Pendekar Latah 24

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 24


melihat Kong-tong-ji-ki mendatangi sebera mengundurkan diri
dan memeriksa luka2 Ma-Toa-ha.
Dibelakang Kong-tong-ji-ki mendatangi pula orang2 lain
yang tak terhitung jumlahnya, Bong Thian-bi begitu tiba lantas
membentak: "Kalian ribut apa" yang punya tugas kembali kepos
penjagaan masing2, yang tidak bertugas berjaga disekeliling
gelanggang dan periksa ketempat lain."
maksudnya disini ada mereka dua saudara, tenaga orang
lain tidak dibutuhkan, lagi.
setelah orang banyak dibubarkan Bong Thiau-bi lantas
unjuk seri tawa dibuat2, katanya-
"Sudah lama kudengar golok- pentung dan pukulan
Kaypang merupakan ilmu tunggal dari Bu-lim, harap Pangcu
suka memberi pelajaran kepadaku-"
Memang Poat-hong-to Hu-motio dan Kim-kong-ciang
Kaypang dinamakan sam-Kiat dalam Bulim. Kay-pang adalah
Pang terbesar diseluruh jagat, maka Bong Thian-bi meski
berkedudukan tinggipun tidak berani gegabah dan berlaku
sungkan terhadap Kaypang Pangcu.
Bu su-tun masukan golok kedalam serangka, katanya:
"Locianpwe tidak usah sungkan, Loan hoan-ciang hoat
kalian sudah lama kukagumi. Dihadapan tokoh kosen tidak
akan berpura2, silakan Lo-cianpwe memberi petunjuk-"
sembari bicara telapak tangan menghadap kedalam pelan2
bergerak satu lingkaran terus tertotok keluar.
Karena melihat musuhnya bertangan kosong maka Bu Sutunpun
melawan dengan pukulan saja Bahwa dia bergerak
lebih dulu adalah suatu penghormatan sebagai angkatan
muda kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi.
"silakan harap beri petunjuk" seru Busu-tun, se-konyong2
laksana geledek menggelegar seperti kilat dari pelan telapak
tangannya memukul cepat, begitu telapak tangan terbalik
keluar terus mendorong ke depan bagai gugur gunung
dahsyatnya. Bong Thian-bi memeluk dada dengan kedua lengan-nya,
tiba2 dia tepukan kedepan, maka terdengarlah suara "Plak"
yang keras tangan Bu su-tun tidak ter-gencet, sebat sekali
kedua tangan dia tarik seraya menyurut mundur tiga langkah-
Dengan muka berubah dia berseru:
"Kim-kong-ciang-lat memang hebat, Tapi diberi tidak
membalas tidak hormat, nah Losiu masih ingin mohon sejurus
petunjuk-"
kiranya tepukan sepasang tangan Bong Thian-bi barusan,
secara langsung sudah mengukur tingkat kepandaian lawan
yang asli, kalau musuh Iwe-kangnya lebih rendah, pasti
lengannya kena digencet patah dan remuk, namun diluar
tahunya bahwa Bu su-tun punya tenaga raksasa pembawaan,
Iwekangnyapun sudah tinggi.
Walau Bong Thian-bi sendiri membekal latihan Iwekang
puluhan tahun, dia tetap bukan tandingannya. Namun
demikian separuh tenaga Kim-kong-ciang pukulan Bu su-tun
kena dipunahkan juga dan tidak bisa melukai lawan.
Karena Bong Thian-bi sendiri masih punya simpanan ilmu
hebat yang rasanya kuat menandingi lawan, maka dia belum
mau terima kalah- sebagai angkatan yang lebih tua, setelah
mengalah sejurus, adalah jamak kalau dia harus balas
menyerang untuk menjaga gengsi dan mempertahankan
mukanya. Maka kedua telapak tangan membundar, seperti roda
mengelinding menerjang maju. Memang permainan Loanhoan-
ciang-hoat gerak geriknya aneh dan lucu jauh berbeda
dengan pukulan dari aliran maupun di Tionggoan. Walau
sedikit unggul, namun Bu su-tun tidak berani gegabah
melayani lawannya, maka kedua pihak sama mengembangkan
ilmu silat simpanan sendiri, lekas sekali puluhan jurus telah
berlalu, Bong Thian-bi unggul karena permainan pukulannya
aneh dan banyak variasi, dalam waktu dekat Bu su-tun hanya
mampu bertahan dengan kekuatan Kim-kong-ciang, namun
puluhan jurus kemudian, dari bertahan dia balas menyerang
dengan kekuatannya dia menyergap mana perlu, beruntun
tegangan mematikan Bong Thian-bi yang lihay semua dapat
dipunahkan. sementara itu Hun Ji Yan tetap menenteng pedang
bersiaga dipinggir gelanggang. Lau Thian-hut segera berkata:
"Nona ini tentunya murid kesayangan Bu-siang sinni bukan"
Hun-bun-kiam-hout Bu-siang sin-ni sudah lama Losiu ingin
menjajalnya Agaknya hari ini beruntung bertemu dengan
nona, sukalah memberi pelajaran beberapa jurus"
Kedengarannya ucapan Lau Thian-hut sungkan, namun
mendesak orang untuk bergebrak-Hati Hun ji-yan tercekat
bahwa orang mengenali permainan pedangnya katanya:
"Orang tua ada permintaam, orang muda tidak akan
menolak, biarlah aku unjuk kebodohanku"
Kehebatan ilmu Hud-bun-kiam-hiap terletak pada rangkaian
isi kosong jurus2 pedang yang bertalian, lawan tidak gampang
menerka kearah mana serangan pedangnya ditujukan.
"sret" Hun-Ji Yan segera menusuk lebih dulu, karena
lawannya seorang perempuan muda, dalam hati Lau Thian-hut
sudah bertekad untuk mengalah tiga jurus kepada lawan,
maka kakinya melangkah mengikuti letak Ngo bun-pat-kwa,
badan menggeser miring, mulut berkata tawar:
"Nona, silakan kembangkan ilmu pedangmu"
kata2nya jelas memandang rendah ilmu pedang lawan, dan
mengagulkan gengsi sendiri Tak nyana belum habis dia bicara,
jurus Hun ji-yan yang bergerak ditengah jalan, tahu2 berubah
gerakan, menusuk dari arah yang tidak diduga oleh Lau Thianhut.
Keruan Lau Thian-hut terkejut, lekas dia mengubah langkah
menggeser kedudukan, gerakan yang dia lakukan sebetulnya
merupakan langkah berlompatan dari ilmu tingkat tinggi, tak
nyana belum lagi jurus terdahulu Hun Ji Yan ditarik balik, jurus
susulannya sudah menyerang tiba laksana bayangan
mengikuti gerakan bentuknya saja-
"cret" lengan baju Lau Thinn hut tertusuk berlobang, Hun Ji
Yan berseru kaget dan katanya:
"Wah maaf-"
Walau tidak terluka, namun sebagai orang yang
tingkatannya lebih tinggi dalam dua jurus saja lantas sedikit
dirugikan, disamping malu sudah tentu dongkol pula hatinya,
semula dia ingin mengalah tiga jurus, kini tidak tahan lagi
lantas balas menyerang.
Dengan langkah naga melingkar menggeser langkah, Lau
Thian-hut membaurkan badan, kedua gelangnya terangkat
sejajar, katanya menyeringai-
"Sengaja aku ingin menjajal ilmu pedangmu, kau kira ilmu
pedangmu betul2 hebat" Baik, rasakan kelihayanku"
serempak kedua gelangnya didorong dan ditekan, terus
menubruk dengan garang.
Karena menang sejurus, mau tidak mau Hun Ji Yan rada
pandang rendah lawannya, oloknya:
"Locianpwe jangan marah, terima kasih kau sudi mengalah
kepadaku, mana aku berani takabur?"
pedang melintang dia balas dengan sejurus Tiang-hojit-lo
(matahari teng gelam sungai panjang), maksudnya ingin
menutup sepasang gelang lawan terus hendak disusuli jurus
Tay-mo-hu-yan (segulung asap dipadang pasir), ujung
pedangnya menembusi kedua gelang lawan, biar lawan
tertusuk terluka dan rugi besar.
Tak nyana perhitungan Hun Ji Yan terlalu muluk, bahwa
Iwekang Lau Thian-hut memang lebih unggul tidak
diperhitungkan, dan lagi permainan gelang lawan terlalu aneh
Baru saja dia melancarkan jurus Tiang- ho-lok-jit, kenyataan
pedangnya tidak kuasa menutup kedua gelang lawan, lantaran
tidak sempat merubah gerakan tipunya lagi, malah pedang
sendiri yang terkunci oleh sepasang gelang orang, "Tang"
dimana kedua gelang Lau Thian-hut terkatup, hampir saja
pedang panjang Hun Ji Yan malah yang terampas lawan.
Lekas Hun ji-yan tarik pedang seraya beraito mundur,
dengan susah payah dia hindarkan cekalan lawan. Baru
sekarang dia benar2 kaget dan insaf bahwa Kong-tong-ji-ki
memang tidak bernama kosong.
setelah melampiaskan kedongkolan hatinya, Lui Thian-hut
gelak2, serunya memburu maju:
"Nona cilik jangan pergi, latihan Hu-bun-kiam-hoatmu
belum matang namun sudah mendapat ajaran murni gurumu.
Nah coba kau kembangkan kelihayan iimu pedangmu, Losiu
minta petunjuk beberapa jurus lagi."
Hun ji-yan tertawa dingin, katanya:
"siapa bilang aku mau pergi. Kita masing2 baru menang
sejurus." segera dia mendesak maju dan membalikkan pedang,
keduanya bergebrak lebih seru. Kali ini keduanya tidak berani
pandang rendah lawannya.
Hun ji-yan gunakan kegesitan langkahnya berputar main
sergap, gerak pedangnya pun mengutamakan kelincahan,
seperti kupu2 menari diantara rumpun kembang, laksana
cengcoreng menutul air setiap ada lobang kesempatan pasti
dia serang, namun sekali sentuh lantas mundur secara teratur,
sehingga pedangnya tidak lagi kena dikunci dan tergencet oleh
kedua gelang lawan.
Betapapun Iwekang Lau Thian-hut lebih tinggi, kegesitan
permainan Hun Ji Yan hanya bertahan sebentar paling hanya
membingungkan dan mengalihkan perhatian lawan, lama
kelamaan situasi berubah dan lawan semakin mantap didalam
menghadapi serangannya, sebaliknya Hun Ji Yan malah terus
terdesak dibawah angin.
Suatu ketika Bu su-tun pukul Bong thian-bi-mundur,
katanya: "Loan-hoan-ciang-hoat sudah kuukur. Kini biar aku
berkenalan dengan kepandaian gaman dari aliran kalian. Adik
yan kau mundur Biar aku ganti lawan dengan kau"
Lenyap suaranya Bu su-tunpun menubruk datang, golok
terlolos, tepat dia menangkis sepasang gelang rembulan
matahari Lau Thian-hut yang menyerang Hun Ji Yan, Tahu
lawan adalah Kaypang Pangcu, melihat suhengnya terpukul
mundur lagi, sudah tentu Lau Thian-hut kaget danjeri, namun
dia keraskan kepala, katanya:
"Baik, biar aku belajar kenal Pot-hongto-hoat,"
sepasang gelang terangkat tinggi, dia gunakan jurus Iluhay-
liak-hap (tertutup kembali enam kali), maksudnya hendak
mengunci dan merambas golok Bu-su-tun.
Memangnya gelang rembulan matahari yang dimainkan ini
khusus untuk mengunci dan merampas gaman lawan,
bahwasanya Bu su-tun tidak hiraukan maksud lawan, golok
terangkat terus membacok- dia menyerang secara kekerasan.
Maka terdengarlah suara berdering nyaring yang memekak
telinga permainan Poat-hong-toBu su-tun sungguh teramat
cepat sekaligus dia membacok 36 kali.
Dibawah rangsakan gencarnya ini, Lau Thian-hut hanya
mampu mempertahankan diri, mana mampu mengunci atau
berusaha merampas senjata lawan.
Iwekang Lau Thian-hut memang lebih unggul dari Hun Ji
Yan, namunjauh dibawah Bu su-tun, setelah menangkis 36 kali
bacokan golok lawan, telapak tangannya sudah tergetar pecah
dan lengan kemeng, sepasang gelangnya hampir tak kuat
dipegangnya lagi.
Untung Bong Thian-bi segera maju membantu, maka
mereka berdua bergabung menghadapi Bu su-tun.
Kalau Lau Thian-hut bukan tandingan Bu su-tun, Hun Ji
Yanpun bukan lawan Bong Thian-bi, Kini setelah dua lawan
dua keadaan menjadi rada berimbang permainan golok Bu sutun
diselingi pukulan telapak tangan yang dilandasi Kim-kongciang,
sehingga serangan Kong-tong ji-ki sebagian besar dia
hadapi seorang diri, Hun ji-yan paling hanya membantu
dengan permainan Bu-siang- kiam- hoat dari samping.
Akan tetapi kombinasi permainan Kong-tong-ji-ki sudah
diyakinkan puluhan tahun, mereka se-akan2 sudah senyawa
dan dwi tunggal, maka kerja sama perpaduan ilmu silat
mereka jauh lebih rapat dan kuat dari kerja sama Hun Ji Yan
dan Busu-tun. oleh karena itu meski keadaan kelihatannya setanding,
namun secara kenyataan lama kelamaan Kong-tong-ji-ki
semakin mantap dan berinisiatif didalam penyerangan yang
lebih meyakinkan.
sementara itu, orang- siang-keh-po sudah bubar dan
kembali ke pos masing2. Tinggal Ma Toa-ha dan gadis yang
berbaju merah itu. Ter-sipu2 si gadis membimbing Ma Toa-ha
kepinggir tanyanya lirih penuh perhatian:
"Bagaimana luka2mu?"
"Tidak jadi soal." sahut Ma Toa-ha,
"lekas kau bantu Kong-tong-ji-ki-jangan sampai orang lain
pandang rendah kita"
Melihat hubungan mesra kedua muda mudi ini baru Hun jiyan
maklum, bahwa mereka ternyata adalah sepasang
kekasih. Bahwa gadis baju merah ini membokong dan
memusuhi mereka tentu adalah lantaran sikap permusuhan
Ma Toa-ha yang dendam karena kematian ayahnya.
Kepandaian gadis baju merah aneh dan kira2 setaraf
dengan Kong-tong-ji-ki-Menghadapi Kong tong-ji-ki saja Bu
dan Hun sudah merasa payah, celakalah kalau pihak lawan
ketambahan tenaga tangguh.
sebetulnya kalau mau menjebol keroyokan ketiga
musuhnya bukan soal sulit bagi Bu su-tun, namun dia
bimbang apakah kuasa melindungi keselamatan Hun Ji Yan.
Apa boleh buat terpaksa mereka beradu punggung, bertahan
menghadapi rangsakan ketiga lawannya. Tak lupa dia
timpukan panah ular berasap minta bantuan terhadap siau-gokian-
kun dan Hong-lay-mo-li.
Akan tetapi setengah sulutan dupa sudah berselang,
namun orang yang diharapkan belum juga kunjung tiba.
Dalam pada itu begitu meninggalkan tempat kediaman
Kongsun Ki, siau-go-kian-kun dan Hong lay-mo-li segera
kembangkan Ginkang, disaat mereka lari berlompatan itulah,
se-konyong2 terdengar suara orang memanggil.
"Liu Lihiap" itulah suara seorang perempuan, suaranya lirih
tertahan namun Hong lay-mo-li mendengarnya.
Lekas Hong-lay-mo-li berhenti dan berpaling, dibelakang
sebuah pohon dia menemukan seorang pelayan kecil. Kata
genduk cilik itu:


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ji-siocia minta supaya kalian jangan bertahan terlalu lama,
tiga hari lagi boleh kemari. Dia ada titip sepucuk surat supaya
diserahkan kepada seseorang"
Hong-lay-mo-li kenal pelayan atau genduk cilik ini adalah
pembantu Siang Ceng-kong, keruan girangnya bukan main,
katanya: "Dimana Ji-siociamu?"
"Siocia tidak bisa menemui kau, katanya tiga hari lagi
supaya kau datang."
"Lekas katakan, dimana siocia mu, aku kemari untuk
menolongnya"
semula genduk itu ragu2 dan tak berani bicara namun
akhirnya dia menjawab:
"Dia ada di Pau-hong-lau."
"Dimana letak Pau- hong- lau?" desak Hong- lay-mo-11
Belum sempat genduk itu menjawab, tiba2 disebelah sana
seorang membentak:
"Ada musuh berada di-sini"
maka hujan panahpun memberondong kearah mereka-
Hong-lay-mo-li ayun kebutnya meruntuhkan panah2 itu,
namun demikian sebatang panah sempat menembusi
tenggorokan genduk kecil itu, sebelum dia membeli penjelasan
lebih lanjut, jiwanya sudah melayang.
Ternyata orang yang membentak itu bukan lain adalah
murid murtad siau-lim-si yang bernama sa yan-liu itu, dia
pimpin serombongan peronda yang bersenjata lengkap,
seketika siau-go-kian-kun yang berjaga dibalik lain naik pitam,
serunya gelak tertawa:
"Keparat, kau murid murtad ini berani petingkah disini, biar
kuringkus kau dan kuserahkan kepada Mi-toh Taysu."
Sa yan-liu pernah dibikin keok oleh Siau-go-kian-kun, sudah
tentu dia tidak berani melawan, tanpa hiraukan keselamatan
anak buahnya dia lari menyelamatkan diri Tapi Hong-lay-mo-li
berdua tidak ingin membunuh jiwa orang yang tidak berdosa,
sekali gertak dia bikin musuh ketakutan lawannya kocar kacir.
Tiba2 Hong lay-mo-li tersadar serunya:
"Wah, hampir lupa, hayo lekas bantu Bu-toako"
Keadaan Bu su-tun berdua memang sudah gawat, maka
kedatangan mereka berdua amat kebetulan. Dengan
menggerakkan kipas siau-go-kian-kun menubruk kedalam
gelanggang menghadapi Bong Thian-bi-
Begitu tiba Hong-lay-mo-li berseru:
"Hun-cici, minggirlah istirahat"
dia hadapi gadis baju merah, katanya pula:
"Hari itu kau lari sebelum kalah, nah sekarang jangan kau
lari lagi"
setelah lHun Ji Yan mundur, maka Bu su-tun seorang diri
menghadapi Lau Thian-hut. Tiga babak pertempuran
berlangsung dengan amat sengit- Tapi tingkat kepandaian
siau-go-kian-kun bertiga memang lebih unggul- Terutama Lau
Thian-hut tidak kuasa menghadapi tenaga raksasa Bu su-tun,
lekas sekali dia sudah terdesak mundur lebih dulusebaliknya
gadis baju merah cukup cerdik katanya:
"Aku tidak suka dibatasi, kau larang aku pergi, aku justru
ingin pergi"
seperti cara yang semula, kembali gadis baju merah
timpukkan senjata rahasia, "Blar" asap tebal bergulung-",
karena terlindung oleh asap tebal ini, Kong-tong-Ji ki dan
gadis baju merah itu berhasil mengundurkan diri dengan
selamat- Karena musuh mundur, maka Hong-lay-mo-li berempat pun
segera meniggalkan siang-keh-po tanpa kurang suatu apa.
Waktu mereka kembali ke Hou-loan san fajarpun telah
menyingsing, siang-keh-su-lo beramai tengah menunggu
kedatangan mereka, sebelum memberi laporan hasil
perjalanannya, Hong-lay-mo-li bertanya lebih dulu:
"Khing Ciau sudah datang belum?" siang-lotoa menjawab:
"Belum, Tapi semalam ada orang lain yang kemari-"
"siapa?"
"Utusan Kongsun Ki, membawa jawaban surat tantangan
kita." surat jawaban Kongsun Ki tidak banyak katas, dikatakan
tiga hari kemudian, mereka akan datang di tanah lapang
berumput didepan gunung sana. surat ini adalah tulisan
tangan Kongsun Ki sendiri, Hong-lay-mo-li kenal gaya
tulisannya."
Maka Kong-lay-mo-li bertanya:
"Semalam siapakah ang diutus Kongsun Ki mengantar surat
ini?" "yang datang dua orang, satu diantaranya adalah siangkeh-
po congkoan - yaitu Hwi- liong tocu Cong Cau-lay.
seorang yang lain belum pernah kukenal itulah laki2 kurus
tinggi, entah dimana tingkat kepandaian silatnya, yang terang
Ginkangnya amat tinggi, jelas lebih tinggi dari Hwi-liong-tocu.
setelah mengirim surat dan bersuara ala kadarnya terus putar
balik. Waktu kami keluar mengejar hanya melihat bayangan
punggung mereka-
Maka orang banyak lalu berunding mempersiapkan diri
untuk menghadapi pertempuran besar yang akan diadakan
tiga hari lagi, selama tiga hari itu, jago2 silat undangan pihak
Hou-loan-san ber-duyun2 datang.
Tang-Hay-liong, say-ci-hong datang bersama Thi-pit suseng
Bun yat-hoan, hari ketiga san san dan Liok Bian-pun
datang. Tapi selama ini Khing Ciau dan cin Long-giok belum
kunjung datang juga.
Tanpa terasa tiga hari berlalu dengan cepat. Hari itu adalah
hari pertemuan yang dijanjikan diam2 Hong-lay-mo-li
menerawang kekuatan kedua pihak, dia tidak yakin akan
menang didalam pertempuran besar nanti. Maklumlah kedua
ilmu beracun Kongsun Ki sudah sempurna latihannya.
Namun diam2 dia sudah memperhitungkan jikalau Mi-toh
Taysu tidak kuasa mengalahkan Kongsun Ki, dia siap untuk
menghadapinya bersama siau-go-kian-kun, paling gugur
bersama. Tapi lebih penting korban lebih banyak bisa
dihindarkan. itu pagi2 benar, rombongan kedua pihak sudah memenuhi
tanah lapang didepan gunung, selepas pandangan tampsk
oleh Hong-lay-mo-li pihak Kongsun Ki sudah lengkap
semuanya tapi siang ceng-hong sendiri tidak kelihatan.
Bu su-tun segera tampil membeber kejahatan dan dosa2
Kongsun Ki. Kongsun Ki malah gelak2:
"Persoalan hari ini hanya ditentukan oleh kekuatan, buat
apa adu mulut?"
"Baik, cara apa yang kau kehendaki, coba kau sebutkan,
kami pasti melayani" tantang Bu su-tun naik darah-
"Begini saja, kita adakan beberapa babak pertandingan
untuk mengukur kepandaian pihak mana.lebih unggul, jikalau
pihak kalian bisa menang, baru giliranku minta pelajaran
secara berganti kepada pihak kalian yang menang tadi, Hehe
siapa saja asal ada yang bisa mengalahkan aku, segera aku
bunuh diri dihadapi umum. Tapi bila sebaliknya kalian yang
kalah" Asal kalian mau menyerah, aku tidak akan merenggut
jiwa kalian He-he,
kalian masih ingin bicara pula"
orang2 gagah yang hadir tahu dibalik kata2 Kong-susi Ki
secara langsung telah menelanjangi sendiri ambisinya yang
besar untuk bersimaharaja diBulim, keruan orang banyak
dibuat gusar. Kata Bu su-tun gusar:
"Baik, biar kawan2 kita maju lebih dulu. Nanti aku hanya
menantang kau saja."
Hong-lay-mo li ikut menyeletuk:
"Dengan Kok-ham kami menerima perintah guru untuk
mencuci bersih perguruan, Kongsun Ki keparat ini akan
menghadapi kami sampai ajal"
Babak pertama: pihak Kongsun Ki maju dua laki2 yang
berparas dan berdandan sama, seorang pegang golok di kiri,
yang lain di kanan. Keduanya berdiri jajar dan menantang
dengan huara lantang.
Mereka adalah keluarga sek bersaudara yang terkenal
sebagai begal besar, sang engkoh bernama sek Khong dan
adiknya bernama sek Joh. Mereka mewarisi permainan ilmu
golok yang dilancarkan dari kiri kanan, kerja sama dengan
ketat dan rapat, taraf kepandaian mereka boleh dibilang
termasuk kelas dua.
Hong-lay-mo-li tengah bingung cari lawan setimpal untuk
kedua laki2 ini, tahu2 dilihatnya san san dan Liok Bian maju
bersama, dan mohon diidzinkan maju pada babak pertama ini.
Liok Bian adalah angkatan muda yang masih hijau dan baru
keluar kandang, demikian pula san san paling hanya seorang
pelayan Hong-lay-mo-li tingkat dan kedudukannya teramat
rendah bagi pandaagn khalayak ramai.
Sudah tentu Sek Khong berdua merasa terhina menghadapi
dua lawan keoco. Maka mereka mengejek dan memandang
rendah. Tak nyana sikap san san lebih angkuh lagi, dia terima
mengalah tiga jurus kepada lawan. Keruan sekjoh beringas
"sret, sret, sret, serempak kedua saudara kembar ini lantas
geraki goloknya menyerang lebih dulu tiga kalu.
Tapi ketiga kali tabasan ini hanya gertak sambel belaka
tujuannya hendak mempermainkan lawan. Di-luar tahunya
sikap san san tetap tenang2, sedikit pun dia tidak bergeming
walau tabasan golok kedua lawannya menyerempek kulit
dagingnya. Tapi tokoh2 silat yang hadir yakin, umpama ketiga
jurus serangan ini diarahkan secara kenyataan, saudara
kembar dari keluarga sek ini tetap takkan mampu melukai san
san. Mau mempermainkan malah dipermainkan, karuan dua
saudara sek naik pitam, tiba2 kedua golok mereka tersendai,
keduanya bergerak didalam satu lingkaran laksana pelangi,
tahu2 menggulung kearah pinggang san San dan Liok Bian,
kali ini mereka menyerang sungguh2 dengan keji.
Gabungan ilmu golok kedua saudara kembar ini memang
tak bernama kosong, begitu perpaduan sepasang golok ini
berkembang,jalan mundur san san dan Liok Bian boleh dikata
sudah terbendung, hadirin memang sudah melihat dan tahu
Ginkang san san yang tinggi, tak urung orang banyak
menguatirkan keselamatannya.
siapa tahu san san tidak mengembangkan Gin-kang, disaat
golok saling samber, tampak dia mengayun kebut dengan
jurus Bian-kiat lian-hoan (memunah berantai secara indah)
cukup sejurus saja, dia mampu mematahkan serangan
gabungan dari perpaduan golok lawan, Ditengah sorak sorai
pujian hadirin pedang ditangan kiri san san mengiringi
gerakan kebutnya, serempak menyerang kepada dua musuh.
Bercekat hati kedua saudara sek- Tapi permainan golok
mereka sudah begitu apal dan matang serta rapat sekali, lekas
sekali serangan pedang san san sudah tertangkis balik oleh
kedua golok musuh yang bergabung pula, dimana tajam golok
berputar, tahu2 giliran Liok Bian sekarang yang diincar.
Liok Bian bertangan kosong melihat golok menyamber, tersipu2
dia menarik tangan, sehingga san san yang tolong dia
mematahkan serangan lawan.
seperti diketahui Liok Bian adalah murid say-ci-hong,
bahwa gurunya sebagai nomor2 didalam su-pak-thian sudah
begitu tenar dan tinggi ilmu silat dan Iwekangnya. Tapi
permainan Liok Bian yang takut2 dan serba kerepotan ini
sungguh amat mengecewakan hadirin.
Perpaduan golok saudara kembar itu semakin mantap dan
sengit, kejap lain tampuk sinar golok mencorong berkelebatan
disekeliling gelanggang.
Dengan putar kebut melindungi badan, sementara pedang
san san menghadapi rangsakan sepasang golok lawan, malah
sewaktu2 dia harus menyelamatkan Liok Bian lagi. Agaknya
Liok Bian tahu diri dia selalu merapat disamping san san.
selama ini belum terlihat dia turun tangan balas menyerang
kepada musuh, sehingga kedua musuh mencecar lobang
kelemahan ini, boleh dikata seluruh serangan kedua musuh
kepada Liok Bian selalu disambut oleh san San.
Cepat sekali pertempuran sudah sesulutan dupa, Liok Bian
tetap bergerak sendiri seenaknya, seperti jalan2 ditengah
arena pertempuran, da san san yang repot melindunginya.
sudah tentu lama kelamaan pedang san San kewalahan
juga menghadapi rangsakan gencar kedua golok lawan.
Disaat hadirin sudah tidak sabar dan saling bisik2, kembali
perpaduan golok dua saudara sek melancarkan jurus tunggal
mematikan, kedua golok itu menyapu dari kiri kanan, pedang
panjang san san tak kuasa lagi menahan, sehingga sek Khong
berhasil menekan pedangnya., sementara sekjoh menubruk
maju melalui lobang kelemahan ini dan goloknya langsung
membacok kepada Liok Bian bentaknya:
"Coba kau keparat ini mau sembunyi kemana lagi?"
Belum lenyap suaranya, se-konyong2 Liok Bian menghardik
bagai guntur: "Pergi"
tidak sedikit tokoh2 silat kosen yang hadir diluar
gelanggang, hanya beberapa orang saja yang melihat jelas
cara bagaimana Liok Bian bergerak tahu2 badan sekjoh sudah
diangkatnya terus diputar seperti atlit pelempar peluru, badan
sekjoh dilemparnya sejauh tiga tombak.
Keruan sek Khong kaget, cepat sekali sebelum dia maju
menofong, tahu2 Liok Bian membentak pula:
"Kaupun pergi" telapak tangan ditepuk kontan sek Khong
rasakan suatu arus tenaga lunak yang tak terbendung
mendampar dirinya, golok baja ditangan tak kuasa lagi
dipegang dan jatuh berkelontangan di-tanah.
Baru saja sek Khong putar badan hendak lari, Liok Bian
sudah mencengkeram kuduknya terus diangkat pula dan
dilempar pula tiga tombak jauhnya, kebetulan jatuh disamping
adiknya- Kedua saudara ini tak berani bercuit lagi, ter-sipu2
merangkak bangun terus lari turun gunung.
Dengan gerakan kilat beruntun Liok Bian membanting
musuh satu persatu, sudah tentu seluruh hadirin amat kaget
dan kagum dibuatnya. Kiranya Liok Bian sengaja memancing
perhatian kedua musuh supaya menyerang dirinya, dengan
teliti dia selami permainan perpaduan golok mereka.
setelah musuh memandang rendah dirinya baru dia
bergerak dengan telak menyerang titik kelemahan mereka
sehingga musuh bisa dikalahkan.
Melihat pihaknya kalah, Kongsun Ki mengerut kening,
tengah dia menimang2 mencari jago untuk merebut kekalahan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

babak pertama ini, dilihatnya "Kong-tong-ji-ki tampil kcdepan,"
Kongsun Ki mangguts2
Dari pihak Hong-lay-mo-li, tiba2 terdengar Tang-hay-liong
gelak", ujarnya:
"jite-muridmu sudah menang satu babak, kau yang jadi
gurunya juga tiba saatnya untuk unjuk kelihayanmu"
"Benar," sahut sa y-ci-hong,
" mereka su-heng-te, kitapun bersaudara, merupakan
tandingan yang setimpal."
dengan bergandengan tangan mereka turun gelanggang.
sama2 tokoh yang punya nama dikalangan Kang-ouw,
sebelum bertanding, ala kadarnya mereka basa basi. Tingkat
dan kedudukan Tang-hay-liong dan say-ci-hong kira2 setaraf
dengan Kong-tong-ji-ki, maka Bong Thian-bi berdua tidak
berani agulkan diri sebagai orang yang lebih tua.
Cepat sekali kedua pihak sudah ber-ancang2 atau pasang
kuda2. Tang-hay-liong menghadapi Bong Thian-bi, sedang
say-ci-hong berhadapan dengan Lau Thian-hut. Kalau Tanghay-
liong tangan kosong melawan Bong Thian-bi, adalah sayci-
hong melolos pedang untuk melawan sepasang gelang Lau
Thian-hut. setelah kedua pihak memberi hormat Bong Thian-bi
menyilah tangan lebih dulu terus menyerang 10 jurus dengan
gaya gerakan Thay-khek kedua telapak tangannya mendorong
kedepan, tenaganya menindih ke-dada Tang-hay-liong.
Disebelah sana, sekali sendai pedang say-ci-hong yang
lemas seketika menjadi lempang kaku, dalam waktu yang
sama dia menusuk lebih dulu kepada Lau Thian-hut.
Begitu teka nan telapak tangan Bong Thian-bi menyerang
dada, Tang-hay-liong bersuit panjang, sebelah tangan
berbareng menggaris satu lingkaran, telapak tangan berbalik
terus membelah kedepan. Deru angin kencang Lapats"
diselingi bunyi guntur, beberapa tombak sekeliling gelanggang
hawa bergolak, debu pasir bergulung2 keangkasa-
Tahu2 sepasang telapak tangan Bong Thian-bi terpencar,
kiri mendorong, kanan menggandeng, maka terdengarlah dua
kali bentrokan dahsyat, dua kali secara kekerasan mereka adu
pukulan. Tenaga do^on^Pn dan gandengan dari dua tangan
Bong Thay-bi itu berlawanan sasarannya, namun satu sama
lain justru saling bergandengan dan mengisi, sehingga
pukulan dahsyat Tang-hay-liong itu di tangkisnya sirna tanpa
bekas. sebat sekali Tang-hay-liong gunakan naga melingkar
menggeser langkah, belum lagi tangan kanan ditarik, tangan
kiri sudah menyerang pula, deru angin bagai hujan badai
menyambung gempuran tenaga didepan, tak ubahnya seperti
damparan gelombang pasang disamudra raya yang sambung
menyambung. Badan Bong Thian-bi kelihatan limbung, tampak kedua
telapak tangannya menari turun naik cepat sekali seperti berlapis2
dalam sekejap itu beruntun dia menghantam empat kali
maka gempuran kedua tangan Tang-hay-liong kembali dapat
dia punahkan. gebrakan ketiga, sebelum lawan melontarkan serangan,
Bong Thian-bi mendahului menyerang, kakinya bergerak
mengikuti kedudukan Ngo-heng-pat-kwa, empat penjuru angin
se-akan2 ada bayangan badannya, sekaligus dia menghantam
8 pukulan. Mau tidak mau Tang-hay-liong memuji akan
ketangkasan lawannya.
Kiranya keempat pukulan berantai Bong Thian-bi masing2
mempunyai keistimewaan yang berlainan, jurus pertama
dinamakan Thay-khek-toh-si, kedua Thay-khek-seng-liang-gi,
ketiga Liang-gi-seng-su-siang dan ke-empat su-siang-hoatpat-
hwa, empat jurus dilontarkan bersama, gerakan telapak
tangan jurus demi jurus lebih rumit dan berkembang demikian
pula kekuatan pukulannya bertambah besar.
Bila keempat jurus ini dilontarkan berantai, merupakan
jurus2 yang paling menakjupkan dari Loan-hoan-ciang-hoat
kebanggaan Bong Thian bi, ilmu ini tidak sembarangan
diturunkan kepada angkatan muda.
Tapi Tang-hay-liong tidak jeri, bahwa lawan menyerang
dari berbagai arah, dia justru berdiri sekokoh gunung
ditempatnya tanpa bergeming. Ditengah seruan pujiannya
tahu2 delapan pukulan berantai lawan yang dahsyat itu dia
tangkis balik semuanya.
Digelanggang lain, say-ci-hong malah yang berinisiatip
menyerang, biasanya menghadapi musuh tangguh, say-cihong
jarang menggunakan pedang, maka orang2 gagah yang
hadir baru pertama kali ini melihat dia memakai senjata, maka
perhatian hadirin tertuju kearah pertempuran disebelah sini.
------------- Apakah Mi-toh Taysu kuat menandingi kedua ilmu beracun
Kongsun Ki" Kenapa Khing Ciau dan cin Long-giok datang
terlambat" Apa yang mereka alami" Kenapa siang Ceng-hong
tidak muncul" Bagaimana nasibnya"
(Bersambung ke Bagian 51)
Diseritakan Oleh : GKH
Bagian 51 TAMPAK pedang lemas yang dilandasi Iwekang itu kaku
mendengung sekali tutul, tujuh kelopak kembang sinar pedang
mendesis berbunyi ditengah udara. Kiranya Say-ci-khong
kerahkan Thay-cing-khi-kang untuk melandasi pedangnya
sehingga udara seperti dibelah oleh sambaran pedangnya
sehingga mengeluarkan suara mendesis.
Mencelos hati Lau Thian-hut, dia dipaksa untuk
memboyong seluruh kepandaiannya sedikitpun tidak berani
lena, sepasang gelangnya segera memapak maju. Sepasang
gelang ini berputar secepat roda kereta api yang berlari
kencang, maka terdengarlah suara gemerincing dari
beradunya senjata keras tujuh kali, Kedua pihak tergentak
mundur tiga langkahi tiada yang memperoleh keuntungan.
Se-koyong2 Bong Thian-bi bergerak dengan berubah
bentuk mengganti kedudukan, tahu2 telapak tangannya
memukul kearah Say-ci-hong, sementara Lau Thian hut-pun
menubruk ketempat suhengnya yang kosong, kedua
gelangnya mengepruk kepada Tang-hay-liong.
Kedua pihak sama2 bergabung menghadapi musuhi
ditengah pertempuran tiba2 menggeser kedudukan berganti
musuh tidak terhitung melanggar aturan pertandingan.
"Bagus" sambut Say-ci-hong,
"biar aku belajar dengan Loan-hoan-ciang-hoat-mu,"
pedangnya menabas miring, sinar pedang laksana rantai
bergetar sejauh satu tombak, sementara gerakan telapak
tangan Bong Thian-bi bergulung membundar laksana gelang,
"creng" sinar pedang seketika buyar seperti lelatu api berpijar
ke segala arah.
say-ci-hong berkelit minggir, sementara Bong Thian-bi
terhuyung tiga langkah.
Ternyata selentikan jari Bong Thian-bi mengenai punggung
pedang say- ci-hong, tak nyana pedang say-co-hong lemas
dan mempunyai daya pantul yang keras, sehingga gaya
pedangnya menjadi miring, ujung pedang tetap mengarah
kepada Bong Thian-ci.
Dengan mengikuti perubahan ini sekaligus dia mengubah
jurus serangannya pula sudah tentu hal ini diluar tahu Bong
Thian-bi, maka dia didesak mundur tiga langkah. Tapi pedang
say- ci-hong kena diselentik lebih dulu, maka gebrakan ini
hanya boleh dianggap seri alias setanding.
Lain halnya cara gebrakan Tang-hay-liong yang
menghadapi Lau Thian-hut secara kekerasan, tiga kali dia
lontarkan pukulan, deru angin pukulannya laksana gugur
gunung dahsyatnya sepasang gelang Liu Thian-hut saling
menyerang tiba, tiga kaki didepan sekitar badannya, tak
mampu mendekati apa lagi mengenai badannya, setiap kali
jarang tentu tertolak balik oleh getaran pukulan malah kedua
gelangnya sering beradu sendiri sehingga menerbitkan suara
ramai, kuping Lau Thian-hut sendiri pekak rasanya.
Lekas Bong Thian-bi menubruk datang, kembali kedua
saudara seperguruan ganti posisi tukar lawan pula. Kini Lau
Thian-hut berhadapan pula dengan permainan pedang say-cihong,
sedang Bong Thian-bi membendung arus pukulan Tanghay-
liong. Kong-tong-ji-ki adalah suheng-te, selama puluhan tahun
kemanapun selalu berduaan tak pernah berpisah, maka kerja
sama jauh lebih ketat, rapat dan sesaat. sedang Tang-hayliong
dan say- ci-hong harus berjuang sendiri2 tapi mereka
sama membekal kepandaian silat lihay yang tinggi, didalam
kerja sama memang tidak sehebat lawan, namun mereka toh
tidak pernah dirugikan.
Begitulah kedua pihak sering ganti berganti lawan, Tapi
Tang-hay-liong mengutamakan Bong-Thian-bi sebagai
lawannya demikian pula say- ci-hong lebih mantap
menghadapi Lau Thian-hut.
semakin tempur Tang-hay-liong semakin gagah garang,
mata melotot dan alis tegaki setiap gerakan kaki tangannya
pasti membawa deru angin kencang, betapa gagah dan
perkasa perbawanya.
Lain pula keadaan say-ci-hong dia bersikap kalem dan
wajar, gerakan badannya mengikuti permainan pedangnya,
keduanya berpadu laksana air mengalir dan mega
mengembang, kelihatannya begitu bebas dan merdeka.
Cepat sekali pertempuran mereka semakin memuncak
tegang, kelihatannya pihak Tang-hay-liong sudah unggul
diatas angin sementara say- ci-hong kini setanding dengan
Lau Thian-hut. Tapi bagi pandangan tokoh2 silat kelas utama,
bahwa say- ci-hong malah lebih meyakinkan didalam mengejar
kemenangan lebih dulu.
Benar juga tiba2 permainan pedang say- ci-hong berubah,
sinar pedang menari2 laksana bianglala memanjang
menyentuh bumi, seperti hujan kembang bertaburan, Lau
Thian-hut tetap bertahan mati2an dengan kaki melangkah
posisi Ngo-hing-pat-kwa, namun setindak demi setindak
mundur teratur, walau belum kelihatan bakal kalah, namun
permainan sepasang goloknya sudah semakin lambat, pihak
lawan tujuh delapan kali lebih banyak menyerang, hebat
adalah permainan pedang say-ci-hong ternyata diselingi
pukulan telapak tangan, semakin gencar rangsakannya.
Sementara Tang-hay-liong tetap berhantam sama kuat,
serang menyerang silih berganti, namun Bong Thian-bi lebih
kokoh pertahanan serta melayani dengan mantap dan tabah,
sehingga Tang-hay-liong selalu kehilangan peluang untuk
menjatuhkan lawannya.
Kiranya Thay-jing-khi-kang yang diyakinkan say-ci-hong
adalah Iwekang aliran murni dari Hian-bun, perbawanya kira2
sama dengan Gun-go-an-it sat-kang yang diyakinkan Tanghay-
liong. Tapi Gun-koan-it-sat-kang membawa kekuatan
besar dan keras, sebaliknya Thay-jing-khi-kang serba lunak
dan luwes, jauh lebih mudah menyusup untuk merobohkan
lawan. Lau Thian-hut berkepandaian silat lebih rendah dari sang
suheng, say-ci-hong menyelingi serangan pedang dengan
pukulan tangan lagi, setelah dia kembangkan Thay-jing-khikang,
semula dia belum merasakan, namun lambat laun
setelah serang menyerang cukup lama baru terasa olehnya
adanya angin lembut sepoi2 menyampuk muka dan
menghembus badan, sekaligus hawa hangat yang nyamanpun
merembes kedalam badannya.
Walau hembusan angin ini tidak kencang, demikian pula
hawa itu hanya hangat tidak panas, tapi orang menjadi
merasa ngantuk dan lemas lunglai, menjadi malas, sebetulnya
gelang matahari dan rembulan Lau Thian-hut diputar laksana
kitiran terbang, tanpa terasa lambat laun gerakannya semakin
kendor dan lambat.
sudah tentu Lau Thian-hut merayakan perubahan ini
keruan hatinya mencelos, insaf bila bertahan terlalu lama
dirinya bisa celaka, maka timbul maksudnya untuk
menggunakan serangan jahat untuk merenggut kemenangan,
Sa Yang belum lagi dia melaksanakan niatnya, say- ci-hong
sudah bertindak lebih dulu, tampak orang berputar sekali
seperti gasingan, tahu2 rangsakannya menjadi gencar, cahaya
perak membalut seluruh badannya, sinar kilatpun berketebat
diangkasa, kuntum kembang dan ceplok sinar pedangnya
berkembang, laksana bintang2 kelap kelip diangkasaraya nan
gelap. ribuan titik sekaligus meluncur jatuh memberondong
dirinya. "Bagus, biar aku adu jiwa dengan kau" hardik Lau Thianhut
nekad, kedua gelangnya dia timpukkan, dua gulung sinar
emas membundar menerjang kedalam lingkungan cahaya
pedang perak say- ci-hong, inilah jurus terakhir yang paling
lihay dan tunggal merupakan serangan mengejar kemenangan
dikala terdesak dari Loan-hoat-kian-hoat kebanggaan Kongtong-
ji-ki, namanya siang-hoan-tau-gwe (sepasang gelang
mengganti rembulan).
Kedua gelangnya itu bagian luarnya dihiasi dua belas gigi
yang runcing dan tajam, kalau ditimpukan terbang dan
mengalung golok atau pedang lawan gaman lawan bisa
direbutnya. Kedua pihak sama2 melancarkan jurus tunggal yang paling
hebat maka terdengarlah suara gemerantang nyaring, ceplok,
kembang dari sinar pedang yang bertaburan diangkasa tiba2
melingkup menjadi satu cahaya pedang nan terang, sedang
kedua bunderan gelang itu tahu2 tertolak balik,
Waktu Lau Thian-hut melompat maju menangkap pula
sepasang gelangnya, ternyata gigi gelang rontok tiga buah
dan lima buah, Ternyata didalam gebrakan yang menentukan
ini, pedang tunggal say-ci-hong menusuk kearah kedua gelang
terbang, satujurus dua gerakan, begitu ujung pedang
menusuk masuk kedalam gelang, tajam pedangnya dia putar
dan pelintir, sehingga siang-hoan-tau-gwe musuh yang lihay
dapat dia patahkan, malah giginya
teriris gumpil delapan buah.
Betapa cepat gerakan pedangnya serta menakjubkan
permainannya, tiada pujanggga yang mampu melukiskan
dengan kata2. Tahu2 pedang say-ci-hong sudah masuk
kembali ke dalam sarungnya, katanya tawar:
"Terima kasih sudi mengalah sejurus, kita boleh
menghentikan pertempuran bukan?"
Belum habis say- ci-hong bicara, Lau Thian-hutpun dengan
malu berpaling kearah suhengnya, tiba2 Bong Thian-bi gelak2,
katanya:

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih sudi mengalah, memang kita harus berhenti."
Tampak Bong Thian-bi menggendong kedua tangannya
berdiri tegak ditempatnya, sebaliknya Tang-hay-liong tersurut
mundur tiga langkahi baru sekarang dia kendalikan badan
berdiri tegak pula.
Kiranya melihat say- ci-hong menang, Tang-hay-liong
menjadi ter-gesa2, pikirnya diapun hendak pukul Bong Thianbi
supaya dua pihak menang berharap. Tak nyana latihan
Bong Thian-bi jauh lebih matang dan kokoh dari sutenya,
karena terburu nafsu, sedikit peluang saja malah digunakan
oleh lawan, dengan enteng orang menyampuk dan menarik,
meminjam tenaga menggempur lawan, sehingga Tang-hayliong
yang ingin menang malah kalah sejurus.
sebagai tokoh tinggi sudah tentu Tang-hay-liong segan
perang mulut, maka dengan gelak2, dia berkata:
"Loan-hoan-ciang-hoat memang tidak bernama kosong,
kagum, kagum, Baik aku mengaku kalah, Babak ini boleh
dianggap seri."
sudah tentu apa yang disatukan Tang-hay-liong kebetulan
dan melegakan hati Kong-tong-ji-ki. Kedua pihak lantas
mengundurkan diri.
Babak ketiga dari pihak Kongsun Ki gadis baju merah baru
bergerak hendak tampil kedepan, tiba2 seorang laki2 kurus
jangkung berdiri, katanya.
"sumoay, kau sudah beberapa kali unjuk keiihayanmu, kali
ini biarlah aku berkesempatan melemaskan otot."
sembari bicara badannya tiba2 melejit tinggi bagai burung
elang menerobos hutan, seperti burung camar menyongsong
gelombang, badannya meluncur turun naik melampaui gadis
baju merah melesat kedepan dan hinggap ditengah
gelanggang, sikapnya tetap wajar, tidak kelihatan napasnya
sesak mimik tak berubah.
Demonstrasi Ginkang yang hebat ini sungguh amat
menakjubkan, diam2 hadirin bertepuk tangan dan memuji
dalam hati. siang- lotoa segera memberitahu dengan suara lirih kepada
Hong-lay-mo-li:
"Laki2 inilah yang mengirim surat balasan Kongsun Ki
bersama Cong cau-tay."
Terdengar laki2 kurus jangkung itu tengah berseru lantang:
"Se-bik sianjin Ko In-hwi ingin berhadapan dengan para
Enghiong, sumoayku sudah beberapa kali mendapat
pengajaran dari Liu-bingcu, Sa Yang aku orang she Ko sendiri
belum pernah sempat bertemu. Kini kesempatan telah tiba,
aku mohon petunjuk Liu-bingcu diatas Bwe-hoa-cun (barisan
kembang Bwe)."
Perlu diketahui Bwe-hoa-cun adalah sebuah barisan yang
terbuat dari ujung2 golok atau bambu yang runcing, dan dua
orang yang bertanding harus mengandalkan Ginkang tinggi
untuk bertempur diatasnya.
sudah tentu hadirin keheranan, lapangan dihadapan
mereka berumput tebal, tiada kelihatan ada barisan golok atau
bambu runcing. Baru saja Hong-lay-mo-li mau bicara, tahu2 seorang gelak2
disampingnya, tegurnya:
"saudara Ko, bagaimana keadaanmu selama berpisah,
masih kenal orang sheBun dari Kang lam?"
ditengah gelak tawa yang berkumandang, tampak
bayangan orang laksana seekor garuda besar meluncur turun
kearena betapa tinggi gerakan Ginkang orang ini agaknya
masih lebih unggul dari laki2 kurus jangkung, pendatang ini
bukan lain adalah Thi-pit-su-seng Bun Yat-hoan yang
belakangan ini diangkat sebagai Bu-lim-beng-cu dari Kanglam.
Terbalik mendelik biji mata Ko In-hwi, katanya:
"Kunyuk kecut kau ingin bertandingan dengan aku" sepuluh
tahun yang lalu kita..."
"Benar sepuluh tahun yang lalu kita pernah bergebrak
waktu itu setanding sama kuat dan belum ada yang kalah, hari
ini biar kita selesaikan pertandingan dulu. Ketahuilah Liubingcu
adalah pimpinan yang menguasai pertandingan ini,
jikalau setiap orang menantang berkelahi sama dia, apakah
dia harus membagi badannya" Biarlah aku pelajar kecut saja
yang melayani kau."
Merah dan panas muka Ko In hwi di-olok2, katanya:
"Baiklah, kabarnya kau sudah diangkat sebagai Bulimbingcu
dari Kang lam tentunya ilmu silatmu sudah maju pesat.
Biar sekali lagi aku belajar kenal akan kepandaianmu."
" Kemajuan sih tiada, cuma belakangan ini aku memang
ada mempelajari ilmu yang khusus untuk menangkap musang
yang suka mencuri ayam dan suka kentut busuk, Cuma kau
menantang berkelahi diatas bwe-hoa-cun, aku jadi ragu2
apakah pelajaranku ini berguna untuk melayanimu."
Kiranya dalam pertandingan sepuluh tahun yang lalu Ko Inhwi
sudah hampir dikalahkan Bun Yat-hoan, namun dia
gunakan Tok-bu-kim-ciam senjata rahasia berasap yang
mengandung jarum beracun untuk melarikan diri, Bun Yuthoan
menang sejurus, namun diapun tersambit sebatang Bwehoa-
ciam maka pertempuran itu hanya boleh dianggap seri.
Musang kentut busuk yang dimaksud oleh Bun Yat-hoan
adatoh olok2 kepadanya yang melepaskan granat berasap.
Merah lagi muka Ko ln-hwi, katanya:
"jangan cerewet ketahuilah Bwe-hoa-cun yang kuatur hari
ini rada lain dari biasanya, maka pertandingan kali ini
merupakan pertaruhan jiwa pula, Maka perlu hal ini
kutandaskan kepadamu."
"Biar kau menantang dilautan api digunung goloki aku
orang she Bun akan mengiringimu dengan senang hati, Mana
Bwe-hoa-cunmu?"
"Nah itulah Bwe-hoa-cun segera kuatur."
jengek Ko In-hwi. Maka tampak sepuluh anak2 kecil
berbaris keluar, setiap orang menggendong sebuah karung
besar panjang yang lebih tinggi dari perawakan mereka
sendiri, isi karung itu cukup berat karena mereka sampai
terbungkuk2, namun langkah mereka tetap enteng dan
tangkas. "Aturlah seratus delapan jalan Bwe-hoa-cun berpintu
aneh." Ko In-hwi memerintahkan.
Dua bocah yang terdepan mengiakan, serempak mereka
membuka karung, kiranya isi karung adalah golok2 panjang
runcing yang berkilauan, bentuk golok2 ini aneh dan berbeda
dari golok umumnya karena golok ini tidak bergaran, kedua
ujung runcing, yang bekerja hanya dua bocah saja, mereka
pegang bagian tengah goloki satu persatu ditancapkan ditanah
berumput sehingga golok2 itu tegak berdiri berjajar, cepat
sekali, seratus
delapan golok sudah berbaris dan berdiri dengan formasi
barisan Bwe-hoa-cun.
sinar golok yang kemilau diringkah sinar surya menjadikan
perasaan orang giris tertekan.. Biasanya Bwe-hoa-cun
menggunakan kayu yang tumpul bagian atasnya, paling2
pakai bambu runcing. Tapi Ko In-hwi kali ini menggunakan
barisan golok. Disaat kedua bocah itu sibuk menanam goloki Hong-laymo-
li mohon keterangan kepada say- ci-hong yang tahu seluk
beluk dunia persilatan didaerah barat.
Maka say- ci-hong lantas memberi keterangan ala
kadarnya: "Ko In-hwi adalah murid tertua dari Ling-san-pay di seek.
Ling-san-pay memang luar biasa, orang2 mereka berkelakuan
aneh dan berdiri diantara lurus dan sesat, sekarang terbagi
menjadi dua sekte, sekte selatan dipimpin kaum Hwesio,
sebaliknya sekte utara dipegang kaum Nikoh kedua sekte
menduduki dua puncak berlawanan satu digunung selatan
yang lain di- gunung utara, ciangbun sekte selatan dipegang
Bing-ciu siangjin. ciangbun sekte utara adalah Ceng-ling
suthay. Kedua sekte sama menerima murid2 preman yang campur
aduk. Ko in-hwi adalah murid tertua dari Bing-ciu siangjin,
gadis baju merah itu bernama siang-koan Po-cu, murid
penutup dari Ceng-ling su-thay. Maka mereka sesama
perguruan terpaut cukup banyaki siangkoan Po-cu ini paling
mendapat kasih Sa Yang gurunya, murid perempuan yang
paling berkepandaian tinggi dari seluruh murid2 Ceng-ling
suthay. Kepandaian silat Ling-san-pay mengutamakan
keistimewaan aliran sesat dan senjata rahasia, begitu pula
ilmu Ginkang mereka merupakan aliran tersendiri.
"sepuluh tahun yang lalu, Bun Tayhiap pernah kelana ke
se-ek disana dia menghukum dan menghajar murid2 Ling sanpay
yang kurang ajar dan tidak scsonoh, se-wenang2 lagi.
Belakangan Ko In-hwi tampil kemuka membela para sutenya,
dalam pertandingan itu kedua pihak sama2 cidra, Ko In-hwi
lari pulang ke Iing-ciu-san, sedang Bun Tayhiap kembali ke
Kang lam. Permusuhan merekapun terikat sejak saat itu"
sementara itu b arisan Bwe-hoa-cun telah rampung
dipasang, dengan gaya Kan-te-pakrjong (mencabut lobak
ditanah kering) dengan enteng Ko In-hwi mendahului lompat
naik keujung goloki sebuah kakinya menginjak ujung golok
yang runcing kemilau, dengan gaya Kim-kee-lip (ayam emas
berdiri satu kaki), dengan congkak dia menantang:
"silakan."
Perlu diketahui, bertanding diatas ujung golok bukan saja
memerlukan Ginkang yang tinggi, Iwekang-pun harus hebat
dan sempurna latihannya kalau tidak sedikit kerahkan tenaga,
telapak kaki pasti tertusuk luka oleh ujung golok.
Hadirin baru pertama kali melihat pertandingan yang luar
biasa ini, meski tahu biasanya Bun Yat-hoan paling
membanggakan Ginkangnya, mau tidak mau banyak yang
menguatirkan keselamatannya. Maklumlah barisan ini sudah
menjadikan kemahiran Ko In-hwi sementara Bun- Yat-hoan
sendiri baru pertama kali dan belum tahu seluk beluknya lagi.
Maka tampak Bun Yat-hoan sedikit angkat jubahnya terus
melompat naik keujung goloki namun belum lagi berdiri tegak
tiba2 dia menjerit
"Aduh," badanpun limbung hampir jatuh.
sudah tentu orang banyak kaget dibuatnya, namun
dilihatnya kaki Bun Yat-hoan seperti menginjak pegas saja,
dengan membungkuk badan kembali dia berlompatan
mencak2 dengan tengah mengelus telapak kakinya, namun
tiba2 dia tertawa:
"Untung telapak kakiku tebal, tidak sampai tertusuk oleh
ujung golok ini, Baiklah, golokmu tidak mampu menusuk
telapak kakiku, sekarang aku akan mencakar kulit mukamu."
Watak Bun Yat-hoan memang Jenaka dan suka berkelakar
dan pandai membadut lagi. Walau sudah jadi Bu-lim Bingcu
kebiasaan suka membanyol masih tidak bisa hilang. Agaknya
dia memang sengaja main2 hendak menggoda Ko In-hwi.
Tapi bukan melulu berkelakar, karena dengan melompatlompat
seperti orang kesakitan itu, sebelah kakinya
menginjak- menginjak ujung golok dari satu berpindah
keujung golok yang lain, sekaligus dia pamer kemahiran ilmu
Gingkangnya yang lihay, lompatan terakhir cukup tinggi,
ditengah udara dia bersalto kebelakang, begitu ujung kaki
menutul ujung goloki diapun hinggap berdiri dengan gaya
Kim-ke-tok-lip. berdiri dihadapan Ko In-hwi.
"Bagus," seru Ko In-hwi,
"marilah aku belajar kepandaian sepasang Boan-koanpitmu."
mulut bicara kakinya melompat mundur menginjak golok
kelima dari arah samping kiri, Bun Yat-hoan memburu maju
seraya berkata dengan tertawa:
"Kenapa tak berani menyerang lebih dulu, takut kucakar
mukamu?" se-konyong2 Ko In-hwi menghardik
" Lihat cambuk." begitu dia pentang tangan, angin seperti
bergolak oleh derusamberan cambuk panjang yang melingkar
terus menerjang kedepan.
Kiranya cambuknya itu dinamakan Kiau-kin-janliong-pian
dibuat dari akar menjalin yang kuat alot yang tumbuh di
Yarjin-san serta digubat otot biawak laut, disamping lemas
cambuk ini bisa menjadi keras dilandasi tenaga Iwekang
pemakainya, maka disamping kegunaannya sebagai cambuk
sekaligus bisa pula digunakan sebagai pentung mana perlu,
biasanya cambuknya ini dijadikan sabuk di pinggangnya,
merupakan senjata lihay yang amat ampuh.
Panjang cambuk Ko In-hwi ada setombak lebihi sebaliknya
potlot Bun Yat-hoan hanya dua kaki delapan cun, maka dia
harus lompat mundur supaya jarak kedua pihak rada jauh
sesuai dengan manfaat cambuknya yang lebih leluasa
bergerak dari jarak jauh menyerang kelemahan musuh.
Bertanding diatas Bwe-hoa-cun jauh lebih sulit ditanah
datar, apa lagi kalau bertempur secara ketat darijarak dekat,
maka didalam permainan senjata Ko In-hwi sudah mengambil
keuntungan lebih dulu.
Betapa cepat gerakan cambuk Ko In-hwi yang melingkar
menggulung datang seperti angin lesus, tapi gerakan Bun Yathoan
lebih cepat lagi, ditengah bayangan bergulungnya
cambuki tampak badannya berkelebat mengikuti pusaran deru
cambuk dan ikut berputar lempang, "sret" tahu2 ujung
cambuk menyapu lewat dari bawah kakinya, terpaut satu dim
hampir mengenai kakinya.
Begitu luput belum lagi cambuk Ko In-hwi ditarik baliki
jurus susulannya sudah dilancarkan. Dimana ujung cambuknya
berputar dengan jurus Liong-sau-yap (angin lesus menyapu
daun), serangan ini merupakan jurus cambuk saktinya yang
paling lihay, dimana angin menderu, bayangan cambuk
bergulung berlapis2, dimana Bun Yat-hoan berkelit telah
disapu dan di gulungnya.
Ditengah udara jelas Bun Yat-hoan takkan bisa berkelit lagi,
namun disaat genting itu ditengah udara tiba2 dia bersalto,
kepala dibawah kaki diatas kedua potlotnya menyendal, dia
bikin cambuk Ko In-hwi ter-sampuk pergi. Gebrakan ini
sungguh amat menakjubkan, yang menyerang bagus, yang
menangkis indahi mau tidak mau kedua pihak penonton
bersorak dan bertepuk tangan.
Begitu meluncur turun, baru saja ujung kaki Bun Yat-hoan
menutul ujung goloki serangan Lian-hoan-som-pian yang
dilontarkan Ko In-hwi sudah merangsak tiba. Kembali Bun Yathoan
kembangkan ilmu Gin-kangnya yang luar biasa, sungguh
bak ceng coreng menutul air, seperti burung camar melawan
gelombang, sedikit berkelebat tahu2 badannya sudah mundur


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keujung golok kedua, namun terdengar " klik", ujung goiok
dimana barusan dia berdiri sudah tersapu putus oleh cambuk
Ko In-hwi. Baru saja ujung kaki Bun Yat-hoan menginjak golok kedua,
tiba2 terasa kakinya seperti menginjak tempat kosong, tahu2
ujung golok anjlok kebawah dan bergoyang hampir saja dia
tersungkur, Cepat sekali serangan cambuk Ko In-hwi sudah
menyamber pula, Bun Yat-hoan membentak:
"Kau maki gila apa ini?"
dengan mengerahkan tenaga pinggang dia kembangkan Uikoa
jiong-siau ginkang puncak tinggi, badannya seketika
melambung dua tombak tingginya. Maka terdengar "peletak"
golok kedua yang dia injak barusan seketika roboh.
Gerakan cambuk Ko In-hwi laksana kitiran seperti angin
lesus yang mengamuk orang2 di-pinggir gelanggang hanya
melihat sepulung bayangan cambuk berkelebat, seketika itu
pula golok yang terinjak tadi sudah roboh, maka orang banyak
mengira golok itu jatuh karena disapu cambuknya.
Tapi Bun Yat-hoan sendiri maklum, kalau golok pertama
memang putus tersapu cambuk, tapi golok kedua jatuh
sendiri, Begitu Bun Yat-hoan melambung keatas gerakannya
laksana garuda menukik menubruk turun kearah Ko In-hwi.
Ginkang Ko ln-hwijuga tidak lemahi sigap sekali dia lompat
menyingkir kesamping, agaknya dia gentar bentrok secara
berhadapan dengan Bun Yat hoan.
Begitu Bun Yat-hoan tancapkan kakinya digolok dimana tadi
dia berdiri, sehat sekali dia sudah lompat pula ganti posisi, jadi
jarak antara mereka tetap terpaut lima golok.
Tiba2 terdengar Bun Yat-hoan bersenandung:
"Ada kepala semuanya boleh cukur, tidak dicukur pasti
bukan kepala, orang yang biasa mencukur kepala manusia
maka orangpun boleh saja mencukur kepalanya,"
sudah tentu semua hadirin melengak heran, sungguh tak
nyana dikala bergebrak sengit mengadu jiwa dengan musuhi
Bun Yat-hoan masih sempat senandung segala, tiada hadirin
yang mengerti apa arti dari syair yang dia senandungkan"
Begitu suara aneh Bun Yat-hoan sirap. mendadak dia
membentuk: "Diberi tidak membalas kurang hormat. Baik biar kau tahu
kelihayanku, Hehe, hal nah inilah yang dinamakan membalas
dengan cara orang itu sendiri"
mulut bicara gerakannya segesit ceng coreng menutul air,
badannya melesat kedepan, tampak dimana setiap kakinya
menutul, maka golok sama bergoyang gontai dalam sekejap
mata 17 batang golok jatuh karena injakannya.
Gerakan Bun Yat-hoal cepat dan tangkas, begitu golok
jatuhi ujung kakinya tahu2 sudah berpindah keujung golok
yang lain, sehingga dia tidak ikut terperosokjatuh. Menurut
aturan bertanding diatas Bwe-hoa-cun, asal tidak jatuh dari
atas Bwe-hoa-cun, maka dia tidak terhitung kalah.
Kiranya Bwe-hoa cun yang diatur Ko ln-hwi ini memang ada
dipasangi jebakan, didalam setiap golok2 runcing yang tegak
itu tersembunyi perangkap. Ujung golok dalam barisan Bwehoa-
cun ini menggantikan kayu. seluruhnya ada seratus
delapan sehingga terciptalah 108 Ki-bun-Bwe-hoa-cun, 38
batang diantaranya hanya ditancapkan begitu saja dan kurang
kokoh. Maka didalam pertempuran ini, kegesitan, ketangkasan,
Ginkang dan Iwekang diatas barisan golok ini, berarti Bun Yathoan
ditempat gelap sementara Ko In-hwi ditempat terang, Ko
ln-hwi sudah tahu letak dari 38 batang golok yang hanya
ditancapkan begitu saja untuk mengelabui mata orang,
sementara Bun Yat-hoan yang tidak tahu akan rahasia dan
jebakan ini mungkin saja mengalami kerugian besar,
Untung Bun Yat-hoan sempat membongkar tipu Iicik lawan
dan karena tipu lawan pula otaknya yang cerdik mendapat
akal pula untuk membalas perangkap lawan yang licik.
Maklumlah potlotnya pendek, cambuk lawan panjang,
untuk mengalahkan musuhi dia harus melabraknya dalam
jarak pendeki setelah mendapat ide untuk memecahkan
perangkap lawan, sekaligus dia injak roboh barisan golok2
yang terpijak kakinya, sehingga Ko ln-hwi terdesak dan ruang
geraknya dipersempit.
Keruan kejut dan gusar Ko In-h2i dibuatnya, makinya:
"Tadi sudah dijanjikan untuk bertanding di atas Bwe hoacun
bertempur cara apa yang kau gunakan ini?"
Bun Yat-hoan tertawa besar:
"Peduli bertempur dengan cara apa, pendek kata kau harus
dipukul jatuh dari barisan ini. Aku tidak melanggar aturan,
peduli amat dengan ocehanmu." sembari bicara cepat sekali
108 batang golok2 itu sudah di injaknya jatuh semua, kini
tinggal dua saja yang masih menancap diatas tanah.
Bun Yat-hoan gelak2, serunya:
"Coba kemana lagi kau bisa menyingkir Nah kini aku
menyerbu tempatmu."
"pletak" golok yang dia injakpun dia bikin patah, berbareng
badannya melambung keatas menubruk kearah Ke In-hwi
yang menginjak sisa golok yang masih berdiri. Ke In-hwi tiada
tempat lain untuk berkelit dan menyingkir lagi, kecuali dia
melompat turun, tapi menurut aturan pertempuran di Bwehoa-
cun, barang siapa menyentuh tanah lebih dulu terhitung
kalah, sudah tentu dia tidak rela menyerah kalah begitu saja.
Dalam detik yang gunting itu, Bun Yan-hoan tengah
menubruk utk merebut sisa golok yang dia duduki, sebatang
golok runcing tak mungkin diduduki dua orang, Maka Ke lnhwi
nekad dan membentak:
"Baik, aku adu jiwa dengan kau",Jan-liong-pian berputar
lalu disendai cambuk melingkar2 dengan deru angin kencang,
bagai hujan badai derasnya menggulung ke-arah Bun Yathoan
yang menubruk datang, sementara Bun Yat-hoan sudah
menubruk dekat dalam jangkauan ujung cambuknya, namun
badannya masih terapung ditengah udara.
Menang kalah kedua pihak akan ditentukan pada gebrakan
terakhir ini, maka kedua pihak sama2 keluarkan seluruh
kekuatan dan kemahirannya. Ke In-hwi menduduki dua
keuntungan, pertama cambuknya panjang, kedua, dia
bergerak menurut situasi dan mengatasinya, jurus cambuk
yang dia mainkan dinamakan Pat-hong-hong ih-hwi-tiong-du,
beberapa tombak seputar gelanggang terkurung didalam gaya
permainan cambuknya. Apa lagi Bun Yat-hoan ditengah udara,
jelas tak mungkin berkelit.
Di-saat2 gawat itulah, mendadak Bun Yat-hoan
membentak: "Kena", tahu2 jarinya terulur menangkap ujung cambuki
betapa menakjupkan gerakan Kim-na-jiu yang tepat pada
waktunya sehingga berhasil menangkap ujung cambuk yang
bergetar keras dan dahsyat. seluruh hadirin menonton dengan
melongo dan berdebar jantungnya, bernapas pun rasanya
sesaki Ke In-hwi cukup berpengalaman didalam pertempuran,
kepandaiannya tinggi, dia bisa berkeputusan pada detik2 yang
tidak menguntungkan itu, tiba2 diapun menghardik:
"Turun", cambuk dia lontarkan, berbareng dia tambahi
dengan dorongan kedua telapak tangan.
Baru saja Bun Yat-hoan menangkap ujung cambuknya,
mendadak lawan membuang gamannya, licik juga seperti
meteor jatuh badan Bun Yat-hoan seketika anjlok jatuh
kebawah. Tang-hay-liong adalah kenalannya yang paling kental,
keruan, dia paling kaget, teriaknya:
" Celaka, kutu buku ini mesti kalah."
Belum lenyap kumandang suaranya, terdengar Bun Yathoan
membentak: "Turun."potlot ditangan kiri dia timpukan mengincar pundak
kiri Ke In-hwi. Ke In-hwi tahu diri, kalau kena timpukan potlot
baja lawan, tulang pundaknya tembus dan cacadlah badan
serta punah ilmu silatnya.
sudah tentu demi keselamatan jiwa raga, tidak terpikir lagi
oleh Ke In-hwi akan menang kalah dan gengsi segala,
terpaksa dia melompat menyingkir dari satu2nya golok yang
tersisa berdiri, Ditengah udara Bun Yat-hoan bersalto dengan
gaya indah dia membalik badan, sehingga daya merosot
badannya sementara tertahan. dialah sebelum badannya
meluncur lebih lanjut dia sempat meraih potlotnya yang dia
timpukan tadi, baru kedua kakinya menyentuh tanah.
Tatkala itu Ko ln-hwi sudat terjatuh ditanah dan baru saja
merangkak bangun, Menurut aturan perundingan diatas Bwehoa-
cun, pihak yang jatuh menyentuh tanah lebih dulu adalah
pihak yang kalah. sudah tentu Ko In hwi harus mengakui
keunggulan lawan dan terima kalah.
Dengan muka merah malu dan menyesal akan
kekalahannya Ko ln-hwi mundur ketempat rombongannya,
sementara pihak orang2 gagah bertepuk sorak gegap gempita
menyambut kemenangan Bun Yat-hoan yang gemilang.
sebelum babak selanjutnya dilanjutkan, ditengah tampik
sorak orang banyak kembali Hong-lay-mo-li berseru heran,
katanya: "Coba lihat siapa itu yang datang?"
Tampak dua ekor kuda membedal kabur mendatangi, cepat
sekali sudah tiba di depan Hong-lay-mo-li, penunggangnya
adalah dua muda mudi yang langsung melompat turun seraya
berseru: "Liu-bingcu, kami datang terlambat" kaget dan girang
Hong-lay-mo-li dibuatnya, kiranya pendatang ini adalah Khing
ciau dan cin Long-giok yang di-tunggu2nya.
Melihat mereka datang selamat tidak kurang suatu apa
legalah hati Hong-lay-mo-li, katanya tertawa:
"syukurlah kalian sudah datang, kejadian ditengah jalan
boleh nanti kau ceritakan, Ada sebuah hal perlu kuberitahukan
kepadamu."
Baru saja Hong-lay-mo-li mau menyerahkan surat siang
Ceng-hong kepada Khing ciau, tiba2 Kongsun Ki membentak:
"Bagus, bocah she Khing, kebetulan kau datang, Lekas
kemari." "Kongsun Ki." damrat Khing ciau gusar.
"kau mau apa, kalau mau berkelahi sukalah tampil
kedepan." Kongsun Ki gelak2, serunya:
"Kau tidak setimpal bergebrak denganku" Masa kau belum
mengerti" Aku ingin kau berlutut dihadapanku."
"Kurcaci kau, seorang laki2 lebih baik mati daripada dihina,
ilmu silatmu lebih tinggi, aku lebih suka mati ditanganmu."
sikap dan tingkah Kengsun Ki menimbulkan heran bagi
orang2 gagahi dimana sini orang mencaci maki:
"Bertanding silat ada aturan dan tata tertibnya, yang kuat
mana boleh main paksa dan menindas yang lemah apa lagi
menghina orang lain."
Kengsun Ki berseru lantang:
"Hadirin banyak yang tidak tahu, bukan aku Kengsun Ki
sengaja mau menindas anak muda, tapi aku bertindak sesuai
aturan Bulim, adalah pantas dan jamak kalau Khing ciau bocah
itu berlutut dan menyembah kepadaku."
Hampir meledak dada Khing ciau, semprotnya.
"Kau punya alasan apa?"
"Kau pernah mempelajari ilmu dari keluarga siang, kini aku
adalah majikan dari siang- kehipo, maka kau harus berlutut
dan menyembah kepadaku, Malah harus mendengar perintah
dan menjalankan tugas, bersetia lagi kepada siang- kehipo."
"Omong kosong, kentut bau melulu," damrat Khing ciau,
"Dulu bukan aku yang ingin belajar silat keluarga siang,
siang ceng-hong sendirilah yang menipuku untuk
mempelajarinya. suruhlah siang cong-hong keluar."
Kengsun Ki menarik muka, dengusnya:
"Siang Ceng-hong adalah istriku memangnya kau tidak
tahu" Yang terang dulu kau pernah menyembah bakti kepada
siang Ceng-hong, kini aku adakah bapak gurumu, berani kau
membangkang perintahi terpaksa aku bertindak menurut
aliran Bulim mencuci perguruan. He, h e, kau mau kemari
tidak?" Karena siang Ceng-hong masih selalu terkenang dan cinta
kepada Khing ciau, maka Kongsun Ki menjadi jelus cemburu
dan sakit hati, begitu melihat Khing ciau sengaja dia hendak
cari perkara dan menghinanya dihadapan umum.
sudah tentu Khing ciau tidak mandah dihina dan
dipermainkan,serunya:
"Mulut keparatmu itu tidak akan tumbuh gading, aku tidak
sudi, banyak bicara dengan tampangmu. suruhlah siang cenghong
keluar biar aku jelaskan sama dia, kalau tidak hayolah
kita tentukan kalah menang ditengah arena saja."
"Menghina guru mendurhakai Leluhur, tiada hukum tiada
yang kuasa, Baik, ka:au tidak diberi hajaran setimpal, kau
tidak tahu kelihayanku, Sa Yan-liu, ringkuslah bocah keparat
ini." demikian bentak Kong-sun Ki.
sebagai murni murtad siau-lim-pay, melihat susioknya Mitoh
Taysu hadir disana, Sa Yan-liu rada takut dan selama ini
sembunyi dibelakang rombongan, Kini dia harus mengeraskan
kepala tampil kedepan. Tapi begitu dia keluar Mi-toh Taysu
segera bersuara:
"Nanti dulu."
Berhadapan dengan Mi-toh Taysu, tak berani Sa Yan-liu
tidak berlaku hormat, segera dia membungkuk seraya
menyapa: "susiok ada pesan apa?"
Mi-toh Taysu menggeram seraya menegakkan alisnya yang
memutih panjang,
"Dalam matamu apa masih ada susiokmu ini" Hayo ikut aku
pulang." "ini, aku harus minta idzin dulu kepada Kongsun-pocu."
"Baik Kengsun Ki, apa komentarmu?"
"Surat Taysu sudah kubaca, Ada sebuah hal masih belum
kumengerti, mohon Taysu suka jelaskan, Mohon tanya
kedatangan Taysu untuk urusan murid kalian" Atau hendak
ikut bertanding?"
"Sa Yan-liu adalah murid kita, dia melanggar aliran dan
undang2 perguruan, ku harus menggusurnya pulang supaya
dijatuhi hukuman oleh Hong-tiang, siau- limpai tidak ingin
terlibat dalam pertikaian dalamBu-lim, namun siau- lim-si tidak
takut menghadapi urusan Kengsun pocu mau tampil bicara,
apakah LOlap harus turun gelanggang atau tidak tergantung
dari sikap Kengsun-pocu sendiri"


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mengerti akan maksud Taysu," ujar Kengsun Ki
tertawa tawar. "jadi soal perguruan kalian dan pertandingan disini
merupakan dua persoalan yang berlainan, kini Sa Yan liu
mendapat perintah untuk meringkus bocah she Khing, inilah
persoalan intern siang-kehipo, tiada sangkut pautnya dengan
Taysu. Bila urusan disini sudah selesai Kengsun Ki pasti
memberi jawaban langsung kepada Taysu, sukalah Taysu
bersabar sebentar"
"soal bertanding memang bukan urusanku, baiklah aku
nantikan jawaban Kengsun-pocu." sahut Mi-toh Taysu.
"Bagus, kalau begitu akupun ingin tanya supaya jelas," sela
Hong-lay-mo-li,
"Babak ini terhitung pertandingan atau pihak siang-kehipo
kalian mau main tangkap orang?"
"Siau-sumoay, apa2an maksudmu ini" Bertanding atau
menangkap orang, memangnya kau mau apa?"
"Bangsat, dengarkan. Kalau bertanding kedua pihak boleh
mengajukan jaga masing2 mana boleh main tuding dan
menantang,sesuka udelnya sendiri Kalau kau hendak tangkap
orang, kamipun hendak membekuk orang. Kalau Khing ciau
kau tuduh mengkhianati siang-keh-po, Sa Yan-liu adalah
murid murtad Siau-lim si, kalau kau hendak meringkus Khing
Ciau, kitapun bisa suruh orang membekuk Sa Yan-liu dan
diserahkan kepada Mi-toh Taysu."
soalnya Hong-lay-mo-li tahu Khing Ciau bukan tandingan
Sa Yan-liu, disaat dia mempertimbangkan, siapa kiranya yang
setimpal menjadi lawan Sa Yan-liu, tak tahunya Khing Ciau
yang keras kepala dan diburu nafsu amarah ini lantas tampil
ke depan, serunya:
"Peduli segala persoalan, yang terang aku orang she Khing
tidak sudi dipermainkan biarlah babak ini aku sendiri yng
menghadapi lawan."
Kongsun Ki gelak2, serunya:
"Bagus sekali, siau-sumoay apa pula kau bisa bilang?"
menurut aturan pertandingan bila kedua pihak setuju maju
ke arena, orang lain tidak boleh merintangi.
orang2 pihak Hong-lay-mo-li banyak yang tahu betapa
dahsyatpukulan Tay-lim-kim-kong ciang ajaran murni siaulim-
si, maka mereka menguatirkan keselamatan Khing ciau,
mau tidak mau mereka bersiap-siap turun tangan mana perlu.
Babak pertandingan kali ini jelas terlalu pincang akan
tingkat kepandaian kedua orang yang bergebraki namun
setelah gebrak dimulai, kenyataan sungguh jauh diluar dugaan
orang banyak. semula Sa Yan-liu tidak pandang sebelah mata kepada
Khing ciaujengeknya menyeringai dingin
"Anak bagus, besar juga nyalimu, hayo seranglah."
"Bukankah tugasmu menangkap aku" Kalau mampu maju
tangkaplah."
jawaban Khing ciau lebih tajam dari sindiran, maksudnya
supaya lawan turun tangan lebih dulu.
Memangnya Sa Yan-liu tidak sabar lagi, dia ingin
selekasnya mengakhiri tugasnya, tanpa banyak bicara jarinya
lantas mencengkram kebatok kepala Khing ciau, gerak
serangan mencengkram ini kelihatannya biasa saja, namun
sebenarnya gerakan yang mengandung banyak variasi tipu
tersembunyi merupakan ajaran Toa-kim-na-jiu dari si-au-lim-si
yang murni sulit bagi pihak yang diterjang untuk menangkis
atau melawan. Kalau batok kepala luput sasaran selanjutnya adalah leher
atau tulang pundaki umumnya kaum peralatan menggunakan
gerakan Hong-tiam-thau untuk melayani serangan
cengkraman seperti ini, tak nyana Khing ciau bukan saja tidak
berkelit, dia malah ajukan sebelah tangannya membundar.
"plak" tahu2 dia sampuk minggir cengkraman tangan Sa
Yan-liu. Cengkraman Sa Yan-liu mengandung tipu2 tersembunyi
yang banyak ragam variasinya, sebat sekali dia menggeser
miringkan badan, ganti dengan jurus Yu-Iiong-tam-jiau (naga
malu ulur cakar), kembali jari2nya mencengkram kedada
Khing ciau, Tapi Tay-yan-pat-sek Khing Ciau keburu
dilancarkan secara bergelombang dan sambung menyambung,
tampak dia melangkah maju setapaki kali ini kedua telapak
tangan terangkap dengan garakan gaya mata gambar
Thaykheki se-konyong2 membundar, dari diserang balas
menyerang, kalau Sa Yan-liu tidak lekas menarik tangannya,
sikutnya pasti akan terjojoh patah tulangnya, Dengan
mengeluarkan suara heran, Sa Yan-liu dipaksa mundur tiga
langkah. Khing Ciau membentak
"Kau tidak menangkap aku, biar aku yang tangkap kau
saja." dengan jurus Wan-kiong-sia-tiau (menarik busur memanah
rajawali) tangan kiri seperti busur sementara duajuri tangan
kanan terangkap menutuk maju.
Sa Yan-liu membentak:
"Bocah keparat biar kau tahu kelihayanku." dia gunakan
Kim-kong-ciang, dengan jurus Tok-pi-hoa-san (membelah
gunung Hoa-san), telapak tangan kanan menabok turun dari
atasi membawa deru angin kencang.
Tay-kim-na-jiu memang bukan keahlian Sa Yan-liu. dalam
gebrak permulaan tadi dia terlalupandang ringan Khing ciau,
maka dia hanya gunakan tiga empat bagian tenaganya
maksudnya hanya hendak menawan hidup2 tanpa melukainya,
Kini dia dipaksa menggunakan keahliannya, Tay- lim- kimkong-
ciang merupakan salah satu kepandaian sakti siau-lim-si
tenaganya dia kerahkan tingkat ke tujuh, perbawanya berlipat
lebih dahsyat dari serangan tadi.
Diam2 Hong lay-moli mengucurkan keringat dingin,
menguatirkan keselamatan Khing Ciau. Tak nyana dalam saat2
genting itu, tampak Khing Ciau tegak-kan kedua telapak
tangannya, kaki melangkah keposi-si Tiong kiong, telapak
tangan bergerak melintang berbareng menabas miring, yang
dia gunakan adalah jurus Lat-toh-jian-kin (menyanggah
tenaga ribuan kali) gerakan melintang tadi menyanggah sikut
lawan, sementara tabasan telapak tangan kanan menyerang
untuk lebih memantapkan serangannya. Maka terdengar
"Plaki" Tokipi- hoa-san yang dilancarkan Sa Yan-liu tahu2 kena
dipunahkan dengan gampang.
serangan Sa Yan-liu cukup deras dan hebat, namun cara
Khing Ciau memunahkanpun teramat indah dan menakjupkan,
kedua pihak sama2 tahu mengalah, sekaligus mengukur
kepandaian secara- keseluruhan badan Khing ciau tergeliat
lalu mundur dua langkah. namun tidak sampai jatuh.
Kelihatannya Khing Ciau masih sedikit asor, namun dia
mampu menahan pukulan Kim-kong-ciang sa Tan-liu, sungguh
amat di luar dugaan semua hadirin.
Bahwa Kim-na-jiu tak mampu menangkap Khing Ciau, kini
Kim-kong-ciang kebanggaannya tak mampu melukai Khing
ciau lagi, dari malu Yan-liu menjadi murka, disaat badan Khing
Ciau limbung, dia memburu maju serta lontarkan serangan
mematikan, Khing ciau kembangkan sip-hun-pou-hoat ajaran
keluarganya gerak-geriknya goyang gontai seperti
sempoyongan mirip benar laki2 mabuk.
Tabasan telapak tangan Sa Yan-liu secepat kilat itu hanya
menyerempet lewat di pinggir pundaknya. tetap tidak
melukainya. sebat sekali tahu2 Khing ciau bergerak dengan
naga melingkar menggeser langkahi dia membalik badan balas
menyerang. Telapak tangan kanan bergerak keluar memancing
perhatian Sa Yan-liu, berbareng ketelan tangan kiri membalik
dengan jurus Ling-yang-koa-kok (kambing gembel
menanggalkan tanduk) dia genjot sekerasnya ke muka Sa
Yan-liu. serangan Khing ciau ini terlalu berani, namun Sa Yanliu
dipaksa mundur tiga tindak baru mampu gerakan
pukulannya menangkis kepalan Khing Ciau.
Gebrakan ini berlangsung cepat dan lincah saling tubuik
dan berlompatan, kedua pihak serang menyerang serta
bertahan dengan kuat sejauh ini keadaan masih setanding
sama kuat belum ada yang dikalahkan.
Hong-lay-mo-li amat heran dan tidak habis mengerti dia
paling jelas akan perbandingan kekuatan kedua lawan yang
sedang berhantam ini. Tingkat kepandaian Kim-kong-ciang Sa
Yan-liu sudah mencapai kelas satu, Hong-laymo-li sendiri
belum yakin dapat mengalahkan orang.
sementara setengah bulan yang lalu Khing ciau paling
setanding melawan salah satu murid Kong-tong-ji-ki. Kini
melawan Sa Yan-liu yang tingkat kepandaiannya jauh lebih
unggul dari kedua murid Kong-tong-ji-ki dia bisa bertahan
sama kuat, sudah tentu dia merasa keheranan.
Mau tidak mau dia menduga2 bahwa keterlambatan Khing
ciau mungkin mengalami sesuatu pengalaman aneh yang
membawa berkah bagi dirinya, Apa yang diduga Hong-lay-moli
memang tidak keliru.
Khing Ciau memang mengalami kejadian aneh yang
membawa berkahi dia ketemu seorang tokoh aneh yang bantu
menembuskan Ki-king-pat-meh badannya sehingga
Iwekangnya bertambah maju lipat ganda.
Akan tetapi kecuali mendapat pengalaman aneh dalam
penambahan Iwekang, masih ada unsur lain yang
membuatnya kuat bertahan meski sebetulnya kedudukannya
sudah dibawah angin.
Unsur utama itu adalah karena beradanya Mi-toh Taysu
sebagai susiok Sa Yan-liu yang hendak menangkapnya dan
dibawa pulang ke siau- lim-si. Apakah Kongsun Ki mampu
melindungi dan membela dia masih merupakan tanda tanya.
Mau tidak mau hati Sa Yan-liu kurang tentram dan
perkelahiannya jadi kurang mantap. maka Khing Ciau kuat
bertahan dan setanding melawannya.
Bagaimana juga lambat laun Khing ciau terdesak dibawah
angin, Hong-lay-mo-li tetap kerkuatir akan keselamatannya.
Dalam pertempuran sengit itu, tiba2 Khing ciau lancarkan
jurus serangan yang berbahaya, entah lawan memang sengaja
memperlihatkan lobang kelemahan untuk menipu dirinya,
dengan jurus Yap-te to-thau (mencuri buah tho dari bawah
daun), dia mendesak maju terus memukul ketempat lobang
lawan. "Kena." sekonyong2 Sa Yan-liu membarengi bentakan
menggunting tahu2 telapak tangannya berubah miring terus
menabas turun kesamping, jurus serangannya ini dinamakan
Jan-liong-jiu (tangan menabas naga) merupakan salah satu
tipu terlihay dari Kim- kong- ciang. serang menyerang terjadi
dalam jarak dekat seperti orang bergumul layaknya, maka
kedua pihak takkan mungkin mengelakan diri dari serangan
telak masing2. Khing ciau menghardik:
"Biar aku adujiwa sama kau." dalam detik2 yang genting
itu, tiba2 dia merubah gerakannya, badannya bergelak doyong
miring berbareng lengannya melingkar sehingga sekujur
badannya melengkung, sementara kedua telapak tangannya
dia dorongkan lempang kedepan.
Bagi orang lain tidak tahu akan kelihayan dan letak inti sari
permainan Khing ciau yang lucu dan aneh ini, namun lain buat
Kengsun Ki, tak tertahan dia menjerit kaget, serta merta
badannya melenting seperti anak panah yang lepas dari
busurnya menubruk ketengah gelanggang.
Kiranya perubahan gerakan serangan Khing ciau ini
merupakan jurus serangan terlihay yang mematikan dari Tay
yan-pat-sek, sejurus serangan mengandung tiga gelombang
tenaga pukulan yang melandai ber-tubi2, khusus untuk
melukai Ki-king-pat-meh dibadan lawan.
serangan kedua pihak sama2 mematikan namun sekaligus
merupakan daya pertahanan yang kokoh kuat pula, kalau adu
kekerasan dan kekuatan ini benar2 terjadi, lengan Khing ciau
jelas bakal putus dara protol olehJan-liong-jiu, sebaliknya Sa
Yan-liupun akan terluka Ki-king-pat-mehnya, itu berarti diapun
akan menjadi cacat, paling bertahan hidup setengah tahun
dan akhirnya akan mati dengan mengenaskan.
Sa Yan-liu adalah pembantu Kongsun Ki yang diandalkan,
dibalik persekongkolan mereka masih terdapat ikatan rahasia
diantara mereka baru Kongsun Ki sudi melindungi dan
membela dirinya.
Tujuannya adalah hendak memukul dan menjatuhkan
pamor dan gengsi siau- lim-si melalui kelakuan Sa Yan-liu
yang rendah dan terima diperbudak sekaligus untuk mencapai
cita2 Kongsun Ki mengejar kedudukan tinggi sebagai Bulim
Bengcu seluruh jagat.
oleh karena itu pada detik2 yang menentukan ini terpaksa
Kongsun Ki bertindak untuk menolong jiwanya .
Di pihak lain, Hong-lay-mo-li sudah tentu tidak membiarkan
Khing ciau dilukai lawan sehingga protol lengannya, jalan
pikirannya selaras dengan maksud hati siau-go-kian-kun,
tanpa berjanji keduanya bergerak bersama menubruk maju
berusaha menolong Khing ciau.
Tiga tokoh kosen serempak turun gelanggang, gerakan
mereka sama cepat dan tangkas, sedetik sebelum Sa Yan-liu
dan Khing ciau bentrok secara telaki "Plak-plok", ditengah
berkelebatnya bayangan orang diselingi deru angin pukulan
dan samberan telapak tangan tahu2 sa dan Khing sama2
terpental mundur terpisah, badan Sa Yan-liu menyurut
mundur disamping beberapa langkah, dua lingkar dia berputar
baru tersungkur jatuhi demikian pula Khing ciau terloIak
miring beberapa langkah dan berputar tiga lingkar, sama2
jatuh terduduk pula, sementara Hoa Kok-ham bersama Honglay-
mo-li tengah berhantam melawan Kongsun Ki ditengah
gelanggang. Kedua pihak datang menolong bersama, disamping
menolong teman sekaligus menyerang musuhi Iwekang Sa
Yan-liu lebih tinggi, maka dia hanya berputar dua kali. Tapi
keduanya jatuh bersama, maka tiada sepihak yang terhitung
menang dan kalah.
Ter-sipu2 Cin Long-giok memburu maju memapah Khing
ciau kembali ke-dalam rombongan, pihak lain Hwi-liong-tocu
melompat keluar menolong Sa Yan-liu.
Begitu sebelah tangan mendorong Sa Yan-liu, tangan
Kengsun Ki yang lain sekaligus memukul ke arah Hong-laymo-
li. Lekas siau-go-kian-kun tudingkan kipas lempitnya
menutuk Lau-kiong-hiat kelima jari Kengsun Ki mencengkram
kipas terus ditarik "blang" telapak tangan yang lain beradu
pukulan dengan Hong-lay-mo-li. Karena enam bagian


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tenaganya harus dia gunakan untuk menghadapi siau-go-kiankun,
maka adu pukulan melawan Hong-lay-mo-li terhitung
sama kuat, Hong- lay- mo li ters urung mundur tiga langkah,
sementara Kengsun Ki limbung, terpaksa kelima jarinya dia
lepaskan. Betapa gesit dan tangkas gerakan siau-go-kian-kun, begitu
kipasnya terlepas serentak dia lancarkan serangan telapak
tangan diselingi tutukan kipas, tangan memukul dada
sementara kipan menutuk Hiat-to mematikan.
Belum lagi badan Kengsun Ki berdiri tegaki rplaki jarinya
menjentik kipas siau-go-kian-kun. Berbareng dia memutar
tungkak kakinya berputar setengah lingkar, sekaligus telapak
tangan kiri menepuki kembali dia punahkan Toa-in-jiu
serangan siau-go-kian-kun yang menyerang dadanya.
Bahwa Kengsun Ki mamcu menghadapi rangsakan
gabungan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun, semua hadirin
jadi kaget dan merinding takjub, namun mereka bertiga yang
berhantampun kaget dan kagum pula.
Kongsun Ki rasakan tangannya tergetar kemeng, setelah
dia kerahkan hawa murni berputar tiga kali baru urat nadinya
bisa bekerja normal, Namun siau-gokian-kun dan Hong-laymo-
lipun rasakan dada sakit napas sesak setelah hawa murni
berputar tiga kali baru merekapun merasa segar kembali.
Mi-toh Taysu lantas melangkah maju ke tengah
gelanggang, katanya kalem:
"Hoa Tayhiap. Liu-beng-cu, bagaimana kalau Lolap dulu
yang membereskan persoalan dengan Kongsun-sicu"
Kongsun-sicu Lolap menunggu jawabanmu."
"sa Yan liu memang murid siau-lim-si, tapi sekarang dia
sudah menjadi anggota siang- kch-po. untuk menyelesaikan
persoalan ini, perlu aku tanya dulu satu hal kepada Taysu,
Tadi Taysu bilang hendak mencuci bersih nama baik
perguruan entah pelanggaran apa yang pernah dilakukan Sa
Yan-liu?" kedengarannya pertanyaan Kongsun Ki sopan dan
merendah, namun nadanya teramat angkuh dan menghina.
Bertaut alis Mi-toh Taysu yang ubanan, katanya tajam.
"soal aturan dan undang2 siau-lim-si orang luar tidak perlu
turun campur. Sa Yan-liu, keluarlah kau."
diperintah oleh bentakan susioknya, tidak berani tidak Sa
Yan-liu tampil kemuka. Bentak Mi-toh Taysu:
"3 pantangan besar perguruan kita apa masih kau ingat?"
Sa Yan-liu menunduk dan bimbang tidak berani menjawab.
"sebetulnya masih ingat tidak kau?" bentak Mi-toh
Taysupula. "sa-heng" ujar Kongsun Ki tertawa,
"jawablah pertanyaan susiokmu."
Karena dorongan dan mendapat dukungan Kongsun Ki,
terpaksa saya n liu keraskan kepala, katanya:
"Pantangan besar sudah tentu Tecu tidak lupa, Pertama
dilarang menghina guru mendurhakai leluhur, kedua dilarang
menjabat pangkat bagi Tatcu, ketiga dilarang membunuh
terutama bagi orang yang tidak berdosa."
"Tak kira kau masih ingat begitu baiki lalu kau
melanggarnya tidak?" jengek Mi-toh Taysu.
"Tecu hanya mendapat undangan Baginda berkumpul
saling ukur kepandaian dengan tokoh2 silat negeri Kim,
setelah mendapat anugerah sekedarnya terus kembali ke
siang-keh-po, bahwasanya aku tidak menjabat sesuatu
pangkat apapun, soal pantangan pertama dan ketiga,
hakikatnya Tecu tidak melanggarnya, tujuan Tecu hadir dalam
perjamuan Baginda adalah untuk mengembang luaskan ajaran
silat perguruan kita, harap susiok suka periksa dan maklum
adanya." (Bersambung ke Bagian 52)
Bagian 52 Mi-toh Taysu gusar, katanya:
"Berani kau bilang tidak melanggar ketiga larangan
sekaligus kau langgar. Kau diangkat sebagai pengawal istana
negeri Kim, memangnya kau kira LOlap tidak tahu" Karena
mendapat perintah kau berada di Siang- keh-po untuk
membantu kejahatan Kongsun Ki, hal ini LOlappun sudah
tahu, Orang macam apa Kongsun Ki" Ketahuilah dia adalah
babah mantu raja negeri Kim, kau terima diperbudak olehnya
itu berarti kau bekerja demi kepentingan raja Tatcu, apa pula
yang bisa kau katakan?"
Mi-toh Taysu memaki lebih lanjut:
"Setelah melanggar pantangan, kau anggap orang bisa
melindungimu, lalu mengelabui angkatan tua dengan obrolan
manismu itu berarti kau melanggar pantangan pertama.
Setelah kau terima diperbudak dan menjadi alat pembunuh,
masakah mungkin tidak membunuh bangsa Han kita yang
tidak berdosa" Tiga pantangan kau langgar sekaligus, hayo
lekas ikut aku pulang untuk terima hukuman?"
"Mi-toh Taysu." tiba2 Kongsun Ki menyela,
"omonganmu kurasa tidak benar, Sa Yan-liu bekerja demi
kepentingan siang-keh-po, adalah jamak kalau aku
membelanya, Entah sudikah Taysu mendengar penjelasanku?"
Mi-toh Taysu mendengus katanya:
"Persoalan sudah kujelaskan, pendek kata murid murtad
Siau-limsi kita harus kuringkus pulang dan diserahkan kepada
Hongtiang Suheng."
"Sa Yan-liu adalah warga dari Siang- keh-po, sebagai
majikan, tak bisa aku menyerahkan dia kepada orang luar."
jawaban Kongsun Ki-pun teramat ketus.
Berdiri alis Mi-toh Taysu, serunya lantang:
"Baik, terpaksa aku menuntut orangku kepada Kong-sun
sicu saja."
"Baik," sahut Kongsun Ki.
"llmu silat siau-lim-si menjagoi dunia, aku yang rendah
ingin gunakan kesempatan ini mohon petunjuk beberapa jurus
kepada padri kosen dari siau-lim, setelah Taysu dapat
mengalahkan Cayhe, boleh silakan bawa pergi murid
perguruanmu" "
Urusan menjadi kaku dan tak bisa diselesaikan tanpa
bertanding kepandaian, seluruh hadirin menjadi tegang dan
berdetak keras jantungnya, menahan napas lagi, ingin mereka
menyaksikan padri kosen siau- lim-si ini cara bagaimana
mengadu kekuatan dengan gembong iblis macam Kongsun Ki.
Menjaga gengsi sebagai padri agung siau- lim-si, Mi-toh
Taysu berkata: "siau-lim-si menyadarkan orang dengan ajaran Budha,
bukan menundukan orang dengan kekerasan. Tapi sicu ingin
menyelesaikan persoalan ini dengan kepandaian silat terpaksa
Lolap mengiringi saja, silakan sicu sebutkan cara
pertandingan."
"Kepandaian Taysu tinggi dan hebat, banyak orang
mengetahui Untuk bertanding kita tidak bisa meniru cara
kaum kroco adu jotos, maka untuk kali ini boleh kita adakan
dua kali pertandingan secara halus dan main kekerasan. Untuk
adu halus boleh silakan Taysu memilih sendiri caranya, pendek
kata masing2 harus keluarkan keahliannya sendiri2."
"Baik aku mulai lebih dulu." ujar Mi-toh Taysu, kebetulan
dia menghadap kearah dinding batu gunung, pelan2 dia
tanggaikan untaian tasbihnya sembari berkata:
"Lolap hanya tahu membaca mantra , biar dengan untaian
tasbih ini kutunjukan kebodohanku kepada para Enghiong."
Tampak begitu Mi-toh Taysu ayun tangannya serenteng
tasbih itu melekat terbang berhamburan seperti hujan
kembang memenuhi udara, didalam sekejap mata 108 biji
tasbih semuanya melesak amblas di- dinding batu gunung
yang halus mengkilap itu, dengan rapi dan indah menata
empat huruf yang berbunyi " Kembalilah ketepian",
Tasbih bukan benda empuk namun bukan senjata rahasia
yang keras, kalau orang biasa membanting biji tasbih kertas
batu, tasbih itu pasti hancur, Tapi 108 biji tasbih timpukan Mitoh
Tay-su tiada satupun yang pecah, untaian semuanya
melesak dalam dan merata berbaris menjadi empat huruf yang
menyolok pandangan.
Betapa kuat dan hebat Lwekang Mi-toh Taysu, sungguh
amat mengejutkan semua hadirin, Huruf2 itu sekaligus
mengandung arti untuk menyadarkan kesesatan Kongsun Ki.
Kongsun Ki mandah tertawa lebar, katanya:
"llmu silat siaulim-si memang tidak bernama kosong, Biar
kupinjam biji2 tasbih Lo-siansu untuk ber-main2 didepan
seoiang ahli."
Kongsun Ki berdiri tegak tiga tombak didepan dinding
pelan2 kedua tangannya me-raup2 ditengah udara, katanya:
"Aku main2 didepan ahli, juga meminjam kembang
dipersembahkan kepada Budha, harap Lo-siansu suka
menerima."
terdengar suara angin men-deru2, 108 biji tasbih yang
terporot didinding batu gunung itu satu persatu mencelat
terbang berjatuhan di-telapak tangan Kongsun Ki.
sembari tangkap terus dilemparkan pula oleh Kongsun Ki,
sehingga b iji2 tasbih itu beterbangan rapi seperti berbaris
juga dengan menciptakan huruf2 yang berbunyi
"aku suka aku bertindak."
Timpukan tasbih Mi-toh Taysu kedinding batu sudah amat
mengejutkan kini dengan hanya meraup ditengah udara dari
kejauhan Kongsun Ki mampu menyedot keluar biji2 tasbih itu
tanpa kurang suatu apapun betapa sulit dan tinggi kepandaian
ini, terang tidak asor dari tingkat kepandaian Mi-toh Taysu.
Walau para Hohan sama memandang rendah martabat dan
sepak terjangnya, namun tak urung mereka bertepuk sorak
memuji juga melihat kehebatan kepandaiannya ini.
Waktu menerima balik rentengan tasbihnya, tak urung Mitoh
Taysu merasa kaget, Maklumlah setiap biji tasbihnya itu
semula kemilau putih seperti terbuat dari batu jade, namun
kini sinarnya guram permukaannya menjadi hitam kelabu, itu
pertanda disaat Kongsun Ki menangkis biji2 tasbih ini
sekaligus dia kerahkan kekuatan pukulan beracunnya.
Kejadian seperti permainan sulap ini berlangsung cepat
sekali, sudah tentu orang lain belum tahu bahwa biji2 tasbih
itu sudah berubah, kecuali siau-go-kian-kun, Hong-lay-mo-li,
Bu su-tun, Tang- hay- liong dan say-ci-hong saja yang ikut
terkejut. Mi-toh Taysu bersabda Budha, lalu berkata:
"Agak-nya Kongsun sicu tidak sudi mendengar nasehat
Lolap. terpaksa Lolap lanjutkan pada babak selanjutnya. Cara
apa pula yang harus digunakan silakan Kongsun sicu
sebutkan."
"Untuk babak kedua ini, maaf bila aku yang rendah sedikit
takabur, tetap aku akan bertingkah di hadapan ahli, Taysu
adalah padri agung, duduk samadi adalah keahlian Taysu
sehari2, maka kini aku mohon petunjuk kepandaian didalam
samadi ini."
Hadirin melengak heran, entah cara bagaimana bertanding
dengan samadi yang dimaksudkan" Tengah hadirin celingukan
saling pandang dengan keheranan, Kongsun Ki sudah
menggali sebuah bundaran dengan ujung kakinya, katanya:
"Kita sama2 duduk samadi didalam lingkaran ini, ingin aku
mohon petunjuk akan Lwekang sakti Taysu yang tiada
taranya, siapa yang keluar dari lingkaran ini dianggap kalah,
pertanding dengan cara ini entah Taysu sudi menerimanya?"
Baru sekarang hadirin tahu duduk samadi yang dimaksud
Kongsun Ki adalah mengadu Lwekang di dalam lingkaran
dengan cara mengerahkan pukulan, hakikatnya tiada peluang
untuk berkelit atau main petak.
Maka Mi-toh Taytsu harus menghadapi pukulan beracun
Kongsun Ki secara kekerasan, sudah tentu Mi-toh Taysu
akhirnya pasti menderita rugi.
Namun sebelumnya sudah keluarkan omongan apapun
yang digunakan cara Kongsun Ki dia harus konsekwen.
Dengan menegakkan alis Mi-toh Taysu berkata:
"Apapun yang dikehendaki sicu, Lolap tetap akan
mengiringi saja. silakan."
Kedua orang melangkah bersama duduk bersila didalam
lingkaran. Tanpa bicara lagi telapak tangan dari Kongsun Ki
lantas terangkat, dengan serangan Toa-jiu-in dia menepuk
kedada Mi-toh Taysu.
Tingkat Mi-toh Taysu sejajar dengan ayah Kongsun Ki,
adalah pantas kalau dia menyerang lebih dulu, namun
biasanya untuk menghormati orang yang lebih tua, serangan
jurus pertama ini hanya gerakan memancing saja. Tapi
Kongsun Ki langsung menyerang dada, itu menandakan dia
memandang rendah kepada lawan yang tingkatannya lebih
tinggi. Tujuan Kongsun Ki hendak membangkitkan amarah Mi-Ioh
Taysu, supaya dia dapat memungut keuntungan, untung
sebagai padri agung yang sudah mempunyai landasan latihan
berpuluh tahun, sedikitpun Mi-toh Taysu tidak terpengaruh
oleh kekurang ajaran orang, dengan tenang dan mantap dia
angkat telapak tangannya menyambut pukulan lawan.
Begitu telapak tangan bentroki seketika Mi-toh Tay-su
rasakan telapak tangannya seperti di bakar, segulung hawa
panas hampir saja merembes masuk lewat Lau-kiong-hiat
ditelapak tangannya.
Lekas dia kerahkan hawa murninya, seluruh tenaga dia
pusatkan ditelapak tangannya. seketika Kong sun Ki rasakan
adanya sebuah kekuatan dahsyat yang terpendam
membendung dan melandai ketelapak tangannya, sehingga
kontan pukulan tertolak balik. Mau tidak mau bercekat hati
Kongsun Ki oleh kehebatan Kim-kong-ciang lawan,
Belum Iagi Kongsun Ki tarik tangan kanan, telapak tangan
kiri sudah bergeraki Telapak tangan kanan bewarna merah
darah, sebaliknya telapak tangan kiri berwarna hitam legam,
berbau amis memuakkan, kembali Mi-toh sambut pukulan
tangan orang, Kali ini dia rasakan telapak tangannya dingin
seperti membentur dinding es yang membekukan darah,
untung Mi-toh Taysu membekal Tong- cu- kang selama
puluhan tahun. Kim-kong-ciang merupakan Lwekang murni yang negatif
pula, namun setelah memunahkan pukulan Kongsun Ki, terasa
juga badannya sedikit dingin.
Ternyata telapak tangan kanan Kongsun Ki mengerahkan
Hoa-hiat-to sementara tangan kiri menggunakan Hu-kut-ciang,
Hoa-hiat-to dapat bikin darah lawan keracunan, sebaliknya
Hu-kut-ciang bisa bikin daging tulang lawan membusuk. lebih
hebat lagi sifat kedua pukulan ini berlawanan satu panas yang


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain dingin, keduanya bisa dikerahkan bersama, sungguh
perbawanya hebat luar biasa.
Maka terdengarlah beruntun suara ledakan keras dari
benturan pukulan tangan kedua tokoh kosen yang tengah adu
kekuatan ini. Dari kanan kiri beruntun Konglsun Ki merangsak
tiga kali pukulan, dengan Kim- kong-ciang- Lat satu persatu
Mi-toh Taysu patahkan serangan orang.
Tiba2 kedua telapak tangan Kongsun Ki menekan turun
bersama, seketika timbul suatu tenaga hebat seperti
permainan tenaga gaib saja, sehingga kedua telapak tangan
Mi-toh Tayause-akan tersedot lengket. Tiga gelombang tenaga
pukulan laksana gugur gunung, gelombang yang satu lebih
dahsyat dari yang lain.
Perlu diketahui bahwa pukulan Kongsun Ki dinamakan
Liong-bun-sam-koh-long (tiga gelombang di-pintu naga)
belum lagi kekuatan gelombang pertama lenyap. gelombang
kedua sudah melandai tiba demikian pula gelombang ketiga
sudah memberondong pula, dahsyatnya tiada taranya.
Kim-kong-ciang siau- lim-si merupakan pukulan keras
terdahsyat diseluruh kolong langit, namun demikian tak urung
Mi-toh Taysu merasa berat dan kewalahan juga menghadapi
tiga gelombang pukulan Kongsun Ki, paling dia hanya mampu
bertahan dengan mantap. tak mampu balas menyerang.
Tapi dia tetap berduduk kokoh tanpa bergeming, tapi jubah
pendetanya melembung seperti layar tertiup angin kencang,
jelas bahwa dia sudah kerahkan seluruh kekuatan tenaga
murninya, Tak sedikit hadirin yang kaget karena tahu bahwa
Mi-toh Taysu sudah mulai kepayahan.
Kalau orang2 gagah sama kuatir akan keadaan Mi-toh
Taysu, sebetulnya Kongsun Ki sendiripun amat kaget.
Maklumlah kedua ilmu beracun yang dia yakinkan
mengutamakan keganasan untuk mengalahkan lawan, jikalau
tiga kali menyerang secara kekerasan gagal, dia sendiri bakal
mengalami kekalahan total yang fatal.
Memang Kim-kong-ciang tidak seganas pukulan Kongsun
Ki, namun jauh lebih murni dan kokoh. Terpaksa Kongsun Ki
harus mengandalkan kekuatan pukulan beracun untuk melukai
musuh. Kejap lain uap putih mulai mengepul dari kepala Mi-toh
Taysu, makin lama makin tebal, lekas sekali seluruh lingkaran
bundar itu sudah diliputi uap putih seperti kabut tebal. Kiranya
dengan ilmu Lwekang tingkat tinggi, Mi-toh Taysu desak
keluar hawa beracun yang meresap kedalam badannya
menguap keluar menjadi kabut.
Namun demikian, dia tetap merasakan dadanya sesak dan
mual, kalau sedikit lena kerahkan hawa murni, terang dia tidak
akan kuat bertahan.
Para penonton yang dekat be-ramai2 menyurut mundur,
Kiranya mereka yang berkepandaian Lwekang rendah secara
langsung mencium bau amis segera rasakan kepala pening,
demi keselamatan terpaksa mereka menjauhi gelanggang
untuk menghirup hawa segar.
Tengah semua hadirin menonton dengan hati ber-debar2,
tiba2 tampak darah meleleh dari ujung mulut Kongsun Ki.
Merah darah begitu menyolok walau seluruh gelanggang
diliputi kabut tebal, Banyak orang kira Kongsun Ki sudah mulai
menunjukan kelemahan serempak banyak yang bersorak
girang, Namun cepat sekali Mi-toh Taysujuga melelehkan
darah dari ujung mulutnya, badan malah bergetar keras,
Kiranya karena ingin selekasnya memburu kemenangan
Kongsun Ki nekad mengerahkan ilmu Thian-mo-kay-de hi tayhoat
dari aliran sesat yang paling aneh, biasanya orang yang
menggunakan ilmu ini berarti merusak badan sendiri, karena
Lwekang sendiri seketika akan bertambah lipat ganda, tapi
kekuatan ilmu ini menguras hawa murni sendiri, kalau kurang
kebetulan bukan mustahil badan sendiri akan terluka dan
cacad seumur hidup,
Lwekang Kongsun Ki sebetulnya masih sedikit asor
dibanding Mi-toh Taysu, namun dengan mengerahkan kedua
ilmu beracunnya dia sudah sedikit unggul, kini dia kerahkan
Thian-mo-kay-dehitay-hoat lagi, Lwekangnya maju cepat,
sudah tentu Mi-toh Taysu tidak kuat lagi. maka darah meleleh
juga dari ujung mulutnya.
Namun kalau darah yang meleleh dimulut Kongsun Ki
lantaran dia gigit pecah lidahnya membangkitkan kekuatan,
sebaliknya Mi-toh Taysu karena terluka dalam.
sudah tentu Busu-tun, siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li
serta lain2 merasa gugup dan kuatir. mereka sudah tahu
bahwa Mi-toh sudah terluka dalam, Namun mengingat orang
adalah Bulim cianpwe padri agung siau- lim-si puncak
persilatan masa kini, tak berani mereka maju membantu,
kecuali Mi-toh Taysu mau mengaku kalah dan keluar dari
lingkaran. Deugan bisik2 Hong-y-mo-li berkata:
"Mi-toh Tay-su tidak mau keluar lingkaran, mungkin
jiwanya bisa terancam, bagaimana baiknya, Terpaksa kita..."
Belum habis dia bicara, tiba2 dilihatnya Kongsun Ki menarik
kedua tangannya mendadak dia melompat berdiri terus
melangkah keluar lingkaran, katanya dingini
"Tak usah dilanjutkan siapa kuat mana lemahi tentu kau
tahu sendiri"
Disaat2 kemenangan diambang pintu mendadak Kongsun
Ki menghentikan pertempuran sudah tentu semua hadirin
merasa heran dan tidak mengerti, lapat2 siau-go-kian-kun dan
Hong-lay-mo-li merasakan adanya gejala2 ganjil, namun
dimana letak keganjilan ini mereka tak kuasa menerangkan.
Tapi sudah jelas karena Kongsun Ki keluar dari lingkaran,
berarti dia kalah, Lebih mengherankan lagi bukan saja
Kongsun Ki mengaku kalah sendiri, tiba2 dia putar badan terus
kembangkan Ginkang berlari pergi, naga2nya dia ke-susu
pulang ke siang- keh-po. Dari mukanya yang kelihatan gusar
dan gerak geriknya yang ter-gesa2 se-olah2 hendak membuat
perhitungan dengan seseorang.
Melihat Kongsun Ki lari sebagai congkoan siang- keh-po
lekas Cong Cay-tay memapak maju, serunya:
"Pocu, kau belum kalah, kenapa..."
"Hadapilah musuh dengan seluruh kekuatan tak usah kau
campur urusanku." bentak Kongsun Ki dengan gusar, sekali
ayun dia dorong Hwi-liong-tocu terus berlari kencang menuju
ke siang- keh-po. Tokoh2 silat yang hadir sama mengawasi
tingkah Kongsun Ki, melihat orang berlari kencang bagai
terbang, kelihatannya tidak terluka dalam sedikitpun.
setelah Kongsun Ki mundur badan Mi-toh Taysu yang
duduk bersila itu tiba2 mencelat mumbul, seperti bola saja dia
menggelundung keluar dari lingkaran. Kiranya sebelum berlalu
Kongsun Ki lontarkan sejurus cukulan ganas yang
mengandung tiga gelombang kekuatan, Mi-toh Taysu sudah
terluka terkuras tenaga dan Iunglai lagi, dua gelombang yang
terdahulu masih kuat dia tahan, namun gelombang terakhir
tak kuasa ditahan, sehingga dia mencelat keluar lingkaran.
Keruan Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun amat kaget,
tersipu2 mereka memburu maju menolong tanpa hiraukan
Kongsun Ki yang melarikan diri.
setelah menarik napas Mi-toh Taygu membuka mata
katanya dengan suara serak bergetar:
"Apa yang dikatakan Kongsun Ki memang tidak salahi Lolap
memang tidak kuat menghadapi kedua ilmu beracun yang dia
yakinkan, Tapi kini tibalah saatnya yang terBaik, lekas kalian
kejar dia ke siang- keh-po, lenyapkan gembong iblis ini dari
dunia ini."
"Keparat itu sudah terluka oleh Taysu, terlambat sedikit
kukira tidak jadi soal." sahut siau-go-kian-kun.
Mi-toh Taysu geleng2, katanya:
" Lekas pergi. Kesempatan baik ini jangan di sia2kan, kalau
tidak takkan ada orang yang bisa menundukan dia. Keparat itu
bukan terluka olehku."
Jawaban Mi-toh Taysu amat diluar dugaan Hoa Kok-ham
dan LiuJing-yau, tanya Siau-go-kian-kun keheranan
"Keparat itu tidak terluka, kenapa pula kini merupakan
kesempatan baik untuk melenyapkan dia?"
"Lolap hanya bisa merasakan dan tidak bisa menjelaskan
seluk beluknya, namun dari pukulan terakhir yang dia
lontarkan terasakan bahwa dia mulai menunjukkan tanda2
mau jau-hwe-jip-mo. Ajaran Lwekang keluarga siang amat
aneh, kalau tidak lekas kalian melihat dia, kalau mendapat
kesempatan kerahkan Lwekang untuk bertahan dan
mengembalikan kesesatan darahnya, bahaya Jay-hwe-jip-mo
itu akan dapat segera dia atasi."
sampai disini tiba2 napasnya membuat serta mendesak
dengan gugup gelisah:
" Lekas, lekas, jiwa LoLap takkan bisa dipertahankan lagi."
tahu2 matanya terpejam dan mangkatlah jiwanya.
Hoa Kok-yam berdiri, katanya:
"Adik Yau, jangan kita sia2kan pesan Mi-toh Taysu, lekas
kita susul keparat itu."
Hong-lay-mo-li mengiakan, baru saja dia melangkah tiba2
ingat sesuatu, lekas dia rogoh surat siang ceng-hong terus
diangsurkan kepada Khing ciau, katanya:
"Adik Ciau surat ini untukmu."
dalam waktu mendesak dan ter-gesa2 tak sempat dia
memberi penjelasan siapa penulis surat itu.
Karena Kongsun Ki pergi, pihak siau-keh-po menjadi tanpa
pimpinan, sebagai Cong-koan terpaksa Cong-cau-tay memikul
tugas berat memimpin anak buahnya mewakili Kongsun Ki.
segera dia membujuk dan menenangkan anak buahnya:
"Pocu kita memiliki kepandaian sakti mandra-guna yang
tiada tandingannya, Mi-toh Taysupun ajal ditangan beliau, apa
lagi orang lain, pocu hanya pergi sebentar untuk
menyelesaikan sedikit persoalan pribadinya, kalian jangan
ribut dan gelisah."
memang sebagian orang dapat dibikin tenang perasaannya,
namun sebagia besar sama melihat gelagat, begitu situasi
tidak menguntungkan mereka siap angkat langkah seribu.
Bu su-tun angkat kedua tinjunya seraya berseru:
"Hayo kita serbu ke siang- keh-po," be-ramai2 semua
orang2 gagah berlomba menyerbu, maka terjadilah
pertempuran secara terbuka dengan acak2an. Gembong2
penjahat pengikut Kongsun Ki banyak yang mengundurkan diri
sebelum bentrokan terjadi, namun ada sebagian yang hendak
mengadu untung menuruti nasehat Hoei-liong-tocu melawan
mati2an. Waktu itu Khing ciau sudah selesai bersemadi memulihkan
semangat dan tenaganya Cin Long- giok selalu
mendampinginya demikian pula san san dan Liok Bian berjaga
disekitarnya. Begitu Khing ciau berdiri cin Long-giok lantas serahkan
surat yang dia terima dari Hong-Iay-mo-li. Begitu membuka
sampul surat dan membaca isinya seketika Khing ciau
terbelalak kaget
"surat dari siapa?" tanya Cin Long-gloki
"surat dari Ceng-hong, nah coba kau baca." ujar Khing
ciau, Tarnyata dalam surat siaiig Ceng-hong minta kepada Khing
ciau begitu menerima surat ini diharap segera menemui dia,
dikatakan ada sebuah urusan pribadi hendak pesan dan
mohon pertolongan Khing ciau untuk membantunya, nada
surat inise-olah2 hendak ambil berpisah untuk se-lama2nya.
Didalam surat ada dibubuhi keterangan peta akan letak
gedung dimana dia tinggal. Pada akhir surat ditulis pula
ucapan selamanya kepada Khing ciau dan Cin Longgiok
didoakan semoga mereka hidup bahagia sampai dihari tua.
setelah melempit surat itu lekas Cin Long-giok serahkan
kembali kepada Khing ciau, katanya:
"Kenapa tidak lekas kau kesana menengoknya?"
"Ya, marilah kita pergi bersama," ujar Khing ciau, bersama
Cin Long-gioki dan LiokBian bergegas mereka menuju ke
siang- keh-po. Waktu itu pertempuran acak2an berlangsung gegap
gumpita, Tang-hay-liong berdampingan dengan say ci-hong,
menyerbu kedalam rombongan musuhi Tang- hay- liong
gelak2, serunya:
"Bong-heng, Lau-heng, sebagai Kong-tong cianpwe, kenapa
kalian sudi membantu kejahatan" Kalau kau tetap membela
kepentingan Kongsun Ki terpaksa kita harus bergebrak pula
dimedan laga."
sepak terjang Kong-tong-ji-ki memang suka membawa
adatnya sendiri tanpa membedakan salah atau benar, namun
sejak adu kekuatan dan seri dengan kedua musuhnya ini, hati
mereka sudah tunduk lahir batin karena sikap luhur dan bajik
orang, kini melihat Kongsun Ki tinggal pergi disaat kritis,
mereka insaf gakkan kuat bertahan membela kesalahan, maka
Bong Thian-bi segera menjura, katanya:
"Tang-wan siansing terima kasih akan pujianmu, terima
kasih akan petunjukmu pula, Baiklah, hitung2 aku beruntung
berkenalan dengan kalian. sekarang biar kami mohon diri
saja." agaknya mereka sudah termakan oleh nasehat Tang- hayliong.
Digelanggang lain Busu-tun berpasangan dengan Hun Jiyan
tengah menerjang ke barisan musuh pula, Ma Toa-ha dan
siangkoan Pocu segera maju menghadapi mereka, Walau
siangkoan Pocu memiliki Ginkang tinggi, namun pukulan Bu
Su-tun bukan olah2 dahsyat-nya, tetap mereka terdesak
dibawah angin. sampai detik terakhir Busu-tun masih berusaha menasehati
Ma Toa-ha: "Ma Toa-ha, baiklah kutegaskan sekali lagi, kematian
ayahmu adalah setimpal dengan kesalahannya, jangan kau
menyalahkan aku. Kuharapkan bisa melihat gelagat jangan
berkukuh akan pendirianmu yang sesat itu. Kalau tidak akan
tidak akan sungkan kepadamu lagi."
"sakit hati orang tua sedalam lautan, aku tetap menuntut
balas," seru Ma Toa-ha dengan suara kereng dan berat
Bu su-tun menggerung, serunya:
"Baik, boleh kau tuntut kepadaku." sekali dia lontarkan
pukulannya, kekuatan angin pukulannya melandai bagai
gelombang lautan, Ma Toa-ha tidak kuat melawan, kontan dia
terg entak mundur tujuh tindak "Huuaah". darah segar
menyembur dari mulutnya.
Dari tengah rombongan musuh serempak menerjang keluar
dua orang, yang satu membentak:


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku memang ingin menjajal Kim-kong-ciang dari
Kaypang," yang lain berseru:
"Jangan melukai suteku"
Kedua orang ini adalah sa Yan-liu, murid murtad siau-lim-si
dan yang lain adalah Ko ln-hwi, murid tertua dari Ciang-bun
Ling-san-pay. "Blang" sa Yan-liu yang tiba lebih dulu mengadu pukulan
dengan Bu su-tun. Begitu sa Yan-liu tertolak pergi, sepasang
potlot Ko In-hwi tahu2 sudah menutuk tiba. Hebat memang
kepandaian Bu su-tun, belum lagi dia berdiri tegaki tanpa
berpaling lagi tahu2 jarinya menyentik terbaliki "Tring" dengan
tepat dia selentik pergi sebatang potlot Ko In-hwi.
Dengan jurus Tay-bokihu-wan Hun-Ji-yan gerakan
pedangnya menangkis potlot Ko In-hwi yang mengincar siauyau-
hiat Bu su-tun.
Kebetulan Bun Yat-hoan muncul dari arah lain, serunya
gelak2: "Ternyata kau juga bisa menggunakan potlot, bagus,
marilah kita lanjutkan pertandingan tadi."
Keahlian Ko In-hwi sebetulnya menggunakan cambuk
panjang, tadi waktu bertanding di Bwe hoa-cun cambuknya
sudah dirusak oleh Bun Yat-hoan, maka terpakai dia memakai
gaman potlot, sudah tentu didalam permainan potlot dia lebih
bukan tandingan Bun Yat-hoan yang lebih ahli lagi.
Cepat sekali kedatangan Bun Yat-hoan, namun Ko In-hwi
menyingkir lebih dulu, terdengar dia berseru lantang:
"Seorang Kuncu menuntut balas 10 tahun belum terlambat.
sute, sumoay marilah pulang."
pada akhir kata2nya, dia sudah lari sejauh setengah li.
sudah tentu Ma Toa-ha dan siang-koan Pocu tidak berani
bertahan lama2, ter-sipu2 mereka angkat langkah menelat
perbuatan suhengnya.
Karena adu pukulan dengan Bu Su-tun, Sa Yan-liu tergetar
mundur tiga langkahi dada sesak telapak tangan kemeng,
keruan merinding dan dingin bulu kuduknya, Insaf bahwa
kepandaian sendiri belum sempurna, maka dia bertekad untuk
mengasingkan diri melatih kepandaian lebih tinggi, bila sudah
matang betuI2 baru akan keluar kandang pula. Karena itu,
diapun putar badan melarikan diri
Jumlah orang2 jahat yang berhasil digaruk Kong-sun Ki
memang terlalu banyaki meski tidak sedikit yang sudah pergi,
namun masih cukup banyak yang masih bertahan dibawah
pimpinan H2i-liong-tocu, dengan mati2an mereka bertahan
merintangi serbuan orang2 gagahi Hong-lay-mo-li sampai naik
pitam, katanya:
"Kok-ham marilah kau bantu menjaga, biar kubunuh
keparat itu melampiaskan kedongkolanku."
berbareng mereka kembangkan Ginkang menyerbu
ketengah rombongan musuhi sekaligus pedang dan kebut
bekerja, dimana kipas bergeraki musuh roboh saling tindih.
Melihat Hoa dan Liu menyerbu datang serasa pecah nyali
Hai-liong-tocu, lekas dia melarikan diri, Tak kira dari depan Bu
su-tun memapak datang, belum lagi tiba, orang sudah
lontarkan pukulan jarak jauhi damparan angin pukulan orang
membuat kulit mukanya sakit sekali, serta merta dia tertolak
mundur tiga langkah. Tahu kelihayan orang, lekas dia putar
Pendekar Sadis 2 Legenda Kematian Karya Gu Long Pendekar Sadis 17
^