Rajawali Hitam 6

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo Bagian 6


ngan suruh ayah bundamu ke sini untuk meminang Lee Cin karena aku tentu akan menolaknya dan kalau merekta berani datang, kuanggap mereka tidak tahu diri dan mungkin akan kusambut dengan tantangan!"
Lee Cin dan ayahnya terkejut sekali mendengar kata-kata yang keras dan ketus dari Ang-tok Mo-li itu. Tin Han sendiri menggigit bibirnya dan mukanya berubah pucat.
"Siang-moi! Jangan berkata demikian. ...... " kata Souw Tek Bun kepada isterinya.
"Pendeknya aku tidak setuju kalau Lee Cin berjodoh dengan pemuda ini, habis perkara!" kata pula Ang-tok Mo-li dengan marah.
Tin Han bangkit dengan perlahan, memandang kepada
Lee Cin dengan wajah pucat lalu menjadi merah, dan dengan lirih dia berkata, "Cin-moi..... aku mohon diri, engkau sudah mendengar sendiri kata-kata ibumu."
"Tidak, Han-ko!"
"Lee Cin, apakah engkau hendak menentang pendapat ibumu sendiri" Lupakah engkau bahwa sejak kecil engkau kubesarkan
kudidik dan kugembleng, hanya untuk menentangku sesudah engkau dewasa" Hei, Cia Tin Han, apakah engkau tidak tahu malu" Sudah kutolak masih juga belum pergi dari sini?"
Tin Han membalikkan tubuhnya memandang kepada
wanita yang marah itu, wajahnya kini berubah kemerahan dan diapun berkata, "Paman Souw dan bibi, aku mohon diri.
Cin-moi selamat tinggal!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Han lalu berkelebat lenyap dari situ, sudah keluar dari pondok itu dengan cepat sekali.
"Han-ko !" Lee Cin mengejar, akan tetapi ketika tiba di luar rumah ia sudah tidak melihat lagi bayangan pemuda itu dan ia tidak tahu kearah mana Tin Han pergi. Kemudian ia mengejar ke arah selatan, akan tetapi sampai belasan li ia berlari, tidak juga dapat menyusul Tin Han yang mungkin lari ke lain jurusam. Air mata Lee Ci bercucuran dan ia masih menangis ketika memasuki rumahnya.
"Ibu, kau keterlaluan, ibu! Kena ibu menolak bahkan mengusir Han-ko" Apa salahnya?" Ia menuntut kepada ibunya yang masih duduk di ruangan depan bersama
ayahnya. "Aku bertindak demi kebaikanmu, Lee Cin. Aku tidak setuju kalau engkau menjadi isteri keturunan keluarga Cia!"
"Akan tetapi mengapa, ibu" Apa alasanmu?" Lee Cin mendesak.
Souw Tek Bun juga berkata kepada isterinya. "Engkau harus menerangkan alasanmu yang kaukatakan kepadaku
tadi agar anak kita dapat mengerti, isteriku."
"Kau mau tahu" Duduklah, Lee Cin," kata Ang-tok Mo-li kepada puterinya. "Ketahuilah, Keluarga Cia itu adalah manusia-manusia yang tidak baik. Mereka mengaku sebagai patriot pembela tanah air dan hendak berjuang untuk
mengusir penjajah dari tanah air."
"Memang benar mereka patriot!" jawab Lee Cin. "Apa salahnya dengan itu" Jangan ibu katakan bahwa ibu
membela Kerajaan Mancu penjajah!"
"Huh, siapa yang membela penjajah" Aku hendak
mengatakan bahwa Keluarga ia itu adalah patriot-patriot palsu. Mereka telah bersekutu dengan orang-orang jahat, bersekutu dengan orang Jepang para bajak dan bersekutu Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pasukan pemerintah yang memberontak. Mereka
menjadi patriot dan pejuang hanya untuk kedok saja.
Sebetulnya mereka adalah orang-orang yang jahat. Ingat saja. Cia Tin Han itu nyaris membunuh ayahmu dengan
memakai kedok pula, bukankah itu perbuatan pengecut dan jahat " Dan engkau akan menjadi isterinya" Menjadi mantu Keluarga Cia yang brengsek itu ?"
"Ibu salah sangka! Han-ko tidak bersekutu dengan orang-orang jahat! Dia bahkan menentang orang-orang jahat, dan ketika Keluarga Cia bersekutu dengan tokoh-tokoh sesat , diam-diam dia bahkan menentangnya. Akan tetapi sekarang KeIuarga Cia sudah sadar akan kesalahan mereka dan
mereka menjadi pendekar dan patriot sejati."
"Engkau membela karena engkau sudah kegilaan kepada pemuda itu! Pendeknya, kami tidak setuju kalau engkau berjodoh dengannya!"
"Ibu...... !" Akan tetapi Ang-tok Mo-li membalikkan tubuhnya tidak mau memandang kepada puterinya.
"Ayah...... !!" Lee Cin menoleh kepada ayahnya. Akan tetapi orang tua ini pun hanya menarik napas panjang dan menggerakkan kedua pundak seperti orang yang tidak
berdaya. Lee Cin terisak lalu lari ke dalam kamarnya, melempar diri ke atas pembaringan dan menangis sesenggukan Ia merasa
hatinya hancur lebur, kebahagiaan yang dirasakannya ketika melakukan perjalanan bersama Tin Han lenyap seperti asap ditiup angin dan hatinya merasa perih, merasa dan bingung. Ingin ia lari menyusul Tin Han, akan tetapi ke mana" Pemuda itu tentu sakit hati dan marah sekali karena telah ditolak, diusir dan dihina dan kalau Tin Han sengaja tidak mau menemuinya lagi, biar ia mencari keliling dunia juga tidak akan dapat berjumpa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Han-ko..... !" Ia merintih dan tangisnya semakin mengguguk, sampai bantalnya basah semua dan akhirnya ia jatuh pulas setengah pingsan, tidak ingat apa-apa lagi.
Malam itu Lee Cin masih rebah di dalam kamarnya.
Ketika ibunya datang mengajaknya makan, ia tidak menjawab dan pura-pura tidur. Ayahnya juga datang dan meraba dahinya, akan tetapi ia pura-pura tidur juga
sehingga kedua orang tua itu meninggalkan kamar dan
menutup daun pintu kamarnya.
Malam telah larut, dan Lee Cin kini sadar sepenuhnya. Ia tidak tahu apakah ia tadi tidur atau pingsan. Karena tubuhnya lemas akibat dari kesedihannya yang amat sangat sehingga melukai perasaannya, Lee Cin segera bangkit duduk dan bersila di atas pembaringannya. Ia harus
menjaga kesehatannya karena ia sudah mengambil keputusan untuk besok pergi meninggalkan rumah orang tuanya untuk mencari Tin Han!
Dalam keadaan seperti itu, panca indera Lee Cin menjadi peka bukan main. Oleh karena itu ia dapat mendengar suara yang tidak wajar di atas genteng rumah itu. Seperti suara orang
berjalan dengan ringannya di atas genting! Jantungnya berdebar penuh harap ketegangan. Mungkin Tin Han yang datang!
"Han-ko..... ....!" Bibirnya berbisik dan iapun cepat keluar dari kamarnya dan melompat keluar rumah melayang naik ke atas genteng. Akan tetapi mendengar suara gedebukan di bawah sperti orang berkelahi disusul jeritan ibunya. Ketika ia melayang turun kemba ke ruangan dalam ia melihat
berkelebatnya bayangan hitam. Cia Tin Han yang menyamar menjadi Hek-tiauw Eng tong, pikirnya. Akan tetapi karena khawatir mendengar jerit ibunya tadi, ia pun tentu saja masuk ke ruangan belakang dari mana suara tadi terdengar.
"Ibu...... !" Lee Cin berseru. Ia melihat ibunya yang berwajah pucat dipapah oleh ayahnya. "Kau kenapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Tek Bun bersikap tenang. "Ia terluka oleh
pukulan..... orang itu!"
Lee Cin cepat memeriksa keadaan ibunya yang sudah
direbahkan di atas pembaringan. Ternyata di pundak ibunya terdapat tanda telapak tangan hitam sepert i yang pernah diderita ayahnya. Pukulan dari Cia Tin Han!
Lee Cin menahan mulutnya yang sudah penuh pertanyaan itu. Lebih dulu harus menolong ibunya. Dengan ilmu totok It-yang-ci Lee Cin merawat ibunya, menotok beberapa
jalan darah untuk menyembuhkan luka mengandung hawa beracun itu. Itulah pukulan Hek-tok-
ciang yang dimiliki oleh Keluarga Cia, pikirnya. Untung tubuh
ibunya kuat, maka luka itu tidak sampai membahayakan nyawanya. Setelah mengusir hawa beracun itu dari tubuh ibunya dan melihat ibunya tidak menderita lagi bahkan dapat tidur pulas, barulah Lee Cin bertanya kepada ayahnya.
"Ayah, apakah yang telah terjadi?" tanyanya.
Ayahnya menggeleng kepala dan menghela napas panjang. "Sungguh aku tidak menyangka sama sekali bahwa dia akan berbuat seperti ini!"
"Ayah, apa maksudmu?"
"Dia..... dia datang kembali menyerang kami. Dia lihai sehingga ibumu terpukul pundaknya, lalu dia melarikan diri."
"Dia siapa, ayah?" tanya Lee Cin dengan hati berdebar keras karena ia sudah menduga siapa orangnya.
"Aku menyesal sekali harus bicara terus terang padamu, Lee Cin. Yang menyerang kami tadi adalah seorang yang memakai pakaian dan topeng hitam, persis seperti yang kualami dahulu itu. Dialah yang telah melukai ibumu."
"Cia Tin Han?" Lee Cin mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Tek Bun menghela napas. Kurasa dia orangnya,
siapa lagi yang begitu lihai dapat melukai ibumu walau pun kami maju berdua" Dan lukanya sama benar dengan luka yang kuderita dahulu, bukan?"
Lee Cin mengangguk dan suaranya terdengar seperti
berbisik, "Hek-tok-ci-ang..... "
"Ternyata dia merasa sakit hati kepada ibumu karena siang tadi dia ditolak dan diusir, maka dia melukai ibumu.
Ah, aku tidak mengira dia dapat melakukan hal seperti ini."
"Aku juga tidak percaya bahwa Han-ko dapat melakukan hal itu!" kata Lee Cin cepat.
"Akan tetapi buktinya ......, Lee Cin. Tidak dapat disangkal lagi bahwa tentu dia. yang melakukan hal ini."
"Ah...... aku...... aku akan mencari dia, ayah. Kalau benar dia telah menyerang ibu dan melukainya, aku akan
mengadu nyawa dengannya!" Setelah berkata demikian, Lee Cin meninggalkan kamar ibunya dan kembali ke kamarnya sendiri. Kembali dara ini menangis sedih, akan tetapi sebab tangisnya kini berbeda dari tadi. Di dalam hatinya terjadi perang antara rindu dan benci. Kenapa Tin Han melakukan hal itu kepada ibunya" Karena sakit hati ditolak dan diusir tadi" Akan tetapi, kalau ia perhatikan tingkah laku Tin Han selama ini, demikian gembira, demikian tenang dan
demikian gagah, rasanya tidak mungkin Tin Han melakukan itu. Akan tetapi siapa tahu hati orang" Dahulupun Tin Han pernah menyerang dan melukai ayahnya dengan pukulan
yang sama. "Awas kau...... awas kau.....! Aku akan membalas perbuatanmu ini!" Kembali Lee Cin menangis setelah mengucapkan ancaman itu. Dan pada keesokan harinya,
setelah menengok ibunya dan melihat bahwa ibunya tidak lagi terancam bahaya dan kesehatannya sudah hampir pulih kembali, ia berkata kepada ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tenangkanlah hatimu, ibu. Aku akan pergi mencari orang yang telah melukaimu dan akan membalaskan sakit hati ini!"
Ibunya memandang dengan sinar mata menyelidik. "Kau tahu siapa orangnya?"
"Siapa lagi kalau bukan dia ibu?"
Ibunya mengangguk. "Sudah kuduga dia bukan orang baik-baik. Keluarga Cia memang bukan keluarga yang baik.
Akan tetapi engkau harus berhati-hati sekali, anakku. Dia itu lihai bukan main. Aku dan ayahmu juga tidak dapat menandinginya."
Dengan hati yang perih sekali Lee Cin menjawab, "Aku tahu, ibu. Bagaimanapun lihainya, aku tidak takut dan dia harus membayar hutangnya malam tadi.
Souw Tek Bun mencoba untuk mencegah Lee Cin pergi.
"Lee Cin, tenangkan dulu hatimu dan jangan tergesa-gesa.
Siapa tahu kalau pelaku penyerangan tadi malam bukan Cia Tin Han. Bagaimanapun juga, kita belum mempunyai bukti bahwa dia yang menyerang dan melukai ibumu."
"Siapa lagi kalau bukan dia, ayah" Tidak perlu bukti nyata, semuanya sudah dapat diduga. Tentu dia merasa kecewa, menyesal dan sakit hati karena kemarin ibu telah menolaknya, bahkan mengusirnya. Aku sendiri tadinya juga merasa kecewa dan menyesal sekali atas perbuatan ibu.
Akan tetapi sekarang aku harus membenarkan ibu. Dia itu bukan seorang manusia baik-baik, seperti juga keluarganya.
Aku harus menemukannya dan membalas dendam sakit hati ini. Bukan hanya karena dia telah melukai ibuku, melainkan karena dia telah mengecewakan dan menghancurkan
kepercayaan dan kebahagiaan hidupku!"
Souw Tek Bun tidak dapat lagi menahan Lee Cin, maka
dia hanya berpesan kepada puterinya itu, "Bagaimanapun juga, aku harap engkau tidak mengambil keputusan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gegabah. Selidiki lebih dulu sebelum engkau bertindak sesuatu terhadap dirinya."
Berangkatlah Lee Cin meninggalkan rumahnya. Sekali ini hatinya
tidak berduka karena kehilangan Tin Han, melainkan berduka karena dianggapnya Tin Han telah
merusak kebahagiaan hidupnya.
-oo(mch)oo- Kuil Siauw-lim-pai yang berada di tepi atau Lembah
Sungai Huang-ho pada hari itu tampak sunyi. Para hwe-sio sudah melakukan pekerjaan masing-masing. juga tidak
tampak orang yang datang untuk bersembahyang. Karena itu, maka In Tiong Hwe-sio, ketuanya yang berusia
enampuluh dua tahun, dengan santai berjalan-jalan di ruangan kuil yang luas. Beberapa orang hwe-sio bekerja di pekarangan kuil. Ada yang merawat tumbuh-tumbuhan
bunga di situ, ada yang menyapu dan ada yang membersihkan dinding dan pintu serta jendela. Melihat ini, In Tiong Hwe-sio lalu keluar ke pekarangan dan berjalan-jalan di situ. Lima orang hwe-sio yang bekerja di sekitar tempat itu menyambut dengan membungkuk hormat kepada ketua mereka yang dibalas oleh In Tiong Hwe-sio dengan meletakkan tangan kiri di depan dadanya.
Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan di pekarangan ini telah berdiri seorang yang mengenakan pakaian hitam dan menutupi mukanya. Orang bertopeng ini segera
mcnghampiri In Tiong Hwe-sio dan suaranya lantang ketika dia bertanya, "Apakah engkau yang bernama In Tiong Hwesio ketua kuil Siauw-lim-pai ini?"
In Tiong Hwe-sio memandang dengan penuh perhatian.
"Omitohud, siapakah si-cu" Pin-ceng memang benar In Tiong Hwe-sio ketua Siauw-lim-pai (Kuil Siauw lim-si) ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketahuilah, aku adalah Hek-tiauw Eng-hiong dan aku sengaja
datang mencarimu untuk menantangmu bertanding."
"Hemm, Hek-tiauw Eng-hiong. Pinceng tidak pernah mengenalmu dan tidak ada urusan denganmu. Kenapa
engkau menantang pin-ceng?"
"Aku menantangmu karena engkau adalah antek penjajah Mancu, karena itu mau atau tidak mau engkau harus menerima tantanganku, atau aku akan membunuhmu begitu saja walau engkau tidak menerima tantanganku. Nah, bersiaplah engkau, In Tiong Hwe-sio!"
Lima orang hwe-sio yang berada di pekarangan itu
mendengar suara orang bertopeng itu dan mereka menjadi marah.
"Hei, dari mana datangnya orang gila yang menantang-nantang tidak karuan?" bentak seorang di antara mereka dan mereka berlima sudah datang mengepung si orang
bertopeng. "Pergilah dari sini atau terpaksa kami akan menggunakan kekerasan menyerangmu!"
Hek-tiau Eng-hiong tertawa bergelak "Ha-ha-ha, kalian ini anjing-anjing gundul kecil berani menggonggong!"
Tentu saja lima orang hwe-sio itu menjadi marah sekali karena dimaki anjing gundul kecil. Tanpa banyak cakap lagi mereka lalu menubruk hendak menangkap orang bertopeng itu dan menyeretnya keluar dari halaman kuil. Akan tetapi orang bertopeng yang mengaku bernama Hek-tiauw Enghiong itu, tiba-tiba memutar tubuh dan kedua tangannya menyambar-nyambar dan robohlah lima orang itu terkena tamparan pada kepala mereka dan tidak dapat bangun
kembali! "Omitohud...... !" In Tiong Hwe-sio memeriksa tubuh lima orang hwe-sio itu ternyata telah tewas dan di bagian kepala yang ditampar itu tampak tanda telapak tangan hitam!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omitohud,
engkau telah melakukan pembunuhan terhadap lima orang yang tidak berdosa!" katanya dengan marah.
"Akupun akan mengi-
rimmu menyusul ke sana!" kata si topeng hitam. Pada saat itu, dua
orang hwe-sio lain muncul dan mereka terkejut melihat lima orang rekan mereka roboh tewas. Mereka menonton sambil bersem-bunyi di balik tembok, mendengarkan dan juga menonton guru
mereka menghadapi orang berto-peng itu.
"Omitohud,
orang

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti engkau ini harus
dibasmi dari permukaan
bumi karena hanya membikin kotor saja!"
Setelah berkata demikian, In Tiong Hwe-sio menyerang orang bertopeng itu dengan kedua ujung bajunya.. Baju itu longgar dan panjang, dan lengan bajunya juga lebih panjang dari lengannya. Biarpun hanya terbuat dari kain, begintu digerakkan oleh In Tiong Hwe-sio, ujung lengan baju itu menyambar seperti terbuat dari benda keras.
"Wuuuut, wuuuuuttt !!" sambaran ujung lengan baju itu mendatangkan angin yang kuat, akan tetapi Hek-tiauw Enghiong mengelak dengan ringan dan cepat pula. Kemudian dia membalas dengan pukulan-pukulannya yang ampuh. In
Tiong Hwe-sio terkejut dan maklum bahwa tamparan yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekaligus membunuh lima orang muridnya itu tidak boleh dipandang ringan. Itu adalah pukulan yang mengandung hawa beracun, maka diapun mengelak beberapa kali lalu mengibaskan ujung lengan bajunya untuk menangkis. Dua kali lengan baju kanan kiri itu menangkis tamparan yang bertubi tubi datangnya.
"Brett- bretttl" Kedua ujung lengan baju itu pecah dan robek ketika bertemu dengan tangan orang bertopeng itu.
Tentu saja In Tiong Hwe-sio menjadi semakin kaget dan terpaksa dia mela wan dengan kedua tangannya. Hwe-sio ini merupakan seorang ketua cabang, dan dia adalah satu dari In Kong Thai- su ketua Siauw- lim- pai di Kwi-cu, maka ilmu kepandaiannya sebetulnya sudah mencapai tingkat tinggi.
Akan tetapi, kini
menghadapi orang
bertopeng yang mengaku sebagai Hek- tiauw Eng-hiong, dia kewalahan!
Orang bertopeng itu ternyata lihai bukan main dan setelah mempertahankan
diri selama limapuluh jurus lebih, akhirnya dada In Tiong Hwe-sio terkena pukulan tangan kanan orang bertopeng itu. Tubuhnya terdorong mundur sampai beberapa meter dan hwe-sio itu terjengkang roboh dan tidak bergerak lagi. Di baju bagian dadanya terdapat tanda telapak tangan hitam yang menghanguskan baju itu dan menembus sampai ke kulit dadanya.
Setelah merobohkan In Tiong Hwesio, orang bertopeng itu lalu memasuki kuil dan begitu bertemu dengan hwe-sio dia menyerang dan merobohkannya sehingga tidak kurang dari duabelas orang hwe-sio kuil itu roboh dan tewas. Jumlah mereka yang tewas bersama In Tiong Hwe-sio ada delapan belas orang!
Setelah si topeng hitam itu pergi, barulah para hwe-sio yang tadi bersembunyi berani dan mereka semua dengan berduka sekali mengurus delapan belas jenazah itu.
Beberapa orang hwe-sio segera melaporkan peristiwa
hebat itu ke kuil Siauw-lim-si di Kwi-cu, dan ada pula yang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
langsung pergi ke pusat Siauw-limpai yang berada di kaki Gunung Sung-san di Propinsi Honan di mana yang menjadi ketuanya adalah Sang Thian Hwe-sio yang usianya sudah delapanpuluh tahun dan hwe-sio tua ini merupakan susiok dari In Kong Thai-su dan juga In Tiong hwe-sio yang baru saja terbunuh.
Gegerlah Siauw-lim-pai dengan adanya peristiwa ini.
Sang Thian Hwe-sio lalu memerintahkan seluruh murid
Siauw lim-pai untuk mencari tahu siapa si topeng hitam berjuluk Hek-tiauw Eng-hiong dan mencarinya untuk
membuat perhitungan. Juga ketua Siauw-lim-pai ini mengajak para muridnya untuk berunding, dan menyelidiki apa yang menjadi sebab pembunuhan itu.
"Menurut keterangan murid yang menyaksikan semua itu sambil bersembunyi dikatakan bahwa si topeng hitam
memaki sute In Tiong Hwe-sio sebagai antek penjajah
Mancu. Jelas bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh
seorang patriot yang membenci pemerintah. Seorang patriot yang fanatik biasanya menganggap semua orang yang tidak mendukung gerakannya sebagai antek Mancu."
Sang Thian Hwe-sio menghela napas panjang. "Omitohud, kalau benar seperti keterangan itu. berarti bahwa patriot memusuhi kita yang dianggap membantu
pemerintah Mancu. Pada hal, kita ini adalah orang-orang beribadat yang hanya mengurus perkembangan agama,
bagaimana kita dapat ikut-ikutan memberontak terhadap pemerintah Mancu seperti patriot itu?"
"Susiok, di antara para patriot banyak yang melakukan penyelewengan. Mereka memberontak terhadap pemerintah Mancu dan tidak segan untuk bergandengan tangan dengan tokoh-tokoh sesat dan bahkan dengan bajak-bajak Jepang.
Pin-ceng rasa orang-orang seperti itulah yang telah membunuhi para murid Siauw-lim-pai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimanapun juga, kita harus menyelidiki dan mencari Hek-tiauw Enghiong itu. Apa yang telah dia lakukan
terhadap para murid kita sudah keterlaluan. Engkau sendiri harus turun tangan karena orang itu memiliki ilmu silat yang tinggi, dan menurut pemeriksaan pin-ceng, para murid tewas karena pukulan semacam ilmu pukulan seperti Hektok- ciang."
"Susiok, tee-cu ingat bahwa yang terkenal dengan ilmu Hek-tok-ciang adalah Keluarga Cia yang dahulu tinggal di Hui-cu. Keluarga Cia memang terkenal sebagai patriot-patriot
yang membenci pemerintah Mancu, bahkan membenci semua orang yang tidak mau memusuhi pemerintah penjajah. Besar kemungkinan seorang di antara mereka yang telah membunuh sute In Tiong Hwe-sio."
"Apakah ilmu kepandaian Keluarga Cia itu sedemikian tinggi?"
"Sepanjang pengetahuan tee-cu, yang paling lihai di antara mereka adalah Nyonya Cia atau Nenek Cia, akan tetapi siapa tahu bahwa di antara mereka kini ada yang memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi. Atau mungkin Nenek Cia sendiri yang memakai topeng hitam melakukan pembunuhan ini."
"Bagaimanapun
juga, engkau harus melakukan penyelidikan."
"Baik, susiok, tee-cu akan menyebar murid-murid untuk melakukan penyelidikan dan tee-cu sendiri akan turun tangan." kata In Kong Thai-su yang juga merasa penasaran sekali. Siauw-lim-pai adalah sebuah partai persilatan yang bersih. Sekarang delapanbelas orang murid Siauw-lim-pai dibunuh begitu saja dengan tuduhan sebagai antek Mancu.
Siapa yang tidak merasa penasaran"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Delapanbelas jenazah itu lalu diperabukan dan diadakan upacara sembahyang besar. Banyak tokoh kang-ouw yang berdekatan dan mendengar akan berita ini datang melayat.
Pada keesokan harinya setelah upacara perabuan itu
selesai, kuil Siauw lim-pai itu kedatangan serombongan pasukan
pemerintah sebanyak dua losin prajurit. Rombongan pasukan ini dipimpin sendiri oleh Panglima Coa Kun, wakil Panglima Tua Bouw Kin Sek. In Kong Thai-su yang masih berada di situ dan memimpin upacara perabuan segera keluar menyambut.
"Omitohud, kepentingan apakah yang membuat ciangkun datang berkunjung ke kuil kami?" tanya In Kong Thaisu setelah mempersilakan Coa-ciang kun mengambil tempat duduk di sebelah dalam kuil.
"Kami mendengar tentang malapetaka yang menimpa kuil ini, lo-suhu. Sebetulnya, apakah yang terjadi sehingga kami mendengar ada banyak hwe-sio terbunuh" Siapa pembunuh mereka dan mengapa pula mereka dibunuh?"
"Kami sendiri tidak mengenal pembunuh itu, ciangkun, karena dia memakai topeng hitam. Dia hanya mengatakan bahwa kami adalah antek pemerintah dan dia lalu
mengamuk dan melakukan pembunuhan terhadap delapan
belas anggauta kami."
"Hemm, kalau begitu mudah sekali diduga. Pembunuh itu
tentulah seorang pemberontak yang menentang pemerintah yang sah. Apakah ada ciri-ciri tertentu pada diri pembunuh itu" Kami merasa bertanggung-jawab untuk
menyelidki dan menangkap pelakunya, Lo-suhu."
"Dia mengenakan pakaian dan kedok hitam, bertubuh sedang dan dari suaranya dia mungkin seorang muda. Tidak ada ciri-cirinya kecuali bahwa dia membunuh dengan
memakai ilmu Hek-tok ciang atau semacam itu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat korban tewas oleh pukulan beracun yang meninggalkan bekas tapak tangan hitam."
"Hemm, Hek-tok-ciang" Petunjuk itupun cukup. Kami akan rnengerahkan banyak mata-mata untuk menyelidiki di kalangan kang-ouw, siapa yang memiliki pukulan seperti itu.
Kami merasa yakin bahwa dia seorang pemberontak yang membenci kalian karena Siauw-lim-pai bukan pemberontak.
Mari kita bekerja sama untuk menangkap pemberontak itu, lo-suhu."
Di dalam hatinya In Kong Thai-su sama sekali tidak suka kalau diharuskan bekerja sama dengan pemerintah Mancu, akan tetapi untuk menolak secara terang-terangan dia merasa tidak enak. Apalagi perwira itu mengulurkan tangan untuk bantu menyelidiki dan menangkap pembunuh itu.
Maka dia lalu merangkap kedua tangan depan dada dan
berkata. "Omitohud, terima kasih sekali atas maksud ciangkun yang hendak membantu kami menyelidiki dan menangkap
pembunuh itu. Akan tetapi kami sendiri sudah mengambil keputusan untuk melakukan penyelidikan sendiri."
"Baik kalau begitu, lo-suhu. Kalau kami mendapatkan jejak, akan kami beritahukan kepada kalian, akan tetapi sebaliknya
kalau kalian menemukan jejak, harus memberitahu kami agar kami dapat bertindak menangkap pembunuh itu."
"Omitohud, baik, ciangkun," jawab In Kong Thai-su, namun dalam hatinya dia mengambil keputusan untuk tidak melibatkan pemerintah dalam urusan Siauw-lim-pai dengan pembunuh
itu. Bahkan Iri Kong Thai-su tidak memberitahukan kepada Coa-ciangkun bahwa pembunuh
itu meninggalkan nama, yaitu Hek-tiauw Eng- hiong.
Tidak sampai sebulan kemudian, terjadi hal yang
menghebohkan di Kunlun- pai. Para tosu Kun-lun-pai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar pula akan pembunuhan sadis yang dilakukan
seorang bertopeng hitam terhadap orang-orang Siauw-limpai di Lembah Huang-ho. Mereka bahkan mengirim utusan untuk menyampaikan bela sungkawa.
Jilid X Pada hari itu, Im Yang Seng-cu, ketua Kun-lun pai
sendiri, melakukan penelitian terhadap latihan para murid Kun-lun pai. Tentu saja bukan dia sendiri yang melatih karena Im Yang Seng-cu sudah berusia tujuhpuluh tahun lebih. Yang para murid itu adalah dua orang sutenya yang bernama Thian Hwat To-su dan Te Hwat To-su. Biarpun
tingkat kepandaian kedua orang tosu ini masih setingkat di bawah ilmu kepandaiaii Im Yang Seng-cu, namun mereka berdua sudah memiliki kepandaian yang tinggi.
lm Yang Seng-cu pagi itu duduk di atas bangku dan
melihat para murid sedang berlatih di bawah bimbingan kedua orang sutenya itu. Mereka berlatih di luar asrama, di dalam sebuah taman yang hawanya nyaman sekali. Para
murid itu terdiri dari laki-laki semua, dan mereka melepaskah baju bagian atas. Kini dada dan punggung
mereka berkilat tertimpa sinar matahari karena mereka telah mandi keringat berlatih di bawah sinar matahari pagi itu.
Ada tigapuluh orang murid yang berlatih dan Im Yang Sengcu mengangguk-angguk puas melihat hasil latihan para murid
Tiba-tiba terdengar suara orang, "Hah, begini saja ilmu silat dari Kun-run pai " Tidak sehebat nama besarnya!"
Tentu saja semua murid berhenti latihan dan semua
orang, termasuk Im Yang Seng-cu memandang ke arah
datangnya suara itu. Dan di sana, entah kapan dan dari mana datangnya, telah berdiri seorang yang perawakannya sedang. Orang itu memakai pakaian serba hitam, bahkan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya ditutup sehelai kain hitam. Tentu saja semua orang terkejut. Berita tentang kematian orang-orang Siauwlim- pai oleh seorang bertopeng hitam masih hangat dalam ingatan mereka dan kini muncul orang bertopeng hitam di situ! Karena orang itu mencela ilmu silat K un- lun-pai, tentu saja para murid, Kun-lun- pai menjadi marah.. Mereka mengambil sikap menyerang, akan tetapi Thian Hwat To-su mengangkat tangan menahan para muridnya dia bersama Te Hwat To- su menghampiri orang bertopeng itu.
"Sobat, siapakah engkau dan ada keperluan apa engkau datang ke tempat kami ini ?"
Si Kedok Hitam itu tertawa_ "Sebut saja aku Hek-tiauw Eng-hiong! Aku kebetulan lewat dan melihat kalian berlatih Untuk
apa susah payah berlatih silat kalau tidak dipergunakan sebagai mana mestinya" Apa kah kalian
berlatih silat hanya untuk pamer dan menakut-nakuti oring saja ?"
"Sobat, apa maksudmu" Sejak dulu Kun lun pai memang mengajarkan silat kepada semua murid untuk menjaga
kesehatan badan dan juga untuk membela diri, membela kebenaran dan keadilan."
"Membela kebenaran dan keadilan" Ha-ha-ha, kalau begitu,
mengapa kalian tidak menentang pemerintah penjajah Mancu" Seharusnya sebagai pendekar-pendekar kalian harus menentang penjajah. Akan tetapi tidak, kalian bahkan menjadi antek bangsa Mancu!"
"Tutup mulutmu!" bentak Te Hwat To-su. "Kami tidak pernah menjadi antek Mancu!"
"Ha-ha-ha, orang yang tidak mau menentang penjajah Mancu berarti menjadi antek Mancu. Akan tetapi, dengan ilmu silat kalian yang rendah itu memang tentu saja kalian takut terhadap penjajah Mancu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kata-katamu agaknya menghina dan mencari perkara, sobat," kata Thian Hwat To-su. "Timbul pertanyaan kami apakah engkau orangnya yang telah menyerang Siauw-limpai dan membunuh belasan orang anggauta Siauw-limpai?"
"Ha-ha-ha..... bukan lain adalah antek Mancu dan aku paling benci terhadap antek Mancu seperti kalian. Apakah kalian menjadi marah dan semua muridmu akan mau
mengeroyokku"
Silakan, aku tidak takut terhadap pengeroyokan orang-orang pengecut macam kalian!"
Dua orang to-su itu tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Akan tetapi pada saat itu lm Yang Seng-cu berkata dengan
suara berwibawa, "Siancai! Tahan dulu dan bersikaplah tenang, sute. Sobat muda, katakanlah terus terang apa yang engkau kehendaki maka engkau berkunjung ke sini" Apakah engkau datang hanya untuk menghina kami tanpa sebab?"
"Aku datang untuk menantang Kun lun- pai karena Kunlun- pai menjadi antek Mancu. Siapa yang memiliki ilmu silat akan tetapi tidak menentang penjajah Mancu kuanggap sebagai antek Mancu yang patut dibasmi. Engkau orang tua tentulah lm Yang Seng-cu ketua Kun-lun-pai. Nah, aku tantang engkau untuk mengadu ilmu! Kalau kalian mau
mengeroyokku, akupun tidak takut!"
"Siancai..... " I m Yang Seng- cu berseru, kaget dan heran.
Thian Hwa To-su segera berkata kepada ketua K un- I
un- pai itu. "Suheng, biarkan kami yang melawan orang kurang ajar ini!"
Im Yang Sang- cu mengangguk. "Akan tetapi majulah satu satu, jangan menggunakan pengeroyokan, itu tidak sesuai dengan watak murid Kun-lun- pai!"
Te Hwat To-su sudah meloncat maju dan menantang si
Kedok Hitam. "Hek-tiauw Eng-hiong, pintolah lawanmu!"
tantangnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah, engkau tidak akan mampu menandingi aku.
Biarlah Im Yang Sengcu sendiri yang maju," orang berkedok itu mengejek.
"Jangan banyak cakap lagi, kalau memang berani
majulah!" Te Hwa To-su yang sudah marah sekali berkata dengan lantang.
"Siapa takut padamu" Lihat seranganku!" Si Kedok Hitam menyerang dan Te Hwat To-su terkejut melihat tangan yang berubah menjadi hitam dan mengeluarkan asap hitam itu.
Dia mengelak dan balas menyerang dan mereka segera
saling serang dengan sengit.
Namun agaknya Te Hwat To-su memang bukan lawan
Hek- tiauw Eng- hiong. Baru tigapuluh jurus mereka saling serang dan ketika Hek-tiauw Eng- hiong membentak dan memukul, tamparan tangan kirinya sudah mengenai dada to-su itu.
"Bukk...... !" Te Hwa To-su terpental dan roboh tak berkutik lagi. Bajunya bagian dada robek dan tamparan itu mengenai dada meninggalkan bekas tapak tangan hitam!
Thian Hwa To-su marah sekali. Sekali pandang saja
tahulah dia bahwa sutenya telah tewas. Dengan pedang di tangan dia melompat ke depan dan membentak, "Manusia keji, keluarkan senjatamu!"
"Ha-ha-ha,
untuk melawanmu aku tidak perlu menggunakan senjata. Pakailah pedangmu untuk menyerang aku!" Si Kedok Hitam menantang. Mendengar tantangan ini Thian Hwa To-su tidak dapat menahan
kemarahannya lagi.
"Lihat pedang!" Dia berseru dan secepat kilat pedangnya sudah menyambar ke arah leher Si Kedok Hitam. Akan tetapi dengan gerakan yang ringan dan gesit sekali, Si Kedok Hitam sudah
dapat mengelak

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mundur dan begitu pedang menyambar luput, dia sudah melangkah maju lagi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merigirim pukulan dengan tapak tangan terbuka ke arah dada Thian Hwa To-su. Maklum betapa ampuhnya pukulan itu, pukulan yang telah menewaskan sutenya, Thian Hwa To-su mengelak sambil membahat ke arah tangan yang
memukul itu. Akan tetapi Hek-tiauw eng hiong menarik kembali tangannya dan setelah sabatan pedang lewat, dia memukul lagi sampai tiga kali secara beruntun. Thian Hwa To-su terdesak dan memutar pedangnya melindungi dirinya, akan tetapi sebuah tendangan dari samping mengenai
pinggangnya dan 'Thian Hwa To-su terhuyung-huyting.
Melihat lawan sudah terhuyung, Si Kedok Hitam menyusulkan pukulan. Thian Hwa To-Su menangkis dengan pedangnya,
akan tetapi tangan yang memukul itu menyambut dan menjepit pedang! Pedang itu terjepit jari-jari tangan Si Kedok Hitam, tidak mampu ditarik kembali dan tiba-tiba tangan kanan Si Kedok Hitam menyambar dengan tamparannya yang mengenai pelipis Thian Hwa To-su.
"Plakk!" Thian Hwa To-su terpelanting dan roboh tak dapat bergerak lagi.
"Siancai..... !" Im Yang Seng-cu berseru dan tubuhnya melayang maju. Maksudnya hendak menolong Thian Hwa
To-Su akan tetapi dia sudah terlambat. Melihat tosu tua itu melayang datang, Si Kedok Hitam menyambutnya dengan
pukulan Hek-tok-ciang yang ampuh itu. Im. Yang Seng-cu menyambut dengan dorongan tangan kanannya pula.
"Wuuutitittt ...... plakk!!" Dua telapak tangan bertumbuk di udara dan akibatnya, kedua orang itu lama-sama
terpental sampai dua meter lebih.
Im Yang Seng-cu menahan napas dan merasa dadanya
nyeri. Akan tetapi dia menahan dirinya sehingga tidak tampak terpengaruh pukulan. Sebaliknya, Si Kedok Hitam juga merasa betapa dadanya nyeri, tanda bahwa dia sudah terluka dalam. Melihat lawannya kelihatan tidak apa- apa, Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya menjadi kecut dan tanpa banyak cakap sekali
berkelebat Si Kedok Hitam lenyap dari tempat itu.
Setelah Si Kedok Hitam pergi, barulah Im Yang Seng-cu terhuyung. Beberapa orang muridnya melompat maju dan memapahnya memasuki kuil dan merebahkannya di dalam
kamarnya. Im Yang Seng- cu telah menderita luka dalam yang cukup parah, akan tetapi untung nyawanya masih
dapat tertolong dengan minum obat luka dalam yang ampuh dari Kun-lun- pai.
Berita tentang serangan Hek- tiauw Eng- hiong ke Kunlun-pai ini segera tersiar luas. Dunia kang-ouw mengetahui bahwa seorang pendekar muda yang baru, berjuluk Hektiauw Eng- hiong dan selalu mengenakan topeng hitam, memusuhi
partai- partai persilatan besar, bahkan melakukan pembunuhan di kuil Siauw-lim-si dan juga di Kun-lun- pai.
Gegerlah dunia kang-ouw dan para pendekar yang
merasa marah atas perbuatan Hek-t iauw Eng-hiong, ikut pula melakukan penyelidikan untuk mencari Pendekar
Rajawali Hitam itu.
Karena dalam penyerangan terhadap Siauw-lim- pai
maupun Kun-lun- pai itu Si Kedok Hitam menggunakan
pukulan yang meninggalkan bekas tapak tangan hitam,
semua orang kang- ouw menduga bahwa Si Kedok Hitam itu tentulah anggauta Keluarga Cia yang terkenal mempunyai ilmu Hek-tok-ciang (Tangan Racun Hitam)!
-oo(mch)oo- Tin Han yang meninggalkan Hongsan berlari cepat
meninggalkan gunung itu. Hatinya terasa nyeri dan pedih.
Bukan saja lamarannya ditolak, bahkan dia diusir dan dihina oleh ibu kandung Lee Cin! Kalau saja tidak teringat Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada gadis yang dicintanya itu, tentu dia sudah
menantang Ang-tok Mo-li untuk mengadu kepandaian.
Dengan wajah sebentar merah sebentar pucat dia lari ke arah timur Akhirnya dia berhenti di bawah sebatan pohon besar. Karena merasa hatinya terganggu dan semangatnya lemah, dia lalu duduk bersila di bawah pohon itu untuk menghimpun hawa murni menenangkan hatinya. Dia kini
dapat berpikir dengan tenang dan tampaklah kenyataan olehnya bahwa tuduhan Ang-tok Mo-li itu tidak terlalu salah.
Wanita itu pernah bentrok dengan neneknya agaknya masih mendendam karena bentrokan itu dan menganggap Keluarga Cia sebagai musuhnya. Tentu saja ia tidak membiarkan puterinya menikah dengan anggauta keluarga yang menjadi musuhnya. Apalagi kalau diingat betapa neneknya selama ini bertindak salah bersekutu dengan para tokoh sesat. Dia menghela napas panjang. Dia merasa sihan kepada Lee Cin.
Bagaimana dengan gadis itu" Dia tahu bahwa Lee Cm amat mencintanya seperti juga dia mencinta gadis itu. Akan tetapi kalau ibunya, menentang keras perjodohan mereka, apa yang dapat mereka lakukan" Dia membayangkan betapa
sedihnya hati Lee Cin. Dia juga menyesali perbuatanuya sendiri bahwa dahulu pernah dia menyerang dan melukai Souw Tek Bun, ayah gadis itu. Biarpun pendekar itu tidak mengandung sakit hati dan telah memaafkannya, akan
tetapi isterinya tidak mau memaafkannya dan bahkan
membencinya. "Cin- moi,..... kasihan..... engkau...... Dia bangkit berdiri dan menghela napas panjang kembali. Akan tetapi dia
percaya bahwa jodoh, seperti kelahiran dan kematian, berada dalam Tangan Tuhan. Kalau memang dia berjodoh dengan Lee Cin, tentu terbuka jalan bagi dia dan Lee Cin untuk menjadi suami isteri. Akan tetapi kalau Tuhan
menghendaki lain, apa dayanya" Dia hanya menyerah atas kehendak
Tuhan. Kepercayaan dan penyerahan ini menenangkan batinnya Dan dia mulai melihat cerahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sinar matahari lagi. Tidak perlu membenamkan diri dalam kedukaan. Berlarut-larut dalam kedukaan hanya akan
melemahkan batinnya, memadamkan semangatnya. Dia
harus berani menghadapi segala kenyataan, betapapun
pahit..... dan tidak enaknya kenyataan itu.
"Tin Han, engkau bukan seorang anak yang cengeng!"
demikian dia mencela dirinya sendiri dan mulailah wajahny bersinar dan berseri kembali, pandang matanya tidak
muram seperti tadi. Sinar harapan memancar lagi dari pandang matanya. Tidak, dia tidak boleh putus harapan.
Bagaimanapun jugs, yang penting dia dan Lee Cin saling mencinta dan tidak ada apapun juga di dunia ini yang dapat mengubahnya.
Dengan sikap begini, Tin Han dapat melanjutkan
perjalanannya merantau dan di manapun dia berada, selalu dia mengulurkan tangan untuk membela orang-orang yang tertindas dan menentang orang-orang jahat.
Dua bulan telah lewat dan pada suatu hari, tibalah dia menjelang senja sebuah dusun. Ketika dia memasuki dusun itu, terdengar suara ribut-ribut orang berseru minta tolong dan ada yang mengaduh-aduh. Mendengar ini, Tin Han
cepat melepaskan pakaian luarnya dan sebagai Hek-tiauw Eng-hiong dia lalu berlari cepat memasuki dusun itu.
Setibanya di tengah dusun, kemarahan hatinya melihat belasan orang laki-laki yang bertampang serem sedang melakukan perampokan, pemukulan dan ada pula dua
orang yang sedang menyeret seorang gadis manis sambil tertawa-tawa. Perampokan! Tin Han marah sekali.
Betapa jahatnya orang-orang itu, merampok penduduk
dusun! Dengan hati panas dia melompat ke arah dua orang yang menyeret gadis itu, tangannya bergerak dua kali dan dua orang itu terpelanting roboh. Dua kali tendangan menyusul membuat mereka berdua tidak mampu bangkit
berdiri lagi, hanya mengaduh-aduh kesakitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para perampok yang melihat kejadian ini, tentu saja
menjadi marah sekali. Dengan golok di tangan mereka
menyerbu menyerang Hek-tiauw Eng-hiong, dipimpin oleh seorang yang bertubuh tinggi besar dan mukanya penuh brewok. Hek- tiauw Eng-hiong tahu bahwa tentu si tinggi besar brewokan ini yang menjadi kepala perampok itu, maka melihat kepala rampok itu mengayunkan golok besar ke arahnya, dia menyambut dengan tamparan tangan kiri yang mengenai pundak kanan kepala perampok itu.
"Krekk!" Tulang pundak itu patah dan golok besar itupun terlepas dari tangan. Sebuah tendangan memmembuat
tubuh kepala perampok itu terjengkang dan terbanting jatuh. Anak buah perampok yang belasan oran jumlahnya lalu mengeroyok Hek-tiau Eng-hiong akan tetapi Pendekar Rajawali Hitam itu mengamuk, tamparan dan tendangannya tentu mengenai seorarang lawan dan membuatnya roboh.
Dalam waktu yang singkat saja, belasan orang perampok itu sudah roboh semua. Melihat betapa para perampok sudah roboh tak berdaya, mengamuklah para penduduk dusun.
Dengan senjata seadanya mereka menghujani para perampok dengan pukulan dan tusukan. Para perampok
tdak mampu melawan lagi dan banyak di antara mereka
tewas oleh amukan penduduk dusun itu.
Terdengar derap
kaki kuda. Lima orang laki-laki
memasuki dusun itu dan melihat penduduk dusun mengamuk, mereka berseru, "Hentikan! Apa yang telah terjadi di sini?"
Mereka adalah lima orang yang berpakaian ringkas
sebagai pendekar, derigan pedang di punggung mereka dan tampak gagah perkasa. Usia mereka antara tigapuluh
sampai empatpuluh tahun.
"Mereka adalah perampok-perampok dan beruntung kami ditolong oleh Enghiong (pendekar) ini!" kata penduduk imbil mending ke arah Hek- tiauw Eng-hiong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek-tiauw Eng-hiong!" lima orang itu berseru ketika mereka melihat Pendekar Rajawali Hitam dan segera mereka berlompatan turun dari atas kuda mereka. Seorang di antara mereka menambatkan kuda-kuda mereka itu di batang
pohon, sedangkan yang empat orang sudah menghampiri Tin Han. Tin Han tidak mengenal mereka dan dia merasa heran bahwa lima orang itu mengenal nama julukannya. Mungkin juga, pikirnya. Di mana-mana dia telah meninggalkan nama julukan itu kalau memperkenalkan diri dan karena dia berpakaian dan bertopeng hitam sehingga mudah di kenal oleh lima orang ini.
"Engkau Hek-tiauw Eng-hiong!" berkata seorang di antara mereka yang bertubuh jangkung dan matanya tajam.
Pendekar Rajawali Hitam mengangkat kedua tangan
depan dada dan berkata, "Benar, saya Hek-tiauw Eng-hiong.
Saya melihat belasan orang perampok ini sedang menyerang penduduk, maka saya lalu turun tangan membantu para
penduduk."
Akan tetapi, jawaban Hek-tiauw Eng-hiong ini disambut dengan pencabutan pedang oleh lima orang itu.
"Hek-tiauw Eng-hiong!" bentak orang kurus itu sambil menudingkan pedangnya ke arah muka Tin Han. "Sudah lama kami mencarimu untuk membuat perhitungan atas
perbuatanmu! Bersiaplah tintuk melawan kami!"
Tin Han tertegun, heran dan terkejut mendengar
tantangan itu. "Eh, apa artinya ini" Mengapa cu-wi (anda sekalian) menantangku?"
"Hek-tiauw Eng-hiong, seorang laki-laki harus berani mempertanggung-jawabkan perbuatannya!"
"Nanti dulu, sobat. Perbuatanku yang mana harus kupertanggung-jawabkan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih berpura-pura" Engkau telah membunuh dua
orang paman guru kami dan masih pura-pura tidak tahu akan dosamu" Hayo para sute, serang dan bunuh keparat ini!"
teriak si jangkung marah dan iapun sudah menggerakkan pedangnya untuk menyerang, diikuti oleh empat orang sutenya dan lima orang itu menghujankan
serangan pedang mereka kepada Tin Han.
Tin Han terkejut sekali mendengar tuduhan itu. "Tahan dulu, aku tidak melakukan pembunuhan itu!" katanya sambil mengelak, akan tetapi lima orang pengeroyoknya tidak memperdulikan seruannya dan menyerang semakin
hebat. Lima orang itu adalah murid- murid Kun-lun- pai tingkat atas, maka ilmu pedang mereka sudah lihai sekali.
Tin Han menggunakan kecepatan gerakan tubuhnya untuk mengelak dan meloncat ke sana sini. Dia tidak mau
membalas karena maklum bahwa mereka itu adalah
pendekar-pendekar Kun- lun-pai yang entah bagai mana, menuduhnya sebagai pembunuh dua orang paman guru
mereka. Karena mereka tidak mau mendengar kata- kata punyangkalannya, diapun bergerak cepat, melompat jauh dan berkelebat lenyap dari depan mereka. Lima orang itu bersiap
mengejarnya, akan tetapi bayangannya telah berkelebat cepat sekali.
"Mari kita kejar!" teriak si jangkung dan mereka lalu berlompatan
ke atas punggung kuda mereka dan membalapkan kuda melakukan pengejaran ke arah lenyapnya bayangan hitam tadi. Namun, Hek-tiauw Eng-
hiong tidak dapat mereka kejar karena sudah lenyap entah kemana.
Sementara itu, orang-orang dusun menjadi bengong
terheran- heran melihat penolong mereka tadi di keroyok oleh
lima orang pendekar itu. Mereka tidak berani
mencampuri dan setelah mereka semua pergi, para penduduk lalu mengurus mayat- mayat perampok yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka keroyok. Ada tujuh orang perampok yang tewas dan sisanya melarikan diri cerai berai. Biarpun tadi mereka melihat
betapa Hek-tiauw Eng-hiong dikeroyok para pendekar yang menuduhnya melakukan pembunuhan,
namun orang- orang dusun itu tetap menjunjung nama Hektiauw Eng-hiong sebagai tuan penolong mereka.
Tin Han cepat mengenakan pakaian luarnya yang
menutupi pakaian hitam itu dan melanjutkan perjalanan.
Dia melihat lima orang murid Kun-lun- pai tadi membalapkan kuda mereka melewatinya, namun mereka
tidak mengenalnya.
Maka mengertilah Tin Han bahwa yang mereka musuhi
dan sangka sebagai pembunuh dua orang paman guru
mereka di Kun-lun-pai adalah Hek-tiauw Eng-hiong dan bukan Cia Tin Han.
Ini tentu fitnah, pikirnya. Dia tidak merasa pernah
membunuh dua orang tokoh Kun-lun-pai! Baik sebagai Tin Han maupun sebagai Hek-tiauw Eng-hiong. Kalau benar
seperti tuduhan lima orang pendekar Kun-lun-pai tadi bahwa Hek-tiauw Eng-hiong membunuh dua orang tokoh
Kun-lun-pai, maka yang melakukannya itu jelas orang lain yang mengaku sebagai Hek-tiauw Enghiong! Ada orang yang memalsukannya! Dia harus menyelidiki hal ini sampai
tuntas. Dia harus membuktikan bahwa bukan Hek-tiauw
Eng-hiong yang melakukan pembunuhan itu melainkan
orang yang menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong. Namanya sedang dibikin buruk orang. Dan tidak sukar
baginya untuk menebak siapa orang yang telah memalsukan namanya melakukan pembunuhan. Tentu seorang di antara mereka yang pernah bentrok dengan Hek-tiuw Eng-hiong.
Siapakah mereka itu" Tin Han mengingat-ingat. Banyak tokoh sesat yang pernah berurusan dengan Hek-tiauw Enghiong. Paling akhir dia membebaskan Lee Cin dari tangan Yauw Seng Kun dan Ban-tok Mo-li sebagai Hek-tiauw Eng-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hiong. Dua orang itu tentu sakit hati terhadap Pendekar Rajawali Hitam.
Siapa lagi yang pernah ditentang Si Rajawali Hitam" Dia mengingat-ingat. Thian Te Mo-ong dan kawan-kawannya
seperti Hek-bin Mo-ko dan Sin-ciang Mo-kai yang pernah membantu pemberontakan dan menawan Song Thian Lee
dan Lee Cin, kemudian juga gerombolan kaum sesat itu dia tentang ketika dia membantu Song Thian Lee dan isterinya yang diserbu mereka. Jelaslah, tentu se orang di antara golongan sesat itu yang kini membikin pembalasan secara licik dan curang, yaitu dengan menyamar sebagai Hek- tiauw Eng-hiong melakukan pembunuhan terhadap dua orang
tokoh Kun-lun-pai. Apa maksud mereka" Tentu untuk
mengadu domba! Biar Hek-tiauw Eng-hiong dimusuhi para pendekar!
"Jahat, curang dan keji sekali mereka!" gerutu Tin Han sambil mengepal tinju. Akan tetapi dia yang menyamar sebagai Hek- tiauw Eng-hiong tentulah orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi. Siapakah di antara mereka yang memiliki ilmu yang tinggi" Ilmu kepandai an Yauw Seng K
un, Ban-tok Mo-li, Thian- te Mo-ong, Hek-bin Mo- ko, Sinciang Mo-kai dan lain-lainnya itu biarpun sudah cukup tinggi,
namun kiranya belum cukup untuk berani membunuh dua orang tokoh Kun-lun-pai. Agaknya hanya
Siang Koan Bhok yang mungkin berani melakukan hal itu.
Akan tetapi Siang Koan Bhok adalah seorang datuk besar.
Maukah dia merendahkan diri sampai sedemikiati rupa, menggunakan
cara yang licik dan curang untuk

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjatuhkan nama Hek-tiauw Eng- hiong" Pula, Siang Koan Bhok pernah bertempur dengannya dan dia kalahkan. Akan tetapi ketika itu dia mengalahkannya sebagai Cia Tin Han, bukan sebagai Pende kar Rajawali Hitam.
Tin Han melamun sambil melanjutkan perjalanannya
menuju ke timur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia memasuki propinsi Ho-nan dan ketika dia tiba di
kaki pegunungan Sung-san, tiba-tiba dari belakangnya terdengar derap kaki banyak kuda. Makin lama suara itu semakin gemuruh dan ternyata yang lewat adalah pasukan yang jumlahnya tidak kurang dari duaratus orang! Dia minggir dan mengintai dari balik batang pohon. Pasukan itu di pimpin oleh seorang panglima dan yang menunggang
kuda paling depan, dekat sang panglima adalah orang-orang berpakaian biasa, orang-orang kang-ouw yang wajahnya bengis dan kasar. Dari lagak dan pakaiannya saja Tin Han dapat menduga bahwa belasan orang itu adalah orang-orang kang-ouw dan bukan golongan pendekar, melainkan lebih mirip golongan sesat! Bagaimana pula ini " Orang-orang golongan sesat pergi bersama pasukan pemerintah" Dia lalu teringat akan gerakan yang dilakukan panglima kerajaan yang mengadakan pertemuan rahasia dengan Thian-te Moong dan kawan-kawannya. Benar, kini orang-orang kangouw golongan sesat sudah bekerja sama, atau dipergunakan oleh pasukan pemerintah Mancu untuk memusuhi para
pendekar dan patriot!
Ke manakah rombongan ini hendak pergi" Tin Han
tertarik sekali dan diam-diam dia mengikuti rombongan berkuda itu. Mereka mendaki bukit kecil di kaki pegunungan Sung-san dan memasuki sebuah hutan. Agaknya para tokoh kang-ouw itu menjadi petunjuk jalan karena mereka yang kini berjalan di depan. Tak lama kemudian, tibalah mereka di
sebuah perkampungan baru dan segera terjadi pertempuran ketika dari perkampungan itu muncul puluhan orang yang segera menyerang begitu melihat rombongan pasukan pemerintah.
"Hancurkan anjing-anjing Mancu!" teriak mereka.
"Basmi penjajah Iaknat!"
Tin Han melihat betapa beberapa orang dari para
penyerang itu memakai baju yang ada gambarnya sebatang Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
teratai putih, maka tahulah dia bahwa mereka itu adalah para anggauta Peklian-pai (Perkumpulan Teratai Putih) yang terkenal sebagai sebuah di antara perkumpulan yang anti pemerintah Mancu. Tin Han hanya tinggal diam saja. Dia tidak ingin terlibat. Kalau dulu, tentu mendiang neneknya akan membantu pihak Pek-lian-pai karena bagi neneknya itu,
sebelum sadar menganggap bahwa siapa yang menentang pemerintah penjajah Mancu adalah sekutunya, sebaliknya
siapa yang menentang penjajah adalah musuhnya. Akan tetapi dia menentang pendirian itu. Peklian-pai memang terkenal sebagai pemberontak yang gigih, akan tetapi merekapun terkenal sebagai golongan sesat yang tidak segan-segan mengganggu rakyat jelata. Perjuangan mereka berpamrih demi kesenangan diri pribadi, merebut kekuasaan
untuk berganti menjadi penguasa, bukan sekedar membebaskan rakyat jelata dari penindasan kaum penjajah. Karena ini, melihat pertempuran itu, Tin Han tinggal diam saja, hanya menonton dari jauh. Dia naik ke atas pohon yang tinggi dan dari situ dia dapat melihat pertempuran
itu. Pihak Pek-lian-pai ternyata hanya berjumlah kurang dari seratus orang, maka menghadapi pasukan pemerintah yang duaratus orang jumlahnya itu, mereka kewalahan. Apa lagi di pihak pemerintah terdapat orang-orang kangouw yang lihai.
Dalam waktu satu jam saja mereka sudah lari kalang
kabut, meninggalkan teman yang mati atau terluka. Dan Tin Han menyaksikan pembantaian yang kejam. Pasukan
pemerintah itu seperti berpesta pora membacoki tubuh-tubuh para pemberontak itu sehingga mereka yang terluka tewas pula dalam keadaan mengerikan. Kemudian pasukan itu merampok semua barang berharga yang ditinggalkan pemberontak, lalu membakar perkampungan baru yang
menjadi sarang Pek-lian-pai itu. Bau sangit menusuk hidung ketika pasukan itu melempar-lemparkan semua mayat itu ke dalam api yang sedang berkobar melahap rumah-rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kayu itu. Setelah semua rumah bernyala, pasukan itu
meninggalkan sarang Pek-lian-pai sambil bersorak gembira karena kemenangan. Kemenangan selalu membuat pasukan bergembira, lupa akan kawan-kawan yang tewas dalam
pertempuran. Tin Han menyaksikan ini semua dan dia menghela napas.
Perang memang kejam. Manusia saling memburruh tanpa
sebab pribadi. Mereka itu tidak saling kenal, akan tetapi saling membunuh dengan kejamnya. Dan dia maklum
bahwa pemberontakan-pemberontakan
itu tidak akan berhasil karena mereka tidak didukung rakyat. Pemberontakan harus didukung seluruh rakyat, baru ada harapan akan berhasil baik. Kalau hanya pemberontakan kecil-kecilan itu, bagaimana akan mampu menandingi
kekuatan pasukkan Mancu yang besar "
Setelah pasukan Pancu yang lewat di bawah pohon besar di mana dia bersembunyi dan menonton pertempuran itu pergi jauh, Tin Han turun dari pohon.
Dia lalu menuruni bukit itu. Dari jauh api yang
membakar perkampungan itu masih tampak asapnya dan
dia menghela napas, teringat akan keadaan dirinya. Dia baru saja mengalami himpitan batin karena terpaksa harus
berpisah dari Lee Cin yang dicintanya, bahkan terpaksa harus meninggalkan gadis itu dengan hati terluka, ditolak dan diusir oleh ibu gadis itu. Belum juga luka di hatinya itu berkurang nyerinya, tiba-tiba saja dia dikeroyok lima orang pendekar Kun-lun-pai yang menuduhnya telah membunuh
dua orang tokoh Kun-lun- pai sebagai Hek-tiauw Eng-hiong!
Di mana letak kesalahan ini" Jelaslah -bahwa ada orang menyaru
sebagai Hek-tiauw Enghiong melakukan pembunuhan itu untuk menjatuhkan nama Hek-tianw Eng-
hiong, agar pihak Kun-lun-pai memusuhinya.
Tiba-tiba dia teringat. Dia berada di daerah pegunungan Sung-san. Bukankah pusat Siauw-lim-pai berada di kaki Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gunung ini" Dia tahu bahwa Siauw-lim-pai merupakan
pusat yang melahirkan banyak pendekar yang kenamaan
dan para pendekar Siauw-lim-pai tidak ada yang pernah menjadi antek Mancu. Mungkin para tokoh Siauw-lim-pai dapat memberi penjelasan kepadanya tentang Hek-tiau Enghiong yang dituduh membunuh dua orang tokoh Kun-lun-
pai dan menceritakan apa sebetulnya yang terjadi. Setelah mengambil keputusan demikian, Tin Han melanjutkan
langkahnya untuk mencari sebuah dusun di mana dia dapat bertanya di mana adanya kuil Siauw-limi yang tersohor itu.
-oo(mch)oo- Pemuda itu tampan dan gagah, tubuhnya sedang dan
gerak geriknya lembut, pakaiannya juga indah seperti seorang kong-cu (tuan muda), di pinggangrya terselip sebatang suling perak. Pemuda itu adalah Cia Tin Siong.
Seperti diketahui, setelah keluarga Cia berpencar,. Tin Siong melakukan perjalanan seorang diri. Dalam perjalanannya itu dia selalu bertindak seperti seorang pendekar yang menolong mereka yang tertindas dan menentang kejahatan dengan gagah perkasa.
Pada suatu hari, ketika, dia melakukan perjalanan
melalui sebuah lereng bukit, dia melihat seorang laki-laki berusia limapuluhan tahun dan seorang gadis cantik berusia delapanbelas tahun sedang dikeroyok oleh belasan orang perampok
yang ganas. Para perampok itu semua menggunakan golok besar dan laki-laki dan gadis yang dikeroyok itu menggunakan sebatang pedang. Biarpun laki-laki setengah tua dan gadis itu memiliki ilmu pedang yang baik, yang menurut penglihatan Tin Siong adalah ilmu pedang dari Bu-tong-pai, namun pengeroyokan belasan
orang perampok itu membuat mereka terdesak hebat. Para perampok itu memiliki ilmu golok yang cukup baik dan karena jumlah mereka jauh lebih besar maka kini mereka Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepung dengan ketat dan agaknya dua orang itu tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi. Melihat ini, mudah saja bagi Tin Siong untuk membantu pihak yang mana. Laki-laki dan gadis itu adalah murid-murid Bu-tong-pai, tentu mereka.
tergolong pendekar dan melihat sikap para pengeroyok itu, mudah diduga bahwa mereka adalah
golongan sesat yang melakukan pengeroyokan dengan kasar dan curang.
Tin Siong tidak merasa ragu lagi untuk membantu pihak mana. Dia mencabut suling peraknya dan segera melompat dan terjun ke dalam pertempuran itu, menggunakan suling peraknya untuk menyerang para pengeroyok. Dua orang
pengeroyok roboh oleh totokan sulingnya dan seorang lagi roboh oleh tamparan tangan kirinya yang menggunakan
Hektok-ciang. Masuknya pemuda ini dalam pertempuran
dan dalam waktu singkat telah merobohkan tiga orang, para perampok menjadi gentar dan kacau sehingga pria dan gadis itu juga dapat merobohkan masing-masing dua orang.
Kembali Tin Siong menampar dan seorang perampok roboh terkena hantaman di bagian dadanya. Melihat ini, sisa para perampok lalu kabur melarikan diri cerai berai.
Pria itu tidak mengejar para perampok, melainkan
menghadapi Tin Siong dan mengangkat kedua tangan
memberi hormat lalu berkata, "Si-cu, saya Kwe Ciang dan anak saya Kwe Li Hwa menghaturkan terima kasih atas
bantuan Bagaimana si-cu dapat mengetahui bahwa kami
ayah dan anak diserang segerombolan orang jahat dan
datang membantu?"
"Tidak perlu berterima kasih dan bersikap sungkan, paman. Tadi ketika saya kebetulan lewat dan melihat kalian berdua dikeroyok, memang saya merasa bimbang untuk
berpihak yang mana karena kesemuanya tidak saya kenal.
Akan tetapi saya mengenal ilmu pedang paman dan adik ini Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai ilmu pedang Bu-tong-pai, maka saya tidak ragu lagi siapa-yang hares saya bantu."
"Bagus, ternyata pandangan sicu jauh dan bijaksana.
Sicu yang begini lihai dan berilmu tinggi, siapakah nama sicu dan dari perguruan manakah?"
"Nama saya Cia Tin Siong, paman, dan saya mempelajari ilmu silat dari keluarga saya sendiri."
Pria itu tampak terkejut dan memandang kepada Tin
Siong dengan penuh perhatian. "Keluarga Cia di Hui-cu"'
Setelah bertanya demikian, pria yang bernama Kwe Ciang itu memandang ke arah dua orang perampok yang roboh
dan tewas terkena tamparan tangan kiri Tin Siong. Dia melihat tanda tapak tangan hitam di dada dan leher dua orang perampok itu dan dia lalu meloncat mundur sambil menarik tangan puterinya untuk mundur menjauhi Tin
Siong. "Jadi engkau ini Hek-tiuw Enghiong yang telah membunuh banyak pendeta Siauw-lim-pai dan dua orang
tosu Kun-lun-pai?" Kwe Ciang dan puterinya mundur dan dia memegang tangan puterinya lalu berkata, "Li Hwa, mari kita cepat pergi dari sini!" Dia lain menarik tangan anaknya diajak berlari cepat meninggalkan Tin Siong.
"Paman, tunggu...... !" Tin Siong yang terheran-heran memanggil, akan tetapi mendengar panggilan ini Kwe Ciang dan puterinya berlari semakin cepat.
Tin Siong memandang ke arah mayat para perampok,
lalu memandang dua orang yang sudah berlari jauh itu, dan mengangkat kedua pundaknya. "Heran, watak orang-orang kang- ouw memang aneh sekali." Akan tetapi dia pergi dari situ dengan alis berkerut dan memutar otaknya. Hek- tiauw Eng-hiong. Bukankah itu julukan yang di pakai adiknya Cia Tin Han" Akan tetapi orang she Kwe tadi mengatakan bahwa Hek-tiauw Eng- hiong telah membunuhi banyak pendeta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw- lim- pai dan orang tosu Kun- lun-pai " Apa artinya ini "
Dia harus selidiki hal ini. Rasanya tidak mungkin kalau Tin Han membunuhi orang Siauw- lim- pai dan K un- lunpai. Kebetulan sekali dia berada tidak jauh dari pusat Siauwlim- pai. Pegunungan Sung-san tampak di depan, maka dia segera menuju ke Gunung Sung- san. Dia harus mendatangi sendiri Siauw-lim-pai dan bertanya tentang berita itu. Dia harus membela nama baik adiknya, dan juga nama baik
Keluarga Cia. Akan tetapi yang mengherankan hatinya, bagai mana Kwe Ciang tadi tahu bahwa Hek tiauw Eng- hiong
adalah keluarga Cia, apakah mungkin karena pukulan Hektok ciang itu" Tin Siong adalah seorang pemuda yang cerdik, maka dia dapat mengambil kesimpulan yang tepat. Namun ada kekecewaan besar di dalam hatinya. Dia telah melihat Kwe Li Hwa tadi dan hatinya terpikat. Gadis itu dalam pandang
matanya demikian cantik jelita dan serba menawan. Sayang ayah gadis itu menuduhnya yang bukan-bukan sehingga dia tidak mempunyai kesempatan untuk
berkenalan dengan Li Hwa. Sebetulnya, dia tidak dapat melupakan Lee Cin. Akan tetapi Tin Siong dapat menduga bahwa gadis itu mempunyai hubungan cinta dengan Tin Han dan dia tidak ingin mengganggu hubungan itu. Kini, melihat gadis lain yang dalam pandangannya tidak kalah cantik menarik diapun jatuh hati.
Tin Siong melakukan perjalanan cepat ke Gunung Sung-
san. Akan tetapi ketika dia tiba di sebuah lapangan rumput yang luas di kaki pegunungan itu, tiba-tiba dia melihat lima orang dengan cepat sekali beriari-lari dari depan. Ketika mereka sudah tidak dekat, dengan girang dia mengenal bahwa dua dari lima orang itu adalah Kwe Ciang dan Kwe Li Hwa! Sedangkan yang tiga orang lagi adalah hwesio-hwesio tua yang berkepala gundul dan memakai jubah longgar
berwarna kuning. Tiga orang hwe-sio tua itu semuanya melangkah seenaknya namun gerakan mereka sedemikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat dan ringannya sehingga Tin Siong mengerti bahwa mereka adalah orang-orang yang berilmu tinggi. Dia melihat betapa Kwe Ciang menuding-nudingkan telunjuknya ke
arahnya dan lima orang itu berlari menghampirinya. Tin Siong berhenti melangkah dan menanti mereka tiba dekat di depannya.
"Inilah, lo- suhu! Dia inilah Hek-tiauw Eng- hiong dari Keluarga Cia!" kata Kwe Ciang.
Tin Siong mengamati tiga orang hwe-sio itu. Dia tidak tahu bahwa tiga orang hwe-sio itu adalah tokoh- tokoh Siauw-lim- pai yang terkenal. Mereka itu bukan lain adalah In Kong Thai su yang bertubuh tinggi kurus, berusia
enampuluh lima tahun dan menjadi ketua Siauw-lim- pai cabang Kwi- cu. 0rang kedua yang bertubuh gendut adalah Hui San H we- sio, wakil ketua atau pembantu dari Seng Thian Hwe-sio yang menjadi ketua pusat.
"Omitohud...... ...!" Kata In Kong Thai- su sambil memandang kepada Tin Siong dengan penuh perhatian.
"Orang muda, engkaukah Hek- tiauw Eng-hiong" Dan engkau seorang she Cia?"
Dengan tenang Tin Siong menjawab, "Benar, lo-suhu.
Saya bernama Cia Tin Siong, akan tetapi sama sekali saya bukan Hek-tiauw Eng-hiong!"
"Omitohud..... Hek-tiauw Eng- hiong pasti dari keluarga Cia dan andai kata bukan engkau orangnya, tentu engkau tahu siapa dia. Dia telah membunuh banyak rekan pin-ceng menggunakan ilmu pukulan Hek- tok-Ciang," lagi In Kong Thai-su mendesak.
"Memang ada adik saya menggunakan nama julukan
Hek-tiauw Eng- hiong, akan tetapi tidak mungkin dia
membunuhi para hwei-sio Siauw-lim-pai. Adik saya seorang pendekar patriot sejati, tidak mungkin memusuhi sesama pendekar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukti sudah cukup jelas. Pembunuh para rekan pin-ceng adalah Hek-tiaw Eng-hiong dan melihat pukulannya Hek tok-ciang jelas pula bahwa dia adala anggauta keluarga Cia," kata Hui Sia Hwe-sio sambil tersenyum. "Kalau dia itu adikmu, engkaupun harus bertanggung jawab, orang muda!"
Tin Siong mengerutkan alisnya. "Saya sengaja mencari para lo-suhu untuk menjelaskan persoalan, akan tetapi sam-wi lo-suhu malah tetap menuduh adik saya yang melakukan pembunuhan, bahkan minta kepada saya untuk bertangung jawab. Tidak ada alasannya sama sekali bagi adik saya untuk membunuh para hwe-sio Siauw-lim-pai!"
"Omitohud..... !" In Kong Thai- su menggerakkan lengan baju kirinya. "Siapa yang tidak mengenal Keluarga Cia. Yang pernah bersekutu dengan pemberontak pasukan pemerintah di timur dan bersekutu pula dengan kaum sesat di dunia kang-ouw, bahkan dengan para bajak Jepang" Keluarga Cia paling
benci kepada mereka yang tidak mau ikut memberontak dan menganggap mereka musuhnya! Maka
ada anehnya kalau Hek-tiauw Eng- hiong membunuhi para hwe-sio di Siauw-lim-pai?"
"Terserah kalau sam-wi lo-suhu tidak percaya. Sekarang, apa yang hendak sam- wi lakukan terhadap diri saya?"
"Omitohud, kami bukan orang-orang suka sewenang-wenang. Akan tetapi karena engkau adalah kakak dari Hektiauw Eng-hiong, terpaksa engkau akan kami tawan agar Hek-tiauw Eng-hiong sendiri mau datang mempertanggung jawabkan perbuatannya."
"Saya tidak merasa bersalah, karena itu saya tidak mau dijadikan tawanitn!"
"Omitohud, sudah pin-ceng sangka. Sicu tentu akan melakukan perlawanan terhadap kami" Bagus, pin-ceng
hendak mencoba ilmu Hek-tok-ciang darimu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah berkata demikian, In Kong Thai-su menggerakkan lengan bajunya dan tubuhnya sudah melompat ke depan Tin Siong.
"Orang muda she Cia, coba tunjukkan ilmumu yang telah membunuh para rekan pin-ceng itu. Pergunakan Hek-tok ciang untuk membunuh pin-ceng!"
"Saya tidak bermaksud untuk berkelahi. Akan tetapi kalau lo-suhu memaksa, silakan maju!" tantang Tin Siong yang sudah marah sekali. Dia merasa betapa para hwe-sio ini terlalu mendesaknya.
"Bagus, lihat serangan pin-ceng, orang muda!" In Kong Thai-su menggerakkan tangannya dan dia sudah menyerang dengan gerakan yang tampaknya, lambat namun sebenarnya cepat sekali dan mendatangkan angin yang kuat. Tin Siong cepat mengelak dan balas menyerang. Tin Siong membela diri dengan memainkan ilmu silat Keluarga Cia yang khas dan In Kong Thai-su diam-diam kagum karena ilmu silat pemuda itu sungguh termasuk ilmu silat tinggi. Juga dari sambaran angin pukulan pemuda itu dia maklum bahwa Tin Siong memiliki sin-kang yang cukup baik. In Kong Thai-su bermaksud memaksa pemuda itu mengeluarkan Hek-tok-ciang maka tiba-tiba dia mengubah serangannya. Kini dia menggunakan It-yang-ci! Tentu saja Tin Siong menjadi repot sekali menghindarkan diri dari serangan totokan yang ampuh itu. Ketika ia sudah kepepet sekali, ketika sebuah totokan
meluncur ke arah pundaknya, dia cepat menggunakan tangan kanannya menyambut dengan pukulan telapak tangan Hek-tok-ciang. Hanya itu yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan diri!
"Wuuuuutt..... tukk!" Jari tunggal In Kong Thai-su bertemu
dengan telapak tangan menghitam itu dan akibatnya tubuh pendeta itu tergetar akan tetapi Tin Siong terpelanting roboh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu tampak berkelebatan bayangan hitam dan di situ sudah berdiri Hek-tiauw Eng-hiong!
"Sam-wi lo-suhu, mengapa memaksa orang yang tidak bersalah
sama sekali" Ketahuilah bahwa Hek-tiauw Enghiong adalah, saya dan saya tidak pernah membunuhi para hwe-sio Siauw-lim-pai! Keluarga Cia sekarang telah menjadi pejuang- pejuang patriot sejati, tidak mungkin melakukan hal tercela itu!"
"Omitohud! Hek-tiauw Eng-hiong berani muncul sendiri, ini menunjukkan kegagahannya. Akan tetapi kalau dia
mengingkari perbuatannya, itu merupakan tindakan pengecut!" kata In Kong Thaisu.
Hek-tiauw Eng-hiong membantu Tin Siong bangun lalu


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berkata lirih kepadanya. "Mundurlah, koko, biarkan aku yang menyelesaikan urusan ini."
"In Kong Thai-su, sudah lama saya mendengar bahwa lo-suhu adalah seorang tokoh Siauw-lim-pai yang bijaksana dan berbudi mulia. Akan tetapi apa yang lo-suhu tuduhkan ini hanya menunjukkan bahwa para hwe-sio Siauw-lim-pai kurang cermat mengadakan penilaian. Saya percaya bahwa yang muncul di Siauw-lim-pai dan membunuh para hwe sio mungkin memakai pakaian dan kedok seperti saya, mengaku pula sebagai Hek-tiauw Eng-hiong, akan tetapi apakah hal itu sudah dapat dijadikan kepastian bahwa saya yang
melakukannya" Bagaimana kalau ada orang lain yang
menyamar sebagai saya dengan maksud untuk mengadu
domba antara Siauw-lim-pai dan Keluarga Cia" Sekali lagi saya berani bersumpah bahwa saya tidak melakukan pem bunuhan itu. "
"Hemm, Hek-tiauw Eng-hiong, bagaimana pula dapat dibuktikan
bahwa bukan engkau yang melakukan pembunuhan itu?" tanya Hui San Hwe-sio sambil tersenyum mengejek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau sam-wi lo-suhu tidak percaya, terserahlah. Lalu apa yang hendak sam-wi lakukan?"
"Omitohud! Hek-tiauw Eng-hiong, kami bukan orang-orang yang suka main hakim sendiri. Selain membunuh
belasan orang anak murid Siauw-lim-pai, engkau juga telah membunuh dua orang to-su Kun-lun-pai. Karena itu, kami harus menangkapmu dan membawamu ke persidangan
pengadilan di depan Ketua kami dan Ketua Kun-lun-pai."
"Hemm, lo-suhu. Tentu saja saya tidak mau ditangkap karena tidak merasa bersalah. Saya menawarkan tindakan lain kalau lo-suhu setuju," kata Hek-tiauw Eng-hiong.
"Tindakan apa yang kautawarkan?" tanya In Kong Thaisu.
"Karena saya merasa betapa nama baik saya dicemarkan, maka saya berjanji akan membantu para lo-suhu untuk
mencari sampai dapat orang yang membunuhi para hwe-sio Siauw-lim-pai dan para t o-su
Kun lun-pai dengan
menyamar sebagai saya. Berilah waktu dua bulan untuk mencarinya, lo-suhu."
"Tidak! Jangan biarkan dia pergi, suheng. Kalau sekali kita biarkan dia pergi, akan sukarlah untuk mencarinya kembali," kata Hui Sian Hwe-sio kepada In Kong Thai-su.
"Omitohud! Kami tidak dapat menerima usulmu itu, Hektiauw Eng-hiong. Kesalahanmu sudah jelas. Engkaulah, yang
telah melakukan pembunuhan-pembunuhan
keji dengan Hek-tok-ciang itu. Sekarang menyerahlah untuk menjadi tawanan kami."
"Terpaksa saya menolak untuk ditangkap, lo-suhu."
"Bagus, sudah pin-ceng duga bahwa engkau tentu akan menolak. Mari kita putuskan dengan sebuah pertandingan."
"Terserah kepada lo-suhu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
In Kong Thai-su lain memasang kuda-kuda dan berseru.
"Awas terhadap serangan pin-ceng, Hek-tiauw Eng-hiong,"
"Silakan, lo-suhu!"
In Kong Thai-su lalu menerjang maju, mengirim pukulan dengan ujung lengan bajunya. Tin Han tidak mengelak
melainkan menggerakkan jari-jari tangannya untuk menyentil ujung baju yang menyambar ke arah dadanya itu.
Wuuutt t ...... pratt !" Ujung Iengan baju ini terpental kembali dan dari rangkisan ini saja tahulah In Kong Thai-su bahwa lawannya yang masih muda itu memiliki siri-kang yang amat kuat.
Diapun bersilat dengan mantap dan kedua buah jari
telunjuknya menyerang secara bertubi dengan ilmu totok lt-yang-ci! Hebat sekali serangan ini dan Tin Han yang maklum akan ampuhnya ilmu ini, segera mempergunakan kecepatan gerakan tubuhnya untuk berkelebat ke sana sini, kadang menangkis dan juga membalas dengan serangan tamparan yang mendatangkan angin kuat.
Tin Han harus mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkan semua ilmunya untuk menandingi ketua
Siauw- lim- pai cabang Kwi- cu ini dan setelah pertandingan berlangsung limapuluh jurus lebih, perlahan namun tentu Tin Han mulai mendesak In Kong Thai- su. Bagai manapun juga, dalam keadaan tingkat kepandaian yang seimbang, akhirnya usia yang menentukan. Tin Han adalah seorang pemuda yang sedang kuat-kuatnya sedangkan In Kong Thaisu adalah seorang yang sudah mulai tua. Daya tahannya sudah berkurang dimakan usia.
Tiba- tiba In Kong Thai- su yang merasa kalah dalam hal kecepatan dan daya tahan, mengirim serangan dengan
kedua tangannya menotok ke arah dua jalan darah Tin Han.
Cepat datangnya serangan itu sehingga tidak ada kesempaan lagi
bagi Tin Han untuk mengelak. Dia terpaksa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan seluruh tenaga di kedua tangan lalu menyambut totokan itu dengan pukulan tapak tangan yang terisi penuh tenaga Khong-sim Sin kang.
"Winmuuttt ..... dess!" Kedua orang itu terpental ke belakang, hanya bedanya kalau Tin Han dapat berjungkir balik ke belakang dan turun dengan lunak ke atas tanah, sebaliknya In Kong Thai-su terhuyung- huyung ke belakang.
Dia menghela napas panjang tiga kali dan keadaannya
sudah pulih kembali.
"Hek- tiauw Eng- hiong, pin- ceng masih belum kalah.
Mari kita lanjutkan!" kata In Kong Thai-su yang sudah melompat ke depan sambil menghadapi Tin Han. Pemuda
inipun sudah siap dan mereka segera bergebrak kembali, saling serang dengan hebatnya karena keduanya maklum akan kelihaian lawan maka setiap serangan dilakukan
dengan pengerahan sekuatnya. Pada saat itu ter- dengar seruan. "Tahan,
henti kan pertandingan
ini!" Sesosok bayangan
berkelebat dan mener- jang di antara kedua orang itu yang terpaksa
melompat mundur ke belakang. Baik Tin Han maupun
In Kong Thai-su segera
mengenal laki-laki muda
perkasa yang telah melerai mereka. Pria muda tampan tegap dan
gagah dengan pakaian sederhana ini bukan lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Song Thian Lee!
Bagaimana Thian Lee dapat muncul di situ" Song Thian Lee dan isterinya Tang Cin Lan membawa putera mereka, Song Hong San, pergi meninggalkan kota Tung-sin-bun
karena mereka sudah menjadi orang buronan pemerintah.
Dia melarikan diri ke gunung-gunung dan akhirnya memilih untuk tinggal di lereng Bukit Hoa-san. Pada suatu hari, suami isteri pendekar ini mendengar pula berita tentang Hek-tiauw Eng-hiong yang telah membunuhi belasan orang hwe-sio Siauw-lim-pai dan membunuh dua orang to-su Ktm-lun-pai. Mendengar berita Thian Lee terkejut bukan main.
"Bagaimana mungkin ini?" katanya kepada isterinya.
"Aku mengenal betul orang berkedok itu! Dia menolong dan menyelamatkan aku dan adik Lee Cin. Dia seorang pendekar yang menentang komplotan kaum sesat dan bajak Jepang yang membantu pasukan memberontak di timur itu.
Bagaimana mungkin orang seperti dia itu melakukan
pembunuhan terhadap para hwe-sio dan to-su" Rasanya
tidak masuk akal!"
"Akan tetapi kukira ada asap tentu ada apinya. Ada berita tentu ada pula kenyataannya."
"Aku tetap tidak percaya. Kebetulan sekali Sung-san tidak berapa jauh dari sini. Isteriku, kau tinggal di rumah dengan anak kita, aku akan meluangkan waktu beberapa hari untuk pergi ke kuil Siauw-lim-pai di Sung-san dan mencari keterangan yang sejelasnya tentang hal itu."
Demikianlah, Thian Lee meninggalkan isteri dan anaknya, melakukan perjalanan cepat menuju Sung-san.
Dan dalam perjalanannya ke Sung-san itulah di tengah perjalanan dia melihat pertandingan yang amat seru antara seorang yang berkedok dan berpakaian hitam melawan In Kong Thai-su. Dia melihat gerakan yang berkedok itu hebat sekali dan teringatlah dia akan Si Kedok Hitam yang pernah menolongnya. Maka cepat dia melerai karena pertandingan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara kedua orang lihai itu sudah mencapai puncak yang berbahaya sekali di mana keduanya melakukan serangan yang ampuh dan bertenaga.
Ketika In Kong Thai-su mengenal Thian Lee, dia
mengerutkan alisnya dan berkata, "Omitohud! Kiranya Panglima Song Thian Lee dari kota raja yang datang melerai!"
"Lo-suhu, telah beberapa bulan ini saya sudah mengundurkan diri, tidak lagi menjadi panglima, melainkan menjadi rakyat biasa."
"Omitohud, tindakan yang tepat dan baik sekali itu. Akan tetapi mengapa engkau datang melerai pertandingan kami?"
Thian Lee menoleh ke arah Si Kedok Hitam dan
tersenyum berkata, "Senang sekali dapat bertemu lagi denganmu di sini."
Si Kedok Hitam memberi hormat. "Song- ciangkun......!"
"Aku tidak lagi menjadi perwira, harap jangan sebut aku ciangkun."
"Maaf, Song-taihiap," Si Kedok Hitam berkata lagi. "Saya juga senang dapat bertemu dengan tai- hiap di sini, akan tetapi mengapa tai- hiap tadi melerai pertandingan kami ?"
"Suhu In Kong Thai- su dan engkau, Si Kedok Hitam..... "
"Sebut saja saya Hek- tiauw Enghi ong, tai- hiap."
"Hek- tia uw Eng- hiong dan lo- suhu, keduanya saya kenal saya kenal sebagai pendekar-pendekar yang gagah dan budiman, mengapa sekarang tahu- tahu bertanding sendiri.
Kita semua adalah segolongan, maka kalau ada urusan
sebaiknya dirundingkan secara baik-baik."
" Omitohud, Song- taihiap. Engkau
tentu sudah mengetahui bahwa kami para hwe-sio adalah orang-orang yang tidak suka menggunakan kekerasan. Akan tetapi
menghadapi Hek- tiauw Enghiong ini tidak mungkin untuk Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak menggunakan kekerasan. Apakah thaihiap belum
mendengarnya. Dia telah membunuh delapanbelas orang
hwe-sio Siauw-lim- pai. Sekarang setelah dapat bertemu di sini,
kami hendak menangkapnya untuk dibawa ke persidangan untuk mengadilinya, akan tetapi dia tidak mau.
Terpaksa kami mempergunakan ke kerasan."
Thian Lee menoleh kepada Tin Han. "Hek- tiauw Enghiong,
seorang pendekar yang gagah sepatutnya mempertanggung- jawabkan semua perbuatannya. Kenapa
engkau menolak untuk ditangkap?"
"Song-taihiap, saya adalah seorang laki-laki sejati. Kalau benar saya yang melakukan pembunuhan- pembunuhan itu, untuk apa saya banyak bicara lagi. Akan tetapi soalnya, saya tidak merasa melakukan pembunuhan itu. Karena merasa tidak bersalah, tentu saja saya tidak mau ditangkap. Saya sudah mengajukan usul kepada hwe-sio ini agar memberi waktu satu dua bulan kepadaku untuk mencari orang yang telah menyamar sebagai saya dan melakukan pembunuhan-pembunuhan itu. Akan tetapi mereka tidak mau menerima dan memaksa hendak menangkap saya."
"Hek- tiauw Eng- hiong, saya pernah merasa kagum kepadamu! Karena itu, saya bertanya sekali lagi agar hatiku yakin. Benarkah engkau yang melakukan pembunuhan
terhadap delapanbelas orang hwe-sio Siauw-lim- pai itu?"
"Tidak benar! kalau memang saya yang membunuh
mereka, saya tentu akan mengakui dan mempertanggung-
jawabkan perbuat an saya!"
"Bagus, saya percaya kepadamu. Suhu In Kong Thai- su, saya tidak meragukan kebenaran ucapan Hek- t iauw Enghiong. Karena itu, usulnya tadi baik sekali. Harap lo- suhu memandang muka saya untuk membebaskan dia agar dia
dapat membantu mencari pembunuh kejam itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Song-taihiap, apakah taihiap berani menanggung kalau dia kami lepaskan kemudian dia melarikan diri dan tidak akan muncul kembali ?" tanya Hui Sian Hwe-sio.
Thian Lee tersenyum dan berkata dengan tegas. "Sekarang saya hendak membantu pula mencari penjahat bertopeng itu, kalau kelak Hek-tiauw Eng-hiong tidak muncul
lagi, akulah yang akan mencarinya dan mengajaknya menghadap para lo-suhu!"
Hui Sian Hwe-sio memandang kepada In Kong Thai- su.
"Bagai mana baiknya, suheng?"
In Kong Thai- su tidak ragu lagi setelah Thian Lee
menanggung bahwa Hek-tiauw Eng-hiong tidak akan lari.
Pula, tadi dia mendapat kenyataan betapa tingginya ilmu silat Hek-tiauw Enghiong.. Dengan ilmunya setinggi itu, mengapa dia harus mengingkari kalau memang dia yang
membunuhnya" Dia dapat membela diri kalau ada orang
yang hendak menangkapnya. Pula, sekarang selain Hek-
tiauw Eng- hiong yang akan mencari pembunuh itu, Thian Lee juga memberikan janjinya untuk membantu.
" Omitohud, agaknya Song-taihiap yakin dan percaya penuh kepada Hektiauw Eng-hiong. Mengepa kita harus
ragu- ragu. Baiklah, Song-tai hiap, kami bebaskan Hektiauw Eng-hiong dan memberi waktu dua bulan untuk dia mencari pembunuh itu."
"Terima kasih, lo-suhu. Dan terima kasih kepadamu, Song- taihiap."
"Tidak perlu berterima kasih. Saya hanya mencari kan jalan terbaik bagi kedua pihak. Dan saya percaya bahwa engkau akan bersungguh-sungguh mencari pembunuh itu, Hek-tiauw Eng-hiong. Kalau engkau gagal, namamu akan menjadi buruk karenanya. "
"Tentu saja, saya akan mencarinya sampai dapat. Mari, koko, kita pergi dari sini," kata Tin Han kepada Tin Siong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tin Siong mengangguk dan setelah memberi hormat kepada semua orang, dua orang kakak beradik itu lalu pergi
meninggalkan tempat itu.
Sementara itu Thian Lee lalu bertanya kepada In Kong Thai- su, "Lo-suhu, setelah saya berjanji untuk membantu mencari pembunuh itu, saya mohon petunjuk, bagaimana ciri-ciri pembunuh itu?"
"Tidak ada ciri lain kecuali bahwa dia membunuh dengan pukulan ilmu Hek-tok-ciang. Kami semua pernah mendengar bahwa yang memiliki ilmu itu adalah Keluarga Cia dan pemuda bertopeng tadi jelas adalah anggauta Keluarga Cia.
Dia adalah adik dari pemuda yang lain itu yang bernama Tin Siong. Karena itulah maka tadi kami berkeras untuk
menangkapnya. Akan tetapi karena pertanggungan tai-hiap, kami terpaksa membebaskannya. Kami tidak mempunyai
petunjuk lain atas ciri-ciri Hek-tiauw Eng-hiong yang telah membunuh delapanbelas orang murid Siauw-lim-pai. "
Thian Lee mengangguk- angguk. Tidak ada petunjuk
yang jelas akan tetapi dia dapat memperhitungkan dan mengambil
kesimpulan. Jelas bahwa pembunuh itu membenci Hek-tiauw Eng hiong, maka memalsukan namanya untuk merusak nama Hek-tiauw Eng-hiong dan
mengadu domba dia dan pihak Siauw-lim-pai. Dan pembunuh itu tentu membenci pula kepada Siauw-lim-pai.
Siapakah yang membenci Siauw-lim-pai" Tentu saja para tokoh sesat di dunia kang-ouw. Dan siapa pula yang
memusuhi Hek-tiauw Eng-hiong" Para tokoh sesat dunia kang-ouw tentu juga membencinya karena dia bertindak sebagai pendekar. Juga para pemberontak membencinya.


Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thian Lee tidak raga lagi bahwa pelaku pembunuhan itu tentu seorang tokoh sesat yang lihai sekali. Siapakah dia"
Dia mengingat-ingat siapa saja tokoh sesat di dunia kangouw yang pernah memusuhinya ketika dia membasmi
pemberontakan di timur. Ada Thian-te Mo-ong, Hek-bin Mo-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ko, Sin-ciang Mo-kai dan beberapa orang tokoh sesat lain.
Boleh jadi seorang di antara mereka yang melakukan
pembunuhan. Akan tetapi, biarpun mereka itu lihai, kiranya tidak mungkin mampu membunuh delapanbelas orang hwesio Siauw-lim-pai. Tiba-tiba dia teringat. Siang Koan Bhok!
Datuk sesat majikan Pulau Naga itu memiliki ilmu
kepandaian yang tinggi dan tentu saja dia membenci para pendeta Siauw-limpai. Ilmu kepandaiannya cukup tinggi dan mungkin dia melakukan pembunuhan itu dengan menyamar sebagai Hek-tiauw Eng-hiong untuk mengadu domba.
Thian Lee berpamit dari para hwe sio dan segera
melanjutkan perjalanannya. Dalam hati dia mencatat nama Siang Koan Bhok sebagai seorang yang patut dicurigai.
Kalau perlu dia hendak menyelidiki ke Pulau Naga.
-oo(mch)oo- Tin Han yang pergi meninggalkan para hwe-sio Siauw-
lim-pai itu menanggalkan pakaian hitamnya setelah dia dan kakaknya tiba di sebuah tempat sunyi. Dia membungkus pakaian hitamnya dan kembali menjadi Cia Tin Han.
"Siong-ko, maafkan bahwa engkau ikut terlibat dan hampir tertawan oleh para hwe-sio Siauw-lim-pai," kata Tin Han kepada kakaknya.
"Semua ini gara-gara engkau suka memakai kedok
hitam," Tin Siong menyaIahkan adiknya. "Kalau engkau tidak pernah memakai kedok hitam, tentu tidak ada yang dapat menjatuhkan fitnah kepadamu. Sekarang bagaimana, bagaimana engkau akan dapat mencari orang yang telah menyamar sebagai engkau itu, Han-te?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid ll Tin Han menggeleng kepalanya perlahan. "Aku sendiri masih belum tahu benar. Akan tetapi kalau aku tidak salah membuat perhitungan, yang melakukan itu tentulah orang yang amat membenci kepadaku. Di antara para tokoh besar banyak yang membenci aku, Siang ko. Aku akan melakukan penyelidikan kepada mereka, terutama Siang Koan Bhok.
Dialah yang mengumpulkan para tokoh sesat dunia kangouw untuk bersatu dan mereka kini berbalik menjadi antek-antek pemerintah Mancu."
"Akan tetapi engkau berhati- hatilah, Han-te. Mereka itu lihai sekali, apa lagi kalau sudah bekerja sama dengan pasukan pemerintah. Aku sendiri akan membantumu
membuka mata dan telinga untuk mencari tahu siapa
pembunuh itu."
"Baik dan terima kasih, Siong-ko. Sekarang sebaiknya kita berpisah mengambil jalan masing-masing."
"Baik, selamat jalan, adikku. Eh, sebuah pertanyaan lagi.
Bagaimana dengan hubunganmu dengan nona Souw Lee
Cin?" Tin Han terkejut dan mukanya beruhah merah. "Hubungan apa maksudmu, Sing-ko?"
Tin Siong tersenyum. "Jangan pura-pura. Engkau saling mencinta dengan nona Souw, bukan?"
"Bagaimana Siong-ko bisa mengetahuinya?"
"Tentu saja aku tahu dan diam-diam aku merasa girang.
Ia memang pantas menjadi jodohmu, Han-te. Di mana ia sekarang?"
"Di Hong-san, di rumah ayah ibunya."
"Dan hubunganmu dengannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, baik-baik saja. Siong-ko," katanya akan tetapi di dalam hatinya ingin dia menangis ditanya tentang hubungan cintanya dengan Lee Cin.
Kedua orang kakak beradik itu lalu berpisah. Belum lama mereka berpisah, Tin Siong yang berjalan seenaknya
mendengar seruan orang dari belakang.
"Cia-taihiap......... !"
Tin Siong berhenti melangkah, menoleh dan jantungnya berdebar-debar melihat siapa yang berlari-lari menyusulnya.
Mereka itu bukan lain adalah Kwa Ciang dan puterinya, Kwe Li Hwa!
"Cia-taihiap, perlahan dulu!" teriak Kwe Ciang dan tak lama kemudian kedua orang itu sudah berada di depan Tin Siang. Ketika pandang mata Tin Siong bertemu dengan
pandang mata Li Hwa, kedua pandang mata itu berlutut sebentar kemudian wajah cantik manis itu menunduk
kemerahan. "Ah, kiranya Paman Kwe dan adik Li Hwa," kata Tin Siong dengan suara gembira.
"Cia- taihiap, kami berdua sengaja menyusulmu karena kami ingin mohon maaf atas tindakan kami yang tidak
mengenal budi," kata pula Kwe Ciang dengan sikap sungkan dan merendah.
"Eh, apa yang paman maksudkan?" tanya Tin Siong.
"Kami berdua sudah menerima pertolongan darimu
ketika kami dikeroyok perampok, akan tetapi sebagai balas jasa kami malah melaporkan kepada para hwe-sio Siauwlim-pai
karena kami mengira bahwa engkau adalah Hektiauw Eng-hiong yang telah membunuhi para pendeta Siauw-lim-pai."
Tin Siong tersenyum dan kembali pandang matanya
bertemu dengan pandang mata Li Hwa. "Ah, itukah" Tidak Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa, paman. Aku sendiri kalau bertemu dengan orang yang telah membunuhi para hwe-sio itu, tentu akan
menentangnya. Paman hanya salah menduga, karena
pembunuh itu bukanlah aku orangnya. Tidak perlu paman minta maaf."
Kwe Ciang tersenyum girang. "Ah, lega sudah hatiku telah memohon maaf kepadamu, Cia-taihiap. Sekarang kita dapat bercakap-cakap dengan suasana yang lebih enak.
Kalau boleh kami mengetahui, taihiap hendak pergi ke manakah?"
"Aku hanya menurutkan ke mana hati dan kakiku
membawaku sambil melihat-lihat kalau-kalau aku akan
dapat membantu para hwe-sio Siauw-lim-pai untuk menemukan pembunuh itu."
"Kalau begitu, kalau tai-hiap tidak berkeberatan, kami ingin melakukan perjalanan bersamamu sambil mempererat persahabatan kita."
"Tentu saja aku tidak keberatan, bahkan merasa senang sekali, paman!" kata Tin Siong sejujurnya dan kembali sinar matanya menyambar ke arah wajah Li Hwa dan ketika gadis itu juga mengangkat muka memandangnya, ia segera
tertunduk kembali sambil tersenyum.
"Nah, kalau begitu mari kita melanjutkan perjalanan kita, Cia-taihiap. Di depan terdapat sebuah dusun dan kita harus cepat berjalan agar jangan kemalaman di dalam perjalanan."
"Baik, paman. Akan tetapi kuharap paman jangan
menyebut lagi tai-hiap kepadaku, cukup dengan menyebut namaku saja. Namaku Cia Tin Siong."
Tiga orang itu lalu melanjutkan perjalanan mereka. Tin Siong merasa betapa suasananya amat berbeda setelah dia melakukan perjalanan dengan gadis itu. Biarpun di situ ada ayah gadis itu, namun dia sudah merasa gembira bukan main. Apa lagi ternyata olehnya bahwa Li Hwa adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang gadis yang lincah dan enak diajak bercakap-cakap.
Dan lebih dari itu, sikap dan sinar mata gadis itu kalau memandangnya, dia dapat merasa bahwa gadis itu juga ada hati kepadanya!
-oo(mch)oo- Cia Tin Han melakukan perjalanan seorang diri. Hatinya dipenuhi penasaran. Dia dituduh membunuh delapanbelas orang hwe-sio Siauw-lim-pai dan dua orang to-su Kun-lunpai. Sungguh tuduhan yang berat sekali. Dan diapun
maklum betapa keadaannya terjepit. Pembunuh itu memakai pakaian dan kedok hitam, mengaku berjuluk Hek-tiauw Enghiong dan menggunakan ilmu pukulan yang sama dengan
Hek-tok-ciang, ilmu pukulan Keluarga Cia! Ini berarti bahwa buktinya telah ada bahwa dia yang membunuh mereka!
Kalau tidak muncul Song Thian Lee yang melerai, entah bagaimana jadinya antara dia dan para hwe-sio Siauw-limpai. Dia memang harus menolak tuduhan itu, akan tetapi tidak mungkin dia lalu melawan para hwe-sio yang berarti menambah berat tuduhannya.
Dalam keadaan seperti itu, segala sesuatu tampak buruk.
Jalanan yang kotor berdebu, pohon-pohon yang tumbuh.
kacau, bahkan rumput dan bunga-bunga di sepanjang jalan tampak
seperti memperoloknya. Tidak menyenangkan bahkan menyebalkan. Ditambah lagi ketika dia teringat kepada Lee Cin, hatinya terasa berat dan kehidupan ini tampak
membosankan baginya. Hilang semua gairah hidupnya dan dia menganggap bahwa kehidupan hanya
merupakan beban penderitaan belaka.
Indah buruknya hidup memang tergantung dari keadaan
hati sendiri. Kalau hati sedang gembira, maka segalanya tampak indah menyenangkan, kehidupan merupakan sarang madu kebahagiaan. Akan tetapi sebaliknya, kalau batin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang dilanda duka nelangsa, segala sesuatu tampak buruk dan kehidupan merupakan kepahitan yang memuakkan.
Tiba-tiba di depan matanya berkelebat bayangan orang dan bagaikan mimpi dia melihat di depannya telah berdiri seorang gadis cantik yang bukan lain adalah Lee Cin sendiri!
"Cia Tin Han, hendak lari ke mana engkau?" Gadis itu membentak dengan wajah tampak marah sekali, matanya
mengeluarkan sinar berapi.
"Cin- moi......... Apa......... apa kata mu...... ?" Tin Han gelagapan karena sama sekali tidak mengerti akan sikap dan ucapan Lee Cin itu.
"Artinya, engkau harus mampus di tanganku!" Lee Cin berseru dan segera menyerang dengan Ang-tok-ciang.
"Wuuutttttt ..... !" pukulan itu cepat dan kuat bukan main, dan nyaris dada Tin Han terkena hantaman itu. Akan tetapi biarpun dalam keadaan tegang, terkejut, khawatir dan bingung, Tin Han masih sempat mengelak dan melompat
mundur. "Cin-moi ...... ! Ingat, aku Cia Tin Han, kekasihmu!"
"Siapa sudi" Kau..... kau jahat dan curang!" Kembali Lee Cin mendesak dan kini dia menyerang dengan ilmu totok It-yang-ci.
Tin Han merasa sedih bukan main. "Baiklah, kalau engkau hendak menganggap aku. Akan tetapi sebelum
membunuhku, jelaskan dulu persoalannya mengapa engkau bersikap begini," Tin Han sengaja memasang diri tidak mau mengelak akan sehingga totokan Lee -in mengenai jalan darahnya dan diapun menjadi lumpuh tertotok.
Lee Cin mencabut Ang-coa-kiam dan menempelkan
pedangnya di dada Tin Han. Pemuda yang telentang itu tidak berkedip, hanya memandang kepada Lee Cin dengan pasrah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau engkau ingin membunuhku, lakukanlah, Cin-moi_
Akan tetapi berlakulah adil dan katakan dulu apa salahku."
"Masih berpura-pura" Engkau seorang yang palsu, curang dan licik! Masihkah engkau tidak mau mengaku dan berpura-pura bodoh?"
"Sungguh mati, Cin-moi. Aku sungguh tidak mengerti mengapa engkau menjadi marah- marah seperti ini!"
"Engkau telah menyerang dan melukai ibuku sehingga hampir menewaskannya dan engkau masih pura-pura tidak tahu" Sungguh hatimu palsu dan jahat!"
Tin Han terbelalak. "Apa" Aku sama sekali tidak melakukannya, Cin-moi!"
"Keparat! Aku sudah melihat dengan kepalaku sendiri engkau sebagai Si Kedok Hitam menyerang ibu dan
melukainya dengan Hek-tok-ciang, dan engkau masih
menyangkal" Selain jahat dan curang, engkau ternyata juga hanya seorang pengecut yang tidak berani mempertanggung-jawabkan perbuatanmu!"
Dengan marah sekali Lee Cin tidak menghiraukan lagi
penyangkalan Tin Han, melainkan melolos sabuknya dan mengikat kedua tangan Tin Han di depan tubuhnya.
Kemudian ia menotok bebas kedua pinggang Tin Han
sehingga pemuda itu terbebas di bagian kedua kakinya, akan tetapi belum dapat menggerakkan kedua lengannya_
Hebat memang ilmu totok It-yang-ci itu.
"Cin-moi, percayalah kepadakti! Aku tidak melakukan hal itu. Yang melakukannya bukan aku, melainkan orang lain yang menyamar sebagai aku!"
"Cukup! Alasan tak masuk akal. Aku tahu bahwa engkau mendendam
kepada ibuku karena menolak dan mengusirmu. Hemm, ternyata ibu lebih benar. Kalau saja Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku berjodoh dengan seorang licik dan pengecut seperti engkau, celakalah hidupku!"
"Cin-moi ...... !" Akan tetapi Lee Cin tidak menjawab lagi melainkan menyeret ujung sabuk sehingga terpaksa Tin Han berlari mengikutinya.
"Cin- moi, kemana engkau hendak membawaku?" tanya Tin Han. Kalau dia menghendaki, dengan kedua kakinya yang telah bebas tentu saja dia dapat menyerang Lee Cin dengan
tendangan. Akan tetapi dia tidak tega melakukannya. Dia sudah menyerah dan dia tetap mencinta Lee Cin walaupun diperlakukan demikian karena dia tahu bahwa Lee Cin marah dan membencinya karena perbuatan pembunuh yang menyamar sebagai dirinya itu.
Lee Cin tidak pernah bicara lagi, hanya kadang ia
menengok ke belakang seolah ia takut kalau- kalau pemuda itu akan meloloskan diri. Akan tetapi ia melihat Tin Han masih melangkah mengikutinya dengan kedua tangan
terbelenggu. Sudah beberapa jam mereka berjalan. Kadang-kadang
lari dan kadang-kadang berjalan.
. "Cin-moi, beritahulah aku. Aku hendak kaubawa kemanakah?" tanya Tin Han. Suaranya agak gemetar dan sebetulnya Lee Cin merasa kasihan sekali mendengar suara itu, akan tetapi kalau ia menengok dan melihat Tin Han, ia teringat akan bayangan hitam yang melukai ibunya dan hatinya menjadi keras kembali.
"Akan kubawa engkau kepada ibuku, biar ibuku sendiri yang akan menghukummu!" kata Lee pendek dan ketus.
Matahari naik tinggi dan Lee Cin merasa lelah. Lelah, lapar dan haus karena matahari amat teriknya. Dan ia sendiri merasa heran mengapa ia demikian mudah lelah. Ia berhenti di bawah sebatang pohon besar dan duduk di atas sebuah batu. Tin Han juga duduk di atas batu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakangnya. Sejak tadi dia menurut saja, seperti seekor anjing yang di tuntun majikannya.
Lee Cin mengeluarkan guci airnya dan minum beberapa
teguk. Kemudian teringat betapa dahulu Tin Han minum dari guci yang sama. Hatinya menjadi kesal dan ia
menyimpan gucinya kembali. Lalu dikeluarkannya beberapa potong roti, digigitnya sepotong. Ketika mengunyah roti itu, ia menengok ke belakang dan melihat betapa Tin Han sedang menatap wajahnya. Melihat Lee Cin menengok, Tin Han
tersenyum. Lee Cin merasa jantungnya seperti ditusuk ketika pandang mata mereka bertemu dan melihat pemuda itu tersenyum. Ia menjadi marah kepada diri sendiri karena tadi hampir saja ia menawari roti dan minum kepada Tin Han. Dibantingnya sisa rotinya, ia bangkit dan melanjutkan berlari lagi. Tin Han terseret dan diapun ikut berlari-lari.
Melihat tingkah Lee Cin, Tin Han tersenyum-senyum. Dia seperti dapat membaca isi Kati gadis itu. Gadis itu
membencinya, marah kepadanya karena mengira dia melukai ibunya seperti dia melukai ayahnya dahulu, akan tetapi kebencian itu masih terselubung rasa sayang dan cinta kepadanya!
Mengetahui akan hal ini, Tin Han yang berjalan di
belakang Lee Cin itu tiba-tiba membuka mulutnya dan
bernyanyi! "Benci akan tetapi cinta perpaduan yang aneh tapi nyata marah akan tetapi sayang mendatangkan salah tingkah
salah paham mendatangkan bencana
sebaiknya selidiki dulu dengan seksama!"
Lee Cin yang merasa disindir oleh nyanyian itu, menarik sabuknya dengan kuat sehingga Tin Han hampir jatuh
tersaruk-saruk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diam kau! Apakah tidak bisa menutup mulut?"
bentaknya sambil berdiri menghadapi Tin Han dengan muka merah.
Tin Han tersenyum. "Bagaimana aku dapat diam kalau menghadapi keadaan seperti ini" Sungguh mesra sekali perjalanan ini!" Dan dia tertawa.
"Singgg !" Lee Cin mencabut pedangnya. "Apa engkau ingin mati sekarang juga?"
"Ha-ha-ha, aku tahu bahwa seorang gadis gagah seperti engkau tidak akan membunuh seorang yang sudah ditawan dan tidak mampu melawan lagi. Akan tetapi andaikata
engkau nekat membunuhku, aku tidak akan menyesal,
tewas di tangan seorang gadis yang kucinta sepenuh jiwa ragaku."
"Diam! Keparat kau!" Tiba-tiba dua titik air mata meloncat keluar dari pelupuk mata Lee Cin dan ia
membanting kakinya, lalu melangkah lagi menarik ujung sabuknya.
Tiba-tiba tampak sesosok bayangan orang berkelebat dan tahu-tahu di depan Lee Cin telah berdiri dua orang laki-laki.
Lee Cin memandang mereka dengan terkejut karena mereka itu bukan lain adaiah Yauw Seng Kim dan Ban-tok Mo-li.
Melihat Lee Cin menyeret Tin Han, Seng Kun dan Mo-li saling pandang dengan heran, akan tetapi Yauw Seng Kun lalu tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, nona Souw Lee Cin. Sungguh kebetulan kita saling berjumpa lagi di tempat ini. Dan itu, engkau
mempunyai tawanan. Bukankah itu si orang jahat Cia Tin Han" Ah, engkau sudah menangkapnya. Kebetulan sekali kami juga ingin menangkapnya. Sekali ini kalian berdua akan menjadi tawanan kami!" Yauw Seng Kim mencabut tongkat bambu kuning dan Ban-tok Mo-li juga sudah
mencabut pedangnya yang beracun. Mereka berdua tanpa Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak cakap lagi sudah menyerang Lee Cin dengan
ganasnya. Lee Cin terpaksa melepaskan ujung sabuk yang dipakai mengikat kedua pergelangan tangan Tin Han dan melompat ke belakang untuk mengindarkan serangan kedua orang itu. Ia juga mencabut Ang-coa-kiam dan ketika dua orang
lawannya sudah menyerang lagi, ia memutar pedangnya sekaligus menangkis tongkat bambu kuning dan pedang.
"Trang-trangg.........!!" Bunga api berpijar dan kedua orang pengeroyok itu merasa betapa tangan mereka yang memegang senjata tergetar hebat. Lee Cin cepat membalas serangan
mereka dengan sambaran pedangnya yang digerakkan dengan cepat dan amat kuatnya. Namun kedua orang lawannya bukan orang lemah. Mereka telah memiliki ilmu kepandaian tinggi sehingga mereka dapat mengelak, lalu menyerang lagi.
Lee Cin memutar pedang melindungi tubuhnya sehingga
dua senjata lawan itu tidak mampu menembus gulungan
sinar pedangnya dan secepat kilat ia balas menyerang kalau melihat kesempatan terbuka. Pertandingan itu berjalan seru dan mati- matian. Akan tetapi, biarpun kalau mereka itu maju lawan satu masih belum mampu menandinginya, kini karena dikeroyok dua Lee Cin menjadi repot juga.
"Haiiiiitttt........!" Tongkat bambu kuning menotok ke arah lehernya. Lee Cin menangkis dengan pedangnya akan tetapi pada saat itu, pedang Ban-tok Mo-li menyambar ke arah dadanya dengan bacokan dari kanan ke kiri. Karena
pedangnya dipergunakan menangkis tongkat, maka ia tidak sempat lagi untuk menangkis pedang dan ia melempar
tubuh ke belakang dan berjungkir balik dua kali, namun ia dapat menighindarkan diri dari serangan pedang yang
berbahaya itu. Lee Cin selanjutnya bersikap hati-hati sekali karena dua orang itu dapat bekerja sama dengan baik dan kalau ia lengah, nyawanya terancam maut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Tin Han melihat pula bahaya
yang mengancam diri gadis yang dicintanya itu.
Dia mengerahka tenaga
sin- kang dari tan- tian di
bawa pusar. Hawa panas
menjalar naik dan membuka semua

Rajawali Hitam Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jalan darahnya sehingg totokan
yang tadinya melumpuh-
kan kedua tangannya, kini terbebas dan dia mampu mengerahkan tenaganya melalui kedua
tangannya. Dengan mu-
dah dia dapat membikin
putus sabuk yang mengikat kedua pergelangan tangannya, kemudian sekali menggerakka
Pukulan Naga Sakti 10 Golok Halilintar Karya Khu Lung Pendekar Panji Sakti 17
^