Lambang Naga Panji Naga Sakti 8

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Bagian 8


" ia putar badan dan berlalu.
Liem Toa Lek segera menghantar Jen Pek To keluar
pintu, setelah mengunci kembali pintu depan ia balik
kembali ke dalam ruangan tengah.
Suasana sunyi untuk beberapa saat lamanya
memandang air muka Cong Piauw-tauw yang penuh
keseriusan tak tertahan Phoa Ceng Yan berbisik lirih,
"Toako, agaknya persoalan ini semakin lama semakin
kacau, aku lihat karena peristiwa ini bakal menimbulkan
badai besar di dalam dunia persilatan.
Kwan Tiong Gak menghembuskan napas panjang,
ujarnya, "Kalau dua tahun berselang bisa menghentikan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok ini maka tidak mungkin
bisa terjadi kerepotan macam hari ini "."
Ia berpaling dan memandang sekejap ke arah Liem To
Lek, sambungnya, "Coba suruh mereka hitung
keuntungan kita tahun ini dan siapkan uang tersebut.
574 Walaupun dalam hati merasa curiga Liem Toa Lek
tidak berani banyak bertanya, ia segera menjura.
"Hamba akan segera memerintahkan mereka untuk
melakukan hal tersebut"."
Dari dinding Kwan Tiong Gak mengambil goloknya dan
digantung pada punggungnya, setelah mengenakan jas
hujan ia berkata, "Aku mau pergi keluar sebentar, paling
lambat besok pagi pada kentongan kelima tentu
kembali." "Toako!" seru Phoa Ceng Yan dengan cepat. "Biarlah
mereka pergi bersamamu, agar kalau ada urusan mereka
bisa membantu."
Tapi dengan cepat Kwan Tiong Gak menggelengkan
kepalanya. "Tidak perlu".."
Sembari melangkah keluar sambungnya.
"Siauw-heng hendak menggunakan waktu setengah
harian ini untuk mencari kembali itu peta pengangon
kambing, kalau besok bisa kita serahkan lukisan itu pada
Jen Pek To maka itu hari juga kita segera berangkat
pulang ke Peking dan kantor cabang Kay Hong pun
ditutup sampai di sini saja, seluruh keuntungan bagikan
kepada semua anggota kita."
"Bagaimana dengan Liem Toa Lek?"
575 "Perintahkan dia dengan membawa beberapa orang
piauwsu sesudah menyelesaikan persoalan di sini segera
berangkat ke ibukota."
"Toako bermaksud membubarkan kantor cabang Kay
hong sejak ini?"
"Seluruh perusahaan Liong Wie Piauw-kiok sudah
masanya untuk ditutup, aku berharap pada pertengahan
tahun depan semua persoalan sudah selesai dan semua
kantor cabang telah dibubarkan."
"Hal inipun baik juga," kata Phoa Ceng Yan sambil
menghela napas panjang. "Dengan demikian toako-pun
tidak usah lagi memikul tugas dan beban seberat ini."
Sewaktu pembicaraan berlangsung sampai disitu,
mereka telah tiba di pintu depan.
Kwan Tiong Gak mendadak berhenti dan berpaling.
"Kalian tak usah mengantar aku lagi, suruh mereka
baik-baik berjaga diri, jangan timbulkan persoalan lagi,
dalam keadaan seperti ini jangan sekali-kali kita bikin
keonaran."
"Siauwte akan berusaha untuk menghindari hal
tersebut, Toako-pun harus berhati-hati."
Kwan Tion Gak tersenyum dengan langkah lebar ia
segera berlari.
576 Menanti bayangan punggung dari Cong Piauwtauwnya
sudah lenyap dari pandangan, Phoa Ceng Yan
sekalian baru mengundurkan diri dari sana dan menutup
pintu kantor. Malam semakin kelam, inilah saat yang paling tepat
bagi setiap keluarga untuk berkumpul sambil merayakan
tahun baru. Di dalam ruangan kantor cabang perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok pun dihangatkan oleh sebuah tungku
dengan beberapa orang duduk berkerumun di sana,
hanya saja mereka bukan sekeluarga yang merayakan
malam tahun baru, melainkan sekelompok piauwsu yang
bersenjata lengkap dengan wajah murung dan kesal.
Phoa Ceng Yan menghembus asap huncweenya ke
angkasa, sambil menghela napas ia berkata.
"Tak ada gading yang tak retak, tak ada panglima
yang takut mati dalam pertempuran, di bawah pimpinan
Cong Piauw-tauw perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita
sudah berkembang sangat pesat, kantor perusahaan
cabang tersebar luas di enam karesidenan, kegagahan
dan kecemerlangan macam begini biasanya susah
ditandingi oleh perusahaan manapun pada jaman apapun
juga, selama dua puluh tahun di bawah kerja keras
beberapa puluh orang kawan dengan taruhan jiwa dan
tenaga berhasil mengangkat perusahaan kita dengan
merek emas, tidak disangka kecuali kita harus
menghadapi penjahat-penjahat dari kalangan Liok-lim,
sekarang harus berurusan pula dengan orang
577 pemerintahan, Aaai"..agaknya Cong Piauw-tauw merasa
putus asa oleh persoalan.?"
"Hal inipun tak bisa disalahkan dirinya," kata Nyoo Su
Jan memberikan pendapatnya.
"Persoalan di dalam perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
kita makin hari semakin banyak di samping Cong Piauwtauw
harus bertanggung jawab dalam melatih para
anggota dengan ilmu silat banyak persoalan pula yang
harus ia tangani sendiri, agaknya makin lama Cong
Piauw-tauw merasa makin jemu dengan urusan
pengawalan barang, selama beberapa tahun ini jarang
sekali barang kawalan kita menjumpai persoalan,
mungkin orang lain jeri dengan merek emas kita, padahal
yang sebenarnya semua persoalan ini adalah hasil kerja
Cong Piauw-tauw seorang"."
"Eeei".sebetulnya apa yang telah terjadi, Nyoo-heng
kalau bicara yang jelas sedikit." tukas Liem Toa Lek
cepat. Dengan andalkan kuda jempolannya yang setiap hari
bisa menempuh perjalanan ribuan lie, kadang-kadang ia
seorang diri menghajar habis-habisan musuh-musuh
yang akan menghadang barang kita, semua orang hanya
tahu mengiringi kereta barang berangkat ke selatan atau
ke utara, siapa yang tahu kalau sepanjang jalan yang
mereka lalui telah diamankan dahulu oleh Cong Piauwtauw."
578 "Aaakh"..! Persoalan ini takkan kuketahui kalau tidak
kau katakan saat ini," teriak Phoa Ceng Yan tersentak
kaget. "Pada tahun yang lalu, kebetulan hamba sakit dan
harus beristirahat beberapa bulan di rumah, sebab
memandang tinggi hamba, Cong Piauw-tauw melarang
aku mengawal barang setengah tahun lamanya, karena
itulah sepanjang waktu aku selalu berada di dalam
perusahaan, kadang-kadang sampai malam baru tidur,
dan kadang-kadang berlatih silat di tengah malam buta,
kebetulan sering sekali bertemu Cong Piauw-tauw
dengan menunggang kuda seorang diri pergi keluar di
tengah malam buta, pada perjumpaan yang pertama kali
hamba tidak terlalu memperhatikan, tapi karena
seringnya perjumpaan ini maka timbul rasa curiga dalam
hatiku, diam-2 kuperhatikan terus gerak-geriknya dan
akhirnya kuketahui setiap kali pengawalan barang dalam
jumlah besar berangkat maka pada malam harinya Cong
Piauw-tauw tentu berangkat pula, orang-orang kantor
hanya tahu urusan Cong Piauw-tauw sangat repot dan
tidak ada di dalam kantor, padahal siapa yang tahu
kesusahannya" "
"Demi nama baik perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
tiada jemunya ia menempuh bahaya seorang diri.
Aaaaiii". selama beberapa tahun ini kita sudah cukup
menyusahkan dirinya."
"Aaaii?".kita sebagai piauwsu perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok ternyata tidak dapat membantu COng Piauwtauw
dalam mengurangi kemurungannya, bila dipikir kita
seharusnya merasa malu, " seru Liem Toa Lek.
579 "Maka dari itu akupun berharap ia cepat bisa menutup
perusahaannya, sehingga sisa hidupnya bisa dilewatkan
dengan hati tenteram selalu," sambung Phoa Ceng Yan.
"Walaupun ucapan Hu COng Piauw-tauw tidak salah,
tapi untuk menutup pintu perusahaan Liong Wie Piauwkiok
kita yang sudah sedemikian besar, sedikit banyak
hatiku ikut merasa susah juga."
Phoa Ceng Yan tertawa hambar.
"Di kolong langit tak ada perjamuan yang tidak bubar,
Cong Piauw-tauw pun tidak bisa susah payah sepanjang
tahun, kalau kita harus berdiri dengan bersandar pada
dia seorang siksaan ini sungguh luar biasa sekali, cuma
selama beberapa tahun ini perusahaan kita sudah banyak
beruntung, dengan watak Cong Piauw-tauw yang ridak
memandang harta sewaktu membubarkan perusahaan, ia
pasti tak akan merugikan cuwi sekalian, biaya hidup
selanjutnya tentu terjamin."
Malam itu dilewatkan beberapa orang itu dengan
mengobrol mengelilingi tungku pemanas.
Menanti kentongan kelima telah tiba, mendadak di luar
halaman terdengar suara ringan bergema datang.
"Siapa?"" bentak Phoa Ceng Yan sambil mematikan
lampu lilin yang ada di atas meja.
"Aku."
580 "Suara itu jelas berasal dari mulut Kwan Tiong Gak.
Suara tersebut agak dikenal baik oleh Phoa Ceng Yan
maupun siapa saja, buru-buru mereka bangun berdiri
menyambut. "Cong Piauw-tauw!"
Waktu itu Liem Toal Lek sudah menyulut kembali
lampu lilin di atas meja, di tengah sorotan cahaya Kwan
Tiong Gak berjalan masuk ke dalam ruang tengah.
Pada dasarnya memang berwajah keren ditambah
pula keseriusan yang diperlihatkan saat ini menambah
keseraman bagi orang yang melihat.
Liem Toa Lek serta Nyoo Su Jan tidak berani banyak
bicara diam-diam mereka mengundurkan diri ke samping.
Setibanya di tepi tungku Kwan Tiong Gak melepaskan
goloknya dan mempersilahkan orang duduk.
Beberapa orang itu mengikuti ucapannya dan mencari
tempat duduk. Phoa Ceng Yan yang ada di sisi Kwan
Tiong Gak segera bertanya, "Toako! Apakah kau berhasil
menemukan jejak peta pengangon kambing itu?"
"Belum," sang Cong Piauw-tauw menggeleng. "Ia
sudah lama meninggalkan kota Kay Hong."
"Apakah ia muncul kembali di sini karena peta
pengangon kambing itu ".?" tanya Nyoo Su Jan.
581 "Kalau benar demikian saat ini sudah terbang jauh ke
angkasa, untuk menemukan kembali peta pengangon
kambing rasanya bukan suatu persoalan yang terlalu
gampang." Setelah termenung beberapa saat sambungnya
kembali, "Ini hari adalah tanggal satu tahun baru,
sekalipun kita tidak berhasil menemukan peta pengangon
kambing juga harus tetap berada di sini, aaai", entah
kita harus berada di sini sampai kapan?"
"Aku lihat untuk jelasnya kita harus melakukan
penyelidikan terhadap diri Ke Giok Lang" kata Phoa Ceng
Yan. Sewaktu mereka sedang bercakap-cakap mendengar
suara langkah manusia berkumandang di luar pintu.
Liem Toa Lek melongok keluar jendela, hari baru saja
terang tanah, dan ia segera bangkit.
"Entah keluarga mana yang pagi pagi yang sudah
datang untuk mengucapkan selamat tahun baru?"
"Coba kau tengok, kalau tidak terlalu penting, jangan
mengatakan kalau aku ada di sini."
Liem Toa Lek mengiakan dan dengan langkah lebar ia
berjalan keluar.
Beberapa saat kemudian dengan membawa sebuah
kotak merah ia muncul kembali dalam ruangan, ujarnya,
582 "Hu Cong Piauw-tauw, sahabat karibmu dari kota Kay
Hong telah mengirimkan hadiah tahun baru untukmu."
Mendengar ucapan itu Phoa Ceng Yan mengerutkan
dahi, ia bangun berdiri menerima kotak itu, di atas
sebuah kartu nama dituliskan bahwa kotak ini
diperuntukkan Phoa Ceng Yan disertai kata-kata ucapan
selamat tahun baru.
"Apa isi kotak itu?" tanya Kwan Tiong Gak sambil
memandang sekejap kotak merah itu.
"Siauwte sendiri tidak tahu!"
"Siapa yang memberikan kepadamu?"
"Siauwte sendiri juga tidak tahu."
Kwan Tiong Gak segera mengambil kotak tadi dan
diperhatikannya kotak tersebut.
"Waktu membuka kotak ini haruslah berhati-hati!"
Phoa Ceng Yan mengiakan perlahan-lahan ia menuju
ke pintu ruangan, setelah membuka kotak kain tadi
muncullah sebuah kotak kayu yang sangat indah.
Di atas tutup kotak itu berukiran lukisan yang indah,
hal ini membuat siapapun yang melihat dapat
membayangkan kalau isi kotak ini tentu sebuah benda
yang sangat berharga.
583

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Phoa Ceng Yan tidak berani langsung membuka kotak
itu, setelah digoyang-goyangkan sebentar dan tidak
menemukan sesuatu suara ia baru membuka kotak tadi
lambat-lambat. Karena tidak tahu siapakah yang memberikan kotak
tersebut, Phoa Ceng Yan tidak berani berlaku gegabah,
seluruh hawa murninya disalurkan ke seluruh badan
bersiap sedia terhadap segala kemungkinan.
Perlahan-lahan kotak dibuka, dan dari balik kotak
tersebut tidak dijumpai sesuatu yang mencurigakan.
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan alihkan sinar matanya
ke dalam kotak, tapi sebentar kemudian ia sudah
menjerit tertahan dan berdiri termangu-mangu.
Kiranya isi dari kotak tersebut bukan lain adalah peta
pengangon kambing yang lenyap tak berbekas.
"Hu Cong Piauw-tauw, apa isi kotak itu ?"" tanya Nyoo
Su Jan tak tertahan lagi.
"Peta pengangon kambing!"
"Apa peta pengangon kambing?" teriak Kwan Tiong
Gak melengak. "Benar, siauwte pernah melihat peta ini dan rasanya
tidak salah lagi".."
Ia ambil peta tadi dalam kotak kemudian diangsurkan
ke tangan Kwan Tiong Gak.
584 Cong Piauw-tauw dari perusahaan Liong WIe Piauwkiok
ini menerimanya dan diperiksanya dengan seksama
lukisan tersebut.
Sembari memeriksa tanyanya kembali.
"Saudara, coba kau pikir dari siapakah lukisan ini kau
dapat?" "Siauwte tak bisa menemukan orang itu."
Agaknya perhatian Kwan Tiong Gak sudah terhisap
oleh lukisan pengangon kambing itu, ia tidak bicara lagi
dan menumpahkan seluruh perhatiaannya di atas peta
tadi. Walaupun cuaca sudah terang tanah, tapi suasana
dalam ruangan masih gelap, di atas meja berdiri sebuah
lilin merah yang memancarkan cahaya terang.
Tiba-tiba Kwan Tiong Gak menghantam meja seraya
berseru, "Lukisan bagus! Lukisan bagus, tidak aneh kalau
begitu banyak orang yang ingin memperebutkannya."
"Haaa?"..haaa?"haaa".. Kwan-heng betul-betul
naga di tengah manusia, siauwte betul-betul merasa
kagum," tiba-tiba terdengar suara tegoran seseorang
berkumandang datang dari tempat luaran.
Dengan terkesiap semua orang alihkan sinar matanya
ke depan, entah sejak kapan Jen Pek To dengan
585 memakai pakaian ringkas warna hitam telah berdiri di
depan pintu. Mungkin disebabkan semua perhatian orang yang ada
di dalam ruangan telah dihisap lukisan pengangon
kambing maka tak seorangpun yang merasa akan
kehadiran orang itu.
"Hmmm! Jen-heng, sungguh hebat ilmu meringankan
tubuhmu!" jengek Phoa Ceng Yan sambil tertawa dingin.
Merah padam selembar wajah Jen Pek To.
"Siauwte datang terlalu pagi, karena pintu kantor
belum buka maka siauwte masuk dengan meloncati pintu
pagar." "Jen-heng, sungguh kebetulan sekali kedatanganmu!"
seru Kwan Tiong Gak sambil tersenyum.
Ia masukkan peta tadi ke dalam kotak dan
sambungnya lebih lanjut, "Jen-heng, pernahkah kau
menjumpai lukisan peta pengangon kambing ini?"
"Siauwte belum pernah menjumpai!"
"Jadi ini berarti Jen-heng pun tidak bisa menentukan
keaslian dari benda ini bukan."
"Siauwte percaya dengan ketajaman mata Kwan-heng
tak bakal tertipu oleh orang lain."
586 Perlahan-lahan Kwan Tiong Gak menutup kembali
kotaknya dan menjawab, "Menurut pendapat siauwte,
lukisan pengangon kambing yang ada di dalam kotak ini
adalah benda yang asli, siauwte tidak berani mencari
jauh, sebenarnya lukisan ini kudapatkan tanpa
membuang banyak tenaga?"
Ia menarik napas panjang, sambungnya lebih jauh,
"Perduli bagaimanapun juga, lukisan itu sudah
kudapatkan kembali, aku rasa persoalan ini-pun telah
selesai sampai di sini, harap Jen-heng suka membawa
lukisan ini kembali ke istana untuk dilaporkan kepada Tok
Say sedang aku orang she Kwan segera akan kembali ke
ibukota." "Kwan-heng!" ujar Jen Pek To sambil menghela napas
panjang. "Di tengah suasana tahun baru melakukan
perjalanan apakah kau tidak merasa terlalu menderita?"
"Orang yang mencari sesuap nasi dengan mengawal
barang, sudah terlalu biasa menanggung sengsara kena
hujan dan kedinginan di tengah jalan, kekuatiran Jenheng
biarlah siauwte terima dalam hati saja."
"Sejak siauwte masuk ke dalam pintu hingga kini
hanya bicarakan soal lain saja dengan Kwan-heng,
siauwte selalu tidak ada kesempatan untuk bicara".."
tiba-tiba Jen Pek To berkata sambil menghela napas.
Tidak mengetahui apa yang dimaksudkan Kwan Tiong
Gak tertegun. "Apa yang hendak kau ucapkan?" tanyanya.
587 "Tok Say merasa punya jodoh dengan Kwan-heng, ia
berharap bisa berjumpa sekali lagi dengan dirimu."
"Soal ini aku rasa sudah tak perlu lagi."
"Malam ini di istana Tok Say sedang mempersiapkan
perjamuan, harap Kwan-heng suka memberi muka
kepada kami."
"Jen-heng!" ujar Kwan Tiong Gak setelah termenung
sebentar. "Siauwte tidak lebih hanya seorang Piauw-tauw
pengawal barang, bila hendak berhubungan dengan Tok
Say Thayjien kami merasa tidak memadahinya."
"Walaupun Tok Say adalah tiang tonggak negara, tapi
watak pribadinya amat ramah dan suka bersahabat, dia
sangat mengagumi diri Kwan-heng!"
Tapi dengan cepat Kwan Tiong Gak sudah
menggeleng, tukasnya, "Jen-heng, kami adalah orang
kangouw yang mencari sesuap nasi dengan jual nyawa,
bagi kami terlalu sering mengadakan hubungan dengan
para pejabat pemerintahan malah tidak menguntungkan
posisi kami."
Jen Pek To tertawa hambar, dari dalam sakunya ia
mengambil keluar sebuah kartu undangan warna merah
dan diangsurkan ke depan.
"Kartu undangan ini khusus dibuat Tok Say untuk
mengundang Kwan-heng, harap Kwan-heng suka
menerimanya."
588 Kwan Tiong Gak memeriksa sebentar kartu undangan
tersebut, akhirnya ia tersenyum, "Baiklah! Sampai
waktunya cayhe akan menghadiri perjamuan ini,"
katanya terpaksa.
Setelah mendengar orang itu setuju, Jen Pek To baru
alihkan sinar matanya ke arah kotak kayu tadi.
"Kwan-heng!" katanya. "Siauwte ingin minta petunjuk
akan satu persoalan."
"Silahkan Jen-heng utarakan."
"Lukisan pengangon kambing bukan termasuk lukisan
kenamaan, mengapa begitu banyak orang yang ingin
memperebutkan benda-benda tersebut?"
"Jen-heng adalah pengawal kepercayaan dari Tok Say,
tiada halangan engkau minta ijin dari Tok Say agar
lukisan ini untuk sementara waktu Jen-heng yang
simpan, coba kau perhatikanlah lukisan pengangon
kambing ini dengan seksama, mungkin sekali kau akan
dapat menemukan sesuatu."
Sembari berkata ia angsurkan kotak itu kepada Jen
Pek To. Jen Pek To menerima kotak itu dan mengangguk.
"Kegagahan seorang enghiong hoohan memang
berbeda dengan manusia biasa. Setelah Kwan Cong
Piauw-tauw menemukan apabila benda ini adalah sebuah
589 benda yang sangat berharga, tiada timbul rasa rakus dan
serakah cayhe betul-betul merasa kagum."
Kembali Kwan Tiong Gak menghela napas panjang,
ujarnya, "Benda ini memang bukan milikku, tentu saja
cayhe tidak berhak untuk mengangkanginya, cuma
akupun ingin menasehati Jen-heng dengan beberapa
patah kata!"
"Baik! Silahkan Kwan-heng bicara, siauwte tentu akan
mendengarkannya baik-baik."
"Lukisan pengangon kambing ini adalah semacam
mustika Bu-lim, tapi merupakan benda yang dapat
menemukan bencana pula bagi pemiliknya, benda itu
bisa memancing datang banyak jago Bu-lim yang ingin
merampas benda itu, sekalipun di dalam istana ada
beberapa ratus laksa prajurit, belum tentu bisa menahan
terobosan seorang jago Bu-lim kelas wahid?"
"Ooouww".maksud Kwan-heng adalah Ke Giok Lang?"
"Ke Giok Lang hanya salah seorang diantaranya yang
kumaksudkan adalah jago-jago lihay dari dunia persilatan
kecuali ia tidak tahu peta pengangon kambing adalah
benda mestika dan tidak tahu kalau lukisan itu berada di
dalam istana Tok Say. Kalau sekali mereka tahu, aku rasa
Jen-heng pun bisa membayangkan sekali walaupun kau
mempunyai tenaga menaklukkan harimau meringkus
naga-pun jangan harap bisa menghadapi kerubutan jago
Bu-lim." 590 "Nasehat Kwan-heng akan siauwte catat dalam hati,
sekembalinya ke dalam istana tentu akan kusampaikan
laporan ini kepada Tok Say agar ia ambil keputusan
sendiri, bagaimanakah seharusnya dia perbuat untuk
menyelesaikan masalah peta lukisan pengangon kambing
ini!" "Ucapan siauwte hanya terbatas sampai di sini saja."
ujar Kwan Tiong Gak sambil tertawa hambar. "Apa yang
hendak kalian lakukan itu urusan Tok Say serta Jen heng
sendiri!" "Secara bagaimana Tok Say hendak menyelesaikan
soal peta lukisan pengangon kambing ini, siauwte tentu
akan mengirimkan laporan buat Kwan-heng"."
"Soal ini, aku rasa tidak perlu!"
"Terima kasih atas petunjuk Kwan-heng, siauwte
mohon diri terlebih dahulu, nanti sebelum perjamuan
siauwte akan datang menjemput.!"
"Tidak berani terlalu merepotkan Jen-heng, bila
sampai waktunya aku orang she Kwan pasti akan
datang!" "Baiklah." Jen Pek To tersenyum. "Mengikuti apa
maksud Kwan-heng, sampai waktunya cayhe akan
menantikan kehadiranmu di depan istana."
Buru-buru ia putar badan dan berlalu.
591 "Jen-heng, tunggu sebentar!" tiba-tiba Kwan Tiong
Gak berseru. "Aku orang she Kwan ada suatu persoalan
hendak kuutarakan kepadamu!"
Jen Pek To berhenti dan berpaling.
"Kwan-heng terlalu merendah, entah ada urusan apa
lagi?" "Di hadapan Tok Say aku berharap Jen heng suka
mewakili aku minta diri!"
"Maksudmu?""
"Setelah selesai perjamuan malam ini, siauwte akan
segera berangkat pulang ke ibukota, harap sejak ini hari
Tok Say jangan mencari kami orang dari perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok lagi!"
Jen Pek To tidak langsung menjawab, ia termenung
sejenak, baru kemudian ujarnya, "Kwan-heng, ada suatu
persoalan siauwte-pun ingin menerangkan terlebih dulu,
perjamuan yang diadakan malam ini adalah maksud dari
Tok Say sendiri, siauwte sama sekali tidak memberi
pendapat, cuma siauwte menyanggupi dirimu untuk
menasehati Tok Say agar sejak ini hari tidak mencari
kalian pihak perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok
lagi." "Baik! Jen-heng suka menerima permintaanku ini,
siauwte-pun boleh berlega hati."
592 Jen Pek To mengangguk sambil tertawa, dengan
langkah lebar ia berjalan keluar.
"Jen-heng baik-baik jaga diri, maaf aku orang she
Kwan tak dapat mengantar terlalu jauh."
"Tidak berani merepotkan dirimu."
Sebentar kemudian ia sudah keluar dari pintu dan
lenyap dari pemandangan.
Menanti Jen Pek To sudah lenyap dari pandangan,
baru Phoa Ceng Yan geleng-gelengkan kepalanya.
"Toako, aku rasa dalam persoalan ini ada sedikit tidak
beres." "Eeei". bagian mana yang kau anggap tidak beres?"
"Aku rasa belum tentu Tok Say benar-benar ada
maksud minta kembali lukisan pengangon kambing ini
"." "Maksudmu, Jen Pek To pura-pura menggunakan
perintah Tok Say?" sambung Kwan Tiong Gak.
"Sekalipun bukan pura-pura, paling sedikit ia yang
usulkan pendapat ini agar bisa diterima."
Kwan Tiong Gak tertawa hambar.
"Apa yang tercantum di atas peta lukisan pengangon
kambing memang cukup membuat orang terpesona, tapi


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

593 benda itu bukan benda yang mendatangkan rejeki,
walaupun Jen Pek To ada maksud meminjam kekuatan
Tok Say, belum tentu ia bisa mempertahankan benda
itu"."
Sinar matanya dialihkan ke atas wajah Phoa Ceng Yan
dan sambungnya lebih lanjut, "Justru yang membuat
orang tidak paham adalah dari manakah benda ini bisa
muncul" siapa yang mengirim benda itu untukmu?"
"Soal ini siauwte sendiri juga tidak tahu." dengan
cepat Phoa Ceng Yan menggeleng. "Aku sudah lama
memikirkan persoalan ini, tapi tak terpikir olehku
siapakah yang suka menghadiahkan peta lukisan itu
untuk diriku."
"Tiada angin tak akan menimbulkan ombak, bila
kutinjau dari beberapa lukisan itu jelas dia adalah
seorang yang kenal dengan dirimu atau paling sedikit
pernah berjumpa dengan kau, coba pikirlah sekali lagi
dengan cermat!"
Lama sekali Phoa Ceng Yan termenung, tapi akhirnya
ia menggeleng dan tertawa getir.
"Siauwte tidak berhasil mengingat-ingat siapakah
orang itu?"
"Saudara dari mana munculnya peta ini merupakan
kunci utama dalam pemecahan persoalan ini" kata Kwan
Tiong Gak sambil menepuk pundak Phoa Ceng Yan.
"Coba pikir dengan perlahan-lahan, kalau kau tidak dapat
594 menemukan orang itu di antara sahabat atau sanak
keluargamu, tiada halangan membayangkan kembali
kejadian-kejadian yang kau temui sepanjang
perjalanan!!"
Mendengar ucapan yang terakhir ini, mendadak satu
ingatan berkelebat di dalam benak orang she Phoa ini,
kemudian ujarnya, "Kalau dicari hal-hal yang
mencurigakan, rasanya hanya peristiwa itulah yang patut
dicurigai."
"Persoalan apa yang mencurigakan?"
"Di tengah jalan siauwte telah menolong seorang
pemuda yang terhajar senjata rahasia beracun."
"Bagaimana macamnya orang itu?" tukas Kwan Tiong
Gak dengan cepat.
"Seorang pemuda tampan yang gagah dan menarik,
tetapi sikapnya terhadap orang lain amat hambar,
walaupun siauwte telah menolong jiwanya, ia sama
sekali tidak mengucapkan sepatah katapun ucapan
terima kasih, bahkan tanpa meninggalkan namanya telah
berlalu!" "Orang itu mempunyai hal yang istemewa?" tanya
Kwan Tiong Gak lebih lanjut.
"Ada! Ia mempunyai seekor kuda putih yang agaknya
amat cerdik, ia tahu bagaimana caranya mencarikan
pertolongan buat majikannya, mengucurkan air mata
melihat nasib pemuda itu, kalau bukan kuda putih tadi
595 amat cerdik mungkin orang ini sudah mati keracunan di
tengah jalan dan mati terkurung di tumpukan salju."
"Kuda jempolan memang bisa menolong majikannya."
Kwan Tiong Gak mengangguk.
"Aku duga pemuda ini tentu mempunyai asal usul
yang terkenal." ia merandek sejenak lalu tambahnya.
"Kecuali peristiwa ini apakah kau menjumpai sesuatu
yang istimewa sepanjang perjalanan?"
"Tidak ada"
"Baik!" akhirnya Kwan Tiong Gak mengangguk.
"Semalaman kita tidak tidur, setengah harian ini kita
gunakan untuk tidur sejenak nyenyaknya, ada urusan
sore ini kita bicarakan lagi."
Tanpa menanti jawaban lagi ia segera berlalu.
Memandang bayangan punggung Kwan Tiong Gak
yang berlalu, baik Phoa Ceng Yan maupun Liem Toa Lek,
Nyoo Su Jan sekalian tak ada yang berani bersuara.
Menanti Cong Piauw-tauwnya sudah lenyap dari
pandangan, Nyoo Su Jan baru berkata lirih, "Cuwi sudah
melihatnya?"
"Melihat apa?" tanya Phoa Ceng Yan.
596 "Walaupun Cong Piauw-tauw berusaha untuk
mempertahankan ketenangnannya, padahal ia sudah
amat lelah."
"Siauwte pun berpendapat demikian," sahut Liem Toa
Lek sambil mengangguk. "Kemarin malam Cong Piauw
tauiw tentu sudah melakukan pertarungan sengit."
"Dengan kepandaian silat yang dimiliki Cong Piauwtauw,
cukup duduk semedi setengah hari kelelahannya
bisa dipulihkan kembali seperti sedia kala, mengambil
kesempatan ini kitapun baik-baik beristirahat, dengan
situasi yang kita jumpai saat ini sekalipun di luaran
kelihatan amat tenang, padahal ombak sudah
menggulung di permukaan air yang tenang, setiap saat
pertarungan berdarah bisa berlangsung dengan
serunya." "Silahkan cuwi kembali ke kamar untuk beristirahat,
cayhe harus melayani dulu sahabat-sahabat yang datang
mengucapkan selamat."
"Kalau begitu kami merepotkan Liem-heng!"
Orang she Nyoo ini merandek dan berpaling ke arah
Phoa Ceng Yan, sambungnya, "Hu Cong Piauw-tauw pun
harus baik baik beristirahat!"
"Aaai". Su Jan, agaknya situasi semakin lama semakin
kacau dan rumit" seru Phoa Ceng Yan.
Perlahan-lahan iapun melangkah keluar dari ruangan.
597 Nyoo Su Jan mengikuti dari belankang Hu Cong
Piauw-tauw ini keluar dari ruangan sambil jalan ujarnya
lirih, "Hu Cong Piauw-tauw tidak perlu risau karena
persoalan ini bila kita tinjau dari situasi saat ini banyak
persoalan yang tidak dapat kita kuasai lagi, terutama
sekali Jen Pek To orang ini benar benar keji dengan
melibatkan perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita ke
dalam kancah pergolakan ini sehingga membuat semua
orang merasa tidak tenang."
"Aaaai! Karena sebuah lukisan pengangon kambing
menimbulkan pergolakan sedemikian besarnya, sungguh
tak kusangka sebelumnya, semoga saja malam ini COng
Piauw-tauw melepaskan diri dari ikatan Tok Say dan
kembali ke ibukota sehingga hati kitapun turut menjadi
tenang." "Hu Cong Piauw-tauw, jangan murung lagi karena
persoalan ini!" seru Nyoo Su Jan sambil ulapkan
tangannya. "Silahkan kembali ke kamar untuk
beristirahat!"
Setengah hari lewat dengan cepatnya siang hari telah
lewat dan para jagoanpun telah berkumpul di tengah
ruangan besar. Kali ini Kwan Tiong Gak telah berganti baju dengan
memakai sebuah jubah lebar warna biru, setelah
memandang sekejap wajah para jago ujarnya.
"Kalau urusan lancar malam ini juga kita berangkat
pulang ke ibukota".!"
598 Ia berpaling ke arah Liem Toa Lek dan tambahnya.
"Tambah bahan makanan untuk kuda kuda itu, pada
kentongan kedua semua pelana harus siap."
"Hamba turut perintah!" seru Liem Toa Lek sambil
menjura. Sinar mata Kwan Tiong Gak perlahan-lahan dialihkan
ke diri Nyoo Su Jan, ujarnya kembali.
"Su Jan, beritahu kepada Too Hauw, Giok Liong
sekalian dilarang berpesiar keluar, penjagaan dalam
kantor harus diperketat!"
"Hamba tahu!"
Dan kini Kwan Tiong Gak alihkan sinar matanya
kepada Phoa Ceng Yan ujarnya sambil tersenyum.
"Saudara, kau tetap hadir di kantor, walaupun situasi
yang kita lihat sangat gampang padahal amat kacau dan
ruwet, setiap saat Ke Giok Lang bisa mencari gara-gara
dengan pihak kita, si jago lihay yang menghadiahkan
lukisan pengangon kambing kepadamu-pun kemungkinan
besar bisa datang menjenguk dirimu, lebih baik kau
tahan tamu terhormat itu agar aku bisa berjumpa
dengan dirinya kalau ia bersikeras mau pergi dan tidak
ingin menjumpai cayhe harap ia suka tinggalkan nama."
"Siauwte akan berusaha menahan dirinya.
"Baik".baiklah"."
599 Ia mengulangi beberapa patah kata ini sampai
beberapa kali lalu tambahnya pula.
"Sebelum aku kembali dan Ke Giok Lang mengirim
surat perjanjian kalian jangan ambil keputusan sendiri,
tunggu sampai aku kembali baru berunding kembali."
"Siauwte akan ingat sekali" jawab Phoa Ceng Yan
mengangguk. Kwan Tiong Gak menghembuskan napas
panjang. "Perduli mereka memancing dengan cara apapun
kalian jangan coba meninggalkan kantor perusahaan
barang selangkahpun."
"Toako boleh berlega hati."
Di tengah pembicaraan perjamuan telah diatur dalam
ruangan tersebut.
Kwan Tiong Gak duduk di kursi pertama disusul para
jago-jago duduk disekelilingnya.
Pertama-tama Kwan Tiong Gak menghormati dahulu
setiap orang dengan secawan arak lalu ujarnya.
"Semoga Thian suka melindungi kita perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok bisa mempunyai nasib yang baik."
Liem Toa Lek bangun berdiri, ujarnya.
600 "Sepeninggal Cong Piauw-tauw dari kota Kay Hong,
aku segera bereskan uang kekayaan di sini dan bubarkan
perusahaan, terutama sekali saat-saat tahun baru lebih
membantu kita untuk mengurangi rasa berat di hati
masing-masing."
Sekali teguk ia habiskan isi cawannya.
"Kalau bicara, duduklah!" ujar Kwan Tiong Gak halus.
Liem Toa Lek menurut dan duduk.
"Setelah kau bubarkan kantor cabang di kota Kay
Hong, harap kau suka berangkat ke ibukota."
"Hamba paham, setelah membubarkan kantor cabang
di sini, hamba segera akan berangkat ke kantor pusat."
Walaupun takaran arak Kwan Tiong Gak sangat besar,
tapi untuk mempersiapkan diri dalam menghadiri
perjamuan malam nanti dalam istana Tok Say, ia tidak
terlalu banyak minum arak.
Perjamuan ini akhirnya ditutup selesai lewat satu jam
lamanya. Sang surya lenyap di balik gunung dan malam haripun
kembali menjelang datang, seluruh ruangan bermandikan
cahaya lampu. Kwan Tiong Gak segera bangun berdiri, ujarnya,
"Sekarang waktu sudah tiba, kalian teruskan santapan
601 kalian, cuma lebih baik kurangi arak kalian sehingga
setiap saat bisa mempertahankan kesegaran pikiran."
"Toako boleh berlega hati! Siauwte bisa memberi
peringatan kepada mereka," sahut Phoa Ceng Yan ikut
berdiri. Dari dinding Kwan Tiong Gak mengambil topi kulitnya
untuk dikenakan lalu melangkah keluar.
Para Jago mengantar Cong Piauw-tauw mereka hingga
tiba di luar pintu kantor perusahaan.
Setelah berpamitan dengan anak buahnya, dengan
langkah lebar Kwan Tiong Gak berlalu menuju ke kantor
Jendral. Ketika ia tiba kurang lebih setengah li dari istana
dengan langkah lebar Jen Pek To datang menyambut.
"Merepotkan Kwan heng harus melakukan perjalanan."
Buru-buru Kwan Tiong Gak menjura.
"Jen-heng jauh menyambut kedatanganku, aku orang
she Kwan tidak berani menerimanya."
"Saat ini Tok Say masih menjamu beberapa orang
pembesar negeri, mari kita duduk sebentar dalam istana
samping." Belum habis berkata mendadak terdengar suara
langkah manusia berkumandang datang, disusul
602 munculnya seorang pengemis berbaju compang-camping
tergesa-gesa lewat di sisi mereka berdua.
"Berhenti!" mendadak Kwan Tiong Gak berseru
dengan air muka berubah hebat.
Mengiringi bentakan tersebut, badanpun ikut mengejar
ke depan, sekali sambar ia mencengkeram punggung
sang pengemis itu.
Siapa nyana pengemis tersebut ternyata amat lincah
dan waspada, sewaktu serangan hampir di atas
punggungnya mendadak ia menjatuhkan diri ke depan,
dengan suatu gerakan yang amat tepat ia berhasil
meloloskan diri dari datangnya cengkeraman tersebut.
Setelah berhasil meloloskan diri dari datangnya
serangan itu, mendadak pengemis tersebut makin
mempercepat langkah kakinya.
Ketika secara mendadak melihat Kwan Tiong Gak
turun tangan menangkap pengemis itu, pada mulanya
Jen Pek To merasa agak tertegun, tapi setelah
menemukan apabila pengemis itu berhasil meloloskan
diri dari datangnya serangan Kwan Tiong Gak dengan
gerakan begitu mudah, hatinya baru bergerak, pikirnya.
"Si pengemis ini ternyata seorang jago yang memiliki
kepandaian silat yang lihay, gerakannya untuk loloskan
diri dari serangan barusan walaupun kelihatannya seolaholah


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukan secara tidak sengaja, jelas inilah suatu
jurus yang luar biasa, kalau menemui orang yang sedikit
gegabah, pasti penyaruan-nya tak bakal konangan."
603 Ketika itulah terdengar Kwan Tiong Gak sedang
berkata, "Saudara, keadaanmu yang sebenarnya sudah
konangan, aku rasa tiada berguna kau coba melarikan
diri, kalau tidak mau berhenti lagi".Hmmm! Jangan
salahkan aku orang she Kwan akan bertindak dengan
menggunakan senjata rahasia Kiem Leng Hwie Piauw!"
Setelah mendengar ancaman itu, sang pengemis baru
mengiakan dan berhenti berlari, ujarnya sambil berpaling
dan tertawa, "Kwan Toaya, senjata rahasia Kiam Ling
Piauw mu sangat luar biasa, kalau benar-benar kau
keluarkan bukankah sama artinya menginginkan
selembar jiwaku?""
"Hmmm! Siapakah kau?"
Sembari mengajukan pertanyaan ia melangkah
mendekat dengan gerakan cepat.
Buru-buru pengemis itu mundur dua langkah ke
belakang. "Manusia macam aku si pengemis peminta-minta
bukan hanya seorang dua orang saja, di kolong langit
ada puluhan ribu bahkan puluhan laksa orang."
Pada waktu itu Kwan Tiong Gak telah mendekati sang
pengemis sehingga mencapai empat lima depa jauhnya
dan segera berhenti.
604 Sreet".! Mengambil kesempatan itulah Jen Pek To
berkelebat dari sisi si pengemis itu kemudian
menghadang jalan perginya.
Bersamaan itu pula ia bersuit nyaring.
Mendengar suitan itu sang pengemis tertawa dingin.
"Oooouw?". saudara bermaksud hendak
mengundang keluar para anak buahmu yang
bersembunyi di sekitar sini untuk membereskan aku si
pengemis?"
Pada mulanya Jen Pek To melengak di susul kemudian
tertawa hambar.
"Kawan, kiranya kau sudah lama mengawasi dan
menyelidiki keadaan istana jendral"
Sahut si pengemis itu dengan suara dingin.
"Cukup kutinjau dengan sekali pandangan saja dapat
kuketahui apabila di sekitar tempat ini sudah dipasangi
jebakan." "Ooooouw".. sungguh tajam pandanganmu kawan!"
"Heee".heee?"heee?". terlalu memuji, terlalu
memuji!" Sinar mata Kwan Tiong Gak berkilat, ia pandang wajah
si pengemis itu tajam-tajam lalu ujarnya, "Kawan, kau
berasal dari perkumpulan Kay Pang?"
605 "Kwan Cong Piauw-tauw!" seru sang pengemis
tertawa hambar. "Kau adalah seorang manusia yang
memiliki nama serta kedudukan tersohor, tentu saja tidak
kenal aku si pengemis yang berkedudukan paling rendah
ini." "Kawan, kau suka munculkan diri, aku rasa tentunya
ada petunjuk-petunjuk yang akan diberikan kepada aku
orang she Kwan, bukan!"
"Aaakh! Tidak kusangka di dalam sepasang mata
Kwan Cong Piauw-tauw tidak kemasukan sebutir pasir,
petunjuk aku tak berani menerimanya, hanya saja ada
sepatah dua patah kata hendak dipersembahkan
kepadamu."
"Cayhe pasti pentang telinga lebar-lebar untuk
mendengarnya."
Pengemis itu mendehem beberapa kali untuk
menyaringkan tenggorokannya kemudian ujarnya, "Kwan
Cong Piauw-tauw, kau adalah seorang jago yang
namanya telah tersohor di kolong langit, orang-orang
kangouw baik dari golongan Hek-to maupun dari
kalangan Pek-to sama-sama menaruh hormat kepadamu.
Kwan Cong Piauw-tauw, selama ini perusahaan ekspedisi
Liong Wie Piauw-kiok bisa aman tentram tak pernah
terjadi urusan pun separuh terghantung dari kelihayan
anak buah COng Piauw-tauw yang rata-rata memiliki
kepandaian silat tinggi, separuhnya lagi disebabkan
kawan-kawan Bu-lim pada memandang hormat watak
serta tindak-tandukmu dan banyak mengalah buat
606 perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kalian, oleh karena itu
aku si pengemis berani mengucapkan beberapa kata
yang agak kasar. Perusahaan ekspedisi Liong Wie Piauwkiok
tak perlu lagi menjadi pengawal rumah orang lain."
Dengan cermat dan seksama Kwan Tiong Gak
mendengarkan perkataan dari pengemis itu hingga
selesai, kemudian perlahan-lahan jawabnya.
"Terima kasih atas petunjuk kawan, aku orang she
Kwan merasa sangat berterima kasih, tapi perusahaan
ekspedisi Liong Wie Piauw-kiok kami mempunyai garis
pegangan untuk menjadi rakyat yang berkelakuan sopan,
kami mempunyai kesusahan kami sendiri."
"Kawan!" tiba-tiba Jen Pek To menimbrung dari
samping. "Secara diam-diam kau mengawasi gerak-gerik
istana jendral, kau tentu mempunyai persiapan untuk
melakukan sesuatu pekerjaan."
Jilid 16 MENDADAK pengemis itu berpaling dan memandang
wajah Jen Pek To tajam. "Saudara yang bernama Jen
Pek To?" "Sedikitpun tidak salah!" Jen Pek To mengangguk
setelah tertegun beberapa saat.
Kembali sipengemis itu tertawa hambar.
607 "Aku si pengemis merasa wegah dan malas untuk
banyak bersilat lidah dengan diri mu, selamat tinggal."
Mendadak ia melayang ketengah udara, sekali loncat
badannya mencapai sejauh dua tombak lebih dan
berkelebat pergi.
"Kawan, kau hendak pergi kemana?" Bentak Jen Pek
To keras. Sembari berseru iapun enjotkan badan melakukan
pengejaran dari arah belakang.
Pengemis itu tertawa, mendadak ia putar badan
mengirim sebuah pukulan.
Jen Pek To bura baru salurkan hawa murninya seraya
ayunkan tangan menyambut datangnya serangan
tersebut dengan keras lawan keras.
"Braaaak"..!" di tengah suara bentrokan keras,
sepasang telapak saling beradu satu sama lainnya,
meminjam tenaga dorongan yang di pancar keluar dari
telapak tangan Jen Pek To itulah secara kilat badannya
menerobos ketempat kegelapan dan melenyapkan diri.
Sabaliknya Jen Pek To sendiri dipukul getar oleh
tangannya serangan pengemis tadi sehingga badannya
mundur dua langkah ke-belakang.
"Jen heng tak perlu kau kejar lagi." Terdengar scara
hiruk pikuk bercampur dengan suara dengusan berat
berkumandang datang dari tempat kegelapan, diantara
608 suara tersebut bahkan terdengar pula suara jatuh nya
senjata-senjata tajam keatas tanah.
"Suara apakah itu?" tanya Kwan Tiong Gak dengan
sepasang alis berkerut.
"Cayhe telsh menyebarkan jebakan-jebakan serta
pertahanan di sekitar tempat ini, mungkin mereka
sedang turun tangan menghadang perjalanannya?"
"Aaaai"." Kwaa Tiong Gak menghela napas panjang.
"Jen heng, aku lihat urusan makin lama semakin
merepotkan."
Jon Pek To termenung berpikir sebentar. "Apakah
pengemis itu berasal dari perkumpulan Kay Pang?"
tanyanya kemudian.
"Tidak, tidak mirip orang Kay pang."
"Kalau begitu, mari kita bicarakan soal ini didalam
istana saja!"
Kwan Tiong Gak pun tidak banyak bicara lagi, ia
segera melangkah masuk kedalam istana Jendral
mengikuti dari belakang Jen Pek To.
Jen Pek To membawa Kwan Tiong Gak masuk
kedalam sebuah ruangan yang kecil mungil disisi sebuah
kebun luas, ia penuhi sendiri cawan tetamunya dengan
air teh lalu berkata:
609 "Kwan heng mari minum secawan air teh terlebih
dahulu, siauwte masih ada urusan yang hendak
dibicarakan dengan dirimu."
"Jen heng!" kata Kwan Tiong Gak sambil menerima
cawan air teh tersebut. "Kalau urusan itu menyangkut
soal urusan istana Jendral kalian, siauwte tidak ingin
campur setelah makan malam nanti siauwte segera akan
membawa orang berangkat ke Utara."
Mendengar ucapan itu Jen Pek To menghela napas
panjang. "Kwan heng siauwte sangat jarang berhubungan
dengan orang orang dunia persilatan, kali ini karena
terdesak oleh keadaan"."
Kwan Tiong Gak segera ulapkan tangannya memotong
ucapan Jen Pek To yang belum selesai, ujarnya:
"Kau punya Tok Say sebagai tulang punggung, jikalau
bukan keadaan yang terlalu memaksa aku rasa orang Bu
Lim tak akan berani mengganggu dan cari gara gara
dengaumu."
Jen Pek To kembali termenung beberapa saat
lamanya. "Aaaai".bicara pulang pergi juga dikarenakan peta
lukisan pengangon kambing itu."
610 "Apa yang kuucapkan barusan hanyalah menurut
pandangan siauwte pribadi, tiada halangan Jen-heng
pertimbangkan lagi."
Sekali lagi Jen Pek To menghela napas lanjang.
"Sianw te setuju usul Kwan heng dan akan
kuterangkan kepada Tok say agar beliau suka
menyerahkan peta pengangon kambing itu, tapi kami
sangat berharap Kwan heng bisa berdiam dua hari lagi
dikota Kay Hong hingga urusan ini dibuat beres."
Seketika Kwan Tieng Gak kerutkan dahinya.
"Sudah dua tiga kali aku terangkan kepada Jen heng
bahwasanya aku tidak ingin mencampuri urusan ini,
bahkan setelah menghadiri perjamuan yang
diselenggarakan Tok-say malam ini siauwte segera akan
berangkat balik ke Utara."
"Kwan heng." kata Jen Pek To kemudian setelah
termenung sebentar, "Siauw tak ingin di karenakan
selembar peta pengangon kambing mengakibatkan
seluruh istana Jenderal jadi kacau balau. Tapi akupun
sangat jarang berkelana di dalam dunia persilatan,
maksud nya siauwte ingin meminjam nama baik Kwan
heng didalam dunia persilatan untuk mengundang
seluruh jago yang ada disekitar kota Kay Hong kemudian
dihadapan mereka akan kubakar peta pengangon
kambing tersebut agar di kemudian nari mereka tak usah
mengacau istana Jendral lagi."
611 "Jadi kau ingin memusnahkan peta pengangon
kambing itu?" tanya Kwan Tiong Gak sambil mendehem.
"Lukisan rahasia itu sudah menimbulkan badai besar
didalam dunia persilatan, kalau dibiarkan tetap ada di
kolong langit aku takut hal tersebut bakal menimbulkan
suatu drama berdarah yang lebih mengerikan lagi."
"Apakah Tok Say bisa menyetujui usulmu itu?" tanya
Kwan Tiong Gak setelah termenung sebentar.
"Soal ini biarlah siauwte yang pergi membicarakannya,
asalkan Tok-say tak setuju Siauwtepun tak akan
menahan diri Kwan-Heng lagi, semisalnya Tok say setuju,
aku sangat mengharap Kwan heng suka memenuhi
harapan kami ini, karena berbuat demikian bukan saja
telah membantu siauwte bahkan telah melakukan saatu
perbuatan baik juga bagi dunia persilatan."
Kembali Kwan Tiong Gak termenung. berpikir
beberapa saat lamanya, akhirnya ia mengangguk.
"Baiklah! Jikaiau Jen-heng bisa mendapatkan
persetujuan dari Tok say, siauwte tentu akan berdiam
dua hari lagi disini."
"Perkataan Kwan heng berat bagaikan batu karang,
setelah kau mengucapkan kata-kata tersebut siauwte
pun bisa berlega hati."
"Semoga saja perkataan Jen heng bisa menimbulkan
hasil dan melenyapkan pertikaian Bu lim."
612 Di tengah pembicaraan tersebut mendadak muncul
seorang lelaki berbaju hitam berjalan mendekati dengan
langkah lebar, ia langsung mendekati Jen Pek To dan
segera menjura.
"Tok say mengundang Jen ya menghadap diruang
indah di beranda tengah"."
"E h m . " "
" Ehmm.. sudah tahu." ia merandek dan bangun
berdiri, lalu terusnya.
"Kwan heng. silahkan!"
Demikianlah mereka berdua dengan jalan beriringan
menuju keberanda tengah.
Saat ini udara malam sangat bersih, berlaksa bintang
memancarkan sinar yang redup, angin dingin berhembus
membawa bau bunga yang harum menambahkan
samerbak nya suasana.
Di tengah tumbuhan beraneka warna bunga berdirilah


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebuah bangunan loteng yang indah dan megah, lampu
lentera dipasang di empat penjura menerangi sekitar
sana membuat seluruh loteng terang benderang bagti
siang hari saja.
Lampu lilin menerangi pula seluruh ruangan loteng,
secara lapat lapas dapat tampak segala benda yang
berada dibalik jendela.
613 Ketika Jen Pek To tiba diatas anak tangga berbatu,
pintu pagoda mendadak terpentang. Segulung hawa
hangat berhembus keluar dari ruangan.
Jen Pek To berpaling, kepada Kwan Tiong Gak ujarnya
seraya menjura.
"Kwan heng, silahkan masuk kedalam pagoda hangat."
Tidak sungkan sungkan lagi Kwan Tiong Gak
melangkah masuk kedalam pagoda dengan langkah
lebar. Ketika ia alihkan sinar matanya ketengah ruangan
tampaknya Sang Tok-say dengan memakai jubah
berwarna hijau duduk disebuah kursi kebesaran warna
merah darah di tangannya nenyekal sebuah hun cwee
bertangkai perak, dibelakangnya berdirilah seorang
bocah tampan berusia lima enam belas tahunan.
Buru buru Kwan Tiong Gak melangkah maju kedepan
dan jatuhkan diri berlutut.
"Rakyat jelata Kwan Tiong Gak menemui Tok say
cayjien!" "Tak usah banyak adat" Siorang berjubah hijau itu
ulapkan tangan, "tempat ini adalah ruangan khusus yang
aku orang gunakan untuk berbicara dengan pakaian
preman silahkan duduk"
614 "Terima kasih atas kemurahan hati Thay jien!" sahut
Kwan Tong Gak kemudian sambil bangkit berdiri dan
duduk disamping.
Tok say segera angkat tangan kirinya, sang bocah
yang berada dibelakangnya menerima Hun cwee tersebut
dan diletakkaa di atas sebuah rak kayu.
Kemudian setelah mengulet sang pembesar berjubah
hijau itu berkata.
"Selama dua hari ini Pek To selain mengungkap soal
dirimu dan memuji kepandaian silatmu luar biasa jadi
orang bijaksana dan mulia. Oleh karena itu sengaja Pun
say (membasmi diri sendiri buat seorang pembesar
mengundang kau kemari untuk makan malam tahun baru
disamping bercakap cakap."
"Rakyat Bu lim yang pandai dua tiga gerakan
kembangan sebagai alat mencari hidup, mana berani
menerima pujian setinggi langit dari Thay jien!"
Ketika itu Jan Pek To pun sudah masuk kedalam
pagoda hangat, pengawal segera merapatkan pintu
pagoda membuat ruangan tersebut terasa semakin
hangat lagi. Dengan meminjam Cahaya yang menerangi seluruh
ruangan, Kwan Tiong Gak dapat melihat wajah sang Tok
say dengan sangat jelas, ia temukan orang ini
mempunyai rsut muka empat persegi dengan jenggot
panjang terurai kebawah, walaupun wajahnya di hiasi
615 dengan senyuman tetapi secara lapat-lapat
memancarkan satu wibawa yang menggidikkan.
Jen Pek To langsung berjalan mendekati meja dan
menjura penuh rasa hormat "Menemui Tok Siy Thayjin!"
Pembesar berjubah hijau itu tersenyum "Pek To, kau
duduklah, malam ini kita berbicara sembari bersantap
sama sekali tidak mempersoalkan urusan dinas, kau pun
tak usah mamandang diri sebagai seorang Tok Say?"!"
Ia berpaling kearah bocah yang ada di-belakangnya
lalu sambungnya lebih lanjut:
"Sampaikan perintah untuk sediakan arak dsn sayur
tak perlu banyak tapi harus ysng mewah dan lezat,
arakpun harus arak wangi yang sengaja didatangkan dari
Keresidenan Ci Kiang."
Bocah itu mangiakan dan segera mengundurkan diri.
Diempat buah sudut ruangan terletaklah empat buah
tungku dengan api yang membara, disanping tungku
tertumpang sebuah poci yang amat besar api berkobar
sangat membara, air dalam poci mendidih bergulung
gulung mendatangkan rasa hangat diseluruh ruangan.
Setelah mengambil duduk, Jen Pek To lantas berkata:
"Kwan-heng watak Tok Say sangar tegas. Ia
membedakan soal pribadi dan dinas, dengan nyata,
malam ini adalah perjamuan pribadi dari Tok Say dari
Kwan-heng tak usah terikat oleh tata kesopanan lagi "
616 "Benar!" sambung pembesar berjubah hijau itu,
"Malam ini adalah perjamuan pribadi diantara kita, harap
Kwan Cong Piauw tauw bisa bersikap lebih bebas
sehingga menambah kemesraan diantara kita."
Setelah tertawa terbahak bahak, sambungnya:
" Walau aku seorang pembesar negeri, yang
memerintah empat keresidenan, tapi aku amat senang
berkenalan dengan kawan, kebanyakan orang mereka
menaruh rasa jeri dan hormat kepadaku, tidak berani
bicara secara bebas dan blak blakan, sebaliknya Kwan
Cong Piauw tauw adalah seorang Bu lim Hoo-han, aku
harap kau jangan terlalu terikat segala peraturan den
adat istiadat!"
"Tok say terlalu merendah," seru Kwan Tiong Gak
sambil berdiri.
Mendadak ia putar badan, pergelangan kanan diayun
dan serentetan cahaya keemas emasan berkelebat
keluar. Perubahan yang terjadi secara tiba tiba ini membuat
Jen Pek To jadi tertegun
"Kwan heng, apakah ada orang?" tanya nya agak
keheranan. Sebelum Kwan Tiong Gak memberi jawaban,
mendadak terdengar suara genta berkumandang datang.
617 Agaknya Tok say thay jien masih bisa
mempertahankan ketenangan, air mukanya sama sekali
tidak menunjukkan perasaan kaget.
bahkan sewaktu mendengar suara bunyi bel tersebut
ia malah tersenyum.
"Oooouw"..dari mana datangnya suara bel itu?"
"Lapor Tok say, suara bel itu berasal dari senjata
rahasia bel emas hamba."
"Jikalau diatas senjata rahasiamu kau pasang bel
emas, kenapa sewaktu dilepaskan tadi sama sekali tidak
terdengar sedikit suara pun."
"Kwan heng," timbrung Cen Pek To pula dari samping.
"Tentang soal ini bukan saja Tok say tidak paham
sekalipun siauwte sendiripun tidak mengerti, apakah
disebabkan caramu melepaskan senjata rahasia terlalu
cepat maka pertama kelihatan dulu cahaya piauw
kemudian baru mendengar suaranya."
Kwan Tiong Gak tidak langsung menjawab pertanyaan
dari kedua orang itu, setelah pasang telinga
mendengarkan sebentar katanya:
"Aaakh?".ia berhasil melarikan diri."
Tok say thay jien saling berpandangan sekejap dengan
Jen Pek To, lalu hampir berbareng tanyanya:
"Apa yang melarikan diri?"
618 "Pembunuh gelap!"
"Pembunuh gelap," seru Tok say thay-jien tertegun.
"Penjagaan sekitar istana sangat ketat sangat rapat,
secara bagaimana pembunuh gelap itu bisa menyelundup
masuk," "Senjata rahasia kim leng piauw dari Sisuw beng
adalah sebuah senjata rahasia yang sangat istimewa,
setelah senjata rahasia tersebut dilepaskan dengan
andalkan suara bel bisa diambil kesimpulan senjata
tersebut berhasil mengenai sasarannya atau tidak"
"Akh. . , . .ternyata ada urusan seperti ini, menurut
anggapanmu sambitan senjata rahasiamu tadi berhasil
mengenai sasaran atau tidak."
"Sekalipun berhasil mengenai sasaran, tapi luka yang
diderita bukan suatu luka yang terlalu parah, ia telah
melarikan diri dengan membawa luka ",!"
Tok-Say Thayjin mengelus jenggotnya dan tertawa
tergelak. "Beberapa patah perkataanmu itu apakah bisa
dibuktikan T"
"Setiap sasaran yang terhajar oleh Piaw emas Siauw
heng pasti akan mengucurkan darah, karena itu tentu
akan ditemui noda darah disekelilingi tempat dimana ia
terkena sambitan tadi."
619 "Bisakah pun say meninjau kesana?"
"Diluar ruangan angin dingin berhembus bagaikan
sayatan pisau, lebih baik Tok Say jangan pergi sendiri
biarlah siauw beng serta jen-heng pergi meninjaunya
kemudian baru jen heng yang memberi laporan."
"tidak lebih baik aku pergi sendiri untuk menambah
pengetahuan." kata Tok Say tay jien sambil bangun
berdiri. Tidak menanti jawaban lagi ia segera melangkah
keluar. Jen Pek To segera melepaskan sebuah jubah luar
terbuat dari bulu binatang dikena kan diatas pundak Tok
Say. Dua orang lelaki berbaju hitam yang berjaga
dibelakang pintupun masing membawa sebuah lentera
berjalan dipaling depan.
Mengandalkan ingatan sewaktu senjata rahasia bel
emasnya berbunyi Kwan Tiong Gak membawa beberapa
orang itu menuju ke bawah sebuah pohon besar.
Pada waktu itu dedaunan sudah pada rontok dan
tinggi ranting ranting gundul yang kering dan layu.
Pengawal berbaju hitam segera mengangkat lentera
keatas Tok Say Thay jien mendongak dan
memperhatikan sekejap pohon yang gundul itu lalu
ujarnya ; 620 "Sedikitpun tidak Salah, diataS ranting pohon banyak
terdapat noda salju, hal ini membuktikan kalau diatas
pohon pernah di gunakan orang sebagai tempat
persembunyian bahkan arahpun tepat searah dengan
pagoda hangat."
"Harap Tok say memeriksa , "
"!Tapi bukti ini belum bisa membuktikan kalau ia
benar benar terkena sambitsn senjata rahasia Kiem Leng
Piauw mu," kata Tok say kemudian sambil berpaling dan
tertawa "Silahkan Tak say memeriksa permukaan tanah."
Dua orang lelaki berbaju hitam yang membawa lentera
itu sessra menurunkan lenteranya kebawah.
Ketika semua Orarg mengalihkan sinar matanya maka
terlihatlah diatas permukaan salju yang putih bersih
ternoda oleh beberapa titik hitam.
Tak say menunjuk dan memeriksa titik-titik hitam ini
beberapa saat lamanya, kemudian ia mengangguk.
"Sedikitpun tidak salah, titik hitam ini adalah noda
daish, hanya saja telah membeku"
Ia mendongak berpaling sekejap, terusnya:
"Disekeliiing istanaku Ini dibangun tembok-tembok
yang tinggi serta penjagaan yang ketat, kenapa mereka
621 bisa pergi datang seenak nya tanpa diketahui penjaga
penjagaku, cukup andalkan kepandaian silat ini sudah
amat luar biasa?"
"Berjalan diatas atap melewati tembok pekarangan
hanya merupakan suatu kepandaian kecil, tak bisa dipuji
sebagai suatu kepandaiaa yang maha dahsyat."
Malam senakin kelam dan hawa semakin dingin, "ada
perkataan mari kita bicarakan didalam pagoda saja "
timbrung Jen Pek To secara tiba tiba.
Mendengar nasehat itu Tok Say tersenyum.
"Pek To, kau tak usah merasa kuatir buat diriku,
selama beberapa tahun ini badanku masih kuat dan
sehat, hanya sedikit hawa dingin sih aku masih sanggup
menahannya."
Sinar mata kembali dialihkan kearah wajah Kwan
Tiong Gak, sambungnya lebih jauh,.
"Pek To sering membicarakan sampat di manakah
kehebatan ilmu silatmu, teras terang, saja kukatakan
bahwa dalam hati aku masih tidak percaya, barusan kau
telati pamerkan serangkaian kepandaian yang sangat
luar biasa, kini aku ingin bertanya beber&pa persoalan
kepadamu, entah boleh tidak?"
Buru-buru Kwan Tiong Gak menjura: "Silahkan Tok
Say ajakan pertanyaan asal Siauw heng tahu tentu akan
kujawab." 622 "Coba katakan menurut pendapatmu selelah orang ini
terkena senjata rahasia Kiem Ling Piauw mu. Ia
melarikan diri kearah sebelah mana?"
Kwan Tiong Gak memperhatikan sekejap keempat
penjuru, kemudian jawabnya:
"Ssharusnya ia lari menuju ke arah Timur hanya saja
luka yang ia derita tidak terlalu parah mungkin saat ini
sudah jauh melarikan diri, untuk dikejarpun percuma."
"Bukan?".. aku sana sekali tidak tiada berminat
untuk mengejar dirinya," bura buru Tok say
menerangkan. Setelah merandek sejenak, serunya: "Ayoh jalan kita
minum arak di dalam pagoda hangat."
Tidak menanti jawaban ia segera berjalan lebih dahulu


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali kedalam ruangan.
Kwan Tiong Gak mengikuti dari belakangnya, sambil
berjalan otaknya, berputar kencang, pikirnya ;
"Jen Pek To memiliki Serangkaian ilmu silat yang lihay
tapi ia rela mengikuti kaum pembesar, saat ini aku masih
merasa bahwa Tok say thayjien ini benar benar lain dan
pada yang lain."
Selagi ia masih berpikir, mereka telah tiba kembali
didalam ruangan pagoda hangat.
623 Dua orang lelaki berbaju hitam itu meletakkan kembali
lenteranya ketempat semula dan menutup pintu.
Waktu itu perjamuan telah dipersiapkan dalam
ruangan, delapan macam sayur lezat serta satu guci araK
wangi. Tok say segera merebut poci arak dan memenuhi
cawan Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To, lalu sambil
tertawa ujarnya:
"Aku adalah tuan rumah, mari aku hormati kalian
dengan secawan arak."
Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To masing masing
menghabiskan secawan arak.
Setelah meletakkan secawan araknya ke atas meja,
sambil tertawa Tok lay berkata:
"Kwan Cong Piauw tauw, dengan Pek to bercerita
kalian orang orang kangonw mempunyai satu peraturan
Bu lim yang tak tercantum mengatakan bahwa orang Bu
lim tidak diperkenankan mengadakan hubungan dengan
kaum pembesar negeri, apakah betul ada kejadian
semacam ini?"
"Aaaai?"..! sedikitpan tidak salah, peraturan tersebut
kebanyakan merupakan pesan wanti wanti dari para
cianpwee terdahulu dari perguruan serta partai dalam Bu
lim dan lama sekali tiada peraturan yang tercantum
diatas kertas, oleh karena itu secara resminya peraturan
ini tidak terlalu mengikat?".."
624 "Ehhhmm?"..! apakah dibalik hal tersebut masih
tersembunyi sebab tertentu?"
"Mungkin", oleh karena itu aku harus mengumpulkan
tenaga yang ada untuk sedia payung sebelum hurian".."
Ia meluruskan tangannya, setelah merandek sebentar
terusnya: "Walaupun aku punya maksud berbuat demikian tapi
sku mengerti kekuatanku tak bisa memenuhi harapan
tersebut, karena untuk berjaga jaga membutuhkan
banyak bantuan dari kaum patriot serta pendekar sejati,
oleh sebab itu sering sekali aku membicarakan soal Bu
Lim dengan diri Pek To dan berharap para patriot serta
pendekar sejati Bu Lim suka melenyapkan peraturan
yang menjauhksn hubungan antara pemerintahan
dengan kaum orang gagah serta suka membantu cita
citaku ini."
Mendengar uraian tersebut, sepasang mata Kwan
Tiong Gak berkilat.
"Sie Tok Say ada maksud melindungi negara dan
rakyat, hamba merasa sangat kagum."
Berbicara sampai disitu mendadak ia membungkam.
Sie Si Cong tertawa hambar, ujarnya kembali:
"Semisalnya saja seorang jago berkepandaian tinggi
macam Kwan Cong Piauw-tauw,asalkan kau suka
625 membantu diriku untuk melenyapkan kelaliman, dan
mempertahankan kejujuran dalam pemerintahan maupun
rakyat, maka dunia tentu akan aman."
Buru buru Kwan Tiong Gak bangun berdiri menjura.
"Dapat memperoleh perhatian dari Tok Say Thayjien,
aku orang she Kwan merasa sangat berterima kasih,
hanya aaja aku orang she Kwan mempunyai
kesusahanku sendiri yang tak bisa diceritakan sehingga
sulit bagi ku untuk membantu Tok Say mencapai cita-cita
tersebut" "Manusia punya pendapat sendiri. Pun Say akan
memaksa Kwan heng untuk menerima usulku ini. Mari
kita minum secawan lagi." Sie Tok Say sambil angkat
cawannya, Dengan kedudukannya sebagai seorang
pembesar tinggi yang memerintah empat keresidenan,
ternyata ia sudi memanggil seorang Piauw tauw dengan
sebutan saudara, seketika membuat Kwan Tiong Gak jadi
terkejut. Setelah termangu mangu beberapa saat serunya.
"Tok say terlalu menyanjung diriku, Siauw beng tiada
berkepandaian apa apa, tidak berani membasmi saudara
dengan diri Tok say."
Melihat keadaan tersebut Sie Si Cong tertawa.
"Tadi sudah kukatakan bahwa perjamuan malam ini
adalah pembicaraan pribadi tak terlalu mengindahkan
soal sebutan maupun kedudukan"
626 "Tok say begitu menaruh perhatian, siauw beng akan
turut perintah." Sekali teguk ia menghabiskan isi
cawannya. Ucapan Sie Si Cong ternyata dipegang teguh, setelah
berjanji tidak akan membicarakan lagi tentang
permintaannya agar Kwan Tiong Gak berbakti pada
pemerintah, ia benar benar tidak mengungkapnya
kembali. Ditengah pembicaraan sembari minum arak tanpa
terasa satu poci araK wangi sudah dibikin ludes.
Walaupun Sie Tok say belum sampai di bikin mabok,
tapi saat ini ia telah membawa beberapa bagian mabok,
kepada sang kacung buru buru serunya.
"Cepat pergi dan ambilkan arak pemberian Kaisar
"Giok Ih Pek Hoa Siang" malam ini sebelum mabuk kita
jangan berhenti "
Mendengar disebutkannya arak tersebut Kwan Tiong
Gak terperanjat.
"Thayjian harap tunggu sebentar, dengarkan dulu
sepatah kata siauw Beng, arak sudah cakup buat kami"
"Haaaa . . . . haa Kwan heng, kau sama sekali belum
terpengaruh oleh air kata kata mana boleh berhenti
ditengah jalan."
627 "Terhadap soal arak Siauw heng hanya mengerti
sedikit saja apalagi arak yang barusan kita minum adalah
arak yang berusia seratus tahun keatas, kalau kita
melanjutkan minum arak bukan saja Tok say segera akan
mabok bahkan siauwheng serta Jen heng pun tak akan
tahan dan segera akan roboh. Apa lagi pemberian kaisar
mana boleh digunakan untuk menjamu rakyat kecil
macam kami."
Sie Si Cong tertawa.
"Budi Kaisar berlimpah limpah, kalian berdua harus
minum secawan seorang agar bisa pula memiliki hati
untuk menjaga negeri dan rakyat. Ambil Arak."
Kwan Tiong Gak serta Jen Pek To hanya bisa saling
berpandangan sekejap lalu membungkam diri.
Sekali lagi kacung buku itu menjura kemudian
mengundurkan diri dari dalam ruangan.
Beberapa saat kemudian ia muncul kembali dengan
membawa seorang pembesar dengan berpakaian dinas.
Pembesar negeri ini menggotong sebuah nampan
terbuat dari batu kumala putih, di atas nampan tersusun
selapis kain berwarna Kuning, dan diatas kain kuning itu
terdapat sebuah guci berwarna putih.
Sie Si Cong segera bangun berdiri, katanyaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
628 "Walaupun kita sedang melakukan perjamuan pribadi,
tapi memberi hormat kepada Yang mulia tak boleh
dilupakan."
Ia segera bangun berdiri dan menjura kearah guci
arak tersebut. Karena melihat Tok-say thayjien telah memberi
hormat, terpaksa Kwan Tiong Gak Serta Jen Pek To pun
ikut memberi hormat.
Walaupun ditengah malam buta, pembesar itu
memakai pakaian dinas lengkap dengan topi kebesaran,
sepasang tangannya yang membawa nampan diangkat
tinggi tinggi keatas.
Menanti ketiga orang itu sudah selesai memberi
hormat, ia meletakkan nampan kumala tadi keatas meja
dan mengundurkan diri dari dalam ruangan tersebut.
Lambat-lambat Sie Si Cong berjalan mendekati meja,
membuka kain penutup guci, melepaskan tanda segel
dan membuka penutupnya segulung bau harum segera
tersiar menusuk hidung.
Walaupun Kwan Tiong Gak bukan seorang jago minum
arak, tapi setelah tercium bau harum yang sangat
menusuk hidung itu tak terasa lagi ia berseru memuji.
"Ooouw?" arak bagus! Arak bagus!"
Mendengar pujian itu Sie Si Cong tersenyum.
629 "Menurut berita yang kudengar arak ini sudah
disimpan selama tiga ratus tahun lama nya didalam
gudang timbunan alang-alang di kota Mo Thay, akhirnya
atas perintah Jendral penguasa daerah tersebut arak ini
di kirim ke ibu kota dan dipersembahkan kepada yang
mulia sebanyak tiga guci, salahkan kalian berdua ikut
mencicipi bagaimanakah rasanya arak ini.
"Tidak usah kami cicipi, cukup mencium bau harum
yang tersiar keluar dari guci pun sudah cukup
membuktikan apabila arak ini adalah arak bagus yang
kenamaan," kata Kwan Tiong Gak.
Si kacung bocah tadi dengan langkah lebar segera
berjalan mendekat, memenuhi sebuah poci arak dan
menyegel kembali guci tersebut.
Ketiga orang itu duduk kembali ketempatnya semula
dan mulai merasakan nikmatnya araK wangi ini.
Bau arak yang harum merangsang gairah orang untuk
mencicipinya, tanpa terasa mereka bertiga sudah
meneguk air kata kata melebihi takaran masing-masing.
Selama Kwan Tiong Gak melakukan perjalanan baik
menuju keselatan maupun berada di Utara dan Seantero
dunia boleh dikata Ia sudah mencicipi beraneka ragam
arak wangi, tapi menjumpai arak sewangi ini boleh dikata
baru untuk pertama kalinya.
Setelah meneguk beberapa cawan, Sambil menghela
napas ujarnya: 630 "Sebelum menjumpai Tok say thayjien cayhe sana
sekali tidak menyangka apabila Tok say sebenarnya
adalah seorang pembesar yang begitu memperhatikan
negara dan rakyat."
"Kwan-heng terlalu memuji".."
Setelah menghela napas panjang, sambungnya Si Sie
Cong lebih lanjut,
"Semoga saja Kwan heng suka membantu diriku agar
aku bisa mententramkan hati rakyat empat keresidenan,
mendapat berkah dari Kaisar dan memenuhi cita cita
leluhurku."
Kwan Tiong Gak termenung berpikir sebentar,
kemudian ujarnya:
"Baru pertamakah Tok-say thayjien menJumpai aku
orang she Kwan, ternyata perhatianmu terhadap diri
siauw heng sudah begitu tebal, hal ini membuat aku
orang she Kwan merasa sangat berterima kasih sekali
tapi siauw heng sudah banyak tahun makan nasi dari
kalangan kangouw, sebenarnya rada susah bagiku untuk
berbakti dengan seorang pembesar negeri. Kendati
begitu semisalnya dari Tok-say pribadi ada urusan atau
perintah, perduli menerjang lautan api atau naik
kegunung golok, aku orang she Kwan pasti tak akan
menampik."
Sie Si Cong mendongak tertawa terbahak bahak
sehabis mendengar ucapan tersebut ta tanya:
631 "Setelah ada janjimu semacam ini maka setiap kali aku
melepaskan kedudukanku sebagai pembesar kita boleh
dihitung sebagai sahabat karib."
Mendadak Kwan Tiong Gak bangun berdiri, cawan
arak yang berada di tangan kanan nya dengan berisi arak
penuh secara tiba tiba di sambit keluar jendela.
"Siapa!?" bentaknya keras.
Bersamaan dengan sambitan cawan arak itu, dari luar
jendela terdengar suara tawa tergelak dari seorang.
"Haa haa liaaa terima kasih atas hadiah arak dari
Kwan Cong piauw tauw. Ooouw?" sungguh arak bagus!
Sungguh arak bagus".! "
Di tengah suara bentrokan keras, kedua belah pintu
kayu dari pagoda hangat itu tahu tahu terpentang lebar
oleh tenaga pukulan ssseorang.
Dengan cepat Jen Pek To meloncat bangun dan berdiri
di hadapan Sie Si Cong dengan maksud melindungi
keselamatan majikannya, sepasang telapak disilangkan
didepakkan kepintu, tampaklah seorang pengemis didada
melakukan persiapan.
Sebaliknya buat Sie Si Cong sendiri ternyata masih
bisa bersabar, dengan suara rendah ujarnya:
"Jen Pek To, menyingkirlah sedikit keselamatanku,
kalian orang-orang Bu lim hanya ingin membunuh kaum
pembesar yang lalim, soal ini aku tak merasa takut
632 karena aku percaya belum pernah menyeleweng dari
tugas, apa lagi ada Kwan Tiong Gak tahu-tahu ada disini.
Rasanya ia tidak akan berhasil melukai diriku."
"Ucapan Thayjien sadikitpun tak salah." Jen Pek To
mengangguk. Perlahan lahan ia mengundurkan diri ke samping,
walaupun kelihatannya tidak bersiap sedia, padahal


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara diam-diam ia terus mengawasi keadaan di
sekeliling tempat itu.
Menanti sinar mata semua orang dialihkan
kepintu,tampaklah seorang pengemis cilik yang
berpakaian dekil, dengan rambut awut awutan serta
wajah penuh berminyak telah munculkan diri disana.
Terdengar Kwan Tiong Gak tertawa dingin tiada
hentinya. "Heeeheehee".kiranya Thian Liong atau si Naga
Langit Pouw Cing dari Kay Pang, tidak aneh kalau ilmu
meringankan tubuh yang kau miliki amat sempurna."
"Kwan Cong Piauw tauw terlalu memuji."
Dengan tangan sabelah mencekal cawan arak,
sambungnya lebih lanjut:
" Cawan arak ini kukembalikan kepada si pemiliknya
tanpa menderia cidera apapun, hanya saja arak yang ada
didalam cawan telah aku, si pengemis cilik minum
sedikit" 633 Tangan kanannya diangkat, secepat kilat cawan arak
itu melayang kembali kearah Kwan Tiong Gak.
Sang Cong Piauw tauw dari perusahaan Ekspedisi
Hauw Wie Piauw kiok dengan sebat ayunkan tangan
kanannya kemudiam lambat lambat diletakkan kembali
keatas meja ujarnya kembali"
"Menurut apa yang cayhe ketahui, orang orang dari
pihak Kay-pang sangat jarang ada yang suka
menyelundup masuk kedalam rumah tinggal lain. aku
rasa kedatangan saudara ditengah malam buta kali ini
tentu mempunyai alasan alasan tertentu."
"Kwan Cong Piauw tauw," seru sinaga langit Pouw
Cing sambil tertawa hambar.
"Agaknya kau sangat hapal terhatap peraturan dari
perkumpulan Kay Panga kami"
"Pangcu dari perkumpulan kalian mempunyai jodoh
beberapa kali berjumpa dengan aku orang she Kwan,
walaupun diantara masing-masing pihak tidak bisa
dikatakan mampunyai hubungan persahabatan erat, tapi
kami bisa saling mencocoki satu sama lain."
"Sungguh sayang, kali ini Pangcu kami tidka berada
dikota Kay Pang"
"Aku orang she Kwan hanya menerangkan
hubunganku dengan Pangcu kalian dan sama sekali tidak
634 ada maksud meminjam kekuatan Pangcu kalian untuk
menekan diri saudara," tukas Kwan Tiong Gak cepat.
"Kalau Kwan Cong Piauw tauw tidak mempunyai niat
demikian, hal itu semakin bagus lagi. dengan demikian
aku si pengemis cilik pun bisa berbicara secara bebas."
"Jikalau kedatanganmu adalah bermaksud ada urusan
dengan aku, orang she Kwan maka aku berharap kita
bisa bicarakan persoalan ini diluaran saja, tempat ini
adalah rumah pribadi Tok say Thayjien, kita tak boleh
menggunakannya sebagai tempat pembicaraan."
"Walaupun urusan ini ada hubungannya dengan kau
Kwan Cong Piauw tauw, tujuan ku yang terutama sudah
bukan kau lagi melainkan si Tok say Thayjien ini."
"Cuang su! seru Sie Si Cong kemudian, "Apabila
pendekar bermaksud mencari diri Pun say, bagaimana
kalau kita bicarakan soal ini sambil duduk."
Bicara sampai disitu ia lantas berpaling Kearah sang
kacung yang berdiri disisinya.
"Coba sediakan seperangkat sumpit serta Seawan buat
pendekar ini."
Pouw Ceng termenung sebentar, kemudian ujarnya:
"Sewaktu aku si pengemis cilik menemukan Kwan
Cong Piauw-tauw pun berada disini, aku tahu
kedatanganku malam ini hanya sia sia belaka dan
seharusnya aku segera angkat kaki, tapi bau arak dari
635 Thayjien terlalu merangsang gairahku untuk tetap tinggal
disini. inilah akibat buruk yang langsung kuterima dari si
pengemis tua, sewaktu aku si pengemis cilik sering
berkelana dengan dirinya?".gemar minum arak tak bisa
dihindari lagi."
"Pemberian Kaisar tentu ssja bukan benda yang
sembarangan," Sela Sie Si Cong dari samping "Dalam
guci masih terdapat banyak arak, kalau Cuang su
memang suka minum, kenapa tidak secara terbuka
mencicipinya?" ada urusan kita bicarakan setelah minum
arak." Pada mulanya sinaga langit Pouw Cing agak tertegun,
akhirnya ia menghela napas panjang.
"Aaaai?",kiranya kau adalah seorang pembesar
bijaksana."
"Kalau kau sudah paham, hal ini jauh lebih bagus
lagi," sambung Kwan Tiong Gak dingin.
Si naga langit Pouw Cing berpaling memandang
sekejap kearah orang she Kwan itu lalu tertawa.
"Kwan Cong piauw tauw, agaknya kau menaruh rasa
tidak senang terhadap aku si pengemis cilik?"
"Aku Orang she Kwan hanya merasa heran orang
orang Kay Pang pada umumnya mengutamakan
kejujuran, kebijaksanaan serta memegang teguh tata
kesopanan, tidak di sangka kau berani menyelundup
636 masuk kedalam rumah kediaman seseorang, apa
maksudmu aku harap kau suka memberi jawaban."
" Kelihatannya kalau aku si pengemis cilik tidak
menerangkan maksud kedatanganku maka malam ini
Kwan Cong Piauw tauw tak akan membiarkan aku si
pengemis cilik meninggalkan tempat dalam keadaan
selamat." "Asal kau memberi alasan yang tepat dan tidak terlalu
dibuat buat,tentu saja aku tak akan menyusahkan dirimu,
tapi kalau kau tidak berhasil memberikan alasan yang
tepat, maka aku berharap kau suka meninggalkan
,semacam barang, dikemudian hari aku akan minta
pertanggungan jawaban dari Pangcu kalian."
"Aaaa.,.. haaa"- aku lihat agaknya Kwan Cong Tiauw
telah menjadi pengawal pribadi dari Tok Say Thayjien
ini." Air muka Kwan Tiong Gak kontan berubah hebat,
ujarnya dengan nada dingin dan serius:
"Aku orang she Kwan paling tidak suka berbicara dan
bergurau dengan orang lain, Aku harap kau sipengemis
cilik bisa bicara sedikit tahu keadaan."
Pada dasarnya ia memiliki wajah yang menyeramkan,
ditambah lagi saat membawa beberapa bagian hawa
gusar, wajahnya makin angker dan menggidikkan hati.
637 "Baik". baiklah." seru Pouw Cing kemudian setelah
mendehem beberapa kali. "Biarlah aku si pengemis cilik
terangkan keadaan sebenarnya?""
Ia merandek sejenak, lalu sambungnya
"Diantara barang kawalan perusahaan saudara kali ini
ada terdapat sebuah lukisan pengangon kambing."
"Sedikitpun tidak salah, memang ada sebuah lukisan
pengangon kambing." tukas Kwan Tiong Gak cepat.
"Tidak kusangka pihak Kay Pang ternyata punya maksud
untuk memilikinya."
"Kwan Cong Piauw tauw! aku mengharap diantara
perkataanmu janganlah membawa kata kata menyakiti
pangcu kami, aku si pengemis cilik bisa sabar terhadap
sindiran serta ejekan kau Kwan Cong Piauw tauw, kalau
kau berani menghina seluruh perkumpulan Kay Pang
kami atau Pangcu kami. sampai waktu itu kau jangan
menyalahkan aku si pengemis cilik akan berlaku kurang
sopan dan membuat dosa terhadap kau Kwan Tiong
Piauw tauw."
"Heee".. heee". teruskan!" seru Kwan Tiong Gak
tertawa dingin.
"Perbuatanku menyelundup masuk, ke dalam rumah
kediaman Tok say thayjien malam ini adalah muncul dari
niat aku sipengemis cilik sendiri, sama sekali tiada
hubungannya dengan pangcu kami serta seluruh
perkumpalan Kay Pang. Hanya saja kaupun harus tahu,
kedatangan aku sipengemis cilik malam malam kemeri
638 sama sekali bukan bertujuan untuk mencari atau
mendapatkan peta pengangon kambing itu."
"Kalau begitu coba kau terangkan apa maksud
kedatanganmu malam-malam begini?"
"Ada Suatu persoalan mungkin Kwan Cong Piauw tauw
masih belum tahu, berita tentang diserahkannya kembali
peta pengangon kambing ketangan pihak Tok-say telah
tersiar diseluruh kota Kay Hong. kecuali aku sipengemis
cilik, sudah banyak orang yang mempersiapkan diri akan
menyelundup masuk kedalam istana pada malam ini"."
Sinar matanya menyapu sekejap kearah Jen Pek To,
lalu terusnya kembali:
"Aku sipengemis cilik merasa tidak percaya apa bila
orang orang didalam istana Tok say bisa melindungi
keselamatan peta pengangon kambing itu, juga peta
pengangon kambing itu tak boleh sampai terjatuh
ketangan orang lain. maka dari itu aku si pengemis cilik
menyelundup masuk kedalam istana Tok say dengan
harapan semisalnya peta pengangon kambing itu sampai
terjatuh ketangan orang jahat, maka aku si pengemis
cilik akan turun tangan menghadang perjalanan mereka."
"Ehhmm"..aku orang she Kwan percaya apa yang kau
ucapkan adalah kata-kata sejujurnya." Kwan Tiong Gak
mengangguk. "Apa yang aku sipengemis cilik katakan adalah katakata
yang sejujurnya, Kwan Cong Piauw tauw mau
639 percaya hal itu tentu saja jauh lebih bagus, kalau tidak
percaya akupun tak bisa berbuat apa apa."
Sie Si Cong tersenyum.
"Kalau begitu, agaknya Cu wi tidak memandang
sebelah matapun terhadap penjagaan ketat yang diatur
disekitar istana Tok say ini, dan kalian anggap seolah
olah lapangan tanpa manusia saja." serunya.
"Kalau ditinjau dari penjagaannya memang boleh
dikata amat ketat, bagi Busu-busu kangouw kelas satu
memang sulit untuk menembusinya." kata Pouw Cing
sambil tertawa. "Tapi bagi jago jago kangouw kelas
wahid, langkah caturmu ini salah besar."
"Asaai". sebelum kejadian malam ini Pun say sama
sekali tidak tahu kalau dalam dunia persilatan sebetulnya
banyak terdapat Jago jago yang memiliki kepandaian
silat-silat luar bissa?"
Ia lantas berpaling kearah sikacung buku yang berada
disisinya. "Penuhi cawan tamu dengan arak!"
Dengan cepat kacung itu mengiakan dan memenuhi
cawan Pouw Cing dengan araK wangi.
Agaknya Pouw Cing tidak ganti lagi, dengan cepat ia
angkat cawan sendiri dan meneguk isinya hingga ludes.
640 Melihat kerakusan sang pengemis, Sie Si Bong
tersenyum. "Cuwi silahkan ambil duduk, mari kita kongkouw
sambil minum arak?"."
Kwan Tiong Gak. Jen Pek To serta Pouw Cing sama
sama menurut dan ambil tempat duduk, sedang kacung
tadipun segera memenuhi kembali cawan Pauw Cing
dengan arak. Berturut turut Pouw Cing menghabiskan tiga cawan
arak, kemudian sambil menguap mulutnya ia berkata:
"Aku sipengemis cilik telah mengikuti pengemis tua
berkelana hampir meliputi seluruh daerah utara maupun
selatan, arak wangi yang kucicipi sudah tiada terhingga
banyaknya, tapi menjumpai arak sewangi ini baru untuk
pertama kalinya."
"Dalam guci masih terdapat banyak persediaan arak,
Pouw Cuangcu silahkan menikmati arak sampai puas."
Bicara sampai disitu sinar matanya segera dialihkan
keatas wajah Jen Pek To dan terusnya.
"Pek To, sebenarnya pusaka apakah peta pengangon
kambing itu, kenapa begitu banyak jago jago kangonw
yang mengincar dan ingin mendapatkannya?"
Nada ucapannya amat sungkan dan ia sama sekali
tidak mengurangi rasa hormatnya terhadap jago jago Bu
lim. 641 Mendapat pertanyaan tersebut Jen Pek To menghela
napas panjang. "Lapor Tok say rahasia apa sebenarnya yang
terkandung didalam peta pengangon kambing teriebut
hamba kurang mengerti tapi menurut dugaan hamba
sendiri agaknya rahasia itu ada hubungannya dengan
suatu ilmu silat yang amat lihay dan dahsyat serta
sejumlah harta karun".."
"Aaaaaii. . . . Ada kejadian seperti ini." lekas Sie Si
Cong berseru tertahan. "Harta karun apakah yang
dimaksukan!" "
"Soal ini hamba kurang tahu, apakah rahasia itu besar
menunjukkan sejumlah harta karun, hamba tak berani
ambil kesimpulan dan memastikannya!"
"Sekarang, peta pengangon kambing itu berada
ditangan siapa?"
"Disimpan dalam saku hamba."
"Keluarkan dan mari kita teliti bersama"
Jen pok To msngiakan dan dari dalam sakunya ia
ambil keluar peta pengangon kambing tersebut.
Sie Si Cong segera membentangkan peta pengangon
kambing itu diatas meja, ujarnya sambil tertawa.
642 "Kwan-neng, Pouw Can su, mari kita bersama sama


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menelitinya, bilamana Pun say merasa tidak paham
harap kalian bardua suka memberi petunjuk-petunjuk."
"Aaaakh! Tok say terlalu merendahkan diri. aku
sipengemis cilik tidak berani menerimanya." kata Pouw
Cing cepat. Walaupun diluaran ia bicara demikian sang badan
tanpa terasa sudah bangun beridri dan berjalan ke sisi
pembesar itu untuk ikut meneliti.
Sie Si Cong segera alihkan sinar matanya keatas meja
tersebut, tampak olehnya lukisan dari berbagai macam
kambing yang tersebar dimana mana, sikap maupun
gaya setiap kambing tersebut berbeda satu sama lainnya.
Kecuali ia merasa bahwa gaya lukisa pelukis tak
bernama ini sangat hidup, tak ada keistimewaan lain
yang berhasl ia temukan.
Sebaliknya kwan Tiong Gak yang memandang kearah
lukisan itu agak terpesona dibuatnya. wajahnya
menunjukkan sikap keren penuh wibawa.
Lain halnya dengan si Naga Langit Pouw Cing,
sepasang alisnya berkerut kencang agaknya ia tidak
begitu paham terhadap apa yang dilihatnya didepan
mata saat ini. Akhirnya Sie Si Cong mendehm ringan.
643 "Pok to!" Serunya. "Aku sama sekali tidak menemukan
titik titik rahasia istimewa, coba kau katakan tanda tanda
mana yang menunjukkan ilmu silat dan tanda tanda
mana yang menunjukkan harta karun?"
"Thayjien silahkan mulai meneliti dari kambing paling
atas dan terutama lalu perlahan lahan menelitinya
kebawah, perhatikan sikap serta gerak gerik lukisan
tersebut."
Sie si cong menurut dah ia meneliti kembali dari atas
hingga kebawah, tapi yang ditemukan olehnya hanya
terbatas pada lukisan yang hidup dari kawanan kambing
tersebut serta sikap yang berbeda dari tiap ekor kambing
yang dilukis, kecuali itu tak ditemukan kembali titik titik
keanehan yang menunjukkan letak disimpannya sejumlah
harta karun. Setelah memandangnnya sesaat belum juga berhasil
menemukan sesuatu apapun, ia lantas menggulung
kembali peta tersebut, katanya:
"Sewaktu aku mengejar balik peta pengangon
kambing ini, sama sekali tak kuketahui bahwasanya
diatas peta lukisan ini sebenarnya tersimpan rahasia
letak sejumlah harta karun?"."
"Lukisan ini sebetulnya hak milik Liauw Tayjien,
seharusnya dialah yang menyimpannya." tukas Kwan
Tiong Gak "Jikalau di atas peta pengangon kambing itu benar
benar menunjukkan suatu tempat disimpannya sejumlah
644 harta karun yang terdiri dari emas, intan serta
sebangsanya. Kendati dalam istanaku ini tak berani
diletakkan menumpuK setinggi gunung, tapi bendabenda
itu bukan termasuk benda yang aneh, maka dari
itu, Pun sai menyimpan peta lukisan ini lagi.
Si Naga Langit Pouw Tian yang mendengar ucapan itu
jadi tertegun. "Jadi Tok say hendak menghadiahkan peta lukisan ini
kepada orang lain?"
"Untuk dihadiahkan kepada orang sih pasti akan
kuberikan, hanya saja peta lukisan ini bukan milikku,
karenanya dihadiahkann kepada orang, bukan
seharusnya muncul dari mulutku."
"Peta lukisan ini agaknya mempunyai hubungan serta
sangkut paut dengan orang orang Bu lim" Kata Kwan
Tiong Gak memberi pendapatnya. "Kalau Thayjien
menyimpan peta lukisan tersebut hanya akan
mendapatkan banyak kerepotan saja, menurut siauw
heng, lebih baik diserahkan kepada orang lain saja
sehingga bisa mengurangi banyak kerepotan."
"Lalu menurut pendapat Kwan heng, peta lukisan ini
harus diserahkan kepada siapa?" tanya Sie Si Cong
sambil tertawa.
"Soal ini sih susah untuk dikatakan, paling sedikit
Thayjien harus merasa bahwa orang yang diserahi peta
lukisan ini harus punya kemampuan untuk melindungi
peta lukisan ini."
645 "Di dalam hati kecilku sih sudah ada satu pandangan,
hanya aku takut jago lihay ini tidak mau menerimanya."
"Siapa yang dimaksudkan Tok-say?"
"Kwan Tiong Ga. Cong Piauw-tauw dari perusahaan
ekspedisi Hauw wie Piauw kiok."
"Minta aku yang melindungi?"" seru Kwan Tiong
Gak. "Sedikitpun tidak salah," Sie Si Cong menukas.
"Sebenarnya peta lukisan ini didapatkan kembali oleh
Kwan heng, dan pada saat ini aku hanya kembalikan lagi
ketanganmu. Dengan nama besar Kwan-heng serta
banyaknya jumlah Piauwsu dalam perusahaan ekspedisi
Hauw Wie Piauw kiok, aku rasa sudah cukup kuat untuk
melindungi peta lukisan ini."
Mendengar sampai disitu Kwan Tiong Gak tertawa
getir. "Perintah dari Thayjien, Siauw heng tak berani
menampik, hanya saja aku berharap thayjien bisa
menentukan batas batas waktu nya.."
"Batas waktu apa?"
"Batas waktu menyimpan peta lukisan ini, setelah
thayjien menentukan batas waktu aku orang she Kwan
pun bisa menyusun rencana selanjutnya."
646 "Batas waktu ini sukar untuk dikatakan nanti setelah
aku bicarakan soal ini dengan Liaw thayjien, pesanku,
kita bicarakan lagi batas batas waktu tersebut,
bagaimana?"
"Setelah thayjien berkata demikian, siauw heng pun
harus menyanggupinya"." Kwan Tiong Gak tertawa
getir. Setelah memperoleh pernyataan sanggup orang she
Kwan tersebut, Sie Si Cong tersenyum.
"Kalau begitu simpanlah dulu peta lukisan ini."
Air muka Kwan Tong Gak berubah amat serius, setelah
menerima peta lukisan itu serunya sambil menjura:
"Aku orang she Kwan ingin minta waktu sebentar."
"Silahkan!"
Perlahan lahan Kwan Tiong Gak berjalan keluar dari
ruang pagoda, sambil berdiri diatas permukaan salju
ditengah halaman luar, ujarnya seraya menjura ke
sekeliling tempat itu.
"Kawan kawan. Aku orang she Kwan memberi selamat
tahun baru buat kalian. Sekaratng Tok Say Thayjien telah
menyerahkan peta lukisan ini untuk disimpan dalam saku
orang she Kwan untuk sementara jika Cu Wi sekalian ada
maksud mendapatkan lukisan ini maka lebih baik carilah
dulu aku orang she Kwan. Besok pagi adalah tanggal
satu, dan aku orang she Kwan ingin menjamu kalian di
647 hutan pohon liuw ditepi telaga Shen Yang Auw pada
kentongan pertama kalau Cu wi ada urusan silahkan
menghadiri perjamuan pada waktunya, saat itu aku
orang she Kwan tentu akan memberi jawaban"
Perkataan ini di utarakan dengan suara keras, semua
orang yang di dalam ruangan dapat mendengarnya
sangat jelas. "Apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya Sie Sie
Cong sambil menyapu sekejap wajah Jen Pek To serta Si
Naga Langit Pouw Cing.
"Perbuatan mulia Tok say Thayjien yang merisaukan
negara serta rakyat telah menggetarkan hati Kwan Cong
Piauw tauw."
Pouw Cing pun menghela napas panjang katanya:
"Kau adalah seorang pembesar baik, Kwan Cong
Piauw tauw sadah memikul tanggung jawab Hujan badai
ini" Sie Si Cong termenung berpikir sebentar. mendadak ia
bangun berdiri dan berjalan keluar dari perkarangsn
pagoda. "Ia sedang berbicara dengan siapa?" tanyanya.
Si Naga Langit Pouw Cing memandang sekejap kearah
Jen Pek To, mendadak ia berebut jalan lebih dahulu
didepan Tok Say sedangkan Jen Pek To mengiringnya
dari belakang seraya- sahutnya dengan suara lirih;
648 "Thayjien, disekeliling pagoda hangat ke mungkinaa
Besar sudah tersembunyi banyak sekali Jago Jago bu lim.
harap ThayJien suka berhati-hati, lebih baik jangan
meninggalkan pagoda ini."
"Pek To aku bukan orang yang terlalu menjaga
keselamatan diri sendiri" kata Sie Si Cong sambil tertawa.
"ditengan pertempuran sengit dimana berlaksa tentara
dan kuda saling bertempur,pedang tampak bagaikan
lautan, anak panah berdesir bagaikan curahan hujanpun
aku tidak takut mati, kenapa sekarang harus jeri" aku
sama sekali tidak pernah memikirkan keselamatanku."
Sembari berkata ia melanjutkan langkahnya ke luir
dari pagoda hangat.
Mendadak serentetan cahaya tajam dengan membawa
suara desiran keras meluncur ke arah Sie Si Cong.
"Thayjien, hati-hati!" bentak Jen Pek To cepat buruburu
ia menyambut datangnya sambaran tajam tersebut.
Tapi ketika itulah si Naga Langit Pouw Cing sudah
berkelebat keangkasa, serentetan cahaya putih
menyambar lewat, sebatang anak panah pendek sudah
tersampok jatuh ketanah.
Ketika Sie Si Cong mempehatikan dengan teliti,
ditemuinya si Naga Langit Pouw Cing sedang
memasukkan kembali sebilah golok pendek yang
memancarkan cahaya tajam ke sakunya.
649 Golok tersebut berbentuk sangat aneh, panjangnya
tidak lebih dari beberapa depa dengan lebar hanya
empat jari, berhubung golok itu terlalu pendek maka
setelah disembunyikan dalam saku seolah olah tidak
membawa senjata lagi, orang yang tak tahu rahasia ini
tentu tak akan menyangka sampai disitu.
Setelah Jen Pek To pun ikut menubruk kedepan. ia
segera pungut panah baja tadi dan dimasukan kedalam
saku kemudian berdiri di depan Sie Si Cong melindungi
keselamatannya.
Jilid 17 SELURUH kejadian hanya berlangsung dalam sekejap
mata, ketika Kwan Tiong Gak berpaling. Pouw Cing telah
menyampok jatuh senjata rahasia tersebut dan
masukkan kembali goloknya kedalam saku.
Terdengar dari arah sebelah timur dari antara
gerombolan bunga berkumandang keluar suara yang
dingin dan menyeramkan.
"Heee". heee". heee". tidak kusangka Perusahaan
ekspedisi Hauw Wie Piauw kiok yang tersohor dikolong
langit ternyata telah menjadi pelindung halaman besar
negeri, orang Kay Pang pun kini sudah menjadi kuku
garuda". sungguh memalukan"
Kwan Tiong Gak mendehem ringan. "Aku she Kwan
sudah jelaskan, besok malam aku akan menanti kalian
650 dalam perjamuan ditepi telaga Shen Yang Auw dalam
hutan pohon Liaw, semisalnya kawan menaruh rasa
curiga boleh kau ajukan pertanyaanmu ini dalam
perjamuan esok malam, aku orang she Kwan tentu akan
memberikan suatu jawaban yang memuaskan hati."
Sebaliknya si Nsga Langit Pouw Cing berkata dengan
suara dingin, "Didalam permukaan Kay Pang kami ada
peraturan ketat yang membelenggu setiap anggotanya,
kalau aku sipengemis cilik telah melanggar peraturan
perkumpulan, hal ini tak usah kawan banyak ikut
campur, kali ini aku si pengemis cilik akan membatasi
pembicaraan dan tak akan mencaci maki dirimu, cuma
kau harus tahu aku sipengemis cilik telah mengerti
siapakah dirimu, kalau kau berani buka suara menghina
Kay Pang lagi, jangan salahkan aku sipengemis cilik
segera akan mengucapkan kata kata yang tidak enak
didengar."
Pada waktu itu para pengawal istana sudah
menemukan keadaan yang tidak beres, suara tambur
dan gembrengan dibunyikan dari empat penjuru. Diikuti
bayangan manusia berkelebat memenuhi kebun bunga
tersebut, Melihat kejadian itu Kwan Tiong Gak
mendehem perlahan, bisiknya lirih, "Thayjien, sekalipun
tentara tentara kerajaan memenuhi kebun bunga inipun
susah mengurung serta menangkap jago jago lihay
tersebut, bahkan sebaliknya malah akan mengakibatkan
banyak kematian sia sia diantara mereka, lebih baik
thayjien perintahkan mereka cepat cepat mengundurkan
diri." 651 "Sedikitpun tidak salah," Sie Si Cong mengangguk.
"Pek To cepat cepat suruh mereka mengundurkan diri."
Jen Pek To mengiakan dan segera berjalan keluar
kebun, teriaknya lantang, "Thayjien sedang bercakap
cakap dengan beberapa orang teman karib, mengapa
kalian datang mengacau?"
Pemimpin tentara kerajaan berseru tertahan, buru
buru ia putar badan berlalu, dalam sekejap saja suara
gembrengan berhenti bertalu dan suasana kembali jadi
sunyi senyap. Menanti suasana disekeliling tempat itu sudah pulih
kembali jadi sunyi.


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kwan Tiong Gak baru ulapkan tangannya.
"Cu wi sekalian. Sie Tok say adalah seorang pembesar
budiman yang pernah kutemui sepanjang hidup"."
Ia merandek sebentar kemudian tegasnya, "Mungkin
hal ini tiada hubungannya dengan kalian tapi aku maksud
kedatangan kalian apakah demi peta lukisan pengangon
kambing, sekarang peta lukisan tersebut telah berada
dldalam saku aku orang she Kwan semisalnya kalian
tidak urusan atau ikatan dendam dengan Sie Tok say
silahkan berangkat terlebih dahulu, besok malam
kentongan pertama bagi mereka yang bernyali boleh
mendatangi hutan pohon liuw ditepi telaga Shen Yang
Auw untuk merebut peta tersebut dari tangan aku orang
she Kwan."
652 Diam diam Sie Si Coag memperhatikan keadaan
disekeliling tempat itu, ditemuinya suasana gelap gulita
sama sekali tak tertampak sesosok bayangan
manusiapun. Si Naga Langit Pouw Cing mendehem berat, ujarnya
pula, "Aku sipengemis cilikpun belum lama berselang
baru saling berkenalan dengan Sie Tok lay ini, tapi
setelah menjumpai kejadian semacam ini tak bisa tidak
aku harus turut campur pula. kalau adi diantara kalian
yang mengikat permusuhan dengan Sie Tok say, biarlah
aku sipengemis cilik yang melayani."
"Perkataan dari aku orang she Kwan sudah diutarakan
sangat jelas, Cuwie boleh berlalu."
Begitu ucapan tersebut selesai diutarakan tampak
bayangan manusia berkelebat lewat ,empat, lima sosok
bayangan bagaikan kilat-telah meluncur keluar dari
halaman tersebut.
Bersamaan dengan berlalunya orang-orang itu, Kwan
Tiong Gak meloncat naik keatas pagoda hangat, setelah
diamati beberapa waktu ia melayang turun kembali
keatas tanah, katanya, "Thayjien silahkan kembali
kedalam ruangan, mereka semua telah berlalu."
Sie Si Cong tertawa dan menganggak.
"Malam ini boleh dihitung aku sudah mendapat banyak
pengetahuan baru, sungguh mengagumkan, sungguh
mengagumkan"
653 Jen Pek To pun buru-buru manjura, "Terima kasih atas
bantuan Kwan heng apabila tak ada Kwan-heng,
mungkin malam Ini cayhe akan kelabakan dan tak
sanggup melayani mereka itu."
"Tujuan mereka hanya terletak pada peta itu aku yang
simpan mereka tak akan mendatangi istana Tok say
untuk bikin onar lagi besok malam cayhe akan keluarkan
semua kekuatan yang kupunyai untuk bikin urusan, ini
jadi terang kembali. Terima kembali. Terima kasih atas
hidangan arak dan sayur pada malam ini! Waktu sudah
tidak pagi Thayjien pun harus segera pergi beristirahat".
"Aaaai"., aku serahkan peta pengangon kambing
kepadamu, hal ini bukan bermaksud agar kau
menghadapi bahaya"."
" Soal ini siauw heng paham." tukas Kwan Tiong Gak
dengan cepat. Mendadak si Naga Langit tersenyum.
"Kwan Cong Piauw-tauw, aku sipengemis cilik tidak
paham, kau ingin menggunakan cara apa untuk
membereskan pertikaian pengangon ksmbing ini" Kalau
kau ingin andalkan ilmu silat untuk memberebutnya aku
si pengemis cilik akan ambil satu bagian."
"Kalau kau ada bergembiraan, dengan senang hati aku
persilahkan kau ikut hadir dalam pertemuan dibawah
pohon Liauw besok malam." jawab Kwan Tiong Gak
sambil tertawa.
654 "Terima kasih atas undanganmu, sampai waktunya
aku sipengemis cilik pasti akan hadir"
Selesai berkata segera meloncat keatas wuwungan
rumah, dalam tutulan ujung kaki nya sekali lagi ia
meluncur kedepan dan akhirnya lenyap ditengah
kegelapan. Kali ini Sie Si Cong dapat melihat kejadian itu dengan
sangat jelas, dalam hati ia merasa sangat kagum.
"Gerakannya ini mirip meloncat, boleh dikata bagaikan
terbang saja"."
"Ia bernama si Naga Langit Pouw Cing". ujar orang
she Kwan memberi keterangan. "Ilmu meringankan
tubuh adalah kepandaian gadaiannya."
"Ooooo ".begitu," sinar matanya menyapu sekejap
sekeliling tempat itu. "Apakah masih ada orang?"
"Siauw-heng sudah periksa, mereka semua telah
berlalu", "Silahkan Kwan heng duduk kembali didalam ruangan,
aku ada urusan ingin minta petunjukmu." kata Sie Si
Ceng sambil putar badan berjalan masuk kedalam
pagoda hangat. Kwan Tiong Gak, Jen Pek To dengan seiring mengikuti
dari belakangnya.
655 Setelah ambil tempat daduk, Si Sie Cong berkata,
"Kwan heng, walaupun penjagaan di-dalam istana kami
bukan termasuk burung binatang susah berlalu, tapi
boleh dihitung sangat ketat dan rapat terutama sekali
dalam beberapa hal Ini Pek To sudah menambah banyak
jago diantaranya. tapi kenapa mereka bisa menyeludup
masuk kedalam kebun tanpa diketahui oleh pihak
penjaga" Bila ku-tinjau dari keadaan tersebut bukan saja
mereka bisa pergi datang sesuka hati bahkan sama sekali
tidak dipandangnya sebagai suatu halangan."
"Hal ini kesemuanya karena ketidak becusan hamba,"
buru buru Jen Pek To menjura.
"Pek To, bukannya aku sedang membicarakan soal
dirimu, aku hanya ingin minta petunjuk dari Kwan heng
bagaimanakah caranya mengatasi kesulitan ini?"
Kwan Tiong Gak termenung berpikir sebentar, lalu
ujarnya ; "Para jago yang datang pada malam ini rata rata
bukan manusia sembarangan, mereka adalah jago kelas
wahid didalam dunia persilatan, pertama karena cuaca
sangat gelap dan kedua mereka sudah mengadakan
persiapan tentu saja susah untuk menemukan jejak
mereka. Perduli ilmu meringankan tubuh seseorang
berhasil dilatih sampai mencapai taraf yang
bagaimanapun mereka tetap akan neninggalkan jejak
untuk bisa berhati-pati sedikit dan sekali lagi mengatur
penjagaan disekitar istana, rasanya tidak susah untuk
mengawasi semua keadaan."
656 Mendadak Sie Si Cong tersenyum.
"Kwan heng apa maksudmu mengundang mereka
untuk berjumpa ditepi telaga Shen Yang Auw?" tanyanya.
"Aku ingin memberi penjelasan yang seterang
terangnya bagaimana watak Tok say Thayjien, aku
berharap mereka bisa memandang di atas wajahmu
untuk sementara melepaskan peta pengangon kambing
ini cuma Saja tindakanku ini bukan suatu cara yang
bagus untuk suatu waktu yang lama, karena itu aku pun
berharap Thayjien serta besan-mu bisa cepat
mendapatkan suatu cara untuk menyelesaikan masalah
peta ini. Tetap mempertahankan peta tersebut akhirnya
hanya mendatangkan bencana."
"Soal ini aku bisa manberi penjelasan kepadanya, dua
tiga hari kemudian pasti akan memberi suatu jawaban
kepadamu, justeru yang kukatakan adalah bilamana
besok malam mereka tak mau melepaskan dirimu dan
mencari gara-gara dengan kalian."
"Tentang soal ini thayjien boleh berlega hati, kalau
aku orang she Kwan tidak punya kepercayaan tak akan
berani kuambil keputusan ini." kata Kwan Tiong Gak
sambil tertawa.
"Entah bolehkah cayhe ikut pergi?" Thayjien.
"kau tak boleh menempuh bahaya." seru orang she
Kwan dengan hati terperanjat. "Bagaimanakah
perubahan situasi besok malam cayhe belum bisa
membayangkan, kalau Thayjien sampai ikut campur
657 dalam urusan ini bukan saja urusan akan susah
diselesaikan, cayhe pun belum tentu bisa melindungi
keselamatan thayjien."
Sie Si Cong tersenyum.
"Tujuan mereka terletak pada peta pengangon
kambing itu dan aku sudah serahkan peta rahasia
tersebut kepadamu aku rasa mereka tidak seharusnya
mencari gara gara lagi dengan diriku."
"Dalam dunia persilatan banyak gerombolan
gerombolan manusia yang tidak tahu diri bahkan banyak
diantara mereka yang bekerja dengan menggunakan
cara keji apapun, kalau thayjien ikut menghadiri
pertemuan itu mungkin sebaliknya malah akan
merepotkan aku orang she Kwan saja."
Sie Si Cong kembali tersenyum, ia tidak mendesak
lebih lanjut sebaliknya segera alihkan bahan pembicaraan
kesoal yang lain.
"Kwan heng, malam semakin kelam, apakah Kwan
heng ada maksud menginap semalam disini."
"Tidak perlu, didalam kantor masih ada orang
menantikan kedatanganku apa lagi urusan sangat
mendesak aku harus pulang untuk mempersiapkan diri,
Siauw heng harus mohon diri."
"Pun-say belum lelah, bagaimana kalau aku
menghantar dirimu?"
658 Buru buru Kwan Tiong Gak menjura.
"Jangan".jangan".budi kebaikan thayjien biarlah
siauw heng terima dalam hati saja."
"Baiklah, lebih baik aku mengikuti saja permintaanku.
Pek To coba kau wakili saja dia aku mangantar diri Kwan
heng." "Thayjien pun seharusnya beristirahat," kata Jen Pek
To. Setelah menjura kedua orang itupun segara
mengundurkan diri dari dalam ruangan.
Setelah keluar dari pintu istana, Kwan Tiong Gak
silangkan tangan mencegah Jen Pek To menghantar
lebih jauh. "Kau tak usah menghantar lagi."
"Siauwte merasa menyesal dan minta maaf karena
sudah menunda waktu pemberangkatan Kwan heng
pulang kampung."
Kwan Tiong Gak tertawa getir. "Sebelum menjumpai
Sie Tok say Siauwte sama sekali tidak pernah menyangka
kalau pembesar negeri yang memegang kekuasaan
empat keresidenan besar sebetulnya adalah seorang
peramah yang suka berkenalan dengan rakyat jelata"
"Aaaai. ". .! Kwan heng, kalau Sie Tok say bukan
seorang pembesar baik yang cinta negara cinta rakyat,
bagaimana siauwte sudi berdiam dalam istana Jendral
sampai beberapa tahun lamanya."
659 "Sie Thayjien benar merupakan seorang pembesar
budiman yang sukar ditemui, siauwte telah melanggar
pantangan dengan munculkan diri membebaskan
kesulitannya kali ini. Tapi Kau harus tahu tindakan
siauwte ini sama sekali tidak bertujuan hendak merebut
nama maupun kedudukan, setelah kembali ke ibu kota
nanti aku akan membubarkan perusahaan Hauw Wie
Piauw kiok, urusan disini setelah selesai pun siauwte
segera akan berangkat pulang, perduli Sie thayjien akan
mencegah dengan cara apapun siauwte sudah bulatkan
tekad yang tak akan berdiam lebih lama lagi, daripada
aku berlalu tanpa pamit lebih baik Jen-heng suka
memberi penjelasan sebaik baiknya."
"Soal ini Kwan-heng boleh lega hati, sebenarnya
urusan ini tidak seharusnya dipikul Kwan-heng. Pertama,
karena urusan terlalu mendesak dan siauwte tahu aku
tidak sanggup. Kedua, agaknya Tok say thayjien merasa
berjodoh dengan Kwan heng, kau adalah seorang Bu lim
Hoohan dan dia adalah seorang pembesar setia yang
memikirkan nasib negara serta bangsa, inilah mungkin
yang mengakibatkan antara enghiong timbul hubungan
intim"."
"Aku orang she Kwan hanya merupakan manusia
kasar, mana boleh dibandingkan dengan Tok say
thayjien," tukas Kwan Tiong Gak cepat cepat.
"Perduli apa yang kau pikirkan tapi dalam kenyataan
memang begini, siauwte sudah banyak tahun mengikuti
disisi Tok say. ataupun ia bersikap ramah terhadap siapa
pun tapi belum pernah membasahi orang dengan
660 sebutan saudara, terhadap kau Kwan heng boleh dikata
baru untuk pertama kalinya."
"Aku paham. Agaknya Tok-say thayjien menaruh rasa
sayang yang luar biasa terhadap aku orang she Kwan."
"Soal ini adalah urusan diantara kalian sendiri, sedang
mengenai maksud Kwan heng hendak kembali ke utara
setelah menyelesaikan urusan disini, siauwte berani
menanggung tak akan mencari kerepotan lagi dengan
diri Kwan heng. setelah urusan pokok beres, urusan
selanjutnya akan siauwte tanggung sendiri."
"Bagus kita putuskan dengan sepatah kata ini,
sebelumnya aku orang she Kwan mengucapkan banyak
terima kasih."
Seraya berkata ia menjura lalu putar badan dan
berlalu. Buru buru Jen Pek To balas menjura,
"Kwan beng selamat jalan, kalau membutuhkan
tenaga siauwte kirimkanlah orang untuk mengabari


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diriku." "Aku rasa tidak perlu merepotkan diri Jen heng lagi "
Sembari berkata ia tidak menghentikan langkahnya.
Cong piauw tauw dar
Pendekar Super Sakti 11 Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Pendekar Setia 12
^