Pendekar Pedang Kail Emas 7

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Bagian 7


"Hiong-ko, kita juga harus pergi!"
Sin-hiong seperti baru sadar, dengan bengong bertanya:
"Kemana kita pergi?"
Hui-lan melotot sekali dan berkata:
"Kau sudah pergi ke gunung Bu-tong, bagai-mana keadaan
disana?" Dengan singkat Sin-hiong menceritakan keadaan di perguruan
Bu-tong, Hui-lan mendengarnya sampai hatinya menjadi dingin, dia
berkata: "Kalau begitu tidak perlu ke gunung Bu-tong lagi, menurut
pendapat aku, saat ini Ngo-ki-thian-cun mungkin belum pulang,
malah Thian-ho-tiauw-sou setelah melukai tiga murid, siapa tahu
masih ada di sekitar ini, lebih baik kita untung-untungan saja,
bagaimana?"
Sin-hiong berpikir memang masuk akal, maka dia menganggukan
kepala, tanpa melihat Ho Koanbeng lagi, dua orang itu sambil
bergandengan pergi meninggalkan tempat itu!
Ho Koan-beng tinggal sendirian berdiri disana, pikirannya penuh
dengan masalah, di dalam hatinya berpikir:
Dua jurus saja aku tidak bisa bertahan terhadap ketua pulau
Teratai, bagaimana aku masih berambisi mau berebut kekuasaan di
Tionggoan.' Hanya setelah dia berpikir lagi, dia pernah bertarung beberapa
jurus dengan Sin-hiong, dan Sin-hiong tidak lebih kuat dari pada dia,
asalkan dia giat berlatih lagi beberapa bulan, dan memecahkan dua
jurus terakhir di Hiang-liong-pit-to itu, nanti mungkin masih ada
harapan! Berpikir sampai disini, kepercayaan dirinya jadi bertambah
kembali, ketika bayangan Sin-hiong dan Hui-lan menghilang, dia
tertawa dingin, lalu berlari ke arah yang berlawanan.
Tiang-kang adalah sungai terbesar, airnya keruh, berbelok-belok
mengalir menuju ke timur.
Setelah beberapa hari, ada sepasang muda-mudi perlahan
memacu kudanya menelusuri sungai, kedua orang ini adalah Sinhiong
dan Hui-lan, seumur hidup Sin-hiong belum pernah melihat
sungai sebesar ini, dia sampai bengong menatapnya.
Hui-lan tertawa lalu berkata:
"Tiang-kang tidak ada apa-apanya" Jika kau pergi ke pulau
Teratai kami di Tong-hai (Laut timur), kau bisa melihat lautan luas,
pada malam hari melihat matahari terbenam, pagi hari melihat
matahari terbit, pemandangan itu baru membuat orang terpesona!"
Hati Sin-hiong jadi tergerak mendengarnya, tanpa sadar berkata:
"Aku berharap dapat segera menyelesaikan pesan guruku,
setelah itu nanti aku pasti menemanimu tinggal beberapa hari di
pulau Teratai!"
Hui-lan senang sekali dan berkata:
"Silahkan, silahkan, tapi kau harus berjanji pergi kesana ya!"
"Tentu saja!"
ketika sedang berbincang, Hui-lan melihat di pantai duduk satu
orang, rambut orang ini acak-acakan, karena duduk membelakangi,
makan wajah-nya tidak terlihat seperti apa, di tangannya
memegang sebuah pancingan panjang, penuh perhatian memandang
air sungai. Saat ini Sin-hiong dan Hui-lan sudah men-dekat, terdengar orang
itu berteriak: "Naik, naik!"
Setelah berkata, dia mengangkat tangannya, terlihat dari air yang
muncrat dia berhasil memancing seekor ikan mas yang besar sekali!
Kedua orang itu melihat, hatinya jadi sangat terkejut!
Ternyata cara memancing orang ini aneh sekali, di tangannya
hanya ada satu batang pancingan yang tidak ada apa-apanya, tidak
ada senarnya, rupanya ikan tadi yang dipancing dia adalah dengan
cara mengerah-kan tenaga dalam ke pancingan dan menyedot ikan
itu ke atas. Sin-hiong dan Hui-lan berdua adalah ahli ilmu silat, sekali melihat
mereka sadar orang ini adalah orang aneh dunia persilatan, kedua
orang itu tertegun, tidak menduga di tempat begini bisa bertemu
dengan orang seperti ini"
Rasa terkejut kedua orang itu belum hilang, timbul lagi hal yang
lebih mengejutkan.
Ternyata setelah orang itu mengangkat ikannya, dia malah
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata sendiri:
"Hay hay! Yang besar tidak datang malah yang kecil datang,
pergi, pergi, pergi!"
Dia kembali melayangkan tangannya, melemparkan ikan mas itu
ke dalam sungai sejauh sepuluh tombak lebih, lalu membenamkan
lagi pancing ikannya ke dalam air.
Diam-diam Sin-hiong tergetar, gerak-gerik orang ini tampak jelas
ilmu silatnya sudah mencapai taraf puncaknya, tapi setelah dipikirpikir
dia masih tidak tahu siapa orang ini"
Hui-lan mengerutkan sepasang alisnya, dia teringat seseorang,
tapi dalam sesaat dia tidak berani memastikannya!
Tadinya kedua orang ini berjalan pelan-pelan, sekarang tidak
tahan mengekang tali kendali kudanya erat erat, tidak lama, terlihat
air memercik, kembali orang itu berhasil memancing ikan besar,
berat ikan ini kelihatannya ada dua tiga kati, dalam hati Sin-hiong
berpikir: 'Kali ini kau tentu tidak akan menganggap ikan ini kecil lagi'.
Tapi kenyataannya tetap di luar dugaan. Ikan besar itu merontaronta
dihisap ujung pancingan yang kecil itu di permukaan air, tapi
sedikit pun tidak berdayanya, orang itu melototkan matanya melihat
"Puhh!" berkata:
"Kau sungguh mengesalkan, aku tidak memancingmu, kau malah
tidak mau pergi, he he, apa kau sudah bosan hidup?"
Setelah berkata lalu menghentakan ikan itu jauh sekali,
pancingannya masuk lagi ke dalam air.
Sin-hiong jadi semakin tidak mengerti, di dalam hati berkata:
"Ikan sebesar ini dia juga tidak mau, entah dia mau yang sebesar
apa"' Dari tadi Hui-lan pun sangat memperhatikan orang ini, tapi dia
juga jadi tertarik oleh gerakan yang aneh ini, pelan berkata:
"Ikan sebesar ini dia pun tidak mau, entah mau yang sebesar
apa?" Sin-hiong pun punya perasaan yang sama, baru saja mau
menjawab, mendadak orang itu mengguman:
"Aku memancing ikan ada satu kebiasaan, tidak saja mau yang
besar, dan juga harus tua, ikan yang muda-muda ini hanya
mengganggu saja!"
Kata-kata ini walaupun berkata pada diri sendiri, tapi tujuannya
seperti ditujukan pada kata-kata Hui-lan tadi, Hui-lan orangnya
sangat pintar sekali, tanpa sadar tergetar keras!
Dia melihat pada Sin-hiong, tapi wajahnya penuh bimbang
melihat ke air sungai, pelan-pelan mendekat dan menarik tangan
Sin-hiong, di atas telapak tangannya menulis:
"Thian-thiauw-sou!"
Sin-hiong tergetar, otaknya berputar cepat, dia seperti tidak
percaya orang ini Thian-ho-tiauw-sou"
Dengan berpenampilan seorang nelayan biasa bagaimana
mungkin memiliki ilmu silat setinggi ini"
Hui-lan melihat Sin-hiong tidak berkedip melihat telapak
tangannya, dan sedikit pun tidak ada reaksi, sadar di dalam hati dia
masih ragu, karena jaraknya terlalu dekat, walaupun dia punya
banyak perkataan yang mau di keluarkan, tapi tidak bisa dikatakan
sekarang, maka dia pura-pura berkata:
"Hiong-ko, mari kita pergi, jangan membuang waktu perjalanan!"
Sin-hiong mengerti maksudnya, kedua orang menarik tali kendali
kuda, berdua memacu kudanya segera pergi!
Sesudah jauh Hui-lan baru menghentikan kudanya dan segera
berkata: "Hiong-ko, kenapa kau tidak percaya dia adalah Thian-ho-tiauwsou?"
Sin-hiong dengan nada dalam berkata:
"Aku lihat memang sedikit mirip, tapi kita tidak bisa sembarangan
bertanya padanya?"
Hui-lan menghela nafas:
"Hei! Kau ini, apa kau tidak mendengar kata katanya" Heng, dia
malah memandang sebelah mata pada kita?"
Walaupun kata-katanya mendekati kenyataan, tapi Sin-hiong
tidak mau sembarangan, setelah berpikir sejenak dan berkata:
"Kita lihat lagi dia, jika dia benar Thian-ho-tiauw-sou, kali ini
mungkin dia bereaksi!"
Mata Hui-lan berputar dua kali dan berkata:
"Boleh juga, tapi kau harus hati-hati, ilmu silat orang ini
tampaknya tidak dibawah ayahku!"
Berkata sampai disini, dia kembali mengkhawatirkan Sin-hiong!
Kedua orang itu berjalan lagi ke tempat itu, siapa duga di tempat
itu sudah tidak ada seorang pun
"Dia sudah pergi!" kata Hui-lan.
Mata Sin-hiong sangat tajam, mendadak melihat di pantai
berserakan tidak sedikit ikan, buru-buru berkata:
"Di sana banyak ikan, mungkin orangnya belum pergi!"
Setelah berkata dia langsung berlari dulu kesana!
Setelah dekat dan melihat, di tanah tergeletak ikan-ikan tidak
kurang dari puluhan banyaknya, ada yang besar juga ada yang
kecil, setelah Sin-hiong melihat nya, tidak tahan dia menarik nafas
dingin, di dalam hati berkata:
"Ketika aku dan adik Lan pergi dan kembali lagi, tidak sampai
menghabiskan waktu setengah seperminuman teh panas, orang ini
sudah bisa menggunakan tenaga dalamnya menghisap ikan
sebanyak ini, jika bukan Thian-ho-tiauw-sou, siapa lagi?"
Hui-lan pun mengikutinya, mendadak dia menjerit:
"Hiong-ko coba kau lihat, bukankah ini huruf Thian-ho-tiauwsou?"
Sin-hiong tadi masih belum memperhatikan, sekarang diingatkan
oleh Hui-lan, dia menelitinya sekali lagi, benar saja di antara
berserakan ikan, di tengah ada huruf Thian-ho-tiauw-sou!
"He he! Benar saja dia!" teriak Sin-hiong.
Matanya melihat ke sekeliling terlihat angin sungai bertiup
lembut, air sungai mengeluarkan suara menerpa pantai, selain itu,
apa pun tidak terlihat lagi!
Tempat di mana Sin-hiong dan Hui-lan berdiri adalah lapangan
datar yang sangat luas, walau Thian-ho-tiauw-sou pergi, juga tidak
akan secepat ini bisa menghilang, Sin-hiong meneliti sejenak lalu
berkata: "Adik Lan, kau sementara tunggu disini, biar aku melihat-lihat ke
sekitar!" Setelah berkata dia meloncat dari kudanya, dalam sekejap sudah
menghilang di lapangan liar itu.
Hui-lan tertegun, hatinya berpikir, sungguh cepat gerakan Sinhiong"
Dia tidak tahu beberapa hari lalu saat Sin-hiong di kurung di
dalam gua oleh Ho Koan-beng karena kelaparan, telah memakan
sebagian Ho-siu-oh nya, memang Ho Siu-oh adalah pusaka yang
sulit di dapat, jika orang biasa makan sedikit saja sudah bisa
memperpanjang umur, orang seperti Sin-hiong yang mempunyai
dasar ilmu silat yang bagus, bisa menambah tenaga dalam latihan
puluhan tahun. Ketika hati Hui-lan sedang gembira, mendadak terdengar air
sungai berbunyi keras, seorang tua yang berwajah bulat sudah
muncul dari dalam air, Hui-lan yang melihat jadi terkejut sekali!
Ternyata orang ini bukan orang lain adalah Thian-ho-tiauw-sou
yang sedang dicari Sin-hiong.
Saat ini terlihat dia menenteng seekor ikan besar, setelah keluar
dari dalam air, dia melihat Hui-lan sekali lalu mendengus dan
berkata: "Aku bisa menangkap ikan besar ini, yang kecil pun tidak akan
aku lepas lagi!"
Setelah berkata, tubuhnya dengan cepat naik ke darat, baru saja
Hui-lan mau menghindar, orang itu mendadak berteriak:
"Berhenti!"
Walaupun Hui-lan dalam keadaan gelisah, tapi seumur hidup dia
tidak pernah diteriaki orang seperti ini, maka dia mendengus
dengan dingin berkata:
"Aku justru tidak berhenti, kau mau apa?"
Dia mengulurkan tangannya ingin menarik tali kuda Sin-hiong,
tapi baru saja dia bergerak, mendadak merasa ada angin bertiup,
tampak orang itu sudah lari mendekat!
Hui-lan memutar tangannya, pedangnya dengan cepat menyabet,
lalu berkata: "Kau mau apa?"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Aku tadi salah melihat, ternyata kau ini putri kesayangannya Lim
Ki-kun, he he he, sekali menebar jaring menangkap yang tua dan
yang muda!"
Memang orang adalah Thian-ho-tiauw-sou, sampai sekarang dia
masih belum tahu kalau tiga muridnya sudah dibunuh oleh Ho Koanbeng,
setelah turun dari gunung Bu-tong, tadinya dia akan
menelusuri jalan pergi ke gunung Go-bi, tapi kebetulan bertemu
dengan Sin-hiong dan Hui-lan disini.
Dia tidak kenal dengan Sin-hiong dan Hui-lan berdua, tapi
melihat jurus pedang Hui-lan, dia baru tahu dia adalah putrinya
ketua pulau Teratai, Hui-lan juga sedang dirudung sial, saat ini Sinhiong
justru sedang pergi mencari Thian-ho-tiauw-sou.
Baru saja Thian-ho-tiauw-sou selesai bicara, dua jarinya sudah
datang menjepit, walaupun dia hanya menggunakan dua jari, tapi
begitu jurusnya keluar, malah jauh lebih lihai dari pada dua bilah
pedang! Hui-lan tergetar, buru-buru merubah jurus pedangnya, ingin
memotong jari Thian-ho-tiauw-sou!
Thian-ho-tiauw-sou mendengus, ikan besar ditangannya
disapukan, ikan itu baru ditangkap di dalam air, tubuhnya masih
basah oleh air, sekarang di getarkan menggunakan tenaga dalam,
tetes airnya jadi seperti senjata rahasia, dengan kecepatan tinggi
melesat ke arah Hui-lan!
Hui-lan tidak mengira dia bisa melakukan ini, mau menangkis
atas tidak bisa menangkis bawah, begitu tangannya sedikit lambat,
dia merasa pinggangnya mati rasa, dia sudah ditarik Thian-hotiauw-
sou dari atas kuda.
Thian-ho-tiauw-sou melihat-lihat dan berkata:
"Kalian datang berdua, kenapa aku tidak sekalian saja
menangkap semuanya?"
Setelah berkata, dia menaruh Hui-lan di atas tanah, dengan
tenangnya memakan ikan besar yang masih hidup di tangannya,
terdengar "Krrk krrk!" mulutnya berlumuran darah, tapi mulutnya
masih teriak: "Nikmat!"
Semua perbuatannya, walaupun Hui-lan bisa melihatnya, tapi dia
sudah tidak bisa bicara, di dalam hati hanya bisa gelisah, kenapa
Sin-hiong sampai sekarang masih belum kembali.
Thian-ho-tiauw-sou makan sebentar, ikan besar itu sudah
dimakan dia setengah lebih, lalu dilemparkan ke dalam sungai,
melihat-lihat cuaca dan berkata sendiri:
"Beruntung sekali bocah itu, aku tidak bisa menunggu lebih lama
lagi!"

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia pelan-pelan berdiri, melihat kuda merah yang hebat
kepunyaan Sin-hiong, dia menganggukan kepala, lalu mengangkat
Hui-lan di tanah, dan naik ke atas kuda memacunya pergi.
Thian-ho-tiauw-sou sudah menghabiskan waktu setengah harian
di sisi sungai, Sin-hiong sudah hampir sepuluh li lebih mencarinya,
tapi setengah bayangan orang pun tidak dilihatnya!
Melihat waktu sudah tidak cukup lama, Sin-hiong berlari kembali
ke tempat itu, menunggu dia sampai di sisi sungai, keadaan di sisi
sungai sudah sangat berbeda sekali.
Hui-lan sudah menghilang, tapi kudanya masih disana sedang
memakan sisa ikan, sedangkan kuda dia sendiri malah tidak tahu
pergi kemana"
Sin-hiong melihat keadaan ini, dia masih belum tahu Hui-lan
sudah ditangkap orang, mengira dia sangat nakal, tentu dia
menunggang kuda merah dia pergi entah kemana.
Dengan sabar dia menunggu di sisi sungai, dari tengah hari
sampai bukung, tetap tidak telihat bayangannya Hui-lan"
Walaupun di dalam hati dia merasa sedikit aneh, tapi keadaan di
sisi sungai tidak terlihat ada yang mencurigakan" Saat itu dia bolak
balik berjalan di sisi sungai beberapa saat, didalam hati berkata:
'Adik Lan sungguh manja sekali, hanya memikirkan diri sendiri,
tidak tahu orang menunggu-nya sampai gelisah"'
Langit sudah gelap, angin sungai meniup sepoi sepoi, Sin-hiong
membaringkan rubuhnya disisi sungai, lama menunggu masih belum
kembali, terpaksa dia membaringkan diri sejenak disini.
Selama beberapa hari, Sin-hiong merasa sangat kelelahan, baru
saja memeramkan matanya, dia langsung saja tertidur.
Entah lewat berapa lama, mendadak dia dibangunkan oleh suara
derap kaki kuda yang dipacu kencang, Sin-hiong buru-buru bangkit
berdiri, di bawah sinar bulan, dari kejauhan datang seekor kuda!
Sin-hiong menyangka orang ini adalah Hui-lan, di dalam hati
berkata: 'Kau telah mempermainkan aku, biar aku pun mempermainkan
kau!' Setelah berpikir, maka dia bersembunyi di tempat gelap, pada
saat itu orang yang berada di atas kuda sudah semakin jelas,
ternyata yang datang memang seorang wanita yang sangat cantik.
Ternyata setelah wanita ini dekat, Sin-hiong meneliti, hatinya jadi
tergetar keras!
Ternyata wanita ini bukan Hui-lan, tapi dia adalah Sun Cui-giok
yang sedang dicari-carinya!
Sun Cui-giok memakai baju warna biru muda, rambutnya
digelung ke atas tinggi sekali, kelihatan seperti ada urusan penting,
dalam memacu kudanya. masih tidak henti-hentinya memecut
kudanya, dalam sekejap sudah dekat di depan!
Hati Sin-hiong tergerak, di dalam hati berkata:
'Apakah dia sudah tahu aku ada disini, maka sengaja datang
kesini menemuiku"'
Pikiran ini sekejap berputar di kepalanya, tapi Cui-giok malah
terus melewati tempat dia ber-sembunyi!
Sin-hiong sedikit tergetar, tidak sempat berpikir lagi dia langsung
meloncat keluar dan berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Mendengar ada yang memanggil, wanita itu membalikan kepala
melihat, tapi tidak menggubrisnya, dia langsung memacu kudanya
ke depan! Sin-hiong jadi semakin keheranan! otaknya sudah berputar, di
dalam hati berkata:
'Salah, apa dia ini bukan Cui-giok"'
Tapi dia masih tidak percaya, di dalam hatinya berpikir dengan
ketajaman matanya, tidak mungkin sampai salah melihat orang"
Sin-hiong mengangkat kepalanya, terlihat wanita itu sudah
memacu kudanya sejauh sepuluh tombak, maka dia mengambil
nafas secepat kilat melesat ke depan!
Sejak memakan Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, gerakannya
jadi amat ringan dan lirjcah, walaupun wanita itu sudah jauh, tapi
hanya meloncat dua tiga kali saja, Sin-hiong sudah melewati dia!
Wajah wanita itu berubah "Weet!" dia memecutkan cambuknya
dan berteriak: "Minggir!"
Pecutan ini sangat dahsyat, Sin-hiong sedikit menghindar dan
berteriak: "Nona Sun, kau tidak kenal aku?"
Wanita itu tertegun sejenak dan berkata marah:
"Siapa nona Sun, mengapa kau menghadang jalan?"
Setelah berkata, dia kembali memecutkan cambuknya dengan
ganas! Sin-hiong menjadi bengong, dengan reflek menghindar, sebab
jika tidak dia malah benar-benar terkena sabetan cambuk itu.
Jarak Sin-hiong dengan wanita itu sangat dekat, alis dia, bola
mata yang hitam, dan wajah berbentuk kwaci yang dijentik saja bisa
pecah itu, tidak satu pun ada yang tidak sama dengan Cui-gick, jika
dikatakan di dunia ini ada dua orang yang wajahnya sama persis,
juga tidak akan serupa seperti ini!
Sin-hiong menarik nafas panjang dan berkata lagi:
"Nona Sun, aku ini Sen Sin-hiong!"
Setelah memecut dua kali baru diberi jalan, wanita itu dengan
kesal mendengus, sambil marah berkata:
"Aku tidak peduli siapa dirimu" Sembarangan omong saja!"
Kakinya segera menjepit perut kuda langsung memacu kudanya
ke depan! Sin-hiong tergetar, dalam keadaan tergesa-gesa, tangan
kanannya dengan cepat dijulurkan, teriaknya:
"Nona Sun, kau tidak boleh pergi!...."
Tapi wanita itu sudah memacu kudanya, melihat disisi tubuhnya
ada angin menerpa, cambuk-nya segera dipecutkan ke samping dan
berkata: "Orang tidak sopan begini, kebanyakan adalah pemerkosa yang
hina!" Pecutan dia ini sangat ganas sekali, Sin-hiong sebenarnya bisa
menangkap pecut itu, tapi saat ini tidak bisa tidak dia harus menarik
kembali tangannya, dengan hatinya merasa heran sekali!
Ternyata jurus wanita tadi kelihatannya bukan jurusnya Sun Cuigiok,
maka dalam sekejap, Sin-hiong terpaksa merubah pikirannya,
yaitu walaupun wanita ini sepertinya sama dengan Sun Cui-giok,
tapi mungkin bukan satu orang"
Melihat wajahnya bengong sambil tertawa dingin wanita itu
berkata: "Hemm.-. hemm... hanya begitu saja?"
Sambil berkata dia sudah melarikan kudanya jauh ke depan!
Dengan bengong Sin-hiong menatap bayangan belakangnya, lalu
berguman pada dirinya sendiri:
"Dia bukan Cui-giok" Dia bukan Cui-giok?"
Ketika terbengong bayangan Cui-giok sudah menghilang di
kegelapan malam!
Sekarang, dia jadi tidak tahu harus memikirkan apa, lebih lebih
tidak tahu apa yang harus dilakukan-nya" Dia ingin pergi, khawatir
Hui-lan kembali, ingin mengejar Cui-giok, tapi orang tidak
menggubris dia, ini membuat dia jadi kesulitan.
Dia bengong memandang air sungai, berpikir tapi tidak
menghasilkan apa-apa.
Waktu perlahan lewat, sekarang tampaknya sudah tengah
malam, mendadak, satu tiupan angin sungai menerpa wajahnya,
Sin-hiong merasa pikiran-nya jadi segar, di dalam hati berkata:
"Kenapa aku hanya berdiri saja disini, juga tidak berguna, adik
Lan sudah lama ditunggu tapi juga belum kembali, mungkin dia
mengalami sesuatu, seharusnya aku mencari dia baru betul."
Tapi,, masalah lain muncul, dunia sedemikian luasnya, kemana
dia mencari Hui-lan"
Sekarang dia memikirkan masalahnya dengan teliti, mendadak
terpikir olehnya:
Tadi aku pergi kesana untuk menyelidiki, tapi tidak menemukan
apa apa, sekarang aku menuju pada wanita itu saja, pertama bisa
menyelidiki Cui-giok, kedua juga bisa tahu siapa sebenarnya wanita
itu" Setelah memutuskan, maka dia menunggang kudanya Hui-lan,
mengikuti arah perginya 'Cui-giok'.
Jalan ini berliku-liku seperti ular saja, tapi terus menelusuri sisi
sungai membentang ke barat, malam sudah larut, Sin-hiong tidak
ada semangat menikmati pemandangan sungai, dia memacu
kudanya dengan cepat, tidak lama dia sudah lari sejauh dua puluh li
lebih. Sekitar jam tiga pagi, dia sudah sampai di Hong-cia, di dalam
hatinya berkata:
"Entah mereka ada di dalam tidak, kenapa aku tidak masuk ke
dalam saja?"
Tapi dipikir lagi olehnya, saat ini waktunya masih pagi, walaupun
dirinya masuk ke dalam, juga tidak bisa menanyakan orang!
Berpikir sampai disini, maka pelan-pelan berjalan di jalan raya,
jalan tidak jauh, mendadak melihat di depan juga ada dua orang
sedang perlahan jalan ke depannya!
Begitu Sin-hiong menelitinya, dia terkejut hampir saja melompat.
Ternyata salah satu diantara dua orang itu, adalah wanita yang
mirip dengan Cui-giok, penemuan dia ini seperti mendapatkan
pusaka saja, kedua kakinya segera menjepit perut kuda, memacu
kudanya mengejar.
Ketika jarak dengan kedua orang itu kurang lebih dua puluh
tombak, mendadak terdengar suara "Huut!", satu benda hitam
sudah melesat ke arah dia!
Sin-hiong terkejut, kedua jarinya segera bergerak menjepit benda
itu, setelah dilihat, ternyata adalah sisa paha ayam!
Hati Sin-hiong tanpa terasa sedikit tergetar!
Dia tahu sisa paha ayam ini datangnya dari salah satu di antara
dua orang itu, tapi jaraknya ada dua puluh tombak lebih, orang ini
selain langsung melempar kan juga tenaganya cukup kuat!
Sekarang Sin-hiong sudah punya alasan, tidak peduli siapa dua
orang itu, pelan dia menyentilkan kedua jarinya, sisa paha ayam itu
sudah dilemparkan kembali kepada orang itu.
Dua orang di depan itu masih tetap berjalan pelan-pelan, setelah
Sin-hiong melemparkan kembali sisa paha ayam itu, terlihat orang di
sebelah kiri membalikan tangan menangkapnya dan tertawa
berkata: "Bagus, bagus, tidak percuma jadi muridnya Khu Ceng-hong?"
Sin-hiong kembali terkejut, di dalam hatinya berpikir:
;Orang ini bisa tahu sebutan guruku" Kalau begitu dia ini bukan
orang biasa"'
Siapa kira, baru saja dia berpikir, mendadak dia merasa dua jari
yang tadi menjepit sisa paha ayam terasa gatal-gatal, dalam sekejap
sudah meluas, Sin-hiong sadar telah tertipu, buru-buru dia menotok
titik saluran Kian-keng tangan kanannya, supaya gatal-gatal itu tidak
menjalar ke atas, tapi ternyata dia masih terlambat, tangan
kanannya pelan-pelan sudah jadi hitam!
Sin-hiong sangat terkejut, di dalam hati kata:
'Racun apa ini"'
Dia ingin mengangkat tangan kanannya, tapi lengan kanannya
saat ini sudah tidak bisa digerakan lagi, tangannya seperti tangan
orang lain yang dipasang di tubuhnya!
Sin-hiong pertama kali mengalami keadaan begini, saking
terkejut wajahnya berubah hebat!
Dia ingin mengejar orang itu, tapi melihat dari berbagai
gejalanya, orang ini bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi,
walaupun sudah berhadapan, dia tidak tahu apakah bisa
menghadapinya, tidak"
Dia tahu dirinya telah terkena racun orang itu, dan racunnya
sangat ganas, jika dia tidak segera mengunci jalan darahnya,
mungkin saat ini sudah tergeletak mati di tanah.
Berpikir sampai disini, keringat dingin di punggung sudah
bercucuran. Saat ini dua orang di depan itu sudah jauh, tinggal dua titik hitam
saja, Sin-hiong tidak sempat mengejar mereka, buru-buru turun dari
kuda, duduk bersila, mencoba menggunakan tenaga dalamnya
mengeluarkan racun itu.
Dia sudah tahu tindakannya sangat berbahaya, tapi jika tidak
bisa mengeluarkan racun, maka racunnya akan menjalar ke jantung,
melihat keadaan sekarang, dia sudah tidak peduli menjalar ke mana,
dia sendiri hanya punya satu jalan, mati!
Memang jika dia tidak bertindak begini pun, lalu bagaimana" Jika
membiarkan racun menyerang tangan kanannya, asalkan lewat
malam ini, mungkin seluruh tangannya akan tidak berguna lagi.
Sin-hiong berpikir-pikir, merasa keduanya sulit, waktu pelanpelan
berjalan, di timur sudah tampak sedikit terang, dia sadar
sekarang dia tidak bisa berpikir banyak, melihat di sebelah kanan
ada rerumputan setinggi orang, di depan rerumputan ada satu
pohon besar menghadang, karena waktunya sempit, buru-buru dia
berjalan kesana.
Baru berjalan beberapa langkah, dia merasa kepalanya terasa
pusing sekali, dia tahu walaupun dirinya telah mengunci jalan darah,
tapi racunnya masih tetap menjalar terus, kelihayan racun ini bisa di
bayangkan. Sin-hiong segera berjalan ke rerumputan itu, secepatnya
membuka jalan darahnya, lalu memusat-kan seluruh tenaga
dalamnya mendesak, terasa satu hawa panas mengalir di dalam
tubuh, tapi ada hal yang aneh terjadi, setelah dia mengerahkan
tenaga dalamnya mendesak agar racunnya keluar, racun itu
bergerak, tidak menjalar ke atas juga tidak ke bawah, malah
berdiam disana tidak bergerak.
Sin-hiong sedikit tersentak, di dalam hatinya berpikir:
'Jika menggunakan tenaga dalamnya saja tidak bisa mendesak
keluar racun itu, tinggal satu jalan lagi yaitu mati."
Saat itu dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, di atas
kepalanya terlihat mengepul hawa panas, tapi racun di lengan
kanannya masih tidak bergerak keluar!
Maka Sin-hiong bukan saja terkejut, malah jadi ketakutan
karenanya. Dia tidak menduga dirinya hanya menyentuh sisa paha ayam itu
sebentar, racunnya sudah menyerang sedemikian berat, jika
terjebak ke dalam jebakan yang sudah disiapkan orang itu, mana
mungkin masih bisa bernyawa"
Dalam sekejap, dia terpikir bagaimana jika dia menjadi cacad"
Pesan guru, dan masih banyak hal lainnya tidak akan bisa
dilaksanakan, berpikir sampai disini, tidak tahan dia mengeluh putus
asa. Keluhannya membuat tenaga dalamnya mengendur, terasa
matanya menjadi gelap, dan akhirnya jadi pingsan.
Entah lewat berapa lama, Sin-hiong merasa sinar matahari
menusuk matanya, dia membuka mata mengusap-usap kepala dan
berguman sendiri:
'Apakah aku sudah mati atau masih hidup?"
Setelah berbicara, dia mencubit dirinya, merasa di tempat yang
dicubit sakit sekali, sadar dirinya masih hidup, tapi jelas-jelas tadi


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya telah terkena racun ganas, apakah racun itu bisa keluar
sendiri" Sin-hiong lama berpikir tapi tidak mendapat jawaban, lalu bangkit
duduk, terlihat hari sudah sangat terang, waktunya sudah tidak
pagi, mendadak dia teringat kuda Hui-lan yang masih berada di
tengah jalan, maka berlari kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, dia jadi terkejut kembali, dia
sepertinya merasa tubuhnya berbeda dengan dulu.
Dia merasa ada satu aliran hawa murni pelan-pelan menjalar ke
seluruh tubuh, lalu tubuhnya terasa sangat nyaman sekali. Dia
adalah orang yang belajar ilmu silat, tentu saja tahu ini adalah
akibat dari khasiat obat bergabung dengan tenaga dalam.
Saat itu buru-buru menghentikan gerakannya, bersuara "Heh!"
dan berkata: 'Heran, apakah ada orang yang mengambil kesempatan saat aku
pingsan, menggunakan tenaga dalamnya membantu aku
mengeluarkan racun itu"'
Semakin dipikir Sin-hiong semakin keheranan, dia berpikir lama
dan bengong, lalu berjalan ke sisi jalan, kuda Hui-lan itu sudah tidak
tampak, entah sudah pergi kemana.
Tidak tahan kembali dia tertegun, di dalam hati berkata:
'Aku tergeletak setengah harian, dan meninggalkan seekor kuda
disini, pejalan kaki yang lewat disini tentu mengira kuda itu tidak
bertuan, jadi sekalian dibawanya"'
Beruntung dia bisa menarik kembali nyawa-nya, saking
senangnya, dia jadi malas mencari kuda nya, dia teringat kejadian
kemarin malam maka memutuskan mencari orang itu untuk
membalas dendam.
Hong-cia tidak terlalu jauh, Sin-hiong sampai di kota itu, berjalan
dua putaran di jalan raya, dia mendapatkan sebuah penginapan,
baru saja mau memesan makanan, tapi dia merasa perutnya belum
lapar, tapi pelayan sudah datang dan bertanya:
"Tuan muda mau pesan apa?"
"Apa saja boleh?" kata Sin-hiong terpaksa.
Pelayan jadi bengong, dia mengulanginya:
"Apa saja boleh?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu sambil tertawa
pahit berkata: "Siauya, rumah makan kami semuanya ada, justru tidak ada 'apa
saja boleh"
Sin-hiong sadar dia sedikit tidak lazim, maka dia sembarangan
memesan beberapa masakan, ketika sorot matanya tidak sengaja
menyapu, mendadak terlihat di satu sudut gelap di atas duduk
seorang tua berwajah hitam, yang paling aneh pada orang tua ini
adalah dia memakai pakaian berwarna-warni, bajunya bergaris
melintang lima warna merah kuning biru putih hitam!
Saat ini orang tua itupun sedang memandang Sin-hiong, tapi
wajahnya tampak tidak mengerti.
Sin-hiong merasa kenal orang ini, saat di ingat lagi, tidak tahan
dia jadi tergetar!
Orang tua itu sadar Sin-hiong sudah memperhatikannya, buruburu
dia memalingkan kepalanya, tapi wajahnya jadi sedikit tidak
tenang, setelah makan sejenak, lalu buru-buru membayar rekening
dan berjalan keluar.
Sin-hiong mana mau melepaskannya, begitu orang tua itu pergi,
dia makan pun belum, dia langsung mengeluarkan lima liang perak
dan berteriak: "Pelayan, ini buatmu, aku tidak jadi makan!"
Setelah berkata dia pun buru-buru pergi!
Pelayan itu setelah membelalakan matanya sejenak, baru
berguman: 'Orang aneh, orang aneh, tadi pesan "apa saja boleh', sekarang
tidak makan malah memberi uang sebanyak ini, sungguh orang
aneh, hi hi hi!'
Pelayan ini seperti kejatuhan harta dari langit, saat kata-katanya
habis, Sin-hiong sudah keluar ke mulut jalan mengikuti orang tua
itu. Orang tua itu menundukan kepala berjalan cepat, Sin-hiong
menempel terus mengejar dari belakang, tidak lama kemudian,
kedua orang itu sudah berturut-turut keluar pintu gerbang kota.
Kira-kira sudah meninggalkan kota kabupaten lima enam li, saat
ini di sekeliling sudah tidak ada orang, orang tua itu mendadak
menghentikan langkahnya dengan dingin berteriak:
"Hei bocah, ada masalah apa)- kenapa selalu mengikutiku?"
Sin-hiong tertawa dingindanberkata:
"Kau berjalan di jalan sendiri, aku lewat jembatan sendiri, kenapa
tidak boleh!"
Orang tua itu membelalakan sepasang mata dan berkata:
"Kau pandai bicara, hemm... hmm..., tapi mungkin jembatan itu
tidak mudah dilewati?"
Kata-kata ini sepertinya mengandung makna dalam, Sin-hiong
teringat kejadian tadi malam, hatinya dari tadi dipenuhi amarah dan
berteriak: "Tidak mudah dilewati lalu kenapa?"
Kelihatannya dia sengaja mau mencari gara-gara pada orang tua
di depan mata ini, ketika tadi Sin-hiong mengikutinya dari belakang,
semakin dilihat bayangan belakang orang tua ini semakin mirip
dengan orang kemarin malam, jika bukan karena tadi terlalu banyak
orang, mungkin sudah dari tadi dia bertindak.
Orang tua itu mendengus dingin, pelan-pelan berjalan balik
kembali, lalu meloncat keatas, telapak tangannya datang
menyerang sambil teriak:
"Kalau begitu kau coba ini!"
Sin-hiong sudah siap dari tadi, orang tua itu memukulkan telapak
tangannya, buru-buru meng-hindar dan berteriak:
"Tunggu, aku masih ada perkataan yang mau disampaikan?"
Orang tua itu menarik pukulannya dengan marah berkata:
"Kau masih punya pesan wasiat apa?"
Sin-hiong tertawa dingin dan berkata:
"Kau jangan sombong dulu, aku tanya, apakah kau ini Ngo-kithian-
cun Tonghong Ki?"
Wajah orang tua itu jadi serius dengan sombong berkata:
"Kau tahu namaku juga!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas, di dalam harinya berpikir jika
dia adalah Ngo-ki-thian-cun, maka wanita yang kemarin malam
bersama dia tidak salah lagi pasti Cui-giok, saat itu berkata:
"Aku masih ada satu pertanyaan, kau menggunakan cara apa
membuat wanita yang kemarin malam bersamamu jadi lupa
ingatan, apa kau tidak tahu dia adalah temanku?"
Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau terlalu banyak omong?"
Setelah berkata, kembali telapak tangannya menghantam!
Sin-hiong jadi marah sekali:
"Ssst!" dia menusukan pedangnya, menyerang untuk bertahan,
menusuk jalan darah Hwan-sui Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin, dia memutar telapak tangannya,
menangkis pedang pusaka Sin-hiong ke samping, sambil tertawa
berkata: "Aku ada urusan penting, kau malah menghadang aku, sekarang
jangan salahkan aku!"
Telapak tangan kirinya tidak menganggur, ketika telapak tangan
kanan dia menangkis pedang pusaka Sin-hiong, lima jari tangan
kirinya tsedikit ditekuk mencengkram ke arah dada Sin-hiong!
Sin-hiong terkejut, sejak dia turun dari gunung, belum pernah
ada orang yang bisa dalam satu jurus menangkis pedangnya
dengan berani, dia memiring-kan tubuhnya, lalu menggetarkan
pergelangan tangannya kembali menusukan pedangnya dua kali!
Tapi baru saja jurusnya dilancarkan, Ngo-ki-thian-cun seperti
sudah tahu gerakannya, dia membalikkan tangan kanannya,
kembali menangkis pedang pusakanya Sin-hiong! "
Sin-hiong tergetar, dia tidak menduga gerakan lawannya secepat
ini, dalam sekejap mata dia sudah dua kali melakukan perubahan,
tapi, Ngo-ki-thian-cun seperti lebih cepat dari pada dia!
Baru saja Sin-hiong mau menabahkan lagi, Ngo-ki-thian-cun
sudah mendahului dia bergerak, Sin-hiong berturut-turut menyerang
lima enam jurus, tapi setiap jurus selalu didahului oleh Ngo-ki-thiancun.
Sin-hiong tidak tahan jadi amat terkejut!
Tapi sejak lahir dia sudah bersifat pantang menyerah, lawan
terlalu tangguh, semangat juang dia juga seperti jadi bertambah,
saat ini mendadak dia jadi bersemangat, jurus hebat Kim-kau-pokiam
nya tidak berhentinya dilancarkan, terlihat kilatan sinar perak
seperti hujan menebar ke bawah, dalam sekejap mata sudah
mengembalikan keadaan menjadi di atas angin kembali!
Wajah Ngo-ki-thian-cun berubah dia berteriak:
"Khu Ceng-hong mempunyai murid seperti ini, sungguh diluar
dugaanku!"
Setelah menyerang dengan telapak tangannya, mendadak dari
pinggangnya, dia mengeluarkan satu tameng tembaga, di atas
tameng tembaga itu tampak ada lima daun pohon, juga dibagi jadi
lima warna, dia menyabetkan tamengnya dan berkata lagi:
"Jika kau bisa menahan lima jurusku, maka hari ini aku akan
mengampunimu!"
Sabetan dia ini selain cepat juga sadis, di dalam kilatan sinar
kuning, sekejap mata sudah tiba di depan wajah Sin-hiong kurang
lebih lima cuil.
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir, 'Ngo-ki-thian-cun ini
sungguh tidak percuma nama-nya bisa menggemparkan dunia, saat
itu dia merubah jurus pedangnya, menyerang dengan jurus Longyang-
ban-li (Ombak mendorong selaksa li), sinar perak bergulunggulung,
laksana ombak di lautan datang menyapu!
"Kek kek kek!" Ngo-ki-thian-cun sambil tertawa berkata, "Jurus
ini cukup bagus, coba terima jurus kedua ku!"
Tameng tembaga ditebaskan, terdengar satu suara "Weet!",
senjata di tangannya seperti dilempar-kan dari tangannya, menebas
ke bawah ke arah gulungan sinar perak pedang Sin-hiong.
Serangan Sin-hiong selain telah melindungi dirinya, juga
menyerang tiga puluh enam titik jalan darah Ngo-ki-thian-cun,
ketika ujung pedang sudah menyentuh bajunya, tidak di duga jurus
kedua Ngo-ki-thian-cun sudah di keluarkan.
Jurus Ngo-ki-thian-cun ini bisa dikatakan sangat aneh, tebasan
tameng tembaganya telah menutup ke arah Sin-hiong Sin-hiong bisa
saja melukai dia, tapi sekarang malah berubah jadi harus
menghindari dia!
Sin-hiong terpaksa menarik tangan merubah jurusnya, kakinya
berputar, orangnya 'sudah mundur setengah langkah kebelakang,
menunggu jurus Ngo-ki-thian-cun sudah selesai, secepat kilat
menyabetkan satu jurus Beng-teng-kui-lu (Nama dicatat setan
terdaftar)! Jurus ini dengan cepat memotong pergelangan Ngo-ki-thian-cun,
terpaksa Ngo-ki-thian-cun menarik pergelangan tangannya, Sinhiong
terus maju ke depan dan berteriak:
"Silahkan menghadapi jurus ketigaku!"
Dia memutar pedang pusakanya, ujung pedang membentuk
lingkaran besar, mengurung seluruh tubuh Ngo-ki-thian-cun.
Ngo-ki-thian-cun memutar tameng tembaga nya dan berteriak:
"Memang apa hebatnya jurus ketigamu?"
Sin-hiong tertawa dingin, menunggu Ngo-ki-thian-cun
menyapukan tameng tembaganya, jurus pedangnya berubah lagi,
pedangnya mendongkel ke sisi, dengan bangganya berkata:
"Lihat jurus ke empatku ?"
Kedua jurus dia semuanya mendahului lawan, dan semuanya
menyerang titik penting di rubuhNgo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun
tergetar, seumur hidup-nya tidak pernah mengalami kejadian seperti
ini, sekali berteriak, sekuatnya dia menyerang dua jurus!
Sin-hiong tertawa lalu berkata:
"Jurus kelima sudah habis, sekarang seharus-nya jurus keenam!"
Saat berkata kembali dia menyerang dua jurus, kehebatan
serangannya, sampai dia sendiri pun merasa heran!
Kelihatan jurus dia di belakang jurus Ngo-ki-thian-cun, tapi
setelah kedua jurus itu dilancarkan, malah jurusnya sampai lebih
dulu pada Ngo-ki-thian-cun, Ngo-ki-thian-cun jelas sangat terkejut,
Sin-hiong sendiri pun merasa tidak percaya!
Dia tidak tahu kenapa bisa terjadi hal ini, yang Lebih
mengejutkan lagi adalah, semakin dia bertarung semangatnya
semakin naik, tenaga dalamnya menye-bar ke seluruh tubuh,
kelincahan gerakannya, belum pernah dia rasakan selama hidupnya.
Saat ini bukan saja sudah lewat lima jurus, jurus ke enam, jurus
ke tujuh, jurus ke delapan juga sudah lewat, Ngo-ki-thian-cun bukan
saja tidak bisa mengambil keuntungan, saat menyerang malah
sering kalah selangkah oleh Sin-hiong!
Hati Ngo-ki-thian-cun diam-diam tergetar, di dalam hatinya
berpikir: 'Kehebatan ilmu silat orang ini, tampaknya di atas Khu Cenghong
dulu, jika aku tidak mengeluar-kan jurus membunuh, tidak
mungkin bisa mengalah-kan dia.
Setelah berpikir, dia memaksakan menyerang satu jurus, lalu
mundur ke belakang, begitu mengibas-kan lengan bajunya yang
besar, segumpal asap kuning sudah menebar keluar.
Sin-hiong sudah ada pengalaman kemarin malam, tahu di dalam
asap pasti ada apa-apanya, mendadak dia meloncat ke belakang,
tapi begitu dia meloncat malah dia mundur sejauh lima enam belas
tombak. Dia kembali tertegun, pada saat ini terdengar Ngo-ki-thian-cun
berteriak: "Permisi!" tahu-tahu dia sudah berlari ke atas puncak!
Sin-hiong masih tertegun keheranan karena gerakannya.
Dua hari terakhir ini, timbul dua hal yang terjadi padanya, satu
adalah racun di dalam tubuhnya mendadak menghilang satu hal
lainnya adalah tenaga dalam dia mendadak maju pesat.
Saat ini Ngo-ki-thian-cun sudah berlari sejauh lima enam puluh
tombak, tiba-tiba Sin-hiong terpikir harus menanyakan
keberadaannya Cui-giok sekarang, maka dia membentak, langsung
mengejar keatas!
Kali ini dia mengerahkan seluruh tenaganya, kecepatan
gerakannya seperti kilat menyambar, walaupun Ngo-ki-thian-cun
sudah berlari dulu, tapi tidak sampai satu jam, Sin-hiong sudah
meloncat melewati kepalanya!
Ngo-ki-thian-cun merasa marah berkata:
"Kau benar-benar ingin mencari mati?"
"Cepat kembalikan orangnya!" kata Sin-hiong tawar
"Kau ini sebenarnya mau minta siapa padaku?"
"Di depanku, kau tidak perlu berpura-pura, jika tidak, aku
sekalian akan memperhitungkan masalah paha ayam yang kemarin
malam." Ngo-ki-thian-cun tergerak, berkata dingin:
"Jika kau terus memaksa, jangan salahkan aku nanti!"
Dia menjentikan sepuluh jarinya, satu asap merah sudah
menerjang ke arah wajah Sin-hiong!
Tonghong Ki bisa dijuluki Ngo-ki-thian-cun, selain karena dia
tinggal di puncak Ngo-ki di pulau Giok-sik (Batu giok), yaitu


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepanjang hidupnya dia suka memakai benda yang warnanya
berbeda-beda, seperti baju yang dipakainya, senjatanya, sampai
racun yang digunakannya juga demikian.
Racun yang dia pakai juga dibagi dalam lima warna, merah
kuning biru putih hitam, jika dibagi dengan tingkatan, warna merah
paling lihay, kemarin malam dia melemparkan sisa paha ayam, Sinhiong
hanya menyentuh sedikit, hampir saja nyawanya melayang,
itu karena dia telah menjentikan bubuk merah di dalam kukunya.
Sin-hiong pun sadar kehebatan racunnya, buru-buru dia
memiringkan tubuhnya, Ngo-ki-thian-cun mendengus dan berkata:
"Kau mau lari kemana!"
Tameng tembaga di tangannya langsung menyapu ke bawah!
Sekarang, dalam hal ilmu silat Sin-hiong tidak takut padanya,
hanya terhadap kelihayan racunnya, Sin-hiong terpaksa harus
waspada sehingga ilmu silatnya jadi tidak bisa berkembang.
Sin-hiong tidak berani terlalu dekat, secepat kilat dia berputar ke
belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, dengan ganas menusukan pedang
pusakanya ke arah titik 'Leng-tai-hiat' Ngo-ki-thian-cun!
Tameng tembaga Ngo-ki-thian-cun men-dongkel ke belakang,
terdengar satu suara nyaring ^Tung!" bunga api berpijar, Tonghong
Ki tergetar oleh tenaga dalam Sin-hiong hingga bergoyang dua kali,
tapi Sin-hiong sedikit pun tidak bergeming!
Tonghong Ki terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong yang begini
muda, tenaga dalamnya sudah sehebat ini"
Sin-hiong sendiripun jadi tertegun, dalam bentrokan tadi,
walaupun sepasang lengannya terasa tergetar sampai sesemutan,
tapi dia tahu, jika dulu. paling sedikit diapun akan terhentak mundur
satu kaki lebih!
Kedua belah pihak sama-sama tertegun, Ngo-ki-thian-cun
mendadak berteriak, dia berusaha merebut penyerangan, maka dia
mengibaskan lengan bajunya, satu asap kuning kembali menyembur
keluar! Sin-hiong terkejut, sekali menghentakan kaki, dia kembali
terbang ke atas, dalam sekejap kembali berada di atas angin,
pedangnya disabetkan, memaksa Ngo-ki-thian-cun tidak bisa
bergerak! Kedua orang bertarung dari bawah gunung sampai ke atas
gunung, dari siang bertarung sampai petang hari, selalu berusaha
merebut di atas angin, walaupun tenaga dalam Sin-hiong lebih
unggul sedikit, tapi dia harus waspada terhadap racunnya Ngo-kithian-
cun, maka kedua orang itu sudah bertarung setengah harian,
tapi masih saja tidak bisa menaklukan lawannya.
Di tempatini keadaan lapangan sangat berbahaya, pelan-pelan
kedua orang itu sudah ber-tarung sampai di sisi jurang!
Dari sini bisa melihat Tiang-kang seperti sungai kecil sedang
mengalir, tapi di bawah kaki batu cadas berserakan, jika tidak hatihati
sampai jatuh ke bawah, dewa pun jangan harap bisa hidup.
Hari semakin gelap, yang rugi tentu saja Sin-hiong, sebab kalau
dia sedikit kurang hati hati, maka kemungkinan besar dia bisa
terkena racunnya Ngo-ki-thian-cun, karena di malam hari
keadaannya gelap, sulit melihat racunnya!
Saat ini kedua orang saling menatap, Tonghong Ki melihat langit
dengan dingin berkata:
"Tempat ini bagus juga, begitu jatuh ke bawah tidak perlu repot
mengubur mayatnya!"
Sin-hiong mendengus dan berkata:
"Kecuali kau mengembalikan nona Sun padaku, jika tidak, kau
jangan harap bisa bebas!"
Mendadak Ngo-ki-thian-cun maju selangkah, tameng
tembaganya dikebutkan melintang jari kirinya menyentil, sejalur
serbuk merah sudah keluar, melesat ke arah Sin-hiong!
Saat ini Sin-hiong berdiri berlawanan dengan arah angin, jika dia
kembali berputar ke belakang tubuh Ngo-ki-thian-cun, tepat masuk
perangkap dia, jika dia mundur, jurang di belakangnya hanya
berjarak lima enam tombak, tapi jentikan racun Ngo-ki-thian-cun
selalu mencapai jarak dua tiga tombak, walaupun Sin-hiong mau
mundur, juga hanya bisa mundur sekali, saat itu jika Ngo-ki-thiancun
menyerang lagi dengan racunnya, maka dia hanya bisa
meloncat ke bawah!
Dalam sekejap ini Sin-hiong berpikir, dua jurus hebat Ngo-kithian-
cun sudah hampir mengenai sasaran!
Sin-hiong tergetar, buru-buru menyabetkan pedang pusakanya,
telapak tangan kirinya disapukan, terdengar "Huut!" angin
pukulannya sudah menyapu ke arah asap merah itu!
Dalam keadaan berbahaya ini, Sin-hiong melancarkan dua
serangan dengan menggunakan seluruh tenaganya, bagaimana
kekuatannya, mungkin dia sendiri pun tidak tahu"
Ngo-ki-thian-cun yang berhasil mendesak Sin-hiong mundur ke
belakang, ketika Sin-hiong sudah mundur ke tepi jurang, dia baru
melakukan serangan dahsyat, tapi tidak diduga saat ini Sin-hiong
sudah mengerahkan seluruh tenaganya menyerang dua jurus!
Dua jurus ini Sin-hiong sungguh sangat dahsyat, hawa pedang
laksana pelangi, angin pukulan yang keluar dari telapaknya hampir
bisa menghancur-kan batu.
Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia tidak berani menangkis
serangan Sin-hiong ini, terpaksa dia memutar tubuh, tameng
tembaga mendadak men-dongkel ke atas, kembali terdengar suara
"Paak!", tapi Ngo-ki-thian-cun mengikuti bentrokan itu meloncat
mundur! Mata Sin-hiong menyorot sinar dengan dingin berkata:
"Kau masih ada kemampuan apa lagi, silahkan keluarkan semua!"
Ngo-ki-thian-cun menarik nafas panjang, dalam hati berkata:
'Bocah ini ilmu silatnya tidak ada tandingan, tidak heran sampai
tiga tetua Siauw-lim, Ang-hoa-kui-bo dan kawan-kawan juga bukan
lawannya!"
Sekarang Sin-hiong sedang mengawasi dia, Ngo-ki-thian-cun
memutar otaknya, tapi bagaimana pun dia tidak bisa memikirkan
sebuah cara untuk bisa lolos dari Sin-hiong.
Bulan sudah keluar dari ufuk timur, gunung amat hening, Ngo-kithian-
cun melihat ke sekeliling, mengangkat tameng tembaganya,
baru saja mau menghantam, tiba-tiba di dalam gunung terdengar
suara nyaring berteriak:
"Guru, anda sedang bertarung dengan siapa?"
Setelah suaranya hilang orangnya muncul, dari lereng gunung
meloncat keluar satu bayangan langsing yang lincah!
Sin-hiong yang melihat, tidak tahan berteriak:
"Nona Sun, nona Sun, kenapa kau memanggil orang ini guru?"
Ternyata orang yang muncul adalah wanita yang kemarin
bertemu dengan Sin-hiong, terlihat saat ini dia memakai baju putih,
berambut panjang terlepas ke bahunya, di bawah sinar bulan yang
redup tampak semakin cantik saja.
Wanita melototi Sin-hiong dengan marah berkata:
"Ternyata kau lagi orang gila?"
Sin-hiong tergetar dan berteriak:
"Nona Sun, kenapa kau sampai akupun tidak kenal?"
Wanita itu dengan bencinya berkata:
"Kau bicara dengan siapa" Hemm... hemm... siapa nona Sun mu
itu?" Perkataan wanita ini, tidak jauh berbeda dengan kemarin malam,
jika dia benar Cui-giok, bagaimana pun harus mengenalnya.
Tapi, setelah Sin-hiong bertemu dengan wanita ini, dia tidak
alasan untuk tidak memanggHl dia Cui-giok, sebab wajah kedua
orang ini selain serupa, sampai suara bicaranya juga sama.
Dari kemarin sampai sekarang Sin-hiong sudah bertemu dengan
dia dua kali, walau dia tidak mau mengakuinya, tapi Sin-hiong terus
menempel dia, tidak mau melepaskannya, sebenarnya demi Cui-giok
dia sampai meninggalkan rumah, apa lagi, terhadap
Ho Koan-beng, Sin-hiong sekarang masih merasa sedikit
bersalah! Wanita itu pelan-pelan berjalan ke sisi Ngo-ki-thian-cun dan
berkata: "Guru, biar murid yang menghajar orang sombong ini!"
Mendengar ini, Sin-hiong seperti disambar geledek, dengan sedih
dia memasukan pedangnya, sambil menundukarn kepala berjalan
turun ke bawah gunung!
Dia tidak bisa berpikir bagaimana Cui-giok bisa berkata begini,
dia merasa hati dan jerih payahnya digambar di atas kertas putih,
sungguh seorang yang paling tolol di dunia ini, maka ketika dia
berjalan ke bawah gunung kedua kaki yang menginjak ke tanah
masih mengeluarkan suara yang berat.
Sin-hiong berjalan dengan berat beberapa langkah, mendadak di
belakang rubuhnya ada angin berhembus, dia segera meloncat
menghindar ke pinggir jalan, begitu melihat, ternyata wanita itu
telah menusukan pedang padanya!
"Kau mau apa?" tanya Sin-hiong tertegun.
Wanita itu mengangkat alisnya dengan dingin berkata:
"Kenapa kau naik ke gunung kami tanpa ada alasan?"
Wajah Sin-hiong terlihat menjadi aneh, sekarang dia harus
percaya wanita di depan mata ini bukan Cui-giok.
Perkataan wanita ini sangat jelas, jika mengata-kan dia telah
ditipu orang atau telah memakan obat yang membuat dia jadi lupa
siapa dirinya, mungkin bicaranya dan gerakannya, pasti tidak akan
seyakin ini. Sin-hiong merasa putus asa dengan menyesal berkata:
"Sejak kemarin malam aku telah salah paham terhadap nona,
mohon nona memaafkannya!"
Dia tidak mengatakan alasannya, selesai bicara, lalu membalikan
kepala meneruskan jalannya.
Tapi baru saja dia berjalan tidak sampai dua tombak, kembali
satu hawa dingin pedang menyerangnya.
Sin-hiong tahu ini adalah perbuatan wanita tadi, tidak tahan
wajahnya jadi berubah, dia membalik-kan tangan mencengkram
dengan dingin berkata:
"Aku sudah meminta maaf, apakah nona masih tidak mau
menerimanya?"
Cengkeraman dia sangat cepat, wanita itu tidak menduganya,
hampir saja tertangkap oleh dia, Ngo-ki-thian-cun berteriak:
"Anak Giok, kau bukan lawan dia?"
Setelah berkata secepat kilat dia meloncat ke depan, begitu
menjulurkan tangan, tameng tembaga-nya menyapu ke arah
pinggang, Sin-hiong meng-hindar dan menarik tangannya kembali
sambil tertawa berkata:
"Aku tidak mencari perkara denga'n kalian lagi, itu sudah
keberuntungan kalian, apa kalian malah ingin menghad angku?"
Saat Sin-hiong menarik tangannya dia sudah meloncat dan
langsung meninggalkan.
Wanita itu sudah menyerang dua jurus tapi tidak berhasil
menghadang Sin-hiong, tidak tahan dia menghentakan kakinya
dengan marah berkata:
"Aku tidak percaya kau bisa turun gunung?"
Dia tidak mendengar nasihat Ngo-ki-thian-cun, dia kembali
mengejarnya. Wajah Ngo-ki-thian-cun tergerak, dia seperti-nya khawatir
sesuatu, diapun mengikuti wanita itu mengejar ke bawah.
Sin-hiong sudah berlari di depan, seharusnya wanita itu tidak
akan bisa mengejarnya, tapi saat ini dia sedang banyak pikiran,
makanya gerakan kakinya sedikit lamban, baru saja berlari sepuluh
tombak lebih, wanita itu sudah berhasil menghadang di depan.
Sin-hiong melototkan sepasang matanya, hati-nya jadi panas,
tapi saat matanya bersentuhan dengan sorot mata wanita itu, tidak
tahan hatinya jadi tidak tega.
Sebab wanita ini terlalu mirip dengan Cui-giok, maka dalam
pikirannya selalu memandang dia sebagai Cui-giok, saat berhadaphadapan
dengan wanita itu, dalam hati dia diam-diam berteriak:
"Nona Sun, kau sudah berubah!"
Tapi, wanita di depan matanya ini merasa asing pada dia, malah
menganggap dia sebagai musuh nya, setelah menghadangnya
kembali dengan dingin berkata:
"Hemm... hemm... kau mau pergi, jangan harap?"
Kata-katanya sangat dingin menusuk telinga, Sin-hiong menarik
kembali pikirannya, kenyataan di depan mata, membuat tubuhnya
bergetar, dengan emosi dia berkata:
"Nona, jika aku mau pergi, walaupun raja langit tidak akan bisa
menghadangku!"
Wajah wanita itu jadi serius, lalu menusukan pedangnya sambil
tertawa dingin katanya:
"Mungkin juga tidak!"
Sin-hiong selalu mengalah pada dia, tapi wanita itu malah terus
mendesaknya, dia ini masih berdarah remaja, saat inipun dia tidak
tahan menjadi marah, sambil memutar tangannya dengan marah
berkata: "Kalau kau tidak percaya boleh mencobanya!"
Baru saja wanita itu menusukan pedangnya, tidak menduga
ditangkis oleh tangan Sin-hiong, tusukan nya jadi melenceng, baru
saja mau merubah jurusnya, Sin-hiong sudah menyentilkan jarinya,
dengan sombongnya berkata:
"Lepas!"
Wanita itu merasa ada angin dingin menyerang pergelangan
tangannya, jangan kata sudah tidak keburu merubah jurus,
walaupun ingin menarik kembali tangannya pun sudah terlambat,
tidak tahan dia jadi terkejut sekali!
Saat sekejap itu, lima jari Sin-hiong sudah datang menyerang,
jika wanita itu tidak melepaskan pedang dan mundur ke belakang,
lengan mulusnya pasti akan putus dijepit oleh Sin-hiong.
Sebenarnya jarak Ngo-ki-thian-cun tidak terlalu jauh dari Sinhiong,
dia bisa saja maju membantu wanita itu, tapi anehnya, saat
ini dia berdiri diarn tidak bergerak!
Sin-hiong merasa ini di luar dugaan, tiba-tiba dia merubah
jurusnya, menyentil dengan pelan pedang wanita itu, terdengar
suara "Paak!" pedangnya sudah disentil Sin-hiong terbang ke udara!
Wajah wanita itu berubah hebat, dia sadar jika Sin-hiong tadi
berniat melukai dia, lengan dia sudah putus dari tadi.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Maaf!"
Dia membalikan rubuh, melihat Ngo-ki-thian-cun sedang
bengong menatap dirinya, dan teringat kejadian tadi, di dalam
hatinya berpikir:
"Orang ini aneh sekali, dia lebih suka muridnya terluka, sedikit
pun tidak mau maju membantu!"
Sin-hiong hanya melirik mereka sebentar, lalu kembali
meneruskan jalannya.
Di dalam hatinyaa banyak masalah, sambil berjalan sambil
memikirkan, tapi saat dia tidak bisa memecahkan masalahnya, maka
jalannya semakin lama semakin cepat.
Turun ke bawah gunung, malam sudah larut, tapi pikirannya
malah lebih berat dari pada gelapnya malam.
Otak Sin-hiong penuh oleh persoalan, berpikir ke sana-kemari,
tapi tetap tidak bisa memecahkannya, ketika masuk ke satu hutan,
di depan mata jadi gelap gulita, dia masih berjalan terus,
mendadak, di atas kepala terdengar sebuah teriakan aneh "Hiuut!"


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin-hiong segera menghentikan langkahnya dan berteriak:
"Siapa?"
Baru saja selesai berkata, diatas terdengai Huut!" segumpal
bayangan hitam sudah menerjang kearahnya!
Sin-hiong buru-buru menghindar, begiti melihat seorang tua yang
wajahnya sangat buruk sudah berdiri di depannya!
Orang tua ini bukan saja wajahnya sangat buruk, perawakannya
juga pendek dan gemuk, keli! itannya seperti bola daging saja, Sinhiong
tergetar dan bertanya:
"Siapa Tuan?"
Dua sorot mata orang tua itu laksana pisau tajam menyapu
wajah Sin-hiong:
"Kek kek kek!" dia tertawa dan berkata. "Kau tidak tahu siapa
aku?" Setelah berkata, tubuh gemuknya bergerak sekali dan berkata
lagi: "Kali ini aku menangkap bangsat kecil yang mencuri barang!"
Sekelebat dia langsung maju menyerang!
Jangan di lihat tubuhnya pendek gemuk, tapi ternyata
gerakannya lincah sekali, baru saja selesai bicara, angin pukulan
dari telapak tangannya sudah datang menyerang!
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati-nya berpikir:
'Bukankah ini hal yang aneh lagi" Kenapa dalam dua hari ini aku
selalu bertemu dengan masalah yang tidak ada ujung pangkalnya,
dan sekarang ada lagi yang memanggil aku bangsat kecil pencuri
barang!" Masih berpikir, telapak tangannya menyerang balik.
Tadinya orang tua itu tidak berniat mengadu keras lawan keras,
melihat Sin-hiong menyerang dengan sebelah tangan, maka dia
berteriak: "Bagus!"
Tangannya sudah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya,
hingga menimbulkan angin keras, baju Sin-hiong pun jadi
mengembang. Melihat dia mau bertarung mengadu nyawa, di dalam hati Sinhiong
merasa sangat tidak mengerti, dia menghentakan kakinya di
tanah, orangnya sudah meloncat ke atas udara, lalu turun di
belakang orang tua itu.
Orang tua itu terkejut, karena dia menyerang dengan tenaga
penuh, sulit menghentikan gerakannya, terdengar "Paak paak!" dua
suara keras, dua pohon besar di depan sudah patah terkena sapuan
angin pukulannya.
"Wah besar sekali tenaganya, sayang di hutan tidak ada
macannya?" teriak Sin-hiong.
Setelah serangan telapak tangan orang tua itu gagal, malah
disindir oleh Sin-hiong, dia jadi semakin marah, lalu membalikan
tubuh, langsung menyapukan dua telapak tangannya!
Sin-hiong tidak menangkisnya, dia hanya meloncat mundur
sepuluh tombak lebih!
Mata orang tua itu jadi membelalak besar:
"Tidak jelek, tidak jelek, tidak heran berani mencuri barang
teman lamaku!"
Sin-hiong mengerutkan alis dan bertanya:
"Siapa yang telah mencuri barang teman lama kau" Kau salah
melihat orang?"
Orang tua itu marah sekali, berkata:
"Hemm... hemm... aku bisa salah lihat" Mungkin kau salah
mencuri?" Setelah berkata, dia kembali mendesak satu langkah demi satu
langkah. Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
"Apakah dua hari terakhir ini sudah muncul mahluk aneh" Aku
sudah salah mengira wanita itu adalah Sun Cui-giok, orang tua ini
malah bersikeras menuduh aku telah mencuri barang teman
lamanya, sungguh aneh sekali"'
Orang tua itu terus maju sedikit pun tidak berhenti, lalu
menyerang dengan telapak tangannya!
Sin-hiong segera berputar ke belakang tubuh-nya, dengan ringan
membalas serangan dengan telapak tangan sambil berkata:
"Coba kau katakan, barang apa yang telah dicuri aku?"
Setelah berturut-turut menyerang tiga jurus, dan ketiga jurusnya
gagal, didalam hati orang tua itu tentu saja terkejut, tapi dia karena
sifatnya aneh, di dalam hatinya berkata:
"Aku bukan lawanmu, tentu saja aku tidak pantas meminta
kembali barang teman lamaku, rnaka dia berkata:
"Mau bicara apa lagi" Coba kau sebutkan namamu?"
Demi membersihkan dirinya, tanpa Sungkan Sin-Hi ng berkata
"Maaf, aku Sen Sin-hiong, kau salah melihat orang?"
Mendengar ini, orang tua itu lalu berguman:
"Sen Sin-hiong, Sen Sin-hiong, nama ini seperti pernah
mendengar dari orang!"
Sambil bicara dia berjalan kembali ke jalan yang tadi dia datang,
tidak mempedulikan Sin-hiong lagi!
Sin-hiong keheranan, hatinya mendadak hati-nya tergerak dan
berteriak: "Tunggu, kau sudah menanyakan namaku, maka mohon kau
juga sebutkan namamu baru pergi!"
Orang tua itu tidak mempedulikannya, mulut-nya terus membaca
'Sen Sin-hiong' tiga huruf itu, ketika dia jalan sudah lebih dari
sepuluh tombak, baru membalikan kepala dan berkata:
"Aku Yu Hoa, kau mau apa?"
Mendengar ini, Sin-hiong jadi teringat di saat dia belajar silat
pada gurunya di gunung, gurunya pernah menyebut nama orang ini,
tidak disangka bisa bertemu dia disini, maka dengan keras berkata:
"Orang tua jalan pelan-pelan, nanti aku sebutkan satu orang
apakah kau mengenalnya?"
Yu Hoa menghentikan langkah, berkata marah:
"Seorang pencuri, mana bisa menanyakan seorang baik-baik?"
Sin-hiong tersenyum dan berkata: "Ada seseorang yang dijuluki
Liong-koan-hong, marga orang ini Khu, apakah kau kenal dia?"
Yu Hoa membelalakkan sepasang matanya besar-besar dan
menjawab: "Dia adalah teman lamaku, gitar kuno di tanganmu apakah dicuri
darinya" Sekarang juga aku akan pergi ke gunung Hwan-keng untuk
memberi-tahukan pada dia, gitar kunonya sudah dicuri orang?"
Sin-hiong buru-buru menghampirinya, membungkuk memberi
hormat sambil berkata:
"Liong-koan-hong adalah guruku, maaf tadi Boanpwee telah
berlaku tidak sopan, mohon Lo-cianpwee bisa memaafkan!"
Mendengar ini, Yu Hoa tidak tahan meloncat keatas dan
berteriak: "Hayaa, ternyata kau ini murid kesayangan-nya, tidak heran ilmu
silatnya lebih tinggi dari padaku, kau panggil saja aku kakak!"
Setelah berkata, memberi hormat pada Sin-hiong. Sin-hiong
terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee, bagaimana boleh!"
Yu Hoa menegakan tubuhnya dan berteriak:
"Kenapa tidak boleh, usiaku lebih tua darimu, kau panggil saja
aku Yu-toako!"
Bagaimanapun Sin-hiong tidak berani menurutinya, tapi sifat Yu
Hoa lebih aneh dari pada Sin-hicng, Sin-hiong tidak bisa
mendebatnya, terpaksa memanggilnya Toako!
Yu Hoa sangat senang, dia menunjuk Sin-hiong dan berkata
pelan: "Adik Sen, kali ini kau turun gunung apakah untuk membalaskan
dendam Khu-toako?"
Sin-hiong menganggukan kepala, wajah Yu Hoa tampak cerah,
sambil menepuk dada, berkata:
"Ada Toako disini, Bu-tong-san tidak jauh dari sini, sekarang mari
kita cari para tosu brengsek itu!"
-oo0dw0oo- Sin-hiong menggelengkan kepala: "Aku sudah pergi kesana!"
"Bagaimana" kukira para tosu brengsek itu pasti bukan
lawanmu?" kata Yu Hoa tidak sabar.
Sin-hiong terpaksa menceritakan keadaan di Bu-tong, Yu Hoa
mundur kebelakang dan berteriak:
"Thian-ho-tiauw-sou" He he he, cepat pulang ke gunung panggil
Khu-toako keluar gunung!"
"Guru sudah meninggal!" kata Sin-hiong sedih.
Yu Hoa jadi tertegun, setelah lama sekali baru berkata dengan
gagap: "Bagaimana bagusnya kalau begitu, tua bangka Thian-ho itu
sangat kuat sekali?"
---ooo0dw0ooo---
JILID KE TIGA BAB 9 Giok-siau-long-kun
Sin-hiong melihat ke langit, ternyata kata-kata. ini telah
memancing keluar banyak pikiran ruwetnya, di saat tidak tahu harus
berkata apa, mendadak dari kejauhan ada orang dengan dingin
berkata: "Keadaan sulit masih belum tiba, sekarang berbagai perguruan
besar telah bergabung menjadi satu bila saat nya tiba, mau
membalas dendam pun akan semakin sulit!"
Selesai berkata dalam jarak sepuluh tombak lebih terlihat daundaun
pohon bergerak, satu bayangan orarg laksana burung terbang
berlari di kegelapan malam.
Sin-hiong terkejut, dia meloncat mengejarnya.
Sekarang, ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat,
dalam satu loncatan dia sudah mengejar dua tiga puluh tombak
jauhnya! Tapi, walaupun gerakan dia cepat sekali, orang di depan ternyata
lebih cepat dari pada dia, dalam beberapa kelebatan, orangnya
sudah menghilang!
Sin-hiong tertegun, di dalam hari berkata:
'Di dunia persilatan ternyata ada orang sehebat ini, entah siapa
orang ini"'
Dia berpikir sejenak, dia merasa orang ini tidak berniat jahat
padanya, jika tidak, dia tidak akan meninggalkan pesan sebelum
pergi. Sin-hiong melihat-lihat sejenak, di belakang tubuh terasa ada
angin, dan satu orang berteriak:
"Adik Sen, apa kau melihat siapa orang itu?" Sin-hiong
menggelengkan kepala:
"Ilmu meringankan tubuh orang ini hebat sekali, apakah mungkin
dia adalah ketua pulau Teratai Lim Ki-kun?"
Wajah Yu Hoa kembali berubah, dengan suara gemetar berkata:
"Apa" orang tua aneh inipun sudah keluar juga?"
Kata-kata yang diucapkan tadi, Sin-hiong hanya menebaknya
saja, usia Yu Hoa sudah mencapai tujuh puluh tahun lebih, saat ini
malah menyebut ketua pulau Teratai ini sebagai mahluk tua aneh,
kalau begitu berapa usia ketua pulau Teratai sudah bisa
dibayangkan. Sin-hiong mengeluh panjang katanya:
"Bukan saja ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw sudah
muncul di dunia persilatan, beberapa hari yang lalu aku pun pernah
bertarung dengan Ngo-ki-thian-cun!"
Wajah Yu Hoa tambah tergerak, katanya:
"Ilmu silat Ngo-ki-thian-cun amat tinggi, apa lagi racun dia
sangat ternama di seluruh dunia!"
Tiba-tiba Sin-hiong mendapat satu pikiran dan bertanya:
"Apakah Toako tahu, di antara seluruh senjata beracun Ngo-kithian-
cun, senjata apa yang paling lihay?"
Yu Hoa berpikir-pikir sejenak lalu berkata:
"Sulit dikatakan, harus dilihat dulu bagaimana dia
menggunakannya baru bisa dipastikan."
Sin-hiong memang ada tujuan bertanya ini, mendengar kata-kata
Yu Hoa, dia langsung bertanya lagi:
"Misalkan terhadap orang, jika dimakan, orang itu bisa berubah
jadi apa?"
Yu Hoa melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Merubah lawan menjadi kawan, merubah kawan menjadi
lawan!" Begitu mendengar kata-kata ini, Sin-hiong jadi tergetar dan
berteriak: "Betul, Toako cepat ikut aku!"
Tanpa mempedulikan bagaimana wajah Yu Hoa, Sin-hiong
kembali berlari naik ke atas gunung!
Yu Hoa tertegun, di dalam hatinya berpikir: 'Ada apa dengan
adikku ini, apakah dia menemukan sesuatu"'
Sin-hiong berlari cepat sepanjang jalan, walau pun puncaknya
tinggi, tapi tidak sampai menghabis-kan seperminuman segelas teh
panas, Sin-hiong sudah kembali lagi ke tempat bertarung dengan
Ngo-ki-thian-cun tadi!
Sekarang, dia sudah memastikan seratus persen wanita itu
adalah Sun Cui-giok, dia juga sadar, jika mau mengembalikan Cuigiok
seperti semula, dia harus memaksa Ngo-ki-thian-cun
mengeluarkan obat penawarnya!
Sin-hiong berlari mengikut jalan, sampai di sisi tebing jurang tadi,
terlihat di bawah jurang mengepul ke atas awan putih, diam-diam
dia menarik nafas dingin, di dalam hati berkata:
'Apakah mereka ada dibawah" Bagaimana kehidupan di bawah"'
Setelah berpikir, dia berteriak beberapa kali memanggil, tapi di
sekeliling hening, angin malam bertiup, selain gema dari seberang
gunung, di seluruh pegunungan hening seperti mati.
Bulan sudah amat tinggi, menyinari bayangan dia yang panjang
langsing, dia merasakan hatinya kecewa yang amatsangat.
Dia tidak tahan melangkah dua langkah dan kembali berteriak:
"Cui-giok, Cui-giok......"
Suaranya sampai jauh sekali, membuat orang yang
mendengarnya, seperti mendengar teriakan seseorang yang
terjerumus ke dalam jurang mematikan.
Sin-hiong berdiri lama, juga mengharapkan lama sekali,
terdengar seseorang sambil mengeluh berkata:
"Ngo-ki-thian-cun banyak siasat busuknya, mungkin dia sudah
pergi!" Dengan kecewa Sin-hiong berkata:
"Yu-toako, mereka tadi masih ada disini, walaupun pergi juga
tidak jauh!"
Yu Hoa tertawa lalu berkata:
"Mungkin masalahnya tidak seperti yang kau pikirkan, kau salah
memperkirakannya!"
Sin-hiong merasa seperti kehilangan sesuatu, dia menutup
wajahnya dengan kedua tangan, di dalam hati malah menyesal
sekali. Yu Hoa sepertinya sudah tahu perasaan hati-nya, lalu
menghiburnya dan berkata:
"Adik, tidak perlu kesal, di kemudian hari masih ada kesempatan
bertemu dengan dia."
Dalam keadaan putus asa, terpaksa Sin-hiong berharap dengan


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cara ini, pelan-pelan membalikan tubuh dan berkata:
"Toako, aku harus pergi ke Go-bi!"
Yu Hoa tertegun dan berkata:
"He he he! Orang tadi bukankah sudah mengatakan" Sekarang
berbagai perguruan besar sudah bersatu, apa gunanya kau pergi ke
Go-bi" Sin-hiong menganggukan kepala:
"Itu aku tahu!"
Yu Hoa menjadi keheranan dan berkata: "Lalu kenapa kau masih
mau pergi ke Go-bi?" Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hati
berpikir: 'Siapa yang tadi memberi peringatan, kita masih belum tahu
siapa dia, kau adalah seorang tua di dunia persilatan, kenapa bisa
gampang mempercayai kata-kata orang"'
Walau di dalam hatinya berpikir demikian, tapi dia tidak
mengatakan, begitu melihat ke arah jauh, mendadak terlihat
dilekukan gunung meloncat satu bayangan orang!
Yu Hoa melihatnya, lalu berkata:
"Adik, di punggung orang itu sepertinya menggendong orang!"
Baru saja dia selesai berkata, di lereng gunung kembali satu
bayangan orang meloncat keluar.
Sin-hiong merasa hafal terhadap perawakan orang ini dan
berteriak: "Hemm... Ngo-ki-thian-cun sudah datang!"
Yu Hoa tergetar, saat ini bayangan orang itu sudah mendekat.
Begitu Sin-hiong melihat, dia jadi tergetar dia berkata:
"Iiih! Ternyata kau!"
Orang itu dengan bangga tertawa dan berkata: "Kenapa kalau
aku" Kau tidak menduganya bukan!"
Sin-hiong tertegun sejenak, di dalam hati berpikir:
'Ilmu silat dia sekarang seimbang dengan Ho Koan-beng" saat itu
dia berkata: "Hayo turunkan nona Sun!"
Orang itu dengan dingin berkata:
"Enak saja kau bicara, apakah kau tahu bagaimana susah payah
aku merebut Cui-giok, hemm... hemm... tidak semudah itu?"
Ketika sedang berbicara, Ngo-ki-thian-cun yang ada di belakang
sudah datang mengejar, melihat Sin-hiong juga ada disini, tidak
tahan dengan marah berkata:
"He he he, ternyata kalian satu kelompok?"
Orang yang menggendong Cui-giok dengan tertawa dingin
berkata: "Sembarangan omong, kenapa aku harus satu kelompok dengan
dia?" Ngo-ki-thian-cun melotot marah dan berkata:
"Kalian sudah menyiapkan jebakan, bisa menipu orang lain, tapi
aku Tonghong Ki tidak akan tertipu!"
Setelah berkata, dengan cepat menjulurkan tangan ingin merebut
orang yang ada di punggung orang itu!
Orang itu tertawa dingin, seruling giok di tangannya balas
menotok sambil berteriak:
"Dengan alasan apa kau mau merebut orang?"
Kata-kata orang ini masuk akal, sebab di dalam pikiran dia, selain
Sin-hiong dan Ho Koan-beng, orang lain, siapa pun dia jangan ada
pikiran menyimpang terhadap Cui-giok!
Ngo-ki-thian-cun membalikan tangan, secepat kilat menyerang
lagi satu jurus!
Sambil menggendong Cui-giok, di satu pihak dia harus
menghadapi Ngo-ki-thian-cun, di pihak lain juga harus mengawasi
Sin-hiong, tampak sekali dia tidak bisa memusatkan pikirannya, Yu
Hoa yang melihat lalu berteriak:
"Sobat, kau tenang saja, adikku pasti tidak akan mengganggu
mu!" Orang itu mengangkat alisnya dan berkata: "Apa benar katakatamu
itu?" Sin-hiong tertawa dingin lalu berkata:
"Sang-toh kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang hina yang
suka menyerang orang secara membokong!"
Ternyata orang ini adalah muridnya Ang-hoa-kui-bo, Giok-siaulong-
kun Sang-toh, sekarang ilmu silat dia sudah maju pesat, bukan
saja di luar dugaan Sin-hiong, Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng di
kemudian hati kalau bertemu, mungkin juga akan sangat terkejut.
Mendengar Sin-hiong telah berkata begitu, wajah Sang-toh
menjadi lega sambil tertawa dia berkata:
"Bagus sekali kalau begitu, biar aku bereskan dulu orang ini, baru
kita selesaikan masalah kita!"
Setelah berkata, dia menyabet miring seruling gioknya, tampak
menotok ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, Ngo-kithian-
cun hanya mendengus dingin, dia menarik pergelangan
tangannya, baru saja akan merubah serangannya, mendadak dia
melihat di tangan Giok-siau-long-kun ada satu bayangan hijau
berkelebat, sambil tertawa keras berkata:
"Jurus ini mungkin kau tidak menduganya!"
Saat berkata Giok-siau-long-kun mendadak bergeser ke kanan,
menotok Kian-keng-hiat Ngo-ki-thian-cun!
Melihat ini, hati Sin-hiong tidak tahan tergetar, di dalam hatinya
berpikir, jurus aneh apa ini"
Ternyata dalam jurus tadi, jelas-jelas Giok-siau-long-kun menotok
ke arah pergelangan tangan Ngo-ki-thian-cun, siapa sangka di
tengah jalan, malah bergeser menotok jalan darah Kian-keng Ngoki-
thian-cun, perubahan jurusnya belum pernah terlihat di dunia
persilatan! Ngo-ki-thian-cun terkejut sampai bersuara "Hemm.." katanya:
"Jurus macam apa ini?"
Walaupun berkata demikian, tapi mau tidak mau dia harus
mundur menghindar, jika tidak, maka dia akan terkena totokannya!
Saat ini Giok-siau-long-kun masih meng-gendong Cui-giok, jika
dia seorang diri, keadaan Ngo-ki-thian-cun mungkin tidak semudah
ini. Dalam waktu sekejap ini, Sin-hiong sangat tergetar, Ngo-ki-thiancun
pun ikut terkejut, Yu Hoa yang ada di pinggir juga merasa amat
diluar dugaan. Setelah Ngo-ki-thian-cun mundur, dia segera mencabut tameng
tembaganya "Huut!" disabetkan laksana sebilah pedang ke arah
bahu kanan Sang-toh!
Sang-toh tertawa, seruling giok berubah menghantam melintang
dan berteriak: "Kau terima jurus ku ini!"
Satu jurusnya ini kelihatan merebut menyerang lebih dulu, jurus
Ngo-ki-thian-cun sudah di lancarkan lebih dulu, walaupun dia lebih
cepat lagi, rasanya tidak mungkin tiba bersamaan waktunya dengan
Ngo-ki-thian-cun!
Tapi kenyataan yang terjadi kembali di luar dugaan, Ngo-ki-thiancun
mengira kali ini bisa berhasil, siapa sangka setelah Giok-siaulong-
kun menotokan seruling gioknya, sedikit menggerakan
lengannya, ujung seruling secepat kilat sudah menotok Meh-kenhiat,
Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun terkejut, terpaksa menarik kembali lengan
kanannya, lima jari tangan kirinya disentilkan, segumpal serbuk
racun berwarna merah sudah menyembur keluar!
Sin-hiong yang melihat cepat-cepat berkata: "Yu-toako hati-hati,
serbuk racun di kukunya amat lihay!"
Sin-hiong dan Yu Hoa secepat kilat mundur ke belakang,
terdengar Giok-siau-long-kun tertawa keras dan berkata:
"Ilmu ini tidak ada apa-apanya?"
Giok-siau-long-kun sambil tertawa terbahak-bahak, dia sedikit
pun tidak menghindar, seruling giok dengan cepat dijulurkan.
Setelah Ngo-ki-thian-cun menyentilkan jarinya, dia merasa yakin
bisa membuat Sang-toh jatuh pingsan, siapa sangka Giok-siau-longkun
malah dengan leluasa maju ke depan, sama sekali tidak
menganggap serbuk racunnya Ngo-ki-thian-cun!
Harus tahu, serbuk racun yang ada di dalam kuku Ngo-ki-thiancun,
adalah hasil ramuan dari satu macam serangga yang sangat
sulit ditemukan, racun-nya amat lihay sekali, Sin-hiong dulu hanya
menyen-tuh tulang ayam yang dilempar dia, hampir saja nyawanya
melayang, tidak diduga Giok-siau-long-kun malah sedikit pun tidak
apa-apa" Wajah Tonghong Ki jadi berubah besar dan berteriak:
"Tidak kuduga kau mempunyai ilmu aneh?"
Tameng tembaganya menyerang melintang, dengan ganas
menyerang ke sebelah kiri Giok-siau-long-kun.
Karena tangan kiri Sang-toh sedang membawa orang,
gerakannya jadi terhambat, begitu Ngo-kithian-cun menyerang
kelemahannya, terpaksa dia menarik kembali seruling giok yang
sedang menotok, tubuhnya sedikit menghindar, dalam sekejap
meng-ambil kembali posisi menguntungkan, sambil tertawa berkata:
"Coba terima satu jurus lagi!"
Terlihat bayangan hijau berkelebat, seruling gioknya sudah
menyerang ke arah kiri Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun ikut mengimbangi, tameng tembaganya
menyerang ke arah kiri Giok-siau-long-kun!
Tapi jurus Giok-siau-long-kun seperti tertuju ke arah kiri, padahal
sebenarnya ke arah kanan, di saat Ngo-ki-thian-cun menyerang,
seruling giok ditangan-nya sudah hampir menyentuh Kian-keng-hiat
kanan Ngo-ki-thian-cun!
Ngo-ki-thian-cun tergetar, otaknya secepat kilat berputar dua
kali, mendadak teringat satu hal, lengannya mendadak menahan
dan berteriak: "He he he, rupanya kau telah mendapatkan ilmu silat di dalam
Hu-houw-pit-to, aku jadi tambah tidak bisa melepaskanmu!"
Setelah berkata, dia mempertajam serangan-nya, semuanya
menyerang ke bagian kiri Giok-siau-long-kun, dalam sekejap,
terlihat sinar kuning membesar, mendesak Giok-siau-long-kun
sampai mundur dua-tiga langkah ke belakang!
Walaupun jurus Giok-siau-long-kun ganas dan aneh, tapi karena
dia menggendong orang, di dalam hatinya juga harus mengawasi
Sin-hiong, maka serangannya hanya mencapai tujuh delapan puluh
persen, setelah didesak mundur terus, hawa membunuh di
wajahnya dalam sekejap terlihat jelas.
Diam-diam Sin-hiong keheranan, di dalam hatinya berpikir:
'Sungguh aneh dunia ini, Ho Koan-beng dan Sang-toh berdua,
yang satu mendapatkan Hiang-liong-pit-to, yang satu lagi juga bisa
kebetulan mendapatkan Hu-houw-pit-to, tidak heran kedua orang
itu tidak sampai setengah tahun, ilmu silatnya bisa maju sepesat
ini?" Pelan-pelan sorot mata Sang-toh mengarah kepada Sin-hiong,
lalu menunjuk ke sisi tubuhnya dan berkata:
"Sen Sin-hiong, persoalan kita pun harus diselesaikan, tapi
dengan menempuh bahaya aku telah menolong nona Sun, kau tidak
boleh mengambil kesempatan ketika aku sedang sibuk kau merebut
dia?" Sin-hiong yang mendengar sampai terkejut dan bertanya:
"Apa dia benar nona Sun?"
Sambil tertawa Giok-siau-long-kun berkata:
"Kenapa bukan" Permainannya Ngo-ki-thian-cun tidak akan bisa
mengelabui aku?"
Sin-hiong membelalakan matanya besar-besar, saat ini Yu Hoa
yang berdiri di sisi mendatanginya dan berkata:
"Adik Sen, masih belum terpikir olehmu?" Sin-hiong terpaku
sebentar, berkata: "Nona Sun pasti telah minum sesuatu, sehingga
lupa akan jati dirinya, bukan begitu?"
Giok-siau-long-kun menganggukan kepala sambil tertawa
berkata: "Betul, bukan itu saja, setelah dia minum obat itu, bisa merubah
menjadikan lawan jadi kawan, kawan jadi lawan!"
Sin-hiong teringat kejadian dulu, tidak tahan bersuara "Ahh!" dan
berkata: "Kalau begitu tidak mengherankan banyak terjadi hal yang anehaneh!"
Giok-siau-long-kun berkata dingin:
"Kau sudah mengerti" Kalau begitu syarat yang aku ajukan tadi
apa kau setuju tidak, jika tidak siapa pun diantara kita tidak akan
mendapatkan dia?"
Sin-hiong melihat dia sekali, di dalam hatinya berpikir:
'Walaupun didikan Sang-toh tidak selurus Ho Koan-beng, tapi
sekarang dia jauh lebih baik dari pada Ho Koan-beng, maka dia
segera menganggukan kepala dan berkata:
"Kau tenang saja, Sen Sin-hiong bukan orang serendah itu!"
Hati Giok-siau-long-kun merasa lega, berteriak: "Janji seorang
pria sejati, tentu saja aku percaya padamu!"
Setelah berkata begitu, dengan tenangnya menaruh Cui-giok di
samping Sin-hiong, lalu membalikkan tubuh, kembali mendesak ke
Ngo-ki-thian-cun.
Ketika Sin-hiong berbicara dengan Giok-siau-long-kun, Ngo-kithian-
cun memutar otak terus, dia sudah tahu Giok-siau-long-kun
telah mempelajari ilmu silat dari Hu-houw-pit-to, maka mengerti
lima racun berwarna dirinya, hingga tidak satu pun racunnya bisa
melukainya, setelah berpikir keras, akhirnya terpikir satu cara
olehnya. Keadaan di depan mata sudah terlihat jelas, Sin-hiong dan Sangtoh
berdua datang demi Cui-giok, jadi selain mencari cara di atas
Sun Cui-giok, tidak ada cara lain lagi yang bisa dia harapkan.
Sang-toh memegang erat seruling gioknya dan berkata pada
Ngo-ki-thian-cun:
"Bagaimana" Kita main-main lagi beberapa jurus?"
Ngo-ki-thian-cun tertawa dingin dan berkata: "Apa sulitnya, tapi
orang-orang di belakangmu harus mundur lebih jauh lagi!"
Kata-katanya tentu saja ditujukan pada Sin-hiong dan Yu Hoa,
Sin-hiong melihat Ngo-ki-thian-cun melibatkan dirinya, saat itu tidak
menunggu Sang-toh berkata, dia langsung menarik Yu Hoa mundur
ke belakang! Sang-toh memalingkan kepala, begitu melihat sambil tertawa
terbahak-bahak berkata:
"Sen-tayhiap kita bukan orang hina seperti di dalam
pandanganmu, he he he, sekarang kau boleh lega bukan?"
Ngo-ki-thian-cun memutar bola matanya dan berteriak:
"Boleh, kau majulah!"
Hati Giok-siau-long-kun sebenarnya ingin menghadapi Sin-hiong,
maka terhadap Ngo-ki-thian-cun dia ingin cepat-cepat
menyelesaikannya, sekarang dia tidak sungkan lagi, sambil
mengangkat seruling giok dia berteriak:
"Jagalah!"
Seruling gioknya menotok, terlihat bayangan hijau menggulunggulung,
tidak kurang dari lima jurus serangan sudah di keluarkan!
Ngo-ki-thian-cun mendengus dingin, tubuhnya sedikit bergeser,
lalu membalas menyerang dengan tameng tembaganya sebanyak
tiga jurus! Giok-siau-long-kun jadi bersemangat, sejurus demi sejurus dia
terus menyerang, jurusnya sangat aneh, sebentar seperti
menyerang ke kiri, tahu-tahu menyerang ke kanan, sebentar lagi
dilihat, terlihat jurusnya dahsyat dan tidak beraturan, hingga orang


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak bisa menentukan arahnya, asal sedikit saja lengah, maka akan
terkena totokannya.
Yu Hoa yang melihat, diam-diam menarik nafas dingin, berkata:
"Adik Sen, kalian para pesilat muda, semuanya hebat-hebat, kami
orang tua yang belum mati ini, sungguh sia-sia saja hidup selama
ini!" Walaupun Sin-hiong tidak ada pikiran seperti dia, tapi setelah
meneliti gerakannya Giok-siau-long-kun, dia seperti punya perasaan
yang sulit dijelaskan, dia hanya menganggukan kepala, tapi didalam
hati berkata: "Sang-toh dan Ho Koan-beng, kedua orang ini, yang satu telah
mendapatkan inti ilmu silat aliran lurus, yang satu lagi telah dilatih
langsung oleh aliran sesat, melihat keadaan sekarang, ilmu silat
Giok-siau-long-kun mungkin di atas Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng?"
Giok-siau-long-kun menyerang sejenak, Ngo-ki-thian-cun purapura
mundur ke belakang, Yu Hoa berteriak:
"Mundur tanpa bertempur, saudara kecil harus hati-hati!"
Giok-siau-long-kun tertawa keras dan katanya: "Ilmu silat dia
bisa menipu orang lain, tapi terhadap aku Sang-toh sedikit pun tidak
ada guna-nya?"
Setelah berkata, dalam sekejap dia menyerang lagi sepuluh
jurus, malah seperti ingin mengalahkan Ngo-ki-thian-cun dalam
waktu singkat! Dalam pertarungan kedua orang ini, Ngo-ki-thian-cun selalu lebih
banyak bertahan dari pada menyerang, tubuhnya pelan-pelan
mundur ke belakang, mula-mula masih mundur ke belakang, sampai
akhirnya malah mundur ke arah Sin-hiong.
Sin-hiong merasa aneh, di dalam hatinya berpikir: 'Mungkin Ngoki-
thian-cun sedang bersiasat?" Tadinya dia ingin menarik Sun Cuigiok
yang tergeletak di tanah, tapi dia khawatir menimbulkan salah
paham Giok-siau-long-kun, di saat ini, Ngo-ki-thian-cun sudah
mundur didekat Sun Cui-giok tidak lebih dari dua tiga tombak!
Hati Yu Hoa jadi tegang, dia berteriak: "Adik, cepat bawa wanita
di tanah itu kemari!"
Tubuh Sin-hiong bergerak sedikit, tapi mendadak menggelengkan
kepala dan berkata: "Aku takut tidak mampu!"
Yu Hoa seperti tersadar dan berteriak: "Kalau kau tidak mampu,
biar aku saja!"
Setelah berkata, orangnya sudah menerjang kesana!
Tapi baru saja dia bergerak, terdengar satu orang berteriak:
"He he he, mungkin kau juga sudah terlambat!" Setelah berkata,
segumpal asap hitam sudah disemburkan, Sin-hiong terkejut sekali
"Huut!" dia menyapu dengan telapak tangannya, walaupun berhasil
menyapu sebagian besar asap hitam itu, tapi masih ada sebagian
yang menyerang Yu Hoa dan Cui-giok!
Yu Hoa hanya merasa matanya menjadi gelap, belum lagi turun
ke bawah, kepalanya terasa pusing bumi seperti berputar-putar lalu,
"Buum!" dia jatuh ke tanah.
Giok-siau-long-kun sangat marah, tapi saat matanya menyapu,
terlihat wajah Cui-giok dari pucat pelan-pelan menjadi hitam,
setelah melihat lagi pada Yu Hoa, wajah dia berubah jadi merah, dia
jadi tertegun, secepat kilat menerjang!
Sin-hiong menunggu asap hitam itu meng-hilang, baru meloncat
menghampiri, kedua orang itu sama-sama menuju ke samping Sun
Cui-giok, dan hampir bersamaan waktu bersuara "Aah!" demi
menepati janji, Sin-hiong mundur sedikit ke belakang, Giok-siaulong-
kun berteriak: "Racun apa lagi ini?"
Kedua matanya melotot besar-besar, malah jadi bengong oleh
pemandangan di depan matanya.
Sin-hiong ingin segera menolong, buru-buru bertanya:
"Kau ini bagaimana, serbuk merah kau tidak takut, kenapa
terhadap asap hitam malah tidak bisa berbuat apa-apa?"
Giok-siau-long-kun menghela nafas panjang dan berkata:
"Jangan cemas, biar aku pikir-pikir dulu!"
Memang di dalam Hu-houw-pit-to di tulis inti ilmu sesat di
seluruh dunia, terhadap berbagai macam serbuk racun dan senjata
beracun dari aliran sesat, disana dengan jelas diterangkan cara
menawarkannya, selama setengah tahun ini, Giok-siau-long-kun
bukan saja sudah mempelajari ilmu silat di dalamnya, terhadap
berbagai senjata beracun pun sudah dipelajarinya, sekarang dia
justru tidak tahu kenapa Cui-giok dalam sekejap bisa berubah jadi
begini" Mata Sin-hiong tidak sengaja menyapu, mendadak melihat Yu
Hoa juga tergeletak tidak bergerak, buru-buru dia berlari mendekat,
terlihat di kepala Yu Hoa bercucuran keringat.
Sin-hiong tidak tahan jadi tertegun!
Tadi di sisi Cui-giok, dia melihat kulit Cui-giok berubah warna,
tapi tidak kesakitan seperti Yu Hoa, kedua orang ini sama-sama
terkena racun yang sama, kenapa reaksinya sangat berbeda"
Berpikir sampai di sini, mendadak dia ingat Ngo-ki-thian-cun
masih ada di sana, dia membalikkan kepala melihat, tapi entah
kapan Ngo-ki-thian-cun sudah menghilang"
Sin-hiong mengeluh, dia melihat ke arah Giok-siau-long-kun,
terlihat Giok-siau-long-kun juga sama dengan dirinya bengong
terpaku menatap ke tanah.
Setelah berpikir, dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa,
Sang-toh berjalan menuju Sin-hiong, dia melihat sekali pada Yu Hoa
lalu berkata: "Racun dia tidak parah, hanya Cui-giok yang sulit!"
Hati Sin-hiong tergerak, tanyanya:
"Kedua orang ini sama-sama terkena racun yang sama, kenapa
yang satu bisa diobati, yang satu lagi sulit?"
Giok-siau-long-kun menggelengkan kepala dan berkata:
"Kau tidak tahu, racun yang di idap Cui-giok sebelumnya masih
belum hilang, sekarang ditambah lagi racun lain, jadi dua macam
racun itu menjadi satu, maka sulit mengobatinya."
Sin-hiong menghela nafas panjang, Sang-toh melototi dia,
dengan dingin berkata:
"Kau sedih apa, aku hanya mengatakan racun Cui-giok sulit
diobati, tapi tidak mengatakan tidak ada obat yang bisa menolong
dia?" Di dalam hati kedua orang ini tadinya ada ganjalan, saat ini demi
menolong Cui-giok, kedua orang ini melupakan ganjalannya, Gioksiau-
long-kun mendadak terpikir, pada saatnya nanti walaupun Cuigiok
bisa diselamatkan, apakah Cui-giok mau kembali kesisinya, itu
masih tanda tanya besar, makanya niat untuk menolongnya
mendadak menjadi besar.
Tapi Sin-hiong tidak terpikir semua itu, berkata: "Entah obat apa
yang bisa menyembuhkan mereka?"
Giok-siau-long-kun dengan kesal berkata:
"Mungkin sia-sia saja aku mengatakannya!"
Hati Sin-hicng menjadi tegang:
"Kau percayalah padaku, asalkan ada obat penawarnya,
walaupun aku harus menempuh bahaya seberat apa pun, aku tidak
akan mundur?"
Dia mengatakannya dengan tulus, tapi bagi pendengaran Gioksiau-
long-kun, malah terasa tidak enak, sehingga rasa
permusuhannya jadi bertambah, sambil tertawa dingin berkata:
"Di puncak gunung Lam-thian ada satu pohon Yang, pohon ini
satu tahun hanya muncul sekali, satu kali hanya berbuah satu,
waktunya hanya di bulan ke enam setiap tahun, ketika akan
matahari terbit, sekarang sudah hampir musim gugur, walau kau
tumbuh sepasang sayap, dan dalam waktu singkat bisa terbang ke
sana, hemm... dalam masalah waktu juga harus menunggu satu
tahun lagi!"
Mendengar ini, tidak terasa seluruh tubuh Sin-hiong menjadi
dingin, dia mengeluh:
"Kalau begitu, rupanya nona Sun tidak tertolong lagi!"
Giok-siau-long-kun mendengus, dia berjalan ke sisi Yu Hoa,
mengeluarkan sebutir obat berwarna kuning, memasukan ke dalam
mulut Yu Hoa, lalu memalingkan kepala berkata:
"Itupun belum tentu, masih ada obat lainnya, tapi itupun sebuah
pusaka yang sulit ditemukan, taraf kesulitannya juga tidak di bawah
buah pohon Yang itu?"
Sin-hiong hatinya tergerak dan tanya.
"Entah apa yang disebut pusaka yang sulit ditemukan itu?"
Dalam kebingungannya, asalkan mendengar ada yang bisa
menyelamatkan Cui-giok, apa pun itu dia tidak akan melepaskannya,
maka sekali Gick-siau-long-kun mengatakannya, dia langsung buruburu
menanyakan. Sepasang mata Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa di tanah,
tanpa terlalu menghiraukan dia menjawab:
"Setelah dia memakan obat ini, sudah tidak apa-apa lagi, dengan
cepat dia akan kembali sadar."
Sin-hiong melihat dia menjawab bukan yang ditanyakan, hatinya
jadi semakin gelisah, buru-buru berkata:
"Benar, ada obat penawar dari saudara Sang, aku percaya Yutoako
sudah tidak kritis lagi, tapi jika mau menyelamatkan nona Sun
harus memakai obat apa?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong begitu gelisahnya, sehingga
rasa cemburunya semakin besar, maka sengaja lama-lama
menjawabnya: "Pusaka yang amat sulit ditemukan itu adalah Ho-siu-oh yang
berusia ribuan tahun, tapi sekarang entah berada di tangan siapa?"
Sin-hiong tertegun setelah mendengarnya, di dalam hatinya
berpikir: 'Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu sekarang ada padaku, karena
aku, Cui-giok jadi begini, apa aku boleh tidak berperasaan"' Berpikir
sampai disini tiba-tiba dia melihat tubuh Yu Hoa di tanah
menggeliat, buru-buru dia mendukungnya dan bertanya:
"Yu-toako, bagaimana rasanya sekarang?"
"Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan nona itu?"
Giok-siau-long-kun melihat Sin-hiong tidak bicara, maka dia
mengeluh: "Selain dua macam obat ini, mungkin tidak ada lagi yang bisa
menawarkan racunnya."
Setelah mendengarnya, Sin-hiong lalu mengeluarkan kota
kecilnya dan bertanya:
"Saudara Sang, jika ada Ho-siu-oh berusia ribuan tahun, apakah
benar-benar bisa menyelamatkan nyawanya nona Sun?"
Giok-siau-long-kun menjawab:
"Tentu saja, tidak ada perlunya marga Sang membohongimu!"
Sin-hiong segera menjawab:
"Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu, ada di dalam kotak kecilku
ini." Setelah melihatnya, Giok-siau-long-kun sangat gembira dia
berkata: "Kalau begitu cepat berikan padaku, supaya aku bisa mengobati
nona Sun, apakah obatnya asli!"
Sin-hiong berpikir sebentar dan berkata: "Aku mendapatkan ini
dengan susah payah, tentu saja asli!"
Giok-siau-long-kun melihat dia lama tidak mengeluarkannya,
matanya berputar-putar dan cepat cepat berkata:
"Di saat genting seperti ini, apakah saudara Sen masih tidak
mempercayai aku?"
Sin-hiong tertawa:
"Terhadap siapa pun aku percaya, apa lagi saudara Sang
memerlukan untuk menolong orang?"
Setelah berkata, baru saja mau membuka tutup kotak, mendadak
terdengar Yu Hoa berteriak: "Tunggu!"
Sin-hiong berhenti, dia memalingkan kepala dan bertanya:
"Yu-toako ada pandangan apa?"
Sambil tertawa Yu Hca berkata:
"Adik, kenapa kau begitu ceroboh, jika ditanganmu ada barang
pusaka, kenapa tidak kau sendiri saja yang menolongnya?"
Sin-hiong jadi tersadar, tapi terpikir kembali Giok-siau-long-kun
dengan berani menempuh bahaya menyelamatkan Cui-giok, hatinya
berpikir, Apa dia tidak egois"
Ketika sedang berpikir, kotak di tangannya terlihat seperti mau
diberikan tapi lalu ditarik kembali, Giok-siau-long-kun melihat Yu
Hoa merusak rencana-nya, hatinya segera menjadi marah dan
berteriak: "Aku baik hati menyelamatkanmu, tidak diduga kau setan tua
ternyata sangat licik!"
Setelah berteriak, seruling gioknya sudah menotok dari kejauhan!
Yu Hoa menghindar dan memukulkan telapak tangannya sambil
berteriak: "Kau bocah banyak akal bulusnya, kau bisa menipu adikku Sen
Sin-hiong, tapi tidak akan bisa menipu aku?"
Ilmu silat Yu Hoa juga tinggi sekali, ketika telapak tangannya
menyapu, dia sudah membuat jurus Giok-siau-long-kun bergeser
setengah kaki, baru saja akan menghantam kedua kalinya,
mendadak dia melihat pergelangan tangan Giok-siau-long-kun
menangkis sambil tertawa dingin berkata:
"Sungguh kau tidak tahu diri, tidak mengukur dulu
kemampuannya dibandingkan dengan Ngo-ki-thian-cun"
Ujung seruling diputar, secepat kilat menotok Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa! Jurus Giok-siau-long-kun penuh dengan tipuan, begitu dia
merubah jurusnya, bukan saja gerakannya diluar dugaan Yu Hoa,
Sin-hiong pun tidak tahan jadi terkejut!
Seketika Yu Hoa menarik tangannya, tapi jurus Giok-siau-longkun
seperti ada matanya, terlihat dia sedikit membalikkan
pergelangan tangannya lagi, kembali menotok ke Ku-ce-hiat nya Yu
Hoa! Kecepatan dua jurusnya, sudah sampai taraf kesempurnaan, Sinhiong
yang melihat, sadar jika dirinya tinggal diam, kemungkinan Yu
Hoa akan terluka oleh Giok-siau-long-kun, saat itu dia pun bergerak
dan berteriak: "Tunggu, ini tidak ada hubungannya dengan Yu-toako!"
Giok-siau-long-kun sudah hampir berhasil, mendadak dia merasa
di belakang tubuh ada angin keras, dia segera memutar tubuhnya
dan berteriak: "He he he, jurus ini lagi!"
Semling giok diputar menyerang ke belakang menotok Meh-kenhiat
nya Sin-hiong! Jurus yang dilancarkan Sin-hiong tadi adalah jurus Tan-ci-sintong.
Yang digunakan Sin-hiong di rumah Cui-giok saat pertama kali
bertemu dengan Giok-siau-long-kun!
Malam itu Sin-hiong menutup wajahnya, tapi Giok-siau-long-kun
belakangan bisa mengenalnya, maka terhadap jurus Tan-ci-sin-tong
nya Sin-hiong dia sangat mengenal juga paling membencinya,
sekarang dia memutar tangan membalas serangan, dia mengeluarkan
jurus lihay Thian-sian-te-coan (Langit mengelilingi bumi
berputar) dari Hu-houw-pit-to!
Jurus Sin-hiong bertujuan menolong, tidak bermaksud melukai,
saat Giok-siau-long-kun menyerang, Sin-hiong sudah meloncat
mundur ke belakang kurang lebih satu tombak!
"Kenapa" takut?" teriak Giok-siau-long-kun.


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan begitu, kita harus menolong orang terlebih dulu!"
Yu Hoa yang mendapat bantuan dari Sin-hiong, sekarang sudah
bisa bernafas lega, tapi sekarang dia merasa dirinya sudah tua,
melihat usia dua orang anak muda yang tidak sampai dua puluh
tahun, tapi ilmu silatnya sudah demikian tinggi dan mengejutkan
orang, dia menjadi putus asa untuk berkelana kembali ke dunia
persilatan. Sekarang dia merasa lebih baik dia pergi saja, tapi melihat Sinhiong
seperti mau memberikan Ho-siu-oh itu pada Giok-siau-longkun,
dia jadi berteriak:
"Adik Sen, kau sudah gila?"
Sin-hiong melihat dia sekali dan berkata:
"Yu-toako, kau tenang saja!"
Yu Hoa tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir:
'Adik Sen sangat jujur, sampai sekarang dia masih belum sadar
orang itu berniat tidak baik, hay! Dia akan tertipu!"
Giok-siau-long-kun tertawa dingin:
"Ini baru pantas, apakah kau mau memberikan Ho-siu-oh itu?"
Sin-hiong kembali mengeluarkan kota kecil itu dan berkata:
"Tentu saja!"
Setelah berkata, baru saja akan membuka tutup kotak itu, pada
saat ini terdengar suara "Huut!", satu bayangan orang melesat
datang! Giok-siau-long-kun sekali lagi berteriak:
"Kau mau mengacau lagi?"
Seruling gioknya dengan cepat sudah menotok.
Sin-hiong tahu orang itu adalah Yu Hoa, tubuhnya sedikit
bergerak lalu berteriak:
" Yu-toako, jangan!"
Melihat kedua orang itu akan bertubrukan, Sin-hiong khawatir Yu
Hoa akan terluka, dia kembali menerjang ke depan, Kim-kau-pokiam
segera diputar menangkis seruling giok Giok-siau-long-kun.
Kecepatan jurusnya laksana kilat, Giok-siau-long-kun jadi tidak
sempat melukai Yu Hoa, dia melintangkan seruling gioknya, balik
menotok pergelangan tangan Sin-hiong sambil mendengus dia
berkata: "Kalian mau mengeroyok, kenapa kita tidak bertarung sepuasnya
saja?" Sin-hiong menunggu jurus Giok-siau-long-kun sampai habis,
tubuhnya kembali meloncat ke belakang sambil tertawa berkata:
"Ingin bertarung pun bukan saatnya, kita tolong dulu orang baru
bertarung!"
Sebenarnya Sin-hiong pun sudah tahu niatnya Giok-siau-longkun,
tapi karena dia melihat seluruh tubuh Cui-giok sudah menjadi
hitam, di sudut mulutnya pun mengeluarkan busa putih, hatinya
menjadi perih, demi menolong orang dia rela berkorban, apa lagi
hanya sebatang Ho-siu-oh!
Pikirannya, bagaimana Yu Hoa bisa mengerti, apa lagi Giok-siaulong-
kun, dia pun tidak akan mengerti.
Giok-siau-long-kun berhenti sambil berkata marah:
"Kalau begitu, cepat keluarkan Ho-siu-oh itu!"
Sin-hiong takut Yu Hoa kembali akan menghalanginya, saat itu
tanpa berpikir lagi dia melemparkan kotak kecil itu pada Giok-siaulong-
kun dan berkata:
"Kau ambil saja, asalkan bisa menyelamatkan nona Sun, maka
harapanku sudah terkabul, satu batang Ho-siu-oh tidak berarti apaapa?"
Buat Sin-hiong melemparkan barang pusaka itu tidak masalah,
tapi dua orang yang di sampingnya, yang satu hatinya menjadi
sangat senang, yang satu lagi hatinya jadi amat kecewa.
Yu Hoa mengeluh dan berkata: "Adik Sen, kau tidak mau
mendengar nasihat-ku, di kemudian hati kau pasti akan celaka oleh
orang ini?"
Setelah berkata, sambil menggelengkan kepala dia berjalan ke
depan! Tapi baru saja dia berjalan dua langkah, mendadak terdengar
dari belakang tubuhnya terdengar sebuah suara yang amat dingin,
terpaksa membalikkan kepala melihat ke belakang, terlihat wajah
Giok-siau-long-kun merah sekali, mata Sin-hiong malah membelalak
besar-besar, wajahnya terkejut!
Yu Hoa tergetar dan bertanya:
"Adik Sen, apa yang terjadi?"
Sesaat Sin-hiong tidak bisa menjawab, Giok-siau-long-kun yang
menjawab dengan dingin:
"Hemm... hemm... Ho-siu-oh apa" Ternyata hanya kotak
kosong?" Setelah berkata, dia melemparkan kembali kotak itu!
Yu Hoa mengambilnya, seetelah melihat, di dalam kotak benar
saja kosong tidak ada apa-apanya, di dalam hatinya berpikir:
Adik Sen bukan orang seperti itu, mungkin isinya sudah dicuri
orang!' Tapi setelah dipikir lagi, dia merasa pikirannya tidak masuk akal,
sebab dengan ilmu silatnya Sin-hiong, jika ada orang bisa mencuri
barang dia, orang ini mungkin orang yang tergolong seorang dewa.
Dia meneliti lagi kotak kosong itu, mendadak sepasang matanya
seperti dibetot oleh suatu benda, lama tidak bisa bergerak!
Giok-siau-long-kun melihat Yu Hoa bengong menatap kotak
kosong itu, dia mengira kotak kosong pun dia tidak rela
membuangnya, sambil marah berkata:
"Kau sudah melihat jelas" Bukankah di dalam kotak itu pusaka
apa pun tidak ada!"
Yu Hoa menarik nafas panjang dan berkata: "Ternyata dia, kalau
begitu tidak mengherankan?"
Kata-kata dia sedikit membingungkan, Sin-hiong dan Giok-siaulong-
kun sama-sama terkejut dan bertanya:
"Kau menemukan apa?"
Yu Hoa menggelengkan kepala:
"Pusaka ini sudah diambil oleh ketua pulau Teratai, jadi tidak
mengherankan!"
Sin-hiong jadi tergetar, dia langsung merebut-nya, benar saja di
dalam kotak hitam itu, samar-samar di tengah kotak tampak
sekuntum bunga teratai putih, karena bunga teratai sangat kecil jadi
bisa terlihat karena ada sinar bulan menyorotnya, jika tidak teliti
tidak akan terlihat.
Terhadap bunga teratai ini Sin-hiong sudah hafal, dia berpikirpikir,
tapi tetap masih tidak tahu kapan Ho-siu-oh ini di ambil oleh
ketua pulau Teratai"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku hanya bertemu dengan dia dua kali, satu kata pun tidak
bicara, dia datang tergesa-gesa pergi juga tergesa-gesa, bagaimana
bisa mengambil Ho-siu-oh di kantongku?"
Setelah Sin-hiong berkata, Yu Hoa menyela: "Kalau begitu,
kenapa tanda dari ketua pulau Teratai bisa ada di dalam kotak
kosong ini?"
Giok-siau-long-kun tidak berkata sepatah kata pun, ternyata
setelah dia mendengar nama besar ketua pulau Teratai, di dalam
hatinya juga terkejut sekali.
Setelah berpikir cukup lama dengan nada dalam Sin-hiong
berkata: "Betul, jika tidak, kenapa tanda dia bisa ditaruh di dalam kotak
kosong." Berpikir begitu, dia tetap tidak mengerti, dengan sedih dia
melihat sekali pada Sun Cui-giok yang tergeletak di tanah, kembali
berkata: "Ho-siu-oh sudah diambil orang, sekarang selain pergi mencari
ketua pulau Teratai, hanya bisa pergi ke gunung Lam-thian,
hanya......hay!"
Terpikir gunung Lam-thian yang jauh ada di Sin-kiang, jarak dari
sini paling sedikit ada ribuan li, walaupun bisa tiba disana, bukan
saja waktunya harus menunggu satu tahun, walaupun bisa dengan
mudah mendapatkannya, tapi saat kembali, mungkin nyawa Cuigiok
pun sudah tidak ada, maka berkata sampai disini, dia tidak bisa
meneruskannya. Giok-siau-long-kun maju dua langkah, mengangkat tubuh Cuigiok,
melihat gunung yang jauh di sana dan berkata:
"Bagaimana pun caranya aku tidak akan membiarkan dia mati, di
sana ada satu puncak yang paling tinggi, aku akan mencari semua
tumbuhan obat untuk menyelamatkan dia, Sen-tayhiap masalah
diantara kita, lain hari saja kita selesaikan!"
Setelah berkata, dia melangkah turun ke bawah gunung!
Sin-hiong ingin menghadangnyaa, tapi setelah dipikir lagi, tidak
ada gunanya menghadang, apalagi bisa menghambat pertolongan
buat Sun Cui-giok"
Mendadak, dia teringat Sai Hoa-to Ong Leng, di dalam hatinya
berpikir: 'Walaupun Ong Leng sangat jauh dari sini, tapi bagaimana pun
jauh lebih baik dari pada pergi ke gunung Lam-thian!'
Maka diapun melihat ke gunung di seberang, di dalam hatinya
berpikir: 'Jika aku bolak balik kesana tidak akan memakan waktu banyak,
tidak usah takut Giok-siau-long-kun bisa lari kemana.'
Setelah Sin-hiong mengambil keputusan, dia membalikan tubuh
berkata pada Yu Hoa:
"Yu-toako, aku juga harus pergi!"
Tadinya Yu Hoa ingin ikut bersama dengan Sin-hiong, karena dia
khawatir Sin-hiong sendirian tidak bisa melawan, tapi setelah
melihat kejadian tadi, pikiran dia terasa berlebihan. Tidak tahan
dengan suara sedikit kecewa berkata:
"Adik, kau pergi kemana pun di dunia, tidak ada orang yang bisa
menghinamu, tapi hati orang sulit ditebak, bagaimana pun kau
harus selalu waspada?"
Dengan sangat berterima kasih Sin-hiong menganggukan kepala,
karena keadaannya gawat, dia tidak banyak bicara, terdengar Yu
Hoa berkata lagi:
"Adik, apakah kau mau pergi ke gunung Lam-thian?"
Sin-hiong terpaksa menceritakan niatnya pergi mencari Ong
Leng, Yu Hoa berpikir sejenak, mendadak seperti ingat sesuatu dan
berkata: "Baik, cepatlah kau pergi, waktunya sangat mendesak!"
Walaupun dia berpesan begitu pada Sin-hiong, tapi di dalam hati
dia sudah ada satu keputusan, yaitu setelah Sin-hiong pergi, dia
sudah bertekad pergi ke gunung Lam-thian!
Tentu saja Sin-hiong tidak tahu pikirannya, setelah pamitan, dia
langsung melesat turun ke bawah gunung!
Saat ini sudah lewat jam tiga pagi, pikiran Sin-hiong terasa
sangat kacau, dia merasa dimana-mana dia selalu terlibat masalah,
dia merasa tidak bisa mengurus semuanya sekaligus, dia
memutuskan, begitu menemukan satu masalah dia selesaikan
masalah itu. Mengambil kesempatan masih ada dua jam hari baru terang,
setelah turun gunung dia langsung berlari terbang menelusuri jalan
raya! Ilmu meringankan tubuhnya sudah sangat hebat, begitu berlari
sudah melewati puluhan li, sekali melihat ke atas, terlihat dari
kejauhan langit sudah memutih, dia sadar hari sudah akan terang,
saat itu dia baru memperlambat langkahnya, pelan-pelan berjalan
ke depan. Ketika sedang berada di tengah jalan, tiba-tiba di atas bukit
terdengar ada beberapa orang sedang berkata-kata.
Tadinya dia tidak memperhatikan, setelah berjalan beberapa
saat, terdengar salah seorang berka ta:
"Menurut pendapatku, kita bertiga sudah cukup, tidak perlu
mengundang orang lain lagi?"
Terdengar lagi satu suara tua melanjutkan: "Bagaimana menurut
pendapat Lang-tayhiap?"
Terdengar suara dengusan sekali, berkata: "Saat aku ada di bukit
Pek-yang, aku sudah berniat bertarung dengan orang ini, hanya
karena saat itu ada urusan penting, hemm... jika tidak dunia
persilatan tidak akan sekacau ini."
Nada bicara orang ini sangat percaya diri, Sin-hiong sudah
melewati sekitar sepuluh tombak lebih, tapi setelah mendengar
orang ini menyebut bukit Pek-yang, dia jadi teringat seseorang, di
dalam hatinya berpikir apakah orang ini adalah ketua perguruan
Tiang-pek, Lang Tiong-sun"
Dia jadi ingat, belum lama ini ketika dia meninggalkan rumah
Cui-giok, dia pernah bertemu dengan orang ini di satu penginapan,
saat itu tadinya dia ingin bertarung dengannya, kemudian karena
dia harus segera pergi dulu ke Siauw-lim-si, maka tidak menggubris
dia, tidak diduga sekarang bisa bertemu dengan dia disini"
Mendengar nada bicara mereka, sepertinya akan mengeroyok
seseorang, hatinya diam-diam jadi terkejut, di dalam hatinya
berpikir: 'Orang yang bisa bersama dengan Lang Tiong-sun pasti bukan
orang biasa, tidak terpikir pesilat setinggi mereka mau mengeroyok
orang, kalau begitu orang yang dihadapi mereka pasti orang hebat'
Sin-hiong berpikir, di dunia persilatan orang yang pantas mereka
keroyok, selain ketua pulau Teratai, Thian-ho-tiauw-souw, dan Ngoki-
thian-cun, mungkin diri sendiri juga termasuk.
Begitu terpikir dirinya, tidak tahan dia jadi tergerak, di dalam
hatinya berpikir:
'Aku pernah pergi ke Siauw-lim-si dan Bu-tong-pai, orang-orang
ini kemungkinan besar mengarah kepadaku.'
Berpikir sampai disini, maka dia menghentikan langkahnya,
begitu mengawasi, dari kejauhan berlari mendekat lima bayangan
manusia! Buru-buru Sin-hiong menyelinap ke pinggir jalan, terlihat dari
lima bayangan orang itu, ada tosu, ada tokouw, ada juga orang
biasa, salah satu diantaranya sambil berlari berteriak:
"Kita sudah mencari semalaman, apa pun tidak ada, mungkin
kabar kalian dari perguruan Go-bi tidak tepat!"
Salah seorang tosu mendengus dan berkata:
"Perguruan kami sudah mengerahkan puluhan orang, apakah
kabar sekecil inipun tidak bisa dikerjakannya" hari ini dia tidak
datang, besok pasti datang!"
Seorang laki-laki berpakaian ringkas juga terlihat mendengus
dengan marah berkata:
"Mungkin saja salah!"
Diantara lima orang itu, ada dua orang tosu, kedua orang ini
begitu mendengar, mendadak menghentikan langkahnya dan
berkata marah: "Kami dari Go-bi-pai tidak perlu bekerja sama dengan kalian
Tiang-pek-pai dan Kun-lun-pai pun kami bisa mengalahkan Kim-kaukiam-
khek, kalau tidak percaya, kalian bertiga boleh tunggu
kabarnya!"
Tiga orang lainnya juga tidak mau kalah, salah seorang tokouw
ikut mendengus lalu berkata:
"Kami orang-orang dari Kun-lun-pai jauh-jauh datang kesini,
Pendekar Setia 4 Pendekar Kembar Karya Gan K L Pendekar Bayangan Setan 3
^