Pencarian

Persekutuan Pedang Sakti 12

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 12


"Pil emas penolak racun dari Lam hay bun mampu menawarkan segala jenis racan di dunia ini. Aku yakin pasti berkasiat."
"Tapi mungkinkah obat ini adalah pil emas penolak racun?"
"Sekalipun tak sampai diolah lebih lanjut, tapi bahan dasarnya tak bakal salah."
Ma koan tojin tidak banyak berbicara lagi, cepat-cepat dia membuka bungkusan kertas itu, ternyata isinya adalah sebungkus besar bubuk obat berwarra hitam.
Tak sempat banyak berpikir lagi, dia segera mengambil sedikit bubuk obat itu lalu di cekokkan kedalam mulut si jago pedang berpita hijau itu.
Sementara itu Lik jiu im eng Thio Man telah menuang secawan air matang, Ma koan tojin segera menerima cawan tersebut dan pelan-pelan dilolohkan kedalam mulut orang itu.
Kam Liu cu sendiri dengan berhati-hati segera memeriksa kupu-kupu hitam tadi seraya membolak-baliknya berulang kali. Pada punggung kupu-kupu itu memang tertera empat huruf besar yang berbunyi.
"Kiu siang bu tek" atau Kiu siang tanpa tandingan.
Tanpa terasa lagi dia menghela napas panjang sambil katanya:
"Aaaai... tampaknya memang ulah dari anak murid perguruannya.."
"Masa baru sekarang kau mau percaya?" sela Liu Leng poo sambil mengerling sekejap kerahnya.
Daya kerja obat penawar racun itu memang sangat hebat, tak selang seperminum teh kemudian jago pedang berpita hijau itu sudah mendusin kembali dari pingsannya.
Setelah menghembuskan napas panjang dan bangun duduk, gumamnya.
"Ooooh, sungguh lihay racun tersebut!"
Melihat ia telah mendusin, cepat-cepat Ma koan tojin berseru:
"Saudara Lo coba kau atur pernapasan, apakah ada sesuatu yang masih kurang beres?"
Jago pedang berpita hijau itu menurut dan segera memcoba untuk mengatur pernapasan, tak lama kemudian ia sudah bangkit berdiri seraya katanya:
"Hamba telah sembuh sama sekali."
Selesai berkata dan memberi hormat, ia segera mengundurkan diri dari situ.
Ma koan tojin sendiri dengan girang segera berseru.
"Waah, nampaknya bubuk obat ini memang benar-benar pil emas penolak racun dari Lam hay bun."
Pelan-pelan Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya keatas angkasa dimana sinar senja telah membiaskan cahaya kemerah-merahan, setelah menghela napas panjang katanya:
"Hari sudah mulai gelap, mengapa sampai sekarang mereka belum juga kembali?"
"Ji sumoay, apakah kau kuatir bila terjadi sesuatu atas diri mereka?" tanya Kam Liu cu.
"Ya bisa jadi telah terjadi hal-hal yang tak diinginkan.."
"Kalau begitu biar aku pergi memeriksanya."
"Seandainya terjadi sesuatu, biar toa suheng pergi kesana pun tak bakal akan menjumpai apa-apa."
"Tapi-kan paling tidak harus kuperiksa bagaimanakah keadaannya..."
Habis berkata tergesa-gesa dia keluar dari gua.
Tak selang berapa saat kemudian si pena baja Tam See hoa beserta kedua orang jago pedang berpita hijau telah kembali kedalam gua.
Tam See hoa segera menjura kepada Liu Leng poo seraya katanya;
"Aku dan kedua orang kiamsu sudah setengah harian lamanya menjaga dibawah bukit, namun tak seorang manusia pun yang kami jumpai, karenanya terpaksa kembali ke sini uatuk memberi..."
Liu Leng poo tertawa.
"Orang-orang Bu tong pay sudah memasuki selat semalam, sudah barang tentu saudara Tam tak akan bertemu dengan siapa-siapa."
Sementara itu kedua orang jago pedang berpita hijau itu sudah memberi hormat sambil mengundurkan diri.
Kini langit sudah semakin gelap.
Wi Tiong hong, Thio lo han Khong beng hweesio maupun rombongan dari si naga tua-berekor botak To Sam sin belum juga tampak kembali ke gua.
Liu Leng poo segera dapat merasakan betapa gawatnya situasi yang mereka hadapi.
Ma koan tojin yang dihari-hari biasa pandai mengendalikan perasaan sendiri dan tak pernah memperlihatkan sikapnya kepada orang lain, kali ini nampak juga amat gelisah, lama-kelamaan dia mulai tak tenang duduk serta mondar mandir tiada hentinya.
Liu Leng poo tetap membungkam, saat itu Ma koan tojin turut membungkam, mereka berdua duduk disitu sambil membisu dalam seribu bahasa.
Lak jiu im eng Thio Man serta pena baja Tam See hoa tak berani mengganggu, terpaksa mereka berduapun duduk membungkam diri.
Suasana dalam gua itupun jadi hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suarapun.
Entah berapa lama sudah lewat, tiba-tiba muncul bayangan manusia yang berkelebat lewat dari luar gua, ternyata Kam Liu cu, dan kakek Ou muncul pada saat yang bersamaan.
Dari munculnya si kakek Ou seorang diri, Liu Leng poo segera sadar bahwa suatu musibah telah menimpa Wi tiong hong serta So siau hui, Namun ia tetap membungkam diri.
Dengan napas tersengal dan wajah sangat gelisah kakek Ou segera berseru,
"Nona Liu, kali ini aku si tua betul-betul telah dipecundangi orang, aku benar-benar malu untuk memberi laporan kepadamu. Jangan lagi memberi laporan, kesempatan untuk beradu jiwa dengan merekapun tak berhasil kusalurkan, karena tak sesosok bayangan setanpun yang kujumpai, akhirnya saking mendongkolku, semua pepohonan dihutan itu sudah ku obrak abrik."
Liu leng poo mengerti bahwa orang tua ini sedang dipengaruhi emosi, sehingga didalam marah dan gelisahnya perkatan yang disampaikan menjadi tak jelas.
Maka setelah tersenyum katanya kemudian,
"Silahkan lotiong duduk dulu sebelum berbicara, apakah Wi siauhiap serta nona So telah tertimpa musibah?"
Kakek Ou duduk dengan wajah masih mendongkol, setelah menghembuskan napas panjang ia baru berkata.
"Perkataan nona memang benar, saudara Wi serta nona kami tahu tahu saja hilang lenyap dengan begitu saja, coba bayangkan, aku situa yang mendapat tugas untuk melindungi mereka secara diam-diam apa tidak menjadi panik dibuatnya?"
"Harap lotiang menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya kepada kami, siapa tahu dari ceritamu itu kita berhasil menemukan tanda-tanda yang bisa jadi petunjuk?"
Kakek Ou berpikir sejenak, kemudian katanya:
"Setelah meninggalkan tempat ini, kami lantas berangkat menuju kesebelah timur, saudara Wi dan nona kami berjalan di muka sedangkan aku yang mendapat perintah dari nona Liu secara diam-diam mengikuti dibelakang mereka hingga pihak lawan tak berhasil mengetahui jejakku.."
"Mungkin sistim ini telah kita terapkan secara keliru sehingga berakibat terjadinya peristiwa ini." kata Liu Leng poo dengan kening berkerut.
Kakek Ou segera berkata lebih lanjut.
"Dalam keadaan beginilah kami berjalan melalui beberapa bukit tanpa menemukan sesuatu yang mencurigakan, bahkan sesosok bayangan manusia pun
tidak kami jumpai, hingga akhirnya sampailah kami dalam sebuah selat yang sempit, saudara Wi serta nona kami langsung memasuki selat tersebut. Berhubung selat itu gundul dan gersang, tak sebatang pohon pun yang tumbuh disitu, terpaksa aku mengikuti mereka dari kejauhan saja.
Siapa sangka dua tikungan kemudian tahu-tahu bayangan tubuh mereka sudah hilang lenyap tak berbekas."
"Menunggu aku menyusul kedalam lembah tersebut dari balik hutan yang tumbuh disitu kudengar suara bentakan-bentakan keras dari saudara Wi, aku segera sadar kalau sudah terjadi sesuatu yang tak diharapkan, maka cepat-cepat menyusul pula kedalam hutan itu, siapa tahu suasana didalam hutan itu amat sepi, hening dan sama sekali tak terjadi sesuatu apa pun."
"Apakan kau tidak salah mendengar kalau suara tersebut adalah suara bentakan dari saudara Wi?" tanya Liu Leng poo.
"Tidak salah...sudah jelas suara itu adalah suara bentakan dari saudara Wi yang berasal dari dalam hutan, tapi anehnya tak seorang manusiapun yang tampak. Aku telah melakukan pemeriksaan atas seluruh dasar lembah itu tanpa berhasil menemukan sesosok bayangan manusia pun.
Peristiwa sedemikian anehnya ini baru pertama kali ini kujumpai, hampir saja aku menjadi gila saking cemasnya.."
Liu Leng poo termenung sebentar, kemudian katanya lagi;
"Apakah lotiang tidak berhasil menemukan sesuatu yang mencurigakan didalam hutan itu?"
Kakek Ou menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Tidak.. suasana didalam hutan itu sangat tenang, bahkan setiap batang rumput dan pepohonan yang tumbuh
disana pun, kelihatan sangat tenang. Tak ada yang bisa dilihat atau pun dicurigakan."
Liu Leng poo segera berpaling kearah Kam Liu cu, kemudian katanya pula;
"Apakah toa suheng berhasil menemukan Ou lotiang didalam selat tersebut?"
"Benar. sepanjang jalan kulakukan sampai diselat tersebut, dan kakek Ou ternyata masih berada di sana."
"Tentunya toa suheng telah melakukan pemeriksaan pula disekitar lembah itu, apa yang berhasil kau temukan?"
Kam Liu cu segera mengangkat bahunya; "Tatkala aku sampai disitu. Seluruh lembah tersebut boleh dibilang sudah porak poranda tak karuan lagi bentuknya, sedangkan Ou lotiang dengan wajah penuh amarah masih saja melepaskan pukulan kiri kanan membabat pepohonan yang berada dalam hutan tersebut, dalam posisi yang begitu porak poranda, bagaimana mungkin aku bisa melakukan pemeriksaan?"
Mendengar keterangan ini Liu Lem poo ikut
mengernyitkan alis matanya ia berpikir "Aaaai... Padahal kalau hutan itu tidak di porak porandakan mungkin saja akan ditemukan hal-hal yang mencurigakan, kalau sudah begini, semua pertanda pasti sudah hancur berantakan."
Tiba-tiba Kam Liu cu melayangkan pandangannya sekejap keseluruh ruangan gua, kemudian katanya,
"Apakah rombongan dari Khong beng hweesio serta saudara To juga belum kembali?"
Liu Leng poo tidak menjawab, dia hanya
menggelengkan kepalanya berulang kali.
Tiba-tiba suasana didalam gua itu menjadi hening kembali, sampai lama sekali belum juga terdengar suara, agaknya semua orang sedang memikirkan masalah besar yang sedang mereka hadapi sekarang ini.
Lebih kurang seperminum teh kemudian, kakek Ou tak dapat menahan diri lagi, sambil menggosok-gosok tangannya dia berseru.
"Nona Liu, menurut pendapatmu apa yang mesti kita lakukan sekarang..?"
"Tak disangkal lagi Wi siauhiap serta adik dari keluarga So telah terperangkap oleh jebakan musuh."
"Andaikata didalam hutan itu memang terdapat jebakan, mengapa aku tak dapat melihatnya?"
"Mungkin setelah mereka berdua terperosok kedalam perangkap, permukaan tanah itu menutup kembali seperti sedia kala, sudah barang tentu lotiang tak akan menemukannya."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata lebih jauh:
"Biarpun Wi siauhiap dan adik dari keluarga So ikut terjebak oleh perangkap lawan, tapi dengan demikian jumlah yang tertawan meliputi Ban kiam hweecu, Pau kiam suseng serta Thian ki cu totiang sekalian dari Bu tong pay, itu berarti untuk menurut dugaanku, bisa jadi kita akan mengalami serangan musuh yang amat tangguh pada malam nanti!"
"Benar juga perkataan Liu lihiap, pinto sendiripun mempunyai firasat yang sama." sambung Ma koan tojin,
"Tiga kelompok orang orang kita yang dikirim hari ini tak serombongan pun yang kembali dengan selamat, sudah
dapat dipastikan mereka pun berniat untuk menangkap juga kita semua yang berada dibukit Kou lou san ini."
"Jika mereka berani datang, hal ini lebih baik lagi." seru kakek Ou dengan gusar, "Akan kusuruh mereka roboh satu persatu diatas tanah, Bila tidak mampu berbuat demikian, jangan panggil aku Ou Lotoa!!"
Liu Leng poo segera mendongakkan kepalanya dan berseru:
"Sejak lotiang mendemonstrasikan kelihayanmu dengan merobohkan semua pohon yang berada didalam lembah tersebut, pihak lawan pasti sudah mempertinggi kewaspadaannya.."
"Waktu itu aku sedang diliputi amarah yang tak terkendalikan. Tapi apa sangkut pautnya dengan rencana mereka untuk melakukan penyerbuan malam nanti?"
"Tentu saja erat sekali hubungannya, setelah mereka berhasil menjebak Ban kiam hweecu serta Buyung congkoan, Kemudian di susul pula dengan tertangkapnya Wi siauhiap, Khong beng taysu dan To hu congkoan sekalian pada hari ini, mereka pasti sudah
memperhitungkan bahwa yang masih tersisa disini tinggal Ma koan totiang, toa suheng dan aku bertiga, itu berarti mereka pasti akan mengirim beberapa orang jago yang berkepandaian amat tinggi untuk menghadapi kami malam nanti."
"Tapi setelah lotiang memperlihatkan kelihayan sinkangmu dengan mengobrak-abrik pepohonan didalam hutan, atau dengan perkataan lain seolah-olah kita sudah memberitahukan kepada mereka bahwa pada malam nanti akan dilakukan perubahan. Itulah sebabnya bila musuh tidak datang pada malam nanti, mungkin keadaannya
masih mendingan, tapi begitu datang menyerang, sudah pasti dibalik penyerangan mereka terdapat pula siasat lain".
"Apakah Liu lihiap telah berhasil menemukan cara yang terbaik untuk menghadapi serangan lawan ini?" tanya Ma koan tojin.
Liu Leng poo segera menggelengkan kepalanya berulang kali:
"Orang kuno bilang Tahu diri sendiri tahu keadaan lawan, setiap pertarungan baru akan meraih kemenangan.
Lama sudah aku putar otak untuk mencoba menduga rencana busuk apakah yang akan dipersiapkan lawan, tapi usaha ini tak berhasil, tentu saja aku pun tak tahu bagaimana mesti menanggulangi terjangan mereka malam nanti."
"Kebanyakan orang Tok seh sia pandai menggunakan racun," kata kakek Ou, "Ohya. Apakah kiamcu yang pergi meramu obat telah kembali?"
"Sudah, dia sudah kembali."
"Kalau begitu kita tak usah kuatir mereka mempergunakan racun lagi Totiang, tolong kau bagikan obat tersebut kepada semua orang agar ditelan lebih dulu."
"Yaa.." kata Liu Leng poo pula, "kalau memang obat tersebut bisa digunakan untuk mencegah keracunan, untuk menjaga segala sesuatu yang tak diinginkan memang paling baik kita telan obat itu lebih dulu, tapi menurut pendapatku, seandainya ada musuh tangguh yang menyerang kita malam nanti, kesempatan mereka untuk menggunakan racun tidak banyak.."
"Tapi mungkinkah bagi orang-orang Tok seh sia itu untuk meninggalkan kebiasaan mereka dengan memilih jalan beradu tenaga untuk melawan kita?" tanya kakek Ou.
"Tentu saja mereka pun tak akan beradu otot dengan kita, tapi bisa jadi mereka akan menggunakan segala macam permainan licik atau busuk untuk menghadapi kita"
"Permainan licik atau permainan busuk" Aaa yang kau maksudkan?"
"Pernahkah lotiang mendengar seorang jago yang bernama Kiu siang poo..?" tanya Liu Leng poo kemudian, Dengan sepasang mata melotot kakek Ou segera berseru:
"Tidak banyak jago persilatan yang kukenal, tapi seringkali kudengar tentang si nenek siluman ini. Mengapa nona menyinggung tentang siluman tua itu secara tiba-tiba?"
Secara ringkas Liu Leng poo segera menceritakan perbuatan dari anak murid Kiu siang bun yang telah menyaru sebagai Thio Kun kay tadi..
-oo0dw0oo- Selesai mendengar penuturan tersebut, kakek Ou segera berkata,
"Yaa, siluman tua itu memang rada hebat dan sesat, mungkinkah ia sudah bersekongkol dengan Liong Cay thian?"
"Kejadian yang sejelasnya tentu saja tak dapat kita duga, tapi bila ditinjau dari munculnya anak buah nenek siluman itu ditempat ini, jelas sudah kalau dia telah bersekongkol dengan pihak Tok seh sia."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Kakek Ou, dia memandang sekejap kesemua orang, lalu katanya.
"Andaikata malam nanti si nenek siluman itu muncul sendiri, aku tak percaya dengan tahayul dan pasti akan mengajaknya bertarung mati-matian. Padahal jumlah kekuatan kita pun tidak sedikit. Kecuali si nenek siluman itu, sisanya masih dapat dihadapi kalian semua, tak ada salahnya bila kita sambut serangan musuh diluar gua saja."
Sebagaimana diketahui, julukannya adalah panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit selatan, boleh dibilang dia terhitung jago kelas satu didalam Lam hay bun, jadi perkataannya itupun bukan bualan belaka.
Liu Leng poo segera berkata:
"Ilmu silat yang lotiang miliki sangat hebat, boleh dibilang kau termasuk jago kelas satu didalam dunia persilatan, tapi kalau berbicara tentang kemungkinan yang bakal terjadi malam nanti, kebetulan sekali apa yang lotiang duga justru berkebalikan dengan jalan pemikiranku...."
Sejak keberhasilan Liu Leng poo dalam merencanakan serbuan ke selat Tok seh sia tempo hari, tampaknya kakek Ou- sudah menaruh perasaan kagum dan percaya terhadap kemampuan nona ini, dia segera menggaruk-garuk kepalanya sambil tertawa setelah mendengar ucapan tersebut, katanya kemudian:
"Kalau toh nona sudah mempunyai rencana yang bagus, mengapa tidak kau utarakan agar akupun ikut mendengarkannya?"
Liu Leng poo tertawa.
"Lotiang tak perlu menempelkan emas di wajahku, rencana bagus apa sih yang berhasil kuperoleh" Cuma saja didalam keadaan serba salah dan kehabisan daya semacam ini, rasanya cara itu memang rada baik kalau digunakan untuk menghadapi ancaman lawan."
"Enci Liu, rencana apa sih yang berhasil kau peroleh?"
seru Lak jiu im eng Thio Man pula sambil berkerut kening,
"Sudahlah, kau tak usah jual mahal, cepatlah dibeberkan keluar."
"Sesungguhnya rencana ku ini tidak terhitung sangat hebat dan jitu, tapi rasanya kecuali cara tersebut memang tidak terdapat rencana lain yang lebih baik lagi."
Ia berbicara pelan-pelan, dan setiap penghuni gua itu mendengarkan dengan seksama, sinar mata semua orang telah ditujukan ke atas wajahnya.
-oo0dw0oo- Jilid 23 Setelah berhenti sejenak Liu Leng poo meneruskan kembali kata katanya:
"Hingga sekarang sudah tak sedikit jumlah orang-orang kita yang pergi tidak kembali lagi, semuanya sudah terjatuh ketangan mereka, boleh dibilang kejadian tersebut sudah merupakan suatu kerugian yang amat besar untuk pihak kita, oleh sebab itu aku pikir bila kita dapat membekuk pula pihak lawan yang menyerang kita malam nanti, kemungkinan besar posisinya bisa sedikit berubah."
Kakek Ou segera bertepuk tangan tanda setuju, teriaknya penuh kegirangan,
"Benar....benar, nona Liu memang tidak malu disebut Cu kat Liang diantara wanita, beberapa patah katamu meski sederhana tapi penuh dengan arti yang mendalam..
prinsipmu telah membangkitkan semangat kita semua didalam menghadapi lawan malam nanti."
Liu Leng poo segera tersenyum, katanya kemudian :
"Lotiang terlalu memuji."
Lalu sambil berpaling kearah Ma koan Tojin ia bertanya lagi
"Mula mula aku ingin bertanya dulu kepada toheng, sampai kini masih ada beberapa orang kiamsu yang masih berada di sini?"
"Yang datang bersama-sama kiamcu hanya tiga puluh enam orang saudara dari jago pedang berpita hijau selain dua puluh orang saudara yang pergi mengikuti khong beng taysu serta saudara To tadi, kini masih ada enam belas orang."
Liu Leng poo manggut-manggut.
"Ehmm jumlah kita masih terhitung cukup lumayan, dan sekarang aku rasa satu hal yang paling perlu kita lakukan dengan segera adalah setiap orang harus menelan obat penawar racun lebih dulu untuk mencegah jangan sampai keracunan ditengah lawan nanti."
"Kemudian langkah kedua adalah membagi tugas masing masing, didalam hal ini aku akan membeberkan dulu masalahnya kemudian baru mengajak kalian semua untuk merundingkannya bersama-sama sebelum diambil keputusan."
"Tak usah dirundingkan lagi" sela kakek Ou cepat,
"silahkan nona memberi komando, kita semua akan melaksanakannya tanpa membantah"
Kam Liu cu yang selama ini hanya membungkam diri tanpa berbicara, tiba-tiba menyela pada waktu itu.
"Ji sumoay tidak usah sungkan-sungkan lagi, jika kau punya rencana baik, langsung saja diutarakan keluar"
"Siasat yang kumaksud adalah, 'Dengan palsu menjadi kenyataan' Makoan totiang bersama saudara Tam, adik dari keluarga Thio serta delapan jago pedang berpita hijau berjaga-jaga didalam gua batu ini, andaikata ada musuh tangguh yang menyerang gua, biar toa suheng dan aku yang keluar menghadapinya, Ma koan totiang hanya berjaga-jaga sambil melindungi kami dari sergapan lawan, asalkan musuh tidak menerjang masuk ke dalam gua, kita jangan sekali-kali turun tangan...."
Ma koan totiang adalah seorang jago kawakan yang sudah berpengalaman luas di dalam dunia persilatan, dia pun pandai sekali mengatur siasat, maka setelah mendengar pembicaraan dari Liu Leng poo tersebut, dia mengerti bahwa nona itu berniat mempertahankan gua batu ini.
Padahal gua batu itu hanya merupakan tempat sementara untuk beristirahat, berarti tempat ini sama sekali tidak penting artinya, mengapa harus dipertahankan mati-matian "
Berpikir sampai disitu diapun segera bertanya:
"Liu lihiap minta kepada pinto untuk mempertahankan gua ini apakah ada petunjuk lain?"
"Ucapan toheng memang betul.." kata Liu Leng poo sambil tertawa "Gua ini mempunyai kegunaan lain bagiku."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia berkata lebih jauh:
"Sedangkan delapan orang jago pedang berpita hijau lainnya, harap toheng perintahkan untuk bersembunyi disisi kiri dan kanan hutan diluar gua sana. Tanpa mendapat perintah, mereka di larang untuk menampakkan diri."
"Pinto terima perintah."
"Enci Liu" seru Lak jiu im eng Thio Man pula, "Tam tayhiap serta siau moay yg bertugas menjaga didalam gua kan tak ada pekerjaan?"
"Adik dari keluarga Thio tidak usah terburu napsu, tak usah kuatir pokoknya kau pasti akan sibuk nanti." sahut Liu Leng poo sambil tertawa.
Kemudian sambil berpaling kearah kakek Ou, katanya pula ;
"Sekarang adalah tiba giliran lotiang, jarak enam-tujuh kaki dari sini bukankah terdapat beberapa batang pohon besar" Nah..lotiang boleh menyembunyikan diri diatas pohon, kalau bisa jangan sampai ketahuan orang."
"Tanah diluar gua ini tidak begitu luas, entah berapapun jumlah musuh yang datang nanti, biar aku serta toa suheng yang menghadapinya..."
Tidak sampai perkataan itu selesai di utarakan, kakek Ou sudah menyela sambil menggelengkan kepalanya berulang kali :
"Tidak bisa, tidak bisa, masa nona suruh aku bersembunyi diatas pohon sambil menonton pertarungan?"
"Aku toh belum selesai berbicara, harap lotiang jangan lupa bahwa malam ini kita mempuyai satu tujuan."
"Baik, baik, katakanlah lebih jauh."
"Bukankah tadi sudah kukatakan, kalau bisa malam ini kita bekuk semua kawanan musuh yang menyerang tiba, oleh sebab itu disaat aku dan toa suheng menghadapi serangan musuh nanti, lotiang yang bersembunyi diatas pohon segera menggunakan ilmu totokan dari udara kosong untuk menotok jalan darah mereka satu persatu"
"Bagus...bagus... Siasat ini bagus sekali..." puji kakek Ou kegirangan.
Liu Leng poo segera berkata pula kepada Lok jiu ini eng Thio Man yang berada di sampingnya,
"Dan waktu itu, Ma koan toheng segera perintahkan empat orang kiamsu di bawah petunjuk saudara Tam dan adik dari keluar gua ini untuk membekuk mereka yang tertotok itu serta menyeretnya kedalam gua batu.
"Sebaliknya Ma koan totiang serta keempat kiamsu lainnya hanya bertugas untuk berjaga-jaga, kalian dilarang meninggalkan gua batu itu biar setengah langkah pun.
Andaikata para penyerang menarik diri dan segera mundur dari sini maka delapan jago pedang pita hijau yang bersembunyi dalam hutan segera turun tangan menghadang jalan mundur mereka begitu mendapat perintah dariku."
Tanpa terasa Ma koan tojin memuji tak hentinya setelah mendengar rencana mereka itu, katanya :
"Liu Lihiap, siasatmu ini benar-benar sempurna dan luar biasa dengan persiapan semacam ini, kita tak usah kuatir menderita kegagalan lagi pada malam nanti."
"Itu sih baru merupakan perhitunganku saja, bagaimana gerakan musuh nantinya , toh belum diketahui."
"Baiklah, Kita putuskan demikian saja." kata kakek Ou pula.
Selesai makan rangsum kering, Ma koan tojin segera membagi-bagikan obat penawar racun itu kepada setiap orang untuk ditelan.
Kemudian dia memerintahkan delapan orang jago pedang berpita hijau untuk menyembunyikan diri dalam
hutan sambil menunggu perintah, setelah itu baru mengundurkan diri.
"Sekarang waktunya sudah makin mendekat, aku rasa Ou lotiang juga harus pergi ke tempat tugas lebih dulu!"
kata Liu Leng poo kemudian,
Kakek Ou segera tertawa,
"Nona tak usah kuatir, aku tak bakal sampai melakukan kesalahan didalam tugas."
Selesai berkata diapun berjalan keluar dari gua itu.
Akhirnya Liu Leng poo baru berkata kepada semua orang,
"Mumpung masih ada waktu, harap kalian beristirahat sejenak sambil mengatur napas mungkin pada malam ini nanti kita tak punya waktu lagi untuk beristirahat."
Lentera didalam gua tersebut dipadamkan dan semua orang menurut perintah dengan duduk bersila didalam gua sambil mengatur pernapasan...
Lak jiu im eng Thio Wan betul-betul merasa sangat tegang, sebentar ia meraba pedangnya sebentar meraba senjata rahasia disakunya. Tak sedikitpun perasaannya dapat menjadi tenang.
Malam semakin larut, angin gunung berhembus makin kencang, suasana diluar gua terasa gelap gulita tak nampak setitik cahaya pun, malam itu adalah sebuah malam yang tanpa rembulan.
Setengah kentongan sudah lewat dengan begitu saja, namun belum nampak adanya sesuatu gerakan apapun.
Liu Leng poo mencoba untuk mengamati sekejap sekitar tempat itu, lalu berpikir dengan keheranan :
"Saat ini kentongan kedua sudah lewat, andaikata pihak lawan hendak melakukan sesuatu gerakan, saat inilah seharusnya waktu mereka untuk bertindak !"
Baru saja ingatan tersebut berkelebat lewat, tiba-tiba terdengar suara pekikan nyaring berkumandang datang dari kejauhan. Suara itu amat tajam dan melengking dan kedengarannya berasal dari bawah bukit sana.
Dengan perasaan terkejut Lak jiu im eng Thio Man segera berbisik lirih:
"Enci Liu, mereka telah datang !"
"Tampaknya suara pekikan itu dipancarkan dengan ilmu menyampaikan suara yang berasal dari sebelah timur." kata Kam Liu cu pula "Orang yang berpekik itu paling tidak masih berada tiga li dari sini, namun suaranya bisa dipancarkan kemari tanpa membuyar, dari sini bisa dilihat betapa sempurnanya tenaga dalam yang dimiliki orang itu."
Dengan perasaan kaget Ma koan tojin segera berkata :
"Ilmu menyampaikan suara" Waah...bukankah kepandaian itu sudah lama punah dari dalam dunia persilatan" Andaikata pihak lawan hendak melakukan penyerbuan secara sergapan, mengapa pihak lawan memperdengarkan suara pekikannya dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara" paling tidak kan suara pekikan tersebut dapat meningkatkan kewaspadaan kita?"
"Perkataan toheng benar juga" Kam Liu cu menanggapi
"Jangan lagi kita sudah membuat persiapan pada malam ini. Biarpun tanpa persiapan setelah mendengar pekikkan tajam tadi niscaya kita akan meningkatkan kewaspadaan"
"Betul... Situasi yang kita jumpai pada malam ini memang rada aneh."
Lak jiu im eng Thio Man yang tidak mengerti segera turut bertanya pula,
"Enci Liu. Apanya yang aneh dengan situasi pada malam ini?"
"Agaknya ada orang sedang memberi peringatan kepada kita."
"Biar kutengok keluar!" kata Kam Liu cu kemudian.
Mendadak terdengar suara kakek Ou berkumandang dari jarak sejauh lima kaki dengan ilmu menyampaikan suara.
"Kam lote tak usah pergi, mereka telah datang!"
Waktu itu dia berada lima kaki dari gua, Namun semua pembicaraan dalam gua bisa terdengar olehnya, malah sempat memberi peringatan pula, kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki orang tua ini jelas mengerikan sekali.
Perkataan dari kakek Ou barusan dapat didengar setiap orang yang berada dalam gua, serentak mereka melompat bangun dan bersiap siaga sambil mengawasi diluar gua.
Ditengah kegelapan malam, tampak tiga gosok bayangan manusia munculkan diri dari kaki bukit, dalam waktu singkat mereka telah berada dimuka gua.
Ketiga orang itu mengenakan pakai berwarna hitam dengan kain kerudung muka berwarna hitam pula, sehingga yang nampak hanya sepasang matanya saja.
Dua orang yang berada disebelah kanan dan kiri membawa pedang terhunus, hanya orang di sebelah tengah yang bertangan kosong belaka, sebilah pedang tersoren dipunggungnya.
Ketiga orang itu baru berhenti setelah berada tiga kaki didepan gua, serentak mereka berdiri berjajar.
Dari perawakan tubuh ketiga orang itu, Kam Liu cu sudah mengetahui bahwa mereka bukan manusia biasa karena gerakannya begitu cepat dan ringan, tanpa terasa pikirnya :
"Agaknya ketiga orang ini bukan berasal dari selat Toh seh sia .."
Sementara itu Liu Leng poo telah berbisik :
"To suheng. Mari kita keluar."
Kedua orang itu segera melangkah keluar bersama dari dalam gua.
Setibanya diluar ruangan gua, Kam Liu cu pun memberi hormat seraya menegur.
"Sobat bertiga, ada urusan apa kalian datang kemari ditengah malam buta begini?"
Tiga orang manusia berkerudung hitam itu cuma berdiri dengan mulut membungkam, seakan-akan tidak mendengar teguran tersebut, bahkan tak seorang yang membuka suara.
Melihat hal ini Lu Leng poo segera berseru pula sambil tertawa dingin ;
"Sobat mengapa kalian sengaja mengenakan kain kerudung muka untuk menyembunyikan wajah aslinya"
Apakah kalian mempunyai sesuatu kejelekan yang takut diketahui orang?"
Tiga manusia berkerudung dengan keenam matanya cuma mengawasi kedua orang itu tanpa berkedip, mulut mereka tetap membungkam dalam seribu bahasa.
Akhirnya Liu Leng poo berkata : "Harap toa suheng melindungi diriku, akan kutemui dulu ketiga orang ini."
Seusai berkata dia segera berjalan maju kedepan ketiga manusia berkerudung itu, lalu sambil mengulapkan tangannya dia membentak.
"Kalian bertiga boleh maju bersama-sama! "
Mendadak manusia berkerudung yang berada ditengah mengulapkan tangannya dua orang manusia berkerudung yang berada di sebelah kiri dan kanan itu segera melompat, kedepan tanpa mengucapkau sepatah kata pun, pedang mereka langsung diayunkan melancarkan tusukan kilat....
Liu Leng poo mendengus dingin, sepasang tangannya segera dipisahkan dengan jurus "Gadis langit menyebar bunga" langsung memunahkan dua serangan dari musuh.
Tampaknya kedua orang itu mempunyai kesempurnaan yang luar biasa didalam permainan ilmu pedang, begitu serangannya dipunahkan Liu Leng poo dua bilah pedang tersebut tiba-tiba berputar kekiri dan kanan lalu melancarkan serangan kembali.
Liu Leng poo sama sekali tak bergerak mundur, telapak tangannya diayunkan berulang kali melancarkan dua pukulan bertenaga lembut.
Lagi-lagi serangan pedang dari kedua orang itu berhasil dibendung semua.
Tidak sampai Liu Leng poo melancarkan serangan balasan, secepat kilat kedua manusia berkerudung itu memutar pedang masing masiug, kali ini didalam waktu singkat mereka telah melancarkan empat buah serangan berantai.
Kam Liu Cu merasa amat terperanjat setelah
menyaksikan permainan pedang lawan, tiba-tiba ia berseru
"Ji sumoay, Ilmu pedang yang mereka gunakan adalah Ji gi kiam hoat dari Bu tong pay.."
Begitu seruan itu berkumandang, manusia berkerudung yang berdiri dihadapannya itu segera mendesis dingin lalu mencabut pedangnya dan menerjang ke muka.
Tiga kuntum bunga pedang secepat sambaran petir menyerang tiga buah jalan darah penting ditubuh Kam Liu cu.
Kaget sekali Kam Liu cu menghadapi ancaman tersebut, pikirnya,
"Orang ini dapat menggunakan pedangnya sehebat dan sesempurna ini, aku tak boleh memandang enteng dirinya!"
Cepat-cepat telapak tangan kanannya di ayunkan kedepan melepaskan sebuah pukulan untuk membendung serangan pedang dari manusia berkerudung itu, lalu bentuknya lagi :
"Apa hubunganmu dengan Bu tong pay?"
Manusia berkerudung itu sama sekali tidak berbicara, tiba-tiba saja pedangnya di ayunkan menciptakan selapis cahaya pedang yang sangat tebal dan menyerang kembali secara garang.
Tapi Kam Liu cu adalah murid tertua dari Thian sat bun, ilmu silat yang dimiliki telah mencapai tingkatan yang sempurna juga.
Biarpun serangan pedang dari manusia berkerudung itu sangat gencar dan hebat, toh tak berhasil mendesaknya mundur barang selangkah saja malah sebaliknya mengikutinya ayunan pukulannya, ancaman lawan itu segera buyar dan lenyap tak berbekas.
Setelah bertarung berapa gebrakan mendadak manusia berkerudung itu memperketat serangannya, cahaya pedang segera memancar kemana-mana membiaskan bayangan pedang setinggi bukit, diiringi desingan tajam yang memekikkan telinga langsung menyergap lawannya habis habisan.
Setelah bertarung beberapa gebrakan, Kam Liu cu segera sadar bahwa dibalik setiap jurus serangan yang dilancarkan pihak lawan semuanya mengandung tenaga pukulan yang sangat kuat.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Maka sambil melepaskan serangkaian serangan untuk membendung ancaman pedang lawan, diam-diam pikirnya dengan keheranan :
"Tenaga dalam yang telah dimiliki orang ini paling tidak sudah mencapai puluhan tahun hasil latihan, mustahil dia adalah seorang anak buah perguruan Bu tong pay, tapi nyatanya jurus serangan yang dipergunakan adalah jurus-jurus ilmu pedang asli dari Bu tong pay ..."
Sementara dia masih termenung, Liu Leng poo yang bertarung melawan dua orang musuhnya dengan tangan kosong, setelah lewat beberapa gebrakan dia berhasil melancarkan ilmu sentilan mautnya serta merobohkan kedua orang lawan.
Pena baja Tam See hoa serta Lak jiu im eng Thio Man serentakan menerjang kemuka serta menawan kedua orang itu.
Siapa tahu pada saat itulah manusia berkerudung yang sedang bertarung melawan Kam Liu cu itu membentak keras, pergelangan tangannya digetarkan keras-keras menciptakan selapis cahaya pedang untuk melindungi seluruh badan, kemudian sambil meninggalkan Kam Liu cu, dia langsung menyerbu kedalam gua,
Kam Liu cu tertawa nyaring, dua buah pukulan dahsyat dilontarkan untuk mencegah gerakan diri manusia berkerudung itu,
Sekali lagi manusia berkerudung itu membentak keras, pedangnya diayunkan berulang kali dan menyerang Kam Liu cu semakin garang dan ganas lagi.
-oo0dw0oo- TAMPAKNYA dia sudah menyerang dengan penuh
amarah, selain serangan pedangnya bertambah dahsyat, pun dilepaskan secara bertubi-tubi.
Serentak Kam Liu cu merentangkan sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian pukulan berantai, dengan begitu dia baru berhasil membendung datangnya serangan bertubi-tubi lawannya.
Mendadak mencorong sinar tajam dari balik matanya, dengan suara menggeledek bentaknya;
"Ilmu pedang Tay khek hui kiam! Sesungguhnya siapa kau?"
Perlu diketahui, ilmu pedang Tay khek hui kiam merupakan ilmu pedang simpanan dari Bu tong pay, kecuali seorang ciangbun jin, hanya para tianglo serta pelindung hukum yang berbakat saja boleh mempelajari kepandaian tersebut, bahkan menurut peraturan orang yang boleh mempelajari ilmu tersebut pun cuma dibatasi dua orang saja.
Dan sekarang, manusia berkerudung itu telah menggunakan ilmu simpanan dari Bu tong pay, hal ini membuktikan bahwa orang ini adalah salah satu diantara Bu liong sam cu.
Tapi diantara Bu tong sam Cu Thian goan cu berasal dari perguruan Siu lo bun. Kehebatan ilmu silatnya tidak berada di bawah kemampuan gurunya sendiri sudah jelas orang ini bukan Thian goan cu.
Sebaliknya Thian beng cu adalah ciang bunjin dari Bu tong pay, dia tak akan turun gunung begitu saja, sehingga hal ini pun tidak mungkin.
Sebaliknya Thian khi cu sudah terperangkap didalam selat Tok seh sia palsu semalaman....
Lantas orang ini adalah...
Kam Liu cu dengan mengandalkan sepasang tangan kosong bertarung seru melawan permainan pedang lawan, terutama sekali setelah pihak lawan mengeluarkan ilmu Tay khek hui kiam dari Bu tong pai yang sangat hebat itu, boleh dibilang untuk menangkap dirinya terasa sulit sekali.
Adapun pertarungan yang berlangsung di antara mereka pun tidak secepat dan seru, pada permulaan pertarungan itu lagi, mereka berdua bertarung makin lama semakin lambat.
Tapi dalam kenyataan juueru dibalik gerakan yang sangat lambat inilah kedua belah pihak sama-sama menggunakan jurus serangan masing-masing yang terhebat disertai segenap tenaga dalam yang dimilikinya, begitu hebatnya pertarungan tersebut, sehingga sedikit saja salah bertindak bisa berakibat fatal bagi lawannya.
Pada saat itulah tampak Lak jiu im eng Thio Man berlarian keluar dari dalam gua sambil berseru :
"Enci Liu, enci Liu... ternyata kedua orang manusia berkerudung itu adalah Keng hian suheng serta Keng siu suheng, padahal mereka berdua ikut terperangkap didalam selat Tok seh sia..."
Orang yang terjebak didalam selat Tok seh sia, ternyata malah membantu pihak Tok seh sia melancarkan sergapan, peristiwa semacam ini benar-benar luar biasa dan sama sekali tidak terduga oleh siapapun.
Liu Leng poo merasa terkejut sekali setelah mendapat laporan tersebut, sambil membalikkan tubuhnya dia berseru:
"Adik Thio, apakah kau tidak salah melihat" Hati-hati kalau muncul lagi manusia gadungan."
"Tidak bakal salah, mereka adalah benar-benar kedua orang suheng dari angkatan Keng."
"Betul!!" seru Kam Liu cu tiba-tiba.
"Orang yang sedang bertarung melawan diriku sekarang bisa jadi adalah Thian Khi cu!"
Sepasang telapak tangannya segera dipentangkan lebar-lebar dan memberi perlawanan semakin gencar.
Waktu itu manusia berkerudung hitam tersebut sudah terdesak hebat sehingga cuma bisa mempertahankan diri belaka tatkala mendengar Kam Liu cu mengucapkan kata Thian Khi cu, ia nampak agak tertegun, kemudian serunya:
"Kau biang apa" Thian Khi cu". Siapakah Thian Khi cu itu.?"
"Kau bukan Thian Khi cu?" Kam Liu cu balik bertanya.
"Yaa, aku seperti merasa amat kenal dengan nama itu."
Berhubung gerak serangan pedangnya melambat, tak ampun lagi sebuah pukulan dahsyat dari Kam Liu cu segera bersarang di atas tubuh pedangnya.
"Criiingh.!"
Diiringi suara dentingan yang amat nyaring, pedangnya mencelat ketengah udara bagaikan bianglala perak dan terlempar jatuh keatas tanah.
Kam Liu cu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, tangannya segera diputar kencang melancarkan sebuah totokan kedepan.
Mendadak manusia berkerudung itu tersadar kembali dari lamunannya, cepat dia mengegos kesamping untuk menghindari serangan jari lawannya, bahkan telapak tangan kirinya diputar satu lingkaran langsung dibacokan ke tubuh Kam Liu cu.
Serta merta Kam Liu cu mengayunkan pula telapak tangannya untuk menyambut serangan tersebut dengan keras lawan keras,
"Blaaam... !"
Ditengah benturan keras, manusia berkerudung hitam itu segera meminjam tenaga pantulan yang dihasilkan untuk melejit kebelakang.
"Haa haa haaa...hendak kabur kemana sobat?" jengek Kam Liu cu sambil tertawa tergelak
Ia membalikkan badan siap melakukan pengejaran.
Tapi saat itulah terdengar suara Kakek Ou membentak lirih :
"Kam lote ada orang lagi!"
Sesosok bayangan manusia meluncur turun dari tengah udara.
Liu Leng poo mendengus dingin, dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan menyongsong kedatangan orang tersebut.
Tatkala menerjang turun dari atas udara tadi, yang menjadi sasaran orang itu sesungguhnya adalah Kam Liu cu. Karenanya saat serangan hampir mencapai kepala Kam Liu cu itulah tiba-tiba dia meloloskan pedangnya dan diiringi kilatan cahaya sinar ia langsung membacok ke bawah.
Liu Leng poo menerjang dengan gerakan yang tak kalah cepatnya, dia mencabut keluar pedangnya ditengah udara lalu diayun kedepan menyambut datangnya tusukan tersebut,
"Traaang, traaang, traaang...!"
Terdengar tiga kali bentrokan nyaring yang
menimbulkan percikan bunga api ditengah udara.
Dalam waktu yang singkat kedua orang itu sudah saling bertarung sebanyak tiga gebrakan labih. Tiba-tiba bayangan manusia berpisah dan masing masing sudah melayang turun sejauh satu kaki dari posisi semula.
Menanti kedua orang itu sudah melayang turun ke atas tanah, semua orang baru dapat melihat jelas bahwa orang yang saling beradu pedang dengan Liu Leng poo ditengah udara tadi adalah seorang lelaki berkerudung hitam pula.
Tampak orang itu memiliki gerakan tubuh yang sangat ringan dan cekatan, begitu mencapai tanah ia segera mendesak maju lagi kedepan, pedangnya di putar kencang dan secara beruntun melancarkan beberapa buah serangan lagi.
Terkesiap juga perasaan Liu Leng poo setelah mengetahui bahwa orang itu berilmu silat sangat tinggi dan permainan pedangnya cepat bagaikan sambaran kilat, pikirnya :
"Ilmu pedang apakah ini?"
Berpikir sampai disitu, dia segera mengayun pula tangannya melancarkan serangan balasan.
Dalam waktu singkat terjadilah suatu pertarungan sengit diantara mereka berdua.
Semua kejadian ini berlangsung dalam sekejap mata, tetapi pada saat itu pula bala bantuan lawan telah berdatangan semua dalam jumlah yang cukup besar.
Sebagai pemimpin adalah seorang manusia bertubuh jangkung yang menyoren pedang dipinggangnya, dua orang yang mengikuti dibelakangnya adalah seorang bertubuh gemuk sedang satunya lagi bertubuh kurus dan kecil.
Mereka bertiga mengenakan juga kain kerudung hitam sehingga tidak kelihatan raut wajah aslinya, tapi semua orang dapat mengetahui bahwa manusia bertubuh jangkung itu adalah congkoan jago pedang berpita hijau si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu yang bersama-sama Ban kiam hweecu terjerumus ke dalam selat Tok seh sia semalam.
Sedangkan dari dua orang lainnya, yang gemuk jelas adalah Khong beng taysu, hu congkoan dari dari pasukan jago pedang berpita hitam sebaliknya yang kurus kecil adalah si naga tua berekor botak To Sam siu.
Dibelakang ketiga orang itu mengikuti pula dua puluh lelaki berkerudung hitam semuanya menyoren pedang dipunggungnya, kecuali kain kerudung yang menutupi wajah mereka, dilihat dari dandanannya sudah dapat diketahui bahwa mereka adalah pasukan jago pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee.
Atau dengan perkataan lain, mereka tak lain adalah kedua puluh orang jago yang lenyap sore tadi.
Tentu saja kenyataan yang muncul di hadapan mereka ini membuat Liu Leng poo sekalian terasa amat terperanjat.
Setelah tertegun berapa saat, Kam Liu cu segera maju menyongsong snmbil bentaknya keras-keras :
"Yang datang apakah Buyung congkoan?"
Orang yang berada ditengah itu sama sekali tidak menjawab, tiba-tiba saja ia mencabut pedangnya dengan satu gerakan amat cepat, lalu diiringi kilatan cahaya tajam, sebuah tusukan kilat sudah dilancarkan.
Cepat-cepat Kam Liu cu menangkis serangan tersebut dengan sebuah pukulan dahsyat kemudian bentaknya :
"Buyung congkoan, apakah kalian sudah dipengaruhi orang lain hingga kehilangan kesadaranmu?"
Dalam bentakan tersebut, orang itu sudah melancarkan tiga buah serangan kilat secara berantai, cahaya pedang bagaikan daun yang berguguran meluncur keluar tiada hentinya, sunggug dahsyat ancaman ini.
Kam Liu cu terdesak mundur sejauh dua langkah dari posisi semula.
Tentu saja dia cukup mengetahui akan kelihayan dari si sastrawan pemeluk pedang ini sehingga tak berani melayani dengan tangan kosong belaka, cepat-cepat dia mencabut pedang pendek dan membendung datangnya ancaman.
Begitu sastrawan pemeluk pedang sudah turun tangan, dua manusia berkerudung gemuk dan kurus yang berada dibelakangnya segera meloloskan pula senjata masing-masing serta maju menyongsong dengan langkah lebar.
Senjata yang digunakan lelaki gemuk itu adalah sebilah golok Ciat to, sedangkan senjata yang digunakan si kurus adalah sebuah senjata cakar naga.
Di tinjau dari dua macam senjata tersebut, terbuktilah sudah bahwa mereka berdua benar-benar adalah Thi lohan
Khong Beng taysu serta si naga tua berekor botak To Sam siu.
Sementara itu dua puluh orang lelaki berkerudung lainnya telah meloloskan pula senjata masing-masing sambil menyerbu kedepan.
Ma koan tojin serta delapan jago pedang berpita hijau yang berjaga-jaga diluar gua menjadi terkejut bercampur gelisah setelah menyaksikan peristiwa ini, sambil berpaling ia segera berseru;
"Sudara Tam dan nona Thio tetap berada didalam gua, biar pinto keluar untuk menyambut mereka."
Lalu kepada kedelapan jago pedang berpita hijau itu serunya pula,
"Kalian ikuti aku!"
Setelah bergerak maju kemuka untuk menyongsong serbuan tersebut, bentaknya dengan suara dalam.
"Engkoh tua berdua, apakah kalian telah diselomoti lawan..?"
Lelaki gemuk dan kurus itu tidak berbicara, mendadak mereka memisahkan diri lalu tanpa mengucapkan sepatah katapun mereka lancarkan serangan gencar kedepan.
Begitu juga dengan si kurus, tanpa membuang waktu cakar naganya langsung mengancam ke arah dada.
Ma koan tojin menjadi kaget sekali, teriaknya lagi keras-keras:
"Hey, apakah kalian sudah gila semua?"
Dalam waktu singkat sudah bertarung seru melawan kedua orang rekannya ini.
Dalam pada itu kedua puluh orang manusia berkerudung lainnya telah membubarkan diri, setelah melewati Mi koan tojin, mereka langsung menyerbu kearah delapan orang jago pedang berpita hijau lainnya.
Serentak ke delapan orang jago pedang berpita hijau itu menggetarkan pedang masing-masing, seraya berseru keras:
"Empat samudra berasal satu sumber, selaksa pedang menjadi satu..."
Inilah slogan dari orang-orang Ban kiam hwee, semestinya bila orang-orang itu berasal dari Ban kiam hwee maka serentak mereka akan berhenti sambil balas mengucap dengan slogan yang sama.
Tapi dalam kenyataan kedua puluh orang manusia berkerudung itu tetap bergerak maju ke depan, mereka seolah-olah tidak mendengar slogan tersebut, malahan sambil mengayunkan pedang, orang-orang itu langsung melancarkan serangan.
Dalam waktu singkat terjadilah pertarungan massal yang amat seru, bentrokan senjata yang amat nyaring bergema silih berganti, suasana disitupun menjadi amat ramai....
Sesungguhnya semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata, waktu itu Liu Leng poo baru bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan melawan lelaki berkerudung tadi, Ia merasa gerak serangan lawan makin lama semakin bertambah aneh, hal ini membuatnya merasa gelisah sekali.
Ketika dia mencoba memeriksa keadaan di sekitar situ, ternyata pertarungan massal sudah terjadi, padahal kakek Ou yang bersembunyi diatas pohon sama sekali tidak melakukan sesuatu gerakan pun. Kesemuanya ini membuat kecurigaannya semakin bertambah..
Di kala pikirannya bercabang itulah, mendadak dia merasa pedang ditangannya seolah-olah tergiling oleh gerakan pedang lawan sehingga pertahanannya terbuka lebar.
Disusul kemudian cahaya pedang tampak berkelebat, tahu-tahu ujang pedang lawan sudah berada didepan dadanya.
Dengan perasaan yang kaget sekali Liu Leng poo segera menjerit tertahan,
"Kau adalah Wi siauhiap!!"
Dalam kagetnya telapak tangan kirinya segera diayunkan kemuka menghantam tubuh pedang tersebut
"Crriinnggg...!"
Diiringi suara dentingan nyaring, pedang dari manusia berkerudung itu sudah kena tertangkis olehnya.
Begitu berhasil dengan serangannya, Liu Leng pco tidak memberi kesempatan lagi kepada lawannya untuk berganti jurus, tangan kanannya dengan jurus Tay ho membalik ke muda, dia putar pedangnya seratus delapan puluh derajat kemudian secepat petir menotok jalan darah Cian keng hiat dibahu lawan.
Setelah mengetahui bahwa orang yang sedang bertarung melawannya tak lain adalah Wi Tiong hong yang lenyap sore tadi, terpaksa dia harus menotok jalan darahnya dengan gagang pedang.
Akan tetapi ilmu silat yang dimiliki manusia berkerudung itu pun sangat hebat, begitu pedangnya kena di hantam oleh serangan balasan dari Liu Leng poo, dia tidak menjadi panik karena ancaman tersebut, mendadak tubuhnya bergerak mundur sejauh tiga langkah.
Kemudian telapak tangan kanannya disiapkan dan melancarkan sebuah pukulan yang sangat kuat ketubuh Liu Leng poo.
Tentu saja Liu Leng poo pun dapat mengenali kepandaian itu sebagai ilmu andalan dari Wi Tiong hong yakni Siu lo to.
Dengan sigap dia berkelebat kesamping untuk menghindarkan diri, lalu bersiap sedia lagi menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara kakek Ou bergema dari sisi tubuhnya,
"Nona Liu, cepat bekuk dia."
Sebelum manusia berkerudung itu sempat mengeluarkan ilmu Siu lo tonya, mendadak sambil mendengus tertahan tubuhnya roboh terjungkal keatas tanah.
Begitu mendengar suara kakek Ou, Liu Leng poo tak berani berayal lagi, cepat-cepat dia melompat kedepan mencengkeram manusia berkerudung itu, kemudian secepat hembusan angin mengundurkan diri kedalam gua.
Tam See hoa segera maju menyambut kedatangannya.
Dengan suara lirih Liu Leng poo berbisik,
"Saudara Tam, orang ini adalah Wi siauhiap, cepat kau bopong dia masuk ke dalam."
Tam See hoa amat terkejut setelah mendengar perkataan itu, cepat-cepat dia menerima tubuh manusia berkerudung itu.
Waktu itu Liu Leng poo tak ada waktu untuk banyak berbicara lagi, sebab pertarungan massal sudah terjadi, sedang lawannya tak lain adalah rekan-rekan mereka
sendiri yang pikirannya terpengaruh, dia kuatir dengan jago pedang berpita hijau itu bukan tandingannya.
Maka setelah menyerahkan Wi Tiong hong ketangan Tam See hoa, cepat-cepat dia lari keluar lagi.
Sementara itu dengusan tertahan telah bergema silih berganti, kembali lima-enam orang yang sudah roboh tertotok.
Melihat hal ini, cepat-cepat dia berseru keras,
"Para cuangsu berpita hijau, kalian berusahalah membekuk mereka, tak usah dilayani lagi pertarungannya"
Dalam bentakan mana tubuhnya mendesak kemuka sambil mengayunkan pedangnya berulang kali, sementara jari tangan kirinya bekerja capat menotok roboh dua orang lawan.
Rupanya kedelapan jago berpita hijau itu mati kutunya, sebab mereka tahu kalau orang yang dihadapi adalah rekan-rekan sendiri mereka tak tega untuk saling membantai diantara rekan sendiri.
Itulah sebabnya si nona ini mereka cuma menangkis belaka tanpa berusaha untuk melancarkan serangan balasan.
Sebaliknya pihak lawan justru menyerang dengan sepenuh tenaga, dengan kekuatan delapan orang melawan dua puluh orang otomatis mereka merasa sangat kepayahan.
Di tengah mereka bertahan dengan susah payah itulah tiba-tiba mereka jumpai rekan-rekannya yang berkerudung seorang demi seorang roboh terjungkal keatas tanah.
Apalagi setelah mendengar seruan dari Liu Leng poo, tanpa terasa semangat mereka berkobar kembali, serentak
mereka turun tangan mengempit rekan-rekannya yang tertotok serta mengundurkan diri dari situ.
Ketika Liu Leng poo maju kedepan, kebetulan sekali dia bertemu dengan tujuh-delapan orang manusia berkerudung yang sedang mengejar, pedangnya langsung diayunkan kian kemari serta melakukan serangkaian serangan yang dahsyat.
Diantara sekian orang, pertarungan antara Kam Liu cu melawan sastrawan pemeluk pedang berlangsung paling seru, disekitar tubuh mereka berdua tampak cahaya pedang berkilauan, sehingga sulitlah untuk melihat dengan jelas bayangan tubuh mereka.
Ma koan tojin sendiri yang seorang diri harus menghadapi kerubutan dari Thio Lohan Khong beng taysu serta naga tua berekor botak To Sam Siu merasa kepayahan sekali, mulai keteteran hebat sehingga hatinya menjadi sangat gelisah.
Dalam situasi yang amat kritis itulah, mendadak terdengar Si naga tua berekor botak To Sam siu mendengus tertahan lalu roboh terjengkang keatas tanah, ia menjadi amat girang dan cepat-cepat mengayunkan ujung bajunya melepaskan dua pukulan yang menahan sepasang golok dari Thio lo han Khong beng taysu, lalu dengan suara keraa bentaknya:
"Kalian cepat bawa pergi tubuh To loko!"
Seorang jago pedang berpita hijau cepat-cepat lari mendekat dan membopong tubuh To Sam siu untuk dilarikan ke dalam gua.
Thi lohan Khong beng taysu membentak keras sambil menerjang ke muka, sekali lagi dia terlibat dalam pertarungan yang amat seru melawan Ma koan tojin.
Dalam pada itu kakek Ou telah melepaskan totokan udara kosongnya secara beruntun untuk merobohkan belasan orang lawan, ketika dilihatnya situasi sudah teratasi, dia pun menotok jalan darah To San sin, tetapi pada saat itu juga terasa olehnya segulung desingan hawa serangan yang amat tajam menyergap tiba dari belakang.
Belum lagi angin serangan tiba, terasa desingan tajam telah menderu-deru yang membuat dahan dan ranting dibelakang tubuhnya terpapas kutung oleh cahaya pedang tersebut.
Dengan perasaan terkejut cepat-cepat dia menarik napas panjang sambil melejit ke udara, disitu dia berjumpalitan dan menoleh kebelakang, tampaklah serentetan cahaya pedang diiringi kelebatan bayangan manusia sudah menerjang tiba dengan cepatnya.
Tanpa terasa ia tartawa tergelak:
"Haah.. haah..haah....sudah sedari tadi ku nantikan dirimu!"
Dengan suatu gerakan cepat ia cengkeram belakang tubuh orang itu.
Ketika gagal dengan tusukan pedangnya ternyata orang itu memutar badan mengikuti gerakan pedangnya itu, dengan suatu gerakan yang sangat ringan dia berkelit kesamping, sesudah itu pedangnya kembali diputar membabat pergelangan tangan kakek Ou.
Melihat hal itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak:
"Untuk menghadapi diriku, kau perlu memiliki nyali yang cukup besar.."
Dengan kelima jari tangan yang dipentangkan lebar-lebar dia cengkeram pedang tersebut dengan keras lawan keras.
Terdengar orang itu menjerit kaget dan cepat-cepat menarik tangannya sambil melompat kebelakang, lalu sambil merendahkan badannya mendadak dia melayang kebawah pohon.
Bagaikan seekor butung rajawali yang mengincar anak ayam, kakek Ou segera menukik kebawah sambil menubruk.
Gerakan tubuh orang itu benar-benar sangat ringan dan cekatan, begitu mencapai permukaan tanah dia segera membentak nyaring, cahaya pedangnya berkelebat dan langsung menyambar sepasang kaki kakek Ou.
Berada ditengah udara tak mungkin bagi kakek Ou untuk menghindarkan diri, dan dia menekuk tubuh lalu kaki kirinya menendang secara tiba-tiba.
"Criiinng.!"
Pedang itu terkena tendangan secara tepat sehingga mencelat ke udara bagaikan sebuah bianglala berwarna perak,
Tampaknya orang itu tidak menyangka kalau ilmu silat yang dimiliki lawannya begitu hebat, sambil menjerit kaget cepat-cepat dia melarikan diri kesisi kiri hutan seperti seekor burung walet.
Dalam pada itu situasi dalam arena sudah terjadi suatu perubahan yang sangat besar, dua puluhan orang manusia berkerudung itu sudah tertotok roboh secara beruntun sisanya sejumlah belasan orang meski masih bertarung sengit namun oleh serangan pedang Liu Leng poo yang bertubi tubi sudah terdesak hingga tak banyak pula.
Sementara itu pertarungan antara Ma koan tojin melawan Thio lohan Khong beng hweesio pun sudah
terjadi perubahan, dia mulai menempati posisi yang lebih menguntungkan.
Hanya pertarungan antara Kam Liu cu melawan sastrawan pemeluk pedang saja masih berlangsung cukup sengit, karena orang itu sudah bertarung hampir ratusan gebrakan lebih tanpa berhasil menentukan siapa yang jauh lebih unggul.
Mendadak dari hutan sebelah kanan terdengar bunyi sumpritan yang ditiup keras-keras,
Begitu suara sumpritan itu bergema, kawanan manusia berkerudung yang masih bertarung sengit itu mendadak seperti memperoleh perintah, sambil berteriak keras, serentak mereka menarik diri kebelakang dan berusaha untuk melarikan diri.
Liu Leng poo segera mengayunkan pedangnya berulang kali menciptakan selapis cahaya pedang yang berlapis-lapis, teriaknya keras keras:
"Kalian cepat halang kepergian orang-orang itu..."
Manusia berkerudung yang bertarung melawan Kam Liu cu itu sudah meraung penuh amarah, pedangnya dayunkan berulang kali memaksa gerakan pedang Kam Liu cu terbendung, kemudian secara tiba-tiba tubuhnya melejit ketengah udara dan meluncur pergi.
Gerakan tubuhnya benar-benar sangat cepat, hanya didalam berapa kali lompatan saja bayangannya sudah lenyap tak berbekas.
Kedelapan sembilan orang manusia berkerudung yang masih tersisa itu berniat kabur pula dan situ, tapi dua diantaranya berhasil dirobohkan oleh Liu Leng poo, sementara sisanya sudah keburu melarikan diri turun gunung.
Delapan jago pedang berpita hijau yang bersembunyi didalam hutan berniat maju menghadang pula, namun berhubung semua orang adalah orang sendiri, mereka segan untuk menghalanginya, terpaksa orang-orang itu dibiarkan berlalu dengan begitu saja.
Tinggal Toa lo han seorang yang tak mampu meloloskan diri, karena serangan gencar dari Ma koan tojin membuatnya sama sekali tak mampu berkutik.
Sementara itu, Liu Leng poo baru saja merobohkan dua orang manusia berkerudung tatkala dilihatnya Thio lo ban khong beng hwesio masih bertempur seru melawan Ma koan tojin, serta merta dia membalikkan badan dan menotok jalan darahnya.
Terdengar ujung baja terhembus angin bergema tiba, tampak sesosok bayangan manusia melayang turun dari tengah udara, ternyata orang itu adalah kakek Ou.
Dia muncul sambil mengempit seseorang, ketika sorot matanya dialihkan kesekeliling tempat itu, segera tanyanya:
"Berapa orang yang berhasil melarikan diri?"
"Kurang lebih ada delapan sampai sembilan orang."
jawab Kam Liu cu cepat,
"Aai, kalau dibilang sungguh memalukan, aku tak berhasil menghadang kepergian Buyung congkoan."
Liu Leng poo yang sedang membereskan rambutnya yang kusut segera berkata sambil tertawa;
"Justru kesulitan kita terletak pada pertarungan itu sendiri, kita hanya bisa membekuk mereka hidup-hidup dan tak dapat melukainya, padahal ilmu pedang yang dimiliki Buyung congkoan sangat hebat, sudah barang tentu bukan
suatu pekerjaan yang gampang uptuk membekuknya hidup-hidup."
"Lotiang, siapakah orang ini?" tanyanya kemudian sambil berpaling kearah orang yang berada dalam kempitan kakek Ou.
"Dia adalah seorang wanita, ilmu silat yang dimilikinya tangguh sekali!"
"Kalau begitu mari kita masuk dulu sebeium dibicarakan lebih lanjut.."
Semua orang segera masuk kedalam gua, sementara itu Tam See hoa serta Lak jiu im eng Thio Man telah merobek pula kain kerudung hitam yang dikenakan orang-orang itu.
Kawanan manusia yang tertotok itu duduk berjajar disisi kanan gua dengan mata terbelalak lebar-lebar.
Diantaranya nampak Keng hian totiang, Keng siu totiang dari Bu tong pay, Thi lo ban Khong beng hwesio, Wi Tiong hong, naga tua berekor botak To Sam siu serta dua belas orang jago pedang berpita hijau..
Dengan kening berkerut Ma koan tojin segera berkata:
"Aku lihat persoalan ini cukup hebat. Tampaknya mereka sudah dicekoki dengan obat pemabok sehingga sama sekali kehilangan kasadarannya..."
"Mari kita periksa dulu siapakah orang ini?" kata kakek Ou kemudian.
Dia menurunkan orang yang berada dalam kempitannya itu, lalu dengan cepat merobek kain kerudung yang menutupi wajahnya.
Begitu dirobek kain kerudungnya maka tampaklah selembar wajah yang ayu dan mungil.
Ternyata dia tak lain adalah Hek bun kun Cho Kiu moay.
Setelah memandang sekejap kearah nona itu, kakek Ou segera berseru:
"Bukankah dia adalah salah seorang dayang dari Ban kiam hweecu..?"
"Benar, dia bernama Hek bun kun Cho Kiu moay" sahut Liu Leng poo cepat.
"Tak heran kalau ilmu pedang maupun ilmu meringankan tubuhnya sangat tangguh. Hhmmnn....Malam ini Ban kiam hweecu tidak ikut datang..!"
Mendadak Liu Leng poo seperti teringat akan sesuatu, dia segera berpaling ke arah Ma koan tojin sambil ujarnya,
"Saudara Toheng, tolong kumpulkan juga kedelapan jago pedang berpita hijau yang berada didepan hutan sana, aku ingin berbincang-bincang dengan mereka."
Ma koan tojin mengangguk, ia segera memanggil seorang jago pedang berpita hijau untuk melaksanakan perintah tersebut.
Dalam pada itu Lak jiu im eng Thio Man sedang bermuram durja, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan bertanya dengan kening berkerut kencang,
"Enci Liu, sekarang mereka sudah terkena obat pembingung sukma, apa yang mesti kita lakukan?"
"Tidak apa-apa, bukankah kita sudah meramu sebungkus besar bubuk obat?" seru kakek Ou cepat, "Obat itu adalah obat emas penolak racun dari Lam hay bun kami, aku rasa obat pembingung sukma bukan obat yang kelewat ganas, asal diberi sedikit obat itu, niscaya mereka akan menjadi sadar kembali."
"Begitu manjurkah obat tersebut?" tanya Lak jiu im eng Thio Man gembira.
"Pil emas penolak racun dari Lam hay bun merupakan obat mujarab yang dapat memunahkan pelbagai macam racun di dunia ini, sebab itulah setiap orang yang ahli dalam penggunaan racun tentu akan pusing kepala bila menghadapi Lam hay bun kami sebab racun mereka tak pernah akan berfungsi secara baik."
Dengan cepat Ma koan tojin mengeluarkan bungkusan obat itu dan Tam See Hoa serta Thio Man pun segera bekerja untuk mencekokkan ke mulut masing-masing orang.
Sementara itu jago pedang berpita hijau yang mendapat perintah tadi telah berjalan balik kepada Ma koan tojin katanya sambil memberi hormat:
"Lapor congkoan, saudara-saudara yang berada dibawah telah datang semua."
"Suruh mereka masuk."
Jago pedang berpita hijau itu mengiakan dan segera berjalan menuju ke depan gua, lalu serunya.
"Congkoan mempersilahkan kalian masuk."
Kedelapan orang jago pedang berpita hijau itu serentak masuk kedalam gua. Ma koan tojin pun menuding ke arah Liu Leng poo seraya berkata;
"Nona ini adalah Liu lihiap dari Thian sat bun, keberhasilan kita pada malam ini sebagian besar adalah berkat petunjuk dan pemimpin dari Liu lihiap, sekarang dia hendak membicarakan sesuatu dengan kalian semua."
Kedelapan orang jago pedang berpita hijau itu serentak menjura pada Liu Leng poo.
Sambil tertawa Liu Leng poo berkata:
"Apa yang hendak kukatakan tertuju juga untuk kedelapan jago yang berada digua ini."
Kedelapan jago pedang berpita hijau yang berada dalam gua serentak memberi hormat seraya berseru:
"Kami semua siap menanti perintah dari lihiap"
Sambil menunjuk ke sisi kanan ruang gua itu Liu Leng poo berkata kemudian:
"Tadi kita telah berhasil menangkap dua orang toyu dan Bu tong pay, Wi siauhiap, Khong beng taysu, To loko serta sepuluh orang jago pedang berpita hijau, kemudian panglima sakti berlengan emas Ou lotiang pun berhasil membekuk nona Cho, sekarang semua yang berhasil ditangkap berada disini. Selain itu diantara yang muncul malam ini masih terdapat Thian ki cu totiang dari Bu tong pay serta Buyung congkoan kalian, aku rasa tentu kalian sudah melihat sendiri bukan?"
"Sudah!" kembali ke enam belas jago pedang berpita hijau itu menjawab bersama.
"Dan tentunya kalian pun sudah melihat bahwa mereka telah terpengaruh kesadarannya bukan?" sekali lagi Liu Leng poo bertanya.
-oo0dw0oo- Ke enam belas orang jago pedang berpita hijau itu kembali mengangguk.
"Yaa...sudah melihat."
"Bagus sekali kalau begitu." ucap Liu Leng poo tertawa,
"Situasi yang kita hadapi malam ini sesungguhnya berbahaya sekali, pihak lawan tak muncul sendiri untuk menghadapi kita sebaliknya justru menggunakan obat-
obatan untuk mempengaruhi rekan-rekan kita sendiri kemudian dipakai untuk menghadapi kita, ini namanya siasat adu domba yang sangat jahat dan keji..."
Kemudian setelah berhenti sejenak, pelan-pelan sorot matanya dialihkan ke wajah ke enam belas jago pedang berpita hijau itu, lanjutnya;
"Kalian sebagai para jago pedang berpita hijau dari ban kiam hwee tentunya sudah memahami pula akan permainan busuk ini tanpa mesti kujelaskan lagi, tapi berhubung situasi yang kita hadapi betul-betul berbahaya sekali, mau tak mau aku mesti memperingatkan sekali lagi kepada kalian."
"Adapun sistim perlawanan yang kita pakai sekarang adalah menggunakan sikap tenang untuk menghadapi setiap perubahan, entah situasi macam apa pun yang kita hadapi, harap kalian jangan bertindak ceroboh atau panik sehingga kesempatan itu dipergunakan lawan."
Tiba-tiba seorang jago pedang berpita hijau bertanya,
"Bolehkah kami tahu kemungkinan apakah yang akan dilakukan pihak lawan didalam menghadapi kita pada malam nanti?"
"Soal ini sulit untuk dikatakan, orang kita masih banyak yang berada ditangan lawan, lagi pula kesadarannya terpengaruh, setiap saat bisa jadi kita akan mendapatkan serangan mereka."
"Liu lihiap bermaksud menghadapinya dengan cara bagaimana?"
Kembali seorang jago pedang berpita hijau bertanya.
"Kalau berbicara soal jumlah kekuatan, kita masih mampu untuk menghadapi mereka, sekalipun dipihak
lawan terdapat jago-jago yang hebat, jangan harap mereka bisa peroleh keuntungan apa-apa dari kita, tapi yang paling dikuatirkan adalah perbuatan licik orang itu, bukankah kita masih mempunyai orang yang terjatuh di tangan mereka"
Oleh sebab itulah kuharap disaat kalian bertemu dengan siapa saja, jangan sekali-kali sampai membiarkan dirinya terperangkap oleh siasat lawan."
Serentak keenam belas orang jago pedang berpita hijau itu menjawab bersama;
"Segala sesuatunya kami akan menuruti perkataan Liu lihiap.."
Liu Leng poo segera tertawa.
"Asalkan kalian bersedia mengingat baik-baik ucapanku itu sudah cukup, sekarang kalian pun tak usah bersembunyi didalam hutan lagi, silahkan berjaga-jaga didepan gua. Apa bila musuh datang lagi biar aku dan kakek Ou yang menghadapi"
Keenam belas orang jago pedang berpita hijau itu segera mengiakan, lalu satelah memberi hormat, mereka bersama-sama mundur dari gua itu,
Sepeninggal keenam belas orarg jago pedang itu, Ma koan tojin baru bertanya:
"Kalau dilihat dari sikap Liu Lihiap yang tidak mengijinkan mereka berjaga-jaga lagi didalam hutan, tapi menghuninya disini. Apakah Liu lihiap beranggapan bahwa musuh akan datang menyerang lagi secara besar-besaran?"
Liu Leng poo segera menggeleng,
"Bukan begitu, aku cuma menganggap orang-orang Tok seh sia lebih menguasahi keadaan disini. Mustahil mereka akan menyerang secara besar-besaran, tapi bisa jadi akan
menggunakan siasat yang lebih keji lagi untuk menghadapi kita. Oleh sebab itu mau tak mau kita mesti berjaga-jaga.."
"Bagaimana nona Liu akan mengatur orang" Apakah masih seperti pembagian tugas tadi?" tanya kakek Ou.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak perlu, enam belas jago pedang berpita hijau sudah berjaga-jaga diluar gua, lebih baik kita menunggu disini saja."
"Enci Liu" Lak jiu im eng Thio Man berkata pula,
"Setelah diberi obat penawar racun, mengapa hingga sekarang mereka belum sadar juga..?"
"Mungkin daya kerja obat itu belum menyebar.." sahut Liu Leng poo cepat.
"Tidak benar, pil emas penolak racun kami merupakan obat penawar racun yang mujarab sekali, racun yang bagaimana pun kejinya, cukup didalam seperminum teh saja dapat di punahkan. Sekalipun hari ini obat obat tersebut diramu seadanya sehingga kemujarabannya tidak bisa menandingi obat yang dibuat majikan kami sendiri, tapi seharusnya obat pembingung sukma dari Tok seh sia dapat dipunahkan."
"Tapi sampai sekarang sudah lewat dua per minum teh lamanya, mengapa tidak nampak berkasiat?" tanya Lak jiu im eng Thio Man lagi.
Kakek Ou segera garuk-garuk kepalanya yang tak gatal, ujarnya kemudian,
"Waah, kalau soal itu mah sulit untuk kujelaskan lagi, kecuali kalau mereka bukan terkena obat racun pembingung sukma"
"Ya benar!" kata Liu Leng poo pula, "Mungkin obat pembingung sukma yang mereka telan bukan termasuk jenis obat racun."
Kakek Ou tertawa dan gelengkan kepalanya berulang kali, segera ujarnya kembali:
"Padahal setiap obat pembingung sukma termasuk racun, asalkan obat itu mengandung unsur racun, pil emas penolak racun pasti dapat memunahkannya."
Kam Liu cu termenung sejenak, kemudian katanya;
"Ji sumoay, apa yang diucapkan Ou lotiang betul juga, mungkin yang di berikan Liong Cay thian kepada mereka bukan bubuk pembingung sukma buatannya tapi benda lain."
"Tapi bagaimana cara mereka untuk menghilangkan kesadaran orang-orang itu?" seru Liu Leng poo tertegun,
"Apakah ji sumoay sudah lupa dengan anggota perguruan Kiu siang bun yang berhasil melarikan diri sore tadi" Dilihat dari kesemuanya ini, besar kemungkinannya Kiu siang poo memang berada didalam selat tersebut."
Liu Leng poo segera mengangkat kepalanya dan berkata:
"Maksud toa suheng, mereka sudah terluka oleh suatu ilmu sesat dari siluman tua Kiu Siang itu?"
Kam Liu cu manggut-manggut.
"Yaa, menurut apa yang kuketahui, ilmu silat dari perguruan Kiu siang bun sangat aneh dan beraneka ragam, bisa jadi orang-orang itu sudah dilukai oleh ilmu saktinya."
"Yaa, akupun jadi teringat dengan perkataan majikan tua dulu, konon dalam dunia persilatan terdapat semacam ilmu sakti yang bisa membuat orang lain kehilangan kesadaran otaknya hingga menurut saja dengan perintah orang yang
melakukan ilmu tersebut, seandainya benar-benar terluka oleh ilmu tadi, majikan kami tentu bisa mengobatinya..."
Yang dimaksudkan, "majikan tua" olehnya adalah ciangbunjin Lam hay bun angkatan yang lalu, sedangkan
"majikan" adalah ketua sekarang, So Siu jiu.
Sementara itu Lak jiu im eng Thio Man kelihatan gelisah sekali setelah melihat pil emas penolak racun sama sekali tak berhasil menolong orang-orang itu, cepat tanyanya.
"Apakah tak ada obat penawarnya" Lantas bagaimana sekarang?"
-oo0dw0oo- Jilid 24 "KALAU DI BILANG terluka oleh semacam ilmu silat, otomatis yang dimaksudkan adalah salah satu jalan darah mereka tertotok," kata Kam Liu cu, "Atau dengan kata lain begitu jalan darahnya dibebaskan otomatis kesadaran mereka akan pulih kembali sebab jalan darah yang tertotok pasti berhubungan langsung dengan kerjanya otak yang membuat kesadaran menjadi kaku dan ingatannya kabur.
Tapi...bila tidak memahami rahasianya, bagaimana mungkin kita dapat membebaskan mereka?"
"Itu sih mudah saja....." seru Kakek Ou, "Biar kuperiksa dulu, jalan darah manakah yang sudah tertotok, kemudian baru dirundingkan lebih jauh.."
"Bagaimana cara lotiang melakukan pemeriksaan?" tanya Thio Man kembali.
"Aku akan menggunakan tenaga dalamku untuk mengerakkan hawa darah mereka, dengan cara demikian segera akan kutemukan jalan darah yang tersumbat."
Sambari berkata dia segera mendekati Wi Tiong hong dan duduk bersila disisinya lalu dia tempelkan telapak tangannya diatas jalan darah pay sim hiat dan memejamkan matanya sambil menyalurkan hawa murni itu kedalam tubuh Wi Tiong hong.
Semua orang yang hadir bersama sama membelalakkan matanya sambil mengawasi kakek Ou siapapun tidak berbicara sehingga suasana didalam gua itu benar-benar hening sekali.
Tapi pada saat itulah tiba-tiba nampak bayangan manusia berkelebat dari pintu gua lalu kelihatan seorang jago pedang berpita hijau masuk dengan langkah tergesa-gesa.
Begitu memberi hormat, dia segera melaporkan.
"Dibawah bukit telah muncul jejak musuh, agaknya mereka sedang bergerak menuju kearah kita"
"Ada berapa orang?" tanya Liu leng poo
"Masih kurang begitu jelas, tapi ada belasan lebih."
"Baik keluarlah dulu, tunggu mereka hingga tiba didepan gua sebelum dibicarakan lagi."
Jago pedang berpita hijau itu segera memberi hormat dan segera mengundurkan diri dari situ.
"Toa suheng." kata Liu leng poo kemudian "Kau bersama Ma koan toheng dan aku keluar menghadapi musuh sedangkan saudara Tam serta adik Thio berdua berjaga-jaga disini!"
Kam Liu cu mendongakkan kepalanya dan
memperhatikan situasi sekejap, kemudian katanya;
"Kedatangan mereka terlalu cepat ji-sumoay, mari kita segera keluar untuk menyambut kedatangannya!"
Baru saja mereka bertiga keluar dari gua, tampaklah belasan sosok bayangan manusia secepat sambaran kilat telah meluncur datang dari bawah bukit sana.
Didalam waktu singkat mereka sudah makin mendekat, tapi apa yang terlihat kemudian kontan saja membuat Kam Liu cu, Liu leng poo, serta Ma koan tojin menjadi tertegun.
Ternyata orang yang berjalan dipaling depan adalah seseorang yang memakai jubah perlente berpedang dipinggang dan berwajah semu emas, dia tak lain adalah Ban Kiam hweecu.
Sementara dibelakangnya mengikuti tiga orang berbaju ringan yang menggembol pedang, semuanya mempunyai pita pedang berwarna kuning karena ketiga orang itu adalah tiga diantara empat dayang kepercayaan kiamcu.
Di bagian agak belakang mengikuti seorang sastrawan setengah umur yang mengenakan jubah berwarna hijau, dia menyoren pedang yang berpita hijau pula, orangnya nampak halus lembut dan gagah karena dia tak lain adalah congkoan pasukan pedang berpita hijau dari perkumpulan Ban kiam hwee si sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu adanya.
Dibelakangnya mengikuti pula delapan orang jago pedang berpita hijau, ditengah kegelapan malam dan hembusan angin gunung, pita-pita pedang mereka kelihatan berkibar-kibar sehingga menambah kegagahan rombongan tersebut.
Kali ini rombongan tersebut muncul secara blak-blakan, tak seorangpun diantara yang mengenakan kain kerudung hitam.
Begitu melihat kemunculan Ban kiam hweecu, Ma koan tojin segera memberi hormat seraya berseru :
"Hamba menjumpai kiamcu!"
Sedangkan ke enam belas jago pedang berpita hijau lainnya serentak pula menurunkan pedang masing-masing dan mengikuti jejak Ma koan tojin, memberi hormat kepada ketuanya.
Liu Leng poo yang menyaksikan kejadian tersebut kontan saja berpikir kaget "Aduuh celaka !"
Ban kiam hweecu muncul dengan langkah tegap dan lebar, dalam waktu singkat ia sudah muncul dihadapan mata, setelah mengangguk sekejap ke arah Ma koan tojin, dia segera merangkap tangannya memberi hormat dan berkata sambil tertawa,
"Kam tayhiap, nona Liu, rupanya kalian pun berada juga disini...."
Sewaktu berbicara, langkahnya sama sekali tidak berhenti, dengan tindakan lebar dia berjalan menuju ke depan ketiga orang itu.
Ketika Liu Leng poo mendengar dari nada
pembicaraannya seakan-akan tidak terpengaruh oleh ilmu pembingung sukma, kontan saja hatinya merasa keheranan maka sambil menyongsong kedatangannya diapun berkata :
"Apakah hweecu datang dari selat Tok seh sia?"
Ia masih melanjutkan langkahnya menuju kehadapan ketiga orang itu, agaknya tidak terlintas ingatan dalam benaknya untuk menghentikan perjalanannya itu.
Dengan cepat Liu Leng poo menghadang dihadapannya sambil membentak keras,
"Hweecu harap berhenti!"
Mau tak mau terpaksa Ban kiam hweecu harus
menghentikan langkahnya, lalu sambil mengangkat kepala dia bertanya :
"Ada urusan apa nona Liu ?"
Liu Leng poo segera tersenyum lembut, sembari meraba gagang pedangnya dia berkata :
"Hweecu, setelah kau berhasil lolos dari bahaya, ada baiknya bila kau tuturkan dulu pengalamanmu selama ini, agar semua orang ikut mendengar pula."
"Hey, tampaknya nona Liu seperti menaruh curiga terhadap siaute...?"
"Yaa, apa boleh buat, keadaan yang memaksaku untuk berbuat demikan, Hweecu, setelah kau berhasil lolos dari bahaya, lebih baik bila kau tuturkan dulu kisah pengalamanmu hingga berhasil lolos dari bahaya kepada kami semua."
"Siaute pulang bersama-sama mereka, masa ada orang yang mencatut diriku?"
"Yaa, aku tahu, palsu sih tidak mungkin palsu, tapi aslipun belum tentu benar."
"Nona Liu, apa maksudmu berkata begitu?" Ban kiam hweecu segera menegur dengan wajah tak senang hati.
Liu Leng poo segera tertawa cekikikan: "Haaa haaa haaa.... mungkin hweecu tak tahu, malahan Buyung congkoan serta kedelapan jago pedang itu pun baru saja melarikan diri dari sini?"
"Nona Liu memang pandai bergurau, kapan sih aku telah berkunjung kemari?" seru Buyung Siu cepat.
Ia berbicara dengan wajah bersungguh-sungguh, seakan-akan terhadap kejadian yg baru saja dialaminya itu sudah lupa sama sekali,
Melihat perkataan itu diucapkan dengan bersungguh hati, Liu Leng poo menjadi sangat keheranan, kembali dia bertanya:
"Buyung congkoan, baru setengah jam berselang kau bertarung melawan toa suhengku masa secepat ini kau telah melupakannya"."
Buyung Siu segera berkerut kening kemudisn tertawa nyaring, ucapnya :
"Nona Liu, ucapanmu makin lama semakin aneh dan mengherankan, kapan sih Bu yung Siu pernah bertarung melawan saudara Kam?"
Liu Leng poo segera berpaling dan memandang sekejap kearah Kam Liu cu, lalu katanya :
"Bila kau tak percaya silahkan bertanya sendiri kepada toa suhengku, malahan Ma koan toheng serta enam belas jago pedang berpita hijau anak buahmupun ikut menyaksikan dari tepi arena."
Agaknya Kam Liu cu juga telah melihat bahwa dibalik peristiwa itu ada sesuatu yg tak beres, dengan cepat sambungnya,
"Apa yang dikata Ji sumoayku memang benar. Tadi ada orang menyerbu kemari pada mulanya tiga orang, mereka terdiri dari Thian kicu, Keng hian dan Keng siu totiang dari bu tong pay, semuanya mengenakan kain kerudung hitam, akhirnya Keng hian dan Keng siu totiang berhasil kami
berdua bekuk hidup-hidup hanya Thian kicu seorang yang berhasil melarikan diri."
Dengan sorot mata tajam tanpa berkedip Ban kiam hweecu mengawasi wajah Kam Liu cu tanyanya :
"Bagaimana kemudian?"
"Kemudian di bawah pimpinan Buyung congkoan serta Khong beng taysu dan To loko bertiga, mereka datang pula kemari dengan membawa serta dua puluhan jago pedang berpita hijau, diantara yang turut datang terdapat pula saudara Wi serta anak buah dari hwecu, Hek bun kun nona Cho."
"Akhirnya hampir sebagian besar kawanan jago itu berhasil ditahan disini, sementara Buyung congkoan sendiri dengan membawa serta kedelapan orang jago pedangnya segera mengundurkan diri dari sini setelah mendengar bunyi sumpritan dikejauhan sana."
Ketika mendengar keterangan tersebut, tiba-tiba saja Ban kiam hweecu mendongakkan kepalanya lalu tertawa nyaring.
Cepat-cepat Ma koan tojin memberi hormat seraya berseru ; "Harap kiamcu maklum, apa yang dikatakan Kam tayhiap semuanya merupakan kenyataan."
Dengan sorot mata dingin Ban kiam hweecu segera berpaling, lalu tegurnya ketus,
"Ma koan tojin besar amat nyalimu!"
Ma koan tojin menjadi terkesiap dan buru-buru membungkukkan badan memberi hormat,
"Hamba tidak berani "
Kembali Ban kiam hweecu tertawa dingin
"Heeeh....heeeh...heeee....aku hendak bertanya kepadamu, semenjak kapan kau telah menjadi anggota perguruan Thian sat bun ?"
Ma koan tojin semakin terperanjat, setengah ketakutan cepat-cepat dia berseru,
"Atas kemurahan bati kiamcu hamba telah diberi jabatan sebagai congkoan pasukan pedang berpita hitam, bagaimana mungkin hamba berani berhati cabang?"
"Hmmm, kau telah bersekongkol dengan orang-orang Thian sat bun untuk menculik Wi Tiong hong, Kho Kiu moay, Khong beng taysu dan To Sam sin sekalian, apakah perbuatan ini tidak menunjukkan bahwa hatimu telah bercabang?"
Ma koan tojin ketakutan setengah mati, kembali dia berseru dengan suara gemetar,
"Harap kiamcu maklum, Wi sauhiap, nona Kho, Khong beng taysu serta Toako sekalian telah kehilangan pikiran dan kesadarannya karena ulah orang-orang Tok seh-sia."
"Hmm, yang benar Wi Tiong hong sekalian sudah terpengaruh oleh ilmu sesat dari Thian sat bun, kau anggap aku tidak tahu?" tukas Ban kiam hweecu dengan sikap lebih garang.
Sekalipun Ma koan tojin merupakan jago kawakan yang sudah berpengalaman luas di dalam dutia persilatan, kali ini tak urung dibuat kaget dan tercengang juga oleh kejadian tersebut, cepat cepat ia membungkukan badannya memberi hormat sembari berkata:
"Kiamcu, telah terjadi kesalah pahaman pada dirimu, Hamba benar-benar tidak berbobong, kalau tidak percaya, Panglima sakti berlengan emas Ou lotiang dari Lam hay
bun serta Lak jiu im eng nona Thio dari bu tong pay bisa diminta sebagai saksi."
Agaknya Ban kiam hweecu sudah habis kesabarannya, tiba-tiba dia membentak:
"Kalau toh kau tidak menghianati diriku, mengapa tidak segera kau serahkan Wi Tiong hong sekalian sekarang juga?"
"Soal ini...." Ma koan tojin segera menunjukkan sikap serba salah.
Dengan wajah berubah menjadi amat serius, Liu leng poo segera berkata dengan suara rendah:
"Ma koan toheng tak perlu berbicara lagi, semenjak terjatuh ketangan orang-orang Tok seh sia, hweecu kalian sudah di pengaruhi jalan pikirannya oleh siluman tua Kiu siang lo yau masa hal ini pun tak dapat kau lihat?"
"Lantas apa yang mesti kuperbuat sekarang?" tanya Ma koan tojin dengan perasaan terkesiap.
Baru selesai dia berkata, kakek Ou sudah melangkah keluar dari gua dengan tindakan lebar, dia memandang sekejap ke arah Ban kiam hweecu sekalian, kemudian tanyanya,
"Bagaimana" Apakah Ban kiam hweecu pun sudah terjadi suatu masalah ..?"
"Kedatangan lotiang memang tepat sekali"
Kam Liu ci segera berseru. "Kemungkinan besar mereka sudah terpengaruh oleh ilmu sesat dari Kiu Siang poo".
Kakek Ou segera manggut-manggut,
"Yaa, kemangkinan memang begitu, apa yang kalian bicarakan telah kudengar seluruhnya."
"Apakah lotiang berhasil menemukan di manakah letak luka yang mereka derita"!!" tanya Liu Leng poo kemudian,
"Aku telah mencoba melakukan pemeriksaan dengan mengerahkan tenaga murniku, kutemukan jalan darah Nau juang hiat di batok kepala saudara cilik Wi seperti mendapat sumbatan sehingga tak dapat berjalan lancar, selain itu tidak kutemukan luka di bagian lain."
"Sewaktu kuperiksa mereka yang lain, ternyata keadaannya pun demikian juga, menurut dugaanku, bisa jadi hal ini merupakan sejenis ilmu totokan yang melukai jalan darah penting diotak besar sehingga membuat kesadaran dan pikiran orang itu terpengaruh..."
Liu Leng poo segera mencibirkan bibirnya sambil menengok kearah Ban kiam hweecu sekalian lalu katanya pula :
"Lantas bagaimana dengan mereka" Apakah merekapun dilukai oleh sejenis ilmu totokan yang istimewa?"
Kakek Ou segera menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, katanya,
"Aku rasa mungkin masih ada sejenis ilmu totokan yang lain lagi, kalau saudara cilik Wi sekalian sama sekali tak tahu menahu terhadap manusia dan persoalan yang sedang dihadapi, maka mereka justru memiliki kesadaran yang baik serta pikiran yang sangat terang."
Dalam pada itu Ban kiam hweecu sudah habis
kesabarannya tiba-tiba dia menegur,
"Apakah kalian sudah selesai berunding?"
"Hweecu.." ucap Kam Liu cu kemudian dengan kening berkerut kencang "Apakah kau masih dapat mengingat
kembali semua kejadian yang kau alami sebelum terperangkap didalam selat Tok seh sia?"
"Heeehh, heeehh, tentu saja aku masih dapat mengingatnya semua." jawab Ban kiam hweecu sambil tertawa dingin.
Kam Liu Cu segera tertawa.
"Kalau begitu seharusnya hweecu juga masih tahu bukan, jauh-jauh datang kebukit Kou lou san ini sebenarnya dengan maksud dan tujuan apa" Tentunya kau bukan datang kesini hanya khusus untuk bermusuhan dengan pihak Thian sat bun kami bukan?"
Dengan marah Ban kiam hweecu mendengus:
"Hmm, memang benar, kami datang kemari untuk menyelamatkan Wi Tiong hong dari ancaman bahaya, tapi kenyataannya sekarang, Wi Tiong hong telah terjatuh kembali ditangan kalian!"
"Sore tadi saudara Wi terjebak didalam selat Tok seh sia dan kini pikiran dan kesadarannya telah terpengaruh.." kata Kam Liu cu.
"Tapi yang jelas Wi Tiong hong sudah berada ditangan kalian, siapa yang sudi percaya dengan perkataanmu itu?"
Berbicara sampai disitu tiba-tiba ia berpaling kearah dua deret jago pedang berpita hijau yang berdiri didepan gua batu itu kemudian bentaknya dengan suara dalam:
"Ma koan tojin telah menghianati perkumpulan, apakah kalian sebagai jago-jago pedang berpita hijau pun bermaksud mengkhianati pula diriku untuk bergabung dengan pihak Thian sat bun?"
"Hamba tidak berani!" sahut keenam belas jago pedang berpita hijau serentak sambil memberi hormat.
"Bagus sekali!!" kata Ban kiam hweecu kemudian dengan wajah serius. "Kalau memang kalian tidak berniat menghianati perkumpulan, sekarang bekuk dulu Ma koan tojin!"
Liu Leng poo yang mendengar perkataan itu segera berteriak keras-keras :
"Kalian jangan lupa dengan pesanku tadi, Kiamcu kalian telah terpengaruh oleh ilmu sesat dari siang kiu poo sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya. Kalian jangan mau percaya dengan perkataannya dengan begitu saja."
Ke enam belas orang jago pedang berpita hijau itu menjadi saling berpandangan muka setelah mendengar ucapan mana, sesungguhnya mereka memang sudah menaruh kecurigaan yang mendalam sekali terhadap Ban kiam hweecu, hanya untuk sesaat mereka tak tahu apa yang mesti dilakukan..
Melihat ke enam belas jago pedang berpita hijau itu tidak turun tangan seperti apa yang diperintahkan, Ban kiam hweecu menjadi naik darah, segera bentaknya :
"Liu leng poo, orang lain mungkin takut dengan kalian orang-orang dari Thian sat bun, tapi Ban kiam hwee belum temu takut dengan kalian"!"
Ditengah bentakan itu dia mencabut pedangnya lalu sambil menuding kedepan serunya lantang;
"Kalian segera turun tangan dan bekuk orang ini lebih dulu."
Suara gemerincingan nyaring berkumandang dari belakang tubuhnya diiringi tiga kali dentingan suara pedang, Jin Kim moay, Kho Hui moay serta Lim Thian moay ketiga orang dayangnya serentak meloloskan pedang,
dan menerjang maju kedepan, mereka segera menyerang Liu leng poo dengan dahsyatnya.
Tentu saja Liu leng poo tak akan berpeluk tangan belaka, pedangnya digetarkan menyongsong datangnya ancaman tersebut dalam waktu singkat terjadilah suatu pertarungan sengit disitu.
Dalam pada itu Ban kiam hweecu menuding kembali dengan pedangnya sambil membentak:
"Buyung congkoan, kau boleh pimpin mereka untuk menyerbu kedalam gua dan menolong orang, sedang tempat ini serahkan saja kepadaku untuk menghadapi."
Sastrawan pemeluk pedang Buyung Siu segera
meloloskan pedangnya dari sarung lalu sambil menggetarkan lengannya ia membentak :
"Saudara sekalian, ayoh ikut aku.."
Dengan suatu gerakan cepat dia melejit ke tengah udara lalu menyerbu lebih dulu ke depan.
Ke delapan jago pedang berpita hijau itu serentak mengikut pula dibelakangnya.
Kam Liu cu yang melihat kejadian tersebut buru-buru berteriak pula dengan suara lantang :
"Ma koan toheng, cepat kau suruh para jago pedang untuk menghalangi mereka!."
Sembari berseru dia lepaskan sebuah pukulan dahsyat untuk menghadang jalan pergi si sastrawan pemeluk pedang kemudian bentaknya lagi keras-keras,
"Saudara Buyung, kalau kau tetap nekad untuk maju kemuka jangan salahkan bila aku she Kam tidak akan sungkan-sungkan"
Cahaya gerak berkelebat lewat tahu-tahu dalam genggamannya telah bertambah dengan sebilah pedang.
Buyung siu segera tertawa terbahak-bahak
"Haaah..haaahh...saudara Kam kau sengaja menghalangi jalan pergiku, ini berarti kau sengaja hendak mencari gara-gara dengan pihak Ban kiam hweecu kami!"
"Sreeeet!"
Diiringi suara desingan tajam, ia sambut kedatangannya dengan sapuan tajam.
Kam liu cu segera mengangkat pedangnya untuk menangkis sementara tangan kirinya dengan sebuah sodokan jari langsung menotok tubuh si sastrawan pemeluk pedang..
Dengan berkobarnya pertarungan antara kedua orang itu, delapan orang jago pedang berpita hijau yang berada dibelakang sastrawan pemeluk pedang itu serentak menyebarkan diri dan melalui sisi kedua orang yang sedang bertarung itu, mereka menyerbu kedalam gua.
Menghadapi situasi seperti ini, terpaksa Ma koan tojin harus mengulapkan tangannya sembari berseru,
"Saudara sekalian, mari kita hadang jalan pergi mereka, tapi jangan sampai melukai mereka"
Berada dalam situasi yang amat rumit dan kacau ini terpaksa ke enam belas jago pedang berpita hijau itu harus turun tangan untuk menghadang jalan pergi rekan-rekannya lebih dulu.
Enam belas orang harus menghadapi delapan orang, ini berarti dua lawan satu untuk menghalangi jalan pergi mereka saja, tentu bukan suatu masalah yang sulit,
Dihari hari biasa, para jago pedang berpita hijau itu selalu berkumpul bersama sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang mereka miliki boleh dibilang satu sama lainnya mengetahui dengan jelas.
Tapi keadaan saat ini jauh berbeda, berada dalam keadaan kesadaran dan pikiran yang terpengaruh ternyata kedelapan orang itu jauh lebih berani dan nekad, Otomatis ilmu silat yang dimiliki orang-orang itu pun menjadi berapa kali lipat lebih tangguh, biarpun ada dua orang menghadapi satu lawan hampir saja mereka tak mampu mengendalikan diri.
Dipahak lain, Liu Leng poo yang mesti mengbadapi tiga orang dayang kepercayaan dari Ban kiam hwee kelihatan payah sekali apa lagi dia sebagai Kunsu dalam pertempuran malam ini, di samping harus melayani pertarungan, iapun tak dapat mengesampingkan situasi dari pihak lain.
Maka sambil mengerahkan segenap kekuatannya untuk menghadapi lawan, diapun mesti mengalihkan sorot matanya untuk memperhatikan keadaan disekitar tempat itu.
Tiba-tiba serunya kepada kakek Ou dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara,
"Ou lotiang, untuk membekuk musuh tangkaplah pentolannya lebih dulu. Malam ini kau harus berusaha membekuk Ban kiam hweecu lebih dulu sebelum membereskan yang lain."
Dibawah serangan gencar dari ketiga orang musuhnya, hampir saja Liu leng poo menderita luka diujung senjata lawan setelah dua kali menjumpai mara bahaya disaat ia sedang mengungkapkan beberapa patah kata.
Dipihak lain, Ban kiam hweecu telah memanfaatkan kesempatan dikala masing masing pihak sedang bertarung sengit tiba-tiba dia menjejakkan kakinya keatas tanah, kemudian seperti seekor burung rajawali sedang menerkam kelinci, tubuhnya langsung menerjang masuk kedalam gua.
Baru saja dia menggerakkan tubuhnya, kakek Ou melejit pula ketengah udara dengan gerakan tubuh yang jauh lebih cepat, tangannya langsung menyambar kemuka dan secepat kilat mencengkeram lengan kanan Ban kiam hweecu.
Berada ditengah udara dia tertawa terbahak-bahak, begitu tiba dipermukaan tanah, sambil mengangkat tinggi tubuh Ban kiam hweecu, bentaknya lantang:
"Semua berhenti, kiamcu kalian sudah menjadi tawananku, apakah kalian tidak segera melepaskan senjata?"
Baru saja ia selesai membentak, terdengar Ban kiam hweecu telah berkata dengan suara rendah;
"Percuma, kesadaran serta pikiran mereka sudah terpengaruh, mereka tak akan menuruti perkataanmu."
Kam Liu cu serta Liu Leng poo sama sekali tidak menyangka kalau kakek Ou bakal turun tangan sedemikian cepatnya, bahkan dalam waktu singkat telah berhasil membekuk Ban kiam hwecu, ketika mendengar suara bentakan itu otomatis mereka pun menghentikan serangannya dengan cepat,
Sementara itu congkoan pasukan pedang berpita hijau Buyung Siu beserta ketiga orang dayang Ban kiam hweecu sama sekali tidak menggubris terhadap bentakan dari kakek Ou itu, malahan terhadap peristiwa dibekuknya kiamcu merekapun seolah olah tidak melihat.
Menggunakan kesempatan disaat kedua orang lawannya menarik diri, tiba-tiba saja mereka melancarkan serangannya lebih hebat dan lebih gencar.
Tindakan tersebut tentu saja jauh diluar dugaan kedua orang itu, Kam Liu cu yang bertarung melawan Buyung Siu segera menggerakkan tubuhnya menghindarkan diri ke samping, sementara tangan kirinya di ayunkan ke depan melepaskan sebuah bacokan kilat
Liu Leng poo sendiri, meski ilmu silatnya terhitung cukup lihay namun lawannya justru merupakan tiga orang dayang kepercayaan dari Ban kiam hweecu, dari pita kuning yang menghiasi ujung pedang mereka bertiga, dapat diketahui bahwa ketiga orang itu memiliki ilmu pedang yang amat sempurna.
Sejak Liu Leng poo harus menghadapi tiga orang lawannya seorang diri, ia sudah merasa amat kepayahan di dalam anggapannya setelah kiamcu mereka tertawan, otomatis ke tiga orang dayang itupun akan bersama-sama menghentikan serangannya.
Siapa tahu walaupun dia sudah menarik diri, ke tiga orang dayang itu justru memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melarncarkan serangannya dengan lebih sengit.
Kontan saja nona itu menjadi terperanjat dan tergopoh-gopoh mengayunkan pedangnya untuk melindungi badan, biar begitu tubuhnya toh terdesak mundur juga sejauh tiga langkah sebelum benar-benar berhasil lolos dari ancaman lawan.
Semua peristiwa ini boleh dibilang berlangsung dalam waktu yang amat singkat.
Tiba-tiba dari bawah bukit sana berkumandang datang suara sumpritan yang dibunyikan keras-keras.
Waktu itu, kebetulan sekali Kam Liu cu sedang menyelinap kesamping untuk menghindarkan diri, Buyung Siu sama sekali tak menyerang lebih lanjut, tiba-tiba saja dia membalikkan badan lalu kabur kebawah bukit.
Kebetulan sekali pada saat itupun, Liu Leng poo sedang terdesak mundur kebelakang, ketiga orang dayang itu serentak membalikkan pula tubuhnya dan lari menuruni bukit.
Delapan jago pedang berpita hijau pun tidak mau ketinggalan, masing-masing mencari jalan untuk kabur kebawah bukit dengan kecepatan bagaikan hembusan angin,
Biarpun hanya suara sempritan biasa, namun nyatanya dapat membuat mereka begitu menurut dan segera mengundurkan diri tanpa memperdulikan lagi nasib dari Ban kiam hweecu.
Padahal waktu itu tubuh Ban kiam hweecu yang diangkat tinggi-tinggi oleh kakek Ou belum lagi diturunkan, namun orang-orang tersebut sudah kabur semua.
Dalam waktu singkat Kam Liu cu, Liu Leng poo serta Ma koan tojin dibikin tertegun sampai termangu-mangu oleh perubahan situasi yang sama sekali tak terduga ini.
Tiba-tiba Ban kiam hweecu menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil berseru,
"Hei kakek, semua orang toh sudah pergi, mengapa kau belum juga menurunkan aku?"
Kakek Ou segera mnurunkan tubuhnya keatas tanah, namun masih tetap mencengkeram lengan kanannya, baru saja tangan kirinya hendak melakukan totokan, mendadak terdengar Ban kiam hweecu berseru lagi dengan cepat.
"Cepat lepaskan aku!"
"Hweecu, agaknya kesadaran serta pikiranmu sama sekali tak terpengaruh"
"Tentu saja pikiran dan kesadaranku sama sekali tidak terpengaruh." sahut Ban kiam hweecu cepat.
"Kalau toh pikiran dan kesadaran tidak terpengaruh, mengapa kau malahan memimpin para jago untuk melakukan penyergapan terhadap kami.?"
"Aku dipaksa orang untuk berbuat demikian"
"Siapa yang memaksamu berbuat demikian?" desak kakek Ou lebih lanjut,
Liu leng poo yang mengawasi Ban kiam hweecu sejak tadi baru saja akan berbicara ketika Ma koan tojin telah berseru dengan suara yang menyeramkan:
"Kau bukan Kiamcu!"
"Bukankah Ban kiam hweecu yang kalian jumpai adalah selembar topeng kulit manusia ini" Bila topengnya dilepas, siapakah yg dapat mengenali wajahnya?"
"Sebenarnya siapakah kau?" tanya kakek Ou segera Tiba-tiba Ban kiam hweecu merobek kulit topeng manusia yang menutupi wajahnya, lalu menjawab,
"Siapapun yang kalian inginkan anggap saja aku sebagai yang diinginkan "
Begitu topeng kulit manusia itu dirobek, yang muncul adalah selembar wajah seorang nona yang cantik namun sepasang matanya basah oleh air mata.
Kam Liu cu menjadi tertegun setelah menyaksikan wajah nona itu, serunya tanpa terasa,
"Masa kau?"
Ternyata selain Kam Liu cu, tak seorang pun diantara mereka yang hadir pernah bertemu dengan nona itu.
Cepat-cepat Liu Leng poo mengalihkan sorot matanya kewajah Kam Liu cu, kemudian tanyanya keheranan :
"Toa suheng, kau kenal dengannya?"
Rasanya tiada perempuan didunia ini yg tidak cemburuan, termasuk juga Liu Leng poo sekarang.
Kam Liu cu segera tertawa terbahak-bahak :
"Haaaa...haaa...haaa...dia adalah Tok she siacu!"
Begitu mendengar nama "Tok seh siacu" semua orang menjadi tertegun dan berdiri dengan wajah melongo.
Ternyata sewaktu Kam Liu cu sedang menyaru sebagai Lan Sim hu tempo hari, dia pernah bersua dengan Liong Hiang kun di dalam selat Tok seh sia, otomatis diapun dapat mengenali wajahnya.
Tiba-tiba sekilas senyuman berseri menghiasi wajah Liu Leng poo. Akhirnya jerih payah mereka semalaman membuahkan hasil yang tak terduga.
Bukankah demikian" Tok seh siacu sesungguhnya adalah orang yang diperankan oleh putri kesayangan Liong Cay thian. Setelah kini mereka dapat membekuknya, bukankah banyak persoalan yang akan menjadi beres dengan sendirinya"
Sementara itu Liong Hiang kun telah menundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu sambil menggelengkan katanya : "Aku bukan Tok seh siacu!"
Kam Liu cu yang mendengar perkataan itu segera tertawa :
"Mungkin orang lain tidak tahu kalau nona adalah jelmaan dari Tok seh siacu, tapi kami sudah mengetahui hal ini secara pasti! Apa gunanya nona menyangkal?"
Liong Hiang kun segera mengangkat wajahnya dan berkata :
"Aku benar-benar bukan Tok she siacu seperti halnya Ban kiam hweecu. Siapa yang mengenakan dandanan tersebut maka dialah yang menjadi Tok seh siacu!"
Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, kakek Ou segera berkata :
"Kalau kau bukan Tok seh siacu, lantas siapakah Tok seh siacu itu.. ?"
"Telah kukatakan sejak tadi, aku datang kemari karena dipaksa orang lain, tapi boleh juga dibilang atas kemauanku sendiri, hmm! Seandainya aku bukan merelakan diri dibekuk sejak tadi kau sudah keracunan."
Mendengar itu, kakek Ou tertawa terbahak-bahak ;
"Haa haa haa....nona Liong, aku tidak takut ataupun keder dengan racun yang kau gunakan, bukan hanya aku situa semua orang yang berada disinipun tidak takut terhadap serangan racun, kalau tak percaya silahkan untuk mencobanya!"
Sementara itu Liu leng poo telah berkata pula pelan-pelan;
"Sekalipun dalam hatimu masih tersimpan rahasia lain, apa gunanya kuberitahukan hal ini kepadamu?" sahut Liong Hiang kun dengan kepala tertunduk.
"Katakan saja, siapa tahu hal ini menguntungkan semua pihak?"
Liong Hiang kun menggelengkan kepalanya berulang kali, mendadak dia mendongakan kepalanya lalu dengan sorot mata yang penuh permohonan ia bertanya:
"Mana Wi Tiong hong" Apakah diapun kehilangan pikiran serta kesadarannya" Bukankah ia sudah kalian bekuk sejak tadi" Bolehkah kutengok sebentar dirinya" "
Satu ingatan segera melintas dalam besak Liu Leng poo, sahutnya segera :
"Saudara Wi berada disini, boleh saja bila kau ingin menjenguknya tapi ada syaratnya, yaitu kau harus menjawab tiga buah pertanyaan yang kuajukan."
"Baik bila ingin bertanya, ajukanlah pertanyaanmu itu."
Liu Leng poo kembali tertawa.


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lebih baik kau pergi menengoknya lebih dulu, kemudian baru menjawab pertanyaan yang kuajukan!"
Baik kakek Ou maupun Kam Liu cu, kedua orang itu tahu bahwa tindakan yang dilakukan Liu Leng poo ini pasti mengandung arti yang mendalam, karena itu tidak seorang pun diantara mereka yang berbicara,
Liu Leng poo segera mengajak Liong Hiang kun masuk kedalam gua, sementara yang lain mengikuti
dibelakangnya, Ma koan tojin sendiri berpesan dulu kepada keenam belas orang jago pedang berpita hijau agar menjaga diluar gua, kemudian dia baru menyusul kedalam
Liong Hiang kun berjalan mengikuti di belakang Liu Leng poo, begitu masuk ke dalam gua dan menyaksikan Wi Tiong hong dengan mata terpejam rapat-rapat setengah merabah diatas dinding batu, mendadak ia menggerakkan tubuh dan menerjang maju ke hadapannya.
Dengan suatu gerakan cepat dia mengeluarkan sebutir pil berwarna putih dari sakunya dan langsung dijejalkan ke dalam mulutnya.
Semenjak tadi Lak jiu im eng Thio man telah berjaga-jaga disamping Wi Tiong hong dia melihat dengan jelas bagaimana Liong Hiang kun mengeluarkan pil berwarna putih itu dan siap dijejalkan kedalam mulutnya.
Tapi belum sempat menghadangi perbuatan nona itu, tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu pil berwarna putih itu sudah berpindah ke tangan Liu Leng poo, malah ujarnya sambil tertawa ringan.
"Nona Liong, obat apa sih ini?"
Ketika pil berwarna putih itu kena dirampas oleh Liu Long poo, Liong Hiang kun segera merasakan pipinya menjadi semu merah karena jengah, cepat-cepat dia berseru.
"Pil itu merupakan obat penawar racun cepat berikan kepadanya...!"
"Siapa kau?" bentak Lak jiu im eng Thio Man sambil meraba gagang pedangnya, "Siapa yang percaya obat apa yang akan kau berikan kepada engkoh Wi ?"
Lagi lagi seorang pencemburu! Dasar perempuan, agaknya rasa cemburu memang tak bisa terlepas dari watak kaum wanita.
Liong Hiang kun menjadi sangat gelisah, kepada Liu Leng poo serunya ;
"Tapi pil ini benar-benar adalah pil penawar racun, dengan..... dengan mempertaruhkan selembar jiwaku aku baru berhasil mendapatkan sebutir pil pemunah itu, kumohon kepadamu cepatlah berikan kepadanya."
"Tahukah kau apa sebabnya saudara Wi bisa kehilangan pikiran serta kesadarannya" " tanya Kam Liu cu.
"Yaa aku tahu. Dia terluka oleh semacam ilmu totokan yang khusus, dan cuma pil penawar racun ini yang bisa menyelamatkan dirinya.."
Kam Liu cu memandang sekejap kearah Liu Leng poo, kemudian katanya;
"Tampaknya apa yang dia katakan memang tidak bohong, ji sumoay, aku rasa lebih baik biar saudara Wi menelan pil penawar itu!"
Liu Leng poo termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya sambil menggeleng:
"Tidak bisa aku kuatir dibalik pil tersebut masih terselip rencana busuk lainnya"
"Aku berani bersumpah, pil ini merupakan pil penawar racun yang sebenarnya!!" seru Liong Hiang kun.
Liu Leng poo mengambil pil tersebut dari tangan Liong Hiang kun, kemudian sambil berpaling kearah Kam Liu co, katanya.
"Toa suheng, aku rasa lebih baik kita mencari orang lain sebagai bahan percobaan."
Kam Liu cu segara manggut-manggut tanda setuju.
"Jangan!" Dengan perasaan gelisah Liong Hiang kun segera berteriak keras, "Aku hanya mempunyai sebutir pil penawar racuni tu dan aku datang khusus untuk menolong Wi siauhiap, kau tahu, termasuk ayahku sendiri juga sudah terkena serangan gelap mereka.."
Tiba-tiba ia menutup mulut dan tidak melanjutkan kembali perkataannya, tapi siapa pun dapat mendengar bahwa ayahnya justru sudah terkena serangan gelap itu, dan
kemungkinan besar membutuhkan pula pil penawar racun itu.
Andaikata perkataan ini sampai terdengar oleh Liong Cay thian, niscaya dia akan muntah darah segar saking mendongkolnya,
Tapi biarpun nona Liong gelisah juga tak ada gunanya, sebab Liu Leng poo telah menjejalkan pil pemunah racun itu kedalam mulut seorang jago pedang berpita hijau yang berada disamping Wi Tiong hong..
Sstelah melalui perdebatan yang sengit, kini suasana dalam gua menjadi tenang kembali, sorot mata semua orang bersama-sama dialihkan kewajah si jago pedang berpita hijau itu.
Dengan suatu gerakan cepat Kam Liu cu menepuk bebas jalan darah sijago pedang berpita hijau yang tertotok itu.
Tampak jago pedang itu gemetar keras sambil berkelojotan, tiba-tiba badannya roboh terjengkang keatas tanah sambil memuntah cairan kental berwarna hitam, lalu sejenak kemudian jiwanya sudah melayang meninggalkan raganya,
Perubahan yang dramatis ini seketika menggetarkan sekujur badan Liong Hiang kun, tiba-tiba saja ia menjerit lengking.
Lak jiu im eng Thio Man yang menyaksikan adegan tersebut segera berkerut kening pula. Tiba-tiba dia mengayunkan tangannya menampar wajah Liong Hiang kun sambil umpatnya:
"Budak busuk, rupanya kau berniat hendak meracuninya sampai mati..?"
Liong Hiang kun yang waktu itu masih di cekam perasaan kaget dan ngeri tentu saja tak dapat menghindarkan diri, "Plook" tamparan itu bersarang telak diatas wajahnya.
Tapi tamparan tersebut justru membuatnya mendusin dari impian, sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan, dia menangis tersedu sambil keluhnya,
"Demi menyelamatkan selembar jiwanya aku telah berusaha keras untuk mencuri sebutir pil penawar racun itu, aku bukan datang kemari dengan niat mencelakai jiwanya."
Terdorong rasa cemburu dan marah Lak jiu im seng Thio Man segera mencabut keluar pedangnya seraya membentak,
"Budak busuk, kau masih menyangkal kalau kedatanganmu bukan bermaksud mencelakainya" kau...."
Pada saat itulah mendadak dari luar gua berkumandang datang suara tertawa yang sangat menyeramkan. Suara itu seperti mengambang ditengah udara, bagaikan sambaran petir cepatnya melintas lewat diangkasa...
Dengan air muka berubah hebat, Kam Liu cu segera membentak keras-keras.
"Siapa disitu?"
"Orang itu sudah melarikan diri.." kata kakek Ou dengan gusar, "Bajingan keparat, begitu berani dia menyembunyikan diri diluar gua sambil menyadap pembicaraan kita."
Dalam pada itu Liong Hiang kun telah menangis tersedu-sedu.dengan air mata bercucuran membasahi wajahnya dia berkata: "Tak kusangka selain usahaku menolong Wi sauhiap tidak berhasil, sebaliknya aku justru mencelakai pula ayahku sendiri."
Lak jiu im eng Thio Man tidak menjadi berubah sikap setelah menyaksikan kejadian itu, dengan pedang masih ditempelkan di atas dada Liong Hiang kun, bentaknya ketus.
"Sejak kapan sih kau berniat baik" Ayoh jawab, sesungguhnya dengan cara keji apakah kalian telah mencelakai begitu banyak orang...?"
Pukulan Naga Sakti 21 Kisah Pendekar Bongkok Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 3
^