Pendekar Pedang Kail Emas 10

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Bagian 10


berkata: "Beruntung bisa menang, hay, tapi aku masih ada janji di gunung
Bu-li!" Cui-giok merasa hatinya jadi berat, sambil menggelengkan kepala
berkata: "Orang baik dilindungi langit, mereka tidak bisa apa-apakan kau."
Sin-hiong tahu Cui-giok sedang menghibur dia sambil tersenyum
berkata: "Aku harap begitu!"
Walau berkata demikian, tapi hati dia tetap saja merasa berat,
memang, setelah sembilan ketua perguruan besar bersatu melawan
dia seorang diri, itu adalah hal yang sangat luar biasa, walaupun dia
mengharapkan ada kejadian seperti ini, tapi setelah benar-benar
terjadi, di dalam hati tidak tahan perasaannya tidak tenang.
Di sebelah timur sudah tampak warna keputihan, Sin-hiong dan
Cui-giok berdua beristirahat sejenak di dalam hutan, tubuh Cui-giok
masih belum pulih, tapi malam ini dia sangat senang, sebab
akhirnya dia bisa bersama lagi dengan Sin-hiong.
Dia berbicara banyak, sampai saat matahari terbit, masih saja
tidak henti-hentinya bicara.
Sin-hiong melihat cuaca dan berkata:
"Kita sudah harus pergi!"
Cui-giok meloncat berdiri dan bertanya:
"Mencari nona Lim bukan?"
"Waktunya sudah tidak banyak, sambil kita menuju gunung Bu-li,
kita mencari mereka!"
Tentu saja Cui-giok setuju, maka kedua orang itu menelusuri
jalan menuju gunung Bu-li.
Sesudah berjalan beberapa hari, gunung Bu-li sudah semakin
dekat, di sepanjang jalan Sin-hiong mencari Cian-cu-ting, dia ingin
membersihkan racun di dalam tubuh Cui-giok yang tinggal sedikit
itu, tapi kota di sepanjang jalan tidak ada toko obat yang menjual
obat itu. Cui-giok pintar, dia sering membuka-buka dan membaca buku
Kim-ciam-tok-su itu, pelan-pelan dia jadi bisa mengerti sedikit cara
pengobatan, dalam keadaan mengatur pantangannya, walaupun
racunnya belum hilang benar, tapi tubuhnya sudah semakin sehat.
Sin-hiong merasa senang dan berkata:
"Buku ini aku berikan saja padamu, walaupun hubunganku
dengan Ong Lo-cianpwee tidak begitu erat, tapi aku pernah
menyanggupi dia mencarikan seorang penerusnya, selanjutnya
gunakanlah buku ini untuk menyelamatkan orang."
"Apakah aku pantas?" kata Cui-giok tertegun.
"Tentu saja, kau seorang wanita menjadi tabib mengobati
penyakit orang, bisa dikatakan kau yang pertama!"
Cui-giok senang sekali, sambil menghormat dan berkata:
"Kalau begitu aku berterima kasih pada Sen-tayhiap!"
Kedua orang itu bersama-sama berjalan lagi dua hari, ke salah
pahaman yang dulu terjadi sekarang sudah hilang semua, di
sepanjang jalan mereka sering berkelakar hingga tidak merasa
kesepian. Selama dua hari, dunia persilatan sudah digemparkan oleh saru
berita, yaitu mengenai Kim-kau-kiam-khek seorang diri akan
menghadapi sembilan ketua perguruan besar, sehingga di
sepanjang jalan Sin-hiong dan Cui-giok melihat tidak sedikit orangorang
dunia persilatan berjalan menuju ke gunung Bu-li.
Sin-hiong berharap ketua pulau Teratai dan putrinya mendengar
kabar ini dan pergi ke gunung Bu-li, maka dia sangat
memperhatikan orang-orang yang ada di sepenjang jalan, siapa
sangka dia tidak menemukan apa-apa, tapi malah tertarik oleh
seseorang. Hari ini di saat petang, kedua orang ini tiba di satu kota kecil di
bawah gunung, Cui-giok berkata:
"Dari sini ke gunung Bu-li hanya tinggal dua hari perjalanan,
bagaimana kalau kita istirahat satu hari disini?"
Baru saja Sin-hiong mau menjawab, tiba-tiba di mulut kota ada
sesosok bayangan berkelebat, buru-buru dia memberi isyarat
dengan mata, Cui-giok yang melihat, sangat terkejut dan berkata
pelan: "Dia juga datang?"
Suaranya penuh dengan rasa terkejut, Sin-hiong menganggukan
kepala: "Benar! Tapi kita jangan pedulikan dia?"
Cui-giok menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepala
berkata: "Asal saja dia tidak mengganggu kita saja sudah bagus!"
Setelah berkata, kedua orang sudah berjalan masuk ke dalam
kota. Kota ini tidak besar, tapi penginapannya tidak sedikit, kedua
orang sampai di depan satu penginapan, di dalam sudah duduk
tidak sedikit orang.
Sin-hiong perlahan menarik Cui-giok:
"Bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?"
"Bukankah disini sudah bagus?"
Sorot mata Sin-hiong menyapu, mendadak terlihat di dalam
ruangan ada dua pasang mata setajam senjata menatap dirinya,
hatinya sedikit tergerak dan berkata didalam hati:
"Tadinya aku tidak mau bertemu dengan dia, tidak diduga malah
bertemu disini.'
Pikiran ini hanya sekelebat berada di kepala-nya, saat itu tanpa
banyak bicara, bersama Cui-giok masuk ke dalam.
Begitu kedua orang itu masuk ke dalam ruang makan, mata
seluruh tamu disana jadi terasa terang, mata semua orang jadi
tertuju pada mereka berdua.
Sin-hiong sangat tampan dan gagah, Cui-giok cantik tiada
duanya, ada orang sampai memujinya:
"Ah, benar-benar pasangan yang serasi!"
Kebetulan sekali, selain meja yang di tengah, meja yang lainnya
sudah penuh diisi tamu, Sin-hiong jadi merasa malu, melihat semua
orang di dalam ruang melihat padanya, wajah tampannya jadi
merah. Tapi Cui-giok dengan tenang duduk dan memesan beberapa
macam masakan, pada saat ini, mendadak di luar terdengar derap
kaki kuda, ada tiga ekor kuda berjalan datang kesini.
Mata semua orang pun melihat keluar, terlihat di luar pintu
muncul tiga orang tosu setengah baya.
Tamu-tamu di dalam ruangan rumah makan tidak sedikit, tapi
setelah semua orang melihat munculnya tiga orang tosu ini, hati
semua orang jadi merasa tegang, di dalam ruangan segera menjadi
hening, tidak terdengar suara sedikit pun.
Melihat tiga orang ini, Cui-giok terkejut:
"Bu-tong-sam-kiam juga sudah datang!"
Sin-hiong tidak bicara, tangannya di masukan ke dalam air
minum dan menulis di atas meja:
"Ang-hoa-kui-bo juga ada di sudut!"
Wajah Cui-giok jadi berubah, dalam hatinya berpikir:
'Kita tadi masih mengatakan jangan perduli-kan dia, tidak diduga
setan inipun menginap di penginapan ini, hay! Mungkin malam ini
akan terjadi keramaian.'
Baru saja berpikir begitu, Bu-tong-sam-kiam sudah masuk ke
dalam. Wajah ketiga orang itu tampak serius sekali, saat gunung Butong
dikacau oleh Thian-ho-tiauw-souw, saat itu mereka bertiga
tidak ada di gunung, setelah mereka mendapat kabar, baru buruburu
kembali kegunung.
Bu-tong-sam-kiam sama dengan Ang-hoa-kui-bo, sudah siap lima
tahun tidak akan muncul ke dunia persilatan, tapi karena akhir-akhir
ini di dunia persilatan sering terjadi gejolak, sampai ketua dari
sembilan perguruan besar juga sudah bergerak, maka mereka jadi
kembali keluar gunung.
Hati Bu-tong-sam-kiam sangat berat, Coan-hong Totiang
yangberjalan di depan berkata:
"Pelayan, apakah ada kamar kosong?"
Pelayan rumah makan buru-buru berkata:
"Ada... ada, tuan-tuan tidak makan dulu?"
Mata Coan-hong Totiang melihat ke sekeliling, begitu melihat Sinhiong
dan Cui-giok juga ada di dalam ruangan, sambil menekan
wajahnya dia berkata:
"Bagus sekali, kalau begitu siapkan masakan-nya biar kami
makan dulu!"
Nada bicaranya seperti sedang marah, bukan saja pelayan tidak
mengerti, orang-orang di dalam ruangan pun ikut tidak mengerti.
Coan-kong Totiang yang ada di belakang dia pun sudah melihat
Sin-hiong, tapi setelah matanya melihat ke sekeliling, dia juga
melihat Ang-hoa-kui-bo, tapi Ang-hoa-kui-bo duduk di sudut gelap,
sehingga kurang diperhatikan orang-orang.
Coan-kong Totiang mendengus:
"Semua sudah datang, bagus sekali!"
Perkataan kedua orang ini entah apa maksud-nya, tapi buat Sinhiong
dan Cui-giok, mereka sudah tahu perkataannya bermaksud
tertentu. Setelah Cui-giok makan dua sendok, berkata:
"Apakah kau sudah kenyang" Bagaimana kalau kita pindah ke
penginapan lain saja?"
Sin-hiong pun tidak mau mencari keributan, maka
menganggukan kepala dan berkata:
"Sudah kenyang, kita keluar melihat-lihat dulu saja."
Pelan-pelan dia bangkit berdiri, lalu membayar rekening,
sekarang di dalam kota lampu-lampu sudah dinyalakan, saat mereka
keluar, Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo tidak mengikutinya.
Cui-giok menarik nafas panjang dan berkata:
"Seharusnya aku tadi mendengarkanmu, alangkah baiknya jika
tidak menginap di penginapan ini!"
"Kenapa?"
"Aku tahu kau tidak takut pada mereka, tapi sebelum
membereskan masalah di gunung Bu-li, paling baik jangan
perdulikan mereka!"
Sin-hiong menganggukan kepala:
"Maksudku juga begitu, tapi mungkin malam ini kita tidak bisa
menghindari mereka."
Cui-giok terkejut:
"Menurutmu malam ini mereka akan mencari kita?"
"Aku pikir begitu, tapi jika tidak sangat terpaksa, aku tidak akan
bertarung dengan mereka!"
Belok ke sebuah jalan, di depan ada saru penginapan, mereka
masuk ke dalam, pelayan sambil tersenyum bertanya:
"Anda suami istri mau menginap?"
Wajah Sin-hiong menjadi merah:
"Ada kamar tidak, kami butuh dua kamar."
"Dua kamar?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu dengan terpaksa
berkata: "Maaf sekali, penginapan kami tinggal satu kamar besar, jika
anda berdua bisa satu kamar itu pas sekali."
Sin-hiong ragu-ragu sejenak, tapi Cui-giok memotong:
"Satu kamar itu saja, coba tunjukan, kami ingin melihatnya dulu."
Pelayan itu mengerutkan alis, di dalam hatinya berpikir, kedua
orang ini aneh sekali, yang laki-laki mau dua kamar, tapi yang
wanita mengatakan satu kamar juga boleh, dia melirik Sin-hiong
sekali, lalu berjalan menuju ke pekarangan belakang.
Dua orang itu mengikuti dari belakang, hati Sin-hiong jadi
bimbang, di dalam hatinya sedikit menolak.
Baru saja melangkah masuk ke pekarangan belakang, mendadak
dari depan datang dua orang, kedua orang ini usianya masih sangat
muda, di punggungnya terselip pedang panjang, begitu salah
seorang lewat di depan Sin-hiong, wajahnya segera berubah!
Tadinya Sin-hiong tidak memperhatikan, setelah jalan beberapa
langkah, terdengar salah satunya dari orang tadi dengan terburuburu
berkata: "Cepat beritahu guru, Kim-kau-kiam-khek sudah datang!"
Yang satunya lagi menjawab:
"Tidak usah terburu-buru, dia juga menginap di penginapan ini,
dia tidak akan bisa pergi kemana lagi?"
Hati Sin-hiong tergerak:
'Kedua orang ini entah dari perguruan mana" sepertinya aku
tidak pernah melihat mereka!'
Dia sudah pernah pergi ke Siauw-lim dan Bu-tong, pernah
bertarung dengan ketua perguruan besar Kun-lun Go-bi dan Tiangpek,
tidak usah bicara yang lain, murid-murid dari lima perguruan
besar ini entah ada seberapa banyak, jika bisa mengingatnya satu
persatu, bukankah dia ini dewa"
"Hay, bertemu masalah lagi!" keluh Cui-giok.
Sin-hiong mengangkat-angkat bahunya:
"Kecuali kita menginap di luar kota, jika tidak sedikit banyak pasti
bertemu dengan masalah."
Pelayan sudah membawa mereka ke kamar, Sin-hiong melihat
kamarnya cukup luas, di depan adalah pekarangan, di belakangnya
ada benteng yang tinggi, maka dia menganggukan kepala,
menyuruh pelayan itu pergi.
Kata Cui-giok: "Kita segera bersemedi, untuk bersiap-siap menghadapi keadaan
malam nanti."
"Benar, lebih baik kita istirahat saja!" kata Sin-hiong tersenyum.
Setelah berkata, sambil tersenyum dia duduk di sisi jendela lalu
memejamkan mata bersemedi.
Cui-giok menyuruh Sin-hiong naik ke atas ranjang, tapi karena
mereka belum resmi sebagai suami istri, Sin-hiong pura-pura tidak
mendengarnya, Cui-giok memutar otak di dalam hati berkata:
"Pertemuan dengan sembilan ketua perguruan besar tinggal duatiga
hari lagi, aku belum resmi menikah dengan dia, jika dia menang
tidak apa-apa, jika kalah, orang-orang akan melihat aku sebagai
wanita tukang gonta ganti laki-laki."
Tadinya dia ingin mengajukan pernikahan pada Sin-hiong, tapi
karena masalah pernikahan ini masalah besar, bagaimana dia bisa
menebalkan kulit, membuka mulutnya.
Dia berbaring di atas ranjang, tapi tidak bisa tenang, Sin-hiong
seperti merasakannya dan bertanya:
"Kau masih memikirkan apa?"
Wajah Cui-giok menjadi merah, untung saja saat ini malam hari,
dan di kamar belum dinyalakan lampu, jadi Sin-hiong tidak tahu, dia
memutar otak dengan cepat dan berkata:
"Aku sedang memikirkan masalah kita."
"Memikirkan masalah kita" Hay! Tidak ada gunanya
mengkhawatirkan masalah jni, aku akan sekuat tenaga melawan
mereka!" Dia salah menangkap kata-kata Cui-giok, tapi Cui-giok juga
kesulitan menjelaskannya, terpaksa dia berkata:
"Sin-hiong, kau pikir kau sanggup melawan mereka?"
Di dalam kegelapan, terlihat Sin-hiong menggeleng-gelengkan


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepala: "Sembilan ketua perguruan besar masing-masing mempunyai
ilmu silat sangat tinggi, menghadapi empat orang diantara mereka
aku mungkin masih bisa menang, kalau sembilan orang ini bersatu,
mungkin aku bukan tandingannya?"
Hati Cui-giok menjadi berat dan berkata:
"Kalau begitu, jangan pergi ke pertemuan itu?"
"Mana boleh tidak pergi?"
Cui-giok jadi khawatir sekali "Hay!" dia menghela nafas dan
melanjutkan: "Jika terjadi sesuatu padamu, aku pun tidak bisa hidup lagi!"
Sin-hiong tergetar, dia sadar kata-katanya mengandung perasaan
yang mendalam, tapi, dia tidak bisa berkata apa untuk
menghiburnya"
Dia menghela nafas pelan, sambil menghibur diri berkata:
"Bukankah kau pernah berkata orang baik dilindungi langit, jika
aku beruntung bisa menang, bukankah kau mau menemani aku
pergi ke pulau Teratai di Tong-hai?"
Kata-kata ini membuat hati Cui-giok timbul semacam perasaan
manis dan asam, tapi, perasaan manis ini kadarnya lebih banyak
dari pada perasaan asam, dia berkata:
"Aku tentu saja mau! Malah aku khawatir kau tidak mau aku?"
Mendengar ini Sin-hiong bangkit berdiri dengan tertegun
bertanya: "Apakah betul?"
Yang dia pikirkan sekarang, pertama adalah pergi ke gunung Buli
untuk memenuhi janji bertemu dengan sembilan ketua perguruan
besar, yang kedua adalah khawatir Cui-giok tidak mau menemani
dia pergi ke pulau Teratai.
Sejak dia turun gunung, sudah hampir satu tahun lebih, terhadap
berbagai masalah di dunia persilatan dia sudah tawar, asalkan dia
sudah menyelesaikan pesan gurunya, maka dia siap mundur dari
dunia persilatan, dia tidak berambisi di dunia persilatan lagi.
Cui-giok tidak menduga Sin-hiong bisa begitu senang, malah saat
dia menanyakan hal ini, tampak mengutarakan isi hatinya, perasaan
malu-malu tadi yang ada di dalam hatinya jadi tersapu bersih,
segera dia turun dari ranjang dan berkata:
"Kenapa tidak, hai...! Akhirnya aku mendapatkanmu juga!"
Setelah berkata dia berlari memeluk Sin-hiong, malah saking
bahagianya sampai mencucurkan air mata.
Sin-hiong dengan lembut mengulas-ulas rambut halusnya, dia
juga merasakan perasaan yang sama, air mata Cui-giok menetes di
atas tangannya, membuat dia terbayang seorang anak pembelah
kayu pada suatu hari bisa mendapatkan hari yang bahagia ini, dia
sendiri pun tidak tahan meneteskan air mata.
Cui-giok menengadah sedikit dan bertanya:
"Kau nangis?"
Sin-hiong menganggukan kepala: "Kau?"
"Tapi tangisku tangis bahagia!" kata Cui-hiok.
"Aku juga......"
Belum selesai perkataannya, mendadak di atap rumah terdengar
suara baju tersampok angin!
Kedua orang segera berpisah, Sin-hiong pelan berkata:
"Kau tunggu disini, aku keluar melihatnya!"
Tadinya Cui-giok ingin ikut keluar, tapi setelah dipikir lagi, orangorang
yang ditemui hari ini, tidak satu pun ilmu silatnya berada
dibawah dirinya, jika ikut keluar, malah bisa membuat Sin-hiong
tidak bisa memusatkan pikiran.
Maka dia menganggukan kepala: "Kau harus hati-hati!"
"Aku tahu."
Terdengar diatas atap ada orang berkata: "Ada disini!"
Ternyata orang ini adalah Coan-kong Totiang salah satu dari Butong-
sam-kiam, di dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Walaupun aku pernah pergi ke gunung Bu-tong, tapi aku tidak
berbuat salah pada orang-orang Bu-tong-pai, apa masalah mereka
bertiga malam ini mencari aku"
Mendadak salah seorang berteriak terkejut:
"Iiih, disana ada orang!"
Suara ini seperti suara Coan-hong, Coan-kong yang tadi diam
berkata: "Heh, Ang-hoa-kui-bo sudah datang!"
Baru saja dia selesai berkata, mendadak di belakang tubuhnya
ada seseorang berkata dingin: "Coan-kong Totiang, kau salah lihat!"
Orang ini barulah Ang-hoa-kui-bo, Bu-tong-sam-kiam mendengar
ini, jadi sangat terkejut!
Coan-hong merubah posisi dengan nada dalam berkata:
"Gou w Ci-hiang, mau apa kau datang kesini?"
"Kalian sendiri mau apa?"
Coan-hong tertawa dingin:
"Mencari Kim-kau-kiam-khek Sen Sin-hiong!"
Ang-hoa-kui-bo dengan sinis berkata:
"Begitukah, kalian boleh mencari dia, kenapa aku tidak boleh cari
dia?" Ketika dia bicara, tingkahnya sangat dingin, perawakannya yang
tinggi besar berdiri di tiup angin malam, kelihatannya lebih tinggi
satu kepala dari pada Bu-tong-sam-kiam, sungguh amat gagah
sekali. Bu-tong-sam-kiam melihat dia datang bukan untuk mencari
mereka, maka mereka pun tidak mau mengganggu dia, Coan-soan
Totiang melihat ke arah jauh dan berkata:
"Entah siapa yang datang ini" Jika mereka semua datang untuk
mencari Sen Sin-hiong, kenapa kita tidak tunggu saja sampai
mereka selesai, baru kita datang lagi" Bagaimana pendapat Jisuheng?"
Sikap Coan-soan Totiang tenang, kata-katanya sedikit banyak
membuat orang yang mendengarnya jadi mengerti, begitu pun
dengan Ang-hoa-kui-bo, dia menggerakan tongkat besinya sambil
tertawa dingin:
"Kalau begitu pergilah kesana!"
Sambil menggerakan ujung tongkatnya, samar -samar menyapu
ke arah Coan-soan Totiang!
Coan-soan Totiang mendengus dingin sambil berkata marah:
"Gouw Ci-hiang, kau mau berkelahi?"
Dia menepukan sepasang tangannya, tapi dia tidak terpikir ilmu
silat Ang-hoa-kui-bo lebih tinggi dari padanya, jika Bu-tong-samkiam
bersama-sama menyerang, mungkin Ang-hoa-kui-bo tidak bisa
berbuat banyak, tapi jika hanya dia seorang diri, itu masih terlalu
jauh. Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin: "Kalau seorang diri apa bisa
menghalangiku?" Tongkat besi disapukan lalu didorong, hampir saja
mengenai pinggangnya Coan-soan Totiang.
Kata-kata Ang-hoa-kui-bo langsung menghina Coan-soan Totiang
sebagai orang tidak berguna, bagaimana Bu-tong-sam-kiam bisa
terima, Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang langsung maju,
"Ssst ssst!" pedangnya ikut menyerang, sambil marah berkata:
"Kami malah ingin mencoba kau yang di dunia persilatan yang
bukan orang tidak berguna ini!"
Pikiran Bu-tong-sam-kiam sudah bisa berkerja sama, begitu
Coan-hong Totiang dan Coan-kong Totiang menusukan pedangnya,
tubuh Coan-soan Totiang mundur ke belakang, juga mencabut
pedang pusakanya. "Ssst!" pedangnya menusuk!
Tiga pedang sekarang bersatu, kekuatannya langsung berlipat
ganda, Ang-hoa-kui-bo tidak berani sembarangan lagi, dia memutar
tongkat besinya dengan marah berkata:
"Kalian bertiga mau membantu Sen Sin-hiong?"
Putaran tongkat besinya sangat kuat di ujung tongkat
menimbulkan angin keras, Bu-tong-sam-kiam tidak berani
pedangnya beradu tongkat, Coan-hong Totiang berputar dari
belakang menyabetkan pedangnya!
Di atas atap tidak leluasa untuk bertarung, apalagi empat orang,
setelah Coan-hong Totiang menusukan pedangnya dia berteriak:
"Jika mau bertarung kita cari tempat kosong diluar kota sana!"
Sebenarnya Bu-tong-sam-kiam pun dalam sedang dalam keadaan
kesal, Bu-tong-pai sudah dibuat kacau balau oleh Thian-ho-tiauwsouw,
sehingga nama besar Bu-tong-pai jadi tercoreng, ketiga orang
ini sedang mencari kesempatan untuk mengangkat kembali nama
besar Bu-tong-pai, Ang-hoa-kui-bo datang mencari masalah adalah
hal yang mereka inginkan.
Sedangkan buat Ang-hoa-kui-bo, sejak murid kesayangannya
Sang-toh pergi, hatinya selalu tidak senang, kemudian walaupun
mendengar orang-orang mengatakan ilmu silat Sang-toh sudah
maju pesat, tapi Sang-toh tidak pernah bertemu dengannya, dalam
hatinya berpikir, jika bukan karena Sen Sin-hiong, bagaimana
mungkin dirinya bisa jadi seperti ini, maka dalam keadaan marah dia
ingin bertarung lagi dengan Sin-hiong.
Ang-hoa-kui-bo berkata marah:
"Ayo kita kesana, apa aku takut pada kalian?"
Dia menarik tangannya, langsung berlari keluar kota! Coan-kong
Totiang berpikir-pikir lalu berkata :
"Sungguh tidak tahu diri setan tua ini, tanpa sebab mengganggu
pekerjaan kita, ayo kita bertarung dengan dia!"
Setelah berkata, baru saja mau meloncat mengikutinya,
terdengar satu orang dengan pelan berkata: "Tunggu adik-adik, aku
mau bicara!"
Bu-tong-sam-kiam jadi senang sekali, ketiga-nya bersama-sama
memanggil: "Ternyata Suheng, entah ada pesan apa?" Pendeta tua yang
datang ini ternyata adalah ketua Bu-tong-pai, Coan-cin Cinjin, dia
melihat sekali pada Bu-tong-sam-kiam dan berkata:
"Buat apa kalian bertarung dengan dia, mengalah sedikit
padanya tidak apa-apa!"
Coan-hong Totiang berkata: "Apakah Suheng masih ada hal
penting lain?" Coan-cin Totiang menganggukan kepala, Ang-hoakui-
bo.sudah berlari sejauh dua puluh tombak, ketika menengok ke
belakang melihat Bu-tong-sam-kiam sedang bicara dengan seorang
tosu tua, tidak mengikutinya, maka dia berlari kembali.
Setelah dekat sambil tertawa dingin berkata: "Ternyata ketua
besar Bu-tong-pai juga sudah datang, he he he, kalian masih kurang
satu, tidak membawa gunung Bu-tong kesini."
Coan-cin Totiang tersenyum berkata: "Kita kekurangan orang,
apakah kau mau membantu kami memindahkan gunung Bu-tong
kemari?" Ang-hoa-kui-bo menekan wajahnya: "Aku tidak ada waktu
berbincang-bincang dengan kalian, tiga Sute kesayanganmu ini mau
menghadang aku, maka aku mau mencoba-coba beberapa jurus
pedang Bu-tong-pai!"
Perkataannya tanpa di tahan-tahan, sampai Bu-tong-sam-kiam
dikatakan dia sebagai Sute kesayangan, tiga orang ini tidak bisa
menahan diri, kembali mencabut pedangnya mau bertarung
dengannya, Coan-cin Cinjin berkata:
"Kami sedang ada urusan penting, kau ada keperluan apa
silahkan saja!"
Setelah berkata, sambil pergi membawa tiga Sutenya!
Perbuatannya membuat Ang-hoa-kui-bo jadi tertegun.
Bu-tong-pai selalu menganggap dirinya adalah perguruan yang
paling terpandang dan dihormati di dunia persilatan, orang-orang
perguruannya semua sombong-sombong, Coan-cin Cinjin tidak
perduli atas hinaan Ang-hoa-kui-bo, dan membawa tiga Sutenya
pergi, mungkin setiap orang jika mendengarnya tidak akan bisa
percaya! Ang-hoa-kui-bo melihat ke arah jauh dan bergumam
"Para tosu bangsat ini tidak tahu sedang ada masalah apa, hemm
lebih baik aku selesaikan dulu urusanku!"
Setelah berkata, dia langsung melayang kembali ke atas atap,
tongkat besinya dipukulkan ke atap rumah dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, cepat keluar?"
Tenaga Ang-hoa-kui-bo yang begitu besar, setelah menghantam
atap rumah penginapan dengan tongkat besinya, bagaimana bisa
bertahan, terdengar
"Bruuk!" yang keras, atap rumah segera menjadi bolong besar.
Sekarang sudah larut malam, tamu-tamu penginapan
kebanyakan sudah tidur, setelah terdengar suara gemuruh,
kebanyakan tamu jadi terbangun ketakutan dan lari pontang
panting, keadaan di dalam penginapan segera menjadi kacau.
Ang-hoa-kui-bo melihat ke sekeliling, dia masih tidak melihat
bayangannya Sin-hiong, kembali dia mengangkat tongkat besinya
dan marah berkata:
"Sen Sin-hiong, jika kau masih tidak keluar, maka aku akan
menghancurkan penginapan ini."
Baru saja selesai bicara, mendadak di belakang tubuhnya ada
orang menghela nafas dan berkata:
"Lo-cianpwee, kau mau mencari aku, kenapa harus
menghancurkan penginapan!"
Ang-hoa-kui-bo membalikan tubuhnya, terlihat Sin-hiong dengan
wajah serius berdiri disana dan dengan dingin berkata:
"Akhirnya kau keluar juga, berapa harga satu penginapan?"
Setelah berkata, dengan keras dia memanggil-manggil pelayan,
setelah cukup lama, baru terlihat si pelayan rumah berjalan keluar
sambil gemetaran, Ang-hoa-kui-bo malas bicara, dia melemparkan
satu balok perak besar dan berteriak:
"Ambil ini sebagai ganti rugi kalian."
Sin-hiong berkata:
"Bagus, tapi Lo-cianpwee memanggil aku, entah ada urusan
apa?" Ang-hoa-kui-bo melototi dia dan berkata: "Apakah kau pernah
melihat anak Toh?"
Sin-hiong tidak menduga di tengah malam begini datang mencari
dirinya hanya karena masalah ini, maka dia menganggukan kepala
dan berkata: "Pernah!"
"Dimana dia sekarang!"
"Dia?"
"Kau sudah melihat anak Toh, tentu tahu sekarang dia ada
dimana" Hemm hemm jika tidak memberitahukan keberadaannya,
terpaksa kita bertarung lagi!"
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Kau sangat kasar dan tidak tahu aturan, rupanya sengaja
mencari masalah!'
Tapi dia tetap menahan diri:
"Lo-cianpwee, murid anda pergi kemana, bagaimana aku bisa
tahu?" Ang-hoa-kui-bo menggerakan tongkat besinya dengan dingin
berkata: "Kau tidak mau memberitahukan, terpaksa kita bertarung lagi!"
Sin-hiong tidak bisa menahan lagi dengan dingin berkata:
"Lo-cianpwee terus menerus mendesak aku, terpaksa aku
melayaninya!"
Ang-hoa-kui-bo menggulung tongkat besinya, langsung menyapu
ke Kian-keng-hiat di kiri kanan Sin-hiong!
Dia tahu ilmu meringankan tubuh dan jurus pedang Sin-hiong
cukup hebat, jika di tempat datar, Sin-hiong menggabungkan kedua


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ilmu silatnya, maka dirinya akan mendapat kesulitan, tapi jika
bertaning diatas atap rumah, maka keadaannya akan terbalik.
Sin-hiong tidak memikirkan ini, dia hanya merasa bertarung di
depan banyak orang, mudah sekali mengumpulkan banyak orang,
maka akan mengganggu penginapan ini.
Maka saat tongkat Ang-hoa-kui-bo menyapu, ujung pedangnya
dihentakan, tubuhnya sudah melayang ke tempat lain.
"Mau lari kemana?" teriak Ang-hoa-kui-bo. Saat ini bisa dikatakan
dia dalam keadaan unggul, tubuh Sin-hiong belum mantap, dia
sudah datang menerjang "Huut!" tongkat besi kembali menyapu.
Dalam penginapan ada banyak orang-orang dunia persilatan
yang menginap, diantaranya kebanyakan adalah yang mau pergi ke
gunung Bu-li menonton keramaian, melihat terjadi pertarungan di
atap rumah, semua orang jadi berlari keluar menonton.
Nama Ang-hoa-kui-bo sangat termasyur di dunia persilatan,
bunga merah di sisi telinganya adalah ciri khasnya, para pesilat
tinggi di pekarang yang menonton, di antaranya ada seorang
dengan terkejut berteriak: "Heh! Itu Ang-hoa-kui-bo!" Setelah orang
ini berteriak, hati orang-orang di pekarangan menjadi tegang
karenanya! Terlihat Sin-hiong meloncat keatas, pedangnya menyerang ke
bawah, terdengar suara keras "Traang!" dalam pancaran kembang
api, tubuh dia sudah mantap berdiri.
Orang-orang jadi lebih terkejut lagi.
Dalam jurus tadi, jika Sin-hiong tidak memiliki ilmu meringankan
tubuh dan jurus pedang yang luar biasa, sulit bisa lolos dari jurus
ini, tapi akhirnya dia bisa berhasil, bagaimana tidak membuat orang
terkejut! Orang-orang berbisik:
"Siapa pemuda ini" Dapat menangkis serangan dahsyat Ang-hoakui-
bo, sudah bisa disejajarkan dengan pesilat tinggi dunia
persilatan!"
Diantaranya ada yang lebih pintar sedikit setelah melihatlihatnya,
berkata: "Apakah dia Kim-kau-kiam-khek?"
"Kim-kau-kiam-khek! Betul, apa kau tidak lihat gitar kuno di
punggungnya itu?"
Kata-kata ini laksana halilintar di siang hari bolong, sorot mata
semua orang jadi ditujukan pada Sin-hiong, membuat nama Anghoa-
kui-bo jadi kehilangan pamor.
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, menghardiknya: "Kau bocah telah
merebut kebanggaan di dunia persilatan, malam ini bagaimana pun
aku harus membuatmu malu!"
Mendadak tongkatnya menyapu dua kali, angin keras terdengar
"Huut huut!", masing-masing menerjang ke Sin-hiong!
Berturut-turut Sin-hiong mengalah tiga jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih saja tidak mengerti, dia mendesak terus, lama-kalamaan Sinhiong
jadi marah juga "Ssst!" dia menyerang pedangnya sambil
tertawa dingin berkata:
"Aku sudah mengalah tiga jurus padamu, apa kau tahu tidak?"
Ang-hoa-kui-bo semakin marah, serangan tongkat besinya
semakin gencar, sambil marah berkata:
"Siapa yang mau kau mengalah!"
Setelah berkata, dia hampir menyapukan tongkat besinya
sepuluh sapuan lebih!
Luas atap rumah tidak besar, di tambah senjata Sin-hiong
pendek sekali, dia hanya bisa mengambil kesempatan menyerang
satu dua jurus, orang-orang yang melihat, jadi khawatir Pada Sinhiong.
Tapi gerakan Sin-hiong lincah sekali, walaupun serangan tongkat
besi Ang-hoa-kui-bo sangat gencar, dalam waktu singkat tetap tidak
bisa mengapa-apakan dia.
Cui-giok pelan-pelan keluar kamar, dia sangat yakin sekali pada
diri Sin-hiong, tapi melihat serangan Ang-hoa-kui-bo sangat gencar,
hatinya jadi ikut berdebar-debar.
Kedua orang itu dalam sekejap sudah bertarung dua puluh jurus,
Sin-hiong masih saja lebih banyak bertahan daripada menyerang,
Ang-hoa-kui-bo mengambil kesempatan menguntungkan ini, sedikit
pun tidak mengendurkan serangannya!
Dalam sekejap dia kembali menyerang lagi tiga jurus, mungkin
karena tenaganya terlalu besar, mendadak terdengar suara
"Kreek!", genteng rumah berjatuhan ke bawah.
Sin-hiong mencuri pandang, melihat Cui-giok sedang
memperhatikan pertarungan, sambil tertawa keras berkata:
"Lo-cianpwee, kau tadi sudah membayar ganti rugi pada pelayan,
sekarang boleh dengan tenang memecahkan lagi gentenggentengnya!"
Kata-katanya jelas mengejek Ang-hoa-kui-bo, tapi diam-diam
juga memberi tahu Cui-giok, keadaan dia sedikit pun tidak terdesak.
Cui-giok berteriak:
"Sin-hiong, konsentrasi!"
Sin-hiong menggetarkan pedang pusakanya, sambil tertawa
berkata: "Kau tenang saja!"
Serangannya menyerang sisi punggung Ang-hoa-kui-bo,
walaupun Ang-hoa-kui-bo memiliki keunggulan senjata, tapi
tongkatnya besar dan berat, gerakannya kurang lincah, dia memutar
tubuhnya menyapukan ujung tongkat, angin pukulan tongkat lewat,
genteng atap rumah kembali disapu dia berjatuhan ke bawah!
Semua orang diam-diam terkejut, tapi Sin-hiong masih tenangtenang
saja menghadapinya, dia tidak menyerang tidak apa-apa,
tapi sekali menyerang, maka Ang-hoa-kui-bo mau tidak mau harus
membalikan tongkatnya menangkis!
Lima enam jurus sudah lewat lagi, rumah kayu ini tidak tahan
lagi menahan beban pertarungan sengit kedua orang ini, saat ini
sudah mulai bergoyang goyang. Pelayan rumah terkejut, tapi tidak
berani bersuara, dia hanya bisa gelisah sampai bercucuran keringat
dingin. Semakin bertarung Ang-hoa-kui-bo semakin bersemangat, setiap
serangannya adalah serangan mematikan, satu jurus Boan-thiankai-
te (Langit penuh tertutup tanah) mengeluarkan suara "Buum"
ber gemuruh, atap rumah dipukulnya sampai jadi bolong besar, tapi
Sin-hiong sudah melayang ke tempat lain!
Karena terlalu besar menggunakan tenaga, hampir saja Ang-hoakui-
bo tidak bisa menahannya, tubuhnya bergoyang-goyang, hampir
saja jatuh ke bawah.
Sin-hiong tersenyum, dia melayang turun disisi Cui-giok, dengan
pelan menariknya dan berkata:
"Jalanlah!"
Cui-giok tidak tahu apa maksudnya Sin-hiong, terpaksa diam
mengikutinya, baru saja berjalan dua langkah, mendadak, ada angin
keras yang amat dahsyat datang mendorong.
Orang-orang di pekarangan semua sampai berteriak terkejut,
Cui-giok sudah tahu Ang-hoa-kui-bo menyerang secara diam-diam
dari belakang, hatinya terkejut, tepat pada saat ini, mendadak dia
merasa dirinya ditarik oleh Sin-hiong, Sin-hiong sudah membalikan
tubuh menyambutnya.
Dia memalingkan kepala, terlihat sinar pedang Sin-hiong laksana
jaring, mengurung seluruh tubuh Ang-hoa-kui-bo.
Tubuh Sin-hiong melayang-layang tidak menentu, walau sehebat
apa pun ilmu silat Ang-hoa-kui-bo, tapi yang dituju oleh ujung
tongkatnya selalu tempat kosong yang tidak ada apa-apa, maka
setelah lewat dua puluh jurus, Ang-hoa-kui-bo sudah berada di
bawah angin. Seluruh penonton yang berada di dalam pekarangan baru benarbenar
melihat Kim-kau-kiam-khek sungguh-sungguh berilmu tinggi.
Saat mereka berdua bertarung dengan sengit, mendadak di atas
benteng muncul tiga bayangan orang, ketiganya memakai baju
tosu, mereka Bu-tong-sam-kiam yang kembali lagi!
Coan-hong Totiang turun duluan ke bawah sambil berkata dingin:
"Gouw Ci-hiang, kau sudah berada di bawah angin!"
Coan-kong dan Coan-soan dua orang juga ikut turun kebawah,
tiga orang dengan angkuhnya berdiri di pinggir, kata-katanya terus
mengejek, membuat Ang-hoa-kui-bo marah setengah mati.
Ang-hoa-kui-bo menyerang tiga jurus lagi, mendesak Sin-hiong
mundur sedikit, dengan marah berkata:
"Aku tidak bisa, apa kalian mau mencobanya?"
Coan-kong sengaja melihat pada Coan-soan dan berkata:
"Dia sendiri sudah mengaku tidak sanggup, maka hanya tinggal
melihat bagaimana kita dari Bu-tong-pai!"
Kata-kata ini lebih-lebih tidak enak didengar, Ang-hoa-kui-bo
mendengar seperti api disiram minyak, dia berteriak, menyapukan
tongkat besinya pada Coan-kong.
Coan-kong menghindar, Coan-soan dengan cepat menusukan
pedangnya! Ang-hoa-kui-bo marah sekali, dia terhadap Sin-hiong sedikit
banyak dia masih merasa ragu, "tapi terhadap Bu-tong-sam-kiam,
keadaannya berbeda sekali, tidak sampai tiga jurus, dia sudah
memaksa Bu-tong-sam-kiam bersatu baru bisa menghadapi dia!
Keadaan di depan mata mendadak berubah, orang-orang yang
menonton di pinggir semua jadi berteriak:
"Memuaskan!"
Tapi Sin-hiong sangat tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir,
Bu-tong-sam-kiam kembali lagi setelah pergi, pasti ada apa apanya"
Saat ini pertarungan di lapangan sedang sengit-sengitnya, dia
tidak mau ikut campur lagi, bersama Cui-giok dia bersiap
meninggalkan tempat itu, siapa sangka baru saja dia berpikir begitu,
mendadak diatas benteng muncul lagi dua orang.
Yang datang ini adalah dua orang tua, tapi yang di sebelah kiri
dia sudah mengenalnya, orang ini janggut panjangnya melayanglayang
di depan dada, dia adalah ketua Hoa-san-pai Cia Thian-cu!
Cui-giok tergerak dan berbisik: "Yang satu itu aku pun
mengenalnya, dia adalah ketua Kong-tong-pai Bu-eng-kiam (Pedang
tanpa bayangan) Hong Ping-lam!"
Sin-hiong menganggukan kepala, di dalam hatinya berpikir,
pertemuan di gunung Bu-li masih tiga hari lagi, kenapa mereka
sudah datang kemari"
Perawakan ketua Kong-tong-pai bulat, wajah-nya merah seperti
berdarah, usianya sudah tujuh puluhan, tapi dilihat dari luar,
wajahnya tetap sangat perkasa.
Sorot mata Tayhiap Tui-hong Cia Thian-cu menyapu lapangan,
lalu melayang mendekati Sin-hiong dan berkata:
"Tayhiap, bagaimana kabarnya!"
Sin-hiong tersenyum dan berkata:
"Cia Lo-cianpwee, aku baik baik saja!"
"Kita tidak perlu basa-basi lagi, pertemuan di bukit Lui-hong di
gunung Bu-li masih ada tiga hari, saat tengah malam kami
menunggu anda di depan kuil Ceng-hie di puncak gunung, maaf
tidak memakai kartu undangan!"
Ternyata dia sengaja datang untuk menyampaikan undangan
bertarung langsung pada orangnya, Sin-hiong menganggukan
kepala, artinya menerima tantangan ini.
Ketua Kong-tong-pai melihat pada Sin-hiong sekali, wajahnya
tampak sedikit keheranan.
Ternyata dalam hatinya tidak menyangka, Kim-kau-kiam-khek
yang sangat termasyur, ternyata masih seorang remaja berusia
delapan sembilan belas tahun!
Dia mendengus pelan dan sengaja berkata:
"Cia-heng, bocah ini?"
Ketua Hoa-san-pai mengiyakan, Hong Ping-lam tertawa dingin,
mendadak menengadahkan kepala, berkata:
"Baiklah! Aku tunggu tiga hari lagi saja!"
Sikap Hong Ping-lam terlihat sombong, melihat raut wajahnya,
jika bukan karena ada perjanjian bertemu tiga hari lagi, mungkin dia
sekarang inipun ingin bertarung dengan Sin-hiong.
Saat ini Bu-tong-sam-kiam sedang seru-serunya bertarung
dengan Ang-hoa-kui-bo, Hong Ping-lam jadi mendapat kesempatan
melampiaskan kekesalannya dan berteriak:
"Jago dari Bu-tong-pai, berhenti!"
Berteriakannya menggunakan seluruh tenaga dalamnya, sampai
menggetarkan telinga orang-orang di dalam pekarangan, sehebat
apa tenaga dalamnya, sungguh tidak perlu dikatakan lagi, Bu-tongsam-
kiam yang tadi pergi lalu kembali lagi, tadinya bermaksud
setelah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo lalu menghadapi Sin-hiong,
tidak diduga kata-kata Coan-kong telah membuat marah Ang-hoakui-
bo, malah mereka jadi bertarung dengan Ang-hoa-kui-bo.
Setelah Hong Ping-lam berteriak, walaupun Bu-tong-sam-kiam
mendengar nadanya kurang bersahabat, Coan-hong Totiang segera
memutar matanya, dua orang temannya mengerti maksudnya dan
mundur ke belakang. "Anda ada perlu apa?" tanya Coan-soan.
Hong Ping-lam tidak memperdulikan, dia maju selangkah dan
membentak: "Gouw-popo, kau datang untuk membantu marga Sen itu?"
Mendengar ini kemarahan Ang-hoa-kui-bo jadi memuncak, paruparunya
seperti mau meledak rasa-nya, seumur hidup dia tidak
pernah diperintah orang, Hong Ping-lam membentak-bentak di
hadapan dia menanyakan, sungguh-sungguh baru terjadi kali ini.
Ang-hoa-kui-bo melototkan matanya dengan dingin berkata:
"Kau ini barang apa, kau tidak pantas bertanya padaku?"
Kedua orang ini sama-sama sangat sombong, layaknya kau
tabrak aku, aku pun tabrak kau, kelihatannya pertarungan ini
kembali akan berubah lawan lagi.
Hong Ping-lam mendengus dingin, mencabut pedang pusakanya,
lalu digetar-getarkan dan berkata:
"Mengandalkan ini apa tidak cukup?"
Ang-hoa-kui-bo marah sekali, baru saja akan menyapukan
tongkat besinya, Cia Thian-cu sudah maju menghadangnya dan
berteriak: "Kalian berdua jangan bertarung dulu, aku mau bicara!"
Ang-hoa-kui-bo berkata dingin:
"Cia Thian-cu, ada kentut cepat keluarkan, kalian berdua ingin
mengeroyok aku juga tidak takut!"
Kata-kata ini begitu keluar, semua orang jadi khawatir ketua
Hoa-san-pai juga akan marah, tapi di luar dugaan, dia hanya
tertawa dengan tenang berkata:
"Masalah penting harus didahulukan, Gouw Ci-hiang buat apa
kau terburu-buru!"
Ang-hoa-kui-bo melototi dia sekali dengan dingin berkata lagi:
"Baiklah kalau begitu, sekarang kalian cepat pergi, aku masih ada
urusan dengan Sen Sin-hiong!"
Inilah kata-kata yang ingin didengar semua orang, selain wajah
Hong Ping-lam masih terlihat kekesalan, ketua Hoa-san-pai dan Butong-
sam-kiam semuanya mundur ke pinggir!
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, di dalam hatinya berpikir,
Ang-hoa-kui-bo seperti seekor anjing gila, melihat orang langsung
menggigit, walau aku tidak mau mencari masalah, tapi tidak bisa
terlihat terlalu mengalah!
Dia maju dua langkah dan berkata:
"Gouw Lo-cianpwee, kau sungguh mau mencari aku?"
Ang-hoa-kui-bo dengan Sang-toh adalah guru dengan murid,
sebenarnya perasaannya lebih dekat dari pada hubungan ibu dan
anak, dulu demi Cui-giok, dia tidak segan-segan bermusuhan


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan Hoa-san-pai, makanya setelah Sang-toh pergi tidak kembali,
semua kemarahannya dilampiaskan pada Sin-hiong, dia membenci
setengah mati, bagaimana bisa mengerti benar atau bohong"
Sepatah katapun tidak terucap, tongkat besinya sudah disapukan
kembali! Sekarang Sin-hiong pun tidak mau banyak bicara lagi, tubuhnya
berkelebat "Ssst!" pedangnya menusuk!
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tongkat besi-nya ditarik lalu
mendongkel, gerakan tongkat besinya sampai mengetarkan baju
panjang orang-orang yang berdiri dipinggir, dahsyatnya sangat
menakutkan siapapun. Siapa sangka saat menyapukan tongkat
besinya, di depan malah tidak ada orang, Ang-hoa-kui-bo sedikit
tertegun, lalu merasa di belakang ada hawa dingin menyerang, dia
berteriak, tanpa melihat ke belakang tongkatnya menghantam ke
belakang tiga kali!
Semua orang diam-diam tergetar, tapi Sin-hiong sedikit pun tidak
mundur, pedangnya menyerang laksana angin, di depan dan di
belakang Ang-hoa-kui-bo penuh dengan bayangannya, dalam
sekejap dia membalas menyerang tujuh delapan jurus!
Kelihatan Ang-hoa-kui-bo jadi kewalahan. Ang-hoa-kui-bo
terkejut, dalam hatinya berpikir, satu tahun tidak bertemu, ilmu silat
sibocah ini sudah maju lebih pesat, jika aku kalah lagi di tangan nya,
mana ada muka berdiri di dunia persilatan lagi"
Timbul nekadnya, serangannya jadi tidak memperhatikan
keselamatan dirinya, angin pukulan tongkat laksana gunung, setiap
jurus mengarah ke tempat yang mematikan di rubuh Sin-hiong!
Sin-hiong melihat serangannya tidak tanggung tanggung lagi, dia
jadi naik pitam, dia berteriak, pedangnya disabetkan ke bawah!
Serangan pedang kelihatannya menyabet bunga merah disisi
rambut Ang-hoa-kui-bo, hati Ang-hoa-kui-bo tergetar, ujung tongkat
disapukan ke belakang, siapa sangka ujung pedang Sin-hiong
mendongkel, hawa dingin pedang sudah sampai di atas kepala!
Wajah Ang-hoa-kui-bo berubah, dia menyapu-kan tongkatnya
beberapa kali, ingin memecahkan jurus Sin-hiong ini!
Tapi, Sin-hiong menggunakan jurus ini dengan pintar, setelah
memutar beberapa kali pergelangan tangannya, kilatan sinar perak
selalu berada tidak lebih lima inci di atas kepala Ang-hoa-kui-bo.
Hati semua orang di pekarangan menjadi tegang, jika Ang-hoakui-
bo tidak mundur, apa akibatnya dari jurus ini, sungguh
membuat orang tidak berani membayangkannya.
Sin-hiong tertawa dan berkata: "Masih tidak mau mengaku
kalah?" Dia menggerakan pergelangan tangan, baru saja akan disabetkan
ke bawah! Tepat pada saat ini, mendadak dari sudut gelap terdengar suara
"Ssst!", satu angin keras sudah melesat ke arah pergelangan tangan
Sin-hiong. Sin-hiong sedikit tergetar "Huut!" telapak tangannya
menghantam, sejak dia telah memakan Ho-siu-oh berusia ribuan
tahun, tenaganya sudah berlipat ganda beberapa kali, tadinya dia
pikir pukulan telapak tangannya bisa menjatuhkan senjata gelap ini,
siapa sangka kenyataannya di luar dugaan!
Senjata gelap itu walau kelihatan kecil, disapu oleh telapak
anginnya, hanya sedikit melenceng, lalu kembali melesat ke
pergelangan tangannya, hanya tenaganya saja yang berkurang
sedikit. Sin-hiong terkejut, dia memiringkan tubuh, menangkis dengan
pedangnya, terdengar suara nyaring "Traang!", ternyata benda itu
sebutir batu, walau dipukul jatuh, tapi masih meloncat-loncat dua
kali baru berhenti.
Kejadian ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, semua orang di
dalam pekarangan yang menyaksikan juga tidak tahan menarik
nafas dingin! Ilmu silat Ang-hoa-kui-bo sudah hebat, tapi Ang-hoa-kui-bo
masih bukan lawannya Kim-kau-kiam-khek, Kim-kau-kiam-khek
seharusnya lebih hebat lagi, tapi oleh sebutir batu kecil dia harus
menangkisn dua kali baru bisa berhasil, lalu bagaimana dengan ilmu
silat pelempar batu ini, tidak perlu ditanyakan juga sudah tahu.
Tepat pada saat semua orang terbengong-bengong, Ang-hoa-kuibo
sudah mengangkat tongkat besinya dan dipukulkan kepada
kepalanya sendiri!
Ini kejadian yang tidak di duga, siapa pun tidak ada yang
mengira dia akan melakukan ini, dengan kata lain, semua orang
hanya bisa bengong melihat dia bunuh diri di pekarangan yang kecil
ini. Terdengar ada orang yang mengeluarkan suara keluhan terkejut,
Sin-hiong jadi tergetar tubuhnya langsung menerjang ke depan.
Tentu saja dia tidak menduga Ang-hoa-kui-bo setelah kalah bisa
melakukan bunuh diri, jadi walaupun dia bergerak cepat, jelas masih
terlambat! Di saat yang kritis ini, kembali terdengar suara "Ssst!" suara ini
lebih tajam dan memekakan telinga dari pada yang tadi, jelas
tenaganya juga jauh lebih besar!
Setelah suara itu hilang, lalu terdengar satu suara kecil sambil
menghela nafas berkata:
"Buat apa?"
Perkataannya walau kecil sekali, tapi kata-katanya terdengar
jelas, Ang-hoa-kui-bo yang bertekad bunuh diri, walau dia tidak
memperhatikan, tapi suara "Ssst!" tadi telah mengenai pergelangan
tangannya, membuat tangannya mati rasa, dan tongkat besi yang
telah diangkatnya kembali turun ke bawah!
Wajah dia penuh rasa terkejut, begitu Sin-hiong turun, wajahnya
pun penuh rasa terkejut, Hoa-san, Kong-tong, Bu-tong-sam-kiam
dan orang-orang di dalam pekarangan, tidak satu pun wajahnya
tidak terkejut.
Jika dikatakan orang yang melempar batu ini, hanya untuk
membantu Ang-hoa-kui-bo, sepertinya tidak juga, jika dikatakan
bukan, itupun tidak juga"
Orang-orang di lapangan semuanya bengong melihat ke arah
datangnya suara, tapi disana tidak terdengar ada suara lagi.
Ang-hoa-kui-bo mengeluh panjang:
"Sudahlah, sudahlah!"
Setelah berkata dia menengadah melihat langit, dalam kegelapan
malam, semua orang masih bisa melihat wajahnya yang penuh
kesedihan. Ang-hoa-kui-bo lalu menghentakan tongkat besinya, tubuhnya
yang tinggi besar sudah meng-hilang di kegelapan malam.
Ketua Kong-tong-pai Hong Ping-lam masih sedikit penasaran, tapi
sekarang setelah menyaksikan pertarungan seru antara Ang-hoakui-
bo dengan Sin-hiong, dia baru tahu sulitnya melawan Kim-kaukiam-
khek, dia segera menarik Cia Thian-cu, dua orang itu langsung
meninggalkan tempat itu.
Bu-tong-sam-kiam lebih-lebih tidak bisa bicara, saling pandang
sekali, lalu pergi juga.
Cui-giok pelan-pelan menghampiri, bertanya: "Sin-hiong, kulihat
orang ini baru lawan berat!"
Sin-hiong masih memikirkan siapa pelempar batu itu, dalam
bayangannya, di seluruh dunia persilatan selain ketua pulau Teratai,
mungkin tidak ada orang yang ilmu silatnya sehebat ini.
Tapi, mungkinkah ketua pulau Teratai ada di tempat ini"
Jika ketua pulau Teratai ada disekitar ini, maka Hui-lan pun
seharusnya ada di sekitar ini!
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia berguman:
"Tidak, dia adalah ketua pulau Teratai!"
Hati Cui-giok tergetar, dalam hatinya berpikir, jika ketua pulau
Teratai ada disini, maka Hui-lan yang tidak bisa dilupakan Sin-hiong
juga ada di sekitar ini, dia terlalu mencintai Sin-hiong, maka otaknya
berputar dan berkata:
"Yah! Kita cepat pergi!"
Sin-hiong tidak banyak berpikir, dia melemparkan setail uang
perak, dua orang itu buru-buru meninggalkan tempat.
Keluar dari kota, di depan masih ada satu gunung besar, Cui-giok
menghela nafas:
"Mereka sudah pergi lagi!"
Sin-hiong tidak putus asa, tapi dia demi kebaikan Cui-giok,
terpaksa dia menghentikan langkah dan berkata:
"Kau sudah lelah" Kita istirahat dulu sebentar!"
Cui-giok menarik nafas, melihat pada bumi yang diselimuti
gelapnya malam dan berkata:
"Tidak perduli bagaimana, kita harus mengejar mereka!"
Sin-hiong menghela nafas panjang, lalu mengangkat Cui-giok,
selangkah pun tidak berhenti terus mengejar.
Sekaligus dia berlari lima enam li, begitu melihat ke atas, bumi
masih gelap, Cui-giok meronta sedikit dan berkata:
"Kenapa kau tidak teruskan jalan!"
"Kita sudah cukup jauh jalannya, tapi masih tidak melihat jejak
mereka, mungkin mereka sudah jauh!"
"Coba kejar lagi sebentar!"
Dia mengatakan ini semua demi Sin-hiong, dia tahu sifatnya Sinhiong,
tentu saja juga tahu di dalam hati Sin-hiong saat inipun
sangat mencintai Hui-lan, walaupun tahu tadi Sin-hiong telah
bertarung, tapi dia tetap mendesak Sin-hiong supaya melanjutkan
pengejarannya! Sin-hiong menarik nafas dalam-dalam, lalu melangkah
secepatnya berlari ke depan!
Kali ini dia berlari hampir menempuh perjalanan sejauh lima
enam puluh li, melewati satu kota kabupaten, lima enam kota kecil,
saat dia menghentikan langkahnya, Cui-giok berkata:
"Hari sudah hampir terang, kita istirahatlah!"
Sin-hiong melihat tugu di sisi jalan tertulis tiga huruf besar:
"Bu-li-san!"
Setelah perkataan Cui-giok selesai, mendadak melihat tiga huruf
"Bu-li-san" dia terkejut dan berteriak: "Sudah sampai gunung Bu-li!"
Sin-hiong menganggukan kepala, berguman: "Gunung Bu-li, Buli-
san!" Dia bolak balik membaca tiga huruf ini, pikirannya bergejolak, di
dalam hatinya berpikir,:
'Tinggal tiga hari lagi, waktu tiga hari itu sangat singkat, hay! Aku
tidak ada keyakinan bisa mengalahkan sembilan ketua perguruan
besar, aku hanya bisa berharap bagaimana nanti saja.'
Sejak kecil Sin-hiong sering mendapat penghinaan, jika bukan
karena gurunya, Khu Ceng-hong menyelamatkan dia di dalam tanah
salju, bagaimana pun dia tidak ada hari ini"
Pelan-pelan dia menurunkan Cui-giok dan berkata:
"Sudah tiba di gunung Bu-li, hay! Tinggal melihat pertempuran
dalam waktu tiga hari ini!"
Cui-giok melihat kata-kata dia penuh dengan perasaan,
sepertinya ada semacam ramalan yang jelek, dia bergerak dua
langkah, sepasang matanya menatap tajam pada Sin-hiong dan
berkata: "Sin-hiong, tambah semangat sedikit, kau pasti menang!"
Sin-hiong jadi merasa bersemangat kembali, dia memeluk Cuigiok
dan berkata: "Adik Giok, kau jangan tinggalkan aku!"
Cui-giok tergetar, ternyata dia sudah merasa-kan saat Sin-hiong
memeluk dirinya, tangannya yang kuat itu sedikit gemetaran, di
dalam hatinya berpikir:
'Dia sudah mengalami banyak pertempuran besar dan kecil,
mungkin karena tanggung jawabnya terlalu berat, kunci berhasil
atau gagal hanya dalam pertempuran ini, jika dia kalah, bagaimana
dengan aku"'
Hati dia naik turun tidak menentu, Sin-hiong memeluk dia eraterat,
dia juga memeluk Sin-hiong erat erat, dengan pelan berkata:
"Sin-hiong, kau pasti menang!"
Sin-hiong memejamkan matanya, dia sedang menikmati
kehangatan sesaat, pertempuran ini, sungguh terlalu penting, walau
dia sehebat apa pun, jika tidak ada orang yang mendukungnya,
menghadapi keadaan sepenting ini, bagaimana pun dia merasa
sedikit ketakutan.
Kedua orang saling memeluk dengan eratnya, dan saling di
mabuk cinta, siapa pun tidak berkata-kata, sampai hari hampir
terang, Cui-giok baru sambil menghela nafas panjang:
"Hari sudah terang, kau tidak lupa bukan, orang baik dilindungi
langit!" Sin-hiong pelan-pelan berdiri, jujur saja, dia tidak tahu sudah
berapa banyak dia menghadapi pertarungan besar kecil, tapi yang
seperti hari ini hatinya berdebar-debar, mungkin untuk pertama
kalinya sepanjang hidup dia.
Ayam berkokok, hari kembali terang! Satu hari lewat, dua hari
lewat, hari ketiga, akhirnya tiba juga!
Di sudut satu tebing gunung, dua orang sedang berbaring
dengan tenang, dua orang ini tentu saja Sin-hiong dan Cui-giok.
Dalam dua tiga hari ini, Sin-hiong sudah mengumpulkan seluruh
tenaga dalamnya, sudah mempersiapkan dengan penuh
menghadapi satu pertarungan yang memerlukan seluruh
kekuatannya! Cui-giok merawat dia, melindungi dia, semua yang dipikirkan Sinhiong
dan yang dia harapkan, telah semua dilakukannya, dia terlalu
mencintai Sin-hiong.
Dua orang itu dengan tenang berbaring, tapi di sisi lain, di dunia
persilatan malah telah terjadi gelombang besar.
Sejak pagi sampai siang, di atas di bawah gunung Bu-li tidak
henti-hentinya orang datang, orang orang ini seratus persen adalah
orang-orang dunia persilatan, termasuk di dalamnya berbagai
perguruan dan berbagai aliran, dari berbagai gunung!
Matahari sudah terbit, Cui-giok mendorong Sin-hiong dan
berkata: "Kita berjalan pelan-pelan saja!"
Sin-hiong bangkit berdiri, merapihkan bajunya, lalu bersama Cuigiok
berjalan menuju puncak gunung! Kedua orang berjalan pelanpelan.
Sampai tengah hari mereka makan makanan kering, lalu disaat
kembali melanjutkan perjalanannya, di depan samar-samar ada satu
orang berjalan.
Tadinya Sin-hiong kurang memperhatikan, tapi saat dia
menyadari, orang itu sudah menghilang.
Sin-hiong sedikit tergetar, di dalam hati berkata: 'Orang ini jati
dirinya aneh, lebih baik aku kedepan melihatnya!'
Saat itu dia menyuruh Cui-giok berdiam di tempat, dia sendiri
meloncat mengejar ke depan!
Gunung Bu-li berderet hampir beberapa ribu li, dia berlari kesana
melihat, tapi tidak ada bayangan apapun"
Maka dengan sendirinya Sin-hiong meningkatkan
kewaspadaannya, segera berlari turun, siapa sangka, sampai di
tempat semula, Cui-giok sudah tidak ada, entah kemana perginya!
Sin-hiong terkejut, dia berteriak beberapa kali, tetap saja tidak
ada yang menjawabnya!
Hati dia jadi berat, dia melihat ke atas melihat cuaca, matahari
pelan-pelan sudah tenggelam ke barat.
Hati Sin-hiong jadi gelisah sekali, dia berteriak lagi beberapa kali,
rupanya Cui-giok sudah ditawan, dia mengitari jalanan gunung


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

beberapa putaran, tetap masih tidak menemukan jejak Cui-giok.
Setelah berpikir-pikir, di dalam hati berkata:
"Hal ini selain sembilan perguruan besar, siapa lagi yang berani
melakukannya?"
Berpikir sampai disini, tidak tahan amarahnya jadi meledak, sekali
meloncat langsung menerjang ke atas puncak.
Ketika berlari, tidak jauh di depan ada banyak orang sedang
berjalan, terpaksa dia menghentikan langkahnya, terdengar satu
orang berkata: "Saudara, pertarungan ini dalam seratus tahun pun sulit bisa
menyaksikannya!"
"Tentu! tentu!" jawab yang saru lagi.
Salah satu diantaranya menyela:
"Kim-kau-kiam-khek baru satu tahun muncul di dunia persilatan,
sudah bisa melawan ketuanya sembilan perguruan besar dunia
persilatan, sungguh hal yang menakjubkan!"
Orang-orang ini sambil berjalan sambil berbincang-bincang, tentu
saja tidak mengira Sin-hiong berada dalam kelompoknya.
Sin-hiong melihat tidak ada kabarnya Cui-giok, dia jadi merasa
kehilangan harapan, setelah hampir sampai di puncak, terlihat
banyak sekali kerumunan orang, tampaknya tidak kurang dari
beberapa ratus orang.
Dia melihat ke depan, terlihat kuil Ceng-hie dengan megahnya
berdiri di dalam kegelapan malam. hatinya berpikir, waktunya masih
banyak, lebih baik aku mencari Cui-giok dulu"
Dia berputar-putar di depan dan di belakang gunung, hari sudah
semakin gelap, semakin sulit saja mencari Cui-giok, dia terpaksa
kembali lagi. Saat ini orang-orang yang mau melihat keramaian semakin
banyak saja, gunung yang tadinya sepi, saat ini sudah hampir
menjadi kota yang ramai, Sin-hiong pelan-pelan berjalan ke depan,
terlihat di depan kuil Ceng-hie obor menyala tinggi, ada puluhan
laki-laki besar berdiri disana, wajahnya serius, pertarungan yang
menggemparkan dunia ini sungguh sungguh luar biasa sekali.
Sin-hiong melihat, semangatnya tiba-tiba terasa bergolak, dalam
hari berkata: 'Tidak perduli menang atau kalah, akhirnya namaku bisa
menggemparkan dunia!'
Sebenarnya, nama besar dia sudah menggemparkan dunia
persilatan, tapi dengan adanya kejadian seperti hari ini, begitu
banyak orang datang kesini karena nama besarnya, seumur hidup
inilah pertama kalinya.
Dia merasa semangatnya jadi bertambah, perasaan yang
tertekan tadi pun disapu menghilang.
Hari semakin gelap, kerumunan orang di sekitar tempat itu,
pelan-pelan berkumpul di depan kuil.
Dalam kerumunan orang ada seseorang dengan perhatian
bertanya: "Entah sembilan ketua dari perguruan besar sudah datang atau
belum?" Salah seorang menjawab:
"Sudah dari tadi datangnya! Hanya Kim-kau-kiam-khek saja yang
belum terlihat!".
Satu orang menyela:
"Aku lihat dia tidak akan datang, bagaimana mungkin dia berani
menerima tantangan dari sembilan ketua perguruan besar, he he
he, jika bukan sudah bosan hidup, maka pasti dia sudah gila!"
Tidak lama kemudian, dari dalam kuil berjalan keluar seorang
hwesio tua berwajah bersih, orang ini tangannya membawa tongkat
Budha, Sin-hiong tahu dia adalah Bu-can.
Dalam pertarungan menghadapi Siauw-lim, membuat Siauw-limsam-
lo yang menggemparkan dunia ini mengundurkan diri dari
dunia persilatan, Bu-can baru saja dilantik jadi ketua sudah
menghadapi masalah yang rumit ini.
Bu-can melihat-lihat sekelilingnya, lalu sorot matanya
menerawang ke arah jauh, kelihatannya sedang menunggu
seseorang. Sin-hiong tahu dia sedang menunggu dirinya, tapi dia pikir
sekarang masih belum waktu nya, kenapa aku tidak menunggu lagi
sebentar" Sejak kecil Sin-hiong hidup miskin, selama hidupnya tidak pernah
tampil di depan orang banyak, jika bukan karena didesak, dia sama
sekali tidak akan beraksi.
Walau kali ini ada kekecualian, tapi karena sifatnya begitu,
akhirnya dia tetap berdiri di kerumun-an orang tidak bergerak.
Bu-can berdiri sejenak, di dalam kuil keluar lagi dua orang.
Kedua orang ini dia tidak kenal, tapi para penonton sudah ada
yang berteriak:
"Lihat, itulah ketua baru Siauw-lim-pai, dua yang lainnya adalah
dari Tiam-jong-pai dan Bu-tai-pai."
Ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang tosu yang berperawakan
tinggi besar, dia melihat-lihat ke kiri dan kanan dulu lalu bertanya:
"Sampai sekarang dia masih belum muncul, mungkin benarbenar
tidak akan datang!"
Ketua Tiam-jong-pai usianya lebih tua, tampak seperti orang tua
kampung, terlihat dia menghisap pipa tembakaunya dalam-dalam
lalu sambil menganggukan kepala:
"Kata-kata Gouw-it Taysu tidak salah, aku lihat kebanyakan dia
tidak akan datang!"
Setelah berkata, di kuil Ceng-hie keluar lagi beberapa orang!
Beberapa orang ini termasuk ketua Go-bi, Kun-Iun beberapa
ketua perguruan besar, jumlah semuanya tepat ada sembilan orang!
Begitu sembilan ketua perguruan muncul, seluruh gunung segera
terjadi kegaduhan. waktu semakin dekat dengan saat pertemuan,
hanya Kim-kau-kiam-khek yang masih belum terlihat! bukan saja
sembilan ketua dari berbagai perguruan sudah tidak sabar, para
penonton pun kelihatan tidak mengerti.
Dalam janji pertemuan di dunia persilatan, kecuali tidak
menyanggupi, jika sekali menyanggupi, walaupun harus menempuh
bahaya seberat apa pun harus tetap menepati janjinya!
Cing-cen Totiang dari Go-bi-pai mengerutkan alisnya dalamdalam,
dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Masih berapa lama lagi sampai jam tujuh malam?"
Seorang murid dibelakangnya menjawab: "Sebentar lagi!"
Mendengar kata-kata ini, Cing-cen Totiang pelan-pelan berjalan
ke tengah lapangan, di belakang dia ada Coan-cin Cinjin dari Butong-
pai, kedua orang itu setelah menghentikan langkahnya, Coancin
berkata: "Menurut pendapatku, jika dia sampai waktu-nya masih belum
datang, kita umumkan saja dia telah mengaku kalah, bagaimana?"
Ketua Go-bi-pai menganggukan kepala, tepat pada saat ini,
mendadak terdengar "Taang!" ternyata sudah ada seorang murid
membunyikan genta besar yang digantung di depan pintu, suara
genta itu menggema ke segala pelosok, lama tidak berhenti, begitu
suaranya hampir hilang, murid itu dengan keras berteriak: "Tepat
jam tujuh!"
Baru saja selesai bicara, sebuah siulan nyaring tiba-tiba
terdengar di dalam kerumunan orang, saat semua orang
melihatnya, di tengah lapangan sudah berdiri seorang pemuda
tampan. Walaupun Kim-kau-kiam-khek telah menggemparkan dunia
persilatan, tapi orang yang pernah melihatnya masih sedikit, saat di
tengah lapangan muncul seorang pemuda, orang yang tidak tahu
sudah terkejut dan berteriak:
"Iiih! Apa pemuda ini yang dijuluki Kim-kau-kiam-khek itu?"
Dalam sekejap, di depan kuil menjadi hening, sorot mata semua
orang tertuju pada Sin-hiong seorang.
Sin-hiong bersoja pada sembilan ketua perguruan dengan keras
berkata: "Maaf telah lama menunggu, tapi aku sedikit pun tidak
terlambat!"
Diantara sembila ketua perguruan, setengah lebih pernah
bertemu dengan Sin-hiong, yang belum pernah bertemu hanya
ketua Bu-tai-pai, ketua Tiam-jong-pai dan beberapa orang saja.
Beberapa orang ini mengawasi kepada Sin-hiong, hatinya jadi
merasa masgul, di dalam hatinya berpikir, ternyata hanya seorang
anak muda, walaupun dia sudah berlatih ilmu silat sejak dilahirkan,
tidak mungkin bisa melawan keroyokan mereka sembilan orang"
Sekarang kita sembilan orang bersatu melawan dia, jangan kata
jumlah orangnya, walaupun satu lawan satu, usianya pun tidak
sebanding. Tapi karena pertemuan ini sudah disetujui, semua orang terpaksa
melakukannya, ketua dari Bu-tai-pai adalah seorang hweesio,
hatinya lebih penyayang, dia berebut berkata:
"O-mi-to-hud, sungguh mempersulit Sen-siauhiap, waktunya
sudah tiba, kita tidak perlu basa basi lagi, tapi bolehkah aku berkata
dulu." "Silahkan!" kata Sin-hiong tersenyum.
Gouw-it Taysu bersoja:
"Siauhiap menepati undangan kami datang kemari, kita tidak
perlu membuang-buang waktu lagi, kami sembilan orang telah
menyiapkan satu barisan kecil, jika Siauhiap dalam seribu jurus bisa
mendobrak-nya dan keluar, maka dihitung kami sudah kalah, apa itu
bisa diterima?"
Kata-kata ini begitu diucapkan, dalam sembilan ketua perguruan
sudah ada gerakan, dan dalam kerumunan orang segera saling
memperbincangkan, setelah beberapa saat, di dalam kerumunan
orang ada orang menyahut
"Usulan ini cukup adil!"
Sekali orang ini berteriak, banyak orang di sekitar tempat itu
sependapat dengannya. Walaupun Gouw-it Taysu mengatakan
barisan kecil, tapi dengan kedudukan mereka sembilan orang, jika
tidak memiliki kemampuan setinggi langit, mungkin hanya perlu
waktu yang singkat saja, sudah mati dikurung di dalamnya, maka
walau orang-orang ini setuju, tapi diam-diam tetap saja
mengkhawatirkan Sin-hiong.
Sembilan ketua perguruan secepat kilat berunding, dengan ilmu
silat mereka, tidak perduli barisan apa, asalkan sekali dibicarakan,
semua orang langsung sudah bisa masuk ke intinya, semua orang
merasa pendapat ini cukup bagus, maka mereka menganggukan
kepala tanda setuju.
Diam-diam Sin-hiong meneguk air liur, di dalam hatinya berpikir:
'Selain begini, aku pun tidak bisa memikirkan cara yang lebih
bagus," maka dia menjawab:
"Aku setuju, bagaimana dengan kalian?"
Gouw-it Taysu sambil tertawa berkata: "Kami tentu saja tidak
menentang!"
Setelah berkata, sembilan ketua perguruan masing-masing
segera mengambil posisi, diantaranya ada yang serius wajahnya,
ada juga yang santai, orang yang santai ini tidak perlu disebutkan
lagi adalah orang yang tidak pernah bertarung dengan Sin-hiong.
Sin-hiong mencabut pedang pusakanya, tapi didalam hati diamdiam
berdoa: 'Guru, bantulah muridmu ini!'
Walaupun di dalam hati dia sedikit tegang, tapi sedikit pun tidak
menampakan di wajahnya.
Sembilan ketua perguruan pun masing-masing menyiapkan
senjatanya, suasana di depan kuil mendadak menjadi tegang sekali!
Mata Gouw-it Taysu menyapu, lalu dengan keras berkata:
"Senjata tidak punya mata, serangan tidak ada ampun, Sensiauhiap
hati-hatilah!"
Semangat Sin-hiong menjadi naik dengan keras dia berkata:
"Aku mengerti, Taysu silahkan menyerang!"
Gouw-it Taysu tersenyum, ketua Tiam-jong-pai yang tidak jauh
dari dia berkelebat maju dan berkata:
"Jurus pertama biar aku Sen-cian yang melakukannya!"
Dia menghisap dalam-dalam dua kali pipa tembakaunya, di dalam
asap tebalnya, pipa di tangannya sudah datang menotoknya!
Totokannya kelihatan lambat, tapi banyak orang tahu, tidak
perduli Sin-hiong maju atau membalas menyerang, jurus dia masih
banyak perubahannya.
Tapi anehnya, rubuh Sin-hiong sedikit pun tidak bergerak!
Orang-orang di sisi lapangan sampai mengeluarkan keringat
dingin melihatnya, tepat pada saat ini, mendadak terdengar Sencian
berteriak keras:
"Memang hebat!"
Dia memutar pipa tembakaunya, secepat kilat menotok Hong-huhiat
nya Sin-hiong! Kecepatan serangannya susah di ikuti mata, tapi Sin-hiong
dengan santai berpindah ke sisi Siu-goan Suthay dari Kun-lun, Siugoan
Suthay menggerakan alisnya, kebutan ditangannya mengebut!
Sin-hiong kembali berkelebat menghindar, tapi sembilan ketua
perguruan besar ini tenang laksana gunung, dia tidak bergerak,
mereka pun tenang berdiri di tempatnya, Sin-hiong sudah berputar
dua kali, di antaranya sudah lebih dari setengahnya yang
menyerang! Di antara sembilan ketua perguruan besar, ada setengah lebih
menggunakan pedang, yang lainnya ada yang menggunakan
tongkat Budha, kebutan, dan pipa tembakau, saat Sin-hiong
berputar, pedang panjang yang tadinya diam tidak bergerak,
mendadak seperti seekor ular pintar saling menyabet.
Tapi, kembali terjadi hal yang mengherankan, saat empat pedang
panjang bergerak-gerak, semuanya tidak menusuk ke arah tubuh
Sin-hiong, hanya bergerak di seputarnya membentuk satu tabir
sinar. Sekarang Sin-hiong merasa berada dalam kurungan angin ribut
dan dunia keputihan, sinarnya menyilaukan mata, anginnya terasa
menusuk ke dalam tulang, kedahsyatan serangan dan keanehan
jurusnya membuat dia sangat terkejut!
Mimpi pun dia tidak terpikir, sembilan ketua perguruan besar bisa
menggunakan cara seperti ini, kelihatannya ini tidak seperti apa
yang disebut barisan, walaupun dia sangat pintar, tapi sejenak dia
menjadi ragu-ragu.
Tapi, ini hanya kejadian sebentar saja, saat dia berpikir, Sinhiong
telah menyerang sebanyak lima belas jurus lebih.
Setelah beberapa kali menyerang, jika bertemu dengan yang
menggunakan pedang, terlihat pedang pedang saling melintang
datang menyerang, pedang-nya berkelebatan dan bergetar-getar,
diantara kelebatan pedang sedikit pun tidak ada celah!
Gerakan dua tongkat Budha juga sangat mengejutkan, jangan
kata dia tidak bisa memecahkan-nya, walaupun ingin maju
selangkah saja, dia merasa ada tekanan angin yang kuat menyerang
dadanya, jurus tongkat terasa berat dan mengejutkan!
Sin-hiong berputar lagi, kelihatannya hanya Siu-goan Suthay
yang paling lemah, tapi karena posisi berdiri dia sangat kuat sekali,
jurus kebutan yang tidak bisa mencapainya, ditutup oleh senjata
lainnya. Jadi semua membuat Sin-hiong kesulitan.
Tidak sampai seperminuman satu gelas teh panas, Sin-hiong
sudah menyerang tiga puluh jurus lebih, dan sembilan ketua


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perguruan masing-masing sudah menyerang sepuluh jurus lebih!
Sin-hiong menggunakan gerakan yang cepat dan lincah,
dipadukan dengan jurus Kim-kau-kiam nya, walaupun dalam sesaat
tidak bisa mendobrak keluar, tapi juga tidak kewalahan
menghadapinya! Di dalam tekanan angin yang amat dahsyat, kerumunan orang
sampai terdesak mundur lima enam langkah ke belakang!
Dalam sekejap dua puluh jurus lebih sudah lewat lagi, Sin-hiong
berpikir keras tapi tidak bisa memikirkan cara memecahkan barisan
ini, di dalam hatinya berpikir:
"Tidak heran mereka mau menggunakan barisan ini, tapi disebut
apa barisan ini?"
Saat ini hati dia sedikit menyesal, jika bertarung satu lawan satu,
atau mereka bersembilan bertarung secara keroyokan, keadaan
dirinya tidak akan sulit seperti ini!
Ketika berpikir, mendadak dia merasa tekanannya bertambah
kuat, ada orang berteriak: "Sudah seratus jurus lebih!" Orang-orang
di sekitar segera mengeluarkan suara pujian dan keluhan berkata:
"Kim-kau-kiam-khek sudah cukup bagus, bisa bertahan seratus
jurus dari serangan sembilan ketua perguruan besar dan tidak
kalah, kedudukan pesilat tinggi nomor satu dunia sudah pasti milik
dia!" Kata-kata ini walaupun masuk akal, tapi tidak seorang pun yang
sependapat, ternyata setelah orang-orang tidak merasa tegang lagi,
perhatiannya kembali tertarik oleh pertempuran seru yang sulit bisa
dilihat dalam waktu seratus tahun ini, selain hatinya merasa amat
tegang, sepatah kata pun tidak bisa keluar dari mulut.
Lewat seratus jurus, tekanan yang di terima Sin-hiong pun
semakin kuat, jika sembilan ketua perguruan menggunakan seluruh
tenaganya, mungkin dia tidak akan bisa bertahan sampai tiga ratus
jurus! Sin-hiong sadar dirinya sulit bisa bertahan lama, jika tidak bisa
memikirkan sebuah cara untuk mencari celah dari sembilan orang ini
dan mendobraknya keluar, walaupun dia kalah tapi tidak
memalukan, mati pun tidak menyesal.
Dia bertahan terus sambil mencari cara menerobosnya, otaknya
terus berputar.
Mendadak, terdengar suara "Ssst!", suara ini walaupun tidak
keras, tapi menembus berlapis-lapis tekanan tenaga para sembilan
ketua perguruan, dan menembus dari samping Siu-goan Suthay!
Sin-hiong terkejut, pikirnya, suara apa ini"
Suara ini bukan saja aneh, tapi ada sedikit khusus, sebab
menembus angin tekanan yang amat kuat, tidak mengarah pada
siapa pun, tapi hanya lewat di titik celah itu saja!
Hati Sin-hiong tergetar, saat ini kebetulan Siu-goan Suthay
menyerang dengan kebutannya, baru saja dia bergerak, pedang
panjang Lang Tiong-sun yang berdiri di sampingnya ikut
menyerang, dalam gabung-an sinar pedang dan kebutan ini,
kembali terdengar suara yang sangat halus"Ssst!"
Sebenarnya suara itu sedikit pun tidak ada pengaruhnya, tapi
begitu dilihat Sin-hiong, dia jadi sangat senang.
Tapi baru saja dia akan menyerang, tujuh orang pesilat tinggi di
belakangnya sudah datang menyerang, terpaksa dia membalikkan
tubuh menghadapinya!
Hatinya sangat kesal, sebab jurus ke sembilan orang ini tidak ada
putusnya, celah kecil ini sulit bisa kelihatan, walaupun bisa diketahui
mereka dalam sekejap mata pun bisa menutupinya kembali.
Sin-hiong tahu suara itu adalah bantuan untuknya dengan
menunjukan kelemahan barisan itu, orang ini selain ketua pulau
Teratai, siapa lagi" Saat terpikir ketua pulau Teratai, semangatnya
jadi naik! Di lapangan terjadi serang menyerang lagi beberapa puluh jurus
sudah berlalu, mendadak satu orang berberteriak lagi:
"Sudah dua ratus jurus!"
Kerumunan orang menjadi gaduh lagi, tapi dalam sekejap sudah
kembali tenang.
Mendadak, setelah terdengar teriakan itu, kembali terdengar
suara "Ssst!"
Sin-hiong jadi bersemangat, benar saja setitik bayangan hitam
lewat di antara Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun dari Tiang-pekpai,
dua kali suara aneh ini walaupun semua orang mendengarnya,
selain Sin-hiong seorang diri, orang-orang dari sembilan perguruan
besar tidak begitu memperhatikan.
Suara ini hanya sepersekian detik, Sin-hiong tidak membuang
waktu lagi, setelah menangkis tiga serangan di belakang, dia
langsung menusukan pedangnya ke arah datangnya suara itu.
Serangan pedangnya tampak mengarah ke celah itu, tapi dia
tahu, Siu-goan Suthay dan Lang Tiong-sun akan segera menutupi
celahnya, maka dia harus bisa menggunakan kesempatan yang
sempit ini, kalau tidak kemungkinan senjatanya akan dipelintir dan
terlepas dari tangannya oleh kedua ketua perguruan itu.
Akhirnya Sin-hiong dapat mengendalikan kesempatan yang
sempit itu! Siu-goan Suthay merasa pergelangan tangan-nya tergetar,
sebuah tenaga aneh menerjangnya, sehingga kebutan di tangannya
melambat! Saat ini pedang panjang Lang Tiong-sun belum datang
mengikutinya, diantara kedua orang ini jelas tampak satu
kekosongan yang besar sekali!
Sin-hiong segera mengambil kesempatan, bahu kiri maju ke
depan, sekali berteriak, berturut-turut pedangnya menyerang lima
enam jurus! Ratusan pasang mata di lapangan terbelalak besar, nafas semua
orang seperti berhenti, selama dua ratus jurus lebih mereka hanya
melihat kelebatan senjata orang yang mengeroyok, baru sekarang
mereka bisa melihat sinar pedang Sin-hiong!
Walaupun hanya melihat sekali, mereka sudah bisa melihat
dengan jelas, barisan sembilan ketua perguruan besar sudah
menjadi kacau! Ini satu hal yang sulit dibayangkan, baru saja ada orang
meneriakan dua ratus lima puluh jurus, teriakan sorak-sorai di
sekeliling lapangan sudah menggemuruh!
Coan-cin Cinjin dari Bu-tong-pai melihat keadaan sudah tidak bisa
di pertahankan lagi, dia menarik pedangnya lalu keluar dari barisan
itu, pedang nya disabetkan dari atas ke bawah sinar pedangnya
menyilaukan mata!
Coan-cin Cinjin tidak percuma disebut ahli pedang, melihat
strateginya sudah kacau, otaknya berputar, jika saat ini dia tidak
bisa mendesak mundur, maka dia akan mendobrak barisan dan lolos
keluar. Rencana dia adalah dengan kekuatannya dia ingin
mengembalikan barisannya kembali seperti semula, hanya sayang
dia sudah terlambat.
Tubuh Sin-hiong bergeser sedikit menghindar, lalu Kim-kau-kiam
menyapu, ujung pedangnya ditempelkan pada pedang Lang Tiongsun
sambil tertawa berkata:
"Lang-tayhiap, maafkan!"
Barisan sembilan perguruan ini walau berjumlah sembilan orang,
tapi cara bekerjanya satu orang membantu satu orang, sehingga
sembilan orang ini saling berhubungan, begitu Siu-goan Suthay
maju menyerang, dengan sendirinya Lang Tiong-sun pun ikut maju,
tapi ketika dia mau bergerak menyerang, jurus pedang Sin-hiong
sudah mendahuluinya datang!
Sebuah tenaga yang sangat dahsyat menerjang Lang Tiong-sun,
buru-buru dia mengerahkan tenaga dalamnya, dia yakin tenaga
dalamnya tidak kalah oleh Sin-hiong, makanya siap
menghadangnya. Panjang jika dibicarakan, tapi kejadiannya hanya dalam sekejap
mata saja. Pedang Coan-cin Cinjin tidak mengenai sasaran, beberapa orang
di belakangnya pun sudah datang mengikutinya, tapi semua sudah
tidak ada gunanya.
Coan-cin Cinjin bersiul panjang, dia menggetarkan pedang
panjangnya membentuk tiga bunga pedang, menusuk ke arah Yangkian-
hiat, Yu cen-hiat, Kian-keng-hiat Sin-hiong!
Di antara sembilan orang ini, jurus pedang dia yang paling cepat,
diikuti oleh Tui-hong-tayhiap lalu Bu-eng-kiam, Bu-tai-pai dan
Siauw-Iim-pai walaupun jurus tongkatnya sangat kuat, tapi
sekarang sudah tidak ada gunanya lagi.
Lang Tiong-sun dari Tiang-pek-pai sekuat tenaga melawan,
mendadak Sin-hiong membalikan pergelangan tangannya, kilatan
sinar ungu menerjang, belum sempat Lang Tiong-sun membalas
serangan, Sin-hiong sudah maju lagi satu langkah!
Sekarang Sin-hiong hanya tinggal lima inci untuk keluar dari
barisan, di depan dia hanya ada Siu-goan Suthay seorang yang bisa
menghadangnya, tapi saat dia mau menghadang pun sudah tidak
keburu. Di seluruh lapangan sudah terdengar suara pujian, Siu-goan
Suthay merasa tanggung jawabnya sangat besar, dia menyerang
kembali dengan kebutan-nya dan berteriak:
"Kembali!"
Jurusnya mengerahkan seluruh kekuatannya, belum lagi
serangannya datang, sebuah tenaga besar sudah menerjang pada
Sin-hiong. Keadaan tiba-tiba menjadi tegang lagi, hati semua penonton
terasa berat, mata tidak bisa berkedip, tapi ada yang tidak tahan
menyaksikannya!
Dengan menggunakan langkah tujuh bintang, walaupun Sinhiong
terus menerus di hadang, tapi dia tidak mengendurkan daya
terjangnya, sekali berteriak, dia mendorongkan telapak tangan
kirinya, tenaga telapak yang amat kuat menghantam kebutannya
Siugoan Suthay, sedangkan tangan kanannya menyerang tujuh
delapan jurus, dan tubuhnya meluncur keluar.
Dia mengangkat kepala dan bersiul panjang, sekarang dia sudah
berdiri di luar barisan!
Tidak seorang pun dari wajah sembilan ketua perguruan besar
yang tidak berubah besar wajahnya!
Kerumunan orang yang menonton mula-mula merasa tegang,
seperti tidak bisa bernafas, melihat Sin-hiong sudah meloncat keluar
dari kurungan barisan, di sekeliling segera terdengar gemuruh
sorak-sorai. Wajah sembilan ketua perguruan besar bukan saja tidak enak
dipandang, hatinya juga sangat sedih.
Sin-hiong sendiri sadar, jika tidak mendapat petunjuk dari suara
itu, ingin mendobrak keluar dari barisan itu, rasanya lebih sulit dari
pada naik ke langit.
Gouw-it Taysu maju selangkah, dengan nada dalam berkata:
"Jurus pedang Sen-tayhiap nomor satu di dunia, kami
bersembilan menunggu perintah anda!"
Puluhan tahun yang lalu Liong-kiam-hong dikeroyok oleh
sembilan perguruan besar, dan sebelah matanya sampai buta,
sekarang Sin-hiong sudah menang, tidak perduli dia mau
membunuhnya atau menyiksanya, sembilan ketua perguruan besar
tidak akan mengerutkan alisnya.
Ratusan pasang mata memandang pada Sin-hiong, menunggu
jawaban dia. Tapi bagaimana pun Sin-hiong tidak tega, di dalam hatinya
berpikir: 'Sekarang aku sudah menang, di hadapan semua orang-orang
dunia persilatan ini, aku harus mendirikan satu contoh yang baik,
menghapuskan dunia persilatan dari balas membalas dendam dan
tidak henti-hentinya saling membunuh.'
Maka, sambil tertawa dia berkata:
"Taysu tidak perlu begitu, yang sudah lewat sudahlah, aku harap
permusuhan di antara kita bisa dihapus!"
Begitu kata-kata ini terdengar, tidak perduli siapa pun yang
mendengar, semua tidak menduganya.
Sembilan ketua perguruan pun tidak percaya pada telinga sendiri,
mereka berdiri bengong lama sekali, tidak ada satu orang pun yang
berkata. Sin-hiong melihat cuaca, bulan tepat berada di tengah langit,
mendadak dia teringat dirinya sekarang harus pergi mencari Cuigiok,
ketua pulau Teratai dan putrinya.
Dia bersoja pada sembilan ketua perguruan besar dan berkata:
"Aku harus pergi, harap anda semua selanjutnya berlatih ilmu
silat lagi, jangan menganggap diri kalian adalah perguruan ternama
dan aliran lurus, itu hanya akan menimbulkan kekacauan dunia
persilatan, sampai jumpa!"
Saat mengucapkan kata terakhir, dia sudah pergi jauh!
Di seluruh gunung terdengar sorak-sorai dan pujian, semua
orang mengatakan, sejak adanya ilmu silat, Kim-kau-kiam-khek
adalah orang aneh pertama yang berbeda dengan orang lain!
Tapi siapa lagi orangnya yang tahu, orang aneh ini bagaimana
kehidupannya di masa kecil.
Suara-suara pujian ini Sin-hiong tidak mendengarnya, sebab dia
sudah berada diluar gunung puluhan tombak jauhnya.
Walaupun dia telah menyelesaikan wasiat gurunya, tapi hati dia
merasa ada kekosongan.
Dia melesat ke depan, di kepalanya terbayang-bayang Cui-giok
dan ketua pulau Teratai dengan putrinya, entah dimana mereka
sekarang. Ketika dia hampir turun gunung, mendadak di atas jalan gunung
ada tiga bayangan orang sedang berjalan pelan-pelan.
Terdengar satu orang dengan centil bertanya: "Lo-cianpwee,
menurutmu dia pasti kemari?"
Satu orang lagi menjawab:
"Tentu saja, walaupun aku tidak mengerti ilmu meramal, tapi
selain jalan ini, dia tidak akan kemana mana!"
Sin-hiong mendengar dari kejauhan, tidak tahan dengan
senangnya berteriak:
"Ho-hoa Ciatipwee, adik Giok, adik Lan, aku datang!"
Ketua pulau Teratai tidak membalikkan kepala, sambil
mengangkat kepalanya, tertawa keras, berkata:
"Tuh! Bukankah dia sudah datang?"
Hanya dengan saru loncatan Sin-hiong sudah menghampiri
"Bluuk!" dia bersujud di hadapan ketua pulau Teratai, dengan suara
gemetar berkata:
"Lo-cianpwee, terima kasih!"
Dia berteriak tapi tidak ada yang menjawab, ketika hatinya
sedang merasa heran, terdengar disisi tubuhnya ada orang tertawa
dan berkata: "Cici Lan, lihat dia bersujud padamu!"
Sin-hiong mengangkat kepala dan melihat, ketua pulau Teratai
sudah berjalan jauh di depan, yang ada dihadapannya adalah Huilan.
Hui-lan tertawa:
"Kenapa kau bersujud dihadapanku?"
"Bukankah aku sudah berjanji padamu akan pergi ke pulau
Teratai?" kata Sin-hiong tertegun.
Cui-giok bertepuk tangan tertawa:
"Betul, maksud hatinya sama dengan kita!"


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata, dia merasa kata-katanya ada sedikit ganjil, tapi
dia tidak terlalu mempermasalah-kan, wajahnya menjadi merah dan
berkata lagi: "Kenapa masih bersujud, paman Lim sudah jauh lho!"
Wajah Sin-hiong menjadi merah, dia bangkit berdiri, di bawah
sinar pagi yang cerah, tiga bayangan itu berjalan turun gunung.
Setelah beberapa hari, sebuah perahu layar melaju keluar Tonghai,
pelan-pelan menjauh, akhir-nya tinggal satu titik hitam saja,
tapi dalam sekejap pun menghilang di antara langit dan laut.
Tamat Bandung, 12 Mei 2009 Salam Hormat
Buku persembahan See Yan Tjin Djin yang akan/telah terbit
Raja Naga Tujuh Bintang............................282 hal
Darah Ksatria..........................................274 hal
Golok Bergetar Lonceng Berdenting...............275 hal
Antara Budi Dan Cinta...............................434 hal
Jala Pedang Jaring Sutra....................2 tmt = 755 hal
Pedang Abadi..........................................116 hal
Bulu Merak.............................................131 hal
Gelang Perasa.........................................139 hal
Kait Perpisahan........................................155 hal
Tujuh Pembunuh.......................................178 hal
Si Pisau Terbang "Pulang"...........................115 hal
Pedang Bayangan Panji Sakti.......................502 hal
Sepasang Pedang Naga...............................277 hal
Ilmu Pedang Pengejar Roh..........................412 hal
Pendekar Sejagat......................................301 hal
Pedang Kekasih.......................................337 hal
Pedang Bengis Sutra Merah........................202 hal
Amarah Pedang Bunga Iblis........................444 hal
Pendekar Kelana.......................................394 hal
Rahasia Iblis Cantik................................551 hal
Mahasiswa Sakti.......................................194 hal
Kapal Hantu...........................................285 hal
Legenda Kematian.....................................460 hal
Bakat Pembunuh.......................................209 hal
Seruling Merana........................................333 hal
Telapak Emas Beracun...............................273 hal
Tamu Aneh Bingkisan Unik.........................313 hal
Laron Pengisap Darah................................810 hal
Langit Sembilan Lapis................................369 hal
Pertarungan Di Kota Chang An.....................110 hal
Panji Akbar Matahari Terbenam....................332 hal
Wisma pedang..........................................42 hal
Putri Es..................................................287 hal
Naga Bersiul Harimau Mengaum..................301 hal
Pedang Sakti Langit Hijau...........................579 hal
Kisah si Naga Terbang................................615 hal
Pendekar Mata Keranjang...........................313 hal
Duri Bunga Ju..........................................936 hal
Rahasia Pedang Buntung.............................456 hal
Romantika Sebilah Pedang............. 2tmt= 720 hal
Lembah Kuburan Pedang.................2 tmt = 669 hal
Pedang Bunga Mei.........................3 tmt = 1127 hal
Arca Emas Keramat...................................245 hal
Gelang Baja Harimau Putih..........................249 hal
Pedang Sesat Pisau Kematian............3 tmt = 1059 hal
Terbang Harum Pedang Hujan............5 tmt = 1429 hal
Pendekar Panji sakti.........................6 tmt = 1905 hal
Walet Besi.................................2tmt= 508 hal
Perintah Berdarah.........................2 tmt = 553 hal
Pisau Pusaka..........................................207 hal
Pedang Satu Kata.....................................352 hal
Tiga Ilmu Sakti...........................2 tmt = 437 hal
Pendekar Sakti dari Lembah Liar......2 tmt = 522 hal
Laut Bersalju Sungai berdarah..................... 367 hal
Badai Persilatan...........................3 tmt = 757 hal
Pendekar Pedang Buruk Rupa...........4 tmt = 1190 hal
Ksatria Brandalan................................... 363 hal
Si Pedang Tumpul........................5 tmt = 1390 hal
Butong It Kiam.............................6 tmt =11931 hal
Legenda Golok Halilintar..................2 tmt = 531 hal
Buku Pusaka..........................................365 hal
Memburu Bayangan Iblis...........................449 hal
Pendekar Gila........................................105 hal
Pedang yang Menggetarkan Pelangi... 3 tmt = 1001 hal
Pelangi Menembus Matahari........................185 hal
Pendekar Kail Emas........................3 tmt = 761 hal
Papan Utara Seruling Selatan............ 3 tmt = 860 hal
Pembunuhan 13 Pendekar Wahid..................
Buku-buku persembahan See Yan Tjin Djin di cetak dalam edisi
yang terbatas sekali. Email ke adhidaya(q),bdg.centrin.netad
Mobilephone:081 1206 131 Situs: seeyancinjin.multiply.com
Anak Berandalan 9 Istana Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia 21
^