Pendekar Pemetik Harpa 11

Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Bagian 11


kau sampai tidak menghadiri
perjamuan ulang tahun yang besar-besaran itu. Tamu-tamu
ternama yang datang dari berbagai tempat tidak sedikit
jumlahnya."
"Aku tahu, namanya saja tuan rumah perjamuan adalah
Nyo Hou-hu, yang betul atas nama dan pamor It-cu-kingthian,
Lui Tayhiap. 602 Memangnya siapa yang takkan memberi muka terhadap Lui
Tayhiap?" Tan Ciok-sing kaget, batinnya: "Kiranya tidak meleset
dugaanku, tuan rumah sebetulnya memang It-cu-king-thian."
Terdengar gadis itu bertanya: "Apa kau tahu kenapa Lui
Tayhiap meminjam kesempatan perayaan hari ulang tahun
Nyo Hou-hu ini mengundang kawan-kawannya sebanyak itu?"
"Walau aku diangkat salah satu dari Pat-sian menyambut
tamu, tapi liku-liku persoalannya juga tidak tahu?"
"Apa kau beritahukan perjanjianmu kali ini kepada Lui
Tayhiap?" "Dia terlalu banyak urusan, sekecil ini kenapa harus
diberitahu padanya?" Apalagi asal-usul sahabat itu aku sendiri
juga belum tahu,"
"Tapi dia tanya padaku tentang dirimu."
"Apa jawabmu?"
"Apa yang kau katakan kepada Nyo Hou-hu demikian pula
kukatakan padanya."
Ternyata sejak pagi-pagi tadi Kek Lam-wi sudah memberi
salam hormat dan menghaturkan selamat hari ulang tahun
kepada Nyo Hou-hu, diapun mohon pamit untuk bertamasya
ke Kwan-wan dan Bik-lian-hong, malamnya baru pulang ikut
menghadiri perjamuan. Tapi dikuatirkan bila pulangnya
terlambat, maka dia mohon diri dan harap dimaafkan.
Bagaimana asal-usul Tan Ciok-sing, Kek Lam-wi sendiri
tidak jelas, apakah Tan Ciok-sing mau menepati
undangannya" Juga dia tidak tahu, maka urusan ini tidak
berani dia bicarakan kepada tuan rumah, kuatir kalau terjadi
sesuatu yang tak terduga. Dia pikir setelah bertemu dengan
Tan Ciok-sing baru aku berkeputusan apakah patut dia
membawa kawan baru ini hadii dalam perjamuan itu.
603 Tamu-tamu yang menghadiri perayaan hari ulang tahun
Nyo Hou-hu kebanyakan datang dengan dua tujuan, pertama
ialah ingin bertemu dengan It-cu-king-thian yang telah
menghilang sejak empat tahun yang lalu, kedua ingin
bertamasya di daerah sekeliling Yang-siok yang penuh dengan
obyek-obyek wisata. Hari ini perjamuan akan diadakan malam
hari, maka banyak tamu seperti juga Kek Lam-wi sejak pagipagi
sudah membuat rencana bersama teman-temannya
untuk bertamasya. Soalnya Kek Lam-wi termasuk salah satu
dari Pat-sian, maka dia-memerlukan untuk memberitahu dulu
kepada tuan rumah.
Menurat rencana Kek Lam-wi semula, sebelum hari gelap
dia sudah bakal kembali menghadiri perjamuan besar di
rumah keluarga Nyo tak nyana setelah ditunggu-tunggu
sampai kentongan ketiga Tan Ciok-sing belum juga kunjung
tiba. Kini mendengar Lui Tayhiap pernah menanyakan dirinya,
dia jadi rikuh dan agak menyesal.
"Bagaimana Lui Tayhiap sampai menanyakan diriku?" tanya
Kek Lam-wi. Gadis itu lantas bercerita, "Tadi ada seorang tamu memetik
kecapi sambil minum arak untuk memeriahkan pertemuan dan
menyambut kedatangan para tamu yang lain, tiba-tiba Lui
Tayhiap ingat dirimu."
"Karena mendengar petikan kecapi itu baru dia teringat
akan tiupan serulingku?"
"Betul, malah dia juga menyinggung seorang lagi. Coba kau
tebak siapa?"
"Kenalan Lui Tayhiap tersebar di seluruh jagat, bagaimana
aku bisa menebaknya."
"Yang dia singgung adalah orang yang kau undang untuk
bertemu disini."
"O, jadi sahabat she Tan itu juga kenalan Lui Tayhiap?"
604 Tan Ciok-sing yang mencuri dengar percakapan mereka,
diam-diam ikut terkejut.
"Pemuda itu masih terhitung Wanpwe Lui Tayhiap,
kakeknya adalah sahabat baik Lui Tayhiap. Bukankah kau
ingin tahu asal-usulnya" Biar sekarang kuberi tahu padamu,
kakeknya adalah..."
"Nanti dulu coba kutebak. Kakeknya pasti adalah guru
harpa nomor satu di seluruh jagat Tan Khim-ang."
"Sungguh pintar, sekali tebak kena sasaran. Menurut cerita
Lui Tayhiap, Tan Khim-ang menghabiskan masa tuanya di
bawah Cit-sing-giam, mereka sering berhubungan. Sayang
beberapa tahun yang lalu telah meninggal. Cucunya itu juga
meninggalkan Kwi-lin. Kukira cucu Tan Khim-ang yang dia
maksudkan, sembilan puluh persen adalah pemuda she Tan
yang kau undang kemari itu."
"Ya pastilah," ucap Kek Lam-wi tertawa getir, "kau
memujikan pintar, yang benar aku ini terlalu ceroboh.
Seharusnya sejak mula aku sudah menebak kalau dia adalah
keturunan Tan Khim-ang. Kecuali keturunan Tan Khim-ang,
siapa pula yang mampu memetik harpa sebagus itu" Sayang
aku tidak tahu bahwa Tan Khim-ang mengasingkan diri di
bawah Cit-sing-giam, kalau tidak tentu sudah kutebak akan
dirinya. Siapakah nama cucu Tan Khim-ang apakah Lui
Tayhiap memberitahu padamu" Kukira nama yang dia pakai di
hotel adalah nama palsu."
"Pemuda itu bernama Tan Ciok-sing. Lui Tayhiap bilang,
katanya dia dengar Tan Ciok-sing sudah kembali ke Kwi-lin,
dia minta bantuan kita untuk memperhatikan. Dia ingin
bertemu dengan cucu sahabatnya itu."
"Lalu kau memberitahu kepadanya tidak?"
"Waktu itu ada beberapa tamu lain yang ajak dia bicara,
kulihat dia terlalu sibuk, maka kupikir biar setelah kau bertemu
dengan sahabat itu, kalau betul dia adalah Tan Ciok-sing, lalu
605 membawanya menemui Lui Tayhiap biar dia merasa diluar
dugaan dan kesenangan."
Diam-diam Tan Ciok-sing sembunyi di belakang batu
membatin: "Untung aku tidak segera unjuk diri. Hm, Lui Tinggak
ingin selekasnya bertemu denganku karena ingin bantu
menyelesaikan tugas kerja Ciang Thi-hu, aku hendak
dibekuknya dan diserahkan kepada Liong-tayjin mereka" Kek
Lam-wi ini agaknya orang baik, tapi dia belum tahu
kemunafikan Lui Tin-gak, sekarang biar kutunda dulu bertemu
dengan dia. Coba dengarkan percakapan mereka."
Tan Ciok-sing ingin tahu apakah Ciang Thi-hu sudah datang
belum. Tapi Kek Lam-wi dan gadis itu membicarakan
persoalan yang lain, hakikatnya mereka tidak pernah
menyinggung Ciang Thi-hu.
Kek Lam-wi menghela napas, katanya: "Sayang kini sudah
mendekati kentongan ketiga, Tan Ciok-sing belum juga
kunjung tiba, mungkin dia akan datang. Kau menyusulku
hendak mengajak pulang bukan" Memang aku yang bikin kau
menunggu dengan hati tidak tentram."
"Kali ini hanya separo tebakanmu yang kena," ujar si gadis
tertawa. "Kena separo bagaimana?" tanya Kek Lam-wi melengak.
"Hatiku gelisah menunggumu, memang betul. Tapi bukan
aku menyusul kemari untuk mengajakmu pulang. Sebaliknya
aku ingin kau tetap berada disini saja, malah kalau bisa
sampai besok pagi setelah fajar menyingsing."
"Setelah kentongan ketiga, berarti perjanjian hari itu batal,
kau kira Tan Ciok-sing masih akan datang?"
"Bukan untuk menunggu Tan Ciok-sing, Yang ingin supaya
kau tetap berada disini juga bukan aku, aku hanya
menyampaikan pesannya saja."
Semakin heran Kek Lam-wi tanyanya: "Pesan siapa?"
606 "Nyo Cengcu yang merayakan hari ulang tahun."
"Untuk apa dia suruh aku tetap disini?"
"Aku sendiri juga tidak tahu. Setelah perjamuan bubar dia
mengundangku kedalam sebuah kamar, diam-diam dia
memberitahukan kepadaku supaya sebelum kentongan ketiga
sudah berada di atas Bik-lian-hong, katanya ada sebuah
peristiwa besar bakal terjadi. Kutanya dia peristiwa apa, dia
bilang setelah saatnya kau akan tahu. Pendek kata ada
sebuah tontonan baik. Dia tanya kau apa sudah pulang, kalau
sudah pulang supaya mengajakmu pula. Sebetulnya aku ingin
bilang bahwa kau memang sudah berada disini. Tapi dia masih
banyak kerjaan, mungkin hendak memberitahu tamu lain
secara pribadi, sikapnya kelihatan buru-buru, maka tak enak
aku banyak tanya, saat itu juga aku lantas berangkat kemari
menyusulmu."
"Pesan apa yang dia sampaikan?"
"Dia suruh aku jangan bersuara meski melihat kejadian
aneh apapun, setelah dia tepuk tangan sebagai tanda, hadirin
baru diharapkan keluar."
"Apa hadirin?"
"Ya, oleh karena itu aku yakin orang yang diundang kemari
untuk melihat tontonan itu bukan kita berdua saja."
"Kejadian ini sungguh aneh, sandiwara apa sih yang tengah
dirancangnya?"
"Mana aku tahu" Seperti kau akupun tidak habis mengerti.
Pendek kata ada tontonan, marilah kita menunggu dengan
sabar." Agaknya dia masih tidak tahu, kecuali Kek Lam-wi tak jauh
dari mereka masih ada dua orang lain yang juga keheranan
dan bertanya-tanya dalam hati. Akhirnya Tan Ciok-sing
berbisik di pinggir telinga In San: "Mungkin tidak karena aku?"
607 "Kukira tidak mungkin. Kek Lam-wi dan nona itukan tidak
membocorkan rahasia pertemuan disini. Bagaimana Nyo Houhu
bisa tahu kalau kau berada disini. Apa lagi bila untuk
menghadapi kau, seorang Lui Tayhiap kan sudah cukup
berkelebihan, kenapa harus mengerahkan orang banyak itu?"
"Kalau begitu biarlah kitapun tunggu disini saja, nanti ikut
menonton keramaian."
"Betul, saat ini sudah hampir kentongan ketiga, sebentar
lagi tontonan akan segera dimulai." Mereka bicara dengan
bisik-bisik, ternyata kedua muda mudi disana tidak tahu.
Tiba-tiba didengarnya gadis itu berkata lirih: "Agaknya ada
orang datang, lekas kita sembunyi jangan bersuara."
Tak lama kemudian, betul juga tampak dua orang beranjak
memasuki tanah rumput, melihat kedua orang ini, jantung Tan
Ciok-sing serasa hendak melonjak keluar. Yang datang
ternyata bukan lain adalah It-cu-king-thian Lui Tin?gak dan
Ciang Thi-hu. Saking heran In San berbisik menempel telinga Tan Cioksing:
"Eh, tak kira Ciang Thi-hu bangsat tua inipun kemari."
"Kenapa heran, bukankah tuan rumah pertemuan ini adalah
It-cu-king-thian sendiri, mereka memang sedang berintrik,
tidak heran kalau It-cu-king-thian juga mengundangnya,"
demikian Tan Ciok-sing dengan suara tawar.
Bagaimana juga In San masih tidak percaya kalau It-cuking-
thian sudi bersekongkol dengan Ciang Thi-hu, katanya:
"Kukira Lui Tayhiap punya rencana dan maksud tertentu?"
"Kecuali ingin menjilat pada bangsat tua ini, apa pula
tujuannya?" jengek Ciok-sing.
"Kukira Lui Tayhiap tidak akan seperti itu, apalagi dalam
pertemuan ini betapa banyak kaum pendekar yang hadir,
kalau Lui Tayhiap berani membawa bangsat tua ini kemari,
608 mau tidak mau memang harus dicurigai, memangnya Nyo
Hou- hu tidak tahu akan asal-usul bangsat tua ini?"
"Kuatirnya kaum pendekar itu semuanya diapusi oleh It-cuking-
thian. Kapan Nyo Hou-hu keluar dari daerahnya, sejak
dua puluh tahun yang lalu Ciang Thi-hu sudah jadi antek
kerajaan, maka tidak perlu heran kalau Nyo Hou-hu tidak tahu
asal-usulnya."
"Kukira urusan tidak segampang itu, Nyo Hou-hu
mengundang orang banyak menyaksikan tontonan di Lian
hoa-hong yang dimaksud adalah adu kepandaian antara It-cuking-
thian melawan Ciang Thi-hu."
"Kalau begitu tak perlu kita berdebat sendiri, lihat saja
tontonan apa yang bakal terjadi."
Tatkala It-cu-king-thian dan Ciang Thi-hu sudah berada di
tengah tanah lapang, keduanya lantas duduk di atas sebuah
batu karang sambil bercakap-cakap.
Terdengar It-cu-king-thian berkata: "Lociang, sekarang kau
sudah maklum kenapa aku mengajakmu memberi selamat
ulang tahun kepada Nyo Hou-hu bukan" Semula aku masih
kuatir, apakah kau punya keberanian sebesar ini?"
"Aku sudah tahu kaulah sebenarnya yang menjadi tuan
rumah pertemuan itu, bahwa kau percaya padaku, maka
akupun harus percaya padamu, kau pula yang
mengundangku, apa pula yang harus kutakuti?"
"Aku mengundangmu bukan lantaran aku tuan rumahnya,
maksudku untuk menambah semarak perjamuan besar itu.
Untuk ini kukira kau sudah maklum akan jerih payahku ini."
"Kira-kira aku sudah dapat meraba, tapi sukalah kau
menjelaskan lebih lanjut."
It-cu-king-thian tertawa, katanya: "Orang-orang yang ingin
kau temui, umpama kali ini tidak seluruhnya hadir, kukira
delapan puluh persen juga sudah ada."
609 "Betul, menurut daftar yang kuterima dari Liong-tayjin
orang-orang dari kawan dan lawan memang banyak yang
hadir pagi tadi."
"Adakah yang mengenali dirimu."
"Kawan-kawan yang menjadi spion Liong-tayjin sudah tentu
ada yang kenal aku, tapi mereka tidak membocorkan
rahasiaku."
"Kalau orang-orang yang harus kau tangkap menurut
perintah Liong-tayjin?"
"Mungkin mereka juga belum tahu asal-usulku, kalau tidak
di waktu kau memperkenalkan aku meski aku memakai nama
palsu, mereka pasti sudah melabrakku. Hehe bukan aku suka
agulkan diri, kepandaianku merias diri ternyata dapat


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengelabuhi mereka, sudah dua puluh tahun aku tidak
berkecimpung di kalangan Kangouw, kecuali tokoh-tokoh yang
sudah tua dan kenal aku, mereka takkan ada yang tahu akan
diriku." "Siapa yang paling menarik perhatianmu?"
"Memangnya perlu dikatakan lagi, sudah tentu teman
baikmu Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun."
"Kau tidak kira kalau dia datang bukan?"
"Liong-tayjin sudah mendapat kabar. Cuma aku tidak kira
bahwa kau sampai menggunakan peradatan Pat-sian-ing-khek
untuk menyambut kedatangannya."
Mendengar sampai disini, sungguh senang hati In San
bukan main. Pikirnya: "Ternyata Pat-sian-ing-kek itu untuk
menyambut kedatangan Tam Pa-kun. Lui Tayhiap adalah
sahabat mati hidup Tam Tayhiap, yakin dia tidak akan menjual
teman baiknya itu" Tapi kenapa Lui Tayhiap mengadakan
perundingan rahasia dengan bangsat she Ciang ini?" mau
tidak mau goyah juga kepercayaan In San terhadap It-cuking-
thian. 610 "Kenapa tidak kau duga?" It-cu-king-thian menegas.
"Walau dia teman baikmu, tapi di antara tamu-tamu yang
hadir, nama dan pamornya adalah yang paling besar dan
dihormati, tapi menurut hematku dia belum setimpal untuk
disambut dengan cara Pat-sian-ing-kek. Mereka yang menjadi
Pat-sian, seperti Wi-cui-hi-kiau, Ui-yap Tojin, Sia-cin Hwesio
dan lain-lain, paling hanya setingkat di bawah kedudukan dan
pamornya di bulim. Bagaimana juga Kim-to-thi-ciang masih
terpaut jauh bila dibanding Thio Tan-hong. Oleh karena itu,
Lo-lui, aku jadi heran dan tidak habis mengerti bagaimana kau
bisa mengerahkan Pat-sian untuk menyambutnya."
Berkata It-cu-king-thian kalem: "Pat-sian-ing-kek
hakikatnya bukan menyambut kedatangan Kim-to-thi-ciang
Tam Pa-kun. Tapi sekaligus untuk menyambut kedatangan
duta khusus yang diutus oleh Kim-to Cecu."
Sebenarnya Ciang Thi-hu juga sudah meraba ke arah itu,
tapi dia sengaja pura-pura tidak tahu, sengaja dia malah
bertanya pula: "Untuk apa Kim-to Cecu mengutusnya kemari?"
"Kini pihak kerajaan minta damai dengan pihak Watsu,
kedua pihak sama-sama ingin memberantas laskar rakyat
yang dikoordinir oleh Kim-to Cecu. Masakah kau tidak tahu,
kenapa Kim-to Cecu khusus mengutus Tam Pa-kun kemari?"
"Ya, dia mewakili Kim-to Cecu untuk menarik simpati
orang-orang gagah dan pahlawan-pahlawan bangsa untuk
membantu perjuangannya?"
"Betul, demikian halnya."
"Apa kau ada maksud membantu mereka?"
It-cu-king-thian tidak menjawab "Ya" atau "tidak" namun
dia berkata tawar: "Apa tidak keterlaluan kau tanyakan hal ini
kepadaku?"
Agaknya jawaban ini sudah diduga oleh Ciang Thi-hu, dia
tertawa gelak, katanya: "Kim-to Cecu dengan gabungan
611 kekuatan laskar yang campur aduk itu hendak melawan
pasukan besar Watsu, bukankah ibarat telur membentur batu.
Mereka yang mau bergabung dan bantu dia berperang, bukan
saja harus menderita dan tersiksa lahir batin, merekapun
harus berkorban jiwa raga secara percuma, hanya kaum
bodoh saja yang sudi berbuat demikian, oleh karena itu kita
harus menggagalkan rencana gila ini Lo-lui, biar kuberi tahu
suatu kabar baik padamu."
"Kabar baik apa?" tanya It-cu-king-thian.
"Sekarang Liong-tayjin sedang jaya, sebelum dia keluar dari
kota raja. Baginda Raja telah mengundangnya, keputusan
sudah akan segera diumumkan bahwa dia naik pangkat
menjadi sekretaris militer. Dahulu orang tua Liong-tayjin juga
pernah menjabat sekretaris militer, kini setelah sepuluh tahun
berselang, diapun mendapat jabatan seperti ayahnya dulu,
bukankah hal ini amat menggembirakan, sekaligus
menguntungkan kita pula?"
"Ya, pepatah juga bilang air pasang perahunya tinggi, wah
kau patut diberi selamat."
Ciang Thi-hu senang dan bangga, katanya tertawa: "Kalau
aku mendapat keuntungan, memangnya aku bakal melupakan
kau" Tapi tahukah kau kenapa Baginda Raja mengangkat
Liong-tayjin sebagai sekretaris militer, malah bukan mustahil
kelak dia bisa diangkat menjadi perdana menteri?" ?
"Liong-tayjin cerdik pandai dan mahir bekerja, jasanya lebih
dari orang tuanya adalah patut kalau Baginda Raja
menggunakan tenaga militan untuk bantu menguasai
pemerintahan kerajaan ini."
"Bahwa Liong-tayjin cerdik pandai bekerja pula hal ini tidak
perlu diragukan, bahwa Baginda Raja mau memberikan hal
dan kekuasaan sebesar itu, memang ada sebab musabab
lainnya." 612 "Boleh aku tahu sebab-sebabnya itu?" tanya It-cu-kingthian.
"Sudah tentu boleh. Tentunya kau tahu pihak kerajaan
sedang berusaha mengulur perdamaian dengan pihak Watsu,
politik yang dianut adalah menentramkan dulu dalam negeri
baru akan melawan atau membendung ofensif dari luar.
Sementara Liong-tayjin memang sejak lama sudah ada ikatan
dengan pihak Watsu, meski pasukan kedua negara sudah
herbaku hantam di medan laga, duta-duta kedua pihak masih
terus hilir mudik membicarakan perdamaian itu. Jadi peranan
Liong-tayjin dalam hal ini boleh dikata amat besar, tidak heran
kalau Baginda mengangkatnya sampai setinggi itu, maka..."
"Oleh karena itu jangan kita biarkan tugas utama
kedatangan Tam Pa-kun kesini sampai berhasil, betul tidak?"
It-cu-king-thian meneruskan.
"Betul," seru Ciang Thi-hu keplok tangan, "karena itu
bagaimana juga aku mohon bantuanmu untuk menggagalkan
usaha mereka."
Tiba-tiba It-cu-king-thian berkata: "Tahukah kau kenapa
aku mengajakmu ke Lian-hoa-hong?"
Ciang Thi-hu melenggong, katanya: "Di rumah keluarga
Nyo memang tidak leluasa berbicara, kira-kira ada rahasia apa
yang ingin kau beritahukan kepadaku?"
"Betul," suara It-cu-king-thian kalem, "ada sebuah berita
baik yang akan kuberitahukan kepadamu juga."
Diam-diam bersorak girang hati Ciang Thi-hu tanyanya
cepat: "Kabar baik apa?"
"Belasan orang yang ada maksud masuk kedalam pasukan
laskar rakyat Kim-to Cecu sudah diringkus secara diam-diam
oleh Nyo Hou-hu, di antaranya adalah orang-orang yang
sudah terdaftar oleh Liong-tayjin. Minuman yang diberikan
kepada mereka sudah dicampur obat bius yang khusus dibuat
613 untuk mereka. Orang lain menyangka mereka mabuk, lalu
bagaimana membereskan mereka, untuk ini harap Lo-heng
memberi petunjuk."
Dada Tan Ciok-sing hampir meledak mendengar kata-kata
It-cu-king-thian ini, hampir saja dia tak kuat lagi menahan
emosi dan hendak terjang keluar melabraknya. Lekas In San
menariknya, katanya berbisik: "Kalau betul Lui Tin-gak kini
sudah berkiblat kepihak kerajaan, hanya mengantar nyawa
saja kau keluar. Sabarlah dan dengarkan pembicaraan mereka
lebih lanjut?"
Sebaliknya Kek lam wi dan gadis itu saling melongo
berpandangan di tempat sembunyi mereka. Kiranya
merekapun sudah siap pergi membantu Kim-to Cecu, malah
mereka juga sudah menyampaikan niatnya ini kepada It-cuking-
thian dan Nyo Hou-hu. Kalau betul ucapan It-cu-kingthian,
kenapa mereka berdua sekarang bebas" Demikian pikir
mereka. Maklum meski Kek Lam-wi tidak mengikuti perjamuan
besar tadi, tapi bilamana It-cu-king-thian dan Nyo Hou-hu
mau mencelakai dirinya, dirinya yang tidak siaga dan tidak
pernah menduga pasti bisa celaka. Sementara si gadis, bukan
saja dia hadir dalam perjamuan besar itu, Nyo Hou-hu malah
mengundangnya berbicara secara rahasia, kenyataan sampai
sekarang dia masih segar bugar.
"Kabar baik" ini memang amal menguntungkan Ciang Thihu,
ha! ini sudah terpikir oleh Ciang Thi-hu, tapi sampai taraf
mana "baik"nya, ternyata masih berada diluar dugaannya,
sesaat dia melengong, katanya kemudian: "Jadi Nyo Hou-hu
juga sehaluan dengan kita?"
"Betul, kubujuk dia, seorang laki-laki harus bisa melihat
gelagai dan memilih jalan yang benar, untung dia mau tunduk
dan menerima bujukanku."
"Dari mana dia bisa tahu siapa-siapa yang hendak
ditangkap tayjin?" tapi lekas sekali dia sudah tertawa geli
614 sendiri, lalu menyambung dan menjawab pertanyaan sendiri:
"Tentu kau yang memberitahu bukan?"
"Sayang kau hanya memberitahu beberapa orang yang jadi
pentolannya, entah aku melupakan mereka tidak?" lalu secara
hapal dia sebutkan nama beberapa orang.
"Ingatanmu amat bagus. Tapi ada seorang lagi yang paling
penting, entah bagaimana kau akan menghadapinya?"
"Maksudmu Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun?"
"Betul, bukankah kau kawan baiknya?"
"Demi menunjukkan darma baktiku kepada Liong-tayjin,
aku tidak perduli kawan baik segala siapa suruh dia tidak tahu
diri" Tapi lwekangnya amat tangguh, arak beracun pun tidak
akan dapat melumpuhkan dia. Apa boleh buat terpaksa aku
sendiri yang harus tampil, besok akan kuajak dia berunding di
kamar rahasia bersama Nyo Hou-hu, di kala dia tidak siaga
akan kututuk hiat-tonya."
"Paling baik akalmu ini," seru Ciang Thi-hu. "Sebetulnya
Kungfumu tidak lebih asor dari dia, kalau kau membokong
secara mendadak, pasti berhasil."
Mendengar sampai disini, sungguh hati Tan Ciok-sing
gugup, kaget, gemes lagi, katanya lirih kepada In San:
"Bagaimana" Mereka hendak mencelakai Tam Tayhiap."
In San juga tidak menyangka bahwa It-cu-king-thian
ternyata betul-betul sebejat itu, sudi berintrik dengan Ciang
Thi-hu hendak melakukan perbuatan kotor dan serendah itu.
hatinya jadi bingung dan hambar, tanyanya pula: "Bagaimana
menurut pendapatmu?"
"Akan kusergap mereka dan menahannya untuk beberapa
lama, lekas kau laporkan hal ini kepada Tam Tayhiap."
"Tidak jiwamu bisa melayang."
615 "Kalau kau tidak memberi kabar ini, Tam Tayhiaplah yang
akan celaka jiwanya."
Sudah tentu In San juga tahu keselamatan jiwa Tam Pakun
menyangkut pula kalah menangnya pasukan laskar rakyat
di bawah pimpinan Kim-to Cecu. Tapi dia juga tahu, kalau
sekarang Tan Ciok-sing nekat melabrak kedua orang ini,
jiwanya pasti melayang pula. Memangnya dia tega melihat
kekasihnya mati dihadapannya dalam beberapa kejap ini"
Tengah mereka bimbang, didengarnya It-cu-king-thian
sedang berkata pula: "Kali ini Nyo Hou-hu banyak membantu
kerja kita, sepantasnya jangan kita anggap dia orang luar
pula." "Sudah tentu, selanjutnya aku masih perlu minta
bantuannya," sembari bicara mereka jalan mondar mandir di
tanah lapang berumput, kebetulan sekarang mereka berada
tak jauh dari tempat persembunyian Tan dan In berdua,
jaraknya paling hanya belasan langkah.
Ingin rasanya sekali tusuk Tan Ciok-sing membunuh kedua
orang ini, sayang jarak sedekat ini, umpama dia mau bekerja
sesuai kehendaknya tadi, mungkin dia sendiri nanti takkan
sempat lolos dari telapak tangan kedua jagoan kosen ini,
jikalau dirinya bertindak nekad tapi tidak membawa hasil dan
keuntungan berarti sia-sia. Apa boleh buat, untuk sementara
terpaksa dia menahan sabar dan menunggu kesempatan
untuk bertindak.
Tengah dia menimang-nimang, didengarnya It-cu-kingthian
berkata pula: "Akupun sedang berpikir, membabat
rumput tidak sampai ke akarnya setelah kehujanan dia akan
tumbuh lagi, kebetulan memperoleh kesempatan baik ini,
seharusnya kita menjaring mereka seluruhnya."
"Maksudmu kita babat musuh-musuh kita itu?" Ciang Thihu
menegas. 616 "Terutama orang-orang yang ingin dibekuk oleh Liongtayjin.
Sementara orang-orang gagah yang hadir hari ini kelak
juga harus diciduk satu persatu. Cuma untuk minta bantuan
Nyo Hou-hu kau harus betul-betul mempercayai nya."
"Menurut kau bagaimana aku harus percaya padanya?"
"Untuk melaksanakan tugas besar ini hingga sukses, kalau
hanya aku dan Nyo Hou-hu saja yang melaksanakan kukira
masih kurang menyeluruh, aku masih ingin bantuan orang
lain. Lo-ciang, kau pernah bilang Liong-tayjin ada memberi
sebuah daftar nama kepadamu, serahkan daftar nama itu
kepadaku, biar kutunjukkan kepada Ngo Hou hu, bagaimana?"
"O, kau ingin mendapat daftar itu?"
"Tanpa daftar itu bagaimana kita bisa membedakan mana
kawan mana lawan" Lo-ciang orang yang mencurigakan
jangan dipakai, kalau memakai orang jangan curiga padanya.
Kalau kau ingin bantuan Nyo Hou-hu, kau harus anggap dia
orang kita sendiri."
Ciang Thi-hu ragu-ragu katanya kemudian: "Setelah
memperoleh daftar ini bagaimana kalau Nyo Hou-hu berubah
hati?" "Kau tidak percaya pada Nyo Hou-hu berarti tidak
mempercayai aku, baiklah, kalau kau tetap curiga begini, ya,
sudahlah."
Dalam sekejap ini Ciang Thi-hu sudah berpikir putar balik,
otaknya bekerja secara kilat, akhirnya dia berkeputusan untuk
menempuh bahaya, batinnya: "Tanpa bantuan mereka, jangan
kata untuk menjaring musuh sebanyak mungkin hanya Kim-tothi-
ciang Tam Pa-kun seorang saja, mungkin aku tak mampu
menandinginya." Maka dengan seri tawa segera Ciang Thi-hu
berkata: "Lui-heng, jangan kau salah paham, bagaimana aku
tidak mempercayaimu" Cuma daftar itu menyangkut urusan
besar, peranannya amat penting, betapapun aku harus hatihati
bertindak tadi aku memang usil, jangan berkecil hati.
617

Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baiklah, daftar nama ini harap kau serahkan kepada Nyo Houhu."
It-cu-king-thian terima daftar nama itu serta dibacanya
sekali, dengan ' hati-hati dia menyimpannya. Lalu tertawa
tergelak-gelak riang, katanya: "Baiklah segera kuserahkan
kepada Nyo Hou-hu."
Mendengar gelak tertawa orang yang bernada ganjil sekilas
Ciang Thi-hu melengak, pikirnya. "Kenapa dia bilang segera
akan diserahkan kepada Nyo Hou-hu?" tanyanya: "Daftar
sudah kuserahkan masih ada persoalan apa pula yang ingin
kau bicarakan disini?"
Tawar suara It-cu-king-thian: "Kukira tiada lagi," sikapnya
dingin dan kereng.
"Kalau begitu, marilah kita pulang saja," ajak Ciang Thi-hu.
"Kenapa pulang?"
"Bukankah kau hendak serahkan daftar itu kepada Nyo
Hou-hu?" "Betul, tapi tak usah pulang dan serahkan dia di
rumahnya."
"O, jadi kaupun mengundang dia kesini, cobalah suruh dia
keluar untuk berkenalan dengan aku?"
It-cu-king-thian berkata: "Tanah lapang disini kulihat amat
bagus dan cukup luas, bagai mana kalau dibanding
gelanggang latihan silat di rumah keluarga Nyo itu," dia bicara
tanpa menjawab pertanyaan.
Karuan Ciang Thi-hu melenggong tanyanya cepat. "Lo-lui,
apa maksud ucapanmu ini?" It-cu-king-thian berkata dengan
kalem: "Tiada omongan yang perlu kubicarakan lagi dengan
kau, tapi ada satu persoalan, betapapun aku harus
membereskan dengan kau disini."
Ciang Thi-hu kaget, serunya: "Persoalan apa?"
618 "Malam itu aku telah mendapat kesempatan belajar dengan
kau di puing-puing rumah keluarga Tan, sayang siapa kalah
siapa asor belum ada ketentuan, sejauh ini belum lagi lenyap
seleraku berantam. Maka mumpung sekarang ada kesempatan
ingin aku melanjutkan adu kepandaian, mohon kau suka
memberi petunjuk."
"Apa, kau masih ingin bertanding dengan aku?"
"Bukan lagi bertanding, aku ingin menentukan siapa jantan
atau betina di antara kau dan aku. Atau boleh juga dikatakan
menentukan mati hidup."
Karuan bukan kepalang kaget Ciang Thi-hu: "Kau, kau, kau
tidak berkelakar bukan" Baru saja bicara baik-baik, kenapa
kau..." It-cu-king-thian menukas dengan jawaban dingin: "Karena
aku orang she Lui ingin berbuat seperti orang 'bodoh' yang
kau katakan tadi."
Orang "bodoh" yang dimaksud Ciang Thi-hu adalah mereka
yang tidak mau harta benda, pangkat dan jabatan tinggi, tapi
lebih suka menjadi pembantu Kim-to Cecu melawan
kekuasaan raja, tepatnya kaum pemberontak. Tak nyana kini
It-cu-king-thian Lui Tin-gak justru rela menjadi orang yang
"bodoh".
Bukan Ciang Thi-hu saja yang kaget mendengar pernyataan
tegas ini, In San pun hampir bersorak kegirangan. Memang
sejak mula dia sudah menduga pasti ada latar belakang
tertentu sehingga It-cu-king-thian mengajak Ciang Thi-hu
kemari, tapi tak terpikir olehnya bahwa tujuan It-cu-king-thian
adalah hendak ngapusi daftar nama itu, kini setelah tujuan
tercapai segera dia hendak membunuh Ciang Thi-hu.
"Lha, bagaimana. Sudah kukatakan Lui Tayhiap pasti bukan
orang jahat, sekarang kau sudah percaya" Oh, ya kau pernah
bilang..." demikian bisik In San di pinggir telinga Tan Ciok-sing
dengan tertawa.
619 Tan Ciok-sing sendiri juga merasa senang dan kaget, tapi
juga amat menyesal, tapi dia tetap tidak percaya akan
pendengarannya sendiri, segera dia menukas perkataan In
San: "Betul, tadi kukatakan bila It-cu-king-thian membunuh
keparat tua itu, baru aku mau percaya padanya, kini biar aku
menunggu kenyataan."
Tampak Ciang Thi-hu berjingkrak gusar, suaranya gemetar:
"Kau, kau, jadi obrolanmu tadi semua hanya hendak
menipuku?"
It-cu-king-thian terbahak-bahak, katanya: "Menghadapi
sampah persilatan macammu ini, aku hanya menggunakan
cara yang sama untuk membalas kepada orang yang
melakukannya. Tapi aku tidak menipumu seluruhnya, tadi aku
berjanji untuk menyerahkan daftar ini kepada Nyo Hou-hu,
nah sekarang juga boleh kau saksikan bahwa ucapanku dapat
dipercaya."
Belum habis It-cu-king-thian berbicara tahu-tahu terdengar
tiga kali tepukan tangan serempak dari gerombolan batu-batu
yang berserakan di sekitar lapangan bermunculan banyak
orang dalam sekejap beberapa orang menyulut obor sehingga
keadaan sekelilingnya menjadi terang benderang. Batu-batu
karang dengan berbagai bentuknya yang aneh-aneh dan besar
di atas Lian-hoa-hong berserakan itu memang tempat baik
untuk sembunyi. Orang yang berdiri paling depan adalah tuan
rumah Nyo Hou-hu, di belakangnya lagi adalah Ui-yap Tojin,
Sia-cin Hwesio, Wi-cui-hi-kiau dan lain-lain anggota Pat-sian.
Karena Kek Lam-wi dan gadis itu termasuk anggota Pat-sian
sudah tentu merekapun ikut keluar.
Belasan orang yang tadi dikatakan sudah diringkus dengan
arak bius oleh It-cu-king-thian tadi, ternyata berada dalam
rombongan besar yang berdiri mengelilingi tanah lapang ini.
Tiba-tiba terdengar sebuah siulan panjang melengking, begitu
keras getaran suitan ini sampai memekak telinga Ciang ThiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
620 hu, dari pucuk pohon tak jauh di belakangnya tiba-tiba
melompat turun seseorang.
Orang ini adalah Kim-to-thi-chiang Tam Pa-kun, katanya
dengan gelak tertawa: "Lui-toako, peranan sandiwaramu
sungguh baik dan berhasil, Tapi aku harap babak selanjutnya
dari peranan sandiwara ini kau serahkan kepadaku,"
maksudnya dia hendak mewakili It-cu-king-thian menempur
Ciang Thi-hu. It-cu-king-thian tersenyum, katanya: "Tam-toako, biarlah
aku lanjutkan saja. Aku tahu banyak kawan-kawan yang
menaruh curiga padaku, entah mengapa aku membawa
bangsat tua ini pada perjamuan tadi. Kalau peranan ini tidak
kulanjutkan, bagaimana aku bisa menunjukkan kebersihan
jiwaku," sembari bicara dia serahkan daftar nama itu kepada
Nyo Hou-hu. Seterima daftar itu sekilas Nyo Hou-hu membacanya lalu
tertawa, katanya: "Ciang Thi-hu, banyak terima kasih atas
pemberian daftar ini, biar kuberitahu kepadamu, kawankawanmu
yang tercantum dalam daftar ini, hampir seluruhnya
telah kutangkap. Memangnya aku sedang kuatir bila ada ikan
yang lolos dari jaring, hingga kurang bersih aku menyapu
mereka, kini berdasar daftar ini, aku bisa melanjutkan
grebekanku, sesuai apa yang tadi kau katakan membabat
rumput harus sampai ke akar-akarnya." Ciang Thi-hu berdiri
lemas dengan muka pucat pias, adalah orang-orang gagah
yang hadir sama tertawa gemuruh.
Lebih lanjut Nyo Hou-hu berkata pula setelah ikut tertawa
lebar: "Para kawan-kawan yang hadir, kenapa malam ini
kuundang kalian ke Lian-hoa-hong ini tentunya tak usah
kujelaskan, kalian sudah maklum sendiri. Haha, kalau mau
nonton ya carilah adegan yang bagus, bahwa Lui Tayhiap
adalah jagoan top yang tidak perlu diragukan lagi, sementara
'Ciang Tayjin' yang berperan sebagai tokoh jahat ini, sejak dua
puluh tahun yang lalu merupakan jagoan paling kosen dalam
621 pasukan Gi-lim-kun. Hehe, haa, beruntunglah kita semua
dapat menyaksikan pertunjukan yang seru dan ramai ini."
Dengan muka pucat berkeringat dingin, terpaksa Ciang Thihu
mengeraskan kepala katanya: "Orang she Ciang hari ini
terjebak dalam permainan licik kalian, tiada yang perlu
kukatakan lagi kalian maju bersama, orang she Ciang dapat
gugur di tangan kalian orang-orang gagah sebanyak ini,
setimpal juga kematianku."
"Jangan mengumpak awak sendiri sebagai orang gagah,
tuan besar Ciang," jengek It-cu-king-thian, "kupingmu kan
tidak tuli, memangnya kau tidak dengar apa yang diucapkan
Nyo Cengcu barusan" Untuk menjagalmu kenapa harus
membuang banyak tenaga" Cukup aku orang she Lui seorang
saja yang berlaga dengan kau, biar nanti kau mati dengan
tentram," Terbetik setitik harapan dalam benak Ciang Thi-hu, setelah
ngakak dipaksa akhirnya dia berkata. "Memang kata-katamu
inilah yang kuharapkan. Tapi perkataanmu belum cukup jelas,
bolehkah aku bertanya supaya persoalan lebih terang."
"Kau ingin omong atau mau kentut, lekas saja," jengek Itcu-
king-thian. "Bagaimana kalau orang she Ciang beruntung dapat
mengalahkan kau Lui Tayhiap" Hadirin sebanyak ini, apakah
merekapun boleh satu persatu melawanku satu persatu"
Hehe, namaku Thi-hu (tukang besi), tapi badanku yang
hampir reyot ini bukan terdiri rangka besi balung saja, terus
terang aku takkan kuat melawan kalian secara giliran."
Karena ucapannya ini menimbulkan reaksi kemarahan
hadirin: "Keparat kau ini barang apa masakah bisa
mengalahkan Lui Tayhiap" Dia memancing kemarahan kita,
supaya sudi melepas dia, kau bilang dia ibarat nelayan yang
sudah terbalik perahunya di tengah lautan, yang diharap
dapat menangkap setangkai jerami. Memangnya dia sedang
622 bermimpi kalau mengharap bisa mengalahkan Lui Tayhiap.
Akan tetapi biarlah dia berhasil menangkap setangkai jerami
itu." It-cu-king-thian angkat kedua tangan sambil berputar
menekan keributan hadirin. Serunya lantang: "Baiklah,
kujelaskan dulu kepadamu, kalau kau mampu mengalahkan
aku, segera kupersilahkan kau turun gunung."
"Apa betul?" teriak Ciang Thi-hu terbeliak girang.
"Kau kira kita ini manusia kerdil macammu yang tidak
dipercaya ini?" demikian bentak Nyo Hou-hu, "cara apa yang
sudah disebutkan Lui Tayhiap tadi, hadirin pasti akan
mematuhinya."
Mendadak It-cu-king-thian membentak: "Persoalan sudah
jelas, tidak segera dimulai, masih tunggu apa lagi?"
"Tamu tak boleh mendahului tuan rumah, harap Lui
Tayhiap memberi petunjuk."
"Jangan kau meninggikan derajatmu, siapa anggap kau
sebagai tamu?" damprat It-cu-king-thian Lui Tin-gak.
"Aturan tetap aturan," demikian ucap Ciang Thi-hu, hadirin
kira dia sengaja hendak mengulur waktu, tak nyana mendadak
dia melontarkan sebuah pukulan mengepruk batok kepala Itcu-
king-thian. Setelah telapak tangannya terayun baru dia
lanjutkan kata-katanya: "Tapi kalau Lui Tayhiap tidak sudi
melayaniku sebagai tamu, terpaksa aku tidak sungkan lagi."
It-cu-king-thian tetap tidak bergerak, setelah telapak
tangan lawan terpaut lima dim dari kepalanya, baru mendadak
dia miringkan tubuh telapak tangan melintang bagai golok,
dengan jurus Hian-niau-hoa-sa, dia menepis pergelangan
tangan lawan, jengeknya: "Siapa suruh kau sungkan?" jurus
Hian-niau-hoa-sa ini adalah permainan tunggal yang pandai
melawan serangan lawan dengan tenaga keras dan lunak,
623 jikalau Ciang Thi-hu tidak merubah permainannya,
pergelangan tangannya itu salah-salah bisa tertabas kutung.
Dalam pada itu, Tan Ciok-sing dan In San juga sudah
keluar dari tempat persembunyiannya, perhatian hadirin
tertuju ke tengah gelanggang, maka tiada perhatikan mereka.
Tan Ciok-sing berkata lirih: "Lui Tayhiap terkenal bukan
karena ilmu pedangnya yang liehay, tapi jurus Hian-niu-hoa-sa
ini adalah perubahan dari cabang ilmu pedang, seakan-akan
ada persamaan yang serasi dengan Bu-bing-kiam-hoat yang
diajarkan oleh suhu. Agaknya Kungfu tingkat tinggi
kebanyakan memang terjalin dalam satu sumber yang sama,"
tanpa disadarinya kini dia sudah ganti sebutan kepada It-cuking-
thian, ini menandakan bahwa dia sudah tidak menaruh
curiga pula terhadap Lui Tin-gak.
Di kala Tan Ciok-sing berbisik bicara dengan In San itu,
keadaan pertempuran di tengah arena ternyata sudah
berubah. Kungfu Ciang Thi-hu memang liehay dan tinggi, pukulan
yang dia lontarkan untuk menyergap It-cu-king-thian tadi
semula kelihatan kuat dan deras, begitu mengadakan
perlawanan ternyata dalam waktu singkat itu mendadak
gerakan yang membela itu telah dirobah menjadi tabasan
miring. "Biang" telapak tangan kedua pihak kontan beradu,
keduanya sama limbung dua kali. Bahwa dia mampu mengadu
pukulan sampai sepuluh jurus dengan It-cu-king-thian
memang tidak perlu dibuat heran, hal inipun sudah diduga
oleh hadirin. Tapi dalam waktu sependek itu dia bisa bermain
sesuka hati, maju mundur dan keluar masuknya tenaga
ternyata terkontrol baik sekali, ini menandakan bahwa taraf
kepandaian silatnya memang sudah tinggi. Tadi hadirin sudah
yakin bahwa It-cu-king-thian pasti akan memenangkan
pertempuran adu jiwa ini, kini mau tidak mau timbul rasa
kuatir dalam benak mereka.
624 Cepat sekali begitu limbung dan tersurut mundur
selangkah, dia tuntun tenaga lawan ke atas berbareng dengan
langkah berantai dia menyelinap maju, tiba-tiba kakinya
melayang dengan tendangan miring. Telapak tangan kanan
Ciang Thi-hu melayang miring dia membalas dengan sejurus
Hou-te-jan-hou. Lekas It-cu-king-thian menarik kaki kanan,
tahu-tahu kaki kiri melayang pula, tendangan berantai tiga kali
mendesak Ciang Thi-hu mundur tiga langkah. Hadirin kagum
dan memuji: "Kiranya kepandaian ilmu tendangan Lui Tayhiap
juga begini liehay dan mahir." Hadirin kira It-cu-king-thian
sudah merebut posisi yang lebih unggul dan pasti akan
menang, tak nyana mendadak Ciang Thi-hu berputar badan
sembari menarikan kedua telapak tangannya, sekaligus dia
lontarkan sepuluh jurus pukulan dengan kekuatan penuh
secara keras, hingga dia berhasil mendesak maju ke depan Itcu-


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

king-thian sehingga lawannya tak mampu lagi menyerang
dengan pukulan yang dikombinasikan dengan tendangan pula.
Para ahli Kungfu yang hadir sama tahu bahwa dia memainkan
Ngo-hing-ciang-hoat, pukulan ini mengutamakan membelah,
menyelinap, menggebuk, membabat, dan menjojoh, lima
unsur saling isi dan tubuh, ada pula keras ada pula lunak,
kekuatan pukulannya menderu bagai gelombang pasang. Di
bawah serangan gencar yang deras dan nekad seperti mau
adu jiwa ini, It-cu-king-thian ternyata terdesak mundur
selangkah demi selangkah.
Angin pukulan bergolak, pasir terbang batu berguling.
Terdengar suara keretekan yang ramai, itulah suara dahandahan
pohon yang patah dan runtuh. Pada hal mereka
berhantam di tengah tanah lapang yang cukup luas, pohon
yang tumbuh paling dekat juga ada belasan langkah jauhnya,
sudah tentu pukulan mereka takkan mungkin secara telak
memukul ke arah pohon, tapi dahan-dahan itu sama rontok
karena kekuatan Bok-khong-ciang yang dahsyat. Bila mereka
bertempur di sebelah timur, dahan pohon di sebelah timur
625 sama runtuh, kalau berkisar ke barat, pohon-pohon di sebelah
barat pun sama tumbang.
Kalau pohon jadi korban, adalah manusia yang menonton
diluar gelanggang sama menyingkir semakin jauh, padahal
mereka memiliki kepandaian cukup tinggi, namun tak kuasa
membendung gelombang kekuatan pada pukulan kedua
jagoan yang kosen ini.
Di tengah pertempuran sengit itulah, mendadak terdengar
suara ledakan dahsyat, disusul batu krikil besar kecil sama
muncrat ke berbagai penjuru, kiranya Ciang Thi-hu terlalu
bernafsu untuk mengalahkan musuh, maka pukulannya sudah
terukur lagi kekuatannya, dimana angin pukulannya
menyambar sebuah batu karang sebesar pelukan orang
dewasa dihantamnya hancur lebur. Tapi pukulannya tidak
mengenai It-cu-king-thian. Meski tidak terkena pukulan lawan,
tapi It-cu-king-thian terdesak turun seakan dia hanya mampu
menangkis, membela diri dan tak kuasa balas menyerang.
Para ahli silat yang hadir kini lebih nyata lagi, bahwa Ciang
Thi-hu kini sudah getol adu jiwa, pukulannya dilandasi
kekuatan Gun-goan-it-cu-kang.
"Gun-goan-it-cu-kang ternyata memang Iiehay, agaknya
bangsat tua ini sudah melatihnya mencapai tingkat paling
tinggi, taraf ke sembilan," demikian kata seorang busu.
Seorang busu (guru silat) lain menimbrung; "Tidak menurut
pendapatku, tingkat latihannya sekarang paling baru mencapai
taraf ke delapan. Tiga puluh tahun yang lalu aku pernah
saksikan Tiong-pangcu dari Kaypang dalam jarak seratusan
langkah mampu memukul hancur sebuah pilar batu marmer
dengan Gun-goan-it-cu-kang, jelas dia punya jauh lebih
Iiehay." "Umpama betul baru mencapai taraf ke delapan,
perbawanya juga sudah cukup hebat. Aku jadi kuatir, apakah
Lui Tayhiap..." guru silat pertama tadi tidak meneruskan kataTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
626 katanya, tapi orang lain tahu, dia menguatirkan It-cu-kingthian,
mungkin tidak mampu melawan Gun-goan-it-cu-kang
Ciang Thi-hu yang mencarai taraf ke delapan. Teman
bicaranya tadipun diam saja tidak memberi tanggapan pula,
agaknya secara diam-diam diapun mengakui kebenaran katakata
temannya, maka dia tinggal bungkam saja.
Tiba-tiba didengarnya sebuah suara serak kasar berkata:
"Omong kosong, kalian tahu kentut apa, Lui Tayhiap
menggunakan kelunakan melawan kekerasan, seperti lemah
kenyataan kuat, sebaliknya keparat she Ciang itu sudah
hampir kehabisan tenaga. Aku berani bertaruh dalam seratus
jurus, Lui Tayhiap pasti menang, hayo siapa yang berani
bertaruh denganku?"
Pembicara ini adalah seorang Hwesio, dia bukan lain adalah
Hwesio kasar atau salah satu dari Pat-sian yang pernah bersua
di tengah jalan dengan Tan Ciok-sing itu julukannya Sia-cin
Hwesio, suaranya keras maka banyak hadirin yang mendengar
kata-katanya. Kata-katanya diucapkan kasar seperti tidak kenal aturan,
tapi kedua guru silat itu ternyata bungkam seketika, tidak
marah mereka malah girang dan lega. Bahwa Sia-cin Hwesio
berani bicara sekeras dan setandas itu, jelas bahwa It-cu-kingthian
sudah punya akal dan cara untuk mengalahkan dan
membekuk musuhnya. "Memangnya kita semua mengharap
Lui Tayhiap yang menang, buat apa harus bertaruh dengan
kau," demikian seseorang berseru.
Tapi banyak hadirin yang masih belum tahu akan selukbeluk
dari pertempuran seperti yang dikatakan Sia-cin Hwesio
tadi. Tapi Tan Ciok-sing justeru mengikutinya dengan jelas
dan seksama. "Perhatikan gerak langkah Lui Tayhiap," bisik Tan Ciok-sing
kepada In San, "dia melangkah dengan posisi Ngo-hing-patkwa,
setiap langkah gerakannya selalu memunahkan sebagian
tenaga pukulan dahsyat Ciang Thi-hu. Jelas dia betul-betul
627 bisa mempraktekan ajaran ilmu tingkat tinggi yaitu
menghindari yang isi menggempur yang kosong, dari pihak
yang diserang berbalik menyerang, yang hijau mengalahkan
yang sudah matang. Kalau Sia-cin Hwesio menilai dia baru
akan menang dalam seratusan gebrakan, kukira terlalu
banyak. Menurut penglihatanku, dalam sepuluh jurus lagi, Lui
Tayhiap sudah akan balas menyerang. Kira-kira tiga puluh
jurus kemudian, jiwa bangsat tua she Ciang ini pasti akan
tamat, kau percaya tidak?"
Maka terlihat Ciang Thi-hu sedang melontarkan sebuah
pukulan, yang digunakan adalah jurus membelah, tapi jari-jari
tangannya terkepal dan terangkat tinggi di atas kepala,
gerakannya seperti martil yang lagi diayun dan siap hendak
dipukulkan perbawa serangan ini memang hebat sekali, tapi
kali ini It-cu-king-thian ternyata tidak mundur lagi kepalannya
melintang terus disampokan keluar, sehingga kepalan Ciang
Thi-hu kena dituntun ke samping, sekaligus dia tambahi
dengan gerakan mendorong pula. Lekas Ciang Thi-hu gunakan
merubah bentuk memindah kedudukan, sekaligus
serangannya dirobah menjojoh, sasarannya di atas
mengancam muka lawan, jurus ini dinamakan Ciong-thianbau,
atau Meriam Yang Mengincar Ke Udara. Telapak tangan
It-cu-king-thian terayun, gerakan mendorong berubah
menggelantung, dengan jotosan sekaligus dia menggantolnya
keluar, maka kepalan dan telapak tanganpun beradu, kali ini
ternyata tidak menimbulkan suara, tapi kenyataan bahwa
Ciang Thi-hu kini yang berganti tertolak mundur selangkah.
Perkembangan selanjutnya memang terlalu cepat, kini It-cuking-
thian sudah lebih berinisiatip menyerang, kedua telapak
tangannya bekerja sekencang angin kitiran, Ciang Thi-hu balas
diserangnya dengan gencar dan ganas.
Diam-diam In San tertawa, katanya: "Sudah tentu aku
percaya akan komentarmu, mungkin kau pun berkelebihan
menilainya," ternyata hanya dalam tiga gebrak saja setelah
Tan Ciok-sing memberikan komentarnya, It-cu-king-thian
628 sudah merubah situasi, dari pihak terdesak berbalik balas
mendesak, lebih banyak menyerang dari pada bertahan.
Keringat Ciang Thi-hu gemerobyos, matanya mendelik otototot
hijau merongkol keluar, sikapnya kini lebih mirip serigala
yang mengamuk didalam kandang, kelihatan betapa liar dan
buas perangainya, secara nekat diapun melawan dengan
serangan-serangan gencar dan mematikan, seolah-olah dia
mengharapkan kemenangan meski dalam keadaan terdesak
ini. Diam-diam It-cu-king-thian tertawa dalam hati: "Jikalau kau
tidak segugup dan emosi seperti ini, mungkin masih kuat
bertempur tiga puluh jurus. Hehe, kini kau masih berani
mengadu serangan dengan aku, itu berarti kau memang ingin
lekas tamat riwayatmu."
Di tengah pertempuran sengit itu, tiba-tiba lengan It-cuking-
thian seperti melengkung, sekonyong-konyong dengan
jurus Wan-kiong-sia-gwat (menarik gendewa memanah
rembulan), jarinya menutuk ke hiat-to di dada Ciang Thi-hu.
Pada hal Ciang Thi-hu sedang menarikan sepasang tangannya
sekencang baling-baling, dengan menyerang dia berusaha
mempertahankan posisinya yang terdesak, dia sudah yakin
pertahanannya sekarang sudah amat ketat dan kokoh, tak
nyana entah kenapa, tahu-tahu jari It-cu-king-thian masih
juga menyelonong masuk dan dadanya kena tertutuk dengan
telak. Karuan Ciang Thi-hu kaget sekali, lekas dia gunakan
gerakan Hong-biau-loh-hoa untuk berkelit, sudah tentu It-cuking-
thian tidak memberikan kesempatan pula padanya,
begitu tangan kiri bergerak naik menyanggah sikut lawan,
telapak tangan kanan tiba-tiba menyusup keluar dari bawah
ketiak terus menjojoh ke Ih-gi-hiat di bawah ketiak Ciang Thihu.
Ih-gi-hiat adalah salah satu hiat-to mematikan di tubuh
manusia, berkelit jelas tidak mungkin lagi, dia juga tahu
629 bahwa tenaga dalamnya kini sudah bukan lagi tandingan Itcu-
king-thian, apa boleh buat terpaksa dia berbuat nekat serta
melawan dengan setaker tenaganya yang masih tersisa.
Betapa dahsyat kekuatan binatang yang sudah nekat
didalam kandang, demi mempertahankan mati dan hidup lagi.
Tampak Ciang Thi-hu mendoyongkan tubuh, sehingga
seluruhnya melengkung miring laksana busur, kedua telapak
tangannya didorong lurus ke depan laksana pucuk panah,
tenggorokannya mengeluarkan suara krok krok seperti kodok
ngorek, seolah-olah dia hendak menindihkan seluruh
kekuatannya ke tubuh lawannya. Para penonton diluar
gelanggang sama merasakan tenaga gempurannya ini
sedahsyat gugur gunung. Sekejap ini seluruh hadirin
menyaksikan dengan mata terbeliak dan suasana menjadi
hening lelap, sedemikian sepinya umpama jarum jatuh juga
bisa terdengar.
Perawakan Ciang Thi-hu tinggi kekar dan berotot kencang,
perawakannya lebih tinggi sekepala dari It-cu-king-thian, kini
dengan serangan menindih dari atas ke bawah ini, seluruh
kekuatan tubuhnya sekaligus menindih turun sehingga
kelihatan dia memperoleh posisi yang menguntungkan.
Banyak hadirin yang pernah menyaksikan kedahsyatan Gungoan-
it-cu-kang, mau tidak mau mereka sama kuatir dan
berdegup jantungnya, mereka kuatir bila It-cu-king-thian tidak
kuat melawan gempuran hebat ini.
Di tengah keheningan lelap itu, mendadak terdengar suara
"krak" yang keras, tubuh Ciang Thi-hu yang gede itu
mendadak jungkir balik dan terpental kesana terus tergulingguling
sambil menjerit keras seperti babi hendak disembelih.
Kiranya pada detik-detik yang menentukan tadi It-cu-kingthian
bukan saja tidak menerjang maju, diapun tidak
menangkis atau berusaha mematahkan serangan musuh, tapi
dalam posisi yang menyulitkan dan didalam keadaan yang
tidak mungkin menurut penglihatan orang lain, mendadak dia
630 merebut kecepatan balas menyerang, telapak tangan kanan
menggantol keluar, berbareng dengan jurus Ling-yang-kwakak
(kambing gembel menanduk) secepat kilat telapak tangan
kiri menempiling ke muka Ciang Thi-hu. Waktunya tepat
sasarannyapun telak sehingga Ciang Thi-hu dipaksa untuk
miring tubuh sambil melontarkan pukulannya, sudah tentu
serangannya mengenai tempat kosong, kelambatan yang
sedetik ini sudah memberi peluang untuk It-cu-king-thian
melancarkan serangan liehay dari Hun-kin-joh-kut-jiu, lengan
Ciang Thi-hu kena dipelintirnya patah. Dari jurus Ling-yangkwa-
kak yang gertakan belaka tahu-tahu dirubah dengan
serangan Hun-kin-joh-jiu yang sesungguhnya, perubahan
antara isi dan kosong ini sungguh amat menakjubkan, kecuali
Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun, Ui-yap Tojin, Sia-cin Hwesio dan
Tan Ciok-sing, hadirin yang lain belum lagi melihat jelas, tahutahu
tampak Ciang Thi-hu sudah mencelat jatuh bergulingguling
seperti bola yang tertendang.
Hening sekejap mendadak meledaklah sorak sorai dan
tepuk tangan yang gegap gempita. Hadirin sama berjingkrak
dan menari-nari dengan senang serta merubung maju.
Nyo Hou-hu tertawa tergelak-gelak, katanya: "Tontonan
sudah berakhir, kini tiba giliran adegan selanjutnya, yaitu
mengompres keterangan dari mulut tawanan. Lui Tayhiap
silakan kau istirahat di samping, nanti masih kami butuhkan
keputusanmu untuk memberikan hukuman padanya."
Baru saja dia menghampiri kesana hendak menarik Ciang
Thi-hu yang telah patah lengannya, mendadak didengarnya
Ciang Thi-hu meronta-ronta sambil berkuik-kuik mengerikan,
darah tiba-tiba menyembur dari mulutnya, setelah
berkelejetan beberapa kali, tiba-tiba kakinya mengejang lurus,
tangannya pun mencakar-cakar tanah, kejap lain tubuhnya
pun menjadi lemas dan tak bergerak lagi untuk selamanya.
Kiranya dengan sisa tenaga Gun-goan-it-cu-kang yang masih
631 tersisa dia menghancurkan urat nadi sekujur badannya,
sehingga jiwanya melayang seketika.
It-cu-king-thian berkata: "Untung daftar nama itu sudah
berada di tangan kita, tidak mengompres keterangannya juga
tidak menjadi soal."
"Kematian keparat tua ini memang setimpal, sepatutnya dia
mati lebih mengenaskan lagi," demikian ujar Nyo Hou-hu.
Segera dia suruh tiga Ceng-sing menyeret Ciang Thi-hu serta
dikuburkan secara sederhana. Baru sekarang hadirin sempat
memberi salam kepada It-cu-king-thian.
Tam Pa-kun juga hendak maju memberi selamat, tiba-tiba
didengarnya seorang
memanggilnya: "Tam-pepek." " Waktu Tam Pa-kun
menoleh, dilihatnya seorang pemuda berwajah ganteng berdiri
di sampingnya, waktu dia menegas dan meneliti, lekas dia
mengenalinya kiranya In San yang menyamar laki-laki. Karuan
senang Tam Pa-kun diluar dugaan, katanya: "Hian-tit-li,
kaupun datang juga?"
"Aku datang bersama seorang kawan," sahut In San.
"Siapa?" tanya Tam Pa-kun.
"Seorang pemuda gagah yang sudah kau kenal, kau pernah


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membantu dia, diapun pernah menolongmu."
Di kala mereka bicara, di waktu terjadi keramaian dimana
para hadirin berlomba memberi selamat kepada It-cu-kingthian
itulah, Tan Ciok-sing melompat maju kesana, teriaknya
lantang: "Lui Tin-gak, kau orang tua keparat ini apa masih
kenal padaku?"
Sudah tentu hadirin kaget dan tertegun, sorot mata mereka
sama tertuju ke arah Tan Ciok-sing. "Dari mana munculnya
pemuda bernyali besar ini?" hadirin yang bertabiat kasar
segera mendamprat: "Bocah busuk, kau ini barang apa, berani
bermulut kasar terhadap Lui Tayhiap?" -Ada juga yang
632 mengira dia komplotan Ciang Thi-hu, bentaknya: "Apa kau
hendak menuntut balas kematian Ciang Thi-hu si keparat itu"
Memangnya kau kira Lui Tayhiap sudi bergebrak melawanmu,
biar aku saja yang mengajar adat kau bocah busuk ini."
Melihat dia mendadak muncul, karuan Kek Lam-wi kaget
dan senang, lekas dia berteriak: "Kawan ini akulah yang
mengundangnya kemari, aku tahu dia bukan anak buah Ciang
Thi-hu." "Kalau dia bukan komplotan Ciang Thi-hu, kenapa sikap
dan tutur katanya begini kurang ajar terhadap Lui Tayhiap"
Siapa dia, kau tahu, lekas terangkan," hadirin berlomba tanya
dengan bentakan kasar.
Sudah tentu Kek Lam-wi juga tidak mampu menjawab
pertanyaan ini, dengan tawa getir terpaksa dia berkata:
"Biarlah dia sendiri yang menerangkan. Hai, Tan-heng, apakah
kau tidak kenal It-cu-king-thian Lui Tayhiap" Apa kau tidak
salah menemukan orang?"
Dengan sikap pongah Tan Ciok-sing menjawab: "Sampai
terbakar hanguspun aku kenal keparat tua ini, memangnya
aku hendak membuat perhitungan dengan dia."
Sudah tentu hadirin semakin murka mendengar katakatanya
yang kasar ini. Kek Lam-wipun tak berani bersuara
lagi, apalagi tampil ke depan melerai.
Lekas It-cu-king-thian angkat sebelah tangannya memberi
tanda, hadirin segera tahan sabar, keributanpun berhenti,
katanya: "Betul, aku tahu siapa pemuda ini, dia memang
bukan komplotan Ciang Thi-hu, dia adalah keturunan seorang
sahabatku, yaitu cucu dari guru harpa nomor satu di jagat ini -
Tan Khim-ang."
Didalam perjamuan besar siang tadi It-cuking-thian pernah
membuka kata mohon bantuan hadirin yang ikut mencari jejak
Tan Ciok-sing, maka tidak sedikit hadirin yang tahu akan hal
ini menjadi bingung dan keheranan.
633 Di bawah tatapan hadirin yang sebanyak itu, sedikitpun Tan
Ciok-sing tidak gentar, katanya dengan nada kereng: "Urusan
sudah sejauh ini, kukira para hadirin juga pasti sudah maklum
bukan" Dengan Ciang Thi-hu hakikatnya aku tidak kenal,
apalagi menjadi komplotannya, kedatanganku kemari bukan
untuk menuntut balas kematian orang lain, tapi demi
menuntut balas sakit hatiku sendiri."
"Bagus," seru It-cu-king-thian, "memang aku ingin bicara
dengan kau supaya jelas, mohon tanya ada permusuhan dan
sakit hati apa antara aku dengan kau?"
Tan Ciok-sing menyeringai dingin, katanya: "Masa kau tidak
malu mengagulkan diri sebagai sahabat baik kakekku, pada
hal apa yang kau lakukan kukira hanya kau sendiri yang
paham." "Apa sih maksud perkataanmu, kau kira akulah yang
mencelakai kakekmu?"
"Memangnya kau masih berani mungkir?"
Pesuruh tua keluarga Lui yang pernah mencari tahu kepada
Siau-cu-cu itu kebetulan juga berada di antara rombongan
hadirin, tak tahan lagi segera dia tampil ke depan, katanya:
"Kau bocah goblok ini, memangnya tidak tahu membalas
kebaikan malah memfitnah orang baik. Tahukah kau siapa
yang mengubur dan merawat pusara kakekmu" Tahukah kau
di kala Lui Tayhiap sendiri mengalami bencana, dia masih
tidak lupa memikirkan keselamatan kalian kakek dan cucu, dia
suruh aku pergi membantu kalian, untuk ini aku berani
menjadi saksi."
Tan Ciok-sing menyeringai pula, katanya kalem:
"Memangnya sekarang aku hendak membongkar kemunafikan
keparat tua ini, supaya orang-orang gagah di kolong langit ini
tidak tertipu olehnya.
634 Betapapun sabar dan besar pambek It-cu-khing-thian, kini
dia dibikin naik pitam juga, katanya: "Jadi didalam benakmu
aku ini adalah sedemikian bejatnya?"
"Malam itu kakekku pulang dari rumahmu, tubuhnya sudah
terluka parah, jelas kaulah yang mencelakainya. Peduli kau
bermulut manis dan ludahmu sampai kering, aku tetap takkan
mau percaya padamu, maka tidak perlu kau mengoceh,
simpanlah tenagamu."
Disana Tam Pa-kun geleng-geleng kepala, katanya kepada
In San: "Temanmu kenapa begitu keras kepala dan kukuh
pendapat, berangasan lagi, seluk beluk persoalan itu aku tahu
jelas dia keliru kalau menyalahkan Lui Tayhiap," baru saja dia
hendak tampil ke depan tiba-tiba In San menarik lengan
bajunya, serta berbisik di pinggir telinganya: "Paman Tam,
jangan kau mencampuri urusan ini. Temanku itu hendak
memerankan sebuah tontonan yang lebih menarik dengan Lui
Tayhiap, namun tujuannya tidak boleh diberitahukan dulu
kepada Lui Tayhiap."
Tam Pa-kun melengak, tanyanya: "Apa tujuannya?"
"Saksikan lebih lanjut, nanti kau akan tahu," sahut In San,
"pendek kata, membawa keberuntungan dan tidak akan
merugikan Lui Tayhiap."
Mendengar penjelasan yang serba sembunyi ini Tam Pakun
jadi ketarik dan ingin tahu, maka dia batalkan niatnya
hendak memisah, katanya tertawa: "Baiklah, biarlah aku
menonton saja, ingin aku menyaksikan sandiwara bagus apa
yang hendak mereka perankan."
It-cu-king-thian tidak tahu maksud tujuan Tan Ciok-sing,
namun dia jadi uring-uringan, jengkel tapi juga geli, katanya:
"Hampir empat puluh tahun aku berkecimpung di Kangouw,
belum pernah kulihat pemuda sendablek ini, kesempatan
untuk aku memberi penjelasan juga tidak kau berikan,
memangnya apa kehendakmu?"
635 "Begitu tampil tadi sudah kukatakan secara blak-blakan,
memangnya kau tidak dengar?"
"Jadi kau betul-betul hendak menuntut balas kematian
kakekmu?" "Jangan cerewet lagi, keluarkan senjatamu."
"Menghadapi jagoan macam Ciang Thi-hupun aku
bertangan kosong, memangnya melawan kau aku harus pakai
senjata malah?"
"Aku tidak ingin memungut keuntungan darimu. Tadi kau
sudah bergebrak dengan Ciang Thi-hu, kalau kau tidak pakai
senjata, yakinlah akan rugi. Dan lagi golok, pukulan telapak
tangan dan lwekangmu diagulkan sebagai kepandaian tunggal,
sepantasnya aku memberi kesempatan padamu untuk
mengembangkan segala kemampuanmu, kalau tidak kau
takkan mati dengan mata meram dan kalah lahir batin,"
sembari bicara "Sret" dia sudah melolos pedang pusakanya
lebih dulu, ujung pedangnya memancarkan cahaya kemilau,
langsung dituding ke arah It-cu-king-thian.
Hadirin jadi dongkol tapi juga geli, kembali mereka berebut
memaki: "Bocah bodoh yang sinting, berani dia menjajal tiga
jurus ilmu kebanggaan Lui Tayhiap, hajar dia, ganyang saja."
Melihat orang melolos pedang diam-diam It-cu-king-thian
tersirap darahnya, apalagi melihat pedang lawan senjata
pusaka, tak berani dia memandang enteng. Memang Tan Cioksing
melolos Pek-hong-po-kiam yang diwariskan Thio Tanhong
kepadanya. Sudah tentu It-cu-king-thian cukup ahli untuk menilai
senjata, diapun tahu pedang apa yang berada di tangan Tan
Ciok-sing. Hanya Pek-hong-po-kiam yang ujungnya
memancarkan cahaya kemilau dingin berwarna putih biru,
dalam jarak sepuluh langkah, orang masih merasakan hawa
pedangnya yang dingin.
636 Tapi yang membuat darah It-cu-king-thian tersirap bukan
lantaran pedang pusaka ini, tapi gaya orang memegang
pedang. Sikap menuding dengan gerakan seenaknya ini,
seolah-olah bukan jurus permainan pedang, namun
kenyataannya merupakan tipu permulaan dari ilmu pedang
tingkat tinggi, tujuh hiat-to di atas tubuh It-cu-king-thian
ternyata di bawah ancaman hawa pedang.
Kalau orang lain tidak melihat dan merasakan kenyataan ini
sebagai ahli Kungfu sudah tentu It?cu-king-thian maklum
akan ancaman serius ini. Sesaat dia jadi menjublek, hatinya
kaget tapi juga girang. Pengalamannya cukup luas, dia kaget
karena ilmu pedang Tan Ciok-sing ternyata begini aneh dan
belum pernah dilihatnya sebelum ini. Senang karena cucu
sahabat lamanya, kini telah berhasil mempelajari ilmu pedang
liehay. "Tak heran dia begini temberang, kiranya memang sudah
punya bekal. Sudah mendalam salah pahamnya terhadapku,
jelas takkan mau mendengar penjelasanku. Pemuda yang
suka membawa adat sendiri ini memang patut dihajar adat,
setelah keok baru dia akan insaf, hal ini akan membawa
manfaat bagi dia. Biar aku menjatuhkan dulu pamornya baru
nanti kuberi penjelasan kepadanya," demikian batin It-cu-kingthian.
"Ha, ha, ha," It-cu-king-thian tertawa bergelak tiga kali,
katanya: "Tam-toako, tolong pinjamkan golok pusakamu, biar
aku mohon pengajaran dari pemuda perkasa ini," ternyata
waktu berangkat ke Bik-lian-hong dia tidak membawa senjata.
Hadirin melongo. Maklum hakikatnya Tan Ciok-sing tidak
mungkin dijajarkan dengan It-cu-king-thian. Walau Tan Cioksing
menantangnya mencabut senjata, tapi dengan kedudukan
It-cu-king? thian, biasanya dia hanya tersenyum ejek dan
pasti tak sudi memakai senjata melawan bocah kemarin sore.
Tadi diapun hanya bertangan kosong dan kenyataan berhasil
mengalahkan Ciang Thi-hu, apalagi menghadapi bocah kroco
637 yang masih hijau lagi, tak nyana bukan saja dia menuruti
keinginan Tan Ciok-sing, malah dia meminjam golok pusaka
Tam Pa-kun, sudah tentu hadirin kaget dan diluar dugaan.
Setelah menerima golok pusaka dari Tam Pa-kun baru Itcu-
king-thian berkata: "Sudah 10 tahun aku tak pernah
memakai senjata bergebrak dengan lawan, hari ini biar aku
melanggar pantangan ini untuk dikau. Anak bodoh, walau kau
tidak membedakan salah benar, keberanianmu sungguh
mengagumkan aku. Tapi kau harus hati-hati, inilah golok
pusaka milik Kim-to-thi-ciang Tam Tayhiap, golok ini jauh lebih
tajam dari golok yang dulu pernah kugunakan. Senjata tidak
punya mata, maka kau harus waspada, jangan kau terluka
karenanya."
"Memangnya siapa tahu kalau kau sendiri yang bakal
terluka oleh pedang mustikaku?" Tan Ciok-sing balas
mengejek, "sebelum turun tangan tak usah kau mengagulkan
diri. Ketahuilah, kau pakai golok pusaka, akupun
menggunakan pedang mustika."
Karuan kata-katanya ini membakar kemarahan publik, "Lui
Tayhiap berbaik hati, kau bocah keparat ini tidak tahu di
untung, memangnya kau bocah bodoh yang hijau pupus ini
mampu melukai Lui Tayhiap?"
Tan Ciok-sing berkata tawar: "Siapa menang, atau kalah
setelah bergebrak baru akan diketahui. Orang she Lui, jangan
cerewet saja, hayo silakan mulai."
Sungguh dongkol, geli dan gemas pula It-cu-king-thian
dibuatnya, katanya: "Kau minta aku menyerangmu lebih
dulu?" "Tadi aku sudah bilang tidak akan memungut
keuntunganmu, kau sudah bergebrak sebabak, kini biar aku
mengalah tiga jurus lebih dulu."
It-cu-king-thian tertawa tergelak-gelak, katanya: "Anak
muda, patut dipuji keberanianmu. Baiklah, kuturuti
638 keinginanmu," golok diangkat tinggi, betul juga dia lantas
membelah ke batok kepala Tan Ciok-sing. Berapa tinggi dan
terhormat kedudukan It-cu-king-thian, tapi kenyataan dia mau
menerima tantangan anak muda yang mengalah tiga jurus
pula padanya, sudah tentu hadirin sama kaget dan melongo
keheranan. Terutama kejut In San paling besar. Maklum
jawaban It-cu-king-thian terasa ada maksud sampingan yang
berbeda. Maksud yang sebenarnya adalah ingin membantu
lawannya angkat nama supaya tersohor, arti sampingannya
adalah hendak menamatkan jiwanya. Dan umumnya nada
sampingan yang sering terjadi di kalangan Kangouw adalah
menjurus pada arti yang kedua ini.
Tam Pa-kun seperti tahu jalan pikiran In San, katanya
tertawa: "Kau tak usah kuatir kurasa Lui Tayhiap tidak
bermaksud jahat kepada temanmu, malah aku kuatir
temanmu yang masih berdarah panas itu tidak tahu mengukur
kekuatan sendiri."
Belum selesai dia bicara, dilihatnya It-cu-king-thian
sekaligus telah menyerang tiga bacokan secara berantai.
Kedua orang masih tetap berdiri di tempat masing-masing.
Tan Ciok-sing sama sekali tidak terluka. Kiranya tiga jurus
serangan It-cu-king-thian hanya gerakan gertak sambal
belaka, tapi tajam goloknya betul-betul menyambar di atas
kepalanya, pada hal gaya dan tenaga bacokannya begitu kuat
dan mengejutkan.
Kalau para penonton berseru kaget, adalah Tan Ciok-sing
berdiri diam dan tenang, sikapnya wajar. Dia seperti sudah
tahu kalau golok It-cu-king-thian tidak akan melukai tubuhnya,
di kala ketiga jurus serangan golok secara berantai
dilancarkan, hakikatnya dia tidak bergeming sedikitpun. Mau
tidak mau It-cu-king-thian merasa kagum dan memuji akan
ketenangan dan ketabahannya. Maklumlah bagi seorang
persilatan tidak sukar untuk meneliti serangan isi kosong
lawannya, namun di kala sinar golok yang gemeredep
639 menyilaukan mata tak urung biasanya secara reflek orang
akan berkelit, sebaliknya kelopak mata Tan Ciok-sing


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikitpun tidak bergerak.
Baru sekarang In San menghela napas lega, katanya lirih:
"Paman Tan, kau juga tidak usah kuatir, aku tahu Tan-toako
tidak akan berbuat sembrono dan kurang ajar."
Disana didengarnya It-cu-king-thian tengah membentak:
"Tiga jurus sudah kulancarkan kau masih belum juga turun
tangan, memangnya apa pula yang kau tunggu?"
Dingin suara Tan Ciok-sing: "Kau tidak mau turun tangan
secara keji adalah salahmu, kesempatan sebaik ini kau siasiakan,
aku justru tidak akan menerima kebaikanmu ini. Nah
lihat pedang!"
Begitu pedang berkelebat tahu-tahu dia sudah mendesak
maju tiga langkah, dengan jurus Li Khong Memanah Batu
pedangnya lurus laksana anak panah yang meluncur, kira-kira
tiga kaki sebelum mengenai pundak It-cu-king-thian, tahutahu
membelok balik pula dengan setengah lingkaran
gerakannya berubah menjadi Hing-hun-cin-nia, lalu Soatyong-
lan-kwan, kalau luncurannya pesat adalah tarikan
pedangnyapun teramat cepat. Inilah ilmu pedang yang serba
sempurna dalam tahap menyerang dan tahap membela diri.
It-cu-king-thian tak mampu membedakan asal-usul ilmu
pedangnya, diam-diam terkejut hatinya, batinnya: "Li-khong
sia-ciok (Li Khong memanah batu) adalah jurus ilmu pedang
dari Kun-lun-pay yang tersohor, sementara jurus Hing-huncin-
nia dan Soat-yong-lan-kwan adalah ilmu pedang dari Gobi-
pay, namun tiga jurus yang dia pamerkan tadi jelas lebih
sempurna, bervariasi dari sumber aslinya," tidak berani balas
menyerang secara gegabah, lekas dia melintang golok di
depan dada, tujuannya memunahkan serangan pedang lawan.
Dua jurus susulan yang dilancarkan Tan Ciok-sing memang
berjaga bila lawan balas menyerang, karena It-cu-king-thian
640 tidak menyerang maka gerakan pedangnya ini mengenai
tempat kosong. "Siapa gurumu?" tanya It-cu-king-thian heran.
"Setelah pertandingan ini usai, bila kau masih hidup, nanti
kau akan tahu. Buat apa gugup?" demikian jengek Tan Cioksing.
"Sret" kembali pedangnya menusuk tiba. Di antara para
penonton ada yang naik pitam segera berebut memaki:
"Bocah kurang ajar yang tidak tahu adat, Lui Tayhiap, buat
apa kau sungkan dan memberi hati padanya."
It-cu-king-thian berseru lantang: "Baiklah, diberi tidak
membalas tidak hormat, sambutlah beberapa jurus golokku."
Tampak, cahaya emas kemilau menyilau mata kini It-cuking-
thian betul-betul menggerakan golok emas pinjaman Tam
Pa-kun untuk menyerang secara sungguhan, kanan kiri seperti
selulup timbul di antara rumpun kembang, berputar dan
menukik seperti menari, beruntun dia membacok lima kali.
Tak sedikit ahli silat yang hadir, banyak di antaranya yang
menyaksikan dengan jelas beberapa jurus tadi bagi It-cu-kingthian
paling hanya gerak percobaan belaka, namun kali ini dia
betul-betul melancarkan serangan secara serius. Begitu
bermain secara sungguhan. seketika Tan Ciok-sing seperti
terkurung didalam libatan cahaya emas golok lawan.
Lima jurus bacokan ini memang dilancarkan dangan gagah
dan deras, pada hal orang gagah yang hadir tidak sedikit yang
sering mengalami pertempuran besar dan sengit, namun
demikian mereka toh merasa kaget dan terbalik
pandangannya. Demkian pula In San menyaksikan dengan
merinding, keringat dingin gemerobyos. Pada hal dia tahu
bahwa It-cu-king-thian tidak akan melukai Tan Ciok-sing.
Di tengah kurungan cahaya golok emas lawan, Tan Cioksing
tak ubahnya seperti sampan di tengah lautan yang
641 dipermainkan gelombang pasang. Langkahnya bergontai gaya
pedangnyapun berputar kencang. Dalam sekejap itu kalau Itcu-
king-thian menyerang lima jurus, maka diapun menyerang
tujuh tusukan pedang, Tapi penonton diluar kalangan hanya
melihat sinar golok tanpa melihat bayangan manusia. Jurus
apa yang digunakan Tan Ciok-sing, ternyata tiada seorangpun
yang tahu. Sudah tentu kecuali Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun.
Berdiri alis Tam Pa-kun, matanya terbeliak, mulutnya
menyungging senyum, tak tertahan akhirnya dia menghela
papas gegetun senang: "Temanmu itu memang hebat dan
jempolan, belum pernah aku saksikan ilmu pedang sehebat
dan seaneh ini. Dalam ilmu senjata selama hidup aku hanya
menyakinkan ilmu golok, yakin kemampuanku cukup melebihi
orang lain, tapi dibanding Lui Tayhiap aku jadi merasa rendah
diri, tapi temanmu ini bukan saja mampu bertahan dan
mementalkan serangan, dia mampu pula dua jurus lebih
banyak dari Lui Tayhiap, dalam sekejap tadi dia mampu
menyerang tanpa kalah asor dari ilmu golok Lui Tayhiap."
Bayangan dua orang di tengah gelanggang tiba-tiba
berpencar, tanpa sadar keduanya sama menunduk memeriksa
golok dan pedang masing-masing. Tan Ciok-sing melompat
keluar kalangan di kala Tam Pa-kun bicara sampai "lebih dua
jurus". Kejut dan girang In San, katanya tertawa: "Paman Tam,
apa betul dia melancarkan tujuh jurus tusukan pedang untuk
melawan lima bacokan golok" Kenapa sedikitpun aku tidak
melihatnya?" pada hal kejadian tujuh tusukan pedang
melawan lima bacokan golok hanya sekejap saja, tapi dalam
perasaan In San seperti telah melampaui suatu masa yang
panjang dan gelap.
Didalam jangka waktu menghadapi lima bacokan golok
lawan secara beruntun ini, Tan Ciok-sing sendiripun
merasakan adanya perbedaan yang menyolok pada gebrakan
pertama tadi terasa olehnya bahwa lwekang It-cu-king-thian
642 tidak seampuh yang dibayangkan semula, tapi tiga jurus
kemudian tenaga lawan ternyata bertambah kuat dan kokoh.
Waktu dia menyambut jurus ke empat, terasa pergelangan
tangannya tergetar, hampir saja Pek-hong? kiam tak kuat
dipegangnya lagi Tapi di waktu dia menyambut jurus terakhir,
tenaga lawan ternyata jauh lebih lemah lagi, kebetulan cukup
tiba untuk dia tahan secara pas-pasan.
Tan Ciok-sing maklum, agaknya It-cu-king-thian sengaja
menggunakan tenaga dalamnya sesuai situasi yang diperlukan
saja setelah dia mengukur sampai dimana taraf lwekang Tan
Ciok-sing, sehingga dia cukup mampu melawannya dan tidak
sampai dirugikan. "Baru saja dia berhantam dengan Ciang Thihu,
namun tenaga dalamnya masih setangguh ini jelas takkan
mampu menandinginya," demikian batin Tan Ciok-sing, mau
tidak mau semakin kagum dan diam-diam dia memuji akan
kebesaran jiwa lawan.
It-cu-king-thian sendiri setelah mengalami lima bacokan
goloknya dibalas tujuh tusukan pedang, dia pun merasakan
adanya gejala-gejala yang mengherankan. Ternyata ke lima
jurus bacokkannya ini dilancarkan sekaligus tanpa ganti napas,
namanya Ngo-gak-tio-yang (lima puncak menghadap
mentari), kekuatannya sedahsyat gelombang samudera yang
satu lebih hebat dari yang lain. Supaya Tan Ciok-sing kuat
melawan secara pas-pasan, dia pun telah memeras keringat
dan memutar otak, setelah melancarkan empat kali bacokan
dengan tenaga ^ang sedikit lebih besar, secara kekerasan
segera dia menarik dan mengurangi tenaganya sehingga
anjlok sejauh itu, pada detik itulah Tan Ciok-sing lancarkan
dua tusukan yang terakhir, sebetulnya dia punya kesempatan
untuk menusuk luka dirinya, tapi Tan Ciok-sing cukup menutul
saja lantas menghentikan gerakannya, tidak meneruskan
serangan dia malah melompat keluar kalangan.
"Anak bocah ini tadi bilang mau menuntut balas sakit hati
kakeknya, kenapa kesempatan sebaik itu dia sia-siakan"
643 Dengan bekal kepandaiannya sekarang, tak mungkin dia tidak
tahu adanya peluang di waktu aku sedang merubah jurus
permainanku tadi?" demikian batin It-cu-king-thian.
Di nilai kwalitas pedang Tan Ciok-sing sebetulnya masih
lebih unggul dari golok It-cu-king-thian, tapi lantaran tenaga
dalam Tan Ciok-sing tidak setanding lawannya, pedang dan
golok hanya membentur lantas saling mundur, oleh karena itu
senjata mereka sama-sama tidak sampai rusak.
Pertama karena rasa ingin tahunya, kedua juga ingin
menyaksikan sampai kemana taraf kepandaian ilmu pedang
Tan Ciok-sing yang serba baru dan aneh ini, maka setelah
golok pinjaman ini tidak cidra legalah hati It-cu-king? thian,
segera dia maju pula seraya membentak: "Ilmu pedangmu
belum kau kembangkan sesuai kemampuanmu, tak usah
takut-takut lancarkan saja segala kemahiranmu.
Bahwa Tan Ciok-sing mampu melawan Ngo-gak-tio yang
dilancarkan It-cu-king-thian hadirin sudah sama heran dan
kaget, kini mendengar It-cu-king-thian suruh lawan mudanya
ini mengembangkan segala kemampuan ilmu pedangnya lagi,
semakin melenggong mereka dibuatnya. Banyak di antaranya
yang cerewet mengejek dan menceroboh Tan Ciok-sing tidak
tahu diri, seketika sirep dan suasana menjadi sunyi senyap.
Gebrak kedua kalinya antara Tan Ciok-sing kontra It-cuking-
thian ini baru betul-betul merupakan adu kepandaian
sejati yang amat tinggi mutunya. Tampak It-cu-king-thian
merubah gaya permainan ilmu goloknya, golok emasnya
berkisar membuat lingkaran-lingkaran yang membuka tutup
dengan rapat dan membacok dan membabat ke arah Tan
Ciok-sing, sementara gerakan Tan Ciok-sing mengikuti gaya
pedang bergerak secara kilat.
Kalau pedang Tan Ciok-sing bergerak semakin cepat dan
deras, adalah sebaliknya golok It-cu-king-thian semakin
lambat dan berat.
644 Ujung goloknya seperti diganduli barang ribuan kati,
membacok ke timur membabat ke barat, meski gaya goloknya
kokoh dan mantap, tapi lajunya amat lamban. Tapi keanehan
justeru terletak pada kelambanan ini betapapun serangan kilat
pedang Tan Ciok-sing tetap tak mampu menembus
pertahanannya. Setiap kali ujung pedangnya menusuk ke
depan It-cu-king-thian, seolah ditangkis dan membentur
dinding baja yang tidak kelihatan saja, mau tidak mau dia
harus lekas menarik pedang merubah permainan.
Setelah melancarkan delapan belas jurus serangan golok
secara lamban, mendadak It-cu-king-thian membentak: "Anak
muda, hati-hatilah, kini aku akan menyerangmu secara
gencar," tangan terangkat golok membacok turun, mendadak
permainan goloknya berubah. Tampak sinar golok seredup
cahaya rembulan, menyilaukan mata terasa dingin pula, golok
digerakkan laksana angin lesus, serangan dengan jurus-jurus
yang liehay sambil melangkah berkisar mengitari Tan Cioksing.
Maju mundur dengan silang bersilang, berputar dan
menyerobot dengan berbagai perubahan yang sulit diselami,
begitu cepat gerakannya sehingga baru saja kelopak mata
terpejam tahu-tahu kedudukannya sudah berpindah, tiba-tiba
di depan kadang-kadang di kanan. Bayangan tubuhnya
bergerak serasi dengan permainan goloknya. Seorang hadirin
yang mengenal betapa hebat permainan ilmu golok ini tak
tertahan bersorak memuji: "Sungguh hebat golok cepat Cappwe-
ban." Kiranya ilmu golok ini khusus cipjaan It-cu-king-thian
sendiri, merupakan cangkokan dari delapan belasan kisaran
puncak Thay-san yang terletak di bawah Thian Bun,
bentuknya yang ideal . menimbulkan ilham dibenak Lui Tingak
sehingga terciptalah ilmu goloknya ini. Cap-pwe-ban
adalah nama tempat yang berbahaya di puncak Thay-san,
jalan gunung berliku dan bolak-balik memutar dari bawah ke
atas, setiap lima langkah satu putaran, sepuluh langkah sekali
membelok, semakin berputar semakin tinggi, semakin tinggi
645 semakin berbahaya. Demikianlah permainan ilmu golok
ciptaan It-cu-king-thian ini gayanya laksana tegaknya gunung
Tay-san dengan lingkaran delapan belas jalan gunungnya
yang berbahaya ini, maka dapatlah dibayangkan betapa hebat
dan ganas serta kejinya ilmu golok ini.
Tam Pa-kun segera memberi penjelasan kepada In San:
"Cap-pwe-ban di Tay-san ada perbedaan antara delapan belas
cepat dan delapan belas lamban, delapan belas bagian depan
agak longgar, sebaliknya bagian belakang lebih sempit dan
pendek, keadaannyapun jauh lebih berbahaya. Bagian depan
mengutamakan gaya permainan yang berat dan keras, bagian
belakang justeru mengutamakan gaya permainan yang ganas
dan berbahaya. Dahulu dengan bekal ilmu goloknya ini entah
berapa banyak orang-orang gagah yang kecundang dan
dikalahkan olehnya. Memang ada berapa tokoh silat yang
mampu menandingi delapan belas lamban, tapi tiada pernah
kudengar ada yang mampu melawan delapan belas kencang.
Untuk menilai ilmu golok ini, yang paling penting adalah
memperhatikan perubahan langkah kakinya."
Ternyata In San tidak ketarik oleh penjelasan ini, dia tetap
menguatirkan keselamatan Tan Ciok-sing, lama kelamaan dia
sendiri sampai ikut memburu napas saking menahan rasa
tegang yang berlebihan, tanpa disadarinya mata berkunang
kepalapun berat dan pusing tujuh keliling, lekas dia
memejamkan mata serta bertanya: "Tam-pepek, begitu liehay
permainan ilmu golok Lui Tayhiap, menurut hematmu apakah
Ciok-sing mampu..."
Tiba-tiba didengarnya Tam Pa? kun tertawa dan berkata:
"Lekas kau buka matamu, bukan saja dia kuat melawan, kini
malah berbalik balas menyerang."
Ternyata dengan bekal Bu-bing-kiam-hoat yang diselaminya
Tan Ciok-sing berhasil mengembangkannya dalam praktek,
dasar berbakat dan pandai menambah variasi, dengan mudah
dia memunahkan seluruh rangsakan lawan, orang lain tak
646 melihat jelas, yang kelihatan hanya bayangannya yang
bergontai di tengah kurungan cahaya golok, kelihatannya
seperti terdesak di bawah angin, Tapi kenyataan dia justeru
adem ayem dan selamat saja, rangsakan golok lawan
dihadapinya secara wajar. Di kala In San memejam mata itu,
sementara rangsakan golok Lui Tin-gak yang telah mencapai
kecepatan gerakan permainannya di bagian belakang delapan
belas itupun sudah selesai dimainkan. Beruntun Tan Ciok-sing
hanya mengembangkan tiga jurus permainan pedang berantai
untuk mematahkan jurus serangan lawan yang terakhir.
It-cu-king-thian tertawa tergelak-gelak, katanya: "Ilmu


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang bagus, hanya kau seorang yang pertama mampu
memunahkan delapan belas kencang dari permainan golok
cepatku ini, hayolah diteruskan."
Karuan hadirin sama melenggong dan kaget mendengar
pernyataan ini.
Kata Tan Ciok-sing: "Utang piutang memangnya belum
selesai perhitungannya, sudah tentu harus dilanjutkan," di
tengah alunan perkataannya cahaya pedang di tangannya
mendadak melebar panjang, dalam sekejap ini situasi berubah
seratus delapan puluh derajat, kalau tadi dia yang dikurung
oleh cahaya golok yang kemilau kuning adalah sekarang Pekhong-
kiam yang kemilau perak itu berbalik membungkus sinar
golok yang kekuning-kuningan.
It-cu-king-thian tak bisa tertawa lagi, raut wajahnya
tampak serius. Jelas bahwa menghadapi gebrak selanjutnya
ini tidak berani lena, memandang enteng. Sikapnya jauh lebih
prihatin dari pada waktu dia menghadapi Ciang Thi-hu,
keadaannyapun lebih payah. Permainan goloknya juga
berubah cepat dan lambat, ditarikan naik turun dengan segala
variasi dan kelincahannya. Dalam pertempuran sengit itu,
golok It-cu-king-thian tampak membuat sebuah lingkaran
yang mumbul semakin tinggi dari bawah terus membacok,
beruntun tujuh jurus serangan, gaya rangsakannya kencang,
647 tapi di kala menarik goloknya amat lamban. Penonton tiada
yang melihat jelas berapa jurus serangan yang telah dia
lancarkan dan menggunakan tipu apa, yang tampak hanyalah
entah goloknya mengetuk, menangkis dan membacok, semua
adalah gerakan dasar ilnu golok yang menjadi acak-acakan
dan tidak teratur. Namun demikian, kenyataan Tan Ciok-sing
didesaknya mundur dalam jarak setombak lebih.
Kalau penonton tidak merasakan langsung dimana letak
keliehayan dan kehebatan tujuh jurus serangan ini, tapi bagi
Tan Ciok-sing yang menghadapi serangan ini secara langsung
diam-diam amat kaget. Bu-bing-kiam-hoat yang diyakinkan
adalah peranti mematahkan dan memunahkan permainan
lawan serta menyergapnya, gerakannya gampang berubah
mengikuti situasi dan kondisi. Tapi dalam menghadapi tujuh
jurus rangsakan golok It-cu-king-thian ini, Tan Ciok-sing betulbetul
merasakan seperti ditindih kekuatan yang berlapis dan
bersusun, amat berat dan rapat sekaligus, hakikatnya tak
mampu dijebol atau dibendung.
Kalau dikatakan para penonton tiada yang menyaksikan
jelas jalannya pertempuran seru ini rasanya kurang tepat,
paling tidak Kim-to-thi-ciang Tam Pa-kun dapat menyaksikan
secara terperinci dan jelas sekali, setelah menyaksikan tujuh
serangan bacokan golok It-cu-king-thian, sungguh hatinya
kejut dan girang pula, katanya kepada In San: "Selama 10
tahun ini Lui Toako tak pernah memakai golok lagi, tak nyana
secara diam-diam dia telah meyakinkan ilmu golok sehebat ini
permainannya sekarang jauh lebih tinggi dibanding permainan
golok cepat Cap-pwe-ban tadi. Coba lihat setiap jurus
permainannya mengandung makna yang mendalam, setiap
jurus serangannya merupakan intisari yang berhasil dia
cangkok dari berbagai ilmu golok kelas tinggi."
In San tertawa, katanya: "Penjelasanmu terlalu tinggi untuk
kumengerti, manalagi aku tidak mampu mengikuti jalan
648 permainan mereka. Aku hanya ingin tanya, menurut
pendapatmu apakah Tan Ciok-sing mampu menandinginya?"
Tam Pa-kun tidak berani segera memberi jawaban, sesaat
lamanya lagi dia menyaksikan dengan cermat, akhirnya dia
manggut-manggut dan berkata dengan rasa kagum: "Ilmu
pedang temanmu itu ternyata semakin lama main pedangnya
semakin aneh, semakin tinggi dan semakin mahir dan wajar,
mau tidak mau aku jadi merasa apa yang pernah kupelajari
juga hanya demikian saja, terlalu dangkal bila dibanding
dengan bekal kepandaiannya ini. Lalu siapa bakal menang di
antara mereka ini aku sendiri belum bisa menentukan, cuma
boleh kukata masing-masing memiliki kemahiran dan
keunggulannya sendiri-sendiri."
Dalam bicara dengan In San ini, dia merasa seperti sayang
kehilangan kesempatan untuk menikmati pertarungan hebat
dan bermutu tinggi ini, setelah memberi penjelasan ala
kadarnya lekas dia berpaling dan menonton seperti orang
kesurupan layaknya, matanya tak berkesip, seluruh perhatian
dia tumplek ke arena pertempuran. Pertempuran meningkat
semakin sengit dan kedua pihak sama-sama memboyong
Kungfu tingkat tinggi, para hadirin kecuali mereka yang
memiliki tingkat kepandaian setaraf dengan Tam Pa-kun yang
dapat menyaksikan dan menganalisa jalannya pertempuran,
tapi jumlahnya juga cukup bisa dihitung dengan jari tangan,
kebanyakan terang merasa kabur dan merasa pertempuran
babak kedua ini hakikatnya tidak seseru pertandingan babak
pertama tadi Maka terdengar suara bisik-bisik disana sini.
"Aneh, pertandingan macam apa nih, seperti sedang latihan
sendiri-sendiri saja," orang yang diajak bicara memangnya
juga berkepandaian rendah, namun dia pura-pura punya isi
dan banyak pengalaman, maka segera dia menanggapinya:
"Masakah seenteng yang kau perkirakan itu" Coba saja
saksikan, bukankah keringat telah membasahi jidat Lui
Tayhiap?" 649 Memang kedua orang yang lagi berhantam di tengah arena
berjarak antara setombak, masing-masing mainkan tipu jurus
senjata masing-masing, hakikatnya golok dan pedang tidak
pernah beradu, ada kalanya Tan Ciok-sing mendadak
melompat mumbul. "Sret" pedangnya menusuk, tapi begitu Itcu-
king-thian melintangkan pedang menangkis, seketika Tan
Ciok-sing mencelat balik ke tempatnya pula. Kadang kala Itcu-
king-thian yang membentak sambil melangkah maju
setindak, goloknya membacok beberapa kali, tapi cukup Tan
Ciok-sing menudingkan ujung pedangnya ke arahnya, seketika
dia menyurut mundur sambil berkelit. Delapan puluh atau
sembilan puluh persen dari penonton banyak yang tidak tahu
apa sebetulnya yang sedang dilakukan oleh kedua jago yang
sedang berhantam di tengah arena ini. Setelah pertempuran
semakin memuncak, mendadak kedua orang sama-sama
melejit tinggi ke atas, selarik sinar emas dan selarik cahaya
perak kemilau bagai pelangi putih saling gubat dan seliweran
di tengah udara, "Trang" terdengar sekali bentrokan nyaring,
tampak Pek-hong-kiam di tangan Tan Ciok-sing mencelat
terbang ke angkasa. Bahwa senjata Tan Ciok-sing kena
dibentur dan lepas dari cekalannya, maka pertempuran sengit
ini secara kenyataan dan tak boleh digugat lagi, It-cu-kingthian
berada di pihak pemenang. Bahwa pertempuran sengit
yang aneh dan seperti mustahil ini berakhir demikian saja
secara mendadak, hadirin masih melongo dan belum sempat
berganti napas, mereka jadi lupa bersorak.
Di kala mereka masih melongo dan sudah buka mulut
hendak memberi applus kepada It-cu-king-thian, tampak Itcu-
king-thian sudah anjlok turun dan memasukkan golok ke
sarungnya, katanya sambil bersoja: "Suatu kenyataan bahwa
gelombang sungai yang di belakang selalu memang
mendorong gelombang yang di depan, patah tumbuh hilang
berganti. Kau dapat mengalahkan aku sejurus, aku betul-betul
tunduk lahir dan batin. Bagaimana keputusanmu terhadap jiwa
650 ragaku ini, orang she Lui boleh terserah kepada kehendakmu
saja." Ternyata pada gebrak terakhir tadi, pakaian It-cu-kingthian
ternyata bolong tertusuk oleh pedang Tan Ciok-sing,
setelah itu baru pedang pusaka Tan Ciok-sing kena diketuk
lepas oleh getaran tenaga dalam It-cu-king-thian yang hebat
sehingga mencelat terbang ke udara. Jadi jelasnya didalam
adu tenaga dalam jelas Tan Ciok-sing ketinggalan jauh, tapi
didalam permainan tipu jurus serangan kedua pihak, It-cuking-
thian sudah jelas bukan tandingan Tan Ciok-sing.
Serangan pedang Tan Ciok-sing boleh dikata teramat cepat,
di kala berhasil menusuk bolong pakaian lawan, bila dia mau
sedikit tambah tenaga, maka perut lawan bakal ditusuknya
tembus. Orang lain tiada yang tahu, tapi It-cu-king-thian
sendiri maklum akan hal ini, bahwa Tan Ciok-sing telah
sengaja menyelamatkan jiwanya. Sudah tentu It-cu-king-thian
sendiri tadi pernah juga menaruh belas kasihan kepada Tan
Ciok-sing, bila dia betul-betul menggunakan kekuatan
besarnya, ketukan goloknya itu bukan hanya menggetar lepas
pedangnya, tapi Tan Ciok-sing sendiri juga bakal mengalami
luka dalam yang parah.
Akan tetapi umpama betul hal ini menjadi kenyataan It-cuking-
thian sudah terluka lebih dulu, sedang Tan Ciok-sing
terluka belakangan. Kini setelah kedua pihak sama tahu lawan
menaruh belas kasihan, orang sebagai It-cu-king-thian yang
lebih tua dan punya kedudukan dan gengsi di kalangan
persilatan, tapi sebagai seorang kesatria, sebagai pendekar
besar, betapa dia takkan secara rela untuk bersoja dan
mengaku kalah terhadap Tan Ciok-sing"
Tadi Tan Ciok-sing menyatakan hendak menuntut balas
atas kematian kakeknya baru dia menantang It-cu-king-thian
berkelahi. Kini setelah It-cu-king-thian mengaku kalah, maka
kejadian sesungguhnya dari duel sengit ini perlu juga segera
dibereskan. Oleh karena itu It-cu-king-thian berpegang pada
651 peraturan dan kebiasaan kaum persilatan umumnya, setelah
mengaku kalah dia terima menyerahkan diri terserah pada
hukuman apa yang dilakukan lawannya yang menang.
Orang-orang gagah yang hadir seratus persen menjagoi Itcu-
king-thian, dan yakin pasti dia yang akan menang,
mendadak mendengar tokoh yang dijagoi mengaku kalah,
keruan semua merasa melongo keheranan, karena lobang
kecil di pakaian It-cu-king-thian di bagian perut itu tiada orang
yang memperhatikan.
Nyo Hou-hu yang pertama merasa tidak terima, serunya:
"Hai apa sih yang telah terjadi, umpama kau ingin memberi
muka dan menyempurnakan seorang muda yang gagah ini,
kan tidak perlu kau berbuat sejahat ini?"
It-cu-king-thian tertawa getir katanya: "Tapi kenyataan
memang aku yang kalah."
Tapi sebelum dia sempat memberi penjelasan lebih lanjut,
sementara itu Tan Ciok-sing sudah tangkap pedangnya yang
meluncur jatuh dari udara, langsung dia menghampiri ke
depan It-cu-king-thian, dengan laku hormat dia menjura dan
memberi hormat: "Wanpwe memang kurang ajar dan
melakukan kesalahan terhadap Lui Tayhiap. Yang benar
adalah Wanpwe yang harus mendapat hukuman dan hajaran
dari Lui Tayhiap," demikian ucap Tan Ciok-sing.
Keruan hadirin melengak keheranan pula, mereka bingung
menghadapi ulah Tan Ciok-sing yang tidak karuan. Adalah Itcu-
king-thian sendiri merasa senang dan kaget pula, katanya:
"Bukankah kau hendak menuntut balas kematian kakekmu
dan ingin membuat perhitungan dengan aku?"
"Betul, Wanpwe memang patut mampus, dulu memang aku
merasa curiga terhadap Lui Tayhiap, tapi kini aku tahu bahwa
akulah yang salah," sahut Tan Ciok-sing menunduk.
"Apa, kau sudah tahu" Jadi kau tadi, waktu bertempur
dengan aku, hakikatnya kau tidak anggap aku musuhmu."
652 "Lui Tayhiap berbuat baik dan setia kawan untuk ini belum
lagi Wanpwe menyatakan terima kasih, mana berani aku
menganggapmu sebagai musuh?"
"Kalau demikian, kenapa tadi kau menekankan hendak
menuntut balas kematian kakekmu, dan paksa aku untuk
bertempur dengan kau?" tanya It-cu-king-thian.
"Mohon Lui Tayhiap memberi ampun. Wanpwe memang
bermaksud paksa Lui Tayhiap untuk berhantam dengan aku.
Kalau aku tidak menggunakan alasan menuntut balas
memangnya Lui Tayhiap sudi bergebrak dengan Wanpwe?"
"O, kiranya begitu. Tapi aku tetap tidak mengerti, kenapa
kau harus paksa aku bergebrak dengan kau?"
Pelan-pelan Tan Ciok-sing menegakkan tubuh serta
berbicara kalem: "Kira-kira sebulan yang lalu pernah aku
bertemu dengan seorang aneh yang sudah lama
mengasingkan diri, cianpwe ini she Ku bernama Ti."
Kejut dan girang pula It-cu-king-thian dibuatnya, katanya:
"Khu-loenghiong yang ketemu kau ini, bukankah jagoan
ternama dari Gi-lim-kun yang sejajar dengan Bu-conggoan In
Jong pada tiga puluh tahun yang lalu itu?"
Tan Ciok-sing mengangguk, katanya lebih lanjut: "Khulocianpwe
pernah bercerita akan masa silamnya dulu, Lui
Tayhiap memang benar, memang betul beliau adanya."
It-cu-king-thian berkeplok senang, katanya: "Khuloenghiong
adalah salah satu cianpwe yang lama sudah
kukagumi, sayang sudah lebih tiga puluhan tahun dia
menghilangkan jejaknya dari percaturan dunia persilatan.
Kiranya dia masih hidup sehat walafiat. Tapi aku masih juga
tidak mengerti, apa sangkut pautnya kau bertemu dengan
Khu-loenghiong dengan kejadian hari ini?"
653 "Kepadaku Khu-loenghiong pernah menyinggung cita-cita
Lui Tayhiap dulu yang pernah dinyatakan terhadap Lo-kim-to
Cecu," demikian Ciok-sing menjelaskan.
Sampai disini baru It-cu-king-thian mengerti, katanya: "O,
jadi ilmu pedangmu ini, adalah ilmu pedang ciptaan Thio Tanhong
yang diwariskan kepadamu?"
Tan Ciok-sing manggut, katanya: "Beruntung wanpwe
mendapatkan berkah, Thio Tayhiap sudi menerimaku sebagai
murid penutupnya," lalu dia melanjutkan. "Setelah Khu-
Iocianpwe tahu akan keinginan Lui Tayhiap ini, dia bilang
dahulu dia ingin membantu Lui Tayhiap supaya terlaksana
cita-citamu, sayang sekali belakangan dia sendiri mengalami
suatu musibah, sehingga dipaksa untuk mengasingkan diri,
selama tiga puluh tahun ini bantuannya jadi tertunda dan
belum tercapai."
"Oleh karena itu dia minta kepadamu untuk membantu aku
mencapai keinginanku itu?" It-cu-king-thian meneruskan.
"Tidak berani. Akan tetapi mumpung ada kesempatan,
terpaksa Wanpwe mohon pengajaran langsung dari Lui
Tayhiap saja."
"Dengan Khu-locianpwe kami hanya saling kenal nama
saja, tak nyana dia begitu simpatik, ingin membatu aku


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencapai cita-cita, sungguh aku amat kagum, terima kasih
haru akan ketulusan hatinya," dia tahu hadirin pasti merasa
bingung, maka segera dia memberi penjelasan: "Cita-citaku itu
adalah ingin memohon pelajaran ilmu pedang kepada Thio
Tayhiap Thio Tan-hong. Sejak tiga puluh tahun yang lalu Thio
Tayhiap sudah tidak karuan parannya, kukira keinginanku itu
jelas takkan bisa tercapai lagi, tak nyana cucu sahabat baikku,
atau murid Thio Tayhiap sendiri hari ini menyampaikan citacitaku
dahulu." 654 Maka setelah Tan Ciok-sing menjelaskan hal ihwalnya,
hadirin menjadi gempar sana sini berbisik, semua ingin tahu
berita terakhir dari Thio Tayhiap Thio Tan-hong.
Tan Ciok-sing jadi serba susah, apa yang ingin diketahui
orang?orang itu, semuanya adalah persoalan yang sulit untuk
diceritakan, terpaksa akhirnya dia berkata: "Suhu sudah
almarhum, beliau wafat di hari menerima aku sebagai murid
penutupnya."
Tam Pa-kun berkata: "Semasa masih hidup Thio Tayhiap
tidak suka diganggu orang, maka dia memilih suatu tempat
untuk pengasingan dirinya,
memperdalam ilmu pedang dan berhasil menciptakan
Kungfu tingkat tinggi. Maka tak perlu kita tahu di tempat
mana terakhir beliau semayam," hadirin semua adalah kaum
persilatan. Umumnya dalam kalangan Kangouw ada
pantangan yang sudah mereka ketahui dan patuhi bersama,
tadi karena merasa girang dan lega karena mendengar berita
Thio Tan-hong maka tak kuasa mereka menahan gelora hati
untuk menanyakan pendekar besar pujaan mereka ini. Setelah
mendengar penjelasan Tam Pa-kun, barulah suasana menjadi
reda. Baru sekarang Tam Pa-kun ada kesempatan maju
berkenalan dengan Tan Ciok-sing, katanya: "Waktu di Taytong
malam itu, aku masih belum tahu akan dirimu. Kalau
tidak pasti aku sudah memberi penjelasan kepadamu, tentang
persoalan Lui Tayhiap itu. Tapi juga untung aku tidak sempat
menjelaskan kepadamu. Jikalau aku turut campur, maka kau
takkan punya alasan untuk bertanding dengan Lui Tayhiap,
maka kita semuapun takkan memperoleh kesempatan sebaik
ini untuk menyaksikan pertandingan sehebat tadi," maka
hadirin gemuruh dalam susana gelak tawa dan tepuk tangan.
It-cu-king-thian serahkan kembali golok emas itu kepada
Tam Pa-kun, katanya: "Terima kasih kau telah meminjamkan
golok emasmu ini kalau mengandal sepasang tangan
655 kosongku saja, jelas aku bukan tandingan Tan-siauhiap yang
mahir memakai pedang."
Setelah menerima goloknya Tam Pa-kun berkata lebih
lanjut: "Lui Toako, ada sebuah persoalan lagi yang ingin
kusampaikan kepadamu yakin kau akan amat senang."
"Persoalan apa?" tanya It-cu-king-thian.
Tam Pa-kun menarik In San ke depan, katanya tertawa:
"Thio Tan-hong dan In Jong adalah dua pendekar besar dari
kaum cianpwe yang kau kagumi. Putra In Jong, In Hou adalah
sahabat yang sejak lama ingin kau kenal, betul tidak?"
"Ya, memangnya kenapa?" tanya It-cu-king-thian.
"Biar kuberitahu kepadamu, nona ini adalah putri tunggal
dari In Hou In Tayhiap."
Baru sekarang hadirin memperhatikan In San, dan tahu
pula bahwa dia adalah seorang gadis belia yang menyamar
jadi laki-laki, semua mereka heran dan bingung.
Dengan rawan In San berkata: "Sayang ayah sudah
meninggal dicelakai musuh, beberapa hari yang lalu baru
sempat aku sembahyang di depan pusara beliau. Tapi aku
harus berterima kasih kepada Lui Tayhiap yang telah merawat
dan membangun kembali pusaranya itu."
Lekas It-cu-king-thian membalas hormat, katanya:
"Sebetulnya ayahmu sudah berjanji dengan Tam Tayhiap
untuk berkunjung ke rumahku, sayang aku tahu setelah
terlambat, bukan saja tak mampu bertidak selaku tuan rumah
akupun tak bisa berbuat banyak setelah dia dicelakai oleh
musuh. Walau aku tidak membunuhnya tapi secara tidak
langsung, kematiannya karena kelalaianku juga. Sungguh aku
merasa menyesal dan mohon maaf kepada nona, aku merasa
malu pula untuk berhadapan dengan orang-orang gagah di
dunia ini."
656 In San membasut air matanya katanya: "Urusan duka cita
ini biarlah berlalu dan tak perlu kita pikirkan lagi. Hari ini
adalah hari bahagia kita semua, dimana orang-orang gagah
dari segala penjuru kumpul disini adalah pantas kalau kita
harus bersuka ria bersama."
Dalam pada itu Kek Lam-wi menggandeng gadis jelita itu
tampil ke depan memperkenalkan diri, akhirnya In San tahu
bahwa gadis jelita teman Kek Lam-wi bernama Toh So-so,
adik seperguruan Kek Lam-wi. Mereka adalah penduduk
Kanglam juga, mereka adalah teman baik dari Kanglam
Sianghiap. Kwik Ing-yang dan Ciang Bin-siu.
Mendengar kalau Kanglam Sianghiap kini berada di markas
Kim-to Cecu, bukan main rasa senang mereka, kata So-so:
"Tak heran waktu aku melihat kuda kalian hari itu seperti
sudah kukenal, ternyata memang betul milik Kanglam
Sianghiap. Aku sudah kangen pada mereka."
"Kabarnya kalian juga hendak pergi ke markas Kim-to
Cecu?" tanya In San.
"Betul, bukan kami saja, semua yang hadir disini hendak
kesana," ujar Toh So-so.
"Kalau begitu, berapa bulan lagi kau akan bertemu lagi
dengan mereka." Kata In San.
Di sebelah sana Tan Ciok-singpun sedang berbicara oengan
Kek Lam-wi, keduanya sama riang, kata Kek Lam-wi: "Hobiku
selama hidup ini adalah musik, yang kedua baru belajar
kungfu. Dalam musik terutama adalah harpa, Sayang aku tak
berhasil belajar harpa, belajar ilmu pedang juga gagal.
Sebaliknya Tan-heng ilmu harpa dan ilmu pedangmu sama mencapai
top, untuk selanjutnya aku harap Tan-heng suka memberi
petunjuk kepadaku."
657 "Kek-heng terlalu sungkan, aku tahu Kek-heng mahir
meniup seruling, akupun ingin mohon petunjuk dari Kekheng."
Dari samping It-cu-king-thian menyeletuk: "Kalian besok
masih ada tempo untuk mengadu harpa dan seruling Ciok-sing
Hiantit, masih ada omongan yang ingin kubicarakan dengan
engkau." Waktu itu sudah menjelang kentongan ke empat, Nyo Houhu
tertawa tergelak-gelak, katanya: "Setelah menyaksikan dua
babak tontonan yang bagus tadi semalam suntuk kita semua
tiada yang tidur, kini tiba saatnya kita pulang beristirahat."
Tahu bahwa It-cu-king-thian hendak mengajak Tan Cioksing
bicara, maka Kek Lam-wi segera mohon diri, bersama
Toh So-so mereka berangkat pulang lebih dulu, tapi dia
mengundang Tan Ciok-sing untuk bertamasya naik perahu.
It-cu-king-thian, Tam Pa-kun, Tan Ciok-sing dan In San
berempat berangkat paling akhir, mereka turun gunung
bersama, baru sekarang sambil jalan mereka sempat bicara
secara panjang lebar tentang peristiwa selama empat tahun
akhir ini. Maka It-cu-king-thian lantas menjelaskan kepada Tan Cioksing:
"Peristiwa malam itu yang menimpa kakekmu begini.
Waktu dia datang ke rumah dia memberitahu bahwa In
Tayhiap sedang merawat luka-lukanya di rumahnya.
Seharusnya aku segera datang ke rumahmu memberi
pertolongan, tapi waktu itu ada sesuatu yang amat
kukuatirkan, sehingga bukan saja tidak bisa segera memberi
pertolongan, malah Kakekmu pun kusuruh segera pulang.
Tahukah kenapa sebabnya" Karena di rumah aku juga
kedatangan tiga tamu yang tak kuundang, tamu yang tidak
kusenangi. Ketiga tamu itu adalah Le Khong-thian murid Kiau
Pak-bing, gembong iblis besar yang puluhan tahun lalu pernah
sejajar dengan Thio Tan-hong Thio Tayhiap, seorang lagi
658 adalah Siang Po-san, satu-satunya murid keturunan dari Bi-babun,
orang ketiga adalah Tok-liong-pang Pangcu Thio Ou."
"Ketiga orang inilah yang mencelakai In Tayhiap," kata Tan
Ciok-sing. "Mereka datang sebelum kakekmu tiba waktu itu akupun
belum tahu kalau In Tayhiap sudah celaka di tangan mereka.
Mungkin mereka belum tahu bagaimana keadaan luka In
Tayhiap, mereka menyebar anak buahnya untuk mencari tahu
dimana kira-kira jejak In Tayhiap."
"Mereka memang kurang ajar dan petingkah datang lantas
secara lantang menyerukan gabungan kekuatan untuk
membunuh In Tayhiap. Diharap aku ikut bergabung dalam
komplotan mereka, pertama bantu mencari tahu dimana kirakira
sekarang In Tayhiap berada, atau kalau tidak mau
menerima uluran tangan, diminta supaya aku tidak
menghalangi aksi mereka."
"Kalau ketiga orang ini bergabung, waktu itu jelas aku
bukan tandingan mereka, oleh karena itu terpaksa aku
bersikap kendor dan mencari akal cara bagaimana untuk
mencegah usaha mereka secara diam-diam."
"Tapi sebelum aku memperoleh akal untuk menghadapi
mereka, kakekmupun datang, aku mohon diri sebentar,
kutinggal ketiga tamu itu di ruang tamu, lalu kutemui kakekmu
di kamar rahasia, waktu itu kakekmu belum terluka."
"Setelah mendapat keterangan kakekmu baru aku tahu
akan berita positip keadaan In Tayhiap, konon dia punya
harapan untuk sembuh dari lukanya yang parah, maka legalah
hatiku, lekas aku suruh kakekmu lekas pulang, supaya tidak
kepergok oleh ketiga gembong iblis yang kini menjadi
tamuku." "Waktu itu memang aku sudah tahu bahwa ketiga
gembong iblis itu adalah biang keladi yang melukai In
Tayhiap, akan tetapi aku masih belum bisa membalas sakit
659 hati In Tayhiap seorang diri. Terpaksa aku layani mereka
secara ala kadarnya, akhirnya aku antar mereka pergi, kupikir
setelah Tam Tayhiap datang nanti, dengan kekuatan kami
berdua, yakin kami akan dapat menuntut balas sakit hati In
Tayhiap." "Tak nyana belum jauh setelah kekekmu pergi, beliau
dibokong dan disergap oleh orang Tok-liong-pang hingga
terluka, tapi hal ini baru kuketahui belakangan setelah ketiga
tamu dari gembong-gembong iblis itu pergi."
"Waktu itu pikiranku hanya mencari akal untuk memberi
bantuan dan menyelamatkan In Tayhiap, supaya dia dapat
merawat lukanya di rumah keluarga Tan dengan tentram
tanpa diganggu siapapun. Siapa nyana bukan saja In Tayhiap
akhirnya mengalami nasibnya yang mengenaskan, malah
kakek Tan Ciok-sing juga harus ikut berkorban. Sungguh
bukan kepalang rasa menyesalku, kalau siang-siang aku tahu
bakal terjadi peristiwa ini, pasti malam itu aku berlaku nekad
mengadu jiwa dan melabrak ketiga gembong iblis itu, Cioksing
Hian-tit, nona In, memang pantas kalian menyalahkan
aku karena kelalaianku bertindak waktu itu."
Lekas Tan Ciok-sing dan In San berkata bersama: "Lui
Tayhiap harap jangan menyalahkan diri sendiri, bicara soal
situasi waktu itu umpama kau nekad dan melabrak mereka,
urusanpun takkan banyak berubah dan membawa manfaat,
Lui Tayhiap jiwa pendekarmu dan rasa setia kawananmu
memang patut kita kagumi dan harus menjadi teladan kita
semua, untuk ini kami amat berterima kasih kepadamu."
Berkata It-cu-king-thian lebih lanjut: "Hari kedua aku
datang ke rumah kakekmu, In Tayhiap, dan kakekmu sudah
sama meninggal, seharusnya itu waktu aku memberi
penjelasan kepada kau Ciok-sing, tapi..."
"Semua lantaran kecorobohan dan kebodohanku," demikian
ucap Tan Ciok-sing, "Waktu itu kuanggap umpama bukan kau
yang langsung mencelakai kakekku, paling tidak kau
660 tersangkut didalam perkara ini, begitu melihatmu, sikapku
lantas tegas memandangmu sebagai musuh besar. Ternyata
aku seceroboh ini, akupun pantas mati saja."
"Kau tidak bisa disalahkan juga, kakekmu terluka parah
setelah pulang dari rumahku, memang siapapun pasti akan
mencurigai diriku. Tapi, bahwa waktu itu aku tak mau
memberi penjelasan kepadamu, memang didalam hal ini
masih ada sebab musababnya."
"Lui Tayhiap, tak perlu kau jelaskan lagi, hanya akulah
yang harus disalahkan karena kebodohanku, kini urusan sudah
jeias, memangnya aku masih tidak percaya padamu?"
demikian kata Tan Ciok-sing.
"Meski kau tidak menaruh curiga pula kepadaku, tapi aku
masih ingin menjelaskan hal ini?" demikiau lt-cu-king-thian
menyatakan. "In Tayhiap sudah gugur, tapi kawanan penjahaf'itu belum
tahu, sebelum mereka mendapatkan golok pusaka dan buku
pelajaran silat milik In Tayhiap jelas takkan mau berhenti
sampai disini. Waktu kakekmu pulang dari rumahku malam
itu, di tengah jalan jejaknya konangan oleh orang-orang Tokliong-
pang, kakekmu dilukai namun dia berhasil lolos. Betapa
senang hati mereka setelah memperoleh sumber penyelidikan
ini, maka mereka terus mengejar dan menyelidik."
Tan Ciok-sing paham, katanya: "Lui Tayhiap, secara suka
rela kau memanggul nama buruk sehingga mereka
menyangka In Tayhiap sudah terjatuh ke tanganmu, sudah
tentu barang peninggalannya juga terjatuh ke tanganmu.
Maka kalau mereka ingin mendapatkan barang-barang itu,
terpaksa harus berhadapan dengan kau, selanjutnya tidak
akan mencari perkara terhadap kami kakek dan cucu. Ya, tak
heran malam itu dengan leluasa aku dapat lolos dari
cengkeraman iblis kiranya kaulah yang membantu secara
diam-diam. Ai, Lui Tayhiap, kenapa kau harus bertindak
sejauh ini, sebetulnya kau bisa berusaha supaya aku tahu..."
661 It-cu-king-thian tersenyum, katanya: "Aku memang sengaja
supaya kaupun menaruh curiga kepadaku, sehingga orang
lainpun lebih curiga lagi. Oleh karena itu, sepulang dari
rumahmu, malam itu juga aku membakar rumah. Aku berbuat


Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian, pertama lantaran seorang diri tak akan mampu
menempur beberapa gembong iblis itu, kedua maksudku ingin
memancing mereka pergi, supaya mereka menyangka setelah
aku memperoleh barang-barang yang mereka incar terus
merat ke Bukit Pemakan Manusia 2 Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia 1
^