Pendekar Setia 11

Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L Bagian 11


bun tentu membuang senjata dan menghadapinya dengan bertangan kosong.
Dengan demikian kedua pihak sama-sama mengeluarkan kungfu andalan masing-masing, Thay- yang- bun menjadi lebih kuat daripada menggunakan senjata dan mampu menghadapi pihak Goat-heng-bun dengan sama kuatnya.
Sekarang lantaran Ji-bong meremehkan Yu Wi dan menyuruh anak muda itu memilih dan bertanding ilmu pedang, mau-tak mau dia harus mematuhi aturan permainan- jika dia membuang pedang, dengan sendirinya dianggap kalah.
ji-bong tidak menyadari akan kelihaian Yu Wi yang mampu memainkan Hai-yan-kiam-hoat berintikan Hai-yai-to-hoat dari Goat-heng-bun, disangkanya ilmu golok Goat-heng-bun sudah lama lenyap bersama dengan kitab pusakanya, yaitu Hian-ku-cip. Kalau tidak. tentu dia lebih suka menjaga gengsi dan menghadapi Yu Wi dengan bertangan kosong.
Setelah kedua pihak sudah mulai bergebrak, permainan ilmu pedang Ji-bong ternyata sia-sia, barulah diketahui ilmu pedang Yu Wi itu adalah salah satu jurus pertahanan berasal dari Hai-yan-to-hoat yang tak terbobolkan itu. Yaitu Put-boh-kiam ajaran Ji Pek- liong.
Apalagi sekarang Yu Wi sudah menguasai segenap intisari Hai-yan-pat-kiam, setiap jurusnya dapat dimainkan dengan lancar, bila dibandingkan ketika mulai belajar pada ji Pek-llong dulu, daya pertahanan Put-boh-kiam itu entah sudah berlipat berapa kali.
Maka setelah belasan jurus dapat bertahan dengan rapat, timbul kepercayaan Yu Wi pada kemampuan sendiri, ditengah Put boh-kiam mendadak ia melancarkan serangan dengan jurus Bu-tek-kiam, jurus tiada bandingannya,
Maha dahsyat jurus serangan ini ibaratnya mengguncang bumi dan menggetar langit.
Sebisanya ji- bong menangkis serangan itu, diam-diam ia terkejut, ia pikir ilmu pedang anak muda ini ternyata tidak dibawah Hai-yan to-hoat dari Goat-heng-bun atau perguruan bulan sabit keluarga Ban Put-tong itu.
Kini urusan sudah telanjur, seperti halnya sudah kadung berada di punggung harimau, ji- bong menjadi serba salah. Kalau membuang pedang dan ganti bertumpur dengan pukulan, hal ini selain berarti kalah, tentu Yu Wi juga tidak memberi kesempatan padanya untuk membuang pedang, sebab sekali dia melempar pedangnya, seketika juga pasti akan dilukai oleh serangan pedang Yu wi.
Tingkatan Ji- bong sangat tinggi, ia membatin, "Entah bocah she Yu ini anak murid Ban Put-tong angkatan keberapa" Tapi biarpun dia mahir Hai-yan-kiam-hoat, masakah tidak mampu kulawan dia?"
Maka digunakannya segenap pengetahuannya tentang ilmu pedang, sekuatnya dia hadapi Hai-yan-kiam- hoat.
Setelah melancarkan jurus serangan Bu-tek-kiam, menyusul Yu Wi lantas mengeluarkan Hong-lu-kiam, Tay-gu-kiam, Siang-sim-kiam dan Tay- liong- kiam. Keempat jurus serangan ini juga sama dahsyatnya, lebih-lebih karena sekarang Yu Wi bukan lagi Yu Wi yang dulu, setiap jurus itu sukar ditandingi tokoh manapun jaman ini.
Tapi Ji-bong Taysu memang juga mempunyai kelihaian sendiri, setelah terserang lima jurus pedang itu dia memang terdesak. tapi tidak terancam bahaya. Di dunia persilatan sekarang mungkin cuma dia saja yang mampu berbuat demikian-
Di samping sana ji-tiau, Bon-tin dan Boh-pi juga mengikuti pertarungan itu dengan mata berkunang-kunang, sungguh mereka tidak menyangka Yu Wi masih mempunyai kungfu simpanan sehebat itu.
24. Setelah lima jurus serangan tak dapat merobohkan Ji- bong, kini tertinggal dua jurus lagi yang baru dikuasai Yu Wi dari latihan didasar lembah, yaitu dua jurus dari kakek gagu dan kakek tuli yang diberi nama Sat jin-kiam (jurus membunuh orang) dan Tay-lok-kiam (jurus gembira ria).
Hanya lantaran tidak mendapatkan ajaran kedua jurus itu, tadinya ilmu pedang Yu Wi itu tidak dapat mencapai puncaknya sempurna, setelah Pemberian kitab pusaka oleh Ko Bok-ya, lalu dilatihnya menurut isi kitab itu, maka lengkaplah Yu Wi menguasai Hai- yan-pat- kiam.
Meski kedua jurus terakhir itu baru saja dilatihnya, tapi lantaran kedua jurus itu berhubungan erat dengan jurus-jurus lainnya sehingga intisari dapat dipetiknya juga lebih banyak dari pada Jurus yang lain, kini seluruh intisari Hai-yan-pat-kiam seakan-akan terhimpun pada kedua jurus terakhir ini.
Kelihaian ilmu pedang umumnya memang terletak pada beberapa jurus akhiran, kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat mestinya tidak pakai nomor urutan, daya serang setiap jurusnya sama hebatnya, hanya kalau ke delapan jurus itu dapat dikuasai secara lengkap dan terlebur menjadi satu, maka daya serangnya akan berlipat ganda, danpada jurus serangan terakhir dengan sendirinya juga membawa daya serang yang lebih kuat daripada jurus serangan yang terduhuluinya.
Yu Wi menggunakan Tay-lok-kiam sebagai jurus serangan terakhir, setelah jurus Sat-jin-kiam dilancarkan, keadaan Ji-bong sudah payah, cara menangkisnya sudah kewalahan, ketika melihat jurus Tay-lok-kiam dilancarkan Yu Wi, nikoh tua itu hanya mampu menangkis setengah-setengah saja, diam-diam ia mengeluh, "Melayanglah jiwaku sekali ini"
Namun Yu Wi adalah pemuda yang berperasaan, dia bukan orang yang tidak kenal belas kasihan dan suka membunuh habis-habisan, ditambah lagi jelek-jelek Ji-bong adalah guru soh-sim, betapapun dia harus mengingat pada Soh-sim alias Ko Bok-ya sekalipun dia sangat gemas terhadap tindakan Ji-bong.
Karena itulah serangan Yu Wi yang terakhir itu tidak membinasakan Ji-bong. dimana pedang menyambar hanya meninggalkan goresan luka pada leher nikoh tua itu.
Seketika Ji-bong berdiri melongo dengan lemas, dirasakan luka pada lehernya, darah seperti menetes. Padahal tidak mengeluarkan darah, hanya perasaannya saja yang sukar menghapus rasa kekalahannya yang memalukan ini.
Bahwa Yu Wi tidak membunuhnya, ternyata tiada rasa terima kasihnya sedikit pun. Ia merasa sudah cukup hidup lama, orang yang berusia ratusan tahun masih harus mengalami malu kalah bertempur, hal ini jauh lebih pahit dirasakan daripada membunuhnya.
Yu Wi lantas membuang pedangnya dan menjura kepada ji-bong, katanya, "Taysu, apakah sekarang dapat kau bebaskan orang?"
Ji-bong juga membuang pedangnya sebagai tanda mengaku kalah lalu bertepuk tangan dan berseru, "Boh-pi, buka Hiat-to dan lepaskan dia"
Segera Boh-pi melepaskaa Pek-yan dan membuka Hiat-to pingsannya. setelah siuman, segera Pak-yan berteriak. "Kembalikan puteriku"
Tadi begitu dia naik ke atas segera disergap oleh Ji-bong dengan cara yang licik sehingga jatuh pingsan, lalu tidak tahu lagi apa yang terjadi, dengan sendirinya pertarungan sengit tadi juga tidak diketahuinya.
Ji-bong lantas berkeplok pula dan berseru, " Ji-tiau, kembalikan anaknya."
Setelah menggendong kembali puterinya, dengan gemas Pek-yan melototi Ji-bong sekejap sambil mendesis, "Pada suatu hari pasti akan.."
"Sudahlah, Pek-yan" bujuk Yu Wi.
Pada dasarnya Pek-yan berwatak tinggi hati, mana anak murid Bu-eng-bun pernah dikerjai orang" Maka dengan gusar ia menjawab, "Kau sendiri boleh sudahi urusan ini, aku Pek-yan tidak nanti anggap sudah." Habis berkata ia terus berlari pergi.
"Nanti dulu, ingin kurundingkan sesuatu denganmu," seru Yu Wi. Namun Pek-yan masih terus berlari pergi secepat terbang.
Yu Wi bermaksud rukun kembali dengan si nona untuk menghadapi Bu-eng-bun bersama, meski dia tidak mencintai Pek-yan, Tapi demi putra-putrinya, betapapun dia harus bicara dengan nona itu.
Tapi katika dia angkat kaki hendak mengejar, mendadak terdengar Ji-bong barseru, "Pulang ke biara"
Segera Boh-tin mengempit lagi Soh-sim dan Boh-pi mengawalnya dari belakang, keduanya lantas berlari kesana.
Yu Wi urung mengejar Pek-yan, ia memutar balik dan bertanya, "Mengapa tidak kau surah membuka Hiat-to Soh-sim?"
ji- bong memburu maju untuk melindungi Boh-tin, ucapnya dengan beringas, "Yu Wi, sudah terlalu banyak kau ikut campur urusan orang"
"Mau tak- mau aku harus ikut campur," jawab Yu wi, "kuminta Soh-sim dilepaskan-"
"Tidak." jawab Ji- bong tegas.
"Mengapa tidak?" tanya Yu Wi dengan gusar.
Melihat pertengkaran akan timbul lagi, dengan makmud baik Ji-tiau melarai, "Yu-sicu lekas pergi saja, nona Pek sudah menghilang."
Sebelum menyakslkan Soh-sim dibebaskan dengan selamat, mana Yu Wi mau pergi, dia tetap berdiri tegak disitu.
"Yu-sicu tidak perlu kuatir, kami takkan membikin susah Soh-sim," kata Ji-tiau.
"Hm, juga balum tentu, Soh-sim bersalah dan masih harus diadili," jengek Ji- bong tiba-tiba.
"Dia bersalah apa?" teriak Yu Wi.
"Lantaran dia, biara kami yang aman tenteram menjadi guncang," kata Ji-bong.
"Huh, kalau memang mau menyalahkan orang, memangnya kurang alasan?" jengek Yu Wi. "Kenapa tidak kau katakan bahwa gara-gara dia sehingga muncul seorang macam diriku dan membikin malu padamu karena kalah bertanding,"
"Betal, itulah satu kesalahannya, terima kasih atas peringatanmu," ucap Ji-bong dengan tebalkan muka. "Sekarang minggir"
"Apakah Taysu benar-benar hendak menghukum Soh-sim?" tanya Yu Wi.
Ji- bong tidak manjawab, tapi membentak. "Kau mau minggir tidak?"
cepat Ji-tiau melerai pula, "Yu-sicu, hendaknya kau beri jalan lewat kepada kami, dengan jiwaku akan kujamin keselamatan soh-sim."
"Baik, kuperCaya padamu, Ji-tiau Taysu," kata Yu Wi. "Aku akan tinggal dlkaki bukit sana selama tiga hari. Bilamana lewat tiga hari tidak menerima berita dari Taysu, terpaksa aku akan bertindak."
Ia pikir Ji-bong lagi gusar, kalau saat ini Soh-sim diminta kembali tentu takkan diluluskan, agar kedua pihak tidak tambah bermusuhan, dirinya sendiri juga tidak yakin akan mampu merampas Soh-sim , sekarang Ji-tiau berani memberi jaminan, tentu keselamatan Soh-sim tidak perlu dikuatirkan lagi.
Setelah Ji- bong berangkat lebih duiu Ji-tiau sempat berbisik kepada Yu Wi, "Tiga hari lagi, setelah rasa gusar Amcu (kepala biara) reda, bila Soh-sim suka. tentu akan kubawa dia ke bawah bukit untuk bertemu denganmu, baik?"
"Segala sesuatu mohon bantuan Taysu," sahut Yu Wi sambil menjura. "Soh-sim tidak berdosa, sekali-kali dia tidak boleh menerima hukuman."
"Kutahu, Sicu Jangan kuatir," kata Ji-tiau dengan tertawa. "Selama aku berada disana, kukira Amcu takkan bertindak keras kepada Soh-sim."
--oo0dw0oo-- Tiga hari dengan cepat telah berlalu. Yu Wi mondar-mandir di bawah bukit dan menunggu dengan tidak sabar,
Sampai matahari sudah terbenam barulah dilihatnya sesosok bayangan melayang turun dari atas sana.
Dengan girang Yu wi menyongsong maju dan berseru, "Ji-tiau Taysu"
Sesudah dekat, dengan wajah lesu Ji-tiau lantas duduk lemas ditanah, gumamnya, "Habis ....habis segalanya . , . ."
Yu Wi menjadi kuatir, "He, apakah Soh-sim mengalami sesuatu?"
"Dia telah berubah, sama sekali berubah, seperti telah berubah seorang lain" gumam pula Ji-tiau.
"Siapa" Siapa yang kau maksudkan?" tanya Yu Wi.
"Ji-bong, Ji-bong, Siocia (tuan putri) kami masa lampau," kata Ji-tiau dengan tangan mendekap muka sendiri.
Sampai sekian lamanya barulah ia membuka tangannya, tampaknya dia mulai tenang, katanya dengan pelahan, "Apakah Yu-sicu tahu Ban Put-tong dari Goat-heng bun?"
"Ilmu pedang yang kugunakan untuk mengalahkan Ji-bong Taysu justeru adalah perubah dari Hai-yan-to-hoat keluarga Ban," tutur Yu Wi.
"Menurut Siocia, dia bilang Yu-sicu adalah murid Ban Put-tong," kata Ji-tiau pula.
Yu Wi menggeleng, "Bukan, Ban-locianpwe sudah lama meninggal dunia, mana ada rejekiku sebesar itu untuk menjadi muridnya."
"Tapi Siocia berkeras menganggap YU-sicu murid Ban Pot-tong." tutur Ji-tiau dengan gegetun- "Dia bilang Ban Put-tong sengaja mengirim muridnya untuk menghina dia."
"Yang dimaksudkannya karena kukalahkan dia dengan ilmu pedangku itu?" tanya Yu Wi. Ji-tiau mengangguk.
Dari mendongkol Yu Wi jadi tertawa geli, katanya, "Jika benar aku murid Ban-locianpwe, kenapa aku tidak belajar ilmu golok. tapi yang kupelajari adalah ilmu pedang yang kuubah dari ilmu golok.Jelas ilmu pedangku bukan ajaran langsung Ban-locianpwe. "
Ji-tiau menghela napas panjang, ucapnya, "Sudah kujelaskaa hal ini kepadanya, tapi dia tidak percaya, dia bilang Ban Put-tong menguasai baik ilmu pedang maupun ilmu golok. Katanya Ban Put-tong sengaja mengajarkan ilmu pedang padamu agar Siocia kami tidak mengenal lagi."
"Mana bisa begitu," ujar Yu Wi sambil menggeleng. "Sabab apa Ban-locianpwe tidak suka ilmu goloknya dikenali Ji-bong Taysu?"
"Menurut pendapat Siocia, tujuan Ban Put-tong menyembunyikan ilmu goloknya adalah supaya Sio-cia tidak mengenali engkau adalah murid Ban Put-tong dan menyangkanya sudah lama meninggal dunia, padahal sebenarnya dia masih hidup,"
Dengan mendongkol Yu Wi berseru, "Aneh, lucu Entah sudah berapa tahun Ban-locienpwe meninggal, malahan tulang belulangnya saja sukar ditemukan lagi."
"Tapi jalan pikiran Siocia justeru menuju kearah yang sulit dimengerti," ucap Ji-tiau dengan sedih. "Sekarang dia telah mengutus Boh-tin dan Boh-pi untuk memberitahukan kepada segenap anak murid Thay-yang-bun bahwa larangan seratus tahun telah dicabut."
"Larangan seratus tahun" Memang apa maksudnya?" tanya Yu Wi.
Ji-tiau menghela napas, tuturnya pelahan, "Kisah ini sudah terlangsung beberapa puluh tahun yang lampau, waktu itu Siocia baru berusia delapan belas, pada saat Thay- yang- bun dan Goat-heng-bun bertengkar sengit, baik secara terang maupun secara gelap. Permusuhan Thay-yang-bun dan Goat-heng- bun sudah berlangsung selama beberapa turunan berpuluh kali terjadi pertarungan kedua pihak dan sukar ditentukan unggul dan asor. Sampai pada ayah Ban Put-tong, yaitu Ban Yu-coan. memimpin Goat-heng-bun, keimbangan kedua pihak tidak mengalami perubahan besar, seterusnya bilamana terjadi pertarungan selalu dimenangkan pihak Goat-heng-bun. Soalnya Ban Yu-coan berhasil menciptakan ilmu golok baru yang diberi nama Hai-yan-to-hoat. seluruh anak muridnya kebanyakan mahir memainkan sejurus dua jurus, bilamana terjadi pertarungan dengan orang Thay-yang-bun, anak murid Goat-heng-bun langsung memainkan ilmu golok baru itu, dan sekali jurus ilmu golok yang dikuasainya itu dikeluarkan- anak murid Thay-yang-bun lantas kalah, kalau tidak mati tentu terluka parah. Bahkan pimpinan Thay-yang-bun sendiri juga berulang mengalami kekalahan bila bertanding dengan ilmu golok baru ciptaan Ban Yu-coan itu. Keadaan ini tentu saja sangat tidak menguntungkan Thay-yang-bun, jika pertarungan ini terus berlangsung. akhirnya Thay-yang-bun pasti akan dibasmi oleh Goat-heng-bun. Tatkala mana pimpinan Thay-yang-bun dipegang oleh Tuan Besar kami, putri kesayangan satu2nya ialah Siocia kami yang sekarang bergelar Ji-bong Taysu itu. Waktu mudanya Siocia kami secantik bunga, mestinya Siocia dapat mencari jodoh yang setimpal dan hidup bebas bahagia, peraturan Goat -heng-bun biasanya sangat keras, anak muridnya sangat berdisiplin, betapapun
permusuhan diantara kedua perguruan takkan disangkut-pautkan pada diri Siocia kami pribadi. Siapa tahu Siocia justeru jatuh cinta kepada putra kesayangan ketua Goat- hong- bun, yaitu putra Ban Yu-coan yang bernama Ban Put-tong. Sebaliknya Ban Put-tong juga tidak menghiraukan Siocia adalah putri musuh, hampir setiap hari terjadi pertemuan gelap diantara mereka. Percintaan mereka mestinya sangat dirahasiakan, hanya diriku yang bergaul seperti saudara sekandung dengan Siocia tahu jelas kisah cinta ini. Akan tetapi rahasia pada akhirnya toh bocor juga, suatu hari Loya (tuan besar) kebetulan memergoki pertemuan rahasia mereka. Dengan sendirinya Loya kenal Ban Put-tong adalah putra Ban Yu-coan yang menjadi musuh bebuyutannya, menurut watak Loya yang keras, bilamana mengetahui putri sendiri main cinta dengan putra musuh, mustahil beliau takkan berjingkrak gusar. Tapi aneh juga, Loya sama sekali tidak marah, sebaliknya malah bertanya kepada Siocia dengan ramah apakah benar Siocia menyintai Ban Put-tong" Tanpa menghirukan malu lagi Siocia juga terus terang cintanya hanya kepada Ban Put-tong seorang dan menyatakan takkan kawin jika tidak dengan pemuda idamannya itu. -Siapa tahu Loya lantas meluluskan kehendak itu, malahan beliau menyatakan dengann pernikahan mereka itu selanjutnya permusuhan Thay-yang-bun dengan Goat-heng-bunjang turun temurun juga dapat diakhiri. Tentu saja Siocia sangat gembira, disangkanya ayah menyadari Thay-yang-bun sukar menandingi Goat-heng-bun, dengan ikatan perbesan antara kedua keluarga, selanjutnya Thay-yang-bun tidak akan runtuh dan di tumpas oleh Goat- heng bun. -Tatkala mana anak murid Thay-yang-bun sudah banyak yang menjadi korban, baik mati mau pun yang terluka parah, keadaan Thay-yang-bun sudah sangat lemah dan tidak berwujud suatu perguruan lagi, dalam keadaan demikian mestinya Goat-heng-bun dapat sekalian menghancurkan Thay-yang-bun, tapi lantaran Ban Yu-coan berhati welas-asih dan bertindak bijaksana, konon dia pernah memberi ultimatum kepada Loya, asalkan selanjutnya anak murid Thay-yang-bun tidak berbuat kejahatan dan mengacau didunia Kangouw, maka permusuhan kedua pihak dapat diakhiri dan bersedia berdamai. -cuma sayang, mungkin Loya sudah kebelingar, beliau justeru ingin
menumpas Goat-heng-bun agar selanjutnya Thay-yang-bun yang merajai dunia Kangouw. Untuk ini. tujuan menghalalkan cara, Loya tidak sayang mengorbankan putri kesayangan satu-satunya, digunakannya satu tipu daya keji. Maka ketika tiba hari pesta nikah, Siocia mengira calon mempelai itu ialah Ban Put-tong, waktu masuk kamar pengantin, mak comblang memberikan minum padanya untuk melepas dahaga. Siapa tahu, setelah minum teh itu, Siocia lantas tidak sadar sehingga sama sekali tidak diketahuinya siapa mempelai lelaki yang membuka cakar pengantinnya. Disangkanya dia telah melewatkan malam pertama dengan sang kekasih. -Tak terduga, ketika mendusin esok paginya, yang tidur disebelahnya ternyata seorang lelaki setengah baya, mana ada sang kekasih yang dirindukannya siang dan malam itu?"
Mendengar sampai disini, diam-diam Yu Wi menghela napas gegetun. Dia sudah pernah mendengar cerita ini. maka dia tahu siapakah lelaki setengah baya yang dimaksudkan ini. Pikirnya, "Ayah Ji-bong Taysu telah menggunakan tipu keji mengorbankan puteri kesayangan sendiri, sungguh perbuatan yang tidak pantas dan tercela."
Dapat juga dibayangkan betapa berdukanya Bu-beng Lojin alias Ban Put-tong ketika mengetahui kekasih sendiri telah berubah menjadi isteri muda ayahnya sendiri, betapa sakit hatinya.
"Tapi apa mau dikatakan lagi, kayu sudah jadi perahu, mau menyesal juga sudah terlambat," tutur Ji-tiaupula. "Siocia pikir sebagai anak perempuan, akhirnya toh harus kawin- Meski bukan kekasih sendiri, apa boleh buat. Siocia cuma dendam tidak seharusnya ayah menipunya, katanya dikawinkan dengan Ban Put-tong, kenyataannya dengan seorang lelaki setengah baya yang sama sekali tidak dikenalnya. -Siocia tidak tahu orang macam apakah lelaki setengah baya itu, sebaliknya lelaki setengah umur tidak tahu Siocia adalah putri ketua Thay-yang-bun, disangkanya Siocia adalah putri keluarga orang biasa dan dijodohkan melalui mak comblang. Malahan putra kesayangan lelaki itu bersyukur selanjutnya sang ayah tidak perlu hidup menduda lagi, sebab lelaki
itu telah kematian isteri sejak muda dan meninggalkan seorang anak lelaki dan seorang anak perempuan-Dengan kedudukan orang itu memang pantas mengambil isteri muda lagi untuk menghibur masa tuanya. -Tapi sama sekali tak terduga olehnya bahwa isteri muda yang diperolehnya sama sekali bukan putri keluarga biasa melainkan anak perempuan kesanyangan musuh, bahkan kekasih putranya sendiri yang sudah lama terjalin kisah cinta."
Bertutur sampai di sini, wajah Ji-tiau tampak sangat menderita, ia berhenti sejenak, lalu bertanya, "Sekarang tentunya Yu-sicu tahu siapakah gerangan lelaki setengah baya yang kuceritakan itu?" Yu Wi mengangguk.
Tampaknya Ji-iiau tidak menyetujui tindakan sang Loya, ia menggeleng, lalu bercerita pula, "Itulah tipu sekali timpuk dua burung. Loya telah mengelabui pihak Ban Yu-coan sana, juga mengelabui putri kesayangan sendiri, lebih keji lagi beliau bersekongkol dengan mak comblang dan memberi minum obat bius kapada Siocia. Kalau tidak, bila Siocia mengenali mempelai lelaki bukan Ban But-tong masih keburu membatalkan perkawinan betapa pun Ban Yu-coan takkan marampas kekasih putranya sendiri.
Tapi sampai malam hari kedua, semuanya sudah terlanjur, ketika diketahui anak muda yang memberi hormat kepada ibu tiri ternyata Ban Put-tong adanya, hampir saja Siocia jatuh kelengar. Muka Ban Put-tong juga pucat, namun dia tidak lantas membongkar asal-usul Siocia, seterusnya mereka berdua sama mengelabuhi Ban Yu-coan- Diam-diam mereka menyesali nasib yang telah mempermainkan mereka. Yang tidak pantas adalah asmara mereka kemudian berkobar kembali. -Kesemua itu ternyata sudah berada dalam perhitungan Loya, masa sebulan kemudian, diam-diam Loya mengirim orang untuk memberi perintah kepada Siocia agar mencuri ilmu rahasia Goat-heng-bun demi menolong keruntuhan Thay-yang-bun. -Itulah langkah pertama Loya, langkah selanjutnya Siocia diharuskan memecah belah hubungan baik ayah dan anak antara Bau Yu-coan dan Ban Put tong agar terjadi saling bunuh antar orang Goat- heng-bun sendiri sehingga runtuh dari dalam. -
Dengan sendirinya Siocia tidak mau melakukan kejahatan semacam itu, dengan tegas Siocia menolak perintah sang ayah. Siapa tahu setengah tahun kemudian, kembali Loya mengutus orang untuk memberi perintah kepada Siocia agar lekas melaksanakan tugasnya, kalau tidak, hubungan gelap antara Siocia dengan Ban Put-tong akan dibongkarnya agar diketahui Ban Yu-coan-
-Perbuatan Slocio yang tidak pantas selama hidupnya ini adalah hubungan gelapnya dengan Ban Put-tong setelah dia menjadi isteri muda Ban Yu-coan, tapi kasalahan ini juga harus dipikul oleh Ban Put-tong, tidak seharusnya ia bergendakan dengan isteri muda kesayangan ayah sendiri sehingga terjadi perbuatan tidak senonoh dan terkutuk itu. Waktu itu Siocia sudah kejeblos kedalam lautan nafsu dan sukar angkat kaki lagi, demi kenikmatan didepan mata dia menyanggupi permintaan Loya, cuma Siocia juga mengajukan suatu syarat, yaitu minta supaya ayah menyerahkan jabatan ciangbunjin (ketua) kepadanya. -Ini pun suatu cara pembalasan, membalas kerendahan budi Loya dan memaksa dia menyerahkan kedudukannya. Loya ternyata tidak memikirkan soal ini, apa salahnya menyerahkan jabatan ciangbunjin kepada putri tunggal kesayangannya. Asalkan musuh bebuyutan dapat dimusnahkan ditangan sendiri, maka puaslah Loya.
-Maka Loya lantas menyerahkan tanda kebesaran ciangbunjin Kepada Siocia, berbareng mempermaklumkan kepada sepenap anggota perguruan jabatan ketua telah ditimbang-terimakan kepada Siocia.
-Socia juga tidak mengecewakan harapan ayahnya dan berhasil mencuri Hian-ku-cip serta dikirim pulang ke Thay-yang-bun. Sejak itu dapatlah anak Thay-yang-bun mempelajari ilmu kepandaian yang hebat itu. Tapi kenyataannya tidak demikian halnya, pada setiap pertempuran orang Thay-yang-bun masih juga mengalami kekalahan- Ternyata Hai-yang-to-hoat yang tercantum didalam kitab Hian- ku- cip itu tidak mendatangkan hasil yang luar biasa, berbeda jauh dengan kungfu yang digunakan anak murid Goat-heng-bun
sendiri. -Loya lantas mengirim perintah lagi kepada Siocia agar mencuri pula kitab asli Hai-yan-to-hoat.
Padahal kitab asli Hai yan-to-hoat hanya terdapat didalam benak Ban Yu-coan sendiri, siapa pun tidak dapat mencurinya.
-Kiranya Hai- yan-to-hoat itu adalah hasil pemikiran Ban Yu-coan sendiri, dia kuatir ilmu goloknya mungkin akan dicuri belajar oleh musuh, maka dia tidak membuat sesuatu catatan, kepada anak muridnya paling-paling cuma diajarkan sejurus dua setiap orang, bahkan putra sendiri. yaitu Ban Put-tong juga cuma diajarkan tiga jurus saja, Beberapa kali Siocia berusaha memancing keterangan dari Ban Yu-coan tentang kitab pelajaran ilmu goloknya sehingga menimbulkan rasa curiga Ban Yu-coan, terutama setelah mengetahui anak murid musuh sama paham ilmu silat perguruannya, ditambah lagi berulang kali Siocia bertanya ilmu goloknya yang tidak gembarangan diajarkan kepada orang lain itu, tentu saja Ban Yu-coan menjadi curiga.
-Siocia juga orang cerdik, merasakan gelagat tidak enak, dilain pihak ayahnya juga terus mendesak. karena kepepet dan kuatir hubungan zinahnya dengan Ban Put-tong ketahuan, akhirnya ia lantas minggat bersama Ban Put-tong. -Tapi mereka bardua mana bisa lolos dari kejaran anak murid Goat-heng-bun yang tersebar disegenap pelosok itu, akhirnya mereka dapat dibekuk kembali oleh Ban Yu-coan-
-Menghadapi putra kesayangannya serta isteri muda yang dikasihinya, sungguh tidak kepalang rasa pedih Ban Yu-coan sehingga tidak sanggup bicara. Ban Put-tong sangat mencintai Siocia, dia telah mengalihkan segala tanggung jawab perbuatan mereka atas dirinya dan minta ayahnya membunuhnya saja, membunuh putra yang tidak berbakti itu dan jangan mengganggu Siocia. -Melihat putranya tersesat sejauh ini, belum diketahui bahwa Siocia adalah bekas kekasih putarnya sendiri, maka Ban Yu-coan mengeluh dan minta agar anaknya jangan terjebak oleh tipu muslihat keji musuh. Dia hanya bicara singkat saja sambil
mengeluarkan sejilid buku kecil dan sehelai sutera yang penuh tertulis rahasia ilmu Hai-yan-to-hoat.
-Ban Yu-coan melemparkan kedua benda itu kedepan Ban Put-tong, habis itu mendadak sekeli pukul ia robohkan Siocia, berbareng ia cabut belati dan dodet perut sendiri.
-Ban Yu-coan mengira Siocia telah terpukul mati. sebelum menghembuskan napas terakhir dia sempat omong agar Siocia berangkat ke- akhirat bersamanya. Konon dia lantas merangkak keatas tubuh Siocia, lalu meninggal dunia."
Mendadak Yu Wi berucap. "Ternyata Ban Yu-coan telah mencintai Siocia mu dengan sesungguh hati."
Ji-tiau mengangguk. katanya. "Ya. dalam hal ini Siocia sendiri juga mengakuinya kemudian. setelah menikah. Ban Yu-coan sangat sayang padanya dan memenuhi segala kehendak Siocia, dia benar-benar mencintai isterinya yang berusia jauh lebih muda daripadanya itu. Dia tidak dapat memaafkan perbuatan Siocia, maka membunuh Siocia, lalu ia pun membunuh diri untuK menemani kematiannya. Tidak perlu ditanya apa maksud tujuannya membunuh diri dengan harakiri, yang jelas waktu mati dia merangkak keatas tubuh Siocia, hal ini membuktikan dia memang berniat mati bersama isteri yang dicintai. Melihat tragedi berdarah sudah terjadi. dengan linglung Ban Put-tong menjemput buku kecil dan kain sutera itu. Pada kain sutra itu ditulis tangan Loya sendiri perintah kepada segenap anak murid Thay-yang-bun harus belajar ilmu golok musuh agar kelak dapat mengalahkan orang Goat-heng- bun. Buku kecil itu adalah Hian-ku cip yang dicuri Siocia itu, entah cara bagaimana Ban Yu-coan dapat merebutnya kembali dari tangan musuh. Melihat kungfu perguruan sendiri bisa jatuh di tangan musuh, dengan sendirinya Ban Put-tong paham apa yang terjadi, sekaligus ia pun tahu apa maksud Ban Yu-coan merebut kembali kitab itu dan sengaja diperlihatkan kepadanya. Tatkala mana sisa jago Thay- yang- bun yang lihai juga menyusul tiba dibawah pimpinan Loya. Melihat kitab dan kain sutera yang berisi tulisan tangannya itu, Loya memerintahkan segenap anak muridnya mengerubutBan Put-tong.
-Tapi Ban Put-tong tidak gentar, ia menghadapi kerubutan musuh dengan mati-matian sekaligus untuk melampiaskan dendamnya. Pertarungan itu sungguh berlangsung dengan sengit dan dahsyat, akhirnya Thay-yang-bun tidak berhasil menawan Ban Put-tong, selain dapat lolos, malahan ada 63 jago Thay-yang-bun yang terbunuh, bahkan Loya sendiri juga terluka parah. -Sejak pertempuran sengit itu. kekuatan Thay-yang-bun menjadi rusak dan sukar bangkit kembali. Mengenai Ban Put-tong setelah lolos dari kepungan, jejak selanjutnya juga tidak diketahui. Sisa murid Thay-yang-bun yang masih hidup lantas membawa pulang Loya dan Siocia. Agaknya pukulan Ban Yu-coan itu tidak tega membinasakan Siocia, ia cuma terluka saja, ketika luka Siocia sembuh, Loya sendiri justeru meninggal dunia. Secara resmi Siocia lantas menjabat ketua Thay-yang-bun .Dia menaruh harapan Ban Put-tong masih hidup didunia ini, maka Thay-yang-bun dibubarkan agar kelak dia dapat memberi penjelasan kepada Ban Put-tong bahwa beradanya dia menjadi isteri muda Ban Yu-coan bukan untuk memata-matai dan juga tidak berniat mencuri Hian-ku- cip.
-Waktu Siocia membubarkan Thay-yang-bun juga telah terjadi berbagai kesulitan-Maklumlah. anak murid Thay- yang bun tersebar luas, dimana murid Thay- yang bun berada kebanyakan menjagoi daerah itu. Maklum akan hal itu, Siocia memerintahkan segenap anak murid Thay-yang-bun, bilamana berani berbuat sesuatu kejahatan atas nama Thay-yang-bun tentu takkan diampuni.
-Ada sementara murid Thay-yang-bun yang seangkatan dengan Loya- juga ada angkatan yang lebih tua, mereka sama tidak rela dasar Thay-yang-bun yang kuat itu dihancurkan begitu saja oleh Siocia. Tapi Siocia mengancam, barang siapa berani membangkang kepada perintahnya berarti melanggar peraturan perguruan dan harus dihukum mati. Lalu Siocia menetapkan larangan seratus tahun. Maksudnya supaya murid Thay-yang-bun yang angkatan tua itu tidak sempat menonjolkan diri lagi, selama batas waktu tersebut. Karena Siocia sendiri mempunyai pendukung yang kuat, para tertua Thay-yang-bun tidak berani berlawanan secara terang-terangan dengan pimpinan sindiri, terpaksa mereka mengasingkan diri meski
hati penasaran- Selama berpuluh tahun ini lantaran penindasan Siocia itulah, nama Thay-yang-bun di dunia Kangouw lambat-laun juga lantas lenyap dan hampir tidak dikenal lagi. Mengenai Goat-heng-bun, setelah Ban Yu-coan mati dan Ban Put-tong juga menghilang sehingga terjadi kosong pimpinan, anak murid yang masih ada saling berebut kedudukan dan bunuh membunuh, akibatnya menjadi sesuai harapan Loya kami, Goat-heng-bun musnah dengan sendirinya.
-Seterusnya selama belasan tahun Siocia tidak berhasil menemukan jejak Ban Put-tong, serupa asap yang buyar, Ban Put-tong telah menghilang tanpa bekas. Semula masih ada sedikit berita yang dapat diusut, tapi kemudian orang pun tidak tahu lagi kemana perginya Ban Put-tong."
"Setelah pertempuran dahsyat itu, sekaligus Ban Put-tong membinasakan 63 tokoh Thay- yang bun, apakah ia sendiri juga terluka parah?" tanya Yu Wi.
"Konon meski Ban Put-tong tidak mati dalam pertempuran itu, menurut pendapat anak murid Thay-yang-bun yang ikut langsung dalam pertarungan itu, mereka yakin hidup Ban Put-tong pasti juga tak tahan lama. Sebab itulah, setelah belasan tahun Siocia tidak menemukan Ban Put-tong, disangkanya Ban Put-tong sudah mati. Maka Siocia lantas cukur rambut dan menjadi rahib dan muncul Ji-bong Taysu yang sekarang ini "
"Padahal Ban-locianpwe tidak lantas mati setelah pertampuran itu, dia masih hidup hingga lama sekali," tutur Yu Wi.
"Jika demikian jelas salah Ban Put-tong sendiri," ujar Ji-tiau, "Dia tidak mati, tentunya dia salah sangka sebabnya Siocia menikah dengan ayahnya adalah karena sengaja menjadi mata-mata Thay-yang-bun dan ingin mencuri rahasia ilmu silat Goat-heng-bun?"
Yu Wi menggeleng, ucapnya, "Kukira Ban-Locianpwe tidak salah sangka kepada siapa pun."
"Kalau tidak salah sangka, kenapa dia tidak tampil untuk menemui Siocia?" ujar Ji-tiau. "Masa dia tidak tahu apa sebabnya
Siocia mencukur rambut dan menjadi nikoh" Walaupun tidak pantas Siocia menikah dengan ayahnya, namun dia harus tahu bahwa semula Siocia menyangka yang kawin dengannya adalah Ban Put-tong. Bilamana dia tidak dapat memaafkan hal ini, kenapa diam-diam ia berhubungan gelap lagi dengan Siocia?"
"Soalnya dia tidak tahu lagi siapa Ji-bong Taysu segala, sebab pada hakikatnya siapa namanya sendiri saja tidak diketahuinya lagi," tutur Yu Wi.
Ji-tiau melengak, "Ken . . . kenapa bisa begitu" apakah . . .apakah dia menjadi sinting?"
"Sinting sih tidak. cuma segala kejadian masa lampau telah dilupakan seluruhnya," kata Yu Wi, "Kukira lantarau dia terlalu keras mengalami pukulan batin ditambah lagi terluka parah dalam pertempuran sengit itu, walaupun beruntung bisa lolos dengan hidup, tapi otaknya yang tidak tahan sehingga sampai matinya Ban-locianpwe tetap tidak ingat kejadian masa lalu."
Lalu Yu Wi menceritakan kejadian oh It-to mendapat ajaran Hai- yan-to-hoat dan apa yang dilihat Yu Wi sendiri di Hio-loto dahulu. Sekalian dia menjelaskan ilmu pedang yang dikuasainya itu berasal dari gubahan Thio Giok-tin berdasarkan inti ilmu golok yang ditipunya dari oh It-to, lantaran itulah oh It to tewas jadi ilmu pedang ini sama sekali bukan ciptaanBan Put-tong sebagai disangka ji- bong Taysu.
Selesai mendengar kisah Yu Wi Ji-tiau menghela napas gegetun, katanya, "Siocia justeru mengira Ban Put-tong masih hidup di dunia ini, waktu dia diberitahu oleh cin Pek-ling bahwa Goat-heng-bun telah muncul kembali, pikiran Siocia lantas bergerak. tanpa pikir ia terus menyerahkan tanda kebesaran ketua Thay-yang-bun kepada cin Pek-ling. Walaupun hal ini boleh juga dikatakan kemujuran cin Pek-ling, kebetulan dia menemukan dirimu yang mampu menerobos tiga rintangan cu-pi-am, dia membonceng pada serbuanmu itu dan ikut masuk ke biara kami. Terpakta Siocia harus menepati sumpahnya dan membangkitkan Thay-yang-bun lagi. Tapi mestinya tidak perlu Siocia memerintahkan kepada Boh-tin dan Boh-pi agar
mempermaklumkan kepada segenap anak murid Thay- yang- bun pada masa lampau agar muncul kembali di dunia ramai, larangan seratus tahun yang pernah ditetapkannya telah dicabut."
"Sebab apa Ji-bong Taysu berkeras menganggap Ban-locianpwe belum meninggal dunia?" tanya Yu Wi.
"Dia melihat permainan Hai-yan-kiam-hoatmu, ia percaya hanja Ban Put-tong saja yang dapat mengajarkan ilmu pedang itu kepadamu. Ia tahu didunia ini kecuali Ban Put-tong yang memegang kitab ajaran ilmu goloknya, tidak ada orang lain lagi yang mahir Hai-yan-to-hoat. Satu-satunya orang, yang menguasai Hai-yan-to-hoat secara lengkap. yaitu Ban Yu-coan, jelas sudah mati, padahal ilmu golok itu adalah ciptaan Ban Yu-coan sendiri, hanya ditinggalkan secarik kain yang penuh tulisan cara memainkan ilmu golok itu. Kain itu jelas diserahkan kepada Ban Put-tong sebelum Ban Yu-coan bunuh diri. sekarang muncul dirimu yang mahir ilmu pedang yang di-ubah dari Hai yan-to-hoat, sampai aku sendiri mula-mula juga sangsi kungfumu ini ajaran Ban Put-tong, siapa tahu didalam persoalan ini masih ada hal-hal yang berliku."
"Dihapuskannya larangan seratus tahun Ji-bong Taysu, apakah maksudnya supaya segenap anak murid Thay- yang-bun yang telah mengasingkan diri itu boleh keluar seluruhnya untuk memusuhi Ban Put-tong^" tanya Yu Wi.
"Dari cinta berubah menjadi benci, perangai Siocia sekararg memang sudah berubah sama sekali," tutur Ji-tiau. "Dia bilang padaku bahwa Ban Put-tong telah menghindar dia selama berpuluh tahun, tidak dapat memaklumi kesusahannya, sekarang mengajarkan lagi kepandaiannya kepadamu. betapa pun Siocia merasa dendam, maka dunia Kangouw akan diaduknya secara besar-besaran untuk menghadapi Ban Put-tong dan anak murid Goat-heng-bun sekarang. Siocia juga mengatakan masih ada seorang nona Ko yang mahir Su-ciau-sin-kang juga anak murid Goat-heng-bun, bahwa Su-ciau-sin-kang maha sakti saja sudah dikuasai murid Goat-heng-bun, ini sungguh luar biasa, kalau Thay-
yang-bun tidak segera muncul dan berdaya sekuat tenaga, tidak lama kemudian dunia Kangouw pasti akan dirajai Goat-heng-bun."
Yu Wi jadi teringat kepada Ko Bok-cing yang buntung tangan dan kaki itu, ucapnya dengan menyesal "Nona Ko yang dimaksudkan Ji-bong Taysu itu ialah kakak Soh-sim "
Ji-tiau rada terkesiap. katanya kemudian, "Biar-pun Ban Put-tong masih hidup didunia ini, sekali-pun sampai saat ini Ban Put-tong tidak dapat memaafkan Siocia, padahal keduanya sudah berumur ratusan tahun, apalagi yang perlu dipertengkarkan- Kini anak murid Thay- yang bun yang telah mengasingkan diri itu segera akan muncul kembali, tampaknya kekacauan besar pasti akan bergolak di dunia Kangouw."
"Masa tidak dapat kau bujuk dan mencegah tindakan Ji-bong Taysu itu?" kata Yu Wi.
"Sudah kulakukan, tapi dia tidak mau menurut," tutur Ji-tiau dengan sedih. "Tak tersangka orang setua itu dapat berubah lagi seperti seorang lain- Sudah hampir seratus tahun kuikut dia, ketika dia tidak mau terima nasihatku dan tetap memerintahkan Boh-tin dan Boh-pi mengumumkan dibatalkannya larangan seratus tahun, seketika aku merasa tidak kenal dia. -Sebenarnya soal cin Pek-ling diangkat menjadi pejabat ketua dan muncul kembalinya Thay-yang-bun bukan sesuatu yang luar biasa, di dunia persilatan ini kan sangat banyak macam-macam aliran dan perguruan, jlka bertambah lagi satu aliraan Thay-yang-bun juga bukan sesuatu yang perlu digegerkan- Apalagi ilmu silat cin Pek-ling hanya tergolong kelas dua didalam perguruan Thay-yang-bun sehingga tidak cukup kuat untuk mengaduk dunia Kangouw. Tapi kalau para gembong iblis tua Thay-yang-bun yang telah mengasingkan diri itu muncul kembali, keadaan menjadi banyak berlainan. Setahuku para gembong tua Thay-yang-bun itu sudah hampir meninggal seluruhnya namun anak muridnya telah menguasai kungfu yang tinggi, kekacauan dunia Kangouw masa itu semuanva dilakukan oleh anak murid para gembong tua Thay-yang-bun itu. Mestinya mereka tidak berani keluar, sebab diketahui ada peraturan leluhur yang merupakan
larangan seratus tahun itu. Malahan Siocia juga selalu berjaga segala kemungkinan, setiap murid cu-pi-am dibekali ilmu silat yang tinggi, dengan demikian bilamana ada anak murid tokoh tua berani mengacau dapatlah ditindas dengan kekerasan-
-Tapi sekarang Siocia sendiri menghapuskan larangan seratus tahun, artinya sama menganjurkan semua bekas anggota Thay- yang bun beramai-ramai keluar lagi untuk mengaduk dunia Kangouw. Sabab ia tahu, dengan nama dan bakat cin Pek-ling. sukar baginya untuk membangun kembali Thay-yang-bun memerintah anggota yang lain- Urusan akan menjadi lain setelah Siocia memberi anjuran, selanjutnya mereka akan mendukung cin Pek-ling, biarpun anak murid cu-pi-am sendiri juga akan membantu cin Pek-ling. Sekarang Siocia benar-benar telah berubah perangainya, kekuatan yang semula digunakan untuk membendung kejahatan ini sekarang sebaliknya berubah menjadi tenaga pembantu kejahatan-"
"Dengan munculnya kembali Thay-yang-bun, apakah Goat-heng-bun tidak dapat muncul juga?" ucap Yu Wi dengan mengepal tinju.
"Kekuatan Thay-yang-bun akan muncul berturut-turut, tapi dimana kekuatan Goat-heng-bun?" jawab Ji-tiau. "Kabarnya disekitar lembah Tiang- kang memang muncul kekuatan baru Goat-heng-bun. tapi bukan kekuatan yang membela keadilan melainkan kawanan penjahat belaka."
Dengan suara keras Yu Wi menyangkal, "Yang disekitar lembah Tiang- kang itu bukan anak murid Goat-heng-bun yang benar, mereka cuma kebetulan menemukan Hian-ku-cip. dengan sedikit kepandaian itulah mereka membentuk segerombolan kawanan bajak."
"Lantas dimana beradanya kekuatan Goat-heng-bun yang asli?" ujar Ji-tiau dengan menyesal.
Mendadak Yu-Wi melolos tangan kirinya yang selalu terselip padaikat pinggang itu, sekali ia mencengkeram dari jauh, seketika
dinding karang dikejauhan sana tergores oleh suatu arus tenaga dahsyat yang tidak kelihatan-
"Engkau sudah berhasil meyakinkan ilmu remuk batu dari jauh?" seru Ji-tiau terkejut.
Dengan kereng Yu Wi berseru, "Tangan kiriku inilah ajaran asli ilmu Goat-heng-bun tulen"
"Jlka begitu, sejak kau lolos dari lembah sana, kenapa selalu kau selipkan tangan kirimu pada ikat pinggang?" tanya Ji-tiau.
"Sebab aku sudah bersumpah kepada kakak Soh-sim seterusnya takkan menggunakan tangan kiri ini," tutur Yu Wi.
"Dan jika selanjutnya kau gunakan tangan kirimu bukankah berarti engkau melanggar Sumpah?" tanya Ji-tiau.
"Selanjutnya bila kugunakan tangan kiri ini bukan mewakili diriku, tapi bertindak selaku anak murid Goat-heng-bun"
"Hanya dengan tenagamu seorang mana dapat melawan Thay-yang-bun yang berjumlah banyak?"
"Kupercaya akan dapat menghimpun kekuatan yang besar untuk membela keadilan," seru Yu Wi dengan tekad penuh,
Ji-tiau berkeplok memuji, "Baik, kuyakin kepercayaanmu pasti akan terkabul, dahulu perbuatan jahat Thay-yang-bun dapat diatasi Goat-heng-bun, sekarang Thay-yang-bun muncul kembali juga akan kebenturpada murid kidal Goat-heng-bun seperti dirimu ini."
"Dan bagaimana keadaan soh-sim?" tanya Yu Wi.
"Jangan . . jangan kuatir, Soh-sim tidak berbahaya," jawab Ji-tiau dengan ragu.
Yu Wi menjadi sangsi, katanya, "Kedatangan Taysu ini apakah cuma untuk memberitahukan padaku tentang dihapusnya larangan seratus tahun Ji-bong Taysu tadi?"
Melihat anak muda itu ragu, Ji-tiau berkata pula dengan menyesal, "Ada urusan lain lagi, yaitu Siocia bertekad takkan mengampuni Soh-sim."
"Sesungguhnya bagaimana keadaan Soh-sim?" tanya pula Yu Wi dengan cemas.
"Sebelum Siocia mengaduk Kangouw dan menimbulkan huru-hara, dia menyatakan orang pertama yang akan dibunuhnya adalah Soh-sim," tutur Ji-tiau sambil menggeleng.
Yu Wi menjadi gusar, "Tidak nanti kubiarkan Soh-sim dibunuh olehnya." Habis berkata segera ia melompat kesana dan bermaksud memanjat ke atas, cepat Ji-tiau memburu maju dan mencegahnya, "Jangan kau naik kesana."
"Mengapa tidak?" seru Yu Wi dengan gusar. "Masa membiarkan Soh-sim dibunuh oleh Ji- bong?"
"Siocia bilang, asalkan kau berani menginjak cu-pi-am lagi, seketika akan membunuh soh-sim."
"Jika tidak kurebut dan selamatkan Soh-sim, akhirnya Soh-sim juga akan tewas di tangannya," seru Yu Wi dengan pedih.
"Masa kau lupa pernah kujamin keselamatan Soh-sim dengan jiwaku?"
"Ji- bong tidak menurut lagi pada bujukanmu, betapapun keselamatan Soh-sim sangat menguatirkan. "
"Sedikitnya sudah hampir seratus tahun kuikut dia, bila benar dia akan bunuh Soh-sim, segera kubunuh diri di depannya, coba dia tega membunuhnya atau tidak?"
Yu Wi menggeleng, "Jika urusan benar-benar berkembang sejauh itu, bukankah jiwa Taysu akan berkorban sia-sia?"
"Usiaku sudah lebih seabad, seharusnya sudah lama kumati," ujar Ji-tiau dengan gegetun. "Engkau sendiri masih muda dan banyak yang dapat kau lakukan, tugas sicu dikemudian hari masih berat, tidak boleh engkau menyerempet bahaya naik keatas. Bila
terjadi apa-apa atas dirimu, kan percuma dengan cita-citamu yang luhur itu."
Setelah dipertimbangkan lagi, akhirnya Yu Wi menghela napas dan berkata, "Kuterima pesanmu, Taysu."
Ji-tiau terhibur. katanya, "Bagus sekali bahwa engkau percaya padaku. sekarang lekas kau pergi saja, kekuatan adil sedang menunggu dibentuk olehmu, jangan mengecewakan harapanku. juga jangan sampai membiarkan dunia Kangouw mengalami bencana berdarah."
Pada saat itulah sekonyong-konyong dari atas melayang tiba seorang murid cu-pi-am dan menyampaikan perintah, "Maklumat Atas perintah Amcu, segenap murid diharuskan hadir menyaksikan pelaksanaan hukuman"
"Siapa . . . siapa yang akan dijatuhi hukuman?" tanya Ji-tiau dengan suara gemetar.
"soh-sim" jawab nikoh pendatang itu dengan dingin.
Ji-tiau terkejut, "Hah, Amcu sudah gila barangkali, dia ... dia berani bertindak secara tidak semena-mena ..."
sembari bicara ia terus melayang ke atas tebing.. .
Di depan biara sudah berkumpul para murid cu-pi-am, di tengah sebuah kursi besar berduduk Ji-bong Taysu, dengan sorot mata dingin ia memandang Soh-sim di depannya yang dipegang oleh dua nikoh.
"Soh sim," terdengar Ji-bong sedang bertanya dengan suara bengis, "Apakah kau tahu kesalahanmu" "
Dengan sikap penasaran Soh-sim menjawab, "Tecu-justeru ingin tahu kesalahan apa yang kulakukan?"
"Kau bersekongkol dengan musuh biara kita," kata Ji-bong dengan licik.
Saking mendongkol Soh-sim mencucurkan air mata. serunya, "Tecu tidak tahu apa yang disebut sebagai bersekongkol dengan musuh"
"Biara kita telah kemasukan tiga maling pencuri Jit-yap-ko, betul tidak?" tanya Ji- bong.
Karena hal ini memang benar, Soh-sim mengangguk.
"Nah. kau tahu Jit-yap-ko adalah benda pusaka biara kita, sekarang ada orang mengincarnya. maling yang bernyali besar itu jelas adalah musuh kita. Sedangkan satu diantara maling lelaki itu adalah kenalanmu, betul tidak?"
"Dia bukan kaum maling segala, Amcu tidak dapat .. .."
Belum lanjut ucapan Soh-sim segera Ji- bong membentak, "Tidak perlu banyak omong, aku cuma tanya padamu kau kenal dia atau tidak?" Dengan menahan perasaan Soh-sim mengangguk pula.
"Untung sudah kuatur penjagaan lebih dulu sehingga ketiga maling itu terkurung. Setelah tahu jelas kedatangan mereka adalah untuk mencuri Jit-yap-ko, tapi kau sengaja berusaha menolong mereka bertiga, betul tidak?"
Selagi Soh-sim hendak membantah, mendadak Ji-bong membentak pula, "Diam, cukup bagimu untuk mengangguk atau menggeleng bila tidak benar."
Melihat sikap Ji-bong berubah tidak seperti biasanya, berubah menjadi kasar dan tidak pakai aturan lagi, sama sekali tidak memberi kesempatan padanya untuk menjelaskan persoalannya, sungguh tidak kepalang gemas Soh-sim, dengan mendongkol ia mengangguk dengan keras, pikirnya, "Baiklah, jika memang hendak kau salahkan diriku, terserah cara bagaimana akan kau tuduhkan padaku."
Didengarnya ji- bong menjengek pula, "Setelah mengaku kenal musuh, kemudian bermaksud menolongnya, lantas siapa berani menjamin sebelumnya tidak ada persekongkolan diantara kalian- inilah yang kumaksudkan berkomplot dengan musuh untuk mencuri
benda pusaka biara kita, inilah dosamu yang pertama. Lalu musuh kau bebaskan- inilah dosamu yang kedua. Dosamu berganda, maka hukumannya adalah membutakan mata dan memotong tangan- Laksanakan hukuman"
Pada saat itulah kebetulan Ji-tiau memburu tiba, cepat ia berteriak "Nanti dulu"
Ji- bong menjadi kurang senang, "Ji-tiau, hendak kau rintangi pelaksanaan hukum kita?"
Melihat Ji- bong berubah menjadi begitu kejam, saking gusarnya Ji-tiau menggeleng-geleng, serunya^ "Baik, tidak kurintangi kehendakmu"
"Bagus, maka cepat hukuman dilaksanakan demi menegakkan peraturan suci biara kita" seru ji- bong.
Mendadak Ji-tiau berteriak pula, "Amcu, apakah engkau benar-benar hendak membutakan mata Soh-sim dan memotong kedua tangannya?"
"Peraturan suci biara kita harus ditegakkan" jengek Ji- bong
"Dapatkah pelaksanaan hukuman ini ditunda sementara?" seru Ji-tiau.
"Sesungguhnya kau mau apa?" tanya ji- bong dengan gusar.
Mendadak Ji-tiau melolos belati dan berkata, "Sebelum hukuman Soh-sim dilakukan, biarlah ku- mati dulu didepan Amcu"
"Apa . .. apa artinya ini?" mau-tak mau tergetar juga hati Ji-bong walaupun tetap gusar.
Ji-tiau tersenyum getir. katanya "Biarlah dengan jiwaku yang lapuk ini untuk menukar keselamatan Soh-sim, Amcu sendiri kan tahu sudah pernah Kuberi jaminan keselamatan Soh-sim kepada Yu-sicu dengan jiwaku"
Tapi Ji-bong lantas mendengus, "Hm, kau kira dengan bertindak demikian lantas akan kuampuni Soh-sim?"
Air muka Ji-tiau barubah pucat, sungguh tak terpikir olehnya ji- bong bisa berubah menjadi sekejam ini, sungguh pedih sekali hatinya hingga tidak sanggup bicara pula.
Sampai lama sekali barulah tercetus suara Ji-tiau, "o. . . Sio ... Siocia, percumalah Ji-tia u mengikut dirimu selama ini ... ."
Belum habis ucapannya, seketika belati menikam pada mata pinggang sendiri.
Dengan kepandaian Ji-bong mestinya tidak sulit baginya untuk memberi pertolongan, tapi dia justeru tidak terharu sama sekali, sebaliknya malah mencibir seakan-akan tidak percaya Ji-tiau benar-benar akan mengorbankan jiwa sendiri.
Namun Ji-tiau tidak ragu sedikit pun, dengan tepat ia menikamkan belati pada mata pinggang sendiri, dengan pedih ia melirik Ji-bong untuk terakhir kalinya, lalu "bluk", jatuh tersungkur dan mengembuskan napas penghabisan-
Sekarang air muka Ji-bong baru rada berubah, sedikit terkejut, tapi hanya sekilas saja lantas kembali kepada sikapnya yang kejam. teriaknya, "Bagus". . Ji-tiau, berani kau lawan diriku dengan mencari kematian"
Di hadapan anak muridnya, perbuatan Ji-tiau itu memang serupa semacam perlawanan. makin dipikir makin marah Ji- bong, segera ia berteriak. "Laksanakan hukuman"
Dengan sendirinya anak murid pelaksana hukum tidak berani ayal, selagi mereka hendak mencabut goloki sekonyong-konyong sesogok bayangan hitam berkelebat tiba, "plak-plok", kontan kedua murid pelaksana hukuman itu mencelat seperti layangan putus dan terbanting di tempat jauh.
25 Pendatang ini ialah Yu Wi, diam-diam ia pun menyusul tiba karena menguatirkan keselamatan Soh-sim meski sudah ada jaminan dari Ji-tiau. Namun sayang kedatangannya agak terlambat, Ji-tiau keburu mati membunuh diri, hal ini menimbulkan duka dan
murkanya, maka begitu melompat maju segera ia membinasakan dulu kedua murid yang akan mengganas itu.
Kawanan murid cu-pi-am berbaris menjadi setengah lingkaran dan asyik menyaksikan pelaksana hukuman itu, kedatangan Yu Wi teramat cepat sehingga tiada seorang pun sempat mencegah tindakan anak muda itu.
Serentak Yu Wi juga membuka Hiat-to Soh-sim, dalam pada itu jalan mundurnya juga lantas ditutup rapat oleh anak murid cu-pi-am.
Dengan suara tertahan Yu Wi memberi pesan kepada Soh-sim, "ikut ketat dibelakang ku, mari kita terjang keluar bersama."
Mendadak terdengar ji-bong membentak. "Yu Wi, kau dapat datang dan tidak dapat pergi lagi"
"Hm, belum tentu," jengek Yu Wi. "Mati bagi yang merintangiku"
Baru habis ucapannya, dengan langkah ajaib Hui-Liong-poh ia terus melompat ke depan seorang nikoh yang memegang pedang, pandangan nikoh itu serasa kabur dan tahu-tahu pedangnya sudah dirampas Yu Wi.
Dengan pedang di tangan, semangat Yu Wi terbangkit, dengan langkah lebar ia mendesak ke depan, Soh-sim mengikut di belakangnya dengan bertangan kosong, kawanan nikoh yang mengepung mereka itu sudah terlatih baik. mereka berdiri tenang dengan senjata siap di tangan- ketika Yu Wi mendesak maju, barisan mereka lantas terpencar dan membentuk segi tiga, lalu menyerang.
Meski menghadapi kerubutan musuh dari tiga jurusan, Yu Wi tidak gentar, pedang berkelebat, kontan beberapa nikoh menjerit ngeri dan melompat mundur
Jurus serangan Bu-tek-kiam memang sangat lihai, apalagi sekarang Yu wi sudah lengkap menguasai kedelapan jurus ilmu pedang sakti itu dengan baik, biarpun setiap murid cu-pi-am
tergolong tangkas, mana mereka mampu menandingi anak muda itu.
Yu Wi juga tidak suka banyak membunuh orang yang tak berdosa, maka nikoh yang melompat mundur itu hanya dilukai saja, jika dia mau berlaku kejam tanpa kenal ampun, beberapa nikoh yang melompat mundur itu pasti sudah binasa.
Menyusul Yu Wi melancarkan jurus serangan Hong-sui-kiam, lalu pedang memutar balik dengan jurus serangan Tay-gu-kiam.
Setelah tiga jurus serangan, belasan nikoh yang menerjang maju itu sama mundur dengan menderita luka.
Sementara itu kawanan nikoh yang mengepung bertambah banyak. belasan niKoh yang sudah dilukai itu tidak mempengaruhi semangat tempur mereka.
Diam-diam Yu Wi membatin, "Jika tidak kubunuh beberapa orang di antara mereka secara kejam, mungkin mereka takkan jeri dan mundur."
Karena itulah ia keraskan hati, segera ia mainkan dua jurus serangan lainnya. Apa yang terjadi benar-benar mengerikan, Tay-hong-kiam membinasakan dua orang, Siang-sim-kiam sekaligus membunuh enam nikoh yang masih muda.
Nikoh muda yang mati itu semuanya dikenal Soh-sim, tentu saja dia tidak tega, serunya, "Yu Wi jangan kau main bunuh sekeji itu"
Jika dia berhati bajik, ternyata nikoh yang mengepung mereka itu tidak pedulikan dia, beberapa nikoh segara menyerangnya dari belakang dengan golok mengkilat.
sebenarnya ilmu silat Soh-sim tergolong kelas satu, namun berada di dalam cu-pi-am tidak lebih cuma anak murid biasa saja, sekarang dia tidak bersenjata dan dikerubut oleh para nikoh yang kepandaiannya tidak lebih rendah itu, tentu saja dia tidak mampu melawannya.
Yu Wi mendengar serangan di belakang itu, mendadak ia membalik tubuh dan melancarknn jurus Sat-jin-kiam, hampir berbareng beberapa nikoh penyerang Soh-sim sama menjerit ngeri, kontan jiwa mereka melayang.
Hanya dalam sekejap saja belasan nikoh kembali dibinasakan lagi oleh Yu Wi. Karena keganasan ilmu pedang anak muda itu, kawanan nikoh rada jeri. mereka hanya mengepung saja dan tidak berani sembarangan menerjang maju lagi.
Darah berceceran, hampir tiga puluh sosok mayat bergelimpangan disana sini, Yu wi terus mendesak maju ke sana dengan langkah lebar.
Beramai-ramai kawanan nikoh itu menyurut mundur, mereka tidak berani lagi merintangi Yu Wi. Apapun juga jiwa lebih penting, ilmu pedang anak muda itu terlalu lihai, siapa lagi yang berani main- main dengan jiwanya sendiri"
Setelah lapisan kepungan itu ditembus sederet, akhirnya satu orang mengadang di tengah jalan- menghadapi kedatangan Yu Wi.
Yu Wi berhenti dalam jarak satu tombak. ia menjura dan berucap. "Mohon Taysu memberi jalan."
Sorot mata ji-bong setajam pisau menyapu pandang Soh-sim sekejap. seketika Soh-sim merinding, hampir saja ia bertekuk lulut dan menyembah.
Dengan suaranya yang penuh rasa benci ji-bong berucap. "Kalian berdua sudah ditakdirkan harus mati."
Yu Wi melengek oleh suara nikoh tua yang penuh rasa dendam ini, tapi iapun tidak mau mengunjuk kelemahan- jawabnya, "Apakah Taysu ingin bertempur lagi?"
ji- bong tidak menjawab, ia keluarkan sebiji petasan isyarat, disulutnya petasan itu dan dilemparkan ke udara.
Terdengar suara letusan tiga kali disertai cahaya yang berwarna-warni. Hanya sekejap saja segenap nikoh yang berjaga di dalam cu-pi-am sama membanjir keluar.
Yu Wi menggeleng kepala, katanya, "Untuk apa Taysu mengorbankan jiwa para muridmu yang tidak berdosa ini, Taysu selalu bicara tentang welas-asih, kenapa engkau tidak menaruh belas kasihan kepada muridmu sendiri?"
"Hm, jika mampu boleh coba kau bunuh habis anak murid cu-pi-am barulah kalian ada harapan untuk hidup" jengekJ i- bong.
"Ada. berapa banyak anak muridmu?" tanya Yu Wi.
"Tidak banyak. seribu orang pasti tidak kurang," jawab ji-bong.
Diam-diam Yu Wi melengak. jangankan dirinya tidak sanggup membunuh orang sebanyak ini, biarpun semuanya tidak melawan dan dirinya disuruh membunuh mereka satu persatu, rasanya juga tidak tega.
Tiba-tiba ia mendapat akal, katanya, "Taysu bagaimana kalau kita berdua bertanding satu kali saja untuk menentukan mati dan hidup.Jika Taysu menang, cayhe dan Soh-sim akan menyerah untuk dibunuh sesukamu, jika beruntung aku menang, tentu jiwa anak muridmu yang tak berdosa ini tidak perlu dikorbankan dengan sia-sia. Nah, setuju?"
ji-bong seperti tidak suka bertempur satu lawan satu dengan Yu wi, ia menjengek, "Hm, boleh kau tunggu dan lihat dulu"
Sejenak kemudian, segenap nikoh cupi-am dari yang tua sampai yang muda, yang berwajah cantik dan bermuka jelek. seluruhnya tidak kurang dari seribu orang telah mengepung mereka dengan ketat.
Mau-tak-mau Yu Wi merasa kuatir, serunya, ji-bong Taysu, jangan-jangan kau takut kepada Hai-yan-pat-kiamku, maka tidak berani bertanding denganku, tapi sengaja kau kerahkan anak muridmu sebagai tumbal untuk menguji ketajaman pedangku" ji-
bong tampak menggreget, mendadak ia mendongak dan berteriak. "Dinding kematian"
Segera kawanan nikoh itu bergerak kian kemari, dari empat penjuru lantas tampil barisan yang rapi.


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wah, kita . .. kita benar akan mati ..." ucap Soh-sim dengan gemetar.
Ia tahu barisan nikoh yang disebut "dinding kematian" ini tidak terlalu ajaib, hanya barisan manusia belaka, namun betappun lihainya seorang juga sukar menembus dinding manusia yang berjumlah ribuan orang ini. Bilamana kepungan barisan manusia itu merapat, andaikan tidak mati dalam pertempuran juga pasti akan binasa terinjak-injak.
Yu Wi juga dapat melihat kelihaian dinding kematian yang lihai itu, tapi ia sengaja tertawa latah, serunya, ji-bong Taysu, "jelas kau takut kepada Hay-yan-kiam-hoat, biarlah aku tidak menggunakan pedang, kuyakin dengan bertangan satu saja dapat mengalahkan kau. cuma, biarpun begitu, kukira kau pun tidak berani bertempur melawanku."
Betapapun ji-bong harus menjaga gengsi, ia tidak dapat tinggal diam lagi atas tantangan Yu Wi, dengan murka ia membentak, "Yu Wi, terlalu latah kau"
"Latahku cukup beralasan. apakah Taysu berani mencobanya?" ejek Yu Wi pula.
"Baik, jadi menurut ucapanmu sendiri, hanya dengan sebelah tangan akan kau lawan diriku?" tanya ji-bong.
"Ya, apakah kau kira aku perlu mengingkari janji?" jengek Yu Wi.
"Memangnya ka mampu lolos dari dinding maut?" jengek Ji-bong. "Jika kau kalah, bersama Soh-sim hendaknya kalian menyerah saja."
Diam-diam ia mengambil keputusan akan memberi hukuman badan kepada mereka sebelum membunuhnya, kalau tidak. bilamana "dinding maut" sudah bergerak. mereka tentu akan
terinjak-injak hingga hancur lebur, hal ini terasa kurang puas baginya.
"Dan bila aku menang, lalu bagaimana?" tanya Yu Wi pula.
Dengan suara lantang ji-bong lantas berseru: "Amcu akan menghadapi dia seorang diri, bilamana dia menang, segera pula bubarkan barisan kalian dan tidak boleh merintangi dia."
Rupanya ia yakin dengan sebelah tangan kosong tidak nanti Yu Wi dapat mengalahkan dirinya maka dengan tulus ikhlas ia memberi perintah kepada para nikoh. Yu Wi lantas membuang pedangnya dan berkata, "Jika demikian, silakan mulai, Taysu"
"Keluarkan tangan kirimu" bentak ji-bong dengan gusar.
Segera Yu Wi melolos tangan kiri yang selama ini selalu terselip pada ikat pinggang, karena tidak pernah digunakan, tangan kiri itu kelihatan putih pucat. Lalu tangan kanan ia selipkan ke ikat pinggang. "Gunakan kedua tanganmu" teriak ji- bong pula.
Yu Wi tertawa. "Kan sudah kukatakan, cukup dengan sebelah tangan saja dapat kukalahkan dirimu."
saking marahnya ji- bong tertawa terkekeh-kekeh.
Dengan suara tertahan Soh-sim berkata kepada Yu Wi, "Engkau tidak boleh gegabah, hendaknya kau tahu, ilmu pukulan ji- bong tidak ada tandingannya di dunia ini."
Dengan tak acuh Yu Wi berkata dengan suara keras, "Dia tidak ada tandingannya, aku juga tidak ada tandingannya Jangan kuatir, tak nanti aku bergurau dengan jiwaku sendiri."
"Huh. belum pernah kudengar bahwa ilmu pukulan Goat-heng-bun tidak ada tandingannya di dunia ini," jengek Ji- bong Taysu.
"Sebanarnya tidak ada ilmu silat yang disebut tidak ada tandingannya di dunia. Kalau ilmu pukulan Goat- heng- bun tidak mungkin tak ada tandingannya di dunia, ilmu pukulan Thay- yang- bun kalian juga tidak mungkin demikian-"
"Dari mana kau tahu aku ini orang Thay- yang- bun" Apakah Ban Put-tong yang mengirim dirimu kesini?" bentak ji-bong.
"Ban-locianpwe sudah wafat beberapa puluh tahun yang lalu," sahut Yu Wi dengan hambar.
"cis, memangnya dia hendak mengelabui aku?" damperat ji-bong. "Kutahu dia tidak mati, apakah barangkali ilmu silatnya yang punah, makanya tidak berani langsung mencari diriku melainkan menyuruhmu menghina diriku dengan Hai-yan-pat-kiam ini?"
"Terserah padamu mau percaya atau tidak- Ban-locianpwe memang betul-betul sudah wafat beberapa puluh tahun yang lampau," tutur Yu Wi pula.
"Apapun juga aku tidak percaya dia sudah mati," kata Ji- bong dengan gemas. "Jelas kau muridnya, jika bukan murid didiknya langsung, siapa lagi di dunia ini yang mampu mempelajari Hai-yan-pat-kiam" Wahai Ban Put-tong, tidak layak sampai sekarang belum lagi kau maafkan diriku. lebih tidak pantas lagi kau suruh anak muda ini menghina diriku."
"Taysu." kata Yu Wi dangan menyesal, "apa yang kukatakan padamu adalah hal sesungguhnya.Jika kau mau mendengarkan, akan kututurkan seluk-beluknya dengan lebih jelas, tatkala mana tentu kau percaya Ban-locianpwe memang benar telah wafat, dengan demikian dapatlah kau sadari bahwa tindakanmu menghapus larangan seratus tahun dalam perguruanmu adalah tindakan yang tidak bijaksana."
Dengan gusar ji-bong menjawab, "Jadi Ji-tau telah memberitahukan padamu tentang pencabutan larangan seratus tahun perguruanku" IHm, budak ini sampai tua baru mengkhianati aku, dia memang pantas mampus"
"Taysu, apakah engkau menyadari dirimu sendiri adalah seorang yang paling bodoh, paling tidak bijaksana, juga orang kebelingar," seru Yu Wi.
ji-bong menjadi murka, teriaknya, "Ban Put-tong saja masih lebih rendah satu tingkat dari padaku, kau sendiri adalah murid Ban Put-tong, kau berani kurang sopan padaku?"
"Taysu, masakah engkau bilang Ban-locianpwe lebih rendah tingkatannya dari padamu?" ejek Yu Wi-
Muka Ji- bong menjadi merah, teriaknya, "Bagus, sampai sekarang kau belum lagi mengaku sebagai murid Ban Put-tong, bukankah dia sudah membeberkan segenap seluk beluk riwayatnya padamu?"
Yu Wi melengak, tanpa pikir dia bicara, sekarang jadinya ji-bong tambah tidak percaya bahwa Ban Put-tong sudah lama meninggal, tapi malah menganggap Ban Put-tong sendiri yang memberitahukan seluk-beluk urusan pribadinya itu.
Selagi ia hendak memberi penjelasan pula, mendadak ji-bong membentak, "Jika tidak kau gunakan juga tangan kananmu, jangan menyesal bila kubunuh dirimu seperti menginjak seekor semut."
Diam-diam mendongkol juga Yu Wi, katanya, "Taysu cuma tahu kelihaian ilmu golok Goat-heng-bun, tapi tidak tahu bahwa ilmu pukulan Goat- hang- bun justeru terlebih lihai daripada ilmu goloknya."
ji-bong mengejek, "Bagus, jika begitu kumohon murid Goat-heng-bun supaya memainkan ilmu pukulannya yang lihai dengan kedua tanganmu"
Ia merasa tahu jelas seluk-beluk perguruan Goat-heng-bun, ia tidak percaya Goat-heng-bun masih mempunyni ilmu pukulan simpanan yang lihai.
Yu Wi lantas menjawab, "Dengan sebelah tangan saja kuyakin Taysu akan kewalaban, untuk apa kugunakan dua tangan- Nah, silakan Taysu keluarkan segenap tenagamu, hendaknva dapat melihat gelagat, agar tidak kalah dengan terlalu cepat, kan malu disaksikan anak muridmu sebanyak ini."
Dengan marah Ji- bong menjawab, "Sungguh anak yang tidak tahu diri, ingin kulihat cara bagaimana akan kau kalahkan diriku."
Tubuhnya tidak bergerak. tapi kedua telapak tangan menepuk sekali terus terangkat, terpancar tenaga dahsyat yang tidak kelihatan-
Tenaga dalam Yu Wi mestinya tidak dapat menandingi ji-bong, tapi tangan kirinya sekarang menguasai Su-ciau-sin-kang, kekuatannya jadi lebih tinggi setingkat daripada ji bong.
Dia angkat tangan kiri dan menolak ke depan lalu disampuk kesamping, seketika tenaga dahsyat lawan dipunahkan tanpa terlihat,
Kejut sekali ji-bong, tampaknya kekuatan bocah ini memang lebih hebat daripadanya, namun dia tetap tidak percaya. sebab Yu wi pernah beradu pukulan dengan dia. meski dapat mematahkan ilmu pukulannya, namun jelas lwekangnya kalah jauh daripada dirinya, mana mungkin belum ada setahun lwekangnya bisa tambah lebih kuat daripada dirinya"
Segera ia melompat maju, dengan ajaib ia memainkan ilmu pukulan andalan Thay-yang-bun yang telah dilatihnya selama berpuluh tahun, yaitu jurus serangan lihai Sian-thien- ciang .
Ilmu pukulan yang memaksa lawan menghadapi bahaya tapi sukar untuk berjaga.Ji- bong menaruh kepercayaan penuh atas ilmu pukulan sendiri yang hebat ini, ia yakin betapa hebat ilmu pukulan lawan juga sukar menangkisnya, asalkan Yu Wi kena tersentuh olehnya, betapa tinggi lwekangnya juga pasti tidak tahan dan tentu dapat dibekuk olehnya dengan mudah. Hanya ada sementara orang yang mungkin mampu menghadapi ilmu pukulannya ya hebat ini, yaitu orang yang menguasai lwekang tingkatan ajaib, tingkatan yang tidak ada taranya sehingga tak dapat diapa-apakan dengan ilmu pukulan apa pun-
Tapi orang aneh demikian boleh dikatakan teramat sedikit, hampir tidak pernah terjadi juga, orarg yang pernah dilihatnya itu (Ko Bok-cing) nasibnya sekarang entah bagaimana, besar
kemungkinan sudah mati, maka Ji-bong tidak percaya Yu Wi dapat menghadapi ilmu pukulannya yang maha sakti ini.
Ia tidak tahu bahwa selama hampir setahun ini Yu Wi justeru telah terlatih sehingga menjadi jenis orang yang sukar dipercaya itu, sukar untuk dibayangkan bahwa setelah Yu Wi terkurung di lembah buntu itu, anak muda ini justeru berhasil menguasai setengah Su-ciau-sin-kang .
Dan melulu setengah Su-ciau-sin-kang ini ternyata sudah cukup bagi Yu Wi, secara ajaib tangan kiri Yu Wi menerobos masuk lingkaran pertahanan ji-bong, belum lagi nikoh tua itu melancarkan serangan lebih dulu ia telah mengancam Hiat-to maut pada bahunya.
Dengan demikian serangan maut Ji- bong belum sempat dikerahkan dan tahu-tahu tenaga maha dahsyat Yu Wi sudah mengancam bahunya, karuan ia terkejut, dalam keadaan kepepet, terpaksa ia menyerempet bahaya dengan menjatuhkan tubuh terus menggelinding ke samping untuk menghindari tenaga pukulan tangan kiri Yu wi.
Mestinya ji-bong tidak dapat meloloskan diri, belum pernah ada orang mampu mengelak di bawah, serangan Su-ciau-sin-kang, tapi lantaran hati Yu Wi mendadak merasa tidak tega sehingga ji- bong sempat lolos.
Pada waktu merasa badan terancam pukulan musuh, wajah ji-bong sudah pucat, keadaan itu membuat Yu Wi tidak Sampai hati, jelek2 ji-bong adalah tokoh angkatan tua yang sangat tinggi tingkatannya, ia tidak tega membikin malu dia di depan anak muridnya.
Setelah menggelinding ke sana, segera Ji- bong melompat bangun, dengan muka pucat ia berseru,
"Su- ciau-sin-kang" "
Untuk kedua kalinya dia melihat Su-siau-sin-kang dimainkan orang, ilmu yang sebelum ini cuma pernah didengar dan belum pernah dialaminya itu.
"Hm, baru sekarang kau tahu Su ciau-sin-kang?" jengek Yu Wi. ji-bong kelihatan masih ngeri rasanya. "Apakah Taysu ingin bertempur lagi?" tanya Yu Wi.
Dengan lemas ji-bong lantas berteriak, "Bubarkan barisan"
Yu Wi menggandeng tangan Soh-sim dan perlahan melangkah kedepan. Barisan nikoh sama menyingkir memberi jalan karena perintah ji-bong tadi.
ji-bong termangu- mangu memandangi kepergian Yu Wi, mendadak ia berteriak. "Apakah ilmu saktimu itu ajaran Ban Put-tong?"
"Bukan- jawab Yu wi dari jauh.
Akhirnya mereka menghilang di balik lereng sana.
ji-bong masih berdiri termenung dan bergumam^ "Pasti ajarannya, pasti. ..."
Betapapun ia tidak percaya Su- ciau-sin-kang yang dikuasai Yu Wi itu bukan ajaran Ban Put-tong, sebab berita keajaiban Su ciau-sin-kang dahulu berasal dari Goat-heng-bun, kalau tidak- pada hakikatnya di dunia ini tidak pernah kenal nama Su- ciau-sin-kang segala.
Anak murid Thay- yang- bun umumnya juga tahu ada semacam ilmu sakti yang bernama Su-ciau dari Goat-heng-bun, meski mereka percaya dunia ini ada ilmu sakti itu, tapi mereka tidak percaya ilmu itu dapat dikuasai anak murid Goat-heng-bun, sebab kalau benar Goat-heng-bun memiliki ilmu sakti begitu, tentu sudah lama Thay- yang- bun ditumpas oleh mereka.
Namun berita yang dianggap bualan dari pihak Goat-heng-bun itu kini telah terbukti benar. Ji- bong percaya dan tidak meragukannya lagi sebagai bualan pihak Goat-heng-bun.
Malahan terbukti sekarang Yu Wi yang mengaku sebagai orang Goat-heng-bun telah menguasai Su- ciau-sin-kang, malahan ada lagi seorang nona Ko juga mahir, dia tentu juga murid Goat-heng-bun, maka tanpa menghiraukan bahaya dia datang hendak menolong Yu Wi, cuma sayang, keduanya tidak terbinasa di dalam sumur maut itu.
Jadi pihak Goat-heng-bun sekarang sudah ada dua orang mahir Su- ciau-sin-kang, hal ini sungguh sangat menakutkan, makin dipikir makin gelisah hati ji-bong, mendadak timbul pikirannya yang kejam, teriaknya denganpenuh rasa dendam, "Sekali-kali tidak boleh musuh bebuyutan perguruan kita merajai dunia ini."
Dendam perguruan bergolak didalam sanubarinya, seketika ia lupa bahwa kebahagiaan hidupnya justeru hancur dalam pertengkaran antar perguruan-...
Eng-bu-ciu, semenanjung di muara sungai Tiang- kang yang terletak di daerah Hanyang adalah tempat markas pusat Thi-bang-pang, gerombolan jaring besi, yang malang melintang di sepanjang Tiang kang, di situ juga merupakan pangkalan Goat-heng-bun setelah bangun kembali.
Sudah lama Goat-heng-bun tenggelam dari dunia Kaogow, maka pada waktu mula-mula ketua Thi-bang-pang mengumumkan berdirinya kembali Goat-heng-bun di Eng-bu-ciu, hal ini telah sangat menggemparkan dunia persilatan, banyak tokoh dunia persilatan sama bertanya-tanya, "Mengapa Goat-heng-bun yang sudah menghlang selama berpuluh tahun itu dibangunkan kembali?"
Sebab musabab ini belum diketahui orang dengan jelas, yang diketahui hanya pejabat ketua Thi- bang-pang yang baru, yaitu menantu ketua lama Lo Kun, adalah anak murid dari Goat-heng-bun. Adalah wajar bilamana anak murid Goat-heng-bun berkewajiban membangun kembali perguruannya sendiri.
Dalam membangun kembali perguruan sendiri itu adalah tugas suci yang tidak dapat disangkal siapa pun. Dan memang begitu pula
maksud tujuannya waktu menantu Le Kun itu mengumumkan tentang bangkit kembalinya Goat-heng bun.
Hanya Kan ciau-bu sendiri, yaitu menantu Le Kun yang memalsukan dirinya sebagai Yu Wi itu, tahu jelas bahwa dalih yang digunakakannya itu pada hakikatnya cuma omong kosong belaka.
Sama sekali dia tidak mempunyai sesuatu perasaan apapun terhadap Goat- hang- bun, pada hakikatnya iapun tidak mengakui dirinya sebagai murid Goat-heng-bun, kalau ada sangkut pautnya tidak lebih hanya karena dia telah belajar kungfu dari kitab yang bernama Hian-ku-cip.
Kalau cuma berdasarkan alasan ini, Kan ciau-bu tidak sudi mengaku sebagai murid Goat-heng-bun, lebih-lebih tidak berhasrat membangun kembali Goat- hang- bun yang sudah lama tenggelam Itu, Tujuan yang sebenarnya dibangunkan kembalinya Goat-heng-bun tidak lain adalah untuk menarik simpati khalayak ramai,
Khalayak ramai yang dimaksudkan di sini adalah bekas anak murid Goat-heng-bun. Meski sudah enam atau tujuh puluh tahun Goat-heng-bun tenggelam dalam dunia persilatan, tapi Kan ciau- bu percaya pasti masih banyak anak murid Goat-heng- bun yang masih hidup di dunia ini.
Bahwa anak murid Goat-heng-bun yang masih ada itu tidak muncul lagi di dunia Kangouw besar kemungkinan adalah karena mereka telah mengasingkan diri. Jika sekarang semangat tokoh-tokoh terpendam itu digugah kembali, perbawa Goat-heng-bun pasti akan berbangkit dan tidak dapat diremehkan-
Biasanya semangat orang yang sudah lama mengasingkan diri tentu sudah dingin dan sukar digugah, juga sukar untuk dicari.Jalan satu-satunya yang paling baik adalah memakai semboyan membangun kembali kejayaan Goat-heng-bun pada masa lampau, panggilan ini pasti dengan cepat akan diterima oleh tokoh-tokoh terpendam itu dan semuanya pasti akan terpancing keluar.
Apa yang terjadi ternyata cocok dengan dugaan Kan ciau-bu, para tokoh Goat-heng-bun yang mengasingkan diri itu, lantaran
mengingat hubungan baik masa lalu, beramai-ramai lantas muncul kembali, ada yang keluar sendiri, ada anak muridnya, semuanya menggabungkan diri dengan Goat-heng-bun yang dibentuk Kan ciau-bu itu.
Pada hari diresmikannya Goat-heng-bun baru, segera namanya mengguncangkan dunia Kangouw. Sebab pada hari peresmian itu, anak murid Goat-heng-bun sama mempertunjukkan kungfu sakti masing-masing sehingga membuat kagum para utusan dan wakil dari berbagai aliran dan pergururuan yang hadir sebagai peninjau. Tentu saja berita itu tersiar dengan cepat, satu memberitahukan sepuluh, sepuluh menyebarkan lagi menjadi seratus dan begitu seterusnya, keruan nama Goat-heng-bun lantas menggemparkan dunia Kangouw dalam waktu singkat.
Mengenai siapakah pejabat ketua Goat-heng-bun yang baru ini, setiap orang tahu dia adalah menantu Le Kun, ketua Thi-bang-pang baru setelah meninggalnya Le Kun.
Tapi mengenai namanya, siapa pun tidak berani memastikannya. Semua orang Kangouw sama tahu menantu Le Kun adalah putera almarhum Yu Bun-thian, namanya Yu Wi.
Tapi pada hari peresmian Goat-heng-bun, "Yu Wi" sekalian juga mengumumkan kepada dunia bahwa dirinya bukan putera Yu Bun-thian, namanya juga bukan Yu Wi, soalnya dulu dia ingin menuntut balas bagi paman Yu almarhum, maka mengaku sebagai putera Yu Bun-thian, sekarang sakit hati sudah terbalas, maka dia kembali memakai nama aslinya sendiri.
Hal ini sebenarnya tidak perlu diherankan, namun begitu Kan ciau-bu tetap tidak berani mempermaklumkan kepada dunia dengan nama "Kan ciau-bu", dia hanya menyatakan kembali pada nama aslinya, yaitu dengan nama samaran "Hoan-hoa-kun" atau si pendamping bunga, bunga disini dimaksudkan sebagai sicantik.
Dengan sendirinya nama padangan "Boan-hoa-kun" kedengarannya cukup romantis, setiap orang Kangouw jadi mengenal nama Boan-hoa-kun- juga sama jeri kepada kelihaian
Boan-hoa-kun, pengaruh Thi-bang-pang memang sudah cukup kuat, ditambah lagi Goat-beng-bun, tentu saja Boan-hoa-kun sangat disegani dan tidak ada yang berani memusuhinya .
Sejak Goat-heng-bun berdiri, wilayah Eng-bu-ciu berubah menjadi daerah yang misterius, tidak lagi seperti sebelumnya, boleh datang pergi sesukanya, kini harus seizin anak murid Goat-heng-bun, sekalipun tokoh Bu-lim kenamaan juga tidak berani sembarangan menginjak Eng-bu-ciu.
Akan tetapi pada hari ini keadaan tampak berbeda daripada biasanya, hari ini wilayah Eng-buciu terbuka bagi umum, barang siapa, asalkan memberitahukan nama dan asal-usulnya lantas diperbolehkan masuk daerah ini untuk menyampaikan ucapan selamat,
Sasaran ucapan selamat itu ialah Boan-hoa-kun sendiri. Karena pada hari ini Boan-hoa-kun merayakan usia sebulan putrinya. Demi perayaan ini, Boan-hoa-kun telah mengadakan pesta besar-besaran, hampir setiap perguruan, setiap aliran sama mendapat kartu undangan-
Sore hari itu, menjelang magrib, kapal tambangan membawa datang dua orang tamu yang mempunyai asal usul yang khas. Yang seorang kakek berusia tujuh atau delapan puluh tahun, buntung sebelah lengannya, kakek ini mengaku sebagai oh pi-soh. si kakek buntung tangan dari Jit-can-soh. ketujuh kakek cacat yang telah kita ceritakan pada bagian permulaan (Pendekar Kembar).
Seorang lagi nikoh berusia lima puluhan, berwajah kuning pucat dan berbadan kurus, nikoh ini mengaku sebagai murid cu-pi-am,
Nama Jit-can-soh dan cu-pi-am tidak kalah tenarnya daripada Goat-heng-bun. Bicara tentang kehormatan pribadi, can-pi-soh terang juga jauh lebih terkenal daripada Boan-hoa-kun yang terkenal belum lama ini, walaupun sudah lama Jit-can-soh tidak lagi berkecimpung di dunia Kangouw.
Bicara tentang sejarah perguruan, cu-pi-am juga sudah lama disegani dunia persilatan, umpamanya orang Kangouw tidak berani
sembarangan datang ke cu-pi-am, hal inipun jauh lebih keras daripada larangan datang ke Eng-bu-ciu..
Waktu protokol mengetahui kedatangan dia tamu yang luar biasa ini, segera mereka disambut ke markas besar Thi-bang-pang dengan segala kehormatan-
Dalam pada itu tamu yang datang adalah sangat banyak. ratusan meja perjamuan memenuhi halaman, anak murid Goat-heng-bun bertugas melayani para tamu pada setiap meja. Boan-hoa-kun alias Kan ciau-bu, karena merasa dirinya seorang tokoh lain daripada yang lain, dia belum mau muncul sebelum perjamuan dimulai.
Waktu magrib, semua meja perjamuan sudah penuh tetamu, pada saat itulah Kan cian-bu baru muncul dengan jubah merah satin yang mentereng. Para tamu serentak berdiri menyambut.
Dengan tertawa Kan ciau-bu lantas berkata, "Hari ini adalah genap sebulan umur puteriku, juga ulang tahun pembangunan kembali perguruan kami, mohon para sahabat yang telah sudi kerkunjung suka bersuka ria sepuasnya, bilamana ada pelayanan yang kurang sempurna, mohon sudi di maafkan-"
Kata sambutannya sangat membesarkan hati para tamu dan merasa bisa jadi Kan ciau-bu kelewat gembira sehingga mau mengucapkan kata pengantar yang rendah hati itu.
Kan ciau-bu lantas berduduk pada tempat tuan rumah, selagi perjamuan hendak dibuka secara resmi, mendadak protokol berteriak melapor, "Ban-li-tiang-hong cin Pek-ling bersama anak muridnya tiba untuk mengucapkan selamat"
Nama "Ban-li-tiang-hong" (sipelangi berlaksa li) cin Pek-ling waktu itu sangat gemilang. pernah dengan ginkangnya yang tinggi dan ilmu pukulannya yang aneh, dalam sehari dia mondar-mandir mengunjungi tujuh tempat dan mengalahkan tujuh jago silat terkemuka sehingga namanya sangat mengguncangkan dunia Kangouw,
Sebagai wakil kepala Thi-bang-pang, yaitu Siau-thian-ong (si kakek tertawa) Go Lam-thian, segera menyambut kedatangan cin Pek-ling, sapanya dengan tertawa, "Aha, sungguh bahagia dan suatu kehormatan besar bagi Pang kami atas kunjungan cin-loenghiong. Lekas pasang meja baru"
Satu meja baru segera dipasang. Tapi dengan lagak tuan besar cin Pek-ling lantas berkata, "Satu meja tidak cukup, hendaknya pasang sepuluh meja"
Dengan tertawa Go Lam-thian bertanya, "Berapa anak murid cin-loenghiong yang ikut datang?"
"Anak murid perguruan kami yang ikut datang mengucapkan selamat tidak banyak juga tidak d ikit, jumlahnya persis 120 orang," sahut cin Pek-ling.
Mendengar keterangan itu, serentak para hadirin terkesiap. mereka pikir belum pernah terjadi orang menyampaikan selamat dengan membawa anak murid sebanyak itu, ini kan bukan hendak menyampaikan ucapan selamat, tapi lebih berbau hendak mencari perkara atau berkelahi.
Sambil memberi perintah agar sepuluh meja lekas dipasang, dengan sabar Go Lam-thian coba bertanya, "Betapa besar hasrat cin-loenghiong hari ini sehingga membawa kemari anak murid sebanyak ini?"
"Memangnya kenapa" Apakah Thi-bang-pang takut bangkrut menjamu anak muridku?" sahut cin Peksling dengan terbahak.
"Numpang tanya, apa nama perguruan cin-loenghiong?" tanya Kan ciau-bu dengan kurang senang.
Melihat Kan ciau-bu tanya dengan berduduk di tempatnya, cin Peksling menjawab dengan ketus, "Perguruan kami yang kecil dan tidak ada artinya, kukira tiada harganya untuk disabut-sebut."
Sementara itu sepuluh meja perjamuan baru sudah selesai dipasang, bersama anak muridnya cin Peksling lantas mengelilingi meja-meja itu.
Meski tahu gelagat tidak enak, terpaksa Go Lam-thian tak dapat berbuat apa-apa, maklumlah, tamu yang datang menyampaikan selamat tentunya makin banyak makin baik, meski cara cin Pek-ling ini agak keterlaluan, tapi juga tidak melanggar aturan, sebaliknya suatu tanda kehormatan bagi tuan rumah.
Ke-120 pengikut cinPek-ling itu semuanya berpakaian ringkas dan membawa berbagai macam senjata, secara umum, tamu orang persilatan yang menyampaikan selamat dengan membawa senjata bukan sesuatu yang perlu diherankan, cuma 120 orang sama membawa senjata, inilah yang luar biasa.
Diam-diam Kan ciau-bu mamberi pesan kepada anak muridnya agar siap siaga, dangan kening berkerut ia tanya Go Lam-thian, "Sesungguhnya orang macam apakah pendatang ini?"
Dengan suara tertahan Go Lam-thian melapor, "Hamba cuma tahu nama cin Pek-ling sangat termashur di dunia Kangouw, kabarnya boleh juga kungfunya."
"Masa tidak kau ketahui dia ketua dari perguruan apa?" tanya ciau-bu pula.
Go Lam-thian menggeleng, ucapnya dengan malu, "Akhir-akhir ini diketahui cin Pek-ling mendirikan suatu aliran tersendiri di daerah Hunlam dan Kuiciu, tapi nama alirannya belum terdengar, agaknya si tua cin Pek-ling tidak mau mengumumkan perguruannya kepada dunia Kangouw secara terbuka "
Kan ciau-bu mendengus, "Beritahukan kepada segenap anggota, pengawasan diperketat, tamu yang datang lagi dilarang masuk Eng-bu-ciu."
"Tindakan ini apakah tidak mengacaukan suasana perayaan?" tanya Go Lam-thian-
"Keadaan darurat, terpaksa bertindak begitu. IHm, bila mereka berani berbuat sesuatu, akan kita bikin mereka dapat datang dan tak dapat pergi."
Belum lagi Go Lam-thian melaksanakan perintah Kan ciau-bu itu, mendadak terdengar penjaga di luar berteriak-teriak. "Dilarang masuk. dilarang masuk"
Go Lam-thian terkejut, tahu-tahu dari luar menerjang masuk lima orang perempuan, yang paling depan adalah seorang nikoh tua dan bermuka jelek, dibelakangnya mengikut empat perempuan muda berkedok kain hitam,
Penyambut tamu cepat mendekati Go Lam-thian dan memberi lapor, "Pendatang ini tidak mau memberitahukan namanya dan main terjang setelah melukai anak murid yang berjaga di luar."
Go Lam-thian berkerut kening, ia tanya si nikoh bermuka jelek, "Mengapa Taysu tidak sudi memberitahukan nama dan asal-usulmu?"
"Pang kalian berpesta pora dan menerima tamu secara terbuka, kenapa tamu diharuskan memberitahukan namanya?" jawab nikoh tua.
"Walaupun kami menerima kunjungan tamu tapi mungkin juga disusupi oleh anasir yang tak bertanggung jawab, hendaknya memberitahukan gelar Taysu yang terhormat agar kelak kami dapat balas berkunjung untuk menyampaikan terima kasih."
Mendadak si nikoh tua menarik muka, jawabnya, "Tidak perlu ada terima kasih balasan segala. coba katakan saja, sesungguhnya Pang kalian mau terima tamu atau tidak?"
Marah juga Go Lam-thian, "Karena Taysu tidak mau memberitahukan nama dan asal-usul, terpaksa tak dapat kami layani."
"Hm, kedatangan kami ini bukan untuk makan percuma, sehabis pesta, kami akan mengadakan upacara sembahyang bagi kalian dan semuanya gratis." kata nikoh tua bermuka jelek.
Ho Lam-thian melengak. jawabnya dengan gusar, "Pang kami tidak mengadakan sembahyangan apa pun, jika Taysu tidak segera pergi, terpaksa kami ambil tindakan-"
"Bagus, jelek-jelek kami kan tamu yang akan menyampaikan ucapan selamat, akan kulihat cara bagaimana hendak kau lakukan kepada kami." teriak si nikoh.
Tiba-tiba Kan ciau-bu berkata, "Lam-thian, silakan tetamu berduduk, jangan sampai mengacaukan perasaan gembira "
"Nah. begitulah baru pantas." ujar si nikoh jelek dengan tertawa. "Betapapun Pang cu memang lebih bijaksana, berbeda dengan kaum anteknya yang cuma sok berlagak saja, pakai tanya nama dan asal-usul segala."
Terpaksa Go Lam-thian menahan rasa gusarnya dan memberi perintah agar dipasang lagi satu meja baru.
Setelah para tamu berduduk dengan baik, dengan tertawa Kan ciau-bu lantas berseru, "Silakan hadirin minum sepuasnya, sudah tersedia ratusan guci arak. kukira jauh daripada cukup,"
Segera belasan orang mengangkut guci arak yang dimaksud. setiap meja disediakan satu guci, setelah sumbat guci dibuka, seketika teruar bau harum arak yang sedap memenuhi seluruh ruangan-
Nikoh bermuka jelek itu berlima mengelilingi sebuah meja, meski arak sudah dituangkan, tapi mereka tidak makan dan minum, semuanya duduk tenang dan mata setengah terpejam. Katanya tamu. ternyata tidak makan minum.
Ketika perjamuan berjalan setengah, tiba-tiba cin Pek-ling angkat cawan araknya dan mendekati tempat tuan rumah, katanya terhadap Kan ciau-bu, "Boan-hoa-kun, pesta yang meriah ini apakah tidak perlu diberi selingan sedikit atraksi?"
"Barangkali cin-ciangbun ada usul?" jawab Kan ciau-bu.
"Betul, memang ada usulku," seru cin Pek-ling dengan tertawa. "120 oraag yang kubawa kemari ini tidak boleh makan minum percuma. biarlah atraksi selingan ini dipertunjukkan oleh mereka saja. Boleh?"
"Bilamana ada selingan atraksi yang menarik. boleh saja dipertunjukkan dan tentu akan kusambut dengan baik," jawab ciau-bu.
"Bagus, mari kita minum satu cawan dulu," seru cin Pek-ling. Lalu ia menenggak habis isi cawannya dan berkata pula, "Sebagai pengirirg atraksi ini, mohon Pang cu mengajukan juga 120 orang anak muridmu."
"Atraksi apa itu?" tanya ciau-bu.
"Biarlah dia dakan pertandingan 120 babak antara murid Goat-heng-bun dengan anak murid kami untuk meramaikan partai ini," kata Pek-ling.
Air muka Kan ciau-bu berubah, "Jadi kedatangan cin-ciangbun ini berniat mengadakan pertandingan kungfu?"
cin Pek-ling bergelak tertawa, jawabnya, "Haha. bukan, bukan, ini kan cuma atraksi yang kuatur bagi pesta yang meriah ini."
Tetamu yang mengikuti percakapan mereka sama berhenti makan minum dan memperhatikan apa yang akan terjadi. Seorang yang sudah agak mabuk segera berseru, "Aha, bagus sekali, usul kakek cin ini sangat bagus Silakan bertanding, silakan, tentu menarik"
Dengan sendirinya para tamu juga ingin melihat keramaian, toh yang akan bertnndiog bukan dirinya sendiri, kalah atau menang tidak ada sangkut-pautnya dengan kepentingan sendiri, semakin sengit pertandingan kedua pihak tentu semakin menyenangkan, maka beramai-ramai mereka juga berseru, "Ya, usul bagus, selingan yang menarik. . . ."
Tentu saja Kan ciau-bu tidak mau dianggap lemah, segera ia memberi perintah, "Suruh ce Ti-peng mengumpulkan 120 orang."
Setelah 120 murid Goat-heng-bun pilihan berkumpul, cinPek-ling lantas berkata, "Karena pertandingan ini sebagai selingan dalam pesta ini, maka pertandingan akan diakhiri asal lawan tersentuh dan dianggap kalah."
Beramai-ramai para tamu lantas menyingkirkan meja kursi kepinggir sehingga terluang cukup luas ditengah dan cukup untuk belasan partai pertandingan sekaligus. Kedua pihak lantas mengajukan 12 murid sehingga terjadi pertandingan 12 partai.
Kungfu anak murid kedua pihak ternyata tidak banyak berbeda, ada yang lebih tinggi sedikit dan ada yang agak rendah sedikit,akhirnya setiap pihak menang enam dan kalah enam, jadi seri.
Kedua pihak lantas mengundurkan diri setelah menyentuh lawan yang dianggap kalah, tampaknya memang benar seperti selingan untuk meriahkan suasana saja.
Siapa tahu, pada waktu ke-24 orang hendak mengundurkan diri, keempat perampuan muda berkerudung muka itu mendadak melompat maju, dengan gerak cepat yang tak terduga mereka merobohkan enam murid Goat-heng-bun.
Keruan terjadi kegemparan, sebab pada waktu ke 12 partai itu bertanding, jelas terlihat kungfu setiap orang tidak rendah, diam-diam para tamu sama memuji kehebatan murid didik Goat-heng-bun dan cin Pek-ling.
Akan tetapi sekarang dalam sekejap saja enam murid yang menang itu telah dirobohkan oleh empat perempuan muda yang tidak dikenal, sungguh peristiwa yang sangat mengejutkan-
Setelah merobohkan enam orang, segera ke-empat perempuan muda itu melayang kembali ketempat duduknya dengan ginkang yang tinggi, mereka berduduk lagi dengan tenang seperti tidak pernah terjadi apa pun-"Ha h, mati, sudah mati"
"He, mengapa terjadi pembunuhan" Demikian orang sama berteriak kaget dan menjadi panik.
Yang menjerit kaget itu ke-enam murid Goat-heng-bun yang kalah, sedangkan keenam orang yang menang sekarang sudah terkapar sebagai mayat di tengah kalangan-
ce Ti-peng yang disebut Kan ciau-bu, yang membawa keluar ke-120 murid Goat-heng-bun itu seorang berusia 50-an- mukanya bulat, tubuhnya gendut. Ke 120 murid ini adalah anak didiknya.
Bagi orang persilatan, murid serupa anak sendiri, maka dengan duka dan marah ia lantas tampil kemUka, dilihatnya keenam murid sendiri itu tertutuk IHiat-to kematiannya, pantas tanpa bersuara lantas menggeletak binasa.
ce Ti-peng mendekati si nikoh tua bermuka jelek, damperatnya sambil menuding keempat perempuan muda berkerudung itu, "Perempuan siluman, keji amat cara kalian membunuh orang. Ayolah maju, biarlah kuhadapi kalian berempat, kalau mampu boleh coba orang she ce ini."
Tapi ke-empat perempuan muda itu tetap berduduk tenang dan mata setengah terpejam, mereka tidak menghiraukan damperatan ce Ti-peng. se-akan2 tidak tahu yang dimaki ialah mereka.
cepat Go Lam-thian memburu maju dan membujuk ce Ti-peng agar mundur, katanya kepada nikoh bermuka jelek. "Taysu, apakah keempat nona itu adalah muridmu?"
"Bukan- jawab si nikoh tua sambil menggeleng. "Lantas apa hubungan mereka dengan Taysu?"
"Saat ini tidak ada hubungan apa pun."
"Apa maksudnya saat ini tidak ada hubungan?" tanya Go Lam-thian dengan mendongkol.
"Saat ini mereka bertugas membunuh orang, sedangkan aku tidak-" tutur si nikoh tua, "Tapi setelah urusan selesai, akan kubacakan doa dan bersembahyang bagi yang mati sekedar tanda berterima kasih kunjungan kami dalam pesta ini."
"Kalian sama sekali tidak makan dan minum, untuk apa tanda terima kasih segala" teriak Go Lam-thian dengan gusar.
"Paling tidak kami sudah mengelilingi meja perjamuan ini, cara kerja mereka berempat memakai satu prinsip teguh, yaitu sebelum tugas terlaksana takkan makan dan minum."
Tergerak hati Go Lam-thian oleh keterangan itu, tanyanya, "Apakah tindakan Kalian ini karena atas permintaan orang lain?"
"Betul, bila sudah terima permintaan orang harus dilaksanakan dengan jujur," jengek si nikoh bermuka buruk. "Kukira tidak perlu kau tanya terlalu banyak. mungkin tak dapat kujawab dan akan membikin kikuk padamu."
Go Lam-thian tidak tanya lagi, ia mundur kesamping Kan ciau-bu dan berbisik-bisik padanya.
Kan ciau-bu kelihatan manggut- manggut, tampaknya ia setuju dan memuji usul yang disampaikan Go Lam-thian-
Maka Go Lam-thian lantas tampil ke muka lagi dan berseru. "Menurut pendapat Pang cu kami, atraksi selanjutnya tidak perlu dilakukan lagi,"
Dengan tertawa cin Pek-ling berkata, "Boleh juga. untuk itu silakan Pangcu kalian mengumumkan didepan hadirin ini bahwa ke-120 murid Goat-heng-bun bukan tandingan ke-120 murid Thay- yang- bun."
"Hah" Thay- yang- bun?" Go Lam-thian berteriak kaget.
Hadirin yang berusia agak lanjut sama tahu Thay-yang-bun adalah musuh bebuyutan Goat-heng-bun, jika pesta meriah ini menjalar dan menyangkut pertengkaran antara kedua perguruan itu, tampaknya kedua pihak pasti takkan menyudahi persoalan ini dengan begini saja.
Mendadak Kan ciau-bu berdiri dan berseru, "cin-ciangbun, apakah kau tahu hari ini adalah perayaan genap sebulan umur putriku?"
"Kutahu, dan inilah kesempatan yang paling baik." ujar cin Pek-ling dengan tertawa. ?"Kebetulan para tokoh dari berbagai aliran
dan perguruan sama berkumpul disini. biarlah kedua golongan kita mengadakan pertandingan yang menentukan, kalau bukan kau yang mampus biarlah aku yang mati."
"Apakah urusan penyelesaian permusuhan antar perguruan kita ini tak dapat cin-ciang bun tunda sampai usainya pesta ini?" tanya ciau-bu.
"Tidak... tidak bisa," sahut cin Pek-ling tegas. "Kecuali Goat-heng-bun mau menyatakan bukan tandingan musuh bebuyutannya, yaitu Thay-yang-bun, kalau tidak. betapapun kami takkan mundur dari sini."
Dengan gusar Go Lam-thian menimbrung, "cin Pek-ling, hari ini adalah hari perayaan Pang kami, kuminta jangan kau terlalu garang"
"Huh, kemusnahan sudah didepan mata, masih bicara tentang perayaan segala" jengek cin Pek-ling.
Tiba-tiba Kan ciau-bu berkata, "cin- ciang bun, jika hari ini kunyatakan perguruan kami bukan tandingan Thay-yang-bun, apakah segera kalian akan mengundurkan diri?"
"Tentu saja," ucap cin Pek-ling dengan tertawa. "Asalkan kalian mengaku kalah, tentu kami juga takkan terlalu mendesak. Cuma mulai besok. Goat-heng-bun juga harus dibubarkan-" Setelah merandek sejenak, ia menyambung pula, "Ada lagi. Thi-bang-pang juga harus dibubarkan-"
"Kau terlalu menghina orang, cin Pek-ling" teriak Go Lam-thian dengan murka,
"Jika kalian penasaran, ke-120 murid kami sudah siap disini, boleh kau pilih dan bertanding dengan salah seorang diantara mereka, asalkan kau tidak mampus. akan kupuji dirimu dan memanggil kakek padamu."
"Hm, tidak perlu berlagak."jenjek Go Lam-thian- "Memangnya kau kira dengan berkomplot dengan ke-empat perempuan bejat itu lantas dapat menumpas Pang kami?" Habis berkata ia bertepuk tangan dua kali, segera empat anak buahnya maju ke depan-
"Bawa kemari cip-po-siang (peti pengumpul mestika) milik Pangcu itu." seru Go Lam-thian-
cepat ke-empat orang itu berlari pergi. hanya sejenak ke-empat orang itu sudah menggotong datang sebuah peti besi yang sangat besar.
Go Lam-thian menyuruh mereka menaruh peti itu diatas meja si nikoh tua bermuka buruk. lalu tutup peti dibukanya, seketika terpancar cahaya gemerlapan.
Para tamu disekeliling meja itu sama berdiri, dan melongok ingin tahu apa isi peti itu. Tenyata di dalam peti penuh emas intan dan batu permata yang membuat orang mengiler.
Go Lam-thian meraup sebenggam batu permata itu dan ditaruh didepan si nikoh tua, katanya, "Nilai isi peti ini sukar dihitung dan merupakan harta pusaka Thian-ti-hu selama tiga keturunan, sekarang seluruhnya dihadiahkan kepada Taysu."
Thian-ti-hu termashur di seluruh dunia, setiap orang tahu tiga keturunan Thian-ti-hu selalu menjadi perdana manteri, harta benda yang dikumpulkannya tentu saja sukar dihitung.
Si nikoh bermuka buruk ternyata tidak memperlihatkan rasa tertarik apa pun, ia cuma bertanya, "Apa permintaanmu?"
"Segala permintaan cin Pek-ling kepadamu semuanya harap Taysu melaksanakannya secara terbalik," kata Go Lam-thian-
Nikoh berwajah buruk itu diam saja tanpa menjawab.
Biasanya diam berarti setuju. Go Lam-thian mengira orang telah menerima permintaannya, hanya saja tidak enak untuk menyatakannya secara terang-terangan- segera ia barkata kepada Cin Pek-ling dengan tertawa, "Nah, babak pertama tadi enam kalah dan enam menang, jadi seri. Sekarang dilanjutkan babak kedua."
Dengan tertawa Cin Pek-ling menjawab, "Bagus, biarlah kita bertaruh berdasarkan pertandingan ke-120 orang ini, selesai pertarungan ini, anak murid pihak mana yang jatuh korban paling
banyak. selanjutnya harus membubarkan perguruannya. Bagaimana, setuju?"
"Jadi" seru Go Lam-thian-
"Hm, dirimu orang macam apa. berani mengambil keputusan?" jengek Cin Pek-ling.
Dengan muka merah Go Lam-thian berpaling kepada Kan ciau-bu, "Bagaimana pendapat Pangcu?"
Sudah barang tentu Kan ciau-bu tidak keberatan Goat-heng-bun akan bubar atau tidak, tanpa pikir ia menjawab, "Ya, jadi"
Segera kedua pihak menampilkan lagi 12 orang. Hasil pertandingan ini kembali tercatat enam menang dan enam kalah.
--oo0dw0oo-- Ke-12 orang yang menang itu menjadi waswas akan kemungkinan diserang secara mendadak oleh perempuan muda berkerudung itu, maka setelah menang, mereka lantas berjaga dengan ketat.
Benar juga, serentak ke-empat perempuan itu melancarkan serangan kilat pula, ginkang mereka sungguh terlalu tinggi, betapa penjagaan ke-12 orang yang menang itu tetap ada enam orang yang tertutuk roboh dan binasa seketika.
Go Lam-thian yakin keempat perempuan ajaib itu pasti akan membantu pihaknya, siapa tahu ke-enam orang yang menggeletak tetap orang Goat-heng-bun yang menang itu, seketika ia menjadi bingung, serunya, "Taysu, apa . . , apa artinya ini?"
"Bawa kembali peti ini"jengek si nikoh tua bermuka buruk,
"Engkau marasa kurang isi peti ini?" tanya Go Lam-thian-
Mendadak terdengar seorang tertawa ngakak dan berseru, "Haha, bukan tidak cukup melainkan permohonanmu ini salah alamat^"
Go Lam-thian menoleh, dilihatnya seorang kakek buntung tangan bardiri dari ujung meja pertama sana, pelahan can-pi-soh maju ketengah.
"Adakah petunjuk cianpwe kepadaku?" cepat Go Lam-thiau memberi hormat, ia tahu siapa kakek buntung ini.
"Sekali Bu eng-bun menerima tugas bagi langganannya, selamanya akan dilaksanakan secara tuntas dan takkan mengkhianati langganan," tutur can-pi-soh. "Biarpun kau tambahkan upahmu sepuluh kali lipat juga keempat perempuan itu takkan membantu pihakmu untuk membunuh murid Thay- yang- bun yang menang itu."
"Hm, kakek cacat, kau kenal juga peraturan kami " jengek si nikoh tua.
Tiba-tiba can-pi-soh berkata pula kepada Go Lam-thian, "Jika mereka tidak mau terima permohonanmu agar bertindak secara terbalik, mengapa tidak kau mohon bantuanku saja?"
"Apakah cianpwe dapat membantu?" seru Go Lam-thian dengan girang.
Kata can-pi-soh dengan suara lantang, "Pindahkan peti harta benda itu ke mejaku, kujamin Goat- heng- bun pasti tidak dikalahkan oleh Thay- yang- bun."
Dalam keadaan demikian, kalau tidak mempunyai kepandaian sejati, siapa yang berani ikut campur urusan pelik ini"
Maka tanpa pikir Go Lam-thian lantas memindahkan peti besi itu ke atas meja can-pi-soh.
"Nah, sekarang pertandingan babak ketiga boleh dimulai" seru can-pi-soh dengan tertawa.
Kedua pihak lantas tampil lagi 12 orang, sebelum bertanding, mendadak si nikoh tua bermuka buruk berseru, "Kakek buntung, kau berani merusak bisnis Bu-eng-bun, awas jika kepalamu berpindah tempat"
Tapi can-pi-soh hanya tertawa saja tanpa menanggapi.
Hasil dari pertandingan babak ketiga ini delapan menang empat kalah, yang lebih banyak kalahnya adalah pihak Goat-heng-bun.
Seperti tadi, seusai pertandingan, serentak ke-empat perempuan muda itu beraksi pula, tapi pada saat yang sama can-pi-soh iuga ikut menyerang.
Waktu keempat perempuan muda itu mundur kembali ke tempat duduknya, si kakek buntung juga sudah kembali ke tempatnya.
Maka tertampaklah mayat bergelimpangan ditengah ruangan, seluruhnya 12 sosok tubuh, yaitu terdiri dari ke-12 orang yang menang itu.
Kalau ke-empat perempuan muda itu membinasakan ke-empat murid Goat-heng-bun yang menang, kungfu can-pi-soh ternyata lebih tinggi daripada mereka, hanya dengan kaki kiri saja sekaligus ia menendang mampus kedelapan murid Thay- yang- bun yang menang.
Semua orang sama lupa memberi aplaus menyaksikan peristiwa luar biasa itu, tidak seorang pun melihat jelas cara bagaimana si kakek buntung menendang mati delapan orang sekaligus, padahal kedelapan orang itu adalah murid pilihan Thay- yang- bun.
Tentu saja muka cin Pek-ling merah padam saking gemasnya karena kehilangan delapan anggota, tapi iapun tidak berani menuntut balas kepada si kakek buntung dalam keadaan demikian-
can-pi-soh duduk kembali di tempatnya, ia menenggak secawan arak lalu berseru lantang, "Nikoh jelek, kakek cacat kan tidak merusak bisnis Bu-eng-bun kalian, Kalian boleh membunuh caramu dan akupun boleh membunuh caraku, kedua pihak tidak ada sangkut paut."
"Kakek bejat, jangan terlalu senang dulu, tunggu nanti," jengek si nikoh muka jelek.
Setelah kejadian babak ketiga, semangat Go Lam-thian terbangkit, segera ia berteriak. "Nah, cin Pak- ling, sekarang bertanding babak keempat"
Sebelum anak murid Goat-heng-bun tampil kemuka, lebih dulu Kan ciau-bu telah memberi kuliah kepada mereka cara bagaimana harus bertindak.
Maka seusai pertandingan babak keempat, tidak ada seorang pun murid Goat-beng-bun yang menang.
Selagi ke-12 murid Thay-yang-bun merasa bangga, sekonyong-konyong punggung mereka terasa kesemutan, kontan roboh dan binasa.
can-pi-soh telah mengitari kalangan satu putaran, dengan sebelah kaki saja ia mendepak mati ke-12 murid Thay-yang-bun seoara ajaib.
"can-pi-soh." bentak cin Pek-ling dengan murka, "Ada permusuhan apa antara Thay yang- bun denganmu, mengapa kau turun tangan sekeji ini?"
"Ini bukan urusan permusuhan, tapi urusan bisnis, urusan duit, "jawab can-pi-soh dengan tertawa. "Apabila Anda sanggup membayar lebih besar jumlahnya daripada harta pusaka Thian-ti-hu ini kepadaku, tentu kakek buntung akan bakerja terbalik dengan membantumu. Aku bukan orang Bu-eng-bun, tidak khusus bekerja dalam bidang ini, maka tidak perlu mengutamakan soal kepercayaan segala. Yang penting bagiku, siapa membayar lebih tinggi, kepadanya akan kubela."
cin Pek-ling tetap belum berani bentrok dengan kakek buntung ini, ia menyadari apa yang mungkin terjadi bilamana dirinya bermusuban dengan can-pi-soh.
Segera ia berpaling dan berkata kepada Kan ciau-bu, "Dalam pertandingan empat babak ini pihakmu menang 16 orang dan pihak kami 32 orang. Kedudukan 32 berbandirg 16, apakah Goat-heng-bun masih berani meneruskan pertarungan ini" Kukira lebih baik
sekarang juga kau bubarksn Goat-heng-bun agar tidak mengalami kekalahan lebih besar lagi, bagi kehormatan dirimu sebagai ketua Thi-bang-pang juga akan kehilangan muka habis-habisan."
Ucapannya ini bernada kompromi, semula cin Pek-ling menuntut agar Goat-heng-bun dan Thi bang-pang harus dibubarkan seluruhnya, sekarang meski pihak Thay-yang-bun belum jelas akan menang, bila pihak lawan mau membubarkan Goat-heng-bun juga cukup baginya.
Namun sikap Kan ciau-bu mendadak berubah keras, katanya dengan tertawa, "cin-ciangbun, apa yang kau katakan semula janganlah terlalu cepat kau lupakan- Kan sudah kau katakan, anak murid pihak mana yang paling banyak mati akan dianggap kalah, jadi tidak ditentukan oleh jumlah kemenangan anak murid masing-masing."
"Huh, setiap orang melihat dengan jelas bahwa tadi sengaja kau kisiki anak buahmu agar pura-pura kalah," ejek cin Pek-ling. "Kalau sengaja berbuat kalah, apakah caramu ini tidak memalukan?"


Pendekar Setia Pendekar Kembar Bagian Ii Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mencari kemenangan lebih utama, pula menyelamatkan jiwa lebih penting," jawab Kan ciau-bu dengan tertawa, "Untuk itu boleh juga kau tiru caraku, suruhlah anak muridmu pura-pura kalah, sekaligus juga menyelamatkan jiwa. Dengan demikian, sisa enam babak selanjutnya seri. maka kedudukan sampai akhir tetap pihakmu yang kalah."
"Kedudukan 32 berbanding 16, mengapa pihak kami dianggap kalah?" terlak cin Pek-ling dengan gusar.
"Tapi pihakmu mati 20 orang. anak buahku hanya mati 16. pihakmu lebih banyak empat orang, jelaslah cin-ciangbun sudah kalah. Maka sesuai dengan perjanjian, mulai besok hendaknya cin-ciangbun membubarkan Thay-yang-bun."
"Sebelum keenam babak yang lain berlangsung. kan belum diketahui anak murid pihak mana yang akan mati lebh banyak?" ujar cin Pek-ling.
Merasa sudah punya beking, Kan ciau-bu menjawab dengan tak acuh. "Jika kau ingin bertanding lagi juga boleh, bila kau anggap hidup anak muridmu terlalu lama, boleh suruh mereka lebih giat mengalahkan anak buahku."
cin Pek-ling yakin anak muridnya lebih tangguh daripada pihak lawan, bila bertanding benar- benar, jumlah kematian anak muridnya pasti lebih sedikit. Namun pihak lawan sekarang diperkuat oleh can-pi-soh yang khusus hanya membunuh anak murid Thay-yang-bun, jika hal ini terus berlangsung,
kematian pihak sendiri tentu akan lebih banyak, dan kalau kalah menang ditentukan dengan jumlah orang yang mati jelas pihak sendiri pasti akan kalah.
Ia jadi menyesal telah berkomplot dengan Bu-eng-bun. Sebenarnya perhitungannya cukup bagus, meski membuang biaya tidak sedikit, asalkan Bu-eng-bun dapat membunuh orang yang menang pada pihak lawan, baik kedudukan kemenangan pihak sendiri lebih banyak atau lebih sedikit, bila akhirnya yang mati dijadikan patokan, pihak sendiri tetap akan menang.
Siapa tahu di tengah jalan muncul seorang kakek buntung sahingga terjadi "senjata makan tuan sendiri", akibatnya pihak sendiri terdesak. hanya bisa kalah tanpa bisa menang.
Pada waktu dia minta Bu-eng-bun melaksanakan permintaannya, yang diharapkan cuma membunuh anak murid pihak lawan yang menang dan tidak ada syarat ikutan yang lain-sekarang Bu-eng-bun telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai permintaannya tapi hal inijusteru tidak berguna, sebaliknya malah merugikan-
Dasar licin dan licik, cin Pek-ling tidak mau bertempur bila tidak jelas akan menang. Karena timbulnya perubaban yang merugikan ini, dia harus mencari akal lain-
Akal ini dengan sendirinya menjadikan can-pi-soh sebagai sasaran- Bila kakek buntung itu sudah dilenyapkan, sisa enam babak berikutnya baru bisa dimenangkannya.
Segara ia mendekati si nikoh bermuka buruk, lalu bicara bisik- bisik padanya. Nikoh tua itu kelihatan melengak. air mukanya berubah, ia melirik beberapa kejap kemuka cin Pek-ling, seperti sedang mengamat-amati wajahnya.
Dengan suara pelahan cin Pek-ling memohon pula, "Jiu-peng, hendaknya kau bantu diriku"
Akhirnya nikoh tua bermuka buruk itu menghela napas dan berbangkit, ucapnya, "Baik, hanya dapat kubantu dirimu dengan tenagaku sendiri.
Pendekar Panji Sakti 4 Pendekar Gelandangan - Pedang Tuan Muda Ketiga Karya Khu Lung Golok Yanci Pedang Pelangi 8
^