Pendekar Pedang Kail Emas 8

Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Bagian 8


bukan untuk menuruti kehendak orang, hemm... hemm... jika bukan
karena guru kami dengan tegas memerintahkan untuk giat berlatih
silat, kami sudah dari dulu pergi, tidak akan seperti sekarang bolakbalik
berlari kesana kemari tanpa ada hasilnya!"
Sin-hiong yang bersembunyi di kegelapan, jarak dengan mereka
sangat dekat, begitu mendengar mereka memang ingin menghadapi
dirinya, dia jadi terkejut, di dalam hati berkata:
'Kata-kata orang itu ternyata tidak salah, berbagai perguruan
besar di dunia persilatan sudah bersatu ingin menghadapi dirinya,
dia harus meningkatkan kewaspadaan!'
Ketika sedang berpikir, terlihat dua orang lainnya juga
menghentikan langkahnya, yang satu berkata:
"Jangan ribut, jangan ribut, kami dari Tiang-pek-pai sudah
mengikuti dia selama setengah tahun, tapi bayangan dia pun tidak
terlihat, kalian baru saja menjaga beberapa hari, sudah begini tidak
sabaran?" Kelihatannya ketiga orang ini mewakili tiga perguruan yang
berbeda, karena mereka mengaku dirinya dari aliran lurus yang
ternama, maka masing-masing tidak ada yang mau mengalah"
Sin-hiong tidak bergerak, di dalam hatinya berpikir:
'Diatas bukit itu masih ada tiga orang, kenapa mereka
membiarkan murid-muridnya bertengkar, tapi tidak ada satu orang
pun keluar mencegahnya"'
Sebenarnya, pikiran dia salah sekali, di dalam berbagai perguruan
besar sekarang ini, yang kecil demikian, yang tua pun begitu, tiga
orang tadi adalah ketua Kun-lun-pai Siu-goan Suthai, ketua Go-bipai
Cing-cen Totiang dan ketua dari Tiang-pek-pai Lang Tiong-sun,
ketiga orang ini sama dengan murid-murid mereka, di wajahnya
tampak damai, di dalam hati mengadu kekuatan!
Saat ini ketiga orang tua itu sudah duduk bersila di puncak bukit,
membiarkan murid-muridnya bertengkar, ketiga orang itu saling
pandang, semua pura-pura tidak tahu
Alis Siu-goan Suthai mengkerut dan berteriak: "Anak Beng, anak
Ciu, kalian kemari!" Dua orang tokouw itu menyahut dan dengan
cepat mereka naik ke atas!
Lang Tiong-sun mendengus dengan hidung-nya, juga berteriak:
"Anak Jong, kalian naik ke atas!"
Sekarang, tinggal satu orang tosu di sana, tosu itu melihat-lihat
ke sekeliling, tampak menunggu gurunya memanggil, siapa sangka
setelah beberapa saat, diatas bukit sepi tidak ada suara!
Sin-hiong pun merasa keheranan, tepat ketika ini, mendadak satu
suara tua berteriak:
"Anak Hui, pergilah ke depan memeriksa, di sana seseorang telah
datang!" Wajah tosu itu jadi cerah, secepatnya berlari ke depan.
Karena Sin-hiong sedang bersembunyi sambil berjongkok, maka
dia tidak bisa melihatnya, entah siapa yang datang"
Saat ini matahari baru terbit, bumi sudah terang benderang,
sedikit saja Sin-hiong bergerak, orang yang ada diatas bisa
menemukannya, dia beberapa kali ingin keluar, tapi setelah dipikir
lagi, dia kembali diam tidak bergerak.
Tidak lama, dari kejauhan terdengar seseorang dengan marah
berkata: "Kau tosu bangsat sungguh mengesalkan, kenapa melototi aku
terus?" . Sin-hiong mendengar suara orang ini, tidak tahan dia jadi
terkejut, di dalam hati berkata:
'Apakah Ho Koan-beng juga datang kemari"'
Tosu tadi sebenarnya diperintahkan untuk mencari Sin-hiong,
tapi dia tidak kenal Sin-hiong, dia hanya tahu harus mencari seorang
anak muda yang tampan, yang membawa sebuah gitar kuno, yang
tidak lama lagi akan muncul di sekitar ini.
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng juga seorang anak muda tampan,
tapi tidak membawa sebuah gitar kuno, saat ini dia sedang tidak
bersemangat dan berjalan sendirian. Tosu itu melihatnya, dia raguragu
memastikan dia Sin-hiong atau bukan" maka dia terus melihatlihat,
dan akibatnya di maki-maki, tapi tosu ini juga sedang kesal,
dia menjadi marah, berkata:
"Kau sungguh tidak tahu aturan, kau tidak melihat aku,
bagaimana bisa tahu aku sedang melihat mu?"
Sejak Sim-kiam-jiu Ho-Koan-beng dikalahkan oleh ketua pulau
Teratai dalam dua jurus, dia terus mempelajari sisa dua jurus yang
berupa syair, setelah memeras otak tiga hari, dia baru berhasil
memecahkan dua jurus terakhir Hiang-liong-pit-to, sekarang tangan
dia sedang gatal ingin mencoba ilmu silatnya, melihat tosu di depan
mata ini mencari gara-gara, dengan sendirinya dia menghentikan
langkahnya, menyipit-kan sepasang matanya dan berkata:
"He he he, rupanya kau ingin membuat aku marah ya?"
Setelah berkata, tiba-tiba dia menggetarkan pedangnya dan
berteriak: "Kau berani mencabut gigi macan, tentu sudah bosan hidup."
Tosu itupun tidak mau kalah, dia segera mencabut pedang
panjang di punggungnya, berkata:
"Jika kau mau bertarung, aku akan melayani-nya!"
Ho Koan-beng menusukan pedangnya dan berkata marah:
"Jangan banyak omong kosong!"
Tosu itu menghindar lalu balas menyerang, Ho Koan-beng sambil
tertawa dingin berkata:
"Ternyata kau dari perguruan Go-bi, tapi ilmu silatmu masih
belum matang!"
Setelah berkata, dia membalikan pergelangan tangannya, jurus
pedangnya mendadak berubah, malah menggunakan jurus hebat
dari perguruan Go-bi, Cing-cen Totiang yang ada diatas bukit
melihat hal ini, tidak tahan bersuara "Ah!" dengan terkejutberkata:
"Kenapa orang ini bisa memainkan jurus pedang dari perguruan
kami?" Bicaranya belum selesai, Sim-kiam-jiu berturut-turut merubah
dua jurusnya, kebetulan sekali, dua jurusnya yang satu adalah jurus
In-liong-sam-sian (Naga di awan muncul tiga kali) dari}Kun-lun-pai,
dan Ban-li-koan-san (Selaksa pegunungan di perbatasan) dari
Tiang-pek-pai! Ketua Kun-lun-pai dan ketua Tiang-pek-pai pun melihat kedua
jurusnya, juga bersama-sama berteriak:
"Itu jurus pedang dari perguruan kami?"
Dalam sekejap, mata ketiga ketua perguruan ini membelalak
besar, mimpipun mereka tidak terpikir, jurus hebat perguruan
mereka bisa dicuri dan dipelajari orang asing"
Ketiga orang tidak pikir panjang lagi, langsung melesat
menerjang Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng!
Saat ini, murid dari Go-bi-pai sudah kewalahan menahan
serangan Ho Koan-beng, ketiga orang ini tibanya pada saatnya,
ketiga ketua perguruan besar ini sama-sama ingin menanyakan
bagaimana Ho Koan-beng bisa menjalankan jurus pedang perguruan
mereka, baru saja ketiga orang itu tiba, langsung menyerang tiga
jurus! Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng melotot marah "Hemm...!" berkata:
"Kalian mau mengeroyok?"
Baru saja dia berkata, terasa ada satu tekanan seberat ribuan
kati menerpa wajahnya, dia membalas menyerang berturut-turut
tiga jurus dan terkejut berkata:
"Ah! Kalian baru benar-benar kelinci percobaanku?"
Setelah berkata, dia merubah jurusnya, ketiga ketua perguruan
besar itu bersama-sama menarik tangannya, hampir bersamaan
waktunya berteriak:
"Tunggu, ada yang mau kami tanyakan padamu!"
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng dengan sombong melihat mereka
bertiga dan berkata:
"Kalian mau apa?"
Ketiga ketua perguruan besar ini, sebenarnya tidak berniat
mengeroyok dia, hanya kebetulan saja, lebih-lebih tidak terpikir
dalam waktu bersamaan menanyakan satu pertanyaan yang sama,
saat ditanya oleh Ho Koan-beng, wajah ketiga orang itu menjadi
merah sampai ke telinga, mereka saling pandang sekali, tapi tidak
satu orang pun bicara lagi.
Maksud ketiga orang itu, adalah mengalah pada dua orang
lainnya, tapi yang terjadi malah, aku mengalah padamu, kau
mengalah padaku, jadi siapa pun tidak ada yang bicara!
Sim-kiam-jiu Ho Koan-beng yang melihat, tidak tahan jadi naik
pitam dan berkata:
"Diantara kalian bertiga, ada tosu, ada tokouw, dan juga ada
orang biasa, kalian bersandiwara untuk siapa" He he, aku sih tidak
ada waktu menikmatinya?"
Kata-kata dia sedikit pun tidak ada basa basi-nya, jadi membuat
tiga orang ketua pergunian besar itu marah, mereka bersama-sama
berteriak, tiga macam senjata bersama-sama menyerang dia lagi.
Tindakan kali ini kembali tanpa sengaja bersama-sama
menyerang Ho Koan-beng, tapi jadi membuat dia marah sekali, di
dalam hatinya berpikir, ketiga orang ini sungguh menyebalkan
sekali, setelah mendengus lalu berteriak:
"Bagaimana kalau kalian mencoba satu jurus aku ini?"
Dia menggerakan pedang menyerang, serangan ini kelihatannya
tidak teratur, walaupun ketiga ketua perguruan besar ini merasa
sedikit malu, tapi melihat Ho Koan-beng menggunakan jurus yang
hanya biasa-biasa saja, wajah mereka tampak tertawa sinis.
Ketiga orang itu jadi ingin menarik kembali jurusnya, siapa
sangka, pada saat ini mendadak terlihat pedang Ho Koan-beng
membelit, "Ssst!" suara yang keras, seperti angin keras yang
menggelegar, hampir saja senjata ketiga orang itu terlepas dari
tangannya! Ke tiga ketua perguruan besar itu jadi terkejut sekali!
Hanya dengan saru jurus Ho koan-beng sudah berhasil, tidak
tahan dengan senangnya berteriak:
"Bukit berputar jalan melingkar, setelah gelap timbul terang,
hemm... hemm... sekarang giliran jurus setelah gelap timbul
terang!" Setelah berkata, pedang pusakanya mendadak diputar kembali
dari kanan ke kiri, ketiga ketua perguruan besar itu masih terkejut,
semua tidak mengira jurus 'aneh' keduanya datang menyerang lagi,
tiga bayangan orang langsung meloncat mundur satu tombak lebih!
Wajah ketiga ketua sama-sama terkejut tidak mengerti, apalagi
Siu-goan Suthai yang sifatnya sangat angkuh, seumur hidupnya
tidak pernah dia bersama-sama mengeroyok orang, karena mereka
bertiga terpengaruh oleh nama besar Kim-kau-kiam-khek, baru
sepakat bersatu menghadapinya, tapi itu hanya untuk menghadapi
Sin-hiong, tidak diduga anak muda di depan mata ini ternyata
begitu lihay, dalam hati dia berpikir, mungkin orang ini adalah Sinhiong.
Dia menggetarkan kebutan di tangannya dia bertanya:
"Apakah kau Sen Sin-hiong?"
Semangatnya Ho Koan-beng sedang tinggi, dengan sombongnya
berkata: "Bukan!"
Sekarang ketiga ketua itu sudah tidak menyerang lagi, Cing-cen
Totiang juga berkata:
"Tuan bukan Sen Sin-hiong lalu siapa?"
Ketua dari perguruan Tiang-pek tidak menunggu Ho Koan-beng
menjawab, mendadak menyela:
"Menurut yang aku tahu, tindakan marga Sen itu, kebanyakan
sembunyi-sembunyi, orang ini sampai julukannya saja tidak berani
mengatakan, kalau bukan Sen Sin-hiong siapa lagi?"
Ho Koan-beng melihat perbincangan ketiga orang ini selalu
menyebut nama Sen Sin-hiong, tidak tahan rasa iri hatinya jadi
timbul, dengan marah berkata:
"Siapa itu Sen Sin-hiong, buat apa kalian selalu menyebut dia
dihadapan aku?"
Siapa sangka baru saja dia selesai bicara, mendadak terdengar
seseorang sambil mengeluh berkata: "Saudara Ho, kenapa kau
memaki di belakang orang?"
Begitu kata-kata ini terdengar, empat orang yang berada di
lapangan semua jadi terkejut sekali!
Suara ini datangnya terlalu mendadak, sorot mata ke empat
orang itu melihat ke arah datangnya suara, terlihat seorang remaja
yang sangat tampan, di tangannya memeluk sebuah gitar kuno,
sedang tersenyum berdiri di bawah bukit!
Dengan sorot mata dingin Ho Koan-beng menyapu pada ketiga
orang itu dan berteriak:
"Bukankah kalian mau mencari Sen Sin-hiong" Dialah orangnya!"
Ketiga ketua perguruan besar itu sedikit tergetar, Siu-goan Suthai
bersuara "Aah!" sekali, lalu mundur kebelakang dan berkata:
"Satu gelombang belum reda, gelombang lain sudah timbul, lebih
baik kita hadapi dulu saja sasaran kita."
Setelah berkata, dengan pelan dia bersiul sekali, dan di atas bukit
langsung berlari turun dua bayangan orang, Siu-goan Suthai dengan
luwesnya menyapukan kebutannya dan berkata lagi:
"Kalian berdua awasi orang ini, jangan sampai dia melarikan
diri?" Kata-kata dia tentu saja ditujukan pada Ho Koan-beng, sejak Sinhiong
muncul, otak Ho Koan-beng sudah berputar entah berapa kali,
di dalam hatinya berpikir, bukankah ketiga orang ini mau mencari
Sin-hiong" He he he, kenapa aku tidak mengambil kesempatan ini
membinasakan dia, meng-hilangkan duri dalam daging"
Ho Koan-beng sangat licik, melihat Siu-goan Suthai mengarahkan
sasarannya pada dia, dia tidak bereaksi sedikitpun, tapi diam-diam
dia sudah ada satu keputusan.
Begitu Siu-goan Suthai mengatakan ini, Cing-cen Toliang dan
Lang Tiong-sun memanggil murid-nya, menyuruh mereka
mengawasi Ho Koan-beng, mereka bertiga pelan-pelan maju
mengurung Sin-hiong.
Perlahan Sin-hiong maju dua langkah, berkata sendiri:
"Sayang diantara sembilan perguman besar, Siauw-lim-pai dan
Bu-tong-pai sudah tidak bisa datang lagi, sekarang hanya datang
tiga orang, di kemudian hari aku masih harus menempuh jarak jauh,
untuk mencari empat orang ketua perguman besar lainnya."
Tingkahnya begitu santai, tepat ketika Cing-cen Totiang bertiga
datang menguning, Sin-hiong juga sudah mencabut Kim-kau-pokiam
dari dalam gitar kuno!
Ho Koan-beng mendengus dan berteriak:
"Sen Sin-hiong, apa kau sudah ketakutan" Bagaimana kalau kita
tukar tempat?"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Saudara Ho, hal apa saja aku boleh mengalah padamu, hanya
satu hal ini aku tidak bisa!"
Wajah Lang Tiong-sun merah padam, Cing-cen Totiang
mengencangkan seluruh ototnya sampai tegang sekali, hanya wajah
Siu-goan Suthai tampak sedikit tenang, tapi juga memegang eraterat
kebutan-nya, siap menyerang lebih dulu!
Ketiga orang membentuk segi tiga, kelihatan-nya akan
mengeroyok, Cing-cen Totiang menghela nafas panjang dan
berkata: "Aku maju dulu!"


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Harus tahu, sejak dilahirkan sampai sekarang, ketua Go-bi-pai
hanya sekali mengeroyok orang yaitu gurunya Sin-hiong, biasanya
dia tidak pernah menampakan wajah serius seperti ini, hari ini
adalah kekecualian yang amat besar. "
Ketua dari perguruan Tiang-pek menggetarkan pedang
pusakanya dan berkata:
"Boleh tidak aku duluan yang maju?"
Siu-goan Suthay tertawa lalu berkata:
"Siapa yang duluan maju pun boleh, hanya jangan sampai
memalukan?"
Lang Tiong-sun melotot dan berkata marah:
"Kalau begitu kau saja yang duluan, bagai-mana?"
Siu-goan Suthai mengangkat alisnya, men-dengus dingin sekali
dan berkata: "Aku dulu, aku dulu saja, apa susahnya?"
Setelah berkata, kebutan di tangannya sudah maju menyerang!
Dengan tenang Sin-hiong melayang meng-hindar, lalu menangkis
dengan Kim-kau-po-kiam dan sambil tertawa berkata:
"Siapa yang duluan maju juga sama saja, ini adalah jurus
pertama!" Siu-goan Suthai yang menyerang dengan kebutannya, tidak
menduga Sin-hiong begitu mudah menghindar, sebaliknya ujung
pedang Sin-hiong sudah " l,itang menusuk dari samping.
Lang Tiong-sun melihat, tidak tahan terkejut dan berteriak:
"Suthay, awas di sebelah kiri!"
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Kau tidak usah berteriak, apakah aku tidak lalui?"
Kebutannya diputar ke kiri "Huut!" rambut kebutan digetarkan
sampai tegang lurus, menerjang ke depan dada Sin-hiong!
Sin-hiong kembali menghindar, Kim-kau-kiam mendadak
mendongkel ke atas dan berteriak:
"Ini jurus keduaku!"
Setelah dua jurusnya gagal Siu-goan Suthai melampiaskan
kekesalannya, mendadak mengumpul-kan seluruh tenaga dalamnya
ke lengan kanan "Ssst!" kebutannya menyerang sambil mendengus
berkata: "Lalu kenapa dengan jurus ketiga?"
Sin-hiong berhenti tidak bergerak, sambil tertawa berkata:
"Polos sekali!"
Dia memiringkan ujung pedang, benar-benar dengan sangat
polos menusukan pedangnya!
Cing-cen Totiang yang melihat, jadi berteriak:
"Suthay awas, jurus ini adalah Po-kong-kiam-eng (Gelombang
sinar pedang bayangan)!"
Ternyata Cing-cen Totiang sangat hafal terhadap jurus ini, sebab
dulu saat mereka mengeroyok Khu Ceng-hong, hanya
mengandalkan jurus ini, Khu Ceng-hong sekaligus melukai empat
orang ketua perguruan besar!
Siu-goan Suthai pun pernah mengalaminya, maka begitu
melihatnya, tidak tahan jatinya jadi tergetar, saat yang sempit ini,
hati dia masih mau mencoba untung-untungan, usia Sin-hiong
masih muda belia, mungkin tenaga dalamnya tidak sehebat Khu
Ceng-hong dulu"
Ketika otaknya berputar, kebutannya sudah berubah dua jurus,
dan kedua jurusnya adalah jurus hebat, dengan cepat membelit
pedangnya Sin-hiong!
Cing-cen Totiang melihat Siu-goan Suthai masih terus
menyerang, tidak tahan jadi terkejut, ketika sinar pedang Sin-hiong
mengembang, Cing-cen Totiang sudah maju menyerang.
Jurus pedang Sin-hiong tidak bembah, hanya sedikit menggeser
tubuhnya, jurus pedang yang pelan itu tiba-tiba berkelebat
menyilaukan mata, mengurung ke arah dua orang itu.
Lang Tiong-sun melihat Sin-hiong telah mengerahkan jurus
hebatnya, dia sadar harus segera turun tangan menyerang, maka
dia berteriak, pedang-nya menyerang dari samping!
Ketiga orang ini setelah bersatu mengeroyok, kekuatannya jadi
berlipat ganda, Sin-hiong balik menyabetkan pedangnya sambil
tertawa dingin:
"Akhirnya kalian bertiga sudah bersatu, coba lihat lagi satu jurus
ini!" Sejak tenaga dalamnya maju pesat, gerakannya jadi semakin
cepat dan ringan" Sekali menyabetkan pedangnya, sudah
mengeluarkan kehebatan jurus Kim-kau-kiam dengan sempurna
sekali! Jurus ini tadinya sederhana sekali, tapi saat digunakannya, suara
anginnya menggelegar, getaran sinar pedangnya masing-masing
menusuk satu kali kepada tiga orang ini!
Ketiga orang ketua perguman besar ini sudah mengerahkan
seluruh kemampuannya, terlihat kaki mereka berputar-putar laksana
angin topan, setiap menyerang sejurus, selalu membuat debu
menutup langit, di bawah perlawanan ketiga orang ini, Sin-hiong
agak kesulitan dalam waktu singkat bisa mengalahkan mereka.
Ho Koan-beng yang berada disana melihat Sin-hiong melawan
tiga orang ini, hatinya tergerak dan dalam hati berkata:
'Jika aku tidak mengambil kesempatan ini, mau tunggu kapan
lagi"' Berpikir sampai disini, tubuhnya mulai bergerak, tapi baru saja
akan maju menerjang! lima orang di depannya pun ikut bergerak
dan berteriak: "Kau mau kemana?"
Harus tahu ke lima orang ini diperintahkan oleh masing-masing
gurunya untuk mengawasi Ho Koan-beng, maka saat Ho Koan-beng
bergerak, ke lima orang ini langsung menghadang.
Ho Koan-beng melirik dengan sudut mata pada lima orang itu
dengan dingin berkata:
"Jika kalian mau mati, langsung saja katakan!"
Setelah berkata, tubuhnya menerjang ke arah dua tokouw yang
ada di depannya!
Dua tokouw itu berteriak, sepasang pedangnya bersamaan
ditusukan ke arah Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng sambil tertawa keras, dengan ringan membalikkan
pergelangan tangannya, saru jurus membunuh sudah dilancarkan
dan berteriak: "Roboh!"
Setelah berkata, benar saja terdengar satu jeritan mengerikan,
salah satu tokouw langsung roboh ke bawah!
Tiga orang lainnya yang melihat langsung bergerak maju
menyerang. Mata Ho Koan-beng menyapu, melihat Sin-hiong sedang sengit
bertarung, di dalam hatinya berpikir, jika tidak sekarang
melakukannya, dalam sekejap akan hilang kesempatannya, saat itu
sambil mendengus, dia langsung menyerang berturut-turut dengan
jurus hebat, kembali telah merobohkan dua orang lawan, lalu
menerjang ke arah Sin-hiong.
Tiga ketua perguruan besar sedang sengit bertarung dengan Sinhiong,
mereka hanya bisa melihat Ho Koan-beng melukai muridmuridnya,
tapi tidak bisa melepaskan diri menolong mereka, saat ini
melihat Ho Koan-beng datang dengan menghunus pedangnya,
ketiga orang itu mengira dia mau membantu Sin-hiong Lang Tiongsun
berteriak: "Kalian berdua tahan dia, biar aku membereskan bocah itu!"
Wajah Ho Koan-beng samar-samar tampak hawa membunuh
sambil berteriak:
"Saudara Sen kau tenang saja, biar aku bantu!"
Saat ini kebetulan Lang Tiong-sun sudah melepaskan diri dan
datang menghadang, Ho Koan-beng melihatnya juga tidak, secepat
kilat berputar ke belakangnya Sin-hiong, pedangnya langsung
ditusukan ke punggung Sin-hiong!
Sin-hiong sedang konsentrasi menghadapi musuh di depannya,
sama sekali tidak menduga dia bisa menusuk dari belakang, apa
lagi, Ho Koan-beng tadi masih berkata datang untuk membantu dia!
Tindakan ini bukan saja di luar dugaan Sin-hiong, ketiga orang
yang saat ini sedang menyerang pun jadi tertegun bengong!
Sekejap Sin-hiong tertegun, lalu memutar tubuhnya dan
berteriak: "Ho Koan-beng, apa yang kau lakukan?"
Karena tindakan Ho Koan-beng sangat di luar dugaan, gerakan
Sin-hiong jadi sedikit lamban, setelah memutar tubuhnya, walaupun
berhasil menghindar dari serangan Ho Koan-beng, tapi serangan
Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthay tidak bisa di hindarkan,
hanya terdengar suara sobekan kain, baju lengan kiri kanan dia
sudah dipotong sebagian besar!
Dalam keadaan marah, Sin-hiong meloncat ke belakang sejauh
lima enam tombak!
Sepasang mata dia dengan kesal melototi Ho Koan-beng, saking
marahnya seperti ingin menelan dia saja, bentaknya:
"Ho Koan-beng, tidak kuduga kau adalah orang serendah ini?"
Cara menyerangnya tadi, ternyata dipandang rendah oleh ketiga
ketua perguruan besar itu, tapi demi menghadapi Sin-hiong, ketiga
ketua perguruan besar terpaksa menggunakan juga kesempatan itu.
Ho Koan-beng tertawa dingin dan berkata:
"Sen Sin-hiong, kau jangan sombong" Hari ini di tempat inilah
kuburanmu!"
Lalu dia pelan-pelan mendesak maju!
Dalam hati Ho Koan-beng berpikir, walaupun tanpa orang lain,
dia pun berani menghadapi Sin-hiong, apa lagi, sekarang di
belakang dia ada tiga orang yang memiliki musuh yang sama"
Sin-hiong melihat sepasang mata Ho Koan-beng menyorot hawa
membunuh, tidak tahan dia menarik nafas panjang, hatinya berkata:
'Hati orang ini seperti ular berbisa. Sen Sin-hiong, Buat apa kau
masih mengalah pada dia"'
Dia pikir dia selalu mengalah pada Ho Koan-beng, tapi Ho Koanbeng
justru mau membunuhnya, apa lagi serangannya tadi, jika
diganti oleh orang lain, bukankah sudah mati dibawah tangan Ho
Koan-beng"
Pelan-pelan Ho Koan-beng sudah mendekat, wajahnya penuh
dengan hawa membunuh, Sin-hiong tidak berpikir panjang lagi, dia
maju dua langkah, kedua orang ini berhadapan dalam jarak satu
tombak. Sin-hiong memegang erat pedang pusakanya dan berkata:
"Ho Koan-beng, hari ini aku tidak akan melepaskan kau lagi!"
Ho Koan-beng tertawa dingin, katanya:
"Kau bicara besar apa, kau tidak akan melepaskan aku, apakah
aku akan melepaskanmu?"
Kelakuan kedua orang ini, malah membiarkan tiga orang ketua
perguruan besar, Lang Tiong-sun dengan nada keheranan berkata:
"Heh! Apa yang terjadi?"
Siu-goan Suthai berkata:
"Kedua nya bukan orang baik-baik, siapa pun kita tidak boleh
melepaskannya?"
Cing-cen Totiang memperhatikan sejenak, dia merasa Sin-hiong
orangnya lebih jurur, di dalam hatinya berpikir:
"Anak ini jika tidak belajar silat pada Khu Ceng-hong, dia akan
menjadi seorang pendekar pembela kebenaran yang sulit dicari di
dunia persilatan.'
Tiga orang ini tertarik perhatiannya oleh kejadian yang ada di
depan mata, malah sampai lupa pada murid-muridnya yang terluka,
matahari sudah tinggi di tengah langit, orang merasakan panas
terik. Ho Koan-beng menggerak-gerakan pedang panjangnya dan
berkata: "Sen Sin-hiong, aku pernah mengatakan, akan mengalah tiga
jurus dulu padamu, kala itu tidak terjadi, kali ini aku akan menepati
janji!" Sin-hiong melihat dia masih bicara mengejek, tidak tahan jadi
semakin marah, dengan dingin berkata:
"Seumur hidupku belum pernah mengambil keuntungan dari
orang lain, kau maju saja!"
Hati Sin-hiong bagaimana pun lebih jujur, jika diganti orang lain,
mungkin sudah dari tadi menyerang Ho Koan-beng.
Ho Koan-beng merasa yakin setelah berhasil memecahkan dua
jurus pedang terakhir di dalam Hiang-liong-pit-to, dia sudah tidak
perlu takut pada Sen Sin-hiong lagi, saat itu dengan tenang dia
meng-getarkan pedang dan berkata:
"Bagus sekali, biar Ho Koan-beng bertarung dengan Kim-kaukiam-
khek yang namanya menggemparkan dunia itu!"
Setelah berkata, dia menyabetkan pedangnya "Ssst!", terlihat
kilatan sinar perak menusuk ke arah dua jalan darah Hong-ho, dan
Hwan-sui! Sin-hiong melihat begitu dia menyerang langsung melancarkan
jurus membunuh, di dalam hatinya berkata:
'Jika aku tidak memberi pelajaran padamu, mungkin kau masih
tidak tahu kelihayanku"'
Saat Ho Koan-beng menusukan pedangnya, dia menggerakan
pedang pusakanya menerjang masuk ke dalam sinar pedang
lawannya. Ho Koan-beng tertawa, dia segera mengerah-kan seluruh tenaga
dalamnya dan berteriak:
"Ayo kita adu kekuatan dulu!"
Dua pedang bentrok, mendadak Ho Koan-beng merasa tekanan
lawannya sangat besar sekali, tidak tahan wajahnya jadi berubah,
dia sadar tidak bisa melawan kekuatan lawannya, segera dia
merubah jurus pedangnya, dalam sekejap menyerang tiga jurus!
Melihat Ho Koan-beng merubah jurus pedangnya, Sin-hiong pun
menarik tangan merubah jurusnya pula, begitu dia memutar
pergelangan tangan-nya, dia juga balas menyerang tiga jurus!
Walaupun Sin-hiong menyerang belakangan, tapi tampak lebih
dulu dari lawannya, sia-sia Ho Koan-beng memiliki jurus-jurus
hebat, dia malah ditekan oleh Sin-hiong, hatinya sangat tidak enak,
dia berteriak, dalam sekejap mata menyerang tujuh delapan jurus!
Jurus pedang Ho Koan-beng adalah inti sari jurus-jurus berbagai
perguruan besar, tidak saja setiap jurusnya bisa untuk menyerang
juga bisa diperguna-kan untuk bertahan, dan setiap jurusnya hebathebat,
terlihat sinar perak laksana ular menari-nari, telah
mengurung Sin-hiong dengan ketatnya!
Wajah beberapa orang di pinggir lapangan jadi tergetar, Cing-cen
Totiang mengeluh panjang dan berkata:
"Gelombang belakang Tiang-kang mendorong gelombang di
depannya, saudara Lang, tampaknya kita tidak perlu bertarung
lagi!" Kedua mata Lang Tiong-sun melotot besar-besar melihat dua
pesilat tinggi yang masih muda itu sedang bertarung dengan
serunya, seumur hidup dia tidak mau mengaku kalah pada orang,
tapi sekarang setelah menyaksikan pertarungan ini, di lubuk hatinya
juga merasa kagum, sambil menggeleng-geleng kepala berkata:
"Tepat sekali pendapat Totiang, ah! marga Ho kembali di atas
angin!" Sebenarnya Sin-hiong tidak suka bertarung, melihat jurus pedang
Ho Koan-beng tidak henti-hentinya menyerang, tanpa terasa
semangatnya jadi naik, sekali bersiul keras di depan tubuhnya


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak timbul kelebatan sinar perak yang menyilaukan mata,
laksana gelombang laut menerjang ke depan!
Ho Koan-beng sudah menyerang delapan jurus berturut-turut,
semua ditahan kembali oleh hawa pedang Sin-hiong yang amat
dahsyat, tidak tahan dia jadi tergetar, dia lalu memutar ujung
pedangnya dan berteriak:
"Coba rasakan jurus Hong-hwie-lu-coan (Bukit melingkar jalan
berputar) aku ini bagaimana?"
Jurus ini terlihat tidak beraturan sekali, hanya terlihat bayangan
pedang bergetar-getar, tidak bisa di duga arahnya kemana, ketiga
ketua perguruan besar yang melihat di pinggir pun merasa sulit
menghadapi jurus ini, tidak tahan diam-diam mereka terkejut.
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Jurus ini biasa, tidak akan merepotkan aku?"
Setelah berkata, dia memutar pedang pusaka-nya secara miring,
mendadak dia menusuk ke dalam gulungan sinar pedang Ho Koanbeng.
Kedua orang ini bergerak, yang satu lambat yang satu cepat,
melihat Sin-hiong menusukan pedang nya, segera tampak wajah Ho
Koan-beng jadi berseri, dia segera memutar pergelangan tangannya
dan berteriak: "He he he, biar kau lihat apa benar biasa saja?"
Tadi gerakannya lamban, setelah memutar pergelangan
tangannya, gerakannya benibah laksana meteor, dalam sekejap
sudah hampir menusuk wajah Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras katanya:
"Jurus ini, memang biasa saja!"
Mendadak dia memutar ujung pedangnya, terdengar sebuah
suara keras "Traang!" Ho Koan-beng sudah digetarkan hingga
mundur selangkah ke belakang!
Semua orang terkejut!
Mereka tidak tahu, dengan cara apa Sin-hiong menggetarkan Ho
Koan-beng sampai mundur satu langkah, setelah semua orang
terkejut, mendadak terlihat Ho Koan-beng maju lagi sambil
berteriak: "Coba hadapi lagi jurusku ini Liu-an-hoa-beng (Pepohonan gelap
bunga terang)"
Begitu menggerakan pedang, sinar perak pedangnya bergetargetar
tidak beraturan, tampaknya seperti mengarah pada ke enam
belas jalan darah penting di depan tubuh Sin-hiong, samar-samar
malah mengurung seluruh tubuhnya di bawah bayangan
pedangnya. Lang Tiong-sun tergetar dan berteriak: "Jika jurus ini juga gagal,
apakah kita akan menyerangnya?"
Siu-goan Suthai dengan tegas berkata: "Sudah seharusnya!"
Setelah berkata, sorot matanya menyapu ketua Go-bi-pai dan
berkata lagi: "Bagaimana dengan kau Cing-cen Totiang?"
Cing-cen Totiang menarik nafas dalam-dalam, lalu
menganggukan kepala:
"Jika kita tidak mengambil kesempatan ini menyerangnya, maka
di dunia persilatan akan terjadi bahaya besar, sekarang kita sudah
tidak bisa mem-pedulikan aturan dunia persilatan lagi!"
Orang-orang ini sehari-harinya mengaku diri-nya adalah
perguruan ternama aliran lurus, tapi saat menghadapi masalah, cara
apa pun bisa dilakukannya, saat mereka bertiga bicara, semua
sudah meng-genggam senjatanya dengan erat, kelihatan, asal
sedikit saja Ho Koan-beng terlihat akan kalah, maka ketiga ketua
perguruan besar ini akan langsung menyerang.
Ketika ketiga ketua perguruan besar itu baru selesai bicara,
mendadak Sin-hiong dengan sekali berteriak keras, sinar pedang
ditangannya jadi mengem bang besar, begitu membalikkan tangan
seperti akan membelit, dengan ganas memotong bahu kanan Ho
Koan-beng! Ho Koan-beng sangat terkejut, dia tidak menduga Sin-hiong
dapat menembus lapisan pertahanannya, sinar pedangnya
menusuk ke arah bahu kanannya, jurus yang sangat hebat ini,
sungguh sangat diluar dugaan dia!
Jurus Liu-an-hoa-beng, adalah jurus membunuh yang paling lihay
dari In-liong-kiam-khek Kongsun Seng, yang menciptakan Hiangliong-
pit-to, Ho Koan-beng belum lama mempelajarinya, tadi dia
hanya menggunakan Hong-hwie-li-coan, hampir saja berhasil
melemparkan senjata ketua perguman dari Go-bi, Kun-lun dan
Tiang-pek, bisa dibayangkan keampuhannya, apa lagi jurus terakhir
Liu-an-hoa-beng.
Saat Ho Koan-beng tertegun, ujung pedang Sin-hiong sudah
hampir menyentuh tubuhnya, jika dia tidak segera melepaskan
pedangnya dan mundur ke belakang, maka kemungkinan bahu
kanannya akan terpotong.
Dalam keadaan yang berbahaya ini, mendadak tiga orang di
pinggir lapangan berteriak, dua bilah pedang pusaka dan sebuah
kebutan, secepat kilat menyerang Sin-hiong!
Sin-hiong sudah menetapkan hati, baru saja mau memotong
lengan kanannya Ho Koan-beng, tidak menduga di belakang ada
orang menyerang, malah orang yang menyerang ini adalah ketiga
ketua perguruan besar yang menyebut dirinya perguruan aliran
lurus! Dia menjadi marah hingga kedua alisnya terangkat, aliran darah
di seluruh tubuh mengalir dengan deras, malah hampir mengalir
keluar dari mulutnya.
Tapi, keadaan di depan mata tidak memberi waktu untuk
berpikir, walaupun dia dapat memotong lengan kanannya Ho Koanbeng,
tapi dia pun mungkin akan terluka lebih parah sepuluh kali
lipat dari pada Ho Koan-beng.
Dalam situasi ini, dia jadi tidak bisa melukai musuhnya, dengan
memutar tubuhnya, pedangnya sudah melintang membalas
menyerang! Dalam keadaan marah, gerakan pedangnya jadi menyerang
daripada melindungi diri, tidak peduli apa jurus ketiga orang itu,
setelah satu jurus, jurus kedua dan jurus ketiga berturut-turut
dikeluarkan! Sejak tenaga dalam Sin-hiong bertambah beberapa kali lipat,
tenaga dia seperti tidak ada habis habisnya, semakin bertempur
semakin dahsyat, serangan pedangnya seperti angin topan, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan belas jurus pedang!
Empat orang lawan Sin-hiong, tiga orang diantaranya adalah
ketua perguruan besar saat ini, sedangkan Ho Koan-beng, walaupun
tingkatnya lebih rendah, ilmu silat dia sekarang sudah lebih tinggi
dari pada ketiga ketua itu, tapi mereka semua tidak pernah melihat
jurus pedang sedahsyat ini, mereka merasakan hawa pedangnya
amat kuat, angin dingin menerpa wajah, jika bukan karena mereka
adalah penguasa satu wilayah, mungkin sudah dari tadi
mengundurkan diri.
Tapi bagaimana pun ilmu silat ke empat orang ini tidak lemah,
ketika jurus Sin-hiong bertubi-tubi menyerang, empat orang ini
bersama-sama berteriak, dalam sekejap masing-masing membalas
menyerang tujuh delapan jurus.
Sungguh satu pertarungan sengit yang sulit ditemui dalam kurun
waktu ratusan tahun, terlihat pelangi perak menutupi langit, sampai
sinar matahari pun terasa menjadi redup, bayangan orang berputarputar
di lapangan, setiap serangan adalah jurus membunuh,
masing-masing telah menyerang sebanyak dua tiga puluh jurus!
Saat ini kelima orang murid perguruan sudah datang
menghampiri, mereka tidak tahu bagaimana Sin-hiong bertarung
dengan gurunya, kelima orang ini hanya terbengong-bengong
menyaksikannya.
Setelah menyaksikan pertarungan itu, salah seorang lalu
bertanya: "Sebenarnya siapa yang menyerang siapa yang bertahan?"
Di antara dua orang tokouw, salah seorang pernah dikalahkan
oleh Ho Koan-beng, dia mengharapkan semua orang menyerang dia
seorang, saat itu dia berkata:
"Tidak perduli siapa yang bertarung dengan siapa, kita tidak
boleh melepaskan orang itu!"
Tosu setengah baya itupun salah seorang yang telah dilukainya,
mendengar ini dia merasa ada perasaan yang sama maka berkata:
"Memang harus begitu, kita juga harus bersiap-siap!"
Setelah berkata, dia berjingkrak-jingkrak berdiri ke depan,
tampak dia khawatir jika Ho Koan-beng sampai melarikan diri!
Salah seorang murid dari perguruan Tiang-pek lukanya cukup
parah, dia berteriak kepada temannya yang ada di samping:
"Jong-sute, kau berdiri di sebelah barat!"
Diantara lima orang ini, hanya yang dipanggil Jong-sute dan
seorang tokouw yang tidak mengalami luka, mereka sangat
membenci Ho Koan-beng, saat itu mereka menyahut sekali, sambil
menghunus pedang berjalan ke sebelah barat.
Lima orang ini masing-masing bersiap-siap, lima orang di
lapangan semakin bertarung semakin seru, semangat bertarung Sinhiong
semakin naik, begitu bersiul nyaring, dia sudah mengerahkan
jurus terhebat dari jurus Kim-kau-kiam, jurus pedangnya sangat
dahsyat, memaksa empat orang itu tidak bisa mendekatinya.
Setelah dikeroyok empat orang, tidak diduga Sin-hiong masih
saja tidak bisa dikalahkan, sepasang mata Ho Koan-beng jadi
melotot marah, dia terus menyerang lebih bernafsu, sebelum bisa
membunuh Sin-hiong dia belum puas!
Tiga orang lainnya, masing-masing sudah berusia lebih dari enam
puluh tahun, sebagai seorang ketua perguruan besar, entah berapa
banyak pengalaman bertarung seumur hidupnya, tapi tidak pernah
mereka bertarung seperti hari ini, harus mengerahkan seluruh
kemampuannya, apa lagi dalam keadaan mengeroyok, mereka
masih saja tidak bisa memenangkan pertarungan, jika sampai hal ini
tersebar keluar, siapa yang bisa percaya"
Seorang tosu yang berusia setengah baya itu sedang berdiri di
atas, saat ini samar-samar dia sudah bisa melihat keadaan di
lapangan, melihat gurunya malah bersama dengan Ho Koan-beng
mengeroyok Sin-hiong seorang diri, tidak tahan dia jadi
membelalakan sepasang matanya, sesaat tidak bisa berkata apaapa.
Bagaimana pun dia tidak berani percaya terhadap matanya
sendiri, setelah mengusap-usap matanya, ketika dia melihatnya lagi
dengan jelas, tidak tahan dia menghela nafas panjang dan
berteriak: "Oh langit, sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Ternyata empat orang lainnya pun sekarang sudah bisa
melihatnya, semua orang melihat keadaan yang ada di depan mata,
kebalikan dengan bayangan mereka, sesaat semua jadi terkejut
bengong. Pada saat ini, mendadak dari kejauhan datang lagi lima bayangan
manusia! Lima orang ini adalah tosu-tosu, tosu yang di lapangan melihat
langsung berteriak:
"Apakah Goan-beng Suheng" Di mana Goan-ceng Sute dan lainlainnya?"
Salah satu dari lima tosu yang sedang berlari menjawab:
"Semuanya sudah datang, apakah orangnya sudah ditemukan?"
Perkataannya belum selesai, di belakangnya sudah mengikuti
delapan orang tosu, jika dijumlahkan jadi empat belas tosu, setelah
mereka muncul, semua-nya berdiri di samping tosu itu, tosu yang
dipanggil Goan-beng bertanya:
"Goan-hui Sute, guru sedang bertarung dengan siapa?"
"Kim-kau-kiam-khek!" kata Goan-hui Goan-beng melihat
kelapangan, tampak pertarungan sedang sengit-sengitnya, lalu
melihat lagi Goan-hui, mendadak berteriak:
"Apa" Kau terlukai"
Goan-hui menganggukan kepala dan berkata:
"Kita tiga orang yang terluka, yang satu dari Kun-lun-pai, satu
dari Tiang-pek-pai, hanya aku yang lukanya paling ringan!"
Hati Goan-beng jadi tertekan dan bertanya:
"Dilukai Kim-kau-kiam-khek?"
Dalam pikiran Goan-beng, saat ini Kim-kau-kiam-khek Sen Sinhiong
sedang bertarung dengan gurunya berempat, jika dia masih
ada tenaga melukai Goan-hui bertiga, ilmu silat orang ini sungguh
menakut kan sekali!
Goan-hui menggelengkan kepala dan berkata:
"Bukan, kita dilukai oleh lain orang!"
Salah satu tosu yang usianya lebih muda mendadak menyela:
"Siapa orangnya?"
Baru saja berkata, di lapangan terdengar satu suara keras
"Traang!" kembang api berpijar, ke lima orang itu mendadak
terpisah!"
Goan-hui menunjuk pada Ho Koan-beng:
"Dia!"
Saat ini Goan-beng tidak ada waktu mendengarkan kata-kata ini,
sebab setelah terdengar suara keras itu, Cing-cen Totiang berempat
masih mengawasi dari dari kejauhan, tapi warna wajah ke empat
orang itu merah padam dan menakutkap orang, wajah Sin-hiong
juga sangat serius, tidak henti-hentinya memetik gitar kunonya,
melihat tampangnya, hari ini jika dia tidak bisa mengalahkan ke
empat orang ini, dia tidak akan berhenti!
Alis Siu-goan Suthai sedikit bergetar "Hemm!" lalu berteriak:
"Serang lagi, serang lagi!"
"Ssst!" kebutannya kembali menyerang!
Melihat ini, Cing-cen Totiang berteriak:
"Lang-tayhiap, kau serang dia dari kiri!"
Setelah berkata, dia melirik Ho Koan-beng dan berkata lagi:
"Bagaimana, jika kau serang dia dari kanan!"
Sim-kiam-jiu menganggukan kepala, berteriak:
"Aku menyerang dari mana pun boleh!"
Dia langsung menyerang jalan darah penting di belakang Sinhiong!
Lang Tiong-sun pun sudah menyerang, setelah berkata Cing-cen
Totiang menggetarkan pedangnya, jurus Go-bi-kiam-hoat sudah
berturut-turut dikeluar-kan, empat orang itu dalam sekejap mata
kembali mengurung Sin-hiong!
Kejadian ini membuat Goan-beng dan kawan kawan yang datang
belakangan menjadi bingung, baru saja mereka mendengar jelas,
Goan-hui bertiga dilukai oleh Ho Koan-beng, kenapa gurunya bisa
bergabung dengan Ho Koan-beng menyerang Sin-hiong"
Tapi, saat ini mereka tidak bisa berbuat banyak, di dalam
kelompok tosu ini Goan-beng yang paling tua, pelan-pelan maju ke
depan dua tiga langkah dan berteriak:
"Lapor guru, haruskah murid turun tangan?"
Cing-cen Totiang yang bertarung, tanpa terasa berteriak:
"Ya!"
Begitu kata-kata ini terdengar, puluhan tosu ini seperti mendapat
titah raja, mereka mengangkat pedang panjang, semua menyerang
pada Sin-hiong.
Menghadapi empat pesilat tinggi di depan mata, Sin-hiong masih
bisa berada sedikit di atas angin, setelah para tosu itu ikut
menyerang, dia jadi kesulitan.
Saat ini matahari sudah naik ke tengah langit, sejak pagi sampai
sekarang, Sin-hiong telah bertarung tidak kurang dari ribuan jurus,
setiap dia menyerang satu jurus, dari depan, belakang, kiri, kanan
ada puluhan pedang menyerangnya!


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sejak puluhan tosu bergabung ke dalam pertempuran, pelanpelan
posisi Sin-hiong berubah dari menyerang menjadi bertahan,
dalam waktu singkat, keadaan dia sudah semakin sulit.
Tapi, sejak lahir dia sudah bersifat tidak mau menyerah, semakin
bertemu dengan hal yang tidak mungkin, dia semakin ingin
mengerjakannya, ada beberapa kali dia hampir saja terluka oleh
pedang, tapi dalam saat sekejap itu, dia sudah bisa memaksa
mengembalikan keadaan!
Sekarang Sin-hiong benar-benar sudah marah besar, walaupun
keadaan dia sangat berbahaya, tapi dia tetap terus memutar otak,
hatinya berpikir:
'Biarlah aku terluka sedikit, asal aku bisa melukai Ho Koan-beng!"
Ketika berpikir, Siu-goan Suthai sudah menyerang dengan
kebutannya, Sin-hiong memiring-kan tubuh, Kim-kau-po-kiam
disabetkan dari kejauh-an, tidak menunggu Siu-goan Suthai
membalas, ujung pedangnya sudah menusuk ke arah Ho Koanbeng!
Ho Koan-beng berteriak:
"Sen Sin-hiong, kau masih tidak mau melemparkan pedang
mengaku kalah?"
Dia segera menggerakan pedang panjangnya, Sin-hiong tidak
membiarkan dia mengeluarkan jurus-nya, serangan kedua dalam
sekejap sudah kembali menyerang!
Ho Koan-beng tertawa dingin, dia menangkis dengan pedang
pusakanya, Sin-hiong sudah menarik lengannya, membalikkan
tangan dengan jurus dahsyat, menangkis serangan Cing-cen
Totiang dan puluhan muridnya!
Lang Tiong-sun terkejut dan berteriak: "Cing-cen Totiang, kita
harus menambah serangannya!"
Cing-cen Totiang menyahut "Ssst ssst sst!" berturut-turut
menyabetkan pedangnya tiga kali, semua ditujukan pada Beng-bunhiat
Sin-hiong! Melihat ini, Ho Koan-beng berteriak: "Jurus pedang yang hebat!"
Dia pun lalu menggerakan pedangnya, jurus membunuh dalam
Hiang-liong-pit-to pun berturut-turut dikeluarkan, dalam sekejap
sudah mendesak Sin-hiong mundur satu langkah ke belakang!
Melihat mereka bertiga berhasil mendesak Sin-hiong, Siu-goan
Suthay pun tidak mau kalah, dia menyerang dengan satu jurus
dahsyat, mendesak Sin-hiong mundur lagi ke kanan!
Sekuatnya Sin-hiong bertahan, tapi empat pesilat tinggi ini sudah
mengeluarkan jurus membunuh, maka dia jadi kewalahan, setelah
beberapa saat, menahan timur, arah barat kewalahan, pelan-pelan,
lengan kanannya jadi terasa sedikit sesemutan, dalam hati diamdiam
dia mengeluh: "Tidak diduga, hari ini aku mati di tempat ini, tapi perintah guru
masih belum selesai, aku mati pun tidak bisa menutup mata?"
Berpikir sampai disini, hatinya jadi merasa dingin, hampir saja
tubuhnya tertusuk oleh kebutan-nya Siu-goan Suthai.
Sin-hiong terkejut sekali, dengan sekuat tenaga dia menyerang
tujuh delapan jurus, tapi karena pikirannya sedikit tidak tenang,
dibawah tekanan berat, dia tidak bisa mengerahkan seluruh
tenaganya, baru saja jurus pedangnya dikeluarkan, gerakannya
sudah dihadang kembali oleh tenaga gabungan empat orang pesilat
tinggi itu. Keadaan begini, asal lewat beberapa saat lagi, Sin-hiong sudah
pasti tergeletak berlumuran darah.
Di wajah Ho Koan-beng tampak senyum kemenangan yang licik,
sepertinya dia sudah melihat, musuh besarnya sudah dibinasakan.
Tiga ketua perguruan besar melihat jurus pedang Sin-hiong
menjadi kacau, semangatnya jadi naik, sekali berteriak, ketiga orang
itu menambah serangannya!
Di saat yang berbahaya ini, mendadak terdengar seseorang
berkata mengeluh:
"Hay! Menghadapi musuh kuat tapi tidak bisa tenang, bagaimana
bisa mengangkat nama baik Khu Ceng-hong?"
Suaranya kecil, tapi dengan jelas masuk ke dalam telinga Sinhiong.
Sin-hiong merasa hatinya tergetar, tidak perduli siapa yang
bicara" Dia segera berkonsentrasi kembali dan berteriak:
"Terima kasih atas nasihat Cianpwee!"
Ternyata suara ini hanya Sin-hiong seorang diri yang
mendengarnya, orang-orang yang mengeroyok melihat dia
berteriak, semua jadi sedikit tertegun, Ho Koan-beng membentak:
"Kau bicara dengan setan apa?"
Pedangnya ditusukan ke Kian-keng-hiat kiri dan kanan Sin-hiong!
Sekarang pikiran Sin-hiong sudah terfokus kembali, sekali
menggerakan pedangnya, terdengar suara "Huut huut!", langsung
menangkis jurus pedang Ho Koan-beng ke samping!
Terdengar suara orang tadi berkata lagi:
"Jika ingin supaya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun itu bermanfaat
sepenuhnya, harus konsentrasi dan mengumpulkan tenaga dalam,
dimana tenaga dalam muncul, disitulah tenaga dalam akan keluar,
teknik semudah ini apa kau juga tidak tahu?"
Saat ini orang itu bicara menggunakan suara biasa, tapi tidak
dengan suara keras, tapi semua orang di lapangan bisa
mendengarnya dengan jelas!
Di antara orang-orang di lapangan, hanya Ho Koan-beng seorang
karena saat ditolong oleh Sin-hiong pernah di beri makan sedikit Hosiu-
oh berusia ribuan tahun, saat Sin-hiong dikurung oleh Ho Koanbeng
di dalam gua, hampir saja mati kelaparan, sehingga ia makan
sebagian Ho-siu-oh berusia ribuang tahun, begitu orang berkata ini,
Sin-hiong dan Ho Koan-beng jadi tergetar karenanya, kedua orang
itu sambil bertarung sengit, sambil menuruti kata-kata orang itu
melakukannya, tapi hasilnya ternyata sangat berbeda sekali.
Ho Koan-beng dalam memusatkan tenaga dalamnya, merasa
aliran darah di seluruh tubuhnya lancar, dia menggerakan jurus
pedangnya, benar-benar ringan dan lancar sekali, tidak tahan dia
berteriak: "Terima kasih atas nasihat Lo-cianpwee!" Baru saja
selesai bicara, mendadak orang yang di kegelapan itu mendengus
dan dingin berkata: "Kau tidak pantas bicara denganku?" Kata-kata
ini sekali keluar, tidak hanya Sim-kiam-jiu sangat terkejut, tiga ketua
perguruan besar juga tergetar mendengarnya!
Ketika Sin-hiong bertarung, diam-diam diapun mengumpulkan
tenaga dalamnya, saat menggerakan-nya, di setiap titik tubuhnya
seperti ada hawa panas yang bergolak dengan cepat sekali, seperti
mau menyembur keluar, dia jadi terkejut, di dalam hatinya berpikir,
bagaimana bagusnya sekarang"
Saat ini jurus pedang puluhan murid Go-bi sedang menyerang
datang, dalam keadaan gusar, langsung saja Sin-hiong
menyabetkan pedangnya dua jurus, siapa sangka dua jurusnya
malah berhasil dengan menakjubkan" Hanya terdengar suara
"Traang traang!" tidak henti-hentinya, di antara puluhan murid Gobi
itu, setengahnya dari mereka pedangnya ditebas Sin-hiong
terbang terlepas dari tangannya!
Sin-hiong tertegun, orang di kegelapan itu sambil tertawa
berkata: "Bagaimana, itulah manfaatnya Ho-siu-oh berusia ribuan tahun!"
Sekarang pikiran Sin-hiong menjadi jernih, dia merasa suara
orang ini hafal sekali, setelah dipikir-pikir, hatinya jadi tergetar, di
dalam hati berkata:
'Sudah beberapa kali aku mendapat bantuan dari ketua pulau
Teratai, kenapa bisa tidak tahu sama sekali"'
Ternyata dia sudah mengenal suara ini ada suaranya ketua pulau
Teratai, dia teringat ketika dirinya terkena racun Ngo-ki-thian-cun
dan jatuh pingsan, setelah siuman, kudanya adik Hui sudah tidak
ada di tempatnya, semua kejadian ini, jika bukan ketua pulau
Teratai yang melakukannya, siapa lagi"
Dia berpikir sampai disini, mendadak teringat tenaga dalam
sendiri maju pesat, apakah itu juga dilakukan oleh ketua pulau
Teratai ketika dia sedang pingsan, yaitu memberi makan Ho-siu-oh
berusia ribuan tahun itu ke dalam mulutnya, lalu menggunakan
tenaga dalamnya membantu mencernanya, tampaknya walaupun itu
adalah keberuntungan nasibnya, tapi budi besar ketua pulau Teratai
terhadap dirinya, mana boleh dihapuskan begitu saja"
Semakin dipikir Sin-hiong semakin merasa kebenarannya, saat
dia teringat tanda bunga teratai di dalam kotak Ho-siu-oh yang
kosong itu, dia lebih yakin itu semua dilakukan oleh ketua pulau
Teratai. Keadaan semua ini, jika diucapkan sangat panjang, tapi hanya
sekelebat terjadi dalam otak Sin-hiong.
Pedang ditangan dia tidak berhenti, dia hanya merasa saat ini
pikiran dia sangat jernih, setelah menebas lepas senjata lima enam
murid Go-bi-pai, pedangnya diputar kembali menyerang empat
orang pesilat tinggi di hadapannya!
Orang yang di kegelapan itu melihat jurus pedangnya menjadi
gesit sekali, di dalam hati sangat senang dan berteriak:
"Anak yang bisa dididik, aku sekarang harus pergi mencari tua
bangka Thian-ho itu!"
Selesai bicara, mendadak terlihat di lereng gunung ada suara,
satu bayangan orang di bawah sinar matahari berkelebat dua kali,
dalam sekejap sudah menghilang!
Ho Koan-beng terkejut dan berkata:
"Heh! Ketua pulau Teratai!"
Ternyata kejadian beberapa waktu yang lalu masih belum
terhapus di kepalanya, dia masih merasa takut kepada ketua pulau
Teratai, walaupun jelas-jelas melihat ketua pulau Teratai sudah
pergi jauh, dia masih takut dia bisa balik lagi, saat itu dia
mengundurkan diri ke belakang, bengong memeriksa ke sekeliling,
lapangan selain Sin-hiong yang masih sedang bertarung dengan
ketiga ketua perguruan besar itu, yang lainnya tidak terlihat ada
apa-apa lagi"
Ho Koan-beng melihat ke tengah lapangan, terlihat Sin-hiong
dengan mantap menguasai pertarungan, tidak tahan hatinya jadi
tergerak dan di dalam hati berkata:
'Rupanya ilmu silat Sin-hiong sudah maju lebih pesat lagi, walau
aku ikut bergabung, tetap tidak akan bisa membunuhnya, lebih baik
kutinggalkan saja.'
Setelah berpikir, dia pura-pura berteriak:
"Setan tua Teratai, kau mau lari kemana?"
Sekali meloncat, dia langsung menyusup ke atas gunung!
Siapa sangka baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa ada
satu angin dingin menyerang dari belakang, Ho Koan-beng terkejut,
dia membalik-kan tangan menangkisnya dan berteriak:
"Kau mau apa?"
Ternyata orang yang diam-diam menyerang dia dari belakang
adalah murid Tiang-pek-pai, melihat Ho Koan-beng mau melarikan
diri, karena hatinya membenci dia, maka dia langsung saja
menusukan pedangnya!
Walaupun Lang Tiong-sun sedang bertarung, dia masih sempat
berteriak: "Cepat hadang pencuri jurus pedang ini?"
"Apakah dia sanggup?" Ho Koan-beng dingin
Sin-hiong tertawa lebar, sekali menyabetkan Kim-kau-po-kiam,
orangnya sudah meloncat ke atas dan pedangnya menyerang ke
bawah sambil berteriak:
"Ho Koan-beng, hari ini kau tidak bisa lolos?"
Ternyata semua orang sudah mengetahui dia mau melarikan diri,
makanya siapa pun tidak mau membiarkan dia pergi, Sin-hiong
bergerak lebih dulu, .erangan pedangnya amat dahsyat, hati Ho
Koan-beng j.uli tergetar dan berteriak:
"Kau bisa apakan aku?"
Setelah berkata, pedangnya balas menyerang ke dengan cepat
menyabet sepasang kaki Sin-hiong!
Serangan Sin-hiong ini adalah jurus mem-bunuh di dalam jurus
Kim-kau-kiam, dia menambah tenaga di pergelangan tangannya,
terlihat sinar pedang menjulur ke depan, lalu terdengar suara keras
"Traang!", mendesak Ho Koan-beng mundur ke belakang lima enam
langkah! Wajah Ho Koan-beng jadi berubah hebat!
Saat ini ketua perguruan besar dari Kun-lun, Go-bi dan Tiang-pek
yang ada dibelakang Sin-hiong, mereka takut bibir hilang lidah
kedinginan, ketiganya berteriak, bersama-sama datang menyerang!
Baru saja Sin-hiong berdiri mantap, mendadak dia merasa di
belakang tubuhnya ada yang menyerang, dia segera menghentakan
kaki, terbang melewati Ho Koan-beng menghadang jalan dia!
Ketiga ketua perguruan besar tidak menduga Sin-hiong bisa
melakukan ini, jurus ketiga orang ini jadi menebas angin.
Sin-hiong berdiri di depan Ho Koan-beng, dengan dingin berkata:
"Ho Koan-beng, aku perlakukan kau baik-baik, kenapa kau selalu
ingin membunuhku?"
Warna wajah Ho Koan-beng berubah-rubah:
"Hal ini kau sendiri yang paling tahu!"
Sin-hiong diam-diam menarik nafas:
"Jika karena masalah Cui-giok, bukankah aku sudah
memberitahukan keberadaannya?"
Sepasang mata Ho Koan-beng berputar-putar, di dalam hatinya
berpikir, nielihat keadaan begini, kebanyakan Sin-hiong tidak tega
membunuh aku, kenapa aku tidak berbuat sedikit lembut, biarkan
dia menghadapi tiga setan tua itu.
Dia orangnya sangat licik, dia berpikir tadinya ada kesempatan
bisa melarikan diri, tapi justru murid Lang Tiong-sun tidak
membiarkannya lolos, maka dia melampiaskan amarahnya pada
ketiga ketua perguruan besar itu, saat itu pura-pura berkata:
"Hemm hemm aku tanya, apakah kau benar-benar tidak mau
dia!" Kata-kata ini membuat Sin-hiong jadi tertegun.
Sin-hiong kebingungan sebab Cui-giok adalah calon istri Ho Koanbeng,
demi menghindar kesalah pahaman, maka dia selalu menjaga
jarak, jika dikatakan Sin-hiong sungguh-sungguh tidak mencintai
nya, malah hal itu berlawanan dengan isi hatinya.
Sin-hiong adalah seorang yang jujur, tentu saja tidak tahu apa
tujuan perkataan Ho Koan-beng ini, tapi dia juga tidak mau
mengucapkan kata-kata yang berlawanan dengan isi hatinya,
makanya dalam sesaat, dia jadi bengong berdiri disana tidak bisa
menjawab. Melihat ini Ho Koan-beng tertawa dingin:
"Ternyata kata-kataku benar" Kau hanya berpura-pura saja!"
Didesak olehnya, Sin-hiong beberapa kali ingin berkata tegas,
tapi ketika kata-katanya sampai di bibirnya, kembali di tahannya,
saat itu dengan berat dia mengeluh sekali:
"Kau pergilah, melihat muka Cui-giok, kali ini aku
mengampunimu sekali lagi!"
Di dalam hati Ho Koan-beng diam-diam merasa senang, tapi
wajahnya tidak menampakan perubahan, dengan pura-pura kesal
berkata: "Hemm hemm kau yang bersalah sehingga tidak berani
bertindak, aku tahu itu?"
Sin-hiong tertegun lagi, tapi di saat ini, tubuh Ho koan-beng
pelan-pelan sudah mundur ke atas jalan gunung!
Sin-hiong bengong memandang dia, harinya sakit seperti diiris
pisau! Tapi begitu Ho Koan-beng mundur tidak sampai lima enam


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tombak, mendadak Cing-cen Totiang berteriak:
"Kau melepaskan dia, tapi kami tidak bisa melepaskan bangsat
pencuri ini!"
Ternyata tadi Ho Koanbeng sudah menggunakan inti jurus
pedang dari berbagai perguruan besar, maka ketiga orang di depan
ini menuduh dia adalah pencuri jurus pedang dari berbagai
perguruan besar, ketiga orang ini tadinya ingin, setelah
mengalahkan Sin-hiong, baru menghadapi dia, saat ini melihat dia
mau pergi, dalam sekejap tujuan mereka berubah jadi ditujukan
pada Ho Koan-beng, bagaimana pun caranya tidak akan
membiarkan dia pergi.
-o00dw00o- BAB 10 Ombak bergulung seribu li
Ho Koan-beng menekan wajahnya, lalu berkata dingin:
"Kalian bertiga ingin menghadang aku, hemm hemm, sungguh
tidak tahu diri!"
Di dalam pikiran Ho Loan-beng, selain Sin-hiong lawan beratnya,
ketiga ketua perguruan besar yang ada dihadapannya, sama sekali
tidak dipandang oleh dia!
Kata-kata yang terdengar, malah jadi membuat marah ketiga
ketua perguruan besar yang ada di hadapannya.
Ternyata di mata ketiga ketua perguruan besar, mereka pun
memandang Sin-hiong sebagai lawan beratnya, mengenai Ho Koanbeng"
Walaupun mereka tahu jurus pedangnya hebat, tapi mereka
bertiga masih tidak memandangnya.
Siu-goan Suthai dengan marah berkata:
"Kau punya kepandaian apa?"
Saat ini puluhan murid Go-bi yang berdiri di pinggir, walau ada
setengah dari mereka pedangnya di hantam terlepas oleh Sin-hiong,
tapi setengah lainnya melotot marah menatap Ho Koan-beng.
Cing-cen Totiang menggoyangkan tangannya, lima enam tosu
langsung maju mengurung Ho Koan-lu-ng.
Sin-hiong melihat sambil mendengus, katanya: "Ho Koan-beng,
apa kau masih belum mau pergi" A pa kau ingin terlibat juga!"
Ho Koan-beng tertawa tidak berdaya, di dalam harinya berpikir:
'Bukan aku tidak mau pergi! Tapi mereka selalu menghadangku"'
Di dalam hati dia masih mempunyai rencana, dia belum mau
bertarung dengan Sin-hiong, ketika lima enam tosu itu datang
mengurung, dia menggetar-kan pedangnya dan membentak:
"Minggir!"
Begitu menusukan pedang panjangnya, sebuah hawa dingin
pedang sudah didorong ke depan.
Lima enam tosu bergerak mundur, tapi jurus pedang Ho Koanbeng
tidak berhenti, ujung pedang-nya balik menyendal, terdengar
suara "Ssst!" seorang tosu jatuh tergeletak!
Cing-cen Totiang tergetar, baru saja mau berteriak menyuruh
berhenti, lima enam tosu lainnya sudah menyerang dengan tangan
kosong, angin pukulan dari telapak tangan bersuara keras, kembali
menghadang Ho Koan-beng!
Ho Koan-beng menjadi sangat marah, dia menggetarkan
pedangnya menyerang, tapi sekarang puluhan tosu itu sudah pintar,
mereka bergerak secara teratur, jika yang satu maju yang lainnya
mundur, begitu sebaliknya walaupun jurus pedang Ho Koan-beng
hebat, tapi dalam waktu sesaat tidak bisa berbuat banyak"
Cing-cen Totiang membalikkan tubuh, berkata:
"Bagus, sekarang giliran kita!"
Sin-hiong tertawa dan berkata:
"Kalian bertiga sudah siap?"
Tiga ketua perguruan besar itu segera bergerak, membentuk
barisan segi tiga, mengambil posisi yang menguntungkan, sepasang
mata Sin-hiong menyapu lalu berteriak:
"Awas jurus pertama datang!"
Sin-hiong menggetarkan Kim-kau-po-kiamnya, menyerang Lang
Tiong-sun. Lang Tiong-sun memutar tubuh, tapi Sin-hiong tidak menunggu
dia membalas, ujung pedangnya disabetkan ke belakang,
membentuk dua kuntum bunga perak, masing-masing menusuk ke
arah Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai!
Kedua orang itu berteriak, dua buah senjata bersama-sama
menyerang, sekarang Sin-hiong menggunakan cara bertarung
cepat, dia menyerang cepat, tapi dua serangan tadi adalah serangan
pancingan, sebelum serangan Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
tiba, dia sudah berputar mengikuti gerakannya Lang Tiong-sun "Ssst
ssst!" dua tusukan pedang dilancarkan, dalam sekejap dia
mendesak ketua dari Tiang-pek-pai ke samping!
Lang Tiong-sun terkejut, Cing-cen Totiang dan Siu-goan Suthai
juga tergetar, ketiga orang itu hampir bersamaan waktu berteriak
marah, Cing-cen Totiang berdua sebisanya maju menyerang, Lang
Tiong-sun pun memutar tangannya "Ssst ssst!" menusuk dua kali!
Siapa sangka saat dia menusuk, Sin-hiong sudah berputar
kembali ke belakang tubuhnya.
Ternyata ketika Cing-cen Totiang menyuruh murid-muridnya
menghadapi Ho Koan-beng, saat itu Sin-hiong telah memikirkan
cara untuk mengalahkan lawannya:
'Jika membiarkan mereka bersatu, berapa banyak tenaga dan
waktu yang harus aku habiskan, saat menemukan Ong Leng, entah
nona Sun sudah berubah jadi bagaimana"'
Setelah memutar otaknya, dia sudah memutuskan untuk
melumpuhkan lawannya satu persatu, maka setelah menghindar
dari jurus Lang Tiong-sun, dia lalu menghindar dari serangan Cingcen
Totiang dan Siu-goan Suthai, dia menghindar kesana-kemari,
tapi jurus-nya segera dia lancarkan untuk menyerang pada Lang
Tiong-sun seorang.
Sin-hiong berturut turut menyerang tiga jurus pada ketua
perguruan besar Tiang-pek, setiap jurusnya ditujukan pada tempat
penting di tubuh musuhnya, Lang Tiong-sun terpaksa berputarputar
menghindar, tapi tetap tidak bisa melepaskan diri.
Lama-lama Lang Tiong-sun menjadi kesal, teriaknya:
"Biar aku mati bersamamu!"
Dia menusukan pedangnya, tidak mempedulikan lagi arah
pedang Sin-hiong menyerang, dia menusuk Beng-bun-hiatnya Sinhiong.
Sin-hiong tertawa dingin:
"Berbuat seperti inipun tidak ada gunanya?"
Sin-hiong lalu menyabetkan pedangnya, terdengar suara
"Traang!", dengan menggunakan siasat empat liang menghadapi
ribuan kati, dia memelintir dan menerbangkan pedang Lang Tiongsun
hingga terlepas dari tangannya!
Lang Tiong-sun terkejut ketakutan, keluhnya
"Habislah! Habislah!"
Dia lalu melambaikan tangannya, secepatnya pergi bersama
dengan murid-muridnya.
Saat ini pedang panjang ketua Go-bi-pai Cing-cen Totiang
dengan cepat datang menyerang, Sin-hiong memutar tubuhnya dan
melayang menghindar dua kaki lebih dan berkata:
"Kali ini giliran Totiang!"
Sinar pedang berkelebat, ujung pedangnya menusuk ke bahu kiri
Cing-cen Totiang.
Melihat Lang Tiong-sun sudah kalah dan meninggalkan tempat
ini, hati Siu-goan Suthay dan ketua Go-bi menjadi kecut, Cing-cen
Totiang segera menyerang dengan pedangnya, kebutan Siu-goan-
Suthay juga cepat-cepat menyerang, supaya Sin-hiong tidak bisa
mengalahkan mereka satu persatu.
Sin-hiong berputar-putar laksana angin, saat berkelebat,
langsung menyerang Cing-cen Totiang!
Sifat dia memang begitu, orang lain tidak ingin dia begini, dia
justru sengaja mau begini!
Cing-cen dan Siu-goan berdua sadar maksudnya, kedua orang itu
lebih-lebih tidak berani berpisah, Siu-goan berteriak:
"Totiang silahkan mendekat kemari!" Setelah berkata,
kebutannya menggulung ke arah sisi punggung Sin-hiong, untuk
mengurangi tekanan pada Cing-cen Totiang, dia sendiri malah
melangkah tiga langkah mendekati Cing-cen Totiang.
Setelah Sin-hiong menyerang satu jurus, jurus kedua langsung
menyerang menusuk, begitu pedang-nya bergerak, tubuhnya ikut
bergerak, hingga Cing-cen Totiang tidak bisa mengambil nafas.
Setiap kali Cing-cen Totiang menangkis, tapi selalu di dului oleh
Sin-hiong, akhirnya dia berteriak, tanpa mempedulikan keselamatan
dirinya, pedangnya menyerang lima enam jurus!
Sin-hiong jadi tidak berani terlalu dekat!
Tapi dua orang di lapangan ini adalah pesilat tinggi di dunia
persilatan, sedikit Sin-hiong melambat, kedua orang itu sudah
bersatu kembali, bersama-sama menyerang dia!
Di tempat lain, puluhan murid Go-bi-pai sedang kewalahan
menangkis serangan Ho Koan-beng, sudah ada beberapa orang lagi
yang terluka dan mundur ke pinggir.
Cing-cen Totiang sendiri sedang seru-serunya bertarung, jadi
tidak ada waktu memperhatikan hal lainnya, sedangkan Ho Koanbeng
sengaja mengganggunya, setiap dia menusuk menjatuhkan
satu orang dia langsung berteriak:
"Satu lagi!"
Hati Cing-cen Totiang sakit seperti disayat pisau, dia tidak
menduga nama besarnya hari ini jatuh di tangan dua orang bocah
ini, sedikit lengah, kembali dia didesak lagi oleh Sin-hiong.
Siu-goan Suthai terkejut sekali dan berteriak:
"Pusatkan pikiran!"
Memang, jika Cing-ceng Totiang sampai terluka, berarti tinggal
dia seorang diri, dia pasti bukan lawan Sin-hiong, teriakannya, ada
perasaan seperti bibir hilang gigi pun dingin.
Cing-cen Totiang sedikit menaikan semangat-nya, kembali
terdengar Ho Koan-beng berteriak:
"Sudah dua, he he he, murid-murid Go-bi-pai kemampuannya
hanya segini!"
Cing-cen Totiang merasa hatinya jadi tegang, sehingga
gerakannya jadi sedikit lamban, akibatnya pedang panjangnya
sudah dihantam Sin-hiong hingga terlepas dari tangannya.
Melihat ini, hati Siu-goan Suthai jadi merasa berat, kebutannya
segera menyerang tiga jurus, berkata:
"Hari ini kita kalah, di kemudian hari kita akan kembali lagi!"
Ho Koan-beng berteriak:
"Bagaimana Sen Sin-hiong" Aku telah membantumu, masa kata
terima kasih pun tidak mau kau ucapkan?"
"Hemm!" Sin-hiong berkata, "lebih baik kau jangan sampai
bertemu aku lagi, ingat, lain kali tidak ada pengecualian!"
Selesai bicara dia memalingkan kepala:
"Sayang Siauw-lim-pai sudah kalah, Bu-tong-pai kacau balau, hari
ini aku hanya bisa bertemu dengan kalian tiga ketua perguruan, di
lain hari, aku berharap bisa menghadapi sembilan ketua perguruan
sekaligus!"
Nada kata-kata ini terlalu sombong, sampai wajah Ho Koan-beng
pun berubah mendengarnya!
Siu-goan Suthai marah berkata:
"Sombong sekali, ingat, kami sembilan orang pada suatu hari
pasti akan menghadapimu!"
Setelah berkata, dia memanggil kedua murid-nya lari menuju
utara. Di antara tiga ketua perguruan, keadaan Go-bi-pai yang paling
parah, Cing-cen Totiang sendiri kalah, dan muridnya ada lima enam
orang yang terluka, tidak tahan dia mengeluh:
"Baik baik baik, di kemudian hari kami pasti akan mencoba lagi
ilmu silat anda!"
Beberapa murid yang terluka dibopong oleh murid yang tidak
terluka, sambil tertatih-tatih pergi menuju Go-bi-san.
Sin-hiong hanya melihat tiga ketua perguruan besar pergi, dia
tidak mau memperdulikan lagi Ho Koan-beng, diapun langsung
melesat pergi. Tadinya dia ingin buru-buru menolong orang, tapi terganggu oleh
kejadian ini, sekarang waktu sudah hampir tengah hari.
Sepanjang jalan Sin-hiong berlari terus, setelah lima hari, dia tiba
di bawah pohon di depan rumah Ong Leng. Tapi ketika dia melihat
ke dalam rumah, dia menjadi sangat terkejut.
Dua bulan lebih, dia meninggalkan tempat ini, siapa sangka, hari
ini melihatnya, keadaan di dalam rumah masih hampir sama dengan
dua bulan yang lalu"
Belum masuk ke dalam pintu, sudah tercium bau busuk bangkai,
hampir saja membuat dia muntah, di dalam hati berkata:
'Apa yang terjadi, apakah Ong Leng masih belum menguburkan
tiga mayat itu"'
Berpikir sampai disini, tidak tahan dia jadi merinding, jika benar
demikian, Ong Leng mungkin sudah tidak normal lagi.
Pelan-pelan dia masuk ke dalam, setelah berteriak beberapa kali,
tapi di dalam tidak ada seorang pun yang menyahutnya.
Sin-hiong mengawasi lagi dengan teliti, tampak ini bukan rumah
kosong, tidak tahan dia jadi merasa heran, maka dia masuk ke
pekarangan ketiga, meloncat naik ke atap rumah.
Dulu dia pernah bertemu dengan Sin-tung-thian-mo (Dewa
tongkat setan langit) disini, keadaan sekarang sama dengan waktu
itu, tapi sekarang di pekarangan sebesar ini malah tidak ada satu
orang pun, dia kembali berteriak, tetap saja tidak ada orang yang
menyahut. Tujuan Sin-hiong datang kesini adalah untuk meinta tolong,
maka tidak banyak pikir lagi dia langsung meloncat ke bawah.
Tapi setelah berputar dua kali, di dalam rumah, benar-benar
tidak ada orang!
Sin-hiong tertegun dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee! Ong Lo-cianpwee......"
Suaranya hanya menggema di pekarangan, sampai jendela
rumah berbunyi keras dan bergetar, tapi tetap tidak ada orang yang
menjawab. Tiba-tiba Sin-hiong teringat rumah makan itu, di dalam hatinya
berpikir 'Ong Leng sering kesana, lebih baik aku kesana menanyakan,
siapa tahu dia sedang minum arak disana.
Setelah memutuskan, dia langsung berlari ke nimahmakan itu.
Saat ini walaupun siang hari, tapi karena dia sedang tergesagesa,
gerakannya laksana segumpal asap melesat ke dalam kota.
Sampai di rumah makan itu, pelayan samar-samar masih
mengenal dia sambil tersenyum berkata:
"Siauya mau menginap?"
Sin-hiong menggelengkan kepala dan berkata:
"Apakah kau lihat Tuan Ong?"
Wajah pelayan jadi berubah, dia mengeluh:
"Jangan sebut dia lagi! Jangan sebut dia lagi! Dia dulu dewa,
sekarang disebut setan juga tidak pantas?"
"Kenapa?" tanya Sih-hiong tertegun.
Pelayan menarik Sin-hiong ke pinggir, bisiknya:
"Apakah Siauya tahu di rumahnya ada yang mati tiga orang?"
Sin-hiong menganggukan kepala, pelayan itu berkata lagi:
"Itulah, dirumahnya ada yang mati tiga orang, tapi sudah dua
bulan lebih tidak dikuburkan, baunya sampai menyebar kemanamana,


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kudengar disana kalau malam hari sering ada setan muncul,
beliau seperti orang gila tinggal di dalam rumah, kadang menangis
kadang tertawa, kadang keluar rumah, tapi begitu orang-orang
melihat dia, langsung menghindar, coba Siauya pikir, bukankah dia
jadi setan juga tidak pantas?"
Setelah selesai bicara, pelayan itu kembali berbisik pada Sinhiong:
"Sekarang hari sudah hampir gelap, Siauya jangan pergi kesana
lagi, memikirkan saja hatiku sudah merinding."
Sin-hiong tidak bicara, di dalam hatinya berpikir, saat dia
meninggalkan tempat itu, Ong Leng masih baik-baik saja, kenapa
hanya dalam waktu dua bulan, dia sudah berubah seperti ini"
Dia tidak mengerti, tapi berpikir pasti ada yang tidak beres,
beberapa hari ini, dia terus berjalan mengejar waktu, di sepanjang
jalan juga kurang makan, dalam hatinya berpikir:
'Kenapa aku tidak tunggu sampai malam, baru kesana
melihatnya.' Setelah memutuskan, maka dia memesan makanan pada
pelayan, makan pelan-pelan sendiri.
Ketika sore hari, Sin-hiong keluar dari rumah makan, melihat ke
atas terlihat langit sudah gelap, sebuah bintang pun tidak ada, tidak
tahan dia mengerutkan alisnya, diam-diam menghibur dirinya:
'Inilah cuaca terbaik untuk para setan keluar, tidak diduga
setelah aku lari beberapa hari, malam ini malah harus menunjukkan
cara menangkap setan.'
Dia berjalan pelan-pelan, malam gelap sekali, sedikit angin pun
tidak ada, karena merasa sedikit gerah, maka dia melonggarkan
bajunya, berjalan kira-kira dua |am baru dia sampai di tempat itu.
Walaupun waktu belum terlalu malam, di jalanan selain dia
seorang, benar saja satu bayangan orang pun tidak ada"
Dia sudah bertekad menyelidiki hal ini, terpaksa sebelum larut
malam dia sudah kesini untuk bersembunyi, dia langsung meloncat
ke atas benteng, tapi begitu dia melihat sekelilingnya, tidak tahan
hatinya jadi merasa ngeri!
Di ruangan pertama yang gelap itu, terlihat ada sesosok
bayangan hitam sedang menyembah tiga peti mati itu, rambutnya
panjang berurai ke bahu, sepintas melihatnya, orang jadi punya
perasaan 'apa dia ini setan?"
Bayangan hitam itu tanpa bersuara menyem-bah dan
menyembah lagi, Sin-hiong lama melihatnya, tapi dia masih terus
menyembah tidak berhenti.
Sin-hiong memperhatikan dan merasa bayang-an hitam ini
adalah Ong Leng, saat itu dia batuk sekali dan berteriak:
"Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu tidak memperdulikannya, terus saja
menyembah tiga peti mati itu.
Diam-diam Sin-hiong menarik nafas, tadinya dia ingin meloncat
ke bawah, tapi dia tidak tahan dengan bau busuk mayat, setelah
ragu-ragu sejenak, mendadak dia berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, kau mau apa?"
Teriakannya menggunakan tenaga dalam, suaranya menusuk
telinga, jangan kata manusia, walau setan pun jika mendengarnya
pasti akan terkejut ketakutan.
Benar saja, bayangan Hitam itu terkejut, melihat dia berdiri
diatas benteng, tanpa bicara apa-apa, dia langsung lari ke dalam.
Sin-hiong bisa mendengar saat dia berlari, derap kakinya
mengeluarkan suara "Duuk duuk!", sepertinya sedikit pun tidak bisa
ilmu silat, tidak tahan dia jadi bingung, di dalam hati berkata:
"Apakah Ong Leng atau bukan" Seharusnya dia bisa ilmu silat!"
Setelah dipikir-pikir, dia tidak perduli siapa orang itu, yang pasti
dia seorang manusia saja.
Saat dia masih kecil, dia sering mendengar orang tua berkata,
jika setan berjalan tidak menge-luarkan suara, orang ini langkahnya
begitu berat, pasti bukan setan tapi seorang manusia.
Ilmu silat Sin-hiong sangat tinggi, menurut logika dia tidak akan
terpengaruh oleh cerita mistik ini, tapi ingatan di masa kecilnya
sangat menempel, maka saat tadi di atas benteng, dia jadi raguragu,
tidak berani meloncat ke bawah.
Suara kaki berjalan itu sudah hampir sampai di pekarangan
kedua, baru Sin-hiong mengikuti masuk ke dalam!
Dia melayang meloncat ke tanah, di dalam keadaan gelap gulita,
karena dia tadi telat sejenak, maka mj;in segera menemukan
bayangan hitam itu, dia ada kesulitan sedikit.
Mendadak, di atas gunung buatan terdengar suara lluut!",
pendengaran Sin-hiong tajam sekali, dia membalikan tubuh, terlihat
satu bayangan orang melesat dalang.
Gerakan orang ini sangat cepat, tadinya Sin-hiong mau
bersembunyi, sebab dengan cara ini baru bisa menyelidiki, tapi
waktunya sudah tidak sempat, terdengar orang itu berteriak dingin:
"Siapa yang berdiri disana?"
Tanpa sadar Sin-hiong berkata:
"Aku Sen Sin-hiong!"
Orang itu menghentikan langkahnya berkata lagi: "Ada keperluan
apa kau datang kesini?" Saat dia bicara suaranya dingin sekali,
sepertinya tidak begitu memandang Sen Sin-hiong, maka dia terus
mendesak Sin-hiong menanyakan tujuannya datang kesini.
Sin-hiong menggerakan tubuhnya sedikit dan berkata:
"Aku ada perlu mencari tabib Ong, apakah dia ada di rumah?"
Setelah berkata, kejadian dulu seperti terulang lagi, ketika dia
pertama kali datang kesini, dia bertemu dengan Sin-tung-thian-mo,
kali ini, tidak tahu bertemu dengan siapa lagi"
Orang itu tertawa, dengan dingin mengucap-kan dua kata:
"Sudah mati!"
Sin-hiong sedikit tergetar, tapi dia pikir orang tadi pasti seorang
manusia, kecuali wajahnya tidak terlihat jelas, perawakan orang itu
mirip sekali dengan Ong Leng, saat itu berkata lagi:
"Biar aku mencari dia, tadi disini ada satu orang!"
Bayangan hitam itu maju dua langkah, tapi jaraknya masih ada
lima tombak, karena langit hitam, di dalam ruangan juga gelap,
maka Sin-hiong masih tidak bisa melihat jelas wajah orang ini.
Orang itu seperti sengaja menjaga jarak dengan Sin-hiong,
setelah Sin-hiong berkata, melihat orang itu diam, Sin-hiong jadi
merasa heran, tanpa mempeduli-kannya lagi, langsung berjalan ke
dalam. Tapi baru saja melangkah dua langkah, mendadak orang itu
dengan dingin berteriak: "Berhenti!"
Sin-hiong menghentikan langkah, menekan wajah dengan dingin
berkata: "Kenapa?"
Ternyata dia telah mendengar nada bicara orang itu penuh
dengan permusuhan, maka dia pun membalas dengan jawaban
dingin, malah lebih dingin dari pada orang itu!
Orang itu tertawa dan berkata:
"Tidak percuma disebut Kim-kau-kiam-khek!"
Sin-hiong tergetar, di dalam hatinya berpikir:
'Orang inipun tahu julukanku, seharusnya bukan orang yang
tidak punya nama", saat itu berkata:
"Bagaimana" Apakah anda pun bisa menyebutkan nama anda?"
Dengan aneh orang itu berputar dua kali dan berkata:
"Sudah bagus aku tidak mencari kau, untuk apa kau datang
kesini!" Sin-hiong maju lagi dua langkah dan berkata: "Siapa kau?"
Setelah berkata, lima jarinya sudah menyentuh senar gitarnya,
berjaga-jaga jika orang itu mendadak menyerang!
Orang itu dengan dingin berkata: "Sin-tung-thian-mo apa kau
kenal dia?"
Sin-hiong menganggukan kepala, tapi berteriak: "Ong Locianpwee!"
Orang itu tertawa dingin dan berkata:
"Bagus jika kau kenal, Ong Leng sudah mati!"
Tubuhnya mendadak menerjang ke depan, dan menghantam
dengan telapak tangannya!
Sin-hiong melihat ke atas, baru melihat orang ini hanya memiliki
sebelah tangan kanan. "Ssst!" dia mencabut Kim-kau-po-kiam,
kilatan sinar pedangnya, membuat seluruh pekarangan jadi sedikit
terang, dengan mendengus dia berkata:
"Orang yang tidak punya tangan dan tidak punya kaki juga
berani menyombongkan diri?"
Serangan pedang ini ditujukan pada tangan kirinya, orang itu
mendengus dingin:
"Bagus!"
Talapaknya dibalik lalu ditegakan seperti golok, timbul gulungan
angin yang amat dahsyat, menghantam ke arah Sin-hiong!
Sin-hiong menggetarkan ujung pedangnya:
"Namamu juga tidak berani disebutkan, orang macam apa kau
ini!" Telapak tangan orang itu belum sampai, jurus pedang Sin-hiong
sudah tiba lebih dulu, tepat di saat ini, terlihat ada satu orang
dengan sempoyongan datang mendekat, tubuhnya hampir saja
jatuh ke dalam gulungan pedang.
Kedua orang bertarung jadi ragu ragu sejenak, Sin-hiong
berteriak: "Ong Lo-cianpwee!"
Bayangan hitam itu belum sempat menjawab, angin pukulan
orang itu sudah datang menekan!
Sin-hiong menjadi marah, dia menggerakan pedangnya,
terdengar "Huut huut!" pedangnya membelah angin, orang itu tidak
berani melukai bayangan hitam itu, dia membalikkan tubuh, jarinya
mencengkram pedang Sin-hiong!
Bayangan hitam yang datang ini memang benar Ong Leng, dia
bukan saja datang menubruk, malah menyusup lagi ke dalam angin
pukulan orang itu!
Sin-hiong terkejut:
"Ong Lo-cianpwee, kenapa kau ini?"
Sin-hiong mengira dia mau bunuh diri, saat pedangnya
menyerang tubuhnya melesat maju menangkap dan menarik
kembali Ong Leng!
Ong Leng bukan saja tidak berterima kasih, malah melototkan
matanya dan bertanya:
"Siapa kau?"
"Sen Sin-hiong!" jawab Sin-hiong. Sambil bicara, dia menghadapi
serangan telapak tangan orang itu, dalam sekejap mata, dia sudah
merubah tiga jurus pedang, baru bisa meng-hindar serangan
dahsyat orang itu!
Sin-hiong menghela nafas panjang dan berkata: "Ong Locianpwee,
masih ingat aku Sen Sin-hiong?"
Ong Leng memutar matanya dua kali, bengong berkata:
"Sen Sin-hiong" Sen Sin-hiong itu permainan apa?"
Sin-hiong jadi merasa kecewa sekali, di dalam hatinya berpikir,
orang ini sudah lupa ingatan, apakah sudah dikerjain orang"
Kejadian ini hanya dalam sekejap mata, setelah dia berpikir, lalu
menotok Goan-ma-hiat orang itu dan berkata:
"Kau menggunakan cara sesat apa, membuat dia jadi begini?"
Pedangnya berturut-turut menyerang, setiap serangannya adalah
serangan membunuh, terlihat hawa pedang seperti pelangi, dalam
sekejap sudah menyerang tujuh delapan jurus!
"Jurus pedang bagus!" Orang itu berteriak, tubuhnya berputar,
telapak tangannya mengeluarkan angin pukulan seberat gunung,
setiap sabetan pedang Sin-hiong, selalu ditangkis ke samping oleh
dia, tidak tahan hati Sin-hiong jadi tertekan, maka menyerang lagi
sepuluh jurus lebih.
Diam-diam Sin-hiong terkejut, di dalam hati berkata:
"Ilmu silat orang ini sangat tinggi, tampaknya di atas para ketua
sembilan perguruan silat, entah dari mana dia datangnya?"
Di dalam hati orang itupun diam-diam terkejut, di dalam hatinya
berpikir, kata-kata Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak membesarbesarkan,
Ong Leng ada dalam perlindungan seperti dia, tidak heran
kalau harus lari karena tidak bisa melawannya.
Kedua orang ini masing-masing punya pikiran sendiri-sendiri, dan
masing-masing telah menyerang tujuh delapan jurus!
Di dalam pekarangan ini tadinya ditutupi oleh hawa dingin
menyeramkan, tapi sekarang keadaannya jadi lain, sinar pedang
beradu dengan telapak angin, hawa membunuh menyembur ke
langit, menggetarkan jendela-jendela sampai berbunyi keras.
Setelah bertarung beberapa saat, gerakan orang itu sedikit
melamban, tapi Sin-hiong semakin bertarung semakin semangat.
Setelah bertarung dua puluh jurus lebih, Sin-hiong membentak,
sinar pedangnya berkelebat, terdengar suara "Bret!" lengan baju
orang itu sudah dipotong oleh Sin-hiong.
Wajah orang itu berubah, sekuat tenaga dia menyerang dua
jurus, lalu meloncat keluar dari pertarungan!
Mana Sin-hiong mau melepaskan dia, dia bersama pedang
menjelma jadi satu sinar pelangi, kembali menerjang dia.
Orang itu mengayunkan telapak anginnya dan berteriak:
"Kau kira aku takut padamu?"
Sin-hiong menyerang dari atas, di udara membentuk dua bunga
pedang, dengan hawa yang amat dingin memotong ke arah lengan
kirinya! Menyerang dari udara, adalah kehebatan jurus Kim-kau-kiam,
orang itu berkelebat mencoba menghindar, tapi dua jurus Sin-hiong
ini sulit di tebak arahnya, sinar pedang berkelebat, rambut di
kepalanya sudah di potong sebagian.
Setelah berhasil, Sin-hiong tidak memberi ampun pada lawannya,
mengambil kesempatan tubuhnya turun ke bawah, jurus pedangnya
kembali menerkam.
Berturut-turut dia menyerang lagi beberapa jurus, satu jurusnya
lebih cepat dari jurus sebelumnya, pada saat Ini mendadak Ong
Leng yang ada di tanah berteriak:
"Sesak sekali!"
Sin-hiong yang sedang menyerang, jadi terganggu oleh
berteriakannya, sehingga sedikit lambat, kesempatan ini di ambil
orang itu untuk meloncat keluar dari pertarungan dan kabur.
Ong Leng berguling bangkit berdiri, sambil membereskan
rambutnya yang kacau lalu berdiri bengong menatap Sin-hiong.
"Ong Lo-cianpwee, kau sudah sadar?"
"Kau apakah Sen-tayhiap?"
Sin-hiong mengiyakan, mendengar itu Ong Leng kembali
mengeluh panjang:
"Sen-tayhiap, untuk kedua kalinya kau menyelamatkan nyawaku,
budi sebesar ini entah harus bagaimana aku membalasnya?"
Sin-hiong tidak mengerti, di dalam hatinya berpikir, waktu
pertama kali dia menolong dia masih bisa mengerti, kali itu tidak
bisa dihitung menolong, tadi dia seperti orang gila, saat ini
mendadak sadar, tapi bicaranya malah lebih membingungkan lagi.
Ong Leng melihat Sin-hiong sekali dan berkata:
"Kalau aku tidak menceritakannya, Sen-tayhiap tentu tidak akan
mengerti, tapi walaupun aku telah ditolong oleh Sen-tayhiap, tapi
mungkin nyawa aku juga tidak akan lewat tiga hari, hay.."..."
Keluhannya membelah langit malam yang hening, Sin-hiong
semakin tidak mengerti dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, malah membuatku tambah bingung."
Ong Leng menyela:
"Tentu saja, tapi, aku akan katakan satu orang mungkin Sentayhiap


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa ingat."
"Apakah Sin-tung-thian-mo itu?"
Ong Leng menganggukan kepala:
"Betul. Sejak dia dikalahkan oleh Sen-tayhiap, orang ini tidak
mau terima. Entah bagaimana dia membawa keluar Im-san-koaymo
(Manusia aneh dari gunung dingin) Cu-couw, mereka berdua
yang satu kakinya buntung, yang satu tangannya buntung, tapi
nyawa kedua orang itu telah diselamatkan dari kematian olehku.'"
Sin-hiong teringat perihal Sin-tung-thian-mo itu, tahu dia tidak
bohong, tapi mendengar orang itu adalah Im-san-koay-mo Cucouw,
hatinya diam diam terkejut lagi.
Ong Leng mengeluh dan berkata:
"Cu-couw pun datang padaku meminta Pit-to itu" Bagaimana aku
bisa tahu dimana keberadaan peta rahasia itu?"
"Aku tahu dimana peta rahasia itu berada."
Ong Leng menggoyang-goyang tangannya:
"Tidak usah katakan, mereka hanya mencari-cari alasan saja,
sebenarnya, tujuan mereka hanya ingin membunuhku saja, tapi
karena takut menimbulkan amarah dunia persilatan, makanya
mencari satu alasan yang dibuat-buat."
Sin-hiong berpikir benar juga, bagaimana pun Ong Lo-cianpwee
pernah menyelamatkan nyawa mereka, jika kedua orang itu tidak
mencari satu alasan, kedua aliran hitam dan putih mungkin tidak
akan mengampuni mereka.
Ong Leng melanjutkan:
"Begitu Cu-couw datang langsung menotok Pek-bwie-hiat ku,
jalan darah ini adalah tempat berkumpulnya ratusan saluran darah,
cara menotok-nya tergantung, bisa menentukan mati atau hidupnya
seseorang, totokan Im-san-koay-mo khusus sekali, begitu menotok
membuat aku semakin hari semakin sakit, akhirnya aku tidak bisa
tahan lagi, pikiranku jadi kacau, jadi lupa ingatan."
"Orang ini sungguh keji." Keluh Sin-hiong.
Ong Leng batuk sekali sambil tertawa pahit berkata:
"Ingin mati tidak bisa mati, ingin hidup tidak bisa hidup, malah
lebih baik jadi orang gila, dalam keadaan tidak sadar aku minum lagi
obat penghilang ingatan buatan sendiri, maka ingatan aku jadi
semakin kacau."
Sin-hiong mengeluh, "Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo ini
terlalu keji, lain kali jika bertemu lagi dengan aku, akan aku cincang
mereka." Setelah berkata sejenak, saat ini nafas Ong Leng sedikit sesak,
tiba-tiba Sin-hiong teringat nyawa-nya hanya tinggal tiga hari, tidak
tahan dia jadi terkejut dan berkata:
"Ong Lo-cianpwee, apakah luka di Pek-hwie-hiat itu kambuh
lagi?" Ong Leng menganggukan kepala, nafasnya juga semakin berat.
Buru-buru Sin-hiong menghampirinya:
"Cepat duduk, biar aku melihat bagaimana lukanya?"
Sebenarnya, terhadap pengobatan dia sama sekali tidak
mengerti, tapi mengenai luka terpukul, semua pesilat biasanya tahu,
Sin-hiong mau melihatnya, itupun karena ingin menggunakan
tenaga dalam mencoba mengobatinya"
Ong Leng tersenyum tanda terima kasih dan berkata:
"Terima kasih Sen-tayhiap, jalan darah utama-ku sudah putus,
nyawaku sudah tidak tertolong lagi."
Hati Sin-hiong jadi merasa berat, tepat di saat ini, mendadak ada
orang dengan dingin berkata:
"Betul! Kau segera saja melapor ke pintu neraka?"
Sin-hiong membalikkan tubuh, terlihat di pintu berdiri dua orang,
walau hari sangat gelap, tapi Sin-hiong masih bisa melihat dua
bayangan hitam ini adalah Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo.
Amarah Sin-hiong tidak tahu harus disalurkan kemana, begitu
melihatnya amarahnya seperti mau meledak saja, maka dia berkata:
"Kalian datang pada waktu yang tepat!"
Sin-tung-thian-mo tertawa dingin:
"Bocah, jangan terlalu sombong"
Setelah berkata, kedua bayangan orang itu sudah berkelebat
masuk ke dalam.
Im-san-koay-mo berkata dingin:
"Adik, bagus sekali, hanya satu orang yang tahu masalah ini, kita
tutup mulutnya, jangan biarkan dia hidup lagi?"
Dua orang ini adalah pecundangnya Sin-hiong, tapi jika mereka
berdua bersama-sama mengeroyok keadaannya akan berbeda,
walaupun lukanya kambuh, Ong Leng tetap merasa khawatir:
"Sen-tayhiap, kau cepat pergi!"
Sin-hiong tertawa dingin, lalu berkata:
"Ong Lo-cianpwee, ada aku di sini, siapa yang berani
mengganggumu, akan kukuliti orang itu!"
Bicaranya tegas, Ong Leng yang mendengar, sampai
mencucurkan air mata terima kasih.
Sin-tung-thian-mo pun mendengar dengan dingin berkata:
"Toako, kau dengar tidak" Ada orang mau menguliti kulit kita dua
bersaudara"
Setelah berkata dia mendengus dingin lalu membentak:
"Bocah, jangan sombong, Lihat seranganku!"
Tongkatnya bergulung-gulung menyerang, di-bawah tongkat
timbul angin keras sampai pasir batu berterbangan, kekuatannya
bisa dibayangkan.
Sin-hiong mundur sedikit, lalu mengayunkan pedangnya,
terdengar "Traang!" meminjam tenaga bentrokan itu dia meloncat
ke atas, saat dia turun pedangnya menusuk pada Im-san-koay-mo!
Sekali dia bergerak, tidak saja meloncat melewati Sin-tung-thianmo
juga menusukan pedang pada Im-san-koay-mo, gerakannya
tampak indah sekali, walaupun Ong Leng terluka parah, tapi
menyaksikan itu tanpa terasa berteriak:
"Gerakan indah!"
Im-san-koay-mo mendengus, dia tidak segera membalas
serangan, matanya sekali mengerling, Sin-tung-thian-mo yang ada
dibelakang langsung mengerti maksudnya, Im-san-koay-mo mundur
ke belakang, Sin-tung-thian-mo maju ke depan.
Serangan Sin-hiong tidak menemui sasaran, tubuhnya turun ke
bawah, tapi Sin-tung-thian-mo tidak membiarkan Sin-hiong
menginjakan kakinya ke tanah, tongkatnya dengan dahsyat
disapukan ke kaki Sin-hiong!
Jurus ini sungguh sadis sekali, jika Sin-hiong balas menyerang,
Im-san-koay-mo saat ini berdiri di sisi di tempat yang
menguntungkan, tidak perduli serangan Sin-hiong bagaimana, dia
bisa mengambil kesempatan mencuri serangan!
Ong Leng berteriak, dia tidak menyangka kedua setan tua ini bisa
bekerja sama begitu sempurna, dalam keadaan mengkhawatirkan
Sin-hiong, "Waa!" dia memuntahkan darah segar, dan orangnya
jatuh pingsan. Saat ini Sin-hiong sedang turun ke bawah, melihat Sin-tungthian-
mo menyerang dirinya, dengan tenang ujung pedangnya
menyentil, saat ini Im-san-koay-mo pun menghantam dengan
telapak tangannya, tapi tidak di sangka, tubuh Sin-hiong bisa naik
lagi sedikit ke atas, sehingga jurus kedua orang itu jadi gagal, tidak
mengenai sasaran.
Dalam sekejap, Sin-hiong menggetarkan pegangan pedangnya,
dua gulungan angin menyem-bur keluar, secepat kilat menusuk
pada kedua orang itu!
Im-san-koay-mo terkejut, dia memutar tubuh-nya dan berteriak:
"Adik, kau serang sisi punggungnya!"
Sin-tung-thian-mo segera memutar tubuhnya, menghindar
berhadapan dengan Sin-hiong, tongkat-nya menyapu ke pinggang
Sin-hiong! Im-san-koay-mo pun tidak membuang waktu, dia I-ei putar ke
belakang Sin-hiong dan telapak tangannya menyerang!
Sin-hiong belum menginjakan kakinya, jadi sehebat apa pun
kemampuannya, dia tidak bisa menggerakannya jurusnya dengan
leluasa, sedangkan dua orang musuhnya berturut-turut menyerang,
tidak memberi kesempatan pada dia untuk bisa membalas serangan.
Diam-diam hati Sin-hiong tergetar, saat ini sebuah telapak dan
sebatang tongkat secara bersamaan menyerang dia, melihat
situasinya dia hanya bisa menghadapi sebelah sisi, ketika matanya
menyapu, dia menemukan titik kelemahan di lengan kiri Im-sankoay-
mo, sedangkan serangan tongkat Sin-tung-thian-mo tinggal
satu kaki saja, dalam sekejap mata ini, dia tidak banyak pikir lagi,
dia menyabetkan pedang pusakanya ke tempat yang lemah itu.
Walaupun disebut titik lemah, tapi masih dalam lingkup kekuatan
jurus kedua orang itu, dengan kehebatan sabetannya, kedua orang
ini pernah dikalahkan dia, jadi siapa pun tidak berani terlalu
mendesak, sedikit saja kedua orang itu ragu-ragu, tubuh Sin-hiong
sudah berdiri mantap di atas tanah.
Kedua orang itu sadar telah tertipu, lalu masing-masing berteriak
sekali, mendadak mereka saling bertukar tempat, kekosongan tadi
sekarang berubah menjadi titik mematikan, kekuatan pukulan
telapak dan tongkatnya juga bertambah berlipat ganda dari pada
yang tadi. Tapi, Sin-hiong sudah menginjakan kakinya di tanah, tentu saja
dia jadi jauh lebih lincah dari pada di udara "Ssst ssst!" dia
menusukan pedang dan tubuh nya langsung meloncat ke belakang!
Wajah Sin-hiong tampak keheranan, dia tidak menduga setelah
kedua orang ini bersatu menyerang, kekuatannya bisa sedahsyat ini,
Sian-souw-ngo-goat, perguruan Siauw-lim, dan para pesilat tinggi
Kun-lun, Go-bi dia pernah menghadapinya, tidak perduli keroyokan
atau satu persatu, tampaknya tidak sehebat kedua orang ini!
Diam-diam dia menarik nafas, di dalam hati berkata:
'Untung aku sudah makan Ho-siu-oh ribuan tahun, jika tidak, hari
ini aku pasti sudah kalah"'
Begitu Im-san-koay-mo dan Sin-tung-thian-mo melihat Sin-hiong
mundur, semangat kedua orang itu jadi meninggi, Sin-tung-thianmo
terawa dan berkata:
"Hehehe, mau lari?"
Im-san-koay-mo melanjutkan:
"Ingin lari juga tidak akan bisa."
Kedua orang itu sambil bicara, sambil bersama sama maju ke
depan mendesak Sin-hiong.
Sin-hiong tidak bicara, tapi di wajahnya sudah penuh dengan
hawa membunuh, dia memegang erat-erat pedang pusakanya,
sekarang jarak kedua orang tidak sampai satu tombak, begitu
mendengus dingin Sin-hiong berkata:
"Sebenarnya siapa yang tidak bisa melarikan diri?"
Mendadak pedangnya menyerang pada dua orang itu!
Im-san-koay-mo tertawa dingin, ke lima jari tangannya
mencengkram dan berteriak: "Sapu bawahnya!"
Serangan cakarnya sangat cepat, Sin-tung-thian-mo juga benarbenar
menyapukan tongkatnya ke arah kaki Sin-hiong.
Dalam hati Sin-hiong berpikir:
'Kalian sambil bertarung sambil mengatakan jurusnya, siasat apa
ini"' Otaknya memutar, pedangnya di tarik sedikit, dengan cepat
memotong lima jari Im-san-koay-mo, tidak menunggu jurusnya
habis, pedang panjangnya memotong melintang, kembali menusuk
ke arah Thian-keng-hiat Sin-tung-thian-mo!
Jurus ini adalah dengan menyerang menahan serangan, Sintung-
thian-mo hanya punya satu kaki, tentu saja gerakannya tidak
selincah Sin-hiong, walau-pun dia bergerak lebih dulu, tapi Sin-hiong
yang bergerak belakangan sampai lebih duluan!
Tapi teriakan Im-san-koay-mo tadi, sebenarnya mengandung
siasat busuk, jika pedang Sin-hiong menusuk ke bawah, maka
tongkat Sin-tung-thian-mo dengan sendirinya akan mendongkel ke
atas, maka tangan kanan Im-san-koay-mo dirubah jadi memukul,
dan posisi Sin-hiong yang terbuka, menunggu dia sadar, maka Sintung-
thian-mo benar-benar menyapu-kan tongkatnya ke bagian
bawah Sin-hiong.
Dua orang bekerja sama, ,yang satu menyerang yang saru
bertahan, kerja samanya sangat sempurna, jika pedang Sin-hiong
tidak menyabet melintang, walaupun tidak terluka parah, juga akan
kehilangan kesempatan menyerang.
Sin-tung-thian-mo sedikit tergetar berteriak:
"Bagus!"
Im-san-koay-mo kembali telapak tangannya menyerang dan
berteriak: "Pukulan tanganku inipun cukup bagus!"
Yang satu mundur yang satu maju, mendadak tongkat berubah
jadi telapak tangan, Sin-hiong jadi naik pitam, dia melintangkan
tubuhnya, kembali menggunakan cara yang beberapa hari lalu, saat
menghadapi ketua perguruan Go-bi, Kun-lun dan Tiang-pek,
memaksa mendesak ke arah Sin-tung-thian-mo.
Dengan demikian, pukulan telapak tangan Im-san-koay-mo jadi
memukul angin, tapi tekanan pada Sin-tung-thian-mo juga tidak
berkurang. Im-san-koay-mo jadi terkejut, berturut-turut dia menyerang tiga
jurus telapak tangan, mulutnya juga berteriak-teriak agar Sin-tungthian-
mo merubah jurusnya, tapi sayang gerakan Sin-hiong jauh
lebih cepat dari pada dia, Sin-tung-thian-mo tetap saja tidak mampu
melepaskan diri dari tekanan Sin-hiong, tidak saja begitu, setelah
tiga jurus bertarung, Sin-tung-thian-mo menjadi gelisah sekali,
sampai bercucuran keringat.
Sin-hiong dingin berkata: "Bagaimana" Apa kau bisa melarikan
diri?" Setelah berkata, dia menambah serangannya, baju
dipunggung Sin-tung-thian-mo sudah dirobek pedangnya!
Im-san-koay-mo pun terus berteriak-teriak, meningkatkan
serangan telapak tangannya, laksana gelombang lautan bergulunggulung
menerjang Sin-hiong!
Sin-hiong hanya bergerak mengikuti Sin-tung-thian-mo, hawa
membunuh di wajahnya belum hilang dan sekali berteriak:
"Kau tidak boleh dibiarkan hidup!" Sinar pedang berkelebat,
terdengar suara keras "Kraas!" lengan kiri Sin-tung-thian-mo sudah
dipotong Sin-hiong, saking sakitnya dia sampai menjerit kesakitan,
tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar ter-pental sejauh dua tombak
lebih! Darah segar mengalir deras, dengan tabah Sin-tung-thian-mo
segera membalikan tangan menotok jalan darahnya, menghentikan
darah yang mengalir, wajahnya jadi semakin menakutkan orang.
Im-san-koay-mo tergetar, dia bergerak mundur ke belakang, tapi
Sin-hiong sudah membalikan tubuh-nya. Sin-hiong dengan dingin
berkata: "Aku hanya meninggalkan dia satu tangan satu kaki, kau
juga tidak terkecuali!"
Hati Im-san-koay-mo menjadi dingin, tanpa sadar mundur lagi ke
belakang dua langkah.
Sin-hiong melihat sekali pada Ong Leng yang tergeletak ditanah,
terpikir keperluan dia datang kesini waktunya tinggal sedikit, setelah
mendengus, langsung maju menyerang lagi.
Ilmu silat Im-san-koay-mo tidak lemah, sebenarnya mampu
menahan Sin-hiong beberapa saat, tapi setelah melihat Sin-tungthian-
mo terluka, hatinya jadi resah, ketika Sin-hiong datang
menyerang, dia kembali melesat menghindar.
"Kau masih mau melarikan diri?" kata Sin-hiong, "Ssst!"


Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedangnya menyerang ke atas kepala dia!
Telapak tangan Im-san-koay-mo diangkat meng hantam pedang
pusakanya Sin-hiong!
Sin-hiong tertawa keras:
"Jurus ini cukup bagus!"
Ternyata kata-kata ini adalah yang dikatakan Im-san-koay-mo
tadi, saat ini digunakan oleh Sin-hiong dengan tepat sekali, setelah
berkata, bayangan pedang ikut berkelebat, laksana kilat menusuk
bawah tubuh-nya Im-san-koay-mo!
Im-san-koay-mo terkejut, tapi dia adalah seorang penguasa
setempat, saat hatinya tergetar, tapi jurusnya tidak terlihat kacau
"Huut!" telapak tangan-nya menghantam dan berkata:
"Hemm hemm tidak berhasil!"
Pukulan telapak tangannya telah mengguna-kan seluruh tenaga
dalamnya, tenaganya amat dahsyat, tusukan pedang Sin-hiong itu
hampir saja dipukul ke Ramping!
Sin-hiong marah sekali, dia menggetarkan pergelangan
tangannya "Ssst!" kembali pedangnya menyerang, arah pedangnya
tetap mengarah kaki kiri Im-san-koay-mo!
Di luar dia tampak lembut, tapi didalam hati dia umat keras,
serangan pedang kali ini, jauh lebih cepat dari pada yang tadi, juga
lebih keji. Im-san-koay-mo sudah mengerahkan seluruh kemampuannya,
tapi tetap tidak bisa menahan serangan Sin-hiong, tubuhnya dipaksa
berputar-putar, tapi hawa dingin pedang lawannya masih saja
berputar putar di atas kakinya.
Keadaan hatinya persis sama dengan Sin-tung-thian-mo tadi,
seluruh tubuhnya bercucuran keringat dingin, saat ini Ong Leng
yang ada diatas tanah sudah siuman, melihat ini tidak tahan
berteriak memuji dan berkata:
"Sen-tayhiap, bagus sekali!"
Ketika matanya melihat ke tempat lain, mendadak melihat Sintung-
thian-mo jatuh terduduk tidak jauh darinya, sebelah lengannya
sudah buntung, dia tahu Sin-hiong telah membalaskan dendamnya,
dia jadi terkejut dan senang sekali, sehingga tidak bisa bicara lagi.
Saat ini Sin-hiong sedang mendesak Cu-couw, ketika mendengar
suara Ong Leng, dia juga berteriak keras:
"Ong Lo-cianpwee, aku akan membuat mereka tinggal satu
tangan dan satu kaki, supaya mereka serasi menyebut
persaudaraannya."
"Bagus, bagus!" teriak Ong Leng.
Baru saja dia selesai berkata, satu bayangan hitam menerjang
dari atas ke bawah sambil berkata marah:
"Biar aku bunuh kau dulu, supaya balik modal!"
Ternyata orang ini adalah Sin-tung-thian-mo, walaupun dia sudah
terluka, tapi dibandingkan dengan Ong Leng, tentu saja lebih kuat
beberapa kali, Ong Leng sedang merasa senang, tidak mengira akan
terjadi hal ini, menghindar pun sudah tidak keburu, akhirnya bahu
kirinya terkena pukulan telapak tangan
Dalam sekejap, terdengar dua jeritan mengerikan, dua bayangan
orang berguling-guling di tanah.
Satu bayangan itu adalah Im-san-koay-mo, dan yang satunya
lagi adalah Ong Leng!
Ternyata saat Sin-tung-thian-mo memukul Ong Leng, kaki kiri
Im-san-koay-mo juga dipotong oleh pedang Sin-hiong!
Walaupun Sin-tung-thian-mo telah memukul Ong Leng sampai
jatuh berguling-guling, tapi tenaga-nya sudah berkurang banyak,
walaupun demikian, Ong Leng yang sudah terluka tetap tidak
mampu menahannya, dia kembali jatuh pingsan.
Sin-tung-thian-mo pun bergoyang-goyang, tapi wajahnya tampak
tawa bengis. Sin-hiong marah sekali, selangkah demi selangkah maju
mendesak. Sin-tung-thian-mo sedikit pun tidak merasa takut dengan dingin
berkata: "Akhirnya aku berhasil mengembalikan sedikit modal!"
Perkataannya belum selesai, Sin-hiong sudah menyabetkan
pedangnya "Beek buuk!" sinar merah menyembur, tanpa bersuara
sedikitpun tubuh Sin-tung-thian-mo yang besar itu sudah roboh di
atas genangan darah.
Saking marahnya wajah Sin-hiong sampai menjadi merah, dia
membalikan tubuh, terlihat Im-san-koay-mo masih sedang merontaronta
disana. Sin-hiong dengan dingin berkata:
"Kalian juga tidak akan kuampumi hari ini?"
Sekuat tenaga Im-san-koay-mo merayap dua langkah, tapi
karena kaki kirinya sudah dipotong, luka-nya lebih parah dari pada
Sin-tung-thian-mo, setelah merayap beberapa langkah, dia kembali
tergeletak disana tidak bisa bergerak.
Pedang pusaka Sin-hiong bergetar, sejak dia turun gunung, baru
hari ini dia membunuh orang!
Malam sudah larut, Sin-hiong tidak mau membuang waktu lagi,
dia sudah maju menerjang dan berteriak:
"Kau juga tidak bisa ditinggalkan hidup!"
Dia menusukan pedangnya ke bawah, walau-pun Im-san-koaymo
sudah terluka parah, tapi ilmu silatnya belum hilang semua, dia
berguling ditanah, siapa sangka, gerakan pedang Sin-hiong sangat
cepat "Kraat!" satu lagi lengan Im-san-koay-mo terpotong.
Melihat dia tidak bakal bisa hidup lagi, Sin-hiong buru-buru
berlari ke sisi Ong Leng, mencoba meraba dengan tangannya,
terasa dadanya masih ada sedikit hangat, pelan-pelan menepuk
punggungnya, akhirnya Ong Leng siuman kembali.
Sin-hiong berteriak:
"Ong Lo-cianpwee, mereka berdua sudah kubunuh."
Wajah Ong Leng tampak berseri, katanya:
"Sen-tayhiap, terima kasih!"
Perkataannya sangat pelan, setelah berkata, dadanya naik turun
cepat sekali, Sin-hiong jadi terkejut, buru-buru berkata:
"Lo-cianpwee jangan bicara, istirahatlah sebentar."
Ong Leng dengan pelan menggelengkan kepala sambil tertawa
pahit berkata: "Sen-tayhiap, cepat bawa aku ke dalam kamar, ada yang mau
kubicarakan padamu."
Sin-hiong menggotong dia masuk ke dalam kamar, di dalam
kamar gelap sekali, untungnya dia sudah bering berdiam di tempat
gelap, jadi matanya sudah terbiasa, saat itu dia membaringkan Ong
Leng di atas ranjang yang penuh debu dan bertanya:
"Kau tunggu sebentar, biar aku mengambil air dulu."
Ong Leng mengulurkan tangan menarik dia dengan susah payah
berkata: "Apa kau punya pemetik api?"
Sin-hiong mengeluarkan pemetik apinya dari dalam kantong lalu
menyalakan lampu, Ong Leng menunjuk dengan jari, dengan
lemahnya berkata:
"Cepat! Cepat be... berikan botol itu padaku!"
Sin-hiong menurut, mengambil dan memberi-kan pada dia, Ong
Leng mengambil dua butir obat dan memakannya, keningnya keluar
keringat panas, wajahnya sedikit memerah dan berkata:
"Sen-tayhiap datang kesini, pasti ada keperluan?"
Saat dia bicara, suaranya sudah lebih enak terdengar, Sin-hiong
tidak segan-segan, langsung menceritakan Cui-giok yang telah
terkena racun, Ong Leng mendengar dan terdiam.
Sin-hiong jadi gelisah dan berkata:
"Lo-cianpwee, apakah dia masih bisa ter-tolong?"
Teringat dirinya sudah berlari selama lima enam hari walaupun
ada Giok-siau-long-kun disisi Cui-giok, tapi tidak tahu racunnya
sudah jadi separah apa, kegelisahannya tampak jelas di wajahnya.
Ong Leng tetap tidak memperdulikan, wajah-nya nampak sedang
berpikir keras.
Sin-hiong tidak berani mengganggunya, diam duduk di samping,
tapi hatinya sangat risau.
Setelah beberapa saat, baru mendengar Ong Leng berkata:
"Racunnya Ngo-ki-thian-cun sangat ternama didunia, menurut
aturan, sebelum aku melihat dengan mata kepala aku sendiri nona
itu, aku tidak seharusnya sembarangan mengobatinya, tapi keadaan
Sen-tayhiap berbeda."
Sin-hiong dengan perasaan terima kasih menghela nafas, Ong
Leng kembali berkata:
"Sen-tayhiap bisa mengambil selembar kertas di dalam laciku,
aku bacakan beberapa macam obat, silahkan Sen-tayhiap
mencatatnya, cepat pergi ke kota membeli obatnya, jika ada yang
kurang satu dua macam obat, maka aku bisa memikirkan cara
lainnya!" Setelah berkata, dia sendiri mengambil lagi dua butir obat dan
memakannya, Sin-hiong mengambil kertas putih, mencatat obat
yang dibacakan Ong Leng.
"Sen-tayhiap cepat pergi dan cepat kembali lagi, aku punya
cukup waktu menunggu kau kembali!"
Sin-hiong tanpa sungkan dan berkata:
"Jaga diri anda." Sin-hiong segera pergi.
Jarak ke kota tidak jauh, dengan mengerahkan ilmu meringankan
tubuh dalam sekejap dia sudah tiba!
Masuk ke dalam kota, dia mendapatkan satu toko obat,
menunggu cukup lama baru toko itu membuka pintu, Sin-hiong
memberikan resepnya, begitu pemilik toko obat melihat, lalu
menggelengkan kepala dan berkata:
"Dari lima macam obat ini, kami hanya punya dua macam!"
Sin-hiong jadi gelisah dan bertanya: "Apa ada di toko lain?"
"Aku tidak tahu." Kata pemilik toko sambil mengerutkan alisnya.
Sin-hiong tidak bisa berbuat apa apa, terpaksa kembali lagi ke
jalan, setelah lama mencari, baru mendapatkan satu toko lagi, toko
ini kelihatannya jauh lebih besar dari pada yang tadi, Sin-hiong
mengetuk-ngetuk pintu, tapi di dalam tidak ada yang menyahut.
Dia jadi sedikit gelisah, sambil mengetuk pintu vimbil berteriak
keras, setelah beberapa saat baru mendengar di dalam ada orang
bertanya: "Siapa?"
Sin-hiong buru-buru berkata:
"Tolong buka pintunya, aku mau membeli obat, nanti kubayar
lebih banyak."
Orang itu pelan-pelan menyalakan lampu, walaupun Sin-hiong
terburu-buru, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Cukup lama menunggu dia menyiapkan obatnya, ''in-hiong
memberikan resep obatnya pada dia, begitu orang itu melihat,
dengan keheranan bertanya:
"Tabib Ong sudah sembuh?"
Sin-hiong terpaksa menyahut tapi tidak mau bercerita panjang
lebar. Orang itu mencari-cari, hampir menghabiskan waktu satu jam,
baru mendapatkan empat macam obat dan berkata:
"Masih ada satu macam lagi, Cian-cu-ting tapi di tokoku sudah
habis..." Sin-hiong berpikir kurang satu macam tidak apalah, maka dia
menyuruhnya segera meramu, setelah beberapa saat, orang itu
baru selesai meramu-nya, Sin-hiong memberi dia satu tail perak,
langsung keluar dan secepatnya berlari kembali ke rumah Ong Leng.
Pulang pergi, dia hampir menghabiskan waktu tiga jam lebih,
sungguh dia menjadi gelisah sekali, saat dia tiba di kamarnya Ong
Leng, di sebelah timur sudah tampak keputihan.
Sin-hiong melangkah masuk ke pekarangan ke tiga, mendadak
melihat di dalam kamar Ong Leng lampunya sudah padam, tidak
tahan dia jadi terkejut, maka buru-buru masuk ke dalam!
Tapi, baru saja tubuhnya masuk setengah, serangkum angin
dingin datang menerpa wajahnya!
Sin-hiong tergetar, lima jarinya langsung mencengkram dan
berteriak: "Siapa kau?"
Walaupun di serang mendadak tapi reaksinya sangat cepat,
cengkraman dia sangat cepat, siapa sangka, di depan mata kembali
terjadi keanehan.
Angin dingin yang tadi menyerang wajahnya, saat Sin-hiong
mencengkramnya, mendadak berubah ke arah ketiaknya, ternyata
orang yang menyerang ini sudah menotok ke arah Hwan-pi-hiatnya.
Kecepatan orang ini merubah jurus sungguh sulit digambarkan,
jika diganti oleh orang lain, pasti sudah terkena totokannya.
Tapi bagaimana pun Sin-hiong bukan orang biasa, lima jarinya
segera disatukan, mendadak dari cengkraman berubah jadi pukulan
telapak tangan, satu angin keras menghantam, tapi tubuhnya tetap
Pendekar Setia 5 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Romantika Sebilah Pedang 2
^