Neraka Hitam 9

Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Bagian 9


merasa murung juga setelah menyaksikan kekuatan yang
sebetulnya dari pihak kaum pendekar, pikirnya, "Pihak
keluarga Hoa saja belum menampilkan diri tapi pertarungan
sudah demikian sulitnya, jika Hoa Thian-hong dan Bun Siau ih
turun serta dalam pertarungan, bukankah kemenangan bagi
pihak kami lebih tiada harapan lagi?"
Berpikir sampai disitu, kewaspadaannya makin meningkat,
ia merasa jika antara tiga perkumpulan besar masih terdapat
saling curiga mencurigai maka hal mana merupakan suatu
kerugian besar bagi pihaknya. Maka kepada Tang Bong liang
dia berkata "Tang thamcu, kau cepat mengirim utusan untuk
menghadap Seng To cu serta Bwe Su-yok?"
"Sinkun ada pesan apa?" tanya Tang Bong liang agak
tertegun. Kok See-piau termenung sejenak, kemudian katanya, "Utus
orang untuk menyampaikan kata-kataku, katakan bahwa pun
sinkun, beranggapan bahwa keadaan musuh saat ini jauh
berbeda dari keadaan dulu, apalagi pihak keluarga Hoa sama
sekali tak nampak batang hidungnya, kita butuh suatu kerja
sama yang kuat, bila saling curiga mencurigai terus niscaya
kita akan ditunggangi orang lain, keadaan tak bisa ditunda
lagi, jika setuju harap mereka mengirim jago-jago lihay nya
kedalam arena dan bersama-sama membasmi musuh, tanya
kepada mereka bagaimana pendapatnya".?"
Selelah berhenti sejenak, terusnya, "Hanya itu saja
pesanku, nah sekarang boleh kau sampaikan kepada mereka!"
601 Tang Bong liang segera membungkukkan badannya
memberi hormat, dan mengundurkan diri dari mimbar.
Tak selang beberapa saat kemudian, Tang Bong liang
muncul kembali dengan wajah berseri, katanya.
"Lapor Sinkun, Seng To cu dan Bwe Su-yok telah
menyatakan kesanggupannya untuk mengangkat Sinkun
sebagai pimpinan"
Kok See-piau tertawa hambar, katanya kemudian, "Bwe Suyok
serta Seng To cu adalah manusia-manusia pintar, tentu
saja mereka dapat mempertimbangkan untung ruginya"
Berpaling kearah Cho Thian hua, dia berkata lagi.
"Harap suheng bersedia membantu dengan sepenuh
tenaga!" Cho Thian hua manggut-manggut.
"Tentu saja!" katanya.
"Orang-orang lainnya tak perlu dirisaukan, kuserahkan saja
Goan cing si hwesio tua itu untuk suheng"
"Jangan kuatir sute, serahkan saja semuanya kepadaku!"
jawab Cho Thian hua dengan angkuh.
Kok See-piau mengalihkan kembali sinar matanya kearah
para pendekar dibarak barat, mendadak hawa napsu
membunuh menyelimuti seluruh wajahnya, tiba-tiba ia
mendongakan kepalanya dan tertawa seram, serunya seperti
orang kalap, "Hoa Thian-hong! Hoa Thian beng Loh" akan ku
papas kutung sayap- sayapmu, akan kulihat sekalipun kau
602 berilmu tinggi, dengan cara apa akan kau kuasahi dunia
persilatan"
Haaahhh.. .haahhhh?"..haaahhh"hari ini kalian kawanan
manusia yang munafik, yang berlagak sok suci dan gagah
akan kutumpas habis dari muka bumi?"!"
Tiba-tiba ia menghentikan gelak tertawanya dan pulih
kembali dalam ketenangan semula, sambil mengulapkan
tangannya dia berkata, "Harap kalian semua mengikuti pun
sinkun!" Selesai berkata ia berjalan turun lebih dulu dari mimbar
diikuti Cho Thian hua, Leng lam it khi sekalian jago.
Seng To cu yang menyaksikan hal itu dari kejahuan segera
beranjak, seraya berkata, "Semua murid Sang sut pay
dengarkan baik-baik, separuh tinggal disini, separuh yang lain
ikut diriku"
"Dengan memimpin Hu yan Kiong, Hong Liong, sekalian
enam tujuh puluh orang mereka berjalan menuju ke tengah
arena. Bwe Su-yok yang menyaksikan hal tersebut segera
mengangkat pula toya kepala setannya ke udara, Hong Im,
Lee Kiu-it sekalian yang berada dalam barak segera
munculkan diri ke tengah arena, merekapun meninggalkan
separuh bagian anggotanya ditempat semula.
Situasi berubah dengan cepatnya, para pendekar kaum
lurus yang menyaksikan kejadian itu menjadi amat
terperanjat. Lan hoa siancu segera menyumpah, "Cucu iblis, tampaknya
mereka lebih cerdik daripada siapapun!"
603 Dengan suara keras Bong Pay berseru, "Urusan telah
berkembang menjadi begini, mari kita beradu jiwa dengan
mereka!" Tubuhnya berdiri kaku ditempat semula, hawa murni
segera dihimpun kedalam telapak tangan dan melancarkan
serangkaian serangan berantai.
Dalam waktu singkat, angin puyuh menderu-deru, desingan
angin tajam yang disertai sambaran guntur lamat-lamat
terdengar jelas, sungguh hebat serangan tersebut.
Benq Wi cian kontan terdesak hebat oleh serangan dahsyat
dari Pek lek ciang tersebut, tubuhnya mundur beberapa
langkah dengan sempoyongan, darah panas bergolak dalam
dadanya ia merasa isi perutnya sudah terluka parah.
Tiba-tiba terdengar Cu Im taysu membentak keras, senjata
sekop peraknya memancarkan sinar tajam yang menyilaukan
mata, dalam waktu singkat Im sam toa koay Mo Ciong lam
terbungkus dibalik kabut cahaya perak yang tebal dan
berlapis-lapis itu.
Agaknya beberapa orang itu sudah bertekad untuk
menyelesaikan pertarungan secepat mungkin, karena itu
serangan-serangan yang dilontarkan semakin dahsyat dan
menggila. Separuh bagian jago-jago dari Kiu-im-kau dan Mo kau
sudah terjun kearena sedangkan anak murid Hian-beng-kau
dari tingkatan baju biru keatas sebagian besar sudah terjun ke
gelanggang pertempuran, jumlah mereka mencapai tiga ratus
orang lebih. 604 Serangan gabungan ini ibaratnya air bah yang menggulung
datang, sedemikian dahsyatnya sehingga membuat para jago
yang bernyali kecil sudah merasa keder dulu sebelum
pertarungan berlangsung.
Dari pihak pendekar kaum lurus, dari Tian tay pay, Tiam
cong pay serta bekas anak buah Sin-ki-pang bersama-sama
sudah terjun ke dalam arena pertarungan.
Sebaliknya Goan cing taysu cuma duduk memejamkan
mata seakan-akan tidak melihat akan terjadinya pertarungan
tersebut, Coa hu jin menjadi tercengang setelah menyaksikan
kejadian itu, dia ingin menegur tapi niat tersebut segera
diurungkan, akhirnya tanpa mengucapkan sepatah katapun ia
terjun pula dalam arena pertarungan.
Pek Soh gi tidak suka segala macam pertarungan, maka ia
hanya bertugas menolong yang terluka dan mengobati mereka
dalam barak. Pihak Thian tay pay meninggalkan pula tiga orang
muridnya yang terlemah dalam barak, sedang yang lain
hampir sudah terjun semua ke arena pertarungan
Coa Cong gi sekalian kaum muda yang paling bersemangat,
mereka saling berebut terjun ke arena dan menyikat musuh
yang dijumpainya.
Cahaya golok, hawa pedang serasa menyelimuti angkasa,
teriakan dan bentakan keras menggelegar memecahkan
kesunyian, suara bentrokan senjata, jeritan ngeri memekikkan
telinga, sungguh mengerikan suasana pertempuran waktu
itu?" 605 Dalam waktu singkat darah telah berceceran membasahi
lantai, tumpukan mayat bergelimpangan di sana sini
menambah seramnya suasana disekitar tempat itu.
Tiang heng tokoh selalu berusaha untuk menghindari murid
Kiu-im-kau, ia bergerak mendekati orang-orang Hian-bengkau,
tapi saat itulah terdengar Khong Im membentak gusar,
"Ku Ing ing, berhenti kau!"
Segulung angin pukulan yang berat bagaikan bukit,
langsung menindih keatas kepalanya.
Dengan cepat ia mengegos ke samping, tapi Khong Im
menerjang lebih jauh, karena apa boleh buat terpaksa Tiang
heng Tokoh mengebaskan senjata hudtimnya dan terlibat
dalam pertarungan sengit melawan Khong Im.
Su kong tongcu Ke Thian tok dari Kiu-im-kau yang
menyaksikan kejadian itu dengan cepat berpikir,
"Bagaimanapun juga, hari ini Ku Ing ing tak boleh dibiarkan
pergi dengan selamat!"
Berpikir demikian dia lantas menerjang ke muka sambil
melancarkan sebuah pukulan.
Pui Che-giok yang selama ini mengikuti dibelakang Ku Ing
ing, segera mengerutkan dahinya setelah melihat kejadian itu,
"Criiing!" pedang mustikanya diloloskan dari sarung, kemudian
dengan jurus Pat boa hong yu (hujan angin di delapan
penjuru) dia sergap diri Kek Thian tok.
Baru saja Kek Thian tok melepaskan serangan-nya, tibatiba
ia merasakan matanya menjadi silau kemudian bayangan
pedang memenuhi angkasa, dalam kagetnya cepat-cepat ia
menjejakkan kakinya ke tanah dan melompat ke samping.
606 Pui Che-giok membentak keras, pedangnya kembali
diayunkan ke depan melakukan pengejaran.
Kek Thian tok menjadi naik darah, bentaknya, "Perempuan
sialan, kau anggap pun tong cu jeri kepadamu?"
Sambil memutar telapak tangannya ia menerjang ke depan,
dua orang itu segera terlibat dalam suatu pertarungan yang
amat seru. Selama ini yang menjadi titik perhatian pihak Kiu-im-kau
tak lain adalah Tiang heng Tokoh, maka begitu terjun ke
arena, Le Kiu-it, Seng Yu san dan Huan Tong sekalian segera
mengurung perempuan itu rapat-rapat.
Ho Ke sian dan Si Jin kiu yang menjumpai keadaan itu,
dengan cepat memimpin para bekas anggota Sin-ki-pang
untuk menyerbu kearah situ.
Tiba-tiba terdengar Bong Pay membentak keras, jurus
serangannya berubah, deruan angin geledek mendadak
terhenti, kemudian tubuhnya maju ke depan, sepasang
telapak tangannya diayunkan kemuka dengan kecepatan
bagaikan sambaran petir.
Beng Wi cian menggetarkan sepasang bahunya karena tak
kuat menahan tekanan lawan, sambil menjejakkan kakinya ke
tanah, cepat-cepat dia melompat kesamping untuk
menghindarkan diri.
Tujuan Bong pay dengan serangannya itu justru
menginginkan musuhnya mundur, maka begitu lawan
bergerak kebelakang, dia lantas membentak nyaring, "Kena!"
Sepasang telapak tangannya dibalik, seperti seekor ular
lincah, tiba-tiba menerjang ke depan.
607 Keempat buah serangan berantai yang di lancarkan ini tak
lain adalah jurus serangan yang tercantum dalam kitab Ci yu
jit ciat (tujuh kupasan dari Ci yu) bagian bawah, nama aslinya
adalah Liok cu hun dan terdiri dari empat jurus.
Kitab tersebut sudah lama hilang dari peredaran dunia
persilatan, tapi dalam penggalian harta diistana Kiu ci kiong,
kitab tersebut berhasil ditemukan kembali, bukan saja
kekuatannya luar biasa, perubahan jurus nya sakti dan diluar
dugaan, jauh lebih he bat dari pada tiga jurus "Menyerang
sampai mati"
Sejak mendapatkan ilmu sakti ini, baru pertama kali ini
Bong Pay mempergunakannya untuk menghadapi lawan, bisa
dibayangkan betapa dahsyatnya ancaman tersebut.
Ketika bertarung melawan Hoa In-liong di kota Si ciu
beberapa bulan berselang, Beng Wi cian kehilangan jarinya
justru dalam ketujuh jurus serangan ini, luka itu belum lama
sembuh dan kesannya masih mendalam sekali, walaupun ia
tahu kalau serangan itu lihay, namun ia toh tak sanggup untuk
menahannya juga.
Dalam kejut dan gusarnya, tanpa memperdulikan ancaman
musuh lagi, dia membentak gusar, telapak tangan kanannya
langsung dibacokkan ke perut Bong Pay dengan tujuan saling
beradu jiwa. Bong Pay sudah memperhitungkan segala sesuatunya
dengan tepat, tentu saja ia tak sudi membiarkan musuhnya
meraih keuntungan, sambil mendengus, tiba-tiba tubuhnya
berputar ke belakang Beng Wi cian, sebuah pukulan segera
dilancarkan, 608 Phoh Siu dari Po cu tam jian (tiga manusia cacad dari po
cu) yang melihat gelagat tak baik, segera tertawa seram.
Tubuhnya menerjang maju ke belakang Bong Pay, lalu di
sambarnya pinggang musuh dengan sebuah cengkeraman
maut. Dengan gerakan tubuhnya yang enteng seperti bayangan
setan, ditambah lagi serangannya sedikitpun tidak membawa
suara desingan, ancaman dari manusia semacam ini justru
merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya, apa lagi
dalam pertarungan massal seperti ini.
Tapi pendidikan keras yang diterima Bon Pay selama
banyak tahun bukan saja membuat ilmu silatnya sangat lihay,
perubahan sikapnya pun cukup hebat, betul ia tidak
mendengar suara apa-apa, tapi dengan ke cerdasan otaknya
ia bisa menduga bahwa ada seseorang sedang mendekati
tubuhnya, maka tanpa berpikir lagi dia mengegos ke samping
sambil melanjutkan serangannya.
Beng Wi cian bukan seorang jago sembangan, ketika Bong
Pay menggeserkan tubuh sambil melepaskan serangan tadi,
ternyata ia telah memanfaatkan peluang yang amat sedikit itu
untuk menyusup mundur dari tempat semula"
Selisih waktu yang tersedia memang relatif kecil, betul ia
bisa lolos dari serangan yang telak, namun punggungnya tak
urung kena disapu juga oleh pinggiran angin pukulan yang


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tajam. Dengan tenaga dalam Bong Pay yang begitu sempurna, tak
ampun lagi tubuhnya terlempar sejauh beberapa kaki dari
tempat semula, kemudian?"
"Uaak!" ia muntah darah segar.
609 Detik berikutnya, Bong Pay telah memutar badannya dan
terlibat dalam suatu pertarungan sengit melawan Pho Siu.
Tiba-tiba terdengar Im sam toa koay menjerit ngeri,
pinggangnya tersambar telak oleh bacokan senjata sekop Co
Im taysu sehingga mengakibatkan kematian yang mengerikan
baginya. Len lam it khi yang menyaksikan peristiwa itu menjadi amat
gusar, sambil berpekik nyaring ia menerjang ke depan dan
secara beruntun melepaskan delapan buah serangan berantai.
Serangan yang tiba secara beruntun dengan kekuatan
bagaikan gelombang samudra ini segera mendesak Co Im
taysu yang ketinggalan selangkah menjadi keteter hebat.
Para jago bekas anggota Sin-ki-pang, rata-rata adalah jago
kawakan yang berpengalaman luas dan terbiasa melakukan
pertarungan sengit, meskipun sudah berpisah banyak tahun
ternyata kerja sama mereka dimasa silam masih tetap
dipertahankan. Kekuatan gabungan dari sekawanan jago kelas satu ini
betul-betul mengerikan hati, begitu pertarungan berlangsung,
anak murid tiga perkumpulan segera dibasminya habishabisan,
jerit kesakitan berkumandang silih berganti, dalam
waktu singkat banyak diantaranya yang tewas dan terluka
parah. Sebenarnya Cho Thian hua enggan turun tangan, tapi
setelah menyaksikan kejadian itu dengan kening berkerut ia
berseru, "Bocah-bocah dari Sin-ki-pang, bersiap-siaplah, lohu
akan turun tangan terhadap kalian.
Seakan-akan tidak terjadi sesuatu apapun pelan-pelan ia
berjalan menghampiri kawanan jago dari Sin-ki-pang tersebut.
610 Para jago dari Sin-ki-pang cukup mengetahui akan
kelihayannya, melihat itu mereka jadi amat terkejut,
sementara Cho Thian hua masih berada beberapa kaki
jauhnya, semua orang telah mengayunkan telapak tangannya
bersama?""
Segulung tenaga pukulan gabungan yang tak terlukiskan
dahsyatnya, dengan cepat menghantam ke depan?"..
Cho Thian hua betul-betul memiliki kepandaian yang
mengerikan, sebelum semua orang sempat menyaksikan
gerakan apa yang dia la kukan, tahu-tahu jago tua itu sudah
menghindari serangan dahsyat itu dan tiba didepan dua orang
jago, kemudian sepasang tangannya direntangkan, secepat
kilat serangan dahsyat dilancarkan.
Buru-buru dua orang jago itu mengangkat tangannya untuk
menangkis, tapi jurus serangan belum sampai dilancarkan?".
"Kraaak" jalan darah Thian leng kay di ubun-ubun mereka
sudah terhajar telak.
Tak ampun lagi tubuh mereka roboh terjengkang ke tanah
dan tewas seketika itu juga.
Para jago dari kaum lurus menjadi terperanjat oleh
peristiwa itu. Coa Cong gi yang berangasan dan membenci
kejahatan segera membentak dengan penuh kegusaran.
"Setan tua, rasakan pukulanku ini!"
Sepasang telapak tangannya bersama-sama dilontarkan ke
depan. 611 Cho Thian hua naik pitam, ia mengentak pula, "Bocah
muda, kau pingin mampus!"
Untuk menghadapi anak muda seperti ini, hakekatnya ia
tak sudi turun tangan sendiri, tubuhnya segera berdiri tegak
tak berkutik ditempat semula.
Bagi Coa Cong gi, jangankan berhasil membunuh Cho
Thian hua dengan serangannya, kalau tak sampai dibikin
mampus oleh tenaga pantulan yang memancar keluar dari
tubuh lawanpun sudah boleh dikatakan mujur sekali.
Coa Wi-wi menjadi amat terperanjat, teriaknya kaget,
"Koko?".!"
Mendengar panggilan itu, Cho Thian hua cepat berpikir,
"Ooob?"..rupanya bocah ini adalah kakaknya dayang
tersebut, kalau sampai kubunuh dirinya, sudah pasti dayang
cilik itu akan beradu jiwa denganku?"!"
Niatnya untuk mengangkat Coa Wi-wi sebagai anak
angkatnya masih belum hilang, maka berpikir sampai disitu,
mendadak ia cengkeram per gelangan tanggan Coa cong gi
kemudian melemparkan tubuhnya ke belakang.
Sekalipun ia tidak berniat mencabut nyawa Coa Cong gi,
namun jago tua ini berhasil memberi pelajaran kepada
pemuda itu, karenanya bantingan itu dilakukan cukup keras,
Coa Cong gi terlempar sejauh tujuh delapan kaki dari
tempat semula, saking kerasnya bantingan itu sampai
beberapa waktu ke mudian ia baru bisa bangkit secara paksa.
Sekujur tubuhnya segera terasa sakit melilit, tulang
belulangnya seperti terlepas semua tapi dasar bandel dan
keras kepala, ketika di liatnya Leng Wi cian ada disampingnya
612 ia lantas menubruk ke depan sambil mengayunkan tinjunya,
sedangkan sebuah tendangan menghajar pusat lawan.
Beng Wi cian merasa amat gusar, katanya, "Walaupun lohu
sudah terluka, untuk membereskan bajingan cilik seperti kau
masih cukup punya tenaga!"
Ia mengegos kesamping menghindarkan diri dari
tendangan tersebut kemudian kepalanya diayun ke depan
menghantam dada lawan.
Sementara itu Coa hujin sedang bertarung melawan dua
orang sutenya Bu liang sinkun, ketika melihat Coa Cong gi
tercekam dalam mara bahaya, ia menjadi kuatir sekali
sehingga pikirannya bercabang.
Dua orang sutenya Bu liang sinlun itu bernama Bu Beng
san dan Khi Tiong kui, ilmu silatnya dimasa lalu hanya selisih
setingkat ketimbang Bu liang Sinkun sendiri, kerja sama kedua
orang ini cukup tangguh dan berbahaya sekali.
Betul Coa hujin berilmu sangat tinggi namun dia agak
kewalahan juga menghadapi ancaman yang berat tersebut,
apalagi setelah pikirannya bercabang, dari posisi diatas angin
dengan cepat ia terdesak berada dibawah angin.
Setelah membanting Coa Cong gi, Cho Thian hua memutar
kembali biji matanya memandang kesana-kemari, lalu dia
bersiap sedia kembali untuk melancarkan serangan.
Goan cing taysu yang duduk bersila dalam barak, sepintas
lalu ia tampak seperti lagi semedi, padahal semua kejadian
dalam arena dapat diikuti olehnya dengan jelas.
Pendeta ini sadar bahwa ia tak bisa berpeluk tangan
belaka, maka setelah menghela napas panjang, dia
613 mengebaskan ujung bajunya dan menghadang jalan pergi Cho
Thian hua. Melihat kemunculan pendeta itu, Cho Thian hua
melepaskan sebuah totokan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haashh"..haaahhh?"haaahhh?"lohu memang berniat
untuk memaksa kau turun tangan!"
Kelihayan ilmu silat yang dimiliki dua orang ini boleh
dibilang jarang sekali bisa dijumpai didunia ini, begitu
pertarungan ber kobar, daerah seluas lima kaki disekitar
tempat itu segera diliputi oleh hawa tajam yang serasa
menyayat badan, bagi orang yang berilmu agak cetek, untuk
berdiri saja merasa sulit, tentu saja tiada seorangpun yang
berani turut serta dalam pertarungan ini.
Dalam pada itu, Ko Thay telah bertarung melawan Yan
Long, sedangkan ling Ji sau dengan sepasang gelang Jit gwat
siang huan nya bertarung melawan Pi ci liang, Tam Si bin
yang barusan terluka, sambil menahan rasa sakit, bertarung
melawan Huyan Kiong, sisanya terlibat dalam suatu
pertarungan massal.
Kok See-piau, Go Tang cuan, Bwe Su-yok, Un Yong ciu dan
Seng To cu dari pihak Seng-sut-pay hanya menyaksikan
jalannya pertarungan dari samping, mereka tidak melibatkan
diri dalam pertarungan, sebaliknya dari pihak kaum lurus
hampir seluruhnya sudah terjun ke arena.
ooooOoooo 55 Dari barak sebelah tengah, manusia mulai menjadi gaduh,
suara bisik-bisik mulai terdengar dari sana sini?".
614 Mendadak muncul beberapa puluh orang dari barak
tersebut dan segera terjun pula ke dalam arena pertarungan
membantu kaum lurus, cuma sayangnya ilmu silat mereka
yang terhitung kelas satu tidak banyak jumlahnya, walau
begitu situasi pertempuran menjadi lebih sengit dan ramai.
Tiba-tiba Go Tang cuan berbisik kepada Kok See-piau,
Sinkun, menggunakan situasi sedang kalut tadi diam-diam
Kiong Hau dan Gui Gi hong telah kabur dari situ, murid kita
yang ditugaskan mengawasi mereka kehilangan jejaknya,
sekarang mereka sedang menunggu dijatuhinya hukuman"
"Aaaah"..! Benarkah telah terjadi peristiwa ini?" seru Kok
See-piau dengan wajah agak berubah.
"Padahal semua lembah sudah berada dibawah
pengawasan kita" ucap Go Tang cuan lagi, "sekalipun orang
she Kiong dan si buta she Goi be rubah menjad semutpun
sukar untuk menghilangkan jejaknya, kejadian ini cukup
membuat hamba sendiripun merasa keheranan"
Setelah berhenti sejenak, ia melanjutkan, "Selain itu,
sebagian besar manusia yang berkumpul dalam barak tengah
lebih condong ke pihak keluarga Hoa, pada akhirnya mereka
juga akan membantu pihak mereka, bagaimana kalau sekalian
kita basmi saja dari muka bumi?"
"Jangan!" cegah Kok See-piau, "kelompok manusiamanusia
tersebut bukan merupakan suatu ancaman ynag
serius, kalau dibunuh malahan justru akan mengundang
ketidak puasan semua orang, apa lagi menaklukan mereka
juga bukan urusan yang sulit, lebih baik dibiarkan saja.
615 Tentang soal lenyapnya Kiong dan Gai berdua perintahkan
para petugas untuk mencari sampai ketemu, suruh mereka
membuat pahala untuk menebus dosa ini"
Kecerdasan orang ini memang luar biasa sekali, dia tahu
kepergian Kiong Hau dan Gui Gi hong secara tiba-tiba ini pasti
mengandung rencana busuk, hanya untuk sementara waktu ia
tak bisa menduga rencana busuk apakah yang sedang
mereka lakukan. Maka setelah termenung sejenak pikirnya, "Sekalipun
mereka berdua punya komplotan juga tak mungkin bisa
menangkan kekuatan, ku rasa nya tak mungkin mereka bisa
melakukan banyak kerugian bagi pihakku. Justru pihak
keluarga Hoa merupakan ancaman serius, kekuatan-kekuatan
yang berpihak kepadanya ini musti dibasmi secepatnya sampai
habis" Setelah mengambil Keputusan, ia pun berseru dengan
suara nyaring. "Go hu kaucu pimpin murid kita baju ungu ke atas untuk
terjun kearena..!"
"Terima perintah!" jawab Go Tang cuan sambi1 memberi
hormat. Dia lantas ulapkan tangannya memberi tanda, dengan
memimpin enam tujuh puluh orang anggota baju ungu serta
belasan orang kakek berbaju hitam, serentak mereka terjun
kearena dan melibatkan diri dalam pertarungan.
Sejak semula para jago dari golongan lurus sudah
Kepayahan menghadapi serbuan lawan, apalagi setelah
menghadapi serangan massal kali ini, keadaan mereka
bertambah runyam.
616 Bagi para jago yang berilmu tinggi, keadaan tersebut masih
tidak terasa gawat tapi mereka yang terlibat langsung dalam
pertarungan massal, segera keteter berat dan mundur
berulang kali. Menghadapi pertarungan kalut yang ramai dan kacau ini,
Biau-nia Sam-sian tak dapat mempergunakan ilmu
beracunnya, lama kelamaan hal mana menimbulkan rasa
gusar dalam hati mereka.
Tiba-tiba Lan hoa siancu membentak nyaring, "Kawan
kawan sealiran harap mundur kebelakang, kalau tidak jangan
salahkan jika aku akan pergunakan racun keji kami"
Para pendekar cukup mengerti akan tabiatnya yang tak
tahu aturan, apa yang dikatakan bisa dilaksanakan secara
sungguh-sungguh, maka begitu mendengar perintah tersebut,
serentak para jago yang berada disekelilingnya pada bergeser
dan menjauhi tempat itu.
Akan tetapi, para jago dari tiga perkumpulan besarpun
bukan orang bodoh, mereka cukup kenal akan kelihayan racun
mereka, kewaspadaannya segera dipertingkat, serentak
merekapun menempel rapat-rapat disekitar para pendekar dan
ikut bergerak menjauhi tempat itu, suasana menjadi kacau
balau tak karuan.
Menyaksikan kejadian itu Lan hoa siancu mengernyitkan
alis matanya, bagaimanapun juga ia harus bertindak pula
dengan hati-hati, maka ketika dilihatnya ada dua orang
anggota Hian-beng-kau secara kebetulan berada
disampingnya, dengan cepat ia menyentilkan ujung jarinya
sembari membentak, "Roboh kamu!"
617 Kedua orang anggota Hian-beng-kau tersebut sedang enakenaknya
bertempur ketika mendadak kepalanya menjadi
pusing, gerakan tubuh mereka jadi lamban dan kontan saja
pinggangnya terpapas kutung menjadi dua bagian, sedang
yang lain lambungnya tertusuk telak hingga ususnya
berserakan kemana-mana, keadaannya sungguh mengerikan
sekali. setiap orang yang belajar silat, mereka lebih suka mampus
diujung senjata lawan daripada mati akibat keracunan, sebab
keja dian seperti ini dianggapnya sebagai suatu kematian yang
penasaran. Para jago Hian-beng-kau, Kui im kau mau pun Mo kau yang
melihat kejadian itu menjadi keder dan pecah nyali, mereka


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

segera berusaha untuk menjauhi Biau nia sam siun daripada
mendekati tiga perempuan yang cantik tapi amat beracun itu.
Diantara sekian banyak jago yang terlibat dalam
pertempuran, para jago dari Hian-beng-kau paling banyak
jumlahnya, Biau-nia Sam-sian pun lebih gampang mengincar
seragam mereka, sebab itu jumlah korban yang tewas pun
paling banyak. Bila kawanan jago lainnya bertarung mati-matian dengan
penuh resiko kematian maka hanya tiga orang perempuan dari
suku Biau saja yang bisa bergerak kesana kemari dengan
leluasa bahkan selalu duduk diatas angin.
Ketika Go Tang cuan terjun ke arena pertarungan, dari
pihak kaum lurus sudah kehabisan jago lihay yang dapat
menandingi ke pandaiannya lagi, dalam waktu singkat ia telah
membunuh dua orang jago dari Tiam cong pay, untung saja
seorang sute dari Tam Si bin segera maju membendung gerak
majunya itupun dengan posisi yang amat berbahaya.
618 Kok See-piau memperhatikan sekejap situasi diarena
pertarungan, kemudian sambil berpaling kearah Seng To cu
serta Bwe Su-yok, teriaknya keras-keras, "Jika kalian berdua
tidak turun tangan lagi, hendak menunggu sampai kapan?"
Seng To cu termenung dan herpikir sejenak, ke mudian
berjalan ketengah arena.
Tapi sebelum ia sempat melancarkan serangan, mendadak
dari balik hutan sana muncul seorang laki-laki berbaju hitam
yang kurus Kecil, sambil menyerbu tiba, bentak orang itu, "Ciu
Thian hau dari Hong san telah tiba, manusia she Seng!
Berhenti kau!"
Sebetulnya Seng To cu merasa enggan untuk bertarung
melawan kawanan jago kelas rendah maka kemunculan Ciu
Thian hau justru amat berkenan dihatinya, sambil tertawa
dingin ia berseru, "Kebetulan sekali kedatanganmu!" Secepat
kilat ia menyongsongg datangnya Ciu Thian hau, ujung
bajunya dikebaskan kemuka, segulung angin pukulan berhawa
dingin yang merasuk tulang segera menyergap tiba tanpa
menimbulkan sedikit suarapun.
Tampak Ciu Thian hau memutar goloknya, membentuk satu
lingkaran, kemudian sambil membentak keras, goloknya
dibacokkan ketengah udara.
"Sreet!" bagaikan terjadi retak-retak, angin pukulan
dilancarkan Seng To cu itu segera membuyar dan lenyap tak
berbekas, sedangkan golok tajam tadi melanjutkan
sergapannya ke tubuh lawan.
Ilmu golok pembuyar angin pukulan yang dipergunakan ini
betul- betul indah dan sempurna, tanpa terasa Seng To cu
berseru memuji, "Suatu jurus serangan yang bagus!"
619 Ketika dilihatnya serangan itu amat dahsyat, tubuhnya
segera mengegos ke samping menghindarkan diri, lalu sebuah
pukulan balasan segera dilancarkan.
Ciu Thian hau mendengus dingin, golok Han si to dalam
genggamannya segera di kembangkan, kemudian langsung
menyergap tempat kematian dipinggang dan iga Seng To cu.
Menghadapi ancaman tersebut, Seng To cu tertawa rendah,
tiba-tiba tangan kanannya menusuk dan menjulur ke depan,
dengan paksa ia berusaha merampas golok Han si to tersebut"
Ciu Thian hau segera berpikir didalam hati.
Golok Han si to milikku ini tajamnya luar biasa, rambutpun
bisa terhembus putus, dengan dasar kemampuan apa Seng To
cu si setan tua ini hendak merampas senjata dengan tangan
kosong?" Berpikir demikian, mendadak goloknya diayunkan ke bawah
lebih jauh. Seng To cu tertawa panjang dengan dinginnya, tangan
kirinya diayun menotok jalan darah disikut lawan, sementara
tangan kanannya meluncur ke bawah dan tiba-tiba
menghantam pusar Ciu Thian hau.
Terkesiap Ciu Thian hau menghadapi ancaman tersebut,
secara beruntun golok han si to nya diputar dengan jurus Kiu
yu coan lay (sembilan irama pewaris sukma) dan Tok thian im
(bayangan segenap langit), cahaya hitam segera menyelimuti
seluruh angkasa, desingan angin tajam menderu deru.
Meskipun ilmu silat yang dimiliki Ciu Thian hau terhitung
paling top diantara kaum pendekar, akan tetapi Seng To cu
justru adalah kakak seperguruannya Tang Kwik-siu, bicara
620 soal ilmu maka dia hanya berada setingkat dibawah Cho Thian
hua, sebab itulah meski ia sudah menyerang berulang kali, toh
tetap tak berhasil untuk merebut posisi diatas angin ?".
Selama ini Bwe Su-yok berdiri dengan hati bimbang,
sebaliknya Un Yong ciau yang melihat Haputule dengan
pedang emasnya berhasil memaksa Sik Ban-cian keteter
hebat, dengan hati terkejut segera membentak keras,
tubuhnya menerjang maju ke muka, sebuah pukulan dahsyat
segera dilancarkan kearah lawan.
Haputule segera memutar pedangnya dengan cekatan, lalu
makinya keras-keras, "Anjing biadab, cucu kura kura, sungguh
tak tahu malu!"
Bagaimanapun juga, Un Yong Ciau adalah seorang jago
kawakan yang sudah tersohor semenjak puluhan tahun
berselang, diam-diam merasa malu juga karena musti
mengerubuti seorang dari anggota muda, karena sangsi
gerakan tubuhnya menjadi lamban, tahu-tahu cahaya emas
berkelebat lewat, pedang emas Haputule sudah menyerbu tiba
dengan kecepatan luar biasa.
Meskipun ia putar badan dengan gugup tak untung
jubahnya kena tersambar juga sehingga robek beberapa depa,
untung ia masih sempat menghindar, coba kalau sedetik
terlambat, niscaya pedang musuh sudah menembus ulu
hatinya. Sebagaimana diketahui, pedang emas milik Haputule
adalah sebilah pedang mestika yang luar biasa sekali, gerakgeriknya
sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun,
kalau orang kurang waspada niscaya akan terkecoh oleh
senjata itu. 621 Peluh dingin telah membasahi sekujur badan Un Yong ciau,
dengan penuh kegusaran dia lantas berpekik nyaring,
kemudian sekali lagi menubruk ke depan.
Tenaga dalam mereka berdua sebetulnya jauh lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kekuatan Haputule, dalam suatu
kerja sama yang ketat, pada hakekatnya tiada harapan buat
Haputule untuk meraih kemenangan.
Tapi pada dasarnya ia memang pemberani dan tak takut
mati, keadaan tersebut justru semakin memancing
kepongahannya, pedang emas segera diputar sedemikian
rupa, jurus serangan yang digunakan rata-rata adalah jurus
serangan beradu jiwa, ini semua membuat posisi mereka
untuk sementara tetap dalam keadaan seimbang.
Un Yong ciau dan Sik Ban-cian yang harus menerima
kenyataan tersebut, dari malunya mereka jadi marah, setelah
bertukar pandangan sekejap, Sik Ban-cian dengan
mengandalkan senjata penotok jalan darahnya segera
menyerbu ke depan, sedangkan Un Yong ciau telah
meloloskan pula ikat pinggangnya melancarkan serangan.
Ikut pinggang itu betul hanya ikat pinggang biasa, tapi
dalam genggamannya benda itu justru berubah melebihi
senjata mestika macam apapun ditambah lagi ilmu silatnya
berasal dari aliran Hu wa im, ini semua membuat gerakan ikat
pinggang nya menjadi dahsyat dan lebih berbahaya daripada
seekor ular berbisa.
Dalam sistem penyerangan semacam ini tanpaknya tak
sampai seratus gebrakan lagi, Haputule akan tewas dibawah
kerubutan mereka berdua.
622 Pek Soh gi yang menjumpai keadaan tersebut menjadi
gelisah sekali, kepada murid Tiam cong pay yang tinggal
dalam barak katanya.
"Harap kalian berdua sudi menjaga diri Cu supek!"
Dua orang anggota Tim cong pay itu rata-rata berusia dua
puluh tahunan, tiba-tiba salah seorang diantaranya berseru,
"Hujin!"
Pek Soh gi tertegun, sambil berpaling tanyanya, "Ada
urusan apa?"
"Boanpwe?".boanpwe ingin turut serta dalam pertarungan
itu!" sahut sang pemuda tergagap.
Pek Soh gi segera tersenyum, ujarnya.
"Aku tahu bahwa kalian tak betah untuk duduk sambil
menonton terus, cuma perintah guru kalian tak boleh
dibantah, apalagi meskipun turut dalam pertarungan juga tak
akan bermanfaat banyak, keselamatan Cu locianpwe lebih
penting dari segala-galanya, kalian harus tahu bahwa
tanggung jawab kalian berdua pun tidak enteng"
Sambil berkata dia lantas berkelebat keluar dari barak dan
langsung menghampiri Haputule yang sedang bertarung
sengit melawan Un Yong ciau serta Sik Ban-cian itu.
Pergelangan tangan segera digetarkan, serentetan cahaya
emas dengan cepat menyergapi punggung Un Yang ciau.
Dalam pertarungan yang sedang berlangsung, tiba-tiba Un
Yong ciau merasakan datannya desingan angin tajam dari
belakang, tanpa berpikir panjang lagi ikat pinggangnya segera
623 diayunkan ke belakang untuk merontokkan jarum emas
tersebut. Siapa tahu, ilmu yang digunakan Pek Soh gi adalab ilmu
Hong hong ceng ciu jiu hoat (burung hong berebut sarang),
ketika jarum pertama kena terpukul rontok, jarum kedua
menyusul tiba, jarum kedua terpukul rontok, jarum berikutnya
menyusul tiba, demikian kejadian itu berlangsung berulangulang
sehingga dalam waktu singkat seluruh angkasa dipenuhi
oleh kilatan cahaya emas yang menyilaukan mata.
"Kepandaiannya dalam permainan jarum emas memang
luar biasa sekali, semenjak ia merobohkan delapan belas
orang penyamun dari wilayah Lu tang dengan delapan belas
batang jarum emas pada sepuluh tahun berselang, namanya
semakin dikenal semua orang, setiap jago tahu kalau Cu sim
siancu lihay dalam jarum emas, baik dalam ilmu menolong
manusia, maupun dalam menaklukan lawan.
Ketika Un Yong ciau mendengar suara desingan itu sangat
aneh, ia tak berani menyambut dengan sambaran tangan,
walaupun sapuan ikat pinggangnya berhasil juga merontokan
jarum-jarum itu, tapi dengan demikian ia jadi tak punya
kesempatan lagi untuk menyerang Ha putule.
Menghadapi kenyataan ini, Heputule merasa semangatnya
berkobar kembali, pedang emasnya digetarkan mcnciptakan
beribu-ribu titik cahaya bintang, secara beruntun dengan tiga
jurus serangan, ia paksa mundur Sik Ban-cian sejauh dua
langkah kemudian sambil memutar badannya ia melepaskan
kembali sebuah tusukan.
Un Yong ciau segera menghentakkan ikat pinggangnya,
dengan jurus Wu liong pa wi (naga hitam menggetarkan nadi)
ia putar pergelangan tangan musuh.
624 Mendadak desingan angin tajam menyambar lagi dari
belakang, sebatang jarum emas lagi-lagi mengancam jalan
darah pentingnya. Dengan gugup ia miringkan kepalanya ke
samping untuk berkelit, tapi lantaran kurang berhati-hati, ikat
pinggang ditangannya kena terpapas kutung sepanjang
beberapa depa. Kenyataan ini sangat menggusarkan hatinya, ia membentak
keras, kuningan ikat pinggangnya ditimpuk ke wajah Haputule,
kemudian dengan tangan kosong ia maju menyerang.
Sik Ban-cian memutar pula senjatanya sambil maju
menyerang, teriaknya tiba-tiba, "Lotoa, kau bereskan
perempuan itu lebih dulu!"
Diam-diam Un Yong ciau berpikir, "Setelah muncul kembali
dalam dunia persilatan, kalau tak dapat mengharumkan nama
Su kiat tak apalah, tapi kalau cuma beberapa orang angkatan
muda pun tak sang gup berbuat apa-apa, jika hal ini sampai
tersiar didalam Bu lim, akan ditaruh kemana wajah kami
semua?" Berpikir sampai disitu, mencorong sinar buas dari balik
matanya, ia lantas meninggalkan Haputule dan langsung
menubruk ke arah Pek soh gi.
"Haputule hendak menghalangi kepergiannya tapi tak
sempat, buru-buru teriaknya, "Toaci, cepat mundur!"
Pek Son gi sendiripun cukup menyadari bahwa ilmu silatnya
masih jauh kalau dibandingkan Un Yong ciau, setelah berpikir
sebentar tiba-tiba ia menyelinap ke balik kawanan jago
lainnya. Waktu itu seorang jago dari Kiu-im-kau sedang mengejar
seorang jago dari Thian tay pay, ketika dilihatnya Pek Soh gi
625 lari mendekat, pedangnya segera diayunkan menusuk ke
punggungnya. Pek Soh gi miringkan badan menghindarkan diri dari
ancaman, kelima jari tangannya segera di ayunkan
menyambar pergelangan tangan musuh.
Seketika itu juga jago dari Kiu-im-kau tersebut merasakan
pergelangan tangan kanannya menjadi kaku, tahu-tahu
pedangnya sudah dirampas oleh Pek Soh gi.
Meskipun ilmu silat yang dimiliki Pek Soh gi masih kalah
setingkat bila dibandingkan dengan para jago lihay lainnya,
namun ia terhitung pula seorang jago yang tangguh, apalagi
ilmu Lan hoa hud hiat jie-nya sangat lihay, untuk menghadapi
anggota Kiu-im-kau tersebut sudah berang tentu jauh
berlebihan. Setelah berhasil merampas pedangnya, Pek Soh gi tidak
melanjutkan serangan untuk melukai lawan tapi dengan
pedang rampasan itu ditimpuknya Un Yong ciau yang sedang
menubruk datang itu, kemudian badannya menyelinap
kesamping dan menyusup kembali dibalik kawanan jago
lainnya. Menggunakan kesempatan dikala jago dari Kiu-im-kau itu
masih tertegun, jago dan Thian tay pay itu segera
mengayunkan senjatanya, tak ampun jago dari Kiu-im-kau
tersebut segera roboh binasa dengan kepala terpisah dari
badan. Ketika itu, Hoa Ngo sedang bertarung sengit melawan Toan


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bok See liang, empat lima ratus jurus sudah lewat namun
menang kalah masih belum ketahuan, maka ketika dilihatnya
Un Yong ciau mengejar Pek Soh gi ia tak kuasa menahan diri
626 lagi, dengan gusar bentaknya, "Hoa Ngo berada disini setan
tua! Kau berani bertindak kurang ajar?"".?"
Telapak tangannya diayunkan dan segera membacok tubuh
Un Yong ciau Menghadapi datangnya serangan tersebut, Un Yong ciau
tak mengalah, dengan cepat telapak tangan kanannya
dikibaskan pula untuk menyambut datangnya ancaman
tersebut dengan keras lawan keras.
"Blaaam?"!" suatu benturan keras terjadi, akibatnya Un
Yong ciau mundur selangkah, sedang kan Hoa Ngo dengan
hawa darah bergolak keras secara beruntun mundur sejauh
tiga langkah. "Sungguh lihay setan tua ini!" pikirnya dihati.
Melihat ada kesempatan bagus, tanpa menimbulkan sedikit
suara pun, Toan bok See liang mengayunkan senjata pitnya
untuk menotok jalan darah Cing sut biat dan Ci tiong hiat
dipunggung Hoa Ngo.
Sebagaimana diketahui Hoa Ngo adalah seorang manusia
yang binal dengan tipu muslihat yang amat banyak, tentu saja
ia tidak membiarkan dirinya tersergap musuh, kakinya
bergeser kesamping, tahu-tahu sudah lepas dari cengkeraman
musuh, lain telapak tangannya langsung disodok ke iga Toan
bok See liang. Tiba tiba terdengar Go Tang cuan membentak
keras dengan sebuah pukulan dahsyat, ia berhasil
membinasakan adik seperguruannya Tam Si bin, kemudian
sorot matanya beralih ke sekitar sana, dengan suatu gerakan
cepat ia menubruk ke arah Hoa Ngo.
627 Saat itu Coa hujin, Swan Bun sian sedang bertarung
melawan dua orang sute dari Li Bu liang, setelah bertempur
sekian lama, a khirnya ia berhasil juga merebut kembali
posisinya diatas angin.
Ketika menyaksikan keadaan gawat mengancam Hoa Ngo,
ia bergerak cepat melepaskan diri dari kerubutan kedua orang
itu, kemudian telapak tangannya diayun ke depan,
melancarkan serangan dahsyat ke arah Go Tang cuan,
sedangkan tangan kirinya dikebaskan menotok jalan darah
kematian seorang anggota Mo kau.
Go Tang cuan tidak menyangka dalam pertarungan seru
tersebut, Coa hujin masih sempat meloloskan diri untuk
menyerangnya, dalam keadaan gugup buru-buru dia
mengegos ke kiri.
Kedua orang sutenya Li Bu liang tertawa seram karena
gusar, sambil mergejar ke depan, pukulan dahsyat
dilancarkan. Pada saat yang bersamaan, Ci soat cu dari Hian-beng-kau
berhasil pula menebas kutung lengan kiri salah seorang adik
seperguruan Tam Si bin yang lain, darah segar segera
mengucur keluar dengan derasnya"..
Meski pun ia telah terluka parah, tapi dalam situasi
semacam ini terpaksa ia harus mempertahankan diri lebih
jauh, meski bahayanya tentu saja kian lama kian bertambah
besar. Selama pertarungan sengit ini berkobar, hanya Kok Seepiau
serta Bwe Su-yok dua orang yang tidak turut dalam
pertempuran itu, mereka hanya mengikuti jalannya
pertarungan dari tepi arena.
628 Diri sekian banyak pertarungan yang sedang berlangsung,
boleh dibilang pertarungan antara Cho Thian hua melawan
Goan cing taysu berlangsung paling seru, daerah sekitar
beberapa kaki disekeliling tempat itu boleh dibilang diliputi
deruan angin pukulan yang amat tajam.
Sedemikian cepatnya pertempuran itu berlangsung, yang
tampak hanya bayangan manusia yang berputar-putar, tak
seorangpun dapat melihat jelas jurus serangan apakah yang
dipergunakan kedua orang itu, meski demikian agaknya
tenaga dalam yang dimiliki kedua belah pihak seperti tiada
batasnya, sejak awal sampai akhir pukulan-pu kulan yang
dilontarkan selalu berkekuatan dahsyat, dilihat dari keadaan
tersebut, tampaknya walaupun bertarung sehari semalam
menang kalah sukar diketahui.
Yan Long bersenjata golok bergigi seberat empat puluh kati
ditangan kirinya dan ikat pinggang serat emas ditangan
kanannya, sa tu keras satu lembek ternyata bisa
dikombinasikan secara sempurna dan rapat, kehebatannya
tentu saja tak usah dibilang lagi .
Ko Thay yang bertarung melawannya hanya mengandalkan
satu jurus Ku im sim ciang belaka, sekalipun keadaannya
bahaya tapi menang kalahpun sukar ditentukan.
Bong Pay yang bertarung melawan Phoa Siu berlangsung
seimbang. Coa Wi-wi yang melawan dua bersaudara Lenghou
pun berjalan seru, siapapun jangan harap bisa mencari
kemenangan dalam waktu singkat, Cu Im taysu yang melawan
Leng lam it khi pun berlangsung seru, hanya Tiang heng
Tokoh yang bertarung melawan Khong Im mulai menunjukkan
tanda-tanda kalah.
629 Diam-diam Kok See-piau memeriksa situasi pertarungan,
ketika dilihatnya pihak kaum lurus mulai terdesak hebat,
diapun berpikir.
"Pada akhirnya musuh-musuhku berhasil juga dibasmi dari
muka bumi, betul Goan cing hwesio lihay tapi sekarang tak
usah di kuatirkan lagi, seandainya Kiu-im-kau sampai bekerja
sama dengan Mo kau pun, kekuatan mereka tak akan sanggup
melawan kekuatan perkumpulanku, Hehehe".sejak kini dunia
akan menjadi milik Hian-beng-kau" Hoa Thian-hong wahai
Hoa Thian-hong, akan kulihat apakah keluarga Hoa kalian
masih bisa berkutik lagi" Akan kusuruh kau tahu bahwa jerih
payah aku orang she Kok selama dua puluh tahun ini bukan
perjuangan yang sia-sia belaka".."
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa sekulum senyuman
bangga yang menyeramkan tersungging diujung bibirnya.
Baru saja dia akan menurunkan perintah, untuk membasmi
kaum pendekar dari muka bumi.
Mendadak dari atas tebing sebelah timur berkumandang
suara bentakan yang amat keras.
"Tahan!"
Suara itu keras bagaikan guntur membelah bumi, setiap
orang yang mendengar bentakan itu segera merasakan
telinganya menjadi sakit, meski demikian setiap orang dapat
mengenalii suara tersebut sebagai suara Hoa In-liong.
Kok See-piau merasa amat terperanjat mendengar
bentakan itu, dengan cepat dia berpaling, ketika dilihatnya
Hoa In-liong berdiri angker diatas puncak tebing, sambil
tertawa dingin ia lantas berseru.
630 "Hoa Yang, kau sebentar datang sebentar pergi, sebetulnya
permainan setan apa yang sedang kau persiapkan" Jika sudah
bosan hi dup kenapa tidak segera turun kemari, biar punsinkun
menggantar nyawamu pulang ke nirwana?"
Hoa In-liong tertawa tergelak dengan nada penuh ejekan
dan sindiran, ejeknya, "Kok See-piau, yang sudah bosan hidup
adalah kau sendiri tahukah kau apa yang sedang dilakukan
olah Jin Hian serta Kiong Hau sekalian?".."
Baru selesai ia berkata tiba-tiba dari tebing sebelah barat
telah berkumandang suara pekikkan nyaring.
Paras muka Hoa In-liong segera berubah hebat dengan
cemas serunya, "Jin Hian sudah mulai menyulut obat peledak
nya, kenapa kalian masih saja,?""
Belum habis perkataan itu diucapkan mendadak dan arah
mulut lembah berkumandang suatu ledakan dahsyat yang
menggetarkan seluruh permukaan bumi, menyusul kemudian
dari empat penjuru bukit itu lamat-lamat berkumandang suara
gemuruh yang sangat keras.
Dalam waktu singkat dunia serasa bergoncang keras, batu
karang berbamburan jatuh kebawah, bumi ikut bergetar keras,
tanah merekah, bukit bergoyang keras dan batu besar
beterbangan bagai hujan badai, dalam waktu singkat seluruh
lembah sudah tersumbat oleh batu karang, pasir dan debu
beterbangan. Jeritan-jeritan ngeri berkumandang saling susul menyusul
dari dalam lembah, sebagian besar terluka oleh timpaan batu
cadas yang terbang dari atas.
631 Banyak diantara mereka yang berilmu silat lemah jatuh
bertumbangan karena cemas, sedangkan mereka yang
bernyali kecil mulai berteriak-teriak seperti orang kalap.
"Habis sudah riwayat kita".! Hayo cepat melarikan diri dari
sini"."
Semua peristiwa ini berlangsung dalam sekejap mata,
dalam kaget dan gugupnya semua orang yang berada dalam
lembah lari tunggang langgang berusaha menyelamatkan diri,
tapi tiada pintu yang bisa digunakan untuk kabur, hal mana
persis seperti pemandangan tibanya hari kiamat"..
Dengan terjadinya peristiwa ini, secara otomatis
pertarungan yang sedang berlangsung antara pihak lurus dan
sesaatpun ikut berhenti ditengah jalan, masing-masing pihak
segera menyingkir dari situ dan berusaha menghindarkan diri
dari kejatuhan batu cadas.
Dari sekian banyak orang, Kok See-piau boleh dibilang
paling terkejut bercampur gusar, sambi mengebaskan ujung
baju kirinya untuk mementalkan sebuah batu cadas, teriaknya
keras-keras, "Jin Hian!"
Dari atas tebing sebelah barat segera berkumandang suara
gelak tertawa yang menyeramkan menyusul kemudian
munculnya sekelompok manusia berbaju ringkas.
Dengan kepandaian silat yang dimiliki kawanan jago
disekitar situ, dengan cepat mereka dapat melihat jelas
tampang-tampang dari mereka yang muncul diatas tebing itu.
Sebagai pemimpinnya adalah seorang lelaki kurus kering
berbaju hitam yang berlengan kanan kutung sebatas bahu,
mukanya suram tapi matanya tajam, dalam sekilas pandangan
saja semua orang segera mengenali orang itu sebagai Jin
632 Hian, bekas ketua Hong im hwe yang bercokol di utara pada
dua puluh tahun berselang.
Kecuali rambutnya lebih panjang dari wajahnya lebih
seram, sebagian bentuk tubuhnya tidak mengalami
perubahan. Disampingnya berdiri seorang kakek yang bertampang
jelek, dia adalah salah seorang di antara empat tonggak
penyangga perkumpulan Hong im hwee yang lebih dikenal
sebagai Liong bun ji sat (manusia bengis kedua dari liong bun)
Sim Ciu adanya, sementara Kiong Hiu dan Gui Gi hong
sekalian berdiri disamping kiri kanannya.
Selain daripada itu, tampak pula manusia-manusia lain
yang panjangnya mencapai puluhan li memenuhi atas puncak
tebing tersebut, ini semua membuat suasana bertambah
seram rasanya. Jin Hian memandang sekejap suasana disekelilingnya, lalu
mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh"haaahh"..haaahhhh,".Kok See-piau, apa lagi
yang bisa kau katakan sekarang?"
"Jin Hian!" hardik Kok See pisu dengan marah. "semenjak
kau menggabungkan diri dengan perkumpulan kami dan
mempunyai jabatan Tianglo, pun-sinkun toh bersikap sangat
baik kepadamu, mengapa kau malah berhianat kepada kami
semua dengan perbuatan terkutukmu itu?" Apabila kau
bersedia menyesali perbuaatanmu itu, pun sinkun bersedia
pula untuk mengampuni selembar jiwamu"
Sementara itu, guguran batu cadas telah berhenti, meski
masih ada dua tiga buah hancuran batu yang masih
633 berterbangan, namun suasa na mulai pulih kembali dalam
ketenangan. Mereka yang berangasan, kini mulai berkaok-kaok sambil
mencaci maki tiada hentinya, sedangkan kawanan jago lihay
dari pelbagai kelompok hanya menyabarkan diri sambil
menantikan perubahan selanjutnya.
Terdengar Jin Hian tertawa tergelak kembali dengan
seramnya. Suara tertawanya dingin dan memilukan hati,
begitu keras suaranya tergelak sehingga dalam waktu singkat
seluruh angkasa seolah-olah sudah digetarkan oleh gelak
tertawanya itu.
"Kok See-piau!" terdengar Hoa In-liong berteriak secara
tiba-tiba, "kau telah berbuat untuk membunuh diri sendiri,
apakah sampai sekarang belum juga sadar?"
Jin Hian berhenti pula tertawa, katanya dingin, "Bocah
keparat she Kok, tahukah kau apa yang selalu kumurungkan
dan kupikirkan selama dua puluh tahun terakhir ini?"
Paras muka Kok See-piau telah berubah menjadi hijau
membesi mimpipun ia tak mengira kalau obat peledak yang
dipersiapkan olehnya sebagai senjata terakhir apabila tidak
berhasil mendapat keuntungan apa-apa dalam pertarungan
yang bakal berlangsung, kini menjadi senjata makan tuan.
Padahal ia telah berencana, seandainya gagal dengan
siasatnya yang pertama, maka mereka akan cepat
mengundurkan diri dari situ kemudian ledakkan bahan peledak
tersebut untuk menyumbat jalan mundur semua orang dan
menjebak semua jago iihay dari seluruh kolong langit dalam
lembah tersebut.
634 Nyatanya sekarang, bukan saja siasat kejinya itu
mengalami kegagalan total, yang lebih menggemaskan lagi
adalah ternyata ren cana rapinya itu justru dipergunakan
orang lain untuk menjebak mereka sendiri, ini baru tragis
namanya. Sebagai mana diketahui, sebelum segala sesuatunya
dilaksanakan, ia telah mengatur semua persiapannya dengan
matang, lembah yang dipilih sebagai tempat pertemuanpun
merupakan sebuah lembah yang empat penjuru dikelilingi
tebing curam. Pada puncak tebing meski tumbuh beberapa batang pahon
siong, itupun tak bisa membantu banyak bagi kawanan jago


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang terkurung didasar lembah untuk melarikan diri, dengan
demikian sekalipun seseorang memiliki ilmu meringankan
tubuh yang sempurna juga tak mungkin bisa memanjat
dinding tebing itu.
Untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, pada puncak
tebing ia persiapkan pula batu dan kayu serta para ahli
senjata rahasia, dengan demikian makin tipislah harapan
semua jago untuk kabur dari situ.
Diam-diam ia berpikir kembali.
"Lorong rahasia yang kuhubungkan langsung dengan luar
lembah pasti telah diledakkan pula oleh bajingan keparat she
Jin tersebut, aaii! itu berarti orang-orangku yang ditugaskan
disekitar puncak tebingpun tiada harapan bisa hidup lebih
jauh".."
Pelbagai ingatan sudah melintas dalam benaknya, meski ia
cerdik, toh untuk sesaat tak ditemukan cara terbaik untuk
meloloskan diri dari kurungan tersebut, saking gemas dan
jengkelnya dia hanya bisa menggertak giginya keras-keras,
635 kalau bisa dia ingin mencincang tubuh Jin Hian menjadi
berkeping keping.
Terdengar Hoa In-liong berkata kembali sambil tertawa,
"Jin lo tongkeh, apa sih yang kau pikirkan selama dua puluh
tahun terakhir ini" Apa salahnya untuk diutarakan kepada
kami semua?"
Jin Hian mengalihkan sinar matanya dan melirik sekejap ke
wajah Hoa In-liong dengan dingin kemudian tegurnya,
"Kaukah yang bernama Hoa Yang, putra Hoa Thian-hong?"
Hoa In-liong segera tertawa tergelak.
"Haaah?".haaahn?"haahhh?"sungguh tak kusangka Jin
lo tongkeh kenal juga dengan nama kecilku!"
"Kau telah apakan anak buah lohu?"
"Aaai?""! Tak usah kuatir lo tongkeh, aku hanya menotok
jalan darah mereka saja"
Dengan gemas Jin Hian mendengus dingin, lain berkata,
"Sebetulnya lohu akan menunggu sampai kelompok-kelompok
manusia bodoh itu saling bertarung sampai mampus semua,
baru menyulut obat peledak ini, sayang kau telah memberi
peringatan lebih dulu sehingga mau tak mau rencnaku harus
diajukan lebih awal. Kalau kulihat dari cara kerjamu yang
cekatan kuakui bahwa otakmu memang amat cerdas, lohu
merasa amat kagum kepadamu"
Hoa In-liong segera menjura, sahutnya, "Terima kasih
banyak atas pujian lo tongkeh, aku merasa malu untuk
menerima pujian tersebut"
Jin Hian mendengus gusar.
636 "Hmmm! Beruntung kau bisa lolos dari bencana ini, apa
pula artinya kau berkata demikian?"
"Orang bilang, disaat manusia menghadapi musibah,
berhasil atau tidak meloloskan diri dari bencana, semuanya
telah ditakdirkan oleh Thian, memangnya kau bisa
menentukan nasib mereka semua?"
Jin Hian segera tertawa dingin.
"Tentu saja!" sahutnya, "heeehh?"heeehh?"
heeehh?"".. jangankan baru mereka, bapakmu Hoa Thianhong
pun sama saja akan mampus pula ditanganku!"
Hoa In-liong tertawa hambar, ejeknya, "Takdir sukar
ditebak manusia, Lo tongkeh jangan terlampau cepat untuk
merasa bangga lebih dulu"
Coa Wi-wi yang melihat Hoa In Hong hanya melulu
bercakap-cakap dengan Jin Hian tanpa mcmperdulikan nasib
sobat dan rekan-rekannya yang terkurung dalam lembah,
hatinya mulai gelisah karena tak tahan, ia berteriak keras,
"Jiko!"
Hoa In-liong melongok ke bawah, kemudian jawabannya
keras-keras, "Harap sabar sebentar adik Wi, aku segera akan
menolong kalian untuk menyelelamatkan diri, para cianpwe,
para sobat, harap ka lianpun bersabar sebentar lagi"
"Hmm! Bocah keparat kau tak usah bermimpi disiang hari
bolong!" jengek Jin Hian sinis.
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh.
637 "Bocah muda dari keluarga Hoa, tahukah kau selama
banyak tahun ini apa yang lohu pikirkan siang dan malam?"
Hoa In-liong mengalihkan sinar matanya ke arah orang itu
kemudian sambil tersenyum menjawab, "Aku bersedia
mendengar semua perkataan mu!"
Jin Hian tertawa seram katanya, "Selama banyak tahun ini,
Lohu selalu berpikir bagaimana caranya untuk membantai
kalian manusia-manusia yang menganggap dirinya sebagai
pendekar sejati satu persatu, aku selalu berpikir bagaimana
pula caranya unuk mencincang tubuh Hek Siau-thian, Kiu-imkaucu
dan Tang Kwik-siu sekalian menjadi berkeping-keping,
bagaimana pula caranya mencincang tubuh Ku Ing lng dan
menyiksanya sampai mampus secara mengenaskan?"
Secara beruntun sampai tiga kali dia mengucapkan kata
"bagaimana caranya" nadanya yang menyeramkan semakin
mendatangkan perasaan ber gidik bagi siapapun yang
mendengarnya, seketika itu juga seluruh tebing Ui gou peng
serasa diliputi suasana pembunuhan yang menyeramkan.
Sekalipun Tiang heng Tokoh sudah cukup banyak makan
asam garam, tak urung bergetar juga perasaannya setelah
mendengar perkataan itu, pikirnya, "Putra Jin Hian mampus
diujung belati Pui Che-giok atas perintahku, bisa dimaklumi
betapa dendamnya ia kepadaku lantaran kehilangan satusatunya
putra kesayangan-nya itu, tak heran kalau selama
banyak tahun dia selalu putar otak dan berusaha menyusun
rencana untuk mencelakai orang lain"
Tiba-tiba muncul seorang iman beralis mata putih dari balik
tebing, sambil memberi hormat kepada Jin Hian, serunya
keras-keras, "Jin sicu, pinto Thian Ik-cu memberi hormat
untukmu!" 638 Mencorong sinar tajam dari balik mata Jin Hian, diawasinya
wajah Thian Ik-cu sekejap kemudian katanya dengan dingin".
"Oooh, kiranya tootiang sudah takluk kepada keluarga
Hoa!" "Jin sicu" ujar Thian Ik-cu lembut, "bagaimanapun juga kita
adalah manusia yang sudah berusia hampir seabad, sekalipun
kita tidak teringat oleh budi kebaikan Hoa tayhiap dalam
peristiwa penggalian harta karun dalam istana Kiu ci kiong,
sepantasnya kalau kita membayangkan bahwa hidup kita
didunia ini sudah tak lama lagi, dalam sisa waktu yang tak
seberapa ini sepantasnya bila kita kekang kembali napsu
mencari kemenangan yang berkobar dihati, toh akhirnya
setelah masuk peti mati dan dikubur dalam liang lahat, segala
sesuatunya juga kembali ke nol besar! Apa gunanya
menerbitkan kembali badai pembunuhan yang tak ada
artinya.. ..?"
Mendengar perkataan itu, Jin Hian tertawa dingin tiada
hentinya. "Heehh?"heehhh"..heehh?"berita menarik! Berita aneh!
Tong thian kaucu pintar pula berkhotbah untuk menjual welas
kasihnya kepada umat manusia!"
Thian Ik-cu tersenyum, dengan wajah serius ia berkata lagi.
"Apa yang pinto ucapkan adalah kata-kata yang muncul
dari hati yang sejujurnya, harap sicu bersedia memikirkan tiga
kali sebelum bertindak lebih lanjut"
"Kentut busuk!" bentak Jin Hian dingin, putra tunggal lohu
sudah mati, apa pula yang musti kutakuti" Hukum karma"
Balas dendam" Hmm?"..bedebah semua!
639 "Suhu?"..!" tiba-tiba terdengar seseorang dengan suara
merdu. Tampak dari belakang Hoa In-liong muncul seorang gadis
berbaju hitam yang berparas muka cantik jelita bak bidadari
dari kahyangan.
Menjumpai kemunculan gadis itu, Jin Hian menjadi
tertegun, kemudian serunya, Leng jin, walaupun lohu telah
mewariskan ilmu silat kepadamu, aku bukan terhitung
gurumu, kalau kau menang lebih suka bergabung dengan
pihak lawan, mulai detik ini kita akan anggap asing terhadap
masing-masing pihak"
Mengucur keluar titik-titik air mata dari kelopak mata Si
Leng jin, ujarnya dengan sedih, "Suhu, bagaimanapun juga
kau pernah mewariskan ilmu silat kepadaku, aku merasa
berhutang budi kepadamu, bila kau bersedia membatalkan
perbuatanmu dan menyingkir jauh dari keramaian dunia untuk
hidup mengasingkan diri, tecu bersedia pula untuk menemani
kau sepanjang masa"
Ucapan tersebut jauh diluar dugaan Jin Hian, untuk sesaat
lamanya ia merasa terharu sekali, hatinya tergerak dan lama
sekali mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.
Jit set Sim Ciu merasakan gelagat yang kurang beres dari
pemimpinnya, tiba-tiba ia menegur dengan dingin, "Cong
tongkeh!" Sekujur tubuh Jin Hian bergetar keras.
Setelah mendengar panggilan itu, akhirnya sambil
menggerak gigi serunya, "Tidak bisa! Hmm, jika aku orang she
Jin tidak berhasil mengobrak abrik seluruh dunia sebelum
ajalku tiba, aku tidak rela untuk mampus!"
640 Setelah berhenti sejenak, tiba-tiba ujarnya lagi dengan
suara yang lembut.
"Anak Jin, bila kau masih menganggap diriku sebagai
gurumu, menyeberanglah ke mari, kujamin hidupmu
sepanjang masa akan makmur dan bahagia, akupun bisa
melatih ilmu silatmu hingga mencapai tingkatan yang paling
tinggi" Si Leng jin menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya sambil menahan isak tangis, "Terima kasih banyak
atas budi kebaikan suhu, sayang bakat tecu jelek dan tidak
cocok untuk melatih ilmu silat yang tinggi, aku lebih lebih tidak
mengharapkan nama dan kekayaan terpaksa tecu hanya akan
mengecewakan harapan suhu belaka"
"Lantas apa yang kau inginkan?" tukas Jin Hian dengan
suara dingin. Si Leng jin menangis tersedu-sedu, sahutnya"
"Apabila kau tak mau berbaling, maaf tecu?".tecu
terpaksa harus mengundurkan diri dari sini"
Begitu selesai berkata, ia lantas memutar tubuhnya dan
berlalu dari situ sambil menutupi mukanya dengan kedua
belah tangan, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya sudah
lenyap dibalik tebing sana.
Jin Hian si jagoan dari Liok lim ini tertunduk dengan wajah
yang amat sedih, bibirnya bergetar seperti hendak
mengucapkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian
diurungkan, dia hanya bergumam seorang diri, "Yaa,
begitupun baik juga!"
641 Hoa In-liong mengerutkan dahinya rapat-rapat, dengan
cepat dia berseru lantang,
Jilid 16 "Leng jin, kau telah berusaha dengan sepenuh, jika gurumu
tak mau menurut, hal ini merupakan suatu kejadian yang apa
boleh buat, kau tak usah bersedih hati. Disekitar itu masih
banyak jago tersembunyi, kau jangan terlalu jauh
meninggalkan tempat ini!"
Selesai berpesan kepada Si Leng jin, dia berpaling kembali
dan bersiap sedia untuk menolong mereka yang terkurung
dalam lembah, mendadak satu ingatan melintas dalam
benaknya, pikirnya kemudian, "Inilah kesempatan yang paling
baik untuk menyelidiki soal pembunuhan atas diri suma giok
ya, yaa, aku tak boleh lewatkan peluang ini dengan begitu
saja" Berpikir demikian, dengan suata lantang dia lantas berseru.
"Jin Hian, Kok See-piau, Seng To cu!"
Sinar matanya dialihkan ke wajah Bwe Su-yok, ketika
sepasang matanya bertemu dengan sepasang mata Bwe Suyok
yang jeli, kedua belah pihak sama-sama merasakan
hatinya amat pedih.
Dengan cepat Hoa In-liong menenangkan kembali hatinya,
kemudian melanjutkan, "Masih ada Bwe kaucu, mumpung hari
ini semua jago dari pelbagai daerah berkumpul semua disini,
aku ingin minta bertanggungan jawab kepada kalian semua
atas kasus pembunuhan terhadap diri Suma siok ya ku!"
642 Kok See-piau tertawa tergelak sesudah mendengar
perkataan itu, ujarnya, "Hoa Yang, melihat cara kerjamu yang
selalu berusaha menyelidiki dan mencari tahu tentang
peristiwa pembunuhan tersebut, baiklah pun-sinkun
memenuhi harapanmu itu, hari ini akan kuberikan keterangan
yang sejelas-jelasnya kepadamu"
Bahwasanya Hoa In-liong sampai dikirim turun gunung, tak
lain tujuannya adalah untuk menyelidiki soal pembunuhan atas
diri Suma Tiang cing, dan kini meski situasi telah berubah,
persoalan itupun sudah tidak penting lagi, namun pemuda itu
merasa berkewajiban untuk mencari tahu latar belakang dari
duduk persoalan yang sebenarnya.
Tak heran kalau hatinya segera berdebar keras setelah
mengetahui bahwa hasil penyelidikannya segera akan
diketahui, Seraya menjura dia lantas berseru, "Aku mohon
bisa mengetahui keterangan yang sebenarnya!"
Kok Sue piau tertawa dingin, katanya, "Adapun yang
menjadi sebab kematian Suma Tiang cing tak lain adalah ia
mati sebagai korban ulah keluarga Hoa kalian, tentu saja
disamping itu dikarenakan tindak tanduknya yang keji dan tak
kenal ampun dimasa lalu, sedangkan kematian Kho Gi hun
adalah disebabkan ia berhianat kepada Kiu-im-kau, hal ini
menyangkut soal urusan pribadi perkumpulan yang
bersangkutan"
Suma Tiang cing dikenal sebagai Kiu mia kiam khek (jago
pedang bernyawa sembilan), dia merupakan manusia paling
kejam dari kelompok kaum lurus, ilmu silatnya tinggi dan
jarang ada yang bisa menandinginya.
Berita tentang kematiannya telah menjadi berita topik
dalam dunia persilatan waktu itu, maka ketika latar belakang
643 peristiwa pembunuhan ini segera akan terungkap, semua


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sobat-sobatnya maupun lawan-lawannya ikut merasa tegang
untuk mendengarkan keterangan itu.
Untuk sesaat lamanya, suasana disekitar sana menjadi sepi,
hening dan tak kedengaran sedikit suarapun,
Ciu Thian hau adalah sahabat paling akrab dengan Suma
Thiang cing, ia tak kuasa mengendalikan emosinya lagi,
dengan suara keras teriaknya, "Siapakah otak dari
pembunuhan ini?"
"Tentu saja aku, pun sinkun!?" jawab Kok See-piau angkuh.
"Kho Gi hun adalah penghianat dari perkumpulan kami"
ujar Bwe Su-yok dingin "sedang kami pun hanya bertindak
untuk membersihkan perguruan dari manusia laknat, tindakan
kami tidak terhitung suatu pembunuhan, tapi bila ingin
mengetahui siapa otaknya, tentu saja orang itu adalah pun
kaucu sendiri"
Jin Hian tertawa-tawa, ia berkata pula.
"Perkumpulan kami mempunyai dendam paling mendalam
dengan Suma Tiang cing, bila ada yang ingin membalaskan
dendam bagi kematiannya, silahkan menuntut langsung
kepada lohu"
Seng To cu tertawa tergelak, katanya kemudian, "Ciu lo kui
(setan tua ciu), orang yang melaksanakan pembunuhan itu
selain Bwe kaucu dan partai kami, Kok See-piau serta Jin Hoa
pun terlibat secara langsung, maka jika kau punya kepandaian
tak ada salahnya untuk membunuh kami semua untuk
membalaskan dendam bagi kematian Suma Tiang cing.
644 Beberapa orang ini semuanya adalah pemimpin-pemimpin
dari suatu partai besar, di hari-hari biasa jarang sekali mereka
mengatur siasat untuk mencelakai orang, tapi sekarang,
dihadapan para enghiong dari seluruh kolong langit, ternyata
siapapun tak mau mengalah, masing-masing telah mengakui
bertanggung jawab dalam peristiwa itu.
Ciu Thian hau mendengus dingin, sinar tajam
memancarkan keluar dari matanya, tapi ia tetap tidak berkutik
dari tempat semula.
Dengan alis mata berkenyit, Cu Im Taysu berkata.
"Omintohud, putri Suma tayhiap bertekad hendak
membalaskan dendam bagi kematian ayahnya, tapi peristiwa
ini menyangkut orang yang terlalu banyak, jika pembunuh
yang sebenarnya tak berhasil ditemukan, ini pasti akan
menimbulkan kembali suatu badai pembunuhan besar
besaran"..:"
"Hmm?"suatu sikap welas kasih yang mengagumkan!" ejek
Kok See-piau sinis, "lo siansu, dengan hati Buddhamu itu kau
memang tak malu menjadi murid kaum beragama.
Setelah berhenti sejenak, dia melanjutkan, "Semua
peristiwa yang terjadi selama ini sejak awal sampai akhir boleh
dibilang merupakan hasil ciptaan pun-sinkun, jika putri Suma
Tiang cing punya kepandaian, silahkan saja membunuh diri
lohu, Sebab itu berarti separuh dendam sakit hatinya sudah
terbalas" "Siapa yang turun tangan?" bentak Ciu Thian hau.
"Dari pibak kami yang turun tangan adalah Toan bok
thamcu, Beng thamcu serta murid-muridku, siapakah mereka
645 rasanya pun-sinkun tak usah menjelaskan lagi" sahut Kok Seepiau
hambar. "Walaupun ia berkata tak akan banyak bicara dalam
kenyataan siapapun tak ingin menyembunyikan diri dari
pertanggungan jawab ini, meski mereka tahu bahwa
pembalasan dendam dari pihak keluarga Hoa sukar ditahan.
Sebab kalau tidak mengaku sekarang, andaikata di
kemudian hari diketahui orang, hal mana akan sangat
mempengaruhi nama baiknya, sekalipun kau adalah seorang
penjahat yang paling keji pun, akan tak punya muka untuk
melakukan perjalanan lagi dalam dunia persilatan.
Dengan suara nyaring Hoa In-liong lantas berseru, "Jia
Hian dari pihak kalian tentunya tak mungkin tiada orang yang
terlibat bukan?" Sim Ciu tertawa seram.
"Heeehh"..heeehh?"".heeehh?"bocahkeparat,
pertanyaan mu itu memang tepat bila diajukan kepadaku,
sebab Suma tiang cing memang mampus ditangan lohu,
haaahh?""..haaahh?"?" ?""..haaahh?"".dalam
kenyataannya Kiu mia kiam khek juga cuma bernyawa
selembar!"
Mencorong sinar tajam dari balik mata Ciu Thian hau
seteleh mendengar perkataan itu, dia melotot sekejap ke arah
Sim Ciu, kemudian bentaknya keras-keras, "Sungguhkah
perkataanmu itu?"
Sim Ciau ikut tertawa seram, sahutnya, "Ciu loji,
bagaimanapun juga kalian semua sudah menjadi katak dalam
tempurung, tak akan hidup lebih lama lagi didunia ini, jika
tidak percaya, silahkan kau bertanya sendiri kepada Suma
Thiang cing setibanya di akhirat nanti!"
646 Hoa In-liong menarik napas panjang dan menekan
pergolakan emosi dalam hatinya, serunya kemudian.
"Masih ada siapa lagi" Sim Ciu, kaupun terhitung seorang
jago kenamaan dalam dunia persilatan, mengapa tidak
mengaku saja ber terus terang?"?""
Gua Gi hong tertawa dingin, katanya, "Bocah keparat, kau
tak usah banyak cerewet, Gui loya mu juga mempunyai andil,
mau apa kau?"
Seng Shi sam dari Kiu-im-kau yang berada didasar lembah
segera berseru pula dengan gusar.
"Bocah busuk, kau tak usah bertanya terus menerus, Seng
kongcu mu terhitung pula punya andil!"
"Sudah semenjak dulu pun-tiamcu merasa tak leluasa
menyaksikan tingkah laku Suma Tiang cing, membunuhnya
merupakan perbuatan yang paling menggembirakan bagiku"
sambung Le Kui it pula sambil tertawa tergelak.
"Sudah tiada orang lain?" teriak Hoa In-liong lantang.
Huan Tong agak sangsi sejenak, lalu katanya.
"Pun tongcu juga termasuk ikut andil dalam peristiwa itu"
Lenghou Kiong agak ragu sejenak, ia seperti mau bicara
tapi segera membatalkan kembali niatnya, Seng To cu yang
melihat sikap tersebut dengan gusar.
"Ngo sute!"
647 Lenghou Kioang merasakan sekujur tubuhnya bergetar
keras, akhirnya dia berkata juga "Tak ada salahnya kalau
mencatat pula na ma lohu!"
Hoa In-liong segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahh"..haahh?".haaahh?". kalau cuma kalian
beberapa orang saja yang turun tangan, meski Suma siok ya
suami istri bukan tandingan kalian, untuk menerjang keluar
dari kepungan masih ada harapan, tak mungkin mereka akan
tewas dalam semalam tanpa menimbulkan sedikit suara pun,
aku yakin dibalik kesemuanya itu pasti ada sebab-sebab
lainnya" Sim Ciu Heng Liong dan Le Kiu-it sekalian adalah manusiamanusia
bengis yang berhati keji, ketika mendengar perkataan
itu, ternyata mereka hanya membungkam dalam seribu
bahasa. Jin Huan tertawa dingin, katanya kemudian,
"Bagaimanapun juga Suma Tiang cing sudah mampus lama,
kalau hendak membalas dendam, hayolah turun tangan
sekarang juga, kau orang she Hoa juga tak perlu cerewet lagi"
Hoa In-liong tertawa, katanya kembali.
"Padahal sekalipun tidak dikatakan juga tahu, Yu si tentu
merupakan mata-mata yang sengaja diselunduptkan kedalam
keluarga Suma, sebagai orang dalam, sudah barang tentu ia
lebih mudah untuk turun tangan mencelakai Suma siok ya ku
suami istri, apalagi setelah bersekongkol dengan orang luar,
tak heran kalau Suma Siok ya ku su ami istri terbunuh dalam
semalam. Kemudian rupanya kalian hendak menghilangkan
jejak, maka disuruhnya kucing hitam milik Yu si meninggalkan
bekas gigitan ditenggorokan mereka dan meninggalkan hiolo
kumala hijau untuk memfitnah Hiok teng hujin. Hanya ada
648 satu hal yang masih tidak kupahami, apa sebabnya kalian
membiarkan putri Suma tayhiap melepaskan diri dari bencana
pembunuhan itu?"
Sim Ciu terkekeh-kekeh dengan seramnya.
"Hmm. Kalau dilihat tampa ngmu sih cerdik, tak tahunya
goblok seperti kerbau, sekalipun istrinya Suma setan mampus,
dibiarkan hidup juga bukan suatu ancaman buat kami apalagi
kalau suruh dia yang mengabarkan berita kematian ini kepada
keluarga Hoa, hal ini merupakan suatu tindakan yang tepat,
tentu saja kami biarkan ia hidup terus, bocah goblok, sudah
mengerti sekarang?"
Ketika berbicara sampai disini, meski seluk beluk
selanjutnya belum terungkap, namun Hoa Ngo sudah tak
sabar menahan diri lagi, dengan gusar ia membentak, "Toan
bok setan tua, rupanya kau salah seorang pembunuh terkutuk
itu, hari ini jika aku Hoa Ngo tidak berhasil menjagal dirimu,
biar kutulis namaku dengan terbalik"
Dengan girangnya ia menerjang kemuka, kemudian dengan
jurus Ku im sin ciang ia hantam musuhnya.
Toan bok See liang mengengos kesamping dan melayang
dua depa dari posisi semula, kemudian bentaknya, "Orang she
Hoa kau jangan jumawa dulu, pun thamcu akan suruh kau
mampus tanpa tempat kubur!"
Begitu Hoa Ngo turun tangan, Ciu Thian hau tak dapat
mengendalikan diri lagi, sinar matanya menyapu sekejap
sekeliling tempat itu kemudian diiringi suara pekikan nyaring
yang membetot suk ma, golok Han si to-nya disertai desingan
angin tajam langsung membacok ketubuh Lenghau Kiong
dengan kecepatan luar biasa.
649 Melihat sinar mata Ciu Thian hou yang mengkilat penuh
napsu membunuh, pun Lenghou Kiong sudah merasa terkejut,
apalagi menghadapi tubrukannya yang dahsyat, ia merasa
hatinya makin tercekat, sudah barang tentu ia tak berani
menyambut dengan kekerasan.
Tanpa memperdulikan nama baiknya lagi, ia putar badan
dan segera melarikan diri kebelakang.
Semisalnya dia putar badan untuk melakukan perlawanan,
meskipun bukan tandingan Ciu Thian hau pun, jangan harap
bisa menangkan dirinya dalam empat lima gebrakan, tapi
dengan sikapnya tersebut maka sama artinya dengan ia
mencari kematian buat diri sendiri.
"Anjing bangsat, kau bendak kabur kemana?" bentak Ciu
Thian hau dengan suara lantang.
Ditengah bentakan tersebut terdengar Lenghou Kiong
menjerit ngeri, darah segar berhamburan ke mana-mana,
tubuhnya tahu-tahu sudah terbacok golok Ciu Thian hau
sehingga kutung menjadi dua bagian, kematiannya sungguh
mengerikan. Walaupun dalam pertarungan berdarah yang berlanggung
tadi, terdapat pula cara kematian seperti ini, tapi tadi tiada
orang yang memperhatikan maka tidak sampai terjadi apa-apa
berbeda dengan keadaan sekarang, peristiwa tersebut dengan
cepat mendatangkan perasaan ngeri dan seram bagi siapapun.
Seng To cu tidak menyangka kalau Lenghou kiong begitu
tak becus sehingga sejurus serangan dari Ciu Thian hau pun
tak sanggup dilayani, mencorong sinar gusar dari balik
matanya setetah me yaksikan peristiwa itu.
650 "Ciu Thian hau!" bentaknya dengan wajah menyeringai,
"lohu akan suruh kau mampus dalam keadaan yang serupa!"
Secepat kilat ia meluncur kemuka sambil melancarkan
tubrukan. Ciu Thian hau bertekad untuk membunuh musuhnya dari
tingkat ilmu silat yang terendah lebih dulu, begitu selesai
membereskan Lenghou Kiong ia lantas memutar badannya
menerjang kearah Huan Tong.
Bayangan manusia berkelebat lewat. Un Yong ciau dengan
kecepatan luar biasa menerjang kemuka, lalu sebuah pukulan
dilancarakan menghantam pergelangan tangan lawan.
Huan Tong tidak ambil diam saja, sambil membentak,
kepalanya juga diayunkan ke depan.
Kebetulan Le Kiu-it berada disampingnya, dengan cepat
pula ia maju menyerang. "Criiing".!" sebuah totokkan
dilancarkan kearah iga kanan Ciu thian hau.
Serangan gabungan dari ketiga orang ini sungguh dahsyat
dan mengerikan, melihat itu Ciu Thian hau sadar bahwa ia
bukan tandingan lawan, dengan cepat tubuhnya mencelat
keudara, berputar membentuk satu lingkaran busur lalu
melepaskan diri dari kepungan keempat orang tersebut.
"Ciu lo kui, mau kabur kemana kau?" bentak Seng To cu.
Ditengah bentakan itu, sepasang ujung bajunya dikebaskan
ke depan, lalu tubuhnya mencelat ke udara dan menyusul
kearah mana perginya Ciu Thian hau.
Terdengar bentakan nyaring menggelegar berulang kali,
bayangan manusia saling menyambar, para jago dari kaum
651 lurus maupun sesat yang sebetulnya sudah menghentikan
pertarungan, kini mulai terlibat kembali dalam suatu
pertarungan yang jauh lebih seru.
Jin Hian yang berada di puncak tebing segera tertawa
dingin setelah menyaksikan peristiwa itu, sebab itulah keadaan
yang di harapkan olehnya.
"Aku tak boleh menunda lagi?""pikir Hoa In-liong
kemudian. Dengan cepat ia mengulapkan tangannya sambil berseru.
"Turunkan tali!"
Tiba-tiba dari atas tebing sebelah timur muncul puluhan
sosok bayangan manusia, di antaranya terdapat dua
bersaudara dari keluarga Kiong, Cia In sekalian jago-jago
perkumpulan Cian li kau, Thian Ik-cu dan murid
kepercayaannya Huan Tong, Cia Yu cong serta sekawanan
jago persilatan lainnya.
Dari sekelompok manusia tersebut tampak dua orang
menggotong segulung tali temali yang beratnya mencapai
ratusan kati, begitu tiba di tepi tebing tali-tali tersebut segera
diturunkan ke bawah.
Ternyata gerak-gerik mereka tenang dan mantap, tak
sedikitpun tampak sikap gugup atan tergopoh-gopoh.


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bila dilihat pula tali yang panjangnya ratusan kaki itu, bisa
diketahui juga bahwa persediaan itu sudah disiapkan
semenjak semula, itu berarti Ho In liong telah merencanakan
segala sesuatunya dengan sempurna sebelum bertindak.
652 Sorak sorai yang gegap gempita segera berkumandang dari
dasar lembah itu, kecuali Ciu Thian hau sekalian beberapa
orang yang sedang bertarung sengit, yang lain buru-buru
kabur ke arah dinding sebelah timur.
Mendadak terdengar Kok See-piau membentak keras.
"Semua anggota Hian-beng-kau tetap berdiri ditempat
masing-masing!"
Hian-beng-kau memang terkenal sebagai suatu
perkumpulan dengan peraturan yang ketat, sekalipun berada
dalam keadaan seperti ini, tak seorangpun berani
membangkang perintahnya, maka mendengar bentak an itu
serentak mereka berhenti, kemudian dengan sinar mata yang
keheranan mereka awasi kaucunya.
Bwe Su-yok merasakan hatinya tergerak, pikirnya
kemudian. "Tebing Ui gou peng merupakan markas besar Hian-bengkau,
sudah barang tentu Kok See-piau jauh lebih mengerti
tentang keadaan disini dari pada orang lain"
Karena berpikir demikian, ia lantas menghimpun tenaga
dalamnya sambil membentak keras, "Setiap anggota Kiu-imkau
dilarang sembarangan bergerak sebelum mendapat
perintah dari pun-kaucu!"
Karena teriakan dari kedua orang pemimpin ini, timbul
kecurigaan dalam hati setiap orang, maka serta merta mereka
pun ikut berhenti semua.
Coa hujin segera menarik tangan Coa Wi-wi, sedang Bong
pay pun mencegah Coa Cong gi, hanya sebagian kecil saja
diantara mereka yang melanjutkan gerakannya lari ke depan.
653 Tampak paras muka Jin Hian berubah hebat Kemudiaa
sambil tertawa seram serunya, "Bocah muda dari keluarga
Hoa, kau terlalu pandang rendah diri lohu.
Setelah berhenti sejenak, bentaknya, "Pasukan pemanah
Lui hwe siam (panah api geledek) bersiap sedia, bidik tebing
seberang!"
Kiranya diatas kedua puncak tebing tersebut, berdiri
puluhan jago yang masing-masing menyandang busur dan
anak panah, bentuk panah itu istimewa sekali, ujungnya tidak
tajam seperti panah biasa melainkan berbentuk bulat telur
seperti terbuat dari besi dan berwarna hitam pekat.
Hoa In-liong memiliki tenaga dalam yang amat sempurna,
walaupun jarak antara tebing timur dengan tebing barat selisih
beberapa li, namun ia dapat menyaksikan semua keadaan
tersebut dengan jelas, diam-diam hatinya merasa terperanjat.
Kepada Thian Ik-cu bisiknya, "Tootiang harap kau
mencarikan akal untuk ledakkan pinggiran telaga disebelah sisi
tebing tersebut."
"Apakah Jia Hian mempergunakan senjata api?" tanya
Thian Ik-cu sambil mengerutkan dahinya."
"Benar!" Hoa In-liong mengangguk, "Ciang siok ya pernah
membicarakan soal panah Lui hwe cien itu denganku"
ooooOoooo 56 Luas lembah ini cukup lebar ujar Thian Ik-cu, para jago pun
memiliki gerakan tubuh yang enteng dan lincah, ketajaman
654 matanya melebihi orang lain, ditambah pula jumlah Lui hwe
ciam tidak banyak, aku rasa tak mungkin bisa meledakkan
banyak orang. Aku pikir Jin Hian pasti ada persiapan! kata Hoa In-liong
dengan paras muka serius.
Thian Ik-cu tidak bertanya lagi, dia memandang sekejap ke
bawah tebing kemudian memutar badannya dan berlalu dari
situ. Terdengar Jin Hian tertawa terbahak-bahak lalu berseru,
"Hoa Yang, coba kau lihat kelihayan lohu"
Tangannya lantas diulapkan, dan bentaknya, "Lepaskan
panah!" Kawanan jago pemanah yang menarik gendewa masingmasing
itu segera mengarahkan anak panahnya ke arah
tebing sebelah timur begitu Jin Hian menurunkan perintah,
anak panah bagaikan hujan gerimis segera berhamburan ke
mana-mana. Meskipun jarak antara tebing timur dan barat selisihnya
cukup jauh, panah Lui hwe ciam pun tidak mudah mencapai
sasaran, namun puluhan orang pemanah tersebut semuanya
merupakan kekuatan inti dari Jin Hian, tentu saja
kepandaiannya luar biasa dan tenaga bidikannya kuat, dalam
waktu singkat seluruh lembah sudah berubah menjadi bulanbulanan
anak panah mereka.
"Blaam?"! Blaam?"."suara ledakan menggelegar tiada
hentinya, bumi mulai bergetar kembali, perasaan setiap
orangpun ikut menjadi tegang dan tercekat.
Diantara kilatan panah berapi yang meledak disana sini,
pepohonan bertumbangan, pasir dan batu beterbangan
memenuhi angkasa, bah kan menyusul kemudian terjadi
655 kembali ledakan dahsyat yang memekikan telinga, jilatan
angin yang kuat memancar hingga mencapai mencapai
ketinggian tujuh delapan kaki lebih.
Tak bisa disangkal lagi, dalam hutan tersebut telah ditanam
sejumlah bahan peledak yang sangat banyak, ketika terkena
panah api geledek itu maka meledaklah obat peledak tersebut.
Kobaran api yang membubung keangkasa sungguh amat
dahsyat dan sukar dilukiskan dengan kata-kata, padahal sejak
Hoa In-liong memerintahkan untuk menurunkan tali hingga
kini hanya beberapa saat saja, baru saja tali itu mencapai
ditengah jalan, hutan yang lebat itu sudah berubah menjadi
lautan api. Dengan terjadinya perubahan yang berlangsung secara
tiba-tiba ini, mereka yang berlarian menuju ketepi tebing itu
tak sempat lagi untuk menyelamatkan diri, ditengah jeritan
ngeri yang menyatkan hati, jilatan api dahsyat menggulung
tubuh mereka dan seketika itu juga lenyaplan tubuh-tubuh
mereka. Sebenarnya Hoa In-liong berniat mengorbankan beberapa
puluh utas talinya untuk meayelamatkau orang itu lebih
dahulu, sayang tak sempat, akhirnya dia hanya bisa menghela
napas dan menitahkan untuk berhenti menurunkan tali, dari
pada benda-benda itu terbakar dengan percuma.
Agaknya Jin Hian belum puas dengan hasil karyanya itu,
sekali lagi ia memberi tanda sambil berseru, "Separuh
mengarah lapangan batu, separuh mengarah istana!"
Sreet! Sreet! Desingan angin tajam menderu-deru, puluhan
batang panah Lui hwe cian tersebut serentak ditujukan kearah
kawanan jago yang berada dilapangan serta istana Kiu ci piat
kiong. 656 Dari sekian ribu jago persilatan yang berkumpul disitu, ada
sembilan puluh persen yang berkumpul ditengah lapangan,
tentu saja mereka enggan untuk menyerah dengan begitu
saja. Goan cing taysu dan Cho Thian hua merupakan, tokohtokoh
persilatan yaag bertenaga dalam paling sempurna,
ketika dilihatnya panah api geledek itu tertuju semua kearah
mereka, serentak kedua orang itu melompat keudara,
kemudian telapak tangan masing-masing melepaskan sebuah
pukulan yang maha dahsyat kearah depan, tujuh delapan
batang panah Lui hwe ciam yang sedang meluncur tiba segera
terguling ke udara dan terjatuh ditengah hutan pohon siong
sana. Para jago lainnya juga sama-sama bertindak, mereka
melompat ke udara seraya melepaskan pukulan-pukulan
dahsyat untuk menghantam panah itu dari sana, dengan
demikian hanya beberapa batang saja yang terjatuh ditengah
lapangan. Ada pula diantaranya meski berhasil menangkap panah itu,
tapi lantaran panah Lui bwe ciam itu sendiri sudah cukup
berat, lagipula dibidikkan dari ketinggian ribuan depa, ini
membuat bobotnya puluhan kali lipat lebih besar, karena tak
tahan, akhirnya mereka ikut terjungkal pula ke atas tanah.
Ledakan-ledakan dahsyat kembali menggelegar diangkasa,
diantara percikan bunga api, asap tebal yang disertai cahaya
hitam yang beribu-ribu jalur banyaknya memancar ke empat
penjuru. Jeritan ngeri berkumandang dari sana-sini korban api
menjilat setiap benda yang dijumpainya, mereka yang berada
dipaling depan kontan terlempar dengan tubuh hancur
657 berantakan sedang yang terluka tergeletak sambil merintih
kesakitan, pemandangan waktu itu sungguh mengerikan
sekali?". Sementara itu, para jago yang berhasil merangkap panahpanah
itupun merasa kuatir untuk memegang terus benda
yang mudah meledak itu, tanpa diperintah, masing-masing
segera melemparkan benda itu kedalam hutan.
Dengan demikian, secara beruntun terjadi ledakan demi
ledakan dalam hutan itu, suara gerumuh yang memekikkan
telinga membuat bumi mulai bergoncang kembali, api menjilat
kemana-mana. Pada saat yang bersamaan, istana Kiu ci piat kiong yang
indah dan megahpun ikut terjilat si jago api dan mulai
terbakar dengan hebatnya.
Dalam waktu singkat, beranda dan bangunan berlotengpun
tertelan dibalik lautan api.
Suara peletuk-peletuk yang nyaring menggema dari
sekeliling hutan, suara rintihan dan jerit kesakitan menambah
seramnya suasana.
Kobaran api yang membara telah menjulang tinggi ke
angkasa, asap tebal membuat napas setiap orang terasa
sesak, kecuali beberapa orang jago lihay yang berhasil
menyelamatkan dirinya, hampir semua orang lain menjadi
gugup gelagapan dengan sendirinya.
Kini semua hutan dan bangunan telah terjilat oleh kobaran
api, dalam keadaan demikian jika Jin Hian mengarahkan lagi
anak buahnya untuk membidik lapangan tengah, maka jangan
harap semua jago bisa lolos dari situ dalam keadaan selamat.
658 Hoa In-liong yang berdiri diatas puncak tebing
mengerutkan dahinya rapat-rapat, walau pun ia mengambil
keputusan untuk meledak kan tepi telaga untuk mengalirkan
air telaga guna memadamkan api, tapi besarnya kobaran api
dalam lembah tersebut sungguh jauh diluar dugaannya.
Diam-diam ia berpikir, "Tidak sedikit waktu yang
dibutuhkan untuk meledakkan pinggiran tepi telaga itu, kalau
dilihat dari situasi saat ini?"."
Mendadak terdengar Ci wi Siancu berteriak keras, "Liong
ji!" Hoa In-liong tertegun, kemudian sahutnya.
"Sam kokoh ada urusan apa?"
"Jika kami telah mati nanti, aku rasa Jin Hian pun tak akan
lolos dari ujung pedang ayahmu, cuma aku minta kau yang
mem binasakan dirinya!"
"Jangan kuatir Sam kokoh" tukas Hoa In-liong, "keponakan
pasti akan berhasil untuk menyelamatkan kalian semua"
Tidak menunggu pemuda itu menyelesaikan kata-katanya,
dengan gusar Ci wi siancu berseru kembali"
"Kau jangan menukas dulu, ingat! Kau harus memenggal
batok kepala Jin Hian untuk bersembahyang didepan pusara
kami, selain itu kau pun selanjutnya harus membasmi kaum
laknat dari muka bumi, jangan seperti ayahmu, haram!
Seandainya pada waktu itu dia bunuh habis semua cucu iblis
ini, darimana mungkin bisa terjadi bencana seperti hari ini?"
659 "Yaa, kau harus mewakili kami untuk mencaki maki
ayahmu" sambung Li Hoa siancu, "Liong ji, sudah kau dengar
belum?" Sementara itu suara hiruk pikuk hampir menyelimuti
seluruh lembah tersebut, walaupun Hoa In-liong telah
memusatkan perhatian-nya untuk mendengarkan pembicaraan
dari Biau-nia Sam-sian, sedangkan Biau-nia Sam-sian pun
telah mengerahkan segenap tenaga nya untuk menindas
suaranya hiruk pikuk itu, namun suara mereka yang
melengking semakin membuat kacaunya suasana.
Tiba-tiba terdengar seseorang menjerit keras.
"Sobat-sobat semua, tanpa sebab kita sudah terjerumus
dalam suasana seperti ini, tahukah kalian kenapa hal ini bisa
terjadi" "Kenapa?" seseorang bertanya dengan suara lantang.
"Coba bayangkan sendiri, seandainya Hian-beng-kau tidak
ribut mengadakan upacara peresmian, tak mungkin kita bisa
terjebak dalam suasana seperti ini?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, para jago merasakan
api amarah berkobar dalam dadanya, suara teriakan keras
dengan cepat berkumandang dari sana sini,
"Benar! Hian-beng-kau adalah biang keladinya semua
peristiwa ini"..!"
"Sebelum mati kita harus membunuh semua orang Hianbeng-
kau sampai mampus, kita harus membalas dendam atas
sakit hati ini"
660 "Kok See-piau manusia laknat, dia harus dicinsang sampai
berkeping-keping!"
Oleh karena semua orang tak bisa malampiaskan rasa
dendamnya kepada Jin Hian, apalagi kematian sudah berada
diambang pintu, maka rasa gusar dan dendam mereka segera
dilampiaskan kepada para anggota dari perkumpulan Hianbeng-
kau. Untuk sesaat suasana menjadi gempar, para jago Hianbeng-
kau menjadi sasaran kemarahan orang banyak bahkan
mereka diserbu dan diserang secara membabi buta.
Diantara para penyerang itu ternyata termasuk juga para
jago dari Kiu-im-kau maupun Seng-sut-pay.
Tiga orang jago persilatan yang berilmu biasa, dalam
gusarnya ternyata tak tahu diri dan maju menyerang Kok Seepiau.
Untung saja para jago kelas satu tidak terlalu


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghiraukan masalah itu dan memusatkan perhatian mereka
untuk meloloskan diri, maka dengan begitu pihak Hian-bengkau
pun masih dapat memper-tahankan diri dari kemusnahan.
Diam-diam Coa Wi-wi berpikir."
"Yaa, betul juga, kenapa tidak kugunakan kesempatan
yang sangat baik ini untuk membasmi Hiau beng kau dari
muka bumi?"
Dengan cepat ia menggerakkan tubuhnya siap menubruk
kearah Kok See-piau.
Tiba-tiba lengannya terasa kencang, ternyata ia sudah
dicengkeram oleh ibunya.
661 Dengan alis mata berkenyit dan senyuman paksa
tersungging diujung bibirnya, Coa Hujin berkata.
"Anak Wi, kita dari keluarga Coa tak usah melibatkan diri
dalam pertarungan masalah seperti ini, coba kau lihat para
jago lainnya, siapakah yang ikut dalam pertarungan tersebut?"
"Tidak ibu!" seru Coa Wi-wi dengan gelisah, "jika
kesempatan baik ini kita sia-siakan, kemungkinan besar Kok
See-piau akan melarikan diri dari sini"
Coa hujin segera tersenyum katanya. "Anak bodoh, kecuali
malaikat atau dewa, siapapun jangan harap bisa lolos dari sini,
aai?".!Kalau aku yang mati masih mendingan, kau dan anak
Gi tidak sepantas nya"
Setelah menghela napas panjang, tiba-tiha ia menutup
mulutnya rapat-rapat.
Coa Wi-wi segera gelengkan kepalanya berulang kali,
katanya ngotot, "Tidak ibu, aku percaya jiko pasti berhasil
menolong kita semua, tapi musuh-musuh itupun pasti akan
ikut kabur juga"
Coa hujin tertawa getir.
"Oooh".apakah ia sanggup menolong kita?" keluhnya.
"Pasti dapat!" Coa hujin mencoba untuk mengawasi
keadaan disekitar sana, kobaran api telah menjilat seluruh
penjuru lembah tersebut, bunyi peletukan yang keras
menambah seramnya susana.
662 Jilatan api tersebut telah merambat dengan cepatnya ke
depan, tampaknya sejenak kemudian seluruh tanah lapang itu
akan tertelan oleh lautan api.
Suhu udara yang panas, asap yang tebal dan napas yang
sesak membuat keadaan benar-benar menjadi amat kritis,
untung saja semua orang yang berkurung adalah jago-jago
silat yang bertubuh tangguh coba kalau tidak begitu, pasti
banyak korban yang telah berjatuhan.
Ia mencoba mendongakkan kembali matanya, ia saksikan
Hoa In-liong dergan sorot matanya yang tajam seakan-akan
sedang memperhatikan pula ke arah mereka, diam-diam ia
lantas berpikir, "Kalau dilihat keadaan tersebut, sekalipun Jin
Hian tidak manfaatkan kesempatan itu untuk melancarkan
serangan, kami semua juga bakal mati terbakar, sekalipun jiko
mu ada diatas lembah, apa pula yang dapat ia lakukan?"
Akan tetapi ketika dilihatnya gadis itu menunjukkan rasa
percaya dan yakin yang tebal, ia merasa tak tega untuk
menghilangkan rasa gembiranya maka sambil tertawa ia
bertanya lirih, "Anak wi, apakah kau suka dengan jiko mu?"
Paras muka Coa Wi-wi segera berubah menjadi merah jengah,
serunya dengan wajah tersipu-sipu, "Ibu?".."
Menyaksikan wajah putrinya yang tersipu-sipu itu Coa hujin
kembali berpikir, "Aaaaaai?"".tampaknya putriku telah
dewasa, sifat kekanak-kanakannya tempo hari, kini sudah
lenyap tak berbekas"
Dalam hati dia berpikir demikian, dimulut katanya sambil
tertawa, "Anak Wi, ketika empek Hoa mu kembali ke gunung,
ia menyingguug pula soal dirimu kepada kedua orang
hujinnya, bocah kau tebak apa yang ia katakan" Apa pula
yang di katakan dua orang hujin dari keluarga Hoa itu
kepadaku?"
663 "Apa yang mereka katakan?" tanya Coa Wi-wi sambil
membelalakkan matanya lebar-lebar.
Coa hujin sengaja pura-pura berpikir, kemudian jawabnya.
"Lebih baik tak usah ibu katakan, sebab setelah diucapkan
nanti kau pasti akan membuat ibu menggodamu lagi"
"Ibu, katakanlah!" rengek Coa Wi-wi dengan manja,
"Baik, baik, akan ibu katakan" jawab Hoa hujin kemudian
sambil tertawa, "empek Hoa mu tentu saja memuji-muji
dirimu, dan kedua orang hujinnya?"
Sengaja ia berhenti sebentar, ketika dilihatnya gadis itu
memandang dengan wajah cemas-cemas harap, diapun
melanjutkan. "Kedua orang hujin dari keluarga Hoa itu sambil tertawa
lantas menuntut seseorang menantu kecil kepada ibu untuk
mereka semua!"
Paras muka Coa Wi-wi kontan saja berubah menjadi merah
padam seperti kepiting rebus, sambil menyandarkan
kepalanya dalam pelukan ibunya, ia membisik manja.
"Ibu nakal, ibu menggoda aku?".ibu nakal, ibu suka amat
menggodaku?""
"Sementara itu, kobaran api telah merajalela sampai
dimana-mana, jilatan api yang ganas membakar benda
apapun yang dijumpainya, suasana digelanggang kacau balau
tak karuan, benturan senjata jeritan ngeri menggetarkan
hampir seluruh angkasa, tapi ibu dan anak dua orang itu
bersikap seakan-akan tidak melihatnya, gelak tertawa dan
664 pembicaraan berlangsung amat santai, seolah-olah hal
tersebut berlangsung didalam rumah sendiri saja.
Ketika Kok See-piau menyaksikan semua persiapan yang
diaturnya dengan susah payah untuk menjebak segenap
enghiong dari kolong langit ternyata terbalik malah digunakan
oleh musuh, rasa gusar yang berkobar dalam hatinya sukar
dilukiskan dengan kata-kata.
Namun bagaimanapun juga memang tak malu di sebut
sebagai seorang tokoh persilatan yang berbakat, sekalipun
menghadapi situasi yang buruk, pikirannya tidak menjadi
kalut, dia tahu bila dalam keadaan demikian membunuh
musuh maka hal ini akan memancing kemarahan khalayak
umum yang akan mengakibatkan suatu keadaan yang fatal.
Maka dergan cepat ia mengebaskan ujung bajunya untuk
menotok jalan darah ketiga orang itu kemudian sambil
mendongakkan kepalanya dia berteriak keras-keras, Hoa
Yang, apakah kau ingin menolong rekan-rekanmu?"
"Kok See-piau" jawab Hoa In-liong hambar, "apa yang ingin
kau katakan, aku orang she Hoa telah menyuruh orang untuk
melakukan-nya, lebih baik jangan banyak bicara dari pada
memberi peringatan dan mempertingkat kewaspadaan
musuh!" Mendengar perkataan itu, Kok See-piau segera berpikir,
"Bocah ini benar-benar amat pintar!"
Kecerdikan orang itu tiba-tiba menimbulkan kobaran rasa iri
yang amat besar dalam hati kecilnya, sekuat tenaga ia
berusaha me ngendalikan perasaan tersebut, kemudian
berkata, "Kau begitu cerdik dan cekatan, ini membuat pun
sinkun merasa amat berlega hati, cuma persiapanmu yang
terburu-buru tentu kurang begitu cermat, perhatikanlah
665 dibawah ada sebuah batu hijau ditepi sebatang pohon bwe
tua" Walaupun tanya jawab diantara mereka berdua dilakukan
dengan penuh teka-teki dan tanda tanya, sehingga tak
seberapa orang yang memahaminya namun dalam
menghadapi mara bahaya, perasaan mereka memang lebih
tajam daripada biasanya, ketika bisa dirasakan bahwa jalan
keluar sudah terbentang maka sebagian besar jago yang
sedang bertarung segera ikut pula terhenti, Diam-diam Hoa
In-liong berpikir.
"Kok See-piau bisa berpikir panjang dengann
mempersiapkan bahan peledak ditepi telaga lebih dulu,
membuktikan kalau dia memang berotak luar biasa. Siapa
tahu sekali salah selangkah, kekalahan yang dihadapinya jadi
makin runyam, itulah yang disebut perhitungan manusia tak
bisa menangkan perhitungan Thian, asal?""! Ingin
mencelakai orang, dirinya yang tercelaka lebih dulu, inilah
yang dinamakan senjata makan tuan"
Sementara ia masih berpikir, tiba-tiba Cia In
menghampirinya sambil berbisik, "Sim Ciu sekalian yang
berada ditebing seberang, tiba-tiba lenyap tak berbekas"
Berita ini sangat mengejutkan Hoa In-liong, ketika ia
mendongakkan kepalanya tampaklah kecuali Jin Hian yang
masih melongok keadaan sambil tiada hentinya
memperhatikan gerak geriknya, Sim Ciu, Kiong Hau serta Gui
Gi hong tiba-tiba telah lenyap tak berbekas.
Tapi setelah dipikir sejenak, ia lantas tahu apa yang terjadi,
betul juga ketika ia mencoba untuk memasang telinga, maka
terdengarlah suara bentakan dan bentrokan senjata telah
berkumandang dari tujuh delapan li dari situ, tapi berhubung
suara dari lembah amat membisingkan telinga maka tanpa
666 tenaga dalam yang sempurna memang sulit untuk menangkap
suara itu. Dalam kejutnya ia tak berani berayal lagi, buru-buru
serunya, "Perhatikan musuh baik-baik!" Sekali melompat
dengan kecepatan luar biasa ia meluncur ke arah selatan.
Lembab bukit di Ui gou peng ini luasnya mencapai
beberapa li, pada sisi timur sampai kebarat, sedangkan dari
selatan sampai ke utara panjangnya sampai mencapai belasan
li, dimana Hoa In-liong berada sekarang terletak dibagian
tengah dari dinding selat yang agak datar permukaannya, luas
permukaan itu mencapai puluhan kaki sehingga membentuk
sebuah bukit kecil yang menonjol keluar.
Diatas puncak bukit terdapat sebuah telaga kecil, sekalipun
tidak terhitung besar, itupun mencapai setengah dari puncak
bukit itu, karena letaknya berdekatan dengan lembah maka
dinding sebelah situ terhitung paling tipis.
Ditepi telaga merupakan bukit-bukit karang yang terjal dan
naik turun tidak rata, sulit bagi orang bisa untuk melalui
tempat tersebut, sekalipun bisa melampaui tempat itu, paling
tidak satu jam lebih baru akan menyelesaikan perjalanan
tersebut. Namun bagi Hoa In-liong yang memiliki ilmu meringankan
tubuh amat sempurna, dalam sekejap mata ia sudah berhasil
tiba ditempat tujuan.
Terlihatlah ditepi pantai telaga tersebut, Thian Ik-cu
dengan pedang terhumus sedang bertempur sengit melawan
Sim Ciu, sedangkan murid-muridnya dengan membentuk
barisan pedang Han lei kiam tin sekuat tenaga membendung
gempuran-gempuran dari Kiong Hau serta beberapa orang
kakek, sedangkan seorang tokoh setengah umur yang
667 berwajah bersih dengan senjata hud tim ditangan kiri dan
kaitan ditangan kanan, sekuat tenaga melangsungkan
pertarungan seru mela wan Gui Gi hong.
Menyaksikan kesemuanya itu, Hoa In-liong menjadi
tertegun, pikirnya.
"Ternyata ia juga sudah datang, kenapa tidak nampak
Hong giok?" Jalan tanah perbukitan tersebut menyempit pada
bagian situ, jaraknya dengan dinding bukit seberang mencapai
beberapa kaki lebar nya waktu itu dinding bukit telah merekah
sebagian sehingga air telaga memancur turun kebawah
sayang terlalu kecil air yang mengalir turun sehingga tiada
gunanya untuk mengatasi semua keadaan disana.
Disekitar dinding tersebut tersebarlah bungkusanbungkusan
yang berisi bubuk yang berwarna hitam, jelas
bubuk-bubuk hitam tersebut adalah bahan peledak.
Sim Ciu gembong iblis itu sungguh lihay sekali, ilmu Tay im
sim jiau andalannya telah dikerahkan sehingga jari tangannya
beberapa inci menjadi lebih panjang besarnya juga satu kali
lipat dari keadaan semula, setiap kali serangan dilancarkan
maka muncullah li ma gulung hawa putih yang menyelimuti
angkasa. Thian Ik-cu dengan menganyunkan pedangnya sedang
memberikan perlawanan dengn
sepenuh tenaga, tapi ia
terdesak terus menerus sehingga harus mundur kebelakang.
Pertarungan antara Thian Siok-bi melawan Gui Gi hong
berlangsung agak seimbang, sebaliknya Bu tim tojin sekalian
belasan orang yang sedang bertarung melawan Kiong Hau
beserta enam tujuh orang kakek itu berada rada posisi yang
amat gawat. 668 Bu tim tojin sekalian sesungguhnya terhitung jago-jago
kelas satu dari dunia persilatan, dibawah barisan Kan lei kiam
tin yang tangguh, belasan bilah pedang tersebut berkelebat
silih berganti memancarkan sinar yang amat menyilaukan
mata, cahaya pedang yang tajam, hawa serangan yang
dahsyat serta perubahan barisan pedang yang luar biasa
membuat Hoa In-liong benar-benar merasakan kejadian
tersebut jauh diluar dugaan.
Namun ilmu silat yang dimiliki Kiong Hau sekalian bertujuh
pun lebih hebat lagi, di bawah serangan-serangan yang
demikian gencar, ternyata mereka sanggup mempertahankan
diri tanpa kelihatan kepayahan atau menunjukkan pertanda
kalau ngotot. Ditinjau dari keadaan tersebut, dapatlah diketahui bahwa
andaikata Bu tim tootiang tidak tertarung secara berkelompok,
maka jika sampai berkobar pertarungan satu lawan satu tak
sampai seperminum teh kemudian mereka sudah akan mati
semua. Dalam pertarungan sengit itu, tiba-tiba seorang kakek yang
bersenjata toya melancarkan serangan dengan jurus Heng sau
cian kun (menyapu rata selaksa prajurit) untuk memaksa
mundur dua bilah pedang, kemudian toyanya mencukil
kebawah dan sekantong obat mesiu melayang keudara
melewati batok kepala semua orang dan".. "Plung!" tercebur
kedalam telaga kemudian tenggelam kedasarnya.
Kejadian semacam ini jelas bukan hanya berlangsung satu
kali saja, anak murid Thian Ik-cu menjadi amat gelisah sekali
menyaksikan peristiwa tersebut, apalagi ketika dilihatnya
kantong-kantong berisi mesiu yang hendak digunakan untuk


Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menolong jiwa rekan-rekannya kian lama kian menipis tanpa
sanggup untuk mencegahnya, ini semua membuat mereka
bertambah panik.
669 Seorang tosu menjadi nekad, sambil mengerahkan segenap
kekuatan yang dimilikinya dia maju ke muka dan melancarkan
sebuah tusukan kilat ke dada kakek tersebut.
Dengan dilancarkannya serangan yang mematikan ini,
meski serangan tersebut amat dahsyat, namun pertahanan
pada dada kiri nya menjadi terbuka lebar.
Kakek bersenjata toya baja itu segera mendengus, sambil
maju badannya berputar kencang, toyanya diputar
menggetarkan pedang lawan, kemudian telapak tangan
kanannya diayunkan ke depan sambil membentak, "Pergi kau
dari sini!"
Sebuah pukulan dahysat dengan telak bersarang di dada
kiri iman tersebut.
Tosu itu meraung keras dan muntah darah segar, tubuh
berikut pedangnya mencelat sejauh beberapa kaki dan tewas
seketika itu juga.
Baru saja membunuh orang itu dan tubuhnya belum
sempat berdiri tegak tiba-tiba beberapa gulung desingan angin
dingin menyambar tiba dari belakang punggungnya.
Sambil memutar toyanya dia segera melancarkan
pertahanan, "Traaang"..!" bentrokan nyaring berkumandang
memecahkan keheni ngan, pedang-pedang lawan yang
sedang menyergap tibapun segera terpental kebelakang
semua".. Seorang murid Thian Ik-cu yang mendendam karena
saudara seperguruannya terbunuh membentak keras, ia lupa
akan keadaan dirinya yang terancam, secara nekad tubuhnya
bergerak ke muka menusuk punggung kakek tersebut"..
670 Serangan ini betul bertenaga tangguh, tapi ia lupa bahwa
keberhasilan mereka menahan serangan Kiong Hau sekalian
adalah berkat keampuhan dari ilmu barisan tersebut, dengan
tindakan ini bukan saja barisan menjadi kalut, diapun
kehilangan peluang untuk ditolong oleh rekan-rekannya.
Terdengar seorang kakek yang bersenjatakan sepasang
gelang Cu bu siang cuan tertawa tergelak, gelangnya tiba-tiba
dilemparkan ke depan.
"Traaak!" batok kepala tojin itu segera terhajar hancur
sehingga isi benaknya berceceran ditanah, keadaannya betulbetul
mengerikan. Pada gelang tersebut rupanyn diikat pula dengan sebuah
rantai perak, sehabis membinasakan musuhnya, kakek itu
menarik kembali tangannya dan menyimpan kembali senjata
andalannya. Setelan rekan seperguruannya terbunuh secara berulang
kali, Bu tim tojin sekalian segera tercekam dalam perasaan
dendam yang meluap, sepasang mata mereka menjadi merah
membara, setiap orang mulai berniat untuk beradu jiwa.
Tiba-tiba terdengar Thian Ik-cu berseru, "Cing lian kalian
harus tenangkan dulu pikiran dan bertarung secara mantap?"
Baru saja berbicara sampai setengah jalan Sim Ciu telah
mendengus dingin, secara beruntun ia lancarkan tiga buah
serangan berantai.
Dalam keadaan demikian, mana mungkin buat Thian Ik-cu
untuk melanjutkan kata-katanya, terpaksa ia telan kembali
ucapan selanjutnya dan memusatkan semua perhatiannya
untuk siap menghadapi lawan.
671 Ciong Hau tidak terhitung, ketujuh orang kakek yang tidak
diketahui asal usulnya ini sungguh hebat bukan kepalang,
sekalipun Bu tim tojin sekalian bertekad untuk melakukan
perlawanan dengan sepenuh tenaga, itu pun tak lebih hanya
akan menambah melayangnya jiwa secara percuma.
Situasi menjadi amat kritis, agaknya sebentar lagi barisan
Kao lei kiam tin tersebut akan menjadi berantakan?"
Andaikata barisan Kao lei kiam tin serta Thia Siok-bi, dalam
keadaan begitu, kematian orang itu hanya tinggal menunggu
waktu belaka"..
Setelah itu asal mereka musnahkan sumbu bahan peledak
yang tertanam disepanjang tepian telaga itu, sehingga air
telaga tak sampai mengalir kebawah, tak bisa disangkal lagi
para jago yang terkurung dibawah lembah pasti akan musnah
semuanya. Tempat dimana Thian Ik-cu beserta anak muridnya dan
Thia Siok-bi bertarung melawan Sim Ciu, Kiong Hau sekalian
letaknya berada diatas sebuah bukit yang menonjol keluar, Jin
Hian yang berada diseberang dapat mengikuti semua jalannya
pertarungan itu dengan jelas, sedangkan pemandangan
dibawah tebing pun sebagian besar dapat ter lihat dengan
nyata, satu-satunya tempat yang tak bisa dilihat olehnya
justru adalah tempat dimana orang-orang Cian li kau, dua
bersaudara Kiong, Huan Tong dan Hoa In-liong berada.
Tapi jarak antara dasar lembah dengan tebing curam itu
kelewat jauh, tanpa tenaga dalam yang sempurna sulit buat
mereka untuk melihat jelas jalannya pertarungan itu,
walaupun demikian delapan sembilan puluh persen dari
kawanan jago itu berusaha juga mengikuti jalannya
pertarungan dengan seksama.
672 Bayangan manusia tampak saling berkelebat, sambaran
senjata menyilaukan mata, rupanya pertarungan yang sedang
berlangsung disana amat sengit?"
Betul orang yang sedang terlibat dalam pertarungan tiada
hubungannya dengan mereka, tapi semua jago didasar
lembab sadar bahwa menang kalahnya pertarungan yang
sedang berlangsung sangat mempengaruhi mati hidup mereka
semua. Cia In dan dua bersaudara Kiong sekalian yang ada
ditebing sebelah timur tak dapat mengikuti pula jalannya
pertarungan tersebut, dalam keadaan demikian merekapun
hanya bisa mengikuti perubahan sikap orang-orang yang
berada didasar lembah sambil menduga-duga sendiri keadaan
yang sesungguhnya.
Jin Hian yang melihat bahwa semua rencananya hampir
berhasil, tak tahan lagi segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak, sedang para jago diatas tebing
berubah hebat mukanya, para jago didasar lembah samasama
menjerit kaget, keadaan menjadi bertambah kalut?""
Disaat yang kritis itulah, mendadak dari tempat kejauhan
sana berkumandang suara pekikan nyaring yang memekikkan
telinga, semua orang mengenali pekikan tersebut berasal dari
Hoa In-liong. Dalam waktu singkat, gelak tertawa Jin Hian bagaikan
dipotong orang secara paksa, seketika itu juga gelak
tertawanya terhenti di tengah jalan?".
Sorak sorai dan tempik sorak segera berkumandang
kembali memenuhi seluruh lembah.
673 Kejadian ini sangat mangherankan orang-orang di tebing
sebelah timur, tapi mereka tahu, situasi tentu sudah
mengalami lagi pe rubahan yang amat besar.
Dengan cemas Kiong Gwat lam bertanya, "Cici, apa yang
telah terjadi?"
Kiong Gwat hui ulapkan tangannya sambil tertawa getir, ini
pertanda kalau dia sendiripun tak tahu.
Kiong Gwat lan kembali berpaling serunya, "Enci In!"
Cia In sendiripun tak dapat mengendalikan perasaannya
yang kalut, sambil tersenyum ia segera mendahului, "Kalau
kau bertanya kepadaku, aku musti bertanya kepada siapa?"
Kiong gwat lan menjadi panik sekali, gumamnya kemudian,
"Tempat ini betul-betul tempat seperti setan..!"
Suling Emas Dan Naga Siluman 22 Rahasia 180 Patung Mas Karya Gan Kl Naga Naga Kecil 5
^