Pendekar Latah 31

Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 31


selubung besi itu pasti tidak akan ikut terbakar jika Hong-laymo-
li melihat dan menemukannya, pasti berusaha untuk
menyelamatkan. Tak nyana Hong-lay-mo-li tidak bekerja sesuai pesannya,
menurut adat istiadat bangsa Han jenazahnya dikebumikan.
Dengan pakai pedang siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li
menggali liang lahat, pada suatu tempat diatas sebuah bukit,
secara sederhana mereka kebumikan Kongsun Ki
Hong-lay-mo-li membuat batu nisan dengan batu cadas lalu
dia mengheningkan cipta dan berdoa:
"Suheng, kau mendapatkan kebebasan dari derita nestapa,
semoga tentramlah kau istirahat dialam baka. Kelak kalau ada
kesempatan akan kupindah tempatmu bersemayam
dikampung halaman sendiri"
Diluar tahu Hong-lay-mo-li, bukan saja dia mengebumikan
Kongsun Ki, malah diapun sekaligus memendam hasil karya
dari sebuah kitab rahasia ilmu silat yang tiada taranya.
Puluhan tahun kemudian, Hong lay-mo-li baru ada
kesempatan kembali bersama siang Cemg-hong dan putranya,
namun pusara Kong-sun Ki sudah dikeduk orang sudah tentu
buah karyanya itupun digondol oleh sipengeduk. Kelak
timbullah gelombang huru hara yang berbuntut panjang dikalangan
BuIim, hal ini akan kami ceritakan dalam kisah lain.
setelah mengebumikan Kongsun Ki, bergegas siau go-kiankun
dan Hong-lay-mo-li menuju ke Kim gu-oh.Jalan gunung
sejauh 100 li mereka tempuh dalam waktu tiga jam, sebelum
matahari terbenam mereka sudah tiba ditempat tujuan.
Dengan mengerahkan Iwekang mengirim gelombang
panjang siau- go-kian-kun memanggil dari kejauhan terdengar
Pek-siu-lo mengiakan, Lekas Liu dan Hoa berlari kearah
datangnya suara, mereka temukan Pek siulo berada diluar
sebuah gua, Pek siu-lo tengah sibuk menjumbat mulut gua
dengan sebuah batu besar.
"Mana engkoh mu?" tanya Hoa Kok- ham.
" Engkoh pergi cari unta, Cukong, silakan periksa, harta
yang kami pendam disini."
ditanah terdapat dua keranjang panjang tiga kaki, tebal
tujuh senti dibanding tas cangkingan umumnya kira2 sama.
Waktu Pek-siu-lo membuka tutupnya, tampak sinar kemilau
menyilaukan mata, hawa terasa menjadi dingin.
Dimana terdapat batu2 laut, jammd, berlian sebesar buah
kenari, ada batu jade sebesar semangka. Ada pula mata
kucing yang bergemerlapan serta rentengan mutiara sebesar
kelengkeng. siau-go-kian kun yang banyak pengalaman toh
tak bisa menyebut satu persatu dari nama2 perhiasan ini.
Pek siu-lo berkata dengan tertawa:
" koleksi kami" ini jumlahnya memang tidak sebanyak hasil
kedukan kita digudang harta Limong dari Mongol, namun
nilainya jauh lebih tinggi."
"Dua karung ditambah harta kedua keranjang ini: Aku jadi
kuatir cara bagaimana kau akan membawanya."
Pek-siu-lo tertawa sahutnya:
" Engkoh sudah pikirkan akalnya, Cukong tak usah kuatir.
Em, nah itulah engkoh sudah kembali."
Tampak Hek-siu-lo mendatangi menggandeng dua ekor
unta. Dipunggung unta bertumpuk puluhan kranjang bundar.
siau- go-kian-kun menyambut dengan tertawa.
"Pintar juga, dengan kedua ekor unta ini kita tak usah
kuatir menempuh perjalanan di gurun pasir. Tapi untuk apa
pula puluhan kranjang ini?"
"inilah obat2an dan hasil bumi di daerah Mongol ini, kita
menyamar jadi saudagar." ujar Hek-Pek-siu-lo,
"menurut hukum Mongol melindungi kaum saudagar harta
ini kita selundupkan tercampur dengan obat2an dan hasil bumi
ini, tentunya tidak akan sampai konangan."
Memangnya Hek-Pek-siu-lo cukup berpengalaman dibidang
ini, dia paham segala peraturan, sepanjang jalan banyak pos
penjagaan yang mereka lalui, namun tak pernah mereka
mengalami kesulitan. Tanpa terjadi apa2 mereka melampaui
gurun Gobi dan mulai memasuki padang rumput diwilayah
negeri sehe. Hari itu waktu mereka menempuh perjalanan, tiba2 tampak
bendera ber-kibar2 disebelah depan, muncul barisan besar
pasukan kavaleri Mongol. Lagu perang Mongol yang gagah
dan bersemangatpun ktumandang dan bergema dipadang
rumput. Paduan lagu yang yang gagah perkasa suara
menggoncangkan padang rumput mau tidak mau siau-gokian-
kun, beramai merasa takjup.
Tahu takkan bisa menghindari samplokan dengan barisan
besar ini, akhirnya mereka berkeputusan untuk berdiam dulu
ditempat itu, setelah barisan Mongol itu berlalu baru akan
menempuh perjalanan pula.
Tak nyana barisan besar pasukan Mongol ini ternyata tidak
melanjutkan perjalanan, tahu2 malah mendirikan kemah
dipadang rumput siau go-kian-kun keheranan, katanya:
"Hari belum sore, kenapa mereka berkemah disini?"
"Peduli apa sebabnya, yang terang posisi kita menjadi
serba sulit" ujar Hong- la y- mo- li
Tengah bicara dua perwira Mongol sudah datang
menghampiri Timbul akal Hek-siu-lo, katanya:
"Harap tanya apakah Hudapi Ciangkun ada dalam barisan
besar ini?"
Dua perwira itu balas bertanya:
" Untuk apa kau tanya dia, kalian kenal Hudapi Ciangkun?"
"Kami adalah pedagang dari sehe, pernah mendapat
bantuan Hudapi Ciangkun sehingga leluasa berdagang
dinegeri kalian, malah dibawah perlindungan-nya sepanjang
jalan ini kita tidak mendapat gangguan, Inilah medali
kepercayaannya yang diberikan kepada kami sebagai bukti
bahwa kami adalah pedagang yang jujur."
"Mana medalinya, keluarkan biar kuperiksa." kata seorang
perwira. setelah periksa medali mereka-pun periksa surat2
dinas dan surat pajak Hek-siu-lo sepanjang pos2 penjagaan
Memang Hek-siu-lo secara jujur melunasi seluruh pajak yang
harus dia bayar sepanjang perjalanan, maka kedua perwira itu
tidak banyak bicara lagi katanya:
"Ada dua jalan bisa kalian tempuh. Pertama kalian ikut
bermalam disini, setelah kita pergi baru melanjutkan
perjalanan, Kedua sekarang berangkat juga boleh, cuma harus
menyelesaikan beberapa surat2 penting lainnya, dan lagi
Hudapi Ciangkun harus sudi menjadi pelindungnya . "
"Mumpung hari belum petang, kita masih ingin melanjutkan
perjalanan supaya lekas kembali ke negeri. silakan Ciangkun
sudilah membantu."
"Baik, kalian ikut kami." dengan menuntun unta mereka
mengintil kedua perwira. memasuki lingkungan perkema han,
lalu berhenti didepan sebuah kemah besar perwira yang
bertubuh tinggi berkata:
"Kalian tunggu disini dan biar diperiksa akan kulaporkan
kepada Hudapi Ciangkun, coba saja apa dia sudi menanggung
kalian." Dari dalam kemah beranjak keluar seorang laki2 berpakaian
sipil sebagai pejabat yang bergenang dalam bidang
perpajakan, beberapa orang pembantu mengikuti
dibelakangnya. Perwira pendek itu bisik2 dengan petugas
pajak ini, sambil manggut2 petugas pajak bertanya kepada
Hek-siu-lo. "Dagangan mahal apa yang kalian bawa, kenapa begini tergesa2
menempuh perjalanan?"
"Hanya bahan obat2an dan hasil bumi. Nah inilah daftar
dari muatan kami." sahut Pek siu-lo.
setelah memeriksa daftar, petugas itu tertawa, katanya:
" Kalian memang pandai berdagang, semua bahan2 ini
memang amat diperlukan di sehe, disamping untuk menolong
orang, kalianpun bisa menarik keuntungan se-besar2nya.
Kaum pedagang umumnya licin, meski ada daftar muatan,
namun aku tak bisa percaya begini saja."
lalu dia suruh beberapa pembantunya memeriksa dan
mencocokan muatan dan daftar.
Diam2 Pek-siu-lo mengeluh. Untung pada saat itu, perwira
jangkung tadi sudah kembali bersama Hudapi, Mendengar
laporan si jangkung tentang medali mas kepercayaan miliknya
itu, diam2 Hudapi sudah yakin yang datang adalah rombongan
siau- go-kian-kun. Maka dari kejauhan dia sudah berseru:
"Kalian sudah kembali dari Holin" cepat benar-"
siau- go-kian-kun kegirangan, katanya sambil goyanggoyang
kipas: " Hudapi Ciangkun, banyak terima kasih atas bantuanmu di
ibu kota sehe beberapa bulan yang lalu kali ini, kami mohon
bantuanmu lagi."
siau- go-kian-kun mengenakan kedok muka dan menyamar
maka dia kuatir Hudapi tidak mengenali dirinya lagi, maka dia
keluarkan kipasnya. seperti diketahui kipas adalah senjata
tunggal perguruannya berarti tanda pengenalnya juga.
Hudapi segera berkata kepada petugas pajak itu:
" orang ini pernah kontrak dagang denganku di sehe, aku
berani tanggung mereka adalah saudagar tulen."
Hek-siu-lo berkesempatan memapak maju menjabat tangan
petugas pajak, katanya:
"Mohon dibantu ala kadarnya." melihat Hek-siu-lo ulur
tangan ajak berjabatan, sekilas petugas pajak tertegun namun
lekas sekali dia paham maksud juntrungan orang.
Kiranya diantara sela2jari Heki.sia.-lo ada menjepit secarik
uang cek, dikala berjabatan, secara diam2 dia serahkan uang
cek itu kepada si petugas sebagai uang sogokan, si petugas
pajak mencuri lihat uang cek yang diterimanya, nilainya
adalah tiga ribu uang peraki uang cek ini dikeluarkan oleh
bank terbesar di Holin, sekembali ke Holin bisa segera
diuangkan, seketika muka si petugas pajak berseri tawa
katanya: " Kalau Hudapi Ciangkun suka menanggung, aku juga tidak
mempersulit kalian. silakan kalian berangkat"
setelah menghaturkan terima kasih kepada Hudapi, baru
saja Hek-siu-lo dan siau-go-kian-kun beranjak pergi menuntun
unta, tiba2 dilihatnya seorang Lama yang mengenakan Kasa
merah beranjak mendatangi, serunya:
"Tunggu sebentar" Lama ini bukan lain adalah Koksu negeri
Mongol, Cun-seng Hoat-ong adanya, Kiranya Cun-seng
menjadi curiga mendengar suara siau-go-kian-kun, maka
sengaja dia keluar untuk ikut memeriksa. Meski siau-go-kiankun
dan Hong-lay-mo-li sudah merubah diri namun tetap tidak
bisa mengelabui ketajaman matanya.
sungguh kejut Hudapi bukan kepalang, lekas dia berseru:
"Suhu, orang2 ini adalah saudagar yang kebetulan lewat,
surat dinas dan pajak sudah diperiksa, tak perlu kau orang
mencapaikan diri"
"o, apa ya?" ujar cun-seng Hoat-ong,
"sepanjang jalan ini jarang juga kulihat para saudagar yang
datang dari luar negeri."
sembari bicara dengan seksama matanya menatap siau-gokian-
kun, semakin pandang semakin tambah rasa curiganya,
Lalu dengan sikap tak acuh dia menghampiri ke depa n siaugo-
kian-kun, katanya tiba2:
"sahabat ini seperti pernah kulihat entah di- mana?" belum
habis ucapannya, tiba2 telapak tangannya menggablok ke
pundak siau- go-kian-kun.
Menepuk pundak boleh dipandang sebagai gerakan
bersahabat dan mesra, namun dengan kekuatan cun-seng
Hoat-ong, jikalau dia tidak bermaksud baik tentu tulang
pundak siau-go-kian-kun bisa dibikin remuk olehnya.
sudah tentu siau-go-kian-kun tidak mandah dilukai, dengan
enteng dia berkelit, dengan gerakan langkah yang lincah dia
menghindar diri dari tepokan cun-seng Hoat-oag, katanya
tertawa: "Kita pergi ke-mana2, kemungkinan pernah bertemu
dengan Taysu, tapi jelas belum pernah berdagang dengan
Taysu. Biarlah anggap baru bertemu sekali ini."
Hudapi menyela:
" inilah guruku Cun-seng Hoat-ong, Koksu Mongol kita,
mana mungkin pernah berdagang dengan kau" jangan kau
membual" " Kalau demikian, tentu Hoat-ong sendiri yang salah
mengenali orang, Aku tadi hanya men-duga2 sekenanya saja,
mohon maaf."
Karena tepukannya luput dan melihat gerakan siau- gokian-
kun, cun-seng Hoat-ong lantas tahu orang adalah pelajar
yang pernah mengalahkan dirinya dibawah bukit Ki-Lian-san
tempo hari. Namun dengan jabatan dan kedudukan cun-seng
Hoat-ong sekarang sudah tentu tidak mungkin ajak bicara
secara blak2an dengan siau-go-kian-kun.
Maklumlah sebagai Koksu Mongol, mengagulkan diri
sebagai jago kosen nomor satu diseluruh jagad lagi, jikalau
sampai orang lain tahu dirinya pernah dikalahkan siau-go-kiankun,
masakah ada muka dia tetap memangkujabatan Koksu,
siau- go-kian-kun juga sudah perhitungkan titik kelemahannya
ini, maka sengaja dia memancing dengan kata2 sebagai
memberi peringatan sehingga orang tidak berani melampaui
batas dihadapan umum.
Kekalahannya oleh Siau-go-kian-kun dulu dipandang
sebagai penghinaan besar selama hidupnya, kini kalau tidak
berani bicara blak2an dihadapan umum namun rasa
penasaran betapapun tak terkendali lagi.
Dalam waktu sesingkat ini, berputar pikirannya, seketika
timbul nafsu membunuh, katanya dingin:
"Baiklah, anggap baru bertemu pertama ini mari kita
bersahabat:"
tangan diulur, dia hendak ajak siau go-kian-kun berjabat
tangan "sebagai seorang saudagar mana berani aku mendapat
kehormatan ini" ujar siau- go-kian-kun, secepat kilat gerakan
cun-seng Hoat-ong, tahu2 jari2 orang sudah mencengkram
datang dan siau- go-kian-kun sudah terkurung dalam gerakan
tangannya untuk berkelit menjadi sulit.
siau-go-kian-kun bersikap pura2 kaget dan segera ulur
tangan menjabat tangan orang, namun belum lagi Cun-seng
Hoat-ong sempat menggenggam tangannya begitu kedua
telapak tangan mereka bersentuhan terus ditariknya dan
tersurut mundur tiga langkahi katanya:


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima-kasih Hoat-ong sudi memandang diriku, rakyat
jelata memberi hormat."
dengan Iwekang tingkat tinggi siau-go kian- kun punahkan
tenaga telapak tangan cun-seng Hoat-ong, namun dia tetap
terg entak mundur tiga langkahi darah bergolak dirongga
dadanya, keruan kejutnya bukan main.
Cun-seng Hoat-ong ngakaki katanya.
"Ternyata sahabat ini adalah jago silat maaf Iolap kurang
hormat." tujuannya menuntut balas, cuma tidak enak bicara secara
blak2an, maka diapun pura2 baru mengetahui bahwa siau- gokian
kun adalah orang jago silat, baru dia ada alasan untuk
mengajaknya bertanding.
Petugas pajak itu orang sipil, namun dia cukup lama
berkecimpung dalam bidang kemiliteran dengan berbagai
tugas2 berat, maka tidak heran akan persoalan ini, katanya:
"orang2 ini berani berdagang dalam suasana peperangan
yang kacau ini, sudah tentu harus memiliki kepandaian berarti.
Hoat-ong adalah jago nomor satu di seluruh dunia, kebetulan
hari ini sampai berhadapan, kaupun boleh mohon pengajaran
kepada beliau. Hasilnya akan bermanfaat selama hidupmu."
kata2nya yang terakhir ditujukan kepada siau-go kian-kun.
Hoat-ong tertawa, ujarnya:
"Penilaianmu kurang betul, saudara ini bukan hanya
memiliki kepandaian saja. Malah jago2 barisan mas kita tiada
yang kuat menandingi dia. Memberi pengajaran aku tidak
berani, marilah, mari Kita bertanding beberapa jurus."
sudah tentu siau- go-kian-kun maklum apa yang dimaksud
dengan "Bertanding" oleh Cun-seng Hoat-ong. Tapi urusan
sudah selarut ini mau menyingkir tak mungkin lagi, terpaksa
dia menjawab: "Aku hanya bisa main silat cakar ayam saja mana berani
bertanding dengan jago nomor satu diseluruh dunia?"
"Tak usah sungkan," ujar cun-seng Hoat-ong,
"Kau tak usah kuatir, aku tidak akan merenggut jiwamu."
Tiba2 Hong-lay-mo-li menimbrung:
"Hoat-ong kau adalah jago nomor satu, bagaimana kalau
kami suami istri maju bersama mohon pengajaran kepadamu"
Dua lawan satu supaya tidak menurunkan derajatmu."
Mendengar Koksu mereka hendak bertanding dengan
seorang saudagar, banyak serdadu dan Busu Mongol sama
merubung maju, Melihat Hong-lay-mo-li juga mau turun
gelanggang seketika meceka bersorak dan tepuk tangan,
disana sini menyambut baik dan memberi aplus.
sudah tentu Busu2 Mongol itu tidak tahu sampai dimana
kepandaian silat Hong-lay-mo-li, mereka ada yang mohon
keringanan kepada Hoat-ong supaya tidak melukai nyonya
yang cantik molek ini. Hanya Cun seng Hoat-ong sendiri yang
diam2 mengeluh dalam hati.
Pulang pergi Cun-seng Hoat-ong disanjung sebagai jago
nomor satu, memangnya dia mau merendahkan diri dihadapan
orang banyak" Terpaksa dia bilang:
"Baiklah, kan hanya bertanding saja, silakan kalian suami
istri maju bersama."
sudah tentu arti bertanding yang dia katakan sekarang jauh
pula bedanya, malah dia kuatir kalau Liu dan Hoa
menjatuhkan pamornya dihadapan umum.
"Maaf, aku akan gunakan senjata" kata Hong-lay-mo-li.
"BoIeh gunakan senjata apa saja," sambut Cun-eng Hoatong,
"aku hanya layani dengan sepasang telapak tangan saja,
silakan." untuk menjaga nama dan kedudukan, walau hatinya
gentar, namun lahirnya Cun-seng Hoat-ong tetap bersikap
angkuh. "sret" Hong-lay-mo-Ii melolos pedangnya terus menusuk
lebih dulu, Cun-seng Hoat-ong keraskan lengan baju
menangkis, badan bergerak langkah berpindah, tahu2 dia
mendesak kedepan siau-go-kian-kun seraya menampar
kemuka orang, inilah cara pukul ketimur menggempur dibarat,
kedua pihak sama2 gunakan serangan keras.
siau-go-kian-kun gunakan Hud-hun-jiu untuk memunahkan
pukulan lawan, tak kira pukulan telapak tangan cun-seng
Hoat-ong ini adalah Liong-bun-sam-koh long, sekali pukul
mengandung tiga gelombang tenaga gempuran, gempuran
pertama tidak terasakan apa2, namun gempuran kedua
tambah keras, untung siau- go-kian-kun berhasil
memunahkannya, baru saja hendak balas menyerang, tahu2
gempuran ketiga menerjang sedahsyat gugur gunung,
betapapun ampuh dan tangguh Iwekang siau- go-kian-kun,
tak urung dia terdorong mundur sempoyongan.
Mencelos hati siau- go-kian-kun, baru sekarang dia sadari
benar2 bahwa Iwekang Cun-seng Hiiat-ong memang bukan
olah2 lihaynya. syukur dia dibantu Hong-lay-mo-li, kalau tidak
terang dirinya bukan tandingan.
Kalau siau- go-kian-kun terkejut, cun-seng Hoat-ong sendiri
juga tersirap darahnya. Kekalahannya di Ki- lian-san tempo
hari lantaran setelah beruntun melawan Bu su-tun dan lain2
tiga babak, maka dia tidak terima dan merasa penasaran akan
kekalahannya dulu, dia kira kalau dirinya dalam keadaan segar
bugar, cukup sekali pukul pasti dapat merobohkan dan
mengalahkan siau- go-kian-kun.
Kini kenyataan membuktikan, kekuatan pukulan yang
dilandasi setaker tenaganya, walau sedikit unggul namun
hanya membuat lawan sempoyongan, tak mampu
merobohkannya. itu berarti bahwa kekuatan siau- go-kian-kun
yang sebenarnya masih berada diatas penilaiannya.
Baru saja ujung pedang Hong-lay-mo-li disampuk miring,
kebut ditangan kiri sudah terayun pula, kebutannya ini lunak
namun mengandung kekerasan, ujung benang2 kebutnya
laksana tajam ujung jarum menusuk ke berbagai Hiat-to
ditubuh Cun-seng Hoat-ong, Cun-seng Hoat-ong cukup luas
pengalaman dan pengetahuan namun belum pernah dia
melihat dan menghadapi serangan Thian-lo-hud-tim-sek yang
lihay ini. Baru saja cun-seng Hoat-ong menggempur siau- go-kiankun,
sehingga tenaga gempuran ketiga sudah hampir lenyap.
maka sekadarnya saja dia hanya mampu menyampuk pergi
kebut Hong-lay-mo-li, namun tak kuasa balas menyerang.
Cepat sekali siau go-kian-kun sudah menarik kipasnya,
begitu mundur terus mendesak maju pula dengan jurus
Tiang- lio- lohijit, kipasnya tiba2 terpentang tahu2 mencakup
Iagi, beruntun dia kembangkan kepandaian Ngo-hing kiam
dan jurus2 permainan Boan-koan-pit kipas terlempit laksana
golok, menabas tulang pergelangan lawan, ujung kipas terus
menuding menutuk Ih-khi-hiat Cun-seng Hoat-ong.
kekang siau- go-kian-kun memang bukan tandingan lawan,
namun jurus tipu permainannya terang lebih bagus dari Cunseng
Hoat-ong. Terutama kepandaian menutuk dengan kipas
terang jauh lebih lihay dari ilmu kebut Hong-Lay-mo-li yang
peranti menutuk Hiat-to juga.
Cun-seng Hoat-ong putar dan kebas kedua lengan bajunya,
kebut Hong-lay-mo-li terpental baliki kipas siau-go-kian-kun
juga ditolak kesamping, namun Iengan bajunya tergores
sobek oleh kipas siau go-kian-kun.
Kejut dan gusar cun-seng Hoat-ong, dia kembangkan
seluruh perbendaharaan kepandaiannya untuk menghadapi
keroyokan Liu dan Hoa. Gun goan-it-sat-kang sudah
diyakinkan sampai puncak tertinggi tidak mudah senjata Liu
dan Hoa untuk melukai badannya.
Suatu ketika sepasang senjata Liu dan Hoa merangsak
bersama dari kiri kanan, kelihatannya Cun-seng Hoat-ong
sudah tidak akan mampu bertahan dan harus mengaku kalah
Mendadak Cun-seng Hoat-ong lancarkan serangan balasan
untuk mempertahankan diri dengan suatu gerakan aneh dia
cukul Hong-lay-mo-li mundur sekaligus mematahkan serangan
lihay siau- go-kian-kun.
Gebrakan ini berlangsung amat sengit dan menegangkan,
setelah berhasil patahkan serangan musuh, tiba2 Cun-seng
Hoat-ong rasakan pergelangan tangan lemas kesemutan.
ternyata Hiat-tonya kena tertusuk oleh seutas benang kebut
Hong-lay-mo-li.
semula para Busu Mongol sama bersorak, namun
pertempuran semakin sengit sehingga mereka menonton
dengan kesima dan melongo, belakangan lupa memberi pujian
dan tepukan pula.
sudah tentu mereka tidak tahu betapa hebat dan
menakjubkan gebrakan terakhir yang seru ini. Dalam suasana
hening itulah tiba2 terdengar sebuah suara serak tua memuji.
"Bagus"
orang ini adalah seorang laki2 tua berjubah hijau, entah
kapan tahu2 dia berada dalam gerombolan para Busu itu.
Karena asyik menonton para Busu itu tidak menyadari akan
kehadiran orang tua itu, setelah orang bersuara baru
mengejutkan mereka, dua Busu terdekat sekilas melenggong,
namun tanpa berjanji mereka lantas mencengkram sambil
membentak: "siapa kau" siapa idzinkan kau kemari?"
seorang lagi memaki: "Tua bangka kau ini tahu apa" Berani
gembar gembor disini?"
belum lenyap suara mereka, tahu2 badan mereka sudah
gedebukanjatuh terguling saling tindih, Laki2 tua ini tidak
bergeraki kedua tangan tetap tersembunyi didalam lengan
bajunya, jelas bukan dia yang memukul roboh kedua Busu itu.
Busu lain yang tidak tahu duduk persoalannya menjadi
geli, dikira mereka saling tubrukan sendiri, keruan semua
orang bertepuk tertawa geli, ada yang menarik temannya
bangun ada pula yang merubung kearah silaki2 tua.
Kejut dan girang hati Hong-lay-mo-li, kiranya laki2tua ini
bukan lain adalah ayahnya, yaitu Liu Goan- cong adanya.
Mimpipun tak pernah diduganya bahwa ditempat ini dia bisa
bertemu dengan ayahnya hampir saja dia memanggil "Ayah"
untung siau- go-kian-kun segera memberi isyarat kedipan
mata. Cun-seng Hoat-ong sendiri juga tidak kepalang kejut dan
merasa aneh, maklumlah sebagai ahli silat dia tahu jatuhnya
kedua Busu itu lantaran laki2 tua ini menggunakan ilmu Canih-
capwe-thiat Iwekang tingkat tinggi yang bisa bikin orang
yang menyentuh bajunya jatuh terguling, untung dia tidak
kerahkan tenaganya, kalau tidak kedua Busu itu pasti terluka
dan konyol. Hong-lay-mo-li berdua sudah mundur, sehingga gebrakan
tidak dilanjutkan, 2 Busu maju hendak mengusir orang tua
jubah hijau. Mumpung ada kesempatan cun-seng Hoat-ong
segera mundur teratur teriaknya:
"Jangan kurang ajar, silakan siansing ini kemuka."
segera dia maju menghampiri Liu Goan- cong, sudah tentu
Liu dan Hoa juga merasa lega bahwa pertempuran ini
berhenti. Karena tertusuk benang kebut pada Hiat-tonya, rasanya
sudah tentu tidak enak namun kepandaian cun-seng Hoat-ong
amat tinggi maka gerak geriknya tetap wajar, orang lain tiada
yang tahu, Memang ada maksud menjajal kepandaian laki2
tua ini, maka Cun-se-ng Hoat-ong segera membeli salam
hormat, katanya:
" orang kosen berkunjung, maaf tidak menyambut
selayaknya."
Dengan membungkuk hormat ini. cun-seng Hoat-ong
kerahkan Gun-goan-it sat-kang, kekuatannya masih cukup
mampu membelah piliar. Tak nyana, dilihatnya jubah Liu
Goan-cing hanya sedikit melambai, orangnya seperti tidak
merasakan apa2.
Kata Liu Goan- cong: " orang awam dari gunung, mana
berani diapulkan sebagai orang kosen?"
diapun balas memberi hormat, Cun-seng Hoat-ong diam2
sudah siaga dan berjaga2 namun tak terasa perlawanan
orang, baru saja dia geli akan prasangkanya yang keliru,
tahu2 segulung hembusan angin sepoi2 menimbulkan reaksi
pada pusarnya, semula terasa sedikit hangat dan semakin
panas, dalam sekejap hawa panas ini mengalir keseluruh
badan. Cun-seng Hoat-ong terperanjat girang, kiranya karena
tertutuk Hiat-tonya, darah dalam badannya kurang lancar dan
semangat menjadi sedikit lumpuh, dada terasa muaki namun
aliran hawa hangat yang timbul dari pusar ini laksana
hembusan angin musim semi yang menyegarkan, seketika
bangkit kembali semangatnya.
Baru sekarang cun-seng Hoat-ong menyadari bahwa orang
pakai Iwekang tingkat tinggi bantu dirinya melancarkan darah
yang terganggu. Umumnya cara urut dan pijat melancarkan
jalan darah bagi setiap tokoh silat kosen harus tangan
menyentuh badan orang.
Cara seperti yang diperlihatkan Liu Goan- cong sungguh
belum pernah terjadi, jarak mereka ada setombak, namun
orang mampu kerahkan tenaga untuk membuka Hiat-to dan
melancarkan jalan darahnya, keruan cun-seng Hoat-ong
kagum bukan kepalang.
sedikitpun Liu Goan- cong tidak memajukan tanda2
gerakan apa2 dan secara diam2 menyembuhkan luka2 Cunseng
Hoat-ong, sehingga gengsi dan pamornya tidak jatuh,
sudah tentu hatinya amat haru dan berterima kasih, tapi juga
kejut dan curiga lekas dia berkata:
"Lo-siansing harap tunggu sebentar, kau, siapa kau?"
sembari bicara dia maju menghampiri, ulur tangan menarik Liu
Goan- cong. Tarikannya ini disamping ingin menjajal Iwekang Liu Goancong,
juga ingin menahannya untuk bersahabat.
" Hoat-ong jangan terlalu banyak adat" ujar Liu Goan-cong,
badannya tidak bergeming, tangan diulur lantas berjabatan
dengan cu-seng Hoat-ong, mendadak tiga jarinya sudah
menekan dan mengincar keurat nadi orang.
Tadi karena orang menyembuhkan luka2nya Cun-seng
Hoat-ong tidak menaruh prasangka jelek lagi terhadap Liu
Goan-cong, maka dengan lega hati dia uIur tangan ajak
berjabatan. Tak nyana mendadak Liu Goan-cong mencengkram urat
nadinya, sudah tentu kejutnya bukan main. Maklumlah kalau
urat nadi kena dipencet, betapapun tinggi ilmu silatnya tak
berguna lagi, terpaksa pasrah nasib dan biarkan orang
berbuat sesuka hatinya.
semula Cun-seng Hoat-ong kira Liu Goan-cong hendak


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjatuhkan dan membuat dirinya konyol dihadapan orang
banyaki tak kira perbuatan dan sikap Liu Goan-cong
selanjutnya sekali lagi berada diluar dugaannya.
Disaat sanubarinya bergetar itu, Liu Goan-cong sudah
lepaskan jari2nya pula tampak seutas benang kebut terbang
mengikuti gerakkan jari2 tangannya, urat nadi dan Hiat-to
Cun-seng Hoat-ong yang merasa pegal tadi segera lenyap.
badan merasa segar dan nyaman.
Baru sekarang dia insaf bahwa kembali Liu Goan-cong
kembangkan Iwekang tingkat tinggi dikombinasikan dengan
ilmu kedokterannya yang lihay, benang kebut yang menusuk
Hiat-tonya telah dia cabut keluar.
Benang kebut sekecil itu, orang lain tidak perhatikan, sudah
tentu tiada yang tahu akan kejadian ini.
Tiba2 diantara gerombolan para Busu sana menerobos
keluar seorang sambil tertawa, katanya:
" Hoat-ong, apakah kau belum kenal Lo-siansing ini" Losian-
sing ini adalah Liu Goan- cong Liu-locianpwe yang dicari
oleh Khan agung"
Hong-lay mo-li kenal orang yang bicara ini adalah
siangkoan Hok ayah siangkoan Pocu, Waktu mudanya dulu Liu
Goan cong bersahabat dengan siangkoan- Hok, cuma dia tidak
tahu peristiwa yang menyangkut siangkoan Hok belakangan
ini, kini bertemu ditengah padang rumput, sudah tentu dia
merasa diluar dugaan.
Cun-seng Hoat-ong kegirangan, katanya:
"Kiranya Liu- lo-siansing, memang tidak bernama kosong
Tabib nomor satu diseluruh dunia. Khan agung ingin kau
memeriksa penyakitnya kini kebetulan kau sudah berada
disini, bagaimana juga sukalah kau mampir sebentar."
karena tak bisa menolaki Liu Goan- cong terpaksa terima
undangan orang dan memeriksa penyakit Jengis Khan.
Petugas pajak meminta putusan Hoat-ong atas beberapa
pedagang ini, siangkoan Hok segera tampil dan beikata:
"Koksu harus menemani Liu-siansing memeriksa penyakit
Khan agung, soal sepele ini masakah harus diurusnya lagi"
Biarlah mereka pergi saja"
siangkoan Hok adalah tamu agung didalam pasukan
Mongol ini, cun-seng Hoat-ong mengangkatnya sebagai
tangan kanan cun-seng Hoat-ong, tidak enak menentang
perkataannya, terpaksa dia mengiakan.
siangkoan Hok berkata kepada Hong-lay-mo-li: "Apakah
kalian bisa mencarikan serenteng mutiara mestika (Pocu) yang
terbaik" Berapa harganya terserah. Boleh kalian bawa kemari"
siangkoan Hok sudah mengenali Hong-lay-mo-li berdua, dia
tahu Hong-lay-mo-li kenal baik putrinya, sengaja dia bantu
kesulitannya supaya leluasa tinggal pergi. Namun kata2nya
mengandung dua arti, secara tidak langsung mengisiki Honglay
mo supaya ikut bantu mencarikan putrinya.
Hong lay mo-li menjawab:
"Baik, akan kubantu mencarinya, namun mutiara sulit
didapat, belum tentu kita bisa menemukannya."
"Aku tahu. Cukup asal kau ikut bantu mencarikan, aku
berterima kasih. Kapan saja kau temukan, aku bisa
menunggu. Baiklah sekarang kalian berangkat."
Hudapi sendiri yang antar Liu dan Hoa berempat. Liu Goancong,
merasa lega, diiringi Cun-seng Hoat-ong dan siangkoan
Hok mereka memasuki kemah tempat tinggal Jenghis Khan.
Begitu memaski sebuah kemah besar bersusun warna mas,
suasana disini amat hikmat dan lengang, para Wisu yang
berjaga sama menggoyang tangan supaya mereka tidak
bersuara. Cun-seng Hoatong segera menghentikan langkah, katanya:
"Khan besar sedang berdoa, tunggu sebentar lagi."
Mendengar suara doa2 dan mantra dalam bahasa Mongol,
ilmu kedokteran Liu Goan-cong amat tinggi, hanya mendengar
suara Jenghis Khan dari balik kemah, dia lantas tahu, bahwa
orang sudah menjelang ajal.
Tiba2 terdengar suara Jengis Khan ber-teriak2:
"Aku hendak bikin dunia ini menjadi padang gembala
bangsa Mongol, siapa berani melawan perintahku" Aku harus
tetap hidup"
siangkoan Hok menyingkap kerai melangkah masuki
katanya: " Lapor Khan besar, Liu-losiansing tabib nomor satu
dikolong langit kini sudah tiba, dia pasti bisa menyembuhkan
penyakitmu."
Dalam perjalanan menyerbu kesehe, kuda merah tunjangan
Jengis Khan, karena terkejut terperosok dan melemparkan
Jengis Khan yang sudah berusia 70-an, sejak itu dia jatuh
sakit, dan karena sakitnya ini, maka rencana mencaplok
Tionggoan sementara ditangguhkan, dia pulang untuk
merawat penyakitnya. Anak buahnya disebar ke-mana2 untuk
mengundang tabib sakti, namun tiada seorangpun yang bisa
menyembuhkan-nya. siangkoan Kok tahu betapa tinggi dan
lihay ilmu pengobatan Liu Goan- cong, maka dia perkenalkan
tabib sakti ini kepada Jengis Khan, maka secara rahasia Jengis
Khan keluarkan perintah untuk mencari dan mengundang Liu
Goan- cong. setelah memeriksa denyut nadi Jengis Khan, Liu Goancong
berkata: " Nafsu Khan besar terlalu besar dan tidak terlampias
ambisinya, pikiran sesat memucak keotak, sehingga pikiran
pepat dan semangat lumpuh maka badanpun terasa penat
dansakit2an. urat mengkeret darah berdenyut lebih cepat
lidah mengeras, perut membuncit dan banyak lagi sumber
penyakit yang sukar disebutkan satu persatu. semalam Khan
besar bermimpi buruk lagi, sehingga perasaan lahir batin
bergoncang dan kontras satu sama lain, amarah memuncak
dan banyak kekuatiran didepan mata terbayang2 berbagai
khayalan kosong. Entah apa benar yang kukatakan?"
Terbeliak kaget Jengis Khan, hatinya girang, katanya:
"siansing memang tabib sakti, sedikitpun tidak salah apa
yang kau katakan. Harap siansing, menolongku."
"Mati hidup umat manusia sudah menjadi suratan takdir.
Losiu hanya bisa mengobati penyakit tak bisa mengobati jiwa,
hanya bisa kunasehati Khan besar untuk mengurangi nafsu
membunuh, laksanakan kebijaksanaan dan kebajikan,
tentramkan hati dan pikiran, membina diri kembali menjadi
manusia yang ber-Tuhan, dengan sendirinya ketentraman hati
akan menunjang hidup beberapa lama lagi."
Jengis Khan naik pitam, serunya:
"Kau... kau tak mampu mengobati penyakit" Hm, bijaksana
dan bajik segala, hanya pandangan kaum cendekia kutu buku
saja yang punya pikiran lapuk ini jikalau tidak kubunuh musuh
sampai mereka ketakutan, mana bisa aku berlanglang buana
berkuasa diseluruh jagat" Hm, aku mendapat firman Thian
untuk menyatukan seluruh jagat, umpama aku ingin mampus
ragaku tidak akan lapuk untuk selamanya."
"Khan tidak mau mendengar nasehatku, terpaksa biarlah
mengundang tabib sakti lainnya saja"
"Baik," seru Jenghis Khan mengulap tangan,
"tidak sudi aku kau obati, pergilah, enyah dari hadapanku
memangnya tanpa pungobatanmu aku bisa mati" belum habis
dia bicara tiba2 matanya mendelik badan mengejang dan
berkelejotan, mulut berbusa dan jatuh semaput.
Para selir Jenghis Khan dan ke empat putranya Yuji
Calagai, ogotai dan Tuli dan 2 orang putrinya yang belum
menikah ikut merubung maju sambil ter-isak2 dan pecahlah
jerit tangis orang banyak.
Cun-seng Hoat-ong berkata:
"Liu-losiansing, mohon suka bantu, sadarkanlah Khan kita,
meski hanya sekejap lagi dia bisa bertahan hidup,"
Dengan jarum perak Liu Goan- cong tusuk beberapa Hiat-to
Jengis Khan, tak lama kemudian pernapasan Jengis Khan
mulai teratur, matapun terpentang lalu mendelik, kelihatannya
ingin memaki entah kepada siapa, namun suaranya tidak
keluar dari mulutnya yang megap2.
suasana dalam kemah mas menjadi ribut dan tiada orang
yang perhatikan Liu Goan-cong lagi. Cun-seng Hoat-ong
mohon maaf lalu berkata sambil antar Liu Goan-cong keluar
kemah: " Harap Liu-losiansing tidak membocorkan keadaan Khan
yang menguatirkan ini."
setelah menyampaikan pesannya, bergegas dia kembali
kedalam kemah untuk pimpin upacara berdoa untuk
keselamatan dan kesehatan Jengis Khan, cun-seng Hoat ong
tahu kemungkinan inilah doa terakhir yang harus dia
panjatkan atas junjungannya ini.
secara diam2 siangkoan Hok ikut keluar dan mengantar Liu
Goan-cong. Kata Liu Goan-cong:
"siangkoan-heng, biasanya kau hidup kelana dan bebas,
kenapa sekarang terima menjadi antek bangsa lain dan
kemaruk harta dan pangkat orang Mongol" Jengis Khan sudah
mendekati keruntuhan, peribahasa ada bilang pohon tumbang
kerapun tercerai berai dan saling rebutan kekuasaan dan
kedudukan takkan bisa dihindari diantara mereka, kau adalah
orang Han buat apa harus terlibat didalam petaka ini?"
siangkoan Hok tertawa getir, katanya:
"Aku punya kesulitanku sendiri, Loheng tidak akan bisa
memahami kegetiranku."
Liu Goan-cong tahu orang punya ganjelan hati, katanya:
"siang-koan heng, masih ada omongan apa yang ingin kau
utarakan" Terus terang kedua orang tadi adalah putri dan
mantuku, tak bisa aku lama2 disini, segera hendak kususul
mereka." "Aku sudah tahu. Aku ingin mohon bantuan kepada
putrimu, namun dihadapan cun-seng Hoat-ong tidak enak
kuucapkan, biarlah aku titip kepada Loheng saja."
lalu dia keluarkan sebuah kotak cendana dikerahkan Liu
Goan- cong, katanya:
"serahkan kotak- ini kepada putrimu, supaya disampaikan
kepada Pocu, putriku"
"Baiklah. silakan kau kembali"
setelah keluar dari markas Liu Goan- cong lantas
kembangkan Ginkang tingkat tinggi, sekaligus dia lari puluhan
li jauhnya, dari jauh didengarnya tiupan tanduk saling
bersahutan, suaranya panjang mendelu dan memilukan.
Agaknya Jengis Khan sudah mangkat, laksaan orang
Mongol sekaligus berdoa dan membacakan mantram untuk
mengantar abahnya kealam baka.
Lekas sekali Liu Goan-cong menyusul Liu dan Hoa, sudah
tentu bukan kepalang senang mereka, kata Hong-lay-mo-li:
"Ayah bagaimana kau bisa berada disini" Mana guruku"
Apa beliau baik?"
"Gurumu sudah sembuh, sengaja kami menyusul kalian ke
Ki-lian-san dan dari sana kutahu akan perjalanan kalian ini,
maka kususul kalian ke Mongol."
"Jadi ayah sudah ke Kilian-san, bagaimana keadaan
mereka" Aku kenal seorang sahabat baru, apa ayah ketemu
dia?" "Mereka baik semua. Apakah temanmu bernama siangkoan
Pocu?" "Ayah sudah ketemu dia?"
"Tidaki Barusan ayahnya titip sebuah kotak supaya
diserahkan kepadamu untuk di sampaikan kepada putrinya."
Hong-lay-mo-li menghela napas sambil terima kotak itu,
lalu dia ceritakan hubungan siangkoan Hok dengan ceng-ling
suthay dan Ceng-ling-cu.
"Bagaimana dengan tugasmu kau temukan suhengmu?" .
" Kongsun Ki sudah meninggal."
" Kongsun Ki memang setimpal menerima ganjarannya,
Gurumu hanya punya seorang putra, sekembali- mu harus
menghiburnya."
"sudah tentu. Apakah beliau ada di ki-lian-san?"
"Dia ingin menginap beberapa hari disana lalu kembali ke
pangkalanmu. Katanya setelah kalian pulang akan segera
menjadi wali melangsungkan pernikahan kalian, maka kalian
tidak usah pergi ke Ki-lian-san."
Merah muka Hong-lay-mo-li, katanya:
"Agaknya beliau lebih ter-gesa2 dari aku." Liu Goan-cong
gelak2. Tanpa menemui rintangan mereka akhirnya tiba di
pangkalan. sudah tentu Kongsun In amat berduka mendengar
kabar kematian anaknya, namun dia memang sudah menduga
akibat yang bakal dialami putranya, walau sedih, namun dia
masih kuat menerima pukulan batin ini.
siau-go-kan-kun dan Hong-lay-mo-li laksana putra putrinya
sendiri karena sibuk menyiapkan pernikahan mereka, maka
kematian putra nyapun lekas sekali dilupakan.
sehari menjelang pernikahan Liu dan Hoa, Bu-lim-thiankiau
suami istri datang, siang-nya Thi-pit-su-seng Bun Yathong
juga tiba, perjamuan segera dilangsungkan. Dalam
suasana riang gembira itulah seorang pelayan masuk melapor
"Bu-pangcu suami istri telah tiba"
dengan kegirangan Hong-lay-mo-li berlari keluar
menyambut kedatangan mereka, teriaknya:
"Hun- cici, kenapa selambat ini kalian datang?"
"Kau tanya su-tun saja" jawab Hun Ji-yan .
Setelah habiskan tiga cawan arak Busu-tun baru buka suara
katanya "Apa kalian ingin mendengar kabar dari Mongol" setelah
Jengis Khan mati, Tanah kekuasaannya dibagi empat masing2
dikepalai oleh ke-empat putranya. Para saudara itu menerima
warisan sesuai pesan ayahnya dan mengangkat ogotai sebagai
Khan agung. kekuatan MongoI sekarang jadi bertambah
besar, Berita yang kuterima tadi siang mengatakan, ogotai
perintahkan keponakannya Bartu putra subotai pimpin tentara
menuju ke barat menyerbu Eropa, menurut rencana setelah
Eropa dicaplok mereka akan putar balik menelan Tiong Goan"
"Untuk sementara kita boleh lega hati, namun harus lebih
waspada dan himpun segala kekuatan untuk membendung
musuh kuat ini. Maaf ya menjelang hari baik pernikahan
kalian, aku membawa kabar yang kurang menyenangkan ini."
"Menentramkan hati untuk memikirkan bahaya, ini adalah
jamak- Hayolah minum, minum sepuasnya" seru siau-go kian
kun. Malam itu juga pernikahan berlangsung dengan meriah
setelah perjamuan bubar, dengan diiringi banyak orang siau
go-kian kun dan Hong-lay-mo-li sepasang mempelai di gusur


Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masuk kamar. Dibawah cahaya sinar lilin merah mereka duduk
bersanding ditepi ranjang tangan saling genggam dan sama
tatap dengan kasih mesra.
TAMAT Semarang, 31 Desember 1974.
Harpa Iblis Jari Sakti 12 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Pendekar Kembar 4
^