Lambang Naga Panji Naga Sakti 2

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen Bagian 2


kalian juga tanpa membikin susah padamu."
"Hmm! Kawan, sungguh enak sekali perkataanmu".."
dengus Phoa Ceng Yan dingin.
"heee?"..he?". bilamana Phoa Hu Cong Piauw-tauw
benar-benar tidak akan puas sebelum melihat sungai
Huang Hoo dan pasti akan memaksa cayhe untuk turun
81 tangan sendiri maka akupun merasa keberatan untuk
menahan barang tersebut selama tiga bulan dan
mempertahankan keselamatan dari langgananmu," seru
si orang berbaju hitam itu pula dengan dingin.
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Phoa Ceng
Yan lantas berpikir.
"Kawanan perampok dari kalangan Liok-lim memang
paling sulit dipercayai perkataannya. Bilamana aku
berhasil menerjang keluar dari kepungan mereka sambil
membawa barang ini, ada kemungkinan sekali hal ini bisa
memaksa hati mereka bergidik sehingga membatalkan
niatnya untuk membunuh setiap orang yang ada."
Berpikir akan hal itu, Huncwee di tangan-nya segera
dibentangkan ke depan.
"Perkataan seorang lelaki sejati berat selaksa gunung,
aku orang she Phoa belum pernah menyanggupi untuk
meninggalkan barang ini secara sukarela, bilamana
kawan menginginkan barang ini maka terpaksa kalian
harus meninggalkan dulu selembar nyawa dari aku orang
she Phoa," serunya.
Sembari berkata tubuhnya meloncat ke depan.
Si orang berbaju hitam itu tertawa dingin tiada
hentinya, senjata "Thiat Kui Su" yang ada di tangan
kanannya dengan menggunakan jurus "Yauw Cie Lam"
atau jauh menuding langit selatan, tubuh bersama-sama
senjatanya serentak mencelat ke depan melakukan
pengejaran. 82 Phoa Ceng Yan segera membalikkan badannya,
huncwee ditangannya dengan menggunakan jurus "Heng
Sauw Cian Kiem" atau menyapu ludas ribuan tentara
mengadakan pertahanan rapat.
"Braaaaaak?"?"." di tengah suara bentrokan keras
serta percikan bunga api, tubuh mereka berdua bersamasama
tergetar mundur ke belakang.
Walaupun kedua orang itu memiliki tenaga dalam
yang amat sempurna tetapi berhubung tubuhnya
bersama-sama ada ditengah udara maka sulit bagi
mereka untuk mengunakan seluruh tenaganya.
Begitu terjadi bentrokan tubuhnya mereka bersamasama
tergetar dan jatuh kembali ke atas tanah.
"Lihat serangan," bentak Phoa Ceng Yan kemudian
sambil mengayunkan tangan kanannya ke depan.
Tiga batang gelang emas dengan menggunakan
gerakan "Sam Yen Lian Tie" secara berbareng melesat ke
tengah udara. Sewaktu Phoa Ceng Yan melancarkan serangan gelang
emas itulah, pada saat bersamaan si orang berbaju hitam
itupun mengayunkan senjata "Thiat Kui So"nya ke depan
menyambitkan dua batang jarum yang memancarkan
cahaya keperak-perakan ke arah depan.
Kiranya di balik senjata "Thiat Kui So"nya itu
tersembunyi pula jarum-jarum beracun yang amat
83 lembut dan kecil sewaktu alat rahasia yang terdapat
pada gagang senjata itu dipencet ketika bergebrak
melawan orang maka jarum-jarum beracun itu segera
akan melesat keluar dengan gencarnya.
Mereka berdua pada saat yang bersamaan sama-sama
ada maksud hendak menggunakan senjata rahasia
mengalahkan pihak musuhnya, sehingga hampir-hampir
boleh dikata di dalam waktu yang berbareng mereka
sama-sama menyambitkan senjatanya ke depan.
Jarak antara mereka berdua terasa sulit untuk
menghindarkan diri dari datangnya gelang emas serta
jarum beracun tersebut.
Baru saja si orang berbaju hitam itu sudah merasa
senjata rahasia gelang emas itu berada di depan
dadanya. Dalam keadaan gugup serta cemas, tubuhnya buruburu
menyingkir ke samping untuk berkelit.
Kedua batang gelang emas itu segera menyambar
lewat dari depan dadanya dan merobek pakaiannya
sepanjang beberapa cun, sedang sebatang gelang emas
lainnya dengan cepat berhasil menghajar di atas pundak
kirinya sehingga melesat masuk setengah cun dalamnya
ke dalam kulit tubuh.
Sebaliknya pada saat yang bersamaan pula lengan kiri
Phoa Ceng Yan berhasil kena terhajar oleh kedua batang
jarum beracun yang dilancarkan si orang berbaju hitam
itu. 84 Si telapak besi gelang emas sewaktu merasakan mulut
lukanya menjadi kaku, ia lantas sadar bila senjata rahasia
tersebut sudah dipolesi racun, hatinya jadi amat gusar
sekali. "Hem! Tidak kusangka Lam Thian Sam Sah yang
mempunyai nama besar ternyata suka bekerja sama
dengan manusia-manusia rendah dari kalangan Liok-lim
yang rendah martabatnya. bukan saja sudah
menggunakan senjata rahasia Bwee Hoa Tin bahkan
dipolesi juga dengan racun ganas sungguh tidak tahu
malu!" Jilid 3 "Heee?"heee?" sedikitpun tidak salah, di atas jarum
tersebut sudah aku polesi dengan racun ganas,
"sambung si orang berbaju hitam itu dengan nada yang
amat dingin. "Siang tidak melihat sore, sore tidak melihat
malam, di dalam dua belas jam kemudian racun itu akan
mulai bekerja dan setiap orang yang terkena tentu akan
mati." "Perbuatan kalian yang sangat rendah ini apakah tidak
takut ditertawakan oleh kaum enghiong di bawah kolong
langit?" "Hee"..he". cuma sayang kau sudah tak dapat
menyiarkan berita ini kepada orang lain. Walaupun kau
bisa mempertahankan diri selama dua belas jam lamanya
85 tetapi pada saat ini kau sudah tak dapat bergebrak
dengan orang lagi, kaupun tidak dapat mengerahkan
tenaga untuk lari, bilamana cayhe hendak turun tangan
membinasakan dirimu, gampang sekali seperti membalik
tangan sendiri!"
Diam-diam Phoa Ceng Yan coba mengerahkan tenaga
dalamnya, sedikitpun tidak salah lengan kirinya sudah
terasa sangat kaku dan tak dapat diangkat lagi. Di
samping itu iapun merasa racun tersebut dengan tiada
hentinya mulai menyebar luas di dalam tubuh.
Tak terasa lagi diam-diam ia menghela napas panjang,
pikirnya, "Bilamana cuma aku Phoa Ceng Yan seorang
yang harus terkubur di sini masih tidak mengapa, bila
sampai mengandeng erat sepuluh lembar nyawa
keluarga Liauw, hal ini benar-benar merupakan suatu
peristiwa yang patut disesali".. "
Waktu itu Nyoo Su Jan-pun telah berhasil kena
dirubuhkan oleh jarum beracun yang dilancarkan dari
kipas si sastrawan berbaju biru itu sehingga menggeletak
di atas permukaan salju tak dapat berkutik lagi.
Di antara delapan orang pembantu perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok serta kelima orang pembantu yang
menyaru sebagai kusir sebagian besar sudah kena
terbunuh, sisanya empat orang yang belum matipun
kebanyakan telah menderita luka dan menggeletak di
atas permukaan salju tak berkutik.
Si orang berbaju hitam itu sambil mengertak gigi
segera mencabut keluar gelang emas yang berhasil
86 menancap pada lengan kirinya, darah segar lantas
memancar keluar dengan derasnya.
Ang Nio Cu yang melihat kejadian itu sambil masih
mencengkeram tangan Liauw Hujien buru-buru berjalan
mendekat. "Toako! Lukamu sangat berat, biarlah siauw moay
bantu membalutkan mulut lukamu itu" serunya.
"Tidak perlu" sahut si orang berbaju hitam itu sambil
menggeleng, "Cuma sedikit luka kulit yang tak
berarti"..".
Sinar matanya perlahan-lahan dialihkan ke atas wajah
Phoa Ceng Yan, kemudian sambungnya, "Phoa Ceng
Yan! Kau hendak melepaskan sendiri buntalan di
punggungmu itu ataukah menunggu cayhe yang turun
tangan sendiri?"
Waktu itu Phoa Ceng Yan sedang mengerahkan
tenaga dalamnya berusaha hendak menggunakan ilmu
lweekang hasil latihan selama puluhan tahunnya ini
untuk menahan daya bekerja dari racun di badannya,
kemudian berusaha melarikan diri dan menyerahkan
barang tersebut ke tangan pembesar Hoo Lam di istana
Tok Ci Hu. Karenanya walaupun ia mendengar perkataan
tersebut, mulutnya tetap membungkam dalam seribu
bahasa. 87 Melihat si orang tua itu tidak menjawab, Ang Nio Cu
segera tertawa dingin tiada hentinya.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Sungguh besar sekali
lagakmu, kau berani tidak menjawab pertanyaan Toakoku?"
bentaknya keras.
Di mana tangannya digetarkan, angkin merahnya
dengan cepat menyambar lewat.
Phoa Ceng Yan mendengus dingin, tubuhnya mencelat
ke samping untuk menghindar.
Siapa tahu gerakan badannya pada saat ini sudah
tidak selincah semula, sekalipun tubuhnya sudah
berkelebat ke samping, tidak urung lengan kanannya
terlibat juga oleh angkin merah dari Ang Nio Cu itu
sehingga jatuh terjengkang di atas tanah.
Ang Nio Cu segera melepas cekalannya pada tubuh
Liauw Hujien, tubuhnya melompat ke samping tangan
kanannya menekan ke bawah menotok dua buah jalan
darah di tubuh si orang tua itu, kemudian ia baru
melepaskan buntalan putih dari punggung Phoa Ceng
Yan. Kendati Phoa Ceng Yan dapat melihat Ang Nio Cu
melepaskan buntalan tersebut dari punggungnya, tetapi
berhubung jalan darahnya kena tertotok maka ia tak
bertenaga lagi untuk memberikan perlawanan, dalam
hati ia merasa sangat sedih sekali seperti diiris-iris
dengan beribu-ribu batang golok.
88 "Ang Nio CU!" ujarnya sedih. "Genting akan hancur
terbentur tanah, panglima akan binasa di medan perang!
Ini hari aku orang she Phoa mengaku kalah dan
sekalipun mati tidak akan menyesal, tetapi aku berharap
kalian suka memberi keputusan kepada diriku, bilamana
kalian berani menghina aku orang, maka jangan
salahkan aku orang she Phoa akan memaki kalian
dengan kata-kata yang tidak sopan.
"Hmm"..! Berani memaki dengan kata-kata tidak
sopan?" jangan kau kira kami tak dapat mengetuk
hancur seluruh gigimu "." jengek Ang Nio Cu dingin.
Saat itulah mendadak Liauw Hujien menerjangkan
kepalanya ke atas sebuah pohin di dekat sisi tubuhnya.
Melihat kejadian itu si orang berbaju hitam tersebut
mendengus dingin, tubuhnya maju selangkah ke depan
memerseni sebuah tendangan kilat membuat tubuh
Liauw Hujien jatuh terjengkang ke atas tanah dengan
kerasnya. Perlahan-lahan Ang Nio Cu membalikkan tubuhnya
mencengkeram kembali tubuh perempuan tua itu.
"Hm! Waktu di kemudian hari masih panjang, buat apa
kau begitu kepingin cepat-cepat mati" serunya tawar.
Ketika itulah, mendadak ?".
"Tahan." bentak Liauw Thayjien yang memakai jubah
hijau serta topi dari kulit binatang perlahan-lahan
berjalan keluar dari balik ruangan kereta berkuda itu,
89 Ang Nio Cu segera menoleh, ketika melihat wajah yang
angker dan serius dari Liauw Thayjien ia tertawa dingin
tiada hentinya.
"Heee?"he". tempat ini bukan pengadilan maupun
istana negara, kau buat apa membentak sesuka
hatimu?"" teriaknya.
Air muka Liauw Thayjien tetap keren dan serius,
sambil bergendong tangan perlahan-lahan ia berjalan
mendekat. "Aku orang she Liauw sudah setengah abad lamanya
menjabat sebagai pembesar, tetapi selama ini tindakanku
adalah berdasarkan keadilan dan kejujuran, sekarang
kalian sengaja mencari gara-gara dengan diriku, aku ada
di sini! Sesuka kalian hendak menghukum dengan
menggunakan tindakan apapun. Bilaman kalian
menginginkan harta kekayaan maka seluruh simpananku
yang ada di dalam kereta boleh kalian ambil semua!"
"Hiii?"..hiii".. harta kekayaanmu sudah tentu bisa
kami ambil sendiri, sedang hendak membinasakan
dirimupun bukan merupakan suatu pekerjaan yang sulit,
kau tidak usah mencaari muka di hadapanku?"" jenguk
Ang Nio Cu tertawa terkekeh kekeh.
Waktu itu orang-orang dari perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok bukan menggeletak karena terluka, maka
jalan darahnya sudah tertotok, tak seorangpun di antara


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka yang sanggup untuk melanjutkan pertempuran
kembali. 90 Phoa Ceng Yan melihat Liauw Thayjien walaupun tak
dapat bermain pedang untuk bergebrak untuk melawan
orang lain tetapi air mukanya sangat tenang dan sama
sekali tidak memperlihatkan perasaan jeri, dalam hati
benar-benar merasa amat kagum.
Tetapi karena ia takut badannya yang lemah tak
bertenaga itu sukar untuk menahan siksaan badan, maka
buru-buru teriaknya, "Liauw Thayjien, aku orang she
Phoa tidak becus sehingga sekali-kali menyusahkan
Thayjien, dalam hati merasa sangat menyesal sekali,
Thayjien adalah seorang terpelajar yang sama sekali
tidak mengetahui urusan di dalam dunia kangouw, kau
tidak perlu beribut lagi dengan mereka. Perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kami asalkan berhasil mendapatkan
berita ini segera akan berusaha untuk menolong.
Liauw Thayjien silahkan meloloskan diri dari sini,
urusan ini tiada sangkut pautnya dengan dirimu, harap
Thayjien menyingkir ke samping."
Perkataan yang diucapkan olehnya ini amat sederhana
sekali, tetapi Liauw Thayjien berhasil mengetahui maksud
hatinya yang sebenarnya, ia segera tertawa tawar.
"Soal inipun tidak bisa menyalahkan pada diri kalian,"
katanya perlahan. "Kalian sudah berusaha dengan
sepenuh tenaga sehingga ada nyawa yang harus
dikorbankan, walaupun aku orang she Liauw tidak
mengeri ilmu silat tetapi soal mati hiduppun di dalam
pandanganku bukan suatu peristiwa yang berat."
91 Walaupun lengan si orang berbaju hitam itupun
terluka, tetapi lukanya sangat ringan sekali.
Kini tanpa memperduli lagi luka di lengannya, ia lantas
berbisik kepada Ang Nio CU.
"Sam-moay, totok saja jalan darah perempuan itu
kemudian membuka buntalan tersebut.
Ang Nio Cu mengiakan setelah menotok jalan darah
Liauw Hujie ia lantas membuka buntalan tersebut.
Kendati Phoa Ceng Yan-pun kepingin sekali
mengetahui isi dari buntalan tersebut, tetapi disebabkan
jalan darahnya tertotok maka tubuhnya merasa tidak
leluasa untuk bergebrak, sehingga iapun tidak dapat
melihat jelas barang apakah yang ada dalam buntalan
tersebut. Tetapi dengan pengalamannya yang amat luas serta
pengetahuan yang melebihi orang lain, dari perubahan
air muka si orang berbaju hitam itu ia dapat menduga
jika benda itu tentunya merupakan sebuah benda yang
sangat berharga.
Terdengar si orang berbaju hitam itu bergumam
seorang diri, "Tidak salah, tidak salah, masih ada sebuah
lagi, mari kita periksa dengan teliti."
Buru-buru Ang Nio Cu mengikat kembali buntalan
tersebut lalu dengan suara rendah ujarnya sambil
tertawa. 92 "Toako, barang ini sudah ada di tangan kita, kaupun
tidak usah murung lagi. Lukamu sangat parah, mari
biarlah Siauw moay balutkan mulat lukamu itu."
Si orang berbaju hitam itu tersenyum.
"Baiklah! Merepotkan Sam-moay harus turun tangan"
katanya. Dari dalam sakunya Ang Nio Cu segera mengeluarkan
obat luka kemudian dengan sangat teliti membalutkan
luka pada pundak si orang berbaju hitam itu.
"Sam-moay! Urusan sudah jadi begini dan kitapun tak
bisa hidup berdampingan secara damai lagi dengan
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok" katanya si orang
berbaju hitam itu sambil mengangguk.
"Heeeei?"..bilamana bukannya Phoa Ceng Yan salah
hitung, kemungkinan sekali pertempuran kita ini hari
masih sulit untuk menentukan siapa menang siapa
kalah!" "Maksud dari toako, aku mengerti jelas!"
Phoa Ceng Yan sebagai seorang jago kawakan,
setelah mendengar perkataan dari si orang berbaju hitam
itu sudah tentu iapun mengetahui jelas apa maksudnya.
Ia tahu orang itu sudah siap-siap setelah berhasil
mendapatkan barang yang dicari segera akan turun
tangan membinasakan setiap orang yang ada di sana
tanpa meninggalkan seorangpun yang hidup.
93 Walaupun di dalam hati ia mengerti maksud dari
perkataan itu, tetapi diapun merasa kurang leluasa untuk
menerangkan maksuda perkataan tersebut secara
terbuka. Walaupun Liauw Thayjien selama setengah abad
lamanya menjabat kedudukan sebagai pembesar, tetapi
selamanya ia tidak mengetahui urusan dunia kangouw,
sudah tentu iapun tidak akan mengerti maksud dari
perkataan tersebut.
Saat ini orang tua itu masih berdiri di atas permukaan
salju sambil bergendong tangan.
Pada waktu itulah secara mendadak si sastrawan
berbaju biru itu berlari mendatang dan membisikkan
sesuatu ke telinga si orang berbaju hitam serta Ang Nio
Cu dengan suara rendah.
Beberapa patah kata itu sangat rendah sekali, saking
perlahannya sehingga Phoa Ceng Yan sama sekali tidak
mendengar sedikit suarapun.
Tampak air muka si orang berbaju hitam serta Ang Nio
Cu berubah hebat, lama sekali mereka termangu-mangu.
Akhirnya si orang berbaju hitam itu menghembuskan
napas panjang panjang.
"Ada urusan begitu" Jie-te, kau tidak salah meliha
bukan"..!" serunya.
94 "Siauw-te melihat dengan sangat jelas sekali" jawab si
sastrawan berbaju biru itu dengan serius. "Bilamana
Toako serta Sam-moay mempunyai perasaan curiga,
tidak ada halangannya kita sama-sama pergi menengok."
"Ehmmm?"!" si orang berbaju hitam itu
menggangguk. "Mari kita sama-sama pergi melihat".
Perubahan yang terjadi secara mendadak dan berada
di luar dugaan ini kendati Phoa Ceng Yan yang memiliki
pengalaman sangat luaspun merasa tidak paham apa
yang telah terjadi, tetapi ia dapat melihat bila perasaan
hati Lam Thian Sam Sah tergetar amat keras sekali.
Dengan menggunakan seluruh tenaga yang
dimilikinya, Phoa Ceng Yan mengalihkan pandangannya
ke arah di mana Lam Thian Sam Sah menuju.
Tampaklah mereka berjalan menuju kearah kereta
yang terakhir. Hal ini seketika itu juga membuat si telapak besi
gelang emas merasa sangat terperanjat, pikirnya,
"Kereta itu adalah kereta dari nona Liauw, apakah Lam
Thian Sam Sah adalah seorang manusia yang gemar
perempuan "."
Tetapi dengan cepat pikirannya kembali berputar, ia
merasa urusan rada sedikit tidak beres.
Semisalnya si sastrawan berbaju biru itu menemukan
kecantikan dari nona Liauw dan hendak diberikan untuk
Loo-toanya, agaknya tidak perlu sekalian
95 memberitahukan hal ini kepada Ang Nio CU dan air muka
mereka-pun tidak perlu berubah sebegitu kagetnya.
Karena itu dalam hati ia merasa rada lega.
Liauw Thayjien yang melihat Lam Thian Sam Sah
berjalan menuju ke arah kereta yang ditunggangi putri
kesayangannya, dalam hati merasa amat cemas.
"Usia Siauw-li masih kecil terhadap semua perbuatan
kita, ia sama sekali tidak tahu. Kalian jangan mencelakai
seorang gadis yang tidak tahu apa-apa" bentaknya keras.
Sudah tentu Lam Thian Sam Sah tidak akan mengubris
atas bentaknya itu, si sastrawan berbaju biru itu dengan
cepat membuka pintu kereta.
Mendadak?""."
Baik si orang berbaju hitam maupun Ang Nio Cu
seperti kena setrom bertegangan tinggi, mereka berdiri
terkesima di luar kereta.
Ketika itu Liauw Thayjien-pun dengan langkah cepat
sudah berlari mendatang, ia bersiap-siap hendak
mengadu jiwa tuanya untuk mencegah ketiga orang itu
mencelakai gadisnya.
Tetapi sewaktu melihat beberapa orang itu sama
sekali tidak masuk ke dalam kereta iapun segera
menghentikan langkahnya.
96 Tampak si orang berbaju hitam itu dengan amat
hormat menuju ke arah kereta tersebut.
"Maaf?""maaf?""..!" berulang kali
Dengan cepat ia meloncat turun dari kereta sambil
berbisik. "Loo Jie! Cepat suruh Shaw Kiat hantarkan kemari Lie
Siauw Piauw-tauw!"
Si sastawan berbaju biru itu menyahut kemudian putar
badan dan berlalu tergopoh-gopoh.
Sembari melangkah ke depan si orang berbaju hitam
itu kembali memberi perintah kepada Ang Nio CU.
"Sam-moay, cepat bebaskan jalan darah dari Liauw
Hujien yang tertotok, kemudian hantar masuk ke dalam
kereta, setelah itu bantu obati beberapa orang jagoan
dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok yang terluka."
Ang Nio Cu dengan cepat berlari menuju ke arah
Liauw Hujien, sedang si orang berbaju hitampun itupun
dengan langkah yang amat cepat berlari menghampiri
Phoa Ceng Yan, melepaskan senjatanya kemudian
membebaskan jalan darah si orang tua yang kena
tertotok. "Phoa-heng".!" serunya setengah berbisik. "Maaf
kami bersaudara tidak tahu siapakah kalian sehingga
melakukan perbuatan salah, harap Phoa-heng suka
memaafkan!"
97 Beberapa patah kata yang sama sekali tidak diketahui
ujung pangkalnya ini kontan saja membuat Phoa Ceng
Yan jadi kebingungan setengah mati, pikirannya seperti
di awang-awang tingkat ketiga belas.
Tetapi bagaimana juga dia adalah seorang jago
kawakan yang sudah sering berkelana di dalam dunia
kangouw, peristiwa berita kejadian yang bagaimana
anehpun sudah sering ditemuinya.
Dalam hati ia paham, bilamana di dalam peristiwa ini
hari dia orang tidak mengaku dan mengiakan dengan
tebalkan muka, ada kemungkinan sekali Lam Thian Sam
Sah akan berubah pikiran dan membinasakan mereka
semua. Otaknya bagaikan putaran roda karena dengan
cepatnya berkelebat dan berputar akhirnya ia mendehem
perlahan. "Seharusnya saudara menerangkan terlebih dulu?""
"Soal ini cayhe tahu" sambung si orang berbaju hitam
itu tidak menanti Phoa Ceng Yan menyelesaikan katakatanya.
"Sifat Pho-heng selamanya tinggi hati, bilamana
dibicarakan kemungkinan sekali malah akan melemahkan
nama besar dari Liong Wie Piauw-kiok, tetapi justru
dikarenakan sifat Phoa-heng yang gagah perkasa inilah
membuat kami bersaudara merasa sangat menyesal.
Heeei?".! Boleh dikata saat ini kita masih belum berada
dalam keadaan yang tak bisa diselesaikan."
98 "Perkataan saudara sedikitpun tidak salah" kata Phoa
Ceng Yan membenarkan, "Sebelum kejadian ini Siauw-te
pun belum sempat memberi penjelasan, hal ini tak dapat
menyalahkan kalian tiga bersaudara."
"Phoa-heng bisa menjelaskan persoalan dengan
bijaksana, hal ini membuat Siauw-te benar-benar merasa
kagum?"?"."
Sehabis berkata dari sakunya orang berbaju hitam itu
mengambil keluar sebuah botol pualam dan
mengeluarkan sebutir pil untuk kemudian diserahkan ke
tangan Phoa Ceng Yan, sambungnya, "Inilah obat
pemunah tunggal dari jarum beracun yang tersembunyi
di dalam senjata "Thiat Kui So" tersebut, harap Phoaheng
suka menelannya kemudian siauw-te akan bantu
mengeluarkan jarum beracun tersebut dari dalam luka."
Tanpa ragu-ragu lagi Phoa Ceng Yan menerima
pemberian obat pemunah itu lantas ditelannya ke dalam
perut. Dari dalam sakunya si orang berbaju hitam itu kembali
mengeluarkan sebuah besi sembrani dan didekatkan ke
mulut luka di atas tubuh Phoa Ceng Yan, setelah
mengurut beberapa saat di atas jalan darahnya, ia baru
mengangkat kembali besi sembrani tersebut.
"Heeeei?"". masih untung sekali!" serunya sambil
menghembuskan napas panjang.
"Pertama, tenaga dalam Phoa-heng sempurna dan
buru-buru menutup seluruh jalan darah sehingga jarum
99 beracun tersebut masih tertinggal di tempat semula.
Kedua, waktupun belum lama, sehingga jarum itu kena
Siauw-te tarik keluar dari dalam badan."
Si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yan segera
menoleh, sedikitpun tidak salah, di atas besi sembrani
tersebut benar-benar sudah tertempel dua batang jarum
beracun yang halus bagaikan bulu sapi.
Tak terasa lagi sambil goyangkan kepala ia menghela
napas. "Heeeei".. sekalipun senjata rahasia ini tidak
dipolesi dengan racunpun, sudah jauh lebih ganas


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

daripada jarum Bwee Hoa Tin?"." katanya.
Lelaki berbaju hitam itu tertawa rikuh.
"Senjata rahasia ini memang benar-benar sangat
ganas," sahutnya. "Barang siapa yang terkena senjata
rahasia ini maka jarum tersebut akan segera mengalir
masuk ke jantung melalui peredaran darah, di dalam dua
belas jam kemudian jarum tersebut akan menembusi
jantung dan siapapun yang terkena pasti akan binasa,
ditambah pula daya bekerja racun ini sangat ganas maka
setiap orang yang terhajar oleh jarum ini dengan cepat
akan kehilangan daya kekuatannya untuk melakukan
perlawanan"."
Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya kembali.
"Tetapi cayhe sangat berhati-hati di dalam
menggunakan jarum beracun ini, bilamana bukan
dikarenakan keadaan yang kepepet cayhe belum pernah
menggunakan secara serampangan."
100 Phoa Ceng Yan mengangguk tidak berbicara, sedang
dalam hati diam-diam pikirnya.
"Lam Thian Sam Sah sudah hampir berhasil mencapai
pada sasarannya bahkan siap-siap hendak
membinasakan kami semua untuk melenyapkan bibit
bencana di kemudian hari, tetapi mengapa kini secara
mendadak ia berubah maksud" Bahkan membantu aku
untuk membalutkan luka dan berulang kali minta maaf.
Dari pihak Liong Wie Piauw-kiok aku rasa tiada suatu
kekuatan yang bisa memaksa mereka untuk bersikap
demikian. Kejadian ini tentu timbul dari pihak keluarga
Liauw!" Sewaktu ia berpikir keras itulah, di sebelah sana Ang
Nio CU telah membalut luka-luka yang diderita oleh
kelima anak buah Piauw-kiok tersebut.
Nyoo Su Jan pun sudah dibebaskan kembali jalan
darahnya yang tertotok oleh Ang Nio CU.
Beberapa orang anak buah Liong Wie Piauw-kiok yang
dibebaskan totokan jalan darahnya oleh Ang Nio Cu
bahkan dibantu pula membalutnya luka-luka yang
mereka derita, benar-benar dibuat tertegun dan berdiri
melongo-longo oleh kejadian tersebut.
Dengan terpesona mereka memandang ke arah dara
berbaju merah itu, sekalipun dalam hati merasa sangat
heran tetapi tak seorangpun diantara mereka yang
mengajukan pertanyaan kepada Ang Nio CU maupun
kepada Liauw Thayjien.
101 Nyoo Su Jan setelah menggerak-gerakan otot-ototnya
yang kaku dan melancarkan peredaran darah di dalam
badannya, segera melangkah mendekati diri Phoa Ceng
Yan. "Hu Cong Piauw-tauw, apa yang sudah terjadi?"
tanyanya setengah berbisik.
"Sebenarnya peristiwa ini hanya suatu kesalah
pahaman saja". Belum menanti Phoa Ceng Yan
menjawab, si lelaki berbaju hitam itu sudah menimbrung
dari samping. "Kami merasa sangat menyesal sekali akan
kejadian-kejadian ini. Baru saja Cayhe sudah
menerangkan kepada diri Phoa-heng, sangat
mengharapkan kelapangan dada dari Phoa-heng untuk
menyudahi peristiwa ini dan kita saling bergandengan
tangan sebagai kawan kembali."
"Aaakh"..!" seru Nyoo Su Jan agak tertahan, buruburu
ia mundur ke belakang.
Perlahan lahan Phoa Ceng Yan bangun berdiri dan
dengan langkah yang ringan mendekati tubuh Liauw
Thayjien. "Thayjien! Di tempat luar angin bertiup kencang
saljupun turun dengan amat deras, silahkan Thayjien
untuk naik kembali ke dalam kereta," sapanya setengah
berbisik. 102 Dengan termangu-mangu Liauw Thayjien memandang
sekejap ke arah Phoa Ceng Yan, akhirnya ia menurut dan
naik ke dalam keretanya.
Walaupun di dalam hati penuh diliputi berbagai
persoalan yang mencurigakan hatinya, tetapi sebagai
seorang manusia yang pernah menjabat sebagai
pembesar hampir separuh hidupnya maka sifatnya sudah
tertlalu tenang dalam menghadapi berbagai persoalan.
"Aaaah".bagus, bagus"!" serunya sambil mendehem
perlahan. Kakinya segera melangkah naik ke dalam kereta.
Menanti Liauw Thayjien sudah berada di dalam kereta,
si orang berbaju hitam itu baru melepaskan buntalan
putih pada pundaknya kemudian dengan sangat hormat
diserahkan kembali ke tangan Phoa Ceng Yan.
"Phoa-heng, kau terimalah!"
Phoa Ceng Yan tidak mengucapkan kata-kata lagi, ia
lantas menerima angsuran buntalan putih tersebut.
Ketika itulah dari tempat kejauhan berkumandang
datang suara derapan kaki kuda yang memecahkan
kesunyian di sekitar tempat itu.
Ketika ia menengok, terlihatlah si siucay berbaju biru
itu dengan menuntun tiga ekor kuda sedang berlari
mendekat. 103 Di atas punggung kuda sebelah kiri kanannya masingmasing
terduduklah Lie Giok Liong serta Ih Coen, senjata
tajam andalan merekapun sudah tersoren di atas
pinggangnya. Menanti kedua ekor kuda itu hampir mendekati depan
kereta, Lie Giok Liong serta Ih Coen segera melayang
turun ke ats tanah.
"Paman Jie Siok".." sapanya sambil menjura.
"Ehmmmmm! Kalian minggirlah."
Kedua orang itu tidak berani banyak berbicara lagi,
dengan sangat hormat mereka mengundurkan diri ke
samping. "Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" seru Ang Nio Cu
kemudian sambil berjalan mendekat. "Jalan darah dari
keenam orang Piauw-tauw kalian sampai kini siauw-moay
tidak berani membebaskan, takut mereka mencari garagara
lagi. Untung saja di atas tubuh mereka sama sekali
tak terluka sehingga walaupun jalan darah masih tertotok
tak akan mengganggu kesehatan mereka. Setelah kami
tiga bersaudara pergi dari sini, merepotkan Hu Cong
Piauw-tauw suka turun tangan sendiri untuk
membebaskan jalan darah mereka."
"Pendapat dari nona sedikitpun tidak salah, Thio Toa
Hauw itu memang rada goblok dan angseran!" kata Phoa
Ceng Yan mengangguk.
104 "Phoa-heng!" ujar si orang berbaju hitam itu kemudian
sambil menjura. "Yang terluka sudah kami balut sehingga
tidak mengganggu kesehatannya lagi, sedang enam
orang yang meninggal, cayhe tiga bersaudara tak
sanggup untuk menghidupkan mereka kembali, harap
Phoa-heng suka merahasiakan kejadian ini sehingga
jangan sempat diketahui orang lain, bilamana kau suka
berbuat demikian di kemudian hari kami pasti akan
mengucapkan terima kasih dan membalas budi tersebut.
Harap kalian suka baik-baik berjaga diri, kami tiga
bersaudara mohon diri terlebih dulu!"
Selesai berkata ia lantas meloncat naik ke atas pelana,
di antara sentakan tali les kudanya segera berputar dfan
lari ke depan dengan sangat cepat.
Si siucay berbaju biru serta Ang Nio Cu-pun bersamasama
meloncat naik ke atas pelana.
"Phoa Hu Cong Piauw-tauw! Maaf atas kejadian ini
hari" seru dara berbaju merah itu sambil tertawa dan
menggapei tangannya. "Bilamana di kemudian hari kita
bertemu muka kembali, Siauw-moay pasti akan
mengundang dirimu untuk dijamu dengan satu cawan
arak!" Phoa Ceng Yan selamanya bersikap keren dan jarang
bergurau, perkataan dua tiga patah dari Ang Nio Cu ini
kontan saja membuat si orang tua itu jadi gelagaoan dan
merasa bingung perkataan apa yang harus diucapkan.
Menanti kedua orang itu sudah pergi jauh dan
bayangan punggungnya lenyap di balik permukaan salju,
105 Phoa Ceng Yan baru menghembuskan napas panjang.
Sinar matanya perlahan-lahan menyapu sekejap ke arah
Nyoo Su Jan, Ih Coen serta Lie Giok Liong bertiga.
"Kalian bertiga apakah terluka?" tanyanya kemudian.
"Tidak!" jawab mereka bertiga hampir berbareng.
"Phoa-ya, sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya
Nyoo Su Jan keheranan.
"Saat ini aku sendiripun tidak begitu paham," sahut
Phoa Ceng Yan sambil gelengkan kepala dan menghela
napas panjang. "Coba kalian periksalah beberapa orang
anak buah kita yang terluka apakah masih bisa
melanjutkan perjalanan, yang mati untuk sementara
waktu kita kubur dulu di sini dan dikasih tanda, menanti
tugas kita sudah selesai kita orang barulah berusaha
untuk mengangkut jenasah mereka.
Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya kembali,
"Su Jan! Coba kau periksalah bagaimana keadaan dari
Toa Hauew, bebaskan sekalian jalan darahnya yang
tertotok. Suruh dia jangan banyak meronta lalu pesan
pula kepada semua orang agar jangan bocorkan
peristiwa ini di tempat luaran, roda kereta sesudah
dibetulkan kita segera melanjutkan perjalanan."
Nyoo Su Jan mengiakan, ia lantas putar badan dan
berlalu. Walaupun Lie Giok Liong serta Ih Coen tidak
mendapat perintah dari Phoa Ceng Yan, secara sukarela
106 merekapaun segera turun tangan membantu Nyoo Su
Jan untuk memeriksa keadaan luka dari anak buah
mereka, melancarkan peredaran darah dan membalut
kembali luka-luka tersebut dengan obat luka.
Orang-orang piauw-kiok yang setiap harinya
melakukan pekerjaan di atas ujung golok, selamanya
menggembol obat luka di setiap saku masing-masing
setelah beribut beberapa saat lamanya, luka-luka di
badanpun telah dibalut dan mereka-mereka yang terluka
segera dinaikkan ke dalam kereta.
Untung saja kuda-kuda jempolan yang menarik
kereta-kereta mereka cuma dua ekor saja yang terluka,
Lie Giok Liong serta Ih Coen lantas mengalah dan
memberikan kuda tunggangannya untuk menarik kereta.
Thio Toa Hauw serta Nyoo Su Jan-pun segera
menggali beberapa buah liang di tepi jalan untuk
menggubur beberapa sosok jenasah itu, kemudian
menebang sebuah pohon kecil yang dibuat menjadi
papan nama dan ditancapkan di atas kuburan-kuburan
tersebut. Walaupun Phoa Ceng Yan tidak turun tangan bekerja,
tetapi selama ini ia selalu berdiri di atas permukaan salju
mengontrol jalannya seluruh pekerjaan.
Menanti kudapun sudah dipasang kembali di depan
kereta, ia baru berseru, "Mari kita melanjutkan
perjalanan!"
107 Thio Toa Hauw serta Nyoo Su Jan lantas memberikan
kuda tunggangannya untuk kedua orang anak buah
mereka yang terluka ringan.
Ketika Phoa Ceng Yan melihat semuanya sudah beres,
keretapun mulai melanjutkan perjalanan, ia baru berjalan
ke depan kereta yang ditumpangi Liauw Thayjien.
"Liauw Thayjien ".." sapanya sambil mendehem
perlahan. "Phoa Hu Cong Piauw-tauw, mari naiklah kita
berbicara di dalam kereta saja" sahut Liauw Thayjien
sambil menyingkapkan horden.
Di dalam hati Phoa Ceng Yan memang lagi dipenuhi
dengan beberapa persoalan yang membingungkan
hatinya dan sangat mengharapakan bisa ditanyakan
kepada sang bekas pembesar negeri ini.
Kini mendengar Liauw Thayjien mempersilahkan ia
untuk naik, mengikuti gerakan tongkat sang ular
merambat, dengan cepat ia melangkah naik ke dalam
kereta. Kiranya di dalam kereta tersebut hanya ditumpangi
Liauw Thayjien beserta seorang kacung bukunya.
Saat ini si kacung buku itu sudah berpindah ke dalam
kereta yang keempat, jadi dalam kereta tinggal Liauw
Thayjien seorang diri.
108 "heeeei".!" terdengar Phoa Ceng Yan menghela napas
panjang dan menyerahkan buntalan kain putih itu ke
tangan Liauw Thayjien. "Kali ini aku orang she Phoa
benar-benar sudah jatuh kecundang di tangan orang lain
sehingga menyusahkan dan mengejutkan Liauw
Thayjien, hal ini benar-benar membuat hati aku orang
she Phoa merasa sangat menyesal."
Sambil menerima angsuran buntalan tersebut, Liauw
Thayjien tertawa tawar.
"Kalian sudah menggunakan seluruh tenaga yang ada
untuk mempertahankan diri, harta serta keselamatan kita
sama sekali tidak menderita rugi kecuali sedikit terkejut
saja, hal ini tidak terhitung apa-apa. Sebaliknya korban
terluka dan binasa yang diderita perusahaan saudara
tidak kecil. Untuk membuktikan sedikit perhatian kami,
aku rasa keluarga yang lagi dirundung kematian baiknya
diberi hadiah sebesar seratus tahil perak sedang yang
hanya terluka lima puluh tahil peral, menanti setelah tiba
di kota Kay Hong, akan kubayar kontan," katanya.
Phoa Ceng Yan kontan saja merasakan wajahnya jadi


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panas, ia tertawa rikuh.
"Thayjien terlalu merendah, perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok kami tidak becus sehingga membuat Thayjien
serta Hujien jadi terkejut karena hal ini saja sudah cukup
membuat kami merasa sangat tidak tentram, mana
mungkin kami berani menerima penghargaan dari
Thayjien lagi" Mengenai anak buah kami yang mati atau
terluka dari perusahaan kami sudah ada cara-cara
terbiasa untuk mengaturnya, kami adalah orang-orang
109 yang mencari makan dengan menjual nyawa, mati atau
terluka merupakan suatu peristiwa yang sangat terbiasa,
tentang soal ini perusahaan kami tak berani minta
sumbangan lagi dari Liauw Thayjien?"
Perlahan-lahan ia menghela napas panjang,
sambungnya kembali, "Heeei"..! Apalagi ini hari aku
orang she Phoa beserta beberapa orang Piauw-su bisa
lolos dari kematian, kesemuanya karena perlindungan
dari Thayjien".."
"berkat perlindunganku?"" seru Liauw Thauyjien
melengak. Tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa terbahakbahak.
"Haaaa?"..haaaa?".. saudara terlalu memuji, terlalu
memuji. Untuk memotong seekor ayam pun tak
bertenaga bagaimana mungkin bisa mengundurkan
musuh tangguh" setelah mereka berhasil mendapatkan
apa yang dicapai tetapi mendadak berubah hati dan
menyerahkan kembali barang rampasannya di dalam hal
ini tentu ada sebab-sebabnya, walaupun aku bukan
seorang jagoan kang-ouw, tetapi rasanya sebab-sebab
ini tidak sulit untuk ditebak!"
"Apa sebabnya?"
Liauw Thayjien tertawa.
"Sudah lama aku dengar piauw-su piauw-su dari
perusahaan Liong Wie Piauw-kiok berjumlah banyak dan
110 semuanya berbakat, bahkan cara kalian mencari balas
untuk menuntut kembali barang-barang yang dibegalpun
jauh lebih kejam dan ganas dari tindakan petugaspetugas
pengadilan. Aku rasa tentunya mereka merasa
jeri sehingga di tengah jalan sudah berubah pikiran dan
menyerahkan kembali barang tersebut kepada
pemiliknya. Selesai mendengar perkataan tersebut, Phoa Ceng Yan
jadi tertegun, pikirnya, "Liauw Thayjien ini benar-benar
pandai membawa diri, terang-terangan Lam Thian Sam
Sah berubah hati setelah menemui suatu peristiwa yang
mengejutkan di dalam kereta nona Liauw, kemudian
menyerahkan kembali benda itu, sekarang ternyata
malah menjatuhkan jasa tersebut ke tangan perusahaan
piauw-kiok kami?""
Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia bertanya,
"Thayjien, apakah kau orang benar-benar tidak mengerti
akan ilmu silat?"
"Bagaimana dengan putrimu?"
Air muka Liauw Thayjien segera berubah jadi keren.
"Walaupun Siauw-li selalu mengikuti aku berpindahpindah
tempat selaku pembesar dan pergi entah
seberapa banyak tempat, tetapi selama ini bukannya naik
kereta ia tentu digotong dengan tandu. Peraturan
keluarga pembesar sangat ketat sekali, pada hari-hari
biasa sangat sukar untuk meninggalkan ruangan bagian
dalam bareng selangkahpun, jangan dikata belajar ilmu
silat, sekalipun membaca sedikit buku syairpun aku yang
111 turun tangan sendiri memberi pelajaran, urusan ini tak
mungkin bisa terjadi," katanya.
Phoa Ceng Yan yang melihat paras mukanya sangat
serius, sedikitpun tidak kelihatan sedang berbohong,
dalam hati kembali berpikir.
"Perkataannya sedikitpun tidak salah, teringat nona itu
tak lebih hanyalah seorang budak yang baru berusia
belasan tahun, sekalipun ia pernah belajar ilmu silat
belum tentu pernah berkelana di dalam dunia kangouw,
sedangkan Lam Thian Sam Sah pun cuma menyingkap
horden sejenak saja dan nona Liauw semisalnya benarbenar
memiliki kepandaian yang sangat tinggi tetapi ia
belum pernah angkat nama di depan dunia kangouw
bagaimana mungkin Lam Thian Sam Sah setelah
menemuinya lantas melarikan diri terbirit-birit dan
mengembalikan barang rampokannya" Di dalam hal ini
pasti ada hal-hal yang aneh, tetapi apakah sebabnya"
heee".Hal ini benar-benar susah ditebak!"
Tetapi bagaimana juga, ia adalah seorang jago
kawakan. Setelah termenung sejenak ujarnya lagi.
"Lalu apakah Thayjien pernah berhubungan dengan
orang-orang Bu-lim?"."
"Tidak! Aku belum pernah mengadakan hubungan,"
sahut Liauw Thayjien sambil menggeleng. "Tetapi tempo
dulu sewaktu aku masih menjabat sebagai pembesar
pernah menghukum mati dua orang perampok besar,
orang-orang yang mencegat kita ini hari kemungkinan
112 sekali ada hubungan dan sangkut pautnya dengan
peristiwa tersebut."
"Kapan itu terjadinya?""
"Sudah puluhan tahun yang lalu!"
Phoa Ceng Yan sewaktu melihat dia orang tidak
berhasil mendapatkan sedikit keterangan yang
menyangkut persoalan ini, dalam hati merasa sangat
tidak puas, pikirnya.
"Aku tidak percaya dengan pengalamanku selama
puluhan tahun berkelana di dalam dunia kangouw tidak
berhasil memperoleh sedikit keterangan dari mulutnya."
Dengan cepat ia menggubah bahan pembicaraan.
"Thayjien!" serunya perlahan. "Aku orang she Phoa
ada beberapa patah kata yang tidak senonoh hendak
minta petunjuk, bilamana ada hal-hal yang tidak pada
tempatnya, masih mengharapkan Thayjien suka
memaafkan."
"Baik! Kau bicaralah!"
"Benda apa yang terdapat di dalam buntalan putih
yang ada di sisi Liauw Thayjien?"
"Sewaktu mereka membuka untuk dilihat tadi apakah
Phoa Hu Cong Piauw-tauw tidak ikut melihat?" tanya
Liauw Thayjien dengan kening yang dikerutkan.
113 "Bilamana cayhe sudah melihat, saat ini buat apa
mengajukan pertanyaan kembali" tetapi cayhe berani
memastikan kalau benda yang berada di dalam buntalan
tersebut pastilah bukan benda-benda berharga seperti
intan permata dan sebangsanya. Thayjien adalah
seorang pembesar jujur, harta yang kau milikipun tidak
berlimpah-limpah, tetapi untuk memancing niat Lam
Thian Sam Sah untuk turun tangan membegal hal ini
cukup menunjukan di dalam peristiwa ini ada hal-hal
yang tidak beres."
Liauw Thayjien tersenyum.
"Jadi Phoa Hu Cong Piauw-tauw sudah menaruh
curiga terhadap barang yang disimpan dalam buntalan
ini?" tanyanya.
"Curiga sih tidak! Aku orang she Phoa hanya ingin
melihat keadaan yang sebenarnya, kemungkinan sekali
benda yang berada di dalam buntalan ini ada sangkut
pautnya dengan orang-orang dunia kangouw!"
Ternyata Laiuw Thayjien adalah seorang yang
berlapang dada, setelah termenung sejenak lalu katanya,
"Kalau begitu kau bukalah sendiri untuk diperiksa!"
"Apakah leluasa?" Phoa Ceng Yan melengak, agaknya
ia tidak menyangka kalau urusan bisa berjalan dengan
sangat lancar. "Akupun tak dapat menduga apakah benda yang
berada di dalam buntalan tersebut mempunyai sangkut
paut yang erat dengan orang-orang kalangan Bu-lim
114 kalian. Bilamana aku tidak mengijinkan kau membuka
untuk diperiksa, rasanya dalam hatimu tentu bakal
semakin menaruh curiga lagi."
"peristiwa yang terjadi pada ini hari di mana secara
tiba-tiba pihak musuh mengubah niatnya di tengah jalan,
aku rasa pasti terkandung suatu sebab-sebab yang tidak
mudah dipecahkan." pikir Phoa Ceng Yan dalam hati.
"Kalau memangnya dia orang meminta aku melihat
benda tersebut, kesempatan yang sangat baik ini tidak
boleh aku lewatkan dengan begitu saja."
"Kalau memang Thayjien menginginkan aku berbuat
demikian, aku orang she Phoa akan mengikuti perintah
saja." Selesai berkata, ia memungut buntalan tersebut lalu
perlahan-lahan dibuka.
Ternyata di dalam buntalan itu hanya terdapat
segulung lukisan yang terbuat dari kain putih.
"Sungguh aneh sekali!" kembali Phoa Ceng Yan
berpikir. "Jauh dari daerah Kang-Lam, Lam Thian Sam
Sah datang ke jalan Han Tan, tidak lain hanya ingin
merebut sebuah lukisan".. tentang lukisan ini
mengandung suatu rahasia yang maha besar biarlah aku
buka untu dipreiksa isinya."
Tidak menunggu perintah dari Liauw Thayjien lagi, ia
lantas membentangkan lukisan itu.
115 Ternyata lukisan tersebut adalah sebuah lukisan
pengembala kambing, kecuali seorang bocah cilik yang
mencekal sebuah cambuk panjang yang lain adalah
lukisan kambing-kambing yang berbeda jenis maupun
gerakan-nya, sebagai latar belakang lukisan itu adalah
serentetan puncak gunung yang jauh menjulang ke
angkasa beserta sebuah sungai kecil di depan kelompok
kambing-kambing itu.
Kendati si telapak besi gelang emas Phoa Ceng Yan
sudah sering melakukan perjalanan di dalam dunia
kangouw dan mempunyai pengetahuan yang sangat
luas, tetapi terhadap maksud dari lukisan tersebut bukan
saja tidak paham bahkan mengertipun tidak.
Ia cuma merasakan bahwa kambing-kambing yang
ada di dalam lukisan tersebut baik kambing tua maupun
kambing kecil, kambing gunung serta domba itu mirip
sekali keadaannya satu sama lain.
Selain tanda tersebut ia tidak berhasil menemukan
suatu apapun yang mencurigakan, tak terasa lagi dalam
hati merasa sangat mangkel dan murung pikirannya,
"Sekalipun lukisan tersebut hasil karya dari seorang
pelukis terkenal dan harganya sangat tinggi tetapi buat
apa Lam Thian Sam Sah membegalnya" dengan nama
besar dari Lam Thian Sam Sah di dalam dunia kangouw
tidaklah mungkin mereka dengan membawa lukisan itu
untuk diperjual-belikan, apalagi orang-orang yang
mengerti akan lukisan ini, dan dapat membelinya kecuali
orang-orang yang punya duit hanyalah orang-orang yang
terpelajar, terhadap lukisan yang tidak diketahui asal
usulnya mereka tidak mungkin akan mau membeli."
116 Otaknya berputar dengan sangat keras, setelah dipikirpikir
kembali berulang kali tetapi tidak berhasil juga
menemukan letak nilai berharganya lukisan pengangon
kambing itu. Tetapi iapun tahu bila Lam Thian Sam Sah bukanlah
orang-orang Liok-Lim biasa, bilamana dikatakan mereka
datang hanya bertujuan membegal lukisan pengangon
kambing yang sama sekali tak ada harganya, sudah tentu
hal ini sukar untuk membuat orang jadi percaya.
Inilah sebuah teka-teki yang membingungkan, Phoa
Ceng Yan merasa dengan kecerdikannya tidak gampang
untuk memecahkan rahasia tersebut. Akhirnya perlahanlahan
ia menggulung kembali lukisan itu.
"Ehmmm?"! Lukisan ini tidak jelek!" serunya.
"Sungguh luar biasa!" Liauw Thayjien menanggapi
sambil tersenyum, "Tidak kusangka Phoa Hu Cong
Piauw-tauw kecuali memiliki ilmu silat yang tinggi, masih
dapat mengagumi pula lukisan-lukisan indah".."
"Aaach! Thayjien terlalu memuji, cayhe cuma penjual
silat kasaran, bagaimana mungkin bisa mengagumi
lukisan-lukisan indah?" cuma di dalam hati Cayhe ada
suatu urusan yang merasa tidak paham dan ingin
meminta petunjuk dari Thayjien, harap Thayjien suka
memberi penjelasan secara terus terang."
"Urusan apa?"" tanya Liauw Thayjien sembari
menggulung kembali lukisan tadi.
117 Sewaktu Lam Thian Sam Sah datang membegal
lukisan tersebut, Thayjien pernah memberi pesan kepada
cayhe agar suka menghantarkan lukisan ini ke istana Tok
Ci Hu, agaknya di dalam hati Thayjien sudah mengerti
bila kedatangan dari Lam Thian Sam Sah adalah
bertujuan pada lukisan itu.
"Heeei".! Sebetulnya lukisan ini buka milikku," ujar
Liauw Thayjien setelah termenung sebentar. "Aku tidak
lebih hanya mendapat titipan dari orang lain untuk
menghantarkan lukisan tadi ke kota Kay Hong."
Mendengar perkataan tersebut, semangat Phoa Ceng
Yan berkobar kembali.
"Siapakah orang itu" Dapatkah Thayjien memberitahu
"." serunya buru-buru.
Ia rada merandek sejenak, kemudian sambungnya
kembali, "Bilamana orang itupun merupakan orang-orang
Bu-lim, maka urusan ini tidak sulit untuk diduga!"
"Orang itu sama sekali bukan orang-orang dari
kalangan Bu-lim, urusan ini walaupun kecil, tetapi
sebelum cayhe mendapatkan ijin dari dirinya, aku tidak
berani menyebutkan namanya secara sembarangan."


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ehmmm?"! Kelihatannya ia pandai sekali pegang
rahasia," diam-diam pikir Phoa Ceng Yan di dalam
hatinya. "Aku merasa rada tidak percaya dengan
pengalamanku di dalam dunia kangouw selama puluhan
118 tahun tidak berhasil menangkan dirinya sebagai seorang
bekas pembesar negeri."
Dengan cepat ia menggubah bahan pembicaraan,
katanya kembali, "Walaupun cayhe pernah menemui
beberapa orang pelukis kenamaan, tetapi tak berhasil
aku ketahui berasal dari pelukis manakah lukisan
pengangon kambing ini?"
"Hal ini tidak bisa disalahkan Phoa-suhu tidak
mengetahui" kata Liauw Thayjien sambil tertawa.
"Karena pelukis dari lukisan ini bukanlah seorang pelukis
kenamaan!"
"Kalau memang lukisan ini bukanlah hasil karya dari
seorang pelukis kenamaan, mengapa Thayjien
memperhatikannya dengan demikian serius?"
"Karena lukisan ini bukan milikku, bilamana sampai
lenyap, aku harus pergi ke mana untuk mencarinya
kembali dan mempertanggung-jawabkan peristiwa ini di
hadapan orang yang menitipi lukisan itu kepadaku?"
"Sungguh aneh sekali!" kembali Phoa Ceng Yan
berpikir di dalam hatinya. "Bilamana dilihat lukisan ini
memang benar-benar sama sekali tak berharga, tetapi
mengapa Liauw Thayjien bisa menaruh perhatian yang
amat sangat?"
Tetapi ia-pun menyadari sekalipun ditanyakan lebih
lanjutpun tiada gunanya, terpaksa ia merangkap
tangannya menjura.
119 "Disebabkan peristiwa pembegalan yang terjada pada
ini hari, aku orang she Phoa merasa sangat menyesal
sekali, kendati cuma ada rasa terkejut dan tidak sampai
menimbulkan bahaya tetapi hal ini hanya bisa salahkan
aku orang she Phoa tidak becus "."
"Sudah?".sudahlah! Urusan sudah lewat, Phoa-suhu
pun tidak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri" potong
Liauw Thayjien dengan cepat."Ini hari kita berhasil
melewatkan keadaan bahaya ini dengan cuma
mengandalkan rasa terkejut saja, bukankah kesemuanya
ini mengandalkan kegagahan dari Liong Wie Piauw-kiok
kalian?" Phoa Ceng Yan tertpaksa tertawa pahit, kembali
pikirnya di hati, "Kelihatannya orang-orang terpelajar
yang pernah menjabat sebagai pembesar mempunyai
pikiran yang jauh lebih teliti daripada kami orang-orang
yang melakukan perjalanan di dalam dunia kangouw "."
Karena keadaan apa boleh buat dan tak berhasil
mengorek sesuatu keterangan dari mulut pembesar itu,
terpaksa ia menjura.
"Thayjien silahkan beristirahat, aku orang she Phoa
mohon diri terlebih dahulu."
"Kuda tunggangan tidak cukup, sekeliling tempat
inipun merupakan hutan-hutan yang sunyi sekalipun ada
uang juga sukar untuk memperoleh kuda tunggangan,
bilamana Phoa-Loosuhu berada di dalam satu kereta
dengan cayhe, akupun masih ingin mendengarkan sedikit
120 kisah yang menyangkut pengalaman Loosuhu sewaktu
ada di dalam dunia persilatan".
"Aaakh ?"! Soal itu sih tidak perlu! Sepasang kaki
dari ornag she Phoa masih cukup keras untuk
melanjutkan perjalanan, apalagi urusan di tempat luaran
masih membutuhkan tenagaku untuk mengurusinya.
Semoga saja sejak kini tak ada urusan lain lagi yang
terjadi sehingga tidak sampai mengejutkan diri Thayjien."
"Bilamana demikian adanya, silahkan Phoa-Loosuhu
untuk berlalu."
Phoa Ceng Yan lantas mohon diri dan meloncat turun
dari dalam kereta tersebut, ia mengitari dulu kelima buah
kereta tersebut terutama memperhatikan kereta terakhir
yang ditunggangi oleh nona Liauw.
Perputaran roda kereta berdetak membisingkan
telinga dan meninggalkan bekas yang memanjang di atas
permukaan salju, bagaimanapun Phoa Ceng Yan meneliti
dan memeriksa tak berhasil juga dia menemukan sesuatu
tanda-tanda yang mencurigakan di luar kereta tersebut.
Mendadak ?" dari balik kereta yang tertutup rapatrapat
itu muncullah sebuah tangan halus putih disusul
seorang gadis muda menampakkan diri di tengah tiupan
angin utara yang sangat dingin.
"Berhenti ?". berhenti!" teriaknya berulangkali.
121 "Kusir kereta tersebut dengan cepat menyentak tali les
kudanya dan menghentikan lajunya sang kereta yang
sedang melanjutkan perjalanan.
"Nona, ada urusan apa?" tanya Phoa Ceng Yan
dengan cepat sambil meloncat ke depan.
"Nona ketakutan dan sekarang sakit panas!" sahut
gadis tersebut dengan wajah penuh kekuatiran.
Sebenarnya Phoa Ceng Yan hendak menggunakan
kesempatan ini loncat masuk ke dalam kereta dan
membongkar rahasia yang meliputi kereta tersebut untuk
melihat benda apakah sebenarnya yang sudah membuat
Lam Thian Sam Sah berubah niat mengundurkan dirinya.
Tetapi dayang yang berbicara tadi kecuali
melongokkan kepalanya ke depan, tangan kanannya
dengan erat-erat memegangi horden di depan kereta, hal
ini membuat Phoa Ceng Yan tak berhasil melihat jelas
pemandangan di dalam kereta tersebut.
Ketika itulah, kereta-kereta yang berada di depan
sudah pada berhenti semua, dari kereta ketiga muncullha
Liauw Hujien yang berjalan mendekati mereka dengan
langkah tergesa-gesa.
"Cun Lan! Kau berkata siapa yang sudah sakit?""
tanyanya. "Nona telah menderita sakit, bahkan sakitnya sangat
keras, panasnya luar biasa sekali sedang ia sendiri sudah
jatuh tak sadarkan diri."
122 Mendengar perkataan tersebut, Liauw Hujien semakin
mempercepat langkahnya.
"Cepat bimbing aku naik ke dalam kereta," serunya
cepat. Karena langkahnya yang amat cepat dan tergesagesa,
terpaksa Phoa Ceng Yan menyingkir ke arah
samping. Cun Lan segera menarik tangan Liauw Hujien yang
dengan setengah merangkak naik ke dalam kereta.
Saat ini Phoa Ceng Yan masih belum suka matikan
niatnya, ia mengharapkan bisa berhasil menyelidiki sebab
yang telah memaksa Lam Thian Sam Sah mengundurkan
diri. Tubuhnya tetap berdiri di depan kereta setelah
mendehem sejenak lantas ujarnya.
"Hujien, penyakit putri kesayanganmu apakah sangat
parah sekali?"
"Benar parah sekali! Saking panasnya ia sudah jatuh
tidak sadarkan diri," sahut Liauw Hujien sambil
menengok keluar. "Sejak kecil ia sudah terbiasa dimanja
dan disayang, kapan ia pernah menemui kejadian yang
sangat mengejutkan ini?"
Phoa Ceng Yan segera merasa pipinya jadi sangat
panas. 123 "Cayhe tidak becus sehingga nona jadi terkejut ".."
serunya. "Urusan sudah lewat tak usah kita bicarakan lagi, yang
penting pada saat ini adalah mencari cara untuk
menyembuhkan penyakit dari Siauw-li, aku lihat ".."
Ketika itulah Liauw Thayjien sudah menerima laporan
dan berlari mendatang.
"Ada urusan apa?" sambungnya.
"Wan-jie sakit keras, ia tentu terkejut karena kejadian
tadi sehingga saking takutnya berubah menjadi penyakit"
kata Liauw hujien sambil mengucurkan air mata.
Bagaimanapun Liauw Thayjien adalah seorang bekas
pembesar, menghadapi kejadian apapun tetap berdiri
tenang. "Sudah". sudahlah jangan ribut dahulu" hiburnya.
"Suruh Coen Lan berikan sebungkus Cap Biauw San
kepadanya agar ia bisa tidur sebentar, setelah tiba di
kota sebelah depan kita baru undang tabib untuk
memeriksa sakitnya"."
Berbicara sampai di sini ia merandek sejenak,
kemudian sambil menoleh ke arah Phoa Ceng Yan
sambungnya kembali.
"Phoa-suhu, tempat ini dengan dusun yang terdekat
masih seberapa jauh?"
124 Lama sekali Phoa Ceng Yan termenung berpikir keras.
"Ingatan loolap sudah rada buram" sahutnya perlahan,
perlahan-lahan ia menoleh ke arah kusir kereta tersebut,
"Kau orang sering melakukan perjalanan lewat tempat
ini?" "Lapor Jia-ya, hamba pernah melakukan perjalanan
lewat jalan raya Han Tan ini," sahut kusir tersebut
dengan sangat hormat.
"Di depan sana adalah sebuah hutan pohon siong
yang lewat, setelah melakukan perjalanan sejauh
sepuluh lie, kita baru sampai pada dusun kecil yang
terdekat."
"Di dalam dusun itu ada kedai obat?" tanya Phoa Ceng
Yan kembali. "Dusun tersebut cuma ditinggali kurang lebih seratus
keluarga saja, kedai obat mungkin ada, tetapi apakah
tabib yang memeriksa penyakit hamba kurang paham,
jikalau kita bisa melakukan perjalanan rada cepat,
mungkin sebelum hari menjadi gelap nanti dapat
mengejar tiba di kota Si Jan Sian, tempat itu sangat
besar dan banyak penduduknya, kemungkinan sekali di
kota tersebut kita berhasil mencari seorang tabib."
"Jikalau penyakit nona Liauw sangat hebat bagaimana
mungkin bisa menunggu sampai nanti malam?"
125 "Sejak kecil Wan jie berbadan lemah dan selalu
banyak sakit," ujar Liauw Hujien dengan wajah
merengek. "Bagaimana mungkin ia tidak dibuat terkejut
oleh kejadian tadi di mana cahaya golok serta bayangan
pedang berkelebat tiada hentinya. Aku melihat panas
badannya seperti api, kemungkinan sekali tak dapat
menunggu sampai nanti malam."
Jilid 4 "Hujien!" seru Liauw Thayjien dengan alis yang
dikerutkan rapat rapat. "Peristiwa ini adalah kejadian
yang menyangkut mati hidup seseorang, siapapun tidak
kuasa untuk menghindarinya. Tadi Wan jie berhasil lolos
tanpa terluka, hal ini sudah merupakan suatu
keuntungan."
Kedua orang itu saling bantah membantah, hal ini
membuat Phoa Ceng Yan merasa sangat sedih dan serba
salah, tetapi ketika ini iapun tidak enak untuk ikut banyak
berbicara. Pada saat itulah, mendadak tampak Nyoo Su Jan
dengan terburu-buru berlari mendekat.
"Jie-ya, ada mata-mata?""
"Mata-mata" kau tidak salah melihat?" seru Phoa
Ceng Yan dengan air muka berubah hebat.
126 "Tidak bakal salah, hamba percaya penglihantanku
tadi tidak bakal salah!"
Agaknya secara mendadak itulah Phoa Ceng Yan
sudah memikul suatu beban yang seberat ribuan kati, air
mukanya berubah sangat serius, keren dan tegang.
"Kau pergilah beritahu Giok Liong, suruh dia bersiap
sedia dengan penuh kewaspadaan. Kali ini kita tak boleh
jatuh kecundang lagi di tangan orang lain," katanya
perlahan. "Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah" sahut
Nyoo Su Jan sambil mengangguk. "Peduli aliran manakah
yang datang kali ini, kita harus mempertahankan diri
mati-matian, bilamana perlu harus mengadu jiwa dan
jangan sampai jatuh kecundang lagi di tangan orang
lain." Setelah menjura buru-buru ia putar badan berlalu.
"Phoa-suhu!" menanti Nyoo Su Jan sudah berlalu,
Liauw Thayjien sambil mendehem datang menyapa.
"Apakah yang disebut sebagai mata-mata itu?"
Paras muka Phoa Ceng Yan pada saat ini sudah
berubah sangat dingin dan serius.
"Ooow?". mata-mata" itulah orang-orang yang
dikirim pihak lawan untuk melakukan pengintaian".."
127 "Aku paham sudah, mari kita berbicara di depan saja,"
kata Liauw Thayjien mengangguk, ia lantas putar badan
berlalu. Agaknya Liauw Hujien-pun sudah mendengar apa
yang sudah terjadi, dengan paras muka berubah buruburu
ia menyusup masuk ke dalam kereta.
Phoa Ceng Yan dengan cepata lari mengejar diri Liauw
Thayjien. "Thayjien!" ujarnya dengan cepat. "Aku orang she
Phoa ada beberapa pertanyaan yang hendak ditanyakan
kepadamu, harap Thayjien jangan menyalahkan diriku."
"Phoa-suhu silahkan berbicara!"
"Biasanya cukup mengandalkan merek perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kebanyakan orang-orang Liok-lim
pada memberi muka kepada kami, kecuali barang


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kawalan agaknya kali ini orang-orang Liok-lim pada
mengandung suatu maksud hendak turun tangan!"
"Maksud Phoa-suhu," ujar Liauw Thayjien
kebingungan. "Maksudku sudah amat jelas sekali, bilamana Thayjien
mempunyai sesuatu rahasia, aku mengharapkan kau
orang suka berterus terang dengan diri cayhe."
"Aku tak habis pikir sebenarnya diriku mempunyai
rahasia apakah yang ada sangkut paut dengan kalian
128 orang-orang kangouw?" kata Liauw Thayjien
menggeleng. "Cayhe ingin menanyakan satu persoalan kepada diri
Thayjien" ujar Phoa Ceng Yan dengan dingin. "Kecuali
lukisan tersebut, Thayjien sudah membawa barang apa
lagi?" "Phoa-suhu, aku cuma membawa beberapa macam
barang antik beserta beberapa lembar lukisan saja, tetapi
aku rasa barang-barang tersebut agaknya tiada sangkut
pautnya dengan orang-orang dunia kangouw. Walaupun
aku belum pernah berkelana di dalam dunia kangouw
tetapi diriku bukanlah seorang manusia yang gemar akan
harta. Jikalau kali ini ada orang yang menghadang
perjalanan kita kembali, tolong Phoa-suhu suka
menanyakan maksud tujuannya! Asalkan mereka tidak
melukai orang maka barang-barang tersebut boleh
mereka ambil pergi".
"Termasuk lukisan pengembala kambing itu?"
"Tadi aku sudah mengatakan bila lukisan itu adalah
milik orang lain" kata Liauw Thayjien dengan serius,"
Lebih baik kita jangan berikan benda itu kepada mereka,
tetapi semisalnya mereka ngotot juga menginginkan
lukisan pengembala kambing itu, berikan saja kepada
mereka! Bagaimana nyawa manusia jauh lebih penting
daripada lukisan. Perkataanku sampai di sini dulu,
bagaimana seharusnya bertindak aku serahkan saja pada
Phoa-suhu untuk memutusi sendiri!"
129 Selesai berkata dengan langkah lebar ia lantas kembali
ke dalam keretanya sendiri.
Dengan kejadian ini kontan saja membuat Phoa Ceng
Yan sebagai seorang jago kawakan dunia kangouw yang
banyak pengalaman dan sering melakukan perjalanan di
dalam Bu-lim jadi kebingungan seperti di tengah awangawang.
"Perkataan yang diucapkan oleh Liauw Thayjien
barusan ini bukan saja sesuai dengan keadaan bahkan
sangat cengli, sikapnya-pun bersungguh-sungguh, sama
sekali tidak kelihatan pura-pura."
Tetapi apa sebabnya Lam Thian Sam Sah setelah
berhasil memperoleh lukisan itu secara mendadak dari
sikap bermusuhan berubah jadi berkawan?" Bahkan
mengembalikan barang yang telah berhasil dirampas?"
Mendadak satu ingatan bagus berkelebat di dalam
benaknya. "Apa mungkin kelihayan dari nona Liauw tidak sampai
diketahui oleh kedua orang tuanya?" setelah kejadian ini
sengaja dia orang memperlihatkan sikapnya semacam
orang terkejut sehingga jatuh sakit untuk menutupi
semua perbuatannya?"" pikir Phoa Ceng Yan di dalam
hati. Kesimpulan ini meskipun rada kuat, tetapi kecuali
alasan itu Phoa Ceng Yan benar-benar tidak berhasil
memperoleh alasan-alasan yang lain untuk membuktikan
mengapakah Lam Thian Sam Sah yang terkenal
130 keganasannya itu sesudah berhasil mendapatkan barang
yang dicari secara mendadak mengembalikan lagi barang
itu bahkan minta maaf berulang kali.
Sesudah berpikir sampai di sini, Phoa Ceng Yan dapat
memastikan bila nona Liauw tentu memiliki ilmu silat
yang luar biasa lihaynya dan tidak suka menonjolkan diri
disebabkan suatu alasan yang tertentu.
Ketika itulan Nyoo Su Jan dengan langkah yang cepat
sudah berjalan mendatangi.
Phoa Ceng Yan setelah memeras otak dan
menemukan keadaan sesungguhnya yang telah terjadi,
hatinya rada merasa lega.
Dengan ada Nona Liauw tidak bakal menemui bencana
atau semisalnya benar-benar ada orang yang hendak
membegal maka ia akan turun tangan mengadu jiwa.
Kini melihat Nyoo Su Jan berjalan mendekat dengan
langkah yang cepat, ia segera saja menyongsong
kedatangannya. "Su Jan, adakah perubahan?""
Nyoo Su Jan gelengkan kepalanya berulang kali.
"Jie-ya, urusan rada tidak beres?""
"Apa yang sudah terjadi?"" tanya Phoa Ceng Yan
dengan alis yang dikerutkan rapat-rapat.
131 "Mata-mata itu mendadak melepaskan mangsanya
dengan meninggalkan tulisan menanyakan keselamatan
di atas pohon di pinggir jalan, menurut peraturan Bu-lim
hal ini berarti bila mereka sudah melepaskan niatnya
untuk membegal barang kawalan kita!"
"Lalu apakah di bagian bawah dari tulisan tersebut
ditinggalkan nama atau tanda gambar?".." tanya Phoa
Ceng Yan setelah termenung sejenak.
"Peristiwa ini justru keanehannya terletak di sini, di
atas tulisan itu tak ada nama di bawahnya-pun tidak ada
nama, orang lain sudah memberi muka kepada kita,
sebaliknya kita malah tidak tahu siapakah orang itu"
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Kemungkinan sekali orang lain memang bukan
memberi muka kepada kita dari pihak perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok!" sahutnya perlahan.
"Jie-ya! Kau jangan membuat aku jadi kebingungan
setengah mati" seru Nyoo Su Jan sambil tertawa
kebingunngan. "Bilamana mereka bukannya memandang
merek dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kita serta
melihat nama besar dari Jie-ya, lalu apakah disebabkan
memandang muka keluarga Liauw itu?"?"
"Kemungkinan sekali?""
Ia merandek sejenak, kemudian sambil tertawa tawar
sambungnya kembali dengan bicara lirih, "Su Jan, kau
132 merasa orang-orang dari keluarga Liauw sangat
mengherankan tidak?"
Nyoo Su Jan adalah seorang jago kawakan di dalam
dunia kangouw, walaupun tidak mengerti keadaan yang
sesungguhnya, tetapi ia dapat menduga di antara ucapan
Phoa Ceng Yan tersebut tentu ada sebab-sebabnya.
"Lalu apakah Jie-ya sudah menemukan sesuatu?""
balik katanya. Phoa Ceng Yan segera mempercepat langkahnya
menjauhi kereta yang ditumpangi nona Liauw.
"Sebelum turun tangan membegal barang kawalan
kita, Lam Thian Sam Sah tentu sudah mengadakan
perencanaan yang teliti, mereka tidak mungkin berubah
niat di tengah jalan disebabkan nama besar perusahaan
Liong Wie Piauw-kiok kita sehingga barang yang sudah
didapatkan dikembalikan lagi bahkan berlalu sambil
mengucapkan minta maaf berulang kali" katanya.
"Hamba cuma merasa sangat heran saja terhadap
peristiwa ini tetapi tidak mengerti keadaan sesungguhnya
yang telah terjadi. Jika didengar darimana ucapan Jie-ya
agaknya Lam Thian Sam Sah menaruh rasa jeri terhadap
Liauw Thayjien sehingga di tengah jalan membatalkan
niatnya. "Bukan?"..bukan Liauw Thayjien!" sahut Phoa Ceng
Yan sambil menggeleng. "Nona Liauw yang usianya
masih sangat muda itu?" teriak Nyoo Su Jan tak tertahan
lagi ia benar-benar merasa sangat terperanjat.
133 "Sssst?".! Perlahan sedikit."
Cepat-cepat Nyoo Su Jan menutup mulutnya rapatrapat,
lalu dengan ragu-ragu ia melirik sekejap ke arah
kereta yang ditumpangi ole nona Liauw.
"Sedikitpun tidak salah, memang benar nona Liauw
itu" sambung Phoa Ceng Yan lebih lanjut."Sewaktu Lam
Thian Sam Sah membuka hordennya dan melihat ke
dalam sekejap mendadak niatnya sudah dibatalkan
bahkan mengembalikan barang rampasannya dan
mengaku salah."
"Apakah Nona Liauw tidak turun tangan"
"Ketika itu walaupun jalan darahku tertotok, tetapi aku
dapat melihat seluruh kejadian dengan sangat jelas.
Nona Liauw tidak turun tangan, Lam Thian Sam Sah-pun
tidak turun tangan, sewaktu mereka membuka horden
kereta agaknya sudah menemukan sesuatu! Begitu
keluar dari kereta langsung niatnya dibatalkan."
Nyoo Su Jan termenung, lama sekali ia berpikir keras.
Akhirnya setelah lewat sejenak ujarnya lagi.
"Tak terpikir oleh hamba benda apakah yang sudah
ditemui oleh Lam Thian Sam Sah sehingga membuat
mereka ketakutan setengah mati dan buru-buru
mengembalikan barang rampasannya?"
"Soal ini akupun sudah berpikir sangat lama sekali,
tetapi sampai kini tak terpegang olehku barang suatu titik
134 terangpun "." kata Phoa Ceng Yan sambil tertawa
jengah. Ia menghembuskan napas panjang-panjang,
sambungnya kembali.
"Tetapi, bagaimananpun kita sudah berhasil
mengetahui bila nona Liauw sebenarnya adalah seorang
manusia aneh yang memiliki kepandaian silat sangat
tinggi!" "Perkataan semacam ini dapat diucapkan oleh Jie-ya,
hal ini benar-benar membuat orang lain yang mendengar
merasa rada tidak percaya!"
"Untuk sementara waktu kita belum berhasil
menemukan sesuatu titik terang, karena itu janganlah
menyiarkan berita ini terlebih dulu, juga tidak usah
dikasih tahu pada diri Toa Hauw serta Giok Liong
sekalian."
"Soal ini Jie-ya boleh berlega hati!"
Phoa Ceng Yan lantas mengangguk.
"Selama ini kau paling cermat di dalam melakukan
pekerjaan dan boleh dikata paling jujur dan rajin. Coba
secara diam-diam awasilah keadaan di dalam kereta
nona Liauw tersebut, tetapi jangan ceritakan tugas ini
kepada siapapun."
"Hamba mengerti "."
135 Ia merandek sejenak, lalu tambahnya, "Aku dengar
nona Liauw itu jadi sakit saking kagetnya dengan
peristiwa tadi?"
"Inilah yang dinamakan saking pintarnya sampai
keblinger, melukis ular ditambah kaki," kata Phoa Ceng
Yan sambil tertawa perlahan. "Peduli nona Liauw
sebagaimana cerdiknya, tidak lebih dia cuma seorang
bocah!" "Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah," sahut
Nyoo Su Jan sambil tertawa pula. "Garam uang kita
makan jauh lebih banyak dari gandum yang ia makan,
nanti malam sewaktu menginap di rumah penginapan
kemungkinan sekali dari sepuluh bagian, ada sembilan
bagian kita berhasil menemukan sesuatu."
"Jangan terlalu menempuh bahaya sehingga
menggusarkan nona Liauw!"
"Jie-ya boleh berlega hati, hamba di dalam
melaksanakan tugas."
Walaupun di atas pohon di pinggir jalan hanya
meninggalkan kata kata salam saja, tetapi Phoa Ceng
Yan tidak berani berbuat gegabah, selama ini selalu
bersiap sedia. Jika dibicarakan dari pihak perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok, pekerjaan pengawalan barang kali ini boleh
dikata tidak memadahi dengan biayanya, karena kali ini
mereka harus mengirim Hu Cong Piauw-tauw serta
136 empat orang Piauw su utama, kesemuanya ini tidak lain
disebabkan permintaan dari langganan.
Orang lain sudah mengeluarkan uang banyak agar
Cong Piauw-tauw sendiri suka turun tangan, tetapi
dagangan dari Liong Wie piauw-kiok terlalu bagus, Cong
Piauw-tauw tak dapat meninggalkan kantornya, sebab
setiap hari masih mengalir datang kesempatan yang
sangat banyak. Walaupun Piauw-tauw di dalam perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok banyak jumlahnya dan setiap orang pada
pandai serta berbakat, tetapi dagangan mereka terlalu
besar, kaum perampok yang menemui ajalnya di tangan
merekapun terlalu banyak, sekalipun bukan datang
mencari balas, sering-seringpun masih terjadi peristiwa
pencegatan serta pembegalan.
Karena itu di setiap cabang-cabang di daerah yang
tersebar sudah terpeliharalah burung-burung merpati
yang sangat terlatih, setiap kali menemui peristiwa
pembegalan, mereka segera melepaskan burung-burung
merpati untuk memberi laporan ke kantor pusat.
Cong Piauw-tauw yang menerima laporan dengan
cepat akan mengadakan persiapan-persiapan menyusun
rencana mencari anak buah untuk menghadapi
perubahan selanjutnya setelah itu dengan dipimpin
sendiri oleh COng Piauw-tauw pergi menuntut kembali
barang yang kena dibegal.
Sebaliknya barang kawalan dari keluarga Liauw kali ini
boleh dikata tidak begitu berharga, tetapi orang berani
137

Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membayar tinggi untuk perjalanan ini. Perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok sebagai suatu usaha dagang sudah tentu
tidak dapat menolak permintaan ini.
Setelah berunding setengah harian lamanya, terakhir
keluarga Liauw baru menyetujui pengawalan kali ini
dilakukan oleh Phoa Hu Cong Piauw-tauw.
Pada mulanya Cong Piauw-tauw memandang enteng
barang kawalannya ini, tetapi sesudah pihak langganan
menginginkan ia sendiri yang turun tangan, maka
semakin dipikir ia merasa kejadian ini semakin tidak
beres, kemungkinan sekali keluarga Liauw telah
membawa suatu benda yang sangat berharga dan tak
ingin diperlihatkan orang lain secara sembarangan.
Oleh sebab itu ia mengirim pula Nyoo Su Jan yang
terkenal akan kecerdikan serta banyak akal beserta
jagoan bertenaga paling besar Thia Toa Hauw, muridnya
paling tua Lie Giok Liong, murid nomor dua Ih Coen
untuk bersama-sama berangkat mengawal barang
kawalan ini menuju ke arah selatan, kota Kay Hong Hu.
Di dalam perhitungan Cong Piauw-tauw, sekalipun
terjadi sesuatu peristiwa setelah ada empat orang Piauw
su kenamaan beserta Hu Cong Piauw-tauw sendiri
rasanya masih cukup untuk menghadapinya.
Di dalam hati Phoa Ceng Yan sendiripun pada mulanya
merasa sangat mantap, ia mengira dengan gelarnya si
telapak besi bergelang emas untuk melindungi barangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
138 barang kawalannya kali ini maka semua urusan bisa
dibereskan dengan sangat mudah.
Siapa sangka perhitungannya ini ternyata sama sekali
meleset, ia tidak mengira bila Lam Thuan Sam Sah yang
biasanya munculkan diri disekitar lima keresidenan di
sebelah utara ternyata kali ini sudah munculkan diri di
jalan raya Han Tan bahkan bukan saja keempat orang
Piauw-sunya kena tertangkap bahkan sendiripun kena
dilukai oleh jarum beracun.
Oleh karena itu sewaktu menemukan kembali matamata
pihak lawan, sikapnya tadi amat tegang dan cepatcepat
turunkan perintah untuk melakukan penjagaan
ketat. Walaupun ia dapat melihat kata-kata yang
menyampaikan salam di atas pohon, dalam hati orang
sama sekali tidak berani berlaku gegabah apalagi ayalayalan.
Tetapi selama di tengah perjalana kali ini ternyata
mereka tidak menemui sesuatu peristiwapun, sewaktu
hari hampir malam sampailah mereka di kota Si Jan Sian.
Selama di tengah perjalanan ini walaupun Phoa Ceng
Yan selalu waspada tetapi iapun tak dapat melupakan
rahasia yang menyelimuti sekitar kereta yang
ditunggangi nona Liauw.
Oleh karena itu kecuali selama diperjalanan selain
bersikap waspada, iapun mengawasi terus semua gerakgerik
dari kereta yang ditumpangi nona Liauw.
139 Mungkin disebabkan Liauw Hujien mendengar bakal
terjadi kesulitan lagi, saking takutnya ia bersembunyi
terus di dalam kereta dan tidak kedengaran suaranya
lagi. Hal ini semakin mempertebal perasaan curiga di dalam
hati Phoa Ceng Yan, diam-diam pikirnya.
"Bilamana semisalnya nona Liauw benar-benar sakit
keras, mungkin secara mendadak ia berhasil mengurangi
penderitaan tersebut. Hmmm?""! Jelas sekali kalau
mereka sengaja berpura-pura berbuat demikian untuk
mengelabuhi diriku."
Rombongan kereta setelah masuk ke dalam kota Si
Jan Sian mereka langsung menuju ke rumah penginapan
Sam Thay di jalan besar sebelah barat.
Inilah rumah penginapan yang terbesar di dalam kota
Si Jan Sian dan merupakan tempat yang sering
digunakan oleh orang perusahaan Liong Wie Piauw-kiok.
Baru saja rombongan kereta tiba di depan pintu rumah
penginapan tersebut, tampaklah empat orang pejalan
sudah menyambut kedatangan mereka, mereka yang
bertugas mengawal kuda lantas mengerjakan tugasnya
yang menarik kereta mulai melaksanakan pekerjaannya,
suasana diliputi kesibukan.
Seorang kakek tua berjubah panjang yang mencekal
sebuah Huncwee dan agaknya merupakan Ciang kwee
140 dari rumah penginapan itu munculkan dirinya
menyambut kedatangan mereka.
"Cepat bereskan kereta dan buru-buru sediakan air
panas untuk cuci muka beberapa orang yaya!"
perintahnya. Sang pelayan dengan penuh rasa hormat
mempersilahkan para tetamunya masuk ke dalam rumah
penginapan, tetapi beberapa orang kusir kereta itu malah
berkumpul di depan kereta pertama tanpa bergerak.
Agaknya sang Ciang kwee yang memakai jubah
panjang dan membawa huncwee itupun dapat melihat
keadaan kurang beres, ia buru-buru berjalan keluar
menyongsong diri Nyoo Su Jan.
"Nyoo-ya, agaknya keadaannya kurang beres!"
tanyanya setengah berbisik.
Jelas sang Ciang kwee itu merupakan kawan lama dari
Nyoo Su Jan. "Ehmmmmm?".! Sewaktu ada ditengah jalan sudah
menemui sedikit kesulitan sehingga melukai beberapa
orang kita, cepat kau suruh pelayanmu membawa kudakuda
itu ke dalam kandang kemudian siapkan sebuah
ruangan bersih dan sunyi untuk kita!"
Si orang tua berjubah panjang itu mengangguk.
141 "Asalkan permintaan dari Nyoo-ya, sekalipun tidak
adapun aku harus carikan akal buat kalian, coba
tunggulah sebentar, aku pergi mengatur dulu," ujarnya.
"Eeeeei Ciang kwee! Kau lebih apal keaada di sekitar
tempat ini daripada diriku, siauw-te masih menginginkan
bantuanmu akan dua hal!" ujar Nyoo Su Jan lagi
setengah berbisik.
"Nyoo-ya, silahkan kau orang memberi perintah.
Asalkan aku bisa melakukannya tentu akan kulaksanakan
sebagaimana mestinya."
"Harap ciang-kwee suka memerintahkan seorang
pelayan yang pandai untuk carikan tabib kenamaan buat
kami sekalian membeli beberapa ekor kuda jempolan,
harus membayar lebih banyakpun tidak mengapa."
"Baik! Apa yang Nyoo-ya perintahkan akan aku
lakukan semua, aku mau pergi periksa dulu ke halaman
belakan apakah mungkin bisa dipakai atau tidak."
Selesai berkata ia lantas berlalu.
Beberapa saat kemudia ia telah muncul kembali.
"Nyoo-ya," katanya sambil tersenyum. "Beruntung
sekali beberapa orang tamu yang semula mendiami di
ruangan belakang suka mengalah dan pindah keluar!
Silahkan kalian semua masuk ke dalam!"
142 "Aaaaakh"..! Kalau begitu persahabatan di antara kita
semakin lama semakin bertambah erat!" seru Nyoo Su
Jan tertawa. "Nyoo-ya! Kalau terlalu memuji, bagaiman mungkin
aku orang berani menerimanya!"
Nyoo Su Jan segera memerintahkan para anak
buahnya untuk menggotong masuk para anak buahnya
yang terluka parah dan tak dapat berjalan sendiri.
Di atas tubuh mereka-mereka itu ia perintahkan untuk
menutupi dengan kain putih,dengan begitu maka
terhindarlah mereka dari pandangan para tetamu
sehingga tidak diketahui kalau mereka adalah orangorang
yang sedang terluka parah.
Anak buah dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
ternyata merupakan orang-orang yang cekatan,
ditambah Nyoo Su Jan pandai mengatur pekerjaan,
sesudah beberapa orang yang terluka parah digotong
masuk maka menyusullah barang barang mulai diangkuti.
Selama ini Phoa Ceng Yan hanya berdiri di bawah
anak tangga penginapan tersebut sambil mengawasi
semua pekerjaan terutama sekali perhatiannya ditujukan
pada nona Liauw yang dibimbing turun dari dalam kereta
oleh Cun Lam sang dayang serta Liauw Hujin.
Di depan rumah penginapan tergantung dua buah
lentera besar, meminjam cahaya yang menyoroti
sekeliling tempat itu Phoa Ceng Yan memandang nona
Liauw tajam-tajam.
143 Tampaklajh sepasang matanya terkatup rapat-rapat,
wajahnya pucat pasi sehingga kelihatan bila ia sedang
menderita sakit keras, hal ini membuat si orang tua itu
diam-diam mulai berpikir.
"Budak ini sungguh luar biasa sekali, menyaru sebagai
naga mirip naga, menyaru sebagai burung hong mirip
burung hong, sampai berpura-pura sakitpun ditirukan
sangat persis sekali."
"Phoa-suhu!" tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara sapaan
dari Liauw Thayjien yang tahu-tahu sudah berada di
sisinya."Penyakit yang diderita Siauw-li agaknya tidak
enteng. Kelihatannya kita harus berdiam selama dua hari
di tempat ini! Sejak kecil memang badannya sangat
lemah apalagi saat ini ia sedang menderita sakit, aku
rasa sulit baginya untuk menahan penderitaan di dalam
melakukan perjalanan jauh?"
Mendengar perkataan tersebut, diam-diam Phoa Ceng
Yan merasa geli, tetapi di luaran ia menyahuti pula.
"Thayjien boleh berlega hati, aku sudah menyuruh
orang untuk mengundang datang tabib guna
memeriksakan penyakit dari nona Liauw, bilamana
semisalnya penyakit nona Liauw pada esok pagi belum
sembuh juga, tiada halangannya kita berdiam dua hari
lebih lama di sini untuk beristirahat!"
Selesai berkata ia lantas mengirim kerdipan mata ke
arah Nyoo Su Jan, kemudian dengan membawa Liauw
144 Thayjien bersama-sama masuk ke dalam rumah
penginapan. Seorang pelayan dengan membawa lampu lentera
memimpin didepan membawa jalan dan menghantar
mereka ke dalam sebuah rumah penginapan Sam Thay.
Di tengah halaman tumbuh berpuluh-puluh pepohonan
bunga Bwee yang sangat lebat, salju nan putih
memenuhi permukaan tanah menambahkan semaraknya
suasana di sekitar sana bahkan samar-samar menyiarkan
bau harum yang menusuk hidung.
Liauw Thayjien dengan membawa kacung buku serta
dua orang tua bersama-sama menempati kamar di
depan, Liauw Hujien, nona Liauw serta Cun Lan
menempati ruangan sebelah selatan, sedang ruangan
sebelah utara serta sebelah belakang diberikan untuk
para anak buah perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
beserta beberapa orang Piauw-tauwnya.
Menanti semua kereta dan kuda sudah diatur rapi,
Nyoo Su Jan-pun akhirnya ikut masuk ke dalam ruangan.
"Su Jan, Kau berhasil menemukan sesuatu?" tanya
Phoa Ceng Yan setelah berbisik sambil maju
menyongsong kedatangannya.
Perlahan-lahan Nyoo Su Jan menggeleng dan tertawa
pahit. "Perkataan dari Jie-ya sedikitpun tidak salah, nona
Liauw ini bukan saja pandai menyembunyikan diri bahkan
145 pikirannya sangat pinter dan teliti sehalus sutera, baru
saja aku pergi memeriksa keadaan di dalam kereta yang
ditumpanginya, tetapi sedikit jejakpun tak berhasil aku
temukan!" "Aaaakh"..! Kalau begitu nona Liauw sudah menaruh
perasaan waspada dan berhati-hati terhadap diri kita
sehingga ia sudah membersihkan keadaan di
sekelilingnya tanpa meninggalkan sedikit bekaspun," ujar
Phoa Ceng Yan setelah berseru tertahan. Keadaan sudah
menjadi begini, kita tidak boleh melakukan pengusutan
lebih lanuut sehingga memancing rasa benci serta gusar
dari gadis tersebut, hal ini semisalnya sampai terjadi buat
kita benar-benar bukan suatu kejadian yang
menyenangkan. Tentang peristiwa ini lebih baik mulai
sekarang kau simpan di hati saja, sekalipun berada di
hadapan keluarga Liauw-pun jangan sekali-kali kau orang
memperlihatkan gerak-gerikmu itu".
"Soal ini Jie-ya boleh berlega hati, aku bisa berjaga diri
baik-baik!" sahut Su Jan mengangguk.
Sang pelayan lantas menghidangkan arak dan sayur,
tidak lama kemudian beberapa orang itu selesai
bersantap, Jie Ciang kwee dengan membawa sang tabib
kenamaan dari kota Si Jan Sian pun sudah datang ke
dalam kamar. Dengan dihantar Liauw Thayjien sendiri tabib itu
segera berangkat menuju ruang kamar di sebelah selatan
untuk memeriksakan denyutan nadi nona Liauw,
kemudian membuka selembar resep obat.
146 Liauw Thayjien jadi orang ternyata murah upah,
sebagai imbalan jasa buat tabib tersebut ia sudah
menghadiahkan lima tahil perak.
Sebelum tabib itu mohon diri, Phoa Ceng Yan turun
tangan sendiri menghantar dia orang keluar pintu besar,
menanti dirasakan di sekeliling tempat itu tiada orang
lain mendadak bisiknya, "Toa-hu (tabib), bagaimana
dengan penyakit nona Liauw?""
"Peredaran darahnya sangat lemah, denyut jantung
tidak menentu, agaknya ia baru saja menemui sesuatu


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejadian yang mengejutkan hatinya" sahut tabib tersebut
setelah termenung sejenak.
Mendengar jawaban itu Phoa Ceng Yan jadi melengak.
"Tidak kusangka di tempat semacam inipun terdapat
seorang tabib yang demikian luar biasa?""pikirnya
dalam hati. Tetapi sebentar kemudian pikirannya sudah berubah
kembali, sambungnya, "Aaaaaakh "..! Kemungkinan
sekali Liauw Thayjien yang memberitahukan soal ini
kepadanya, aku harus bertanya sampai jelas."
Karena itu ia berkata kembali, "Tentunya Liauw Hujien
yang beritahu kepada Toa-hu bila nona Liauw baru saja
mengalami sesuatu kejadian yang mengejutkan dirinta
bukan?" "Tidak! Liauw Hujie tidak pernah memberitahukan soal
ini kepadaku" bantah tabib itu sambil menggeleng
147 berulang kali. "Akupun tidak bertanya pada diri nona
Liauw, sebab-sebab penyakit ini adalah berhasil aku
temukan dari denyutan nadinya. Aku menemukan
denyutan nadi nona Liauw tidak tetap bahkan sangat
kacau, agaknya baru saja dia orang menemui suatu
kejadian yang sangat mengejutkan hatinya, aku sudah
buatkan resep, asalkan nona suka minum obat sesuai
dengan resepku itu, paling banyak tiga kali atau paling
sedikit penyakit sudah dapat sembuh kembali seperti
sedia kala."
Dalam hati Phoa Ceng Yan mengerti, sekalipun ia
bertanya lebih banyakpun tiada gunanya karena itu ia
berhenti bertanya. Setelah menghantar tabib itu keluar
dari halaman seorang diri ia duduk termenung di bawah
sorotan lampu lentera.
Jika ditinjau dari sikap serta paras muka sang tabib
sewaktu berbicara tadi, sedikitpun tidak kelihatan bila ia
lagi berbohong, jika dibicarakan dari keadaannya itu
seharusnya nona Liauw tidak mengerti soal ilmu silat.
Tetapi mengapa Lam Thian Sam Sah suka lepas
tangan dan mengundurkan diri setelah barang yang
dicari berhasil didapatkan?" di dalam persoalan ini tentu
terletak suatu kejadian yang sulit untuk diduga oleh
siapapun."
Mendadak terdengar suara langkah manusia
memecahkan kesunyian, dari pintu luar berkumandang
datang suara dari Lie Giok Liong.
148 "Paman Jie-siok, Giok Liong ada persoalan ingin
bertemu muka" serunya.
"Ehm".! Pintu tidak kututup, kau masuklah sendiri".
Pintu kayu perlahan-lahan terbuka dan muncullah Lie
Giok Liong dengan pakaian ringkas serta menggembol
golok pada pinggangnya.
"Mengapa kau bawa senjata?" melihat itu Phoa Ceng
Yan segera mengajukan pertanyaannya dengan alis yang
dikerutkan kencang-kencang.
Dari dalam sakunya Lie Giok Liong mengambil keluar
sepucuk sampul surat berwarna putih kemudian dengan
sangat hormat-nya diserahkan ke tangan Phoa Ceng Yan.
"Paman Jie-siok, coba kau orang tua lihatlah tulisan
ini!" katanya.
Phoa Ceng Yan segera menerima surat tersebut dan
dibaca isinya dengan teliti,
"Dipersembahkan kepada Phoa Hu Cong Piauw tau
dari perusahaan Liong Wie Piauw-tauw, Phoa Ceng Yan:
Menurut berita yang siauw-tee terima, aku dengar
banyak sekali kawan-kawan Liok-lim yang bermaksud
turun tangan membegal barang kawalan dari Phoa-heng
kali ini. Nama besar perusahaan Liong Wie piauw-kiok sudah
amat cemerlang laksana sang surya di tengah awangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
149 awang, apalagi si pukulan besi serta gelang emas Phoaheng
amat dashyat sekali. Tetapi haruslah kau ketahui
orang yang bermaksud hendak turun tangan membegal
barang kawalan perusahaan Liong Wie Piauw-kiok kali ini
kebanyakan merupakan pentolan-pentolan kaum Liok-lim
yang berkuasa dan mempunyai pengaruh sangat luas di
dalam Bu-lim. Bahkan beberapa orang iblis sakti yang
telah mengundurkan diri dari dunia kangouw-pun sudah
pada bermunculan kembali di dalam Bu-lim karena
persoalan ini. Karena pada sepuluh tahun yang lalu siauw-tee
pernah mendapatkan budi tidak terbalas dari Phoa-heng,
selama ini aku ingat-ingat terus budi tersebut.
Sebenarnya di dalam surat ini akan kututurkan sekalian
keadaan yang sejelas-jelasnya, tetapi berhubung siauwtee
harus melakukan penyelidikan kembali, maaf kali ini
siaw-tee tak dapat memberi keterangan yang lebih jelas.
Menulis sampai di sini mendadak kata-kata itu
terputus di tengah, kata selanjutnya ternyata tidak
disambung. Hal ini jelas menunjukkan bila orang tak ada waktu
lagi untuk menyelesaikan surat tersebut.
Selesai membaca surat itu, saking khekinya seluruh
tubuh Phoa Ceng Yan gemetar sangat keras.
"Mengapa?"" bentaknya sambil menghajar keras meja
kayu di hadapannya.
150 Ia mempunyai julukan sebagai si telapak besi,
hantamannya yang sangat dashyat di atas meja barusan
seketika itu juga menggetarkan lampu lilin di atas meja
sehingga mencelat sanat tinggi ke angkasa, sedang di
atas permukaan meja itupun tertera sebuah bekas
telapak yang sangat dalam.
Lie Giok Liong yang ada di pinggirnya cuma berdiri
melongo-longo saja.
"Soal ini siauw-tit sendiripun tidak paham!" katanya.
Dengan cepat Phoa Ceng Yan berhasil menyadari
sikapnya yang kelewat batas, ia menarik napas panjangpanjang.
"Aku sudah melindungi berpuluh-puluh laksa tahil
perak dan belum pernah menemui kesulitan, tidak
disangka di dalam perjalanan kali ini ternyata sudah
memancing datang berpuluh-puluh macam kesulitan"..!"
serunya. Perlahan-lahan ia mendongak ke atas memandang
sekejap ke arah Lie Giok Liong, kemudian sambungnya
kembali. "Kau dapatkan surat ini dari mana?"
"Tadi sewaktu siauw-tit melakukan pemeriksaan di
sekeliling rumah penginapan ini, mendadak ada datang
seorang pengemis cilik yang angsurkan surat ini
kepadaku!"
151 "Kau tidak bertanya siapakah orangnya yang suruh dia
datang menghantar surat tersebut?" tanya Phoa Ceng
Yan kembali setelah termenung sejenak.
"Pengemis cilik itu setelah menyerahkan surat tersebut
kepada siauw-tit segera putar badan dan berlalu," sahut
Lie Giok Liong sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
"Sewaktu siauw-tit ingin bertanya kepadanya kembali, ia
sudah pergi tak berbekas!"
"Ehmmm?".! Lalu masih ingatkah dirimu
bagaimanakah bentuk wajah si pengemis cilik itu?"
Sebelum memberi jawaban Lie GIok Liong termenung
beberapa saat lamanya, kemudian baru ujarnya.
"Ia memakai baju hitam yang sudah banyak tambalan,
sepasang sepatunya terbuat dari kain yang sudah kumal,
rambut kacau awut-awutan, wajahnya penuh berminyak
dan penuh tanah. Ketika itu siauw-tit memandang
sekejap ke arahnya dengan tergesa-gesa, sehingga
bagaimanakah raut muka yang sebenarnya aku sudah
tidak ingat lagi."
"Giok Liong! Kau sudah membaca surat ini?" tanya
Phoa Ceng Yan kembali dengan wajah serius.
"Siauw-tit sudah membacanya, karena merasa
peristiwa ini sangat luar biasa sekali maka sengaja aku
datang melaporkan hal ini kepada paman Jie-siok!"
"Ehmmm"..! Surat ini tak ada tanda tangannya ?""
152 "Bahkan isi suratnyapun belum selesai ditulis"
sambung Lie GIok Liong tidak menanti Phoa Ceng Yan
menjelaskan kata-katanya. "Kemungkinan sekali sewaktu
ia menulis surat tersebut mendadak sudah terjadi suatu
perubahan yang sangat besar maka sewaktu tulisan itu
baru diselesaikan sampai di tengah jalan ia sudah tak
sempat menyelesaikan kata-katanya lagi.
Sambil memandang kearah surat tersebut Phoa Ceng
Yan mengangguk berulang kali, agaknya ia sedang
memusatkan seluruh perhatiannya untuk berpikir dan
berharap dari gaya tulisannya berhasil menemukan
siapakah orang yang telah menulis surat tersebut.
Lie Giok Liong tidak berani mengganggu dengan amat
tenang ia berdiri di samping.
"Giok Liong, coba kau panggil Nyoo piauw-tauw suruh
datang kemari." ujarnya.
Lie Giok Liong mengiakan, perlahan-lahan ia
mengundurkan diri dari dalam kamar.
Sejenak kemudian, ia sudah balik kembali dengan
disertai Nyoo Su Jan sambil bungkukkan badannya
menjura. "Ehmmm!" Phoa Ceng Yan mengangguk. "Coba kau
orang bacalah dulu isi surat ini."
Selesai membaca isi surat tersebut, Nyoo Su Jan
segera mengerutkan keningnya.
153 "Jie-ya! Bilamana ditinjau dari keadaan tersebut,
agaknya peristiwa ini rada tidak benar?"" katanya.
"Benar, akaupun mempunyai perasaan demikian,
dalam hatiku merasa tidak percaya kalau orang-orang itu
sengaja datang untuk membegal barang-barang kawalan
kita." "Mungkinkah di dalam persoalan ini masih terselip
dendam sakit hati dari dunia kangouw" Kedatangan
mereka justru hendak membinasakan diri nona Liauw?"
"Bagaimana semisalnya nona Liauw benar-benar
adalah seorang pendekar yang memiliki kepandaian
sangat lihay, rasanya pendapatmu itu tidak salah" sahut
Phoa Ceng Yan mengangguk.
"Tetapi semisalnya dikatakan ia sama sekali tak
mengeri ilmu silat, bagaimana mungkin bisa
mengejutkan Lam Thian Sam Sah sehingga melarikan diri
terbirit-birit?"
"Kecuali peristiwa larinya Lam Thian Sam Sah dalam
keadaan ketakutan sehingga sulit untuk diterangkan,
persoalan-persoalan lain yang telah terjadi membuktikan
bila nona Liauw agaknya adalah seorang gadis yang tidak
mengerti akan ilmu silat".
Lama sekali Nyoo Su Jan termenung berpikir keras,
akhitnya ia tertawa pahit.
154 "Hamba sudah ada puluhan tahun lamanya berkelana
di dalam dunia kangouw, boleh dikata kali aku kena
terkurung di dalam cupu-cupu orang lain?"
Ia merandek sejenak, kemudian sambungnya kembali,
"Jie-ya! Apakah kau sudah teringat dengan orang yang
menulis surat ini?"
"Pada sepuluh tahun yang lalu ketika aku melakukan
perjalanan mengawal barang memang pernah menolong
seseorang?"," ujar Phoa Ceng Yan perlahan.
"Kalau begitu sangat bagus sekali, coba kau
katakanlah siapakah orang itu?" potong Nyoo Su Jan
dengan cepat. "Orang itu agaknya bernama Shen Cie San dengan
gelar Miauw So Gong-Gong atau pencopet sakti!"
"Tidak salah, di dalam dunia kangouw memang ada
seseorang yang mempunyai julukan demikian, ia bukan
lain adalah seorang pencuri sakti yang setiap hari baik
siang maupun malam kerjanya hanya mencuri belaka,
tetapi iapun mempunyai tiga buah pantangan bagi
pekerjaan mencurinya ini".
"ooouw?" si pencuripun mempunyai pantangan?""
"Benar! Shen Cie Sin sama sekali berbeda dengan
keadaan pencuri yang lain, ia berjiwa pendekar dan
besemangat jantan, ketiga buah pantangan dalam
pekerjaannya antara lain, pertama, tidak mencuri
pembesar jujur, putra yang berbakti, kedua, tidak
155 mencuri anak yatim piatu serta wanita janda, ketiga,
tidak mencuri rumah kaum dermawan yang berbaik hati."
"Tidak salah, memang dia orang adanya" seru Phoa
Ceng Yan dengan cepat. "Pada sepuluh tahun yang lalu
justru dikarenakan ketiga buah pantangan di dalam
pekerjaan mencurinya inilah aku baru turun tangan
menolong dia dan mengobati luka-luka yang diderita
olehnya." "Bilamana kita berhasil menemukan She Cia Sin, ada
kemungkinan berhasil pula mendapatkan sedikit
keterangan yang berharga bagi kita di dalam peristiwa
ini." usul Nyoo Su Jan secara tiba-tiba.
"Untuk menyampaikan surat itu saja, ia suruh orang
kirim kemari, kita harus pergi ke mana menemukan
jejaknya?""
"Perkataan Jie-ya memang benar,kalau begitu satusatu
jalan pada saat ini adalah teliti dengan Liauw
Thayjien, kita orang yang mencari makan dengan bekerja
sebagai pengawal barang, walaupun tidak takut mati,
tetapi kitapun mengharapkan bisa mati dengan sejelasjelasnya
sedang mengenai rasa curiga kita terhadap nona
Liauw, Jie-ya secara langsung boleh tanyakan kepada
Liauw Thayjien, disamping kita memperkuat pertahanan


Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Lung Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di tempat ini, kitapun harus berusaha melaporkan
peristiwa ini kepada Cong Piauw-tauw."
"Jika ditinjau dari situasi pada saat ini agaknya beban
ini tak sanggup aku pikul kembali, kalianpun sudah
terlalu kepayahan. Beritahu pada anak-anak semua,
156 disamping melakukan penjagaan yang ketat, kita harus
mencari akal untuk melaporkan peristiwa ke kantor
pusat. Besok kita sehari di sini untuk lihat-lihat keadaan,
bagaimana nona Liauw harus beristirahat dulu".." kata
Phoa Ceng Yan kembali.
Nyoo Su Jan lantas bungkukkan badannya menjura.
"Baiklah hamba akan lakukan semua perintah Jie-ya!
Aku mohon diri dulu." ujarnya.
"Jie-siok! Siauw-tit-pun ingin melakukan perondaan di
sekeliling ruangan, sekalian mencari tempat-tempat yang
menguntungkan sebagai pos penjagaan" ujar Lie Giok
Liong pula sambil ikut bangun berdiri.
"Baiklah ?"." sahut Phoa Ceng Yan sambil
mengangguk. "Kalian harus berusaha keras untuk hal
ini!" Setelah Nyoo Su Jan serta Lie Giok Liong pergi. Phoa
Ceng Yan lantas tutup pintu, memadamkan lampu dan
naik ke atas pembaringan untuk beristirahat.
Ia ingin berpikir seorang diri secara teliti, si telapak
besi bergelang emas sudah ada dua puluh tahun
lamanya melakukan pekerjaan mengawal barang dan
selama ini belum pernah menemui peristiwa semacam
ini. Sampai saat ini belum dipahami olehnya benda
berharga apakah yang telah dibawa langganan-nya ini
157 sehingga memancing datangnya niat oran-orang Liok-lim
untuk melakukan pencurian serta perampokan.
Di samping itu diapun tidak paham siapa-siapa saja
yang berniat untuk melakukan pembegalan tersebut?"
Tetapi dengan pengalamannya selama puluhan tahun
di dalam dunia kangouw, ia dapat merasa bila Liauw
Thayjien tidak mirip dengan seorang manusia licik yang
berhati kejam, sikap maupun paras mukanya sewaktu
berbicara menunjukkan bila dia adalah seorang terpelajar
yang mengerti akan sopan santun.
Liauw Hujien pun menunjukkan gerak-gerik seorang
wanita dari kalangan tinggi, ia tidak mirip dengan
perempuan-perempuan biasa yang sering dijumpai.
Sedang beberapa orang pelajar yang mengikuti Liauw
Thayjien, kecuali dua orang pelayan tua, satu-satunya
orang yang masih muda adalah si kacung buku itu.
Beberapa orang ini Phoa Ceng Yan pernah menemui
semua, mereka tidak mirip dengan seorang penjahat
yang berkedok orang alim.
Di antara rombongan keluarga Liauw satu-satunya
orang yang paling patut dicurigai hanya nona Liauw
pernah terkait di dalam soal membalas yang sering
terjadi di dalam Bu-lim, maka tentu ia sudah membawa
sebuah benda pusaka Bu-lim yang sangat berharga tanpa
sepengetahuan orang tuanya, sehingga hal ini
memancing datangnya jago-jago lihay Bu-lim untuk
mencari gara-gara serta kerepotan.
158 Perusahaan Liong Wie Piauw-kiok sudah mengawal
ratusan laksa tahil perak dan menjelajahi lima
keresidenan, selama ini jarang sekali mereka menemui
rintangan-rintangan.
Siapa sangka pekerjaan kali ini ternyata sudah
memancing datangnya begitu banyak kerepotan,
semisalnya Liauw Thayjien sewaktu menjabat sebagai
pembesar pernah menyalahi seseorang dan kini orangorang
Liok-lim datang mencari balas dengan dirinya,
tidak sepatutnya pihak lawan harus terburu-buru di
dalam beberapa hari ini dan suka menempuh bahaya
untuk bentrok muka dengan pihak perusahaan Liong Wie
Piauw-kiok. Karena di dalam perjanjian semua perusahaan Liong
Wie Piauw-kiok hanya mengawal orang-orang itu sampai
di kota Kay Hong Hu saja, setelah tiba tanggung jawab
Liong Wie Piauw-kiok sudah selesai. Bilamana orangorang
itu hendak membalas dendam maka pihak Piauwkiok
tiada berhak untuk ikut campur lagi.
Di antara alasan-alasan dan pikiran-pikiran yang
memenuhi benaknya selama ini, ia merasa alasan yang
paling kuat adalah secara diam-diam nona Liauw telah
membawa semacam barang yang sangat berharga tanpa
sepengetahuan orang-tuanya.
Phoa Ceng Yan tidak mengerti apa yang telah dibawa
olehnya?" tetapi ia menyadari bila barang berharga
tersebut tentu bernilai jauh di atas seratus laksa tahil
perak, masih ada lagi lukisan itu, agaknya lukisan
159 tersebut-pun bukan sebuah lukisan biasa, cuma sayang
ia tak mengerti akan barang-barang lukisan semacam itu
sehingga tidak mengerti pula di manakah letak
keberhargaan dari barang itu.
Setelah berpikir keras beberapa saat lamanya dan
terakhir berhasil menemui sedikit gambaran, Phoa Hu
Cong Piauw-tauw dari perusahaan Liong Wie Piauw-kiok
inipun mulai merasakan hatinya tenang.
Setelah hatinya tenang rasa mengantuk serta lelahpun
mulai menyerang badan, tanpa terasa lagi ia sudah
tertidur nyenyak.
Ketika ia membuka mata untuk kedua kalinya, hari
sudah terang tanah, buru-buru ia bangun lalu memeriksa
keadaan di luar kamar.
Sewaktu ditemuinya suasana di sekeliling sana amat
tenang dan mengerti bila semalam tidak terjadi sesuatu
peristiwa, hatinya baru merasa lega.
Saat itu Liauw Thayjien pun sudah bangun dari
tidurnya dan berdiri di depan pintu.
"Thayjien, selamat pagi!" sapa Phoa Ceng Yan sambil
menjura. "Ooooooow". Phoa Hu Cong Piauw-tauw!" kata Liauw
Tahyjien sambil tersenyum. "Kapan kita mau berangkat?"
Perlahan-lahan Phoa Ceng Yan berjalan mendekat.
160 "Cayhe ingin beristirahan satu-dua hari terlebih dulu di
sini, menanti sakit puteri kesayangannya Thayjien sudah
betul-betul sembuh, kita baru melanjutkan perjalanan
lagi," sahutnya.
"Siauw-li sudah minum obat dan sakitnyapun sudah
rada sembuh seperti sedia kala." ujar Liauw Thayjien
setelah termenung sebentar. "Urusan di dalam
perusahaan kalian tentunya sangat sibuk, aku rasa tak
perlu buang waktu lagi di sini, bilamana ini hari bisa
berangkat, kita berangkat sekarang juga."
Mendengar perkataan tersebut, Phoa Ceng Yan jadi
melengak, ia merasa peristiwa ini ada di luar dugaannya,
kontan saja ia mulai berpikir.
"Terima kasih buat perhatiaan Thayjien terhadap
kesibukan perusahaan kami, tetapi cayhe rasa kuda-kuda
kita terlalu lelah, lagi kesehatan puterimu-pun kurang
leluasa, aku rasa kita tidak perlu terlalu bercemas hati,
lihat dulu bagaimana keadaan sakit dari puterimu pada
ini hari! Bilamana sakitnya sudah sembuh benar-benar
besok pagi kita segera melanjutkan perjalanan."
Liauw Thayjien segera mengangguk dan tersenyum.
"Selama ini Siauw-li terus-terusan sakit, aku sebagai ayah
tertalu biasa dengan kejadian itu," katanya.
Waktu itulah mendadak tampak Ih Coen dengan
langkah tergesa-gesa berjalan mendekat, sewaktu
dilihatnya Phoa Ceng Yan sedang bercakap-cakap
dengan Liauw Thayjien, ia lantas berdiri di samping
dengan sepasang tangan diluruskan ke bawah.
161 "Coen jie, ada urusan apa?" tanya Phoa Ceng Yan
dengan alis yang dikerutkan.
"Paman Jie-siok mendapat sebuah undangan."
"Undangan" undangan dari siapa?" tanya Phoa Ceng
Yan melengak. Dari dalam sakunya Ih Coen mengambil keluar sebuah
undangan besar berwarna merah kemudian dengan
sangat hormat diangsurkan ke depan.
"Ada orang mengundang paman Jie-siok untuk
bersantap!" jawabnya.
Phoa Ceng Yan segera merasakan hatinya tergetar
sangat keras, tetapi berhubung Liauw Thayjien ada
dihadapannya, mau tak mau terpaksa ia harus
mempertahankan ketenangannya.
"Bagus sekali!" serunya sambil tertawa setelah
menerima surat undangan tersebut.
"Tidak kusangka di tempat inipun ada teman-teman
yang aku kenal!"
Setelah menerima surat undangan tersebut, ia lantas
membuka dan membaca isinya.
"Menanti kunjungan saudara untuk menghadiri
perjamuan yang telah kami sediakan."
162 Di bawahnya hanya tercantum beberapa kata: Salam
dari lima orang kawan karibmu!.
Phoa Ceng Yan membuka undangan tesebut maksud
hatinya justeru hendak melihat nama-nama orang yang
mengundang, tetapi setelah melihat kata-kata yang
dibicarakan di sana hanya tulisan lima orang kawan
karibmu saja ia merasa hatinya rada kecewa karena ini
menunjukkan kalau pihak lawan tidak ingin
memberitahukan siapakah mereka-mereka itu.
Ketika ia melanjutkan membaca, maka di belakangnya
hanya tercantum tempat perjamuan yaitu di sebuah
rumah makan di jalan sebelah timur pada tanggal lima
bulan dua jam duabelas siang hari ini juga.
"Phoa-suhu, kenalkah kau orang dengan nama-nama
itu" tanya Liauw Thayjien mendadak setelah mendehem
perlahan. Phoa Ceng Yan segera menyimpan surat undangan itu
ke dalam saku kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaa?"haaaaa?"haaaaa?" kawan lama, kawan
Golok Halilintar 10 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Jodoh Si Mata Keranjang 4
^