Pedang Tanpa Perasaan 13

Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Bagian 13


adalah anak dalam kandungan Tao Ling. Hatinya semakin berdebar-debar.
"Kwe locianpwe, Tao kouwnio baru hamil empat bulan. Apabila anak itu sudah
terlahir kelak, kami tidak akan memberitahukan asal usulnya. Harap kau berbelas
kasih membebaskan kami!"
493 Kwe Tok tertawa dingin.
"Kau berani menjamin apabila sudah besar nanti, seumur hidupnya dia tidak akan tahu
riwayat hidupnya sendiri?"
"Kami rela meninggalkan Tiong goan dan berlayar mengarungi samudra mencari
sebuah tempat yang tidak pernah terinjak oleh manusia. Lalu hidup mengasingkan diri.
Dengan demikian anak itu pun tidak akan pernah tahu riwayat hidupnya sendiri."
Kwe Tok tertawa terbahak-bahak.
"Api yang liar sulit dipadamkan, bunga-bunga masih terus berkembang setiap musim
semi," katanya.
Wajah Lie Cun Ju semakin berubah.
"Kwe loyacu kalau begitu, kau tetap bermaksud mencelakakan kami?"
"Aku hanya ingin melenyapkan bibit haram si jahanam I Ki Hu, rasanya tidak bisa
dikatakan terlalu keji, bukan?"
Lie Cun Ju panik sekali.
"Tetapi, sekarang bayi itu masih ada dalam rahim ibunya . . . Kau. . . kau . . ."
Kwe Tok tidak memberi kesempatan kepada Lie Cun Ju untuk menyelesaikan katakatanya.
"Satu malam menjadi seorang istri, sama saja merupakan budi seumur hidup. Tentu
saja aku harus melenyapkan kedua-duanya."
"Kau tidak bisa melakukan hal itu!"
Kwe Tok mengeluarkan suara tawa yang aneh, lengannya bergerak ke depan, kelima
jari tangannya membentuk cengkeraman. Tangannya menjulur untuk mencengkeram
pundak Lie Cun Ju. Pemuda itu membalikkan tangannya untuk menyambut serangan
itu, tetapi justru dalam waktu yang hanya sekilasan cahaya itu, seiring dengan suara
tawa Kwe Tok, jari tangannya berubah menjadi totokan yang tepat mengenai
pergelangan tangan Lie Cun Ju. Pemuda itu merasa sebelah lengannya menjadi
kesemutan dan ngilu. Tenaganya pun lenyap. Pukulannya tidak bisa diteruskan. Kwe
Tok tertawa panjang sekali lagi, pundak Lie Cun Ju sudah tercengkeram dan
dilemparkannya tubuh Lie Cun Ju ke samping.
Lie Cun Ju tidak dapat mempertahankan diri, dia terlempar sejauh enam-tujuh kaki.
Namun ketika terhempas di atas tanah, langsung bangkit kembali untuk menerjang ke
arah Kwe Tok. Pada saat itu, Kwe Tok sudah menenteng Tao Ling keluar dari dalam kereta. Karena
kerahan tenaga dalam Kwe Tok terlalu besar, jalan darah di tubuh Tao Ling jadi bebas
dari totokan. Tampak Tao Ling mengembangkan seulas senyuman kepadanya.
494 "Wah! Putih sekali, benar-benar indah! Awan di mana-mana!" seru gadis itu.
Kwe Tok tertegun, melihat Lie Cun Ju sudah sampai di sisinya.
"Kwe locianpwe, jangan turun tangan dulu. Dengarkanlah perkataan kami!" teriak Lie
Cun Ju dengan suara keras.
Kwe Tok mendorong Tao Ling sehingga terjerembab di atas salju. Kakinya menyepak
lalu menekan di punggung gadis itu. Tubuh Tao Ling lemas seketika, tidak bisa
bergerak sedikit pun.
"Apalagi yang ingin kau katakan?" tanya Kwe Tok sambil menolehkan kepalanya.
"Kwe locianpwe, aku tahu kau takut anak itu akan tumbuh dewasa dan suatu hari akan
mencari kau untuk membalaskan dendam kematian ayahnya. Aku sudah menyatakan
bahwa untuk selamanya kami tidak akan memberitahukan riwayat hidup anak itu, tapi
kau tetap tidak percaya. Sekarang, sebaiknya kau musnahkan saja kepandaian kami,
dengan demikian kau tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi," kata Lie Cun Ju dengan
nada meratap. Dengan tenang Kwe Tok mendengarkan Lie Cun Ju menyelesaikan kata-katanya.
Kemudian tampak dia tertawa dingin.
"Lucu! Sudah terang rahasia besar Tong tian pao liong akan kudapatkan, masa aku
takut akan pembalasan siapa pun."
"Kalau begitu, mengapa locianpwe tetap ingin membunuhnya?" tanya Lie Cun Ju.
"Pertanyaanmu bagus sekali. Dulu ketika I Ki Hu membasmi partai Mo kau, apakah
ada seorang pun yang dibiarkannya hidup" Aku hanya meniru perbuatannya dulu
untuk melampiaskan sakit hatiku selama ini."
Tadinya Lie Cun Ju sudah putus asa terhadap permintaannya sendiri. Sekarang
mendengar kata-kata Kwe Tok, suatu ingatan terang langsung melintas di benaknya.
"Meskipun I Ki Hu yang berhati binatang dan bukan main kejinya tapi waktu itu dia
masih melepaskan satu orang."
Kwe Tok mendongakkan kepalanya.
"Siapa?"
"Cucu keponakanmu sendiri, I Giok Hong."
Kwe Tok tertegun mendengar kata-kata Lie Cun Ju.
"Benar?" tanyanya.
495 Timbul sedikit harapan dalam hati Lie Cun Ju, dia harus membujuk terus orang tua itu
sampai berhasil.
"Tentu saja benar. Usia I Giok Hong sekarang kurang lebih dua puluh tahun, wajahnya
persis dengan ayahnya dan sekarang dia juga sudah berangkat menuju sebelah barat
Gunung Kun Lun san."
Wajah Kwe Tok langsung berseri-seri mendengar berita itu. Dia mengeluarkan suara
pekikan aneh berkali-kali.
"Bagus sekali! Sekarang sudah ada dua orang dalam Mo kau. Kalau begitu, baiklah,
aku akan memusnahkan ilmu kepandaian kalian berdua. Apakah kalian akan menepati
kata-katamu sendiri?"
Wajah Lie Cun Ju juga berseri-seri. Hatinya memang gembira sekali. Walaupun dia
harus kehilangan kepandaiannya, yang penting baginya dapat hidup bersama Tao Ling
seumur hidupnya. "Kwe locianpwe tidak usah khawatir, kami bukan manusia-manusia
rendah yang mudah mengingkari janji," katanya tegas.
Kwe Tok menyepakkan kakinya, tubuh Tao Ling terpental di udara. Tampak tangan
orang tua itu bergerak cepat menotok dua jalan darah di dada dan kepala Tao Ling.
Terdengar Tao Ling menjerit histeris, tubuhnya terhempas di atas permukaan salju.
Dari tepi bibirnya mengalir darah segar, nafasnya memburu. Hati Lie Cun Ju perih
sekali melihat keadaan gadis itu. Cepat dia menghambur menghampirinya. Tampak
keringat dingin membasahi seluruh tubuh Tao Ling. Salju di sekitarnya sampai
mencair, tetapi sepasang matanya mulai menyorotkan sinar kehidupan.
Lie Cun Ju terkejut juga gembira. Sesaat kemudian, tampak Tao Ling rnenolehkan
kepalanya, dia menatap Lie Cun Ju kemudian menarik nafas panjang. "Cun Ju, apakah
kita sudah berada di alam baka?"
Mendengar Tao Ling bisa mengajukan pertanyaan seperti itu, hati Lie Cun Ju semakin
senang. "Ling moay, akhirnya kau sadar juga."
Tampaknya Tao Ling tidak mengerti apa maksud kata-kata Lie Cun Ju. Untuk sesaat
dia ter-mangu-mangu, kemudian mengedarkan pandang-an matanya keseliling.
"Aih! Cun ju, mengapa kita bisa berada di tempat ini?"
Lie Cun Ju menggenggam tangannya erat-erat. "Ling moay, ceritanya panjang sekali.
Sebentar lagi aku akan mengatakan kepadamu."
Tao Ling menatap wajah Lie Cun Ju sekejap. "Cun Ju, mengapa wajahmu . . .?"
"Ling moay, kau jangan tanyakan urusan ini dulu! Kwe locianpwe, silakan turun
tangan!" ucap Lie Cun Ju sambil mendongakkan kepalanya.
Kwe Tok menatap Lie Cun Ju sejenak. "Bocah cilik, kau benar-benar manusia yang
penuh cinta kasih."
496 Lie Csin Ju tertawa getir. "Meskipun kepandaian Tao kouwnio sudah musnah, tetapi
karena hal ini pula dia menjadi sadar kembali. Aku malah berterima kasih kepadamu.
Silakan locianpwe turun tangan secepatnya!"
Kwe Tok maju selangkah, lalu menjulurkan tangannya menotok dada Lie Cun Ju.
Gerakan tangan Kwe Tok cepat sekali. Lagipula Lie Cun Ju memang tidak bermaksud
mengadakan perlawanan, bahkan membusungkan dadanya dan berdiri tegak. Dengan
demikian totokan Kwe Tok pasti mengenai sasarannya dengan tepat.
Lie Cun Ju sadar, jalan darah Hua Kai hiat di dada merupakan jalan darah pelindung
kelima jenis isi perut yakni: limpa, jantung, hati, usus besar, dan usus kecil. Apabila
sampai tertotok, isi perut akan terguncang dan berbalik arah. Luka itu parah sekali.
Meskipun bisa disembuhkan namun ilmu kepandaian pasti musnah. Lie Cun Ju teringat masa lalunya,
dia juga sudah pernah mengalami hal yang sama, tapi bukan karena Hua kai hiatnya
tertotok, karena lukanya terlalu parah sehingga ilmu kepandaiannya menyusut. Dalam
keadaan seperti itu, urat darah di ubun-ubun kepalanya pernah pula ditepuk oleh Coan
lun hoat ong yang mengakibatkan seluruh kepandaiannya musnah. Untung saja dia
menemukan setengah bagian kitab Leng Can Po Liok untuk dipelajari isinya sehingga
ilmunya bisa pulih kembali. Hatinya memang agak sedih mengingat jerih payahnya
selama bertahun ternyata akan musnah dengan sia-sia. Tetapi dia sudah berjanji, dia
juga tidak akan berusaha mencoba, apakah ilmu kitab Leng Can Po Liok masih bisa
mengembalikan ilmunya kembali seperti sebelumnya.
Sedangkan Lie Cun Ju juga teringat, meskipun kepandaiannya musnah, mulai
sekarang dia dapat bersama-sama Tau Ling untuk selamanya, rasanya pengorbanan itu
cukup memadai. Mereka akan hidup sebagai sepasang suami istri yang bahagia, dia
akan bercocok tanam, Tao Ling akan menjahit atau menyulam, selamanya tidak akan
lagi mencampuri pertikaian di dunia kang ouw. Bukankah hal itu merupakan suatu
kehidupan yang menyenangkan"
Perasaan Lie Cun Ju menjadi terhibur. Untuk beberapa saat pemuda itu termenung
dalam khayalannya yang indah. Bahkan dia sendiri tidak memperhatikan apakah Kwe
Tok sudah turun tangan atau belum terhadapnya.
Sampai cukup lama, dia masih tidak merasakan apa-apa, hatinya menjadi bingung. Dia
segera membuka matanya tampak jari tangan Kwe Tuk masih menempel di jalan darah
Hua Kai Hiat. Tapi, Kwe Tok tidak mengerahkan tenaga dalamnya, atau belum" Jari tangannya itu
hanya menempel sedikit di kulit tubuh Lie cun Ju. Pemuda itu semakin penasaran. Dia
menatap Kwe Tok dengan heran. "Kwe locianpwe, mengapa kau masih belum turun
tangan juga?"
Kwe Tok menatap Lie Cun Ju beberapa saat, kemudian dia menarik nafas panjang.
"Bocah cilik, seumur hidup aku tidak pernah lunak hati melakukan tindakan apa pun,
tetapi sekarang aku justru tidak sampai hati turun tangan!"
497 Lie Cun Ju tertawa datar. "Kwe locianpwe, meskipun kau tidak sampai hati, aku juga
akan turun tangan sendiri kemudian mengasingkan diri dan tidak akan menginjakkan
kaki lagi di dunia bu lim."
Tangan Kwe Tok menjuntai ke bawah. "Tidak perlu lagi. Sekarang Tao kouwnio
sudah sadar, ada suatu hal yang ingin kuminta petunjuknya."
Karena cinta kasih yang demikian dalam antara Tao Ling dan Lie Cun Ju, perasaan
Kwe Tok jadi tergugah. Bukan saja dia tidak jadi memusnahkan kepandaian Lie Cun
Ju, nada bicaranya pun berubah demikian sungkan.
"Mengapa Kwe locianpwe berkata demikian" Apa pun yang kami ketahui, tentu kami
akan mengatakannya."
Kwe Tok menarik nafas panjang. "Adik kecil, kau masih begitu muda, tapi kau sudah
dapat melihat mara bahaya yang setiap saat melanda dunia bu lim, benar-benar bukan
hal yang mudah. Sedangkan aku saja masih belum bisa membuka pikiran. Aku ingin
membangkitkan kembali partai Mo kau. Dengan kekuatan aku seorang diri, tentu sulit
sekali terwujud keinginan ini . . ."
"Apabila Kwe locianpwe mengharap kami masuk menjadi anggota Mo kau, harap
maafkan kalau kami tidak dapat mengabulkannya," tukas Lie Cun Ju.
Kwe Tok menggelengkan kepalanya. "Bukan."
Lie Cun Ju semakin bingung. "Lalu apa?"
Kwe Tok mengeluarkan kembali seekor Tong tian pao liong yang direbutnya dari
tangan Lie Cun Ju.
"Tujuh buah Tong tian pao liong menyangkut sebuah rahasia besar, apakah kau
mengetahui-nya?"
Lie Cun Ju menganggukkan kepalanya, kemudian dia menolehkan kepalanya. "Aku
memang pernah mendengarnya, tetapi mungkin jauh sekali dibandingkan dengan Ling
moay yang sudah mengalaminya sendiri."
Sembari berbicara, dia membimbing Tao Ling agar bersandar di kereta. Tubuh Tao
Ling lemah sekali, nafasnya masih memburu.
"Apakah Tao kouwnio bisa menceritakan lebih mendetail apa yang pernah dialami di
sebelah barat Gunung Kun Lun san?"
Tao Ling sudah melalui berbagai penderitaan. Di dalam dunia ini, kecuali cinta Lie
Cun Ju yang demikian dalam, segala nama dan kedudukan di dunia bu lim tidak
menarik perhatiannya lagi. Lagipula, sekarang ilmu kepandaiannya sudah musnah,
keadaannya tidak berbeda dengan orang biasa. Seandainya dia menemui keajaiban dan
belajar dari mula, rasanya tidak cukup waktu delapan atau sepuluh tahun untuk
mencapai hasil seperti sebelumnya. Rahasia besar dunia bu lim, bahkan yang sempat
498 menggetarkan seluruh dunia, tidak ada artinya lagi bagi perempuan itu. Mendengar
pertanyaan Kwe Tok dia pun segera menganggukkan kepalanya. "Tentu saja bisa."
Wajah Kwe Tok jadi berseri-seri seketika. "Kalau begitu, harap Tao kouwnio sudi
men-ceritakannya!"
Pada saat itu, hujan salju sudah agak reda, tetapi angin masih berhembus dengan
kencang. Udara dingin menusuk tulang. Lie Cun Ju melepaskan pakaian luarnya dan
digunakan untuk menutup tubuh Tao Ling. Perempuan itu segera menceritakan
pengalamannya selama tiga tahun di dalam goa sehelah barat Gui Kun Lun san itu.
Sepasang alis Kwe Tok sampai menjungkit ke atas mendengar Tao Ling mengakhiri
penuturannya. "Kalau begitu, mereka sudah berangkat sekarang?"
"Rasanya sih sudah. Tetapi sejak pulang dari tepi jurang itu, aku tidak ingat apa-apa
lagi." "Kalian berdua ingin mengasingkan diri dari pertikaian dunia persilatan, hal itu
merupakan cita-cita yang terpuji. Tetapi bagaimana pun aku harus mendapatkan kedua
batang pedang pusaka itu untuk membantuku membangkitkan kembali partai Mo kau.
Karena itu aku berharap Tao kouwnio bisa mengantarkan aku kali ini."
Tao Ling langsung tertegun mendengar kata-kata Kwe Tok. "Tapi sekarang tubuhku
sudah lemah seperti orang biasa, mana mungkin aku bisa mengantar Kwe locianpwe?"
"Jangan khawatir, apabila ada orang yang berani mengganggu seujung rambutmu saja,
dia harus menghadapi aku dan aku tidak akan melepaskannya begitu saja."
Walaupun nada bicara Kwe Tok sangat sungkan, tetapi baik Lie Cun Ju inaupun Tao
Ling menyadari dalam keadaan seperti itu, menolak pun tidak mungkin Iagi. Kedua
orang itu saling melirik sekilas, tampaknya hati mereka diliputi kebimbangan.
"Seandainya kalian berdua menyetujui permintaanku ini, apabila aku sudah berhasil
mendapatkan pedang pusaka itu, aku sendiri yang akan mengantarkan kalian ke
sebuah tempat yang sunyi dan terpencil agar dapat hidup tenang selamanya,
bagaimana?"
Mendengar kata-kata Kwe Tok, Lie Cun Ju berpikir dalam hati, dia ingin membawa
Tao Ling pergi ke tempat yang jauh sekali. Meskipun mereka tidak ingin
menimbulkan perkara bagi mereka sendiri, tetapi di dalam dunia ini banyak hal yang
tidak terduga. Dengan kekuatannya seorang diri, belum tentu dia sanggup melindungi
Tao Ling. Tetapi dengan kawalan seorang tokoh seperti Kwe Tok tentu mereka bisa
mencapai tujuan dengan aman.
Setelah merenung sejenak, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. "Baiklah!"
"Bagus, mari kita berangkat sekarang juga!" Lie Cun Ju segera memondong tubuh Tao
Ling dan dinaikkannya ke atas kereta salju.
499 Kwe Tok sendiri ikut mencelat ke atas kereta salju itu. Dari atas tanah dipungutnya
pecut 1 Ki Hu, diayunkannya ke depan beberapa kali. Delapan ekor anjing hutan itu
pun segera melesat ke depan secepat kilat dengan menarik kereta salju yang mereka
tumpangi. Hujan salju saat itu tampaknya turun cukup deras. Dalam jarak sepuluh li tampak salju
meng-hampar di mana-mana. Jalanan jadi licin sehingga kereta salju yang ditumpangi
mereka pun meluncur dengan lancar. Pada malam ketiga, mereka sudah sampai di goa
besar untuk masuk ke dalam istana rahasia.
Tao Ling menyuruh Lie Cun Ju menggeser batu besar yang tampaknya berat sekali
namun cukup ringan itu. Dia menunjuk ke dalam lubang.
"Kita harus masuk dari sini, kalau sudah melewati berbagai lorong yang penuh dengan
per-mata, emas dan perak. Kita akan sampai di tempat tujuan."
Kwe Tok menyalakan tiga batang obor. Dengan berendengan mereka memasuki goa.
Tao Ling sudah pernah datang di tempat itu satu kali, bahkan menghabiskan waktu
selama tiga tahun di dalamnya, karena itu dia masih mengingat dengan baik. Tidak
berapa lama kemudian, mereka sudah menempuh setengah perjalanan.
Sebelum sampai di tempat itu dalam perjalanan Lie Cun Ju sudah menceritakan
kepada Tao Ling tentang kematian I Ki Hu. Muia-mula perempuan itu agak terperanjat
juga, bagaimana pun I Ki Hu pernah menjadi suaminya selama bertahun-tahun. Tapi
akhirnya dia dapat menenangkan perasaannya, sebab jauh hari sebelumnya dia
memang sudah menduga bahwa kejahatan I Ki Hu akan mendapatkan pembalasan
yang setimpal. Sementara itu, tampak di depan mereka, di antara berkobarnya cahaya api obor,
seseorang berkelebat keluar menghampiri mereka.


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lo I, kaukah itu yang datang?"
Gerakan tubuh orang itu cepat sekali, seiring dengan ucapannya, orangnya pun sudah
sampai di depan mata. Tao Ling dan Lie Cun Ju langsung mengenali orang itu, yakni
Hek Tian Mo Cen Sim Fu.
Hek Tian Mo Cen Sim Fu yang juga sudah melihat mereka bertiga, menjadi tertegun
sesaat. "1 hu jin, apa-apaan ini?" katanya.
Mimik wajah Lie Cun Ju langsung berubah.
"Siapa yang kaupanggil I Hu jin?" bentaknya marah.
Cen Sim Fu tertawa terbahak-bahak.
"Kau bocah cilik pasti sudah bosan hidup. Biar aku mewakili Lo I memberi pelajaran
kepadamu."
500 Cen Sim Fu tidak tahu I Ki Hu sudah mati. Selesai berkata, tangannya langsung
menjulur ke depan untuk mencengkeram pundak Lie Cun Ju.
Lie Cun Ju berdiri tanpa bergerak sedikit pun. Tampaknya sekejap lagi jari tangan Cen
Sim Fu akan berhasil mencengkeramnya. Kwe Tok yang berdiri di sampingnya tibatiba
turun tangan. Ser . . .! Tangannya bergerak mengirimkan sebuah totokan kepada Cen Sim Fu.
Pada saat itu kelima jari tangan Cen Sim Fu sedang membentuk cakar, tenaga dalam
yang ter-pancar dari jari tangannya juga dahsyat sekali. Sedangkan tangan Kwe Tok
sekonyong-konyong menjulur ke depan seperti diasongkan kepada lawannya. Seakan
orang yang sudah bosan hidup dan sengaja mempersembahkan selembar nyawanya ke
tangan Cen Sim Fu.
Tetapi Cen Sim Fu memang bukan tokoh sembarangan. Melihat cara turun tangan
lawannya dan tenaga dalamnya yang hebat, bahkan belum pernah ditemuinya seumur
hidup, hatinya terkejut bukan main. Diam-diam dia sadar di balik jurus itu masih
terkandung perubahan hebat lainnya. Karena itu dia tidak berani meneruskan
serangannya. Tangannya ditariknya kembali, dan cepat-cepat mencelat mundur ke
belakang. "Siapa kau?"
Kwe Tok tertawa terkekeh-kekeh. "Siau Cen sudah lama tidak kelihatan, apa sekarang
sudah berubah lebih berguna?"
Mendengar kata-kata Kwe Tok, perasaan Cen Sim Fu semakin terkejut. Dia
memperhatikan Kwe Tok beberapa saat. "Kau .. . kau . .. Kwe lo yacu?" katanya
dengan suara parau.
"Ternyata si Cen kecil masih mengenaliku." Dulu kepandaian Cen Sim Fu masih
rendah sekali. Berkat kelicikan dan akal hulusnya, dia bisa mendapatkan sedikit nama
di dunia bu lim. Dia juga pernah bertemu dengan Siu Lo Cun Cu Kwe Tok beberapa
kali, itulah sebabnya mereka saling mengenal.
Saat itu, Cen Sim Fu mengetahui dugaannya ternyata tidak salah, karena itu perasaan
terkejut-nya semakin menjadi-jadi.
Setelah termangu-mangu beberapa saat, Cen Sim Fu mengeluarkan suara tawa yang
sumbang. "Kwe loyacu sudah datang, tentu urusannya lebih mudah diselesaikan."
Kwe Tok tertawa dingin.
"Siau Cen, kau tidak perlu mengucapkan kata-kata yang mengandung kebalikannya.
Biar kalian saja yang bergerak terlebih dahulu, bagaimana?"
501 Sembari berbicara, Kwe Tok berjalan terus ke depan. Cen Sim Fu mengundurkan diri
perlahan-lahan. Ternyata tidak berani berjalan memunggungi Kwe Tok.
Tidak lama kemudian dia sudah sampai di tengah-tengah goa. Kim Ting siong jin,
Coan lun hoat ong dan yang lainnya ada di sana. Kwe Tok melirik sekilas kepada I
Giok Hong. "Kaukah yang bernama I Giok Hong?" tanyanya.
"BetuI," sahut I Giok Hong dingin.
Mimik wajah Kwe Tok menyiratkan keharuan hatinya.
"Tahukah kau siapa aku ini?"
I Giok Hong bersikap acuh tak acuh.
"Siapa pun kau, ada hubungan apa denganku?"
Kwe Tok menarik nafas panjang. "Anak bodoh . . . aku masih ada hubungan
denganmu. Ibumu adalah keponakanku. Dan aku ini siok kongmu (Paman kakekmu)!"
I Giok Hong tertegun sejenak. Sepertinya kurang percaya terhadap apa yang dikatakan
Kwe Tok. Orang tua itu segera melanjutkan kata-katanya.
"Dulu ayahmu mengkhianati Mo kau. Ibumu sendiri mati di tangannya. Boleh dibilang
dalam partai Mo kau hanya aku dan seorang budak yang sempat meloloskan diri dari
tangan jahatnya. Sekarang ayahmu sudah mati di tangan budak itu."
Sepasang alis I Giok Hong menjungkit ke atas. Mimik wajahnya tidak menyiratkan
perasaan sedih ataupun gembira. Dia hanya bertanya dengan datar. "BetuI?"
Beberapa orang yang lainnya mengeluarkan seruan terkejut. "I Ki Hu sudah mati.
Berarti kita kekurangan sebuah long tian pao liong, bagaimana kita bisa masuk ke
dalam?" Kwe Tok mengangkat tangannya ke atas. "Sebuah Tong tian pao liong itu ada
padaku." Kim Ting siong jin bertanya dengan nada tajam. "Siapa kau" Datang-datang ingin ikut
ambil bagian"
Kwe Tok tertawa terbahak-bahak. "Apabila melihat pedang pusaka itu nanti kalian
yang mempunyai kemampuan boleh merebutnya terlebih dahulu."
Orang lainnya jadi tertegun. "Pedang pusaka?"
Kwe Tok tertawa. "Apa yang tersimpan di dalam istana rahasia saja kalian tidak tahu,
mengapa semuanya berebutan ingin mendapatkan, bukankah menggelikan?"
502 Orang-orang yang ada di dalam goa menjadi merah padam wajahnya disindir oleh
Kwe Tok. "Apa lagi yang kalian tunggu" Cepat buka pintunya!" kata Kwe Tok.
Tujuh buah Tong tian pao liong dimasukkan ke dalam lubang masing-masing.
Sebentar saja pintu batu itu sudah terbuka dan mereka pun memasuki lembah yang
pernah ditempati I Ki Hu serta yang lainnya selama hampir tiga tahun. Cen Sim Fu
memutar batu besar yang merupakan kunci untuk masuk ke dalam lubang. Beramairamai
mereka turun ke bawah. Tidak lama kemudian mereka sampai di tonjolan batu
berbentuk huruf U.
"Sekarang giliranku melaksanakan tugas!" kata Kim ting siong jin sambil tertawa
dingin. Tidak ada seorang pun yang memberikan komentar. Mereka hanya berdiri di samping
memperhatikan. Mereka ingin tahu bagaimana cara Kim Ting siong jin memasukkan
anglo emasnya untuk membuka pintu itu.
Tampak Kim ting siong jin memasukkan anglo emasnya ke dalam lekukan batu
berbentuk huruf U. Dengan sekuat tenaga dia mendorongnya. Terdengar suara yang
bergemuruh. Orang-orang yang hadir di sana merasa pandangan matanya jadi buram.
Di pinggir anglo emas itu telah muncul sebuah lubang yang besar. Dalam waktu yang
bersamaan, timbullah suara bergemuruh tadi. Begitu kerasnya sehingga memekakkan
telinga orang yang mendengarnya.
Perasaan Lie Cun Ju dan Tao Ling bergetar. Mereka tidak mengerti dari mana sumber
suara yang bergemuruh itu. Ilmu kepandaian Tao Ling sudah musnah, dia tidak dapat
mengerahkan hawa murninya untuk melindungi diri seperti yang lain. Suara gemuruh
itu membuat wajahnya pucat pasi. Dia bersandar pada tubuh Lie Cun Ju, tubuhnya
sendiri terus gemetaran.
Orang-orang lainnya tertegun sejenak. Kim Ting siong jin, Coan lun hoat ong dan Cen
Sim Fu semuanya merupakan tokoh-tokoh kelas satu di dunia bu lim. Tetapi mereka
juga dibuat terkejut oleh suara bergemuruh yang muncul secara mendadak itu. Dan
ternyata tidak ada seorang pun yang berani melangkah ke dalam.
Hanya Siu Lo Cun Cu Kwe Tok yang tiba-tiba mengeluarkan suara siulan yang
melengking tinggi. "Kalian semua tidak memperdulikan segala jerih payah dan semua
penderitaan, bahkan ada yang sampai datang kemari untuk kedua kalinya. Sekarang
rahasia besar sudah di depan mata, mengapa kalian justru tidak berani melangkah ke
dalam?" Suara Kwe Tok melengking begitu tinggi. Maka walaupun suara bergemuruh itu
demikian keras, kata-katanya tetap dapat terdengar dengan jelas.
Sekali lagi wajah para hadirin merah padam. Hek Tian Mo Cen Sim Fu mendengus
satu kali. "Kwe loyacu, apa sebetulnya yang ada dalam goa itu" Bolehkah kau
memberitahukannya kepada kami?"
503 "Kau masuk saja sendiri, bukankah kau bisa melihatnya langsung?" sahut Kwe Tok
dingin. Kemarahan dalam dada Cen Sim Fu benar-benar meluap. Tetapi tetap saja tidak berani
menyalahi Kwe Tok.
"Baik, aku akan masuk melihatnya sendiri." Tubuh Cen Sim Fu berkelebat
menghampiri mulut goa, kemudian melangkahkan kakinya ke dalam. Suara yang
bergemuruh tadi semakin memekakkan telinga.
Begitu mempertajam pandangan matanya, tanpa dapat ditahan lagi hati Cen Sim Fu
merasa gembira juga terkesima.
Ternyata di dalam goa itu dipenuhi hawa air yang lembab dan tampak sebuah kojapi.
Dan anehnya air kolam itu bisa bermuncratan ke atas seperti air mancur. Puluhan garis
air bermuncratan ke atas dengan deras sehingga menimbulkan suara bergemuruh
seperti air terjun.
Air di dalam kolam itu terus bermuncratan ke atas sehingga kelihatannya air di dalam
kolam itu terlalu meluap dan bahkan seluruhnya berpencaran. Tingginya mencapai
tiga-empat kaki, bahkan ada yang mencapai satu depa tebih. Benar-benar suatu
pemandangan yang nienakjubkan.
Dan yang membuat jantung Cen Sim Fu berdebar-debar yakni sebatang pedang
berwarna hijau berkilauan yang seakan sedang menari-nari karena terpental oleh
puluhan garis air mancur itu. Ketika air itu melorot turun, pedang itu pun ikui bergerak
ke bawah. Dan setiap air itu memancur ke atas, pedang itu pun bergerak naik.
Sebetulnya kalau hanya sebatang pedang saja, Cen Sim Fu tidak akan begitu
kesenangan. Tetapi pedang itu dapat terayun-ayun mengikuti gerakan air. Hal itu
membuktikan bahwa bobot pedang itu pasti ringan sekali.
Apabila bisa mendapatkan benda yang demikian langka, bukankah dirinya akan seperti
harimau tumbuh sayap dan dapat malang melintang seenaknya di dunia bu lim"
Cen Sim Fu memperhatikan pedang pusaka itu dengan seksama. Ternyata pedang
pusaka itu tampak lebih panjang sedikit dari pedang umumnya. Gagangnya sudah
tidak ada. Hanya batangnya saja yang terpental kesana kemari oleh gerakan air itu.
Lincah seperti seekor naga hidup, ringan seperti tidak ada benda apa pun. Cahayanya
berkilauan sehingga benar-benar menakjubkan.
Cen Sim Fu menatap sejenak. Ketika dia berniat mencari akal mengambil pedang itu
tiba-tiba di antara suara gerakan air yang bergemuruh berkumandang suara dentingan
yang nyaring. Tang! Ting! Tang! Ting! Seperti benturan dua jenis logam.
504 Mendengar suara itu, untuk sesaat Cen Sim Fu jadi tertegun. Belum sempat dia
merenungkan apa yang harus dilakukannya, tahu-tahu terdengar suara Kim Ting siong
jin berkata dengan suara lantang."Biar aku masuk duluan!"
"Kenapa?" tanya Coan lun hoat ong. Cen Sim Fu menolehkan kepalanya. Tampak
kedua orang itu berdesakan di pintu goa dan berebut ingin masuk terlebih dahulu ke
dalam goa tersebut. Siapa pun tidak ada yang sudi mengalah. Dapat dipastikan bahwa
mereka sudah melihat pedang pusaka yang terayun-ayun air mancur itu. Cen Sim Fu
melihat kedua orang itu berkutet terus dengan maksud ingin mendahului yang lainnya
memasuki goa. Diam-diarn dia berpikir dalam hati, apabila mereka dibiarkan masuk,
tentunya kesempatannya semakin tipis untuk mendapatkan pedang pusaka itu. Berpikir
demikian, timbul kelicikan di dalam benaknya. Cepat-cepat dia melangkah dua tindak
ke depan setelah membalikkan tubuh dan tertawa cekikikan terhadap kedua orang itu.
"Buat apa kalian ngotot-ngototan?" Belum selesai gema suaranya, sepasang tangannya
sudah mengirimkan dua buah pukulan ke depan.
Serangannya itu boleh dibilang secepat angin. Pukulan tangan kirinya mengincar Coan
lun hoat ong dan pukulan tangan kanannya diarahkan ke Kim Ting siong jin. Baik
Coan lun hoat ong maupun Kim Ting siong jin sama sekali tidak menyangka Cen Sim
Fu akan menyerang mereka secara mendadak.
Di antara kedua orang itu, Coan lun hoat ong memang tidak termasuk tokoh dari dunia
bu lim. Meskipun tenaga dalamnya tinggi sekali, tetapi dia jarang bergebrak dengan
musuh. Karena itu reaksinya juga lebih lamban. Di saat dia masih tertegun, pukulan
Cen Sim Fu sudah mendarat di dadanya.
Reaksi Kim Ting siong jin lebih cepat, begitu melihat pukulan meluncur datang, ia
segera ber-geser ke samping dan membalas sebuah serangan ke depan. Tidak
disangka, Cen Sim Fu memang licik sekali. Dia sudah membayangkan, apabila
serangannya gagal dan kedua orang itu bekerja sama menghadapinya, sudah tentu dia
bukan tandingan mereka.
Itulah sebabnya, ketika dia menghantam dada Coan lun hoat ong dan sempat merasa
adanya tenaga tolakan yang cukup besar, Cen Sim Fu langsung mengubah pukulannya
menjadi cengkeraman. Kelima jari tangannya menekuk, Iain meluncur ke atas dan
mencengkeram pundak Coan lun hoat ong. Tepat di saat Kim Ting siong jin membalas
sebuah pukulan kepada Cen Sim Fu. Cen Sim Fu menarik ujung pakaian Coan Lun
hoat ong itu sehingga kakinya tertarik ke depan satu tindak. Dalam waktu yang tepat
sekali, dia mendorong tubuh lhama tua itu sehingga membalik dan menyambut
datangnya serangan Kim Ting siong jin.
Perubahan itu berlangsung dalam sekejap mata. Tenaga dalam Coan lun hoat ong
sudah mencapai taraf yang tinggi sekaii. Ketika dadanya terhantam pukulan Cen Sim
Fu, dia tidak merasakan apa-apa. Namun ketika Cen Sim Fu menariknya dengan
cengkeraman dan mendorong tubuhnya, dia merasa Kim Ting siong jin sedang
mengerahkan tenaga dalam untuk mengirimkan serangan. Dalam keadaan gugup,
lhama tua itu langsung melancarkan dua buah pukulan.
505 Kedua pukulan itu satu dilancarkannya untuk menyambut pukulan Kim Ting siong jin
sedangkan yang satu lagi diarahkan kepada Cen Sim Fu.
Tapi, setelah membalikkan tubuh Coan lun hoat ong, Cen Sim Fu cepat mencelat ke
belakang. Pukulan yang diarahkan Coan lun hoat ong kepadanya memancarkan angin
yang kencang, namun mengenai tempat yang kosong. Blam! Pukulan yang satunya
beradu dengan pukulan Kim Ting siong jin.
Tenaga dalam Coan lun hoat ong, tidak usah diragukan lagi tingginya. Apalagi ketika
dia mengerahkan pukulan. Dia sudah menderita kerugian lebih dulu, hatinya sedang
marah. la malah menyerang dengan segenap kekuatannya.
Barusan ia mengadu pukulan dengan Kim Ting siong jin. Meskipun Kim Ting siong
jin memiliki ilmu yang tinggi sekali, namun tenaga dalamnya masih terpaut cukup
banyak dengan Coan lun hoat ong. Maka saat itu terpaksa menelan sedikit kepahitan.
Terdengar Kim Ting siong jin menjerit dengan suara melengking, tubuhnya tergetar
mundur tiga langkah dan tepat jatuh di dalam pelukan Kwe Tok.
Siu Lo Cun Cu Kwe Tok menjulurkan tangannya menyambut tubuh Kim Ting siong
jin. Orang tua itu tertawa terbahak-bahak.
"Belum mendapat keuntungan apa-apa, sudah saling mencakar. Ha ... ha ... Benarbenar
tidak seru!"
Wajah Kim Ting siong jin menyiratkan kemarahan. Dia meraung keras-keras."Apakah
harus menentukan kalah menang dulu baru mengambil pedang pusaka?"
Kwe Tok tertawa dingin. "Kalian bertiga yang mengambil keputusan, aku tidak akan
ikut campur."
Mendengar kata-kata Kwe Tok hati Hek Tian Mo Cen Sim Fu senang sekali. "Kwe
loyacu, maksudmu kau tidak ingin mendapatkan pedang pusaka itu?"
Kwe Tok tersenyum licik. "Kapan aku pernah berkata begitu?"
Coan lun hoat ong mengatur hawa murni dalam tubuhnya. "Lalu, apa maksud katakatamu
tadi?" tanyanya.
Kwe Tok tersenyum. "Di antara kalian, asal ada yang mampu, silakan ambil pedang
pusaka itu, aku tidak akan mengernyitkan kening sedikit pun."
Cen Sim Fu yang paling senang mendengar kata-katanya. "Kwe loyacu, kata-katamu
itu tulus atau hanya main-main saja?"
"Siau Cen, jaga mulutmu itu! Kapan orang she Kwe ini pernah menyalahi katakatanya
sendiri?" Cen Sim Fu segera mengeluarkan suara siulan yang panjang. "Baik! Anggap saja
ucapanku tadi terlalu kasar!"
506 Selesai berkata, Hi bull Cen Sim Fu sudah mencelat ke belakang. Sampailah dia di tepi
kolam itu. Dia bersiap mengempos hawa murni dalam tubuhnya untuk mengerahkan
gin kang agar dapat mencelat sampai atas air mancur itu. Dia sudah bertekad untuk
menjadi orang pertama yang mengambil pedang pusaka itu.
"Siau Cen. Tunggu dulu! Masih ada perkataan lain yang ingin kuutarakan!" Terdengar
Kwe Tok herkata dengan tiba-tiba.
Cen Sim Fu sama sekali tidak herani menyalahi Siu Lo Cun Cu Kwe Tok. Mendengar
ucapan Kwe Tok, dia berusaha menahan hawa amarah dalam dadanya. Untuk
sementara dia tidak jadi mencelat ke atas, tapi tampangnya sudah mulai tidak enak
dilihat. "Entah masih ada petunjuk apa lagi dari Kwe loyacu?" katanya.
"Kau jangan menganggap aku sengaja menghalang-halangimu. Sebetulnya apa yang
ingin kukatakan demi kebaikanmu sendiri."


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar ucapan Kwe Tok, tanpa dapat ditahan lagi timbul perasaan heran dalam
hati Cen Sim Fu, tetapi dia tertawa terkekeh-kekeh beberapa kali.
"Terima kasih atas perhatian Kwe loyacu!"
Wajah Kwe Tok berubah serius. "Siau Cen, kau tidak percaya dengan kata-kataku"
Sekarang aku ingin bertanya kepadamu, kau lihat baik-baik! Ada berapa batang
pedang sebenarnya yang bergerak-gerak karena ayunan air mancur itu?"
Mendengar pertanyaan Kwe Tok, Cen Sim Fu teringat kembali ketika dia
memperhatikan pedang pusaka yang berwarna kehijau-hijauan itu, tiba-tiba dia
mendengar suara dentingan, seperti berbenturnya dua jenis logam, tetapi dia tidak tahu
dari mana asalnya.
Pada saat itu hatinya sudah curiga, tetapi dari belakangnya sudah terdengar suara
perdebatan antara Coan lun hoat ong dengan Kim Ting siong jin. Karena itu dia
terpaksa menunda masalah yang mernbuat hatinya bertanya-tanya. Sekarang, setelah
mendengarkan kata-kata Kwe Tok, tanpa dapat ditahan lagi dia jadi tertegun.
"Mungkinkah masih ada pedang kedua?"
Kwe Tok tertawa terbahak-bahak.
"Di dalam goa ini ada dua batang pedang pusaka. Kedua pedang itu merupakan harta
benda yang tidak terkirakan nilainya sejak adanya pedang. Yang satu adalah pedang
berwarna kehijauan yang terlihat sekarang. Apabila orang yang menggunakannya
mengenakan pakaian berwarna hijau juga, maka batang pedang itu akan menjadi
transparan, sehingga orang tidak dapat melihatnya dengan jelas. Tajamnya jangan
ditanyakan lagi. Sedangkan pedang yang satunya lagi . . . memang tidak bisa terlihat
sama sekali. Aku sendiri tidak tahu terbuat dari bahan apa pedang itu, yang pasti pada
jaman dulu ada dua julukan yang diberikan pada pedang itu. Yang satu disebut Bu
heng kiam (Pedang tanpa bayangan). Hal itu tentu karena pedangnya sendiri yang
507 tidak bisa sembarangan terlihat oleh pandangan mata. Dan sebagian orang
menyebutnya Bu Ceng kiam (Pedang tanpa perasaan), nama itu diberikan mungkin
karena dapat melukai atau membunuh seseorang tanpa terasa sedikit pun pada
permulaannya . . ."
Apa yang dikatakan oleh Kwe Tok, boleh dibilang bahkan belum pernah didengar oleh
orang-orang lainnya di dalam goa itu. Mereka jadi ter-mangu-mangu.
"Dimana pedang yang satunya lagi?" tanya Cen Sim Fu.
"Tentu saja teruntal antil di atas air mancur itu juga. Hanya saja tak tertangkap
pandangan mata," sahut Kwe Tok.
Cen Sim Fu melirik ke atas air mancur. Untuk sesaat dia berdiri terpaku tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.
Tadinya dia bermaksud mengerahkan gin kangnya yang tinggi untuk mencelat ke atas
dan meraih pedang pusaka itu. Tetapi sebenarnya hal itu cukup membahayakan karena
muncratan air mancur itu sangat deras.
Siapa pun bisa melihat bahwa pedang pusaka itu tajam sekali, mungkin dapat
memotong besi ataupun batu giok dengan mudah. Sedangkan tubuh yang sedang
mencelat ke atas, di situ tidak bisa mengerahkan tenaga dalam. Lagipula di sekitar
tempat itu terdapat air mancur yang besar-besar sehingga pandangan mata menjadi
kabur. Apabila kurang hati-hati sedikit saja, tangan bisa salah raih, akibatnya pasti
akan terluka. Apalagi sekarang Kwe Tok mengatakan masih ada sebatang pedang lainnya yang tidak
terlihat. Pedang itu juga bergerak-gerak karena ayunan air mancur, sama sekali tidak
dapat diduga di mana adanya pedang itu. Apabila pedang itu kebetulan menyongsong
datangnya tangan kita yang ingin meraih, kesenggol sedikit saja, ada kemungkinan
pedang tak berwujud itu akan berbalik arah dan menembus jantung kita.
Itulah sebabnya Cen Sim Fu merenung sekian lama. Diam-diam dia berpikir da lam
hati. Kwe Tok bukan tokoh yang suka bicara sembarangan, dia tidak boleh menempuh
bahaya sebesar itu. Lebih baik memancing Coan lun hoat ong dengan sindiran agar
lhama itu yang mencobanya terlebih dahulu. Lebih bagus lagi apabila orang tua itu
sampai terluka oleh pedang tak terwujud itu.
Karena itu Cen Sim Fu segera tertawa ter-bahak-bahak.
"Coan lun hoat ong adalah seorang pendeta suci yang berpandangan tinggi, aku
bersedia mengalah kepadamu agar mengambil lebih dulu pedang pusaka itu."
Cen Sim Fu benar-benar orang yang tidak tahu malu. Dalam waktu sekejap bisa
mengucapkan kata-kata seperti itu, tanpa berubah sedikit pun mimik wajahnya.
Sedangkan Coan lun hoat ong dari kuil Ga tang itu, pada hakekatnya juga hukan
manusia baik-baik. Kalau tidak, mana mungkin dia menipu Lie Cun Ju datang ke
perbatasan Tibet kemudian memusnahkan seluruh ilmu silatnya.
508 Tetapi Coan lun hoat ong tidak bermuka tebal seperti Cen Sim Fu. Mendengar katakata
Cen Sim Fu untuk sesaat dia jadi tertegun. Dia sadar bahwa Cen Sim Fu justru
mendengar kata-kata Kwe Tok sehingga tidak berani menempuh bahaya itu dan
membiarkan dia sendiri yang mencobanya.
Seandainya dia menyetujui usul Cen Sim Fu, berarti dirinya kena diperalat oleh orang
itu. Tetapi apabila dia tidak setuju, dia justru tidak begitu mempercayai keterangan
Kwe Tok. Lagipula dia juga kehilangan kesempatan. Dia berpikir sejenak. "Lantas
bagaimana pendapat Kim Ting siong jin?" katanya.
Perasaan Kim Ting siong jin memang sedang tidak senang. Dia tidak rela orang lain
mendahuluinya, karena dia juga tidak percaya keterangan yang diberikan Kwe Tok.
Itulah sebabnya, setelah mendengar pertanyaan Coan lun hoat ong, cepat-cepat dia
ingin menyatakan kesediaannya, tetapi Sang Cin dan Sang Hoat yang berdiri di
belakangnya sudah keburu melangkah satu tindak ke depan.
"Suhu, setan tua she Kwe itu mempunyai kedudukan yang tinggi sekali di dunia bu
lim. Tentu tidak akan mengoceh sembarangan. Lebih baik biarkan pendeta itu
mencobanya terlebih dahulu!" katanya dengan suara berbisik.
Meskipun Kim Ting siong jin guru Sang Cin dan Sang Hoat, dan jelas kepandaiannya
juga jauh lebih tinggi dari mereka, tetapi karena dia menetap di daerah Biao serta
jarang datang ke wilayah Tiong goan, jadi dia juga kurang paham situasi di dunia bu
lim. Karena itu pula, dia sering meminta petunjuk dari kedua orang muridnya itu.
Sekarang mendengar keterangan Sang Cin dan Sang Hoat, dia menarik kembali katakata
yang akan diucapkannya tadi dan berubah haluan.
"Apa yang dikatakan Hek Tian Mo memang tidak salah,, biar Coan lun hoat ong yang
turun tangan teriebih dahulu. Kami bersedia mengalah!"
Coan lun hoat ong yang didesak dengan kata-kata oleh kedua orang itu, merasa gengsi
juga. Dan kenyataannya dia memang kurang percaya dengan keterangan Kwe Tok
tadi. Akhirnya dia pun menganggukkan kepalanya.
"Baiklah! Apabila aku sudah mendapatkan pedang pusaka itu, harap kalian jangan
timbul pikiran untuk merebutnya!"
Sebetulnya kata-kata Coan lun hoat ong itu terlalu berlebihan. Sebab beberapa orang
yang berkumpul di dalam goa itu boleh dikata setali tiga uang. Taraf perbedaan ilmu
setiap orang tipis sekali. Seandainya dia sudah berhasil mendapatkan pedang pusaka
itu, ibarat harimau tumbuh sayap, siapa lagi yang sanggup merebut pedang itu darinya.
Orang lainnya tidak ada yang memberikan komentar. Coan lun hoat ong maju satu
langkah. Sepasang lengannya bergetar, tubuhnya mencelat ke atas. Tahu-tahu dia
sudah melayang di ketinggian dua depaan. Tinggi air mancur itu sendiri hanya satu
depa lebih. Berarti begitu mencelat, tubuhnya sudah melayang di atas pancuran air itu.
509 Tampak tubuhnya bergeser ke samping sedikit, kemudian meluncur tegak lurus
beberapa kaki. Setelah itu baru melorot turun secara perlahan-lahan.
Beberapa perubahan yang diperlihatkannya benar-benar indah, menimbulkan rasa
kagum dalam hati orang-orang yang melihatnya. Apabila hawa murni dalam tubuh
seseorang tidak cukup dalam, tentu tidak bisa melakukan hal itu.
Di saat tubuhnya sedang melorot turun, kebetulan pedang berwarna kehijauan itu
sedang bergerak ke atas terpental ayunan air mancur. Diam-diam hati Coan lun hoat
ong merasa senang. Dia mengamati letaknya yang tepat, kedua jari tangannya segera
meluncur ke depan untuk menjepit tubuh pedang.
Gerakan itu sudah diukm dengan seksama. Tampaknya dengan mudah dia akan
mendapatkan pedang yang langka dan tidak ada duanya di dunia itu. Ketika perasaan
Cen Sim Fu mulai menyesal membiarkan lawan mendahuluinya, Coan lun hoat ong
justru merasa ada serangkum hawa dingin yang melanda ke arah siku tangannya.
Tadinya Coan lun hoat ong mengira rombongan Cen Sim Fu atau Kim tin siong jin
yang membokongnya. Dalam keadaan darurat, dia masih sempat menolehkan
kepalanya sekejap, tapi dia tidak meneniukan kejanggalan apa-apa. Sedangkan dia
tidak bisa menoleh terlalu lama, karena perhatiannya bisa terpencar.
Tetapi barn saja dia menolehkan kepalanya kembali, terasa kedua jari tangannya sudah
menyentuh tubuh pedang. Namun dalam waktu yang hampir bersamaan, lengan
kanannya terasa perih, darah segar memercik ke mana-mana. Ternyata batas sikunya
sudah terpotong.
Rasa terkejut Coan lun hoat ong saat itu jangan ditanyakan lagi. Hawa murni dalam
tubuhnya tidak dapat dikendalikan, tubuhnya pun melorot turun seketika.
Perubahan itu datangnya demikian mendadak, tentu saja tidak menunjukkan gejala
sedikit pun. Coan lun hoat ong merasa pandangan matanya menjadi kabur karena
percikan darah yang merah tahu-tahu siku tangannya sudah terjatuh ke dalam kolam.
Untuk sesaat, Coan lun hoat ong sendiri tidak tahu apa sebetulnya yang telah terjadi.
Secara spontan tangan kirinya bergerak, dia ingin meraih pedang yang telah niemutus
siku tangannya tadi.
Tetapi, baru saja tangan kirinya bergerak ke kanan, tiba-tiba serangkum hawa dingin
melintas di depan wajahnya. Ternyata jari tangan kelingking dan jari tangannya tanpa
sebab musabab yang kembali terputus.
Saat itu Coan lun hoat ong henar-benar terkejut hatinya. Tubuhnya melorot turun kirakira
dua kaki. Dalam waktu yang bersamaan, air di kolam itu memancur ke atas
mengenai kepalanya. Coan lun hoat ong sudah kesakitan sedemikian rupa sehingga
kepalanya pusing tujuh keliling, namun guyuran air mancur itu, membuat dirinya
tersadar kembali.
510 Meskipun tenaga dalamnya yang dahsyat sekali masih dapat mempertahankan dirinya
dari luka yang demikian parah, tetapi dia juga sadar, apabila tubuhnya sampai terjatuh
ke tengah-tengah pancuran air, selembar nyawanya pasti sulit dipertahankan lagi.
Itulah sebabnya, dalam keadaan panik, dia menghimpun hawa murni dalam tubuhnya.
Dengan cepat dia mencelat lagi ke atas kurang lebih tiga kaki, kemudian menggeser
tubuhnya sedikit dan memaksakan dirinya menghentak ke samping. Akhirnya berhasil
juga dia terjatuh ke samping kolam, namun saat itu juga dia tidak sadarkan diri.
Semua perubahan itu terjadi dalam sekejap mata. Begitu Can lun hoat ong terjatuh ke
tepi kolam, dua lhama lainnya dari kuil Ga tang segera menghambur ke arahnya.
Dengan sibuk menotok bagian yang terluka agar pendarahannya terhenti. Sementara
itu, tampak siku dan kedua jari tangan Coan lun hoat ong masih terpental kesana
kemari oleh gerakan air mancur. Kemudian tanpa menimbulkan suara sedikit pun, atau
mungkin suaranya ada tapi tertutup gemuruh suara air mancur itu, kedua jari tangan
dan siku Coan lun hoat ong sudah tercebur ke dalam kolam.
Melihat peristiwa yang terjadi, wajah Kim Ting siong jin dan Cen Sim Fu langsung
beruhah hebat. "Kwe loyacu apakah pedang Bu heng kiam itu benar-benar tidak bisa terlihat sedikit
pun?" tanya Cen Sim Fu dengan suara parau.
Kwe Tok tertawa dingin. "Kalau bisa terlihat oleh pandangan mata, mana dapat
disebut benda pusaka?"
Cen Sim Fu menolehkan kepalanya sekali lagi melihat ke arah kolam. Tampak pedang
yang berwarna kehijau-hijauan itu masih terkatung-katung di tengah udara karena
dorongan air mancur.
Untuk sesaat dia termangu-mangu. "Kalau begitu, siapa pun yang mendapatkan
pedang itu dapat melukai lawannya tanpa terlihat sedikit pun?" tanya Kim Ting siong
jin. Kwe Tok tertawa terbahak-bahak. "Sudah tentu. Makanya pedang itu juga dinamakan
Pedang tanpa rasa. Maksudnya orang yang tertusuk pedang itu tidak sempat
merasakan apa-apa tahu-tahu sudah mati. Sayangnya belum tentu kau bisa
mendapatkannya."
Kim Ting siong jin mendengus dingin. Dia menolehkan kepalanya.
"Hek Tian Mo, sekarang giliran siapa, kau atau aku?" katanya.
Cen Sim Fu menolehkan kepalanya melirik Kim Ting siong jin sekilas. Diam-diam dia
berkata dalam hati, Coan lun hoat ong yang mempunyai tenaga dalam lebih tinggi
daripada kami berdua saja, masih menderita luka demikian parah. Lebih baik jangan
mendahului dan beri kesempatan kepada Kim Ting siong jin untuk mencobanya sekali
lagi. "Silakan Tuan turun tangan dulu!" katanya.
511 Kim Ting siong jin tertawa pan jang.
"Baik!" Dia mengangkat anglo emasnya kemudian berjalan ke tepi kolam. Di sana dia
memusatkan pandangan matanya.
Perlu diketahui bahwa hampir seumur hidupnya Kim Ting siong jin di dalam goa yang
gelap di daerah Biao. Ketajaman matanya sungguh sulit dicari duanya di dunia ini.
Setelah dia memperhatikan dengan seksama, merasa di samping pedang berwarna
hijau itu, terdapat hawa pedang lainnya yang sedang terayun-ayun seiring gerakan air.
Diam-diam Kim Ting siong jin berpikir dalam hati, seandainya pedang itu tidak bisa
tertangkap pandangan mata, tentunya pedang itu tipis sekali. Dia menatap hawa
pedang itu sekejap, tidak sepatah kata pun yang tercetus dari mulutnya, juga tidak
segera mengambil tindakan. Seperti sebuah patung yang tidak bergerak sedikit pun.
Cen Sim Fu mulai tidak sabar melihat tindakannya. "Apa sih yang kau lihat" Jangan
tunda terus waktu kami, cepat ambil tindakan!" teriaknya.
Kim Ting siong jin tidak menjawab, sepeminuman teh kembali berlalu, tiba-tiba dia
mengeluarkan suara siulan panjang. Dari balik pakaiannya yang gemerlapan dia
mengeluarkan seutas rantai.
Tampak Kim Ting siong jin mengikat bagian ujung rantai di kaki anglo emasnya.
Seteiah itu dia mengangkat anglo emasnya ke atas kemudian membantingnya kembali.
Setelah melakukan hal itu, kembali Kim Ting siong jin memperhatikan air mancur
dengan penuh perhatian. Tidak ada yang tahu apa yang sedang diperbuatnya. Tetapi
tidak ada pula yang menanyakannya.
Sikapnya yang demikian serius membuat orang lainnya menahan nafas melihatnya.
Tetapi sampai sekian lama, tidak ada seorang pun di antara mereka, termasuk Siu Lo
Cun Cu yang berhasil melihat pedang tanpa wujud itu.
Seandainya gagang pedang itu masih ada, meskipun batang pedang itu sendiri tidak
berwujud, setidaknya gagangnya pasti kelihatan. Tetapi justru pedang tidak berwujud
itu mengalami nasib yang sama dengan pedang hijau. Gagangnya telah hilang entah
berapa ratus tahun yang lalu.
Dengan kekuatan pandangan mata, juga pengerahan segenap perhatian, Kim Ting
siong jin baru dapat merasakan adanya hawa pedang lain yang sedang menari-nari di
atas air mancur.
Untuk beberapa saat, Kim Ting siong jin berdiri termangu-mangu. Tiba-tiba terdengar
suara dari arah air mancur.
Tang! Ting! Tang! Ting!
Mimik wajah Kim Ting siong jin semakin tegang, dia mempertajam pandangan
matanya. Tampak di samping pedang hijau itu ada segaris bayangan pedang lainnya
yang demikian samar sehingga hampir seperti ada dalam khyalannya saja. Tetapi dia
512 berhasil melihat bayangan pedang yang samar itu justru sedang mencelat ke atas
karena gerakan air mancur yang sedang memancur.
Kim Ting siong jin membentak keras-keras. Dia menghentakkan tangannya, rantai
panjangnya telah menggetarkan anglo emasnya sehingga melayang ke atas. Anglo
emas itu membentuk bayangan yang berkilauan meluncur terus menuju hawa pedang
tadi. Gerakannya itu terhitung bukan main cepat-nya. Tampak anglo emas itu sudah
melayang ke samping air mancur. Terdengarlah suara dentangan yang nyaring. Kim
Ting siong jin gembira sekali.
"Akhirnya berhasil kudapatkan juga . . ." Tetapi belum lagi kata-katanya selesai, tibatiba
terdengar lagi suara dentingan.
Cring . . .! Tampak sebuah lubang pada anglo emasnya. Salah satu kaki anglo itu lepas dari
tubuhnya. Kim Ting siong jin terkejut bukan main. Padahal tadi dia sudah melihat dengan tepat,
jelas-jelas pedang tidak berwujud itu sudah terkait ke dalam anglo emasnya, namun
tidak disangka-sangka dalam sekejap mata pedang itu bisa menembus keluar, bahkan
menebas salah satu kaki anglo itu.
Dalam keadaan panik, Kim Ting siong jin bermaksud menarik kembali anglo
emasnya. Dia menghentakkan tangannya, namun belum sempat menariknva, tiba-tiba
dia merasa bobot rantai itu jadi ringan. Ternyata rantai yang mengikat kaki angio emas
itu juga sudah tertebas putus.
Wajah Kim Ting siong jin pucat pasi, dia mengeluarkan seruan terkejut. Tampak air
kolam memercik ke mana-mana, anglo emasnya terjatuh ke dalam kolam. Tanpa
menimbulkan suara sedikit pun tenggelam ke dalam air yang berpancuran dengan
deras. Anglo emas itu dipandang sehagai sahabatnya yang paling dekat oleh Kim Ting siong
jin, bahkan lebih penting dari nyawanya sendiri. Sekarang bukan saja dia tidak
berhasil mendapatkan salah satu pun dari kedua batang pedang pusaka itu, bahkan
kehilangan anglo emasnya.
Kim Ting siong jin seperti kalap saking marahnya. Dia mengibaskan rantai di
tangannya kesana kemari tanpa sasaran yang pasti. Terdengar suara angin menderuderu.


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang-orang lainnya segera menghindar. Hanya Siu Lo Cun Cu Kwe Tok
seorang yang tidak menghindar, bahkan melangkah ke depan satu tindak, tangannya
menjilir ke depan. Secepat kilat dia menyusup ke dalam bayangan rantai. Tahu-tahu
ujung rantai itu sudah tercekal oleh tangannya.
Kemarahan Kim Ting siong jin semakin meluap-Iuap. Wajahnya tampak garang.
"Setan tua, apa maksudmu?"
513 "Kau hanya kehilangan sebuah anglo emas, tetapi selemhar nyawamu masih utuh,
seharusnya kau sudah merasa puas!" sahut Kwe Tok dengan nada dingin.
Kim Ting siong jin membentak dengan suara keras. "Kentut!"
Tubuhnya berkelebat, kakinya maju satu tindak, jenggot dan rambutnya berkibarkibar,
giginya gemerutuk, tinjunya meluncur ke depan mengincar Kwe Tok.
Siu Lo Cun Cu Kwe Tok hanya memandangi dengan tenang. Tinju itu sebentar lagi
akan me-ngenai dadanya. Gerakan serangan itu cepat sekali. Tampaknya jaraknya
sudah begitu dekat. Tiba-tiba jari tangan Kwe Tok bergerak ke depan mengirimkan
totokan ke arah tangan Kim Ting siong jin.
Kim Ting siong jin sempat tertegun, tetapi serangannya tidak menjadi lambat sedikit
pun. Jurus serangan yang dimainkan Kwe Tok mengandung keanehan yang tidak
terkirakan. Tetapi Kim Ting siong jin mempunyai keyakinan akan tenaga dalamnya
sendiri yang dahsyat sekali. Seandainya jari tangan orang tua itu nekat beradu dengan
tangannya, bukankah malah jari tangan orang itu sendiri yang akan patah"
Kim Ting siong jin tidak menarik serangannya kembali. Gerakan tangannya justru
semakin cepat. Tampaknya sebentar lagi tinjunya akan beradu dengan jari tangan Kwe
Tok. Tetapi justru pada saat itu juga, lengan Kwe Tok bergeser sedikit, jari tangannya
bergerak menurun. Tahu-tahu jalan darah di bagian pinggang Kim Ting siong jin
sudah tertotok.
Begitu jalan darah di pinggangnya tertotok, lengan Kim Ting siong jin jadi lemas
seketika. Padahal saat itu tinjunya hanya tinggal setengah cun saja dapat menghantam
dada Kwe Tok. Rasa terkejut Kim Ting siong jin saat itu benar-benar tidak terlukiskan. Cepat-cepat
dia mencelat ke belakang. Kwe Tok juga tidak mengejarnya.
"Siau Cen, giliranmu sekarang!" kata Kwe Tok dengan nada dingin.
Jilid 10________
Hek Tian Mo Cen Sim Fu melihat dua orang rekannya yakni Coan lun hoat ong sudah
terluka cukup parah dan yang seorang lagi Kim Ting siong jin kehilangan anglo
emasnya. Tetapi keduanya tidak mendapat hasil apa-apa. Diam-diam dia sudah
mempunyai perhitungan tersendiri.
Sementara itu, mendengar kata-kata Kwe Tok, Cen Sim Fu langsung tertawa
cekikikan. "Kwe loyacu, pedang pusaka yang tidak berwujud itu ternyata demikian hebat.
Apakah kau ada akal untuk mendapatkannya?"
"Tentu saja ada," jawab Kwe Tok.
Cen Sim Fu tersenyum.
514 "Kwe loyacu, apakah kau memerlukan bantuan orang lain?"
"Tidak," sahut Kwe Tok sinis.
Padahal Cen Sim Fu mempunyai rencana. Dia tahu kekuatannya sendiri tidak mungkin
sanggup meraih pedang itu. Itulah sebabnya dia menawarkan jasanya untuk membantu
Kwe Tok mengambil pedang itu. Meskipun akhirnya dia hanya memperoleh pedang
hijau itu, yang penting tidak sampai pulang ke Tiong goan dengan tangan kosong.
Lagi pula pedang hijau itu juga termasuk pedang pusaka yang sulit dicari
tandingannya bukan"
Tidak disangga Kwe Tok terang-terangan menolak jasa yang ditawarkannya. Cen Sim
Fu jadi kehilangan kesempatan untuk memperalat orang tua itu. Akhirnya dia hanya
dapat tertawa sumbang. "Kalau begitu, rasanya aku harus berusaha sendiri." Selesai
berkata, Cen Sim Fu langsung berjalan menuju tepi kolam. Di sana dia berhenti
sejenak. Tiba-tiba tangannya tampak menjulur ke depan lalu mengibas, sebatang
senjata rahasia sudah disambitkannya ke atas.
Senjata rahasia itu meluncur bagai sambaran kilat cepatnya menuju pedang berwarna
hijau. ilmu menyambitkan senjata rahasia Cen Sim Fu sudah mencapai taraf yang
tinggi sekali. Begitu senjata rahasia itu meluncur ke atas, langsung terdengar suara.
Cring! Ternyata sambitannya tidak meleset sedikit pun, tepat mengenai batang pedang hijau.
Pedang hijau itu terpental keluar dari air mancur dan melesat ke samping sejauh satudua
kaki. Namun baru saja terpental keluar, pedang itu terhempas lagi oleh pancuran air lainnya,
sehingga membuyarkan tenaga sambitan rahasia tadi. Cen Sim Fu tidak putus asa. Jari
tangannya menyentil heberapa kali berturut-turut, tiga batang senjata rahasia
disambitkannya kembali.
Tiga batang senjata rahasia itu tepat mengenai batang pedang. Tenaga dalam yang
dipancarkan ke dalam jari tangan Hek Tian Mo besar sekali. Ketiga batang senjata
rahasia itu tepat mengenai tubuh pedang sehingga pedang itu terpental sekali lagi
sejauh satu depa lebih. Jelas pedang itu sudah meluncur keluar dari pancuran air.
Hati Cen Sim Fu tegang sekali, cepat dia menghentakkan sepasang kakinya, lalu
meluncur ke depan.
Cen Sim Fu mengambil arah kanan untuk mengitari kolam itu. Entah bagaimana, baru
saja dia sampai di seberang kolam dan melihat pedang hijau itu melorot turun, tibatiba
tampak sesosok bayangan berkelebat. Tahu-tahu bayangan itu sudah sampai di
samping pedang hijau. Ketika Cen Sim Fu bergegas menjulurkan tangannya untuk
meraih pedang hijau itu, tahu-tahu orang lain sudah lebih dulu mengambilnya.
Kemarahan dalam dada Cen Sim Fu benar-benar meluap. "Siapa?" tanyanya.
"Aku!" sahut orang itu dengan nada dingin.
515 Cen Sim Fu memperhatikan dengan seksama, orang itu ternyata Siu Lo Cun Cu Kwe
Tok. Tadinya Cen Sim Fu mengira pasti orang lain yang datang merebut pedang itu dari
jangkauannya, dia sama sekali tidak menyangka, Kwe Tok yang melakukannya.
Saat itu, ketika melihat jelas orang yang merebut pedang itu memang Siu Lo Cun Cu
hatinya terkejut bukan main, wajahnya langsung berubah hebat. "Kwe lo yacu,
sungguh tidak disangka orang tua seperti kau bisa mengingkari kata-katanya sendiri."
Kedua jari tangan Kwe Tok menjepit pedang hijau itu. "Siapa yang mengingkari katakatanya?"
sahutnya dengan nada dingin.
"Baru saja kau mengatakan, kalau aku berhasil mendapatkan pedang itu, kau tidak
akan merebutnya. Sekarang, coba lihat, apa yang kau lakukan?"
Cen Sim Fu menganggap sindirannya itu pasti akan membuat Kwe Tok membungkam
tanpa sanggup menjawab sepatah kata pun. Tidak tahunya, setelah mendengar
sindirannya itu, Kwe Tok malah tertawa terbahak-bahak.
"Siau Cen, kalau saja aku terlambat bertindak, pedang hijau yang langka ini pasti
sudah menghilang dari dunia bu lim untuk selamanya."
Hek Tian Mo Cen Sim Fu tertegun sejenak. "Kenapa?"
"Tadi kau lihat sendiri bahwa pedang itu meluncur lurus menuju ke dalam kolam,
seandainya kau tidak sempat meraihnya dan pedang itu sampai tercebur ke dalam
kolam, siapa orang di dunia ini yang sanggup mengambilnya lagi?"
Tadi, ketika melihat pedang itu terpental keluar, Cen Sim Fu panik berlari memutari
kolam. Dia tidak sempat memperhatikan ke mana arah luncuran pedang itu.
Tapi dia sudah menyambitkan beberapa batang senjata rahasia sehingga pedang itu
terpental keluar dari pancuran air, sekarang jerih payahnya malah sia-sia. Pedang itu
direbut oleh Kwe Tok. Mana mungkin dia sudi melepaskan kesempatan itu begitu
saja" Cen Sim Fu merenung sejenak. "Kwe loyacu, apakah tidak ada kesempatan lagi
bagiku untuk mendapatkannya?" katanya.
Kwe Tok tertawa terbahak-bahak. "Tentu saja boleh!"
Sembari berkata, dia mencelat ke belakang beberapa tindak. Dia menjauhi kolam
tersebut. "Aku akan menyambitkan pedang ini ke depan. Seandainya kau bisa menyambutnya,
pedang ini akan menjadi milikmu."
Hek Tian Mo Cen Sim Fu tertawa dingin satu kali. "Kau mengerahkan tenaga dalam
menyambitkannya, sedangkan pedang itu begitu tajam, mana mungkin aku sanggup
menyambutnya?"
516 Baru saja kata-katanya selesai, terdengar Sin Lo Cun Cu memekik aneh, gerakan
tubuhnya seperti kilat. Tiba-tiba dia menerjang kearah Cen Sim Fu.
Pada dasarnya Cen Sim Fu memang rada takut kepada Kwe Tok. Apalagi sekarang di
tangan orang tua itu bertambah sebatang pedang yang demikian tajam"
Karena itu, begitu melihat Kwe Tok menerjang datang, saking terkejutnya dia sampai
pucat pasi. Tubuhnya berkelebat, dia menghindar ke samping. Ilmu kepandaian Hek
Tian Mo Cen Sim Fu hampir seimbang dengan almarhum Gin Leng Hia Ciang I Ki
Hu. Dengan demikian sudah terhitung jago kelas satu di dunia kang ouw. Gerakan
menghindarnya itu juga cepatnya tidak terkirakan.
Tetapi, baru saja tubuhnya bergerak, lengan Kwe Tok tiba-tiba menjulur ke depan.
Pedang yang warnanya hijau berkilauan itu sudah menghadang di depannva.
Seandainya Cen Sim Fu nekat menghindar terus ke depan, sama saja artinya dia
menyorongkan tubuhnya agar tertusuk pedang hijau itu. Bisa-bisa pinggangnya akan
tertebas putus seketika.
Melihat keadaan itu, sukma Cen Sim Fu seakan melayang entah kemana. Sinar pedang
yang warna hijau berkilauan itu sungguh mengerikan. Dalam keadaan panik, dia
menahan gerakan tubuhnya. Batang pedang itu hanya tinggal setengah cun dari
pinggangnya. Seluruh tubuh Cen Sim Fu dibasahi peluh dingin. Untuk sesaat dia berdiri termangumangu.
Sedangkan dalam keadaan terpaku, dia masih bingung apa sebetulnya yang
sedang terjadi. Dan dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan Kwe Tok
terhadapnya. Tangan kiri Kwe Tok terangkat ke atas. Plok . . .!
Muka Cen Sim Fu kena tamparan Kwe Tok. Dan dalam waktu yang bersamaan, orang
tua itu pun mencelat ke belakang. Semua itu terjadi dalam sekejap mata. Yang lerlihat
oleh orang lain hanya cahaya hijau yang melintas lalu tubuh Kwe Tok menghambur ke
depan. Plok . . .! Tahu-tahu pipi Cen Sim Fu sudah tertampar lagi.
Setelah mencelat ke belakang, Kwe Tok memaki dengan nada berat. "Siau Cen, kau
kira Kwe yayamu ini manusia yang demikian rendah?"
Hek Tian Mo Cen Sim Fu kena ditamparnya satu kali. Setelah tertegun sejenak, dia
baru menyadari bahwa dirinya ternyata masih hidup. Sampai dia mendengar makian
Kwe Tok, baru menyadari bahwa kata-katanya tadi telah menyinggung perasaan orang
tua itu. Dan Kwe Tok hanya memberinya pelajaran, bukan ingin membunuhnya.
Untuk sesaat dia terpaku memikirkan apa yang dialaminya barusan seandainya Kwe
Tok berniat jahat kepadanya kemungkinan itu besar sekali dan mungkin saat itu
dirinya sudah celaka. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
517 "Kalau begitu, mohon tanya bagaimana caranya Kwe loyacu ingin menyelesaikan
masalah pedang itu?"
Siu Lo Cun Cu Kwe Tok tertawa dingin. "Aku akan melemparkan pedang ini ke atas,
kalau kau mempunyai kemampuan, silakan sambut. Tapi kalau sampai gagal, salahkan
kepandaianmu sendiri yang terlalu cetek!"
Diam-diam Cen Sim Fu berpikir di da lam hati, asalkan dia berhasil mendapatkan
pedang itu meskipun ilmu kepandaian Kwe Tok tinggi sekali, rasanya juga tidak perlu
ditakutkan. "Baik!" sahutnya.
Siu Lo Cun Cu menggerak-gerakkan pedang itu sedikit, bermaksud melemparkan
pedang itu ke atas, tiba-tiba terdengar I Giok Hong berseru.
"Kwe lo sian sing, tunggu dulu!"
Kwe Tok menolehkan kepalanya.
"A Hong, aku ini Siok kongmu, mengapa kau memanggilku dengan sebutan Lo sian
sing?" I Giok Hong tidak langsung menjawab, tampak seperti mempertimbangkan sejenak.
"Kwe lo sian sing, kau dengarkan dulu kata-kataku sampai selesai, nanti kau sendiri
bisa mengerti mengapa aku menyebutmu demikian."
"Katakanlah," kata Kwe Tok.
"Tadi Hek Tian Mo menggunakan senjata rahasia mementalkan pedang itu dari
pancuran air. Kalau lo sian sing tidak cepat-cepat mengambil tindakan, pedang itu
pasti sudah lenyap untuk selamanya. Karena itu, lo sian sing melemparkan pedang itu
ke atas, kecuali Hek Tian Mo, setiap orang lainnya juga berhak ikut merebut, entah
bagaimana pendapat lo sian sing mengenai usulku ini?"
Belum lagi Kwe Tok sempat menyahut, Hek Tian Mo sudah membentak dengan suara
tajam melengking. "Siapa yang ingin berebutan denganku?"
I Giok Hong maju satu langkah. "Aku!" sahutnya.
Orang-orang lainnya langsung tertegun mendengar kata-kata gadis itu. Kenyataannya,
mes-kipun Hek Tian Mo Cen Sim Fu tadi sempat menderita kerugian, tetapi sampai di
mana tingginya kepandaian orang itu, tidak ada yang meragukannya lagi.
Sedangkan I Giok Hong lebih-lebih terpaut jatuh. Sekarang melihat gadis itu berani
terang-terangan menyatakan dirinya akan ikut merebut pedang itu, benar-benar tidak
diduga oleh mereka.
Kwe Tok sendiri juga tertegun.
518 "A Hong, satu hal yang harus kau ketahui, meskipun kau cucu keponakanku, tapi
dengan alasan peraturan bu lim, aku tidak bisa memberikan bantuan kepadamu!"
I Giok Hong tersenyum. "Lo sian sing. itulah sebabnya aku memanggilmu seperti itu.
Apabila mengharap kau orang tua memilih kasih, mana boleh ikut merebut pedang
pusaka itu?"
Kwe Tok tertawa terbahak-bahak. "Bagus! Sikapmu persis seperti ibumu. Bagus
sekali." I Giok Hong maju lagi selangkah. Dia berdiri berhadapan dengan Cen Sim Fu. Jarak
keduanya dengan Kwe Tok kurang lebih satu depa. Tao Heng Kan yang berdiri di
samping merasa panik dan berdebar-debar melihat kenekatan I Giok Hong.
"Giok Hong, apakah kau mempunyai keyakinan bisa ikut merebut pedang itu?"
I Giok Hong tersenyum tawar. "Tenang saja!"
Wajah Kwe Tok tampak berseri-seri. "Siapa lagi yang ingin mengambil bagian dalam
perebutan ini?"
Kim Ting siong jin yang sejak tadi diam saja segera maju satu langkah. "Masih ada
aku." Ketiga orang yang ingin merebut pedang itu segera berkumpul membentuk posisi segi
tiga. Sinar mata Kwe Tok mengedar melirik ketiga orang itu sekilas.
"Aku akan menghitung sampai tiga, lalu melemparkan pedang ini ke atas."
Mimik wajah Cen Sim Fu dan Kim Ting siong jin terlihat tegang sekali. Sebaliknya,
penampilan I Giok Hong justru sangat tenang. Dia berdiri dengan kedua tangan
disilangkan di depan dada dan bibirnya terus menyunggingkan senyuman. Meskipun
wajahnya juga dipenuhi urat-urat merah yang bertonjolan, tetapi pada dasarnya dia
memang seorang gadis yang cantik sekali, keanggunannya sudah melekat pada
dirinya. Karenanya jati dirinya tidak berkurang sedikit pun. Apalagi apabila dia mau
mengubah wataknya yang jelek. Yah . . . Manusia memang tidak ada yang sempurna
bukan" Terdengar Kwe Tok mulai menghitung. "Satu . . . dua . . . tiga!"
Tepat pada hitungan ketiga, tangannya bergerak ke depan, tampak pedang yang
warnanya hijau bening itu melayang ke atas. Ketika mencapai ketinggian dua depa
lebih pedang itu baru melorot turun kembali.
Kim Ting siong jin dan Cen Sim Fu memperhatikan dengan seksama. Mereka
memusatkan pandangan pada pedang itu. Begitu pedang melorot turun, keduanya
mengeluarkan suara bentakan keras lalu menerjang ke depan dalam waktu yang
bersamaan. 519 Gerakan tubuh kedua orang itu begitu cepat bagai kilasan kilat. Tangan Cen Sim Fu
mengibas, tiga batang senjata rahasia masing-masing mengeluarkan suara desingan
melesat ke arah Kim Ting siong jin. Dan hampir dalam waktu yang bersamaan, Kim
Ting siong jin juga mengirimkan sebuah pukulan. Jarak kedua orang itu memang
dekat sekali, ketika sama-sama menerjang ke depan, jelas jaraknya semakin dekat.
Kedua-duanya tidak ada yang sempat menghindarkan diri.
Ketiga batang senjata rahasia yang disambitkan Cen Sim Fu tepat mengenai pundak
Kim Ting siong jin dan pukulan Kim Ting siong jin menghantam telak di dada Cen
Sim Fu. Blam . . .! Cen Sim Fu merasa tenaga yang terkandung dalam pukulan Kim Ting siong jin
dahsyat sekali. Terdengar dia mendengus satu kali lalu memaksakan diri untuk
memantapkan kakinya agar jangan sampai terjatuh. Sementara itu, tangannya
mengibas ke depan sehingga tubuh Kim Ting siong jin terhuyung-huyung dan tergetar
mundur setengah tindak.
Gerakan keduanya memang cepat, tetapi luncuran pedang hijau itu tidak kalah
cepatnya. Baru saja Cen Sim Fu menggetarkan Kim Ting siong jin sehingga terdesak
mundur, pedang hijau itu sudah tinggal kurang lebih tiga kaki dari atas kepalanya. Cen
Sim Fu mendongakkan wajahnya. Dia merasa cahaya hijau itu menyilaukan
pandangan matanya.
Padahal dadanya sudah terluka cukup parah akibat pukulan Kim Ting siong jin. Tetapi


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat itu semangatnya kembali berkobar-kobar. Mengetahui adanya harapan untuk
mendapatkan pedang pusaka, cepat-cepat Cen Sim Fu menjulurkan tangannya untuk
menjepit pedang yang sedang meluncur turun itu.
Tetapi tepat pada saat itu juga, Kim Ting siong jin memekik aneh, telapak tangannya
menghantam ke depan sehingga pedang hijau yang sedang meluncur itu condong ke
samping. Cen Sim Fu segera merasakan sesuatu yang tidak beres, cepat-cepat dia
menarik tangannya kembali, tapi sudah terlambat.
Ces . . .! Tampak cahaya hijau berkelebat, tangan kanan Cen Sim Fu terasa dingin. Kecuali
jempol, keempat jari lainnya sudah terputus oleh kilasan pedang hijau.
Tentu saja Kim Ting siong jin kegirangan melihatnya. Dia bergegas maju satu tindak
untuk meraih kesempatan yang terluang. Tapi Cen Sim Fu yang sedang kesakitan,
tanpa sengaja menghentakkan tangannya ke atas, jari jempol yang kehilangan empat
anggotanya yang lain secara kebetulan mengenai tubuh pedang sehingga terpental
keluar lagi. Selama Kim Ting siong jin dan Cen Sim Fu berusaha mendapatkan pedang hijau itu, I
Giok Hong tetap berdiri memandangi semua yang berlangsung dengan tenang. Ketika
membuka suara akan ikut dalam perebutan itu, tentunya sudah mempunyai persiapan
520 yang matang. Pada dasarnya I Giok Hong memang cerdik sekali. Dia menyadari apabila dia tidak
menyatakan ikut dalam perebutan pedang itu, Kim Ting siong jin juga tidak akan
mengambil tindakan apa-apa. Begitu dia membuka mulut, sudah dapat menduga
bahwa Kim Ting siong jin pasti tidak mau ketinggalan.
Kalau kedua orang itu terlibat perkelahian sengit, I Giok Hong sendiri jelas akan
mendapat kesempatan meraih pedang itu. Sebab perempuan itu menyadari, di bawah
daya tarik benda pusaka, keduanya tentu tidak akan memperdulikan hal lainnya, dan
hanya ingin mencapai tujuannya dengan cara apa pun. Lagipula, bila dua ekor harimau
saling mencakar, pasti ada satu pihak yang akan terluka. Apalagi yang diperebutkan
merupakan sebatang pedang pusaka yang bukan main tajamnya. Tentu I Giok Hong
berharap kedua-duanya akan terluka parah.
Perkembangannya sampai saat itu memang persis seperti apa yang diduganya. Tetapi
kata-kata pepatah memang tepat, manusia hanya bisa merencanakan, Tuhan pula yang
menentukan. Di saat pedang itu terpental keluar, Cen Sim Fu dan Kim Ting siong jin
terus menerjang ke depan. Di tengah-tengah terjangan itu, mereka masih sempat
mengadu pukulan sebanyak tiga kali.
Tidak diragukan lagi keduanya sama-sama terluka setelah beradu pukulan sebanyak
tiga kali. Dan tepat pada saat itu pula I Giok Hong sudah melesat mendahului mereka.
Namun I Giok Hong juga gagal meraihnya, karena pedang hijau itu meluncur terus ke
arah Tao Ling. Lie Cun Ju terkejut setengah mati. Dia khawatir kalau Tao Ling yang
sudah musnah kepandaiannya itu akan terluka. Tanpa memperdulikan keselamatan
dirinya dia menjulurkan tangannya untuk menjepit pedang itu.
Tindakan Lie Cun Ju itu berbahaya sekali. Pedang itu meluncur begitu cepat, jika dia
melakukan kesalahan sedikit saja, bukan hanya tangannya yang tidak berhasil menjepit
pedang itu, bahkan ada kemungkinan dadanya akan tertembus serta mati seketika.
Tetapi demi keselamatan Tao Ling, Lie Cun Ju tidak sempat berpikir panjang lagi.
Begitu dia menjulurkan kedua jari tangannya dengan gerakan spontan, ternyata pedang
itu sudah berhasil dijepitnya.
Lie Cun Ju pun tertegun seketika. Tangan kirinya bergerak dan digenggamnya bagian
ujung pedang itu. Dia sama sekali tidak pernah menduga bahwa pedang pusaka yang
tiada duanya di dunia ini dapat dijepitnya tanpa kesulitan sedikit pun.
Begitu dia berhasil mendapatkan pedang itu, I Giok Hong pun menyusul tiba. Hati
perempuan itu marah sekali. Dengan berbagai akal licik, dia ingin mendapatkan
pedang itu, justru Lie Cun Ju yang tidak perlu menguras otak sedikit pun yang
mendapatkannya.
"Berikan pedang itu!" bentaknya.
521 Lie Cun Ju sendiri sudah mengambil keputusan untuk mengundurkan diri dari dunia
bu lim, bahkan dia juga tidak menyayangkan apabila kepandaiannya dimusnahkan
oleh Kwe Tok, apalagi cuma sebatang pedang.
Tapi ketika dia bermaksud menyodorkan pedang itu kepada I Giok Hong, Tao Ling
berkata dengan nada berbisik.
"Cun Ju, jangan!"
Lie Cun Ju merasa heran.
"Ling moay, untuk apa kita miliki pedang ini?"
Pelupuk mata Tao Ling mulai membasah, hampir saja dia tidak dapat menahan isak
tangisnya. "Cun Ju, dendam kematian kedua orang tuaku masih belum terbalaskan. Malah
bencana yang menimpa mereka juga karena pedang pusaka ini."
Wajah I Giok Hong menjadi garang seketika.
"Dengan mempertaruhkan nyawa aku merebut pedang itu, kau ingin menarik
keuntungan tanpa keluar tenaga?" ucapnya.
Kaki gadis itu mundur satu langkah, lalu mengayunkan pecutnya. Dengan jurus Pohon
Liu bersemi di bulan lima, dia menyerang Lie Cun Ju.
Padahal Lie Cun Ju sudah bertekad tidak ingin berkelahi dengan siapa pun. Tetapi
dalam keadaan seperti itu, mau tidak mau harus membalas serangan I Giok Hong.
Pedang hijau di tangannya dikibas-kibaskannya ke depan.
Tampak cahaya kehijauan berkelebat, tahu-tahu pecut di tangan I Giok Hong sudah
terputus menjadi dua bagian.
I Giok Hong terkejut setengah mati, dia berteriak seperti orang kalap.
"Siok kong, pedang hijauku!"
Siu Lo Cun Cu Kwe Tok mengernyitkan keningnya.
"Lie kongcu, untuk apa kau menginginkan pedang itu" Perlu kau ketahui bahwa lebih
baik jadi orang biasa. Apabila kau sampai memiliki pedang itu, maka untuk seumur
hidup kau tidak akan merasakan ketenangan lagi. Para tokoh di seluruh dunia ini akan
mengejar-ngejarmu demi mendapatkan pedang itu."
"Apa yang dikatakan cianpwe memang benar, tetapi Tao kouwnio ingin meminjam
pedang ini guna membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya. Setelah selesai,
kami berjanji akan mengembalikannya."
522 I Giok Hong mendengus dingin.
"Bicara sih gampang, kalau sampai waktunya nanti kalian tidak mengembalikan,
bagaimana?"
Belum lagi Lie Cun Ju sempat memberikan jawaban, Kim Ting siong jin dan Cen Sim
Fu yang sedang bertarung dengan sengit, mulai memperlihatkan hasilnya. Ternyata
salah seorang dari mereka sudah terkulai di atas tanah.
Rupanya ketiga batang senjata rahasia yang disambitkan Cen Sim Fu mengandung
racun jahat. Sedangkan Kim Ting siong jin yang terkena serangan senjata rahasia itu,
tidak sempat beristirahat sedikit pun. Dengan demikian racun jadi menyebar ke dalam
seluruh tubuhnya. Lengah sedikit, dadanya terkena hantaman Cen Sim Fu sekali lagi,
sehingga tubuhnya terpental ke belakang sejauh satu depa lebih.
Sang Cin dan Sang Hoat segera menghambur mendekati gurunya. Kim Ting siong jin
menolehkan kepalanya, dia melihat Coan lun hoat ong dan dua orang lhama lainnya
sudah meninggalkan goa itu. Meskipun perasaannya kurang puas, tapi tidak ada lagi
yang dapat diiakukannya. Terpaksa dia berkata kepada Sang Cin dan Sang Hoat.
"Kalian berdua cepat papah aku mengundurkan diri dari goa ini!"
Sang Cin dan Sang Hoat segera mengiakan. Mereka memondong tubuh Kim Ting
siong jin kemudian keluar dari goa itu. Sementara itu, Cen Sim Fu juga terluka cukup
parah. Keringat dan darah menyatu meninggalkan noda di seluruh pakaian dan
wajahnya. Tetapi dia masih mempertahankan diri agar jangan sampai ambruk. Saat itu
dia melihat I Giok Hong sedang berdebat dengan Lie Cun Ju memperebutkan pedang
hijau. Dan tampaknya Lie Cun Ju seperti tidak ingin mempertahankan pedang itu.
Apabila pemuda itu sampai menyerahkannya kepada I Giok Hong, bukankah
pengorbanan dan jerih payahnya sia-sia saja" Karena itu cepat-cepat dia berkata
dengan nada sinis.
"I kouwnio, jangan lupa bahwa aku juga ada bagian dalam pedang itu. Mengapa dia
harus menyerahkannya kepadamu?"
Sepasang alis I Giok Hong menjungkit ke atas.
"Bagus, kalau begitu kau rebut saja sendiri!"
Cen Sim Fu tertawa terbahak-bahak.
"I kouwnio, kau kira aku tidak mempunyai kesanggupan lagi untuk melakukannya?"
Dia segera mengedarkan hawa murni di seluruh tubuhnya. Tampak rambutnya berdiri
tegak seperli sapu ijuk. Dapat dibayangkan sampai di mana tenaga dalam yang
dimilikinya. "Siapa yang bilang kau tidak punya kesanggupan" Silakan kau rebut saja!"
523 Cen Sim Fu mengambil posisi berdiri dengan sebelah telapak tangan menahan dada.
Dia sudah mengukur dengan seksama jarak antaranya dengan Lie Cun Ju. Sebuah
serangan yang dahsyat sudah siap dilancarkannya.
Lie Cun Ju juga sudah maju satu tindak.. Pedang hijaunya digetarkan dan siap
ditikamkan ke depan. Namun pada saat itu juga, terdengar Tao Ling berkata.
"Tidak, Cun Ju! Biar aku membalas sendiri dendam kematian kedua orang tuaku!"
Lie Cun Ju terkejut setengah mati.
"Ling moay, apa yang kau katakan?"
Mimik wajah Tao Ling serius sekali.
"Aku ingin membalas dendam sendiri dendam sedalam lautan ini"
"Tapi. . . tapi seluruh kepandaianmu sudah musnah, bagaimana kau bisa berkelahi
lagi?" Tao Heng Kan yang berdiri di samping juga ikut menjadi panik.
"Moay moay, biar aku saja yang turun tangan!"
Tao Ling melirik sekilas dengan sorot mata dingin.
"Koko, kau tidak perlu turun tangan!"
Tao Heng Kan jadi bingung mendengar kata-katanya.
"Kenapa?"
Tao Ling memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Antara kau dan dia ada hubungan guru dan murid mana boleh kau turun tangan
terhadapnya?"
Wajah Tao Heng Kan jadi merah padam mendengar sindiran adiknya.
"Moay moay, kau toh tahu aku mengakuinya sebagai guru karena terpaksa, kau kira
aku rela melakukannya?"
Tao Ling menarik nafas panjang.
"Koko, aku juga demi kebaikanmu, meskipun dia sudah terluka, kepandaiannya tetap
tinggi, kau tidak dapat mengalahkannya."
"Moay moay, kau jangan mengoceh sembarangan lagi. Kalau aku saja tidak dapat
mengalahkannya, apalagi kau!"
524 I Giok Hong yang berdiri di samping mendengar mereka terus berdebat tiada hentinya.
Kesabarannya mulai habis. Sebetulnya dia benci sekali kepada Tao Ling, ingin rasanya
membiarkan perempuan itu yang membalas dendam agar mati di tangan Cen Sim Fu.
Tapi dia juga khawatir, kalau Tao Ling tidak becus sehingga pedang hijau itu malah
terjatuh ke tangan lawan. Apabila hal itu sampai terjadi, tentu sulit lagi baginya untuk
mendapatkan pedang itu.
Dengan membawa pikiran demikian, dia segera ikut membujuk.
"Tao kouwnio, sebaiknya kau jangan keras kepala!"
Air mata Tao Ling terus mengalir dengan deras. Namun mimik wajahnya menyiratkan
kekerasan hatinya yang tidak mudah ditaklukkan.
"Kalian tidak perlu menasehati lagi! Kalau aku tidak bisa membalaskan dendam
kematian kedua orang tuaku, seumur hidup ini aku tidak akan merasa tenang."
Lie Cun Ju semakin panik.
"Ling moay, tapi kalau kau sampai..."
"Cun Ju, jangan bicara lagi! Keputusanku sudah bulat."
Lie Cun Ju menarik nafas panjang.
"Ling moay, masih ada sedikit perkataan yang ingin kuutarakan, kau harus
mendengarkannya!"
"Katakanlah!"
"Ling moay, kita sudah mengalami berbagai penderitaan dan baru sekarang kita bisa
berkumpul kembali. Apabila terjadi sesuatu padamu, aku pasti akan mengikutimu."
Tao Ling tertegun beberapa saat, kemudian dia menarik nafas panjang sekali lagi.
"Berapa banyak manusia yang saling mencintai di dunia ini, tetapi tidak dapat bersatu.
Cun Ju, hati kita telah menyatu, apabila kita meniang tidak ditakdirkan untuk berjodoh
di dunia ini, aku rasa lebih baik mati saja. Mungkin di alam baka kita dapat bersatu
untuk selamanya. Bukankah begitu?"
Perasaan Lie Cun Ju semakin perih mendengar kata-kata Tao Ling. Dia menyerahkan
pedangnya kepada perempuan itu. Tao Ling menyambutnya kemudian berkata kepada
Cen Sim Fu. "Hek Tian Mo, turun tanganlah!"
***** Saat itu kepandaian Tao Ling sudah musnah, dirinya tidak berbeda dengan orang
biasa. Lagipula, keadaannya masih lemah sekali. Tidak berbeda dengan orang yang
525 baru sembuh dari sakit parah. Dia berdiri sambil bersandar di bahu Lie Cun Ju.
Bahkan kelihatannya jauh lebih lemah dari orang biasa. Ketika dia berusaha
melangkahkan kakinya ke depan, tampak tubuhnya terhuyung-huyung.
Lie Cun Ju cepat-cepat melangkah maju untuk membimbingnya. Tetapi Tao Ling
justru mengibaskan tangannya.
"Cun Ju, jangan mendekat! Biar aku seorang diri saja menghadapinya!"
Luka Cen Sim Fu juga sangat parah. Tetapi dia melatih tenaga dalamnya selama
puluhan tahun. Di saat Tao Ling dan Lie Cun Ju terlibat pembicaraan dia sudah
mengatur pernafasannya. Dengan demikian kekuatannya sudah pulih sebagian.
Sementara itu, dia juga sudah dapat melihat keadaan Tao Ling yang siapa pun bisa
meroboh-kannya. Tetapi Cen Sim Fu tetap menjaga jaraknya dengan Tao Ling satu
depa lebih dan tidak berani mendekatinya.
Pertama, Cen Sim Fu merasa agak ngeri menghadapi pedang hijau di tangan Tao Ling.
Kedua, dia khawatir keadaan Tao Ling yang begitu lemah sebetulnya hanya dibuatbuat
saja alias pura-pura. Kemungkinan dia memang ingin menjebak dirinya. Kalau
tidak, mengapa dia seyakin itu menghadapinya seorang diri"
Kedua orang itu berdiri berhadapan sampai cukup lama, akhirnya tampak Tao Ling
meng-geretakkan giginya erat-erat.
"Hek Tian Mo. Dengan kejam dan tanpa belas kasihan sedikit pun kau mencelakai
kedua orang tuaku di tepi danau dekat gurun pasir. Semuanya aku lihat dengan jelas.
Mengapa sekarang kau belum turun tangan juga?"
Cen Sim Fu tertawa dingin.
"Aneh, kan engkau yang ingin membalaskan dendam bagi kedua orang tuamu,
mengapa aku yang dengan sempoyongan harus turun tangan terlebih dahulu?"
Dengan sempoyongan Tao Ling maju lagi satu langkah.
"Baiklah, aku yang akan turun tangan terlebih dahulu!"
Pada saat itu, orang yang paling panik sudah tentu Lie Cun Ju dan Tao Heng Kan.
Yang pertama merupakan pemuda yang mencintai Tao Ling dan sudah mengalami
berbagai cobaan yang tidak alang kepalang beratnya dan baru saja bisa berkumpul
kembali. Meskipun Tao Ling sudah menjadi istri almarhum I Ki Hu dan bahkan
sekarang sedang mengandung anak dari laki-laki itu Lie Cun Ju tetap mencintainya.
Yang kedua, adalah abang kandungnya sendiri. Tao Ling merupakan satu-satunya
keluarganya yang masih hidup di dunia ini. Tentu saja Tao Heng Kan
mengkhawatirkan keselamatan adiknya.
Tampak Tao Ling melangkah lagi ke depan satu tindak kemudian menggerakkan
pedang pusaka itu dengan perlahan-lahan. Meskipun tenaga dalamnya sudah musnah,
tetapi gerak gerik setiap jurus ilmu pedang masih belum dilupakannya.
526 Pada dasarnya ayah Tao Ling merupakan seorang jago pedang yang sudah mempunyai
nama besar di dunia bu lim yakni Pat sian kiam. Dan yang dikerahkan Tao Ling saat
itu justru salah satu jurus terhebat dari Pat Sian kiam hoat.
Tao Ling memainkan jurus itu tanpa mengandung tenaga sedikit pun. Tetapi pedang
hijau di tangannya memang bukan pedang sembarangan. Bukan saja bobotnya yang
begitu ringan, tetapi ketika digerakkan dapat memantulkan segurat cahaya kehijauan
yang membuat mata lawan menjadi silau sehingga tidak dapat menentukan dengan
tepat arah sasaran pedang itu.
Tao Ling menikamkan pedang itu ke depan. Cen Sim Fu menggeser tubuhnya ke
samping. Wajah Tao Ling tampak pucat pasi, tenaganya lemah sekali tetapi dia
memaksakan diri untuk memutar pergelangan tangannya dan mengganti jurus
serangannya. Kali ini dia mengerahkan jurus Orang tua menunggang keledai.
Sepasang kaki Cen Sim Fu menghentak di atas tanah, lain mencelat ke belakang satu
depa lebih. Meskipun kepandaian Tao Ling sudah musnah dan serangannya tidak mengandung
kekuatan, tetapi tampaknya Cen Sim Fu merasa gentar. Dia hanya menghindarkan diri
ke sana sini dan tidak membalas serangan kembali.
Setelah mengerahkan dua jurus serangan, nafas Tao Ling mulai memburu.
"Mengapa kau tidak balas menyerang?" tanyanya dengan nafas tersengal-sengal.
Pada saat itu Cen Sim Fu sudah dapat melihat bahwa kelemahan Tao Ling sama sekali


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bukan dibuat-buat. Tanpa disadari keberaniannya jadi tergugah. Dia tidak menjawab
pertanyaan Tao Ling, hanya melirik sekilas kepada I Giok Hong dan Kwe Tok. Dia
melihat kedua orang itu sedang berbicara dengan saling berbisik. Suara mereka lirih
sekali. Entah apa yang mereka bicarakan.
Cen Sim Fu tahu, saat itu merupakan kesempatan yang paling baik baginya. Coba
pikirkan saja, keadaan Tao Ling begitu lemah, tentu tidak sulit baginya untuk merebut
pedang itu dari tangan Tao Ling. Dan apabila dia sudah berhasil mendapatkan pedang
itu, mengapa harus takut lagi kepada Kwe Tok"
"Silakan kau serang aku sesuka hatimu, kau tidak usah perdulikan apa pun yang
kulakukan!" kata Cen Sim Fu dengan suara berat.
Tao Ling menarik nafas dalam-dalam sebanyak dua kali. Dia juga menggeretakkan
giginya erat-erat. Dia memaksakan kakinya meiangkah lagi ke depan. Salah satu jurus
dari Pat Sian kiam kembali dilancarkan.
Pedang itu terus meluncur mengancam dada Cen Sim Fu. Bayangan pedang berpijar.
Pada saat itu Tao Ling memaksakan dirinya mengerahkan tenaga yang tersisa, bahkan
tubuhnya pun ikut condong ke depan seiring gerakan pedang di tangannya.
527 Cen Sim Fu tertawa terbahak-bahak. Tangan kirinya meluncur ke depan, jari
tengahnya mengincar batang pedang dengan maksud ingin menotok agar Tao Ling
tersungkur jatuh. Serangan Cen Sim Fu itu terlalu berani, sebab sebetulnya berbahaya
sekali. Tapi dia sudah memperhitungkannya matang-matang. Jangan kan Tao Ling
sekarang demikian lemah. Meskipun tenaga dalamnya masih ada, dia pasti terhempas
karena totokan pada batang pedang itu.
Tetapi, apa yang terjadi justru sebaliknya. Justru karena tenaga dalam Tao Ling sudah
mus-nah maka terjadilah perubahan yang tidak disangka-sangka.
Tubuh Tao Ling sudah demikian lemah, apalagi dia memaksakan dirinya untuk
menggerakkan pedang mengirim serangan. Baru setengah jalan, tangannya sudah tidak
kuat mempertahankan luncuran pedangnya. Tanpa dapat dipertahankan lagi,
tangannya terkulai sedikit dan pedangnya itu pun bergerak ke bawah. Hal itu malah
membuat serangan Tao Ling seperti mengandung jurus yang bukan main anehnya.
Perubahan itu tidak mungkin terjadi apabila tenaga dalam Tao Ling masih seperti
sedia kala. Dan tepat pada saat pedangnya melorot turun, totokan Cen Sim Fu pun
sampai. Pedang yang bukan main tajamnya itu kebetulan melintas sekilas ke arah jari
tangan Cen Sim Fu.
Bukan saja totokan orang itu tidak mengenai sasarannya, bahkan tiba-tiba dia merasa
tangannya perih tidak terkirakan. Ketika dia menoleh sekejap, ternyata jari tengahnya
juga sudah putus. Cen Sim Fu marah sekali. Secepat kilat dia memutar pergelangan
tangannya dan menghantam ke depan.
Coba bayangkan saja, tangan kanan Cen Sim Fu sudah kehilangan empat jarinya, dan
sekarang tangan kirinya kembali kehilangan satu jari. Dengan demikian jari tangannya
hanya tinggal separuh dibandingkan dengan manusia normal Iainnya.
Tubuh Tao Ling sedang condong ke depan. Ketika terkena pukulan Cen Sim Fu,
tubuhnya langsung terpental ke belakang. Dalam waktu yang bersamaan, mulutnya
membuka serta memuntahkan segumpal darah segar. Dia pun terhempas keras di atas
tanah. Cen Sim Fu tidak memperdulikan darah yang masih menetes dari jari tangannya
yang terputus. Melihat keadaan Tao Ling, dia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang
baik itu. Lagi-lagi sebuah pukulan dilancarkannya dari atas ke bawah.
Tao Ling yang baru terhempas di atas tanah, berusaha membaiikkan tubuhnya.
Tangannya diangkat ke atas dengan maksud menahan serangan Cen Sim Fu. Melihat
cahaya yang berkilauan dari pedang itu, serangan Cen Sim Fu yang tadinya diarahkan
ke kepala berubah menjadi mengarah ke dada. Tetapi seperti pertama tadi, tangan Tao
Ling tidak kuat terangkat lama-lama. Terlihat tangannya mulai mengulai ke bawah.
Dan lagi-lagi hal itu tidak mungkin terjadi dalam perkelahian para tokoh bu lim. Jelas
Cen Sim Fu terkejut setengah mati. Cepat-cepat dia menyurutkan tangannya kembali.
Namun karena terlalu bersemangat ingin membunuh Tao Ling dengan sekali
hantaman, dia mengerahkan tenaga sepenuhnya. Sekarang apabila mendadak dia ingin
menarik tangannya kembali, gerakannya jadi tertunda sedikit. Dan waktu yang
beberapa detik itu saja ternyata sudah terlambat. Terdengar dia mengeluarkan suara
pekikan histreis, tubuhnya melonjak ke atas seketika. Sebuah lengan kirinya telah
tertebas putus oleh pedang pusaka di tangan Tao Ling.
528 Menghadapi seorang perempuan yang kepandaiannya sudah musnah, Cen Sim Fu
mengalami dua kali kerugian yang besar. Bagaimana kemarahannya tidak semakin
meluap" Sedangkan di pihak Tao Ling, keadaannya juga tidak lebih baik. Karena
memaksakan diri berlebihan. Kembali dia memuntahkan segumpal darah segar dan
tubuhnya sempoyongan. Wajahnya sudah begitu pucat sehingga tidak enak dilihat.
Keadaannya tidak jauh berbeda dengan orang yang sedang menjelang ajalnya.
Cen Sim Fu menggigit ujung lengan pakaiannya sehingga terkoyak sebagian dan
dijadikan alat untuk membalut lukanya. Berkali-kali dia menggerung kalap. Dia
bermaksud menerjang lagi ke arah Tao Ling. Namun tepat pada saat itu juga terdengar
suara bentakan Kwe Tok.
"Tunggu dulu!"
Cen Sim Fu langsung tertegun. Kwe Tok sudah berjalan menghampiri Tao Ling.
"Tao kouwnio, rasanya kau tidak sanggup lagi membalaskan dendam kematian kedua
orang tuamu. Lebih baik abangmu saja yang melakukannya!"
Dalam hati Tao Ling menyadari bahwa apa yang dikatakan Kwe Tok memang tidak
salah. Kondisinya sudah terlalu parah. Tetapi dia tidak ingin melewatkan kesempatan
untuk membalaskan dendam bagi kedua orang tuanya. Setelah termenung sejenak, dia
berkata dengan tegas.
"Tidak!"
Kwe Tok menggelengkan kepalanya berkali-kali melihat kekerasan hati perempuan
itu. "Tao kouwnio, aku kagum sekali dengan sikapmu. Tetapi kau harus sadar bahwa saat
ini nafasmu sendiri tinggal satu-satu. Mana mungkin kau sanggup bertarung lagi?"
Tao Ling memaksakan dirinya untuk tesenyum.
"Pokoknya selama masih bernafas, aku tetap akan membalas dendam!"
Kwe Tok menarik nafas panjang.
"Baiklah, Tao kouwnio. Apabila kau sampai mati sebelum berhasil mencapai
tujuanmu, aku pasti akan membalaskan dendammu!"
Meskipun Kwe Tok merupakan seorang tokoh dari golongan sesat, namun di balik
kejahatannya masih terselip jiwa kependekaran. Buktinya dia bisa membatalkan
hukuman yang tadinya akan dijatuhkan kepada Lie Cun Ju dan mengucapkan kata-kata
barusan. "Terima kasih, Kwe lo yacu," kata Tao Ling.
Hek Tian Mo Cen Sim Fu terkejut mendengarkan kata-kata Kwe Tok.
529 "Kwe loyacu, apakah kau tidak memahami peraturan dunia kang ouw lagi?"
"Siau Cen, selamanya aku tidak pernah mengikuti peraturan dunia kang ouw, masa
sekarang kau baru mengetahuinya?" sahut Kwe Tok ketus.
Wajah Cen Sim Fu langsung berubah hebat. Tiba-tiba tubuhnya berkelebat dan
melesat ke arah pintu goa. Tao Ling tidak menyangka tokoh seperti Cen Sim Fu
ternyata begitu pengecut serta tidak malu-malu mengambil langkah seribu dalam
keadaan terdesak. Dengan gerak spontan, perempuan itu mengangkat tangannya ke
atas lalu menyambitkan pedang hijau itu ke arah punggung Cen Sim Fu!
Tapi, tenaga dalam Tao Ling sudah tidak ada. Meskipun pedang hijau itu tinggal
batangnya saja sehingga ukurannya pendek serta ringan, dia hanya sanggup
menyanbitkannya sejauh tiga-empat depa.
Cep . . .! Pedang itu menancap di dinding goa. Dalam waktu yang bersamaan, Cen Sim Fu
sudah berhasil menyelinap ke luar.
Tao Ling menarik napas panjang. Lie Cun Ju cepat-cepat menghambur ke depan lalu
membimbingnya. I Giok Hong segera melesat mendekati pedang hijau dan
mencabutnya. Terdengar gadis itu tertawa terbahak-bahak. Cahaya pedang hijau
menyilaukan mata, tahu-tahu dia sudah melancarkan serangan ke arah dada Tao Ling.
Perubahan ini terjadi dengan begitu mendadak. Lie Cun Ju terkejut setengah mati,
dengan panik dia menarik tubuh Tao Ling agar menghindar ke samping.
I Giok Hong yang melihat serangannya gagal, segera memutar pergelangan tangannya,
pedang hijau digerakkan dan lagi-Iagi dihunjamkan ke arah Tao Ling.
"Giok Hong, apa yang kau lakukan?" bentak Kwe Tok kebingungan.
I Giok Hong menggeretakkan giginya erat-erat.
"Karena dia, tulang betisku pernah patah. Karena dia, putus hubunganku dengan
ayahku. Biar bagaimana aku harus membunuhnya untuk mencairkan kebencian di
dalam hati ini."
Wajah Kwe Tok tampak serius sekali.
"Giok Hong, aku sudah berjanji kepada kedua orang ini untuk mengantarkan mereka
sampai di sebuah tempat yang terpencil dan dapat hidup tenang untuk selamanya. Kau
tidak boleh mengambil tindakan apa-apa terhadap mereka," katanya dengan nada
tegas. I Giok Hong mengeluarkan suara tawa yang aneh.
Sembari berbicara, lengannya menjulur ke depan melancarkan tikaman ke arah Tao
Ling. 530 Wajah Kwe Tok langsung berubah. Tampak tangannya mengibas ke depan, tiba-tiba
tampak cahaya perak yang berkilauan. Selembar jala yang bukan main besarnya
melayang turun dari atas kepala I Giok Hong. Lie Cun Ju cepat-cepat menarik Tao
Ling ke belakang. Sementara itu, jala tadi sudah menutupi seluruh tubuh I Giok Hong.
Kwe Tok menghentakkan lengannya kuat-kuat ke belakang, tubuh I Giok Hong
terangkat oleh jala itu. Tampak cahaya hijau berkelebat di sana sini. Tidak diragukan
lagi I Giok Hong berusaha mengoyakkan jala itu dengan pedang hijau di tangannya.
Namun, rneskipun I Giok Hong menebas kesana kemari puluhan kali, jala itu tetap
tidak terkoyak sedikit pun. Akhirnya I Giok Hong jadi kesal.
"Cepat turunkan aku!" teriaknya keras-keras.
Siu Lo Cun Cu Kwe Tok tersenyum.
"Giok Hong, kalau aku melepaskanmu, mungkin kau akan menyerangku dengan
pedang yang tajam itu."
Di dalam jala itu, 1 Giok Hong tidak sanggup mengatakan apa-apa. Hal itu
membuktikan bahwa ucapan Kwe Tok tepat menembus isi hatinya.
"Siok kong, tadi kau sendiri yang mengatakan bahwa dengan mengandalkan dua
batang pedang pusaka, kita bisa membangkitkan kembali partai Mo kau. Tetapi
mengapa sekarang kau mengurungku di sini?" kata I Giok Hong kembali.
Memang watak I Giok Hong sangat keras. Tempo hari di padang pasir saja, dia rela
membiarkan tulang kakinya patah daripada menyembah dan memanggil Tao Ling
sebagai ibu. Boleh dibilang kata-katanya saat itu sudah terhitung sangat lunak. Apabila
orang yang mendengarkan kata-katanya sekarang sudah cukup lama mengenalnya,
orang itu pasti tahu I Giok Hong mempunyai maksud tertentu. Sayangnya Kwe Tok
belum lama mengenal cucu keponakannya sendiri.
"A Hong, kau masih ada hubungan darah denganku. Tapi hanya kau yang mungkin
timbul niat ingin mencelakakan aku, sedangkan aku tidak mungkin timbul niat seperti
itu. Kalau kau ingin aku melepaskanmu, kau harus berjanji satu hal dulu kepadaku."
I Giok Hong tidak menanya apa yang harus dijanjikannya, tapi langsung saja
menjawab. "Baiklah, pokoknya aku berjanji tidak akan membunuh kedua manusia busuk itu."
Kwe Tok langsung tertawa lebar.
"Benar-benar seorang gadis yang cerdas."
Tangannya bergerak menghentak, tubuh I Giok Hong pun terlepas dari lilitan jala.
I Giok Hong berdiri dengan menggenggam pedang hijau. Sepasang matanya mendelik
kepada Tao Ling lebar-lebar. Sorot matanya mengandung hawa pembunuhan.
531 Lie Cun Ju dan Tao Ling tahu, I Giok Hong hanya terpengaruh tekanan untuk
sementara. Cepat atau lambat dia pasti akan mencelakai mereka berdua. Tadinya Lie
Cun Ju ingin menggunakan kesempatan itu untuk meninggalkan tempat tersebut,
namun sekarang malah tidak berani pergi.
Sebab, dengan adanya perlindungan dari Kwe Tok, I Giok Hong tidak berani turun
tangan ter-hadap mereka berdua. Tetapi apabila mereka pergi, I Giok Hong pasti
mencari kesempatan untuk mengejar mereka.
Lie Cun Ju dan Tao Ling berdiri dekat pintu goa. Tampak Kwe Tok membawa jalanya
berjalan menghampiri tepi kolam. Orang tua itu membentak dengan suara keras.
Lengannya digetarkan, dia merentangkan jala itu ke atas ke arah pancuran air. Seperti
nelayan yang menjala ikan di tengah lautan, dia melemparkan jala itu agar merentang.
Kemudian menariknya kembali agar menyurut, sembari kakinya melangkah mundur
beberapa tindak.
Kalau ditilik dari mimik wajahnya, perasaan orang tua itu sedang tegang sekali. Dalam
sekejap mata, jala itu sudah ditariknya ke bawah dan dibiarkan jatuh di atas tanah.
Tepat pada saat itu, Lie Cun Ju yang berdiri di pintu goa tiba-tiba merasakan ada
serangkum angin yang berkesiur. Tampak tanah di dekat kakinya mendadak timbul
goresan yang cukup lebar. Selain hawa dingin dan goresan di tanah itu, Lie Cun Ju
tidak melihat tanda-tanda apa-apa lagi.
Sekonyong-konyong hati Lie Cun Ju tergerak, ketika dia menoleh kepada Kwe Tok,
tampak orang tua itu sedang memerintahkan I Giok Hong untuk membantunya
merentangkan jala itu. Lie Cun Ju perlahan-lahan menyurut ke belakang satu tindak.
Tadinya Lie Cun Ju berdiri sambil memapah Tao Ling. Ketika dia membungkukkan
tubuhnya, Tao Ling sempat sempoyongan.
"Kenapa kau?" tanya Tao Ling dengan suara tersendat-sendat.
"Jangan bersuara!" sahut Lie Cun Ju lirih.
Perlahan-lahan Lie Cun Ju mengulurkan tangannya dan meraba goresan di atas tanah
itu. Tiba-tiba saja dia merasa tangannya dingin sekali.
Perasaan gembira di dalam hati Lie Cun Ju jangan ditanyakan lagi. Tadi ketika
pemuda itu merasakan dadanya dilanda serangkum hawa dingin dan terdengar suara
Creppp! yang lirih. Dia sudah dapat menduga bahwa pedang tanpa wujud,. itu pasti
sudah menerobos keluar lewat celah jala dan menancap ke dalam tanah dekat kakinya.
Meskipun jala perak itu tidak bisa terkoyak oleh pedang hijau itu, tetapi pedang yang
satunya lagi pasti mengandung keistimewaan yang lebih hebat. Bukan tidak mungkin
pedang tanpa wujud itu berhasil mengoyak jala sehingga terus meluncur keluar lalu
menancap di atas tanah.
532 Itulah sebabnya Lie Cun Ju membungkuk dan meraba tanah yang terdapat bekas
goresan itu. Ketika menjulurkan tangan untuk meraba, perasaan Lie Cun Ju tegang sekali. Karena,
apabila pedang tanpa wujud itu benar-benar menancap ke dalam tanah dan dia kurang
berhati-hati sedikit saja, ada kemungkinan jari tangannya akan terputus seperti halnya
Cen Sim Fu. Untungnya goresan di atas tanah itu cukup lebar, sehingga Lie Cun Ju bisa mengirangira
di mana adanya pedang itu. Benar, begitu tangannya hampir menyentuh
permukaan tanah, serangkum hawa dingin telah terasa menyusup di telapaknya.
Tanpa diminta ataupun disengaja Lie Cun Ju hampir berhasil mendapatkan pedang
yang langka itu. Bagaimana perasaannya tidak menjadi gembira" Cepat-cepat dia
mengorek tanah di sekitar goresan itu lalu dengan hati-hati dia meraba. Sekejap
kemudian dia sudah berhasil mengorek keluar pedang itu.
Setelah berhasil mendapatkan pedang itu, Lie Cun Ju menggenggamnya di tangan dan
perlahan-lahan dia bangkit lagi dengan tetap membimbing Tao Ling. Mereka berdiri
tanpa bergerak sedikit pun.
Meskipun apa yang dilakukan Lie Cun Ju menghabiskan waktu beberapa saat, tetapi I
Giok Hong dan Kwe Tok sedang merentangkan jala perak itu dengan hati-hati. Maka
mereka tidak memperhatikan apa yang dilakukan Lie Cun Ju.
Sampai Lie Cun Ju sudah berhasil mendapatkan pedang tanpa wujud itu, I Giok Hong
dan Kwe Tok baru selesai merentangkan seluruh jala itu lebar-lebar.
"A Hong, kau jangan sembrono. Apabila tersentuh bagian ujung pedang, kau pasti
akan ter-luka," kata Kwe Tok.
Wajah I Giok Hong menunjukkan kecurigaan.
"Siok kong, apakah pedang itu sudah ada di dalam jala ini?"
"Tentu saja. Tapi kau tidak dapat melihatnya. A Hong, pedang ini bernilai tinggi
sekali, pernah menjadi rebutan para tokoh dunia kang ouw beratus-ratus tahun yang
lain." I Giok Hong mengernyitkan keningnya.
"Siok kong, kalau kita tidak bisa melihatnya, bagaimana kita bisa mengambilnya?"
Kwe Tok tersenyum.
"Tentu ada caranya. Kemarikan pedang hijau itu!"
I Giok Hong meletakkan pedang hijau itu di atas tanah, Kwe Tok segera
mengambilnya. Kemudian pedang hijau itu diketuk-ketukkan pada setiap celah jala.
Gerak geriknya cepat sekali. Dalam waktu sekejap mata, seluruh jala itu sudah selesai
533 diketuknya, tetapi tidak terdengar sedikit pun suara benturan logam. Wajah Kwe Tok
langsung berubah hebat. Sepasang alisnya menjungkit ke atas seperti orang yang
dilanda kebingungan.
"Aneh, kok sepertinya tidak ada pedang itu?" katanya.
"Mungkin tidak terjala?" sahut I Giok Hong.
Kwe Tok tertegun sejenak.
"Tidak mungkin!"
I Giok Hong mengedarkan pandangan ke seluruh jala itu dengan seksama. Tiba-tiba
dia menunjuk bagian sudut dari jala itu.


Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siok kong, coba lihat! Di sebelah sini ada bagian yang putus."
Kwe Tok memperhatikan bagian yang ditunjuk oleh I Giok Hong. Ternyata memang
benar ada dua utas sambungan jala yang terputus. Kalau tidak diperhatikan dengan
seksama, pasti tidak akan menemukannya.
Melihat jala itu sudah terkoyak, Kwe Tok langsung menghentakkan kakinya di atas
tanah dengan kesal.
"Celaka! Pedang tanpa wujud itu pasti sudah meluncur keluar setelah mengoyakkan
jala ini."
Pada saat itu, Lie Cun Ju menggenggam pedang tanpa wujud itu erat-erat dan
melintangkan di depan dadanya. Mendengar kata-kata Kwe Tok, dia segera
menyusupkan pedang itu di balik pakaiannya. Tao Ling merasa di sekitar tubuhnya
ada serangkum hawa dingin yang membuatnya menggigil. Tanpa sadar dia
mendongakkan kepalanya untuk menatap Lie Cun Ju.
"Jangan bergerak sedikit pun, pedang tanpa wujud itu ada pada diriku sekarang," kata
Lie Cun Ju dengan nada berbisik.
Tao Ling Iangsung tertegun. Wajahnya memperlihatkan mimik yang aneh, entah dia
merasa murung atau gembira. Sementara itu, I Giok Hong yang mendengar ucapan
Kwe Tok, menjadi panik seketika. Sebab sesuai dengan namanya, pedang itu tidak
memperlihatkan wujud ataupun bayangan. Apabila benar sudah meluncur keluar lewat
celah yang terkoyak tadi dan tidak diketahui tempat jatuhnya dengan persis, bagaimana
bisa mendapatkan pedang itu" Karena itu pula, sikap I Giok Hong jadi gugup.
"Siok kong, bagaimana baiknya sekarang?" tanyanya.
Kwe Tok menundukkan kepalanya untuk merenung sejenak.
"Jangan takut! Pedang itu pasti masih ada di dalam goa ini. Tidak mungkin begitu
kebetulan tercebur ke dalam kolam."
534 "Taruhlah pedang itu masih ada di dalam goa ini, tapi bagaimana cara kita
menemukannya?"
"Aku ingat di dalam kitab kuno yang pernah kubaca dikatakan, bahwa untuk melihat
pedang itu, satu-satunya cara adalah menggunakan darah segar. Kalau darah segar itu
disiramkan pedang itu pun akan terlihat seketika."
I Giok Hong tertawa getir.
"Dari mana kita bisa mendapatkan darah segar mendadak?"
"Kita keluar dulu mencari binatang liar, kemudian kita tampung darahnya dalam
sebuah tabung dan semburkan di seluruh tempat ini. Dengan demikian kita pasti
berhasil menemukan pedang itu," sahut Kwe Tok.
1 Giok Hong merenung sejenak. Mungkin hanya itu satu-satunya jalan yang bisa
ditempuh, pikirnya dalam hati. Tanpa banyak cakap lagi, tubuh gadis itu berkelebat.
Ketika sampai di pintu goa dia membentak keras-keras kepada Tao Ling dan Lie Cun
Ju. "Minggir!"
Lie Cun Ju segera menarik tubuh Tao Ling agar menggeser sedikit. I Giok Hong
Iangsung menghambur keluar. Ternyata dia juga tidak pernah menyangka bahwa
pedang itu sudah didapatkan oleh Lie Cun Ju.
Ketika I Giok Hong meyelinap keluar, Kwe Tok tampak mengikuti di helakangnya.
"Kalau kalian berdua memang tidak berminat menjadi anggota Mo kau, sebaiknya
berangkat saja sekarang!"
Lie Cun Ju justru takut Kwe Tok mengetahui pedang tanpa wujud itu ada padanya.
Mendengar kata-kata orang tua itu, cepat-cepat dia mengiakan. Pemuda itu
membimbing Tao Ling keluar dari goa itu. Kwe Tok mengikuti di samping mereka
sambil menolehkan kepalanya dan berpesan kepada Tao Heng Kan agar menjaga di
dalam goa. Tidak lama kemudian, mereka sudah keluar dari istana rahasia itu.
Sepanjang perjalanan, ternyata Kwe Tok juga tidak curiga sedikit pun bahwa Lie Cun
Ju telah mendapatkan pedang itu. Sesampainya di padang rumput, Lie Cun Ju segera
berpamitan kepada Kwe Tok.
"Kwe locianpwe, kami berangkat sekarang."
Kwe Tok mengibaskan tangannya.
"Pergilah!"
Lie Cun Ju mengempit tubuh Tao Ling dan mengerahkan gin kangnya berlari ke
depan. Ketika mencapai satu li lebih, tampak I Giok Hong mendatangi dengan
535 menenteng dua ekor kambing hutan. Kedua ekor kambing itu belum mati. I Giok
Hong mencekal ekornya dan kedua ekor kambing itu meronta-ronta.
Melihat I Giok Hong, Lie Cun Ju langsung mengernyitkan keningnya. I Giok Hong
juga menghentikan langkah kakinya.
Rahasia Peti Wasiat 6 Jodoh Rajawali Karya Kho Ping Hoo Pendekar Riang 8
^