saja Beng Lun Ong kewalahan dikeroyok dua orang.
Disebelah sana raja sendiri sudah tenang kembali dan
bermaksud menggunakan kesempatan itu untuk membunuh
Thay Ceng Ong. Dilihatnya sang paman duduk diatas tanah
dengan sorot mata yang bengis sedang melotot padanya.
Rupanya jalan darahnya belum lagi lancar meski Hiat-tonya
telaj dibuka oleh Beng Lun Ong tadi.
Dibawah pandangan Thay Ceng Ong yang bengis itu, raja
menjadi jeri pikirnya: "llmu Thay Ceng Ong jiuh lebih tinggi
dariku, jika dia cuma pura-pura untuk memancing aku, tentu
aku bisa celaka sendiri,"
Begitulah sedang dia ragu-ragu. tiba-tiba raja pelarian dari
Nepal sudah menyerbu masuk dengan beberapa pengawalnya
dan terus membentak. "Tangkap dulu manusia yang tak bisa
dipercaya itu!"
Raja Kunbran menjadi gugup, teriaknya: "Nanti dulu,
dengarkan keteranganku!" Namun dua Busu Nepal dengan
senjata lengkap sudah lantas menerjang kearahnya.
Untung Tiong Lian sempat menjemput sebilah golok ditanah
dan mendahulu melornpat maju untuk menghadang didepan
raja. dengan gerak tipu "Heng sau-jian-kun" (golok menyapu
ribuan perojuril). sekaligus ia babat kedua Busu tadi. Maka
terdengarlah suara "trang-trang: dua kali, golok seorang Busu
telah terpapas kutung dan tergeser mundur, sebaliknya Busu
yang bersenjata toya sempat memutar balik toyanya terus
balas hendak mengetok dengkul Kok Ticng Lian.
Kiranya Busu bersenjata toya ini adalah Minhaji. itu
komandan pasukan pengawal raja Nepal, kepandaiannya
cukup lihay, Sedang Busu yang bergolok adalah wakilnya,
Mawi namanya, ilmu silatnya juga tidak lemah, tapi terpaut
jauh kalau dibandingkan Kok Tiong Lian.
Sudah tentu Tiong Lian tidak mudah diserang, cepat ia
menggeser kesamping dan balas menyerang pula, ia bacok
bahu Minhaji. Tapi toya Minhaji lantas diputar sedemikian
kencangnya sehingga serangan-serangan Tiong Lian susah
menembus ditambah lagi Mawi lantas mengerubut lagi, maka
keadaan mereka untuk si meutara menjadi saling bertahan.
Dengan berkurangnya seorang lawan kuat, semangat Beng
Lun Ong lantas terbangkit, tiba-tiba ia melepaskan kasanya
dan digunakan sebagai senjata, ia kerahkan tenaga dalam dan
mengecutkan jubah itu sebagai baling tiap-tiap serangan
pedang Kok Cie Hoa selalu tertolak kembali, sesudah beberapa
gebrakan, walaupun Cie Hoa tidak sampai keok. tapi juga
ketara kalah kuat Tapi Beng Lun Ong kenal juga liehaynya
ilmu pedang Kok Ci Hoa, iapun tidak berani sembarangan
menerjang, hanya setindak demi setindak ia terus mendesak
maju. Disebelah sana Tiong Lian menjadi kuatir ia melihat
bayangan merah dari kasa Beng Lun Ong yang diobat abitkan
itu semain meluas, sebaliknya lingkaran sinar pedang semakin
sempit, diam-diam ia menjadi kuatir bagi gurunya akan
terjungkal ditangan keledai gandul itu.
Sebenarnya tidak sulit bagi Kok Tiong Lian untuk
meloloskan diri dari kerubutan lawan, tapi iapun tahu dengan
tenaga gabungan yang bersama gurunya, memang lebih dari
cukup untuk mengalahkan Beng Lun Ong dan kemudian
dengan gampang dapat menumpas para Busu pula. Cuma
sayang dia hanya berbadan satu, kalau dia membantu sang
guru, tentu tidak dapat menolong raja.
"Sri Baginda Nepal, perempuan inilah puteri dari Masar,
bukti nyata sudah kau lihat sendiri, lebih baik kau binasakan
dulu raja khianat itu!" tiba-tiba Thay Ceng Ong berseru kepada
raja Nepal. "Ya, ingin kutanya Baginda raja Kunbran mengapa
mengingkari perjanjian kita" Jika kau tidak dapat dipercaya,
jangan pula menialahkan aku tidak pegang janji!" seru raja
Nepal. "Ah. tentu Baginda salah paham, masakan aku berani
mengingkari perjanjian kita?"" sahut raja Kunbran dengan
gelagapan. "Bahkan uegala persiapanku sudah selesai dan
besok tinggal bergerak saja. Mengenai wanita ini, tadinya dia
memang dikurung didalam keraton, akupun tidak menduga
mendadak dia dapat lolos kesini. Adapun sebabnya biarlah kita
selidiki dan bicarakan nanti."
"Apa kau benar-benar ingin berserikat dengan aku, setulus
hati?" raja Nepal menegas.
"Sudah tentu," sahut raja Kunbran.
"Jika begitu, lebih dulu kau harus turut suatu
permintaanku!"
"Silahkann berkata !"
"Lekas suruh kedua wanita itu meletakan senjata dan aku
berjanji takkan bikin susah mereka," kata raja Nepal, ia pikir
raja Kunbran yang pengecut itu lebih gampang diatasi dari
pada Thay Ceng Ong yang berambisi besar itu. Dan sekarang
keadaan tampak belum menguntungkan pihaknya, dari itu ia
sengaja mendesak agar raja Kunbran memerintahkan Kok
Tiong Lian dan gurunya meletakan senjata.
Karena terkepung musuh, nyali raja Kunbran menjadi
kuncup, dengan gemetar ia terus berteriak: "Lian " Lian"
Kongcu, tiada gunanya kau melawan terus, lebih baik kau
turut perintah Baginda ini, jangan kalian ber tempur lagi !"
Seketika itu perasaan Tiong Lian menjadi pedih, dengan
mati-matian ia hendak menyelamatkan raja, siapa duga raja
malah takluk kepada mujuh dan menganjurkan dia menyerah
pula, padahal raja penakluk itu justeru adalah biangkeladi
yang hendak menyerang negeri leluhur sendiri.
Tiong Lian menjadi nekat, jengeknya: "Hai kau sendiri
pengecut, terpaksa aku tidak kenal kau lagi sebagai penguasa
disini! mendadak ia meloncat keatas, dengan Ginkang yang
tinggi ia tinggalkan raja Kunbran itu dan melayang kesana dan
segera goloknya membacok ke atas kepala raja Nepal.
Ketika kepala raja itu tampaknya segera akan terbelah
menjadi dua, tiba-tiba dari samping menyambar tiba sejalur
sinar kuning dengan membawa suara menderu, itulah sebuah
kecer tembaga yang dilimpukan seorang Hwehio di belakang
raja Nepal itu.
Hwesio ini adalah salah satu jagoan yang diundang raja
Nepal itu, gelarnya adalah Keng Goat Siangjin, ilmu silatnya
lebih tinggi dari ptida Minhaji dan lain. Ketika golok Kok liong
Lian mengenai kecer tembaga, terdengar suara "trang" yang
nyaring menekak telinga, menyusul dua Busu Nepal tahu-tahu
jatuh terguling kiranya anak telinga yang pecah tergetar oleh
suara keras itu sehingga jatuh kelenger.
Dalam pada itu Tiong Lian telah meloncat lagi keatas,
dengan berjumpalitan sekali di udara kemudian ia menyambar
kebawah sambil membecok lagi. Nnmun raja Nepal keburu
jatuhkan diri dan menggelundung pergi sehingga bacokan
Tiong Lian mengenai tempat kosong.
Melihat nona itu sudah kalap, Minhaji kuatir kalau Keng
Goat Sangjin tidak sanggup melawan, tanpa menghiraukan
luka sendiri segera ia memerubut maju. Sedangkan beberapa
Busu lain lantas merubung maju juga untuk menjaga
junjungan mereka.
Raja Kunbran merasa lega karena tiada orang
memperhatikan dia lagi, tapi tiba-tiba dilihatnya Thay Ceng
Ong sedang mendekati dengan perlahan-lahan, sorot matanya
buas menakutkan.
Sungguh kejut raja Kunbran tak terkira pikirnya diam-diam:
Urusan hari ini terang hanya ada dua pilihan, mati dia atau
gugur aku." berpikir demikian, seketika timbul juga napsu
membunuhnya, tapi lahirnya ia tenang-tenang saja, bahkan
dengan tersenyum-senyum ia berkata: "Paman, menurut
pendapatku seharusnya kita jangan bercekcok, tapi harus
bersatu, tanpa kau aku seperti kehilangan sandaran,
sebaliknya tanpa aku, siapa yang mangangkat kau sebagai
panglima besar berkuasa penuh !"
Benar juga pikir Thay Ceng Ong, sangat lah mudah jika
sekarang aku hendak membunuh dia, tapi sesudah membunuh
dia, belum tentu semua panglima dan pembesar lain mau
tunduk kepadaku. Agaknya lebih baik membiarkan dia hidup,
jika kekuasaan sudah beralih ketanganku, masakah takhtanya
tak jatuh ketanganku "!"
Karena itu, hilanglah sorot matanya yang buas tadi, setiba
didepan raja, dengan suara kereng ia berkat : "Dan dimana
cap dan surat mandat pengangkatan aku itu "! "
"Berada didalam bajuku," kata raja.
"Mana lekas serahkan," pinta Thay Ceng Ong.
"Silahkan paman menerimanya," sahut raja sambil merogoh
baju. Tapi mendadak sejalur sinar menyambar keluar
menembus bajunya berbareng terdengar Thay Ceng Ong
menjerit ngeri sekali, perutnya telah tertembus pedang.
Kiranya yang tersimpan didalam baju ra ju raja itu adalah
pedang pusaka Cay Ia Po kiam milik Kok Tiong Lian. Pedang
itu sangat tipis, lapi tajam luar biasa, kalau digu lung dan
disimpan didalam baju takkan kentara, Dalam sangkaan Thay
Ceng Ong, ia merasa raja sudah berada didalam
cengkeramannya siapa tahu raja Kunbran itupun bukan
manusia baik-baik, dalam keadaan kepepet diapun dapat
menyergap musuh secara mendadak.
"Hahaha! Apa kau masih dapat berebut tahta dengan aku
sekarang?" seru raja dengan terbahak-bahak.
Sekonyong-konyong Thay Ceng Ong menggerang keraskeras
sebagai harimau ketaton ia terus memeluk raja
sekencang-kencangnya. Saat itu raja baru saja meloloskan
keluar pedangnya, karena pelukan itu, seketika pedang itu
tertekuk diantara dua badan, dan "bles" ujung pedang
membalik dan menembus dada raja. Jadi antara paman dan
keponakan itu telah gugur bersama, kejadian yang mendadak
itu membuat ke dua pihak yapg sedang bertempur itu samasama
terkejut, sekilas Tiong Lian melibatnya pedangnya
sendiri berada ditangan raja Kunbran yang sudah menggeletak
itu, cepat ia melompat ke sana dan mengambil pedangnya,
sekali putar tubuh, segera ia timpukan golok rampasannya
sehingga dua orang Busu kena dirobohkan, menyusul
pedangnya terus berputar dan menabas kearah Michaji, maka
terdengarlah "trang" sekali, lelatu api bercipratan, toya yang


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipegang Mohaji itu hanya tinggal separoh saja.
Waktu Keng Goat Siangjin juga menyerang dengan
sepasang kecernya mendadak Kok Tiong Lian menerjang maju
malah sambil memutar pedangnya, trang, segera terdengar
suara nyaring, sepasang kecernya Keng Goat Sing jin, tepat
menjepit pedangnya Tiong Lian.
"Bagus, rebut dulu pedangnya ?" seru Minhaji kegirangan.
Tak terduga lantas terdengar suara nyaring menyerikan
pula, tahu-tahu sebelah kecernya Keng Goat telah pecah
menjadi dua, padahal kecer itu cukup tebal, ditambah
Lwekangnya sangat liehay, tapi hal itu toh kena ditabas oleh
Cay In Pokiam, dan karena rintangan itu juga, ketika Tiong
Lian hendak putar pedang nya untiik menyabat kearah raia
Nepal, namun dari sana KhongJiok Beng Lun Ong menubruk
tiba, kasanya yang lebar itu terus mengeradung dari atas.
Tanpa pikir lagi Tiong Lian terus memapak dengan ujung
pedangnya "bret" kasa lawan tertembus satu lubang, sedang
Tiong Lian sendiripun tergetar mundur beberapa tindak dan
napas terasa sesak.
Pada saat itulah dengan cepat luar biasa Kok Ci Hoa sudah
memburu tiba, dengan gerak tipu "Pek Ho-tiah-ih" (bangau
putih pentang sayap), secepat kilat pedangnya terus menusuk
kedepan Beng Lun Ong untuk menahan serangan susulannya
kepada Kok Tiong Lian.
Begitulah kedua guru dan murid telah mengamuk sehingga
Khong Jiok Beng Lun Ong tercecer, hanya sebentar saja
kasanya sudah bertambah belasan buah lubang robekan lagi.
Di sebelah sana Minhaji dan Keng Goat Siangjin segera
mengerubut maju pula sehingga keadaan menjadi tiga lawan
dua, namun begitu mereka tetap terdesak.
Sudah tentu para Busu Nepal ketakutan, mereka tidak
pernah menyaksikan pertarungan sengit demikian, maka
mereka sama menyingkir kesamping dan tak berani mendekat.
Raja Nepal yang hampir-hampir melayang itu juga ketakutan
dengan muka pucat pasi.
Dengan perlahan-lahan raja Nepal menggeloyor pergi, tapi
baru sampai diambang pintu, sekoyong-koyong masuk
seseorang dan segera menjambret dadanya sambil berkala
dengan nada seram: "Hm, kau telah membunuh cucu
angkatku ya?"
Keruan raja Nepal terkejut, waktu dia tegaskan, kiranya
pendatang itu adalah Kim Lun Seng Bo Bok Lolo. Cepat ia
menyapa: "Harap Seng Bo jangan salah paham, tewasnya
cucu angkatmu adalah karena saling membunuh sendiri
dengan Thay Ceng Ong."
?"Hm. kau berani membohong padaku ?" jengek Bok. Lolo.
"Sebabnya Thiay Ceng Ong memberontak, bukankah lantaran
hasutanmu " Kau telah menewaskan cucuku sehingga aku
kehilangan sandaran dihari tua, cara bagaimana kau akan
terima hukumanmu ?"
Raja Nepal itu mendengar dibalik ucapan si nenek ada
"udangnya," segera ia berlutut dan menyembah.
"Kau mau apa " Dengan menyembah kau kira cukup untuk
ganti jiwa cucuku" bentak Bok Lolo.
"Harap Lolo jangan marah, jika engkau sudi, biarlah aku
menjadi putera angkatmu saja dan dua orang puteraku akan
menjadi cucu mu," kata raja Nepal.
"Wah, jika begitu, aku kehilangan seorang cucu, sebaliknya
mendapat kembali dua oraug cucu ditambah seorang putera
angkat, aku mendapat untung malah, namun?"
Cepat raja Nepal menyeia: "Dan kelak bila kedua negara
Kunbran dan Misar sudah tergabung, maka semua harta
pusaka akan menjadi milikmu dan engkau akan tetap menjadi
Seng Bo dari kedua kerajaan. Ya, bahkan kalau aku bisa
mendapatkan kembali tahtaku di Nepal, maka?"
"Urusan yang belum terjadi buat apa dibicarakan, yang
terang sekarang ini kau sudah tidak mampu menangkan
seorang puteri Masar tapi kau masih berani bicara tentang
mencaplok kerajaannya segala ?" ujar Bok Lolo.
"Untuk ini justeru dimohon bantuan Seng Bo," cepat raja
Nepal memohon. "Hihi!" Bok Lolo terbahak sambil melepaskan raja pelarian
itu. "Tampaknya kau akan lebih baik dari pada cucuku yang
dahulu itu. Ai, percuma saja aku telah sayang padanya, tapi
diam-diam dia telah mendustai dan memberikan obat penawar
kepada budak itu."
"Benar, bahkan sebenarnya mereka adalah Saudara
sepupu." seru raja Nepal dengan senang.
"Aku sudah tahu hal ini," kata Bok Lolo. "Sudahlah kalian
menyingkir saja biar aku yang tangkap dia."
Walaupun Beng Lun Ong merasa tidak senang atas
kesombongan Bok Lolo, tapi tiada jeleknya bila ada orang mau
mewakilkan dia bertempur. Maka sekali mengebas kasanya,
segera ia mengundurkan diri bersama Kong Goan dan Minhaji.
Dan baru saja Beng Lun Ong tarik kembali kasanya, dua
sinar pedang sudah lantas menyambar kearah Bok Lolo.
Namun kedua lengan baju sinenek segera mengebas keatas,
dengan tenaga dalamnya yang kuat ia sampuk pe dang Kok
Tiong Lian untuk membentur pedangnya Kok Ci Hoa sendiri."
Tapi Hia-li-kiam-hoat yang dimainkan Kok Ci Hoa cukup
sempurna, kerja sama guru dan murid juga sangat baik,
begitu kedua pedang saling bentur, segera memutar balik dan
menyambar lagi, dimana sinar pedang berkele bat, secomot
rambut sinenek sudah bertebaran.
Terkejut dan gusar sekali Bok Lolo, kelima jarinya bekerja
cepat, ia menjentik berulang-ulang sehingga terdengar suara
"Crang-cring" yang nyaring kiranya kelima jarinya memakai
cincin besi yang dapat digunakan sebagai senjata, saking
cepat gerakannya dan tepat pula cara menggunakannya maka
belum lagi serangan pedang Kok Tiong Lian mengenai
sasarannya hidung ujung pedang sudah kena diselentik
miring. Dalam pada itu Kok Ci Hoa sempal merangsek maju untuk
mengisi lowongan muridnya itu sehingga serangan si nenek
dapat dicegah. Dengan kerja sama kedua pedang yang hebat
itu, maka betapapun uletnya Bok Lolo juga tidak dapat
berbuat apa-apa. Bahkan berulang-ulang ia menghamburkan
senjata rahasia keji pula, seperti pasir berbisa, paku
menembus tulang dan jarum peluluh darah, tapi dengan yang
diputar Kok Ci Hoa berdua sedemikian rapatnya sehingga tak
tertembus angin, semua senjata rahasia sinenek dapat
dibentur hancur dan terpental.
Karena serangan-serangannya gagal semua, Bok Lolo
menjadi gugup. Terpaksa ia menyerang secara nekad
sehingga Cay ln Po Kiam dan Siang Hoi Kiam diselentik
beberapa kali pula. Tiba-Tiba Kok Ci Hoa merasa suatu aliran
hawa dingin seperti masuk ketangannya melalui gagang
pedang. Pada saat yang sama Tiong Lian sebalik nya
merasakan hawa panas.
Kiranya Bok Lolo melatih dua macam hawa panas dan
dingin dan dapat mengerahkan tenaganya melalui benda,
sebab itulah secara tidak langsung ia dapat menyerang kedua
lawannya itu. Demi tahu gelagat tidak menguntungkan, segera Ci Hoa
mengerahkan tenaga murni kelengan untuk melawan hawa
dingin berbisa musuh. Walaupun kekuatannya kalah dari pada
sinenek, tapi ia iebih murni dan dapat menahan menjalarnya
hawa berbisa itu. Sedangkan Kok Tiong Lian baru saja berhasil
menyaki kan Hou Te sin kang, ilmu pelindung badan sesudah
makan Thian Sim Ciok, maka tenaga tolakannya juga cukup
kuat untuk menahan serangan hawa berbisa musuhnya.
Deugan demikian keadaan menjadi sama kuatnya dan
sama-sama tidak berani gegabah disatu pihak tentu akan
keracunan hawa berbisa si-nenek jika lengah dilain pihak kalau
kena tentu juga akan dilukai oleh pedang.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara teriakan seorang
tua: "Siau Sun Cu, apa kau sudah tidak peduli lagi adanya
kakekmu ini " Jika kau hendak membunuh Lian Ji, lebih baik
kau membunuh aku saja lebih dulu ! Eh, siapa kalian ini"
Kemanakah perginya cucuku?"
Kiranya yang datang itu adalah Thay Siang Hong, kakek
baginda raja Kunbran yang berjalan sempoyongan dengan
membawa tongkat. "Siau Sun Cu adalah nama kecil cucunya,
yaitu raja Kunbran sekarang. Dia hanya menyangka raja
hendak membunuh Kok Tiong Lian, makanya memburu datang
hendak menolong. Ia tidak tahu kalau cucunya itu sudah mati
sejak tadi. Karena usianya sudah lanjut, matanya juga kurang
awas lagi sehingga seketika tidak mengenali raja pelarian dari
Nepal itu, tapi dari dandanannya lapat-lapat iapun merasa
orang! itu pasti bukan Bu Su dari negerinya sendiri.
Maka dengan tertawa mengekek raja Nepal telah berkata:
"Loyaya, apa kau hendak mencari cucumu?"
Tapi kakek baginda sudah lantas berteriak. "Bok Lolo, lekas
berhenti! Apa yang kau kehendaki akan kupenuhi semua
asalkan kau tidak mencelakai anak Lian. Bagus, kau masih
tidak mau berhenti, biarlah akupun mengadu jiwa saja
padamu!" begitulah ia berteriak-teriak, hakikatnya ia tidak
memperhatikan apa yang dikatakan raja Nepal tadi.
Dan pada saat itu pula dari jauh tiba-tiba ada suara genta
yang dibunyikan secara bertalu-talu. Seketika air muka Bok
Lolo berobah Kiranya itu adalah tanda bahaya dari Kim Lun
Kiong yang menjadi istana kediamannya. Diam-Diam ia heran
apakah si Ipih telah ketemukan musuh sehingga perlu
membunyikan tauda bahaya kilat " Ia pikir toh susah untuk
menangkan kedua lawannya sekarang, boleh juga sekalian
memberi muka kepada Thay Siang Kong yang telah berteriakteriak
itu. Maka segera ia bersuit menjawab Mo hujin
membunyikan tanda bahaya tadi, lalu ia melesat pergi. Ketika
lewat disamping Thay Siang Hong, ia sengaja membisiki orang
tua itu. "Aku cuma ingin Liong Lik Pit Kip saja, sebentar nanti
harap kau suruh mengantarkan padaku."
Rupanya paling akhir ini Bok Lolo telah dapat menyelidiki
dengan pasti akan asal usul diri Thay Siang Hong, maka ia
sangka kitab pusaka Liong Lik Pit Kip tentu berada ditangan
kakek baginda itu.
Karena perginya Bok Lolo secara mendadak, sudah tentu
hal ini membuat para Bu su Nepal menjadi kelabakan karena
kuatir dilabrak oleh Kok Ci Hoa dan Tiong Lian.
Sampai Khong Jiok Beng Lun Ong juga terpaksa memikirkan
sendiri diam-diam ia menggeser dan siap-siap dulu ditepi
pintu. Begitu pula Minhaji meski cukup setia kepada rajanya,
lapi ia pun jeri dan gemetar.
"Kakek!" seru Tiong Lian demi melihat Thay Siang Hong.
"Lekas kau lari, lekas! Aku tak mampu melindungi kau lagi,
lekas kau lari pergi saja, bagi Siau Sun Cu aku sudah bukan
kakeknya lagi!" sahut sikakek sambil memberi tanda.
Tiong Lian tidak tega untuk mcmberitahukan tentang
kematian cucu bagindanya itu, tanpa merasa air matanya
berlinang-linang dan kembali memanggil "Kakek" lagi.
Mendengar suara Tiong Lian yang agak lemah itu, sekilas Ci
Hoa melihat jidat nona itu bersemu hitam gelap, keruan ia
terkejut, pikirnya: "Mengapa dia terkena hawa berbisa nenek
siluman tadi" Padahal kerja sama kedua pedang kami sangat
rapat, masakah masih keracunan" Apalagi kekuatannya
sekarang tidak dibawahku, mengapa aku malah tidak terkena
apa-apa!" Sudah tentu Ci Hoa tidak tahu bahwa Tiong Lian bukan
terkena racunnya Bok Lolo, tapi adalah obat racun yang
diminumnya dari raja Kunbran tadi kini sudah mulai bekerja.
"Melibat keadaan yang takan menguntung kan bila Tiong
Lian sampai roboh keracunan maka cepat Ci Hoa
meneriakinya: "Giok Li Tau So dan Kim Eng Tian Ih!"
Apa yang disebut itu adalah dua jurus ilmu pedang yang
ternama. "Sigadis cantik melempar tali dan Garuda emas
pentang sayap" Sejak kecil Tiong Lian digembleng dengan baik
oleh gurunya, apa yang dikatakan gururya tentu terus
dilakukannya, hal ini sudah menjadi kebiasaannya, maka
tampak pikir lagi segera ia mengeluarkan kedua jurus
serangan yang disebut itu.
Saat itu Khong Jiok Beng Lun Ong sedang berdiri diambang
pintu. Sebagai seorang tokoh persilatan sebenarnya iapun
melihat keadaan Tiong Lian yang agak aneh, cuma ia tidak
tahu persis kalau nona itu keracunan Maka ketika mendadak
dua jalur sinar pedang menerjang kemahnya dengan sangat
lihah, dengran ketakutan terpaksa ia melompat kepinggir dan
tak berani merintangi. Dengan demikian, maka dalam sekejap
saja Kok Ci Hoa berdua sudah menerjang keluar keraton,
Melihat Tiong Lian sudah lolos dengan selamat Thay Siang
Hong merasa lega dan baru sekarang ia mengenali orang yang
berada disitu adalah raja pelarian dan Nepal yang pernah
menemuinya ketika mula-mula datang, la terperanjat dan
segera bertanya: "Ada apa kau membawa pengikutmu
sembarangan menerjang kedalam keratonku" Dimana
cucuku"!"
"Jangan kuatir Lo cocong." sahut raja Nepal. "Kulihat
badanmu masih sehat dan masih dapat pegang kekuasaan
buat beberapa tahun lagi dan aku bersedia menjadi bawahan
mu untuk membantu kau!"
Kiranya raja Nepal itu menjadi bingung dengan matinya raja
Kurbran bersama Thay Ceng Ong. Sekarang tiba-tiba ia
mendapat akal dan ingin memperalat sikakek baginda sebagai
bonekanya agar dapat menguasai negeri Kunbran.
Sudah tentu Thay Sian Ong sendiri menjadi bingung oleh
ucapan raja Nepal , segera ia mendamprat: "Urusan rumah
tanggaku sendiri buat apa kau ikut campur?"
"Aku kan bermaksud baik," sahut raja Nepal sambil tertawa.
"Tentang cucumu, masakah kau belum tahu" Coba lihat!"
Ketika Thay Siang Ong memandang ke-arah yang ditunjuk,
ia lihat ada dua sosok tubuh menggeletak ditengah
pecomberan darah, ketika ditegaskan baru sekarang ia tahu
adalah mayat Thay Ceng Ong dan cucunya.
Sekonyong-konyong kedua mata Thay Siang liong yang
mendelik itu menjadi merah membara se hingga raja Nepal itu
mengkirik, cepat ia berkata: "Loyaya, ini" tiada sangkut?"!"
Belum habis ucapannya, terdengar Thay Siang Hong telah
menggereng keras sekali dan seperti orang kalap terus
menerjang maju, ia angkat tongkatnya terus menghantam
serabutan. Sekali hantam saja dua Busu didamping raja Nepal
terjungkel, menyusul tulang betis raja itupun kena diketok
saking kesakitan sehingga dia menjerit-jerit dan guling-guling


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditanah. "Tua bangka, apa kau sudah bosan hidup?" bentak Minhaji,
sekali pegang segera ujung tongkat Thay Siang Hong kena
ditangkap. Tapi entah darimana datangnya tenaga, sekali betot,
dengan cepat kakek baginda itu da pat menarik kembali
tongkatnya, menyusul "plok" dengkul Minhaji juga kena
diketok satu kali sehingga jagoan Nepal itu berjongkok dengan
meringis kesakitan.
Kiranya walaupun Thay Siang Hong tidak mahir ilmu silat,
tapi sejak ibundanya telah mengajakkan ilmu semedi dan
melatih Lwe-kang padanya, yang diluar tahunya Lwekang itu
sebenarnya berasal dari kitab pusaka Liong Lik Pit Kip.
la sendiripun tidak tahu bahwa ajaran ibunda itu adalah
dasar latihan Lwekang yang hebat, ia cuma merasa tiada
jeleknya setiap ajaran orang tua, ia telah melatihnya dengan
giat dan merasa badan tambah sehat dan kuat hingga selama
berpuluh-puluh tahun ia terus melatihnya tanpa berhenti. Dan
tenaga dalam latihan puluhan tahun itu sudah tentu bukan
main Lihaynya. Minhaji hendak merampas toya-nya berarti
mesti mengadu Lwekang dengan dia, dan sudah tentu dia
tidak ungkulan.
Melihat gelagat jelek, segera Keng Goat Siangjin membantu
dan menyerang dari belakang, ia hendak tutuk Hiat-to
dipunggungnya Thay Siang Hong. Karena tidak pernah belajar
ilmu silat yang sebenarnya, meski tenaga dalamnya amat kuat
tapi ia tidak paham cara Menggunakannya, maka sekali kena
ditutuk tempat "Ku-hi-biat" seketika sikakek tak bisa berkutik
lagi, tongkat lantas jatuh ketanah.
Semenara itu Minhaji merasa malu dan gusar pula karena
kena dihajar oleh seorang tua bangka yang hampir masuk
liang kubur itu, saking penasarannya segera ia rebut golok
seorang Busu dan melompat maju hendak membunuh Thay
Siang Hong. Saat itu raja Nepal baru saja merangkak bangun, cepat ia
membentaknya: "Minhaji, dia sudah pikun, apa kau juga akan
menirunya pikun"!" Jika kau membunuhnya dia, apa kita
masih dapat menancap kaki disini! Lekas mundur "
Karena diketok tongkat sikakek, tulang betis raja Nepal itu
menjadi retak, seharusnya dia mesti marah-marah, tapi dia
berbalik mendekati Thay Siang Hong dengan cengar cengir
dan menjilat, katanya: "Lococong, kau jangan kuatir dan
bangun, cucumu sudah mati, biarlah kau ambil aku sebagai
cucu saja."
Namun sikakek terus pejamkan mata dan tidak
mengubrisnya, hanya dalam hati ia ber doa semoga Lianji
lekas lolos keluar keraton dan lain hari dapat membalaskan
sakit hatinya. Saat itu Kok Tiong Lian memang sedang lari melintasi pagar
tembok keraton dengan di seret olen Kok Ci Hoa.
"He. namaku seperti dipanggil orangf" tiba-tiba Tiong Lian
berseru : "Ha, itu hanya suara bentakan dan teriak ac musuh, kita
masih berada ditempat bahaya, hendaklah kau pertahankan
semangatmu, tahanlah sebentar lagi!" kata Ci Hoa yang
mengira pikiran muridnya itu mulai gelap akibat keracunan.
Tapi Tiong Lian tetap berkata: "Tidak. itu bukan suara
musuh, tapi benar-benar kudengar namaku dipanggil. Ya,
seperti suaranya engkoh Hay Thian."
Ci Hoa melihat air muka muridnya itu sudah suram, sorot
matanya guram, ia mera sa sangat kasihan, hiburnya dengan
suara ha lus: "Lian-ji, jangan kau pikirkan apa-apa, sesudah
kau sembuh tentu aku akan mencarikan Kang Hay Thian," dan
karena melihat langkah Tiong Lian sudah mulai mengambang
tanpa pikir lagi ia terus menggendongnya dan di bawa lari
terus dengan Ginkangnya yang sangat tinggi.
Kalau Kok Ci Hoa mengira apa yang di katakan Tiong Lian
tadi cuma hayalan saja disaat pikirannya lagi butek, tak
tabunya bahwa yang didengar Tiong Lian itu memang benar
adalah suaranya Kang Hay Thian yang dikumandangkan
dengan ilmu gelombang suara sehingga hanya didengar Tiong
Lian yang telah biasa mengenali suaranya. Sebaliknya Kok Ci
Hoa sedang mencurahkan antara perhatiannya dalam
menghadapi musuh, yang terpikir olehnya ialah cara
bagaimana menyelamatkan diri, maka terhadap suaranya
Kang Hay Thian itu tak diperhatikan olehnya, sehingga hilang
lah kesempatan untuk bersuara dengan pemuda liehay itu.
Kembali bercerita tentang Kim Lun Seng Mo. Ketika ia
berlari sampai diistana kediam-nya, benar juga ia melihat Buo
Ting Bik dan Mo Hunjin sedang bertempur sengit melawan
Kang Hay Thian. Meski dua lawan satu, tapi King Hay Thian
dapat mendesak kedua lawan nya itu sehingga dalam waktu
singkat tentu dapat menerjang kedalam.
Disampins sana ada pula seorang pemuda baju hitam yang
senjatanya pedang. Begitu hebat ilmu pedangnya sehingga
para pengawal yang mengembannya telah dilabrak habishabisan
dan lari tunggang langgang.
"Anak busuk dari manakah, berani kau main gila didalam
istanaku ?" teriak Bok Lolo sambil memapak maju.
"Sret" tanpa bicara lagi pedang sipemuda baju hitam terus
mendahului menusuk. Tapi sekali Bok Lolo mengebaskan
lengau baju nya untuk menangkis, berbareng ia julurkan
tangan kiri untuk merampas pedang lawan.
Pemuda baju hitam yang menyerang itu adalah Teng Ka
Gwan. Dengan ilmu pedang kekeluarganya yang hebat itu.
mendadak ujung pedangnya sedikit menjengkat dan tahu-tahu
menerobos lewat dibawah lengan baju Bok Lolo terusmenutuk
"Swao-ki-hiat" didadanya. Tapi sekali jari Bok Lolo
menyelentik "cring" Yu Liong Pokiam yang dipakai Ka Gwan
lantas terpental kesamping. Cepat Ka Gwan menggeser pergi
dan selagi ia hendak keluarkan Tui hong-kiam-hoat yang
cepat, tahu-tahu tangannya terasa gatal pegal. Kiranya sekali
menyelentik pedangnya, berbareng Bok Lolo lantas salurkan
racunnya yang jahat. Syukur Ka Gwan masih sempat menarik
diri dau tidak menyerang lagi dengan bantuan Thian San Swat
Lian yang dikumur didalam mulutnya, ditambah ia lantas
mengerahkan Lwekangnya, maka racun yang baru mengenai
tangannya itu dapat dipunahkan.
Melihat Ka Gwan tidak roboh, Bok Lolo menjadi heran dan
terkejut pula. Pada saat itu disebelah lain terdengar suara
gedebukan, kiranya Bun Ting Bik telah terguling oleh getaran
tenaga pukulan Kang Hay Thian.
Bok Lolo tidak sempal mencecar Ka Gwan lagi, tetapi ia
lantas meloncat kesebelah sana dan menghantam kepunggung
Kang Hay Thian, Karena itu Hay Thian menjadi tidak sempat
menyerang Bun Ting Bik puia dan cepat membalik untuk
menangkis. Karena kekuatan kedua orang sama hebatnya,
tenaga pukulan yang saling bentur itu mengeluarkan suara
keras, kedua orang sama-sama tergetar mundur beberapa
tindak. "Hoa-hiat-sin-kang", ilmu sakti peluluh darah, adalah satu
diantara tiga ilmu berbisa dari Sia Pay yang setingkat dengan
Siu-lo im sat-kang dan Tay Seng pan yak ciang. Meski Kang
Hay Thian tidak seperti tadi malam, tapi iapun merasa kepala
pusing dan enek karena hawa berbisa pukulan sinenek. Cepat
ia menarik napas dalam-dalam, untung Iapun mengumur
Thian San Swat Lian sehingga dalam waktu singkat saja rasa
tidak enak itu telah hilang sirna.
"Hm, kau masih mempunyai kepandaian apa " Hayolah
keluarkan semua!" ejek Hay Thian. Berbareng ia menyerang,
dalam sekejap saja sudah saling gebrak, pula beberapa jurus:
Karena pukulan berbisanya tidak manjur, keruan Bok Lolo
sangat terkejut, terpaksa ia menempur Hay Thian dengan ilmu
silatnya yang sejati.
Disebelah sana Bun Ting Bik sudah merangkak bangun,
tiba-tiba ia mengedipi Mo hujin dan berkata. "Marilah kita
kembali kerana tugas kita yang lebih penting ialah menjaga
tawanan?" Saat itu Teng Ka Gwan sudah menghapuskan racun yang
mengenai tangannya tadi dan sudah mau menerjang maju
lagi. Cepat Mo hujin melemparkan sebuah granat berasap
untuk merintangi Ka Gwan, ditengah kabut asap, sementara
itu ia sudah berlari kedalam istana bersama Bun Ting Bik.
Dengan tenaga pukulan yang dahsyat Ka Gwan dapat
membuyarkan kabut berbisa itu, lalu ia putar Yu Liong Pokiam
dan segera mengerubat Bok Lolo.
Kang Hay Thian tidak ingin main keroyok, segera ia
berkata: "Tengheng, kudengar diarah barat sana ada suara
pertempuran, coba lah kau periksa kesana!"
Kekuatan Bck Lolo sekarang boleh dikata sama kuatnya
Kang Hay Thian, tapi tentang ilmu pukulan adalah Hay Thian
punya lebih bagus dan lebih unggul, belum lagi Hay Thian
selesai memainkan Tay si mi ciang hoat yang hebat itu
sinenek sudah terkurung ditengah tenaga pukulannya, apa lagi
Bok Lolo tidak manjur menggunakan racun, dengan sendirinya
ia menjadi kelabakan.
Sebaliknya makin lama Kang Hay Thian makin tangkas dan
bukan mustahil dalam waktu singkat sinenek akan keok. Tiba-
Tiba nenek itu berkata: "Tentang jantung hatimu itu, apa kau
tidak memikirkan dia lagi ?"
Hay Thian tertegun oleh ucapan itu."Apa katamu?"
bentaknya. "Kok Tiong Lian sudah berada didalam cengkeramanku, jika
kau masih tidak kenal gelagat, segera kuperintahkan dia
dibinasakan Hm, apa kau masih berani main kepala batu ?""
jengek Bok Lolo.
Kaiena ragu-ragu, terpaksa Kang Hay Thian menghentikan
serangannya lebih lanjut dan berkata: "Asal kau tidak
mengganggu dia maka akupun takkan membikin susah kau !"
Tapi baru selesai ia bicara, tiba-tiba sinenek mengekeh
tertawa, tangannya bergerak mendadak api berkobar-kobar
disekeliling situ sehingga Kang Hay Thian terkurung ditengahtengah.
Kiranya Bok Lolo sengaja menipu agar Hay Thian berhenti
menyerang untuk sementara, dengan demikian ia sempat
menggunakan "Leng Yam Sau Hun" api berbisa dingin
penyambar nyawa, yang lihay itu,
Hay Thian juga terkejut melihat api berbisa yang hebat itu,
hanya dalam sekejap saja api itu sudah menyambar tiba.
Tanpa pikir lagi ia membentak sekali, berbareng iapun
memukul kedepan dengan sepenuh tenaga, kontan api yang
membanjir tiba sebagai air bah itu mendadak muncrat seakanakan
terdampar pada suatu tanggul untuk kemudian surut
kembali ke belakang dengan cepat.
Beruntun-runtun Hay Thian memukul empat kali kedepan
dan belakang, kekanan dan kekiri sehingga api dingin yang
membanjir itu tertolak kembali. Tapi ia masih tetap terkurung
ditengah. Sudah tentu sinenek tidak tinggal diam, ia pun
mengeluarkan tenaga pukulannya dari seberang sana
sehingga api terdesak maju lagi. karena itu, gelombang api
menjadi maju mundur dengan cepat. Walaupun kekuatan
kedua orang setanding, namun Kang Hay Thian dipihak ter
kurung ditengah api, betapapun hal ini tidak menguntungkan
dia walaupun api tetap berjarak beberapa meter
disekelilingnya.
Selagi Hay Thian bertahan sekuat-kuatnya, tiba tiba
terdengar seruan Ka Gwan yang girang kejut : "He, ayah,
Anak berada disini, Ah, ibu juga datang"
Belum lenyap suaranya, dari luar sana lantas muncul dua
orang yang memang betul adalah ayah bundanya Ka Gwan
yaitu Teng Keng Thian dan Peng Coan Thian Li, Mereka baru
datang dari Nepal.
Melihat Bok Lolo, segera Teng Keng Thian tertawa dingin,
katanya : "Ha, kukira siapa, tak tahunya adalah kau
perempuan siluman tua bangka ini. Dahulu ayah dan ibu
merasa kasihan padamu dan tidak tega membinasakan kau,
tapi sekarang kau berani main gila lagi disini !"
Peng Coan Thian Li juga lantas membentak : "Biarlah
kuserapkan api berbisamu itu coba kau masih punya
kepandaian apalagi ?" dan sekali ia bergerak, bagaikan hujan
saja mencurah seketika Peng Pok Sin tan, peluru es
berhambaran diatas api pospor Bok Lolo itu. Dan dengao
mengeluarkan ilmu Peng PoK Sin Tian yang maha dingin
berasal dari intisari es itu justeru merupakan senjata anti api
pospor sinenek, keruan api dingin yang menjalar-jalar tadi
segera terpadam seluruhnya tanpa bekas.
Bok Lolo sampai menggigil juga mendadak ia mengerang
keras sekali sambil menghamburkan secomot jarum berbisa
kearah Teng Keng Thian berdua, berbareng ia putar tubuh
terus angkat langkah seribu.
Keng Thian putar pedangnya sehingga jarum-jarum yang
menyambar itu tersampuk jatuh semua, segera iapun
membentak: "Ada ubi ada talas, kalau diberi harus membalas.
Ini kau pun terima sebiji Thian San Sin Bongku."
Dengan sendirinya kekuatan Keng Thian jauh iebih hebat
dari pada puteranya. maka sambaran Thian San Sin Bong
ypng disambit-kan itu sampai mengeluarkan suara
mendenging. Cepat Bok Lolo bersiap dan menyelentik dengan
jari tengahnya yang memakai cincin baja, maka terdengarlah
suara "sring sring", dua kali, bukan saja cincinnya pecah,
bahkan jarinya juga putus dimakan Thian San Sin Bong.
Namun begitu sinenek masih terus kabur dan mau masuk
kedalam istana.
Didalam istana yang banyak pintu keluar masuk dan jalan
berliku-liku itu, Hay Thian jadi bingung. Tiba-Tiba terdengar
suara gemuruh yang keras, waktu ia mencari ketempat suara
iiu, ternyata Bok Lolo dengan rambut terurai sedang
menghantam suatu dinding didepannya sambil mengomel
kalang-kabut. Hanya beberapa kali hantam, dinding itu tampak
ambrol, lalu tertampaklah selapis pintu besi yang tertutup
rapat. Nenek itu masih terus menghantam, tapi pintu besi itu
tak gampang untuk menjebolnya.
"Dimana kau menyembunyikan nona Kok?" bentak Hay
Thian sambil memburu.
Mendadak Bok Lolo mengerang keras sekali dan tahu-tahu
orangnya meloncat keatas "blang", atap istana tersundul
hingga pada pecah berantakan menjadi suatu lubang, nenek
itu lantas menerobos keatas melalui lubang itu.
Pada saat itulah diluar tiba-tiba terdengar beberapa kali
suitan panjang tercampur suara nya yang kuat dan nyaring


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, Hay Thian jadi girang pikirnya: "Jangan-Jangan Cu Mu
sute sudah datang juga?"
Tadinya ia ragu-ragu apa mesti mengejar Bok Lolo atau
mencari tahu rahasia apa dibalik pintu besi itu, rapi demi
mendengar suara suit an itu, segera ia ambil keputusan,
dengan Ginkang yang tinggi iapun meloncat keatas dan
menerobos keluar melalui lubang yang disundul sinecek tadi.
Diluar sana adalah taman raja, meski sinar bulan banya
remang-remang, tapi dari atas Hay Thian dapat melihat jelas
ada beberapa orang yang dikenalaya. Diantaranya terdapat
Danu Cu Mu, In Khing dan In Bik dan Hoa In Pik Sungguh
girang Hay Thian susah dilukiskan, segera ia berteriak: "Sute,
adik Pik In toako dan In cici, kalian dalam keadaan baik-baik
semua!" Selain mereka itu terdapat pula seorang laki-laki dan dua
wanita yang tak dikenal Kang Hay Thian.
Dalam pada itu Bok Lolo sudah berada di pekarangan
dibawah situ dan sedang membentak "Giok siaucu, kau
membawa lari Kongcu, sekarang kau berani kembali pula
kesinil" Sanmbil berkata, berbareng ia terus mecceugkeram
kearah lelaki yang tak dikenal Hay Thian itu.
Kiranya ketiga orang yang tak dikenal Hay Thian itu adalah
puteri Romana, Giok Kun Lun dan Giok Ling Liong. Mereka
baru datang dari istana es tempo hari itu Maksud Danu Cu Mu
ialah ingin berunding dengan raja Kunbran secara rahasia,
maka diam-diam mereka masuk kedalam keraton dengan
petunjuk jalan puteri Romana. Seperti diduga didalam istana
jadi geger, belum ketemekan raja atau sudah kepergok
dengan Bok Loio.
Memangnya sinenek lagi kepepet dan sedang mencari jalan
untuk meloloskan diri, demi melihit puteri Romana, tiba-tiba
timbul maksud jahatnya untuk menawan Romana sebagai
sandera. Tapi Giok Kun Lun sudah merta tidak tinggal diam,
kontan ia balas menghantam, begitu pula Giok Ling Liong
lantas putar serulingnya dan sekaligus mengarah beberapa
Hiat to ditubuh sinenek.
Kedua saudara Giok itu adalah keturunan tokoh persilatan
ternama, kepandaian mereka dengan sendirinya tidak rendah,
tapi kalau di banding Bok Lolo terang masih kalah jauh.
Dengan menyeringai Bok Lolo mendamprat "Anak ingusan,
kau berani bergebrak dengan aku ?" Berbareng tangan kanan
terus mencengkeram seruling Giok Ling Liong, sedang tangan
kiri membalik untuk menyambar kepalan Giok Kun Lun.
"Apakah kau ini yang mengaku sebagai Kim Lun Seng Bo"
Sungguh terlalu kau terima gajih kerajaan, tapi malah berani
main gila dengan tuan puterimu!" bentak Danu Cu Mu. Dan
belum lagi orangnya maju atau jarinya sudah menyelentik
lebih dulu, ia keluarkan Bu-heng-cing-gi dan menutuk dari
jauh kepunggung Bok Lolo.
Namun pada saat itu juga seorang lain tahu-tahu
menerjang maju dengan lebih cepat dari Danu Cu Mu. seakanakan
pedang bersatu dengan orangnya, tertampak sejalur
pelangi perak menyambar kedepan. Kiranya pendatang ini
adalah Teng Ka Gwan.
Ketika mendadak Bok Lolo merasa punggungnya sakit
pegal, ia terkejut, tiba-tiba dilihatnya pula Teng Ka Gwan telah
menerjang tiba. Ia tidak berani terlibat didalam pertempuran
lebih lama, cepat ia menggeser kesamping dan melompat
keluar dari kalangan, berbareng ia menyentik seruling Giok
Ling Liong yang sedang menutuk kearahnya itu.
Karena selentikan yang lepat itu sehingga seruling Ling
Liong terpental kesamping dan dengan tepat pula seakan-akan
ditangkiskan kepedang Teng Ka Gwan yang sedang
menyerang itu. Syukur ilmu pedang Ka Gwan cukup hebat,
segera ia tahan pedangnya dan tidak sampai melukai Giok
Ling Liong"
Sungguh girang Giok Ling Liong tak terkatakan ketika
melihat pemuda dihadapannya itu, "He, engkoh Gwan, bilakah
kau datang kemari?" serunya sambil menarik kembali
serulingnya. Ka Gwan juga girang sekali, sahut nya: ?"Ya. adik Ling.
sungguh tidak nyana dapat bertemu dengan kau disini !"
Begitulah sepasang kekasih yang sudah berpisah dan
sekarang bertemu kembali, sudah tentu mereka merasa
sangat bahagia sehingga tidak sempat mengurus Bok Lolo
lagi. Sementara itu sesudah menggeser kesamping, secepat kilat
Bok Lolo lantas mencengkeram Danu Cu Mu, tapi Cu Mu
sempat membalas dengan pukulan Tay seng pan yak ciang.
Kekuatannya itu cukup kuat untuk mengelakkan serangan
lawan. Kekuatan Cu Mu selisih tidak banyak dari pada nenek
itu, jadi Cu Mu sempat membalas dengan pukulannya kearah
Bok Lolo. Sesudah menjajal satu jurus, segera Bok Lolo tahu Danu Cu
Mu bukan sasaran empuk, cepat ia memutar kearah lain dan
menubruk kepada Hoa ln Pik. Tujuannya ialah ingin
mendapatkan tawanan sebagai sandera, maka yang dicari
adalah lawan yang paling empuk.
Tapi In Khing dan In Pik berada disebelah In Pik dengan
serentak mereka mengeluarkan ilmu silat keluarga In yang
terkenal untuk mengelubat, begitu pula Hoa In Pik lantas
melolos pedang dan menjaga diri dengan rapat.
Mendadak dengan jurus Tay-peng-tiah-ih" (garuda pentang
sayap), kedua tangan Bok Lolo terpentang kekanan dan kekiri
dan dalam sekejap saja telah saling mengadu tangan dengan
In Khing dan In Bik. Tenaga In Khing lebih besar, tapi tidak
urung iapun sempoyongan. Sebaliknya ln Bik lantas mencelat
keatas seperti bola dengan darah seakan-akan menyembur
keluar dari rongga dadanya. Untung pukulan itu digunakan
Bok Lolo untuk menghadapi dua orang sekaligus, sehingga
hanya separoh kekuatannya yang digunakan terhadap In Pik
kalau tidak nona itu pasti akan menggeletak seketika.
Sesudah berjumpalitan diutus udara, lalu in Pik turun
kebawah, belum lagi kakinya menginjak tanah, tahu-tahu ia
sudah dirangkul orang. Kiranya adalah Danu Cu Mu yang
memburu maju untuk menyambutnya.
Sesudah membobolkan kepungan lawan, tangannya
menjulur, terus mencengkeram dada Hoa ln Pik yang
bersendirian iiu. Cepat In Pik memapak dengan pedangnya,
"creng" tahu-tahu pedangnya patah menjadi dua terkena
selentikan Bok Lolo. Karena tak tahan akan tenaga selentikan
itu, sehingga ln Pik terhuyung-huyung kebelakung dan roboh
terjengkang. Dan baru saja Bok Lolo hendak menyusulkan
cengkeramannya, sekonyong-konyong terdengar gertakan
orang seakan-akan halilintar kerasnya. Kiranya saat itu Kang
Hay Thian telah me-lompat turun dari atas rumah, selagi
orang nya masih diatas udara atau pukulannya sudah
dilontarkan iebih dulu. Terpaksa Bok Lolo mesti melepaskan
Hoa In Pik dan menangkis serangan Hay Thian itu.
Meski kekuatan kedua orang setanding. tapi Hay Thian
menurun dari atas, ditambah tenaga tekanan yang hebat itu,
maka si nenek, menjadi kalah kuat. Sekali menutul kakinya
pinjam tenaga dorongan dari Kang Hay Thian untuk mencelat
pergi secepat terbang, hanya dalam sekejap saja orangnya
sudah menghilang.
Karena kualir keselamatan In Pik, Hay Thian tidak sempat
memburu musuh lagi. Segera ia membalik kearah In Pik, tapi
ia melibat In Khing sudah membangunkan In Pik dan nona itu
sedang istirahat sambil menggelendot dibahu In Khing.
Melihat Hay Thian datang, In Khing tampak agak kikuk,
pelahan-lahan ia memisahkan In Pik, katanya: "Untung kau
tiba pada saatnya sehingga adik Pik terhindar dari bahaya."
Hay Thian tertegun sejenak, tapi segera ia berkata dengan
girang-girang kejut: "O, ya, baik sekali!" tapi baik sekali
tentang apa sesungguhnya susah diterangkan karena apa
yang terpikir olehnya bukanlah mengenai selamatnya Hoa In
Pik" Sebaliknya perasaan In Pik juga aneka macamnya, katanya
kemudian: "Kabarnya Kok cici ada kesulitan aku sengaja
datang kesini untuk mencarinya apakah dia sudah tertolong ke
luar?" "Aku justeru lagi mencari dia, didalam istana ini ada sebuah
pintu besi rahasia, biar lah sekarang juga aku pergi mencari
lagi!" kata Hay Thian.
"Ya, kita harus mencarinya dengan terpencar saja!" ujar
puteri Romaca. "Toh nenek siluman itu sudah digebah lari,
tentu nona Kok dapat diketemukan! Biarlah aku pergi
menemui kakak baginda dulu,"
Danu CuMu dan lain-lainnya, ingin menjumpai raja Kunbran,
segera mereka ikut puteri Rormana kedalam keraton terkecuali
Kang Hay Thian.
Para Bu Su didalam keraton sudah tentu kenal tuan puteri
mereka, maka berramai-ramai mereka memberi lapor bahwa
didalam keraton seperti terjadi kerusuhan dan kawanan Bu Su
nepal telah mengepung istana tidur raja, kakek baginda juga
berada diistana.
Mendengar Keterangan itu, Romana bertambah kuatir, ia
percepat langkahnya dan menyusul kesana.
Saat itu raja pelarian Nepal sedang menggunakan macammacam
akal untuk membujuk dan menggertak Thay Siang
Hong yang ditawannya itu. Tiba-Tiba didengar diluar ramairamai
suara pertempuran yang gemuruh, Minhaji tampak
masuk melapor: "Wah, celaka ! Puteri Romana telah menyerbu
kemari dengan serombongan kawan-kawannya, orang kita tak
sanggup melawan mereka sudah menerjang kedalam istana."
Keruan raja Nepal itu terperanjat, cepat ia tanya:
"Bukankah puteri Romana katanya tudah melarikan diri
dengan kekasihnya, mengapa bisa palang kembali " Dan
dimanakah Kim Lun Seng Bo " Wah, celaka ! Beng Lun Ong,
harap kau..kau?"
Baru saja ia hendak minta Beng Lun Ong agar keluar untuk
menahan musuh, namun sudah terlambat, sekonyorg-konyorg
terdengar suara "blang" yang keras, pintu telah didobrak
orang dari luar dan terpental. Teng keng Thian suami isteri
dan Danu Cu Mu sudah mendahului menyerbu kedalam,
menyusul kedua saudara she Giok yang mengawal puteri
Komana juga menerjang tiba,
Melihat Peng Coan Thian Li, seketika raja Nepal pucat
ketakutan, cepat ia pegang Thay Siang Hong sambil
meloloskan senjata, maksudnya hendak menggunakan kakek
baginda Kunbra"n itu sebagai tameng. Tapi mendadak
pergelangan tangannya terasa dingin linu sehingga goloknya
jatuh kelantai. Kiranya Peng Coan Thian Li telah menimpukan
peluru es dan tepat mengenai urat nadinya.
"Kakek!" teriak Puteri Romana sambil memburu maju, ia
merangkul sang kakek dan saking terharu merekapun lantas
menangis. Disebelah sana baru saja Keng Goat Siang jin melompat
maju, mendadak ia telah dipapak oleh Teng Ka Gwan dengan
membentak: "Keledai gundul, apa kau masih kenal aku?"
Ka Gwatt pernah menjabat panglima pemberontakan
kerajaan Nepal yang baru, Keng Goat Sianjin dan Minhaji
adalah jago-jago yang telah keok dibawah tangannya. Maka
didamperat Teng Ka Gwan Seketika ia menjadi gugup sekali
Yu Liong Pokiam berkelebat, hanya sejurus senjata kecer Keng
Goat Siangjin pecah, menyusul iapun tertusuk dan terguling
Dilain pihak Giok Kun pun juga cuma sekali jotos saja sudah
merobohkan Minhaji.
Melihat Thay Siang Hong hanya tertutuk Hiat tonya, segera
Ka Gwan memunahkanrya.
Sedang raja pelarian Nepal itu selang berteriak: "Ampun
Piaumoay! Ampun Lococong."
"Kejahatanmu dinegeri sendiri sudah kelewat takaran,
sekarang kau berani main gila pula dinegeri tetangga, siapa
sudi mengaku sebagai Piaumoay mu?" damperat Peng Coan
Thiau Li. "Anak Gwan ringkus dia !"
Tapi belum lagi Ka Gwan bertindak, mendadak Thay Siang
Hong sudah jemput tongkat nya dan mendaperat dengan
gusar: "Kau hampir-hampir membikin negeriku dan keluargaku
hancur berantakan, mesakah kau masih berani minta ampun
!" Habis berkata, dengan sekuat tenaganya ia telah
mengangkat tongkatnya dan menghantam, seketika kedua
kaki raja pelarian patah.
Dengan marah-marah Thay Siang Hong masih hendak
menghajarnya pula, tapi puteri Romana telah mencegahnya
dan membujuknya agar tidak perlu buang-buang tenaga,
biarlah bangsa Nepal sendiri yang akan memberi hukuman
setimpal kepada raja lalim itu, Lalu Ka Gwan maju untuk
meringkusnya. Tinggal Khong Jiok Beng Lun Ong saja yang masih terus
melawan mati-matian. Keng Thian telah mendampratnya:
"Kau tidak nurut nasehat Suhengmu sekarang menyesalpun
sudah terlambat!"
Mendadak Beng Lun Ong pentang jubahnya dan menubruk
maju sambil berteriak kalap: "Teng Keng Thian, kau tidak
perlu banyak ngoceh, pendek kata biarlah aku mengadu jiwa
dengan kau!"
Namun sekali Keng Thian menangkis dengan Simi-cia ng,
kontan jubah paderi itu tersampuk miring kesamping.
Segera Peng Choan Thian Li ikut mendamprat: "Jika kau
tinggal dengan alim didalam Orsim, tentu kami akan
menghormat padamu tak mungkin kami memusuhi kau. Tapi
kau justeru kemaruk pangkat ingin menjadi Kok Su apa segala
dan membikin su.ab rakyat negeri kami, hal ini terpaksa aku
harus ikut campur tangan, hari ini aku bertindak selaku
pembela agama dan sebagai puteri Nepal, maaf, terpaksa aku
tidak dapat bicara tentang peraturan Kangouw dengan kau !"
Habis bicara, segera ia ikut menyerang bersama sang
suami, ia timpukkan sebutir Peng Pok Sin Tan. Karena
terhalang oleh serangan-serangan Kong Tan yang semakin
gencar, Beng Lun Ong tidak serapat berkelit lagi. peluru es itu
tepat masuk kelubang telinganya sehingga memunahkan hawa
murni pelindung tubuhnya, dengan tidak ayal lagi Keng Thian
mengirim hantaman dahsyat membuatnya terjungkel.
"Mengingat kebaikan Suhengmu, biarlah kuampuni jiwamu "
kata Keng Thian. lalu ia serahkan Beng Lun Ong dibawah
pengawasan komandan kepala pasukan Kunbran untuk kelak
akan dikirim kembali kepada Suhengnya, Hoat Ong dari Lama
Putih di Orsim.


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara itu semua orang telah dapat rnenemukan
jenazah raja Kunbran dengan sedih Thay Siang Ong berkata
"kakakmu memancing serigala kedalam rumah sehingga
makan hasilnya perbuatannya sendiri. Untung musuh sudah
tertangkap, betapapun dapatlah aku tutup mata dengan
tenang." Puteri Romana juga sedang menangis dan berduka atas
nasib kakak bagindanya itu, demi mendengar ucapan
kakeknya, ia terkejut dan cepat berkata: "Kakek, kenapa kau
bicara demikian" Sekarang pemerintah kita dalam keadaan
lowong tantpa pimpinan. Kakek justeru harus menjaga diri
sebaik-baiknya.
"Orang hidup jarang yang dapat mencapai seabad,
sekarang usiaku sudah lebih 90, kurasa juga takkan lama lagi
hidup berdampingan dengan kau," kata Thay Siang Hong
sambil membelai rambut Romana. "Apalagi aku sudah tua
bangka begini, apakah kau masih ingin aku memeras otak lagi,
kerajaan tidak boleh tanpa pemimpin, maka tugas ini untuk
selanjut nya harus kau yang memikulnya."
Romana terkejut, cepat sahutnya: "Apa yang kau
maksudkan kakek "!"
"Kebiasaan negeri kita yang kecil ini berbeda dari pada
negeri Tiong Hoa yang besar itu," kala "Thay Siang Hong.
"Kita kaum pria dan wanita sama rata sama derajat dan boleh
juga menjadi raja. Maka untuk selanjutnya kau adalah ratu
kerajaan Kunbran ini ."
"He, mana boleh jadi ?" kata Romana.
"Kenapa tidak ?" sebut Thay Siang Hong "Kau tokh tiada
punya saudara lain lagi. jika kau tidak mau naik tahta, apa kau
ingin melihat negeri kita berada didalam kekacauan " Sifatmu
lebih jujur, watakmu juga lebih welas asih, jauh lebih baik dari
pada kakakmu, coba kalau tiada terikat oleh adat leluhur,
tentu sejak dulu aku sudah angkat kau sebagai kepala negara
kita dan tidak kakakmu ."
Karena tak bisa menolak lagi, terpaksa puteri Romana
menerima dengan terharu. Serentak semua orang lantas maju
untuk mergucapkan selamat kepada Ratu Kunbran baru itu.
"Romana. sesudah kau menjadi ratu, ada sesuatu yang
harus kau ingat betul-betul," pesan Thay Siang Hong lebih
jauh. "Ya, silahkan kakek memberi petuah," sahut Romana.
"Kerajaan Masar adalah negeri saudara kita, maka kau
harus hidup damai dengan mereka, selanjutuya harus
mengadakan hubungan secara baik-baik dan tidak boleh main
peperangan," kata sikakek.
"Ya. untuk itu aku justeru hendak memberitahukan kepada
kakek bahwa raja Masar itu sekarang juga sudah berada
disini," tutur Romana.
Keruan Thay Siang Hong tercengang. Sedangkan Danu Cu
Mu lantas melangkah maju akan memberi hormat, katanya:
"Kakek, memangnya akupun hendak melaporkan duduk nya
perkara padamu, dan ternyata engkau sudah mengetahui
semuanya."
"Kaupun memanggil aku sebagai kakek?" tanya Thay Siang
Hong dengan terkesiap. "Kau sudah bertemu dengan adik
perempuanmu" Ai muka kalian berdua benar-benar sangat
mirip sekali"
"Kabarnya kakek telah mengakui Liau-moay sebagai cucu,
makanya akupun memberanikan memanggil kakek padamu."
sahut Cu Mu dengan tertawa.
Saking terharunya Thay Siang Hon sampai mengucurkan air
mata, katanya sambil memeluk Cu Mu: "Memang betul, kau
benar-benar adalah cucuku yang baik"
Kelakuan Thay Siang Hong yang agak luar biasa itu
disangka orang mungkin karena saking berdukanya kehilangan
cucu, hanya Da nu Cu Mu saja lapat-lapat dapat menerka
kemungkinan-kemungkinannya.
Kemudian Romana menceritakan juga berkat bantuanbantuan
Danu Cu Mu dan lain-lain barulah dia berani pulang.
Lalu ia memperkenalkan pula Giok Kun Lun bersaudara
sekandung demi untuk kesejahteraan rakyat kedua negeri.
Kedua muda mudi itu menjawab bersama akan
melaksanakan harapan sang kakek. Kemudian Cu Mu
bertanya: "Kakek, dimanakah adik perempuanku ?"
"ya, lekas kalian pergi mencarinya.?" seru Thay Siang Hong
kuatir. "Belum lama dia baru saja lari keluar dari sini bersama
gurunya." Segera Cu Mu dan lain-lain hendak pergi mencari Tiong
Lian. Tapi baru saja mereka keluar tertampak Kang Hay Thian
sudah berlari kembali sambil berkata: "Dimanakah adik Lian."
Kiranya sesudah Hay Thian membobol pintu besi itu dengan
pedang pusaka Cay ln Poki-am, akhirnya diketemukan sebuah
jalan dibawah tanah yang menembus keluar keraton, di dalam
jalan itu tiada ketemukan seorangpun hanya banyak terdapat
bekas tapak kaki.
Segera puteri Romana perintahkan para Busu ikut mencari,
tapi meski seluruh pelosok keraton itu sudah diperiksa, tetap
tidak menemukan Kok Tiong Lian, Seperti diketahui Tiong Lian
telah dibawa lari oleh Kok Ci Hoa. Sesudah keluar keraton,
diam-diam Ci Hoa mengambil keputusan akan mencari suatu
tempat yang sunyi dan untuk mengobati Tiong Lian yang tidak
ringan keracunan.
Maka ia terus berlari kedataran tinggi pegunungan bersalju
sana. Diatas gunung sungai es silang melintang degan hawa
dingin yang menusuk tulang. Tapi hawa napas Kok Tiong Lian
yang dihembus keluar itu makin lama makin panas.
---ooo0dw0ooo---
Jilid 20 NONA itu sudah tak sadarkan diri lagi, dengan lemas ia
menggemblok diatas pundak Kok Ci Hoa.Selagi Ci Hoa
mengeluh tiba-tiba dari lereng gunung sana muncul seorang
tua berjenggot, wajahnya agak kurus, tapi sinar matanya
tajam, terang seorang tua yang memiliki kepandaian yang
tinggi. Semula Ci Hoa tertegun melihat orang tua itu, tapi segera ia
menjadi girang, cepat ia berseru: "Yang datang ini bukankah
Hoa locianpwe dari Mu San."
"Eh kalau tidak salah kau adalah Kok ciangbun dari Bin
San?" sahut orang itu yang memang betul adalah Hoa Thian
Hong itu. Kiranya dahulu waktu lu Sinio masih hidup pernah sekali
Hoa Thian Hong berkunjung ke Bin San, tatkala itu Ci Hoa
baru berumur belasan tahun namun demikian mereka masih
dapat saling mengenal.
Sejak tempo hari Thian Hong berpisah dengan Hay Thian, ia
menyusur sungai es untuk mencari Danu Cu Mu dan kedua
saudara In, tapi ia tidak tahu bahwa yang hendak dicari itu
sudah selamat semua, maka ia masih terus mencari dan
akhirnya sampai dipegunungan salju ini dan secara tak
sengaja telah bertemu dengan Kok Ci Hoa.
Bertemu dengan Hoa Thian Hong sudah tentu Kok Ci Hoa
merasa seperti ketemukan dewa penolong, tanpa banyak
etngeong lagi ia lantas berkata: "Kedatanganmu sangat
kebetulan sekali, Hoa locianpwe, lekas kau sudi menolong
muridku ini!"
"Muridmu ?" Thian Hong menegas. "Bukankah kau
maksudkan Tiong Lian" Katanya dia berhalangan dinegeri
Kunbran, apa kau tadi menolong dia keluar dari bahaya"
Bagaimana keadaannya ?"
"Dia keracunan sangat berat, jiwanya sangat dikuatirkan,"
sahut Ci Hoa. Kebetulan tidak jauh dari situ ada sebuah gua, segera
mereka membawa Tiong Lian kedalam gua. Sesudah Thian
Hong memeriksa denyut nadi Tiong Lian selang sejenak
tampak dia mendongak dengan wajah terheran-heran
katanya: "Ahh bocah begini muda tidak seharusnya dia
memiliki tenaga sekuat ini, apa barangkali dia makan obat
apa-apa!" "Benar!" sahut Ci Hoa. "Dia pernah minum Thian Sim
Ciok?" "Pantas." ujar Thian Hong. Thian Sim Ciok adalah obat ajaib
yang cepat memberi tambahan tenaga, tapi juga sejenis obat
yang maha ganas! Tapi sekarang racun yang mengenai dia ini
justeru adalah semacam racun yang maha panas pula, keruan
ini mirip api diberi minyak."
"Apa sangat susah disembuhkan?" tanya Ci Hoa dengan
kuatir. "Untung aku membawa Swat Siam San (puyer katak salju),
yang paling manjur untuk memunahkan racun panas, selain
itu dapatku tambah dengan tusuk jarum untuk membuyarkan
panasnya. Cuma sesudah itu dia perlu istirahat selama dua
tiga hari lamanya."
Segera Thian Hong mengeluarkan puyer yang dikatakan
tadi dan sebotol kecil arak dari kantong obat yang dibawanya,
ia cekoki Kok Tiong Lian dengan obat campur arak itu.
Menyusul ia mengeluarkan sebatang jarum emas dan
menusuk bagian-bagian Hiat-to yang penting, dimana Hiat-to
itu ditusuk, dari situ lantas mengeluarkan uap panas yang
membuyar. Selesai menusuk tiga puluh enam Hiat-to penting
ditubuh Tiong Lian, lalu Thian Hong berkata: "Tunggu
sebentar lagi tentu dia akan siuman kembali!"
Ci Hoa merasa lega oleh keterangan itu. Katanya kemudian:
"Hoa locianpwe. banyak terima kasih atas bantuanmu"
Silahkan kau mengaso dulu, biar kupergi mencari sedikit
makanan!" Dan tidak lama sesudah Ci Ho pergi, pelahan-lahan Tiong
Lian tampak siuman kembali. Waktu ia membuka mata. ia
menjadi terkejut dan berse-u: "He, tempat apakah ini" Di
manakah Suhu" Dan siapa kau?"
Pelahan-lahan Thian Hong membelai rambut sinona,
katanya dengan suara halus: "Baik lah sekarang, kau sudah
sadar kembali. nak! Jangan kuatir gurumu sedang pergi
mencari makanan, Aku adalah sahabat baik gurumu!"
Lambat laun pikiran sehat Tiong Lian te lah pulih kembali,
demi melihat sorot mata Thian Hong yang welas asih serta
memperhatikannya dengan penuh kasih sayang, maka
pahamlah Tiong Lian: "Lotiang (bapak), apa kau yang telah
menolong aku?"
"Kau tidak perlu banyak berpikir, kau tidak. kenal aku, tapi
kalau kukatakan tentu kau akan tahu aku tidaklah asing
bagimu," ujar Thian Hong, dengan tertawa. "Aku ada lah ayah
angkatnya Kang Hay Thian. Hoa In Pik adalah puteriku. Tentu
kau pernah mendengar cerita mereka, bukan ?"
Seketika Tiong Lian termangu-mangu, ia menggumam
sendiri seperti orang mengigau: "Kang Hay Thian, Hoa In
Pik?" Thian Hong menyangka nona itu sedang iseng ingat-ingat
apa yang terjadi sebelumnya karena baru saja siuman, maka
iapun tidak menaruh perhatian, katanya pula: "Ya, betul
mereka. Sekarang kau sudah ingat bukan " Dan ada pula
engkohmu" ."
"Engkohku kenapa ?" tanya Tiong Lian ter sentak kaget.
"Engkohmu bersama aku Hay Thian hendak mencari kau
serta Pik Ji tapi ai,?""
"O, ingatlah aku sekarang," sela Tiong Lian sesudah
tenangcan diri. "Kabarnya enci Pik menghilang, apa sudab ada
kabar tentang dia ?"
"Aku sudah ketemukan dia tapi telah pergi lagi dan sampai
sekarang belum diketahui jejaknya," sahut Thian Hong sambil
menghela napas.
Yang paling dipikirkan oleh Tiong Lian adalah urusan
hubungan Kang Hay Thian dengan Hoa In Pik, maka cepat ia
tanya pula" "Bagaimana bisa jadi begitu ?"
"Sudahlah, kau merebah saja, biar kuceritakan duduknya
perkara" kata Thiao Hong, Lalu ia menuturkan pengalamannya
tempo hari Ketika bercerita sampai kejadian di puncak, Leng
Cu Hong, dimana telah bertemu dengan Hoa In Pik, maka
Thian Hong teluh menghela napas dan berkata. "Kasihan
anakku itu, didalam mimpi iapun tidak lupa kepada Hay Thian.
Tatkala itu dia dalam keadaan tak sadar, jadi seperti kau
barusan. Sama Sekali dia tidak tahu kalau ayahnya waktu itu
berada didepannya. Tapi yang teringat dan dipanggil nya
cuma namanya Hay Thian saja."
Sungguh perasaan Tiong Lian seperti disayat-disayat
sedapat mungkin ia menahan air mata-nya. Ia dengar Thian
Hong sedang menyambung pula: "Selama hidupku tidak
sedikit aku telah menyembuhkan penyakit yang aneh-aneh
hanya penyakit pikiran lain yang paling sukar di obati. Ya,
salahku juga. sudah tahu mereka saling mencintai, tapi aku
tidak dulu-dulu menetapkan perjodohan mereka. Entah sibuk,
urusan apa."
Sesudah pertemuan Kim Eng Kiong, kedua anak itu lantas
selisih paham, Pik Ji tahu-tahu menghidang dan mengalami
malapetaka itu! Ai aku cuma mempunyai seorang puteri itu
saja, semoga. dia tetap selamat, kalau bisa bertemu kembali
dengan Hay Thian kurasa segala sesuatu akan baik lagi!"
Dengan pedih, beberapa kali Tiong Lian hampir-hampir
berseru: "Tidak, itulah salahku!" Tapi ia tidak punya
keberanian untuk mengutarakan perasaannya itu didepan
Thian Hong. Maka orang tua itu bertata pula: "Sekarang Hay Thian tentu
sudah sampai dikotaraja Kunbran, apakah dia tidak
menyelundup kedalam keraton untuk mencari kau?"
"Oo, ti?".tidak!" sahut Tiong Lian dengan kikuk-kikuk.
"Ta?" tapi aku" aku seperti mendengar suaranya. Tatkala
itu aku sedang dibawa lari oleh guruku!"
Melihat muka nona itu pucat pasi. Thian liong coba meraba
keningnya, lalu berkatai "Aneh. suhu panas badanmu sudah
banyak berkurang, mengapa semangatmu sedemikian
lesunya?" Thian Hong menyangka nona itu ikut berkuatir bagi
keselamatan In Pik tapi Tiong Lian sudah lantas
menghiburnyamalah. "Hoa lo-ciaupwe, harap kau jangan
kuatir, kukira da lam waktu singkat mereka tentu akan
bertemu kembali Hay Thian adalah seorang yang paling
mengutamakan budi kebaikan, dia pasti takkan mengingkari
cinta enci pik. Eh aku lupa tanya padamu, tadi kau bilang
datang bersama cagkohku, sekarang dia kemana lagi?"
Kuatir nona itu akan sedih, maka Thian Hong tidak berani
menceritakan tentang terjerumusnya Danu Cu Mu kedalam


Kisah Pedang Di Sungai Es Pengemis Berbisa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungai es, hanya secara samar-samar ia menj
Pendekar Kembar 16 Rahasia Mo-kau Kaucu Karya Khu Lung Elang Terbang Di Dataran Luas 8
^