Amanat Marga 5

Amanat Marga Karya Khu Lung Bagian 5


a Cong-lam-pay, dengan sendirinya
ilmu pedangnya tidak lemah, serentak mereka
melancarkan serangan kilat.
"Tinggalkan yang lelaki, tangkap dulu yang
perempuan," seru Wi Ki.
Segera sinar pedang berputar dan memburu ke
arah Bwe Kim-soat.
Bwe Kim-soat tetap tenang saja, ia hanya melirik
sekejap terhadap keempat Tojin itu.
Keempat Tojin ini sejak kecil sudah bertirakat di
pegunungan sunyi, mana mereka pemah melihat
perempuan secantik ini, mana pemah melihat
senyuman semanis ini, keruan gerakan mereka
menjadi agak lambat.
Namun dengan gemulai Bwe Kim-soat juga telah
mengangkat tangannya, terdengar suara
gemerantang nyaring, dalam sekejap tiga pedang
Tojin itu telah dipatahkan oleh gelang baja
rampasannya dari Wi Ki tadi.
Selagi Tojin keempat melongo kaget, tahu-tahu
pandangannya menjadi silau, pergelangan tangan
pun kesemutan, pedangnya telah dirampas oleh
Bwe Kim-soat. Menyusul Kim-soat menyambitkan gelang baja
ke arah Wi Ki yang sedang menubruk Lamkiong
Peng itu, lalu pedang rampasan menebas ke depan,
Tojin pertama belum lagi sempat melompat
mundur dan tahu-tahu dahi tergores luka dan
mencucurkan darah.
Tojin kedua sempat menyurut mundur, tapi
rambut yang tersanggul di atas kepala juga
tertabas oleh pedang.
Tentu saja Tojin ketiga ketakutan, selagi
melenggong, pedang Bwe Kim-soat yang
menyambar tiba mendadak berhenti dan mengetuk
pedang patah yang masih dipegangnya. "Trang",
pedang patah jatuh ke lantai, cepat ia melompat
mundur sambil memegangi pergelangan tangan
yang kesakitan.
Hanya dalam sekejap saja ketiga Suhengnya
sudah dibikin keok, Tojin keempat tidak berani lagi
bertempur, segera ia hendak lari.
"Eh, jangan terburu-buru!" jengek Bwe Kim-soat,
baru saja Tojin itu melangkah dua tindak, iga
kanan-kiri sudah terkena pedang.
Saat itu Wi Ki telah menubruk ke depan
Lamkiong Peng, tapi dari belakang gelang yang
dilemparkan Bwe Kim-soat juga menyambar tiba.
Dari deru anginnya nyata terlebih kuat daripada
lemparannya tadi.
Ia tidak berani gegabah, cepat ia menggeser ke
samping sambil membalik tubuh, gelang baja yang
masih dipegangnya menangkis ke depan dengan
daya melengket, pikirnya bila gelang itu tertahan,
segera akan ditangkapnya kembali.
Siapa tahu ketika kedua gelang kebentur, gelang
yang dilemparkan Bwe Kim-soat mendadak dapat
berputar, serupa bersayap saja tahu-tahu terbang
lagi ke belakang Wi Ki.
Pada saat yang sama sepotong kayu terbakar
mendadak jatuh dari atas. Dalam keadaan
tergencet, sebisanya Wiki meloncat ke samping.
"Trang" gelang baja menghantam lantai, kayu
hangus tadi juga jatuh menerbitkan lelatu.
Ketika Wiki dapat menenangkan diri, dilihatnya
Bwe kiam-soat telah berdiri diidepannya dengan
tersenyum. Sementara itu kobaran api tambah besar,
bangunan restoran Thian-tiang-lau yang kukuh itu
sampai berguncang dan hampir runtuh.
Lamkiong Peng dan Lu thian-an masih
berhadapan dan bertempur dengan sengit.
Padahal keduanya sebenarnya dalam keadaan
sama-sama payah, sampai akhirnya setiap
pukulan dan setiap tendangan hampir serupa
permainan anak kecil saja. Namun air muka
mereka justru jauh lebih prihatin.
Mendadak Lamkiong peng melancarkan pukulan
dengan jurus Thian-liong-ie-dian atau naga meluku
di sawah, dengan langkah lamban Lu thian-an
mundur mengelak.
Pada saat itulah terdengar suara gemuruh,
papan loteng telah runtuh sebagian, lidah api pun
menyambar dari bawah ke atas, kebetulan langkah
mundur Lu thian-an itu tepat menginjak papan
loteng yang runtuh.
Ia menjerit kaget, syukur jarinya masih sempat
meraih tepian papan loteng, tapi papan loteng itu
lambat laun juga ambrol ke bawah. Tampaknya dia
akan ditelan oleh lautan api. Dengan tenaganya
sekarang mana dia mampu melompat lagi ke atas.
Tanpa pikir Lamkiong peng memburu maju dan
menarik tangan Lu thian-an. Padahal ia sendiri
pun kehabisan tenaga, dengan sendirinya tidak
mampu menarik naik Lu thian-an.
Kembali terdengar suara "krek" tempat berpijak
Lamkiong peng juga akan ambrol, bilamana dia
mau melompat mundur, terpakas Lu thian-an
harus dilepaskan dan akan terjeblos ke dalam
lautan api, tapi kalau dia tidak melompat mundur,
ia sendiri pun akan ikut terkubur di tengah
amukan api. Sekujur badan Lu thian-an tampak gemetar,
rambut jenggotnya sudah penuh lelatu api,
tampaknya mulai terbakar.
Memandangi lawan yang telah bergebrak matimatian
dengan dirinya ini, mendadak timbul rasa
kasihannya, pegangannya dipererat dan tak
terlepaskan. Mendadak sepotong kayu hangus jatuh dari
atas, untuk menghindar jelas tidak mungkin,
terpaksa Lamkiong peng hanya miringkan
kepalanya saja sehingga kayu hangus
menyerempet jidat dan mengenai pundaknya.
Hanya selisih beberapa senti saja mungkin jiwa
Lamkiong peng bisa melayang bilamana tepat
mengenai kepalanya.
Sungguh tak terkatakan terharu hati Lu thianan
oleh keluhuran budi anak muda ini, dengan
suara gemetar ia berteriak, "Lari.... lekas
lari.....jangan urus diriku!"......."
Namun Lamkiong peng tetap memegangi
sekuatnya, darah dari kening bercampur dengan
air keringat bercucuran menetesi tubuh Lu thianan.
Di sebelah sana Wiki sedang menubruk ke arah
Bwe kiam soat dengan murka, "Hari ini biarlah
kuadu jiwa dengan mu"
Gelang di tangan kanan segera mengepruk
kepalan kiri juga menghantam.
"Hm memangnya kejadian sepuluh tahun yang
lalau itu salahku?" jengek Bwe kiam-soat, dengan
lincah ia hindarkan serangan Wiki itu, menyusul ia
balas menabas pinggang lawan dengan pedangnya.
Dengan beringas Wiki berteriak, "tidak peduli
siapa yang salah, yang jelas engkau lah pangkal
bencananya, tanpa dirimu tentu takkan terjadi halhal
begitu." Rada merandek juga daya serangan Bwe kiamsoat,
gumamnya, "Tanpa aku takkan terjadi hal
begitu.....Memangnyya salahku" Tapi apa
kesalahanku?"
Wiki menerjang pula dcangan kalap. Teriaknya,
"Pokoknya perempuan adalah air bencana, biarlah
hari ini kau mampus di tanganku1"
Dalam pada itu keempat tojin berjubah kelabu
menubruk maju. Namun sekali pedang Kiam-soat
berputar kontan mereka didesak mundur lagi.
Tiba-tiba Kiam-soat berteriak kuatir dan melompat
ke sebelah sana.
Tercengang juga Wiki ketika berpaling dan
melihat keadaan bahaya Lamkiong peng dan Lu
thian-an itu. Tiada jalan lain, cepat gelang baja
tangan kanan disambitkan ke sana, gelang baja
meluncur dengan cepat, tapi setiba di depan
Lamkiong peng segera berhenti.
Latihan Wiki selama berpuluh tahun memang
tidak percuma, gelang baja berantai itu dapat
dilempar dan ditarik sekehendak hatinya.
Ketika mendadak Lamkiong peng melihat gelang
baja itu meluncur tiba segera dipegangnya dengan
tangan kiri. Serentak Wiki membentak dan menarik
sekuatnya, segera tubuh Lamkiong peng terseret
mundur, dan dengan sendirinya Lu thian-an ikut
tertarik keatas.
Cepat Bwe kiam soat menambahi tenaga tolakan
dengan kebasan lengan bajunya sehingga mereka
terlempar ke tempat yang aman.
Segera keempat tojin berjubah kelabu akan
menrjang maju lagi, tapi Lu thian-an lantas
berteriak menghentikan mereka. Ia memandang
Lamkiong peng dengan termangu, akhirnya ia
menghela nafas dan menunduk.
"Apakah perlu melanjutkan pertarungan kita"!"
kata Lamkiong peng dengan nafas masih terengah.
"Ti......tidak, aku......aku sudah kalah!" jawab Lu
thian-an. Beberapa kata ini seolah-olah diucapkan dengan
sepenuuhnya tenaganya. Tentu saja Lamkiong
peng melenggak, tak tersangka olehnya tojin ini
bisa mengaku kalah begitu saja. Dilihatnya wajah
orang pucat pasi dan berdiri dengan lesu, dalam
sekejap itu seorang guru besar suatu aliran
terkemuka mendadak telah berubah menjadi
seorang kakek yang patah semangat.
Memandangi bayangan belakang sang suheng,
Wiki juga menggeleng kepala , ucapnya pelahan,
"Sisuheng......."
Tanpa berpaling Lu thian-an menjawab dengan
lesu," Marilah kita pergi!"
Baru habis berkata, mendadak ia roboh terkulai,
nyata luka pada badannya tidak lebih parah
daripada luka hatinya
Wiki berteriak kuatir, cepat ia mengangkat sang
suheng dan dibawa lari menerobos lidah api dan
melompat ke bawah loteng. Segera keempat tojin
berjubah kelabu juga ikut melompat turun.
Terdengarlah suara gemuruh, loteng restoran itu
kembali runtuh sebagian.
Lamkiong peng terkesima, medadak ia menghela
nafas dan bergumam, "Giok-jiu-sun-yang
betapapun tetap seorang ksatria!"
"Dan kau?" tanya Bwe kiam-soat dengan
tertawa. Kedua orang saling pandang tanpa bicara dan
lupa lidah api hampir menjilat baju mereka.
************** Akhirnya terdengar juga suara ramai pasukan
pemerintah. Suara derap kaki kuda bercampur
dengan suara teriakan orang banyak, suara orang
berusaha memadamkan api, suara gemuruh
rubuhnya bangunan dan jerit tangis orang........
Di tengah kepanikan dua sosok bayangan diamdiam
meninggalkan kota kuno itu.
*********** Di suatu tanah berumput Lamkiong peng lagi
berbaring dengan santai, bintang bertaburan di
langit yang biru kelam, angin meniup dengan
sejuk. Bwe kiam-soat memandangi wajah anak muda
yang cakap, terutama bulu matanya yang panjang
menaungi kedua matanya yang besar terpejam itu.
"Tentunya tak kaupikir tugas yang diberikan
oleh gurumu untuk membela diriku akan
sedemikian beratnya bukan?" Katanya tiba-tiba.
Lamkiong peng melenggak dan memandang
orang dengan termenung.
Dengan dingin Bwe kiam-soat berkata pula,
"Apakah saat ini engkau menyesal karena membela
diriku sehingga hampir saja kau sendiri menjadi
korban kerubutan orang banyak tadi?"
Akhirnya Lamkiong Peng menjawab, "Sudahlah,
jangan kau bicara seprti ini lagi. Bagiku, asalkan
hatiku merasa tidak berdosa, tidak berbuat
sesuatu yang memalukan, kenapa aku mesti
menghiraukan tuduhan orang. Demi kebenaran
dan keadilan dunia kangouw, apa artinya
pengorbananku ini?"
Bwe Kiam soat memandangnya dengan sorot
mata lembut dan aneh, perempuan yang berjuluk
"berdarah dingin" ini ternyata tiada ubahnya
seperti gadis biasa yang juga bereprasaan.
Seketika mereka saling pandang dengan
terkesima melupakan keadaan sekelilingnya.
Pada saat itu juga tidak jauh disebelah sana
sesosok bayangan sedang memperhatikan kedua
muda-mudi yang tenggelam dalam lamunan ini.
Sorot matanya menampilkan rasa kagum dan juga
rada cemburu. Tanpa terasa ia menghela nafas
pelahan.

Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tergetar hati Lamkiong peng dan Bwe kiam-soat,
serentak mereka melompat bangun dan
membentak, "Siapa?"
Bayangan tadi tertawa panjang sambil melompat
maju, hanya dua-tiga kali naik turun ia sudah
bediri di depan mereka.
"Eh kiranya kau", kata Lamkiong peng dengan
heran. "Hm anak murid Thian-san mengapa main-main
sembunyi-sembunyi sperti ini jengek Kiam-soat.
Pendatang ini Tik Yang adanya, ia tertawa keras
dan menjawab, "Haha, apakah kedatanganku ini
kauanggap main sembunyi-sembunyi" Bwe Kimsoat,
kaukira untuk apa kudatang kemari?"
"Mungkin kedatanganmu...." Lamkiong Peng
merasa ragu. Dengan serius Tik Yang memotong, "Walaupun
kita baru saja kenal, tapi kupercaya penuh atas
tindak-tandukmu pasti tidak merugikan kebenaran
dunia persilatan, maka kedatanganku ini justru
hendak memberi jasa baikku."
Lamkiong Peng melenggong dan kurang mengerti
akan maksud orang.
Dengan tertawa Tik Yang berkata pula, "Apakah
saudara tahu bagaimana terjadinya kebakaran
tadi?" Baru sekarang Lamkiong Peng menyadari duduk
perkarara, rupanya kebakaran tadi tidak terjadi
secara kebetulan, dengan sendirinya ia tidak tahu
siapa yang melakukannya, maka ia menggeleng
kepala. "Setelah meninggalkan Hoa-san," sambung Tik
Yang dengan tertawa, "selanjutnya aku pun datang
ke Se-an hanya kedatanganku agak terlambat,
waktu itu keributan sudah etrjadi.
Dari tempat ktinggian kulihat engkau sedang
melabrak ketua Cong-lam-pai itu. Melihat keadaan
tempatnya, kutahu sukar untuk melarai, juga
sukar membantu. Terpaksa.........haha, terpaksa
kugunakan bantuan api."
Lamkiong peng melirik Bwe Kiam soat sekejap.
"Rupanya kita salah menyesali dia tadi," ucap
Kiam soat. "Ah, sedikit salah mengerti apalah artinya." Ujar
Tik Yang dengan tertawa. "Bangunan Thian-tianglau
itu sungguh sangat megah, tapi ternyata tidak
tahan dibakar. Kusaksikan kalian meninggalkan
kota dengan selamat, diam-diam aku pun
menyusul kemari."
"Tamapaknya Tik-siauhiap seorang sahabat yang
simpatik, agaknya aku salah sangka......."
Belum lanjut ucapan Bwe kiam-soat, mendadak
seorang mendengus dari kejauahan, "Hm, simpatik
apa, main bakar secara diam-diam masakah
perbuatan simpatik segala?"
Lamkiong peng bertiga terkejut, serentak mereka
berpaling. Tertampaknya dalam kegelapan sana muncul
sesosok bayangan orang berkipas putih. Tanpa
bicara Tik Yang mendahului menubruk kesana.
"Cepat amat!" ucap bayangan orang itu sambil
mengebaskan lengan bajunya dan bergeser ke
samping, habis itu segera melompat ke depan
Lamkiong peng. Sambil membentak Tik Yang lantas menubruk
ke sini lagi, tapi segera terdengar Lamkiong peng
berseru, "O, kiranya Yim tai-hiap!"
Tergerak hati Tik Yang, ia tahu orang adalah
kawan bukan lawan, seketika ia urungkan
serangannya. Pendatang ini memang Ban-li-liu-hiang Yim
Hong peng adanya, serunya dengan tertawa,
"Haha, tak tersangka yang main bakar itu adalah
anak murid Thian san!"
Lamkiong peng juga tidak menyangka orang ini
dapat menyusul ke sini, segera ia
memperkenalkannya kepada Tik Yang.
Yim hong-peng tertawa dan berkata, "Tik siauhiap,
sesungguhnya Thian-tiang-lau dibangun
dengan sangat kukuh, cuma telah kutambahi juga
sedikit bahan bakar sehingga dapat terjilat api
dengan lebih cepat."
Baru sekarang Tik Yang tahu, Yim hong-peng
juga mengambil bagian dalam pembakaran
restoran megah itu. Ia tertawa dan berseru, "Orang
bilang Ban-li-liu-hiang adalah pendekar kosen dari
perbatasan, setelah bertemu hari ini baru
kupercaya Yim tai-hiap memang seorang ksatria
yang suka blak-blakan."
Yim hong-peng memandang Lamkiong peng dan
Bwe kiam soat sekejap, lalu berkata, "Setelah
peristiwa ini nona Bwe dan Lamkiong-heng tentu
tidak leluasa bergerak lagi di dunia kang-ouw,
entah bagaimana rencana perjalanan kalian
selanjutnya?"
Dia bicara dengan serius, tapi sorot matanya
tampak gemerdep menampilkan cahaya yang sukar
diraba apa maksudnya.
Lamkiong peng menghela nafas panjang,
katanya, "Siaute juga tahu unttuk selanjutnya
akan banyak mengalami kesukaran di dunia
kangouw, tapi yang penting asalkan kuraba hati
sendiri merasa tidak bersalah, tindakanku
selanjutnya juga tidak akan berubah, mungkin aku
akan pulang dulu ke Ji-hau-san-ceng, lalu pulang
ke rumah menjenguk orang tua....."
"Tempat lain masih mendingan, kedua temapta
itu justru tidak boleh kau pergi ke sana," potong
Yim Hong-peng. Air muka Lamkiong peng berubah.
Tapi Yim hong peng lantas menyambung, "Maaf
jika kubicara terus terang, bahwasanya nona Bwe
pemah malang melintang di dunia kangouw
dahulu, tentu tidak sedikit telah mengikat
permusuhan. Apa yang terjadi di Se-an ini, tidak
lama tentu juga akan tersiar, tatkala mana bila
musuh nona Bwe ingin mencari kalian, tentu
mereka akan menunggu dulu di kedua tempat itu.
Dalam keadaan demikian, tentu kalian akan serba
repot, terutama anggota keluarga Lamkiongheng........."
Sampai di sinis ia mengehela nafas ketika
dilihatnya Lamkiong peng menunduk termenung.
Tapi Bwe kiam-soat lantas menjengek, "Habis
lantas bagaimana kalau menurut pendapat Yim taihiap?"
Yim hong-peng tampak berpikir, ia tahu di depan
perempuan cerdik ini tidak boleh salah omong
sedikitpun. Dengan tersenyum kemudian ia berkata,
"Pendapatku mungkin terlalu dangkal, tapi
mungkin berguna untuk dipertimbangkan kalian.
Pada waktu nona Bwe malang melintang dahulu,
meski sampai sekarang musuhmu itu tetap sama
orangnya, tapi keadaan sduah berubah, oarangorang
itu tersebar dimana-mana dan satu sama
lain tahu mampunyai musuh bersama, yaitu nona
Bwe. Pula menurut keadaaan masa itu, tentu tidak
ada yang mau mengaku sebagai musuh nona Bwe.
Tapi keadaan sekarang sudah berubah, bilamana
orang-orang itu tahu nona Bwe masih hidup, tentu
mereka akan bangkit dan bersatu untuk menuntut
balas padamu."
Tiba-tiba tersembul senyuman aneh pada wajah
Bwe kiam-soat, katanya pelahan,"Apakah benar
mereka hanya ingin menuntut balas padaku"
Mungkin....." ia pandang Lamkiong peng sekejap,
lalu tidak melanjutkan.
"Apapun juga, menurut pendapatku, hanya
dengan kekuatan kalian berdua tentu akan banyak
menghadapi kesulitan.........."
"Lantas kalau menurut pendapat Yim tai-hiap,
apakah kami.....kami harus minta perlindungan
orang?" seru Lamkiong peng, nadanya kurang
senang. Yim hong peng tersenyum, "Ah dengan
kedudukan kalian yang terhormat, mana berani
kubilang soal minta perlindungan orang segala."
Mendadak Bwe kiam-soat menjengek, "Yim taihiap,
ada urusan apa kukira lebih baik kaukatakan
terus terang saja daripada berliku-liku."
Di depan orang pintar, kukira memang tidak
perlu banyak omong," ujar Yim hong-peng, "Yang
jelas persoalan kalian ini memang perlu sahabat,
kalau tidak, sungguh sukar lagi untuk
berkecimpung di dunia kang-ouw, padahal hari
depan kalian masih cerah, bila mesti putus
harapan begini saja, kan sayang."
"Apa pun juga, mempunyai dua orang sahabat
seprti kalian ini sedikitnya hatiku sudah terhibur."
Ujar Lamkiong peng.
"Ah diriku ini terhitung apa, kata Tik Yang
dengan tertawa, "Tapi Yim-heng tentu saja lain,
beliau kan pendekar kosen dari perbatasan utara
sana." "Terima kasih atas pujianmu, "kata Yim hong
peng. "Betapa tinggi kepandaianku mana dapat
dibandingkan kalian berdua yang masih muda
perkasa." Ia merandek sambil menyapu pandang ketiga
orang itu, lalu menyambung, "Namun ada juga
seorang kenalanku, orang ini sungguh berbakat
besar, berbudiluhur, serba pintar baik ilmu falak
maupun ilmu bumi, baik seni budaya maupaun
seni bela diri, lwekangnya bahkan sudah mencapai
puncaknya, sehelai daun saja dapat digunakannya
untuk melukai orang. Yang paling hebat, kecuali
mempunyai kepandaian yang mengejutkan, orang
ini juga mempunya cita-cita setinggi langit, bahkan
pergaulannya sangat luas, orangnya simpatik."
Diam-diam Bwe Kiam-soat menjengek,
sedangkan Lamkiong peng dan Tik Yang meras
tertarik. Bila orang lain yang bicara demikian mungkin
akan diremehkan mereka, tapi semua ini keluar
dari mulut Ban-li-liu-hiang Yim hong peng,
bobotnya tentu saja lain. Tanpa terasa mereka
tanya berbareng, "Siapakah gerangan tokoh yang
kau maksudkan itu?"
Yim hong peng tersenyum, tuturnya,"Orang ini
sudah lama mengasingkan diri di luar perbatasan
utaran sana, namanya sanagt sedikit diketahui
orang. Tapi kuyakin nama Swe thian Bang dalam
waktu singkat pasti akan tersiar ke segenap
pelosok dunia."
"Swe thian Bang" Sungguh nama yang indah!"
kata Tik Yang. "Jika benar ada seorang tokoh semacam itu,
setiba di tionggoan tentu kami ingin berkenalan,
Cuma sayang saat ini sukar untuk mememuinya, "
ujar Lamkiong peng.
Tiba-tiba Bwe kiam soat menyela " APakah
maksud Yim tai-hiap , apabila kami dapat
mengikat sahabat dengan tokoh kosen semacam
ini, lalu segala urusan akan beres?"
Dia tetap bicara dengan nada dingin dan ketus.
Yim hong peng, seprti tidak menghiraukannnya,
katanya, "Lamkiong-heng, suasana dunia
persilatan skerang boleh dikatakan tercerai berai
dan kacau balau. Kun lun pai sudah lama merajai
wilayah barat, Siau lim-pai menjagoi daerah
tionggoan, Butong pai menguasai daerah Kanglam,
selain itu di selatan masih ada Tiam-jong-pai, di
timur ada Wi-san-pai, di barat ada Cong-lam-pai.
Masing-masing aliran menguasai kungfu andalan
sendiri dan menguasai satu wilayah tertentu,
meski semuanya juga berhasrat memimpin dunia
persilatan dan setiap saat dapat menimbulkan
kekacauan dunia persilatan, tapi lantaran
pertarungan di Wi-san dahulu kebanyakan aliaran
itu sudah mengalami kelumpuhan, ditambah lagi
dunia kangouw sudah dipimpin oleh Sin-liong dan
Tanhong, maka suasana sepuluh tahun terakhir ini
masih dapat dikendalikan."
Dia berbicara panjang lebar, meski agak berteletele,
namun tidak dirasakan jemu oleh Tik Yang
dan Lamkiong peng.
Maka ia menyambung pula, "Tapi sekarang jago
muda dari berbagai perguruan itu sama
bermunculan, kekuatan sudah pulih, saking
kesepian jadi ingin bergerak lagi. Ditambah lagi
Sin-liong telah menghilang, perimbangan kekuatan
jadi buyar juga. Kini tiada seorang di dunia
persilatan yang mampu mengatasi semua orang,
tidak terlalu lama di dunia kangouw pasti akan
berbangkit huru-hara, kekuatan muda tersebut
tentu juga akan membanjir timbul untuk berebut
pengaruh, lantas bagaimana akibatnya tentu dapat
dibayangkan. Nadanya mulai meninggi, ceritanya mulai
tenang. Lamkiong peng dan Tik Yang juga
terbangkit semangatnya. Tapi demi teringat kepada


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaan sendiri sekarang, tanpa terasa Lamkiong
peng merasa gegetun dan dingin lagi hatinya
serupa diguyur air.
Sekilas Yim hong-peng dapat melihat perubahan
air muka Lamkiong peng, diam-diam ia merasa
senga, sambungnya pula, "Sesudah lama tercerai
akhirnya tentu akan bergabung lagi, bila terlampau
sepi akhirnya pasti ribut lagi. Ini adalah kejadian
logis. Tapi dalam keributan ini bila tidak diimbangi
oleh suatu kekuatan besar untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran, maka pastilah akan
terjadi kesewenang-wenangan, yang kuat makan
yang lemah, salah benar sukar dibedakan, tentu
akan banyak terjadi kerusuhan pula. Dan
bilamana susana kacau tak terkendalikan,
akibatnya tentu tambah runyam."
"Ya memang pandangan Yim tai-hiap sungguh
sangat tepat," puji Lamkiong peng.
"Ah, apalah artinya diriku ini, justru Swe thianbang
itulah jeniusnya manusia manusia jaman
kini," ujar Yim hong-peng dengan tersenyum.
"Meski kakinya belum pemah melangkah masuk
Giok-bun-koan, tapi caranya menganalisa keadaan
dunia persilatan dan apa yang akan terjadi
sungguh seperti telah terjadi sungguhan. Terus
terang kukatakan kedatanganku kepedalaman sini
justru mengemban tugasnya, aku diminta mencari
beberapa tokoh muda berbakat untuk bersamasama
melaksanakan tugas suci menegakkan
keadilan dunia persilatan."
Alis Tik Yang menegak, tukasnya,"Menegakkan
keadilan, sungguh semboyan menarik. Sayang
disini tidak arak, kalau tidak sungguh aku ingin
menyuguhmu tiga cawan."
Lamkiong peng tambah resah bila teringat
kepada urusan sendiri.
Sedangkan Bwe Kiam-soat lantas mendengus,
pikirnya, "Kiranya Yim hong-peng ini tidak lebih
cuma seorang pembujuk saja. Dia datang lebih
dulu untuk mencari pendukung bagi Swe thian
bang. Hm, besar amat ambisi orang She Swe ini,
rupanya dia bemiat merajai dunia kangouw."
Setelah berpikir lagi diam-diam ia terkesiap juga,
"Lahiriah orang she Yim ini menarik, ilmu silatnya
juga tinggi, tutur katanya juga memikat hati orang,
jelas orang ini pun seorang tokoh luar biasa.
Sampai tokoh seperti Bin-san-ji-yu pun dapat
diperalat olehnya, tapi dia toh cuma menjadi
seorang pembujuk bagi Swe thian bang,
tampaknya kepandaian orang she Swe ini terlebih
sukar dijajaki."
Agaknya Yim hong peng juga sedang mengamati
rcaksi orang, maka kemudain ia menyambung lagi,
"Lamkiong-heng dengan kepandaianmu ditambah
lagi kekayaan keluargamu, selanjutnya dunia
persilatan mestinya berada dalam genggamanmu.
Tapi engkau justru lagi menghadapai persoalan
yang tak dapat dimaafkan oleh sesama omag
kangouw bahkan saudara seperguruan sendiri pun
tidak dapat memaklumi maksud baikmu, dalam
keadaan tejepit, sungguh Lamkiong-heng serba
susah. Tapi bila engkau mau bekerja sama dengan
Swe thian bang, ditambah lagi tokoh muda serupa
Tik-siauhiap ini, urusan apa pula yang tidak dapat
diselesaikan"
"Kupikir, bila bekerjasama ini terlaksana, selain
dunia persilatan dapat diamankan, juga Lamkiongheng
dapat menggunakan kekuatan ini umtuk
mengindang sesama orang Bulim untuk menjelas
duduk perkara. Tatkala mana kekuatanmu sudah
lain, ucapanmu berbobot, siapa lagi yang tidak
percaya kepadamu. Jadinya bahaya yang
mengancam Lamkiong-heng akan lenyap, namamu
bahkan akan termashur, Ji-hau-san-ceng
selanjutnya akan semakin disegani."
Dengan tersenyum tiba-tiba Bwe Kiam-soat
berkata, "Wah, menurut cerita Yim-tai-hiap ini,
bukanlah dalam waktu singkat tokoh Swe thian
bang yang luar biasa akan dapat merajai dunia
persilatan dan menjadi Bulim-bengeu"
"Ya bilamana dibantu oleh tokoh muda seperti
kalian ini, tidak sampai beberapa tahun dunia
persilatan pasti dapat dikuasai oleh kita," ujar Yim
hong-peng dengan tertawa.
Dia sangat senang disangkanya kedua anak
muda ini sudah terpikat oleh ocehannya.
Bola mata Bwe kiam-soat berputar, katanya pula
dengan tertawa, "Maksud baik Yim tai-hiap ini
sungguh sangat membesarkan hati kami,
cuma.......saat ini kami sedang terdesak bahaya
mengancam di depan mata, sebaliknya rencana
Yim tai-hiap masih jauh daripada tercapai, bahkan
jejak Swe thian-bang itu belum lagi menginjak
daerah Tionggoan......."
Mendadak Ban-li-liu-hiang Yim hong peng
tertawa dan memotong, "Jika kalian sudah mau
menerima ajakanku, dengan sendirinya aku pun
tidak perlu merahasiakan urusan ini. Terus terang,
meski jejakku baru mulai muncul sebulan terakhir,
padahal sudah hampir lima tahun kujelajahi
Tionggoan. Selama lima tahun ini sedikit banyak
sudah kupupuk juga kekuatan tertentu, hanya
karena waktunya belum tiba, maka sejauh ini
belum diketahui kawanan Bulim."
"Wah melulu cara Yim tai-hiap menyembunyikan
pekerjaan ini saja sudah lain daripada orang lain,
sungguh hebat," kata Kiam soat.
Yim hong peng tertawa bangga, "Namun caraku
memilih orang sangat cermat, tidak sedikit kawan
kalangan bawah dan menengah yang telah
menggabungkan diri, tapi saudara dari lapisan atas
justru masih sangat sedikit, sebab itulah kuminta
bantuan kalian bertiga, sebab Swe siansing itu
dalam jangka waktu singkat mungkin juga akan
masuk ke daerah Tionggoan."
Meski dia sok pintar, tanpa terasa ia pun lupa
daratan oleh senyum manis dan lirikan Bwee kiamsoat
yang memabukkan itu dan pelahan tersingkap
juga rahasia maksudnya.
Air muka Lamkiong peng dan Tik Yang rada
berubah, sebaliknya dengan berseri-seri Yim hongpeng
berkata pula, "tidak jauh dari sini terdapat
tempat persingghanku, meski sangat sederhana,
tapi jauh lebih tenang daripada disini, cuma
sayang masih ada sedikit urusanku di Se-an yang
harus kuselesaikan, saat ini tidak dapat kuantar
sendiri ke sana."
Bwe Kiam soat sengaja menghela nafas
menyesal, "Wah lantas bagaimana?"
"Tidak menjadi soal," kata Yim hong-peng, meski
tidak dapat kuantar sendiri, sepanjang jalan sudah
ada orang siap menyambut kedatangan kalian......."
"Selain itu, " sambungnya asmbil merogoh saku,
"Supaya kalian percaya kepada keteranganku,
boleh lihat........."
Ketika tangan terangkat, terlihatlah oleh Kiam
saot bertiga tiga kantung sutera berwama wami
terpegang pada tangan Yim hong-peng.
"Bagus sekali, barang apakah ini?" tanya Kiamsoat.
"Sampai saat ini, boleh dikatakan sangat langka
orang dunia persilatan yang pemah melihat benda
ini," tutur Yim hong-peng dengan prihatin sambil
membuka salah sebuah kantung sutera itu.
Seketika semua orang mencium bau harum ane
menusuk hidung.
Yim hong-peng lantas mengeluarkan sepotong
kayu kecil persegi berwama lembayung dari dalam
kantung dan diserahkan kepada Bwe kiam-soat.
Waktu Kiam-soat mengamati, potongan kayu
kecil yang tidak menarik ini terbuat secara indah,
bagian atas ada ukiran pemandangan alam yang
permai, terlukis seorang berdiri di bawah cahaya
senja sedang memandang puncak gunung di
kejauhan, orang ini terlukis samar-samar, tapi bila
diteliti kelihatan gagah dengan sikap yang hidup,
Cuma sayang garis mukanya hanya terukir dari
sisi belakang. Di balik kepingan kayu ini terukir dua bait syair,
sangat kecil hurufnya namun gaya tulisnnya indah
kuat, jelas tulisan seniman temama.
Kepingan kayu ini keras dan berat serta berbau
harum. Setelah mengamati sejenak, kemudian Bwe
kiam-soat bertanya, "Apakah orang yang terukir di
sini adalah orang yang disebut Swe thian-bang
itu?" Yim hong-peng mengangguk, "Ya, benda ini
tanda pengenal Swe thian-bang itu."
Lalu ia memberikan pula kedua kantung sutera
kepada Lamkiong Peng dan Tik Yang, katanya pula
dengan tertawa, "Untuk mendapat kepercayaan
kalian bertiga, sengaja kulanggar prosedur biasa
dan kuberikan benda ini......."
"Prosedur biasa apa?" ujar Bwe kiam-soat sambil
memainkan keping kayu dan kantung sutera yang
dipegangnya. "Setiba kalian di tempatku dengan sendirinya
akan tahu," kata Yim hong-peng.
Mendadak ia bertepuk tangan, baru berjangkit
suara keplokannya, dari kejauhan lantas muncul
sesosok bayangan secepat terbang.
Hanya sekejap saja orang ini sudah mendekat,
ternyata dia adalah Tiangsun Tang, salah seorang
jago dari Bin-san-ji-yu.
Ia berdiri dengan sikap hormat di depan Yim
hong-peng sambil melirik sekejap ke arah Bwe
Kiam soat, ketika diketahui benda yang berada di
tangan orang, seketika wajahnya menampilakan
rasa heran dan kejut.
"Agaknya antara Tiangsun-heng dan nona Bwe
terdapat suatu perselisihan, tapi selanjtnya kita
adalah orang sendiri, rasanya Tiangsun-heng perlu
melupakan uusan masa lampau," kata Yim hongpeng
dengan tersenyum.
Sejenak Tiangsun Tang melenggong, lalu berkata
dingin, "Saat ini juga sudah kulupakan."
"Cepat benar lupanya," ujar Bwe kiam-soat
dengan tertawa genit.
"Haha, memang harus begitu," ujar Yim hongpeng.
Sekarang harap Tiangsun-heng membawa
mereka bertiga ke Liu-hiang-ceng kita, setelah
kuselesaikan sedikit urusan di Se-an segera
kupulang untuk menemui kalian disana."
"Dan.......pedang......."tergagap Tiangsun Tang.
"Oya, pedang Lamkiong-heng yang tertinggal di Sean
itu sudah kusuruh bawa kemari," Yim hongpeng
Selagi Lamkiong Peng melenggong, Tiangsun Tan
telah menyodorkan pedang yang dibawanya sambil
berkata, "Sarungnya baru saja dibuat, mungkin
tidak begitu cocok."
Yim hong-peng mengambil pedang itu dan
dikembalikan kepada Lamkiong Peng, katanya,
"Tadi tanpa permisi kumasuk ke kamar Lamkiongheng,
kulihat pedang pusaka ini tertinggal disana,
maka secara sembrono kubawakan untuk
Lamkiong-heng."
Sebelum Lamkiong Peng bersuara,
pandangannya beralih kepada Tik Yang, katany
pula, "Tik-heng, apakh kauthau dimana letak
kcanehan keping kayu ini?"
Alis Tik Yang menegak, jengeknya, "Betapa
anehnya barang ini, jika orang she Tik disuruh
menjadi antek seorang yang bemafsu besar ingin
menguasai dunia persilatan, hmk......"
Mendadak ia mendongak memandang langit
sambil melemparkan kantung sutera yang
dipegangnya ke tanah.
Kerua Yim hong-peng terkesiap, air mukanya
berubah seketika, katanya, "Tik-heng aku....."
Tiba-tiba Lamkiong Peng juga berkata,
"Terimakasih atas maksud baik Yim tai-hiap,
sesungguhnya kamu pun sangat ingin dapat
bekerja sama dengan tokog besar semacam Swe
tai-hiap itu, cuma........" ia menghela nafas, lalu
mengembalikan kantung sutera kepada Yim hongpeng
dan berkata pula, "Siaute orang bodoh, juga
sudah terbiasa hidup tidak beraturan, mungkin
sukar ikut serta dalam pekerjaan besar yang
dirancang Yim tai-hiap. Namun .........apa pun juga
budi pertolongan Yim tai-hiap takkan kulupakan."
Pada dasarnya Lamkiong Peng berwatak jujur, ia
dapat meraba maksud tujuan Yim hong-peng,
maka tidak sudi di diperalat orang. Tapi ia pun
merasa utang budi, maka ia menolak ajakan orang
dengan menyesal.
Air muka Yim hong-peng berubah kelam,
kantung sutera itu diremasnya dengan
mendongkol, pandangannya pelahan beralih
kepada Bwe kiam-soat.
"Aku sih tidak menjadi soal," kata Kiam-soat


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan tertawa, kepingan kayu dimasukkan lagi
kedalam kantung.
Lamkiong Peng tercengang, sebaliknya sinar
mata Yim hong-peng mencorong terang.
Dengan tertawa Kiam-soat menyambung lagi,
"Tapi aku pun tidak mempunyai ambisi sebesar
itu, sebab itulah terpaksa aku pun menerima
ajakan Yim tai-hiap dengan ucapan terima kasih,
hanya....." pelahan ia masukkan kantung sutera
itu ke dalam bajunya, lalu melanjutkan, kantung
sutera dan kepingan kayu ini tampaknya sangat
menyenangkan, maka berat untuk kukembalikan
kepadamu, jika secara sukarela Yim tai-hiap sudah
memberikannya kepadaku, kukira engkau pasti
takkan memintanya kembali dariku, bukan?"
Seketika air muka Yim hong-peng berubah pucat
dan melenggong dengan bingung, pelahan ia lantas
menjemput kantung sutera yang dilemparkan Tik
Yang tadi. Lamkiong Peng merasa tidak enak hati, ucapnya,
"Maafkan, selanjutnya asalkan Yim tai-hiap
ada....." Mendadak Yim hong-peng bergelak tertawa pula,
"Haha, agaknya orang she Yim bermata lamur,
kiranya kalian sengaja hendak mempermainkan
diriku........"
Sampai di sini tiba-tiba sorot matanya berubah
mencorong, sambungnya sekata demi sekata, "Hm,
setelah kalian mengetahui rahasiaku, memangnya
kalian ingin pergi dengan hidup. Hah, apakah
kalian sangka orang she Yim seorang tolol?"
Serentak ia melompat mundur sambil berkeplok,
segera dari tempat gelap di sekitarnya muncul
berpuluh sosok bayangan orang.
Lamkiong Peng bertiga terkesiap.
Pelahan Tiangsun Tang melolos pedang dan siap
tempur. "Hm, bila orang she Yim tidak yakin dapat
membuat kalian tutup mulut selamanya mana
kumau memberitahukan rahasiaku sendiri kepada
kalian?" jengek Yim hong-peng pula, waktu ia
angkat tangannya, serentak bayangan orang itu
mendesak maju dari sekelilingnya.
Lamkiong Peng menyapu pandang sekejap,
jengeknya, "Mesti ada rasa terimakasihku kepada
Yim-heng, tapi dengan tindakanmu ini rasa
terimakasih jadi hanyut seluruhnya. Jika beratus
orang di Se-an saja tidak mampu mengusik
scujung rambutku, sekarang cuma berpuluh orang
ini dapatkah mengatasi kami bertiga"
Segera Tik Yang juga berteriak, "Siapa yang
berani, boleh silakan dia rasakan dulu Thian-sansin-
kiam." "Boleh kaubelajar kenal dulu dengan usaha
orang she Yim, jawab Yim hong-peng sembari
menggeser mundur.
Serentak Tiangsun Tan juga melompat kesana
dan berdiri berjajar bersama Yim hong-peng di
antara lingkaran orang-orang berbaju hitam.
Dengan sendirinya Lamkiong peng dan Tik Yang
juga berdiri berjajar dengan Bwe kiam-soat,
barisan musuh kelihatan mendesak maju dengan
pelahan. "Tenang, kata Bwe Kaim soat, "Jangan
sembarangan bergerak. Bila keadaan tidak
menguntungkan, segera kita terjang keluar saja."
Tiba-tiba terdengar suara gemerantang nyaring,
suara rantai besi, menyusul Yim hong-peng lantas
membentak, "Thian (langit)!"
Serentak berpuluh bayangan orang itu
mengangkat tangan ke atas, berpuluh jalur cahaya
dingin segera terbang tinggi ke langit dari tangan
orang-orang berbaju hitam itu.
Terdengar Yim hong-peng membentak pula,
"Te(bumi)!"
Sekaligus berpuluh cahaya dingin melayang pula
dari gerombolan orang banyak itu dan menyambar
ke arah Lamkiong Peng bertiga.
Keruan mereka terkejut, Lamkiong peng
membentak sambil melolos pedang, dengan cepat
ia memutar pedangnya. Bwe kiam-soat juga lantas
mengebaskan lengan bajunya, Tik Yang pun
menghantamkan kedua tangannya ke depan
sehingga cahaya dingin itu sama rontok sebelum
tiba di tempat tujuan.
Tak terduga kembali terdengar suara bentakan,
"Hong (angin)!"
Terdengar suara menderu, segulung cahaya
perak melesat tinggi ke udara, habis itu secepat
kilat gulungan cahaya menyilaukan mata dengan
suara menderu keras, ditambah lagi suara nyaring
rantai ketika bergerak, tampaknya tidak kepalang
lihainya. Tik Yang bersuit panjang dan melompat ke atas,
Bwe kiam soat juga berteriak kaget, "Celaka!"
Belum lenyap suaranya, cahaya perak yang
berhamburan itu dalam sekejap saja telah
membenam seluruh tubuh Tik Yang.
Lamkong Peng terkesiap, cepat ia putar
pedangnya melindungi sekujur badan, ia pun
melompat ke atas.
Pada waktu tubuh Tik Yang baru bergerak ke
atas, mendadak dirasakan berpuluh buah Liu-singtui
(bola berantai) menyambar kepalanya. Cepat ia
menggeliat sehingga tubuhnya membelok ke
samping, siapa tahu cahaya perak kembali
menyambar tiba dan membungkus tubuhnya.
Dalam keadaan demikian ia tidak dapat berpikir
panjang lagi, sekali meraih, sebuah bola perak
ditangkapnya, lalu mengikuti daya tarikan,
langsung ia menubruk ke bawah.
Tapi segera dirasakan tangan kesakitan
tertusuk, pinggang kiri dan paha kanan juga
kesakitan, terdengar suara gedebuk, tahu-tahu ia
menumbuk tubuh seorang berbaju hitam,
keduanya sama menjerit kaget dan jatuh terguling.
Dalam pada Itu Lamkong Peng sedang melayang
ke atas dengan berputar untuk melindungi tubuh
sendiri, di tengah gelombang cahaya tampak
sedikit kacau, kesempatan itu segera
digunakannya untuk menerjang, pedang pusaka
Yap-siang-kiu-loh memperlihatkan kesaktiannya,
terdengar suara gemerincing nyaring, bola berantai
yang merupakan senjata khas kawanan lelaki
berbaju hitam itu sama tertabas putus oleh
pedangnya. Kemudian terlihat olehnya Tik Yang
lagi menjerit kaget dan jatuh terguling.
Terkesiap juga Bwe kiam soat melihat senjata
andalan musuh yang khas itu, ia pikir pantas Yim
hong peng begitu garang, mentang-mentang
mempunyai barisan tempur yang lihai.
Hendaknya diketahui, senjata sebangsa Lui-singtui
(bola berantai), Lian-cu-jiang (tombak berantai)
dan senjata lemas lainnya bukanlah senjata yang
langka, namun sangat sukar melatihnya dengan
baik. Terlebih di tengah orang banyak, bila
latihannya tidak sempuma, bisa jadi akan melukai
lawan atau diri sendiri malah. Tapi bila senjata
yang lemas itu dapat dikuasai dengan baik, maka
daya tempurnya akan berlipat ganda.
Bahwa berpuluh lelaki berseragam hitam ini
dapat serentak menggunakan senjata lemas begini,
jelas mereka sudah terlatih dengan baik dan dapat
bekerja sama dengan rapih sehingga tidak sampai
melukai sendiri dan mencederai lawan.
Pengalaman tempur Bwe kiam soat sudah
banyak, ia tahu barisan tempur ini sangat lihai dan
sulit dihadapi. Tapi saat itu Lamkiong Peng sudah
menerjang ke tengah musuh, cepat ia pun ikut
melayang maju, sekali lengan bajunya mengebas
dengan kuat, kontan ia bikin rontok tujuh-delapan
Lui-sing-tui yang lagi menghantam Lamkiong Peng.
Dalam pada itu Lamkiong Peng lantas memburu
ke tempat roboh Tik Yang.
Tentu saja Bwe kiam soat berkerut kening
melihat kelakuan anak muda itu, ia tahu bila lusing-
tui musuh menyerang lagi pasti sukar
menghindar bagi Lamkiong Peng.
Namun pada saat itu cahaya perak juga sudah
kacau, terdengar Yim-hong "peng membentak pula,
"Siang (es)"
Segera Bwe kiam soat berputar ke sana dan ikut
menubruk maju bersama Lamkiong Peng.
Sekonyong-konyong terdengar angin menderu
lagi, berpuluh Lu-sing-tui serentak telah ditarik
kembali, berpuluh lelaki berseragam hitam juga
melompat mundur.
Rupanya Yim-hong-peng juga terperanjat ketika
melihat barisan bola berantai anak buahnya terjadi
kekacauan karena diterjang oleh Tik Yang dan
Lamkiong Peng. Padahal barisan bola berantai
khusus dilatihnya dengan mengumpulkan berbagai
jago silat pilihan, barisan ini memakai perhitungan
Pat-kua dan berdasarkan perubahan thian (langit),
te (bumi), hong (angin), uh (hujan), jit (matahari),
goat (bulan), in(mega), soat (salju), dan siang(es).
Dengan sendirinya sangat ruwet perubahan
sembilan macam unsur itu, namun bantu
membantu satu sama lain, apalagi setiap bola
berantai itu berduri pula, dengan sendirinya daya
tempurnya luar biasa hebatnya.
Kini dilihatnya Tik yang hanya terluka ringan
saja, Yim hong-peng kuatir barisan ciptaannya
akan dibobol musuh, maka cepat ia undurkan diri
dulu barisannya untuk merapikannya lebih dulu.
Waktu itu Lamkiong Peng sedang memeriksa
keadaan Tik Yang, dilihatnya darah mengucur dari
pinggang kiri dan paha kanan, namun tangan Tik
Yang sekuatnya lagi mencekik leher seorang lelaki
berbaju hitam dan ditindihnya dari bawah, dari
celah jari juga merembes darah segar.
Pada telapak tangan kiri lelaki berbaju hitam itu
memakai sarung tangan kulit dan terikat seutas
rantai perak mengkilat, bola perak pada ujung
rantai terpegang oleh Tik Yang, mendadak Tik Yang
menggeram dan cahaya perak berkelebat, darah
pun berhamburan, kiranya sekali hantam dengan
bola yang dipegangnya Tik Yang telah menghantam
remuk kepala lawan.
Cepat Lamkiong Peng membengunkan Tik Yang,
dilihatnya kedua mata orang merah membara,
dada penuh berlepotan darah, untuk pertama
kalinya anak muda ini terluka, juga untuk pertama
kalinya selama hidup anak muda ini membunuh
orang. Melihat darah yang bereeceran, ia menjadi
terkesima memandangi bola perak yang masih
terpegang olehnya.
"Hm, ternyata Thian-san-sin-kiam juga Cuma
begini saja," tiba-tiba terdengar Yim hong-peng
mengejek dari samping.
"Hanya begini apa" Sedikitnya juga telah
mengacaukan barisanmu, untung kauhentikan
gerakan barisanmu, kalau tidak, hmk!.......ejek
Bwe kiam-soat. "Huh jangan temberang dulu, "jawab Yim hongpeng.
"kedatanganku ke darcah Tionggoan sekali
ini sebenarnya juga tidak bermaksud mengikat
permusuhan, sebab itulah barisan bola perak ini
belum kugunakan secara tuntas. Apabila kalian
bisa melihat gelagat, hendaknya turut nasihatku,
kalau tidak, terpaksa kalian harus menyaksikan
kesaktian barisan bola perak yang sesungguhnya."
Habis berkata, segera Yim-hong-peng bermaksud
melompat mundur ke tengah barisannya.
"Nanti dulu!" bentak Kiam soat mendadak, sekali
bergerak, tahu-tahu ia sudah hinggap di depan
Yim-hong-peng. "Hah, memangnya dapat kautahan diriku,"
jengek Yim-hong-peng, mendadak ia meloncat lagi.
"Boleh kau coba!" jengek Bwe kiam soat dengan
tertawa, tangan kiri terangkat dan lengan baju
berkibar, serupa ular saja tahu-tahu hendak
membelit betis Yim-hong-peng.
Tergetar juga hati Yim-hong-peng, cepat kedua
tangannya menebas ke bawah, kaki kanan pun
mendepak. Namun sedikit Bwe kiam soat menarik lengan
bajunya, katanya dengan tertawa, "Lebih baik
kauturun saja!"
Belum lenyap suaranya, benar juga Yim-hongpeng
sudah jatuh kembali ke tempat semula dan
menatap Bwe kiam soat dengan tercengang.
Baru saja Bwe kiam soat telah mengeluarkan
gerakan "Liu-in-hui-siu" atau awan mengambang
dan lengan baju menyambar, tampaknya tidak ada
suatu yang istimewa, tapi ternyata membawa
tenaga betotan yang maha kuat, juga ketepatan
waktu dan bagian yang di arah terjadi secara tepat
dan jitu. Diam-diam Lamkiong Peng juga terkejut, baru


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang ia menyaksikan kepandaian asli Bwe
Kiam-soat. Di samping terkejut ia pun kagum.
Padahal selama sepuluh tahun ini perempuan ini
selalu berbaring di dalam sebuah peti mati yang
sempit, tersiksa dan bisa membuat gila.
Namun perempuan ini tidak saja tetap tawakal,
bahwa lwekangnya yang sudah punah dapat pulih
kembali, sungguh suatu pekerjaan yang tidak
mudah. Terutama ilmu awet muda yang berhasil
juga dikuasainya bahkan kungfunya seperti lebih
maju daripada dulu. Sungguh sukar dimengerti
resep apa yang membuatnya mencapai mukjizat
seperti ini. Dalam pada itu pelahan Tik Yang telah duduk
tegak. "Hm, sudah saatnya kalian memilih apakah
ingin menyerah atau tetap bertempur, apalagi
kalian perlu juga bersiap membereskan urusan
orang she Tik ini setelah dia mampus," jengek Yim
Hong-peng. "Apa katamu?" bentak Lamkiong Peng terkesiap.
"Hehe," Yim Hong-peng tertawa ejek, "pada bola
perak berduri itu dilumuri racun, bila masuk
darah, sukar lagi tertolong. Maka bila kau ingin
menolong jiwa kawanmu, hendaknya kau lekas
ambil keputusan."
Rupanya dia rada keder akan kesaktian Bwe
Kim-soat, maka sengaja menggertak dengan racun
yang mengenai Tik Yang itu.
Air muka Lamkiong Peng berubah hebat, waktu
ia berpaling ke sana, dilihatnya wajah Tik Yang
berubah kaku dan mata buram.
"Hm, biarpun kaubicara menakutkan juga
takkan mampu menggertak diriku," jengek Kimsoat.
"Tapi kuyakin dalam hatimu harus mengakui
aku tidak main gertak belaka," ejek Yim Hong Peng.
"Kau sendiri sudah terkenal sebagai perempuan
berdarah dingin, dengan sendirinya mati hidup
kawan tidak perlu kau pikirkan. Tapi kau
Lamkiong Peng, apakah kaupun manusia yang
berbudi rendah begitu?"
Tegetar juga hati Lamkiong peng, dirasakan
tangan Tik Yang dipegangnya panas membara,
sinar matanya juga berubah buram.
"Bila kebekuk dirimu, masakah takkan kau
serahkan obat penawarnya" Jengek Bwe kiam soat
pula. "Obat penawarnya memang ada, tapi tidak ku
bawa, apalagi.....hehe, apakah kau yakin mampu
membekuk diriku?"
Alis kiam-soat menegak, medadak ia terbahakbahak,
"Hahaha, sungguh mengegelikan kusangka
Ban-li-liu-hiang Yim Hong Peng itu tokoh lihai
macam apa, tak tahunya Cuma begini saja."
Yim Hong Peng meraba janggutnya berlagak
tidak mendengar.
Kiamsoat mendengus lagi, "Huh, dengan cara
licik ini utnuk menjirat orang masuk ke dalam
komplotanmu, apakah tindakan ini tidak teramat
bodoh" Umpama berhasil kaubujuk orang dalam
komplotanmu, apakh kemudian dapat kaujamin
kesetiannya, apakah dia takkan menjual
rahasiamu dan berkhianat" Hah, bisa jadi engkau
akan menyesal dikemudian hari."
"Hahahahaha! "Yim Hong Peng terbahak, "Untuk
ini nona tidak perlu kuatir bagiku, jika orang she
Yim tidak yakin mampu menaklukan harimau,
tidak nanti ku berani naik ke gunung."
Diam-diam Bwe kiam-soat merancang tindakan
apa yang akan diambilnya, lahirnya ia berlagak
tertawa, ia pikir harus sekali serang merobohkan
Yim Hong Peng, bila gagal serentak mereka bertiga
lantas menerjang keluar kepungan musuh sebelum
barisan bola maut itu bergerak.
Selagi ia termenung, di tengah malam sunyi
mendaak ia mendengar suara burung gagak
berkaok satu kali, segulung bayangan hitam
terbang tiba dengan cepat sekali, dari kecepatan
terbangnya lebih menyerupai seekor elang daripada
dikatakan seekor gagak.
Selagi Kiam soat terkesiap dilihatnya burung
gagak yang aneh ini mendadak menubruk ke muka
Yim Hong Peng , tampaknya hendak mematuk biji
matanya. Tentu Yim Hong Peng terkejut, cepat ia
menggeser mundur, berbareng sebelah tangannya
lantas menghantam.
Pukulan ini sangat kuat, gagak itu juga sedang
menyambar ke depan, sepantasnya sukar
menghindarkan pukulan dasyat ini.
Siapa duga, kembali terdengar suara gaok yang
panjang, secepat kilat gagak itu terbang membalik,
kecepatannya terlebih mengejutkan daripada
menyambar tiba tadi, hanya sekejap saja lantas
menghilang dalam kegelapan.
Yim Hong Peng sendiri jadi melongo, tangan yang
hampir menghantam tadi hampir tak dapat
diturunkan lagi. Di dunia ini memang banyak
hewan yang cerdik, tapi seekor burung gagak dapat
terbang mundur, sungguh hal ini tidak pemah
terdengar, benar-benar peristiwa yang ajaib.
Selagi merasa bingung, tiba-tiba terdengar suara
bentakan aneh dari jauh mendekat,
"Minggir!".........minggir!"
Menyusul terjadi kegaduhan diantara kawanan
lelaki berseragam hitam dan bersenjata bola
berantai, barisan mereka pun menjadi kacau dan
sama menyingkir untuk memberi jalan lalu.
Kening Yim Hong Peng berkerut, bentaknya,"
Tenang, tetap ditempat, apakah kalian sudah lupa
pada disiplin yang diajarkan, sebelum bertempur
barisan kacau dulu, dosa ini tak terampunkan!"
Belum habis ucapannya, mendadak seorang
tojin kurus kering berjubah biru dan berambut
putih melangkah tiba dari balik barisan sana
sembari membentak, "Minggir! Minggir !"
Rambut dan jenggot tojin ini sudah putih
seluruhnya, panjang jubah birunya Cuma sebatas
dengkul, mukanya kurus, tapi sikapnya gagah
berwibawa, telapak tangan kiri terangkat di depan
dada dan diatas telapak tangan hinggap seekor
burung gagak. Waktu Yim Hong Peng mengamati lebih teliti,
kiranya suara teriakan serak aneh tadi justru
keluar dari mulut burung gagak itu.
Tentu saja ia melenggong. Bahwa burung gagak
dapat terbang mundur sudah merupakan kejadian
ajaib. Gagak ini ternyata dapat bicara pula, dengan
sendirinya hal ini terlebih mengejutkan, bairpun
Yim Hong Peng sudah kenyang makan asam garam
dunia kangouw dan luas pengetahuannya juga
terheran-heran.
Bwe kiam-soat juga tercengang, dilihatnya si
tojin kurus tersenyum simpul, mendadak burung
gagak itu berteriak lagi, "Bulan tidak gelap, angin
tidak kencang, mengapa kota Se-an yang aman
tentram ini tejadi kekabaran dan pembunuhan,
apakah kalian sengaja bikin rusuh!"
Meski serak suaranya, tapi lafalnya cukup jelas,
hal ini membuat Bwe kiam soat tambah melongo.
Hanya sinar mata Lamkiong Peng tetap
gemerdep dan tidak mengunjuk rasa terkejut, tapi
setelah melihat si tojin berambut putih itu, tibatiba
teringat seorang olehnya, baru saja dia
berseru, "Kau........"
Mendadak sorot mata si tojin menyapu pandang
ke arahnya dan mengedipinya. Seketika Lamkiongpeng
urung bicara dan memandang orang dengan
bingung. Ban-li-liu-hiang berusaha mengatasi rasa
bimbangnya, ia memberi hormat dan menyapa,
"Totiang tentu orang kosen dari dunia luar, entah
ada keperluan dan petunjuk apa datang ke sini?"
Tojin berambut putih itu terbahak, si gagak
berteriak lagi, "Mengapa engkau Cuma
menghormat padanya, masa tidak melihat
kehadiranku disini?"
Yim Hong Peng melenggak dan serba susah,
masakah dirinya juga harus memberi hormat
kepada seekor burung gagak, sungguh mustahil.
Si tojin tertawa katanya, "Kawanku meski seekor
burung namun wataknya angkuh, tingkatannya
memang juga sangat tinggi, bila kauberi hormat
padanya kan tidak menjadi soal?"
Yim Hong Peng melenggong sejenak, dengan hati
tidak rela ia merangkap kepalan di depan dada
sebagi tanda hormat. Betapapun dia telah
terpengaruh oleh sikap tojin yang berwibawa dan
juga keajaiban burung gagak itu sehingga menurut
saja apa yang dikatakan si tojin.
Sorot mata Lamkiong Peng menampilkan
senyuman geli terhadap apa yang dilihtanya ini.
Diam-diam Bwe kiam-soat juga merasa heran, ia
tahu pribadi Lamkiong peng yang lugas, tidak nanti
ia tinggal diam menghadapi suatu urusan yang
ganjil. Maka ia menjadi curiga, namun kecerdasan
burung gagak itu memang terbukti nyata,
betapapun pintarnya juga tidak paham mengapa
bisa begini. Dilihatnya si tojin sedang mengangguk dan
berkata, "Baik anak muda yang sopan, tidak
percuma kedatanganku ini."
Setelah merandek sejenak, lalu ia berkata lagi
dengan kereng terhadap Yim Hong Peng, "Tanpa
sengaja aku berlalu di sini, kulihat disini hawa
pembunuh berkobar, aku tidak sampai hati
menyaksikan kawanan ksatria sama tertimpa
malapetaka, maka sengaja mengitar ke sini."
Dengan bingung Yim Hong Peng menjawab
"Ucapan Cianpwe sungguh sukar di
mengerti..........."
"Jelas dirundung kemalangan, apabila kau
berani main senjata, pasti celakalah kau, maka
kuanjurkan lebih baik kau loloskan diri sebelum
terlambat," Kata si tojin pula dengan gegetun.
Sama sekali ia tidak memandang Lamkiong peng
dan Bwe kiam soat, seperti kedua orang itu
membuatnya jemu, lalu dengan nada kereng ia
menyambung, "Jika ada orang merintangimu,
mengingat sopan santunmu ini, biarlah nanti
kutahan mereka."
"Tapi....." Yim Hong Peng tambah bingung.
"Tapi apa" Masa kau tidak percaya kepadaku?"
bentak si tojin dengan bengis.
Serentak burung gagak itu menyambung,
"Kemalangan akan menimpa dan belum lagi
kausadari, kasihan!"
Yim Hong Peng berdiri termangu dengan air
muka pucat, ia pandang Lamkiong peng bertiga
dan memandang pula si tojin dan burung
gagaknya, katanya kemudian dengan tergagap,
"Bukan Wanpwe tidak percaya kepada ucapan
Cianpwe, soalnya urusanku ini tidak dapat
diselesaikan dengan sekata dua patah saja,
pula........"
"Pula apa yang kukatakan sukar untuk
dipercaya, begitu bukan maksudmu?" potong si
tojin. Yim hong-peng diam saja, biasanya diam berarti
membenarkan. Mendadak si tojin bergelak tertawa, "Haha apa
yang kukatakan selama ini hampir tidak pemah
disangsikan orang, juga tidak pemah salah
menafsirkan suatu peristiwa, ternyata sekarang
keteranganku tidak kaupercayai, agaknya kau ini
memang ingin mampus."
Burung gagak itu juga tertawa terkekeh aneh
dan berkata, "Hehe, jika benar kauingin mati, itu
kan gampang..........."
Bola mata Yim Hong Peng berputar, tiba-tiba
teringat seseorang olehnya, serunya, "Hei janganjangan
Ciapwe ini adalah tokoh serba tahu yang
termashur pada beberapa puluh tahun yang lalu,
Thian-ah Totiang adanya?"
SI tojin berambut putih tergelak, "Haha, bagus!
Ternyata namaku juga kaukenal. Ya, memang
betul, aku inilah Thian-ah tojin Cuma
memberitahukan kemalangan dan tidak
melaporkan kemujuran itu."
"Tapi.....tapi menurut berita yang tersiar di dunia
kangouw, konon....konon sudah lama cianpwe
wafat........"
"Wafat apa" Potong si tojin alias Thian-ah totiang
dengan tertawa, "Soalnya beberapa puluh tahun
yang lalu aku merasa bosan berkelana lagi di dunia
ramai ini, maka sengaja pura-pura mati dan
mengasingkan diri. Tak tersangka berita ini
dianggap benar oleh orang persilatan."
Mau tak mau Bwe kiam soat juga terperanjat.
Namun tokoh aneh dunia persilatan masa lampau


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini sudah lama telah didengarnya, diketahuinya
orang ini terkenal sebagi peramal ulung, hampir
tidak pemah meleset bilamana dia meramalkan
malapetaka seseorang. Asalkan dia memberi
peringatan kepada seorang, orang tersebut tentu
tertimpa bahaya.
Sebab itulah orang dunia persilatan
menyebutnya sebagi Thian-ah tojin, kata "ah" atau
gagak biasanya tidak mengenakan pendengaran,
namun setiap orang persilatan tidak ada yang
berani bersikap kurang hormat kepadanya.
Lalu dengan serius Thian-ah tojin berkata
kepada Bwe kiam soat, "nah apa yang telah
kukatakan tentu sudah kalian dengar dengan
jelas." Tergerak hati Bwe kiam soat, dipandangnya
Lamkiong peng sekejap, lalu mengngguk pelahan.
"Dan tentunya kalian tidak berlain pendapat bila
hendak kulepaskan dia dari malapetaka yang akan
menimpanya, bukan?" kata Thian-ah tojin pula.
Bwe kiam soat cukup cerdik, ia tahu meski
resminya si tojin menyatakan menolong Yim
Hong Peng terlepas dari malapetaka, tapi
sebenarnya pihak sendirilah yang dibantunya.
Maka cepat ia menjawab, "Jika Cianpwe
berpendapat demikian, tentu tidak ada persoalan
bagi kami."
"Jika begitu boleh lekas kau pergi saja, kata
Thian-ah tojin sambil memberi tanda kepada
Yim Hong Peng .
Agaknya Yim Hong Peng masih sangsi juga,
segera si tojin menambahkan, "Lekas pergi, jika
terlambat mungkin akan terjadi perubahan."
Walaupun dalam hati masih penasaran terpaksa
Yim Hong Peng menjawab dengan hormat, "Atas
budi kebaikan Cianpwe kelak pasti akan kubalas
dengan setimpal."
Habis itu ia memberi tanda dan membentak,
"Pergi!"
Begitulah pihaknya sebenrnya berada dalam
posisi yang menguntungkan tapi sekarang dia
berbalik seperti dilepaskan pergi atas kemurahan
hati orang, malahan seperti utang budi terhadap si
tojin. Melihat sikap si tojin ynag berwibawa dengan
burung gagaknya yang ajaib, kawanan lelaki
berbaju hitam tadi sudah sama kebat-kebit,
sekarang mereka diperintahkan pergi, tentu saja
serupa mendapat pengampunan besar,
berbondong-bondong mereka lantas melangkah
pergi dengan cepat.
Yim Hong Peng melototi Bwe kiam-soat sekejap,
seperti mau bicara, akhirnya mengentak kaki dan
membalik tubuh, hanya dengan beberapa kali
lompatan saja sudah menghilang dalam kegelapan.
Sejak tadi Lamkiong peng tidak memberi
komentar, sesudah Yim Hong Peng pergi jauh,
mendadak ia menghela nafas dan menggerundel,
"Ai, kembali kau tipu orang lagi, kalau tidak ada
Tik-heng, aku........" dia seperti sangat
menyesalkan diri sendiri.
Tentu saja Bwe kiam-soat merasa heran.
Sedangkan si tojin berambut putih mendadak
tertawa dengan keras, katanya, "Ini namanya
dengan gigi membayar gigi, terhadap kawanan licik
dan jahat itu, apa salahnya menipu beberapa kali."
"Ai tipu menipu betapapun bukan perbuatan
yang baik........."Lamkiong peng menghela nafas
menyesal . Bwe kiam-soat merasa bingung, ia coba
bertanya, "Tipu menipu apa?"
Meski dia sangat cerdas, tetap tidak tahu ada
tipu menipu apa dalam hal ini.
Si tojin seperti sudah kenal watak Lamkiong
peng, ia tidak menghiraukan omelan anak muda
itu, pelahan ia mengelus bulu burung gagak,
katanya dengan tertawa, "Sahabat burung, hari ini
besar bantuanmu padaku."
Dengan tangan kanan ia seperti memutuskan
sesuatu pada kaki gagak, habis itu ia angkat
tangan kiri dan berkata,"Nah pergilah!"
Mendadak burng gagak itu berbunyi satu kali
terus terbang dan menghilang dalam kegelapan
malam. Bwe kiam soat tercengang dan juga merasa
sayang melihat si tojin melepaskan begitu saja
burung gagak ajaib itu serunya, "Ai........apakah dia
akan terbang kembali kepadamu?"
Tojin itu bergelak tertawa, "Haha nona tidak
perlu merasa sayang, gagak semacam ini, bila mau
dapat kutangkap sepuluh ekor sekaligus setiap
saat." Dengan bingung Bwe kiam soat memandang
Lamkiong peng sekejap, lalu berkata dengan
gegetun,"Ai, sesungguhnya bagaimna urusannya,
sungguh aku tidak mengerti."
"Hahahaha!" Kembali si tojin terbahak.
"Bila bertemu musuh tangguh, yang utama
serang batinnya. Tak tersangka jurus seranganku
ini bukan saja dapat mengelabui Ban-li-liu-hian
Yim hong peng itu, bahkan Kong-jiok- Huicu yang
termashur juga dapat kukelabui."
Dengan gegetun Lamkiong peng berucap, "Tujuh
tahun yang lalu berpisah, tak tersangka sekarang
dapat bertemu pula denganmu di sini, juga tak
terduga, engkau akan membebaskan kesukaranku,
terlebih tidak nyana watakmu ternyata tidak
berubah sedikitpun.........."
Tojin itu berhenti tertawa, katanya dengan
tergagap, "Terus terang permainanku yang unik ini
sudah sekian tahun tidak pemah kugunakan baru
sekarang lantaran melihat kongeu terancam
bahaya maka sekadar kukeluarkan........"
"Tentu saja kuterimakasih atas pertolonganmu,
cuma permainan semacam ini tetap bukan
tindakan lelaki sejati, selama hidupmu
bekecimpung di dunia kangouw, masakah engkau
tidak ingin berbuat secara gilang gemilang agar
namamu selalu diingat."
Dia bicara dengan suara halus, tapi
mengandung semacam wibawa yang tidak dapat
dibantah. Air muka si tojin rada berubah, akhirnya
menunduk dan tidak bersuara lagi.
Pelahan Lamkiong peng mendekatinya, katanya
sambil menepuk pelahan pundaknya, "Jika katakataku
terlalu kasar, hendaknya engkau jangan
marah. Maklumlah, bila aku tidak merasa bangga
karena mempunyai sahabat serupa dirimu, tentu
aku takkan bicara terus terang padamu. Apalagi
engkau telah membantuku, sungguh aku sangat
berterimakasih kepadamu."
SI tojin mengangkat kepalanya dan tersenyum,
sorot matanya penuh rasa persahabatan, kedua
orang saling pandang sekejap, mendadak ia
genggam tangan Lamkiong peng dengan erat,
katanya, "Selama ini apakah........apakah engkau
baik-baik saja?"
"Aku sangat baik, hendaknya engkau demikian
pula," jawab Lamkiong peng.
Bwe kiam soat ternyata sedang termenung,
mendadak ia berkeplok dan berseru, "Aha, tahulah
aku!" Habis itu tahu-tahu ia melompat ke samping si
tojin berambut putih dan memegang tangannya.
Tentu saja Lamkiong peng kaget, "Hei ada apa?"
Dengan tertawa Kiam soat berkata, "Coba lihat,
pada tangnnnya ternyata benar tersembunyi
segulung benang hitam. Haha, burung gagak
terbang mundur, hal ini ternyata permainan sulap
belaka. Rupanya pada kaki gagak terikat benang,
lalu ditarik mundur olehnya."
"Nona ternyata sangat pintar, segala apa sukar
mengelabui mata telingamu," ucap si tojin dengan
tertawa. Lamkiong peng memandang Bwe kiam soat
dengan tertawa senang, pikirnya, "lahiriah dia
kelihatan dingin dan sukar didekati, yang benar
dia juga punya hati yang hangat.
Cuma sayang, orang persilatan hanya kenal
sikapnya yang dingin dan tidak ada yang tahu
hatinya yang baik."
Tiba-tiba didengarnya Bwe kiam-soat bergumam
dengan alis berkerut, "Hanya mengenai.....mengapa
burung gagak itu dapat bicara seperti manusia, hal
inilah yang masih membuatku bingung,"
Tojin itu bergelak, mendadak ia berseru dengan
suara yang serak aneh tadi, "Nona sudah lama
berkecimpung di dunia kangouw, masakah engkau
tidak pemah dengar bahwa diantara kaum
pengelana itu ada semacam permainan sulap yang
ajaib......."
Suaranya bukan saja aneh, waktu Kiam-soat
mengamati, ia tambah tercengang, sebab bibir si
tojin tidak bergerak, tapi jelas suara tersiar dari
mulutnya. Kiam soat coba mengamati lebih teliti lagi, suara
yang memang timbul dari perut si tojin itu
kedengaran mirip bunyi perut yang keruyukan
pada waktu perut lapar.
"Sulap apa?" tanyanya kemudian dengan
tercengang. Meski sudah lama ia berkecimpung di
dunia kangouw, tapi pergaulannya hanya dengan
tokoh kalangan atas, dengan sendirinya ia tidak
tahu permainan kaum orang kecil ini.
"Kungfu ini disebut "bicara dengan perut" tukas
Lamkiong peng, "yaitu menggunakan tenaga otot
dalam perut untuk menimbulkan suara, bagi
tukang ngamen dunia kangouw, permainan ini
tergolong kungfu khas dan sangat sukar
dilatih......"
Sampai disini mendadak si tojin memegang
perutnya dan berseru dengan tertawa, "Haha
hanya permainan rendahan saja, buat apa
dibangga-banggakan."
Dengan serius Lamkiong peng berucap "Setiap
ilmu kepandaian pasti tidak mudah dilatih, setiap
kepandaian mana boleh diremehkan. Yang penting
hanya menggunakan ilmunya itu tepat atau tidak."
"Tak tersangka di kalangan kangouw terdapat
aneka ragam ilmu mujuzat begini, kau bilang ilmu
golongan rendah, bagiku justru sangat ajaib, malah
sebelum ini belum pemah kudengar, apalagi
melihatnya," ujar Bwe kiam soat.
"Ya dunia seluas ini masih banyak kcanehan
alam yang belum diketahui, betapa cerdik pandai
seorang terkadang juga tercengang menyaksikan
hal-hal yang sukar dipecahkan dengan akal sehat,"
kata Lamkiong peng.
"Jika demikian jadi totiang ini bukanlah Thianah
tojin, lantas siapakah engkau sebenarnya?"
tanay kiam soat dengan heran.
Wajah Lamkiong peng yang serius tadi
mendadak timbul secercah senyuman, agaknya
bila teringat kepada nama tojin berambut putih ini,
dia lantas merasa geli.
Si tojin berdehem, lalu berucap, "Namaku yang
asli ialah Ban Tat, dahulu aku sering ngendon di
rumah Lamkiong-kongeu numpang makan dan
nunut tidur disana."
Mendadak ia bergelak tertawa, lalu
menyambung, "tapi kawan dunia persilatan justru
menganggap aku bu-kong-put-jip (setiap lubang
dimasuki) dan Ban-su-tong (segala urusan apa pun
tahu), karena itulah lama-lama nama asliku lantas
dilupakan orang, dan terpaksa aku hanya dikenal
dengan nama Ban-su-tong, begitulah adanya."
Ia bergelak tertawa, waktu memandang ke arah
Bwe kiam soat, dilihatnya orang bersikap prihatin
tanpa senyum sedikitpun. Dengan heran ia coba
tanya, "Apakah nona merasa namaku ini tidak
cocok bagiku?"
Kiam soat menghela nafas, ucapnya dengan
sungguh-sungguh, "Jika bukan seorang maha
besar, kalau tidak ada hasrat besar untuk mencari
pengetahuan, bila tidak berpengalaman luas, mana
mungkin seorang disebut serba tahu" Sebab itulah
nama ini bagiku hanya menimbulkan rasa
kagumku dan tidak ada sedikitpun yang
menggelikan."
Si tojin alias Ban Tat atau Ban-su tong jadi
tercengang malah, sungguh ia tidak menyangka
orang justru menaruh hormat kepada
kepandaiannya itu.
"Ya, kalau bukan seorang yang maha cerdik,
mana mungkin berbicara lain daripada orang lain
semacam ini," tukas Lamkiong peng dengan
gegetun. Ban-su-tong lantas berkata, "Sejak kongeu
masuk perguruan Sin-liong, kebanyakan orang


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dulu ngendon di temapat kongeu itu lantas
bubar juga, aku sendiri terluntang lantung di
dunia kangouw tanpa menghasilkan sesuatu.
Kedatanganku ke daerah barat laut sini
sebenarnya juga lantaran mendengar berita
pertandingan antara Sin-liong dan Tan hong, ingin
kusaksikan pertarungan yang jarang terjadi ini,
sekaligus juga ingin tahu keadaan kongeu akhirakhir
ini, ternyata kedatanganku sudah terlambat,
setiba di Se-an lantas kudengar berita muncul
kembalinya Kong-jiok Huicu, juga mendengar
kabar pertempuran Kongeu dengan pejabat ketua
Cong-lam pai di restoran Thian-tiang-lau. Sungguh
sangat senang hatiku mengetahui kemajuan pesat
kungfu Kongeu, tapi juga kuatir atas
keselamatanmu, maka cepat kususul keluarkota ,
dan........."
"Dan kebetulan telah kaugertak lari Yim hongpeng,
kalau tidak mungkin sukar bagi kami untuk
lolos dari kepungan musuh, mengingat di antara
kami sudah ada yang terluka......"
"Celaka!" seru Lamkiong peng sebelum ucapan
Bwe Kiam soat selesai, cepat ia memburu ke
samping Tik Yang dan memeriksa keadaannya.
Di bawah cahaya bintang yang remang terlihat
Tik Yang tak sadarkan diri, mukany kelihatan
bersemu hitam. Nyata ucapan Yim hong-peng bahwa di atas bola
berantai beracun bukanlah gertakan belaka.
Tentu saja Lamkiong peng merasa ngeri melihat
keadaan Tik Yang itu, cepat ia tanya dengan kuatir,
"bagaimana perasaanmu, Tik-heng?"
Namun kedua mata Tik Yang terpejam rapat
seperti tidak mendengarnya.
Ban Tat ikut memeriksa keadaan Tik Yang,
tampak ia pun mengerutkan kening.
"Bagaimana, dapatkah tertolong?" tanya
Lamkiong Peng. Sejenak Ban Tat termenung, katanya kemudian,
"Racun yang mengenainya jelas bukan racun yang
kita kenal di daerah Tionggoan, bahakan sekarang
racun sudah menjalar,
mungkin........mungkin........."
"Masa tak tertolong lagi?" tukas Lamkiong Peng.
"Kecuali obat penawar buatan Yim hong-peng
sendiri dan obat racikan mendiang "Seng ih" (tabib
sakti) yang mustajab, rasanya tidak ada keajaiban
lain yang mampu menawarkan racun ini, sekalipun
Kiu-beng-long-tiong (si tabib penyelamat jiwa) Pohleng-
sian datanh sendiri juga tidak berdaya
mencegah racun yang segera akan menyerang
jantung ini. Cuma......"
Belum habis ucapan Ban Tat, mendadak
Lmkiong peng melompat bangun. Tapi Bwe kiam
soat keburu mengadang di depannya dan menegur,
"Kau mau apa?"
"Tik-heng terluka lantaran membela diriku,
mana boleh kutinggal diam tanpa menolong
menyaksikan ajalnya?" jawab Lamkiong peng.
"Jika maksudmu hendak mencari Yim hongpeng
untuk minta obat penawar padanya, tindakan
mu ini tiada ubahnya serupa minta kulit kepada
sang harimau, "ujar Bwe Kiam soat.
"Biarpun minta kulit pada sang harimau juga
harus kuusahakn," kata Lamkiong Peng.
Kiam soat menghela nafas, katany kemudian,
"Baiklah, biar kuikut pergi bersamamu."
"Saat ini engkau lagi diincar oleh setiap orang
persilatan, mana boleh engkau ikut menyerempet
bahaya?" ujar Lamkiong Peng.
"Segala hal selalu kau pikirkan orang lain,
mengapa tidak kau pikirkan dirimu sendiri juga?"
" Bila setiap urusan selalu berpikir bagi diri
sendiri, hidup ini akan berubah menjadi hina
tanpa berharga, "kata Lamkiong Peng dengan
gegetun melihat "putri berdarah dingin" ini
tertnyata penuh menaruh perhatian kepdanya.
Segera ia menambahkan lagi, "Hendaknya
kautunggu sebentar di sini bersama Ban-heng,
apakah urusan akan berhasil atau tidak, tentu
selekasnya kukembali ke sini."
Kiamsoat tersenyum pedih, katanya, "Jika
urusan gagal, apakah engkau dapat kembali lagi?"
"Pasti kembali!" jawab Lamkiong Peng tegas.
"Jika engkau berjanji sekali pukul gagal segera
akan mundur kembali ke sini, bolehlah aku tidak
ikut serta," ujar Kiamsoat dengan rawan.
Sangat terharu hati Lamkiong Peng, tanpa
tetahan ia pun membuka isi hatinya," Biarpun
merangkak pun aku akan merangkak kembali ke
sini. Cuma kalian juga harus hati-hati."
"Jangan kuatir, engakau sendiri yang perlu hatihati,
akan ku tunggu disini sampai kapanpun."
Ucap Kiam soat tegas.
Ban Tat memandangi kedua orang itu mendadak
ia menghela nafas, katanya"Apakah nona ini benar
Kong-jiok Huicu?"
"Masakah perlu disangsikan?" ujar Lamkiong
Peng. "Sungguh sukar dipercaya Kong-jiok Huicu
bisa........" mendadak Ban Tat tidak melanjutkan
ucapannya. Tak diduganya bahwa Kong-jiok-Huicu
yang terkenal berdarah dingin itu bisa menaruh
perhatian terhadap orang lain.
Lamkiong Peng berdiri termenung sejenak, ia
pandang Kimsoat sekejap, lalu berucap dengan
rasa berat, "Kupergi saja!"
Segera ia berlari pergi dengan cepat.
DI tengah malam remang hanya sekejap saja
bayangnnnya lantas menghilang.
Kiam soat menghela nafas, gumamnya, "Ai
bilamana engkau benar Thian-ah tojin tentu dapat
kaukatakan padaku baik-buruk akibat
kepergiannya ini."
Seorang maha pintar dan maha cerdik, bilamana
menghadapi sesuatu yang merisaukan, biasanya
tanpa terasa juga akan mengharapkan bantuan
kepada nasib. Selama hidup Kong-jiok Huicu yang berdarah
dingin ini suka meremehkan orang hidup,
mentertawakan orang lain, segala apa yang
dipercaya orang tidak ada yang dipercayanya,
sebeb dia tidak memeprhatikan urusan apa pun, di
tidak berperasaan, karena tidak berperasaan
menjadi tidak punya rasa takut, karena tidak takut
menjadi tidak percaya kepada nasib dan tidak
peduli kehidupan ini.
Tapi sekarang justru timbul rasa perhatiannya
yang mendalam dan rasa takut, jiwa si dia
(Lamkiong Peng) seolah-olah jauh lebih penting
daripada kehidupan sendiri. Perasan ini datangnya
teramat mendaadak, serupa sekaleng pewama yang
tumpah dan mendadak membikin merah
kehidupannya yang putih pucat.
Ban Tat menghela nafas, katanya, "Kesujudan
pasti mendatangkan keselamatan, kejahatan tak
nanti dapat melawan kebaikan, dalam hal ini
kukira nona dapat berbesar hati."
Dlihatnya Bwe kiam soat sedang menengadah
dan seprti tidak mendengar ucapannya, agaknya
saat itu orang sedang beranya bagaimana nasib si
dia kepada Thian yang maha kuasa.....
***************
Malam berlalu, fajar mulai menyingsing.
Lamkiong Peng, menarik nafas dalam-dalam,
menghirup hawa pagi yang sejuk, dengan gagah ia
masuk ke kota Se-an.
Meski disadarinya maha sulit usahanya akan
mendapat obat penawar dari tangan Yim hongpeng,
tapi tekadanya sudah bulat, betapapun
pendiriannya takkan berubah.
Keberaniannya yang pantang mundur ini
membuatnya sama sekali tidak menghiraukan mati
hidup. Pasar pagi baru mulai, orang berlalu lalang
berjubel memenuhi jalan. Melihat Kegagahan
Lamkiong Peng, orang lain sama menyingkir
memberi jalan padanya, sebab sikap pemuda ini
dirasakan membawa semacam kcangkeran yang
membuat orang tunduk padanya.
Boh-liong-san-ceng, perkampungan tempat
bersemayam Wiki masih sepi, tapi di tangah
kesunyian itu membawa kesiap siagaan yang luar
biasa. Delapan lelaki tegap berbaju ringkas dan
bergolok tampak mondar mandir meronda di depan
perkampungan. Sorot mata mereka serupa anjing
pemburu yang mencari mangsanya, selalu
mengintai ke balik kabutt pagi scakan-akan ingin
menemukan Leng hiat Huicu yanng telah
membikin panik kota tua Se-an itu.
DI tengah kesunyian itu mendadak terdengar
suara detak langkah orang, serentak kedelapan
penjaga itu berhenti bergerak dan serentak
berpaling ke arah datangnya suara.
Tertampaklah seorang pemuda berbaju hijau
dengan wajah putih kepucatan dan mata besar
bagai bintang kejora muncul dari balik kabut
dengan langkah lebar, sorot matanya yang
mencorong tajam memandang sekejap
sekelilingnya, lalu menegur dengan suara berat,
"Adakah Wi-cengeu di rumah?"
Kawanan penjaga berseragam hitam itu saling
pandang dengan sangsi, mereka seperti juga
terpengaruh oleh sikap pemuda yang berwibawa
ini, meski enggan menjawab, tidak urung seorang
diantaranya bersuara juga, "Hari masih pagi,
dengan sendirinya beliau berada di rumah."
Hendaknya lekas dipanggil keluar, ada urusan
penting yang ingin kutanyai dia," kata si pemuda
dengan suara agak parau.
Kawanan lelaki berseragam hitam itu semua
melenggak, seorang diantaranya yang bermuka
burik mendadak vbergelak tertawa dan berseru,
"Haha, kau ingin kami panggil cencu untuk
menemuimu" Hehe, fajar baru menyingsing,
cengeu belum tentu bangun, tapi kauminta beliau
keluar untuk menemuimu, hahaha, sungguh
lucu......."
Seorang lagi yang behidung besar menjengek,
"Memangnya kau ini siapa" Berani minta bertemu
dengan cengeu segala" Mendingan jika kau Liong
thi-han yang sudah lama termashur itu atau
Lamkiong Peng yang menggemparkan baru-baru
ini.........."
Mendadak pemuda yang bersikap kereng ini
menjawab," Aku sendirilah Lamkiong Peng
adanya!" Nama Lamkiong Peng sungguh lebih
mengguncang daripada bunyi guntur, Kawanan
lelaki berseragam hitam itu sama melenggong
memandangi Lamkiong Peng. Habis itu segera
mereka berlari ke dalam kampung sambil
berteriak, "Lamkiong Peng......... Lamkiong Peng
datang.........."
Mimpi pun meeka tidak menyangka Lamkiong
Peng yang kemarin menempur Giok-jiu-sun-yang
dengan gagah berani itu pagi ini datang sendirian
ke Boh-liong-san-ceng sini.
Dalam sekejap perkampungan yang semula
sunyi sneyap itu menjadi gempar, berita datangnya
Lamkiong Peng tersiar dengan cepat, banyak orang
datang ingin melihat bagaimana bentuk pemuda
yang perkasa ini, ada juga yang mengintip dari
balik pintu dan celah jendela.
Lamkiong Peng sendiri tetap berdiri menanti di
situ dengan tenang.
Sejenak kemudian, tiba-tiba terdengar gema
suara orang membentak dari dalam
perkampungan, "DI mana Lamkiong Peng?"
Suaranya berat dan pelahan, tapi menggema
hingga jauh, tergetar juga hati Lamkiong Peng,
pikirnya, "Siapakah yang memiliki lwekang sehebat
ini?" Hendaklah maklum bahwa baik Wiki maupun
suhengnya, Giok-jiu-sun-yang, keduanya mesi
sama tokoh kelas satu, tapi tenaga dalam orang
yang bersuara ini ternyata sangat mengejutkan dan
jelas bukan suara Wiki berdua.
Namun Lamkiong Peng tetap tenang saja waktu
ia memandang kedepan, tertampak sesosok
bayangann muncul dari balik kabut pagi setelah
berdehem, lalu berkata lantang, "Dimana Lamkiong
Peng?" Lamkiong Peng tambah sangsi, bayangan orang
ini tinggi besar dan berambut putih, dia inilah
Wiki, kepala Boh-liong-san-ceng, tapi suara ini
jelas tidak sama dengan suara pertama tadi, ia
menjadi heran apakah mungkin di dalam sana ada
tokoh Bulim kelas tinggi yang lain"
Sembari mengelus jenggotnya, Wiki menatap


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lamkiong Peng dengan tajam, jengeknya, "Untuk
apa kau datanh kemari, Lamkiong Peng"
Memangnya benar engkau tidak takut mati?"
Mendadak dengan suara bengis ia
membentak,"Bwe leng-hiat! Dimana Bwe leng-hiat"
Apakah kaupun ikut datang?"
Suaranya lantang juga, tapi kalau dibandingkan
suara pertama tadi, jelas bedanya seperti bunyi
keleningan dengan suara genta.
Lamkiong Peng menatap sekilas ke belakang
Wiki, tertampak di belakangnya penuh bayangan
orang, suara tadi entah diucapkan oleh siapa.
Dengan kaku kemudian Lamkiong Peng balas
bertanya,"Dimana Yim hong peng?"
Wiki melengak, tapi segera ia berteriak pula,"
Mau apa kaucari Yim hong-peng?"
Belum lagi Lamkiong Peng bersuara pula
mendadak bayangan orang berkelebat, tahu-tahu
Yim hong-peng sudah berada di depannya, serunya
dengan tertawa, "Haha, kau datang kemari,
Lamkiong Peng, bagus, bagus sekali............."
Segera Wiki sebagai tuan rumah buka suara
pula, "Baiklah, jika kalian sudah berhadapan,
marilah silakan bicara di dalam sana."
Di dalam perkampungan kabut tampak lebih
tebal disertai bau harum yang aneh, entah siapa
gerangan tokoh kosen macam apa yang tak
kelihatan itu bersembunyi di balik kabut dan bau
harum ini. Namun dengan gagah Lamkiong Peng melangkah
masuk di tengan bayangn orang banyak. Orangorang
yang berkerumun itu sama menyingkir
memberi jalan. Kening Wiki bekernyit, seperti mau bicara lagi
tapi setelah memandang sekejap ke balik kabut
sorot matanya menampilkan rasa jeri sehingga
orang urung buka mulut, dengan menunduk ia
lantas mengikut di belakang Yim hong-peng dan
Lamkiong Peng. Boh-liong-san-ceng yang megah ini mendadak
berubah sunyi senyap pula, yang terdengar hanya
suara langkah orang banyak melintasi halaman
dan menuju ke ruangan pendopo.
DI ruangan pendopo terpasang beberapa lentera
tembaga, tapi di tengah kabut tebal yang tampak
aneh ini, tampak serupa api setan (api pospor)
yang berkelip di tanah perkuburan sunyi.
Lamkiong Peng menaiki undak-undakan dan
menuju ke pintu pendopo, sekonyong-konyong ia
membalik tubuh dan memandang sekeliling,
perkampungan yang megah ini seperti terbenam di
dalam kabut melulu hingga terasa lebih seram dan
misterius. Seketika hati Lamkiong Peng juga timbul
semacam perasaan aneh, pada saat itulah tiba-tiba
dekat belandar pendopo bergema pula suara aneh
tadi, "Lamkiong Peng, apakah kedatanganmu ini
hendak mencari Yim hong-peng untuk meminta
obat penawar racun?"
Hati Lamkiong Peng tergetar pula, ia berpaling
ke atas, di tengah pendopo yang remang itu suara
orang tadi masih mendengung. Karena rasa ingin
tahunya mendorongnya tanpa pikir terus langsung
melompat ke atas belandar sana.
Belandar tengah pendopo sangat tinggi, tapi
jarak tiga tombak ini tidak menjadi soal bagi
Lamkiong Peng. Siapa tahu, baru saja tubuhnya meninggalkan
permukaan tanah, mendadak terasa tenaga tidak
cukup, ia terkejut, sebisanya tangannya meraih
keatas dan keburu memegang belandar.
Waktu ia pandang keadaan setempat, debu
memenuhi belandar itu, mana ada bayangan orang
segala. Tentu saja ia terkesiap, segera ia melayang turun
lagi ke bawah. Dilihatnya Yim hong-peng sedang
memandangnya dengan tersenyum, Cuma
senyuman yang mengandung rasa misterius.
Air muka Wiki tampak guram, pelahan ia
mendekati meja dan mengambil sebatang jarum
baja panjang utnuk mengungkit sumbu lampu
sehingga cahaya lampu tambah terang namun
tetap sukar menembus kabut yang tebal dan
mengurangi keseraman suasana.
Lamkiong Peng sendiri lagi menyesali diri sendiri
mengapa tenaganya bisa terasa habis setelah lelah
semalaman, namu ia tetap tidak gentar, mendadak
ia mendongak dan berseru dengan lantang,
"Sahabat ini siapa" Kenapa mesti main sembunyi
dalam kegelapan" Apakah tidak punya keberanian
untuk menemuiku"
"Haha" terdengar Yimhong peng tergelak, "Jika
engkau sudah datang kemari, tujuanmu tentulah
ingin minta obat penawar padaku. Akan tetapi saat
ini tenaga mumimu sudah lemah, biarpun
kaumain kekerasan juga takkan terkabul maksud
tujuanmu."
Tiba-tiba Lamkiong Peng merasakan telapak
tangan sendiri yang berlepotan debu kotoran
belandar itu terasa kaku kejang, seperti dikuasai
oleh semacam tenaga yang menggerakkan otot
dagingnya. Pelahan ia menjawab, "Jika kutukar dengan
sesuatu, apakah kau dapat berikan obat
penawarnya?"
"Itu harus diketahui dahulu barang apa yang
hendak kautukarkan?" jengek Yim Hong-peng,
"Supaya kautahu biarpun diriku seorang kasar,
tapi kalo Cuma benda mestika biasa atau batu
permata bisa saja tidak kupandang sebelah mata."
Dengan tenang Lamkiong Peng menjawab,
"barang yang hendak kugunakan untuk
menukarkan obat penawarmu adalh jiwa orang she
Lamkiong ini"
Tergetar hati Wiki.
Yim hong-peng juga melenggak, "Apa katamu"
Coba jelaskan lagi?"
Dengan lantang Lamkiong Peng berkata,
"Asalkan kauberikan obat penawarmu, besok
kupasti kembli lagi kesini......."
"Meski ingin kupercaya kepada janjimu,
tapi........"
"Kutahu janjiku tentu takkan dipercaya olehmu,"
potong Lamkiong Peng ,"Supaya kalian tidak
sangsi, boleh kauberi minum padaku racun yang
bekerja sehari kemudian, lalu serahkan obat
penawarmu."
Yim Hong-peng terbahak-bahak, "Haha, bagus,
bagus! Tapi ingin kutanya dulu padamu,
sesungguhnya apa alasanmu sehingga kau
pandang jiwa orang lain terlebih penting daripada
nyawa sendiri?"
Tanpa pikir Lamkiong Peng menjawab, "Bila
orang lain berbudi luhur bersedia mati bagiku,
kenapa aku tidak boleh mati bagi orang lain, kan
lebih baik kumati bagi orang, mati cara demikian
pun akan mendatangkan ketentraman hati."
"Haha, betul juga, orang hidup akhirnya pasti
mati," seru Yim Hong-peng dengan tergelak. "Tapi
usiamu masih muda belia, di rumah ada ayahbunda,
ada pula sahabat dan kekasih, jika
sekarang harus mati begitu saja, apakah engkau
tidak merasa menyesal?"
Terkesiap juga Lamkiong Peng, mendadak
teringat akan pesan tinggalan sang guru dan rindu
ayah-bundanya, hubungan baik sahabat dan cinta
kekasih, tapi ia pun tidak dapat melupakan budi
kebaikan Tik Yang yang sekarang sedang sekarat
itu. Dengan senyum mengejek Yim Hong-peng
memandang anak muda itu, disangkanya
perkataannya telah menggoyahkan tekad gugur
demi persahabatan anak muda itu.
Tak teduga mendadak Lamkiong Peng
menegadah dan berucap tegas, "Mana obat
racunnya?"
Air muka Yim hong peng berubah, juga Wiki dan
lai-lain sama terkesiap.
Tiba-tiba dari pojok ruang pendopo yang kelam
sana bergema pula suara aneh itu, "Racun berada
di sini!" Serentak Lamkiong Peng berpaling ke sana, dari
tempat yang kelam sana mendadak melayang tiba
sebuah talam. Cara bergerak talam ini sanat aneh,
serupa dipegang oleh sebuah tangan yang tidak
kelihatan dan disodorkan pelahan ke depan
Lamkiong Peng. Sekali meraih Lamkiong Peng pegang talam itu,
diatas talam ada sebuah kotak kemala kecil, tanpa
curiga Lamkiong Peng ambil kotak kecil itu, sekali
toalk ia dorong talam kembali ke sana. "Barak",
talam kayu membentur dinding dan ternyata tidak
di sambut orang.
Sang surya sudah mulai terbit di ufuk timur,
namun cahaya matahari pagi tetap tidak dapat
membelah kabut tebal yang aneh ini, kembali
tercium bau harum sayup-sayup terbawa angin.
Dengan sorot mata acuh tak acuh Yim hongpeng
memandang Lamkiong Peng, terlihat anak
muda itu sedang mendongak dan menuangkan isi
kotak kemala yang berupa bubuk putih kedalam
mulutnya. Begitu kukuh dan tegas sikap Lamkiong Peng
seolah-olah yang diminum itu bukan racun segala.
Ia angkat secangkir teh yang tersedia di atas meja
dan dibuat kumur. Dirasakan telapak tangan
berkejang pula, memegang cangkir teh saja
rasanya tidak kuat lagi. Ia menjadi sangsi masakah
racun dapat bekerja secepat ini"
Setelah menaruh kotak kemala dan cangkir teh
di atas meja, dengan suara berat ia berkata,
"Sekarang serahkan obat penawarnya."
"Obat penawar apa?" tanya Yim hong peng.
Seketika Lamkiong Peng menarik muka,
bentaknya, "kau.....jadi kau......."
"Racun yang kauminum kan bukan
pemberianku," jengek Yim hong-peng, habis
berkata, lengan bajunya mengebas dan segera
ditinggal pergi.
Seketika hati Lamkiong Peng panas seperti
dibakar. Ia tidak tahan lagi, segera ia menubruk ke
arah Yim hong-peng.
Namun Yim hong peng tetap melangkah ke
depan dengan tenang, tampaknya Lamkiong Peng
segera akan menerrjang tuubuhnya, siapa tahu
mendadak serangkum angin keras meyambar tiba
dari balik kabut tebal sana, meski tidak bersuara,
tapi kekuatannya sukar untuk ditahan.
Seketika Lamkiong Peng merasa seperti
didiorong oleh kekuatan dasyat, tanpa kuasa ia
terhuyung-huyung dan akhirnya jatuh terduduk di
atas kursi. Menyaksikan itu, Wiki menghela nafas panjang,
mendadak ia bertindak keluar dengan langkah
lebar. Sedangkan Yim hong peng lantas membalik
tubuh dengan pelahan.
Setelah menenangkan diri, dengan gusar
Lamkiong Peng membentak,"Bangsat yang tidak
pegang janji, kau........."
Dari balik kabut ada orang yang menjengek,
"Hm, memangnya siapa yang pemah berjanji akan
memberi obat penawarnya kepadamu?"
Saking gemasnya hingga Lamkiong Peng tidak
sanggup bicara lagi.
Terdengar suara aneh di balik kabut berkata
pula, "Sekali kau masuk perkampungan ini berarti
jiwamu sudah tergenggam di dalam tanganku,
masakah ada hak bagimu untuk bicara tentang
tukar menukar obat penawar segala?"
Ucapan ini sangat menyakitkan hati Lamkiong
Peng, hatinya serasa terkoyak-koyak, rasa murka
dan sedih setelah tertipu, rasa cemas dan putus
asa membangkitkan sisa tenaganya yang terakhir,
mendadak ia menubruk kesana, diterjangnya
bayangan di balik kabut yang tebal itu.
Akan tetapi baru saja tubuhnya melompat ke
atas, kontan ia tidak tahan dan jatuh menggeletak
lagi ke tanah, sayup-sayup didengarnya suara
jengekan orang, remang-remang sesosok bayangan
orang seperti mendekatinya dari balik kegelapan
sana. Akan tetapi kelopak matanya terasa sedemikian
berat sehingga sukar terbuka lagi, samar-samar
hanya terlihat sepasang sepatu yang mengkilat
pelahan bergeser mendekat...........
**********************
Suara langkah kaki yang berat dari jauh
mendekat dari pelahan bertambah keras........
Sinar sang surya yang baru terbit menembus
celah-celah tirai dan menyinari kelambu barsulam


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunga, tempat tidur yang menyiarkan bau harum
semerbak. Bersama dengan mendekatnya suara langkah
orang, mendadak kelambu tersingka, seorang
pemuda cakap segera berbangkit dan duduk ke
tepi ranjang, mukanya kelihatan pucat, sinar
matanya gemerdep takut seperti orang yang
merasa berbuat dosa.
Cahaya sang surya yang menyilaukan itu
membuatnya mengalingi mukanya dengan sebelah
tangan, ia tidak berani menatap sinar marahari,
sebab ia kuatir sinar sang surya akan menerangi
kejahatan yang tersembunyi dalam lubuk hatinya.
Suara langkah kaki tadi mendadak berhenti di
depan pintu. Muka pemuda itu bertambah pucat,
segera ia hendak berdiri, tak terduga dari balik
kelambu di belakangnya lantas berjangkit suara
tertawa genit, sebuah tangan putih mulus telah
memegang pergelangan tangannya sambil
menegur, "He kaumau apa?"
Dengan rasa gugup pemuda itu memandang ke
arah pintu. Kembali suara tertawa di belakang kelambu
bertanya lagi, "boleh kau tanya siapa yang
diluar".........Tanyalah, kanapa takut?"
Pemuda itu berdehem terlebih dahulu, lalu
bertanya dengna suara berat, "Siapa itu"!"
Meski Cuma satu kata yang sedehana, tyapi
baginya serasa telah banyak memakan tenaga.
Di luar lantas bergema juga orang berdehem.
Dengan gugup pemuda pucat itu duduk kembali ke
tempat tidur. Terdengar suara seorang menjawab
dengan rasa takut-takut, "Apakah Tuan tamu ingin
meminta sesuatu?"
Pemuda pucat ini mengusap keringat dingin
yang membasahi dahinya, sambil menghela nagas
lega, lalu berteriak, "Tidak!"
Segera bergema pula suara tertawa nyaring di
balik kelambu. Pemuda pucat itu menghela nafas, katanya, "Ai
kukira.........kukira Toako yang berada diluar.
Semalam aku..........bermimpi buruk sebentar
mimpi suhu merangket diriku, lain saat mimpi
toako lagi mendamprat diriku dan.............."
Pemuda pucat itu menunduk, mandadak tangan
putih mulus itu menariknya sehingga pemuda itu
jatuh kedalam rangkulan yang hangat dan harun
sehingga tidak sanggup lagi melepaskan diri lagi
serupa seekor kelinci jatuh ke dalam perangkap si
pemburu. Pelahan kelambu tertutup lagi, sejenak
kemudian sebelah kaki yang putih bersih pun
terjulur ke tepi ranjang yang berguncang
pelahan....... "Adik Tim," terdengar suara lembut bergema
pula di balik kelambu, "andaikan benar Toako
datang, lantas bagaimana?"
"Aku....aku........" Agaknya pemuda itu tidak
sanggup menjawab.
Kaki putih tadi tampak terjulur lemas, lalu
sampai lama tiada suara lagi di balik kelambu.
Kemudian sbeleh kaki yang lain juga menjulur
kebawah, lalu seorang perempuan cantik dengan
rambut kusut pelahan berdiri, bajunya yang tipis
melambai ke bawah sehingga menutupi kakinya
yang indah. IA membetulkan rambutnya sambil mengehela
nafas gegetun, katanya, "Adik Tim, kutahu engkau
benar masih suka padaku."
Pemuda pucat itu pun muncul dari balik
kelambu dan memandang perempuan menggiurkan
itu dengan melenggong, katanya kemudian,
"Aku.....aku memang suka padamu, namun toako
setiap saat dapat.........dapat datang, sungguh aku
sangat.........sangat takut."
Perempuan cantik menggiurkan yang habis main
pat gulipat dengan pemuda pucat ini ialah Kwe
giok-he, mandadak ia berpaling ke sana dan
menatap pemuda itu dengan tajam, katanya, "Jika
selamanya toako takkan kembali lagi, lantas
bagaimana?"
Pemuda bermuka pucat itu bukan lain ialah
Ciok Tim, ia melenggak sejenak lalu berucap
dengan heran. "Toako takkan kembali lagi?"
Giok he mendengus pelahan ia melangkah ke
sana dan duduk di kursi, katanya, "Jika dia tidak
mati kan seharusnya sudah lama di datang ke Sean?"
Air muka Ciok Tim tambah pucat, katanya
dengan tergagap, "Mak.....maksudmu......."
Mendadak Giok he memotong, "Tempo hari
ketika di puncak Hoa san sudah kulihat jurang
diluar rumah gubuk itu, setiap saat dapat terjadi
malapetaka, bisa jadi di sana tersembunyi sesutau
kejahatan yang belum terbongkar. Tentu kaulihat
juga wajah mayat itu penuh rasa kejut dan takut,
padahal tubuh mayat itu tidak terdapat tanda luka
senjata atau pukulan jelas dia mati karena
ketakutan."
"Mati ketakutan?" Ciok Tim menegas dengan
melongo. Giok he mengangguk, katanya pula, "kemudian
ketika kau susul tiba, bukankah kaulihat tiba-tiba
aku bersenyum?"
"Kukira engkau tersenyum
kepada.......kepadaku," kata Ciok Tim.
"Biarpun kusenang karena melihatmu, namun
senyumanku itu adalah karena kudengar, suara
jeritan ngeri di bawah jurang itu."
"Jeritan ngeri" Kenapa aku tidak mendengar?"
"Waktu itu engkau lagi asyik memperhatikan
diriku, dengan sendirinya tidak mendengar, namun
dapat kudengar dengan jelas jeritan yang keras
dan cemas itulah suara Toakomu. Coba kaupikir,
menuruti watak Toakomu yang keras, bilamana dia
tidak mengalami sesuatu musibah, mana bisa dia
mengeluarkan jeritan ngeri tiu."
Ciok tim terkesima bingung, entah merasa
senang, bersyukur, gelisah atau sedih.
Sembari menggulung rambutnya, Giok he
berkata pula dengan pelahan, "Semula aku belum
berani memastikannya, tapi setelah sekian hari
tiada kelihatan bayangan Toakomu, bila dia tidak
mati, mustahil sampai sekarang tidak muncul lagi
di sini. Dengan nama dan bentuknya, begitu
masuk kota Se-an pasti akan dikenal orang dan
segera tersiar."
Bola mata Giok he mengerling dan tersembul
senyuman puas yang sukar diraba, lalu berkata
pula, "Setelah bertemu dengan perempuan iblis itu,
sekalipun semalam Lo-ngo (kelima, maksudnya
Lamkiong Peng) dapat menyelamatkan diri, tentu
selanjutnya juga tidak berani lagi emnongol di
dunia kangouw, bahkan pulang ke rumah saja
mungkin juga tidak berani......."
Ia sengaja menghela nafas, namun senyumnya
bertambah cerah, sambungnya lagi, "Tak tersangka
Anak murid Ji-hau-san-ceng akhirnya tersisa kita
berdua saja, betapa besar perusahaan yang
ditinggalkan suhu itu terpaksa harus kuurus
sendiri. Ai, selanjutnya engaku harus membentuku
adik Tim."
Ciok Tim tidak menoleh, bahkan melengos ke
arah lain, sebab saat itu air matanya berlinang
memenuhi kelopak matanya, entah air mata
terharu, meyesal atau sedih.
***********************
Menjelang lohor, Giok he dan Ciok Tim tamapak
keluar dari hotel. Langkah Ciok Tim diperlamabat
sehingga bertahan suatu jarak tertentu di belakang
Kwe giok-he. Jarak yang layak seorang sute
mengiringi sang suci. Namun sinar matanya tanpa
terasa selalu jatuh ke arah pinggang Giok he yang
ramping. Jalan raya di tengah kota Se-an jelas berbeda
daripada biasanya, hal ini disebabkan kegemparan
yang terjadi semalam, sampai saat ini perasaan
penduduk masih belum tentram kembali. Juga
lantaran toko-toko yang memasang panji "grup
Lamkiong" hari ini sama tutup, jelas disebabkan
mengalami suatu kejadian yang luar biasa.
Dengan tenang Giok he melangkah ke arah Bohliong-
ceng, namun segala sesuatu di sekelilingnya
tidak terlepas dari pengematannya.
Sebab itulah dia tidak menumpang melainkan
lebih suka berjalan.
Jalan raya yang kelihatannya tentram tapi jelas
ada kelainan itu akhirnya bergema suara derap
kaki kuda dari kejauhan sana. Waktu Giok-he
menoleh, dilihatnya tiga ekor kuda tinggi besar
dengan pelana yang mengkilat muncul dari
belakang. Kuda belang yang di depan ditunggangi seorang
pemuda gagah berbaju satin dan muka cakap,
pedang bergantung di pinggangnya, tubuhnya yang
jangkung duduk tegak di atas pelana, sorot
matanya yang menampilkan sinar kepongahan
mengerling kian kemari seperti tiada seorang pun
di dunia ini terpandang olehnya.
Tapi ketika melihat lirikan mata Kwe giok-he,
mendadak pemuda itu menahan kudanya, "tring",
sarung pedang bersepuh emas menyentuh pelana
kuda dan menimbulkan suara nyaring, tanpa
menghiraukan sopan santun ia memandang Giokhe
dari atas ke bawah dan sebaliknya dengan
cengar-cengir. Air muka Ciok Tim berubah masam, sedapatnya
ia manahan rasa gusarnya dan tidak
menghiraukan sikap orang yang kurang ajar itu.
Sebaliknya sikap Giok-he meski kelihatan
prihatin, tapi lirikannya serupa sengaja dan tak
sengaja justru mengerling lagi dua kejap ke arah
orang, lalu menunduk.
Karena itu pemuda penunggang kuda itu
tambah berani, pelahan ia terus mengintai di
belakang Giok-he, sorot matanya tidak pemah
meninggalkan pinggang Giok he yang ramping
menggiurkan itu.
Kedua penunggang kuda lain yang mengikut
dibelakangnya adalah dua kacung yang juga
berdandan perlente, keempat mata mereka yang
besar juga sedang memandang Giok he dengan
penuh minat. Dandanan kedua anak ini serupa, bahkan wajah
dan perawakan juga sama, namun sikap dan
gerak-geriknya agak berbeda, kalau yang satu
tampak pintar dan lincah, yang lain kalihatan
pendiam dan prihatin serupa orang dewasa.
Ciok Tim tidak tahan lagi akan rasa gusarnya, ia
menyusul ke dekat Kwe giok-he.
Si pemuda berbaju perlente memandang sekejap,
mendadak ia tertawa, lalu ia melrikan kudanya
cepat ke depan.
"Hm kurang ajar benar orang ini! jengek Ciok
Tim Kacung sebelah kanan mendadak menahan
kudanya dan menegur dengan mata melotot, "Apa
katamu?" Sedangkan kacung yang lain lantas mencambuk
pantat kuda kawannya dan mengomel,"sudahlah,
lekas berangkat, cari gara-gara apa lagi?"
Setelah kedua kacung itu pun melarikan
kudanya ke depan, dengan tersenyum Kwe giok-he
tanya Ciok Tim, "Kau kira orang macam apakah
pemuda tadi?"
"Hm, besar kemungkinan anak kemarin sore
yang baru tamat belajar, mungkin anak keluarga
hartawan yang biasa berbuat tidak semena-mena,
"jengek Ciok Tim.
Giok-he memandangi bayangan punggung ketiga
orang di depan sana, katanya, "Tampaknya tidak
rendah ilmu silat mereka, tentu dari perguruan
temama." Diantara kerlingan dan kerut keningnya agaknya
timbul lagi sesuatu pikirannya, hanya hal ini tidak
dilihat oleh Ciok Tim.
Setelah melintasi lagi dua simpang jalan
tertampaklah gedung megah dengan halaman luas,
itulah Boh-liong-ceng, tempat kediaman Wiki.
Baru saja mereka sampai di depan gerbang
perkampungan itu, terdengarlah derap kaki kuda
yang ramai, ketiga pemuda penunggang kuda tadi
telah menyusul tiba. Seketika air muka Ciok Tim
berubah, gumamnya, "Hm, tampaknya mereka
sengaja menguntit kita."
"Jangan cari perkara," ujar Giok he dengan
tersenyum. Tiba-tiba si pemuda perlente penunggang kuda
tadi melompat turun dari kudanya dan tepat
berdiri di samping Giok-he.
Dengan mendongkol Ciok Tim lantas memburu


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maju dan melototi orang dengan sikap
bermusuhan. Selagi pemuda perlente itu hendak menyapa,
sekonyong-konyong pintu gerbang perkampungan
megah itu terkuak, menyusul terdengarlah gelak
tertawa lantang, tertampak Wiki dan Yim-hong
peng muncul dari dalam, sembari berseru, "Aha,
rupanya ada tamu dari jauh, maaf jika tidak
kusambut selayaknya!"
Dengan wajah berseri si pemuda perlente lantas
berpaling ke sana dan memberi salam hormat.
Diam-diam Ciok Tim berkerut kening, ia heran
orang macam apakah pemuda ini sehingga Wiki
merasa perlu menyambut keluar.
Di luar dugaan, Wiki hanya menyapa,
sekedarnya saja kepada pemuda perlente itu, lalu
langsung menghampiri Kwe giok-he dan berucap,
"Liong hujin sungkan bermalam di tempatku ini,
tentu semalam telah beristirahat dengan tenang."
"Terimakasih atas perhatian Wi-locianpwe," kata
giok he, sambil memberi hormat.
Baru sekarang Ciok Tim tahu bahwa yang
hendak di sambut oleh Wiki ternyata mereka
berdua bukan pemuda perlente tadi.
Sebaliknya pemuda perlente tadi merasa kikuk
karena yang disambut tuan rumah ternyata bukan
dirinya, dengan tercengang ia pandang Wiki dan
Giok he. Ketika dilihatnya Ciok Tim sedang meliriknya
dengan sikap mengejek, seketika dia mendelik,
dengan suara dongkol, ia menjengek, "Apakah
tempat ini memeng betul Boh-liong-ceng?"
Dengan sinar mata gemerdep Yim hong-peng
menanggapi, "Betul, apakah saudara ini bukan
serombongan dengan Liong-hujin?"
Pemuda itu menjengek, "Kudatang dari Tongthian-
kiong di puncak Kun-lun-san, siapa Lionghujin
belum pemah kukenal."
Seketika hati Giok he, ciok Tim, Wiki dan Yim
hong-peng sama tergetar.
"Aha, kiranya anda ini murid Kun-lun pai,
silakan masuk, kebetulan meja perjamuan sudah
siap, marilah kita minum bersama barang satudua
cawan, seru Wiki.
Hendaknya dimaklumi anak murid Kun-lun pai
sangat jarang muncul di dunia kangouw. Biasanya
orang kangouw juga sedikit sekali yang berkunjung
ke Kun-lun-san, sejak dahulu Put-si-sin-liong
mengalahkan Ji-yan Tojin, ketua Kun-lun-pai
dipuncak pegunungan itu, berita mengenai murid
utama Ji-yan Tojin yaitu Boh-in-jiu Tok put-hoan,
sangat menonjol di dunia kengouw dan merupakan
salah seorang jago pedang yang disegani.
Bahwa pemuda perlente ini adalah murid Kunlun-
pai, mau tak mau Wiki harus melayaninya
dengan cara lain. Ban-li-liu-hiang Yim hong-peng
lantas ikut menyambut juga dengan hormat
scakan-akan dia adalah tuan rumahnya.
Sikap pemuda perlente itu tampak tambah
congkak, tanpa sungkan ia lantas mendahului
masuk ke dalam Boh-liong-ceng.
Diam-diam Ciok Tim mendongkol, dengan suara
tertahan ia membisiki Kwe giok-he, "Jika orang ini
saudara seperguruan Boh-in-jiu itu, artinya dia
juga musuh Ji-hau-san-ceng kita, rasanya aku
ingin menjajalnya, ingin kutahu betapa lihainya
anak murid Kun-lun-pai."
"Berbuatlah menurut gelagat, jangan
sembarangan bertindak," desis Giok-he sambil
menarik ujung bajunya.
Sementara itu sang surya sudah memancarkan
cahayanya yang gilang gemilang, kabut tebal tadi
sudah tersapu lenyap, suasana misterius yang
meliputi ruang pendopo tadi pun lenyap.
Di tengah ruangan memang benar sudah siap
meja perjamuan, dengan tertawa Wiki lantas
berseru, "Liong-hujin..........."
Belum sempat ia menyilakan duduk orang,
sekonyong-konyong si pemuda perlente tanpa
sungkan lantas menduduki tempat utama scakanakan
tempat itu memang disediakan untuk dia.
Selaku tuan rumah, tentu saja Wiki berkerut
kening dan kurang senang, ia pikir biarpun anak
murid Kun-lun-pai seyogyanya juga tidak boleh
sesombong ini. Ciok Tim juga lantas mendengus menyatakan
rasa tidak senangnya. Namun pemuda perlente itu
sengaja menengadah dan tidak menghiraukan
cemooh orang lain.
Giok-he hanya tersenyum saja dan duduk di
tempat scadanya, Ciok Tim juga tidak enak untuk
bicara, terpaksa ia menahan perasaannya dan
duduk di samping Giok-he.
Dengan sendirinya Wiki tidak dapat
memperlihatkan rasa marahnya, ia hanya
berdehem dan coba menyebutkan nama Kwe giokhe,
Ciok-Tim dan Yim hong-peng, maksudnya agar
pemuda perlente itu terkejut dan dapat lebih tahu
diri. Siapa tahu nama ketiga orang ternyata tidak
membuatnya gentar, ia hanya menyapa pandang
mereka sekejap, lalu ia menyebut nama sendiri
dengan nama dingin, "Dan namaku Cian Tong-lai."
Lalu tidak bicara lebih banyak lagi, juga tidak
bergerak dari tempat dudukhya, hanya
dipandangnya wajah Giok he yang cantik itu dua
tiga kejap, entah dia sengaja berlagak angkuh atau
memang masih hijau sehingga tidak kenal nama
tokoh dunia persilatan yang menonjol ini.
Wiki juga mendongkol melihat sikap orang yang
sombong itu, ia pikir biarpun Tok put-hoan juga
tidak berani bersikap scangkuh ini.
Setelah menyilakan tetamunya minum, dengan
tertawa Wiki berkata, "Agaknya Cian-heng belum
lama terjun ke dunia kangouw, tapi kalau
dibicarakan sesungguhnya kita pun bukan orang
luar. Beberapa tahun yang lalu ketika suhengmu
Toh-siauhiap baru turun dari Kun-lun-san, dia
juga mampir ke tempatku sini dan saling sebut
sebagai saudara denganku haha....."
Mendadak si pemuda perlente yang mengaku
bemama Cian Tong-lai itu memotong, "Toh puthoan
adalah sutitku."
Tentu saja semua orang melenggak, sungguh
sukar dipercaya Toh put-hoan yang lebih tua itu
ternyata murid keponakan pemuda she Cian ini.
Sambil tertawa Cian Tong-lai menenggak
secawan arak lagi, lalu menuding kedua kacung
yang berdiri di pojok ruangan itu dan berkata,
"Kedua bocah itulah baru terhitung satu angkatan
dengan Toh put-hoan."
Baru sekarang Yim hong-peng dan Wiki terkejut.
Cepat Wiki berkata dengan menyengir, "O, maaf,
jika begitu lekas kedua saudara cilik silakan duduk
juga untuk minum bersama."
Anak yang bersikap prihatin itu berucap,
"Susiok hadir disini, kami tidak berani ikut
duduk." Kacung yang lain menambahkan dengan
tertawa, "Asalkan lain kali bila kami berkunjung
lagi ke sini jangan Wi-cengeu menyuruh kami
berdiri di sini."
Muka Wiki berubah merah, didengarnya kacung
tadi berseru pula dengan tertawa, "Wah, tak
tersangka nama Toh-suheng sedemikian tersohor
di dunia kangouw, bila tahu tentu Toasupek akan
sangat senang."
Cian Tong-lai menyapu pandang sekejap lalu
menyambung dengan ketus, "Kedatanganku ini
adalah karena nama WI ceng-cu yang termashur
bermurah hati dan gemar mengumpulkan orang
pandai dan bijaksana........"
Dengan sorot mata tajam ia memandang Wiki
sekejap, seketika air muka Wiki bertambah merah.
Maka Cian Tong-lai menyambung lagi. "Selain itu,
ingin juga kucari kabar tentang Toa sutitku itu."
Berubah juga air muka Ciok Tim sambil
memandang Giok he sekejap.
Pelahan Cian Tong-lai berkata lagi, " Sejak
meninggalkan Kun-lun-san, hanya beberapa tahun
pertama saja masih ada kabar beritanya, tapi
akhir-akhir ini tidak terdengar lagi sesuatu
beritanya........"
Sampai di sini sinar matanya berkelebat ke arah
Ciok Tim, lalu menyambung dengan nada
bertanya, "Jangan-jangan sahabat she Ciok ini
mengetahui akan jejak Toasutitku itu?"
Tergetar hati Ciok Tim sehingga arak tercecer
dari cawan yang dipegangnya.
Lekas Giok he menyela, "Nama Boh-in-jiu
memang sudah lama kami dengar, Cuma sayang
tidak pemah bertemu, cara bagaimana kami tahu
jejaknya?"
Apa betul begitu?" jengek Cian Tong-lai.
Senyum Giok he tambah menggiurkan, katanya,
"Ucapan murid Sin-liong-bun kukira tidak perlu
disangsikan."
Mendadak sebelah tangannya menekan, cawan
arak mendadak amblas ke dalam meja, ketika
tangannya terangkat, cawan arak ikut mumbul
juga, gerakannya cepat dan gesit, apa yang terjadi
itu cuma sekejap saja.
Air muka Cian Tong-lai sedikit berubah, ia
pandang wajah Giok he yang cantik itu, mendadak
ia bergelak tertawa, katanya, "Scumpama Hujin
bukan anak murid Sin-liong-bun juga kupercaya
penuh kepada keteranganmu."
Mendadak Ciok Tim mendengus.
Yim hong-peng tertawa, katanya, "Arak dan
hidangan sudah dingin, ayolah jangan
mengecewakan maksud baik tuan rumah..........."
Belum lenyap suaranya, mendadak terdengar
deru angin keras dari udara, suasana menjadi
gelap, berbareng itu terdengar pula suara burung,
beberapa ekor elang terbang lewat di depan
pendopo, habis itu lantas terbang mengitar di
halaman, seluruhnya ada tujuh ekor burung elang.
Berubah air muka Wiki, serentak ia bangkit
berdiri. Si kacung yang lincah lantas berseru dengan
tertawa, "Hihi, tak terduga di sini juga ada elang
sebesar ini, sungguh menarik."
Baru habis ucapannya, sekonyong-konyong ia
melompat miring ke atas, kedua tangannya
terpentang terus menubruk ke tengah kawanan
elang yang terbang mengitar itu.
Kacung itu bergerak dengan santai, tapi
meluncur secepat kilat, bajunya yang perlente itu
berkelebat, tahu-tahu sebelah tangannya sudah
berhasil menangkap sayap salah seekor elang itu.
"Bagus!" seru Giok he sambil berkeplok tertawa.
Elang itu bersuara kaget, kcenam ekor elang
yang lain serentak terbang balik, sekaligus mereka
hendak mematuk si kacung.
Tiba-tiba dari kejauhan ada suara jepretan
busur dan bentakan orang, "Pukul!"
Berbareng itu selarik sinar hitam menyambar
tiba. Semua itu hanya terjadi dalam sekejap, belum
lagi tubuh si kacung turun ke bawah, tahu-tahu
cahaya hitam itu sudah menyambar, paruh
kcenam ekor elang yang tajam itu pun akan
mengenai tubuhnya.
Baru saja Giok-he berseru "bagus", seketika ia
menjerit pula, "Celaka!"
Yim hong-peng, Wiki, Cian Tong-lai juga berseru
kuatir, si kacung mengendurkan cengkramannya,
kedua kaki di tekuk, ia berjumpalitan sekali di
udara, lalu turun ke bawah dengan enteng,
walaupun begitu ujung bajunya juga telah
tertembus oleh cahaya hitam tadi.
Kacung yang lain tidak tinggal diam, ia pun
membentak, "Lihat serangan!"
Sekaligus tujuh titik perak terpancar ke depan
menyerang ketujuh ekor elang.
Kcenam ekor elang berbunyi kaget dan terbang
ke udara, seekor sempat tersambit oleh senjata
rahasia si kacung dan jatuh ke tanah bersama si
kacung pertama tadi.
Cahaya hitam tadi masih menyambar ke depan
dengan kencang dan "crat", menancap di dinding,
nyata tenaga pemanah itu sangat kuat.
Dengan muka kelam Cian Tong-lai berbangkit
dan berkata, "Wi cengeu, apa cara demikian Bohliong-
ceng meladeni tamunya?"
Belum lenyap suaranya segera terdengar pula
orang berteriak lantang di luar, "Tujuh elang
menjulang ke udara, gemilang usaha kami malang
melintang. Air muka Wiki berubah seketika, gumamnya,


Amanat Marga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jit-eng-tong (Klik tujuh elang)!"
Pada saat itulah seorang lelaki berbaju hitam
muncul dengan membawa sehelai kartu merah
besar dan dihaturkan kepada Wiki. Waktu Wiki
membuka dan membacanya, ternyata kartu merah
itu tidak terdapat tulisan apa pun melainkan Cuma
terlukis tujuh ekor burung elang yang berwama
berbeda dengan gaya yang berlainan dan kelihatan
seperti elang hidup.
"Tamu agung silahkan masuk!" segera Wiki
berseru sambil memburu keluar.
Kening Yim hong-peng bekernyit sambil
bergumam, "Jit-eng-tong...........Jit-eng-tong!"
Lalu ia pun melangkah keluar.
Cian Tong-lai memandang bayangan punggung
kedua orang itu, sinar matanya menampilkan
nafsu membunuh, ia coba tanya si kacung yang
jatuh tadi, Giok-ji, apakah kau terluka?"
Giok-ji menggeleng pelahan, namun mukanya
kelihatan pucat, sikapnya yang lincah dan periang
tadi kini tak tertampak lagi.
"Boleh juga anak ini, tampaknya dia Cuma
terkejut oleh sambaran anak panah dan tidak
menjadi alangan," ujar Giok-he.
"Hm, anak murid Kun-lun mana boleh........."
B Pukulan Naga Sakti 7 Bentrok Para Pendekar Karya Gu Long Dewi Ular 6
^