Pencarian

Anak Harimau 13

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 13


dengan wajah gusar,
"Sudah hampir belasan tahun lamanya dari Lim lo pah kalian tak pernah memasuki telaga Phoa yang oh, kali ini mengapa secara tiba-tiba melakukan penyerbuan secara
besar besaran?"
"Apa yang menyebabkan kami sampai di sini hamba
kurang begitu jelas .," sahut lelaki itu sambil mengeluh,
http://kangzusi.com/
"tapi kami sudah membuat surat tantangan perak untuk pihak Wi-lim-poo"
"Bagaimana kemudian?" tanya Hu-yong siancu lebih jauh sambil menarik muka.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Dari pihak Wi-lim-poo ternyata tidak memberikan
gerakan apapun, reaksi sedikitpun tak ada "
Hu-yong siancu segera berkerut kening, lalu memandang
sekejap ke arah Lan See giok yang sedang termangu dengan pandangan tak mengerti, mereka berdua sama-sama tidak
mengerti apa sebabnya pihak Wi-lim-poo tidak mengirim
kapal perangnya untuk menyambut tantangan tersebut.".
Yang paling diperhatikan oleh Lan See giok adalah jejak
dari setan bengis bermata tunggal Toan Ki-tin, dengan suara dalam kembali dia menegur.
"Apakah pemimpin kalian juga turut serta dalam
penyerbuan kali ini?"
Lelaki kekar itu mengangguk dengan penuh penderitaan.
Mengetahui hal tersebut timbul napsu membunuh dalam
hati Lin See-giok, dia segera mengangkat kepalanya sambil memandang kapal komandan yang berada di kejauhan
sana, Tapi dengan cepat dia tertawa dingin sambil berkata
kembali. "Jika mereka datang kemari, hal ini memang jauh lebih baik lagi , . . "
Hu-yong siancu, Si Cay soat serta Ciu siau cian yang
mendengar perkataan tersebut sama-sama mendongakkan
kepalanya ternyata terdapat puluhan buah kapal besar yang terbagi dalam dua rombongan membentuk sebuah lingkaran
http://kangzusi.com/
mengepung yang melindungi sebuah kapal besar di
tengahnya yang bergerak maju menghampiri mereka.
Suasana di atas kapa1 besar tadi terang benderang
bermandikan cahaya. bahkan di atas geladak sama sekali
tak terlihat sesosok bayangan manusia pun.
Hu-yong Siancu segera berbisik kepada Lan See giok,
"Anak Giok. kapal yang berada ditengah itu merupakan kapal komando, setelah mendekat nanti, kau boleh
langsung menantang perang kepada Toa Ki tin pada perahu
tersebut."
Lan See giok menutup mulutnya rapat-rapat sambil
menggigit bibir, ia mengangguk berulang kali mengiakan,
memang tak pernah disangka olehnya bahwa malam ini
dendam kesumatnya bisa dituntut balas.
Kapal komando itu semakin melambat gerakannya
dimana akhirnya berhenti hanya lima kaki dari kapal besar dimana Lan See giok sekalian berada sekarang. sementara
puluhan buah kapal yang berada di kedua belah sisinya
langsung melakukan pengepungan dari empat penjuru.
Saat itulah, dari atas sederet kapal besar yang
menghadap ke utara muncul dua buah kapal dengan
lambang yang sama yakni pada ujung kapal terdapat sebuah kepala setan besar, sedangkan panji yang berkibar pada
masing-masing tiang besi warna hitam dan kuning.
Di atas kapal berpanji hitam tampak berdiri puluhan
orang lelaki kekar berpakaian ringkas warna hitam, diantara mereka berdiri angkuh seorang lelaki kasar berkepala singa, mata besar. hidung samsi dengan perut yang membuncit.
Orang itu penuh bercambang, bulu dadanya yang hitam
pekat memenuhi dadanya bagaikan sikat, senjatanya adalah sebuah tongkat baja yang kelihatannya berbobot ratusan
http://kangzusi.com/
kati, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa dia adalah seorang manusia yang berkekuatan raksasa.
Sebaliknya di atas kapal berpanji kuning itu berdiri
puluhan lelaki kekar berpakaian ringkas warna kuning.
diantara mereka, nampak seorang lelaki setengah umur
berwajah pucat, kurus kering berbaju ringkas warna kuning yang membawa senjata tombak berantai.
Orang ini mempunyai bentuk muka yang licik, busuk
dengan sepasang mata yang liar, bibirnya tipis lagi lebar dengan berapa lembar kumis menghiasi atas bibirnya, dari kejauhan orang akan bingung untuk menduga ia sedang
membuka matanya atau sedang memejamkan sepasang
matanya, Lan See-giok kecewa sekali, ternyata di atas kedua buah
kapal tersebut sama sekali tidak ditemukan si iblis bengis bermata tunggal Toan Ki tin, ia mengerti bahwa dua orang yang tampak olehnya adalah pemimpin dari ke dua macam
panji tersebut.
Agaknya Hu-yong siancu dapat menebak isi hati Lan See
giok, dia segera memperingatkan.
"Setelah kaki tangannya digebuk, masa pentolannya tak akan munculkan diri" Anak Giok: kau tak usah gelisah
lantaran peristiwa tersebut!"
Lan See-giok mengangguk sambil mengiakan berulang
kali, sorot matanya kembali dialihkan ke arah kedua kapal tersebut, waktu itu ia saksikan si lelaki baju hitam bersenjata toya raksasa tersebut sedang berunding dengan si lelaki
kurus berwajah pucat.
Menyusul kemudian tampak lelaki berbaju hitam itu
manggut-manggut. lalu mengalihkan sorot matanya sambil
menegur dengan suara dalam.
http://kangzusi.com/
"Perbuatan kalian menyerang kapal perang kami sambil melukai orang betul-betul merupakan perbuatan yang amat
berani dan terkutuk, kalau memang ada urusan hendak
menjumpai pemimpin kami, sepantasnya bila kalian
sodorkan kartu nama.."
Lan See-giok sama sekali tak berminat untuk mendengarkan obrolannya, sebelum lawan menyelesaikan
kata katanya, ia telah membentak dengan suara menggeledek. "Lebih baik tutup saja bacot baumu itu dan segera
undang Toan Ki tin agar berbicara denganku, kalau tidak
jangan salahkan bila aku berhati kejam dengan membantai
kalian semua!"
Lelaki berbaju hitam itu kontan saja tertawa terbahak
bahak, kemudian jengeknya sinis:
"Hmm, kau benar-benar seorang bocah cecunguk yang
tak tahu diri, biar toaya kasih pelajaran dulu kepadamu."
Tubuhnya yang berat bebal macam babi bunting itu
langsung melompat ke tengah geladak,
Jangan dilihat badannya yang gembrot macam babi
bunting itu, ternyata lompatannya tidak menimbulkan
sedikit suarapun.
Berkerut kening Lan See-giok setelah menyaksikan
kejadian ini, tampaknya dia tak menyangka kalau Ho Hai-
him memiliki ilmu meringankan tubuh yang begitu
sempurna. Sesudah melompat ke muka, Ho Hai-him segera melotot
besar, kemudian sambil menuding teriaknya,
http://kangzusi.com/
"Bocah terkutuk, ayo maju untuk mampus, jangan harap kau bisa bertemu dengan pemimpin kami dalam
kehidupanmu kali ini"
Belum lagi ucapan tersebut selesai diutarakan. Siau cian dan Cay soat sama-sama sudah membentak keras, tubuh
mereka melompat ke muka, dua titik cahaya perak langsung menyambar ke tengah geladak,
Dalam pada itu puluhan buah kapal perang sudah
mengurung sekitar kapal tersebut, beratus buah lentera yang memancarkan sinar terang membuat suasana di sekitar situ terang benderang bermandikan cahaya..
Melihat kehadiran Siau cian dan Cay soat, sekali lagi Ho Hai him tertawa tergelak, serunya kemudian dengan
nyaring: "Waah . . . malam ini aku Ho hui him memang lagi
ketiban rejeki, masa ada dua bidadari cantik mau menemani ku..hmmmn. biar malam ini aku mesti mampus pun. aku
Ho Hui him akan mampus dengan mata meram!"
Kembali ia tertawa tergelak
Merah jengah selembar wajah Siau cian serta Cay soat,
mereka semakin gusar.
Siau cian yang cekatan sekali lagi membentak keras,
sebuah tusukan langsung ditusukkan ke tubuh Ho Hai him.
Cay soat tak mau ketinggalan, diiringi bentakan kaki dia maju pula melepaskan serangan kilat.
Dalam sekilas pandangan saja, Ho Hai him sudah tahu
kalau senjata yang dipergunakan Siau cian adalah sebilah pedang mestika namun ia tak gentar karena dalam
anggapannya senjata yang ia gunakan lebih berat dari
lawan. http://kangzusi.com/
Maka disaat pedang Siau cian menusuk tubuhnya, ia
membentak keras, dengan jurus Teng hay sin ciam (jarum
sakti penenang lautan) toyanya menyodok ke atas pedang
Gwat hui kiam lawan.
Tentu saja Siau cian tak ingin beradu senjata dengan
musuh, cepat ia memutar pergelangan tangannya dan balik
menusuk ke dua bahu lawan . . .
Agaknya Ho Hui him tidak menyangka kalau pedang
Siau cian bisa bergerak begitu cepat dan enteng, ia terkejut.
Buru-buru tubuhnya berkelebat ke samping, kemudian
sambil membentak toya nya disodokkan ke atas tubuh
pedang nona itu. Siau cian ada maksud untuk menunjukkan
sedikit kebolehannya di depan kekasihnya, ditambah lagi
ejekan Hui him yang membuatnya malu ini semua
membuat hawa napsu membunuh dengan cepat menyelimuti perasaannya.
Ketika dilihatnya Ho Hui him maju sambil menyodokkan toyanya. ia tidak mundur sebaliknya sambil
maju ke muka. kepalanya ditundukkan mengiringi
bungkukkan badan, toya lawan serta merta menyambar
lewat dari atas punggungnya .
Cay soat dan Lan See giok amat terkesiap menyaksikan
kejadian ini, hampir saja mereka menjerit kaget saking
ngerinya, Tiba-tiba Siau cian maju sambil menegakkan kembali
tubuhnya, begitu toya lawan sudah menyambar lewat.
Pedang Gwat hui kiam diputar kencang memainkan
jurus Ku siu boan keng (pohon kering akar melingkar),
cahaya pedang berkelebat lewat menyusul kemudian
berkumandang suara jeritan ngeri yang memilukan hati.
http://kangzusi.com/
Tubuh Ho Hui-him yang tinggi besar terpaksa kutung
menjadi dua bagian, darah segar memancar kemana mana
dan isi perut nya berhamburan memenuhi lantai, sementara toya raksasanya yang mencapai berapa ratus kati itu
tercebur ke dalam sungai hingga menimbulkan percikan air yang tinggi . .
Sedangkan paras muka Siau cian pucat pias seperti
mayat, bibirnya gemetar keras. disaat cahaya pedangnya
menyambar lewat tadi, tubuhnya telah melayang kembali
ke hadapan Cay soat.
Dalam pada itu, suasana di atas telaga tersebut hanya
diramaikan oleh suara jeritan ngeri yang memilukan hati
tadi, kecuali itu tak kedengaran sedikit suara pun.
Rupanya beratus ratus jago yang berada di atas puluhan
buah kapal perang itu telah dibikin tertegun saking
kagetnya. Lelaki setengah umur berbaju kuning yang selama ini
berdiri di ujung perahu berpanji kuning tanpa menimbulkan reaksipun, kini dibikin ketakutan sehingga sekujur
badannya gemetar keras. sepasang mata yang semula,
menyipit pun kini terbelalak lebar.
Hu-yong siancu juga berkerut kening sambil merasa
sangat keheranan, ia tak tahu apa sebabnya Siau cian
sampai melakukan pembunuhan tersebut" Padahal dia tahu
putrinya merupakan seorang gadis yang berperasaan sangat halus.
Berbeda sekali dengan Lan See giok yang sedang
dipengaruhi oleh rasa dendam yang berkobar. dia
menganggap Ho hui him yang cabul dari jahat itu sudah
sepantasnya peroleh ganjaran yang setimpal.
http://kangzusi.com/
Suasana di sekitar situ menjadi sangat hening, tak
kedengaran sedikit suara pun.
Cay soat tak ingin ketinggalan, setelah melihat Siau cian berhasil membantai Ho Hui him dalam satu gebrakan saja,
sekalipun dilakukan sambil menyerempet bahaya tapi hasil yang diperoleh sungguh di luar dugaan.
Sebagai gadis yang mempunyai watak ingin menang,
sudah barang tentu ia tak mau berdiam diri saja.
Sambil menjejakkan kakinya dia melompat ke tengah
ge1adak. dengan pedang terlintang ditangan kanan. ia
menuding lelaki setengah umur berbaju kuning itu sambil
membentak. "Aku lihat tampangmu mirip sekali dengan manusia
cecunguk, ayo kemari saja untuk menerima kematian pula!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, Hu-yong siancu tak
sanggup menahan diri lagi, dia menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil tertawa geli.
Sementara itu, lelaki setengah umur berbaju kuning itu
sudah dibuat ketakutan setengah mati, sorot wataknya.
Memancarkan sinar gelisah, pipinya kelihatan gemetar,
biarpun pandangannya tertuju ke arah Cay soat namun
mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Suasana gaduh dengan cepat meliputi segenap jago yang
berada di atas kapal-kapal perang, nampaknya semua orang merasa tak puas atas jiwa kepengecutan lelaki tersebut.
Lelaki setengah umur itu sendiri meski mengerti bahwa
perbuatannya ini sangat memalukan, tapi setelah menyaksikan mayat-mayat yang bergelimpangan di atas
geladak, tegakah dia untuk berbuat nekad"
http://kangzusi.com/
Bagaimanapun jua dia adalah seorang komandan dari
suatu pasukan besar, dalam hati kecilnya diapun ingin turun ke arena sambil mendemonstrasikan kehebatannya, tapi ..
Ia pun sadar bahwa kepandaian silat yang dimiliki gadis
itu kelewat hebat, yang pasti bukan tandingannya, dalam
menghadapi masalah yang mempertaruhkan keselamatan
jiwanya ini, jelas dia tak ingin bertindak kelewat gegabah.
Dalam pada itu, Cay-soat semakin naik darah karena
tidak memperoleh tanggapan dari lawan, sekali lagi
hardiknya dengan penuh amarah yang meluap.
"Hei, aku suruh kau kemari untuk menerima kematian, sudah kau dengar belum teriakanku ini?"


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara berbicara, pedangnya dialihkan ke tangan
kiri, sedang tangan kanannya diayunkan ke depan
melepaskan sebatang senjata garpu ke muka.
Sekilas cahaya tajam secepat sambaran petir langsung
menyerang tubuh lelaki setengah umur itu.
Semenjak tadi lelaki setengah umur itu memang sudah
mengawasi gerak gerik Cay soat tanpa berkedip, karena itu, disaat cahaya tajam menyerang ke arahnya, cepat-cepat dia berkelit pula ke samping ..
Akibatnya berapa puluh orang lelaki kekar yang berdiri
di belakangnya menjadi gaduh dan kalut.
Di mana cahaya tajam berkelebat lewat, berkumandang
jeritan kaget yang amat keras. Ternyata senjata garpu itu sudah menembusi telinga seorang lelaki kekar lalu
meluncur ke muka dan akhirnya menancap di atas tiang
layar perahu. http://kangzusi.com/
Pada saat inilah. dari telaga sebelah utara tiba-tiba
berkumandang datang suara genta yang dibunyikan bertalu
talu. Begitu suara genta dibunyikan, serentak semua jago yang
berada di atas puluhan buah kapal perang itu memperdengarkan tempik sorak yang gegap gempita.
Lelaki setengah umur itupun merasakan semangatnya
berkobar kembali, dia mulai menggosok kepalannya dan
sambil menggertak gigi siap melompat masuk ke arena.
Dengan cepat Lan See-giok berpaling ke depan, ia
saksikan sesudah perahu besar yang penuh dihiasi lentera merah sedang bergerak mendekat, kapal ini berbeda sekali dengan bentuk perahu lainnya, bahkan lebih mirip dengan
sebuah kapal perang milik kerajaan.
"Mungkin Toan-Ki tin yang datang" seru Hu-yong siancu kemudian agak emosi.
Lan See-giok segera mengepal sepasang tinjunya yang
mulai berkeringat. dia ingin sekali kapal besar itu tiba dihadapannya da1am waktu singkat.
Tapi tak selang berapa saat kemudian, pemuda itu sudah
mengeluh kembali dengan kecewa.
"Aaah, lagi-lagi bajingan tua Toan tak berada di atas kapal itu .."
Ketajaman mata Hu-yong siancu sedikit di bawah Lan
See giok, maka ia baru bisa melihat dengan jelas orang yang berada di atas perahu itu berapa saat kemudian, tiba-tiba wajahnya berubah hebat setelah melihat jelas siapa
gerangan orang tersebut. hatinya menjadi amat pedih
sehingga sekujur tubuhnya gemetar keras.
http://kangzusi.com/
Menyusul kemudian dengan air mata bercucuran ia
berseru sambil menggertak gigi,
"Dia .. aah. rupanya dia .."
Dengan perasaan tertegun Lan See giok berpaling, tapi ia segera dibikin terperanjat.
Paras muka bibinya telah berubah menjadi pucat pasi, air mata membasahi pipinya, dengan perasaan terkejut ia lantas berseru. . "Bibi."
Namun Hu-yong siancu seolah-olah tidak mendengar
lagi seruannya itu, ia masih saja mengawasi orang yang
berada di atas perahu bendera merah itu tanpa berkedip,
sedang mulutnya tetap berguman terus dengan suara
gemetar. "..ternyata benar-benar bajingan cabul itu..Pek In hong.."
Waktu itu agaknya Cay-soat dan Siau cian juga telah
me1ihat keanehan perempuan tersebut, serentak mereka
melompat kembali ke sisinya dan mengawasi Hu-yong
siancu dengan perasaan penuh kekuatiran
Dengan cepat Lan See giok dapat menyimpulkan bahwa
orang yang berada di atas perahu berlentera merah itu
sudah pasti ada hubungannya dengan perubahan aneh bibi
nya, sebab itu dia mengawasi perahu tadi dengan lebih
seksama. Setelah perahu itu semakin mendekat Cay soat dan Siau-
cian dapat melihat dengan lebih jelas lagi, ternyata orang yang berdiri di ujung geladak perahu itu adalah seorang
lelaki setengah umur yang berwajah tampan.
Orang itu mengenakan kopiah perak dengan jubah yang
amat halus, wajahnya tampan dan gagah, jenggot hitam
http://kangzusi.com/
menghiasi sepanjang dada, sebilah pedang tersoren di
pinggangnya. Satu satunya kejelekan yang dimiliki orang itu adalah
kulit wajahnya yang pucat tanpa warna darah sehingga ia
kelihatan kurang sreg dihati.
Hanya di dalam sekilas pandangan saja, Siau cian dan
Cay-soat sudah menduga bahwa orang ini pastilah seorang
manusia bergajul yang paling cabul dan paling berbahaya.
Akhirnya kapal berlentera merah itu berhenti, lelaki
berbaju perlente itu memandang sekejap mayat-mayat yang
tergeletak di atas geladak dengan penuh amarah, kemudian berpaling kearah lelaki setengah umur tadi dan agaknya
sedang mengumpatnya.
Lan See giok menggunakan kesempatan itu segera
berbisik kepada Hu-yong siancu:
"Bibi, kalau toh orang itu sangat jahat. biar Giok ji ke situ untuk membekuknya kemudian biar bibi yang
menjatuhi hukuman kepadanya .. ..
Belum selesai ia berkata, Cay-soat telah menimbrung
pula. "Biar aku saja yang pergi membekuknya.. "
"Jangan" Hu-yong siancu segera mencegah, bajingan ini mempunyai dosa yang amat besar dia telah menghancurkan
kebahagian hidupku yang terindah, aku bersumpah hendak
mencincang tubuh bajingan ini sampai hancur lumat,
dengan begitu dendamku baru dapat terlampiaskan . ."
Selesai berkata ia menyeka air matanya, kemudian
dengan jurus burung hong hinggap diranting, ia meluncur
ke arah perahu tersebut.
http://kangzusi.com/
Lan See giok, Siau cian dan Cay soat tak berani
membangkang perintah Hu-yong siancu, karenanya mereka
bertiga hanya bisa berdiri di tempat sambil bersiap dalam menghadapi segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dengan langkah yang ringan Hu-yong siancu turun di
depan lelaki tadi, setelah meloloskan pedang Hu-yong
kiam, dia menuding lelaki berbaju perlente sambil
membentak. "PEK IN-HONG, bajingan cabul yang tak tahu malu,
ayo cepat menerima kematianmu aku Han Sin-wan sudah
sembilan belas tahun menantikan kesempatan seperti hari
ini untuk membunuhmu, sungguh tak nyana Thian telah
mengabulkan keinginanku ini dengan membiarkan kita
bersua di sini, bajingan terkutuk, cepat serahkan jiwa
anjingmu!"
Mula-mula lelaki berbaju perlente itu nampak tertegun,
tapi setelah melihat jelas paras muka lawannya, air
mukanya kontan beruban.
Tapi hanya sebentar saja, dengan cepat ia berhasil
menguasai kembali perasaannya bahkan tertawa terbahak.
bahak. "Haaahhh.. haaahhh. haaahhh.. kukira siapa yang begitu berani mendatangi kami dengan sebuah sampan kecil, Eeeh
tak tahu nya adalah perempuan paling cantik dari dunia
persilatan, Hu-yong siancu Han- Sin -wan yang terkenal
dimasa lalu!"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, seruan kaget kembali
berkumandang dari atas kapal-kapal perang itu, beratus
pasang sinar mata pun serentak dialihkan bersama ke wajah Hu-yong siancu.
http://kangzusi.com/
Sinar mata itu penuh diliputi perasaan bimbang den
tercengang, seandainya perkataan ini bukan diucapkan oleh tongcu bagian hukuman perkumpulan mereka sendiri
niscaya tak ada yang percaya kalau nyonya muda yang
cantik jelita itu tak lain adalah Hu-yong siancu yang sudah mulai tersohor semenjak dua puluhan tahun berselang.
Dengan sorot mata berkilat bagaikan sinar pedang, sekali lagi Hu-yong siancu membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, tak usah banyak berbicara lagi, segera kau serahkan jiwa anjingmu!"
Biarpun tenang di luar, sesungguhnya Pek In hong ngeri
di dalam hati, biar begitu ia toh memaksakan diri juga
untuk tertawa terbahak bahak sambil mengejek.
"Han Sin Wan kau jangan lupa, tempo hari aku Pek In hong Cuma datang terlambat selangkah ketimbang Ciu Ki
san, kalau tidak saat inipun kita sama saja merupakan
sepasang suami istri yang berbahagia-haaahhh- haaahhh"
Merah padam selembar wajah Hu-yong siancu, saking
gusarnya dia segera membentak keras.
"Bajingan tengik yang tak tahu malu, serahkan jiwa
badakmu!" Lan See giok turut merasa naik darah karena kecabulan
musuhnya itu, diam-diam ia menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan kanan dan siap melepaskan sebuah
sentilan maut- -
Untung Siau cian bermata jeli, dengan cepat dia
cengkeram lengan kanan pemuda itu sambil mencegah.
"Bila kau berbuat begini, betul Pek In hong bakal
mampus, tapi belum bisa menebus semua dosanya, biarlah
http://kangzusi.com/
ibuku yang menjagal bajingan keparat ini sehingga ibu tak akan menyesal lagi di kemudian hari"
Lan See giok segera menyadari kesalahannya, hingga dia
mengangguk berulang kali.
Menggunakan kesempatan tersebut bisiknya kepada
nona itu. "Enci Cian, siapa sih Ciu Ki san yang di maksudkan oleh Pek In hong itu . . . ?"
"Dia adalah ayahku . , ." sahut Siau cian sedih.
Mendadak dari atas perahu sebelah depan kedengaran
Hu-yong siancu membentak lagi.
"Pek In hong, kejahatanmu sudah bertumpuk-tumpuk,
lebih baik serahkan saja batok kepala anjingmu. dari pada membiarkan orang lain yang tak bersalah menjadi setan
pengganti nyawamu".
Tatkala semua orang berpaling lagi ke muka, terlihat Pek In hong sedang memberi perintah kepada lelaki setengah
umur berbaju kuning itu agar turun lebih dulu ke arena
untuk bertarung melawan Hu-yong siancu.
Lelaki setengah umur berbaju kuning itu tak berani
melanggar perintah dari Pek In hong. meski ia tahu berbuat demikian sama artinya dengan mencari kematian. toh mau
tak mau terpaksa ia mesti maju juga ke dalam arena.
Cay soat tidak ambil diam, sudah lama ia menunggu
kesempatan untuk mendemonstrasikan kebolehannya,
serentak bentaknya keras.
"Bibi. silahkan mundur, biar Soat ji yang menghabisi nyawa bajingan ini!"
Sambil berkata tubuhnya sudah melejit setinggi beberapa
kaki dan langsung menerjang ke muka.
http://kangzusi.com/
Sebenarnya tujuan Pek In hong memerintahkan si setan
gantung kuning Ciang In sian maju ke arena adalah
mencoba dulu kemampuan yang dimiliki Hu-yong siancu,
dengan mengetahui data kemampuan lawan niscaya ia bisa
membuat perhitungan dalam pertarungannya nanti.
Siapa tahu seorang gadis berbaju merah telah
menghadang niatnya itu, hal tersebut membuatnya
mendongkol sekali.
Sementara itu Cay soat sudah mencapai ke tengah arena
persis disaat musuhnya si setan gantung kuning baru
mencapai arena kontan saja ia membentak sambil
menerjang ke depan, pedang Jit hoa kiam nya langsung
ditusukkan ke dada lawan.
Setan gantung kuning cukup licik dan jahat, tapi ia tak
menyangka kalau gadis itu akan menusuknya sebelum dia
berhasil berdiri tegak, dalam keadaan begini, ia menjadi nekad.
Sambil membentak keras cambuk berantainya membuat
satu lingkaran bunga untuk melindungi badan, kemudian
tubuh berikut senjata bersama - sama menggulung nona
tersebut. Pertarungan macam ini pada hakekatnya merupakan
suatu pertarungan beradu jiwa melihat hal ini Hu-yong
siancu segera menjerit kaget.
"Hati- hati anak soat!"
Pek In-hong sendiri malah segera mengejek sambil
tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh..Haaahhh.haaahhh Ciang In-sian, dalam
keadaan seperti ini pun kau masih ditemani mati oleh
seorang gadis yang begitu cantik, aku lihat kau sudah
sepantasnya merasa puas."
http://kangzusi.com/
Kemudian sekali lagi ia tertawa terbahak bahak.
Agaknya Cay soat hendak meniru cara Siau cian tadi
yang mana mencari kemenangan dengan menyerempet
bahaya. Tiba-tiba nona itu membentak keras. tubuhnya melejit
setinggi satu kaki pinggangnya berputar dan kakinya
berubah jadi di atas, sementara hawa murninya disalurkan ke dalam tubuh pedang.
Cahaya tajam segera memancar berapa depa lebih
panjang dari pedang Jit boa kiam itu sendiri,
"Bajingan tengik. serahkan nyawamu .." bentaknya lagi dengan suara keras.
Pedangnya secepat kilat meluncur ke bawah menembusi
bayangan, cambuk lawan yang membukit.
Percikan bunga api segera memancar ke empat penjuru
menyusul bergemanya suara dentingan keras, jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema pula menyusul kemudian
darah memercik ke empat penjuru.
Batok kepala si setan gantung kuning telah tersambar
pedang lawan sehingga terlepas dari tubuhnya dan
menggelinding sejauh berapa kaki, tak ampun habis sudah
riwayat si setan gantung kuning.
Cay soat gembira sekali atas keberhasilan serangannya
itu. menggunakan kesempatan disaat tenaga murninya
belum habis, dia berputar satu lingkaran di tengah udara lalu melayang kembali ke samping bibinya .
Kini, Pek In hong berdiri tertegun, begitu pula dengan
segenap jago yang berada di puluhan buah kapal perang itu.
Di tengah keheningan yang kemudian mencekam
seluruh jagad. tiba-tiba Hu-yong siancu membentak lagi.
http://kangzusi.com/
"Bajingan cabul nyawamu begitu kecil, jiwamu begitu pengecut, tidakkah kau kuatir ditertawakan oleh semua
anak buahmu?"
Di hari-hari biasa Pek In hong selalu di sanjung dan
dihormati orang sebagai pemimpin yang disegani. tak heran kalau ejekan mana sangat menyakitkan hatinya.
Keningnya kontan saja berkerut, lalu dengan penuh
amarah bentaknya keras- keras
"Budak rendah Han Sin wan, kau anggap aku Pak In
hong benar-benar takut kepadamu" Berulang kali kau
memanasi hatiku, kau anggap aku tak bisa melupakan
hubungan mesra kita dimasa lampau."
Perkataan ini semakin membuat gusarnya Hu-yong
siancu. sekujur tubuhnya sampai gemetar keras karena
marahnya, ia menghardik keras:
"Tutup bacotmu yang bau, bajingan tengik"
Semakin marah Hu-yong siancu, semakin gembira Pek in
hong, kembali ia mendongak kan kepala sambil tertawa
terbahak-bahak:
"Haaahhh. haaahhh- haaahhh. Han Sin wan apabila aku takut
kepadamu, sejak


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi sudah kabur dengan
menceburkan diri ke dalam air, biarpun kau akan maju
bersama sama kedua orang gadis berbaju merah itu, aku
Pak Im hong tak bakal menjadi jeri."
Hu-yong siancu sangat membenci kepada Pak Im hong,
dia tak berani mendekatinya, maka kepada Si Cay soat yang berada di sisinya dia berseru cemas:
"Soat-ji, mundurlah kau dari sini!"
Merasa dipanggil sebagai "Soat-ji" Si Cay soat menjadi girang setengah mati, karena nya satu ingatan segera
http://kangzusi.com/
melintas di dalam benaknya, dia kuatir Hu-yong siancu
yang gusar kelewat batas malah kurang waspada dalam
pertarungan nanti, maka dengan penuh rasa kuatir bisiknya:
"Bibi. kau harus berhati , hati, jangan sampai terkena tipu muslihat bajingan tersebut!"
Selesai berkata dia baru melompat kembali ke sisi tubuh
See giok dan Siau cian.
Melihat Si Cay soat sudah mengundurkan diri. Hu-yong
siancu baru berteriak lagi dengan suara keras.
"Kini nona Si sudah mengundurkan diri, bajingan tengik, apa lagi yang hendak kau katakan sekarang?"
Ketika Pek Im hong melihat Si Cay soat telah kembali ke
perahu besar, dia menjadi lebih lega, sambil mendongakkan kepala nya dan tertawa terbahak bahak serunya.
"Budak sialan, berdiri yang baik, aku orang she Pek segera datang !"
Bersamaan dengan selesainya perkataan itu. tubuhnya
segera melejit ke tengah udara, diantara ujung baju yang berkibar terhembus angin, dengan jurus "naga perak masuk samudra" ia melayang turun di atas geladak perahu itu.
Tempik sorak yang gegap gempita kembali berkumandang dari puluhan perahu besar yang mengelilingi tempat itu.
Setelah berdiri tegak di geladak, Pek Im hong pun
meloloskan sebilah pedang dari pinggangnya, kemudian
sambil menengok ke arah Hu-yong siancu yang bermuka
hijau membesi, dia berseru sambil tertawa seram.
"Aku tahu, Pedang Hu-yong merupakan sebilah pedang
mestika yang tajam sekali, tapi pedangku ini, tak akan kalah tajamnya daripada pedangmu!"
http://kangzusi.com/
Dalam keadaan begini, kalau bisa Hu-yong siancu ingin
mengayunkan pedangnya dan membacok bajingan itu
sampai mampus, maka tanpa berpikir panjang dia
menyahut. "Aku bertekad tak akan menggunakan pedangku ini
untuk mengutungi senjatamu!"
Pek Im hong berlagak seperti tidak percaya. sambil
tertawa tergelak kembali jengeknya. "Bagaimana kalau pedangku terpapas kutung oleh senjatamu itu ..?"
"Aku Han Sin wan tentu akan menggorok leherku
sendiri." jawab. Hu-yong siancu dengan alis mata
berkernyit. Lan See giok yang ikut mendengarkan pembicaraan
tersebut, kontan saja mendepak depakkan kakinya berulang kali seraya berseru:
"Aai. bibi terjebak juga oleh perangkap licik bajingan tengik itu, dengan demikian biarpun bibi mempunyai
pedang yang tajam, ia malah dibatasi sekali ruang
geraknya!"
Belum habis dia berguman. Pek Im hong dengan kening
berkerut telah berteriak gembira, pedangnya segera diayun sambil tubuhnya menubruk ke muka. dengan jurus
"menguakkan rumput mencari ular" dia babat pinggang Hu-yong-siancu
Melihat kejadian ini, Hu-yong siancu baru tahu bahwa
dirinya tertipu. andaikata ia tidak terlanjur mengucapkan kata - kata tadi, niscaya dia mampu mendesak mundur
pedang bajingan tersebut dengan jurus "jarum emas
penenang samudra" kemudian dengan melepaskan serangan
"Ular putih memperlihatkan lidah", ia akan bisa menyelesaikan nyawa si bajingan tersebut.
http://kangzusi.com/
Kini sambil membentak keras terpaksa ia mesti
menyingkir ke samping, kemudian dengan jurus "Menyingkap liu memetik bunga" menutuk wajah musuh, Pek Im-hong amat gembira melihat kejadian ini, biarpun
sudah banyak tahun ia tak bersua dengan musuhnya ini,
ternyata kepesatan ilmu pedang yang dicapai perempuan itu belum mencapai apa yang dibayangkan semula.
Berpendapat begini semangatnya. segera berkobar, secara
beruntun ia lancarkan tiga buah serangan berantai.
Hu-yong siancu sendiri tetap tidak memandang sebelah
matapun terhadap musuhnya, kendatipun ruang geraknya
sudah di batasi sekali, dia membentak keras kemudian
berkelit ke samping, setelah itu serangkaian serangan gencar mendesak Pak Im-hong harus mundur ke belakang.
Pada saat itulah ..
Serentetan suara tambur yang keras berkumandang
datang dari arah utara, suaranya keras dan sangat
memekikkan telinga.
Menyusul suara tambur tersebut, seluruh permukaan
telaga diramaikan oleh suara teriakan yang begitu keras
hingga membumbung ke angkasa.
Lan See giok, Si Cay soat dan siau Cian serentak
berpaling, ternyata di luar kepungan puluhan perahu itu
kembali muncul puluhan buah perahu besar lagi.
Sedangkan suara tambur yang keras berasal dari atas
sebuah perahu besar, dimana suasana terang benderang
bermandikan cahaya, dari jauh memandang perahu itu
nampak sangat megah dan mewah, persis seperti perahu
seorang pembesar.
http://kangzusi.com/
Berkilat sepasang mata Lan See giok, sebab melihat
perahu itu, hatinya berdebar dan bibirnya terkatup kencang, dia yakin musuh besar pembunuh ayahnya Toan Ki tin
pasti akan munculkan diri-
Sementara itu dipihak lain Pek-Im-hong sedang
membentak keras sambil melompat mundur dari arena
pertarungan, kemudian teriaknya lantang.
"Pemimpin kami telah datang, jika ada urusan boleh
dibicarakan langsung dengan pemimpin kami"
"Kedatanganku malam ini adalah untuk mencarimu,
urusan ini sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan
Toan Ki-tin!" jawab Hu-yong siancu amat gusar.
Mendengar jawaban ini Pak Im-hong terkesiap, ia sudah
semakin merasa kalau permainan pedang Hu-yong siancu
makin lama semakin bertambah hebat, biarpun cuma tiga
jurus serangan namun mampu mendesak nya sampai
kalang kabut, ia sadar bila pertarungan ini berlangsung lebih lanjut niscaya selembar jiwanya akan terancam bahaya
maut.". Mendengar kalau kehadiran, pemimpin mereka sama
sekali tak ada hubungan nya dengan Hu-yong siancu,
bajingan ini menjadi semakin ketakutan, tanpa terasa dia melirik sekejap ke arah permukaan air yang berada di
belakang perahu.
Melihat sikap lawan, sambil tertawa dingin Hu-yong
siancu segera mengejek:
"Pek In hong, apakah kau ingin melangsungkan
pertarungan di dalam air?"
Pak Im-hong cukup mengerti, sepasang pahlawan dalam
air yang selama ini merajai dua telaga pun masih bukan
tandingan Hu-yong siancu di air, maka jika dia berharap
http://kangzusi.com/
dapat meraih kemenangan dalam air, tindakan mana tak
lebih hanya tindakan untuk mencari kematian bagi diri
sendiri. Maka dia pun melirik sekejap kearah perahu mewah
yang bergerak semakin mendekat itu, tiba-tiba ia menjadi nekad dan memutuskan untuk beradu jiwa saja, siapa tahu
dengan perbuatan nekadnya ini, jiwanya bisa diperpanjang hingga tibanya pemimpin mereka"
Berpikir sampai di situ, diapun membentak keras sambil
menerjang lagi kearah Hu-yong siancu, pergelangan tangan kanannya di putar kencang, secara beruntun dia lancarkan tiga buah serangan yang mengancam alis mata, lutut dan
pusar lawan. Menjumpai musuhnya sudah menyerang secara nekad.
Hu-yong siancu kuatir kehadiran Toan Ki tin nanti malah
akan mengganggu pertarungannya maka satu ingatan
melintas pula di dalam benaknya.
Diiringi suara bentakan nyaring, tubuh nya berputar
secepat kilat lalu maju ke muka bagaikan segulung asap,
dalam berapa kali kelebatan saja pedangnya memancarkan
cahaya tajam yang berkilauan bagaikan seekor naga sakti
langsung menggulung ke tubuh Pek In-hong,
Terkesiap sekali Pek In-hong menghadapi serangan
tersebut, saking kagetnya ia sampai berteriak-teriak keras, pedangnya di putar semrawut untuk menyelamatkan diri, ia berharap pedang itu dapat dikutungi oleh musuh, dengan
begini ia pasti punya alasan untuk mendesak Hu-yong
siancu agar bunuh diri.
Berhasil dengan serangannya. Hu-yong siancu mendesak
lebih jauh, tiba-tiba permainan pedangnya berubah,
diantara kilatan cahaya pedang yang menyilaukan mata,
secepat kilat ia melepaskan serangkaian serangan berantai.
http://kangzusi.com/
Pada saat itu pula dari atas perahu mewah kedengaran
seseorang berteriak keras dengan penuh rasa kuatir,
"Han lihiap, harap tahan!"
Sayang sekali keadaan sudah terlambat.
Batok kepala Pek In hong tahu-tahu sudah mencelat ke
tengah udara termakan oleh serangkaian serangan berantai Hu-yong siancu yang gencar dan dahsyat itu.
Sedangkan mayat Pek In hong yang tanpa kepala itu
sempat berputar putar berapa kali sebelum akhirnya roboh, terjengkang ke atas geladak dengan darah segar menyembur ke luar seperti pancuran.
Lan See giok tertegun. dia tak menyangka kalau bibinya
dapat mempergunakan jurus "guntur langit meledak hebat"
dari ilmu pedang Tong-sim kiam hoat untuk menghabisi
nyawa Pek In hong.
Tapi teriakan keras yang penuh kegelisahan tadi sempat
menarik perhatiannya, suara tersebut sangat dikenal
olehnya hingga tanpa terasa gemetar keras sekujur
tubuhnya. Sewaktu ia berpaling, tampak di atas perahu mewah itu
telah berdiri berbagai ragam manusia, seorang diantaranya berdiri di ujung geladak dengan wajah penuh kekuatiran ., Orang itu berambut sepanjang bahu, berjubah hitam dan
wajah penuh codet, dua biji taringnya menonjol amat
menyolok, matanya tunggal dan wajahnya bengis, ternyata
orang itu bukan lain adalah Lim- To pacu Toan Ki tin dari telaga Tong ting.
Tampaknya Toan Ki tin di buat tertegun oleh gerak
serangan pedang Hu-yong siancu yang lihay sewaktu
http://kangzusi.com/
menghabisi nyawa Pak Im hong tadi, untuk sesaat dia
terbungkam dalam seribu bahasa.
Bertemu dengan musuh besarnya, Lan See giok tak
sanggup mengendalikan emosinya, tapi dengan wajah
diliputi hawa napsu membunuh dia membentak keras-keras:
"Bajingan tua, kembalikan selembar jiwa ayahku " .
Ditengah bentakan. tubuhnya melejit ke tengah udara
dan langsung melayang ke perahu lawan.
Siau cian dan Cay soat tahu, kalau musuh besar
pembunuh ayah See giok telah datang, sambil membentak
keras, mereka meloloskan pedang sambil menyusul di
belakang Lan See giok.
Hu-yong siancu kuatir Lan See giok dikecohi musuhnya,
terutama sekali jarak antara perahu besar Toan Ki tin
dengan perahu dimana mereka berada masih amat jauh,
maka cegahnya keras-keras.
"Anak Giok jangan.."
Tapi keadaan Lan See giok waktu itu sudah mendekati
kalap. Dengan sorot mata yang tajam seperti sembilu dia
awasi Toan Ki tin tanpa berkedip. walaupun tubuhnya
sedang melewati sisi bibinya, namun tak terdengar olehnya teriakan dari bibinya itu.
Setelah sampai di ujung perahu, dia segera menerjang ke
atas perahu mewah tadi
Hu-yong siancu tahu, amarah Lan See giok telah
mencapai pada puncaknya dan tak mungkin dapat dicegah
lagi., dengan pedang Hu-yong masih terhunus, dia memberi tanda kepada Cay soat dan Siau cian yang masih ragu,
kemudian ia melayang ke arah perahu mewah tersebut
menyusul sang pemuda.
http://kangzusi.com/
Sementara itu suasana di atas perahu mewah itu sudah
berubah menjadi sangat kacau, puluhan komandan atau
hiangcu bersama sama membentak, mereka bersama sama
meloloskan senjata untuk menghalangi usaha See giok naik ke atas perahu mereka.
Kilauan senjata yang gegap gempita dengan segera
memancar di seluruh angkasa, suasana yang mencekam
sekitar situ pun kian lama kian bertambah tegang.
bila See giok ingin naik ke atas perahu keraton yang
ditumpangi Toan Ki tin, maka dia harus melewati perahu
besar berlentera merah lebih dulu.
Waktu itu tubuhnya masih berada di udara melihat
ujung geladak sudah di depan mata, pemuda itu
membentak keras, ujung baju kanannya segera dikebutkan
ke depan dan melepaskan segulung angin pukulan yang
maha dahsyat. Segera benturan yang amat keras bergema memecahkan
keheningan, disusul berkumandangnya beberapa kali jeritan ngeri. diantara bayangan manusia yang berpencaran, empat lelaki kekar yang berada dipaling muka telah terpental
sejauh tujuh delapan langkah dan roboh terjengkang ke atas tanah.
See giok segera menjejakkan kakinya di ujung geladak.
menyusul kemudian dalam sekali lompatan ia sudah
menyerbu ke arah buritan kapal.
Kawanan jago lihay yang berada di perahu berpanji
kuning dan perahu berlentera merah itu menjadi termangu
saking kagetnya, semua orang hanya berdiri mematung di
posisi semula tanpa mengetahui apa yang harus diperbuat.
http://kangzusi.com/
Bentakan nyaring kembali bergema di ang-kasa, Hu-yong
siancu, Cay soat dan Siau cian bersama sama menyerbu
pula ke atas perahu berlentera merah itu.
Suasana di atas geladak semakin bertambah kalut,
jeritan-jeritan kaget bergema di sana sini, kawanan jago yang sudah pecah nyali dan ketakutan itu bersama sama
terjun ke dalam telaga, suasana bertambah kalut percikan air menghambur pula kemana- mana.
Dalam keadaan begini Hu-yong siancu tak ingin melukai
orang yang tak berdosa, terburu buru dia menyusul ke
belakang See-giok.
Dalam pada itu, Toan Ki-tin sedang di bikin bingung dan
tak tahu apa gerangan yang telah terjadi, dikala ia jumpai ada seorang pemuda berbaju biru menyerbu datang seperti
orang kalap sambil mengumpat "Bajingan tua" kepadanya.
apalagi setelah menjumpai tiga orang perempuan menyusul
di belakangnya, dia semakin tidak mengerti.
Kepada seorang kakek berusia lima puluh tahunan yang
berdiri di belakangnya, ia pun bertanya dengan keheranan:.
"Adakah diantara kalian yang kenal dengan pemuda
yang berbaju biru itu ."
Dengan bingung dan tidak mengerti, ketiga kakek
berpakaian ringkas itu menggelengkan kepalanya berulang
kali.

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak Toan Ki-tin melototkan mata tunggalnya.
kemudian kepada ke empat lelaki kekar berbaju hitam yang berdiri di kiri kanannya ia membentak.
"Cepat kalian bekuk pemuda tersebut!"
http://kangzusi.com/
Ke empat lelaki kekar itu mengiakan bersama, kemudian
serentak melompat ke atas perahu berlentera merah itu dan menyongsong kedatangan See-giok.
Amarah yang berkobar di dalam dada See giok telah
membuat si anak muda itu dicekam oleh hawa napsu
membunuh yang membara, melihat datangnya ke empat
lelaki bengis yang menerjangnya, dengan suara menggeledek ia segera membentak.
"Minggir kalian.",
Dalam bentakan mana, ke empat lelaki bengis itu sudah
menerjang tiba, masing-masing mengayunkan kepalannya
menghajar tubuh anak muda tersebut.
Napsu membunuh yang berkobar di dada See giok
semakin membara setelah melihat hal ini, dia berkelit
dengan cekatan, lalu sepasang tangannya diayunkan
berulang kali melepaskan empat buah serangan berantai.
Dimana bayangan tangannya berkelebat, empat jeritan
ngeri yang memilukan hati bergema memecahkan
keheningan. ke empat lelaki tersebut telah terhajar hancur batok kepalanya dan roboh binasa.
Pada saat itu pula, dari buritan kapal telah bergema
datang suara bentakan gusar yang amat keras, tiga orang
kakek berpakaian ringkas itu secara beruntun telah
menerjang tiba.
See giok segera mendongakkan kepala nya sambil
tertawa seram, teriaknya keras-keras.
"Jika toh kalian pingin mampus. jangan salahkan kalau aku berhati keji- lagi!
Sepasang lengannya diputar lalu menolak bersama ke
arah depan- http://kangzusi.com/
Segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, diiringi
suara desingan yang amat tajam langsung menghajar ke tiga orang kakek berpakaian ringkas yang mendekat itu,
"Blaaammmm -.!"
Suatu ledakan keras bergema, memecahkan keheningan,
debu dan hancuran kayu beterbangan ke empat penjuru,
tampak tiga sosok bayangan manusia diiringi tiga kali jerit kesakitan, tahu-tahu sudah terpental jatuh ke dalam telaga.
Keadaan Lan See giok waktu itu tak ubahnya seperti
orang kalap. tubuhnya melejit ke udara dan menyerbu lebih ke muka, bentaknya keras-keras.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu!"
Dia langsung menerjang ke arah perahu, besar dimana
Toan Ki tin berada.
Tak terkirakan rasa marah dan dendam Toan Ki tin
menyaksikan ulah si anak muda itu, berkilat sorot mata
yang terpancar dari balik mata tunggalnya, sambil
mengawasi Lan See giok yang meluncur tiba, ia tertawa
seram tiada hentinya, sembilan butir paku penyesak hati
yang teramat beracun segera dikeluarkan dan siap
dibidikkan ke arah lawan.
-ooo0dw0ooo- BAB 27 HU-YONG SIANCU dapat menyaksikan kejadian
tersebut dengan sangat jelas, ia cukup mengetahui akan
kelihaian paku penyesak hati dari Toan Ki tin tersebut,
tanpa sadar teriaknya kaget.
"Anak Giok, hati-hati dengan senjata rahasia!"
http://kangzusi.com/
Dalam teriakan tersebut, dia bersama Siau cian dan Cay
soat telah memutar pedang masing-masing menciptakan
selapis kabut cahaya di depan mata, lalu menyusul di
belakang Lan See giok menerjang ke atas perahu bermodel
keraton itu. Keadaan Lan See giok selama ini tak ubahnya seperti
orang kalap, hawa sakti Hud-kong sinkang telah
dipancarkan menyelimuti seluruh
badan, hasratnya
sekarang hanya satu yakin membunuh Toan Ki tin dalam
sekali pukulan, bahkan terhadap peringatan dari Hu-yong
siancu pun seolah-olah sudah tidak terdengar lagi.
Tubuhnya bagaikan sambaran petir meluncur ke bawah
terus dengan cepatnya.
Sekarang, Toan Ki tin baru mengerti apa gerangan yang
telah terjadi, namun dia tetap tidak paham, mengapa
pemuda berbaju biru itu hendak beradu jiwa dengannya"
Melihat Lan See giok menyerang ke arah-nya secepat
petir, sekali lagi ia tertawa dingin, sambil membentak keras, ke tiga batang paku penyumbat hati yang telah dipersiapkan itu segera dibidikkan ke wajah Lan See giok.
Biarpun Toan Ki tin sendiri diliputi oleh kobaran
amarah, namun berhubung di belakang Lan See giok
mengikuti Hu-yong siancu maka timbul pula perasaan
segan dan jeri dihati kecilnya.
Alhasil dia tak berani melepaskan serangan mematikan
ke tubuh Lan See giok, biar pun ke tiga paku penyumbat
hati itu dibidikkan secepat kilat, namun sasarannya bukan ubun-ubun lawan.
Dalam pada itu, Lan See giok tidak menyangka kalau
Toan Ki tin bakal membidikkan senjata rahasia ke arahnya,
http://kangzusi.com/
dalam kejutnya, tiga titik bayangan hitam telah mendekati kepalanya dengan disertai desingan angin tajam.
Dalam gugup dan gelisahnya, ia segera membentak
keras, secepat kilat tangan kanannya dikebaskan ke depan, serta merta ke tiga titik bayangan hitam itu sudah di hajar hingga terpental ke tengah udara.,.:.,
Tapi dengan demikian, hawa murninya jadi membuyar,
tubuhnya otomatis terperosok ke bawah dan meluncur ke
arah telaga . . . .
Menyaksikan kejadian ini, Toan Ki tin segera tertawa
terbahak - bahak sambil berseru:
"Bocah yang tak tahu diri, tanpa sebab tanpa musabab berani amat kau menyerang aku . . . "
Belum selesai perkataan itu diucapkan. angin tajam
melesat lewat, diantara kilatan cahaya pedang. Hu-yong
siancu. Si Cay soat serta Ciu Siau cian telah mendarat pula di atas perahu tersebut.
Dalam saat yang bersamaan, Lan See -giok yang
terperosok kearah telaga itu sudah membentak keras,
sepasang ujung bajunya bersama sama dihantamkan ke
arah permukaan telaga . . .
"Blaaammmm . . "
Percikan bunga air memancar setinggi berapa kaki dari
permukaan telaga, memanfaatkan tenaga pantulan yang
dihasilkan atas pukulan ini, Lan See giok melejit kembali ke udara dan hampir bersamaan waktunya dengan kehadiran
Hu-yong siancu bertiga. ia mendarat pula di atas perahu.
Toan Ki tin menjadi amat terperanjat sambil
membentak, cepat-cepat dia mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh
http://kangzusi.com/
Lan See giok yang sementara itu belum sempat berdiri
tegak. Waktu itu Lan See giok telah menghimpun segenap
tenaga sinkangnya mengelilingi seluruh badan, tenaga
pukulan juga telah dipersiapkan dalam telapak tangan
kanan. Belum lagi tubuhnya berdiri tegak, ia sudah merasakan
datangnya serangan musuh yang semakin mendekat. maka
dalam kerepotan ia membentak seraya melontarkan tangan
kanannya ke muka..
Segulung angin pukulan yang dahsyat dengan disertai
desingan angin yang memekikkan telinga langsung
membendung datangnya serangan dahsyat dari Toan Ki tin
yang disertai tenaga pukulan sebesar puluhan tahun hasil latihan itu.
"Blaammm.::"
Sekali lagi terdengar suara ledakan keras yang
memekikkan telinga, angin puyuh memancar ke empat
penjuru, perahu bergoncang keras, seluruh lentera pun
padam semua di buatnya.
Secara beruntun Toan Ki tin mundur beberapa langkah,
wajahnya yang jelek berubah menjadi pucat pias seperti
mayat. Sepasang tangannya menekan dada sambil menahan
penderitaan yang hebat, keadaannya nampak dicekam
kesakitan. Berhubung serangan dilancarkan secara terburu buru.
Lan See giok tidak dapat melancarkan serangan dengan
sepenuh tenaga, akibatnya ia tergetar pula sampai tubuhnya gontai dan nyaris terjatuh ke dalam air.
http://kangzusi.com/
Bayangan manusia tiba-tiba berkelebat lewat. Siau cian
dan Cay soat menerjang ke muka untuk membimbing si
anak muda tersebut-
Disaat mereka sedang menahan tubuh Lan See giok,
Toan Ki tin juga tak mampu menahan diri lagi sehingga
tubuhnya roboh terduduk di atas lantai geladak. bahkan
sempat muntah darah segar.
Waktu itu, suasana di sekeliling telaga dicekam
keheningan yang luar biasa, hampir semua orang yang
berada di perahu-perahu perang itu berdiri tertegun karena kaget dan termangu oleh peristiwa tersebut.
Hu-yong siancu dengan pedang terhunus sedang bersiap
siap menegur Toan Ki tin.
Ketika secara tiba-tiba Lan See giok yang baru saja dapat berdiri tegak telah membentak nyaring.
"Bajingan tua, serahkan nyawamu . . "
Dalam bentakan tersebut, tubuhnya menerjang tiba, tiba-
tiba telapak tangan kanannya diayunkan ke depan
membacok ubun-ubun Toan Ki tin . . . .
Saat itu. Toan Ki tin sudah luka parah, isi perutnya telah goncang dan kehilangan kekuatan untuk menghindar,
menghadapi ancaman demikian, dia hanya bisa memejamkan matanya menunggu saat kematian tiba.
Pada saat inilah .
Sesosok bayangan ungu berkelebat lewat, Hu-yong
siancu telah meluncur ke muka sambil membentak keras,
secepat kilat dia cengkeram pergelangan tangan Lan See
giok yang sedang melepaskan bacokan itu.
Mimpi pun Lan See giok tidak menyangka kalau orang
yang menghalangi usahanya membunuh Toan Ki tin adalah
http://kangzusi.com/
Hu-yong siancu, dalam keadaan tanpa persiapan pergelangan tangan kanannya segera kena di cengkeram.
Peristiwa ini kontan membuat anak muda tersebut
berdiri tertegun.
Siau cian serta Cay soat juga dibikin tertegun oleh
kejadian tersebut.
Untuk sesaat suasana yang semula dicekam keheningan.
kini diledakkan kembali oleh teriakan-teriakan yang keras di seluruh kapal perang yang mengepung di sekitar telaga,
bersama sama bergerak mendekat..
Hu-yong siancu takut terjadi kesalahan paham, atas diri
Lan See-giok. dengan cepat dia melepaskan cengkeramannya kemudian bertanya dengan wajah serius.
"Anak Giok, apakah kau tidak merasa kelewat gegabah dengan membacok mati Toan Ki tin dengan begitu saja?"
Lan See giok terkesiap, teringat kematian ayahnya masih
menyangkut pula keterlibatan Oh Tin san dan Makhluk
bertanduk tunggal yang hingga kini masih merupakan
sebuah teka teki besar, untuk sesaat dia menjadi
terbungkam den tak mampu menjawab.
Hu-yong siancu segera memperhatikan sekejap sekeliling
arena yang dipenuhi perahu-perahu besar itu, kemudian
dengan sikap yang tenang, tanpa kegugupan barang
sedikitpun jua, dia berpaling lagi ke arah Lan See giok
seraya berkata.
"Kita harus membuat Toan Ki tin mati dengan perasaan puas, jangan membiarkan dia mati dalam keadaan bingung
dan tidak habis mengerti, walaupun perbuatan kita sah dan benar, toh paling tidak mesti memberi penjelasan dulu agar semua anggota Lim lo pah yang hadir di sekitar sini ikut memahami duduk persoalan yang sebenarnya.."
http://kangzusi.com/
Selama ini, Lan See giok memang selalu menganggap
Hu-yong siancu sebagai ibu kandung sendiri. tentu saja
diapun tak berani membantah ucapan mana.
Sambil menahan hawa amarah yang berkobar di dalam
dadanya, dia segera mengangguk berulang kali.
Sementara itu Toan Ki-tin sedang berusaha mengerahkan hawa murninya guna menyembuhkan luka
yang dideritanya, ketika mendengar ucapan tersebut, ia
membuka mata tunggalnya dengan lemah dan memandang
sekejap ke arah Hu-yong siancu dengan sinar mata penuh
kekaguman.. Dengan langkah lebar Hu-yong siancu Segera berjalan
mendekati Toan Ki tin.
Waktu itu semua kapal perang telah saling berhimpitan
sehingga tak mampu bergerak maju lebih ke depan lagi,
tatkala semua orang menyaksikan Hu-yong siancu
mendekati pemimpin mereka dengan pedang terhunus,
serentak semua orang berteriak -teriak keras bagaikan orang kalap.
Namun Hu-yong siancu tak acuh atas teriakan-teriakan
kalap yang gegap gempita itu, dia tetap melanjutkan
langkahnya menghampiri Toan Ki-tin, ia yakin. asal Toan
Ki-tin

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak dibantai, mustahil ada orang berani
membidikkan panahnya kearah mereka.
Sementara itu Lan See giok dibikin terkesiap juga
menghadapi situasi yang rawan dan gawat itu, ia segera
memutar otak untuk mencari jalan bagaimana caranya
meloloskan diri sehabis membunuh Toan Ki tin nanti.
Dipihak lain, Hu-yong siancu telah tiba di depan Toan
Ki tin yang masih duduk bersila sambil mengobati lukanya itu, dengan suara yang dalam ia segera menegur.
http://kangzusi.com/
"Lo pacu, kenalkah kau dengan pemuda berbaju biru
yang berdiri dihadapanmu sekarang?"
Sambil berkata ia menunjuk ke arah Lan See giok yang
berdiri dengan wajah penuh amarah dan napsu membunuh
itu. Toan Ki tin masih memegangi dadanya dengan kedua
belah tangan, mukanya pucat pasi, dibukanya mata yang
tunggal itu dengan lemah, lalu setelah melirik sekejap ke arah Lan See giok, ia menggelengkan kepalanya berulang
kali sementara mata tunggalnya kemba1i dipejamkan rapat-
rapat. Waktu itu agaknya semua orang yang berada di kapal-
kapal perang pun ingin mengetahui apa sebabnya orang
prang tersebut hendak membunuh Lo pacu mereka,
karenanya setelah Hu-yong siancu berseru, suara teriakan yang ramai pun segera terhenti sama sekali.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah Toan Ki-tin, dari mimik wajah orang dia tahu kalau luka yang diderita orang tersebut amat parah, tapi begitu teringat bahwa orang ini besar kemungkinan adalah musuh besar mereka, tanpa
berpikir panjang lagi diapun berseru dengan suara lantang:
"Kalau toh kau tidak kenal, tak ada salah nya bila
kuberitahukan kepadamu sekarang, dia bukan lain adalah
Lan See giok putra tunggal dari di Gurdi emas peluru perak Lan tayhiap."
Toan Ki tin nampak sedikit terperanjat, tapi setelah
membuka sebentar matanya, pelan-pelan ia memejam
kembali. "Sekarang, kau sudah mengetahui akan asal usul dari Lan See giok, tentunya juga sudah paham bukan mengapa
dia datang mencarimu.-!" ujar Hu-yong siancu lebih jauh.
http://kangzusi.com/
Tapi Toan Ki tin menggelengkan kembali dengan pelan,
mata tunggalnya masih tetap dipejamkan rapat-rapat.
Lan See giok menjadi naik darah melihat sikap Toan Ki
tin yang berlagak bisu tadi, namun teringat akan perkataan bibinya barusan, dengan kening berkerut dan bibir terkatup rapat, akhirnya ia berusaha untuk tetap menahan diri.
Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Toan Ki-
tin, kemudian setelah tertawa dingin serunya dengan gusar:
"Sekarang Lan See giok datang untuk membalas dendam sakit hati ayahnya, dia hendak menuntutmu agar
mengembalikan nyawa ayahnya. mengerti?"
Seluruh tubuh Toan Ki tin bergetar keras, lalu dengan
wajah penuh amarah dia membuka mulutnya agak gemetar,
tapi baru saja hendak berbicara, sekali lagi darah segar menyembur ke luar dari mulutnya.
Hu-yong siancu dan Lan See giok menjadi amat terkejut,
cepat-cepat mereka mundur sejauh tiga depa dan saling
berpandangan sekejap, baru sekarang mereka tahu kalau
Toan Ki tin telah menderita luka dalam yang cukup parah.
Sekali lagi suasana di sekeliling arena di liputi
kegemparan dan kegaduhan, demi menyelamatkan jiwa Lo
pacu mereka, meski busur dan panah telah mereka
persiapkan. namun tak seorangpun diantara mereka yang
berani bertindak secara gegabah. Waktu itu semua jago
lainnya juga telah meloloskan senjata masing-masing dan
mengawasi Hu-yong siancu serta Lan See giok dengan
wajah terkejut bercampur gelisah, tapi kuatir akan
keselamatan pemimpinnya, mereka pun tidak berani
bergerak secara sembarangan.
Bagaimanapun juga, Hu-yong siancu adalah seorang
perempuan yang amat cerdas. ia segera menduga kalau
dibalik peristiwa tersebut nampak nya masih terdapat
http://kangzusi.com/
persoalan lain, karena itu sambil maju ke depan dan
mengawasi Toan Ki-tin yang masih terengah engah,
tanyanya dengan tenang.
"Lo pacu, kau bilang Si Gurdi emas peluru perak Lan
tayhiap bukan tewas ditangan mu?"
Toan Ki tin sama sekali tidak membuka matanya,
namun ia mengangguk dengan cepat.
Melihat pengakuan ini, Lan See giok kembali merasakan
hatinya tergetar keras. diam-diam ia pun bertanya kepada diri sendiri, mungkinkah pembunuh tersebut adalah si
Makhluk bertanduk tunggal"
Hu-yong siancu merasakan juga hatinya tergerak, buru-
buru serunya kepada Lan See giok.
"Anak Giok. cepat kau ambil cairan kemala Leng sik
giok ji!" Lan See giok tahu, Hu-yong siancu ingin mencari tahu
duduk persoalan yang sebenar nya dari mulut Toan ki-tin
maka tanpa ragu-ragu dia mengeluarkan botol kemala kecil itu dari dalam sakunya.
Pertama tama Hu-yong siancu menyarungkan dulu
pedangnya, kemudian setelah menerima botol porselen
kecil ini dia berpaling dan berteriak keras kepada
sekawanan yang sedang bersembunyi di belakang pintu
ruangan kapal. "Cepat kalian ambil sebatang sumpit perak akan
kuselamatkan jiwa pacu kalian!"
Seketika itu jua, puluhan orang jago yang berada di atas perahu tersebut dibikin kebingungan, akhirnya seorang
kakek berusia lima puluh tahunan melompat masuk ke
http://kangzusi.com/
dalam ruangan dan memerintahkan seorang dayang untuk
menyiapkan benda yang diminta,
Tak selang berapa saat kemudian, seorang dayang telah
muncul dari ruang perahu dengan langkah terburu-buru-
Bayangan merah berkelebat lewat, Si Cay soat segera
menyongsong kedatangan dayang tersebut dan menerimanya sebelum diserah kan kepada Hu-yong siancu.
Ketika Hu-yong siancu membuka penutup botol kemala
itu, bau harum semerbak yang segar segera menyebar ke
seluruh angkasa membuat para jago yang masih berdiri
kaget sama-sama merasakan semangatnya
berkobar kembali. Ketika Toan Ki tin, mendengar jiwanya ada harapan
untuk diselamatkan, ia segera membuka pula mata
tunggalnya dan melirik sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan perasaan berterima kasih.
Dengan amat cekatan Hu-yong siancu menutulkan
setetes cairan putih ke ujung sumpit itu, kemudian
menitahkan kepada si dayang yang masih berdiri termangu
di kejauhan sana untuk menghantarkan ke mulut Toan Ki
tin. Toan Ki tin mencoba untuk menjilat dengan ujung
lidahnya, merasakan bau segar yang membangkitkan
semangat, ia tahu kalau obat itu teramat mujarab, cepat-
cepat dia menghimpun kembali tenaganya untuk mengatur
napas. Dari mimik wajah Toan Ki tin. Hu-yong siancu tahu
kalau orang tersebut sudah menaruh kepercayaan kepadanya, maka sambil mengangkat kepala serunya
kepada kawanan jago di kejauhan sana
http://kangzusi.com/
"Pacu kalian sedang bersemedi sekarang, kalian jangan gaduh lebih dulu, paling baik jika kalian titahkan kepada semua kapal agar menjauh dari sini."
Ketika mendengar ucapan mana kakek berusia lima
puluh tahunan tadi kelihatan agak ragu, tapi kemudian ia membisikkan sesuatu ke sisi telinga seorang lelaki setengah umur berbaju abu-abu yang berdiri di sisinya.
Lelaki setengah umur itu segera melirik sekejap ke arah
Hu-yong siancu dengan pandangan terkejut bercampur
gelisah, tapi ia mengangguk dengan cepat dan beranjak
pergi. Dalam pada itu, Hu-yong siancu sudah mempunyai
perhitungan yang matang dihati kecilnya, dia lama sekali tidak memikirkan persoalan tersebut di dalam hati, pelan-pelan perempuan itu balik ke depan Lan See giok. ketika
dilihatnya pemuda itu masih berdiri dengan bimbang, ia
pun berbisik dengan suara lembut.
"Sebentar lagi, bila Toan pacu telah selesai bersemedi, kau bisa menanyakan secara langsung kepadanya tentang
duduk persoalan yang sebenarnya, bila diketahui ucapannya saling bertentangan satu sama lain nya. kita bisa bertindak cepat untuk menyanderanya kembali.."
Maksud dari perkataan itu sudah jelas, nanti bilamana
keadaan memaksa mereka harus menyandera pemimpin
tersebut guna meloloskan diri dari kepungan.
Terhadap kejadian seperti ini Lan See giok telah
mempunyai pengalaman berapa kali, maka diapun
mengangguk tanda mengerti.
Dalam pada itu, kawanan kapal perang yang mengepung
sekeliling tempat itu sudah pada mengundurkan diri,
http://kangzusi.com/
kecuali suara air yang diterjang perahu, suasana terasa amat hening dan tak kedengaran suara apa pun.
Ketika Hu-yong siancu dan Lan See giok mendongakkan
kepalanya, mereka jumpai di atas Tiang layar perahu
keraton yang tinggi itu tampak sesosok bayangan manusia
sedang menggoyangkan sebuah lentera berwarna biru dan
sebuah lentera hijau.
Makin lama perahu yang mengepung di sekitar situ
semakin menjauh, kini di atas permukaan telaga tinggal
kapal model keraton itu, meski begitu, kawanan kapal
perang tersebut masih tetap mengepung dari kejauhan sana.
Lan see giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian, merasa agak lega, asal perahu itu masih berada sejauh satu panahan saja, dengan ilmu berenang yang mereka berempat miliki,
mereka yakin pasti dapat menyelamatkan diri dengan
aman. Ketika Hu-yong siancu menyaksikan puluhan orang jago
yang berada dikejauhan sana masih tetap bersikap tegang
dan serius maka untuk meredakan suasana yang mencekam
di atas perahu ini, dia segera memberi tanda pada Si Cay soat dan Ciu Siau cian agar menyimpan kembali pedang Jit-hoa dan Gwat hui kiam mereka.
Ketika Siau Cian dan Cay soat telah menyimpan kembali
pedang mereka, suasana di atas perahu pun semakin
mereda, puluhan jago lihay yang semula berdiri di kejauhan tadi, kini sudah menyimpan pula senjata masing-masing.
Sementara itu, Toan Ki tin yang masih duduk bersila di
atas geladak kapal telah pulih kembali, mukanya nampak
segar kembali dan napasnya tidak lagi terengah engah.
Tak selang berapa saat kemudian, Toan Ki tin telah
membuka matanya, mula-mula dia memandang sekejap
http://kangzusi.com/
kearah Lan See- giok, Siau cian dan Cay - soat, kemudian baru menengok kearah Hu-yong siancu sambil pelan-pelan
bertanya, "Han lihiap. belasan tahun tak pernah bersua, darimana kau bisa tahu kalau malam ini aku berada di sini"
Apakah kau telah mengunjungi telaga Tong-ting?"
Hu-yong siancu tahu bahwa Toan Ki tin amat
menguatirkan nasib sarangnya, maka dia segera memberi
penjelasan. "Sebenarnya malam ini kami bermaksud pergi ke
benteng Wi-lim-poo untuk mencari si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san, ketika melihat ada kapal
perang berkumpul disini dan cahaya lentera menyinari
seluruh penjuru, kami sangka kapal-kapal ini adalah kapal perang dari Wi-lim-poo, baru setelah terjadi bentrokan,
kami tahu kalau Lo pacu lah yang berada di sini "
Toan Ki Tin melirik sekejap kearah Lan See giok dengan
pandangan penuh kebencian, kemudian ia baru bertanya
dengan suara dingin. " Pemuda inikah kongcu dari Lan tayhiap?""
"Benar, dialah Lan See giok," jawab Hu-yong siancu dengan cepat, Kemudian dia balikkan badan dan sambil
menuding ke arah Siau cian serta Cay soat katanya lebih
jauh. "Dia adalah putriku Ciu Siau cian, sedangkan yang ini adalah nona Si Cay soat, dia adalah murid perempuan To
Seng-cu locian-pwe.."
Gemetar keras sekujur badan Toan Ki tin sesudah
mendengar ucapan itu, dengan pandangan terkejut dia
melirik sekejap ke arah Si Cay soat.
Lan See giok mengerti. tujuan bibinya memperkenalkan
Si Cay soat sebagai murid To Seng-cu adalah untuk
http://kangzusi.com/
menakut nakuti Toan Ki tin, sedangkan tujuannya
memperkenalkan Siau Cian adalah untuk menjernihkan
kecurigaan di hati Toan Ki-tin sebab kebanyakan umat
persilatan mengira Hu-yong siancu dan Lan Khong-tay,
bapak Lan See giok adalah suami istri.
Melihat mimik muka Toan Ki tin, tanpa terasa Hu-yong
siancu tertawa dingin sambil melanjutkan.
"Sedangkan Lan See giok pun termasuk ahli waris dari To Seng-cu locianpwe."
Sekali lagi Toan Ki tin terkejut. paras mukanya berubah, sinar mata tunggalnya memandang ke arah Lan See giok
dengan rasa kejut dan gelisah. dalam wajahnya yang penuh codet, terselip pula putus asa.
Biar begitu, ia tetap bertanya juga dengan suara dalam:
"Darimana kau bisa menuduh kalau aku lah pembunuh
ayahmu?" Sebagai seorang pemuda yang berhati bajik, Lan See giok
tak ingin menceritakan kalau hal tersebut didengarnya dari si Beruang berlengan tunggal, maka sambil menahan rasa
pedih di dalam hatinya ia berkata.
"Tempo dulu, karena suatu urusan aku sedang pergi ke luar, ketika kembali ke kuburan kuno, kujumpai mendiang
ayahku sudah tergeletak di atas genangan darah, sementara aku masih menangis sedih, kudengar suara pekikanmu yang
ke dua kalinya . . "
Toan Ki tin merasa sangat terperanjat, cepat-cepat dia
menyela. "Darimana kau bisa tahu kalau kedatanganku adalah
untuk ke dua kalinya?"
Tanpa sangsi Lan See giok segera menjawab:
http://kangzusi.com/
"Sebab pekikanmu itu penuh dengan perasaan gelisah
dan gusar, bahkan sesudah masuk ke dalam kuburan kuno,
kau tidak menggeledah jenazah ayahku sebaliknya malah
membongkar pembaringan serta benda-benda lainnya, hal
ini sudah cukup membuktikan kalau kedatanganmu waktu
itu sudah kedatanganmu untuk kedua kalinya."
Sekali lagi paras muka Toan Ki tin berubah menjadi
pucat pias, sementara peluh sebesar kacang kedelai jatuh bercucuran tiada henti-nya dengan suara bimbang dan
gemetar ia bertanya kemudian.
"Waktu itu kau berada dimana?"
Lan See giok tertawa dingin.
"Aku bersembunyi di belakang meja batu besar dimana kau ambil gurdi emas tersebut"
Mendengar kata "gurdi emas", Toan Ki- tin kembali mengamati wajah Lan See giok dengan agak gelisah.
"Apalagi yang telah kau jumpai?" tanya nya terburu buru.
Lan See giok mendengus gusar, teriaknya keras: "Aku masih melihat kau telah membunuh seseorang."
Toan Ki tin tahu bahwa pihak telaga Pek toh oh sedang
melepaskan mata-mata dalam jumlah banyak untuk
mencari tahu jejak si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi, takut tampaknya dia kuatir pihak Pek - toh - oh turut
mengetahui rahasia tersebut hingga datang mencari balas


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadanya. Dengan suara gelisah cepat - cepat dia menjelaskan.
"Apa yang kulakukan cuma salah tangan saja, aku sama sekali tidak tahu kalau dia sedang bersembunyi di kamar
sebelah." http://kangzusi.com/
"Aku tak ambil perduli atas persoalan-persoalan itu "
teriak Lan See giok dengan kening berkerut, "tujuan
kehadiranku hari ini adalah menuntut ganti rugi atas
kematian ayahku almarhum, apa yang hendak kau ucapkan
sekarang?"
Sambil berkata dia memutar pergelangan tangan
kanannya sambil maju ke muka, sebuah pukulan siap
dilontarkan ke depan.
Menyaksikan tindakan lawan, Toan Ki tin malah dibuat
lebih tenang lagi, bantah nya kemudian dengan suara
dingin. "Atas dasar apakah kau mengatakan aku-lah si
pembunuh keji itu.?"
Pertanyaan ini segera membuat Lan See giok tertegun,
tapi ia membentak kemudian,
"Ada orang menyaksikan kau dan Si Yu gi sedang
berunding secara rahasia di dalam hutan, kemudian
memasuki kuburan kuno.."
Sebelum Lan See-giok menyelesaikan kata katanya
sambil tertawa dingin Toan Ki-tin telah menukas,
"Hmm, aku justru beranggapan pembunuh sebenarnya
dari ayahmu adalah orang yang secara diam-diam telah
melihat aku bersama si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi berbicara dalam hutan tersebut."
Lan See-giok menjadi teramat gusar, ia menganggap
Toan Ki tin sedang mengaco belo sehingga napsu
membunuhnya kembali berkobar .
"Anak Giok. Biarkan dia berbicara sampai jelas lebih dulu!" ujar Hu-yong siancu secara tiba-tiba.
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan mana, Lan See giok segera berusaha
untuk mengendalikan hawa amarahnya, kemudian sambil
menatap Toan Ki-tin lekat-lekat katanya lagi.
"Mengapa kau tidak berusaha untuk menjelaskan bahwa orang yang telah membunuh ayahku adalah kau sendiri"
Toan Ki-tin menganggap jiwanya tak akan tertolong lagi,
oleh sebab itu dia ingin mati sebagai seorang pahlawan,
seorang yang bersih dan bebas dari peristiwa berdarah itu, maka serunya kemudian dengan gusar,
"Sudah puluhan tahun lamanya aku berkelana di dalam dunia persilatan, walaupun banyak sekali orang yang telah kubunuh, namun sepanjang hidup belum pernah aku
membunuh orang secara membokong..!"
Agaknya di dalam hal ini Hu-yong siancu pun sudah
pernah mendengar, ia pun berkata kemudian dengan suara
dalam: "Toan Pacu kuharap kau jangan kelewat kasar. keras
kepala dan tak tahu aturan, andaikata Lan See-giok berniat membunuhmu, ia dapat melakukan dengan sekali ayunan
tangan saja, biarpun sekelilingmu terdapat ratusan buah
kapal perang yang mencoba melindungimu, kami
semuapun termasuk orang-orang yang pandai ilmu di
dalam air, kalian semua tetap tak akan mampu berbuat apa-apa terhadap kami, lagi pula aku sudah menyelamatkan
jiwamu dengan cairan mestika Leng Sik giok ji. selain
menyelamatkan jiwamu dari ancaman, menambah pula
tenaga dalam yang kau miliki, tujuanku tak lain adalah
hendak memberi kesempatan kepadamu untuk menjelaskan
duduknya persoalan.
"Di samping itu, masalah kematian yang aneh dari Lan tayhiap, menyangkut pula banyak orang, demi jelasnya
persoalan maka Lan See giok berusaha untuk mencari tahu
http://kangzusi.com/
duduk persoalan yang sebenarnya, bukan maksud hatinya
untuk membunuhmu .."
Kemudian setelah berhenti sejenak dan memandang
sekejap ke arah puluhan jago yang berdiri tak jauh dari
mereka, dia berkata lebih lanjut.
"Apabila apa yang kau ucapkan tidak cocok dengan apa yang kami ketahui, berarti tak disangkal lagi Lan tayhiap tewas di tangan-mu, dengan tewasnya kau Toan Ki tin,
maka hasil karya besarmu di telaga Tong ting pun niscaya akan terjatuh ke tangan orang lain"
Seusai mendengar penjelasan tersebut, timbul kembali
ingatan Toan Ki tin untuk melanjutkan hidup. apalagi
setelah mengetahui bahwa cairan Leng sik giok ji telah
menambah tenaga dalamnya, semangat dan harapan
hidupnya kembali berkobar.
Setelah memandang sekejap ke arah Hu-yong siancu
dengan pandangan berterima kasih, ujarnya kemudian. .
"Aku sudah hidup enam tujuh puluh tahunan, tak nyana hari ini telah berhutang budi lagi kepada Han lihiap,
kebaikanmu itu tak akan kulupakan untuk selamanya"
Kemudian setelah menghela napas sedih, sambil
menengok ke arah Lan See giok dia berkata lebih jauh.
"Ketika Lan siauhiap bertemu aku malam itu.
kedatanganku saat tersebut memang kedatangan yang ke
dua kalinya"
"Kalau memang begitu, kuharap kau pun mengungkapkan seluruh duduk persoalan yang sebenarnya
kepada kami" pinta Hu-yong siancu cepat-cepat.
Paras muka Toan Ki tin berubah menjadi serius, katanya
agak gelisah. http://kangzusi.com/
"Sebelum kuteruskan ceritaku tentang peristiwa tersebut, sekali lagi ingin kutandaskan yaitu Lan tayhiap bukan tewas di tangan ku- "
"Lalu siapa yang telah melakukan per buatan keji itu"
Apakah Si Yu gi?" tak tahan Lan See giok membentak keras dengan kening berkerut.
Toan Ki tin segera menggelengkan kepala nya berulang
kali. "Bukan, pada mulanya aku sendiripun curiga kalau
peristiwa ini hasil karya dari Si- oh-cu."
Hu-yong siancu kuatir Lan See-giok menjadi mata gelap
saking marahnya, maka dengan suara tenang ia segera
menimbrung. "Anak Giok, sekarang kita sudah mencapai tahap
menjadi terangnya duduk persoalan, kau tak usah kelewat
terburu napsu, berilah kesempatan kepada Toan pacu untuk menceritakan pengalamannya, kemudian kita cocokkan
dengan apa yang kita ketahui dan di ambilkan
kesimpulannya, dari situ kita akan mengetahui apakah
ucapan Toan pacu benar atau salah."
"Perkataan Han lihiap memang sangat tepat" Toan Ki tin segera menimpali, "orang yang membunuh ayahmu betul-betul bukan aku, tunggulah sampai kuceritakan keadaan
yang sesungguhnya nanti. kau pasti akan mengetahui
dengan sendirinya apakah ucapan-ku itu benar atau salah.."
Berbicara sampai di situ ia berhenti sejenak, lalu
berpaling ke arah puluhan jago yang masih berdiri
dikejauhan sana dan mengulapkan tangannya.
Puluhan orang jago tersebut serentak mengundurkan diri
dari situ, bahkan para dayang yang semula bersembunyi
http://kangzusi.com/
dibalik pintu ruang perahu pun sekarang berlalu semua dari situ.
Dari sikap Toan Ki tin ini, Hu-yong siancu, Lan See
giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera berkesimpulan bahwa orang ini belum pernah membicarakan peristiwa
tersebut kepada siapa pun. karenanya dia pun tak ingin
anak buahnya ikut mengetahui rahasia peristiwa tersebut, apalagi kalau sampai membocorkan ke tempat luaran
bahwa Si Yu gi memang tewas di tangannya.
Begitulah, menunggu sampai anak buah nya sudah
berlalu semua, Toan Ki tin baru berkata kepada Hu-yong
siancu. "Silahkan kalian berempat duduk dulu untuk mendengarkan ceritaku ini . . . "
Hu-yong siancu mengangguk dan duduk lebih dulu, Lan
See giok, Si Cay soat dan Ciu Siau cian segera turut duduk pula di atas geladak, untung lantai geladak amat bersih dan berkilat. sehingga mereka tak usah kuatir akan mengotori pakaian mereka.
Setelah menghembuskan napas panjang dan termenung
sejenak, Toan Ki-tin baru berbicara dengan suara rendah.
"Oleh sebab ada orang menyaksikan aku bersama Si Oh-cu sedang berbisik bisik dalam hutan, biarlah aku mulai
bercerita sejak bertemu dengan Si Yu gi saja.
"Menjelang senja hari itu, aku sedang berjalan melalui kuburan Leng ong bong, tiba-tiba kujumpai si Makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi dari telaga Pek toh oh sedang celingukan di belakang sebatang pohon dengan sikap yang
sangat mencurigakan, dia seperti lagi mengintip seseorang atau mungkin juga sedang menguntit seseorang,
http://kangzusi.com/
Tergerak hatiku waktu itu maka akupun menerjang ke
arahnya, Si Yu gi nampak amat terkejut atas kehadiranku
ini, tapi dengan cepat dia memberi tanda kepadaku dan
mengajakku ke luar dari hutan terus menuju ke utara.
"Aku tahu, tentu sudah terjadi sesuatu yang tak beres, karenanya ku ikuti terus di belakangnya, tiba di sebuah
hutan, Si oh-cu bercerita kepadaku bahwa tiga hari
berselang dia telah berhasil menemukan tempat persembunyian dari Lan tayhiap."
Mendengar sampai disini, Lan See giok segera
menyimpulkan bahwa jejak ayahnya berhasil ditemukan
oleh si Makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tatkala ayahnya menghantar ia pergi ke rumah bibinya tempo hari akibat
nya musibah datang menimpa dirinya..
Berpendapat demikian, tanpa terasa dia melirik sekejap
ke arah Hu-yong siancu.
Agaknya Hu-yong siancu pun mempunyai perasaan yang
sama, karena itu perasaan sedih dan murung segera
menyelimuti wajahnya. Sementara itu Toan Ki tin telah
bercerita lebih jauh.
. . waktu itu aku masih setengah percaya setengah tidak
sesudah mendengar cerita dari Si Yu gi, agaknya Si Yu gi pun dapat melihat kalau aku tidak percaya, maka dia pun
melukiskan banyak sekali lingkaran-lingkaran di atas tanah, setiap lingkaran melambangkan sebuah kuburan raksasa,
bahkan menunjukkan dimanakah Lan tay-hiap menyembunyikan diri, dia bilang letak tempat tersebut
berada di urutan delapan sebelah kiri."
Diam-diam Lan See giok menghela napas panjang, dia
tak menyangka ayahnya yang selalu cekatan dan pintar,
waktu itu bisa berbuat begitu gegabah, mungkin dia sedang merenungkan keselamatannya dalam perjalanan menuju ke
http://kangzusi.com/
rumah Hu-yong siancu sehingga tidak dirasakan olehnya
kalau orang sedang menguntitnya secara diam-diam.
TERDENGAR TOAN KI-TIN berkata lebih jauh.
"-Ketika kujumpai Si Yu gi menjelaskan dengan amat
terperinci, diam-diam aku merasa amat gembira, tapi
akupun tak tahan bertanya kepadanya mengapa tidak
berusaha masuk sendiri untuk merampas benda mestika itu"
Kata Si Yu gi, tenaga dalam yang dimiliki-nya amat
terbatas dan ia sadar bukan tandingan Lan tayhiap, apabila dia masuk secara gegabah berarti hanya akan menghantar
nyawa dengan sia-sia belaka. itulah sebabnya dia minta
pertolonganku untuk bekerja sama dengannya.
"Aku percaya dengan perkataannya begitu saja, bersama Si Yu gi kami bersama-sama kembali ke kuburan Leng ong
bong dan masuk kembali ke hutan siong, waktu itu hari
sudah gelap. ketika kami berdua sampai di kuburan nomor
delapan, ditemukan pintu kuburan secara kebetulan masih
terbuka lebar. maka akupun diam-diam menyelundup
masuk ke dalam, berjalan baru puluhan kaki, kami jumpai
setitik cahaya lentera yang redup muncul di depan sana. ."
Ketika mendengar sampai di situ airmata Lan See giok
tak bisa dibendung lagi dan segera jatuh bercucuran
membasahi wajah nya. darah yang mengalir dalam
tubuhnya turut bergolak keras.
Hu-yong siancu nampak mengucurkan pula air mata,
sedang Siau-cian serta Cay soat kelihatan sedih.
Terhadap sikap dari Lan See giok beberapa orang itu,
Toan Ki tin bersikap seolah-olah tidak melihat, pikiran dan perasaannya seperti sudah balik kembali pada peristiwa
setahun berselang.
http://kangzusi.com/
Sambil mengawasi kegelapan malam yang mencekam
seluruh angkasa, dia berkata lebih jauh dengan suara rendah dan dalam-
"..ketika kulihat cahaya lentera itu, dengan terkejut segera kuhentikan langkah-ku dan berdiri dengan menempel didekat dinding, waktu berpaling, kujumpai Si Yu gi akan memperoleh keuntungan apa-apa, aku bertekad hendak
mencari suatu tempat yang terpencil untuk mempelajari isi dari kitab pusaka tersebut dan menjadi satu-satunya jago silat yang tiada tandingnya di dunia ini"
Mendengar sampai disini, Hu-yong-siancu serta Lan See-
giok segera menggelengkan kepalanya dengan perasaan iba, andaikata umat persilatan mengetahui betapa sulitnya
untuk mempelajari isi kitab cinkeng tersebut. tak mungkin akan timbul musibah sebesar ini
Melihat dua orang itu menggelengkan kepalanya
berulang kali. Toan Ki-tin juga tidak menanyakan
alasannya. kembali dia berkata lebih lanjut.
" ..waktu itu kupusatkan semua perhatian untuk
memperhatikan situasi di sekeliling tempat tersebut, namun suasana amat sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun,
agaknya di dalam kuburan itu tiada seorang manusia pun,
akhirnya akupun meneruskan perjalananku menuju ke
dalam ruangan, pada saat itulah pandangan pertama yang
berhasil kulihat adalah tubuh ayahmu tergelepar ditengah genangan darah"
Ia berhenti sejenak sambil memandang Lan See-giok
yang berdiri dengan air mata bercucuran, kemudian
lanjutnya: "Waktu itu aku sangat terkejut dan segera memeriksa ayahmu. aku jumpai dadanya masih terasa ada sedikit hawa hangat, tapi ke empat anggota badan serta bagian badan
http://kangzusi.com/
lambungnya sudah mulai membeku, dari keadaan yang
kujumpai, paling tidak ia telah tewas setengah jam
berselang.."
Sedih perasaan Lan See giok bagaikan di sayat-sayat
pisau, tanpa terasa dia membayangkan kembali keadaan
waktu itu, kemudian dicocokkan dengan apa yang didengar
dari si beruang berlengan tunggal, ketika ayahnya
ditemukan tergelepar di atas genangan darah, tubuhnya
memang sudah menjadi dingin semua
Berpikir demikian. dia pun memandang ke arah Toan Ki
tin sambil manggut-manggut tanda setuju.
Maka Toan Ki tin melanjutkan kata kata nya:
"Waktu itu aku merasa terkejut bercampur gusar,
semacam perasaan di permainkan orang mencekam diriku,
aku bertekad hendak mencari si makhluk bertanduk tunggal untuk menuntut keadilan darinya, tapi setelah kupikirkan kembali, dicocokkan pula dengan apa yang kulihat, rasanya tidak mirip dengan perbuatannya, setelah mendapatkan
kotak kecil itu niscaya Si Yu gi telah melarikan diri, buat apa dia mesti mengintip dengan gerak gerik yang
mencurigakan"
Biarpun aku mengerti bahwa harapannya tipis, tapi
terdorong oleh rasa serakah dan ingin mendapatkan benda


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadi. maka terburu-buru akupun menggeledah lagi jenazah
Lan tayhiap, kemudian aku malah menderita pelbagai
kerugian sehingga akhirnya memutuskan untuk kabur
kearah barat jalan.
Setelah kabur sejauh puluhan li dan duduk terpekur di
sebuah batu, segera kurasakan hilangnya si makhluk
bertanduk tunggal sangat aneh dan mencurigakan, kuburan
kuno itu begitu besar, mustahil Lan tayhiap akan
menyembunyikan kotak kecil itu di tubuhnya, berpikir
http://kangzusi.com/
demikian akupun balik kembali ke kuburan dan kedatanganku Waktu itu tak lain adalah saat Lan siauhiap melihat aku menggeledah almari dan pembaringan"
Berbicara sampai di situ. wajahnya menunjukkan
perasaan menyesal, tampaknya apa yang hendak diutarakan
telah selesai diucapkan ke luar.
Hu-yong siancu mendengarkan cerita itu dengan tenang,
kini dia mulai mencurigai si makhluk bertanduk tunggal,
walau dengan perasaan tidak mengerti tanyanya.
"Ketika Lo pacu menolong Si oh-cu apakah kau sempat
menanyakan sesuatu pertanyaan kepadanya?"
Toan Ki tin segera mengangguk.
"Yaa, aku bertanya kepadanya, tapi waktu itu
keadaannya sudah amat kritis. agaknya lidahnya sudah
menjadi kaku sehingga tak mampu bersuara lagi, ketika
kutanyakan tentang sebab kematian Lan tayhiap, dia cuma
dapat menggelengkan kepalanya dengan paksa tanda tidak
tahu.." Dengan kening berkerut Hu-yong siancu bertanya lebih
lanjut: "Apakah Lo pacu sudah bertanya kepada si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu gi, apa sebabnya dia tidak
mengikutimu memasuki kuburan ong bong dan selanjutnya
mengapa dia menyembunyikan diri terus menerus di kamar
sebelah?" Toan Ki tin menghela napas panjang, katanya agak
menyesal. "Sudah kutanyakan persoalan ini, Cuma sayang Si Yu gi sudah tidak mampu berbicara lagi ketika itu, ditambah lagi akupun sudah salah melukainya, perasaanku gugup dan tak
http://kangzusi.com/
tenang. tahu kalau jiwanya tak akan tertolong lagi, maka akupun masukkan tubuhnya ke dalam sebuah peti mati
bobrok." Lan See giok yang termenung lama sekali ini. segera
teringat bahwa Si Yu gi baru menghembuskan napasnya
yang penghabisan setelah Oh Ti San menotok jalan darah
kematiannya, jarak antara terluka sampai tewas ini paling tidak mencapai empat jam lamanya, dari sini bisa
disimpulkan pula kalau ketidak mampuan Si Yu gi
berbicara adalah suatu tindakan pura-pura, maka selanya
kemudian: "Menurut pendapatku, ketidak mampuan si makhluk
bertanduk tunggal Si Yu-gi berbicara merupakan suatu
tindakan siasat untuk menutupi rencana busuknya, sebab
dengan berlagak tak mampu berbicara maka banyak
bertanya kepadanya pun percuma saja, otomatis kau akan
segan untuk banyak bertanya lagi"
Toan Ki tin segera menjadi sadar kembali, sambil
menepuk lututnya dia berseru agak mendongkol:
"Benar. kalau begitu aku benar-benar sudah dibodohi oleh manusia yang licik itu"
Kemudian dengan kening berkerut dan berguman lebih
jauh: "Jika ditinjau dari situasi waktu itu, keadaan lukanya memang nampak sangat parah, paling banter dia cuma
dapat bertahan selama setengah jam saja."
Sebelum perkataan itu selesai diucapkan Lan See giok
telah menukas sambil tertawa dingin.
"Sampai hari kedua tengah hari, dia masih berbaring di dalam peti mati bobrok dalam keadaan hidup ."
http://kangzusi.com/
Mendengar ucapan tersebut, gemetar keras sekujur badan
Toan Ki tin, paras mukanya berubah hebat, ia membuka
mulutnya lebar-lebar dan hampir saja menjerit, tak kuasa lagi dengan suara rendah bisiknya.
"Lan siauhiap, kau. kau.. bagaimana cara-mu menemukan dia" Bagaimana kemudian keadaannya?"
Tanpa berpikir panjang Lan See-giok menyahut:
"Dia baru tewas setelah ditotok jalan darahnya secara diam-diam oleh si manusia bengis bertelinga tunggal Oh
Tin San" Sekali lagi Toan Ki tin menepuk lututnya sambil berseru
penuh pengertian.
"Yaa, tak salah lagi, ternyata Oh Tin san memang hadir di sekitar kuburan Ong -bong waktu itu, bulan berselang
aku pun mendapat tahu hal ini dari laporan seorang saudara mata-mata, dia pernah melihat Oh Tin san muncul di
sekitar kuburan Leng ong bong dan lenyap dengan begitu
saja. itulah sebabnya aku telah mengerahkan segenap
kekuatan Lim lo pah untuk datang menantang Oh Tin san
kali ini, maksudku adalah agar dia serahkan kotak kecil
tersebut" Untuk menghindarkan suatu pertumpahan darah di
tempat tersebut, cepat-cepat Hu-yong siancu menimbrung:
"Isi kotak kecil itu adalah kitab pusaka Tay lo hud bun Pwe tiap cinkeng, tapi kitab tersebut sudah ditarik kembali oleh To Seng cu locianpwe, biarpun Oh Tin san berhasil
memasuki kuburan kuno. namun dia tak berhasil
mendapatkan kitab pusaka tersebut, jadi kaupun tidak usah mengerahkan
bala bantuanmu untuk melakukan pembunuhan lagi,"
http://kangzusi.com/
Biarpun Toan Ki tin merasa rada kecewa, namun diapun
bersyukur di hati. kecewa karena gagal mendapatkan kitab pusaka, tapi bersyukur, karena dia berhasil lolos dari lubang kematian bahkan secara tidak disangka telah mendapatkan
setetes cairan Leng sik giok ji yang mahal harganya.
Karenanya sesudah mendengar perkataan dari Hu-yong
siancu ini, dia pun mengangguk berulang kali seraya
berkata dengan sungguh-sungguh.
"Terima kasih banyak atas petunjuk dari lihiap, malam ini juga aku akan pulang ke telaga Tong ting dan
selanjutnya akan meneruskan hidupku sebagai seorang
nelayan" Hu-yong siancu yang mendengar ucapan mana kontan
saja memuji. "Jikalau lo pacu benar-benar melakukan apa yang
dijanjikan, kejadian ini benar-benar merupakan rejeki bagi segenap nelayan di telaga Tong ting, Lo pacupun tentu akan disanjung dan dipuja oleh setiap umat persilatan!"
Ketika mendengar ucapan mana. sekilas rasa bangga
membayang di wajah Toan Ki tin yang jelek, katanya
kemudian dengan hormat.
"Semoga saja apa yang dikatakan lihiap bisa terlaksana, aku tentu akan bersyukur atas nasehatmu hari ini."
Hu-yong siancu manggut-manggut sambil tertawa,
setelah melihat keadaan cuaca, dia pun berkata sambil
mengangguk: "Kentongan ketiga sudah lewat, biar aku segera mohon diri lebih dulu.."
Tidak sampai Hu-yong siancu menyelesaikan kata
katanya, Toan Ki tin telah menukas dengan gembira.
http://kangzusi.com/
"Aku akan mengantar kalian berempat.."
Kemudian sambil bangkit berdiri dia membentak,
"Siapkan sampan cepat!"
Suara sahutan bergema dari buritan perahu dikejauhan
sana. Hu-yong siancu memang berharap Toan Ki tin berbuat
demikian, maka tidak sungkan bersama See giok berbangkit berdiri.
Suara tali gemerisik berbunyi, kemudian dari buritan
kapal muncul dua buah sampan yang melesat tiba dengan
kecepatan tinggi, dalam waktu singkat perahu itu sudah tiba di ujung perahu:
"Sampan kecil ini terdiri dari dua ujung yang runcing sehingga sulit untuk dibedakan mana buritan mana geladak, di muka maupun belakang semuanya terdapat empat buah
dayung sehingga tidak heran kalau perahu itu dapat
meluncur datang dengan kecepatan tinggi.
Menjumpai hal tersebut, Hu-yong siancu segera berkata
sambil tersenyum.
"Sampan kecil yang kami tumpangi telah ditenggelamkan semua oleh perahu kalian, yaa apa boleh
buat terpaksa aku mesti meminjam sampan dari pacu!"
Toan Ki tin tertawa terbahak bahak:
"Haaahhh- haaahhh- haaahhh - cuma sampan kecil apa
sih artinya, silahkan lihiap gunakan kedua sampan tersebut"
"Tidak usah dua, sebuah pun cukup!"
Sementara pembicaraan berlangsung, sampan kecil itu
sudah berhenti, maka Hu-yong siancu berempat pun pindah
ke sampan sebelah kiri, sedangkan Toan Ki tin seorang
http://kangzusi.com/
berada di sampan sebelah kanan, dimana ke dua sampan itu segera meluncur ke depan bersama sama.
Puluhan buah kapal besar yang semula mengelilingi
kapal keraton, sekarang sudah mulai berpencar makin
menjauh. Ketika Lan See-giok berpaling, dia jumpai dua buah
lentera merah yang tergantung di atas tiang kapal keraton itu sedang digoyangkan ke kiri dan kanan secara pelan-pelan, agaknya sedang memberikan suatu kode rahasia.
Angin malam berhembus semakin kencang di atas
permukaan telaga, gelombangpun makin tinggi, tapi ke dua sampan itu masih meluncur dengan kecepatan tinggi, ini
membuat udara terasa makin dingin.
Dalam waktu singkat ratusan kaki sudah dilampaui,
ditambah pula perahu perang tadi mulai bergerak menuju
ke utara, tidak heran kalau jarak diantara mereka dengan kapal berbentuk keraton itu makin lama semakin men jauh.
Hu-yong siancu segera memberi tanda kepada si
pendayung agar menghentikan sampannya. lalu kepada
Toan Ki tin yang di sampan lain dia berseru lantang:
"Lo pacu, silahkan kembali saja, lebih baik kita berpisah disini saja, semoga di kemudian hari kita dapat bersua
kembali!" Toan Ki tin tertawa terbahak - bahak, serunya dengan
penuh kegembiraan. "Malam ini aku merasa gembira,
sekali, bukan saja Han lihiap sudah menyelamatkan jiwaku
, menambah tenaga dalamku, yang lebih penting lagi adalah memberi kesempatan kepadaku untuk mengutarakan semua
kemurungan dan kemasgulan yang telah terpendam hampir
setahun lebih dihati kecilku, sejak kini aku akan
mengasingkan diri di Lim lo pah dan selamanya tak akan
http://kangzusi.com/
berkelana lagi dalam dunia persilatan, bila suatu ketika Han lihiap, Lan siauhiap dan nona berdua melewati telaga Tong ting, silahkan mampir di Lim-lo-pa, aku pasti akan
menyambut kedatangan kalian dengan senang hati.."
Hu-yong siancu tertawa hambar, kemudian menyahut.
"Bila ada kesempatan, kami pasti akan menjumpai Lo
pacu". Agaknya dalam waktu yang sangat singkat, tabiat Toan
Ki-tin telah mengalami perubahan yang sangat besar, ia
segera tertawa terbahak-bahak dengan amat nyaring.
"Haaahhh . . . haah . . . haaahhh . . kalau memang
demikian, semoga Han lihiap baik-baik menjaga diri, maaf bila aku tak bisa mengantar lebih jauh lagi."
Siau cian dan Cay soat secara terpisah menerima ke
empat dayung yang berada di muka dan belakang sampan,
sementara ke dua orang lelaki kekar yang semula
memegang dayung kini sudah pindah ke atas sampan Toan
Ki tin. Tampaknya Cay soat dan Siau cian berniat untuk
memamerkan tenaga dalam yang dimilikinya, dia memutar
pergelangan tangannya dan sampan kecil itupun segera
melesat ke muka dengan kecepatan luar biasa .
Toan Ki tin yang menyaksikan peristiwa ini menjadi
terkejut sampai paras mukanya berubah hebat, apalagi ke
empat lelaki kekar yang lain, mereka sampai termangu
mangu di buatnya.
Ketika Hu-yong Siancu sekalian mengucapkan kata
selamat berpisah, sampan kecil itu sudah meluncur sejauh dua puluhan kaki dari posisi semula,
Siau cian dan Cay-soat baru menghentikan dayungan
mereka setelah tidak melihat Toan Ki tin lagi.
http://kangzusi.com/
"Bibi, apakah kita perlu untuk berkunjung lagi ke benteng Wi-lim-poo?" tanya Lan See giok kemudian dengan hormat.
Hu-yong siancu melirik sekejap ke arah ratusan buah
perahu yang telah berkumpul di sebelah timur itu, lalu
bisiknya dengan suara rendah:
"Duduklah lebih dulu, mari kita merundingkan persoalan ini sekali lagi sebelum mengambil keputusan."
Lan See giok mengiakan dan duduk di samping Hu-yong
siancu, sementara Cay -soat den Siau cian pun sama-sama
melepaskan pendayung dan menghadap ke arah ke dua
orang itu. Hu-yong siancu memandang sekejap ke arah Lan See
giok, setelah itu tanyanya dengan wajah serius:
"Anak Giok, menurut pendapatmu siapakah pembunuh
yang sesungguhnya ..?"
Lan See-giok mengernyitkan alis matanya, kemudian
sambil menggertak gigi menahan rasa geram sahutnya:
"Anak Giok rasa orang itu adalah si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san"
Hu-yong siancu segera mengangguk berulang kali:
"Benar, setelah mendengar penjelasan dari Toan Ki-tin malam ini, semakin terbukti kalau Oh Tin san lah si
pembunuh biadab tersebut. "
"Siapa tahu kalau hal tersebut merupakan permainan
busuk dari makhluk bertanduk tunggal?" timbrung Cay soat tidak mengerti.
Hu-yong siancu segera menggelengkan kepalanya
berulang kali. http://kangzusi.com/
"Tidak cocok dengan kenyataan bila kita berpandangan demikian, andaikata pembunuh aslinya adalah Si Yu-gi,
waktu itu pastilah dia sedang melarikan diri dengan gugup dari kuburan setelah berhasil dengan pembunuhannya,
andaikata dia yang menemukan jejak Toan pacu lebih dulu
sehingga baru berlagak sok rahasia dam mencurigakan,
untuk melepaskan diri dari cengkeraman Toan pacu, tidak
seharusnya dia memasuki kuburan Ong bong lagi dam
bersembunyi dibalik dinding sehingga akhir nya mesti
terluka." Si Cay goat segera mengangguk sambil membenarkan,
sebaliknya Siau cian menimbrung lagi.
"Berdasarkan penuturan Toan Ki tin waktu itu Si Yu gi tidak masuk ke dalam kuburan bersama-samanya.
mungkinkah dia menyusup lagi ke dalam kuburan dengan
melalui jalan rahasia baru?"
"Tentu saja," jawab Hu-yong siancu tanpa ragu, "itulah sebabnya pada mulanya aku menganggap lorong baru itu
hasil perbuatan dari si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi sebab ketika si beruang berlengan tunggal Kiong Tek ciong bertarung dengan si toya baja berkaki tunggal Gui Pakciang, secara kebetulan mereka ke luar dari lorong baru


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut. sedangkan si manusia bermata tunggal Toan Ki tin masuk ke luar lewat pintu utama, dari sini membuktikan
juga kalau dia sama sekali tidak tahu dalam kuburan itu
terdapat lorong baru. sebaliknya jika si manusia bengis
bertelinga tunggal Oh Tin san bila mengetahui kuburan
tersebut masih terdapat lorong rahasia baru, diapun tak
akan merusak tombol rahasia pintu belakang kuburan itu
secara tergesa-gesa
Biarpun si makhluk bertanduk tunggal Si Yu-gi bajingan
tengik ini bukan pembunuh sebenarnya, tapi anak- Giok
http://kangzusi.com/
yakin dialah biang keladi dari peristiwa berdarah ini" seru Lan See giok kemudian dengan penuh kebencian,
Si Cay soat segera menimbrung pula dengan gemas.
"Justru karena dialah si biang keladi dari peristiwa berdarah itu, maka gurdi emas telah menembusi dadanya
lebih dulu!"
Hu-yong siancu yang mendengar perkataan ini segera
menggelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela
napas. "Aai, inilah yang dinamakan hukum karma, siapa pula manusia di dunia ini yang bisa lolos dari kejadian tersebut?"
Seperti mengerti akan sesuatu, Siau cian ikut pula
berbicara. "Berdasarkan kesimpulan yang telah di himpun.
andaikata pembunuh paman Lan yang sebenarnya adalah si
manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin san, maka di saat si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi dan Toan Ki tin
memasuki kuburan Ong bong, mungkin Oh Tin san sudah
berada di sana, waktu itu mungkin saja ia baru membunuh
paman Lan, mungkin pula sedang menggeledah seluruh
bangunan kuburan tersebut, karena mengetahui Si Yu gi
menyelundup masuk barulah dia menyembunyikan diri di
belakang meja batu besar"
Agaknya Hu-yong siancu, Lan See giok dan Si Cay soat
mempunyai perasaan yang sama pula, maka mereka pun
mengangguk berulang kali tanpa komentar.
Berdasarkan analisanya, Siau cian berkata lebih jauh.
"Tindakan si makhluk bertanduk tunggal Si Yu gi tidak masuk bersama sama Toan Ki tin, sebaliknya secara diam-diam menyelundup masuk melalui lorong rahasia baru,
http://kangzusi.com/
mungkin- tujuannya ingin berpeluk tangan menyaksikan
harimau berkelahi, tapi diapun tidak menyangka kalau
setelah tiba dalam kuburan ternyata paman Lan telah tewas terbunuh, karena itu Si Yu gi tidak mengikuti Toan Ki-tin mengundurkan
diri dari situ karena dia berniat menggeledah semua tempat yang mencurigakan dalam
kuburan tersebut, siapa tahu disaat dia hendak melakukan penggeledahan itulah. adik Giok telah pulang."
Melihat pandangan serta kesimpulan yang diambil putri
kesayangannya Ciu Siau-cian begitu cermat dan teliti, tanpa terasa dia memandang gadis itu dengan sorot mata memuji, sementara kepalanya manggut-manggut berulang kali.
Si Cay soat segera menyela.
"Menurut penuturan enci Cian tadi. jadi kau menganggap Si Yu-gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin
San telah bersembunyi di belakang meja batu?"
Siau cian kembali mengangguk.
"Tentu saja, bila ia tahu kalau Oh Tin san bersembunyi di dalam kuburan, disaat Toan Ki tin menyelamatkan Si Yu gi dari kuburan tersebut, Si Yu gi pasti sudah menjelaskan, tentang jejak Oh Tin san, tapi kenyataannya Toan Ki tin
baru mengetahui akan gerak gerik Oh Tin san waktu itu
baru-baru ini."
"Tapi ketika itu keadaan Si Yu gi toh sudah payah
sehingga untuk berbicara saja tak mampu?" tanya Cay soat seperti baru teringat akan hal ini.
Lan See giok segera menyela.
"Hal itu tak lain hanya merupakan taktik licik Si Yu gi, bila dia tahu kalau si manusia bengis bertelinga tunggal Oh Tin san bersembunyi di dalam kuburan, dia pasti dapat
berbicara."
http://kangzusi.com/
"Jadi kalau begitu kepura-puraannya tak mampu
berbicara hanya untuk menghindari pelbagai pertanyaan
yang diajukan Toan Ki tin kepadanya?", tanya Cay soat tidak mengerti.
Lan See giok mengangguk.
"Tentu saja demikian, sebab dengan berbuat begitu
berarti dia bisa terhindar dari terbongkarnya maksud dan rencana busuk-nya, kembali Si Cay soat bertanya tidak
mengerti. "Kalau toh Si Yu gi sendiripun tidak tahu kalau Oh Tin san juga berada dalam kuburan, mengapa pula Oh Tin san
mesti membinasakan Si Yu gi?"
Hu-yong siancu tertawa-tawa, dan lantas menyela.
"Tentu saja hal ini dikarenakan Si Yu gi sudah
mendengar kalau anak Giok telah mengirim kotak kecil
perak itu kemari, dengan dibunuhnya Si Yu gi oleh Oh Tin san berarti kecuali anak Giok, hanya dia seorang yang
mengetahui tentang jejak kotak kecil itu."
"Sungguh aneh," kata Siau cian pula seolah-olah berguman, "kenapa Oh Tin san juga mendapat tahu akan tempat
persembunyian paman Lan" Dengan cara bagaimana dia menyelundup ke dalam kuburan kuno dan
membunuh paman Lan?"
"Hal ini hanya bisa di jawab oleh si manusia buas
bertelinga tunggal Oh Tin san seorang." sahut Hu-yong siancu sedih.
Ketika mendengar sampai disini, Lan See giok segera
berkerut kening, sorot mata tajam melintas lewat dari balik matanya, kalau bisa dia ingin sekarang juga memasuki
benteng Wi-lim-poo dan mencari pembunuh ayahnya itu
untuk membuat perhitungan.
http://kangzusi.com/
Maka kepada Hu-yong siancu. diapun memohon.
"Bibi, mari kita mencari Oh Tin san sekarang juga, kita dapat meneruskan perjalanan, dengan menumpang sampan
ini, kita pun bisa menantangnya secara terang terangan, jika dia bersikeras tak mau ke luar, kita bisa menyelundup
masuk dengan menyelam di bawah permukaan air."
Hu-yong siancu termenung sejenak kemudian mengiakan, maka Siau cian dan Cay soat pun bersama-
sama mendayung kembali berangkat menuju ke benteng
Wi-lim-poo. Malam itu udara sangat gelap, kecuali bintang hanya
rembulan yang bersinar redup tapi nun di ufuk timur sana setitik cahaya putih sudah mulai muncul.
Ratusan perahu perang Lim lo pa yang semula
berkumpul di situ, kini sudah lenyap dari pandangan mata.
Di tengah hembusan angin yang lembut, meski ke empat
orang itu tidak tidur semalam suntuk, saat itu mereka tidak merasa lelah barang sedikitpun jua.
Kecuali sampan kecil mereka yang sedang bergerak
mengarungi telaga, serta suara percikan air yang memecah ke tepian, tiada terdengar suara lain di sana.
Setelah melalui keheningan berapa saat, tiba-tiba
terdengar Hu-yong siancu menghela napas panjang.
Lan See giok dan Si Cay soat sama-sama merasa terkejut
sehingga tanpa terasa bertanya bersama.
"Bibi, persoalan apa sih yang membuatmu kesal?"
-ooo0dw0ooo- BAB 28 http://kangzusi.com/
SEDANGKAN Siau cian dengan nada mengomel
berseru pula. "Ibu memang selalu begini, bila seseorang lagi menenangkan diri, ia selalu menghela napas pendek, apa
lagi kalau tidak lagi memikirkan kejadian-kejadian lama
yang memedihkan hatinya."
Tergerak hati Lan See giok sesudah mendengar
perkataan itu. memanfaatkan kesempatan tersebut dia ingin mencari tahu keadaan yang sejelasnya dari bibinya itu.
Maka dengan penuh rasa kuatir dia menegur. "Bibi. . . ."
Tidak sampai anak muda itu menyelesaikan kata
katanya, Hu-yong siancu telah menghela napas sedih
kemudian pelan-pelan menggelengkan kepalanya.
Lan See giok tahu bahwa bibinya sedang kurang senang
hati, dalam keadaan begini biasanya persoalan apa pun
yang ditanya kan pasti tiada jawaban. Karenanya diapun
merasa enggan untuk bertanya lagi
Padang ilalang yang luas semakin dekat di depan mata,
sementara fajar pun mulai menyingsing.
Hu-yong siancu segera menenangkan hatinya, seakan
akan sedang menyimpan kembali semua kesedihan hatinya.
kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ia memberi tanda kepada Cay soat dan Siau cian agar memperlambat dayungan nya.
Dengan ketajaman matanya yang luar biasa Lan See giok
memandang sekejap ke arah padang ilalang di sebelah kiri, kemudian serunya.
"Di tempat tersebut terdapat sebuah pintu -air "
Hampir bersamaan waktunya. Cay soat dan Siau cian
telah melihat pula jalan air itu, sampan pun segera
diarahkan ke sana.
http://kangzusi.com/
Diam-diam Lan See-giok menghimpun tenaga dalamnya
ke dalam tangan untuk bersiap siaga menghadapi segala
sesuatunya, sedang kan Hu-yong siancu juga bersiap sedia, dengan sorot mata yang tajam mereka awasi situasi di
seputar sana, kuatir tibanya sergapan yang datang secara tiba-tiba..
Setelah makin mendekat, mereka temukan tempat itu
memang sebuah jalan air, di depan jalan air itu tumbuh dua lapis rumput ilalang yang tinggi, tak heran kalau tempat tersebut sukar ditemukan dari kejauhan.
Untuk berjaga jaga terhadap segala kemungkinan yang
tak diinginkan, Lan See -giok bangkit berdiri, sorot matanya yang tajam dipancarkan memperhatikan sekitar situ. sedang ke sepuluh jari tangannya bersiap sedia melepaskan
serangan ke arah tempat yang mencurigakan..
Siau cian serta Cay soat mendayung semakin kuat.
sampanpun bagaikan anak panah yang terlepas dari
busurnya menembusi jalan air selebar delapan depa itu.
"Sreeet..!"
Sampan kecil itu menerjang masuk dengan cepat.
Mendadak . . . . . dari balik hutan ilalang itu bergema suara tempik sorak yang gegap gempita "Sau-pocu telah
kembali..! "Hooore . . . sau pocu telah kembali.."
Menyusul sorak sorai yang amat nyaring itu. ilalang
disingkap orang dan muncul enam orang lelaki kekar
berpakaian renang warna hijau dengan wajah penuh
pengharapan. Lan See giok merupakan seorang yang kaya akan
perasaan, sehabis mendengar suara sorak sorai tersebut dia
http://kangzusi.com/
menjadi terpengaruh emosi. hawa murni yang telah
dihimpun pun segera dibubarkan kembali.
Siau cian dan Cay soat yang menyaksikan kejadian ini
pun dibikin tertegun.
Sebaliknya berkilat sepasang mata Hu-yong siancu, cepat
dia bangkit berdiri, lalu bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, ayolah kita makan siasat dengan siasat
cepat kau tanggapi mereka !"
Cepat Lan See giok mengunjukkan senyuman di
wajahnya, dia mengangkat tangannya dan diulapkan
berulang kali kearah ke enam lelaki kekar yang sedang
berenang mendekat itu.
Dalam pada itu, dari balik ilalang di depan sana pun
saling menyusul bergema tempik sorak yang penuh
kegembiraan, lalu dari mana-mana muncul orang yang
berenang mendekat.
Lan See-giok kuatir kehadiran mereka akan menunda
rencananya, sambil memberi tanda kepada siau- cian dan
Cay soat agar mempercepat dayungnya, dia pun mengulap
kan tangannya sambil berteriak keras:
"Musuh besar belum pergi jauh, harap saudara sekalian tetap berjaga di pos masing-masing, ingat jangan bergerak meninggalkan pos masing-masing secara sembrono!"
Sementara pembicaraan berlangsung sampan kecil itu
meneruskan perjalanannya melesat ke dalam lorong air, tapi kawanan lelaki kekar yang berada di kedua sisi lorong itu tetap memberi sambutan yang meriah. .
Hu-yong siancu sangat terharu oleh kejadian tersebut. dia tak menyangka kehadiran Lan See giok dalam benteng Wi-lim-poo mesti hanya berlangsung selama dua hari, namun
http://kangzusi.com/
kehadirannya telah meninggalkan kesan yang begitu
mendalam dihati lelaki-lelaki kekar anggota benteng itu..
Semakin ke dalam sampan itu bergerak, sambutan yang
diberikan semakin bertambah meriah, dimana mana
muncul tangan manusia yang sedang menggapai, atau
wajah-wajah gembira yang bersorak sorai..
Di samping membalas sambutan orang-orang itu dengan
senyuman, dalam hati kecilnya Lan See giok juga maju
sendiri, pikirnya.
"Yaa, dari mana mereka bisa tahu kalau kedatanganku kali ini adalah bertujuan membunuh loo-pocu mereka?"
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu lagi. muncul
banyak jalan lorong yang bercabang cabang, dalam keadaan begini Siau cian dan Cay soat tidak tahu harus menempuh
jalan yang mana.
Untung saja di kedua sisi jalan telah muncul banyak
lelaki kekar yang memberi petunjuk belok ke kiri kanan, ke barat atau utara.
Setelah menempuh perjalanan sekian waktu, akhirnya
mereka ke luar dari pepohonan ilalang yang lebat dan
semua pemandangan pun muncul di depan mata.
Seratus kaki di depan mereka, kini nampak sebuah
bangunan benteng yang besar dan kokoh. di atas lorong
benteng tergantung tiga buah lentera merah yang besar dan bergoyang goyang ketika terhembus angin.
Berhubung tempik sorak telah bergema semenjak sampan
memasuki lorong air. maka ketika sampan itu akhirnya
muncul di bawah benteng, sorak sorai yang keras pun
kembali menggema di situ.
http://kangzusi.com/
Enam orang lelaki kekar, berbaju merah celana hijau,
bersama sama meniup terompet mereka begitu melihat Lan
Se giok telah muncul di situ.
Tambur yang menderu deru seperti guntur membelah
pula keheningan. sementara para pengawal bersama sama
mengangkat tombak mereka memberi hormat.
Menyaksikan keadaan demikian, tanpa terasa Lan See-
giok jadi teringat kembali dengan upacara perkenalan yang diselenggarakan Oh Tin-san setahun berselang, hal tersebut membuat perasaannya menjadi tak karuan.
Hu-yong siancu diam-diam memberi tanda kepada Si
Cay soat dan Ciu Siau cian agar meneruskan perjalanan
untuk menghindari segala kemungkinan, setelah itu
bisiknya kepada Lan See giok.
"Anak Giok, pembunuhan atas ayahmu merupakan
dendam yang lebih dalam daripada samudra, harap kau
jangan melupakan tujuan kedatanganmu kemari!"
Lan See giok terkesiap dan buru-buru menyahut, hampir
saja air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya.
Ketika sampan berada puluhan kaki dari pintu gerbang,
suara gemerincing nyaring bergema memecahkan keheningan, pintu gerbang yang tertutup pelan-pelan
bergerak ke atas.
Agak emosi juga Siau cian dan Cay-soat setelah
menyaksikan

Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejadian ini, terutama sekali setelah menyaksikan arsitek pembangunan benteng Wi-lim-poo
yang begitu megah
Untuk menjaga segala kemungkinan yang tidak
diinginkan, Lan See giok berdiri di ujung sampan dengan
wajah serius meski senyum tetap dikulum, sementara
http://kangzusi.com/
tangannya berulang kali diulapkan untuk membalas hormat
para lelaki bertombak yang berada di atas dinding benteng.
Bagaikan anak panah yang terlepas dari busur, sampan
itu melesat masuk ke dalam pintu benteng, dari balik
benteng segera bergema sorak sorai penuh kegembiraan.
suara tambur dari bangunan loteng juga dibunyikan bertalu talu.
Sepanjang tanggul lorong air, manusia berdesakan
memberi sambutan yang meriah, malah boleh dibilang
sambutan yang mereka berikan mendekati kalap.
Diam-diam Siau - cian dan Cay soat gembira melihat
kejadian tersebut, mereka tidak mengira kalau usaha
mereka memasuki benteng Wi-lim-poo dapat berlangsung
dengan luar biasa lancarnya. dengan leganya hati mereka
sampan pun bergerak makin lamban.
Sementara itu Lan See-giok merasa keheranan oleh
kejadian yang dihadapinya, dia tidak mengerti apa
sebabnya diantara para penyambut yang amat ramai itu
sama sekali tidak nampak Oh Tin-san dan Say-kui hui"
Diapun heran mengapa masalah kaburnya dia dari benteng
tidak disiarkan Oh Tin san kepada segenap anak buahnya"
Atau mungkin mereka berdua yakin dia tak akan berani
datang ke sini lagi"
Pada saat itulah sebuah sampan kecil tiba-tiba muncul
dari ruangan tamu telaga emas dan bergerak mendekat.
Rahasia 180 Patung Mas 1 Perkampungan Misterius Seri Pendekar Cinta 4 Karya Tabib Gila Misteri Bayangan Setan 7
^