Pukulan Naga Sakti 6

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 6


anmu, barusan Put ji tidak tahu kalau saudara cilik
mempunyai hubungan yang erat dengan Cu pangcu, bila telah
berbuat kelancangan, harap kau sudi memaafkannya."
"Hmm, siapa yang menjadi saudara cilikmu" Kalau berbicara
sedikitlah berhati hati," seru Thi Eng khi amat gusar.
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji memang betul betul
berkepandaian hebat, begitu ia sudah mengincar sasarannya, maka
sekalipun kau menghajar atau mendamprat dirinya, ia tak akan
ambil perduli, bahkan dia berusaha terus untuk melunakkan hati
lawannya. Sekarang, walaupun dalam hati kecilnya dia sedang menyumpahi
Thi Eng khi dengan kata kata yang paling kotor dan keji, namun
wajahnya sama sekali tidak menampilkan perasaan tak senangnya,
malah sambil munduk munduk kembali dia berkata :
"Baik, baik, harap Thi ciangbunjin jangan marah, Put Ji tidak
berani, Put ji tidak berani. Thian liong pay memang suatu perguruan
yang amat termashur dalam dunia persilatan, Thi ciangbunjin pasti
mempunyai jiwa yang besar dan tak mempersoalkan kesalahan
seorang siaujin, silahkan, silahkan, Thi ciangbunjin silahkan masuk."
316 Pinggangnya telah dibungkukkan dalam dalam, kepalanya hampir
saja menempel di atas permukaan tanah.
Thi Eng khi sudah terlanjur dibuat sewot, dia sama sekali tidak
menggubris perkataan lawan.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po yang menyaksikan
kejadian itu kembali tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh...... haaahhh...... haaahhh...... Put ji siauseng adalah
seorang yang terlalu memegang teguh akan sopan santun, saudara
cilik, jangan lupa kalau kita masih mempunyai urusan serius,
terimalah permintaan maaf dari Put Ji siauseng itu."
Dengan langkah lebar Thi Eng khi masuk ke dalam ruangan,
hanya hidungnya mendengus dingin berulang kali untuk
melampiaskan rasa mendongkol dalam hatinya.
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji mengikuti dibelakangnya,
setelah mempersembahkan air teh, kembali dia menjura dalam
dalam sembari ujarnya :
"Cu pangcu ada petunjuk apa" Lu Put ji sudah siap sedia untuk
mendengarkannya!"
"Lu Put ji, sejak kapan kau telah mendatangi gedung Bu lim tit it
keh....?" Diam-diam sastrawan penyapu lantai Lu Put ji merasa bangga
sekali, pikirnya :
"Sekarang, lihat saja kehebatanku!"
Sikapnya dengan cepat berubah, mukanya juga tidak dihiasi lagi
dengan senyuman yang licik dan tengik.
Setelah mendehem beberapa kali, pelan pelan dia berkata :
"Yaa, memang ada kejadian demikian, soal ini ..... soal ini ".."
317 Setengah harian lamanya dia mengulangi kata katanya itu tanpa
ada kelanjutannya.
Tentu saja pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cukup
mengenali kebiasaan jeleknya itu, iapun enggan untuk berkata
sopan lagi, secara blak blakan tegurnya :
"Apa syaratmu?"
Meski sederhana kata katanya namun menyudutkan.
Ternyata Sastrawan penyapu lantai tidak kelihatan malu, malah
dia lantas mengacungkan kelima jari tangannya,
"Yang kuning atau yang putih?" tanya pengemis itu lagi.
"Aku tahu kalau perkumpulanmu adalah sebuah perkumpulan
besar, tentunya kau tak akan menganggapnya sebagai yang putih
bukan?" "Haaahh... haaahh... haaah.... bagus sekali, nah sambutlah apa
yang kau minta ini."
Lima buah senjata emas dengan membawa desingan angin tajam
langsung meluncur kehadapan Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji,
gerakan benda itu hebat sekali.
Rupanya sewaktu menyambit benda tadi pengemis sakti bermata
harimau telah menyertakan tenaganya sebesar delapan bagian.
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera tersenyum, dengan
gerakan Puh hong cui im (menangkap angin membekuk bayangan)
dia sambar benda tersebut, tahu tahu lima batang uang emas yang
masing masing sepuluh tahil beratnya itu sudah berada ditangannya.
Dengan diperhatikannya gerakan tersebut maka dapat diketahui
kalau tenaga dalam yang dia miliki sama sekali tidak berada di
bawah kemampuan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po.
318 Sekalipun dia memiliki kepandaian sehebat itu, sayang ia justru
kemaruk harta malahan diapun tak segan-segannya untuk berlutut
dan mengumpak pengemis tua tersebut. Sikap yang tengik dan
memalukan semacam ini tak akan orang sangka bisa dilakukan oleh
manusia macam dia itu.
Sesudah menyambut uang emas tersebut, Sastrawan penyapu
lantai Lu put ji masih menimang nimang dulu bobotnya dan
menggigit emas itu untuk memeriksa asli tidaknya. Sikap tengik
macam begini, lebih lebih memuakkan siapapun yang melihatnya.
Tapi kemudian ia merasa puas sekali, sahutnya kemudian dengan
singkat : "Bulan enam tanggal tujuh belas!"
Hanya lima patah kata itu saja yang disuarakan, kemudian ia
kembali membungkam.
Kalau dihitung dengan jumlah upah yang didapatkan, berarti
sepatah kata bernilai sepuluh tahil uang emas.
"Apa pula yang berhasil kau temukan?" desak Thi Eng khi lebih
lanjut. Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji kembali manggut manggut
lalu menggeleng, kembali dia memperlihatkan kelima buah jari
tangannya. Thi Eng khi menjadi gusar sekali, bentaknya :
"Tak tahu malu ....."
Tapi akhirnya diapun tak mampu melanjutkan caci makinya itu.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa,
ujarnya : ''Beginilah kebiasaan dari Lu put ji bila kita tidak menuruti harga
yang dimintanya, sekalipun membunuhnya juga jangan harap bisa
memaksanya mengucapkan sepatah katapun."
319 Thi Eng khi merasa sangat tidak puas, segera ujarnya :
"Siaute yakin masih sanggup untuk memaksanya berbicara!"
Dia segera bangkit berdiri dan siap sedia untuk menggunakan
ilmu sakti dari partai Thian liong pay untuk menaklukkan Lu Put ji
serta memaksanya berbicara.
Buru buru pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
menggoyangkan tangannya mencegah :
"Saudara cilik, cara semacam itu tak ada gunanya buat Lu Put ji,
lebih baik lihat saja cara engkoh tuamu."
Dengan wajah serius dia lantas berpaling ke arah Lu Put ji sambil
ujarnya : "Lebih baik kita bicara borongan saja, kau harus menjawab
semua pertanyaan yang kami ajukan, untuk itu berapa banyak yang
kau minta?"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera memperlihatkan sinar
mata rakusnya, dengan perasaan seperti terpaksa, ia berkata :
"Waaah.... kalau ..... kalau main borongan , aku.... akulah yang
bakal rugi besar."
Tapi kemudian sambil membusungkan dadanya, ia berkata
dengan sikap yang gagah.
"Dihari hari biasa aku tak pernah menunjukkan kebaktianku
untuk Cu pangcu, baiklah, untuk langganan bagaimana kalau aku
minta lima ratus saja?" Yang dimaksud sebagai lima ratus, sudah
barang tentu lima ratus tahil uang emas.
Mencorong sinar mata berapi api dari balik mata Thi Eng khi,
serunya sambil mendepak depakkan kakinya ke lantai :
"Hatimu terlalu hitam, cara kerjamu terlalu rendah, tengik dan
terkutuk!"
Sebaliknya pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po berkata
sambil tertawa :
320 "Tidak banyak, memang tidak banyak, hari ini Lu Put ji memang
cukup bersahabat!"
Selintas rasa bangga segera menghiasi wajah sastrawan penyapu
lantai Lu Put ji katanya:
"Biasanya orang yang berkedudukan tinggi jadi orang lebih sosial,
Cu pangcu memang memiliki kelebihan daripada orang lain, berbeda
dengan Thi ciangbunjin yang terlalu memandang rendah diriku."
Thi Eng khi hanya berkerut kening belaka, tampaknya ia tak sudi
berbicara lagi dengannya.
Sementara itu, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
sedang merogoh sakunya kesana kemari, biar miskin diluar ternyata
sakunya tidak miskin, entah berapa banyak barang berharga yang
dibawa olehnya.
Dari dalam salah satu sakunya, akhirnya dia berhasil
mengeluarkan sebuah mutiara yang besar sekali dan memancarkan
sinar kemerah merahan yang tipis.
"Lu Put ji" serunya kemudian sambil mengangkat tinggi tinggi
benda tersebut, "tentunya kau juga tahu barang. "Coba lihatlah,
apakah mutiara ini laku lima ratus tahil?"
Begitu melihat mutiara tersebut, sepasang mata sastrawan
penyaou lantai itu kontan terbelalak lebar-lebar, dengan cepat dia
mengangguk berulang kali.
"Cukup, cukup!"
Tangannya segera dijulurkan kedepan siap menerima mutiara
tersebut dari tangan pengemis tua itu.
Tapi Cu Goan po segera menarik kembali tangannya, dia berkata
: "Benda itu sudah menjadi milikmu, namun kau harus
menerangkan dahulu apa yang terjadi dalam gedung Bu lim tit it keh
pada bulan enam tanggal tujuh belas nanti?"
321 Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menelan air liurnya berulang
kali, serunya cepat :
"Lebih baik.... lebih baik mutiara itu kau serahkan dulu kepadaku
....." "Memangnya kau tidak percaya dengan diriku?" bentak Cu Goan
po dengan mata melotot.
"Tidak berani, tidak berani," seru sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji sambil menggelengkan kepalanya berulang kali, "memang
begitulah peraturanku selama ini."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
seram. "Haahhh.... haahhh.... haahhhh.... lohu justru akan menyaksikan
dirimu untuk merusak peraturan tersebut, tentunya kau juga tahu,
nilai dari mutiara Thian hiang cu ini bukan hanya lima ratus saja,
kalau tidak besok saja kita bicarakan lagi setelah kubawa uang
emasnya kemari."
Seraya berkata dia lantas masukkan kembali mutiara tersebut
kedalam sakunya.
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji bukan seseorang yang tidak
luas pengetahuannya, dia tentu saja mengetahui nilai dari mutiara
tersebut, sepasang matanya yang kurus sudah sedari tadi
mengawasi benda itu tanpa berkedip, kalau bisa dia ingin sekali
cepat cepat memperoleh mutia?ra Thian hiang cu itu.
Betul mutiara itu tidak terlampau besar, akan tetapi justru
merupakan benda mestika yang tidak ternilai harganya, tentu saja
dia tak ingin membiarkan benda itu disimpan kembali oleh pengemis
tua itu. Dengan perasaan gelisah dan cemas, buru buru serunya :
"Berada di hadapan pangcu, apalah artinya benda itu" Jangankan
hanya sebuah peraturan kecil yang tak ada harganya untuk
dibicarakan, sekalipun ada masalah yang amat besar, asal pangcu
322 mengucapkan sepatah kata saja, aku disuruh terjun ke air, aku akan
terjun ke air, suruh terjun ke api, akupun akan terjun ke api,
semuanya akan kulakukan dengan segera tanpa membantah."
"Tak usah banyak berbicara, bila kau menginginkan mutiara itu,
maka ucapanku musti kau turuti!" tukas Cu Goan po cepat.
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan :
"Benda apa saja yang berhasil kau dapatkan dalam ruang Sin
tong partai Thian liong pay di gedung Bu lim tit it keh?"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji tak berani berbohong lagi
dengan berterus terang sahutnya :
''Dalam ruang Sin tong partai Thian li?ong pay, aku telah
menemukan rahasia besar, maka sewaktu tombol rahasia kutekan,
meja altar Thian liong pay itu mendadak tenggelam kebawah,
kemudian muncul seekor naga emas yang sedang mementangkan
cakarnya, dalam cakar itu tampak secarik kertas, maka kuambil
kertas itu dan mengembalikan alat rahasianya seperti sedia kala."
Thi Eng khi ingin cepat cepat mengetahui isi surat itu, dengan
cepat dia menimbrung : "Surat itu sekarang berada dimana?"
"Thi ciangburjin, lebih baik kau jangan turut bertanya, sebab hal
ini akan kuhitung dengan tarif baru."
Thi Eng khi menjadi betul betul naik darah, bentaknya keras
keras : "Bangsat, kau benar benar seorang manusia yang tak tahu malu,
lihatlah kubacok dirimu!"
"Saudara cilik...." pengemis sakti bermata harimau segera
berteriak keras.
Dengan cepat dia memberi kerdipan mata kepadanya agar
mendengarkan dengan tenang, lalu tanyanya pula kepada Lu Put ji :
"Kau sendiri melakukan apa pula ditempat tersebut?"
323 "Oooh...... aku cuma meninggalkan secarik surat pohon liu dan
kupu kupu dibalik cakar naga emas itu."
"Apa yang kau tulis diatas kertas surat pohon liu dan kupu-kupu
tadi ....."
"Aku hanya menulis begini : Hahahaha.... lohu lebih hebat dan
berhasil mendahului kalian!"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po manggut manggut,
dia mengakui bahwa sastrawan penyapu lantai memang tidak
berbohong, maka diapun lantas bertanya lebih jauh :
"Kemana larinya surat yang asli itu sekarang?"
"Telah kujual!"
Saat itu Thi Eng khi benar-benar tidak tahan lagi, mendadak ia
melejit keudara dan menubruk keatas tubuh sastrawan penyapu
lantai Lu Put ji ......
Menghadapi serangan tersebut, Sastrawan penyapu lantai Lu Put
ji tertawa dingin, dengan cepat kakinya bergeser kekiri dan kekanan
diiringi gerakan lengannya kesana kemari secara beruntun dia telah
berganti lima enam tempat dengan arah yang berlainan, didalam
anggapannya semula, tubrukan dari Thi Eng khi tersebut sudah pasti
akan mengenai sasaran yang kosong.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siapa sangka, gerakan tubuh dari Thi Eng khi sungguh cepat
sekali, tubrukannya ibarat cacing dalam perut, entah kemanapun dia
menghindar atau bergeser, ia tak pernah berhasil melepaskan diri
dari incaran jari tangan Thi Eng khi.
Sekarang sastrawan penyapu lantai Lu Put ji baru tahu kalau ilmu
silat yang dimiliki Thi Eng khi benar-benar lihay sekali.
Baru saja dia akan merubah taktik pertarungannya, tahu-tahu
jalan darah Cian keng hiat diatas bahunya menjadi kaku, sepasang
lengannya bagaikan lumpuh saja, segera kehilangan semua
tenaganya dan terjulur lemas ke bawah.
324 Sambil menekan bahu Sastrawan penyapu lantai, Thi Eng khi
segera membentak keras :
"Hayo jawab, sudah kau jual kepada siapa?"
Kalau tadi sastrawan penyapu lantai Lu Put ji bersikap sungkan
kepada Thi Eng khi, hal ini sebenarnya lantaran pengaruh dari Kay
pang pangcu Cu Goan po.
Tapi sekarang, setelah ia kena ditaklukkan oleh Thi Eng khi
secara gampang, timbul perasaan keder dalam hati kecilnya,
terhadap Thi Eng khi pun ia menjadi ketakutan setengah mati.
Sedemikian takutnya dia kepada pemuda ini, bahkan sampai
sepatah katapun tak sanggup diutarakan, selembar wajahnya yang
tampan kini kelihatan berubah menjadi merah padam seperti babi
panggang. Hou bok sin kay Cu Goan po buru buru menyelinap datang, lalu
katanya kepada Thi Eng khi :
"Saudara cilik, jangan terburu napsu, pikir yang cermat, tanya
yang seksama, dengan begitu urusan baru tidak terbengkalai."
Sesungguhnya Thi Eng khi hanya terpengaruh emosi saja
sehingga melakukan tindakan tersebut tapi pada dasarmya dia
cerdas maka tak usah berpikir lebih jauh diapun sadar bahwa dirinya
sudah melanggar pantangan.
Gara-gara urusan sepele hampir terbengkalai urusan sebenarnya
maka dengan cepat dia melepaskan si sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji dari cengkeraman.
"Lu Put ji," ia berkata sambil tertawa dingin, "kuharap kau
menjawab dengan sejujurnya daripada aku musti memberi pelajaran
lagi kepada dirimu ....."
Pelan-pelan ia mundur kembali ke tempat semula.
325 Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera menggerakkan
sebentar sepasang bahunya lalu sahutnya dengan ketakutan :
"Baik! Baik! Apa yang kuketahui, pasti akan kujawab dengan
sejujurnya ...."
"Baik, coba kau terangkan kertas tersebut telah kau jual kepada
siapa ....?" tanya si pengemis sakti bermata harimau kemudian.
Buru-buru sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menggelengkan
kepalanya berulang kali, katanya :
"Aku betul-betul tidak tahu siapakah orang yang membeli kertas
tersebut."
"Lu Put ji!" tegur pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
sambil melotot, "kau termashur karena pengetahuanmu yang amat
luas, mustahil bila kau tidak kenal dengan orang itu, hayo jawab saja
siapa dia yang sesungguhnya" Daripada merasakan penderitaan
yang sama sekali tak ada gunanya."
Dengan muka hampir menangis, sastrawan penyapu lantai Lu Put
ji kembali merengek :
"Bila orang itu adalah seorang manusia yang punya nama dalam
dunia persilatan, sudah barang tentu aku akan mengenalnya, tapi
orang itu baru berusia delapan sembilan belas tahunan, aku benar
benar tak tahu dia berasal dari mana."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po berpikir sabentar,
lalu berkata : "Kalau begitu coba kau lukiskan saja bagaimanakah bentuk raut
wajahnya itu."
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji berpikir sejenak, lalu sahutnya
dengan cepat. "Dia adalah seorang sastrawan muda yang memakai baju
berwarna putih dengan mantel berwarna perak, perawakan
tubuhnya sedang tidak kelewat tinggi juga tidak kelewat pendek,
seraut wajahnya amat tampan, bahkan tiga bagian lebih ganteng
daripada Thi ciangbunjin. Cuma sayang tidak memiliki sinar
kegagahan. Waktu itu, akupun pernah menanyakan tentang asal
326 usulnya. Tapi lantaran dia tidak menyahut maka akupun jadi segan
untuk bertanya lagi ....."
Tiba-tiba Thi Eng khi bertanya :
"Berapa uang kau jual kertas itu kepadanya?"
Dari dalam sakunya sastrawan penyapu lantai Lu Put ji
mengeluarkan sebuah mainan Giok bei yang satu inci lebih enam
panjangnya, kemudian menyahut :
"Pemuda itu persis seperti Cu pangcu dalam melakukan
perjalanannya tak pernah membawa uang emas dalam jumlah
banyak, maka dia membayar harga dari kertas tersebut dengan
mainan kemala ini!"
"Apa yang tertulis diatas kertas itu?" sastrawan penyapu lantai Lu
Put ji segera berkerut kening.
"Soal ini tak bisa kuberitahukan kepada kalian!" sahutnya dengan
perasaan berat hati.
"Kau hendak menjual mahal lagi?" bentak Thi Eng khi dengan
gusar. Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji segera tertawa getir lagi,
ucapnya pelan :
"Bukannya aku enggan memberitahukan hal itu kepadamu, cuma
aku telah terlanjur meluluskan permintaan pemuda itu untuk tidak
membocorkan isi kertas tadi kepada siapapun juga. Thi ciangbunjin
dan Cu pangcu tentunya tahu bukan bahwa menjadi seorang
manusia harus memegang janji" Tapi bila kalian bersikeras akan
memaksa aku untuk mengingkari janji, tentu saja aku tak akan
berani menolak."
Ucapan dari sastrawan penyapu lantai Lu Put ji ini diucapkan
dengan amat diplomatis, tentu saja dia dapat mengingkar janji
dalam keadaan terdesak, namun tanggung jawab dari tindakannya
itu harus dipikul sendiri oleh Cu Goan po serta Thi Eng khi dua
orang. 327 Padahal setiap umat persilatan mengutamakan soal pegang janji,
sekalipun Cu Goan po serta Thi Eng Khi sangat ingin mengetahui isi
surat yang sebenarnya, mereka tak ingin melakukan suatu
perbuatan yang bisa memaksa orang lain untuk melakukan suatu
perbuatan yang mengingkari janji.
Seandainya mereka adalah kawanan iblis dari kaum sesat, sudah
barang tentu persoalan semacam ini tak akan diperhatikan sama
sekali. Pelan-pelan si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengalihkan sorot matanya ke atas wajah Thi Eng khi, setelah itu
sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas, dia berkata :
"Saudara cilik tampaknya perjalanan kita kali ini juga sia-sia
belaka"..!"
Thi Eng khi sendiripun merasa amat sedih, tapi ketika sorot
matanya membentur kembali dengan mainan Giok bei yang berada
di tangan sastrawan penyapu lantai Lu Put ji, tiba-tiba saja
semangatnya berkobar kembali.
"Lu Put ji," katanya kemudian, "kau jelas mengetahui kalau kami
tak akan melakukan perbuatan yang menjerumuskan orang kedalam
pengingkaran janji maka kau gunakan kata-kata semacam itu untuk
membungkam kami, baik kuakui akan kelihayanmu tersebut dan
kamipun tak akan menanyakan lagi isi surat itu kepadamu tapi kau
harus menyerahkan mainan Giok bei itu kepadaku, sebab hanya
inilah merupakan satu-satunya titik terang dari orang itu yang dapat
kami lacaki."
"Tidak bisa, tidak bisa," seru Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji
sambil menggeleng, "mainan Giok bei merupakan pembayaran dari
orang itu untuk kertas surat tersebut, bila mainan ini harus
kuberikan kepada kalian sekarang, bukankah kertas itu sama artinya
kuberikan kepada orang lain dengan gratis?"
Thi Eng khi sungguh tak tahu harus menggunakan kata apa
untuk memaki orang itu, dia merasa dalam dunia saat ini mungkin
tiada orang kedua yang memiliki watak semacam dia itu.
328 Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera mendengus
dingin. "Hmmm....! Lu Put ji, kau jangan terlalu memberatkan benda
mestika daripada nyawa, ketahuilah mutiara Thian hiang cu milik aku
si pengemis tua masih belum dapat kuserahkan kepadamu!"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji semakin gugup dibuatnya,
namun perasaan tersebut tak berani dia perlihatkan diatas mukanya,
maka katanya kemudian :
"Cu toa pangcu, apakah kau hendak mengingkari janji?"
"Tindakanku ini belum dapat dianggap mengingkari janji, karena
kau tidak memberitahukan isi surat itu kepada kami, berarti kau pun
tidak memenuhi syarat yang kami ajukan, yakni menjawab setiap
pertanyaan yang kami ajukan kepadamu, andaikata mutiara Thian
hiang cu ini harus diserahkan kepadamu, maka aku hanya bisa
menyerahkan separuh saja dari benda ini."
Mendadak Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menggigit bibirnya
menahan diri kemudian berkata :
"Baik akan kuberitahukan isi surat itu kepada kalian."
Pengemis sakti bermata harimau segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhh.... sayang sekali kau sudah
terlanjur meluluskan permintaan orang, sekalipun kau dapat
menebalkan muka untuk mengingkari janji namun pun pangcu dan
Thi ciangbunjin bukan manusia semacam itu. Kami tak akan
melakukan perbuatan yang mendorong orang untuk mengingkari
janji. Lebih baik serahkan saja mainan Giok bei itu kepada kami
sebagai alasan bahwa kau tak perlu menepati janji lagi, sedang pun
pangcu akan menyerahkan mutiara Thian hiang cu itu kepadamu,
dengan demikian kaupun tidak terlampau rugi dibuatnya....
bagaimana" Setuju tidak?"
Sastrawan penyapu lantai Lu Put ji benar-benar enggan untuk
mengorbankan mainan Giok bei yang berada ditangannya itu, tapi
329 dia lebih lebih merasa berat hati untuk kehilangan mutiara Thian
hiang cu tersebut, akhirnya dia cuma bisa menghela napas, setelah
menelan air liur, dengan wajah meringis, katanya :
"Setelah kuserahkan mainan Giok bei itu kepada kalian, tentunya
kalian tak akan mencari alasan yang lain?"
"Omong kosong," bentak pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po keras-keras, "kalau kau tidak percaya, lebih baik kami minta
diri saja!"
Selesai berkata dia lantas menarik tangan Thi Eng khi untuk
diajak pergi meninggalkan tempat itu.
Buru-buru sastrawan penyapu lantai Lu Put ji menghadang jalan
pergi mereka kemudian sambil menyerahkan main Giok bei tersebut,
ujarnya agak tersipu sipu :
"Aku bersedia menyerahkan mainan Giok bei ini kepada Cu lo,
harap Cu lo bersedia untuk menerimanya."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sama sekali tidak
memandang kearahnya walaupun hanya sekejap mata setelah
menerima mainan Giok bei dan masukkan kedalam saku, dia
serahkan mutiara Thian hiang cu tersebut kepadanya.
"Ketahuilah, andaikata aku si pengemis tua tidak merasa enggan
untuk turun tangan terhadap manusia semacam kau, aku benarbenar
ingin membacokmu sampai mamapus!" serunya keras-keras,
"sebelum kuinjak injak tubuhmu, rasanya belum hilang rasa
mendongkol yang menggelora dalam dadaku!"
Begitu selesai berkata, sebuah pukulan lantas diayunkan untuk
mendorong Lu Put ji kesamping, kemudian bersama Thi Eng khi
meninggalkan ruangan Liu tiap cay tersebut.
Tapi belakang sana masih kedengaran Sastrawan penyapu lantai
Lu Put ji masih berseru dengan nada yang memuakkan :
"Benar,benar, kau orang tua memang seorang jago kaum lurus,
memang tidak pantas turun tangan terhadap manusia rendah seperti
330 aku, terima kasih banyak, terima kasih banyak atas kemurahan hati
kau orang tua!"
Setelah berada jauh dari tempat atai, Thi Eng khi baru menghela
napas sambil bergumam.
"Engkoh tua, tak kusangka dalam dunia ini bisa terdapat manusia
yang tak tahu malu semacam itu, betul-betul suatu kejadian yang
luar biasa sekali ...."
"Walaupun sastrawan penyapu lantai Lu Put ji termashur karena
mukanya yang tebal dan tak tahu malu, paling tidak dia masih
mempunyai suatu kebaikan yang jauh lebih hebat daripada
kebanyakan orang lainnya ...."
"Dia masih memiliki kebaikan apa lagi?" tanya Thi Eng khi dengan
mata terbelalak karena terkejut bercampur keheranan.
"Paling tidak ia tak pernah berbohong!"
Mendengar itu, Thi Eng khi segera menghela napas panjang.
"Aaai.... sekalipun sudah memiliki mainan Giok bei ini,
kemanakah kita harus mencari orang yang bermantel perak itu?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahhhh..... haaahhhh.... haaaahhhh... soal ini tak usah kau
kuatirkan, anak murid perkumpulanku telah tersebar di seluruh
kolong langit, tidak sulit untuk menemukan jejak orang itu."
Baru selesai dia berkata mendadak pengemis itu berseru tertahan
lalu serunya sambil menunjuk kedepan :
"Saudara cilik, coba kau lihat itu ...."
Thi Eng khi turut mendongakkan kepalanya, kemudian dengan
girang serunya cepat :
331 "Aaah, dia adalah orang yang mengenakan mantel berwarna
perak!" Tanpa banyak berbicara lagi, dia lantas melompat kedepan dan
mengejar kearah orang itu.
Agaknya orang bermantel perak itu sedang ada urusan penting
gerakan tubuhnya cepat bagaikan sambaran kilat, dari situ dapat
terlihat bahwa ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu benar
benar telah mencapai pada puncak kesempurnaan.
Namun Thi Eng khi juga bukan orang sembarangan setelah
melatih kepandaian sakti dari kitab pusaka Thian liong pit kip selama
hampir setahun lamanya, dia telah berhasil melebur semua obatobatan
yang ada dalam tubuhnya dengan tenaga murni yang dia
latih, begitu ilmu Im liong sin hoat (gerakan tubuh naga diawan)
dikerahkan, kecepatan gerakan tubuhnya ternyata masih setingkat
lebih hebat daripada orang bermantel perak yang berada
dihadapannya itu.
Dalam waktu singkat, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po sudah tertinggal entah dimana.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selisih jarak diantara mereka makin lama semakin mendekat,
dalam girangnya Thi Eng khi Eng segera menegur :
"Saudara yang berada di depan, harap tunggu sebentar, aku Thi
Eng khi ada urusan hendak meminta pertunjukmu!"
Entah orang itu tidak mendengar seruan itu atau enggan
menjawab, tiba-tiba berbelok searah sebuah hutan yang lebat dan
menyelinap kedalamnya, dalam beberapa kali lompatan saja,
bayangan tubuh sudah lenyap dari pandangan mata.
Hampir meledak dada Thi Eng khi saking mendongkolnya, dia
mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya semakin hebat, dari kaki
bukit sampai puncak bukit diperiksa dengan seksama, namun
hasilnya tetap nihil.
Sekarang, anak muda itu benar-benar merasa mendongkol bukan
buatan, kalau bisa dia benar benar ingin membacok tubuh orang itu
332 dan mencincangnya menjadi berkeping sehingga rasa
mendongkolnya dapat dilampiaskan.
Namun bayangan tubuh orang itu seakan akan sudah tertelan
dibalik hutan belukar itu, bagaimanapun seksama penggeledahan
yang dilakukan oleh Thi Eng khi, bayangan tubuhnya sama sekali
tidak ditemukan lagi.
Lambat laun Thi Eng khi makin terjerumus ke tengah bukit yang
makin jauh kedalam.
Bukit ini sungguh aneh sekali bentuknya, seluruh bukit penuh
dengan pepohonan yang lebat tapi puncaknya justru gundul dan
tiada sebatang pohon pun yang tumbuh, sekan akan sekeliling
tempat itu sudah dibabat oleh pisau yang tajam.
Thi Eng khi memperhatikan sekeliling tempat itu dengan seksama
, mendadak wajahnya menjadi tertegun, lalu berseru tertahan,
gumamnya kemudian dengan nada tercengang bercampur kaget :
"Bukankah dia adalah So yaya?"
Ternyata di atas puncak bukit yang gundul itu tampak Tiang pek
lojin So Seng pak sedang berjalan kesana kemari sambil
menggendong tangan, dia seperti lagi menantikan sesuatu.
Baru saja Thi Eng khi akan menampakkan diri untuk berjumpa
dengannya, terdengar Tiang pek lojin berteriak sambil tertawa gusar
: "Lohu sudah dua jam lamanya menantikan kedatanganmu,
mengapa kau belum juga menampakkan diri!"
Baru habis suara bentakan itu berkumandang, dari arah barat
laut sana muncul dua orang manusia, seorang lelaki dan seorang
perempuan. Begitu Thi Eng khi melihat orang lelaki itu, hawa amarahnya
kontan berkobar dengan hebatnya, tapi setelah berpikir sejenak, dia
lantas melompat naik keatas sebatang pohon besar dan
menyembunyikan diri.
333 Ternyata lelaki dan perempuan yang menampakkan diri itu tak
lain adalah lo sancu dari istana Ban seng kiong, Huan im sin ang
(kakek sakti bayangan semu), sedangkan yang perempuan tentu
saja Pek leng siancu atau yang sekarang menjadi putri Ban seng
kiong, So Bwe leng.
Dengan langkah lebar, Huan im sing ang membawa So Bwe leng
menuju ke hadapan Tiang pek lojin.
Waktu itu Pek leng siancu So Bwe leng mengenakan topeng kulit
manusia, sehingga Tiang pek lojin sama sekali tidak tahu kalau dia
adalah cucu kesayangannya.
Sementara itu, terdengar Tiang pek lojin berkata dengan dingin :
"Engkaukah orang yang telah mengundang kedatangan lohu
kemari?" Huan im sin ang segera tertawa kering.
"Benar, memang pun sancu!"
Dia takut Tiang pek lojin tidak tahu dia berasal dari bukit mana,
maka sengaja tambahnya :
"Lo sancu dari istana Ban seng kiong!"
Tiang pek lojin memperhatikan beberapa saat perempuan cantik
yang berada disamping Huan im sin ang, kemudian sambil menatap
wajah kakek itu lekat-lekat bentaknya :
"Kemana perginya cucu perempuanku Bwe leng?"
Pek leng siancu So Bwe leng yang mengenakan topeng kulit
manusia itu merasakan sekujur badannya gemetar keras, dengan
cepat ia bergerak kemuka dan menubruk kedalam pelukan Tiang pek
lojin. Sementara itu mulutnya hanya berbunyi yaya". Yaya?" belaka,
tak sepatah katapun yang sanggup diucapkan.
334 Rupanya Huan im sing ang cukup memahami perangai dari Pek
leng siancu So Bwe leng, dia tahu kalau gadis itu mudah
terpengaruh oleh emosi, bila selintas pikiran melintas dalam
benaknya, bisa jadi dia akan mengumbar emosinya tanpa
memperdulikan diri, seandainya sampai demikian, sudah pasti
perjanjiannya dengan gadis itu tak akan menimbulkan keuntungan
apa-apa. Maka sebelum mereka menampilkan diri tadi, secara tiba-tiba dia
telah turun tangan menotok jalan darah bisu dari Pek leng siancu So
Bwe leng, kemudian dia takut gadis itu melepaskan topeng kulit
manusianya, maka sepasang tangannya juga turut ditotok sekalian.
Walaupun demikian, ternyata Pek leng siancu So Bwe leng masih
tetap nekad menubruk ke dalam pelukan Tiang pek lojin.
Tentu saja Tiang pek lojin tidak mengira kalau gadis cantik yang
menerjang ke dalam pelukannya itu adalah cucu kesayangannya.
Dalam keadaan demikian, dengan kedudukannya dalam dunia
persilatan, tentu saja ia tak akan membiarkan seorang gadis yang
tidak diketahui asal usulnya menubruk ke dalam pelukannya.
Dengan cekatan ujung bajunya segera dikebaskan ke depan
melepaskan sebuah angin pukulan yang cukup kuat untuk
melepaskan tubuh Pek leng siancu So Bwe leng sejauh satu kaki dari
tempat semula. Begitu kena dilempar oleh tenaga sapuan dari Tiang pek lojin
dengan cepat So Bwe leng menjadi sadar kembali dengan keadaan
yang sedang dihadapinya, dengan cepat dia melompat bangun lalu
kakinya memperlihatkan beberapa macam gerakan langkah yang
sakti dan rahasia.
Beberapa macam ilmu langkah tersebut merupakan ajaran
khusus dari Tiang pek lojin untuk cucu perempuan kesayangannya
ini, dengan mempergunakannya pada saat ini maka sebenarnya So
Bwe leng hendak menarik perhatian Tiang pek lojin agar menebak
335 asal usulnya. Tiang pek lojin adalah seorang jago kawakan dalam dunia
persilatan yang berpengalaman luas, sejak dari gerakan tubuh yang
dilakukan So Bwe leng kemudian menyaksikan bayangan tubuh dari
gadis itu, apalagi setelah menyaksikan sorot mata sinona yang
murung dan sedih, dia telah menaruh curiga akan asal usul gadis
tersebut. Demikianlah setelah berpikir sebentar, dia lantas maju ke depan
dan mencengkeram bahu Pek leng siancu So Bwe leng sambil
menegurnya : "Siapakah kau?"
Dengan kemampuan yang dimiliki Tiang pek lojin bukan suatu
pekerjaan yang sulit baginya untuk menangkap gadis itu, meski
jaraknya masih ada satu kaki lebih.
Akan tetapi Huan im sin ang tidak berdiam diri belaka, dengan
cekatan ia melayang kedepan menghadang dihadapan Pek leng
siancu So Bwe leng.
"Tua Bangka So, "katanya sambil tertawa seram, "apa-apaan kau
ini" Jika ingin bertarung lohu akan melayani dirimu!"
Sekalipun Tiang pek lojin ingin bertarung juga tak akan bertarung
dalam keadaan begini, sambil tertawa dingin, dia lantas melayang
mundur kembali ketempat semula.
"Sancu, kau mengundang kedatangan lohu dengan janji akan
mempertemukan lohu dengan cucu perempuanku, sekarang dimana
orangnya?" ia menegur dengan wajah dingin.
Huan im sin ang mengerdipkan matanya berulang kali, kemudian
tertawa licik. 336 "Heeehhh". Heeehhh" heehh" kita sama-sama adalah orang
yang telah berusia lanjut mengapa tidak tenangkan dulu hati kita
masing-masing baru membincangkan pelan-pelan?"
Tiang pek lojin segera berpikir :
"Asal telah bersua muka, lohu tidak kuatir kau bisa kabur keujung
langit, baiklah akan kulihat dulu permainan busuk apalagi yang akan
dia perlihatkan kepadaku."
Berpikir demikian, dia lantas menekan hawa amarahnya dan
berkata dengan ketus :
"Sudah lama lohu mendengar nama besarmu, hari ini aku ingin
baik-baik meminta petunjuk darimu!"
"Aaaah, mana, mana, So lo terlalu memuji," ucap Huan im sin
ang sinis. Kemudian setelah mundur selangkah, serunya kepada So Bwe
leng : "Nak, kemarilah, cepat member hormat kepada kakek dari So
sumoaymu, Tiang pek lojin So locianpwe dari luar perbatasan!"
Sambil menahan rasa mendongkol yang berkobar-kobar dalam
dadanya, terpaksa So Bwe leng harus maju ke depan dan member
hormat. Kembali Huan im sing ang berkata :
"Sejak dilahirkan bocah ini sudah menderita cacad dan tidak bisa
berbicara, namun dia mempunyai hubungan yang paling baik
dengan cucu perempuanmu Bwe leng."
Dari pembicaraan Huan im sin ang tersebut, Tiang pek lojin telah
mendengar bahwa cucu kesayangannya telah menjadi murid orang,
hal ini sama artinya bahwa dia dengan Sancu dari Ban seng kiong
telah mempunyai ikatan hubungan yang luar biasa, sebagai seorang
jago kenamaan dalam dunia persilatan, tentu saja dia tahu akan
pentingnya arti seorang guru.
337 Betul, dia tak tahu bagaimana jalannya cerita sampai So Bwe
leng mengangkat orang lain sebagai guru, namun dengan
kedudukannya dalam dunia persilatan, tentu saja kenyataan tersebut
harus diakui, apalagi sebagai pentolan dari suatu wilayah dunia
persilatan, dia tak mau dicemooh orang dikemudian hari.
Demikianlah, setelah berkerut kening dan menghela napas
katanya kemudian :
"Sancu, mengapa tidak kau katakan sendiri bahwa kau adalah
gurunya Bwe leng" Hampir saja lohu kurang hormat kepadamu."
Buru buru Huan im sing ang memohon maaf, sahutnya :
"Setahun berselang, kebetulan lohu lewat dibukit Siong san dan
tertarik oleh bakat cucumu yang begitu baik maka aku telah
menculiknya secara paksa, untuk itu kumohon maaf yang sebesarbesarnya,
untung saja So lo juga terhitung umat persilatan, tentunya
kau juga memaklumi bukan perasaan seorang umat persilatan bila
menjumpai bakat bagus" Aku harap kau sudi memaklumi kesulitanku
ini!" Mendengar ucapan yang bergitu menarik hati, Tiang pek lojin tak
dapat menarik muka lagi, dengan senyum tak senyum katanya
kemudian : "Lohu ucapkan banyak terima kasih atas kesudianmu untuk
mendidik Bwe leng!"
Seraya berkata dia lantas menjura.
Huan im sin ang segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh". Haaahhhh". Haahhh" kalau dibicarakan kembali,
seharusnya akulah yang berterima kasih kepada lo enghiong!"
Dengan digunakannya kata"enghiong" jelaslah dia berusaha
untuk pelan-pelan menariuk Tiang pek lojin untuk berpihak
kepadanya. Tiang pek lojin pun dari tersenyum menjadi tertawa tergelak.
338 "Haahhhh". Haaahhh". Haahhh". Sancu, apa maksud
ucapanmu itu ".?"
Sambil memperlihatkan wajah yang riang, Huan im sin ang
berkata : "Bwe leng berbakat bagus sekali, belum sampai setahun dia telah
menguasai segenap kepandaian silat yang kuwariskan kepadanya,
kini dia sudah menjadi Ban sen kiongcu, bahkan dalam beberapa
bulan saja ia sudah termashur diseluruh dunia dan banyak
melakukan pahala untuk perguruannya, seandainya lo enghiong
tidak memiliki cucu secerdas ini, mustahil perguruanku bisa
termashur seperti sekarang ini, oleh karena itu, sudah sepantasnya
jika kuucapkan banyak terima kasih kepada lo enghiong."
Selesai berkata, dia benar-benar menjura kepada Tiang pek lojin.
Tiang pek lojin adalah orang yang telah berusia lanjut, biasanya
bagi seorang yang telah lanjut usia seperti dia, lebih rela
mengorbankan nama dan kedudukan sendiri daripada tidak
memperhatikan kemajuan dan kesuksesan yang dihasilkan cucunya.
Seperti So Bwe leng yang telah menjadi Ban seng kiongcu
misalnya, bagi Tiang pek lojin hal mana merupakan suatu kejadian
yang menggembirakan sekali hingga diapun tertawa terbahak-bahak
dengan kerasnya.
Kemunculan Ban seng kiong didalam dunia persilatan baru
berlangsung beberapa bulan, sebab itu kejahatan yang telah
dilakukan pihak perguruan tersebut belum banyak yang terungkap,
sebaliknya Tiang pek lojin juga tidak memikirkannya dengan
bersungguh hati, maka dia hanya merasakan kegembiraannya saja.
Andaikata dia mengetahui Ban seng kiong yang sesungguhnya,
mungkin untuk menangis pun tak akan dapat.
Huan im sin ang sendiripun merasa gembira sekali ketika
dilihatnya hubungan antara Tiang pek lojin dengan Ban seng kiong
selangkah demi selangkah makin mendekat, tanpa terasa dia
tersenyum sendiri,
339 "Kini Ban seng kiong telah dipimpin oleh cucumu," demikian ia
berkata lagi, "aku dengar, belakangan ini lo enghiong juga bentrok
dengan para hwesio dari bukit Siong san gara-gara urusan Thi
ciangbunjin dari Thian liong pay. Oleh karena itu, aku sengaja telah
mendatangkan jago-jago terbaik dari bukit Wong soat hong di bukit
Wu san guna membantu lo enghiong, cuma sebelumnya lohu ingin
mengadakan kontak dulu denganmu, asal lo enghiong
menganggukkan kepala, cucumu pasti akan segera berangkat untuk
membantu usaha lo enghiong."
Tergerak juga hati Tiang pek lojin setelah mendengar perkataan
itu, tiba-tiba ia bertanya:
"Mengapa Bwe leng tidak datang sendiri untuk menjumpai
diriku?" Huan im sin ang segera tersenyum.
"Bwe ji kuatir lo enghiong marah kepadanya lantaran belajar silat
denganku, maka ia tak berani datang kemari."
Tiang pek lojin termenung beberapa saat lamanya, kemudian
katanya lebih jauh :
"Ehmmm". begini saja, usul kerja sama antara umat persilatan


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diluar perbatasan dengan pihak kalian, lohu harap bisa
diperbincangkan setelah bersua dengan Bwe leng nanti, soal ini
harap Sancu bersedia untuk memakluminya."
Jelas Tiang pek lojin juga tidak gampang terkecoh, ia telah
mempersiapkan jalan mundur sendiri.
"Dari pihak Ban seng kiong, aku dapat mewakilinya untuk
mengambil keputusan," kata Huan im sin ang, "jadi Leng ji datang
atau tidak sudah bukan masalah lagi, apalagi lo enghiong sudah
lama berpisah dengan Leng ji, bila berjumpa lagi nanti tentu banyak
masalah yang harus dibicarakan, entah bagaimana menurut
pendapat Lo enghiong?"
Tiang pek lojin segera manggut-manggut.
340 "Masuk diakal juga perkataan Sancu itu."
Belum habis dia berkata, mendadak sambil berpaling ke sebelah
kiri, bentaknya :
"Siapa disitu?"
"Mungkin anak buahku ".." kata Huan im sin ang.
Tampak sekilas cahaya perak berkelebat lewat, tahu-tahu diatas
puncak bukit itu telah bertambah dengan seorang pemuda
bermantel perak.
Belum habis Huan im sin ang berkata, cahaya perak telah
melintas lewat dan pemuda tampan bermantel perak itu sudah
memunculkan diri di tengah arena.
Pemuda ini baru berusia dua puluh tahunan, wajahnya bersih dan
tampan, sikapnya anggun dan berwibawa, membuat siapapun tak
berani memandang remeh dirinya.
Dengan langkah yang anggun dia maju beberapa langkah ke
depan, kemudian katanya kepada Huan im sin ang sambil tertawa :
"Siauseng dengan Sancu bukan berasal dari satu aliran yang
sama." Huan im sin ang sudah rikuh karena salah melihat orang, tak
tahunya pihak lawan malah mengetahui juga bahwa dia adalah
seorang Sancu, dari sini dapat diketahui bahwa orang tersebut
bermaksud jelek malah besar kemungkinannya ia sudah cukup lama
menyadap pembicaraan yang sedang berlangsung.
Maka dengan amarah yang meluap segera tegurnya dengan
dingin. "Kalau dilihat dari dandananmu, agaknya kau seperti anak
sekolahan yang mengerti sopan santun, hai, tahukah kau bahwa
menyadap pembicaraan orang merupakan suatu perbuatan yang tak
sopan." 341 Tampaknya pemuda tampan itu seorang yang pemalu, teguran
tersebut seketika membuat paras mukanya menjadi merah karena
jengah. "Sebenarnya siauseng tidak berniat untuk menyadap
pembicaraan kalian berdua," katanya, "aku datang kemari karena
ada persoalan yang hendak dibicarakan dengan So locianpwe!"
Tiang pek lojin So Seng pak menjadi tercengang.
"Sauhiap, darimana kau tahu kalau lohu akan munculkan diri di
tempat ini?" tegurnya.
Dengan wajah serius pemuda tampan itu menjawab :
"Sebab sebelum ini siauseng sudah mendapat tahu kalau kalian
berdua ada janji di sini. Oleh sebab itu ".."
"Dari mana kau mendapatkan kabar tersebut?" Tanya Huan im
sin ang sambil tertawa seram.
"Maaf, hal ini tak bisa kuungkap dihadapanmu!"
Mendadak ia menuding kearah Pek leng siancu So Bwe leng, lalu
ujarnya kepada Tiang pek lojin :
"Locianpwe, tahukah kau siapa nona ini?"
Belum sempat Tiang pek lojin menjawab, paras muka Huan im
sin ang telag berubah hebat, bentaknya :
"Sebenarnya siapakah kau" Jika tidak kau terangkan sejelasnya,
jangan salahkan kalau lohu tak akan sungkan-sungkan lagi!"
"Hey, rupanya dalam hatimu ada setannya, sudah merasa takut?"
ejek pemuda tampan itu sambil tertawa nyaring.
Sebetulnya sejak tadi Tiang pek lojin memang sudah menaruh
curiga terhadap gadis yang berada dihadapannya itu, sekarang
kecurigaannya makin meningkat.
342 Bagaimanapun raut wajah So Bwe leng ditutupi oleh topeng kulit
manusia, namun Tiang pek lojin sudah berkumpul dengannya
semenjak kecil dulu, otomatis dia mempunyai kesan yang cukup
dalam terhadap tingkah laku serta potongan badan cucu
perempuannya itu, apalagi setelah menyaksikan gerakan langkah
yang diperlihatkan SO Bwe leng tadi, kesemuanya itu menambah
kecurigaan dalam hati Tiang pek lojin makin menebal "..
Betul selama ini ia menunjukkan sikap yang lebih mengendor,
bahkan berbincang secara bebas dengan Huan im sin ang, padahal
rasa curiga di dalam hatinya sama sekali belum dikendorkan.
Pada mulanya dia merasa kemunculan dari pemuda tampan itu
menjengkelkan, ia menganggap pemuda itu telah merusak rencana
sendiri, tapi setelah mendengar perkataan orang, dengan cepat ia
tertawa tergelak.
"Haaahhh". Haaahhhh".. haaahhhh" lohu tidak percaya kalau
seorang Sancu dari Ban seng kiong bisa melakukan perbuatan yang
malu diketahui orang!"
Diam-diam ia telah sertakan pula sindiran yang pedas dibalik
perkataan itu. Huan im sin ang adalah manusia licik yang banyak akal
muslihatnya, menjumpai keadaan tersebut, dengan cepat dia
menemukan siasat bagus untuk mengatasinya.
Dari tertawa seram, ia menjadi tersenyum lembut, katanya
kemudian : "Oooh" jadi kau menganggap muridku ini adalah Leng ji?"
Bersamaan waktunya, dia memperingatkan pula kepada Pek leng
siancu So Bwe leng dengan ilmu menyampaikan suara :
"Bwe leng, bila kau tak sanggup mengendalikan perasaanmu
sehingga melanggar perjanjian kita, jangan harap kau dapat bersua
kembali dengan Thi Eng khi, setelah kembali dari sini, lohu pasti
akan mencincang tubuhnya menjadi berkeping keping, jika kau tidak
percaya, silahkan saja untuk menjajalnya!"
343 Setelah member peringatan, dengan sikap yang terbuka dia
lantas menggape kearah Pek leng siancu So Bwe leng sambil ujarnya
: "Anak Tin, mereka telah menganggapmu sebagai Leng ji, cepat
maju kedepan sana agar mereka perhatikan dengan seksama."
Dia mempunyai keyakinan penuh atas muslihatnya ini, maka
diantara ulapan tangannya telah disertakan pula dengan tenaga
pukulan yang lembut, dengan cepat jalan darah Pek leng siancu So
Bwe leng menjadi bebas sama sekali.
Dalam pada itu, Pek leng siancu So Bwe leng telah berhasil pula
untuk menenangkan hatinya, kesadarannya pulih kembali, sudah
barang tentu diapun mendengar jelas semua peringatan dari Huan
im sin ang tersebut.
Walaupun kini ia sudah bisa berbicara juga dapat membuka
topeng kulit manusia yang menutupi wajahnya, tapi gadis itu justru
tak berani memperkenalkan diri kepada Tiang pek lojin.
Sebab bagaimanapun juga dia tak ingin menyaksikan
keselamatan Thi Eng khi terancam bahaya.
Bukan cuma begitu saja, malah dia memberikan suatu kerja sama
yang amat bagus dengan Huan im sin ang untuk melanjutkan
permainan sandiwaranya itu.
Maka sambil menahan rasa pedih didalam hati dan merendahkan
suaranya untuk menutupi suara lembut dan merdunya itu, dia
berkata : "Boanpwe Cu Tin tin menjumpai So locianpwe!"
Dari jarak satu kaki dihadapan Tiang pek lojin dia menjura dalamdalam
".. Kembali Tiang pek lojin merasa kecewa bercampur bimbang,
sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang, ia
berguman : 344 "Aaai". Jangan jangan mata lohu sudah melamur?"
Pemuda tampan bermantel perak itupun agak tertegun,
mendadak ia melompat kedepan sambil menerjang kehadapannya
Pek leng siancu So Bwe leng, agaknya dia berhasrat untuk
menaklukkan gadis yang berada di hadapannya lebih dulu, kemudian
baru diperbincangkan lagi.
Siapa tahu, baru saja dia menggerakkan tubuhnya, Huan im sin
ang telah datang menghadang, ejeknya sambil tertawa dingin :
"Kau sebenarnya bertujuan apa" Mengapa hendak menerkam Tin
tin?" Dari nada ucapan tersebut mengandung arti kata sekan akan
pemuda itu mengandung maksud jelek terhadap sang nona ".
Pemuda tampan tu sama sekali tidak marah, malah katanya
sambil tertawa hambar :
"Siauseng mengenali nona ini sebagai nona So, beranikah kau
memberi kesempatan kepada siauseng untuk membuktikannya?"
Huan im sin ang segera mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh....haaahhh........haaahhhh...... Leng ji adalah cucu
kesayangan dari kakek So, bahkan kakeknya sendiri mengakui telah
salah melihat orang, mana mungkin kau sibocah keparat dapat
mengetahui lebih banyak daripadanya" Bocah keparat! rupanya kau
memang bertujuan jelek, mempunyai niat cabul untuk mendekati Tin
ji ku ini. Hmmm....... dihadapan lohu pun kau berani bertindak
demikian, tampaknya nyalimu terhitung tidak kecil......."
Sembari berkata mendadak pergelangan tangannya diputar dan
melepaskan sebuah pukulan sejajar dengan dada.
Huan im sin ang telah berniat untuk membunuh orang dan
membungkam mulut lawan, dalam melancarkan serangannya kali ini,
dia telah sertakan tenaga dalam sebesar enam bagian, dalam
345 anggapannya tenaga pukulan sebesar itu sudah cukup untuk
membinasakan pemuda tampan itu.
Kedua orang itu memang sedang berdiri saling berhadapan
muka, selisih jarak kedua belah pihak hanya lima langkah saja,
diantara perputaran telapak tangannya, angin pukulan yang maha
dahsyat telah meluncur ke depan dada pemuda tampan itu.
Walaupun pemuda tampan tersebut telah membuat persiapan, ia
tak menyangka kalau Huan im sin ang adalah manusia yang
demikian liciknya, tanpa memperdulikan kedudukkannya, bahkan
dihadapan Tiang pek lojin berani melancarkan serangan untuk
membunuh orang.
Dengan cepat ia melejit ke samping untuk menghindarkan diri,
sayang keadaan sedikit terlambat, meski jalan darah penting diatas
dadanya berhasil dilindungi toh bahunya kena tersapu juga dengan
telak, kontan tubuhnya mencelat ke tengah udara dan menubruk
keatas sebatang pohon besar.....
Tiang pek lojin segera membentak keras dengan cepat dia
melompat ke depan bermaksud untuk menolong pemuda itu.
Namun dia cepat, masih ada orang yang lebih cepat lagi, tampak
bayangan biru berkelebat lewat tahu tahu dari belakang pohon telah
melompat seseorang yang segera menyambut tubuh pemuda
tampan itu ke dalam bopongannya.
Menyusul kemudian, dengan gerakan Cian liong seng thian (Naga
sakti meluncur ke angkasa) dia melompat balik lagi kedalam hutan.
Tentu orang yang berbaju biru itu tak la?in adalah Thi Eng khi.
Waktu itu dia amat menguatirkan keselamatan ibunya serta
keempat orang susioknya, dia ingin cepat cepat mendapat tahu
kabar berita tersebut dari mulut pemuda bermantel perak ini, tapi
kuatir bila berjumpa dengan Tiang pek lojin nanti akan menunda
waktunya, maka begitu menyambut tubuh pemuda tampan tersebut,
dia segera rnengundurkan diri dari sana.
346 Tiang pek lojin sendiri merasa girang sekali ketika dilihatnya
orang yang munculkan diri adalah Thi Eng khi, dengan cepat dia
menarik gerakan tubuhnya dan melayang kembali keatas tanah.
Baru saja mau menyapa, siapa tahu Thi Eng khi telah
membalikkan badan dan menyelinap kedalam hutan.
Dengan gusar Huan im sin ang membentak keras :
"Bocah keparat, hendak kabur ke mana kau?"
Dia melompat kemuka dan siap menerjang ke dalam hutan.
"Engkoh Eng!" jerit Pek leng siancu So Bwe leng pula, diapun
bersiap menubruk ke depan.
Dalam keadaan demikian, tentu saja Tiang pek lojin tidak
membiarkan Huan im sin ang pergi dengan begitu saja, tanpa
berpikir panjang dia segera menghadang dihadapannya sambil
berseru : "Sancu, tunggu sebentar! Lohu ada persoalan hendak dibicarakan
dengan dirimu!"
Tiang pek lojin tak ingin Huan irn sin ang berhasil menyusul Thi
Eng khi, sebaliknya Huan im sin ang juga tak ingin pek leng si?ancu
So Bwe leng berhasil menyusul Thi Eng khi, maka begitu jalan
perginya dihadang, dia pun segera mengambil tindakan yang
cekatan. Sambil membalikkan badannya menghadang jalan pergi pek leng
siancu So Bwe leng serunya:
"Anak Leng, dia bukan Thi Eng khi yang asli, dia adalah orang
yang mencatut namanya, kau jangan sampai kena tertipu!'
Tatkala pek leng siancu So Bwe leng menyaksikan Thi Eng khi
masih bebas merdeka tanpa memperoleh ancaman apa apa, diapun
menjadi tidak takut lagi terhadap ancaman kakek itu, serunya keras
keras : 347 "Siapa yang percaya lagi dengan obrolan setanmu itu, perjanjian
kita mulai sekarang dibatalkan sama sekali!"
Huan im sin ang memang tak malu di sebut orang sebagai
manusia cerdas, ternyata paras mukanya sama sekali tidak berubah,
katanya dengan ketenangan yang luar biasa :
"Orang itu bukan Thi Eng khi, percaya atau tidak terserah
kepadamu sendiri!"
Sementara itu, Tiang pek lojin telah berhasil membuktikan dari
suara Pek leng siancu So Bwe leng bahwa dia adalah cucu
perempuannya, sambil menyelinap maju untuk menarik tangannya,
dia berseru : "Nak, kau benar benar merisaukan yaya!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera melepaskan topeng kulit
manusia yang menutupi wajahnya dan menjatuhkan diri ke dalam
pelukan Tiang pek lojin sambil menangis tersedu sedu.
Pertemuan antara kakek dan cucu ini telah menenggelamkan
mereka berdua dalam luapan perasaan masing masing, siapapun
tidak mendengar lagi apa yang dikatakan oleh
Huan im sin ang tersebut.
Huan im sin ang menyaksikan semua adegan tersebut dengan
wajah berubah ubah, ada kalanya malah tertawa dingin tiada
hentinya, tapi kemudian dengan suara keras teriaknya :


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang itu bukan Thi Eng khi, lohu berani membuktinya!"
Tiang pek lojin segera menepuk bahu So Bwe leng sambil
berbisik dengan suara lembut :
"Nak, bila ada persoalan kita bicarakan lain kali saja!"
Kemudian sambil berpaling ke arah Huan Im sin ang, ujarnya :
"Kau mempunyai alasan apa" Apa bukti kalau dia bukan Thi Eng
khi" ?"
Yang dikuatirkan Huan im sin ang apabila Tiang pek lojin tidak
bersuara, asal orang itu sudah menjawab, maka dia tidak kuatir
348 untuk mengandalkan ketajaman lidahnya guna menaklukan orang itu
sampai terjerumus ke dalam perangkapnya.
Demikianlah sambil mengangkat bahu dia berkata :
"Lohu bukan cuma mempunyai alasan saja, bahkan alasanku
bukan hanya alasan belaka!"
Pek leng siancu So Bwe leng mendongakkan kepalanya, lalu
berteriak lantang :
"Bila ada persoalan katakan saja berterus terang, siapa yang
kesudian banyak ribut denganmu?"
"Anak Leng, kau tak boleh bersikap kurangajar kepada lohu!"
seru Huan im sin ang.
Pek leng siancu So Bwe leng segera mencibirkan bibirnya seraya
mendengus dingin.
"Hmm, mau apa kau?" tantangnya.
Huan im sin ang tertawa seram.
"Anak Leng, jangan kau anggap perjanjian diantara kita sudah
tidak berlaku lagi," katanya.
"Heeehh". Heehhh". Heeehhh" kau masih ingin menggunakan
engkoh Eng untuk mengendalikan diriku?" ejek Pek leng siancu So
Bwe leng sambil tertawa dingin, "betul betul sedang bermimpi di
siang hari bolong "."
Suara tertawa dari Huan im sin ang semakin menyeramkan,
kembali dia berkata :
"Anak Leng, aku enggan bersilat lidah denganmu, sekarang
dengarkan dulu kuutarakan alasan mengapa orang itu bukan Thi Eng
khi kemudian baru ambillah keputusanmu."
Pek leng siancu So Bwe leng sama sekali tidak terpengaruh oleh
perkataan itu, malah teriaknya lagi dengan gusar :
349 "Sialan kau si tua bangka celaka, memangnya kau anggap
sebutan anak Leng boleh kaugunakan semaunya sendiri. Betul,
betul, tak tahu malu, kau ".. kau?"
Belum habis dia berkata, Tiang pek lojin telah membentak keras :
"Nak, jagalah sikapmu sebagai seorang pendekar yang sejati,
bagaimanapun juga Sancu telah memeliharamu selama satu tahun,
terlepas apa maksud dan tujuannya kau tidak pantas bersikap
kurangajar terhadap seorang locianpwe yang lebih tua tingkat usia
nya daripada dirimu."
"So lo, aku cukup memahami watak anak Leng, lohu tak akan
menjadi marah oleh sikapnya itu!" sela Huan im sin ang segera
sambil tertawa terbahak bahak.
Melihat lawannya berlagak sok berjiwa besar, Tiang Pek lojin
segera mendengus dingin sebegai jawaban.
Huan im sin ang tertawa licik, kembali dia mengemukakan alasan
alasannya : "Alasan yang pertama, kepandaian silat yang dimiliki orang itu
sangat lihay, pa?ling tidak kau harus memiliki tenaga latihan selama
tujuh delapan puluh tahun sebelum berhasil mencapai tingkatan
tersebut, bayangkan saja tahun ini Thi Eng khi baru berumur
berapa" Sekalipun dia berbakat bagus, juga mustahil bisa mencapai
tingkatan seperti itu hanya didalam setahun saja."
Kembali Pek Leng siancu So Bwe leng, mendengus dingin :
"Hmm, seandainya engkoh Eng berhasil menemukan suatu
kejadian aneh, tentu saja hal mana merupakan suatu pengecualian."
Jilid 11 "DALAM dunia ini, tak nanti ada semacam obat mustajab yang
bisa membuat tenaga dalam seseorang bisa mencapai tujuh delapan
puluh tahun hasil latihan di dalam setahun saja!"
350 ''Seandainya secara beruntun dia berhasil mendapatkan beberapa
macam obat mustajab?" dengus Pek leng siancu So Bwe leng lagi.
Huan im sin ang segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhhh.... haaahhh..... haaahhh...... anak Leng, kau anggap
obat mustajab yang ada didunia ini segampang mencari nasi saja.
Semacam saja sudah sukarnya bukan buatan apalagi beberapa
macam sekaligus, pada hakekatnya seperti orang yang lagi
mengigau saja."
Setelah tertawa tergelak, dia melanjutkan.
"Tenaga dalam yang dimiliki orang itu sangat hebat, selisihnya
dengan So lo pun hanya sedikit, padahal jagoan dengan kemampuan
semacam ini jarang sekali dijumpai dalam dunia persilatan dewasa
ini, cukup berdasarkan hal ini saja dapat dibuktikan kalau dia bukan
Thi Eng khi."
Akan tetapi Pek leng siansu So Bwe leng belum juga mau
percaya, sambil mendongakkan kepalanya dia lantas bertanya :
"Yaya, apakah ucapannya itu beralasan?"
Tiang pek lojin tidak berbicara tapi mengangguk berarti dia telah
mengakui bahwa ucapan dari Huan im sin ang memang masuk
diakal....... Sekali lagi Huan im sin ang tertawa seram, katanya lebih lanjut :
"Alasan yang kedua, orang itu muncul lantas pergi, jelas tidak
berani bersua muka dengan So lo, berdasarkan alasan ini bukankah
bisa disimpulkan bahwa dia kuatir kalau rahasia penyamarannya
ketahuan orang."
"Hmm, kau selalu menyulitkan dia, mungkin dia takut kepadamu,
maka tak berani munculkan diri untuk bersua muka denganmu," seru
si nona lagi ngotot.
Huan im sin ang segara tertawa terbahak bahak.
351 "Haaahh..... haaahh...... haaahh.... dengan kemampuan yang
dimiliki orang itu, belum tentu lohu bisa menangkan dirinya dalam
lima puluh gebrakan, andaikata dia adalah Thi Eng khi, bila ditambah
kakekmu dan kau, bukankah kemungkinan lohu untuk kalah amat
besar" Mengapa dia musti takut kepada lohu?"
Tiang pek lojin segera menghela napas panjang, katanya :
"Eng ji adalah seorang manusia yang berperasaan dan hangat
dalam pergaulan, sete?lah berjumpa dengan lohu, mustahil dia
ti?dak datang menjumpai diriku."
Padahal dia mana tahu kalau Thi Eng khi sedemikian
menguatirkan keselamatan ibu dan keempat orang susioknya
sehingga buru buru dia hendak mengorek keterangan dari mulut
pemuda bermantel perak ini. Selain itu, diapun berusaha untuk
menghindari pertikaiannya dengan Huan im sin ang se?hingga
akhirnya harus mengeraskan hati untuk pergi tanpa menegur.
Dengan perkataan dari Tiang pek lojin ini, tak bisa disangkal lagi
berarti dia menyetujui pandangan dari Huan im sin ang.
Tapi justru karena peristiwa ini, mengakibatkan terjadinya banyak
kesulitan dikemudian hari.
Pek leng siancu So Bwe leng masih juga merasa tidak terima,
sambil mendepak-depakkan kakinya diatas tanah dengan gemas,
ujarnya : "Aku tidak percaya, seribu kali juga ti?dak percaya, selaksa kali
juga tidak percaya, engkoh Eng pasti mempunyai alasan tersendiri
mengapa tak sampai berhenti dan berjumpa dengan kami disini,
mungkin ju?ga orang bermantel perak itu adalah teman engkoh
Eng, untuk menyembuhkan lukanya mau tak mau harus segera
meninggalkan tempat ini."
Ketika berbicara sampai disitu, mendadak hatinya tergerak,
segera pikirnya :
"Jangan jangan orang itu adalah seorang perempuan" Yaa,
benar, pasti seorang perempuan, demi dia engkoh Eng telah pergi
tanpa menegur kami."
352 Makin dipikir ia merasa hal ini semakin masuk diakal, makin
dipikir semakin mendongkol sehingga dia tak sanggup berbica?ra
lebih lanjut. Kecuali Thi Eng khi yang belum berpengalaman dalam dunia
persilatan, sesungguhnya baik Tiang pek lojin maupun Huan im sin
ang telah mengetahui bahwa orang itu adalah seorang perempuan
yang menyamar sebagai seorang lelaki, cuma rahasia tersebut tidak
dibongkar saja.
Sedangkan Pek leng siancu So Bwe leng, ia dapat berpendapat
demikian karena dia sendiripun memang seorang perempuan,
apalagi mempunyai perasaan cinta kepada Thi Eng khi, itulah
sebabnya perasaan halusnya lebih merasakan hal tersebut.
Setelah berpikir sampai disitu, Pek leng siancu So Bwe leng
segera merasakan hati?nya amat pedih dan susah ditahan, dia tak
berani berkata dan tak berani berpikir lagi, setelah menghela napas
sedih, tiba tiba sikapnya menjadi murung sekali.
Sementara itu, Huan im sin ang kembali memperlihatkan
sikapnya yang serius, lalu berkata dengan suara dalam :
"Alasan yang ketiga ini sebenarnya tak dapat dihitung sebagai
alasan, melainkan merupakan suatu kenyataan, entah alasan yang
kuajukan pertama dan kedua bisa diterima atau tidak tapi yang pasti
alasan ketiga ini dapat membuktikan kalau orang itu bukan Thi Eng
khi!" Mendadak ia berhenti, seakan akan ada maksud unluk menunggu
sampai Tiang pek lojin dan So Bwe leng bertanya sendiri, namun
setelah ditunggu sekian lama, belum juga ada yang bersuara,
terpaksa dia tertawa rikuh sambil melanjutkan kembali kata katanya
: "Sebab sejak setahun berselang, Thi Eng khi telah lohu sekap di
suatu tempat rahasia yang jauh dari keramaian manusia!"
Pek leng siancu So Bwe leng tidak menunjukkan sikap kaget atau
terkesiap setelah mendengar perkataan itu, sebab dia memang kena
353 dipaksa Huan im sin ang untuk menutupi perkataannya akibat
ucapan tersebut.
Lain dengan reaksi dari Tiang pek lojin, bukan cuma alis matanya
berkenyit bahkan ia menunjukkan sikap gelisah dan tak tenang,
segera bentaknya keras keras :
"Thi Eng khi telah kau sekap?"
Huan im sin ang segera menunjukan sikap minta maaf, sambil
tertawa palsu ucapnya,
"So lo, aku minta maaf kepadamu, sesungguhnya lenyapnya Thi
Eng khi adalah gara garaku, sedangkan pihak Siau lim dan Bu tong
hanya kena getahnya saja, sebelum ini tentunya kau tak pernah
menyangka bukan?"
Saking gusarnya sekujur badan Tiang pek lojin gemetar keras,
mendadak sambil memancarkan sinar mata yang amat tajam,
bentaknya dengan penuh kegemasan :
"Rupanya kau mengacau dari tengah, lohu tak akan memaafkan
dirimu." Sambil menggigit bibir dia menerjang ke muka dan mendorong
sepasang telapak tangannya ke depan melancarkan sebuah pukulan
dahsyat. Angin pukulan yang sangat dahsyat segera menggulung ke muka
dan menerjang ketubuh Huan im sin ang.
Menghadapi ancaman tersebut, Huan im sin ang segera tertawa
terkekeh kekeh de?ngan seramnya.
"Heeehh ....... heeehhh..... heeehhh ....... bila lohu tidak
menyambut seranganmu itu, kau pasti menganggap tenaga dalamku
masih kalah jauh bila dibandingkan dengan dirimu, baiklah! Lohu
akan memperlihatkan kemampuanku, agar kau bersedia untuk
bekerja sama dengan lohu dengan perasaan yang lebih lega."
Ditengah seruan tersebut, dia telah menghimpun tenaga Jit sat
hian im tin lip ke dalam telapak tangannya, kemudian dilontarkan
354 tangannya ke depan bersama sama, segulung hawa pukulan yang
tak berwujud bagaikan angin puyuh meluncur kedepan.
Ketika angin pukulan berhawa dingin dan panas itu saling
bertemu, gemuruh angin pukulan yang dipancarkan oleh Tiang pek
lojin itu seketika pudar dan lenyap, sementara tubuhnya tergoncang
keras, akhirnya dia tak sanggup berdiri tegak dan mundur selangkah
lebar. Ketika menengok kembali kearah Huan im sin ang, tampaklah
meski wajah orang itu merah membara, namun tubuhnya masih
tetap berdiri ditempat tanpa bergerak barang sedikit pun juga.
Bagi seorang jago, dalam sekali bentrok kekerasan segera dapat
dl ketahui siapa yang tangguh siapa yang lemah, untuk kedua
kalinya Tiang pek lojin merasa kalau kemampuannya masih kalah
bila dibandingkan dengan musuhnya.
Pertama kalinya terjadi pada enam puluh tahun berselang, dia
dikalahkan oleh kakek Thi Eng khi, Keng thian giok cu (ti?ang
kemala penyanggah langit) Thi Keng.
Waktu itu dia dikalahkan setelah dilangsungkan sepuluh kali
pertarungan maka dia kalah dengan hati yang puas tapi dalam
kekalahan untuk kedua kalinya, enam puluh tahun kemudian dia
merasa sangat tidak puas.
Maka sambil menghimpun kembali tenaga dalamnya, dia
lancarkan lagi sebuah pukulan dahsyat, bentaknya :
"Lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Setelah menyambut sebuah serangan dari Tiang pek lojin dan
berhasil menempati kedudukan diatas angin, Huan ini sin ang tak
ingin bertarung lebih jauh melawan Tiang pekk lojin, dengan cepat
kakinya bergeser dan meloloskan diri dari serangan musuh deng-an
ilmu gerakan tubuh Leng kui huan sin (setan iblis berganti badan).
"So tua, kau juga orang yang telah berusia seratus tahunan,
mengapa mesti ribut terus menerus," cegahnya sambil
355 menggoyangkan tangannya berulang kali," bila kau mendesak terus,
jangan salahkan kalau lohu tak akan berlaku sungkan sungkan lagi
terhadap Thi Eng khi!"
Dalam gusarnya meski Tiang pek lojin berhasrat untuk beradu
jiwa dengan Huan im sin ang, tapi dalam hatinya bukan berarti
tanpa rencana apapun, dia tahu tiada harapan baginya untuk
membereskan Huan im sin ang yang berada dihadapannya, apalagi
mendengar pihak lawan menggunakan nyawa Thi Eng khi untuk
mengancamnya, dia lebih berhati hati lagi.
Sambil menarik kembali serangannya, ia berseru dengan hati
yang gusar : "Suatu hari, lohu pasti akan menjagal dirimu untuk melampiaskan
rasa dendamku kepadamu!"
"Soal dikemudian hari kita bicarakan dikemudian hari saja," sindir
Huan im sin ang sinis, "paling tidak hari ini kita masih bisa
berbincang dengan cara baik, kalau dibicarakan kembali,
sesungguhnya kau musti berterima kasih kepadaku atas hilangnya
Thi Eng khi kali ini."
"Kau tak usah mengaco belo di hadapan lohu!" bentak Tiang pek
lojin dengan gusar.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Huan im sia ang tertawa seram.
"Lohu telah menciptakan kesempatan dan alasan yang baik
bagimu untuk memasuki daratan Tionggoan, masa kau tak berterima
kasih kepadaku?"
Dibongkar rahasia hatinya, Tiang pek lojin kelihatan amat
terkejut, untuk sesaat lamanya dia tak sanggup mengucapkan
sepatah katapun.
Kembali Huan im sin ang berkata lebih jauh :
"So tua, pertikaianmu dengan pihak Siau lim dan Bu tong telah
menjadi suatu peristiwa besar yang menggemparkan seluruh kolong
langit, aku rasa tentunya kau tak akan menjual muka para jago dari
356 luar perbatasan dan menghancurkan nama sendiri bukan" Apalagi
kalau mengaku salah dan minta maaf kepada pihak Siau lim dan Bu
tong" Ketahuilah, keadaanmu sekarang ibaratnya orang yang
menunggang diatas punggung harimau".. haaaahhh"..
haahhhhh?" haahhhh".. "
Serentetan suara tertawa keras yang mengerikan berkumandang
memecahkan keheningan, membuat Tiang pek lojin rnerasa
gelagapan dan gugup dengan sendirinya.
Sementara itu entah kapan tiba-tiba Pek leng siancu So Bwe leng
teringat akan sesuatu, dengan cepat dia membawa pokok
pembicaraan kembali kesoal semula, serunya :
"Kau bilang orang yang tadi itu bukan Thi Eng khi" Hmm, hanya
setan yang percaya!"
Untuk sesaat Huan im sin ang masih belum memahami ucapan
dari Pek leng siancu So Bwe leng, mendengar perkataan itu diam
diam ia merasa terkejut, pikirnya kemudian.
"Jangan jangan budak ini berhasil menemukan penyakit dibalik
perkataanku itu?"
Meski berpikir begitu, wajahnya masih tetap memperlihatkan
ketenangan yang luar biasa katanya :
"Thi Eng khi tetap dan hal ini merupakan suatu kenyataan, anak
Leng, kau telah membawa jalan pikiranmu kemana lagi?"
Pek leng siancu So Bwe tidak menggubris perkataan orang,
kembali dia berpikir lebih jauh :
"Apakah engkoh Eng tak dapat melarikan diri?"
Kemudian sambil memejamkan mata, dia bergumam seorang diri
: "Ya, benar, engkoh Eng pasti berhasil meloloskan diri dari
cengkeraman iblismu!"
Menyusul dengan sorot mata yang tajam dia mengawasi Huan im
sin ang lekat-lekat, katanya dengan nada bersungguh sungguh :
357 "Engkoh Eng pasti telah lolos dari pengejaranmu!"
Begitu menyaksikan sikap Pek leng siancu So Bwe leng yang
gugup macam orang kebingungan itu segera paham bahwa gadis itu
lagi berkhayal belaka, hatinya menjadi lega, kontan saja ia tertawa
tergelak. "Disekitar tempat penyekapan itu lohu meninggalkan orang untuk
mengawasi gerak geriknya, bayangkan saja, mana mungkin ia bisa
kabur" Apalagi kemarin masih ada orang yang memberi laporan
kepada lohu, kalau dia telah meluluskan syarat yang lohu ajukan,
sekarang dia telah bersiap siap un?tuk mengangkat diriku menjadi
guru dan belajar ilmu silat dari lohu!"
Sesungguhnya pikiran dan perasaan Pek leng siancu So Bwe leng
pada saat itu amat kalut dan kacau balau tak karuan, ketika
mendengar ucapan dari iblis tua itu, selain melototkan matanya, tak
sepatah kata pun sanggup dia utarakan.
Tiang pek lojin sendiripun tampaknya tak dapat membedakan
mana yang benar dan mana yang tidak, dia hanya menghela napas
belaka. Melihat siasatnya berhasil mendatangkan hasil Huan im sin ang
merasa girang sekali, dengan wajah berseri katanya lebih jauh :
"Jika kalian masih tidak percaya, lohu dapat segera membawa
kalian menuju ke sana untuk menengoknya, sampai waktunya kalian
tentu akan tahu kalau lohu bukan cuma gertak sambel belaka!"
Dalam hatinya sudah mempunyai rencana sendiri, maka ia berani
mengambil resiko tersebut.
Tanpa berpikir panjang Pek leng siancu So Bwe leng segera
berkata : "Benarkah kau akan mengajak kami untuk pergi menjumpai
engkoh Eng....?"
"Tentu saja sungguh! Cuma aku harus bertanya kepadamu lebih
dulu janji dua tahun kita masih masuk hitungan tidak?"
358 Tanpa berpikir panjang kembali Pek leng siancu So Bwe leng
menjawab : "Asal dapat bersua dengan engkoh Eng, tentu saja janji kita
masih tetap masuk hitungan!"
Huan im sin ang lantas berpaling kearah Tiang pek lojin sambil
bertanya : "So tua, bagaimana pendapatmu?"
Mendadak paras muka Tiang pek lojin berubah menjadi amat
serius, dengan sorot mata tajam terpancar keluar dari balik matanya,
dia menjawab : "Lohu mempunyai rencana sendiri, permainan busukmu jangan
harap bisa kau laksanakan pada diri lohu!"
Menyusul kemudian sambil berpaling ke arah Pek leng siancu So
Bwe leng, ujarnya :
"Anak leng, yaya tak ingin mempengaruhi jalan pemikiranmu
serta caramu bertindak, semoga saja tindakanmu itu jangan sampai
memalukan keluarga So kami."
Tidak menunggu Huan im sin ang sempat menimbrung lagi,
sepasang kakinya segera menjejak tanah dan melambung keangkasa
dalam waktu singkat badannva sudah masuk kedalam hutan dan
lenyap dari pandangan mata.
"Yaya, yaya.... " teriak Pek leng siancu So Bwe leng dengan suara
lantang. Sambil tertawa licik Huan im sin ang buru baru menghibur gadis
itu, ujarnya : "Anak Leng yayamu telah meninggalkan kau disini, itu berarti dia
telah mempercayai perkataan lohu, jangan kuatir, dia tak akan
menggubris dirimu lagi, sekarang kita harus pulang ". selain itu,
kitapun harus segera melakukan penyelidikan terhadap orang yang
telah menyaru sebagai Thi Eng khi tersebut agar dia tahu sampai
dimanakah kehebatan dari Ban seng kiong kita!"
359 Pek leng siancu So Bwe leng hanya merasakan pikiran dan
perasaannya sangat kalut dia benar benar kehilangan pegangannya,
dengan kepala tertunduk dan amat sedih, pelan pelan dia berjalan
mengikuti dibelakang Huan im sin ang untuk meninggalkan bukit itu.
Sementara itu, Thi Eng khi yang buru buru ingin mencari jejak
ibunya, terpaksa mengeraskan hati tanpa menyapa Tiang pek lojin,
setelah membopong tubuh pemuda bermantel perak, secepat kilat
dia meluncur ke bawah bukit.
Tiba dibawah bukit sana tampak Pengemis sakti bermata harimau
Cu Goan po sedang berputar kesana kemari didepan sana dengan
keringat membasahi seluruh tubuhnya.
Mungkin dia sedang gelisah bercampur cemas karena tak berhasil
menemukan jejaknya.
Maka sambil memperingan langkah kakinya, dia maju
menyongsong kedatangannya sambil menegur :
"Engkoh tua, aku berada disini! Sungguh beruntung siaute telah
berhasil mendapatkan orang bermantel perak itu, sayang dia terluka
parah dan butuh pengobatan cepat. Apakah disekitar tempat ini ada
tempat yang bisa dipakai untak mengobati lukanya?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Go?an po memandang
sekejap ke arah pemuda tampan yang berada dalam bopongan Thi
Eng khi, mukanya berkerut seperti hendak mengucapkan sesuatu,
tapi niat tersebut kemudian diurungkan......
Ternyata dalam sekilas pandangan saja dia telah melihat kalau
orang bermantel perak itu adalah seorang perempuan. Sebetulnya
dia hendak memperingatkan Thi Eng khi, tapi entah mengapa
akhirnya niat tersebut diurungkan .........
Katanya kemudian setelah termenung sebentar :
"Bila ingin mencari tempat untuk mengobati lukanya, mari ikutilah
engkoh tua!"
360 Dia lantas membalikkan badan dan menelusuri sebuah jalan kecil,
Thi Eng khi sambil membopong pemuda tampan itu segera
mengikuti dibelakangnya.
Setelah berjalan sekian lama, sampailah mereka disebuah dusun
kecil, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po ternyata tidak
berhenti, dia langsung memasuki sebuah bangunan rumah yang
tinggi besar didepan sana"..
MENYAKSIKAN kelakuan orang, Thi Eng khi merasa agak
kebingungan bercampur bimbang, ia merasa dengan kedudukan
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sesungguhnya bertolak
belakang dengan bangunan rumah itu apalagi jika masuk tanpa
permisi, hal itu sesungguhnya merupakan sesuatu yang kurang
sopan. Oleh karena itu, dia menjadi agak sangsi sehingga tanpa terasa
menjadi berhenti.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po memandang
sekejap ke arah Thi Eng khi lalu tegurnya :
"Saudara cilik, apakah kau tidak percaya dengan engkoh tuamu?"
Merah padam selembar wajah Thi Eng khi sambil ikut melangkah
masuk sahutnya :
"Aaaah, mana ".mana ?""
Baru saja Thi Eng khi masuk kedalam pintu, dari balik ruangan
telah muncul seorang lelaki berusia pertengahan, sambil
menyongsong kedatangan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po katanya seraya memberi hormat :
"Cu cianpwe sudah lama kau tak pernah berkunjung kemari,
ayahku sudah amat merindukan dirimu...."
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po segera tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh... haaahhh.... haaahhh... tanpa urusan aku si pengemis
tua tak akan berkunjung ke ruang Sam poo thian. Keponakan Pek
361 sian, kau juga tak usah banyak bicara lagi, aku ingin tanya, apakah
kamar tamu kalian masih ada yang kosong?"
"Ada!" jawab lelaki setengah umur yang bernama Pek sian
tersebut, "locianpwe masih ada pesan lagi?"
"Asal ada kamar kosong kami dapat pergi kesana sendiri beritahu
saja kepada ayahmu kalau aku si pengemis tua telah datang, suruh
dia persiapkan hidangan dan arak yang paling lezat, sebentar aku
hendak berbincang dengannya."
Sambil tertawa lelaki yang bernama Pek sian itu masuk keruang
dalam, sedangkan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga
membawa Thi Eng khi langsung menuju keruang tamu.
Kamar tamu itu diatur sangat rapi dengan dekorasi yang indah,
membuat siapa pun akan mengetahui kalau tuan rumah gedung ini
bukan seorang manusia sembarangan.
Thi Eng khi tak sempat memperhatikan dekorasi didalam ruangan
itu lagi. cepat dia membaringkan pemuda tampan itu keatas
pembaringan, kemudian menghimpun ilmu Sian thian bu khek ji gi
sin kangnya, ia mulai mengobati luka yang diderita pemuda tampan
tersebut. Walaupun pemuda tampan itu hanya tersapu oleh pukulan Jit sat
hian im ceng lek dari Huan im sin ang namun ilmu pukulan Jit sat
hian Im ceng lek adalah sejenis pu?kulan yang beracun sekali,
barang siapa terkena oleh pukulan itu, sekujur badannya akan
kedinginan setengah mati, kelihayannya luar biasa sekali.
Waktu itu, semua nadi penting dalam tubuh pemuda tampan itu
sudah membeku, mukanya hijau membesi dan sudah tak berwarna
darah lagi. Thi Eng khi membutuhkan waktu setengah pertanak nasi lamanya
untuk menolong pemuda tampan itu sebelum paras mukanya
menjadi merah kembali, kemudian setelah lewat setengah jam
362 kemudian ia baru mendusin menghembuskan napas panjang dan
bangun berduduk.
Sewaktu dia melihat jelas paras muka Thi Eng khi, paras
mukanya tiba tiba berubah beberapa kali diantaranya terlintas pula
perasaan diluar dugaan, kaget, gembira dan malu.
Entah mengapa ternyata dia tidak mengucapkan sepatah katapun
ucapan terima kasih, begitu duduk, ia memejamkan matanya dan
mengatur napas sendiri.
Thi Eng khi berpaling kebelakang, ia jumpai dalam ruangan
tersebut selain hadir Si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
dan lelaki yang bernama Pek sian tersebut, kini telah bertambah
dengan seorang kakek berwajah merah yang berusia enam puluh
tahunan. Kakek bermuka merah itu mempunyai perawakan badan yang
tinggi kekar, dia mengenakan jubah berwarna abu abu dan
mempu?nyai suatu kewibawaan yang mengerikan.
Tatkala pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po melihat Thi
Eng khi berpaling sebetulnya dia ingin bertanya dengan suara keras,
tapi setelah dilihatnya pemuda tampan itu sedang duduk bersila,
cepat cepat dia merendahkan suaranya dan menunjuk ke arah kakek
bermuka merah itu sambil katanya :
"Saudara cilik, dia adalah seorang manusia aneh dari dunia
persilatan yang dikenal oleh setiap persilatan didunia ini saat ini, Lim
toa sianseng Lim Biau lim."
Buru buru Thi Eng khi menjura kepadanya seraya brkata :
"Aku Thi Eng kni menjumpai Lim toa sianseng!"
Lim toa sianseng Lim Biau lim dengan sepasang matanya yang
tajam bagaikan pisau belati mengawasi wajah Thi Eng khi lekat
lekat, mendadak tubahnya gemetar keras seperti merasa kaget
bercampur tertegun, ternyata dia tahu bagaimana harus menjawab
perkataan dari anak muda tersebut
363 Sorot matanya yang tajam pelan pelan bergeser ke bawah tubuh
Thi Eng khi, namun sewaktu menyaksikan pedang Thian liong kim
kiam yang tersoren di pinggang anak muda itu, paras mukanya
tampak semakin emosi.
Dengan cepat dia mundur selangkah ke belakang, lalu tanyanya
dengan wajah serius :
"Tolong tanya apakah Thi sauhiap berasal dari perguruan Thian
liong pay ?"
Paras muka Thi Eng khi turut berubah serius pula, sahutnya
dengan nada bersungguh sungguh :
"Aku adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari perguruan
Thian liong pay."
Selintas cahaya aneh terpancar keluar dari wajah Lim Biau lim,
tiba tiba ia bertanya :
"Lantas siapakah ciangbunjin angkatan ke sepuluh dari Thian
liong pay?"..


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seperti diketahui, Kay thian jiu (si tangau sakti pembuka langit)
Gui Tin tiong menjabat sebagai ciangbunjin angkatan ke sepuluh
setelah perguruan Thian liong pay ditutup. Itulah sebabnya banyak
jago persilatan maupun anggota Thian liong pay yang tidak
mengetahuinya. Dengan suara lantang Thi Eng khi segera menjawab :
"Ciangbunjin angkatan ke sepuluh dari Thian liong pay adalah
mendiang guruku Gui Tin tiong!"
Mendadak sepasang mata Lim Biau lim berkaca kaca, namun air
matanya tak sampai meleleh keluar, tanyanya lagi :
"Tolong tanya apa pula hubungan sauhi?ap dengan Keng thian
giok cu (tonggak kemala penyanggah langit) Thi Keng?"
"Dia orang tua adalah kakekku!"
Waktu itu Lim Biau lim tak bisa menahan air matanya lagi,
dengan air mata berlinang serunya kepada Lim pek sian :
364 "Pek sian, tak bakal salah lagi, cepat kita memberi hormat kepada
ciangbunjin!"
Seraya berkata dia lantas memberi hormat seraya berseru :
"Murid angkatan kesepuluh Lim Biau lim bersama putra tecu pek
sian menghunjuk hormat untuk ciangbunjin, selain mendoakan
keselamatan buat ciangbunjin!"
Rupanya Kim pek sian sudah menaruh curiga semenjak
menyaksikan dandanan dari Thi Eng khi dalam ruangan tadi maka ia
segera masuk kedalam dan melaporkan kejadian ini kepada
ayahnya. Lim Biau lim tak berani bertindak gegabah, sebelum membuka
rahasia sendiri terlebih dulu dia menyelidiki Thi Eng khi de?ngan
beberapa hal, setelah terbukti kalau dugaannya tak salah, ia baru
memberi hormat kepada ciangbunjinnya.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sudah berkenalan
dengan Lim Biau lim semenjak lima belas tabun berselang, dia hanya
tahu kalau Lim Toa sianseng adalah seorang pendekar sejati, tapi
tak menyangka kalau dia adalah anggota perguruan Thian liong pay,
tak heran kalau ia menjadi tertegun saking kaget dan herannya.
Thi Eng khi sendiripun sama sekali tidak menyangka kalau Lim
Biau lim adalah murid Thian liong pay, ketika menyaksikan dia
menjatuhkan diri memberi hormat kepadanya, musti agak rikuh tapi
sebagai seorang pemuda yang luar biasa, rasa rikuh tersebut dengan
cepat dapat ditekan.
Kemudian dengan sikap yang amat tenang dan penuh
kegembiraan dia menerima penghormatan kedua orang itu,
kemudian dengan melancarkan sebuah tenaga tak berwujud dia
bangunkan kedua orang itu seraya berkata :
"Dalam masa kesusahan semacam ini ternyata aku bisa bersua
dengan kalian berdua, kejadian ini betul betul menggembirakan hati,
harap kalian berdua bangkit berdiri dan tak perlu menjalankan
penghormatan besar lagi!"
365 Menurut kebiasaan yang berlaku di dalam Thian liong pay, setiap
murid partai yang pertama kali menjumpai ciangbunjinnya, maka
diwajibkan melaksanakan tiga kali penyembahan.
Tapi sekarang Thi Eng khi hanya menerima sekali
penyembahannya saja, ini boleh dibilang merupakan suatu perlakuan
yang amat istimewa sekali.
Sambil mengucapkan banyak terima kasih Lim Biau lim bangkit
berdiri, kemudian dengan air mata bercucuran dia berkata :
"Tecu dapat menyaksikan partai Thian lioag pay tegak kembali
dalam dunia persilatan, sekalipun harus mati juga rela!"
Sewaktu Thi Eng khi menanyakan sumber dari Lim Biau Lim
dalam perguruan Thian liong pay, baru diketahui bahwa ayah Lim
Biau lim yang bernama Lim Cing ci adalah saudara seperguruan dari
kakeknya, jadi kalau dihitung kembali usia Lim Biau lim sebenarnya
jauh lebih tinggi daripada Kay thian jiu Gui Tin Tiong atau dengan
perkataan lain dia adalah supeknya sendiri.
Sedang Lim Pek sian telah berusia tiga puluh tahunan, dia
terhitung kakak seperguruan sendiri.
Maka terlepas dari kedudukannya sebagai seorang ciangbunjin
sekali lagi dia memberi hormat kepada Lim Biau lim dan putranya
dengan kedudukan sebagai keponakan murid dan adik seperguruan.
Sikap serta tindak tanduknya yang sederhana dan merendah ini
semakin mengundang kekaguman hati Lim Biau lim berdua terhadap
anak muda tersebut.
Menyusul kemudian Thi Eng khi pun menceritakan
pengalamannya sampai berhasil mendapatkan kembali kitab putaka
Thian liong pit kip, bahkan bersedia mewarislan beberapa macam
kepandaian sakti kepada Lim Pek sian guna membangun kembali
nama besar perguruan mereka.
366 Lim Biau lim yang mendengar perkataan itu menjadi girang
sekali, bersama putranya dia segera mengucapkan banyak terima
kasih tiada hentinya.
Dikala pembicaraan tersebut telah selesai, Pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po mencekal lengan Lim Biau lim sambil
menegur : "Saudara Biau lim rupanya kau adalah anggota Thian liong pay,
sebelum ini aku si pengemis tua benar benar kena terkecoh, untuk
menebus dosa hari ini kau pasti didenda tiga guci arak Pek hoa jian
jit lok kepadaku!"
Lim Biau lim turut tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... hari ini ciangbunjin telah
berkunjung kemari hal mana merupakan suatu kebanggaan bagi
perkampungan kami, jangan toh baru tiga guci arak Pek hoi jian jit
lok, sekali pun hendak menghabiskan semua persediaanku, siaute
juga tak akan merasa sayang."
Kemudian sambil menghela napas dan tertawa getir, dia
melanjutkan : "Aaai.... selama ini siaute terpaksa harus merahasiakan asal
usulku yang sebenarnya hal ini disebabkan keadaan yang memaksa,
harap loheng jangan marah!"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tertawa tergelak.
"Haaahhh.... haaahhh..... haaahhh ..... asal ada arak Pek hoa jin
jit lok untuk diminum, biasanya aku si pengemis tua menjadi enggan
untuk mengurusi soal lain, baiklah, kali ini aku boleh saja
mengampuni dirimu....!"
"Hei engkoh tua," goda Thi Eng khi tiba tiba, "terus terang saja
katakan kalau kau sedang memeras Lim supek, huuh.... kata kata
raja sedap didengar, baik, anggap saja kau memang jauh lebih
hebat setingkat daripada Siaute."
367 "Saudara cilik aku memeras arak dari anggota Thian liong pay
kalian, apakah kau yang menjadi kekuatan merasa sakit hati"
Haaaahhh.... haaahh...haaahhh.." sekali lagi pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po tertawa tergelak.
Lim Biau lim pun ikut berseri seri, kepada Lim Pek sian segera
perintahnya: "Cepat perjamuan diruang tengah!"
Lim Pek sian mengiakan dan mengundurkan diri.
Pelan pelan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengalihkan sorot matanya dan memandang sekejad kearah
pemuda tampan yang sedang bersemadi itu, lalu bisiknya kepada Thi
Eng khi. "Saudara cilik lukanya tidak parah bukan?"
"Tampaknya sudah tidak menguatirkan."
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan mendadak pula tampan
itu membuka matanya lebar lebar sambil bangkit berdiri kemudian
sambil menjura ke arah Thi Eng khi katanya:
"Terima kasih banyak atas bantuan dari Thi ciangbunjin!"
"Aaaah... hanya bantuan sepele, harap saudara jangan
memikirkannya dalam hati," sahut Thi Eng khi tertawa.
Pemuda tampan itu segera tersenyum dan tidak berbicara lagi.
Tiba tiba si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po tertawa
nyaring lalu katanya :
"Bila kalian masih ada persoalan, lebih baik dibicarakan nanti
saja, yang penting sekarang adalah membuat perhitungan dulu
dengan perut kita."
Thi Eng khi sangat menguatirkan keselamatan ibunya, sebetulnya
dia bermaksud untuk langsung menanyakan tentang surat itu
kepada pemuda tampan tadi.
368 Tapi setelah Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
berkata demikian, diapun merasa tak enak untuk banyak berbicara
lagi, terpaksa bersama semua orang menuju ke ruang belakang
untuk bersantap.
Begitu masuk kedalam ruangan, si Pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po segera meneguk tiga cawan arak Pek hoa jian
jit lok, setelah itu sambil menyeka mulutnya dia berseru tiada
hentinya : "Sungguh memuaskan! Sungguh memuaskan!"
Mendadak ia merasa rikuh sendiri maka katanya kemudian sambil
mengangkat cawan :
"Mari kan pei, kan pei.... kita bersama sama mengeringkan
secawan arak!"
Tapi sebelum orang lain memberikan reaksinya, tiga cawan arak
sudah masuk kembali ke dalam perut.
Akhirnya sambil memejamkan matanya dan menghembuskan
napas panjang, dia berkata :
"Saudara cilik berdua......."
Belum habis dia berkata, Thi Eng khi telah menggoyangkan
lengannya sambil berbisik :
"Sstt....... diatas atap rumah ada orang!"
Ketika semua orang memasang telinga dan mendengarkan
dengan seksama, betul juga lamban lamban terdengar suara ujung
baju terhembus angin bergema dari atas rumah, menyusul kemudian
tampak seorang kakek berusia lima puluh tahunan melayang turun
ke depan ruangan.
Sambil bertolak pinggang, dia lantas berseru dengan suara
lantang : "Lim Biau lim, keluar kau! Lohu hendak berbicara denganmu."
369 Lim Biau lim menekan meja siap melompat keluar tapi pengemis
sakti bermata harimau telah menyerobot kedepan, sambil melayang
keluar halaman dia tertawa terbahak bahak
"Haaahhh..... haaahhh....haaahhh..... rupanya Lak bin wangwee
(hartawan berwajah enam) Tong Cu toan, saudara Tong, sungguh
kebetulan sekali kedatanganmu, mari, mari, mari.... silahkan duduk,
silahkan duduk! Sebenarnya perselisihan apakah yang telah terjalin
antara saudara Tong dengan saudara Lim" Harap kau suka
memandang diatas wajahku untuk berunding secara baik baik,
apalah artinya saling hidup dan cekcok?"
Tatkala Thi Eng khi mendengar kalau orang yang datang adalah
Lak bin wangwee, diapun akan tertegun, mendadak teringat olehnya
akan perkataan Huan im sin ang yang pernah membicarakan tentang
tiga belas Tay poo anak buahnya....
Dengan cepat pula dia lantas menduga kalau kedatangan Lak bin
wangwee hari ini adalah atas suruhan dari Huan im sin ang, tanpa
terasa sambil tertawa dingin ia duduk tak berkutik ditempat semula.
Tampaknya si Hartawan berwajah enam Tong Cu toan tidak
menyangka kalau pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga
hadir disitu, mula mula dia agak tertegun kemudian sambil menarik
muka katanya : "Apa yang terjadi hari ini sama sekali tak ada hubungannya
dengan Cu pangcu, harap kau menyingkir ke sana, biar Lim Biau lim
yang datang menjawab pertanyaanku!"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sampai
menampilkan dirinya tadi lantaran ia merasa punya hubungan baik
dengan Lak bin wangwee Tong Cu toan, siapa sangka Tong Cu toan
tidak memberi muka kepadanya, malah mendampratnya dihadapan
umum, hal mana kontan saja membangkitkan hawa amarahnya.
Sambil mencak mencak kegusaran dia berseru :
"Orang she Tong, ada urusan apa sih kau datang kemari"
katakan saja kepada aku si pengemis tua!"
370 Ternyata sikap Lak bin wangwee Tong Cu toan semakin tidak
bersahabat, sambil tertawa dingin ia berseru pula :
"Orang she Cu, lebih baik kau jangan tak tahu diri. Hmm.... bila
berkeras kepala terus, jangan salahkan kalau lohu tak akan
mengingat lagi hubungan kita dimasa lalu!"
Sepasang mata pengemis sakti bermata harimau Cu Goan poo
sudah melotot besar bagaikan gundu, sambil menyilangkan telapak
tangannya dia berteriak :
"Tong Cu toan ........"
Belum selesai ucapan tersebut diutarakan, Lim Biau lim telah
menarik tangannya sambil berkata :
"Cu pangcu, lebih baik kembalilah kemeja perjamuan untuk
minum arak, lohu ingin saksikan sahabat Tong yang makan beras
mentah ini hendak berbuat apa kepadaku!"
Tanpa banyak berbicara lagi dia segera mendorong pengemis tua
itu masuk kedalam ruangan, setelah itu dia baru membalikkan
tubuhnya dan berkata kepada Lak Bin wangwee Tong Cu toan :
"Lohu adalah Lim Biau lim! Nah, sahabat Tong, ada persoalan
apa kau datang mencariku?"
Lak Bin wangwpe Tong Cu toan segera mendengus dingin.
"Hmm.... ! Lohu ingin bertanya kepadamu, apakah kau anggota
Thian liong pay?"
"Benar, lohu adalah anggota Thian liong pay, darimana kau bisa
tahu ....."
Belum habis dia berkata, mendadak Lak Bin wangwee Tong Cu
toan mengayunkan sepasang tangannya kedepan.
Beratus ratus titik cahaya emas dengan cepat menyelimuti
angkasa dan menyambar kearah kakek tersebut.
371 "Heehh.... heehh..... heehh.... bedabah dari Thian liong pay
rasakan kelihayan Bu wi kim wong (Cahaya emas tanpa ekor) milik
lohu ini .....!" serunya sambil menyeringai seram.
Begitu bertemu lantas turun tangan, tindakan yang dilakukan
oleh Lak bin wangwee Tong Cu toan ini benar benar keji sekali,
siapapun tak menyangka sampai kesitu.
Lim Biau lim sendiripun sama sekali tak menyangka sampai
kesitu, menyaksikan datangnya ancaman tersebut, dia menjadi
gelagapan dan tak tahu bagaimana harus menghindarkan diri.
"Aduh celaka," pekiknya, dia segera memejamkan matanya
menunggu saat ajalnya tiba.
Untung saja pada saat itulah bentakan nyaring berkumandang
dari belakang tubuhnya :
"Manusia laknat, kau berani bertingkah di sini!"
Cahaya emas berkelebat lewat, tahu tahu senjata rahasia cahaya
emas tanpa ekor yang digunakan oleh Lak bin wangwee Tong Cu
toan tersebut telah lenyap tak berbekas.
Dengan jubah yang berkibar terhembus angin, Thi Eng khi telah


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri didepan Lim Biau lim, dengan kening berkerut dia awasi
wajah Lak bin wangwee Tong Cu to?an lekat lekat, kemudian
ujarnya kepada kakek she Lim tersebut :
"Lim supek, harap mundur, serahkan urusan ini kepadaku!"
Pada mulanya Lim Biau lim menyangka akan ilmu silat yang
dimiliki ciangbunjin mudanya ini tidak terlalu hebat, sekalipun bakat
pemuda itu sangat baik, dalam perkiraannya walaupun seluruh
kepandaian silat yang tercantum dalam kilab Thian liong pit kip telah
dikuasahi, dengan batas usianya yang masih muda, mustahil tenaga
dalamnya bisa dilatih sampai ke tingkat kesempurnaan.
Tapi setelah menyaksikan gerakan pedang yang dilakukan Thi
Eng khi sekarang ternyata penuh disertai pancaran tenaga dalam,
bahkan jarum beracun Bu wi kiam wong yang dipancarkan oleh Lak
bin wangwee Tong Cu toan berhasil dihisap oleh pedang tersebut,
372 dengan cepat dia sadar bahwa tenaga dalam yang dimiliki ketua
mudanya ini sudah mencapai ke tingkatan yang luar biasa.
Untuk sesaat lamanya dia menjadi tertegun, kejut, girang dan
tercengang, dengan emosi meluap dia mengundurkan dirinya
kesamping. Dalam pada itu, Thi Eng khi telah berkata kepada Lak bin
wangwee Tong Cu toan dengan wajah serius :
"Sebenarnya ikatan dendam atau sakit hati apakah yang telah
terjalin antara anak murid Thian liong pay dengan Tong tayhiap
sehingga Tong tayhiap tak segan segan menggunakan cara
menyergap yang licik dan tak tahu malu itu untuk mencelakai
orang?" Perlu diketahui, keluarga Tong yang dari propinsi Szuchuan ini
termashur dalam dunia persilatan karena senjata rahasia
beracunnya, sedang merekapun tidak menggabungkan diri dengan
pihak perguruan sesat atau aliran hitam, maka sesungguhnya
perguruan keluarga Tong boleh dibilang berdiri pada posisi yang
benar. Bahkan ada pula yang menilai perguruan mereka sebagai suatu
perguruan kaum lurus sebab dalam perguruan itu berlaku suatu
peraturan yang keras dan ketat, yakni :
Setiap anggota perguruan yang hendak menggunakan senjata
rahasia, maka mereka harus menggunakan secara jujur dan terbuka,
kemenangan hanya boleh diraih dengan cara yang jujur, sedang
cara menyergap atau main curang sama sekali tak diperkenankan.
Lak bin wangwee Tong Cu toan merupakan adik dari ketua
perguruan keluarga Tong sekarang yaitu Tan ci hui seng (sentilan
jari bintang melayang) Tong Cu keng dalam perguruan keluarga
Tong mempunyai kedudukan yang terhormat sekali, tak nyana dia
telah melakukan sergapan yang amat memalukan, bila kejadian ini
sampai tersiar di tempat luaran tak bisa disangkal lagi hal mana pasti
akan menodai nama baiknya maupun nama perguruannya.
373 Dari malu si hartawan berwajah enam Tong Cu toan menjadi naik
pitam, katanya setelah tertawa dingin :
"Lohu bermaksud untuk membunuh segenap anggota Thian liong
pay, mau apa kau?"
Sambil berkata, tangan kirinya segera merogoh kedalam saku
dan mengeluarkan dua biji bola bulat yang kecil, sementara tangan
kanannya mencabut keluar sebilah tombak perak yang berdua sisi.
Kemudian sambil berdiri tegak, ia bersiap siap melancarkan serangan
lagi. Thi Eng khi segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haaaahh.... haaahhh.... aku adalah ciangbunjin
angkatan ke sebelas dari Thian liong pay, coba katakan, apakah aku
berhak mengurusi atau tidak?"
Mendengar pertanyaan itu, si Hartawan berwajah enam Tong Cu
toan agak tertegun kemudian sambil menyeringai seram dia berseru
: "Bagus sekali, jadi kau adalah Thi Eng khi si bangsat muda itu,
lohu benar benar lagi mujur tampaknya."
Selesai berkata tangan kirinya segera diayunkan kedepan
melepaskau dua titik cahaya hitam, yang satu menyerang Thi Eng
khi sementara yang lain menyerang si pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po sekalian.
Baru saja Thi Eng khi hendak menyambutnya dengan babatan
pedang, tiba tiba terdengar pemuda tampan yang berada dalam
ruangan itu berseru dengan suara lantang :
"Im yang siang cu (sepasang mutiara Im yang) dari keluarga
Tong tak boleh disentuh dengan kekerasan! Saudara Thi, cepat kau
gunakan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin? kang dari perguruan
untuk menciptakan dinding dengan hawa khikangmu, kemudian
pentalkan balik benda itu sejauh jauhnya!"
Tenaga dalam Thi Eng khi telah mencapai tingkatan dimana bisa
digunakan sekehendak hati sendiri, begitu peringatan tersebut
374 diterima, hawa sinkang segera dikerahkan keluar untuk menyambut
datangnya ancaman.
Segera tampaklah mutiara hawa im yang memancar kearahnya
itu terhenti ditengah jalan dan melayang layang ditengah udara.
Hartawan berwajah enam Tong Cu toan tertawa dingin, tangan
kirinya segera diayunkan kedepan, setitik cahaya tajam langsung
meluncur kedepan dan menghantam bulatan bola itu.
Walaupun Thi Eng khi tidak tahu sampai dimanakah kelihayan
dari mutiara Im cu tersebut namun dilihat dari keadaan yang
terbentang didepan mata ia tahu kalau tindakan yang dilakukan Lak
bin wangwee Tong Cu toan sekarang adalah menghancurkan
mutiara Im cu tersebut.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan kalau didalam Im cu tersebut
pasti tersimpan suatu benda mematikan yang amat berbahaya.
Cepat cepat dia mengerahkan tenaga dalamnya semakin besar
dan memaksa butiran
mutiara Im cu itu sehingga terpental balik ke arah Hartawan
berwajah enam. Pada saat yang bersamaan, butiran Yang cu yang disambit ke
dalam ruangan itu telah disambut oleh pemuda tampan itu dengan
sambaran angkin putihnya.
Diantara gulungan angkin putih itu, Yang cu tadi kena digulung
dan kemudian dilemparkan kembali ke arah pemiliknya.
Walaupun panjang untuk dikisahkan, sesungguhnya waktu yang
berlangsung hampir bersamaan waktunya, sehingga pada saat yang
hampir bersamaan mutiara Im cu yang dilempar kembali oleh Thi
Eng khi dan mutiara Yang cu yang disambit oleh pemuda tampan itu
bersama sama tiba dihadapan Lak bin wangwee Tong Cu toan pada
saat yang berbarengan.
375 Tak terlukiskan rasa kaget Lak bin wang wee Tong Cu toan
menghadapi ancaman tersebut, buru buru dia melompat ke belakang
berusaha untuk menghindarkan diri, sayang keadaan sudah
terlambat. Pada saat yang bersamaan Im yang siang cu telah menimbulkan
suatu ledakan keras ditengah udara, kemudian muncullah segulung
asap hijau yang segera mengurung sekujur badan Hartawan
berwajah enam Tong Cu toan.
Mengetahui kalau tak sempat untuk mengelakkan diri dari
ancaman bahaya, Lak bin wangwee Tong Cu toan segera merogoh
kedalam sakunya dan mengambil keluar sebutir pil yang segera
dijejalkan kedalam mulutnya, kemudian sepasang ujung bajunya
disilangkan diatas untuk melindungi dada, sementara badahnya
berbongkok kebawah melingkar menjadi satu.
Sekalipun demikian, kedua gulung asap hijau itu sempat pula
menembusi celah celah tubuhnya dan menyerang wajah serta
tangannya. Tak ampun lagi dia menjerit keras karena kesakitan, seluruh
tubuhnya gemetaran keras, begitu badannya terkapar ditanah
badannya semakin banyak yang terkena racun hijau itu.
Pada saat itulah, si pemuda tampan tadi telah berseru kembali :
"Im yang siang cu dari keluarga Tong terkenal karena kabut
beracunnya yang bisa menghancurkan tulang, harap kalian
mengerahkan tenaga dalam untuk melancarkan pukulan keempat
penjuru, dan memaksa kabut beracun itu melambung ke atas udara,
kalau tidak, hal ini akan membahayakan bagi kita semua...."
Buru buru Thi Eng khi mengerahkan tenaga dalamnya dan
melepaskan pukulan untuk membuyarkan kabut hijau tadi.
Ketika mereka berpaling lagi ke arah Lak bin wangwee Tong Cu
toan, tampaklah wajah orang itu sudah merekah tak wujud
bentuknya lagi, selain menyeramkan juga berbau busuk.
376 Masih untung dia buru buru menelan pil anti racun sehingga
cuma kulit luarnya saja yang terluka, kalau tidak, niscaya badannya
sudah hancur menjadi segumpal air dan darah, tentu saja dalam
keadaan seperti itu, jangan harap jiwanya bisa tertolong lagi.
Menyaksikan raut wajahnya yang mengerikan itu, tanpa terasa
semua orang merasakan bulu kuduknya pada bangun berdiri, diam
diam mereka berpekik didalam hati :
"Sungguh berbahaya!"
Coba kalau disana tak hadir pemuda tampan itu, niscaya semua
orang tak akan lolos dari serangan maut dari Lak bin wang?wee
Tong Cu toan tersebut.
Sebagai ketua dari Kay pang, Pengemls sakti bermata harimau Cu
Goan po memiliki pengetahuan maupun pengalaman yang luas
sekali, akan tetapi dia tidak tahu kalau diantara senjata rahasia
beracun yang dimiliki keluarga Tong dari Szuchuan, masih terdapat
semacam benda yang disebut lm yang siang cu, maka sedikit banyak
dia merasa kagum sekali atas luasnya pengetahuan yang dimiliki
pemuda tampan itu.
Tanpa disadari ia lantas menepuk bahu pemuda tampan itu tanda
kagum, dengan wajah memerah buru buru pemuda itu berkelit ke
samping. Sebenarnya sejak semula si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po sudah tahu kalau pemuda tampan itu sebenarnya adalah
seorang gadis, ketika mengetahui kalau ia telah berubah sifat, buru
buru dia mundur ke belakang dengan wajah memerah pula.
Sementara itu Lak bin wangwee Tong Cu toan yang terkapar di
tanah sudah sadar kembali dari pingsannya, buru buru dia
mengeluarkan bubuk obat dan dipoleskan diatas mulut lukanya,
setelah itu tanpa mengucapkan sepatah katapun dia berlalu dari
sana. Tentu saja Si pengemis sakti bermata harimau tidak akan
melepaskan dirinya dengan begitu saja, sambil membentak keras dia
377 menerjang kemuka, lalu sambil menuding ke wajah orang yang
sudah tak karuan bentuknya itu dia memaki :
"Tong Cu toan, hari ini aku si pengemis tua baru benar benar
mengenali dirimu, hayo jawab, kenapa kau begitu lega melancarkan
serangan sedemikian kejinya kepada kami?"
Lantaran wajahnya sudah hangus dan mengelupas semua kulit
wajahnya, maka tidak diketahui bagaimanakah perubahan
wajah?nya setelah mendengar dampratan dari pengemis tua itu tapi
yang jelas dibibirnya bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu,
tapi akhirnya ia urungkan niatnya itu dan menundukkan kepalanya
rendah rendah. Melihat hartawan berwajah enam Tong Cu toan hanya
membungkam diri belaka, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po menjadi semakin marah, sambil mendengus dingin, kembali
katanya : "Tong CU toan, bila kau tidak memberi keterangan kepadaku
jangan salahkan jika aku si pengemis akan menghajar dirimu pada
hari ini!"
Tiba tiba Thi Eng khi tertawa nyaring, sambil menarik tangan
pengemis sakti Cu Goan po katanya :
"Engkoh tua, biarkan saja dia pergi!"
Kemudian sambil menarik kembali senyumannya, dia berpaling
kearah Lak bin wangwee Tong Cu toan seraya berkata :
"Sekalipun kau tidak berbicara. Aku juga tahu, bukankah kau
adalah salah seorang dari Cap sah tay poo (tiga belas orang
pangeran) yang dibentuk oleh Huan im sin ang" Hmm, setelah
pulang nanti katakan ke Huan im sin ang, aku akan menjadi musuh
bebuyutannya mulai saat ini!"
Tatkala rahasia pribadinya dibongkar oleh pemuda itu, Hartawan
berwajah enam Tong Cu toan menjadi semakin ketakutan, tanpa
mengucapkan sepatah katapun ia membalikkan badan dan
mengambil langkah seribu.
378 Mengawasi bayangan tubuh Tong Cu toan yang kabur, pengemis
sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas panjang,
katanya : "Aai... sebetulnya Tong Cu toan bukan manusia jahat, heran
kenapa ia bisa berubah pikiran dan watak sehingga menjadi begini
buas dan kejamnya?"
Menyusul kemudian ujarnya pula kepada Thi Eng khi :
"Saudara cilik siapa sih Cap sah tay poo yang kau maksudkan
tadi" Apakah mereka adalah anak buah Huan im sin ang?"
Secara ringkas Thi Eng khi segera menceriterakan pertemuannya
dengan Huan im sin ang diluar perbatasan.
Ketika menyebutkan nama nama dari Cap sah tay poo tersebut,
untuk menghindari rasa sedih dari pengemis sakti bermata harimau
sengaja dia merahasiakan nama dari To kak thi koay (toya baja kaki
tunggal) yang berasal dari Kay pang ini.
Semua orang hanya mendengarkan hal itu sambil lalu, maka
siapapun tidak menaruh perhatian secara khusus.
Ketika si Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po selesai
mendengar nama nama yang disebutkan, dengan perasaan terkesiap
dia menggelengkan kepalanya berulang kali, serunya :
"Saudara cilik, apakah kau tidak salah ingat nama nama
tersebut...?"
"Sedikitpun tidak salah?" jawab pemuda itu tegas.
Tanya terasa pengemis sakil bermata harimau Cu Goan po
menghela napas panjang katanya :
"Orang orang yang tergabung didalam Cap sah tay poo tersebut
rata rata adalah jagoan yang termashur dan punya kedudukan
dalam pelbagai aliran perguruan, dari sini dapat diketahui kalau
rencana Huan im sin ang untuk mencelakai dunia persilatan bukan
disusun dalam sehari belaka , kejadian ini benar-benar menakutkan
sekali." 379 Menyusul kemudian ia berkata lagi :
"Kini situasi dalam dunia persilatan su?dah mencapai taraf yang
berbahaya sekali.. dalam keadaan seperti ini umat persilatan yang
berada dalam dunia persilatan tak boleh saling gontok gontokan lagi.
Bagaimanapun juga saudara cilik harus berusaha untuk menghadapi
pertemuan Lun li tayhwee yang diselenggarakan So cianpwe dari
luar perbatasan dengan pihak Siau lim serta Bu tong pay, sebab
salah paham ini terjadi karena saudara cilik, itulah sebabnya hanya
saudara cilik seorang yang dapat menyelesaikan masalah ini."


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sampai saatnya, siaute pasti akan menghadiri pertemuan itu,
sekarang siaute harus menyelidiki dulu jejak ibuku, maka harap
engkoh tua suka menjelaskan dulu keadaan yang sebenarnya
kepada pihak Siau lim pay dan Bu tong pay, kemudian sampaikan
pula kepada So yaya akan kemunculan siaute dan alasan mengapa
sampai tidak menjumpai dirinya."
Pengemis sakti bermata harimau manggut manggut, setelah
memandang sekejap ke arah pemuda tampan itu, dia segera
berpamitan untuk mohon diri.
Memandang hingga pengemis itu lenyap dari pandangan mata
Thi Eng khi baru berpaling dan bermaksud untuk menanyakan
tentang surat dari ibunya itu kepada sang pemuda tampan tersebut.
Siapa tahu sebelum dia buka suara, pemuda tampan itu sudah
berkata lebih dulu sambil tertawa :
"Tolong tanya apakah siaute dapat membantu pula diri Thi heng
untuk mela Hati Budha Tangan Berbisa 2 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Golok Yanci Pedang Pelangi 1
^