Pendekar Latah 20

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 20


menjadi biang keladinya."
Memangnya hal ini sudah dalam rabaan Hong-lay-mo-li dan
Siau-go-kan-kun, namun murid2 Kaypang mimpipun mereka
tak pernah menyangka. Pucat seperti kapur muka Cu Tan-ho,
namun dia berusaha menenangkan hati, sentaknya memaki:
"Hong Hwe-liong kau, kau bohong." namun suaranya sudah
gemetar. Bu Su-tun disampingnya, jengeknya dingin: "Hong-suheng
belum bicara habis, Cu-tianglo berdiri lah yang tenang saja"
Hong Hwe-liong melotot sekali kepada Cu Tan-ho, katanya:
"Cu-susiok, urusan sudah terlanjur sedemikian jauh, tidak bisa
tidak aku harus membeber kenyataan ini, kalau tidak dosaku
akan lebih besar dan tak terampunkan, dialam bakapun aku
tiada muka bertemu dengan Unsu.
"Hal kedua, didalam rapat besar ini memang hadir seorang
mata2 musuh, Dia dibawa kemari oleh Kongsun Ki. Tadi yang
membokong Liu Lihiap adalah dia, setengah bulan yang lalu,
dengan Hian-im-e-cit membokong dan melukai akupun dia.
Aku tidak tahu dia orang Han atau orang Kim, namun dia
pulalah yang menganjurkan Kongsun Ki merebut jabatan
pangcu kita, bersama Cu-tianglo orang ini paksa aku
bersekongkol dengan mereka."
"Orang macam apa dan siapa dia sebenarnya" Bagaimana
asal usulnya" Mereka hendak menguasai Kay pang apa pula
maksud tujuannya" Beberapa persoalan ini, aku tidak bisa
memberi jawaban, terpaksa minta Cu-tianglo saja yang
menjawabnya."
Hadirin menjadi sadar dan murka, serempak terdengarlah
caci maki: "Cu Tan-ho katakan, hayo mengaku terus terang."
saking gusarnya para kajem itu tak hiraukan sopan santun
lagi, langsung memanggil namanya serta merubung maju.
Tak nyana dalam waktu yang bersamaan, Bu Su-tun dan
Bu-lim-thian-kiau yang menjaga dikedua samping Cu Tan-ho
mendadak diserang orang secara menggelap.
Bu Su-tun diserang oleh Kongsun Ki, namun Bu Su_tun
sudah waspada dan berlaku cerdik begitu bau amis
merangsang hidung, segera dia berkelit belum sempat
badannya bergerak, tangannya sudah menepuk balik ke
belakang. Lwekang Bu Su-tun setanding dengan Kongsun Ki,
namun karena Lwekang berbisa yang diyakinkan Kongsun Ki
dalam sebulan ini telah maju setingkat meski Bu Su-tun masih
mampu memunahkan pukulan Hoa-hiat_to, namun dia tak
mampu melindungi dan menyelamatkan Cu Tan-ho, Usia Cu
Tan-ho sudah tua kondisi badannyapun sudah lemah, begitu
mengisap bau beracun kontan dia terhuyung hampir jatuh.
Beberapa murid Kaypang yang terdekatpun tergetar roboh
oleh pukulan ganas Kongsun Ki ini.
Orang yang membokong Bu-lim-thian-kiau tidak muncul
lweekangnya jauh lebih tinggi dari Kongsun Ki. terasa oleh Bulim-
thian-kiau sejalur hawa dingin laksana anak panah
menerus dirinya, tak urUng Bu-lim-thian-kiau yang
berkepandaian tinggipun merasa dingin bergidik, terpaksa dia
harus berkelit kesamping.
Kongsun Ki ternyata bekerja sama dalam waktu yang tepat,
baru saja Cu Tan-ho terkena racun, disusul kena serangan
dingin orang itu, seketika dia menjerit ngeri dan terjungkal
roboh semaput. Bu-lim-thian-kiau berteriak: "pembunuhnya adalah Sin-tho
Thay Bi." Hong-lay-mo-li ikut membentak: "Mata2 durjana lari
kemana," sembari lolos pedang dia menubruk maju, Siau-gokan-
kun mengawasi Kongsun Ki namun dia merasa tidak perlu
membekuknya serta merta kakinya bergerak mengikuti
langkah Hong-lay-mo-li mengejar Thay Bi.
Baru saja Kongsun Ki hendak lari, tiba2 didengarnya
hardikan keras: "Binatang, bikin aku mati saking jengkel."
suaranya diliputi marah, duka dan penasaran, yang mengejar
bukan lam adalah ayahnya sendiri Kongsun in.
Hadirin tahu bahwa Kongsun Ki berjiwa luhur dan
mengutamakan kebenaran se-kali2 takkan melindungi
anaknya yang bersalah, maka semua orang serahkan Kongsun
in untuk menghukum putranya sendiri sehingga Kongsun Ki
berkesempatan main bokong, Melihat ayahnya mengejar
datang, serasa terbang arwah Kongsun Ki, tahu2 Kongsun in
sudah mengejar tiba dibelakangnya, jenggot panjang yang
ubanan bergetar saking gusar, bentaknya.
"Binatang tidak lekas berlutut minta ampun" Memangnya
kau ingin aku turun tangan?"
Karena bentakan ini secara pecah nyali Kongsun Ki tahu
jiwanya bakal terenggut secara reflek tangannya menangkis
kebelakang sembari berteriak:
"Ayah, pandanglah muka ibu, ampunilah jiwaku."
Sejak Kongsun Ki masih kecil istri Kongsun ln meninggal
semasa hidupnya sang istri pandang putra satu2nya ini seperti
mestika sebelum ajal diapun berpesan untuk merawat dan
mengasuhnya baik2, dan karena pesan istrinya inilah Kongsun
ln terlalu sayang dan mengumbar adatnya sehingga putra
tunggalnya ini belakangan menyeleweng.
Disaat2 jiwanya terancam elmaut, Kongsun Ki menyebut
ibunya sebagai dewa penolong, insaf pukulan ayahnya
teramat dahsyat secara reflek saja dia gerakan tangannya
menangkis, jadi tiada maksudnya hendak melukai ayahnya.
Kongsun In sebaliknya amat sedih, apa lagi mendengar seruan
putranya, lebih tak tahan lagi. kontan dia menyemburkan
sekumur darah. Begitu kedua telapak ayah beranak saling beradu "Blang"
lengan Kongsun Ki keseleo, namun Kongsun Inpun
terjengkang roboh, Bukan roboh lantaran getaran pukulan
Putranya, namun roboh karena kelemahan perasaan hati
sendiri sungguh kasihan saking sedih boleh di-kata hatinya
sudah remuk rendam.
Karena hati remuk redam dan sedihnya tak terperikan
sehingga tiada semangatnya untuk mengerahkan tenaga
murni untuk menolak racun" Maka pukulan beracun Kongsun
Ki toh tetap melukai ayahnya juga.
Kongsun Ki mencelat bangun dengan sebelah tangannya
saja dia menerjang ketengah gerombolan orang banyak terus
main pukul dengan hantaman berbisa begitu hebat dan ganas
pukulan telapak tangannya banyak murid2 Kayp-ang yang
dipukul roboh dan dia bikin bocar kacir.
Disaat KongsUn In mengejar putranya, disana Hong-laymo-
li dan Siau-go-kan-kunpun berhasil menyandak Thay Bi.
Anehnya Thay Bi yang di kejar ini seperti berubah orang lain,
punggungnya tidak bungkuk lagi, cuma kelihatannya lebih
gemuk dari biasanya, raut mukanyapun sudah berubah tidak
seperti tempo hari
Terdengar Hong Hwe-liong berteriak dari kejauhan: "Mata2
yang kukatakan adalah orang itu, jangan lepaskan dia."
Hong-lay-mo-li membatin: "Peduli dia Thay Bi apa bukan,
ringkus dulu lebih penting." Ginkang Hong-lay mo-li memang
amat tinggi, belum lenyap seruan Hong Hwe-liong, dia sudah
mengejar tiba dibelakang orang itu. "sret" kontan pedangnya
menusuk. Cepat sekali Siau-go-kan-kunpun sudah mengudak tiba,
cuma dia berputar dari arah samping berbareng kipasnya dia
kebaskan sehingga menimbulkan segulung angin kencang
memunahkan tenaga tutukan Hian-im-ci lawan.
Agaknya orang itu tahu Siau-go-kan-kun seorang lawan
tangguh, terpaksa dia harus tumplek seluruh perhatiannya
melayaninya, sementara serangan Hong-lay.mo-li bagai kilat,
meski tahu Hong lay-m0-li menusuk dari belakang tak sempat
lagi dia berkelit "pletak" terdengar suara nyaring, sungguh
aneh, tusukan Hong-lay-mo-li ternyata bukan mengenai kulit
daging orang. Begitu Hong-lay-mo-li melengak, dari robekan
baju orang itu jatuh selembar papan dan beberapa batang
kayu. Kiranya Thay Bi sengaja mengikat beberapa lembar papan
di punggungnya bagian yang kosong di padati dengan kapuk,
muka badannya kelihatan rada gemuk, sekaligus
menghilangkan jejak bungkuknya, Baru sekarang Hong-laymo-
li mengerti. Karena kedoknya terbongkar Thay Bi jadi kalap dan
menyerang adu jiwa, dengan gencar dia serang Hong-lay-moTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
li. Dengan gabungan Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kan-kun
sebetulnya bisa mengalahkan orang, namun Hian-im-ci-iat
orang cukup lihay, dalam tiga lima puluh jurus terang tak
mudah mengalahkannya.
Baru beberapa jurus tiba2 didengar oleh Hong-lay-mo-li
jeritan gurunya, Keruan kejutnya bukan kepalang, dia kira
gurunya sudah dicelakai oleh kekejian Kongsun Ki, budi guru
setinggi gunung, menolong guru lebih utama daripada
membekuk musuh. Terpaksa dia tinggalkan Thay Bi terus
putar balik memburu kearah gurunya.
Cu Tan-ho baru saja roboh terluka, disusul Kongsun In ikut
roboh pula muntah darah, keruan suasana menjadi gempar.
Beramai2 murid2 Kaypang dan orang2 gagah yang hadir maju
ada yang menolong Kongsun In ada yang berusaha untuk
melindungi jiwa cu Tan-ho.
Maklumlah Tianglo yang satu ini beium membeber intriknya
dengan Kongsun Ki. sementara Bu Su-tun sudah mengudek
Kongsun Ki. Lwekang sesat latihan Thay Bi selama puluhan tahun sudah
tentu masih unggul melawan Siau-go-kan-kun, dirangsak
secara sengit oleh lawan yang nekad, Siau-go-kan-kun
mencak2 mundur keripuhan,
Cepat sekali Thay Bi sudah berhasil menerjang keluar,
serunya sambil geiak2: "Pasukan Kim yang terpendam akulah
yang mengundangnya, kalian seumpama kura2 didaiam kuali,
kematian sudah didepan mata, masih berani bertingkah
terhadapku?" betul juga belum lenyap dia bicara terdengarlah
suara tanduk ditiup, dari ketinggian dipuncak gunung sudah
tampak pasukan Kim yang berkuda sedang menyerbu tiba.
Hong Hwe-liong tiba2 berteriak lantang: "Murid2 Kaypang,
dengarkan seruanku." keributan segera menjadi tenang
terdengar Hong Hwe-liong berseru lebih lanjut: "Karena
kesalahan pikirku, sehingga aku mengundang serigala, dosaku
tak terarnpunkan, malu aku terhadap sesama saudara, Kini
Kaypang menghadapi kehancuran lekas panggil Bu Su-tun
Sute untuk memangku jabatan Pangcu, untuk menambal
kesalahanku, Bu-sute puluhan kali lebih unggul dari aku. pasti
kelak dia bisa menjunjung tinggi Kaypang nan jaya. Maaf
bahwa aku takkan mampu bekerja bagi kepentingan Pang
kita, tugas berat ini kuserahkan kepadanya."
Liu Goan-cong berada disampingnya menjaga
keselamatannya dari bokongan orang tak terduga bahwa
orang yang dilindungi tiba2 memuntahkan darah, hendak
mencegah orang bunuh diripun tak keburu lagi.
Kiranya karena merasa malu dan putus asa, dengan
mengerahkan Lwekang tingkat tinggi Hong Huie-liong
menggetar putus urat nadinya sendiri,
Kontan badannya terjungkal roboh dari atas panggung.
Tiga Hiangcu tertua dari Kaypang segera memburu maju,
katanya: "Hong-hiangcu, tiada manusia yang tak bersalah,
tahu salah dan mau memperbaikinya adalah kebijaksanaan
yang utama. Kenapa kau berbuat secupat ini?"
Lekas Liu Goan-cong salurkan tenaga melalui
punggungnya., Hong Hwe-Liong mulai sadar dari pingsannya"
katanya lirih dengan tersenyum: "Kalian sudi mengampuni
dosaku, aku amat senang, Tapi aku tak bisa ampuni diriku
sendir-" habis kata2nya putuslah napasnya.
Bu Su-tun sudah hampir menyandak Kongsun Ki. tahu
terjadinya perubahan yang tak terduga ini terpaksa dia putar
balik, seluruh murid Kaypang serempak menjunjungnya
sebagai pewaris Pangcu, didaiam waktu singkat dan situasi
gawat ini tak sempat menggunakan prosesi segala, saat itu
juga Bu Su-tUn lantas digusur keatas panggung dan menerima
pengangkatan jabatan pangcu secara resmi dihadapan orang
banyak. Puluhan tahun Bu Su-tun pernah berkecimpung dalam
pasukan Gi-lim-kun negeri Kim, dia tahu benar tentang
strategi perang, pasukan pendam negeri Kim masih harus
memukul mundur kawan2 Kangouw yang dipimpin Say-cihong
yang mencegatnya, meski kalah banyak jumlahnya dan
terpukul mundur, namun sementara pasukan musuh kena
dirintangi, dalam setanakan nasi tak mungkin pasukan musuh
menyerbu datang.
Segera Bu Su-tun keluarkan perintahnya, supaya murid2
Kaypang tenang dan mantap diri, dia atur ala kadarnya untuk
melawan serbuan musuh.
Liu Goan-cong pelan2 rebahkan jenazah Hong Hwe-liong,
disaat dia tertunduk bingung, apa Perlu mengejar Thay Bi atau
menolong Kongsun In.
Untung putrinya sudah berteriak memanggilnya: "Ayah,
lekas kemari!"
Lwekang Kongsun In memang ampuh, namun karena
pukulan batin yang meremuk redamkan sanubarinya
hakikatnya dia tidak berusaha untuk bertahan hidup lagi,
sudah tentu hawa beracun lekas sekali merembes keseluruh
badan, Hong-lay-mo-li dibantu Bu_lim thian-kiau menyalurkan
hawa murni untuk membantu, namun karena Kongsun In
sendiri tak berusaha kerja sama, sehingga saluran hawa ini
bukan membantu malah merupakan hambatan dengan
kekuatan hawa murni Kongsun In yang sudah tak terkendali
karena kewalahan terpaksa Hong-lay-mo-li panggil ayahnya
minta bantuan. Setelah meraba urat nadi Kongsun In, seketika Liu Goancong
mengerut kening, dengan sesenggukan Hong-lay-mo-li
memohon: "Ayah, kau harus berusaha menolong guruku."
"Baik aku akan bekerja sekuat tenaga, Lekas panggil Kokham
kembali." Lwekang Liu Goan-cong kira2 setingkat dengan Kongsun
In, maka dia gunakan pula cara pengobatan tusuk jarum
menusuk beberapa Hiat-to Kongsun ln untuk merangsang
reaksinya, lalu dengan Lwekang tingkat tinggi dia mengurut
dan memijat, sehingga hawa beracun yang mengumpul dalam
badannya buyar.
Tapi walau Liu Goan-cong sudah bekerja sekuat tenaga
menggunakan Lwekang, tusuk jarum dan ilmu pengobatan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secara tradisionil semuanya tak membawa paedah besar,
paling hanya sementara mencegah hawa beracun tidak
melebar hawa murni Kongsun In tak kuasa dihimpunnya
kembali. Maka kunci dari berhasil tidak usaha pertolongan Liu Goancong
terletak pada diri Kongsun In sendiri yang masih tidak
punya hasrat hidup"
Kalau tidak meski kepandaian ilmu pengobatan Liu Goancong
setinggi langitpun takkan berguna.
Waktu Hoa Kok-ham menyusul kembali, kebetulan Kongsun
In siuman dari pingsannya, Liu Goan-cong lantas berkata;
"Kongsun-toako, ada sebuah permintaanku, kau harus
membantu aku"
Kongsun In tertawa getir, sahutnya: "Sekarang aku masih
mampu bantu kau apa?"
"Sengaja aku kemari lantaran soal ini maka dari jauh aku
menemui kau. Kecuali kau, tiada orang kedua yang bisa wakili
kau memutuskannya."
Kongsun In dan Liu Goan-cong merupakan tokoh puncak
persilatan pada masa itu, hari ini keduanya bertemu muka,
begitu membuka kata Liu Goan-cong lantas minta bantuannya,
sudah tentu Kongsun In merasa amat bangga, timbullah jiwa
luhurnya, katanya: "Asal aku mampu, aku Pasti membantu
Silakan kau berkata."
'Yau-ji adalah putriku, tapi kaulah yang mengasuh-nya
sampai dewasa, budimu jauh lebih besar dari aku, maka
urusannya kaulah yang memutuskannya. Hari ini aku kemari
mohon kau suka meluluskan perkawinannya dengan Kok-ham
dan kaulah yang harus jadi wali pernikahan mereka, sudikah
kau menerima permintaanku ini?"
Kongsun In bangun duduk, katanya dengan tersenyum
lebar; "Memang sejak lama aku sudah punya maksud
demikian mana bisa aku tidak menerimanya?"
"Kongsun-cianpwe," kata Hoa Kok-ham, "akupun ingin
mohon sesuatu kepadamu." "Lho. kau sudah mendapat istri
cantik, masih ada Permintaan apa lagi terhadapku?"
"Sejak kecil ayah bundaku sudah meninggal, banyak terima
kasih berkat bimbinganmu kini kau sudi serahkan muridmu
kepadaku, budi sebesar ini takkan bisa kubaias, aku rela
bersama Jing-yau selalu mendampingi kau orang tua, menjadi
putra putrimu sendiri, Mohon kau suka menerima kami"
Kejut dan girang Kongsun In, katanya; "Wah masa aku
berani terima?" belum habis dia bicara, Hong-lay-mo-li dan
Siau-go-kan-kun berlutut dihadapannya. Kata Hong-lay-mo-li:
"Budi guru setinggi gunung, semenjak kecil Suhu sudah
kupandang sebagai ayahku sendiri, hari ini hanya
pengangkatan secara resmi saja. Kalau kau orang tua tidak
mau terima, kami tidak akan bangun."
Bercucuran air mata Kongsun In, satu tangan seorang dia
tarik mereka bangun, mulutnya menggumam: "Tak nyana aku
kehilangan seorang anak, malah mendapat ganti dua putra
putri." Melihat air matanya, baru Liu Goan-cong merasa lega hati,
pikirnya: "Asal hatinya terganjel oleh tanggung jawab, aku
akan punya keyakinan untuk menyembuhkan jiwanya." maka
dengan tertawa segera dia ber kata; "Kongsun-toako, marilah
kuobati luka2mu. Yau-ji masih perlu tenagamu untuk merestui
pernikahannya, kau harus peiihara kesehatanmu baik2."
telapak tangannya terus menekan punggung orang, hawa
murni pelan2 dia salurkan, setelah punya kemauan hidup,
segera Kongsun In himpun Pula hawa murninya yang bubar,
dengan kerja sama dua tokoh kosen, cepat sekali tenaga
mereka terbaur didalam badan Kongsun In.
Sementara itu dengan pukulan beracunnya Kongsun Ki
sudah membunuh beberapa murid Kaypang, waktu dia tiba
disamping gunung, pasukan negeri
Kim-pun sudah tiba dikaki gunung jaraknya sudah tidak
jauh lagi. Tapi murid2 Kaypang dan orang2 gagah sama
dendam kepadanya, mereka mengejar terus dengan kencang.
Bu-lim_thian-kiau dan Siau-go-kan-kun jadi nganggur, tapi
dilihatnya dari pengkolan gunung sana berlari mendatangi
bayangan dua gadis, satu diantaranya adalah Jiliam Ceng-hun,
segera dia minta diri dan tarik Hoa Kok-ham untuk mengejar
kearah Kongsun Ki.
Karena lengannya keseleo tinggal lengan kiri Kongsun Ki
saja yang masih bergerak, walau Gin-kangnya tidak lemah tapi
murid2 Kaypang sama menyerang dengan Am-gi dari
kejauhan, terpaksa dia harus putar pedang melindungi badan,
sudah tentu larinya menjadi terhalang.
Dengan mengembangkan Pat-pau-kan-sian cepat sekali Bulim-
thian-kiau melampaui orang banyak langsung memburu
kearah Kongsun Ki.
Diam2 Kongsun Ki mengeluh, dia tahu betapa tinggi
Lwekang dan kepandaian Bu-lim-thian-kiau, apalagi kini
lengannya tinggal satu, jelas bukan tandingan Bu-lim-thiankiau.
Kebetulan dilihatnya dua gadis muncul dari pengkolan
gunung mengadang jalannya. Kedua gadis ini adalah Jilian
Ceng-hun dan Hun Ji-yan.
Kongsun Ki menyambutnya dengan gelak tawa, seru-nya:
"Kebetulan kalian dua betina ini mengantar jiwa." pedang
dimasukan kesarung, sekali tutul kaki badannya lantas melejit
kedepan kedua gadis, dengan mengembangkan Kim-na-jiu
hendak menawan satu diantara kedua gadis ini untuk
dijadikan sandera.
Walau hanya bertangan satu, namun permainan Kim-na-jiu
Kongsun Ki amat lihay, dia tahu ilmu silat Hun Ji-yan agak
lemah maka jurus pertama langsung dia tujukan kepada Hun
Ji-yan. Diluar tahunya sejak dirinya dihina dulu Hun Ji-yan
sudah menggembleng diri dibawah asuhan Bu-siang Sinni
selama lima tahun, kepandaiannya sekarang jauh berlipat
ganda dibanding dulu.
Kini berhadapan dengan musuh, seketika menyala sorot
matanya, "Pengkhianat." makinya tidak berkelit, "sret"
pedangnya malah menusuk.
Walau kepandaian Hun Ji-yan maju berlipat ganda
betapapun masih bukan tandingan Kongsun Ki, disaat kedua
pihak hampir terkena serangan masing2, tiba2 gesit luar biasa
Kongsun Ki menggeser langkah miringkan badan mengitar
kesamping Hun Ji-yan..
Tanpa menghentikan gerak langkahnya, jurus tidak
berubah, tetap dia gunakan Kim-na-jiu-hoat, cuma sasaran
cengkramannya sudah beralih.
Karena menusuk tempat kosong untuk merubah tipu tak
sempat lagi, Kalau satu lawan satu, terang Hun Ji-yan bukan
tandingan Kongsun Ki. Untung Jilian ceng hun membantunya,
melihat gelagat jelek segera dia menubruk maju menolong
Hun Ji-yan. Serangan seruling Jilian Ceng-hun amat keji, yang diincar
adalah lengan Kongsun Ki yang keseleo, malah yang diarah
adalah Hiat-to diantara sela2 tulangnya yang keseleo itu-
Meski tulang lengannya keseleo untuk menyambung dan
mengobatinya bukan soal sulit bagi Kongsun KiTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Tapi jikalau lengannya terketuk remuk tulangnya, terang
tak mungkin disambung dan diobati lagi- Terpaksa Kongsun Ki
harus berkelit, cepat sekali tahu2 Bu-lim-thian-kiau sudah
memburu datang.
Kongsun Ki menghardik sekali lengan bajunya segera dia
kebutkan, sebelum beberapa langkah lagi Bu-lim-thian-kiau
sempat memburu datang, dia kerahkan Thi-siu_sin-kang
menggulung kearah Jilian Ceng-hun-
Luka2 Jilian Ceng-hun baru saja sembuh, tenaganya belum
pulih sepenuhnya didalam kerepotannya, lekas dia gunakan
burung dara jumpalitan melompat kebelakang, untung tidak
kena kesampuk lengan baju lawan, namun tak urung dia
tergetar sungsang sumbel dan jatuh cukup berat.
Keruan tak terbilang kejut Bu-lim-thian-kiau, dengan
serulingnya dia tuding kedepan segulung hawa murni dia tiup
dari lobang serulingnya,
Pukulan beracun susulan Kongsun Ki tertangkis ditengah
jalan, Lekas Kongsun Ki angkat langkah seribu lari terbirit2.
Tak sempat mengejar musuh Bu-lim-thian-kiau menolong
kekasihnya lebih dulu, lekas dia papah Jilian Ceng-hun.
Untung Jilian Ceng-hun, sempat berkelit walau terbanting
jatuh, untung tidak terluka apa2. Kejap lain Bu Su-tunpun
sudah memburu datang memberi pertolongan pula.
"Toako tuntut kan balas sakit hatiku." Hun Ji-yan segera
berteriak menyambut. "Wuut" kontan Bu su-tun lontarkan
pukulannya, Tay-iik-kim kong-ciang dari Kaypang merupakan
ilmu tunggal dari Bulim, guru Bu Su_tun Siang Gun-yang
dimasa jayanya pernah dijuluki Pukulan nomor satu didunia,
Bu Su-tun berbakat dan punya pembawaan tenaga raksasa
sejak dilahirkan kekuatan pukulannya sekarang malah lebih
tinggi dan dahsyat dari gurunya dimasa jayanya.
Selama ini Kongsun Ki belum sempat mengobati tulangnya
yang keseleo, barusan adu pukulan pula dengan Bu-lim-thianTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
kiau, sehingga luka2 lengannya lebih parah, darah bercucuran
deras. Terpaksa dia harus kerahkan Lwekang ajaran sesat untuk
menutup Hiat to dan lari menyelamatkan diri lebih penting,
jarak mereka sekitar puluhan tombak, tak pernah dia sangka
Bik-kong-ciang Bu Su_tun bisa mencapai jarak begitu jauh,
karena perhatiannya tertuju menyumbat Hiat-to menghentikan
cucuran darahnya sehingga tak sempat mempertahankan diri-
"Blang" badannya tergetar jungkir balik oleh pukulan Bu Sutun.
"Aku tidak terluka lekas kau tangkap penghianat itu" seru
Jilian Ceng-hun seraya dorong Bu-lim-thian-kiau. Bu-lim-thiankiau
berada didepan Bu Su-tun, jaraknya cuma lima tombak,
Dengan mengembangkan Pat-pau-kan-sian, berapa kali
lompat jauh, dia menyandak kebelakang Kongsun Ki saat
mana Kongsun Ki masih terguling2 ditanah, terang takkan bisa
lari lagi. Disaat2 kritis bagi jiwa Kongsun Ki itulah, tiba2 tampak
seekor kuda membedal kencang orang yang bercokol
dipunggung kuda ternyata bukan lain adalah Wanyan Tiang-ci,
pemimpin yang membawa pasukan negeri Kim.
"Tam Ih-tiong." bentak Wanyan Tiang-ci "tidak malu kau
bergaul dengan kawanan jembel?" sembari memaki tangannya
beruntun menarik busur, sebagai tokoh tinggi dari negeri Kim.
dalam hal kepandaian silat dan Lwekang dia setingkat masih
lebih tinggi dari Bu-lim-thian-kiaut terdengar beberapa kali
jepretan, anak panah bagai meteor beruntun melesat
kedepan. Selangkah lagi Bu-lim-thian-kiau akan berhasil menangkap
Kongsun Ki, sayang panah sudah melesat tiba. Terpaksa dia
gerakan serulingnya menyampuk panah, telapak tangannya
tergetar sakit kemeng.
Bu-lim-thian-kiau tertawa dingin: "Kaum jembel adalah
patriot bangsa, aku berteman dengan mereka jauh lebih baik
dari pada kau membantu raja durjana yang lalim."
Beruntun Wanyan Tiang-ci bidikan pula tiga panah berantai
untung Bu Su-tun sudah memburu tiba, Dengan langkah lebar
Bu Su-tun memapak maju,
"Tang tang" dua kali tabasan goloknya dia sapu jatuh dua
panah didepan, panah ketiga tak sempat ditangkis, lekas dia
miringkan badan berkelit panah ini menyerempet lewat dari
kulit badannya, kiranya tenaga Bu Su-tun lebih unggul dari Bulim-
thian-kiau cuma gerak kelincahannya saja yang kalah.
Oleh karena itu dia mampu pukul jatuh dua dan kelit satu,
tidak merasa susah tapi hampir saja terluka.
Melihat orang tidak merah mukanya, napaspun tidak
memburu diam2 bercekat hati Wanyan Tiang-ci, Karena
hampir saja terpanah Bu Su-tun naik pitam, bentaknya:
"Diberi tidak membalas kurang hormat nah sambutlah
senjataku." kontan dia timpukan sebilah badik. Yang diincar
bukan Wanyan Tiang-ci tapi menyapu kekaki kuda lekas
Wanyan Tiang-ci membungkuk badan mengeluarkan ruyung
panjang, sekali sendal dia berhasil gulung badik itu, namun
karena badan terbungkuk sasaran kurang tepat dan tenaga
tidak persis lagi, badik itu masih menyerempet kaki kuda-nya,
meski sedikit luka kuda yang sudah terlatih di-medan laga ini
toh sudah berjingkrak kesakitan dan tak berani maju lebih
lanjut. Saat mana bantuan pasukan negeri Kim sudah menyerbu
datang, Wanyan Tiang-ci tarik kendali kudanya tidak berani
menyerbu lebih lanjut, Bu Su-tun dan Bu-lim-thian-kiau
masing2 melindungi calon istrinya, bergegas mereka
menggabungkan diri dengan rombongan orang banyak.
Setelah menggelinding beberapa kali lekas Kongsun Ki
mencelat bangun, sementara pasukan pelopor negeri Kim
sudah memburu tiba, Wanyan Tiang-ci mengerut kening,
katanya: "Kongsun-huma kenapa keadaanmu begini runyam."
untung Kongsun Ki tidak tergetar luka dalam oleh pukulan Bu
Su-tun, namun di-hadapan Wanyan Tiang-ci dirinya hampir
saja melayang jiwanya sudah tentu malu bukan main.
Tanpa hiraukan olok2 orang lekas dia keluarkan obat
menyambung tulang lengannya yang keseleo, katanya
kemudian: "Urusan besar gagal total. Bukan saja jabatan
Pangcu Kaypang tak jadi kududuki, Cu Tan hoa pun sudah
tertawan mereka." "Bagaimana Hong Hwe-liong?" tanya
Wanyan Tiang-ci.
"Keparat itu ingkar janji disaat genting, semua rahasia kita
dia bongkar dihadapan umum, sebelum orang membunuhnya,
dia sudah bunuh diri. Terpaksa kita harus menggunakan
kekerasan."
Didalam memendam pasukannya di Toa-cu-sia Wanyan
Tiang-ci menggunakan dua perhitungan jikalau rencana
mereka bisa berjalan baik, Kongsun Ki berhasil menduduki
jabatan Kaypang Pangcu, dia cukup berpeluk tangan,
melaksanakan rencana jangka panjang dengan bantuan
Kongsun Ki, satu persatu memberantas kaum gerilya, jikalau
sebaliknya, segera dia kerahkan pasukannya menyerbu
dengan kekerasan menjaring seluruh murid2 Kaypang yang
hadir dalam rapat besar ini.
Soal Kongsun Ki selamat atau gugur tidak menjadi
perhitungannya, Kongsun Ki memang cerdik pandai lapat2 dia
sudah merasakan hal ini, tapi sekarang dirinya sudah berada
dijalan buntu, terpaksa sepenuh hati dia bekerja demi
kepentingan negeri Kim, terima menjadi anteknya yang setia.


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menurut janji, Cu Tan-ho harus memberi isyarat dikala
keadaan mendesak baru Wanyan Tiangci pimpin pasukannya
menyerbu, Kali ini karena Wanyan Tiang-ci menyadari
rahasianya sudah konangan oleh para enghiong yang dipimpin
Say-ci-hong maka mereka bergerak sebelum saatnya, dan
lantaran dia bergerak sebelum saatnya sehingga keburu
menyelamatkan jiwa Kongsun Ki.
Tatkala itu Thay Bi sudah kembali kedalam pasukan
negerinya, maka Wanyan Tiang-ci kerahkan bala tentaranya
menyerbu secara terbuka. Disana Bu-Su-tun sudah
bergabung dengan rombongan besar, segera dia pimpin
orang2 Kaypang siap menyambut serbuan musuh.
Jilian Ceng-sia mengikuti Bu-lim_thian-kiau naik ketanah
lapang berumput sekilas dilihatnya batok kepala Jilian Cengpoh
yang masih berada diatas panggung, keruan bergetar
hatinyaf teriaknya: "Bukankah ini ciciku" Kalian... kaliankah ..."
"Bukan kami yang membunuhnya, Kongsun Ki lah yang
membunuh. Dengan membawa batok kepala cicimu dia
hendak merebut kepercayaan orang2 Kaypang untuk merebut
jabatan Pangcu."
Terpaksa Jilian Ceng-hun maju membuntal batok kepala
cicinya, katanya dengan penuh dendam, "ciciku memang
pantas dihukum mati, tapi bukan Kongsun Ki pengkhianat itu
yang pantas membunuhnya," baru saja dia celingukan hendak
mencari Hong lay-mo-li, tiba2 terdengar suara jeritan Honglay-
mo-li disebelah sana.
Ternyata melihat Bu Su-tun dan lain2 beruntun kembali,
Kongsun In tahu bahwa putranya yang durhaka sudah lolos
dan bakal jadi antek musuh mengkhianati bangsa dan leluhur,
sebagai tokoh besar persilatan mana Kongsun In tahan punya
anak yang begitu tak berguna, bikin malu keluarga dan
bangsa. Memangnya luka2nya cukup berat, beberapa patah kata
Jilian Ceng-hun didengarnya dengan jelas, beruntun
mengalami pukulan lahir batin yang begini berat, hawa
murninya yang mulai terhimpun menjadi sesat jalan dan tak
lancar lagi, kontan dia menjepit dan jatuh semaput. Karena
gurunya jatuh pingsan inilah maka Hong-lay-mo_li menjerit
kuatir. Cepat Liu Goan-cong salurkan hawa murninya pula serta
berbisik dipinggir kupingnya: "Kongsun-toako jangan lupa kau
berjanji kepadaku, Pernikahan Jing-yau kaulah yang harus
menjadi walinya"
Setelah membuka mata kembali Kongsun In memuntahkan
darah segar. Kembali Hong-lay-moli menjerit kaget. Lekas Liu
Goan-cong goyang tangan, katanya: "Kongsun-toako, selama
gunung tetap menghijau, kenapa kuatir kehabisan kayu bakar.
Kau harus merawat kesehatanmu lebih penting."
Kongsun in menghela napas, katanya: "Kok-ham, kemarilah
kau." "Ayah," panggil Siau-go-kan-kun sambil maju mendekat.
"Aku berjanji untuk mengkawinkan Yau-ji kepadamu tapi
kaupun harus berjanji sebuah hal kepada ku." demikian pesan
Kongsun In. "Silakan ayah memberi pesan." sahut Siau-go-kan-kun.
"Aku terang tak bisa menghukum mati binatang itu, setelah
kalian suami istri menikah secara resmi, kalian harus
melaksanakan cita2ku terakhir" kiranya Kongun in sudah Jauhwe-
jip-mo, badannya sudah cacat tak leluasa bergerak. Tahu
bahwa Hong-lay-mo-li takkan tega membunuh suhengnya
maka dia berpesan wanti2 kepada Siau-go-kan-kun.
"Ayah, rawatlah iuka2mu lebih penting. Hal itu kau
serahkan saja kepadaku," ujar Siau-go-kan-kun.
"Baik lekas kalian sambut kedatangan musuh, jangan
lantaran diriku bikin kapiran orang banyak."
"Selama hidupmu kau dijunjung tinggi sebagai patriot
perkasa betapapun kau pantang terjatuh ke tangan musuh."
tanpa banyak bicara Liu Goan-cong angkat Kongsun In terus
digendong, Kongsun In masih mau buka suara, segera Liu
Goan-cong mendahului: "Bekal silat Kok-ham sekarang masih
belum mampu menundukan Kongsun Ki, selanjutnya kau
sendiri perlu menggembleng mereka suami istri, Tanpa
hiraukan jiwa ragamu sendiri, bagaimana Kok-ham bisa
melaksanakan cita2mu."
Kongsun In tidak membantah, terpaksa dia pejamkan mata,
Tak tega dia melihat putranya menyerbu datang bersama
musuh, Tapi Kongsun Ki tidak berani putar balik, disamping takut
berhadapan dengan ayahnya, lengannyapun perlu segera
diobati, maka dia rebut seekor kuda jempolan terus lari pulang
lebih dulu. Sedang Thay Bi yang hanya sedikit terluka
menggabungkan diri dengan rombongan Wanyan Tiang-ci ikut
menyerbu ke atas gunung.
Begitu jarak dekat Wanyan Tiangci segera keluarkan
perintah untuk membidikan panah, para Busu yang
dipimpinannya sudah pengalaman di medan laga, semuanya
pilihan lagi, membekal kepandaian silat tinggi pula, sedang
panah yang digunakanpun Sin-pi-kiong, panah terampuh pada
masa itu. Begitu hujan panah berlangsung dengan sengit dan lebat
murid2 Kaypang banyak yang jatuh menjadi korban, Bu Sutun
gusar segera dia raih sebuah batu terus diremesnya
menjadi krikil2 kecil serta ditimpukan balik dari atas kebawah,
batu beterbangan laksana bidadari menyebar kembang, para
Busu dalam jarak puluhan tombak semua kena ditimpuk luka
dan terguling2.
Sayang pihak Kaypang yang memiliki tenaga raksasa
seperti Bu su-tun hanya beberapa orang saja, pihak musuh
sebaliknya ada ratusan busur panah, pihak Kaypang tetap
dipihak yang dirugikan, Lekas Bu Su-tun merubah cara
tempurnya, masing2 dianjurkan mencari tempat perlindungan,
lalu balas menyerang dengan senjata rahasia yang bobotnya
berat, sehingga korban tidak sebanyak tadi.
Berada ditempat tinggi dengan seksama Bu Su-tun
perhatikan keadaan Pihak musuh, tampak barisan musuh
setiba di bawah gunung terpecah menjadi dua barisan,
menuju kedua arah cepat sekali mereka sudah mengepung
ditengah gunung.
Disusul kupingnya mendengar gegap gumpita dari ajang
pertempuran seru dibawah kaki gunung sebelah sana,
agaknya orang2 gagah yang dipimpin Say-ci-hong telah
tercegat dan bentrok dengan sebarisan pasukan musuh
sehingga tak bisa memberi bantuan keatas, jumlah mereka
pun hanya empat puluh lima orang, sebaliknya musuh ada
seratus lebih, berarti satu harus melawan tiga.
Untungnya tujuan Wanyan Tiang-ci menumpas habis para
kajem yang berada dipuncak, maka tidak menambah kekuatan
untuk menumpas orang2 Say-ci-hong.
Sebagai saudara angkat laksana saudara sepupu sendiri,
sudah tentu Tang-hay-Iiong tidak bisa peluk tangan melihat
adiknya terancam bahaya, serunya gusar: "Dari pada mampus
disini, hayolah serbu ke bawah dan adu jiwa dengan musuh,"
segera dia pelopori orang2 lain menyerbu keluar lebih dulu.
Bu Su-tun menjadi kewalahan untuk mencegah, terpaksa
diapun perintahkan murid2 Kaypang ikut menyerbu turun kebawah
gunung, Tang-hay-liong berhasil merebut sebatang tombak panjang
dengan memutar kencang tombak dengannya dia, menyerbu
dipaling depan, panah yang memberondong tiba disapunya
berjatuhan. Sementara Song Kim-kong dan kawan2 lain terus
membuntutinya dengan ketat, memang beberapa orang
roboh, namun jarak kedua pihak menjadi makin dekat.
Seorang perwira Kim yang kenamaan sebagai pahlawan
bangsanya keprak kuda memapak maju, mungkin karena tidak
tahu kelihayan Tang-hay-liong, pikirnya hendak unjuk pamor
dan main gagah, tak nyana sekali hardik Tang-hay-liong
timpukan tombak panjangnya dan telak menembus ulu
hatinya sampai jatuh terpantek ditanah. Keruan pasukan Kim
menjadi gempar dan ribut melihat Pemimpinnya gugur.
Wanyan Tiang-ci hanya tersenyum saja menyambut
kegarangan Tang-hay-liong, katanya; "Tak usah pakai
kekerasan dengan mereka," setelah jarak dekat segera dia
keluarkan perintah," Serang dengan api."
Pasukan Kim segera memencar diri, dari tengah dan
belakang segera muncul sebarisan Busu seragam hitam,
masing2 orang memeluk sebuah bumbung bundar panjang setombak,
warna hitam entah terbuat dari apa" Baru saja
orang2 gagah melengak heran, mendadak didengarnya suara
jepretan yang menderu, sinar api seketika berkobar, dari
setiap bumbung bundar hitam itu menyemburkan gumpalan
api yang menyala terang. Karena tidak menyangka puluhan
orang seketika dijilat dan ditelan dalam kobaran api.
Tang-hay-liong segera menjatuhkan diri dan
menggelinding, memadamkan api yang menjilat badannya,
begitu dia mencelat bangun pula sigap sekali dia sudah
berhasil merebut sebuah bumbung penyembur api, lalu dia
balas menyempit api ke arah pasukan Kim.
Sayang hanya dia seorang sudah tentu kewalahan juga
melawan puluhan semprotan api musuh, orang lain yang tak
berhasil merebut semprotan api tidak sedikit yang terbakar,
terpaksa menyurut mundur agak jauh.
Dengan tiupan tanduknya Wanyan Tiang-ci memberi aba2,
barisan semprotan api ditengah segera maju membuka jalan
demikian pasukan yang tersebar mengelilingi gunung
serempak bergerak maju.
Semprotan api merupakan senjata ampuh dalam pasukan
Wanyan Tiang-ci yang paling dibanggakan bahan utamanya
adalah Bak-cu (minyak bumi) yang berlimpah2 di luar
Giok_bun-goan, kekuatan semprotan api ini bisa mencapai tiga
tombak. Untuk menjaring dan menumpas habis seluruh kajem
yang ada diatas Siu-yang-san ini, maka tak segan2 Wanyan
Tiang-ci menggunakan senjata keji ini.
Sayang sekali serbuan Tang-hay-liong dan kawan2-nya
merubah rencananya semula sehingga mereka dipaksa oleh
keadaan untuk mengerahkan pasukan semprotnya sebelum
waktunya tiba. Maka dibelakang gunung masih terdapat lobang yang
belum sempat diduduki oleh pasukan Kim- Bu Su-tun cukup
cekatan dan tegas dalam putusan, segera dia suruh murid2
Kaypang menerjang keluar dari lobang dibeiakang gunung ini,
sedang dia ajak Siau-go-kan-kun dan Iain2 yang
berkepandaian tinggi untuk menolong teman2 yang terkepung
api. Disamping itu orang2 gagah pimpinan Say-ci-hong yang
terkepung di Samping gunung juga perlu bantuan mereka
secepatnya- Rerumputan kering dan tetumbuhan pohon diatas gunung
amat banyak, maka semprotan api membawa hasil yang luar
biasa besarnya, namun senjata istimewa inipun ada cirinya,
begitu bagian depan terbakar, pasukan Kim dibelakangnyapun
tak kuasa maju lebih lanjut, malah bukan mustahil karena
hembusan angin gunung yang santer, tidak pandang bulu lagi,
bukan mustahil mereka sendiripun bisa terbakar juga-
Bu Su-tun kempit Cu Tan-ho dibawah ketiaknya, bentaknya
menggeledek "Siapa merintang jalan, biarlah adu jiwa dengan
aku-" memangnya pukulan tangannya adalah yang paling
dahsyat diantara mereka, maka dia pilih tempat2 yang belum
terjilat api sembari main pukul menyibak asap dan kobaran api
yang menyala2 untuk mencari jalan menerjang keluar, tidak
sedikit tentara Kim yang teriuka oleh pukulannya dan
kesamber asap dan terjilat api, be-ramai2 mereka lari
menyingkir. Dibelakang Bu Su-tun masih ada belasan murid Kaypang
dari kantong enam dan tujuh, mereka adalah murid2 Kaypang
yang sudah punya pengalaman perang dimedan laga, cepat
sekali mereka sudah berhasil mendapatkan cara dan akal
untuk memadamkan api secara darurat, setiap orang
memangnya sudah membekal karung untuk minta sedekah
beras, kini mereka gunakan karung2 itu mengisi tanah,
dengan memeluk karung berisi tanah ini mereka main
bergelindingan, api yang menyala tidak begitu besar begitu
tertindih karung seketika padam, cepat sekali mereka berhasil
menembus sebuah jalan keluar.
Kembali Bu Su-tun pukul roboh puluhan Busu, Tang-hayliong
setelah memadamkan api di badannya segera lontarkan
pukulan Gun-goan-it-cu-kang, damparan angin yang mampu
meremukan batu bikin musuh jatuh korban.
Cepat sekali jago2 Kaypang dan orang2 gagah yang
dipimpin Song Kim-kong sudah bergabung dengan nekad
seperti banteng ketaton mereka serbu ke dalam pasukan Kim,
dalam Pertempuran jarak dekat, Sin-pi-kiong dan semprotan
api jadi tidak berguna lagi, terpaksa kedua pihak harus
mengandal latihan silat masing2.
Baru saja Bu Su-tun menerjang maju, tiba2 terasa sejalur
angin dingin yang kuat melesat ke arah dirinya, betapa tinggi
Lwekang Bu Su-tun, tak urung diapun bergidik kedinginan.
Kontan dia lontarkan pukulan telapak tangannya menangkis,
waktu dia menoleh dilihatnya yang menyerang adalah si
Bungkuk Thay Bi-
Bagian 42 Begitu tiba Thay Bi membentak:
"Kau membekuk Susiok, mengerahkan pemberontak
segala, lekas serahkan orangnya kalau tidak jangan harap kau
bisa hidup." langsung dia memburu maju telapak tangan
menabas, jari menutuk, lekas sekali jalan Bu Su-tun sudah
dicegah. Bu Su-tun tahu kelihayan Hian-im-ci orang, tangan kanan
melintang melindungi dada, diam2 dia kerahkan Iwekang
murninya, dengan mengerahkan Tay-lik kim-kong-ciang dia
nekad adu kekerasan dengan Thay Bi, sayang dia harus
mengempit satu orang, gerak geriknya tidak selincah Thay Bi,
belum lagi dia lontarkan kekuatan pukulannya, gesit sekali
Thay Bi sudah melejit kesampingnya, "Ser" jarinya menuding
kebatok kepala Cu Tan-ho.
Karena terkempit dan dalam keadaan semaput, kepala Cu
Tan-ho tergantung lemas ke-bawah, perawakan Thay
Bijangkung, maka dia harus membungkuk badan untuk
mengenai sasarannya.
Keruan Bu Su-tun kaget bukan main, baru sekarang dia
Insaf Tahy Bi hendak bunuh orang menutup mulutnya. Dalam


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saat gawat ini, karena lengan kiri Bu Su-tun mengempit orang
tak mungkin melayani serangan musuh, terpaksa dia harus
memutar badan, dan itu berarti dia harus menyerahkan
punggungnya untuk ditutuk musuh, maksudnya untuk
mempertahankan jiwa Cu Tan-ho.
Serangan kedua pihak sama2 cepat, disaat jari Thay Bi
hampir saja mengenai Toa-cui-hiat dipinggung Bu Su-tun,
betapapun tinggi Iwekang Bu Su-tun, kalau terkena tutukan
telak Hian-im-ci kalau tidak mati juga pasti sekarat untunglah
Liu Goan-cong datang tepat pada waktunya. "Ting"
tongkatnya menutul bumi, badannya seketika melejit
beberapa tombak jauhnya.
Walau memanggul satu orang, namun ginkangnya tidak
berkurang karenanya, ditengah udara tongkatnya dia tuding
dengan tipu elang terbang mematuk, ujung tongkatnyapun
mengincar Toa-cui-hiat dipunggung Thay Bi.
Kalau Thay Bi teruskan serangannya melukai Bu su-tun,
maka dia sendiripun pasti akan terluka oleh tutukan Liu cioancong.
selama hidupnya yang paling ditakuti Thay Bi adalah Liu
Goan-cong, di saat2 adu jiwa ini, sudah tentu dia utamakan
keselamatan jiwa sendiri, maka dia tidak berani melukai
orang. Tapi hebat memang kepandaian silat Thay Bi, dalam situasi
segenting itu, cepat dia bertindak, dengan gerakan menekuk
dada jumpalitan dimega, ternyata persis sekali dia berhasil
meluputkan diri dari tutukan tongkat Liu cioan-cong yang
mematikan. Dengan sendiri elmaut yang mengancam jiwa Bu su-tunpun
lenyap, "Bu-pangcu" kata Liu Goan-cong, "kau memikul tugas
berat, lekas kau terjang keluar dulu, biar aku yang hadapi
keparat ini." cepat sekali Hong-lay-mo-li dan siau-go-kankunpun
ikut menerjang datang.
Liu Goan-cong segera menyerukan:
"Lekas ikuti Bu-pangcu lindungi dia. Awas jangan sampai
musuh membunuh Cu Tan-ho-"
Hong-lay-mo-li mengiakan, beberapa kali lompatan jauh dia
sudah mengejar kebelakang Bu su-tun, kebetulan Wanyan
Tiang-ci mengeprak kudanya seraya mengayun ruyung
panjangnya, sasarannya adalah Cu Tan ho yang dikempit
Busu-tun, lekas Hong-lay-mo-li ayun kebutnya menggubat
ujung ruyungnya, berbareng siau-go-kan-kun merangsek dari
samping, sebagai tokoh kosen nomor satu dari negeri Kim
jikalau satu lawan satu belum tentu Hong-lay-mo-li kuat
menandinginya, kini dia dibantu siau-go-kan-kun, sedang
tingkat kepandaian siau-go-kan-kun kira2 setanding dengan
Wanyan Tiang-ci, sudah tentu Wanyan Tiang-ci tidak berani
terlibat dalam pertempuran sengit, lekas dia tarik ruyung dan
putar balik kudanya.
Begitu Bu su-tun dan lain2 menerjang kesana, timbul
maksud jahat Thay Bi, dengan watak yang licik dan keji tadi
hampir saja dia berhasil melukai Bu su-tun membunuh cu Tanhong,
untung Liu Goan-cong menyusul tiba sehingga
sasarannya batal diincar-nya-
Kini dilihatnya Liu Goan-cong menggendong Kong-sun In,
keadaannya seperti Busu-tun harus melindungi Cu Tan-ho,
setelah mundur segera dia menubruk maju lagi, dia hindari
bentrokan langsung secara berhadapan dengan Liu Goan-cong
sengaja dia putar ke-belakang menyerang punggung Kongsun
In. Kaki Liu Goan-cong tidak leluasa bergerak, kelincahan
gerak badannya di tanah datar tidak segesit Thay Bi, Kalau
dalam biasa, dengan adanya bantuan tongkat, sedikitnya dia
kuat melawan tiga puluhan jurus dan pasti dapat
mengalahkan Thay Bi kini dia harus menggendong orang.
Walau tidak sampai terdesak dibawah angin, dia harus hati2
melayaninya. Beberapa Busu serempak menyerbu dengan tombak dan
golok- Liu Goan-cong dipaksa melayani mere-ka, namun cukup
sekali hardik dan sapukan tongkatnya dia bikin senjata dan
para Busu itu terjatuh sungsang sumbel, Thay Bi
berkesempatan putar ke belakang segera dia lontarkan
tutukan Hian-in-ci mengincar punggung Kongsun In, jarak
mereka tidak lebih lima kaki, maka tutukan jarinya telak
mengenai sasarannya.
Kongsun In bergidik kedinginan, tiba2 dia balikan telapak
tangannya bentaknya:
"Bangsat tua tidak tahu malu, berani mempermainkan aku."
Thay Bi kira Kongsun In terluka parah, melihat tutukan
jarinya kena sasaran disaat hatinya kegirangan, tak nyana
tahu2 pukulan orang mendampar tiba bagai gugur gunung,
seketika Thay Bi menjerit ngeri "Huuuaah" darah menyembur
dari mulutnya badannya terpental jungkir balik sampai
beberapa tombak jauhnya-
Kiranya meski Kongsun In sudah jau-hwe-jip-mo sehingga
setengah badannya lumpuh, tapi hanya tidak leluasa bergerak
sukar berjalan, latihan Iwekang puluhan tahun masih ada
karena harus menolak serangan hawa beracun sehingga
kekuatannya rada berkurang namun kekuatannya masih
unggul dari kekuatan Thiay Bi sendiri.
Rasa bencinya memang sudah meluap terhadap Thay Bi,
sejak tadi diam2 dia sudah kerahkan tenaga murninya dan
terpusatkan ditelapak tangannya- Begitu Thay Bi membokong
kebetulan malah baginya untuk balas menyerang dalam jarak
lima kaki mana Thay Bi kuat menahan pukulannya, untung
kepandaiannya memang tidak lemah dengan jumpalitan
beberapa tombak dia mengurangi getaran pukulan Kongsun In
sehingga lukanya tidak terlalu berat dan selamatlah jiwanya-
Namun demikian dia toh harus jungkir balik, beberapa Busu
segera maju memapahnya, tak sempat mereka merintangi Liu
Goan-cong berdua, setelah melontarkan pukulannya Kongsun
In sendiripun terkuras hawa murninya, dia sendiripun
memuntahkan darah, Liu Goancong segera bertanya-
"Kongsun-toako bagaimana kau?"
Kongsun In tertawa:
"sedikit luka saja" tidak perlu dikuatirkan Tua bangka cacad
itu lebih parah luka2nya. Dalam satu bulan terang dia takkan
bisa turun dari ranjang"
Barisan semprot api Wanyan Tiang-ci sudah mati kutu,
karena disana sini sudah terjilat api mereka tidak berani maju
lebih jauh, dilabrak secara nekad oleh para kajem lagi
sehingga pertahanan merekapun berantakan.
Tapi Wanyan Tiang-ci belum putus harapan, sembari
memberi perintah dia kumpulkan sisa tentaranya, siap
mengejar dengan sisa kekuatannya tak lupa juru bidiknya
disuruh menghujam panah kepada musuh yang melarikan diri
Bu su-tun. Tang-hay-liong dan tokoh- silat lain yang
berkepandaian tinggi bertahan dibelakang melindungi kawan2
lain melarikan diri, dengan Bik-khong-ciang mereka sapu
runtuh hujan panah, sudah tentu masih ada beberapa orang
yang jadi korban, namun cepat sekali mereka sudah jauh
diluar sasaran bidik panah musuh. Tatkala itu kekuatan
tentara Wanyan Tiang-ci belum terpusatkan.
Rombongan say-ci-hong masih terkepung. Tang-hay-liong
segera pimpin orang2 gagah yang dibawanya menerjang
kesana, tak nyana baru saja mereka tiba disamping gunung,
tiba2 dilihatnya debu mengepul tinggi dibawah gunung,
tampak sebarisan pasukan berkuda menyerbu datang.
Bu su-tun kaget, serunya:
"Bantuan musuh tiba, kita terkepung dari depan dan
belakang, bagaimana baiknya" Hayolah kita adujiwa sama
mereka." Bu lim-thian-kiau tertawa, katanya:
"Bu-pangcu tak usah kuatir coba kau lihat jelas panji itu."
Cepat sekali pasukan berkuda itu sudah tiba, sembari
bersorak sorai langsung mereka menerjang kedalam kancah
pertempuran dibawah gunung, dimana rombongan say-cihong
terkepung rapat oleh ratusan Busu negeri Kim.
Tampak panji itu disulam sebuah harimau terbang dengan
benang mas, dua huruf besar didepannya bertuliskan "yalu".
Bu su-tun keheranan tanyanya:
"Pasukan dari mana itu?"
Bu-lim-thian-kiau tertawa, sahutnya:
"Itulah pasukan negeri Liau pimpinan temanku yalu Hoanih."
Kiranya sejak angkat senjata dan berontak melawan negeri
Kim dalam peperangan di Jay-ciok-ki tempo hari, yalu Hoan-ih
bawa pasukannya naik gunung dan akhirnya mendirikan
pangkalan di Ki-lian-san, setelah setahun menghimpun diri dan
menyusun kekuatan kembali-kekuatan perang mereka sudah
berlipat ganda-
Letak Ki-lian-san kira2 seribu li dari siu-yang san, maka
kedatangan pasukan Wanyan Ticmg-ci dapat diketahui oleh
mata2 yang disebar yalu Hoan-ih, tahu kesempatan untuk
membunuh tulang punggung negeri Kim seperti Wanyan
Tiang-ti telah tiba, segera dia pimpin pasukannya mengejar
datang, maksudnya hendak menumpasnya habis.
Kedatangan pasukan Liau memang tepat pada waktunya
cepat sekali pasukan Kim dibawah gunung dibrantas habis
sisanya lari terbirit2 melarikan diri
Setelah say ci-hong dan teman2nya bebas dari kepungan
musuh, segera mereka bergabung dengan murid2 Kaypang
dan pasukan negeri Liau yang datang membantu, kini jumlah
mereka melebihi musuh.
Memang Wanyan Tiong-ci sebagai panglima besar yang
berbakat, setelah dia pusatkan kekuatan tentaranya dengan
pasukan tameng sebagai buntut, pasukan panah berada
diperut sedang barisan semprot api berada dikepala pasukan
negeri Kim yang dipimpin Wanyan Tiang-ci ini memang Busu
pilihan yang sudah punya pengalaman perang, kepandaian
silat merekapun rata-rata lihay, setelah mengalami
pertempuran seru akhirnya mereka berhasil menjebol
kepungan dan menerjang keluar.
Walau tujuan utama tidak berhasil menumpas pasukan
negeri Kim, namun yalu Hoan-ih berhasil menolong bencana
yang menimpa Kaypang, maka merekapun tidak mengejar
musuh lebih lanjut.
Jilian Ceng-sia datang bersama yalu Hoan-ih, cepat sekali
mereka sudah kumpul dengan Bu-lim-thian-kiau dan Jilian
ceng-hun, sudah tentu bukan kepalang senang hati mereka,
namun berduka pula-
Senang bahwa mereka masing2 sudah mendapatkan
jodohnya, berduka karena kakak mereka Jilian Ceng-poh
gugur ditangan Kongsun Ki, sungguh membuat mereka
penasaran dan dendam.
Tatkala itu Bu su-tun sedang kumpulkan murid Kaypang
serta memeriksa yang terluka dari gugur, lalu mengatur
langkah2 selanjutnya. yalu Hoan-ih menganjurkan supaya
oramg banyak secepatnya membubarkan diri untuk menjaga
pasukan besar musuh menyerbu dalang pula. Tapi Bu su-tun
menjawab: "Pendapatmu memang benar, cuma aku masih ada sedikit
urusan, terpaksa harus menunda satu hari, tapi jumlah
pasukan kalian lebih banyak, lekaslah mengundurkan diri lebih
dulu." Berkata Jilian ceng-sia kepada cicinya dengan seri tawa:
"Ji-ci, aku ingin kau dan Tam-suheng pulang ke Ki-lian-san,
kita bisa berkumpul lebih lama. Persoalanku perlu segera
diselesaikan." lalu dia mendekati telinga cicinya serta berbisik:
"Bagaimana pula soal jodohmu. lebih baik kalau kami kakak
beradik melangsungkan perkawinan pada hari yang sama."
Merah muka Jilian ceng-hun, sentaknya:
"Hus, perawan tidak tahu malu. Baiklah, aku terima
permintaanmu." segera mereka minta diri dan berpisah
dengan Hong-lay-mo-li, siau go-kan-kun dan lain2.
Setelah pasukan Liau yalu Hoan-ih pergi. Bu su-tun angkat
jio Koh murid Kaypang berkantong delapan sebagai pejabat
Pangcu sementara, pimpin murid2 Kaypang kembali ke
selatan, sementara yang luka2 semua dibawa kerumah
Kongsun In untuk diobati dan diberi pertolongan ala kadarnya.
Setiba dirumah Kongsun In, Liu Goan-cong mau memeriksa
Kongsun In, tapi Kongsun In berkata,
" Lebih penting kau tolong dulu Cu Tan-ho keparat itu, mati
memang hukuman setimpal baginya, namun jangan biarkan
dia mati sia2."
setelah memeriksa denyut nadi Cu Tan-ho, Liu Goan-cong
geleng2 katanya:
"Tiada harapan lagi, tapi aku masih bisa bikin dia siuman
sebentar" lalu diambilnya jarum mas serta menusuk Hian-suk-hiat
dibelakang otaknya. Betul juga Cu Tan-ho menjerit sekali serta
ssiuman dari pingsannya.
"Cu Tan-ho," kontan Bu su-tun menegurnya,
"Kau adalah Tianglo betapa tinggi kedudukanmu, ada
kesalahan apa Pang kita terhadapmu, kenapa pula kau
bersekongkol dan terima menjadi antek penjajah Kim,
berusaha menumpas habis Pang kita?"
Cu Tan-ho tertawa dingin katanya:
"Bu Su-tun, terhitung nasibmu yang baik, kau sudah jadi
Pangcu, aku sebaliknya mendekati ajal, buat apa aku
menjawab pertanyaanmu?"
"Memang kau bakal mari tapi kita takkan melakukan
penipuam terhadapmu. Tidak sedikit murid2 kita yang gugur
dalam perang tadi- kematian laksana Thay-san beratnya,
Hong Hwe- liong sebelum ajal pun sudah menginsafi
dosa2nya, maka dia mendapat pengampunan seluruh murid2
Pang kita. Kau dekat ajal masih belum insaf, terpaksa kita
anggap kau seekor anjing yang harus digorok lehernya. Coba
kau pikir, sebelum ini kau adalah Kaypang Tianglo yang
dijunjung tinggi, kau pernah seorang Bulim cianpwe yang
diagulkan seluruh orang- gagah diseluruh dunia, namun dihari
tuamu kau rela menyerah dan menjadi antek musuh, bukan
saja badan hancur nama berantakan, kau sudah mendurhakai
leluhur, setelah mampus kau tetap akan dicaci maki orang
sepanjang masa.
Kalau kau mau bertobat dan mengaku terus terang,
mungkin dosa2mu boleh diperingan. Katakan, cara bagaimana
kau bisa berintrik dengan pihak penjajah Kim" Katakan, masih
ada komplotan siapa saja didalam pang kita?"
Agaknya Cu Tan-ho tergugah juga oleh kata2 Busu-tun,
lama dia menatap Busu-tun, akhirnya berkata:


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"He he, kalian salah semua"
"Apanya yang salah" bentak Bu su-tun.
Cu Tan-ho ter-loroh2, katanya:
"Kalian sangka aku orang apa" Memangnya aku bukan
orang Han, aku adalah bangsa Kim, kalian maki aku menyerah
dan menjadi antek musuh segala tuduhan ini hakekatnya tidak
benar dan tidak berdasar, He, he. Bu su-tun, keadaanku
seperti pula keadaanmu, sebagai orang Han kau menyelundup
jadi mata2 didalam Gim- lim-kun pasukan negeri Kim kita
sebaliknya sebagai orang Kim aku menyelundup dan jadi
mata2 didalam Kaypang kalian. Cuma nasibmu lebih baik, kau
berhasil membunuh Wanyan Liang, kau sukses. Tugasku
sebaliknya gagal total, bahwa aku hendak merebut jabatan
Pang-cu dari Kaypang pertama aku pernah terkalahkan oleh
gurumu siang Gun-yang, kedua muridku Kongsun Ki
terkalahkan pula olehmu. Keduanya sama2 kalah dan gagal,
terutama kekalahan kali ini lebih mengenaskan. Hm, hm
memang nasibku yang jelek- segalanya menjadi berantakan,
apa pula yang perlu diperbincangkan."
Hadirin sama beradu pandang dengan kaget dan
merinding, sungguh tak pernah terpikir oleh mereka bahwa Cu
Tan-ho sebagai mata2 musuh menyelundup kedalam
Kaypang, selama puluhan tahun tiada orang yang
membongkar kedok aslinya, malah orang berhasil merebut
jabatan Tianglo.
Melihat sikap dan mimik muka hadirin Cu Tan-ho bergelak
kesenangan, katanya:
" Walau dua kali kami mengalami kegagalan namun toh
bukan tiada hasilnya, selama puluhan tahun belakangan ini
pihak Kaypang tak pernah berhubungan dengan golongan dan
aliran silat, malah semakin jauh terutama dengan kaum Loklim,
masing2 pihak malah saling curiga mencurigai walau
semua ketentuan ini tidak menjadi undang2 tertulis, namun
setiap murid2 Kaypang sudah mematuhi larangan ini. Tahukah
kalian siapakah yang mengajukan usul ini" Hehe-. aku, Cu Tan
ho, akulah yang bersikeras supaya Kaypang menyapu saiju di
rumahnya sendiri, peduli kabut diatas rumah orang lain. Hehe
Kedudukan pang cu memang aku tidak berhasil merebutnya,
namun usulku ini mendapat dukungan orang banyak. Didalam
rapat tingkat Tianglo siang Gun-yang tak berhasil mendebat
dan merintangi maksudku apa pula yang dapat dia lakukan
atas diriku?"
"Cu Tan-ho, kau salah" Bu su-tun menanggapi nya dengan
dingin- "Kenapa pula aku salah?" jengek Cu Tan-ho seraya
mendelikan mata-
"Apa yang kau uraikan kelihatan memang sama, yang
terang keadaanku dan keadaanmu jauh berbeda, aku demi
menegakkan kesejahteraan rakyat, supaya rakyat dari kedua
negeri tidak ketimpa malapetaka peperangan, baru terpaksa
aku menyaru orang Kim membunuh Wanyan Liang, sebaliknya
kau tidak lebih hanya antek yang diperalat untuk membantu
kekejaman dan kelaliman belaka, masakah kau berani
membandingkan aku dengan dirimu. Kau kira kegagalanmu
dan kesuksesanku lantaran dipermainkan takdir" Tidak, bagiku
aku mendapat bimbingan kejalan benar, sebaliknya kau
mengingkari kepentingan orang banyak dan mengejar
keuntungan pribadi- Rapat besar Kaypang hari ini merupakan
contoh yang kenyataan bukan" Hm apa pula yang harus kau
banggakan" Kau kira dirimu seorang pahlawan" Tidak, kau
tidak lebih mirip seekor anjing atau biruang."
Dibawah pancaran tajam sorot mata semua hadirin, Cu
Tan-ho menjadi lemas dan loyo, katanya mengguman:
"Mungkin memang aku salah hem, aku adalah anjing
biruang, apa benar aku ini anjing?" biji matanya terbalik
memutih, mulut keluar busa, akhirnya dia benar2 mati mirip
seekor anjing. Tertekan perasaan murid2 Kaypang, mereka seperti sadar
dari mimpi. Berkata Bu su-tun pelan2:
"Cu Tan-ho menyelundup kedalam Pang kita, memangnya
suatu kesalahan dan ciri bagi kita, tapi bukan mustahil hal ini
bisa menjadi cambuk kita, menjadi suatu peringatan yang baik
bagi kita, setelah mengalami pengajaran ini, betapapun kita
akan berubah menjadi sedikit pintar."
sore hari itu menjelang petang, cuaca berubah dan
turunlah hujan yang amat lebat. Malam itu Liu Goan-cong
sibuk semalam suntuk, mencabut panah, membubuhi obat
membetulkan tulang patah atau keseleo, untung para korban
semua membekal kepandaian silat tinggi, ilmu pengobatan Liu
Goan-cong memang tinggi kira2 hari kedua pagi2, semua
orang sudah lebih segar, satu sama lain saling bantu beruntun
mereka pamit meninggalkan tempat itu.
Cuaca pagi itu setelah semalam turun hujan ternyata cerah
dan sejuk- Paling akhir Bu su-tun minta pamit bersama Hunjiyan.
Hong-lay-mo-li membujuk gurunya
"Suhu, kini tidak leluasa kau tinggal dirumah-"
"Kemana aku harus pergi?" kata Kongsun In hambar,
"Aku tidak inginjadi beban kalian."
"Aku ingat akan suatu tempat bagus." kata Liu Goan-cong
"Bing-bing Taysu yang tetirah di Kong-bing-si adalah teman
baikku, diapun kawan baikmu, marilah kita ngungsi kesana,
kau boleh merawat dirimu dengan tentram kita tiga tua
bangka kumpul bersama kan banyak kawan untuk ngobrol."
"Baik sih baik, lalu bagaimana soal perkawinan Koh-ham
dengan jing-yau" Memangnya kita suruh mereka menikah
didalam kelenteng?"
"Suhu," kata Hong-lay-moh dengan muka merah,
"kami sih tidak kesusu menikah-"
"Kau tidak kesusu, memangnya kau tahu Kok-ham tidak
kesusu" Kek-ham kau sudah menunggu sekian tahun, bila
lantaran keadaanku, perkawinan kalian harus tertunda lagi,
hatiku tidak akan tentram. Coba lihat, jikalau..."
"sudah sekian tahun aku me-nanti2, apa halangannya
menunggu beberapa lama lagi," ujar Kok-ham,
"Ayah, setelah kau sehat belum terlambat kau menjadi wali
pernikahan kami."
"Kelumpuhan, badanku ini mungkin takkan bisa sembuh-"
kata Kongsun In.
"baiklah sementara kita tinggalkan tempat ini. Nah, marilah
sekarang juga kita berangkat."
Hong-lay-mo-li memang sudah membereskan segala
keperluan, tanpa buang waktu hari itu juga mereka lantas
berangkat, Liu cioan-cong tetap menggendong Kongsun In.
Mereka sama memiliki ilmu Gin-kang yang tinggi, tanpa
mengenal lelah, dijalan tiada halangan apa2 dalam tiga hari
perjalanan, akhirnya mereka tiba di Kong-bing-si.
sudah sekian tahun lamanya Bing-bing Taysu berpisah
dengan kedua teman lama ini, sudah tentu semua merasa
senang, sebagai ahli silat yang tinggi ilmunya, sekilas pandang
Bing-bing Taysu lantas tahu Kongsun In terang jay-hwee jipmo
sehingga separo badannya lumpuh.
segera dia merangkap tangan bersabda:
"Kongsun sicu, Iwekang murni dari aliran Hian-bun
latihanmu sudah mencapai puncaknya, bagaimana mungkin
bisa jau-hwerjip-mo" Liu-heng, kabarnya kau cukur gundul
dan kini kembali preman pula namun hari ini kau kembali
kepintu berhala, Lolap tidak akan paksa kau cukur gundul lagi,
tapi sedikitnya kau harus tinggal beberapa hari disini-"
Kongsun in menghela napas, katanya.
"Taysu tanyakan sebab musababnya ai. sungguh panjang
ceritanya."
Liu Goan-cong tertawa, katanya:
"Taysu umpama kau tidak terima kedatanganku akupun
akan ndablek tinggal disini satu atau setengah tahun.
Kabarnya belakangan ini kau berhasil meyakinkan Bu-siangsin-
kang, terutama paling manjur untuk menutuk tembus Kikeng-
pat-meh apa benar?"
Ketiga orang adalah Para guru silat yang paling top pada
masa itu, begitu ketemu Liu Goan-cong lantas membicarakan
soal Iwekang, bukan karena hobby mereka yang sama, tapi
yang penting adalah mencari jalan keluar untuk mengobati
kelumpuhan Kongsun In
Begitu membicarakan tentang ilmu silat dan Lwe kang
tingkat tinggi, ketiganya lantas ngoceh bergantian tak habis2,
masing2 menguraikan pendapat kesimpulan dan analisanya.
Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun yang berkepandaian
cukup mendalampun hanya setengah mengerti setengah
keheranan. Hwi-siok sinni menjadi tidak sabar, dia tarik Hong-lay-mo-li
keluar, kepada Hong-lay-mo-li banyak dia mengajukan
pertanyaan serta minta diceritakan pengalaman yang terjadi
belakangan ini, terpaksa Hong-lay-mo-li mengering lidah
mulutnya bertutur panjang lebar, sudab tentu Hui-siok girang
bahwa adiknya akhirnya menemukan jodohnya-
"Kali ini kau bisa tinggal beberapa hari disini?" tanya Huisiok
sinni. "Belum tentu. Mungkin hanya tiga hari." sahut Hong-laymo-
li. Tengah mereka asyik bicara, tiba2 terdengar suara Liu
Goan-cong memanggil putrinya:
"yau ji, gurumu memanggilmu."
Waktu Hong-lay-mo-li masuk ke dalam biara, tampak
semangat Kongsun In sudah berkobar, muka ayah-nyapun
mengunjuk rasa girang. Berkatalah Liu Goan-cong:
"Tidak meleset dari dugaanku, setahun kemudian gurumu
akan bisa datang ke pangkalanmu untuk meresmikan
pernikahan kalian."
Merah muka Hong-lay-mo-li, katanya:
"Selamat bagi kesehatan suhu, semoga lekas sembuh."
"Memangnya aku ingin kalian lekas berumah tang-ga.
Didalam setahun ini jikalau kalian bertemu dengan binatang
itu, kalian harus mencuci bersih nama keluarga. Mumpung
kalian kumpul disini, dalam beberapa hari ini, akan kuajarkan
seluruh bekal ilmu silat yang kupelajari selama hidup ini
kepada kalian, walau tidak bisa mengalahkan kedua ilmu
berbisa itu, sedikitnya akan menambah keyakinan kalian untuk
mengalahkannya."
selama tujuh tahun sejak Hong-lay-mo-li meninggalkan
perguruan, tidak sedikit pula hasil ciptaan ilmu silat Kongsun
in yang maha sakti, meski mungkin tidak ungkulan dari
perbendaharaan ilmu silat ayah Hong-lay-mo-li, namun ilmu
ciptaannya ini justru setimpal untuk menghadapi Kongsun Ki.
Soalnya betapapun tinggi latihan ilmu sesat Kongsun Ki pupuk
dasar ilmu silatnya tetap menggunakan ajaran keluarga.
Dari sini daputlah kita bayangkan betapa tinggi, murni dan
mendalamnya hasil jerih payah seorang maha guru silat
didalam menciptakan ilmunya, selama tiga hari Hong-lay-mo-li
dan siau-go-kan-kun digembleng tak mengenal lelah,
untunglah Hong-lay-mo-li sudah punya landasan kuat dari
dasar pelajaran silat gurunya, setelah dia apal teorinya meski
belum seluruhnya apal dan mengerti akan prakteknya, hal ini
tergantung latihannya lebih lanjut saja, maka Kongsun In tidak
menahan mereka lebih lama-
Kongsun In tahu sebagai Lok lim Bengcu Hong-lay-mo-li
perlu selekasnya pulang kepangkalan menjalankan tugatugasnya,
namun tak urung bercucuran air matanya, katanya
sambil satu tangan pegang satu orang:
"semoga kalian bisa selekasnya melaksanakan cita-citaku.
Badanku lumpuh, aku tidak antar kalian,"
"Suhu tidak usah kuatir, kami menunggu kedatangan kau
orang tua di sangkalan."
Liu Goan-cong dan Hui-siok sinni mengantar mereka keluar.
Tahu bahwa Liu cioan-cong ayah beranak mungkin punya
persoalan pribadi yang ingin dibicarakan, Hui-siok lantas minta
diri setiba dilamping gunung.
setelah Hui-siok kembali Hong-lay-mo-li bertanya.
"Ayah, kau masih ada pesan apa?"
Liu Goan-cong berpikir sebentar, katanya kemudian:
"Dalam perjalanan pulang ini, bukankah kau harus liwat Kogwan?"
Ko-gwan nama suatu tempat letaknya kiras dua puluhan li
disebelah utara Lokyang, Hong-lay-mo-li menjawab:
"ya, memang harus lewat sana" tiba-tiba dia teringat
sesuatu tanyanya:
"Oh ya, ayah, tempo hari kabarnya kau ada mampir ke Kogwan
menyelesaikan sesuatu urusan bukan?"
"Benar, tapi urusan itu belum selesai." sahut Liu Goancong.
"Urusan apa bolehkah ayah beritahu kepadaku?"
"Pamanmu punya keluarga di Ko-gwan,"
Hong-lay-mo-li melengak, tanyanya:
"Paman" Maksudmu Liu Goan-ka durjana jahat itu" Aku
tidak sudi memanggilnya paman lagi-"
"Bahwa keluarga Liu kita ada sampah persilatan seperti dia,
hatikupun amat mendelu. yang terang dia adalah marga
keluarga Liu kita, terpaksa aku harus membereskan
persoalannya."
"oh, mengertilah aku, tujuan ayah ke Ko-gwan tempo hari
adalah hendak memberantasnya" "
"Belakangan ini dia sudah kembali keutara, bukan mustahil
akan pulang menemui anak bininya di Ko-gwan itu. Maka aku
pikir hendak menyelidikinya, kalau dia benar2 sudah bertobat,
aku tidak perlu membunuhmu kalau tidak ilmu silatnya akan
kupunahkan."
"o, jadi masih ada anak bininya di Ko-gwan, maksud ayah
hendak mengatur hidup mereka supaya anaknya tidak
menempuh jalan sesat ayahnya."
"Didalam sebuah desa Peng-ya-ceng, lima puluh li diutara
kota Ko-gwan, aku sudah berhasil menemukan sebuah
keluarga she Ciok yang terdiri dua perempuan satu anak,
seorang perempuan pertengahan, yang satunya lagi adalah
nenek-nenek tua.
Bocah itu berusia belasan tahun. sayang aku tidak
menemukan mereka, malah kedatanganku dicurigai oleh
penduduk kampung, karena kuatir kedatanganku ke siu-yangsan
terlambat, terpaksa sementara persoalan ini kutunda.
Kuharap setiba kalian di Ko-gwan, cobalah selidiki lebih
lanjut." "Baiklah akan kuselidiki dengan hati-hati."
"gabungan kalian berdua tidak perlu kuatir menghadapi Liu
Goan-ka. Tapi jangan buat anak itu ketakutan terutama dikala
kalian melabrak Goan-ka jangan sampai terlihat olehnya,


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

supaya dia tidak pandang kalian sebagai musuh. Kelak setelah
bisa mengasuhnya baru berilah bimbingan yang betul"
Begitulah setelah memberikan pesan2nya Liu Goancongpun
kembali ke Kong-bing-si.
Banyak persoalan yang diperbincangkan Hong-Lay-mo-li
dengan Siau-go-kan-kun sehingga tidak merasa kesepian.
hari itu mereka tiba di Ko-gwan, memang mereka sudah
memperhitungkan waktunya, kiras kentongan ketiga mereka
lantas pergi kerumah dimana kemungkinan anak bini Liu
Goan-ka tinggal. Malam itu gelap gulita saat yang
menguntungkan bagi orang berjalan malam.
Itulah sebuah gedung yang dibangun membelakangi
gunung, para tetangga cukup jauh jaraknya.
sepucuk pohon besar yang tumbuh dilereng gunung
kebetulan berada dibela kang rumah, siau-go-kan-kun dan
Hong-lay-mo-li sembunyi dibalik dedaunan yang lebat sebelum
masuk kerumah, mereka ingin melihat situasi lebih dulu.
Dengan Ginkang mereka yang tinggi, sedikitpun tidak
mengeluarkan suara.
Tampak hanya ada sebuah kamar yang masih ada
penerangan, dijendela tampak bayangan dua orang, seorang
nenek ubanan dan seorang perempuan setengah umur.
Tengah Hong-lay-mo-li mereka-, terdengar nenek tua itu
berkata: "Apakah siau Lam sudah tidur?"
"sudah." sahut wanita setengah umur, setelah menjawab
dia menunduk melanjutkan jahitannya.
"Ing-ji, urusan udah berselang sepuluh tahun, kau masih
sedih?" "Bu, sudah puluhan tahun aku menjadi suami istri, jiwanya
yang palsu sudah kuketahui, memang lantaran kepedihan
keluar batas baru aku memberanikan diri meninggalkan dia-"
"Memangnya, buat apa pula kau masih merindukan dia"
siau Lam sudah kau beritahu. bahwa ayahnya sudah mati
maka jangan kau beri kesempatan dia bertemu dengan
bapaknya. Dalam hal ini kau sudah bertindak secara tegas,
maka tidak perlu kau merisaukan hati."
Dari percakapan ini baru Hong-lay-mo-li tahu bahwa nenek
itu adalah ibu dari wanita setengah umur, jadi mertua dari Liu
Goan-ka. Agaknya Liu Goan-ka memang pernah datang dan
diusirnya pergi.
Tengah Hong-lay-mo-li menduga2, terdengar perempuan
tengah umur bersuara pula:
"Bu..."
"Ing-ji, kenapa sih kau?" tanya sinenek,
"Ada omongan apa ingin bicara dengan ibu?"
suara perempuan tengah umur hambar, katanya:
"Bu, Kakek tua pincang yang datang tempo hari siapa"
Kenapa kita harus menyembunyikan diri?"
Hong-lay-mo-li maklum, 'kakek tua pincang' yang dimaksud
tentu adalah ayahnya.
Terdengar nenek itu menjawab tawar:
"Bukankah sudah kuberi tahu kepadamu" Tidak apa2,
hanya aku tidak suka menemui orang ini."
"Kenapa ibu tidak mau menemui dia, kan ada se-babnya"
"Kau memang kukuh, baiklah kujelaskan, dia adalah abang
Liu Goan-ka yang bernama Liu Goan-cong"
"o, Liu Goan-cong yang dua puluh tahun pernah
menggetarkan Bulim itu" perempuan tengah umur menegas
dengan kaget "Kabarnya dia sudah meninggal, ternyata masih hidup,"
"Memangnya, Dulu dla sejajar dengan aku, kau menikah
dengan adiknya berarti aku naik setingkat lebih tinggi, coba
pikir apakah tidak runyam aku berhadapan sama dia" Dan lagi
aku tidak tahu apa maksud kedatangannya mencari kau?"
"Kukira tidak menjadi soal- Walau aku belum pernah
bertemu dengan dia, kabarnya dia adalah pendekar besar
yang disegani pada masa lalu, jauh berbeda dengan sepak
terjang adiknya yang nyeleweng. Memangnya kau kuatir dia
mengeloni adiknya mencari perkara dengan kita" justru
karena tidak tahu maksud kedatangannya kita harus
menemuinya, coba dengar apa maksudnya?"
"Bukan aku takut menghadapi ilmu silat Liu cioan-cong"
demikian ujar si nenek,
"aku hanya tidak ingin menemuinya. Bukan saja dia, semua
orang2 yang dulu pernah kukenal, satupun tiada yang sudi
ketemui" "Bu, sudah sekian tahun hatiku terasa pepat, malam ini
ingin aku mendapat penjelasan. Aku toh anak tunggalmu
kenapa kau selalu menutupi banyak persoalan kepadaku" Bu
tahukah kau karena kehilangan kepercayaanmu, hatiku jauh
lebih pedih dari kehilangan seorang suami."
Bergetar suara si nenek, katanya:
"lng-ji, kau... apa yang ingin kau ketahui?"
" orang macam apa sebenarnya ayahku" Sejak kecil kau
katakan beliau sudah mati, namun tak pernah kau
menyingggung tentang ayah kepadaku. Dalam hati" tertentu
kaupun tidak pernah bersembahyang. Kenapa kenapa kau
selalu menghindar diri setiap kali membicarakan ayah?"
si nenek diam saja, tiba2 dia membalik badan ke arah luar
jendela serta melamun, seperti mengenang kejadian masa
lalu. "Bu" kata perempuan tengah umur
" apakah kaupun seperti aku, aku, ngapusi siau Lam dan
kaupun ngapusi aku" Ayahku sebetulnya?"
"ssst diam." tibas si nenek mendesis mulut. Pada waktu
yang bersamaan, Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun yang
sembunyi di atas pohon seketika merasakan angin kencang
yang menerpa kearah mereka, itulah sebentuk senjata rahasia
yang menyerang datang.
Kiranya cuaca dilangit tibas berubah, malam yang gelap
dan mega mendung kini tiba2 rembulan menongolkan dirinya
dari balik awan, kebetulan si nenek melihat bayangan mereka
diatas tanah. Karena seluruh perhatian Hong-lay-mo-li dan
siau-go-kan-kun tertuju mencuri dengar percakapan sehingga
tidak menyadari bahwa jejak mereka udah konangan tahus
senjata gelap sudah menyerang tiba untuk berkelit terang
tidak sempat lagi-
Terpaksa siau-go-kan-kun ulurkan jari menjentik 'Ting' dua
jentik senjata rahasia itu pergi, baru dia tahu itulah sebuah
cincin jari. seketika jari siau- go-kan- kun terasa pedas dan
kemeng, Hong-lay-mo-li berlaku lebih cerdik, melihat senjata
rahasia menyerang, sigap sekali dia memotes dahan pohon
terus disampaikan kedepan dahan pohon sebesar lilin seketika
patah jadi dua terbentur tenaga sambitan cincin.
sudah tentu tak terbilang rasa kaget mereka, maklumlah
pohon dimana mereka sembunyi kiras ada lima tombak
jauhnya di tempat berdiri si nenek, tanpa membuka jendela
dia menimpukan cincinnya yang memecah kain dari jendela,
namun kekuatannya masih begitu dahsyat dapat lah
dibayangkan bahwa nenek mertua Liu Goan-ka ini memiliki
ilmu silat tinggi.
Cepat sekali ibu beranak sudah melompat keluar, si nenek
berkata: "lng-ji, kaujaga rumah, jangan kira ibumu tua, hanya kedua
bocah keparat ini masakah tak bisa membereskan." sembari
bicara dia sudah lompat melampaui tembok serta melontarkan
Bik-khong-ciang disaat badannya masih terapung.
Dahan dan daon pohon seketika beterbangan seperti
disamber geledek- terpaksa siau-go-kan-kun dan Hong-laymo-
li melompat turun, tak urung mereka merasa sesak
dadanya di terpa angin pukulan si nenek.
"Lo-mama harap tidak marah-" lekas siau-go-kan kun
bersuara, "aku ada omongan yang perlu kusampaikan."
Begitu melihat siau-go-kan-kun si nenek seketika naik
pitam, damratnya:
"Kurang ajar, kau bocah hidung belang ini, bikin hatiku
marah aja-" tanpa memberi kesempatan segera dia lontarkan
pukulan telapak tangan pula -
Betapa dahsyat pukulan si nenek bagai gugur gunung
layaknya, siau-go-kan-kun didesak tak sempat memberi
keterangan, apa lagi dimaki hidung belang keruan bukan
kepalang dongkol hatinya. Namun sebat sekali dengan
langkah naga melingkar menggeser kedudukan, dia berkelit
disusul dengan jurus sin-liong-pay-bwe (naga sakti
menggoyangkan ekor) kedua telapak tangannya mengacip
terus dipentang kesamping, sekaligus memunahkan damparan
pukulan lawan. Cara yang dia gunakan sebetulnya cukup baik dan tepat,
namun tak urung dia tergentak mundur tiga langkah,
napaspun sedikit sesak,
"Lo-cianpwe," Hong-lay-mo-li malah yang sempat bersuara,
" datang2 kau menyerang dan memaki orang. Dia bukan
orang jahat, dia adalah?" belum selesai dia bicara beruntun si
nenek sudah menghantam tiga kali secara berantai kepada
siau-go-kan-kun.
Damparan pukulannya satu lebih kuat dari yang lain,
laksana gelombang pasang saja, melihat kekasihnya terancam
bahaya lekas Hong-lay-mo-li maju membantu, beruntun
diapun lontarkan empat kali hantaman baru berhasil
memunahkan pukulan si nenek- Karena perhatiannya
menghadapi musuh dan melontarkan pukulan maka kataknya
terputus ditengah jalan.
"Kau genduk cilik ini tahu apa?" cemooh sinenek begitu
suaranya terputus
"semakin tampan lakte semakin jahat, kau malah membela
dia" Hm, melihat bocah hidung belang lantas hatiku marah
lekas kau menyingkir kalau tidak kaupun bisa terluka."
Iwekang nenek ini diperkirakan sudah mencapai puncak
kesempurnaannya, menghadapi dua tokoh kosen seperti
Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun ternyata masih bisa buka
mulut memaki orang tak habis-.
se-konyong2 dengan jurus Peks Wan-tham-lo (lutung putih
tanya jalan) kedua telapak tangan yang terangkap tibas
terpisah, keduanya memotong kearah pundak siau-go-kankun.
kalau sampai kena terpotong benar-, pundak siau-gokan-
kun pasti hancur.
Diserang dengan jurus yang ganas lagi keji sudah tentu
siau-go-kan-kun amat kaget, sikapnya yang angin-anginan
semula seketika sirna, dalam kesibukannya lekas dia gunakan
sam-hoan-tau-gwat dan Hong-hud-cui-yang (tiga gelang
mengolo rembulan, angin lalu menghembus dahan pohon)
ketambahan bantuan serangan Hong-lay-mo-li dari samping,
baru terhitung mereka berhasil punahkan rangsakan orang.
Kiranya diwaktu mudanya dulu nenek tua ini pernah ditipu
oleh pemuda gagah yang tampan sehingga jiwanya eksentrik.
Dan penasaran masa mudanya dulu malam ini dia tumplekan
kepada siau-go-kan kun yang dia pandang sebagai pemuda
yang menipunya dulu.
Dalam kesibukannya timbul akal Hong-Lay-mo li, dalam
suatu kesempatan dengan ilmu mengirim gelombang panjang
dia berteriak: "Ji-cim, aku adalah putrinya Liu Goan-cong. Bukankah kau
ingin tahu maksud kedatangan ayahku" Kini aku wakili ayah
kemari hendak bicara dengan kau."
Tak nyana baru saja Hong-lay-mo-li sempat memanggil jicim.
nenek tua itu segera menimbrung dengan tawa dingin-
Iwekangnya memang lebih tinggi, tawa dinginnya membuat
buyar katawanya, walau dia habis utarakan maksudnya, tapi
perempuan dalam rumah hanya sempat mendengar panggilan
Ji-cim saja. Tapi istri Liu Goan-ka mendengar panggilan Hong-lay-mo-li
seketika melengak keheranan, maklumlah sejak puluhan tahun
yang lalu dia mengundurkan diri dari kalangan Kangouw,
Hong-lay-mo-li baru lima tahun belakangan ini diangkat jadi
Bu-lim Bengcu. sudah tentu orang tidak tahu seluk-beluknya-
Dia hanya tahu keluarga Liu Goan-cong sejak puluhan
tahun yang lalu sudah ketimpa bencana dan berantakan,
mana terpikir olehnya bahwa gadis belia ini adalah putrinya
Liu Guan-cong, malah Bulim Beng-cu lagi.
Tatkala itu pertempuran diluar sudah berjalan setengah
sulutan dupa, serangan si nenek kini tertuju kedua arah,
sehingga Hong-lay-mo-li dipaksa untuk melayani dengan
segala perhatian, maka dia tidak sempat buka suara lagi.
Namun serangan terhadap siau-go-kan-kun lebih gencar
dan keji, terpaksa dia harus keluarkan kipasnya, tiba2
terkembang terus mengebas menerbitkan segulung angin
dingin. sementara Hong-lay-mo-li melambaikan tang airnya,
didalam sekejap jurus mengincar tujuh Hiat-to dibeberapa
tempat, jurus serangan ilmu tutuk ini dia gunakan Keng-sin-cihoat.
Walau kepandaian sinenek boleh dikata sudah mencapai
puncak tinggi, tak urung diapun terkejut dibuatnya terpaksa
dia miring mundur dua langkah, desiran Thi siu-kong dia kebut
pergi tenaga tutukan jari Hong-lay-mo-li, namun cepat sekali
kipas Siau-gu-kan-kun tiba2 terlempit, kini dia gunakan ilmu
Ngo-bing-kiam disamping menusuk dan membabat tipusnya
menyembunyikan tutukan berbahaya pula, dalam sekejap pula
dia incar tujuh Hiat-to dibadan si nenek sehingga orang
didesaknya mundur tiga tindaksiau-
go-kan-kun lantas berseru dengan tertawa.
"Selamat berjumpa lagi, maaf sementara mohon diri"
sigap sekali bersama Hong-lay-mo-li mereka melompat
terbang keluar tembok terus lari.
si nenek gusar, dia sudah angkat kaki hendak mengejar.
Namun putrinya dari jendela sudah meneriak
"Bu biarlah mereka pergi, kan tidak bersalah apa2 terhadap
kita." Sekilas si nenek melongo, hembusan angin malam yang
sepoin menjernihkan pikirannya, baru dia sadar akan
kelakuannya yang kasar dan diburu nafsu belaka, akhirnya dia
geli sendiri, maka dia tidak mengejar, cuma dengan suara
lantang dia mengancam:
"Jumpa lagi apa" Memangnya kalian ingin datang lagi" Hm,
coba saja kalau tidak kupatahkan kaki kalian."
Sementara itu Siau-go kcn-kun dan Hong-lay-mo-li lari
masuk kedalam hutan setelah menentramkan hati dan
mengatur pernapasan, keduanya jadi beradu pandang dengan
geli. tanpa berjanji keduanya berkata,


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nenek tua itu galak benar."
Tengah mereka merundingkan langkah2 apa yang harus
mereka lakukan, tiba2 Hong-lay-mo-li mendesis mulut,
katanya tertahan:
"Coba dengar, seperti ada orang datang."
siau-go-kan-kunpun sudah mendengar langkah kaki
dibawah gunung, cepat2 mereka lompat keatas pohon besar.
Waktu itu sinar bulan terang benderang, lapat2 sudah
kelihatan dua sosok bayangan orang, satu diantaranya
berperawakan jangkung bungkuk yang amat menyolok-
Keruan siau-go-kan-kun kaget, katanya:
"itu dia- Liu Goan-ka bersama sintho Thay Bi."
"Eh, kiranya benar kedua gembong iblis ini. Mereka
bersama, bagaimana kita menghadapinya" "
"Liu Goan-ka mengundang iblis bungkuk itu tentunya minta
bantuannya untuk merebut putranya. Kita bekerja melihat
gelagat saja."
Waktu itu Liu Goan-ka dan Thay-Bi sudah tiba di-lereng
gunung, jalanan kecil ber-liku2 dilereng itu menembus
langsung kerumah si nenek, Hong-lay-mo-li berdua menahan
napas mendekam dipucuk pohon.
Kebetulan Liu Goan-ka dan ThayBi lewat dibawah pohon,
karena perhatian mereka tertuju pada persoalan yang sedang
dibicarakan sehingga tidak menduga diatas pohon ada orang
mengintip. Tampak Liu Goa ka menuding ke depan, katanya:
"Nah rumah itulah tempat tinggal mereka."
Thay Bi berkata:
"Terima kasih kau menunjukan jalannya, tanpa bantuanmu,
sungguh aku tidak menduga mereka menyembunyikan diri
ditempat sesunyi ini He, he, akhirnya aku toh menemukan dia-
" Liu Goan-ka gelak2, ujarnya:
"Lebih tak terduga lagi sudah puluhan tahun kita sebagai
teman namun tidak tahu bahwa kita sebenarnya mertua dan
mantu. Mertua ada urusan, aku sebagai menantunya tentu
bantu menyelesaikan Buat apa Gak-tio (mertua) sungkan."
sikap Thay Bi rada kikuk dan risi, katanya:
"Memangnya, teman lama tahu2 Jadi mertua dan menantu
sungguh suatu kejadian yang amat menggelikan. Tapi aku
punya menantu seperti kau, sungguh amat puas hatiku."
"sayang sekali kita sekeluarga belum bisa berkumpul
dengan.rukun." demikian ujar Liu Goan-ka.
Hong-Lay-mo-li hampir tidak percaya akan pendengarannya
saat mana kedua orang itu sudah lewat cukup jauh, segera dia
bertanya bisik,":
"Apa yang mereka katakan" Mereka adalah mertua dan
menantu?" "Kenapa dibuat heran?" ujar siau-go-kan-kun tertawa
"Suami tua bini muda sudah sering terjadi."
"ya, betapapun memang diluar dugaan bahwa mereka ibu
beranak justru sama2 kawin dengan dua gembong iblis yang
jahat dan licik, nasib keduanya sama pula, sungguh harus
dikasihani."
Disini mereka tengah herbisika dari depan sana terdengar
suara. si nenek membentak:
"Kalian dua bocah ini memang tidak tahu diuntung, berani
kembali lagi" Hm biar kuhantam putus kaki kalian." agaknya si
nenek mendengar dibelakang rumah ada langkah orang
mendatangi, dia kira Hong-lay-moH dan siau-go kan-kun
berdua yang putar balik.
Dengan menjinjing tongkatnya si nenek memburu keluar
dari pintu belakang, baru saja tiba di lereng gunung,
kebetulan dia kesamplok dengan Thay Bi, seketika dia berdiri
menjublek dan melongo seperti kebentur setan.
Thay Bi segera menyapanya dengan tertawa:
"Kita sudah sama2 tua, masakah bocah segala, siau-ling-cu,
didalam sanubariku kau tetap adalah siau-ling-cu yang dulu
itu. Ai, siau-ling-cu betapa jerih payahku mencarimu beberapa
tahun ini. syukurlah Thian maha pengasih, hari ini aku berhasil
menemukan kau, usia kita sudah lanjut kenapa barang
diumbar adat sendiri" Aku datang untuk mohon maaf dan
hukuman kepadamu semogalah kita sekeluarga bisa rukun
dan hidup bersama."
Baru sekarang Hong-lay-mo-li mengerti, kiranya nenek tua
ini adalah siau-ling-cu yang pernah dia dengar dari cerita Bingbing
Taysu itu. setelah menjublek sesaat, tiba2 sinenek ketukan
tongkatnya ke bumi, serunya murka:
"Kau sudah bikin hidupku merana seumur hidup, dan aku
sudah menerima nasib jelek ini, memangnya kau tidak
memberi kesempatan buat aku hidup tentram dihari tua" Hm,
siau-ling-cu apa" siau-ling-cu sudah lama kau bikin mampus.
Aku tidak sudi menemui kau. Kau manusia berhati binatang
ini." Berubah air muka Thay Bi, katanya:
"siau-ling-cu dulu memang aku yang salah, tapi bukankah
belakangan kau suka rela menikah dengan aku" Kenyataan
kita sudah jadi suami istri sekian tahun."
saking marah gemetar suara si nenek-
"sayang sekali sejak permulaan aku sudah kau rugikan
sehingga pendirianku kurang teguh, dan menuruti
kemauanmu saja, Hm, masih berani kau mengungkat kejadian
lama" Betapa derita yang kualami beberapa tahun itu?"
"siau-ling-cu, betapapun jelekku toh ada juga kebaikannya.
Aku tidak memukul tidak memakimu, kapan aku pernah bikin
kau menderita?"
si nenek tuding Thay Bi dengan tongkatnya:
"Perbuatan sesat dan jahatmu apa tidak lebih menyiksa
batinku daripada kau pukul dan maki aku. Kau tahu apa yang
paling kubenci, kau justru melakukannya He, he sekarang kau
sudah diangkat jadi Koksu segala, buat apa mencariku lagi."
"Aku ingin kau ikut menikmati kesenangan hidup, siau-lingcu.
sudah sekian tahun kau hidup menderita didesa sepi ini,
kini aku diangkat jadi Koksu, tentunya kau memberi
kesempatan untuk aku memperbaiki kesalahanku dulu."
"Memangnya aku sudi hidup senang segala. Aku ini nenek
tua renta, bukan siau-ling-cu yang kau cari Hayo
menggelinding pergi."
semakin buruk rona muka Thay Bi, katanya:
"Kau bukan siau-ling-cu" He, he apa kau belum melupakan
engkoh Bing-mu itu" sekarang dia sudah jadi Hwesio, dia juga
tidak sudi menerimamu lagi."
Bergetar badan si nenek, tongkat diangkatnya seraya
membentak: "sepatah kata lagi kau ngoceh biar aku adu jiwa dengan
kau." Lekas Thay Bi menyingkir, katanya dingin:
"Baik, aku tidak akan banyak bicara lagi. Kau tidak mau
ikut, aku tidak akan paksa kau. Tapi putriku, kau harus
serahkan kepadaku."
"Putrimu" Kau punya putri apa" jangan harap kau bisa
merebutnya dari tanganku."
" Aku tidak punya anak" Memangnya dia bukan
keturunanku?"
"Ayahnya sudah lama mampus. Ketahuilah, aku tidak akan
memberikan seorang ayah yang tercela dan hina dina, yang
terang kau sudah tiada tempat didalam sanubarinya."
"siau-ling-cu." dengan Thay Bi marah2,
"perbuatanmu keterlaluan, hubungan kita renggang,
kenapa kau tipu anakmu sendiri?"
Liu Goan-ka tiba2 tampil kedepan serta memberi hormat
kepada si nenek:
"Gak-bo yang terhormat, menantu memberi hormat Kita
terhitung satu keluarga, ada urusan marilah dibicarakan
baik,". Harap kalian tidak bertengkar lagi."
Usia Liu Goan-ka sudah lengkap enam puluh, Thay Bi dan si
nenek paling juga enam puluh lebih, namun dia menyebut diri
sebagai menantu, keruan jadi merinding, benci dan gusar si
nenek, tak tahan tongkat dia angkat hendak memukul.
Terpaksa Liu Goan-ka melompat mundur menghindar Thay
Bi segera menyelak maju jengeknya:
"Kalau benar2 berhantam, memangnya kau tandingan kami
berdua?" si nenek semakin murka, damratnya:
"Minggir- Kalian memang sekomplotan aku perduli siapa
dia.?" Liu Goan-ka tertawa, katanya kalem:
"Pepatah ada bilang dirumah ikut bapak, menikah ikut
suami, Gak-bo, tidak jadi soal kau tidak mengakui aku, asal
Ing-moay mengakui aku hehe, putrimu sudah kawin sama aku
berarti sudah milikku, kini aku menagih anak biniku,
memangnya kau bisa merintangi."
Habis berkata Liu Goan-ka lantas bergerak hendak masuk
ke rumah- si nenek lantas menghardiknya:
"Kau si sontoloyo ini rasakan tongkatku-" dengan jurus
Thian-ong-to-tha (raja langit menyanggah menara), dengan
pukulan tangan yang mampu membelah pilar dia punahkan
kemplangan tongkat orang, tapi betapapun kuat Iwekangnya,
ternyata tidak mampu menolak pergi tongkat si nenek-
Disaat jiwanya terancam itulah, Thay Bi lekas tudingkan
jarinya, sejalur angin dingin laksana panah melesat, Iwekang
si nenek kiras dua tingkat lebih tinggi dari Liu Goan-ka, namun
disaat dia menghadapi musuh yang satu ini, sudah tentu dia
tidak kuat menahan tuukan jari Thay Bi yang dingin walau
tidak terluka, namun dia sudah bergidik kedinginan.
Karena harus kerahkan Iwekang untuk menahan tekanan
tutukan jari Thay Bi sehingga kekuatan tongkatnya rada
mengendor maka dengan leluasa Liu Goan-ka berhasil lolos.
Thay Bi gelagas, serunya, "Hian say (menantu bagus),
silakan kau pergi jemput istri dan anakmu, biar kuhadapi
perempuan galak ini-"
Karena tak mampu merintangi Liu Goan-ka si nenek
semakin murka, seluruh penasarannya dia tujukan kepada
Thay Bi maka dengan sengit dia sapukan tongkatnya-
Memangnya kepandaian Thay Bi bukan tandingannya,
untung mereka sudah jadi suami istri beberapa tahun
bagaimana permainan silat masing2 sudah sama diketahui-
Walau tingkat kepandaian mereka ada pautnya namun
untuk mengalahkan orang, si nenek rasanya perlu memeras
keringat dan makan waktu.
----------------
Dapatkah si nenek menggagalkan usaha Liu Goan-ka
merebut istri dan anak serta mengusir pergi Thay Bi"
Bagaimana nasib Beng cau kekasih San san sejak kecil
yang akhirnya menikah dengan siang Ceng-hong dan terima
menjadi antek Kongsun Ki"
Dapatkah Hong-lay-mo-li dan siau-go-kan-kun
mengalahkan Kongsun Ki yang sudah berhasil meyakinkan dua
ilmu berbisa itu"
(Bersambung keBagian43)
Bagian 43 MEREKA berkelahi dibelakang rumah di lereng gunung
kalau disini Thay Bi melihat istrinya, sementara Liu Goan-ka
ber-lari2 kearah rumah. Belum lagi dia tiba, pintu belakang
tiba2 terbuka dan melangkah keluar seorang perempuan, tak
lain adalah istrinya, sekilas Liu Goan-ka melengak malah
didengarnya istrinya tengah berteriak melengking:
"Bu, percakapan, kalian sudah kudengar seluruhnya." akhir
katanya suaranya tersendat didalam tenggorokan betapa pilu
dan sedih hatinya.
Baru sekarang Hong-lay-mo-li bisa melihat jelas muka
perempuan atau istri Liu Goan-ka ini dari tempat
persembunyiannya. Tampak orang mengenakan pakaian
sederhana dari kain kasar, alisnya lentik bermata jeli tajam,
usianya tiga puluhan belum genap empat puluh.
Jelas wajahya masih kelihatan cantik dan badanpun terawat
baik sekali, air mata bercucuran membasahi pipi sehingga
kelihatan lebih cantik dan serba harus dikasihani.
Bahwa Hong-lay-mo-li dikejutkan karena kecantikan
perempuan ini, sebaliknya Thay Bi terkejut pula melihat
putrinya yang tidak pernah dilihatnya puluhan tahun
belakangan ini, dari wajah putrinya yang satu ini kembali dia
seperti menghadapi duplikat Siang-ling-cu dimasa mudanya
dulu, kiranya mereka ibu beranak memang mirip satu sama
lain. Karena baru dan timbul rasa sayangnya segera Thay Bi
berseru: "Ing-Ji, kau tahu aku siapa bukan" Aku adalah?"
Belum habis dia bicara si nenek sudah merabunya dengan
sapuan tongkat yang gencar, terpaksa Thay Bi harus menjaga
diri dan tak sempat buka suara lebih lanjut.
"Aku tahu siapa kau-" sahut perempuan cantik setengah
umur itu dengan berlinang air mata. Tapi dia tidak mau
memanggil "ayah"-
Liu Goan-ka maju melangkah katanya:
"Ah-ing, mana putra kita" Aku datang untuk menjemput
kalian." sembari bicara dia ulur tangan hendak menangkap istrinya
namun gerak gerik istrinya cukup lincah, bagai setan
berkelebat, sebat sekali dia menyingkir kesamping, tak
tertahan dia berteriak meratap:
"Bu sungguh sengsara jiwa putrimu ini."
setelah memukul mundur Thay Bi dengan serangan
tongkatnya si nenek melejit mundur meluncur disamping
putrinya katanya sambil memeluk putrinya:
"Jangan takut, jangan takut, ibu berada disini, siapa berani
menyentuh putriku, biar aku ada jiwa dengan dia."
sementara itu Thay Bi ikut memburu tiba, jengeknya dingini
"Kim-leng (nama asli si nenek), putri kita sudah menikah
punya suami, kenapa kau merintangi mereka bicara?"
"Tidak bisa menyalahkan ibu, yang terang putrimu punya
mata tapi keliru menilai orang, mandah ditipu orang jahat"
Ibu beranak jadi berpelukan sambil nangis sesenggukan.
Berkata Thay Bi dengan dingin,
"Hari ini kita sekeluarga bisa kumpul bersama, apa pula
yang kau tangisi" Kim-ling, kau tidak mau rujuk kembali
denganku tidak jadi soal. Ing-ji sudah punya suami, mana
boleh kau larang mereka bertemu-" sembari bicara dia ulur
tangan hendak menarik istrinya.


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sambil memeluk putrinya si nenek sabetkan tongkatnya,
hardiknya: "Tua bangka, berani kau menyentuh putriku, biar aku adu
jiwa dengan kau."
Liu Goan-ka tertawa, katanya:
"Gakhu, Gakbo, kalian suami istri sudah sama2 tua, buat
apa harus bertengkar dan berkelahi" Baiklah Gakbo tidak mau
dengar bujukanku, terpaksa aku hanya minta kembali istriku
saja." "Minggir." - bentak Ciok Ing seraya timpukan tiga batang
pisau terbang Bahwa kepandaian si nenek lebih tinggi dari
suaminya, namun kepandaiaan ciok Ing justru jauh
ketinggalan dibanding Liu Goan-ka, ketiga pisau terbangnya
semua dapat dipukul jatuh.
"Niocu," kata Liu Goan-ka tertawa
"aku takkan main kekerasan lebih baik marilah kita bicara
sebentar-"
Hati Ciok Ing amat kalut, sekilas dia berpikir, akhirnya
berkata: "Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan katakan disana"
Liu Goan-ka tertawa, katanya:
"Duduk didalam rumah kan lebih enak, kenapa harus bicara
dihutan?" Ciok Ing betulkan rambutnya katanya:
"Anak kita sudah tidur, jangan kau mengganggunya."
sambil menyeka air mata segera dia mendahului melangkah
ke hutan. "Ing-ji" teriak si nen-ek,
"jangan kau tertipu pula olehnya."
"Baik bu, anak mengerti." sahut Ciok Ing.
Liu Goan-ka- tertawa, katanya:
" urusan kami suami istri, Gakbo boleh tidak usah
mencampuri."
Sudah tentu bukan kepalang marah si nenek, namun Thay
Bi merintanginyai, apa boleh buat dia hanya mengawasi saja
anaknya pergi. Ciok Ing didepan, Liu Goan-ka mengikuti di belakangnya,
mereka melewati pohon dimana Hong-Lay-mo-li dan siau-gokian-
kun menyembunyikan diri, sepuluh langkah kemudian
baru berhenti- Dengan cengar cengir Liu Goan-ka membungkuk hormat
kepada istrinya, katanya:
"sukalah Niocu mengingat hubungan suami istri, ikutlah
pulang bersamaku, Gakbo tidak mau diberi mengerti, kelak
kita masih bisa membujuknya pelan2."
Usianya sudah cukup tua, malah membungkuk kepada
istrinya yang jauh lebih muda, memang lucu juga tingkah
lakunya, namun dia tidak malu2.
Kaku seperti kayu muka Ciok Ing, katanya tawar:
"Kenapa kau mau kemari menyambutku" Apa benar
lantaran hubungan suami istri melulu?"
seperti bertobat layaknya Liu Goan-ka menjawab
"Kenapa disangsikan" suami istri masakah harus purikan
selama hidupnya?"
"Kukira tidak benar" Bukankah di Kanglam kau sudah tidak
bisa bercokol baru kau ingat mencari kami ibu beranak?"
Liu Goan-ka melengak, katanya:
"Niocu ternyata sudah tahu, baiklah akupun tidak perlu
pakai tedeng aling2 lagi, kawan- Bulim di Kanglam terima
dihasut orang lain, kini mereka angkat Thi-pit-su-seng Bun
yat-hoan sebagai Bengcu, semuanya berontak dan
mengingkari aku. Tapi yang penting hubungan kita suami istri
tetap akur, baru kita berjuang menguasai dunia, apa sih
sulitnya?"
"Bukankah kau selalu mengagulkan diri dalam Bulim
mempunyai wibawa dan ketenaran" Kenapa kaum pendekar di
Kang lam justru memberontak kepadamu?"
" Niocu," kata Liu Goan-ka menyengir,
"tidak usah kau menyindirku, umpama aku tidak setimpal
jadi Bu-lim Bengcu di Kanglam, yang terang jalan hidup kedua
yang kita tempuh kan sama."
"Apa maksud ucapanmu ini?" sentak Ciok Ing mendelik,
"siapa ayahmu kau sudah tahu, ayahmu adalah Koksu
negeri Kim dan kau hakikatnya bukan bangsa Han
memangnya kau bisa gaul dengan kaum pendekar di Kanglam
itu" Kedatanganku bersama ayahmu adalah ingin supaya kau
tahu asal usulmu, kuajak kau untuk hidup senang
berkecukupan."
"o, kalau begitu jadi maksudmu baik, sungguh terima
kasih." Liu Goan-ka tertawa lebar katanya:
"Memangnya sebagai putri Koksu negeri Kim, buat apa kau
terima hidup kesepian dipegunungan yang liar ini" Apa
setimpal."
"Baiklah, biar ku-pikir2 dulu." ujar ciok Ing tangannya
menopang dagu seperti sedang memikirkan persoalan sulit,
namun se-konyong2 dia sendal tangan kebutkan lengan baju,
setabir cahaya kuning mengkilap tiba2 melesat keluar dari
lengan bajunya-
Tabir cahaya keemasan ini adalah serumpun Bwe-Hoa-ciam
yang diyakinkan oleh Ciok Ing selama ber-tahun2 dengan
susah payah jarumnya sudah direndam didalam obat beracun,
jikalau musuh terkena sambitan jarumnya, begitu kena darah
tenggorokan seketika tersumbat dan berhentilah napa2nya-
Kiranya melihat Liu Goan ka datang bersama Thay Bi,
ibunya hanya kuat melawan Thay Bi seorang jelas takkan bisa
melindungi keselamatan mereka ibu beranak, ciok Ing tidak
rela putranya direbut oleh Liu Goan-ka, maka dia sudah ambil
putusan nekad untuk gugur bersama Liu Goan-ka.
Namun semula dia belum tega turun tangan, maka dia coba
korek isi hati suaminya lebih dulu apakah benar sang suami
sudah bertobat dan insaf, akhirnya dia membuktikan
kebenaran katas ibunya bahwa suaminya memang manusia
bejat yang tak bisa ditolong bukan saja rela menjadi antek
musuh dan terima diperbudak untuk melakukan kejahatan,
malah minta dirinya suka menceburkan diri didalam kalangan
kelaliman, saking kecewa dan putus asa baru dia nekad
menimpukkan senjata rahasianya.
sudah tentu Ciok Ing cukup tahu sampai dimana tingkat
kepandaian silat suaminya, maka sejak lama dia sudah
meyakinkan kebasan lengan baju yang menumpukan
serumpun jarum berbisa ini, tanpa bersuara sedikitpun secara
mendadak pula betapapun tinggi kepandaian silat Liu Goankat
sedikitnya pasti kena satu dua batang.
Tapi tak terpikir olehnya betapa cerdik, licik dan licin jiwa
suaminya ini, dari rona muka dan tingkah lakunya terutama
dari sorot matanya diam2 Liu Goan-ka sudah membadek isi
hatinya, belum lagi timpukan jarum ciok Ing mengenai dirinya
dia sudah jejakkan kakinya lebih dulu, setelah kakinya
beberapa kaki terapung diudara baru jarum Ciok Ing
menyembur tiba.
Iwekang latihan Liu C|oan-ka cukup tinggi, kalau jarum- ini
mengenai mata atau tenggorokannya jiwanya mungkin
melayang, namun kalau hanya kena anggota badannya yang
lain, tidak akan membawa pengaruh apa2. Dan karena
badannya sudah terapung maka semua samberan jarum sama
mengenai badannya.
Begitu Liu Goan-ka kerahkan Iwekangnya, jubah sutra yang
dipakainya seketika melembung seperti layar tertiup angin
kencang, jarum- lembut itu semua menancap diatas
pakaiannya, tiada satupun yang mengenai kulit badannya.
sekali gentak badan disaat badannya turun ditanah-jarums
yang menancap dipakaiannya semua rontok jatuh.
Kata Liu Goan-ka menyeringai sadis:
"Perempuan jalang, kau tega turun tangan sejahat ini,
terpaksa aku tidak akan sungkan2 kepadamu." -
Baru saja Ciok Ing tertegun melihat timpukan jarumnya
tidak membawa hasil, secepat kilat tahu2 Liu Goan-ka sudah
menutuk hiat-tonya.
Katanya dengan tertawa lantang:
"Gakbo, putrimu rela mengikuti aku, kuharap kaupun ikut
pulang bersama Gakhu."
belum habis dia bicara, tahu2 angin tajam menerpa datang,
kiranya siau-go-kian-kun dan Hong lay-mo-li menubruk turun
bersama dari atas pohon, Gelak tawa Liu Goan-ka seketika
terputus, bentaknya:
"Siapa sembunyi disini?"
"Bangsat tua," hardik Hong-lay-mo-li.
"pentang matamu siapa aku" inilah Liu Jing-yau yang
belum mampus kau celakai."
lenyap suaranya orangnyapun tiba, dengan ayun pedang
dia labrak Liu cioan-ka. siau-go-kian-kun memburu kesana
membuat tutukan Hiat-to Ciok Ing. cepat sekali diapun sudah
terjun karena pertempuran.
sekilas Liu Goan-ka bergidik merinding, namun melihat
engkohnya tidak muncul, timbul lagi keberaniannya, dengan
tawa paksa dia berkata:
"o, kiranya jing-yau keponakanku, kita kan orang sendiri,
ada omongan apa dibicarakan saja."
"siapa orang keluargamu" Kau dan Thay Bi memang
sekomplotan demikian pula dengan Wanyang Liang yang
sudah mampus itu adalah sekeluarga."
pedangnya dia mainkan seperti kitiran, Hiat-to mematikan
dibadan Liu cioan-ka dicecernya-
Kaget dan gusar Liu cioan-ka dibuatnya mulutnya berkaok2:
"Anak kurang ajar, berani kau menghinaku-"
lengan bajunya mengebas, dia tangkis pedang Hong-laymo-
li. "Wut" dia tambahi sekali pukulan tangan pula.
sudah beberapa kali dia pernah gebrak dengan Hong-laymo-
li dan siau-go-kan-kun tahu keponakannya ini tenaga
sedikit lemah, maka dia bertekad menggempur pihak yang
lemah lebih dulu, pukulannya ini dilandasi kekuatannya, angin
pukulannya mendampar bagai gugur gunung sampai batu
pasir dan debu beterbangan, burung dalam hutan terkejut dan
terbang. Diluar tahunya bahwa kepandaian Hong-lay-mo-li sekarang
sudah jauh lebih maju dibanding dulu, pukulannya itu hanya
membuatnya tergeliat sedikit, namun tak mampu
merobohkan, sebat sekali mengikuti goncangan badannya,
meminjam damparan angin pukulan lawan tiba2 badannya
melambung keatas dengan jurus Giok li-toh-so pedangnya
memetakan sekuntum sinar kembang menusuk dari atas
menukik kebawah, hardiknya:
"orang tua apa" Aku kenal kau, pedangku ini tidak kenal
siapa kau."
Dari samping siau-go-kian-kun melancarkan serangannya
dengan kipas lempitnya, tak kalah cepatnya dari samberan
kilat, dia incar 13 belas Hiat-to penting yang tersebar dibadan
Liu Goan-ka. Liu Goan-ka bergerak mengikuti ancang2 Ngo-hing-pat-kwa
kedua telapak tangannya bergerak membundar, dia tunjukan
kepandaian simpanannya yang lihay memunahkan setiap
rangsakan musuh.
Namun demikian tak urung dia didesak mundur berulang
kali- "cret" suatu ketika lengan bajunya terpapa2 sobek oleh
samberan pedang Hong-lay-mo-li, demikian juga Jian-kinhiatnya
terserempet ooleh kipas lempit Liu Goan-ka, sehingga
pundak dan punggungnya kemeng kesemutan.
Tatkala itu Ciok Ing yang sudah terbuka Hiat-tonya belum
bisa menggerakan badannya dengan bebas, saat mana dia
menggelendot dibatang pohon mengatur pernapa2an
melancarkan jalan darahtiba2
timbul maksud jahat Liu Goan-ka, se-konyong2 dia
mencelat mundur seraya ulur tangan mencengkram,
maksudnya hendak menawan sang istri sebagai sandera untuk
meloloskan diri. Untung Hong-lay-mo-li berlaku cerdik,
sebelumnya diapun sudah siaga dan membadek maksud
jahatnya, sekali berkelebat lebih cepat dari gerakan orang,
tahu2 dia sudah mengadang di depan ciok Ing, pedangnya
sudah memotong kepergelangan tangan orang.
siau-go-kian-kun bagai bayangan mengikutinya, kipasnya
terayun menutuk Tian-siok-hiat dipunggung-nya. Hiat-to ini
salah satu jalan darah yang mematikan, meski Liu cioan-ka
memiliki ilmu menutup jalan darah, diapun takkan berani
membiarkan punggungnya diketuk kipas siau-go-kian-kun.
Hebat memang kepandaian Liu Goan-ka, di saat2 gawat itu,
belum lagi kakinya menutul bumi. secara mentah- dia tarik diri
seraya memutar kesamping terus melesat setombak jauhnya
sekaligus dia luputkan diri dari tabasan pedang, tutukan kipas
siau-go-kian-kun tiga dini terpaut dari punggungnya,
mengenai tempat kosong.
Keruan bukan kepalang marah Ciok Ing, damratnya:
"Kau, kau ini memang binatang"
Dengan kerubutan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun
yang merangsak gencar, Liu Goan-ka terkepung mencalos,
sehingga tiada kesempatan baginya untuk menyergap istrinya
lagi. "Ji-cim, tak usah marah, kita takkan peluk tangan
membiarkan dia mengganas. Aku adalah putri Liu cioan-cong,
atas perintah ayah aku kemari untuk menengokmu kami
benar-memang sekeluarga."
sungguh sedih dan haru hati ciok Ing, katanya dengan
sesenggukan: "Terima kasih atas bantuanmu. Aku aku tak sudi melihat
tampangnya lagi, Terserah kalian hendak membunuhnya"
dengan menutup muka, lekas dia lari kerumah-
Karena tidak berhasil menawan istrinya, Liu Goan-ka
bermaksud melarikan diri semangat tempurnya sudah luluh,
memangnya seorang diri dia bukan tandingan kedua
lawannya, maka keadaannya semakin payah dan hanya
mampu membela diri hanya melarikan diri saja yang dia
pikirkan. sudah tentu Hong-lay-mo-li berdua tidak membiarkan dia
lari. dengan kebut ditangan kiri dan pedang ditangan kanan,
serangan yang dia lancarkan jauh lebih hebat dari
sebelumnya, sungguh laksana naga mengamuk banteng
ketaton, selincah elang menubruk dari langit ilmu kebutnya
memang tidak tambah kemajuan namun Keng-sin-kiam-hoat
yang dia mainkan justru merupakan merupakan ilmu tutuk


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan pedang yang dia pelajari dari ayahnya sudah tentu Liu
Goan-ka semakin mati kutu.
Untung Iwekang Hong-lay-mo-li kurang memadai, kalau
tidak tanpa bantuan siau-go-kian-kun, Liu Goan-ka-pun takkan
kuat melawannya lagi, Mengkirik bulu kuduk Liu Goan-ka, dia
anggap hari ini nasib dirinya memang terlalu sial, untuk
menghindari tusukan pedang Hong-lay-mo-li, pundak kirinya
sampai terketuk kipas siau-go-kian-kun dengan berat. Walau
ilmu pelindung badannya amat ampuh, tak urung tulangnya
seperti remukse-
konyong2 Liu Goan-ka menggerung kseras, darah
menyemprot dari mulutnya, menyembur kemuka Hong-laymo-
li dengan kaget lekas Homg-lay-mo-li miring badan
berkelit, beberapa tetes noda darah tetap mengenai mukanya,
rasanya sakit pedas, siau-go-kian-kun cukup berpengalaman
dia tahu orang sedang menggunakan ilmu Thian-mo-kay-dehtay-
hoat dari aliran sesat untuk melukai orang, lekas dia
kembangkan kipasnya, sehingga semburan panah darah dapat
dia sampuk kesamping.
Begitu Liu Goan-ka dorongkan kedua telapak tangannya,
kekuatannya sungguh luar biasa sekali dahsyatnya, siau-gokian-
kun dan Hong-lay-mo-li sampai tersurut mundur
beberapa langkah, cepat sekali Liu Goan-ka yang mendapat
peluang segera angkat langkah seribu lari kebawah gunung.
Lekas sing-go-kian-kun papan Hong-lay-mo-li, tanyanya:
"yao-moay, bagaimana keadaanmu?"
"Tidak apa2, sayang dia melarikan diri-" sahut Hong-laymo-
li. "Syukurlah kalau kau tidak apa2, marilah kita bantu nenek
itu" "Nenek itu begitu sombong, kepandaiannya lebih tinggi dari
suaminya, mungkin dia tidak senang jika kita membantunya
malah." Disini mereka tengah berbicara seraya melangkah, tiba2
terdengar jeritan Thay Bi disebelah sana. Kiranya melihat Liu
Goan-ka melarikan diri, memangnya dia tidak ungkulan
melawan istrinya, begitu hatinya gelisah sekali lena
punggungnya yang bungkuk itu kena diketuk dengan keras
oleh tongkat besi si nenek-
"Kali ini kuampuni jiwamu, lekaslah enyah saja, kelak
jangan kau kebentur ditanganku" demikian damrat si nenek-
Bahwa jiwanya diampuni keruan bukan kepalang girang
Thay Bi lekas dia lari terbirit2- Karena adanya dampratan dan
peringatan si nenek, sudah tentu Hong-lay-mo-li dan siau-gokian-
kun tidak enak merintangi Thay Bi melarikan diri.
Melihat mereka menghampiri sinenek rada kikuk, katanya
tawar: "Kalian sudah tolong putriku, kelak aku akan membalas
kebaikan kalian ini. Memangnya untuk apa pula kalian hendak
mempersulit aku?"
"Ni-locianpwe, kemplanganmu kepada Thay Bi berarti
membantu kami, sebelum mendapat idzinmu. tadi kami
terobosan dirumahmu, harap Lo-cianpwe suka maafkan."
demikian ujar Hong- lay- mo- li si nenek kaget karena
Hong-lay-mo-li tahu nama aslinya, katanya:
"o, jadi kau sudah tahu siapa aku ini?"
Hong-lay-mo-li membungkuk hormat katanya:
"sebelum kemari, aku pernah mampir ke Kong-bing-si
menemui Bing-bing Taysu. Beliau ada pernah menyinggung
diri Ni-cianpwe."
si nenek menjublek- ujung matanya yang penuh keriput
digenangi air mata, sungguh tak terbilang rasa sedih dan pilu
hatinya, gumamnya:
"Bing-bing Taysu" Dia masih ingat diriku" Dia masih ingin
mengetahui tentang diriku" Dia masih ingin mengetahui
tentang diriku" Apa kau mendapat pesannya untuk mencari
diriku?" si nenek salah paham, dikiranya Hong-lay-mo-li diutus
Bing-bing Taysu kemari untuk mengajaknya pulang
berkumpul. sudah tentu Hong-lay-mo-li keheranan, tiba2 dia berteriak
dengan penuh emosi,
"Tidak, tidak Aku tidak mau menemui dia, aku tak mau
menemui kau, semua orang yang kenal dia aku tidak mau
menemuinya Kalian lekas pergi, enyah"
Disaat Hong-lay-mo-li kebingungan, perempuan tengah
umur itu kebetulan keluar katanya:
"Bu, kenapa kau marah2 pula" Nona Liu tidak segolongan
dengan mereka, malah dia boleh terhitung sekeluarga dengan
kita Bu. hari hampir terang tanah, cucumu sebera akan
Bentrok Para Pendekar 7 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Jodoh Rajawali 16
^