Neraka Hitam 3

Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 3


Tidak usah, kini sudah kentongsn kelima lebih, besok saja
baru dilaporkan."
Cia Sau-yan berpikir sebentar kemudian mengangguk, dia
pun mengajak Hoa In-liong menuju ke ruangan sebelah barat,
152 menanti para dayang selesai membereskan ruangan tersebut,
hari pun mulai terang tanah.
Ketika dilihatnya gadis itu tidak menyinggung kembali
pesan dari Cia In, Hoa In-liong pun tidak banyak bertanya lagi,
meski diam-diam ia merasa agak keheranan.
Menunggu Cia Sau-yan telah mengundurkan diri, Hoa Inliong
mendengar ayam jantan telah berkokok pertanda fajar
telah menyingsing, diapun tidak tidur melainkan hanya duduk
bersemedi sambil mengatur pernapasan. Tanpa terasa sang
surya sudah jauh diawang-awang
Tiba-tiba dari jalan setapak terdengar suara langkah
manusia, disusul suara dari Cia Lam ciau sedang bertanya
dengan suara keras, "Apakah siu sauya telah bangun?"
Hoa In-liong segera turun dari pembaringannya dan
berjalan menuju ke pintu.
Di depan ruang kamar adalah sebuah kebun dengan aneka
warna bunga yang amat indah, dibawah terpaan cahaya sang
surya, tampak segerom bolan gadis cantik dengan baju yang
beraneka ragam sedang memetik bunga dengan senyum
manis dikulum, mereka muncul dari jalan-jalan kecil menuju
keruang tengah.
Menyaksikan pemandangan yang sangat indah itu, tanpa
terasa Hoa In-liong bersorak sambil bertepuk tangan.
Murid murid Pui Che giok yang menyaksikan sikap riang
dari pemuda itu segera ikut tertawa cekikikan hingga
menambah semaraknya suara waktu itu.
153 "Sauya!" kata Cia Wan, "sarapan pagi telah disiapkan,
cepat cuci muka dan cuci mulut, budak sekalian siap menanti
perintahmu!"
Tak terasa Hoa In-liong maju menghampiri mereka,
katanya, "Enci Wan, sekalipun kau sedang bergurau tapi
siaute tak kuasa untuk menerimanya."
Cia Wan tersenyum.
"Siapa yaag sedang bergurau" Semalam suhu minta kami
semua agar ingat selalu dengan kedudukan sendiri, bukankah
sauya juga ikut mendengarkan".
Hoa In-liong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah".haaahh"..haaah?"sekarang bibi Pui berada
dimana" Sudah sempatnya kalau kuberi hormat dulu
kepadanya."
Cia Lam ciau tertawa cekikikan.
"Berhubung ada tamu jahat yang berkunjung tanpa
permisi, terpaksa suhu harus menghindarkan diri."
"Enci Ciau, harap jangan bergurau".." seru Hoa In-liong
dengan alis mata berkenyit.
"Suhu benar-benar sedang pergi," tukas Cia Lam ciau
cepat, "sebelum berangkat ia pesan bahwa pemilik rumah ini
sekarang adalah ji-kongcu, beliau suruh kami baik baik
melayani dirimu."
oooooooOooooooo
154 Mendengar jawaban tersebut, diam-diam Hoa In-liong
lantas berpikir, "Tampaknya bibi Pui memang sengaja
menghindar".."
Sementara ia masih termenung, dua orang dayang yang
melayaninya telah muncul sambil membawa baskom untuk
cuci muka, handuk, alat untuk membersihkan mulut dan lain
sebagainya, sementara murid-murid Pui Che giok telah masuk
ke ruang depan.
Dalam ruangan tengah telah tersedia sarapan pagi,
hidangannya amat mewah dan lezat.
Baru saja Hoa In-liong duduk, Cia Sau-yan telah
mengambilkan semangkuk bubur sambil menghidangkan
dihadapannya. "Silahkan sauya!" katanya.
Sambil tertawa Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang
kali. "Enci Yan, kenapa tidak menyuruh para dayang saja?"
Dengan cepat Cia Sau-yan tersenyum.
"Perintah dari suhu tak berani kuingkari sudah menjadi
kewajibanku untuk melaksanakan apa yang telah dipesan
suhu." Secara lamat-lamat Hoa In-liong dapat merasakan meski
mereka cuma main main tapi sesungguhnya mengandung
maksud tertentu, dan rupanya Pui Che-giok ingin benar-benar
membuktikan apa yang telah diucapkan semalam, kebulatan
tekad mereka jelas susah dirubah lagi.
155 Diam-diam ia lantas berpikir, "Aku tidak percaya bibi Ku
dan kau bisa bersembunyi sepanjang masa, asal bertemu aku
pasti punya akal untuk menaklukan kalian!"
Tiba-tiba ia teringat kembali akan diri Coa wiwi dan Wan
Hong-giok, segera pikirnya, "Keadaan adik Wi masih rada
mendingan tapi Hong giok?".hidup sunyi seorang diri,
kasihan benar nasibnya?"?""
Ia teringat betapa Wan Hong giok hanya mempunyai
seorang guru, dengan punahnya tenaga dalam yang dimiliki,
penderitaan tersebut tentu akan luar biasa beratnya, lain
dengan keluarganya yang tiga generasi mengembara dalam
dunia persilatan, dimana-mana selalu ada teman akrab yang
membantu" Makin dipikir ia merasa hatinya semakin tidak tenteram.
Ketika Cia Sau-yan menyaksikan wajah anak muda itu
diliputi kesedihan, dengan heran ia lantas bertanya, "Ada apa"
Apakah merasa pelayanan kami Kurang memuaskan?"
Hoa In-liong tertawa paksa.
"Aaah.. apa?" Siapa yang bilang" Siaute malah merasa
telah menodai nama baik cici sekalian."
"Oooh.. itu sih tidak terdengar," seorang gadis yang berada
di sisinya menyelah, "asal kau bersedia tidak menyulitkan suhu
dan su-pek kami, hal ini sudah lebih dari cukup untuk kami
semua." Hoa In-liong segera berpaling ke arah orang itu, ternyata
dia adalah murid kesebelas dari Pui Che giok, melihat itu
sambil menghela napas ia lantas berkata, "Cici sekalian sudah
156 sepantasnya kalau membantu aku untuk menasehati bib ku
serta gurumu."
Tapi para gadis itu cuma menutup bibir sendiri sambil
tertawa cekikikan, mereka tidak berbicara apa-apa.
Sekalipun sarapan pagi itu dihidangkan makanan yang
serba lezat, akan tetapi lantaran takaran makan Hoa In-liong
tidak terlalu besar, lagi pula ia hanya memikirkan bagaimana
caranya untuk menjumpai Tiong heng To koh, maka hanya
sedikit yang dia habiskan hidangan-hidangan tersebut.
Selesai bersantap, tiba-tiba muncul Ho lo cia yang pernah
ditemui sebagai kusir keretanya Cia Im, sambil memberi
hormat, katanya, "Ruang depan dan ruang timur serta barat
telah selesai dibersihkan silahkan ji kongcu melakukan
pemeriksaan."
"Hei, mau membersihkan ruangan atau tidak toh urusan
kalian, apa sangkut pautnya dengan aku"!" seru Hoa In-liong
keheranan. "Maksud guru kami," kata Cia Sau-yan, "untuk
menyelenggarakan pertemuan besar para jago di kota Si ciu
ini, daripada menginap te rus dirumah penginapan lebih baik
gunakan saja ruangan depan dan ruang tenggara gedung ini
untuk menampung mereka, sebab itulah gedung ini oleh
guruku telah dihadiahkan untukmu, bila mereka telah
berkumpul semua disini untuk berunding dan berkumpul pasti
lebih leluasa, dan untuk itu kau harus pergi untuk
memeriksanya sendiri, Siau ongya, kau pahami sudah
bukan"."
Hoa In-liong yang mendengar perkataan itu segera berpikir,
"Walaupun bibi Ku dan bibi Pui tidak bersedia menjumpaiku,
157 tapi mereka selalu memikirkan kepentingan, tentu saja
kesemuanya ini lantaran ayahku?"."
Berpikir sampai disini, ia segera meraba bahwa untuk
menasehati Tiang beng To koh agar berubah pikiran
sesungguhnya tidak lebih sulit dari apa yang dihadapinya kini,
tanpa terasa semangatnya kembali berkobar diiringi para gadis
merekapun berputar mengelilingi ruangan untuk mengadakan
kontrol. Menurut anggapan Hoa In-liong, bangunan itu cukup kokoh
dan megah, peralatannya komplit dan sangat berlebihan untuk
menampung para kawanan jago.
Akan tetapi anak muridnya Pui Che giok merasa sangat
tidak puas, yang satu mengatakan kurang ini, yang lain
mengatakan kurang itu, bahkan ada pula yang mengatakan
peralatan semacam ini hanya akan ditertawakan orang
persilatan saja.
Hoa In-liong pura-pura tidak mendengar, ia mengundang
Cia Sau-yan menuju ketengah kebun lalu ujarnya, "Enci Yan,
sebenarnya apa yang hendak dikatakan oleh sucimu"
Sekalipun bernada mendamprat, tolong katakanlah
sejujurnya."
Cia Sau-yan tertegun, setelah termenung sejenak, katanya
kemudian, "Toa suci telah berpesan, katanya bila aku merasa
tidak perlu untuk mengatakannya, maka aku tak usah
mengatakannya."
Hoa In-liong menjadi keheranan, pikirnya, "Kenapa ia raguragu
untuk berbicara denganku" Aneh, pasti ada sesuatu yang
tidak beres."
158 Semakin perempuan itu tak mau berbicara ia semakin
mendesak berulang kali.
Cia Sau-yan termenung sejenak, tiba-tiba ia memetik
setangkai bunga anggrek merah lalu dilumatnya dengan
kedua belah tangan, setelah itu ditebarkan keudara, ada yang
jatuh ditepi kolam, ada yang jatuh dalam kolam".
Sambil menunjuk bunga-bunga lumatan yang tersebar
keempat penjuru katanya, "Sudah kaulihat?"
"Sudah!" jawab Hoa In-liong.
Cia Sau-yan menghela nafas sedih.
"Sudah tahu?" kembali ia berkata.
"Teka-teki ini tidak kupahami!"
Cia Sau-yan menghela nafas sedih, katanya, "Bunga yang
jatuh dari tangkainya akan mengalir mengikuti arus air, atau
hancur menjadi tanah, kehidupan manusia tidak selalu kekal
seperti berakar!"
Lamat-lamat Hoa In-liong dapat merasakan maksud dari
perkataan itu. Terdengar Cia Sau-yan berkata lebih jauh, "Aku rasa apa
yang kuterangkan sudah cukup jelas, masakah kau tidak
mengerti?"
Hoa In-liong semakin memahami lagi maksud ucapannya
itu, sambil tertawa berat katanya, "Bagaimanapun juga
kehidupan manusia jauh berbeda dengan bunga sejak dulu
sampai sekarang, Thian menciptakan manusia bukan bernasib
159 seperti sekuntum bunga, nasib manusia tetap sebagai
manusia." "Aaah?"perkataanmu terlampau kosong dan hampa,"
kata Cia Siau-yan sambil menggelengkan kepalanya, mundur
selangkah, seperti juga kalian jago-jago kenamaan, mana bila
dibandingkan dengan kami perempuan-perempuan lemah?"
Setelah berhenti sejenak katanya lebih jauh dengan sedih,
"Coba bayangkan saja seperti adikmu, seperti adik dari
keluarga Coa, semenjak dilahirkan mereka sudah ditakdirkan
bernama dan terhormat, baik ilmu silat maupun ilmu sastra
bisa diperoleh dengan gampang, mereka merupakan gadisgadis
yang menjadi impian setiap pria di dunia ini, sebaliknya
kami bersaudara.,"aai untuk disebut sebagai keturunan
perguruan kenamaan saja tidak pantas"
Hoa In-liong gelengkan kepalanya berulang kali.
"Enci Yan, perkataanmu keterlaluan, selama orang lain
tidak membicarakan masalah itu, keluarga Hoa kami tak
sampai bisa me miliki jalan pemikiran seperti itu."
"Aah?"..kami ini betul-betul seorang teIur busuk cilik,
berapa banyak keluarga Hoa yang ada di dunia ini" Tahukah
kau apakah orang lain suka berpikir demikian?" Hoa In-liong
segera tertawa.
"Di dalam sepuluh langkah pasti ada rumput baru".."
"Aku tidak ingin mendengarkan perkataan semacam itu"
tukas Cia Siau yan dengan cepat, "aku hanya ingin bertanya
kepadamu, apakah kau bermaksud memungut bunga" Apakah
kau tidak keberatan untuk memungut bunga dalam jamban
yang telah ternoda?"
160 Hoa In-liong menjadi tertegun, ia ragu-ragu untuk sesaat,
lalu katanya, "Dunia bukan selebar daun kelor, pasti akan
ditemukan orang yang bersedia memungut bunga?".."
Cia yau yan tertawa dingin, ia putar badan dan tanpa
mengucapkan sepatah katapun segera berlalu dari situ.
"Enci Yan, harap tunggu sebentar!" buru-buru Hoa In-liong
berseru dengan cemas.
Cia Sau-yan menjejakkan kakinya ditanah dan berlalu tanpa
berpaling lagi, sambil berjalan pergi, katanya, "Toa suci suruh
aku memberi tahukan kepada mu bahwa dia adalah seorang
banyi buangan, shenya mengikuti gurunya she Pui dan
bernama In-ang."
Habis berkata ia lantas melangkah pergi dari situ. Dengan
termangu-mangu Hoa In-liong mengawasi bayangan
punggungnya hingga lenyap dari pandangan, kemudian
menghela napas panjang.
Sekalipun perkataan dari Cia Sau-yan diutarakan secara
lamat lamat, tapi sebagai orang yang cerdik tentu saja ia
memahami maksudnya, timbul perasaan sedih dihati kecilnya,
sambil berjongkok tangannya diceburkan ke dalam kolam dan
membuyarkan rontokan bunga anggrek di atas permukaan.
Lama lama sekali, ia baru menghela napas panjang, bangkit
dan berlalu dari situ.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa hari lewat dengan cepatnya, pihak-pihak Hianbeng-
kau, Kiu im kau, Mo kau serta kawanan jago yang
berada di kota si-cin sama-sama tidak melakukan gerakan
apa-apa, kedua belah pihak sama-sa ma seperti lagi
menantikan sesuatu, sehingga meski kendor suasana diluar,
padahal diam-diam amat tegang.
161 Terutama sekali kawanan jago dari Kiu-im-kau yang
dipimpin oleh bwe Su-yok, sejak masuk kota dan menetap
dirumah keluarga Cho di selatan kota, hampir selama delapansembilan
hari tak pernah keluar rumah, pintu gerbang mereka
selalu berada dalam keadaan tertutup.
Setiap kali bila Hoa In-liong ingin melakukan pengintaian
terhadap gerak-gerik Kiu im kau, bila terbayang kembali
bagaimana jadinya bila bertemu dengan Bwe Su-yok nanti,
akhirnya rencana tersebut tentu dibatalkan di tengah jalan.
Diatara mereka, kelompok pemuda yang dipimpin Kongsun
Peng paling tak betah, berulang kali mereka mengusulkan
agar me langsungkan pertarungan terbuka melawan Mo-kau
tapi sambil tersenyum Hoa In-liong selalu menghalangi niat
tersebut. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang paling
mengemparkan dalam dunia perilatan.
sejak suasana tenang dua puluh tahun belakangan, bukan
saja semua kelompok manusia berkumpul di kota Si ciu, malah
para jago aneh yang sudah lama mengasingkan diri
dipegunungan terpencilpun berdatangan semua kesitu.
Yang paling tenang diantara mereka sudah tentu keluarga
Hoa sendiri, jangankan kelompok mereka melakukan sesuatu
gerakan, berita mengenahi Hoa Thian-hong pun tidak
kedengaran. oooooOocooo Diluar pintu selatan kota Si-ciu terdapat sebuah warung teh
kecil. 162 Biasanya hanya para pedagang kecil, pekerja kasar dan
kuli-kuli kasaran yang mampir di tempat itu, biasanya setelah
pagi sekali bekerja di kota maka tengah hari mereka
beristirahat disitu sekalian mengisi perut dengan beberapa biji
bakpao. Tengah hari itu, ada dua penunggang kuda sedang
melakukan perjalanan menuju ke kota pintu selatan.
Karena paginya telah turun hujan deras, air menggenangi
jalan berbatu itu sehingga becek, ketika kuda-kuda itu berlari
lewat, air lumpur segera memancarkan ke-empat penjuru dan
mengenai tubuh beberapa orang lelaki yang kebetulan sedang
berdiri di depan pintu warung.
Salah seorang diantara mereka malah tersiram wajahnya
hingga kotor, ketika orang itu mengetahui bahwa penumpang
kuda tersebut berbadan kecil seperti seorang perempuan,
kontan saja ia mencaci maki, "Perempuan peliaran anjing
lonte busuk"..
Tajam benar pendengaran perempuan di atas kuda itu,
muski sudah berada beberapa kaki jauhnya, ternyata makian
itu masih sempat terdengar olehnya.
Mendadak tali les kuda ditarik, diiringi ringkikan panjang,
kuda itu segera mengangkat sepasang kakinya ke atas,
sementara perempuan itu sendiri dengan enteng dan cekatan
lompat turun dari kudanya. Sekilas pandangan, dapat
diketahui bahwa orang itu berilmu tinggi
Penunggang kuda di depannya yang menyaksikan kejadian
itu segera memutar balik kudanya sambil menghampirinya,
dengan suara keras ia bertanya.
"Ji moay, kenapa, kau?"
163 Dua orang gadis itu berbaju ungu. kedua-duanya
menggambol pedang dan berpakaian ringkas. Usianya belum
melewati angka dua puluh.
Gadis berbaju hijau yang dipanggil "ji moay" itu segera
berkata, "Tunggu sebentar toaci!"
Lalu dengan wajah dingin membesi, ia menatap ke arah
warung teh itu sambil menegur dengan ke-tus, "Siapa yang
barusan memaki" Hayo keluar!"
Tampaknya laki-laki yang memaki tadi masih belum merasa
kalau gelagat tidak menguntungkan, dengan angkuh dia
menjawab, "Mau apa kalau toayamu?"
Belum habis ucapan tersebut?" "Plok!" sebuah tamparan
keras telah bersarang di pipi kirinya, lima buah bekas jari
tangan membekas jelas di atas wajahnya.
Kontan saja para lelaki lainnya tertawa tergelak setelah
menyaksikan kejadian tersebut.
Laki-laki merasa ya malu ya marah, setelah celingukan
sekejap kembali makinya, "Lonte busuk, toaya akan beradu
jiwa denganmu!"
Mendengar perkataan itu, si nona berbaju hijau semakin
naik pitam, dengan kening berkerut dan wajah diliputi nafsu
membunuh. ?"" "Criing!" ia meloloskan pedangnya dari sarung
kemudian diacungkan ke hadapan lelaki tersebut.
Ketika laki-laki itu menyaksikan cahaya putih berkelebat
dihadapan matanya, ia menjadi ketakutan dan pecah nyali,
164 hawa amarahnya seketika lenyap tak berbekas, dan ia mundur
berulang kali ke belakang.
Suasana dalam warung teh menjadi gempar, jeritan kaget
berkumandang dari sana-sini.
Gadis berbaju ringkas warna ungu itu masih duduk di atas
pelananya tanpa berkutik, agaknya ia merasa kalau adiknya
telah mem besarkan persoalan kecil, baru saja ia berseru
dengan kening berkerut, "Ji moay".."
Tiba-tiba dari arah tembok kota sana berkumandang
nyaring bentakan seseorang, "Sahabat dari manakah yang
hendak pamer kekuatan di kota Si-ciu" Aku Kong-sun Peng
ingin menjumpainya."
Seorang pemuda berbaju ringkas dengan menggembol
pedang tiba-tiba melayang turun dari atas dinding kota
dengan kecepatan luar biasa.
Sebenarnya gadis berbaju hijau itu meloloskan pedangnya
hanya bermaksud untuk menakut nakuti orang, tidak terlintas
sama sekali niat untuk menyusahkan orang itu, akan tetapi
setelah ada orang yang mencampuri urusan tersebut, ia
menjadi naik darah, pedangnya malah sungguh-sungguh
dibacokkan ketubuh orang itu.
"Ampuni selembar jiwanya nona!" bentakan serak basah
kembali menggelegar.
"Traaang?""..!" bunyi benturan nyaring berkumandang
memecahkan kesunyian, tahu-tahu pedang di tangan gadis
berbaju hijau itu terpukul miring ke samping.
Laki-laki yang diancam itu menjerit kaget kemudian roboh
tak sadarkan diri.
165 Gadis berbaju hijau itu berpaling, ternyata pedangnya telah
disampok miring oleh sebiji batu kecil oleh seorang kakek
berjenggot panjang dan bermata jeli kurang lebih empat kaki
dihadapannya sana, kenyataan ini membuat hatinya sangat
terperanjat, segera pikirnya, "Orang bilang kota Si ciu pada
saat ini penuh tersembunyi orang pintar, dulu aku tidak
percaya tapi sekarang?"..yaa, belum saja masuk kota, aku
telah berjumpa dengan jago setangguh ini."
Berpikir sampai disitu, ia mulai menyesal kenapa dirinya
terlalu banyak urusan.
Kong-sun Peng sebenarnya sedang cemas karena tak
sempat menghalangi bacokan si gadis berbaju hijau itu, ia
baru lega setelah kakek itu turun ringan mengatasi persoalan
tersebut. sambil memberi hormat kepada kakek itu segera ujarnya,
"Terima kasih banyak atas bantuan Ho cian-pwe!"
"Kongsun hiante tak usah banyak adat, sudah sepantasnya
kalau kucampuri urusan ini, cegah kakek tersebut.
Kongsun Peng lantas berpaling ke arah gadis berbaju hijau
itu lalu ujarnya dengan marah, "Sungguh keji hatimu budak,
orang itu toh tidak lebih cuma seorang rakyat kecil,
kendatipun kurang sopan dalam pembicaraan tidak
seharusnya kau turun tangan sekejam itu."
Gadis berbaju hijau itu tertawa dingin, ia menggerakkan
bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, tapi sebelum ia
sempat berbicara, kakek she Ho itu sudah berkata sambil
tersenyum 166 "Kongsun hiante, kau telah salah menuduh nona itu, jurus
Giok li si hian (gadis cantik memintal sutera) yang digunakan
nona itu meski tertuju kejalan darah To long hiat namun ia
sudah menghentikan gerakannya setengah mili dari sasaran,
timpukan batu dari lolap tadipun hakekatnya cuma suatu
tindakan yang berlebihan."
Lalu kepada gadis berbaju hijau itu katanya, "Jurus pedang
yang nona pergunakan adalah jurus tangguh dari aliran Hoa
san, entah apa hubungan nona dengan Kiong tayhiap dari
partai Hoa san?"
Gadis berbaju hijau itu tidak menyangka kalau jurus
serangannya berhasil diketahui orang sebelum tusukan itu
sendiri mengenai sasaran, iapun sadar bahwa kakek itu tentu
seorang jago lihay.
Ia tak berani berayal, setelah mamberi hormat katanya,
"Dia adalah kakek kami!"
Dalam pada itu, nona berbaju ungu yang berada di atas
kuda telah melompat turun sambil memberi hormat, katanya,
"Boanpwe bernama Kiong Gwat-hui, boleh aku tahu siapa
nama besar locianpwe?"
Kakek itu tertawa tergelak.
"Haahh".haahh".haaahh"..aku adalah Ho Kee-sian,
pernahkah nona sekalian mendengar namaku?"
"Ooooh.,..rupanya Hoan-thian-jiu (telapak sakti pembalik
langit) Ho locianpwe sudah lama boanpwe mendengar nama
besarmu," sahut kedua orang gadis itu berbareng.
Waktu itu Kiong Thian-yu dan Pek Siau-thian mempunyai
hubungan yang erat, setelah Pek Siau-thian mendirikan sia-cipang
hubungan itu putus untuk sementara waktu tapi sejak
167 penggalian harta di Kiu-ci-san, hubungan itu kembali
berlangsung malah akhirnya semakin akrab. Sudah barang
tentu mereka pernah mendengar nama besar dari Ho Keesian.
Kembali Ho Kee-sian tertawa terbahak-bahak, katanya,
"Nona adalah".."
"Boanpwee bernama Kiong Gwat-lan!" sahut gadis berbaju
hijau itu cepat-cepat.
Setelah mengetahui Kalau kedua orang gadis itu adalah
kawan sendiri, Kongsun Peng mulai merasa tidak tentram atas
perbuatannya tadi, buru-buru ia menjura kepada Kiong Gwatlan
sambil katanya, "Nona Kiong, bila barusan aku telah
berbuat gegabah dan ceroboh, harap kau sudi memaafkan."
Kiong Gwat-lan segera tertawa dingin.
"Apa hubunganmu dengan Kongsun Kia locianpwee dari
kota Kay-hong?"
"Dia adalah ayahku," jawab Kongsun Peng sambil tertawa
paksa, "aku"aku?"
"Bagus sekali," tukas Kiong Gwat-lan, "Sudah lama sekali
mendengar akan kehebatan dari It ci-hui-kim (pedang mulia
satu harum), sayang selama ini tidak tersedia kesempatan
baik, nah saudara ongsun, silahkan cabut keluar pedangmu!"
Kongcu Peng menjadi tertegun setelah mendengar
perkataan itu, untuk sesaat dia tak tahu apa yang meski
dikatakan. "Adikku, jangan ngaco belo!" seru Kiong Gwat hui tiba-tiba.
168 Kiong Gwat-lan segera tertawa dingin.
"Cici, kau bisa berkata begitu soalnya kau tidak melihat
tampangnya yang sok tadi. Bagaimana juga, hari ini aku pasti
akan menjajal sampai dimanakah taraf kepandaian It ci huikiamnya
sehingga begitu berani berlagak sok dihadapan
orang. "Aaah"..aku masa berani bersikap sok kata Kongsun Peng
terbata bata, "berhubung Hoa kongcu kuatir banyak orang
persilatan mencari gara-gara di kota Si-ciu ini berhubung
pelbagai macam manusia berkumpul semua disini, maka di
minta kepada semua enghiong di pelbagai tempat untuk ikut
memperhatikan suasana di sekitar kota ini serta melerai segala
kepincangan yang bakal terjadi."
Hmm, kau tak usah banyak bicara lagi." kata Kiong Gwatlan
ketus, "aku adalah seorang penganiaya rakyat kecil,
kenapa Kongsun harap tidak cepat cepat turun tangan untuk
menghukum diriku?"
Kongsun Peng semakin tersipu-sipu dibuatnya ia tak tahu
bagaimana menjawab.
Kiong Gwat bui yang menyaksikana adiknya mendesak
orang lain terus menerus, padahal keadaan sesungguhnya
tidak serius itu, ia bermaksud maju melerainya.
Tapi sebelum ia tampil kedepan, tiba-tiba muncul seorang
lelaki kekar yang segera menjura seraya berkata, "Nona Kiong,
bersediakah engkau mendengarkan beberapa patah kata
ku"..?"
"Siapa namamu?" tanya Kiong Gwat-lan sambil menatap
lelaki itu tajam tajam.
169 "Aku adalah Song Yan dari Huan yangi."
Ooeh..,. rupanya Son tokeng, maaf kalau aku tidak dapat
mengenali dirimu.
Merah jengah selembar Wajah Song Yan ketika mendengar
di balik ucapan tersebut bernada sindiran, katanya dengan
gusar, "Nona kiong, sekalipun aku Song yan berasal dari kaum
perampok yang rendah kedudukannya, tapi aku percaya
ucapanku masih bisa dipercaya, aku masih dapat memegang
peraturan kaum Liek lim dengan ketat, jangankan merugikan
kaum rakyat kecil, memeraspun tidak"."
"Aku toh tidak menuduh dirimu yang bukan-bukan, kenapa
Song tangkeh musti merasa sampai disitu?" tukas Kiong Hwatlan
lagi Song yan benar-benar menjadi naik darah saking
mendongkolnya untuk sesaat dia hampir tak mampu berkatakata.
Sebenarnya dia hendak melerai karena melihat ucapan


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiong Gwat-lan tidak pakai aturan, siapa tahu belumm sampai
kata-kata tersebut disampaikan, beberapa patah kata dari
gadis she Kiong itu sudah cukup membuat hatinya
mendongkol setengah mati,
Akan tetapi bagaimanapun juga dia adalah seorang jagoan
dari Liok Lim yang sudah berpengalaman luas, dengan sekuat
tenaga ia berusana mengendalikan hawa amarah yang
berkobar dalam hatinya, kemudian sambil menjura ia berseru,
"Kalau begitu maaf jika aku orang she-Song terlalu banyak
urusan!" Selesai berkata ia lantas putar badan dan berlalu dari situ.
170 Kiong Gwat-lan cuma tertawa dingin tanpa mengucapkan
sepatah katapun Kiong Gwat hui merasa tidak berkenan
dengan kejadian tersebut, dengan cepat ia melompat
kehadapan Song Yan, kemudian setelah memberi hormat
katanya, "Song tangke, adikku masih muda dan tak tahu
urusan seandainya ia telah menyinggung perasaanmu,
bersama ini siauli minta maaf. Buru-buru Song-Yan balas
memberi hormat, "Kiong toa-kohnio tak usah sungkansungkan,
memang akulah yang terlalu lancang mencampuri
urusan orang lain"."
Diluar ia berkata demikian, sementara dalam hatinya
berpikir lain, "Heran, sama-sama dilahirkan oleh seorang ibu,
kenapa wataknya bisa jauh berbeda bagaikan langit dan
bumi" Kalau sang enci lembut dan tahu sopan, dan adiknya
angkuh, binal dan susah diatur?""
Dipihak lain, Kongsun Peng juga sedang berkata, "Nona,
masa terhadap urusan sekecil ini pun kau mempersoalkan
terus, tindakan nona sungguh membuat aku menjadi tidak
habis mengerti?""
Sambil tertawa dingin Kiong Gwat-lan segera menukas,
"Aku adalah seorang nona yang berpikiran picik dan berdada
sempit, mengerti?"
"Kalau nona telah berkata demikian, aku-pun tak bisa
berbuat apa apa lagi, entah apa yang musti kulakukan
sehingga dapat meredakan rasa marah nona?" tanya Kongsun
Peng kemudian dengan kening berkerut.
Kiong Gwat-lan menggetarkan pedangnya kedepan tibatiba
ujarnya kepada Kongsun Peng.
"Sejak tadi aku toh sudah berkata kepada mu, aku hendak
minta petunjuk ilmu pedang mu!"
171 Tindakannya ini sangat menantang, sebagai anak muda
yang berdarah panas tentu saja Kongsun Peng tidak tahan,
hawa amarahnya kontan meledak, pikirnya, "Budak ini benarbenar
tidak tahu aturan, kalau tidak kuberi sedikit pelajaran
kepadanya, dia pasti akan mengira aku, orang she Kongsun
jeri kepadanya?"?"
Berpikir sampai disitu, dengan wajah serius, ia lantas
berkata. "Aku hanya tahu bahwa diriku bukan tandingan nona".."
"Aaah.. tak usah banyak cerewet cabut pedangmu!" seru
Kiong Gwat-lan tampaknya tidak sabar lagi.
Ia sudah dipaksa terus menerus akhirnya tentu saja
Kongsun Peng tidak tabu, pedangnya segera diloloskan dari
sarungnya, Ho Kee sian hanya bisa gelengkan kepalanya berulang kali
melihat mereka beribut bahkan hendak beradu senjata Cuma
disebabkan soal kecil, segera selanya, "Nona Kiong, dapatkah
memandang diriku"..
Kong Gwat-lan tahu bahwa ucapan selanjutnya pastilah:
"Dapatkah memandang di atas wajah saya untuk mengakhiri
persoalan ini?""
Andaikata Ho Kee sian biarkan menjatuhkan kata-katanya
sudah pasti untuk menghormati atas Ho Kee sian dengan
kakeknya, mau tak mau harus mengakhiri rencananya.
Sebagai gadis yang cerdik dapat cepat ia menukas
pembicaraan orang sebelum perkataan itu berakhir, katanya,
"Ho locianpwe, jika kauingin mempergunakan kedudukanmu
172 sebagai cianpwe untuk mencegah keinginan boanpwe,
terpaksa boanpwe akan menuruti perintahmu itu."
Ho Kee sian tertegun, akhirnya ia berkata, "Ooooh" aku
hanya ingin bertindak sebagai penengah saja!"
"Bagaimana cara cianpwe bertindak sebagai penengah?"
Ho Kee-jian berpikir sebentar, ialu katanya, "Sesungguhnya
persoalan ini hanya suatu persoalan kecil yang sama sekali
tidak berarti, menurut pendapatku lebih baik kita singkap
masalahnya secara terbuka saja."
Kiong Gwat-lan tertawa merdu.
"Aku rasa pendapat locianpwe pasti tak akan salah pada
boanpwe, merasa bahwa apa yang telah kulakukan tadi
memang tidak pantas, sebagai seorang jago lihay sudah
seharusnya Kongsun sauhiap memberi pelajaran yang
setimpal kepadaku."
Diam-diam Kongsun Peng mendengus setelah mendengar
perkataan itu, pikirnya, "Hmm"..rupanya kau juga tahu diri."
Terdengar Ho Kee-sian berkata, "Nona sama sekali tidak
salah." "Bila Boanpwe tidak bersalah, itu berarti Kongsun sauhiap
yang bersalah, meskipun boanpwe tahu bukan tandingan
Kongsun sauhiap, tapi?"."
Berkobar hawa amarah dalam dada Kongsun Peng, ia
segera tertawa terbahak-bahak.
173 "Haah"..haahh?"haaahh".-ona tak usah banyak
berbicara lagi, anggap saja akulah yang bersalah, silahkan
turun tangan!"
Sejak tadi Kiong Gwat-lan memang sedang menantikan
perkataannya itu, sambil tertawa merdu ia berseru, "Bagus
sekali, sambutlah seranganku ini!"
Tidak menanti Ho Kee-sian berbicara lagi, pedangnya
langsung disapu kedepan, cahaya tajam berkilauan dan segera
menyelimuti jalan darah penting didada Kongsun Peng.
"Sebuah jurus Hong-pa-jian-ho (angin semilir
menggugurkan teratai) yang sangat bagus!" bentak Kongsun
Peng. Badannya berputar kencang, dari posisi menyerang segera
berubah menjadi posisi bertahan, pedangnya dikembangkan
dan digetarkan berulang kali melancarkan bacokan-bacokan
maut. Kiong Gwat-lan tidak mau tunjukkan kelemahan, iapun
membentak dengan suara nyaring, "It thio it si (sekali
mengencang sekali mengendor) yang indah, ilmu pedang It cihui-
kiam memang bukan nama kosong belaka!"
Ia semakin tak berani berayal lagi, dengan cepat jurus
jurus maut dalam ilmu pedang Giok li kiam hoat
dikembangkan sedemikian rupa.
Kendatipun tenaga dalamnya masih jauh dari ke
sempurnaan, namun sungguh hebat ancaman tersebut, titik
cahaya tajam serasa menyelimuti seluruh angkasa, bayangan
pedang berlapis-lapis, keadaannya sungguh mengejutkan
orang. 174 Kongsun Peng tidak menyangka kalau pihak lawan akan
menyerang dengan sepenuh tenaga, seketika itu juga ia
terdesak hebat sehingga harus mundur berulang kali ke
belakang, dalam waktu singkat ia terdesak, berada dibawah
angin. Begitu berhasil dengan serangannya, Kiong Gwat-lan
semakin bersemangat lagi, ia tak sudi melepaskan musuhnya
dengan begitu saja, sambil tertawa terkekeh ejeknya, "Hmm,
locianpwe, kau harus tahu bahwa bukan aku yang minta tapi
Kongsun suahiap yang mengajak aku beradu tenaga.
Ho Kee sian merasa kurang enak untuk mencegah
pertarungan tersebut, mendengar perkataan itu ia lantas
bepikir, "Budak ingusan, kau benar-benar sangat binal, tapi
lucu dan menjengkelkan, baiklah akan kuperhatikan dirimu
dari sisi gelanggang daripada pertarungan harus diakhirkan
dengan luka dikedua pihak"
Berpikir sampai disitu sambil tertawa katanya, "Kau jangan
keburu bersenang hati lebih dulu, jangan dianggap
kepandaian orang berada di bawah mu."
Kiong Gwat-lan tertawa merdu katanya, "Aku lihat Kongsun
sauhiap sudah tidak berkekuatan untuk melancarkan serangan
balasan lagi, aku rasa kau telah salah berbicara!"
Pintu selatan merupakan tempat penting dari perhubungan
lalu lintas, manusia melimpah manusia dengan terjadinya
peristiwa tersebut maka semakin melimpah manusia yang
menonton keramaian disi tu, tentua saja sebagian besar
adalah kawanan jago yang menggembol senjata.
Kawanan manusia tersebut tidak ada yang mempersoalkan
apa sebab pertarungan itu sampai terjadi, mereka hanya ingin
menonton keramaian, semakin besar keramaian tersebut
175 semakin baik apalagi Kiong Gwat-lan adalah seorang gadis
cantik, sorak sorai ber kumandang dari mana-mana.
Kiong Gwat-lan merasa semakin bangga, sambil tertawa
cekikikan ejeknya lebih jauh.
"Kongsun suhiap, masih ada kepandaian simpanan apa
lagi" Hayo cepat dikeluarkan."
Tiba-tiba Kongsun peng membentak keras pedangnya,
langsung menusuk kedepan dengan kecepatan luar biasa,
begitu serangan pedang Kiong Gwat-lan tertangkis, tiba-tiba
sepasang kakinya menjejak tanah dan melompat beberapa kali
jauhnya, begitu lolos dari kepungan Kioang Gwat-lan, ia
berdiri dengan wajah hijau membesi, pedangnya pelan-pelan
diungkitkan ke atas.
"Kongsun sauhiap" buru-buru Ho Hee sian berseru.
"Harap Ho locianpwe jangan mencegah diriku lagi, tukas
Kongsun Peng dengan suara dalam, terpaksa ". dilain waktu
boanpwe minta maaf kepada kongcu suami istri."
Jelas perkataan itu dimaksudkan bahwa dia akan
melancarkan serangan dengan sepenuh tenaga, sebelum
Kiong Gwat-lan berhasil dilukai maka dia tak akan berhenti
sampai disana saja.
"Hmm?"".pantaskah kau berbuat demikian?" kembali
Kiong Gwat-lan mengejek dengan sinis.
"Pantas atau tidak, nona segera akan mengetahuinya,
harap kau perhatikan baik-baik"
Sekalipun di atas wajahnya Kiong Gwat-lan bersikap seolaholah
tak pandang sebelah matapun terhadap lawannya,
176 padahal ia tahu bahwa Kongsun Peng telah diliputi hawa
kegusaran, dan serangan yang dilancarkan pasti pula luar
biasa sekali. Jilid 5 MAKA ia menarik kembali senyumannya dan pusatkan
segenap perhatiannya untuk bersiap sedia menghadapi segala
Kemungkinan yang tidak diinginkan.
Ho Kee sian hanya bisa gelengkan kepalanya berulang kali,
dia tahu Kongsun Peng sudah dibikin marah oleh perbuatan
gadis tersebut, pertarungan sudah pasti tak akan terhenti
sampai disitu saja, terpaksa diapun harus memperhatikan
jalannya pertarungan dengan lebih berhati-hati, sebab jika
Kiong Gwat-lan sampai terluka maka akibatnya pasti akan
memusingkan semua pihak.
Kiong Gwat hui juga berpikir dengan kening berkerut.
"Adik bukan seorang yang tak pakai aturan, sekalipun ia
suka bergurau bukan berarti ia mau mencari menangnya
sendiri, tapi kenapa hari ini ia bersikap demikian?"
Tiba-tiba terdengar Kongsun Peng membentak keras,
"Berhati-hatilah!"
Pedangnya segera diputar dan langsung menyerbu kedepan
dengan cepat. Pertarungan itu tak bisa dibandingkan dengan pertarungan
sebelumnya, barusan Kong sun Peng masih mengalah tiga
bagian kepada musuhnya, tapi setelah berulang kali disindir
dan dicemooh, ia tidak sungkan sungkan lagi, begitu tiga jurus
177 yang pertama sudah lewat, pedangnya diputar sedemikian
rupa melancarkan serangkaian serangan maut yang benarbenar
hebat. Sekalipun Kiong Gwat-lan telah berusaha menangkis
dengan sepenuh tenaga akan tetapi jelas terlihat bahwa ia
sudah dipaksa dalam posisi yang kalah.
Sementara itu kawanan jago lihay yang ikut menonton
jalannya pertarungan antara kedua orang itu, diam-diam
manggutkan kepalanya, mereka merasa dengan usia mereka
yang masih begitu muda, dapat memiliki kepandaian selihay
itu sudah bukan terhitung suatu yang gampang.
Ratusan gerakan kemudian, bagaimanapun juga tenaga
dalam yang dimiliki Kongsun Peng jauh lebih tinggi dari
musuhnya, secara beruntun Kiong Gwat-lan sudah dua kali
terancam bahaya maut, cuma untungnya meskipun Kongsun
peng sedang diliputi kemarahan yang meluap, tapi
perangainya makin lama semakin kendor, ia pun tidak
menggunakan kesempatan yang ada untuk melukai lawannya.
Sebagai jago yang lihay, tentu saja Ho Kee sian dapat
mengetahui juga kejadian tersebut, hatinya menjadi lega
karena ia tahu bahwa tragedi tak akan sampai terjadi.
Tiba-tiba dari antara kerumunan manusia muncul empat
orang pemuda yang ganteng dan gagah perkasa, mereka
adalah Tan Kiat san, li Po-seng, Oh Keng bun serta Oh Keng
bu. Dengan suara lantang Tan Kiat kan segera berteriak,
"Saudara Kongsun, Hoa kongcu berpesan kepada kita agar
melerai semua pertikaian yang terjadi, mengapa kau malah
bertarung sendiri melawan seorang gadis?"
178 "Apa daya, siau-te-pun terpaksa harus berbuat demikian!"
Sementara berbicara demikian, permainan pedangnya juga
ikut mengendor, rupanya dia bermaksud mengakhiri pertikaian
tersebut. Siapa tahu justru Kiong Gwat-lan telah manfaatkan
kesempatan itu sebaik-baiknya
?"Sreet! Sreet! Sreet! secara beruntun ia melancarkan
tiga buah serangan berantai.
Tindakannya itu sangat tidak menyenangkan Kongsun


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Peng, otomatis permainan pedangnya ikut mengencang.
Mendadak terdengar gelak tertawa panjang bergema
memecahkan kesunyian, sesosok bayangan manusia dengan
kecepatan tinggi ber kelebat menerjang lewat diantara kedua
orang itu. Para penonton hanya merasakan pandangan matanya
menjadi kabur, dan tahu-tahu Kiong Gwat-lan serta Kongsun
Peng sudah berpisah dan masing masing mundur ke elakang
sedangkan seorang pemuda tanpan berusia lima enam belas
tahun telah berdiri diantara mereka.
Kemunculan pemuda tersebut sangat mengejutkan semua
orang, siapapun tidak, kalau mengajak pemuda sekecil itu
sudah memiliki ilmu ulet yang amat lihay.
Pemuda itu segera menjura ke arah mereka berdua,
katanya, "Ilmu silat yang kalian berdua miliki sama-sama
lihaynya, keadaanpun sama kuat, menurut pendapatku
daripada pertarungan dilanjutkan lebih baik diselesaikan
secara damai saja sampai disini, mau bukan?"
179 Tentu saja Kongsun Peng ingin mengakhiri pertarungan
sampai disitu saja"..
Berbeda dengan Kiong Gwat-lan, sambil mencibirkan
bibirnya ia berseru, "Hey siapa yang suruh kau campuri
urusanku" Kau masih belum berhak untuk mencampuri
persoalanku tahu?"
Sebenarnya pemuda itu mencampuri kejadian tersebut
lantaran tidak tega membiarkan Kiong Gwat-lan terdesak
dibawah angin, siapa tahu Kiong Gwat-lan tak sudi menerima
kebaikan hatinya, ini membuat dia menjadi tertegun dan tak
tahu musti maju atau mundur.
Tiba-tiba dari tepi gelanggang muncul seorang sastrawan
berusia pertengahan yang berjubah biru, sambil
menggoyangkan kipasnya ia berkata dengan Santai, "Lo te,
kau tak usah banyak urusan lagi, kalau memang orang lain
tidak suka kau mencampuri persoalannya lebih baik kembali
saja kemari."
Pemuda itu tertawa jengah, ia lantas putar badan dan
berjalan kembali keluar kerumunan orang.
Pemuda tersebut rupanya baru pertama kali terjun ke
dalam dunia persilatan, sehingga tindak tanduknya agak
gegabah dan sama sekali tidak memakai perhitungan.
"Berhenti!" tiba-tiba Kiong Gwat-lan membentak.
Pemuda itu agak tertegun, lalu sambil memutar badannya
ia bertanya, "Apakah dia adalah sahabatmu?" tanya Kiong
Gwat-lan dengan wajah sedingin es sambil menuding
sastrawan berusia setengah umur yang berdiri diluar arena.
"Betul!" pemuda itu manggut-manggut.
180 Kontan saja Kiong Gwat-lan tertawa dingin.
"Heeehhh"..heeehh".heeehh?" sahabatnya Si-lu-kimnong
(kumbang emas bermain di putik) Ou See tiong sudah
pasti bukan manusia baik-baik?" hei, rupanya kau juga
merupakan komplotnya."
Paras muka si anak muda itu berubah menjadi hijau
membesi, rupanya ia masih belum paham apa yang
dimaksukan. Berbeda dengan sastrawan berusia setengah umur itu,
paras mukanya agak berubah, lalu sambil berusaha
menenangkan hatinya, ia menggoyangkan kipasnya dan
berkata sambil tertawa, "Nona, jangan sembarangan
memfitnah orang baik-baik, aku bukan manusia yang kau
maksudkan, aku she yang dan bukan Ou See-tiong seperti apa
yang kau katakan tadi!"
Berbicara sampai disitu, biji matanya lantas berputar kian
kemari, agaknya ia sedang mengatur rencana untuk melarikan
diri. Tan Kiat kan, Li Po seng serta dua bersaudara On saling
berpandangan sekejap, lalu mereka melompat ke depan dan
secara ti ba-tiba mengurung sastrawan berusia setengah
umur. Suasana menjadi gempar, semua orang sama-sama
menyingkir ke samping untuk memberi tempat.
Dengan berlangsungnya peristiwa tersebut, maka perhatian
semua orang lantas di alihkan ke wajah sastrawan setengah
umur berbaju biru itu. Secara otomatis pertarungan antara
Kiong Gwat-lan melawan Kong sun ikut pula terhenti.
181 Perlu diterangkan disini, bahwa Siau-lui-kim-hong
(kumbang emas bermain di putik) Ou See-tiong adalah
seorang penjahat cabul yang ulung dan dikutuk semua orang.
Orang ini bukan cuma jay-hoa (pemetik bunga artinya
pemerkosa) saja, seringkali setelah korbannya digagahi dan
dibunuh barangnya ikut dirampok habis-habisan, sedikitpun
tidak memperdulikan peraturan yang berlaku dalam dunia
persilatan. Orang ini bukan cuma dibenci oleh setiap orang, bahkan
orang-orang dari kalangan Liok-lim sendiripun mengincar
jiwanya. Akan tetapi ilmu silat yang dimiliki Orang ini cukup lihay,
ilmu meringankan tubuhnya tinggi, selama melakukan
perbuatan terkutuknya ia selalu mengerjakan dengan rapi, dan
jejak yang amat rahasia, ditambah lagi orangnya pandai
menyaru, hal ini membuat jarang sekali ada orang yang
mengenali dirinya.
Itulah sebabnya dengan begitu berani dia telah munculkan
diri di kota Si ciu. Sayang akhirnya toh kedok tersebut berhasil
dibongkar oleh Kiong Gwat-lan.
Ho Kee-sian sudah lama mengasingkan diri, ia kurang
begitu tahu tentang manusia tersebut tapi ditinjau dari
julukannya bisa diduga manusia macam apakah orang itu.
Song Yan segera melompat kemuka, lalu bentaknya,
"Sobat, lebih baik terangkan asal-usulmu kalau tidak jika
sampai mati penasaran jangan menyalahkan kami semua!"
182 "Song tangkeh buat apa membentak-bentak aku dengan
nada kasar dan keras seperti itu" Siapa tahu kalau nnona
Kiong lagi-lagi sedang mengajak kalian untuk bergurau
Song Yan agak tertegun, dia lantas mengalihkan
perhatiannya ke wajah Kiong Gwat hui, jelas meski tiada rasa
marah atau tersinggung atas diri Kiong Gwat-lan, tak urung
dia merasa ragu juga atas ulah si nona yang gemar mengacau
itu. Oleh sebab itu sorot matanya lantas dialihkan ke wajah
Kiong Gwat hui, sebab ia merasa bahwa nona ini jauh lebih
dapat dipercaya,
Kiong Gwat hui termenung sebentar, kemudian katanya,
"Aku sendiripun kurang begitu jelas!"
Setelah berhenti sejenak, dengan nada minta maaf ia
melanjutkan, "Adikku seringkah keluar rumah, banyak diantara
persoalannya yang tidak kuketahui, agaknya aku akan
membuat kecewanya Song tangkeh"
"Aaah?".! Nona terlalu sungkan," kata Song Yan sambil
tertawa. Diam-diam ia berpikir dihati, "Agaknya Kiong Gwat-lan lagilagi
sedang mengumbar ulahnya yang tidak karuan!"
Tiba-tiba kedengaran pemuda tadi berkata pula, "Sudah
lima hari aku melakukan perjalanan bersamanya, belum
pernah selama ini kusaksikan ia melakukan perbuatan yang
tidak genah, mungkin nona itu sudah salah menuduh orang."
Mendengar perkataan itu, para jago yang hadir di sekitar
situ makin mengira kalau Kiong Gwat-lan lagi-lagi sedang
bergurau. 183 Lega juga hati Ou See-tiong setelah menyaksikan keadaan
tersebut, pikirnya cepat cepat, "Sekarang kalau tidak kabur,
mau menunggu sampai kapan lagi?"
Maka sambil tertawa terbahak-bahak ia menutup kembali
kipasnya dan memberi hormat, katanya, "Meskipun nona
Kiong hanya salah menuduh, siaute merasa tak punya muka
lagi untuk berdiam lebih lama disini."
Selesai berkata ia lantas putar badan siap menanggalkan
tempat itu. Tiba-tiba bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu
dengan pedang terhunus Kiong Gwat-lan telah menghadang
jalan perginya.
"Hei, mau kabur dari sini?" ejeknya.
"Sialan betul budak busuk ini," pikir Ou See tiong, "baik,
ingat saja kau!
"Sekarang kau boleh mempermainkan aku tapi suatu saat
Ou-ya mu pasti akan menikmati pula kehangatan
tubuhmu?"?"
Dengan sikap sesopan mungkin ia lantas berkata, "Nona,
tidak cukupkah gurauanmu itu?"
Sekalipun Kiong Gwat-lan pernah bertemu dengan Ou See
tiong, tapi karena soal ini, orang tersebut telah bersalin rupa,
sulit baginya untuk membongkar kedok orang secara terang
terangan, meski begitu, dia yakin kalau penglihatannya tidak
keliru. 184 Pikirnya kemudian, "Jika aku mengaku terus terang atas
alasan tuduhanku, orang lain pasti tidak akan percaya."
Setelah berpikir sebentar, ia lantas berseru dengan ketus,
"Beranikah kau membiarkan orang menggeledah sakumu" Aku
tahu dalam sakumu saat ini pasti membawa alat-alat pemabuk
yang biasanya kau bawa dalam melakukan setiap operasimu."
Ou See tiong memang benar menggembol alat peraganya
dalam saku, sudah barang tentu ia tak berani membiarkan
orang lain menggeledah sakunya, dalam kejut dan paniknya ia
pura-pura jadi marah.
"Aku orang she Kang adalah seorang lelaki setia, aku tidak
akan menerima penghinaanmu ini dengan begini saja "
demikian teriakannya.
Semua orang merasa sependapat dengan alasan tersebut,
suara bisik-bisik dan pembicaraan pun berkumandang
memenuhi udara.
Kiong Gwat-lan menjadi Kehabisan daya pikirnya, "Jika aku
turun tangan secara paksa, jelas tak ada orang yang akan
membantuku, jika sergapanku meleset sehingga membiarkan
ia kabur dari sini"..Wah! Bahaya?"."
Makin berpikir ia merasa hatinya makin bingung.
Mendadak kedengaran seseorang berseru dengan suara
yang lembut dan bernada kekanak-kanakkan.
"Aku bisa membuktikan kalau dia adalah Ou See tiong."
Bersama dengan berkumandangnya ucapan itu, tampak
seorang bocah cilik yang berbaju bersih tapi bertangan kotor
185 berlepotan lumpur menerobos keluar dari kerumunan orang
banyak. Tercekat perasaan Ou See tiong, tapi begitu mengetahui
kalau orang itu adalah seorang bocah cilik, lega juga hatinya.
"Haahh?" haahh?".. haah".. bocah cilik, siapa yang
memerintahkan kau mengaco-belo tidak karuan disini?"
tegurnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Satu ingatan segera melintas dalam benak Kiong Gwat-lan,
sambil menggapai bocah itu katanya, "Saudara cilik,
kemarilah! Darimana kau tahu kalau dia she Ou?"
Sambil tertawa cekikikan bocah itu menghampiri Kiong
Gwat-lan lalu sambil menepuk dada sendiri ia berkata, "Sebab
Si lui kim hong tersebut berada dalam sakuku, mana mungkin
aku tidak tahu" "
Mendengar perkataan itu tergelaklah semua orang karena
geli, mereka semua mengira bocah itu lagi ngaco-belo pula.
Kiong Gwat-lan sendiripun merasa agak kecewa, pikirnya,
"Waah?"gelagat tidak menguntungkan bagiku, agaknya hari
ini si bajingan terkutuk itu kembali berhasil kabur dari
cengkeramanku."
Tampak bocoh cilik itu mengeluarkan secarik handuk kecil
berwarna putih dari sakunya, lalu direntangkan lebar-lebar.
Sebagaian besar jago yang hadir di sekitar arena waktu itu
adalah jago-jago berkepandaian tinggi, ketajaman mata
mereka rata-rata cukup mengagumkan, begitu sapu tangan
tadi dibentangkan maka tampaklah pada sudut kanannya
tersulam sekuntum bunga botan, dimana pada putiknya
terbang seekor kumbang emas.
186 Sulaman itu sangat indah dan hidup, bukan saja diberi
warna yang indah bahkan amat menyolok, pada sisi sulaman
tadi terukirlah tiga huruf kecil yang mencantumkan kata-kata,
"Ou See-tiong."
Itulah lambang dari Ou See-tiong dalam melakukan
operasinya, dan julukannya Si-lui kim-hong (kumbang emas
bermain di putik) justru diperoleh dari lambangnya itu.
Sambil menuding ke arah Ou Soe-tiong, bocah itu berkata
lagi, "Aku melihat sapu tangan itu jatuh dari sakunya, tulisan
di atas sapu tangan tidak aku Siau-gou-ji pahami, tapi
mendengar julukannya sebagai Si lui kim hong lalu
dihubungkan dengan kuntum bunga serta kumbangnya, aku
rasa ada hubungan juga dengan segala yang berbau
roman?""..
Karena perkataan bernada kocak, kembali memancing
gelak tertawa geli dari orang banyak.
Paras maka Ou See-tiong berubah hebat tapi ia masih
berusaha keras untuk mengendalikan perasaan tenangnya,
katanya kemudian, "Hmm"! Rupanya ada orang sedang
memfitnah diriku, cara yang dipergunakan ini sungguh licik,
rendah dan tak tahu malu. "
Hmm"..mana ada orang yang akan mempercayainya.
Dalam kaget dan gugupnya Ou See tiong mencoba untuk
berkelit kesamping, sayang keadaan sudah terlambat.
"Breet "!" tahu-tahu sakunya sudah tersambar hingga
robek amat besar, benda-benda berupa emas perak serta
lainnya segera jatuh dan berhamburan dimana-mana.
187 Diantara sekian banyak barang yang berserakan ditanah,
tampak sebuah benda tersebut dari perak yang berbentuk
burung bangau sedang mementangkan sayapnya. Itulah alat
khusus yang biasanya dipergunakan untuk menghembuskan
obat pemabuk bila hendak melakukan suatu operasi.
Kontan saja semua orang menjadi gempar.
Rupanya dengan suatu gerakan Giok Ii to sob (gadis suci


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memasukkan jarum) Kiong Gwat-lan melepaskan sebuah
babatan pedang ke siku lawan, begitu serangannya berhasil
dan, kedok Ou See tiong terbongkar, dengan perasaan lega
dan senang ia lantas tertawa mengejek.
"Hei orang she Ou, demi menyelamatkan diri, she dari
nenek moyangmu pun sampai kau tinggalkan, nah apa lagi
yang bisa kau katakan sekarang?"
Setelah barang bukti tertera di depan mata, Ou See tiong
tak bisa membantah lagi, pucat pias wajahnya, peluh dingin
membasahi sekujur badannya sambil memegang kipasnya
erat-erat dia mulai celingukan kesana-kemari berusaha
mencari jalan keluar, sayang jalan untuk kabur telah
tersumbat semua.
Kini semua orang sudah tidak ragu lagi, serentak mereka
membentak keras dan maju kembali untuk melakukan
pengepungan. Rupanya Ou See tiong sadar bahwa ia tak akan sanggup
melarikan diri dari kepungan, dalam ke-adaan demikian
sebagai seorang penjahat ulung yang sudah kerap kali
melakukan kejahatan bukan rasa menyesal yang timbul dalam
putus asanya niat jahat malah timbul dalam hatinya.
188 "Maknya?"." demikian ia berpikir, "sekalipun aku bakat
mampus, paling tidak modalku muski kuraih kembali, yang
paling menjengkelkan terutama perempuan anjing she Kiong
serta anak jadah kecil itu. Hmma".. Aku harus menyeret,
mereka untuk berangkat bersama menghadap raja akhirat."
Berpikir sampai disitu, tanpa mengucapkan sepatah-kata,
tiba-tiba kipasnya disodokkan ke arah Kiong Gwat-lan dan Siau
Gou ji. Segenggam jarum-jarum lembut yang beracun bagaikan
hujan gerimis segera menyambar ke muka membawa kilatan
cahaya biru ketika bertimpa sinar mentari, dalam dekejap
mata jerit kesakitan berkumandang dari sana-sini, ada tujuh
delapan orang segera roboh sebagai korban.
Rupanya di balik senjata kipasnya itu telah disiapkan lima
sampai enam puluh batang jarum jarum beracun yang
lembutnya seperti bulu kerbau, bila jarum jarum itu dibidikkan
dengan mengenakan semacam alat pegait maka wilayah
seputar dua kaki persegi akan tercakup dibawah ancaman
senjata rahasia itu.
Bukan cuma ganas dan mematikan, bahkan boleh dikata
sama sekali diluar dugaan orang.
Akan tetapi, baik Kiong Gwat-lan maupun Si Gou-ji yang
merupakan sasaran incarannya sama sekali tidak roboh terluka
seperti apa yang diduganya semula.
Kiong Gwat-lan memang seorang gadis yang cerdik dengan
otak yang encer, jauh sebelum serangan tu dilancarkan ia
telah menduga kalau musuhnya bakal melancarkan serangan
yang mematikan kepadanya.
189 Oleh sebab itu begitu dilihatnya kipas tersebut disodokan
ke arahnya, serta merta disambarnya tubuh Siau Gou ji dan
diajak kabur sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
Tapi dengan begitu, kasihan orang-orang yang berdiri
dibelakang mereka, dalam suasana saling desak mendesak
begini Sulit bagi orang-orang itu untuk menghindarkan diri,
banyak diantara mereka yang terluka oleh serangan tersebut.
Bentakan bentakan nyaring menggelegar memecahkan
kesunyian, Song Yang, Oh Keng bun, Oh Keng bu, Kongsun
Peng serta Li Peng seng sekalian berlima serentak menubruk
maju sambil melancarkan serangan.
Dengan geramnya, Song Yan melepaskan sebuah pukulan
berat ke punggung Ou See tiong, sementara Kongsun Peng
melancarkan sebuah tusukan kilat ke dada penjahat pemetik
bunga ini. Perasaan takut, ngeri dan gugup segera menyelimuti wajah
Ou See tiong, ia merasa sukmanya bagaikan sudah melayang
tinggalkan raganya, sudah barang tentu ancaman-ancaman itu
tak sanggup ditangkis olehnya, kelihatannya ia bakal mampus
di ujung pedang lawan?"?"
Sesosok bayangan manusia tiba-tiba berkelebat masuk ke
dalam gelanggang, dengan jurus Kim si cian wan (serat emas
membelenggu tangan) telapak tangan kanannya digunakan
untuk mencengkeram pergelangan tangan kanan Kongsun
Peng, sementara telapak tangan kirinya dilontarkan kemuka
menyambut serangan yang dilepaskan Song Yan.
Song Yan merasakan telapak tangan kanan-nya bergetar
keras, tanpa disadari tubuhnya sudah mundur selangkah.
190 Kongsun Peng mengernyitkan alis matanya merasa
datangnya ancaman, gerakan pedang itu lantas dirubah
dengan jurus It sia cian Ji (sekali meleset seribu li) dibabatnya
lengan kanan penyerang itu.
Orang itu tertawa angkuh, sepasang telapak tangan-nya di
bacok ke muka secara beruntun, dengan pukulan demi
pukulannya yang aneh tapi tangguh, seketika itu juga
Kongsun Peng terdesak mundur ke belakang.
Siapa pun tidak menduga kalau ada orang akan menolong
Ou See tiong, sebab penjahat pemetik bunga macam Ou See
tiong adalah bajingan terkutuk yang dibenci oleh orang-orang
golongan putih maupun orang-orang golongan hitam.
Setelah pertarungan berakhir, semua orang baru sempat
mengamati raut wajah orang itu dia adalah seorang pemuda
berbaju hijau yang mempunyai wajah tampan tapi diantara
kerutan dahinya terpancar sinar sesat yang amat tebal.
Song Yan agak tertegun sejenak kemudian dengan gusar
tegurnya, "Siapa kau" Tidakkah kau ketahui bahwa orang she
Ou itu adalah seorang penjabat cabul yang dosanya dikutuk
oleh semua orang?"
Pemuda berbaju hijau itu berdiri membelakangi Song Yan
tanpa berpaling, sambutnya, "Kongcu mu bernama Ciu Hoa
dae berurutan nomor delapan!"
Sesudah berhenti sejenak, dengan angkuh ia melanjutkan,
"Soal turut campur" Hmm"..aku merasa tidak leluasa
menyaksikan kalian manusia-manusia yang menganggap
dirinya sebagai kaum ksatria melakukan pengeroyokan dengan
mengandalkan jumlah banyak"
191 "Hmm! Rupanya bajingan dari Hian-beng-kau, tak heran
kalau tingkah lakunya sangat memuakkan!" teriak Kongsun
Peng marah. Sementara itu, Ou See-tiong yang nyaris terbunuh
sekarang bisa berdiri sambil menghembuskan napas lega,
manusia semacam ini selalu pandai mengikuti arah hembusan
angin sambil memutar biji matanya dia lantas berpikir, "Waah,
rupanya asal kudapat menggaet orang she Ciu itu agar
berpihak kepadaku, niscaya jiwaku bisa selamat pada hari ini."
Berpikir sampai kesitu, dia lantas memberi hormat kepada
Ciu Hoa Lo-pat seraya ujarnya.
"Betapa terima kasihku atas budi pertolongan yang telah
Ciu kongcu berikan kepadaku, selama hidup",?".
Ciu Hoa lo-pat melirik sekejap ke arahnya dengan dingin,
kemudian tukasnya, "Kau tak perlu berterima kasih kepadaku,
akupun bukan bermaksud menolong jiwamu."
Ou See-tiong tertegun, kemudian sahutnya, "Yaa, nyawa
siaujin memang nyawa semut sudah barang tentu sama sekali
tak ada harganya, sebaliknya kepandaian silat Ciu kong cu
sangat lihay dan tiada tandingannya dikolong langit."
"Cukup, cukup, sungguh menjijikkan!" tukas Kiong Gwatlan
dengan sinis dan muak setelah mendengar kata-kata
umpakan tersebut, "huuuh! Betul-betul seekor anjing yang
pandai menjilat pantat, nama keluarga Ou-pun kena kau
cemarkan!"
Setebal-tebalnya wajah Ou See-tiong, merah padam juga
saat itu karena malu, tapi ia berpura-pura tidak mendengar.
192 Berbeda dengan Ciu Hoa lo-pat, dengan kurang sabar dia
ulapkan tangannya berulang kali.
"Pergi, pergi! Pergi diri sini, kongcumu masih harus
menjumpai manusia manusia tersebut"
Ou See tiong mengiakan dengan hormat buru-buru ia
mundur tiga langkah dari gelanggang.
Sementara itu, Ho Kee sian telah tampil pula kedepan,
tegurnya dengan suara menggeledek, "Ciu kongcu, apakah
Hian-beng-kau berniat melindungi nyawa seorang penjahat
cabul?" Barang siapa berani melindungi bajingan cabul macam Ou
See-tiong, namanya pasti akan ikut tercemar dan dikutuk
setiap orang. Tentu saja menghadapi resiko yang begitu
besar, sekalipun Ciu-Hoa Lo pat angkuh dan jumawa, mau tak
mau dia musti berpikir dulu tiga kali sebelum menjawab.
Sesudah sangsi sejenak, akhirnya secara diplomatis ia
menjawab, "Kongcu mu turun tangan lantaran merasa tak
leluasa menyaksikan kalian mengandalkan jumlah yang
banyak mengerubuti seorang manusia soal lain aku tak mau
turut campur"
"Tepat sekali ucapan Pat te!" mendadak seseorang
menyambung dari luar arena dengan suara yang dingin
menyeramkan, "barang siapa merasa tidak puas, silahknn
mencari persoalan dengan kita bersaudara."
Tampaklah serombongan pemuda dengan dandanan yang
mirip Ciu Hoa lo pat serta seorang kakek berwajah merah
melangkah masuk ke dalam arena.
193 Tidak diragukan lagi, rombongan pemuda itu tak lain
adalah Ciu Hoa sekalian, sedangkan kakek itu adalah Thamcu
dari ruang Tee-ham, Tang Bong liang.
ooooooOooooo Bab 43 Tak terpikirkan rasa girang Ciu Hoa lo pat sesudah
mendengar perkataan itu, senyumnya, "Kebetulan sekali
kedatangan para suheng, kita bersaudara sudah sepantasnya
memberi sedikit pelajaran kepada manusia-manusia itu agar
mereka tahu sampai dimanakah lihaynya ilmu silat Kiu ci kiong
kita." "Huuuh?" menyombongkan diri dengan kata-kata yang
kosong, sungguh menggelikan ejek Kiong Gwat-lan.
Mendadak seseorang berseru pula dengan suaranya yang
merdu bagaikan burung nuri sedang berkicau, Ciu Hoa,
menurut pendapatku, lebih baik tak usahlah kalian
mencampuri persoalan ini."
Mendengar perkataan tersebut, tanpa terasa semua orang
lantas berpaling ke arah mana berasal suara tadi.
Di atas dahan sebuah pohon waru berdiri seorang gadis
cantik yang berwajah sedingin es, ia membawa sebuah
tongkat berwarna hitam yang pada ujung toyanya berukirkan
sembilan buah kepala setan.
Gadis itu mengenakan baju berwarna putih salju, berdiri
dibawah hembusan sepoi-sepoi membuat ia tampak seperti
bidadari yang turun dari kahyangan.
194 Dibelakang gadis itu berdiri pula dua orang kakek berbaju
hitam yang berwajah menyeramkan.
Mendadak sontak suasana di sekitar gelanggang menjadi
sepi, semua orang dibikin kaget oleh kecantikan wajahnya.
Tapi setelah menyaksikan toya berkepala sembilan setan
itu, mereka semua pun lantas mengerti siapa gerangan yang
telah datang, karena dia tak laim adalah Bwe Su-Yok, kaucu
baru dari perkumpulan Kui im kau.
Ho Kee sian cukup mengetahui bobot toya berkepala
sembilan setan itu, apalagi setelah menyaksikan cara
berdirinya di atas dahan pohon itu, ia semakin menyadari
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki gadis itu,
segera pikirnya, "Tak heran kalau Liong sauya selalu
memperingatkan agar jangan memandang enteng perempuan
ini, ehmmm! Dia memang berwajah amat
cantik?""
Dihari hari biasa Kiong Gwat-lan selalu membanggakan
kecantikan wajah sendiri, akan tetapi sekarang mau tak mau
ia merasa rendah diri juga, entah mengapa tiba-tiba timbul
rasa dengki dalam hatinya.
Berbeda dengan Kiong Gwat hui, ia hanya merasa sayang
kenapa gadis secantik itu menjadi kaucu dari Kau im kau.
Dalam pada itu Bwe Su yok telah memandang sekejap
sekeliling area, tiba-tiba tegurnya dengan suara dingin, "Entah
bagaimanakah pendapat hian te sekalian?"
Seperti baru sadar dari lamunan, Ciu Hoa lo pat segera
tertawa terbahak-bahak.
195 "Haaahhh?"..hhaahh?"haaahhh?"..aku tidak mengerti
akan maksud kata kaucu!"
Berkibat tajam sepasang mata Bwe Su yok, di tatapnya
orang itu dengan pandangan dingin, namun ia tidak berkata
apa apa. Kembali Ciau Hoa lo pat berkata, "Bukankah Kiu im kau
telah bersekutu dengan perkumpulan kami" Kini Bwe kaucu
bukannya datang membantu, sebaliknya malah menentang
usaha kami, entah apa maksudmu yang sebenarnya?"
Dihadapan umum bukan saja ia bicara tanpa tedeng alingaling
bahkan menyinggung pula soal persekutuan, kendatipun
semua orang sudah mengetahui hal ini dari Hoa In-liong, tak
urung toh kembali merasa terkejut.
Bwe Su yok hanya mendengus dan tidak menjawab, sorot
matanya lantas dialihkan ke wajah Tong Bong liang, katanya,
"Tang thamcu, anak murid Sinkun masih muda dan tak tahu
urusan, kau sebagai seorang thamcu kenapa hanya berpeluk
tangan belaka?"
Jangan melihat usianya masih muda, namun setiap
perkataan yang diucapkan sangat berwibawa dan bernada
teguran seorang kaucu terhadap anak buahnya.
Dalam keadaan demikian, walaupun Ciu Hoa sekalian
merasa tidak puas, mereka toh tak berani juga membantah.
Buru-buru Tang Bong-liong memberi hormat, katanya, "Apa
yang diucapkan kaucu memang benar, apa mau dikata,
persoalan telah terjadi, aku rasa tak mungkin bisa diselesaikan
dengan begitu saja?""
196 Suasana menjadi hening, semua orang ingin tahu dengan
cara apakah Bwee Su yok akan menyelesaikan masalah itu,


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebab sebagai seorang kaucu dari suatu perkumpulan besar,
apa yang diucapkan Bwe Su yok tentu akan di laksanakan.
Sebaliknya Tang Bong liang sekalian, jelas mempunyai
maksud memandang enteng gadis itu sean-dainya kejadian ini
sampai menggusarkan Bwe Su yok, sudah pasti persekutuan
antara Kiu im kau dan Hian-beng-kau akan berantakan di
tengah jalan, padahal memang itulah yang mereka harapkan
selama ini. Sekilas hawa nafsu membunuh sempat memancar keluar
dari balik mata Bwe Su yok yang jeli, katanya dengan hambar,
"Kalau toh kalian berani berpendapat demikian Hmm! Akupun
tak akan ribut dengan kalian, urusan ini akan kubiarkan sendiri
dengan Siakun kalian."
Berbicara sampai disitu, sepasang matanya yang jeli dan
tajam itu tiba-tiba dialihkan kewajah Ou See tiong.
Si lui kim hong (kumbang emas bermain di putik) Ou See
tiong merasakan sepasang matanya itu tajam melebihi anak
panah yang menembusi ulu hatinya, ia tercekat dan buru-buru
menundukkan kepalanya.
"Tampaknya terpaksa aku musti turun tangan sendiri untuk
mencabut nyawamu!" katanya.
Ou See tiong menjadi ketakutan, teriaknya "Kaucu?"
Dua orang kakek berbaju hitam yang berdiri dibelakang
Bwe Su-yok itu tak lain adalah Lei Kiu it serta Ke Thian tok.
197 Saat itu Lei Kiu it tiba-tiba berkata, "Untuk membereskan
manusia bangsa celurut kenapa musti kaucu turun tangan
sendiri, biar hamba yang melaksanakan tugas ini.
Bwe Su yok manggut-manggut, baru saja dia akan
menitahkan anak buahnya untuk turun tangan.
"Hoa kongcu telah datang!" tiba-tiba dari kejauhan sana
berkumandang teriakan keras.
Bwe Su yok merasa jantungnya berdenyut lebih cepat,
tanpa terasa dia alihkan pandangan matanya mengikuti para
jago lainnya berpaling ke arah pintu kota.
Sesosok bayangan manusia sedang bergerak menuju
ketempat itu, gerakan tubuhnya amat cepat, baru saja ia
berada dimulut kota, tahu-tahu dalam waktu singkat sudah
berada di depan mata.
Sungguh mengagumkan sekali ilmu meringankan tubuh
yang dimiliki pemuda itu, mungkin saking cepatnya dia
bergerak, sampai ada sebagaian manusia yang cetek tenaga
dalamnya tak sempat melihat jelas raut wajahnya?"".
Mereka hanya merasakan bayangan manusia berkelebat
lewat, tahu-tahu seorang pemuda tampan yang membawa
kipas emas telah melayang turun dihadapan mereka.
Sebelum berjumpa dengan Hoa In-liong tadi, Bwe Su yok
telah mengambil keputusan untuk memandangnya sebagai
musuh besar, setelah saling berjumpa, kembali ia merasakan
pikirannya amat kalut.
Begitu munculkan diri, dengan nada gembira Kiong Cian lan
segera menyapa, "Hoa jiko!"
198 Hoa In-liong berpaling kearannya sambil tertawa.
"Kiong ji-moay, rupanya kau sudah datang, oya, Kiong toamoay
juga datang, harap kalian tunggu sebentar, akan
kuselesaikau dulu masalah disini."
Tiba-tiba Bwe Su yok merasa hatinya sakit, hawa murninya
buyar dan nyaris ia terjatuh dari atas dahan, buru-buru hawa
murninya dihimpun kembali dan sekuat tenaga berusaha
mempertahankan ke-seimbangan tubuhnya.
"Kenapa" Kenapa ia tidak memperdulikan aku?" demikian
pikirnya. Lei Kiu it maupun Ke Thian tot kedua-duanya berdiri
dibelakang kaucunya, tentu saja mereka pun dapat
menyaksikan perubahan yang sedang dialami gadis itu, meski
demikian mereka hanya bisa saling berpandangan sekejap
tanpa bisa berbuat apa apa.
Padahal begitu masuk ke dalam arena tadi, pertama-tama
Hoa In-liong sudah melirik ke arahnya, kendatipun matanya
tidak tertuju kepada Bwe Su yok, sekarang perhatiannya
masih tertuju ke arahnya, maka waktu hawa murnii Bwe Su
yok membuyar dan nyaris terjatuh dari atas dahan, iapun
dapat mengetahui dengan jelasnya.
"Aaaai" .kau jangan menyalahkan aku," pikirnya dihati,
"setelah kau menerima jabatan Ku im kaucu, kedudukan kita
ibaratnya musuh yang saling berhadapan tak urung kau musti
teringat juga akan budi kebaikan gurumu bila bertemu entah
bagaimana jadinya?".
Berpikir sampai disitu, dia lantas tertawa nyaring serta
berkata, "Para enghiong yang terhormat, apa yang telah
terjadi disini" Perlukah bantuan dari aku orang she Hoa?"
199 "Soal lain tak perlu dibicarakan yang penting Si kui-kian
hong Ou See liong musti dibunuh lebih dulu!"
Sambil berkata gadis itu lantas menuding ke arah penjahat
cabul itu. Song Yan ikut berseru pula dengan lantang, "Yaa, harap
Hoa kongcu menegakkan keahlian dan kebenaran untuk kita
semua. Pihak Hian-beng-kau telah berusaha melindungi nyawa
sampah tua penyakit itu!"
Sebetulnya Li Po seng hendak menuturkan kejadian yang
sesungguhnya, tapi cukup dalam sekali pandang, Hoa In-liong
telah memahami duduknya persoalan, iapun tidak menggubris
Ciu Hoa dan rombongan-nya lagi.
Dengan kening berkerut katanya kepada Ou See liong,
"Rupanya kau yang bernama Kumbang emas bermain diputik
Ou See tiong" Kalau begitu sembilan kasus perkosaan dan
pembunuhan yang terjadi di Yan im tahun berselang juga
merupakan hasil karyamu?"
"Soal ini?"." Ou See tiong menjadi gelagapan, peluh
dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Aku lihat ada baiknya kau bunuh diri saja," sela Hoa Inliong
lebih lanjut, "tunjukkan kejantananmu sekarang, mati
nanti mati sekarang juga sama saja, aku orang she Hoa pasti
akan mengu-burkan jenasahmu secara baik baik dan akan ku
cegah pula orang-orang yang menjadi korbanmu menggali
kembali kuburanmu."
"Hoa-ya,?"" keluh Ou See tiong dengan suara gemetar.
200 Ciu Hoa lo pat tidak tahan lagi, dengan gusar, segera
bentaknya, "Hei manusia yang bernama Hoa Yang, jangan
mentang-mentang ilmu silatmu lihay lantas hendak paksa
orang untuk bunuh diri, ksatria macam apakah kau ini?"
Hoa ln-liong berlagak tidak mendengar perkataan itu,
kembali ujarnya dengan suara tajam, "Bila kau enggan turun
tangan sendiri, jangan salahkan jika aku orang she Hoa
terpaksa akan turun tangan untuk melenyapkan bibit bencana
bagi umat dunia."
Betapa gusarnya Ciu Hoa Lo pat karena ucapannya tidak
digubris, tiba-tiba ia menyerbu ke depan sambil melancarkan
sebuah sergapan, disusul Ciu Hoa lo sam ikut terjun pula ke
arena untuk melakukan pukulan.
Hampir bersamaan waktunya, On See liong putar badan
dan mengambil langkah seribu.
Hoa In-liong berpekik nyaring, suaranya keras bagaikan
lengkingan naga, tubuhnya melijit ke udara dan secepat kilat
mener jang ke arah penjahat cabul itu.
Dengan melejit perginya sasaran, maka serangan dari Ciu
Hoa Lo-pat dan Ciu Hoa lo-sam pun mengenahi tempat
kosong. Kebetulan Tang Bong liang dan Ciu Hoa lotoa berada
disamping Ou See tiong, meski mereka tiada maksud untuk
menolong penjahat cabul itu, niat untuk melukai Hoa In-liong
justru berkobar-kobar.
Ketika menyaksikan Hoa In-liong menerjang ke arah
mereka, tanpa mengucapkan sepatah katapun Tan Bong liang
menyiapkan jari tangannya dan Ciu Hoa lotoa
201 mempergunakan sepasang telapak tangannya untuk
menyerang ke arah pemuda itu dengan sepenuh tenaga.
Serangan itu dilancarkan bukan saja dengan cara yang licik,
lagipula dari jarak yang amat dekat.
Menyaksikan itu Lo Kee sian maupun Li Po seng sekalian
membentak gusar, tapi untuk menghalangi jelas tak sempat
lagi. Sementara itu Hoa In-liong telah berada dua depa
dibelakang Ou See liong, telapak tangannya segera didorong
ke muka menghantam punggung penjahat cabul itu.
Ou See tiong menjerit kesakitan, darah kental muncrat
keluar dari mulutnya, bersama dengan terlemparnya kipas
keudara, tubuhnya segera roboh tak berkutik di tanah.
Semua orang tahu, pukulan tadi telah meremukkan isi
perutnya, jelas jiwa bajingan itu tak ketolongan lagi.
Dalam pada itu serangan -erangan maut dari Tang Bong
liang dan Ciu Hoa lotoa sudah mendapat punggung Hoa Inliong,
tampaknya sulit buat anak muda itu untuk
menghindarkan diri"..
Paras muka Bwe Su yok berubah hebat, hampir saja ia
tahan dan ingin melancarkan serangan.
Tang Bong liang maupun Ciu Hoa lotoa tak dapat
menyembunyikan rasa girangnya lagi-dalam perkiraan mereka
Hoa In-liong pasti akan mampus di tangan mereka.
Siapa tahu"..pada detik terakhir yang amat kritis,
mendadak Hoa In-liong menjejak-kan kaki kirinya ke tanah
202 lalu putar badan secepat gasingan, tangan kanannya selincah
ular berbisa langsung menerobos kedepan".
Dalam detik yang teramat singkat inilah, ketujuh gerakan
dari ilmu Ci yu jit ciat (tujuh kupasan dari Ci yu) telah ia
gunakan secara beruntun".
Sebagai mana diketahui, Ci yu jit ciat merupakan ilmu Sakti
yang oleh Siau-yau sian (dewa yang suka kelayapan) Cu
Thong diwariskan kepada Hoa Thian-hong.
waktu itu kepandaian tersebut sudah tidak seutuh
sekarang, apa yang di wariskan pun tak lebih hanya
"menyerang sampai mati" yang terdiri dari tiga jurus.
Akan tetapi oleh karena serangan tersebut terlampau ganas
dan keji, maka selama pindah di tangan Hoa Thian-hong
belum pernah kepadaian itu dipakai secara sempurna.
Kemudian setelah penggalian harta karun dibukit Kiu ci sau,
dimana Bong Pay berhasil mendapatkan separuh bagian "Ciyu-
jit-ciat" yang hilang, kepandaian sakti itupun nenjadi utuh
dan komplit kembali tentu saja ilmu sakti itupun selanjutnya
diwariskan kepada Hoa In-liong.
Seperti diketahui, sejak penggalian harta dibukit liu ci san,
suasana dalam dunia persilatan menjadi aman kembali, maka
selama ini juga baik Hoa Thian-hong maupun Bong Pay tidak
mendapat kesempatan untuk mencoba kehebatannya.
Tak tahunya ilmu sakti yang sudah lama lenyap itu akhirnya
hari ini muncul kembali di depan umum.
Ketujuh jurus ilmu jari itu memiliki perubahan gerakan yang
aneh tapi sakti dengan daya kekuatan yang luar biasa,
kepandaian tersebut merupakan kepandaian yang sukar
203 dicarikan tandingannya, apalagi kalau dipergunakan untuk
melangsungkan pertarungan jarak dekat.
Tang Bong liang maupun Ciu Hoa tidak menyangka akan
menghadapi ilmu silat yang maha sakti tersebut, dalam kejut
dan paniknya mereka mencoba untuk berkelit, sayang tak
sempat lagi, terpaksa mereka bulatkan tekadnya dan
meneruskan serangan itu dengan jurus yang tak berubah,
dengan harapan bisa sama-sama terluka.
Tiba-tiba Tang Bong liang mendengus tertahan, jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanannya tahu-tahu sudah
patah menjadi dua bagian, sementara sepasang pergelangan
tangan Ciu Hoa lotoa masing masing termakan sebuah
totokan, di tengah jeritan kesakitan yang memilukan hati, ia
mundur sambil menggigit bibir, sepasang lengannya terkulai
lemas kebawah, jelas sudah cacad oleh pukulan itu.
Tdak sedikit jago berkepandaian tinggi yang menyaksikan
jalannya pertarungan, mereka semua merasakan pula betapa
gawatnya situasi ketika itu, akan tetapi setelah menyaksikan
hasil dari pertarungan tersebut, tak urung mereka menghela
napas juga karena kaget.
"Bocah keparat!" gumam Lei Kiu it, "tak disangka ilmu
silatnya secepat itu bisa memperoleh kemajuan, coba tahu
begini, sungguh menyesal nyawanya tak jadi direnggut
sewaktu terjatuh ke tangan kauucu tempo hari?"."
Mendengar perkataan itu Bwe Su yok melirik sekejap ke
arahnya dengan biji matanya yang jeli, tampaknya ia
bermaksud hendak menegur.
Sesungguunya perasaan sang gadis waktu itu sungguh
amat susah dilukiskan dengan kata-kata, jalan pikirannya
hampir boleh dibilang saling bertentangan.
204 Padahal semakin tinggi ilmu silat Hoa In-liong seharusnya
semakin besar niatnya untuk melenyapkan orang itu, tapi
kenyataannya sekarang ia malah agak sukar untuk
mengendalikan rasa gembiranya.
Sebagian besar jago yang hadir di kota Si ciu waktu itu
rata-rata tahu kalau Hoa In-liong adalah putranya Thian-cukiam
merekapun tahu kalau ilmu silatnya sangat tinggi, tapi
siapapun tidak mengira kalau kesempurnaan ilmu silatnya
Sudah mencapai taraf demikian tingginya.
Dengan hambar Hoa In-liong memandang sekejap ke arah
Ciu Hoa sekalian, lalu kepada Li Po-seng katanya, "Saudara
Po-seng, tolong belikan sebuah peti mati dan kawallah
jenazah Ou See ti ong untuk dikubur di tempat kuburan,
jangan sampai mengganggu ketenteraman rakyat di sekitar
sini. Li Po-seng mengiakan, dia lantas berlalu dari situ.
Kiong Gwat-lan tampak kurang senang hati, sambil
mencibirkan bibirnya ia berseru, "Kenapa musti repot repot"
Beli saja sebuah tikar bobrok untuk membuang bangkai anjing
itu, aku rasa tikar pun sudah lebih dari cukup baginya!
Dipihak lain, Tang Beng liong sedang berdiri dengan wajah
hijau membesi, diam-diam pikirnya.
"Pesat benar kemajuan yang dicapai bangsat ini dalam hal
ilmu silat, kalau dibiarkan hidup terus menerus, sepuluh tahun


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi pasti akan sulit ditemukan orang yang bisa
menaklukannya, aku musti akan melaporkan kejadian ini
kepada Sinkun agar ia cepat-cepat disingkir kan dari muka
bumi".,"
205 Berpikir sampai disitu dengan suara keras ia lantas
membentak. "Hoa Yang, meskipun aku tidak puas, lain kali aku pasti
akan minta petunjuk lagi. Sekarang kalau tak ada urusan lain,
aku hendak pergi duluan."
Hoa In-liong mendengus dingin.
"Berbicara dari tenaga dalam, sesungguhnya dalam seratus
jurus belum tentu aku bisa melukaimu maka jika kau tidak
puas akupun telah menduganya, cuma kaupun musti tahu
setiap serangan yang dilancarkan dengan Ci yu jit ciat akan
menyebabkan korbannya pasti mati, oleh sebab ayahku
menganggap ilmu itu terlalu keji, disana-sini telah mengalami
perubahan, coba kalau kugunakan jurus aslinya"..Hmm, aku
pikir kau tak dapat pergi dari sini dengan selamat"
"Baik! aku telah mengetahuinya, masih ada pesan lain?"
seru Tang Bong-liang sambilt mengigit bibir.
Dengar serius Hoa In-liong berkata, "Tolong sampaikan
kepada sindun, jika dia masih tak ingin melangsungkan
pertarungan terbuka, tolong awasi baik-baik anak buahnya."
"Aku akan mengingatnya, sahut Tang Bang Iiang.
Kemudian ia memberi tanda dan bersama Ciu Hoi sekalian
berlalu meninggalkan tempat itu.
Sebenarnya semua orang Bong liang serta Ciu Hoa sekalian
disana, tapi ketika Hoa In-liong membiarkan mereka pergi
dengan begitu saja, maka merekapun tidak banyak berbicara
lagi. 206 Setelah Tang Bong liang dan Ciu Hoa sekalian pergi, sinar
mata semua orangpun kini sama-sama dialihkan ke arah Bwe
Su yok yang berada di atas dahan pohon waru.
Pelan-pelan Kiong Gwat-lan mendekati Hoa In-liong,
kemudian bisiknya lirih, "Hei jiko, coba lihatlah budak she Bwe
itu, sungguh cantik menawan, apakah kau pernah bermesraan
dengannya?"
"Ala"..kau cuma pura-pura sok serius!" katanya.
Hoa In-liong tersenyum, dia lantas memberi hormat kepada
Bwe Su yok sambil menyapa, "Bwe kaucu, baik-baikkah kau?"
Bwe Su yok menundukkan kepalanya, kembali ia berpikir,
"Gadis itu begitu akrab dengannya, jangan jangan dia adalah
gadis simpanannya."
Setelah membungkam sesaat, Bwe Su yok kembal
mendongakan kepalanya memandang sekejap ke arah Hoa Inliong.
Waktu itu semua perhatian para jago tertuju kepadanya
seorang, semua orang segera dapat merasakan bahwa dibalik
tatapan matanya yang jeli sama sekali tidak terpancar lagi
sinar keketusan, sebaliknya malah lamat-lamat menunjukkan
sikap sedih dan murung, hal ini membuat semua orang
menjadi tercengang.
Tiba-tiba Bwe Su yok menghela nafas panjang, tanpa
mengucapkan sepatah-katapun ia berlalu dari situ.
Ke Thian-tok maupun Lei ciu it sama-sama tertegun,
kemudian setelah melotot sekejap ke arah Hoa In-liong
dengan gemas, mereka pun memutar badannya dan berlalu
dari situ. 207 Sekali lagi semua orang dibuat tertegun oleh kejadian
tersebut, siapapun tidak menyangka kalau Kiu im kaucu bakal
berlalu dari situ tanpa meninggalkan pesan sepatah kata pun.
Kecuali termenung, ada pula diantara mereka yang diamdiam
merasa kecewa karena Kiu im kaucu yang dikatakan
berwajah dingin dan tidak berperasaan itu ternyata malah
berbuat sebaliknya.
Tentu saja Hoa In-liong dapat meresapi maksud hatinya,
diam-diam ia menghela napas, kepada dua bersaudara Kiong
segera katanya, "Adik berdua baru saja tiba di kota Si ciu,
tentunya kalian belum ada tempat untuk menginap bukan"
Bagaimana kalau untuk sementara waktu tinggal digedung
kami?" "Tentunya akan mengganggu Hoa jiko," kata Kiong Gwatlan
Sambil tertawa dan manggut-manggut.
Hoa In-liong tertawa terbahak-bahak. "Haaahh?"?"
aaahh?""haaahh?"" padahal aku sendiripun meminjam
gedung itu dari orang lain, mengangkangkan yang sewenangwenang
atas rumah itu, membuat akupun secara terpaksa
menjadi pula tuan rumah disitu."
Tiba-tiba pemuda yang pernah melerai pertarungan antara
Kiong Gwat-lan melawan Kongsun Peng tadi maju
menghampiri Hoa In-liong, lalu sapanya dengan suara lirih,
"Hoa jiko!"
Hoa In-liong berpaling kemudian serunya dengan
tercengang, "Hei saudaraku, kaupun datang kemari" Dimana
sutemu?" "Semalam kami sudah datang, kini sute masih menunggu di
rumah penginapan?"?".."
208 Tiba-tiba Kiong Gwat-lan menyela sambil tertawa dingin,
"Hoa jiko, siapakah orang ini" Dia pasti bukan manusia baikbaik,
kau tahu, dia berjalan bersama Ou See tiong."
Merah padam selembar wajah pemuda itu saking
cemasnya, buru-buru dia membantah, "Aku bernama Demor,
datang dari See-ih, ?""aku?""..aku bukan orang
jahat?""."
Dengan bahasa yang kurang lancar, dihari-hari bisa ia
masih dapat menggunakan secara baik, tetapi sekarang
lantaran cemas dan panik,ia menjadi gelagapan dan tak
mampu berbicara.
Hoa In-liong segera tertawa. "Kiong ji moay, kau jangan
salah paham," katanya, "dia adalah muridnya suhuku yang
ada di wilayah see ih, adik seperguruannya bernama Tehan,
mungkin lantaran masih muda dan tak ada pengalaman,
mereka kena dibohongi orang."
"Betul, cepat-cepat Demor menerangkan, "kami bertemu
dengan orang she Ou itu di kota koy-hong, karena sama-sama
mau ke si ciu maka kami melakukan perjalanan bersama,
siapa tahu kalau dia adalah seorang penjahat cabul"
Hoa In-liong termenung sebentar, kemudian tanyanya lagi,
"Jika kalian semua pergi, siapa, yang menjaga rumah?"
Dirumah masih ada beberapa orang pelayan, mereka
pernah dididik suhu dengan ilmu silat, kemampuan mereka
tidak selisih banyak dari aku serta sute, aku rasa mereka
masih sanggup untuk menjaga rumah baik-baik!"
Hoa In-liong lantas mendengus.
209 Setelah sampai di Si-ciu, kenapa kalian belum mencari aku
malah keluyuran sendiri" Kau anggap aku tak tahu maksud
kalian" Baiklah, akupun segan banyak bicara, nanti akan
kuselesaikan sendiri dengan paman.
Haputule amat ketat mengajari muridnya, kedatangan
Demor dan Tehan kedaratan Tionggoan kali inipun diluar
pengetahuan gurunya, tentu saja mereka tak berani
menjumpainya. Sesudah tergagap sekian lama, akhirnya Demor berkata,
"Jiko, kau berangkatlah duluan, aku dan sute segera akan
menyusul kesitu!"
Paman memberitahukan kepadamu bahwa kalian ditinggal
dirumah agar berlatih silat lebih tekun," kata Hoa In-liong
dengan wajah membesi, tak bisa diragukan lagi, kedatangan
kalian berdua ke kota Si ciu adalah diluar pengetahuan
gurumu. "Kami cuma keluar untuk bermain-main sebentar, lalu
segera kembali ke See-ih" ujar Demor ketakutan.
Secara diam-diam bermain ke Tionggoan memang bukan
urusan besar, tapi berkumpul dengan manusia Ou See tiong
adalah suatu kejadian yang tak boleh diampuni, untung
ketahuan lebih awal, coba kalau sampai tercebur kelembah
kenistaan, mungkin waktu itu kalianpun masih berada dalam
impian. Hmm Kini kau berani pula menghindari perjumpaan
dengan gurumu, jangan harap kalian bisa kabur lagi, hayo
cepat ikut aku menghadap paman agar diberi hukuman yang
setimpal" Dulu pernah Demor menyaksikan Hoa In-liong menegurnya
dengan wajah sekeren sekarang, sedikit banyak ia sudah rada
takut apalagi sekarang setelah mengetahui bahwa Hoa InTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
210 liong akan mengajaknya menjumupai gurunya, ia menjadi
ketakutan setengah mati.
Dalam pada itu para penontonpun sudah mulai bubaran
karena melihat Hoa In-liong sedang bercakap-cakap dengan
Demor serta dua bersaudara dari keluarga Kiong.
Dengan demikian, disitu hanya tinggal Tim kiat kian, Ho
See sian, dua bersaudara Oh dan Kongsun Peng, sedang Siau
Gou ji seorang berjongkok sambil bermain burung bangau
perak peninggalan Ou See tiong.
Mayat Ou Soe tiong tergeletak dipinggir jalan dalam
keadaan yang mengerikan, darah masih bercucuran dengan
derasnya, tapi setiap orang yang lewat disampingnya dengan
penuh rasa benci dan menghina sama-sama melukahi
tubuhnya. Tiba-tiba kedengaran Kiong Gwat-lan berseru, "Jalan raya
bukan tempat untuk memberi pelajaran kepada seseorang,
lagi pula dengan kedudu-kanmu masih belum pantas
menasehati saudara cilik ini, hayo kita pergi saja!"
Gadis itu baru berusia tujuh delapan belas tahun usianya
dengan Demor pun cuma selisih sedikit tapi dengan gayanya
dia telah membasahi orang dengan saudara cilik, ini membuat
Lim kiat kau se kalian diam-diam merasa geli.
Demor tidak merasakan hal itu, karena kelihatannya Kiong
Gwat-lan membantunya berbicara, dengan penuh rasa terima
kasih ia melirik sekejap ke arahnya.
Kiong Gwat-lan merasa lebih bahagia lagi sambil tertawa
merdu ujarnya lebih jauh, "Saudara cilik, kau jangan gelisah,
meskipun aku belum berhak untuk ikut ambil bicara dihadapan
gurumu, tapi aku rasa beberapa orang cianpwe pasti bersedia
211 membantumu, tak pasti mereka akan membiarkan kau
didamprat gurumu."
Kemudian sambil melirik ke arah Ho Kee sian dia berkata,
"Ho locianpwe, bersediakah kau?"
Ho Kee sian agak tertegun, lalu jawabnya, "Aku kuatir tak
punya muka sebesar itu!"
"Aku lihat kau orang tua sudah berusia setengah abad
lebih, masa tidak punya?" kata Kiong Gwat-lan sambil
cemberut, "yaa, aku tahu, kau pasti enggan memberi bantuan
makanya berkata demikian, pokoknya bagaimanapuu juga
kau musti mengabulkan permintaanku ini!"
Kiong Gwat hui yang menyaksikan kejadian itu segera
menarik ujung baju adiknya sambil berbisik, "Adiku, jangan
kelewat berandal"
Tapi Kiong Gwat-lan sama sekali tidak menggubris, malah
matanya memperhatikan Ho Kee sian tanpa berkedip.
Melihat itu Ho Kee sian lantas berpikir, "Agaknya dalam
menghadapi persoalan apapun nona ini merasa tak enak jika
belum ikut ambil bagian, bila aku menyanggupinya mungkin
dia akan mendesakku terus menerus?"
Berpikir demikian, sambil tertawa diapun berkata, "Kalau
cuma mengucapkan beberapa patah kata sih gampang, aku
cuma kuatir tak ada gunanya."
Sementara itu Hoa In-liong juga sedang berpikir,
"Menghadapi setiap persoalan tampaknya budak ini cuma tahu
mengumbar nafsu, melihat aku mendamprat Demor lantas
dianggapnya hal ini tak adil, mana dia tahu kalau aku berbuat
demikian lantaran mempunyai maksud tertentu."
212 Setelah berpikir sejenak, sambil tertawa nyaring segera
ujarnya, "Gara gara kau seorang nona binal, kota Si cui sudah
menjadi ramai setengah harian, Kiong ji moy! Dalam
perjalananmu masuk ke kota nanti jangan menimbulkan garagara
lagi lho! Merah jengah selembar wajah Kiong Giok lan.
"Kau dibilang membuat gara-gara, perbuatanmu di kota Si
ciu ini baru cocok disebut suatu pengacauan secara besarbesaran,
membuat seluruh dunia persilatan menjadi kalut tak
karuan, hmm! Aku sih masih ketinggalan jauh"
Berbicara sampai di situ, sorot matanya lantas dialihkan ke
wajah Hoa In-liong yang cerdik segera dapat menduga
beberapa bagian atas duduknya persoalan, ia lantas tertawa
tergelak. "Haaahhh?"?"haaahhh?"haahhh?"
Kiong ji-moay kau toh sudah menyalahi saudara Kongsun,
hayo cepat minta maaf!"
"Hoa kongcu, akulah yang telah mencari gara-gara dengan
nona Kiong!" cepat cepat kongsun Peng berbisik dengan nada
tersipu. Hoa In-liong gelengkan kepalanya sambil tertawa, "Saudara
Kongsun tak usah banyak bicara lagi," katanya, "sampai di
manakah tabiatnya sudah siau-te pahami benar-benar,
bagaimapun juga hari ini dia musti minta maaf kepada
saudara Kongsun."
"Jangan mimpi!" sela Kiong Gwat-lan sambil berkerut
kening. 213 Hoa In-liong tersenyum kembali katanya, "Kalau sudah
menyalahi orang, punya kepandaian lagi, tidak minta maaf
bukan persoalan, tapi kalau sudah tak punya kepandaian lagi,
tidak minta maaf lagi, itu baru tak boleh"
"Lantas apa yang musti kulakukan baru bisa di katakan
punya kepandaian".?"
Hoi In-liong menutar biji matanya, lalu sahutnya sambil
tertawa, "Akan kubuat sebuah lingkaran di dalam dan sebuah
lingkaran di luar, lingkaran dalam luasnya dua depa lingkaran
luar luasnya empat kaki, aku akan berdiri dalam lingkaran
dalam dan kau boleh berkelit dilingkaran luar, jika dalam
seperempat jam kau bisa menghindari tangkapanku, maka kau
akan kuanggap punya kepandaian."


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kongsun peng menggerakkan bibirnya seperti hendak
mengucapkan sesuatu tapi niat itu kemudian dibatalkan,
pikirnya, "Tampaknya kedua orang itu sudah terbiasa
bergurau, buat apa aku musti banyak bicara?"
Karena berpikir demikian, maka diapun membungkam
dalam seribu bahasa.
"Yaa, aku tahu ilmu meringankan tubuh dari keluarga Hoa
memang sangat lihay dan diketahui semua orang di dunia,
dengan mengandalkan tenaga dalam yang kau miliki tidak sulit
untuk berganti, tiga empat gerakan di tengah udara, aku tahu
bukan tandinganmu, aku tak sudi kau tipu kecuali kalau kau
tak boleh melewati garis lingkaran."
Waktu itu Kongsun Peng, Ho Kee sian dan lainya
berpendapat demikian pula, sebab menurut jalan pemikiran
mereka kecuali berbuat demikian, tak mungkin Hoa In-liong
bisa menangkap Kiong Gwat-lan dari dalam lingkaran.
214 Lain halnya dengan Hoa In-liong, dia lantas berpikir.
"Nah, bagaimanapun juga kau memang sudah terjebak
dalam siasatku?".. tinggal sekarang pelaksanaannya!
Meskipun demikian, dia pura-pura menunjukkan wajah
keberatan, serunya, "Aku toh bukan dewa, kalau ilmu
meringankan tubuh pun tak boleh dipergunakan, jangankan
menangkapmu, untuk menjawil ujung bajumu pun bukan
suatu pekerjaan yang gampang."
Dengan bangga Kiong Gwat-lan tertawa cekikikan.
"Huuuh?".begitupun masih mengakunya seorang
enghiong, heran kau pingin ribut dengan aku seorang gadis,
lebih baik lain kali tak usah berlagak sok"
Hoa In-liong segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh".haaahh"haaahh?"baiklah, akan kuturuti
perkata-anmu itu, mari kita buat garis lingkarannya."
"Biar aku saja yang membuatnya!" cepat Kiong Gwat-lan
menyela. Tanpa menanti persetujuan orang, dia lantas bungkukkan
badan dan membuat dua buah lingkaran dengan pedang.
Bagi para jago yang terbiasa belajar silat pada umumnya
bisa mengukur jarak dengan pas, siapapun mengetahui bahwa
secara curang gadis itu telah menambah luas lingkaran luar
dengan dua tiga depa, sebaliknya lingkaran dalam hanya satu
depa lebih lima enam.
215 Cuma saja lantaran Hoa In-liong tidak berbicara apa-apa,
maka semua orang pun tidak berbicara apa-apa.
Untung daerah di sekitar situ memang merupakan tempat
yang sepi dan jarang dilewati orang, kendatipun demikian
berkenyit juga sepasang alis mata Kiong Gwat hui, ia merasa
adiknya sebagai seorang gadis perawan tidak sepantasnya
melakukan perbuatan semacam itu, tapi karena dilihatnya
gadis itu amat gembira, ia merasa kurang enak untuk
mencegahnya, maka dengan sorot mata mengandung teguran
ia melirik sekejap ke arah Hoa In-liong.
Setelan berdiri tegap dalam lingkarannya yang kecil, sambil
putar badan Hoa In-liong berkata, "Kiong ji moay, ayo cepetan
dikit!" Ketika dilihatnya pemuda itu begitu mantap dan
menyakinkan, Kiong Gwat-lan sedikit banyak merasa agak
ragu juga, pikirnya, "Jangan-jangan aku sudah terperangkap
dalam siasatnya" Aku musti lebih berhati-hati"."
Tapi pikiran lain segera melintas dalam benaknya, ia
merasa selihay-lihaynya pemuda itu, tak nanti ia bisa
ditangkap dengan mudah.
"Hati-hati kata Hoa In-liong kemudian sambil tertawa, "aku
hendak mempergunakan tiga macam kepandaianku untuk
menangkapmu dalam keadaann hidup-hidup"
Kipasnya lantas dialihkan ketangan lain, kemudian telapak
tangan kanannya diayun kedepan dan dua titik hitam segera
meluncur ke arah tubuh gadis tersebut.
Daya luncur kedua titik hitam itu tidak begitu cepat, Kiong
Gwat-lan dapat memperhatikan arah datangnya ancaman dan
berkelit secara jitu, serunya, "Satu macam kepandaian!"
216 Tapi baru selesai perkataan itu, mendadak desingan angin
tajam menyambar lewat dari belakang, tanpa berpikir panjang
lagi ia ber kelit tiga depa kesamping, meski demikian jaraknya
dengan Hoa In Hong masih cukup jauh.
Tapi belum lagi kakinya berdiri tegak, kembali terasa ada
semacam benda menyergap tubuhnya, dengan perasaan apa
boleh buat terpaksa ia melompat maju delapan depa lagi,
pikirnya, "Jarakku denganmu masih terpaut satu kaki sampai
dimanapun lihaynya ilmu Hwee hong jiu-hoat (cengkeraman
angin berpusing), sia-sialah akhirnya jerih payahmu."
Tapi pikiran itu baru habis melintas lewat, Hoa In-liong
telah tertawa terbahak-bahak.
Seketika itu juga Kiong Gwat-lan merasa munculnya
segulung tenaga hisapan yang menyedot tubuhnya ke
belakang. Berada di tengah udara, gadis itu masih berusaha menahan
badannya dengan ilmu bobot seribu, sayang tersambit, di
tengah jeritan lengkingannya tahu-tahu ia sudah terhisap
kekuatan itu dan melayang ke arah Hoa ln Hong berdiri.
Pukulan itu bernama Hu Im sin ciang, dulu nama aslinya
adalah Kun siu-ci-tau (perlawanan bi-natang terkurung) yang
merupakan ciptaan dari Ciu it bong.
Kemudian setelah kepandaian tersebut terjatuh ke tangan
Hoa Thian-hong, apalagi setelah ia berhasil mempelajari ilmu
Kiam keng boh kui yang merupakan peninggalan dari Kiam
seng (malaikat pedang) Gi Ko, semua sifat asli ilmu pukulan
tersebut baik dalam hal keras lembutnya, cepat lambatnya dan
tipuan atau aslinya telah mengalami perubahan besar.
217 Jangankan Kiong Gwat-lan sekarang yang bertenaga masih
lemah, kendatipun Pia Leng cu, se-orang tokoh Thong thian
kau yang pernah tersohor dimasa lalupun tak sanggnp
berkutik apa-apa di tangan Hoa Thian-hong waktu terjadi
peristiwa di sungai Huang ho dulu.
Padahal tenaga dalam yang dimiliki Hoa In-liong sekarang
belum tentu dibawah tenaga dalam ayahnya di waktu itu
namun semenjak ia berhasil memperoleh warisan Khi khek
teng heng sim boat dari Goa cing taysu yang kemudian
digabungkan dengan sim boat keluarga Hoa-nya, hawa murni
ditubuhnya malah mengalir lurus dan terbalik secara tidak
beraturan, ini menyebabkan tenaga pukulan yang dilancarkan
pun bisa dilontarkan bisa pula dihisap kembali.
Padahal waktu itu dia hanya bermaksud mencoba-coba,
tapi hasil yang kemudian tercapai ternyata diluar dugaannya,
sudah barang tentu orang lain lebih terperanjat lagi dibuatnya.
Hoa In-liong menjulurkan tangan kanannya dan segera
merangkul pinggang Kiong Gwot lan, katanya sambil tertawa
terbahak-bahak, "Haaahh".haaah?".haaah"..bagaimana"
Kau cuma menggunakan dua macam kepandaian!"
Dirangkul oleh seorang pemuda dihadapan orang banyak,
sedikit banyak malu juga Kiong Gwat-lan dibuatnya, pipinya
kontan saja menjadi merah padam, sambil meronta serunya
manja, "Lepaskan aku!"
Sambil tersenyum Hoa In-liong melepaskan gadis itu,
katanya kemudian, "Sekalipun permainan ini cuma termasuk
guruan belaka, toh bagaimanapun jua kau sudah kalah, hayo
cepat minta maaf kepada saudara Kongsun!"
218 Tiba-tiba Kiong Gwat-lan melompat ke Luar dari lingkaran
tersebut. Seraya serunya sambil tertawa, "Sekarang aku masih
berada dilingkaran luar, kau kan tidak berhasil menangkapku?"
Hoa In-liong tersenyum.
"Kalau kau tetap mungkir, yaa, apa boleh buat lagi?"
Dalam hati ia berpikir lagi, "Dengan tenaga dalamnya
sekarang, meskipun ia berada di atas permukaan dan jaraknya
mencapai satu kaki lebih lima depa, seandainya kucoba
kepandaianku lagi, rasanya dia tak akan mampu
mempertahankan diri
Tiba-tiba terdengar Kongsun Peng berseru,
Jilid 6 "Hoa Kong Cu, aku hanya mohon maaf kepada nona Kiong
atas gegabahanku tadi, dengan perbuatan Hoa kongcu,
bukankah hal ini akan membuatku semakin tak punya muka?"
Sebenarnya Hoa In-liong sudah bersiap sedia untuk
melakukan serangan kembali, tapi sesudah mendengar
perkataan itu, diapun mem batalkan niatnya.
Bunyi roda kereta yang berputar berkumandang dari pintu
kota, Li Po seng dengan membawa dua orang pegawai toko
penjual peti mati telah datang menghantarkan peti mati,
diapun lantas memerintahkan orang untuk membereskan
jenasah tersebut,
219 Setelah mayat Ou See tiong dimasukkan ke dalam peti, Hoa
In-liong menyerahkan uang kepada pegawai tersebut dan
menitahkannya untuk mengubur peti mati di luar kota.
Ia tahu kalau tidak memerintahkan orang untuk
melaksanakan tugas tersebut, sudah pasti tak ada orang lain
yang sudi mengurusi mayat Ou See tiong, akibatnya rakyat di
sekitar situlah yang menjadi korban?"
Kurang lebih dua puluh kaki baru kereta itu berjalan, tibatiba
muncul beberapa orang jago per-silatan yang mengikuti
dibelakangnya. Menyaksikan kejadian tersebut, Hoa In-liong lantas berpikir,
"Selama hidupnya mungkin terlampau banyak kejahatan yang
dilakukan Ou See tiong, sehingga setelah mati pun begitu
banyak orang yang tak terima dan ikut kekuburan untuk
membongkar peti matinya?""
Berpikir sampai disitu, diapun berseru dengan suara
lantang, "Saudara sekalian, setelah orangnya mati dendam
pun ikut berakhir, sekalipun ada sakit hati yang bagaimanapun
besarnya, lebih baik disudahi sampai disini saja, apa gunanya
kalian mengikuti peti mati itu serta melakukan perbuatan
tercela?" Setelah mendengar itu, beberapa orang tersebut segera
berhenti, mereka ragu-ragu sejenak, kemudian tiga orang
diantaranya pergi meninggalkan tempat itu, sedangkan empat
orang lainnya setelah menjura kepada Hoa In-liong mereka
lanjutkan pengejarannya ke arah kereta pembawa peti mati
tadi. Sekali lagi Hoa In-liong berpikir, "Kejahatan yang dilakukan
orang she Ou selama hidupnya memang kelewatan, rasanya
220 sebelum jenasah itu dicincang menjadi berkeping keping, tak
lega perasaan beberapa orang itu, beginilah akhir dari seorang
penjahat kalau melakukan perbuatan yang kelewat batas."
Sebagaimana diketahui, Kumbang emas bermain diputik Ou
See tiong bukan hanya memperkosa anak gagis dan istri orang
saja, biasanya setelah menikmati kehangatan tubuh
perempuan-perempuan itu, korbannya lantas dibunuh dan
harta kekayaannya dirampok habis habisan.
Tidak heran kalau keluarga korban menjadi dendam bukan
kepalang terhadapnya, itulah sebabnya meski sudah mati
orang-orang itu masih tak rela melepaskan musuhnya dengan
begitu saja. Semula Hoa In-liong mencegah perbuatan orang-orang itu
atas dasar kasihan dan welasnya, tapi melihat ketenangan
orang-orang itu diapun merasa tak enak untuk mencegah
perbuatannya. Begitulah, sambil menghela napas diapun mengajak dua
bersaudara Kiong dan Demor kembali ke gedung hadiah Pui
Che-giok, sedangkan Coa Cong gi, Kongsun Peng, sebagai
besar bekas anggota Sin ci ping telah menetap semua disitu.
Walaupun dengan perasaan yang kurang tenteram terpaksa
Demor mengikuti pula dibelakang.
Sebelum masuk ke dalam ruangan, Hoa In-liong berpaling
sambil berkata, "Paman sudah tinggalkan tempat ini, dalam
tiga hari tak mungkin dia akan kembali disini, untuk sementara
waktu kau boleh tinggal disini dengan tenteram."
Mendengar perkataan itu Demor benar-benar merasa
hatinya lega, diam-diam ia menghembuskan napas panjang.
221 Terdengar Hoa In-liong berkata lagi dengan serius,
"Undanglah Tehan untuk tinggal pula disini, kalau tidak bila ia
sampai bergaul dengan orang jahat, bukan namanya saja
yang hancur nama perguruan ikut ternoda, padahal perguruan
pedang pendek kalian sejak Sucoumu sampai kini sudah
memupuk nama besar, kalau sampai ternoda bukankah arwah
Siang locianpwe di alam baka akan menjadi tidak tenang?"?"
Diantara tingkatan yang sederajat, Demor paling
mengagumi Hoa In-liong, maka ia mengiakan berulang kali.
Menunggu pemuda itu telah selesai berkata dengan tergagap
ia baru berseru, "Suhu sana".."
Hoa In-liong segera tertawa.
"Soal paman, akan kubicarakan sedapat mungkin tapi
selama disini kalian musti mendengarkan semua perkataanku,
sebab kalau tidak paman pasti akan menegur kalian."
Setelah berhenti sebentar sambil melirik ke arah Kiong
Gwat-lan katanya, "Bukankah kau sudah berkenalan dengan
seorang enci" Dia bisa membantumu dengan sepenuh tenaga
bila yang menjadi enci enggan membantu sekecil ampun, lebih
baik kau tak usah mengakuinya lagi.
Demor tertegun, lalu sambil menjura kepada KiOng Gwatlan
katanya, "Harap Kiong?"cici banyak memberi petunjuk"
"Oooh"..hal ini tentu saja akan kubantu, tapi kau jangan
bingung dulu dengan soal itu, aku adalah ji-ci disitu masih ada
toaci, hayo beri hormat dulu," kata Kiong Gwat-lan sambil
tertawa. Demor benar-benar maju ke depan dan memberi hormat
kepada Kiong Gwat hui, katanya, "Siau te menjumpai toaci!"
222 Kiong Gwat hui segera balas memberi hormat, ia seperti
adiknya yang binal, dia suka bergurau, bagaimanapun juga
sifatnya yang pendiam dan halus membuatnya bertindak
menurut aturan.
Setelah itu Demor baru berkata, "Sekarang juga aku
hendak membatalkan kamar dan mengajak sute datang ke
mari"."
Ia putar badan dan berlalu dari situ.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hoa In-liong hanya tersenyum, bersama rekan lainnya
mereka masuk ke dalam gedung.
Sesudah berada di ruang tengah, Li Po seng, dua
bersaudara Oh sekalian bertanya, "Apa masih ada ruangan
kosong?" Dua orang pelayan itu berpikir sebentar kemudian
bayangan yang ada di sebelah kiri berkata, "Disisi sebelah
barat masih ada sebuah gedung kecil, bunga Botan sedang
mekar-mekarnya disana, budak pikir nona berdua pasti akan
senang dengan suasana disini."
Hoa In-liong manggut-manggut sambil berpaling dia lantas
berkata, "Adik berdua, coba lihat dulu kamar tersebut, puas
atau tidak" Kalau dirasakan kurang cocok katakan saja
kepadaku, nanti kupikirkan tempat yang lain!"
Kiong Gwat hui cukup tahu kalau pemuda tersebut amat
sibuk, katanya dengan suara minta maaf, "Kami tentu sudah
mengganggu banyak diri ji-ko!"
Hoa In-liong segera tertawa, katanya.
223 "Memang lebih baik kalau Kioang toa moay kerasan tinggal
disini, sebagai sesama persaudaraan, lebih baik kata-kata
sungkan tak usah dibicarakan lagi."
"Kiu mengatakan gedung ini sebagai sumbangan dari orang
lain, siapakah yang begitu baik hati dengan berbuat demikian
kepadamu?" tiba-tiba Kiong Gwat-lan bertanya.
Hoa In-liong termenung dan berpikir sejenak, lalu
jawabnya, "Pernahkah kau dengar tentang Cian li kaucu?"
Kiong Gwat-lan segera mencibirkan bibirnya sambil tertawa.
"Huuh?".! Untuk memberi jawaban atas pertanyaan
itupun musti melewati dulu suatu pemikiran yang serius"
katanya, "jangan Kuatir aku pasti tak akan mengemukakan
perasaanku."
Ucapan itu jelas bernada lain, dan kesannya terhadap
perkumpulan Cian li kau juga kurang begitu bagus.
Perkataan itu diutarakan dengan cepat, Hoa In-liong mau
mencegah tapi tidak sempat lagi, dengan kening berkerut ia
lantas berpikir, "Waaah".. payah ini, kesulitan telah tiba!"
Betul juga, tiba-tiba kedengaran suara tertawa merdu
berkumandang dari belakang ruangan, me-nyusul munculnya
Cia Sau-yan, sambil mengawasi Kiong Gwat-lan dari atas
sampai ke bawah, kemudian dengan senyum tak senyum ia
berkata, "Entah bagaimanakah pandangan nona ini terhadap
perkumpulan Cian li kau?"
"Aaah". cuma urusan kecil kenapa musti di tanyakan lebih
lanjut?"?" tukas Hoa In-liong.
224 Dengan kening berkerut Cia Sau-yan segera berkata,
"Semenjak didirikan dalam dunia persilatan, perkumpulan
kami selalu mempunyai pandangan yang luas serta jiwa yang
besar untuk menilai seseorang, siau sauya tak usah kuatir,
memangnya orang-orang Cian li kau pikir sepicik dan sesempit
itu jalan pemikirannya?"
Dibalik ucapan tersebut lamat-lamat diapun menuduh Kiong
Gwat-lan sebagai seorang gadis berjiwa sempit.
Sebagai seorang gadis pintar, sudah barang tentu Kiong
Gwat-lan dapat menangkap arti dari ucapan tadi, segera ia
tertawa angkuh.
"Huuuh".. apa salahnya kalau kuucapkan keluar?"
Sesudah berhenti sebentar, ia melanjutkan, "Seluruh
anggota perkumpulan kalian sejak dari nona sekalian sampai
para dayangnya semua berparas cantik jelita, lagipula berdaya
tarik yang merangsang orang, Kiong Gwat-lan hanya kagum
akan kehebatan kalian itu, lain tidak"
Nada dibalik perkataan itu jelas mengatakan bahwa orangorang
Cian li-kau semuanya genit dan sesat, pandai merayu
orang lelaki dan terdiri dari perempuan-perempuan tidak baik.
Diam-diam Kiong Gwat hui mendepakkan kakinya berulang
kali ke atas tanah, tapi sebagai seorang gadis yang lemah
lembut, ia merasa kurang pantas untuk turut serta dalam
pembicaraan itu.
Betul juga, paras muka dua orang dayang yang berada
disisi ruangan segera berubah hebat, mereka segera
menunjukkan wajah gu sar dan tak senang hati.
225 Sedang Cia Sau-yan sedikitpun tidak marah, malahan
sambil tertawa manis katanya, "Perkumpulan Cian li-kau
memang khusus memikat orang dengan kecantikan
anggotanya, jual senyum menarik simpatik, padahal hal
tersebut tak perlu terlalu diherankan."
Kiong Gwat-lan malah tertegun dibuatnya, diam-diam ia
berpikir, "Sikapnya begitu biasa dan seolah olah tak pernah
terjadi suatu kejadian apapun, tampaknya memang jiwanya
yang terlalu sempit dan tak bisa menahan diri".."
Timbul rasa sesalnya di dalam hati, cuma dengan wataknya
yang keras kepala, ia merasa apa yang telah diucapkan tak
mungkin bisa dirubah kembali.
Tiba-tiba muncul He lotia dari luar dengan langkah tergesagesa,
kepada Hoa In-liong lapornya, "Ji kongcu, diluar pintu
datang seorang imam yang mengatakan hendak mencari
derma!" "Langsung layani saja orang itu," sela Cia Sau-yan,! "saat
ini Hoa kongcu sedang sibuk, mana ia punya waktu untuk
mengurusi segala urusan tetek bengek?"
Ho lotia segera gelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak akan segampang itu!" serunya, "sebab si imam
mengatakan hanya akan mencari derma dari ji kongcu
seorang".."
Mendengar itu Hoa In-liong tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh".haaahhh?"haaahhh" tidak kusangka ada
orang yang tertarik untuk menderma diriku, sungguh suatu
kejadian yang sulit ditemui, siapa tahu setelah mendengar aku
dia betul-betul akan pergi" Mari kita tengok keluar!"
226 lapun lantas beranjak dan keluar dari ruangan.
Dengan kejadian ini, tanpa terasa telah memecahkan pula
situasi kaku antara dua bersaudara Kiong dengan Cia Sau-yan.
Dengan perasaan ingin tahu, tiga orang gadis itu pun
mengikuti di belakang Hoa In-liong menuju keluar pintu.
seorang tosu tua berwajah merah bercahaya sedang berdiri
di depan pintu gerbang, wajah tosu itu amat istimewa, selain
wajahnya seperti bayi, rambutnya putih sepanjang pinggang,
alis matanya yang putih mencapai tiga inci panjangnya, ia
mengenakan sebuah jubah imam yang banyak tambalannya,
sebuah senjata hud-tim ada di tangan kanan, sedang sebilah
pedang antik, tersoren dipunggung.
Ketika Hoa In-liong munculkan diri, dengan sinar mata
tajam tosu itu memperhatikan si anak muda itu tajam-tajam,
tampaknya ia sangat menaruh perhatian kepadanya.
Hoa In-liong segera tersekut sambil menjula, sapanya,
"Bolehkah aku tahu nama tootiang?"
Bukan menjawab, tosu tua itu malah balik bertanya,
"Apakah kau adalah Hoa In-liong, putra dari Shian cu kiam
Hoa Thian-hong?"
"Betul, ada urusan apa tootiang datang ke mari?"
Diluar ia menjawab demikian, sementara dihati kecilnya
diam-diam pemuda itu berpikir, "Sudah jelas imam tua ini
memiliki serangkai ilmu silat yang sangat lihay, padahal
kudengar orang bilang banyak kaum iblis yang bermunculan
kembali belakangan ini, bagaimanapun jua aku musti lebih
227 waspada dan berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang
tidak diinginkan,?"?""
Sementara itu tosu tua tadi telah berkata "Adapun maksud
Kilas Balik Merah Salju 4 Romantika Sebilah Pedang Karya Gu Long Bentrok Rimba Persilatan 16
^