Pukulan Naga Sakti 21

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 21


nggn dia berseru :
"Budak ingusan, kau tak usah mengaco belo, siapa yang telah
menculik Thi Eng khi sibocah Keparat itu?"
Pek leng siancu So Bwe leng tertawa dingin.
"Sekalipun menyangkal juga tak ada gunanya, pokoknya jika kau
tidak serahkan kembali engkoh Eng kepadaku hari ini, kalau bukan
kau yang mampus tentu aku lah yang tewasl"
Ditinjau pembicaraan yang sedang berlangsung, Ciu Tin tin yang
bersembunyi ditempat kegelapan segera mendapat tahu kalau Bu im
sin hong Kian Kim siang yang berada dihadapannya sekarang adalah
Kian Kim siang gadungan.
Untuk sementara waktu tidak berkutik ataupun melakukan suatu
tindakan apa apa, dia hendak menunggu sampai datangnya waktu
yang lebih menguntungkan untuk membantu Pek leng siancu So
Bwe leng melepaskan diri dari ancaman bahaya maut. Sementara
itu, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan telah berpikir sebentar,
kemudian dia mendapat kesimpulan bahwa Thi Eng khi telah
ditolong oleh Kian Kim siang asli. Penemuan ini merupakan suatu
kabar berita yang berharga sekali, sebab dengan mengandalkan
berita ini, dia dapat menuntut pahala dari Hian im Tee kun.
1207 Kini diapun tidak menyangkal lagi, dengan berganti nada
pembicaraan katanya :
"Kau berani melindungi murid penghianat dari perkumpulan kami,
dosanya tak terlukiskan besarnya, kau anggap masih bisa lolos dari
sini dalam keadaan selamat?"
Waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng hanya menguatirkan
keselamatan jiwa Thi Eng khi seorang, bahkan dia pun sudah
melupakan persoalan tentang bukit Cian san. Terdengar gadis itu
sedang berseru lagi dengan penuh bernapsu :
"Ayo jawab, kau telah menculik engkoh Eng ke mana?"
Bukan saja Pek leng siancu So Bwe leng tak mau melepaskan
kesempatan itu bahkan kawanan kakek yang hadir dalam ruangan
pun ada pula yang berseru dengan ilmu menyampaikan suara :
"Bukankah pihak kita sedang mencari jejak Thi Eng khi"
Terhadap perkataan dari budak ini harap tongcu suka melakukan
penjelasan daripada menimbulkan kerugian bagi orang banyak".
Diam diam Kian Kim siang gadungan tertawa dingin, kemudian
dengan ilmu menyampaikan suara bisiknya dulu kepada rekan
rekannya itu : "Persoalan ini sudah diatur sendiri segala sesuatunya oleh Tee
kun, lohu kurang leluasa untuk memberi penjelasan, harap kalian
jangan menanyakan masalah itu lagi."
Dengan mencatut nama Hian im Tee kun benar juga, serentak
semua orang membungkam dalam seribu bahasa. Memandang paras
muka semua orang yang hadir diarena, diam diam Bu im sin hong
Kian Kim siang gadungan menunjukkan wajah bangga, namun
didalam waktu singkat rasa bangga telah lenyap kembali.
Kepada Pek leng siancu So Bwe leng, serunya kemudian dengan
suara yang menyeramkan :
"Tidak sulit bila kau ingin mengetahui jeiak dari Thi Eng khi,
cukup asal kau mengikuti aku menuju ke istana Ban seng kiong,
tanggung kau tak bakal kecewa di situ!"
1208 Waktu itu, Pek leng siancu So Bwe leng mempunyai jalan
pemikirannya sendiri, setelah kebasan ujung bajunya yang sanggup
memukul mundur kedua orang pemuda tersebut, hal itu
menimbulkan perasaan terkejut didalam hatinya, dia pun tahu jika
sampai berkobar pertarungan, sudah pasti dia tak akan memperoleh
keuntungan apa apa.
Tapi oleh karena dia sangat menguatirkan keselamatan jiwa dari
Thi Eng khi, maka timbullah satu ingatan aneh dalam hati kecilnya,
secara berani sekali dia mengangguk: "Baik! Aku akan mengikuti kau
menuju ke istana Ban seng kiong, cuma saja... "
Mimpi pun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan tidak
menyangka kalau Pek leng siancu So Bwe leng benar benar akan
menyanggupi permintaannya untuk mengunjungi istana Ban seng
kiong. Tidak menanti hingga dia menyelesaikan kata katanya, dengan
gembira tukasnya : "Cuma kenapa?"
Siam ku sinni yang menyaksikan hal itupun segera berseru
dengan amat gelisah :
"Leng ji, kau sudah edan rupanya?"
"Suhu" kata Pek leng siancu So Bwe leng dengan wajah sedih,
"bagi tecu asal dapat bersua muka dengan engkoh Eng, biar mati
pun rela, aku tahu kalau mereka mempunyai maksud tidak baik, tapi
aku tetap ingin pergi ke situ!"
Nada suaranya tegas, ini membuktikan kalau tekadnya telah
bulat. Sam ku sinni cukup memahami watak dari So Bwe leng ini,
semua keputusan yang telah diambil olehnya tak mungkin bisa
dirubah lagi meski didesak oleh bapaknya sendiri. Diapun tak tega
untuk mencegah niat muridnya ini karena dia kuatir hal tersebut
malah akan menimbulkan gelak tertawa serta cemoohan dari orang
orang Ban seng kiong.
Begitulah, dengan wajah serius Pek leng siancu So Bwe leng
berkata lagi kepada Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan :
1209 "Cuma, aku mempunyai sebuah syarat!"
"Apa syaratmu?"
"Kau harus mengijinkan guruku untuk membawa pergi Gi tayhiap
dan Siu Cu dari sini!"
"Aaaah, kalau cuma soal itu mah gampang, tapi bagaimna
dengan kau sendiri " Apakah Kau tak akan mengingkar janji?" seru
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan sambil manggut manggut.
"Kau anggap nonamu menyesal?"
"Bagus sekali, kalau memang begitu, mari kita bertepuk tangan
sebagai ikatan janji!"
Sambil berkata dia lantas melepaskan sebuah pukulan ke arah
Pek leng siancu So Bwe leng dari tempat kejauhan. Pek leng siancu
So Bwe leng sama sekali tidak berkerut kening, dia pun melepaskan
sebuah pukulan ke depan untuk menyambut datangnya serangan
lawan. Belum sempat dua gulung angin pukulan tersebut saling
membentur satu sama lain, mendadak dari luar ruangan meluncur
masuk seseorang dan melepaskan sebuah pukulan ke udara untuk
membuyarkan kedua gulung angin pukulan tersebut. Setelah itu
sambil melayang turun ke hadapan Pek leng siancu So Bwe leng
katanya sambil tertawa :
"Nona, kau jangan percaya dengan obrolannya. Thi sauhiap tidak
berada di dalam istana Ban seng kiong!"
Pek leng siancu So Bwe leng seperti merasa terkejut bercampur
gembira untuk sesaat dia seperti tertegun :
"Lotiang, sungguh perkataanmu itu" Sekarang, dia berada di
mana....!"
"Nona tak usah kuatir," orang itu manggut manggut, "lohu jamin
kau akan peroleh seorang engkoh Eng yang utuh!"
1210 Pada hakekatnya Pek leng siancu So Bwe leng merasa girangnya
setengah mati, untuk berapa saat dia sampai tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun. Sementara itu, Bu im sin hong Kian
Kim siang telah menggebrak meja sambil membentak penuh
kegusaran: "Siapa yang datang?"
Dengan sinis dan pandangan menghina, pendatang itu menatap
wajah Bu im sin hong Kian Kim siang, lalu katanya :
"Kau benar benar tidak mengetahui siapakah lohu" Tak heran
kalau kau setelah pergi tak pernah kembali lagi, rupanya kau telah
merasakan banyak keuntungan dari Hiam im Tee kun!"
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi marah sekali,
bentaknya keras :
"Lohu tidak kenal kau, aku lebih tak mengerti atas obrolan edan
mu itu." Pendatang tersebut segera tertawa terbahak bahak :
"Haaahhhh". Haaahhhh". Haahhhh".. tampaknya hebat sekali
permainan sandiwaramu itu, tapi bagi lohu mah tidak kuatir untuk
memberitahukan namaku sekali lagi, nenek moyangmu bernama Bu
Im!" Jilid 38 Bu Im bukan seorang jagoan termashur dari dunia persilatan, tapi
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan tetap tertegun, agaknya
dia pun tak bisa menduga asul usul lawan. Bu Im sendiripun tidak
begitu mengerti tentang persoalan empat tokoh persilatan yang
dicatut namanya oleh Ban seng kiong, tentu saja dia sama sekali
tidak menyangka kalau Bu im sin hong Kian Kim siang yang
dijumpainya sekarang, sesungguhnya bukan Bu im sin hong Kian
Kim siang yang pernah dijumpai dulu, melihat sikap orang yang
begitu angkuh dan tak pandang sebelah matapun terhadap dirinya,
hampir saja dia muntah saking muaknya.
1211 Sementara itu Pek leng siancu So Bwe leng telah mengundurkan
diri ke samping gurunya, kemudian berkata dengan pelan.
"Suhu, pernahkah kau mendengar tentang nama orang tua ini?"
Sam ku sinni mengangkat bahunya sembari menggeleng.
"Usianya sudah tidak kecil, kepandaian silatnya tidak berada
dibawah kepandaian kita, namun belum pernah kudengar namanya
disebut orang dalam dunia persilatan, aku benar benar dibikin
kebingungan olehnya..."
Segulung angin lembut berhembus lewat, tahu tahu didalam
ruangan telah bertambah dengan seorang gadis cantik berbaju
putih, sambil tertawa merdu gadis itu berseru :
"Bu cianpwe, jangan kau bikin kulit perut orang jadi pecah karena
mendongkol sesungguhnya orang itu adalah seseorang yang
mencatut namanya dan menyaru sebagai Kian cianpwe, buat apa sih
kau mesti marah kepada orang tersebut" Bukankah hal tersebut
sama sekali tak ada harganya?"
Bu Im segera mengenali gadis cantik itu sebagai Ciu Tin tin,
maka katanya pula sambil tertawa :
"Darimana kau bisa tahu kalau dia adalah Bu im sin hong Kian
Kim siang gadungan?"
Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang
berada ditengah ruangan telah menggebrak meja keras keras
kemudian berseru penuh amarah :
"Omong kosong, siapa bilang kau lohu bukan Kian Kim siang?"
Ciu Tin tin tertawa manis.
"Kau mengatakan kalau dirimu adalah Kian locianpwee, tapi
mengapa tidak kenal dengan Bu cianpwe?"
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan segera saja berteriak
keras keras : "Siapa bilang kalau aku tidak kenal dengannya?"
1212 Kalau didengar dari nada pembicaraan Ciu Tin tin mestinya
antara Bu im sin hong Kian Kim siang dengan Bu Im mempunyai
hubungan yang cukup akrab. Itulah sebabnya mau tak mau Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan harus me?nebalkan muka
dengan mengakui bahwa dia kenal dengan Bu Im.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan hal ini, tak tahan
lagi segera mengejek sambil tertawa dingin :
"Tadi saja kau mengatakan tidak kenal dengan Bu cianpwe
tersebut, sungguh tak nyana begitu cepatnya kau telah berubah
pikiran, hal ini membuktikan kalau anggota Ban seng kiong terdiri
dari manusia manusia yang lain dimulut dan lain dihati!"
Sekalipun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan diperankan
oleh seorang iblis tua, tak urung merah padam juga selembar
wajahnya cepat dia berseru :
"Lohu sedang melaksanakan tugas khusus, mana ada waktu
untuk berbincang bincang dengan Bu Im?"
Kontan saja Pek leng siancu So Bwe leng mencibirkan bibirnya
yang kecil, dia seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi nanum
berhubung Ciu Tin tin telah menengok ke arahnya sambil tertawa
terpaksa kata kata tersebut ditelannya kembali. Dengan senyuman
masih menghiasi ujung bibirnya, Ciu Tin tin segera berkata :
"Semenjak kapan kau berpisah dengan Bu cianpwee?"
Bu Im sin hong Kian Kim siang gadungan segera menarik
mukanya kemudian berseru :
"Mengapa lohu harus menjawab pertanyaanmu itu?"
Ciu Tin tin sama sekali tidak menjadi marah, kembali dia berkata
: "Kalau kau enggan menjawab yaa sudah lah, hanya ingin
mengajukan satu pertanyaan lagi kepadamu, kenalkah kau dengan
nonamu?" Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi tertegun, untuk
beberapa saat lamanya dia tak sanggup menjawab pertanyaan itu.
Bila dikatakan kenal, dia pun kuatir tak cocok dengan kenyataan,
1213 setelah termenung sekali lama dalam keadaan serba salah, akhirnya
dia berkata : "Mengapa lohu harus mengenal dirimu?"
Senyuman yang semula menghiasi ujung bibir Ciu Tin tin, kini
lenyap tak berbekas, katanya kemudian :
"Kalau toh kau tidak kenal dengan nonamu, dari sini dapat
diketahui kalau kau bukan Kian locianpwe, sebab belum lama Kian
locianpwe berpisah dengan kami, dia tak mungkin akan pelupa
seperti dirimu itu."
Karena terpojokkan posisinya oleh keadaan, terpaksa Bu im sin
hong Kian Kim siang gadungan tertawa terbahak bahak.
"Haaaahhhh... haaaaahhhhh..... haaaahhh... apakah lohu kenal
dengan dirimu atau tidak, apa sangkut pautnya dengan kedudukan
lohu sekarang" Kalau kau sendiri yang ditipu orang, mengapa malah
mencurigai diri lohu. Sungguh menggelikan sekali perbuatanmu itu,
hampir pecah perut lohu saking gelinya, haaahhhh... haaaahhh....
haaahhhh.... "
Ciu Tin tin membiarkan dia tertawa tergelak tiada hentinya, gadis
itu bersikap acuh tak acuh dan tidak memperdulikan dirinya. Namun
diantara anak buahnya ada yang mulai menaruh curiga, dengan ilmu
menyampaikan suara mereka segera menegur :
"Harap tongcu suka memberi penjelasan."
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan terpaksa menghentikan
gelak tertawanya, kemudian dergan ilmu menyampaikan suara
bisiknya kepada mereka :
"Tee kun telah mempersiapkan segala sesuatunya, harap kalian
jangan banyak bertanya terus, asalkan seorang pun diantara
beberapa orang ini tak berhasil lolos dari sini, maka hal ini akan
berpengaruh besar sekali terhadap posisi pihak kita selanjutnya,
harap kalian suka turun tangan dengan sepenuh tenaga nanti."
Sementara itu, Ciu Tin tin telah memandang kembali ke wajah Bu
im sin hong Kian Kim siang gadungan sambil tertawa, kemudian
ujarnya lembut :
1214 "Sedang merundingkan cara untuk menghadapi kami" Sudah
selesai belum perundingan itu" Kami akan segera pergi dari sini."


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia membalikkan badan lalu berjalan kembali ke arah Pek leng
siancu So Bwe leng sekalian. Pek leng siancu So Bwe leng sama
sekali tidak pernah berjumpa dengan Ciu Tin tin, oleh karena itu, dia
tidak kenal dengannya. Melihat gadis tersebut berjalan
menghampirinya, dengan amat gembira serunya dengan cepat :
"Cici, bolehkah aku mengetahui namamu?"
Sebenarnya Ciu Tin tin hendak menyebutkan nama sendiri, tapi
dia berpikir kembali seandainya Pek leng siancu So Bwe leng
menjadi mengambek setelah mengetahui namanya, bukankah
urusan akan menjadi berabe" Oleh sebab itu, dia tak ingin
mengambil resiko dalam keadaan seperti ini. Setelah tertawa,
katanya : "Aku mempunyai banyak persoalan yang hendak disampaikan
kepadamu, sebentar akan kusampaikan semuanya kepadamu."
"Kau tahu akan diriku?" seru Pek leng siancu So Bwe leng
sembari membelalakkan matanya.
"Sekalipun kau tidak kenal dengan aku namun aku sedikitpun
tidak merasa asing terhadap kau."
Pek leng siancu So Bwe leng menjadi tertegun dan bingung sekali
sehabis mendengar perkataan ini, untuk sesaat lamanya dia jadi
termangu mangu. Pada saat itulah, Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan telah membentak lagi dengan suara lantang :
"Beberapa orang itu adalah buronan yang dicari oleh Tee kun,
entah mati atau hidup kalian harus berusaha untuk menahan mereka
di tempat ini."
Serentak bayangan manusia berkelebatan lewat, dalam waktu
singkat orang orang itu sudah menduduki posisi yang
menguntungkan serta menghadang jalan pergi mereka. Setelah
ditolong tadi, Siu Cu telah memperoleh bantuan dari Sam ku sinni,
dengan tenaga dalamnya untuk memulihkan kembali kondisi
1215 tubuhnya, pada saat itulah Pek leng siancu So Bwe leng bertanya
dengan penuh rasa kuatir :
"Enci Cu, sudah baikan kah keadaanmu?"
Siu Cu merasa sangat terharu.
"Bila budak dapat meloloskan diri dari bencana pada hari ini maka
kesemua ini merupakan pemberian dari nona, selama hidup kami tak
akan pernah melupakannya kembali."
"Kau tak usah mengucapkan kata kata seperti itu, persoalan yang
terpenting sekarang adalah sudah pulihkan kondisi tubuhmu" Dan
berapa bagian tenaga dalammu yang telah pulih kembali?"
"Budak merasa seluruhnya telah pulih kembali seperti sedia kala!"
sahut Siu Cu dengan semangat yang berkobar.
Pek leng siancu segera berpaling ke arah gurunya sambil berseru
: "Suhu, mari kita berdua bertindak sebagai pembuka jalan!"
Sebagai gadis yang terbuka, apa yang dipikirkan segera pula
dilakukan, tanpa berunding dulu dengan Ciu Tin tin sekalian dia
menerjang lebih dulu arah pintu gerbang. Dengan cepat Sam ku
sinni berkerut kening, kemudian berpaling ke arah Ciu Tin tin dengan
sorot mata minta maaf. Sambil tertawa Ciu Tin tin segera berseru :
"Pendapat adik Leng sesuai dengan pendapat boanpwe, biarlah
boanpwe serta Bu cianpwe bertindak sebagai pelindung!"
Sam ku sinni segera menyusul Pek leng siancu So Bwe leng, Si
pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu berada ditengah dan Ciu Tin tin serta
Bu Im berjalan dipaling belakang. Waktu itu, Sam ku sinni telah
meloloskan senjata kebutan Jian si hud timnya, Pek leng siancu So
Bwe leng meloloskan sebuah senjata Pek giok hud jiu, sedangkan si
Pencuri sakti Go Jit meloloskan pedang mestika usus ikannya. Siu Cu
tidak bersenjata karena senjata tajamnya telah disita, terpaksa dia
harus bersilat tangan kosong. Ciu Tin tin dan Bu Im tidak bersenjata
pula, mereka pun bertarung dengan tangan kosong belaka.
1216 Orang yang menghadang didepan pintu gerbang tak lain adalah
delapan kakek yang duduk dikedua belah sisi meja altar tadi.
Kedelapan orang kakek itu sangat latah dan sombong. Dari antara
mereka hanya muncul dua orang saja, seorang menghadang Sam ku
sinni, sedangkan yang lain menghadang Pek leng siancu So Bwe
leng. Sambil tertawa dingin Pek leng siancu So Bwe leng segera
berseru : "Mampukah kau untuk menyambut satu jurus serangan
nonamu?" Senjata Pek giok hud jiu ditangannya segera membentuk sekilas
cahaya berwarna hijau dan langsung menyambar bahu kakek di
hadapannya. Kakek itu tertawa hambar,
"Bila kau sudah bosan hidup, silahkan!" ejeknya.
Semula dia menghadang di depan Pek leng siancu So Bwe leng
hanya bertangan kosong belaka, tapi begitu selesai ucapan tersebut
diutarakan, tahu tahu dalam genggamannya telah bertambah
dengan sebuah huncwee besar, disambutnya ancaman senjata Pek
giok hud jiu dari Pek leng siancu So Bwe leng itu dengan sebuah
totokan. Melihat kalau jumlah musuh amat banyak, Pek leng siancu So
Bwe leng telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan
pertarungan itu secepatnya. Dia pun berharap dalam satu gebrakan
saja senjata huncwee kakek itu hendak digetarkan lepas dari
genggaman maka sewaktu menyerang hawa murninya yang
disalurkan ke tangan kanan segera ditambah dengan dua bagian
lagi. Begitu senjata huncwee tersebut saling membentur dengan
senjata Pek giok hud jiu dari Pek leng siancu So Bwe leng, kedua
orang itu sama sama merasakan hatinya bergetar keras. Pek leng
siancu So Bwe leng tetap berdiri pada posisinya semula, namun
lengannya terasa kaku dan kesemutan. Sebaliknya kakek
berhuncwee itu kena terhantam sehingga mundur sejauh satu
langkah. 1217 Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepandaian silat yang dimiliki
Pek leng siancu So Bwe leng meski jauh lebih tinggi daripada si
kakek tersebut, namun kelihayannya juga terbatas. Tanpa banyak
berbicara lagi, kedua orang itu segera saling menyerang dan saling
menyambar dengan sengitnya, untuk beberapa saat sulit rasanya
untuk menentukan siapa yang lebih unggul.
Dipihak lain Sam ku sinni telah terlibat pula dalam suatu
pertarungan yang seru, jagoan yang dihadapinya memiliki tenaga
dalam yang cukup tangguh, untuk berapa saat Sam ku sinni pun
dibuat kewalahan dan tak banyak berkutik.
Menyaksikan pertarungan yang berlangsung di arena, Ciu Tin tin
segera berkerut kening, dia tidak mengira kalau kepandaian silat
yang dimiliki orang tua orang tua itu begitu hebatnya. Dia lantas
sadar bahwa pertarungan yang berlangsung hari ini tidak mungkin
bisa diunggulkan dengan mudah.
Padahal, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan pun diam diam
merasa terkejut, sebagai seorang Tongcu ternyata dia mengetahui
kemampuan dari anak buahnya, diapun tidak menyangka kalau anak
buahnya memiliki kepandaian silat sehebat itu. Namun dari hal ini
pula, dia mendapat pengertian yang setingkat lebih mendalam atas
maksud dan tujuan Hian im Tee kun.
Sesungguhnya, tindakan Hian im Tee kun di dalam mengatur
orang orangnya dari istana Ban seng kiong pun didahului dengan
suatu pemikiran serta penyusunan yang cermat. Dengan
menggunakan berbagai cara serta tindakan, ia telah memperalat
berapa orang gembong iblis untuk berbakti dan menjual tenaga
baginya, namun dia pun menyuruh orang orang kepercayaannya
yang berilmu tinggi untuk mengawasi gembong gembong iblis
tersebut. Di hari hari biasa, tentu saja para jago diperintahkan agar tidak
terlalu menonjolkan diri bahkan kedudukan yang diberikan kepada
mereka pun sangat rendah serta tidak terpandang, kebanyakan
disusupkan dalam cabang cabangnya dan berperan sebagai manusia
manusia berilmu rendah, padahal justru orang orang inilah yang
1218 sesungguhnya merupakan kekuatan inti yang paling diandalkan.
Andaikata Hian im Tee kun benar benar berhasil dengan siasatnya
itu dan menjaring semua jagoan yang ada untuk berpihak
kepadanya, menyapu jagad, merajai dunia persilatan bukanlah
pekerjaan yang mustahil baginya.
Siapa tahu dunia persilatan dewasa ini telah menjadi
kekuasaannya...."
Bila hal ini sampai terjadi, maka walau pun Thi Eng khi memiliki
kepandaian silat yang hebat pun jangan harap bisa menyelamatkan
dunia persilatan dari kehancuran. Untungnya saja Hian im Tee kun
masih pengaruh oleh perasaan bangga dan gila nama, sehingga dia
telah menyia nyiakan sebuah kesempatan yang sangat berharga.
Dengan berbagai cara dia berusaha merebut simpatik dan perhatian
dari para jago golongan lurus agar mau berpaling dan berpihak
kepadanya, alhasil dia telah menyia nyiakan banyak waktu diapun
memperlambat usahanya untuk menguasai seluruh dunia persilatan.
Kesemuanya ini justru memberi kesempatan emas kepada Thi
Eng khi untuk tumbuh semakin kuat dan pada hakekatnya dia
seperti sedang memelihara seorang musuh yang menakutkan.
Sementara itu, pertarungan yang berkobar di tengah arena telah
mencapai pada puncaknya. Lotoa dari Seng kiong pat cun segera
menyelinap ke hadapan Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan,
kemudian serunya :
"Harap diturunkan perintah kepada hamba agar menangkap
penghianat Go Jit serta Siu Cu!"
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan segera tertawa tergelak
: "Haaahhh.... haaahhhhh....haaahhh.... ibaratnya barang dalam
saku, setiap saat juga dapat diambil, kenapa kita musti terburu
napsu" Asal kalian mengawasi saja gerak gerik kedua orang itu
sehingga tak sampai kabur sudah lebih dari cukup."
1219 Terpaksa pemimpin dari Seng kiong pat cun membalikkan badan
dan mengundurkan diri. Kepada dua orang kakek yang berada
disisinya, kembali Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan berkata :
"Aku lihat manusia tak bernama Bu Im dan budak tersebut
memiliki ilmu silat yang tangguh, kekuatan mereka tak boleh
dipandang enteng, paling baik lagi jika kita turun tangan mendahului
mereka." "Ucapan Tongcu memang masuk diakal!" sahut dua orang kakek
itu segera. Mereka segera menyelinap kedepan dan menerjang ke arah Bu
Im dan Ciu Tin tin. Kakek yang menerjang ke arah Bu Im itu
menyerbu ke depan dengan garangnya belum lagi tubuhnya
mencapai sasaran, angin pukulannya sudah dilepaskan lebih dulu.
Segulung argin pukulan yang maha dahsyat segera menyambar ke
atas kepala Bu Im dengan hebatnya. Bu Im tidak ambil diam sambil
mengerahkan ilmu Hua lek sinkang, dia lepaskan pula sebuah
pukulan ke depan serta memunahkan ancaman lawan sehingga
hilang lenyap tak berbekas.
Tentu saja kejadian ini sangat mengejutkan kakek tersebut, cepat
dia menyelinap ke samping kanan, kemudian sambil melotot besar
ke arah Bu Im serunya :
"Beranikah kau menyambut tiga jurus serangan lohu dengan
kepandaian sejati?"
Rupanya dia tidak mengenali ilmu Hua lik sinkang dari Bu lm,
dianggapnya Bu Im telah mempergunakan mestika atau ilmu hitam
lainnya untuk memunahkan angin pukulannya. Semenjak Bu Im
mempelajari ilmu pukulan Hua lik sinkang, baru pertama kali ini dia
jumpai seorang lawan yang bisa dipakai untuk mencoba
kemampuannya tanpa harus kuatir salah melukainya, sambit tertawa
terbahak bahak karena gembira serunya :
"Manusia kecil yang berpengetahuan picik, siapa bilang kalau
lohu tidak menggunakan kepandaian sesungguhnya?"
Dampratan "manusia kecil yang berpengetahuan picik" kontan
saja membuat kakek itu seperti kehilangan muka, untuk beberapa
1220 saat dia seperti berdiri tertegun. Tapi kakek yang lainnya segera
menyelinap ke hadapan Bu Im bagaikan hembusan segulung asap,
katanya sembari menyeringai :
"Apa sih hebatnya dengan ilmu Hua lik sinkang mu itu" Lihat
serangan...!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke hadapan Bu Im.
Agak terkejut juga Bu Im ketika menyaksikan kelihayan kakek itu,
terutama kemampuannya untuk mengenali ilmu Hua lik sinkang
tersebut dalam sekilas pandangan saja. Belum sempat dia berbuat
sesuatu, angin pukulan musuh telah menekan ke dadanya. Cepat dia
lepaskan sebuah pukulan sambil berseru :
"Anggap saja ketajaman matamu memang hebat, dan rasakan
pula kelihayan ilmu Hua lik sinkang ku ini."
Baru saja dia lepaskan pukulannya, siapa tahu kakek itu menarik
kembali serangannya secara tiba tiba dan tidak melayani
pertarungan kekerasan. Bukan begitu saja, bahkan dia pun segera
menyelinap ke belakang punggung Bu Im sembari melancarkan
sebuah pukulan lagi. Menanti Bu Im membalikkan badan untuk
menyongsong datangnya ancaman tersebut, kembali dia menarik
ancamannya sambil berganti posisi.
Tampaknya dia berusaha agar tidak melakukan bentrokan
kekerasan dengan Bu Im dalam keadaan begini, kendatipun Bu Im
memiliki kepandaian Hua lik sinkang, juga tak mampu banyak
berkutik lagi. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Kakek tersebut
nampaknya sangat lihay, dia selalu berputar ke sana kemari dengan
lincah, membuat Bu Im bukan saja tak mampu menggunakan
kelihayan Hua lik sinkangnya bahkan dibikin kerepotan juga. Untuk
beberapa saat pertarungan mereka berlangsung seimbang, siapa
pun tak dapat mengungguli lawannya.
Sedangkan si kakek yang semula hendak menyerang Bu Im itu
sudah mengalihkan sasarannya menerjang Ciu Tin tin dan
mengerubuti gadis tersebut habis habisan, apalagi setelah melihat
rekannya yang bertarung melawan gadis itu kerepotan serta bukan
tandingan lawan.
1221 Ternyata pada mula pertarungan itu berlangsung, Ciu Tin tin
masih mengambil sikap tidak tega turun tangan keji tapi setelah
menyaksikan ilmu Hua lik sinkang milik Bu Im dikenali orang, bahkan
memaksa Bu Im hingga mati kutu, dia baru terperanjat dan
menyesali kesilafan sendiri.
Berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan, terpaksa
gadis itu harus menarik kembali sikap belas kasihannya, dengan
perhitungan seorang musuh dapat dilukai berarti mengurangi
sebagian penghadang, dia lancarkan jurus serangan yang
mematikan. Dengan kemampuan Ciu Tin tin yang begitu dahsyat, tak sampai
dua tiga gebrakan kemudian, dia telah memaksa gembong iblis tua
itu keteter hebat dan tak mampu melawan lagi. Walaupun kemudian
ia dibantu rekannya, itupun hanya memberi kesempatan baginya
untuk mengatur napas sebentar, sebab tenaga gabungan mereka
berdua tetap masih bukan tandingan dari Ciu Tin tin.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dari pihak Ban seng kiong, kecuali Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan, masih terdapat pula sepuluh orang kakek. Dari sekian
banyak jago, sudah ada lima orang diantaranya yang terjun ke arena
pertarungan. Dari kelima orang ini tampaknya kepandaian silat si
kakek yang bertempur melawan Bu Im terhitung paling tinggi, dia
pula satu satunya orang yang tidak terperosok pada posisi dibawah
angin. Sedangkan empat kakek lainnya yang bertarung melawan
Sam ku sinni, Pek leng siancu So Bwe leng dan Ciu Tin tin semuanya
telah terdesak pada posisi dibawah angin. Melihat gelagat tidak
menguntungkan, Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan
mengulapkan tangannya, kembali ada empat kakek terjun ke arena
pertarungan, seorang menyerang Sam ku sinni, seorang menyerang
Pek leng siancu So Bwe leng dan dua orang menyerang Ciu Tin tin.
Tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin dahsyat sekali, kendatipun
ada empat jago yang mengerubutnya, dia tetap berada pada posisi
di atas angin, cuma dia sendiri pun sukar untuk melukai musuhnya
di dalam waktu singkat. Berbeda keadaannya dengan Sam ku sinni
dan Pek leng siancu So Bwe leng, dari posisi unggul kini malah
terdesak pada kedudukan dibawah angin.
1222 Dengan kepandaiaa silat mereka semua ternyata tak mampu
untuk menangkan sekawanan jago yang lebih rendah kedudukannya
daripada Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan, bila persoalan ini
sampai tersiar luas mungkin tiada orang yang akan
mempercayainya.
Disinilah sebenarnya terletak kehebatan dari Hian im Tee kun
yang patut ditakuti serta diperhitungkan, tata susunannya tersebut
membuat suasana Ban seng kiong pun semakin diliputi hawa
kemisteriusan. Kesemuanya ini membuat orang lain tak berani
membedakan tinggi rendahnya ilmu silat anggota Ban seng kiong
dari tinggi rendahnya kedudukan yang dijabat, akibatnya mereka
pun tak berani turun tangan secara sembarangan.
Berkerut kening Ciu Tin tin setelah menyaksikan rekan rekannya
mulai keteter dan terperosok pada posisi tidak menguntungkan,
mendadak dia berpekik nyaring, Heng kian sinkangnya dikerahkan
mencapai sepuluh bagian, dengan mata melotot, telapak tangan
kanannya segera disapu ke depan menghajar pinggang seorang
kakek yang berada disisi sebelah kanannya. Kakek itu seperti tak
menyangka kalau Ciu Tin tin bakal menyerang seganas itu
terhadapnya, dia mencoba menyambut ancaman tersebut dengan
kekerasan......
Siapa tahu tatkala kedua gulung tenaga pukulan itu saling
bertemu di angkasa, kakek tersebut mendengus tertahan, tubuhnya
mencelat sejauh satu kaki, kemudian setelah muntah darah segar
segera tergeletak mati di atas tanah.
Bagaimana pun juga Ciu Tin tin adalah seorang anak gadis,
selama hidup belum pernah dia membunuh orang, melihat si kakek
tersebut tewas akibat serangannya, tak urung timbul juga perasaan
tak tega dihati kecilnya, oleh karena itu, diapun tidak manfaatkan
kesempatan tersebut untuk membunuh tiga orang kakek lainnya.
Disaat ingatan berbelas kasihan itu melintas lewat, kembali ada
seorang kakek menerjunkan diri ke arena dengan begitu posisi
berubah lagi menjadi empat melawan satu. Keempat kakek itu
menjadi hampir semuanya merupakan antek anteknya Hian im Tee
1223 kun, kelihayan tenaga dalam mereka boleh dibilang melebihi
kehebatan seorang ciangbunjin dari suatu partai besar tapi masih
kalah bila dibandingkan empat tokoh dunia persilatan.
Selihay lihaynya tenaga dalam yang dimiliki Ciu Tin tin, tenaga
dalam Hian im Tee kun masih jauh mengungguli dirinya, apalagi
diapun tidak tega untuk mengeraskan hati dan membinasakan
musuhnya, maka untuk sementara waktu dia telah menyia nyiakan
satu kesempatan baik untuk meraih kemenangan. Kini suasana
dalam ruangan tersebut telah berubah menjadi kacau balau dan tak
karuan. Sementara semua orang sedang mencurahkan perhatiannya
untuk melangsungkan pertarungan, Siu Cu dan pencari sakti Go Jit
secara diam diam telah saling bertukar pandangan, kemudian
dengan nekad mengadu jiwa, mendadak saja si Pencuri sakti Go Jit
lari ke arah Ciu Tin tin, sedangkan Siu Cu lari menuju ke arah Pek
leng siancu So Bwe leng, secara nekad mereka masing masing
menyerang seorang kakek tersebut.
Dengan kemampuan yang dimiliki mereka berdua, tentu saja
bukan tandingan dari kakek kakek tersebut, akan tetapi mereka pun
berhasil meraih keberhasilan dari tindakannya itu. Ketika mereka
sedang dilukai oleh musuh musuhnya, Pek leng siancu So Bwe leng
serta Ciu Tin tin telah manfaatkan kesempatan yang ada untuk
melukai seorang lawannya pula. Terutama sekali Pek leng siancu So
Bwe leng dia menyerang tak kenal ampun, begitu berhasil melukai
seorang musuhnya, memanfaatkan kesempatan dikala musuhnya
yang lain terkejut, ia menyerang dengan jurus yang mematikan lagi
menghadiahkan sebuah kemplangan dengan Giok hud jiu ke atas
tubuh lawan. Setelah berhasil dengan usahanya, tanpa berpaling lagi dia
langsung menubruk ke arah dua orang kakek yang sedang bertarung
sengit melawan Sam ku sinni itu. Sekarang dia sudah nekad dan
mata gelap, ibarat seekor harimau kecil yang sudah
kalap,diterjangnya musub musuh tersebut secara ganas, kembali
senjata Giok hud jiu nya berhasil melukai seorang kakek yang
sedang bertarung melawan Sam ku sinni.
1224 Semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu singkat menanti
dua orang kakek yang lain datang membantu, Pek leng siancu So
Bwe leng dan gurunya telah bekerja sama memantapkan posisinya.
Di pihak lain, oleh karena bantuan dari si pencuri sakti Go Jit, Ciu Tin
tin berhasil pula memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melukai
seorang kakek. Namun Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan
segera menerjang datang menggantikan posisi tersebut, dengan
demikian kedudukannya tetap merupakan empat lawan satu.
Situasi pertarungan telah berubah sekarang, dari pihak Ban seng
kiong telah kehilangan seorang kakek dan empat lainnya terluka.
Dari tiga belas kakek yang ada sekarang pun tinggal delapan orang
yang masih mampu bertempur.
Pihak Bu Im yang paling mantap posisinya, pertarungan masih
berlangsung seimbang, menang kalah pun belum bisa diketahui.
Sedang Pek leng siancu So Bwe leng dan gurunya bersama sama
melawan tiga orang kakek, posisi mereka pun tetap berimbang.
Sedangkan Ciu Tin tin yang harus menghadapi kerubutan empat
jagoan lihay, meski nampak agak kepayahan namun tidak
menunjukkan pertanda akan kalah. Padahal dia mempunyai
kesempatan untuk meraih kemenangan, asal dia tega membunuh
orang kesempatan baginya banyak sekali.
Sayang wataknya yang belas kasihan dan saleh itu membuatnya
tak tega berbuat demikian, serangan dalam keadaan gusar tadi
sehingga mengakibatkan terlukanya seorang musuh pun telah
membuat kesedihan setengah hari, tentu saja dia tak tega untuk
melancarkan serangan mematikan lagi. Akibatnya dia tak bisa
memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menyelesaikan
pertarungan itu dengan segera. Andaikata Pek leng siancu So Bwe
leng mempunyai tenaga dalam seperti Ciu Tin tin, mungkin
kemenangan berhasil diraihnya semenjak tadi.
Pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu yang terluka pun telah diseret ke
samping arena oleh dua orang anggota Seng kiong pat cun, bahkan
menotok pula jalan darah mereka. Sebab mereka kuatir mereka
1225 membuat ulah lagi atau bunuh diri sehingga dapat menghindari
pihak Ban seng kiong.
Dalam menghadapi pertarungan yang penuh resiko ini pada
hakekatnya Seng kiong pat cun tidak berkesempatan untuk turut
ambil bagian, karena itu mereka hanya mendapat bagian menonton
dari samping arena pertarungan.
Setelah waktu berlarut makin lama akhirnya api amarah berkobar
juga didalam dada Ciu Tin tin. Tenaga serangan yang digunakan pun
tiba tiba saja berubah semakin dahsyat. Setelah terjadinya
bentrokan maut belum lama berselang, para pengerubutnya telah
mengetahui akan kelihayan Ciu Tin tin, maka dengan jantung
berdebar keras karena cemas mereka hadapi serangan musuhnya
dengan berhati hati.
Kali ini, nampaknya Ciu Tin tin berniat untuk menangkap
pentolannya baru membasmi begundalnya, maka dia memilih Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan sebagai sasarannya. Diam diam
segenap tenaga dalamnya dikerahkan ke dalam telapak tangan,
begitu kesempatan yang dinantikan tiba maka dia akan
menyerang dengan sekuat tenaga serta membinasakan musuhnya
yang paling tangguh itu.
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan adalah seorang manusia
licik, dari sorot mata Ciu Tin tin yang selalu ditunjukan kearahnya,
dia sudah dapat menduga maksud hati gadis tersebut. Terkesiap
hatinya menghadapi kejadian tersebut, oleh karena kuatir kalau
terbunuh ditangan gadis itu, buru buru teriaknya dengan suara
lantang : "Kalian berhati hati lagi, budak ini akan menyerang!"
Seharusnya, setelah mengetahui akan maksud hati Ciu Tin tin,
mereka harus menahan dan mengurung gadis itu semakin ketat dan
gencar, sayangnya Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan takut
mati. Walaupun dia berteriak gagah, padahal tujuannya yang
terutama adalah memanfaatkan kekuatan orang lain untuk
melindungi keselamatan sendiri, bahkan kalau bisa dia akan mencari
kesempatan untuk meloloskan diri dari situ.
1226 Dengan terjadinya perubahan ini maka pertahanan serta
penyerangan yang ketat dan kokoh itu segera menjadi lemah akibat
keserakahan Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang kelewat
mementingkan diri sendiri.
Ciu Tin tin segera mendapatkan kesempatan yang sangat baik
untuk melaksanakan rencananya. Dengan sorot mata setajam
sembilu, dia awasi terus gerak gerik dari Bu im sin hong Kian Kim
siang gadungan. Tatapan yang tenang dan berwibawa ini membuat
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan menjadi ngeri, semangat
tempurnya hilang, peluh dingin membasahi seluruh tubuhnya dan
banyak kesalahan yang dia lakukan.
Sekali lagi Ciu Tin tin berpekik nyaring, tubuhnya melejit
ketengah udara, kemudian telapak tangan kanannya diayunkan ke
depan menghamtam batok kepala Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan. Merasa tak mampu untuk menghindar atau melarikan
diri, terpaksa Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan harus
mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya dan menyambut
ancaman mana dengan kekerasan.
"Blaaammm....!" benturan keras yang menimbulkan amukan
angin puyuh segera melanda seluruh jagad, keadaannya sungguh
mengerikan hati.
Tampak Ciu Tin tin melejit ditengah udara dan melayang turun
dihadapan tiga orang kakek yang sedang bertarung melawan Sam
ku sinni serta Pek leng siancu So Bwe leng, tiba tiba saja dia turun
tangan menotok jalan darah seorang kakek. Sementara itu, Bu im
sin hong Kian Kim siang gadungan telah terlempar sejauh delapan
depa akibat dari bentrokan kekerasan itu, "Blammm!" tubuhnya
terbanting keras keras diatas tanah.
Wajahnya nampak pucat pias, ke empat anggota tubuhnya
mengejang keras darah kental mengucur keluar amat deras,
akhirnya tak selang berapa saat kemudian ia menemui ajalnya.
Dengan kematian dari Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan,
serentak kawanan kakek itupun menghentikan serangannya, mereka
1227 mengundurkan diri ke depan pintu ruangan lalu mulai berunding.
Sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng sembari menyeka keringat
yang membasahi tubuhnya, dia berpaling ke arah Ciu Tin tin dan
berkata dengan perasaan amat kagum.
"Cici tenaga dalammu sungguh luar biasa, siau moay sungguh
merasa kagum sekali."
Mendadak dia teringat kembali akan si Pencuri sakti Go Jit serta
Siu Cu, tanpa banyak berbicara lagi tubuhnya segera melejit ke
udara dan menyusul ke arah Seng kiong pat cun. Dengan cepat
Seng kiong pat cun merentangkan diri sambil menghadang jalan
pergi Pek leng siancu So Bwe leng.
Baru saja Pel leng siancu So Bwe leng tertawa dingin dan belum
sempat mengumpat, mendadak terasa angin lembut berhembus
lewat, dari depan pintu melayang masuk sesosok bayangan manusia.
Ketika pendatang itu menyaksikan mayat dari Bu im sin hong Kian
Kim siang gadungan, dia segera berseru sambil mendepak depakkan
kakinya berulang kali :
"Siapa yang telah membunuhnya" Aaaai... bikin kacaunya urusan
saja..." Kemunculan orang itu segera disambut semua orang yang hadir
dalam ruangan dengan seruan terkejut, rupanya pendatang tersebut
adalah seorang Bu im sin hong Kian Kim siang pula.
Sebenarnya dia mempunyai kewajiban untuk menggantikan
kedudukan Kian Kim siang gadungan itu untuk menyusup ke dalam
istana Ban seng kiong dan menggabungkan diri dengan Keng thian
giok cu Thi Keng sekalian didalam usahanya membunuh Hian im Tee
kun,dengan terjadinya peristiwa ini maka dalam pertarungan
mengerubuti Hian im Tee kun di sana mendatang hanya tiga orang
saja yang dapat menampilkan diri.
Ketika Ciu Tin tin menyaksikan orang itu adalah Bu im sin hong
Kian Kim siang, buru buru dihampirinya orang itu sembari berkata :
"Boanpwe lah yang telah membinasakan dia, apakah tindakanku
ini tidak benar?"
1228 Bu im sin hong Kian kim siang seperti hendak mengucapkan
sesuatu, namun perkataan itu tak sampai diutarakan keluar, hanya
ujarnya kemudian sambil menghela napas :
"Aaaai... perhitungan manusia memang tak bisa menangkan
kemauan Thian, kalau toh dia sudah mati, yaa sudahlah."
"Kian cianpwe" Bu Im berjalan menghampiri, "setelah
meninggalkan tempat tersebut mengapa kau malah melupakan kami
semua?" Bu im sin hong Kian Kim siang segera menggelengkan kepalanya
berulang kali katanya: "Persoalan ini tak habis diterangkan hanya
sepatan dua patah kata saja, yang penting sekarang adalah
selesaikan dulu situasi yang sedang kita hadapi."
Kemudian dengan kening berkerut dia menambahkan :
"Apakah kalian berdua saja yang muncul?"
"Tidak, kami keluar berempat. "
Mencorong sinar tajam dari balik mata Bu im sin hong Kian Kim
siang setelah mendengar perkataan itu, serunya dengan cepat :
"Apakah dia telah pulih kembali seperti sedia kala?"
"Caranya belum ditemukan, namun dialah yang bersikeras
hendak muncul dari situ."
"Aaah.. kalian benar benar pikun! Mana orangnya sekarang?"
seru Bu im sin hong tertegun.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dalam pertemuan malam ini hanya boanpwe dan Bu cianpwe
yang ikut ambil bagian."
Semenjak pemunculannya, Bu im sin hong Kian Kim siang hanya
berbincang bincang dengan Ciu Tin tin seorang. Sesungguhnya Sam
ku sinni adalah sobat lama Bu im sin hong namun dalam keadaan
begini dia tak sempat untuk turut menimbrung apalagi Pek leng
siancu So Bwe leng. Selain itu, dari pembicaraan mereka pun secara
1229 lamat lamat seperti dapat menangkap sesuatu, tapi bila dipikir
kembali seperti pula tak tahu apa yang sedang dibicarakan.
Akhirnya Pek leng siancu So Bwe leng tak sanggup menahan diri
lagi, dia menyelinap ke depan lalu memperkenalkan diri sendiri.
"Boanpwe So Bwe leng, tolong tanya locianpwe, kau telah
menghantar engkoh ku ke mana?"
Bu im sin hong Kian Kim siang memperhatikan wajah Pek leng
siancu So Bwe leng berapa saat, kemudian ia tertawa terbahak
bahak. "Daripada bertanya kepadaku, lebih baik tanyakan saja kepada
dia," sambil berkata dia menuding ke arah Ciu Tin tin.
Pek leng siancu So Bwe leng jadi tertegun.
"Cici, kau.. "
Belum habis dia berkata, dari depan pintu gerbang telah muncul
serombongan manusia.
"Bukankah Thi Eng khi berada disini!" salah seorang diantara
rombongan tersebut berseru.
Serentak semua orang berpaling, tapi apa yang kemudian terlihat
membuat paras muka mereka berubah hebat. Rupanya Thi Eng khi
berada dibawah cekalan dua orang lelaki bertubuh kekar yang
menggusurnya masuk ke dalam rua?ngan, di belakang mereka
mengikuti tiga orang kakek.
Ciu Tin tin maupun Pek leng siancu So Bwe leng segera berteriak
hampir bersama :
"Adik Eng!"
''Engkoh Eng!"
Serentak mereka menerjang ke muka. Kakek yang berada di
belakang Thi Eng khi segera menempelkan telapak tangannya pada
1230 jalan darah Pek hwee hiat ditubuh sang pemuda, kemudian
bentaknya keras keras :
"Tampaknya kalian sudah tidak menghendaki jiwanya lagi!"
Ancaman mana kontan membuat Ciu Tin tin serta Pek leng siancu
So Bwe leng menjadi kaget dan buru buru mengundurkan diri ke
posisi semula, kemudian menyingkir ke samping dan menyaksikan
Thi Eng khi diseret masuk ke ruang dalam tanpa mampu berbuat
apa apa. Kelima orang itu segera menyeret Thi Eng khi masuk ke dalam
ruangan, menyeret sebuah kursi dan menyuruhnya duduk. Dua
orang lelaki kekar itu masih berdiri di sisi kiri kanannya, sedang
kakek yang menempelkan telapak tangannya yang besar diatas jalan
darah Pek hwee hiat dari Thi Eng khi pun masih tetap berdiri di
belakang Thi Eng khi tanpa merubah posisinya. Bukan begitu saja,
bahkan kakek lain yang berdiri disebelah kiripun tetap berjaga di
posisinya semula tanpa bergeser, sementara sepasang matanya
yang tajam dan jeli mengawasi seluruh ruangan dengan seksama,
nampaknya penjagaan dilakukan sangat ketat.
Sebenarnya ada tiga orang kakek yang masuk bersama ke dalam
ruangan itu, dua orang kakek memusatkan perhatiannya dengan
mengawasi gerak gerik Thi Eng khi, sedangkan seorang kakek lain
yang bertubuh jangkung, berwajah hitam seperti pantat kuali dan
bertubuh kurus kering itu bertindak sebagai juru bicara.
Dia berdiri di tengah ruangan sambil mengawasi rekan rekannya
yang tewas dan terluka, sewaktu sorot matanya menemukan mayat
Bu im sin hong Kian Kim siang gadungan yang terkapar diatas tanah,
keningnya segera berkerut. Kemudian ditatapnya wajah Bu im sin
hong Kian Kim siang dengan sorot mata setajam sembilu, setelah itu
serunya dengan gusar :
"Siapakah kau" Berani benar menyaru sebagai Kian Tongcu dari
pihak kami untuk menerbitkan keonaran disini, besar amat nyalimu!"
Bu im sin hong Kian Kim siang tertawa terbahak bahak.
1231 "Haaahhhh.... haaahhh.... haahhhh.... mengapa kau tidak
melepaskan topeng kulit manusia dari wajah mayat itu serta
memeriksa dulu paras mukanya sebelum bertanya siapakah lohu!"
Kakek itu segera membungkukkan badannya siap melepaskan
topeng kulit manusia dari wajah Bu im sin hong Kian Kim siang
gadungan, tapi sebelum hal ini dilakukah, si kakek yang tadi
bertarung melawan Bu Im itu sudah melayang kehadapannya
sembari berseru:
"Tunggu dulu!"
Kemudian dia membisikkan sesuatu ke sisi telinga si kakek kurus
kering tersebut, tampaknya dia sedang mengisahkan sesuatu
kepadanya. Paras muka si kakek kurus kering itu berubah hebat, dia
memandang sekejap ke arah Bu im sin hong Kian Kim siang lalu
mendengus dingin, kemudian sambil berpaling ke arah Ciu Tin tin
katanya : "Hei budak, sekarang Thi Eng khi telah terjatuh ke tangan lohu
sekalian, apa lagi yang hendak kalian ucapkan?"
Sementara itu, Ciu Tin tin sedang menggunakan ilmu
menyampaikan suara berunding dengan Thi Eng khi. Sedangkan Thi
Eng khi yang sedang bersandiwara harus berlagak terus, dengan
menggunakan kerdipan mata dia memberikan tanggapannya.
Agaknya pendapat mereka berdua tidak seragam, oleh sebab itu,
Ciu Tin tin kelihatan agak gelisah, akibatnya dia pun tidak
mendengar jelas apa yang sedang dikatakan kakek kurus tersebut.
Dia hanya mengiakan kemudian tidak memberikan tanggapannya
lebih jauh.... Pek leng siancu So Bwe leng pun sangat menguatirkan
keselamatan Thi Eng khi, bahkan rasa cemasnya tidak berada
dlbawah Ciu Tin tin. Menyaksikan Thi Eng khi mengerdipkan
matanya berulang kali, dia mengira pemuda tersebut sedang
memberi tanda sesuatu kepadanya, dia tak tahu kalau
sesungguhnya si anak muda tersebut sedang berunding dengan Ciu
Tin tin. Akhirnya karena tidak mengetahui apa yang dimaksudkan,
dia berteriak keras :
1232 "Engkoh Eng, jika ada persoalan mengapa tidak kau gunakan
ilmu menyampaikan suara?"
Mungkin lantaran gelisah, maka gadis itu teringat untuk
memperingatkan Thi Eng khi, tapi lupa kalau tidak seharusnya dia
berteriak secara terang terangan.
Sementara itu si kakek kurus kering itu mendongkol karena
perkataannya tidak mendapat tanggapan dari Ciu Tin tin, setelah
mendengar perkataan dari Pek leng siancu, segera serunya sambil
tertawa dingin :
"Tenaga dalam yang dimiliki Thi sauhiap telah punah, sekalipun
dia berniat untuk berbuat demikian, sayang tenaganya tidak
memadahi, teriakanmu itu bukankah hanya akan menyedihkan
hatinya saja?"
Oleh karena Pek leng siancu So Bwe leng tidak tahu kalau tenaga
dalam Thi Eng khi telah punah, disangkanya si kakek kurus itu telah
mempergunakan siasat licik untuk mencelakai Thi Eng khi.
Amarahnya kontan saja berkobar kobar tanpa memperdulikan apa
pun dia langsung menerkam kakek jangkung tersebut dan
mengajaknya beradu jiwa.
Kini pihak Ban seng kiong sebagai pemegang kartu, sudah barang
tentu mereka tak sudi melayani serangan gadis itu. Mendadak kakek
kurus itu membentak dengan suara menggeledek :
"Barang siapa berani bertindak secara sembarangan, jangan
salahkan kalau kami akan segara membacok mampus Thi Eng khi."
Sesungguhnya Pek leng siancu So Bwe leng adalah seorang gadis
yang tidak takut langit tidak takut bumi tapi dia amat menguatirkan
keselamatan jiwa Thi Eng khi. Mendengar ancaman tersebut, dia
benar benar dibikin ketakutan setengah mati bahkan matapun tak
berani melotot lagi, cepat cepat dia mundur kembali ke posisi
semula. Sebaliknya Ciu Tin tin segera berseru lantang.
1233 "Syarat apakah yang kalian kehendaki" Katakan saja, asal kami
bisa mendapatkan dia kembali, syarat apapun akan kami
pertimbangkan."
"Syarat?" kakek kurus itu tertawa licik.
"Thi sauhiap adalah tamu agung Tee kun kami, bila kalian ingin
menginginkan pertukaran syarat, silakan saja dibicarakan dengan
Tee kun kami."
Ciu Tin tin mencoba untuk mengawasi sekejap keadaan situasi
yang terbentang di depan mata, dia tahu pada hakekatnya mustahil
bagi mereka untuk merampas kembali Thi Eng khi dari tangan
mereka, akan tetapi dia pun merasa tidak berlega hati membiarkan
Thi Eng khi dikirim ke istana Ban seng kiong.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya dia berhasil menemukan suatu
cara yang ideal baginya namun sesungguhnya bukan suatu cara
yang terlalu baik. Dengan kening berkerut serunya tiba tiba :
"Aku akan menemaninya pergi ke istana Ban seng kiong!"
Berhubung Pek leng siancu So Bwe leng belum pernah berjumpa
dengan Ciu Tin tin, dia pun tidak kenal dengan gadis tersebut, maka
hatinya menjadi tidak karuan setelah menyaksikan sikap Ciu Tin tin
yang begitu hangat dan mesra terhadap Thi Eng khi semenjak
kemunculan anak muda tersebut.
Ketika mendengar kalau Ciu Tin tin hendak menemani engkoh
Eng nya menuju istana Ban seng kiong, tak kuasa lagi serunya
dengan perasaan hati yang kecut.
"Seharusnya tugas menghantar engkoh Eng pergi ke istana Ban
seng kiong merupakan tugasku meski kungfu enci ini bagus,
orangnya juga baik, namun aku tak berani merepotkan kau."
Ciu Tin tin melirik sekejap ke arah Pek leng siancu So Bwe leng,
tentu saja dia pun sungkan untuk menerangkan identitas sendiri di
hadapan orang, maka ucapan mana membuatnya tersipu sipu dan
cuma bisa tertawa getir saja. Untunglah Thi Eng khi segera
memperingatkan Pek leng siancu So Bwe leng pada waktu itu :
1234 "Adik Leng, bagaimana sih kau ini" Masa begitu tak tahu aturan
caramu berbicara dengan enci Tin?"
Betul, Pek leng siancu So Bwe leng belum pernah bersua muka
dengan Ciu Tin tin namun paling tidak ia pernah mendengar Thi Eng
khi membicarakan tentang soal ini, dia pun tahu akan watak Ciu Tin
tin serta hubungannya dengan Thi Eng khi. Ciu Tin tin memang
salah seorang gadis yang sudah lama ingin dijumpainya, sungguh
tak nyana kalau enci yang berilmu silat jauh lebih tinggi
dihadapannya sekarang adalah Ciu Tin tin.
Kalau dibayangkan kembali, Pek leng siancu So Bwe leng
sungguh amat jengah, tapi dia memang sudah terbiasa mencari
menangnya sendiri, dia pun tak ambil perduli di saat apa dan sedang
berada dimana, apa yang dipikirkan langsung saja disampaikan.
Dengan perasaan mendongkol dia segera menegur kepada Thi Eng
khi : "Mengapa tidak kau katakan sedari tadi!"
Sikapnya yang polos, lincah dan manja ini kontan saja
menimbulkan gelak tertawa dari semua orang yang hadir. Tapi gadis
itu tidak memperdulikan hal hal semacam itu, sambil mendepakkan
kakinya berulang kali dia berseru keras :
''Apa sih yang menggelikan?"
Kemudian sambil melompat ke hadapan Ciu Tin tin, katanya lagi :
"Enci Tin, mari kita bersama sama menemani engkoh Eng menuju
ke istana Ban seng kiong!"
Sesungguhnya Thi Eng khi memang berniat untuk membiarkan
pihak lawan menangkap orang orang itu semua, sebab jika Ciu Tin
tin dan Pek leng siancu So Bwe leng dapat ikut pula menuju ke
istana Ban seng kiong, maka hal ini akan sangat menguntungkan
bagi dirinya. Namun diluarannya, dia harus menunjukkan sikap
menampik, karena dengan begitu baru cocok dengan keadaan yang
sebenarnya. Maka dia sengaja menghela napas, lalu katanya :
"Janganlah disebabkan kepentinganku seorang, sehingga kalian
pun ikut menyerempet bahaya, kalian harus tahu diatas bahu
1235 kalianlah tergantung nasib dari segenap umat persilatan yang ada di
dunia ini, kalian cepat pergi dari sini."
"Adik Eng," kata Ciu Tin tin sedih, "aku tak bisa membiarkan kau
pergi ke istana Ban seng kiong seorang diri!"
"Engkoh Eng," Pek leng siancu So Bwe leng berteriak keras pula,
"kalau harus mati, mari kita mati bersama sama, tanpa kau kita
semua tak bisa hidup."
"Sudah, sudah cukup, kalian tak usah ribut lagi, " seru kakek
kurus itu mendadak sambil tertawa seram, "segala sesuatunya
lakukan saja menurut perintah lohu!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera mendengus :
"Hmmmm! Kau ini manusia macam apa" Mengapa kami harus
menuruti perkataanmu?"
Sambil menuding ke arah Thi Eng khi, kakek kurus itu berkata
lagi : "Bila kalian tidak memperdulikan mati hidupnya Thi sauhiap lagi,
silahkan saja pergi sendiri, cuma... heeehhh.... heeehhh... jangan
menyesal kalian pada akhirnya!"
Kendatipun Pek leng siancu So Bwe leng keras kepala, tentu saja
ia tak berani menggunakan jiwa Thi Eng khi sebagai barang taruhan,
maka dia membungkam dalam seribu bahasa dan tak berani banyak
bertingkah lagi. Dengan sangat bangga kakek kurus itu berkata lagi :
"Bukan hanya kalian berdua saja yang harus mengikuti lohu
menuju ke istana Ban seng kiong, pokoknya setiap orang yang hadir
di arena sekarang harus menyerahkan diri dan menuruti perintah
kami, bila tak mau menurut, jangan salahkan bila lohu akan
menghabisi nyawa Thi sauhiap."
Kemudian setelah berhenti sejenak kemudian tambahnya dengan
suara dalam : "Sekarang aku akan menberi waktu selama setengah
perminum teh bagi kalian untuk berpikir, pertimbangkan dulu
jawabanmu!"
1236 Bu im sin hong Kian Kim siang, Sam ku sinni serta Bu Im sama
sama tertegun, perasaan hati mereka terasa amat berat. Ciu Tin tin
mengerutkan pula dahinya, kemudian termenung dan berpikir
beberapa saat lamanya. Tapi kemudian dia dapat melihat kalau
kakek kurus itu cuma menggertak sambal belaka, tak mungkin dia
berani melukainya secara bersungguh sungguh.
Apalagi Thi Eng khi merupakan orang yang dikehendaki Hian im
Tee kun, bagaimana mungkin si kakek kurus itu berani mengganggu
seujung rambutnya" Atau dengan perkataan lain asalkan semua
orang tidak berusaha menolong Thi Eng khi dengan menggunakan
kekerasan, sekalipun semua orang berlalu dari situpun si kakek
kurus kering itu tak berani berbuat apa apa terhadap Thi Eng khi.
Begitu teori tersebut berhasil dipahami olehnya, Ciu Tin tin
segera menggunakan ilmu menyampaikan suara memberitahukan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hal tersebut kepada semua orang dan menyuruh mereka selekasnya
pergi meninggalkan tempat itu, kalau bisa mereka pergi mencari
bala bantuan untuk mengusahakan pertolongan.
Pada mulanya, Bu im sin hong Kian Kim siang dan Sam ku sinni
sekalian enggan menyelamatkan diri dengan begitu saja, mereka
bersikeras hendak mendampingi Ciu Tin tin dan So Bwe leng menuju
ke istana Ban seng kiong. Tapi akhirnya karena tak tahan
menghadapi bujuk rayu dari Ciu Tin tin, mereka bertiga baru
menyetujui usul itu dengan paksa.
Saat itulah, tiba tiba Pek leng siancu So Bwe leng teringat akan
nasib si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu yang terjatuh di tangan
lawan, mengapa mereka tidak diminta dan diserahkan kepada Bu im
sin hong Kian Kim siang agar terhindar dari siksaan orang orang Ban
seng kiong. Berpikir demikian, dia lantas menyampaikan maksud
hatinya itu kepada Ciu Tin tin dengan ilmu menyampaikan suara.
Mendengar ucapan mana Ciu Tin tin segera memuji :
"Adik Leng, kau memang hebat, sedikit kerugianpun nampaknya
kau enggan derita, baiklah, akan kuturuti kehendakmu."
1237 Pek leng siancu So Bwe leng segera merasakan semangatnya
bangkit kembali, dengan sepasang mata yang dibelalakkan lebar
lebar, ditatapnya kakek kurus itu, kemudian ujarnya sambil tertawa :
"Nonamu paling tidak takut dengan ancaman apalagi gertak
sambal, sedangkan engkoh Eng kami pun bukan seorang manusia
yang takut menghadapi kematian, kau anggap kami semua adalah
orang orang tolol...." Siapa yang tidak tahu kalau kau pun tak berani
melukai engkoh Eng kami barang seujung rambut pun" Kami
bersedia menemani engkoh Eng menuju ke istana Ban seng kiong
karena hal ini muncul atas kemauanku sendiri, kau jangan salah
menganggap, apalagi kalau sampai mengira kami jeri kepadamu!"
Suara pembicaraannya makin lama semakin keras, bahkan
akhirnya ditambah dengan sebuah dengusan berat.
"Baik! Kita akan membuktikan untukmu sekarang, akan kulihat
kau bisa mengapakan engkoh Eng kami!"
Dia membalikkan badan kemudian berjalan keluar dari ruangan
tersebut.... Menyusul kemudian, Bu im sin hong Kian Kim siang turut tertawa
terbahak bahak pula.
"Haaaahhh... haaaahhh.... haaaahhh... nona Leng memang amat
cerdik, ucapanmu itu bagaikan membangunkan orang dari impian,
hampir saja kami terkecoh olehnya."
Dengan cepat dia mengikuti dibelakang Pek leng siancu So Bwe
leng dan berjalan keluar dari ruangan itu. Tak selang berapa saat
kemudian, Sam ku sinni ikut beranjak keluar dan dibelakangnya
mengikuti Bu Im. Sambil tertawa Ciu Tin tin berseru kemudian :
"Jika semua orang tidak jadi pergi ke Ban seng kiong, tampaknya
aku pun tak bisa pergi juga."
Dia berjalan dipaling belakang. Berbicara soal kepandaian silat,
jangan harap orang orang dari Ban seng kiong dapat menghalangi
kepergian mereka. Kakek kurus kering itu masih saja tak tahu diri,
dengan suara menggeledek bentaknya :
1238 "Jika kalian tidak berhenti lagi, jangan salahkan kalau lohu akan
turun tangan keji!"
"Seandainya kau berani melaksanakan ancamanmu, sudah sejak
tadi kau lakukan." kata Ciu Tin tin sambil berpaling dan tertawa.
Tiba tiba nada suara kakek kurus itu berubah melunak, katanya
kemudian : "Walaupun lohu tak berani membunuh Thi sauhiap tapi untuk
menyiksanya sepanjang jalan tentu boleh bukan!"
Menyusul kemudian terdengar Thi Eng khi menjerit keras, sudah
jelas ada orang sedang menyiksanya. Serentak Ciu Tin tin sekalian
menghentikan langkahnya dan berpaling, tampak paras muka Thi
Eng khi berubah menjadi pucat pias seperti mayat, sekujur tubuhnya
gemetar keras. Sambil tertawa seram kakek kurus itu berseru :
"Lohu dapat mengetahui bahwa diantara kalian beberapa orang,
paling tidak ada dua orang yang tak akan tega untuk meninggalkan
tempat ini."
Pek leng siancu So Bwe leng segera membalikkan tubuhnya dan
menerjang ke arah kakek kurus tersebut, saking bencinya merah
membara sepasang matanya.
"Jika kau berani menyiksa engkoh Eng lagi, nonamu akan beradu
jiwa dengan kau."
Tampaknya kakek kurus itu dapat mengetahui kalau Pek leng
siancu So Bwe leng berwatak keras hati, dalam hati kecil dia benar
benar takut bila persoalan menjadi terbengkalai. Bila sampai
bentrok, sekali pun dia dapat membunuh Thi Eng khi, tapi pahalanya
karena berhasil menangkapnya hidup hidup akan sia sia belaka
apalagi jika ada yang melaporkan kejadian ini kepada Hian im Tee
kun, bila Tee kun sampai marah, bukankah dia bakal berabe sendiri"
Oleh sebab itu, setelah menyaksikan kenekatan dari Pek leng
siancu So Bwe leng, dia malah tak berani bertarung sungguh
sungguh dengannya, namun diluarnya mau tak mau dia harus
1239 mempertahankan kebuasannya. Maka dengan suara menggeledek
bentaknya : "Budak, kau berani!"
"Mari kita beradu jiwa bersama sama, siapapun jangan harap bisa
hidup meninggalkan tempat ini!"
Tubuhnya yang sedang melakukan gerakan tubrukan sama sekali
tidak melambat. Untung saja Ciu Tin tin segera menyelinap ke depan
dan menghadang dihadapan Pek leng siancu So Bwe leng, serunya :
"Adik Leng, kau jangan bertindak gegabah, bila ada persoalan
marilah kita bicarakan secara pelan pelan."
Setelah berhasil membujuk Pek leng siancu So Bwe leng, Ciu Tin
tin segera berpaling ke arah si kakek kurus jangkung itu dan berkata
lagi dengan suara dingin :
Jilid 39 "Sekarang kau harus memandang jelas duduknya keadaan, bila
sampai mengambil jalan kekerasan, maka siapa pun jangan harap
bisa mendapatkan kebaikan, apa yang kau takuti sudah kami ketahui
dengan jelas, lebih baik kita bicarakan persoalan ini secara terang
terangan saja. Sebetulnya kau hendak menempuh jalan yang mana"
Mau sama sama menderita rugi ataukah bisa kembali ke istana Ban
seng kiong dengan lancar dan tanpa halangan sesuatu pun?"
Ketika rahasia hatinya dibongkar, kakek bertubuh kurus itu
menjadi mengenaskan sekali keadaannya, dia termenung sebentar
lalu tanyanya pelan :
"Kalian hendak mengajukan syarat apa?"
"Serahkan kedua orang itu kepada kami dan biarkan mereka
meninggalkan tempat ini."
Sebelum kakek kurus itu memberikan pernyataannya, kakek yang
pernah bertarung melawan Bu Im itu sudah berseru :
"Tidak boleh, kalian ingin pergi kalian boleh segera pergi,
pokoknya kami berjanji tak akan menyiksa Thi sauhiap sepanjang
perjalanan ".!"
Mendengar perkataan tersebut, kakek kurus itu segera mengajak
kakek yang menampik itu untuk berunding, katanya :
1240 "Saudara Liu, kedua orang bocah perempuan ini berpengaruh
besar sekali terhadap Thi Eng khi, sulit bagi kita untuk mendapatkan
kesempatan sebaik ini untuk menguasai mereka."
Kakek she Liu itu segera berkemak kemik mengemukakan pula
pendapatnya dengan ilmu menyampaikan suara :
"Saudara Oh, tenaga dalam yang dimiliki dua orang budak ini
sangat lihay, terutama sekali orang she Ciu itu, pada hakekatnya
memiliki kepandaian yang tiada taranya di dunia ini, apabila kita
harus mengajak serta mereka, bukankah sepanjang hari kita harus
menguatirkan mereka serta mencari kesulitan bagi diri sendiri?"
"Pendapat saudara Liu memang benar, tapi siaute rasa kita masih
mempunyai cara lain, " kata kakek kurus she Oh lagi dengan ilmu
menyampaikan suara.
Pek leng siancu So Bwe leng yang menyaksikan mulut mereka
berkemak kemik segera tahu kalau orang orang itu sedang
berunding, tak tahan lagi serunya sambil tertawa dingin :
"Kalau hanya menghadapi persoalan sekecil ini saja sukar untuk
mengambil keputusan, buat apa kalian munculkan diri, untuk
membuat malu saja."
Kakek kurus she Oh itu segera berkata :
"Kecuali kalian berdua bersedia membiarkan jalan darah kalian
ditotok hingga sepanjang jalan kami pun dapat berlega hati. Kalau
tidak, lebih baik kalian pergi saja, lohu pun tak ingin menahan kalian
lebih jauh."
Permintaan seperti ini sesungguhnya sudah berada dalam dugaan
Ciu Tin tin serta Pek leng siancu So Bwe leng, maka paras muka
mereka sama sekali tidak menunjukkan kaget atau tercengang meski
telah mendengar perkataan itu, untuk dapat merawat dan melayani
kebutuhan Thi Eng khi sepanjang jalan, tentu saja mereka tak
pedulikan tentang persoalan tersebut.
Apalagi kedua orang itu tak ingin dirinya didahului oleh yang lain,
maka serentak mereka menyanggupi permintaan itu. Sedangkan Thi
Eng khi sendiri, untuk lebih memperlihatkan kesungguhannya, dia
menunjukkan sikap yang lebih gugup dan menderita, bahkan
berdaya upaya untuk membatalkan keputusan mereka berdua itu.
Bu im sin hong Kian Kim siang maupun Sam ku sinni juga mencak
mencak saking cemasnya, mereka segera berseru berulang kali :
1241 "Tolol! Pikun! Mengapa kalian menyanggupi persyaratan mereka"
Apakah kalian tidak takut kalau kawanan gembong iblis itu
mengingkari janji dan memberi penderitaan lain kepada kalian?"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menyahut, sebaliknya berseru
sambil memandang kearah kakek she Oh itu :
"Nah, sudah kalian dengar perkataannya itu?"
Dengan cepat kakek she Oh berseru :
"Istana Ban seng kiong merupakan suatu perkumpulan besar
didalam dunia persilatan, lohu menggunakan nama baik
perkumpulan kami sebagai jaminan untuk menghantar kalian bertiga
hingga tiba di istana Ban seng kiong dengan selamat!"
"Nona percaya dengan perkataanmu itu," dengan cepat Ciu Tin
tin menanggapi.
Demi memperoleh kesempatan untuk merawat dan menjaga Thi
Eng khi, sekalipun orang lain akan mengingkari janji pun dia tidak
ambil peduli. Sebaliknya Pek leng siancu So Bwe leng segera
berkerut kening sembari serunya :
"Aku masih mempunyai sebuah syarat lagi!"
"Nona So masih ada syarat apa lagi?" Tanya kakek she Oh itu
dengan suara dalam.
Pek leng siancu So Bwe leng segera menunjuk kearah si Pencuri
sakti Go Jit dan Siu Cu, kemudian serunya :
"Serahkan mereka kepada guruku agar diajak pergi!"
"Tentang soal ini ".." kakek she Oh itu termenung sampai lama
sekali tanpa bisa menjawab.
Dengan kening berkerut Pek leng siancu So Bwe leng berseru
lagi: "Apa itu ini, bila kalian benar benar memiliki kepandaian, apakah
tak bisa untuk menangkap mereka kembali?"
Ucapan tersebut penuh nada cemoohan dan menghina, sudah
barang tentu si gembong iblis tersebut dapat menangkapnya.
Bayangkan saja, bagaimana tak mendongkol hatinya sesudah
mendengar perkataan tersebut, apalagi syarat yang diajukan pun
tidak kelewatan. Maka sambil menggigit bibir menahan diri, serunya:
"Baik! Akan lohu kabulkan permintaanmu itu!"
Kemudian sesudah berhenti sejenak, kembali dia berkata :
"Tapi kau harus membiarkan kami untuk menotok jalan darah Ki
tong hiat mu lebih dulu."
1242 Kali ini Pek leng siancu So Bwe leng tidak menampik, bahkan
serunya sambil manggut manggut :
"Silahkan saja turun tangan!"
Kakek she Oh itu segera menggerakkan tangan kanannya,
seketika itu juga jari telunjuk dan jari tengahnya berubah menjadi
hitam pekat menyeramkan sekali. Paras muka Bu im sin hong Kian
Kim siang berubah hebat, serunya dengan cemas :
"Iblis tua itu menggunakan ilmu jari Hek seng thian kang ci, nona
Leng, kau tidak boleh membiarkan tubuhmu tertotok, lebih baik kita
rundingkan kembali persoalan ini."
Perlu diketahui, ilmu jari Hek seng thian kang ci yang dilatih
dengan racun jahat, apabila sampai tertotok, sekalipun bisa
mengerahkan tenaga untuk menembusi jalan darah pun tak ada
gunanya. Thi Eng khi berkerut kening, kemudian serunya pula
dengan suara gemetar :
"Adik Leng, perbuatanmu itu hanya membuat aku merasa tidak
tentram saja."
Pek leng siancu So Bwe leng segera tertawa :
"Engkoh Eng, aku bersedia berbuat demikian atas dasar
kerelaanku sendiri, soal ini sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan dirimu"."
Lalu dengan wajah berubah serius, kembali ujarnya kepada kakek
she Oh itu : "Mengapa kau tidak berani turun tangan?"
Mencorong sinar buas dari balik mata kakek she Oh tersebut,
serunya kemudian :
"Kalau begitu terpaksa aku harus melakukan kesalahan!"
Dia melejit ke tengah udara lalu menotok jalan darah Ki tong hiat
pada tubuh So Bwe leng. Tampak diantara desingan angin jarinya
lamat lamat terlihat ada segaris hitam yang meluncur kearah jalan
darah Ki tong hiat di tubuh Pek leng siancu So Bwe leng.
Sambil menggertak gigi menahan diri, Pek leng siancu So Bwe
leng sama sekali tidak mendengus ataupun mengeluh, namun
seluruh tubuhnya telah basah oleh keringat dingin.
Sesudah menotok jalan darah Ki tong hiat ditubuh Pek leng
siancu So Bwe leng, kakek she Oh itu baru tertawa terbahak bahak.
"Haaahhhh". haaahhhh".. haaahhhh".. Hek seng thian kang ci
memiliki kegunaan yang tak terkirakan, asal kau tidak mengerahkan
1243 tenaga, tanggung kau bisa bergerak dengan sekehendak hatimu
tanpa merasakan penderitaan apapun."
Agaknya penderitaan yang dialami Pek leng siancu So Bwe leng
pun hanya berlangsung dalam waktu singkat, kini paras mukanya
telah pulih kembali seperti sedia kala, kembali dia berkata dingin :
"Sekarang adalah waktu kalian untuk melepaskan orang!"
Kakek she Oh itu segera mengulapkan tangan sembari berseru :
"Lepaskan Go Jit dan Siu Cu!"
Lotoa dari Seng kiong pat cun segera turun tangan
membebaskan jalan darah dari si pencuri sakti Go Jit dan Siu Cu.
Dengan lemah tapi penuh rasa terharu, kedua orang itu segera
merangkak bangun sembari berseru :
"Nona Leng!"
Tak tahan lagi airmatanya jatuh bercucuran membasahi wajah,
saking terharunya mereka sampai tak mampu mengucapkan sepatah


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

katapun ".
Pek leng siancu So Bwe leng segera menunjukkan sekulum
senyuman di ujung bibirnya, dia berkata :
"Kalian tidak usah berterima kasih kepadaku, aku hanya berbuat
demikian sambil lalu, sekarang ikutlah suhuku untuk berlalu dengan
cepat dari sini!"
Baik si pencuri sakti Go Jit maupun Siu Cu, kedua duanya cukup
mengetahui akan tabiat dari Pek leng siancu So Bwe leng, bersama
itu dia pun tidak memperkenankan mereka mengucapkan kata kata
berterima kasih, terpaksa sambil mengeraskan hati mereka berjalan
menuju ke hadapan Sam ku sinni untuk bersama sama berlalu dari
situ. Ciu Tin tin lantas berkata kepada Bu im sin hong Kian Kim siang
dengan suara pelan:
"Kian locianpwe, harap kau membawa mereka segera
meninggalkan tempat ini."
Menyaksikan keadaan telah berkembang menjadi begini, Bu im
sin hong Kian Kim siang hanya bisa menggelengkan kepalanya
berulang kali sambil menghela napas, katanya :
"Kalian harus baik baik menjaga diri."
Kemudian serunya kepada Sam ku sinni :
"Sinni, lebih baik kita segera berlalu untuk melaksanakan
pekerjaan kita sendiri, ayo berangkat!"
1244 Dengan langkah lebar dia lantas beranjak keluar dari ruangan
tersebut. Siapa sangka, pada saat itulah mendadak meluncur datang
seseorang dari luar dan langsung menerkam kakek she Oh tersebut
..... Semua orang adalah tokoh tokoh persilatan yang berilmu tinggi,
sekalipun gerakan tubuh orang itu sangat cepat, namun dalam
sekilas pandangan saja setiap orang dapat mengenalinya sebagai Bu
Nay nay.... Tanpa mengambil peduli keadaan di sekitar, Bu Nay nay segera
mengumpat dengan penuh kegusaran :
"Kalian manusia manusia keparat, Thi sauhiap telah kalian bawa
kemana?" Bersamaan dengan seruan tersebut, Bu Nay nay menerjang
datang, lalu sepasang telapak tangannya diayunkan ke depan
menciptakan selapis bayangan serangan yang segera mengurung
seluruh tubuh kakek she Oh tersebut. Dengan cekatan kakek Oh
berkelit ke samping menghindarkan diri dari ancaman Bu Nay nay
dan segera terlihatlah Thi Eng khi yang semula dihalangi oleh
tubuhnya. Bu Nay nay segera memandang kedepan, dengan cepat dia
menyaksikan seorang kakek yang lain sedang menempelkan telapak
tangan kanannya diatas jalan darah Pek hwee hiat ditubuh Thi Eng
khi dan memandang kearahnya sambil tertawa seram.
Tertawanya itu ternyata jauh lebih unggul daripada gertak
sambal atau pun kata ancaman yang lain, dengan ketakutan cepat
cepat Bu Nay nay menarik kembali serangannya dan melompat
mundur sejauh lima depa dari posisi semula. Ketika dia berpaling
kembali, terlihatlah Ciu Tin tin sedang berdiri di sana sambil
mengulumkan senyuman terpaksa.
Tampaknya tak usah diterangkan pun dia sudah tahu dengan
jelas bahwa semua orang yang hadir disitu telah diancam oleh orang
orang Ban seng kiong dengan Thi Eng khi sebagai sandera.
Pada saat inilah Bu Nay nay baru menyesali perbuatan sendiri,
gara gara ingin mencari menangnya sendiri, akibatnya dia terkena
siasat memancing harimau turun gunung, meski dalam
pertarungannya melawan kakek Oh sebanyak dua ratus gebrakan
lebih berhasil dimenangkan olehnya, namun setelah kembali ke
rumah penginapan, dia dapatkan Thi Eng khi telah diculik orang.
1245 Dengan susah payah dia mencari hingga menemukan tempat
tersebut namun sayang keadaannya sudah terlanjur memburuk
sehingga mustahil bisa diselamatkan lagi. Apalagi semua akibat
tersebut terjadi gara gara keteledorannya, semacam perasaan
berdosa segera menghantui perasaannya. Bu Nay nay adalah
seorang manusia yang berjiwa berangasan, mendadak sambil
melotot besar teriaknya keras keras :
"Tin tin! Nay nay telah melakukan kesalahan terhadap dirimu ".!"
Dia membalikkan badannya lalu dihantamkan keatas ubun ubun
sendiri. Ciu Tin tin sudah cukup mengetahui akan watak Bu Nay nay,
maka sementara dia masuk ke sana, segenap perhatian Ciu Tin tin
telah ditujukan kearahnya. Tatkala dia mengucapkan kata "Tin tin"
tadi, gadis itu sudah mengerahkan tenaga dalamnya ke lengan
kanan sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan.
Menanti dia menggerakkan tangan kanannya, Ciu Tin tin segera
melancarkan sentilan jari ke udara dan menotok jalan darah Cian
keng hiat si nenek. Menyusul kemudian, bayangan manusia
berkelebat lewat, dia sudah berada dihadapan Bu Nay nay seraya
menegur : "Nenek, inginkah kau menyaksikan Tin tin tetap hidup di dunia
ini?" Bu Nay nay mengangguk, namun seperti sungkan untuk
menjawab. Kembali Ciu Tin tin berkata :
"Nay nay, bila kau menginginkan Tin tin hidup terus, maka
kaupun harus hidup terus demi Tin tin!"
Ciu Tin tin mengetahui dengan jelas watak dari Bu Nay nay,
daripada menghiburnya adalah lebih baik memegang titik
kelemahannya, ternyata tindakan tersebut memang menampakkan
hasilnya. Tampak Bu Nay nay menunjukkan sebentar luapan emosinya,
kemudian manggut manggut. Ciu Tin tin segera membebaskan jalan
darah Bu Nay nay, kemudian katanya :
"Nay nay, harap kau mengikuti mereka berlalu dari sini!"
"Mengapa kau tidak turut serta?" Tanya Bu Nay nay agak
tertegun keheranan.
Ciu Tin tin menundukkan kepalanya rendah rendah sembari
menggelengkan kepalanya berulang kali. Bu Im segera berjalan
mendekat, lalu ujarnya :
1246 "Cici, nona Tin hendak menemani Thi sauhiap untuk berangkat ke
istana Ban seng kiong."
Mendengar itu, Bu Nay nay segera mendongakkan kepalanya
sembari berseru :
"Tin tin, Nay nay pun akan menemani kau untuk menuju ke
istana Ban seng kiong, akan kulihat manusia macam apakah Hian im
Tee kun tersebut, apa pula yang bisa dia lakukan terhadap kita?"
"Nay nay, kau tak boleh turut," buru buru Tin tin mencegah.
Bu Nay nay segera melotot gusar.
"Kalau kau boleh pergi mengapa Nay nay tidak boleh turut pergi
".?" Si kakek Oh yang selama ini membungkam, mendadak berseru
lagi dengan suara sedingin es :
"Barang siapa ingin turut kami pergi ke istana Ban seng kiong
maka dia harus bersedia untuk ditotok dulu jalan darah Ki tong
hiatnya dengan ilmu jari Hek seng thian kang ci."
"Enak amat jalan pemikiranmu itu," teriak Bu Nay nay dengan
penuh amarah. "Mari! Mari! kita mencoba saling beradu tenaga dalam, coba kita
lihat nanti kau yang berhasil menotok jalan darah Ki tong hiat ku
ataukah aku yang berhasil menotok jalan darah Ki tong hiatmu "."
Sikap kakek she Oh tersebut bertambah angkuh lagi, kembali dia
berkata : "Seorang lelaki yang cerdas tak akan beradu kekuatan dengan
kerbau, boleh saja bila kau ingin turut menuju ke istana Ban seng
kiong, tapi tiada jalan lain kecuali membiarkan lihu menotok dulu
jalan darah Ki tong hiatmu."
Bu Nay nay segera mendengus dingin.
"Hammm, bagus sekali, nenekmu akan membuktikan kelihayanku
kepadamu!"
"Kalau kurang percaya, tanyakan saja kepada nona Ciu."
Bu Nay nay segera berpaling kearah gadis tersebut sembari
bertanya keheranan :
"Tin tin, apa maksud dari kesemuanya ini?"
Terpaksa Ciu Tin tin harus mengisahkan kembali semua kejadian
yang telah dialaminya itu kepada Bu Nay nay. Selesai mendengar
kisah mana, Bu Nay nay segera tertawa tergelak dengan seramnya :
1247 "Benar benar suatu tindakan yang keji. Hmmm". Wahai manusia
manusia Ban seng kiong, dengarkan baik baik, suatu hari aku si
nenek pasti akan menguliti kalian semua."
Setelah berhenti sejenak, kembali dia berkata :
"Mari! Sekarang kita boleh turun tangan!"
Kakek she Oh tersebut memandang sekejap kearah Ciu Tin tin,
lalu katanya : "Lohu akan segera turun tangan!"
Sebenarnya dia ingin memperhatikan dulu sikap maupun mimik
wajah Ciu Tin tin sebab kepandaian silat yang dimiliki Ciu Tin tin
terlampau hebat, dia kuatir sekali apabila gadis itu bertindak diluar
dugaan. Tapi ucapan mana segera memancing ejekan dan
cemoohan Bu Nay nay.
"Hmmmm". Hanya mengandalkan sepatah kata saja sudah
cukup membuat hatiku ketakutan" Hmmm, siapa menyuruh kau
tidak turun tangan ".?"
Berhubung Ciu Tin tin tahu kalau Bu Nay nay merasa amat
berdosa kepadanya, diapun tak tega menampik kehendak hatinya,
terpaksa sambil mengeraskan hati dia manggut manggut.
Kakek she Oh tersebut segera turun tangan dengan cepat
menotok jalan darah Ki tong hiat di tubuh Bu Nay nay. Akibat dari
totokan tersebut, Bu Nay nay menjadi kesakitan setengah mati
hingga wajahnya hijau membesi dan peluh dingin bercucuran keluar,
seperti pula Pek leng siancu So Bwe leng, ia sama sekali tidak
mengeluh. Bukan begitu saja, bahkan ia sempat melotot kakek she Oh itu
lekat lekat, membuat orang yang dipandang itu menjadi bergidik dan
ngeri sekali, ia benar benar kuatir apabila suatu ketika Bu Nay nay
sungguh sungguh mengkuliti badannya.
Bu im sin hong Kian Kim siang sekalian telah pergi meninggalkan
tempat tersebut. Akhirnya Ciu Tin tin pun tidak melawan ketika
kakek she Oh itu menghadiahkan pula sebuah sodokan jari Hek seng
thian kang ci keatas jalan darahnya.
Dengan lemas dan tak bersemangat Bu im sin hong Kian Kim
siang sekalian meninggalkan kuil Thian che bio, belum pernah
sepanjang hidup mereka mengalami mati kutu seperti apa yang
dialaminya hari ini.
Ketiga orang tua itu merasa kehilangan muka, maka siapapun tak
bersemangat untuk berbicara, si pencuri sakti Go Jit maupun Siu Cu
1248 pun tidak mengucapkan sepatah kata pun. Yang terdengar kini
hanya ujung baju yang terhembus angin, mereka berangkat menuju
ke luar kota Tin kang dengan kecepatan tinggi. Akhirnya Bu im sin
hong Kian Kim siang menghentikan perjalanannya, kemudian setelah
menghela napas panjang katanya :
"Sinni, persoalan mengenai Go tayhiap dan nona Siu Cu harap
kau suka memperhatikan."
"Aaaai, tampaknya kita memang harus kembali ke partai Thian
liong pay," ucap Sam ku sinni.
Kemudian setelah berhenti sejenak, dia balik bertanya :
"Kian tua, apakah kau tak akan menuju ke Thian liong pay?"
"Aku harus pergi mencari Keng thian giok cu Thi Keng untuk
berupaya menolong Thi sauhiap."
Sam Ku sinni yang tidak mengetahui keadaan sesungguhnya
menjadi sangat terkejut, segera serunya :
"Kian tua, buat apa kau harus mencari penyakit bagi diri sendiri"
Mau apa kau mencari Thi tua" Apalagi dia hanya seorang Tongcu,
aku kuatir kalau dia tak mampu banyak berkutik."
Bu im sin hong Kian Kim siang segera tertawa lebar :
"Sinni, bukankah kau telah bersua dengan seorang lohu yang lain
....?" Dengan cepat Sam ku sinni menyadari hal yang sebenarnya, dia
lantas berseru :
"Oooh, rupanya Thi tua yang berada dalam istana Ban seng kiong
adalah Thi tua gadungan?"
Setelah menghela napas, dia melanjutkan :
"Thi tua memang aneh, entah kemana larinya semangat serta
kebesaran jiwanya yang pernah mengagumkan segenap umat
persilatan dimasa lalu" Dia begitu bersabar diri membungkam dalam
seribu bahasa, membuat kami sobat sobat lamanya menjadi bingung
dan tidak memahami suara hatinya."
"Thi tua mempunyai kesulitan yang tak bisa diutarakan, lebih baik
kita bicarakan persoalan ini dikemudian hari saja, sekarang lohu
ingin mohon diri lebih dulu."
Setelah memberi hormat kepada Sam ku sinni, dia lantas
mengajak Bu Im untuk menempuh perjalanan bersama dia.
Sedangkan Sam ku sinni dengan mengajak serta si pencuri sakti Go
Jit dan Siu Cu berangkat kembali ke partai Thian liong pay.
1249 Sementara itu, Bu im sin hong Kian Kim siang yang mengajak Bu
Im menempuh perjalanan bersama telah melakukan perjalanan
mereka dengan cepat, siang dan malam menuju ke markas besar
istana Ban seng kiong di bukit Wu san. Sepanjang jalan, Bu Im
bertanya kepada Bu im sin hong Kian Kim siang, apa sebabnya
sepeninggalnya dari bukit Bu gi san, lantas tiada kabar beritanya
lagi. Secara ringkas Bu im sin hong Kian Kim siang segera
membeberkan rencana empat tokoh besar di dalam usahanya
menyusup ke istana Ban seng kiong, bahkan dia pun membeberkan
bagaimana Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni telah
menyaru sebagai komplotan iblis tersebut dan menyusup ke dalam
markas musuh. Mengetahui akan hal ini, dengan perasaan risau Bu Im lantas
berkata : "Aaaai, kalau begitu sayang sekali orang yang menyaru sebagai
cianpwe telah dibunuh nona Tin, apakah kejadian ini amat
berpengaruh terhadap rencana yang telah cianpwe sekalian susun?"
Bu im sin hong Kian Kim siang menghela napas panjang :
"Aaai, bukan cuma berpengaruh, pada hakekatnya rencana kami
bisa jadi akan hancur berantakan."
"Aaah, sedemikian seriusnya?" seru Bu Im terkejut.
"Penyaruan dari Thi tua sekalian sudah mulai dicurigai orang,
sesungguhnya kedatanganku kemari adalah untuk menghabisi
nyawa orang yang menyaru sebagai diriku itu sehingga dapat
menyelundup ke istana Ban seng kiong dan melenyapkan Hian im
Tee kun dari muka bumi, sebab kami kuatir persoalan yang berlarut
larut dapat menyebabkan usaha kami selama ini terbengkalai."
Perjalanan yang harus ditempuh bukan sehari dua hari saja,
walaupun mereka telah menempuh perjalanan cepat dengan
sepenuh tenaga, dan mereka pun percaya pasti dapat mendahului
Thi Eng khi sekalian, akan tetapi perasaan gelisah yang mencekam


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perasaan mereka kian hari kian bertambah besar.
Hari ini, sampailah mereka di kota Swan cong. Dalam keadaan
lelah dan gelisah, dua orang tokoh persilatan ini telah berubah
menjadi kurus lagi kuyu. Setelah masuk kota, sebenarnya mereka
hendak mencari rumah penginapan untuk beristirahat. Malahan
mereka sudah hampir masuk ke dalam sebuah rumah penginapan
waktu itu, namun tiba tiba saja Bu im sin hong Kian Kim siang
1250 menghentikan langkahnya sambil berubah muka, lalu tanpa
mengucapkan sepatah katapun dia menarik Bu Im dan diajak kabur
meninggalkan tempat tersebut.
Bu Im menjadi kebingungan dan tidak habis mengerti, tanyanya
kemudian : "Kian tua, memangnya di rumah penginapan itu ada setannya"
Mengapa kau melarikan diri terbirit birit?"
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang tidak bernapsu untuk
menjawab pertanyaan tersebut, dia hanya celingukan kesana
kemari, kemudian berbelok tikungan masuk keluar gang sempit,
bahkan perjalanan ditempuh amat cepat sekali, dimana pada
akhirnya dia malah kabur dengan mengerahkan ilmu Hu kong keng
im yang diandalkan.
Seandainya dia bukan terpaksa harus berhenti untuk
memperhatikan keadaan di sekelilingnya lebih dulu, nyaris Bu Im
ketinggalan jauh dan tak mampu menyusulnya. Bu Im semakin
keheranan lagi, dia tidak habis mengerti apa sebabnya Bu im sin
hong Kian Kim siang menunjukkan sikap yang membingungkan
tersebut hari ini.
Sementara itu, matahari telah tenggelam di langit barat, senja
pun menjelang tiba. Bagaikan diuber setan saja, kedua orang itu
melakukan perjalanan yang sangat cepat menelusuri jalan bukit
yang terjal dan bergerak ke depan tiada hentinya. Suatu ketika
mendadak Bu im sin hong Kian Kim siang mendongakkan kepalanya
dan memperhatikan posisi rembulan, setelah itu katanya sambil
menghela napas :
"Untung saja kita tak sampai menyia nyiakan waktu!"
"Kian tua, sebenarnya apa yang terjadi?" Bu Im keheranan
setengah mati, "tentunya dapat kau terangkan kepadaku bukan?"
Bu im sin hong Kian Kim siang bertindak sangat berhati hati
sekali, sekalipun berada di daerah tanpa penghuni, ia tetap berbicara
dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara :
"Tempat ini sudah dekat letaknya dari bukit Wu san, mata mata
pihak Ban seng kiong tersebar dimana mana, untuk keuntungan dan
keamanan kita sendiri, lebih baik setiap pembicaraan kita lakukan
dengan ilmu menyampaikan suara."
Walaupun Bu Im menertawakan sikap kelewat berhati hati dari
rekannya, namun ia menyahut juga dengan ilmu menyampaikan
suara : 1251 "Bu Im akan turut perintah!"
Walaupun Bu Im dan empat tokoh dunia persilatan berasal dari
jaman yang sama, namun kemunculannya justru terlambat dua
puluh tahun lamanya, apalagi dia pun tidak memiliki prestasi
maupun nama besar yang bisa diandalkan, itulah sebabnya dia
cukup tahu diri dan berhati hati dalam setiap perkataan.
Saat itulah Bu im sin hong Kian Kim siang baru menghembuskan
napas panjang, katanya :
"Aku telah melihat tanda bahaya yang ditinggalkan oleh Tiang
pek lojin!"
"Kalau begitu So tua berada disekitar tempat ini?" seru Bu Im
terkejut. Bu im sin hong Kian Kim siang segera manggut manggut.
"Yaa, setelah melihat tanda bahaya tersebut, aku telah mengikuti
tanda rahasia yang ditinggalkannya sepanjang jalan hingga sampai
di sini, kemungkinan besar dia berada disekitar tempat ini."
"So tua menghadapi masalah gawat apa?"
"Tanda rahasianya amat sederhana dan tidak menerangkan apa
apa tapi diterangkan
bahwa tengah malam nanti akan berlangsung suatu pertarungan
mati hidup disekitar tempat ini."
Mendengar itu, Bu Im lantas berpikir :
"Dengan kepandaian silat yang dimiliki So tua pun masih
mengirim tanda bahaya, sudah jelas kalau persoalan ini bukan suatu
masalah sederhana."
Tampaknya Bu im sin hong Kian Kim siang sedang dicekam pula
oleh pelbagai masalah besar, dia hanya membungkam dalam seribu
bahasa sambil mengawasi rembulan di angkasa. Bu Im merasa
kurang leluasa untuk mengusik ketenangannya, maka dia hanya
berdiri tenang saja di samping arena.
Segulung angin bukit berhembus lewat"..
Menyusul kemudian terdengar suara ujung baju terhembus angin
berkumandang datang, dua sosok bayangan manusia nampak
bergerak mendekat dengan langkah cepat, nampaknya sambil
berjalan mereka sedang membicarakan sesuatu.
Sebagai jago kawanan yang berpengalaman, sudah barang tentu
kedua orang jago kita tidak berdiam diri saja, setelah saling
berpandangan sambil tertawa, mereka segera menyelinap ke balik
hutan belantara. Tak selang berapa saat kemudian, sampailah
1252 pendatang tersebut ditempat mereka semula berdiri, sinar rembulan
kebenaran mencorong diatas wajah mereka.
Tatkala menjumpai raut wajah orang orang itu, Bu Im nampak
seperti tertegun, kemudian bisiknya :
"Aku kenal dengan mereka berdua."
"Siapakah mereka?"
"Entahlah!"
Bu im sin hong Kian Kim siang jadi tertawa geli.
"Bu lote" ia berkata, "aku jadi bingung oleh perkataanmu".!"
"Berapa bulan berselang, ketika aku sedang mengambil buah
Hian ko, hampir saja aku tewas diujung telapak tangan mereka."
Bu im sin hong Kian Kim siang cukup mengetahui akan
kemampuan Hua lik sinking milik Bu Im, kalau ia bisa berkata
demikian berarti kepandaian silat yang dimiliki kedua orang itu luar
biasa sekali...
Usia kedua orang itu sudah menanjak tua, diantara enam tujuh
puluh tahunan, wajah mereka yang kuning hangus berbentuk
segitiga, mukanya bagaikan pinang di
belah dua, sudah jelas kalau mereka adalah saudara kembar.
Perawakan kedua orang itupun tidak terlampau tinggi atau terlalu
rendah, tidak gemuk ataupun kurus, seandainya wajah mereka yang
berbentuk segitiga itu diganti dengan wajah yang lebih menarik,
niscaya orang akan menganggap mereka sebagai dua orang
enghiong. Tapi kesan yang diberikan oleh bentuk wajahnya adalah
seram, licik dan memuakkan.
Setelah berdiri sesaat, salah seorang di antaranya lantas berkata
pelan : "Sebenarnya siapa sih yang harus kita hadapi hari ini" Maka kami
berdua yang diutus untuk menghadapinya?"
Kalau didengar dari nada pembicaraannya itu, seakan akan dia
memandang kelewat tinggi kedudukan sendiri.
"Loji, kau jangan menganggap kedudukan Lei san siang hiong
(sepasang orang gagah dari bukit Lei san) kelewat tinggi, berbicara
yang sebenarnya tingkat ke berapa sih kedudukan kita berdua dalam
istana Ban seng kiong?"
Lei san siang hiong yang terdiri dari sang lotoa Ang sah ciang
(Pukulan pasir merah) Phang Put jin dan loji Hek sah ciang (Pukulan
pasir hitam) Phang Put gi. Mereka sudah termashur puluhan tahun
1253 lamanya di dalam dunia persilatan sebagai sepasang gembong iblis
yang buas dan berhati keji.
Walaupun Bu im sin hong Kian Kim siang belum pernah bersua
dengan mereka, paling tidak toh pernah mendengar juga nama
kedua orang itu, mau tak mau dia harus berkerut kening juga
dengan kenyataan tersebut, sekarang dia baru mulai mengenali
ketakutan yang sesungguhnya dari pihak Ban seng kiong.
Sementara itu, sang loji Hek sah ciang Phang Put gi telah berkata
lagi dengan nada tak senang hati :
"Dengan kedudukan kita sekarang tidak sepantasnya bila
ditugaskan untuk berada di bawah seorang wakil tongcu dan
menerima perintah mereka!"
"Loji, keliru besar bila kau berkata demikian," kata Lotoa Ang sah
ciang Phang Put jin, "kau harus tahu kalau Tee kun sangat
menghargai kita serta menganggap kita sebagai orang
kepercayaannya, di dalam ini aku dapat merasakan kesulitan serta
kehendak Tee kun dalam keputusannya ini, tidak pantas kalau kita
menganggap hal ini sebagai suatu sakit hati, perlu diketahui bila
urusan telah berhasil nanti kekuasaan yang sesungguhnya masih
tetap berada ditangan kita"."
"Hmmm, tapi sekaranglah aku yang tak tahan!" Hek sah ciang
Phang Put gi mendengus.
"Sebagai seorang lelaki yang sejati, dia harus bisa mengulur bisa
pula menyusut, aku harap selanjutnya kau bisa sedikit menguasai
diri, perlu kau ketahui nama besar Tee kun tak mungkin bisa kita
tandingi dengan begitu saja."
Berbicara sampai disitu, mendadak ia berbisik :
"Ada orang datang!"
Mereka berdua segera berdiri menghadang ditengah jalan.
Bagaikan segulung angin, tampak tiga sosok bayangan manusia
meluncur datang dengan kecepatan luar biasa. Orang yang berjalan
didepan adalah Tiang pek lojin So Seng pak, sedangkan
dibelakangnya mengikuti dua bersaudara Cia yang lebih dikenal
sebagai Boan san siang koay.
Begitu menyaksikan kemunculan Tiang Pek lojin So Seng pak, Lei
san siang hiong segera menyingkir ke samping sambil memberi
hormat, serunya cepat :
"Hamba menyambut kedatangan Tongcu!"
1254 "Hmmm" siapa sih yang menjadi Tongcu Ban seng kiong
kalian?" dengus Tiang pek lojin So Seng pak sambil berkerut kening,
"lohu adalah So Seng pak yang asli dan suci."
"Sejak kapan kau sudah tidak menjadi tongcu kami lagi?" seru Lei
san siang hiong agak tertegun.
Tiang pek lojin So Seng pak segera tertawa terbahak bahak :
"Haaahhh".. haaahhh". Haahhh". Kapan sih lohu pernah
menjadi Tongcu kalian" Harap kalian jangan salah melihat orang"!"
Sang loji dari Lei san siang hiong yang berwatak paling
berangasan menjadi naik pitam dengan suara menggeledek dia
sege?ra membentak keras :
"Aku tak ambil perduli siapakah kau, pokoknya sebagai anggota
istana kami, siapa pun dilarang menaiki bukit ini!"
"Lohu datang kemari untuk memenuhi undangan," seru Tiang
pek lojin sembari melotot besar, "kalau toh aku dilarang untuk naik
ke atas bukit, baiklah, jangan salahkan kalau lohu mengingkar janji
lagi!" Dia berpaling dan serunya kepada Boan san siang koay :
"Lote berdua, mari kita pergi saja!"
Dia membalikkan badan siap meninggalkan bukit tersebut. Lei
san siang hiong tertegun, cepat cepat lotoa menghadang jalan pergi
Tiang pek lojin sambil berseru:
"Kalau memang So tua datang untuk memenuhi undangan,
silahkan saja naik ke bukit."
Baru selesai dia berkata, kembali terlihat ada dua sosok
bayangan manusia yang meluncur datang dengan kecepatan luar
biasa. Orang yang berjalan dipaling depan ternyata bukan lain
adalah Tiang pek lojin So Seng pak. Yang lebih aneh lagi pakaian
maupun dandanannya sama sekali tidak berbeda jauh dengan Tiang
pek lojin yang datang lebih duluan tadi...
Tiang pek lojin yang datang lebih duluan itu segera berpaling ke
arah Lei san siang hiong, kemudian ujaraya sembari tertawa
terbahak bahak :
"Haaahhh" haaahhh". Haaahhh". coba kalian saksikan!
Bukankah lohu bisa menciptakan diri menjadi beribu bagian" Mau
kulihat sekarang apa yang bisa kalian lakukan?"
Tiang pek lojin So Seng pak yang datang belakangan segera
tertawa seram :
1255 "Heehhh... heeehhh". heeehhhh... justru lohu sengaja
mengundangmu kemari untuk menyelidiki penyaruanmu tersebut,
bila punya nyali mari naik ke atas bukit, tak perlu banyak ngebacot
lagi di sini."
Dalam pada itu,Bu Im yang berada di tempat persembunyianpun
dibuat kebingungan setengah mati, kepada Bu im sin hong Kian Kim
siang segera tanyanya :
"Diantara kedua orang itu, siapa sih yang merupakan So tua
sesungguhnya?"
"Tentu saja Tiang pek lojin yang datang lebih duluan adalah
Tiang pek lojin yang asli!" sahut Bu im sin hong Kian Kim siang
tanpa berpikir panjang lagi.
Menyaksikan jawabannya begitu meyakinkan, Bu Im semakin
terkejut bercampur ke-heranan, kembali dia bertanya :
"Kian tua, mengapa kau bisa membedakannya di dalam sekali
tebakan saja?"
Bu im sin hong Kian Kim siang segera menunjuk ke atas sebuah
jarum pentul yang berada dipakaian sendiri, setelah itu sahutnya :
"Sebab dia pun mengenakan ini!"
Bu Im segera menyadari apa gerangan yang telah terjadi,
serunya dengan cepat :
"Oooh...rupanya kalian sudah mengadakan perjanjian
sebelumnya."
"Bila terjadi pertarungan nanti, kau jangan sampai salah
membantu yang lain," pesan Bu im sin hong Kian Kim siang.
Sambil tertawa Bu Im manggut manggut :
"Tak usah kuatir Kian tua, setelah adanya tanda tersebut, aku tak
bakal salah lagi."
Dalam pada saat itu Lei san siang hiong sedang mengawasi Tiang
pek lojin yang datang belakangan sambil termangu, lama sekali
mereka belum juga berbicara tampaknya kedua orang gembong iblis
tersebut sudah dibuat kebingungan setengah mati. Akhirnya loji Hek
sah ciang Phang Put gi membentak keras, sambil melompat ke
depan Tiang pek lojin yang datang belakangan, dia berseru dengan
suara rendah: "Siapakah kau sebenarnya" Kau harus tahu, lohu berdua bukan
manusia yang gampang dipermainkan semaunya sendiri!"
Tiang pet lojin yang datang belakangan segera menunjukkan
sikap sedingin es, katanya tiba tiba :
1256 "Lohu adalah Pek hou tongcu adanya!"
Sembari berkata dia mengeluarkan sebuah lencana berwarna
putih perak dan diayunkan didepan mata. Terbentur batunya loji dari
Lei san siang hiong merasa gusar bercampur mendongkol, namun
dia pun tak berani mengumbarnya keluar, malah dengan sikap yang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghormat dia berkata :
"Silahkan Tongcu!"
Dengan gaya yang sok Tiang pek lojin So Seng pak gadungan
berjalan menuju ke hadapan Tiang pek lojin So Seng pak asli
kemudian setelah mendengus katanya :
"Lohu akan menantikan kedatanganmu di atas bukit, harap kau
jangan melarikan diri dari sini!"
Setelah mengutarakan perkataan maka tanpa banyak berbicara
lagi dia melejit ke udara dan melesat lebih dulu menuju ke atas bukit
tersebut. Tiang pek lojin So Seng pak yang tulen segera
mendongakkan kepalanya dan berpekik nyaring, dengan membawa
Boan san siang koay dia pun meluncur ke atas puncak bukit.
Sepeninggal kedua orang itu, loji dari Lei san siang hiong baru
meludah ke atas tanah, kemudian serunya dengan gemas :
"Suatu ketika lohu pasti akan menyuruh kau rasakan kelihayan
dari kami berdua!"
Mendadak terdengar seseorang tertawa dingin sembari menegur
: "Percuma saja kalian berdua menjadi pembantunya Tee kun,
karena kalian tak pernah memahami perasaan atasan dan selalu saja
menggerutu sambil mengomel, cara kerja kalian semacam ini paling
kubenci. Hmmm! Lohu hendak menjatuhi hukuman untuk kalian
berdua!" Lei san siang hiong segera menyebarkan diri sambil melompat
mundur sejauh satu kaki kemudian membalikkan badan sembari
bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan. Tampak Hian bu
Tongcu Bu im sin hong Kian Kim siang serta seseorang yang
wajahnya terasa pernah dikenal, sedang mengawasi mereka berdua
sambil tertawa dingin.
Lei san siang hiong merasa terkesiap, bergidik seluruh tubuh
mereka... Ternyata Bu im sin hong Kian Kim siang dan Bu Im telah selesai
berunding, mereka hendak memanfaatkan kesempatan yang sangat
baik ini untuk melenyapkan Lei san siang hiong dari muka bumi. Hal
1257 ini dilakukan sebagai persiapan suatu langkah mundur yang aman
dan selamat... Bersama itu pula dia telah menduga kedua gembong iblis ini
belum mendapat kabar tentang kematian dari Bu im sin hong
gadungan, oleh sebab itu, dia berhasrat untuk menggertak mereka
serta membuat pikiran mereka jadi kacau, dengan begitu apabila
sampai terjadi pertarungan maka lebih mudah baginya untuk meraih
hasil. Walaupun Lei san siang hiong merupakan manusia manusia buas
yang tidak takut langit tidak takut bumi, terhadap Hian im Tee kun
nyatanya takutnya setengah mati. Tindakan dari Bu im sin hong Kian
Kim siang barusan pada hakekatnya telah membuat mereka menjadi
ketakutan setengah mati.
Terutama sekali sang lotoa Ang sah ciang Phang Put jin, dia
kuatir sekali perkataan dari loji tersebut akan menggusarkan Bu im
sin hong Kian Kim siang, buru buru serunya sembari menjura.
"Harap Kian tua jangan salah paham, sesungguhnya rasa
mendongkol adikku hanya tertuju untuk Tiang pek lojin gadungan,
kami sama sekali tak berani bersikap tak puas terhadap Tee kun."
Mencorong sinar setajam sembilu dari balik mata Bu im sin hong
Kian Kim siang, ditatapnya wajah Hek sah ciang Phang Put gi lekat
lekat, kemudian serunya dengan suara dalam :
"Benarkah maksud tujuanmu yang sesungguhnya persis seperti
apa yang diutarakan lotoa mu?"
Menghadapi sikap yang begitu jumawa dan takabur macam
begini, jangan lagi manusia yang berangasan, sekalipun tak
gampang marahpun akan dibuat naik pitam juga.
Paras muka Hek sah ciang Phang Put gi kontan saja berubah
menjadi merah jengah, tak selang berapa saat kemudian berubah
kembali menjadi hijau membesi, dadanya naik turun tak menentu,
sudah jelas amarah orang ini sudah mencapai pada puncaknya dan
dia hendak berbuat nekad.
Ang sah ciang Phang Put jin yang menyaksikan keadaan adiknya
itu segera menghampiri Hek sah ciang Phang Put gi kemudian
dicengkeramnya urat nadi adiknya agar ia tak bisa mengerahkan
tenaga. Sesudah itu dengan ilmu menyampaikan su?ara dia baru
memperingatkan :
"Seorang lelaki sejati tak akan mencari kerugian yang berada di
depan mata, di sekitar tempat ini terdapat banyak sekali jago lihay
1258 istana kita, bila benar benar sampai bertarung, niscaya sulit buat kita
untuk melanjutkan hidup."
Hek sah ciang Phang Put gi memang berangasan orangnya,
namun bukan berarti dia adalah manusia yang sama sekali tak
berotak, setelah diberi petunjuk lotoanya, dia pun mendongakkan
kepala sambil tertawa terbahak bahak, rupanya dia menggunakan
gelak tertawa tersebut untuk melampiaskan keluar semua perasaan
mendongkolnya. Setelah puas tertawa, dia baru membungkukkan badannya
memberi hormat seraya berkata :
"Kian tongcu harap menjadi periksa, hamba tidak mempunyai
maksud begini."
Bu im sin hong Kian Kim siang pun segera berubah sikapnya,
dengan senyum dikulum dia pun berkata :
"Lohu juga tahu kalau kalian berdua amat setia kepada Tee kun
tapi berhubung akupun sedang memangku tugas jadi mau tak mau
setiap kecurigaan mesti dilakukan pemeriksaan. Bila ucapanku tadi
telah menyinggung perasaan kalian, harap kalian berdua suka
memaafkan."
Betapa girangnya Lei san siang hiong setelah rneyaksikan
perubahan sikap dari Bu im sin hong Kian Kim siang, dengan wajah
gembira mereka seru bersama :
"Aaah, Tongcu kelewat merendah, dikemudian hari kami masih
membutuhkan petunjuk dari Tongcu."
"Kalian berdua kelewat sungkan! Kalian berdua kelewat
sungkan..." seru Bu im sin hong Kian Kim siang berulang kali.
Mendadak ia menepuk bahu Bu Im, kemudian serunya lagi :
"Apakah kalian berdua kenal dengan sobat ini?"
Lei san siang hiong tidak mengetahui maksud tujuan Bu im sin
hong Kian Kim siang yang sesungguhnya, tanpa terasa ia menjadi
tertegun dibuatnya. Tapi dengan cepat mereka pun teringat kembali
akan perbuatan yang pernah berlangsung akibat sebiji buah Hian ko
tempo hari, tanpa terasa perasaan yang telah menjadi tenang kini
bergolak kembali.
Untuk beberapa saat lamanya kedua orang itu benar benar tak
tahu bagaimana mesti menjawab, namun mereka pun tak bisa
berlagak pilon terus, maka sikap maupun gerak geriknya menjadi
serba runyam dan tersipu sipu.
1259 Setelah tertawa tergelak Bu im sin hong Kian Kim siang oerseru
kembali. "Air bah menerjang kuil raja naga, sebagai orang sekeluarga
ternyata tidak saling mengenal"haaahhh... haaahhh"haaahhh.... ini
namanya tidak bertarung tidak saling mengenal. Bu lote, kejadian
yang sudah lewat biarkan saja lewat dan tak usah dipikirkan didalam
hati, mari! Mari! Mari! Biar aku sebagai juru damai saja, berjabatan
tanganlah kalian untuk damai!"
Bu Im segera maju ke depan sembari berseru :
"Siaute Bu Im, bila masa lalu banyak melakukan kesalahan
terhadap kalian gara gara sebiji buah Hian ko, harap kalian sudi
memaafkan!"
Dia mengulurkan tangan kanannya sambil berjalan menuju ke
hadapan Lei san siang hiong, dia telah bersiap siap untuk berjabatan
tangan dengan mereka. Tergerak hati Lei san siang hiong
menyaksikan hal itu, lotoa segera memberi tanda kepada loji, dan
loji pun mengerahkan tenaga dalamnya ke dalam tangan kanan
sambil menyambut uluran tangan Bu lm tersebut.
Menanti dia merasa kalau Bu Im sama sekali tidak bermaksud
untuk melukainya, dengan perasaan lega katanya kemudian sambil
tertawa lebar :
"Baik, baik, siaute bersedia mengikat tali persahabatan dengan
saudara Bu!"
Dengan cepat ke dua orang itu saling berjabatan tangan dengan
akrabnya seakan akan dua orang sobat lama saja. Waktu itu,
sebenarnya Ang sah ciang Phang Put jin telah mengerahkan
tenaganya untuk bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan
yang tidak diinginkan. Melihat loji dan Bu Im saling berjabatan
tangan dengan tenteram, maka sewaktu tiba gilirannya berjabatan
tangan dengan Bu Im pun dia telah mengendorkan
kewaspadaannya.
Dengan cepat kedua orang itu saling berjabatan tangan, siapa
tahu di saat ini pula Bu Im membalikkan jari tangannya sambil
mencengkeram urat nadinya, segulung hawa panas dengan cepat
menyerang ke dalam tubuhnya dengan dahsyat. Menanti Ang sah
ciang Phang Put jin menyadari akan datangnya bahaya dan ingin
menghimpun tenaga dalamnya, sayang keadaan sudah terlambat,
dia lantas berseru:
"Saudara Bu, kau.... "
1260 Bu Im tidak menyahut, sebaliknya lakasna sambaran kilat dia
membalikkan tangannya menotok jalan darah Jit kan hiat di tubuh
Ang sah ciang Phang Put jin. Ang sah ciang Phang Put jin yang
sudah banyak melakukan kejahatan ini segera menemui ajalnya
dalam keadaan yang mengenaskan.
Semua peristiwa tersebut berlangsung dalam waktu singkat,
menanti Hek sah ciang Phang Put gi merasa kalau gelagat tidak
menguntungkan serta bersiap sedia melancarkan serangan, telapak
tangan kanan Bu im sin hong Kian Kim siang telah menempel diatas
jalan darah Pay sim hiatnya.
"Kau pun sudah cukup banyak melakukan kejahatan!" seru Bu im
sin hong Kian Kim
siang kemudian.
Tenaga pukulannya segera dimuntahkan keluar, tubuh Hek sah
ciang Phang Put gi segera mencelat sejauh beberapa kaki dan tewas
dengan isi perut hancur tak karuan. Untuk melenyapkan kedua
orang gembong iblis ini tanpa mengejutkan anggota istana Ban seng
kiong lainnya mau tak mau mereka harus menggunakan sedikit
siasat, dengan begitu lenyaplah nyawa Lei san siang hiong tanpa
menimbulkan suara berisik apapun.
Berhasil dengan pekerjaannya, mereka saling berpandangan
sambil tertawa, kemudian meluncur keatas puncak bukit. Dibawah
sinar rembulan, tampak ada tiga pasang bayangan manusia sedang
melangsungkan pertarungan seru diatas puncak bukit itu. Selain itu,
terdapat pula empat orang kakek berjubah kuning yang masing
masing berada disatu sudut sambil mengawasi jalannya pertarungan
ditengah arena.
Tampaknya Tiang pek lojin gadungan adalah seorang yang ingin
menang, ternyata dia turun tangan sendiri untuk melangsungkan
pertarungannya melawan Tiang pek lojin. Pertarungan berlangsung
amat seru dan gencar, untuk beberapa lamanya kedua belah pihak
sama sama belum berhasil untuk meraih satu kemenangan. Setelah
menyaksikan situasi yang dihadapinya, diam diam Bu im sin hong
Kian Kim siang berunding sebentar dengan Bu Im kemudian masing
masing mengincar seorang kakek berjubah kuning dan menyusup ke
arah mereka. Berhubung disekeliling bukit itu sudah dilakukan penjagaan yang
berlapis lapis maka keempat kakek berjubah kuning itu sama sekali
tak Pendekar Cacad 16 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Bukit Pemakan Manusia 20
^