Pencarian

Persekutuan Pedang Sakti 10

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 10


Dalam keadaan demikian, jangan lagi melancarkan serangan balasan, bahkan untuk mempertahankan diri saja ia sudah merasa kerepotan dan terdesak hebat.
Dalam waktu singkat, kedua orang itu sudah saling bertarung sebanyak dua puluh gebrakan lebih.
Lan Sim Bu mengejek dingin, hawa nafsu
membunuhnya muncul secara tiba-tiba. Tampak gerak serangan dan jurus-jurus pukulannya berubah seratus delapan puluh derajat. Kini setiap jurus ssrangan yang dipergunakan merupakan jurus-jurus serangan yang aneh dan semuanya beraliran sesat. Diantara serangan kedua belah tangannya, yang satu menyerang muka yang lain menyerang belakang. Yang digunakan pun merupakan dua jurus yang berbeda sekalipun bareng waktunya.
Pada dasarnya Wi Tiong Hong sudah berada dalam posisi yang amat terdesak, apalagi sesudah lawaannya berganti serangan dan mendesaknya semakin gencar, sehingga didalam gelisahnya cepat-cepat dia memutar tangan kanannya untuk melindungi diri.
Ada kalanya tangan kirinya itu tak berhasil membendung jurus serangan lawan. Dalam gugup dan terdesaknya dia segera menggunakan kedua jari tangannya yg ditegakkan
bagaikan tombak untuk menangkis ancaman yang tiba dengan menggunakan jurus ilmu pedang.
Dalam bidang ilmu pedang, bukan saja ia telah berhasil menguasai ilmu Siu Lo Cap Sah secara matang. kinipun ia sudah berhasil mempelajari ilmu pedang Ban kiam kui tiong kam hoat yang dipinjamkan Ban Kiam Hweecu kepadanya.
Betul jurus-jurus serangan itu belum terlatih secara matang, namun tidak sedikit jurus serangan yang berhasil diingat olehnya. Oleh sebab itulah dalam keadaan terdesak, tanpa disadari tangan kirinya secara otomatis telah menggunakan jurus pedang tersebut untuk memunahkan ancaman lawan.
Bagi Wi Tiong Hong, mula mula gerakan tersebut digunakan secara kebetulan saja tanpa sengaja, namun setelah gerakan gerakan mana berhasil memunahkan atau mematahkan serangan musuh dia baru teringat kalau jurus serangan yang dipakai adalah jurus jurus ilmu pedang.
Padahal ketika itu dia sudah terdesak hebat dan kerepotan menghadapi serangan musuhnya dengan ilmu Tay Kek Kun.
Penemuan secara tak terduga ini sangat menggirangkan hatinya, maka tangan kanannya pun segera mengeluarkan jurus-jurus pedang dan menyerang secara hebat.
Ternyata apa yang dipergunakan mendatangkan hasil yang luar biasa. Seketika itu juga semua serangan yang dilancarkan Lan Sim Bu berhasil dipunahkan semuanya.
Sesudah terbukti kalau jurus pedang pun dapat digunakan untuk menghadapi lawan, Wi Tiong Hong merasa amat gembira. Semangatnya segera bangkit kembali. Dengan tangan kiri melakukan pancingan, tangan kanannya melepaskan serangan secara bertubi-tubi.
Pada mulanya serangan pedang yang mempergunakan jari tangan ini digunakan tidak selancar menggunakan pedang sungguhan, sebab disamping harus menghadapi musuh, dia pun harus putar otak untuk memecahkan dulu perubahan setiap jurus yang dihadapinya.
Tapi setelah bertarung sekian lama, lambat laun gerak serangannya makin matang dan lancar, malahan diantara jurus jurus ilmu pedang Ji-gi Kiam Hoat dan Siu Lo Cap Sah yang dipergunakan, terselip pula jurus-jurus dari Ban Kiam Kui Tiong Kiam Hoat dari Ban Kim Hweecu.
Atas kejadian tersebut, ternyata serangan-serangan dari Lan Sim Bu ysng semula amat gencar dan dahsyat itu berhasil diatasi dengan cepat.
Bukan cuma begitu, malahan Lan Sim Bu berubah menjadi lawan latihan dalam memainkan jurus jurus serangan pedangnya. Pertarungan kembali berlangsung berapa saat lamanya, semakin bertarung Lan Sim Bu merasa semakin keheranan. Pada mulanya ia sudah melihat musuhnya sempoyongan keteter hebat, bahkan tampaknya segera akan menderita kekalahan total, tapi begitu dia mempergencar serangannya, ternyata pihak lawan malah kian lama kian bertambah mantap kedudukannya, apa yang sebetulnya telah terjadi"
Perasaan heran yang timbul dalam hatinya membuat tokoh tua ini menaruh perhatian lebih khusus. Dalam waktu singkat dia telah melihat bahwa jurus serangan dari Wi Tiong Hong itu mirip pukulan telapak tangan tapi bukan pukulan telapak tangan. Mirip ilmu jari tapi bukan ilmu jari. Deruan angin serta serangannya memekakkan telinga dan jurus-jurusnya sangat aneh.
Biarpun dia berpengalaman luas dan berpengetahuan dalam, toh tak urung dibuat kebingungan juga setelah
melihat jurus serangan pemuda tersebut. Dia tak tahu ilmu silat apakah yang digunakan lawan.
Bagi seorang jago yang sedang bertarung pikiran bercabang merupakan pantangan paling besar. Baru saja pikirannya nyeleweng, tiba tiba saja terasa segulung desingan angin jari yang amat tajam menyambar tiba.
Dalam terperanjatnya, cepat-cepat dia menggerakkan telapak tangannya untuk membendung ancaaman tersebut.
"Plaaak!"
Serangan jari tangan Wi Tiong Hong yang sedang melancarkan bacokan tahu-tahu sudah saling beradu dengan pergelangan tangan lawan yang dipakai untuk menangkis sehingga menimbulkan suara benturan amat keras.
Akibatnya secara lamat-lamat Lan Sim Bu merasakan pergelangan tangan kanannya menjadi kaku dan kesemutan.
Dalam terperanjatnya, dia segera melompat kesamping untuk menghindarkan diri.
Begitu dia menghindar, Wi Tiong Hong segera memanfaatkan kesempatan yang sangat baik itu dengan sebaik-baiknya. Dia mendesak maju lebih kedepan dan secara beruntun melepaskan tiga buah bacokan kilat...
Perlu diketahui kedua belah pihak telah terlibat dalam suatu pertarungan jarak dekat yang amat mengerikan sekarang. Dibawah serangan kilat yang gencar dan dahsyat siapapun enggan memberi peluang kepada lawannya untuk memanfaatkan kesempatan. Sebab salah satu pihak kurang konsentrasi saja dapat mengakibatkan posisinya terdesak dan berada dibawah angin.
Demikian pula dengan keadaan Lan Sim Bu sekarang, karena gerakan mundurnya tadi hampir saja ia menderita kekalahan total di tangan Wi Tiong Hong.
Masih untung dia memiliki pengalaman yang sangat luas dalam menghadapi lawan. Meski menghadapi ancaman bahaya, namun tidak kalut pikirannya.
Diiringi bentakan nyaring, sepasang tangannya didorong sejajar dada ke depan dengan jurus "Kilatan Bianglala Berubah-ubah" segenap kekuatan yang dimilikinya telah dihimpun kedalam pukulan tersebut....
Serangan kali ini dilancarkan dalam keadaan marah, lagi pula disertai dengan seluruh tenaga yang dimilikinya, dalam waktu singkat angin serangan selebar empat lima depa telah menyelimuti angkasa dan menggulung ke depan Wi Tiong Hong,
Wi Tiong Hong sadar kalau tenaga dalam yang dimilikinya masih bukan tandingan lawan, tentu saja ia tak berani menyambut ancaman mana dengan keras lawan keras. Secepat kilat tubuhnya berkelit ke samping dan menghindari ancaman yang datang dari muka.
Namun tenaga serangan kedua belah pihak sama-sama dilancarkan dengan kecepatan bagaikan kilat. Biarpun Wi Tiong Hong berhasil menghindari serangan yang datang dari depan, toh tak sempat menarik kembaii jurus serangannya.
Lengannya yang masih melakukan serangan itu dengan cepat menyentuh sisi pukulan dari Lan Sim Bu yang sedang menggulung datang itu.
Terasa segulung tenaga serangan yang sangat kuat melintas lewat dari sisi tubuhnya. Akibatnya tubuh Wi
Tiong Hong kena tergetar sampai berputar mundur dua langkah dengan sempoyongan.
Pada saat inilah Lan Sim Bu telah menggerakkam tubuhnya dan mendesak berhadapan Wi Tiong bong, dimana ia berdiri tegak tak berkutik.
Menanti Wi Tiong Hong bermaksud mundur lagi, keadaan sudah terlambat, terpaksa dia pun ikut berdiri tak bergerak dan mengawasi lawannya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
Kedua belah pihak berdiri saling bardekatan dengan sepasang mata saling menatap, siapapun tak ada yang bersuara.
Lewat berapa saat kemudian, Lan Sim Bu baru manggut-manggut segera barkata: "Kepandaian silat yang kau miliki memang sangat hebat, tak heran kalau kau bersikap begitu jumawa"
"Kapan sih aku menunjukkan sikap jumawa?" tanya Wi Tiong Hong dengan cepat.
"Kau mampu bertarung sampai lima puluh gebrakan lewat melawan aku, ini berarti kedudukanmu dalam dunia persilatan boleh dibilang menempati posisi jago kelas satu, tapi entah bagaimanakah kemampuanmu dalam soal ilmu beracun?"
Wi Tiong Hong merasa terkesiap, dia tahu Lan Sim Bu memang termashur di wilayah In Lam karena kelihayannya dalam soal racun. Nyatanya setelah gagal meraih keuntungan lewat ilmu silat, orang itu hendak mencari kemenangan dengan mengandalkan ilmu beracunnya.
Maka sambil mendongakkan kepalanya dia segera bertanya: "Kau hendak mempergunakan racun?"
"Betul" sahut Lan Sim Bu sambil mengelus jengeotnya dan menyahut angkuh, "keluarga Lan dari In Lam memang termashur karena racunnya. Aku yakin berita ini pernah kau dengar bukan?"
"Bila kau mengandalkan ilmu silat untuk meraih kemenangan, maka kendatipun aku harus kalah, aku akan kalah dengan perasaan puas dan takluk, tapi bila mengandaikan racun..."
Tidak sampai pemuda itu menyelesaikan perkataannya Lan Sim Bu telah menukas dengan ketus: "Selama seratus tahun belakangan ini keluarga Lan dari In Lam menjadi termashur karena racunnya. Sekalipun aku akan pergunakan racun untuk menghadapimu, orang persilatan tak akan menyalahkan tindakanku ini. Cuma saja aku memang aku tak pernah menyerang orang dengan racun secara diam-diam dan membokong"
"Lantas kau hendak menggunakan dengan cara begaimana?"
"Dalam sekali ayunan tanganku nanti, andaikata kau sanggup menghindarkan diri dan tidak sampai terpengaruh oleh hawa racun maka setelah kegagalan tersebut aku pasti akan angkat kaki dari sini"
Mendengar perkataan itu, Wi Tiong Hong segera berpikir: "Kalau toh kau sudah menerangkan terlebih dahulu, berarti cukup waktu bagiku untuk melakukan persiapan untuk menghindari serangan racunmu itu rasanya bukan suatu pekerjaan yang menyulitkan"
Berpikir demikian dia pun manggut-manggut: "Baik, aku bersedia untuk mencoba"
"Bagus sekali. kau mesti berhati-hati!" jengek Lan Sim Bu sambil tertawa seram.
Begitu selesai berkata ujung bajunya segera dikebaskan kedepan dan menyerang wajah Wi Tiong Hong.
Berhubung pihak lawan sudah memberitahu lebih dulu kalau dia akan menggunakan racun, maka semenjak tadi Wi Tiong Hong telah menutup pernapasannya. Tatkala Lan Sim Bu mengebaskan ujung bajunya tadi, dengan cepat dia menggerakkan pula tubuhnya serta menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri. Gerakan yang dilakukan dengan persiapan yang amat matang ini boleh dibilang dilakukan dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekali lompatan saja ia sudah berada satu kaki lebih dari posisi semula. Siapa tahu ketika sepasang kakinya mencapai tanah, tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing dan pandangan matanya menjadi gelap, tubuhnya menjadi gontai sehingga nyaris roboh.
Dalam keadaan begini, cepat cepat dia menghimpun tenaga dalamnya dan mencoba untuk bergeser berapa langkah lagi kedepan. Namun dia toh tak sanggup juga untuk menahan diri sehingga badannya menjadi terhuyung-huyung.
Baru sekarang dia sadar, rupanya disaat pihak lawan mengajaknya berbicara tadi, sebetulnya ia sudah turun tangan. Adapun apa yang dikatakan tak pernah menyerang secara gelap tak lebih untuk untuk menyenangkan hatinya saja sambil menunggu bekerjanya racun tersebut Kontan saja amarahnya berkobar didalam dada. Sambil msndongakkan kepalanya dia membentak: "Tua bangka celaka..."
Dalam pada itu Lan Sim Bu telah menyusul
kehadapannya dan melancarkan totokan. Desingan angin tajam membuat dua buah jalan darah penting ditubuh Wi Tiong Hong tertotok.
"Bagaimana?" jengeknya kemudian sambil tertawa seram, "kau tak mampu untuk menghindarinya kan?"
Selesai berkata dia lantas mengempit tubuh Wi Tiong Hong dan beranjak pergi dari situ dengan cepat"
oooOdwOooo SEMENTARA ITU cahaya lentera masih menerangi ruang tengah istana racun. Waktu itu ada lima orang sedang duduk-duduk sambil minum arak.
Mereka adalah Kim Liu Cu yang menyaru sebagai Lan Sim Bu, ketua pelindung hukum Selat Pasir Beracun Tiong Cay Thian, wakil ketua pelindung hukum Siang Bu Ciu, serigala kuning cakar beracun Sia It Hong serta seorang pendeta asing berjubah merah yang bernama Ci kong siancu.
Tengah hari tadi, Tok seh siansu sendiri telah menyelenggarakan perjamuan di ruang tengah istana racun untuk menyambut kedatangan Lan Sim Bu serta menyambut kesediaannya untuk bekerja sama dengan Selat Tok Sia, tentu saja upacara dilakukan secara ramai.
Seusai penjamuan, Kam Liu Cu telah turun tangan menulis surat sendiri untuk ketua Lam hay bun So Siu Jin.
Isi surat tersebut menjelaskan kalau dia telah bergabung dengan pihak Tok Seh Sia serta menyampaikan harapan dari Tok Seh Siancu untuk menerima pennggabungan dari pihak Lam hay bun.
Selain daripada itu diterangkan juga keponakannya So Siou Hui klni berada di Tok Seh Sia dengan memperoleh pelayanan yang baik dari Siancu. Melalui surat itu ditulis dengan kata kata yang luwes dan sangat menarik.
Sudah tentu Liong Cay Thian percaya seratus persen.
Selesai membaca surat tersebut dia menjadi kegirangan setengah mati. Segera diutusnya seorang anggotanya yaig dipercaya untuk membawa surat itu berangkat ke Lam hay Kam Liu Cu yang menyaksikan semuanya itu diam-diam merasa geli, pikirnya: "Hemm.... sebelum surat itu tiba di Lam hay, aku sudah angkat kaki dari tempat ini. Perduli amat bagaimana akhirnya persoalan tersebut"
Perjamuan yang diselenggarakan malam ini merupakan perjamuan yang diselenggarakan Liong Cay Thian untuk menghormatinya. Berhubung Tok Seh Siancu tidak hadir disitu, maka perjamuannya bisa dilangsungkan lebih santai dan terbuka.
Semua yang hadir dalam perjamuan saat ini merupakan orang orang dengan takaran minum arak yang besar ditambah pula Kam Liu Cu bermaksud untuk menahan mereka di situ agar Wi Tiong Hong punya kesempatan untuk melacak jejak ayahnya. Karena itu setiap kali ada kesempatan dia selalu mengangkat cawannya mengajaknya mereka untuk minum.
Perjamuan tersebut berlangsung sampai waktu kentongan kedua, namun masih berjalan amat ramai.
Pada saat itulah, tiba tiba dari depan ruangan muncul seorang gadis bertubuh ramping yg mengenakan baju berwarna merah keperak-perakan. Begitu munculkan diri ia segera berseru: "Ayah...."
Liong Cay Thian meletakkan kembali cawan araknya, lalu menegur dengan kening berkerut: "Anak Hiang, mengapa kau belum tidur juga sampai semalam ini" Ada urusan apa kau datang kemari?"
Liong Hiang Kun memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu dengan wajah memerah ujarnya: "Siauli sedang mencari Wi sauhiap. Apakah dia berada disini?"
"Bisa celaka..." pikir Kam Liu Cu diam-diam dengan perasaan terkejut.
Cepat cepat dia memperhatikaa Liong Hiang Kun sekejap, kemudian sambil tertawa tergelak tegurnya:
"Saudara Liong apakah dia adalah putrimu?"
Suatu pertanyaan yang tepat sekali, karena menghadapi pertanyaan itu terpaksa Liong Cay Thian mengurungkan niatnya untuk menanyakan masalah Wi Tiong Hong.
Sambil tertawa sahutnya kemudian: "Ya benar dia adalah putriku"
Lalu kepada Liong Hiang Kun katanya pula: "Anak Hiang, dia adalah Lan pekhu mu yang termashur namanya diwilayah In Lam, ayoh cepat memberi hormat!"
Sementara itu Kam Liu Cu tertawa dingin dalam hati kecilnya. pikirnya kemudian: "Huuuh... tengah hari tadi kau berlagak menyebut saudara denganku, malamnya kau suruh memanggil empek kepadaku!"
Sementara dia masih berpikir, Liong Hiang Kun telah memberi hormat sambil berkata: "Empek Lan, keponakan perempuan memberi hormat untukmu"
Cepat-cepat Kam Liu Cu menghalanginya dan tertawa terbahak bahak: "Haa... haa... haa... keponakan perempuan tak usah banyak adat. Saudara Liong, kau memang hoki sekali mempunyai seorang anak perempuan yang begitu cantik dan menarik"
"Saudara Lan terlalu memuji" Liong Cay Thian segera berseru, "justru putramu yang ganteng dan gagah luar biasa.
Hoki saudara Lan berapa kali lipat lebih bagus dariku!"
Apa yang diucapkan olehnya memang merupakan ucapan sebetulnya, sebab dia memang berniat menjodohkan putrinya kepada Lan Kun Pit bahkan persoalan itupun telah disinggung secara sekilas pandang pada tengah hari tadi.
Sudah barang tentu Siang Bu Ciu rnemahami maksud hati lotoanya itu. Sambil teetawa terbahak-bahak katanya pula. "Putra putri saudara Lan dan saudara Liong benar-benar merupakan sepasang sejoli yang serasi. Bagi kami orang-orang yang tanpa keluarga, kejadian semacam inilah sangat kami kagumi"
Ci kong siancu mengangkat cawannya dan meneguk habis isinya, lalu berkata pula: "Bila suatu ketika kalian berdua akan besanan, jangan lupa untuk menghadiahi arak kegirangan untukku"
Merah jengah selembar wajah Liong Hiang Kun setelah mendengar perkataan ini, sambsi mendepak depakkan kakinya berulang kali ke atas tanah, serunya dengan gelisah:
"Ayah..."
Liong Cay Thian memandang putrinya sekejab, lalu katanya sambil tertawa. "Waktu sudah malam, masuklah dan tidur"
"Ayah, barusan siauli pergi mencari Wi Siauhiap, tadi dia... dia tidak ada diruangan..."
Sore tadi, Kam Liu Cu telah melakukan pembicaraan empat mata yang cukup lama dengan Liong Cay Thian. Dia sudah mengetahui soal penyamaran Lan Kan Pit sebagai Wi Tiong Hong. Diapun tahu kalau orang orang Tok Seh Sia selain Siang Bu Ciu dan Siu It Liong berdua, termasuk
putrinyapun tidak mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Oleh sebab itu dalam anggapan Liong Hiang, Lan Kun pit tak lain adalah Wi Tiong Hong. Tentu saja siapapun tak mengira kalau Lan Kun pit telah ditukar pula sehingga Wi Tiong Hong yang sekarang adalah Wi Tiong Hong yang asli.
Oleh sebab itulah Kam Liu Cu tahu kalau ketidak hadiran Wi Tiong Hong didalam ruangan tentu sedang pergi menyelidiki jejak ayahnya. Bisa dibayangkan betapa gelisahnya dia waktu itu.
Sebaliknya Liong Cay Thian berpendapat kalau Lam Kun Pit tak bakal melarikan diri sebab telab dicekoki obat pembingung pikiran. Maka dia segera tertawa hambar setelah mendengar perkataan itu, katanya. "Mungkin Wi sauhiap menganggap cuaca pada malam ini amat cerah sehingga ia berjalan-jalan diluar. Tak bakal ada kejadian apapun...."
"Tidak mungkin. Siauli telah melakukan pemeriksaan dengan seksama disekeliling tempat itu setelah tidak menemukan dia berada dalam ruangan, alhasil....?"
-ooo0dw0ooo- Jilid 19 BELUM HABIS perkataan itu diutarakan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia yang berlari masuk dengan langkah tergesa-gesa, orang itu adalah Tok Si cian, malah dalam tangannya masih menggenggam sebilah golok biru yang terhunus.
Namun ketika dia menyaksikan orang-orang yang hadir dalam ruangan, orang itu segera berdiri tertegun.
Sambil menarik muka Siang Bu ciu segera menghardik :
"Muridku, ada urusan apa kau masuk tergopoh-gopoh "
Hmm sungguh tak tahu aturan!"
Merah padam selembar wajah Tok Si cian karena teguran gurunya itu. dengan termangu-mangu diawasinya wajah Kam Liu cu adalah jago silat kawakan dari dunia persilatan, pengalamannya boleh dibilang amat luas dan matang, dari sikap Tok Si cian yang langsung berubah muka setelah bertemu dengannya ketika masuk kedalam ruangan tadi, ia sudah merasakan hal-hal yang kurang wajar.
Diam diam segera pikirnya di dalam hati: "Waaah, jangan-jangan sudah terjadi sesuatu atas saudara Wi" Tapi tak mungkin liu sumoay telah membantu saudara Wi.
sekalipun jejak mereka ketahuan, tak mungkin mereka dibekuk lawan, kecuali kalau kedua orang itu telah berjumpa dengan racun ... "
Teringat soal racun, hatinya segera berdebar sangat keras.
Sementara itu Liong Cay thian telah mengulapkan tangannya berulang kali sambil berkata : "Loji jangan kau halangi dia, siapa tahu ia akan melaporkan sesuatu yang sangat penting."
Siang Bu ciu segera mendongakkan kepalanya dan bertanya : "Ada urusan apa kau datang kemari?"
Tok Si cian kembali menengok sekejap kearah Kam Liu cu kemudian baru jawabnya sambil memberi hormat :
"Ketika tecu mendapat giliran untuk meronda malam tadi, baru saja melakukan perondaan sampai dikaki bukit sebelah belakang, tiba-tiba telah bertemu dengan ... "
"Bertemu apa?" tukas Siang Bu Ciu.
"Tecu telah bertemu dengan ... dengan " canpwee."
"Bertemu aku?" seru Kam Liu cu dengan perasaan terkejut.
Sedangkan Siang Bun ciu segera menghardik pula dengan kening berkerut kencang: "Omong kosong, selama ini saudara Lan duduk disini minum arak, tak selangkahpun meninggalkan tempat ini."
Atas bentakan dari gurunya itu, Tok Si cian segera menjawab dengan tergagap : "Tecu tidak bohong malahan Lan locianpwee sempat melepaskan sebuah pukulan dahsyat kearah tecu, andaikata tecu tidak menghindar dengan cepat, niscaya pukulan itu akan menewasktn tecu."
"Tidak mungkin peristiwa ini dapat terjadi!" bentak Siang Bu ciu penuh amarah setelah mendengar laporan dari muridnya semakin lama semakin mengawur.
Sebaliknya Kam Liu cu mengerti apa yang telah terjadi, kembali dia berpikir : "Jangan-jangan Lan Sim-hu yang asli telah datang pula ?"
Sementara dia masih berpikir, Liong Cay thian telah berkata : "Coba kau laporkan keadaan yang kau alami tadi dengan lebih terperinci dan seksama lagi !"
"Waktu itu tecu sedang mengadakan perondaan di Pek seh sia, baru saja menuruni bukit telah kulihat sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan tinggi tergerak hati tecu setelah melihat bayangan tersebut aku mengira telah kedatangan musuh didalam selat kita ini, maka cepat-cepat menyambutnya, setelah mendekat baru kuketahui bahwa orang itu adalah Lan locianpwee."
"Sudah kau lihat dengan jelas bahwa orang itu adalah aku ?"
Sekali lagi Tok Si cian menengok sekejap kearahnya, kemudian mengangguk : "Betul, tecu melihat dengan jelas bahwa orang itu adalah Lan locianpwe, malah di bawah ketiaknya mengempit seseorang!"
"Waktu itu tecu segera menegurnya, Lan locianpwee, apakah kau berhasil membekuk mata-mata ?"
Siapa tahu pertanyaan tecu ini sama sekali tidak digubris, malahan sewaktu melewati disisi tecu, secara tiba-tiba saja Lan locianpwee mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah bacokan maut, dengan tergopoh-gopoh tecu segera menghindarkan diri kesamping, begitu lolos, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur makin jauh, karena itulah tecu pun segera datang kemari untuk memberi laporan."
"Sudah kau lihat dengan jelas siapa yang dikempit olehnya?" cepat-cepat Liong Cay Thian bertanya.
"Tidak jelas." Tok Si cian menggeleng.
"Ayah mungkinkah dia telah menculik Wi sauhiap ?"
tiba tiba Liong Hiang kun menyela.
Tiba-tiba saja Kam Liu cu merasa terkesiap, diam-diam pekiknya didalam hati : "Bisa celaka ... "
Sekarang keadaannya sudah semakin jelas sudah pasti Lan Sim-hu telah mendapat tahu kalau puteranya telah tertangkap sehingga malam-malam dia menyelundup masuk ke dalam lembah dan berupaya menolong Lan kun pit dari kurungan.
Tentu saja dia tak akan menyangka kalau Wi Tiong hong telah mengganti kedudukan Lan Kun pit sebagai dirinya demi tujuannya menyelidiki jejak ayahnya.
Dan sama sekali tak terduga Lan Sim hu bisa muncul tepat pada saatnya untuk menyelamatkan Lan Kun pit yang sesungguhnya telah berubah menjadi Wi Tiong hong asli.
Pikir punya pikir akhirnya dia bangkit berdiri, kemudian ujarnya sambil tertawa dalam: "Dimanakah orang itu sekarang" Hmmm berani amat menyaru sebagai aku untuk menculik orang di dalam selat ini, ingin kulihat manusia semacam apakah dia itu."
Belum habis dia berkata, tiba tiba tampak lagi seorang lelaki berbaju hitam yang masuk kedalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa, begitu bersua dengan Liong Cay Thian ia segera memberi hormat sambil katanya. "Lapor cong huhoat, ketika hamba melalui gedung yang ditempati nona So dari Lam hay, kujumpai pintu kamar telah terbuka lebar dan kedua orang dayangnya telah roboh terkapar diatas tanah. Setelah menyaksikan peristiwa tersebut hamba sadar pasti telah terjadi sesuatu peristiwa, baru saja akan melakukan penyelidikan, siapa tahu baru saja anak buah hamba memasuki pintu ruangan, tanpa sebab musabab yang jelas kedua orang anak buah hamba itu sudah roboh terjengkang, itulah sebab hamba khusus datang kemari untuk memberikan laporan."
Berubah hebat paras muka Liong Cay thian sesudah mendengar perkataan itu, dia segera mengulapkan tangannya, lalu kepada Siu It hong serunya: "Bisa jadi musuh datang dari Pek seh sia, Siu lo sam, kau segera berangkat ke Pek-seh sia dan hadang jalan mundur musuh."
Serigala kuning cakar beracun Siu It hong mengiakan dan segera berangkat dengan langkah tergopoh-gopoh Menyusul kemudian Liong Cay thian berkata pula kepada Siang Bu ciu: "Siang loji kaupun berangkat ke Sui
lian tong, jangan beri kesempatan kepada mereka untuk merampas perahu dan melarikan diri 1ewat jalan air."
"Siaute turut perintah," jawab wakil ketua pelindung hukum Siang Bu ciu dengan cepat.
Lalu dengan langkah tergesa-gesa, dia pun beranjak pergi dari tempat tersebut.
Menyaksikan kesemuanya itu diam-diam Kam Liu cu berpikir didalam hatinya. "Kalau didengar dari nada suaranya barusan, mungkin yang dimaksudkan sebagai Pek seh sia adalah lorong dibawah sumur kering yang kami lalui tempo hari. Kalau begitu yang dimaksudkan sebagai Sui Tian tong itulah justru merupakan jalan utama untuk memasuki selat Tok seh sia?"
Dalam pada itu Liong Cay thian telah berpesan pula pada Tok Si cian dengan suara cemas: "'Segera turunkan perintah, segenap anggota selat harus sudah berada dalam posisinya dalam waktu singkat dan siapa pun dilarang berjalan jalan sembarang didalam selat."
Tok Si cian mengiakan dan terburu-buru mengundurkan diri dari tempat tersebut.
Kembali Liong Cay thian berseru: "Anak Hiang, cepat kau laporkan kejadian ini kepada Siacu, katakan kalau selat telah kedatangan musuh pada malam ini, tanyakan apakah Siacu ada sesuatu petunjuk?"
Liong Hiang kun kelihatan merasa berat hati untuk pergi dari situ, segera bantahnya: "Ayah, hanya menghadapi urusan sekecil ini mengapa sih kita mesti mengganggu ketenangan siacu?"
Sudah jelas dia amat menguatirkan keselamatan Wi Tiong hong sehingga merasa segan untuk masuk kedalam.
Tapi dengan wajah serius Liong Cay thian segera berkata: "Selat kita sudah mengalami sesuatu peristiwa, masa kejadian ini tidak dilaporkan kepada siacu" Ayoh cepat masuk."
Sambil mencibirkan bibirnya dan dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Liong Hiang kun membalikan badan dan beranjak pergi dari ruangan tersebut.
Kam Liu cu yang menyaksikan kesemuanya itu diam-diam berpikir sambil tertawa dingin: "Liong Cay thian memaksa putrinya untuk masuk rupanya dia menyuruh anaknya muncul lagi dengan peranannya sebagai siacu."
Sementara itu Liong Cay thian telah menjura sambil berkata setelah menyuruh putrinya masuk: "Saudara Lan, taysu, harap pergi bersama-sama siaute."
Kam Liu cu dan Ci kong siansu segera bangkit bersama-sama dan berjalan keluar dari istana racun mengikuti dibelakang Liong Cay thian.
Dalam pada itu, penjagaan didalam selat Tok seh sia telah dilakukan amat ketat hampir setiap jengkal nampak serombongan lelaki berbaju hitam dengan senjata terhunus melakukan penjagaan disitu, ketika bertemu dengan mereka bertiga, serentak mereka memberi hormat.
Tempat So Siau hui terletak disisi kiri istana racun, ketika Liong Cay thian mengajak kedua orang itu menuju kepintu dengan dua orang anggota selat telah melakukan penjagaan yang ketat didepan gedung tersebut waktu itu.
Tak jauh dari pintu gerbang tampak dua orang dayang dan dua orang lelaki berbaju hitam tergeletak diatas tanah, rupanya korban-korban tersebut belum berani disingkirkan sebelum kehadiran cong huhoat mereka untuk melakukan pemeriksaan.
Kam Liu cu yang menyaksikan ke jadian tersebut dari kejauhan, diam-diam merasa terkesiap juga pikirnya: "Bila ditinjau dari keadaan tersebut, jangan-jangan Liu sumoy telah melakukan suatu tindakan ceroboh yang mengakibatkan kebocoran rahasia kita ?"
Dalam pada itu Liong Cay thian telah berhenti didepan pintu, sambil berpaling, katanya kemudian: "Saudara Lan, Taysu, harap tunggu disana biar siaute melakukan pemeriksaan sendiri."
Seusai berkata dia lantas maju lebih jauh ke depan dan membungkukkan badannya untuk memeriksa keadaan dari keempat orang yang tergeletak diatas tanah.
Tiba-tiba paras mukanya berubah hebat kemudian sambil mendengus penuh amarah serunya : "Racun tanpa wujud !
Jangan-jangan Kiu tok kaucu telah berkunjung kemari?"
Ketika Kam Liu cu dan Ci kong siansu yang masih berada lima kaki dari arena mendengar kalau ruangan tersebut telah dikerjai oleh Kiu Tok kaucu, serta merta mereka menjadi paham atas duduk perkara yang telah terjadi.
Bila didengar dari laporan dari Tok Si cian tadi agaknya Lan Sim-hu juga telah datang kesitu.
Kini tempat tinggal So Siau hui terbukti telah dinodai oleh racun tanpa wujud, hal tersebut membuktikan bahwa Lan Sim hu Kiu tok kaucu benar-benar telah menyusup kedalam selat Tok seh sia untuk menolong orang.
Sebagaimana diketahui, Kiu tok kaucu sedang mengincar resep obat anti racun Pit tok kim wan dari Lam hay bun, ia menitahkan Lan Kun pit untuk menculik So Siau hui dan itulah sebabnya pula Lan Kun pit menyamar sebagai Wi Tiong hong untuk melaksanakan tugas tersebut
Diluar dugaan dia telah ditawan oleh orang orang selat Tok sen sia.
Sekarang terbukti sudah Lan Sim hu telah bersekongkel dengan Kiu tok kaucu sehingga mereka berdua sama-sama memasuki selat Tok seh sia, dimana yang seorang menolong putranya dan seorang lagi menaburkan racun tanpa wujudnya seraya melarikan So Siau hui.
Tapi sayang mereka tidak meyangka kalau orang yang ditolong Lan Sin hun bukan Lan Kun pit, sedangkan So Siau hui yang diculik oleh Kim tok kaucu pun bukan So Siau hui yang asli.
Tatkala Kam Liu cu membayangkan kesemuanya ini, tak terkirakan rasa gelisah dan cemas hatinya, sekarang telah diketahui olehnya bahwa Wi Tiong hong dan sumoay nya telah diculik orang, apa lacur dia sedang menyaru sebagai Lan Sim bu dan tak mungkin bisa loioskan diri dari situ dalam waktu singkat.
Mendadak terdengar suara langkah kaki. manusia berkumandang datang dengan cepat ia rnendongakkan kepalanya, ternyata yang datang adalah Tok seh sia cu dengan jubah hitam, jenggot putih serta tongkat di tangan.
Kam Liu cu menjadi tertegun, untuk berapa saat lamanya ia belum dapat menduga siapa gerangan orang itu"
Sebab menurut apa yang di ketahuinya, putri Liong Cay thian selalu menyaru sebagai Tok seh siacu dengan dandanan semacam ini pula.
Selain dari pada itu. sipanglima sakti berlengan emas Ou Swan pun selalu muncul gengan peranan sebagai Tok seh siacu, sebab dia harus selalu masuk keluar selat Tok seh sia untuk membantu diri mereka untuk mempermudah dan
memperlancar usahanya memasuki selat tersebut, maka dia selalu berperan demikian.
Sekarang, andaikata orang yang dihadapi itu adalah Ou Swan apa yang harus dilakukan olehnya" Dan bagaimana pula seandainya orang itu adalah Tok seh siacu yang asli"
Ci kong siansu tentu saja tidak mengetahui seluk beluk itu, ketika bertemu dengan Tok seh siacu, dia segera merangkap tangannya didepan dada sambil berseru :
"Omitohud rupanya siacu telah datang sendiri."
"Taysu terlalu merendah," sahut Tok seh siacu sambil membalas memberi hormat.
Kemudian sambil menjura kepada Kam Liu cu, katanya pula : "Saudara Lan, tahukah kau apa yang telah terjadi?"
Baru saja Kam Liu cu hendak balas memberi hormat, tiba-tiba disisi telinganya kedengaran suara kakek Ou sedang berbisik: "Aku adalah Ou Swan!"
Kam Liu cu merasa gembira sekali, cepat sahutnya :
"Barusan, didalam selat ini telah ditemukan seseorang yang menyaru sebagai siaute disamping itu ditemukan juga kedua orang dayang yang melayani So Siau hui terkena racun tanpa wujud."
Berbicara sampai disitu, dia segera berkata lagi dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara : "Mungkin yang datang adalah Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu berdua mereka telah menculik saudara Wi dan Liu sumoay, cepatlah kejar mereka, sebentar aku akan menyusulmu."
Dalam pada itu Tok seh siacu telah mengelus jenggotnya dan berseru dengan penuh amarah : "Masa ada kejadian seperti ini " Aku tak percaya ada orang yang berani mencari gara-gara didalam selat Tok seh sia ini!"
Tiba-tiba ia menutulkan ujung tongkatnya ke atas tanah, lalu secepat kilat meluncur ke depan.
Sementara itu Raja langit bertangan racun Liong Cay thian telah mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya dan mengambil empat butir pil yang masing-masing diberikan kepada ke empat korban, kemudian dia mengeluarkan pula sebuah tabung tembaga sepanjang satu depa dan diobat-abitkan disekitar tempat tersebut, kemudian katanya, dingin: "Hmmm, hanya mengandalkan kepandaian sekecil ini pun berani mencari gara-gara didalam selat Tok seh sia !"
Tentu saja dia pun dapat menyaksikan kehadiran dari Tok seh siacu, tapi berhubung dia sedang mengerahkan tenaga dalamnya untuk menghisap racun tanpa wujud yang tersebar disekitar tempat itu, untuk sesaat dia tak mampu berkata apa-apa.
Menanti sampai racun tanpa wujud itu sudah terhisap habis dan menyumbat tabung dengan kapas dia baru mendongakkan kepalanya dan berkata kepada Ci kong siansu : "Taysu, cepat hadang kepergiannya orang itu adalah Kiu tok kaucu yang menyaru sebagai siacu!"
Tak terlukiskan rasa kaget Kam Liu cu, sehabis mendengar perkataan itu, diam-diam pikirnya : "Sungguh hebat ketajaman mata bajingan tua ini."
Dalam pada itu Ci kong siacu telah menjejakkan kakinya ke atas tanah dan melakukan pengejaran ke depan, satu ingatan segera melintas didalam benak Kan Liu cu serta merta diapun mengikuti dibelakang Ci kong siansu untuk berlalu dari situ.
Kebetulan sekali pada waktu itu kedua orang lelaki dan dayang itu telah mendusin kembali dan bangun duduk,
ketika melihat cong huhoat berada disitu, dengan tergopoh-gopoh mereka bangun berdiri seraya memberi hormat.
Liong Cay thian segera mengulapkan tangannya dan bertanya kepada kedua orang dayang itu : "Ayoh cepat bilang, nona So berada dimana?"
"Semalam siacu telah berkunjung kemari menyuruh nyonya So keluar dari pintu, siapa tahu baru saja sampai didepan pintu, nona So roboh dan bisa bangun lagi, budak segera memburu keluar, siapa tahu kepala budak pun menjadi pusing lalu tak tahu apa2 lagi."
"Terbukti sekarang, pasti ulah ini perbuatan dari Kiu tok kaucu." seru Liong Cay Thian penuh amarah.
Tiba-tiba tubuhnya melejit ke tengah udara kemudian mengejar kearah Pek seh sia.
Sementara itu, Ci kong siansu yang melakukan pengejaran dengan kencang telah berhasil menyusul Tok seh siacu yang sedang berlarian menjauhi selat.
Begitu berhasil mendekati orang itu, Ci kong siansu segera berseru dengan lantang.
"Siacu, harap berhenti dulu!"
Tok seh siacu berpaling, ketika melihat orang yang datang adalah seorang hwesio berbaju merah, diapun berhenti berlari sambil bertanya : "Ada apa?"
Dengan suatu gerakan secepat kilat Ci kong siansu berkelebat maju ke muka, lalu serunya sambil tertawa seram:
"Cong huhoat mengundangmu untuk kembali."
Mendadak Tok seh siacu berseru sambil tertawa nyaring:
"Haaah. haaah, haaa. kuperintahkan kepadamu untuk pulang dulu!"
Begitu selesai berkata, tangan kanannya segera diayunkan kemuka melepaskan sebuah dahsyat ke dada Ci kong siansu.
Segulung tenaga pukulan yang sangat kuat diiringi suara desingan angin tajam segera meluncur kemuka.
Sesungguhnya Ci kong siansu adalah seorang jago lihay dari perguruan Mi Tiong hun tiga tahun berselang dia telah diundang Liong Cay thian dengan honor tinggi untuk menjadi seorang pelindung dari selat Tok seh sia.
Di dalam tiga tahun atas bantuan dari Liong Cay thian yang menyediakan obat-obatan beracun ia telah berhasil menguasai ilmu Tok jiu eng.
Maka ketika dilihatnya Tok seh siacu melepaskan sebuah pukulan kearahnya sambil tertawa-tertawa tergelak segera serunya :
"Haaa haaa haaa Kiu tok kaucu, bila kau ingin mengajak aku beradu pukulan, maka kau telah salah mencari orang!"
Dia mundur selangkah, lalu tangan kanannya sebesar kipas dikeluarkan dari balik jubahnya dan diayunkan kemuka, dalam waktu singkat warnanya telah berubah menjadi hitam pekat.
Angin pukulan yang sangat kuat itu segera menggulung kedepan dan menyongsong angin serangan yang dilepaskan oleh Tok seh siacu itu.
Perlu diketahui, meskipun ilmu Tay jiu eng dari perguruan Mi tiong bun termasuk ilmu aliran luar, namun serangannya sama sekali tidak menimbulkan desingan
angin. Tetapi justeru dapat menembusi benda apapun untuk melukai lawan yang berada dibaliknya.
Jadi boleh dibilang ilmu pukulan tersebut merupakan suatu ilmu pukulan yang sangat ganas.
Tatkala sepasang tangan saling beradu satu sama lainnya, mencorong sinar tajam dari balik mata Tok seh siacu, segera ujarnya sambil tertawa bergelak : ''Hey hwesio, sedari tadi sudah kuketahui kalau kau memiliki ilmu pukulan Tok jiu eng yang ganas!"
Rupanya Tok seh siacu yang ini bukan Kiu tok kaucu seperti apa yang diduga melainkan kakek Ou yang datang untuk menolong Wi Tiong hong.
Telapak tangan kanan yang didorong kakek Ou sejajar dengan dada itu mendadak ditarik kembali, menyusul tangan tersebut sekali lagi dilontarkan ke depan.
Gerakan menarik dan melontar yang dilakukan amat cepat ini namun benar-benar diluar dugaan, tahu-tahu saja.
"Blaaammm!"
Angin pukulan yang lebih kuat dan dahsyat bagai amukan angin taupan menyapu ke depan.
Ci kong siansu sama sekali tidak menyangka kalau pihak lawan memiliki tenaga dalam yang begitu sempurna, sehingga ilmu pukulan Tay jiu-eng andalannya tak mampu menandingi lawan.
Menanti dia merasakan gelagat baik dan siap sedia untuk menarik kembali serangannya, keadaan sudah terlambat, segulung angin pukulan yang sangat kuat seperti datangnya air bah menekan tubuhnya.
Sekujur badannya terasa begetar keras, tak kuasa lagi tubuhnya mundur terus sejauh satu kaki lebih, sepasang
matanya dipejamkan rapat-rapat, tangan kirinya memegangi perut dan tangannya memegang dada ia berdiri tak berkutik ditempat semula.
Jelas sudah pertarungannya melawan kakek Ou barusan telah menggetarkan hawa murninya, sehingga dia harus bersemedi dan mengatur pernapasan.
Dengan cepat Kam Liu cu melayang turun disamping Ci kong siansu sambil tegurnya : "Taysu, apakah kau terluka "
Perlukah kubantu diri ?"
-odwo- Pelan-pelan Ci kong siansu membuka matanya yang terpejam dan memandang Kam Liu cu sekejap, kemudian menggelengkan kepalanya berulang kali dan memejam kembali.
Diam-diam Kam Liu cu tertawa dingin, pikirnya :
"Heeeh, heeeeh, heeeeh, seandainya aku ingin mencabut nyawamu, cukup dengan sebuah pukulan pun aku dapat merenggut nyawamu!"
Dengan cepat dia melewati Ci kong taysu dan katanya lagi. "Kalau toh taysu tidak mengharapkan bantuanku, silahkan atur pernapasan disini, biar kukejar Kiu tok kaucu itu."
Tanpa banyak berbicara lagi ia segera melompat kedepan dan melakukan pengejaran.
Tak selang berapa kemudian. Raja langit bertangan racun Liong Cay thian melayang turun dengan gerakan cepat, ketika melihat Ci kong siansu berdiri seorang diri dijalan bukit, dia menjadi terkesiap buru-buru tegurnya :
"Taysu, bagaimana keadaanmu?"
Ci kong taysu menarik napas panjang-panjang, lalu sahutnya : "Berhubung terlalu gegabah, pinceng kena disergap oleh Kiau tok kau, tapi sekarang sudah baikan."
"Mana saudara Lan" Apakah dia mengejar lawan?"
Ci kong siansu kembali manggut-manggut.
"Kepandaian silat yang dimiliki Kiu tok kaucu sangat lihay, belum tentu saudara Lan seorang dapat menandinginya, kita harus menyusulnya dengan segera."
Liong Cay thian tertegun setelah mendengar perkataan itu, Ci kong siansu sebagai tokoh lihay dari perguruan Mi tiong bun memiliki kepandaian silat yang tak berada dibawahnya, tetapi nyatanya dia mengaku kalau Kiu tok kaucu memiliki ilmu silat yang sangat hebat dan Lan Simhu bukan tandingannya, pengakuan semacam ini sungguh merupakan sesuatu yang susah dipercayai.
Andaikata Kiu tok kaucu benar-benar demikian lihaynya, jelas orang itu akan menjadi musuh yang paling berbahaya bagi keamanan dan kesejahteraan Tok seh sia ...
Sementara dia masih termenung, tiba-tiba tampak olehnya Tok Si cian berlarian mendekat dengan napas tersengkal-sengkal, begitu menjumpai Liong Cay thian dia segera memberi hormat seraya ujarnya : "Lapor cong huhoat, daerah terlarang kita di selat barat telah terjadi musibah!"
Sekali lagi Liong Cay thian marasakan hatinya bergetar keras, cepat-cepat ia bertanya : "Apa yang telah terjadi?"
"Oh koansi terkena senjata rahasia beracun, sedangkan tawanan di kamar nomor satu sebelah kiri....."
"Bagaimana keadaan dikamar nomor satu?" cepat-cepat Liong Cay thian bertanya dengan perasasan gelisah.
"Si tawanan lemah pikiran yang berada di kamar nomor satu telah mati di racuni orang."
Liong Cay thian segera mendelik besar penuh amarah, kemudian sambil mendepak-depakkan kakinya berulang kali serunya seraya mendengus keras : "Pasti perbuatan dari Kiu tok kaucu, bajingan tua ini ... "


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia segera berpaling ke arah Ci kong siansu, kemudian serunya : "Taysu, ayoh kejar!"
Dengan cepat bagaikan gulungan asap, kedua orang itu bergebrak menelusuri jalan bukit menuju ke pek seh sia.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka telah mengejar sampai dimulut selat.
Tampak si serigala kuning cakar beracun Siu It hong dengan sepasang senjata cakar serigalanya yang terhunus berjaga-jaga disisi jalan, sedangkan disamping kiri dan kanannya berdiri empat orang jago.
Dengan suatu gerakan cepat Liong Cay thian meluncur ke muka, lalu dengan wajah dingin bagaikan salju, dia memandang sekejap sekitar situ dan katanya kemudian dengan suara dalam : "Siu losam, apakah Kiu tok kaucu telah melarikan diri melalui jalanan ini?"
Siu It hong tertegun sehabis mendengar pertanyaan ini, segera jawabnya : "Semenjak siaute tiba disini belum pernah kujumpai Kiu tok kaucu berjalan melewati tempat ini."
"Lantas siapa yang telah keluar melalui jalanan ini ?"
tanya Liong Cay thian segera.
"Barusan siaucu bersama saudara Lan lewat dari sini, mereka dengan langkah tergesa-gesa."
"Kiu tok kaucu adalah seorang yang menyaru sebagai siacu dia sedang melarikan diri dari sini, sedangkan saudara
Lan sedang mengejar Kiu tok kaucu, apakah dia tidak menerangkan kejadian ini kepadamu?"
"Waaah kalau begitu tidak beres," seru Siu It hong keheranan. "Siaucu bersama saudara Lan keluar dari selat bersama-sama, mereka mengatakan hendak melakukan pengejaran terhadap musuh malah dijelaskan juga bahwa cong huhoat bersama taysu sedang melakukan pemeriksaan dibukit sebelah depan."
Liong Cay thian kelihatan agak tertegun mendadak serunya dengan penuh amarah: "Kurangajar betul Lan Simhu ini, rupanya dia sengaja menyusup kemari sebagai mata-mata, kalau begitu dia ... dia telah bersekongkol dengan Kiu tok kaucu untuk kabur dari Tok seh sia, aku telah termakan oleh siasat busuknya!"
Kemudian setelah mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya lagi: "Bila aku tak berhasil membekuk kembali kalian berdua, percuma selat Tok seh sia menjagoi dunia persilatan selama ini."
Tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah panji hitam dari sakunya, lalu sambil diserahkan kepada Siu It hong ujarnya dengan suara dalam : "Siu losam, kau segera turunkan perintahku ini suruh Siang lojin melakukan pengepungan dari arah jalan air sambil melakukan penggeledahan atas seluruh bukit sedang taysu segera melakukan pengejaran sedang Siu losam pimpin Su lit pang menyusul kemudian."
Habis berkata, dia bersama sama Ci kong siansu segera beranjak pergi dari situ.
Sudah barang tentu Liong Cay thian tidak akan menyangka kalau orang yang menyaru sebagai Tok seh siacu dan Lan Sim-hu adalah Panglima sakti berlengan emas Ou Swan serta Kam Liu cu dari Thian sat bun.
Waktu itu, Kiu tok kaucu bersama Lan Sim-hu dengan membawa Wi Tiong hong dan So Siau hui telah kabur melalui jalan rahasia dibawah sumur kering.
Malam itu udara sangat gelap, angin gunung berhembus amat kencang, ketika kentongan kedua baru lewat, tiba-tiba dari bawah sumur kering itu melayang keluar dua sosok bayangan manusia.
Orang pertama adalah seorang kakek berjubah hitam berjenggot putih dibelakangnya mengikuti seorang kakek berjubah biru.
Dibawah ketiak mereka berdua masing-masing
mengempit seseorang, baru saja muncul dari balik sumur kering, dari balik pepohonan dan semak belukar, bermunculan enam sosok bayangan hitam yang segera menghampiri kedua orang itu dengan gerakan cepat.
Keenam orang itu adalah dua orang gadis berbaju hitam yang bertubuh ramping serta empat orang lelaki baju hitam yang memakai kain kerudung muka.
Kakek berjenggot berwarna putih itu sama sekali tidak berbicara apa-apa, dia hanya mengulapkan ujung bajunya kemudian kakek berjubah biru itu beranjak lebih dulu dari situ.
Dalam sekali lompatan saja kedua sosok bayangan manusia itu sudah berada sejauh satu kaki dari tempat semula gerakan tubuhnya cepat sekali.
Kedua orang gadis dan keempat lelaki berkerudung itu segera mengerahkan pula ilmu meringankan tubuh masing-masing, bagaikan gulungan asap hitam mereka menyusul dibelakang kedua orang pertama.
Setelah keluar dari goa Pek seh tong, tempat itu merupakan sebuah jalan kecil yang menjulur kearah timur,
puluhan li perjalanan selanjutnya merupakan jalan gunung yang berliku-liku.
Namun rombongan tersebut masing2 memiliki
kepandaian silat yang luar biasa, tanpa menjumpai kesulitan apapun, dengan suatu gerakan yang kilat, sekejap kemudian puluhan li telah dilampaui.
Sementara perjalanan ditempuh, mendadak dari bawah kaki bukit didepan sana muncul sebuah lentera berwarna merah, ditengah kegelapan malam, lentera itu bagaikan mengambang diatas permukaan tanah.
Tak lama kemudian lentera merah itu berubah menjadi dua buah lentera "
Kemudian dari dua buah lentera berubah lagi menjadi empat buah lentera.
Lentera-lentera berwarna merah itu bergerak disekitar kaki bukit dengan enteng dan cepat, lambat laun semakin mendekati rombongan tersebut.
Akhirnya terlihat sudah sebuah tandu yang bergerak cepat mendekati rombongan itu.
Orang yang berada didepan tandu bergerak membawa sebuah lentera orang yang berada dibelakang tandu pun membawa sebuah lentera, sedangkan disisi depan dan belakang tandu tergantung juga masing-masing sebuah lentera merah.
Berjalan sambil membawa lentera merah ditengah malam buta sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang lumrah, tapi jalan gunung itu tidak terlalu lebar, bila terjadi simpangan mestinya salah satu pihak harus mengalah untuk menyingkir lebih dulu.
Akan tetapi tandu yang bergerak datang dari arah depan itu tampaknya enggan mengalah.
Tampak seorang nikou setengah umur yang berjalan dimuka tandu dan membawa sebuah lentera itu segera memberi hormat dan berseru begitu jarak kedua belah pihak tinggal satu kaki : "Harap sicu sekalian mundur dari situ, jangan sampai menumbuk Un sin Nio nio dari kuil kami."
"Aku tak pernah menyingkir dari jalanan yang sedang kutempuh, lebih baik kau suruh mereka menggotong minggir tandu itu." kata kakek baju hitam berjenggot putih itu.
Tampaknya nikou setengah umur itu merasa tertegun dia segera mengangkat lenteranya lebih tiaggi untuk menerangi wajah takek tersebut, kemudian serunya tertahan. "Aah, rupanya lo sicu, Un sin Nio nio dari kuil kami baru saja keluar berjalan-jalan dan saat ini akan pulang kembali, lo sicu sebagai orang yang sering bersiarah ke kuil kami, tentunya mengerti bukan bahwa Un sin Nio nio kami tak pernah menyingkir."
Kakek berjubah hitam berjanggot putih yang mengempit seseorang dibawah ketiaknya itu segara menukas dengan nada tak sabar : "Kau tidak usah cerewet terus dibadapanku, bila kalian tak mau menyingkir lagi, jangan salahkan bila kami akan menerjang dengan kekerasan."
Nikou setengah umur itu menunjukkan perasaan serba salah setelah ragu sejenak, akhirnya menggapai kearah seorang nikou kecil yang mengikuti dibelakang tandunya sambil berseru. "Sumoay, cepat kemari kau!'
Nikou kecil itu menyabut dan berjalan mendekat, tanyanya : "Suci, ada urusan apa?"
Sambil menuding ke arah kakek berjenggot putih berjubah hitam itu nikou setengah umur itu berkata : "Lo sicu ini sering kali mengunjungi kuil kami untuk berziarah hitung-hitung dia masih termasuk seorang pengikut nio nio tapi hari ini tampaknya lo sicu tersebut ada urusan ingin cepat-cepat pulang ke gunung, coba kau minta petunjuk dari nio nio, apakah boleh mempersilahkan mereka untuk lewat lebih dahulu ?"
Nikou kecil itu memandang si kakek tersebut sekejap lalu katanya sambil manggut-manggut : "Yaa. akupun kenal dengan lo sicu ia setiap je it dan Cap go dia pasti datang bersembahyang di kuil kita, biar kumohonkan petuujuk dari Nio nio."
Selesai berkata dia segera membalikkan badan dan berjalan menuju ke depan tandu lalu setelah berlutut dia berkemak kemik membaca doa ...
Selang berapa saat kemudian dia bangkit kembali dan katanya sambil menggeleng: "Nio mo berkata, orang yang seringkali bersembahyang dikuil kita setiap Je it dan Cap go bukan dia."
Nikou setengah umur itu berpaling dan mengamati kembali si kakek berjenggot putih itu lalu serunya: "Sudah jelas dia orangnya, kenapa dibilang bukan" Oya, apalagi yang diucapkan Nio nio?"
"Nio nio berkata, maka mereka diperintahkan untuk melepaskannya."
Ketika mendengar sampai disitu, tiba-tiba si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mendongakan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak, katanya: "Haaahh..
haaahh..aku masih menduga siacu yang telah bersandiwara memamerkan pesan dari malaikat, rupanya kalian adalah orang-orang dari Tok seh sia."
Kembali nikou setengah umur itu tertegun : "Lo sicu keliru besar, pinni berasal dari kuil Cun ti an gua Pek seh tong.
Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, setelah mendengar pengakuan mana, katanya lagi dengan suara dalam : "Bila kalian tidak segera menyingkirkan tandu itu, jangan salahkan bila kuhancurkan tandu tersebut dengan sebuah pukulan yang dahsyat!'
Nikou setengah umur itu berseru kaget lalu mundur dua langkah dengan ketakutan.
"Suci," nikou kecil itu berkata lagi. "Nio nio berpesan pula, bila dia enggan menyingkir untuk memberi jalan kepada kita, maka kita harus mengalah kepadanya."
"Apa" Tandu suci dari Nio nio harus mengalah kepadanya ?"
"Nio nio telah menurunkan firmannya sebab menurut Nio nio, kalau toh dia tak percaya dengan dewa, kita toh tak bisa memaksanya untuk mempercayainya, karena itu biarlah kita mengalah padanya."
Nikou setengah umur itu manggut2 kepada kedua orang nenek pemikul tandu itu katanya kemudian: "Nio nio telah memberikan persetujuannya untuk mengalah, mari kita menyingkirkan."
Kedua orang nenek pemikul tandu itu tidak
mengucapkan sepatah katapun, mereka benar-benar menggotong tandu tersebut dan menyingkirkan ke sisi jalan.
"Hmm, kalian memang sudah seharusnya menyingkir sedari tadi," seru kakek berjenggot putih berjubah hitam itu dingin.
Ia segera mengulapkan tangannya sambil berseru:
"Saudara Lan, silahkan duluan?"
Kakek berjubah biru itu mengawasi tandu tersebut lekat-lekat, mendadak ia berbisik: "Kaucu, lebih baik suruh mereka berangkat lebih dulu!"
Terlintas satu ingatan dalam benak si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, kemudian sahutnya sambil manggut-manggut: "Begitu pun ada baiknya juga."
Selesai berkata, kembali dia mengulapkan tangannya.
Kedua orang gadis bersama keempat lelaki dan ke enam orang manusia berbaju hitam itu segera bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan cepat kakek berjubah biru dan kakek berjubah hitam berjenggot putih itu pun bergerak melintasi tandu tersebut.
Setelah lewat, kakek berjubah hitam berjenggot putih itu kembali berpaling sambil katanya dingin. "Menurut pendapatku, lebih baik kalian tak usab kembali ke kuil lagi."
"Semoga Lo sicu baik-baik dijalan," sahut nikou setengah umur itu sambil menjura, malam ini juga pinie sekalian harus tiba kembali didalam kuil."
Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mendengus dingin, kemudian membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ.
Siapa tahu baru saja berjalan sejauh tiga kaki lebih, tiba-tiba saja kedua orang gadis keempat lelaki dan enam manusia berbaju hitam itu berjalan sempoyongan, lalu diiringi seruan kaget bersama-sama jatuh terduduk diatas tanah.
Berubah hebat paras muka kakek berjubah biru itu, segera dia menghentikan langkahnya sambil berseru:
"Kaucu, kita sudah terkena serangan gelap orang!"
Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu
membungkukkan badannya serta memeriksa sekitar tempat itu kemudian katanya sambil mendengus dingin: "Hmm, racun tanpa wujud, ternyata mereka benar-benar adalah orang-orang selat Tok seh sia!"
Sembari berkata dia segera mengebaskan ujung bajunya, dari situ beruntun meluncur keluar enam butir cahaya putih yang masing2 meluncur ke mulut ke enam orang anak buahnya.
Menyaksikan kejadian tersebut, si kakek berjubah biru itu mengangguk dan pikirnya: "Biarpun aku sendiri membawa obat penawar racun, namun caranya melepaskan obat penawar secara begitu jitu dan indahnya benar2 merupakan perbuatan yang mengagumkan, dia memang tak malu menjadi Kui tok kaucu."
Dalam pada itu si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu telah menurunkan tawanannya sehabis melemparkan obat penawar racun tadi dan membentak keras: "Berhenti!"
Toya bambu ditangan kanannya segera di sodok kedepan sementara tubuhnya melambung ketengah udara seperti kuda sembrani yang terbang diangkasa, dia langsung menerjang kearah tandu itu.
Dalam pada itu, tandu beserta rombongan telah berada kurang lebih empat lima kaki dari posisi semula.
Tatkala mendengar suara bentakan dan melihat kakek berjubah hitam berjenggot putih itu menerjang tiba, nikou setengah umur dan nikou kecil itu sama-sama berseru kaget,
sambil melindungi Kepala sendiri cepat-cepat. mereka mengundurkan diri dari tempat itu.
Sebaliknya kedua nenek penggotong tandu itu bukannya membawa tandu tersebut lari menjauhi, mungkin saking paniknya mereka justru membalikkan badan dan menggotong tandu tadi menyongsong kedatangan kakek berjubah hitam berjenggot putih itu.
Sungguh cepat gerak serangan dari kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, begitu sampai didepan tandu, tangan kanannnya dengan jurus "Api dan guntur saling menyambar" langsung menghajar kearah tandu tersebut.
"Blaaammm... !"
Diiringi hembusan angin pukulan yang sangat kuat dan dahsyat, angin serangan itu meluncur kemuka dengan dahsyatnya.
Dalam waktu singkat angin puyuh melanda seluruh permukaan tanah, bagaikan amukan ombak ditengah samudra menggulung ke muka dan mengancam sasaran secara mengerikan, kekuatannya cukup mendirikan bulu roma siapa saja.
Tetapi anehnya, sekalipun angin pukulan yang meluncur kedepan itu amat dahsyat dan diiringi desingan angin tajam yang menggidikkan hati, akan tetapi sama sekali tidak menimbulkan perlawanan apa pun tatkala menerjang kedepan tandu itu, bahkan tak berhasil pula untuk menyentuh sasaran.
Gulungan angin pukulan yang maha dahsyat itu seolah-olah terjerumus kedalam sebuah jurang yang tak kelihatan dasarnya, sama sekali tidak menimbulkan reaksi apa pun, lenyap dengan begitu saja kedalam tandu itu.
Jangan lagi menghancurkan tandu tersebut malahan tirainya saja tidak bergerak.
Tak terlukiskan rasa terkejut dan terkesiap dari si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, cepat-cepat dia mundur kebelakang sambil bentaknya: "Siapa yang berada didalam tandu?"
Nikou setengah umur yang telah menyingkir jauh-jauh itu segera berseru keras: "Yang berada didalam tandu adalah Tu sin Nio nio yang baru pulang dari keliling bukit."
Agaknya Lan Sim-hu pun sudah menyaksikan ketidak beresan dari tandu tersebut, ia segera bertanya: "Apakah kaucu telah merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tandu itu?"
Kakek berjenggot putih berjubah hitam segera berpaling, ujarnya kemudian: "Aku rasa, saudara Lan juga telah menyaksikan sendiri, angin pukulan yang kulancarkan barusan tiba-tiba saja lenyap tak berbekas begitu sampai dimuka tandu itu, benar2 suatu kejadian yang sangat aneh
?" "Jangan-jangan dibalik tandu itu terdapat seorang jagoan yang berilmu tinggi?"
"Yaa aku rasa memang begitu," kakek berbaju hitam berjenggot putih itu manggut2, "ingin kulihat manusia dari mana yang bisa menerima sebuah pukulanku tanpa menimbulkan reaksi apapun."
Sembari berkata dia segera meloloskan pedang, lalu berjalan menghampiri tandu itu.
Si nikou setengah umur itu segera menjerit kaget, lalu teriaknya dari kejauhan: "Lo sicu, isi tandu itu benar benar adalah Tu sin Nio nio dari kuil kami, harap lo sicu jangan berbuat sembrono!"
"Selama hidup aku tak percaya dengan tahayul!" jengek si kakek sambil tertawa dingin.
Tampaknya nikou setengah umur itu tak berani menghalangi niatnya, ia membiarkan kakek berjubah hitam itu mendekati tandu tersebut, hanya ujarnya dingin: "Bila lo sicu berani berbuat kurang ajar terhadap pousat, maka resiko dan dosanya harus kau pikul sendiri."
Dalam pada itu si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu sudah tiba di hadapan tandu tersebut dengan pedang terhunus, ketika tidak menjumpai suatu gerakan dari balik tandu, diapun membentak keras-keras.
"Dalam mata yang sehat tak akan kemasukan pasir, lebih baik sobat tak usah bermain sembunyi macam cucu kura-kura, ayoh segera menggelinding keluar dari situ!"
Sambil membentak dia mendesak maju lebih kemuka sehingga jaraknya dengan tandu tersebut tinggal lima depa saja, sorot matanya yang tajam mengawasi tandu tersebut tanpa berkedip, sementara persiapan dan kesiap sediaannya tetap tinggi.
Siapa tahu, biarpun sudah ditunggu sekian lama pun tidak terdengar ada suara jawaban, malah tirai tandu itupun masih tetap berada didalam posisi semula.
-odwo- Keheningan, dan ketenangan yang mencekam tandu tersebut benar-benar mendatangkan suasana misterius bagi siapa pun yang sedang menghadapinya.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran kakek berjubah hitam berjenggot putih itu, dengan amarah yang membara tiba-tiba saja dia maju kedepan lalu pedangnya digetarkan dan langsung menusuk ketirai dimuka tandu tersebut.
Didalam tusukannya ini, dia telah menghimpun tenaga murninya kedalam pergelangan tangan kanan, sehingga dari balik serangan yang dilancarkan, berhembus pula angin serangan yang sangat kuat.
Siapa tahu tusukan yang amat tajam dan kuat itupun sama sekali tidak menimbulkan perlawanan apa-apa.
Pedang yang panjangnya tiga depa itu sudah menembusi tandu tersebut sedalam dua depa tapi anehnya tandu itu justru kosong melompong seolah-olah tidak terdapat sesuatu apapun, ujung pedangnya tidak berhasil menyentuh benda apapun.
Bukan cuma begitu, si kakek berjubah hitam berjenggot putih itu segera merasakan tangannya seperti memegang sesuatu yang kosong dan enteng sekali, seakan-akan tiada benda apapun yang tergenggam ditangannya, keadaan tersebut segera menimbulkan perasaan terkejut yang tak terlukiskan.
Ia sadar telah terjadi sesuatu yang tak heran, karenanya cepat-cepat dia mencabut kembali pedangnya.
Namun perbuatannya ini kembali membuat hatinya terkesiap bercampur ngeri, rupanya pedang yang digunakan untuk menusuk tandu tersebut telah dipapas orang sampai kutung tanpa menimbulkan suara apapun jua.
Dari sini terbuktilah sudah bahwa orang yang berada dalam tandu itu selain memiliki ilmu silat yang sangat lihay, bahkan dia pun memiliki sebilah pedang mestika yang amat2 tajam dan luar biasa.
Sambil menggenggam kutungan pedangnya dengan cepat kakek berjubah hitam berjenggot putih itu mundur dua langkah kebelakang bentaknya kemudian: "Ilmu silat yang anda miliki amat dahsyat kaupun mempunyai senjata
mestika yang sangat tajam, jelas sudah bahwa kau bukan manusia sembarangan didalam dunia persilatan, tetapi aneh betul, mengapa tindak tandukmu justru pengecut dan macam kura kura saja, beraninya hanya bersembunyi dibalik tandu."
Si nikou kecil yang mendengar teriakan tadi kontan saja tertawa cekikikan segera katanya: "Kau benar-benar aneh lucu, sudah jelas yang berada didalam tandu adalah Un sin Nio nio, masa kau anggap sebagai manusia?"
Sedangkan nikou setengah umur itu berkata pula: "Kalau toh lo sicu tak mau percaya, biar kusuruh popo untuk menyingkapkan tirai di depan tandu tersebut sehingga kalian dapat menyaksikan dengan lebih jelas lagi!"
Waktu itu, kedua orang nenek penggotong tandu tersebut telah menurunkan tandunya serta menyingkir jauh-jauh, ketika mendengar perkataan nikou setengah umur tadi.
Salah seorang diantaranya segera menyahut dan segera berjalan menuju kesisi tandu.
Sudah barang tentu kakek berjubah hitam berjenggot putih itu tak percaya kalau orang yang mematahkan pedangnya benar-benar adalah Un sin Nio nio (dewi suci wabah penyakit) tentu saja dia merasa amat gembira ketika nikou-nikou tersebut membukakan tirai tandu tersebut baginya.
Asalkan tirai tandu itu sudah disingkap, maka dengan cepat dia akan mengetahui siapa gerangan manusia yang telah menyambut pedangnya serta mengutungi pedangnya itu.
Semestara itu, keenam orang anggota perguruannya telah mendusin dari pingsannya dan sama-sama telah bangkit berdiri.
Lan Sim-hu segera menyerahkan tawanan kepada dua orang lelaki berbaju hitam yang berada di sisinya, kemudian pelan-pelan pula ke depan.
Ketika nenek penggotong tandu itu sudah berada didepan tandu serta membuka tirai, maka tampaklah dibalik tandu tersebut benar2 duduk sebuah patung dewi yang berambut hijau dan bermuka tembaga.
Mula-mula kakek berjubah hitam berjenggot putih itu nampak tertegun, tapi kemudian katanya sambil tertawa:
"Aku tak percaya kalau kau benar2 adalah sebuah patung tembaga. .!"
Dari balik tongkat bambunya dia mengeluarkan sebuah senjata penggaris kemala dan secepat kilat diketukan keatas kepala tembaga dari patung tersebut.
"Hmmm !"
Mendadak dari balik mulut patung tembaga itu mengeluarkan suara dengusan dingin yang rendah dan berat, tahu-tahu kepala tembaga itu miring kesamping dan tangan tembaga yang semula berada didepan dadanya diangkat keatas dengan cepat serta mencengkeram penggaris kemala tersebut.
Sesungguhnya kakek berjubah hitam berjenggot putih itu adalah seorang ahli dalam ilmu beracun, disaat ia menarik kembali serangannya dengan gerakan cepat itulah, tiba2
tertangkap olehnya segulung asap amat tipis dua sukar terlihat dengan telanjang menyembur ke arah wajahnya.
Dengan pengetahuan dan pengalamannya yang sangat luas, ia menjadi terkejut diam2 pikirnya: "Orang ini bisa melepaskan racun keji tanpa kelihatan sesuatu gerakan apa pun yang dilakukan, ini membuktikan kalau kepandaiannya
amat mengerikan, tampaknya aku telah bertemu dengan musuh tangguh pada malam ini."
Berpikir sampai disitu, dengan cepat dia mengebaskan ujung bajunya kedepan.
Tiba-tiba tangan kiri patung tembaga itu melakukan suatu gerakan menyentil dan memperdengarkan suara yang nyaring.
"Criiingg!''
Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu tertawa dingin, dari balik bajunya dia mengeluarkan tangan kirinya dan segera melakukan gerakan menyentil.
Sentilan demi sentilan jari tangan tembaga itu selalu memperdengarkan suara gemerincingan keras, sebaliknya sentilan jari takek bejubah hitam berjenggot putih itu sama sekali tidak menimbulkan suara apapun.
Bagi pandangan orang lain, sentilan semacam ini selain tidak menimbulkan angin serangan, tidak nampak pula serangan senjata rahasia, berarti sentilan tersebut hanya suatu sentilan kosong belaka.
Padahal didalam saat inilah sudah terjadi duel yang amat seru diantara kedua belah pihak, masing-masing telah mengeluarkan enam macam racun keji yang setiap macamnya dapat membunuh dan meracuni pihak lain tanpa menimbulkan suara apapun sehingga lawan akan kehilangan kekuatan untuk melawan.
Mendadak kakek berjubah hitam berjenggot putih itu melompat mundur kebelakang, lalu bentaknya kearah patung tembaga itu: "Kau adalah Tok seh siacu?"
Pelan-pelan patung tembaga itu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari tandunya lalu menjawab dingin:
"Bukan."
"Sebenarnya siapakah sobat" "
"Kalian pernah mendengar tentang Tong hujin?"
"Belum pernah kudengar tentang nama itu."
"Hmmm, benar-benar amat cupat pengetahuanmu!"
dengus Tong hujin dingin.
Kakek berjubah hitam berjenggot putih itu segera tertawa seram, "'Apakah kau pun pernah mendengar tentang Kiu-tok kaucu ?"
Bintang tajam bertaburan di angkasa, tiba-tiba saja dia mengerakkan senjata penggaris kumalanya sambil melancarkan serangan kilat kedepan.
Sekali lagi Tong hujin mendengus dingin, tangan kirinya digerakan sambil mengayunkan ujung bajunya ke muka, sekilas cahaya tajam segera menyambar ke muka.
Ternyata benda itu tak lebih hanya sebilah pedang pendek yang panjangnya hanya mencapai satu depa.
Gagang pedang tersebut tersembunyi dibawah ujung bajunya sehingga orang lain sukar untuk melihatnya, namun cukup dipandang dari cahaya tajam yang terpancar keluar di saat berkelebat lewat tadi, sudah disetahui kalau benda itu adalah sebilah pedang mestika yang amat tajam dan luar biasa.
Kakek berjenggot putih berjubah hitam itu tak lain adalah Kiu tok kaucu, sekalipun senjata penggaris kemalanya tidak takut dengan bacokan senjata, namun ia tak berani bertindak gegabah, terutama sekali dikarenakan pedang pendek yang berada ditangan Tong hujin
memancarkan cahaya tajam dan belum diketahui asal usulnya.
Disamping itu, penggaris kemalanya ini pernah dilubangi oleh senjata Lou bun si di tangan Wi Tiong hong sehingga cacad di tiga tempat, sebagai yang dikatakan orang: "Sekali terpagut ular, tiga tahun takut dengan tali jerami", begitu pula keadaan dari Kiu tok kaucu saat ini.
Untuk beberapa saat lamanya ia tak berani saling beradu senjata dengan Tong hujin terpaksa tubuhnya mundur beberapa depa dan menghindarkan diri dari senjata musuh.
Dangan suara dingin Tong hujin segera menjengek:
"Hmmm, katanya saja Kiu tok kaucu, nyatanya hanya pintar main sergap saja!"
Sementara berbicara, secara beruntun dia melepaskan tujuh buah serangan berantai.
Ketujuh serangan tersebut semuanya dilancarkan dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat, cepatnya tak terlukiskan sehingga mendesak Kiu tok kaucu harus mundur ke belakang berulang kali.
Selesai melancarkan ketujuh buah serangannya tadi, tiba-tiba Tong hujin menghentikan gerakannya dan berpaling sambil membentak keras: "Lan Sim-hu berapa besar sih kemampuan yang kau miliki sehingga berani melepaskan racun terhadapku?"
Rupanya ketika ia sedang mendesak Kiu Tok Kaucu tadi, secara diam-diam dan tidak menimbulkan suara apapun kakek berjubah biru itu telah melepaskan racun jahat.
Dengan semakin melambannya gerak serangan pedang dari Tong hujin, Kiu tok kaucu pun mempunyai kesempatan untuk melancarkan serangan balasan.
Senjata penggaris kemalanya segera disodok kedepan mengancam tenggorokan Tong hujin dengan jurus "naga langit mencari gua".
Tong hujin segera memutar pedangnya menangkis serangan senjata penggaris kemala dari Kiu tok kaucu, hardiknya: "Apakah kalian belum juga mau menyerah kalah?"
Kiu tok kaucu semakin tak berani beradu kekerasan lagi dengan lawannya ketika melihat Tong hujin sengaja menggunakan pedang pendeknya untuk membentur penggaris kemalanya, ia miringkan tubuhnya ke samping untuk menghindari serangan pedang itu, lalu serunya sambil tertawa terbahak-bahak. "Haha " ha " ha "
sebelum menang kalah ditentukan, lebih baik kau jangan tekebur lebih dulu, perkataanmu itu diutarakan kelewat awal."
Tong hujin mendengus dingin : "Hmmmm, kau benar-benar manusia yang tak tahu diri."
"Memangnya kau anggap aku takut kepadamu?" hardik Kiu tok kaucu dengan marah.
Tong hujin segera menggapai ke arah nikou setengah umur yang berada disisinya kemudian berkata : "Soh-gwat, coba kau wakili aku untuk menyambut berapa jurus serangannya, agar mereka tahu kelihayan kita."
Nikou setengah umur itu segera mengiakan dan melompat maju ke depan, setelah memandang sekejap wajah Kiu tok kaucu serta Lan Sim-hu dengan pandangan dingin ia berkata, "Siapakah diantara kalian yang ingin mengetahui kelihayan kami ?"
Perkataan tersebut benar-benar besar amat lagaknya, ternyata ia tidak memandang sebelah mata pun terhadap ke
dua orang tokoh persilatan yang termashur dengan berkedudukan tinggi ini.
Hawa amarah segera menyelimuti wajah Lan Sim-hu yang kurus, membentaknya dengan geram, "Tekebur amat kau si nikou sialan!"
"Pinni tidak tekebur, asal dicoba kalian toh akan mengetahui dengan sendirinya," sahut nikou setengah umur itu sambil tertawa dingin.
"Baik, biar aku yang memberi pelajaran kepadamu,"
bentak Lan Sim-hu semakin naik darah.
"Bagus sekali, kalau begitu pinni pun tidak perlu bersungkan-sungkan lagi!'
Tiba-tiba ia menyentilkan jari tangannya kemuka, beberapa desingan angin serangan segera meluncur kedepan Lan Sim hu dengan kecepatan luar biasa.
"Soh gwa, tidak usah membuang waktu lagi dengan mereka," Tong hujin memperingatkan dengan dingin.
Sementara itu Lan Sim-hu yang berpengalaman sangat luas tentu saja dapat mengenali ilmu serangan jari yang digunakan nikou setengah umur itu sebagai ilmu jari To lo yap ci dari kalangan Budha, diam-diam ia merasa terkesiap.
Serta merta badannya menyelinap ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan jari yang dilancarkan nikou setengah umur itu. kemudian tubuhnya menerjang maju secara tiba-tiba, angin serangan yang menderu-deru dilontarkan langsung ke bahu kanan nikou setengah umur tadi.
"Rasain pula sebuah pukulanku ini," serunya dengan suara dalam.
Tanpa berpikir panjang nikou setengah umur itu mengayunkan tangan kanannya ke muka untuk
menyongsong datangnya serangan dari Lan Lam Sim-hu tersebut.
Sebagai seorang tokoh silat yang amat termashur di wilajah In lam Lan Sim hu bukan hanya termashur karena ilmu beracunnya dalam ilmu pukulan pun dia mempunyai kematangan yang mengagumkan.
Tatkala menyaksikan nikou setengah umur berani menyambut serangannya dengan keras melawan keras, diam-diam ia mendengus di dalam hati.
"Blaammmmmm " !"
Ketika sepasang telapak tangan itu saling beradu, terjadilah suara benturan keras yang memekikkan telinga.
Betul juga, setelah terjadi bentrokan kekerasan tersebut, paras muka nikou setengah umur itu berubah hebat saking kagetnya, sementara tubuhnya tergetar mundur sejauh dua langkah lebih.
-ooo0dw0ooo- Jilid 20 LAN SIM-HU sendiripun merasakan betapa kuatnya tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu, ternyata tubuhnya digetarkan pula sehingga mundur sejauh satu langkah.
Tiba-tiba hatinya bergetar keras, menyusul kemudian kepalanya menjadi pening sekali, tahu-tahu badannya roboh keatas tanah.
Dalam hati kecilnya ia mengetahui dengan jelas apa yang terjadi, cepat-cepat ia merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan sebutir pil yang segera dijejalkan ke mulut, kemudian sambil pejamkan mata dia duduk tak bergerak di tanah dan mulai mengatur pernapasan.
Kiu tok kaucu yang menyaksikan kejadian tersebut menjadi sangat terperanjat, ia tahu dengan jelas sampai dimanakah kemampuan yang dimiliki Lan Sim-hu, mustahil kalau ia tak mampu menerima sebuah pukulanpun dari si nikou setengah umur itu.
"Soh gwat hadiahkan juga sebuah pukulan kepadanya,"
perintah Tong hujin dengan suara dingin.
"Tecu terima perintah?"
Tiba-tiba ia mendesak maju ke depan dan melepas sebuah pukulan langsung ke dada Kiu tok kaucu dengan jurus "menyembah langsung pintu langit."
"Sekarang tiba giliranmu!" hardiknya.
Semenjak melihat Lan Sim-hu roboh terduduk akibat serangan lawannya, Kiu tok kaucu sudah mulai was-was dan menaruh curiga kalau dibalik serangan nikou tersebut terselip hal-hal yang tidak beres sudah barang tentu ia segan menyambut serangan mana dengan kekerasan.
Cepat badannya melompat kesamping lalu tangan kanannya di gerakan dan menyapu pinggang nikou setengah umur itu dengan jurus 'merintangi jalan seribu li'.
Nikou setengah umur itu tertawa dingin mendadak ia berubah jurus ditengah jalan, sebuah pukulan yang disertai tenaga penuh dan menggunakan jurus "Tiang emas melintang diatas' membacok tongkat bambu lawan.
Seandainya seseorang tidak yakin bisa mengungguli tenaga dalam yang dimiliki nikou setengah umur itu masih setingkat lebih rendah daripada Kiu tok kaucu, tidak heran kalau Kiu tok kaucu sendiri pun dibuat tertegun setelah menyaksikan perbuatan lawannya.
Kedua belah pihak sama-sama turun tangan dengan gerakan yang sangat cepat, apa yang terjadipun berlangsung dalam sekejap mata ketika telapak tangan kanan nikou setengah umur itu hampir menyentuh tongkat bambu itu, tiba-tiba tubuh bagian atasnya berputar kekanan sementara telapak tangan kirinya secepat kilat melepaskan pukulan.
Begitu sepasang telapak tangan saling beradu, terjadinya suara benturan yang sangat keras. "Blaaammm!"
Tahu-tahu ujung tongkat itu sudah tercekal kencang bahkan dengan suatu gerakan yang amat cepat mendorongnya pula kedepan berbalik menghamtam dada Kiu tok kaucu.
Gerakan semacam ini pada hakekatnya tidak mirip sebagai suatu jurus serangan, kalau dipaksakan hendak dikatan sebagai gerak serangan, maka serangan itu merupakan serangan mengawur.
Sejak melepaskan serangan, berganti jurus, mengadu tangan sampai menggunakan tongkat dari Kiu tok kaucu untuk menyerang dada serta lambung lawan, semuanya dilakukan nikou setengah umur itu dengan kecepatan luar biasa.
Agaknya Kiu tok kaucu tidak menyangka kalau pihak lawannya sebagai seorang nikou setengah umur ternyata memiliki ilmu silat yang begitu luar biasa, tanpa terasa menjadi terkesiap dan bergidik sendiri
Ketika menjumpai tongkat bambunya dicengkeram sepasang tangan lawannya, dia pun tak berani untuk berayal lagi, serta merta tenaga dalamnya disalurkan ke dalam pergelangan tangan kanannya lalu digetarkan dengan sepenuh tenaga sambil bentaknya keras-keras : "Enyah kau dari sini!"
Di dalam anggapannya, dengan getaran yang begitu keras dari pancaran tenaga dalamnya yang sempurna, paling tidak ia berhasil melemparkan tubuh nikou setengah umur itu ke belakang sehingga berjumpalitan.
Siapa tahu begitu bentakan dipancarkan, tiba-tiba saja ia merasa munculnya segulung kekuatan yang balik menembusi tongkat bambunya langsung menerjang ke arah badan.
Tak sempat lagi memutar otaknya cepat-cepat Kiu tok kaucu menarik napas panjang dan menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melawan.
"Weeesss ... !"
Jubah hitam yang dikenakannya segera menggelembung besar sekali.
Begitu tenaga serangan lawan saling menumbuk dengan kekuatan yang terpancar keluar dari tubuhnya, orang luar tidak mendengar suara apapun.
Cepat-cepat nikou setengah umur itu mengendorkan sepasang tangannya dan melepaskan tongkat bambu itu lalu melayang mundur ke belakang, namun toh tubuhnya sempat termakan juga oleh tenaga getaran lawan sehingga mundur selangkah.
Siapa tahu justeru karena terhimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melangsungkan pertarungan kekerasan itulah tiba-tiba Kiu tok kaucu merasakan
kepalanya menjadi berat kakinya ringan, kepalanya pusing, matanya kerkunang-kunang dan badannya tak sanggup lagi berdiri tegak.
Kakinya menjadi lemas sekali, tak ampun lagi seperti juga keadaan Lan Sim-hu tadi ia jatuh terduduk pula ke atas tanah.
Tiba-tiba saja ia menjadi paham akan duduk
persoalannya yang sebenarnya dengan tenaga dalam Lan Sim-hu yang tidak berada dibawah kemampuannya ternyata ia seperti juga dirinya, jatuh terduduk dengan tubuh lemas, hal ini bukan disebabkan kepandaian mereka kalah dari musuhnya melainkan tanpa sadar mereka telah dipecundangi orang, sehingga racun itu mulai bekerja disaat mereka mulai mengerahkan tenaga dalamnya tadi.
Tak disangsikan lagi, orang yang melepaskan racun itu sudah pasti Tong hujin sendiri.
Padahal dia adalah Kiu tok kaucu ahli waris dari Kiu tok sinkun yang termashur pula dalam dunia persilatan karena kepandaian ilmu beracunnya.
Namun dalam kenyataannya mereka tok masih bisa dipencundangi orang, apa lagi yang dapat dikatakan sekarang "
Sambil duduk diatas lantas Kiu tok kaucu menghela napas panjang dan pelan-pelan menutup matanya kembali.
Peristiwa ini segera menimbulkan perasaan kaget dan ngeri bagi kedua perempuan dan empat lelaki anak buah Kiu tok kau tersebut, sekarang kaucu mereka beserta Lan Sim-hu telah di tangkap musuh, meski mereka berenam masih tetap bebas tetapi apa yang dapat mereka perbuat ...
Tong hujin tertawa dingin tiba-tiba dia mengambil dua bungkusan kertas dari sakunya dan dilemparkan kehadapan
Kiu toi kaucu serta Lan Sim-hu sambil katanya: "Isi bungkusan itu adalah obat penawar racun ... !"
"Sebenarnya apa maksud tujuanmu?" seru Kiu tok kaucu sambil membuka matanya kembali.
"Aku tak bermaksud apa-apa aku hanya tak ingin membunuh kalian berdua."
Dengan gemas dan penuh kebencian Kiu tok kaucu memandang sekejap kearah Tong hujin lalu dengan mulut membungkam mengambil bungkusan kertas itu dan menuang bubuk obat kedalam mulutnya.
Lan Sim-hu sendiri sudah menelan bubuk penawar racun buatan sendiri dan saat itu sedang mengerahkan tenaga untuk mendesak keluar sari racun dari dalam tubuhnya.
Sudah barang tentu ia mengetahui bahwa dalam ilmu beracun masing-masing aliran mempunyai cara yang berbeda dalam membuat obat penawar racunnya, itu berarti bubuk penawar racun yang ditelannya tadi belum tentu dapat memunahkan racun jahat lawan.
Dalam keadaan begini akhirnya dia batalkan niatnya untuk bersemedi, diambilnya bungkusan obat dari Tong hujin tadi dan ditelan, isinya ...
Tak selang berapa saat kemudian, kedua orang itu sudah merasa bebas dari semua pengaruh racun dari dalam tubuhnya, serentak mereka melompat bangun.
"Sekarang kalian sudah boleh pergi dari sini, cuma kedua orang itu harus tetap tinggal disini." kata Tong hujin dengan suara dingin.
Sambil berkata ia menunjuk ke arah Wi Tiong hong serta Liu Leng poo berdua.
"Sebenarnya karena apa hujin menginginkan putraku ?"
tanya Lan sim-hu segera.
Tong hujin mendengus dingin. "Hm, dia bukan putramu, dia adalah Wi Tiong hong."
"Sebenarnya siapakah kau ?" seru Kiu tok kaucu penasaran.
"Aku adalah Tong hujin."


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiu tok kaucu segera berpaling sambil katanya : "Sampai jumpa dilain waktu, saudara Lan ayoh kita pergi dari sini."
Menanti Kiu tok kaucu dan Lan Sim-hu sekalian sudah pergi jauh dari situ, Tong hujin segera membawa pula Wi Tiong hong dan Liu Leng poo meninggalkan tempat itu.
*** Kakek Ou dan Kam Liu cu berdua, seorang menyaru sebagai Tok seh siacu dan yang lain menyaru sebagai Lan Sim-hu ternyata berhasil membohongi Serigala kuning cakar beracun Siu It hong yang bertugas menjaga pintu keluar Pek seh sia dan meninggalkan bukit itu dengan langkah lebar.
Sepanjang jalan tanpa menjumpai rintangan apa pun mereka berhasil ke luar dari sumur kering itu, sampai disini kakek Ou tak dapat menahan diri lagi dan segera tertawa terbahak-bahak.
"Lotiang, mari kita segera melakukan pengejaran." seru Kam Liu cu kemudian.
"Tak usah terburu napsu," sahut Kakek Ou sambil menggeleng, "biarpun Kiu tok kaucu dan Lan Sim-hu berhasil menculik orang kita, toh Lan Kun pit berdua ditangan kita yang mesti dikuatirkan" Persoalan yang penting saat ini adalah situasi yang kita hadapi sekarang,
setelah terjadi kekalutan dalam selat Tok seh sia, apalagi kita berhasil lolos dari sumur kering itu, sudah pasti Liong Cay thian akan melakukan pencarian secara besar-besaran ditempat ini."
"Padahal didalam gua batu diseberang sana hanya Tam lote seorang yang melakukan penjagaan sedangksn nona dan Lan Kus pit belum sadar dari pengerah obat penawar racun, dengan jarak gua yang begini dekat dengan sumur kering, siapa tahu jejak mereka akan segera ketahuan"
Maka aku pikir lebih baik kita angkat pergi nona dan Lan Kun pit lebih dahulu."
"Betul juga perkataan lotiang," Kam Liu Cu manggut-manggut, "kalau begitu kita harus bertindak sesepatnya."
Bagaikan sambaran kilat cepatnya kedua sosok bayangan manusia itu berkelebat menuju ke gua batu dipunggung bukit, kakek Ou berjalan didepan sedangkan Kam Liu cu menyusul dibelakangnya.
Tapi begitu melangkah masuk kedalam gua batu itu, mereka berdua segera merasakan hatinya bergetar keras ternyata sudah terjadi sesuatu peristiwa disana.
Bukan begitu, si pena baja Tam See hoa terlihat menggeletak di atas tanah dan tertidur amat nyenyak, sedangkan nona So dan Lan Kun pit yang masih terpengaruh obat pembingung pikiran sudah tak nampak lagi batang hidungnya.
Dengan perasaan gelisah kakek Ou segera memburu kedepan dan menghampiri Tam See hoa yang tertidur pulas, lalu membuka kain yang menutupi mukanya.
Tampak Tam See hoa tergeletak dengan mulut
terpentang lebar dan air liur meleleh diujung mulutnya ia nampak tertidur amat nyenyak sekali.
Dari gejala tersebut, kakek Ou segera menduga kalau jalan darah tertidur Tam See hoa telah ditotok orang, dengan gerakan cepat ia segera menepuk punggungnya untuk membebaskan pengaruh totokan tersebut. Tam See hoa segera melompat bangun sambil membelalakkan matanya lebar-lebar apa lagi ketika melihat ada dua orang berdiri dihadapannya ia membuka mulut hendak mengucapkan sesuatu.
Tapi kakek Ou segera bertanya dengan gelisah: "Tam lote, siapa yang telah menotok jalan darahmu ?"
"Tidak ada," sahut Tam See hoa agak melongo, "tak seorangpun yang masuk kemari, aku cuma tertidur saja."
"Coba berpikirlah sekali lagi, mana nona dan Lan Kun pit" Siapa yang telah menculik mereka?"
Pena baja Tam See hoa menjadi amat terperanjat setelah mendengar perkataan itu, serta merta dia melayangkan pandangan matanya kesekeliling tempat itu.
Benar juga, So Siau hui dan Lan Kun pit sudah tak nampak lagi batang hidungnya, kontan saja merah padam selembar wajahnya karena gelisah cepat-cepat ia berseru.
"Aku sendiripun tidak tahu apa sebabnya sampai tertidur begini nyenyak macam orang mati tapi aku masih ingat nona So dan Lan Kun pit masih berbaring didalam gua tadi lantas siapa yang telah menculik mereka?"
Ketika dia melompat bengun tadi, dari tubuhnya mendadak terjatuh secarik kain kecil.
Kam Liu cu menjadi sangat keheranan melihat hal ini dan segera memungutnya lalu ketika menjumpai kain itu seperti basah tanpa terasa ia mendekatkan ke hidung serta mengendusnya beberapa kali.
Begitu diendus, tiba-tiba kepalanya terasa amat pening dan matanya menjadi berkunang-kunang, gejala ini sangat mengejutkan hatinya.
Sebagai seorang jago kawakan yang sangat
berpengalaman dalam dunia persilatan, banyak sudah dia lihat maupun dengar selama ini, jelas sudah kalau kain kecil itu sudah dibubuhi obat pemabok.
Maka setelah menghembuskan napas panjang katanya:
"Lotiang tak usah bertanya lagi, saudara Tam telah dipecundangi orang tanpa di sadari."
"Apakah Kam lote berhasil menemukan sesuatu?" tanya kakek Ou.
Sambil memperlihatkan kain kecil tadi, kata Kam Liu cu
: "Silahkan lotiang periksa, kain ini telah dibubuhi obat pemabuk yang sering digunakan dalam dunia persilatan, tetapi sungguh aneh, tampaknya cara yang digunakan orang ini untuk memabukkan orang tidak terlampau hebat."
Ketika menjumpai kain kecil yang berada ditangan Kam Liu cu itu. Tam See hoa menjadi malu bercampur marah, segera serunya dengan geram bercampur mendongkol :
"Perkataan Kam tayhiap memang betul obat pemabuk semacam ini memang cuma digunakan kaum kurcaci dan manusia pengecut didalam dunia persilatan."
"Coba sekali lagi saudara Tam bayangkan kejadian itu, setelah aku pergi tadi bukankah kau masih bersemedhi"
Semenjak kapan kau tertidur" Apakah saat itu kau sudah merasakan ada sesuatu yang tak beres?"
Tam See hoa berpikir sebentar, lalu sahutnya : "Sewaktu lotiang pergi tadi aku sedang duduk bersemedhi tak lama setelah kepergianmu, tiba-tiba dalam gua muncul beberapa
ekor tikus yang saling berkejaran, bahkan malah ada berapa ekor yang sempat menaiki bahuku."
"Bila kuhalau mereka kabur tapi sebentar kemudian muncul kembali, lama kelamaan aku jadi mendongkol dan jemu sendiri maka kuambil sebuah baju dan ditutupkan ke wajahku, siapa tahu justeru karena berbuat demikian aku malah tertidur."
Ketika mendengar soal tikus yang berkejar-kejaran tadi, tanpa terasa Kam Liu cu merasakan hatinya bergetar satu ingatan segera melintas dalam benaknya.
Tiba-tiba saja ia teringat kembali dengan kejadian sewaktu kakek Ou baru kembali dari selat Tok seh sia tempo hari.
Sewaktu mereka sedang berbincang, dengan jelas terasa olehnya kalau ada orang sedang menyadap pembicaraan mereka secara diam-diam bahkan dengan jelas pula ia mendengar suara dengusan napas manusia, kakek Ou yang bergerak lebih cepat darinya waktu itu segera melakukan pengejaran ke dalam gua.
Tapi akhirnya ujung kakinya hanya menyentuh seekor tikus, waktu itu merekapun menganggap suara curiga yang timbul hanya merupakan ulah si tikus sehingga tidak dilakukan pencarian lagi.
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa dia mengangkat kepala seraya bertanya : "Lotiang, jangan-jangan ada seseorang telah memperalat tikus untuk mencapai tujuannya ?"
Agaknya kakek Ou pun teringat juga dengan peristiwa pada malam tersebut, dengan kening berkerut sahutnya:
"Tikus ... ehm ... rasanya dalam peristiwa ini memang terdapat hal-hal yang tak heres."
Kam Liu cu tidak berbicara lagi, pelan-pelan ia berjalan menuju ke belakang gua dan menggunakan ketajaman matanya untuk memeriksa keadaaa di sekeliling tempat itu dengan seksama.
Sebagai telah diuraikan sebelumnya, bukit Kou lou san termashur karena bukit karangnya yang berliku-liku dengan gua yang tak terhitung jumlahnya saling berhubungan satu sama lainnya.
Adapun tempat dimana mereka berada sekarang adalah sebuah gua batu yang dengan sendirinya mempunyai hubungan pula dengan gua-gua lain hanya saja bentuk gua tersebut lebar pada bagian luarnya dan semakin ke dalam semakin bertambah sempit.
Berhubung pada malam kejadian tempo hari, Kam Liu cu mengetahui bahwa kakek Qu menemukan si tikus justru sewaktu melakukan pengejaran kebelakang gua, sedang menurut pengamatannya suara orang yang menyadap pembicaraan mereka pun berasal dari belakang goa itu.
Maka dia menaruh curiga bahwa belakang gua besar kemungkinannya tembus dengan bagian gua yang lain atau dengan perkataan lain orang yang telah menculik So Siau hui serta Lan Kun pit itu telah melarikan diri melalui belakang gua.
Dengan pemeriksaan yang seksama, makin ke dalam Kam liu cu semakin menelusuri gua yang sempit, tapi dengan mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan, dia menerobos terus jauh ke dalam gua itu.
Kakek Ou yang menyaksikan perbuatan Kam Liu cu tersebut menjadi keheranan segera tanyanya. "Kam lote, apa yang telah kau temukan ?"
"Masih sulit untuk dibicarakan." sahut Kam Liu cu sambil mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya.
Kakek Ou segera berpaling ke arah Tam See hoa dan katanya pula sambil tertawa : "'Sekalipun masih sukar untuk dibicarakan paling tidak toh masih ada bayangannya ayoh berangkat, kita masuk ke dalam bersama-sama."
Tam See hoa tak berani berayal lagi, dia segera mengikuti dibelakang kakek Ou berjalan masuk kedalam gua itu.
Keadaan gua mana kedalam kian menurun kebawah, tentu saja gelapnya luar biasa sehingga kelima jari tangan sendiripun susah terlihat namun kecuali gua yang sempit, ternyata tidak ditemukan sesuatu pertanda yang mencurigakan.
Gua mana penuh dengan tikung-tikungan yang tajam, lagi pula amat landai dan terus menurun kebawah.
Untung saja Kam Liu cu dan kakek Ou memiliki kepandaian silat yang telah mencapai pada puncaknya, sehingga kendatipun berada dalam kegelapan namun suasana di sekitar sana masih dapat diawasi dengan jelas dan terang.
Hanya si pena baja Tam See hoa seorang yang masih selisih jauh kepandaian silatnya dari kedua orang itu tak sempat melihat sesuatu apapun, dalam keadaan demikian ia cuma bisa mengikuti dibelakang kakek Ou dengan berhati-hati sekali serta kewaspadaan yang ditingkatkan.
Tak selang berapa saat kemudian mereka sudah menelusuri gua tersebut sejauh puluhan kaki, pada saat itulah mendadak mereka mendengar suara mencicit yang ramai sekali. suara tersebut jelas berasal dari suara tikus yang jumlahnya mencapai dua puluhan ekor.
Ternyata ruangan gua disebelah depan sana bertambah luas dan lebar tempat itu pun merupakan sebuah gua batu yang luasnya mencapai berapa kaki.
Kam Liu cu berjalan dipaling muka dengan langkah yang ringan dan sama sekali tidak menimbulkan suara apapun, ketika ia muncul secara tiba-tiba kawanan tikus itu menjadi terkejut karena menjumpai manusia asing hingga ketakutan lari kemana-mana.
Kam Liu cu segera menghentikan langkahnya dan secepat kilat mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, ternyata kawanan tikus yang amat banyak itu telah berlarian menjauhi tempat tersebut dan berebutan masuk ke dalam sebuah gua yang lebarnya hanya berapa depa saja.
Menyaksikan kejadian ini segera berpikir di dalam hati :
"Liang gua itu tidak begitu lebar, apalagi dibagi luar liang pun berdiam begitu banyak tikus, jelas tak mungkin ada manusia yang berdiam di tempat ini.
Baru saja ingatan tersebut melintas, mendadak tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat dari sisi tubuhnya dan mendahului kawanan tikus tersebut menerobos masuk ke dalam liang gua tadi.
Menyusul kemudian terdengar pula suara kakek Ou yang sedang berseru keras : "Harap lote berdua berjaga-jaga disitu, biar aku yang masuk ke dalam gua ini untuk melakukan pemeriksaan ?"
Ternyata kakek Ou yang menguatirkan keselamatan So Siau hui telah menyerempet bahaya untuk memasuki gua tersebut lebih dahulu.
Kam Liu cu yang menyaksikan hal ini, diam-diam menghela napas panjang, berbicara dari kecepatan gerakan
tubuhnya, dia sadar bahwa kepandaian yang dimilikinya masih belum mampu untuk melebihi kakek itu.
Semua kejadian itu berlangsung dalam sekejap mata, terdengar kakek Ou yang berada dalam liang gua sedang membentak sambil tertawa tergelak : "Haaah haaah haaah sungguh tak kusangka kalau didalam liang gua ini benar-benar terdapat manusia."
Kam Liu cu agak tertegun, lalu cepat-cepat berseru :
"Saudara Tam, mari kita segera masuk."
Dengan suatu gerakan cepat dia segera menyelinap pula masuk ke dalam gua itu.
Walaupun mulut gua itu tidak terlampa lebar, ternyata ruangan bagian dalamnya luas sekali persis seperti sebuah ruangan batu, hanya saja ruangan itu kosong melompong tak terlihat suatu apa pun.
Peda ketiga bagian dinding batunya terdapat liang-liang kecil dan besar yang banyak sekali jumlahnya yang besar seluas berapa depa sedangkan yang kecil sekepalan tangan, kawanan tikus yang melerikan diri tadi telah menyebarkan diri dan bersembunyi dibalik liang-liang gua itu.
Kakek Ou sedang berdiri didekat dinding sebelah kanan ketika itu, dihadapannya berdiri kakek ceking yang berwajah sangat aneh.
Kakek itu berkepala botak, berdagu runcing mata besar, kumis model tikus dan mengenakan jubah warna abu-abu yang panjang tidak pendek pun tidak, ikat pinggangnya terbuat dari tali rumput dan waktu itu rupanya sudah ditotok jalan darahnya oleh kakek Ou, dia berdiri kaku disitu sementara sepasang matanya berputar kian kemari.
Kam Liu cu yang menyaksikan bentuk wajah orang itu segera teringat kembali akan seseorang, dia segera
mengangkat kepala dan menegur: "Lotiang, apakah orang ini si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing?"
"Jadi Kam lote kenal dengannya?" tanya si kakek Ou.
"Tidak, aku hanya mendengar orang bercerita."
Sementara itu Tam See hoa telah menyabut sebuah obor dan menerangi wajah kakek ceking itu, lama setelah mengamatinya ia berkata pula. "Ya, benar orang ini memang si tikus bejalan dibawah tanah Thio King, dulu ia termashur karena sangat pandai menelusuri gua-gua dan liang-liang kecil tapi sudah puluhan tahun lamanya menghilang dari keramaian dunia persilatan, sungguh tak nyana kalau dia malah bersembunyi dibukit Kou lou san."
"Tidak perduli dia adalah tikus busuk atau tikus langit, mari kita periksa dia" seru kakek Ou.
Selesai berkata, ia lantas menepuk dan membebaskan jalan darahnya dari pengaruh totokan.
Begitu bebas dari totokan, tikus berjalan di bawah tanah segera menggerakan badannya dan siap melompat bangun dari atas tanah.
Kam Liu cu yang berdiri didekatnya segera turun tangan menekan bahunya, lalu serunya sambil tertawa dingin,
"Apabila sobat tahu diri lebih baik duduk saja disini dengan baik "!"
Seketika itu juga si tikus berjalan dibawah tanah merasa bahunya bagaikan ditekan dengan segulung kekuatan yang maha dahsyat sehingga tanpa bisa dicegah lagi ia tertunduk kembali diatas tanah dengan gemas dan penuh kebencian serunya kemudian, "Siapakah kalian" Apa ... apa artinya kesemuanya ini?"
"Sobat sendiripun mengerti, dalam mata yang sehat tak akan kemasukan pasir kau sembunyikan kemana kedua orang kami?"
"Dua orang" Dua orang yang mana ?" teriak tikus berjalan dibawah tanah dengan mata mendelik.
Kakek Ou menjadi naik darah, segera bentaknya : "Nona serta Lan Kun pit bukankah kau yang telah menculik mereka ?"
"'Kapan sih aku telah menculik nona kalian " Aku memang berdiam ditempat ini coba kalian lihat, selain liang-liang untuk tikus diatas dinding apakah kau bisa menyembunyikan seseorang disini ?"
Apa yang dikatakan memang benar, ruangan gua itu kosong melompong tak ada isinya, semuanya terlihat secara jelas dan gamblang meskipun diatas dinding terdapat banyak liang gua, yang terbesarpun hanya satu depa sehingga kecuali tikus memang mustahil bisa digunakan untuk menyembunyikan manusia.
"Sungguhkah apa yang sobat katakan itu?" desak kakek Ou dengan perasaan cemas.
"Aku benar benar tidak tahu."
Kakek Ou segera mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, lalu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, katanya: "Kelihatannya memang bukan dia yang melarikan nona kita dan Lan kun pit."
"Lotiang, mengapa kau harus percaya dengan begitu saja pengakuannya?" seru Kam Liu cu tiba-tiba, "kalau bukan dia, lantas siapa lagi?"
"Semua pengakuanku adalah pengakuan yang sejujurnya mau percaya atau tidak terserah pada kalian." seru si tikus berjalan di bawah tanah cepat.
Tam See hoa naik pitam, teriaknya : "Dimasa lalu kau tersohor karena perbuatan busukmu memabukkan orang, barusan kaupun telah mengirim tikus-tikusmu yang terlatih untuk memabukkan pula aku disaat aku tak bersiap sedia, kalau bukan kau lantas perbuatan siapa lagi?"
Berkilat sepasang mata si tikus berjalan bawah tanah, ia menggelengkan kepalanya lagi :
"Aah, apa yang kalian bicarakan kian lama kian bertambah aneh, bagaimana mungkin bisa melatih tikus-tikus itu dan bagi mana pula caraku memabukan dirimu"
Aku rasa loko telah salah melihat orang."
"Apakah kau bukan si tikus berjalan di bawah tanah Thio Khing?" hardik Tam See hoa.
"Bukan."
Setelah berkata, mendadak tubuhnya menggelinding ke atas tanah lalu bertekuk badan dan menyusup ke dalam salah satu liang gua yang berada di atas dinding gua itu.
Gerakan tubuhnya amat cepat, hanya kali ia bertekuk badan tahu-tahu badannya sudah menyusut amat kecil, lalu bagaikan seekor tikus sungguhan dia menerobos masuk ke dalam liang gua tadi.
Terbukti sudah bahwa ilmu menyusutkan tulang yang dimiliki orang ini benar-benar sangat lihay.
Kakek Ou tidak tinggal diam, serta merta dia melancarkan sebuah cengkeraman secepat kilat untuk menangkap kaki kanannya yang masih tertinggal diluar gua, setelah itu serunya sambil tertawa tergelak, "Haa ...
aaah ... haaaah ... sobat, tidak mudah bagimu untuk melarikan diri dari hadapan aku she Ou lotoa."
Padahal sebagian besar tubuh si tikus berjalan dibawah tanah sudah menyusup masuk ke dalam liang gua tersebut, namun berhubung kaki kanannya sudah ditangkap orang, ia jadi tak berkutik, kendatipun telah berusaha meronta dengan sepenuh tenaga, namun usahanya itu toh sia-sia belaka.
Akhirnya dia merasa amat kesakitan, tulang betisnya seakan-akan mau hancur karena retak, tak kuasa lagi dia mulai berteriak keras2 : "Cepat lepaskan tanganmu!"
"Seandainya aku melepaskan tanganku ini, mungkinkah kau akan melarikan diri dari cengkeramanku?" jengek kakek Ou sambil tertawa.
"Tidak, tidak, aku tak akan melarikan diri, aku tak akan melarikan diri," teriak si tikus berjalan dibawah tanah sambil menjerit-jerit bagaikan babi yang hendak disembelih.
"Kalau begitu ayoh merangkak keluar dari situ,"
perintah kakek Ou segera.
Dengan perasaan apa boleh buat si tikus berjalan dibawah tanah segera merangkak keluar dari liang gua tersebut.
Setelah keluar dari gua tadi, kakek Ou baru melapaskan cengkeramannya tapi secepat kilat pula ia totok jalan darah diatas kakinya sambil berkata sambil senyum dikulum.
"Kau benar-benar tak tahu diri, di jamu arak kehormatan menolak sebaliknya justru memilih arak hukuman, nah sekarang kau harus berbicara dengan sejujurnya."
Sambil duduk diatas tanah si tikus berjalan dibawah tanah berteriak keras: "Biarpun kau akan membunuhku,
aku tetap menjawab yang sama, aku berani bersumpah, aku tak pernah menculik orang."
"Lantas apa sebabnya kau berusaha melarikan diri?"
tanya Tam See hoa segera.
"Kalian selalu mendesakku, sudah barang tentu aku pun harus berusaha untuk melarikan diri."
"Hmm, aku tak percaya dengan pengakuan itu," bentak Kam Liu cu tiba-tiba, "pokoknya kami tak percaya dengan perkataanmu itu dan sekarang kau harus menjawab dengan sejujurnya."
Berbicara sampai disitu, dengan sorot mata
memancarkan cahaya yang tajam ia melanjutkan.
"Bila kau enggan menjawab, kamipun tak akan memaksa, cuma kau harus tahan dipukul dan disiksa."
Tangan kanannya segera diayunkan dengan jari tangan yang kaku bagaikan tombak ia mengancam akan menotok dada si tikus berjalan dibawah tanah.
Berubah hebat paras muka si tikus berjalan dibawah tanah, teriaknya dengan perasaan seram.
"Hey, apa yang hendak kau lakukan?"
"Sebagai seorang anggota persilatan yang sering berkelana di dalam dunia persilatan, tentunya kau pernah mendengar bukan tentang ilmu ngo im cau meh jiu hoat (ilmu memotong nadi)" Nah, sekarang akupun akan menotok berapa buah jalan darahmu agar ilmu silatmu punah lebih dulu."
Pucat pias selembar wajah si tikus berjalan dibawan tanah setelah mendengar ancaman tersebut, dengan bibir gemetar karena ketakutan ia berkata: "Baik, baiklah, aku akan berbicara denga sejujurnya."
Kam Liu cu mendengus dingin : "Ayoh cepat berbicara, kemana kau sembunyikan kedua orang kami itu?"
Si tikus berjalan dibawah tanah memutar biji matanya dan memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu sahutnya tergopoh. "Aku hanya melaksanakan tugas karena perintah seseorang."
Kakek Ou segera mencengkeram tubuhnya bagaikan seekor burung elang yang mencengkeram anak ayam sambil mengangkat tubuhnya ke atas ia membentak dengan gusar.
"Jadi nona kami benar-benar diculik olehmu?"
"Lee ... lepaskan dulu cengkeramanmu itu, bukan aku yang menculik mereka."
"Bukankah barusan kau mengaku melakukan tugas atas perintah seseorang mengapa sekarang mengatakan bukan kau ?" seru kakek Ou dengan gusarnya.
Ia melepaskan cengkeramannya dan ...
"Bluuuukk!" si tikus berjalan dibawah tanah segera terbanting jatuh ke atas tanah.
"Aku tak pernah bohong," ujar si tikus berjalan dibawah tanah dengan cemas, "aku hanya menggunakan obat pemabuk untuk memabukan rekanmu itu, bukan aku yang melakukan penculikan."
"Kau melaksanakan tugas ini atas perintah siapa ?"
"Tong hujin."
"Tong hujin?" kakek Ou membelalakkan matanya lebar-lebar, "berada di manakah dia sekarang?"
"Kuil Cun ti an."
"Apakah orang yang diculikpun berada di dalam kuil Cun ti an?" desak kakek Ou lebih jauh.
"Soal itu mah tidak kuketahui."
Kakek Ou segera berpaling dan berkata. "Kam lote, mari kita segera menyusul kesana."
"Bagaimana dengan orang ini?" tanya Kam Liu cu.
"Asalkan apa yang dia katakan adalah sejujurnya, tentu saja dia harus dibebaskan."
"Aku berdiam didalam gua ini, aku tak akan
berbohong," seru si tikus berjalan di bawah tanah cepat-cepat.
Kakek Ou tidak sempat lagi banyak berbicara dengannya, cepat-cepat ia keluar dari gua batu itu dan bergerak menuju ke kuil Cua ti an.
Tiba dikuil Cun ti an, si kakek Ou yang berilmu tinggi dan bernyali besar itu secara langsung menerobos masuk ke dalam dengan tanpa berpikir panjang atau memerhatikan keadaan disekeliling tempat itu, ia menarik nafas panjang dan bagaikan anak panah yang melesat diudara melayang masuk ke dalam halaman.
Setelah melalui dinding pekarangan, tempat itu merupakan sebuah pelataran yang luas, ditempat itulah nampak seorang nikou setengah umur sedang berdiri menanti, agaknya seperti menunggu kedatangan seseorang.
Ketika melihat kakek Ou melayang turun di pekarangan, ia segera memberi hormat sambil berkata : "Pinni diperintahkan oleh suhu untuk menantikan kedatangan saudara bertiga, harap sicu bertiga masuk ke dalam ruangan untuk minum teh."
*** Sementara pembicaraan berlangsung, Kam Liu cu dan Tam See hoa telah beruntun masuk pula ke dalam halaman kuil.
Kakek Ou segera menegur: "Apakah suhumu adalah Tong hujin"'
"Suhu kami bernama Hui im, Tong hujin adalah paman guru pinni," jawab nikou setengah umur itu sambil memberi hormat.
Kakek Ou sama sekali tak ambil perduli siapakah Hui im suthay dan siapa pula Tong hujin itu, dengan suara dalam ia berkata lagi : "Apakah nona kami dan Lan Kun pit telah kalian culik!"
"Asalkan lo sicu sudah masuk ke dalam, dengan sendirinya akan mengetahui sendiri."
"Jangankan cuma sebuah kuil nikou yang begitu kecil, biarpun sarang naga gua harimau pun tak akan kupandang sebelah mata pun juga, Kam lote, Tam lote, mari kita masuk ke selat."
Sehabis berkata dia melangkah masuk lebih dulu ke dalam halaman.
Pagar pekarangan yang mengelilingi kuil itu paling tidak mencapai delapan depa lebih, sedangkan si nikou setengah umur itu berdiri didepan undak-undakan bangunan, mesti jarak pelataran tidak terlalu lebar, namun jarak kedua belah pinak mencapai lima enam kaki lebih.
Tapi si kakek Ou cukup dalam satu langkah saja telah berhasil mencapai di hadapan nikou setengah umur itu, terdengar ia berkata. "Silahkan siau suhu berjalan dimuka."
Diam-diam nikou setengah umur itu merasa terperanjat juga melihat kemampuan kakek Ou untuk melangkah ke
hadapanya dalam satu tindakan saja, namun perasaan kaget itu tak sempat diperlihatkan diwajahnya.
Sambil tertawa hambar ujarnya: "Lo sicu salah paham sudah lama suhu tak pernah mencampuri urusan ke duniawian, sedangkan paman guru pinni pun tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jahat."
Kakek Ou tertawa terbahak-bahak : "Ha ha ha ha ...
selama hidup Ou lotoa belum pernah ambil perduli terhadap maksud atau jahat apapun."
Pukulan Naga Sakti 1 Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya Liang Ie Shen Lambang Naga Panji Naga Sakti 12
^