Pendekar Kembar 10

Pendekar Kembar Karya Gan K L Bagian 10


tku kepadamu"
Karena gusar, tenaganya menjadi berkurang, mukanya menjadi merah padam, sampai sekian
lama barulah ia dapat mengembalikan keadaan dengan sama kuat. Ia tidak berani lagi lengah, ia
pejamkan mata dan mengerahkan tenaga pula.
Dengan sendirinya Yu Wi juga tidak berani ayal, ia tahu pertarungan ini sangat besar artinya,
cita-cita gurunya bergantung pada pertarungan ini, supaya bisa bertambah pengetahuan satu
jurus Hai-yan-kiam-hoat agar kelak dapat bertemu lagi dengan Ko Bok ya juga besar artinya
dalam pertarungan ini. Maka dia tidak berani lengah, iapun memejamkan mata dan mengerahkan
tenaga murni. Melihat Yu Wi tidak mau menurut pada nasihatnya, Lim Khing-kiok menghela napas gegetun,
ucapnya, "sungguh aku tidak mengerti, hanya satu jurus ilmu pedang saja mengapa dapat
merangsang Toako sehingga tidak menghiraukan keselamatan sendiri, dahulu Toako bukanlah
orang demikian ini"
Mendadak seorang menanggapi "Jika kau tidak mengerti, biarlah kuberitahukan kepada kau
perempuan hina ini"
"Ha h," Kongkong seru Khing kiok kaget.
Baru saja a bersuara, dilihatnya seorang sudah mengitar satu kali di sekeliling tempat duduk
Yu Wi dan si Tosu tua, dengan cepat sekali beberapa Hiat-to kedua orang itu sudah tertutuk.
setelah berdri tegak di tempatnya, menang betul dia ini Kongkong atau mertua Lim Khing kiok,
Pekpo poco oh Ih-hoan-
Dia mendekati Lim Khing- kiok, ucapnya dengan ketus, "Hm, kau masih punya muka untuk
memanggil Kongkong padaku?"
Khing kiok tidak menghiraukan arti yang terkandung dalam ucapan orang, dengan cemas ia
berkata, "Kau. . . kau menyerang secara licik, sungguh rendah dan tidak tahu malu, lekas kau
buka Hiat-to mereka"
"Perempuan cabul, masa kau berani memerintah diriku?" bentak oh Ih- hoan, tangannya
terangkat, kontan Lim Khing-kiok digenjotnya hingga mencelat setombak lebih jauhnya.
Dalam keadaan belum sehat Khing-kiok tidak sanggup melawan, pukulan itu membuatnya
tumpah darah, untung dia masih sempat mengelak sebisanya sehingga pukulan itu tidak
menghancurkan isi perutnya, kalau tidak. andaikan tidak mati tentu juga akan cacat selama
hidup. Melihat pukulannya tidak membinasakan Khing-kiok. oh Ih-hoan juga tidak menambahi
pukulan lain, ia hanya berkata. "Perempuan hina, apakah kau masih punya muka untuk bertemu
dengan anakku di alam baka?"
Dengan lemah Khing-kiok menjawab, "Dalam hal apa aku mesti malu untuk bertemu dengan
anakmu?" oh in- hoan menuding Yu Wi dan berteriak, "Di depan gendakanmu itu, masa kau masih berani
menyangkal?"
sungguh kheki Khing-kiok tak terlukiskan- dengan suara gemetar ia berkata, "Kau . .. kau. . .
kalau kau sembarangan omong lagi, segera kumaki kau. . . ." sambil bergelak tertawa oh Ih-hoan
berseru, "Haha, makilah, boleh kaumaki kalau berani"
Khing-kiok coba memandang Yu Wi, dilihatnya anak muda itu mnelungkup di tanah,
sedangkan si Tosu telentang dengan mata terbelalak sedang memandangnya.
Dalam keadaan biasa kedua orang itu tidak nanti kena ditutuk oh Ih-hoan, apa mau dikatakan
lagi, tadi mereka sedang mengadu tenaga dalam dan sukar dilarai. seperti kata pepatah: Burung
kuntul bertarung dengan kerang, si nelayan yang menangkap kedua-duanya,
dengan mudah saja mereka dapat ditundukan oleh oh Ih-hoan yang ilmu silatnya jauh di
bawah mereka. Melihat Khing- kiok tidak bersuara lagi, dengan menyeringai oh Ih-hoan berkata pula, "Hm,
memangnya perempuan hina seperti kau juga berani memaki aku" Apakah kauminta kutelanjangi
kau lalu kucoret mukamu dengan dua huruf besar sebagai perempuan cabu1, lalu kuarak
sepanjang jalan menuju ke Hek-po, ingin kulihat muka ayahmu akan ditaruh di mana nanti?"
Ancaman ini membikin Khing- kiok menggigil ketakutan.
oh Ih-hoan sangat senang melihat Khing- kiok sedemikian takut, katanya pula, "Perempuan
hina-dina, apakah kau ingin tahu sesuatu yang menarik?"
"Tidak. tidak- aku tidak mau mendengarkan. . . ." seru Khing-kiok, ia tahu apa yang akan
dibicarakan mertuanya itu pasti tidak enak didengar.
Tapi Ih-hoan lantas menjengek. "Huh, masakah urusan gendakmu itupun tidak menarik
bagimu?" Dalam hati Khing-kiok diam-diam sudah menganggap Yu wi sebagai suaminya, maka segala
sesuatu yang menyangkut Yu Wi tentu saja menarik perhatiannya, ia heran urusan apakah yang
bersangkutan dengan dia" Ia lantas diam dan tidak membantah. "Hm, apakah kau tahu, kekasih
gendakmu itu tidak cuma kau seorang saja. . . ."
" omong kosong" teriak Khing-kiok tanpa pikir sebelum lanjut ucapan oh Ih-hoan.
"omong kosong?" jengek Ih-hoan. "Dengan sendirinya kau harap aku cuma omong kosong.
Tapi kenyataan memang begitu, tidak percaya juga harus percaya."
Khing-kiok menutup telinganya dan berseru, "Tidak. aku tidak mau mendengarkan ocehanmu"
oh Ih-hoan tidak menghiraukan dia, sambungnya lagi, "Apakah kau tahu apa sebabnya tanpa
menghiraukan keselamatan sendiri gendakmu bertekad ingin mengalahkan Tosu ini?"
Pembawaan Khing-kiok memang serba ingin tahu, seperti waktu kecilnya dia memaksa Yu Wi
melongok sebuah lubang batang pohon apakah disitu terdapat siluman atau tidak. semua ini
memperlihatkan sifatnya yang sok ingin tahu. Maka sekarang iapun melepaskan telinganya dan
bertanya, "Apa sebabnya?"
"sebab kalau dia menang, dia dapat belajar lagi satu jurus Hanyan-kiam-hoat dari Tosu ini,"
tutur oh Ih-hoan-
Hal ini sudah didengar Khing-kiok tadi, jadi bukan rahasia lagi baginya.
Melihat air muka Khing kiok, tahulah Ih hoan apa yang dipikirnya. Dengan tertawa ia berkata
pula, "Tapi apakah kau tahu, untuk apa dia ingin belajar jurus Haiyan-kiam-hoat itu?"
Mendadak Khing kiok bertanya kepada Yu Wi Toako, "kau tidak berhalangan bukan?"
oh Ih hoan menjadi gusar, sekali depak Yu Wi ditendangnya terpental, jengeknya, "Hm, tujuh
tempat Hiat-tonya kututuk. kalau tidak dibuka, biarpun dewa juga tak dapat menolongnya,
Perempuan hina, jangan kau harap dia akan siuman dan bergerak dengan sendirinya. sebaiknya
kau tunduk kepada perintahku."
Mendadak si Tosu menyeletuk. "Ah, juga belum tentu betul. Asalkan mahir Ciong-hiat-hoat
(ilmu membobol tutukan), tidak sulit untuk melancarkan Hiat-to sendiri"
" Kalau mampu boleh kau coba." jengek oh Ih-hoan. Tosu tua diam saja.
Dengan bangga Ih-hoan berkata pula, "Tutukan orang she oh masakah dapat dilancarkan
dengan begitu saja" sekalipun tokoh nomor satu seperti nikoh bangsat It-teng, bila tertutuk olehku
juga jangan harap akan dapat membobolnya sendiri, apalagi cuma Jit-can-so?"
si Tosu tahu ucapan oh Ih-hoan itu bukan omong besar.
Maklumlah, seorang ahli Tiam-hiat tidak berarti pasti mampu membobol Hiat-to sendiri yang
tertutuk. apalagi ilmu menutuk oh Ih-hoan memang juga lain daripada yang lain, sekalipun it-teng
sin-ni juga belum tentu mampu membuka Haitto sendiri yang tertutuk.
Tiba-tiba Khing kiok menghela napas dan berkata, "Dia tidak ada permusuhan apapun dengan
kau, hendaklah jangan kau bikin susah mereka"
Ih-hoan mendengus, ia pandang Yu wi dengan menghina, lalu berkata, "Bocah ini memang
pandai main cinta, demi bertemu dengan kekasihnya, dia tidak sayang mengadu jiwa dengan jitcan-
so yang termashur. Keberaniannya sungguh mengagumkan dan harus dipuji."
"Kekasihnya apa?" tanya Khing-kiok dengan terkesiap.Jelas dia merasa cemas oleh keterangan
oh Ih-hoan itu.
"Perempuan hina," damprat Ih-hoan dengan tertawa. "Memangnya kau kira hanya kau saja
yang bergendakan dengan dia" Huh, bisa jadi ada beberapa orang pacarnya."
"Tidak. aku tidak percaya Aku tidak percaya" seru Khing-kiok.
Sejak kecil dia sudah bergaul dengan Yu Wi dan saling mencintai. ia cukup kenal watak Yu Wi
yang alim dan tidak suka sembarangan terhadap orang perempuan, apalagi mengadakan
gendakan dengan perempuan lain-
Ih-hoan lantas menjengek. "Hm,jadi kau tidak percaya" Biar kukatakan, perempuan itu
bernama Ko Bok ya, murid si Nikoh bangsat It-teng. Waktu Nikoh bangsat itu mengetahui
muridnya bergaul dengan bocah she Yu ini, dia membawa muridnya itu ke gunung dan berkata
padanya, apabila dia ingin bertemu dengan perempuan itu, maka dia harus belajar lengkap
kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat. sedangkan orang yang mahir kedelapan jurus Hai-yan-kiamhoat
secara lengkap itu, kecuali si Nikoh bangsat sendiri hanyalah Jit-can-so saja."
Khing-kiok jadi teringat kepada pertemuannya dengan Yu Wi di Hek-po dahulu, dimana dirinya
telah dibikin marah oleh sikap dingin anak muda itu sehingga lari masuk ke kamar, akan tetapi
dalam hati tetap sangat ingin melihatnya, maka diam-diam ia mengintip pula dari balik pintu
angin, dilihatnya sang ayah menyergap Yu Wi, dirinya sangat terkejut, selagi bermaksud
menolongnya, tiba-tiba dilihatnya si Kongcu cakap penyamaran anak perempuan itu melayang
maju dan menyelamatkan Yu Wi.
Kalau dipikirkan sekarang, ilmu silat perempuan yang menyamar sebagai Kongcu itu memang
tinggi sekali, sampai kedua susiok ayah juga bukan tandingannya, jangan-jangan orang itulah
murid It-teng sin-ni" Jangan-jangan demi nona itulah Yu Wi rela mengorbankan jiwanya"
Teringat pula olehnya Yu Wi meminta dengan sangat agar dirinya mengajarkan jurus siang-sim
kiam, teringat juga waktu kecilnya dirinya bermaksud mengajarkan kepada anak muda itu ilmu
silat yang baru dipelajarinya dari sang ayah, tapi ditolak. sekarang dirinya tidak mau mengajarkan
sebaliknya anak muda itu malah memohon belajar. selisih antara kedua kejadian ini sungguh
teramat besar. Makin dipikir makin tidak enak perasaan Khing-kiok, mendadak dia mendekap kepalanya diatas
batu dan menangis tersedu-sedan.
oh iH hoan tertawa, katanya, "Hahaha, kiranya ada waktunya kau pun berduka dan menangis,
hahahaha . . . ," setelah tertawa. sejenak. lalu la berucap pula dengan gemas, "tapi waktu anakku
mati kenapa tidak kau cucurkan air mata setetes pun" Perempuan cabul, tindakanmu sekarang ini
sama saja seperti mengakui kebenaran tuduhanku?"
Mendadak ia menghantam punggung Khing kiok, kontan nona itu menjerit dan jatuh pingsan.
Ih hoan tepuk-tepuk tangannya, lalu berucap dengan gemas, "Matilah kau masih untung kau
mati cara begini - -"
si Tosu pun meggeleng kepala, katanya, "Kejam, sungguh kejam Berbuat sekeji ini terhadap
seorang perempuan lemah, bila diketahui ksatria seluruh dunia, entah hendak ditaruh di mana
muka Pocu ini?"
oh Ih hoan berpaling dan menjawab, "Apa yang kulakukan di sini, siapa di dunia ini yang
tahu?" "Meski tempat ini adalah puncak gunung yang sunyi dan terpencil," ujar si Tosu tua dengan
pelahan, "tapi kata pepatah, bilamana ingin orang tidak tahu, kecuali diri sendiri tidak berbuat."
"Huh, pepatah itu tidak kupercaya," ucap Ih hoan dengan terkekeh. "Yang jelas apabila
kubinasakan semua orang yang berada di sini. lalu siapa lagi yang tahu?"
Mendengar ancaman ini, si Tosu ternyata tidak menjadi takut, sebaliknya berkata pula dengan
pelahan, "Tapi Tosu tua masih ingin hidup lebih lama beberapa tahun lagi dan tidak ingin mati
sekarang."
Mendadak air muka oh Ih-hoan berubah menjadi ramah tamah, ucapnya dengan mengulum
senyum, "Padahal nama Jit-can-so termashur di seluruh dunia, orang she oh berharap akan dapat
berkawan dengan mereka, masa berani bertindak kurang horrnat kepada Cianpwe, untuk
selanjutnya masih diharapkan cianpwe suka banyak memberi petunjuk."
si Tosu tua sudah kenyang makan asam-garam kehidupan, dari nada ucapan oh Ih-hoan itu
segera ia paham apa artinya, dengan tersenyum ia bertanya, "Kau tidak membunuhku, ada
permintaan apa?"
Ih-hoan tertawa cerah, jawabnya, "Tak dapat kukatakan sebagai permintaan, hanya dalam hal
ilmu silat saja ingin kumohon petunjuk kepada Cianpwe."
si Tosu tua adalah seorang lelaki cemerlang, dia paling benci kepada orang yang suka putar
lidah, dengan tidak sabar ia tanya, "Kau ingin minta petunjuk apa dariku?"
"Konon- . . konon cianpwe mahir sejurus Hay yan-kiam-hoat, entah betul atau tidak?" tanya oh
Ih-hoan dengan ragu.
Namun si Tosu menjawab terus terang, "Betul. Tapi perlu kukatakan, ilmu silat lain dapat
kuberi petunjuk. hanya satu jurus ini saja, betapapun kau bicara tidak nanti kuajarkan padamu."
senyuman oh Ih-hoan seketika lenyap. ucapnya, "Tapi orang she oh justeru berharap Cianpwe
suka mengajarkan satu jurus ilmu pedang itu." Tosu tua itu hanya mencibir tanpa menjawab.
Ih hoan lantas menyambung "Jika Cia npwe masih ingin hidup, hehe, kukira tiada jalan lain
kecuali harus ditukar dengan jurus ilmu pedang itu."
"Hahahaha " si Tosu bergelak tertawa, "Apakah kau hendak memeras diriku" Hendaknya kau
tahu, Thi-kah-sian bukanlah manusia yang mudah diperas"
"Tapi kalau kaki kanan cianpwe kubikin cacat lagi, apakah nanti masih. dapat disebut Thi kah
sian?" ucap oh Ih-hoan dengan seram.
si Tosu tetap tertawa, jawabnya "Jika hendak kau bacok kaki kananku, boleh silakan"
"Kau tidak mau mengajarkan jurus ilmu pedang itu?" teriak Ih-hoan.
"Tidak." jawab si Tosu tegas. "Kaki kiriku sudah buntung, kalau kaki kanan juga buntung,
akan kupasang pula kaki palsu supaya lengkap. Dengan demikian jadi lebih sesuai dengan
julukanku sebagai Thi-kah sian."
oh Ih-hoan mencabut goloknya dan melangkah mAju, ancamnya, "HM, kau kira hanya sebelaH
kakimu saja yang akan kutabas" Huh, tidak semurah itu."
"Paling paling juga selembar-jiwaku" ucap si Tosu dengan tak acuh.
"Mau mengajar atau tidak?" teriak Ih-hoan dengan menyeringai, goloknya berkelebat di depan
hidung si Tosu.
Namun Tosu itu malah mengejek, "Apakah kau tuli dan minta kuulangi berapa kali" sudah
kukatakan, ilmu pedang ku tidak nanti kuajarkan kepada manusia yang tidak berbudi."
"seumpama betul orang she oh adalah manusia tak berbudi juga harus kau ajarkan ilmu
pedangmu padaku" kata Ih-hoan-
"Ha h a, kau punya muka atau tidak?" ejek si Tosu sambil tertawa.
"Dalam hal apa aku tidak punya muka (tidak tahu malu)?" jawab Ih-hoan- "Asalkan Hai-yankiam-
hoat adalah milik keluarga oh, dengan cara bagaimanapun harus kubikin kau mengajarkan
sejurus ilmu pedangmu itu."
"Huh, sungguh tidak tahu malu," jengek si Tosu. "selamanya belum pernah terdengar bahwa
keluarga oh dan Pek-po mahir memainkan ilmu pedang. Kalau mau membual hendaknya yang
masuk akal dan tahu batas."
Ih-hoan menghela napas panjang, mendadak ia duduk di depan si Tosu dan berkata, "Hai-yankiam-
hoat semula sebenarnya bernama Hai yan-to hoat. . ."
"Tentu saja," tukas si Tosu "Jika diakui sebagai ilmu kepunyaan keluarga oh, tentu saja Kiam
hoat harus berubah menjadi To-hoat, ka1au tidak. bukankah gigi para ksatria di dunia ini akan
copot saking gelinya bila mendengar bualanmu ini?"
Namun oh Ih-hoan tidak menghiraukan sindiran si Tosu, ia menyambung lagi, "siapakah di
dunia sekarang ini yang mengetahui bahwa Hai-yan-kiam-hoat aslinya adalah Haiyan-tohoat
keluarga oh kami. ..."
"Wah, bualan yang semakin mendekati akal," jengek si Tosu.
"Dan siapa lagi yang tahu bahwa pada ratusan tahun yang lalu, tokoh nomor satu di dunia ini
adalah orang keluarga oh kami?"
Mendadak air muka si Tosu berubah menjadi serius, ia tanya, "oh It-to itu apa mu?"
"Moyangku" jawab Ih-hoan dengan gegetun.
"oo?" si Tosu bersuara kejut. "Wah, tampaknya obrolanmu tambah mendekati kebenaran."
"Dahulu kakek moyangku itu termasbur didunia, tatkala mana si Nikoh bangsat Itteng itu baru
seorang genduk cilik ingusan. Entah mengapa moyang telah jatuh cinta padanya. Padahal usia
moyang sedikitnya dua tiga puluh tahun lebih tua, betapapun keduanya tidak setimpal.. ."
Ih hoan berhenti sejenak. agaiknya sedang menimbang cara bagaimana dia barus bercerita
supaya suatu kisah cinta ganjil yang jarang diketahui oleh dunia Kangouw dapat diuraikannya
dengan jelas. Kini si Tosu tidak menimbrung lagi, dia mendengarkan dengan cermat.
Maka Ih-hoan melanjutkan ceritanya, "Cinta kakek kepadanya sangat mendalam, tapi
sebaliknya sedikitpun dia tidak cinta kepada kakek. namun lahirnya tidak memperlihatkan apa-apa,
jelas hal ini disebabkan dia mengetahui kakek mempunyai delapan jilid To-boh (kitab pelajaran
ilmu golok). Dari kedelapan To-boh inilah ilmu golok kakek moyang kami menciptakan nama Haiyan-
to-hoat. Dengan kedelapan jurus ilmu golok ini kakek malang melintang di dunia Kangouw
tanpa tandingan, dengann sendirinya beliau sangat sayang terhadap kedelapan jilid kitab
pusakanya dan tidak sembarangan diperlihatkan kepada siapapun-"
"sebelum menjadi Nikoh, It-teng aslinya bernama Thio Giok-tin. Dia pura-pura cinta kepada
kakek sehingga. kakek lupa daratan, lupa isteri dan meninggalkan anak di rumah, sepanjang hari
hanya mendampingi dia...."
"Agaknya pada waktu mudanya Thio Giok-tin pasti sangat cantik dan molek ...." ucap si Tosu
dengan gegetun-
"sudah tentu cantik molek. cuma sayang, hatinya justeru berbisa . ." kata Ih-hoan- "Dan kakek
justeru dicelakai oleh kekejiannya. Pada waktu kakek sudah lengket dengan dia, pada saat itulah
dia minta kakek mengajarkan Hai-yan-to-hoat padanya. Dengan sendirinya kakek menyatakan Tohoat
itu tidak dapat diajarkan kepadanya."
Maka dia lantas meninggalkan kakek, karena kakek sudah tergila-gila padanya dan tidak dapat
berpisah lagi dengan dia, kakek terus mencarinya dan akhirnya bertemu serta minta hubungan
mereka diperbaiki pula. Tapi Thio Giok-tin mengajukan syarat. yakni, To-hoat harus diajarkan
padanya, kalau tidak. putus hubungan- Berulang kakek menjelaskan bahwa To-hoat tidak mungkin
diajarkan padanya, tapi Thin Giok-tin tidak percaya dan tetap ngotot dengan syaratnya.
Kakek tanya cara bagaimana baru dia mau percaya. Thio Giokstin menuang secawan arak
berbisa, katanya apabila benar kakek mencintanya dengan hati murni, maka arak berbisa itu
supaya diminumnya. Waktu itu Lwekang kakek sudah tidak ada taranya, arak berbisa umumnya
tidak mungkin dapat meracuni beliau. Maka tanpa sangsi segera ia tenggak habis arak itu.
Tak diketahuinya hati Thio Giokstin itu memang keji sekali, rupanya dia merasa tiada gunanya
lagi memohon secara halus, maka timbul pikiran jahatnya akan meracuni mati kakek. Benarlah
sehabis minum arak berbisa itu, tidak lama kemudian kakek jatuh pingsan. Kiranya arak itu telah
diberi racun nomor satu di dunia ini, yaitu racun yang terbuat dan Kim- kiok- hoa (seruni emas).
Betapapun kuat tenaga dalam kakek tetap tidak mampu menahan racun jahat Kim- kiok- hoa.
sama sekali kakek tidak menduga hati Thio Giok-tin sedemikian keji, maka arak racun itupun telah
meruntuhkan nama keluarga oh.
setelah kakek pingsan, Thio Giokstin menggeledah badan kakek dan menemukan kedelapan
jilid kitab pusaka ilmu golok. Tidak kepalang girang Thio Giok-tin, ia sangka kakek sudah mati,
tanpa menghiraukan jenazahnya, pada waktu mau pergi dia malah menambahkan sekali tusukan
pedangnya pada dada kakek.
"Padahal kakek tidak mati seketika, tusukan pedang Thio Giok-tin sebelum pergi itu malah
menyadarkan kakek yang pingsan itu dan juga menyadarkan pikirannya, baru diketahui kakek


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa Thio Giok-tin sama sekali tidak cinta padanya. Kakek lantas teringat kepada isteri tercinta
yang masih menunggu di rumah, dengan sekuat tenaga beliau berusaha pulang dan menceritakan
apa yang terjadi kepada nenek.
Kuatir ilmu golok keluarga akan putus turunan, kakek bermaksud. menulis ilmu golok yang
masih dapat diapalkannya itu, tapi baru satu jilid ditulisnya, karena luka tusukan di dada itu terlalu
parah, beliau tidak tahan dan mengembuskan napas terakhir. satu jilid kitab ilmu golok itu ditulis
kakek dalam keadaan lemah, dengan sendirinya ada beberapa bagian kurang sempurna. Ada lima
orang pamanku telah berusaha mempelajarinya dan menciptakannya menjadi satu jurus dan
dicampurkan dalam Toan-bun-to. . . ."
"o, pantas Toan-bun-to juga disebut Ngo hou-toan-bun-to, tukas si Tosu, kiranya intinya
terletak pada lima gerakan yang diciptakan Nao-hou (lima harimau, maksudnya lima jagoan) itu,
tentunya kelima gerakan ini sangat lihay "
Jilid 14 Ih-hoan menggeleng, katanya.
"Kelima gerakan ini hanya mengutamakan bertahan, betapa bagusnya juga tidak berguna
untuk mengalahkan musuh...."
si Tosu pikir mungkin kelima gerakan ini sama dengan jurus Put-boh-kiam andalan ji Pek liong
itu, maka tukasnya pula
"juga belum tentu betul. Apabila aku mahir kelima gerakan itu tentu aku takkan dikalahkan
oleh dia."
Dia yang dimaksud si Tosu tua ialah Ji Pek-liong, hal ini tidak diketahui oleh oh Ihhoan, dia
menghela napas dan berkata.
"Kelima gerakan itu jelas tak berguna, buktinya, menghadapi bocah itu saja aku tidak mampu
bertahan."
Waktu Tosu tua mengikuti arah yang ditunjuk oh Ihi hoan, yang dimaksud kiranya yu Wi, Saat
itu yu Wi rebah telungkup dan tidak bergerak, si Tosu menjadi heran dan berseru,
"He, murid Ji Pek Liong"
yu Wi tetap tidak bergerak.
Maka Ih hoan lantas menyambung ceritanya.
"Seharusnya, kalau kakek dicelakai orang dan nenek memberitahukan kejadian itu kepada
anak-cucunya, kami yang menjadi anak-cucu pantasnya berusaha
menuntut balas. Tapi kami tahu, selama Hai-yanto-hoat tidak dapat kami pelajari secara
lengkap.selama itu pula jangan harap akan dapat mengalahkan si Nikoh bangsat Itteng."
"Ada dua pamanku telah mati di tangan Nikoh bangsat itu gara-gara ingin menuntut balas,
seterusnya, biarpun tahu jelas pada Nikoh bangsat itulah tersimpan kitab pusaka lima golok
keluarga oh kami, tapi siapa yang berani mencari perkara kepada musuh yang jauh iebih lihay"
Padahal Nikoh bangsat itupun tidak berguna mendapatkan kitab pusaka ilmu golok Hai yan-tohoat,
sebabnya kakek menolak untuk mengajarkan ilmu golok itu padanya justeru lantaran lima
golok itu mengutamakan kekuatan lahiriah yang hanya terdapat pada kaum lelaki, orang
perempuan tidak mungkin dapat meyakinkannya, kalau memaksa untuk berlatih malah akan
mengganggu kesehatannya, sekarang meski To-hoat telah diganti dengan nama Kiam-boat, dia
tetap tidak mampu berlatih dan menguasainya."
"eh, agaknya inilah salah satu alasan mengapa oh It-to tidak mau mengajarkan ilmu goloknya
kepada Thio Giok-tin," kata si Tosu.
"Tapi masih ada satu alasan lain, apakah kau tahu?"
"Memangnya alasan apa?"
"Masa kau tahu,"
"sebaliknya aku malah tidak tahu." ujar Ih-hoan.
Tosu tua mendengus, katanya,
"Hm, meski oh It-to mencintai Thio Giok-tin dengan setulus hati, tapi dia juga seorang yang
bijaksana dan dapat berpikir panjang, ia tahu jiwa Thio Giok-tin tidak baik, apabila ilmu golok sakti
dikuasainya dan digunakan melakukan kejahatan di dunia persilatan, tentu tidak ada orang lain
lagi yang mampu menundukkan dia-"
"omong kosong Mana ada alasan begitu?" kata Ih-hoan.
"Hm, alasan ini jelas dan gamblang," jengek si Tosu.
"Kau telah mengoceh setengah meski dapat membuat kupercaya penuh Hai-yan kiam-hoat
asalnya adalah ilmu pusaka keluarga oh kalian, akan tetapi akupun sependapat dengan oh It-to,
satu jurus pedangku ini tidak dapat kuajarkan kepada orang jahat."
"Maksudmu aku ini orang jahat" teriak Ih-hoan dengan murkasi
Tosu tua tertawa dingin beberapa kali, ucapnya
"jiwamu kotor tidak dirasakan olehmu sendiri tapi aku dapat melihatnya dengan jelas, maka
jangan kau harap akan mengincar Hai-yan-kiam-hoatku,"
Tidak kepalang gusar Ih-hoan, percumalah dia menceritakan rahasia kakek moyangnyahasilnya
ternyata nihil- Dengan gemas goloknya terus membacok kaki kanan si Tosu sambil
berteriak. "Baik, biar kutamatkan kedua kakimu"
selagi golok hampir mengenai sasarannya, mendadak dari belakang menyambar tiba sebatang
pedang dan tepat membentur pedangnya- Kuat sekali sambaran pedang ini sehingga golok
tergetar ke samping.
"oh" Ih-hoan berpaling, dilihatnya yang menangkis serangannya dengan pedang adalah yu Wi,
keruan ia terkejut dan berseru,
"He, ken.. kenapa kau dapat bergerak?"
"Memangnya kau kira di dunia ini tidak ada orang mampu membobol Hiat-to yang kau tutuk?"
jengek yu Wi, "Mungkin ada, tapi aku tidak percaya kau mempunyai kemampuan ini" teriak Ih-hoan.
"Iakta sudah nyata, tidak mau percaya juga harus percaya," jawab yu WiKANG
ZUSI website http://kangzusi.com/
Karena merasa terima kasih pada yu Wi yang telah menyelamatkan kaki kanannya, si Tosu
lantas memuji, "sungguh hebat kau. Nak"
Padahal yu Wi tidak sungguh-sungguh mampu membobol Hiat-to yang ditutuk oh Ih-hoan tadi,
soalnya dia melatih Thian- ih-sin- kang. ilmu sakti baju langit, ilmu ini mempunyai suatu kesaktian
yang khas, yaitu kalau sudah terlatih cukup sempurna, maka orangnya seolah-olah memakai
selapis baju sakti yang tidak takut kepada serangan dari luar-
Meski Thian-ih-sin-kang yang dilatih yu Wi belum mencapai puncaknya, tapi tenaga tutukan oh
Ih-hoan tadi telah banyak dipunahkannya sehingga ketujuh tempat sang tertutuk itu tidak terlalu
gawat baginya, setelah diam-diam ia mengerahkan tenaga dalam dan akhirnya dapatlah dibobol
dan lancar kembali-
Melihat gelagatnya, Ih-hoan menyadari keadaan tidak menguntungkan, sukar baginya untuk
menghadapi yu Wi, tapi dia masih penasaran, segera ia membacok pula sambil berteriak,
"Bayar jiwa anakku"
yu Wi memainkan Hai-yan-kiam-hoat, hanya sekali dua kali gebrak saja dapatlah oh Ih hoan
diatasi, dia berbalik menutuk tujuh tempat Hiat-to orang sehingga roboh tak bisa berkutik.
Tapi meski sudah menggeletak di tanah, oh Ih-boan masih terus memaki,
"Huh, tidak tahu malu, mengalahkan diriku dengan kungfu khas keluarga oh kami, terhitung
orang gagah macam apa?"
"Ilmu silat didunia ini berasal dari satu sumber yang sama, memangnya kungfu kebanggaan
keluargamu tidak boleh kupelajari?" jawab yu Wi-
Bantahan ini membikin bungkam oh Ih-hoan.
yu Wi lantas mendekati si Tosu dan membuka Hiat-to yang tertutuk. segera Tosu tua itu
melompat bangun.
Belum lagi Tosu itu bicara, cepat yu Wi melompat kesamping Khing-kiok dan memondongnya,
terlihat muka dan dadanya berlumuran darah- Karena pedihnya hampir saja pondongan yu Wi
terlepas. "Jangan berduka, dia takkan mati." kata si Tosu tua ikut mendekatinya.
yu Wi memeriksa keadaan Khing-kiok, terasa masih bernapas, serunya dengan girang,
"ya, tidak mati, dia tidak mati Terima kasih kepada Thian (langit) dan Te (bumi)"
Tosu tua mengeluarkan sebuah bungkusan kecil, setelah tiga lapis kain pembungkus dibuka,
didalamnya ada sebuah kotak kayu kecil. Dengan hati-hati kotak kecil itu dibuka dan
dikeluarkannya satu tangkai bunga teratai berwarna putih mulus, ditengah kuntum bunga ada satu
butir biji bunga.
"Lekas minumkan" kata si Tosu cepat.
yu Wi tahu obat ini adalah teratai salju yang sangat berharga dan khusus dapat
menyembuhkan luka dalam yang parah. ia tidak sempat mengucapkan terima kasih, segera biji
teratai itu dijejalkan ke dalam mulut Khing-kiok.
Bibir Khing-kiok terkatup rapat, dan belum sadar- Setelah biji itu dijejalkan entah ditelan atau
tidak- supaya benar-benar masuk ke dalam perut, yu Wi tidak pikirkan adat lagi, menyelamatkan
jiwanya lebih penting segera ia gunakan mulutnya dan mengilirkan ludah sendiri ke dajam mulut
Khing-kiok, dengan demikian supaya biji teratai salju dapat tertelan ke dalam perut.
"Hm, betapa mesranya kaupeluk anak menantuku itu, kau tahu malu tidak?" jengek Ih-hoan
tiba-tiba "Anak menantumu?" teriak yu Wi dengan gusar.
"Kau masih berani mengakui dia sebagai menantumu?"
Biji teratai salju itu sungguh sangat mujarab, baru sebentar di minum oleh Khing-kiok, segera
nona itu siuman terus merangkul yu Wi erat-erat sambil berseru.
"Tolong Toako Tolong Toako..."
yu Wi tepuk-tepuk bahu si nona dan menghiburnya
"jangan takut, jangan takut Toako akan membela kau."
Terdengar oh Ih-hoan berkata pula,
"Anakku menikahi dia secara resmi, meski dia tidak rela, betapapun dia sudah anggota
keluarga oh kami, memangnya sebagai ayah mertua aku tidak boleh menghajar menantu?"
"Aku tidak...tidak mau menjadi menantu orang, ayah Aku emoh" seru Khing-kiok sambil
meronta-rontayu
Wi tahu si nona belum lagi sadar sama sekali, apa yang diucapkannya jelas ditujukan
kepada Lim sam-hanpada saat sebelum dinikahkan dengan oh Thian-sing. Nyata nona ini memang
harus dikasihani, perjodohannya dengan keluarga oh ternyata tidak dilakukannya dengan sukarela.
Mata yu Wi menjadi basahi ia tutuk Hiat-to tidur si nona agar tidak mengingau lagi, lalu
katanya terhadap oh Ih-hoan dengan mata melotot, "Menghajar menantu juga harus tahu batas,
masakah dilakukan sekejam itu" Kuberitahukan padamu, dia bukan lagi orang keluarga oh"
"Hahaha, hehe," oh Ih-hoan tertawa mengejek
"Memangnya hendak kaujadikan dia orang keluarga yu" Hm, pergendakan kalian tak mampu
kuatasi, tapi bila menantuku akan kau ambil sebagai orang keluarga yu, betapapun tidak
kuizinkan."
Hendaklah dimaklumi, adat perkawinan pada jaman itu sangat ketat. Meski anak oh Ih-hoan
sudah mati, sebagai ayah mertua, kalau dia tidak memutuskan ikatan perkawinan anaknya itu,
betapapun Lim Khing-kiok harus menjanda dan tidak boleh kawin lagi.
sudah tentu yu Wi tidak bermaksud akan memperisterikan Khing-kiok, iapun tidak pernah
memikirkan hal ini, ia menjadi gusar karena ucapan oh Ih-hoan itu, damperatnya,
"Jika kau sembarang a n mengoceh lagu, segera kurontokkan gigimu"
Tapi oh Ih-hoan tetap bicara dengan bandel,
"yang satu lelaki bangsat, yang lain perempuan anjing, jadinya pasangan setimpal. Nah, tetap
akan kumaki, mau apa kau?"
saking gemasnya yu Wi terus berjongkok dan hendak menghantam. Tapi mendadak teringat
anaknya sudah mati, ia menjadi tidak tega untuk menghantamnya lagi, sebaliknya ia malah
membuka Hiat-to yang ditutuknya tadi, katanya dengan menyesal,
"Sudahlah, lekas kau pergi saja"
Ih-hoan berdiri dan mengebas debu yang mengotori bajunya, lalu bicara dengan rada kikuki
"Pergi atau tidak adalah urusanku, siapapun tidak perlu ikut campur."
Tapi setelah berdiri sejenak disitu, ia jadi malu sendiri, sebab kalau bertempur terang bukan
tandingan orang, terpaksa harus menunggu kesempatan baik di kemudian hari apabila ingin
menuntut balas, Ia lantas memutar tubuh dan melangkah pergi.
Tiba-tiba yu Wi teringat sesuatu, serunya,
"He, coba katakan dulu, dari mana kau tahu tujuanku belajar Hai-yan-kiam-hoat adalah untuk
bertemu dengan Bok Ya?"
Ia pikir kalau jejaknya dapat diketahui orang tidaklah terlalu mengherankan, tapi isi hatinya
juga diketahui orang, inilah yang aneh.
sembari berjalan oh Ih-hoan mendengus,
"Hm, sahabat-baikmu sendiri yang memberitahukan padaku, mereka mengkhianati kau, silakan
kau bunuh saja mereka-"
yu Wi menunduk dan berpikir, teringat olehnya un siau dan ciang Ti, jangan-jangan mereka
itulah yang menyiarkan kejadian dibawa perginya Bok ya oleh It-teng sin-ni itu-Namun iapun tidak
percaya kepada keterangan oh Ih-hoan, ia pikir tujuan un siau dan Ciang Ti itu pasti bermaksud
baik baginya. Waktu ia angkat kepalanya, ternyata oh Ih-hoan sudah pergi jauh.
yu Wi menaruh Khing-kiok ketanah, katanya terhadap si Tosu tua sambil memberi hormat,
"Terima kasih atas soat-lian (teratai salju) pemberian cianpwe tadi- Pertarungan kita tadi
belum jelas menang dan kalah, marilah kita ulangi kembali-"
Tosu tua berpikir sejenaki katanya kemudian sambil menggeleng,
"Kita tidak perlu bertanding lagi."
"sebab apa?" tanya yu Wi-
Tosu itu tidak lantas menjawab, tapi bertanya malah,
"Can-pi-so dan Bu-bok so berada dimana" Mengapa mereka mengajarkan ilmu pedangnya
kepadamu?"
"Mereka sudah meninggal dunia." jawab yu Wi dengan menyesal. Lalu diceritakanlah segala
apa yang terjadi atas kedua kakek itu.
Tosu tua itu menghela napas panjang, ucapnya,
"Diantara jit-can-so kini hanya tersisa aku seorang saja, apa pula yang perlu kuperjuangkan"
Kalau Can-pi-so dan Bu-bokiso telah mengajarkan ilmu pedangnya padamu, biarlah akupun
mengajarkan kepadamu."
Tapi yu Wi lantas menggoyang tangan, jawabnya,
"Tidaki sebelum kalah dan menang menjadi jelas, Wanpwe tidak berani memohon cianpwe
mengajarkan ilmu pedangmu."
Tosu itu menghela napas, katanya,
"Bertanding apa lagi" usiamujauh lebih muda dari padaku, sudah beratus jurus tidak dapat
kukalahkan, sejak tadi aku sudah mengaku kalah, dengan sendirinya harus kuajarkan ilmu
pedangku kepadamu-"
yu Wi pikir guru sendiri belum meninggal, hal ini harus diberitahukan kepada Tosu itu.
Tapi sebelum dia bertutur, tosu tua itu berkata pula,
"Kesatria lahir dari orang muda, dunia ini adalah milik kalian, sudah lama tua bangka semacam
diriku ini harus mengundurkan diri Nah, lekas belajar jurus pedangku ini agar cita-citaku dapat
kulunasi-"
segera ia pegang pedangnya dan berseru,
"Awas, lihatlah yang jelas"
Pelahan ia lantas memainkan satu jurus ilmu pedangnya itu, kemudian berkata.
"Jurus Hai-yan-kiam-hoat ini sengaja kuberi nama Tai-liong-kiam."
"Tai-liong-kiam" yu Wi mengulangi nama itu. Diam-diam ia memuji keperkasaan nama ilmu
pedang itu. Pada hari ketiga, Tai-ong-kiam sudah dapat dilatih dengan sempurna oleh yu Wi-selama duatiga
hari ini luka Khing-kiokjuga sudah mulai sembuh, bila dirawat lagi sekian lama tentu akan
sehat seluruhnya.
sore hari ketiga itu Thi-kah-sian pergi meninggalkan yu Wi, sebagai seorang Tosu, hidupnya
mengembara tanpa tempat kediaman yang tetap dan juga tiada tempat tujuan tertentu. Waktu
berpisah dia hanya menyatakan akan bertemu pula apabila ada jodoh-
Pepohonan dipuncak gunung itujarang-jarang tapi binatang dan burung liar cukup banyak-
Karena ingin menyelami lebih mendalam Tai-liong-kiam yang baru saja dikuasainya itu, yu Wi tidak
terburu-buru untuk pergi, maka setiap hari dia menangkap beberapa ekor burung sekedar bahan
makanan, dengan tekun ia latih lebih sempurna ilmu pedangnya-
Keadaan Khing-kiok masih lemahi selama yu Wi tidak menyinggung urusan berangkat, iapun
tidak bertanya, yu Wi tidak bicara padanya, iapun tidak mengajak bicara-
Pada hari kelima, yu Wi percaya Tai-liong-kiam sudah tidak ada persoalan lagi, benar-benar
telah dikuasainya dengan baik- Teringat kepada Bok ya, seketika timbul hasratnya untuk
berangkat, ia menjadi gelisah dan berkata kepada Khing-kiok,
"Marilah kita pergi dari sini"
Kata ini adalah kalimat pertama selama empat hari ini yu Wi bicara dengan Khing-kiok-
Nona itu memang sedang kesal setengah mati, dalam hati lagi mendongkol, maka ia lantas
menjawab, "Berangkat kemana?"
"Kupikir akan pergi ke Tiam-jong-san." kata yu Wi-
Pedih rasa hati Khing-kiok, ia pikir bukannya pemuda itu menyatakan akan mengantarnya
pulang dulu ke Hek Po, jelas dirinya tidak pernah dipikirkan olehnya- Pergi ke Tiam-jong-san
tentunya untuk mencari It-teng dan ingin bertemu dengan Ko Bok ya-
Teringat pada Tiam-jong-san, yu Wi jadi termangu-mangu sekian lama, katanya kemudian
dengan menghela napas,
" Kepergian ini entah dapatkah bertemu dengan It-teng sin-ni."
Mendengar tujuan anak muda itu memang betul hendak mencari It-teng sin-ni, hati Khing-kiok
menjadi gusar, ia melengos kesana dan sangat gemas terhadap yu Wisebaliknya
yu Wi terus memikirkan urusan It-teng sin-ni dan tidak memperhatikan Khing-kiok,
ia berucap pula sendiri,
"Dari kedelapan jurus hanya lima jurus saja yang kukuasai, masih ada tiga jurus lagi, ai-.. ."
Ia masih ingat pesan It-teng bahwa dirinya harus belajar lengkap delapan jurus Hai-yan-kiamhoat
baru akan diperbolehkan bertemu dengan Bok Ya, kalau tidaki bukan saja dilarang bertemu,
bahkan dirinya akan ditindak- Diam-diam ia membatin,
"Tindakan apa yang akan dilakukan It-teng terhadapku?"
Teringat pula olehnya,
"Apakah dapat menguasai lagi satu jurus tentu akan lebih baik, kalau tidak, jika ditanya
mengapa jurus siang-sim-kiam tidak berhasil dipelajarinya, lalu cara bagaimana akan
menjawabnya?"
Tanpa terasa ia menjawab sendiri,
"Kan tidak dapat kukatakan orang yang mahir siang-sim-kiam itu tidak mau mengajarkan
padaku, sebab cara demikian akan memperlihatkan ketidak seriusanku belajar----"
Dia pandang profil Lim Khing-kiok yang berduduk disamping sana, ia coba mendekatinya dan


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memanggil, "Kiok-moay"
Khing-kiok sedang berduka dan mendongkol, maka dia sengaja tidak menjawab.
Maka yu Wi lantas melanjutkan,
"Kupikir hen-.. hendak- hendak memohon sesuatu padamu.. ."
"Urusan apa?" jawab Khing-kiok ketus.
"Da... dapatkah kau menguraikan... menguraikan jurus siang-sim-kiam itu kepadaku?" kata yu
Wi dengan tergegap-
Teringat oleh Khing-kiok bahwa setelah anak muda itu berhasil belajar jurus siang-sim-kiam,
lalu akan cepat-cepat pergi menemui pacarnya, seketika berderailah air mata Khing-kiok, sungguh
hatinya berduka tak terkatakan seperti di-sayat-
Melihat Khing-kiok diam saja, yu Wi memohon pula,
"Ajarkanlah jurus siang-sim-kiam dan akan kutukar dengan kelima jurus ilmu pedangku-"
Ucapan ini merangsang amarah Khing-kiok, tangannya membalik dan menampar, "plok",
gamparan ini telak mengenai muka yu Wi, setelah kena barulah timbul perasaan menyesal Khingkiok,
ia menangis dan berseru,
"Ken... kenapa kau tidak- tidak mengelak" Ken... kenapa tidak kaupikirkan diriku sama
sekali... ."
yu Wi tidak menyangka Khing-kiok akan menamparnya, kejadian ini menimbulkan rasa harga
dirinya, Ia tidak hiraukan apa yang dikatakan Khing-kiok, tapi terus melayang pergi secepatnya.
Khing-kiok mengejar beberapa langkahi tapi jatuh tersungkur, tanpa menghiraukan rasa sakit
ia berteriaki " Hendak ke-.. kemana kau" Hendak kemana"----"
Hanya sekejap saja bayangan yu Wi sudah menghilang, tapi Khing-kiok masih meratap dengan
suara lemahi "Hendak ke-.. kemana kau"----"
Hari mulai gelap, Khing-kiok mengangkat tubuhnya yang kesakitan, lukanya sudah sembuh,
namun belum cukup untuk berjalan, apalagi berlari, makanya ia jatuh. Pelahan ia kembali ke gua
yang digunakan mondok selama beberapa hari ini, dia pandang tempat yang biasa dijadikan
tempat tidur yu Wi itu dengan termangu, pikirnya.
"Bilakah dia baru akan kembali" Apakah dia akan kembali lagi kesini?"
semakin kelam, selagi Khing-kiok berduduk kesepian ditengah kegelapan gua itu, tiba-tiba
terdengar suara langkah orang diluar, ia kegirangan dan berseru,
"Toako, Toako Engkau sudah kembali?"
sejenak diluar gua menjadi sunyi, tapi segera suara langkah orang tadi bergema pula menuju
kearah gua. Terbeliak pandangan Khing-kiok, mendadak gua diterangi oleh geretan api, orang
yang masuk ternyata yu Wi adanya.
Khing-kiok sudah sangat merindukan anak muda itu, disangkanya sekali pergi takkan kembali
lagi. Kini dapat bertemu, tentu saja girangnya tak terkatakan, segera ia berlari maju dan
menubruk kedalam pelukan yu Wi sambil berseru,
"Toako ToakoJ angan kau tinggalkan adik kiokmu"
yu Wi tercengang sejenaki ucapnya kemudian,
"Adik Kiok- - - -coba kaupandang diriku."
Pelahan Khing-kiok mengangkat kepalanya dan memandang anak muda itu, katanya,
"Toako, tahukah kau betapa kurindukan dirimu sejak kau tinggalkan Hek-po, entah berapa kali
setiap hari selalu kubayangkan wajahmu-.. ."
"Ada apakah kau bayangkan diriku?" kata yu Wi dengan tertawa.
Khing-kiok bersuara aleman dan memeluk lebih erat, kebetulan waktu itu ada angin meniup
dari luar sehingga api obor kecil itu padam. Karena dipeluk dengan kencang, tangan yu Wi lantas
mulai "main".
"Ahhi tidak- jangan----" demikian keluh Khing-kiok, tapi tubuhnya lantas bergeliat dan
membiarkan tangan anak muda itu menggerayanginya sesukanya-
"Aaahh ... " Khing-kiok mendesah kecil sambil merangkul erat saat lidah yu Wi menyapu leher,
sehingga gadis itu mulai terbawa suasana romantis yang diciptakan oleh mereka berdua.
Puas menyerang leher Khing-kiok, yu Wi kembali melumat bibir merah yang sedikit terbuka
mengeluarkan suara desah, dengan pagutan ganas dan liar. Pemuda itu begitu lihai memainkan
lidahnya di rongga mulut yang kini ditutupi dengan mulutnya.
Jelas sekali bahwa ilmu silat lidah yu Wi sama ampuhnya dengan ilmu silatnya Tentu saja yang
semua yang dilakukan yu Wi, dan Khing-kiok hanyalah suatu bawaan alam. semua berjalan sesuai
dengan kehendak alam sesuai kodrat yang sudah digariskan oleh yang Maha Kuasa
Perlahan-lahan tangan kanan yu Wi yang semula memeluk pinggang lalu naik ke atas depan,
menyentuh sebentuk dada padat menggelembung yang masih tertutup baju. Diremasnya dengan
lembut dada kenyal-padat sebelah kanan.
"Uuhh ... " Kembali Khing-kiok mendesah merasakan nikmat saat ujung-ujung jari tangan yu
Wi mempermainkan sebentuk benda bulat kecil yang ada di atas gumpalan padat menggelembung
dari luar. Bersamaan dengan itu, Khing-kiok makin liar membalas ciuman yu Wi ke arah telinga
pemuda itu. Melihat Khing-kiok membalas perlakuannya dengan tidak kalah liar, kembali pemuda itu
menyerang leher hingga membuat merinding bulu tengkuk sang gadis-"iiih - "
Bahkan, saat tangan kanan pemuda itu mulai menyusup ke balik baju atas Khing-kiok yang
entah kapan, ikat pinggang gadis itu sudah luruh dan jatuh ke lantai, mungkin saat ia menarik
Khing-kiok dalam pelukan. Tangan yu Wi meraba-raba dada montok itu dengan lembut dan penuh
perasaan kasih- Kembali tubuh gadis itu berkelejat liar saat jemari yu Wi mempermainkan tonjolan
dada kanan dari dalam-
"oooh- - - ssshh- " Khing-kiok hanya bisa mendongakkan kepala ke atas, menikmati lumatan
dan remasan yang dilakukan oleh pemuda itu-
Di antara hisapan dan gigitan mesra, sukma gadis itu bagai melayang bagai di awan saat
tangan kiri pemuda ini mengelus-elus pada bagian paha, melingkar-lingkar membentuk bulatan tak
beraturan, sehingga napas gadis itu semakin memburu, pelukan semakin kuat dan ia mulai
merasakan bagian gerbang istana kenikamatannya mulai basah-
"oooh.... Toako----"
Akhirnya, karena nafsunya yang semakin berkobar, nafsu tak tertahankan lagi, tanpa ingat
apapun dia manda diperlakukan sekehendak yu Wi-
Khing-kiok hanya pasrah dan membiarkan bibir dan tangan yu Wi menjelajahi setiap lekuk dari
tubuh sintalnya, sesukanya, karena memang gadis itu sangat menikmati sentuhan lembut yu Wi-
Bahkan tanpa sadar tangan Khing-kiok memegang tangan yu Wi seolah-olah membantunya untuk
memuaskan dahaga birahi yang semakin meninggi, semakin menggelinjang kegelian.
Terdengar suara napas yang mulai terengah-engah diseling keluh tertahan, orang yang tak
tahu apa yang terjadi tentu mengira didalam gua itu ada orang sakit.....
Apalagi ketika yu Wi menekan senjata tumpulnya yang kini telah menempel kepalanya sedikit
kedalam gerbang istana kenikmatan Khing-kiok yang telah basah oleh cairan....
"Aaggggghhi - - - sakit"
yu Wi segera mencium wajah Khing-kiok dan melumat bibirnya dengan lembut. Tangan
kanannya meremas-remas dada kenyal padat dengan harapan bisa mengurangi rasa sakit yang
menyengat di bagian bawah- Setelah itu, yu Wi bergerak pelan cepat naik turun, sambil badannya
mendekap tubuh indah Khing-kiok dalam pelukan.
Tak selang lama kemudian, badan Khing-kiok bergetar hebat dan mulutnya terdengar keluhan
panjang. "Aaduuh- ? ? oooohh- " " sssssssshhi " " ssssshhi " " -"
Kedua kaki Khing-kiok bergerak melingkar dengan ketat pinggul yu Wi, menekan dan
mengejang, gadis itu mengalami titik puncak asmara yang hebat dan berkepanjangan meski baru
beberapa kali yu Wi melakukan aksi naik turun, selang sesaat badan Khing-kiok terkulai lemas
dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pinggul yu Wi yang masih tetap berayun-ayun itu.
Suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti
oleh penaklukkan di satu pihak dan penyerahan total di lain pihak. Khing-kiok kemudian diangkat
dan didudukkan pada pangkuan dengan kedua kaki indah Khing-kiok terkangkang di samping paha
yu Wi dan tentu saja senjata tunggal saktinya masih tetap di tempat semula- Kedua tangan yu Wi
memegang pinggang Khing-kiok dan membantu si gadis menggenjot senjata tunggalnya yang
masih tegak perkasa secara teratur, setiap kali tonggak tunggal sakti masuki terlihat gerbang
istana kenikmatannya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di pinggir bibir gerbang.
Khing-kiok pun melakukan hal yang sama untuk mengimbangi permainan dari yu Wi, dengan
menggerak-gerakkan pinggulnya. Kali ini tidak ada desisan dan rintihan kesakitan, yang ada
hanyalah lenguhan nikmat yang berulang kali menikam bagian terdalam dari miliknya, srett sett.
Ketika tonggak tunggal ditarik keluar, terlihat gerbang istana mengembang dan menjepit.
Mereka berdua melakukan posisi ini cukup lama. Khing-kiok benar-benar dalam keadaan yang
sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan sudah berubah menjadi
teriakan. "oooohhmm..."
yu Wi melepas pelukan pinggang, lalu meremas-remasnya sepasang bukit kembar yang
bergoyang-goyang naik turun. Tak lama kemudian badan Khing-kiok bergetar, kedua tangannya
mencengkeram kuat pundak yu Wi, seakan berusaha menancapkan kuku-kuku tajamnya, dari
mulutnya terdengar erangan lirihi "Aahh " aahh " ssssshh ... sssssshh" Khing-kiok kembali
mencapai titik puncak asmaranya
sementara badan Khing-kiok bergetar-getar dalam titik puncak asmaranya, yu Wi tetap
menekan tonggak tunggal saktinya ke dalam lubang gerbang istana kenikmatanya. sambil
pinggulnya membuat gerakan memutar sehingga tonggak tunggal yang berada di dalam gerbang
istana kenikmatan Khing-kiok ikut berputar-putar, mengebor gerbang istana kenikmatan sampai ke
sudut-sudutnya, crepp srett
Gerakan pinggul yu Wi bertambah cepat dan cepat. Terlihat tonggak tunggal saktinya dengan
cepat keluar masuk di dalam gerbang istana kenikmatan Khing-kiok, tiba-tiba....
"ooohh ... oohh" Dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak2,
yu Wi menekan habis pinggulnya dalam-dalam, sehingga tonggak tunggal saktinya terbenam habis
ke dalam lubang gerbang istana kenikmatan, pinggul yu Wi terkedut-kedut sementara senjata
tonggak tunggalnya menyemprotkan cairan keperjakaannya di dalam gerbang istana, sambil
kedua tangannya mendekap badan Khing-kiok erat-erat.
Dari mulut Khing-kiok terdengar suara keluhan yang sama.
"Aaaaghi " .sssssshi " .sssssshh- - - hhmm... hhmm"
setelah berpelukan dengan erat selama beberapa saat, yu Wi kemudian merebahkan tubuh
Khing-kiok di atas badannya dengan tanpa melepaskan senjata saktinya dari sarangnya.
Khing-kiok tersenyum, yu Wijuga tersenyum.
Tengah malam, dengan diliputi rasa nikmat dan bahagia yang tak terhingga Khing-kiok tertidur
lelap, sebaliknya yu Wi lantas bangun dan mengenakan pakaian, gumamnya sendiri,
"Baru terlambat lima hari kudatang, mengapa seorang pun tidak terlihat, padahal pertandingan
antara tokoh kelas tinggi semacam mereka masakah dapat diselesaikan secepat ini?"
Lalu ia meraba tubuh Khing-kiok yang mulus itu sambil tertawa puas, gumamnya pula,
"Tapi perjalanan inipun tidak sia-sia... ."
Dengan senyuman puas dia melangkah keluar gua, ia pikir kalau jit-can-so tak ditemukan, biar
saja, umpama diketemukan juga mereka belum pasti mau mengajarkan ilmu pedang kepadanya.
Maka dengan langkah lebar ia lantas meninggalkan puncak gunung itu.
Tertinggal Khing-kiok berada sendirian di puncak gunung sunyi itu, belum lagi diketahuinya
sudah ditinggal pergi kekasih, dia sedang mimpi indah dan manis.... siapakah sesungguhnya anak
muda yang baru pergi itu" Apakah betul yu Wi adanya"
.= = =oo oooo oo= = =
Esoknya, ketika Khing-kiok bangun tidur, dilihatnya kain putih yang dijadikan alas tempat tidur
itu berlepotan warna merah yang sudah kering, terbayang kejadian semalam, tanpa terasa
mukanya menjadi merah. Pada saat itulah mendadak diluar gua ada suara langkah orang, cepat ia
menggulung kain putih itu. yang masuk ternyata yu Wi adanya, melihat sikap Khing-kiok yang
agak gugup itu, ia menegur,
"Ada apa?"
"o, tidak apa-apa," jawab Khing-kiok dengan muka merah-
"Akan kucuci dulu kain seprei ini-"
yu Wi merasa heran, hendak mencuci seprei itu disembunyikan dibela kang punggung, seakanakan
kuatir dilihat orang.
Khing-kiok mengangkat kepala, tapi degera menunduk pula, ucapnya,
"segera kukembali setelah mencuci-"
Bergegas ia berlalu disamping yu Wi-
Terheran-heran yu Wi menyaksikan kelakuan nona itu, tanpa terasa ia mengantar bayangan
orang, sempat dilihatnya pada seprei yang dibawanya itu ada noda merah. cepat ia tanya,
"He, apakah kau terluka?"
"Tolol" omel Khing-kiok sambil berlari pergi-
Tentu saja yu Wi merasa bingung, iapun heran mengapa sekarang si nona tidak lagi marah
padanya" Teringat olehnya kemarin setelah ditampar oleh Khing-kiok, dengan gemes ia turun kebawah
gunung, disuatu kota kecil difeaki gunung ia minum arak hingga mabuk. tengah malam setelah
mendusin, ia menyesal dirinya telah marah kepada Khing-kiok-
Betapapun nona itu pernah menyelamatkan jiwanya, kalau dirinya tidak dilepaskan secara
diam-diam, sudah lama dirinya telah mati ditangan Lim sam-han, budi pertolongan ini sukar untuk
membalasnya selama hidup.
Apa yang terjadi siang kemarin juga dirasakan dirinya yang bersalah, sebelumnya dirinya
sudah berjanji akan mengantar si nona pulang ke Hek Po apabila pertemuan di Ma-siau-hong
sudah selesai waktu Khing-kiok menanyakan kesanggupannya, dia malah menjawab akan pergi
dulu ke Tiam-jong-san, sebab yang dipikirkannya saat itu melulu Bok Ya saja, hakikatnya lupa
kepada kesanggupannya akan mengantarnya ke Hek Po, pantaslah kalau nona itu menjadi marah.
segera terpikir lagi kesehatan Khing-kiok belum pulih seluruhnya, sekarang ditinggalkannya
sendirian dipuncak gunung yang sunyi, keadaannya sungguh berbahaya-Masih teringat olehnya
waktu dirinya turun gunung, nona itu seperti menjerit satu kali, bisa jadi kesakitan karena terjatuhi
Pembawaan yu Wi memang berbudi luhur, makin dipikir makin tidak enak perasaannya,
tengah malam itujuga dia lantas kembali ke Ma-siau-hong, paginya ia sudah berada kembali
dipuncak gunung itu.
setiba di gua itu dan melihat Khing-kiok agak gugup dan tidak tenang, ia heran apakah yang
terjadi semalam sehingga nona itu berubah menjadi begini"
Dia berdiri didalam gua dan melamun, entah berapa lama kemudian baru terlihat Khing-kiok
melangkah kembali, yu Wi menyongsong dan memapahnya sambil bertanya,
"Apakah semalam kau terbanting sakit?"
"o, tidaki tidaki" sahut Khing-kiok,
"Kemarin tidak pantas kupukul kau, terbanting sakit juga pantas-"
"Masakah terbanting juga pantas, seperti anak kecil," ujar yu Wi-
Mendadak Khing-kiok memandangnya dengan kasih sayang, katanya,
"Toako, katamu ingin belajar siang-sim-kiam, bagaimana kalau sekarang kuajarkannya
padamu?" "Kau tidak takut lagi akan sumpahmu terhadap Tohiso?" tanya yu Wi dengan heran.
Muka Khing-kiok menjadi merahi ucapnya, "Ahi untuk apa percaya pada sumpah segala, yang
penting kan kita sudah. - "
sudah apa tidak jadi diteruskan, sejenak kemudian ia bertanya pula,
"Bagaimana, mau belajar tidak?"
sudah tentu yu Wi mau, jawabnya dengan girang,
"Tentu saja mau" ___
= siapakah pemuda yang telah mengadakan hubungan begituan dengan Khing-kiok" =
= Dapatkah yu Wi belajar jurus siang-sim-kiam dari Khing-kiok dan bagaimana usahanya
mencari Boks y a" =
= = = Bacalah terus jilid lanjutannya = = =
= = = r Pendekar Kembar
Bagian-14. Lantaran cintanya sudah terkabul, hati Khing-kiok sangat gembira. Tapi dia sengaja menggoda
anak muda itu. "Jika mau belajar, harus kau panggil suhu dulu padaku."
"Tidaki mana boleh jadi Aku TOakomu, mana boleh memanggil suhu padamu?" jawab yu Wi
sambil menggeleng.
" Kalau tidak lekas kau panggil, takkan kuajarkan padamu." kata Khing-kiok dengan tertawa
genit. yu Wi jadi gelisah dan tak berdaya, ia mondar-mandir didalam gua, gumamnya.
"Jika kupanggil suhu padamu, bukankah tingkatanku lebih rendah satu angkatan dari
padamu... Melihat kecemasan anak muda itu, Khing-kiok tidak sampai hati mempersulit lagi, ucapnya
dengan tertawa,
"TOlol, begitu saja kelab akan. Baiklah, panggil saja adik Kiok padaku."
Lagi-lagi diomeli "tolol", yu Wi melenggong, diam-diam ia berpikir dalam hal apakah aku
berbuat tolol"
Maka Khing-kiok lantas mulai memberi petunjuki dengan gerak tangan sebagai pedang, nona
itu mengajarkan jurus siang-sim-kiam padanya- sampai setengah harian barulah selesai
diuraikannya dengan jelas-
Daya tangkap yu Wi sangat kuat, sedikit diberitahu segera ia menjadi paham intisari jurus
pedang itu- Maka iapun mulai berlatih dengan jurus baru ini.
Khing-kiok mengawasi disamping, bilamana ada yang keliru segera diberi petunjuki dia
mengajar dengan sungguh-sungguh.
Karena yang satu belajar dengan serius dan yang mengajar juga sungguh-sungguh, pada
petang hari kedua hasil latihan yu Wi sudah lumayan.
Malamnya, setelah dahar dan mengaso sejenaki tiba-tiba yu Wi bertanya,
"Adik kiok, semula kau tidak mau mengajarkan padaku, tapi lewat semalam, mengapa kau
ganti pikiran dan mau mengajar" sungguh aku tidak mengerti?"
Dengan malu-malu Khing-kiok menjawab,
"Kau berbuat begitu padaku, masakah aku harus menyimpan rahasia lagi" Diantara kita
masakah ada perbedaan lagi antara kau dan aku?"
yu Wi jadi terheran-heran, pikirnya,
"Aku berbuat apakah padamu" Mengapa tidak lagi ada perbedaan antara kau dan aku?"
Didengarnya Khing-kiok menyambung lagi,
"Tahun yang lalu, atas perintah ayah aku dinikahkan dengan Thian-sing, selama setahun ini,
meski tubuhku berada ditempat keluarga oh, tapi hatiku tidak pernah melupakan dirimu, meski
resminya Thian-sing adalah suamiku, padahal sebenarnya dia bukan suamiku."


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Resminya suamimu, kenapa kau katakan bukan lagi?"
Khing-kiok mengira anak muda itu berlagak bodohi omelnya,
"Masa kau benar-benar tidak tahu?"
"ya, tidak tahu." yu Wi menggeleng.
"Meski aku menikah dengan dia, tapi kami tidak pernah tidur bersama-" tutur Khing-kiok
dengan malu- "oo, kiranya kalian hanya resminya saja suami-isteri, tapi prakteknya tidak pernah melakukan
kewajiban sebagai suami-isteri, begitu?"
Khing-kiok mengangguk.
"Aku tidak dapat melupakan dirimu, mana dapat kulakukan hubungan suami-isteri dengannya-
" "Padahal aku berbuat tidak baik padamu, mengapa kau tidak dapat melupakan diriku?"
"Inilah nasib-" ujar Khing-kiok.
" Ingin kulupakan dirimu, tapi betapapun sukar melupakan. Malam kemarin dulu kau
sedemikian mesra padaku, selama hidupku ini lebih-lebih tak dapat kulupakan dirimu-"
yu Wi jadi melengaki pikirnya,
"Malam kemarin dulu aku tidak berada disini, mana bisa aku bermesraan dengan kau?"
Dia mengira Khing-kiok salah ingat, ia coba tanya,
"Cara bagaimana aku bermesraan padamu?"
Muka Khing-kiok menjadi merah. apa yang terjadi pada malam itu mana bisa dituturkannya,
seketika ia menjadi tersipu-sipu dan tak dapat bersuara. "He, sesungguhnya terjadi apakah?"
tanya yu Wipula dengan gelisah.
Khing-kiok tidak tahan, dengan mendongkol ia berkata,
"Malam itu aku sudah menyerahkan kesucianku padamu, masa kau masih berlagak bodoh- "
Habis berkata mukanya bertambah merahi ia menunduk dan tidak berani angkat kepala lagi-
"Blang", otak yu Wi seperti mendengung dengan keras, dalam hati ia tidak habis mengerti,
"Menyerahkan kesucian padaku"- " " -"
Mendadak teringat olehnya ketika malam kemarin dulu ia buru-buru kembali lagi keatas
puncak karena menguatirkan Khing-kiok yang ditinggalkan sendirian disini, waktu mendaki puncak
ini pagi-pagi, samar-samar dari jauh kelihatan seorang sedang turun kebawah gunung, orang itu
memakai baju merah dan berdandan sebagai seorang Kongcu, lamat-lamat dapat dikenalinya
sebagai Kan ciau-bu.
Tapi mengingat Kan ciau-bu berada jauh di Kimleng sana, manabisa mendadak datang kesini"
sebab itulah ia sangsi kepada penglihatan sendiri maka hal itu tidak diperhatikannya.
sekarang, bila dipikir lagi, agaknya malam itu, Kan ciau-bu memang betul telah datang ke Masiau-
hong ini, karena tidak tahu, Khing-kiok mengira Kan ciau-bu sebagai diriku, segera teringat
pula waktu bertemu kembali dengan Khing-kiok pagi kemarin, nona ini memegang kain seprei
dengan gugup dan tersipu-sipu.... kain putih itu tampaknya ada percikan darah, jangan-jangan.....
yu Wi sudah tahu Kan ciau-bu adalah seorang pemuda bergajul, maka ia lantas tanya,
"Malam kemarin dulu apakah benar-benar kau lihat diriku?"
Khing-kiok tidak mengawasi air muka yu Wi yang penuh rasa kejut dan gugup, dengan
pelahan ia menjawab,
"siapa lagi kalau bukan kau" Biarpun kau hancur menjadi abu juga kukenal kau... ."
selagi yu Wi hendak memberi penjelasan padanya bahwa malam itu yang dilihatnya itu
bukanlah dirinya melainkan Kan Ciau-bu, Toa-kongcu yang terkenal dari Thian-ti-hu, sebab didunia
ini hanya mereka berdua saja yang berwajah serupa dan sukar dibedakan.
Tapi mendadak terpikir olehnya akibat yang mungkin timbul setelah dirinya memberi
penjelasan. Dalam keadaan malu dan menyesal, bisa jadi Khing-kiok putus asa dan membunuh diri
Ia pikir persoalan ini biarlah dibicarakan saja kelak-
Tadinya dia rada sangsi terhadap keterangan Lim Khing-kiok bahwa dia belum pernah tidur
bersama oh Thian-sing, kini setelah direnungkan lebih cermat, tampaknya nona itu memang tidak
bohing. Kalau bohong sih mending, bahwa nona itu bohong, maka kisah cinta ini menjadi tidak
sederhana.. - Berpikir sampai disini, mata yu Wi menjadi basahi diam-diam ia terharu dan berduka, ucapnya
kemudian dengan menyesal,
"Adik kiok, aku bersalah padamu... ."
Ia pikir Kan ciau-bu telah menodai kesucian tubuh si nona, perbuatan ini adalah kesalahannya,
coba kalau malam itu dia tidak meninggalkan si nona, tentu peristiwa itu takkan terjadi.
Khing-kiok mengira yu Wi merasa bersalah karena perbuatannya malam itu, kuatir anak muda
itu terlalu kikuk. pelahan ia menjawab,
"sejak kecil aku sudah menganggap diriku ini kelak pasti milikmu, bahwa kau perlakukan diriku
cara begitu, sedikitpun aku tidak sedih, asalkan jangan kau lupakan diriku, maka puaslah aku,
Toako, apakah aku akan kau lupakan?"
yu Wi menghela napas panjang, tidak kepalang kusut perasaannya.
Didengarnya Khing-kiok berkata pula,
"Kutahu dalam hatimu sudah ada seorang nona Ko, tapi hal inipun tidak menjadi soal,
betapapun kau cinta padanya, asalkan tetap ingat sedikit padaku, maka puaslah hatiku."
sungguh yu Wi tidak tahu apa yang harus dikatakannya, pikirnya,
"Adik Kiok adalah nona yang baik, jangan sekali-kali kuhancurkan hidupnya- Lebih baik
kutanggung dosa ini dari pada kujelaskan kejadian yang sebenarnya pada itu-.. ."
Ia tahu apa yang terjadi sekarang adalah suatu salah paham yang amat besar, salah paham ini
cukup membuat rusak namanya dan hancur hidupnya. Tapi demi Lim Khing-kiok, akhirnya ia tetap
tidak memberi penjelasan kesalah-pahaman ini, ia pasrah kepada nasib dan perkembangan
selanjutnya. Melihat anak muda itu hanya diam saja, Khing-kiok berkata pula,
"Aku tidak terburu-buru ingin pulang ke Hek Po, betapapun aku adalah perempuan yang sudah
dinikahkan, seperti air yang sudah disiramkan keluar rumah-Jadi pulang ke Hek Po atau tidak
bukanlah soal, kelak bila kau suka bolehlah kau antar kupulang....."
Dia berhenti dan ragu sebentar, kemudian menyambung lagi,
"Kau hendak pergi ke Tiam-jong-san, biar aku... akupun ikut kesana. Aku ingin bertemu
dengan nona Ko dan bersahabat dengan dia, apabila dia tidak suka padaku, betapapun aku takkan
marah, sedapatnya aku akan membaiki dia, supaya dia tahu aku tidak bakal mempengaruhi cintakasihnya
dengan Toako"
sampai disini, yu Wi tidak enak untuk menolak lagi kehendak si nona yang ingin ikut pergi ke
Tiam-jong-san. Ia pikir, dari ucapan Khing-kiok ini jelas si nona sudah menganggapnya sebagai
suaminya, apabila kehendaknya ditolak tentu akan membuatnya ia berduka.
Maklumlah, yu Wi adalah pemuda yang emosional, segala hal selalu berpikir bagi orang lain, ia
tidak tega membikin sedih Khing-kiok, apalagi nona itu sudah sebatang kara sekarang, akan
disuruh kemana lagi"
setelah mantap pikirannya, berkatalah dia,
"Baiklahi sekarang juga kita berangkat."
Dengan tertawa gembira Khing-kiok berseru,
"Maksudmu hendak membawaku ke Tiam-jong-san?"
Mendadak terkilas semacam pikiran dalam benak yu Wi, pikirnya,
" urusan sudah kadung begini, kenapa tidak kujodohkan mereka sekalian" Meski kelakuan Kan
ciau-bu tidak baik, tapi kalau diberi nasihat dan dituntun kejalan yang baik agar dia bertanggung
jawab atas perbuatannya dan jangan meninggalkan perempuan yang telah dinodainya-"
Karena pikiran itu, segera ia berkata,
"Baiklahi ikutlah padaku, tidak boleh lagi kutinggalkan kau sendirian, hatiku baru merasa lega
apabila kelak aku sudah dapat mengatur secara lebih baik terhadap dirimu."
Mengingat hari depan, Khing-kiok juga berpikir, "Bila selanjutnya bisa berdiam bersama Toako
sampai hari tua, apalagi yang kuharapkan dalam hidup ini?"
Ia tidak tahu bahwa apa yang dipikirkan yu Wi sama sekali bertolak belakang dengan jalan
pikirannya. Begitulah mereka lantas meninggalkan Ma-siau-hong, mereka melarikan kuda dengan cepat
menuju ke propinsi Huniam. .
-ooo00000ooo- Tayli, pada jaman dahulu adalah sebuah kerajaan kecil, negeri ini terletak di barat propinsi
Huniam, negeri yang subur dan makmur, kini hanya berbentuk. Koan atau kabupaten saja.
Kota Tayli terletak dikaki pegunungan Tiam-jong, didepan kota adalah Ni-hay, sebuah danau
yang indah permai, hawa di negeri inipun sejuki empat musim serupa pada musim semi- Karena
keindahan alamnya, maka di negeri Tayli terkenal nama Tiam-jong-soat (salju pegunungan Tiamjong)
dan Ni-hay-goat (bulan didanau Ni-hay).
Bahwa Tiam-jong terkenal juga saljunya, maka dapat dibayangkan ketinggian pegunungan ini.
Diatas gunung juga banyak terdapat bahan batu marmar yang terkenal sebagai marmar Tayli.
Tanpa berhenti di kota Tayli, langsung yu Wi mendekati Tiam-jong-san. Kini dia sudah
menguasai enam jurus Hai-yan-kiam-hoat dengan baiki maka soal menemui It-teng sin-ni dia
cukup yakin pasti akan berhasil.
yang dikuatirkan adalah kesehatan Lim Khing-kiok, nona itu baru sembuh, mestinya yu Wi
melarang dia ikut mendaki Tiam-jong-san dan menyuruh dia istirahat saja di kota Tayli, tapi nona
itu berkeras mau ikut untuk bertemu dengan Ko Bok Yayu
Wi menjadi serba salah, jika Khing-kiok dibawa serta, bisa jadi akan menimbulkan salah
paham Bok Ya, tapi lantas terpikir pula olehnya, asalkan tindak-tanduk dirinya suci murni dan
dapat dipertanggungjawabkan, apapula yang mesti ditakuti"
Begitulah setelah membawa bekal seperlunya dan mencari tahu dimana letak biara diatas
gunung yang jarang didatangi orang, yu Wi yakin besar kemungkinan biara itulah tempat
kediaman It-teng sin-ni. segera mereka menuju kesana.
Pegunungan Tiam-jong sangat terjal dan sukar dilalui, tidaklah mudah bagi orang biasa yang
ingin berpesiar keatas gunung. Tapi bagi yu Wi, betapa curamnya lereng gunung dipandangnya
seperti tanah datar saja. Namun badan Khing-kiok sekarang tiada ubahnya seperti orang biasa,
tentunya tidak dapat bebas bergerak seperti yu Wi- Baru saja mendaki beberapa ratus kaki
tingginya, napas si nona sudah menggeh-menggeh dan muka pucat.
Pedih hati yu Wi, teringat waktu kecil mereka selalu bermain bersama, keduanya sama-sama
lincah dan suka bergerak, setiap kali berlomba sesuatu, dirinya selalu dimenangkan oleh si nona-
Tapi sekarang nona itu kelihatan sangat lemahi sama sekali berbeda daripada masa dahulu.
Terkenang pada masa lampau, timbul rasa kasih sayang yu Wi, segera ia pondong Khing-kiok
dan berkata, "Biarlah kupondong kau keatas agar bisa berjalan lebih cepat-"
Khing-kiok tidak menolak, ia terus merebahkan diri dalam pelukan yu Wi dengan santai.
Terdengar angin berkesiur, nyata lari yu Wi teramat cepat.
Hawa udara diatas gunung semakin tinggi semakin dingin, dibawah gunung hawa sejuk seperti
musim semi, tapi setiba diatas gunung, terlihat salju menyelimuti lereng pegunungan sehingga
sejauh mata memandang hanya warna putih belaka, biarpun ada juga pepohonan, tapi dahan
pohon juga tertutup oleh lapisan salju sehingga menambah indahnya pemandangan.
setiba diatas gunung, muka Khing-kiok sudah pucat biru karena kedinginan, badan menggigil.
Cepat yu Wi mengeluarkan baju kulit dari rangselnya dan dipakai oleh Khing-kiok sehingga
keadaannya agak mendingan.
Tapi yu Wi sendiri lantas membusungkan dada dan memandang jauh kesana, sedikitpun tidak
kelihatan merasa dingin-
Alangkah kagumnya Khing-kiok, diam-diam ia mengakui kehebatan Iwekang anak muda itu
mungkin tidak dibawah ayahnya-
Dari jauh yu Wi melihat disebelah timur sana, ditengah lapisan salju yang membentang luas itu
menongol sederet tembok warna merahi dengan girang ia berseru,
"Aha, disana itulah"
segera ia bawa Khing-kiok dan berlari kesana secepat terbang. Hanya sebentar saja sudah
sampai ditempat tujuan. Tertampak sebuah rumah kecil berwarna merah, bentuknya tidak mirip
biara. saking girangnya yu Wi tidak pikir panjang lagi, segera ia berteriaki
"Wanpwe mohon bertemu dengan sin-ni...."
Baru habis seruannya itu segera terdengar didalam rumah ada orang menyahut,
"siapa itu?"
Jilid 15 Yu Wi dengar suara orang lelaki, selagi heran, pintu rumah itu terbuka dan melangkah keluar
seorang lelaki setengah umur dengan wajah putih bersih, memakai jubah longgar warna merah.
Jelas orang ini bukan It-teng Sin-ni, Yu Wi lantas memberi hormat dan menyapa, "Ah, rupanya
salah cari, Maaf, mengganggu"
Segera ia gandengan tangan Khing-kiok dan putar tubuh hendak pergi.
"He, apakah kau she Yu?" tiba-tiba orang ber jubah merah itu bertanya.
Yu Wi melengak, cepat ia berpaling dan menjawab, "Betul, Wanpwee Yu Wi adanya."
"Apakah kedelapan jurus pedangmu sudah lengkap kau pelajari?" tanya si jubah merah
dengan tertawa.
Yu Wi tambah terkejut, cepat ia mendekat dan memberi hormat pula, jawabnya, "Darimana
cianpwe mengetahui Wanpwe she Yu dan darimana pula tahu. . . ."
Si jubah merah menggoyang tangan dan berkata, "Jangan tanya, jangan tanya, tapi lebih
penting jawablah pertanyaanku."
"Hanya enam jurus saja dari kedelapan jurus itu yang berhasil kupelajari, dua jurus yang lain- .
. ." Belum habis keterangan Yu Wi, si jubah merah lantas menyela, "Wah, tidak boleh kalau
begitu" Yu Wi berkerut kening, ia menoleh dan memandang sekejap Khing-kiok yang berada di
belakang. " Lebih- lebih tidak boleh kau datang dengan membawa dia" kata pula si jubah merah.
Mendadak Khing-kiok mendapat akal, katanya dengan tertawa, "Aku ini adik perempuannya,
mengapa tidak boleh?"
" omong kosong, dusta" si jubah merah menjadi marah. "Kau adik perempuannya atau bukan
masakah aku tidak dapat melihatnya"Jelas kau bukan adiknya, tapi. ..."
Muka Khing-kiok menjadi merah, cepat ia menambahkan dengan tunduk kepala, "Jangan kau
sembarangan omong, kami belum lagi menikah."
"Hahahaha"si jubah merah bergelak tertawa, "Nona cilik sungguh lucu. . . ."
Karena ingin cepat-cepat bertemu dengan it-teng sin-ni agar bisa segera mengetahui keadaan
Bok-ya, Yu Wi lantas memberi hormat pula dia berucap. "cianpwe, kami mohon diri saja."
segara ia gandeng tangan Khing-kiok pula terus hendak melangkah pergi.
si jubah merah menghela napas dan berkata, " Kalian berdua ini baik-baik saja, untuk apa
harus menemui Thio-kohnio (nona Thio)?"
Teringat oleh Yu Wi sebelum menjadi Nikoh, nama keluarga it-teng sin-ni ialah Thio Giok-tin.
Kalau si jubah merah menyebut sin-ni sebagai nona Thio, tentu antara mereka ada hubungan
karib, agaknya maksud kedatangannya ingin menemui sin-ni oleh sin-ni telah diberitahukan
kepadanya, maka orang ahu dia she apa.
Menurut pesan it-teng sin-ni yang disampaikan melalui Un siau, sebelum kedelapan jurus Haiyan-
kiam-hoat dipelajari secara lengkap. dia dilarang datang ke Tiam-jong-san dan tidak boleh
bertemu dengan Ko Bok ya, bahkan kalau dirinya berani datang, terhadapnya akan diambil
tindakan keras.
Jadi pertanyaan si jubah merah tadi tampaknya justeru demi kebaikannya, maka Yu Wi lantas
berpaling pula dan mengucapkan terima kasih, "Terima kasih atas pehatian cianpwe, tapi
kedatangan Wanpwe ini bertekad harus menemui sin-ni, sekalipun harus menyerempet bahaya
juga tidak kupikirkan lagi."
Habis berkata ia tarik Khing-kiok dan melangkah pergi dengan cepat.
Tapi baru belasan langkah, kembali si jubah merah berseru, "He, tunggu, tunggu sebentar
tidak boleh kusaksikan nona cilik mengantarkan kematiannya,"
Yu Wi berhenti lagi, pikirnya, Jika it-teng sin-ni marah, mendingan kalau aku saja yang
menjadi korban, apabila Khing-kiok juga dianiaya, sungguh hatiku merasa tidak tenteram. Untuk
ini perlu mencari akal yang baik." Maka ia lantas memutar balik.
sedang Khing-kiok lantas berkata dengan tertawa, "Siapa bilang aku akan mengantarkan
kematian?"
Dengan sungguh-sungguh si jubah merah berkata, "Selama hidupku hatiku paling lemah
terhadap anak perempuan, tapi untuk membunuh orang biasanya Thio-kohnio tidak pandang
sasarannya lelaki atau perempuan- Tampaknya kau si nona cilik ini sangat baik, aku harus mencari
satu akal untuk menolong kau."
Hati Khing-kiok sangat gembia karena didampingi kekasih, dengan tertawa ia berkata pula,
"Akal apakah" Kalau hanya Toako saja yang dibiarkan pergi sendiri, sungguh akupun keberatan-"
Ang-bau-jin atau orang ber jubah merah menghela napa gegetun, ucapnya sambil memandang
Yu Wi, "Ai, nona ini sungguh baik padamu, kau benar-benar hokkhi. . . ." ia berhenti sejenak. lalu
menambahkan dengan nekat, "Tampaknya terpaksa harus kukeluarkan segenap kepandaianku."
"segenap kepandaian apa?" tanya Khing-kiok dengan tertawa.
Ang Bau-jin memandangnya dan berkata, "sebenarnya hendak kuajarkan padamu, tapi dasar
ilmu silatmu kurang kuat, terpaksa kuajarkan kepada suamimu. ..."
" omong kosong Kami belum menikah, kan sudah kuberi tahu?" ujar Khing-kiok dengan wajah
merah. Kembali si jubah merah terbahak-bahak, ucapnya, "Hahahaha lucu. . . ."
setelah tertawa, lalu katanya kepada Yu Wi dengan koreng, "Apabila Thio-kohnio bertindak
keras terhadap nona cilik ini, hendaklah kau gunakan ilmu langkah ajaib ajaranku untuk
membawanya lari, jangan sekali-kali ragu, Kalau jiwa nona cilik ini sampai celaka, nanti kuminta
tanggung jawabmu."
Mengingat akibat yang mungkin timbul. Yu Wi merasa ngeri, dengan kuatir ia menjawab,
"Leng-po-wi-poh, ilomu langkah andalan it-teng sin-ni ini terkenal tiada bandingannya di dunia,
cara bagaimana Wanpwe mampu lolos dari kejaran sin-ni nanti?"
"Kaupun pernah melihat Leng-po-wi-poh?" tanya Ang-bau-jin dengan tertawa.
"Pernah," jawab Yu Wi.
"Leng-po-wi-poh memang tergolong tiada bandingannya di dunia, tapi ilmu langkah ajaib Huiliong-
poh yang akan kuajarkan ini lebih-lebih tidak ada tandingannya di dunia ini," ucap Ang-baujin
denan bangga. Nyata dia langsung menyatakan Hui-liong-poh jauh diatas Leng-po-wi-poh.
Tentu saja Yu Wi tidak percaya, pikirnya. "Masa di dunia ini masih ada ilmu langkah ajaib lain
yang terlebih hebat dapipada Leng-po-wi-poh?"
"Agaknya kau tidak percaya bukan?" tanya Ang-bau-jin. Yu Wi tidak menjawab, dan biasanya
diam berarti membenarkan. segara Ang-bau-jin berseru pula, "Nah, boleh kau lihat saja nanti"
sekali ia melangkah, tahu-tahu dia sudah mengapung ke udara, bahkan dapat bergerak
dengan bebas diatas sehingga meluncur seperti ular naga, waktu turun lagi kebawah, kembali ia
melangkah satu kali dan orangnya mengapung pula ke atas. Tapi gerakannya di uadara sekali ini
meski masih serupa yang pertama, namun gayanya sudah berbeda sama sekali.
Begitulah berturut-turut ia naik turun delapan kali dan setiap langkah bergaya sangat bagus,


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih-lebih ketika bergerak di udara, keajaibannya sungguh sukar untuk dipahami.
selesai memainkan delapan langkah ajaib, Ang-bau-jin berhenti, lalu bertanya, "Bagaimana?"
"Menurut pandangan Wanpwe, Hui-liong-poh ini tidak melebihi Leng-poh-wi-poh," jawab Yu
Wi. seketika Ang-bau-jin mendelik, teriaknya dengan mendongkol, " omong kosong Ngaco-belo. . .
." "cianpwe belum lagi melihat Leng-po-wi-poh, tentunya tidak tahu betapa hebatnya," ujar Yu
wi. "Hahahaha" Ang-bau-jin bergelak tertawa sampai sekian lama, lalu berucap. "Masakah aku
tidak pernah melihat Leng-po-wi-poh?"
"Kalau Cianpwe pernah melihatnya, kenapa berani menyatakan Leng-po-wi-poh tidak dapat
menandingi Hui-liong-poh?" tanya Yu Wi.
"sudah tentu berani kukatakan demikian." jawab Ang-bau-jin. "Sebab Leng-po-wi-poh adalah
ilmu kebanggaanku selagi namaku selangit, tapi kehebatannya tidak melebihi Hui-liong-poh,
tentunya akulah yang paling jelas dalam hal ini."
Yu Wi jadi melengak. ia tidak percaya terhadap keterangan Ang-bau-jin itu, katanya sambil
menggeleng, "Janganlah Cianpwe mendustai diriku, sudah lama kukenal Leng-po-wi-poh adalah
ilmu ajaib kebanggaan^ it-teng sin-ni, mengapa bisa dikatakan. . ."
"sebab Leng-po-wi-poh andalan Thlo-kohnio itu adalah ajaranku." tukas Ang-bau-jin dengan
suara keras. sekali ini Yu Wi benar-benar melongo dan tidak dapat bersuara lagi.
Ang-bau-jin lantas berucap pula, "selama dua puluh tahun ini kuperas otak untuk menciptakan
Hui-liong-pat-poh (delapan langkah ajaib naga terbang), yang khusus kutujukan terhadap titik
kelemahan Leng-po-wi-poh (langkah ajaib dewi kahyangan). Apabila Hui-liong-pat-poh sudah kau
kuasai, apa artinya lagi Leng-po-wi-poh andalan Thi-kohnio itu?"
Girang sekali Yu Wi, pikirnya, "setelah mahir ilmu langkah ini, bila sin-ni hendak bertindak
keras terhadap adik Khing-kiok. tentu dapat kubawa lari dia."
Maka cepat ia memberi hormat kepada Ang-bau-jin dan memohon, "Jika demikian mohon
cianpwesuka memberi petunjuk."
"Ah, kenapa sungkan," ujar si jubah merah, "Tampaknya kesehatan nona cilik ini kurang baik,
silahkan mengaso dulu kedalam rumah merah dan kita berdua boleh latihan diluar sini."
Yu Wi pikir latihan ini tentu makan waktu, sedangkan kesehatan Khing-kiok memang masih
lemah, sedapatnya jangan sampai kedinginan pula, maka ia berpaling dan berkata, "Adik kiok.
boleh kau istirahat didalam rumah saja, sebentar nanti baru kita berangkat." Khing-kiok
mengangguk dan melangkah kedalam rumah merah.
"Harus belajar baik-baik, supaya si nona cilik tidak menunggu terlalu lama," kata Ang-bau-jin
dengan tertawa.
Habis berkata, ia mulai berjalan satu lingkaran di depan rumah, terlihat tanah bersalju yang
cukup keras itu lantas mendekuk meninggalkan delapan buah tapak kaki.
sekali pandang saja Yu Wi lantas tahu letak kedelapan tapak kaki itu menandakan delapan
arah dari kedelapan langkah yang dipertunjukan si jubah merah tadi.
Tidak kurang dari dua jam barulah Ang-bau-jin alias si jubah merah menjelaskan inti
kedelapan langkah ajaib naga terbang itu. Namun Yu Wi masih setengah paham dan setengah
bingung, lebih-lebih gerakan mengapung di udara itu terasa belum cukup dikuasainya.
Melihat anak muda itu masih belum apal, segera Ang-bau-jin mengulangi lagi penjelasannya.
sekali ini Yu Wi sudah paham lebih banyak, tapi tetap belum cukup dikuasai seluruhnya.
Dengan sabar dan teliti Ang-bau-jin terus mengulangi pelajarannya hingga lima kali, akhirnya
barulah Yu Wi paham benar-benar. sementara itu hari sudah gelap, ingin berlatih terus juga tidak
dapat dilaksanakan oleh Ang-bau-jin.
Namun maTa yu Wi sudah terlatih melihat dalam kegelapan, kedelapan sudut langkah si
jubah merah dapat dilihatnya dengan jelas, maka dilatihnya sendiri menurut kedelapan bekas
tapak kaki itu.
setelah mengajar sekian lama, perut Ang-bau-jin sudah lapar, kebetlan Khing-kiok keluar
dengan membawa semampan makanan yang masih panas. Keruan Ang-bau-jin sangat girang,
serunya, "Wah, sungguh nona yang baik"
segera ia sambut makanan itu dan dilahapnya. Yu Wi masih giat berlatih tanpa memikirkan
urusan lain. Sehabis makan kenyang, Ang-bau-jin memuji pula, "Nona pintar masak. makanan lezat begini
sudah lebih dua puluh tahun tidak pernah kunikmati."
Tiba-tiba teringat olehnya Yu Wi belum lagi makan, tapi hidangan yang tersedia sudah
disiksanya habis, Ang-bau-jin menjadi kikuki ucapnya, "Wah, celaka. . . .celaka. . . ."
Hidangan yang disediakan Khing-kiok sebenarnya jatah untuk dua orang, siapa tahu karena
laparnya, sekaligus Ang-bau-jin telah menghabiskannya, cepat dia menanggapi dengan tertawa,
"Tidak apa, tidak apa, akan kubuatkan lagi."
Waktu Khing-kiok keluar lagi dengan membawa makanan, sementara itu hari semakin gelap
hingga jari sendiri saja tidak kelihatan-"Toako. . . Toako . . ." Khing-kiok memanggil.
sambil belasan kali dia memanggil, mendadak disebelahnya seorang menjawab "Eh kau belum
tidur?" Khing-kiok melonjak kaget. Padahal daya pendengarannya cukup tajam, tapi ia tidak tahu
meski Yu Wi mendekat kesampingnya, diam-diam ia terkejut dan berkata, "Wah, mengapa
Ginkang Toako maju secepat ini?"
Teringat olehnya ketika di Hek-po dahulu, Ginkang anak muda itu jauh dibawah dirinya,
sekarang ternyata jauh melampauinya, entah mengapa akhir-akhir ini Ginkang sang Toako dapat
terlatih setinggi ini.
Padahal kemajuan Ginkang Yu Wi tidak banyak sejak meninggalkan Hek-po, yang
digunakannya untuk mendekati Khing-kiok tadi adalah Hui-liong-pat-poh yang baru saja
dipelajarinya dari Ang-bau-jin. "Toako, hari ini kau belum makan," kata si nona.
saking asyiknya berlatih Hui-liong-pat-poh sehingga Yu Wi lupa lapar, sekarang setelah
disinggung oleh Khing-kiok. seketika perutnya berkeruyukan. "Lekaslah Toako makan," ucap
Khing-kiok dengan tertawa.
Yu Wi terima makanan itu, kuatir cara makannya yang rakus dilihat Khing-kiok. Yu Wi
menyingkir agak jauh kesana dan berjongkok disitu untuk menyikat makanannya.
Ia tidak tahu dalam kegelapan sepekat itu mana bisa Khing-kiok melihatnya, namun nona itu
dapat membayangkan betapa rakusnya cara Yu Wi menyabet santapan itu, tanpa terasa ia
mengikik tawa pelahan.
sejenak kemudian setelah Yu Wi makan kenyang, ia kembalikan mangkuk kepada Khing-kiok.
"Apakah Toako belum mau tidur?" tanya Khing-kiok.
"Tidak, Hui-liong-pat-poh harus kulatih hingga apal benar, boleh kau kembali kedalam rumah
dan tidur saja," jawab Yu Wi.
"Akupun takkan tidur," kata si nona.
"Tidak. jangan, kesehatanmu belum pulih, kau harus tidur."
"Rumah merah ini cuma satu dan menjadi tempat tinggal Ang-locianpwe, jika kutidur di dalam
mungkin kurang baik. . . ."
"Cianpwe sudah tidur, tidak menjadi soal kau tidur di dalam."
"He, Ang-locianpwe tidur dimana?" tanya Khing-kiok dengan heran.
"cianpwe duduk semadi di tanah salju, mungkin beliau sengaja membiarkan kau tidur di dalam
rumah." Hati Khing-kiok merasa tidak enak, " Wah, jika. . .jika demikian, tidak boleh. . . ."
"Tidak apa-apa." tiba-tiba terdengar Ang-bau-jin menukas, "Adik cilik, jika kau lelah, silahkan
kaupun istirahat didalam rumah, aku sudah biasa duduk diatas tanah bersalju, biarpun berduduk
selama beberapa bulan juga sudah biasa bagiku."
"Terima kasih." ucap Yu Wi. Ia lantas mengantar Khing-kiok kedalam rumah, lalu ditinggal
keluar lagi. "Jika Toako merasa lelah hendaklah lantas masuk tidur." pesan Khing-kiok ketika hendak
menutup pintu. Yu Wi mengiakan. ia terus berlatih hingga fajar menyingsing dan kedelapan langkah ajaib itu
baru dapat diapalkan benar-benar, ia merasakan lelah juga dan berhenti berlatih, segera iapun
duduk diatas tanah bersalju dan memejamkan mata.
Untuk menghindarkan salah paham orang lain, Yu Wi tidak berani mengaso didalam rumah, ia
pikir kalau Ang-bau-jin dapat duduk semadi diatas tanah bersalju, biarlah akupun menirukannya.
Tak terduga, baru sebentar ia duduk, segera ia menggigil kedinginan.
Waktu berlatih Hui-liong-pat-poh tadi, karena berlari kian kemari dan gerak badan terus
menerus sehingga tidak merasa dingin- sekarang setelah berhenti olah raga barulah dirasakan
suhu Tiam-jong-san yang dingin luar biasa. Terpaksa ia mengerahkan Ku-sit-tay-kang sehingga
berulang beberapa kali barulah badan terasa hangat, lalu dapatlah terpulas.
Ketika terang tanah, sang surya sudah terbit, lamat-lamat Yu Wi terjaga bangun, waktu
membuka mata, dilihatnya Ang-bau-jin berdiri di depannya dengan mengulum senyum, cepat ia
berbangkit dan menyapa, "selamatpagi. Cianpwe."
Ang-bau-jin mengangguk. katanya, " Hebat benar kau, adik cilik, kau dapat duduk satu- dua
jam disinL Lwekangmu ternyata tidak lemah."
Waktu Yu Wi memandang tubuh sendiri, ternyata diatas baju ada selapis salju yang tipis, ia
pikir kalau dirinya tidak mengerahkan Ku-sit-tay-kang bisa jadi saat ini sudah terbeku menjadi
patung salju. Didengarnya Ang-bau-jin berkata pula, "dengan maksud baik aku mengalah supaya kalian
berdua tidur didalam rumah, mengapa kau malah ikut duduk semadi disini?"
Dari nada bicaranya Yu Wi merasa orang menganggap dirinya dan Khing-kiok adalah suamiisteri,
maka cepat ia menjawab dengan tersipu-sipu, "Ah, Wanpwe juga sudah biasa tidur
berduduk di tanah bersalju. . . ."
Ang-bau-jin terbahak-bahak, "Hahahaha Kebiasaan bagus, kebiasaan bagus. . . ."
Yu Wi tidak biasa berbohong, tidur dengan berduduk diatas tanah bersalju seperti ini baru
pertama kali dilakukannya tadi, mana dapat dikatakan sudah biasa. Karena itulah mukanya
menjadi merah sehabis menjawab, ia menunduk malu.
segera si jubah merah berucap pula, "sudah lebih 20 tahun kutidur berduduk begini barulah
mulai terbiasa, kau baru satu malam saja lantas terbiasa, sungguh hebat"
Karena kebohongannya terbongkar, semakin rendah kepala Yu Wi tertunduk dan tidak berani
memandang orang.
sebabnya sekali pandang Ang-bau-jin dapat mengetahui kebohongan Yu Wi adalah karena
dilihatnya lapisan salju pada tubuh anak muda itu. Bilamana seorang sudah biasa duduk semadi
diatas tanah bersalju, tentu dari dalam badan akan mengeluarkan suhu panas sehingga tidak
mungkin bunga salju membeku diatas tubuhnya. Ia tahu Yu Wi hanya berkat ketinggian
Lwekangnya saja sehingga sanggup berduduk disitu, kalau tidak. dipuncak Tiam-jong-san yang
dingin ini, mungkin cuma duduk sejenak saja orang akan mati beku. Agar anak muda itu tidak
kikuk, Ang-bau-jin bertanya, "Bagaimana latihanmu semalam?"
"Wanpwe berlatih secara ngawur, entah bagaimana kemajuannya, mohon cianpwe sudi
memberi petunjuk." kaTayu Wi. Lalu iapun mempertunjukkan Hul-liong-pat-poh yang telah
dilatihnya itu.
selesai melakukan kedelapan langkah ajaib itu, ia pikir latihannya yang sudah cukup baik ini
tentu akan menimbulkan rasa heran dan dipuji Ang-bau-jin. siapa tahu si jubah merah justeru
menggeleng dan menyatakan, "wah, tidak. tidak pakai selisih terlalu jauh. Coba lihat yang benar,
biar kumainkan sekali lagi bagimu."
Yu Wi lantas mengikutinya dengan seksama, dilihatnya langkah Ang-bau-jin itu meski serupa
langkah yang dilakukannya, tapi gerak perubahan di udara dan kelincahannya jelas jauh berbeda.
Karena Yu Wi memang ingin maju, maka begitu Ang-bau-jin selesai memberi petunjuk, segera
ia berlatih lagi dan si jubah merah memberi petunjuk bilamana ada yang kurang sempurna,
dengan demikian barulah Yu Wi mendapat kemajuan pesat.
Tanpa terasa tujuh hari sudah berlalu, Yu Wi terus berlatih siangan malam tanpa kenal lelah
sehingga tidak sedikit kemajuan yang diperolehnya. selama beberapa hari ini, kesehatan Khingkiok
juga banyak lebih baik, hal ini menimbulkan rasa heran Yu Wi, ia tidak tahu bahwa diam-diam
Ang-bau-jin telah mengajarkan Lwekang penyembuhan luka dalam bagi nona itu.
Pagi hari kedelapan, berkatalah Ang-bau-jin kepada Yu Wi, "Hui=liong-pat-poh sudah cukup
kau latih dan dapat dipergunakan bilamana perlu, lebih dari itu sudah tida dapat kuberi petunjuk
lagi, selanjutnya asalkan kau latih terlebih giat, tentu hasilnya tak terbatas. sekarang bolehlah kau
berangkat"
Yu Wu merasa hutang budi kepada Ang-bau-jin, ia merasa orang seperti juga gurunya, maka
sebelum berpisah sekarang sepantasnya memanggilnya dengan sebutan lain, segera ia berkata,
"suhu, hendaklah engkau sudi memberitahukan nama aslimu kepada murid. . . ."
Belum habis ucapannya, mendadak Ang-bau-jin menarik mka, katanya dengan gusar, "siapa
mengaku suhumu"Jika kuterima kau sebagai muridku kan sudah sejak mula kuberitahukan
namaku." Kiranya sudah beberapa kali Yu Wi pernah tanya she dan nama si jubah merah, tapi orang itu
tidak mau menerangkan- sekarang sebelum berpisah ia ingin tanya pula dengan jelas, ia pikir
tidaklah pastas jika sudah belajar kepandaian orang, tapi siapa namanya saja tidak tahu.
siapa tahu panggilan suhu justeru menimbulkan rasa gusar Ang-bau-jin, Yu wi menjadi cemas,
ucapnya sambil mencucurkan air mata, "Tapi, aku. . . .Wanpwe. . . ."
Mestinya ia hendak tanya apakah dirinya tidak berharga untuk menjadi murid orang, tapi
karena gugupnya sukar baginya untuk bicara.
segera Ang-bau-jin berteriak. " Ingat, sama sekali aku bukan gurumu, terhadap siapapun tidak
boleh kau sebut diriku, kuajarkan Hui-liong-pat-poh padamu adalah karena nona cilik itu."
Tidak kepalang pedih hati Yu Wi, sudah tujuh hari dia tinggal bersama Ang-bau-jin, cukup
diketahuinya hati orang ini sangat baik, ucapannya itu pasti tidak timbul dari lubuk hatinya yang
murni, tapi entah mengapa dirinya dilarang menyebut suhu padanya, bahkan tidak boleh
menyinggung kejadian ini"
Mendengar suara ribut itu, Khing-kiok melangkah keluar, melihat Ang-bau-jin lagi marahmarah,
dengan tertawa ia tanya, "Eh, Ang pepek (paman merah), siapakah yang membikin
engkau marah?"
Karena Ang-bau-jin tidak mau menjelaskan siapa namanya, maka selama ini Khing-kiok selalu
memanggilnya sebagai Ang-pepek. anggap dia she Ang. sebaliknya si jubah merah juga sayang
kepada Khing-kiok seperti puteri kesayangannya sendiri, selama beberapa hari ini mandah saja
dipanggil sebagai paman Ang.
Kini air mukanya masih juga marah, dengan beringas ia berkata, "Nona Lim, selanjutnya kau
dilarang menyinggung diriku di depan orang lain. sebutan Ang-pepek juga tidak boleh kau panggil
lagi, Nah, sekarang lekas kalian pergi saja, lekas"
Habis berkata ia lantas masuk kedalam rumah merah, dengan keras ia gabrukan pintu,
didalam rumah dia masih juga berteriak. "Lekas pergi, lekas"
"Toako, sebab apakah Ang-pepek marah kepada kita?" anya Khing-kiok dengan gegetun-
Yu Wi menggeleng, katanya, "Aklah yang salah Aku memanggilnya suhu dan membuatnya
marah. sungguh aku pantas mampus"
Khing-kiok pegang tangan Yu Wi dan menghiburnya, "Janganlah kau menyesal, Ang-pepek
pasti mempunyai alasannya, tidak nanti marah hanya karena panggilan suhu. Marilah kita perg
saja dan jangan terpaku disini."
Yu Wi pikir kalau tidak pergi mungkin akan menambah gusar Ang-bau-jin, maka pelahan ia ikut
Khing-kiok meninggalkan tempat itu. Kira-kira beberapa puluh tindak jauhnya, ia tidak tahan, ia
berpaling dan berteriak. "Budi kebaikan cianpwe yang telah mengajarkan kepandaian ini, selama
hidup Wanpwe takkan melupakannya"
Begitulah mereka terus melangkah pergi, makin lama makin jauh dan menghilang ditengah
remang lautan salju.
Pada saat itulah pintu rumah merah itu terbuka pula, memanangi kepergian Yu wi berdua,
dengan mengulum senyum Ang-bau-jin bergumam, "Bagus sekali kedua sejoli itu, disini aku Angbau-
kong (si kakek jubah merah) berdoa bagi kalian, semoga tahun depan lahir seorang bayi
montok" o-ooo-oo-ooo-o Lereng gunung Tiam-jong membentang beratus lijauhnya, untuk mencari sebuah biara
tentunya tidak mudah, sudah dua tiga jam Yu Wi dan Khing-kiok berjalan dan tetap tidak kelihatan
sebuah biara apapun-
Kuatir Khing-kiok terlalu lelah, selagi Tu Wi bermaksud berhenti mengaso, tiba-tiba nona itu
menuding kejauhan dan berkata, "Lihat, Toako, disana ada sebah rumah."
Yu Wi memandang kearah yang ditunjuk. benarlah dilihatnya ada sebuah bangunan di depan
sana, tapi lantaran tertutup oleh timbunan salju, tidak jelas apakah bangunan itu biara atau
bukan- Maka cepat mereka menuju kesana.
sesudah dekat, tertampak denganjelas ada sebuah rumah berhalaman yang berdinding biru
dan juga bergenteng biru, melihat bentknya yang megah memang mirip sebuah biara besar, tapi
biara Nikoh masa dibangun dengan dinding warna biru dan genteng biru pula"
Yu Wi merasa sangsi, katanya, "Mungkin bukan tempat kediaman it-teng sin-ni, kita kesasar
lagi." "Tidak bisa." kata Khing-kiok. "Dipuncak Tiam yong-san ini sepanjang tahun selalu turun salju,
siapa yang mau membangun sebuah rumah sebesar ini disini" Besar kemungkinan adalah tempat
tirakat sin-ni."
Yu Wi menggeleng, katanya, "Tidak, pasti bukan"
Baru habis ucapannya, mendadak pintu rumah itu terbuka dan muncul dua Nikoh muda jelita,
mereka lantas menegur, "Tetamu agung darimanakah yang berkunjung kesini?"
"Tampaknya adik Kiok yang benar," kaTayu Wi dengan tertawa. Ia pikir kalau tempat ini ada
Nikoh, tentunya tempat tirakat sin-ni, cuma tidak diketahui Ya-ji berada dimana"
Maka sengaja ia menjawab teguran kedua Nikoh jelita itu, "Cayhe Yu Wi, ingin mohon bertemu
dengan it-teng sin-ni."
salah seorang Nikoh jeliTa yang bertubuh lebih pendek lantas mendekati mereka, jawabnya
dengan tertawa, "Ah, kiranya Yu-kongcu adanya. sudah lama kukagumi nama kebesaran Kongcu,
mengapa kini sempat berkunjung kemari?"
Yu Wi melengak, ia merasa ucapan itu bukan cara bicara orang beragama, seharusnya
menyebut tetamunya sebagai sicu (dermawan), mengapa dirinya disebut sebagai Kongcu"
Nikoh jeliTa yang lain lantas menyambung. "Wah, cakap benar Yu-kongcu, marilah mampir
kedalam rumah dan minum teh dulu."
Melihat kedua Nikoh itu teus menerus main mata terhadap sang Toako, cara bicara mereka
juga rada-rada merayu, diam-diam Khing-kiok mendongkol, segera ia menyela, "Siapa yang ingin
minum teh" Tujuan kami hanya ingin menemui sin-ni dan bukan ingin minum teh"
Si Nikoh agak pendek berucap dengan tertawa, "Ai, alangkah galaknya Eh, pernah apakah Yukongcu
dengan kau?"
Yu Wi berkerut kening, katanya dengan kurang senang, "Tolong sampaikan kepada guru kalian
bahwa Yu Wi mohon bertemu."
Nikoh yang agak tinggi menjawab dengan tertawa, "o, kau hendak menemui suhu kami"
Kebetulan, memangnya suhu juga ingin bertemu dengan kau."


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika demikian mohon disampaikan kepada beliau." kaTayu Wi.
"Tapi ingin kukatakan dimuka, suhu kami bukanlah Nikoh," kata si Nikoh pendek.
Yu Wi mengira mereka sengaja menggoda, dengan mendongkol ia berucap. "Jika demikian,
jadi kalian juga bukan Nikoh?"
"Memangnya siapa bilang kami Nikoh?" sahut kedua Nikoh jelita itu berbareng.
"Bukan Nikoh" Wah, tentunya puteri bangsawan?" ejek Khing-kiok.
"Bangsawan sih tidak. ayahku cuma seorang asisten residen saja." jawab Nikoh yang tinggi.
Khing-kiok tambah gemas, katanya terhadap si Nikoh pendek.
"Dan kau?" Nikoh itu tertawa, jawabnya, "Coba, silahkan Yu-kongcu menerkanya?"
Yu Wi tidak biasa melihat sikap "Menantang" mereka itu, dia melengos kearah lain tanpa
menjawab. Khing-kiok lantas menanggapi, "Siapa yang berminat main teka-teki dengan kalian" sudahlah,
lekas bawa kami menemui sin-ni."
"Jangan buru-buru," ujar Nikoh yang pendek, "Biarlah kita mengobrol lagi sebentar, nanti
setelah kalian bertemu dengan suhu tentu kalian akan segera pergi pula, lalu hilanglah
kesempatan kami untuk mengobrol."
Cara bicaranya ini seperti sudah sekian tahun mereka tinggal di Tiam-jong-san dan tidak
pernah bertemu dengan orang luar, sekarang mumpung bisa bertemu, maka harus mengobrol
sepuasnya. Tentu saja Khing-kiok sangat mendongkol, selagi dia hendak mendamprat, mendadak
terdengar seorang bicara dengan suara lantang, "Ci-hong, Giok-hong, suruh kalian melongok siapa
yang datang, mengapa kalian malah mengobrol disini?"
Tertampak dari dalam rumah biru itu keluar seorang lelaki tegap berbaju biru, mukanya penuh
cambang biru, tubuhnya tinggi besar, sikapnya gagah perkasa, mirip seoran panglima perang
dijaman kuno. segera kedua Nikoh jelita itu mundur kesamping sambil berbisik kepada Yu Wi, "Itu dia guru
kami, lekas kau beri hormat"
Melihat guru kedua Nikoh ini memang benar bukan kaum beragama, dari kelakuan muridnya
tadi, Yu Wi menilai gurunya pasti juga bukan manusia baik-baik, maka ia malas untuk berkenalan
dengan orang demikian- segera ia tarik tangan khing-kiok dan diajak pergi.
Cepat si lelaki baju biru membentak, "He, bocah itu, berani kau bersikap tidak sopan padaku"
Berhenti" Mendengar suara orang yang bengis itu, marah juga Yu Wi, segera ia berpaling dan
menjawab, " memangnya mau apa kalau tidak sopan?"
Melihat Yu Wi benar-benar bersikap tidak sopan pada dirinya, lelaki baju biru jadi melengak
dan lupa menjawab.
Yu Wi lantas mendengus, "Hm, dikolong langit ini mana ada lelaki menjadi guru kaum Nikoh,
kuyakin kalian pasti bukan manusia baik-baik." Mendadak si baju biru bergelak tertawa, tanpa
bicara ia terus menghantam.
Pukulannya langsung menuju kedada Yu Wi, gerak pukulan yang sangat umum. Tapi sekali
pandang saja Yu wi lantas tahu pukulan ini membawa gerak perubahan yang mematikan, ia tidak
berani gegabah, segera ia menangkis.
Tapi sebelum pukulan mengenai sasarannya, mendadak tangan si baju biru ditarik kebawah,
entah cara bagaimana tangan kirinya mendadak menyambar tiba dan "plak", dengan tepat pipi Yu
Wi tertampar. Tangkisan Yu wi itu sebenarnya juga membawa gerak perubahan yang lihay, tapi sebelum dia
berbuat, tahu-tahu sudah didahului oleh gamparan si baju biru. Malahan cara bagaimana orang
menamparnya tidak jelas dilihatnya.
Karuan Yu wi terkejut, ia tahan rasa gusarnya dan coba balas menyerang. Tapi si baju biru
juga lantas menghantam pula, tepat diarahkan kepada serangan Yu wi.
Yu Wi merasa heran, pikirnya, "dengan pukulanmu yang sederhana ini untuk menahan
seranganku, kan berarti kau cari susah sendiri?"
Diam-diam ia mengira si lelaki baju biru pasti akan terkena serangan balasannya.
Tampaknya serangannya sudah hampir kena, bila pukulannya dapat mengenai muka orang,
berarti terbalaslah gamparan mukanya tadi. Tak terduga, mendadak tenaga pukulannya
terpatahkan, pukulannya dapat mengenai tempat kosong, waktu ia pandang kedepan, kiranya si
lelaki baju biru telah mematahkan serangannya dengan tangan kiri pula.
Yu Wi sangat kecewa, sungguh ia tidak tahu cara bagaimana Lam-san-tay-han (lelaki kekar
berbaju biru) menggunakan tangan kirinya. selagi ia hendak ganti serangan, mendadak kepalan
kanan si baju biru telah berubah pula menjadi telapak tangan dan menggampar lagi, "plok",
kembali pipinya yang sebelah tergampar pula.
Dua kali gamparan itu benar-benar telah menghanyutkan rasa gusar Yu Wi, sebagai gantnya
adalah rasa berduka, diam-diam ia membatin, " Lahirnya orang ini kelihatan kasar, tapi kehebatan
ilmu pukulannya jelas jauh diatas diriku ,"
Karena menyadari bertangan kosong pasti bukan tandingan orang, bahkan pasti tergampar
pula. Cepat Yu Wi melompat mundur, peang kayu segera dilolosnya.
Melihat anak muda itu melolos pedang kayu, si baj biru tidak mendesak lagi, ia terbahak-bahak
dan berkata, "Hahaha, memang sejak tadi seharusnya kau gunakan pedangmu"
Kontan pedang Yu Wi menusuk. tapi dengan tenaga pukulannya si baju biru menggetar
pedang Yu Wi kesamping, berbareng ia berucap sambil menggeleng, "Tidak. percuma Lekas kau
mainkan Hai-yan-kiam-hoat"
Mendengar orang dapat menyebut nama Hai-yan-kiam-hoat, teringat pula kedua Nikoh jelita
tadi segera mengenalnya ketika mendengar namanya disebut, Yu Wi pikir mungkin It-teng sin-ni
yang memberitahukan kepada mereka akan kedatangannya ini, dari sini dapat diketahui antara Itteng
sin-ni dan si baju biru pasti ada hubungan yang akrab.
Bahwa lelaki baju biru ini dapat bermukim di puncak Tiam-jong-san bersama It-teng sin-ni,
pantaslah kalau ilmu pukulannya sangat lihay, tampaknya kungfunya tidak dibawah Ang-bau-jin
alias si jubah merah.
Berpikir sampai disini, segera ia berseru, "Baik Awas, inilah Hai-yan-kiam-hoat" -Berbareng
pedang kayu terus menusuk.
Menghadapi lawan tangguh, serangan Yu Wi tidak kenal ampun lagi, ia pikir orang harus
diberitahu rasanya Hai-yan-kiam-hoat, maka serangan pertama yang digunakan adalah jurus Butek-
kiam ajaran Ji Pek liong.
Agaknya si baju biru juga tahu kelihaian Hai-yan-kiam-hoat, ia tidak berani ayal, segera iapun
memainkan ilmu pukulan andalannya yang diciptakannya berdasarkan hasil pemikirannya selama
beberapa puluh tahun-
Jurus Bu-tek-kiam sudah terlalu apal bagi Yu Wi, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah,
ia pikir andaikan serangan ini tidak dapat melukai kau, sedikitnya juga akan membikin kelabakan
padamu. Tapi segera terlihat si baju biru menghantam sekaligus dengan kedua tangannya, sampai
setengah jalan, tampaknya tangannya akan terketuk oleh pedang kayu, saat itu cahaya pedang
yang ditaburkan oleh Yu Wi jelas sukar diterobos oleh si baju biru.
Di luar dugaan, mendadak telapak tangan kiri si baju biru menepuk tangan kanan, "plak",
kedua telapak tangan bertepuk. belum lenyap suaranya, kedua tangan terus terpencar dan
menimbulkan bayangan telapak tangan yang sukar dihitung.
Yang terlihat oleh Yu Wi menjadi cuma bayangan telapak tangan dan tidak tertampak
bayangan orang, seketika jurus Bu-tek-kiam mengenai tempat kosong.
Terkejut Yu Wi, namun gerakannya tidak pernah lamban, menyusul ia menyerang pula, sekali
ini adalah jurus Tay-gu-kiam ajaran can-pi-so, si kakek buntung tangan.
Daya serang Tay-gu-kiam ini tidak dibawah Bu-tek-kiam. Tapi lagi-lagi kedua telapak tangan
sibaju biru saling bertepuk. "plaks, kembali kedua tangan terentang dan menimbulkan bayangan
telapak tangan yang berhamburan-
Tay-gu-kiam menusuk masuk ketengah-tengah bayangan telapak tangan dan tidak berhasil
mencapai sasarannya.
Karuan Yu Wi menjadi gugup, berturut-turut ia melancarkan jurus Hong-sui-kiam, Tay-liongkiam
dan siang-sim-kiam.
Tapi gerakan telapak tangan si baju biru juga bertambah cepat, tiga kali Yu Wi menyerang,
setiap kali terdengar tangan menepuk tangan atau tangan menepuk lengan, juga tangan
menepuk siku, setiap tepukan menerbitkan suara nyaring dan berubah menjadi gerak tangan yang
ajaib. selesai Yu Wi menyerang tiga kali, semuanya mengenai tempat kosong, si baju biru sedikitpun
tidak terluka. sampai disini, Yu Wi lantas menarik kembali pedangnya dan berhenti menyerang, ia menghela
napas panjang, ia pikir Hai-yan-kiam-hoat terkenal sebagai ilm pedang nomor satu di dunia, tapi
dalam permainannya ternyata tidak berdaya guna sama sekali, apa mau dikatakan lagi" Terpaksa
ia terima digampar dua kali secara sia-sia oleh si baju biru.
Melihat anak muda itu berhenti menyerang, si baju biru tertawa, katanya, "Bagaimana, tidak
bertempur lagi" Apakah sudah kau sadari bukan tandinganku?"
Yu Wi mengangguk. ucapnya dengan ikhlas, "Ya, ilmu pukulanmu maha ajaib, aku bukan
tandinganmu, sikapku yang kasar tadi terserah padamu cara bagaimana akan kau tindak?"
s baju biru mengulapka n tangannya dan berkata, "sudahlah, boleh kau pergi saja, asalkan kau
mengaku kalah, kan sudah, bertindak apalagi?"
Yu Wi memberi hormat sebagai tanda terima kasih, lalu tangan Khing-kiok digandengnya.
"Toako" Khing-kiok memanggil pelahan sambil memandang anak muda itu.
Panggilan ini menunjukkan betapa besar perhatian dan kasih sayangnya, tanpa tambahan kata
lainpun sudah cukup memperlihatkan perasaannya. "Kita pergi saja" kaTa yu Wi.
Baru saja ia melangkah beberapa tindak, didengarnya si baju biru lagi berkata dengan tertawa
gembira, "Haha, budak Thio mengatakan Hai- Yan-kiam-hoat tidak ada tandingannya di dunia ini,
jelas cuma omong kosong belaka"
Jelas sekali dia sangat meremehkan Hai-yan-kiam-hoat. Tentu saja Yu Wi tidak terima, segera
ia berpaling dan menyatakan, "Hai-yan-pat-kiam memang betul ilmu pedang tidak ada
tandingannya di dunia ini."
"Hahahaha" kembali si baju biru bergelak tertawa, "Jika benar tidak ada tandingannya di dunia
ini, mengapa baru kau mainkan lima jurus lantas kau sadari bukan tandinganku dan tidak berani
menyerang lebih lanjut?"
"Hanya lima jurus serangan itu saja yang kukuasai, andaikan kumainkan lagi juga tidak ada
gunanya," ujar Yu wi.
Air muka si baju biru mendadak berubah, ia menegas, "Habis bagaimana dengan dua jurus
yang lain?"
" Kedua jurus itu tidak kupelajari," sahut Yu Wi.
seketika si baju biru menjadi heran dan bingung, pikirnya. "Melulu lima jurus saja s
Jodoh Si Mata Keranjang 9 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Bentrok Para Pendekar 4
^