Pencarian

Penelitian Rahasia 5

Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan Bagian 5


itu, mereka mendapati tempat itu tidak tersentuh oleh badai gurun karena letak tanahnya yang unik. Kira-kira mereka masuk sejauh limabelas tombak, mereke
melihat sesosok tubuh tanpa kain penutup tergeletak dengan posisi tengkurap.
Dengan berdebar-debar mereka mendekati tubuh itu.
Tidak ada luka-luka yang parah, hanya lecet-lecet kulit terutama di sekitar perut.
Dengan hati-hati, mereka memeriksa denyut nadinya. Betapa terkejutnya hati
Odgerel ketika ia tidak merasakan adanya denyut nadi, tapi yang mengherankan tubuhnya terasa hangat, terutama di bagian Diantan.
Yamami yang tidak sabar, segera membalikkan tubuh itu.
"Ah"inkong"inkong"akhirnya rohmu menuntun kami untuk menemukan
jenasahmu!"
Sebagai gadis Mongol yang polos ia tidak menjadi jengah atau malu menatap
tubuh Yang Jing yang tergeletak lemas tanpa tenaga sama-sekali. Nafasnya
seolah-olah sudah berhenti karena tidak menunjukkan tanda-tanda detak
jantungnya bergerak.
Dengan sangat menghormat, keempat orang itu menggotong tubuh Yang Jing
dan dibawahnya menuju ke desa Taiyangmiao. Melihat pemimpin mereka
sedang menggotong jenasah, para penduduk segera berlari-lari untuk
mempersiapkan upacara adat menurut kepercayaan mereka.
Tubuh Yang Jing segera diberikan pakaian khusus yang menggambarkan
seorang pahlawan yang berjasa dan diberingkan pada sebuah papan yang
terbuat dari kayu yang berbau harum. Para penduduk berkerumun untuk melihat jenasah siapakah yang diberi pakaian seorang pahlawan.
"Anak muda, budimu sebesar gunung, dengan cara sebagai seorang pahlawan,
engkau seorang diri telah menyelamatkan kami sekeluarga dari tangan badai
gurun." Odgerel, Nyamsuren, Munkhjargal, dan Yamami bersembayang di depan tubuh
Yang Jing. Segera para penduduk membawa daging kambing gurun dan
beberapa buah-buahan untuk memulai upacara adat. Tubuh Yang Jing
dipindahkan ke tempat yang agak tinggi, dan diletakkan dengan posisi berdiri.
Para penduduk segera menyiapkan tempat pembakaran. Tidak beberapa lama,
mereka menyulut api, dana dalam waktu sekejab api sudah membubung tinggi.
Dengan cepat api itu mulai membakar kayu harum dimana tubuh Yang Jing
dibaringkan. Tetapi entah bagaimana, seluruh api yang bergerak liar itu tiba-tiba seperti tersedot oleh sebuah mulut yang tidak tampak, dan bergerak menuju
tubuh Yang Jing seperti gerakan angin puting beliung. Ketika menyentuh tubuh yang Jing, api itu padam seketika. Betapa terkejutnya orang-orang yang
berkerumun itu, ketika melihat tubuh Yang Jing diselimuti oleh sinar perak yang walaupun tipis tapi tampak bersinar gemilang.
"Oh"manusia apakah pemuda asing itu" Kenapa warna kulit di tubuh berubah
seperti itu?"
Kira-kira sepeminuman teh lamanya, tiba-tiba Yang Jing berdiri, matanya
mencorong sangat tajam walaupun sinarnya luar-biasa lembutnya. Dan sekali
lompat, ia telah meninggalkan tempat kremasi itu. Wajahnya tenang, tubuhnya seperti berselimutkan cahaya yang tipis, dan langkah ringan seperti kapas yang terbang. Inilah pengerahan ilmu Shen De Bu Fu Tui Dong Yang pada tingkat
yang sudah sempurna. Perlahan-lahan Yang Jing melepaskan ilmunya, dan
tubuhnya berangasur-angsur kembali pada keadaan normal.
"Paman Odgerel, Nyamsuren, saudara Munkhjargal, dan nona Yamami, terima
kasih atas pertolongannya menggotongku kembali ke tempat ini."
Empat orang itu tercengang-cengang melihat Yang Jing ternyata tidak binasa, bahkan bisa keluar dari hempasan badai gurun dengan selamat.
"Tianpin Er "tianpin Er" tianpinEr (Putra Gurun"putra gurun "putra gurun)!"
Para penduduk menari berputar-putar sambil menjuluki Yang Jing sebagai putra gurun.
Begitu malam tiba, para penduduk Taiyangmiao mengadakan pesta selamatan
karena bebasnya mereka dari mengganasnya Badai Gurun. Semalamsuntuk
pesta di tepi gurun Gobi itu berlangsung.
"Jing Dixiong, apakah engkau masih mau pergi ke istana Gurun Pasir?" Odgerel bertanya.
"Paman, apabila paman mau menunjukkan tempatnya, besok pagi-pagi aku
akan segera berangkat kesana."
"Jing Dixiong, istana Gurun Pasir terletak di sebelah utara Tsagaan Agui (goa putih). Tempatnya tidak berbahaya, namun perjalanan menuju ke sana tidaklah mudah, karena angin kencang disertai debu pasir sering melandah daerah itu.
Begitu sampai di Tsagaan Agui, kira-kira berjalan setengah hari akan sampai di sebuah padang pasir luas, dan di tengah-tengah padang pasir itulah letah istana Gurun Pasir."
"terima kasih paman, besok pagi-pagi sekali aku akan berangkat, terima kasih atas kebaikan hati paman."
Odgerel sangat kagum terhadap pemuda ini, ia tahu Yang Jing bukan pemuda
sembarangan. Ditemukannya Yang Jing hidup setelah terbawa badai gurun,
sudha membuktikan betapa saktinya pemuda ini. Dilihat dari sorot matanya,
warna kulitnya yang berubah terang ketika terbakar, dan juga
ketenangan,membuat orang setengah tua betul-betul takluk.
"Jing Dixiong, paman tidak bisa pergi bersamamu, namun paman ingin
memberikan ini kepadamu sebagai kenang-kenangan." Odgerel menyodorkan
sebuah benda yang dibungkus dengan kain kuning yang tampak sudah lapuk.
"Dengan benda ini, engkau akan terbebas dari ancaman racun binatang gurun,
dan bisa menjadi teman untuk berjalan di tempat yang gelap."
"Paman, benda ini lebih penting untuk paman yang hidup di daerah gurun,
apakah paman tidak mau menyimpannya untuk anak atau cucu paman?"
"Jing Dixiong, benda ini akan sangat berarti apabila berada di tangan seorang pendekar budiman seperti dirimu, terimalah!"
Melihat sinar mata Odgerel yang memandangnya dengan kasih, Yang Jing tidak
sampai hati untuk menolaknya. Ia menerima bungkusan itu dan diselipkan di
pinggangnya seperti sebuah golok kecil.
Bab 13C: PERJALANAN KE GURUN GOBI (BAGIAN KETIGA)
Pesta itu berjalan semalam suntuk. Setiap orang tampak bersuka-ria seperti
menyambut masa depan baru yang bebas dari ketakutan. Badai gurun walaupun
sangat menakutkan, tetapi dari sisi lain justru membawa dimensi-dimensi baru.
Penduduk Desa Taiyangmiao mulai membangun tatanan social baru, hubungan
antar satu dengan yang lain bertambah erat, bahkan tumbuh kasih yang murni di antara mereka. Dalam waktu sekejab, desa Taiyangmiao menjadi desa yang
di kat dengan tali kekeluargaan yang tinggi.
Malam itu tampak Yang Jing duduk di tepi api unggun. Wajahnya cerah dan sinar matanya seperti air telaga yang tenang dan dalam. Ia tampak jauh berbeda
dengan Yang Jing beberapa hari yang lampau. Sulit untuk dijelaskan unsur apa yang mengubah anak muda ini, ilmunyakah, terowongan bahwa tanah, atau
badai gurun. Yang jelas dari setiap peristiwa yang dia alami selama akhir-
akhirnya, telah merubah drastis segala hal dalam dirinya dari hawa sakti,
ginkang, khiekang, dan pengertiannya tentang sifat-sifat dan rahasia ilmu silat.
Shen De Bufu Tuidong Yang, adalah sejenis ilmu yang paling sulit dipahami,
bahkan Guru besar Zhang Sanfeng sendiri tidak pernah mencapai tingkat yang
dimiliki oleh Yang Jing, terutama jurus terakhir yang disebut Yuan Jin Wuzhi. Inti tenaga Chi dari perut bumi yang bergerak tidak beraturan dan bergulung-gulung seolah menemukan tempat untuk berhimpun di dalam diri Yang Jing yang
kosong karena ilmu Shen De Bufu Tuidong Yang. Dengan ilmu ini ia
menghimpun tenaga dan menyedot kekuatan inti Chi dari perut bumi. Pada saat ia melepaskan semua "isi" kekuatan yang terbatas di dalam dirinya, ia
merasakan betapa hebat arus kekuatan tenaga Chi yang menerobos dan
mengisi kekosongan itu. Peristiwa ini berakumulasi dengan Badai Gurun yang
menggulung dirinya dengan kekuatan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata
hebatnya. Jikalau Yang Jing belum menguasahi Shen De Bufu Tuidong Yang,
tubuhnya akan hancur lebur tidak berbentuk lagi. Shen de Bufu Tuidong Yang
membuatnya seperti sebutir pasir yang menyatu dengan pasir padang gurun
Gobi yang tidak menderita apa-apa ketika angin dasyat membawa mereka
berjuta kubik banyaknya.
Yang membedakan Yang Jing dengan pasir gurun adalah apabila pasir gurun
hanya sebagai pasir yang menerima apa saja yang angin badai itu lakukan, lain halnya dengan Yang Jing, ia seperti pasir yang bergerak menjadi satu dengan gerakan dan kecepatan angin badai. Kekuatan gerak dan kecepatan angin badai itu menjadi bagian kekuatan gerak dan kecepatan anak muda ini. Inilah rahasia terpenting dari ilmu Shen De Bufu Tuidong Yang, yaitu menyatu dengan semua
sifat dan kekuatan gerakan yang beredar di sekitarnya.
"Aku harus melakukan perjalanan cepat, karena beban pikiran kaisar Yongle
mendorongku untuk tidak berpangku tangan. Dan juga aku perlu melihat
bagaimana keadaan Lie Sian setelah terkena pukulan Lan Wu Po Huai Gu
Ge(halimun biru menghancurkan tulang). Mudah-mudahan Xiao Guihun dapat
menyelamatkan jiwanya dari maut. Jikalau terjadi apa-apa dengan Lie Sian, aku tidak memiliki muka untuk bertemu dengan De Hu koko di Tienshanbai tiga tahun lagi"
Ia jadi tersenyum sendiri ketika terkenang kenakalan Lie Sian. Masih terngiang-ngiang di telinganya apa yang dikatakan Lie Sian sebelum meninggalkan
Tienshanbai: "Hi"hi..hi " Jing Dashu (paman Jing)"kedua Long Shigong (kakek guru Long)
dan Hu shi-tai-gung (Kakek buyut Hu) ini menganggap kita masih kecil saja
sehingga perlu digendong untuk berkelana di Wulin".hihi..hi"hi?"
Tanpa terasa ia tersenyum sendiri apabila teringat Lie Sian memanggilnya Jign dashu (paman Jing), dan ia memanggil dara sakti centil sebagai Lie SianYiyi (Bibi Lie Sian).
"ha"ha"ha" Lie Sian"Lie Sian, dunia seperti selalu tertawa apabila aku
teringat tingkah-lakumu yang senang menggoda orang".ha"ha?"
Yang Jing tersenyum-senyum sendiri. Beberapa saat kemudian ia merenung
sambil mengatur rencana perjalanannya ke istana Gurun Pasir. Sementara itu, Yamami, dara hitam manis anak Odgerel tampak memperhatikannya. Tidak bisa
dipungkiri ada rasa kagum dalam hatinya terhadap Yang Jing. Begitu melihat
Yang Jing termenung, ia datang mendekatinya.
"Jing Dixiong, ayahku bilang, besok pagi-pagi benar engkau akan meninggalkan Taiyangmiao menuju ke Tsagaan Agui (goa putih), kemudian ke arah Istana
Gurun Pasir. Mengapa harus terburu-buru?"
"Nona, banyak hal yang harus kukerjakan sehingga aku harus meninggalkan
Taiyangmiao. Aku berharap nona baik-baik saja."
"Bolehkah aku pergi bersamamu karena aku mengetahui daerah itu! Jangan
kuatir aku akan bisa menjaga diriku sendiri."
"Aah..terima kasih nona, biarlah aku pergi sendiri. Desa Taiyangmiao sedang membangun, tentunya mereka sangat membutuhkan bantuan orang-orang
pandai seperti Nona dan saudara Munkhjargal."
Belum sempat Yamami membantah, tampak debu mengepul dari arah utara
menembus kegelapan malam. Gerombolan orang berkuda yang mengenakan
baju hitam-hitam yang terdiri dari enampuluh orang lebih bergerak mendekati desa Taiyangmiao. Mereka rata-rata berwajah bengis dan kasar. Gerombolan ini dipimpin oleh seorang yang tinggi besar berdarah Khitan, namanya Abahai
Huangshui, ia suka dipanggil Yelu Abahai. Ia mendirikan markas besar di tepi sungai Huangshui di Mongolia Dalam, oleh sebab itu ia dikenal sebagai Abahai Huangshui. Orangnya sangat lihai, dan tangannya beracun. Hal ini tidaklah
mengherankan karena ia murid tunggal Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan). He Lang (Srigala hitam) sangat menyayangi pemuda kasar tapi berotak cerdik pandai ini. Keempat Shifu nya menurunkan ilmu-ilmu yang rata-rata ganas kepadanya, sehingga ia berubah menjadi sesosok manusia iblis yang berkepandaian tinggi, cerdik, dan sangat beracun. Di samping kanan
pemuda ini duduk di atas seekor kuda putih bersih seorang gadis Bhutan.
Kecantikannya begitu khas dengan mata bundar dengan bibir merah berbentuk
delima merekah. Begitu ia menggerakkan mulutnya, nampak muncul sepasang
lesung pipit yang berbentuk bagus. Rambutnya terurai panjang dengan hiasan
berwarna ungu yang mengikat rambutnya sehingga nampak gagah, anggun, dan
berwibawa. Yang mengherankan, begitu dara jelita ini tiba, orang bisa mencium bau harum yang bukan berasal dari sejenis wangi-wangian buatan, tetapi dari tubuh dara itu sendiri, Puteri Namita, demikian namanya.
Sangat kontras pemandangan yang muncul di kalangan gerombolan berbaju
hitam itu. Puteri Namita begitu lembut, anggun, dan mempesona. Begitu orang memandangnya akan melekat kesan baik, namun begitu mata orang melihat
laki-laki yang mengiringnya, akan timbul kesan gerombolan ini adalah
gerombolan liar dan kejam.
Begitu melihat munculnya gerombolan ini, orang-orang desa Taiyangmiao
segera berlarian sambil memberikan teriakan:
"Abahai Huangshui " Abahai Huangshui " Abahai Huangshui"."
Sepertinya penduduk desa Taiyang miao merasa kuatir dan was-was terhadap
gerombolan ini. Reaksi semacam ini lumrah karena sejak sepuluh tahun yang
lalu, gerombolan sungai Huangshui yang dipimpin Abahai mengganas. Suku
manapun yang tidak tunduk kepada gerombolan ini akan segera mengalami
malapetaka yang mengerikan di tangan Abahai dan guru-gurunya. Kedatangan
Abahai dan anak buahnya hendak memaksa suku-suku di Utara tunduk kepada
bangsa Khitan di bawah pimpinan Yelu Abahai. Tujuan utamanya adalah
membangun Dinasti Liao yang bercita-cita merebut kekuasaan di Tionggoan.
Adgerel yang di ringi kedua saudaranya segera berlari menyambut pasukan
berkuda ini. Wajahnya nampak diliputi kekuatiran. Hampir seluruh laki-laki desa Taiyangmiao berdiri di belakang tiga orang ini. Dari wajah-wajah mereka nampak kesan mereka akan berperang sampai titik darah penghabisan untuk melawan
keganasan gerombolan yang baru datang itu.
"Saudara Abahai, ada keperluan apakah sehingga engkau datang membawa
pasukan besar untuk mengunjungi kami dari tempat yang jauh?"
"Adgerel, engkau sudah mengerti bahwa suku-suku di utara telah tercerai-berai menjadi suku bangsa yang kecil-kecil semenjak kejatuhan dinasti Yuan. Di lain pihak, suku bangsa Khitan telah bangkit dan ingin menyatuhkan seluruh suku di utara. Hari ini kami datang ke sini untuk meminta kesediaanmu bergabung
dengan pasukan kami. Perintah ini tetap dan tidak bisa ditolak!"
Abahai menjelaskan maksud kedatangannya dengan sorot mata mengancam.
Sedangkan Puteri Namita diam dan sorot matanya nampak sedih.
"Maafkan kami Abahai, kami menyukai hidup damai jauh dari perang yang pasti menimbulkan korban di mana-mana. Kami sudah cukup puas hidup dengan
bergaul dengan alam di mana kami hidup. Kami tidak akan menjadi pasukan,
karena kami hanyalah sekelompok orang yang suka bertani dan berburuh."
Wajah Adgerel menunjukkan ketetapan hati yang tidak akan bisa diubah oleh
siapapun juga. "Adgerel "Adgerel, engkau seorang pemimpin yang lemah. Arwah leluhurmu
akan merasa malu melihat kelemahanmu. Kelemahanmu itu tidak cocok dengan
semangat bangsa Mongol yang besar, dan yang lebih celaka lagi, sikapmu yang lemah kemusnahan bagi suku bangsa kecil yang kau pimpin ini. Saudara-saudara para penduduk desa Taiyangmiao, apakah saudara semua memiliki
sikap dan ketetapan hati seperti pemimpinmu yang lemah dan berbeda jauh dari semangat Khanmu yang besar yang pernah hidup?"
Penduduk desa itu diam saja dan tidak memberikan reaksi terhadap pertanyaan Abahai. Sungguhpun demikian, dari sikap mereka dapat dibaca, bahwa
ketetapan hati mereka tidak jauh berbeda dengan sikap hati Adgerel.
"Wahai roh Jenghis Khan "Wahai roh Kublai Khan yang agung, hari ini aku,
Yelu Abahai bersedia menjadi kaki dan tanganmu untuk memusnahkan suku
bangsa yang diam di Taiyangmiao, supaya rohmu tidak merasa malu!"
Pucat wajah seluruh penduduk desa Taiyangmiao mendengar arwah khan
mereka yang agung disebut-sebut.
"Tutup mulutmu Abahai, jangan menyebut arwah khan kami yang besar dengan
dalih seperti itu. Bangsa Mongol yang besar selamanya tidak akan pernah
tunduk dan bekerja sama dengan Khitan!"
Adgerel yang semula nampak sabar kini memperlihatkan kemarahannya.
Sikapnya pantang menyerah.
"Baiklah kalau engkau sudah terlalu bosan untuk hidup. Majukan tiga orang yang merasa jago untuk melawanku. Apabila tiga orang jagomu itu binasa di
tanganku, kalian seluruh pendudk harus tunduk, apabila tidak mau tunduk, maka hari ini, aku Yelu Abahai bersumpah untuk memusnahkan seluruh laki-laki dan anak-anak di Taiyangmiao dan membawa seluruh anak gadismu bersama
dengan kami!"
Sehabis berkata demikian, ia melayang turun dari atas kudanya dengan
entengnya. Ia berdiri di hadapan seluruh laki-laki desa Taiyangmiao dengan
senyum mengejek. Seorang anak muda yang berbadan tegap dengan otot yang
melingkar-lingkar segera meloncat ke tengah arena. Anak muda bukan orang
sembarangan, ia sering merantau di Tionggoan dan berguru di banyak
perguruan silat. Ahli gulat dan pedang yang tidak boleh dipandang enteng.
"Abahai "aku akan melawanmu dengan mempertaruhkan selembar nyawaku
demi keagungan bangsa Mongol yang besar!"
Segera ia mengerahkan ilmunya dan menyerang Abahai dengan ilmu pedang
Kunlunbai. Serangannya deras dan bertubi-tubi. Gerakan ilmu pedangnya
sangat indah berdasarkan Kunlun kiamhoat yang bercampur ilmu pedang gaya
utara. Hebat sekali daya serang anak muda ini. Abahai hanya tersenyum
memandang serangan ini. Dengan gerakan yang cekatan ia memapak daya
serang anak muda itu ilmu silat tangan kosong. Sinar pedang yang menyambar-
nyambar itu tidak satupun yang mampu menyentuh tubuhnya yang bergerak
laksana burung walet.
Sudah lewat tigapuluh jurus, Abahai hanya bertahan sambil tersenyum-senyum.
Memasuki jurus selanjutnya, tiba-tiba Abahai melakukan gerakan seperti srigala menerkam, dan keluarlah arus tenaga sakti yang dasyat dari kedua telapak
tangannya yang membentuk cakar itu. Dengan berani ia menyampok sambaran
pedang dengan tangannya, kemudian terus nyelonong kearah dada anak muda
itu. Karuan saja mudah itu terpental dengan darah muncrat-muncrat dari
mulutnya begitu tersentuh tangah yang berisi sinkang yang sangat beracun itu.
Abahai tidak berhenti sampai di situ, tubuh melesat seperti dengan serangan yang sangat telengas sekali untuk membunuh anak muda itu.
Namun sedetik sebelum tangannya yang beracun itu mengambil korbannya,
sebuah bunga kaktus berwarna merah dan sebesar kacang polong meluncur
seperti meteor jatuh dan mengena tepat jalan darah di sikunya. Karuan saja
serangannya berhenti di tengah jalan, karena ia merasakan tangannya lumpuh.
Wajahnya seketika berubah beringas dan ia menoleh ke kiri-kanan untuk
mencari orang yang melemparkan bungan kaktus itu. Namun ia tidak dapat
menemukan orang yang patut dicurigai.
"Hmm"siapakah yang melemparkan bungan kaktus sekecil ini?" Ia menjadi
terheran-heran, sebab tidaklah mudah melepas bunga kaktus dengan kekuatan
begitu rupa. Belum sempat ia berpikir lama, Nyamsuren sudah melayang ringan di medan
pertempuran untuk menjadi jagi kedua.
"Aha"Nyamsuren datang mengantar nyawa. Dengan ilmu apakah engkau dapat
melawanku?"
"Abahai, aku tahu ilmu yang kau miliki jauh di atasku.Tetapi cukup kau ketahui, darah bangsa Mongol mengalir deras di tubuhku. Selembar nyawaku tidak
berarti apa-apa dibandingkan penghinaanmu terhadap leluhur bangsa Mongol.
Hari ini, Nyamsuren akan menghapus penghinaanmu dengan darah!"
Nyamsuren berdiri dengan gagah sekali. Golok yang bergagang besi hijau telah terhunus dari sarungnya. Dengan kecepatan yang mengagumkan, ia menyerang
Abahai. Segera Abahai menangkis.
"Plaak"des!"
Nyamsuren kena dihajar dadanya, sehingga ia berdiri sempoyongan dengan
darah berwarna hitam menetes. Namun, ia tidak nampak mundur selangkahpun.
Dengan kecepatan kilat ia menyerang dari segala arah. Sinar goloknya
bergulung-gulung deras mengarah ke uluh hati lawannya. Serangan golok ini
luar-biasa hebatnya.
Abahai tampak cukup sibuk menghadapinya. Selang beberapa menit, Abahai
mulai memainkan ilmu silat ajaran keempat gurunya. Luar-biasa ganas daya
serangnya. Nyamsuren dibuat mundur-mundur. Semua celah untuk
menyelamatkan diri dari serangan dasyat ini sudah tertutup, maka dengan nekad ia menyeruak ke depan sambil menyerang ke jantung lawan tanpa
menghiraukan keselamatannya lagi.
Pada detik selanjutnya, Abahai mengambil keputusan untuk membunuh
Nyamsuren yang dianggapnya berbahaya. Semangat dan jiwa besar Nyamsuren
akan membakar jiwa semua penduduk Taiyangmiao apabila tidak dibinasakan,
dan hal ini berakibat buruk bagi cita-citanya menundukkan bangsa Mongol.
Segera ia mengerahkan ilmu simpanannya yang diajarkan oleh He Lang (Srigala hitam), yang disebut: Heklang Duoya (srigala hitam menyembunyikan taring).
Ilmu ini penuh tipu muslihat licik, lihai, dan sangat beracun. Cukup terkena hawa pukulannya saja, lawan bisa langsung mati dengan darah keracunan.
"Nyamsuren, terimalah kematianmu, Heklang Duoya?"?""..!!!!"
"Des"aduh"!"
Pukulan ganas itu tepat mengenahi sasaran yang lunak, dan betapa terkejutnya Abahai ketika merasakan hawa pukulan yang membalik ke arah dirinya sendiri, ketika tangan kiri seorang pemuda Han tahu-tahu sudah menahan serangannya.
"Paman Nyamsuren, istirahatlah, serahkan orang jahat ini kepadaku."
Kata Yang Jing yang telah datang menyelamatkan jiwa Nyamsuren. Ia
memandang ke arah Adgerel seolah minta ijin untuk mencampuri urusan ini.
Adgerel nampak tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Saudara Abahai maafkan aku yang terpaksa campur tangan melihat ketidak


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adilan terjadi di depan mataku! Biarkanlah penduduk desa Taiyangmiao memilih jalan hidupnya sendiri tampak dicampuri oleh tangan dari luar, lebih-lebih yang bersifat memaksa!"
"Anak muda, berbangsa Han, berani benar engkau mencampuri urusanku!
Katakan siapa namamu, aku tidak biasa membunuh anjing yang tidak bernama!"
"Hmm"mulutmu berbisa seperti ilmumu, nama tidaklah penting bagiku, yang
terpenting adalah kebersihan hati. Hatimu sudah dipenuhi oleh angkara murka, iblis sudah menguasahi jalan pikiranmu. Jikalau engkau tidak berobah jalan
hidupmu, nafsu angkara murka yang sudah mengganas dalam jiwamu akan
merenggut nyawamu sendiri!"
"Anak muda bosan hidup"jangan berkhotbah di hadapan calon raja. Apakah
engkau berdiri sebagai jago terakhir?"
Yang Jing tidak menjawab, ia hanya menoleh kepada Adgerel sambil tersenyum
penuh kesabaran. Tiba-tiba secara serempak penduduk Taiyangmiao berseru-
seru: "Tianpin Er "tianpin Er" tianpinEr (Putra Gurun"putra gurun "putra gurun)!"
"Abahai"dengarlah, Tianpin Er adalah jago kami yang terakhir, apabila ia kalah, maka kami akan menyerahkan diri mati berkalang tanah."
"Betul"betul"apabila Tianpin Er dikalahkan olehmu, kami akan menyerahkan
diri mati berkalang tanah".mati berkalang tanah".mati berkalang tanah!"
Para pemuda desa itu berseru-seru dengan dada yang diangkat ke atas,
menandakan mereka sudah mengambil sumpah dan tekad yang tidak akan bisa
diubah lagi. Kini Abahai menatap Yang Jing dengan pandangan penuh selidik. Ia mulai
bertanya-tanya, "Apakah pemuda ini yang melemparkan bunga kaktus ke arah
jalan darah di siku kananku" Jikalau betul anak muda ini, aku harus berhati-hati."
"Tianpin Er"majulah!"
Dengan pandangan mata yang mencorong penuh wibawa, Yang Jing menatap
Abahai. "Tuan Abahai, pulanglah ke tempatmu dengan damai, janganlah mengumbar
nafsu angkara murka di tengah-tengah penduduk yang cinta damai ini." Katanya sabar.
Sejenak Abahai tidak bisa menjawab apa-apa karena ia merasa seperti mau
tunduk saja dihadapan anak muda ini. Suara itu walaupun lembut, tetapi
didorong oleh Khiekang yang luar-biasa tingginya. Ia mengeraskan hati dan
menutup telinganya. Sekonyong-konyong ia meraung seperti srigala yang lapar.
"Auuuummmmmmmmmmm?""!!!"
Raungannya berkumandang di lembah dekat padang gurun menimbulkan
suasana yang mengerikan. Bersamaan dengan raungan itu, sekonyong-konyong
tubuhnya yang diselimuti jubah hitam itu melayang ke arah Yang Jing.
"Heklang Duoya (Srigala hitam menyembunyikan taring)?"?""..!!!!"
Yang Jing hanya berdiri diam melihat serangan ini. Tubuhnya seolah-olah tidak bergerak, namun berkali-kali Abahai menyerang, ia seperti menerjang angin.
Seolah-olah tubuh Yang Jing tidak terdiri dari darah dan daging, hanya
bayangan saja. Dengan bertubi-tubi ia menyerang, dan menguras seluruh ilmu
yang ia miliki. Namun hasilnya tetap sama. Yang diserang hanya tersenyum
penuh kesabaran, diam, seolah tidak berpindah, tidak bergerak, bahkan tidak menggerakan tangan atau kakinya.
Berpuluh-puluh jurus telah dikerahkan oleh Abahai, namun satupun tidak ada
yang mengenahi sasaran. Keringat dingin mulai membasahi jidatnya.
"Anak muda ini siluman atau manusia" Mengapa tubuhnya berubah seperti
bayangan semu yang tidak bisa disentuh. Semua pukulanku amblas begitu saja
seperti memukul asap!"
Apakah yang terjadi" Inilah Shen de Bufu Tuidong Yang tingkat yang paling
tinggi, sebuah ilmu yang digubah oleh pendekar sakti Zhang Sanfeng yang
belum pernah muncul di dunia persilatan. Di dalam diri Yang Jing, ilmu ini
mencapai tingkat yang paling tinggi yang tidak mungkin dicapai oleh Zhang
Sanfeng sendiri. Memang seolah-olah yang Jing tidak bergerak, namun
sesungguhnya ia bergerak, Cuma bedanya, gerakannya memiliki kecepatan
yang sukar diukur lagi, dan tidak jarang ia bergerak menjadi satu dengan unsur gerakan yang mendekatinya. Sehingga begitu diserang, dirinya telah menjadi
satu unsur dengan gerakan dari serangan itu. Seperti sebutir pasir yang menjadi satu dengan gerakan badai gurun. Akibatnya, pukulan Abahai tidak bisa
menyentuh atau memukul pukulannya sendiri.
"Abahai berhentilah mengumbar nafsu angkara murkamu, apabila tidak, nafsu itu akan melukai dirimu sendiri." Kata Yang Jing lembut disela-sela angin pukulan yang dilancarkan Abahai.
Abahai yang sudah mengucurkan keringat dingin itu menjadi putus asa. Karena ia seolah-olah menyerang bayangannya sendiri. Karena kemarahan yang
bercampur keputusasaan yang meluap dalam jiwanya, membuat jantung tidak
bisa bertahan. Akhirnya ia jatuh seperti pohon tumbang sambil menumpahkan
darah segar dari mulutnya.
"Babo "babo"manusai manakah yang berani melukai muridku!"
Sekonyong-konyong dari serangan yang luar-biasa dasyatnya menerpa Yang
Jing dari empat penjuru mata angin.
"Blaaaar?"!"
Keempat serangan saling bertemu di udara menimbulkan bunyi ledakan yang
memekakan telinga. Sedang yang diserang hanya berdiri tenang dengan sorot
mata mencorong penuh kelembutan.
"Selamat bertemu lagi Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan) Lao Qianpwe, apakah keada cuwi berempat baik-baik saja?" Kata Yang Jing
ramah. Muka empat manusia kembar yang berona pucat itu menatap Yang Jing dalam-
dalam. "Hei"kau pemuda setan yang mengagalkan upaya kami membunuh kaisar
Yongle, mengapa kau berada di tempat ini?"
Empat kakek kembar yang tinggi kurus dan berwajah pucat seperti mayat hidup ini menatap Yang Jing dengan sorot mata beringas.
Begitu melihat Yang Jing, seperti dikomando keempat kakek itu segera saling mendekat. He Lang, Huang Lang, Bai Lang dan Zi Lang secara serempak mulai
mengangkat kedua tangannya yang berkuku panjang dan berwarna berbeda-
beda itu di depan dada masing-masing.
"Huang Di gempur bagian kakinya, Bai Di bergerak ke arah perut, dan kau Zi di tusukkan kuku-kukumu ke arah matanya, sedangkan aku akan mengerahkan
Moshu (hoatsut atau sihir), untuk mengacau pikirannya!"
"Anak setan"istirahatlah"engkau sudah ngantuk dan mau tidur ".tidurlah"
tidurlah!"
Suara Heklang bergetar dan berpengaruh sekali. Sebagian besar orang yang
paling dekat dengan medan pertempuran tanpa terasa mulai menutup matanya
dan sebentar saja sudah tertidur sampai terdengar dengkurnya.
Yang Jing memandang Heklang sambil tersenyum. Dari matanya keluar sinar
terang seperti perak, begitu terang dan berwibawa. Hek Lang sangat terkejut dan cepat-cepat menundukkan kepalanya karena tidak kuat menahan wibawa yang
keluar dari mata anak muda sakti ini.
"Gempur"!"
Segera terdengar suara gemuruh dari tangan keempat manusia kembar itu
mengarah kepada Yang Jing. Semua serangan serangan ini adalah serangan
maut yang jikalau tersentuh sedikit saja akan berakibat fatal bagi Yang Jing.
Yang Jing dapat mencium hawa beracun yang keluar dari pengerahan sinkang
keempat kakek itu. Ia segera mengerahkan ilmunya untuk mengusir hawa
beracun itu. Tubuhnya mencelat ke atas dan melakukan gerakan ke delapan
penjuru. Ia bersilat dengan menggunakan Shen Yu Xing Quan (jurus Dewa
mengatur bintang). Berbeda dengan yang sebelumnya, kini dari tubuh Yang Jing bukan lagi mengeluarkan sinar sebentar terang sebentar redup, melainkan
lapisan terang yang membungkus seluruh tubuhnya seperti lapisan perak yang
tipis. Inilah ilmu silat Shen Yu Xing Quan yang dimainkan dengan pengerahan tenaga sakti Shen de Bufu Tuidong Yang. Akibatnya luar-biasa sekali, ia
menyedot dan mengendalikan tenaga sakti beracun yang keluar dengan cara
yang tidak pernah dipikirkan oleh keempat iblis ini sebelumnya. Anak muda ini membuang hawa beracun iut ke udara sehingga di atas mereka kira-kira berjarak empat tombak tercipta semacam awan yang berwarna sesuai dengan sifat racun
dari keempat manusia iblis itu. Masih untung Yang Jing tidak memiliki hati jahat terhadap mereka, kalau tidak, ia akan dengan mudah mengendalikan hawa sakti beracun itu untuk dikembalikan kepada pemiliknya.
Keempat kakek kembar itu menjadi sangat penasaran, segera mereka menarik
pukulan beracun, dan menyerang Yang Jing dengan ilmu silat yang
mengandalkan gerak cepat yang silih-berganti.
Yang Jing memandang keempat kakek ini seperti orang tua memandang anak-
anak kecil yang nakal. Ia diam di tempat semula, dan dengan tenang melayani keempat kakek itu dengan Shen de bufu Tuidong Yang. Tidak ayal lagi, seperti halnya Abahai, jangankan menghantam, menyentuh baju Yang Jing saja mereka
tidak mampu. Tubuh Yang Jing seolah-olah dipontang-pantingkan dengan
pukulan mereka, namun yang aneh, tidak satu pukulanmu yand dapat mendarat
di tubuh anak muda ini, mereka seperti memukul benda yang sangat rendah,
sehingga sebelum pukulan itu sampai, hawa pukulannya sudah membuat tubuh
Yang Jing melesat lenyap ke arah yang berbeda-beda.
"Auummmmmm?".!"
Tiba-tiba mereka berempat mengaum dengan suara yang luar-biasa hebatnya.
Sampai-sampai ada empat atau lima orang pemuda terlempar dengan tubuh
tersayat-sayat seperti habis diserbu srigala.
Yang Jing yang diserang secara langsung, menatap mereka dengan tajam. Arus
hawa Chi yang berputar-putar tidak karuan di udara akibat auman itu dapat
dirasakan olehnya. Maka secara otomatis ilmu Yuan Jin Wuzhi bergerak di
dalam dirinya, bagaikan ulat yang lunak, elastis, dan lembut tubuhnya melesat memasuki gerakan arus chi di udara, tiba-tiba terdengar suara seperti kentut dari arah keempat manusia srigala itu.
"Ciuuut?".dut!"
Keempat orang itu tiba-tiba seperti tersumbat sesuatu sehingga tidak bisa
mengeluarkan suara dari mulut lagi. Yang lucu, suara itu kini keluar dari daerah pantat mereka masing-masing.
Begitu merasakan ada sesuatu yang basah di daerah pantat, segera keempat
kakek ini berseru kepada Abahai:
"Anging besar, mari kita pergi!"
Dengan tergesa-gesa keempat manusia srigala, dan di kuti oleh Abahai dan
rombongannya meninggalkan tempat itu. Yang Jing hanya menatap mereka
sambil tersenyum. Entah kebetulan atau bagaimana, pada saat yang sama, putri Namita juga memandang kepadanya sambil tersenyum luar-biasa cantiknya.
Yang Jing segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain karena merasa
jengah. Bab 14: DARI TSAGAAN AGUI KE ISTANA GURUN PASIR
Sebelum wajar terbit di ufuk timur, manakala gurun masih berselimutkan halimun sedingan kristal-kristal es. Binatang gurunpun masih tampak malas menggeliat, namun Yang Jing sudah berdiri menatap ke arah utara. Matanya mencoba
menembus sebuah tempat yang hendak ia tempuh di balik bukit-bukit pasir yang berserakan tidak terbilang banyaknya. Benda yang dibungkus kain kuning
mangkak pemberian Adgerel masih tampak terselip di ikat pinggang putih
dibagian kiri tubuhnya yang kekar tegap bagaikan Kunlunshan.
Beberapa saat kemudian, ia dikejutkan dengan munculnya begitu banyak orang
dari bungker-bunker penyelamatan. Baik tua atau muda,laki dan perempuan,
sampai pada anak-anak berdiri berderet-deret berhadapan dengan pemuda sakti tapi sangat sederhana ini. Tampak pula Odgerel, Nyamsuren, dan Munkhjargal
berdiri diantara orang banyak itu. Hanya Yamami yang tidak tampak di antara mereka.
"Tianpin Er (Putra Gurun) " akhirnya engkau segera meninggalkan kami."
Kata seorang anak berusia kira-kira sepuluh tahun.
"Kapan engkau kembali ke sini dan mengajarku menjadi Tianpin Er?"
Kata anak laki-laki kecil itu lebih lanjut. Yang Jing mendekati anak itu dan mengelus kepalanya.
"Siapa namamu anak baik?"
"Khaligudar."
"Khaligudar, suatu hari aku akan datang lagi untuk mengajarmu beberapa hal
agar kau bisa menjadi Tianpin Er sejati. Sekarang aku harus pergi untuk
menunaikan tugas penting."
Yang Jing kemudian menoleh ke arah deretan orang banyak itu sambil
merangkapkan kedua tangannya di atas dadanya.
"Selamat tinggal saudara-saudaraku, Tianpin Er tidak akan pernah melupakan
Taiyangmiao." Katanya perlahan.
Setelah itu ia berjalan perlahan meninggalkan desa Taiyangmiao.
"Selamat jalan Tianpin Er?"..!!!" Seru orang banyak itu hampir berbarengan.
Kira-kira hampir duapuluh tombak ia berjalan, tiba-tiba orang banyak itu hanya dapat melihat tubuh Yang Jing yang melesat bagai bayangan dan seolah
menjadi satu dengan halimun gurun. Dan dalam sekejab mata, bayangan
tubuhnya sudah berubah seperti titik kecil dan akhirnya menghilang.
Yang Jing yang telah memiliki ginkang yang tidak lumrah manusia lagi ini
melesat cepat ke arah Utara. Ia ingin sampai di istana gurun pasir sebelum fajar menyingsing. Ia tidak menyadari, ketika ia berjalan meninggalkan Taiyangmiao, pada waktu yang sama seorang dara hitam manis dengan tubuhnya yang tinggi
semampai dan mengenakan pakaian ringkas juga pergi ke arah yang sama.
Dara ini hanya membawa buntalan kecil dengan sebuah pedang tergantung di
pundaknya. Dengan menggunakan ginkang semampunya, ia bergerak menuju
Tsagaan Agui (goa putih). Bisa diduga siapa adanya dara hitam manis ini,
Yamami. Ia berusaha menyusul Yang Jing, namun bayangannya saja ia tidak
bisa melihat. Dengan berlari secepatnya, ia berharap dapat menjumpai pemuda sakti itu di tengah jalan. Betapapun cepatnya ia berlari, ia tetap saja tidak dapat menyusul pemuda itu. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk pergi ke Tsagaan Agui seorang diri.
Tsagaan Agui memiliki lekukan-lekukan alam yang unik. Disetiap lekukan
terdapat goa-goa yang jalan masuknya relatif sangat sempit. Naik-turun seperti tubuh onta tengkurap. Batu-batu putih berserakan di mana-mana. Yang Jing
melesat-lesat dari satu batu ke batu yang lain seperti bayangan Dewa bermain di atas puncak-puncak gunung. Ketika ia melihat sebuah goa putih yang terletak di bagian yang paling curam, ia sangat tertarik untuk melihat-lihat. Dengan
mengenjot tubuhnya, ia telah berada di depan goa putih itu. Desau angin yang menyelinap di tempat yang sempit ini membentuk suara berciutan nyaring
karena hempasan anging yang lebih cepat dan tajam dari tempat yang lain.
Yang Jing berdiri di antara dua dinding batu putih di depan goa itu. Bajunya berkibar-kibar tertiup angin. Rambutnya yang mulai memanjang sampai ke bahu juga berkepak-kepak seolah mau copot dari kepalanya. Matanya terbuka lebar
menatap datangnya angin yang tajam itu. Dalam posisi demikian, ia mulai
memusatkan pikiran dan tenaganya untuk melatih ilmu Tian Guo Shen Shou Ji
Feng Bao (Dewa Langit menghimpun badai). Kedua tangannya bergerak
perlahan-lahan seperti gerakan T"ai Chi Quan, lemah-gemulai, dan berlawanan sifat dengan desau angin yang menusuk-nusuk tubuhnya. Berpuluh-puluh jurus
ia keluarkan di tempat ini, namun dari wajahnya tampak bahwa ia belum berhasil memecahkan rahasia ilmu ini.
"Catatan kecil peninggalan Zhang Sanfeng Da Shigong tidak memberikan
penjelasan yang mendasar perihal ilmu ini. Shigong sendiri tampaknya
berhadapan dengan tabir misteri yang pekat sekali sehingga tidak bisa
menembus pengertian inti ilmu ini. Kongkong sendiri juga menemui hal yang
sama. Ah"tempat ini sebenarnya sangat cocok untuk melatih ilmu jenis
TianGua shen shou jifengbao. "
Yang Jing mencoba beberapa kali untuk memecahkan intisari ilmu ini, namun ia tampaknya belum berhasil. Akhirnya ia mengambil keputusan untuk menundah
latihannya. Segera setelah itu ia melanjutkan perjalanannya ke ISTANA GURUN
PASIR. Begitu sampai di wilayah istana Gurun Pasir, Yang Jing merasakan betapa
panasnya udara di daerah itu. Sengatan matahari yang diperkuat dengan lapisan pasir yang lebih mengkilat dari tempat lain, membuat pantulan sinar ini menjadi luar-biasa panasnya. Semakin dekat ke istana kecil di tengah gurun itu, semakin panas terik matahari yang dipancarkan. Pasir-pasir yang mengkilat tertimpa sinar matahari itu menyerap panas begitu luar-biasa, sehingga suhu pasir itu sendiri menjadi sangat panas.
Yang Jing berjalan perlahan sambil menggerakkan sinkangnya. Keringat
sebesar kacang sudah mulai mengucur dengan derasnya. Begitu melihat pintu
istana itu, ia semakin mempercepat langkahnya.
"Jiwi Laocianpwe penghuni istana Gurun Pasir, boanpwe, Zheng Yang Jing
mohon di jinkan untuk memasuki istana!"
Karena tidak ada jawaban, Yang Jing berjalan lebih dalam ke istana itu.
"Jiwi Laocianpwe, ijinkanlah boanpwe memasuki istana."
Tetap tidak ada jawaban. Suasana terlihat sunyi sepi seolah-olah tidak ada
kehidupan lagi. Akhirnya dengan menetapkan hati, Yang Jing melangkah masuk.
"Boanpwe masuk!"
Tidak sampai dua tombak ke depan, sekonyong-konyong serangkum udara yang
sangat kuat menerjang Yang Jing dengan hebatnya. Yang Jing yang telah
mengambil keputusan untuk tidak terlalu memperlihatkan ilmunya, tidak mau
menangkis atau memapaki serangan itu. Ia hanya menghindar sekadarnya agar
tidak membuat kedua orang tua penjaga Istana itu penasaran.
"Tidak ada seekor semutpun yang di jinkan masuk istana sebelum bisa
memenuhi empat persyaratan kami!"
Tidak lama sebelum suara itu hilang, orangnya sudah muncul di depan Yang
Jing. Dua orang kakek dan nenek yang sudah amat tua sekali dan luar-baisa
hebat keadaannya. Seluruh rambutnya berwarna putih seperti salju. Si Kakek
memiliki kulit berwarna merah, sedangkan kulit si nenek berwarna putih. Dua-duanya hanya memiliki sebuah lengan. Kakek merah berlengan kiri, sedangkan
nenek putih berlengan kanan. Kedua-duanya memiliki badan yang tegap dan
tinggi. Mereka tidak buta sama sekali, namun biji matanya tampak berwarna
seputih rambutnya.
"Anak muda, jikalau engkau tidak bisa memenuhi empat persyaratan dari kami, lebih baik engkau segera meninggalkan tempat ini dengan aman!"
Yang Jing merangkapkan kedua tangannya di depan dada, dan sambil
membungkuk sangat dalam, ia memberi hormat.
"Jiwi Laocianpwe, maafkanlah kelancangan boapwe yang menganggu
ketentraman hidup jiwi berdua. Kedatangan boapwe ke istana ini bukan
bermaksud tidak baik, melainkan hanya ingin membaca buku-buku tulisan nenek moyang boanpwe."
Tampak kedua orang itu menyukai sikap Yang Jing yang menghormat dan
sopan. "Hmm" sekedar membaca buku saja sudah berani menempuh ribuan li, dan
menerjang badai gurun. Buku sejenis apakah yang menarik dirimu sehingga
sampai di tempat ini."
"Boanpwe ingin membaca buku WULIN XINWEN JISHI (Kisah Dunia Kangouw)."
"Hua"ha"ha"ha"ha".betapa anehnya. Ternyata hanya buku sejenis itu
yang menarikmu ke tempat ini"ha"ha"ha" banyak orang ingin membuang
buku itu di tempat sampah, orang muda ini justru mau membacanya"Soan Lie
Meimei, betapa ganjil dunia ini. Dari ribuan buku yang disimpan di istana ini, hanya Wulin Xinwen Jishi yang paling sulit dibaca apalagi dimengerti. Isinya sangat ruwet, lebih ruwet dari benang ruwet. Entah sudah berapa kali aku, si tua bangka, ingin membuangnya."
"Wang Yu Shiheng, mungkin pemuda belia ini melihat sesuatu yang selama ini
tidak kita lihat. Anak muda, bolehkah kutahu namamu" Darimana asalmu"
Apakah yang kaucari dalam buku itu?"
"Boanpwe bernama Yang Jing dan bermarga Zheng, dari Wudangshan"
"Zheng" Apakah kau memiliki hubungan dengan Zheng He (The Ho)?"
"Boanpwe tidak memiliki hubungan apa-apa dengan laksamana Zheng He."
"Apakah kau anak murid Wudangbai?"
"Boanpwe belajar sedikit ilmu dari kongkong boanpwe sendiri."
"Sebutkan nama kongkongmu, anak muda!"
"Lie A Sang."
"Lie A Sang, pewaris ilmu-ilmu Zhang Sanfeng Taishifu, si tua bangka itu " ha"
ha"ha"A Sang " A Sang " kenapa tidak engkau sendiri yang datang
menengok shimeiku, Gan Soan Lie."
"Shiheng, jangan mengungkit-ungkit peristiwa lama di depan anak muda ini."
Bisik si nenek sangat perlahan sekali. Tetapi bagi telinga Yang Jing yang begitu tinggi ilmunya, sudah sangat jelas terdengar.
"Pernah apakah Kongkong dengan nenek berkulit putih dan nampak bekas-
bekas kecantikannya itu?" Yang Jing bertanya kepada dirinya sendiri.
"Yang Jing, apakah telah siap mendengar empat syarat kami?"
"Boanpwe akan mencoba memenuhinya."
"Syarat pertama, engkau harus bisa menjawab dengan tepat sebuah teka-teki
dari shimeiku. Kedua, engkau harus bisa melawan teori ilmu silat kami dengan teori ilmu silat pula. Ketiga, engkau harus bisa mengalahkan ilmu silat kami berdua dengan menunjukkan kelemahan-kelemahannya, dan sekaligus
menyerang kelemahan-kelemahan itu. Dan keempat, engkau harus bisa
memainkan ilmu silat kami setelah tujuh hari engkau membaca buku Wulin


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Xinwen Jishi. Tangan kiri mewakili ilmu silatku, dan tangan kananmu mewakili ilmu shimeiku. Apakah engkau bersedia?"
"Boanpwe akan mencoba mencurahkan segenap pikiran dan tenaga untuk
memenuhi keempat syarat laocianpwe berdua."
Du zuo jing ting shan
Zhong niao gao fei jin
Gu yun du gu xian
Xiang kan liang bu yan
Zhi you jing ting shan[/i]
Suara Nenek Gan Soan Lie terdengar merdu dan penuh perasaan ketika
melantunkan syair ini. Dari pelupuk matanya yang seputih salju itu nampak
digenangi oleh air-mata yang ditahan-tahan. Begitu sampai baris terakhir yang berbunyi "xiangkan liang bu yang, zhi you jing ting shan," nenek ini sudah tidak kuasa menahan jatuhnya beberapa tetes air-mata.
"Nah, Yang Jing, coba uraikan isi dan makna syair ini."
"Du zuo Jing Ting shan, menggambarkan seorang lelaki yang sedang kesepian
sehingga ia melarikan diri ke puncak-puncak gunung untuk mengobati kesunyian dan kesendirian yang menggerogoti jiwanya. Sungguhpun demikian ia hanya
bisa duduk sendirian di gunung Ting Jing."
Mata nenek Soan Lie nampak berkedip-kedip seolah-olah ia merasakan sekali
kehancuran hati lelaki yang digambarkan dalam syair itu. Ia hampir setengah berdiri untuk mendengar uraian Yang Jing, sepertinya ia tidak mau kehilangan satu katapun.
"Teruskan, bagaimana dengan baris berikutnya?"
" Zhong niao gao fei jin, artinya sekawanan burung terbang tinggi, guyun du gu xian, awan juga kesepian, berbuatpun sia-sia. Begitu lelaki itu mendongak ke atas, ia melihat sekawanan burung terbang tinggi. Untuk apa terbang tinggi" Ia melihat burung-burung itu seperti kawan-kawan yang telah pergi
meninggalkannya, seperti meninggalkan awan sendiri yang mengisi waktu
dengan sia-sia. Yah"lelaki itu merasakan waktu demi waktu yang ia lalui, terasa begitu sia-sia."
Nenek Soan Lie kini berdiri mendekati Yang Jing, matanya terbelalak menatap pemuda ini.
"Jing er (Anak Jing), teruskanlah anak baik"teruskanlah"oh, Tuhan"uraian
yang kauberikan hampir mendekati kenyataan yang tidak pernah kupikirkan
selama ini"teruskanlah anak baik."
"Xiang kan laing bu yan, zhi you Jing Ting Shan, apabila bisa hidup saling
memperhatikan, dua-duanya tidak akan pernah merasa lelah. Dibagian ini, lelaki itu ingin sekali mencurahkan perhatian, cinta, dan kelembutannya kepada orang yang dicintainya, namun itu tidak kesampaian, yang tinggal hanyalah gunung
Jing Ting. Ia memimpikan itu terjadi supaya kedua-duanya tidak menjadi lelah, namun, ya"laki-laki hanya mendapati dirinya sepi seorang diri."
Sampai di sini, menangislah nenek itu terisak-isak. Walaupun suaranya kecil, namun terlihat sangat menyedihkan.
"Sang ko " Sang ko, betulkah itu sesungguhnya perasaanmu kepadaku" Oh"
Sang ko, sudah hampir empatpuluh tahun aku merenungkan syair terakhir yang
kau kirimkan kepadaku, baru hari mataku terbuka dan pikiranku mengerti?"
Kata Nenek ini berbisik-bisik, matanya memandang ke atas seperti menyesalkan sesuatu.
"Shimei"apakah teka-tekimu telah dijawab dengan betul oleh anak muda ini?"
"Shiheng, mari kita teruskan dengan syarat kedua."
"Lemah gemulai, melunakkan hawa dari dalam Diantan, berputar dari atas terus ke bawah memecah-mecah poros Chi. Membuka hawa, menghimpun hawa sakti
yang berputar-putar di alam semesta. Dimanakah titik berbahaya jurus ini dan dimanakah inti kehebatannya?"
Mata Yang Jing mencorong tajam begitu mendengar uraian ilmu silat yang harus ia pecahkan.
"seperti Dewa menghimpun badai, diantan bukan dibiarkan melunak, tetapi
bergerak lembut mengikuti unsur yiquan (kemampuan untuk merasakan gerak
refleks yang beredar di seluruh tubuh dalam reaksi terhadap perubahan unsur gerak, energi, dan kekuatan di alam semesta). Dengan demikian, ia tidak
membuka pintu bahaya, melainkan mengerutkan sinkang, menghimpun di jinjiu
(hawa sakti bumi). Begitu gerakan kilat melingkar-lingkar dilancarkan, sinkang yang telah menghimpun Dijinjiu itu dilepaskan dengan bebas, di sinilah letak kedasyatannya, karena unsur yiquan dapat menghalau semua bentuk serangan
dari manapun, dan pada saat yang sama jiejin Shen huan linghun (dorongan
dewa melingkar sukma) memporak-porandakan pertahanan lawan. Kemanapun
lawan bergerak, jiejin Shen huan linghun sudah melingkarinya, sehingga ia tidak akan dapat melepaskan diri dari serangan ini."
"Aha"anak muda hebat"anak muda hebat"sekaranglah, jangan tanggung-
tanggung, bukalah mata kami berdua, sambutlah"!!"
Kedua kakak dan adik seperguruan itu segera menyerang Yang Jing dengan
ilmu yang luar-biasa aneh dan hebatnya. Dua lengan tunggal mereka
mengeluarkan suara mencicit menggiriskan. Gerakannya selain cepat, juga kuat tidak kepalang. Yang Jing segera melompat keluar dari ruangan dalam istana itu.
Dua pasang pendekar tua itu juga mengikuti gerakannya. Yang Jing menjadi
silau melihat kehebatan ilmu yang didemontrasikan mereka berdua. Daya
gempurnya bukan main, dan ginkangnya juga sangat istimewa. Yang Jing
menjadi sangat gembira, dengan jeli ia memperhatikan setiap jurus yang mereka mainkan. Tubuhnya meliuk-liuk diombing-ambingkan oleh ilmu kakek dan nenek
itu. Hampir tigaratus jurus mereka melabrak Yang Jing dengan sangat hebat,
namun Yang Jing seperti bayangan dewa yang bergerak serasi dengan gerakan
ilmu mereka, sehingga jangankan memporak-porandakan pertahanan pemuda
sakti ini, menyentuh ujung bajunya saja hampir-hampir tidak bisa dilakukan, karena begitu diserang, secara aneh dan ajaib tubuh pemuda itu berubah seperti ulat yang dapat ditekuk-teku sesuka hati. Begitu elastis dan ringan sekali.
Setelah mereka berdua menghabiskan hampir empatratus jurus, Yang Jing
sudah dapat mengerti sifat dan kehebatan ilmu mereka berdua. Sekarang ia
akan mencoba kehebatan ilmu Shen Yu Xing Quan.
"Bu linghun, bu po "jishu shouzhu (bukan roh bukan jiwa"menghitung
gerakan), jiejin Shen huan linghun (dorongan dewa melingkar sukma),
menaklukan jinjiu guihun (kekuatan siluman), mengatur jinjiu xing (bintang
sakti)." Begitu Yang Jing memainkan Shen Yu Xing Quan, maka terjadilah pertandingan
yang luar-biasa indah dan hebatnya. Kakek dan nenek itu menjadi sangat
gembira, sehingga mereka tidak segan-segan mengeluarkan seluruh ilmu
simpanan yang mereka telah selama puluhan tahun.
Angin pukulan dari kedua belak pihak mengakibatkan bunyi yang kadang-kala
meledak-ledak, tetapi tidak jarang seperti saling menyayat.
"Hiaat"blaar"des"!"
Ilmu kedua orang harus diakui sangat hebat, sehingga bisa menandingi
kemujijadan ilmu Shen Yu Xing Quan.Hebat"sungguh pertarungan silat tingkat
tinggi yang sangat hebat.
Shen Yu Xing Quan yang dimainkan Yang Jing memang sangat istimewa. Dari
kedua tangannya menyeruak sinar putih yang mengurung mereka berdua. Entah
berapa jurus yang dilancarkan, tidak mudah untuk mengikuti dengan mata biasa.
Ilmu ini menjadi semakin hebat, kerena semua hawa sakti di dalam tubuh Yang jing telah mengalami perubahan dan kemajuan akibat pengalaman di perut bumi dan di dalam badai gurun.
Selang beberapa lama, Kakek Wang Yu tiba-tiba melompat mundur di kuti oleh
nenek Gan Soan Lie.
"Jing er (Anak Jing) sudah cukup" engkau boleh memasuki istana."
"Terima kasih Laocianpwe, boanpwe kagum melihat kemurahan hati Laocianpwe
berdua." Yang Jing mengikuti mereka yang mengajaknya memasuki perpustakaan Istana
Gurun Pasir. Tampak ratusan buka kuno berjejer dan terawat dengan baik.
Begitu sampai di dalam, Yang Jing segera mencari Wulin Xinwen Jishi. Namun
di rak buku, Yang Jing tidak menemukan buku itu. Nenek Gan Soan Lie melihat hal ini.
"Jing Er, ayo ikut aku."
Dibawahnya Yang Jing ke ruang tengah. Di situ terdapt rak kecil dimana di
dalamnya terdapat buku-buku cerita untuk anak-anak. Dongeng yang biasanya
dipakai oleh orang tua sebagai penghantar tidur. Dan di antara buku-buku itu, terdapat buku yang tebal dengan sampul warna biru tua, dan tertera tulisan
dengan tinta hitam: WULIN XINWEN JISHI.
Bab 15: WULIN XINWENJISHI
Yang Jing mengambil buku tebal bersampul biru itu. Dengan hati berdebar-debar ia mengamat-amati buku itu.
"Ya, Tuhan " buku ini betul-betul asli tulisan tangan ilmuwan Lie Bing Zhi
sendiri. Ilmuwan berotak luar-biasa cerdas-pandai ini menuangkan hasil
penelitian dalam bentuk buku seperti ini, hmm"sungguh lihai. Ia
menyembunyikan hasil penelitiannya dalam bahasa ilmu yang dimeterai dengan
rumus ilmu-ilmu kuno yang sangat sulit untuk dipelajari. Buku ini bisa menjadi buku yang sama sekali tidak berguna apabila tidak mengerti ilmu-ilmu
perbintangan, ilmu hitung kuno, filsafat timur yang rumit dan dalam, dan lain-lain.
Walaupun jatuh ke tangan orang jahat, belum tentu orang itu bisa menebak
apalagi mengerti isi peneletiannya. Benar seorang pandai yang tiada duanya di dunia. Apabila Zhang Sanfeng Taishifu bisa mengerti buku ini, berarti guru besar ini memiliki pengertian yang setara dengan pengertian Lie Bing Zhi."
Wulin Xinwen Jishi terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berkisah tentang perang yang dimulai di jaman dinasti Sung terus meluncur ke waktu yang silam.
Bila dibaca sepintas, memang seperti buku cerita tentang perang. Namun begitu Yang Jing membaca dengan teliti pada bagian filsafat perang yang digabung
dengan penyebaran gerakan bintang, binatang seperti srigala, dan kemudian
soal sifat-sifat tanah dan pegunungan, mata Yang Jing menjadi terbeliak. Karena kisah tentang perang ini merupakan penelitian rahasia ilmu perang dari jaman ke jaman dengan pelbagai strategi.
Bagian kedua adalah dongeng soal politik. Tulisannya sangat luas dan
mengandung catatan kuno soal bagaimana berpolitik. Jebakan, tikam-menikam
di dunia politik, dan strategi politik. Penelitian ini ditulis dalam bentuk sajak dan ujar-ujar. Yang Jing tidak begitu tertarik, namun ia terus membaca juga soal politik ini.
Bagian ketiga yang menempati hampir separoh buku ini adalah berkisah tentang tokoh-tokoh persilatan. Hampir semua tokoh-tokoh persilatan kelas satu dan
yang telah menjadi dongeng saking saktinya ditulis dalam buku ini. Alurnya
betul-betul seperti cerita dongeng. Tetapi begitu Yang Jing membaca bagian
ilmu silat yang ditulis dalam bentuk ilmu hitung, ilmu vektor kuno, dan ilmu gaya (seperti fisika dan mekanika teknik jaman kuno), dan dijabarkan pula dengan ilmu perbintangan, tidak terasa pikiran Yang Jing menjadi berputar-putar ke segala arah untuk mencari tali-temali yang mengikat semua itu dalam wujud asli ilmu silat yang telah diuraikan begitu teliti lengkap dengan sifat, kharakter, dan cara melatihnya.
"Oh"mengertilah aku kini, mengapa Kongkong mendorongku sungguh-sungguh
untuk membaca buku ini, dan tidak diperkenankan mempergunakan ilmu-ilmu
tertentu sebelum membaca buku ini."
Buku ajaib yang sangat sulit, tetapi mengandung tuntunan yang mujijat.
Menghimpun Sinkang yang diteliti adalah ilmu peninggalan Tat Mo, dan tokoh-
tokoh dongeng yang hidup ratusan tahun yang lalu ditulis dengan menggunakan ilmu cahaya, daya, dan juga suhu.
Penggabungan Sinkang dan khiekang seperti Shen Ta Lek Ling Quan juga
dijelaskan dengan sebutan yang berbeda, yaitu: Waikexue Xikuang Banqian
Shengyin (membedah arus, memindahkan suara). Diuraikan di buku ini seperti
kisah seorang anak yang berlatih menyanyi di bawah curah hujan yang sangat
deras, sehingga ia harus mengimbangi suara petir yang menyambar-nyambar
seolah-olah ingin menjilat wajahnya dengan sengatan kilatnya dengan suaranya.
Ibu anak kecil ini sedang mengulurkan tangannya kilat menyambar petir itu yang segera meledak-ledak di tangannya, kemudian dipilin-pilin dengan tangannya
membentuk sebuah untaian perak yang bukan main indahnya.
Setelah menjelaskan ilmu-ilmu hebat yang ada di wulin, ia sampai pada
kesimpulan penelitiannya yang ditaruh dibagian akhir buku ini. Bagian terakhir ini berkisah tentang ringkasan seluruh sifat, kharakter, dan intisari ilmu silat. Ilmu tubuh manusia dan kekuatan ajaib yang bisa ditimbulkan dari dalamnya, ditulis dalam bentuk dongeng yang tidak menarik untuk dibaca Inilah penelitian Lie Bing Zhi yang mahapenting, yang disebut: WU TOUDENG BEN JIYI (Akar Utama
Seni ilmu Silat). Yang menarik, kesimpulan hasil penelitian ini bukannya ditulis dalam bentuk gambar-gambar jurus silat, melainkan dalam bentuk perpaduan
antara seni lukis, ilmu tubuh manusia (bahasa sekarang Human Physiology),
ilmu gaya dan daya (seperti mekanika teknik), dan sekaligus seni tari.
Yang hebat lagi, begitu Yang Jing membaca menurut pengertian sebenarnya
dari buku itu, seluruh gerakan hiat to di dalam tubuh bergerak mengikuti petunjuk buku itu. Sekali lagi, Yang Jing memang memiliki kecerdasan dan kepandaian
yang tidak lumrah manusia pada umumnya. Pengertiannya tentang berbagai
ilmu membuat pikirannya berada dalam satu garis lurus dengan logika inti yang dimaksud oleh peneliti besar Lie Bing Zhie. Alhasil, jalan pikiran dan daya mengolah buku Wulin Xinwen Jishi mengalir ke hulu yang sama dengan alur si
peneliti. Hampir-hampir Yang Jing melupakan adanya nenek Gan Soan Lie yang masih
berdiri tidak jauh darinya.
"Jing Er (anak Jing), kamu memang seorang pemuda yang aneh, bagaimana
pemuda sebesar dirimu masih tertarik membaca cerita dongeng kegemaran
anak kecil seperti Wulin Xinwen Jishi ini" Betul " betul, aku si tua bangka, tidak habis mengerti."
"Nek, seperti laki-laki perkasa dalam syair itu merindukan nenek Gan Soan Lie, demikian juga Zheng Yang Jing merindukan buku yang bermutu tinggi untuk
dibaca, itulah sebabnya mengapa boanpwe tertarik membaca buku karya
ilmuwan besar Lie Bing Zhie."
Yang Jing bukan bermaksud menyentuh perasaan nenek itu, tetapi ia ingin
mengalihkan topik pembicaraannya sehingga ia tidak perlu menjelaskan isi buku Wulin Xinwen Jishi. Namun akibatnya sangat hebat, ia melihat wajah nenek
Soan Lie berubah, nampak jelas guratan-guratan kesedihan menonjol pada
wajahnya. "Jing Er, bagaimana keadaan kongkongmu" Apakah ia baik-baik saja"
Berceritalah sedikit kepadaku perihal kongkongmu itu" maukah Jing Er?"
"Nek, bolehkah kutahu, apakah hubungan nenek dengan kongkongku, Lie A
Sang" Tahukah nenek, siapakah orang-tuaku sebenarnya?"
"Jing Er, siapakah dirimu, aku sungguh belum tahu " kelak engkau akan
mengerti sendiri hubungaku, shihengku, dan lain-lain orang dengan
kongkongmu. Sekarang, bacalah buku dongeng itu, setelah itu kita bisa
berbicara lagi soal itu."
Mulai hari itu, Yang Jing membaca Wulin Xinwen Jishi siang dan malam. Setiap hari ia membaca, keesokan harinya, selalu terjadi perubahan besar dalam
dirinya. Hari pertama, ia menyelesaikan kisah tentang anak kecil yang berlatih nyanyi di bawah curah hujan dan petir yang sangat deras. Menjelang pagi,
tampak bayangan berkelebat keluar dari istana Gurun Pasir menuju ke Tsagaan Agui. Gerakan seperti bayangan dewa yang melesat begitu saja, tidak
menimbulkan suara,dan juga betul-betul tanpa bayangan. Di depan goa putih
yang paling curam ia mempraktekan semua kisah Waikexue Xikuang Banqian
Shengyin (membedah arus, memindahkan suara). Dari remang-remang
kegelapan, kelihatan Yang Jing yang mengenakan pakaian putih mangkak itu
seperti bermain-main dengan suara angin, dan mengadu tenaga sinkang dan
ginkang dengan angin yang menerobos celah sempit dan curam di depan goa
itu. Tubuhnya bagaikan memilin-milin gelombang suara angin itu, kemudian
mendorongnya secara berlawanan dengan datangnya angin itu. Akibatnya,
timbul suara yang tinggi rendah seperti suara musik berfrekwensi tinggi
mengalun di pagi buta itu. Inilah penggabungan sinkang dan khiekang dari
pelbagai ilmu tokoh-tokoh sakti jaman dulu, yang disempurnakan menjadi satu ilmu yang disebut waikexue xikuang banqian shengyin oleh Lie Bing Zhie.
Hari kedua, ia menyelesaikan membaca kisah raja pedang menyergap bayangan
bidadari. Lie Bing Zhie menulis,
"ada sebuah pedang yang berwarna putih milik raja Akhirat. Barangsiapa yang mengerti kebenaran akan dapat memegang gagang pedang itu, tetapi yang buta
kebenaran akan tertusuk pedang. Barangsiapa mencintai keadilan, ia bisa
bergaul dengannya, apabila ia menggerakkan pedang itu, yang tampak hanya
sinar terang seterang sinar matahari, sehingga pedang itu tidak kelihatan lagi oleh mata. Apabila ia membenci kebenaran, ia tidak melihat pedang itu, tahu-tahu lehernya sudah terlepas dari tubuhnya."
Setelah membuka dongeng tentang Raja Pedang Menyergap Bayangan
Bidadari, Lie Bing Zhie menguraikannya dalam ilmu hitung, gaya, dan ilmu daya yang sangat rumit. Semua gerakan dihitung dengan perbandingan antara
kecepatan, kekuatan, dan ketepatan yang luar-biasa hebatnya. Setiap jurus yang membentuk sudut, lengkungan, dan garis lurus selalu dipadu dengan
perhitungan kecepatan, waktu, dan jarak yang sangat akurat. Sehingga begitu pedang digerakkan, pasti mengenahi sasarannya walaupun celah atau sudut
ruangnya berukuran sangat kecil dengan waktu serangan yang berkejaran
dengan kecepatan sinar. Semua rumus atau jurus-jurus ilmu pedang yang
beredar di wulin, memiliki kecepatan yang terbatas, dan selalu ada ruang untuk ditembus, demikian Lie Bing Zhie berkesimpulan, sehingga bagaimanapun lawan bergerak, Daowang Buzhuo Thianshi Ying (Raja Pedang Menyergap Bayangan
Bidadari) dengan kecepatan, jarak, dan waktu yang tepat akan dapat
menembusnya. Yang Jing mempraktekan rahasia ilmu silat pedang yang disebut daowang
buzhuo thianshi ying ini di sebuah goa putih yang banyak dihuni oleh burung-burung sejenis walet. Ia mempergunakan sebuah ranting kecil sebagai pedang.
Memang sangat berbeda dengan ilmu pedang pada umumnya. Ilmu pedang ini
hampir tidak mempergunakan jurus-jurus tertentu dengan kembangan-
kembangannya, tetapi ilmu pedang yang sederhana. Sungguhpun demikian,
begitu ranting itu bergerak, gerakannya benar-benar berpadu dengan kecepatan sinar, sehingga nampak hilang dari pandangan mata, dan tahu-tahu, beberapa
burung yang menjadi sasaran ranting itu, tidak mengetahui apa sebabnya, tahu-tahu sudah kena sergapan sinar ranting itu, sehingga tidak bisa terbang lagi.
Betapapun cepat dan ruwetnya burung itu terbang, asal Yang Jing menggerakan
"pedangnya," burung-burung itu sudah berada diujung ranting dengan urut-
urutan menurut kemauan pemuda sakti ini. Tidak seekorpun yang binasa di
ujung ranting, karena dengan perhitungan kecepatan, waktu, dan jarak yang
diramu dengan penyaluran sinkang yang tepat, pemuda sakti ini mampu
mengontrol kekuatan pedangnya dengan baik.
Hari ketiga, Yang Jing membaca kisah: Dewa bermain delapan lingkaran. Buku
ini mendongeng adanya dewa yang bermain delapan lingkaran yang memiliki
delapan warna yang berbeda-beda. Setiap lingkaran berputar dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda. Delapan lingkaran ini mengatur gerak bintang,
pergantian musim, arah angin, serta gerak sinar di bumi. Sehingga perannya
untuk mengatur sangat penting. Dengan demikian, sang Dewa harus mampu
mengubah warna dan gerak delapan lingkaran itu dalam waktu yang bersamaan.
Selisih antara kecepatan, waktu dan pola gerakan perlu memadu dengan sifat, kharakter, dan unsur delapan lingkaran itu. Lie Bing Zhie berkisah, pada saat sang dewa merasa kesulitan memecahkan cara mengubah warna dan arah
gerak delapan lingkaran itu secara bersamaan, datanglah sang seorang anak
berusia delapan tahun. Anak itu berkata,"belajarlah dari ibuku bagaimana ia merubahku menjadi seperti ini selama delapan tahun." Sang Dewa baru sadar
bahwa anak itu, "Aha"jangan masuk lingkaran, tetapi mengubah warna dan
arah lingkaran dengan cara menjadi satu lingkaran, delapan di dalam satu dan satu di dalam delapan.
Buku Wulin Xinwen Jishi kemudian berganti pola dalam bertutur, semua teori
ilmu dipergunakan untuk menjelaskan rahasia gerakan dewa itu seperti delapan dewa memainkan delapan jurus-jurus sakti, tetapi sebenarnya satu dewa yang
memainkan satu jurus yang mengandung delapan lingkaran yang maha dasyat
sehingga dalam waktu sekejab bisa mengubah warna dan arah delapan
lingkaran itu. Dari penelitian Lie Bing Zhie inilah Yang Jing menjiwai ilmu silat tunggal yang disebut DELAPAN JURUS LINGKARAN DEWA, termasuk di
dalamnya sifat, kharakter, dan kekuatan ilmu yang sudah ia miliki, seperti shen de bu fu tui dong yang, shen tak lek ling quan, Tian Guo Shen Shou Ji Feng Bao, Shen Yu Xing Quan, Shen gansuo xue bihuo (Dewa memberi salju
menyembunyikan api), Jiuguishen cheng ying zihe na xinling (Dewa mabuk
mengejar bayangan mengambil roh), dan Shen hua dizhen (dewa melukis
gempa bumi). Delapan Jurus Lingkaran Dewa inilah paling sulit dipahami, sehingga Yang Jing membutuhkan waktu empat hari untuk menjiwai ulasan Lie Bing Zhie. Satu ilmu tetapi menyangkut hampir seluruh ilmu-ilmu kelas tinggi yang beredar di rimba persilatan, yang dipecahkan Lie Bing Zhie menjadi ilmu yang maha dasyat
dengan jurus-jurus yang menuntut kekuatan sinkang, khiekang, dan ginkang
yang diulas dalam lembar-lembar pertama buku ini. Dapat dibayangkan betapa
hebatnya ilmu yang dikuasahi Yang Jing setelah membaca buku ini. Sifat dan
unsur ilmu-ilmu yang sudah ia miliki, dapat dimainkan dengan berganti-ganti semaunya.
Hari ketujuh, Yang Jing mempelajari ringkasan Wulin Xinwen Jishi yang disebut Wu toudeng ben jiyi (Akar Utama Seni ilmu Silat). Inilah intisari ilmu-ilmu dari jaman ke jaman yang disimpulkan oleh Lie Bing Zhie sebagai hasil murni
penelitiannya. Buku ini menjelaskan bahwa pada dasarnya semua ilmu yang ada di rimba persilatan hanya terdiri dari seni lukis, pemahaman tubuh manusia, kekuatan, kecepatan, dan energi. Yang Jing mempelajari hampir semua sifat-sifat dan unsur-unsur semua ilmu silat menurut penelitian Lie Bing Zhie. Tidak ada cara berlatih di bagian ini, yang ada adalah perjuangan otak untuk mengerti rahasia semua unsur ilmu silat.
Keesokan harinya, kakek berkulit merah, Wang Yu, dan nenek Gan Soan Lie
sudah menantikan Yang Jing tempat yang sama seperti tujuh hari yang lalu.
"Jing Er, tiba saatnya engkau harus bisa menunjukkan kemampuan memainkan
gabungan ilmu silat kami. Ingat, tangan kiri mewakili ilmu silatku, dan tangan kananmu mewakili ilmu shimeiku. Apakah engkau sudah siap?"
"Boanpwe akan mencoba semampunya."
Dua orang, kakek dan nenek, sakti itu segera menggebrak Yang Jing dengan
kekuatan sepenuhnya. Yang Jing yang sudah menguasahi Wu toudeng ben jiyi
sudah mempelajari ilmu kedua orang ini. Maka, mulailah ia memainkan ilmu silat kedua orang itu. Tanpa tangan kirinya bersinar kemerahan, sedangkan tangan
kirinya keputih-putihan. Pada saat ia menggempur si kakek merah, ia
mempergunakan tangan kirinya, demikian sebaliknya. Sehingga kedua orang itu sepertinya saling menempur satu dengan yang lain.
Tetapi pada jurus tigaratus empatpuluh kurang satu, kedua orang itu menjadi bingung, karena gerakan Yang Jing berlainan sifat dengan gerakan mereka,
tetapi justru gerakan inilah yang mematikan langkah ilmu mereka masing-
masing. Mereka tertotok tujuh jalan darahnya dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
membuat mereka terkejut dan hampir tidak mempercayainya.
"Wang Yu laocianpwe dan Soanl Lie Lao Dashe, dari jurus empat ratus
empatpuluh, semua arus tenaga sinkang yang cuwi laocianpwe kerahkan
mengalami kekacauan karena terbalik. Sehingga hawa sinkang itu menghantam
diri jiwi sendiri, akibatnya semua unsur di dalam tubuh menjadi kacau balau, warna kulit berubah, dan warna mata juga menjadi putih semua. Bila Jiwi tidak keberatan, gerakanlah arus tenaga Chi ke arah diantan kemudian saluran sesuai dengan sifat ngoheng (lima unsur), baru sebarkan keseluruh daerah terutama
sembilan hiat to di daerah kepala dan ujung kaki."
Mereka berdua mulai melakukan apa yang diminta Yang Jing. Setelah hari yang ketiga, warna kulit dan mata mereka kembali normal. Kelihatan sekarang, betapa tampannya kakek Wang Yu dan nenek Gan Soan Lie memiliki bekas-bekas
kecantikan yang sangat memukau. Bentuk hidung, mulut, dan kepala bahkan


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh memiliki keindahan yang seperti patung lukisan Lim Sin di jaman dinasti Han.
Bab 16: PENAWANAN DI LEMBAH HUANGSHUI
Pemuda gagah itu berjalan menuju ke arah utara, tujuannya adalah Kunlunshan untuk menjumpai Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti). Kini ia merasakan bahwa apa yang dikatakan Yang Jing perihal kaki kirinya memang benar. Setiap ia menggerakkan kaki kirinya, ada rasa nyeri yang menusuk-nusuk, dan dari ke hari menjadi semakin parah. Ilmu pusaka ciptaan pertapa sakti, shifunya sendiri, Luliang Sinshuang yang disebut Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti membuka
jalan darah) telah dilatihnya secara terbalik. Hawa sakti yang seharusnya
terhimpun untuk memperkuat daya gempur ilmu, justru memporak-porandakan
titik-titik hiat-to terpenting, sehingga darahnya keracunan.
Dengan berjalan terpincang-pincang, tanpa ia sadari, bukannya menuju ke
Kunlunshan, tetapi ke arah Lembah Huangshui, sarang gerombolan tentara
Khitan yang dipimpin oleh Yelu Abahai bersama empat shifunya, Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan). Begitu memasuki lembah itu, ia sudah di kuti oleh bayangan-bayangan orang berkelebat dari satu pohon ke
pohon yang lain. Semakin ke dalam Butong melangkah, ia menjadi semakin
heran, karena rata-rata rumah di lembah ini berbentuk seperti barak-barak
prajurit di medan perang. Tidak beberapa lama, ia didatangi oleh sekelompok orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan mengenakan pakaian
siap perang. Hampir semuanya adalah orang-orang Khitan, dan hanya terdapat
empat orang yang berbangsa Han.
"Selamat datang di markas besar pahlawan-pahlawan Khitan di Lembah
Huangshui!"
Kata salah seorang, mungkin pemimpinnya, dengan bahasa Han yang cukup
lancar. "Sebutkan nama, tempat asal, dan kepentingan saudara sehingga memasuki
markas besar kami?"
Sebagai seorang kemenakan Jendral Besar kenamaan, jendral Gan Bing, diam-
diam Bu Tong sangat terkejut melihat keberadaan prajurit-prajurit Khitan di wilayah Tionggoan, apalagi dengan mendirikan markas begini besar dan terdiri dari hampir seribu orang. Bu Tong bisa mengira-ngira jumlah prajurit di markas ini dengan melihat begitu banyak barak-barak berdiri malang-melintang di
lembah yang letaknya tertutup diantara dua bukit besar berbentuk payu-dara, dan dipisahkan oleh anak sungai Huang (Huang Ho) sebelah "menyebelah.
Pikirannya segera bekerja keras.
"Aku memasuki wilayah berbahaya. Akan menjadi sangat berbahaya apabila
mereka mengetahui aku adalah salah satu panglima pasukan khusus jendral
Gan Bing." Pikirnya.
Belum sempat ia menjawab pertanyaan orang itu, tahu-tahu di situ telah berdiri empat manusia aneh yang membuatnya melompat mundur karena terkejut
sekali. Empat saudara kembar, dengan potongan tubuh rata-rata tinggi kurus
dengan tulang rahang besar. Muka mereka pucat seperti mayat. Dan dibelakang empat manusia mengerikan berdiri agung seorang dara dengan kecantikan yang
amat memukau: Puteri Namita dari Bhutan, serta di kuti pemuda tampan dengan pakaian kebesaran seperti seorang raja, inilah dia Yelu Abahai Huangshui.
"Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan)!!"
"Ho"ho"ho"anak muda she Gan, antek jendral Gan Bing, datang mengantar
nyawa atau mau bergabung dengan pasukan yang mulia, Yelu Abahai"!"
Kini Bu Tong sadar, ia berada keadaan yang sangat berbahaya. Sungguhpun
demikian, pemuda gagah perkasa berjiwa keras tanpa mengenal kompromi
terhadap kejahatan ini telah mengambil keputusan untuk bertempur sampai titik penghabisan demi kebesaran dinasti Ming.
"Apakah maunya kalian orang tua dan prajurit-prajurit Khitan datang
mengurungku?"
"Tidak banyak yang kami mau dari dirimu, hanya satu, yaitu kesediaan saudara Gan bekerja sama dengan kami dengan pahala besar dan kedudukan." Kata
Abahai ramah-sekali.
"Bekerja sama dalam hal apa" Kejahatan" Jangan mengharapkan gerakan
tangan dan kakiku jikalau itu untuk kejahatan."
"Sabar dulu, saudara Gan, sama sekali tidak ada hubungannya dengan
kejahatan, tetapi untuk perjuangan, untuk cita-cita, dan untuk kejayaan bangsa Khitan yang besar. Bangsa Khitan akan membebaskan Tionggoan dari
cengkraman kaisar yang tidak sah, dan mendirikan dinasti Liang yang jaya."
"Hmm "pembrontakan dan rencana penjajahan atas tanah dan rakyat
Tionggoan seperti yang dilakukan bangsa Mongol. Aku, Gan Bu Tong, tidak
akan sekali-kali menjadi pengkhianat bangsa dan negara dengan menjual diri
kepada bangsa lain yang jelas-jelas memiliki maksud busuk terhadap bangsaku
" jangan bermimpi, darahku tercurah " dagingku dicacah oleh pedang, tetapi
Gan Bu Tong tidak akan pernah bekerja sama dengan musuh pemerintah Ming!"
Sambil berbicara seperti ini, ia telah menggunakan seluruh ilmu untuk bertempur dengan taruhan hidupnya.
Mendengar perkataan Bu Tong yang sangat menusuk hati itu,Abahai menjadi
sangat murka sekali.
"Tangkap pemuda bodoh itu, dan seret ke markas besar!"
Prajurit-prajurit bangsa Khitan menyerang Bu Tong begitu memperoleh perintah dari Abahai. Bangsa Khitan memang gemar berperang, dan rata-rata mereka
memiliki jiwa yang gagah berani tidak mengenal takut. Cara mereka bertempur begitu baik dan memperlihatkan kemahiran tempur yang baik sekali.
Bu Tong berpikir, jikalau yang akan menyerbu Tionggoan prajurit berkualitas seperti ini dan berjumlah banyak, pasukan paman Gan Bing akan dengan mudah
dihancurkan. Cara bertempur mereka menunjukkan bahwa para prajurit ini
terlatih dengan baik sekali. Aku perlu menyelidiki sampai dimana ilmu strategi perang yang dimiliki oleh pemuda yang rupanya sangat diagungkan itu.
Bu Tong, walaupun bertempur nyaris dengan kaki kanan saja, bukanlah lawan
yang empuk. Ilmu silat hasil gemblengan Luliang Sinshuang dan Lanhoa Sin
niang dimainkannya dengan baik. Sehingga dalam waktu yang tidak lama,
sepasukan prajurit itu dibuatnya kocar-kacir.
Melihat ini, Abahai meminta guru-gurunya segera membereskan Bu Tong
dengan cepat. Dengan ganas keempat manusia kembar itu menyerang Bu Tong
di segala jurusan. Bu Tong menjadi kelabakan dan terdesak hebat sekali.
"Sraat"aih"."
Kaki kiri Bu Tong tersayat kuku beracun Zi Lang (Srigala ungu). Maka tidak ayal lagi, kaki sebelah kirinya menjadi lumpuh seketika terkena racun ulat ungu, ulat berbisa dari Pulau Neraka. Darah berwarna ungu tua segera muncrat dari luka guratan. Melihat ini, Bu Tong betul-betul sadar jiwanya berada di ujung maut.
Dengan nekad, ia menghunus pedangnya, dan membacok kaki kirinya sebatas
siku. Ia jatuh tidak sadarkan diri karena pendarahan hebat.
"Pemuda keras hati, hmm " mengorbankan kaki kiri bagi hidupnya " hebat!"
Puteri Namita diam-diam sangat mengagumi jiwa kesatria Bu Tong.
"Bunuh pemuda berbahaya ini agar tidak menjadi kerikil dikemudian hari!" Seru Yelu Abahai.
"Tunggu dulu, jangan bunuh dia, kita masih memerlukan keterangannya tentang kekuatan dan kelemahan pasukan jendral Gan Bing!"
Tiba-tiba Puteri Namita mencegah seorang prajurit yang telah siap memenggal kepada Bu Tong dengan sekali tebasan pedang.
Segera Bu Tong diseret ke sebuah tempat dekat Huang Ho, tubuhnya
dimasukkan ke dalam jebatan harimau dan di taruh di dalam sungai. Bu Tong
segera sadar begitu tubuhnya terasa dingin. Dari kakinya ia merasakan rasa
pedih yang luar-biasa. Karena begitu pedihnya, ia mengangkat kaki kirinya,
betapa terkejutnya ketika melihat begitu banyak binatang berwarna coklat
kehitaman menyedot darahnya begitu rakus. Tubuh binatang itu sudah
membengkak penuh darah. Bu Tong merasa ngeri melihat binatang-binatang
penghisap darah itu. Namun matanya terus melotot memandang binatang-
binatang itu. Selang beberapa lama, tampak lintah-lintah sungai itu berguguran dengan sendirinya dan mati dengan tubuh kekenyangan darah.
Segera Bu Tong memungut salah satu dari lintah-lintah itu, begitu diangkat ia melihat tetesan darah berwarna ungu keluar dari lubang kecil di ujung binatang itu.
"Ah"binatang penghisap darah yang menjijikan. Tapi aku harus berterima kasih, karena mereka telah menghisap habis sisa-sisa racun di dalam darahku."
Malam tiba, dan suhu udara berubah menjadi dingin. Para prajurit yang berjaga secara bergilir nampak mangut-mangut karena siksaan rasa kantuk. Tengah
malam buta, tampak sesosok tubuh langsing melayang dengan ringan ke tempat
Bu Tong di penjara. Begitu tiba, ia segera memberi tanda dengan jari pada
bibirnya meminta Bu Tong tidak mengeluarkan suara. Bu Tong menjadi berdebar ketika mencium bau yang sangat harum keluar dari tubuh dara cantik dari
Bhutan itu. Dengan jari-jemari yang lentik indah itu, Namita menarik tali
kerangkeng itu untuk mengeluarkan Bu Tong dari dalam sungai. Dengan
cekatan sekali, ia mematahkan rantai besi pengikat kerangkeng itu dan
mengeluarkan Bu Tong. Bu Tong hampir saja jatuh terjerambab kalau sepasang
tangan yang putih bersih itu tidak merangkul pinggangnya. Dengan sekuat
tenaga, Namita membawa keluar Bu Tong dari markas itu. Belum begitu jauh ia mereka melangkah, tiba-tiba terdengar gerengan, seperti srigala marah tepat di sebelah belakang mereka.
"Namita, apa yang kau lakukan?"
Zi Lang (Srigala ungu), gurunya yang keempat membentaknya dari belakang.
Seketika puteri ini menjadi sangat terkejut. Namun sungguh aneh, ia tidak
menunjukkan rasa takut sama sekali. Dan juga tidak memperlihatkan rasa
hormat kepada empat manusia srigala yang sudah berdiri berjajar di
belakangnya. "Manusia srigala, sudah jelas aku hendak menolong pemuda ini dari
cengkraman manusia iblis seperti dirimu, masih tanya lagi. Minggirlah, jangan mencampuri urusanku!"
Mengapa bisa terjadi demikian" Puteri Namita tidak memiliki rasa hormat kepada guru-guru silatnya ini, karena guru-gurunya ini bermoral bejat. Entah sudah berapa kali, mereka, terutama Zi Lang berusaha untuk memperkosanya. Guru-gurunya ini berusaha mencari kesempatan mengintip dia mandi, dan terus
berusaha mendesaknya melayani guru-gurunya dengan iming-iming ilmu silat.
Selama ini ia bisa menjaga kehormatannya karena ia bersembunyi di balik
kekuasaan Yelu Abahai yang jatuh cinta kepadanya. Yelu abahai menghendaki
dia menjadi istrinya dengan sukarela tanpa paksaan. Namun Namita selalu
berhasil menunda-nunda sambil mencari kesempatan untuk melarikan diri dari
tempat berbahaya itu.
Begitu ia melihat Bu Tong, keberanian menentang kejahatan dan kemauan untuk mempertahankan hidup dan kehormatan terbakar. Ia mengambil keputusan
untuk menolong Bu Tong yang ia kagumi itu.
"Namita, malam ini, karena engkau sudah mengkhianati Yelu Abahai, ia pasti
merelakan dirimu untuk menghibur kami sepuasnya"ha"ha"ha"dara cantik
harum yang telah kami berempat tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ha"ha"
ha"malam ini hasrat kami berempat pasti akan terpuaskan."
Zi Lang berkata demikian sambil mengeluarkan air liur seperti srigala lapar yang melihat mangsanya.
"Selama aku masih hidup, jangan harap engkau manusia iblis dapat menganggu
nona ini!"
"Nona, larilah dari tempat berbahaya ini"biarlah kulawan manusia ini, terima kasih atas pertolonganmu, aku, Gan Bu Tong, kalau Tuhan memberi
kesempatan untuk hidup, tidak akan pernah melupakanmu, cepat larilah
nona..jangan pedulikan aku!"
Bu Tong sudah mengambil keputusan untuk bertempur sampai titik darah
penghabisan. Ia melirik ke arah Namita, tetapi gadis cantik itu tetap berdiri di tempatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda bahwa ia tidak akan
meninggalkan Bu Tong.
Nanhai Si Lang mo (empat srigala iblis dari pantai selatan) menjadi marah sekali mendengar perkataan dua orang muda itu. Dengan gerengan yang
mendebarkan jantung, mereka segera melalap Bu Tong dengan serangan yang
sangat ganas dan menggunakan jurus yang paling berbahaya.
"Bu Tong Koko, salurkanlah hawa saktimu ke arah kaki kananmu sepenuhnya.
Kemudian mainkanlah Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti membuka jalan darah).
Sinshuang huchao (Elang sakti melindungi sarang) di tangan kiri, tangan kanan memainkan Sinshuang tuishe (elang sakti mendorong ular), gerakkan kaki
kananmu dengan Sinshuang biaoyan (Elang sakti menari). Jangan pedulikan
gerengan-gerengan manusia srigala itu."
Bu Tong sangat terkejut tetapi juga gembira ketika mendengar suara Yang Jing berbisik di telinganya dengan menggunakan ilmu mengirim suara jarak jauh.
Segera ia melakukan apa yang Yang Jing katakan. Kini ia menggempur manusia
srigala itu dengan luar-biasa hebatnya. Tubuhnya menari-nari seperti elang sakti habis bertelor. Kedua tangannya mengeluarkan angin menderu-deru dengan
dasyatnya. Memang sesungguhnya ilmu Sinshuang kuo-lu-xie (Elang sakti
membuka jalan darah) adalah ilmu kelas satu yang tidak mudah dikalahkan.
Kedua orang gurunya malang-melintang di dunia persilatan dengan ilmu ini.
Begitu Yang Jing memberikan petunjuk, ia melihat ilmu ini dasyat daya
gempurnya, dan hebat pertahanannya.
Empat manusia srigala itu menjadi terheran-heran melihat gerakan silat pemuda yang sudah buntung kaki kiirinya ini. Semakin lincah dan semakin kuat daya
gempurnya. Mereka tidak tahu, dengan hilangnya kaki kirinya, Bu Tong seperti kehilangan beban berat yang mengganjal ilmu silatnya selama ini sehingga tidak berjalan dengan sesungguhnya.
Nanhai Si Lang mo menjadi semakin murka, mereka kini dengan sepenuhnya
menggempur Bu Tong dengan kuku beracunnya yang terkenal sangat
berbahaya dan sukar dilawan.
"Bu Tong Koko, sekarang cabutlah pedangmu dan mainkan Hongmo-Bo-Wu
(pedang pelangi merobek halimun). Serang bagian bawa dengan ilmu pedang ini di tangan kananmu, sedangkan tangan kirimu memainkan sinshuang Cui-wochao (elang sakti mengobrak-abrik sarangnya). Jangan kuatir dengan kaki
tunggalmu, asal Tong Koko bisa menyalurkan tenaga sepenuhnya ke arah kaki
kanan dengan ilmu Sinshuang biaoyan, maka keempat iblis itu tidak akan bisa menyentuhmu. Berusahalah menyerang lebih cepat dari serangan mereka."
Bu Tong segera menyambut serangan empat orang itu dengan cara yang
diberikan oleh Yang Jing. Pedang di tangan kanannya menyambar-nyambar
seperti pelangi menyingkirkan gelapnya halimun. Daya serang pedang itu selalu mengarah pada bagian-bagian berbahaya, seperti mata, leher, jantung, hidung, ubun-ubun, dan hiat-to kematian, sehingga empat srigala itu mulai dibuat kalang-kabut. Tangan kirinya lebih dasyat lagi, gempuran ilmu sinshuang cui wochao mengobrak-abrik pertahanan mereka. Namun itu hanya sebentar, karena Bu
Tong menyerang terus dengan cara mengulang-ulang, lama kelamaan mereka
mulai mengerti kemana larinya. Selain itu Bu Tong juga bersifat menunggu
langkah selanjutnya dari Yang Jing. Begitu empat srigala itu sudah dapat
memecahkan ilmunya, segera mereka menyerang dan mendesak dengan lebih
hebat lagi. Desiran-desiran kuku beracun yang berbau tidak enak mulai mempengaruhi
konsentrasi anak muda ini, sehingga daya serangnya mulai kendor. Tubuhnya
yang telah kehilangan banyak darah dan terluka parah itu tidak memungkinnya merangsek dengan kekuatan sebenarnya. Bahkan sebaliknya, ia menjadi
semakin lemah. Melihat keadaan anak muda ini, empat srigala itu segera mengambil keputusan untuk membunuhnya. Dengan mengaum keras, mereka menyerang dengan cara
seperti srigala menerkam mangsanya.
"Mampuslah kau sekarang"..!"
Sebelum empat pasang tangan itu merobek-robek tubuh Bu Tong, Namita
dengan nekad menyerang kalang kabut tanpa menghiraukan keselamatannya
lagi. Empat srigala yang memiliki nafsu iblis tidak ingin melukai kulit Namita berlaku sedikit mundur.
"Zi Di, lumpuhkan dulu perawan ayu itu!"
"Ho"ho"ho"tentu saja dengan senang hati."
Zi Lang segera menubruk Namita dengan cara yang tidak tahu malu. Ia
bukannya menyerang untuk meringkus, melainkan untuk memeluk dan
tangannya mau menggerayangi bagian paha dan dada Namita. Karuan saja
Namita menjadi sangat terhina. Ia mengambil keputusan untuk mati daripada
menjadi permainan empat manusia srigala seperti anak perawan di desa dekat
Huangshui. Dengan mengandalkan kelincahannya, gadis jelita ini menyerang
kalang-kabut. Namun betapun ia menyerang, Zi Lang dengan seenaknya
menowel kiri, menowel kanan, pipi, dada,dan sebagainya. Ketika ia melihat
Namita sudah mulai tidak berdaya, ia menubruk dengan maksud memeluk dan
menindah tubuh Namita yang sangat indah itu.
"Eei it"sabar dulu, srigala gila, nih peluklah".!"
Sekonyong-konyong sebatang pohon pisang tahu-tahu sudah bergerak cepat
menyambut pelukan Zi Lang. Zi Lang mau mengelak, tetapi sudah tidak keburu, karena nafsu iblisnya sudah naik ke ubun-ubun melihat bagian-bagian tubuh
Namita yang putih mulus kelihatan di sana-sini karena robek kainnya.
Ia bukannya mencium danmenindih tubuh Namita, melainkan tubuh pohon
pingsan yang dingin. Ia menjadi marah sekali. Cepat ia melompat bangun, dan menyerang tangan jahil yang mempermainkannya.
"Ha..ha..srigala buruk dan bahu " batang pohon pisang itu kiranya sudah cukup memuaskan nafsu srigalamu " tapi jangan coba-coba bermimpi mendapatkan
cici yang ini."
Zi Lang hanya bisa mendelik ketika melihat siapa yang berdiri di hadapannya.
"Tianpin Er" bocah usil, kau lagi yang mencampuri urusan antara guru dengan murid."
"Cici yang baik, apakah kau suka menjadi murid manusia srigala yang buruk dan bau ini?"
Tanya yang Jing kepada Namita. "Apakah ia gurumu?"
"Tianpin Er" siapa suka menjadi muridnya " bukan"bukan, aku bukan
muridnya. Coba lihat, apakah aku mirip srigala?"
Yang Jing mendekati Namita, mengamat-amati dari ujung rambut sampai ujung
kakisambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak ada taring, gigimu tidak kuning tapi putih mengkilat bagai mutiara.
Wajahmu tidak pucat seperti mayat, melainkan putih kemerahan bagaikan bunga To di musim panas, dan baumu harum sekali, tidak berbau amis seperti srigala itu. Aha, pasti cici bukan srigala" mana bisa dikatakan mirip srigala, dan tentu saja juga bukan murid srigala, karena Cici tidak memiliki tingkah laku seperti srigala"hi "hi"hi, srigala ungu itu ada-ada saja."
Sementara itu pertempuran antara Bu Tong dengan tiga srigala lainnya otomatis berhenti begitu melihat kedatangan orang lain yang langsung mempermainkan Zi Lang.
Mendengar olok-olok Yang Jing, Namita tidak kuat lagi menahan ketawanya,
sehingga meledaklah tawanya, renyah, dan enak didengar.
"Hi"hi"hi"Tianpin Er benar, srigala mendidik murid seperti srigala. Karena aku tidak memiliki naluri dan tingkah-laku seperti srigala tentu saja aku bukan murid srigala "hi"hi"benar, itu benar, Tianpin Er."
"Sudah dengar bukan" Aku bukannya usil mencampuri urusan guru dengan
murid, Cici itu bukan muridmu, kamu yang tidak tahu malu ngaku-ngaku murid.
Sudahlah"minggirlah manusia srigala, aku dan dua temanku ini mau lewat.
Permisi." Begitu berkata permisi, Yang Jing segera menarik tangan Bu Tong, dan entah
dengan sengaja atau tidak, Bu Tong pun otomatis menarik tangan Namita.
Dengan berlenggang-kangkung, anak muda berjalan seenaknya di depan empat
manusia srigala itu. Empat orang itu seperti kena sihir dan dalam beberapa detik tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ada rasa gentar ketika mereka hendak
menyerang Yang Jing. Namun begitu Yang Jing sudah melangkah lima tombak
jauhnya, mereka baru sadar dan siutan nyaring, mereka segera memanggil
pasukan Khitan untuk mengepung tiga orang itu.
Suara pasukan berlari dari segala penjuru segera terdengar. Melihat bahaya ini, Yang Jing segera berkata:
"Tong Ko, pegang erat-erat tangan Cici itu, kita harus bisa keluar dari benteng berbahaya ini sebelum terlambat."
Dengan menggunakan gingkangnya yang luar-biasa, Yang Jing bagaikan
bayangan Dewa melesat keluar dari tempat itu. Tidak ada satu manusiapun yang bisa mencegah gerakan pemuda sakti ini. Bu Tong dan Namita merasa seperti
dibawah menghilang dari dunia lain. Begitu cepat sehingga desiran angin seperti butiran-butiran peluruh yang menerpa kulit mereka. Diam-diam Bu Tong berpikir
"Kepandaian Jing Di ini sebenarnya sampai di mana, ginkangnya begitu luar-
biasa. Shifu sendiri tidak memiliki kecepatan seperti ini. Dan yang lebih
menggiriskan adalah pengetahuannya soal ilmu silat, begitu dalam dan nyaris tidak ada cacat. Betapa ingin aku belajar barang beberapa jurus darinya."
Yang Jing mulai memperlambat larinya sambil melepaskan tangan Bu Tong.
"Tong Ko, selamat berjumpa lagi " syukurlah, kaki kirimu sudah kutung, itu
berarti Tong Ko sudah terhindar dari penyakit aneh yang nyaris merenggut
nayawamu. Cici "
"Namita." Kata Namita dengan lembut.
"Cici Namita, senang sekali bisa bertemu untuk kedua kalinya. Kelihatannya Cici lebih berbahagia keluar dari lingkungan orang-orang dalam benteng itu. Dan
lebih senang berkawan dengan pendekar "
"Buntung dan cacat?" Sahut Bu Tong tiba-tiba dengan muka tampak sedih
sekali. "Tong twako, bolehkah kulihat kaki kirimu?"
Tanpa menunggu jawaban Bu Tong, gadis dari Bhutan ini tanpa canggung
berjongkok dan memeriksa kaki Bu Tong. Begitu ia merobek celana pemuda itu, tampak kakinya terpapras sebatas dengkul diwarnai dengn darah yang masih
menetes. Tangannya yang memiliki jari-jemari lentik indah itu bergerak seperti seorang ahli pengobatan. Ia membersihkan luka itu dengan air kolam dekat
Huang Ho. Beberapa kali ia tampak melakukan totokan dengan satu jari di
beberapa jalan darah di sekitar luka sehingga darah tidak terus menetes.
Beberapa kali gadis ini membersihkan luka itu sampai dirasa sudah cukup
bersih, kemudian ia mengambil obat bubuk dari buntalannya dan membubuhi
luka itu dengan obat yang berwarna jingga tua.
"Tong Twako, cobalah bertahan dari rasa sakit dan nyeri barang beberapa waktu setelah kububuhi obat bubuk penyembuh luka ini. Kira-kira sepeminuman the
engkau akan merasakan sakit dan nyeri itu, karena obat itu seperti melahap sisa-sisa racun yang masih tinggal."
Bu Tong merasakan kakinya menjadi dingin seperti direndam air es, jelang
beberapa berubah menjadi panas, dan makin panas. Keringatnya mengucur
deras dari dahinya, karena ia merasakan sakit yang hebat. Ia menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit itu. Beberapa saat kemudian, ia tampak lunglai dan "
pingsan. "Tianpin Er, biarlah ia dalam keadaan demikian, itu baik untuk mengurangi rasa sakitnya."
"Cici Namita, ilmu pengobatanmu bagus sekali, aku bisa menduga engkau


Penelitian Rahasia 8 Jurus Lingkaran Dewa 1 Karya Pahlawan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah seorang tabib yang pandai. Ilmu menotok dengan satu jari seperti yang cici lakukan tadi, sepertinya cici memiliki hubungan yang tidak terlalu jauh dengan seorang tabib pandai yang banyak tinggal di pegunungan Kunlun.
Apakah engkau muridnya , Cici?"
"Tianpin Er, matamu awas sekali. Ilmuku jangan dibandingkan dengan shifu.
Ah"itu seperti membandingkan gunung Taishan dengan Bukit Nelayan Hijau.
Ilmuku masih sangat cetek dibandingkan dengan ilmu Shifu Sin Zhitou Yaowang (Raja obat jari sakti)."
"Aha " Bu Tong, Bu Tong"engkau mencari gurunya, yang kau temukan
muridnya, sangat cantik lagi."
"Aih"Tianpin Er " masih muda belia sudah pandai merayu ya?"
"Eeh"Cici, aku berkata sejujurnya, tanpa tedeng aling-aling, memangnya Cici jelek seperti muka manusia srigala tadi?"
"Iih"beraninya mengatakan aku seperti muka srigala, kalau aku yang kau
panggil Cici tidak bisa menggampar adik semacam kau, hmm"aku bukan Cici
Namita lagi."
Gadis ini tiba-tiba melayang ke arah Yang Jing dengan melayangkan beberapa
pukulan. "Eh"Cici, jangan menyerang dulu, hi"hi"hi"ini ilmu srigala kudisan "
buruk"buruk! " nah ini dia ilmu yang jempolan"Sin Zhitou pishi (jari sakti
membelah batu karang)"wow indah sekali, sayang luput" haya"ini, Yizhi jian
lianwuzhe (Satu jari menggunting Lianbuthia) ciptaan Wusang Heshang (Hwesio Wusang) dari biara shaolin. Aduh Cici, aku menyerah."
"Tuk"aah."
Tiba-tiba jari lentik itu nyelonong begitu saja dan menotok tetap di bagian dadanya sehingga ia menjadi kaku.
"Celaka " Tianpin Er!!"
"Nona Namita, bagaimana dengan kakiku?" Sekonyong-konyong, Bu Tong
sudah sadar. "Bagaimana dengan dadaku" Bebaskan dulu totokannya baru menolong Tong
Ko." "Aduh " mati aku, kakiku sakit sekali"!"
"Eehh"Cici, jangan lari ke sana, bebaskan dulu totokannya."
"Aduh " aku sudah tidak tahan lagi..!" Seru Bu Tong.
Namita menjadi kebingungan setengah mati. Mau membebaskan totokan, Bu
Tong sudah mengaduh-aduh. Mau lari melihat keadaan Bu Tong, Yang Jing
sudah berkoar-koar minta totokannya dibebaskan. Ia betul-betul bingung,
sehingga wajahnya hampir mewek. Belum lagi ia mengambil keputusan, tiba-tiba terdengar suara terbahak-bahak dari mulut kedua orang itu.
"Ha"ha".ha".seperti nenek tua kehilangan kancing bajunya"ha..ha?"
Bu Tong dan Yang Jing tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah laku Namita yang kebingungan seperti kakek kebakaran jenggot.
"i h"dua laki-laki minta dihajar berani mempermainkan wanita!"
Belum lagi Namita ingin melabrak Yang Jing dan Bu Tong, kedua orang itu
sudah berdiri dekat, yang satu di samping kiri, dan lainnya di samping kanan.
"Cici yang baik, maafkan kami yang menggodamu keterlaluan"sekarang aku
menyerahkan diri untuk dihajar." Kata Yang Jing.
Namita diam saja, dan matanya menerawang ke atas, sepertinya sedang
mencari-cari sesuatu. Dari matanya yang indah itu menetes air-mata. Beberapa saat kemudian berubah jadi tangis mengugguk. Melihat ini Bu Tong dan Yang
Jing terkejut dan kebingungan sekali. Terutama Bu Tong, ia menjadi serba salah dan bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Aduh "nona Namita, sudahlah"bukankah kami sudah meminta maaf?"
"Celaka, aku lebih suka dihantam badai gurun seratus kali daripada harus
menghadapi seorang wanita yang menangis, sudahlah Cici, aku minta seribu
maaf. Tapi, berhentilah menangis."
Tetapi tangis Namita semakin menjadi, sehingga bahunya bergoyang-goyang
seperti kereta di tarik keledai malas. Mukanya ditutup dengan kedua tangannya.
Dan dari celah-celah jarinya, nampak air-matanya merembes keluar.
Karuan saja dua jagoan muda itu menjadi bingung kalang kabut.
"Kamu sih"menggoda keterlaluan."
"Eeh Jing Di, bukankah kamu yang menggoda lebih dulu, aku khan Cuma ikut-
ikut. Aduh, celaka betul " sudahlah nona, jangan terus menangis begitu."
Ketika kedua anak muda itu kebingungan tidak karuan, dari celah-celah jarinya, dara Bhutan itu mengintip gerakan dua anak muda itu. Ia menjadi tertawa
sendiri. "Hmmm"rasakan kau sekarang."
"Hi"hi"hi" betapa senang hatiku melihat dua kakek tua kehilangan
tongkatnya"hi..hi"hi."
Mendengar itu, meledaklah suara Yang Jing dan Bu Tong.
"Ha"ha"ha"siapa kira jurus terakhir puteri Namita telah memporak-
porandakan pertahanan benteng panglima muda Gan dari dinasti Ming"
ha..ha"ha"!"
Yang Jing jadi terpingkal-pingkal melihat cara Namita membalas mereka.
"Namita Cici, bagaimana engkau bisa nangis sampai mengeluarkan air-mata
begitu banyak?"
"Siapa yang menangis" Aku Cuma menggunakan obat buatan shifu untuk
membersihkan mataku. Memang tampak seperti orang menangis. Memang
kubuat seperti menangis supaya aku bisa membalas dendam kesumatku yang
begitu dalam."
"Nona.."
"Tidak nona"nona, namaku Namita, dan aku tahu namamu Gan Bu Tong."
Di tepi kolam dekat Huang Ho itu, Namita merawat Gan Bu Tong dengan telaten.
Ia nampak menunjukan perhatian besar terhadap luka di kaki Bu Tong. Hampir
tujuh hari lamanya mereka bertiga tinggal di tempat itu. Hubungan Bu Tong dan Puteri Namita nampak semakin akrab.
"Tong ko, kakimu sudah sembuh betul. Aku harus segera meninggalkan tempat
ini, karena aku mendengar dunia persilatan sedang kacau-balau sejak kita
berpisah setahun yang lalu. Aku mendengar dari beberapa orang kangouw, Lan
Wugui mendatangi ketua-ketua partai persilatan besar, dan memaksa mereka
membantu gerakan Bupun Ongya menggulingkan pemerintahan kaisar Yongle.
Banyak ketua partai yang terjungkal di tangan kedua iblis ini. Sementara itu, aku juga mendengar adanya gerakan pembrontak yang memiliki tujuan yang sama
dengan Bupun Ongya. Pasukan bangsa Khitan bergabung dengan pasukan
Bupun Ongya sedangkan mencari dukungan dari orang-orang golongan hitam
untuk membunuh kaisar Yongle. Karena itulah aku datang menyelidiki benteng
Yelu Abahi Huangshui untuk mencari kebenaran berita ini."
"Jing Di, aku juga mendengar berita-berita semacam itu. Bahkan ketua
Kunlunbai khabarnya terbunuh di tangan Lan Wugui. Sementara ini, aku juga
mendengar, di dunia wulin telah muncul sepasang iblis yang berkepandaian luarbiasa tingginya. Sepasang iblis itu dijuluki Gushe gui (Siluman Lembah Ular).
Kabarnya mereka memiliki kepandaian tidak dibawah Bupun Ongya maupun Lan
Wugui." "Tong Ko, kalau boleh tahu, kemana engkau hendak pergi?"
"Jing Di, sebenarnya aku mau membantu paman Gan di daerah utara sambil
mencari Gan Juen Ai yang menghilang setahun yang lalu. Aku tidak tahu apa
yang terjadi terhadap dirinya. Aku merasa ia mengalami benjana, karena
keberadaannya seperti ditelan bumi. Tapi, aku sekarang tidak tahu. Apakah yang bisa dilakukan oleh manusia cacat seperti aku, sedangkan dunia wulin sedang bergolak begitu dasyat."
"Tong twako, jangan berpikir putusnya kaki kirimu berarti habislah hidupmu. Itu tidaklah benar, mari kutemani mencari adik kemenakanmu." Puteri Namita
berkata untuk memberi dorongan kepada Bu Tong.
"Tong Ko, bolehkah aku membagi beberapa ilmu silat yang kuyakin sangat
berguna bagimu?"
"Jing Di " aku tahu, engkau seorang pemuda yang memiliki kepandaian yang
sudah sangat tinggi. Aku akan sangat bahagia sekali apabila engkau mau
mengangkatku menjadi muridmu."
"Tong Ko jangan bersenda gurau, aku ini tetap Yang Jing yang kau kenal
setahun yang lalu, dan aku juga lebih suka menjadi dixiong. Panggil saja aku Jing Di atau Tianpin Er."
"Ada tiga ilmu silat yang hendak kubagikan kepadamu, pertama Feiqiu Sangyun (terbang di atas awan). Ini adalah ilmu ginkang yang hanya dapat dikuasahi oleh seorang yang memiliki kaki tunggal. Kedua, Yingzi Shen shuangjian (pedang
bayangan dewa). Ilmu pedang ini diciptakan untuk menjadi pasangan Feiqiu
Sangyun. Ketiga, Lohan shouzhang quan (Ilmu sakti telapak Lohan)."
Yang Jing menguraikan theori dan pelatihan tiga ilmu itu, hampir siang dan
malam. Bu Tong membutuhkan waktu dua hari untuk bisa menguasahi theori tiga ilmu sampai tingkat pengertian yang mendalam. Hari berikutnya, Yang Jing
memainkan ketiga ilmu itu, sedangkan Bu Tong dan Namita memperhatikan
dengan mata hampir tidak berkedip.
Dengan mengikat kaki kirinya dengan seutas tali, Yang Jing memainkan Feiqiu Sangyun di atas batu-batu runcing yang menonjonl seperti tombak di sebuah
lembah anak sungai Huang. Terdapat seratus tujuhpuluh delapan gerakan yang
diperlihatkan oleh Yang Jing.
Jika sudah bersilat seperti ini, Yang Jing betul-betul muncul menjadi seorang pemuda yang sangat berlainan dengan sikapnya sehari-hari yang suka
menggoda orang. Matanya mencorong mengeluarkan sinar kilat seperti perak
panas. Dengan sebuah ranting kecil yang menyangga tubuhnya di sebelah kiri, mulailah ia memainkan ilmu ginkang ini. Begitu ia bergerak, ia seolah-olah
berubah menjadi seperti bayangan yang sedang menutul-nutulkan kaki
tunggalnya di atas batu-batu runcing. Semakin runcing batu yang dipijak,
semakin cepat ia bergerak. Lama-kelamaan, tubuh Yang Jing betul-betul menjadi bayangan yang berkelebat-kelebat dengan kecepatan yang sukar diukur.
Bu Tong dan Namita sampai ternganga melihat ilmu ginkang yang dimainkan
oleh Yang Jing. Sehingga dengan tidak sadar, tangan puteri ayu itu
mengenggam tangan Bu Tong erat-erat seolah-olah ingin menyalurkan kekuatan
gaib kepada pemuda buntung itu. Entah sadar atau tidak, Bu Tong juga turut
mengenggam tangan yang halus lembut itusepenuh hatinya. Ada senyum
bahagia menghias wajah dua orang itu.
Begitu Yang Jing menghabiskan seratus tujupuluh delapan gerakan, mulailah ia memainkan Yingzi Shen Shuangjian dengan rantingnya. Sungguh perpaduan
ilmu silat yang hebat dan indah. Dengan ginkang seperti ini, gerakan ilmu
pedang bayangan Dewa menjadi amat sangat lihai. Wujud pedang itu sendiri
seperti sirna ditelan oleh kecepatan geraknya. Sehingga gerakan pedang itu
seperti saling berkejar-kejaran dengan bayangannya sendiri. Jurus-jurus ilmu pedang ini sangat berbeda dengan ilmu pedang pada umumnya. Ilmu pedang
secara umum menekankan kekuatan dan kelihaian jurusnya, sedangkan Yingzi
Shen Shuangjian menekankan kecepatan dan perpaduan dengan unsur gerakan
yang membawanya. Semakin cepat Yang Jing bergerak, semakin cepat
bayangan pedang itu mengikuti bayangannya, sehingga berubah wujud menjadi
sejiwa dengan Feiqiu Sangyun (terbang di atas awan). Ilmu pedang ini memiliki jurus-jurus yang selalu berubah-ubah.
Kembali, Bu Tong dan Namita sangat terpukau dengan gabungan ilmu ini.
"Tianpin Er"tianpin Er?" seru Namita berkali-kali
Selesai itu, kini Yang Jing memainkan tiga ilmu sekaligus. Tangan kirinya
bergerak dengan Lohan shouzhang quan (Ilmu sakti telapak Lohan), sedang
tangan kanannya memegang ranting sebagai pedang untuk menjalankan Yingzi
Shen Shuangjian. Kini, ia menjelma menjadi Lohan yang menghalau musuh-
musuh yang bersembunyi di balik awan. Tangan kirinya mengeluarkan desau
angin berhawa kadang-kadang dingin, dan kadang-kadang panas. Telapak
tangannya seolah menjadi hakim yang melayangkan keputusan hukuman
setelah ranting itu membuktikan kesalahan. Dengan gerakan memporak-
porandakan awan, Feiqiu Sangyun mengepung musuhnya, sehingga kemana
mereka bergerak tubuh Yang Jing sudah lebih dulu tiba di tempat itu. Inilah gambaran tiga ilmu sakti jikalau dimainkan bersama-sama.
Entah kapan Yang Jing menggerakan tubuhnya, tahu-tahu ia sudah berdiri di
samping dua sejoli yang lagi saling mengenggam tangan itu. Sehingga kedua
orang itu terkejut bukan main.
"i h "seperti siluman saja, Tianpin Er?"
"Tong Ko, latihlah ilmu itu dengan tekun. Harapanku, Tong ko dan Cici Namita tidak meninggalkan lembah ini sebelum tiga ilmu dikuasahi dengan sempurna.
Menurut perhitunganku, Tong Ko akan bisa menguasainya dalam waktu tiga
bulan. Setelah tiga bulan, alangkah baiknya Tong Ko mencari Nan Thao dan Sui Lan yang sedang berjuang membantu pasukan Jendral Gan Bing di dekat Kanal
Besar." BAB 17: LEMBAH BUAYA PANTAI BOHAI
Tampak orang-orang bukan Han sedang menggali semacam terowongan di
tempat agak terpencil sebelah timur Pantai Bohai. Mereka terdiri dari suku
bangsa Khitan, Tartar, Uighur, para Lama dari Tibet, dan juga sebagian orang Han. Mereka mengisi berpuluh-puluh drum dengan cairan warna biru gelap yang dipompa dari sumur yang menjorok ke arah pantai Bohai. Untuk mencapai sumur di tepi laut itu, orang-orang tersebut membuat terowongan panjang yang
berhubungan langsung dengan sebuah rumah besar yang berada di tengah
hutan liar, timur pantai Bohai.
Jarang orang berani mendekati rumah di tengah hutan liar, karena begitu masuk daerah itu, kalau tidak didapati mati dengan tubuh setengah rusak seperti habis diserbu oleh binatang melata, juga tidak jarang orang sial itu tidak pernah kembali. Sehingga timbul macam-macam cerita tahyul di kalangan penduduk di
sekitar pantai Bohai. Sebagian besar orang percaya, rumah besar di tengah
hutan itu dihuni oleh sebangsa siluman pemakan daging manusia. Sehingga
orang menjadi sangat takut mendekati rumah tersebut.
Sebenarnya penghuni rumah di tengah hutan itu bukan sebangsa siluman tetapi seorang datuk sesat yang lebih jahat dan lebih berbahaya dari siluman sendiri, yaitu: Bohai Toatbeng Laomo bersama muridnya, Xue Jia Qiongmo. Sejak
gurunya bersama dan Hunghua Laomo terluka parah ketika bertempur melawan
pendekar Lengan Tunggal dari Tienshan, Shi De Hu dan pendekar wanita Hsing
Li Fong , rumah besar di tengah hutan itu tampak sunyi, seperti tidak
berpenghuni lagi. Gurunya kehilangan kedua tangannya, sedangkan Hong Hua
Laomo kehilangan kedua kakinya.
Setahun yang lalu, dengan susah payah Xue Jian Qiongmo dan Chu Hung Kiau
membawa guru masing-masing ke rumah ini untuk menyembunyikan diri dari
kejaran Shi De Hu. Bersama sisa anak buahnya yang membawa hampir
duabelas tawanan termasuk Gan Juen Ai, mereka bergerak cepat menuju ke
sebelah Timur Pantai Bohai.
Begitu sampai di tempat ini, Bohai Toatbeng Laomo menyuruh muridnya
memasukkan seluruh tawanan di penjara bawah tanah, termasuk tawanan
perempuan. Satupun tidak boleh diganggu, dan harus diberi makan secara baik supaya menjadi lebih gemuk. Keesokan harinya, kedua datuk yang sudah cacat
itu menyuruh Xue Jia Qiongmo dan Chu Hung Kiau meninggalkan Pantai Bohai
untuk pergi ke Istana Pualam Biru dengan membawa surat dari kedua datuk
tersebut. Maka tidak heran, kegiatan di rumah itu dilaksanakan oleh beberapa anak buah datuk itu secara rahasia.
"Hong Hua, kita perlu bekerja sama dengan manusia buaya itu, sekalipun harus bersumpah menjadi budaknya dan menolongnya keluar dari sumur buaya itu!
Manusia itu sangat berbahaya, buas, dan berilmu seperti setan. Senjata apapun tidak bisa melukai tubuhnya, karena ilmu kulit buaya yang dikuasahinya. Asal kita menyatakan kesanggupan untuk melaksanakan perintahnya, ia akan suka
bekerja sama."
"Toaheng, aku setuju, mari kita laksanakan rencana ini!"
Kedua orang cacat itu segera bergerak menuju sebuah sumur di dekat sebuah
lembah yang penuh dengan buaya-buaya liar. Bohai Toatbeng Laomo
menggendong Honghua Laomo yang sudah tidak berkaki tetapi memiliki tangan
yang lengkap. Sesampai di tepi sumur yang dalam dan gelap itu, mereka berhenti.
"Sima De Kun Laoshifu, aku Lie Wei Ing dan Honghua Laomo bersedia
menghambakan diri kepadamu, dan bersedia melakukan tugas apapun yang
diberikan laoshifu!"
Suara Toatbeng Laomo Lie Wei Ing menggema di dasar sumur. Rupanya sumur
itu sangat dalam dan luas, sebab gemanya seperti menggaung kemana-mana.
Tidak beberapa lama terdengar suara melengking nyaring dan serak keluar dari dasar sumur.
"Cepat ulurkan tali ke tempat ini, aku akan segera keluar dari sumur jahanam ini!"
"Baiklah Laoshifu!"
Serta merta Toatbeng Laomo dan Huang Hua Laomo bekerja sama mengambil
tali yang luar-biasa panjangnya dan terbuat dari bahan yang ringan, tetapi kuat.
Di ujung tali itu di katkan sebuah keranjang yang berukuran manusia dewasa.
Diulurkannya tali itu ke dalam sumur. Setelah tali itu hampir habis, terdengar suara melengking dan serak itu lagi.
"Wei Ing, sekarang tariklah!"
Mereka berdua segera menarik tali itu, dan betapa terkejutnya Hung Hua Laomo ketika ia tidak merasakan adanya beban pada tali itu, tetap enteng, seperti tidak memiliki bobot sama sekali. Begitu tali itu habis, melayanglah sesosok tubuh pendek kecil yang gerakannya ringan bagai capung.
"Huup"ha"ha"ha"akhirnya aku bisa menghirup udara segar lagi setelah
empat puluh tahun lebih berada di sumur buaya itu "ha"ha"ha".ha"ha"!"
Kedua datuk itu bergetar jantungnya mendengar suara tawa yang kuat dan
dasyat itu. Tawa yang berisi khiekang yang bukan mainnya tingginya. Orangnya tidak mengenakan pakaian sama sekali, pendek kurus, dan matanya
mengeluarkan sinar yang mengerikan saking tajam dan buasnya. Seperti sinar
mata orang yang tidak normal otaknya. Kedua tangan dan kakinya buntung
sebatas siku dan dengkul, rambutnya sudah putih semua da mukanya dipenuhi
dengan kumis dan jenggot yang begitu panjang hampir menyamai panjang
rambutnya. Alisnya juga menggantung putih panjang
Kedua datuk itu segera menyembah sampai dahinya membentur ke lantai.
Sedikitpun tidak berani mengeluarkan suara atau melakukan gerakan tertentu.
Mereka berdua sudah mengerti sedalamnya siapa Sima De Kun ini.
Sima De Kun ini sebenarnya adalah seorang pendekar sakti yang memiliki ilmu tidak tertandingi pada masa empatpuluh tahun yang lampau. Dengan tiga
temannya, dia ditakuti lawan, karena ia tidak pernah meninggalkan lawannya
dalam keadaan hidup apabila berhadapan dengannya. Sangat dingin terhadap
kejahatan. Penjahat dan para datuk sesat pada waktu itu akan segera
menyingkir jauh-jauh begitu mendengar namanya muncul di daerah mereka.
Namun ikatan persaudaraan dengan tiga orang temannya: Lie A Sang, Wang
Yu, dan Gan Soan Lie, tidak berjalan langgeng, karena ia jatuh cinta kepada Gan Soan Lie. Cinta inilah yang membawa perubahan besar pada watak
kesatrianya. Gan Soan Lie pada waktu itu dikenal sebagai bidadari rimba
persilatan, karena selain ilmu silatnya tinggi, orangnya memiliki kecantikan yang sempurna. Siapapun yang melihat Soan Lie akan memiliki perasaan takjub.
Bahkan yang menyakitkan hati De Kun, Soan Lie ternyata mencintai Lie A Sang.
Pecahlah tali persaudaraan yang telah terpupuk selama lebih dari sepuluh tahun.
Tiga pendekar yang dulunya terkenal sebagai Wulin Sanshi (Tiga kesatri dunia persilatan), kini terpecah-belah, hanya gara-gara cinta.
De Kun yang merasa kekasihnya direbut hatinya oleh Lie A Sang menjadi benci, sehingga ia menantang Lie A Sang bertempur hidup mati di kaki gunung
Taishan. Setelah bertempur tiga hari tiga malam, Lie A Sang terjungkal dan
mengalami luka berat. Ia terjungkal di dalam sebuah jurang dan tidak diketahui nasibnya.
Pendekar Kembar 6 Kait Perpisahan Serial 7 Senjata Karya Gu Long Cinta Bernoda Darah 5
^