Pencarian

Pusaka Rimba Hijau 3

Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Bagian 3


Demikianlah kisahku yang sudah lampau!"
Kiu Heng mendengari ceritera Cui-jie dengan terharu, sebaliknya yang ceritera tetap dengan wajah beku tak berubah.
"Mungkinkah sampai wajah beku yang demikian dingin ini dipelajari juga dari gurunya?" pikir Kiu Heng.
Pada hari itu aku tengah berada di dekat air terjun, kulihat kau berlalu dengan ginkang yang luar biasa, belakangan kulihat kau dicelakakan si orang tua berjanggut indah. Karena itu kutolong dirimu, tak kira sesudah kucuci wajahmu, mendapatkan di mukamu bersemu hijau yang samar2.
Menurut guruku, bilamana seseorang sudah memiliki ilmu dalam yang luar biasa baru bisa berwajah demikian. Aku heran dan tidak mengerti, benar2kah kau memiliki ilmu yang tinggi"
Kenapa kau bisa dilukakan mereka" Bahkan terhadap pukulan si gadis saja kau seperti tak tahan?"
Ia menjadi girang mendengar keterangan Cui-jie bahwa dirinya memiliki ilmu yang tinggi, tapi ia tidak menjawab pertanyaau Cui-jie.
"Cui Cici, bagaimana ilmuku" Aku sendiri tidak tahu, tapi kuyakin tak bisa seperti yang Cui Cici sebutkan. Karena itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kumohon di hari2 kemudian mendapat bantuan Cui Cici dalam ilmu silat ini!"
Cui-jie menjadi heran, menurut apa yang dikatakan gurunya maupun pengetahuannya bahwa Kiu Heng memang memiliki ilmu yang tinggi. Tapi kalau dilihat wajah Kiu Heng yang demikian wajar, sedikitpun tidak berdusta. Karena inilah ia tidak mau banyak ber-kata2.
"Kau lekas2lah tidur, lukamu akan menjadi sembuh sesudah tiga hari. Sesudah itu, mungkin kami akan memohon sesuatu kepadamu!"
Sehabis berkata Cui-jie masuk ke kamarnya, sedangkan Kiu Heng menatap dari belakang dengan berpikir: "Apa yang hendak kau minta dariku" Mungkinkah soal Lian Hoa Hong"
Mereka melihatmu sudah ketakutan, perlu apa meminta pertolonganku" Dalam perkelahian menghadapi mereka, tak perlu diminta pun aku bisa menghajar mereka. Si orang tua berjanggut indah hutang pukulan! In In juga jahat, hanya Ping Ping si gadis lembut, yang baik hati."
Memikir dirinya Ping Ping, Ia merasa jengah dan menyesal menggamparnya. Hal ini akan diingatnya seumur hidup sebagai penyesalan terbesar di dalam jiwanya.
Ber-hari2 turun hujan, Kiu Keng tidur nyenyak di atas rumput. Ia sering bangun dari tempat tidurnya, tapi tidak pergi ke-mana2 karena gangguan hujan.
Saat ini Kiu Hepg bukan merupakan jembel yang kotor dan dekil, tapi ia sudah mengenakan pakaian seorang petani pegunungan yang sederhana. Baju ini adalah pemberian Cui-jie yang didapatnya di desa, sungguhpun tidak pas, cukup pantas dipakainya. Ia merasa berterima kasih pada si gadis.
"Sejak kecil aku berlatih silat dan tidak bisa membuat baju.
Karena itu kau pasti memaafkan diriku," kata Cui-jie sewaktu menyerahkan baju itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cici, hujan2 kau pergi membelikan aku baju, aku merasa berterima kasih sekali. Aku mengerti dan mengucapkan syukur di dalam hati. Kenapa kau harus mengucapkan perkataan yang demikian" Aku yang menjadi adik mengharapkan kau jangan mengatakan demikian untuk kedua kalinya, bolehkah?"
Wajah Cui-jie menjadi merah, sedangkan matanya menjadi hidup, tapi dalam seketika menjadi hilang kembali. Kiu Heng ingln bertanya tentang wajah si gadis yang bisa berubah dengan cepat dan selalu beku dan dingin, tapi ia tidak berani mengetahui persoalan diri si gadis, hanya di dalam hati, ia ingin bertanya, sedangkan di mulut tak berani berkata-kata!
Beberapa hari kembali berlalu, cuaca cerah, tak hujan tak berawan, sinar surya yang ke-merah2an menerangi jagat dari ufuk timur.
Kiu Heng mengikuti Cui-jie dari belakang mendekati sebuah bukit. Dari sini mereka memandang jauh ke muka. Rumput dan pepohonan yang hijau dan batu yang berserakan menarik perhatian mereka.
Di sebuah bukit yang rata Cui-jie berhenti. Sewaktu ia menoleh ke belakang tak alang kepalang kagetnya. Pikirnya Kiu Heng yang ditinggalkannya itu pasti berada jauh di belakang, tak kira tetap berada di sampingnya.
"Adik, kau memiliki ilmu ginkang yang demikian tinggi, kenapa bisa dilukai si gadis dari Lian Hoa Hong" Andaikata kau tidak memiliki ilmu yang tinggi toh bisa mengegos menyelamatkan diri, bukan?"
"Cici jangan menertawakan aku, bilamana Cici tidak sengaja memperlambat kaki tak mungkin aku menyandak.
Sedangkan aku kena dilukai si gadis, karena berkepandaian lebih rendah darinya."
"Apakah kau berkata secara sungguh2 atau main2?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, sesungguhnya ilmu In In tidak seberapa, aku kalah karena sedang terluka!"
"Dalam beberapa hari lukamu sudah sembuh seperti sedia kala karena itu aku ingin mencobamu beberapa jurus, dalam hal ini kau tidak boleh menggunakan segala kepandaianmu.
Bilamana kutahu kau tidak mengeluarkannya semua, berarti tidak menghargai diriku. Karena itu, akibatnya lebih banyak buruknya daripada baiknya. Kau mengertikah maksudku?"
"Cici, kalau begitu kau ingin menyaksikan kepandaianku, dari mana aku harus mulai?"
"Dari manapun baik!"
Kiu Heng tertegun sejenak.
"Kenapa kau ragu2, mungkinkah tidak mau bertanding denganku?"
"Bukan tidak mau tapi bagaimana jadinya andaikata keterlepasan tangan, mungkin bisa".."
"Mungkin melukai diriku?" potong Cui-jie.
"Kau legakan hatimu, jika kau bisa berbuat demikian, aku merasa girang dan tidak akan membencimu. Lagi pula suhu mempunyai obat mujarab yang luar biasa!"
Begitu selesai berkata, tubunnya segera menyergap keras dan cepat. Kiu Heng memutar mengegoskan serangan baru ia berbalik kembali serangan sudah menghajar datang, jurus ini membuat Kiu Heng serba susah.
"Plok!" sekali bahu kanannya terkena pukulan. Sungguh pun tidak berat tapi terasa sangat sakit.
Kiu Heng menjadi sengit, tubuhnya maju melancarkan serangan tangan, tiga jurus berlalu.
"Adikku, kiranya kau adalah murid dari Bu Tong San tapi ilmu kepandaian semacam ini se-kali2 jangan dipertunjukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di atas Oey San, hal ini bukan disebabkan aku memandang rendah?"."
Kiu Heng merasa tersinggung, ia menggereng keras memutuskan perkataan Cui-jie. Ia tidak memperdulikan bisa membuat Cui-jie luka berat, tenaganya disalurkan di kedua telapak tangannya.
"Bert! Bert!"
Dua kali, segera menyerang!
Cui-jie tidak mengira kekuatan Kiu Heng, ia terhempas beberapa tombak.
Dari pada gusar, Cui-jie menjadi girang.
"Adikku, awas atas serangan balasanku!"
Tubuhnya menggeliat di udara lalu meluncur turun dengan kecepatan kilat di-sela2 tenaga pukulan Kiu Heng. Ringan sebagai walet lincah sebagai ular, ia mencelos dalam sekejap mata lalu menepak per-lahan2 di tangan Kiu Heng, lalu melejit lagi sejauh beberapa tombak.
Gerakan tubuhnya, jurusnya yang dipertunjukkan membuat kagum Kiu Heng yang beradat tinggi. Tapi Ia tidak mau mengalah, Ia pun mengubah gerakan, tubuhnya mengejar, lengan kirinya memukul dengan telapak tangan, lengan kanannya menotok dengan jari2nya, gerakannya sangat aneh dan indah, dikata cepat tidak seperti kilat, dikata lambat tidak lambat. Sukar diegos dan dihindarkan, lebih sukar pula ditangkisnya.
jurusnya yang sederhana ini membuat Cui-jie pucat pasi, keringatnya mengucur, cepat Ia membentangkan ilmu Walet Menerjang Angkasa Luas, semacam ilmu menolong diri dalam keadaan bahaya.
Gerakan yang Kiu Heng pergunakan adalah salah satu jurus dari pelajaran di dalam gua yang ditemukan di Pek Tio Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tiepat ia pun mengikuti tubuh Cui-jie, dengan perlahan dan pasti Kiu Heng berhasil membayangi si gadis, lalu menotoknya secara ringan.
Cui-jie terpaksa turun dari udara dengan heran, ia menatap pada Kiu Heng, hatinya berpikir bolak-balik, ia merasa heran Kiu Heng bisa melancarkan ilmu yang maha luar biasa dan indah!
Kiu Heng menjadi heran melihat Cui-jie tidak ber-kata2, kiranya ia sudah melukainya dan membuat si gadis menjadi gusar, cepat2 ia minta maaf.
"Dalam seketika aku kurang cepat menarik serangan, sehingga mengenai Cici, harap jangan gusar."
Cui-jie menarik napas sambil meng-geleng2kan kepala, lalu berkata. "Aku tidak bisa menyalahkan dirimu, tapi kuminta kau mengeluarkan jurus yang indah semacam ini se-banyak2nya!
Agar kubisa membuka mata mengenal dunia!"
"Tapi sayang sekali, jurus ini hanya sejurus dan kuperoleh kepandaian ini dengan tak sengaja sampai namanyapun aku tak tahu, mana bisa kuperlihatkan lagi yang lainnya?"
"Aku bukan anak kecil berusia tiga tahun yang mudah dibohongi orang. Caramu yang demikian cupat,
menyembunyikan pelajaran tak mau mempertunjukkan membuat hatiku merasa kesal tapi tak ada lain perkataan yang dapat kuucapkan. Mari kita pulang!" kata Cui-jie.
"Kau tidak mengetahui namanya ilmu yang kau
pergunakan, sedangkan aku pun tidak tahu, sebaiknya pulang saja menanyakan kepada suhu, pasti Ia akan mengetahuinya!
Cui-jie segera berlalu begitu selesai berkata.
Kiu Heng merasa girang kalau gurunya Cui-jie bisa mengenali Ilmu yang dipergunakannya ini, cepat2 ia mengikuti kembali ke gubuk. Lalu ia mondar-manjr di luar gua dimana si nenek tinggal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dinantikannya Cui-jie keluar dengan tak sabaran, ia ingin mengetahui selekasnya ilmu yang diperoleh dari dinding batu itu termasuk, dari perguruan mana.
Cui-jie keluar juga sesudah lama. Ia mengajak Kiu Heng ke dalam gua tanpa ber-kata2.
Kiu Heng kedua kali masuk ke dalam gua. Sekali ini Ia merasakan jauh berbeda dengan pertama kali ia pergi. Di dalam gua tampak sangat terang. Dengan penuh perhatian Kiu Heng mencari dari mana datangnya sinar itu, ia dongak ke sekeliling, dilihatnya dua butir mutiara bersinar tergantung di pojok ruangan.
"Mungkin mereka ingin melihat ilmu kepandaianku, sengaja menggantungkan mutiara bersinar, baiklah! Kamu boleh melihat, dengan tegas!" pikir Kiu Heng.
"Kiu Heng sudah datang," kata Cui-jie.
"Kau boleh mulai dengan ilmumu, jangan mencoba
menyembunyikan, seluruhnya kau keluarkan!"
Kiu Heng segera memasang kuda2 dan mempertunjukkan ilmu yang dipakainya menghadapi Cui-jie tadi, lalu menambahnya dua jurus ilmu yang diperolehnya dari dinding gua. Tiga jurus ini tidak bisa dirangkaikannya menjadi satu seri yang indah, sehingga ia merasa tak enak dan tidak meneruskan jurus2 yang lain.
"Bocah! Siapa yang menyuruh kau datang ke sini" Lekas katakan, bilamana kau tidak mengatakan dengan jujur jangan salahkan aku tak mengenal kasihan!" bentak si nenek, begitu selesai menyaksikan Kiu Heng memainkan ilmunya.
Perkataan si nenek membuat Kiu Heng dan Cui-jie menjadi kaget.
"Lo Cianpwee jangan salah paham! Heng-jie datang ke sini tidak diperintah orang lain, melainkan diajak Cui-cici. Karena itu kuharap Lo Cianpwee bisa mengetahuinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hm." kata si nenek, "kau mempergunakan jurus pertama yang bernama Keng Liong Cin Kouw (Naga Terkejut binatang Kouw Terpental), jurus kedua bernama Hoo Lui Wan Tie (Bangau Menangis Kera menjerit), jurus ketiga bernama Siong Ma In Coan (Sepasang Kuda Minum di Mata Air). Ketiga jurus ini adalahpeninggalan orang2 berilmu di dunia Kang Ouw yang terkenal, kini kusudah memberi tahu kepadamu, mungkinkah kau masih berniat untuk membohong?"
Kiu Heng seperti pernah mendengar nama ketiga jurus itu tapi Ia lupa dimana mengetahuinya. Ia terpekur memikir, matanya ber-kilat2 memancarkan sinar aneh bahna asyiknya, sampai lupa menjawab pertanyaan si nenek.
Tiba2 deruan angin keras mendesak dirinya, berbareng dengan itu terdengar Cui-jie berseru keras, Kiu Heng tidak berdaya menyingkirkan diri, terpaksa mengangkat lengannya melakukan tangkisan dengan Ilmu lunak dan keras seenaknya.
Si nenek yang melihat Kiu Heng menangkis secara
demikian, memaki di dalam hati: Ah, si binatang kecil tak tahu mati, berani betul menyambut seranganku secara demikian.
Biar kau lihaypun akan terluka dan mati!"
Tapi begitu dua tenaga tangan beradu, serangan si nenek menjadi pudar!
Si nenek menjadi kaget. Ia tak habis pikir seorang muda yang sederhana bisa mempunyai kepandaian yang demikian tinggi.
Ia berputus asa.
"Sret," sekali, lengannya dengan mendadak mengusap mukanya, selembar kedok segera copot dan memperlihatkan parasnya yang sesungguhnya. Ia merupakan seorang wanita pertengahan umur yang berparas cantik.
Berbareng dengan itu, tubuhnya segera bertiarap di atas tanah, lalu menangis dengan sedih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ilmu kepandaian Siau-ko sangat tinggi, Na Wan Hoa mengaku bersalah dan menerima untuk dihukum!" katanya.
Sekali ini membuat Kiu Heng menjadi heran dan tak mengerti.
Cui-jie berseru dengan tiba2, Ia mencelat memayang gurunya sambil berkata: "Suhu! Suhu! Kenapa kau bisa begini?"
Saat ini, air mata sudah membasahi pipi Na Wan Hoa.
"Cui-jie, sejak hari ini habis sudah perhubungan dan perjodohan antara kau dan aku! Siauko ini diutus oleh musuh kita! Kau tentu masih ingat apa yang pernah kuucapkan pada tahun yang lalu! Yakni, orang2 dari Lian Hoa Hong tidak diperkenankan memijakkan kakinya di daerah Thian Tou Hong, tapi asal mereka bisa mendidik seorang murid yang lihay dan pasti bisa mengalahkan aku, boleh datang ke sini.
Kini aku sudah menyerah kalah, segala sesuatu mengenai kau dan aku berarti habis pula, karena aku harus menerima segala syarat yang dikehendaki musuh!"
Mendengar keterangan ini, Cui-jie memandang kepada Kiu Heng dengan sinar mata tajam.
"Adikku, apakah benar2 kau diutus oleh orang2 dari Lian Hoa Hong?"
Kiu Heng sudah terkejut dan terpesona oleh kejadian yang mendadak ini. Dilihatnya Cui-jie menatap dengan air mata berlinang-linang. Cepat ia berlutut.
"Cici, mungkinkah sampai kau sendiri tidak percaya kepadaku" Aku hanya bisa bersumpah kepada yang maha kuasa, aku tidak mempunyai hubungan dengan orang2 dari Lian Hoa Hong. Bilamana aku berkata salah sepatah pun, boleh menyuruh aku ?""."
Tiba2 Cui-jie menjerit keras, lengannya membekap mulut Kiu Heng, sedangkan Na Wan Hoa sudah bangun dan duduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di hadapan Kiu Heng, ia me-nepak2 pundak pemuda kita sambil bertanya: "Haicu, duduklah, mari kita mengobrol! Jika bukan utusan dari musuh2ku, darimana kau memperoleh pelajaran silat itu" jika bisa menerangkan, kupersilahkan.
Kalau tidak bisa, aku tidak memaksa. Percayalah bahwa aku sudah percaya betul kepadamu, dan tak mungkin untuk menegur serta menyalahkan dirimu lagi."
Kiu Heng enggan menerangkan pengalamannya. Ia hanya menggelengkan kepala tanpa menjawab pertanyaan Na Wan Hoa.
Malam mendatang Kiu Heng bolak-balik di atas
pembaringannya tidak bisa tidur. Di otaknya mengingat terus tiga jurus ilmu yang bernama Keng Liong Cin Kau, Hoo Lui Wan Tie, Siang Ma In Coan, yang dipertunjukkan tadi. Ia tidak bisa melupakan nama2 itu sebab pernah mengetahuinya, tapi lupa dimana dan kapan melihat atau mendengarnya"
Mulai dari Cit-coat-kiam lalu ke Sam Cee Pan Goat sejurus demi sejurus ia mengusut, tiba2 ia teringat buku Pai-kut-sin-kang dari Siang Siu. Cepat2 buku itu dikeluarkannya. Dengan kedua matanya yang bisa melihat di dalam keadaan gelap, ia membaca dari kepala sampai di akhir dengan cermat dan teliti, tapi tidak menemui nama2 dari ilmu silat itu.
Lalu Ia teringat kepada Bu Lim Tiap, cepat ia mengeluarkan buku yang merupakan pusaka rimba hijau itu. Ah! Benar di sini! Aku ingat, disinilah tertera beberapa kalimat yang ter-putus2 dan tidak kumengerti!
Cepat2 ia membalik lembaran demi lembaran.
"Ah, di sini!" serunya.
Kiranya di setiap nama orang2 yang pernah memiliki Bu Lim Tiap tertera nama dari ilmu2 silat yang dimiliki orang itu.
Di samping itu, masih terdapat penjelasan2 yang membikin Kiu Heng mengerti dengan mudah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengakuri gambar2 yang pernah dipelajarinya dari dinding gua dengan perkataan2 yang tertera di bawah nama orang itu. Dengan cepat ia menghapal perkataan2 itu!
Berbareng dengan itu ia mendengar suara "Cring" dari .suara kim. dan menyusul suara orang tua bersuara parau.
"Na Kounio, Tiong-mo minta bertemu untuk merundingkan soal penting!"
Sungguh pun suara ini datang dari arah jauh, Kiu Heng dapat menangkapnya dengan tegas, cepat2 ia
menyembunyikan Bu Lim Tiap, dan merebahkan dirinya di atas pembaringan. Karena ia mengingat, malam2 datang, tamu pasti akan merundingkan soal penting dengan tuan rumah.
Sedangkan dirinya merupakan orang luar, biar bagaimana pun tidak boleh mencuri dengar. Karena itu satu2nya jalan yang terbaik, lekas2 menjadi pulas!
Tepat di saat Ia akan pulas, mendadak berkesiur angin yang diiringi berkelebatnya sesosok tubuh di samping tempat tidurnya. Ia melihat orang itu adalah Cui-jie yang mengenakan kedok buruk keluar rumah.
"Kedok itu hanya sebuah, mereka menggunakan secara bergilir, untuk mengelabui orang luar tentang keadaan jasmaniahnya. Na Wan Hoa yang sudah cacat. Entah siapa yang datang ini" Ah, mendengar suara Kim sudah dapat dipastikan orang itu adalah ayahnya In In! Mungkinkah ayahnya In In yang sudah tua sebaya dengan Na Wan Hoa yang masih tampak muda dan cantik" Mungkinkah ia awet muda" "..Sebelum ia bisa berpikir terlebih banyak, telinganya mendengar suara bentakan keras yang menggelegat seperti petir di dalam ribut, membuat dirinya kaget dan membalik tubuh.
Tiba2 ia mendengar suara Na Wan Hoa.
"Haicu, pergilah kau lihat Cicimu, jangan sampai orang luar menghinanya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng cepat bangun, pedangnya dibawa.
"Lo Cianpwee tenangkan hatimu, barang siapa berani mengganggu Cui Cici tidak akan kuampuni!"
Dengan kecepatan luar biasa Kiu Heng sudah sampai di mulut lembah, dilihatnya Cui-jie tengah berhadapan dengan seorang tua yang sudah berjanggut putih. Mereka saling tatap tanpa ber-kata2.
Orang tua itu memegang Cit Hian Kouw Kim (alat musik kuno yang berkawat tujuh), tiba-tiba berkata : "Hm, siapa kau" Berani betul menyamar sebagai Na Kouwnio
mempermainkan Lohu! Kau harus tahu, sudah berapa tahun aku tidak membunuh, karena itu sadarlah terlebih dahulu, jangan sampai salah paham! Panggil secepatnya Na Kouw Nio datang!"
Perkataan ini membuat Cui-jie terkesiap, Ia mengira bisa berlaku seperti biasa, mengelabui orang tanpa ketahuan. Tak kira begitu ketemu musuh besar gurunya segera diketahui.
Mana berani lagi Ia membuka mulut, ia berlagak gagu dan tidak menjawab pertanyaan itu.
"Na Kouwnio!" teriak si orang tua yang memegang kim.
"Wan Hoa".. hari ini bahaya mengancam di depan matamu, biar bagaimana aku harus turun tangan. Apakah kau tahu budak kecil yang bernama Kiu Heng itu siapa" Ia adalah orangnya Gui Sam Seng dari Pek Tok Bun: Ia diutus datang untuk mencelakakan dirimu!"
Peringatan ini membuat Cui-jie yang menyamar menjadi kaget, sedangkan Na Wan Hoa yang berada di kamar pun tidak kurang kagetnya. Hanya Kiu Heng sendiri yang merasa heran.
"Kenapa di Oey San ini dtinggali manusia2 aneh, yang dikerjakan maupun yang dikatakan selalu perkataan yang tidak melalui otak, seperti lelucon besar saja?" pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia tidak bisa berpikir terlalu lama, karena kesiuran angin keras, lewat di sampingnya dengan kecepatan kilat, Ia melirik dengan tajam. Orang itu bukan lain dari pada Na Wan Hou yang keluar dengan tongkat di tangan.
"Wah celaka! Angin keributan bisa timbul karena salah paham. Bagaimana aku harus menerangkan diriku?" pikir Kiu Heng.
"Tiong Peng Hoan, Tiong Ngo-ko. betulkah kata2 yang kau ucapkan?" tegur Na Wan Hoa.
"Kau mempunyai bukti apa" Ih! Kemana dia" Aku melihat ia sudah keluar!"
Orang tua yang memegang kim dan dipanggil Tiong Peng Hoan, me-mentil2 alat musiknya, memperdengarkan irama lembut yang menyedihkan, sehingga membuat orang
mengucurkan air mata.
"Wan Moay, hari ini Ek Lam Siang Sat, Lauw Siong dan Lauw Pek tanpa sengaja memasuki Thian Tou Hong, dan mereka melihat Kiu Heng berada di dalam gubuk tengah memegang Bu Lim Tiap sambil memeramkan mata.
Sedangkan Bu Lim Tiap itu kini berada di tangan Gui Sam Seng, tapi mendadak bisa dilihat di tempat kediaman Wan Moay, keruan saja hatiku menjadi cemas! Sedangkan dua saudara Lauw yang memasuki daerahmu yang terlarang sudah kuhukum, masing2 kubuntungi sebuah lengannya dan kuusir dari Lian Hoa Hong! Mengingat bahaya Jyng mengancam Wan Moay, aku tak memperperdulikan larangan dan segala akibat yang mengancam diriku, kuperlukan datang kemari memberi kabar!"
Pek Tok Thian Kun dan keluarga Tiong serta Na dari Oey San mempunyai permusuhan yang dalam sebagai lautan, kumohon Wan Moay bisa menghilangkan ganjelan antara kita, untuk menghadapi bahaya ber-sama2 yang datang dari luar!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ah! Wan Moay! Kau?"".. Kau?".. kenapa memakai
tongkat" Bagaimana dengan kedua kakimu" Mungkinkah sudah dicelakakan tangan jahat?"
Sambil herkata ia datang menghampiri untuk melihat, tak kira baru saja Ia mendekat, sebuah tongkat Na Wan Hoa melayang dan menghantam, memaksa si orang tua kembali ke tempatnya lagi.
"Tak perlu kau pura-pura baik, urusanku jangan kau campuri," bentak Na Wan Hoa.
"Yang kuingin tahu adalah soal Kiu Heng".. Ia?" Ia apakah benar2 dari Pek Tuk Bun?"
"Siapa yang mengatakan aku dari Pek Tok Bun?" kata Kiu Heng dengan tiba2 sambil menampakkan diri di antara mereka.
Sekalian orang yang berada di situ menjadi kaget, masing2
mundur beberapa langkah, agaknya mereka sangat jeri pada Kiu Heng. Selanjutnya keadaan menjadi sunyi sepi, sesudah lama baru terdengar Tiong Peng Hoan berkata:
"Tak perduli kau orang dari Pek Tok Bun atau bukan, Oey San melarangmu tinggal terlebih lama lagi! Bu Lim Tiap boleh memerintahkan seluruh orang2 Bu Lim, tapi keluarga Tiong dan Na tidak pernah melanggar peraturan maupun
mencelakakan jiwa orang2, karena itu Bu Lim Tiap tidak bisa digunakan untuk menundukkan kami!"
Kiu Heng menjadi gusar, matanya mendelik.
"Siaucu harap kau mengerti, biar Gui Sam Seng si bangsat busuk yang datang sendiri, tidak mungkin berani mem-bentak2 sembarangan dengan Tiong Peng Hoan. Kau jangan mengira memiliki Bu Lim Tiap, lalu merasa aman dan tidak boleh dicelakakan. Kau harus berpikir dirimu berada di Oey San, bilamana melakukan kesalahan, pasti akan menyukarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirimu sendiri, kupikir jalan yang terbaik untukmu, lekas2
meninggalkan Oey San!"
Kiu Heng mengetahui mereka salah paham karena dirinya memiliki Bu Lim Tiap, tapi ia tidak bisa menjelaskan dan menghilangkan kecurigaan orang, melainkan menjadi dongkol.
"Co Lotau (orang tua celaka) untuk apa kau galak2" Pergi ya pergi, berapa susahnya!"
"Asal kau mau meninggalkan Oey San, biar dimaki pun aku tidak menjadi gusar. Lekaslah kau berlalu, jangan menimbulkan soal yang tidak diinginkan. Sepulangnya ke rumah, kau tanyakan siapa sebenarnya Tiong Peng Hoan ini, Gui Sam Seng pasti bisa menerangkan dengan jelas kepadamu!"
"Kau jangan banyak bicara, aku tak perduli kau siapa, kini aku berbalik pikir tidak mau berlalu dari Oey San, aku mau lihat, kau bisa berbuat apa pada diriku?" bentak Kiu Heng dengan aseran
Tiong Peng Hoan merasa heran atas sikap Kiu Heng yang mudah berubah, ia diam tidak menjawab.
Kiu Heng merasa geli.
"Mereka mengetahui aku memiliki Bu Lim Tiap, sehingga tidak berani menghajar diriku, dapat dilihat bahwa Bu Lim Tiap mempunyai pengaruh besar sekali," pikirnya.
"Baiklah, aku pergi juga! Tapi kuminta kalian jangan mengatakan lagi aku muridnya Gui Sam Seng si jahanam, bilamana bertemu lagi di hari kemudian!"
Belum makian Kiu Heng hilang dari pendengaran,
mendadak terdengar suara siulan halus yang panjang dan terdengar nyata seperti keras seperti lunak seperti dekat seperti jauh. Tiba2 berubah di timur, lalu ke barat, ber-pindah2 tidak teratur, tapi suara itu membuat pendengaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang menjadi kacau menusuk hati dan membuat jalan darah tak teratur ber-golak2 seperti ber-debar2.
Sekalian yang mendengar menjadi pucat, mereka
mengetahui kedatangan seorang berilmu tinggi, tapi tidak mengetahui siapa manusianya.
Seiring dengan suara itu berkelebat sesosok tubuh dari udara ke hadapan orang2 di situ. Pendatang itu merupakan pelajar berusia empat puluhan, cakap dan keren, bilamana matanya tidak ber-kilat2 siapa pun tidak mengira memiliki ilmu yang demikian tinggi.
Tiong Peng Hoan, tanpa terasa mengejek dengan
mengeluarkan suara dari hidung. "Hm, kukira siapa tidak tahunya Gui Sianseng dari Pek Tok Bun, pantasan memiliki Ilmu demikian mengejutkan orang!"
Gui Sam Seng ter-bahak2.
"Tiong Cianpwee, duapuluh tahun kita tidak bertemu, kau masih sehat2 saja membuat aku girang juga melihatnya, entah bagaimana dengan Na Toa Kouwnio masih sehat2kah"
Jika Na Kouwnio mengalami sesuatu yang tidak baik, bisa2 Gui Sam Seng merasa tak enak seumur hidup."
Na Wan Hoa yang sudah duduk bersila di atas tanah, begitu mendengar Gui Sam Seng me-nyinggung2 namanya segera tertawa.
"Tak kukira kedua mata anjingmu tidak mengenal Kouwnio!
Bagaimana" Murid dan guru berdatangan susul menyusul, apakah akan mempergunakan Bu Lim Tiap untuk memutuskan peristiwa duapuluh tahun yang lalu?"
Gui Sam Seng tersenjum.
"Biarpun Bu Lim Tiap merupakan pusaka rimba hijau, Gui Sam Seng tidak perlu menggunakannya! Tapi kuminta penjelasan, apa artinya guru dan murid" Gui Sam Seng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malang melintang selamanya seorang diri dan belum pernah me-nuntun2 murid!"
Sekalian orang memandang kepada Kiu Heng dengan sinar tajam.
Kiu Heng seperti menang angin, ia ter-senyum2 dilihat orang, ia tidak mengetahui bahaya besar tengah mengancam dirinya.
"Adik kecil, apakah benar2 kaupun memiliki Bu Lim Tiap?"
tegur Cui-jie. Pertanyaan ini membuat sekalian orang menjadi kaget dan berubah parasnya, sedangkan Gui Sam Seng sendiri merasa heran juga. Ia meng-usap2 sakunya, Bu Lim Tiap masih tetap berada di tempatnya, sehingga hatinya menjadi lega.
"Bu Lim Tiap di dalam rimba persilatan hanya satu, mana mungkin ada Bu Lim Tiap yang kedua?" katanya.
"Apa anehnya dengan segala. Bu Lim Tiap, kau lihat ini apa?" kata Kiu Heng.
Sekalian mata yang menyaksikan menjadi silau, di atas sebuah kotak kumala putih tertulis Bu Lim Tiap dengan batu2
permata biru. Sebelum Kiu Heng bisa mengangkat tinggi2 kotak Bu Lim Tiap, ada angin serangan menyambar keras, cepat Ia memutar langkah dan mencelat beberapa tombak, lalu memasukkan kotak kumala itu ke dalam sakunya, sedangkan matanya menatap tajam dengan siap sedia.
Tiba2 angin serangan datang lagi, untuk menjaga diri, Ia tidak memperdulikan siapa yang menyerang, segera mengangkat tangan membalas menyerang.
"Bung!" dua kekuatan saling tumbuk menimbulkan suara keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang menyerang kena didesak mundur beberapa langkah.
Kiu Heng menegasi, kiranya penyerang itu bukan lain dari Gui Sam Seng.
Gui Sam Seng tidak menduga sama sekali, seorang bocah muda memiliki kotak Bu Lim Tiap yang ber-sinar2, pikirnya dengan kepandaiannya bisa merampas kotak itu dengan mudah, tak kira kejadian berjalan di luar perhitungannya, bukan saja benda itu tidak dapat dirampas ia sendiri kena
"digempur mundur, Hal ini terjadi karena Ia memandang terlalu enteng pada Kiu Heng sehingga mendapat malu di depan banyak orang.
Ia gusar tak alang kepalang.
"Tak kukira di dunia Bu Lim terdapat seorang bocah busuk yang berani memalsu Bu Lim Tiap dan berani mengaku sebagai murid Pek Tok Bun. Hm, bocah, lekaslah kau keluarkan Bu Lim Tiap, bilamana tidak, jangan sesalkan aku menurunkan tangan jahat!"
Kiu Heng tidak menjadi kaget atau gugup, dengan tenang Ia menjawab.
"Pek Tok Thian Kun, kau mengatakan aku memalsu Bu Lim Tiap, kalau begitu yang kau miliki masih ada dan belum hilang, bukan?"
"Siapa yang tidak mengetahui bahwa Bu Lim Tiap itu berada di tanganku. dan siapa pula yang berani berlaku gegabah berani menyamber Bu Lim Tiap dari tangan Pek Tok Thian Kun. Mungkin juga ada orang berani berbuat demikian karena sudah bosan hidup?"
Mendengar keterangan itu hati Kiu Heng menjadi lega.
"Asal kau bisa membuktikan bahwa Bu Lim Tiap ini bukan milikmu, menyatakan aku bukan mencuri darimu, sehingga hatiku menjadi lega. Aku tidak menginginkan orang2
menghargai diriku karena memiliki Bu Lim Tiap, dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menginginkan menjadi ketua Bu Lim karena memiliki Bu Lim Tiap, karena itu kau pun tak perlu mengurus atau mengetahui Bu Lim Tiap yang kumiliki palsu dan dari mana kudapat, bukankah dengan demikian jadi beres!?"
Perkataan ini membuat Gui Sam Seng bingung.
"Bocah ini tidak memandang mata pada Bu Lim Tiap, membunuh mati pun tidak ada salahnya."
Begitu Ia berpikir segera ia menjerit panjang. Tubuhnya menerjang angkasa menyergap datang, tapi ia membatalkan serangannya di tengah jalan.
"Bagus, apa yang kau katakan tidak salah! Tapi kutanya, apakah kau terhitung orang Bu Lim bukan" Kau harus mempunyai nama. Nah, terangkanlah padaku sejujurnya!"
Kiu Heng sudah siap siaga begitu melihat gerakan musuh, tapi ia tidak mengira serangan itu bisa dibatalkan dengan mendadak.
Ia menjawab dengan cepat: "Aku adalah laki2 sejati, aku she Kiu nama Heng! Sudah pernah berguru dan menerjunkan diri dalam dunia Kang Ouw, karena itu sudah tentu sebagai orang Bu Lim!"
Gui Sam Sang ter-senyum2, tiba2 Ia mengeluarkan dan mengangkat tinggi2 Bu Lim Tiap sambil membentak keras:
"Kiu Heng! Kau lihat ini apa?"
Kiu Heng siang2 sudah melihat Bu Lim Tiap yang hampir serupa dengan yang dimilikinya, matanya menatap terus kepada Gui Sam Seng yang menjunjung tinggi Bu Lim Tiap dengan kedua tangannya.
"Buku itu bertuliskan Bu Lim Tiap tiga huruf. kenapa Ia bertanya lagi kepadaku" Mungkinkah ada soal di balik ini?"
pikirnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gui Sam Seng tidak memperdulikan Kiu Heng yang tengah ragu2, ia membentak lagi: "Kiu Heng, kau bernyali besar, kenapa sesudah melihat Bu Lim Tiap tidak bertekuk lutut?"
Kiu Heng terkejut, "a tidak mengetahui ada peraturan demikian.
"Bu Lim Tiap buku yang terbuat dari kulit kambing, sudah mencelakakan guruku, untuk apa kubertekuk lutut padanya?"
jawab Kiu Heng dengan cepat.
Sekalian yang menyaksikan menjadi pucat mukanya
mendengar jawaban yang di luar dugaan. Karena mereka mengetahui, Barang siapa berani membangkang atas perintah pemegang Bu Lim Tiap berarti kematian.
"Bocah, terhitung kau berani! Kau berani menghina Bu Lim Tiap dan tidak menghormati, berarti sama juga menghina Cousumu sendiri. Sejak hari ini kau menjadi musuh sekalian orang2 Bulim, masing2 orang boleh membunuhmu!"
Kiu Heng tidak mengira perkataannya itu sama dengan durhaka besar, ia merasa menyesal berlaku gegabah, sehingga terpekur diam.
"Bangsat, apakah kau mengaku berdosa" Kau masih muda, tidak mengetahui peraturan Bu Lim Tiap, tambahan pertama kali kau melanggarnya, karena itu dosamu bisa dientengkan.
Lekaslah kau keluarkan kotak Bu Lim Tiap!"
Kiu Heng yang agak menyesal menjadi gusar mendengar perkataan itu.
"Kiranya kau berlaku galak, untuk merampas kotak Bu Lim Tiap yang kumiliki, aku tidak mau tertipu". aku tidak mau menyerahkannya, biar aku mendapat nama busuk dan menjadi musuh setiap orang Bu Lim, pada suatu ketika aku bisa menerangkan dan memperbaiki namaku sendiri!"
pikirnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah, apakah kau sudah berpikir dengan baik. Lekas kau berlutut dan serahkan kotak Bu Lim Tiap!" desak Gui Sam Seng tak sabaran.
Kiu Heng sudah mengambil ketetapan.


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak!" jawabnya ketus.
"Kiu Heng hidup di atas dunia tanpa sanak tanpa kadang, juga tidak mengharapkan bantuan orang lain! Dunia Bu Lim gelap dan kotor, karena itu tidak kuharapkan bantuannya. Kini kau boleh menganggap aku menghina guru atau dijadikan musuh bersama, aku tak takut, pendeknya Bu Lim Tiap tetap tidak kuserahkan! Terkecuali kepalaku sudah berpisah dengan leher, kau boleh miliki yang kau kehendaki itu! Mari maju, terhadap mati aku tidak takut, apalagi terhadap kamu!"
Perkataan ini diucapkan dengan santer, membuat sekalian orang di situ merasa bergetar jiwa sukmanya. Mereka memuji bocah yang berumur belasan ini demikian besar nyalinya, di balik itu mereka menguatirkan pula jiwa Kiu Heng yang terancam kematian.
Gui Sam Seng ter-tawa2 beberapa kali mendengar jawaban Kiu Heng, dari suara tawanya itu seperti juga benang halus yang tajam menusuk telinga membuat yang mendengar merasa gentar sendiri!
Kiu Heng dapat dibilang sudah memiliki Ilmu kepandaian yang sudah tinggi, sayang belum mengalami latihan lagi, sehingga belum sempurna, Sungguhpun demikian, ia mempunyai tenaga yang kuat untuk mempertahankan diri.
"Aku sudah dijadikan musuh kaum Bu Lim, untuk apa terus2an diam di sini" Lebih baik cepat2 berlalu?" pikirnya.
Sewaktu sekalian orang bingung mendengar suara tertawa Gui Sam Seng, Ia menotolkan kakinya mencelat pergi dengan cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbareng dengan itu, Cui-jie pun berseru keras dan memburu pada Kiu Heng. Mereka berlari ber-sama2 dan satu jurusan pula.
Kenapa terjadi demikian"
Kiranya sewaktu Gui Sam Seng tertawa ia melancarkan ilmu Lie-seng-toan hun-im yang lihay! Ketiga orang tua yang mendengar segera bersemedi melawan suara itu, sedangkan Cui-jie yang tidak memiliki ilmu dalam dari suhunya merasakan darahnya seperti mau membeku, bilamana tidak lari segera bisa mati seketika juga, karena itu ia berseru dan merat mengikuti Kiu Heng.
Gui Sam Seng tidak mengejar, pikirnya Ia bisa membuat anak muda itu tunduk dengan mudah, ia terlalu percaya kepada ilmu Lie-seng-toan-hun-im yang bisa melukai orang dalam jarak puluhan tombak. Ia tertawa terlebih hebat dari semula!
Apa mau dikata, suara tertawanya yang mengandung kehebatan itu tidak berguna sama sekali pada diri Kiu Heng!
Sebaliknya Cui-jie segera jatuh ambruk, mukanya menjadi pucat pasi, keringat dingin mengucur se-besar2 kacang kedelai dari keningnya. Kiu Heng yang mengira sedang dikejar Cui-jie segera menoleh, ia menjadi kaget melihat keadaan Cui-Cicinya menderita luka parah demikian macam.
Cepat2 Ia mengempit Cui-jie dan berlari lagi ke atas puncak dengan kecepatan kilat, ia menuju ke suatu gua yang pernah diketahuinya dari Cui-jie.
Sewaktu Cui-jie diserang suara Gui Sam Seng, dadanya menjadi sesak. Karena itu men-cakar2 diri sendiri, tak heran bajunya menjadi cabik2!
Sesudah meletakkan tubuh Cui-jie Kiu Heng memandang dengan cemas di samping itu, hatinya pun menjadi berdebar melihat dua bukit kecil yang putih laksana salju. Mukanya menjadl panas. cepat dipelengoskan ke lain jurusan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia mengetahui kalau Cui-jie bangun dan mengetahui dirinya dalam keadaan demikian, pasti akan menjadi malu, cepat2 ia membuka bajunya sendiri dan menutupi tubuh si gadis.
Tak selang berapa lama, Cui-jie siuman dari pingsannya. Ia merasa aneh berada di dalam gua.
"Adik, kenapa aku bisa berada di sini?"
"Cici, mungkinkah kau menjadikan aku sebagai musuh juga?" Kiu Heng berbalik menanya.
"Legakan hatimu! Aku bukan manusia rendah demikian macam. Aku tetap akan memperlakukan kau sebagai adik kandungku sendiri!" kata Cui-jie.
Tiba2 ia menjadi kaget melihat keadaan dirinya, sehingga menjadi gusar.
"Aku".. kau".. si manusia rendah, kenapa berani berbuat demikian kotor" Aku buta tak mengenal orang!"
Sehabis berkata Cui-jie mendorong dengan tangan diiringi jeritan kerasnya. Akan tetapi sebelum suara itu keluar dari mulut, lengan Kiu Heng terlebih cepat membekapnya.
Ia kuatir suara itu didengar musuh dan mendatangkan bencana yang tidak diinginkan. Tak kira Cui-jie yang tengah gusar tak dapat dilampiaskan, napasnya menjadi sesak, Ia pingsan lagi.
"Cici?"" Cici," panggil Kiu Heng.
Cui-jie tetap tak bangun.
Ia mengetahui untuk menyadarkan si gadis harus
memencet sepasang jalan darah yang terletak di bawah buah dada. Tanpa ragu2 lagi, apa yang dipikir segera dikerjakan.
Lengannya segera dimasukkan ke bawah baju, lalu menekan dan mengurut agar Cui-jie siuman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disebabkan Kiu Heng terlalu cemas dan ter-gesa2, Ia salah tekan! Bukan jalan darah yang kena dijamah, melainkan bukit salju si gadis! "Benda" itu demikian bulat dan segar, sehingga licin dan sukar terpegang!
Kiu Heng seorang anak muda yang baru berangkat dewasa, mana mengerti soal orang dewasa" Tadi ia sudah ber-debar2
melihat sepasang gunung salju, hal itu disebabkan keanehan alam. Kini lengannya menyentuh sepasang benda yang mengandung keanehan itu. sehingga merasa heran tak habis2nya.
Atas desakan keanehan yang ingin diketahuinya, ia me-nekan2, alhasil lengannya itu seperti terkena aliran listerik yang maha dahsyat! Sekujur tubuhnya menjadi gemetar, ia menjadi terkesiap dan kaget. Cepat2 menarik lengannya, tapi sudah terlambat, sesuatu kenikmatan yang sebelumnya tak pernah dirasakan mengalir ke seluruh perasaannya, unik dan segar!
Sesudah menenangkan pikiran dengan bersemadi, mulai lagi Ia me-nekan2 jalan darah, sekali ini ia tidak menyeleweng seperti tadi, sesudah mengurut seketika lamanya. Cui-jie mulai siuman, sedangkan Kiu Heng sudah mandi keringat.
Sewaktu Cui-jie menarik napas yang pertama, Kiu Heng sudah menarik lengannya. Ia bukan letih dan lelah sewajarnya, melainkan lengannya itu mengenai kulit dan daging yang lunak dan licin seperti mengalirkan hawa hangat dan wangi. Di samping itu sering2 lengannya itu salah jalan meraba ke tempat lain sehingga hatinya ber-debar2, untuk menahan perasaan yang aneh ini membuatnya lebih
berkeringat. Per-lahan2 Cui-jie membuka matanya, padahal siang2 ia sudah siuman, tapi tidak mau lekas bersuara, karena merasakan dirinya tengah diurut secara mengasyikkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menggunakan kesempatan ini membiarkan diurut terus, achirnya ia mengetahui kesalah-pahaman tadi, ia merasa tak enak pada Kiu Heng.
Ia berpikir pulang pergi harus bagaimana menghilangkan perasaan salah paham ini"
Sementara itu urutan Kiu Heng tetap berjalan, ia sadar menderita luka dan lukanya itu tak mungkin baik di-urut2
demikian, karena itu Ia membuka suara.
Sewaktu matanya dibuka, tampak tubuh Kiu Heng yang mandi keringat, Ia merasa berterima kasih, lengannya tanpa disadari diangkat mengusap keringat2 yang berada di dahi Kiu Heng.
"Adikku, menyusahkan kau saja," kata Cui-jie.
"Lukaku terlampau berat dan tak mungkin sembuh dengan diurut! Mungkin juga bila tidak mendapat obat yang mujarab dalam beberapa hari lagi akan meninggal dunia" Entah bagaimana dengan guruku" Ia mempunyai obat yang
bernama Kie-hun-kui-goan-tan yang pernah kau makan juga.
Dengan obat itu umurku baru bisa bertambah panjang!
Kutahu bisa demikian karena, merasakan seluruh isi perutku seperti bergeser dan pindah tempat, dan tak mungkin sembuh dengan obat biasa!"
"Cici, legakan hatimu! Sebentar malam aku akan mencari gurumu," jawab Kiu Heng.
Tapi kukuatir ia menganggap aku sebagai musuh pula!
Kalau sampai demikian, terpaksa aku harus mencurinya.
Pendeknya aku harus berdaya sekuat mungkin menolong cici!
Di samping itu, kuyakin pula Na Lo Cianpwee pasti akan memberikan obat itu kepadamu, karena ia sangat menyayang kepadamu seperti menyayang seorang anak kandungnya. Kau rebahanlah dengan tenang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tidak boleh begitu! Perbuatanmu sangat berbahaya, kau harus sadar Pek Tok Thian Kun tak mungkin
melepaskanmu begitu saja. mungkin ia masih berada di sekeliling gunung ini mencarimu!"
"Cici, kau tak perlu kuatir. Aku tak akan berbuat bodoh, Aku bisa berlaku hati2 dan cermat menjalankan pekerjaan ini,"
Cui-jie memandang pada Kiu Heng dengan sinar mata tajam, membuat pemuda kita merasa heran, ia terkejut sejenak, menantikan perkataan Cui-jie.
"Siapa yang pernah mengatakan kau bodoh, hanya
mengatakan keadaan sangat berbahaya!"
Kiu Heng menjadi lega, mendengar keterangan itu! Mereka sudah berkumpul lama juga, tapi untuk pertama kali Cui-jie menatap demikian macam. Di samping itu, pertama kali pula Ia melihat wajah Cui-jie yang tadinya beku dan dingin berubah menjadi terang dan manis. Kesemua ini membuat Kiu Heng girang, tak terasa lagi Ia memegang lengan si gadis dan dikepalnya erat2.
Kelakuannya ini sangat wajar, sedikit pun tidak
mempergunakan kekerasan. Cui-jie merasa heran, tapi Ia melihat wajah Kiu Heng yang tenang dan demikian wajar, membiarkan saja tangannya di-kepal2, hanya wajahnya menjadi merah seperti kepiting direbus!
Kiu Heng berdiam diri di dalam gua, karena mereka mengetahui musuh2 masih menjaga di luar. Malam pertama dilalui menyusul malam kedua. Orang2 yang mencari mereka masih terdengar suaranya di luar gua.
Kini malam yang ketiga, Cui-jie sudah tiga kali pingsan, Kiu Heng selalu menolongnya dengan cara memijit jalan darah.
Setiap kali Cui-jie terbangun, selalu Ia menyebutkan dengan suaranya yang lemah. "Air, air air?"."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiga hari tidak keluar gua, tanpa memakan barang sedikit makanan maupun air, masing2 merasa kering dan haus yang luar biasa. Atas ini Kiu Heng sedih dan duka, ia bertekad pada malam ini akan keluar gua untuk mencarj makanan dan air, yakni untuk menolong Cui-jie dan dirinya sendiri.
Sebelum meninggalkan gua, Kiu Heng merasakan dadanya sangat dingin. Ia ingat kepada kotak Bu Lim Tiap, lalu dikeluarkan. Di samping itu, ia pun memegang singa2-an kumala yang didapatnya sewaktu di gua Pek Tio Hong.
Pikirnya dengan batu kumala yang adem bisa
menghilangkan haus, lekas2 ia memasukkan singa2an itu ke dalam mulut, benar saja mulutnya yang kering menjadi adem, seperti juga terkena air yang sejuk.
Ia memberikan yang satu lagi kepada Cui-jie. Dengan demikian mereka bisa menahan rasa dahaga dari kasiat singa2an itu.
Sungguhpun demikian rasa lapar tetap tak kunjung hilang, orang yang sakit tidak tahu apa2 dan bisa menahan lapar, tapi tidak demikian dengan orang sehat. Kiu Heng merasakan lapar yang tidak alang kepalang.
*** Rembulan per-lahan2 bergeser ke tengah2 langit yang terang, binatang2 hutan memperdengarkan suara mereka beraneka macam, sedangkan bumi terasa sunyi dan sepi.
Saat inilah dari atas gunung melayang sesosok tubuh yang demikian lincah dan ringan menuju ke dalam lembah.
Bayangan ini bukan lain dari Kiu Heng adanya.
Ia berhenti sebentar di atas sebatang pohon Siong, telinganya dipasang, sesudah memastikan tiada musuh lagi di sekitarnya, baru turun ke tanah dan langsung pergi ke rumah gubuk di mana Ia pernah tinggal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menjadi terkejut karena rumah gubuk sudah tidak terlihat lagi, berganti menjadi satu tumpukan puing dan abu, demikian pula gua di depannya sudah hangus terbakar!
Kiu Heng tertegun sekian lamanya. Ia tidak bisa berpikir kemana perginya Na Wan Hoa dan harus kemana mencari obat untuk Cui-jie"
Sesudah menenangkan pikiran, ia berlalu dari tempat yang membangkitkan kedukaan untuk mencari sedikit makanan.
Dalam keadaan malam ia bisa melihat tegas seperti di siang hari. Sungguhpun demikian terkecuali buah2an gunung, tidak ada makanan lain.
Akhirnya ia menggunakan cara yang pallng bodoh untuk mendapatkan binatang hutan, diambilnya batu dan
dilemparkan ke semak2 yang rimbun. Dalam sekejap caranya yang tolol ini berhasil membuat seekor menjangan terkejut keluar dari sarangnya.
Tanpa ayal lagi Ia mengejar sambil menyambit dengan batu. Tak kira menjangan itu bisa berlari dengan gesit, ia menghindarkan diri dari batu dan menuju ke atas gunung lalu hilang tak terlihat. Ia mengejar terus dengan penuh harapan.
Sesampainya di atas, terlihat tebing, di situ terdapat tikungan, sedangkan menjangan yang sudah tak tertampak menjadi hilang benar2.
Kiu Heng berjalan terus di sebelah tikungan tebing itu terdapat sebuah gua yang besar.
"Ah, kukira ia sudah kabur, tak tahunya pasti bersembunyi di sini?" pikir Kiu Heng.
Dengan cepat ia masuk ke dalam, benar saja menjangan itu terdapat di dalam, ia tengah menekuk kakinya menatap pada Kiu Heng dengan sinar mata bening dan takut, ia diam tak berani bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 Kiu Heng merasa tak tega untuk mencelakakan menjangan itU.
"Jika aku terjun lagi ke dunia Bu Lim, mungkin bisa seperti menjangan ini. Di-kejar2 dan dimusuhi untuk dibunuh!"
Menjangan itu dengan tiba2 mendengking, menyusul terdengar bunyi bergemuruh yang ramai, membuat Kiu Heng kaget dan melompat.
"Mungkinkah blnatang ini pun pintar, sehingga bisa menjebak aku?" pikirnya.
Tengah Ia ragu2, tahu2 ratusan ekor binatang yang bergemuruh atau lebah menyambar dirinya. Ia tidak berani berlaku ayal2an lagi, cepat2 sipat kuping.
Kiu Heng berlari cepat, lebah2 itu bisa terbang lebih cepat pula, sehingga beberapa antukan lebah itu bersarang di atas jidat dan kepalanya. Sehingga ia benjol dan babak belur.
Dengan dongkol Ia kemba1i ke gua sebelum itu ia memetik buah2an gunung lagi dan mengisi kotak Bu Lim Tiapnya dengan air.
Cui-jie merasa girang melihat Kiu Heng kembali tak kurang suatu apa.
"Adikku, apakah Pek Tok Thian Kun sudah pergi?"
tegumya. "Sudah!" jawab Kiu Heng, lalu ia membuka kotaknya, dan memberikan Cui-jie minum.
Buah2an itu dikupas disuapi si gadis sedikit2.
Keadaan malam di dalam gua luar biasa gelapnya, tapi Kiu Heng bisa melihat seperti di dalam siang. Sinar surya masuk ke dalam gua dari celah2 pepohonan, Cui-jie sudah tak sabaran membuka mata untuk menaiap Kiu Heng, karena ia mempunyai firasat buruk tadi malam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja Ia melihat jidat Kiu Heng dan pipi yang benjol dan bengkak2, segera Ia menegur. "Adikku, tadi malam kau tidak menemukan guruku bukan?"
Kiu Heng tidak berani mendusta, tapi ia kuatir Cui-jie menjadi "berduka. "Cici, lebih baik kau merawat dirimu baik2
dan jangan terlalu berduka! Na Lo Cianpwee tidak kutemukan, dan rumah gubuk yang bekas kita tinggali telah".."
"Telah dibakar!" potong Cui-jie.
Ia tidak menjadi duka mendengar kabar buruk itu malahan menjadi girang. "Suhu pernah mengatakan kepadaku, bilamana ia mendapat kesempatan berkelana di Sungai Telaga kembali rumah gubuk itu akan dibakarnya, dengan demikian ia bisa menghilangkan kekesalan dan kedukaan hatinya!
Ia tertegun sejenak sambil memandang kepada Kiu Heng, lalu melanjutkan perkataannya: "Adikku, kau pasti tersengat lebah hitam. betulkah" Bolehkah kau membawaku ke tempat lebah2 itu" Lebah2 itu bisa menolong diriku!"
"Cici, kau jangan mengaco, lebah-lebah itu mana mungkin menolongmu?"
"Adikku, kau lupakah pada madu yang pernah kau minum"
Madu itu bisa menambah semangat dan kekuatan, merupakan obat yang mujarab. Madu itu didapat dari lebah2 hitam, Bawalah aku kesana, kau tak perlu kuatir, sebab lebah2 itu peliharaan guruku."
Kiu Heng girang mendengar keterangan ini, tapi ia tidak segera berangkat.
"Cici dapatkah kau menderita seharian lagi" Sekarang sudah siang, aku kuatir dipergoki musuh!"
Cui-jie mengangguk.
Pada malam harinya Kiu Heng menggendong Cui-jie ke gua di mana terdapat lebah2. Ia merasa takut dan tidak berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masuk, Ia terpaku di luar gua, Cui-jie yang digendong membunyikan suara aneh yang terdengar "sing" sing"
sing?" Lebah2 segera mengaung2 datang, binatang2 itu mengitari di atas kepala Cui-jie, sedangkan si gadis semakin seru membunyikan suara gaibnya.
Lebah2 itu ber-putar2 secara teratur, sedikitpun tidak mengeluarkan tanda2 untuk menyengat. Melihat keadaan ini, Kiu Heng menjadi berbesar hati, cepat2 ia masuk ke dalam.
Di bawah petunjuk Cui-jie, Ia masuk terus ke dalam gua. Di slni terdapat dinding batu yang mengelilingi empat penjuru, di situ terletak belasan cangkir yang penuh madu, harumnya semerbak menusuk hidung.
Cui-jie mengajari Kiu Heng harus bagaimana membunyikan suara gaib dan bagaimana mengambil madu2 itu. Kiu Heng yang cerdas dalam sekejap sudah mengerti.
Dengan petunjuk2 Cui-jie, Ia bisa mengambil madu2
dengan mudah, lalu memberikan pada Cui-jie untuk menghirupnya.
Sesudah menghirup dua cangkir, Cui-jie merasakan semangatnya terbangun, hatinya pun menjadi tenang.
Disuruhnya Kiu Heng membawa dirinya masuk terus ke dalam, di situ terdapat kamar batu.
"Kamar batu ini adalah tampat yang dipergunakan suhuku melatih ilmu pada mula pertama, ilmu yang dipelajari itu bernama "Ban-hong-cie" atau puluhan ribu jari lebah. Ia membunyikan suara gaib, leba2 keluar dari liang2, pertama suhu hanya melepaskan sepuluh ekor, yang lain liangnya ditutup. Dikeluarkannya lagi suara aneh, berbeda dari yang semula, sehingga lebah2 itu berputar dan menyerang dirinya sekaligus. Ia menggerakkan lengannya menotok lebah2 yang datang. Lebah2 berjatuhan dan mati, ia sendiri terkena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antukannya. Tapi pada latihan yang belakangan ia bisa mengatasi keadaan, sehingga ilmunya menjadi sempurna.
"Adikku, kau mempunyai ilmu dalam yang sudah tinggi, tapi ilmu pukulanmu masih terlalu buruk, kau pergunakanlah kesempatan ini untuk melatih diri! Kujamln kau akan memperoleh banyak kemajuan. Bilamana jarimu bisa menjatuhkan seratus lima puluh ekor lebah dengan cepat dan sekaligus, berarti kekuatan dan kecepatan jarimu sudah tidak ada tandingannya lagi di dunia Bu Lim!"
"Baik ya baik, tapi kalau kena diantup sakitnya luar biasa?". Ih" kenapa sakitnya hilang dan jadi sembuh?" kata Kiu Heng.
Ia mendapatkan tempat yang bekas diantup sudah sembuh sama sekali, benjol maupun bengkaknya hilang tak tertampak.
"Kau sangat tolol, itulah berkat madu lebah itu sendiri, karena itu kau tak perlu takut, kena diantup lagi, bukan?"
Kiu Heng menjadi girang, segera ia minta diberi petunjuk2
cara melatih Ilmu Ban Hong Cie.
Kiu Heng baru pertama kali melatih diri, Ia
mempergunakan duapuluh ekor lebah. Begitu ia membunyikan suara aneh, lebah2 itu seperti menghadapi musuh, dengan garang mereka me-raug2, lalu meluruk pada kepala pemuda kita.
Dalam sekejap Kiu Heng dibikinnya kalang kabut,
kepalanya segera terasa sakit kena antupan2 berbisa, sedangkan lebah itu satu pun tidak ada yang blnasa. Cui-jie yang menyaksikan dari samping segera membunyikan suara
"sing" sing" sing?"
Yang gaib, lebah2 segera berserabutan ke atas kepalanya tanpa menyengat lagi.
Kiu Heng sangat penasaran. Ia rajin berlatih terus menerus, sesudah tiga hari, baru ia berhasil memperoleh kemajuan. Dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puluh lebah kena dltotok mati sedangkan ia sendiri tidak kena diantup.
Berbareng dengan itu, madu2 sudah beberapa cangkir diminum Kiu Heng, sehingga otaknya bertambah cerdas.
Kegirangannya tak dapat dilukiskan dengan kata2. Ia bertambah rajin dalam latihannya.
Pada hari keempat, Kiu Heng mempergunakan empat puluh lebah untuk melatih diri. sekali ini pun ia berhasil membinasakan seluruh lebah2 itu tanpa menderita luka.
Keesokannya Ia menambah lagi dengan dua puluh ekor.
Sungguh pun Ia tidak menderita luka, tapi harus
menggunakan seluruh tenaga dan pikirannya baru berhasil membinasakan enam puluh ekor itu.
Sementara itu, Cui-jie yang minum madu biar sudah baikan, belum sehat seperti sedia kala, ia bisa bangun dan duduk. Ia pun turut bergirang atas kemajuan yang diperoleh Kiu Heng. Hari ini ia berdiam diri di dalam goa seorang diri karena Kiu Heng sedang keluar mencari makanan. Inilah untuk pertama kalinya Kiu Heng keluar gua di waktu siang, karena memikir Pek Tok Thian Kun sudah berlalu.
Kiu Heng yang tengah berjalan dan ber-indap2 dengan hati2 menjadi terkejut mendengar gedebaran dari baju orang, agaknya bukan seorang saja, tengah menuju ke tempa ia berada. Cepat2 Ia berjongkok di samping batu besar, telinganya dipasang lebar2, sedangkan matanya pun mengawasi ke jurusan suara tadi.
Ah, sungguh kebetulan sekali, karena yang datang itu adalah In In, Ping Ping dan si orang tua berjanggut indah.
"Hari ini Tia-tia menghapuskan pantangan dan larangan menginjak Thian Tou Hong, sehingga keinginanku datang bermain ke sini dari tahun2 yang lalu terkabul juga. Tapi sesudah, bermain dan ber-jalan2 di sini sejenak, yang terlihat hanya gunung dan pepohonan yang serupa dengan Lian Hoa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong, sedikit pun tiada yang aneh. Pepatah mengatakan barang yang tidak didapat harum dan manis, sesudah didapat keharuman dan kemanisannya menjadi pudar!" kata In In menggerutu.
Tiba2 terdengar suara rintihan, membuat ketiga orang ini terkesiap, mereka memasang telinga dengan tajam ke empat penjuru.
"Sioksiok. kau mengatakan di sini sudah tak ada orang lagi, baru memberi ijin kami bermain bukan" Kenapa kini terdenngar suaara orang merintih seperti menderita luka berat. Mari kita lihat!" kata Ping Ping.
"Baik," jawab si orang tua berjanggut indah, "menolong jiwa orang lebih berjasa dari pada membuat menara bertingkat tujuh?"
Tiba2 suara rintihan kembali terdengar dengan nyata, seperti juga tengah menderita sakit berat Mereka segera dalang ke belakang batu. Alangkah terkejut mereka, sewaktu melihat yang merintih itu bukan lain dari Kiu Heng adanya.
Kiu Heng memperlihatkan wajah kesakitan yang tidak alang kepalang. Gigi atasnya menggigit bibir bawah dengan erat, seperti mau menggigit masuk saja, kedua matanya agak meram, keringat mengucur dari keningnya.
In In dan Ping Ping dengan cepat menghampiri, yang seorang di sebelah kanan yang seorang lagi dri sebelah kiri.
Yang seorang berteriak: "Kiu Koko!" Yang seorang berteriak:
"Kiu Heng!"
"Kiu Koko, kau".. kau". kenapa" Kau katakanlah!" kata Ping Ping sambil meng-goyang2 tubuh Kiu Heng.
"In In, Ping Ping," kata si orang tua berjanggut indah, "kau jangan ber-teriak2, bocah ini mungkin minum air gunung.
Menurut kata Tia-tiamu, sebelum Gui Sam Seng berlalu, Ia menyebarkan racun di dalam air. Barang siapa meminumnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasti akan mati. Bocah ini bisa menghindarkan diri dari tangan Gui Sam Seng, tapi tidak bisa meloloskan diri dari racunnya."
"Siok-siok, bukankah kau masih mempunyai pel Kie-hun-kui-goan-tan" Kau berikan sebutir! Kasihan dia!" pinta Ping Ping sambil mengucurkan air mata.
"Memang obat itu bisa memunahkan segala racun, tapi belum tentu bisa menawarkan racun Pek Tok Thian Kun, tambahan ia sudah terkena lama dan terlambat untuk ditolong!"
"Tidak terlambat!" bantah Ping Ping. "Kau lihat ia masih merintih terus menerus! Berikanlah sebutir!"
In In yang diam saja pun meminta agar si orang tua memberikan obat pada Kiu Heng sehingga si orang tua mengalah juga didesak dari kiri dan kanan.
"Baiklah," katanya.
"Hitung2 bocah ini berhokkie besar. bilamana hari ini Tia-tiamu tidak mengatakan Ia seorang yang baik, pasti tidak kutolong!"
Sehabis berkata segera Ia mengeluarkan peles obat, dengan hati2 dikeluarkannya sebutir dan diberikan ke tangan Ping Ping.
Ia sendiri mengangkat pelesnya dan menutup obatnya yang masih bersisa sebutir.
"Tinggal sebutir lagi! Ah, tinggal sebutir lagi," katanya.
Tiba2 terdengar suara kaget dari In In dan Ping Ping, membuat si orang tua terkejut dan melompat setombak lebih.
Berbareng dengan itu ia mendengar suara ter-gelak2.
"Terima kasih banyak! Lo Sianseng, pendeknya obatmu ini sama saja dipergunakan menolong orang! Pada jiwie Kounio pun aku menghaturkan banyak terima kasih juga. Aku tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempunyai waktu terlalu lama, karena lebih penting menolong jiwa orang. Sampai ketemu lagi!"
Berbareng dengan habisnya Kiu Heng berkata, ia mencelat pergi dengan cepat, ketiga orang bahna terkejut lupa untuk mengejar. Sewaktu melihat Kiu Heng sudah pergi jauh, In In baru sadar, dan cepat mengejar.
"Kiu Heng, kurang ajar kau, berani betul menipu kami, selamanya tidak akan kuberi ampun!"
Ping Ping pun sudah mengejar. Begitu ia mendengar In In memaki segera menasehatkan:
"Cici tak perlu memakinya, maafkanlah perbuatannya itu!
Kuyakin obat itu akan dipergunakan menolong orang juga!
Obat itu terlalu mahal dan sukar didapat, untuk
mendapatkannya ia menipu kita, kalau tidak demikian pasti tidak akan didapat bukan?"
"Bocah gila, kau bernyali besar betul berani menipuku, bilamana tidak kuhajar jangan panggil aku Lim Peng Sian si berjanggut indah?"".."
"Siok-siok, Kiu koko dalam keadaan terpaksa baru berbuat demikian, maafkanlah! Untuk apa bergusar demikian!?" kata Ping Ping.
Mereka mengejar terus, tapi tidak berhasil.
Sewaktu Kiu Heng bersembunji dan melihat datangnya si orang tua berjanggut indah, segera teringat kepada obat Kie-hun-kui-goan-tan yang dimiliki si orang tua. Ia sangat ingin memperoleh obat itu untuk menyembuhkan penyakit Cui-jie, karena itu ia ber-pura2 sakit untuk mengelabui si orang tua.
Sesudah memperoleh obat segera berlari dengan kencang ke dalam gua untuk menemui Cui-jie. Begitu ia masuk segera menyumpalkan obat itu ke dalam mulut Si gadis tanpa berkata putih atau hitam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui-jie sangat girang melihat obat itu, tanpa sungkan2
membuka mulutnya. Wewangian yang harum bertebaran. Cui-jie merasakan nyaman, cepat2 ia bersemadi, dengan bantuan obat yang mujarab, dalam sekejap penyakitnya menjadi sembuh.
"Adikku, apakah kau menemukan suhuku" Kini ia berada dimana?" kata Cui-jie sambil mengucurkan air mata haru.
Kiu Heng merasa tak mengerti.
"Cici! Kau kenapa menangis" Mungkinkah obat itu palsu"
Mungkinkah kau merasa tidak enak minum obat itu" Cici! Kau katakanlah, aku bisa segera mencari mereka untuk berhitungan!"
"Adikku, mereka itu siapa" Mungkin si orang tua berjanggut indah dan dua gadis dari Lian Hoa Hong bukan" Mereka bisa menipu kau tapi mana mungkin menipuku" Aku mengenali obat itu adalah yang sesungguhnya, hanya saja sesudah meminum obat itu aku merasakan waktu untuk berpisah antara kita sudah dekat sekali?".."
Berkata sampai di sini, dipeluknya Kiu Heng erat2, sedangkan air mata terlebih banyak lagi dialirkan.
"Sejak kecil aku menemani suhu, aku mempelajari
kehidupannya yang beku dan dingin, sebegitu lama aku tidak mengenal apa namanya menangis, dan tidak tahu pula apa yang dinamai tertawa. Tapi kedua perasaan yang berlawanan itu sudah kucicipinya kini; aku menangis di hati dan tertawa!
Aku akan menangis dengan perasaan, dan tertawa dengan perasaan pula. Kutahu perpisahan hari ini teramat berat untukmu maupun untukku, entah kapan kita bisa bertemu kembali untuk merasakan kehangatan sebagai sekarang?"."
Tiba2 Kiu Heng berdongak dari pelukan si gadis.
"Cici, Cici, apakah kau akan pergi" Kau harus ingat kau baru sembuh dari luka parah".."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena aku sudah sembuh segera akan pergi, aku harus mencari guruku, aku tidak bisa meninggalkan guruku yang sudah cacat, aku harus merawatnya sampai guruku
meninggalkan dunia yang fana ini. Dengan demikian aku baru bisa membalas budi kebaikannya yang dilimpahkan atas diriku."
Kiu Heng tidak menyangka begitu sembuh Cui-jie segera akan berlalu. Bilamana tahu demikian, tak mungkin ia melakukan penipuan untuk mendapatkan obat itu.
Andaikata mendapat obat pun tidak semudah itu
memberikannya. Ia berpikir demikian karena untuk kepentingan peribadinya.
Mungkinkah sebab di lubuk hatinya sudah mengenal cinta"
Memang cinta itu selalu mementingkan diri sendiri" Memang dalam beberapa hari sesudah berkumpul di dalam satu gua, Ia merasakan sesuatu yang sukar dilukiskan dengan kata2, ia terjerat di kancah pergolakan batin usia remaja yang menginjak dewasa. Ia merasa sayang dan enggan berpisah dari tubuh si gadis.
Hal demikian meresap di jiwanya, mungkin Ia akan membantah kalau ditanya orang lain, tapi ia tidak akan membantah bilamana dirinya sendiri yang bertanya!
"Bilamana Cici ingin mencari Na Lo Cianpwee, bolehkah aku menemani pergi?"
Cui-jie mendorong Kiu Heng dari rangkulannya, Ia mendelik.
"Kau tidak boleh pergi denganku! Ilmi yang kau pelajari belum sempurna, karena itu kularang mempelajarinya sampai di tengah jalan dan berhenti! Di samping itu, kau harus mengerti kesukaran hatiku."
Hampir2 Kiu Heng menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku mengerti kandungan hatimu. Kau takut berjalan sama2 dengan seorang yang dianggap musuh sekalian kaum Bu Lim, bukan" Karena?"
"Ah! Thian!" seru Cui-jie, "kau anggap aku sebagai manusia macam apa" Aku sudah mengatakan semuanya kepadamu! Di depanmu aku mengatakan jiwaku dari beku bisa mempunyai perasaan antara sedih dan duka, ini sudah cukup
menerangkan perasaan dan jiwa hatiku. Tapi budi kebaikan guruku tinggi seperti gunung dalam sebagai lautan. Aku harus mengenal budi, baru bisa hidup tenteram! Mengertikah apa yang kukatakan" Sesudah kuketemukan guruku, aku akan mendampinginya sampai ia meninggalkan dunia ini. Sesudah itu aku bisa turun gunung mencarimu!"
Kiu Heng merasa sedih dan kecewa, Ia mengucurkan air mata haru sambil menganggukkan kepala.
"Jika cici berlalu aku pun akan berlalu. Aku tidak mau tinggal di dalam gua ini barang sejenak pun!"
Perkataannya diucapkan demikian tegas.
Cui-jie goncang mendengar ketetapan si pemuda.
"Balklah, aku menemanimu beberapa saat lagi, sesudah kau beres mempelajari ilmu di sini baru kita berlalu. Sebelum itu aku harus berterang dulu padamu; se-kali2 tidak boleh mencegah diriku mencari suhuku. Di balik itu kau sendiri harus tahu diri sendiri pula, sakit hatimu yang dalam, harus kau selesaikan dengan memuaskan. Bilamana tidak, sama dengan kau seorang yang tidak berbakti pada orang tuamu!"
Tiga hari kembali berlalu. Kiu Heng sudah bisa menotok mati seratus duapuluh lebah2, boleh dikatakan ilmunya sudah setarap dengan Na Wan Hoa. Hanya saja kepalanya tidak urung terkena tiga kali antupan, hal ini disebabkan kerisauan hatinya juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam harinya bulan terang benderang, pemandangan gunung indah sekali. Kiu Heng dan Cui-jie duduk di mulut gua menikmati pemandangan alam yang romantis. Malam semakin larut, tapi tidak terpikir oleh mereka untuk beristirahat.
"Pemandangan bulan yang romantis ini membuat orang mabuk! Entah tahun kapan, bulan kapan kita bisa bergembira lagi seperti sekarang?" kata Cui-jie.
Belum sempat Kiu Heng menjawab dari udara terdengar suara.
"Kiu koko! Kiu koko! Kau dimana" Kau dimana?"
"Adikku, suara ini sudah tiga malam terdengar terus!
Kenapa kau tidak mau menemuinya" Mungkin ia mempunyai urusan yang penting dan luar biasa untuk disampaikan kepadamu, lekaslah kau menemuinya !"
Kiu Heng mengenali suara panggilan itu tak lain dari Ping Ping. Ia heran kenapa di malam hari gadis itu mencarinya dan sudah tiga malam me-manggil2 terus.
"Ping Ping adalah gadis yang baik, mari kita ketemukan ber-sama2," kata Kiu Heng.
"Kau lihat dandananku semacam ini, mana kotor mana buruk, bagaimana enak menemui dia?"
Kiu Heng menatap pada Cui-jie, tanpa terasa jadi bersenyum. "Lekaslah, kau ketemui Ping Ping," desak Cui-jie.


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiu Heng terpaksa keluar dari dalam gua.
"Ping Ping Kounio, aku di sini!" teriaknya.
Berbareng dengan habisnya perkataan, tampak Ping Ping datang ke arahnya dengan cepat.
"Kiu Koko! Setengah mati aku mencarimu!" serunya seraya menangis tersedu-sedu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng merasa Ping Ping seorang gadis yang lucu, Ia tersenyum dan me-nepak2 pundaknya.
"Ping Kounio jangan menangis! Soal apa membuatmu bersedih hati" Katakanlah padaku!"
Ping Ping semakin sedih, ia menangis meng-gerung2, lalu memeluk Kiu Heng erat2, membuat Kiu Heng semakin tak mengerti. Pemuda kita yang belum pernah berkenalan dengan sifat perempuan, tidak bisa mengucapkan sepatah katapun untuk menghibur. Ia pun turut berdiam diri seperti patung melihati Ping Ping yang bersedu sedan.
"Untuk kau Kiu koko, aku tak mempunyai rumah untuk ditinggali lagi!" kata Ping Ping sambil ber-isak2.
Kiu Heng terpekur kaget. "Kenapa menyangkut aku"
Kenapa ia tidak bisa pulang lagi" Mungkinkah dikarenakan sebutir pel Kie-hun-kui-goan-tan. Ia diusir Tiong Peng Hoan"
Ah tak mungkin!" pikirnya berbantahan di dalam diri sendiri.
"Ping Kounio, menangis tidak bisa menyelesaikan urusan.
Mari duduk, kau tuturkan apa yang menyebabkan kau bersedih hati!"
Dengan cepat Ping Ping berhenti menangis.
"Kiu koko, aku tidak menyalahkan padamu, semuanya ini terjadi terlalu mendadak dan di luar dugaan, karena terdorong emosi aku tak bisa ber-kata2 begitu bertemu. Dalam hal ini kuminta kau memaafkan aku!" Kem bali Ia menangis.
Aku paling sebal menghadapi orang yang suka menangis, kalau kau menangis terus, aku tak suka meladeni maka itu diamlah dan teruskan ceriteramu!"
"Baik, aku tak menangis lagi," kata Ping Ping, "Pek Tok Thian Kun dua hari tiga malam mencarimu di Thian Tou Hong dengan hasil hampa. Lalu Ia datang ke Lian Hoa Hong, dan menuduh ayahku menyembunyikan kau, sehingga terjadi peristiwa yang mengerikan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng mengerutkan kening.
"Sesungguhnya aku tidak berada di Lian Hoa Hong, kenapa Pek Tok Thian Kun begitu kurang ajar sekali membuat onar, mentang2 memiliki Bu Lim Tiap!"
"Ya, sebab Bu Lim Tiap dipandang sebagai pusaka rimba hijau yang harus dipatuhi segenap orang Bu Lim makanya ia bertingkah ugal-ugalan. Tanpa alasan ia mendesak ayahku.
Katanya Lian Hoa Hong dan Thian Tou Hong di bawah kekuasaan ayahku, membataskan jangka semalaman, untuk menyerahkan kau padanya, bilamana tidak ia bisa
menggunakan Bu Lim Tiap mengumpulkan golongan putih maupun hitam untuk menghukum ayahku. Hal ini membuat ayahku sengit, segera ia menghajar Pek Tok Thian Kun, pertarungan seru berkobar seketika juga. Dalam hal ini ayahku hanya ingin memberikan pelajaran saja atas sifatnya yang gila2an. sehingga turun tangan tidak terlampau keras, sebaliknya Pek Tok Thian Kun secara ganas dan kejam menghantam ayahku."
Ping Ping tak meneruskan perkataannya, karena tersedak sedu-sedannya.
"Lalu bagaimana?" tanya Kiu Heng tak sabaran.
"Dalam keadaan terpaksa ayahku melancarkan serangan dahsyat, membuat Pek Tok Thian Kun terkejut dan merat sambil terbahak-bahak!"
"Dengan demikian, bukan bereskah soal itu?"
"Baru saja Pek Tok Thian Kun berlalu, tak seberapa lama, ayahku gemetar sekujur badan, matanya mendelik, sepatah katapun tak bisa diucapkannya lagi, ia".. ia". segera meninggal dengan mengenaskan!"
"Apa" Meninggal?"
"Seluruh Lian Hoa Hong menjadi gempar karena kematian ayahku," kata Ping Ping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku pernah mendengar ceritera ayahku, di Lian Hoa Hong terdapat empang teratai, bilamana airnya kering, menandakan Lian Hoa Hong akan mengalami bencana. Berbareng dengan kejadian matinya ayahku, aku teringat kata2nya itu, aku mencari In In untuk melihat empang itu, tapi tidak menemuinya, terpaksa kudatang sendiri.
Apa yang dikatakan ayahku sedikitpun tidak salah, nyatanya empang itu airnya kering. Tengah kumerasa heran, tiba2 dari atas Lian Hoa Hong terdengar jeritan2 yang memilukan hati. Aku terkejut, cepat2 kembali ke atas.
Kembali terdengar bunyi "beng" yang luar biasa kerasnya, lalu terlihat api menjulang ke langit, sehingga aku terkejut tak alang kepalang, sukmaku seperti hilang, sedangkan hatiku hancur luluh tak kepuguhan.
Kala kusampai di atas puncak, yang terlihat hanya api.
Sedangkan ibu, In In, Lim Siok-siok dan jenazah ayahku sudah hilang".. saat inilah kumendengar suara yang menggila, tertawa Pek Tok Thian Kun dan dekat berpindah semakin jauh, lalu hilang tak terdengar?"
Selesai mendengar, Kiu Heng mengerutkan keningnya, matanya bersinar tajam dongkol dan geregetan. menatap pada sebatang pohon besar yang dianggapnya seperti Pek Tok Thian Kun.
"Ping Kounio, kejadian sudah demikian maunya menangis teruspun tidak berguna. Kuatkanlah hatimu dan busungkanlah dadamu menghadapi kenyataan yang getir ini. Aku sendiri sejak kecil kehilangan kasih sayang orang tua dan sanak saudara, karena itu kusudah merasakan penderitaan dan kesengsaraan menjadi anak yatim piatu. Legakan hatimu, hari kemudian aku bisa turut membantu dirimu!"
"Kiu koko! Disebabkan mencarimu, tiga hari tiga malam aku tidak pernah makan, kini aku merasa lapar betul!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kau terlalu bodoh tiga hari tidak makan bukan soal main2, lekas ikut denganku!"
Mereka segera menuju ke gua, jauh2 Cui-jie sudah memandang kedatangan mereka. "Belum terang tanah, kenapa sudah kembali lagi?" tegurnya dengan ter-gesa2.
Cui-jie menguatirkan Kiu Heng ketemu Pek Tok Thian Kun, kini dilihatnya si pemuda kembali sambil bertuntun tangan dengan Ping Ping, hatinya merasa kecut. Sesudah mengatakan perkataan gurau untuk menghilangkan perasaan hatinya, ia terdiam bengong.
Kiu Heng mengerti apa yang menyebabkan Cui-jie
demikian. Ia tersenjum saja. Lalu dengan Ping-Ping mukanya menjadi merah kemaluan. Ketiga orang itu masuk ke dalam gua, lalu duduk di tempat masing2. Dengan sungguh2, Kiu Heng berkata: "Cui Cici, kini bukan saatnya bergurau, kau harus tahu dalam beberapa hari ini Lian Hoa Hong mengalami malapetaka hebat, hal ini akan kuterangkan dengan teliti.
Sekarang, kau berikanlah dulu secangkir madu pada Ping Kouwnio, karena sudah tiga hari Ia tidak makan."
Cui-jie mengerti keadaan sesungguhnya sangat berat, tanpa banyak tanya ia masuk mengambil madu dan
menjerahkan pada Ping Ping.
"Eh, lekaslah kau makan!" Ping Ping menyambut, lalu mengatakan dengan perlahan dan hampir tidak terdengar. Kiu Heng menyaksikannya menjadi geli.
"Ah, kamu sebagai juga anak kecil, kenapa jadi uring2an"
Sejak hari ini, kamu harus akur satu sama lain!" kata Kiu Heng di dalam hati.
Sesudah Kiu Heng melihat Ping Ping selesai menghirup madu lalu menceriterakan kejadian di Lian Hoa Hong dengan panjang lebar dan teliti pada Cui-jie. Hal ini membangkitkan lagi kesedihan Ping Ping, sehingga ia menangis. Terkecuali itu Cui-jie pun turut berduka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tian Tou Hong dan Lian Hoa Hong, didiami keluarga Na dan keluarga Tiong yang tadinya serumah, dikarenakan soal salah paham, sepuluh tahun lebih tidak berhubungan satu sama lain. sehingga kini rnengalami bencana yang tidak diinginkan. Ping-moy, legakan hatimu, kau boleh turut denganku untuk melewatkan hari yang akan datang! Aku lebih tua darimu beberapa tahun, sejak hari ini kau boleh membahasakan aku Cici!"
"Cui-Cici, atas kemurahan hatimu aku mengucapkan banyak terima kasih!" kata Ping Ping.
Kiu Heng tersenyum simpul penuh kemenangan.
"Untuk kebaktianmu pada gurumu, aku tidak bisa
mencegah," katanya.
"Kau sudah menjanjikan Ping Kounio turut denganmu, kau bawalah dan ajaklah menemui suhumu, agur ia bisa mempelajari ilmu silat terlebih dalam, untuk keperluan di kemudian hari!"
"Aku sudah menyanggupi kamu berdua," kata Cui-jie, "tapi perpisahan ini sampai kapan bisa bertemu lagi, sebelum itu kita berjanji, tiga tahun kemudian, kita berkumpul lagi di See Ouw pada malaman Tiong Ciu. Adikku, kau pikir bagaimana?"
"Bagus, tiga tahun kemudian kita berjumpa, bilamana tidak bertemu tidak akan berlalu!" kata Kiu Heng memastikan.
Hari kedua, ketiga orang itu sudah bangun.
"Ping-moy, kau minum lagi madu ini," kata Cui-jie. "Di pegunungan ini sukar mendapatkan makanan."
"Mungkinkah kita akan berpisah secara demikian?" tegur Kiu Heng.
"Ya," jawab Cui-jie dengan sedih.
"Aku lupa," kata Kiu Heng "kamu pergi, apakah mempunyai uang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui-jie dan Ping Ping saling menatap.
"Kami selamanya hidup di pegunungan, untuk apa
mempergunakan uang?" kata mereka hampir berbareng.
"Tapi sesudah meninggalkan gunung dan masuk ke kota, segalanya harus memakai uang" Lebih2 kamu kaum
perempuan. Tidak ada uang akan lebih sengsara! Mari ikut denganku mencari uang, sekalian menghantarkan kamu berangkat!"
"Ikut mencari uang" Di dalam gunung yang sambung menyambung ini, dari mana uang bisa didapat?" tegur Cui-jie.
"Aku mernpunyai daya!" kata Kiu Heng dengan yakin.
Mereka segera meninggalkan gua dengan ilmu
meringankan tubuh, puncak demi puncak dilalui mereka. Kala matahari condong ke barat, dan angin senja bertiup nyaman, keadaan di gunung terasa semakin dingin, Kiu Heng mengajak kedua gadis berlari terus dan tiba di Pek Tio Hong.
Pek Tio Hong yang sudah terbakar hangus, masih gundul, tidak ada rumput maupun pohon. Kiu Heng berdiri di atas puncak, ia mengenang kembali pada Ang Hoa Kek, ia menarik napas panjang tanda berduka.
Cui-jie dan Ping Ping merasa heran.
"Kenapa baik2 menarik napas duka?" tegur mereka
serentak. "Aku pernah mengalami bahaya kebakaran dan keracunan di bukit ini, bilamana tidak ada seorang Lo Cianpwee yang menolong jiwaku, siang2 sudah melayang. Aku selamat dan kematian berbalik Lo Cianpwee itu yang binasa. Ia binasa secara menyedihkan sekali, sampai pun tulangnya pun tidak bisa dikubur. Keadaan lalu berbayang membawa kesedihan, hatiku sesak dan menarik napas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau bersedih karena beralasan, menandakan hatimu yang suci," kata Cui-jie, tapi hari sudah mendekati malam, bagaimanapun kita harus mencari tempat bermalam. Dan tidak boleh mematung terus di bukit gundul ini sambil menarik napas !"
"Kau percayalah, aku mengajakmu pasti bisa memberikan makanan, untuk bermalam tempat sudah tersedia. Nah, di bawah selokan gunung itulah kita bermalam. Di situ sering2
terlihat binatang hutan minum air, kamu boleh menangkapnya barang dua ekor untuk menangsel perut. Sedangkan aku akan mencari tempat beristirahat di tempat lain, tak lama lagi segera datang!"
Habis berkata Kiu Heng berlalu, Cui-jie dan Ping Ping menurut kata Kiu Heng turun ke dekat selokan.
Dalam sekejap Kiu Heng sudah tiba di dalam gua tempo hari, ia menggeser batu besar. Keadaan di dalam masih tetap seperti sedia kala, menandakan sejak ditinggalkan, gua itu belum ada orang kedua yang memasukinya. Sesudah Ia mengambil segala benda berharga, segera meninggalkan gua dengan cepat.
Cui-jie dan Ping Ping sudah memanggang seekor rusa kecil.
Mereka terbahak2 melihat Kiu Heng. Kiranya kantong berikut bajunya sudah dipenuhi emas dan segala benda berharga lainnya sehingga berenggulan tidak rata dan aneh kelihatannya.
Benda2 itu dikeluarkan satu persatu, Cui-jie terkesiap melihat semua itu tak henti2nya Ia memegang dan me-lihat2
dengan girang. Sedangkan Ping Ping seperti tidak tertarik, ia tersenyum saja.
Begitu terang tanah, mereka segera berpisah dengan bersedih hati.
Sejak saat itu, Kiu Heng tinggal di dalam gua. Ia melatih diri memperdalam ilmunya. Ia mempelajari gambar2 di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembok dengan tekun di samping melihat keterangan yang tertera di Bu Lim Tiap. Di samping itu, ilmu Cit-Cuat-kiam dan Sam-cee-pan-goat dimatangkan pula, sehingga Ia memiliki ilmu lebih sempurna dari sebelumnya.
Waktu berlalu dengan cepat, setengah tahun dilalui tanpa terasa. Kiu Heng sudah bosan tinggal di dalam gua, Ia meninggalkannya untuk berkelana lagi di dunia Kang Ouw.
*** Musim gugur telah tiba, telaga See Ouw banyak dikunjungi para pelancong dari berbagai tempat. Kupel2 dan restoran2 di pesisir pantai penuh sesak para pengunjung.
Seorang muda tampak di kupel yang terletak di tengah2
danau. Pakaiannya sangat mentereng, Ia menghadapi berbagai hidangan, sambil menundukkan kepala, pemuda itu bukan lain dari Kiu Heng adanya. Ia tidak memperhatikan para tamu lain yang asyik mengobrol ke barat ke timur sambil menikmati pemandangan alam yang maha indah.
Tiba2 tampak sesosok tubuh berkelebat ke meja Kiu Heng, gerakannya sangat cepat. Kiu Heng kagum melihatnya.
Sebelum Ia berkata, orang yang datang itu sudah membuka mulut.
"Ha" siluman monyet, rupanya kau sudah kaya! Setengah tahun tidak bertemu, sudah mentereng betul. Kau pasti dipungut anak seorang hartawan, yah!"
Kiu Heng mengenali orang itu bukan lain dari si bungkuk atau To Pei Lojin yang diketemukan di Pek Tio Hong.
Ia merasa tersinggung mendengar ejekan itu, dengan gusar ia membentak: "Tak perlu kau usilan!"
"Oh, kau malu mengatakannya" Mungkin juga kau
mendapat rejeki tak halal dengan jalan menimpah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng menatap keempat penjuru, untung keadaan sangat gaduh sehingga perkataan si orang tua tidak ada yang dengar.
"Oh, yang jadi maling selalu ketakutan dan tak tenteram, sehingga takut didengar orang!" ejek To Pei Lojin.
"Hei Bungkuk! Kita tidak bermusuhan apa2, kenapa kau mengganggu terus padaku?"
"Ini yang dinamai karena karma, dalam penitisan dulu kita berjodoh, arwah kita menitis kembali sehingga bertemu lagi!
Siapa suruh kau memanggil aku si bungkuk! Kau harus tahu yang memaki aku si bungkuk seumur hidup akan kulibat terus, terkecuali ia sadar dan menghaturkan maaf sambil soja dan paykui, aku baru membebaskannya. Siluman monyet, kalau kau merasa takut, lekas2lah soja paykui!"
"Siapa yang takut padamu" Mau berkelahi?"
"Bagus! Itu yang kucari! Siapa yang kalah harus menjadi murid, yang menang menjadi guru! Sebentar malam kita bertemu di Hong Hong San, bagaimana?" kata si orang tua.
sehabis berkata segera berlalu.
Malam harinya, Kiu Heng mengenakan pakaian malam, dengan cepat ia berlari ke atas gunung, keadaan sangat, sunyi dan sepi. Ia merasa heran kenapa si bungkuk belum juga datang. Sebelum ia bisa menggerutu, tampak pepohonan bergoyang menyusul terdengar bunyi aneh, tahu2 si orang tua merosot jatuh dan hinggap di atas batu.
Dengan ter-senyum2, Ia berkata: "Siluman monyet, kau bisa tepat datang di sini. Aku mengucapkan syukur!"
"Memang kau kira aku takut dan tidak datang?" jawab Kiu Heng, seraya maju menyerang.
"Sabar, sabar. Kau jangan seperti kunyuk yang tidak sabaran. Kita harus berjanji terlebih dulu, dalam pertandingan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini asal kena kena towel sudah cukup, aku tak mau mengadu jiwa dengan seekor siluman monyet, tahu?"
Kiu Heng tidak menjawab.
"Siluman monyet, mari maju!" tantang si orang tua,
"Tempo hari aku kalah, sekali ini kau jangan harap menang!" bentak Kiu Heng, seraya mengebut dengan lengan kanan, semacam tenaga tersembunyi yang keras menyambar datang.
Si orang tua cepat2 mengangkat lengan kirinya dan didorongkan dengan mendadak, sehingga pukulan keras dilawan keras.
"Blang!"
Angin pukulan yang bentrok berbunyi keras. Masing2 tidak ada yang terpukul mundur.
Satu sama lain maju merangsak tak mau mengalah,
kepandaian yang luar biasa dikeluarkan, keadaan mereka berimbang, semakin bertarung kekuatan mereka semakin hebat.
Dalam setengah tahun Kiu Heng sudah mempelajari
matang sekalian ilmu silat yang terdapat di dinding gua, tapi belum pernah dipergunakan untuk melawan musuh. Kini Ia bertemu To Pei Lojin yang tangguh, dan merasa tidak terdesak, hatinya girang. Bagaikan ikan yang dapat air, ia semakin bersemangat menghadapi musuhnya jurus demi jurus.
Sejak menerjunkan diri ke sungai telaga, si orang tua belum pernah mendapat tandingan yang setimpal, kini ia heran betul menghadapi si pemuda yang bisa maju pesat dalam jangka setengah tahun; lebih2 pukulan2 yang dilancarkan Kiu Heng membuatnya heran dan tak mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 Kiu Heng mengundurkan diri sewaktu perkelahian berjalan sedang seru2nya.
"To Cianpwee," katanya mengubah sebutan, "dalam tangan kosong kita seri, bagaimana kalau memakai senjata?"
"Bagus, kenapa sekarang kau tidak memaki aku lagi?" kata si orang tua. "Siau-ko memain senjata bukan soal yang gampang, bisa2 kita mati tak keruan!"
"Biar mati pun aku tidak menyesal!" jawab Kiu Heng dengan getas.
"Ha! Kau masih muda, belum kawin sudah mati, sayang bukan?"
"Jangan ngelantur! Hunuslah senjatamu!" bentaknya.
"Crang" sekali, Kim-liong-cee-hwee-kiam keluar dari serangkanya.
"Ya, tapi baik2lah sekali ini!"
Pertarungan mengadu senjata melanjuti pertarungan bertangan kosong, lebih hebat dan berbahaya sepuluh kali.
Pedang Kiu Heng memutar bulat memancarkan sinar
berkilauan, sedangkan si orang tua memainkan huncwenya dengan gapah.
Sewaktu Kiu Heng melancarkan jurus Sin Liong Cut Hay (naga sakti keluar dari laut), si orang tua membalas dengan jurus Tui Cong Bong Goat (mendorong jendela menatap rembulan), dengan demikian, serangan Kiu Heng kandas tak berbekas. Menyusul terlihat si orang tua mengebutkan huncwenya menotok ke timur, membabat ke barat,
tampaknya seperti sedang mabuk arak, dan kesurupan pula yang sering disebut kelakuan orang yang angin2an, gerak lengannya tidak tampak terlalu cepat tapi gaya kekuatannya bukan main kerasnya, membuat orang kaget dan bergidik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menghadapi ilmu lawan yang luar biasa aneh ini, Kiu Heng tidak menjadi gentar, dengan cepat lengan kirinya mengebut, si orang tua berjingkrak2an seperti kelabakan. Tapi setiap jepitan jarinya dapat memecahkan serangan si orang tua sehingga luput dari bahaya.
Tu Pei Lojin merasa kagum dan heran, tapi tidak bisa berpikir terlalu lama karena serangan Kiu Heng kembali datang.
Pertarungan berlangsung terus penuh kehebatan dan mendebarkan jantung. Tiga ratus jurus berlalu tanpa dirasai mereka.
"Kalau begitu terus, aku tidak bisa menang!" pikir Kiu Heng,
"aku harus menggunakan llmu yang terlihay dari pelajaran yang terdapat di Bu Lim Tiap!"
Begitu habis berpikir, segera ia berseru: "To Cianpwee, awas!" seiring dengan peringatan nya, jurusnya segera berubah, tubuhnya merapung ke udara, lalu menukik turun dengan deras, lengan kiri dan lengan kanan yang berpedang dipergunakan berbareng dengan jurus Siang-ma-in-coan (sepasang kuda minum di mata air), langsung menikam dan mengeprak si orang tua.
Tanpa ragu si orang tua melancarkan keahliannya dengan jurus Hoo I.ui Wan Tie (burung Hoo menangis, orang hutan menjerit), memecahkan serangan dahsyat lawannya.
Kiu Heng membarengi lagi dengan serangan Keng Liong Cin Kau yang ampuh, memaksa si orang tua mundur beberapa langkah, dengan demikian ia menang di atas angin, sampai To Pei Lojin hanya bisa menangkis tanpa bisa menyerang lagi.
Sungguhpun demikian, benteng pertahanan To Pei Lojin luar biasa ampuhnya, huncwenya diputar demikian macam, niscaya setitik air pun tidak bisa tembus. Serangan ber-tubi2
yang ampuh maupun yang ganas dari Kiu Heng tak berdaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjebolkan benteng pertahanan musuh, sehingga berkutet terus menerus tanpa sudah-sudahnya.
Beberapa jam kembali berlalu, parkelahian berubah dari gencar dan seru menjadi lambat dan ayal, tak ubahnya seperti hujan ribut yang sudah reda.
To Pei Lojin melawan terus dengan alot dan gerakan lambat seperti kecapaian. Sebaliknya Kiu Heng yang sudah menerima tenaga luar biasa dari pedang peninggalan Cie Yang Cinjin, dan separuh tenaga Kong Tat serta tenaga Ang Hou Kek dari batu hijau, ditambah sering meminum madu lebah hitam yang berkasiat, tenaganya tetap kuat.
"Mungkinkah bocah ini terbuat dari besi dan baja" Kenapa ia kuat betul dan tidak terlihat letih?" pikir To Pei Lojin dengan heran.
"To Cianpwee, terimalah serangan ini!"seru Kiu Heng.
Suara tiba pedang sampai, menjurus lurus ke arah dada dengan kecepatan kilat. To Pei Lojin tidak berani menangkis dengan kekerasan, tubuhnya miring menghindarkan ujung pedang. Begitu serangannya mengenai angin, Kiu Heng mengubahnya dengan cepat, Kim-liong-cee-hwee-kiam tidak ditarik, melainkan dipakai menyerang terus, seperti bayangan mengikuti tubuh si orang tua.
Dengan cepat To Pei Lojin menangkis, lalu mencelat pergi beberapa tambak dengan gerak ayal2an. Tiba2 si orang tua merasakan di bawah ketiaknya hawa yang dingin, sewaktu menundukkan kepala menegasi, bajunya sudah pecah tergores pedang.
"To Locianpwee, bagaimana" Apakah mengaku kalah"
Kalau masih penasaran mari kita lanjutkan lagi!" tantang Kiu Heng sambil ber-gelak2.
"Siau-ko mempunyai tenaga yang sakti sekali, aku menyerah kalah! Pepatah mengatakan, gelombang Sungai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiang Kang yang belakang mendorong yang di depan, yang baru menggantikan yang tua, aku menyerah kalah!"
"Benar2kah kau mengaku kalah atau pura-pura kalah?"
tanya Kiu Heng sambil menyimpan pedangnya ke dalam serangka.
"Kecil2 sudah mengetahui banyak istilah, aku tidak mengerti apa yang dinamai benar2 menyerah dan apa yang dinamai pura2 menyerah!" kata To Pei Lojin.
"Lagipula kalau benar2 menyerah bagaimana" Sebaliknya bagaimana?"
"Kalau pura2 menyerah perkelahian ini cukup sampai di sini, kemudian hari siapa pun tidak boleh mencoba merintangi atau mengganggu satu sama lain, lagi pula aku tidak ingin menerima seorang murid setua dirimu," kata Kiu Heng.
"Sebaliknya, kalau kau benar2 menyerah kalah, aku bisa menuturkan asal usuhmu, dan sejak hari ini kau harus mendengar kataku bagaimana?"
Kiranya To Pei Lojin sejak bertemu dengan Kiu Heng sudah mengandung niatan menjadikan si anak muda sebagai muridnya, karena itu dalam pertarungan ia tidak
menggunakan tenaga sepenuhnya, karena ia tahu pemuda yang dihadapi berhati keras, bilamana tidak menang tidak akan mengerti, sengaja Ia memberikan lowongan dan pura2
kalah. Kini Ia mendengar Kiu Heng ingin menyebutkan asal usulnya, sehingga membuatnya ketarik, karena Ia tahu pasti tiada orang kedua di atas dunia ini terkecuali suhunya yang mengetahui peladiaran silat apa yang dipelajarinja.
"Ya, coba kau katakan!" katanya.
"Orang lain tidak mengetahui dirimu dari golongan mana, tapi aku bisa mengetahui dengan jelas. Kau adalah murid dari Hui Hui Ho-siang dari Pek Tok Bun. Disebabkan Hui Hui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hosiang melihat sepak terjang Pek Tok Bun tidak senonoh, Ia meninggalkan pintu perguruan itu dan berdiam di atas gunung empat puluh lahun lamanya. Ia mengumpulkan berbagai macam ilmu dari perguruan silat dan mengubahnya menjadi satu gabungan silat yang luar biasa, lalu diturunkan kepadamu, sehingga merasa sombong dan menganggap paling pintar mengenali ilmu silat dari golongan manapun. Ya atau tidak?"
"Aku benar2 tunduk! Apa yang kau katakan benar semua, aku tidak menyangka dan mengira di otak monyet seperti dirimu bisa menyimpan pengetahuan yang maha tinggi!" kata To Pei Lojin sambil ter-bahak2.
"oooOooo"
JILID III "Nah, sejak hari ini kau harus turut denganku dan mendengar kata2ku, kuyakin kau akan memperoleh banyak kemajuan," kata Kiu Heng.
"Bagus! Aku berusia tujuh puluh tahun mengangkat guru seorang bocah yang masih ingusan dan berbulu seperti monyet. bukankah hal ini akan menjadi berita yang menggemparkan dunia Bu Lim. Siluman monyet, kau jangan mengimpi, kau".."
Ia tidak me utk lanj an kata2nya, tangannya keluar dan
ditotokkan dengan perlahan, inilah ilmu yang luar biasa dari dunia persilatan yang bernama Pit Kiang Tiam Hiat (menotok terhalang tembok), tahu2 Kiu Heng kena tertotok urat gagunya, sehingga diam saja tidak bisa menjawab ejekan si orang tua.
To Pei Lojin sengaja mempertunjukkan kepandaiannya ini dengan tujuan mematikan kecongkakan dan keangkuhan Kiu Heng, agar di kemudian hari tidak menderita kerugian dari sifat buruknya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng merasa gusar tak alang kepalang, pedangnya dihunus untuk mengadu jiwa mati2an. To Pei Lojin tetap duduk tak bergerak begitu ia melihat si pemuda menghampiri, lengannya kembali menotok, membuat Kiu Heng seperti patung, tinggal matanya melarak-lirik dengan gusar tanpa bisa berbuat sesuatu apa.
"Kepandaianku sudah cukup sempurna, kenapa kena totok tidak berdaya untuk memecahkannya?" pikir Kiu Heng,
"Kalau si bungkuk ini tidak bermain sihir pasti
menggunakan ilmu menotok Pit Kiang Tiam Hiat yang lihay luar biasa. Ilmu ini menurut suhu sudah hilang dari dunia persilatan, kenapa bisa dimiliki si bungkuk ini?"
Dengan wajah serius To Pei Lojin berkata: "Bocah, kau harus tahu dunia ini luas dan mengandung berbagai keanehan, orang2 berilmu tinggi tidak terhitung jumlahnya, dengan kepandaianmu yang tidak seberapa, segera
menganggap diri sangat lihay, akibatnya bisa mencari binasa sendiri. Sadarlah, gunung yang tinggi masih ada yang tinggi!
Ilmu dan pelajaran tidak habis untuk dipelajari! Sudah beberapa kali aku mencoba kepandaianmu dan tabiatmu, dan yakin kau adalah bibit yang baik untuk dipupuk! Aku sudah tua dan mengharap mencari seorang murid guna mewariskan kepandaianku. Bocah, kalau kau mendengar kata2ku yang kuucapkan sejujurnya ini, kau bisa menjadi seorang yang berguna di kemudian hari."
Sehabis berkata si orang tua menggoyangkan lengannya, Kiu Heng terbebas dari totokan, cepat ia bertekuk lutut di hadapan To Pei Lojin, kedua matanya berlinang air mata haru, kepalanya tunduk, seperti menyesal sekali.
"Anak yang baik, kutahu kau seorang murid yang berbakti pada gurumu yang terdahulu. Karena itu akupun tidak mau mempersukar dirimu. Kalau kau tidak memandang hina kepadaku, boleh kau memanggil Giehu atau Kan-tia (ayah angkat) pada diriku !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng terharu, tanpa disuruh kedua kali Ia berkata: Gihu! terima hormat anakmu!"
"Kiu Heng menghormat pada diriku dan mengakui aku sebagai Giehu," kata si orang tua sambil memimpin bangun,
"tapi aku belum mengetahui namamu, bukankah hal yang lucu" Kan jie-cu (anak angkat) sebutkanlah namamu!"
"Kiu Heng!"
"Bagus," jawab To Pei Lojin, "sedangkan kau pun harus tahu, aku she Siauw nama Siong, bergelar Tohiap (pendekar bungkuk). Kini aku berusia berapa, aku sendiri lupa menghitungnya, ya kira2 tujuh puluh tahun lebih!"
Siauw Siong tertegun sejenak sambil ber-batuk2, parasnya menunjukkan tengah terpekur, per-lahan2 Ia bertanya:
"Menurut namamu yang demikian ganjil, mungkin kau hidup mempunyai sakit hati yang hebat, kuharap kau bisa menuturkan, agar kubisa membantumu memecahkan
kesulitan ini!"
Kiu Heng ragu2 sejenak, achirnya menceriterakan kejadian waktu kecilnya, dengan jujur dan jelas.
"Baiklah! Nanti aku men-dengar2 siapa pembunuh diri ayahmu dan keluargamu itu!" kata Siauw Siong.
"Atas bantuan Giehu, aku mengucapkan terima kasih, tapi biar musuh itu berkepala tiga dan bertangan enam, harus beres di tanganku sendiri!"
"Oh, sudah pasti!" jawab Siauw Siong.
Lengannya merogo saku mengeluarkan semacam benda yang bercahaya dan diserahkan kepada Kiu Heng. "Kini kau sudah menjadi anak angkatku, terimalah pemberianku ini sebagai tanda mata."
"Ah!" seru Kiu Heng terkejut karena ia mengenali benda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukankah ini yang dinamakan Sam-cun-giok-cee" Dari mana Giehu mendapatkannya?"
"Kau tentu ingat kejadian di Pek Tio Hong, dari salah seorang yang kau binasakan, aku mendapatkan benda ini!"
jawab Siauw Siong.
Kiu Heng terdiam meng-ingat2.
"Kalau begitu, salah seorang di antara mereka adalah pencuri Sam-cun-giok-cee dari Pek-bu-siang Siang Siu, kini ia sudah binasa, bebanku menjadi ringan!" kata Kiu Heng seraya menuturkan pesan2 dari Pek-bu-siang.
"Aku mengenal Pek-bu-siang maupun Ang Hoa Kek," kata Siauw Siong, "mereka merupakan tokoh2 Kang Ouw yang aneh dan sudah lama mengasingkan diri, tak kira kedua2nya sudah meninggal dunia!"
Mereka tertegun sejenak, keadaan menjadi sunyi: "Fajar hampir menyingsing, kau masih memakai pakaian malam, mari kita pulang," kata Siauw Siong.
Dengan secepat kilat mereka turun dari atas gunung, Kiu Heng bermalam di sebuah hotel yang bernama Huay Yang Lauw, sedangkan Siauw Siong baru beberapa hari dalang di Hang Ciu, ia belum mempunyai tempat tinggal yang tetap, kini ia mengikuti ke tempat, bermalamnya si anak.
Malam berganti siang, mereka tidak tidur lagi, melainkan duduk bersemadi menjalankan pernapasan untuk
menghilangkan seluruh kelelahannya.
Tengah hari Kiu Heng dan Siauw Siong pergi belanja, mereka membeli baju2 yang indah dan menanggalkan bajunya yang buruk, sehingga ayah dan anak angkat seperti seorang saudagar kaya raya saja. Dengan pakaian yang ganteng, mereka pesiar beberapa hari di telaga See Ouw dan aksi2an, sambil makan dan minum sepuas2nya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malamnya mereka tidur sekamar. Sewaktu kentongan berbunyi tiga kali, tiba2 Siauw Siong berbalik badan dan turun dari ranjang, Kiu Heng pun mengguling tubuh mengikuti turun.
"Ha, ada apa?"
"Di genteng ada orang," bisik Siauw Siong dengan perlahan.
"Kenapa aku tidak mengetahuinya?" kata Kiu Heng dengan heran.
"Karena kurang pengalaman dan latihan, semalaman suntuk kau tak tidur, sampai ada orang di atas genteng tidak mengetahuinya! Bagaimana jadinya kalau pendatang itu untuk menuntut balas, bukankah kau akan dicelakakan dengan mudah?"
Kiu Hong merasa jengah, wajahnya merah, untung waktu malam, sehingga tidak terlihat Siauw Siong.
"Yang datang hanya seorang!" kata Siauw Siong.
Kiu Heng manggut menyusul kakinya menotol bumi dan mencelat keluar melalui jendela. Sesampainya di atas, ia tidak melihat bayangan maupun sesuatu yang mencurigakan.
"Jangan2 Giehu sudah pikun, pendengarannya tak tajam lagi!" pikir Kiu Heng.
Sebelum ia turun, berkelebat sesosok bayangan hitam yang cepat sebagai meteor! Tahu2 di depan mukanya berdiri seorang pemuda ganteng.
"Kau menyusahkan diriku saja, lekas kau keluarkan barangmu!" kata si pemuda dengan aseran.
"Aku tidak berhutang maupun meminjam barangmu, apa yang harus kukeluarkan?"
"Apakah kau tidak mengerti?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bertanya pada dirikukah?"


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, kalau tidak pada siapa?"
"Aku tak mengerti!"
"Kau jangan berlagak pilon! Lekas kau keluarkan kotak Bu Lim Tiap, perkara menjadi beres. Bilamana tidak jangan sesalkan aku berlaku kurang ajar!"
Kiu Heng baru sadar pemuda itu menjadi Bu Lim Tiap.
"Kenapa ia bisa tahu, aku memiliki Bu Lim Tiap?" pikirnya.
"Apakah kau tetap bersikap keras tak mau menyerahkan?"
desak si pemuda.
"Di dunia hanya ada perampok yang memaui barang orang dengan kekerasan, kau manusia macam apa berani berlaku keras padaku?"
"Aku Gui Wie, putera dari Pek-tok-thian-kun bagaimana?"
jawab si pemuda.
"Ku kira siapa, kiranya puteranya binatang beracun!"
"Kau sudah dijadikan musuh seluruh kaum Bu Lim, berani betul memaki pemegang Bu Lim Tiap, sudah bosan
hidupkah?"
"Segala binatang beracun, dimaki apa salahnya, bilamana kau masih gila2an, aku pun bisa memakimu!"
Pemuda itu menjadi gusar dengan cepat, Ia mengebut kepada mata Kiu Heng memakai jurus Tek Cee Kie Goat (memetik bintang meraih bulan).
Dikata cepat memang cepat, begitu Kiu Heng mengegos, serangan Gui Wie mengenai angin. Ia penasaran, tapi sebelum bisa memberikan serangan susulan, punggungnya merasakan angin dingin, sehingga menjadi terkejut. Untung ia bukan manusia biasa, kakinya menotok genteng dan mencelat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa tombak dengan ilmu Goan Yau Ca Liu
(membungkukkan tubuh menancapkan pohon liu).
Gui Wie yang muda berpenyakit memandang ringan kepada musuh, akibatnya hampir menderita kerugian besar. Kini Ia tak berani ber-lambat2an lagi begitu turun, lengan bajunya mengebut lagi, tahu2 ia sudah menghunus pedangnya.
Dengan cepat melakukan penyerangan deras ke arah dada musuhnya.
Kiu Heng pun menghunus pedangnya, dengan cepat
diputarkan, sehingga serangan musuhnya kembali kandas! Gui Wie menjadi cemas atas serangan2nya yang gagal,
keringatnya mengucur deras, ia sadar bukan menjadi tandingan si pemuda cepat2 mencelat keluar gelanggang.
"Jangan bertarung sudah, aku mengaku kalah!" serunya.
Kiu Heng merasa heran kepada pemuda itu.
"Kau yang mengajak berkelahi, kini kau pula yang mengajak sudahan," pikirnya.
"Aku memukulmu dan menggertakmu dengan aseran, tak lain untuk me-nakut2i saja, sekadar mencoba ketabahan dan ilmu kepandaianmu!" kata Gui Wie.
"Aku tak menginginkan kotak Bu Lim Tiap milikmu, tapi menginginkan persahabatan denganmu!"
Kiu Heng diam tidak menjawab seketika lamanya.
"Apakah kau sudah memakan obat bisu sehingga tidak mau bicara?"
"Aku heran atas kelakuanmu yang tidak keruan. Kau harus tahu, ayahmu adalah musuhku dan kubenci dengannya, kenapa kau ingin bersahabat denganku?"
"Lain bapak lain anak!" jawab Gui Wie dengan tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku menghormati mendiang gurumu yang jujur dan baik budi. Di samping itu aku tidak senang atas kelakuan ayahku yang tidak patut, karena itulah aku meninggalkan rumah secara menggelap untuk mengabarkan kepadamu soal bahaya yang mengancam jiwamu! Kau harus tahu ayahku sudah membagikan selebaran ke seluruh dunia persilatan dan menitahkan mereka mencarimu dan membunuhmu, sebab kau sudah dijadikan musuh bersama kaum Bu Lim atas
tindakanmu yang tidak menghargai Bu Lim Tiap.
Kiu Heng meng-angguk2kan kepala.
"Pedangmu itu terlalu menyolok dan mudah dikenali, sebaiknya kau simpan saja terlebih rapi!"
"Terima kasih atas kebaikanmu, lain kali kita bertemu pula!" kata Kiu Heng.
Sambil merangkapkan kedua tangannya, Gui Wie segera berlalu dengan cepat.
Begitu Kiu Heng kembali ke kamar, Siauw Siong segera berkata:
"Apa yang kamu ucapkan sudah kudengar, sesungguhnya kota Hang Ciu terlalu ramai dan bukan merupakan tempat yang baik untuk ditinggali terus!"
"Tia, mengandalkan kepandaianmu dan kepandaianku, mungkinkah takut pada Pek Tok Thian Kun?"
"Bukan soal takut pada Pek Tok Thian Kun, tapi ia sudah menyebarkan undangan pada berbagai golongan Bu Lim untuk memusuhi dirimu! Kau boleh merasa tak takut tapi harus ingat, di luar langit masih terdapat langit. Dapatkah kau menghadapi mereka yang berjumlah banyak" Barusan kumendengar soal Bu Lim Tiap, benar2kah kau memilikinya"
"Ah, ini kesalahanku, sampai lupa memberi tahu pada Giehu," kata Kiu Heng sambil mengeluarkan Bu Lim Tiap dari dalam sakunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, ini adalah Bu Lim Tiap yang sesungguhnya. Sewaktu kukecil, pernah melihat Sucou memegang Bu Lim Tiap ini. Dari mana kau dapat?"
Kiu Heng menuturkan bagaimana didapatnya pusaka rimba hijau itu.
"Heng-jie, dengan kepandaianmu yang sekarang ini belum cukup kuat untuk melindungi Bu Lim Tiap dari rongrongan kaum Bu Lim yang menghendakinya!"
"Habis harus bagaimana?"
"Untuk sementara kita harus menyingkir dari dunia yang ramai dan harus mengumpet dulu. Bukan berarti takut, tapi untuk melatih diri terlebih lihay! Kau mungkin tahu Kay-hiap sedang dihukum di Tay San, tak halangannya kita ke sana!
Bagaimana" Apa kau setuju?"
"Aku menurut pada Giehu!" jawab Kiu Heng.
*** Sementara itu kita menengok kepada Cui-jie dan Ping Ping yang meninggalkan Pek Tio Hong. Sepanjang jalan mereka bergurau dan mengobrol dengan asyik, sehingga tidak merasa sepi.
Pada suatu hari, Cui-jie mengingat gurunya pernah mengatakan, bilamana ada waktu ia akan merantau lagi di dunia Kang Ouw, tempat pertama yang akan dikunjungi adalah Bu Kong San di Kiang Say. Karena itulah mereka menuju ke sana untuk menemukan Na Wan Hoa.
Beberapa bulan kemudian mereka tiba di Tie-cui di Propinsi An Hui, lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu menuju Kiang Say.
Perahu yang mereka pakai tidak terlalu besar, tapi cukup menyenangkan, se-olah2 mereka tengah piknik di atas air untuk menikmati pemandangan alam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa hari kemudian tiba di sebuah pelabuhan kecil yang bernama Tang Liu Sian. Sebelum perahu bisa
melanjutkan perjalanan, angin besar dan keras menghalangi perjalanan. Mereka terpaksa berdiam beberapa hari menantikan angin reda. Penumpang2 banyak yang mendarat untuk mencari hiburan dan jalan2.
"Adik Ping, kenapa kau tampaknya lesu dan lemas?" tanya Cui-jie.
"Angin sangat besar, perahu ber-goyang2, entah
bagaimana kepalaku menjadi pening dan ingin muntah2!"
jawab Ping Ping.
"Sebaiknya kita mendarat beristirahat sambil membeli obat, bagaimana?"
"Aku tak bisa berjalan lagi, kepalaku bukan main peningnya."
"Baiklah, kau tunggu sebentar, aku akan mencari obat untukmu," kata Cui-jie seraya mendarat, sehingga di atas perahu tertinggal jurumudi dan Ping Ping berdua.
Belum lama Cui-jie pergi, angin keras tiba2 menyampok, air bergelombang dahsyat, tali pengikat perahu menjadi putus di-koyak2 angin yang menggila. Si pengemudi perahu mencoba sekuat tenaga mempertahankan perahunya, tapi kekuatannya sangat terbatas, ia kena disampok ombak dan jatuh ke air, sehingga perahu terombang-ambing.
Sedangkan Ping Ping yang tengah mabuk kapal dan pening menjadi pingsan lupa daratan.
*** Menurut tukang2 perahu yang sering melintasi pulau Ce Cu To, menganggap sebagai pulau iblis yang menakutkan. Setiap kali kapal atau perahu yang terkena angin ribut pasti tersampok ke pulau itu. Se-olah2 pulau itu sebagai juga kawa2
yang berjaring kuat, sedangkan perahu2 dan kapal2
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan korban2 dari kawa2 itu. Karena itulah pulau ini bernama Cee Cu To.
Di atas pulau itu terdapat gunung yang indah dan permai.
Anehnya, setiap kali hujan lebat dan angin dahsyat bergelombang tinggi, dari puncak gunung itu sering terdengar irama merdu yang menawan hati.
Dalam anggapan tukang2 perahu yang sederhana, suara itu dianggapnya sebagai nyanyian dewa. Banyak juga di antara tukang2 perahu yang bernyali besar datang ke atas pulau sewaktu terjadi malapetaka atas diri kawan2nya dan sanak saudaranya, guna menolong. Sayang sekali, setiap yang pergi belum pernah terlihat pulang, lama kelamaan penduduk yang mencari nafkah sebagai nelayan atau tukang perahu, menganggap dewa yang berdiam di gunung itu sangat gusar dan sengaja menghukum orang-orang ini, sebagai peringatan jangan berlaku gegabah lagi berani datang menyatroni tempat kediamannya.
Kini Ping Ping yang malang berada di dalam perahu dan terhempas ke atas pulau itu. Sewaktu siuman, ia merasa heran berada di atas perahu yang kandas di tepi pulau. Ia merasakan peningnya sudah hilang. Tanpa mengenal takut ia turun dari perahu itu sambil memandankan matanya keempat penljuru.
Saat ini ia baru ingat pada Cui-jie, dan mengingat dirinya yang malang, sehingga air matanya bercucuran.
Saat ini hari hampir malam, Ping Ping kembali ke perahunya mencari sisa makanan Kala malam mendatang, angin ribut men-jadi2 lagi, kilat meng-gelugur2, perahu tergoyang2 dibuatnya.
Ping Ping takut kalau2 angin ribut itu membawa lagi perahunya ke tengah lautan, cepat2 ia naik ke darat. Lalu berlari-larian ke atas gunung. Ia dibesarkan di atas gunung,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sendirinya sudah merasa biasa berjalan di tempat yang sukar untuk orang biasa.
Tiba2 ia terhenti sejenak, karena mendengar irama seruling yang tajam dan merdu.
"Untung terdapat orang, aku bisa bermalam juga," pikirnya tanpa curiga barang sedikit pun.
Ia menelusuri jalanan yang ber-liku2 menuju ke atas.
Untung hujan sudah berhenti sehingga sinar bulan yang terang keluar menerangi jagat, atas bantuan sinar yang redup ini, Ping Ping melanjutkan perjalanan terus.
Semakin lama jalanan semakin lebar, di kiri kanan terlihat tengkorak2 manusia berserakan.
Ia terkesiap ketakutan. Tubuhnya menggigil, kakinya menjadi lemas. Ia jatuh duduk sambil memeramkan mata.
Keadaan menjadi sunyi, keresekan pohon dan air
berkerucukan terdengar tegas, waktu berlalu tanpa terjadi apa2.
Ping Ping memberanikan diri membuka mata, dengan hati ber-debar2 Ia mengawasi tengkorak2 yang berjumlah besar itu. Anehnya, di samping tengkorak2 itu terdapat juga emas2
balokan yang besar2. Tengkorak2 itu setiap tangannya memegang harta itu erat2 sampai matinya.
Ping Ping seorang gadis yang tidak tertarik kepada segala emas intan, melihat harta yang berserakan itu, sedikitpun tidak menggoncangkan hatinya.
"Emas2 ini diambil orang tapi tidak bisa dibawa pergi, pasti mengandung racun yang maha dahsyat! Agar orang2 yang berani datang kemari dan kemaruk harta2 menjadi mati konyol," pikirnya.
Lalu Ia berdiri dan meninggalkan tempat yang
menyeramkan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 dari balik batu terlihat seorang yang tengah borjongkok, kedua lengannya memegang kepalanya yang sudah berambut putih, ia tengah menangis dengan
menyedihkan. Ping Ping tergerak, ia menghampiri kepada orang tua itu.
"Popo (nenek), kenapa kau menangis di malam hari, siapa yang mengganggumu?" tegurnya.
Agaknya si orang tua sangat tajam pendengarannya. Begitu kaki Ping Ping mendekati, Ia sudah bangun, matanya memancarkan sinar tajam. Orang tua itu seperti gusar. Ping Ping tidak kenal gelagat. Ia tersenyum manis pada si nenek.
"Kau datang dari mana?" tegur si nenek dengan galak.
"Aku mendapat nasib malang, naik perahu terkena topan dan terdampar kemari!"
"Kau murid siapa, menghantarkan kematian ke sini?"
"Kenapa kau mengatakan demikian, aku adalah orang malang. mati hidup tidak kupikirkan. Mengenai siapa aku, tak perlu kau tahu!"
Ping Ping mengatakan demikian karena berpikir tengah menghadapi orang jahat.
"Dilihat dari parasmu belum terlihat tanda mati, kenapa datang kemari. Apakah kau tidak melihat tengkorak2 yang berserakan itu?" kata si nenek terlebih lunak.
"Sudah kukatakan aku datang karena mengalami
kecelakaan, bila tidak aku pun tidak mau datang kemari! Kini hari sudah malam, begitu siang tanah dan ada perahu yang lewat, aku akan pergi meninggalkan pulau yang menyeramkan ini!"
Pendekar Riang 12 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Pendekar Jembel 7
^