Laron Pengisap Darah 9

Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Bagian 9


jah setan yang menyeramkan itu paling tidak jauh lebih
menarik sepuluh kali lipat daripada wajah orang ini.
Selembar wajahnya mirip sekali dengan sebuah semangka
yang sudah membusuk, kalau semangka itu berwarna merah
maka wajah itu berwarna putih. Putih pucat yang mendirikan
572 bulu roma, putih pucat yang sangat memuakkan, bikin hati
siapa pun bergidik, tubuh siapa pun gemetar.
Wajah itu tidak memiliki alis mata, tidak punya kumis
maupun jenggot, matanya tidak sama besarnya, ujung
kelopak mata kirinya merekah seperti daging yang meletup,
tergantung ke bawah dan membentuk sebuah celah yang
dalam, dibalik celah yang dalam itu terlihat tulang
tengkoraknya yang berwarna putih pucat.
Biji mata kanannya mirip mata manusia, sebaliknya biji
mata yang sebelah kiri lebih mirip seperti sebutir batu.
Dia tidak memiliki batang hidung karena yang terlihat
hanya dua buah lubang besar, bibirnya sebagian besar
menggulung ke atas, sementara bibir kirinya terkoyak hingga
kehilangan daging segumpil, dari koyakan itu terlihat giginya
yang menyeramkan.
Gigi itu berwarna kuning keabu-abuan, sebagian besar
sudah rontok atau patah dan tidak merata.
Diatas batok kepalanya terdapat pula sebuah celah dalam
yang seakan akan bakal merekah ke kedua belah samping,
setengah bagian yang menjorok ke muka masih tersisa
beberapa helai rambut.
Kalau bentuk kepala orang ini masih disebut sebagai batok
kepala seorang manusia, mungkin orang yang menyebutkan
begitu rada tidak waras otaknya.
Semua orang berdiri terperana, siapa pun tidak menyangka
kalau di dunia ini ternyata masih ada manusia dengan bentuk
wajah yang begitu aneh. Tidak terkecuali Siang Hu-hoa.
Sambil membelah celah yang ada diatas batok kepalanya
Liong Giok-po berkata:
"Sebetulnya celah ini pingin kujahit agar merapat jadi satu,
tapi biniku bilang, kalau tidak dijahit malah nampak lebih
menarik, maka akupun urungkan niatku untuk menjahitnya"
573 "Oya?" Siang Hu-hoa menyahut hambar, sementara hatinya
semakin bergidik.
"Wajah yang saudara Siang lihat tempo hari tentunya
bukan wajah seperti ini bukan?" kembali Liong Giok-po
bertanya sambil tertawa.
Kalau tidak tertawa, wajahnya masih nampak mendingan,
begitu tertawa maka seluruh daging wajahnya seolah tersusun
menjadi satu yang setiap saat bakal mengelupas dari
tempatnya, sungguh mengerikan hati.
Siang Hu-hoa tidak tega untuk melihat hal ini, sahutnya
sambil menghela napas: "Yaa, memang bukan"
"Berarti saudara Siang sudah tidak mengenali wajahku
lagi?" Siang Hu-hoa tidak menyangkal.
"Berarti saudara Siang tetap menaruh curiga, benarkah aku
adalah Liong Giok-po yang asli?" kembali ia bertanya.
"Rasanya hal ini memang sukar untuk dihindari"
"Untung aku masih punya cara lain untuk membuktikan
identitasku yang asli" kembali Liong Giok-po tertawa.
"Bagaimana caranya?"
"Diatas tubuhnya terdapat tatto tiga ekor nagal" mendadak
Nyo Sin menyela dari samping.
Belum sempat Siang Hu-hoa mengucapkan sesuatu, Liong
Giok-po sudah membuka baju bagian atasnya hingga terbuka
sampai bagian pinggang.
Benar juga dibagian dadanya terdapat tatto yang
melukiskan tiga ekor naga.
Sambil mengawasi tattonya Liong Giok-po berkata lagi:
574 "Karena aku berada pada urutan ke tiga, maka orang
persilatan menyebutku sebagai Liong sam-kongcu"
"Masalah ini sudah pernah kudengar" "Justru karena itu aku
khusus mencari orang untuk membuatkan tatto berlukiskan tiga ekor naga
diatas dadaku, aku pribadi memang suka sekali dengan naga"
"Soal inipun pernah kudengar" Siang Hu-hoa manggut
manggut. "Tatto ini merupakan hasil karya dari Yu hujin dari kotaraja,
sementara lukisan naga itu hasil rancanganku sendiri"
"Yu hujin memang amat termashur di kotaraja,
kepandaiannya membuat tatto memang sudah mencapai pada
puncak kesempurnaan"
"Itulah sebabnya aku pergi mencarinya" "Dengan
kemampuannya yang luar biasa, caranya membuat tatto
memang jauh lebih cermat dan teliti, hasil karyanya jauh
lebih hidup"
"Ooh..... kau takut dia pun membuatkan tatto tiga ekor
naga di tubuh orang lain?" Liong Giok-po bertanya
"Kemungkinan semacam ini bukannya tidak mungkin
terjadi" Liong Giok-po manggut-manggut.
"Kekuatiran seperti ini memang sangat masuk diakal"
katanya, "tapi ada satu hal kau pun mesti mengerti dulu
secara jelas"
"Soal apa?"
"Tidak lama setelah Yu hujin membuatkan tatto tiga ekor
naga ditubuhku, sepasang tangannya lumpuh dan tidak
pernah bisa digunakan lagi untuk membuat tatto, ke tiga ekor
575 naga ini merupakan hasil karyanya yang terakhir, sedang aku
pun merupakan langganannya yang paling buncit"
"Oya?" "
"Oleh sebab itu kau tidak usah kuatir, di kolong langit tidak
nanti akan kau temukan tiga ekor naga seperti tatto ku ini
muncul ditubuh orang ke dua"
"Yang kau maksud tidak lama setelah selesai membuat
tatto dirimu itu sebetulnya berapa hari?"
"Tiga hari"
"Apakah kejadiannya di saat kau masih muda dulu?"
"Peristiwa itu mungkin terjadi pada tujuh delapan tahun
berselang"
"Kau tampaknya tidak terlalu yakin?"
"Siapa yang bisa yakin dengan kejadian yang telah
berlangsung tujuh delapan tahun berselang?"
"Lalu kenapa kau begitu yakin ketika menyebutkan selama
tiga hari?" tanya Siang Hu-hoa keheranan.
Liong Giok-po hanya tertawa tanpa menjawab.
0-0-0 Bab 31. Surat wasiat dari Laut Utara.
Kembali Siang Hu-hoa berkata:
"Aku dengar sepasang tangan Yu hujin selalu kuat dan
sehat, kenapa tiga hari setelah membuat tatto badanmu
tangannya jadi lumpuh" Aku rasa tidak mungkin ada kejadian
yang begitu kebetulan......"
576 "Tapi banyak kejadian di dunia memang berlangsung
secara kebetulan" tukas Liong Giok-po cepat.
"Apakah kau kuatir dia buatkan juga tiga ekor naga ditubuh
orang lain, maka kau minta kepadanya untuk pensiun dini?"
tanya Siang Hu-hoa dengan nada penuh selidik.
"Rasanya sih tidak"
"Rasanya?" Siang Hu-hoa tertawa hambar, "Sudah lama
cara kerja saudara Liong termashur di seantero dunia
persilatan"
"Benarkah begitu?" sahut Liong Giok-po, mendadak dia
merendahkan suaranya, "kedatanganku kali ini sama sekali
bukan dikarenakan urusan yang terjadi pada tujuh delapan
tahun berselang"
Siang Hu-hoa mengangguk. "Tatto tiga ekor naga yang ada
di dadaku sudah cukup untuk membuktikan keaslian
identitasku bukan?" kembali Liong Giok-po berkata.
Siang Hu-hoa tidak menyahut, diapun tidak memberi
komentar. Sesudah mengenakan kembali bajunya Liong Giok-po
berkata lagi: "Sebenarnya tidak susah untuk menyelidiki apakah yang
kuucapkan benar benar kejadian atau hanya rekayasa belaka,
sebab hingga sekarang Yu hujin masih hidup"
"Dimana para opas menemukan saudara Liong?" tanya
Siang Hu-hoa lagi setelah termenung dan berpikir sejenak.
"Di rumahku"
"Menurut apa yang kuketahui, selain hebat dalam ilmu
pukulan dan ilmu pedang, saudara Liong mahir juga
menggunakan senjata rahasia, konon dua belas batang peluru
pencabut nyawa cu-bo-le-hun-sou milikmu dapat digunakan
sekehendak hati?"
577 "Aaah, kesemuanya itu hanya pemberian sahabat
kangouw" kata Liong Giok-po merendah, sementara berbicara
tahu-tahu didalam genggamannya telah bertambah dengan
dua belas batang peluru emas.
"Aaah, ternyata memang peluru emas cu-bo-le-hun-sou"
seru Siang Hu-hoa setelah mengamati peluru peluru emas itu
sekejap. "Darimana saudara Siang bisa yakin kalau peluru ini adalah
cu-bo-le-hun-sou?" mendadak Liong Giok-po balik bertanya.
"Ketika melihat untuk pertama kalinya, kau sedang
menggunakan senjata ini untuk bertarung melawan lima orang
gagah dari Ngo-gan"
Liong Giok-po seperti sedang membayangkan kembali
peristiwa waktu itu, sesaat kemudian dia baru berkata:
"Waktu itu seingatku mereka berdua merecoki aku melulu
bahkan pada saat terakhir sempat menggunakan senjata
rahasia untuk membokongku, dalam gusarnya aku pun
menghadiahkan kepada mereka masing masing sebuah peluru
cu-bo-li-hu-sou"
"Aku memang amat suka memperhatikan kepandaian
istimewa, khususnya benda benda istimewa, karena benda
istimewa akan meninggalkan kesan yang mendalam sekali"
kata Siang Hu-hoa sambil manggut manggut.
"Apakah kau perhatikan juga senjata apa yang aku
gunakan waktu itu?" tanya Liong Giok-po lagi.
"Pedang wujud naga!"
Baru selesai Siang Hu-hoa menjawab, tahu-tahu dalam
genggaman Liong Giok-po telah bertambah dengan sebilah
pedang. Bentuk pedang itu jauh berbeda dari bentuk pedang pada
umumnya, tubuh pedang jauh lebih sempit dengan punggung
578 senjata dipenuhi sisik seperti sisik naga, ketika berkilauan
dibawah cahaya lentera, sisik sisik itu nampak seperti hidup.
Berkilat sepasang mata Siang Hu-hoa, pelan pelan dia
mengangguk. "Apakah sekarang saudara Siang masih ragu atau curiga?"
tanya Liong Giok-po kemudian.
"Tidak, tidak ada keraguan lagi" jawab Siang Hu-hoa seraya
menggeleng. Sambil menyimpan kembali pedangnya, Liong Giok-po
berseru: "Saudara Siang, kau sangat berhati-hati ketika bekerja"
"Karena masalah ini sangat serius, terpaksa aku harus
bersikap ekstra hati-hati"
"Benar, sebagai seorang manusia memang jauh lebih baik
bila berhati-hati, sebab sedikit saja kurang waspada, dia bakal
menyesal dikemudian hari"
Tampaknya dibalik perkataan itu masih terselip perkataan
lain. Tapi Siang Hu-hoa tidak memperhatikan, katanya:
"Senjata bagi umat persilatan sama seperti nyawa sendiri,
kecuali nyawa sudah hilang, kalau tidak, tidak nanti senjata
andalannya akan dibiarkan terjatuh ke tangan orang lain"
"Bagiku, pedang wujud naga sama seperti nyawa ku
sendiri" Liong Giok-po segera berseru sambil menepuk
pedangnya, "entah sudah berapa kali senjata ini
menyelamatkan nyawaku"
"Oleh sebab itu bila menginginkan pedang itu, orang harus
membunuhmu terlebih dulu?" sambung Siang Hu-hoa.
Liong Giok-po tertawa tergelak.
579 "Hahahaha......tepat sekali" sahutnya,
"memang orang harus berbuat begitu"
"Aku rasa tidak banyak jumlah jagoan yang sanggup
menghabisi nyawamu"
"Mungkin jumlahnya cukup banyak, hanya saja, hingga
sekarang aku belum sempat menjumpainya"
"Orang yang punya kemampuan untuk membunuhmu,
rasanya tidak mungkin akan menyaru sebagai dirimu bukan?"
"Itulah sebabnya kau memang tidak perlu mencurigai aku"
Perlahan-lahan Siang Hu-hoa mengalihkan sorot matanya
ke wajah Liong Giok-po, setelah mengamati sesaat dia
bertanya lagi: "Mengapa wajahmu bisa berubah jadi begini rupa?"
"Menurut pendapatmu, apa yang menyebabkan terjadinya
hal ini?" Liong Giok-po balik bertanya sambil mengenakan
kembali topi bambunya.
"Akibat racun?"
"Tajam amat pandangan matamu!"
"Racun apa itu" Tampaknya sangat lihay"
"Bubuk lima racun ngo-tok-san!"
"Bubuk racun ngo-tok-san dari Tok tongcu si bocah racun?"
"Benar!" sahut Liong Giok-po sambil mengangguk, "selama
ini, orang yang terkena racun ngo-tok-san pasti akan tewas
secara mengenaskan, jadi aku terhitung sangat beruntung
karena berhasil mempertahankan nyawaku"
Siang Hu-hoa manggut manggut.
"Dia berhasil menghancurkan wajahku" kembali Liong Giokpo
berkata, "tapi aku minta selembar nyawanya sebagai
580 pengganti, aku pikir transaksi perdagangan ini tidak termasuk
kelewat rugi"
Tiba tiba dia menghela napas panjang, terusnya:


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi aku sama sekali tidak mengira kalau raut wajahku
bakal berubah jadi begini rupa"
"Aku rasa hal semacam ini sudah tidak perlu terlalu
dipikirkan lagi"
"Banyak orang merasa keheranan, mereka tidak habis
mengerti kenapa aku masih punya keberanian untuk hidup
terus kendatipun wajahku telah berubah jadi begini buruk,
mereka tidak tahu........"
"Yaa, mereka tidak tahu kalau hidup sengsara jauh lebih
mendingan ketimbang harus mati" sambung Siang Hu-hoa
cepat. Liong Giok-po segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa tergelak, raut muka anehnya kembali membuat
suasana serasa tercekam.
Siang Hu-hoa sendiripun tidak dapat menyembunyikan rasa
bergidiknya, tanpa sadar dia bersin berulang kali.
"Untung aku seorang lelaki" kembali Liong Giok-po berkata
sambil tertawa, "coba kalau aku seorang wanita, mungkin
sejak dulu sudah terjun ke sungai untuk menghabisi nyawa
sendiri" "Aku rasa yang terpenting dari seorang manusia bukan
terletak pada wajahnya"
"Mungkin perkataanmu benar, tapi berapa banyak sih yang
benar benar bisa berpikir demikian?"
"Memang tidak banyak"
581 "Sekarang wajahku sangat buruk, sedemikian buruknya
hingga nyaris mirip setan bengis yang kabur dari dalam
neraka........."
Siang Hu-hoa tidak komentar, dia hanya membungkam diri.
"Aku rasa setan bengis yang kabur dari neraka jauh lebih
tampan ketimbang wajahmu itu!" nyaris perkataan ini
meluncur keluar dari mulut Nyo Sin.
"Sekarang, urusan identitas Liong kongcu sudah jelas"
timbrung Ko Thian-liok tiba tiba, "ini berarti sudah tidak ada
masalah lain yang mengganjal, bagaimana kalau sekarang kita
berbicara ke soal pokok, urusan yang ada hubungannya
dengan warisan Jui Pak-hay"
Siang Hu-hoa menyatakan setuju.
Nyo Sin pun berpaling ke arah Liong Giok-po sambil
bertanya: "Seberapa banyak yang Liong kongcu ketahui tentang
peristiwa ini?"
"Sedikit sekali" jawab Liong Giok-po, "aku hanya tahu dari
mulut petugas opas yang mengatakan bahwa Jui Pak-hay
telah mencantumkan namaku sebagai salah satu ahli waris
kekayaannya"
"Karena alasan itu maka kau segera datang kemari?"
"Jui Pak-hay merupakan hartawan paling kaya di wilayah
Kanglam, sedang aku sedang kehabisan uang belakangan ini,
masa aku tidak segera datang kemari setelah mendengar
kabar itu?"
"Apakah kau punya hubungan persaudaraan atau famili
dengan Jui Pak-hay?" kembali Nyo Sin bertanya.
"Sama sekali tidak punya hubungan apa apa"
"Kalau begitu kau adalah sahabat karibnya?"
582 "Aku hanya tahu kalau di wilayah Kanglam terdapat
seorang hartawan kaya raya seperti dia itu"
"Berarti kalian belum pernah bersua muka?"
"Pernah, dua kali"
"Di mana?"
"Kalau tidak salah ingat, terjadi ditengah jalan"
"Darimana kau bisa tahu kalau dia adalah Jui Pak-hay?"
"Pertama kali bersua, kebetulan aku sedang jalan bersama
beberapa orang teman"
"Berarti dari antara teman temanmu itu ada yang kenal
dengannya?"
"Benar"
"Dari teman temanmu itulah kau baru tahu tentang Jui Pakhay?"
"Benar"
"Selain itu, berarti kalian sama sekali tidak punya hubungan
apa apa?" "Tidak ada"
"Kalau begitu aneh sekali, kenapa dia menunjukmu sebagai
salah satu ahli waris harta kekayaannya?"
"Aku sendiripun keheranan, justru karena itu aku khusus
datang kemari untuk mencari tahu"
"Oooh....?"
"Persoalan itulah yang menjadi penyebab utama
kehadiranku hari ini" kata Liong Giok-po lebih jauh, setelah
berhenti sejenak, terusnya, "dalam surat wasiat yang
ditinggalkan Jui Pak-hay, sebenarnya apa yang dia katakan?"
583 "Dalam surat wasiatnya tertulis sangat jelas, bahwa setelah
kematiannya maka seluruh harta kekayaan yang dimilikinya
diwariskan kepada tiga orang, masing masing memperoleh
bagian yang sama"
"Siapa dua orang yang lain?"
Untuk sesaat Nyo Sin tidak mampu menjawab pertanyaan
itu, untung Siang Hu-hoa segera menimpali:
"Mereka adalah Cu Hiap dan Wan Kiam-peng!"
"Mereka berdua adalah sahabatku, sahabatku yang paling
akrab" Liong Giok-po menjelaskan.
"Dan mereka semua sudah mati?" sambung Nyo Sin.
"Benar" Liong Giok-po mengangguk. "Cu Hiap mati karena
sakit pada dua, tiga tahun berselang?"
"Betul"
"Sedang Wan Kiam-peng tewas dibokong musuhnya pada
tujuh, delapan bulan berselang?" lanjut Nyo Sin.
"Benar"
"Mengenai penyebab kematian mereka berdua, apakah kau
ada tambahan keterangan yang perlu disampaikan?"
"Cu Hiap memang betul betul mati lantaran sakit, dalam hal
ini aku berani memastikan, sebab saat itu kami beberapa
orang sahabatnya menunggui dia disamping pembaringan"
"Lalu bagaimana mengenai kematian Wan Kiam-peng?"
"Tentang terbunuhnya dia, aku kurang jelas jadi tidak bisa
berkomentar"
"Menurut hasil penyelidikan kami, setiap tanggal satu dan
tanggal lima belas, dia pasti akan mendatangi kuil Hui-lay-si di
selatan kota untuk makan hidangan tidak bernyawa......"
584 "Hidangan tidak bernyawa yang diolah Biau-jiu hwesio
memang luar biasa lezatnya"
"Jadi kaupun mengetahui kebiasaannya itu?" desak Nyo Sin
lebih jauh. "Tentu saja tahu"
Setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Aku bahkan masih tahu kalau dia mati dibunuh orang
sekembalinya makan hidangan berpantang, mati ditusuk
pedang dari belakang punggungnya"
"Apa lagi yang kau ketahui?"
"Hanya itu saja yang kuketahui"
"Kau juga kenal dengan musuh besarnya itu?"
"Sebagian besar kenal"
"Ada berapa banyak sih orang yang pingin menghabisi
nyawanya?"
"Semua musuh besarnya amat membenci dia, sedemikian
benci hingga merasuk ke tulang sumsum, semua orang
berniat menghabisi nyawanya"
"Menurut analisamu, siapa yang kira kira paling
mencurigakan?"
"Semua orang patut dicurigai"
"Diantara sekian banyak musuh besarnya, apakah ada yang
mempunyai hubungan erat dengan para pewaris harta
kekayaan Jui Pak-hay?"
"Rasanya tidak ada!"
"Sahabat karibnya?" desak Nyo Sin lebih jauh.
"Ada"
"Siapa?"
585 "Aku!"
"Maksudku selain kau?"
"Sudah tidak ada lagi" Liong Giok-po tertawa ringan,
lanjutnya, "bukankah pewaris harta kekayaan Jui Pak-hay
hanya aku, Cu Hiap dan Wan Kiam-peng" Karena Cu Hiap
sudah mati duluan, otomatis hanya aku seorang yang punya
hubungan dengan dirinya"
Nyo Sin mendengus dingin dan tidak berkata lagi.
Setelah hening sesaat, Liong Giok-po kembali berkata:
"Bagaimana sih cara pembagian warta warisan Jui Pakhay?"
"Di dalam surat wasiatnya Jui Pak-hay telah menulis
semuanya itu secara jelas" ujar Ko Thian-liok, "dia bilang,
sepeninggal dirinya maka semua harta kekayaannya dibagi
rata antara kau, Cu Hiap dan Wan Kiam-peng........"
"Seandainya ada satu diantara ke tiga orang itu mati
duluan?" tukas Liong Giok-po.
"Maka haknya akan jatuh ke tangan anak cucu orang itu"
"Berarti bila kami bertiga keburu mati duluan, maka harta
warisan itu akan dibagi rata diantara anak cucu kami bertiga?"
"Benar"
'Tapi Cu Hiap tidak pernah berkeluarga......."
'Berarti bagiannya akan dibagi rata antara anak cucumu
dan anak cucu Wan Kiam-peng" Ko Thian-liok menjelaskan.
"Wan Kiam-peng tidak pernah berkeluarga, dia selalu hidup
sebatang kara, tidak punya bini tidak punya keturunan"
"Itu berarti semua warisannya akan jatuh ke tanganmu
atau anak cucumu"
586 "Kebetulan sekali aku pun sama seperti mereka, tidak
punya keturunan" kata Liong Giok-po sambil tertawa.
"Tapi kau toch masih hidup"
"Memangnya seluruh harta warisan dari Jui Pak-hay akan
diserahkan kepadaku seorang?" Liong Giok-po mencoba
menegaskan. "Tepat sekali!"
Mula mula Liong Giok-po agak tertegun, kemudian serunya
sembari tertawa tergelak:
"Hahahaha.....untungnya sekarang aku baru mengetahui
persoalan ini, kalau tidak, orang pasti akan curiga kalau
kematian ke dua orang itu ada sangkut pautnya dengan
diriku" Ko Thian-liok tertawa.
Setelah hening sejenak, kembali Liong Giok-po bertanya:
"Seandainya aku pun sudah mati, lalu bagaimana cara
untuk menyelesaikan harta warisan dari Jui Pak-hay ini?"
"Maka semua harta kekayaannya akan diserahkan kepada
sahabat karibnya ......" sambung Ko Thian-liok.
Belum sempat dia menyebut nama, sorot mata Liong Giokpo
sudah dialihkan ke wajah Siang Hu-hoa sembari bertanya:
"Apakah Siang Hu-hoa, saudara Siang?"
"Tepat sekali. Jadi kaupun tahu kalau mereka adalah
sahabat karib?"
"Tentu saja tahu"
"Saudara Siang sendiripun baru sehari berselang membaca
surat wasiat dari Jui Pak-hay itu"
"Benarkah begitu?" kalau didengar dari nada suaranya, dia
seakan kurang begitu percaya dengan kejadian ini.
587 Siang Hu-hoa bukan orang bodoh, tentu saja dia dapat
menangkap maksud tersebut, segera ujarnya:
"Jadi kau curiga akulah yang telah membunuh Cu Hiap dan
Wan Kiam-peng?"
"Tidak, tidak pernah ada pikiran semacam itu" sangkal
Liong Giok-po, kemudian setelah tertawa terusnya, "tidak bisa
disangkal Cu Hiap mati lantaran sakit, sedangkan Wan Kiampeng,
semisal saudara Siang menghendaki nyawanya, dengan
kemampuan ilmu silat yang kau miliki rasanya tidak perlu
membokong dari belakang" Siang Hu-hoa hanya tertawa
hambar. Setelah menghela napas panjang kembali Liong Giok-po
berkata: "Aku merasa tidak semestinya Jui Pak-hay meninggalkan
surat wasiat seperti ini"
"Oya?"
"Surat wasiat tersebut tidak seharusnya ditulis dengan cara
begini" "Lalu mesti ditulis dengan cara apa?" tanya Siang Hu-hoa.
"Seharusnya dibalik"
"Oooh... bagaimana terbaliknya?"
"Begini, dalam surat wasiat itu seharusnya ditulis bahwa
seluruh harta kekayaan miliknya akan diwariskan kepada
saudara Siang jika dia meninggal, bila ada sesuatu hal yang
terjadi dengan saudara Siang, warisan itu baru dibagi merata
antara aku, Wan Kiam-peng dan Cu Hiap"
"Benarkah?"
"Dengan ditulis begitu, paling tidak saat ini aku tidak akan
terancam bahaya maut"
588 "Oooh, jadi kau takut aku mencelakaimu gara gara warisan
dari Jui Pak-hay itu?"
"Benar, aku sangat kuatir"
"sayangnya harta kekayaan itu masih belum kupandang
sebelah mata pun" ujar Siang Hu-hoa sambil tertawa hambar.
"Sebenarnya seberapa banyak harta kekayaan yang akan
diwariskan itu?" mendadak Liong Giok-po bertanya.
Cepat-cepat Nyo Sin menjawab: "Semuanya terdiri dari
tujuh buah peti besi yang masing masing berisi mutu
manikam, intan permata, emas dan perak serta puluhan jenis
benda mestika yang tidak ternilai harganya"
Ketika mendengarkan penjelasan itu, Liong Giok-po sama
sekali tidak menunjukkan reaksi apa pun. Padahal jumlah
harta karun yang disebutkan itu merupakan sebuah nilai yang
luar biasa, cukup membuat orang saling membunuh untuk
mendapatkannya.
Agaknya Siang Hu-hoa memperhatikan terus semua
perubahan sikap Liong Giok-po, serunya tiba tiba:
"Aku lihat kekayaan yang luar biasa itu sama sekali tidak
kau pikirkan dihati?"


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"sayang bagiku, harta karun seperti itu sudah tidak cukup
untuk merangsang hawa napsu ku" jawab Liong Giok-po
sambil tertawa.
"Tanpa sebab yang jelas, kau peroleh hibah sedemikian
besarnya, masa sedikitpun tidak gembira?" sela Nyo Sin.
"Untuk merasa kuatir saja masih belum sempat, mana ada
waktu untuk menikmati kegembiraan ini?"
"Jadi kau benar benar merasa kuatir?"
"Memangnya aku sedang berbohong?"
589 "Dengan cara apa rasa takut itu baru bisa hilang dari
perasaanmu?"
"Cukup membalikkan urutan penerima warisan itu dari
pewaris utama menjadi pewaris cadangan"
"Hanya sebuah cara saja?"
"Benar!"
"Untuk mewujudkan harapanmu itu terkecuali Jui Pak-hay
hidup kembali........" seru Nyo Sin.
"Jika Jui Pak-hay hidup lagi, aku malah tidak usah
menerima warisan harta kekayaannya lagi"
Dengan sorot mata yang tajam tidak tahan Nyo Sin
mengawasi orang itu lekat-lekat, lama kemudian ia baru
berkata lagi: "Kau benar benar kuatir kalau...... kalau Siang tayhiap
bakal membunuhmu?"
"Yaa, sangat kuatir!" jawaban Liong Giok-po masih tetap
sama seperti jawaban semula.
"Memangnya saudara Siang adalah manusia type begitu?"
timbrung Ko Thian-liok tiba tiba.
"Tentu saja akupun berharap dia bukan manusia macam
begitu" "Kau seolah mempunyai pandangan antipatik terhadap
dirinya?" Liong Giok-po tidak menyangkal, tapi diapun tidak bicara.
"Apakah persoalan ini lantaran masalah kejiwaan?"
"Semoga saja memang karena masalah kejiwaan, selama
aku tetap hidup aman dan selamat sebelum kuterima harta
warisan itu, kalau tidak, jangan harap dia bisa lolos dari
kecurigaan ini"
590 Tanpa terasa sorot mata Ko Thian-liok dan Nyo Sin
bersama-sama dialihkan ke wajah Siang Hu-hoa.
Siang Hu-hoa sama sekali tidak memberikan pernyataan
apa pun. "Orang yang mampu membunuhku hanya dia seorang"
kembali Liong Giok-po berkata, "sementara orang yang akan
peroleh keuntungan dengan kematianku juga hanya dia
seorang" Siang Hu-hoa tertawa hambar. "Dunia persilatan
ibarat gua macan sarang naga, mana mungkin hanya aku
seorang yang mampu membunuhmu, apalagi harta kekayaan
yang dimiliki Jui Pak-hay sama sekali tidak kupandang sebelah
mata pun" "Kau pandang atau tidak, toch hanya kau seorang yang
tahu?" jengek Liong Giok-po.
Hampir semua perkataan yang dia ucapkan seolah tertuju
langsung kepada Siang Hu-hoa, dia seakan merasa sangat
tidak leluasa dengan kehadiran orang itu.
Tapi Siang Hu-hoa tidak menanggapi, sikapnya seakan
tidak pernah terjadi suatu peristiwa apapun disitu, dia pun
tidak membantah ataupun berusaha berdebat.
Terdengar Liong Giok-po berkata lebih jauh: "Sejujurnya,
akupun tidak merasa aneh seandainya saudara Siang tidak
memandang sebelah matapun atas harta kekayaan dari Jui
Pak-hay, sebab siapa tahu kemampuan saudara Siang dalam
mencari duit jauh lebih lihay ketimbang Jui Pak-hay, tentu
saja nilai segitu tidak dianggap sebelah mata olehnya" Siang
Hu-hoa tetap tidak berbicara. Dalam pada itu sorot mata Ko
Thian-liok dan Nyo Sin telah dialihkan ke wajah mereka
berdua, dari balik sinar matanya terpancar perasaan heran
dan ragu yang sangat tebal.
Sikap maupun cara berbicara Siang Hu-hoa dan Liong Giokpo
memang sangat aneh.
591 Baru saja Ko Thian-liok ingin bertanya, Liong Giok-po telah
berkata kepadanya:
"Kini, setelah identitasku terbukti tidak ada masalah,
semestinya pelaksanaan penyerahan harta warisan bisa segera
dilakukan bukan?"
"Benar"
"Sekarang apakah aku boleh segera memeriksa harta karun
yang diwariskan Jui Pak-hay kepadaku?"
"Sekarang?" tanya Ko Thian-liok tercengang.
"Yaa, sekarang!"
"Kau tahu sekarang sudah larut malam" teriak Nyo Sin
lantang, "lebih baik dilaksanakan besok saja"
Liong Giok-po seperti ingin membantah, tapi akhirnya
sambil tertawa dia berkata:
"Baiklah, cepat atau lambat toch barang barang itu sudah
menjadi milikku, baiklah, besok pagi baru kita periksa"
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ia bertanya:
"Harta karun itu disimpan di mana sekarang?"
"Dalam perpustakaan Ki-po-cay"
"Setahuku, dia bukan seseorang yang ceroboh dalam
melakukan pekerjaan"
"Kau kira harta karun itu diletakkan di sembarangan
tempat?" seru Nyo Sin.
"Memangnya bukan?"
"Tentu saja bukan, semua harta karun itu disimpannya
didalam ruang bawah tanah, ruang rahasia itu terletak di
bawah perpustakaan"
"Dia menyimpan harta karun itu di ruang bawah tanah?"
592 "Benar"
"Pintu masuk menuju ke ruang bawah tanah itu pasti
sangat rahasia?"
"Tentu saja"
"Biar serahasia apa pun, asal punya waktu yang cukup
pada akhirnya akan terbongkar juga"
"Kau tidak usah kuatir, pintu rahasia itu dilengkapi dengan
alat perangkap yang sangat lihay, bila tidak menguasahi
rahasia itu, siapa pun pasti akan mampus bila berani
menerobos masuk ke situ"
"Kalau begitu kita matikan dulu semua alat perangkap itu"
"Kau anggap gampang untuk mematikan alat perangkap
itu?" "Memangnya kenapa?"
"Kau tahu, Jui Pak-hay itu murid siapa?"
"Memangnya siapa?"
"Hian kicu, dia seorang ahli tehnik yang sangat mahir
membuat alat perangkap, sementara Jui Pak-hay adalah murid
andalannya, kau anggap dia tidak mewarisi seluruh
kepandaian perguruannya?"
"ehmmm, dia pasti sudah mewarisi semua kepandaian
gurunya" Liong Giok-po mengangguk, "kalau begitu alat
perangkap yang dipasang Jui Pak-hay di ruang bawah tanah
pasti luar biasa lihaynya"
Walaupun dalam hati kecilnya Nyo Sin tetap merasa sangsi,
namun dia mengangguk juga
berulang kali. "Yaa, memang sangat hebat, sangat mengerikan"
"Selama ini alat jebakan tersebut dibiarkan berjalan terus?"
593 "Kalau tidak dibiarkan berjalan terus, buat apa mesti
dilengkapi alat perangkap seperti itu?"
"Berarti kalian sudah pernah memasuki ruang rahasia itu?"
seru Liong Giok-po lagi.
"Benar"
"Kenapa kalian bisa masuk ke situ?" tanya Liong Giok-po
keheranan. "Kesemuanya ini berkat bantuan dari saudara Siang" Nyo
Sin menjelaskan sambil berpaling ke arah lelaki itu.
"Benarkah?"
"Saudara Siang dengan Jui Pak-hay adalah sahabat karib,
tentu saja diapun cukup luas pengetahuannya tentang alat
perangkap"
"Ketika meninggalkan ruang rahasia itu, apakah semua alat
perangkap dijalan kembali seperti sedia kala?"
Nyo Sin mengangguk, baru saja dia hendak mengucapkan
sesuatu, Liong Giok-po telah berkata lagi:
"Apakah kalian pun menempatkan penjaga diluar bangunan
perpustakaan itu?"
"Benar"
Liong Giok-po segera berpaling ke arah Siang Hu-hoa,
dengan nada penuh selidik dia bertanya:
"Selama berapa hari ini dimana saudara Siang berada?"
"Sebagian besar waktu berada dalam perpustakaan itu"
"Mau apa kau mengendon terus disitu?" teriak Liong Giokpo
tanpa sadar. "Melacak kasus ini"
"Hmmm, sejak kapan saudara Siang bergabung dengan
alat negara dan menjadi seorang opas" Kenapa tidak ada
kabar beritanya di dalam dunia persilatan?"
594 "Aku bukan opas, akupun tidak bergabung dengan alat
negara" bantah Siang Hu-hoa. Ko Thian-liok segera menimpali
pula: "kehadiran saudara Siang kali ini adalah atas undangan
dari Jui Pak-hay, tapi sewaktu dia tiba disini, Jui Pak-hay
sudah keburu mati, sebab kematiannya aneh dan penuh
misteri, bahkan sampai sekarang pun duduknya perkara belum
terungkap, maka dia tetap tinggal disini untuk membantu kami
menyingkap tabir rahasia ini"
"Memangnya tidak punya tujuan lain?" sindir Liong Giok-po.
Pertanyaan ini hanya bisa dijawab Siang Hu-hoa seorang,
namun lelaki itu sama sekali tidak menunjukkan reaksinya.
Dengan sorot mata yang tajam Liong Giok-po mengawasi
terus wajah Siang Hu-hoa, tiba tiba tanyanya lagi:
"Saudara Siang, sebenarnya karena apa kau bersedia
menjual tenaga bagi kasus ini?"
"Karena Jui Pak-hay pernah jadi sahabatku" jawab Siang
Hu-hoa hambar. "Aku tahu, kalian memang pernah jadi sahabat karib"
Siang Hu-hoa manggut-manggut.
"Akupun tahu" sambung Liong Giok-po lebih jauh, "bahwa
kalian sudah bentrok sejak tiga tahun berselang dan sejak itu
kalian tidak pernah berhubungan lagi"
"Hmmm, kelihatannya tidak sedikit yang kau ketahui" seru
Siang Hu-hoa sambil tertawa dingin.
"Benar, memang tidak sedikit yang aku tahu"
"Apakah kau pun tahu kalau dia pernah menyelamatkan
jiwaku, dan sampai sekarang aku belum menemukan
kesempatan untuk membayar hutang budi itu?"
"Kalau soal ini mah aku baru mendengar pertama kali ini"
jawab Liong Giok-po, setelah tertawa sinis, lanjutnya,
595 "sesungguhnya alasan semacam ini memang merupakan
sebuah alasan yang amat jitu dan baik"
Jelas dibalik ucapan tersebut masih mengandung arti yang
lain. Tapi Siang Hu-hoa tidak menanggapi, menggubris pun
tidak. Dengan mata berkedip kedip kembali Liong Giok-po
berseru: "Waaah, setelah mendengar semua keterangan ini, aku jadi
tidak lega hati sebelum pergi melakukan peninjauan sendiri"
Ko Thian-liok termenung sebentar, lalu sahutnya:
"Kalau memang kau sudah ditetapkan menjadi ahli waris
semua harta kekayaan milik Jui Pak-hay, tentu saja kau
berhak untuk meninjau harta kekayaan itu, meskipun saat ini
kurang leluasa rasanya, tapi jika kau bersikeras ingin
melihatnya sekarang juga, aku rasa permintaanmu tidak bisa
kutampik lagi"
"Hahahaha....."Liong Giok-po tertawa
tergelak, "orang bilang Ko thayjin sangat adil, ternyata
berita ini tidak keliru"
0-0-0 Bab 32. Tujuh peti harta karun.
Ko Thian-liok tertawa hambar.
"Bagaimana pun juga sekarang toh tidak ada urusan lain,
biar akupun ikut serta dalam peninjauan ini" katanya.
596 Liong Giok-po tampak tertegun ketika mendengar ucapan
tersebut. Nyo Sin yang berdiri disampingnya ikut terperanjat, buruburu
cegahnya sembari menggoyangkan tangannya berulang
kali: "Tayjin, jangan turut ke sana, jangan turut ke sana"
"Kenapa tidak boleh ikut?"
"Ruang bawah tanah itu dipenuhi alat jebakan yang sangat
mengerikan, setiap saat jiwa kita terancam bahaya, tayjin
adalah seorang pejabat tinggi, buat apa mesti turut
mempertaruhkan nyawa untuk mengunjungi tempat semacam
itu?" "Aku justru pingin menambah pengalaman khususnya
dalam menghadapi alat perangkap itu" sahut Ko Thian-liok
sambil tertawa.
"Tentang ini.........."
"Apalagi ada saudara Siang yang menampingi aku" tukas
Ko Thian-liok lagi, "biar ada bahaya pun aku rasa tidak akan
sedemikian gawatnya bahaya itu"
"Tentang ini......."
"Sudah, jangan ini itu terus, cepat sampaikan perintahku,
suruh orang siapkan tandu"
Jawaban itu diutarakan sangat tegas.
Terpaksa Nyo Sin menganggukkan kepalanya:
"Terima perintah!"
Kembali Ko Thian-liok berpesan:
"Lebih baik gunakan tandu biasa, jangan sampai
mengejutkan khalayak ramai"
"Berapa orang yang akan dibawa?"
597

Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah Tu Siau-thian sudah kembali?" Ko Thian-liok balik
bertanya. "Sewaktu Liong kongcu muncul disini, hamba telah
mengutus orang untuk memanggilnya tapi dia belum kembali,
entah kalau sekarang"
"Kalau begitu kirim orang untuk memanggilnya, jika dia
belum juga kembali, kau dan Yau Kun berdua saja yang ikut
aku" Nyo Sin kembali menyahut dan segera mengundurkan diri
dari ruangan. Memandang bayangan punggung Nyo Sin yang menjauh,
Ko Thian-liok termenung sejenak lalu gumamnya:
"Aneh benar Tu Siau-thian ini, entah ke mana dia telah
pergi?" "Mungkin dia benar-benar telah berhasil melacak suatu titik
terang" sahut Siang Hu-hoa.
"Seandainya benar begitu, dia sudah sepantasnya kalau
dihubungi"
"Atau bisa jadi dia menemukan titik jejak ditengah jalan
dan mesti dikuntit terus, maka dia pergi tanpa sempat
memberi kabar terlebih dulu"
"Kalau melacak sesuatu seorang diri, nyawanya gampang
terancam, biarpun dia berhasil menemukan sesuatu, kalau
sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, apalah gunanya hasil
penemuan itu?"
"Selama ini opas Tu selalu bertindak sangat hati hati, aku
yakin dalam tindakannya kali ini dia bisa lebih berhati hati lagi"
"Justru yang aku kuatirkan adalah biar sudah berhati hati
pun tidak ada gunanya"
Sesudah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
598 "Kita semua harus sadar, tersangka yang sedang kita
hadapi kali ini bukanlah tersangka biasa"
"Tapi masalahnya sudah berkembang jadi begini rupa, biar
kita mau kuatir pun rasanya percuma saja......"
Ko Thian-liok menghela napas panjang dan manggutmanggut.
Siang Huhoa juga tidak berbicara lagi, dia buang
pandangan matanya ke luar jendela.
Malam hari sudah semakin kelam, saat itu meski hujan
telah berhenti namun hembusan angin masih terasa kencang.
Perlahan-lahan awan gelap mulai tersingkirkan, rembulan
pun muncul kembali dari balik awan.
Siang Huhoa hanya berharap peristiwa pembunuhan ini
mulai menunjukkan titik terang, selangkah demi selangkah
masalahnya makin terkuak.
Benarkah Tu Siau-thian telah menemukan sesuatu yang
luar biasa"
Siang Huhoa tidak dapat menjawab pertanyaan itu, lalu
siapa yang bisa menjawabnya"
Hanya satu orang!
0-0-0 Tu Siau-thian memang berhasil menemukan sesuatu.
Sayangnya, penemuan sehebat apapun yang berhasil dia
kumpulkan, saat ini sudah tidak mungkin bisa dibawa pulang
lagi. 599 Peristiwa ini bukannya mulai menunjukkan titik terang
seperti apa yang diduga Siang Huhoa, sebaliknya justru
bertambah rumit dan bertambah kacau.
Terutama ketika Siang Huhoa balik lagi ke perkampungan
Ki-po-cay, kepalanya semakin dibikin pusing lagi oleh masalah
yang harus dihadapi.
Dalam perkampungan Ki po cay kembali terjadi peristiwa
besar. Peristiwa besar itu justru terjadi di dalam ruang rahasia di
bawah perkampungan Ki po cay.
Alat perangkap yang ada dalam ruang bawah tanah itu
semuanya masih berjalan normal, tapi ketika mereka
memasuki ruang rahasia tersebut, seluruh harta karun yang
semula memenuhi ruangan, kini hilang lenyap tidak berbekas.
Lenyap dengan begitu saja bagaikan gumpalan asap.
Seluruh perlengkapan dan alat jebakan yang terpasang
dalam ruang rahasia itu tidak menunjukkan ada masalah.
Ketika dengan sepenuh tenaga Siang Hu-hoa
menggetarkan tombol rahasia di balik dinding ruangan, ke dua
pintu rahasia yang bergantungkan ukiran Mi lek Hud dan
Kwan-im bertangan seribu itu segera terbuka bersama-sama.
Ketika dia mendorong lengan Kwan-im bertangan seribu ke
atas maka dari balik mata patung itu segera meloncat keluar
dua buah biji matanya.
Sepasang biji mata yang sebenarnya terbuat dari bahan
baja. Tidak lama kemudian berkumandanglah suara mencicit
seperti suara serombongan tikus yang sedang mengunyah
bangkai, suara itu timbul dari balik lorong rahasia.
600 Tidak ada rombongan tikus yang muncul disitu, suara
tersebut berasal dari suara gesekan alat rahasia yang
mengendalikan buka tutupnya pintu-pintu dalam ruangan.
Setelah mendapat pengalaman satu kali, kali ini Siang
Huhoa dapat menghadapi semuanya dengan lebih gampang.
Setelah suara aneh itu bergema lewat, diapun melangkah
masuk ke balik pintu rahasia.
Tidak ada hujan panah, tidak ada juga hujan pisau terbang.
Sama seperti tempo hari, semua alat rahasia berjalan
lancar dan tidak menunjukkan gejala yang aneh.
Nyo Sin merupakan orang ke dua yang melangkah masuk
ke dalam ruang rahasia.
Dia berjaga-jaga didepan Ko Thian-liok, dalam keadaan
begini, biar nyalinya agak kecil pun terpaksa harus tampil
dengan membesarkan keberaniannya.
Apalagi dia tahu Siang Huhoa mengikuti di belakangnya,
sedikit banyak keselamatan jiwanya agak terjamin.
Liong Giok-po merupakan orang ke tiga yang masuk, dia
melangkah sangat hati-hati, mengikuti ketat persis di belakang
Nyo Sin. Tidak ada orang yang bisa menyaksikan mimik mukanya,
selama ini topi bambu dan kain kerudung wajahnya memang
tidak pernah dilepaskan lagi.
Padahal biarpun dia lepaskan kain kerudungnya, sulit juga
bagi orang lain untuk membedakan perubahan wajahnya.
Sambil melangkah masuk ke dalam ruangan, pujinya:
"Sungguh hebat alat perangkap yang dipasang disini"
Nyo Sin hanya mengiakan, sementara Siang Huhoa tidak
memberi pernyataan apa pun, dia masih melanjutkan
langkahnya. 601 Pertanyaan yang diajukan Liong Giok-po tadi sesungguhnya
memang ditujukan kepada Siang Huhoa, tapi melihat lelaki itu
tidak menunjukkan reaksi apa-apa, dia pun memperkeras
suaranya: "Saudara Siang, sudah kau dengar pertanyaanku?"
"Ooh, rupanya kau sedang bicara padaku?"
"Benar"
"Bukankah komandan Nyo sudah mewakili aku untuk
menjawabnya?"
"Masih ada yang ingin kutanyakan"
"Kalau begitu katakan saja" jawab Siang Huhoa sambil
menghentikan langkahnya.
"Kita bisa berbicara sambil melanjutkan perjalanan"
"Sayang aku tidak memiliki nyali sebesar itu"
"Oya?"
"Aku belum menguasai penuh atas alat perangkap yang
terpasang disini, sewaktu berbicara, perhatianku pasti akan
bercabang, kalau sampai salah melangkah, kita beberapa
orang bakal celaka disini"
Belum sempat Liong Giok-po berbicara lagi, Nyo Sin yang
sudah berjalan mendahului ke dua orang itu segera berteriak
keras: "Kalau ada yang mau dibicarakan lebih baik dibicarakan
nanti saja, jangan main-main dengan alat perangkap yang
dibuat Jui Pak-hay"
"Tampaknya kau seperti sudah mengetahui kehebatan dari
alat perangkap ini?" ejek Liong Giok-po sambil tertawa.
"Tentu saja aku tahu:
602 "Memangnya pernah merasakan kehebatan alat perangkap
itu?" "Tempo hari aku nyaris dihajar hujan panah yang
ditembakkan alat perangkap itu, tubuhku nyaris berubah
menjadi landak"
"Lalu berapa batang anak panah yang bersarang
ditubuhmu?"
"Satu pun tidak ada"
"Waah, hebat sekali kepandaianmu!"
"Bukan aku yang hebat, coba kalau bukan saudara Siang
yang menarikku tepat pada saatnya, mungkin badanku sudah
menjadi separuh landak"
"Mangkanya kau hanya mengintil terus kali ini?"
"Aku........"
"Hahaha.... ternyata kau memang orang pintar" kembali
Liong Giok-po mengejek sambil tertawa tergelak.
Nyo Sin segera membungkam diri dalam seribu basa,
sementara Liong Giok-po juga tidak berkata apa-apa lagi, dia
hanya menengok ke arah Siang Hu-hoa.
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan kepadaku?" Siang
Huhoa segera menegur.
"Sebenarnya bukan apa apa, aku hanya ingin tahu
darimana kau pelajari ilmu jebakan" Kenapa kau seperti begitu
hapal dengan alat perangkap yang terpasang disini?"
"Siapa bilang aku hapal?"
"Bukankah sekarang kau bisa membuka pintu rahasia itu
secara mudah, mematikan semua alat perangkap dan masuk
kemari secara bebas?"
"Kenyataan memang begitu"
603 "Kalau tidak hapal, kenapa bisa masuk secara mudah?"
"Tampaknya kau telah melupakan sesuatu"
"Soal apa?"
"Bukankah pernah kubilang, kami pernah berkunjung
kemari satu kali?"
Kemudian setelah tertawa dingin katanya lagi:
"Dengan pengalaman satu kali, bila datang untuk kedua
kalinya segala sesuatu pasti akan lebih gampang lagi"
"Benarkah begitu?"
"Apa lagi yang ingin kau ketahui?"
"Sejak awal hingga sekarang sudah berapa kali kau masuk
kemari?" kembali Liong Giok-po bertanya.
"Termasuk kali ini, aku sudah dua kali memasuki tempat
ini" "Maksudmu setelah masuk pertama kali dulu, kau tidak
pernah memasuki tempat ini lagi?"
"Tidak pernah"
"Selama beberapa hari tinggal di perkampungan Ki po cay,
masa kau tidak melakukan penyelidikan lagi terhadap ruang
bawah tanah ini?"
"Tidak"
"Memangnya kau anggap ruang bawah tanah ini tidak ada
yang patut dicurigai?"
"Bukan begitu"
"Lalu apa alasannya?"
"Selama beberapa hari ini Ko tayjin tidak punya waktu,
opas Nyo dan opas Tu juga tidak punya waktu senggang"
604 Ko Thian-liok yang berdiri di belakang mereka segera
menimpali: "Kenyataan memang demikian, selama beberapa hari
terakhir di dalam kota telah terjadi lagi beberapa kasus yang
harus kami tangani sendiri, jadi aku tidak punya waktu untuk
melakukan penyelidikan, begitu juga halnya dengan opas Nyo
dan opas Tu"
"Lalu apa hubungannya soal ini dengan kehadiran
mereka?" "Jelas sangat besar, ruangan ini dipenuhi harta karun yang
tidak ternilai harganya, tanpa didampingi pejabat negara,
siapa yang berani memasukinya secara sembarangan?"
"Oooh, jadi kau berusaha menghindari tuduhan dan
kecurigaan?"
"Benar"
"Selama beberapa hari berdiam di perkampungan Ki po
cay, apakah ada petugas negara yang mendampingi mu?"
kembali Liong Giok-po bertanya.
"Ada!"
"Selama beberapa hari ini aku selalu mendampingi Siang
tayhiap" Yau Kun yang mengikuti dipaling belakang segera
menyahut. "Menjalankan perintah?" desak Liong Giok-po.
Perasaan jengah dan kikuk segera menghiasi wajah Yau
Kun, dia tidak menjawab.
Membungkam sama artinya dengan mengakui.
"Melaksanakan perintah siapa?" desak Liong Giok-po lebih
jauh. Yau Kun tetap tidak menjawab, maka Nyo Sin yang
menjawab: 605 "Semua ini atas usul Tu Siau-thian, dia menganggap cara
begini lebih baik dan sesuai"
"Jadi maksudmu dia tidak percaya dengan Siang Huhoa?"
"Dalam menghadapi kasus macam apa pun, sebelum
duduknya persoalan jadi jelas, kita memang tidak boleh
percaya kepada siapa pun"
"Tampaknya rasa curigamu amat besar"
"Paling tidak kau berapa kali lipat lebih hebat daripada
diriku" Liong Giok-po tertawa hambar, kembali tanyanya:
"Apakah pihak kerajaan mengutus petugas untuk menjaga
sekeliling ruangan ini?"
"Ada empat orang"
"Bagaimana cara mereka menjaga?"
"Mereka bertugas secara bergilir, siang malam tidak pernah


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan ruangan ini barang selangkah pun"
"Bagaimana kemampuan orang orang itu?"
"Biarpun kepandaian silat mereka bukan termasuk yang
paling baik, namun ke empat orang itu merupakan anak
buahku yang terpandai"
"Bagaimana kalau mereka dibandingkan Yau Kun?" Liong
Giok-po bertanya lebih jauh.
"Tentu saja Yau Kun jauh lebih hebat" Mendadak Liong
Giok-po tertawa tergelak, serunya:
"Moga moga saja mereka berlima sanggup mengawasi
terus semua gerak gerik Siang Huhoa"
Nyo Sin tidak menjawab, dia memang tidak tahu
bagaimana harus menanggapi perkataan itu, sebab bila harus
menjawab secara terus terang, dia memang tidak seratus
606 persen yakin dengan kemampuan yang dimiliki Yau Kun
berlima. Tentu saja dia berpendapat begitu, karena dia pernah
menyaksikan kehebatan ilmu silat yang dimiliki lelaki itu.
Siang Hu-hoa tidak berbicara pula, dia hanya tertawa dingin
tiada hentinya.
Sekali lagi Liong Giok-po tertawa, ujarnya kepada Siang Huhoa:
"Dengan kemampuan yang Siang-heng miliki, sanggupkah
kau untuk menyingkirkan pengawasan dari ke lima orang itu?"
Siang Huhoa hanya tertawa dingin tanpa menjawab.
Melihat tiada jawaban dari lawannya, Liong Giok-po segera
menjawab sendiri pertanyaan itu:
"Tentu saja kau mampu melakukan hal itu, asal Siang-heng
ingin melakukannya, jangan lagi baru lima orang, biar lima
puluh orang pun aku percaya masih belum mampu untuk
mengawasi semua gerak geriknya"
Siang Huhoa tetap tidak menjawab, dia cuma tertawa
dingin. "Sekarang, lebih baik kau berharap agar semua harta karun
itu masih tetap tersimpan dengan aman didalam ruang bawah
tanah" kembali Liong Giok-po berseru.
"Tentu saja aku berharap begitu"
"Kalau sampai hilang, aku jadi menguatirkan dirimu....."
"Kau tidak perlu merasa kuatir"
"Sebelum menyaksikan sendiri tumpukan harta karun itu,
aku tetap merasa kuatir"
Sekali lagi Siang Hu-hoa tertawa dingin, tanpa membuang
waktu lagi dia segera melangkah pergi.
607 0-0-0 Lorong itu panjangnya cuma dua kaki.
Hanya didalam berapa langkah Siang Hu-hoa sudah tiba
diujung lorong itu, kini dihadapannya adalah sebuah undakundakan
batu. Undak-undakan itupun tidak terlalu panjang, hanya terdiri
dari tiga puluh anak tangga.
Ujung anak tangga merupakan sebuah pintu baru, pintu itu
dalam keadaan terbuka, cahaya lentera yang redup
menembus keluar dari balik pintu.
Siang Huhoa segera menuruni anak tangga dan masuk ke
balik pintu ruangan, tapi dengan cepat dia berdiri terkesima,
matanya terbelalak dan mulutnya melongo.
Padahal dia masih ingat dengan jelas, waktu itu mereka
tinggalkan ruang rahasia ini karena dari balik pintu sudah
terdengar suara gemerutuk yang aneh.
Bahkan dia masih ingat, ketika mereka baru saja
meninggalkan pintu ruangan, ke dua belah pintu batu itu
merapat dengan perlahan.
Kenapa pintu itu dalam keadaan terbuka sekarang"
Mengapa bisa begitu" Apa yang terjadi"
Atau mungkin kedua belah pintu waktu itu sudah dilengkapi
dengan waktu sehingga ketika sampai pada waktu tertentu
maka pintu tersebut secara otomatis akan terbuka, kemudian
ketika waktu sudah lewat, pintu itu secara otomatis menutup
kembali" 608 Atau mungkin diruang bawah tanah dia telah melengkapi
lagi dengan alat khusus sehingga ketika mereka melalui suatu
tempat tertentu, pintu itu secara otomatis membuka sendiri"
Dia tidak yakin akan hal itu, diapun tidak percaya kalau di
dunia ini benar-benar terdapat orang yang mampu membuat
peralatan secanggih ini.
Agaknya Nyo Sin juga melihat gegagat yang kurang beres,
segera jeritnya:
"Sewaktu meninggalkan ruangan ini, bukankah pintu
rahasia dalam keadaan tertutup" Kenapa sekarang berada
dalam keadaan terbuka?"
"Aku sendiripun tidak habis mengerti" Siang Huhoa
menggeleng. "Jangan-jangan memang sudah terjadi sesuatu di sini?"
"Asal kita masuk ke dalam, bukankah semuanya akan
menjadi jelas?"
"Kalau begitu cepat kita masuk ke dalam"
Biarpun dia berteriak nyaring, namun sepasang kakinya
seakan sudah berakar disitu, sama sekali tidak bergerak.
Dia tidak bergerak, Siang Huhoa justru bergerak sangat
cepat, dia langsung menerobos masuk ke ruang dalam.
Cahaya lentera masih bersinar menerangi seluruh ruangan.
Tapi begitu menyelinap masuk ke dalam, Siang Huhoa
segera berdiri tertegun bagaikan sebuah patung.
Semua perabot dalam ruangan itu masih utuh tidak
bergeser, namun harta karun yang tidak ternilai jumlahnya itu
justru sudah lenyap tidak berbekas, tidak tertinggal sepotong
pun. Ke mana kaburnya harta karun itu"
609 Seluruh dinding ruangan terbungkus kain sutera yang
halus, permukaan lantai dihiasi permadani berwarna merah
darah, hampir semua perabot yang terletidak dalam ruangan
itu sangat indah, mewah dan antik.
Lentera berada persis di tengah ruangan. Lentera itu
semuanya berjumlah delapan, satu di atap ruangan dan tujuh
lentera lainnya mengelilingi diseputarnya berbentuk setengah
bintang. Tujuh lentera itu tidak bersinar, hanya lentera dibagian
tengah ruangan yang memancarkan cahaya nya.
Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan keadaan yang
dilihat Siang Hu-hoa sewaktu untuk pertama kalinya memasuki
ruang rahasia itu.
Disekeliling meja besar, dua tiga puluh buah meja kecil
yang berjajar diseputar ruangan pun masih berada di posisi
semula. Diatas meja itu semula terletak empat belas gulung catatan
pengalaman Jui Pak-hay serta sepucuk surat wasiat, barangbarang
itu sudah mereka bawa pergi ketika meninggalkan
ruang rahasia tempo hari, semua benda itu sudah diboyong ke
kantor pengadilan dan sudah diperiksa Ko Thian-liok.
Yang tidak mereka bawa waktu itu hanya benda benda
berharga yang diletakkan diatas belasan meja kecil itu.
Kini permukaan meja sudah berada dalam keadaan kosong,
seluruh harta karun yang tidak ternilai harganya itu sudah
hilang lenyap tidak berbekas.
Masih untung ke tujuh buah peti yang penuh berisikan
emas dan perak masih tergeletak di sudut ruangan.
Siang Huhoa telah mengalihkan sorot matanya ke atas ke
tujuh buah peti besi itu.
610 Baru saja dia hendak maju menghampiri, Nyo Sin dengan
kecepatan bagaikan kuda yang lepas dari jeratan langsung
menerjang ke depan melewati sisi tubuhnya.
Dengan wajah berseri dia lari ke sudut ruangan,
teriaknya: "Masih untung ke tujuh buah peti berisi intan permata itu
masih ada disitu"
Sayang dia gembira kelewat awal, selain itu juga kurang
teliti, tampaknya dia belum memeriksa kalau sebuah kunci
gembok yang semula mengunci ke tujuh buah peti itu kini
sudah berserakan di tanah.
Kunci-kunci gembokan itu memang sejak awal hanya
tergantung diatas peti, itulah sebabnya secara mudah mereka
bisa menanggalkan kunci gembok dan memeriksa isi peti itu.
Tapi kini semua kunci gembok berserakan di lantai, siapa
yang melepaskan kunci kunci itu dan membuangnya di lantai"
Nyo Sin tidak memperhatikan hal itu, berbeda dengan
Siang Huhoa yang segera
menangkap gejala itu, sepasang alis matanya kontan
berkerut. Sementara itu Nyo Sin sudah siap membuka peti peti besi
itu, disaat terakhir mendadak dia merasakan ada yang tidak
beres, kontan teriaknya lagi:
"Bukankah peti-peti ini hampir semuanya dalam keadaan
terkunci?"
Ketika melihat semua kunci berserakan diatas permadani,
dia merasa makin keheranan:
"Aku masih ingat dengan jelas, ketika akan meninggalkan
ruangan ini, semua kunci gembok sudah kukembalikan ke
tempat asalnya....."
611 "Jangan-jangan ada penjahat yang melepaskan kunci kunci
itu" Tapi... apa mungkin dia sanggup membawa lari semua
harta karun itu seorang diri.....?"
Dengan penuh tanda tanya dia membuka peti itu......
ternyata peti itu hanya sebuah peti kosong!
Buru-buru dia periksa peti ke dua, ternyata peti ke dua pun
merupakan peti kosong.
0-0-0 Bab 33. Masa lalu Persekutuan Rajawali emas.
"Kenapa semuanya kosong?" teriak Nyo Sin sambil mencakmencak
macam monyet kebakaran jenggot.
Tidak selang berapa saat kemudian seluruh peti besi yang
ada dalam ruangan itu sudah dibongkar habis, tapi hampir
semuanya merupakan peti-peti kosong.
Nyo Sin mulai kejang, sekujur badannya menjadi kaku
kemudian gemetar keras.
Untuk sesaat suasana menjadi hening, sinar mata semua
orang nyaris tertuju ke atas ke tujuh buah peti itu.
Tidak ada yang bicara, tidak ada yang bergerak, yang
kedengaran hanya dengus napas yang memburu.
Entah berapa lama sudah lewat, akhirnya seseorang
memecahkan keheningan.
Orang itu adalah Liong Giok-po!
612 Perkataan pertama yang muncul dari mulutnya adalah
jeritan kaget: "Mana harta karunnya" Dimana harta karunnya disimpan?"
Teriakan itupun sangat tajam dan melengking, jauh lebih
tajam daripada hujan anak panah yang menyembur ke empat
penjuru. Nyo Sin yang menjawab duluan, dia tuding tumpukan peti
itu sambil serunya:
"Ketika meninggalkan ruangan ini tempo hari, harta karun
itu masih terletak dalam tujuh buah peti besi ditambah dua
puluh tiga buah meja kecil, tapi sekarang....... semuanya telah
hilang lenyap!"
"Sungguh?" teriak Liong Giok-po keras.
"Tentu saja sungguh!" jawab Nyo Sin sambil berteriak pula,
"sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Tiba-tiba Liong Giok-po tertawa dingin.
"Kalau ingin tahu duduknya perkara, kau mesti bertanya
kepada seseorang!"
"Siapa?"
"Dia!" sahut Liong Giok-po sambil menuding ke arah Siang
Hu-hoa. "Dia?"
"Betul dia, hanya dia seorang yang mengetahui duduknya
perkara" seru Liong Giok-po lagi.
Dia maju dua langkah, kemudian sambil menunjukkan jari
tangannya nyaring menempel diujung hidung Siang Huhoa,
terusnya: "Sebetulnya sudah kau larikan kemana harta karun itu?"
613 "Aku tidak pernah menyentuh harta karun itu!" jawab Siang
Hu-hoa tanpa perubahan mimik muka.
"Kau tidak membawa lari barang barang itu?" jengek Liong
Giok-po, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya dan tertawa
keras, dibalik gelak tertawanya itu penuh mengandung nada
ejekan dan sindiran.
Siang Huhoa tidak gusar, pun tidak ikut tertawa, dia masih
berdiri tenang di tempat.
Selesai tertawa Liong Giok-po menarik kembali tangannya
sambil bercekak pinggang, seakan-akan dia ingin
mengucapkan sesuatu.
Tapi sebelum dia sempat berbicara, Nyo Sin sudah
berteriak duluan:
"Atas dasar apa kau merasa begitu yakin kalau harta karun
itu dilarikan dia?"
"Atas dasar apa?"
"Betul, atas dasar apa?"
"Ada tiga alasan, pertama. Hanya dia yang bisa
mengelabuhi pengawasan dan pengamatan para petugas jaga
yang berpatroli dalam ruang perpustidakaan ini!"
"Ehmmm, dengan kehebatan ilmu silatnya memang tidak
sulit baginya untuk melakukan hal seperti ini" Nyo Sin
manggut-manggut.
Tapi kemudian dia menggeleng pula sambil katanya:
"Alasan ini tidak cukup kuat, sebab orang yang hebat ilmu
silatnya bukan Cuma dia seorang"
Liong Giok-po tidak mencoba berdebat, kembali ujarnya:
"Kedua, hanya dia seorang yang memahami cara untuk
membuka pintu rahasia itu, hanya dia yang bisa mematikan
alat jebakan serta memasuki ruang bawah tanah"
614 "Alasanmu ini memang tepat sekali" kembali Nyo Sin
manggut- manggut, "apakah kau masih memiliki alasan lain


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lebih bagus?"
"Masih ada satu lagi"
"Ehmmm, apa alasanmu yang ke tiga itu?"
Dengan sorot mata yang tajam bagaikan sembilu Liong
Giok-po menatap wajah Siang Hu-hoa sekejap, kemudian
teriaknya: "Ke tiga, karena dia memang dasarnya seorang pencoleng!"
Kecuali Siang Huhoa, hampir semua orang dibuat tertegun
setelah mendengar teriakan tersebut.
"Kau bilang dia.... dia adalah seorang pencoleng?" tanya
Nyo Sin dengan wajah penuh keraguan.
"Betul, bukan Cuma pencoleng kecil, dia bahkan seorang
perampok ulung!" seru Liong Giok-po sambil manggutmanggut.
"Kau jangan sembarangan menuduh orang!"
"Kau anggap aku adalah type manusia yang suka
sembarangan menuduh?"
"Apa buktinya kalau dia itu perampok?"
"Jika seorang perampok selesai melakukan kejahatannya
masih meninggalkan bukti, maka dia tidak bisa disebut
seorang perampok ulung"
"Lalu darimana kau bisa tahu kalau dia adalah seorang
perampok ulung?"
"Aku harus melakukan penyelidikan hampir tiga tahun
lamanya, setelah bersusah payah mengumpulkan saksi dan
bukti barulah aku berani mengatakan secara begitu
meyakinkan"
615 Tiba-tiba Nyo Sin memperhatikan Liong Giok-po beberapa
kali, mengamatinya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki,
kemudian ujarnya:
"Rasanya kau tidak mirip seorang opas yang sedang
melakukan penyelidikan"
"Aku memang bukan seorang opas"
"Kalau memang bukan opas, kenapa kau lakukan
penyelidikan itu?"
"Sebab aku harus menyelidikinya hingga jelas!"
"Kenapa?"
"Sebab aku punya ganjalan dengannya"
"Ganjalan apa?"
"Dia pernah merampas barang milikku!"
"Barang apa?"
"Intan permata dan emas perak yang tidak ternilai
jumlahnya"
"Ach, masa ada kejadian seperti ini?"
"Aku memiliki sebuah kelebihan yakin tidak pernah suka
berbohong"
"Oooh......" Nyo Sin berseru tertahan, "oleh karena dia
pernah merampas intan permata, emas perak yang tidak
ternilai harganya dari tanganmu, maka kau melakukan
penyelidikan atas dirinya?"
"Benar!"
Nyo Sin manggut-manggut berulang kali.
"Kelihatannya apa yang kau katakan memang merupakan
kejadian nyata" katanya, "kalau tidak, buat apa kau
menyelidiki jejaknya hampir selama tiga tahun!"
616 "Tepat sekali" Liong Giok-po tertawa dingin, "cuma terus
terang, dalam tiga tahun ini aku bukan cuma menyelidiki dia
seorang saja"
"Oya?"
"Selain dia, pada saat yang bersamaan aku pun menyelidiki
seseorang yang lain"
"Siapakah orang itu?"
"Jui Pak-hay!"
Untuk kesekian kalinya Nyo Sin berdiri termangu.
Setelah tertawa dingin, Liong Giok-po berkata lebih jauh:
"Sebenarnya untuk melakukan penyelidikan aku tidak perlu
menghabiskan waktu hingga tiga tahun lamanya, yang
menjadi persoalan adalah sejak tiga tahun berselang mereka
berdua sudah berselisih dan memisahkan diri, satu tinggal di
utara yang lain tinggal di selatan, itulah sebabnya aku butuh
waktu selama tiga tahun untuk berlarian antara utara dan
selatan" "Jadi kau mengatakan Jui Pak-hay pun seorang perampok
ulung?" tanya Nyo Sin dengan nada penuh selidik.
"Betul, dia memang seorang perampok ulung!"
"Kalau kudengar dari nada pembicaraanmu, seolah kau
mengatakan bahwa Jui Pak-hay adalah komplotan dari Siang
Huhoa?" "Memang begitulah kenyataannya"
"Ada satu hal kau mesti menerangkan dulu sejelasjelasnya!"
seru Nyo Sin kemudian sambil menarik muka.
"Soal apa?"
"Kau harus bertanggung jawab terhadap setiap patah kata
yang kau ucapkan"
617 "Tentu saja aku akan bertanggung jawab"
"Baiklah" ujar Nyo Sin kemudian, "kau mengatakan Siang
Huhoa dan Jui Pak-hay bekerja sama merampas intan
permata, emas perak yang tidak ternilai harganya dari
tanganmu, bukan begitu?"
"Sebenarnya intan permata, emas perak yang dirampok
mereka itu bukan milikku seorang"
"Lalu milik berapa orang?"
"Tiga orang"
"Siapa dua orang yang lain?"
"Wan Kiam-peng dan Cu Hiap!"
"Oooh.... tidak heran kalau dalam surat wasiatnya Jui Pakhay
mewariskan seluruh harta kekayaannya untuk kalian
bertiga" seru Nyo Sin kemudian seakan baru menyadari akan
sesuatu. "Bukan diwariskan, tapi hanya mengembalikan barangbarang
itu kepada pemilik lamanya"
"Kalau didengar dari nada pembicaraanmu, seakan semua
yang kau tuduhan merupakan kejadian nyata?"
"Jika kau masih sangsi atau ragu, kenapa tidak ditanyakan
kepada Siang Huhoa saja?"
Tanpa terasa Nyo Sin mengalihkan sinar matanya ke wajah
Siang Huhoa, belum sempat dia mengucapkan sesuatu, Liong
Giok-po sambil menatap tajam wajah lelaki itu sudah berkata
duluan: "Seorang lelaki sejati berani berbuat berani bertanggung
jawab, kau seharusnya berani mengatakan hal yang
sesungguhnya"
"Hmmm, kau tidak usah kuatir!" sahut Siang Huhoa sambil
tertawa dingin.
618 Nyo Sin segera maju mendekat, tegurnya kemudian:
"Benarkah kau adalah seorang perampok ulung?"
"Boleh dibilang begitu" ternyata Siang Huhoa mengangguk
membenarkan. "Berarti Jui Pak-hay juga seorang perampok?"
"Benar!"
"Wouw, kalau begitu selama ini aku salah menilai tentang
dirimu" seru Nyo Sin sambil menghela napas panjang.
Siang Huhoa hanya tertawa hambar tanpa menjawab.
Kembali Nyo Sin bertanya:
"Tiga tahun berselang benarkah kau pernah bekerja sama
dengan Jui Pak-hay untuk merampok harta kekayaan milik
Liong Giok-po bertiga?"
Siang Huhoa mengangguk.
"Berarti hasil rampokanmu itu tidak lain adalah harta karun
yang tersimpan dalam ruang bawah tanah ini?" teriak Nyo Sin
lagi dengan mata melotot.
"Kira-kira begitu"
"Kira-kira" Apakah masih tersimpan di tempat lain"
Bagianmu kau simpan di mana?"
"Aku tidak menyimpan sepotong pun!"
"Oya?"
"Sejak awal hingga sekarang, tidak sepotong benda pun
yang pernah berada dalam genggamanku"
"Berarti sudah diambil semua oleh Jui Pak-hay?"
"Betul"
"Siapa yang merencanakan perampokan waktu itu?"
619 "Dia!"
"Sebagai komplotannya, keuntungan apa yang telah kau
peroleh?" "Tidak ada keuntungan yang kuperoleh, sebaliknya aku
justru kehilangan sesuatu"
"Kehilangan apa?"
"Teman, seorang teman!"
"Jui Pak-hay?"
Siang Huhoa membungkam tanpa menjawab.
Dengan mata melotot Nyo Sin mengawasinya, kemudian
setelah menggeleng ujarnya:
"Tampaknya kau belum cukup canggih untuk menjadi
seorang perampok ulung"
Siang Huhoa hanya tertawa hambar.
"Masa kau biarkan dia mengangkut semua hasil rampokan
itu?" sekali lagi Nyo Sin menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Setelah dia pergi lama sekali, aku baru menyadari akan hal
ini" "Waah...waaah.....tidak nyana meski gerakan tubuhmu
lincah dan gesit, ternyata otakmu tidak cukup cekatan"
TjanID "Bukannya kurang cekatan tapi selalu dirundung penyakit,
penyakit lama"
"Penyakit lama" Penyakit apa?" tanya Nyo Sin keheranan.
"Kelewat percaya dengan teman, khususnya terhadap
teman lama"
"Percaya dengan teman pun kau anggap sebuah penyakit?"
620 "Bukan cuma penyakit, bahkan penyakit yang mematikan!"
sahut Siang Huhoa sambil m anggut manggut.
Setelah tertawa hambar terusnya:
"Untung penyakit lamaku itu sekarang sudah mulai
sembuh, bahkan delapan puluh persen sudah sembuh"
"Kenapa tidak kau kejar balik barang-barang itu?" tanya
Nyo Sin lagi. Kembali Siang Huhoa tertawa.
"Bagaimana pun juga toh barang itu bukan milikku, jika dia
suka, biar saja dibawa lari olehnya"
"Kelihatannya kau selalu royal terhadap barang milik orang
lain" "Yaa. Tentu saja, apalagi gara-gara peristiwa ini aku pun
dapat mengenali wajah asli seorang sahabatku, bukankah
hasil yang kuraih cukup besar?"
Nyo Sin manggut-manggut, mendadak dia menarik muka
dan berseru: "Tahukah kau bahwa setiap orang yang berani melakukan
kejahatan, dia akan diganjar hukuman sesuai dengan
peraturan negara?"
"Aku tahu"
Nyo Sin tertegun sesaat, kemudian teriaknya:
"Sudah tahu aturan negara masih melanggar hukum, dosa
kesalahanmu bertambah berat, tahukah kau akan hal ini?"
"Tentu saja tahu"
"Kau........."
Baru sepatah kata dia berseru, Siang Huhoa sudah
menukas pembicaraannya:
621 "Aku percaya kau pasti sangat menguasai soal hukum dan
peraturan bukan?"
"Tentu saja"
"Kalau begitu aku pingin bertanya satu hal dulu kepadamu"
"Katakan!"
"Merampas barang hasil rampokan apakah termasuk
perbuatan yang melanggar hukum juga?"
"Soal ini........" Nyo Sin agak tertegun, "aku rasa hitam
makan hitam pun termasuk sebuah perbuatan yang melanggar
hukum!" "Jika aku pun seorang pencoleng, tentu saja kejadian
semacam ini pantas disebut hitam makan hitam" seru Siang
Huhoa sambil tertawa.
"Selama fakta dan bukti berbicara begitu, tetap kejadian ini
disebut hitam makan hitam" timbrung Ko Thian-liok tiba-tiba
sambil tertawa.
"Kalau tidak ada bukti dan fakta, berarti bukan?"
"Kecuali barang hasil rampasan diserahkan kepada pihak
hukum kemudian dikembalikan kepada pemilik sesungguhnya"
Ko Thian-liok menerangkan.
"Kalau mesti berbuat begitu, tampaknya aku tidak bisa
menghindar untuk tetap menyandang predikat sebagai
seorang perampok?"
Ko Thian-liok mengangguk.
"Aku tahu orang persilatan punya tradisi membantu kaum
lemah menindas kaum kuat, padahal perbuatan semacam ini
sesungguhnya merupakan perbuatan yang melanggar hukum,
membasmi kejahatan merupakan tugas kaum berwajib,
tanggung jawab negara"
"Semestinya harus begitu"
622 Tiba-tiba Ko Thian-liok menghela napas panjang, katanya
lagi: "Sayangnya, petugas negara kebanyakan bernyali kecil dan
takut urusan, orang yang benar-benar mau bertanggung
jawab sedikit sekali jumlahnya"
"Soal ini aku mengerti"
"Itulah sebabnya banyak bermunculan kaum pendekar
yang membantu kaum lemah menindas kaum kuat, dalam hal
ini, selama persoalan tidak saling bergesekan dengan
kepentingan negara, biasanya pihak berwajib tidak akan turut
mencampurinya"
"Rasanya memang begitu"
"Biarpun secara hukum perbuatan orang orang itu bisa
dikatakan salah, tapi secara kemanusiaan bisa dianggap benar
sekali" Ko Thian-liok menambahkan.
"Kalau begitu aku boleh merasa lega hati sekarang" seru


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siang Huhoa tertawa.
Mendadak terdengar Nyo Sin menyela:
"Tadi kau bilang hanya merampas hasil jarahan orang,
bukankah perkataanmu itu sama artinya dengan menuduh
Liong Giok-po, Wan Kiam-peng dan Cu Hiap sebagai kaum
penyamun?"
"Kenapa tidak kau tanyakan langsung kepada yang
bersangkutan?" sahut Siang Huhoa cepat, kemudian sambil
menatap wajah Liong Giok-po tambahnya, "seorang lelaki
sejati berani berbuat berani bertanggung jawab, bukankah itu
yang kau katakan tadi?"
"Hahahaha..... soal inipun kau tidak perlu kuatir" jawab
Liong Giok-po sambil tertawa seram.
"Tentu saja aku tidak perlu kuatir"
623 "Padahal kejadian yang sesungguhnya adalah begini........."
"Bagaimana?"
"Kalian pernah mendengar tentang Persekutuan rajawali
mas?" tanya Liong Giok-po setelah termenung dan berpikir
sejenak. Persekutuan rajawali mas dari gurun utara?" tanya Nyo Sin
dengan wajah berubah.
"Benar!"
"Menurut apa yang kuketahui, persekutuan itu merupakan
sebuah organisasi penjahat yang paling besar di kolong langit"
"Betul" Liong Giok-po mengangguk, "Persekutuan rajawali
mas terdiri dari dua belas orang jago berilmu tinggi yang
menyebut diri sebagai dua belas rajawali mas, mereka
merupakan satu kelompok besar penyamun yang banyak
melakukan kejahatan. Dibawah pimpinan mereka terdapat
satu dua ribu orang pencoleng yang datang dari pelbagai
daerah. Oleh karena organisasi ini dididirikan jauh di utara
gurun pasir, maka selama ini pihak kerajaan tidak mampu
berbuat banyak terhadap ulah mereka"
"Benar, rasanya memang begitu"
"Selama puluhan tahun berpetualang menjelajahi seluruh
negeri, dua belas rajawali mas berhasil mengumpulkan begitu
banyak intan permata, emas, perak serta barang berharga
lainnya hingga mencapai satu nilai yang luar biasa, mereka
simpan harta karun itu disebuah tempat yang sangat rahasia
bahkan ruang rahasia itu dilengkapi dengan pelbagai alat
perangkap dan jebakan yang mengerikan, mereka sebut
tempat itu sebagai Gudang harta rajawali mas"
Setelah berhenti sejenak untuk berganti napas, kembali dia
melanjutkan: 624 "Ketika berita ini tersiar luas dalam dunia persilatan,
muncul banyak jago yang mengincar harta karun itu, namun
tidak ada yang berani bertindak secara gegabah, sebab tenaga
gabungan ke dua belas rajawali mas itu luar biasa hebatnya,
jarang ada orang yang mampu menahan serangan gabungan
mereka" "Masa begitu hebat?" seru Nyo Sin tidak percaya.
"Hmm, tidak ada larangan bagimu untuk tidak percaya"
jengek Liong Giok-po ketus.
Nyo Sin kontan saja terbungkam.
Kembali Liong Giok-po berkata:
"Dua belas rajawali mas sebenarnya merupakan saudara
angkat, hubungan mereka boleh dibilang sangat bagus, tapi
sayangnya...... dengan saudara kandungpun kadangkala kita
bisa bentrok apalagi dengan saudara angkat........
"Akhirnya pada tiga tahun berselang, ke dua belas rajawali
emas itu terpecah menjadi dua rombongan dan saling gontokgontokan
sendiri, akibatnya persekutuan Rajawali emas
mengalami pukulan yang fatal, dari dua belas orang rajawali
emas yang memimpin persekutuan itu tinggal enam orang
yang hidup, itupun dua diantaranya sudah menderita luka
yang sangat parah.
"Begitu kabar berita ini tersiar dalam dunia persilatan,
musuh musuh besar yang pernah disakiti atau menderita
karena ulah merekapun segera berbondondong-bondong
datang menuntut balas, maka mereka pun berusaha untuk
merahasiakan jejak dan menghindari pembalasan dendam itu,
tapi yang jadi masalah adalah ada satu kelompok kekuatan
yang belum terbasmi tuntas, diantaranya ada lima enam orang
berhasil melarikan diri, dari mulut mereka inilah berita
tersebut akhirnya tersiar luas"
625 Sementara pembicaraan masih berlangsung, dia sudah tiba
didepan dinding ruangan, maka terusnya:
"Waktu itu, kebetulan aku bersama berapa orang saudara
angkatku berada di sekitar tempat kejadian........."
"Oooh, jadi kaupun mempunyai saudara angkat?" timbrung
Nyo Sin. "Benar, semuanya kami berenam, enam orang saudara
angkat!" "Berarti tujuh orang berikut dirimu?"
"Benar!"
"Kalau begitu Wan Kiam-peng dan Cu Hiap juga termasuk
saudara angkatmu?"
"Benar"
"Apakah kalian pun termasuk musuh besar persekutuan
rajawali emas?" kembali Nyo Sin bertanya.
"Bukan!" Liong Giok-po menggeleng.
Baru saja Nyo Sin ingin menanyakan sesuatu lagi, Liong
Giok-po sudah keburu berkata lagi:
"Walaupun kami bertujuh mengetahui juga tentang harta
karun milik Persekutuan rajawali mas, waktu itu sebetulnya
tidak terlintas pikiran untuk mendapatkan harta karun itu,
hingga berita tentang perpecahan tersiar keluar, kami baru
terpancing untuk mendapatkan harta karun tersebut"
Pelan-pelan dia membalikkan tubuhnya, lalu berkata lebih
jauh: "Akhirnya kami berhasil menemukan salah seorang yang
berhasil kabur dari markas besar persekutuan rajawali mas,
setelah menanyakan duduk persoalan yang sebenarnya,
kamipun paksa dia untuk menghantar ke markas besar Kim
tiau beng (persekutuan rajawali mas)"
626 Ketika bercerita sampai disini, emosinya kembali bergolak,
terusnya: "Dibimbing oleh orang itu, dengan sangat mudah kami
berhasil menyusup masuk ke daerah terlarang markas kim tiau
beng, dengan melakukan serangan secara tiba-tiba dan tidak
terduga ketika kami serbu ke dalam markas mereka, kami
membantai ke enam orang sisa rajawali yang masih hidup dan
berhasil tiba di ruang rahasia tempat harta karun itu disimpan"
"Maka harta karun peninggalan Kim tiau beng itupun
terjatuh ke tangan kalian?" seru Nyo Sin cepat.
Perlahan Liong Giok-po mengangguk:
"Sekalipun begitu, dari tujuh bersaudara kini tinggal tiga
orang yang masih hidup" katanya.
"Cu Hiap, Wan Kiam-peng dan kau?"
"Benar. Disaat memusnahkan alat jebakan yang ada dalam
ruang rahasia itu, karena kurang hati hati Cu Hiap terhajar
oleh hujan anak panah sehingga dia kehilangan separuh
nyawanya" 0-0-0 Bab 34. Kota setan Hati manusia.
"Ehmmm, berarti kerugian yang kalian derita terhitung
cukup parah, masih untung harta karun dari Kim tiau beng
akhirnya terjatuh ke tangan kalian" kata Nyo Sin lagi.
Liong Giok-po segera tertawa dingin.
627 "Walaupun telah kehilangan empat orang saudara,
sebenarnya kami tidak terlalu bersedih hati bahkan dengan
luapan rasa gembira kami menggotong keluar harta karun itu
satu demi satu. Siapa tahu disaat luapan gembira kami belum
habis, musibah kembali telah terjadi. Pada saat Wan Kiampeng
sedang menggotong keluar peti harta yang terakhir,
mendadak muncul dua sosok bayangan manusia berkerudung
hitam, tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka
menyerang aku dan Wan Kiam-peng, serangan yang gencar
dan dahsyat memaksa aku dan Wan Kiam-peng harus
meletakkan kembali peti harta itu ke lantai dan mundur lagi ke
dalam ruang rahasia. Baru saja kami loloskan senjata dan siap
melakukan perlawanan, tiba-tiba pintu rahasia yang
sebenarnya sudah kami rusak itu bekerja kembali, pintu itu
menutup secara mendadak dan mengurung kami didalam
ruang rahasia itu"
"Dan kalian pun terkurung dalam ruangan?" tanya Nyo Sin.
"Peristiwa itu terjadi sangat mendadak, selain lantaran
dibuat kaget karena kehebatan ilmu silat yang dimiliki lawan,
kamipun pingin tahu siapa gerangan si penyerang itu sehingga
sama sekali tidak di sadari kalau kami sudah dipaksa masuk
lagi ke dalam ruang rahasia"
"Apalagi kalian sangka pintu rahasia itu sudah rusak dan
tidak mungkin bisa menutup kembali" Nyo Sin menambahkan.
"Benar"
"Akhirnya berapa lama kalian berkurung dalam ruang
rahasia itu?"
"Satu hari penuh"
"Dengan cara apa kalian bisa lolos dari situ?"
"Kami butuh waktu selama seharian penuh sebelum
berhasil membuka kembali pintu rahasia itu"
Setelah tertawa dingin, kembali lanjutnya:
628 "Menunggu kami berhasil keluar dari ruang rahasia, seluruh
harta karun itu sudah hilang lenyap tidak berbekas, sebuah
pun tidak ada yang ketinggalan"
"Ini yang dinamakan belalang menubruk serangga, burung
nuri menunggu di belakang. Lihay! Sungguh lihay!"
"Yaa, memang sangat lihay"
"Dalam penuturanmu tadi sama sekali tidak disinggung soal
Cu Hiap, apakah diapun terkurung didalam ruang harta?"
"Tidak, dia tidak terjebak disana"
"Lantas dia berada di mana?"
"Dia tergeletak didepan pintu masuk ruang harta karun"
"Berarti dia saksikan semua sepak terjang yang dilakukan
ke dua orang manusia berkerudung itu setelah mereka tutup
pintu rahasia dari ruangan tersebut?"
"Benar, dia hanya bisa menyaksikan ke dua orang manusia
berkerudung itu menaikkan seluruh harta karun itu diatas
punggung serombongan besar unta dan pergi meninggalkan
tempat itu"
"Dia tidak berusaha untuk menghalangi?"
"Dapat mempertahankan selembar nyawa sendiripun sudah
terhitung beruntung, mana dia sanggup menghalangi
perbuatan ke dua orang itu?" kata Liong Giok-po pelan.
Setelah menghela napas panjang, katanya lagi:
"Sekalipun dia dapat mempertahankan selembar nyawanya,
itupun tidak berlangsung terlalu lama, ketika aku dan Wan
Kiam-peng berhasil lolos dari ruang harta, dia sudah berada
dalam keadaan tidak sadar"
"Berarti lukanya sangat parah?"
629 "Hal itu hanya merupakan salah satu alasan, yang terutama
adalah dia tidak sanggup menelan rasa mendongkol dan gusar
yang membara dalam dadanya, sebagai orang yang
berangasan, kasar, berjiwa sempit dan gampang naik darah,
bagaimana mungkin dia bisa menahan rasa jengkelnya setelah
menyaksikan harta karun dari Kim-tiau-beng yang sudah
mereka peroleh, disikat orang dengan begitu saja. Maka tidak
lama sekembalinya ke rumah, dia mati lantaran sakitnya
semakin parah"
"Jadi harta warisan yang diserahkan Jui Pak-hay kepada
kalian bertiga tidak lain adalah harta karun dari Kim tiau
beng?" "Tidak bakalan salah lagi" seru Liong Giok-po, setelah
menyapu sekejap sekeliling tempat itu, katanya lagi:
"Kalau bukan lantaran itu, mana mungkin dia akan
wariskan harta kekayaan sebanyak itu kepada kami bertiga,
memangnya aku masih punya hubungan saudara atau famili
dengan Jui Pak-hay?"
Sesudah berhenti sejenak, kembali ujarnya:
"Ketika seseorang sadar bahwa ajalnya akan tiba, biasanya
akan muncul rasa penyesalan atas semua perbuatan yang
pernah dia lakukan di masa lampau, mungkin saja dia merasa
kelewat besar kesalahannya terhadap kami bertiga maka
diputuskan untuk berbuat begitu"
"Berdasarkan apa pula kau bisa begitu yakin kalau dua
orang manusia berkerudung yang telah merampas harta karun
itu adalah Siang Huhoa dan Jui Pak-hay?" lagi lagi Nyo Sin
bertanya. "Jago tangguh yang mampu memukul mundur aku dan
Wan Kiam-peng dalam satu gebrakan saja setauku hanya ada
tiga belas orang didunia saat itu, dari ke tiga belas orang itu
paling hanya ada delapan orang terbagi dalam empat
kelompok yang mungkin terkait dalam peristiwa ini, aku telah
630 menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk melakukan
pengamatan dan penyelidikikan, dari hasil pelacakan yang
berhasil dikumpulkan, akhirnya aku temukan bahwa cuma
Siang Huhoa dan Jui Pak-hay saja yang pantas dicurigai"
Setelah tertawa dingin berulang kali, lanjutnya:
"Apalagi aku sendiripun seorang jagoan yang
mengkhususkan diri dalam ilmu pedang, bagaimana aliran
pedang lawan sebetulnya sudah ada gambaran sejak awal,
selama tiga tahun penyelidikanku, aku pun sudah berulang kali
menyaksikan cara mereka berdua melakukan pertarungan"
"Apakah jurus serangan yang digunakan sama?"
"Benar" Liong Giok-po mengangguk, "sebenarnya aku
hanya sebatas curiga, tapi sekarang aku telah membuktikan
bahwa kecurigaanku dulu sesungguhnya tidak terbatas hanya
curiga saja tapi memang merupakan sebuah kenyataan"
"Tampaknya kau telah membuang banyak waktu dan
tenaga untuk melakukan pelacakan ini" seru Nyo Sin.
Liong Giok-po menghela napas panjang.
"Kalau kejadiannya memang begini, rasanya aku pun tidak


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa membantumu untuk menyelesaikan hutang piutang ini"
lanjut Nyo Sin.
Setelah memberi kode tangan, dia menambahkan:
"Sekarang terbukti sudah kalau harta karun dari Kim tiau
beng merupakan hasil jarahan, walaupun kalian berhasil
menghancurkan persekutuan rajawali mas, namun harta karun
itu telah kalian rampas, perbuatan semacam ini sudah pantas
dimasukkan kategori hitam makan hitam!"
Liong Giok-po tidak menyangkal, dia pun tidak membantah.
Kembali Nyo Sin melanjutkan kata katanya:
631 "Sekarang semakin terbukti kalau Siang Huhoa dan Jui Pakhay
pun melakukan tindakan hitam makan hitam..... waaah,
cukup meninjau dari mereka yang terlibat, kepalaku sudah
pusing dibuatnya....."
"Cuma......" terusnya setelah berhenti sejenak, "kalau di
tinjau dari situasi saat itu, boleh dibilang harta karun itu sudah
menjadi barang tidak bertuan, sebab barang barang itu belum
sampai meninggalkan markas Kim tiau beng, maka tidak bisa
dibilang Siang Huhoa dan Jui Pak-hay telah merampok kalian"
Buru-buru Liong Giok-po mengulapkan tangannya sambil
menukas: "Benar begitu atau bukan, sekarang sudah tidak penting
lagi, yang mesti kita selesaikan sekarang tinggal satu
persoalan"
"Soal apa?"
"Sebelum melangkah ke persoalan itu, terlebih dulu kita
mesti jelas akan memperlakukan harta karun itu sebagai hasil
jarahan atau bukan"
"Ohh?"
"Jelas diatas benda benda berharga itu tidak akan
ditemukan tanda khusus, siapa pun tidak akan bisa
membuktikan apakah benda benda berharga itu merupakan
hasil jarahan atau bukan, oleh karena pemimpin Persekutuan
rajawali mas sudah mampus, sementara dua saudaraku juga
telah mati, kini tinggal aku seorang diri"
"Kau pasti tidak bisa membuktikan kalau harta karun itu
merupakan hasil jarahan bukan?"
"Tentu saja tidak bisa, biarpun disini hadir Siang Huhoa,
namun diapun tidak mengetahui persoalan ini kelewat jelas....
jadi menurut pandanganku, sekarang kita harus memandang
harta karun itu sebagai harta kekayaan warisan dari Jui Pakhay"
632 "Betul, memang seharusnya begitu" Ko Thian-liok
menimpali. "Atau dengan perkataan lain, kini seluruh harta kekayaan
itu adalah milikku seorang, harta kekayaanku!"
Dengan meninggikan nada suaranya kembali dia berseru:
"Ditinjau dari keadaan sekarang, hanya aku seorang yang
berhak mewarisi seluruh harta kekayaan dari Jui Pak-hay"
Tidak seorangpun menyangkal, karena apa yang dikatakan
memang sebuah kenyataan.
Kembali Liong Giok-po berkata:
"Sekarang seluruh harta kekayaan itu hilang lenyap tidak
berbekas, aku rasa baik dari pihak pemerintah maupun dari
pihakku, kita mesti lacak persoalan ini hingga jelas"
Berkilat sepasang mata Liong Giok-po, setelah memandang
sekejap wajah seluruh yang hadir, dia berseru:
"Persoalannya sekarang adalah siapa yang telah mencuri
seluruh harta karun itu?"
Nyo Sin seketika terbungkam, orang lain pun tidak ada
yang bersuara. Perlahan-lahan Liong Giok-po berkata lebih jauh:
"Aku rasa persoalan inilah merupakan satu satunya
masalah yang harus kita selesaikan sekarang juga"
Sambil berbicara kembali dia menyapu sekejap seluruh
ruangan, tambahnya:
"Berdasarkan tiga alasan yang pernah kuungkapkan tadi,
bisa disimpulkan bahwa pencuri harta karun itu sebenarnya
bukan orang lain, tapi dia......Siang Huhoa!"
Sekali lagi dia menuding ke arah Siang Hu-hoa.
633 Menghadapi tuduhan tersebut Siang Huhoa sama sekali
tidak menanggapi, menggubris pun tidak, dia masih berdiri
ditempat semula sambil mendongakkan kepalanya mengawasi
rak tembaga tempat delapan buah lentera itu tergantung.
Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pandang, hanya
ada satu hal yang mereka ketahui yakni sudah cukup lama dia
mengawasi tempat itu.
Ditinjau dari keadaan tersebut, dapat diketahui kalau
seluruh pikiran dan perhatiannya sedang terpusat pada rak
tembaga berbentuk setengah lingkaran itu, tampaknya dia
sama sekali tidak menggubris persoalan lain, bahkan terhadap
apa yang dikatakan Liong Giok-po pun tidak memberikan
reaksi apa pun.
Apakah dia telah menemukan sesuatu"
Nyo Sin sama sekali tidak memperhatikan sikap aneh dari
Siang Huhoa, melihat tiada reaksi dari lelaki itu, dia pun
berkata: "Ke tiga buah alasanmu tadi memang bagus dan masuk
diakal, tapi kau pun mesti memperhatikan satu hal"
"Katakan!" ucap Liong Giok-po.
"Berbicara dari kepandaian silat yang dia miliki, benar, bisa
saja dia mengelabuhi anak buahku dan berhasil menyelundup
masuk ke mari, tapi harta karun yang tersimpan di tempat ini
banyak sekali, dengan cara apa dia mengangkut seluruh
benda berharga itu seorang diri" Apalagi dari sekian banyak
benda mestika itu, banyak diantaranya merupakan benda
benda yang gampang rusak, bila ditumpuk jadi satu, tidak sulit
untuk rusak atau bahkan hancur berantakan, ini berarti dia
harus memindahkan benda benda semacam itu satu per satu,
mau masuk keluar pun paling tidak akan dilakukan puluhan
kali, dia mana punya waktu sebanyak itu" Selain itu, mau
memindahkan seluruh harta karun ini berarti dia harus
mengeluarkan dulu benda benda itu dari ruang rahasia ke
634 ruang perpustakaan, lalu dari ruang perpustakaan baru
dipindahkan lagi ke tempat penyimpanan, berapa banyak
waktu yang dia butuhkan untuk melakukan kesemuanya itu"
Cobalah dipikirkan lagi dengan lebih seksama"
Sinar mata aneh memancar keluar dari balik mata Liong
Giok-po, seolah dia merasa heran kenapa orang yang berada
dihadapannya itu kini bisa berpikir lebih teliti dan cermat.
Setelah mendengus dingin kembali Nyo Sin berseru:
"Memangnya kau anggap anak buahku pada buta semua
matanya, memangnya mereka hanya tahunya cuma tidur
melulu?" Liong Giok-po tertawa dingin.
"Memang sulit bila pekerjaan itu dilakukan satu orang, tapi
kalau ada puluhan orang yang dilibatkan, pekerjaan semacam
ini gampang sekali dilakukan" katanya.
"Kau menuduhnya punya komplotan?"
"Memangnya tidak mungkin?"
"Di mana komplotannya?"
"Kenapa tidak kau tanyakan langsung kepadanya?"
Ternyata Nyo Sin benar benar bertanya kepada Siang
Huhoa: "Apakah kau datang bersama komplotanmu" Sekarang ke
mana perginya konco konco mu itu?"
Siang Huhoa tidak menjawab, dia masih memusatkan
seluruh perhatiannya ke atas rak tembaga berbentuk setengah
lingkaran itu. Ko Thian-liok mulai merasakan sesuatu yang aneh, tiba-tiba
dia menegur: "Saudara Siang, apa yang sedang kau perhatikan?"
635 Dia sengaja memperkeras nada suaranya.
Kali ini Siang Huhoa menyahut, sembari menundukkan
kembali kepalanya dia berkata:
"Sekarang, kalian tentu sudah jelas bukan asal usul dari
harta karun itu?"
"Jelas atau tidak rasanya sudah tidak penting lagi" sahut Ko
Thian-liok sambil mengangguk, "yang mesti kita selesaikan
sekarang adalah dengan cara apa harta karun itu dicuri orang,
siapa yang telah melakukan hal ini?"
"Siapa yang melakukan pencurian ini, hingga sekarang
memang masih susah dipastikan, tapi masalah dengan cara
apa harta karun itu dicuri, sekarang sudah muncul titik
terangnya"
Baru saja Ko Thian-liok ingin bertanya lebih jauh, Liong
Giok-po sudah menimbrung dengan ketus:
"Bukan hanya titik terang, sebenarnya kau memang
mengetahui dengan sangat jelas"
Siang Huhoa bersikap seolah tidak mendengar sindiran itu,
katanya lagi sambil menatap wajah Ko Thian-liok:
"Ke empat petugas yang diperintahkan menjaga ruang
perpustakaan ini nampak sangat jujur dan bisa dipercaya,
mereka bilang selama beberapa hari terakhir tidak pernah
mangkir bertugas, situasi disini pun tenang tidak pernah
terjadi sesuatu apapun, aku rasa laporan mereka memang
benar dan bisa dipercaya"
"Ruang rahasia ini hanya memiliki sebuah jalan masuk, dan
sekarang terbukti semua harta karun telah lenyap dicuri
orang, memangnya setan iblis yang melakukan pencurian itu?"
tanya Ko Thian-liok tercengang.
"Mana ada setan iblis di dunia ini?"
636 "Lalu dengan cara bagaimana harta karun itu meninggalkan
ruang rahasia?"
"Ternyata ruang rahasia ini tidak hanya memiliki sebuah
pintu keluar"
"Maksudmu disini terdapat pintu masuk ke dua?" tanya Ko
Thian-liok tercengang.
"Moga-moga saja dugaanku tidak keliru" Siang Huhoa
mengangguk. "Sebenarnya apa yang telah kau temukan?" desak Ko
Thian-liok lagi.
Siang Huhoa mendongakkan kepalanya mengawasi rak
tembaga berbentuk setengah lingkaran yang tergantung di
langit-langit ruangan, lalu jelasnya:
"Aku menemukan kejanggalan dengan rak tembaga ini"
Tanpa terasa Ko Thian-liok mengalihkan perhatiannya ke
atas rak tembaga itu, setelah diamati sejenak, kembali
tanyanya: "Aku tidak menemukan kejanggalan dengan rak tembaga
ini" "Coba kau amati lagi, bukankah diatas rak tembaga itu ada
selapis debu?"
"Benar"
"Sekarang kau cermati lapisan debu itu"
Sekali lagi Ko Thian-liok mencermati rak tembaga itu,
akhirnya dia menjumpai ada berapa bagian lapisan debu yang
semula melapisi tempat itu, kini sudah pada rontok.
Sebenarnya lapisan debu diatas rak tembaga itu memang
tidak banyak jumlahnya, bila tidak mengamati secara cermat,
siapa pun tidak akan menjumpai kalau ada bagian debu yang
hilang. 637 Di mana pun, selama ada udara yang mengalir dan tidak
sering dibersihkan, tempat tersebut pasti akan dilapisi debu,
maka adanya debu diatas rak tembaga sebetulnya bukan satu
kejadian yang aneh.
Yang aneh justru karena letak rak tembaga itu jauh diatas
langit langit ruangan, tempat yang tidak mungkin bisa diraih
dengan tangan, lalu mengapa lapisan debu ditempat yang
tinggi bisa hilang sebagian"
Sambil mengelus jenggotnya ujar Ko Thian-liok:
"Kelihatannya lapisan debu diatas rak tembaga itu sudah
terseka oleh sesuatu benda"
"Mungkin ada tikus yang kebetulan lewat disitu" sela Nyo
Sin dari samping.
Siang Huhoa segera tertawa hambar, ujarnya:
"Kalau perbuatan tikus, aku yakin tikus itu pasti segede
manusia bahkan pintar berjalan sambil jungkir balik"
Nyo Sin mendengus dingin, baru saja dia akan
mengucapkan sesuatu, Siang Huhoa telah melambung ke
tengah udara. Dengan sekali lompatan Siang Huhoa melambung setinggi
satu dua kaki, sepasang tangannya segera menyambar ke
muka, mencengkeram rak tembaga setengah bulan itu,
kemudian badannya meluncur turun ke bawah.
Ternyata badannya tidak jatuh terjerembab bersama rak
tembaga yang ditariknya itu.
Bukan saja rak tembaga itu sanggup menahan bobot
badannya yang sedang bergelantungan, bahkan tidak
terperosok pula ke bawah lantaran tenaga betotannya ketika
bergelantungan tadi.
Rak tembaga tempat lentera yang begitu kokoh macam rak
tersebut memang jarang dijumpai di kolong langit.
638 Ketika tenaga betotannya ke bawah tidak mendatangkan
reaksi apa apa, tubuh Siang Huhoa kembali melambung ke
atas sambil menarik rak tembaga itu kuat kuat.
Tenaga tarikannya tidak kalah besar dengan tenaga
betotannya tadi, namun rak tembaga itu tetap bergeming,
sama sekali tidak bereaksi.
Nyo Sin keheranan setelah menyaksikan ulah lelaki itu,
teriaknya tidak tahan:
"Hey, apa yang sedang kau perbuat" Main topeng
monyet?" Siang Huhoa tidak menanggapi, tangannya kali ini berputar
ke kiri lalu ke kanan, dia mencoba untuk memutar rak
tembaga itu searah jarum jam.
Jangan dilihat tubuhnya masih melambung di utara,
bersamaan dengan tangannya melakukan gerakan memutar,
sepasang kakinya segera menjejak pula pada tumpuan kaki
yang lain. "Kraaak.....!" suara gemeturuk yang lirih segera
berkumandang dari balik sebuah tirai disisi ruangan.
Ternyata rak tembaga yang sama sekali tidak bergerak


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi, kini ikut berputar ke samping.
Melihat putarannya mendatangkan reaksi, Siang Huhoa
segera mengerahkan lagi seluruh tenaganya dan mencoba
memutar rak tembaga itu sekali lagi.
Tapi kali ini rak tembaga itu tidak berputar lagi, namun
suara gemerutuk yang menggema dari balik tirai masih
bergema tiada hentinya.
Suara itu aneh sekali, bikin hati orang miris rasanya, suara
aneh mirip sekali dengan gerakan sekumpulan ular berbisa
yang pelan pelan merayap dibelakang tirai.
639 Seperti burung yang kaget dengan suara busur, Nyo Sin
sudah balik badan siap kabur dari situ, tapi baru berapa
langkah dia sudah menghentikan langkahnya.
Saat itu Ko Thian-liok sedang berdiri di belakangnya, tentu
saja dia tidak berani melarikan diri dari situ.
Sorot matanya segera dialihkan ke balik tirai sutera itu, dia
berharap bukan serombongan ular berbisa yang muncul dari
situ. Ternyata dia memang tidak kecewa.
Sinar mata Ko Thian-liok telah dialihkan ke balik tirai sutera
itu, begitu juga dengan perhatian orang lain, tidak ada yang
terkecuali. Suara yang aneh itu segera berhenti berbunyi, tapi tiada
sesuatu yang terjadi di balik tirai sutera itu, juga tidak terlihat
ada sesuatu benda yang muncul disana.
Setiap orang ingin mendekati tirai itu, menyingkapnya dan
memeriksa apa yang ada dibaliknya, namun tidak seorang pun
yang berjalan menghampiri, tidak terkecuali Liong Giok-po.
Mengapa jagoan tangguh yang tiada tandingan di kolong
langit ini bernyali begitu kecil"
Apakah dia pun tahu kalau dibalik tirai itu terdapat alat
perangkap yang sangat hebat, yang bisa membunuh orang
dalam sekejap"
0-0-0 Siang Huhoa masih bergelantungan dibawah rak tembaga,
sepasang biji matanya yang lebih besar dari telur itik turut
mengawasi belakang tirai itu, berada ditempat ketinggian,
tentu saja dia dapat melihat lebih jelas ketimbang orang lain.
640 Sayang tirai sutera itu menutupi hampir seluruh dinding
batu, biarpun berada di tempat ketinggian, dia pun tidak dapat
menyaksikan sesuatu apapun.
Menanti suasana dibalik tirai itu sudah hening kembali,
tanpa mengucapkan sepatah katapun Siang Huhoa segera
melepaskan satu tenaga pukulan ke depan.
Angin pukulan yang sangat kuat langsung menggulung tirai
sutera itu dan menyampoknya hingga terbuka lebar.
Tidak ada ular disitu, dibelakang tirai itu tidak ditemukan
sesuatu benda pun.
Tapi dinding batu yang semula melapisi tempat tersebut
kini sudah lenyap, disana muncul sebuah lubang yang cukup
besar. Lubang itu tingginya tujuh depa dengan lebar dua depa,
cukup untuk keluar masuk seorang manusia.
Dibalik lubang diatas dinding batu itu hanya kegelapan
yang nampak, dari balik kegelapan seakan terdapat tumpukan
salju yang dingin, bongkahan salju yang membeku itu kini
seakan sedang melumer.
Siang Huhoa berdiri penuh siaga didepan gua itu, dia pun
secara lamat lamat merasakan hawa dingin yang berhembus
keluar. Bagaimana bentuk dan keadaan gua itu" Benda apa yang
tersimpan di sana"
Walaupun dia memiliki ketajaman mata yang
mengagumkan namun tidak semuanya bisa terlihat jelas
dalam sekejap mata, dalam waktu singkat tirai itu menutup
kembali. Siang Huhoa tidak membuang waktu lagi, dia menyelinap
ke samping tirai kemudian membetotnya kuat-kuat.
641 Sekarang mulut lorong itu dapat terlihat sangat jelas,
ternyata dibalik lorong terdapat sebuah jalan bawah tanah
yang menjorok jauh ke dalam.
Tidak tampak ujung dari lorong panjang itu karena dibalik
gua hanya kegelapan yang mencekam.
Apa kegunaan lorong rahasia itu" Lorong itu
menghubungkan tempat tersebut dengan mana"
Siang Huhoa ingin sekali menerobos masuk dan melakukan
pemeriksaan. Sementara dia masih termenung, para jago lainnya telah
maju mengerubung.
Yau Kun dan Tan Piau dengan membawa sebuah lentera
segera mendekati mulut lorong dan menerangi keadaan di
dalam sana, sekarang suasana dalam lorong pun dapat terlihat
lebih jelas. Biarpun jangkauan cahaya lentera bisa mencapai tempat
yang lebih jauh, namun kejauhan sana masih tetap tercekam
dalam kegelapan.
Ko Thian-liok coba melongok ke dalam lorong itu, kemudian
tidak tahan serunya:
"Kelihatannya lorong ini merupakan sebuah lorong bawah
tanah yang amat panjang"
"Rasanya memang begitu" Siang Huhoa membenarkan.
Setelah memperhatikan lagi berapa saat, dia baru berseru:
"Tolong bawakan lentera!"
Yau Kun segera maju sambil membawa lenteranya.
Siang Huhoa menerima lentera itu ditangan kiri, sementara
tangan kanannya mulai menggenggam gagang pedang.
642 Kemudian tanpa membuang waktu lagi dia melangkah
masuk ke balik pintu lorong dan menerobos masuk ke dalam
jalan bawah tanah itu.
Lorong rahasia itu lebarnya tidak lebih hanya dua depa,
tapi setelah berjalan masuk sedalam tiga depa, permukaan
lorong semakin melebar hingga luasnya empat depa dengan
ketinggian mencapai tiga depa lebih.
Sisi dinding ruangan dilapisi batu gunung yang tersusun
rapi. Dibalik lorong tidak ada bongkahan salju, tapi semakin
berjalan masuk ke dalam, Siang Huhoa merasa angin dingin
makin keras berhembus lewat.
Api lentera mulai bergoyang karena hembusan angin
dingin, sekarang mereka sudah tidak dapat membedakan lagi
arah mata angin.
Hembusan angin seakan akan datang dari empat arah
delapan penjuru, membuat udara dalam lorong rahasia itu
makin lama serasa makin membeku.
Siang Hu-hoa amat keheranan, dengan penuh rasa ingin
tahu dia periksa sekeliling ruangan lorong, akhirnya dia
menjumpai lubang lubang angin kecil yang terdapat setiap
enam depa disepanjang lorong itu, jelas hembusan angin
berasal dari lubang kecil itu.
Maka setelah tertawa ewa, dia melanjutkan kembali
langkahnya. Kecuali lubang-lubang angin itu, sepanjang dinding lorong
tidak dijumpai sesuatu yang aneh, yang terdengar sekarang
hanya suara gerakan tubuhnya yang menimbulkan suara
desingan nyaring.
Tanpa berhenti Siang Huhoa meneruskan terobosannya
masuk ke lorong rahasia itu, tidak lama kemudian dia sudah
berada dua kaki dari posisi semula.
643 Suasana didalam lorong itu tetap hening, sepi dan tidak
terjadi sesuatu apa pun, bahkan disana seakan tidak
dilengkapi alat jebakan atau perangkap yang mematikan.
Kecuali suara langkah kaki sendiri, Siang Huhoa tidak
mendengar suara apa pun.
Liong Giok-po yang pertama tidak tahan, dengan dua tiga
lompatan dia segera menyusul ke belakang Siang Huhoa.
Mendengar ada suara aneh bergema dari arah belakang,
Siang Hu-hoa segera berpaling, ketika melihat orang yang
menyusulnya adalah Liong Giok-po, mendadak sekilas
pandangan aneh memancar keluar dari balik matanya, setelah
berhenti sejenak akhirnya dia meneruskan kembali
perjalanannya. Orang ke dua yang menyusul masuk ke dalam lorong
rahasia itu adalah Ko Thian-liok.
Melihat atasannya sudah melangkah masuk, tentu saja Nyo
Sin tidak berani berayal, dia segera berebut maju mendahului
Yau Kun dan Tan Piau dan mengikuti di belakang Ko Thianliok.
Pada barisan yang paling belakang menyusul Yau Kun dan
Tan Piau. Setelah berjalan kurang lebih satu kaki, tiba-tiba Ko Thianliok
menghentikan langkahnya, menarik napas panjang dan
bergumam: "Sungguh anehi"
"Apanya yang aneh?" tanya Siang Huhoa sambil ikut
berhenti. "Lorong ini sangat rapat dan berada dibawah tanah,
kenapa udara disini amat bersih dan segar?"
"Apakah saudara Ko tidak memperhatikan lubang-lubang
kecil yang ada di kiri kanan dinding lorong?"
644 Ko Thian-liok memperhatikan sekejap lubang itu, kemudian
tanyanya lagi: "Apa kegunaan lubang kecil itu?"
"Lubang angin!"
"Ooh, rupanya begitu, tapi lubang angin itu menghadap ke
tempat mana?"
"Yang pasti berada diatas permukaan tanah, tempat
manakah itu" Sementara kita tidak jelas, tapi bila ingin tahu
sebetulnya tidak susah"
"Aku rasa hal tersebut tidak terlalu penting, yang paling
utama saat ini adalah mengetahui lorong bawah tanah ini
tembus hingga ke mana" ucap Ko Thian-liok.
"Mau tembus ke mana pun selama ada di kolong langit
pada akhirnya akan ditemukan juga ujungnya" sahut Siang
Huhoa sambil tertawa, "ayoh kita lanjutkan perjalanan menuju
ke depan" Seraya berkata dia pun beranjak pergi.
Liong Giok-po segera menyusul di belakangnya, mendadak
dia melepaskan kain kerudung yang menutupi wajahnya.
Dalam waktu singkat dalam lorong itupun muncul sesosok
bayangan setan yang menakutkan.
Siang Huhoa sama sekali tidak berpaling, dia seakan tidak
perduli dengan ulah orang itu, berbeda dengan Ko Thian-liok
yang mengikuti di belakangnya, tidak kuasa bergidik hatinya
setelah menyaksikan adegan itu.
Nyo Sin turut tercekat perasaan hatinya, dia merasakan
jantungnya berdebar keras.
0-0-0 645 Bab 35. Menyerahkan diri.
Setelah menelusuri lorong yang tegak lurus sejauh tiga
kaki, jalanan mulai berliku liku dan penuh tikungan.
Setelah berbelok pada sebuah tikungan diikuti tikungan
yang lain, secara beruntun mereka telah melalui belasan buah
tikungan. Setelah melalui tikungan yang ke empat belas Siang Huhoa
mulai menghela napas panjang sambil berkata:
"Aneh benar jalan lorong ini, kenapa dibikin berliku liku?"
"Kepalaku sudah mulai terasa pening" lanjut Ko Thian-liok
yang berada di belakang sambil menghela napas panjang.
"Untung jalan lorong ini tidak disertai persimpangan jalan"
"Ini sudah lebih dari cukup, kalau tadi aku masih sempat
memuji kehebatan konstruksi bangunan lorong bawah tanah
ini, maka sekarang, tampaknya aku mesti menarik kembali
perkataanku itu!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka
kembali berbelok disebuah tikungan tajam.
Dua kaki setelah tikungan tajam itu lamat-lamat kelihatan
munculnya sebuah anak tangga batu.
Tanpa terasa Siang Huhoa mempercepat langkah kakinya.
Benar saja, didepan sana terdapat sebuah anak tangga
batu. Didepan situ sudah tidak ada jalan tembus lagi, agaknya
lorong bawah tanah itu sudah mencapai pada ujungnya.
646 "Ada anak tangga batu!" tanpa terasa Siang Huhoa
berpekik. "Berarti sudah sampai diujung lorong?" tanya Liong Giok-po
sambil menyusul datang.
Nada suaranya agak parau, dengusan napasnya
kedengaran agak tersengkal, tampaknya perjalanan cepat ini
sudah menguras habis sebagian besar tenaganya.
Kalau tadi suara dengusan napasnya tidak kedengaran
karena dia memang masih berada ditempat kejauhan, tapi
begitu mendekat, jangan lagi Siang Hu-hoa yang memiliki
ketajaman pendengaran yang luar biasa, orang awam pun
dapat dipastikan dapat mendengar juga napasnya yang
tersengkal. Malah dari atas wajahnya yang menyeramkan bagaikan
setan itu kelihatan peluh bercucuran dengan amat derasnya.
Dipandang dari sudut manapun, dia sama sekali tidak mirip
seorang jago persilatan yang berilmu tinggi.
Sekali lagi sinar aneh memancar keluar dari balik mata
Siang Huhoa. Tapi dia tidak berpaling, sorot matanya pun tidak
mengawasi anak tangga batu itu tapi justru mengawasi lampu
lentera yang berada dalam genggamannya.
Sesungguhnya lampu lentera itu sama sekali tidak menarik
untuk dipandang, biarpun sorot matanya sedang mengawasi
lampu lentera, namun pandangan matanya sama sekali tidak
berada disana. Tampaknya dia sedang memikirkan sesuatu, memikirkan
suatu persoalan yang amat besar dan penting.
Menanti Ko Thian-liok dan Nyo Sin sekalian sudah menyusul
tiba, sorot matanya baru dialihkan ke atas anak tangga batu


Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. 647 "Undakan batu itu tembus hingga ke mana?" tanya Ko
Thian-liok sambil menghentikan langkah kakinya.
"Asal naik ke atas, kita toh bisa tahu segalanya" sela Liong
Giok-po dari samping.
Siang Hu-hoa tidak banyak bicara, dia segera beranjak dari
tempat semula dan mulai menaiki undak undakan batu itu.
Anak tangga batu itu berjumlah tiga puluhan dan menjorok
naik ke atas, diujung anak tangga merupakan sebuah tanah
datar. Tanah datar itu luasnya enam depa, tiga penjuru berupa
dinding batu sementara persis berhadapan dengan mulut
lorong itu terdapat lagi sebuah pintu batu selebar dua depa
dengan ketinggian tujuh depa.
Ditengah pintu batu terdapat sebuah gelang pintu yang
terbuat dari baja, Siang Huhoa segera tempelkan telinganya
diatas pintu itu dan mendengarkan berapa saat, kemudian dia
baru mencengker
Pendekar Bayangan Setan 10 Angrek Tengah Malam Seri Pendekar Harum Karya Khu Lung Bukit Pemakan Manusia 6
^