Pedang Tanpa Perasaan 10

Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Bagian 10


Mendengar kakak beradik keluarga Sang sekali lagi menyebut 'suhu', para tamu baru
teringat tadi mereka mengatakan bahwa guru mereka mendapat julukan Kim Ting
Siong jin (orang di atas anglo emas). Kemungkinan anglo emas itulah senjata yang
biasa digunakan guru mereka. Seseorang yang bisa menggunakan benda seaneh itu
sebagai senjata, tentu tampangnya juga gagah ibarat dewa. Karena itu, mereka jadi
penasaran ingin melihatnya.
Tetapi para tamu tidak melihat adanya orang asing di dalam ruangan itu. Hati mereka
merasa heran. Justru ketika perasaan mereka masih bimbang, tiba-tiba terdengar suara
seseorang yang tajam dari atas anglo emas itu.
"Bagus. Coba kalian perkenalkan padaku!"
Mendengar suara itu berasal dari atas anglo emas, perasaan para tamu semakin
bingung. Mereka segera menoleh ke arah sumber suara. Tampak di bawah anglo emas
itu, di antara ketiga kaki yang besarnya seperti paha kerbau, muncul seseorang.
Ketika melihat orang itu, hampir saja para tamu tertawa geli. Tetapi mereka toh
akhirnya tidak sanggup tertawa juga, hanya hampir tidak bisa menahan perasaannya
saja. 369 Rupanya bentuk tubuh orang itu tingginya kurang dari tiga ciok. Karena itu, meskipun
sejak tadi dia berdiri di bawah anglo emas itu, tetap saja tidak ada yang
meperhatikannya. Sebetulnya orang kerdil juga bisa mempunyai tampang yang
berwibawa. Tetapi orang kerdil yang satu ini penampilannya justru menggelikan
sekali. Bentuk tubuhnya bukan main kerdilnya, tetapi sepasang lengannya justru demikian
panjang sehingga hampir menjuntai ke bawah tanah. Batok kepalanya bukan bulat
seperti layaknya manusia tetapi panjul, sehingga lebih mirip monyet.
Kalau cuma begitu saja, sebetulnya tidak terhitung menggelikan. Yang paling lucu,
justru tampangnya yang sudah tidak karuan ditambah bentuk tubuhnya yang berbeda
dengan manusia biasa, tetapi penampilannya malah kelewat rapi. Tidak mirip sedikit
pun dengan para pendekar dunia bu lim umumnya, justru lebih mirip dengan pejabat
kelas tinggi atau menteri-menteri istana kerajaan.
Umumnya para tokoh bu lim memang kelihatan menaruh rasa hormat kepada para
pejabat kerajaan, tetapi mereka menjaga jarak tertentu. Lagipula di dalam hati ada
sedikit perasaan memandang rendah. Tokoh bu lim yang penampilannya rapi dan
keren, bukannya tidak ada. Hanya jumlahnya terlalu sedikit. Kim Sin Go Lim
termasuk jumlah yang sedikit itu.
Malah lebih banyak yang berkembang karena keanehannya. Demikian pula julukanjulukan
yang mereka dapatkan. Karena keanehannya itu, orang itu menjadi pusat
perhatian, juga menjadi ciri khasnya. Seperti orang kerdil yang menjadi guru Sang Cin
dan Sang Hoat. Dia bukan saja lucu atau aneh tapi rnenggelikan. Bayangkan saja kalau
pakaian kebesaran pejabat dipakai sehari-hari.
Para tamu rasanya ingin tertawa, tetapi akhirnya tidak ada seorang pun yang tertawa.
Hal itu karena mereka memandang Sang Cin dan Sang Hoat sebagai tuan rumah.
Apalagi sikap mereka yang demikian hormat kepada si kerdil itu. Dan ilmu
kepandaian kedua orang itu sudah sempat disaksikan oleh para hadirin. Boleh dibilang
ilmu silat keduanya sudah tergolong kelas satu di antara generasi muda. Kalau ditilik
dari tingkah laku mereka yang demikian menghormati gurunya, dapat diduga bahwa si
kerdil itu bukan tokoh sembarangan.
"Tecu menurut perintah!" Terdengar ucapan Sang Cin. Sembari berbicara, dia
langsung menunjuk kepada I Ki Hu. "Tuan inilah yang disebut tokoh nomor satu
dalam golongan lurus dan sesat, Gin Leng Hiat Ciang I Ki Hu!"
Si kerdil itu mendengus satu kali. "Sudah tahu. Eh, muridku. Pilihlah orang-orang
yang kepandaiannya tinggi dan namanya terkenal untuk dikenalkan kepadaku. Kalau
satu persatu, kau sebut semuanya, mana aku bisa ingat begitu banyak?"
Kedua kakak beradik keluarga Sang segera mengiakan dengan penuh hormat. Diamdiam
hati para tamu menggerutu, si kerdil itu benar-benar sombong.
Di samping tindak tanduk I Ki Hu selama itu, namanya di dalam dunia bu lim juga
sudah demikian terkenal sehingga boleh dibilang tidak ada satu pun tokoh dunia kang
370 ouw yang tidak mengenalnya. Mungkin ada saja orang yang ilmunya lebih tinggi
daripada orang I li Hu, tetapi namanya pasti tidak begitu terkenal seperti dia.
Mendengar nada bicara si kerdil, tampaknya dia masih menggerutu kalau nama I Ki
Hu itu tidak cukup terkenal. Sampai-sampai kedua kakak beradik keluarga Sang
sendiri merasa heran. Sedungkan para tamu yang hadir di situ sebagian besar juga
tidak menaruh kesan baik terhadap 1 Ki Hu, namun mereka merasakan bahwa si kerdil
itu juga terlalu sombong.
Namun, ketika para tamu menolehkan kepalanya menatap I Ki Hu, laki-laki bercadar
itu seperti tidak ambil perduli. Dia masih berdiri dengan sepasang tangan disilangkan
di depan dada. Orang lain tidak ada yang tahu apa yang dipikirkannya dalam hati. Saat
itu, Sang Cin dan Sang Hoat menunjuk beberapa tokoh yang ada dalam ruangan itu
dan memperkenalkannya kepada si kerdil. Yang diperkenalkannya tokoh-tokoh seperti
Leng Coa sian sing, tiga iblis dari keluarga Lung, Kim Sin Go Lim, dan beberapa
tokoh lainnya. Tampak si kerdil itu mengernyitkan keningnya.
Sang Cin cepat-cepat menunjuk kepada seorang hwesio tua yang masih segar bugar
dan duduk dengan mata setengah terpejam.
"Yang ini adalah hwesio angkatan tertinggi dari Ngo Tay san, Bu Kong taisu."
Mendengar ucapan Sang Cin si kerdil mendongakkan wajahnya dan memhuka
sepasang matanya. Sepasang matanya menyorotkan sinar yang tajam berkilauan,
sehingga membuat orang tidak berani menatapnya langsung.
Tapi sepasang mata si kerdil hanya membuka sebentar, kemudian dipejamkannya
kembali. "Meskipun cayhe hanya orang gunung yang kasar, tetapi sering mendengar beberapa
pen-datang di wilayah kami yang menyebut nama Taisu," kata si kerdil.
"Lo ceng sudah menyucikan diri, untuk apa nama besar" Pujian sicu hanya sia-sia
saja," kata Bu Kong taisu dengan nada tenang sambil merangkapkan telapak
tangannya. Sang Cin mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling dan memperkenalkan lagi
beberapa tokoh terkemuka. Seperti pasangan suami istri Bok Cin sian sing misalnya.
Si kerdil menunggu dia menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba dia menunjuk kepada
Lie Cun Ju. "Siapa dia" Meskipun dia tidak lama lagi akan menjadi mayat, tapi
kepandaiannya tidak sedikit. Mengapa kalian tidak menyebutkan namanya di
hadapanku?"
Nada suara si kerdil itu begitu melengking dan tajam, sehingga memecahkan
keheningan yang meliputi ruangan itu. Setiap orang dapat mendengarnya dengan jelas.
Lie Cun Ju yang mendengarnya, langsung terkejut setengah mati. Sebab dalam
perjalanan tadi, ia belum tahu bahwa laki-laki yang mengenakan cadar hitam itu
adalah I Ki Hu, tapi pundaknya telah kena ditepuk sebanyak dua kali.
371 Pada saat itu, I Ki Hu juga mengatakan agar dia mencari kuburan yang disenanginya.
Menilik makna ucapan itu, dia seperti ada keyakinan bahwa Lie Cun Ju pasti akan
mati. Tapi Lie Cun Ju sendiri tidak merasakan ada sesuatu yang tidak wajar pada
dirinya. Karena itu dia juga tidak ambil pusing. Dalam anggapannya, I Ki Hu pasti
hanya menggertak atau menakut-nakuti dirinya. Malah dia tidak memikirkannya sama
sekali. Dia pun tidak mengingat bahwa dengan nama besar yang telah berhasil
dipupuk selama itu, meskipun ia seorang tokoh sesat, tapi I Ki Hu tidak mungkin
sembarangan berbicara untuk menggertak seseorang.
Sekarang, Lie Cun Ju mendengar si kerdil yang menjadi guru Sang Cin dan Sang loat
mengucap-kan kata-kata yang artinya tidak jauh berbeda. Perasaannya menjadi
bingung. Apa lagi sejak semula dia sudah dapat melihat, meskipun tampang dan
penampilan si kerdil benar-benar menggelikan, tetapi tidak salah lagi pasti seorang
tokoh berilmu tinggi. Dan orang seperti si kerdil juga tidak mungkin sembarangan
mengoceh tanpa alasan yang kuat.
Lie Cun Ju tidak menunggu sampai kedua kakak beradik keluarga Sang
memperkenalkan dirinya. la segera menguak kerumunan orang banyak untuk berjalan
ke depan. Kemudian dia merangkapkan sepasang kepalan tangannya menjura kepada
si kerdil. "Cayhe lie Cun Ju, tadi Tuan mengalakan bahwa cayhe orang yang tidak lama lagi
akan mati, dapatkah Tuan menjelaskan apa arti perkataan Tuan itu?"
Si kerdil mengerlingkan matanya kemudian tertawa terkekeh-kekeh, "Kedua jalan
darah di kanan kiri pundakmu sudah membayangkan warna kelabu. Hal itu
membuktikan luka dalam yang kau derita parah sekali. Paling banyak kau niasih dapat
hidup selama tiga hari, kau kira aku sengaja membohongimu?"
Sembari berjalan terus mendekati si kerdil, beberapa kali Lie Cun Ju menghimpun
hawa murni dalam tubuhnya. Tetapi, biar bagaimana, dia tetap tidak merasakan ada
apa-apa yang tidak wajar. Menunggu si kerdil selesai bicara, hati Lie Cun Ju sudah
sembilan bagian percaya. Tetapi dia tetap tidak mengerti dengan cara I Ki Hu
melukainya sehingga dia tidak merasakan apa-apa. Mengapa menurut si kerdil,
jiwanya tinggal tiga hari lagi bertahan di dunia ini.
Tiba-tiba saja dendam kematian kedua orang tuanya, jejak Tao Ling, semua yang
masih ada hubungan dengan dirinya muncul di benak Lie Cun Ju. Tidak lama lagi dia
akan menginjak pintu neraka, hal ini membuat hati Lie Cun Ju perih sekali. Justru
ketika hatinya dilanda keperihan, sekonyong-konyong dia merasa seperti ada sesuatu
yang mencekat di tenggorokannya, sehingga tanpa dapat mempertahankan diri lagi dia
terbatuk-batuk.
Setelah terbatuk-batuk beberapa kali, dia merasa tenggorokannya kering sekali.
Sedangkan rasa pengap dalam hatinya semakin menjadi-jadi. Saat itu, Lie Cun Ju tidak
bimbang lagi, dia sadar bahwa dirinya telah terluka parah. Perlahan-Iahan dia
menegakkan tubuhnya dan membalik untuk menghadap kepada I Ki Hu. Kemudian
mendadak .. Dia tertawa dingin.
372 Walau kau menganggap kepandaianmu sudah di taraf yang tinggi sekali, kau sulit
meninggalkan keluarga Sang ini lagi!" ujar Lie Cun Ju.
I Ki Hu tertawa terbahak-bahak. "Tiga tahun yang lalu, sudah ada orang yang
mengharapkan aku mati di perkampungan. Jadi cita-cita ini bukan kau yang
memulainya."
Kedua kakak beradik keluarga Sang dapat mendengar dengan jelas kata-kata I Ki Hu
barusan. Api dendam yang tadinya terpaksa ditahan-tahan, kini meledak. Sehingga
tanpa banyak Tanya lagi mereka lalu mulai menyerang I Ki Hu.
Kedua kakak beradik itu sedang di hadapan para undangan yang sebagian besar tokohtokoh
ternama di dunia bu lim, tentu mereka tidak ingin menunjukkan kelemahan.
Karena itu mereka tidak memencarkan diri, keduanya sama-sama maju kemudian
mundur kembali.
Saat itu I Ki Hu sudah melangkah ke depan dan mengasongkan tubuhnya, kelima jari
tangannya membentuk cakar dan dibentangkan ke kanan dan kiri terus meluncur untuk
mencengkeram. Ketika kakak beradik itu baru menyurut mundur, bahkan langkah kaki pun belum
mantap, cengkeraman kedua I Ki Hu sudah meluncur datang. Tampaknya sesaat lagi
keduanya pasti akan tercengkeram oleh tangan I Ki Hu. tiba-tiba pandangan mata para
hadirin disilaukan oleh kilatan cahaya keemasan.
Bum! Anglo emas yang ada di samping si kerdil tampak terpental ke atas karena
kibasan lengan baju si kerdil, kemudian meluncur turun mengincar batok kepala I Ki
Hu. I Ki Hu segera mendongakkan kepalanya. Dia memperhitungkan bahwa berat anglo
emas itu paling tidak ribuan kati. Lagi pula Raja Iblis tahu bahwa luncuran anglo itu
juga mengandung tambahan tenaga dalam si kerdil. Kalau kepalanya sampai tertimpa
benda itu, biarpun tidak mati, tetap saja dia sudah menderita kekalahan sebelum
bertarung. Karena itu, I Ki Hu langsung menjulurkan tangannya ke atas. Cengkeramannya
berubah menjadi hantaman.
Fuh! Fuh! Dua kali Raja Iblis mengirimkan pukulan ke arah anglo emas itu.
Ketika I Ki Hu menjulurkan tangan untuk mencengkeram, jaraknya dengan kedua
kakak beradik dari keluarga Sang memang sudah dekat sekali. Maka dari itu, di saat
cengkeramannya berubah menjadi hantaman, angin yang terpancar dari telapak
tangannya demikian kencang, sehingga kedua kakak beradik dari keluarga Sang tidak
dapat mempertahankan diri lalu terpental ke belakang. Sedangkan I Ki Hu yang
berhasil mendesak kedua pemuda itu juga terjatuh. Dengan cepat dia mundur satu
langkah dan menyambut datangnya anglo emas dengan dua buah pukulan. I Ki Hu
bermaksud menahan serangan yang dahsyat dari benda itu. Kemudian dia akan
melemparkan anglo itu keluar dari ruangan untuk memamerkan kekuatan tenaga
dalamnya. Namun, baru saja tangannya menyentuh bagian bawah anglo, dia sadar
bahwa tekanan benda itu begitu kuat.
373 Diam-diam I Ki Hu terkejut setengah mati. Raja Iblis itu segera mengerahkan tenaga
dalamnya. Dengan sekuat-kuatnya dihantamnya anglo itu agar terpental kembali ke
belakang. Kekuatan tenaga dalam I Ki Hu memang sudah mencapai tinggi, tapi tak
urung juga ia kagum dibuatnya. Dia berpikir dalam hati, . orang itu benar-benar sesuai
dengan dugaanya. Untuk sementara jangan mengadu kekerasan dulu.
I Ki Hu mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, kemudian mencelat
mundur .-. jauh dua langkah. Pada saat itu juga, suara dengungan juga sudah sampai di
luar pintu ruangan. Tampak bayangan berkelebat. Tiga orang lhama berjubah kuning
sudah berdiri di depan pintu ruangan itu dengan mata yang tajam berkilauan. Mereka
mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan, kemudian berhenti pada diri Lie Cun
Ju. "Rupanya Kaucu ada di sini," kata mereka serentak.
Lie Cun Ju memperhatikan dengan seksama, tampak salah satu di antara ketiga orang
itu ter-nyata Coan lun hoat ong dari kuil di perbatasan Tibet, Kuil Ga tang. Sedangkan
dua yang lainnya juga lhama tingkat senior dari kuil itu. Sebetulnya Lie Cun Ju
meninggalkan kuil Ga tang secara diam-diam, bahkan Coan lun hoat ong dan yang
lainnya juga tidak tahu kalau dia sudah berhasil mempelajari setengah bagian kitab
'Leng Can Po Liok' yang berisi ilmu tingkat tinggi itu. Melihat ketiga lhama dari kuil
Ga tang ternyata sudah mengejarnya sampai di tempat itu, perasaan Lie Cun Ju
menjadi ruwet. Sikap Coan lun hoat ong dan kedua lhama lainnya selalu sopan dan malah
memanggilnya de-ngan sebutan 'kaucu' apabila berada di hadapan umum. Tetapi
sebetulnya, mereka sudah memperalat Lie Cun Ju demi mengokohkan kedudukannya
sendiri, agar beberapa lhama tingkat senior bisa menguasai seluruh pengikut agama
mereka yang jumlahnya mencapai ribuan orang.
Karena itu, Lie Cun Ju sebenarnya bertentangan dengan mereka.
Pada saat itu, tampaknya sebentar lagi akan terjadi duel maut antara Lie Cun Ju
dengan I Ki Hu. Dengan demikian, kedatangan Coan lun hoat ong dan yang lainnya
justru merupakan bantuan besar bagi Lie Cun Ju.
Mengingat hal itu, Lie Cun Ju segera maju.
"Sungguh merepotkan kalian mencari aku sampai kemari!"
Coan lun hoat ong menatap Lie Cun Ju sekilas. Tiba-tiba mimik wajahnya berubah
hebat, se-konyong-konyong dia menjulurkan tangannya.
Tangan kanan lhama itu menekan di pundak Lie Cun Ju. Pemuda itu mendengar di
telinganya menyusup suara yang lirih.
"Cepat edarkan hawa murnimu!"
374 Lie Cun Ju segera menuruti perkataan lhama tua itu. Dia merasa dari tangan Coan lun
hoat ong yang menekan di bahunya terpancar tenaga dalam yang mengalir ke dalam
tubuhnya. Dalam sekejap mata, dia merasa seluruh tubuhnya jadi nyaman. Sesaat
kemudian Coan lun hoat ong baru melepaskan tangannya.
"Kaucu, mari kita pergi. Kita toh orang yang sudah menyucikan diri, buat apa terjun
ke dalam dunia ramai yang setiap hari selalu terjadi pertumpahan darah."
lie Cun Ju tahu usia lhama itu sudah tua sekali. Tenaga dalamnya sudah mencapai taraf
tertinggi. Dia cepat-cepat berkata dengan suara lirih.
"Apakah keadaanku tidak apa-apa lagi?" tanyanya.
Coan Lun hoat ong mengernyitkan keningnya.
"Kedelapan nadi penting di kedua pundakmu telah digetarkan oleh seseorang dengan
tenaga dalam yang mengandung hawa im. Karena tenaga dalam itu demikian lembut,
meskipun sudah terluka parah, kau tidak merasakan apa-apa. Satu-satunya jalan yang
dapat ditempuh adalah secepat-nya kembali ke kuil Ga tang. Istirahat dengan tenang
dan dibantu dengan tenaga dalam kami beberapa orang selama satu-dua tahun, baru
kau akan sembuh kembali."
Lie Cun Ju menarik nafas panjang. la merenung sejenak.
"Tentu saja aku juga ingin pulang ke sana. Tetapi hari ini, aku justru membutuhkan
tenaga kalian bertiga untuk menyelesaikan dulu masalah si Raja Iblis."
Coan lun hoat ong saling memandang dengan kedua rekannya. Mereka menganggukanggukkan
kepalanya. Sesaat kemudian mereka mengiringi Lie Cun Ju masuk ke
dalam ruangan itu.
Ketika keempat orang itu terlibat pembicaraan, tidak banyak orang yang menaruh
perhatian. Sebab I Ki Hu dan Kim Ting siong jin bergebrak satu kali lalu masih berdiri
di samping anglo emas itu. Para tamu menunggu dengan hati tegang apa yang akan
mereka lakukan selanjutnya.
Sampai sekian lama, memang mereka masih belum juga mengambil tindakan apa-apa.
Hanya sepasang mata mereka saling menatap dengan tajam. Hal ini membuat suasana
dalam ruangan itu jadi tegang.
Dari serangan anglo emas tadi yang kemudian didorong dengan tenaga dalam I Ki Hu,


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para hadirin sudah sadar bahwa kedua orang itu merupakan jago kelas satu di dunia bu
lim saat itu. Mereka juga sadar apabila terjadi pertarungan di antara mereka, maka pasti sangat
menggetarkan. Karena itu pula, tanpa sadar para tamu sudah berdiri dari tempat duduk
masing-masing dan menyurut mundur beberapa tindak. Di dalam ruangan tampak
telah terbentuk lingkaran yang ukuran kelilingnya kurang lebih dua depa.
375 Di tengah-tengah lingkaran terdapat anglo emas. Sedangkan di kedua sisi anglo itu
berdiri sepasang laki-laki yang tinggi pendeknya terpaut jauh. Mereka berdua berdiri
berhadapan untuk beberapa saat. Akhirnya terdengar I Ki Hu berkata dengan nada
dingin. "Siapa julukan saudara?"
"Aku tidak mempunyai she maupun nama. Hanya anglo emas ini yang menjadi
lambangku," sahut Kim Ting siong jin dengan nada tajam.
"Dari mana kau mendapatkan anglo emas ini" Bolehkah kau memberitahukannya
kepadaku?"
Kim Ting siong jin mendengus dingin. Ketika tangannya yang terangkat ke atas
digerakkan, tahu-tahu anglo emas yang tertancap di dalam tanah sudah tercabut, lalu
diangkatnya dengan sebelah tangan.
"Tidak boleh!" bentaknya dengan suara keras.
Kaki si kerdil maju satu tindak. Dengan tiba-tiba dia mengayunkan anglo emas itu
untuk menghantam dada I Ki Hu
Gerakan anglo itu tidak terlalu cepat, tetapi kekuatan yang terkandung di dalamnya
justru dahsyat sekali. Tadi I Ki Hu tidak berani gegabah menahan luncuran anglo emas
itu. Tetapi dia berpikir, apabila sekarang dia menghindar lagi, tentu pandangan para
tamu terhadap dirinya akan berubah. Mereka pasti diam-diam menertawakannya
dalam hati. Karena itu, dia segera menghimpun hawa murninya dan tidak
menghindarkan diri setindak pun.
Anglo emas itu menimbulkan deruan angin yang kencang. Tampaknya sebentar lagi
dada I Ki Hu pasti terhantam benda yang beratnya ribuan kati itu. Tiba-tiba I Ki Hu
mengangkat tangannya. Kelima jarinya direnggangkan, kemudian mencengkeram ke
arah anglo emas itu.
Trang . . .! Terdengar seperti suara benturan logam.
I Ki Hu berhasil mencengkeram pinggiran anglo emas itu. Bergegas dia menyalurkan
tenaga dalamnya ke anglo emas itu. Ketika itu terdengar Kim Ting siong jin meraung
murka. Tenaga dalamnya juga dipancarkan, tubuh kedua orang itu tampak tidak
bergerak. Plak! Plak! Plak!
Suara itu tidak henti-hentinya. Batu hijau yang diinjak kedua orang itu retak. Bahkan
batu-batu hijau lain yang jaraknya agak jauh pun ikut merekah menjadi jalur panjang.
Hal itu membuktikan bahwa tenaga dalam keduanya benar-benar sulit dicari
tandingannya. Keduanya mempertahankan diri sampai kurang lebih setengah kentungan, kemudian
serentak mengeluarkan suara bentakan dan sama-sama mengangkat tangannya ke atas.
376 Ketika itu, anglo emas pun meninggalkan tanah setinggi tiga ciok, serangkum tenaga
yang dahsyat terus meluncur ke wuwungan ruangan.
Bum . . .! Tampak langit-Iangit ruangan itu ambrol seketika.
Dengan sekejap anglo yang terangkat ke atas itu mereka tarik kembali. Ketika itu batu
hijau yang mengalasi lantai ruangan itu amblas terhantam ketiga kaki anglo yang
sebesar paha kerbau.
Tampak tubuh I Ki Hu berkelebat, tangannya masih mencengkeram pinggiran anglo,
dan dibawanya berputaran. Tiba-tiba tubuh Raja Iblis membungkuk sedikit, sepasang
telapak tangannya langsung disilangkan. Seketika itu juga telapak tangannya berubah
warnanya menjadi kemerah-merahan. Dalam sekejap dia sudah mendesak dan
menghantamkan telapak tangannya ke depan. Para tamu yang hadir dalam ruangan itu
mulai mencium samar-samar bau amis darah.
Kim Ting siong jin terkejut melihat lawannya sempat menyurut mundur di saat dia
mengerahkan tenaga dalam yang demikian dahsyat, bahkan sekaligus melancarkan
serangan kepadanya. Terdengar si Kerdil mengeluarkan suara pekikan yang aneh,
seluruh panca inderanya bergerak-gerak sehingga membuat mimik wajahnya aneh
sekali. Sepasang telapak tangannya membalik, dua pukulan dilancarkanya ke depan
untuk menyambut serangan I Ki Hu.
Tenaga dalam yang terkandung dalam pukulan keduanya benar-benar mengejutkan.
Bahkan tampak kedua orang itu masih akan berduel mati-matian setelah pukulan itu
beradu. Para tamu yang menyaksikan sampai menahan nafas saking tegangnya. Tetapi,
justru ketika dua pasang telapak tangan mereka sudah hampir saling membentur, tibatiba
tampak I Ki Hu sedikit menyurutkan tangannya.
Tarikan tangan Raja Iblis itu seakan-akan menggunakan kesempatan yang sekejap itu
untuk mengundurkan diri. Padahal sebetulnya, apabila kedua orang yang berilmu
tinggi sedang mengadu pukulan, sama sekali tidak boleh menyurut mundur seperti itu,
karena sama saja memberikan kesempatan bagi lawannya untuk mendahului
menyerang. Meskipun seandainya tidak mati, pasti setidaknya sudah berada di bawah
angin sehingga sulit lagi apabila ingin mengalahkan lawannya.
Melihat I Ki Hu menyurutkan tangan hati para tamu menjadi bingung. Tanpa dapat
ditahan lagi mereka mengeluarkan seruan terkejut. Hampir bersamaan dengan suara
terkejut yang tercetus keluar dari mulut para tamu, Kim Ting siong jin sudah
mendesak ke depan sejauh setengah langkah. Jelas telapak tangannya pun menjulur
maju beberapa ciok. Meskipun tinggi tubuhnya terpaut jauh, namun para hadirin dapat
melihat bahwa I Ki Hu sudah terkurung bayangan telapak tangan Kim Ting siong jin.
Asal dia maju lagi selangkah, sudah pasti dada I Ki Hu akan terhantam oleh
pukulannya. 377 Kim Ting siong jin yang melihat serangannya akan membuahkan hasil, sudah tentu
merasa senang sekali. Namun, justru dalam waktu sekejap mata, ternyata
perkembangannya jauh berbeda dengan bayangan setiap orang.
Tampak tiba-tiba I Ki Hu mencelat sedikit ke atas, telapak tangannya sudah ditarik
kembali, jari tangannya menjulur ke bawah untuk menotok jalan darah di pundak Kim
Ting siong jin, yang juga disebut si Kerdil itu.
Perubahan jurus yang dimainkan Raja Iblis benar-benar di luar dugaan setiap orang.
Sepasang telapak tangan Kim Ting siong jin masih meluncur ke bagian dada I Ki Hu.
Untuk sesaat, bukan saja dia tidak dapat menarik kembali serangannya, lagipula ketika
I Ki Hu mencelat sedikit ke atas, si Kerdil langsung merentangkan kedua lengannya.
Dengan demikian kedua pukulannya menjadi terbatas, walaupun bila dipaksakan dia
masih bisa menghantam dada I Ki Hu, tapi jalan darah terpenting di pundaknya juga
tidak akan terlepas dari totokan si Raja Iblis itu. Kalau dibandingkan, tentu saja
kedudukan Kim Ting siong jin yang justru Iebih berbahaya daripada keadaan I Ki Hu.
Para tamu yang melihat dalam sekejap mata dapat terjadi perubahan sedemikian rupa,
menjadi terkesima. Untuk sesaat mereka tidak sanggup mengeluarkan suara. Hanya
terdengar suara tertawa panjang dari mulut I Ki Hu. Dalam keadaan panik, Kim Ting
siong jin menyurutkan tubuhnya ke bawah, sepasang telapak tangannya tetap
menghantam ke dada I Ki Hu. Tapi dalam waktu yang bersamaan, sepasang jari tangan
telunjuk I Ki Hu juga sudah menotok di bagian pundaknya.
Tampak kedua orang itu saling menyerang satu kali, kemudian memencarkan diri
kembali. Setelah itu masing-masing menyurut mundur satu langkah. Wajah Kim Ting
siong jin pucat pasi, tubuhnya terhuyung-huyung berkali-kali, urat-urat hijau di
dahinya bertonjolan.
Bum! Tampak tubuh si Kerdil terpental ke belakang dan terhempas keras di atas tanah
dalam posisi terduduk.
Wajah I Ki Hu juga pucat pasi, tubuhnya pun sempat terhuyung-huyung ke belakang
kemudian bersandar pada sebuah tiang penyangga.
Para tamu yang melihat keadaan itu, menyangka bahwa kedua-duanya sudah
menderita luka yang parah. Tetapi kemudian terdengar lagi suara tawa panjang dari
mulut kedua orang itu. Wajah mereka yang pucat pasi perlahan-lahan memerah,
gerakan tubuh mereka laksana terbang, dari terpisah sekarang merapat kembali.
Pandangan mata para hadirin berkunang-kunang, tahu-tahu keduanya sudah berdiri
berhadapan dalam jarak setengah depaan.
Perubahan yang mendadak itu kecuali beberapa tokoh tingkat tinggi seperti Bu Kong
Taisu dari Ngo Tay san dan beberapa yang lainnya masih bisa melihat dengan tegas,
para tamu yang lainnya justru merasa bingung. Mereka tidak mengerti mengapa kedua
tokoh yang tampaknya sudah terluka parah itu, tahu-tahu dalam sekejap mata sudah
pulih kembali. Rupanya serangan yang dilancarkan kedua orang itu sudah mengenai lawannya
masing-masing, bahkan I Ki Hu yang meraih keuntungan. Karena, ketika I Ki Hu
378 melancarkan serangannya, dia sudah menghimpun hawa murninya di bagian dada dan
bersiap mengadu kekerasan dengan pukulan Kim Ting siong jin.
Karena itu pula, ketika pukulan Kim Ting siong jin mengenainya, dia sudah
mengadakan per-siapan. Meskipun pukulan itu mengandung kekuatan ribuan kati,
tetapi dengan mengham-burkan sedikit hawa murni, Raja Iblis masih dapat
menahannya. Sedangkan di pihak Kim Ting siong jin, meskipun dalam keadaan panik dia sudah
menyurut-kan tubuhnya, tetapi totokan I Ki Hu mencapai sasarannya juga. Hanya
jaraknya saja yang meleset sedikit sehingga tidak tepat di jalan darah utama tubuh si
kerdil itu. Namun, biarpun meleset sedikit, jalan darah di pundak seseorang justru merupakan
urat nadi terpenting. Ketika berhasil mengenai tubuh lawannya, I Ki Hu sudah yakin si
kerdil itu akan terkulai di atas tanah. Walaupun tidak sampai mati, setidaknya terluka
parah. Namun, kenyataannya tubuh si kerdil kuat luar biasa. Meskipun kedua totokan I
Ki Hu tadi hanya meleset sedikit saja dari urat nadi penting, sehingga bagian itu
tergetar, tetapi tidak sampai mengalami kematian.
Setelah mengatur pernafasan sejenak, kedua-duanya segera mencelat ke udara. Kalau
dilihat sepintas lalu, keduanya seperti tidak mengalami luka sedikit pun, tetapi
setidaknya sudah menderita kerugian karena hawa murninya terhambur tiga empat
bagian. Saat itu keduanya kembali berdiri berhadapan, tetapi tidak ada seorang pun yang
bersedia turun tangan terlebih dahulu. Meskipun di saat mereka bergebrak tadi, tidak
banyak jurus yang dikerahkan, namun menegangkan sekali. Untuk sesaat mereka
masih menahan nafas menunggu kelanjutan duelnya. Mata mereka memperhatikan
tengah arena tanpa berkedip sedikit pun.
Di sudut ruangan, Lie Cun Ju dan ketiga lhama juga demikian halnya. Di bawah
bantuan Coan Lun hoat ong, hawa im yang membuat dirinya terluka untuk sementara
sudah didesak ke bagian bawah ketiaknya. Dan kepengapan yang tadi dirasakannya
pun sudah sirna dari dadanya. Tetapi saat itu, perasaannya malah jadi tertekan.
Perasaan itu timbul bukan karena dia khawatir lukanya tidak dapat disembuhkan.
Tetapi justru bingung bagaimana harus membuka mulut menanyakan keadaan Tao
Ling setelah I Ki Hu bergebrak dengan Kim Ting siong jin.
Tidak salah, Tao Ling memang pernah menjadi kekasihnya dulu. Tetapi sekarang dia
justru sudah menjadi istri I Ki Hu. Berpikir sampai di sini Lie Cun Ju tidak dapat
menahan diri untuk tidak menarik nafas panjang.
Suara tarikan nafasnya tidak terlalu keras, juga tidak menarik perhatian orang lain.
Baru saja tarikan nafasnya selesai, tiba-tiba dari bagian belakangnya terdengar seseorang
menarik nafas juga
379 Suara tarikan nafas itu juga demikian Iirih sehingga tidak menimbulkan perhatian
siapa pun. Tetapi Lie Cun Ju yang mendengarnya justru terkejut setengah mati. Lie
Cun Ju terkejut bukan karena tarikan nafas itu demikian pilu, tetapi karena dia
mengenali tarikan nafas itu dilakukan oleh seseorang yang batinnya sangat menderita.
Lagipula dalam pendengarannya, tarikan nafas itu demikian tidak asing baginya.
Sekonyong-konyong Lie Cun Ju menolehkan kepalanya, tampak bayangan punggung
seorang perempuan sedang melangkah gontai keluar dari ruangan.
Ketika melihat bayangan punggung perempuan itu, sekali lagi hati Lie Cun Ju
tertegun. Bayangan punggung itu juga tidak asing baginya, tetapi juga seperti berbeda
dengan bayangannya. Meskipun demikian, Lie Cun Ju tetap mengambil keputusan
untuk mengejarnya. Tanpa sempat mengucapkan sepatah kata pun, tubuhnya sudah
beikelebat me-ngejar perempuan tadi.
Baru saja dia melangkah satu tindak, coan uin hoat ong yang duduk di sampingnya
tiba-tiba menjulurkan tangannya mencegah Lie Cun Ju.
"Kaucu ingin melarikan diri lagi?"
Karena dicegah oleh lhama tua itu, Lie Cun Ju tidak bisa memberontak. Hatinya
menjadi panik sekali.
"Kau tidak perlu khawatir, aku bukan hendak melarikan diri."
Coan lun hoat ong menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kaucu, kuil Ga tang tidak bisa berjalan terus tanpa dirimu."
Lie Cun Ju mendongakkan kepalanya. Lang-kah kaki perempuan itu tampakya lambat
sekali, tetapi kenyataannya justru sebaliknya. Dalam sekejap mata dia sudah melewati
pintu ruangan dan berjalan ke luar.
Melihat perempuan itu sudah sampai di pintu ruangan dan sebentar lagi akan keluar,
hati Lie Cun Ju semakin panik.
"Coan lun ong, masa hal sekecil ini saja kau tidak percaya kepadaku" Kalau urusan ini
sudah beres, maka seumur hidup pun aku mau tinggal di kuil Ga tang, dan tidak timbul
lagi keinginan untuk menginjak dunia luar."
Coan lun hoat ong memperhatikannya sejenak.
"Boleh juga. Tapi, Lie kongcu, biar bagaimana kau tidak boleh mengingkari ucapanmu
sendiri." "Kalau dulu, kan kalian yang memaksa aku tinggal di sana. Tetapi kali ini aku yang
menghen-dakinya sendiri, mana mungkin aku lari lagi?"
Coa lun hoat ong merenggangkan cekalannya, tubuh Lie Cun Ju pun melesat secepat
kilat menuju pintu ruangan itu, dan sesaat kemudian menghilang setelah membelok.
380 Lie Cun Ju melihat di hadapannya ada sebuah koridor panjang. Dan bayangan
punggung gadis itu sudah mencapai ujung koridor itu, kemudian menghilang di
tikungan. Cepat-cepat Lie Cun Ju mengempos hawa murninya kemudian menjungkir balik di
udara sebanyak dua kali. Dia melayang turun di ujung koridor, tetapi ketika dia sampai
di tempat itu, bayangan punggung si gadis pun sudah hilang dari pandangan matanya.
Lie Cun Ju berlari ke luar dari koridor panjang itu, dia sampai di sebidang tanah
kosong. Rupanya tanah kosong itu tadinya sebuah taman, karena di sudut-sudutnya
masih terlihat beberapa gunung buatan.
Rupanya selama tiga tahun perkampungan keluarga Sang itu menjadi tempat tinggal
para arwah penasaran atau dengan kata lain dibiarkan kosong tidak terurus. Meskipun
setelah Sang Cin dan Sang Hoat kembali kesana, mereka membangun kembali
beberapa bagian yang hancur, tetapi ada sebagian lainnya yang belum sempat
dibenahi. Karena itu, di dalam taman itu tumbuh rerumputan setinggi manusia. Begitu sampai di
taman bunga itu, Lie Cun Ju menghentikan gerakan kakinya dan memperhatikan
keadaan di sekitar-nya. Tetapi dia tidak melihat bayangan seorang pun. Hatinya
semakin panik, setelah berhenti sebentar, dia menghambur ke dalam gerombolan
rerumputan. Lie Cun Ju bertekad harus menemukan perempuan itu, karena di ruangan tadi dia
mendengar suara tarikan nafas, yang diyakininya sebagai suara tarikan nafas Tao Ling.
Ketika dia melihat bayangan punggung perempuan itu, memang terasa tidak begitu
asing baginya, tapi rasanya tidak mirip dengan bayangan punggung Tao Ling.
Di dalam gerombolan rerumputan itu, Lie Cun Ju berputaran satu kali, tetapi dia tetap
tidak menemukan seorang manusia pun. Untuk sesaat dia berdiri termangu-mangu.
Tiba-tiba telinganya kembali mendengar suara tarikan nafas seseorang.
Lie Cun Ju segera menoleh ke arah sumber suara. Tampak di antara gerombolan
rerumputan, ada sesosok bayangan yang bergerak-gerak, seakan sedang berdiri
menunggunya. Jaraknya hanya dua depaan. Lie Cun Ju tidak menghampirinya, dia
hanya berkata dengan perlahan-lahan.
"Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, mengapa dulu harus ada perjumpaan?"
Nada suaranya itu ditekan sedemikian rupa karena dia menahan gejolak batin,
sehingga kata -katanya demikian tenang dan sama sekali tidak mengejutkan.
Bayangan itu seperti tiba-tiba terguncang perasaannya. Tubuhnya tampak gemetar,
kemudian menarik nafas panjang sekali lagi.
Lie Cun Ju tadinya tidak berani memastikan perempuan dihadapannya itu Tao Ling
yang dirindukannya selama tiga tahun ini siang maupun malam. Karena dalam
381 pandangannya bayangan punggung itu terlalu mirip dengan bayangan punggung Tao
Ling. Itulah sebabnya Lie Cun Ju hanya sembarangan mengungkapkan perasaan hatinya
saja. Dia juga tidak menyangka kata-katanya itu akan mempengaruhi perempuan itu
sehingga tubuhnya gemetar. Setelah berhenti sejenak, Lie Cun Ju maju beberapa
langkah. "Tao kouwnio, kaukah itu?"
Perlahan-lahan perempuan itu membalikkan tubuhnya. Meskipun jaraknya masih satu
depa lebih, lagipula dihalangi gerombolan rerumputan, tetapi Lie Cun Ju dapat melihat
bahwa perempuan itu juga mengenakan sehelai cadar hitam untuk menutupi wajahnya.


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Melihat perempuan itu juga mengenakan sehelai cadar hitam, Lie Cun Ju justru jadi
tertegun. Sepanjang hari ini sudah beberapa orang bercadar yang ditemuinya. Pertama-tama Tao
Heng Kan dan I Giok Hong, setelah itu Gin Leng Hiat Ciang I Ki Hu dan sekarang
seorang perempuan yang diduganya sebagai Tao Ling.
Untuk beberapa saat Lie Cun Ju memandangi perempuan itu dengan termangu-mangu.
Perempuan itu juga sedang menatap kearahnya. Dua pasang mata bertemu pandang.
Perasaan Lie Cun Ju langsung tergetar.
Tao Ling! Kau adalah Tao Ling!
Dari belakang tadi Lie Cun Ju tidak berani memastikan perempuan itu adalah Tao
Ling yang dicari-carinya selama ini. Tetapi ketika pandangan mata mereka bertemu,
dia yakin bahwa dia memang Tao Ling yang menjadi pujaan hatinya.
Ketika Lie Cun Ju mengetahui Tao Ling sudah menjadi istri Gin Leng Hiat ciang I Ki
Hu, entah berapa banyak ucapan yang ingin diutarakannya kepada gadis itu. Kadang
kala di saat dia tidak dapat menahan kekesalan hatinya, dia akan berteriak sekeraskerasnya
seperti orang gila.
Tetapi saat ini, ketika dia sudah berhadapan dengan Tao Ling, beribu-ribu perkataan
seperti tercekat di tenggorokannya. Dia tidak tahu bagaimana harus mengutarakannya.
Akhirnya, setelah berdiam diri beberapa lama, dia mengulangi kembali kata-kata yang
sama. "Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, mengapa dulu harus ada perjumpaan?"
Perempuan itu kembali menarik nafas panjang.
"Dulu aku mana tahu akan begini akhirnya, sekarang apa lagi yang dapat kukatakan"
Kau ini benar-benar ..."
Lie Cun Ju maju lagi beberapa langkah, akhirnya dia benar-benar berhadapan dengan
Tao Ling. 382 "Dulu, Tao kouwnio pernah mengalami berbagai penderitaan bersama-sama denganku.
Kami menghadapi segala rintangan yang hampir merenggut jiwa. Bahkan kami sudah
pernah ber-janji untuk sehidup semati . . . Tao kouwnio, apakah kau tidak ingat lagi?"
Sembari berbicara, sepasang mata Lie Cun Ju tetap menatap perempuan itu lekat-lekat.
Dia melihat dari sepasang mata yang jernih itu sudah menetes beberapa butir air mata.
Ternyata Tao Ling tidak dapat menahan perasaan hatinya dan menangis tersedu-sedu.
Ketika Lie Cun Ju sudah menyelesaikan kata-katanya, dia pun menundukkan
kepalanya dalam-dalam.
"Lie kongcu, janji yang pernah kita ucapkan, mungkinkah sanggup aku
melupakannya?"
Mendengar kata-kata itu, Lie Cun Ju semakin yakin perempuan itu adalah Tao Ling.
Cepat-cepat dia maju lagi satu langkah dan menggenggam tangan perempuan itu eraterat.
Tao Ling tidak memberontak, dia membiarkan tangannya digenggam oleh Lie
Cun Ju. Tampaknya dia pasrah.
Keheningan meliputi kedua orang itu.
"Apa . . . kah . . . kau masih membenci aku?" kata Tao Ling dengan suara lirih.
Ketika mendengar ucapan Tao Ling tadi, Lie Cun Ju tidak tahu bagaimana
perasaannya saat itu. Otaknya bagai diselimuti awan tebal, dia hanya menggelengkan
kepalanya dengan tampang kebodoh-bodohan.
Tao Ling tertawa getir.
"Apakah kau dulu pernah membenci aku?" tanyanya lirih.
Lie Cun Ju menganggukkan kepalanya.
"Betul. Tetapi sekarang aku tidak membencimu lagi. Aku . . . tahu kau pasti terpaksa
melakukan hal itu."
Tao Ling kembali menarik nafas panjang-panjang.
"Sebetulnya, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Tetapi . . . akhirnya aku tidak
dapat menahan perasaanku, a ... ku ..." Sembari berkata, dia mengerjap-ngerjapkan
matanya, kembali dua bulir air mata mengalir membasahi pipinya.
Lie Cun Ju menggenggam tangan Tao Ling erat-erat.
"Ling, biar bagaimana pun, kita sudah bertemu lagi. Aku mempunyai sebuah tujuan
yang tenang sekali. Kita dapat hidup sampai tua di sana Ling moay, ikutlah aku
meninggalkan tempat ini!"
383 Mendengar kata-kata Lie Cun Ju kembali tubuh Tao Ling tergetar, dia melepaskan diri
dari genggaman Lie Cun Ju. Matanya menyorotkan sinar yang ganjil.
"Ti . . . dak, aku ti . . . dak dapat bersamamu lagi . . ."
Lie Cun Ju jadi panik.
"Ling moay, kau toh menikah dengan I Ki Hu karena terpaksa, mengapa kau tidak
menggunakan kesempatan ini untuk melepaskan diri darinya?"
Tao Ling menatap Lie Cun Ju lekat-Iekat.
"Tidak, Cun Ju ... sebaiknya kau lupakan saja aku!" kata Tao Ling kemudian.
"Ling moay, kau pasti tahu kalau aku tidak sanggup melupakanmu, mengapa kau tetap
..." Tao Ling tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kata-kata Lie Cun Ju.
"Kau . . . tidak perlu berkata apa-apa lagi. Apa yang pernah terjadi dulu, anggap saja
sebuah mimpi buruk!" tukas Tao Ling.
"Anggap saja sebagai mimpi buruk" Mengapa kau bisa berkata demikian" Semua itu
toh sebuah kenyataan!" teriak Lie Cun Ju.
Sekali lagi Tao Ling menarik nafas panjang.
"Cun Ju, aku tidak dapat menemuimu lagi. Aku akan pergi sekarang." Tubuhnya
berkelebat dan melesat keluar dari gerombolan rumput-rumput itu.
Lie Cun Ju tertegun sesaat. Kemudian dia berteriak keras-keras.
"Ling moay, kau tidak bisa pergi!" Kakinya menghentak di atas tanah, lalu menerjang
ke arah yang dituju Tao Ling.
Tapi, belum lagi dia mendekati gadis itu, tiba-tiba Tao Ling sudah membalikkan
tubuhnya dan jari tengahnya menjulur ke depan. Tahu-tahu dia sudah menotok jalan
darah di bagian dada Lie Cun Ju, Lie Cun Ju sama sekali tidak menyangka Tao Ling
akan turun tangan terhadapnya. Dia terlebih-lebih tidak menyangka Tao Ling akan
menotok jalan darah penting di tubuhnya. Belum lagi gerakannya berhenti, jalan
darahnya sudah tertotok. Hawa murninya tersumbat. Meskipun tidak sampai terluka,
tetapi tubuhnya tidak dapat bergerak lagi. Terdengar Tao Ling lagi-lagi menarik nafas
panjang. "Cun Ju, aku sendiri sadar bahwa tidak mungkin menyuruhmu melupakan aku. Tapi,
Lie Cun Ju . . . bagaimana pun kau harus melupakan aku, bukan hanya karena aku
telah menjadi istri I Ki Hu."
"Lalu karena apa?" Tetapi Lie Cun Ju hanya dapat berteriak dalam hati, tidak dapat
keluar sama sekali.
384 Tampak Tao Ling menjulurkan tangannya. Kelima jari tangannya bergetar hebat.
Perlahan-lahan dia mengelus pipi pemuda itu. Setelah itu menarik nafas panjang lagi.
Kemudian dia membalikkan tubuhnya, gerakannya laksana terbang, dalam sekejap
mata ia sudah menghilang dalam gerombolan rerumputan.
Sementara itu, sejak jalan darahnya tertotok, Lie Cun Ju terus mengedarkan hawa
murninya agar jalan darahnya dapat bebas. Tidak berapa lama setelah kepergian Tao
Ling, Lie Cun Ju sudah berhasil membebaskan totokan pada tubuhnya. Baru saja dia
hendak melangkahkan kakinya mengejar Tao Ling, tiba-tiba dari ruangan depan
berkumandang suara tawa yang aneh dan menyeramkan.
Ketika dia meninggalkan ruangan depan, I Ki Hu dan Kim Ting siong jin masih
berdiri ber-hadapan tanpa mengambil tindakan apa pun.
Sekarang, tiba-tiba berkumandang suara tertawa yang demikian menggidikkan hati
dari dalam ruangan. Seharusnya suara tawa itu tercetus dari mulut salah seorang dari
kedua tokoh tersebut. Tetapi suara tawa yang demikian tinggi dan melengking, yang
mengejutkan itu justru bukan suara tertawa I Ki Hu ataupun Kim Ting siong jin
Lie Cun Ju tertegun. Mungkinkah ada tokoh berilmu tinggi lainnya yang muncul di
perkam-pungan keluarga Sang" Sekejap kemudian, dia berpikir, siapa pun yang
mendatangi perkampungan keluarga Sang, sama sekali tidak ada hubungannya dengan
dia. Yang penting baginya hanya mengejar Tao Ling.
Baru saja dia berlari sejauh satu depa lebih tiba-tiba dari belakangnya terasa ada
serangkum angin yang berkesiur, segulung kekuatan melanda ke arah punggungnya.
Hati Lie Cun Ju tercekat, ketika dia menolehkan kepalanya, tampak I Ki Hu sedang
melesat keluar dari koridor panjang. Dengan gerakan tubuh seperti terbang, Raja Iblis
itu sedang menerjang kepadanya.
Lie Cun Ju melihat orang yang menerjang ke arahnya ternyata Gin Leng hiat ciang I
Ki Hu. Rasa terkejutnya jangan ditanyakan lagi. Dalam keadaan panik, pemuda itu
masih menyadari kalau dia tidak mungkin sempat menghindarkan diri lagi. Pada saat
itu gerakan tubuh I Ki Hu melayang di permukaan tanah kurang lebih empat ciok.
Kedua tangannya berputaran, sehingga rumput-rumput liar yang ada di sekitarnya
tertunduk karena hempasan angin yang terpancar dari kedua telapak tangannya.
Dengan demikian berarti satu depa di sekeliling Lie Cun Ju telah diselimuti kekuatan
pukulannya. Pemuda itu tidak mungkin dapat menghindarkan diri lagi. Dengan panik
Lie Cun Ju membungkukkan tubuhnya. Telapak tangannya langsung membalik ke
atas. Dia sudah mengerahkan tenaganya sebanyak sembilan bagian, untuk menyambut
pukulan I Ki Hu dengan kekerasan.
Baru saja telapak tangannya membalik keluar, di depan matanya sudah muncul dua
gulung bayangan berwarna kemerahan.
Lie Cun Ju sadar, meskipun dalam tiga tahun belakangan dia sudah berlatih keras ilmu
yang terdapat dalam setengah bagian kitab Leng Can Po Li ok, sehingga
kepandaiannya mengalami kemajuan pesat, tetapi kalau dibandingkan dengan si Raja
385 Iblis yang telah menggetarkan seluruh dunia persilatan ini, tentu saja bukan
tandingannya. Ketika dia berpikir sampai di sini, situasinya sudah tidak memungkinkan baginya
untuk mem-pertimbangkan lama-lama. Tampak tubuh I Ki Hu bagai burung yang aneh
menukik ke Lie Cun Ju. Tampaknya sekejap lagi telapak tangan yang seperti
berlumuran darah itu akan membentur pukulan Lie Cun Ju. Bahkan pemuda itu juga
samar-samar mulai mencium bau amis darah. Di belakang I Ki Hu tiba-tiba
berkumandang lagi segulungan suara tawa yang aneh.
Suara tawa yang aneh dan menyeramkan itu persis sama dengan suara tawa yang
berkumandang dari ruangan depan tadi. Yaitu suara tawa yang sempat membuat Lie
Cun Ju tertegun tadi. Suara tawa bergema, keadaan Lie Cun Ju sedang kritis. Tampak
sesosok bayangan melesat keluar. Tubuh orang itu juga melayang di permukaan tanah
kurang lebih empat ciok dan tahu-tahu melancarkan dua buah pukulan ke bagian
punggung I Ki Hu.
Ketika itu I Ki Hu sedang mengerahkan segenap kekuatannya dengan maksud ingin
menghantam mati Lie Cun Ju dengan sekali pukulan. Kedatangan orang berjubah
hitam itu membuat I Ki Hu harus membalikkan tubuhnya menghadapi lawan.
Tampak tubuh I Ki Hu masih melayang di permukaan tanah. Tiba-tiba berkelebat dan
ber-jungkir balik ke belakang.
Di saat menjungkir balik, sekaligus Raja Iblis itu mengempos hawa murni dalam
tubuhnya. Sehingga dia dapat menjejakkan kaki di atas tanah seketika itu juga. Dalam
waktu sekejap mata, dia sudah mengadu pukulan dengan manusia berjubah hitam itu.
Dalam keadaan yang demikian genting, Lie Cun Ju berhasil meloloskan diri dari maut.
Belum sempat dia melihat siapa manusia berjubah hitam itu, dari ujung koridor
panjang terdengar suara desiran.
Ser . . .! Ser . . .! Ser . . .!
Bayangan tiga orang lhama dengan jubah kuningnya yang berkibar-kibar tampak
berkelebat. Ternyata ketiga lhama dari kuil Ga tang sudah menyusul tiba.
Begitu sampai di tempat itu, ketiga orang lhama langsung memencarkan diri
mengambil posisi segitiga dan mengurung I Ki Hu serta manusia berjubah hitam di
tengah-tengah. Sedangkan I Ki Hu dan manusia berjubah hitam itu, setelah beradu
pukulan satu kali, langsung terlihat terhuyung-huyung dan masing-masing tergetar
mundur satu langkah.
Saat itu, Lie Cun Ju baru sempat melihat tampang si manusia berjubah hitam. Tampak
sepasang mata orang itu menyorotkan sinar yang tajam berkilauan. Dia mengenakan
pakaian serba hitam yang berkibar-kibar tertiup angin. Hal itu membuat dirinya tidak
mirip seperti seorang manusia. Tetapi lebih mirip orang-orangan yang sering
dipantekkan di pematang sawah. Sedangkan hal yang membuat perasaan Lie Cun Ju
semakin bingung yaitu bagian wajah orang itu yang juga ditutupi sehelai cadar hitam.
Hanya sepasang matanya yang terlihat dari dua buah lubang kecil di cadar itu.
386 Tadinya Lie Cun Ju tidak tahu siapa laki-laki berpakaian hitam itu. Tapi setelah
melihat orang itu sanggup menyambut pukulan I Ki Hu namun tidak terjadi apa-apa,
hatinya langsung tergerak. Dia mulai dapat menduga orang itu pasti Hek Tian mo Cen
Sim Fu. Dalam waktu yang bersamaan, benaknya juga teringat suatu hal yang aneh.
Sepanjang hari itu sudah lima orang bercadar yang ditemuinya. Dan sekarang identitas
orang-orang bercadar itu sudah jelas. Mereka adalah ayah serta anak I Ki Hu dan I
Giok Hong, kedua kakak beradik Tao Heng Kan dan Tao Ling serta Hek Tian mo Cen
Sim Fu. Hubungan di antara kelima orang itu sangat rumit. Bukan keterangan yang dapat
dijelaskan dengan satu dua patah kata. Tetapi mereka berlima justru pernah
mempunyai tempat tujuan yang sama.
Kelima orang itu pernah sama-sama menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san. Lagi
pula selama tiga tahun belakangan itu, secara misterius mereka menghilang dari dunia
kang ouw. Sampai hari itu, sekaligus kelima orang itu muncul kembali. Dan sepertinya
tanpa bersepakat terlebih dahulu mereka sama-sama mengenakan sehelai cadar hitam
untuk menutupi wajah mereka. Hanya sepasang mata mereka yang kelihatan.
Seandainya mereka berlima telah bersepakat sebelumnya untuk sama-sama
mengenakan sehelai cadar hitam sebagai penutup wajah, urusannya sudah cukup
membingungkan. Tetapi kalau ditilik dari beberapa peristiwa yang telah terjadi, di
antara mereka masih ada jarak yang memisahkan. Lalu mengapa si Raja Iblis I Ki Hu
dan Hek Tian mo yang namanya sudah demikian terkenal tidak bersedia menunjukkan
raut wajah mereka"
Lie Cun Ju benar-benar tidak habis pikir. Meskipun dia sudah berhasil meloloskan diri
dari maut, tetap saja dia tidak perduli. Dia ingin mengejar Tao Ling. Baru saja
tubuhnya bergerak, dia sudah dicegah oleh Coan lun hoat ong.
"Kaucu, kita berempat bekerja sama mengurung kedua orang itu. Masalahnya gawat
sekali," kata Ihama tua dengan nada lirih.
Lie Cun Ju tertegun.
"Apa urusannya denganku?"
Sementara keduanya berbicara, antara I Ki Hu dan Cen Sim Fu tampak terlibat
perkelahian yang seru. Dalam waktu yang singkat mereka sudah memainkan tujuhdelapan
jurus serangan.
"Tentu saja ada hubungannya. Sebaiknya kaucu jangan meninggalkan tempat ini!"
Lie Cun Ju benar-benar dibuat bingung oleh sikap mereka. Selama tiga tahun berdiam
di kuil Ga tang, Lie Cun Ju sudah dapat melihat bahwa Coan Lun hoat ong dan
beberapa Ihama tua lainnya juga bukan golongan manusia baik-baik. Tetapi, mereka
benar-benar menjauhkan diri dari keramaian dunia dan semua perbuatan mereka hanya
demi kelangsungan kuil mereka. Dan sekarang tiba-tiba saja bisa timbul niat mereka
387 ingin bertarung melawan I Ki Hu dan Cen Sim Fu hal itulah yang membuat Lie Cun Ju
tidak habis pikir.
Lie Cun Ju terdiam sejenak. Belum lagi sempat dia memberikan jawaban, tahu-tahu
telinga mereka kembali mendengar desiran angin yang berkesiur. Tampak dua orang
muncul dari balik gerombolan rerumputan yang lebat. Kedua orang itu merupakan
sepasang laki-laki dan perempuan. Siapa lagi kalau bukan Tao Heng Kan dan I Giok
Hong. Wajah kedua orang itu tetap ditutupi sehelai cadar hitam. Ketika dua orang itu muncul,
Raja Iblis dan Cen Sim Fu pun memencarkan diri.
"Cepat gebah ketiga makhluk aneh ini," kata Cen Sim Fu tiba-tiba.
Tao Heng Kan dan I Giok Hong langsung mengiakan. Pergelangan tangan I Giok
Hong membalik, tiba-tiba timbul cahaya yang berkilauan. Pecut perak sudah
tergenggam di tangannya. Secepat kilat gadis itu mngayunkan pecutnya ke arah Coan
Lun hoat ong. Kecepatan gerakannya benar-benar sulit dicarikan tandingannya.
Ilmu kepandaian Coan Lun hoat ong merupakan didikan dari Buddha hidup Danjuel.
Sedangkan Buddha hidup Danjuel memperoleh ilmu kepandaiannya dari setengah
bagian kitab Leng Can Po Liok yang pernah dicatat isinya oleh Lie Cun Ju. Pada
dasarnya, dalam kuil Ga tang sebetulnya tidak ada pelajaran ilmu silat. Hanya sejak
Buddha hidup Danjuel, baru ada didikan ilmu silat seperti yang didapatkan oleh Lie
Cun Ju. Jadi pada hakekatnya, ilmu mereka sealiran, bedanya tenaga dalam Coan Lun
hoat ong, sudah mencapai taraf yang tinggi sekali. Hal itu tidak perlu diherankan,
mengingat usianya yang sudah tua sekali dan jelas waktu latihannya juga lebih
panjang. Sebetulnya kalau berbicara tentang ilmu silat, kepandaian Lie Cun Ju justru lebih
dalam daripada Coan Lun hoat ong. Lhania tua itu hanya menang di tenaga dalamnya
yang sudah tinggi sekali. Bahkan mungkin sudah sulit dicari tandingannya di dunia bu
lim. Ayunan pecut I Giok Hong menggunakan jurus yang benar-benar aneh. Tampaknya
Coan Lun hoat ong tidak mengetahui bagaimana harus menghadapinya. Tetapi begitu
ayunan pecut I Giok Hong sudah hampir mengenai tubuhnya, dengan cepat Coan Lun
hoat ong menggeser tubuhnya sedikit dan mengangkat lengan jubahnya ke atas.
Gerakannya itu sebetulnya tidak mengandung jurus apa pun, yakni sembarangan saja.
Tetapi tenaga dalamnya yang begitu dahsyat menimbulkan hempasan angin yang
kencang serta melanda ke arah I Giok Hong


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rangkuman tenaga lhama tua yang dahsyat ilu bukan saja menahan gerakan pecut I
Giok Hong, tetapi hempasan anginnya bahkan membuat tubuh gadis itu terpental dan
terhuyung-huyung ke belakang beberapa tindak. Tetapi akhirnya masih dapat berdiri
lagi dengan mantap.
Ketika I Giok Hong mengayunkan pecutnya, Tao Heng Kan juga sudah menghunus
pedang. Tampak sinar berkilauan. Digetarkannya pedang itu beberapa kali kemudian
ditikamkan kepada kedua orang lhama lainnya.
388 Dalam sekejap mata, terjadilah pertarungan yang sengit di antara ketujuh orang itu.
Lie Cun Ju memperhatikan dengan sepasang alis menjungkit ke atas. Meskipun dia
tahu, kalau sampai Coan Lun hoat ong sudah turun tangan, pasti ada alasan yang kuat.
Tetapi, urusan dunia bu lim yang tiada habis-habisnya, rasanya tidak berarti apa-apa
lagi bagi Lie Cun Ju. Di saat ketujuh orang itu terlibat pertarungan sengit, diam-diam
Lie Cun Ju meng-undurkan diri. Dia ingin mencari jejak Tao Ling. Namun, belum
sempat dia mengundurkan diri terlalu jauh, meskipun dirinya sudah berada di dalam
gerombolan rerumputan yang lebat sehingga dia tidak dapat lagi melihat pertarungan
yang sedang berlangsung, namun suara yang berkumandang dari tempat itu dapat
terdengar dengan jelas
Dia mendengar I Ki Hu mengeluarkan suara siulan yang panjang sekali. Nada
siulannya juga tinggi sekali sehingga melintasi udara terbuka. Dan belum lagi suara
siulan itu lenyap, dari tempat yang tidak begitu jauh terdengar sahutan yang berupa
siulan juga. Hal itu membuktikan bahwa suara siulan yang terdengar tadi merupakan
kode rahasia antara I Ki Hu dengan seseorang. Memang tidak salah, sebab saat itu juga
terdengar I Ki Hu berteriak dengan suara lantang.
"Hu jin, cepat kau kemari!"
"Aku datang segera!" Ternyata suara Tao Ling.
Padahal Lie Cun Ju memang ingin mencari Tao Ling. Setelah mendengar suara gadis
pujaannya itu, tentu saja perasaannya terguncang. Sedangkan suara Tao Ling yang
sebelumnya agak jauh sekarang sudah semakin dekat. Tampaknya tujuan gadis itu
memang tempat pertarungan ketujuh orang tadi. Tubuh Lie Cun Ju langsung
berkelebat, dia segera menghambur ke depan.
Setelah berlari kurang lebih tiga-empat depa. Dia sudah dapat melihat gerakan tubuh
Tao Ling yang laksana terbang. Gadis itu sedang melesat ke depan. Lie Cun Ju tidak
ingin kehilangan kesempatan itu. Kakinya menghentak di atas tanah, hawa murninya
dihimpun, tubuhnya mencelat ke udara dan baru setengah jalan, dia berjungkir balik
dua kali lalu melayang lurus ke depan untuk menghadang di depan Tao Ling.
Lie Cun Ju yakin, apabila Tao Ling sampai di arena pertempuran, mau tidak mau gadis
itu pasti terlibat dalam pertarungan itu. Dan Lie Cun Ju tidak ingin hal itu sampai
terjadi. Karena dengan demikian, hilang lagi kesempatannya untuk berbincangbincang
dengan Tao Ling. Itulah sebabnya dia menghalangi Tao Ling mendatangi
tempat pertempuran.
Tetapi, karena dilanda kepanikan, Lie Cun Ju mengerahkan seluruh kekuatannya untuk
menyusul Tao Ling. Dia lupa racun hawa im dalam tubuhnya belum sirna, hanya
tertahan sementara oleh tenaga dalam Coan Lun hoat ong. Sedangkan dia sendiri juga
harus menjaga diri baik-baik. Jangan sampai racun hawa im dalam tubuhnya
membuyar kembali. Apabila terjadi demikian, maka lukanya bisa bertambah parah.
Karena panik ingin mencegah Tao Ling, Lie Cun Ju tidak mengerahkan hawa
murninya untuk mendesak racun hawa im di bawah ketiaknya. Baru saja dia berlari
389 melesat ke depan beberapa depa, tiba-tiba dadanya terasa pengap. Mula-mula matanya
berkunang-kunang kemudian menggelap. Hawa murni dalam tubuhnya terlepas dari
kendali, tubuhnya yang sedang melayang di tengah udara jatuh terhempas di atas
tanah. Pada saat itu, tubuh Lie Cun Ju mencelat keatas kurang lebih satu depaan. Setelah
terhempas di atas tanah, dia berusaha untuk bangkit kembali. Tetapi dia tidak sanggup
lagi. Lie Cun Ju melihat Tao Ling terus berlari ke depan. Hatinya semakin panik.
Bergegas dia mengerahkan segenap kemampuannya untuk berteriak.
"Ling . . . moay!" teriaknya.
Gerakan tubuh Tao Ling melambat, kemudian dia membalikkan tubuhnya, tepat di
saat Lie Cun Ju jatuh di atas tanah.
Tao Ling jadi tertegun. Dia berniat menghambur kembali untuk melihat keadaan Lie
Cun Ju. "Hu jin!" teriak I Ki Hu.
Dengan perasaan bingung, Tao Ling mengiakan sekedarnya.
"Mengapa kau masih belum datang juga, hu jin" Apakah telah terjadi sesuatu
padamu?" teriak I Ki Hu kembali.
Belum lagi Tao Ling memberikan jawaban, lie Cun Ju sudah memberontak.
"Tao . . . kouwnio ... ke ... ma ... ri ... lah!"
Tao Ling berdiri di tempatnya persis seperti sebuah patung. Lie Cun Ju sedang
memanggilnya, I Ki Hu juga sedang memanggilnya. Kalau menurut keinginan hatinya,
tentu dia akan berlari menghampiri Lie Cun Ju untuk melihat keadaannya. Tapi, di
pihak yang lain, dia sudah menjadi istri I Ki Hu. Bagaimana pun dia harus menuruti
perkataannya. Tampak Tao Ling berdiri tanpa bergeming sedikit pun karena perasaannya diliputi
kebimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat. Sedangkan keadaan Lie Cun Ju
saat itu sudah kritis sekali. Kepalanya pusing tujuh keliling. Pandangan matanya
berkunang-kunang seakan-akan ada ribuan bintang di depan pelupuk matanya. Dia
merasa tubuhnya seperti berada di tempat yang tinggi sekali dan diayun-ayunkan
dengan cepat. Dia tahu apa yang dirasakannya disebabkan karena racun hawa im
sudah membuyar, persis seperti saat dia terkena tepukan I Ki Hu. Malah boleh
dibilang lukanya jauh lebih parah dari sebelumnya.
Lie Cun Ju menyadari bahwa kemungkinan saat itu dia harus mengorbankan selembar
jiwanya di perkampungan keluarga Sang. Pada saat itu, sebetulnya lie Cun Ju sudah
menganggap kematian bukanlah hal yang patut disesalkan. Namun masih ada satu hal
yang terus menggelayuti pikirannya. Yakni, mengapa Tao Ling meminta ia
meninggalkannya dan melupakannya. Sebetulnya apa sebabnya"
390 Itulah sebabnya, Lie Cunn Ju terns memberontak. Namun suaranya sudah semakin
melemah. Matanya menatap bayangan tubuh Tao Ling yang samar-samar.
"Tao ... kouw .. . nio, benarkah . . . kau tidak . . . sudi . . . datang kemari?"
Sedangkan saat itu, perasaan hati Tao Ling bukan main perihnya. Mendengar kata-kata
Lie Cun Ju, hatinya seperti disayat-sayat oleh pisau yang tajam. Air matanya tidak
tertahankan lagi, tubuhnya bergetar. Tao Ling menangis tersedu-sedu dan akhirnya
kalah dengan perasaannya sendiri. Perempuan itu membalikkan tubuhnya dan
menghambur ke arah Lie Cun Ju. Dia menelungkup di atas dada pemuda itu dan
menangis sesenggukan.
"Cun Ju," ucap Tao Ling.
Pikiran Lie Cun Ju sudah setengah sadar setengah tidak. Dia merasa bulir-bulir air
mata Tao Ling yang sebesar kacang kedelai menetes membasahi wajahnya. Dengan
susah payah pemuda itu berusaha membuka matanya. Dia melihat mata Tao Ling yang
bening, seperti sungai sedang dilanda banjir. Tetapi wajahnya masih ditutup dengan
sehelai cadar. Dengan gemetar Lie Cun Ju mengulurkan tangannya
"Ling . . . moay, a ... khirnya kau . . . datang ... ju ... ga."
Tao Ling masih sesenggukan. Tidak ada sepatah kata pun yang sanggup
diucapkannya. Ta-ngan Lie Cun Ju perlahan-lahan mendekati wajah perempuan itu.
"Ling . . . moay . . . ijin . . . kan ... a ... ku me ... lihat ... mu ... seka ... li lag ... gi!"
Sembari berbicara, tangan Lie Cun Ju yang gemetar semakin mendekat. Maksudnya
ingin me-nyibak cadar di wajah itu. Tetapi ketika jari tangan pemuda itu baru
menyentuh kain cadar, Tao Ling seperti orang yang tiba-tiba dipatuk ular berbisa.
Cepat-cepat dia memalingkan wajah.
"Ling moay, kau . . ." teriak Lie Cun Ju dengan nada pilu.
Tao Ling berjongkok di sampingnya dengan sepasang tangan mendekap wajahnya.
Tepat pada saat itu, terdengar I Ki Hu berteriak kembali."Hu jin, apa yang sedang
kaulakukan?" teriaknya.
Tiba-tiba Tao Ling bangkit dari jongkoknya. Matanya memandang Lie Cun Ju
sekejap. Dia melihat wajah Lie Cun Ju yang pucat pasi, nafasnya sudah demikian
lemah. Tao Ling menarik nafas panjang-panjang. Dia tidak memberi sahutan atas
teriakan I Ki Hu tadi. Seakan-akan dalam sesaat dia sudah mengambil keputusan. Dia
membungkukkan tubuhnya, diangkatnya Lie Cun Ju ke atas pundaknya, kemudian
dibawanya berlari meninggalkan tempat itu.
Lie Cun Ju mendengar suara angin yang berkesiur. Kepalanya terasa pusing tujuh
keliling. Dia juga tidak tahu di mana dirinya sekarang berada. Sesaat kemudian, baru
391 terasa Tao Ling menghentikan gerakan kakinya. Begitu terhenti, dia pun tidak ingat
apa-apa lagi. Entah berapa lama sudah berlalu, perlahan-lahan Lie Cun Ju baru tersadar kembali.
Tampak keadaan di hadapannya begitu remang-remang. Ada sesosok bayangan yang
bersandar di samping tubuhnya. Suara nafasnya dapat terdengar oleh Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju masih juga tidak mengetahui di mana dirinya berada. Dia berusaha
menggeleng-kan kepalanya beberapa kali.
"Ling moay, kaukah itu?"
Bayangan itu tiba-tiba saja memutar dan menghadap ke luar. Tidak ada sahutan sedikit
pun. lie Cun Ju merasa tubuhnya demikian lemas sehingga tidak ada tenaga sedikit
pun untuk bergerak. Dipaksakannya dirinya untuk mengatur pernafasan. Dia baru
merasakan nyaman. Racun hawa im yang diselusupkan I Ki Hu ke dalam tubuhnya
seperti tiba-tiba menghilang entah kemana.
Diam-diam Lie Cun Ju merasa heran. Karena dia tahu tenaga dalam I Ki Hu sudah
mencapai taraf yang tinggi sekali, racun hawa im yang didesak ke dalam tubuhnya
tidak mudah dipunahkan. Tetapi sekarang dia justru tidak merasakan apa-apa.
Sungguh suatu hal yang tidak masuk akal. Lie Cun Ju merenung sejenak.
"Ling moay, mengapa kau diam saja?"
Lie Cun Ju menyapa dua kali berturut-turut. Tampak bayangan itu meninggalkan
dirinya. De-ngan terhuyung-huyung bayangan itu berdiri, lalu berjalan menuju luar
goa. Ketika bayangan itu berdiri, Lie Cun Ju sudah yakin orang itu memang Tao Ling. Pada
saat itu tubuhnya belum dapat bergerak sedikit pun, dia hanya dapat memanggil
dengan suara lirih.
"Ling moay! Ling moay!" panggilnya.
Tapi Tao Ling seperti tidak mendengar panggilannya, kakinya tetap melangkah ke
depan. Kalau melihat langkah kakinya ketika berjalan, mirip dengan orang yang
mabuk berat. Lie Cun Ju sama sekali tidak tahu apa yang terjadi ketika ia tidak sadarkan diri.
Semuanya membingungkan. Karena itu dia juga tidak tahu mengapa langkah kaki Tao
Ling bisa seperti orang mabuk.
Hati Lie Cun Ju merasa penasaran. Dia melihat Tao Ling berdiri di mulut goa dengan
sebelah tangan menumpu dinding goa itu. Perlahan-lahan pemuda itu menolehkan
kepalanya. Meskipun keadaan di dalam goa gelap gulita, tetapi dia masih dapat
melihat kalau sepasang mata Tao Ling menyorotkan sinar yang ganjil.
Dengan mengerahkan seluruh tenaganya Lie Cun Ju memberontak untuk bangkit.
Tetapi meskipun bagaimana dia berusaha, tetap saja kekuatannya tidak ada. Bahkan
392 jari tangannya pun tidak sanggup diangkat. Keadaannya saat itu, seperti tertotok jalan
darah lemasnya oleh seseorang.
Baru saja Lie Cun Ju ingin memanggil kembali, tiba-tiba dia mendengar mulut Tao
Ling mengeluarkan suara rintihan. Tubuhnya terhuyung-huyung?"Bluk!
Ternyata Tao Ling terjatuh. Perasaan Lie Cun Ju bukan main paniknya. Namun dia
tidak tahu apa yang dilakukan. Rasa terkejutnya jangan ditanyakan lagi.
"Ling moay, kenapa kau?" teriak Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju terus memanggil, sampai setengah kentungan lamanya, tapi Tao Ling tetap
terkulai di depan mulut goa.
Lie Cun Ju semakin bingung. Akhirnya dia hanya dapat memaksakan perasaannya
agar te-nang. Perlahan-lahan ia pejamkan matanya, diaturnya pernafasannya, dan
diedarkannya hawa murninya ke dalam seluruh tubuh. Dia berharap dengan demikian
dia dapat bergerak serta dapat berjalan ke mulut goa untuk melihat apa yang terjadi
pada diri Tao Ling.
Begitu dia mengedarkan hawa murninya, seluruh tubuhnya langsung terasa nyaman.
Tenaga dalamnya dengan deras menerjang ketujuh puluh dua jalan darah dalam
tubuhnya. Sampai dia merasa adanya cahaya yang menembus ke dalam goa, dia
langsung berteriak sekeras-kerasnya kemudian mencelat bangun. Gerak geriknya
sudah tidak beda dengan orang yang sehat.
Setelah berhasil mencelat bangun, Lie Cun Ju langsung menghambur ke mulut goa.
Tampak di luar goa, cahaya keemasan mulai menyinar, tanda hari sudah menjelang
pagi. Dia juga tidak sempat memperhatikan keadaan di sekitarnya. Bergegas dia
menengok keadaan Tao Ling.
Tampak sepasang mata Tao Ling memejam erat-erat. Nafasnya lemah sekali. Lie Cun
Ju men-julurkan tangannya. Dia menggenggam pergelangan tangan Tao Ling. Tetapi
baru saja tangannya menyentuh kulit perempuan itu, hatinya langsung tercekat.
Rupanya pergelangan tangan Tao Ling dingin sekali seperti bongkah batu es.
Keadaan seperti itu persis seperti orang yang terserang racun hawa im.
Saat itu juga, Lie Cun Ju sudah bisa menebak kira-kira apa yang terjadi pada dirinya.
Tentunya Tao Ling membawa lari dia dari perkampungan keluarga Sang. Kemudian
diletak-kannya di goa itu. Tao Ling menotok jalan darah lemasnya lalu menggunakan
tenaga dalamnya menyedot racun hawa im dari tubuhnya sehingga menyalur ke tubuh
perempuan itu sendiri.
Itulah sebabnya dia mendapatkan dirinya sudah pulih seperti sedia kala. Tapi Tao Ling
justru menggantikannya menerima racun hawa im itu. Dan karena racunnya kambuh,
Tao Ling tidak sanggup mempertahankan diri lalu terkulai pingsan di mulut goa.
393 Membayangkan sampai di sini, perasaan Lie Cun Ju seperti disayat sembilu. Air
matanya mengalir dengan deras.
"Ling moay, utuk apa kau nielakukan semua ini" Aih! Untuk apa kau melakukan
semua ini?" gumamnya.
Sembari berbicara, dia menggendong tubuh Tao Ling. Perlahan-lahan dia berjalan
keluar goa. Tampak di bawah sana air laut beriak-riak. Dia sendiri berada di pinggir
jurang yang terjal tingginya puluhan depa. Di bawahnya terdapat lautan yang luas.
Lie Cun Ju teringat tiga tahun yang lalu, ketika perahu yang ditumpangi mereka
terbelah menjadi dua bagian. Setelah itu dia bertemu dengan Tao Ling di sebuah pulau
yang tandus. Mengingat hal itu, perasaannya semakin sedih. Perlahan-lahan dia
menurunkan Tao Ling di atas rerumputan. Pada saat itu matahari sudah mulai terbit.
Lie Cun Ju menjulurkan tangannya untuk menyingkap cadar penutup wajah Tao Ling.
Saat itu juga, perasaannya langsung tertegun, tanpa dapat dipertahankan lagi dia
menyurut mundur satu langkah.
Tadinya Lie Cun Ju bermaksud menyingkap dulu cadar di wajah Tao Ling baru
menyadarkan-nya. Apabila Tao Ling benar-benar menyedot hawa im di tubuhnya,
tentunya jiwa perempuan itu sulit diselamatkan lagi. Seandainya mereka berdua samasama
menceburkan diri ke dalam lautan yang ganas, rasanya tidak ada yang perlu
disesalkan lagi.
Tetapi, begitu Lie Cun Ju menyingkap cadar penutup wajah Tao Ling, kemudian
memper-hatikannya, dia langsung terkejut setengah mati. Rupanya yang ada di balik
cadar itu bukan wajah Tao Ling, malah selembar wajah yang tidak ada miripnya
dengan manusia normal!
Tampak di atas wajah itu penuh dengan garis-garis urat berwarna merah, boleh
dibilang seluruh wajah itu dipenuhi dengan urat merah yang bertonjolan, seperti ada
puluhan ekor ulat yang menempel di wajah itu. Begitu jeleknya sehingga sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Dengan termangu-mangu Lie Cun Ju berdiri beberapa saat. Dia teringat kembali
semua yang berkaitan dengan pertemuan mereka. Dia teringat kembali ketika dia ingin
melihat wajah Tao Ling, tetapi ketika ujung jari tangannya baru menyentuh cadar
penutup wajahnya, Tao Ling langsung memalingkan kepalanya. Sekarang, boleh
dibilang dia sudah mengerti apa sebabnya.
Selama tiga tahun menghilang dari dunia kang ouw, Tao Ling tentu mengalami suatu
hal yang mengerikan. Itu pula yang menyebabkan selembar wajahnya jadi cacat
sedemikian rupa.
Sekarang dia juga mengerti mengapa Tao ling menolak ketika ia mengajaknya hidup
bersama-sama di kuil Ga tang.
394 Lie Cun Ju memandangi selembar wajah Tao Ling yang mengerikan itu. Lambat laun,
dia mulai dapat melihat sebongkah hati Tao ling yang sudah melalui berbagai
penderitaan dan yang paling penting masih begitu mencintainya.
Mengingat hati Tao Ling yang demikian sempurna tiba-tiba saja dia merasa wajah Tao
Ling masih cantik seperti sedia kala. Perlahan-lahan dia membungkukkan tubuhnya
dan mengecup sekilas wajah Tao Ling yang tadi sempat membuatnya terkejut setengah
mati. Kemudian, dia mengenakan lagi cadar hitam itu di wajah Tao Ling. Setelah itu
termangu-mangu lagi sejenak, akhirnya dia baru menepuk perlahan-lahan jalan darah
di ubun-ubun kepala gadis itu.
Jalan darah di ubun-ubun kepala merupakan jalan darah paling ajaib di tubuh manusia
yang berhubungan dengan seluruh jalan darah lainnya. Biar bagaimana pun parahnya
luka yang dialami seseorang, tetapi asal jalan darah di ubun-ubun kepalanya ditepuk


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlahan-lahan, kesadarannya dapat pulih kembali. Namun tentu saja tidak untuk
jangka waktu yang panjang. Hal itu seperti pertolongan daruat pada saat yang kritis.
Setelah jalan darah di kepalanya ditepuk oleh Lie Cun Ju, Tao Ling mengeluarkan
suara rintihan dari mulutnya dan perlahan-lahan membuka matanya. Lie Cun Ju
menggenggam tangan perempuan itu erat-erat. Dalam hati Lie Cun Ju, Tao Ling masih
seorang gadis cilik seperti pertama kali mengenalnya dulu.
Ketika membuka matanya, Tao Ling mendapatkan Lie Cun Ju bersimpuh di
sampingnya dan sedang menggenggam tangannya erat-erat. Tubuh Tao Ling langsung
tergetar. "Ling moay, buat apa kau melakukan hal ini?" kata Lie Cun Ju cepat.
Tao Ling tertawa getir. Dia memejamkan matanya kembali untuk mengatur
pernafasannya. "Cun Ju, aku . . . toh tidak ada ar . . . tinya lagi . . . hidup ... di ... dunia ini, kau tidak . .
. perlu mem . . . perduli . . . kan aku!"
Lie Cun Ju tersenyum.
"Ling moay, kau tidak usah mengatakan apa-apa lagi. Kalau kau masih berbicara
terus, aku akan menyedot kembali racun hawa im yang ada dalam tubuhmu."
Sepasang mata Tao Ling mulai menyiratkan senyuman.
"Kau . . . masih saja nakal seperti dulu. Benar-benar . . ."
Lie Cun Ju membungkukkan tubuhnya lalu dipondongnya tubuh Tao Ling. Perlahanlahan
dia berjalan ke depan.
"Kemana kau akan membawa aku?" tanya Tao Ling cepat.
395 "Tempat yang aku katakan sebelumnya. Asal sudah sampai di sana, lukamu pasti akan
sembuh. Kita juga bisa melewati seumur hidup dengan tenang."
Tao Ling berusaha memberontak.
"Ti . . . dak, Cun Ju. Aku . . . tidak bisa."
Lie Cun Ju berusaha menenangkan perasaan hatinya sendiri.
"Ling moay, semuanya sudah aku ketahui. Kau tidak perlu menolak permintaanku!"
kata Lie Cun Ju dengan tenang.
Tao Ling tertegun.
"A ... pa yang kau ketahui" Bagaimana mungkin?"
Sinar matanya masih menyorotkan perasaan hatinya yang bingung. Lie Cun Ju
tersenyum kembali.
"Ling moay, tadi aku sudah menyingkap cadar penutup wajahmu." Tao Ling menarik
nafas panjang. "Cun Ju, kau salah."
Saat itu, ganti Lie Cun Ju yang merasa bingung. Langkah kakinya pun terhenti.
"Apakah ... bukan karena wajahmu yang cacat maka kau tidak bersedia hidup bersama
denganku?"
Tao Ling memaksakan dirinya turun dari pondongan Lie Cun Ju dan bersandar di
sebuah batu besar.
"Bukan karena wajahku ini."
Perasaan Lie Cun Ju jadi gelisah.
"Ling moay, katakanlah, kalau begitu, karena apa?"
Tao Ling menundukkan kepalanya. Tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak.
"Cun Ju, biar bagaimana pun aku toh tidak bisa hidup lebih lama lagi. Lebih baik tidak
usah dibicarakan saja."
Begitu paniknya Lie Cun Ju sampai-sampai dia menghentakkan kakinya di atas tanah
keras-keras. "Baik, tidak kau katakan juga tidak apa-apa. Pokoknya aku akan membawamu ke kuil
Ga tang. Di sana pasti ada cara untuk menyembuhkanmu. Paling-paling seluruh
kepandaianmu akan musnah. Tapi kita toh tidak bermaksud terjun lagi ke dunia kang
ouw. Kita justru dapat melewati seumur hidup kita dengan tenang."
396 Tao Ling tertawa terkekeh dua kali. Suaranya keras sekali sehingga seperti orang yang
sudah tidak waras.
"Kau benar-benar keras kepala, baiklah . . . aku akan mengatakannya kepadamu."
Lie Cun Ju benar-benar tidak habis pikir mengapa Tao Ling tidak bersedia hidup
bersamanya. "Katakanlah," sahut Lie Cun Ju cepat.
Tao Ling kembali menarik nafas panjang dan mengeluh pendek.
"Aih! Jangankan sekarang aku ini boleh dibilang sudah menjadi setengah manusia
setengah setan, lagipula aku juga sudah menjadi istri orang. Bagaimana mungkin a ...
ku ..." Lie Cun Ju tidak memberinya kesempatan untuk meneruskan kata-katanya. Bibirnya
me-nyunggingkan seulas senyuman.
"Ling moay, semua itu aku sudah tahu. Apakah masih ada hal lainnya?"
Tao Ling menatapnya beberapa saat.
"Lagipula, sekarang . . . aku sudah mengandung empat bulan."
Mungkin apabila saat itu ada geledek yang menyambar, Lie Cun Ju tidak akan begitu
terkejut. Kata-kata itu diucapkan oleh Tao Ling demikian tenangnya, tetapi Lie Cun Ju
hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Untuk sekian lama dia
termangu-mangu, tidak ada sepatah kata pun yang sanggup diucapkannya.
Terdengar Tao Ling meneruskan ucapannya.
"Meskipun aku menikah dengan I Ki Hu karena terpaksa, tapi anak di dalam perut ini,
bagaimana pun merupakan darah dagingku sendiri. Meskipun belum lahir, aku sudah
merasakan bahwa dia akan menjadi satu-satunya orang yang paling dekat denganku.
Coba kau katakan, bagaimana aku tega membiarkan dia terlahir tanpa seorang ayah."
Berkata sampai di situ, dia menghentikan kata-katanya sejenak.
"Walaupun ayahnya bukan seorang ayah yang baik, tetapi dia tetap harus mempunyai
seorang ayah!"
Untuk sesaat saja, Tao Ling sudah berbicara demikian banyak. Perasaan hati Lie Cun
Ju pun sudah mulai tenang kembali. Dia tersenyum lembut.
"Ling moay, kalau kau demikian menyayangi anakmu, mengapa kau sampai hati
membiarkan dia tumbuh besar di bawah asuhan seorang ayah yang jahat" Coba kau
bayangkan, akan menjadi manusia seperti apa anakmu nanti?"
397 Tao Ling menarik nafas panjang.
"Meskipun ini bukan kemauanku, tapi semuanya sudah kepalang tanggung."
Lie Cun Ju tersenyum.
"Mengapa kau bisa berkata demikian" Sekarang anak ini toh belum terlahir, mana
mungkin dia tahu siapa ayah kandungnya" Ling moay, permintaanku tetap tidak
berubah. Ikutlah aku tinggalkan tempat ini!"
Tao Ling yang mendengar perkataan Lie Cun Ju, langsung termangu-mangu. Dia
seakan tidak menduga kalau cinta Lie Cun Ju terhadap dirinya sedemikian tulus dan
dalam. Biarpun telah terjadi perubahan yang bagaimana besarnya atas dirinya,
cintanya tetap tidak berubah.
Ketika Tao Ling berdiri dengan termangu-mangu, Lie Cun Ju memperhatikan cadar
penutup wajahnya lekat-lekat. Tampak cadar itu bergerak-gerak. Dari sorotan sinar
matanya, dapat diduga bahwa dia sedang tersenyum. Senyumannya begitu manis,
karena dia tahu di dunia ini ada orang yang demikian tulus mencintainya.
Lie Cun Ju tahu hati Tao Ling sudah mulai tergerak, dia segera maju ke depan satu
tindak dan membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Ling moay, sudah waktunya kita berangkat."
"Baiklah. Di mana sebetulnya letak kuil Ga tang yang kau katakan itu?"
Baru saja Lie Cun Ju ingin menceritakan keadaan kuil Ga tang, tiba-tiba . . . dari balik
sebongkah batu besar terdengar suara tarikan nafas seseorang.
Pada saat itu, Tao Ling sendiri sedang duduk bersandar di sebuah batu besar itu.
Tubuhnya tidak dapat bergerak sedikit pun. Tetapi, begitu mendengar suara tarikan
nafas itu, dirinya terlonjak seketika. Lie Cun Ju yang mendengar suara tarikan nafas
itu juga langsung tergetar. Cepat-cepat dia memapah Tao Ling agar berdiri
berdampingan dengannya.
Suara tarikan nafas itu terdengar mengenaskan sekali. Seakan orang yang menarik
nafas panjang itu sedang menderita hatinya. Namun bagi pendengaran Tao Ling dan
Lie Cun Ju, justru demikian mengejutkan.
Karena mereka berdua dapat mengenali bahwa suara tarikan nafas itu keluar dari
mulut Gin Leng Hiat Ciang I Ki Hu!
Ternyata memang benar. Ketika Lie Cun Ju memapah bangun Tao Ling, dari balik
sebongkah batu besar itu tampak bayangan berkelebat, perlahan-lahan I Ki Hu berjalan
keluar dengan wajah masih tertutup sehelai cadar.
Begitu muncul dari balik batu besar itu, jarak antara I Ki Hu dengan mereka berdua
masih ada dua depaan. Sepasang mata menyorotkan kepiluan. Perlahan-lahan dia
melangkah ke depan dua tindak. Lie Cun Ju merasakan ada semacam kekuatan yang
398 terpancar dari I Ki Hu yang terus mendesak mereka berdua. Karena itu dia terus
menyurut mundur.
Pada saat itu, mereka berdua memang tidak jauh dari tepi jurang yang terjal. Karena
mundur berkali-kali, maka mereka tidak bisa mundur lagi. Mereka sudah berada di
tepian jurang. Lie Cun Ju menoleh ke belakang, di bawahnya, kurang lebih dua puluh depaan,
tampak ombak laut bergulung-gulung. Timbul buih-buih putih di permukaan air yang
kemudian memercik seperti bunga api. Lie Cun Ju hanya melihat sekilas, kemudian
dia menolehkan kepalanya.
"I sian sing, kalau kau maju lagi satu langkah. Kami berdua akan menceburkan diri ke
dalam lautan yang bergelombang itu."
Padahal, setelah melangkah dua tindak, I Ki Hu juga tidak mendesak lebih jauh lagi.
"Hu jin, ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu," kata I Ki Hu dengan
nada datar. Tao Ling menarik nafas panjang dan berdiam diri cukup lama
"Katakanlah," sahutnya.
I Ki Hu menundukkan kepalanya.
"Hu jin, tempo hari, ketika berada di gurun pasir, aku pernah mengatakan, kalau kau
memang ingin meninggalkan aku, silakan. Tetapi mengapa saat itu kau malah bersedia
mengikuti aku menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san?"
Mendengar pertanyaan suaminya, Tao Ling jadi terdiam.
Pada saat itu, dia tidak pernah lupa dengan kematian kedua orang tuanya, dia bersedia
mengikuti I Ki Hu menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san, karena dia yakin bisa
menemui Hek Tian mo Cen Sim Fu di tempat itu. Dengan demikian dia bisa membalas
kematian kedua orang tuanya.
I Ki Hu menarik nafas panjang. "Hari itu, kau tidak pergi meninggalkan aku adalah
atas kehendakmu sendiri. Sekarang di dalam perutmu sudah ada benihku, darah
dagingku, aku tidak akan membiarkan kau pergi lagi."
Tao Ling mendongakkan kepalanya menatap Lie Cun Ju sekilas.
"I sian sing," kata Lie Cun Ju. "Sejak awal hingga akhir, Tao Ling tidak menaruh rasa
cinta sedikit pun terhadapmu. Kau bisa menahan orangnya, tapi kau tidak bisa
mendapatkan hatinya, apa artinya bagimu?"
Kata-kata itu tepat menusuk isi jantung I Ki Hu.
399 Dulu I Ki Hu pernah mempunyai keinginan untuk membiarkan Tao Ling
meninggalkannya, bukan karena perasaannya atau hatinya baik, tetapi karena dia tahu
Tao Ling tidak mencintainya. Boleh dibilang harga dirinya terluka oleh sikap Tao
Ling itu. Tiga tahun lamanya mereka bersama-sama, siapa pun di antara mereka tidak
ada yang mengungkit urusan itu lagi.
Dalam pandangan I Ki Hu, sejak wajahnya menjadi cacat, perasaan Tao Ling sudah
hambar dan pasrah. Tetapi tak disangka perkembangannya bisa jadi begini. Tao Ling
tetap tidak mencintainya. Dengan demikian sekali lagi batinnya terpukul karena
dirinya yang beranggapan dia seorang manusia yang tiada tandingannya di dunia ini.
Setelah termangu-mangu sesaat, dia mendongakkan wajahnya dan tertawa terbahakbahak.
"Biar bagaimana pun, pokoknya dia tidak boleh meninggalkan aku lagi."
Kaki Lie Cun Ju melangkah mundur setengah tindak lagi.
"Kalau I sian sing tetap mendesak, kami terpaksa memilih terjun ke dalam jurang".
I Ki Hu tetap tidak bergeming sedikit pun. Tiba-tiba tubuh si Raja Iblis bergerak.
Seperti segumpal asap dia menerjang kepada mereka berdua.
Gerakan I Ki Hu begitu mendadak, juga bukan main cepatnya. Jarak di antara mereka
masih ada dua depaan, tetapi sekali melesat, tubuhnya sudah sampai.
Lie Cun Ju juga sejak semula sudah menduga, I Ki Hu pasti tidak akan membiarkan
mereka lolos begitu saja. Jadi, ketika dia mengatakan ingin menceburkan diri ke dalam
laut, tangannya sudah saling menggenggam erat-erat dengan tangan kanan Tao Ling.
Tao Ling juga sudah tahu maksud hatinya. Mereka memang sudah mengadakan
persiapan. Begitu I Ki Hu melancarkan sebuah pukulan, tangan Lie Cun Ju langsung melingkar
dan me-meluk pinggang Tao Ling. Sepasang kakinya menutul di atas tanah dan
mencelat ke belakang.
Jilid 8________
Pada dasarnya mereka memang sudah berada di tepian jurang. Maka begitu mencelat,
tubuh mereka pun melayang di udara.
Tao Ling memejamkan matanya. Perasaan hatinya justru tenang sekali. Meskipun dia
tabu, sekali loncat, yang akan ditemui mereka pasti kematian. Namun, dia tidak
menyesal dapat mati bersama-sama orang yang dicintainya. Untuk selamanya mereka
tidak akan terpisahkan lagi.
I Ki Hu yang melihat Lie Cun Ju memeluk pinggang Tao Ling lalu meloncat ke
belakang. De-ngan cepat dia menerjang lagi ke depan, kecepatannya jangan
ditanyakan lagi. Sesampainya di tepian jurang, dia baru menghentikan gerakannya.
Coba bayangkan saja kecepatannya. Baru saja Lie Cun Ju meloncat ke belakang, Raja
Iblis sudah sampai di tepian jurang itu.
400 Tampak tangannya menjulur menjamah sesuatu di bagian pinggang, kemudian dia
mengibas-kan tangannya. Tampak seutas tali pinggang terayun.
Tar! Suara itu timbul dari seutas tali pinggang si Raja Iblis. Ketika digerakkan, ikat
pinggang itu langsung berubah menjadi lurus bagai papan kecil. Dilancarkannya
totokan ke arah dada bagian kanan Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju tidak menyangka bahwa dia sudah meloncat ke belakang. I Ki Hu masih
turun tangan juga terhadapnya.
Karena Lie Cun Ju tahu dirinya pasti mati bersama Tao Ling, apabila terluka di tangan
I Ki Hu juga tidak ada bedanya. Karena itu tidak timbul niat pemuda itu untuk
mengadakan perlawanan sama sekali.
Sayangnya dia terlalu meremehkan kecerdikan I Ki Hu. Gerakan ikat pinggang di
tangan Raja Iblis telah disalurkan tenaga dalam yang kuat. Begitu meluncur ke depan,
jalan darah di dada kanan Lie Cun Ju langsung tertotok. Otomatis tangan kanannya
juga jadi kendor.
Padahal tangan kanan Lie Cun Ju sedang memeluk pinggang Tao Ling. Begitu lengan
kanannya melemas, tubuh Tao Ling pun terpental keluar dari pelukannya.
Dalam waktu yang hanya sekejapan mata saja, pergelangan tangan I Ki Hu memutar,
dilontarkannya ikat pinggang itu lagi ke depan.
Terdengar suara ikat pinggang lagi. Ikat pinggang itu tiba-tiba saja seperti seekor ular
yang melingkar mirip lengan seseorang yang kokoh melilit pinggang Tao Ling dan
ditariknya kuat-kuat.
Dalam waktu sekejap tubuh Tao Ling sudah mencapai tepian jurang kembali. Saat itu
Lie Cun Ju sudah mencelat sejauh lima kaki. Melihat kejadian itu hatinya terasa
hancur seketika.
"Ling moay!" teriaknya histeris.
"Cun Ju . . .!" teriak Tao Ling menyusulnya.
Ketika keduanya saling memanggil, Lie Cun Ju menjulurkan tangannya dengan nekat.
Ternyata dia berhasil menarik ujung pakaian Tao Ling. Tapi saat itu juga, lengan I Ki
Hu menghentak lagi ke belakang, kedua orang itu pun tertarik lagi tiga kaki. Lalu
tampak telapak tangan I Ki Hu membalik, menghantamkan sebuah pukulan ke depan.
Belum sempat Lie Cun Ju melancarkan pukulan untuk menyambut serangan I Ki Hu,
tiba-tiba terasa segelung tenaga dalam yang tidak berwujud sudah melanda ke arahnya.
Bret! Pakaian Tao Ling yang tercekal tangan Lie Cun Ju robek seketika. Lie Cun Ju
terdorong pukulan itu sehingga terpental sejauh lima-enam depaan, lalu terjerumus ke
dalam jurang. 401 "Ling moay . . .!" Terdengar suara pekikan Lie Cun Ju dari dalam jurang.
Panggilannya memang bergema di tepian jurang itu tetapi semakin lama semakin
melemah dan akhirnya tertelan deru ombak yang ganas.
Sedangkan tubuhnya terus meluncur ke bawah. Dan waktu yang singkat tinggal
sebuah titik hitam yang akhirnya dihempas bunga gelombang yang bergulung-gulung.
Pada saat itu Tao Ling sudah ditarik I Ki Hu Jke tepian jurang. Ketika Lie Cun Ju dan
Tao Ling sudah mencelat ke belakang untuk sama-sama menerjunkan diri ke dalam
jurang, ternyata I Ki Hu masih sempat menolong Tao Ling. Kepandaian Raja Iblis itu
benar-benar sulit dicari tandingannya.
Tao Ling berdiri di tepian jurang. Sesaat kemudian dia sudah dapat membayangkan
apa yang telah terjadi pada diri Lie Cun Ju.
Tao Ling merasa kedua lututnya menjadi Lemas seketika.
Bukk . . .! Tanpa dapat bertahan diri lagi perempuan itu jatuh terkulai di atas tanah.
Dia menumpu kedua tangannya dan melongokkan kepalanya ke dasar jurang.
"Cun Ju . . .! Cun Ju ...!"
Sampai lama Tao Ling memandangi gulungan ombak di dasar jurang yang telah
menelan tubuh kekasihnya. Sulit melukiskan perasaannya saat itu. Yang terlihat


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya hanya buih-buih putih yang seakan sedang mengejek nasibnya yang malang.
Mana ada lagi bayangan Lie Cun Ju.
Tao Ling merasa pandangan matanya jadi gelap. Berkali-kali dia menarik nafas.
Dadanya terasa sakit. Hatinya perih sekali.
Oak . . .! Tiba-tiba Tao Ling memuntahkan cairan asam dari perutnya. Setelah itu
tubuhnya terkulai lemas dan jatuh tidak sadarkan diri.
***** Entah berapa lama kemudian, perlahan-lahan Tao Ling baru siuman kembali. Begitu
siuman perempuan itu merasa ada dua gulung hawa panas yang terus mengalir di
dalam tubuhnya. Dia menemukan dirinya berada di dalam sebuah kamar yang apik. I
Ki Hu berdiri di sampingnya dengan kedua telapak tangan menempel di punggungnya.
Tampaknya laki-laki itu sedang mengedarkan hawa murninya ke dalam tubuh Tao
Ling. Tao Ling merasa tubuhnya lemas sekali. Perempuan itu tahu suaminya sedang
berusaha memunahkan hawa im yang mengendap dalam tubuhnya. Perlahan-lahan dia
menarik napas panjang. "Kau juga tidak sakit hati lagi," katanya lirih.
"Kenapa?" tanya I Ki Hu sambil terus menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh Tao
Ling. 402 "Aku tidak bisa hidup lagi."
"Kau akan hidup terus, kau akan hidup terus demi dia yang ada dalam rahimmu," kata
I Ki Hu dengan tenang.
Mula-mula Tao Ling masih tidak mengerti apa yang dimaksudkan I Ki Hu. Ketika dia
menoleh I Ki Hu sedang menunjuk ke perutnya yang sudah mulai membuncit,
meskipun ia mengenakan pakaian yang lengkap, tetapi dapat terlihat sedikit getaran di
perutnya yang menandakan ada makhluk hidup yang sedang bertumbuh. Tao Ling
menarik nafas panjang sekali lagi. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, tetapi
hatinya mengakui kebenaran ucapan I Ki Hu tadi. Bagaimana mungkin Tao Ling tidak
hidup terus demi dia yang ada dalam kandungan. Biar bagaimana pun, anak itu adalah
darah daging sendiri.
Tao ling merasa sepasang tangan I Ki Hu masih menekan di belakang punggungnya.
Kurang lebih setengah kentungan kemudian baru tampak I Ki Hu menurunkan
kelambu tempat tidur kemudian perlahan-lahan melangkah ke luar dari kamar itu.
Perlahan-lahan Tao Ling membuka kedua matanya, dia memandangi kelambu yang
warnanya putih bersih. Kelambu itu seperti bergerak-gerak, dari perlahan menjadi
cepat, lama kelamaan justru mirip segulungan ombak dalam pandangan Tao Ling.
Gulungan ombak itu menimbulkan bunga air yang berwarna putih bersih. Dengan
pedih Tao Ling memejamkan matanya. Lambat laun dalam ' kegelapan, dia seperti
masih juga melihat gulungan ombak itu. Tapi saat itu bunga air berubah menjadi
merah warnanya. Seperti buih darah. Lalu di antara buih darah itu timbul semacam
pusaran yang semakin lama semakin kencang gerakannya. Semakin lama semakin
dalam. Di saat pusaran air begitu kencangnya, tiba-tiba menyembul kepala Lie Cun Ju.
Rambut pemuda itu awut-awutan. Seluruh wajahnya bersimbah darah. Lie Cun Ju
seperti sedang menerjang ke arahnya.
"Mengapa kau tidak ikut mati" Mengapa kau tidak ikut mati . . .?" teriak Lie Cun Ju.
Tao Ling merasa, suara Lie Cun Ju seperti guntur yang menggelegar di samping
telinganya. Tiba-tiba, tanpa sadar dia berteriak histeris. Suara teriakannya begitu keras
sehingga memecahkan keheningan yang ada di sekitarnya.
"Tidak . . .! Tidak . ..!"
Sekonyong-konyong pandangan mata Tao Ling jadi gelap. Kemudian berubah menjadi
hamparan warna putih yang terbentang tanpa batas. Seakan tiba-tiba saja dia
mendapatkan dirinya dikelilingi awan tebal berwarna putih. Suara teriakan Tao Ling
membuat I Ki Hu bergegas mendorong pintu dan masuk ke dalam Ketika dia
melangkah memasuki kamar, tampak Tao Ling sudah turun dari tempat tidur.
Perempuan itu berdiri tanpa bergeming sedikit pun. Rambutnya acak-acakan.
Pandangan matanya lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Tanpa dapat dipertahankan lagi I Ki Hu terkejut setengah mati. Dia menjulurkan
tangannya ke depan wajah Tao Ling dan menggerakkannya beberapa kali. Tapi
pandangan mata Tao Ling tidak berkedip sedikit pun. Malah dia tertawa cekikikan
kepada I Ki Hu. Tangan Tao Ling terangkat ke atas dan menarik cadar penutup
403 wajahnya sendiri. Pandangan matanya yang kosong, wajahnya yang penuh dengan
tonjolan urat merah, membuahkan sebuah pemandangan yang mendirikan bulu roma.
Meskipun I Ki Hu sendiri seorang raja iblis yang dapat melakukan perbuatan apa saja,
tetapi melihat keadaan Tao Ling yang demikian menyeramkan, mau tidak mau
perasaannya juga terperanjat.
Tentu saja, dalam waktu sekejap mata dia sudah dapat menduga bahwa Tao Ling telah
men-jadi gila karena tidak kuat menahan pukulan batin yang diterimanya.
Dengan termangu-mangu Raja Iblis menatap wajah Tao Ling yang mengerikan. Dia
memper-hatikan senyuman di bibir Tao Ling yang menakutkan. Rasanya dia tidak
menemukan diri Tao Ling yang cantik jelita dan penuh kelembutan yang pernah
dimilikinya di wajah perempuan yang ada di hadapannya saat ini.
Dalam seumur hidupnya, entah berapa banyak orang yang telah dicelakai I Ki Hu. Biar
di saat melakukannya atau setelahnya, I Ki Hu tidak pernah merasa menyesal. Bahkan
memikirkannya pun tidak. Sebab dalam anggapannya, mencelakai seseorang
merupakan hal yang patut dilakukan meskipun seandainya dia tidak mendapatkan
keuntungan apa-apa.
Tapi saat itu, di saat dia memandangi wajah Tao Ling, tiba-tiba saja perasaannya
menjadi ter-tekan. Kalau perasaan tertekan yang dirasakannya saat itu dapat disebut
sejenis penyakit, berarti hati I Ki Hu memang sedang sakit.
Untuk sekian lama dia hanya berdiri termangu-mangu tanpa bergerak sedikit pun.
Mengapa dia bisa mempunyai perasaan seperti itu" Kaiau diingat-ingat, rasanya dia
juga tidak pernah mencintai Tao Ling. Malah perempuan itu berkali-kali membuat
harga dirinya tersinggung. Berkali-kali memberinya pukulan batin yang cukup berat.
Ini juga bukan pertama kalinya dia mencelakai istrinya sendiri. Dua puluh tahun yang
lalu, istrinya yang sedang mengandung terpaksa membunuh diri di hadapannya setelah
melahirkan I Giok Hong dengan paksa. Boleh dibilang, secara tidak langsung I Ki Hulah
yang membunuhnya Sampai saat ini, apabila mengingat peristiwa itu, hatinya
masih merasa bangga dengan kekejaman hatinya sendiri. Bangga terhadap dirinya
sendiri yang tidak berperasaan.
Dia sendiri tidak mengerti, mengapa justru sekarang di dalam hatinya bisa timbul
perasaan yang tidak pernah dirasakannya"
Mungkin, sejak semula Tao Ling dipaksanya menjadi istri, perempuan itu sudah
terlalu pasrah. Tidak pernah terlintas dalam pikiran Tao Ling untuk membalas apa
yang diperlakukan I Ki Hu terhadapnya. Seperti seekor kelinci yang dimasukkan ke
dalam sebuah peti. Hanya tubuhnya yang lemah dan kecil terus gemetar, apa yang
diharapkan hanya dapat meloloskan diri dari kurungan peti itu. Tapi tidak mungkin
teringat untuk membalas perbuatan orang yang telah mengurungnya.
Mungkinkah, tanpa disadarinya, di dalam hatinya telah tumbuh benih cinta kasih
terhadap Tao Ling" I Ki Hu ingat pertemuan antara dirinya dan Tao Ling yang benarPedang
Tanpa Perasaan >> Khu Lung >> published by buyankaba.com
404 benar menggelikan. (Dalam anggapan I Ki Hu, dapat memaksa seorang gadis menjadi
istrinya merupakan hal yang lucu sekali). Hatinya kembali bimbang dan tidak berani
mengakui hal ini ... Atau mungkin, lebih tepat kalau mengatakan harga dirinya tidak
mengijinkan hati kecilnya mengakui hal ini.
Dengan seksama dia berusaha mengingat-ingat kembali apa yang mereka alami selama
tiga tahun berada di sebelah barat Gunung Kun Lun san.
Namun, suara ketukan di luar pintu memutuskan ingatannya untuk sementara.
Terdengar seseorang berkata dengan nada suara yang menyeramkan.
"Lo I, kau masih belum ke ruangan depan juga?"
Suara itu sungguh tidak enak didengar, menusuk gendang telinga. Kalau bukan orang
yang tenaga dalamnya sudah mencapai taraf kesempurnaan, pasti tidak sanggup
mengeluarkan suara seperti itu. Sebetulnya hal itu juga tidak perlu diherankan. Karena
orang yang berkata di luar pintu bilkan lain, yaitu Hek Tiah Mo Cen Sim Fu. Dan
siapa yang meragukan ketinggian tenaga dalam yang dimilikinya"
"Sebentar lagi aku datang," sahut I Ki Hu segera.
Dari luar berkumandang suara dengusan Cen Sim Fu, kemudian hening. Tidak
terdengar suara apa-apa lagi.
Tentunya para pembaca masih ingat, ketika Lie Cun Ju dan Tao Ling meninggalkan
perkampungan keluarga Sang, I Ki Hu dan Cen Sim Fu berdua duduk di atas anglo
emasnya yang selalu memancarkan cahaya berkilauan. Di sampingnya berdiri kedua
kakak beradik Sang Cin dan Sang Hoat.
Di sudut sebelah sana, duduk Coan lun hoat ong dan kedua Ihama rekannya. Mereka
duduk di atas kursi dengan tampang penuh wibawa.
Di depan sebuah tiang penyangga, duduk Hek l Tian mo Cen Sim Fu, di sampingnya
berdiri Tao i Heng Kan dan I Giok Hong.
Begitu masuk ke dalam ruangan, sepasang mata I Ki Hu yang tajam langsung
menyapu ke sekeliling ruangan. Mulutnya mengeluarkan suara tertawa terkekeh-kekeh
yang dingin sebanyak dua kali.
"Maaf kalau saudara sekalian sudah menunggu terlalu lama." Sembari berbicara, Raja
Iblis berjalan ke sudut satunya lagi, lalu duduk di kursi.
Setelah I Ki Hu duduk, masih belum ada seorang pun yang membuka suara. Terjadi
keheningan beberapa saat di dalam ruangan yang besar itu. Kemudian, setelah cukup
lama, terdengar Cen Sim Fu berkata.
"Lo I, urusan ini telah kita alami di sebeiah barat Gunung Kun Lun san selama tiga
tahun.Sudah sepatutnya kita yang menjadi pemimpin dalam ekspedisi ini!"
405 Belum sempat I Ki Hu memberikan komentar apa-apa, Coan lun hoat ong dan Kim
Ting siong jing sudah memalingkan kepalanya dan mengeluarkan suara tertawa
dingin. "Hek Tian Mo, kalau berbicara demikian, rasanya sulit terlaksana kerja sama yang
baik di antara kita," kata Kim Ting siong jin kemudian.
"Kalau menurut pendapatmu, bagaimana seharusnya?" tanya Cen Sim Fu dengan nada
tajam. "Tentu saja, semua dapat bagian yang rata dari seluruh keuntungan yang akan
ditemukan," kata Kim Ting siong jin.
"Lo I, bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Hek Tian Mo kembali.
I Ki Hu mendongakkan kepalanya merenung sejenak.
"Kau mempunyai enam buah Tong Tian Po Liong, aku punya satu buah dan setengah
helai kain belacunya. Sedangkan setengah bagian kitab Leng Can Po Liok ternyata
berada di tangan Coan Lun hoat ong, lalu yang terakhir, Tong tian kim ting (Anglo
emas penembus langit) justru berada di tangan Kim Ting siong jin. Kalau menurut
pendapatku, setiap keuntungan yang bisa kita raih kita bagi rata. Rasanya memang
cukup adil."
Cen Sim Fu sengaja mengajukan pertanyaan itu dengan maksud agar I Ki Hu berpihak
kepadanya. Tetapi kalau mendengar nada kata-kata I Ki Hu, dia justru sepakat dengan
pendapat Kim Ting siong jin. Tentu saja hatinya jadi mendongkol. Terdengar
dia tertawa dingin satu kali.
"Asal hatimu benar-benar rela, apa lagi yang dapat kukatakan, tetapi harap saudara
sekalian ingat baik-baik, kalau tidak ada enam ekor Tong tian pao Hong, urusan ini
hanya impian kosong saja," ucap Cen Sim Fu.
"Berkurang satu buah Tong tian pao Hong, berkurang satu anglo emas penembus
langit, berkurang setengah bagian Leng Can Po Liok, urusan ini juga akan menjadi
impian kosong dan bahkan tidak ada arti apa-apa," tukas si Raja Iblis segera dengan
nada dingin. Cen Sim Fu tidak mengucapkan sepatah kata pun. Matanya menyorotkan sinar yang
buas. Tapi , dia berusaha memadamkan api kemarahan dalam dadanya.
"Lo I, bagus sekali ucapanmu itu!" kata Cen Sim Fu lagi.
"Sekarang lebih baik kau ceritakan pengalaman kita selama tiga tahun di sebelah barat
Gunung Kun Lun san kepada Coan lun hoat ong dan Kim Ting siong jin. Sekarang
perasaanku sedang kacau, malas banyak bicara."
"Baik." Meskipun mengiakan, tetapi Cen Sim Fu tidak langsung menceritakan. Setelah
meng-ingat-ingat beberapa saat dia baru mulai bercerita. "Tiga tahun yang lalu, aku,
406 Lo I dan lainnya yang berjumlah lima orang menuju ke sebelah barat Gunung Kun
Lun san ..."
Baru berkata sampai di situ, terdengar Kim Ting siong jin menukas.
"Siapa ketiga orang yang lainnya?"
Cen Sim Fu bahkan tidak melirik kepadanya sekilas pun. Dengan nada dingin dia
menyahut. "I hu jin, seorang lagi I kouwnio dan yang terakhir muridku."
Kim Ting siong jin mendengus satu kali. Meskipun tidak mengucapkan apa-apa.
Tetapi dari mimik wajahnya tampak menyiratkan pandangan meremehkan. Sebab
kelima orang itu berangkat menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san sampai tiga
tahun lamanya namun tidak memperoleh hasil apa pun juga.
Cen Sim Fu juga tertawa dingin.
"Sebelum aku menceritakan pengalaman kami di tempat itu sampai selesai, aku harap
tidak ada seorang pun yang memotong perkataanku!"
Pada wajah Coan lun hoat ong maupun Kim Ting siong jin tampak tersirat perasaan
kurang senang. Dari situ dapat dibuktikan bahwa meskipun terjadi kesepakatan di
antara keempat orang itu untuk menyelidiki suatu urusan bersama-sama, tetapi pada
dasarnya mereka hanya akur di luamya saja, sedangkan di hati masing-masing tidak
ada yang sudi mengalah sedikit pun. Sekarang tampaknya mereka masih tidak
mengambil tindakan apa-apa, hanya karena masalah waktunya saja yang belum
sampai. Cen Sim Fu segera melanjutkan ceritanya yang terhenti.
"Mengenai cerita yang bersimpang siur tentang Tong tian pao Hong, aku yakin kalian
sudah mempunyai gambaran. Tiga tahun yang lalu, aku mendapatkan enam buah Tong
tian pao Hong, sedangkan Lo I mendapatkan satu buah. Akhirnya kami berangkat
menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san, untuk menyelidiki rahasia yang ada
kaitannya dengan Tong tian pao Hong . .."
Para pembaca sekalian, tentunya kalian belum lupa situasi yang dihadapi I Ki Hu dan
yang lainnya di dalam goa alam yang mereka temukan. Sebetulnya pada saat itu
mereka bukan berangkat bersama-sama menuju sebelah barat Gunung Kun Lun san,
tetapi masing-masing rombongan ingin meraih keuntungan sendiri-sendiri. Lagipula,
hubungan antara Tao Ling, Tao Heng Kan dan I Giok Hiong juga rumit sekali.
Di dalam goa itu, I Ki Hu dan Cen Sim Fu juga sempat mengadu pukulan satu kali.
Tapi mereka juga sadar, untuk menyelidiki sampai tuntas rahasia yang menyeiimuti
Tong tian pao iiong itu, di antara mereka berdua, tidak boleh kehilangan salah satunya.
Lagipula, bukan mereka saja, baik Tao Heng Kan, I Giok Hong dan Tao Ling juga
tidak bisa ketinggalan karena juga membawa manfaat yang besar.
407 Itulah sebabnya, I Ki Hu dan Cen Sim Fu berdua terpaksa menggunakan siasat seperti
se-karang, di luar akur, dalam hati justru bertentangan.
Pada saat itu, rombongan yang berjumlah lima orang tersebut, mendapatkan jalan
tembus dari dinding goa yang kelihatannya sudah mencapai batas akhir. Dengan
menggunakan obor mereka masuk ke dalam. Lalu apa yang ditemui mereka di dalam
goa itu" Selama ini pengarang belum menceritakannya, sekaranglah saatnya untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang mereka alami saat itu.
***** Ketika itu, yang pertama-tama masuk ke dalam goa sudah kita ketahui, yakni I Ki Hu
dan Cen Sim Fu berdua. Kemudian disusul oleh Tao Ling lalu Tao Heng Kan dan I
Giok Hong. Tangan mereka masing-masing membawa sebatang obor.
Tapi, sinar obor yang mereka bawa seperti tertahan oleh serangkum hawa dingin yang
mem-buat cahayanya hanya dapat menerangi tempat sekitar kurang lebih satu kaki.
Jarak lebih dari tiga kaki saja sudah gelap gulita, tidak terlihat apa-apa.
Dalam situasi seperti itu, meskipun mempunyai kepandaian seseorang sudah mencapai
taraf yang tinggi sekali, tetap saja tidak berani berbesar hati.
Generasi yang lebih muda seperti Tao Heng Kan dan yang lainnya lebih waspada lagi.
Kelima orang itu maju lagi kira-kira setengah li. Keadaan di depan lebih gelap lagi.
Sejak bertemu lagi dengan Cen Sim Fu, kemarahan di dalam dada Tao Ling tampak
semakin meluap. Tadinya dia mengira I Ki Hu akan segera rmengambil tindakan
begitu bertemu dengan orang itu. Tetapi kenyataannya I Ki Hu hanya mengadu
pukulan satu kali dengannya. Kemudian mereka bersama-sama memasuki goa. Urusan
balas dendam atas kematian kedua orang tuanya tidak pernah diungkit lagi. Hati Tao
Ling terasa perih, apalagi selama itu dia belum mendapat kesempatan untuk
menjelaskan siapa pembunuh kedua orang tuanya kepada Tao Heng Kan. Sekarang,
dia melihat keadaan di sekitar mereka semakin lama semakin gelap. Sedangkan di
dalamnya seakan-akan terkandung sesuatu yang misterius.
Apabila terus lagi ke depan, entah peristiwa apa yang akan mereka alami. Siapa pun
tidak ada yang berani memastikan.
Seandainya tidak menggunakan kesempatan itu untuk menceritakan kematian orang
tua mereka yang mengenaskan, Tao Ling khawatir kelak tidak ada kesempatan lagi.
Berpikir sampai di situ, Tao Ling segera mempercepat langkah kakinya untuk maju ke
depan. Pada saat itu, kelima orang itu berada di tengah-tengah lorong goa sebuah gunung.
Lorong itu tidak seberapa lebar, hanya cukup untuk dilalui dua orang yang
berdampingan.

Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

408 Tao Heng Kan dan I Giok Hong jalan berdampingan, dengan demikian Tao Ling tidak
dapat menyusul ke sampingnya. Dia terpaksa mengikuti dari belakang sambil
berteriak. "Koko! Koko!"
Tao Heng Kan menolehkan kepalanya, I Giok Hong segera menarik tangannya.
"Heng Kan, kita jalan terus saja ke depan!"
"Giok Hong, mungkin ada perkataan yang ingin disampaikan adikku kepadaku."
I Giok Hong mendengus satu kali. "Apa yang perlu disampaikan" Dasar tidak tahu
malu!" Hampir saja Tao Ling tidak sanggup menahan kekesalan hatinya. "Siapa yang tidak
tahu malu" Koko, kau masih ingat kata-kataku tempo hari tentang kematian . ayah dan
ibu?" Mendengar pertanyaan Tao Ling, seluruh tubuh Tao Heng Kan langsung bergetar.
Pemuda itu melepaskan tangannya dari genggaman I Giok Hong, kemudian
membalikkan tubuhnya "Ayah dan Ibu . . . benar-benar sudah mati?" tanya Tao Heng
Kan. "Benar. Padahal aku sudah pernah mengatakannya, selama ini perasaanmu sudah buta.
Apa pun yang kau dengar tidak masuk lagi ke telingamu. Mereka mati di tangan .. ."
Baru berkata sampai di situ tiba-tiba Cen Sim Fu mengeluarkan suara bentakan yang
nyaring sekali. "Heng Kan kemari kau!" bentaknya.
Mereka sedang berada di dalam lorong goa yang sempit. Suara yang dilontarkan Cen
Sim Fu menimbulkan gema yang memanjang. Dengan demikian ucapan Tao Ling
setengahnya jadi tertutup dan tidak dapat terdengar jelas.
Tao Ling benar-benar mendongkol. Dia ingin mengerahkan tenaga dalam untuk
berteriak se-keras-kerasnya agar Tao Heng Kan tahu siapa pembunuh kedua orang
tuanya. Dia ingin me-ngatakan bahwa Hek Tian Mo yang diakui kokonya sebagai guru
itulah yang membunuh ayah ibunya. Tapi saat itu juga I Ki Hu sudah
menghampirinya.
"Hu jin, saat ini kau tidak perlu terburu-buru. Aku sudah mempunyai rencana
tersendiri mena-ngani urusan ini, harap kau bisa bersabar sedikit!" kata I Ki Hu.
Tao Ling dilanda kebimbangan sejenak. Diam-diam dia berpikir dalam hati, meskipun
dia bekerja sama dengan Tao Heng Kan, tetap saja mereka bukan tandingan Hek Tian
mo Cen Sim Fu. Kalau I Ki Hu memang sudah mempunyai rencana tersendiri, tidak
apalah rasanya bersabar beberapa saat.
Akhirnya dia hanya dapat menarik nafas panjang dan menelan kembali kata-kata yang
sudah hampir dilontarkannya.
409 Sedangkan pada saat itu juga tiba-tiba saja timbul seberkas sinar di hadapan mereka
Seberkas sinar itu muncul begitu mendadak. Sebelumnya tidak menampakkan gejala
apa-apa, tahu-tahu sinar itu muncul begitu saja di depan mata.
Sudah cukup lama mereka berada dalam kegelapan. Tiba-tiba mereka menemukan diri
mereka berhadapan dengan kilauan yang berwarna warni. Untuk sesaat mereka dilanda
kesilauan sehingga tidak dapat membuka mata.
Hek Tian mo Cen Sim Fu khawatir ada perubahan yang tidak menguntungkan. Cepatcepat
dia melontarkan dua pukulan ke depan. Sampai dia sudah menghantam dua kali
ke depan, orang-orang lainnya baru bisa melihat keadaan di hadapan mereka.
Mereka mendapatkan diri masing-masing sudah berada di dalam sebuah goa yang
besar. Ukurannya hampir sama dengan goa yang pernah mereka masuki ketika baru
sampai di tempat itu.
Cahaya obor yang tadinya seperti tertahan serangkum hawa dingin sekarang jadi
berkobar-kobar dan mencuat ke atas, sehingga membuat pemandangan di dalam goa
itu jadi terang benderang.
Tampak pada dinding goa yang ada di hadapan mereka terdapat berbagai jenis batu
permata yang menimbulkan cahaya berkilauan. Tersorot sinar api obor, justru semakin
gemerlapan dengan aneka warna. Indah sekali. Sungguh sebuah perubahan yang tidak
disangka-sangka, seperti berada di alam dewa khayangan.
Tentu batu-batu permata itu terdiri dari batu alam. Tetapi adanya sudah di permukaan
dinding, sehingga bertonjolan ke luar. Asal menjulurkan tangan sedikit saja tentu
dapat meraih. Cen Sim Fu termangu-mangu sesaat, tiba-tiba tubuhnya berkelebat, tahu-tahu dia
sudah mengambil sebutir batu permata yang warnanya merah. Batu-batu permata itu
semuanya berukuran besar-besar dan berkilauan. Seandainya dibawa pulang ke Tiong
goan dan sembarangan memilih sebuah toko, permata yang besar lalu dijual, tidak
sampai sepuluh butir pun sudah cukup untuk makan selama hidup.
Ketika sampai di tempat itu, mereka berlima langsung mengerti mengapa tempo dulu
ketujuh orang Portugis itu begitu royal dan sering menghadiahkan batu permata dalam
jumlah yang banyak kepada setiap orang atau tokoh besar yang mereka hubungi.
Cinta Bernoda Darah 10 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Pendekar Kidal 22
^