Pendekar Latah 6

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 6


Lamkiong Cau tadi yang merobohkan dua pucuk pohon
sekaligus Diluar tahunya meski sedang bertempur sengat tapi
panca indra Hoa Kok-ham masih tetap tajam, begitu orang
turun tangan, siang2 dia sudah siaga, dasar kepandaiannya
memang jauh lebih tinggi, maka dengan seenaknya saja ia
ritul pukulan dahsyat orang.
Pukulan sakti ratusan langkah Lamkiong Cau tak berhasil
melukai lawan malah membuat celaka diri sendiri. Dengan
menyemburkan darah segar badannya terbanting roboh
dengan luka parah dan kontan semaput.
Liong-in Taysu ternyata sekomplotan dengan Lamkiong
Cau, segera ia melompat keluar dan membentak gusar:
"Sontoloyo! saudara Lamkiong berpeluk tangan menonton
diluar gelanggang, kenapa kau membokong dan melukai dia."
Mendengar orang memutar balik persoalan untuk mencari
alasan maju membantu, Bun Yat-hoan menjadi tak sabar lagi,
katanya dingin: "Liong-in Taysu, apa benar Lamkiong Thocu
berpeluk tangan menonton diluar gelanggang, masakah
matamu tidak melihat jelas?"
Malu dan gusar Liong-in Taysu dibuatnya, katanya sambil
melangkah kedepan: "Kedua mataku ini belum buta, siapa
turun tangan dulu memangnya aku tidak melihat jelas"
Lamkiong-hengte dicelakai, sebagai orang Kanglam tulen aku
tidak bisa berpeluk tangan membiarkan orang luar mentang2
disini." Hoa Kok-ham tertawa lebar, ujarnya: "Matamu tidak buta,
tapi hatimu yang buta! Sudahlah, tak perlu cari alasan, ada
kentut lekas lepaskan, kau punya kepandaian apa, hayolah
maju sekalian!!"
Saking malu Liong-in Taysu sungguh gusar bukan main,
begitu mendekat segera ia lontarkan pukulan kepada Hoa Kokham,
setiap ganti pukulan lantas melompat menyingkir
kedudukan lain, sehingga Hoa Kok-ham tidak bisa meritul balik
kekuatan pukulannya untuk melukai dirinya sendiri.
Karena itu, dihadapan Hoa Kok-ham harus hadapi
rangsakan sengit Kim Cau-gak, disamping harus ke-rahkan
tenaga sakti untuk menahan dan melawan pukulan Bu-siangciang-
lat Liong-in Taysu, dalam waktu dekat, memang dia
dibikin kerepotan dan kewalahan juga oleh sergapan Liong-in
Taysu. Tapi gerak geriknya masih tetap lincah dan cekatan, baju
melambai kipas bergoyang, seolah2 pukulan Bu-siang-smkang
Liong-in Taysu tidak dipandangnya sebelah mata, Tapi
bagi tokoh2 kelas tinggi yang hadir, seperti Liu Goan-ka, Bun
Yat-hoan dan lain2 sama tahu, sebelum Liong-in Taysu turun
gelanggang Hoa Kok-ham memang lebih unggul, tapi
sekarang dia cuma setanding melawan Kim Cau-gak.
Kejut dan girang pula hati Hong-lay-mo-li yang mengintip
dari balik bukit2an. Kejut karena musuh terlalu banyak tenaga
pihak sendiri terlalu minim, girang lantaran selama ini Hoa
Kok-ham tetap unggul diatas angin.
Gelak tawa Hoa Kok-ham serasa masih terkiang dipinggir
telinga Hong-lay-mo-li, menghadapi gelombang tawa Hoa Kokham,
serta merta teringat olehnya irama seruling Bu-lim-thiankiau,
agaknya antara gelak tawa dan irama seruling ini
merupakan ilmu yang satu sumber dan serasi dalam bidang
yang berlainan saja.
Tampak oleh Hong-lay-mo-li pelan2 Liu Goan-ka sudah
meninggalkan tempat duduknya sedang beranjak kearah sini.
Tengah Hong-lay-mo-li merasa gelisah dan was2 serta
waspada, tiba2 dilihatnya Liu Goan-ka berjalan mengitari
gelanggang, se-olah2 orang yang lagi jalan2 menikmati
sesuatu yang menarik hatinya, tiada niatnya hendak terjun
ketengah gelanggang.
Terpaksa, untuk sementara Hong-lay-mo-li menyabarkan
diri tetap sembunyi ditempatnya, ingin dia melihat langkah2
Liu Goan-ka selanjutnya.
Disaat Hong-lay-mo-li tumplek seluruh perhatian dan
himpun seluruh semangatnya, tiba2 didengarnya pula Hoa
Kok-ham sedang menggunakan suara gelombang panjang
untuk bicara dengan gadis yang bernama Ah-sia itu.
Dengan seksama Hong-lay-mo-li mendengarkan terdengar
Hoa Kok-ham berkata: "Ah-sia, jejakmu sudah diketahui lekas
kalian menyingkir, jangan unjuk muka, sebentar aku menyusul
kalian!" Hong-lay-mo-li kaget, batinnya: "Ternyata benar dugaanku,
Ah-siapun berada disini tapi dia hanya memperingat Ah-sia,
memangnya dia tidak tahu kehadiranku disini?" tengah ia mereka2,
tiba2 dilihatnya Liu Goan-ka sudah berada ditengah
antara dua jepitan bukit2an, sambil menengadah ia bergelak
tawa, serta serunya lantang:
"Beberapa kawan ini masakah tak sudi keluar" Biar Liu
Goan-ka paksa kalian keluar saja!" tiba2 kedua telapak tangan
ia sulung kedepan, "Blang" suatu ledakan bagai gunung
meletus menggetarkan bumi mengejutkan langit, kedua
bukit2an palsu itu seketika gugur berantakan.
Begitu kedua bukit yang berdampingan ini runtuh, tiga
sosok bayangan berbareng melejit terbang, yang disebelah kiri
adalah Hong-lay-mo-li, yang dise-belah kanan adalah gadis
baju hitam dan laki2 asing yang misterius itu. Begitu bukit
runtuh, Liu Goan-ka susuli lagi mengayun kedua tangan, dua
belas Kim-chi-piau sekaligus dia sambitkan kedua sasaran.
Kontan terdengar laki2 asing itu menjerit sekali maka
terdengarlah suara tang ting yang riuh tak putus2, ditengah
bergelebatnya sinar perak, gadis baju hitam pukul rontok
semua Kim-chi-piau yang menyamber ke-arah mereka,
Terdengar suara pertanyaannya: "Tidak apa2 bukan?" sebelah
tangan menarik laki2 itu, seperti sepasang burung terbang
meninggalkan hutan, mereka melambung tinggi melampaui
bukit2an disekitarnya terus melejit naik kepucuk pohon,
sebentar saja sudah melewati pagar tembok.
Bercekat juga hati Liu Goan-ka melihat kehebatan kedua
orang ini. Apalagi disebelah kiri hanya Hong-lay-mo-li seorang,
dengan sendirinya dia lebih perhatikan dua orang yang ada
disebelah kanan, tanpa hiraukan Hong-lay-mo-li, segera Liu
Goan-ka mengejar kearah kanan.
Tak nyana baru saja kakinya meninggalkan bumi, tiba2
terdengar suara mendesis yang halus dan lirih, dibarengi angin
keras menerjang kearah dirinya, se-olah2 ada puluhan batang
jarum tajam sedang meluncur kearah dirinya dari berbagai
penjuru. Untung kepandaian mendengarkan angin membedakan
senjata Liu Goa-ka udah sempurna, suara mendesis yang lirih
itu didengarnya cukup jelas, Kembali mencelos hatinya,
batinnya: "Senjata gelap apakah ini, agaknya lebih lembut dari
Bwe-hoa-ciam, tenaganya malah amat kuat!"
Lekas Liu Goan-ka putar badan sambil mengebutkan lengan
baju, segulung angin badai seketika menerpa kedepan, waktu
ia tegasi, dilihatnya seorang gadis baju hitam pula sedang
menukik ditengah udara sambil mengayun kebutan
menyerang kepada dirinya.
Ternyata dengan tenaganya Hong-lay-mo-li sainbitkan
beberapa utas benang kebutnya untuk menyerang Liu Goanka.
Sudah tentu keenam mata uang sambitan Liu Goan-ka tadi
dengan mudah sudah dia pukul rontok seluruhnya.
Walau Liu Goan-ka membekal kepandaian sakti tingkat
tinggi, tak urung terkejut juga hatinya, merasa diluar dugaan
pula, Maklumlah Liu Goan-ka sudah cukup mampu melukai
orang dengan petikan daon pohon, pikirnya dengan dua belas
Kim-chi-piaunya ini, ia sudah cukup berkelebihan bikin ketiga
orang ini terjungkal roboh.
Tak nyana lawan yang satu ini jauh lebih tangguh dari yang
lain, bukan saja merontokan Piaunya, malah orang balas
menyerang kepada dirinya.
Sudah tentu kejut Hong-lay-mo-li bukan main, kebutan
lengan baju Liu Goan-ka bukan saja berhasil meritul balik
benang2 kebutannya, malah damparan anginnya yang hebat
memaksa dirinya harus jumpalitan ditengah udara, tapi
sedikitpun ia tidak menjadi gentar, meminjam damparan angin
keras itu, ditengah udara ia berputar kearah jurusan lain,
sekaligus meluputkan diri dari pukulan susulan yang
dilontarkan Liu Gian-ka.
Cepat sekali dengan gaya burung dara menukik jumpalitan
kebut ditangan kiri dan pedang ditangan kanan, ia labrak Liu
Goan-ka dengan serangan balasan yang membadai.
Dimana Liu Goan-ka kembangkan lengan bajunya, benang2
kebut seketika tersapu balik berpencaran terlebih dulu ia
patahkan serangan ganas Thian-lo-hud-tim-hoat Hong-lay-moli
yang hebat ini, Hong-lay-mo-li sendrri sedang menukik turun
sambil menusuk, Liu Goan-ka menekuk dengkul sehingga
badannya tertekan turun, berbareng membentak:
"Kena" tiba2 pukulannya dilontarkan pula, Lekas Hong-laymo-
li tarik balik tabasan pedang, meski cukup cepat
gerakannya, tak urung tangannya tersentuh sedikit oleh ujung
jari orang, rasanya sakit pedas.
Keruan Hong-lay-mo-li naik pitam, Ceng-Kong-kiam ia
surung kedepan, ujung pedangnya bergetar, maju mundur tak
menentu, dalam jurus tersembunyi tipu2 hebat, dalam tipu
mengandung variasi lagi, beruntun bisa bergerak dengan
perubahan yang susul menyusul dan sukar diraba, keadaan
Hong-lay-mo-li sekarang bagai dahan pohon yang terhembus
angin kencang bergoyang gontai melambai.
Liu Goan-ka kira orang tergetar luka oleh tenaga
pukulannya tadi, sedikit pandang enteng lawan, segera ia ulur
lengannya hendak merebut pedang orang, Dlluar tahunya,
gerakan gemelai seperti orang mabuk dari Hong-lay-mo-li
justru dikombinasikan dengan tipu2 pedangnya yang paling
ampuh, sekonyong2 iapun balas menghardik:
"Kena!" begitu Liu Goan-ka menyadari gelagat jelek, lekas
ia turunkan pundaknya, tapi Hong-lay-mo-li sudah keburu
merangsak lebih dulu, "Sret" pedang orang menusuk kearah
dimana dirinya mundur.
"Cret" jubah panjang Liu Goan-ka tertusuk berlobang oleh
ujung pedangnya, sobek kira2 sebesar telapak tangan, Waktu
Hong-lay-mo-li angkat pedang menusuk lagi, Liu Goan-ka
tiba2 membentak keras, sebelah tangannya bergerak
membalik, angin pukulan menerpa dengan dahsyat, tusukan
pedang Hong-lay-mo-li sampai tergetar menceng kesamping,
tahu dirinya takkan kuat menandingi musuh, tiba2 badannya
melambung tinggi, bagai burung raksasa, badannya terbang
naik kepucuk bukit2an.
Beberapa jurus gebrakan ini berlangsung secepat percikan
api, hebat dan menakjupkan, tapi juga menggetarkan nyali
setiap penonton, Hong-lay-mo-li kena kesamber jari Liu Goan-
ka, sebaliknya jubah Liu Goan-ka juga tertusuk sobek oleh
pedang Hong-lay-mo-li, kalau dibanding, tentu kerugian Honglay-
mo-li lebih besar.
Tapi sebagai tokoh yang diagulkan sebagai orang kosen
lihay di Kanglam, dihadapan sekian banyak orang, bajunya
kena dilobangi oleh seorang gadis belia, sudah tentu malu Liu
Goan-ka bukan main.
Saking gusar dia kerahkan sepuluh bagian tenaganya,
belum lagi ia mengejar tiba, "Blang" dari kejauhan ia lontarkan
Bik-khong-ciang, bukit2an itu sampai bergetar dan pucuk-nya
hancur ber-keping2, harus diketahui bukit tiruan ini didirikan
dengan tumpukan batu2 kecil yang dibikin sedemikian rupa,
maka pecahan batu2 yang berhamburan itu secara tidak
langsung menjadi senjata2 gelap yang tak terhitung
banyaknya. Belum lagi Hong-lay-mo-li tancapkan kakinya, terpaksa dia
harus mencelat lagi, Hebat memang kepandaian Hong-lay-moli,
dalam saat2 genting bagi mati hidup jiwanya ini, kembali ia
tunjukan kepandaian sifatnya yang tiada taranya, tampak
ditengah udara, kebutnya berputar seperti baling2, sekaligus
dia gunakan ilmu Can-ih-cap-pwe-thiat, beberapa butir batu
itu, seketika terpental pergi pula, sedikitpun tidak melukai
badannya. Kaki kiri Hong-lay-mo-li menjejak kaki kanan, ditengah
udara badannya salto pula seperti burung dara jumpalitan,
badannya tahu2 sudah terbang kepucuk bukit2an kedua,
jengeknya dingin: "Kalau kau suka bikin hancur pemandangan
tamanmu, silakan pukul lagi." mulut bicara, tapi hati amat
kejut juga menghadapi kekuatan pukulan Liu Goan-ka.
Memang untuk membangun tamannya ini Liu Goan-ka tidak
sedikit memeras keringat dan mengeluarkan ongkos besar,
kalau sampai hancur berantakan sudah tentu hati merasa
sayang, Maka ia tidak gunakan pukulannya lagi, sekali enjot
badannya segera mengudak dengan cepat, diatas bukitan ini
dia gunakan Siau-thian-sing-ciang-lat yang dia kombinasikan
dengan Tay kim-na-jiu-hoat untuk menghadapi serangan
gabungan kebut dan pedang Hong-lay-mo-li.
Walau Liu Goan-ka berada diatas angin, namun dalam
waktu dekat belum mampu dia menang dan membekuk
lawannya, tampak angin pukulan menderu, tepak tangan
menari turun naik dan selulup timbul, sinar pedang dan
bayangan kebutanpun berputar dan membelit, sungguh seru
dan sengit pertempuran diatas ini.
Bahwa seorang gadis muda belia kuat setanding melawan
Liu Goan-ka, keruan seluruh hadirin melongo dan ter-heran2,
satu sama lain saling bertanya: "Sia-pakah gadis ini?"
Jau-hay-kiau Hoan Thong segera tampil kedepan, serunya:
"Jiko, siluman perempuan inilah Hong-lay-mo-li!"
Hong-lay-mo-li merupakan tokoh Liok-lim yang amat
disegani didaerah utara, ketenarannya tidak lebih rendah dari
Siau-go-kan-kun, begitu Hoan Thong menyebutkan asal
usulnya, seluruh hadirin sama kaget kesima dan kagum.
"O, jadi dia inilah Hong-1ay-mo-li."
"Paling baru berusia dua puluhan, para saudara Lioklim
diutara kenapa sudi mengangkatnya jadi pimpinan puncak?"
"Dia ke Kanglam, apa maksud-nya" Memangnya belum
puas pegang tampuk pimpinan didaerah utara?"
Maklumlah umumnya dalam kalangan Lioklim mempunyai
lingkungan daerah kekuasaan masing2 yang terbatas, satu
sama lain pantang menjelajah atau main interfensi, sebagai
pimpinan tertinggi dari kaum Lioklim diwilayah utara Hong-layTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
mo-li berada di Kang-lam, mau tidak mau kaum Lioklim di
Kanglam jadi curiga akan maksud kedatangannya,
disangkanya orang sengaja hendak menanam pengaruh dan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuasaan, melebarkan sayapnya kewilayah Kanglam.
Sebetulnya Hong-lay-mo-li cukup paham soal tata tertib
dan undang2 ini, tujuannya semula setelah menyelesaikan
urusan yang menyangkut kepentingan nusa dan bangsa, baru
dia akan kirim kartu nama menyambangi beberapa tokoh
Lioklim yang kenamaan di sini, sungguh tak nyana, keadaan
memaksa dirinya harus bergebrak melawan tokoh2 kosen dari
kalangan Lioklim di Kanglam, sudah tentu tindak tanduknya
menimbulkan curiga dan sirik kaum persilatan disini.
Bagian 12 Tapi pertempuran Hong-lay-mo-li melawan Liu Goan-ka
berjalan amat seru, beberapa orang yang merasa kepandaian
cukup tinggi saling merubung di-kalangan terdepan, bersiap
siaga tanpa berani bertindak, diantara mereka Lamkiong Cau
yang sudah si-uman dari pingsannya, demikian pula Ong Ihting
dan beberapa Thocu sama bersorak memberi semangat
kepada jago mereka, Liu Goan-ka.
Lama kelamaan Hong-lay-mo-li merasa tenaga semakin
lemah dan takkan kuat bertahan lebih lama lagi, apalagi Ong
Ih-ting dan lain2 merubung disekeliling gelanggang, setiap
saat siap turun tangan mengeroyok dirinya, mau tidak mau
hatinya menjadi gugup.
Disaat hatinya kebat kebit, tiba2 didengarnya gelak tawa
panjang Hoa Kok-ham kumandang, terdengar oleh Hong-laymo-
li perkataan lirih yang seperti berbisik dipinggir kupingnya:
"Liu Lihiap, pancinglah bangsat tua itu ketempat lain, sebentar
aku menyusul datang!"
Dengan saluran Lwekang Hoa Kok-ham bergelak tertawa
untuk mengganggu konsentrasi lawan, berbareng ia gunakan
suara gelombang panjang untuk bicara pula dengan Hong-laymo-
li, betapa hebat dan murni Lwekangnya ini, sungguh
jarang ada bandingannya dijagat ini, Hong-lay-mo-li
sendiripun mengakui keunggulan orang.
Tapi Liu Goan-ka tidak gampang dikelabui, Menggunakan
suara gelombang panjang, kedua pihak harus mempunyai
bekal Lwekang yang kira2 hampir setingkat baru orang yang
diajak bicara bisa mendengar, Lwekang Liu Goan-ka kira2
hampir setingkat dengan Hoa Kok-ham, sedikit lebih tinggi dari
Hong-lay-mo-li, kalau Hong-lay-mo-li bisa mendengar, sudah
tentu Liu Goan-ka-pun mendengar pula.
Oleh karena itu, baru saja Hong-lay-mo-li hendak
kembangkan Ginkangnya, Liu Goan-ka sudah tahu
maksudnya, dimana lengan bajunya beterbarun, beruntun
empat kali ia lontarkan pukulannya kearah barat selatan timur
dan utara, damparan angin pukulannya bagai gugur gunung,
serempak menerjang tiba dari empat penjuru, jalan mundur
Hong lay-mo-li dirintangi dan buntu, meski Hong-lay-mo-li
tidak sampai kalah, tapi dia tak berani kembangkan Gmkang
lagi. Hong-lay-mo-li putar kebutannya untuk punahkan tekanan
pukulan Liu Goan-ka, sementara pedangnya merangsak
dengan gencar, "Creng" Liu Goan-ka sempat menyentak
pedangnya, tiba2 ia kerahkan hawa murni menggunakan pula
suara gelombang panjang bertanya kepada Hong-lay-mo-li:
"Siapa namamu?"
Ketenaran Hong-lay-mo-li sudah menggetarkan selatan dan
utara sungai besar, namun yang benar2 tahu nama aslinya
tidak banyak, kalau sedikit toh ada juga yang tahu, Pihak
teman2nya tak perlu dipersoalkan pihak musuh, termasuk
Giok-bin yau-hou Lian Ceng-poh dan Pakk-ong Ou yang sudah
mampus itu, sama tahu nama aslinya, pertempuran sedang
memuncak tiba2 Liu Goan-ka bertanya nama asiinya, keruan
heran dan tak mengerti Hong-lay-mo-li dibuat-nya.
Tapi pertempuran sedang sengit, tak sempat ia buka suara
menjawab, pedang dan kebut malah dia mainkan semakin
gencar dan menyerang seperti hujan badai.
Hoa Kok-ham menengadah bergelak tawa tiga kaIi, satu
persatu suaranya semakin lantang dan berisi, pada gelak
tawanya yang ketiga, tiba2 Liong-in Taysu memekik keras,
langkahnya sempoyongan, hidung dan kupingnye mengalirkan
darah segar, "Bluk" badannya terkapar roboh!
Ternyata gelak tawa Hoa Kok-ham bikin urat syarafnya
sungsang sumbel dan pecal, hawa murnipun bubar, apalagi
pukulan Bu-siang-ciang-lat-nya yang terakhir kena diritul balik,
sehingga badannya seperti dipukul sendiri dengan martil,
kontan badannya tergetar roboh.
Kim Cau-gak kaget, bukan kepalang, cepat sekali, Hoa Kokham
sudah mengebas kipas pula meritul balik Im-yang-ji-khi
yang dia lontarkan "Wut, wut, wut" beruntun melontarkan tiga
rangkai pukulan dengan seluruh kekuatannya, Krni Cau-gak
sudah kehilangan pembantu yang diandalkan, sudah tentu ia
tak kuat bertahan dan terdesak mundur berulang2.
Dengan bersiul panjang tiba2 Hoa Kok-ham jejakkan kaki,
laksana burung rajawali menerobos keda-lam hutan badannya
melambung tinggi melampaui beberapa bukit2an, langsung
menubruk kearah Liu Goan-ka, kira2 jarak masih sepuluhan
tombak, se-konyong2 dari bawah salah sebuah bukit2an
muncul tujuh laki2.
Mereka membentak bersama: "Hoa Kok-ham, kemana kau
hendak pergi" Kau ingin menempur guru kita, hadapi dulu,
rintangan kami bertujuh!"
Ketujuh laki2 ini adalah murid Liu Goan-ka, masing2
menggunakan gaman yang berbeda, golok, tombak, ruyung,
pedang, Lian-cu-tui (bandulan), Boan-koan-pit, dan Hou-jiukou
(gantolan pelindung tangan), dari tujuh jurusan yang
berbeda serempak mereka merangsak hebat kepada Hoa Kokham.
Lwekang mereka jauh ketinggalan dibanding Hoa Kok-ham,
tapi kekuatan gabungan mereka, terutama setelah
membentuk barisan Chit-sat-tin, ternyata cukup ampuh dan
lihay. Hoa Kok-ham ingin pertempuran lekas selesai, tapi dia tidak
ingin melukai jiwa banyak orang, dimana kipas lempitnya
menuding, kskiri menutuk Hi-pui kekanan menutuk Jing-co,
maksudnya hendak menutuk dua orang dengan sergapan kilat
dan menjebol kepungan musuh, Tapi baru saja ia bergerak,
sekonyong2 samberan angin tajam sudah menerjang tiba
dipunggungnya, sebat sekali Hoa Kok-ham menggeser langkah
berkelit kesamping, sementara kipas lempitnya tetap menutuk
kedua orang yang diincarnya, gerakkannya teramat cepat, tapi
karena kakinya menggeser kesamping itu, betapapun
gerakannya sudah sedikit merandek dan terganggu, dalam
sekilas itulah, kedua laki2 yang diincarnya itu sudah sempat
berputar kedua samping, sebatang Pot-lot mendadak malah
memapak dirinya dari depan, sehingga serangan tutukan
kipasnya dipatahkan.
Cepat sekali tahu2 sebuah bandulan melayang datang
disusul sepasang gantolan menyobek dari kanan kiri,
sementara pedang dibelakang punggung terasa dingin, hampir
saya mendempel kuiit punggungnya, Di cecar dan dirangsak
dari berbagai penjuru, sontak gusar hati Hoa Kok-ham,
dimana kipasnya terayun.
"Tang" bandulan ia sampuk kesamping terayun melingkar
satu bundaran dengan telak membentur gan-to!an sebelah
kiri, sehingga gantolan itu ikut tertolak pergi, membalik
sebelah tangan dengan jari menjentik dlberengi mulut Hoa
Kok-ham membentak:
"Lepaskan." selentikan jarinya tepat mengenai punggung
pedang sampai bergetar mendengung keras menusuk telinga,
laki2 yang bersenjata pedang tergetar mundur tiga tapak, tapi
orangnya tidak sampai terjungkal pedangnyapun tidak
terlepas. Ternyata dua orang Su-hengtenya berbareng ulur sebelah
tangannya menahan pundaknya, dengan kekuatan mereka
bertiga, sekaligus memunahkan tenaga selentikan jari Hoa
Kok-ham. Memang Lwekang ketujuh murid Liu Goan-ka ini jauh
dibanding Hoa Kok-ham, tapi merekapun bukan kaum keroco,
paling sedikit asor dibanding Lamkiong Cau dan Liong-in
Taysu, apalagi mereka menggunakan tujuh macam senjata
yang berlainan, berarti sekaligus dalam setiap gebrak Hoa
Kok-ham harus melajani tujuh macam serangan ilmu senjata
yang berbeda pula, sudah tentu jauh lebih membuang tenaga
dan memeras pikirannya.
Beberapa jurus sudah berlalu, namun Hoa Kok-ham tak
berhasil menjebol kepungan, sementara Chit-sat-tin sudah
terbentuk, golok, tombak, ruyung dan pedang, menari dan
beterbangan merabu kepada dirinya, sepasang potlot
mengincar dari bawah, bandulan melayang berputer2 diatas
kepala, sementara sepasang gantolan naik turun menyergap
lobang keiemahan, tujuh macam gaman pulang pergi, seperti
kepala dan ekor saling kerja sama dengan ketat dan rapi, seolah2
hujan badaipun takkan tembus, lama kelamaan mereka
sudah kembangkan wibawa dan kekuatan Chit-sat-tin sampai
puncak kehebatannya, Hoa Kok-ham terkepung ditengah dan
semakin sempit ruang geraknya.
Kalau disini Hoa Kok-ham terkepung dalam barisan,
disebelah sana Hong-lay-mo-;i pun tak mampu membebaskan
diri dari libatan Liu Goan-ka.
Disebelah sini Kim Cau-gak memburu tiba hendak
menghadapi Hoa Kok-ham pula, sementara Lamkiong Cau,
Ong Ih-ting dan Hoan Thong serta lain2 ikut menggeser
langkah mengelilingi Hong-lay-mo-li.
Lama kelamaan Hong-lay-mo-li mengeluh, maklumlah
menghadapi Liu Goan-ka seorang saja dia sudah cukup berat
dan kepayahan, kalau orang2 itu sama mengeroyoknya,
sungguh punya sayappun takkan bisa terbang.
Akhirnya Hong-lay-mo-li bertekad gugur bersama musuh,
begitu ia kerahkan tenaga membuat ke-butnya keras terus
mengetuk kepada Liu Goan-ka, Ceng-kong-kiam ditangan
kananpun membarengi menusuk kelambung, ia insaf Lwekang
Liu Goan-ka lebih tinggi, kedua jurus serangannya ini belum
tentu bisa melukai Liu Goan-ka, bukan mustahil karena dirinya
terlalu bernafsu merangsak dengan sepenuh tenaga, celaka
bila dirinya balas diserang lantaran penjagaan rada kendor.
Tapi urusan sudah terlanjur, iapun tak sempat pikirkan segala
tetek bengek ini.
Sudab tentu Liu Goan-ka takkan bisa kena ditusuknya,
disaat2 gawat itulah, iapun memperlihatkan kepandaian
silatnya yang sejati, "Creng" ia selentik ujung Ceng-kong-kiam
Hong-lay-mo-li, berbareng lengan bajunya yang longgar
melambai, benang kebutan Hong-lay-mo-li sampai dikebasnya
buyar melambai2. Karena itu Hong-lay-mo-lr yang
menggunakan kebutan untuk menutuk sebagai potlot menjadi
punah ditengah jalan.
Karena terburu nafsu menyerang pula, badannya sampai
terjerembab kedepan, dangan sendirinya ketiak kirinya
menunjukan lobang, kalau Liu Goan-ka menggerakan telapak
tangan menghantam, kalau tidak mampus tentu Hong-lay-moli
terluka parah, Tapi kejadian justru terbalik, tidak maju Liu
Goan-ka malah menyurut mundur, ia pura2 seperti tergetar
oleh tekanan tutukan lawan, kakinya terhuyung tiga langkah
kesamping, tangan terus ditarik balik melindungi dada sen-diri,
sengaja dia biarkan peluang yang bagus tadi.
Mereka sama serang menyerang dengan ilmu silat tingkat
tinggi, kecepatannya laksana kilat dan susah diikuti dengan
mata telanjang, orang lain hanya tahu Liu Goan-ka kena
sedikit dirugikan, keruan Ong Ih-ting, Lam-san-hou dan Lain2
serempak memburu maju.
Hong-lay-mo-li sendiri cukup mengerti, keruan ia heran
dibuatnya, "Kenapa bangsat tua ini sengaja beri kesempatan
supaya aku melarikan diri?" keadaan memang cukup gawat,
tiada tempo ia peras otak memikirkan tetek bengek, begitu Liu
Goan-ka terhuyung mundur, dengan gaya burung bangau
menjulang kelangit, badannya segera mencelat tinggi terbang
kepinggir. ditengah udara bersalto sekali lagi, kaki kebetulan tancap
dipuncak bukit.
Dari depan ia disongsong oleh Lam-san-hou dan Hoan
Thong, kepada Hoan Thong Hong-lay-mo-li menyeringai
dingin: "Hoan-thocu, kuberi selamat kau terlindung jiwamu
setelah tertawan oleh pasukan Kim, apa hari ini kau kemari
atas perintah mereka?"
Hoan Thong amat malu dan menyesal pula, keruan merah
padam selebar mukanya, tanpa berani banyak tingkah, cepat
ia jutar badan tinggal lari, sebaliknya Lan san-hou lontarkan
kepalannya menjotos Hong-lay-mo-li mencacinya:
"Kaupun setimpal mengagulkan diri sebagai Lam-san-hou
(harimau gunung selatan)" Kau tidak lebih cuma seekor anjing
penjaga pintu pemerintah Kim." dimana kebutnya terayun,
tahu2 pergelanga tangan orang sudah terbelit, sedikit disendal
lagi, Lam-san-hou terjungkal roboh celentang pula, Lam-sanhou
tergetar luka oleh tenaga ritulan Hoa Kok-ham,
kesehatannya belum pulih, luka ditambah luka pula, seketika
darah menyembur dari mulutnya.
Hong-lay-mo-li tertawa dingin: "Untuk mencabut nyawamu
segampang membalikan telapak tanganku, tapi hari ini
kuampuni jiwamu, ada orang lain yang akan menuntut balas
kepadamu!" sekali tendang ia bikin Lam-san-hou ter-guling2,
kejap lain dia sudah lompat naik keatas tembok.
Tatkala ilu Hoa Kok-ham masih terkepung didalam Chit-sattin,
setengah sulutan dupa sudah berlalu, dasar otaknya
encer, dalam waktu sependek itu, diam2 sudah berhasil ia
selami letak rahasia dari kunci pemecahan Chit-sat-tin ini.
Ternyata Chit-sat-tin menirukan kedudukan Pat-kwa,
dimana terbagi delapan pintu, Diantaranya Le-bun adalah
pintu hidup, sementara Cin-bun adalah pintu mati, ketujuh
laki2 ini masing2 menduduki tujuh pintu yang lain, sedang
pintu mati dituangkan diduduki Hoa Kok-ham.
Laki2 yang berdiri dipintu hidup merupakan poros dan
sentral dari pada gerakan barisan ini, segala perubahan dari
barisan ini mendengar petunjuk dan aba2mya, bagaimanapun
mereka bergerak berlompatan, Hoa Kok-ham tetap terkepung
didalam pintu mati itu, setelah berhasil menyelami seluk beluk
ini, sekonyong2 Hoa Kok-ham bergelak tawa kepada laki2
yang berdiri dipintu hidup, keruan serasa pecah jantung laki2
itu, kakinya seketika sempoyongan, dengan setaker tenaga
Hoa Kok-ham segera menyerang kepadanya, disamping ia
kerahkan Hou-deh-sin-kang untuk melindungi badan, dia
biarkan ruyung baja musuh yang menyerang dari kiri
mengenai badannya, sudah tentu laki2 di pintu hidup itu tak


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kuat menahan rangsakan dahsyatnya, seperti bola ditendang
badannya seketika terguling2 jauh, sebat sekali Hoa Kok-ham
merebut kedudukan pintu hidup ini.
Baru saja dia hendak menjebol kurungan, tiba2 terasa
angin keras dingin seperti badai salju menerjang dirinya, cepat
Hoa Kok-ham kebutkan kipasnya, tampak Kim Cau-gak sudah
menambal maju menduduki pintu hidup yang kosong tadi,
terdengar orang terloroh2, serunya: "Siau-go-kan-kun
memangnya hebat, kini seperti ikan dalam jala, ingin kulihat
sampai kapan kau bisa mengumbar kecongkakanmu?"
Ternyata Kim Cau-gak memang sudah siaga diluar barisan,
soalnya bila Chit-sat-tin sedang berputar, lalat-pun jangan
harap bisa terbang masuk, maka disaat Hoa Kok-ham
memukul jatuh laki2 yang satu tadi, segera ia maju menambal
kekosongan. Tujuan Kim Cau-gak memang memberantas bibit2 yang
mungkin membawa bencana bagi dirinya, kebetulan malah
hari ini dia bisa pinjam kekuatan Chit-sat-tin ini untuk
mengurung Hoa Kok-ham, dia cukup maklum kesempatan
jangan di-sia2kan, maka tanpa biraukan gengsi dan
kedudukan sebagai Koksu negeri Kim segala, dia rela
merendahkan derajat terima kerja sama dengan murid2 Liu
Goan-ka, bergabung mengeroyok Hoa Koh-ham.
Musuh bertambah tangguh, seketika membangkitkan gairah
tempur Hoa Kok-ham. Kepandaian Kim Cau-gak sepuluh lipat
lebih tinggi dari kepandaian laki2 tadi, dengan dia yang
menduduk kekosongan ini, lebih sukar Hoa Kok-ham hendak
menerjang keluar.
Disebelah sana Hong-lay-mo-li sudah tancap kakinya
dipagar tembok, baru saja ia hendak lompat keluar, terdengar
Ong Ih-ting membentak: Datang dari jauh kenapa pergi tergesa2,
silakan turun sebentar!" segenggam Bwe-hoa-ciam
segera ia timpukan, timpukan jarum sakti menusuk Hiat-to
kepandaiannya merupakan ilmu tunggal yang tiada keduanya
di Bulim, jarum sekecil dan selembut itu mampu dia timpukan
sepuluhan tombak jauhnya, meski dalam malam gelap,
sasaran Hiat-to yang diincarpun takkan luput.
Hong-lay-mo-li juga tidak berpaling, kebut diayun membalik
kebelakang, sahutnya: "Terima kasih maksud baik Ong-cecu,
kelak kalau ada jodoh, biar aku berkunjung ke Thay-ouw
saja!" dalam bicara ia kerahkan Lwekang, puluhan benang
kebutnya dia lempar kebelakang.
Begitu kecil dan halus benang2 kebutannya itu sampai
sukar dilihat dengan mata biasa, bentuknya lebih panjang tapi
lebih kecil dari Bwe-hoa-ciam. Kini Hong-lay-mo-li
menggunakannya sebagai sambitan senjata rahasia, sungguh
tak bersuara dan sukar dijaga.
Untung Ong Ih-ting adalah tokoh senjata rahasia yang
paling menonjol dan nomer satu di Kanglam, kepandaian
mendengar angin membedakan senjatapun sudah dilatihnya
sempurna, betapapun luncuran benang2 kebut yang
menerjang udara mengeluarkan suara mendesis lirih, segera
Ong Ih-ting mendengar, puluhan benang kebut itu terbagi
empat jurusan, yang melesat mengarak dirinya ada puluhan
batang, terbagi dua sayap membendung gerak geriknya,
entah kekanan atau kekiri berkelit pasti Hiat-tonya bisa
tersambit dengan telak.
Keruan kejutnya bukan main, segera ia berkata lantang:
"Hadiahmu ini aku tak berani terima, terima kasih!" kaki
ditutul badan melambung ke-udara dengan gaya burung
bangau menjulang kelangit, dari tempat tiga tombak tingginya
itu ia rubah dengan gaya mementang sayap jumpalitan
didalam mega, kembali badanya salto tujuh tombak jauhnya
baru ia berhasil meluputkan diri dari timpukan benang2 kebut
Hong-lay-mo-li.
Kalau Ong Ih-ting masih mampu menghindar diri boleh
dimaklumi, celaka adalah orang2 lain yang ikut2-an memburu
datang, Beruntun terdengarlah jeritan saling susul, para Thocu
dan Cecu serta lain yang mengintil dibelakang Ong Ih-ting
semua terjungkal roboh tertutuk Hiat-tonya.
Hong-lay-mo-li bergelak tawa, katanya lantang:
"Satu jam lagi, Hiat-to kalian akan punah sendiri. Maaf aku
tidak menemani terlalu lama!" ditengar kumandang tawanya
bayangannya sudah melesat keluar kebalik tembok sebelah
sama. "Wut" tiba2 bayangan Liu Goan-ka melesat tinggi laksana
burung elang mengejar kelinci, sekejap saja tahu2 sudah
mengudak dibelakang Hong-lay-mo-li dan lenyap dibalik pagar
tembok sebelah luar.
Sudah tentu hal ini diluar dugaan Hong-lay-mo-li, kaget dan
tak mengerti hatinya tiba2 didengarnya pula Hoa Kok-ham
bicara dengan suara gelombang panjang kepadanya: "Peduli
apapun yang dibicarakan bangsat tua ini kepadamu, jangan
kau percaya kepadanya !"
Hong-lay-mo-li semakin tak mengerti, dilihatnya Liu Goanka
sudah mengudak sampai dibelakangnya.
Hong-lay-mo-li tak sempat menyelami makna dari ucapan
Hoa Kok-ham, segera ia kerahkan tenaga tancap gas
mengembangkan Ginkang berlari kencang, sekejap saja bagai
angin mengejar mega, ia sudah jauh meninggalkan Jian-liucheng.
Melihat Liu Goan-ka mengejar keluar, sementara diri sendiri
belum mampu menjebol kepungan, keruan gelisah hati Hoa
Kok-ham. Tapi dia cukup pengalaman menghadapi berbagai
pertempuran setelah dia perhatikan dengan seksama, meski
hati gugup tapi gerakan dan hatinya tidak menjadi kacau,
malah timbul suatu akal dalam benaknya.
Ternyata meski kepandaian Kim Cau-gak jauh lebih tinggi,
tapi dia sendiri masih belum tahu seluk beluk Chit-sat-tin ini,
sebagai orang yang menduduki posisi pintu hidup, seharusnya
dia yang pegang inisiatif dan harus apal segala perubahan dan
memberi petunjuk kepada laki2 yang lain.
Terpaksa keenam laki2 yang-lain bekerja sendiri dan
menuruti segala perubahan saja, semula Kim Cau-gak masih
mampu kerja sama dan menyesuaikan diri, tapi lama
kelamaan titik kelemahannya sudah terpegang oleh Hoa Kokham.
Maka timbul akalnya, mendadak badannya berputar,
sengaja ia pancing dua laki2 yang menduduki pintu hidup dan
pintu samping menyerang dirinya, sementara telapak
tangannya malah melontarkan serangan kepada Kim Cau-gak,
pukulan ini isi atau kosong sukar diraba, lekas Kim Cau-gak
gerakan kedua telapak tangannya membundar lalu disurung
kedepan, Gerakan-nya ini tujuannya untuk mematahkan
serangan Hoa Kok-ham, tapi dia tidak tahu seluk beluk
perubahan barisan, tanpa disadari dia sendiri sudah
menggeser kedudukan keluar dari posisi pintu hidup, maka
terdengarlah "Blang, Bluk!" pukulannya telak sekali beradu
dengan kedua laki2 yang serempak menyerang Hoa Kok-ham,
sudah tentu kedua laki2 ini takkan kuat melawan pukulan Luisin-
ciang dan Siu-lo-im-sat-kang, seketika mereka menjerit
keras dan terbanting jatuh.
Karena itu sudah tentu gerakan keseluruhan dari Chit-sattin
menjadi terganggu, gerak putaran langkah saudara2nya
yang lain dengan sendirinya kacau, seperti tersandung batu,
kontan mereka saling tumbuk dan jatuh saling tindih, kalau
tidak tersungkur tentu terbentur oleh pukulan Kim Cau-gak.
Tanpa Hoa Kok-ham turun tangan, Chit-sat-tin sudah dia
bikin porak peronda, akhirnya tinggal Kim Cau-gak seorang
saja yang tidak terluka.
Hoa Kok-ham ber-gelak tawa, setelah lolos dari kepungan,
tanpa hiraukan Kim Cau-gak lekas ia kem-bangkan Ginkang
mengejar kearah larinya Hong-Iay-mo-Ii. Sudah kecundang
kembali dirinya kena diingusi, kini tinggal dirinya sendiri,
sudah tentu Kim Cau-gak tak berani merintangi Hoa Kok-ham.
Sementara itu Hong-lay-mo-li masih kejar2an dengan Liu
Goan-ka, bicara soal Gin-kang, kepandaian mereka kira2
setanding, soalnya Hong-lay-mo-li lari lebih dulu, sedikitnya
masih lebih untung, tapi tenaga Liu Goan-ka lebih panjang,
lambat laun jarak keduanya sudah ditarik pendek, sepuluhan li
kemudian jarak mereka tinggal beberapa langkah saja.
Hong-lay-mo-li insaf dirinya takkan bisa lolos, akhirnya ia
kertak gigi, "Sret" tiba2 ia balikan pedang menusuk, tapi
tusukannya mengenai tempat kosong, karena Liu Goan-ka
tidak menyambut serangannya "Sret!" bayangan orang malah
melesat lewat dari samping badannya.
Kaget Hong-lay-mo-li dibuatnya, kuatir orang balas
merangsak, gerakkan pedangnya dipercepat, dengan jurus
Heng-hun-toan-hong (awan mengembang memotong gunung)
lebih dulu ia lindungi badan sendiri baru menyerang musuh,
Tapi Liu Goan-ka tetap tak turun tangan, dia gunakan Ih-singhoan-
wi (merubah bentuk ganti kedudukan) ilmu Ginkang
tingkat tinggi, tahu2 orang sudah berkelebat di-hadapan dan
merintangi jalan larinya.
"Tahan sebentar!" bentak Liu Goan-ka, "Aku hanya tanya
dua patah kata kepadamu." Pedang melintang, kebutan
ditangan kiri menari dengan kencang dan gemelai, dalam
sekejap mata dia sudah lontarkan tiga jurus mematikan dari
Thian-lo-hud-tim-hoat, selangkahpun Liu Goan-ka tidak
bergeming dari kedudukan kakinya, lengan bajunya yang lebar
beterbaran, satu persatu dia patahkan semua serangan kebut
Hong-lay-mo-li.
Malah Liu Goan-ka sempat mencuri kesempatan
menepukan telapak tangannya, sehingga Hong-lay-mo-li
didesaknya mundur selangkah, disaat orang belum sempat
balas menyerang segera ia bertanya: "Apakah kau bernama
Liu Jing-yau?"
Hong-lay-mo-li ingat akan peringatan Hoa Kok-ham, tapi ia
tidak perlu heran karena nama aslinya sudah bukan rahasia
lagi, malah ingin dia mendengar perkataan yang lainnya,
Segera pedang dan kebut kerja bersama, ia balas desak Liu
Goan-ka mundur setapak, baru dengan angkuh Hong-lay-mo-li
berkata: "Benar, aku adalah Liu Jing-yau, kau tahu namaku,
memangnya kenapa?"
"Bagus, biar kutanya lebih lanjut, bukankah tanggal
kelahiranmu adalah Kakcu, Tinghao Sinhay dan Gengcun?"
Laksana bunyi guntur meledak diatas kepala Hong-lay-mo-li
mendengar pertanyaan ini, darahnya tersirap, batinnya:
"Darimana dia bisa tahu rahasia tanggal kelahiranku?"
Maklum sejak kecil sebagai bayi buangan Hong-lay-mo-li
dipelihara oleh Kongsun In, ibu bapaknya hanya meninggalkan
secarik kertas, dimana ada ditulis nama dan tanggal
kelahirannya, Karena itu kecuali ayah bundanya sendiri, tak
mungkin orang lain bisa mengetahui.
Dari Hoa Kok-ham dulu diapun pernah mendapat tahu
tanggal kelahirannya ini, dan untuk memecahkan teka teki
inilah sengaja dia meluruk ke Kanglam untuk minta penjelasan
kepada Hoa Kok-ham.
Kini dari mulut Liu Goan-ka tiba2 ia mendengar nama dan
tanggal lahirnya, Liu Goan-ka satu marga pula dengan dirinya
(sama2 she "Liu"), saking kejutnya Hong-lay-mo-li sampai
menjublek, "Mungkin, mungkin, dia, dia adalah...." hatinya
kesal, risau dan pikiran pun kalut, tak berani ia pikirkan lebih
lanjut Liu Goan-ka tiba2 menghela napas panjang, kata-nya:
"Jing-yau, masa kau belum tahu siapa aku ini" Thian memang
maha pengasih, kita ayah beranak mendapat berkahnya untuk
bertemu disini!"
Laksana bunyi guntur yang menggelegar mendadak,
sanubari Hong-lay-mo-li mengalami pukulan berat, hatinya
seketika hambar dan bingung, entah kenyataan atau kayalan
belaka, entah senang atau harus berduka" Orang yang
barusan dimakinya sebagai bangsat, ternyata adalah bapaknya
sendiri, sungguh kejadian yang sukar dibayangkan, disaat
pikiran Hong-lay-mo-li tak tenang tulah, tiba2 Liu Goan-ka
menutuk Hiat-tonya dengan gerakan secepat kilat
Tepat pada saat itu pula sebuah siulan panjang
kumandang, disusul gelak tawa dan senandung Hoa Kok-ham.
Mulut Hong-lay-mo-li tak bisa bersuara, tapi hatinya cukup
paham, bahwa Hoa Kok-ham menyusul datang dan minta dia
bersuara supaya dia dapat mengetahui jejaknya.
Liu Goan-ka jinjing badan Hong-lay-mo-li dengan sebelah
tangannya terus menyelinap kedalam sebuah lekukkan
gunung, kejap lain tampak jubah Hoa Kok-ham melambai2,
dengan mengembangkan Pat-pou-kan-sian sedang melesat
terbang seperti tidak menyentuh tanah dijalan raya, sembari
lari mu!utnya- berkaok2: "Liu Lihiap, Liu Lihiap! Kau dengar
suaraku bukan" ingat, jangan kau percaya dan tertipu oleh
bangsat tua itu!"
Liu Goan-ka tiba2 menubruk keluar dari tempatnya
sembunyi, bentaknya: "Kurangajar! Hoa Kok-ham sudah kau
membuat onar di Jian-liu-cheng, sekarang berani kau
mengadu domba antara darah dagingku sendiri!" hilang
suaranya orangnyapun tiba, "Wut" ia menyerang lebih dulu
dari tempat ketinggian kebatok kepala Hoa Kok-ham.
Hong-lay-mo-li tertutuk Hiat-to penidurnya oleh Liu Goanka,
umumnya bila Hiat-to ini tertutuk, seketika akan jatuh
pingsan dan tak ingat diri. soalnya Lwekang Hong-lay-mo-li
cukup ampuh, dalam waktu dekat kesadarannya masih belum
hilang seluruhnya diantara sadar tak sadar itu, hatinya masih
sempat membatin:
"Berulang kali Hoa Kok-ham berpesan kepadaku,
sebetulnya dia benar2 ayahku atau bukan?" lapat2
didengarnya pula benturan keras, tahu2 Liu Goan-ka sudah
bergebrak melawan Hoa Kok-ham. Hong-lay-mo-li dikempit
dibawah ketiaknya, karena getaran tenaga benturan ini,
tutukan Hiat-to Liu Goan-ka seketika bekerja lebih cepat,
akhirnya dia benar2 kelelap dalam tidurnya, tapi sebelum lelap
sayup2 masih didengarnya Hoa Kok-ham sedang adu mulut
dan berdebat seru dengan Liu Goan-ka, tapi sudah tidak jelas
lagi apa yang mereka perdebatkan.
Dengan hanya sebelah tangan menghadapi Hoa Kok-ham,
sudah tentu Liu Goan-ka makin terdesak, tapi dia mengempit
Hong-lay-mo-li, dalam pertempuran sengit itu, Hoa Kok-ham
sendiri kuatir pukulannya salah melukainya, maka setiap
serangannya mau tak mau harus dia perhitungkan dengan
cermat, maka jurus2 permainan yang lihay tak berani dia
lancarkan. Oleh karena itu keadaan yang sebetulnya tidak
menguntungkan Liu Goan-ka kini bisa dia manfaatkan untuk
mendesak Hoa Kok-ham malah.
Dengan mengkombinasikan Tay-kim-na-jiu dengan Siauthian-


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sing-ciang-lat, beruntun Liu Goan-ka punahkan tujuh
jurus serangan Hoa Kok-ham, pada jurus kedelapan tiba2
sengaja ia menunjukan lobang kelemahan cepat sekali jari2
Hoa Kok-ham menggantol balik, telapak tangannya menabas
dengan deras, sasarannya adalah ketiak kiri Liu Goan-ka yang
terbuka, jurus serangan ini merupakan tipu keji yang amat
aneh dan menakjupkan, tak nyana tiba2 Liu Goan-ka berkisar
dengan Boan-liong-sau-pou, serta merta badannya berputar
arah, demikian pula Hong-lay-mo-li yang dikempitnya pindah
posisi, batok kepalanya tepat memapaki tabasan telapak
tangan Hoa Kok-ham, kalau tabasan ini mengenai telak, batok,
kepala Hong-lay-mo-li pasti terkepruk hancur!
Keruan kejut Hoa Kok-ham bukan matti, cepat ia tarik
mundur serangannya, baru saja ia hendak rubah dengan tipu
lain menyerang bagian bawah musuh, tahu2 pukulan Liu
Goan-ka sudah mendarat diatas badannya.
Sedikit perhatian terpecah akibatnya amat fatal bagi tokoh2
kosen yang sedang bertempur Liu dan Hoa kira2 setanding
Lwekangnya, terpautnya tidak ba-nyak, kini Liu Goan-ka sudah
menempatkan diri dalam posisi yang menguntungkan, begitu
pukulannya berhasil mengenai sasarannya, apa lagi
pukulannya ini merupakan tumpuan latihan puluhan tahun dari
Lwekang-nya yang hebat, betapapun keras dan kuat Hoa Kokham,
seketika badannya terpental terbang seperti di-lompa-r
ketengah udara jatuh beberapa tombak jauhnya.
Hebat memang kepandaian Hoa Kok-ham ditengah udara
badannya salto beberapa kali dengan gaya burung dara
jumpalitan, dengan ringan kakinya menancap ditanah tanpa
terbanting jatuh, Tapi meski mengandal Hou-deh-sih-kang dia
berhasil melindungi badannya sehingga tidak mengakibatkan
cidra apapun, tapi hawa murninya sudah terkuras tidak sedikit
Dengan gelak tawa besar secepat terbang Liu Goat-ka
berlari pergi bagai terbang sambil memanggul Hong-lay-mo-li.
Waktu Hoa Kok-ham berdiri tegak dan berpaling kebelakang,
Liu Goan-ka sudah menghilang tak keruan parannya.
Hoa Kok-ham memaki dengan gusar: "Biar kau bangsat tua
ini takabur, akhirnya akan datang seseorang yang bakal
membuat perhitungan dengan kau."
Saat itu Liu Goan-ka sudah satu li jauhnya, mendengar caci
maki Hoa Kok-ham, mencelos hatinya: "Hebat benar Lwekang
Siau-go-kan-kun, sedikitpun dia tidak cidra karena pukulanku
tadi, siapakah yang dia maksudkan hendak menuntut balas
kepadaku" usianya paling baru dua puluhan, masakah dia
tahu rahasia kejadian dulu" Em, mungkin dia hendak undang
guru atau angkatan tuanya untuk menuntut balas kepadaku,
buat apa aku sembarang mereka."
Setelah berhasil membekuk Hong-lay-mo-li, Liu Goan-ka
tidak sempat urus kepada Hoa Kok-ham lagi, Pikirnya: "Secara
kebetulan aku mendapat pulang Jing-yau anakku yang hilang
sekian lamanya, biar kelak aku berusaha untuk menghadapi
Siau-go-kan-kun itu!"
Hong-lay-mo-li se-olah mengalami mimpi buruk, ditengah
mimpinya itu seperti melihat bayang2an hitam yang
berkelebatan didepan matanya. Lama kelamaan kesadarannya
berangsur pulih, waktu ia membuka mata dilihatnya Liu Goanka
sedang berdiri dengan tersenyum mengawasi dirinya, ingin
rasanya Hong-lay-mo-li berteriak: "Apa betul kau ini ayahku?"
tapi suaranya tak bisa keluar.
Se-konyong2 dilihatnya senyuman manis Liu Goan-ka
berubah seringai sadis, tangannya menyekal sebatang belati
sedang menusuk kedadanya, seketika Hong-lay-mo-li menjerit
ngeri, "Blang-" tiba2 terasa sebuah tangan menekan rebah
badannya sehingga tidak sampai berjingkrak bangun.
"Yau-ji (anak Yau)," itulah suara Liu Goan-ka. "Syukurlah,
akhirnya kau sudah siuman."
Sorot matahari menyilaukan mata, bayangan2 hitam yang
menakutkan tadipun sirna, Hong-lay-mo-li sadar dari mimpi
buruknya, tapi keadaan yang dia lihat mirip benar dengan
dalam mimpinya, cuma yang terpegang ditangan Liu Goan-ka
bukan belati tapi adalah sebuah kotak emas, kotak emas
pemberian Hoa Kok-ham kepada dirinya itu.
Didapati pula oleh Hong-lay-mo-li dirinya sedang rebah
diatas ranjang, dalam kamar ini hanya Liu Goan-ka dan dirinya
berduaan, agaknya Liu Goan-ka sudah membawanya pulang
ke Jian-liu-cheng, semalam sudah berselang.
Hong-lay-mo:li coba kerahkan hawa murninya, Lwekangnya
tetap kuat tidak menunjukkan gejala2 yang tidak normal.
Pelan2 ia bangun duduk, hatinya ham-bar, dengan terlongong
ia awasi Liu Goan-ka, tidak tahu apa yang harus dia ucapkan"
Siapakah laki2 dihadapannya ini, apa betul ayah kandungku
sendiri" Masih belum berani dia bertanya, "Ayah" diapun
belum berani semberono memanggilnya.
Pelan2 dengan hati2 Liu Goan-ka membuka kotak emas itu,
tanyanya: "Siapa yang berikan ini kepadamu?"
"Hoa Kok-ham!" sahutnya pendek.
Gemetar sekujur badan Liu Goan-ka, mimik wajahnya amat
aneh, agaknya rada heran, tapi juga mengandung rasa takut
dan kaget, dari dalam kotak ia keluarkan secarik kain dimana
tertulis hari tanggal dan jam lahir, dengan tajam ia awasi
Honglay-mo-li, katanya dingin: "Jadi kau sendiri sudah jelas
mengenai hari lahir dan asal usulmu?"
"Apapun aku tidak tahu." sahut Hong-Iay-mo-li,
menyinggung riwayat hidup tak tahan air mata berka-ca2
dikelopak matanya.
Liu Goan-ka menghela napas, sorot mata yang tajam
sedingin es tadi kini berubah welas asih dan kasih sayang,
dengan lengan bajunya dia menyeka airmata Hong-Iay-mo-li
katanya lembut: "Apa pula yang pernah Hoa Kok-ham katakan
kepadamu?"
"Dia suruhan orang mengantar kotak emas ini, aku sendiri
belum sempat tanya kepadanya."
Liu Goan-ka jadi lega hati, katanya tersenyum. "Untunglah,
kau belum sampai tertipu oleh Hoa Kok-ham."
Tak tahan dengan ragu2 akhirnya Hong-Iay-mo-li bertanya:
"Liu, Liu-chengcu, kau, darimana kau bisa tahu tanggal dan
hari kelahiranku?"
"Kau panggil apa kepadaku" O, jadi kau masih belum mau
percaya bahwa aku ini adalah ayah kandungmu sendiri?" lalu
dari dalam kotak ia keluarkan pula secarik kain kunyal lainnya
yang berlepotan darah, katanya:
"Dulu aku meninggalkan kau dlpinggir jalan, aku gunakan
sobekan jubah panjangku untuk membungkus badanmu,
memang kain kunyal ini sengaja kutinggalkan sebagai tanda
pengenal kelak, darah yang berlepotan disini adalah noda
luka2 badanku dulu. Tak nyana kain ini berhasil dicuri oleh
Hoa Kok-ham. Tapi menurut dugaanku, jubah panjang itu
tentu masih kau simpan bukan" pernahkah kau mencocokan
satu sama lain" Yau-ji, memangnya kau masih tidak mau
mengakui aku ini sebagai ayahmu?"
Bukti2 yang dikemukakan Liu Goan-ka memang kenyataan,
tiada alasan Hong-lay-mo-li untuk menyangkalnya lagi, sejak
lama memang dia sudah merindukan kasih sayang orang tua,
seketika meledaklah rasa haru dan gembira hatinya, segera ia
menubruk kedalam perakan Liu Goan-ka dengan air mata
bercucuran, "Ayah! Ayah!"
Liu Goan-ka menyeka air mata Hong-lay-mo-li, katanya
lembut: "Tentu kau salahkan aku kenapa dulu aku
membuangmu dlpinggir jalan bukan" Hal ini harus kututurkan
dari kejadian dua puluhan tahun yang lalu, waktu itu kau
masih orok kecil yang belum putus minum tetek ibumu,
bersama ibumu, kita sekeluarga tiga orang tinggal disebuah
desa di Hu-gu-san di Holam, dengan kepandaian
pengobatanku kami bertahan hidup, meski kehidupan tidak
terlalu berkelebihan, tapi cukup tentram dan merupakan
kehidupan yang menyenangkan selama hidupku ini."
Hong-lay-mo-li tiba2 menyeletuk: "Hu-gu-san di Holam,
bukankah daerah kekuasaan pemerintah Kim?"
"Benar, asalnya kita memang bukan orang di Kanglam,
usaha dan perkampungan ini adalah hasil jerih payahku
selama beberapa tahun setelah aku hijrah kesini, Setelah
kututurkan lebih lanjut, kau akan paham seluruhnya."
Liu Goan-ka minum seteguk teh, lalu melanjutkan perlahan2:
"Sayang kehidupan bahagia yang kita kecap bertiga
tidak lama berlangsung, suatu hari, terjadilah suatu peristiwa
besar yang tak terduga sebelumnya, kejadian itu merubah
seluruh kehidupanku, karena peristiwa itu pula kita sekeluarga
lantas berantakan.
Raja Tatcu dari negeri Kim keluarkan mak-lumat, mencari
tokoh2 parsilatan yang kenamaan dan para tabib pandai
masuk kekota raja, ilmu silat dan ilmu ketabibanku memang
cukup dikenal didaerah sekitarnya, sudah tentu akupun
menerima undangan itu."
"Kau terima undangan dan pergi tidak?" tanya Hong-laymo-
li. "Sudah tentu harus pergi!"
Berubah muka muka Hong-lay-mo-li, suaranya gemetar:
"Kenapa kau tidak melarikan diri saja?"
"lbumu tidak bisa main silat, kau sendiri baru saja lahir."
"Jadi demi keselamatan kami ibu beranak, terpaksa kau
tidak hiraukan gengsi dan ketenaran pribadimu sendiri?"
"ltu salah satu sebab, tapi bukan sebab yang utama, bicara
terus terang, aku sendiri yang ingm menerima undangan itu."
"Kau sendiri ingin pergi" Karena kemaruk harta dan
kedudukan" Atau lantaran takut mati?"
"Bukan semuanya, memang banyak orang yang menerima
undangan itu karena kemaruk harta dan kedudukan, ada pula
yang takut mati, tapi aku bukan lantaran sebab2 ini."
"Lalu apa pula tujuanmu?" tanya Hong-lay-mo-li bingung.
"Karena aku sudah mendapat tahu sebab musabab dan
tujuan raja Tatcu itu mengundang sekian banyak orang,
Tahun dimana peristiwa itu terjadi, kebetulan genap sepuluh
tahun sejak peristiwa Jeng-khong yang memalukan itu, apa
kau tahu peristiwa Jeng-khong yang memalukan itu?"
"Ya, suatu peristiwa yang paling menghina nusa dan
bangsa kita yang paling besar, kenapa aku tidak tahu" Tahun
itu penjajah bangsa Nuchen menggempur pecah Kiang-king
(ibu kota dynasti Song utara), menawan Hwie-khim Jite,
karena itulah dynasti Song hijrah keselalan dan bercokol di
Kanglam." "Bukan saja penjajah Kim menawan raja Hwi-khim, malah
seluruh harta pusaka didalam gudang keratonpun disapunya
bersih, yang lain2 tidak perlu dibicarakan diantaranya terdapat
dua benda pusaka negara yang tak ternilai harganya, satu
adalah Hiat-to-tong-jin, patung manusia terbuat dari baja ini
terukir jelas sekali letak dari semua Hiat-to dan urat nadi
manusia, segala buku catatan ilmu silat dan pertabiban yang
terdapat dikalangan Kangouw tiada satupun yang selengkap
dan semendalam seperti apa yang termuat didalam Hiat-totong-
jin ini, oleh karena itu Hiat-to-tong-jin ini amat berharga
bagi kaum persilatan dan ilmu pengobatan. Kaum persilatan
dan para tabib kenamaan tiada seorangpun yang tidak
mengim-pikan untuk memperolehnya."
"Jadi kau ketarik kesana lantaran Hiat-to-tong jin itu?"
"Biar kuberitahu sebuah pusaka negara yang lainnya. Songthay-
co Tio Khong-in bukan saja cikal bakal pendiri dynasti
yang sekarang, diapun seorang tokoh silat yang tiada taranya,
ini tentunya kau sendiripun sudah tahu?"
"Thay-co tiang-kun dan Ji-seng-pang amat populer
didaerah utara, para Busu dari Tatcu juga mempelajarinya
secara umum," Thay-co-tiang-kun merupakan ilmu silat
kepandaian Tio Khong-in yang amat dibanggakan untuk
menjagoi Kangouw pada masa jayanya dulu, soal Ji-sang-pang
dalam hal ini termasuk pula adik Tio Khong-in yang bernama
Tio Khong-gi, mereka kedua kakak beradik sama pandai
menggunakan ruyung, belakangan Tio Khong-gi mewarisi
kedudukan abangnya, dengan gelar Song Thay-cong, oleh
karena itu ilmu ruyung itu bersama Tio Khong-in dinamakan
"ji-seng",
Liu Goan-ka manggut2, katanya lebih lanjut: "Bukan saja
Song-thay-co ahli memainkan pukulan dan ruyung, malah
LWekangnyapun teramat tinggi."
"Kepandaian silat Song-thay-co mendapat ajaran dari Hoasan-
in-su Tan Pok, Tan Pok pada jaman itu dipandang sebagai
tokoh laksana dewa, bahwasanya diapun manusia biasa, tapi
karena jiwanya luhur, bajik, bijaksana dan berpandangan luas,
mengasingkan diri dari kotoran duniawi, pula punya hubungan
dan ikatan yang erat dengan Thay-co, oleh karena itu
mendapat puji sanjung dan di puja2 oleh rakyat jelata
umumnya, ilmu Lwekang ciptaan Tan Pok ada ditulis didalam
sejilid buku yang dia namakan Ci-goan-bian, dimana ada
tertatat pula ilmu pukulan, ilmu pedang dan segala ilmu silat
tingkat tinggi, seluruh hasil karyanya dia turunkan kepada
Song-thay-co."
"Jadi pusaka negara kedua yang kau maksudkan adalah
tentang buku pelajaran silat dan Lwekang ini?"
"Benar, Sayang sekali setelah Song-thay-cong wafat, para
raja yang mewarisi kedudukan kerajaan, semua kelalap
didalam kehidupan mewah dan foya2, tiada seorangpun yang
tekun mempelajari ilmu silat, maka buku pelajaran silat itu
akhirnya disimpan didalam gudang keraton, dianggapnya
sebagai buku buangan yang tak berguna.
Tapi menguntungkan penjajah Kim malah, setelah
menduduki Kiang-king, seluruh harta kekayaan keraton yang
tersimpan didalam gudang dikuras habis, sudah tentu buah
Karya dari busu pelajaran silat dan Lwekang serta Hiat-totong-
jin itu kalut diboyong semua kenegeri Kim."
Sampai disini Liu Goan-ka menghela napas, katanya lebih
lanjut: "Aku tidak tega melihat kedua pusaka ini terjatuh
ketangan musuh, maka aku rela merendahkan derajat, gengsi
dan nama baik, pura2 dengan suka rela menjadi manusia
rendah budi menerima undangan raja Kim itu masuk
kekeraton!"
"Apa pula sangkut paut undangan raja Kim itu dengan
kedua pusaka itu?"
"Hiat-to-tong-jin amat rumit dan mendalam, mencakup
bidang yang teramat luas, jikalau bisa diselidiki dan diselami
secara menyeluruh, banyak manfaatnya untuk mengobatan
dengan tusuk jarum, pula amat berguna bagi penggunaan
cara menutuk Hiat-to dalam bidang ilmu silat. Tentunya
bangsa Nuchen cukup tahu akan manfaat yang tak terbatas


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini, tapi setelah sepuluh tahun sejak mendapat kedua pusaka
ini, mereka sudah kumpulkan seluruh cerdik cendekiawan
diseluruh negerinya, dengan segala daya upaya dan
menyelidikinya siang dan malam, sedemikian jauh mereka
belum memperoleh intisari yang benar2 murni dari ilmu
sesungguhnya yang terkandung didalam Hiat-to-tong-jin itu.
Dan lagi ilmu silat terutama ajakan Lwekang ciptaan Tan
Pok yang termuat didalam Ci-goan-bian itupun teramat
mendalam dan sukar dijajagi, merekapun tak berhasil
menyelami secara menyeluruh. Oleh karena itu secara rahasia
raja Kim menyebar undangan, peduli bangsa Han, Nuchen,
orang Sehe atau orang Liau, asal dia seorang tokoh silat yang
lihay dan kenamaan, tabib yang tinggi ilmunya, semuanya
dijaring dan dikumpulkan.
Tujuan-nya supaya orang2 ini ikut bantu mereka menyelidik
dan menyelami ilmu2 itu demi kepentingan mereka pula."
"Masakah raja Tatcu itu berani begitu saja mempercayai
kalian?" "Sudah tentu dia mempunyai caranya sendiri yang cukup
keji dan culas, setelah kita masuk keraton, satu sama lain
dipisahkan, setiap orang selalu dijaga dan diawasi oleh jago2
kosen dari istana, Dan lagi dia tidak memperlihatkan ilmu silat
dan ajaran Lwekang itu keseluruhannya kepada kami, tentang
Hiat-to-tong-jin melihat atau merabapun kita dilarangnya."
"Tong-jin dilarang meraba, ilmu silat tak oleh melihat, cara
bagaimana kalian harus mempelajari dan menyelidik dan
menyalaminya?"
"Mereka memang cukup pintar, Hiat-totong-jin itu mereka
gambar menjadi lukisan yang terpecah2, masing2 terbagi dua
belas gambar urat dan lima belas nadi, seluruhnya dua puluh
tujuh posisi menjadi dua puluh tujuh gambar lukisan, setiap
orang hanya memperoleh satu diantara kedua puluh tujuh
gambar lukisan pecahan itu.
Demikian juga pelajaran silat dan Lwekang itu dipecah
untuk dipelajari menjadi delapan bagian, sementara ajaran
Lwekang yang tercantum didalam Ci-goan-bian itu, karena
satu sama lain bertautan dan tak mungkin dipelajari atau
diselami secara petil2, terpaksa cuma di bagi dua bagian,
masing2 dibuatkan catatan duplikatnya dibagikan kepada
beberapa orang pula.
Karena aku ahli dalam dua bidang, ilmu silat dan ilmu
pengobatan beruntung memperoleh bagian pertama dari Cigoan-
bian, sebagian dari ilmu pukulan dan gambar lukisan
tentang Siau-yang-keng-meh dari sebagian Hiat-to-tong-jin,
apa yang kudapatkan jauh lebih banyak dan luas dari orang2
lain yang sama2 berada didalam tembaga penyelidikan ini,
tapi apa yang kuperoleh toh tiada satu sepersepuluh dari
keseluruhannya.
Setiap orang terpisah, satu sama lain tak boleh
berhubungan setiap orang dibawah pengawasan jago2 kosen
istana, sudah tentu merekapun kuatir dan ber-jaga2 supaya
kita satu sama lain tidak saling memberi info dan
menggelapkan."
"Begitu ketat penjagaan dan pengawasan mereka,
bukankah rencanamu akan sia2 belaka?" tanya Hong-lay-moli.
Liu Goan-ka tertawa, ujarnya: "Ya, mereka mempunyai
cara2 mereka sendiri, tapi kitapun punya cara kita pula untuk
mengatasi berbagai kesulitan. Aku punya beberapa teman
yang sehaluan dan se-cita2, jadi mereka punya tujuan yang
sama menerima undangan raja negeri Kim ini. setelah masuk
keraton, meski keadaan serba keras dan seperti tawanan
belaka yang di-pisah2 satu sama lain, sulit sekali untuk
bertemu, betapapun suatu ketika pasti ada kesempatan satu
dua kali, umpamanya didalam suatu upacara perayaan dan
sebagainya, kita berkesempatan bertemu. Kita masing2 sudah
punya persiapan, setiap gambar lukisan yang kami terima kita
berusaha membuat duplikatnya yang lain, kita sembunyikan
secara rahasia pada satu tempat ditaman, umpamanya
dibawah batu2 bukit2an tiruan, didalam lobang dahan pohon
dan diberi tanda2 tertentu yang tak dimengerti orang lain.
Diwaktu beberapa teman mendapat kesempatan bertemu,
cukup asal dengan ucapan biasa seperti orang mengobrol
umumnya, orang lain takkan curiga, cuma kita saja yang tahu
rahasianya, dengan cara itulah kita masing2 saling tukar apa
yang berhasil kita curi dan kita selama sedapat mungkin kita
berbuat pura2 amat setia dan bekerja sungguh2 bagi penjajah
Kim, seluruh hasil dari penyelidikan kita, setengah benar
setengah ngawur, kami tulis dan dilaporkan, sekaligus untuk
menipu kepercayaan mereka. Karena hasil kerjaku teramat
baik, belakangan mereka memberi pula tiga gambar lukisan
dari Ci-goan-bian yang selama ini tak bisa kudapatkan.
Begitulah dengan hati2 dan tahan sabar aku menetap
didalam istana, kecuali beberapa teman semula aku
berkenalan pula dengan beberapa kawan baru, semula kami
hanya tukar pikiran."
Setelah tahu maksud masing2, baru menggunakan
hubungan cara rahasia itu untuk saling tukar duplikat gambar
yang kita dapatkan masing2, pada akhir tahun,, tiga belas
gambar lukisan dari Hiat-to-tong-jin itu sudah berhasil
kutangani, tiga bagian ilmu silat dan satu bagian ajaran
Lwekang, Dan saat itulah jago2 pengawal yang selalu
mengawasi kita itu, agaknya sudah mulai sadar, jelas bahwa
mereka sudah mulai curiga terhadap kita."
Meski tahu bahwa belakangan Liu Goan-ka berhasil lolos,
tapi mendengar sampai disini, tak urung hati Hong-lay-mo-li
ikut gelisah, tanyanya: "Lalu bagaimana kalian?"
"Beberapa teman2 kita itu terpaksa bergerak lebih cepat
dari rencana yang ditentukan, pada suatu malam hujan deras,
kita bunuh teman2 sejawat yang terima bekerja sepenuh hati
bagi kepentingan penjajah Kim, kita rebut pula hasil karya dan
gambar duplikat mereka menerjang keluar dari istana, Ai,
betapapun jumlah kita terlalu sedikit, didalam kepungan jago2
istana yang begitu banyak dan berkepandaian tinggi itu, satu
persatu teman2 yang ikut menerjang keluar bersama aku itu
kena tertawan atau terbunuh oleh mereka, akhirnya tinggal
aku seorang, setelah berhasil membunuh delapan belas jago2
istana, beruntung aku dapat meloloskan diri."
Ber-kaca2 air mata Hong-lay-mo-li, girang dan sedih pula
hatinya, tanpa terasa ia mendekati ayahnya, katanya
sesenggukan "Ayah, ternyata kau punya tujuan luhur dan
berjerih payah sedemikian rupa, putrimu memang salah dan
keterlaluan kepadamu!"
Terbuka alis tebal Liu Goan-ka yang berkerut tadi
mendengar panggilan "ayah" yang kedua kali ini, katanya
lembut sambil mengelus rambut Hong-lay-mo-li "Putriku yang
baik, cukup asal kau dapat memaklumi jerih payah ayahmu,
derita yang kualami beberapa tahun ini rasanya cukup
setimpal."
"Sejak aku lari dari Taytoh, siang malam aku menempuh
perjalanan, langsung pulang kekampung halaman, untung
kalian ibu beranak masih tetap sehat walafiat, kalian sedang
mengharap2 aku pulang dirumah.
"Setelah aku terima undangan dan masuk istana,
pengawasan penguasa setempat dari pemerintah Kim,
terhadap keluarga kita sedikitpun tidak kendor, malam hari itu
juga jejakku konangan oleh mereka.
Dengan menggendong kau aku menerjang kepungan
mereka, malam itu juga melarikan diri, maksudku hendak
menyebrang sungai lari kenegara asal, Tapi ibumu tak bisa
main silat, tak mungkin dia mengikuti langkahku, perjalanan
ribuan li yang serba sengsara itu, sudah tentu tak mungkin dia
tahan. "Dengan menyeret istri menggendong anak, sepanjang
jalan selalu aku mengalami sergapan musuh dan dikejar2,
kubunuh serombongan datang pula rombongan yang lain,
kira2 setengah bulan lamanya, aku baru sampai diperbatasan
Soatang, sebelum tiba di Thaysan, ibumu sudah terluka
sekujur badannya, terserang penyakit demam lagi, dia tidak
tega membebani aku, pada suatu hari kami tiba dipinggir
sungai, mendadak dia lantas terjun ke air bunuh diri!"
Mendengar sampai disini tak tertahan lagi pecah tangis
Hong-lay-mo-Ii dengan sesambatan pilu: "Bu, sengsara benar
kau ini, putrimuIah yang membuatmu menemui ajalnya!"
Melihat orang nangis Liu Goan-ka tertegun malah,
mendadak iapun sadar dan ingat, dirinyapun perlu perlihatkan
rasa sedih, lekas ia usap2 mata memeras beberapa titik air
mata, begitulah mereka ayah beranak sama bertangisan
sekian lamanya.
Sesaat lamanya baru Liu Goan-ka bicara lagi: "Untunglah
hari ini kami ayah beranak jumpa kembali, dialam baka ibumu
tentu bisa meram dengan tentram."
---------------------
Apakah Hong-lay-mo-Ii termakan oleh cerita bohong Liu
Goan-ka dan benar2 tunduk akan perintahnya"
Tugas apa pula dibalik kunjungan Bu-Iim-thian-kiau dengan
gadis bergaman seruling dirumah Liu Goan-ka" Dapatkah Bun
Yat-hoan menandingi Bu-Iim-thian-kiau"
(Bersambung ke bagian 13)
Bagian 13 Hong lay-mo-li ingin tahu kelanjutan peristiwa itu, segera ia
menyeka air mata, mendengar penuturan ayahnya,
Liu Goan-ka mengeringkan air mata, tuturnya lebih lanjut:
"Seumpama orang jatuh ketiban tangga lagi, malam itu
setelah ibumu meninggal, musuh yang mengejar dengan
menunggang kuda menyusul tiba pula, kali ini yang datang
empat jago kosen dari negeri Kim, lihay luar biasa, dengan
sebelah tangan membopong kau, sebelah tangan yang lain
aku lawan keroyokan mereka, setelah pertempuran seru
berlangsung, dua diantara keempat jago negeri Kim itu dapat
kubunuh, dua yang lain terluka parah, badankupun terluka
tujuh tempat, boleh dikata seluruh badanku sudah berlepotan
darah, untung kau sendiri sedikitpun tidak sampai cidra,
musuh2 tangguh akhirnya berhasil kupukul mundur.
"Tapi luka2ku sendiri teramat parah, takkan mampu
melindungi kau lagi, jikalau musuh mengejar datang lagi, kami
ayah beranak bakal gugur bersama, setelah kupikir pulang
pergi, terpaksa kutempuh cara pasrah nasib kepada takdir,
malam itu gelap gulita, secara diam2 kutinggalkan kau
dipinggir jalan, semoga besok pagi ada orang lewat dan
menemukan kau, kemungkinan kalau orang itu seorang baik
bisa memelihara dan mengasuh kau. Kebetulan tak jauh dari
tempat itu ada sebuah kel-enteng bobrok yang tak ter-urus,
dari sana kutemukan alat tulis kucantumkan nama dan tanggal
lahirmu, serta sepatah dua patah permohonan supaya orang
yang menemukan kau suka memeliharamu, setelah itu
kutanggalkan jubanku untuk membungkus badanmu dipinggir
jalan, Waktu itu kau tidur dengan nyenyak, sudah tentu tidak
kau sadari bahwa ayahmu yang kejam ini tega meninggalmu
demikian saja, Yau-ji, kau tidak salahkan perbuatan ayah yang
tercela itu bukan?"
Tak tertahan Hong-lay-mo-li menangis sedih pula, katanya:
"Ayah, demi melindungi aku, begitu besar pula kasih
sayangmu kepadaku, memang cara yang kau tempuh cukup
berbahaya, tapi demi kehidupan jiwa kami berdua terpaksa
kau menggunakan cara ini, kenyataan sampai sekarang aku
masih hidup, belum lagi aku nyatakan terima kasihku
kepadamu, mana aku berani salahkan kau orang tua?"
Liu Goan-ka menghela napas, ujarnya: "Waktu itu akupun
berpikir demikian, namun demikian, waktu aku meninggalkan
kau, betapa pilu hatiku serasa ditusuk sembilu." kali ini dia
sudah bersedih, sampai disini ia benar2 mencucurkan air mata
dan sesenggukan sampai tak bisa bicara.
Kembali mereka bertangisan sekian lamanya, kini Hong-laymo-
li malah yang keluarkan sapu tangan menyeka air mata Liu
Goan-ka, tanyanya: "Belakangan bagaimana" Cara bagaimana
akhirnya kau bisa lolos sampai di Kanglam?"
"Setelah kutaruh kau dipinggir jalan, beberapa langkah
kemudian aku berpaling lagi dan mendekati-mu, dari jubah
yang berlepotan darah itu aku menyobek secuil pikirku sebagai
tanda pertemuan kelak, setelah itu baru aku bergegas
meninggalkan kau. Sebagai buronan pemerintah Kim tak bisa
aku membubuhi tanda tangan diatas kertas itu, seumpama
kelak ayah dan anak jumpa ditengah jalanpun takkan saling
kenal, maka harapan satu2nya tergantung kepada cuilan kain
berdarah itulah.
Ai, dua puluh tahun sudah berselang, setiap detik setiap
saat aku selalu mengenangmu, tidak tahu kau terjatuh
ketangan siapa" Entah selama hidup ini apa masih sempat
bertemu dan kumpul bersama, sudah tentu harapan ini terlalu
kecil, mungkin Thian maha pengasih dan kasihan kepada
kami, tanpa sengaja hari ini beliau mengantar kau kembali
keharibaan orang tuanya."
"Berkat perlindungan dan pengasih Thian sehingga aku
masih hidup sampai sekarang, orang yang menemukan aku
dan mendidik serta mengasuhku itupun kasih sayang dan
pandang aku sebagai anak kandungnya sendiri, kalau
dikatakan memang amat kebetulan, seperti ayah orang itupun
seorang kosen dari Bulim, dia membimbingku sebagai murid,
anggap aku sebagai putrinya pula."
"Siapakah orang ini?" tanya Liu Goan-ka.
"Kalian sama2 orang kosen persilatan, tentunya masing2
sudah cukup kenal. Dia adalah Kongsun In."
Badan Liu Goan-ka bergetar seperti disengat kala, agaknya
amat diluar dugaan, suaranya hampir berteriak kaget: "O,
Kongsun In!"
"Ayah, kau kenal guruku?"
"Kenal sih tidak, tapi dua puluh tahun yang lalu, namanya
sudah menggetarkan utara dan selatan sungai besar, kaum
persilatan memandangnya sebagai puncak persilatan, siapa
yang tak kenal akan dirinya " sebetulnya undangan raja Tatcu
kepada kaum persilatan, yang menjadi tujuan utama adalah
dia. Kabarnya karena dia menghindari undangan ini
meninggalkan rumah mengungsi ketempat lawi, sejak itu
lantas mengasingkan diri, Apa dia masih hidup sampai
sekarang?"
"Usia beliau sudah menanjak tujuh puluh, tapi masih tetap
sehat dan bergairah. Cuma pada kehidupan hari tuanya dia
sebatangkara, hari2 dilewatkan dengan sepi dan menyedihkan
Ayah, setelah peperangan berakhir, suasana damai tentram,
ingin aku mengundang beliau kemari supaya tinggal bersama


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayah, sekaligus putrimu bisa meladeni kalian dua orang
berbudi Bagaimana menurut pendapat ayah?"
Agaknya sikap Liu Goan-ka kurang wajar, sahutnya tertawa
getir: "Baik sih baik, tapi entah kapan dunia baru tentram dan
damai" Soal ini biar kita bicarakan lain waktu saja!"
"Baik, kalau begitu silakan ayah meneruskan cerita
pengalamanmu. Soal keadaanku dirumah Suhu, nanti sebentar
giliranku untuk menceritakan kepada ayah."
Se-olah2 Liu Goan-ka sudah tidak tenang dan pikiran
melayang kelain persoalan, sekilas dia melengak, tanyanya:
"Sampai mana tadi ceritaku?"
"Sampai kau tinggalkan aku dipinggir jalan dan berangkat
seorang diri dengan luka2 parah!"
"Meski dengan luka parah, tapi sepanjang jalan keadaanku
untuk makan minum dan penginapan jauh lebih leluasa, Siang
hari aku sembunyi digunung atau digua ditengah hutan
balantara, setelah gelap baru melanjutkan perjalanan,
memang nasibku cukup beruntung, sejak itu aku tidak pernah
kepergok para pengejarku lagi. Lambat laun luka2kupun
sudah sem-buh, kira2 satu bulan kemudian baru aku berhasil
menyebrangi Tiang-kang secara diam2, dan tibalah aku di
KangIam. Aih, tak nyana setelah tiba ditanah air sendiri,
kembali aku kebentur urusan2 yang menyebalkan."
Hong-lay-mo-li memperhitungkan waktu dan masa kala itu,
katanya: "Waktu itu Cin Kui menteri dorna itu masih pegang
jabatan dan berkuasa bukan?"
"Benar, tahun itu kebetulan empat belas tahun sejak
berdirinya dynasti Sau-hin. jadi tiga tahun setelah Gak Hui
dicelakai oleh menteri dorna itu, Cin Kui masih dipandang
tinggi dan diagulkan oleh raja, namun intriknya dengan Kim
Bu-cu itu panglima besar negeri Kim untuk mencelakai Gak
Hui sudah diketahui oleh rakyat banyak.
Aku sendiri sebagai pendatang baru yang tidak tahu situasi
politik dalam negeri, sungguh tak nyana bahwa keadaan
waktu itu serba kacau balau, menteri2 dorna malang
melintang pembesar2 yang baik dan pandai semua
disingkirkan para penguasa berkorupsi besar2an, situasi
semakin buruk dan porak peronda.
"Waktu itu usiaku masih muda tenaga masih besar, dengan
darah panas yang mendidih segera aku bertekad
menyerahkan hasil jerih payahku dari semua kumpulan
gambar Hiat-to-tong-jin yang kudapat kepada pemerintah. Tak
nyana waktu aku pergi ke Ling-an dan mohon menghadap
kepada penguasa setempat aku malah difitnah sebagai mata2
bangsa Nuchen, tanpa diadili lantas diringkus dan dijebloskan
ke penjara."
"Ternyata ada pejabat anjing yang se-wenang2 seperti itu
dalam negeri ini!" maki Hong-lay-mo-li penasaran.
Liu Goan-ka tertawa, ujarnya: "Tapi aku sebaliknya harus
berterima kasih kepadanya yang memenjarakan aku!"
"Pejabat yang ceroboh dan se-wenang2 dan rendah itu,
masakah memberi manfaat apa kepada ayah" Sampai kau
harus berterima kasih kepadanya?"
"Justru karena dia ceroboh begitu mendengar aku berhasil
lolos dari negeri Kim lantas dia perintahkan anak buahnya
menangkap aku. Kalau dia menerimaku dengan tata krama
umumnya, bila aku menyatakan asal usul dan maksud
kedatanganku tentu gambar lukisan Hiat-to-tong-jin itu akan
kuserahkan kepadanya, maksudku semula memang ingin
supaya dia wakilkan aku menyerahkan kepada raja.
Karena kecerobohannya itu baru aku batalkan niatku dan
berhasil melindungi benda2 pusaka itu: Bukankah aku harus
berterima kasih kepadanya"
Mendengar sampai disini Hong-lay-mo-li lantas membatin:
"Tak heran kepandaian silat ayah begitu tinggi, ternyata
setelah memperoleh petilan gambar lukisan Hiat-to-tong-jin
dan ajaran Lwekang ciptaan Tan Pok, dalam latihan selama
dua-puluhan tahun, sudah tentu cukup berlebihan untuk bekal
menjagoi Kangouw!"
Liu Goan-ka meneruskan ceritanya: "Setelah aku keluar
penjara baru aku tahu, ternyata utusan pemerintah Kim sudah
berada di Ling-an, nama dan asal usulku sudah diberitahu
kepada Cin Kui, atas perintah Cin Kui inilah seluruh pejabat
dalam negeri diharuskan membekuk diriku, hari kedua
menurut rencana aku akan digusur keistana dan langsung
diserahkan kepada Cin Kui, oleh Cin Kui hendak diserahkan
kepada utusan rahasia pemerintah Kim sebagai hadiah.
Setelah mengetahui seluk beluk negara yang serba lalim ini,
tak tahan lagi, malam itu aku bunuh penjaga penjara dan
melarikan diri."
Liu Goan-ka menghela napas, katanya lebih lanjut "Sejak
masa itu, aku jadi dingin dan kecewa menghadapi situasi
negara, apa boleh buat memburu hati yang panas aku lantas
jadi perampok besar di Kangouw.
Waktu aku melarikan diri tumben aku mengerak harta
digudang istana, selama puluhan tahun, hasil dari kerjakupun
tak ternilai jumlahnya, maka tiga tahun yang lalu aku
berkeputusan cuci tangan, dan membangun perkampungan
ini. Haha, tak nyana setelah aku punya uang dan berwibawa,
para pejabat yang dulu berlomba hendak menangkap aku,
malah menjilat dan ber-muka2 kepadaku, sudah tentu
merekapun tiada yang berani menanyakan asal usulku lagi!
Haha, haha, hahaha!"
Gelak tawa yang puas dan bangga serta melampiaskan
kedongkolan, Hong-lay-mo-li terlongong sebentar katanya
tiba2: "Ayah kau punya uang punya kekuasaan sudah tentu
para pejabat sama bermuka2 dan menjilat kepadamu, celaka
adalah rakyat jelata yang ketiban pulung!"
Liu Goan-ka seketika menghentikan tawanya, tanyanya
dengan alis bertaut: "Ditengah jalan apa saja yang pernah kau
dengar?" "Mereka berkata bahwa semua pembantumu sebuas
harimau seganas serigala, suka memeras dan menindas rakyat
kecil." "O, ada kejadian itu?" ujar Liu Goan-ka pura2 tidak tahu,
"mungkin karena kelalaianku, tidak membatasi mereka dengan
tata tertib yang keras, ada beberapa budak yang meminjam
nama baikku berbuat se-wenang2 diluar tanpa setahuku,
selanjutnya biar kuberi peringatan dan pengawasan yang
ketat, Apa pula yang ada kau dengar?"
"Sawah ladang ratusan li didaerah ini, rumah gadai katanya
adalah milikmu, setiap patah dari Congkoanmu laksana
perintah raja."
"Memangnya kenapa?"
"Kau menyedap pajak yang tinggi, memberi upah yang
rendah, rakyat jelata hidup ditengah kesengsaraan Masakah
ayah sendiri tidak tahu, kau umbar anak buahmu se-mena2,
agaknya selamanya tidak pernah kau tegor mereka?"
Sikap Liu Goan-ka kelihatan rikuh dan kikuk, katanya
berkakakan menghilangkah sikap risinya. "Yau-ji, kau harus
tahu, puluhan tahun lamanya aku menjadi kepala rampok,
tidak sedikit anak buahku, setelah mencuci tangan
mengasingkan diri, mereka yang menyandarkan hidupnya
kepadaku tidak sedikit jumlahnya kalau tidak mau dikatakan
ribuan banyaknya.
Walau aku punya simpanan harta, tapi aku sudah melarang
mereka mengadakan perampokan, kalau hari2 berlarut secara
ngangguran, punya harta setinggi gunungpun akhirnya habis
dimakan Bahwa aku menyewakan sawah, mendirikan rumah
gadai tidak lain hanya untuk mempertahankan hidup, soalnya
kita dipaksa oleh keadaan."
"Ayah maaf akan ketedoran putrimu tadi, tapi masih ada
sebuah hal yang menyangkut kepentingan nusa dan bangsa
perlu kutanyakan kepada ayah."
"Apa pula yang pernah kau dengar tentang soal yang
menyangkut diriku?"
"Aku bukan mendengar, tapi putrimu sendiri yang
melihatnya. Ayah, kenapa kau menempatkan Koksu negeri
Kim Kim Cau-gak itu sebagai tamu agungmu?"
"Apa benar dia itu Koksu dari negeri Kim" pendekar Latah
Hoa Kok-ham sengaja hendak cari perkara kepadaku, bukan
mustahil dia sengaja menyebar kabar angih?"
"Tidak aku tahu cukup jelas, Ki-lian-lo-koay itu memang
benar adalah Koksu negeri Kim."
"Darimana kau bisa tahu?" tanya Liu Goan-ka melengak.
"Aku sendiri pernah bentrok sama dia malah. Dia
membunuh pimpinan laskar rakyat dari Soatang To Toa-hay,
diwaktu hendak membunuh Say-ci-hong salah satu dari Supak-
thian itu, kebetulan kebentur ditanganku, aku sendiri
sudah cukup jelas mencari tahu asal usulnya." lalu ia tuturkan
pengalamannya dulu itu. Cuma soal bantuan Bu-lim thian-kiau
dengan irama serulingnya tidak dia beberkan.
Liu Goan-ka jadi rada curiga, katanya: "Masakah kau
mampu menandingi Ki-lian-lo-koay?"
"lm-yang-ji-khi Ki-lian-lo-koay memang lihay, tapi setelah
dia menempur Say-ci-hong yang bergabung dengan Tang-hayliong,
baru aku menempurnya dengan mati2an."
Uraian Hong-lay-mo-li cukup masuk akal, disamping dia
sendiri mempunyai sesuatu hal yang harus dia rahasiakan,
maka tidak enak Liu Goan-ka bertanya lebih lanjut seperti
diketahui Hong-lay-mo-li tahu asal usul Kim Cau-gak dari
penuturan Bu-lim-thian-kiau.
Liu Goan-ka menepekur sebentar, katanya: "Kalau demikian
jadi apa yang dikatakan pendekar Latah memang bukan
bualan belaka, jadi Kim Cau-gak be-nar2 adalah Kok-su negeri
Kim." "Sudah tentu benar, memangnya tiruan?" Tiba2 Liu Goanka
bergelak tawa, ujarnya: "Yau-ji, kabarnya kau sudah
menjadi Liok-lim Bengcu dilima propensi daerah utara,
tentunya kau cukup punya pengetahuan dan pengalaman. Di
dalam menghadapi suatu persoalan kita tidak bisa dilandasi
keberanian saja tanpa menggunakan pikiran bukan?"
"O, jadi ayah mengundangnya dengan suatu maksud
tertentu?"
"Benar, terus terang aku memang sudah tahu bahwa dia
adalah tokoh bukan sembarangan dinegeri Kim, maka sengaja
kulayani dengan cara lain. Coba kau pikir, dengan tokoh
penting seperti dia, datang ke Kanglam tentu mempunyai
suatu maksud tertentu: Untuk membunuhnya tidak sukar, tapi
jika dia terbunuh darimana kita bisa memperoleh rahasia yang
kita perlukan" Oleh karena itu aku melayaninya dulu, baru
pelan2 berusaha mengorek keterangannya, setelah berhasil
belum terlambat membunuhnya. Tak nyana, datang2
pendekar Latah Hoa Kok-ham lantas bikin onar sehingga
rencana dan usahaku gagal total."
Hong-lay-mo-li kaget, tanyanya: "Bangsat tua itu sudah tak
berada di Jian-liu-cheng?"
"Coba kau pikir, bila dia benar2 Koksu dari negeri Kim,
kedoknya sudah ditelanjangi dihadapan umum, masa dia
masih berani tetap tinggal disini" Sudah tentu siang2 sudah
melarikan diri!"
"Sayang, sayang!" Hong-lay-mo-li jadi kecewa.
"Seka-rang giliran membicarakan urusanmu, untuk apa kau
datang ke Kanglam?" tanya Liu Goan-ka.
Sebentar Hong-lay-mo-li ragu2, katanya: "Sejak Suhu
merawat dan mendidikku, beliaupun mencari tahu kemana2,
ingin tahu siapa sebenarnya ayah bunda-ku, tinggal dimana,
lantaran apa membuang putrinya ditengah jalan, Sejak aku
menanjak dewasa dan tahu urusan, akupun mencari tahu
kepada siapa saja yang kurasa boleh diandalkan bantuannya,
daerah utara terang tak mungkin dapat berhasil lagi, maka
terpaksa aku datang ke Kanglam."
"O, jadi kau hendak mencari aku, beberapa tahun ini,
tentunya kaupun cukup menderita bukan!"
Diam2 terketuk sanubari Hong-lay-mo-ii soalnya masih
banyak persoalan yang mengganjal dalam sanubarinya,
merupakan teka-teki yang belum terpecahkan, sehingga ia
belum seratus persen mau mempercayai omongan dan itikad
ayahnya ini, apalagi selalu teringat olehnya peringatan Hoa
Kok-ham yang wanti2 itu, maka dia harus hati2 dalam
menghadapi persoalan yang belum pernah terduga olehnya,
bahwa selekas ini dia sudah bertemu ayahnya sebelum dia
sendiri sempat bicara dengan Hoa Kok-ham.
"Kecuali hendak mencari aku, tentunya kau memikul tugas
urusan lain bukan?" tanya Liu Goan-ka.
Kembali Hong-lay-mo-li ragu2 dibuatnya, tapi terpikir
olehnya bahwa Hoa Kok-ham sudah datang lebih dulu
memberi kabar penyerbuan besar2an pasukan Kim ke Kanglam,
tiada sesuatu yang perlu dirahasiakan lagi, maka menurut
apa adanya ia tuturkan kepada Liu Goan-ka, dikatakan pula
bahwa dirinya hendak pergi ke Ling-an untuk menemui Sin Gicik,
untuk merundingkan cara untuk membendung serbuan
pasukan Kim ke selatan.
Liu Goan-ka mengunjuk rasa girang, katanya: "Yau-ji, tidak
malu kau menjadi putriku yang patriot" Merupakan kabar
gembira pula bagi kaum persilatan, kita ayah dan anak sama2
sebagai Liok-lim-bengcu, termasuk orang sehaluan dan secita2
pula," "Jadi kalau pasukan Kim benar2 menyerbu keselatan, ayah
juga hendak siapkan seluruh kekuatan kaum Bulim untuk
melawan dan membendung serbuan musuh?"
"Sudah tentu, walaupun aku sudah cuci tangan
mengasingkan diri, memangnya aku harus peluk tangan
melihat pasukan musuh menginjak negeri kita, bila perlu nanti
terpaksa aku langgar saja sumpahku menutup pintu
menggantung golok."
Berhenti sebentar, Liu Goan-ka berkata pula:
"Apakah kaum Liok-lim dilima propensi utara mau tunduk
dibawah perintahmu?"
"Tujuh delapan diantara sepuluh, putrimu masih kuasa
memberi petunjuk2 kepada mereka."
"Setelah kau meninggalkan pangkalan, siapa yang
menggantikan jabatanmu?"
"Seorang pelayan pribadiku yang paling dekat dan boleh
dipercaya, orangnya cerdik pandai bekerja, aku boleh lega hati
pasrahkan kepadanya!"
Liu Goan-ka geleng kepala, katanya: "Membendung orang2
Nuchen menyerbu keselatan, betapa penting arti dari pada
perjuangan ini, kau cuma menyerahkan jabatan dan


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kekuasaanmu kepada seorang pelayan peribadi saja, mana
orang mau percaya dan lega hati" sebelum kau meninggalkan
pangkalan, apa kau sudah mengaturnya dengan baik dan
hati2" cobalah kau terangkan situasi dan keadaan disana,
supaya kami ayah beranak bisa tukar pikiran."
Diam2 Hong-lay-mo-li merasa penasaran mendengar
ucapan ayahnya yang mengandung sindiran dan merendahkan
kebolehan dirinya dengan anah buah-nya. Disaat ia hendak
bicara entah kenapa tiba2 bayangan Hoa Kok-ham berkelebat
didepan matanya, se-akan2 orang menuding dirinya: "Kenapa
kau tidak mendengar nasehatku" percaya begitu saja oleh
obrolan dan bujuk manis bangsat tua ini?"
Tersirap darah Hong-lay-mo-li, batinnya: "Mung-kin Koa
Kok-ham sembarangan menuduh dan menaruh salah paham,
tapi tiada jeleknya aku berlaku hati2. Rasanya akupun tidak
perlu membicarakan rahasia itu dengan ayah, maka segera ia
merubah niatnya semu-la, katanya: "Segala perubahan yang
terjadi dalam dunia ini sukar diraba sebelumnya, pelayanku itu
amat cerdik dan giat bekerja, akupun sudah memberi petunjuk
dan kekuasaan kepadanya untuk bertindak melihat gelagat."
"Ai, dalam hal ini kau jelas sedikit gegabah, Betapa cerdik
dan pandai bekerja pelayanmu itu, tidak lebih dia cuma
seorang pelayan, berapa sih pengetahuannya" ilmu silat dan
kewibawaan sedikitpun tidak memadai dengan kedudukan,
masakah dia mampu mengendalikan sekian banyak orang
menanggulangi berbagai persoalan besar" Dan lebih penting
lagi, apakah orang lain suka tunduk kepadanya" Kukira
selekasnya kita harus berdaya untuk memperbaikinya."
"Bagaimana menurut pendapat ayah?" terpaksa Hong-laymo-
li bertanya. "Berperang melawan penjajah Kim merupakan urusan
besar yang bakal menentukan masa depan negara kita,
sekali2 tidak boleh hanya mengandai keberanian atau
kekuatan rakyat jelata yang tak mampu angkat senjata, kita
harus mencari seorang pemimpin yang benar2 tabah pandai
berperang dan punya kewibawaan yang besar pula."
"Orang pandai sekomplit itu dalam waktu dekat ini masa
gampang ditemukan, terpaksa biarkan mereka sembari
berperang belajar dan tambah pengalaman"
"Ah, ucapan anak2 belaka, bangsa Nuchen dengan
kekuatan pasukan besarnya yang terlatih dengan persenjataan
lengkap lagi, masakah bisa kita lawan sambil belajar" Aku sih
punya cara untuk mengatasi dan menambal kelemahan ini."
Hong-lay-mo-li girang, tanyanya: "Kalau ayah punya cara
yang baik, kenapa tidak lekas katakan?"
"Berperang yang diutamakan adalah manusia, Muridku
yang terbesar Kiong Cau-bun adalah keturunan keluarga
militer, pa(ham pelajaran strategis peperangan, biasanya dia
sudah cukup pandai menjadi pembantu tangan kananku, tak
pernah kalah dimedan laga, benar2 seorang berbakat yang
sukar dicari keduanya.
Selain itu aku masih punya enam murid lagi, kepandaian
silat dan kecerdikan otak mereka tidak lemah pula, Maksudku
biar muridku yang tertua Kiong Cau-bun pimpin keenam
Sutenya, menyelundup ke utara membantu kalian memukul
garis belakang pasukan musuh. Kau boleh menulis surat
perkenalan supaya dibawa Kiong Cau-bun, biar dia saja
sementara mewakili kau memegang jabatanmu, memimpin
dan kendalikan pasukan disana, semoga seluruh kekuatan
laskar rakyat dari lima propinsi diutara semua mau tunduk dan
mendengar perintah sekaligus mengerek panji
pemberontakan. Bagaimana menurut pendapatmu?"
Gundah dan risau hati Hong-lay-mo-li, otaknya beruntun
berputar dengan cepat, hatinya bimbang dan serba salah,
menerima usul ayahnya merasa berat, untuk menolak merasa
rikuh, akhirnya dia berkata: "Ayah suka kirim bantuan untuk
membantu tenaga di-sana, memang baik sekali. putrimu
sekarang merasa emat penat dan semangat luluh, mungkin
pikiran menjadi kurang tenang, bagaimana kalau tunggu
sampai besok baru kutulis suratnya itu?"
Mendengar orang sudah menerima usulnya, Liu Goankapun
tidak mendesak lebih lanjut katanya: "Semalam kau
sudah letih dan kehabisan tenaga. Baiklah, kau istirahatlah.
Boleh kau pikir lebih sempurna baru menulis surat itu besok
pagi, ada pesan apa kepada pelayanmu boleh kau tulis
sekalian, Nah begitu saja, besok pagi aku kemari menengok
kau." Setelah Liu Goan-ka berlalu, keadaan Hong-lay-mo-li
menjadi tentram, seorang diri dia duduk menera-wang
kejadian2 yang berlarut barusan, lambat laun setelah satu
persatu dia analisa, timbul rusa curiganya pertama soal Ki-lianlo-
koay, jelas sekali waktu itu Liu Goan-ka begitu getol
melindungi dan sikapnya begitu intim, namun ucapan yang dia
kemukakan barusan jauh sekali bedanya.
Kedua soal kotak emas pemberian Hoa Kok-ham, dikatakan
Hoa Kok-ham mencuri miliknya, bahwasanya mereka satu
sama lain tidak kenal, kepandaian merekapun kira2 setanding,
dari mana Hoa Kok-ham tahu bahwa Liu Goan-ka memiliki
barang2 rahasia pribadi dirinya sehingga begitu gampang
dicurinya"
Liu Goan-ka mirip buaya darat, kenapa pula Hoa Kok-ham
dua kali pesan wanti2 kepadaku supaya tidak percaya
obrolannya" Seolah2 dia tidak pandang Liu Goan-ka sebagai
buaya darat umumnya?"
Begitulah Hong-lay-mo-li tenggelam dalam alam pikirannya,
tanpa terasa, hari sudah menjelang mag-rib, seorang pelayan
perempuan datang mengantar makanan, katanya: "Siocia
sudah tidur ,siang" ,Loya ada urusan, katanya supaya Siocia
makan seorang diri saja!" hidangan memang cukup banyak
dan serba nikmat, karena banyak persoalan menggenjel
hatinya, Hong-lay-mo-lii tidak doyan makan, sekedarnya saja
dia isi perutnya.
Setelah pelayan ini membereskan piring mang-kok, kembali
dia datang menyerahkan alat2 tulis dan ditaruh dimeja,
disumatnya pula dupa wangi diperabuan, baru dia mohon diri
kepada Hong-lay-mo-li.
Setelah menutup pintu Hong-lay-mo-li terlongong
menghadapi kertas yang sudah terbeber dan tinta yang sudah
diaduk, kembali pikirannya timbul tenggelam.
Pikirnya: "Agaknya perhatian ayah amat besar terhadap
suratku ini. Memang maksudnya baik, Tapi kenapa dia minta
aku menyerahkan jabatan pimpinan dan kekuasaanku kepada
muridnya" Memangnya dia mempunyai rencana lain dan ada
apa2 dibalik persoalan ini?"
Tersirap darah Hong-lay-mo-li berpikir sampai disini,
keringat dingin tanpa terasa membasahi badannya, rasa
kantuknya hilang sama sekali, Berbagai persoalan yang ganjil
ini, semakin menambah rasa curiganya kepada ayah yang
baru dia temui ini.
Tak terasa, waktu berlalu dengan cepat, kentongan kedua
sudah berselang, sinar rembulan menyorot masuk kekamar
melalui jendela, pikirannya semakin gundah risau dan i tak
bisa tentram. "Apapun yang dikatakan bangsat tua ini, jangan kau
percaya!" se-olah2 peringatan Hoa Kok-ham terkiang pula
dipinggir telinganya, seketika Hong-lay-mo-li tersentak sadar,
persoalan ber-belit2 dan satu sama lain saling bertentangan
dalam hal ini pasti ada latar belakang yang tidak diketahuinya.
Pikirnya: "Aku harus menemui Hoa Kok-ham, dan minta
penjelasan hanya dia seorang yang tahu rahasia asal usul
pribadi ku."
Tapi lekas sekali dia tumbangkan pemikirannya ini, "Tidak,
yang tahu rahasia asal usul diriku kukira bukan hanya Hoa
Kok-ham seorang saja." Maka terbayang pula kata2 Susonya
(Siang Pek-hong) sebelum ajal itu, bahwa Siang Pek-hong bisa
tahu bahwa ayahnya masih segar bugar dan hidup dalam
dunia ini, tentu dia diberitahu oleh Bu-lim-thian-kiau, jadi
kecuali Hoa Kok-ham masih ada Bu-lim-thian-kiau puia yang
tahu persoalan dirinya.
"Untuk memecahkan teka teki ini, terpaksa aku harus
menemui Hoa Kok-ham atau Bu-lim-thian-kiau." demikian
pikimya, Disaat pikirannya me-1ayang2, hati risau dan kesal, sekonyong2
didengarnya irama seruling mengalun sa-yup2
dibawa angin seperti ter-putus2, segera ia pasang kuping
mendengarkan dengan penuh perhatian seketika ia
berjingkrak bangun, teriaknya:
"Aneh bagaimana mungkin Bu-lim-thian-kiau bisa sampai
disini?" semula dia kira lamunannya saja yang mengkhayalkan
kehadiran orang, kini baru dia sadar bahwa irama seruling itu
memang tiupan Bu-lim-thian-kiau.
Seketika terbangun semangat Hong-lay-mo-li, pedang dan
kebut diambilnya, lewat jendela segera dia melompat keluar
dan memburu kearah datangnya suara. Waktu dia tiba
ditaman, tiba2 didengarnya suara gemuruh, disusul suara
ayahnya sedang membentak:
"Kalian siapa, kenapa tengah malam buta rata berkunjung
ke Jian-liu-cheng?"
Dari kejauhan Hong-lay-mo-li melongok kesana, dilihatnya
dibawah pohon berdiri dua orang, bukan saja ada Bu-limthian-
kiau, disisinya berdiri pula seorang gadis yang bergaman
seruling pula, Sudah untuk kedua kalinya ini Hong-lay-mo-li
melihat gadis bergaman seruling mirip Giok-bin-yau-hou ini,
cuma dia sendiri masih belum mampu membedakan apakah
gadis ini benar2 Giok-bin-yau-hou atau bukan.
Bukit2an dibelakang Bu-lim-thian-kiau kelihatan ambruk
separo, agaknya runtuh terkena pukulan Liu Goan-ka waktu
memaksa kedua orang ini muncul, sebetulnya Hong-lay-mo-li
ingin benar bertemu dengan Bu-lim-thian-kiau tapi dalam
keadaan seperti ini dihadapan ayahnya lagi, terpaksa Honglay-
mo-li menyabarkan diri.
Maka didengarnya Bu-lim-thian-kiau sedang berkata:
"Pukulan Bik-khong-ciangmu ini memang hebat, tentunya kau
inilah Liu Goan-ka, Chengcu dari Jian-liu-cheng?"
"Kau orang Nuchen ini ternyata tahu namaku" Benar
memang aku inilah Liu Goan-ka, Liu Goan-ka adalah aku, jadi
kalian hendak mencari aku?"
Gadis bergaman seruling itu tiba2 tertawa, katanya
mencemooh: "Kukira belum tentu kau berjalan tidak ganti
nama, duduk tidak merubah she" She Liu memang tidak salah,
tapi dua puluh tahun yang lalu, apa kaupun menggunakan
nama ini?"
Mendadak melonjak jantung Hong-lay-mo-li mendengar
pertanyaan ini, jarak Hong-lay-mo-li dengan mereka ada
puluhan tombak, Liu Goan-ka membelakangi dirinya pula,
bagaimana mimik mukanya Hong-lay-mo-li tidak bisa
melihatnya, tapi terdengar suara ayahnya gemetar,
bentaknya: "Apa maksud ucapanmu ini?"
"Tiada maksud apa2, cuma kuperingatkan kepadamu akan
persoalan dua puluh tahun yang lalu itu."
"Kenapa" Lekas jelaskan!" bentak Liu Goan-Ka, "Dua puluh
tahun yang lalu, kalian masih bocah ingusan yang masih
minum tetek ibumu, kalian tahu apa?"
"Ya, sudah tentu kami takkan tahu jelas mengenai
persoalan lama Liu-chengcu, tapi tentu Liu-cheng-cu belum
lupa, bahwa kau masih punya seorang teman! Bicara terus
terang, kunjungan kami malam ini kemari, bukan lantaran
kami punya urusan hendak mencari kau, tapi kami mendapat
pesan dari teman Liu-cheng-cu itu, untuk menanyakan
sesuatu kepadamu!"
Bentak Liu Goan-ka dengan suara gemetar "Siapa yang kau
maksudkan" Apa pula yang hendak ditanyakan kepadaku?"
Kata Bu-lim-thian-kiau: "Orang itu suruh aku bertanya
kepadamu, tiga belas lembar gambar penjelasan Hiat-to-tongjin,
dan separo catatan ajaran Lwe-kang, setelah
menghabiskan waktu dua puluh tahun, tentunya sudah kau
pelajari sampai apal diluar kepala bukan" Maka kiranya sudah
tiba waktunya barang2 itu dikembalikan kepada pemiliknya!"
"Sebetulnya kau mendapat perintah dari siapa?" bentak Liu
Goan-ka pula. "Kau sendiri kan sudah tahu?" sahut Bu-lim-thian-kiau
kalem. "Kau pernah apa dengan kerajaan Kim?"
"Bukankah Kim Cau-gak berada disini, suruhlah dia keluar,
tentu nanti dia memberi tahu kepadamu siapa aku ini."
"Agaknya kupingmu cukup tajam, ya, memang Kim Caugak
pernah kemari memberi selamat ulang tahun kepadaku,
sayang berita yang kau dapat kurang cepat juga, sejak lama
dia pergi."
"Kalau begitu tak perlu banyak cerewet lagi, kedua benda
mestika itu, kau mau kembalikan tidak?" desak Bu-lim-thiankiau.
Liu Goan-ka masih bimbang dan curiga, katanya dingin:
"Dengan kau aku selamanya tidak kenal, entah dari mana kau
memperoleh bahan2 tuduhan yang se-mena2 ini, gambar
penjelasan manusia tembaga, atau ajaran Lwekang segala,
hakikatnya aku tidak tahu apa yang kau maksudkan?"
Ternyata Bu-lim-thian-kiau ragu2 pula mendapat jawaban
ini, batinnya: "Masa aku keliru menemukan orangnya."
Sebaliknya gadis bergaman seruling itu mengejek dingin:
"Liu-chengcu kenamaan di Kanglam, tak nyana kau tidak lebih
cuma manusia tebal muka yang berani mengingkari perbuatan
jahatnya sendiri! Baiklah, kalau kau mungkir, terpaksa aku
pulang dan mengundang pemilik barang itu sendiri kemari
untuk minta kepadamu."
Tegak alis Liu Goan-ka, bentaknya dengan mendelik
"Tempat apa Jian-liu-cheng ini, masakah boleh terserah kalian
mau datang atau hendak pergi sesuka udelmu sendiri?" tiba2
laksana cakar burung kelima jari tangannya m-enjentik dan
mencengkram, dalam waktu secepat kilat, sekaligus ia rangsak
sepuluhan hiat-to penting ditubuh gadis bergaman seruling ini.
Mengandal latihan Lwekangnya, bila sasarannya kena
tercengkram, meski lawan membekal kepandaian silat tingkat
tinggipun jangan harap mampu melawan lagi.
Tak nyana sejak tadi ternyata Bu-lim-thian-kiau-pun sudah
siaga, disaat Liu Gian-ka melancarkan ilmu tutuk yang tiada
bandingannya dikolong langit ini, seruling Bu-Iim-thian-kiau
berbareng terayun, secepat kilat mengetuk turun dari atas,
yang diarah adalah Ki-king-pat-meh dari Jin, Tok, Tiong dan
Tai empat urat nadi. jelas gaya ilmu tutuknya ini tidak seindah
dan sematang gerak gerik Liu Goan-ka, tapi malah jauh lebih


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mantap, ganas dan telak, jikalau kedua pihak sudah sama2
melontarkan serangannya secara sungguh2, seumpama gadis
berseruling itu terluka oleh jari2 Liu Goan-ka, sebaliknya Liu
Goan-ka sendiripun bakal menjadi korban tutukan seruling Bulim-
thian-kiau, jikalau Ki-king-pat-mehnya terluka, paling tidak
sepuluh tahun hasil latihannya bakal musnah.
Bekal kepandaian silat Liu Goan-ka memang cukup
mengejutkan Disaat kedua pihak sama2 menyerang inilah, sekonyong2
badannya melejit tinggi, seperti gangsingan
badannya berputar ditengah udara, kelima jarinya masing2
melontarkan lima gulung angin kekuatan, dari mencengkram
dirubah jadi selentikan, jarinya mencakar kebatok kepala Bulim-
thian-kiau. Karena daya cengkraman ditengah udara oleh kekuatan jari
lawan ini, sehingga seruling Bu-lim-thian-kiau tersampuk
menceng, cepat sekali telapak tangan kiri Liu Goan-ka tahu2
sudah menepuk turun pula, dengan dilandasi delapan bagian
kekuatan Kan-kong-ciang-lat!
Namun gerak gerik Bu-lim-thian-kiaupun tidak kalah
cepatnya, seruling tiba2 terangkat naik mengincar urat nadi
Liu Goan-ka, sementara tapak tangan menggunakan kekuatan
Siau-thian-sing-ciang-lat memapaki pukulan Liu Goan-ka
secara kekerasan.
Tadi lantaran sekaligus seruling Bu-lim-thian-kiau masing2
mengincar empat urat nadi besar lawan, sehingga
kekuatannya terpencar, oleh karena itu tidak memadai
melawan kekuatan selentikan jari Liu Goan-ka, sebaliknya
yang diincarnya kali ini hanya satu sasaran, kekuatannya
terpusat lebih kuat, Liu Goan-ka dipaksa untuk melawan
dengan setaker kekuatannya, mau tidak mau jurus2 ilmu
Tiam-hiat yang aneh2 dan lihay harus dia kembangkan,
"Blang!" masing2 pihak tergetar mundur tiga tapak, disamping
itu seruling Bu-lim-thian-kiaupun terselentik mental
kesamping. Setelah mundur tiga tapak, Bu-lim-thian-kiau ter-loroh2
keras, serunya: "Keng-sin-ci-hoat dari gambar penjelasan Hiatto-
tong-jin memang ilmu Tiam-hiat yang tiada bandingannya
dikolong langit!"
Dengan gerakan naga melingkar menggeser langkah, sebat
sekali Bu-lim-thian-kiau mengegos miring, serempak
serulingnya menuding, terlebih dulu dia punahkan pukulan
Bian-ciang, sementara telapak tangan kiri melancarkan daya
tuntun dari Su-nio-poat-jian-kin, enteng saja menarik dan
menyampuk. "Blang" pukulan Kim-kong-ciang-lat Liu Goan-ka mengenai
tempat kosong, terus menyelonong kedepan menggempur
runtuh sebuah bukit2an, batu beterbangan dan suaranya
sungguh amat dahsyat.
Melihat kepandaian Liu Goan-ka begitu lihay, gadis itu
menjadi kaget, teriaknya: "Suheng, "bagaimana kau?"
maksudnya mau tanya apakah kau terluka, perlu tidak
kubantu" soalnya dia cukup tahu watak Bu-lim-thian-kiau yang
tinggi hati, orang takkan sudi melawan musuh mengandal
bantuan orang kedua, maka dia tidak berani sembarang
bergerak. Bu-lim-thian-kiau menghirup napas, katanya keras dengan
tertawa: "Tidak apa2, malah aku ingin menjajal ajaran
Lwekang Liu-chengcu yang dilatihnya dari ajaran Ci-goanbian."
mendengar gelak tawanya yang berisi dan penuh
gairah, baru sigadis lega.
Kalau si gadis terkejut, betapa Liu Goan-ka tidak lebih
besar rasa kejutnya, sungguh tak pernah terpikir olehnya
bahwa dalam dua hari beruntun dia menghadapi dua musuh
dari generasi yang lebih muda, tapi kepandaian kedua lawan
muda ini satu sama lain mempunyai kehebatannya masing2.
seketika timbul rasa sirik dan nafsu jahatnya, nafsu
membunuh sudah menghantui sanubarinya, maka pukulannya
jurus demi jurus semakin gencar, ganas dan culas,
rangsakannya makin sengit kepada Bu-lim-thian-kiau.
Hong-lay-mo-li membatin: "Ternyata gadis ini adalah
sumoay Bu-lim-thian-kiau, jadi terang dia bukan Giok-bin-yauhou."
namun persoalan lain yang lebih penting artinya segera
terpikir pula olehnya, "Siapa orang yang dimaksud oleh Bulim-
thian-kau" jadi tiga belas gambar penjelasan Hiat-to-tongjin
milik ayah itu sebetulnya milik orang itu yang mungkin
direbut oleh ayah, jadi bukan hasil jerih payahnya sendiri dari
istana negeri Kim?"
Setelah mendengar percakapan Bu lm-thian-kiau dengan
Liu Goan-ka yang selalu menjawab nyimpang dari
persoalannya, mau tidak mau timbul rasa curiga Hong-lay-moli
terhadap Liu Goan-ka, sedikit banyak dia lebih percaya
kepada Bu-lim-thian-kiau.
Tengah pikiran Hong-lay-mo-li gundah dan kebingungan
tiba2 didengarnya seseorang membentak: "Jangan lepaskan
kedua bangsat kecil dari negeri Kim ini," dari semak2 pohon,
rumpun kembang dan belakang bukit serempak melompat
keluar empat laki2, mereka bukan lain adalah Bun Yat-hoan,
Ong Ih-tinig, Lam-san-hou dan Liong-in Taysu.
Begitu tiba Lam-san-hou segera membentak sambil
menuding: "Aku tahu siapa kedua orang ini, keparat itu adalah
Pwe-cu dari negeri Kim, disana dia dijuluki Bu-lim-thian-kiau.
perempuan keparat ini bukan lain adalah Giok-bin-yau-hou
yang suka mengganas melakukan kejahatan."
Sudah tentu Bun Yat-hoan sebagai tokoh2 puncak Bu-lim di
Kanglam cukup kenal siapa sebenarnya Bu-lim-thian-kiau dan
Giok-bin-yau-hou, begitu Lam-san-hou menelanjangi asal usul
mereka, seketika Bun Yat-hoan dan lain2 naik pitam.
Bun Yat-hoan membentak lebih dulu: "Berapa sih tinggi
kepandaian kau keparat ini, berani mengagulkan diri sebagai
Bu-lim-thian-kiau?" belum habis kata2nya sepasang potlot
bajanya sudah bergerak menyerang ke badan Bu-Iim-thiaukiau.
Disebelah sana Liong-in Taysu segera menubruk kearah
gadis bergaman seruling itu.
Begitu bergerak Ong lh ting segera timpukan segenggam
Bwe-hoa-ciam. lekas Bu-lim-thian-kiau dekatkan serulingnya
kebibirnya sekali tiup "Siuuut!", maka tampaklah bintik sinar
mas kelap kelip, segenggam jarum itu kena ditiupnya rontok
seluruhnya, agaknya tenaga tiupan seruling Bu-lim-thian-kiau
berkelebihan sampai Bun Yat-hoan yang merangsak datang
dari jurusan lainpun merasa ditempa segulung hawa panas,
terasa membakar kulit.
Keruan Bun Yat-hoan kaget, batinnya: "Bu-lim-thian-kiau
ternyata tidak bernama kosong, ternyata dia sudah berhasil
meyakinkan Tun-yang-lo-khi (hawa murni yang positip)!" tapi
bekal Lwekang sendiripun cukup tangguh, tanpa gentar, lekas
ia kebutkan lengan baju, dengan damparan angin kebutannya,
ia punahkan angin panas yang menerpa dirinya, serempak
sepasang potlotnya berputar, lalu terkatup ditengah2
membuat garis lingkaran, ujung potlotnya tetap mengincar kebadan
Bu-lim-thian-kiau, potlot kiri mengincar Im-wi dan
Yang-wi, sementara potlot kanan mengincar Im-kiau dan
Yang-kiau, masing2 dua urat nadi empat jalan darah, jadi dua
potlot sekaligus menutuk empat urat nadi delapan Hiat-to,
sungguh merupakan ilmu Tiam-hiat yang jarang di temukan
tandingan dibanding dengan sepuluh jari tutukan Hiat-to Liu
Goan-ka setanding dan punya kebolehannya masing2.
Sebat sekali Bu-lim-thian-kiau berputar, berbareng jari
kelingkingnya menjentik, dia sampuk sebatang potlot, namun
potlot yang lain menyelonong dari bawah ketiaknya "Cret"
pakaiannya tertusuk berlobang, untung tidak sampai melukai
dagingnya, Bukan lantaran Bu-lim-thian-kiau tidak mampu
melawan serangan tutukan potlot Bun Yat-hoan, soalnya Liu
Goan-ka tidak berpeluk tangan, bagaimana asal usul Bu-limthian-
kiau tidak perlu dia turut campur, namun yang dia
kuatirkan adalah Bu-lim-thian-kiau kemungkinan membawa
musuh tangguh yang ditakutinya itu kemari, oleh karena itu
besar tekadnya hendak membunuh Bu-lim-thian-kiau, maka
tanpa hiraukan kedudukan diri sebagai Liok-lim Bengcu segala,
membarengi serangan sepasang potlot Bun Yat-hoan itu,
diapun lontarkan pukulannya mencecar Bu-lim-thian-kiau.
Mencelos hati Liu Goan-ka mendengar ucapan ini, "Dia
kenal Keng-sin-ci-hoat, jadi dia memang betul2 sudah
bertemu dengan orang itu. Kalau tahu demikian, seharusnya
aku menggunakan ilmu kepandaian Iain saja untuk
menghadapinya, kini rahasiaku sudah terbongkar aku harus
membunuhnya!" se-konyong2 mulutnya menghardik laksana
singa mengaum, jurus kedua secepat kilat sudah dia
lontarkan. Kali ini dia gunakan kedua telapak tangannya, telapak
tangan kiri menggunakan pukulan Bian-ciang yang sakti,
sementara telapak tangan kanan menggunakan Kim-kongciang-
lat yang keras dan ganas, jadi kekuatan keras dan lunak
sekaligus dilontarkan, malah keduanya sudah diyakinkan
mencapai taraf yang tak terukur tingginya.
Menonton dari kejauhan Hong-lay-mo-lipun merasakan
betapa hebat kekuatan pukulan gabungan ini, keruan
jantungnya ber-debar2.
"Bu-lim-thian-kiau sekaligus harus mengegos diri dari
serangan sepasang potlot dan pukulan telapak tangan,
sementara serulingnya digunakan meniup rontok jarum2 Ong
Ih-ting lagi, dicecar dari tiga jurusan dengan serangan hebat,
hanya sedikit tertusuk lobang pakaiannya saja, betapa tinggi
kepandaian silatnya, kiranya cukup menggetarkan dunia!
Sampaipun Liu Goan-ka dan Bun Yat-hoanpun tersirap kaget.
Disebelah sana Liong-in Taysu melontarkan pukulan Busiang-
ciang, dari samping Lam-san-hou segera ikut menyerbu,
melontarkan Pek-pou-sin-kun. Dibawah tekanan gelombang
angin pukulan yang dahsyat, gadis itu bergerak selincah
kecapung menutul air melayang pergi datang dengan enteng,
sikapnya tetap wajar dan sedikitpun tidak gentar.
Mulutnya malah sempat mengejek dingin: "Membual
belaka, siapa yang kau maksud sebagai siluman rase?"
"Kau siluman rase ini masih mungkir?" damrat Lam-san-hou
sambil melayangkan jotosannya.
Gadis itu menjadi gusar: "Kalian tidak menggunakan
aturan, malas aku perang mulut dengan kalian." bukan sekali
ini dirinya keliru dianggap sebagai Giok-bin-yau-hou, segera ia
kembangkan kepandaian tunggal warisan keluarganya, balas
menggempur kedua lawan pengeroyoknya.
Kakinya melangkah mengikuti kedudukan Kiu-kiong-patkwa,
sementara serulingnya dia tarikan se-kencang angin
dengan lincah menakjupkan, dalam sekejap mata Liong-in
Taysu menyerang tiga puluh enam jurus pukulan, namun
ujung baju orangpun tak mampu disentuhnya, malah
beberapa kali seruling orang hampir saja menutuk Hiat-tonya,
untung Bu siang-ciang latihan Liong-in Taysu sudah sedikit
matang, sebagai salah satu dari tiga pukulan sakti dari aliran
Budha (Pan-yok-ciang, Kim-kong-ciang, Bu-siang-ciang), bila
dilatih mencapai taraf tertinggi gerak pukulannya tidak
membawa deru angin tak bersuara, cukup bergerak saja tahu2
sudah melukai musuh, sudah tentu Liong-in Taysu masih jauh
dari tingkat sempurna ini, tapi tingkat ajarannya sekarang
sudah cukup berkelebihan kalau hanya untuk
mempertahankan diri, maka setiap kali ujung seruling gadis itu
hampir mengenai Hiat-tonya, selalu tertolak pergi oleh
kekuatan pukulannya ini."
Se-konyong2 gadis itu berkelebat dan mengegos kesana,
tahu2 menerobos lewat dari samping Liong-in Taysu, tapi
seruling malah menutuk kearah Lam-san-hou, Pek-pou-sin-kun
sesuai dengan namanya, adalah ilmu pukulan yang khusus
untuk menyerang dari jarak jauh, bergumul dalam jarak dekat
malah tidak bisa menunjukan perbawanya, karena balas
dirang-sak, seketika Lam-san-hou terdesak mundur keripuhan.
Sebetulnya Ong Ih-ting sedang berpeluk tangan menonton
diluar gelanggang, gabungan Liu Goan-ka dengan Bun Yathoan
yang melawan Bu-Iim-thian-kiau tidak perlu ia kuatirkan,
sebaliknya dilihatnya Liong-in Taysu dan Lam-san-hou meski
belum terdesak tapi merekapun kewalahan menghadapi
kelincahan si gadis, segera ia alihkan perhatiannya kesana,
pelan2 ia lolos sebatang ruyung lemas terus terjun ketengah
gelanggang. Kepandaian Ong Ih-ting kira2 setingkat dengan Liong-in
Taysu berdua, dibanding sigadis terpautnya juga tidak
Rahasia 180 Patung Mas 16 Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Peristiwa Burung Kenari 9
^